UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL...

88
UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS PENGHASILAN KARYAWAN PADA PERUSAHAAN KONSTRUKSI PT. XYZ LAPORAN MAGANG MARCIA KAMBARWATI NPM : 1006813254 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM STUDI (S1) EKSTENSI JAKARTA 2012 Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Transcript of UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL...

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

UNIVERSITAS INDONESIA

MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS PENGHASILAN KARYAWAN PADA PERUSAHAAN

KONSTRUKSI PT. XYZ

LAPORAN MAGANG

MARCIA KAMBARWATI NPM : 1006813254

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA

PROGRAM STUDI (S1) EKSTENSI JAKARTA

2012

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

UNIVERSITAS INDONESIA

MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS PENGHASILAN KARYAWAN PADA PERUSAHAAN

KONSTRUKSI PT. XYZ

LAPORAN MAGANG

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

MARCIA KAMBARWATI NPM : 1006813254

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM STUDI (S1) EKSTENSI

KEKHUSUSAN AKUNTANSI JAKARTA

2012

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Laporan magang ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Marcia Kambarwati NPM : 1006813254 Tanda Tangan : Tanggal : 6 Juli 2012

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Magang ini diajukan oleh : Nama : Marcia Kambarwati NPM : 1006813254 Program Studi : Ekstensi Akuntansi Kekhususan : - Judul Laporan Magang : Manajemen Pajak terkait PPh Pasal 21 atas

Penghasilan Karyawan pada Perusahaan Konstruksi PT. XYZ

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi S1 Ekstensi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI Pembimbing : Mafrizal Heppy Ak., MBA. ( ) Pembimbing : Mafrizal Heppy Ak., MBA. ( ) Penguji : Drs. Enan Hasan Sjadili Ak., MBA ( ) Penguji : Tubagus M. Yusuf Khudri S.E., M.T.I.( ) Ditetapkan di : Depok Tanggal : 6 Juli 2012

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur ke hadirat Allah SWT, terima kasih yang tak

terhingga kepada-NYA. Juga atas segala rahmat dan karunia-NYA sehingga

penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini memenuhi syarat untuk

mencapai gelar Sarjana pada Program Ekstensi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia.

Dalam pembuatan laporan magang ini penulis mengalami banyak kesulitan

dan segala keterbatasan, tetapi dengan segala bantuan, dorongan, dan semangat

dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini.

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Orang tua penulis Raden Kambar Juliantho dan Masayu Mirnawati, dan

adik-adik penulis Ratih Dewi Sekar Ayu dan Astri Khairunnissa serta

keluarga besar H. Masagus Muhammad Shaleh dan Keluarga Besar H.

Raden Eba Sudarba Wijaya terima kasih yang tak terhingga atas semua

yang telah kalian berikan, mohon doa dan restu kalian selalu.

2. Ibu Sri Nurhayati S.E, M.M., S.A.S selaku ketua program Ekstensi

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

3. Bapak Mafrizal Heppy Ak., MBA. selaku dosen pembimbing. Terima

kasih atas bimbingan, kritik, masukan dan waktu yang telah diberikan

kepada Penulis sehingga Penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini.

Terima kasih banyak, bapak. Mohon maaf selama bimbingan Penulis

banyak melakukan kesalahan

4. Bapak Tubagus Chairul A. S.E., M.E., S.H selaku dosen pajak. Terima

kasih, Pak atas waktunya untuk menjawab berbagai pertanyaan dari

Penulis mengenai laporan magang.

5. Dosen dan staf pengajar PEFEUI yang telah memberikan pengetahuan

berharga kepada Penulis.

6. Lintang, Okto, Dita, Nidya, Erma, Emil. Thankies a lot, darlas atas

dukungan dan bercandaan gebleknya

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

7. Tidot, Nadia, Marlene, Olive, Niki. Thank’s geeeng atas hari-hari ceria

yang kalian berikan serta dukungannya *hugs n kisses*

8. Maria (dr opk, sekostan sampe salemba), Yohana, Simey, Debora, Tasya,

kaka Dira dan Angel yang hadir last minute di Salemba. Terima kasih

geng Salemba atas bantuannya selama 2 tahun ini, nginep-nginep lagi ya,

geng, tanpa belajar tentunya *peyuk cium*

9. Komisi Disiplin Kece OPK FEUI 2009 dan 2010, salam “GW GA

PEDULI”..hehehe, love u all, special thx to ocong, yessy, daniel, kaban

dan yando doa dan semangatnya mengalir terus, terharu :’)

10. Geng Homo, Ncek, Nesa, Ayu, Adis, Manda dkk..huaa kangen bgt

ngegeblek bareng lagi :’(

11. Pak Herry, Koh Deddy, Ci Monik, Ci Siska, Koh Alvin, Ka Agung, Ka

Mike, Ka Antony, Ka Rado, Ka Dhea, Farid, Chandra, Dimas, Bu Sumi

dan senior-senior lain di KAP BDO Tanubrata. Terima kasaih atas bantuan

dan bimbingannya selama Penulis melaksanakan magang.

12. Nova, Ocel, Winda, Dian, Mella, Sakti, Gen, Ferry, Anggi, Ami, Yoyo,

dan Maria. Geng makan siang BDO, kangen gosip-gosip, berkeluh kesah

bareng selama magang. Thank’s guys.

13. Teman-teman angkatan 2010 PEFEUI baik Salemba maupun Depok, u

rock guys (Anita makasi foto2nya)

Penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalam

laporan magang ini, karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang

membangun agar dapat menjadi contoh yang baik untuk kemudian hari. Semoga

laporan magang ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu.

Jakarta, 2012

Marcia Kambarwati

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama : Marcia Kambarwati

NPM : 1006813254

Program Studi : S1 Ekstensi Akuntansi

Departemen : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi

Jenis Karya : Laporan Magang

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive-Royalti-

Fee Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

” Manajemen Pajak terkait PPh Pasal 21 atas Penghasilan Karyawan pada

Perusahaan Konstruksi PT. XYZ”

beserta perangkat yang ada (bila diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-

Eksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihkan

media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,

dan memublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta ijin dari saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta

Pada tanggal : 6 Juli 2012

Yang menyatakan

( Marcia Kambarwati )

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............................ v ABSTRAK ............................................................................................................. vi DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix 1. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Penulisan Laporan Magang ................................................ 1 1.2 Tujuan Penulisan Laporan Magang .............................................................. 3 1.3 Pelaksanaan Program Magang ..................................................................... 3

1.3.1 Latar Belakang Program Magang ....................................................... 3 1.3.2 Tujuan Program Magang .................................................................... 4 1.3.3 Tempat dan Waktu .............................................................................. 5 1.3.4 Profile KAP BDO Tanubrata Fahmi & Rekan ................................... 6 1.3.5 Ruang Lingkup Kegiatan Magang ...................................................... 7

1.4 Ruang Lingkup Penulisan Laporan Magang ................................................ 7 1.5 Sistematika Penulisan ................................................................................... 8

2. LANDASAN TEORI ....................................................................................... 10 2.1 Perpajakan Secara Umum .......................................................................... 10

2.1.1 Pengertian Pajak ............................................................................... 10 2.1.2 Pembagian pajak menurut golongan, sifat, dan pemungutannya ...... 11 2.1.3 Fungsi Pajak ...................................................................................... 12 2.1.4 Cara Pemungutan Pajak .................................................................... 12

2.2 Manajemen Pajak ....................................................................................... 14 2.2.1 Definisi Manajemen Pajak ................................................................ 14 2.2.2 Tujuan Manajemen Pajak ................................................................. 15

2.3 Perencanaan Pajak (Tax Planning) ............................................................ 15 2.3.1 Definisi Perencanaan Pajak (Tax Planning) ..................................... 15 2.3.2 Upaya Melakukan Penghematan Pajak ............................................. 17 2.3.3 Penghindaran Pajak ........................................................................... 17 2.3.4 Motivasi Dilakukannya Perencanaan Pajak ...................................... 18 2.3.5 Penghindaran Sanksi Pajak ............................................................... 20 2.3.6 Tahapan Dalam Membuat Perencanaan Pajak .................................. 20

2.4 Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan (Tax Implementation) ....................... 21 2.5 Pengendalian Pajak (Tax Control) ............................................................. 22 2.6 Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21) ................................................ 23

2.6.1 Pendahuluan ...................................................................................... 23 2.6.2 Pemotong Pajak ................................................................................ 24 2.6.3 Subjek Pajak atas PPh 21 .................................................................. 25

2.6.3.1 Penerima Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 ............. 25 2.6.3.2 Subjek PPh Pasal 21 .............................................................. 27

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

2.6.4 Penghasilan Terkait dengan Pajak Penghasilan Pasal 21 ................. 28 2.6.4.1 Benefit in Cash vs Benefit in Kind ........................................ 28 2.6.4.2 Objek PPh Pasal 21 ............................................................... 28

2.6.5 Pengurang yang Diperbolehkan ........................................................ 29 2.6.5.1 Biaya Jabatan, Biaya Pensiun, dan Iuran Pensiun/Jaminan

Pensiun/Jaminan Hari Tua ................................................... 29 2.6.5.2 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) ................................ 30

2.6.6 Metode perhitungan PPh Pasal 21 .................................................... 31 2.6.7 Tarif PPh Pasal 21 ............................................................................. 32 2.6.8 Perhitungan Penghasilan Kena Pajak ............................................... 32

3. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ........................................................ 34 3.1 Profil PT. XYZ ........................................................................................... 34 3.2 Visi dan Misi PT. XYZ .............................................................................. 35 3.3 Struktur Organisasi ..................................................................................... 35 3.4 Perpajakan Secara Umum Pada PT. XYZ .................................................. 38

3.4.1 Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21) pada PT. XYZ .............. 40 4. PEMBAHASAN ............................................................................................... 43

4.1 Gambaran Permasalahan ........................................................................... 43 4.2 Tax Planning pada PT. XYZ ..................................................................... 44

4.2.1 Komponen Imbalan atau Kompensasi pada PT. XYZ ...................... 44 4.2.2 Perlakuan Imbalan atau Kompensasi yang diberikan oleh PT. XYZ46 4.2.3 Jenis Karyawan pada PT. XYZ ........................................................ 48 4.2.4 Kebijakan Penerapan Tax Planning PPh Pasal 21 pada PT. XYZ ... 49 4.2.5 Perhitungan PPh Pasal 21 ................................................................. 52

4.2.5.1 Perhitungan PPh Pasal 21 dengan menggunakan Gross Basis Method (ditanggung oleh karyawan) .................................... 52

4.2.5.2 Perhitungan PPh Pasal 21 dengan menggunakan Net Basis Method (ditanggung oleh perusahaan) .................................. 55

4.2.5.3 Perhitungan PPh Pasal 21 dengan menggunakan Gross-Up Method (ditunjang oleh perusahaan) ..................................... 57

4.2.6 Analisa Biaya Menggunakan Gross Basis Method, Net Basis Method dan Gross-Up Method ....................................................................... 60

4.2.7 Analisa Pemotongan PPh Pasal 21 ................................................... 64 4.2.7.1 Pada Saat Kondisi Laba ........................................................ 64 4.2.7.2 Pada Saat Mengalami Kerugian ............................................ 66

4.2.8 Penilaian (Evaluasi) atas Perencanaan Pajak pada PT. XYZ ........... 70 4.3 Tax Implementation pada PT. XYZ ........................................................... 71 4.4 Tax Control pada PT. XYZ ........................................................................ 73

5. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 74 5.1 Simpulan ..................................................................................................... 74 5.2 Saran ........................................................................................................... 75

DAFTAR REFERENSI ....................................................................................... 77

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Perhitungan PPh Pasal 21 dengan metode Gross-Up ............................ 41 Tabel 4.1 Perhitungan Gaji Karyawan A dengan menggunakan Gross Method ... 53 Tabel 4.2 Take Home Pay Karyawan A dengan menggunakan Gross Method ..... 54 Tabel 4.3 Beban perusahaan setahun jika PPh Pasal 21 ditanggung oleh

karyawan ................................................................................................ 54 Tabel 4.4 Take Home Pay Karyawan A dengan menggunakan Net Method ......... 55 Tabel 4.5 Beban perusahaan setahun jika PPh Pasal 21

ditanggung oleh perusahaan .................................................................. 56 Tabel 4.6 Perhitungan Gaji Karyawan A dengan menggunakan

Gross-Up Method .................................................................................. 57 Tabel 4.7 Take Home Pay Karyawan A dengan menggunakan

Gross-Up Method .................................................................................. 58 Tabel 4.8 Beban perusahaan setahun jika PPh Pasal 21

ditunjang oleh perusahaan ..................................................................... 59 Tabel 4.9 Beban Bagi Perusahaan Untuk Karyawan A ......................................... 60 Tabel 4.10 Perbandingan Beban Gaji dan PPh Pasal 21

Seluruh Karyawan PT. XYZ dengan 3 metode ..................................... 62 Tabel 4.11 Perbandingan Laporan Laba Rugi PT. XYZ Tahun

2011 dengan 3 metode ........................................................................... 64 Tabel 4.12 Perbandingan Laporan Laba Rugi PT. XYZ

Tahun 20XX dengan 3 metode .............................................................. 66 Tabel 4.13 Perbandingan kondisi laba dan kondisi rugi ........................................ 68 Tabel 4.14 PPh Badan dan PPh Pasal 21 PT. XYZ Tahun 2011 ........................... 70 Tabel 4.15 Tanggal Setor dan Lapor PPh Pasal 21 PT. XYZ untuk Tahun 2011 . 72

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Struktur Organisasi PT. XYZ pada tahun 2011 ................................ 38

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan Laporan Magang

Pajak merupakan elemen penting dalam penerimaan negara. Pada saat ini

pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang terbesar. Bagi

perusahaan, pajak merupakan alat untuk memenuhi tanggung jawabnya kepada

negara. Pajak merupakan elemen penting bagi negara untuk membiayai

pengeluaran-pengeluaran pemerintah dalam menjalankan pemerintahan. Oleh

sebab itu peran penting akan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak sangat

diharapkan oleh pemerintah. Berdasarkan alasan tersebut maka pemerintah

berusaha untuk memaksimalkan pendapatan yang berasal dari pajak dengan cara

melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi di bidang perpajakan. Ekstensifikasi

pajak adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan wajib pajak terdaftar dari hasil

pengamatan atas wajib pajak yang memiliki objek pajak yang dapat dikenakan

pajak tetapi belum terdaftar secara administratif, sedangkan intensifikasi pajak

adalah fiskus mencermati apakah wajib pajak telah melaporkan seluruh objek

pajak yang ada dengan jumlah yang sebenarnya. Usaha ekstensifikasi dan

intensifikasi yang dilakukan pemerintah tentunya berpengaruh terhadap wajib

pajak. Kedua program tersebut dapat mempengaruhi beban pajak yang akan

dipikul oleh wajib pajak, karena beban pajak akan semakin besar baik secara

langsung maupun tidak langsung.

Wajib pajak khususnya wajib pajak badan membutuhkan suatu manajemen

pajak. Manajemen pajak merupakan suatu upaya untuk penghematan jumlah

pajak, bukan sebagai upaya untuk penghindaran diri atau pengelakkan pajak, jadi

manajemen pajak lebih menekankan bagaimana perusahaan mengelola

perpajakannya sehingga pajak yang dibayar bisa dihemat dan tidak lebih besar

dari jumlah yang seharusnya. Upaya penghematan pajak ada yang disebut dengan

tax evasion dan tax avoidance. Tax evasion lebih kepada upaya penghematan

pajak yang ilegal (penggelapan pajak), perbuatan ini merupakan tindakan

kriminal, karena menyalahi aturan yang berlaku, misalnya melaporkan penjualan

lebih kecil dari yang seharusnya, dan juga menggelembungkan biaya perusahaan

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

2

Universitas Indonesia

dengan membebankan biaya fiktif atau melakukan pemalsuan dokumen keuangan

perusahaan. Tax evasion dilakukan di luar ruang lingkup peraturan perpajakan

yang berlaku yang dapat berakibat denda atau pidana. Hal ini akan mengakibatkan

pemborosan baik dari segi keuangan maupun waktu. (Suandy, 2011). Sedangkan

tax avoidance bisa dikatakan penghematan pajak tapi dalam ruang lingkup

peraturan perpajakan dengan melakukan usaha-usaha untuk mengatur jumlah

pajak yang harus dibayar dengan melakukan manajemen pajak. Manajemen pajak

yang baik adalah apabila perusahaan mampu melakukan efisiensi biaya, dengan

melakukan manajemen pajak maka perusahaan bisa menghemat dana sehingga

dapat menggunakannya untuk kegiatan lainnya. Namun demikian terdapat

pendapat lain bahwa mengurangi pajak secara legal melalui penghematan pajak

adalah perbuatan licik yang tidak bermoral atau tidak beretika, sebagai perbuatan

akal bulus atau sama halnya dengan melepaskan kewajiban sebagai seorang warga

negara yang baik. (Zain, 2007).

Salah satu bentuk dari pelaksanaan manajemen pajak yang berhubungan

dengan PPh Pasal 21 yaitu pemilihan metode pemotongan PPh Pasal 21 karyawan

karena secara umum bagi Wajib Pajak yang memperoleh penghasilan dari

hubungan kerja akan dikenakan pajak penghasilan dari hubungan kerja pajaknya

akan dipungut oleh pihak pemberi kerja, terdapat tiga metode pemotongan pajak

yang dikenal dan akan dibahas pada bab selanjutnya. Perusahaan dapat

menghemat pajaknya dengan cara menentukan metode pemotongan PPh Pasal 21

yang tepat sesuai dengan kondisi perusahaannya. Penulis tertarik menulis tentang

analisa penerapan manajemen pajak terkait pajak penghasilan 21 pada penghasilan

karyawan sebagai upaya penghematan pajak penghasilan badan pada PT. XYZ

karena ingin mengetahui lebih lanjut tentang manajemen pajak terkait PPh 21.

Penulis berkesempatan untuk membantu Auditor In-Charge untuk

melakukan sebagian prosedur audit atas PPh 21 PT. XYZ, perusahaan yang

bergerak dalam bidang konstruksi dan baja, PT. XYZ memiliki manajemen pajak,

sehingga penulis lebih tertarik untuk melakukan analisa penerapan manajemen

pajak terkait PPh Pasal 21 atas penghasilan karyawan sebagai upaya penghematan

pajak penghasilan badan pada PT. XYZ dibandingkan dengan membahas

perosedur audit atas PPh pasal 21, selain melakukan sebagian prosedur audit (field

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

3

Universitas Indonesia

work) atas PPh pasal 21 penulis mengamati bagaimana perusahaan menerapkan

manajemen pajak pada perusahaan khususnya pada PPh pasal 21 atas penghasilan

karyawan dari segi perencanaan pemberian imbalan kerja, melihat bagaimana

penerapan perhitungannya serta bagaimana pengendalian akan perpajakan dari

PT. XYZ ini. Dimulai dari pemilihan metode perhitungannya dan tax planning

sebagai upaya untuk meminimalisasi beban pajak, dan tak lupa tax

implementation, dan tax control.

