UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS...

109
UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS EKONOMI BANGUNAN Studi Kasus Engineering Centre dan Rektorat UI SKRIPSI AJENG DWI ASTUTI 0806332130 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI ARSITEKTUR UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JULI 2012 Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Transcript of UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS...

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

UNIVERSITAS INDONESIA

DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS EKONOMI BANGUNAN

Studi Kasus Engineering Centre dan Rektorat UI

SKRIPSI

AJENG DWI ASTUTI

0806332130

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

JULI 2012

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

i

UNIVERSITAS INDONESIA

DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS EKONOMI BANGUNAN

Studi Kasus : Engineering Center dan Rektorat UI

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Arsitektur

AJENG DWI ASTUTI

0806332130

FAKULTAS TEKNIK

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

JULI 2012

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

iv

KATA PENGANTAR/UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan ini dilakukan

dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Arsitektur Jurusan Arsitektur pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Pada

kesempatan ini saya ingin mengucapkan beberapa rasa terimakasih kepada

beberapa pihak yang telah berperan serta sejak awal hingga pengumpulan skripsi

ini

1. Bapak Dr. –Ing Dalhar Susanto selaku pembimbing saya dalam skripsi. Terima

kasih sedalam – dalamnya saya ucapkan kepada bapak atas waktu dan

perhatian yang bapak curahkan, serta segala saran dan masukan yang sangat

membantu saya merumuskan karya ilmiah ini. Without you, i’ll never be who i

am today.

2. Keluarga saya atas dukungan dalam segala bentuk. Melebihi segalanya,

terimakasih telah memberi saya tempat untuk pulang.

3. Bapak Adi dan Mas Jum dari Data Centre Engineering Centre Fakultas Teknik

UI, serta staff bagian Arsip Rektorat UI yang telah membantu saya mengakses

data yang saya butuhkan dalam penulisan ilmiah ini.

4. Bapak Ir. Azrar Hadi, Ph.D dan Bapak Prof. Dr. Ir. Abimanyu T. Alamsyah ,

Dip. D.P., M.S selaku dosen penguji saya, atas semua masukan dan koreksi

yang bapak berikan untuk membuat penulisan ilmiah saya menjadi karya yang

lebih baik. 45 menit sidang yang singkat namun banyak sekali ilmu yang bapak

teruskan kepada saya. Insyaallah saya akan mengamalkan dan memanfaatkan

ilmu yang saya dapatkan tersebut dengan sebaik – baiknya

5. Teman – teman yang telah membantu merumuskan skripsi ini menjadi

sebuah karya yang utuh. Terimakasih telah mendampingi saat saya sedang

sadar dan saat sedang tidak sadar. Saat sedang apatis maupun saat sedang

manja. Terimakasih atas segala keyakinan yang diberi saat skripsi ini

memasuki masa sulit, membosankan dan tidak menarik. Juga kepada teman

satu bimbingan skripsi yang telah meredakan banyak kecemasan yang saya

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

v

rasakan dengan melangkah bersama dan menjadi teman senasib

sepenanggungan. Kepada teman – teman penghuni terang kosan, saya sangat

beruntung menjadi bagian dari kalian..dan kepada teman - teman penghuni

gelap kosan..saya merasa beruntung mempunyai kalian sebagai bagian dari

saya . Hari – hari penulisan skripsi yang diisi dengan banyak kafein, soda, dan

kartu remi tidak akan berwarna tanpa kalian, dan akan menjadi hal yang selalu

sangat saya rindukan di masa depan. Banyak euphoria yang saya rasakan

bersama kalian, baik dan buruknya membantu membentuk dan mempersiapkan

saya menghadapi hari – hari pasca kelulusan. Saya menyadari tidak akan

semudah ini menemukan teman yang seragam dari segi habit, kantong, jam

tidur, solidaritas / kemurean, selera humor, toleransi pada berbagai skip,

golongan darah, reflek pada musik, kecepatan berprogress, pola pikir serta

kecintaan pada teman senasib…thank you so very much..and would you please

remember me?

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa

manfaat bagi ilmu arsitektur.

Depok, 6 Juli 2012

Ajeng Dwi Astuti

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

vii

Nama : Ajeng Dwi Astuti

Program Studi :Arsitektur

Judul :Desain Arsitektur Berbasis Ekonomi Bangunan

ABSTRAK

Dewasa ini bangunan sering dianggap sebagai sebuah produk ekonomi yang

sangat erat kaitannya dengan biaya. Pengendalian biaya dalam tahap perancangan

akan melibatkan pemahaman terhadap ekonomi bangunan untuk dapat mengetahui

efisiensi komponen – komponen dalam bangunan tersebut. Komponen dalam

ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya diantaranya bentuk

bangunan, orientasi bangunan, inti bangunan, sirkulasi, utilitas, transportasi vertikal,

struktur bangunan, material eksterior. Peninjauan ekonomi bangunan terhadap

komponen bangunan studi kasus menunjukkan bahwa desain yang simpel dan

menerapkan standar minimum adalah desain dengan efisiensi tinggi dan mempunyai

nilai ekonomis yang baik.

Kata Kunci : Biaya, Ekonomi Bangunan, Desain, Efisiensi

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

viii

Name : Ajeng Dwi Astuti

Study Program :Architecture

Title :Architectural Design Based on Building Economics

ABSTRACT

Building today is often regarded as an economic product that is closely associated

with the cost. Cost control in the design phase will involve an understanding of

building economics to be able to know the effectiveness of building components.

Components that play a role in building cost is; building form, natural lighting,

building core, circulation, utility, vertical transportation, building structure and

exterior material. Economic review of the building components of case studies show

that a simple design and implementation of minimum standards have high efficiency

and have a good economic value.

Keywords: Costs, Economics Building, Design, Efficiency

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………….. i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ………………………………………… ii

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………………… iii

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………… iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH …………………………………….. vi

ABSTRAK ………………………………………………………………………………. vii

ABSTRACT …………………………………………………………………………….. viii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………. ix

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………………. xi

DAFTAR TABEL ……………………………………………………………………. xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………………..……. 1

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………..…. 1

1.2 Tujuan Penulisan ……………………………………………………………….….. 3

1.3 Metode Penulisan …………………………………………………………….……. 3

1.4 Sistematika Penulisan ………………………………………………………………. 4

BAB 2 KAJIAN TEORI ……………………………………………………...………... 5

2.1 Bentuk Bangunan………………………………………………………………...….. 5

2.2 Orientasi Bangunan………………………………………………………………….. 7

2.3 Inti Bangunan …………………………………..…………………………………... 8

2.3.1. Karakteristik Inti Bangunan…………………………………………………...… 8

2.4 Jarak Antar Lantai……………………………….………………………………….. 9

2.5 Sirkulasi……………………………………………………………………………… 10

2.6 Toilet ……………………………………………………………………………..…. 11

2.6.1. Pengadaan Toilet……………………………………………………………...…. 11

2.6.2. Peletakan Toilet………………………………………………………………….. 12

2.6.3. Operasional …………………………………..………………………………..... 12

2.7 Mekanikal Elektrikal ……………………………………………………….………. 12

2.7.1. Penghawaan Buatan………………………………………………………...……. 12

2.7.2. Jaringan Air …………………….………………………………………………. 13

2.7.3. Listrik …………………………………..……………………………………….. 13

2.7.4 Jalur Distribusi Utilitas……………………………….…………………………. 13

2.8 Luas Lantai Efektif ………………………………………………………………….. 14

2.9 Transportasi Vertikal ……………………………………………………….………. 15

2.9.1. Tangga……………………………………………………………...……………. 15

2.9.2. Ramp dan Lift Kebakaran……………………………………………….………. 16

2.9.3. Lift…………………………………..………………………………................. 16

2.10 Struktur bangunan …………………………………………………………………. 19

2.10.1. Struktur Bawah …………………………………………………………...…….. 20

2.10.2. Struktur Atas………………………………………………………………….. 23

2.10.3. Material Struktur ………………………………..………………………………. 25

2.10.4 Dilatasi Struktur……………………………….………………………………… 27

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

x

2.10.5 Grid Kolom……………………………….……………………………………... 29

2.11 Material Eksterior ………………………………………………………….………. 30

BAB 3 STUDI KASUS …………………………………………………………………. 33

3.1 Engineering Centre FTUI…………………………………………………………… 33

3.1.1. Bentuk Bangunan……………………………………………………………...….. 35

3.1.2. Orientasi Bangunan……………………………………………………………….. 36

3.1.3. Inti Bangunan …………………………………..………………………………... 36

3.1.4 Jarak Antar Lantai……………………………….……………………………….. 37

3.1.5 Sirkulasi………………………………………………………………………….. 38

3.1.6 Toilet …………………………………………………………………………..…. 40

3.1.7 Mekanikal Elektrikal …………………………………………………….………. 42

3.1.8 Luas Lantai Efektif ………………………………………………………………. 45

3.1.9 Transportasi Vertikal …………………………………………………….………. 47

3.1.10 Struktur bangunan ………………………………………………………………. 51

3.1.11 Material Eksterior ……………………………………………………….………. 55

3.2 Rektorat UI……………………………………………………………………….….. 56

3.2.1. Bentuk Bangunan……………………………………………………………...….. 57

3.2.2. Orientasi Bangunan……………………………………………………………….. 58

3.2.3. Inti Bangunan …………………………………..………………………………... 58

3.2.4 Jarak Antar Lantai……………………………….……………………………….. 60

3.2.5 Sirkulasi………………………………………………………………………….. 61

3.2.6 Toilet …………………………………………………………………………..…. 62

3.2.7 Mekanikal Elektrikal …………………………………………………….………. 63

3.2.8 Luas Lantai Efektif ………………………………………………………………. 66

3.2.9 Transportasi Vertikal …………………………………………………….………. 68

3.2.10 Struktur bangunan ………………………………………………………………. 72

3.2.11 Material Eksterior ……………………………………………………….………. 77

3.3 Kesimpulan Studi Kasus ……………………………………………………….…….78

BAB 4 KESIMPULAN ………………………….………………………………………. 85

DAFTAR PUSTAKA & SUMBER REFERENSI

LAMPIRAN

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bentuk Bangunan ………………………………..……………………………… 6

Gambar 2.2 Perbandingan Keliling / Luas Bentuk Geometris dan Tak Beraturan.….. 7

Gambar 2.3 Fleksibilitas Ruang Inti Bangunan.. …………..……………………………… 9

Gambar 2.4 Modul Ruangan Pada Inti Bangunan ………………………………………… 10

Gambar 2.5 Bentuk bangunan dan Sirkulasi ………………………………..……………… 11

Gambar 2.6 Zona Lift dan Skylobby ………………………..………………………………. 19

Gambar 2.7 Pondasi Tiang Pancang.. …………..…………………………………………... 22

Gambar 2.8 Sistem Penahan Gaya Lateral …………………………………………………. 24

Gambar 2.9 Struktur Dengan Bahan Beton dan Baja……..……………………………….. 25

Gambar 2.10 Pemisahan Bangunan ………… …..…………………..………………………... 27

Gambar 2.11 Perbandingan Kolom Dengan Dan Tanpa Dilatasi …………..…………….. 28

Gambar 2.12 Potongan Kolom Pada Daerah Dilatasi………..……………..……………….. 28

Gambar 2.13 Dimensi Parkir Standar ………………………..……………………………….. 30

Gambar 3.1 Lokasi Engineering Centre FTUI dan gedung Rektorat UI ………………. 33

Gambar 3.2 Gedung Engineering Centre dan Denah Engineering Centre……….…….. 34

Gambar 3.3 Alternatif Bentuk bangunan ……………………………………………………. 36

Gambar 3.4 Alternatif Inti Bangunan ……………………………………….............. ……. 36

Gambar 3.5 Jarak Antar Lantai Pada Dua Massa Bangunan ……………………………… 37

Gambar 3.6 Plafon Massa Bangunan Dengan Jarak Antar lantai Rendah ……………… 38

Gambar 3.7 Perbandingan Tata Letak Sirkulasi di Tengah dan di Pinggir Bangunan... 39

Gambar 3.8 Peletakan Toilet gedung EC ……………………………………………........... 41

Gambar 3.9 Layout Toilet EC ……………….………………………………………………… 42

Gambar 3.10 Area Dengan Sistem AC Sentral ………………………………………... 43

Gambar 3.11 Peletakan Outdoor AC Split Pada Fasad ….. ………………………………… 43

Gambar 3.12 Peletakan Ruang Trafo dan Tangki Air ………………………………………... 44

Gambar 3.13 Perbandingan Penggunaan Satu Dan Dua Shaft Untuk Dua Area Service.45

Gambar 3.14 Plafon Bangunan ……………………………….…….………………………….. 45

Gambar 3.15 Jenis Tangga Pada Gedung Engineering Centre FTUI ……………………... 48

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

xii

Gambar 3.16 Letak dan Area Pelayanan Tangga Darurat EC FTUI……… ……………... 48

Gambar 3.17 Letak dan Area Pelayanan Kelima Tangga EC FTUI ……………………….. 49

Gambar 3.18 Letak Ramp Pada Denah dan Tampakan Perbedaan Kemiringan Ramp….. 50

Gambar 3.19 Peletakan Lift Barang dan Lift Orang EC FTUI ……………………………… 51

Gambar 3.20 Penggunaan Kolom Pada Bangunan…………………………………………… 52

Gambar 3.21 Kolom Besar Pada Bangunan …………………………………………………… 52

Gambar 3. 22 Struktur Atap Bangunan …………………………………………………………. 53

Gambar 3.23 Perbandingan dilatasi pada bentuk eksisting dan eksperimen……………. 54

Gambar 3.24 Denah Dengan Grid 6x6 m ……………………….…. …………………………. 55

Gambar 3.25 Material Eksterior Bangunan …………………..………………………………. 56

Gambar 3.26 Rektorat UI ………………………………………………………………………... 57

Gambar 3.27 Perbandingan Keliling Lantai Bawah Dan Atas Bangunan ………………… 58

Gambar 3.28 Gambaran Sistem Struktur Rektorat UI ……………………………..……….. 59

Gambar 3.29 Alternatif Denah Rektorat Dengan Inti Bangunan …………………………... 59

Gambar 3.30 Jarak Antar Lantai Rektorat UI …………………………………………………. 60

Gambar 3.31 Alternatif Sirkulasi Rektorat dengan Inti Bangunan ……….... ……………. 61

Gambar 3.32 Letak Shaft Air Pada Rektorat UI………………………………………… 63

Gambar 3.33 Peletakan Outdoor AC Split Pada Fasad Bangunan………………………….. 64

Gambar 3.34 Lobi Basement ………………………………………….…............................. 64

Gambar 3.35 Peletakan Tangki Air Dan Ruang Pompa ………………………..………..….. 65

Gambar 3.36 Peletakan Shaft dan Skema Perjalanan Jalur Utilitas ……………………….. 66

Gambar 3.37 Area Service Rektorat UI………………………………………………………... 68

Gambar 3.38 Area Pelayanan Tangga Darurat Pada Rektorat………………………………. 69

Gambar 3.39 Jalur Pendek dan Panjang Pencapaian Tangga Darurat…………………….. 70

Gambar 3.40 Alternatif Peletakan Pintu Tangga Darurat Pada Sisi Yang Berbeda …….. 71