I.2 Tujuan Penulisan Laporan Magang

Penulisan laporan magang merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa

tahun terakhir yang mengikuti program magang untuk memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi. Dengan adanya penulisan laporan magang mahasiswa dapat

meningkatkan kemampuan analitisnya serta lebih memahami korelasi antara teori

yang telah diperoleh selama kuliah dengan aktivitas yang dilakukannya selama

program magang berlangsung.

Dalam kaitannya dengan pelaksanaan program magang, sesuai dengan

aktivitas yang dilakukan oleh penulis selama program magang berlangsung,

penulis melaporkan kepada pembaca apa yang dikerjakan oleh penulis selama

pelaksanaa program magang dan sekaligus memberikan gambaran kepada

pembaca mengenai penerapan manajemen pajak terkait PPh Pasal 21 atas

penghasilan karyawan sebagai suatu upaya penghematan pajak penghasilan badan

pada PT. XYZ. Dan juga sebagai referensi pengetahuan kepada mahasiswa yang

akan mengambil program magang.

1.3 Pelaksanaan Program Magang

1.3.1 Latar Belakang Program Magang

Sebagai salah satu syarat untuk mecapai kelulusan maka Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia memberikan pilihan kepada para mahasiswanya,

yaitu menyelesaikan suatu tugas akhir berupa karya tulis atau mata kuliah

tambahan. Untuk program studi akuntansi, mahasiswa diberikan pilihan jenis

karya tulis yang ingin dibuat, yaitu skripsi atau program magang. Program

magang ini sebagai salah satu cara untuk mewujudkan misi dari FEUI, dengan

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

4

Universitas Indonesia

adanya program magang maka mahasiswa diharuskan untuk membuat laporan

magang. Laporan magang dibuat oleh mahasiswa yang memilih program magang

sebagai tugas akhirnya untuk memperoleh kelulusan.

Selain itu, era globalisasi menyebabkan kompetisi dalam dunia kerja

semakin meningkat mengingat lulusan FEUI tidak hanya bersaing dengan lulusan

universitas lain di Indonesia namun juga dengan lulusan universitas luar negeri,

untuk meningkatkan daya saing lulusannya, FEUI membuka kesempatan bagi

mahasiswa yang telah memenuhi syarat-sayarat yang telah ditentukan untuk dapat

mengikuti program magang sebagai mata kuliah prasyarat seperti yang telah

dijelaskan diatas.

Program magang ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi

sehinggga dapat lebih bersaing dalam dunia kerja nyata mengingat dengan

mengikuti program magang penulis memiliki pengalaman kerja serta dapat

meningkatkan kualitas baik secara teknikal maupun softskill, dan dengan bekal

yang telah didapatkan mahasiswa dalam perkuliahan selama berada di FEUI

diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu tersebut dengan baik.

Dengan mengikuti program magang maka peserta magang dapat

meningkatkan profesionalismenya dengan menerima banyak manfaat dan ilmu

selama pelaksanaan program magang.

1.3.2 Tujuan Program Magang

Program magang dimaksudkan untuk membuka kesempatan bagi

mahasiswa untuk menerapkan teori dan pengetahuan yang diterima didalam

perkuliahan ke dalam kehidupan kerja nyata. Seringkali, lulusan FEUI mengeluh

karena sulit menemukan korelasi antara teori yang telah dipelajari selama kuliah

dengan dunia kerja yang sesungguhnya. Dengan adanya program magang ini

diharapkan mahasiswa akan lebih mudah untuk beradaptasi dalam menghadapi

kondisi dalam dunia kerja yang sesungguhnya akan dihadapi.

Program magang juga dimaksudkan sebagai program link & match bagi

mahasiswa agar ilmu yang telah dipelajarinya dapat diaplikasikan dengan tepat di

tempat kerja di masa yang akan datang. Dengan adanya kemampuan dari

mahasiswa untuk menghubungkan teori yang telah dipelajarinya dengan

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

5

Universitas Indonesia

permasalahan yang dihadapi dalam dunia kerja nyata maka di masa yang akan

datang mahasiswa dapat bekerja dengan lebih efektif dan efisien.

Selain itu, pelaksanaan program magang juga dimaksudkan untuk

mengembangkan soft skill mahasiswa seperti kemampuan untuk berinteraksi

dengan orang lain dan bekerja dalam tim, kemampuan berkomunikasi,

kemampuan mahasiswa untuk menyelesaikan masalah (problem solving) serta

kemampuan untuk bekerja dibawah tekanan. Soft skill seringkali dianggap lebih

penting dari kemampuan teknikal atau kepandaian sesorang. Oleh karena itu

dengan mengikuti program magang diharapkan mahasiswa dapat meningkatkan

soft skill yang dimilikinya.

Sebenarnya, manfaat dari program magang tidak hanya dirasakan oleh

mahasiswa yang mengikuti program magang saja, akan tetapi manfaat program

magang juga turut dirasakan oleh tempat dimana mahasiswa melaksanakan

program magang, antara lain perusahaan Perusahaan dapat memanfaatkan tenaga

terdidik dalam proses kegiatan usaha dengan efisien, memperoleh kesempatan

untuk melakukan seleksi calon karyawan yang telah dikenal mutu dan

kredibilitasnya, memperoleh kesempatan untuk dipublikasikan dalam setiap

kegiatan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, perusahaan telah turut serta

dalam program link & match pada sistem pendidikan di Indonesia, lalu

perusahaan dapat menekan cost perusahaanya dalam perekrutan staf baru. Jadi

tujuan serta manfaat dilaksanakannya program magang tidak hanya memiliki nilai

positif bagi mahasiswa dan universitas, akan tetapi juga memberikan nilai dan

pengaruh positif terhadap perusahaan.

1.3.3 Tempat dan Waktu

Program magang yang dijalankan oleh penulis dilaksanakan di salah satu

Kantor Akuntan Publik ( KAP) di Jakarta yang selanjutnya akan disebut KAP

BDO, Prudential Tower, Lt.16 Jln. Jendral Sudirman kav.21, Jakarta Selatan

12920. Dalam pelaksanaan program magang penulis ditempatkan sebagai Junior

Auditor yang ditugaskan untuk melakukan kerja lapangan dan membantu Senior

In-Charge dalam melakukan prosedur audit. Penulis memulai program magang di

KAP BDO dimulai tanggal 6 februari sampai 30 April 2012.

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

6

Universitas Indonesia

1.3.4 Profile KAP BDO Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan

KAP Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan merupakan membership of BDO

International. KAP Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan didirikan oleh Drs.

Richard Budisetia Tanubrata pada tanggal 6 Desember 1979, dengan nama KAP

Tanubrata Sutanto & Rekan sebelum berganti nama menjadi KAP Tanubrata

Fahmi & Rekan pada Juni 2007. KAP Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan sendiri

ditunjuk oleh BDO Internasional untuk menjadi afiliasi Internasional pada tahun

1992.

Pada awal berdirinya KAP Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan berlokasi di

Jl. Slamet Riyadi 1 sebelum kemudian menempati Gedung Artamas yang

kemudian berpindah lagi ke Bukit Duri Permai Estate, Jatinegara dan Puri

Imperium, Kuningan. Setelah berpindah-pindah lokasi, KAP BDO Tanubrata

Sutanto Fahmi & Rekan resmi menancapkan bendera BDO di gedung Prudential

Tower Lt. 16, 17 Jl. Jend Sudirman, Jakarta pada tahun 2009.

Ditunjuknya KAP Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan sebagai perwakilan

dari BDO Internasional yang berkantor pusat di Brussel, Belgia pada tahun 1992

merupakan perkembangan yang sangat pesat selama 30 tahun KAP Tanubrata

Sutanto Fahmi & Rekan berdiri. BDO Internasional sendiri memiliki anggota

lebih dari 115 negara di seluruh dunia dan menjadi kantor akuntan publik terbesar

ke-5 di dunia setelah PriceWaterHouse Coopers, Delloite, Ernst & Young dan

KPMG yang lebih dikenal dengan big four accountant public firms.

KAP BDO Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan memiliki 3 orang partners

yang sudah malang-melintang di berbagai kantor akuntan publik selama lebih dari

15 tahun. KAP BDO Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan juga memiliki 8 Group

Koordinator dan lebih dari 10 Manager yang membawahi lebih dari 50 Senior

Auditor. Dalam melakukan tugasnya senior auditor dibantu oleh lebih dari 70

assistant yang berada di bawah naungan Departement HRD.

Jasa-jasa yang ditawarkan oleh KAP BDO Tanubrata Sutanto Fahmi &

Rekan adalah jasa assurance, management, perpajakan, corporate finance,

teknologi informasi, enterprise risk consulting, dan manajemen sumber daya

manusia.

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

7

Universitas Indonesia

1.3.5 Ruang Lingkup Kegiatan Magang

Dalam melaksanakan Program Magang di KAP BDO, penulis bersama

peserta magang lainnya difungsikan sebagai staf atau Junior Auditor. Jam kerja di

KAP BDO dimulai dari hari Senin hingga hari Jumat, dengan jam kerja yang

dimulai dari pukul 08.30 hingga pukul 17.30, namun terkadang dilaksanakan

lembur di luar jam kerja tersebut yang dilakukan untuk menyelesaikan laporan

audit tepat pada waktunya. Sebagai staf atau Junior Auditor, penulis bertugas

sebagai asisten yang membantu langsung Auditor In-Charge dan Senior In-

Charge dalam melaksanakan audit lapangan (field work) pada perusahaan yang

diaudit (klien).

Selama kegiatan magang penulis ditempatkan pada 3 (tiga) perusahaan

klien. Dua perusahaan bergerak di bidang konstruksi yaitu PT. XYZ dan PT. DEF,

dan 1 (satu) Perusahan yang bergerak di bidang Pemproduksi Meubel yaitu PT.

ABC. Penulis ditugaskan untuk melakukan beberapa prosedur audit, antara lain:

membuat format working paper (kertas kerja) serta melengkapinya dengan

mengumpulkan supporting document; footing and crossfooting (penjumlahan

secara vertikal dan horizontal); membuat rekapitulasi (misalnya pajak) atau

analisa biaya; vouching (pemeriksaan kelengkapan supporting document);

membuat konfirmasi kepada pihak yang bersangkutan dengan klien tentang

jumlah saldo pada periode tertentu untuk mengaudit akun bank, piutang dan

modal; indexing dan tickmark (memberikan dan mengurutkan kode pada kertas

kerja sesuai dengan skedulnya) serta membuat draft laporan keuangan.

1.4 Ruang Lingkup Penulisan Laporan Magang

Setelah pelaksanaan program magang selesai, mahasiswa peserta program

magang diwajibkan untuk menulis Laporan Magang yang berisikan rangkuman

dari kegiatan selama program magang tersebut. Selain mengaudit, penulis

melakukan pengamatan terhadap manajemen pajak yang dimiliki oleh PT. XYZ,

sehingga penulis lebih tertarik dengan sisi manajemen pajak, bagaimana

penerapan manajemen pajak terkait dengan PPh pasal 21 atas penghasilan

karyawan sebagai upaya penghematan pajak penghasilan badan pada PT. XYZ.

Mengingat luasnya manajemen pajak maka penulis membatasi ruang lingkup

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

8

Universitas Indonesia

hanya terkait manajemen pajak terkait PPh pasal 21 saja, topik yang akan dibahas

oleh penulis dalam Laporan Magang ini adalah mengenai analisa penerapan

manajemen pajak terkait PPh 21 atas penghasilan karyawan sebagai upaya

penghematan pajak penghasilan badan, yaitu: bagaimana tax planning, tax

implementation dan tax control dari PT. XYZ tersebut.

I.5 Sistematika Penulisan

Penulisan Karya Tulis ini dibagi menjadi 5 (lima) bab yang dilengkapi dengan

lampiran sebagai pendukung, dengan rincian sebagai berikut:

BAB 1 : PENDAHULUAN

Pada bab ini, penulis membahas pelaksanaan magang yaitu latar belakang,

tujuan, tempat dan waktu serta ruang lingkup pelaksanaan magang dan laporan

magang. Selain itu, di bab ini juga membahas ruang lingkup dan sistematika

penulisan laporan magang.

BAB 2 : LANDASAN TEORI

Pada bab ini, penulis akan membahas teori yang terdapat di dalam buku,

teori pajak dari berbagai sumber yang terkait dengan pembahasan pada Bab 4.

Tujuan dari bab ini merupakan cermin untuk melihat apakah kegiatan yang

dilakukan oleh perusahaan klien telah sesuai dengan teori yang Penulis pelajari

selama ini.

BAB 3 : PROFIL PERUSAHAAN

Isi dari bagian ini adalah profil singkat tempat penulis mengambil data dan

melakukan analisa atas laporan ini, yang tidak lain bahwa PT. XYZ ini ialah

tempat penulis melakukan audit.

BAB 4 : PEMBAHASAN

Dalam bab ini , penulis melaporkan kegiatan yang dilakukan selama

magang dan membahas tentang analisa penerapan manajemen pajak terkait PPh

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

9

Universitas Indonesia

pasal 21 atas penghasilan karyawan sebagai upaya penghematan pajak

penghasilan badan.

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, penulis akan memberikan kesimpulan dan saran kepada

pembaca, KAP, perusahaan klien, maupun teman-teman mahasiswa berdasarkan

pengetahuan yang dimiliki penulis, serta pengalaman dan ilmu yang didapat

selama melaksanakan program magang tersebut.

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

10 Universitas Indonesia

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Perpajakan Secara Umum

2.1.1 Pengertian Pajak

Terdapat beberapa pengertian pajak, diantaranya Pajak menurut

Pasal 1 angka 1 UU No 6 Tahun 1983 sebagaimana telah disempurnakan terakhir

dengan UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata cara perpajakan,

adalah "kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak

mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara

bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

(Santoso, 1991), “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang

terulang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan

tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya

adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas

negara yang menyelenggarakan pemerintah.”

Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang

dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang

langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum

(Soemitro, 1990)

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang

melekat pada pengertian pajak, adalah sebagai berikut:

1) Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang

sifatnya dapat dipaksakan.

2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi

individual oleh pemerintah.

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

11

Universitas Indonesia

3) Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

4) Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari

pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public

investment.

5) Pajak juga mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu tujuan untuk mengatur

kebijakan sosial dan kebijakan ekonomi (reguler).

2.1.2 Pembagian pajak menurut golongan, sifat, dan pemungutannya

Pajak dapat dikelompokkan kedalam tiga kelompok (Waluyo, 2009),

adalah sebagai berikut:

1) Menurut golongan, dibagi menjadi dua adalah sebagai berikut:

- Pajak langsung, adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan

pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung Wajib Pajak yang

bersangkutan, contoh: Pajak Penghasilan.

- Pajak tidak langsung, adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan

kepada pihak lain, contoh: Pajak Pertambahan Nilai.

2) Menurut sifat, dimaksudkan pembedaan dan pembagiannya berdasarkan ciri-

ciri prinsip adalah sebagai berikut:

- Pajak subjektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti

memperhatikan keadaan dari Wajib Pajak.

- Pajak objektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

3) Menurut pemungut dan pengelolanya, adalah sebagai berikut:

- Pajak pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, contoh: Pajak

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

12

Universitas Indonesia

Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang

Mewah.

- Pajak Daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah, contoh: pajak reklame,

pajak hiburan.

2.1.3 Fungsi Pajak

Terdapat 2 fungsi pajak (Waluyo, 2009) yaitu sebagai berikut:

1) Fungsi Penerimaan (Budgeter)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan

pengeluaran-pengeluaran pemerintah, contoh: dimasukkannya pajak dalam

APBN sebagai penerimaan dalam negeri.

2) Fungsi mengatur (Reguler)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di

bidang sosial dan ekonomi, contoh: dikenakannya pajak yang lebih tinggi

terhadap minuman keras, dapat ditekan. Demikian pula terhadap barang

mewah.

2.1.4 Cara Pemungutan Pajak

Cara pemungutan pajak (Waluyo, 2009) adalah sebagai berikut:

1) Stelsel Pajak, dibagi menjadi 3 stelsel, yaitu:

- Stelsel nyata (riil stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) yang nyata, sehingga

pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah

penghasilan yang sesungguhnya telah dapat diketahui. Kelebihan stelsel ini

adalah pajak yang dikenakan lebih realistis. Kelemahannya adalah pajak

baru dapat dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan riil diketahui).

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

13

Universitas Indonesia

- Stelsel anggapan (fictive stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-

undang, sebagai contoh; penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan

tahun sebelumnya sehingga awal tahun pajak telah dapat ditetapkan

besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan, tanpa harus

menunggu akhir tahun.

- Stelsel campuran

Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan.

Pada awal tahun, besarnya pajak yang dihitung berdasarkan suatu anggapan,

kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan

yang sebenarnya. Apabila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar

daripada pajak menurut anggapan, maka Wajib Pajak harus menambah

kekurngannya. Demikian pula sebaliknya, apabila lebih kecil, maka

kelebihannya dapat diminta kembali.

2) Sistem Pemungutan Pajak, dibagi menjadi 3, yaitu:

- Official Assessment System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang

terutang. Ciri-ciri Official Assessment System adalah sebagai berikut:

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada

fiskus.

b. Wajib Pajak bersifat pasif.

c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

- Self Assessment System

Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang,

kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung,

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

14

Universitas Indonesia

memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang

harus dibayar.

- Withholding System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yanng

terutang oleh Wajib Pajak

2.2 Manajemen Pajak

Upaya dalam melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan

melalui manajemen pajak. Namun perlu diingat bahwa legalitas manajemen pajak

tergantung dari instrumen yang digunakan. Legalitas baru dapat diketahui secara

pasti setelah ada putusan pengadilan.

2.2.1 Definisi Manajemen Pajak

Manajemen Pajak terdiri dari kata manajemen dan pajak. Manajemen

berawal dari kata manage, yang berarti mengelola. Manajemen adalah proses

merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan pekerjaan

anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya untuk

mencapai sasaran organisasi yang sudah ditetapkan (Zain, 2007). Dari definisi

manajemen tersebut diketahui bahwa manajemen merupakan proses yang terdiri

dari empat fungsi utama, yaitu:

1) Merencanakan (planning) yaitu proses penetapan sasaran dan tindakan yang

perlu dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

2) Mengorganisasikan (organizing) yaitu proses mempekerjakan dua orang atau

lebih untuk bekerja sama dengan cara berstruktu guna mencapai tujuan spesifik

atau beberapa tujuan.

3) Memimpin (leading) yaitu proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas

yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok atau seluruh

organisasi.

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

15

Universitas Indonesia

4) Mengendalikan (controlling) yaitu proses untuk memastikan bahwa aktivitas

sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan.

Manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan

dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin

untuk memperoleh laba dan likuidasi yang diharapkan (Suandy, 2011).

Manajemen pajak merupakan bagian dari manajemen keuangan yang

bertujuan memperoleh likuiditas dan laba memadai, upaya menyeluruh yang

dilakukan manajer atau pimpinan organisasi agar hal-hal yang berhubungan

dengan perpajakan dapat dilakukan seefisien mungkin yang pada akhirnya dapat

memberikan kontribusi yang maksimal bagi perusahaan atau organisasi yang

bersangkutan.

2.2.2 Tujuan Manajemen Pajak

Tujuan manajemen pajak adalah menerapkan peraturan perpajakan secara

benar dan untuk efisiensi untuk mencapai laba dan likuiditas yang seharusnya.