Gambar 3.41 Ketiga lift Pad Rektoorat UI………….….............................................. 71

Gambar 3.42 Potongan melintang Bangunan …………………………………..……………… 72

Gambar 3.43 Struktur Atas Bangunan Rektorat UI ………………………………………….. 73

Gambar 3.44 Penampang Dua Jenis Kolom Pada Strukktur Rektorat UI ……………… 73

Gambar 3.45 Pengurangan Ukuran Kolom ……………………………………………………. 74

Gambar 3.46 Balok Struktur Rektorat UI ………………………………………….…............ 74

Gambar 3.47 Modul Ruangan Pada Rektorat UI …………………………………..…………. 76

Gambar 3.48 Bangunan Dengan Grid Kolom 7.2m dan Grid Kolom 6x6……………… 76

Gambar 3.49 Eksterior Bangunan ………………………………………………………. 77

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Inti Bangunan ………………………………..…………………………. 9

Tabel 2.2 Bentuk Bangunan dan Sirkulasi ………………………………..……………… 11

Tabel 2.3 Jalur Distribusi Utilitas ………………………………..…………………………. 14

Tabel 2.4 Presentasi beban puncak berbagai bangunan …………………………………. 17

Tabel 2.5 Struktur Bawah Bangunan ………………………………..……………………... 20

Tabel 2.6 Perbandingan Beton dan Baja Sebagai Material Struktur…………………… 26

Tabel 3.1 Luas Area Sirkulasi Pada Engineering Centre FTUI ………………………… 39

Tabel 3.2 Pengadaan Sarana Sanitasi Gedung Engineering Centre……………………. 40

Tabel 3.3 Perhitungan Jumlah Luas Area Tidak Produktif EC FTUI ……………….. 46

Tabel 3.4 Perhitungan Jumlah Luas Area Sirkulasi EC FTUI……..…………………… 46

Tabel 3.5 Pengadaan Sarana Sanitasi Gedung Rektorat UI…………………………. 62

Tabel 3.6 Perhitungan Luas Lantai Non Produktif Pada Gedung Rektorat UI ……… 66

Tabel 3.7 Perhitungan Luas Lantai Sirkulasi Pada Gedung Rektorat UI…………… 67

Tabel 3.8 Hasil Analisis Ekonomi Bangunan Pada Bangunan Studi Kasus………… 78

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini dalam dunia arsitektur tengah berkembang istilah sustainable

architecture atau arsitektur berkelanjutan. Arsitektur berkelanjutan merupakan

dukungan bagi pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang bertujuan

untuk mempertahankan sumber daya alam agar dapat memenuhi bukan hanya

kebutuhan masa kini, melainkan juga kebutuhan generasi yang akan datang.

Arsitektur mempunyai andil besar berkaitan dengan pemakaian sumber daya alam

berupa bahan baku material bangunan. Tidak bisa dipungkiri bahwa kebutuhan akan

bangunan semakin meningkat seiring bertambah dan berkembangnya penduduk

dunia. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah manajemen yang dapat mengatur sebuah

perancangan bangunan secara sistematis dengan menggunakan sumber daya yang ada

secara efisien agar tercapai tujuan proyek tersebut tersebut secara optimal.

Dalam manajemen konstruksi bangunan, terdapat tiga hal yang penting

diperhatikan, yaitu waktu pengerjaan, mutu dan biaya. Ketiganya merupakan elemen

yang memerlukan pengendalian, sebab apabila salah satunya mendominasi, maka

elemen yang lain akan dikorbankan. Sebagai contoh apabila ingin mendapatkan

sebuah desain gedung yang indah dengan harga murah, maka kemungkinan waktu

pengerjaannya akan relatif lebih lama. Sedangkan apabila sebuah gedung dituntut

untuk indah dengan waktu pengerjaan cepat, maka biaya yang timbul akan lebih besar

sebagai konsekuensi dari upaya percepatan proses konstruksi. Permasalahannya

adalah seringkali arsitektur masa kini tidak sejalan dengan asas optimalisasi dan

mengedepankan mutu bangunan yang diartikan dengan estetika. Hal ini menyebabkan

ketidakseimbangan elemen dalam manajemen konstruksi, yang biasanya prioritas

pada estetika berimbas pada besarnya biaya.

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

2

Universitas Indonesia

Sebuah contoh dari hal ini dapat dilihat pada desain gedung BNI 46 Jakarta.

Gedung ini mendapat perhatian yang cukup banyak sehubungan dengan desain atap

bangunannya yang unik karena menyerupai sebuah pena. Arsitek dari gedung ini

Zeidler Robert Partnership, ingin menonjolkan bangunan pada skyline kota Jakarta,

yang biasanya diisi dengan atap gedung berbentuk kotak. Namun bagian atas

bangunan yang melancip tersebut akan menyebabkan kesulitan perawatan eksterior

bangunan di bagian tersebut. Sulitnya mencapai daerah tersebut oleh gondola standar

tentunya akan mengakibatkan penambahan biaya untuk maintenance berupa sistem

gondola khusus yang harus didatangkan dari luar negeri.

Penerapan estetik bangunan yang tidak ekonomis lainnya terlihat pada gedung

Pusat Informasi Agrobisnis Departemen Pertanian, Jakarta. Bangunan yang

dimaksudkan sebagai sarana rekreasi dan edukasi bidang pertanian tersebut

mengadopsi bentuk piramida museum Louvre Perancis, lengkap dengan eksterior

kaca yang melingkupi keseluruhan bangunan. Desain ini sengaja dipilih untuk

menjadikan bangunan ini landmark bagi kompleks perkantoran Departemen

Pertanian. Sayangnya, iklim tropis Indonesia kurang menguntungkan bagi

penggunaan materal kaca, dan hal tersebut menimbulkan masalah pada bangunan ini,

berupa suhu dalam ruangan yang cukup tinggi. Akibatnya, diperlukan upaya yang

besar untuk mengkondisikan udara dalam ruangan agar tetap nyaman. Penambahan

upaya ini tentunya menyebabkan penambahan biaya operasional bangunan.

Dilihat dari contoh diatas, terlihat bahwa biaya menjadi unsur lain turut yang

menentukan berhasil atau tidaknya sebuah bangunan. Terlebih lagi, bangunan –

bangunan ini mulai dipandang sebagai produk real estate yang menganut prinsip

ekonomi dan mengedepankan optimalisasi serta efisiensi. Pada bangunan seperti ini,

pengendalian biaya menjadi sangat penting, dan penekanan biaya akhir paling

mungkin dilakukan pada tahap perancangan. Oleh sebab itu, penting bagi seorang

arsitek—yang berperan dalam perancangan bangunan—untuk peka terhadap elemen

– elemen dalam perancangan yang mempunyai pengaruh cukup besar dalam biaya

akhir proyek. Pemikiran tentang aspek ekonomis dari elemen – elemen perancangan

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

3

Universitas Indonesia

bangunan ini bertujuan untuk mencari keseimbangan antara waktu pengerjaan, mutu

dan biaya dalam sebuah proyek.

Sehingga tulisan ini akan membahas keterlibatan ekonomi bangunan yang dapat

dilibatkan dalam perancangan bangunan

1.2. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ilmiah ini antara lain adalah untuk :

1.Mempelajari dan memahami asas – asas ekonomi bangunan pada tahap

perancangan bangunan, dan argumentasi yang mendasarinya.

2.Mengevaluasi bangunan studi kasus dengan menggunakan teori ekonomi bangunan.

1.3. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif serta

simulasi, yaitu penjabaran teori ekonomi bangunan dan simulasi penerapannya pada

bangunan studi kasus. Adapun langkah – langkah yang akan dilakukan dalam rangka

mencapai tujuan penulisan skripsi ini antara lain adalah :

Studi pustaka / literature

Kegiatan ini dilakukan dengan pendalaman topik dengan menelaah berbagai buku

yang berhubungan dengan bahasan skripsi. Teori yang didapat akan disesuaikan

dengan konteks bangunan yang dijadikan studi kasus.

Studi Kasus

Pada tahap ini kegiatan akan mencakup survey ke gedung yang dipilih, kemudian

melihat penerapan teori ekonomi bangunan terhadap bangunan tersebut. Dengan

menggunakan standar dan teori tersebut akan dilakukan analisis pada bangunan,

bagaimanakan efektifitas bangunan tersebut jika dipandang berdasarkan ekonomi

bangunan.

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

4

Universitas Indonesia

1.4. Sistematika penulisan

Penulisan karya ilmiah ini akan terbagi menjadi 5 bab diantaranya

BAB I PENDAHULUAN

Memuat latar belakang penulisan, tujuan penulisan dan metode penulisan.

BAB II KAJIAN TEORI

Menguraikan teori – teori yang didapat dari berbagai sumber yang terkait

dengan topik.

BAB III STUDI KASUS

Berisi tentang penerapan komponen – komponen perancangan terkait ekonomi

bangunan pada dua bangunan kantor yang dijadikan sebagai komparasi satu

sama lain.

BAB IV KESIMPULAN

Berisi hasil yang didapat dari penerapan teori kedalam dua bangunan, dan

hasil komparasi keduanya sehingga menjawab initial question dari penulisan

skripsi.

LAMPIRAN

Berisi gambar, grafik, table yang berkaitan dengan topic dan pembahasa

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

5 Universitas Indonesia

BAB 2

KAJIAN TEORI

Ekonomi Bangunan

Ekonomi bangunan adalah sebuah ilmu yang memandang bangunan dari segi

ekonomis. Menurut buku Building Economics (Seely, 1972), ilmu ini berfokus pada

dua hal yaitu :

Efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia

Perilaku efisiensi dalam konstruksi

Ilmu ini mengurai komponen – komponen perancangan bangunan yang memiliki

pengaruh besar dalam besar kecilnya biaya yang dikeluarkan semasa pembuatan

bangunan. Selanjutnya ekonomi bangunan menganalisis tiap komponen tersebut

seingga tercipta alternatif perancangan tiap komponen yang efisien sehingga

memperkecil biaya yang timbul, sebab penekanan biaya akhir paling mungkin

dilakukan pada tahap perencanaan. Alternatif terbaik tentunya tidak terlepas dari

perhatian terhadap aspek fungsi, utilitas, keamanan dan kenyamanan dari bangunan

tersebut.

Ilmu ekonomi bangunan pada dasarnya menghindari kesalahan pengambilan

keputusan dalam perancangan yang dapat memperburuk kinerja bangunan di masa

depan. Mempelajari ekonomi bangunan dapat menjadi salah satu bentuk tanggung

jawab seorang arsitek terhadap bangunan rancangannya.

2.1. Bentuk bangunan

Bentuk bangunan sangat mempengaruhi kinerja ekonomis sebuah bangunan.

Pada bangunan bertingkat, umumnya bentuk bangunan tercipta dari bentuk denah

lantai yang berulang keatas. Ketika membicarakan tentang efisiensi lahan, bentuk

denah lantai berulang ini mempunyai aspek ekonomis yang besar pengaruhnya pada

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

6

Universitas Indonesia

biaya proyek. Kesalahan perancangan bentuk denah satu lantai berati kesalahan pada

beberapa—bahkan mungkin seluruh—lantai. Secara umum bentuk bangunan terbagi

atas :

a. Bentuk geometris. Bentuk geometris merupakan bentukan yang berupa

kotak, persegi panjang, lingkaran, segitiga atau segibanyak.

b. Bantuk tidak beraturan. Bentuk ini merupakan bentukan yang tidak termasuk

salah satu bentuk geometris.

bentuk geometris bentuk tidak beraturan

Gambar 2. 1. Bentuk Bangunan

Sumber : Data Pribadi

Aspek ekonomis bentuk bangunan berkaitan dengan rasio keliling bangunan dan

luas lantai. Keliling bangunan lebih besar akan menyebabkan peningkatan biaya

untuk dinding eksterior bangunan. Semakin rendah rasio keliling/luas lantai, semakin

ekonomis bentuk bangunan tersebut (Seely, 1972). Berdasarkan hal tersebut, maka

bentuk geometris akan mempunyai nilai ekonomis lebih besar dibanding bentuk tidak

beraturan, sebab bentuk tidak beraturan cenderung mengakibatkan keliling bangunan

lebih besar.

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

7

Universitas Indonesia

bentuk geometris bentuk tidak beraturan

Luas : 74 m2 Luas : 74 m2

Keliling : 36 m2 Keliling : 48 m2

Gambar 2. 2. Perbandingan keliling / luas bentuk geometris dan tak beraturan

Sumber : Penghitungan Pribadi (penghitungan dengan menggunakan CAD)

2.2. Orientasi Bangunan

Wilayah Indonesia merupakan daerah dengan iklim tropis lembab. Menurut IR

Sugiyatmo (n. d) dalam tesis Bamban Yuuwono (2007), dalam perancangan

bangunan pada iklim tropis, kenyamanan termal sangat penting diperlukan. Orientasi

bangunan merupakan salah satu hal yang berpengaruh pada kenyamanan termal

dalam bangunan. Adapun panas bangunan salah satunya diperoleh melalui radiasi

matahari yang masuk melewati atap dan kulit bangunan. Sehubungan dengan sumbu

utama lintasan matahari yaitu barat dan timur, maka dalam mengurangi panas yang

diterima bangunan, akan lebih baik untuk merancang bangunan menghadap utara dan

selatan sehingga meminimalisir dampak panas dan cahaya matahari langsung (Neary,

Siegel, Knight, Tietjen, 2010).

Perancangan orientasi bangunan dengan menghadap utara dan selatan bukan

hanya memperhatikan faktor kenyamanan, namun juga berpengaruh pada energi yang

harus dikeluarkan untuk penghawaan buatan. Dengan menurunkan temperatur udara

pada bangunan, maka biaya yang ditimbulkan untuk penghawaan buatan juga dapat

dikurangi dan nilai ekonomis bangunan semakin baik.

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

8

Universitas Indonesia

2.3. Inti Bangunan

Mengingat tingginya bangunan, maka kebutuhan akan sirkulasi vertikal bagi

manusia dan barang serta jaringan utilitas merupakan hal yang sangat

penting. Untuk optimalisasi dan efisiensi penggunaan ruangan, kebutuhan

sirkulasi vertical dan jaringan utilitas biasanya dipusatkan dan selanjutnya

didistribusikan pada arah horizontal ke masing – masing zona atau ruangan.

(Juwana, 2005, p.83)

Pemusatan sirkulasi vertikal dan jaringan ini biasanya berada pada inti bangunan

2.3.1. Karakteristik Inti Bangunan

Jika dilihat dari fleksibilitas ruang, ada beberapa jenis konfigurasi letak inti

bangunan pada bangunan bertingkat, yang tergambar pada ilustrasi di bawah.

Gambar 2. 3. Fleksibilitas Ruang Inti Bangunan

Sumber : Juwana, 2005, Panduan Sisttem Bangunan Tinggi

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

9

Universitas Indonesia

Tabel 2.1 Kriteria Inti Bangunan

Sumber : Juwana, 2005, Panduan Sisttem Bangunan Tinggi

Peletakan inti bangunan juga dapat dinilai dari beberapa kriteria, yang terlihat

pada tabel di bawah. Sesuai dengan keterangan dari tabel, tata letak inti bangunan

yang paling baik dan paling banyak dipilih adalah inti bangunan yang terletak di

tengah. Pencahayaan alami pada inti memang kurang baik, namun hal tersebut

bukan masalah besar sebab inti bangunan merupakan area non profit yang tidak

dijual ke penyewa ruangan.

2.4. Jarak antar Lantai

Jarak antar lantai merupakan komponen yang sangat berpengaruh terhadap

biaya. Bangunan yang ekonomis adalah bangunan yang mempunyai jarak antar

lantai minimum (Purbo, 1993), sebab besarnya jarak antar lantai berbanding lurus

dengan besarnya biaya. Hal ini disebabkan diantaranya karena :

Biaya per meter bangunan menjadi lebih tinggi, sebab luas dinding eksterior

bertambah

Memperbesar panjang kolom struktur

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

10

Universitas Indonesia

Memperbesar luasan dinding internal

Memperbesar kebutuhan untuk jalur utilitas (―Design Economics‖, n. d)

Jarak antar lantai pada bangunan sangat ditentukan oleh kebutuhan ruang

bangunan tersebut. Bangunan flat mempunyai tinggi lantai ke plafon optimal

sekitar 2.40 meter sedangkan untuk perkantoran mempunyai jarak optimal lantai

ke plafon 2.60 meter. Jarak tambahan sekitar 0.8 meter dibutuhkan untuk

konstruksi bangunan yang menggunakan baja, dan 1 meter untuk bangunan

dengan konstruksi beton. Jarak tambahan ini dibutuhkan juga pada bangunan

tinggi untuk jalur distribusi horizontal utilitas (Juwana, 2005)

2.5. Sirkulasi

Dari segi sirkulasi, efisiensi bangunan diukur dari rasio antara total luas sirkulasi

dengan total luas lantai pada bangunan bertingkat. Semakin kecil rasio ini, maka akan

semakin baik nilai ekonomis sebuah bangunan. Upaya memperkecil rasio ini biasanya

dilakukan dengan memusatkan sirkulasi vertikal dan horizontal ke inti bangunan dan

sekeliling inti bangunan. Sirkulasi berkaitan juga dengan bentuk bangunan. Bangunan

dengan keliling lebih kecil biasanya akan mempunyai area sirkulasi yang lebih kecil

sebab tidak banyak area yang harus dijangkau. Rasio perbandingan sirkulasi dengan

luas lantai kotor pada macam – macam bentuk dan tipe sirkulasi tergambar pada

gambar dan tabel dibawah

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

11

Universitas Indonesia

Gambar 2. 5. Bentuk bangunan dan Sirkulasi

Sumber : Seely, 1972, Building Economics

Tabel 2.2 Bentuk Bangunan dan Sirkulasi

Sumber : Seely, 1972, Building Economics

Berdasarkan gambar dan tabel di atas, yang paling efisien adalah sirkulasi

memusat pada bentuk mendekati kubus.

2.6. Toilet

2.6.1. Pengadaan Toilet

Pada bangunan bertingkat, toilet merupakan salah satu komponen servis yang

penting dan biasanya terdapat di setiap lantai. Bangunan yang ekonomis harus

memperhitungkan dengan baik kebutuhan akan komponen berulang seperti toilet

beserta elemen – elemen yang terdapat di dalamnya. Menurut buku Sistem

Panduan Bangunan Tinggi (Juwana, 2005) kebutuhan bangunan peralatan saniter

minimum sebuah bangunan perkantoran adalah

Wastafel setiap 30 orang

Kloset setiap 40 orang

Urinoir setiap 75 orang

Bentuk dan Pengaturan ruang Rasio Sirkulasi

Persegi dengan hall bersama di tengah 20 persen

Bentuk tak beraturan dengan hall di tengah 30 persen

Persegi panjang dengan akses di tengah 22 persen

Persegi panjang dengan akses diluar 32 persen

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

12

Universitas Indonesia

2.6.2. Peletakan Toilet

Dalam Building Economics, Seely (1972) menyatakan bahwa penting untuk

mengelompokkan area sanitasi pada posisi yang sama di setiap lantai gedung

bertingkat. Sehubungan dengan hal tersebut, akan lebih ekonomis untuk

menggunakan sistem pemipaan dengan satu pipa yang besar daripada beberapa

pipa kecil yang bekerja pada jalur yang sama. Langkah efisiensi selanjutnya dapat

dilakukan dengan mengatur layout toilet pria dan wanita bersebelahan dengan

shaft pemipaan berada di tengah kedua toilet.

2.6.3. Operasional

Pada gedung bertingkat, kebutuhan air bersih untuk toilet tergolong yang

paling besar. Untuk memenuhi ekonomi bangunan yang baik, gedung bertingkat

sebaiknya melakukan upaya – upaya penghematan seperti memasang sensor pada

wastafel, memisahkan penyiraman (flushing) untuk kebutuhan buang air kecil dan

besar, penggunaan tisu toilet, dll.

2.7. Mekanikal dan elektrikal

2.7.1. Penghawaan buatan

Dalam penghawaan buatan terdapat dua sistem yang umum digunakan yaitu

sistem langsung (direct cooling) dan sistem tidak langsung (indirect cooling).

Kesalahan dalam penentuan sistem tata udara dapat berakibat pada biaya

operasional yang besar. Untuk bangunan dengan banyak fungsi dan ruang, lebih

efisien untuk menggunakan sistem langsung (AC split), sebab pada bangunan

seperti ini kebutuhan penggunaan AC berbeda – beda. Sedangkan untuk

bangunan dengan ruang – ruang besar seperti supermarket, galeri dan lobby,

akan lebih ekonomis untuk menggunakan sistem tidak langsung (AC Sentral)

yang mempunyai satu kontrol dan satu mesin (Juwana, 2005)

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

13

Universitas Indonesia

2.7.2. Jaringan Air

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih pada bangunan biasa digunakan dua

sistem pendistribusian air, yaitu up feed dan down feed. Perbedaan pada kedua

cara ini terletak pada posisi tangki air. Pada down feed, pasokan air berada di

bawah, sedangkan pada up feed, terdapat tangki air yang terletak di atas (Juwana,

2005). Dalam artikelnya, Timothy Allison (2012) menyatakan bahwa sistem

down feed lebih ekonomis daripada sistem up feed, yang disebabkan sistem down

feed lebih memanfaatkan gaya gravitasi untuk distribusi air, serta ukuran pipa

yang dibutuhkan pada sistem down feed lebih kecil daripada pipa untuk sistem

up feed (Allison, 2012)

2.7.3. Listrik

Pada bangunan tinggi, listrik dialirkan dari PLN melalui jalur bawah

(Juwana, 2005). Instalasi listrik memerlukan ruang untuk trafo sebagai

penerjemah listrik dari PLN, serta ruang genset sebagai energi cadangan dikala

listrik PLN padam. Dari kedua ruangan tersebut kemudian akan dialirkan kabel –

kabel listrik untuk mengalirkan listrik ke vertikal dan horizontal. Akan lebih

efisien jika panel anak dan shaft berada di dekat ruang ini sehingga dapat

mengurangi panjang kabel yang digunakan.

2.7.4. Jalur distribusi utilitas

Mekanikal dan elektrikal terhubung dari lantai ke lantai melalui kabel dan

pipa vertikal. Memusatkan pipa dan kabel tersebut kedalam satu jalur vertikal

akan dapat mengurangi konsumsi ruang untuk kebutuhan ini (Juwana, 2005).

Ruang terpusat ini biasa disebut shaft dan terletak di inti bangunan. Untuk lebih

menghemat lahan, dilakukan penggolongan kabel dan pipa tersebut kedalam

shaft basah dan kering. Shaft basah akan berisi pipa air (plumbing) dan ducting

tata udara. Sedangkan pada shaft kering akan digabungkan kabel – kabel telepon,

listrik, dan sekuriti.

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

14

Universitas Indonesia

Sedangkan jalur utilitas horizontal terdapat beberapa alternatif, yang

tergambar seperti di bawah.

Tabel 2.3 Jalur Distribusi Utilitas

Sumber : Juwana, 2005, Panduan Sisttem Bangunan Tinggi

Yang paling ekonomis adalah peletakan jalur utilitas memusat, yaitu terletak

pada inti bangunan dan dialirkan melalui jalur sirkulasi horizontal yang akan

menjangkau seluruh area.

2.8. Luas Lantai Efektif

Luas lantai efektif suatu bangunan merupakan perbandingan antara luas

lantai yang disewakan dengan yang tidak. Semakin besar rasio luas efektif

bangunan, maka nilai ekonomis bangunan semakin baik (Purbo, 1989). Berbagai

fungsi bangunan mempunyai nilai efisiensi lantai yang berbeda – beda. Untuk

gedung perkantoran, efisiensi lantai besarnya sekitar 80%, untuk perhotelan 75

%, sedangkan untuk flat sekitar 85%. (Purbo, 1989)

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

15

Universitas Indonesia

2.9. Transportasi vertikal

Bangunan bertingkat tinggi mempunyai kebutuhan akan transportasi vertikal

sebagai penyalur kegiatan pada tiap lantai. Pada bangunan bertingkat, terdapat

beberapa jenis trasnportasi vertikal, diantaranya :

2.9.1. Tangga

Tangga adalah jenis transportasi vertikal manual tanpa menggunakan mesin

dan energi listrik. Oleh sebab itu tangga memiliki kriteria sebagai jalur evakuasi

ketika terjadi bencana, dimana pada kondisi tersebut mungkin beberapa sistem

termasuk listrik tidak bisa digunakan. Munculah tangga darurat sebagai

persyaratan evakuasi yang harus ada dalam setiap gedung bertingkat. Pada

bangunan dibawah 8 lantai, tidak harus disediakan sebuah tangga khusus untuk

evakuasi darurat, sebab estimasi waktu yang diperlukan penghuni gedung untuk

turun sejauh 8 lantai masih dalam tahap aman. Oleh sebab itu sebaiknya pada

gedung dengan ketinggian dibawah 8 lantai fungsi tangga darurat dan tangga

sirkulasi dijadikan satu (Juwana, 2005).