Manajemen pajak terdiri dari tiga fungsi penting yang merupakan alat

untuk mencapai tujuannya, yaitu (Suandy, 2011):

1) Perencanaan Pajak (Tax Planning)

2) Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan (Tax Implementation)

3) Pengendalian Pajak (Tax Control)

Manajemen pajak tidak dimaksudkan untuk melanggar peratauran dan jika

didalam pelaksanaannya menyimpang dari peraturan yang berlaku, maka praktek

tersebut telah menyimpang dari tujuan manajemen pajak.

2.3 Perencanaan Pajak (Tax Planning)

2.3.1 Definisi Perencanaan Pajak (Tax Planning)

Tax Planning merupakan langkah awal dalam manajemen pajak, pada

tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan,

dengan maksud dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan

dilakukan (Suandy, 2011).

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

16

Universitas Indonesia

Tax Planning biasanya merujuk pada proses merencanakan usaha dan

transaksi Wajib Pajak sehingga utang pajak berada dalam jumlah minimal dan

juga tidak melebihi utang pajak yang seharusnya dan tentu saja sesuai dengan

peraturan pajak. Namun sebetulnya perencanaan pajak dapat pula mempunyai

konotasi positif konstruktif dalam arti perencanaan pemenuhan kewajiban

perpajakan secara lengkap, benar dan tepat waktu sehingga dapat dihindari

pemborosan sumber daya secara optimal.

Tax Planning selalu dimulai dengan meyakinkan apakah suatu transaksi

terkena pajak, apabila transaksi tersebut terkena pajak apakah dapat diupayakan

untuk dikecualikan atau dikurangi jumlah pajaknya dan apakah pembayaran pajak

tersebut dapat ditunda pembayarannya. Oleh karena itu, setiap Wajib Pajak akan

membuat rencana pengenaan pajak atas setiap tindakan secara seksama. Selain itu,

tax planning (perencanaan pajak) merupakan tindakan penstrukturan yang terkait

dengan konsekuensi potensi pajaknya, yang tekanannya kepada pengendalian

setiap transaksi yang ada konsekuensi pajaknya. Tujuannya adalah bagaimana

pengendalian tersebut dapat mengefisienkan jumlah pajak yang akan ditransfer ke

pemerintah, melalui apa yang disebut sebagai penghindaran pajak (tax avoidance)

dan bukan penyelundupan pajak (tax evasion) secara garis besar, pengertian tax

planning adalah proses mengorganisasi usaha Wajib Pajak atau kelompok wajib

pajak sedemikian rupa sehingga utang pajaknya, baik pajak penghasilan maupun

pajak-pajak lainnya, berada dalam posisi yang paling minimal, sepanjang hal ini

dimungkinkan baik oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

maupun secara komersial (Zain, 2007).

Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa tax planning merupakan upaya

yang legal karena upaya penghematan pajak masih dalam ruang lingkup aturan

perpajakan dan tidak melanggar peraturan perpajakan. Ide dasarnya adalah usaha

pengaturan terlebih dahulu semua aktivitas perusahaan guna menghindari

pengaruh perpajakan yang besar. Pertimbangan pengaruh perpajakan dilakukan

sebelum terjadinya suatu transaksi.

Adapun tujuan perencanaan pajak (tax planning) perusahaan yaitu

membuka kesadaran akan pentingnya manajemen perpajakan perusahaan,

membayar pajak sesuai ketentuan yang berlaku, dan membuat metode perhitungan

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

17

Universitas Indonesia

dalam efisiensi pembayaran pajak secara legal yang meminimalkan kewajiban

pajak dengan mengikuti peraturan yang telah diatur

2.3.2 Upaya Melakukan Penghematan Pajak

Upaya untuk penghematan kewajiban pajak dapat dilakukan dengan

berbagai macam cara, baik yang masih memenuhi ketentuan perpajakan (lawful)

maupun yang melanggar peraturan (unlawful), istilah yang sering digunakan

adalah tax avoidance dan tax evasion. Pengertian dari kedua istilah tersebut

(Suandy, 2011) adalah sebagai berikut:

1) Tax Avoidance

Tax Avoidance adalah upaya yang dilakukan untuk penghematan atau

penghindaran pajak tetapi dengan mengikuti peraturan yang ada (masih dalam

ruang lingkup peraturan perpajakan) dengan melakukan usaha-usaha untuk

mengatur jumlah pajak yang harus dibayar dengan melakukan manajemen

pajak, atau upaya mengefisiensikan beban pajak dengan cara mengatur

pengenaan pajak melalui transaksi yang bukan objek pajak, upaya ini dimulai

dengan tax planning untuk menghemat pajak tanpa harus bertentangan dengan

undang-undang dan peraturan lain yang berlaku untuk perpajakan.

2) Tax Evasion

Tax Evasion adalah upaya yang dilakukan untuk melakukan penghematan

pajak dengan cara yang ilegal, perbuatan ini merupakan perbuatan kriminal

karena menyalahi aturan yang berlaku, contoh: pembebanan biaya fiktif,

pemalsuan dokumen, pembukuan ganda, faktur pajak fiktif, dan sebagainya.

2.3.3 Penghindaran Pajak

Penghindaran pajak adalah rekayasa ‘tax affairs’ yang masih tetap berada

dalam bingkai ketentuan perpajakan (lawful). Penghindaran pajak dapat terjadi di

dalam bunyi ketentuan atau tertulis di undang-undang dan berada dalam jiwa dari

undang-undang tetapi berlawanan dengan jiwa undang-undang (Suandy, 2011).

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

18

Universitas Indonesia

Komite urusan fiskal dari Organization for Economic Cooperation and

Development (OECD) menyebutkan ada 3 karakter penghindaran pajak, yaitu:

1) Adanya unsur artifisial di mana berbagai pengaturan seolah-olah terdapat di

dalamnya padahal tidak, dan ini dilakukan karena ketiadaan faktor pajak.

2) Skema macam ini sering memanfaatkan dari undang-undang atau menerapkan

yang sebetulnya dimaksudnya oleh undang-undang.

3) Kerahasiaan juga sebagai bentuk dari skema ini di mana umumnya para

konsultan menunjukkan alat atau cara untuk melakukan penghindaran pajak

dengan syarat Wajib Pajak menjaga serahasia mungkin (Council of Excecutive

Secretaries of Tax Organizations, 1991).

2.3.4 Motivasi Dilakukannya Perencanaan Pajak

Dalam pelaksanaan perencanaan pajak (tax planning), terdapat perbedaan

kepentingan antara Wajib Pajak dengan fiskus (pemerintah). Wajib Pajak

berusaha untuk membayar pajak sekecil mungkin karena dengan membayar pajak

akan mengurangi kemampuan ekonomis Wajib Pajak. Di lain pihak, pemerintah

memerlukan dana untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, yang

sebagian besar berasal dari penerimaan pajak. Perbedaan kepentingan ini

menyebabkan Wajib Pajak cenderung untuk mengurangi jumlah pembayaran

pajak, baik secara legal maupun ilegal (Suandy. 2011)

Terdapat tiga motivasi yang mendasari dilakukannya suatu perencanaan

pajak umumnya bersumber dari tiga unsur perpajakan, yaitu (Suandy, 2011):

1) Kebijakan perpajakan (tax policy);

Merupakan alternatif dari berbagai sasaran yang hendak dituju dalam sistem

perpajakan. Dari berbagai aspek kebijakan pajak, terdapat faktor-faktor yang

mendorong dilakukannya suatu perencaan pajak (jenis pajak yang akan

dipungut, subjek pajak, objek pajak, tarif pajak, prosedur pembayaran pajak).

2) Undang-undang perpajakan (tax law)

Kenyataan menunjukkan bahwa di mana pun tidak ada undang-undang yang

mengatur setiap permasalahan secara sempurna. Oleh karena itu, dalam

pelaksanaannya selalu diikuti dengan ketentuan-ketentuan lain (Peraturan

Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Keuangan, dan

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

19

Universitas Indonesia

Keputusan Dirjen Pajak). Tidak jarang ketentuan pelaksanaan tersebut

bertentangan dengan UU karena disesuaikan dengan kepentingan pembuat

kebijakan dalam mencapai tujuan lain yang ingin dicapainya. Akhirnya

terbukalah celah bagi Wajib Pajak untuk menganalisis kesempatan tersebut

dengan cermat untuk perencanaan pajak yang baik.

3) Administrasi perpajakan (tax administration)

Sebagai negara berkembang, Indonesia masih mengalami kesulitan dalam

melaksanakan administrasi perpajakannya secara memadai. Hal ini mendorong

perusahaan untuk melaksanakan perencanaan pajak dengan baik agar terhindar

dari sanksi administrasi maupun pidana karena adanya perbedaan penafsiran

antara aparat fiskus dengan Wajib Pajak akibat luasnya peraturan perpajakan

yang berlaku dan sistem informasi yang masih belum efektif.

Secara umum motivasi dilakukannya perencanaan pajak adalah untuk

memaksimalkan laba setelah pajak, karena pajak ikut mempengaruhi pengambilan

keputusan suatu tindakan dalam operasi perusahaan untuk melakukan investasi

melalui analisis yang cermat untuk memberikan perlakuan yang berbeda atas

objek yang secara ekonomi hakikatnya sama dengan memanfaatkan antara lain

(Suandy, 2011):

1) Tarif Pajak (Tax Rate)

Semakin tinggi tax rate maka akan semakin tinggi pula pajak yang terutang

maka Wajib Pajak melakukan antisipasi dengan melakukan tax planning.

2) Dasar Pengenaan Pajak (Tax Base)

Tax base dilakukan atas dasar apa seorang Wajib Pajak dikenakan pajak

apakah dari pendapatan usaha, bunga tabungan atau pendapatan atas pekerjaan

dan pendapatan lainnya. Karena dewasa ini hampir seluruh penghasilan

dikenakan pajak (wider the tax base) maka Wajib Pajak memerlukan tax

planning untuk mengatasi hal tersebut.

3) Loopholes, Shelter dan Havens

Wajib Pajak akan berusaha melakukan penghematan pajak dengan mempelajari

peraturan perpajakan dimana mereka dapat membayar pajak tidak lebih dari

yang ditentukan atau meminimalisasinya.

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

20

Universitas Indonesia

2.3.5 Penghindaran Sanksi Pajak

Dalam upaya untuk penghindaran sanksi pajak maka setidak-tidaknya

terdapat 3 hal yang harus diperhatikan dalam suatu perencanaan pajak, 3 hal

tersebut ialah (Suandy, 2011):

1) Tidak melanggar ketentuan pajak. Bila suatu perencanaan pajak dipaksakan

dengan melanggar ketentuan perpajakan, bagi Wajib Pajak merupakan resiko

pajak yang sangat berbahaya dan justru mengancam keberhasilan perencanaan

pajak tersebut.

2) Secara bisnis masuk akal, karena perencanaan pajak merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dari perencanaan menyeluruh (global strategy) perusahaan,

baik jangka panjang maupun jangka pendek. Oleh karena itu, perencanaan

pajak yang tidak masuk akal akan memperlemah perencanaan itu sendiri.

3) Bukti-bukti pendukungnya memadai, misalnya dukungan perjanjian

(agreement), faktur (invoice), dan juga perlakuan akuntansinya (accounting

treatment).

2.3.6 Tahapan Dalam Membuat Perencanaan Pajak

Dalam arus globalisasi dan tingkat persaingan yang semakin tinggi,

seorang manajer dalam membuat suatu perencanaan pajak sebagaimana strategi

perencanaan perusahaan secara keseluruhan harus memperhitungkan adanya

kegiatan yang bersifat lokal maupun internasional. Agar perencanaan pajak dapat

berhasil sesuai dengan yang diharapkan, maka rencana itu seharusnya dilakukan

melalui berbagai urutan tahap-tahap berikut ini (Suandy, 2011):

1) Menganalisis informasi yang ada

Tahap pertama dari proses pembuatan perencanaan pajak adalah menganalisis

komponen yang berbeda atas pajak yang terlibat dalam suatu proyek dan

menghitung seakurat mungkin beban pajak yang harus ditanggung, biasanya

dengan mempertimbangkan masing-masing elemen dari pajak, baik secara

sendiri-sendiri maupun secara total pajak yang harus dapat dirumuskan sebagai

perencanaan pajak yang paling efisien. Penting juga untuk memperhitungkan

kemungkinan besarnya penghasilan dari suatu proyek dan pengeluaran-

pengeluaran lain diluar pajak yang mungkin terjadi. Untuk itu seorang manajer

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

21

Universitas Indonesia

perpajakan harus memperhatikan faktor-faktor internal maupun eksternal

(faktor yang relevan, faktor pajak, faktor nonpajak lainnya).

2) Membuat satu model atau rencana kemungkinan besarnya pajak

Dalam membuat model model pengaturan yang paling tepat, penting sekali

untuk mempertimbangkan hal-hal berikut:

- Apakah kepemilikan dari berbagai hak, surat berharga, dan lain-lain harus

dikuasakan kepada satu atau lebih perusahaan, individu, trust, atau

kombinasi dari semua itu.

- Hubungan antara berbagai individu dan entitas.

- Oleh karena belum ditentukan lebih dahulu, dimana entitas tersebut harus

ditempatkan.

3) Mengevaluasi pelaksanaan rencana pajak

Perencanaan pajak sebagai suatu perencanaan yang merupakan bagian kecil

dari seluruh perencanaan strategis perusahaan, oleh karena itu perlu dilakukan

evaluasi untuk melihat sejauh mana hasil pelaksanaan suatu perencanaan pajak

terhadap beban pajak, perbedaan laba kotor, dan pengeluaran selain pajak atas

berbagai alternatif perencanaan.

4) Mencari kelemahan dan kemudian memperbaiki kembali rencana pajak

Untuk mengetahui bahwa hasil suatu perencanaan pajak baik atau tidak, tentu

harus dievaluasi melalui berbagai rencana yang dibuat. Dengan demikian,

keputusan yang terbaik atas suatu perencanaan pajak harus sesuai dengan

bentuk transaksi dan tujuan operasi.

5) Memutakhirkan rencana pajak

Meskipun suatu rencana pajak telah dilaksanakan dan proyek telah berjalan,

tetap perlu diperhitungkan setiap perubahan yang terjadi, baik dari undang-

undang maupun pelaksanaannya (negara di mana aktivitas tersebut dilakukan)

yang dapat berdampak terhadap komponen.

2.4 Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan (Tax Implementation)

Pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation) adalah

memastikan bahwa pelaksanaan kewajiban perpajakan telah memenuhi peraturan

perpajakan yang berlaku, apabila pada tahap perencanaan pajak telah diketahui

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

22

Universitas Indonesia

faktor-faktor yang dapat dimanfaatkan untuk penghematan pajak, maka langkah

selanjutnya adalah mengimplementasikannya baik secara formal maupun material.

Harus dipastikan bahwa pelaksanaan kewajiban perpajakan telah memenuhi

ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku. Manajemen pajak tidak

dimaksudkan untuk melanggar peraturan dan jika dalam pelaksanaannya

menyimpang dari peraturan yang berlaku, maka praktek tersebut telah

menyimpang dari tujuan manajemen pajak (Suandy, 2011).

Untuk dapat mencapai tujuan manajemen pajak ada dua hal yang perlu

dikuasai dan dilaksanakan, yaitu:

1) Memahami ketentuan perpajakan

Untuk memahami ketentuan perpajakan dapat dilakukan dengan cara

mempelajari peraturan perpajakan seperti Undang-Undang, Keputusan

Presiden, Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan Dirjen Pajak, dan Surat

Edaran Direktur Jendral Pajak juga mengikuti perkembangan atau isu-isu

perpajakan yang baru maka perusahaan dapat mengetahui peluang-peluang

yang dapat dimanfaatkan untuk penghematan pajak.

2) Menyelenggarakan pembukuan yang memenuhi syarat

Pembukuan merupakan sarana yang sangat penting dalam penyajian informasi

keuangan perusahaan yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan dan

menjadi dasar dalam menghitung besarnya jumlah pajak terutang. Mengingat

pentingnya pembukuan maka Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang No. 16 Tahun

2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, telah menetapkan

bahwa Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau

pekerjaan bebas dan Wajib Pajak Badan di Indonesia wajib melakukan

pembukuan.

2.5 Pengendalian Pajak (Tax Control)

Pengendalian pajak (tax control) adalah memastikan bahwa peraturan

perpajakan telah dilaksanakan. Yang terpenting adalah pengecekan pembayaran

pajak. Pengendalian pajak memiliki dua dimensi, yaitu dimensi pengendalian

pajak (dalam arti bahwa pajak dibayar dengan pilihan efisiensi yang tinggi) dan

dimensi adanya kepastian bahwa peraturan perpajakannya juga telah dilaksanakan

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

23

Universitas Indonesia

dengan benar (Gunadi, 1997). Pengendalian pajak juga diarahkan agar setiap

pemenuhan kewajiban (pelaporan, pembukuan, dan kewajiban dalam pemeriksaan

dan sebagainya) telah dilakukan tepat waktu, dengan formulir yang telah diisi

dengan benar dan lengkap sehingga terhindar dari pengenaan sanksi perpajakan.

Pengendalian pajak bertujuan untuk memastikan bahwa kewajiban pajak

telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan dan telah memenuhi

persyaratan formal maupun material (Suandy, 2011).

Hal terpenting dalam pengendalian pajak adalah pemeriksaan pembayaran

pajak oleh perusahaan. Oleh sebab itu, pengendalian dan pengaturan arus kas

sangat penting dalam strategi penghematan pajak, misalnya dalam melakukan

pembayaran pajak pada saat terakhir tentu lebih menguntungkan jika

dibandingkan dengan membayar lebih awal. Pengendalian pajak termasuk

pemeriksaan jika perusahaan telah membayar pajak lebih besar dari jumlah pajak

terutang.

2.6 Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21)

2.6.1 Pendahuluan

Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-545/PJ/2000

Pasal 1 angka 1 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal

Pajak Nomor Per-15/PJ./2006, tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan,

Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Sehubungan dengan

Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi, Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh

Pasal 21) merupakan Pajak Penghasilan (PPh) yang dikenakan atas penghasilan

berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan

dalam bentuk apa pun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan

kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 UU No.7 Tahun 1983 tentang

Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang

Nomor 36 Tahun 2008 yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam

Negeri.

PPh Pasal 21 dipotong, disetor, dan dilaporkan oleh Pemotong Pajak,

yaitu, pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, dana pensiun, badan, perusahaan,

dan penyelenggara kegiatan.

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

24

Universitas Indonesia

PPh 21 yang telah dipotong dan disetorkan secara benar oleh pemberi

kerja atas penghasilan yang diterima atau diperoleh sehubungan dengan pekerjaan

dari satu pemberi kerja merupakan pelunasan pajak yang terutang untuk Tahun

Pajak yang bersangkutan.

Dasar hukum pengenaan PPh Pasal 21 adalah Pasal 21 Undang-Undang

Pajak Penghasilan; Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per 31/PJ./2009

tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak

Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 sehubungan dengan

pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi telah diubah dengan Peraturan

Direktur Jenderal Pajak Nomor Per 57/PJ./2009 Tanggal 12 Oktober 2009.

Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2009 tentang Pemotongan PPh Pasal 21

atas Penghasilan Berupa Uang Pesangon, Uang Tebusan Pensiun, dan Tunjangan

Hari Tua (THT) atau Jaminan Hari Tua (JHT) beserta peraturan pelaksanaannya

telah dimuat. Ketentuan aturan pelaksanaannya akan selalu dilakukan pembaruan

sejalan dengan diberlakukannya undang-undang Pajak Penghasilan hasil

reformasi perundang-undangan yang berlaku per 1 Januari 2009 yaitu Undang-

Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

2.6.2 Pemotong Pajak

Pemotong PPh Pasal 21 dalam Pasal 21 UU PPh Nomor 36 tahun 2008

dan Peraturan Menteri Keuangan No. 252/PMK.03/2008 Pasal 2, ditegaskan

bahwa Pemotong PPh Pasal 21 atau disebut Pemotong Pajak terdiri dari:

1) Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan, baik merupakan pusat

maupun cabang, perwakilan atau unit yang membayar gaji, upah, honorarium,

tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun,

sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh

pegawai atau bukan pegawai;

2) Bendahara atau pemegang kas pemerintah termasuk bendahara atau pemegang

kaskepada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI, Pemerintah

Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya,

dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri, yang membayarkan

gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

25

Universitas Indonesia

dalam bentuk apapun sehubungan dengan oekerjaan atau jabatan, jasa, dan

kegiatan;

3) Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-

badan lain yang membayar uang pensiundan tunjangan hari tua atau jaminan

hari tua;

4) Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta

badan yang membayar:

- Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa

dan/atau kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek

Pajak dalam negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan

bebas dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas

nama persekutuannya.

- Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan

kegiatan dan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek

Pajak luar negeri;

- Honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan dan

magang;

5) Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat

nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lebaga lainnya

yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau

penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam

negeri berkenaan dengan suatu kegiatan.

2.6.3 Subjek Pajak atas PPh Pasal 21

2.6.3.1 Penerima Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21

Berdasarkan PMK No.252/PMK.03/2008 Pasal 3, penerima penghasilan

yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 yaitu orang pribadi yang merupakan

(Waluyo, 2009):

1) Pegawai;

2) Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari

tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya;

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

26

Universitas Indonesia

3) Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan

dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, anatara lain meliputi:

- Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri atas pengacara,

akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris;

- Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang

sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,

peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan

seniman lainnya;

- Olahragawan;

- Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;

- Pengarang, peneliti, dan penerjemah;

- Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem

aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial serta

pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;

- Agen iklan;

- Pengawas atau pengelola proyek;

- Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi

perantara;

- Petugas penjaja barang dagangan;

- Petugas dinas luar asuransi;

- Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan

sejenis lainnya.

4) Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan

dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain meliputi:

- Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olahraga,

seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya;

- Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja;

- Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagi penyelenggara kegiatan

tertentu;

- Peserta pendidikan, pelatihan, dan magang;

- Peserta kegiatan lainnya.

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

27

Universitas Indonesia

2.6.3.2 Subjek PPh Pasal 21

Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-545/PJ/2000

Pasal 1 angka 2 sampai angka 10 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-15/PJ./2006, tentang Petunjuk Pelaksanaan

Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Sehubungan

dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi, Subjek Pajak Penghasilan

Pasal 21, yaitu:

1) Pejabat Negara adalah: Presiden dan Wakil Presiden; Ketua, Wakil Ketua, dan

Anggota DPR/MPR, DPRD Propinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota; Ketua dan

Wakil Ketua Badan Pemeriksaan Keuangan; Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda

dan Hakim Mahkamah Agung; Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pertimbangan

Agung; Menteri, Menteri Negara, dan Menteri Muda; Jaksa Agung; Gubernur

dan Wakil Gubernur Kepala Daerah Propinsi; Bupati dan Wakil Bupati Kepala

Daerah Kabupaten; Walikota dan Wakil Walikota.

2) Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah PNS-Pusat, PNS-Daerah, dan PNS lainnya

yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

3) Pegawai adalah setiap orang pribadi, yang melakukan pekerjaan berdasarkan

perjanjian atau kesepakatan kerja baik tertulis maupun tidak tertulis, termasuk

yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau badan usaha milik negara

atau badan usaha milik daerah.

4) Pegawai tetap adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang

menerima atau memperoleh gaji dalam jumlah tertentu secara berkala,

termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas yang secara

teratur terus menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan secara langsung.

5) Tenaga lepas adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang hanya

menerima imbalan apabila orang pribadi yang bersangkutan bekerja.

6) Penerimaan pensiun adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima

atau memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan dimasa lalu,

termasuk orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima Tabungan Hari Tua

atau Jaminan Hari Tua.

7) Penerima honorarium adalah orang pribadi yang menerima atau memperoleh

imbalan sehubungan dengan jasa, jabatan, atau kegiatan yang dilakukannya.

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

28

Universitas Indonesia

8) Penerima upah adalah orang pribadi yang menerima upah harian, upah

mingguan, upah borongan, atau upah satuan.

2.6.4 Penghasilan Terkait dengan Pajak Penghasilan Pasal 21

2.6.4.1 Benefit in Cash vs Benefit in Kind

Menurut Pasal 4 UU PPh No.36 Tahun 2008, penghasilan didefinisikan sebagi:

1) Setiap tambahan kemampuan ekonomis,

2) Yang diterima (cash basis) atau diperoleh (accrual basis) Wajib Pajak,

3) Baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

4) Yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib

Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun.

Dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a UU PPh No. 36 Tahun 2008 diatur bahwa

penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima

atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,

gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya merupakan objek

PPh, dalam hal ini PPh 21,

Pada Pasal 4 ayat (3) huruf d UU PPh No. 36 Tahun 2008 disebutkan

bahwa penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa tersebut

bukan merupakan objek PPh Pasal 21 sepanjang diterima atau diperoleh dalam

bentuk natura dan atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah.

Sementara itu, dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 252/PMK.03/2008,

disebutkan bahwa benefit in kind merupakan objek PPh Pasal 21, khususnya

penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama apa pun

yang diberikan oleh:

1) Bukan Wajib Pajak;

2) Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final; atau

3) Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma

perhitungan khusus (deemed profit).

2.6.4.2 Objek PPh Pasal 21

Berdasarkan PMK No.252/PMK.03/2008 Pasal 5, penghasilan yang

dipotong PPh Pasal 21 atau objek PPh Pasal 21 terdiri dari:

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

29

Universitas Indonesia

1) Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa

penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur;

2) Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur

berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya;

3) Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan penghasilan

sehubungan dengan pensiun yang diterima secara sekaligus berupa uang

pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, dan

pembayaran lain sejenis;

4) Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian,

upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara

bulanan;

5) Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee,

dan imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan;

6) Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang

representasi, uang rapa, honorarium, hadiah, atau penghargaan dengan nama

dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun.

7) Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama apapun

yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak atau Wajib Pajak yang dikenakan

Pajak Penghasilan berdasarkan nama penghitungan khusus (deemed profit).

2.6.5 Pengurang yang Diperbolehkan

2.6.5.1 Biaya Jabatan, Biaya Pensiun, dan Iuran Pensiun/Jaminan Hari Tua

Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 57/PJ/2009

Pengurang yang diperbolehkan untuk penghasilan bruto pegawai tetap terdiri dari

biaya jabatan dan iuran pensiun/Jaminan Hari Tua. Untuk penerima pensiun,

pengurang yang diperbolehkan adalah biaya pensiun,

1) Besarnya biaya jabatan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk

penghitungan pemotongan Pajak Penghasilan bagi pegawai tetap ditetapkan

sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya

Rp 6.000.000,00 (enam juta rupiah) setahun atau Rp 500.000,00 (lima ratus

ribu rupiah) sebulan.

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

30

Universitas Indonesia

2) Iuran pensiun/Jaminan Hari Tua, yaitu iuran-iuran yang terkait dengan gaji

yang dibayar oleh pegawai kepada dana pensiun yang pendiriannya telah

disahkan oleh Menteri Keuangan atau badan penyelenggara tunjangan hari tua

atau jaminan hari tua yang dipersamakan dengan dana pensiun yang

pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

3) Besarnya biaya pensiun yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk

penghitungan pemotongan Pajak Penghasilan bagi pensiunan ditetapkan

sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya

Rp 2.400.000,00 (dua juta empat ratus ribu rupiah) setahun atau Rp 200.000,00

(dua ratus ribu rupiah) sebulan.

2.6.5.2 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Berdasarkan Undang-Undang No. 36/2008 Pasal 7 tentang Penyesuaian

Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak, yaitu:

1) Jumlah PTKP

Sesuai dengan Pasal 6 ayat (3) UU PPh No. 36 Tahun 2008, kepada orang

pribadi Wajib Pajak dalam negeri diberikan pengurangan berupa PTKP.

Menurut Pasal 7 UU PPh No. 36 Tahun 2008, PTKP pertahun diberikan paling

sedikit sebesar:

- Rp 15.840.000,00 untuk diri Wajib Paja orang pribadi;

- Rp 1.320.000,00 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin;

- Rp 15.840.000,00 tambahan untuk sesorang istri yang penghasilannya

digabung dengan penghasilan suami; dan

- Rp 1.320.000,00 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan

keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang

menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 orang untuk setiap

keluarga

2) PTKP Karyawati Kawin

Besarnya PTKP bagi karyawati berlaku ketentuan sebagai berikut:

- Bagi karyawati kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri;

- Bagi karyawati tidak kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri ditambah

keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

31

Universitas Indonesia

Dalam hal karyawati kawin dapat menunjukkan keterangan tertulis dari

pemerintah daerah setempat serendah-rendahnya kecamatan yang menyatakan

suaminya tidak menerima atau memperoleh penghasilan, besarnya PTKP

adalah PTKP untuk dirinya sendiri ditambah PTKP untuk status kawin dan

PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.

3) Penghasilan yang tidak memperoleh pengurangan biaya jabatan dan/atau PTKP

Pengurangan berupa biaya jabatan dan tidak berlaku terhadap penghasilan-

penghasilan berupa:

- Upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan;

- Uang tebusan pensiun, uang pesangon, uang tabungan hari tua atau jaminan

hari tua, dan pembayaran lain sejenis;

- Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam

bentuk apapun, komisi, beasiswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan

sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh

Wajib Pajak.

2.6.6 Metode perhitungan PPh Pasal 21

Terdapat 3 metode perhitungan pajak, yaitu (Waluyo, 2008):

1) Gross Basis Method

Gross basis method adalah metode penghitungan pajak dimana jumlah PPh

Pasal 21 yang terutang ditanggung oleh karyawan sendiri. Penghasilan

karyawan akan berkurang karena pemotongan tersebut. Dari sisi perusahaan

pemotongan ini bersifat nondeductible expense karena PPh Pasal 21 yang

dikenakan dibayar langsungoleh karyawan danmenjadi beban dari karyawan

tersebut, perusahaan dalam hal ini hanya sebagai pemotong pajak.

2) Net Basis Method

Net basis method adalah metode penghitungan pajak dimana perusahaan

menanggung beban PPh Pasal 21 atas karyawan yang dimilikinya. Dari sisi

perusahaan, pajak yang telah dibayarkan tersebut tidak dapat dijadikan biaya

karena bagi karyawan dianggap sebagai natura dan sesuai dengan Pasal 9 ayat

(1) huruf e UU No.36/2008 pemberian dalam bentuk natura tidak dapat

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

32

Universitas Indonesia

digunakan sebagai pengurang penghasilan. Sedangkan dari sisi karyawan ,

penghasilan yang diterima tidak berkurang karena tidak ada pemotong pajak.

3) Gross Up Method

Gross up method merupakan metode alternatif diantara kedua metode yang

telah disebutkan sebelumnya karena metode ini dirasakan menguntungkan bagi

kedua sisi yaitu bagi perusahaan dan juga bagi karyawan. Dalam metode ini

perusahaan memberikan tunjangan pajak (tax allowance) kepada karyawannya

sebesar jumlah pajak yang terutang, dari sisi perusahaan tunjangan pajak

tersebut dapat dijadikan pengurang penghasilan karena bersifat benefit in cash ,

sedangkan bagi karyawan take home pay yang dimilikinya tidak berkurang

walaupun telah dilakukan pemotongan karena sebelumnya penghasilan yang

ada telah di gross up sebesar pajak yang terutang.

2.6.7 Tarif PPh Pasal 21

Berdasarkan UU No. 36/2008 tentang Pajak Penghasilan dalam Pasal 17,

besarnya tarif pajak atas Penghasilan Kena Pajak adalah sebagai berikut:

2.6.8 Perhitungan Penghasilan Kena Pajak

Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 Pasal 6, Penghasilan kena pajak yang

berasal dari pekerjaan adalah sebagai berikut:

1) Pengasilan Bruto Pasal 4 ayat (1), tidak termasuk penghasilan yang dipotong

final dan pengecualian objek pajak PPh Pasal 4 ayat (3), dikurangi

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif

Pajak

sampai dengan Rp 50.000.000 5%

diatas Rp 50.000.000 sampai dengan

Rp 250.000.000 15%

diatas Rp 250.000.000 sampai dengan

Rp 500.000.000 25%

Diatas Rp 500.000.000 30%

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

33

Universitas Indonesia

2) Biaya-biaya yang diperbolehkan (Pasal 6, yang diperbolehkan dijadikan biaya,

dan Pasal 9, yang tidak diperbolehkan dijadikan biaya), menghasilkan

3) Penghasilan Netto, lalu dikurangi

4) PTKP, menghasilkan

5) PKP, dikalikan

6) Tarif Pasal 17, menghasilan

7) PPh Pasal 21 terutang

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

34 Universitas Indonesia

BAB 3

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1 Profil PT. XYZ

Sebagai salah satu kontraktor terbesar di Indonesia yang umum dan

struktur baja, PT. XYZ telah terlibat dalam berbagai proyek seperti hotel,

apartemen, rumah sakit gedung perkantoran, dan pusat kesehatan, pusat

perbelanjaan dan pusat perdagangan, perumahan, pabrik, fasilitas pendidikan,

pabrik kimia, bandara bangunan, terminal dan hanggar, pembangkit listrik, pabrik

industri, jembatan, dan bangunan komersial lainnya. PT. XYZ berbagi teknologi

inovatif, memberikan kesempatan kerja, dan memelihara beberapa standar industri

tertinggi dibumi.

PT. XYZ adalah pemimpin dalam konstruksi. Operasinya di struktur

kontraktor dan baja umum dirancang untuk memenuhi kebutuhan

pelanggan. Dalam rangka untuk memberikan kualitas dan nilai kepada pelanggan,

tradisi PT XYZ adalah bertanggung jawab untuk mendekati mitra bisnis. PT. XYZ

fokus pada operasi yang efisien dan inovasi, serta keterampilan untuk

mempertahankan keunggulan kompetitif melalui siklus bisnis.

Sejak didirikan pada tanggal 28 Juni 1974, PT. XYZ telah berhasil

meningkatkan kinerjanya. Dari proyek perumahan untuk bangunan bertingkat dan

mal seperti WTC Mangga Dua Trade Centre dengan 235.000 meter persegi,

proyek-proyek besar seperti "Pekerjaan Kantor, Pabrik, Gudang dan Eksternal"

Jakarta Greenfield untuk PT HM Sampoerna Tbk dengan 570.000 meter persegi

luas total, dan Bergengsi Twin Menara St Regis Apartment PT Duta Anggada

Realty Tbk dengan 240.000 meter persegi, 47 cerita di Jakarta; serta proyek

pabrik sekecil 40 ton baja untuk proyek pabrik besar industri sebagai besar

sebagai 10.000 ton atau lebih.

Pada tahun 1997, meskipun krisis moneter berkepanjangan, PT. XYZ

meningkatkan kapasitas produksi menjadi 20.000 ton dan memperoleh pendapatan

sebesar sekitar 900 miliar rupiah per tahun. Tidak hanya keberhasilan PT. XYZ

sebagai kontraktor tergantung pada keterampilan kita dan memberikan kualitas,

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

35

Universitas Indonesia

tetapi juga pada komitmen PT. XYZ bersama untuk mitra bisnis. Adapun Strategi

PT. XYZ adalah fokus pada nilai pengiriman dengan biaya operasi yang

kompetitif untuk mempertahankan posisi kami dalam kualitas proyek dan nilai

ekonomi jangka panjang. PT. XYZ juga mencari peningkatan efisiensi. Selama

lebih dari 37 tahun di bidang jasa konstruksi di Indonesia, PT. XYZ telah bekerja

dengan kontraktor asing, dan telah menerima banyak manajemen transfer.

3.2 Visi dan Misi PT. XYZ

Visi dari PT. XYZ adalah untuk mempertahankan posisi PT. XYZ sebagai

pemimpin pasar domestik sementara bersaing di era Perdagangan Bebas dengan

meningkatkan penampilan dan menjajaki peluang di pasar regional.

Adapun Misi dari PT. XYZ adalah menciptakan sinergi dengan pelanggan

kami untuk menyediakan lebih dari kepuasan pelanggan belaka. PT. XYZ

mendorong inovasi untuk mempertahankan keunggulan terkemuka dan menjaga

daya saing proyek. Selanjutnya, mempertahankan standar tinggi sumber daya

manusia dan modal, PT. XYZ menyediakan dengan manajer masa depan yang

selalu proaktif adaptif terhadap perubahan di industri. Perubahan yang diciptakan

menyebabkan efisiensi dalam semua departemen dan peningkatan produktivitas

dan kualitas, sehingga mendukung tujuan utama kami untuk bersaing dan

memenangkan bagian terbesar dari pasar

3.3 Struktur Organisasi

Hubungan kerja yang saling berkaitan baik secara langsung maupun tidak

langsung dari satu pihak ke pihak lainnya ditunjukkan pada struktur organisasi,

struktur organisasi perusahaan adalah garis hierarki yang ada dalam perushaan. Di

dalam struktur ini terdapat penggambaran yang jelas berbagai macam tingkatan

posisi yang ada di perusahaan. Masing-masing perusahaan memiliki hak untuk

membuat struktur organisasinya sesuai dengan gaya dan kebutuhan perusahaan.

Pada PT. XYZ terdapat struktur organisasi, sebagai berikut:

1) Komisaris

Komisaris ditunjuk untuk mengawasi kegiatan perusahaan dan memberikan

nasihat kepada manajemen atas kebijakan yang akan diambil oleh manajemen

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

36

Universitas Indonesia

tepatnya Dewan Direksi. Dewan Direksi dalam memantau bisnis perusahaan

bahwa pertimbangan dan persetujuan atas tindakan atau perlakuan yang akan

diambil oleh perusahaan sudah benar.

2) Direktur

Direktur memiliki tugas, sebagai berikut:

- Memimpin seluruh dewan atau komite eksekutif

- Menawarkan visi dan imajinasi di tingkat tertinggi

- Memimpin rapat umum, dalam hal: untuk memastikan pelaksanaan tata-

tertib; keadilan dan kesempatan bagi semua untuk berkontribusi secara

tepat; menyesuaikan alokasi waktu per item masalah; menentukan urutan

agenda; mengarahkan diskusi ke arah konsensus; menjelaskan dan

menyimpulkan tindakan dan kebijakan

- Bertindak sebagai perwakilan organisasi dalam hubungannya dengan dunia

luar

- Memainkan bagian terkemuka dalam menentukan komposisi dari board dan

sub-komite, sehingga tercapainya keselarasan dan efektivitas

- Mengambil keputusan pada siuasi tertentu yang dianggap perlu, yang

diputuskan, dalam meeting-meeting.