Lain halnya dengan gedung diatas 8 lantai, dimana sudah tidak aman lagi

bagi para penghuni gedung untuk turun melalui tangga sirkulasi tanpa

perlindungan apapun. Dibutuhkan sebuah tangga evakuasi khusus yang

strukturnya kaku dan kuat dan mampu menahan api setidaknya selama 2 jam,

serta pintunya dapat menahan api setidaknya 1.5 jam. Sebuah tangga darurat

mempunyai radius maksimum 30 meter (untuk bangunan tanpa sprinkler) dan 45

meter (untuk bangunan dengan sprinkler) (Juwana, 2005). Hal ini berhubungan

dengan waktu yang dibutuhkan bagi penghuni selama perjalanan menuju tangga

darurat dengan aman. Adapun untuk dapat menentukan jumlah dan lebar tangga

darurat, pertimbangan yang perlu dilakukan antara lain :

a. Jenis bangunan

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

16

Universitas Indonesia

b. Beban okupansi (m2/orang)

c. Zona pintu keluar (Juwana, 2005)

2.9.2. Ramp dan Lift Kebakaran

Ramp merupakan transportasi vertikal yang muncul untuk memfasilitasi

pergerakan dengan menggunakan roda. Ramp seperti halnya tangga, tidak

menggunakan mesin dan energi listrik. Ramp dalam sebuah gedung menjadi

persyaratan keselamatan untuk penyandang cacat yang umumnya menggunakan

kursi roda dan tidak dapat menggunakan tangga. Akan tetapi kenyataannya

konstruksi ramp membutuhkan banyak ruang dan biaya. Penggunaan ramp

sebagai jalur evakuasi dapat digantikan oleh lift kebakaran.

Lift kebakaran adalah lift yang dapat digunakan pada saat keadaan darurat

sebagai sarana evakuasi. Bangunan dengan ketinggian efektif diatas 25 lantai

harus memiliki satu buah lift kebakaran, yang diluar keadaan darurat dapat

digunakan sebagai lift penumpang. Lift ini harus tahan terhadap api setidaknya

selama dua jam, dan dihubungkan dengan sistem pembangkit tenaga darurat

yang siap siaga (KEPMEN PU No. 10/KPTS/2000). Penggunaan lift kebakaran

akan lebih ekonomis daripada ramp sebab alokasi ruang dan biayanya dapat

disatukan dengan fungsi lift orang.

2.9.3. Lift

Penyediaan lift pada bangunan meliputi dua hal, yaitu jumlah lift dan

penempatan lift. Untuk memenuhi ekonomi bangunan yang baik, jumlah lift

dalam suatu bangunan harus dihitung dengan benar. Adapun penghitungan

jumlah lift ditentukan oleh 4 faktor, yaitu :

2.9.3.1. Jumlah penghuni gedung

Jumlah penghuni gedung diukur berdasarkan luas lantai netto per orang.

Menurut Purbo (1989), luas lantai netto per orang untuk gedung :

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

17

Universitas Indonesia

Kantor : 4 m2 per orang

Apartemen : 3 m2 per orang

Hotel : 5m2 per orang

2.9.3.2. Waktu bolak balik

Yang dimaksud dengan waktu bolak balik adalah waktu perjalanan seseorang

dari lobi lift sampai ke lantai yang dituju. Biasanya waktu ini dapat dihitung

dengan mengunakan beberapa komponen penghitungan seperti :

Jarak antar lantai ke lantai (m)

Kecepatan rata – rata lift (m/detik)

Jumlah lantai yang dilayani lift

Daya angkut / kapasitas lift (orang) (Juwana, 2005)

2.9.3.3. Beban puncak lift

Beban puncak lift merupakan kriteria untuk sebuah lift mengenai jumlah

penumpang yang harus dapat diangkut lift dalam waktu 5 menit. Kriteria ini

berupa persentase jumlah penghuni gedung yang berbeda – beda untuk setiap

gedungnya, sebagaimana terlihat pada tabel dibawah.

Tabel 2.4 Presentasi beban puncak berbagai bangunan

Sumber : Juwana, 2005, Panduan Sisttem Bangunan Tinggi

2.9.3.4. Waktu tunggu

Waktu tunggu merupakan batas maksimal waktu yang dibutuhkan dari

pemanggilan lift di lobi lantai dasar sampai datangnya lift, pada periode beban

Jenis bangunan Presentasi jumlah penghuni

Kantor 4

Apartemen 3

Hotel 5

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

18

Universitas Indonesia

puncak lift. Perkiraan atas waktu tunggu pada masing – masing peruntukan

gedung berbeda – beda, diterapkan berdasarkan tingkat kesibukan gedung. Untuk

gedung perkantoran, waktu tunggu yang disarankan berkisar antara 25 - 45 derik.

Sebagai perkiraan, kebutuhan lift untuk gedung perkantoran adalah satu lift untuk

tiap 5000 m2 luas lantai bruto, dengan tambahan satu lift barang untuk setiap 5 - 6 lift

penumpang. Bangunan dengan ketinggian lebih dari 4 lantai sudah membutuhkan lift

(Barliana, 2012). Demi mencapai waku tunggu yang disarankan, satu lift biasanya

hanya melayani 12 - 15 lantai. Oleh sebab itu, untuk bangunan dengan lantai diatas

25 lantai dianjurkan untuk membagi layanan lantai lift kedalam beberapa zona,

dimana tiap zona dilayani oleh sejumlah lift tertentu (Juwana, 2005). Namun cara ini

tidak mengurangi jumlah lift dan luas inti, sebab ruangan lift untuk zona atas harus

tersedia di lantai dasar. Upaya mengurangi luas inti bangunan adalah dengan

menyediakan lobi transfer.

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

19

Universitas Indonesia

Dengan skylobby Tanpa skylobby

Gambar 2. 6. Zona Lift dan Skylobby

Sumber : Juwana, 2005, Panduan Sisttem Bangunan Tinggi

2.10. Struktur Bangunan

Nilai ekonomis sebuah bangunan juga sangat ditentukan oleh struktur. Ilmu

ekonomi bangunan dapat membantu para arsitek dalam menentukan sistem

struktur apa yang tepat dan ekonomis pada sebuah perancangan bangunan.

Adapun klasifikasi banguann berdasarkan ketinggian adalah

Bangunan rendah : 1 – 4 lantai

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

20

Universitas Indonesia

Bangunan menengah : 5 – 8 lantai

Bangunan tinggi : diatas 8 lantai (PP No. 36 Th. 2005).

Pengklasifikasian bangunan berdasarkan ketinggian ini akan berpengaruh

kepada sistem struktur yang akan digunakan. Struktur pada bangunan itu sendiri

terbagi menjadi dua, yaitu struktur bawah dan struktur atas.

2.10.1. Struktur Bawah (Fondasi)

Struktur bawah (substructure) merupakan bagian struktur yang langsung

bersinggungan dengan tanah. Oleh sebab itu, pemilihan sistem pondasi sangat

berkaitan dengan keadaan tanah. Berikut adalah pengelompokan sistem pondasi

yang sesuai dengan kondisi tanah dimana bangunan tersebut berdiri.

Tabel 2.5 Struktur Bawah Bangunan

Pondasi Telapak Bangunan 1 – 4 lantai ,

dengan beban ringan dan

keberadaan tanah keras

rendah.

Pondasi

Dermaga

Bangunan tingggi menengah

dengan beban medium dan

keberadaan tanah keras tidak

terlalu dalam

Pondasi Tiang

Pancang

Bangunan tinggi dengan

beban berat dan keberadaan

tanah keras yang dalam

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

21

Universitas Indonesia

Pondasi Rakit Bangunan diatas tanah liat

yang lemah dan beban

bangunan yang tidak terlalu

tinggi.

Sumber : Olahan Data Website

Berdasarkan segi ekonomisnya, pondasi telapak merupakan pondasi yang

paling murah dan banyak digunakan untuk bangunan – bangunan rendah (Seely,

1972). Pondasi ini menyalurkan beban langsung ke tanah yang berada di bawah

tapak pondasi. Namun untuk bangunan tinggi, pondasi seperti ini sudah tidak

dapat digunakan lagi, sebab beban yang disalurkan besar sehingga membutuhkan

dasar tanah keras yang kuat (biasanya berada jauh di dalam), dan ukuran kaki

pondasi yang juga besar.

Modifikasi system struktur ini merupakan pondasi tiang pancang

berkelompok. Pondasi ini mirip pondasi telapak, namun dibawah telapak tersebut

(poer) terdapat kelompok tiang – tiang pancang yang menerus hingga lapisan

tanah keras. Dengan poer ini diharap kelompok tiang pancang itu menyebarkan

gaya dengan merata, dan apabila ada penurunan, akan mengalaminya dengan

merata pula, hal yang tidak dapat dilakukan oleh tiang pancang tunggal (Lecture,

n. d.)

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

22

Universitas Indonesia

Gambar 2. 7. Pondasi Tiang Pancang

Sumber : Juwana, 2005, Panduan Sisttem Bangunan Tinggi

Sedangkan terkadang perancang struktur memilih untuk menyatukan seluruh

tiang pancang tersebut pada sebuah bidang horizontal. Sistem inilah yang disebut

pondasi rakit. Basement / pondasi rakit populer di daerah – daerah rawan gempa,

termasuk Indonesia, sebab pondasi ini memberikan kelebihan di faktor keamanan

sebab keseluruhan fondasi dapat berfungsi sebagai satu kesatuan struktur yang

menyebarkan gaya berat bangunan. Adapun pertimbangan seorang perancang

memilih pondasi rakit diantaranya :

Luasan pondasi yang diperlukan sudah melebihi 50% luas bagian bawah

bangunan. Dalam keadaan seperti ini lebih baik mengggunakan pondasi rakit

sebab memudahkan untuk pelaksanaan penggalian dan penulangan beton

Bangunan membutuhkan ruang bawah tanah yang dalam, misalnya untuk

kebutuhan parker, mekanikal dan elektrikal, akses ke stasiun bawah tanah,

dll.

Perancang ingin meminimalisir perbedaan keadaan tanah pada keseluruhan

bangunan, terlebih jika keadaan tanah tidak baik

Perancang ingin memaksimalkan keuntungan dari penggalian yang telah

dilakukan.

Apabila besar luasan pondasi tidak sampai 50% dari luas bagian bawah

bangunan, maka lebih ekonomis untuk menggunakan pondasi kelompok tiang

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

23

Universitas Indonesia

pancang, sebab biaya yang dikeluarkan untuk penggalian basement sangat besar.

(Lecture, n. d.). Walaupun memang biaya tersebut sebanding dengan

optimalisasi ruang basement yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan

bangunan lainnya.

2.10.2. Struktur atas

Struktur atas bangunan merupakan struktur yang mengalami dua gaya, yaitu

gaya vertikal dan gaya lateral. Untuk menahan beban vertikal, ada beberapa

pilihan yang dapat digunakan, yaitu :

a) Kolom

b) Dinding

c) Balok transfer

d) Suspender (Febriyanto, 2010)

Pengaruh gaya lateral meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah lantai.

Oleh karena itu, pada bangunan tinggi sangat penting untuk memperhatikan

struktur untuk gaya lateral, selain sebagai keamanan juga untuk menciptakan

kenyamanan untuk penghuni bagian atas gedung. Beberapa system struktur

penahan gaya lateral yang umum digunakan antara lain :

Portal (kolom balok)

System penahan beban lateral yang bergantung pada kekakuan sambungan

antar balok. Sistem ini hanya dapat digunakan untuk bangunan rendah sampai

dengan 20 lantai. Bentuk lain system ini juga disebut portal kaku, dimana

susunan balok horizontal dan balok vertikal disusun kedalam grid persegi teratur

dan dihubungkan dengan sambungan kaku (rigid). Untuk lebih ekonomis, balok

pada sistem ini dapat digantikan oleh pelat lantai. Sistem ini ekonomis untuk

ketinggian 20 lantai bila menggunakan struktur beton, sedangkan untuk baja

dapat sampai 30 meter (Febriyanto, 2010).

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

24

Universitas Indonesia

Dinding pemikul

Dinding yang berfungsi menahan beban lateral disebut shear wall, sedangkan

dinding untuk menahan beban vertikal disebut bearing wall. Dinding ini

merupakan dinding padat yang terletak di inti atau lubang lift, namun dapat pula

digunakan sebagai eksterior bangunan. Sistem ini efisien digunakan sampai

dengan ketinggian 20 – 40 lantai. Diatas itu, tidak lagi efisien untuk hanya

menggunakan dinding pemikul di bagian inti, sebab dimensinya akan menjadi

terlalu besar. Maka digunakanlah perpaduan antara dinding pemikul dan portal

kaku. Perpaduan antara dinding pemikul dengan portal kaku dapat memberi

keuntungan, Dinding pemikul akan mengendalikan deformasi portal di bagian

bawah, sedangkan portal kaku mengendalikan deformasi dinding pemikul di

bagian atas (Febriyanto, 2010).

Gambar 2. 8. Sistem Penahan Gaya Lateral

Sumber : : Febriyanto, 2010, Disain Ulang Struktur Gedung Rusunami Kalibata Residences dengan

Penerapan Dilatasi

Sistem ini efisien digunakan untuk bangunan dengan ketinggian diatas 40

lantai sampai dengan 50 lantai. Sedangkan untuk ketinggian lebih dari itu harus

digunakan belt truss untuk menghemat biaya pengaku pada rigid frame yang

digunakan (Febriyanto, 2010).

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

25

Universitas Indonesia

Tabung

Merupakan sebuah system struktur dengan peletakan kolom – kolom dengan

rentang yang sangat dekat, dan digunakan balok spandrel yang menghubungkan

kolom – kolom tersebut. Ada bentuk framed tube yang menyerupai kotak – kotak

berlubang. Sistem struktur ini lebih kuat lagi dengan mengintegrasikan tubes

dengan shear wall yang berupa core bangunan, dan disebut tube in tube (tabung

dalam tabung). Ada pula bangunan dengan system struktur tube yang

digabungkan dan biasa disebut bundled tube atau modular tub. Sistem struktur

ini sangat efisien diaplikasikan pada bangunan diatas 60 lantai. (Febriyanto,

2010)

2.10.3. Material Struktur

Dalam struktur bangunan gedung, dikenal dua bahan yang banyak digunakan

untuk membangun sebuah gedung bertingkat, yaitu beton dan baja. Aplikasi

kedua material tersebut berdasarkan jumlah lantai dan system struktur yang

efisien digunakan tergambar pada gambar dibawah

Struktur beton

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

26

Universitas Indonesia

Struktur baja

Gambar 2. 9. Struktur Dengan Bahan Beton dan Baja

Sumber : Juwana, 2005, Panduan Sisttem Bangunan Tinggi

Beton dan baja merupakan dua alternative material yang paling sering

digunakan dalam pembangunan gedung – gedung bertingkat. Adapun

karakteristik dari kedua material ini antara lain :

Tabel 2.6 Perbandingan Beton dan Baja Sebagai Material Struktur

Beton Baja

Lebih berat Lebih ringan

Harga relative murah Harga relative lebih mahal

Ukuran lebih besar Ukuran lebih kecil

Sulit mengadaptasi renovasi bangunan Mudah mengadaptasi desain renovasi baru

Dapat menyesuaikan untuk keperluan

cuaca, insulasi suara dan thermal, fire

protection

Sulit mengadaptasi untuk keperluan cuaca,

insulasi dan fire protection

Sumber : Seely, 1972, Building Economics

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

27

Universitas Indonesia

Kedua material tersebut memiliki aplikasinya masing – masing. Pada

bangunan rendah memang lebih ekonomis untuk menggunakan beton sebagai

material struktur. Namun pada bangunan bertingkat tinggi (diatas 8 lantai), baja

mempunyai keuntungan sebab sangat mempercepat waktu pelaksanaan

konstruksi

2.10.4. Dilatasi struktur

Gambar 2. 10. Pemisahan Bangunan

Sumber : Juwana, 2005, Panduan Sisttem Bangunan Tinggi

Kondisi dan daya dukung tanah di berbagai tempat tidaklah sama. Bagian

ujung bangunan yang satu bisa mempunyai perbedaan kondisi tanah dengan

bagian ujung lainnya. Oleh sebab itu, untuk mengatasi kemungkinan buruk yang

terjadi akibat naik dan turunnya permukaan tanah, maka perlu dilakukan

pemisahan struktur atau dilatasi. Dilatasi lebih akan muncul ketika bentuk

bangunan mempunyai rentang yang lebar (lebih dari 60 m) atau mempunyai

sudut pertemuan dua bentuk geometris (Juwana, 2005). Oleh sebab itu, bentuk

yang simpel (mendekati persegi) dan bentangnya tidak terlalu lebar akan lebih

sedikit memerlukan dilatasi struktur, dan tentunya akan lebih murah dari segi

biaya, sebab adanya dilatasi memperbesar biaya yang timbul

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

28

Universitas Indonesia

Bentuk dengan dilatasi struktur Bentuk tanpa dilatasi struktur

Gambar 2. 11. Ilustrasi perbandingan Kolom Dengan Dan Tanpa Dilatasi

Sumber : Olahan materi Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Juwana, 2005

Gambar 2. 12. Potongan Kolom Pada Daerah Dilatasi

Sumber : Juwana, 2005, Panduan Sisttem Bangunan Tinggi

Dilatasi struktur seperti menggabungkan dua bangunan menjadi satu,

sehingga jumlah kolom pada bagian bangunan yang dipisah akan menjadi dua

kali lipat. Hal ini akan memperbesar biaya yang timbul, sehingga lebih ekonomis

untuk menggunakan bentuk bangunan yang simpel (mendekati persegi) sehingga

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

29

Universitas Indonesia

memperkecil kemungkinan dibutuhkannya dilatasi struktur. Pada gambar 2.12

terlihat bahwa jumlah kolom yang dibutuhkan lebih sedikit pada bidang yang

bentuknya kotak dan mempunyai luas lebih besar, dibanding bidang yang

bentuknya ―letter L‖ dan mempunyai luas lebih sedikit

2.10.5. Grid kolom

Kolom merupakan sebuah elemen struktur penahan gaya vertikal. Dalam

perancangan bangunan, sering dilakukan upaya untuk mengurangi jumlah

kolom, sebab keberadaan kolom dapat mengganggu fleksibilitas ruangan. Sistem

struktur tabung merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan fleksibilitas

ruang. Namun sistem struktur tabung baru efisien digunakan untuk bangunan

dengan ketinggian tertentu. Untuk sistem struktur lainnya yang harus

menggunakan kolom, harus diatur peletakan dan jarak antar kolom sehingga

efisien dan fungsional. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi efisiensi grid

kolom pada bangunan tinggi diantaranya :

Kebutuhan ruangan

Pola grid yang baik harus dapat mengakomodasi kebutuhan ruang. Adanya

kolom di tengah ruangan tentunya kurang nyaman dan mengganggu fleksibilitas

pengaturan ruang. Walaupun ukuran ruangan bervariasi, namun modul besar

ruangan yang standar digunakan biasanya kelipatan 3 meter dan 1.5 meter

(Seely, 1972)

Kebutuhan ruang parkir

Kolom dari sebuah bangunan akan menerus sampai ke bagian struktur bawah

/pondasi, yang pada bangunan tinggi biasanya digunakan sebagai ruang parkir.

Oleh karena itu dalam merancang grid kolom perlu mempertimbangkan dimensi

minimal dari sebuah mobil, agar tercipta pengaturan ruang yang efisien. Adapun

kebutuhan dari ruang parkir dengan beberapa alternatif pengaturan dapat dilihat

pada gambar dibawah.

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

30

Universitas Indonesia

Gambar 2. 13. Dimensi Parkir Standar

Sumber : Neufert, 1970, Architects’ Data

Sesuai dengan besaran dimensi minimum untuk satu mobil adalah 2.5 x 5

meter, maka ada baiknya jika grid kolom mengakomodasi panjang mobil dan

lebar beberapa mobil. Dengan memperhitungkan pula adanya ruang untuk

kolom, maka biasanya lebar antar kolom berada pada jarak 6 meter, sedangkan

panjang kolom yang dapat mengakomodasi 2 mobil sekitar 6 meter,dan 4 mobil

sekitar 9 meter.

Dengan mempertimbangkan beberapa hal diatas, maka modul grid – grid

yang efisien dan paling banyak digunakan adalah antara 6 dan 9 meter.

2.11. Eksterior bangunan

Eksterior bangunan merupakan bagian bangunan yang mempunyai fungsi

selubung seperti kulit bangunan. Bagian ini langsung bersinggungan dengan

ruang luar, dan juga paling mudah dikenali oleh orang yang melihat. Oleh sebab

itu, eksterior bangunan mempunyai fungsi sebagai pelindung dan juga sebagai

wajah pembentuk image bangunan. Seiring berkembangnya teknologi, kini

bangunan dapat mencapai ketinggian yang tidak pernah terbayangkan pada

zaman dahulu. Permasalahan eksterior bangunan kini berfokus pada

pengembangan selubung yang mampu beradaptasi pada bermacam – macam

kondisi lingkungan. Dengan kata lain, dalam perancangan eksterior bangunan

kini harus memasukkan dimensi keempat yaitu waktu.

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

31

Universitas Indonesia

Fungsi utama dari material kulit bangunan adalah melindungi bangunan dari

cuaca, sinar matahari, hewan, jamur, dan lain – lain. Pemilihan material eksterior

harus dilakukan secara cermat, sebab material tersebut mempunyai karakter yang

berbeda – beda. Adapun beberapa material yang biasa dipakai sebagai eksterior

bangunan diantaranya :

Semen

Semen merupakan pengikat utama material beton. Kini telah

dikembangkan semen inovatif yang ringan sehingga mampu mengurangi

beban mati dari bangunan dan memperkecil dimensi struktur. Semen

tersebut adalah GFRC (Glass Fiber Reinforced Concrete)

Bata

Bata merupakan material eksterior yang sering digunakan, namun

memerlukan pelapis tambahan sebab bata tidak tahan terhadap

perubahan cuaca.

Batu alam

Fungsi eksterior sebagai wajah bangunan membuat dipilihnya material

batu alam sebagai kulit bangunan karena mempunyai nilai estetik yang

tinggi dari tekstur, warna dan polanya. Akan tetapi batu alam merupakan

produksi alam dengan karakter fisik yang berbeda – beda menurut

tempat dan waktu, sehingga penggunaannya sebagai eksterior bangunan

akan memerlukan perawatan khusus. Hal tersebut, dan ditambah harga

dari material ini juga relatif mahal sehingga menjadikannya kurang

ekonomis untuk dijadikan eksterior bangunan

Logam

Logam pada eksterior bangunan terdiri dari 3 jenis : plat, lembaran dan

panel. Ketiganya biasa dirangkai dalam suatu dinding tirai (curtain wall)

pada eksterior bangunan. Logam merupakan material yang paling

digemari sebagai kulit bangunan sebab logam relatif ringan, kontrol

pabrikasi yang akurat dan dapat dibentuk sesuai dengan desain kreatif.

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

32

Universitas Indonesia

Selain itu juga material ini mempunyai penampilan yang bagus dan

perawatan yang mudah.

Kaca

Kaca juga banyak dipilih sebagai eksterior bangunan karena cukup

murah, memberikan kesan elegan dan perawatannya mudah. Sifat

transparansi dari material ini juga dapat member kontinuitas visual

ruang dalam dan luar bangunan. Akan tetapi material ini juga

melewatkan panas matahari dengan mudah, sehingga dibutuhkan sebuah

insulasi thermal untuk menjaga kenyamanan di dalam bangunan.

Material eksterior bila dipandang dari segi ekonomis maka harus

mempertimbangkan harga material, karakteristik material, perawatan dan biaya

konstruksi dari material tersebut.

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

33 Universitas Indonesia

BAB 3

STUDI KASUS

Pada tulisan ilmiah ini dilakukan studi kasus pada dua bangunan, yaitu

Engineering Centre Fakultas Teknik UI dan Rektorat UI. Kedua bangunan ini

dipilih sebab keduanya merupakan bangunan bertingkat, dan terletak di kawasan

kampus Universitas Indonesia, sehingga memudahkan dalam melakukan

pengamatan. Lokasi kedua bangunan tersebut dalam kampus Universitas

Indonesia dapat dilihat pada peta di bawah :

Gambar 3. 1. Lokasi Engineering Centre FTUI dan gedung Rektorat UI

Sumber : www.ui.ac.id (diolah kembali)

3.1. Engineering Centre Fakultas Teknik UI

Bangunan ini merupakan sebuah gedung yang fungsi awalnya dimaksudkan

sebagai bangunan perpustakan dan perkantoran (Arsip data Engineering Centre,

2012). Namun sehubungan dengan dibangunnya gedung Perpustakaan Pusat UI,

maka fungsi perpustakaan pada gedung ini dipindahkan dan diganti dengan

beberapa ruang kuliah. Fungsi lain yang kini terdapat pada bangunan ini

ENGINEERING CENTRE FTUI

PUSAT ADMINISTRASI UNIVERSITAS

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

34

Universitas Indonesia

diantaranya perkantoran, bank, ATM, Fitness Centre, toko buku, toko makanan

dan juga ruang - ruang penelitian.

Secara penampilan, bangunan ini berbeda dengan bangunan lain yang ada di

lingkungan Fakultas Teknik UI. Bentuknya tidak terkotak – kotak seperti

bangunan lainnya. Bangunan ini juga membawa tema modern, diantaranya terlihat

pada desain atap datar serta banyaknya penggunaan material kaca pada fasad

bangunan. Perbedaan penampilan ini mungkin mempunyai pengaruh pada biaya

yang ditimbulkan bangunan ini.

Profil Gedung

Fungsi bangunan : Gedung kuliah dan kantor

Luas lantai dasar : 2827 m2

Luas lantai total : 9055 m2

Jumlah lantai : 3 lantai dan 6 lantai (bangunan terdiri dari 2 massa bangunan

yang berbeda yang terhubung dengan ramp)

Jumlah Lift : 2 buah

Jumlah Tangga : 3 tangga sirkulasi, 2 tangga darurat

Jumlah Toilet : 4 buah (2 pasang toilet untuk 2 area servis)

Gambar 3. 2. Gedung Engineering Centre dan Denah Engineering Centre

Sumber : www.engineeringcentre-ui.blogspot.com, Data Arsip Engineering Centre FTUI

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

35

Universitas Indonesia

3.1.1. Bentuk bangunan

Bangunan ini merupakan bangunan dengan dua massa yang membentuk

lengkungan memanjang dan dihubungkan oleh satu garis penghubung.

Bangunan ini mempunyai luas area 2087 m2

dengan keliling 632 m

(pengukuran luas denah bangunan menggunakan software AutoCad). Dalam

menilai bentuk bangunan biasa digunakan analisis rasio antara keliling

bangunan dengan luas lantai bangunan. Semakin kecil nilai rasio keliling/luas

bangunan maka semakin efisien bentuk bangunan tersebut. Rasio keliling/luas

gedung Engineering Centre adalah

632 / 2087 = 0,22

Bila mengacu pada teori bahwa bentuk yang mendekati persegi adalah

bentuk yang paling efisien dari segi biaya, maka kemungkinan nilai rasio

keliling / luas dari bangunan ini tergolong besar. Bila dilakukan sedikit

eksperimen alternatif bentuk dengan luasan yang sama dan lebih mendekati

bentuk persegi, maka hasilnya seperti gambar di bawah.

Eksisting Eksperimen

Total Luas : 2087 m2 Total Luas :2100 m

2

Keliling : 632 m Keliling : 200 m

Rasio keliling / luas : 0.22 Rasio keliling / luas : 0.09

Nilai : kurang baik Nilai : baik

Gambar 3. 3. Alternatif bentuk bangunan

Sumber : Data Pribadi dan Data Centre FTUI

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

36

Universitas Indonesia

Perbedaan persentase yang jauh mengindikasikan bahwa bentuk bangunan

Engineering Center ini sangat tidak ekonomis. Alternatif bentuk lebih simple

terbukti lebih efisien karena jumlah dinding eksterior yang tercipta akan lebih

sedikit.