- Menjalankan tanggung jawab dari direktur perusahaan sesuai dengan

standar etika dan hukum.

3) Auditor Internal

Tugas dari internal audit menyelidiki dan menilai pengendalian intern dan

efisiensi pelaksanaan fungsi berbagai unit organisasi, ruang lingkup harus

meliputi pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan serta efektivitas sistem

pengendalian internal yang dimiliki organisasi dan kualitas pelaksanaan

tanggung jawab yang diberikan:

- keandalan informasi

- kesesuaian dengan kebijaksanaan, rencana, prosedur dan peraturan

perundang-undangan,

- perlindungan terhadap harta

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

37

Universitas Indonesia

- penggunaan sumber daya secara ekonomis dan efisien dan

- pencapaian tujuan

4) Manajer

Pada PT. XYZ terdapat 3 orang manajer yaitu manajer pemasaran dan

penjualan, manajer divisi operator dan manajer keuangan dan akunting.

- Manager Pemasaran dan Penjualan bertugas memimpin dan bertanggung

jawab atas segala kegiatan atas pemasaran dan penjualan produk dan jasa

yang diberikan oleh perusahaan baik pelaksanaan dan hasil, juga bertugas

untuk membina, membimbing tim pemasaran dan penjualan. Selain bertugas

mengendalikan dan memelihara keadaan pemasaran dan penjualan didalam

tim, manajer juga berfungsi untuk membina dan memelihara hubungan baik

dengan distributor dan customernya. Dan pada akhirnya manajer harus

membuat perencanaan atas pemasaran dan penjualan.

- Manajer Operasional bertanggung jawab untuk melakukan fungsi-fungsi

manajemen baik itu perencanaan, pengorganisasian, pembentukan staf,

kepemimpinan dan pengendalian.

- Manajer Keuangan dan Akuntansi bertanggung jawab untuk

mengordinasikan pengendalian kegiatan keuangan, akuntansi manajemen,

dan sistem informasi keuangan perusahaan. Manajer keuangan dan

akuntansi juga bertugas untuk menganalisa laporan keuangan dan ;aporan

akuntansi manajemen perusahaan, melaksanakan pengendalian dan

pengawasan dibidang keuangan sesuai target yang ditentukan dan

sebagainya.

5) Staf

Para staf di PT. XYZ bertgas dan bertanggung jawab untuk mejalankan fungsi

masing-masing divisi untuk membantu tercapainya tujuan dari masing-masing

divisi.

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

38

Universitas Indonesia

Berikut struktur organisasi PT. XYZ:

Gambar 3.1

Struktur Organisasi PT. XYZ pada tahun 2011

Sumber: PT. XYZ dan diolah kembali oleh penulis

3.4 Perpajakan Secara Umum Pada PT. XYZ

PT. XYZ menerapkan manajemen pajak untuk memenuhi aspek-aspek

perpajakan dan mentaatinya. Didalam manajemen pajak maka pada tahap

perencanaan pajaklah akan direncanakan bagaimana rencana-rencana untuk

melakukan penghematan pajak akan tetapi masih didalam koridor hukum yang

berlaku dan dengan tidak melanggarnya. Aspek dalam perencanaan pajak dimulai

dengan aspek formal dan administratif. Kewajiban perpajakan bermula dari

Manager

Marketing and sales

Manager

Operational Division

Director

Internal auditor

Manager

Finance and accounting

Staff

Marketing and sales

Staff Operational

Division

Staff finance

and accounting

Commissioners

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

39

Universitas Indonesia

implementasi undang-undang perpajakan. Oleh karena itu, ketidakpatuhan

terhadap undang-undang dapat dikenakan sanksi, baik sanksi administrasi maupun

sanksi pidana. Sanksi administrasi maupun pidana merupakan pemborosan

sumber daya sehingga perlu dihindari melalui suatu perencanaan pajak yang baik.

Untuk dapat menyusun perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan yang baik

diperlukan pemahaman terhadap peraturan perpajakan. Selanjutnya selaras dengan

pengelompokkan hukum pajak aspek formal administratif maupun aspek material

substantif perlu untuk dimengerti dan dipahami untuk dapat menghindari sanksi

administrasi maupun pidana.

Aspek administratif dari kewajiban perpajakan meliputi kewajiban

mendafarkan diri untuk memperoleh NPWP dan Pengukuhan Pengusaha Kena

Pajak, menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, membayar pajak,

menyampaikan SPT, disamping memotong atau memungut pajak. Kewajiban

perpajakan berakhir pada saat pelunasan oleh Wajib pajak. Agar pembayaran

pajak sebagi transfer sumber daya sesuai dengan peraturan perundang-undangan,

maka pembayaran pajak harus direncakan secara baik supaya tidak terjadi

pemborosan. Penyediaan dana harus direncanakan supaya pembayaran pajak

dapat dilakukan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Begitu juga kewajiban

pelaporan yang juga harus direncanakan supaya dapat selesai dan dilaporkan tepat

pada waktunya.

Aspek material dalam perencanaan pajak. Pajak dikenakan terhadap objek

pajak yang dapat berupa keadaan, perbuatan, maupun peristiwa. Basis perhitungan

pajak adalah objek pajak. Maka untuk mengoptimalkan alokasi sumber dana,

manajemen akan merencanakan pembayaran pajak yang tidak lebih (karena dapat

mengurangi optimalisasi alokasi sumber daya) dan tidak kurang (supaya tidak

membayar sanksi administrasi yang merupakan pemborosan dana). Untuk itu

objek pajak harus dilaporkan secara benar dan lengkap. Pelaporan objek pajak

yang benar dan lengkap harus bebas dari rekayasa negatif.

Kegiatan perpajakan pada PT. XYZ berjalan sesuai dengan peraturan yang

berlaku, kewajiban perpajakan bersifat mutlak dan memang harus dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebagaimana telah diatur di dalam

Undang-Undang dan peraturan yang lainnya dan jika tidak dijalankan sesuai

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

40

Universitas Indonesia

ketentuan yang berlaku maka akan menimbulkan resiko berupa sanksi bagi

perusahaan, sedangkan hak Wajib Pajak sifatnya tidak mutlak, karena jika Wajib

Pajak tidak memenuhi kewajiban pajaknya maka Wajib Pajak tidak memenuhi

syarat sehingga tidak dapat menggunakan haknya, hak tersebut tidak dapat

diminta. Maka dari itu, perusahaan harus mengantisipasi sanksi-sanksi dalam

pelaksanaan kewajiban perpajakannya dalam rangka memenuhi syarat agar hak-

hak Wajib Pajak dapat dipenuhi.

PT. XYZ dalam hal memenuhi kewajibannya untuk membayar pajak

terutang telah menunjuk orang-orang yang berkompeten dan memiliki keahlian

dibidangnya untuk menghitung jumlah pajak terutang, orang-orang tersebut

memahami dan menguasai perpajakan sesuai dengan peraturan-peraturan yang

berlaku dan terus memperbaruinya (update) karena peraturan sering berubah. Dan

dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya, PT. XYZ sudah melakukannya

dengan benar secara administratif.

3.4.1 Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21) pada PT. XYZ

PT. XYZ dalam memotong PPh Pasal 21 menggunakan gross-up method.

Dalam metode perhitungan ini PT. XYZ memberikan tunjangan pajak sebesar

jumlah pajak terhutang karyawan, sehingga tunjangan pajak tersebut dianggap

sebagai tambahan penghasilan bagi karyawan dan dari sisi perusahaan dianggap

sebagai beban yang dapat dikurangkan dalam menentukan besarnya penghasilan

kena pajak untuk menghitung PPh Badan.

Komponen-komponen imbalan atau pemberian yang diberikan oleh PT.

XYZ kepada karyawannya berupa gaji, tunjangan transport, tunjangan pajak

penghasilan pasal 21, jaminan keselamatan kerja, jaminan hari tua, jaminan

kematian, pemberian tidak dalam bentuk uang seperti pemberian makan siang,

dan sebagainya.

Berikut contoh perhitungan PPh Pasal 21 pada PT. XYZ dengan

menggunakan metode perhitungan gross-up, contoh kasus: seorang karyawan A

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

41

Universitas Indonesia

menikah dan memiliki anak 2 orang, dan pemberian yang diberikan oleh PT. XYZ

untuk karyawan A meliputi:

1) Gaji

2) Tunjangan Transportasi

3) Lembur

4) Premi Asuransi dibayarpemberi kerja:

Jaminan Kematian

Jaminan Keselamatan Kerja

5) Tunjangan Hari Raya

6) Tunjangan PPh Pasal 21

Maka perhitungan untuk PPh Pasal 21 untuk Karyawan A adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Perhitungan PPh Pasal 21 dengan metode Gross-Up

(dalam satuan mata uang Rupiah)

Gaji setahun 96.000.000

Tunjangan transportasi 5% gaji setahun 4.800.000

Lembur 2.850.000

Premi asuransi dibayar pemberi kerja:

Jaminan Keselamatan Kerja 1,74% gaji setahun 1.670.400

Jaminan Kematian 0,3% gaji setahun 288.000 1.958.400

Tunjangan Hari Raya 100% gaji sebulan 8.000.000

Tunjangan PPh Pasal 21 9.330.820

Penghasilan Bruto 122.939.220

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

42

Universitas Indonesia

Pengurang:

Biaya Jabatan 5% penghasilan bruto 5.680.420

Jaminan Hari Tua 2% gaji setahun 1.920.000 ( 7.600.420 )

Penghasilan neto setahun 115.338.800

PTKP setahun ( 19.800.000 )

Penghasilan kena pajak setahun 95.538.800

PPh Pasal 21 setahun:

5% x 50.000.000 = 2.500.000

15% x 45.538.800 = 6.830.820

Total PPh Pasal 21 9.330.820

PPh Pasal 21 sebulan 777.568

Sumber: PT. XYZ dan diolah kembali oleh penulis

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

43 Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Permasalahan

Pada Bab ini penulis akan mencoba menganalisa efektifitas penerapan

manajemen pajak terkait PPh Pasal 21 atas penghasilan karyawan pada PT. XYZ,

dimulai dari metode perhitungan, jenis imbalan yang diberikan PT. XYZ kepada

para karyawannya hingga implementasi dan control terhadap penerapan

manajemen pajak hingga dapat menghemat kewajiban pajak yang harus dibayar

oleh PT. XYZ atau paling tidak, tidak melebihi jumlah yang seharusnya akan

dibayar. Pembahasan ini menggunakan tahun buku 2011 pada PT. XYZ.

Seperti yang telah penulis jelaskan sebelumnya bahwa sektor perpajakan

merupakan salah satu sumber besar bagi penerimaan negara, maka Pemerintah

berusaha untuk menggalakkan kepatuhan Wajib Pajak dalam menjalankan dan

memenuhi kewajibannya sebagai Wajib Pajak, Pemerintah melakukan usahanya

melalui Undang-Undang Perpajakan. Dan Wajib Pajak memenuhi kewajibannya

dengan berbagai macam cara, salah satunya menggunakan manajemen pajak (tax

planning, tax implementation, tax control) untuk meminimalisasi / menghemat

kewajiban pajaknya. Dilihat secara teori, meminimalisasi kewajiban pajak dengan

menggunakan manajemen pajak yang baik tidak melanggar peraturan yang

berlaku. Sedangkan jika dilihat dari sisi etika sebenarnya hal ini masih menjadi

pertanyaan karena sampai saat ini masih belum terdapat peraturan yang

menjelaskan secara detail bahwa manajemen pajak itu legal atau ilegal dalam

penerapannya.

Manajemen pajak dilakukan melalui tiga fungsi, yaitu tax planning, tax

implementation, tax control. Tax Planning pada PPh Pasal 21 dapat dilakukan

dengan berbagai cara diantaranya dengan memilih jenis atau bentuk pemberian

kepada karyawannya apakah karyawan akan diberikan imbalan atau kompensasi

berupa benefit in cash atau benefit in kind, cara lainnya dengan memberikan

tunjangan pajak atau menggunakan perhitungan dengan metode gross up sehingga

dari sisi perusahaan tunjangan pajak tersebut dapat menjadi pengurang

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

44

Universitas Indonesia

penghasilan karena bersifat karena bersifat benefit in cash, sedangkan bagi

karyawan take home pay yang dimilikinya tidak berkurang walaupun telah

dilakukan pemotongan karena sebelumnya penghasilan yang ada telah di gross up

sebesar pajak yang terutang. Pada kasus ini PT. XYZ menggunakan metode gross

up dalam perencanaan pajak tekait PPh Pasal 21 dalam rangka menghemat beban

pajak PPh Badan PT. XYZ.

4.2 Tax Planning pada PT. XYZ

4.2.1 Komponen Imbalan atau Kompensasi pada PT. XYZ

Terdapat beberapa komponen imbalan atau kompensasi pada PT. XYZ

yaitu berupa imbalan atas pekerjaan yang telah dilakukan karyawan yang

ditujukan untuk kesejahteraan karyawan, jenis komponen imbalan atau

kompensasi tersebut meliputi:

1) Gaji

Gaji karyawan dibayarkan pada tanggal 25 setiap bulannya. Jika tanggal 25

merupakan hari libur maka gaji akan dibayarkan pada hari sebelumnya.

Besarnya gaji yang dibayarkan oleh PT. XYZ ialah tegantung dari perjanjian

awal pada waktu perekrutan (recruitment) dan nilai tersebut yang tecantum

pada kontrak kerja karyawan. Pembayaran gaji pada karyawan dilakukan

dengan mentransfer gaji tersebut kedalam rekening karyawannya masing-

masing. Biasanya pada saat menjadi karyawan tetap maka karyawan

diharuskan membuat rekening yang sama dengan karyawan lainnya, dalam

kasus ini para karyawan PT. XYZ harus memiliki rekening BCA untuk

pentransferan gajinya.

2) Penyediaan makanan dan minuman

Setiap makan siang seluruh karyawan PT. XYZ mendapatkan makanan berupa

katering yang telah dipesan oleh PT. XYZ.

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

45

Universitas Indonesia

3) Premi asuransi

PT. XYZ bekerja sama dengan PT. Jamsostek, karyawan PT. XYZ

mendapatkan Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK) dan

Jaminan Hari Tua (JHT) dengan dasar perhitungan dari gaji yang diperoleh

karyawan, JKK diberikan oleh PT. XYZ sebesar 1,74% x gaji sebulan, JK

diberikan oleh PT. XYZ sebesar 0,3% x gaji sebulan dan JHT diberikan oleh

PT. XYZ sebesar 3,7% x gaji sebulan dan ditanggung karyawan sebesar 2% x

gaji sebulan.

4) Lembur

Jam kerja lembur ialah jam kerja diluar jam kerja biasa, jika pekerjaan belum

selesai dan mendesak maka karyawan bekerja lembur seperti deadline

pekerjaan sudah harus selesai maka mau tidak mau karyawan diharuskan untuk

bekerja lembur.

5) Other Benefit

Other benefit diberikan kepada karyawan dengan situasi tertentu, misalnya

karyawan yang sedang melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi

maka kebijakan perusahaan ialah memberikan tunjangan berupa uang,

misalnya tunjangan untuk buku dan sebagainya. Tunjangan ini diberikan dan

dimasukkan kedalam penghasilan tiap bulan selama karyawan dikondisikan

berhak mendapatkan bantuan berupa tunjangan tersebut.

6) Bonus

Bonus diberikan oleh PT. XYZ hanya kepada karyawan tertentu dengan level

tertentu, bonus diberikan jika perusahaan memperoleh laba yang cukup besar

pada tahun berjalan.

7) Pemberian natura

Selain bentuk benefit in cash, maka perusahaan juga memberikan benefit in

kind atau biasa kita sebut natura. Misal mobil, reimburse kesehatan dan

sebagainya.

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

46

Universitas Indonesia

8) Tunjangan transport

Tunjangan transport ini untuk mengganti transport karyawan, besarnya

ditentukan oleh HRD dan tunjangan tersebut diberikan bersamaan dengan gaji

dan nilainya sudah tercantum didalam kontrak kerja karyawan. Sifat dari

tunjangan transport ialah rutin setiap bulan dan akan menambah jumlah gaji

yang akan diterima karyawan. Tunjangan transport ini adalah deductible untuk

perusahaan dan taxable untuk karyawan. Yang mendapatkan tunjangan ini

ialah semua karyawan kecuali karyawan level tertentu

9) Tunjangan hari raya

Tunjangan hari raya biasa diberikan setahun sekali. Biasanya tunjangan hari

raya ini diberikan kepada karyawa 1 minggu sebelum karyawan merayakan

hari raya menurut kepercayaannya masing-masing dan ditransfer melalui

rekening masing-masing karyawan. Besarnya tunjangan hari raya yang

diberikan PT. XYZ kepada karyawannya ialah sebesar 100% gaji karyawan

selama sebulan.

10) Tunjangan PPh Pasal 21

Karyawan PT. XYZ diberikan tunjangan berupa tunjangan pajak sebesar pajak

penghasilan pasal 21 yang terutang.

11) Kendaraan bagi Komisaris, Direktur dan Manajer

12) Pakaian kerja karyawan

PT. XYZ memberikan pakaian sehubungan dengan lingkungan kerja, seperti

seragam satpam, seragam buruh pabrik.

4.2.2 Perlakuan Imbalan atau Kompensasi yang diberikan oleh PT. XYZ

Menurut Per-15/PJ./2006 Pasal 5 ayat (1) penghasilan yang diterima atau

diperoleh secara teratur berupa gaji, uang lembur, tunjangan transport, tunjangan

pajak, premi asuransi yang dibayar pemberi kerja, dan penghasilan yang diterima

atau diperoleh pegawai secara tidak teratur berupa tunjangan hari raya, bonus dan

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

47

Universitas Indonesia

penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap merupakan penghasilan yang

dapat dipotong PPh Pasal 21, sedangkan dalam Pasal 7 bahwa iuran pensiun yang

dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri

Keuangan dan iuran Jaminan Hari Tua kepada penyelenggara Jamsostek yang

dibayarkan oleh pemberi kerja merupakan penghasilan yang tidak dipotong PPh

Pasal 21.

Menurut UU No. 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat (1) bahwa pemberian kepada

karyawan dalam bentuk uang tunai atau cash tersebut, bagi karyawan merupakan

penghasilan kecuali yang telah disebutkan diatas (JHT) yang dibayarkan

perusahaan) jika dari sisi perusahaan akan dijadikan sebagai beban yang

merupakan deductible expense atau dapat dijadikan pengurang sebagai beban bagi

perusahaan yang akan mengurangi penghasilan bruto pada laporan laba rugi

perusahaan, dan dari sisi karyawan penghasilan ini merupakan taxable income

yang dikenakan pajak atas penghasilan yang didapat.

Menurut Per-15/PJ./2006 Pasal 7 huruf b bahwa penerimaan dalam bentuk

natura dan kenikmatan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh Wajib Pajak

atau Pemerintah merupakan penghasilan yang tidak dapat dipotong PPh Pasal 21.

Menurut Pasal 9 ayat (1) UU No.36 Tahun 2008, tentang PPh, bahwa pemberian

kepada karyawan dalam bentuk selain uang (natura atau benefit in kind) bagi

perusahaan maka pemberian tersebut tidak dapat dijadikan beban sebagai

pengurang penghasilan pada laporan laba rugi perusahaan atau disebut dengan

non deductible expense, dan bagi karyawan penerimaan tersebut bukan

merupakan penghasilan yang dapat dikenakan pajak atau disebut non taxable

income. Pemberian makanan dan minuman berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008

tentang Pajak Penghasilan Pasal 9 ayat (1) bahwa pemberian makanan dan

minuman bagi seluruh pegawai jika disediakan oleh pemberi kerja bagi seluruh

pegawai secara bersama-sama termasuk dewan direksi dan dewan komisaris

ditempat kerja, maka terhadap kas yang dikeluarkan untuk penyediaan makanan

tersebut dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pada laporan laba rugi pemberi

kerja atau disebut sebagai deductible expense karena dapat dijadikan sebagai

beban. Pemberian makanan minuman yang dilakukan oleh PT. XYZ memberikan

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

48

Universitas Indonesia

keuntungan bukan hanya dari pihak perusahaan saja akan tetapi karyawan

mendapatkan keuntungan juga, dari sisi perusahaan, PT.XYZ seperti yang telah

dijelaskan diatas bahwa pemberian makanan berbentuk catering tersebut dapat

dijadikan sebagai beban atau sebagai pengurang penghasilan bruto pada laporan

laba rugi perusahaan (deductible expense), dari sisi karyawan catering tersebut

bukan merupakan penghasilan yang akan ditambah dengan penghasilan lainnya

(non taxable income).

Pemberian pakaian kerja kepada karyawan sehubungan dengan lingkungan

kerja menurut UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasialan Pasal 9 ayat (1)

bahwa biaya atas seragam/pakaian untuk keselamatan kerja, pemberian sesuatu

yang merupakan keharusan sebagai sarana keselamatan kerja atau karena sifat

pekerjaan tersebut mengharuskannya seperti pakaian dan peralatan untuk

keselamatan kerja, pakaian seragam petugas keamanan (satpam) dapat dibebankan

sebagai pengurang penghasilan bruto pada laporan laba rugi perusahaan dan

bukan merupakan penghasilan bagi karyawan yang menerimanya.

4.2.3 Jenis Karyawan pada PT. XYZ

PT. XYZ memiliki karyawan dengan jumlah sekitar 120 orang, 120 orang

terdiri dari karyawan tetap, dan karyawan tidak tetap. Karyawan tetap terdiri dari

karyawan tetap dengan upah bulanan, mingguan, harian dan satuan.

1) Karyawan tetap

Karyawan tetap ialah karyawan yang menerima pendapatan sebagai imbalan

atas pekerjaan yang telah dikerjakan. Pendapatan karyawan tetap terdiri dari

gaji pokok ditambah dengan tunjangan-tunjangan baik itu tunjangan makan

dan transport, premi asuransi, ataupun tunjangan-tunjangan lainnya. Karyawan

tetap terdiri dari karyawan tetap bulanan dan karyawan tetap mingguan.

- Karyawan tetap bulanan ialah karyawan yang menerima pendapatan yang

dibayarkan pendapatannya setiap bulannya, karyawan tetap bulanan terdiri

dari 2 orang komisaris, 1 orang direktur, 3 orang manajer, 5 orang staf

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

49

Universitas Indonesia

marketing dan penjualan, 5 orang satuan pengendalian internal (internal

auditor) 5 orang staf operasional, 10 orang staf keuangan dan akuntansi.

- Karyawan tetap mingguan ialah karyawan yang menerima gaji yang

dibayarkan setiap bulannya, tunjangan yang dibayarkan setiap minggunya

berupa tunjangan makan dan transport, bonus diberikan setiap pertengahan

bulan jika memang berhak mendapatkan bonus. Jumlah karyawan tetap

mingguan 79 orang yang terdiri dari tenaga buruh dan pekerja.

2) Karyawan tidak tetap

Karyawan tidak tetap terdiri dari karyawan lepas harian dan karyawan lepas

upah satuan. Pendapatan dari karyawan lepas harian dihitung berdasarkan

jumlah hari kerja, tergantung kondisi, apabila PT. XYZ membutuhkan

karyawan lepas harian maka akan dipekerjakan sebanyak beberapa hari

dibutuhkannya, yang termasuk kedalam golongan karyawan tidak tetap seperti

karyawan magang, mailing staff, buruh serta pekerja tidak tetap yang hanya

didatangkan sebagai bantuan. Dalam golongan ini karyawan tidak tetap hanya

mendapatkan upah harian dan upah satuan saja, jadi tidak mendapatkan gaji,

akan tetapi karena pada golongan ini karyawan tidak mendapatkan tunjangan

hari raya dan tunjangan lainnya, biasanya karyawan dalam golongan ini

diberikan natura sebagai ganti tidak mendapat tunjangan hari raya, biasanya

berupa bingkisan makanan pokok dan sebagainya.

4.2.4 Kebijakan Penerapan Tax Planning PPh Pasal 21 pada PT. XYZ

PT. XYZ mempunyai kewajiban untuk menghitung, penyetoran dan

pelaporan PPh Pasal 21 atas penghasilan karyawannya, penghasilan tersebut

berupa gaji, tunjangan- tunjangan dan bonus. Biasanya pada saat pembayaran gaji

maka pihak payroll meminta bantuan mailing staff untuk membagikan payment

slip dimana tercantum rincian gaji karyawannya baik yang bersifat penerimaan

maupun pengurangan terhadap gaji kotor karyawan. Setelah melakukan

pemotongan terhadap pajak karyawan maka PT. XYZ berkewajiban untuk

menyetor dan melaporkannya.

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

50

Universitas Indonesia

Dalam meningkatkan efisiensi suatu perusahaan, manajemen pajak sangat

diperlukan untuk mengatur masalah perpajakan perusahaan, seperti

meminimalisasi / menghemat beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan, serta

mengatur agar perusahaan mematuhi kewajiban perpajakannya. Tax planning

biasanya dilakukan dengan cara mengurangi penghasilan atau menambah beban

yang diperbolehkan sebagai pengurang penghasilan bruto pada laporan laba rugi

perusahaan atau deductible expense. Dalam menerapkan tax planning, PT. XYZ

berusaha untuk tidak hanya memperhatikan keuntungan dari sisi perusahaan saja

akan tetapi juga tetap berusaha untuk memperhatikan kesejahteraan karyawannya.

Terdapat 2 macam penerapan tax planning yang dilakukan PT. XYZ yaitu dari

jenis pemberian kepada karyawan dan metode perhitungan yang digunakan dalam

menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21.

1) Jenis Pemberian

Seperti yang telah dijelaskan pada perlakuan imbalan atau kompensasi yang

telah diberikan oleh PT. XYZ kepada karyawannya, maka PT. XYZ memiliki

strategi untuk memberikan karyawannya imbalan berupa uang (benefit in cash)

dan juga pemberian selain uang (benefit in kind) dan pemberian-pemberian

tersebut diberikan. Kebijakan-kebijakan yang diambil oleh PT. XYZ dapat

menguntungkan dari sisi perusahaan tanpa mengabaikan kesejahteraan

karyawannya, seperti pemberian makanan dan minuman pada siang hari,

pemberian tersebut dapat dijadikan sebagai beban pengurang penghasilan bruto

pada laporan laba rugi perusahaan (deductible expense) apabila pemberian

makanan tersebut diberikan kepada seluruh karyawan tanpa terkecuali dewan

komisaris dan dewan direksi ditempat kerja. Kebijakan lainnya yang diambil

seperti tunjangan hari raya dan bingkisan hari raya, untuk benefit in cash

berupa tunjangan hari raya dapat dijadikan beban pengurang penghasilan bruto

oleh PT. XYZ didalam laporan laba ruginya, dan menjadi taxable income bagi

karyawan, dan untuk bingkisan hari raya merupakan benefit in kind yang tidak

dapat dijadikan sebagai beban oleh PT. XYZ dan juga tidak dapat dijadikan

sebagai penambah penghasilan oleh karyawan (bukan merupakan taxable

income bagi karyawan) karena bersifat tunai atau cash.

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

51

Universitas Indonesia

2) Metode perhitungan

Selain mengatur jenis pemberian kepada karyawan, maka PT. XYZ juga

memilih metode mana yang digunakan untuk mengitung pajak terutang atas

karyawan. Bagi perusahaan metode perhitungan untuk meminimalisasi

besarnya pajak terutang merupakan hal yang penting mengingat biasanya

perusahaan manapun ingin agar besarnya pajak terutang yang mereka miliki

dapat diminimalisasi semaksimal mungkin, secara teori terdapat 3 metode

untuk menghitung jumlah pajak terutang atas karyawan (gross method, net

method dan gross-up method), akan tetapi dalam hal penerapan tax planning

pada perusahaan, PT. XYZ memilih untuk menggunakan gross-up method

sebagai dasar pehitungannya untuk memotong PPh Pasal 21 dari karyawannya.

Kebijakan untuk menggunakan metode gross-up dalam perhitungan PPh Pasal

21 karyawan berlaku bagi semua karyawan PT. XYZ. Perusahaan

menggunakan metode ini untuk meminimalisasi beban pajak terutangnya

(penghematan pajak) karena tunjangan pajak tersebut boleh menjadi pengurang

dalam penghasilan bruto perusahaan pada laporan laba ruginya. Penggunaan

metode gross-up biasanya dilakukan jika karyawan ingin menerima gaji bersih

diluar pajak, artinya pajaknya ditanggung oleh perusahaan dalam bentuk

tunjangan pajak. Jika perusahaan menggunakan metode ini, maka tunjangan

pajak tersebut ditambahkan ke dalam penghasilan yang akan diterima oleh

karyawan, sehingga menambah besarnya penghasilan karyawan (menjadi

taxable income).

Jenis pemberian yang diberikan oleh PT. XYZ jika dilihat dari keterangan

diatas mayoritas ialah benefit in cash atau berbentuk tunai, terutama untuk

penerimaan yang jumlahnya cukup besar, kebijakan tersebut diambil oleh PT.

XYZ bertujuan untuk dapat meningkatkan beban yang tidak hanya secara

komersial tetapi juga secara fiskal dapat dijadikan beban yang akan mengurangi

penghasilan bruto pada laba rugi perusahaan dan juga dapat mengurangi beban

pajak perusahaan. Sedangkan benefit in kind diberikan kepada karyawan tertentu,

sehingga walaupun tidak dapat di bebankan tidak terlalu berpengaruh signifikan.

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

52

Universitas Indonesia

Lagipula kebijakan yang diambil oleh perusahaan bukan hanya semata-mata untuk

menguntungkan perusahaan saja akan tetapi perusahaan juga mempertimbangkan

kebijakan yang diambil untuk meningkatkan kersejahteraan karyawan juga.

Dalam metode gross-up dimana penerimaan tersebut menambah

penghasilan yang diterima oleh karyawan (take home pay) dan bagi PT. XYZ

sendiri PPh Pasal 21 merupakan beban sebagai pengurang bruto pada laporan laba

rugi perusahaan (deductible expense), maka dari itu perusahaan memilih metode

ini karena bertujuan untuk mengurangi penghasilan bruto perusahaan pada laporan

laba ruginya dan karena biasanya jumlahnya yang cukup besar sehingga dapat

mengurangi jumlah beban pajak yang terutang dari PT. XYZ.

4.2.5 Perhitungan PPh Pasal 21

Pada pembahasan perhitungan PPh Pasal 21 ini penulis akan menyajikan

contoh perhitungan dan pengaruh dengan menggunakan 3 macam metode seperti

pada teorinya (gross method, net method dan gross-up method), yaitu perhitungan

PPh Pasal 21, berikut contoh perhitungan untuk masin-masing metode:

4.2.5.1 Perhitungan PPh Pasal 21 dengan menggunakan Gross Basis Method

(ditanggung oleh karyawan)

Gross basis method merupakan salah satu metode perhitungan yang

digunakan dengan cara membebankan pajak atas penghasilan yang diterima atau

PPh Pasal 21 kepada karyawan, singkatnya dimana jumlah PPh Pasal 21 atas

penghasilan karyawan yang terutang akan ditanggung oleh karyawan itu sendiri,

maka penghasilan yang diterima oleh karyawan merupakan penghasilan kotor

(gross income) yang belum dikurangi dengan pajak penghasilan dalam setahun.

Berikut contoh perhitungan PPh Pasal 21 pada PT. XYZ dengan menggunakan

gross method.

Karyawan A, dengan status menikah, memiliki 2 anak (K/2), dengan perhitungan

sebagai berikut:

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

53

Universitas Indonesia

Tabel 4.1

Perhitungan Gaji Karyawan A dengan menggunakan Gross Method

(Dalam satuan mata uang Rupiah)

Gaji setahun 96.000.000

Tunjangan transportasi 5% gaji setahun 4.800.000

Lembur 2.850.000

Premi asuransi dibayar pemberi kerja:

Jaminan Keselamatan Kerja 1,74% gaji setahun 1.670.400

Jaminan Kematian 0,3% gaji setahun 288.000 1.958.400

Tunjangan Hari Raya 100% gaji sebulan 8.000.000

Penghasilan Bruto 113.608.400

Pengurang:

Biaya Jabatan 5% penghasilan bruto 5.680.420

Jaminan Hari Tua 2% gaji setahun 1.920.000 ( 7.600.420 )

Penghasilan neto setahun 106.007.980

PTKP setahun ( 19.800.000 )

Penghasilan kena pajak setahun 86.207.980

PPh Pasal 21 setahun:

5% x 50.000.000 = 2.500.000

15% x 36.207.980 = 5.431.197

Total PPh Pasal 21 7.931.197

PPh Pasal 21 sebulan 660.933

Sumber: PT. XYZ dan diolah kembali oleh penulis

Bedasarkan tabel 4.1 maka jumlah penghasilan bersih yang diterima oleh

karyawan A (Take Home Pay) ialah sebagai berikut:

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

54

Universitas Indonesia

Tabel 4.2

Take Home Pay Karyawan A dengan menggunakan Gross Method

(Dalam satuan mata uang Rupiah)

Penghasilan Bruto 113.608.400

Jaminan Hari Tua (3.552.000)

Jaminan Keselamatan Kerja (1.670.400)

Jaminan Kematian (288.000)

Total Penghasilan karyawan setahun

108.098.000

PPh Pasal 21 setahun (7.931.197)

Take Home Pay (THP) 100.166.803

Sumber: PT. XYZ dan diolah kembali oleh penulis

Dari tabel 4.2 diatas maka biaya yang dapat diakui oleh PT. XYZ ialah

sebagai berikut:

Tabel 4.3

Beban perusahaan setahun jika PPh Pasal 21 ditanggung oleh karyawan

(Dalam satuan mata uang Rupiah)

Pengeluaran PT. XYZ yang sebenarnya:

- Penghasilan Bruto 113.608.400

- JHT yang dibayar PT. XYZ 3,7% 3.552.000

Total pengeluaran PT. XYZ sebenarnya 117.160.400

Pengeluaran yang boleh dibiayakan 117.160.400

Sumber: PT. XYZ dan diolah kembali oleh penulis

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

55

Universitas Indonesia

Pengaruh yang timbul jika PPh Pasal 21 ditanggung oleh karyawan adalah:

1) Take Home Pay (THP) yang didapatkan karyawan berkurang. Terlihat dari

tabel 4.3 diatas bahwa THP yang didapatkan karyawan adalah

Rp. 100.166.803,00 sedangkan perhitungan total penghasilan karyawan selama

setahun adalah Rp. 108.098.000,00.

2) PPh Pasal 21 tersebut bukan merupakan biaya bagi perusahaan atau non

deductible expense. Hal tersebut karena PPh Pasal 21 dipotong dari

penghasilan karyawan sendiri, sehingga perusahaan tidak mengeluarkan kas

atas PPh Pasal 21 karyawan.

4.2.5.2 Perhitungan PPh Pasal 21 dengan menggunakan Net Basis Method

(ditanggung oleh perusahaan)

Didalam Net Basis Method atau pajak ditanggung oleh perusahaan, maka

penghasilan yang diterima oleh karyawan merupakan penghasilan bersih (net

income) tanpa dikurangi dengan pajak penghasilan yang seharusnya dibayarkan.

Berdasarkan data sebelumnya maka THP Karyawan A jika dihitung

dengan menggunakan net method adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4

Take Home Pay Karyawan A dengan menggunakan Net Method

(Dalam satuan mata uang Rupiah)

Penghasilan karyawan setahun 108.098.000

PPh Pasal 21 setahun 0

THP setahun 108.098.000

Sumber: PT. XYZ dan diolah kembali oleh penulis

Berdasarkan tabel 4.4 diatas, maka biaya yang dapat diakui oleh

perusahaan ialah:

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

56

Universitas Indonesia

Tabel 4.5

Beban perusahaan setahun jika PPh Pasal 21 ditanggung oleh perusahaan

(Dalam satuan mata uang Rupiah)

Pengeluaran PT. XYZ yang sebenarnya:

- Penghasilan Bruto 113.608.400

- JHT yang dibayar PT. XYZ 3,7% 3.552.000

- PPh Pasal 21 7.931.197

Total pengeluaran PT. XYZ sebenarnya 125.091.597

Pengeluaran yang boleh dibiayakan 117.160.400

Sumber: PT. XYZ dan diolah kembali oleh penulis

Pengaruh yang timbul jika PPh Pasal 21 ditanggung oleh perusahaan adalah:

1) THP karyawan yang bersangkutan tetap, terlihat dari perhitungan di atas bahwa

THP karyawan adalah sama dengan total perhitungan penghasilan karyawan

setahun sebesar Rp. 108.098.000,00.

2) PPh Pasal 21 yang bersangkutan bukan merupakan biaya bagi perusahaan

karena merupakan benefit in kind, terlihat dari perhitungan pada tabel 4.5

bahwa total pengeluaran perusahaan sebenarnya adalah Rp. 125.091.597,00

sedangkan pengeluaran yang boleh dibebankan atau yang boleh menjadi

pengurang penghasilan bruto perusahaan pada laporan laba ruginya ialah

sebesar Rp. 117.160.400,00 karena PPh Pasal 21 yang ditanggung perusahaan

bukan merupakan beban yang akan mengurangi laba rugi bagi perusahaan.

Jika PPh Pasal 21 ditanggung oleh PT. XYZ, maka PPh Pasal 21

karyawana bukan merupakan beban (non deductible expense) bagi perusahaan dan

bukan merupakan penghasilan (non taxable income) bagi karyawan maka pada

laporan fiskal akan terdapat koreksi positif yaitu sebesar PPh Pasal 21 yang

ditanggung (Rp. 7.931.197,00).