3.1.2. Orientasi Bangunan

Dari segi orientasi bangunan, bangunan Engineering Centre memiliki nilai

ekonomis baik karena memiliki bukaan yang menghadap utara selatan. Hal ini

dilakukan untuk mengusahakan keyamanan termal bangunan dengan tidak

memasukkan panas dan cahaya matahari langsung. Dampaknya adalah

pencahayaan alami pada bangunan ini yang sangat baik.

3.1.3. Inti Bangunan

Sehubungan dengan bentuk bangunan yang terdiri dari 2 massa

memanjang, dibutuhkan lebih dari satu inti bangunan agar semua area

mendapat pelayanan dengan baik. Bangunan ini memiliki 2 inti bangunan yang

berisi area servis dan sirkulasi vertikal, dan keduanya mempunyai area

pelayanannya masing – masing. Satu inti bangunan terletak di area memanjang

dan satu lagi terletak di area penghubung. Bentuk bangunan yang meluas

mengakibatkan dibutuhkannya dua inti bangunan demi mencapai jarak

pelayanan yang baik. Akan lebih ekonomis untuk menggunakan bentuk yang

simpel sehingga dapat mereduksi area yang dibutuhkan untuk inti bangunan.

Eksisting Eksperimen

Total Luas : 2087 m2 Total Luas :2100 m

2

Luas inti bangunan : 117 m Luas inti bangunan : 72 m

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

37

Universitas Indonesia

Presentase luas inti : 0.05 Presentase luas inti : 0.03

Nilai : kurang baik Nilai : baik

Gambar 3. 4.Alternatif Inti Bangunan

Sumber : Olah Data Centre FTUI dan Data Pribadi

3.1.4. Jarak antar lantai

Bangunan ini terdiri dari dua massa yang berbeda dalam jarak antar lantai.

Massa yang panjang mempunyai ketinggian antar lantai yang lebih besar

Engineering Centre dapat dilihat pada gambar di bawah

Gambar 3. 5. Jarak Antar Lantai Pada Dua Massa Bangunan

Sumber : Olah Data Centre FTUI

Adapun perbedaan jarak antar lantai ini membuat kedua massa

menghasilkan jumlah lantai yang berbeda juga. Massa bangunan panjang

berjumlah tiga lantai, sedangkan massa bangunan pendek mempunyai 6 lantai.

Hanya saja konsekuensi dari rendahnya jarak perlantai massa pendek adalah

tidak adanya tempat untuk jalur utilitas bangunan, sehingga jalur utilitas

terlihat di bawah plafon.

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

38

Universitas Indonesia

Gambar 3. 6. Plafon Massa Bangunan Dengan Jarak Antar lantai Rendah

Sumber : Data Pribadi

Dari segi ekonomi bangunan, massa bangunan yang pendek lebih

ekonomis dari massa bangunan yang panjang. Nilai ekonomis bangunan ini

menjadi kurang sebab jarak lantai ke lantai massa panjang sangat besar (ada

yang mencapai 4.6 meter).

3.1.5. Sirkulasi

Pola sirkulasi pada bangunan ini sepertinya pada awalnya dimaksudkan

untuk berada di bagian pinggir – pinggir massa bangunan. Sirkulasi yang

berada di pinggir akan memudahkan penghuni bangunan untuk mengakses

pintu keluar dan jembatan penghubung.

Sesuai dengan pembahasan pada kajian teori, pada bangunan memanjang

akan lebih efisien untuk menggunakan sirkulasi di tengah massa bangunan,

sebab area pelayanannya dapat menjangkau dua sisi. Pada bangunan ini, rasio

sirkulasi horizontal pada keseluruhan bangunan adalah

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

39

Universitas Indonesia

Luas Sirkulasi Horizontal

Tabel 3.1 Luas Area Sirkulasi Horizontal Pada Engineering Centre FTUI

Lantai Luasan

Lantai Dasar, 1 , 2 564 m2 x 3 = 1692 m2

Lantai 3, 4, 5 216 m2 x 3 = 648 m2

Total 2349 m2

Sumber : Pengukuran Denah Bangunan Dengan Menggunakan Software AutoCad

Luas Sirkulasi Vertikal

Tangga darurat : (13 + 50 + 69 + 29 + 17) = 178 m2 perlantai

Lantai dasar sampai lantai 2 = 178 x 3 = 534 m2

Lantai 3-5 = (13 + 50 + 69 ) x 3 = 396 m2

Lift = 25 m2 perlantai. 6 lantai maka 150 m

2

Luas sirkulasi vertikal = 534 m2 + 396 m

2 + 150 m

2 = 1080 m

2

( Penghitungan dilakukan dengan menggunakan software AutoCad )

Eksisting Eksperimen

Total Luas lantai : 9055 m2 Total Luas lantai :9055 m

2

Luas Sirkulasi : 3429 m2 Luas Sirkulasi :2820 m

2

Presentase Sirkulasi : 38% Presentase Sirkulasi : 31 %

Nilai : kurang baik Nilai : baik

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

40

Universitas Indonesia

Gambar 3. 7. Perbandingan Tata Letak Sirkulasi di Tengah dan di Pinggir Bangunan

Sumber : Olah Data Centre FTUI dan Data Pribadi

3.1.6. Toilet

3.1.6.1. Pengadaan Toilet

a. Jumlah penghuni bangunan

Dalam menentukan kebutuhan sarana sanitasi pada bangunan ini,

harus terlebih dahulu dihitung kapasitas penghuni bangunan.

Luas Lantai Total : 9055 m2

Kebutuhan ruang per orang : 4.6 m2 / orang (perkantoran)

Kapasitas Bangunan : 9055 / 4.6 = 1969

b. Pengadaan Sarana Sanitasi

Selanjutnya dilakukan pengukuran berdasarkan standar sarana

sanitasi yang dibutuhkan untuk bangunan perkantoran untuk

mengetahui nilai ekonomis bangunan. Adapun standar penyediaan

sarana sanitasi pada bangunan adalah

Kloset setiap 40 orang

Watafel setiap 30 orang

Urinoir setiap 75 orang

Maka hasil pengukuran terhadap penyediaan sarana sanitasi

bangunan ini dapat dilihat pada tabel di bawah :

Tabel 3.2 Pengadaan Sarana Sanitasi Gedung Engineering Centre

Sarana Sanitasi Jumlah yang dibutuhkan Jumlah yang tersedia Nilai

Kloset 49 30 Kurang

Wastafel 65 21 Kurang

Urinoir 26 17 Kurang

Sumber : Penghitungan Pada Denah Engineering Centre

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

41

Universitas Indonesia

Tabel di atas menyatakan bahwa pengadaan sarana sanitasi pada

bangunan ini masih belum memenuhi standar. Namun berdasarkan

pengamatan, tidak terjadi penumpukan pengguna toilet, yang artinya

jumlah sarana sanitasi yang tersedia masih mampu melayani penghuni

bangunan dengan baik. Hal ini mungkin terjadi karena jumlah

penghuni bangunan yang sebenarnya tidak sesuai dengan kapasitas

bangunan.

3.1.6.2. Peletakan Toilet

Toilet wanita dan pria pada bangunan ini terdapat di setiap lantai. Letak

toilet terdapat di dua tempat, yaitu pada daerah penghubung (connector) kedua

massa bangunan, dan pada massa bangunan yang lebih panjang. Pada massa

bangunan yang panjang, toilet diletakkan lebih ke dalam (menjauhi pintu

masuk utama) sebab bagian bangunan yang dekat dengan pintu masuk dapat

menggunakan toilet di area penghubung.

Gambar 3. 8. Peletakan Toilet gedung EC

Sumber : Olah Data Engineering Centre FTUI

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

42

Universitas Indonesia

Gambar 3. 9. Layout Toilet EC

Sumber : Olah Data Engineering Centre FTUI

Mengenai peletakan toilet dalam area servis, kedua toilet pria dan wanita

sudah terletak berdekatan sehingga shaft pemipaan dapat menjangkau kedua

toilet secara mudah. Peletakan toilet seperti ini sudah efisien.

3.1.6.3. Operasional

Kloset pada toilet sudah menggunakan system dual flush, sehingga sudah

menghemat penggunaan air.

3.1.7. Mekanikal dan elektrikal

3.1.7.1. Pengudaraan Buatan

Sistem pengudaraan buatan pada gedung ini merupakan kombinasi dari

sistem langsung dan tidak langsung. Pada ruangan besar seperti lobi digunakan

sistem tidak langsung sehingga disediakan ruang untuk saluran udara dingin

(ducting) di atas plafon an memperbesar jarak antar lantai.

Di ruangan lainnya digunakan sistem langsung dengan jenis AC Split,

dengan peletakan mesin outdoor di fasad – fasad bangunan (dapat dilihat pada

gambar di atas). Sehubungan dengan jenis ruangan pada bangunan yang berupa

ruang – ruang kuliah dan kantor, maka pemilihan sistem ini sudah efektif.

Penggunaan AC dapat diatur sesuai kebutuhan pada masing – masing ruangan.

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

43

Universitas Indonesia

Gambar 3. 10. Area Dengan Sistem AC Sentral

Sumber : Data Pribadi

Gambar 3. 11. Peletakan Outdoor AC Split Pada Fasad

Sumber : Olah Data Arsip FTUI

3.1.7.2. Jaringan Air

Untuk pasokan air bersih, bangunan ini menggunakan gabungan dari

sistem up feed dan down feed. Hal tersebut dapat terlihat dari terdapatnya dua

tangki air yang terletak di bawah tanah dan di atap bangunan. Sistem seperti ini

biasanya digunakan untuk tetap dapat memanfaatkan gaya gravitasi untuk

distribusi air bersih, namun bangunan tidak terlalu terbebani dengan berat

cadangan air di atap. Penggunaan down feed pada bangunan ini sudah cukup

ekonomis

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

44

Universitas Indonesia

3.1.7.3. Jalur distribusi mekanikal dan elektrikal

Ruangan untuk kebutuhan mekanikal dan elektrikal pada gedung ini dibagi

menjadi dua, yaitu ruang untuk peralatan mekanikal dan elektrikal, dan untuk

jalur distribusi mekanikal dan elektrikal. Untuk peletakan mekanikal dan

elektrikal, bangunan ini melatakkan ruang pompa dan tangki air di bawah tanh,

sedangkan ruangan untuk genset dan trafo terletak di lantai dasar. Peletakan

ruangan – ruangan untuk ruang – ruang bermesin besar tersebut terlihat pada

gambar di bawah

Gambar 3. 12. Peletakan Ruang Trafo dan Tangki Air

Sumber : Olah Data Arsip FTUI

Bagian yang berwarna biru merupakan ruangan untuk pompa air dan

tangki air, sedangkan bagian yang berwarna kuning merupakan ruang trafo dan

genset. Hanya saja ruang untuk pompa dan tangki air bukan berada di lantai ini,

melainkan di bawah tanah. Pada gambar di atas juga terlihat peletakan shaft –

shaft (biru untuk air dan kuning untuk listrik).

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

45

Universitas Indonesia

Dua Shaft Utilitas Satu Shaft Utilitas

Gambar 3. 13. Perbandingan Penggunaan Satu Dan Dua Shaft Untuk Dua Area Service

Sumber : Data Pribadi

Jalur distribusi pipa dan kabel dari peralatan mekanikal dan elektrikal ini

disalurkan secara vertikal melalui shaft – shaft yang terdapat pada gambar 3.11.

Terlihat pada gambar bahwa terdapat dua pasang shaft vertikal. Hal ini

dilakukan mengingat terdapat dua area servis pada bangunan, dan menyediakan

dua pasang shaft akan lebih ekonomis daripada hanya satu shaft dan harus

menarik garis – garis pipa dari satu sumber ke area servis lain yang terpisah

cukup jauh.

Jalur distribusi horizontal pipa – pipa tersebut berada di atas plafon di

seluruh permukaan bangunan. Namun pada beberapa bagian, jalur distribusi

horizontalnya terletak di jalur sirkulasi saja

Gambar 3. 14. Plafon Bangunan

Sumber : Data Pribadi

3.1.8. Luas Lantai Efektif

Sebuah bangunan yang baik harus merencanakan penggunaan area secara

efektif. Pada gedung perkantoran, perbandingan area produktif (yang

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

46

Universitas Indonesia

digunakan untuk fungsi utama) dan area non produktif (selain fungsi utama)

mempunyai standar yaitu 80 : 20. Dalam menilai ekonomi bangunan

berdasarkan efektifitas area, perlu dilakukan penghitungan luas lantai dari

setiap ruangan dalam bangunan tersebut.

3.1.8.1. Luas Lantai tidak produktif

Luas lantai yang tergolong tidak produktif adalah ruangan yang dipakai

untu area servis seperti shaft, toilet, pantry dan void. Penghitungan luas lantai

tidak produktif pada bangunan ini dapat dilihat pada tabel di bawah

Tabel 3.3. Perhitungan Jumlah Luas Area Tidak Produktif EC FTUI

Ruang Luas

Ruang Shaft

Air 12.3 m2

Listrik 12.9 m2

AC 164.4 m2

Ruang Void 183 m2

Toilet 165 m2

Pantry 20.3 m2

Total 558 m2

Sumber : Pengukuran Denah Bangunan Dengan Menggunakan Software AutoCad

3.1.8.2. Luas Sirkulasi

Area sirkulasi pada bangunan ini terdiri dari sirkulasi horizontal dan

vertikal. Pengitungan area ini terlihat pada tabel :

Tabel 3.4. Perhitungan Jumlah Luas Area Sirkulasi EC FTUI

Ruang Luas

Lift 150 m2

Tangga darurat 930 m2

Sirkulasi horizontal 2349 m2

TOTAL 3429 m2

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

47

Universitas Indonesia

Sumber : Pengukuran Denah Bangunan Dengan Menggunakan Software AutoCad

3.1.8.3. Luas Lantai Produktif

Luas lantai produktif adalah area total bangunan yang sudah direduksi oleh

luas lantai non produktif. Maka luas lantai produktif dari gedung ini adalah

9055 m2 – (558 m

2 + 3429 m

2) = 9055 – 3987 = 5068

Dan rasionya terhadap luas lantai total bangunan adalah :

5086 / 9055 = 0.56 atau 56%

Presentase lantai efektif pada bangunan ini masih kurang dari standar

efisiensi lantai gedung perkantoran yaitu 80%. Jadi gedung Engineering Centre

ini kurang ekonomis juka dinilai dari aspek luas lantai efektif.