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

57

Universitas Indonesia

4.2.5.3 Perhitungan PPh Pasal 21 dengan menggunakan Gross-Up Method

(ditunjang oleh perusahaan)

Metode ini merupakan metode dimana perusahaan memberikan tunjangan

pajak kepada karyawannya. Pada metode gross-up, penghasilan yang seharusnya

diterima oleh karyawan mendapatkan tambahan senilai gross-up dari pajak

penghasilan yang seharusnya dibayar, tambahan tersebut diakui sebagai tambahan

penghasilan bagi karyawan yang disebut dengan tunjangan pajak. Jumlah senilai

tunjangan pajak tersebut merupakan penghasilan bagi karyawan (taxable income)

dan dipotong PPh Pasal 21, hal ini berdasarkan Pasal 5 ayat (1) Peraturan Direktur

Jenderal Pajak No. Per-15/PJ./2006 dan Undang-Undang No.36 Tahun 2008

bahwa bagi perusahaan merupakan sebagai beban (deductible expense).

Berdasarkan data yang sebelumnya maka perhitungan PPh Pasal 21

karyawan A dengan menggunakan gross-up method adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6

Perhitungan Gaji Karyawan A dengan menggunakan Gross-Up Method

(Dalam satuan mata uang Rupiah)

Penghasilan bruto 113.608.400

Gross-up PPh Pasal 21 setahun (Tunj. Pajak)

86.207.980 – 47.500.000 x 15/85 + 2.500.000 9.330.820

Penghasilan Bruto setahun + Tunjangan Pajak 122.939.220

Pengurang:

Biaya Jabatan 5% penghasilan bruto 5.680.420

Jaminan Hari Tua 2% gaji setahun 1.920.000 ( 7.600.420 )

Penghasilan neto setahun 115.338.800

PTKP setahun ( 19.800.000 )

Penghasilan kena pajak setahun 95.538.800

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

58

Universitas Indonesia

PPh Pasal 21 setahun:

5% x 50.000.000 = 2.500.000

15% x 45.538.800 = 6.830.820

Total PPh Pasal 21 9.330.820

PPh Pasal 21 sebulan 777.568

Sumber: PT. XYZ dan diolah kembali oleh penulis

Gross-up PPh Pasal 21 setahun sebesar Rp. 9.330.820,00 menjadi

tunjangan pajak dari perusahaan dan menambah penghasilan serta dapat dijadikan

beban yang dapat mengurangi penghasilan bruto pada laporan laba rugi

perusahaan.

Berdasarkan data di atas maka take home pay karyawan A ialah sebagai

berikut:

Tabel 4.7

Take Home Pay Karyawan A dengan menggunakan Gross-Up Method

(Dalam satuan mata uang Rupiah)

Penghasilan karyawan setahun 108.098.000

PPh Pasal 21 setahun 9.330.820

THP setahun 117.428.820

Sumber: PT. XYZ dan diolah kembali oleh penulis

Selisih antara pajak terutang setelah mendapatkan tunjangan pajak dengan

pajak terutang sebelum mendapatkan tunjangan pajak adalah Rp. 9.330.820,00 -

Rp. 7.931.197,00 = Rp. 1.399.623,00 itu berarti ada kenaikan pembayaran PPh

Pasal 21 sebesar Rp. 1.399.623,00 setahun bagi karyawan A tersebut.

Dari tabel 4.7 diatas maka biaya yang dapat diakui perusahaan adalah

sebagai berikut:

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

59

Universitas Indonesia

Tabel 4.8

Beban perusahaan setahun jika PPh Pasal 21 ditunjang oleh perusahaan

(Dalam satuan mata uang Rupiah)

Pengeluaran PT. XYZ yang sebenarnya:

- Penghasilan Bruto 113.608.400

- Tunjangan PPh Pasal 21 9.330.820

- JHT yang dibayar PT. XYZ 3,7% 3.552.000

Total pengeluaran PT. XYZ sebenarnya 126.491.220

Pengeluaran yang boleh dibiayakan 126.491.220

Sumber: PT. XYZ dan diolah kembali oleh penulis

Pengaruh yang timbul jika PPh Pasal 21 ditunjang oleh perusahaan adalah:

1) THP karyawan A tetap, hal ini terlihat bahwa tunjangan PPh Pasal 21 yang

akan menjadi unsur penambah penghasilan bruto karyawan dijadikan sebagai

PPh Pasal 21, sehingga take home pay karyawan jumlahnyaa tetap.

2) PPh Pasal 21 merupakan beban bagi perusahaan, hal ini terlihat dari kenaikan

pengeluaran yang dapat dibebankan sebesar tunjangan pajak yang diberikan

oleh perusahaan.

3) PPh Pasal 21 yang dibayarkan ke Kas Negara menjadi bertambah, hal ini

terlihat pada perbedaan besarnya perhitungan PPh Pasal 21 yang menggunakan

gross basis method dan net basis method dengan menggunakan gross-up

method. PPh Pasal 21 yang menggunakan gross basis method dan net basis

method sebesar Rp. 7.931.197,00 sedangkan dengan menggunakan gross-up

method menjadi sebesar Rp. 9.330.820,00.

Metode pemotongan PPh Pasal 21 yang digunakan oleh PT. XYZ adalah

gross-up method. Kebijakan tersebut dipilih oleh perusahaan karena memberikan

keuntungan dari sisi perusahaan karena tunjangan pajak tersebut dapat dianggap

sebagai tambahan penghasilan dan bagi perusahaan dianggap sebagai beban yang

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

60

Universitas Indonesia

dapat dikurangkan dalam menentukan besarnya penghasilan kena pajak untuk

menghitung besarnya PPh Badan dan dengan digunakannya metode gross-up ini

juga memberikan keuntungan dari sisi karyawan karena THP karyawan

bertambah.

4.2.6 Analisa Biaya Menggunakan Gross Basis Method, Net Basis Method dan

Gross-Up Method

Biaya yang akan ditanggung oleh PT. XYZ berdasarkan perhitungan

sebelumnya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.9

Beban Bagi Perusahaan Untuk Karyawan A

(Dalam satuan mata uang Rupiah)

Metode

Pemotongan

Biaya yang

ditanggung

Perusahaan

Biaya yang diakui

berdasarkan pajak

Selisih (bukan

biaya menurut

pajak)

Gross Method 117.160.400 117.160.400 0

Net Method 125.091.597 117.160.400 7.931.197

Gross-Up Method 126.491.220 126.491.220 0

Sumber: PT. XYZ dan diolah kembali oleh penulis

Dari tabel 4.9 diatas maka terlihat bahwa apabila perusahaan

menggunakan gross method, biaya yang ditanggung perusahaan dapat dibebankan

seluruhnya pada laba rugi perusahaan karena PPh Pasal 21 ditanggung sendiri

oleh karyawan, sehingga perusahaan tidak perlu mengeluarkan dana dalam

pembayaran PPh Pasal 21 karyawannya. Apabila perusahaan menggunakan net

method maka kas yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp. 125.091.597,00 terdiri

dari penghasilan bruto ditambah dengan iuran JHT yang dibayarkan oleh

perusahaan sebesar Rp. 117.160.400,00 dan tanggungan PPh Pasal 21 untuk

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

61

Universitas Indonesia

karyawan sebesar Rp. 7.931.197,00. Beban yang menjadi unsur pengurang dalam

menentukan besarnya penghasilan kena pajak hanya Rp. 117.160.400,00, karena

beban tanggungan untuk PPh Pasal 21 untuk karyawan dianggap sebagai

pemberian dalam bentuk benefit in kind atau natura atau kenikmatan sehingga

tidak dapat dijadikan sebagai pengurang dalam menentukan besarnya penghasilan

kena pajak perusahaan. Dengan begitu maka perusahaan memilih untuk

menggunakan gross-up method, agar kas yang dikeluarkan sebesar

Rp. 126.491.220,00 yang terdiri dari penghasilan bruto ditambah dengan iuran

JHT yang dibayarkan perusahaan Rp. 117.160.400,00 dan tunjangan pajak sebesar

Rp. 9.330.820,00 yang ditunjang oleh perusahaan untuk karyawannya. Beban

tersebut seluruhnya dapat menjadi unsur pengurang dalam menentukan besarnya

penghasilan kena pajak perusahaan.

Jika perusahaan memilih menggunakan gross method dan net method

maka beban perusahaan yang dapat dijadikan pengurang penghasilan kena pajak

adalah sebesar Rp. 117.160.400,00, sedangkan dengan menggunakan gross-up

method perusahaan dapat membebankan pengeluarannya sebesar

Rp. 126.491.220,00. sehingga perusahaan dapat memperkecil income before tax-

nya sebesar Rp. 126.491.220,00 – Rp. 117.160.400,00 = Rp. 9.330.820,00 dan

mengakibatkan PPh Badan akan menjadi kecil. Oleh karena itu apabila

perusahaan memberikan tunjangan pajak bagi seluruh karyawannya, income

before tax perusahaan pun akan menjadi lebih kecil sehingga perencanaan pajak

yang ditepakan untuk menghemat PPh Badan pun akan berhasil dilakukan. Hal ini

dapat dibuktikan dengan membandingkan masing-masing metode pemotongan

dalam menentukan PPh Pasal 21 seluruh karyawan pada PT. XYZ. Berdasarkan

rincian data dari rekapitulasi Perhitungan PPh Pasal 21 Tahun 2011 seluruh

karyawan PT. XYZ maka perbandingan perhitungan dengan menggunakan gross

method, net method dan gross-up method adalah seperti tabel 4.10.

Dari tabel 4.10 apabila perusahaan menggunakan net method atau PPh

Pasal 21 yang ditanggung oleh perusahaan untuk 120 karyawannya maka kas yang

dikeluarkan sebesar Rp. 6.409.104.950,00 dengan tanggungan PPh Pasal 21 untuk

karyawan sebesar Rp. 386.880.586,00. Beban yang menjadi unsur pengurang

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

62

Universitas Indonesia

dalam menentukan besarnya penghasilan kena pajak badan hanya sebesar

Rp. 6.409.104.950,00 – Rp. 486.880.586,00 = Rp. 5.922.224.364,00, karena

beban untuk tanggungan PPh Pasal 21 untuk karyaawan dianggap sebagai

pemberian dalam bentuk natura atau kenikmatan (benefit in kind), sehingga tidak

dapat dijadikan sebagai pengurang penghasilan pada laporan fiskal. Sedangkan

jika perusahaan memilih gross-up method (karyawan diberikan tunjangan pajak

oleh perusahaan), kas yang dikeluarkan sebesar Rp. 7.177.813.933,00 dengan

tunjangan pajak sebesar Rp. 765.708.983,00. Beban tersebut seluruhnya menjadi

unsur pengurang dalam laporan fiskal.

Tabel 4.10

Perbandingan Beban Gaji dan PPh Pasal 21 Seluruh Karyawan PT. XYZ dengan 3

metode

(Dalam satuan mata uang Rupiah)

Keterangan Gross Method Net Method Gross-Up Method

Gaji setahun 5.087.401.000 5.087.401.000 5.087.401.000

Tunjangan

Transportasi, 5%

dari gaji setahun

200.370.050 200.370.050 200.370.050

Tunjangan Pajak - - 765.708.983

Lembur 405.367.000 405.367.000 405.367.000

JK 0,3% dari gaji

setahun

15.262.203 15.262.203 15.262.203

JKK 1,74% dari

gaji setahun

88.520.777 88.520.777 88.520.777

Tunjangan Hari

Raya 100% dari

423.950.083 423.950.083 423.950.083

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

63

Universitas Indonesia

gaji sebulan

Penghasilan Bruto 6.220.871.113 6.220.871.113 6.986.580.096

JHT dibayar oleh

perusahaan 3,7%

dari gaji setahun

188.233.837 188.233.837 188.233.837

PPh Pasal 21 486.880.586 486.880.586 765.708.983

Jumlah

pengeluaran

sebenarnya

setahun

5.922.224.364 6.409.104.950 7.177.813.933

Jumlah yang boleh

dibiayakan

setahun

5.922.224.364 5.922.224.364 7.177.813.933

Selisih biaya antara gross method dengan gross-up method 1.255.589.569

Selisih biaya antara net method dengan gross-up method 1.255.589.569

Sumber: PT. XYZ dan diolah kembali oleh penulis

Jika perusahaan memilih net method maka beban perusahaan yang dapat

dijadikan pengurang penghasilan badannya adalah Rp. 5.922.224.364,00,

sedangkan jika perusahaan memilih menggunakan gros-up method perusahaan

dapat membebankan pengeluarannya sebesar Rp. 7.177.813.933,00, dengan begitu

maka perusahaan dapat melakukan penghematan penghasilan badan sebelum

pajak (income before tax) sebesar Rp. 7.177.813.933,00 – Rp. 5.922.224.364,00 =

Rp. 1.255.589.569,00 maka dengan penghematan penghasilan badan sebelum

pajak juga mengakibatkan PPh Badan akan menjadi lebih kecil.

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

64

Universitas Indonesia

4.2.7 Analisa Pemotongan PPh Pasal 21

Penulis akan melakukan analisa metode pemotongan PPh Pasal 21 yang

tepat dan efektif digunakan perusahaan apabila perusahaan dalam kondisi laba

ataupun rugi.

4.2.7.1 Pada Saat Kondisi Laba

Pada saat kondisi laba maka perencanaan pajak (tax planning) diperlukan

agar dapat secara efektif menghemat beban pajak dengan menekankan pada

besarnya PPh badan, salah satu perencanaan pajak yang dapat dilakukan adalah

dengan metode yang sebaiiknya digunakan dalam pemotongan PPh Pasal 21 yaitu

gross-up method, meskipun dengan menggunakan gross-up method akan

mengakibatkan kenaikan jumlah beban gaji karena ada unsur penambah

penghasilan bruto karyawan yaitu tunjangan pajak, akan tetapi beban gaji tersebut

dapat diakui seluruhnya sebagai beban yang dapat mengurangi penghasilan

perusahaan yang otomatis akan mengurangi PPh Badan. Berdasarkan Laporan

Laba Rugi PT. XYZ Tahun 2011 dimana perusahaan dalam kondisi laba, maka

dapat dilakukan analisa pengeluaran pajak dengan membandingkan perhitungan

menggunakan masing-masing metode pemotongan PPh Pasal 21 yaitu:

Tabel 4.11

Perbandingan Laporan Laba Rugi PT. XYZ Tahun 2011 dengan 3 metode

(Dalam satuan mata uang Rupiah)

Keterangan Gross Method Net Method Gross-up Method

Pendapatan

Proyek

464.584.328.357 464.584.328.357 464.584.328.357

Beban Pokok

Proyek

393.940.136.936 393.940.136.936 393.940.136.936

Laba Kotor 70.644.191.421 70.644.191.421 70.644.191.421

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

65

Universitas Indonesia

Beban Usaha 25.628.107.033 25.628.107.033 25.628.107.033

Beban Gaji 5.922.224.364 5.922.224.364 7.177.813.933

Laba dari Usaha 39.093.860.024 39.093.860.024 37.838.270.455

Pendapatan

(beban) lain-lain

(4.969.894.276) (4.969.894.276) (4.969.894.276)

Laba (Rugi)

Sebelum Pajak

34.123.965.748 34.123.965.748 32.868.376.179

Pajak Penghasilan

(25%)

8.530.991.437 8.530.991.437 8.217.094.043

Laba (Rugi)

Setelah Pajak

25.592.974.311 25.592.974.311 24.651.282.136

Sumber: PT. XYZ dan diolah kembali oleh penulis

Dari tabel 4.11 diatas terlihat bahwa dengan menggunakan gross-up

method, laba sebelum pajak perusahaan sebesar Rp. 32.868.376.179,00 dan

didalam angka ini didalamnya sudah termasuk tunjangan pajak PPh Pasal 21 yang

dibayarkan oleh perusahaan selama setahun sebesar Rp. 765.708.983,00, sehingga

berdasarkan laba sebelum pajak maka perhitungan PPh Badannya ialah sebesar

Rp. 8.217.094.043,00, sehingga kas yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk

membayar PPh Pasal 21 atas karyawan dan PPh Badannya ialah sebesar

Rp. 765.708.983,00 + Rp. 8.217.094.043,00 = Rp. 8.982.803.026,00 .

Jika perusahaan menggunakan net method, laba sebelum pajak perusahaan

sebesar Rp. 34.123.965.748,00 dan didalamnya belum termasuk kas yang

dikeluarkan perusahaan untuk membayar PPh Pasal 21 karyawan selama setahun

sebesar Rp. 486.880.586,00, berdasarkan laba sebelum pajak maka perhitungan

PPh Badan untuk net method adalah sebesar Rp. 8.530.991.437,00, sehingga

jumlah kas yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membayar PPh Pasal 21 dan

PPh Badan perusahaan ialah sebesar Rp. 486.880.586,00 + Rp. 8.530.991.437,00

= Rp. 9.017.872.023,00. Apabila perusahaan menggunakan gross-up method

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

66

Universitas Indonesia

perusahaan akan menghemat pengeluaran pajak dalam melaksanakan kewajiban

Pajak Penghasilan Pasal 21 dan PPh Badannya sebesar Rp. 9.017.872.023,00 –

Rp. 8.982.803.026,00 = Rp. 35.068.997,00.

4.2.7.2 Pada Saat Mengalami Kerugian

Pada saat perusahaan berada pada tingkat operasi yang kurang

menguntungkan atau telah mengalami kerugian besar maupun kerugian tahun

berjalan ataupun kerugian akumulasi dari tahun sebelumnya, maka dengan

sendirinya beban perpajakan PPh Badan akan berkurang atau bahkan menjadi

nihil sehingga perencanaan pajak yang dilakukan perusahaan bukan untuk

mengurangi penghasilan sebelum pajak akan tetapi perencanaan pajak lebih

menekankan pada besarnya PPh Pasal 21. Perencanaan PPh Pasal 21 bisa dalam

bentuk pemberian natura atau kenikmatan karena pada saat kebijakan diubah dari

pemberian tunai ke pemberian natura maka pemberian tersebut tidak dapat di

jadikan sebagai beban pengurang penghasilan bruto oleh perusahaan dan akan

mengakibatkan meningkatnya laba sebelum pajak. Meskipun laba sebelum pajak

(income before tax) akan meningkat tetapi seandainya pada tahun sebelumnya

perusahaan mengalami kerugian maka kerugian tersebut dapat dikompensasikan

sehingga PPh Badan akan tetap nihil.

Bila perusahaan dalam keadaan rugi maka dapat dilakukan analisa

pengeluaran pajak dengan membandingkan perhitungan masing-masing metode

pemotongan PPh Pasal 21 dengan asumsi perusahaan dalam keadaan rugi.