3.1.9. Transportasi vertikal

3.1.9.1. Tangga

Tangga merupakan komponen transportasi vertikal yang dibutuhkan pada

gedung bertingkat. Dalam gedung yang mempunyai 6 lantai ini terdapat tiga

dua jenis tangga, yaitu tangga darurat dan tangga sirkulasi. Tangga darurat

merupakan tangga dengan perlakuan khusus, seperti letaknya yang berada di

luar ruangan, atau dilindungi dengan menggunakan struktur khusus yang dapat

menahan gaya lateral gempa.

Tangga Sirkulasi Tangga Darurat Tangga Darurat

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

48

Universitas Indonesia

Gambar 3. 15. Jenis Tangga Pada Gedung Engineering Centre FTUI

Sumber : Data Pribadi

Radius pelayanan sebuah tangga darurat pada bangunan dengan sprinkler

adalah 45 meter dan 30 meter tanpa sprinkler. Adapun area pada bangunan

terbagi menjadi dua jenis, yaitu massa dengan sprinkler (massa lebih panjang)

dan massa tanpa sprinkler (massa lebih pendek). Maka letak dan area

pelayanan tangga darurat pada bangunan ini tergambar seperti di bawah

Gambar 3. 16. Letak dan Area Pelayanan Tangga Darurat EC FTUI

Sumber : Olah Data Arsip Engineering Centre

Jika dilihat dari gambar, maka masih ada area bangunan yang belum

dilayani oleh tangga darurat. Namun berhubung bangunan ini masih di bawah 8

lantai, maka tangga sirkulasi dapat digunakan sebagai tangga darurat. Bila

memasukkan tangga sirkulasi sebagai tangga darurat, maka radius pelayanan

tangga adalah sebagai berikut :

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

49

Universitas Indonesia

Gambar 3. 17. Letak dan Area Pelayanan Kelima Tangga EC FTUI

Sumber : Olah Data Arsip Engineering Centre

Terlihat dari gambar bahwa tangga jumlah tangga pada gedung ini kurang

efisien. Area pelayanan tangga darurat pada bagian penghubung (connector)

sebenarnya sudah dapat ditangani oleh kedua tangga yang berdekatan

dengannya, sehingga keberadaannya tidak terlalu dibutuhkan. Perlakuan

khusus untuk tangga darurat juga sebenarnya tidak dibutuhkan pada bangunan

ini, sebab tangga sirkulasi dalam gedung masih aman untuk digunakan.

3.1.9.2. Ramp

Ramp pada bangunan ini hanya ramp yang berupa penghubung antar

massa. Adapun pembentukan ramp ini dikarenakan ketinggian tanah pada

masing – masing massa berbeda – beda, oleh karena itu, penghubung antar

lantai pasti akan membentuk ramp. Namun berhubung ketinggian floor to floor

antar massa juga berbeda – beda maka ramp terbentuk dengan kemiringan yang

berbeda – beda.

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

50

Universitas Indonesia

Gambar 3. 18. Letak Ramp Pada Denah dan Tampakan Perbedaan Kemiringan Ramp

Sumber : Olah Data Arsip Engineering Centre dan Data Pribadi

Ramp pada bangunan ini tidak berfungsi sebagai sarana evakuasi bagi

penyandang cacat dan keberadaannya disebabkan oleh bangunan yang terdiri

menjadi dua massa. Tidak ada sarana evakuasi bagi penyandang cacat pada

bangunan ini, dan hal ini menyebabkan adanya ramp mengurangi nilai

ekonomis bangunan.

3.1.9.3. Lift

Bangunan di atas 4 lantai membutuhkan transportasi vertikal berupa lift

(KEPMEN PU No. 10/KPTS/2000). Gedung Engineering Centre yang

mempunyai 6 lantai ini mempunyai dua lift yang menjadi penghubung antar

lantai. Agar dapat menjangkau kedua massa bangunan, lift tersebut terletak di

bagian penghubung bangunan. Kedua lift melayani area lantai yang sama,

sebab tinggi bangunan yang masih berada pada level mid rise tidak

memerlukan adanya pemisahan area pelayanan lift.

Mengenai perhitungan jumlah lift, kisaran kebutuhan lift adalah satu untuk

setiap 5000m2 luas lantai total (Juwana, 2005). Gedung Engineering Centre ini

memiliki luas lantai total 9055 m2, maka kedua lift yang tersedia sudah sesuai

standar dan mampu memenuhi kebutuhan lift pada gedung ini. Yang tidak

ekonomis adalah adanya rencana pembuatan lift barang, padahal penggunaan

lift barang hanya diperlukan ketika bangunan sudah mencapai luas total 30.000

meter2 atau sudah mempunyai 5 – 6 lift. Terbukti pada kenyataannya, lift

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

51

Universitas Indonesia

barang tidak jadi dibuat, dan kini ruang untuk lift barang tersebut difungsikan

menjadi semacam gudang.

Gambar 3. 19. Peletakan Lift Barang dan Lift Orang EC FTUI

Sumber : Olah Data Arsip Engineering Centre

3.1.10. Sistem Struktur

3.1.10.1. Struktur Atas

Struktur atas bangunan menggunakan sistem struktur portal.

Adapun kolom yang digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu kolom

dalam dan kolom luar. Kolom dalam berukuran 60 cm x 60 cm,

sedangkan kolom luar mengecil dari 250 cm x 120 cm menjadi 100

cm x 30 cm. Pemakaian struktur portal memang tepat untuk

bangunan yang tidak terlalu tinggi sebab beban mati bangunan belum

terlalu besar. Yang tidak ekonomis adalah penggunaan kolom

berukuran 250 cm x 120 cm.

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

52

Universitas Indonesia

Gambar 3. 20. Penggunaan Kolom Pada Bangunan

Sumber : Olah Data Arsip Engineering Centre

Gambar 3. 21. Kolom Besar Pada Bangunan

Sumber : Data Pribadi

Kolom ini merupakan kolom yang tidak ekonomis sebab ukuran

kolom yang sebenarnya tidak seharusnya sebesar itu. Dimensi kolom

yang mencapai 250 x 120 cm tersebut lebih disebabkan oleh unsur

estetis, dan sangat tidak efisien dari segi penggunaan ruang.

Kolom 250 x 120

Kolom 60 x 60

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

53

Universitas Indonesia

Gambar 3. 22. Struktur Atap Bangunan

Sumber : Arsip Engineering Centre FTUI

Atap bangunan terdiri dari atap datar yang ditopang oleh struktur

portal. Pada bagian atas atap terdapat sebuah bidang miring yang

ditopang oleh struktur baja yang bertumpu pada struktur portal.

Pengadaan bidang miring ini pun tidaklah efisien sebab menambah

biaya konstruksi serta menambah beban mati bangunan. Akan

menambah nilai ekonomis bangunan apabila bidang miring ini

dihilangkan dari atap bangunan.

3.1.10.2. Material Struktur

Struktur bangunan ini menggunakan material beton. Penggunaan

material beton pada bangunan tidak terlalu tinggi seperti bangunan

ini sudah ekonomis sebab harga beton lebih murah serta belum ada

keharusan untuk menggunakan baja.

3.1.10.3. Dilatasi Struktur

Bentuk bangunan yang meluas dan terdiri dari beberapa massa

menyebabkan perlunya dilatasi struktur terutama di titik temu antar

bentuk. Penggunaan bentuk yang simple (mendekati persegi) lebih

efisien sebab dapat terhindar dari perlunya dilatasi struktur. Nilai

bangunan ini dari segi ekonomis menjadi kurang baik disebabkan

oleh bentuknya yang rumit dan diperlukannya dilatasi di beberapa

bagian.

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

54

Universitas Indonesia

Eksisting Eksperimen

Luas area : 2087 m2 Luas area :2100 m

2

Titik Dilatasi : 3 Titik Dilatasi : 1

Nilai : kurang baik Nilai : baik

Gambar 3. 23. Perbandingan dilatasi pada bentuk eksisting dan eksperimen

Sumber : Olah Data Arsip EC FTUI

3.1.10.4. Grid Kolom

Bangunan ini memakai 3 macam pola grid yaitu :

6 x 6 meter

6 x 1.5 meter

6 x 2.1 meter

Ketiganya mempunyai penerapan fungsinya masing – masing.

Grid berpola 6 x 6 meter digunakan untuk ruangan kegiatan,

sedangkan grid lainnya diperuntukkan sebagai sirkulasi. Adapun

sirkulasi yang lebih lebar (6 m x 2.1 m) diletakkan di sisi bangunan

yang berdekatan dengan courtyard mungkin untuk lebih

menonjolkan keindahan taman dalam

Sesuai dengan bahasan di bagian sirkulasi, peletakan sirkulasi di

pinggir – pinggir bangunan sebenarnya kurang efisien. Hal tersebut

menyebabkan dibutuhkannya dua jalur sirkulasi untuk dapat

menjangkau seluruh area bangunan. Berkaitan dengan hal tersebut,

maka penerapan grid yang sesuai dengan rencana pengaturan ruang

ini menjadi tidak efektif juga. Apabila diterapkan alternatif dengan

sirkulasi di tengah, maka desain grid yang tercipta diantaranya

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

55

Universitas Indonesia

Gambar 3. 24. Denah Dengan Grid 6x6 m

Sumber : Olah Data Arsip EC FTUI

Ukuran grid akan menjadi dua macam (untuk massa satu dan

massa dua) yaitu 6 x 4 (untuk ruang) meter dan 6 x 1.5 meter untuk

sirkulasi. Jika pola ini digunakan, maka area dapat mengurangi 7 %

area yang digunakan sebagai sirkulasi.

3.1.11. Material Eksterior

Eksterior bangunan menggunakan dua material, yaitu kaca dan beton.

Pemilihan material ini mungkin disebabkan oleh ingin dijaganya image

bangunan. Juga mungkin karena kaca merupakan material yang mudah

perawatannya. Sebagian bangunan ini menganut curtain wall system, yaitu

semacam kulit bangunan yang non structural. Bagian ini terletak di tangga

dekat toko Second Bite

Material kaca mempunyai kekurangan yaitu selain melewatkan cahaya, ia

juga melewatkan panas ke dalam bangunan. Dominannya penggunaan material

kaca sebagai eksterior bangunan menyebabkan banyaknya panas yang masuk

ke dalam bangunan. Sepertinya fasad bangunan bagian depan merupakan

insulasi termal bangunan terhadap cahaya matahari, dengan memberikannya

shading yang akan tercipta dari bayangan beton.

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

56

Universitas Indonesia

Gambar 3. 25. Material Eksterior Bangunan

Sumber : Olah Data Arsip EC FTUI dan Data Pribadi

Tapi pada kenyataannya, panel ini tidak kuat menahan hantaman cuaca,

sehingga ia berjatuhan kebawah dan digantikan oleh alumunium. Material GRC

adalah material ekonomis dari segi inisiasi, namun tidak ekonomis dari segi

perawatan. Akibat tidak tahan cuaca, shading GRC pada bangunan Engineering

Centre ini mengalami pelapukan dan rusak setelah beberapa tahun. Material

eksterior pada bangunan ini masih kurang ekonomis.

3.2. Pusat Administrasi Universitas (Rektorat)

Bangunan yang menjadi studi kasus selanjutnya adalah gedung Rektorat yang

terletak di area Centrum UI. Sesuai dengan namanya, gedung ini merupakan

bangunan dengan fungsi sebagai pusat adaministrasi tingkat universitas, dan juga

merupakan kantor dari rektor sebagai pimpinan tertinggi Universitas Indonesia.

Tiap lantai bangunan ini diisi oleh divisi administrasi universitas yang berbeda. Di

lantai paling atas terdapat ruang sidang yang sering digunakan untuk konferensi

atau rapat – rapat besar.