Tabel 4.12

Perbandingan Laporan Laba Rugi PT. XYZ Tahun 20XX dengan 3 metode

(Dalam satuan mata uang Rupiah)

Keterangan Gross Method Net Method Gross-Up Method

Pendapatan

Proyek

301.046.413.285 301.046.413.285 301.046.413.285

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

67

Universitas Indonesia

Beban Pokok

Proyek

244.590.129.122 244.590.129.122 244.590.129.122

Laba Kotor 56.456.284.163 56.456.284.163 56.456.284.163

Beban Usaha 39.804.523.327 39.804.523.327 39.804.523.327

Beban Gaji 5.922.224.364 5.922.224.364 7.177.813.933

Laba dari Usaha 10.729.536.472 10.729.536.472 9.473.946.903

Pendapatan

(beban) lain-lain

(19.398.936.326) (19.398.936.326) (19.398.936.326)

Laba (Rugi)

Sebelum Pajak

(8.669.399.854) (8.669.399.854) (9.924.989.423)

Sumber: PT. XYZ dan diolah kembali oleh penulis

Dari tabel 4.12 terlihat bahwa rugi sebelum pajak perusahaan sebesar

Rp. 8.669.399.854,00 dan pengeluaran kas perusahaan untuk membayar PPh Pasal

21 karyawan adalah Rp. 486.880.586,00. Sedangkan apabila menggunakan gross-

up method, rugi sebelum pajak adalah sebesar Rp. 9.924.989.423,00 dan

pembayaran PPh Pasal 21 atas karyawan Rp. 765.708.983,00, sehingga terlihat

apabila perusahaan menggunakan gross-up method, perusahaan akan dapat

mengkompensasi kerugiannya untuk tahun berikutnya lebih besar dibandingkan

dengan menggunakan net method dan gross method. Apabila perusahaan

diprediksi akan mengalami kerugian pada akhir tahun dan tahun berikutnya

diprediksi mendapatkan laba maka perusahaan dapat melakukan perencanaan

pajak PPh Pasal 21 dengan menggunakan metode pemotongan gross-up karena

rugi fiskal yang dialami oleh perusahaan akan dapat dikompensasi pada tahun

berikutnya. Tetapi karena tingkat kompensasi kerugian hanya dapat dikompensasi

maksimal selama 5 tahun berdasarkan UU No. 7 tahun 1983 Pasal 6 ayat (2)

tentang Pajak Penghasilan yang telah diubah dalam UU No. 36 Tahun 2008

bahwa kerugian dapat dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

68

Universitas Indonesia

berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun. Maka apabila perusahaan

diprediksikan akan mengalami kerugian untuk beberapa tahun ke depan (lebih

dari 5 tahun berturut-turut) maka salah satu perencanaan pajak perusahaan adalah

dengan mengalihkan kebijakan manajemen perusahaan dalam pemberian kepada

karyawan yang awalnya diberikan dalam bentuk kas menjadi pemberian dalam

bentuk natura atau kenikmatan dan sebaiknya metode yang digunakan oleh

perusahaan ialah net method agar perusahaan dapat memperoleh laba sehingga

laba PPh Badan tahun tersebut akan bisa menyerap kompensasi kerugian pada

tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, jumlah PPh Pasal 21 dengan menggunakan

net method juga lebih kecil dibandingkan apabila menggunakan gross-up method

karena kesejahteraan karyawan dialihkan dalam bentuk natura atau kenikmatan

sehingga pembayaran kas yang dibayarkan oleh perusahaan untuk PPh Pasal 21

untuk karyawan lebih kecil atau mengurangi pengeluaran kas perusahaan.

Tabel 4.13

Perbandingan kondisi laba dan kondisi rugi

(Dalam satuan mata uang Rupiah)

Kondisi Laba

Keterangan Gross Method Net Method Gross-Up Method

PPh Pasal 21 (Kas

yang perusahaan

keluarkan)

0 486.880.586 765.708.983

PPh Badan 8.530.991.437 8.530.991.437 8.217.094.043

Pengeluaran Pajak 8.530.991.437 9.017.872.023 8.982.803.026

Kondisi Rugi

Keterangan Gross Method Net Method Gross-Up Method

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

69

Universitas Indonesia

PPh Pasal 21 (Kas

yang perusahaan

keluarkan)

0 486.880.586 765.708.983

Jumlah yang dapat

dikompensasi

(8.669.399.854) (8.669.399.854) (9.924.989.423)

Pengeluaran Pajak 0 486.880.586 765.708.983

Sumber: PT. XYZ dan diolah kembali oleh penulis

Dari tabel 4.13 maka penulis dapat menganalisa metode yang sebaiknya

digunakan baik dari sisi laporan keuangan perusahaan maupun dari sisi pajak.

Apabila perusahaan dalam kondisi mendapatkan laba dan menggunakan gross-up

method maka beban pajak yang dapat diakui lebih besar sehingga income

(penghasilan) perusahaan akan berkurang. Jika dilihat dari sisi laporan keuangan

komersial maka kondisi ini tidak menguntungkan perusahaan karena income yang

dihasilkan perusahaan berkurang dan menjadi lebih kecil dan hal ini memengaruhi

para investor dalam mengambil keputusan investasi yang akan dipilih dan

diputuskannya terhadap perusahaan. Tetapi sebaliknya apabila dilihat dari sisi

perpajakan, dengan perusahaan menggunakan metode gross-up maka pilihan

tersebut dapat menguntungkan perusahaan karena total pengeluaran pajak PPh

Pasal 21 dan PPh Badan yang dikeluarkan oleh perusahaan akan menjadi lebih

kecil tanpa mengesampingkan kesejahteraan karyawannya.

Apabila perusahaan dalam kondisi merugi dan menggunakan gross-up

method maka beban yang diakui oleh perusahaan akan menjadi lebih besar dan

mengakibatkan kerugian pada perusahaan akan semakin besar, dan apabila dilihat

dari sisi laporan keuangan komersial hal ini akan sangat tidak menguntungkan

bagi perusahaan karena kerugian yang besar tersebut akan berdampak negatif bagi

perusahaan dimata pasar. Tetapi sebaliknya apabila dilihat dari sisi perpajakan,

kerugian tersebut dapat menjadi menguntungkan untuk perusahaan karena

kerugian tersebut dapat dikompensasikan dan kompensasi kerugian untuk tahun

berikutnya dapat diakui lebih banyak, akan tetapi dengan catatan kerugian tersebut

tidak lebih dari 5 tahun berturut-turut, karena berdasarkan peraturan perpajakan

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

70

Universitas Indonesia

kerugian dapat dikompensasi maksimal selama 5 tahun. Apabila perusahaan rugi

selama lebih dari 5 tahun berturut-turut maka kerugian 5 tahun yang lalu tidak

dapat dikompensasikan lagi atau tidak akan terserap pada laba tahun ini dan akan

hilang.

4.2.8 Penilaian (Evaluasi) atas Perencanaan Pajak pada PT. XYZ

Perbedaan perlakuan akuntansi dan pajak dalam pengakuan pendapatan

dan beban akan mengakibatkan perbedaan laba komersial dan fiskal. Dalam

laporan keuangan komersial setiap pengeluaran yang dikeluarkan oleh perusahan

dalam operasinya dapat dijadikan beban, namun berdasarkan perpajakan tidak

semua beban komersial dapat dijadikan beban secara fiskal. Hal ini mendorong

perusahaan untuk menciptakan dan melaksanakan perencanaan pajak yang efektif

untuk dapat mengoptimalkan beban-beban perusahaan. Suatu perencanaan pajak

dapat dikatakan baik dan memenuhi syarat apabila disusun melalu konsep yang

jelas, perhitungan yang cermat dan tidak melanggar ketentuan perpajakan yang

berlaku.

Perencanaan pajak sebagai suatu perencanaan merupakan sebagian kecil

dari seluruh perencanaan strategis perusahaan, oleh karena itu perlu dilakukan

evaluasi untuk melihat sejauh mana hasil pelaksanaan suatu perencanaan pajak

terhadap beban pajak perusahaan.

Tabel 4.14

PPh Badan dan PPh Pasal 21 PT. XYZ Tahun 2011

(Dalam satuan mata uang Rupiah)

Keterangan Gross Method Net Method Gross-Up Method

PPh Badan 8.530.991.437 8.530.991.437 8.217.094.043

PPh Pasal 21 0 486.880.586 765.708.983

Jumlah 8.530.991.437 9.017.872.023 8.982.803.026

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

71

Universitas Indonesia

Pengeluaran Pajak

Sumber: PT. XYZ dan diolah kembali oleh penulis

Dalam perhitungan sebelumnya dari tabel 4.14 maka dapat dilakukan

evaluasi pajak atas perencanaan pajak yang dilakukan oleh PT. XYZ dalam

rangka meminimalisasi beban pajak yang terutang. Berdasarkan hasil dari

perhitungan dengan menggunakan gross-up method dibandingkan dengan net

method, perusahaan dapat melakukan penghematan atas beban pajaknya sebesar

Rp. 9.017.872.023,00 – Rp. 8.982.803.026,00 = Rp. 35.068.997,00 sehingga dapat

dikatakan bahwa manajemen pajak atas PPh 21 terkait dengan penghasilan

karyawan sebagai upaya penghematan PPh Badan yang dilakukan oleh PT. XYZ

telah berhasil.

4.3 Tax Implementation pada PT. XYZ

Dalam pelaksanaan pajak, ada 2 hal yang perlu dikuasai dan dilaksanakan,

yaitu memahami ketentuan perundang-undangan perpajakan dan

menyelenggarakan pembukuan yang memenuhi syarat.

Sesuai dengan UU PPh No. 17 Tahun 2000, setiap pemberi kerja wajib

untuk melakukan pemotongan, penyetoran dan pelaporan atas pajak penghasilan

karyawannya. PT. XYZ sebagai pihak yang melakukan penghitungan pemotongan

PPh Pasal 21, dan juga sebagai pihak yang memungut potogan tersebut

mempunyai kewajiban melakukan pengelolaaan administrasi pelaksanaan Pajak

Penghasilan Pasal 21 atas karyawan. Setiap awal tahun takwim, PT. XYZ

melakukan update data karyawan yang mecakup domisili, status, jumlah

tanggungan, dan data lainnya terkait karyawan. Setiap bulannya PT. XYZ

melakukan penghitungan pemotongan atas penghasilan karyawan, menyetorkan

Pajak Penghasilan Pasal 21 ke Bank Persepsi dengan menggunakan Surat Setoran

Pajak (SSP), biasanya pembayaran ini dilakukan menjelang batas akhir

pembayaran PPh Pasal 21 yaitu tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah masa

pajak berakhir. Penyetoran dilakukan pada saat-saat terakhir batas pembayaran

dikarenakan uang yang seharusnya dikeluarkan atau disetor akan dapat digunakan

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

72

Universitas Indonesia

terlebih dahulu untuk keperluan lainnya, sehingga aliran kas perusahaan dapat

berjalan dengan baik. PT. XYZ juga berkewajiban untuk melaporkan Pajak

Penghasilan tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak dimana PT. XYZ terdaftar

dengan menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT), pelaporan ini dilakukan PT.

XYZ selambat-lambatnya tanggal 20 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak

berakhir.

Tabel 4.15

Tanggal Setor dan Lapor PPh Pasal 21 PT. XYZ untuk Tahun 2011

Masa Pajak Tangga Setor Tanggal Lapor

Januari 10 Februari 2011 18 Februari 2011

Februari 8 Maret 2011 18 Maret 2011

Maret 8 April 2011 18 April 2011

April 9 Mei 2011 20 Mei 2011

Mei 9 Juni 2011 20 Juni 2011

Juni 8 Juli 2011 18 Juli 2011

Juli 8 Agustus 2011 19 Agustus 2011

Agustus 8 September 2011 20 September 2011

September 10 Oktober 2011 20 Oktober 2011

Oktober 10 November 2011 18 November 2011

November 9 Desember 2011 20 Desember 2011

Desember 9 Januari 2012 20 Januari 2012

Sumber: PT. XYZ dan diolah kembali oleh penulis

Pelaksanaan kewajiban pemotongan pada PT. XYZ dimulai dengan

melakukan perhitungan kewajiban pemotongan PPh Pasal 21, dilanjutkan dengan

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

73

Universitas Indonesia

otorisasi pembayaran oleh pihak yang telah ditentukan dan pembayaran gaji

kepada karyawan serta melakukan penyetoran PPh Pasal 21 dan terakhir

pelaporan atas pemotongan tersebut.

Pelaksanaan pajak yang diselenggarakan oleh PT. XYZ untuk tahun 2011

sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku dimana PT. XYZ melakukan

penyetoran, dan pelaporan kewajiban perpajakannya terkait PPh Pasal 21nya

berdasarkan waktu yang telah ditetapkan oleh peraturan perpajakan sehingga tidak

terjadi keterlambatan dan sanksi administrasi yang dapat merugikan perusahaan.

Perusahaan juga menyelenggarakan pembukuan atas kegiatan usahanya

dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia.

Sedangkan catatan-catatan maupun dokumen-dokumen yang menjadi dasar

pencatatan telah disimpan dan diarsip oleh perusahaan.

4.4 Tax Control pada PT. XYZ

PT. XYZ tidak melakukan pengendalian pajak secara tertulis seperti

Standard Operating Procedure (SOP) yang berhubungan dengan ketentuan

penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21nya, pengendalian pajak hanya dilakukan

oleh satu orang saja yaitu pada bagian pajak yang bertugas sebagai taxation

control. Meskipun dalam pelaksanaannya jarang ditemukan kesalahan-kesalahan

yang berarti dan jarang terjadi keterlambatan penyetoran dan pelaporan

perpajakan akan tetapi seharusnya PT. XYZ membuat SOP terkait dengan

perpajakannya agar lebih terorganisir sistem perpajakan pada perusahaan

mengenai pelaksanaan kewajiban pemotongan yang mencakup perhitungan

kewajiban pemotongan PPh Pasal 21, otorisasi pembayaran, pembayaran gaji

karyawan, penyetoran PPh Pasal 21 dan pelaporan PPh Pasal 21.

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

74 Universitas Indonesia

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan analisa dan pembahasan pada bab sebelumnya tentang

manajemen pajak (tax planning, tax implementation dan tax control) pada PPh

Pasal 21 yang diterapkan oleh PT. XYZ, maka penulis mencoba untuk mengambil

beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut:

1) Perencanaan Pajak Penghasilan Pasal 21 pada PT. XYZ dimulai dengan

menetapkan kebijakan-kebijakan yang dipilih perusahaan. Terdapat beberapa

kebijakan yang diambil oleh perusahaan dalam tax planning (perencanaan

pajak) pada Pajak Penghasilan Pasal 21 karyawan, yaitu:

1) Jenis pemberian

Jenis pemberian yang dipilih oleh perusahaan bukan hanya semata-mata

mencari keuntungan dari sisi perusahaan akan tetapi setiap kebijakan yang

dipilih juga mempertimbangkan aspek kesejahteraan karyawannya, maka

kebijakan yang diambil perusahaan mayoritas ialah memberikan benefit in

cash atau uang tunai sehingga dari sisi perusahaan dapat dijadikan sebagai

beban pengurang penghasilan bruto pada laporan laba rugi perusahaan

(deductible expense) dan dari sisi karyawan maka penghasilan mereka

bertambah dan menjadi taxable income, juga pemberian benefit in kind

(kenikmatan atau natura) yang walaupun kebanyakan dari benefit in kind

tidak dapat dijadikan sebagai pengurang penghasilan bruto pada laba rugi

perusahaan.

2) Metode perhitungan PPh Pasal 21

Ada 3 jenis metode didalam perhitungan atau pemotongan PPh Pasal 21

yaitu gross method (ditanggung karyawan), net method (ditanggung

perusahaan) dan gross-up method (ditunjang perusahaan). Metode tersebut

dipilih berdasarkan kebijakan yang diambil oleh perusahaan dan dalam

kasus ini PT. XYZ memilih untuk menggunakan metode gross-up dalam

menghitung jumlah Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

75

Universitas Indonesia

karyawannya. Metode grosss-up dipilih karena walaupun beban yang

ditanggung perusahaan akan meningkat akan tetapi beban atau biaya

tersebut dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto pada laporan laba rugi

perusahaan dan berpengaruh kepada laba perusahaan yang menjadi kecil

sehingga jika dilihat dari sudut pandang perusahaan untuk pencapaian laba

menjadi tidak optimal akan tetapi jika secara fiskal jumlah beban pajak yang

ditanggung menjadi lebih kecil (penghematan pajak).

2) Bentuk metode gross-up dipilih oleh perusahaan dalam kondisi laba maupun

kondisi rugi dengan catatan rugi yang dialami perusahaan tidak lebih dari 5

tahun berturut-turut, karena berdasarkan peraturan perpajakan bahwa kerugian

dapat dikompensasi maksimal selama 5 tahun kecuali perusahaan diprediksi

akan mengalami rugi lebih dari 5 tahun maka metode pemotongan PPh Pasal

21 yang sebaiknya digunakan ialah net method agar perusahaan dapat

memperoleh laba, sehingga laba PPh Badan tahun ini akan mendapatkan

kompensasi dengan tahun-tahun yang lalu dan juga jumlah PPh Pasal 21 akan

lebih kecil dengan menggunakan net method. Jika perusahaan mengalami

kerugian lebih dari 5 tahun berturut-turut maka kerugian 5 tahun yang lalu

tidak dapat dikompensasi lagi.

3) Jika perusahaan diprediksi akan mendapatkan laba maka perencanaan pajak

sangat tepat agar beban pajaknya dapat di dihemat dengan menekankan kepada

besarnya PPh Badan misalnya dengan mengurangi pemberian benefit in kind

karena tidak dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto pada laba

rugi perusahaan.

4) Jika perusahaan masih rugi maka perencanaan pajak lebih menekankan kepada

PPh Pasal 21 dengan memperhatikan kas yang dikeluarkan perusahaan, dengan

kondisi rugi maka pemberian natura ini menjadi pilihan yang tepat karena akan

mengurangi pengeluaran kas perusahaan dan memperkecil PPh Pasal 21 atas

penghasilan karyawan sementara PPh Badan masih tetap nihil.

5.2 Saran

Dari beberapa kesimpulan diatas maka penulis mencoba memberikan

beberapa saran mengenai penerapan manajemen pajak pada Pajak Penghasilan

Pasal 21 PT. XYZ atas penghasilan karyawan, yaitu:

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

76

Universitas Indonesia

1) Manajemen pajak yang telah dilakukan oleh PT. XYZ sudah relatif efektif,

namun penulis menyarankan agar perusahaan lebih cermat memilih

kebijakannya misalnya mengganti kebijakan memberikan benefit in kind

karena tidak dapat dijadikan beban sebagai pengurang penghasilan bruto pada

laporan laba rugi perusahaan.

2) Walaupun terlihat bahwa PT. XYZ telah menjalankan kewajiban pajaknya

dengan baik akan tetapi lebih baik lagi apabila perusahaan membuat SOP

(Standard Operating Procedure) akan perpajakannya agar semua orang

diperusahaan mengetahui dengan jelas apa yang seharusnya dilakukan dan

dipatuhi oleh perusahaan akan perpajakannya.

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358070-TA-Marcia Kambarwati.pdf · MANAJEMEN PAJAK TERKAIT PPH PASAL 21 ATAS ... Pak atas

77 Universitas Indonesia

DAFTAR REFERENSI

Undang-Undang RI No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 28 Tahun 2007.

Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 17 Tahun 2000 dan perubahan keempat dengan UU No. 36 Tahun 2008.

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-545/PJ/2000 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-15/PJ./2006, tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran, Dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, Dan Kegiatan Orang Pribadi.

Peraturan Menteri Keuangan No.252/PMK.03/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak Atas Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa Dan Kegiatan Orang Pribadi.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per 31/PJ./2009 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per 57/PJ./2009 Tanggal 12 Oktober 2009.

Zain, Mohammad. (2007). Manajemen Perpajakan (Edisi 3). Jakarta: Salemba Empat

Waluyo. (2009). Perpajakan Indonesia Buku 1 (Edisi 9). Jakarta: Salemba Empat.

Suandy, Erly. (2011). Perencanaan Pajak. Jakarta: Salemba Empat.

Manajemen pajak..., Marcia Kambarwati, FE UI, 2012