Berbeda dengan Engineering Centre, bangunan ini mempunyai bentuk yang

lebih senada dengan bangunan – bangunan lain di UI. Bentuk bangunan ini lebih

sederhana namun memiliki jumlah lantai lebih banyak dari studi kasus

sebelumnya. Oleh sebab itu menarik untuk menganalisis ekonomi bangunan dari

gedung Rektorat UI sebagai komparasi dari studi kasus yang pertama

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

57

Universitas Indonesia

Profil Gedung

Fungsi bangunan : Gedung perkantoran privat Universitas Indonesia

Luas lantai dasar : 1296 m2

Luas lantai total : 14475 m2

Jumlah lantai : 12 lantai (termasuk basement, mezanin dan atap)

Jumlah tangga : 2 buah

Jumlah lift : 3 buah

Jumlah toilet : 2 buah

Gambar 3. 26. Rektorat UI

Sumber : Data Pribadi

3.2.1. Bentuk Bangunan

Bentuk bangunan merupakan kubus 36 x 36 meter yang tereduksi pada

bagian atas menjadi 4 menara. Berdasarkan yang telah dibahas pada kajian teori,

bentuk persegi merupakan bentuk yang paling ekonomis sebab mempunyai rasio

keliling/luas bangunan yang kecil. Akan tetapi mulai lantai 3 keatas, bangunan

mereduksi massanya sehingga membentuk 4 menara. Perubahan bentuk ini

mengurangi nilai ekonomis bangunan, sebab keliling bangunan menjadi lebih

besar

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

58

Universitas Indonesia

Lantai bawah Lantai 3 keatas

Total Luas : 1296 m2 Total Luas :1152 m

2

Keliling : 144 m Keliling : 184 m

Rasio keliling / luas : 0.1 Rasio keliling / luas : 0.15

Nilai : baik Nilai :kurang

Gambar 3. 27. Perbandingan Keliling Lantai Bawah Dan Atas Bangunan

Sumber : Olah Data Arsip Rektorat UI (penghitungan terlampir)

Dari perbandingan sebelum dan sesudah bangunan mereduksi massa menjadi

4 menara, terlihat bahwa akan lebih ekonomis untuk mempertahankkan bentuk

bangunan yang berupa persegi.

3.2.2. Orientasi Bangunan

Bangunan ini mempunyai bentuk persegi dengan muka menghadap ke utara

dan selatan. Walaupun begitu, perlakuan keempat sisi bangunan ini sama, dengan

material eksterior berupa kaca di antara struktur beton. Mungkin akan lebih

ekonomis untuk memberi perlakuan yang berbeda pada muka bangunan yang

mendapatkan cahaya dan panas matahari langsung, yaitu sisi timur dan barat.

Namun begitu, bangunan ini melakukan usaha lain untuk mengurangi panas yang

didapat diantaranya dengan membuat atap pada tiap lantai sebagai sebagai tritisan

dan pembentuk shading matahari.

3.2.3. Inti Bangunan

Bangunan ini juga tidak mempunyai inti bangunan, sebab area servis, lift dan

tangga darurat tersebar walaupun masih berada pada satu area. Meski begitu,

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

59

Universitas Indonesia

pada bagian tengah bangunan terdapat sebuah void yang dikelilingi 4 kolom

dengan perkuatan bracing sebagai pertahanan terhadap gaya lateral.

Gambar 3. 28. Gambaran Sistem Struktur Rektorat UI

Sumber : Data pribadi

Rektorat sudah dapat dikatakan sebagai bangunan tinggi, sebab

ketingggiannya sudah melebihi 10 lantai. Efisiensi ruang pada bangunan tinggi

biasanya didapat dengan memusatkan jalur – jalur sirkulasi vertikal dan

kebutuhan akan shaft mekanikal elektrikal untuk kemudian didistribusikan ke

seluruh area ruangan. Oleh sebab itu, dialokasikannya ruang pada tengah

bangunan sebagai void dengan area servis, sirkulasi dan mekanikal elektrikal di

sekitarnya tidaklah efisien. Akan lebih efisien untuk memakai inti bangunan di

tengah bangunan dan meletakkan sirkulasi vertikal. Namun untuk mendapat inti

bangunan dengan luasan yang cukup, kemungkinan grid bangunan harus diganti

menjadi 6 x 6 meter, yang ilustrasinya tergambar seperti di bawah

Eksisting Eksperimen

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

60

Universitas Indonesia

Total Luas : 1296 m2 Total Luas :1296 m

2

Area Inti Bangunan : 466 m2 Area Inti Bangunan : 324 m

2

Rasio Inti / Luas total : 0.35 Rasio Inti / Luas Total : 0.25

Nilai : kurang baik Nilai : baik

Gambar 3. 29. Alternatif Denah Rektorat Dengan Inti Bangunan

Sumber : Olah Data Arsip Rektorat Dan Data Pribadi

Dengan penyusunan denah seperti di atas, akan terbentuk sebuah inti di

tengah bangunan, yang berukuran 12 x 12 meter dan dapat berfungsi sebagai

penahan gaya lateral, juga sebagai saluran sirkulasi vertikal, baik barang, orang,

maupun jaringan utilitas. Selain itu, grid yang digunakan yaitu 6 x 6 meter juga

lebih mudah untuk penyusunan ruang, sebab sebuah ruangan standar yang biasa

digunakan dalam perancangan mempuyai ukuran 3 x 3 meter.

3.2.4. Jarak Antar Lantai

Gambar 3. 30. Jarak Antar Lantai Rektorat UI

Sumber : Data pribadi

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

61

Universitas Indonesia

Bangunan mempunyai ketinggan lantai ke lantai yang berbeda – beda. Pada

lantai basement ke lantai 1, ketinggian lanntai adalah 5.06 meter. Kemudian dari

lantai 1 ke lantai dua, jarak antar lantai mencapai 6.46 meter. Lantai 3 sampai

keatas mempunyai jarak antar lantai tetap yaitu 3.96 meter. Berdasarkan standar

ketinggian antar lantai bangunan perkantoran yaitu 3.5 - 3.6 meter, jarak ini

tergolong kurang ekonomis.

3.2.5. Sirkulasi

Sirkulasi horizontal pada bangunan ini dipusatkan di sekeliling void, selain

agar pengunjung dapat menikmati kemegahan yang dihadirkan oleh void, juga

agar dapat dengan mudah mengakses area – area servis yang diletakkan

mengelilingi area sirkulasi. Sistem sirkulasi memusat dan area servis memusat

pada bentuk bangunan persegi adalah sistem yang paling efisien, karena hanya

memakai 10 % dari luas lantai total bangunan.

Eksisting Eksperimen

Total Luas : 14475 m2 Total Luas :14475 m

2

Area Sirkulasi : 1555 m2 Area Sirkulasi :1800 m

2

Rasio Inti / Luas total : 10% Rasio Inti / Luas Total :12%

Nilai : baik Nilai :kurang baik

Gambar 3. 31. Alternatif Sirkulasi Rektorat dengan Inti Bangunan

Sumber : Olah Data Arsip rektorat UI dan Data pribadi

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

62

Universitas Indonesia

Apabila mengaplikasikan desain eksperimen dengan grid 6 x 6 meter maka

area yang dibutuhkan untuk sirkulasi menjadi naik menjadi 12%, sehingga dapat

disimpulkan bahwa desain eksisting sudah efisien jika dinilai dari segi sirkulasi.

3.2.6. Toilet

3.2.6.1. Pengadaan Toilet

Untuk mengukur kebutuhan toilet pada gedung ini, terlebih dahulu

harus dilakukan penghitungan kapasitas penghuni bangunan.

Penghitungannya adalah sebagai berikut :

Luas Lantai Total : 14475 m2

Kebutuhan ruang per orang : 4.6 m2 / orang

Kapasitas Bangunan : 14475 / 4.6 = 2873

Dalam mengetahui nilai ekonomis bangunan terhadap sarana sanitasi,

perlu diadakan pengamatan antara kebutuhan dan pengadaan sarana

sanitasi. Adapun hasil pengamatan pada bangunan ini terlihat pada tabel di

bawah :

Tabel 3. 5 Pengadaan Sarana Sanitasi Gedung Rektorat UI

Sarana Sanitasi Jumlah dibutuhkan Jumlah tersedia Nilai

Kloset 71 48 Kurang

Wastafel 95 40 Kurang

Urinoir 38 20 Kurang

Sumber : Data pribadi

Terlihat bahwa jumlah kloset yang terdapat pada gedung ini masih

kurang dari standar. Namun begitu menurut pengamatan tidak terjadi

penumpukan pengguna toilet. Hal ini juga mungkin disebabkan oleh

penghuni bangunan yang tidak sebanyak kapasitas bangunan sehingga

masih dapat terfasilitasi oleh sarana sanitasi yang ada. Maka pengadaan

toilet pada gedung ini bisa dikatakan efisien.

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

63

Universitas Indonesia

3.2.6.2. Peletakan Toilet

Peletakan toilet pria dan wanita pada bangunan ini terpisah di dua sisi

(kanan dan kiri) mengakibatkan dibutuhkannya dua shaft yang berbeda.

Peletakan ini kurang ekonomis dibanding jika kedua toilet diletakkan

bersebelahan dan hanya membutuhkan satu shaft.

Gambar 3. 32. Letak Shaft Air Pada Rektorat UI

Sumber : Olah Data Arsip rektorat UI

3.2.6.3. Operasional

Kloset pada gedung ini sudah menggunakan dual flush sebagai upaya

menghemat penggunaan air

3.2.7. Mekanikal dan elektrikal

3.2.7.1. Pengudaraan buatan

Void yang terdapat pada bangunan ini menciptakan penghawaan alami

yang baik untuk bangunan, sehingga hanya sedikit diperlukan pengudaraan

buatan, antara lain pada ruangan perkantoran yang berada di sudut – sudut

bangunan. Adapun sistem tata udara yang digunakan adalah sistem

langsung dengan jenis AC Split. Sehubungan dengan jenis pengaturan

denah yang berupa ruang – ruang kecil, maka penggunaan sistem ini sudah

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

64

Universitas Indonesia

efisien. Mesin – mesin outdoor dari AC Split ini kemudian diletakkan di

fasad bangunan seperti tertera di bawah.

Gambar 3. 33. Peletakan Outdoor AC Split Pada Fasad Bangunan

Sumber : Data Pribadi

Ada pula bagian bangunan yang menggunakan sistem AC Sentral

yaitu pada basement. Alasan penggunaan sistem ini adalah karena ruangan

pada lantai basement ini berupa lobi besar. Penghawaan buatan pada

bangunan ini sudah efisien dengan memikirkan jenis ruangan dan sistem

yang tepat digunakan.

Gambar 3. 34. Lobi Basement

Sumber : Data Pribadi

3.2.7.2. Jaringan Air

Untuk pasokan air bersih, bangunan ini menggunakan gabungan sistem

up feed dan down feed. Sama halnya seperti bangunan pada studi kasus

pertama, gabungan sistem ini dipilih untuk memanfaatkan keuntungan

sistem down feed, namun membagi beban tampungan air ke tangki yang

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

65

Universitas Indonesia

disediakan juga di bawah tanah. Dengan begitu beban mati bangunan dapat

dikurangi.

Gambar 3. 35. Peletakan Tangki Air Dan Ruang Pompa

Sumber : Olah Data Arsip Rektorat UI

3.2.7.3. Listrik

Ruang trafo dan genset pada bangunan ini terletak di bagian belakang

bangunan, satu area dengan ruang pompa dan tangki air. Adapun shaft

listrik terletak dekat dengan ruang trafo dan genset, sehingga jaringan kabel

yang diperlukan tidak terlalu banyak.

3.2.7.4. Jalur Utilitas

Jalur utilitas yang paling hemat ruangan adalah jalur yang memusat

pada satu jalur, misalnya berada pada inti bangunan dan dialirkan ke

seluruh ruangan melalui jalur sirkulasi yang menjangkau seluruh area.

Akan tetapi berhubung bangunan ini tidak memiliki inti bangunan, maka

jalur utilitasnya dialirkan ,melalui beberapa shaft yang terletak di area –

area yang membutuhkan shaft seperti toilet, tangga darurat, pantry dll.

Walaupun begitu, namun bangunan ini memiliki denah tipikal, yang

membuat jalur pipa air dapat dialirkan secara vertikal melalui satu garis

lurus, hal tersebut sudah cukup ekonomis. Hanya saja untuk jalur

penerangan dan kebutuhan air untuk sprinkler memang harus menyebar,

dan persebarannya menjangkau seluruh area bangunan.

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

66

Universitas Indonesia

Gambar 3. 36. Peletakan Shaft dan Skema Perjalanan Jalur Utilitas

Sumber : Olah Data Arsip Rektorat UI

3.2.8. Luas Lantai Efektif

Walaupun gedung Rektorat ini sudah ekonomis dari segi bentuk, namun

pengaturan dalam ruangnya perlu ditinjau efisiensinya. Kesimpulan mengenai

efisiensi penggunaan ruang ini didapat dengan menghitung besaran kategori ruang

pada bangunan, yang terdiri dari ruang produktif dan ruang non produktif.

Bangunan perkantoran mempunyai standar efektifitas ruang sebesar 80 % dari

luas lantai total bangunan. Karena biasanya luas lantai tidak produktif dan luas

lantai penunjang produktif mempunyai persentase yang lebih sedikit, maka

penghitungan dilakukan terlebih dahulu pada bagian ini

3.2.8.1. Luas lantai non produktif

Luas lantai ini meliputi ruang – ruang yang digunakan untuk

kebutuhan peralatan mekanikal dan elektrikal, serta void bangunan. Adapun

penghitungan kebutuhan ruang - ruang ini adalah sebagai berikut.

Tabel 3.6 Perhitungan Luas Lantai Non Produktif Pada Gedung Rektorat UI

Ruang Luas perlantai Luas Total

Ruang AHU 2x (4.8 x 2.7) = 28.8m2 288 m

2

Ruang Shaft

Air (1.2 x 1.2) = 1.44 m2 14.4 m

2

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

67

Universitas Indonesia

Ventilasi tangga 2x (4.8 x 2.7) = 28.8m2 288 m

2

Listrik 1.8 x 2.7 = 4.86 m2 48.6 m

2

Ruang Void 7.2 x 7.2 = 51.84 m2 467 (9 lantai)

Toilet 2x (4.8 x 2.7) = 28.8 m

2 288 m

2

Pantry 1.8 x 2.7) = 4.86 m2 48.6 m

2

TOTAL 895.4 meter2

Sumber : Data Pribadi

3.2.8.2. Luas Sirkulasi

Luas sirkulasi ini meliputi sirkulasi vertikal dan horizontal yang ada

pada bangunan. Perhitungan luas area sirkulasi gedung Rektorat UI terlihat

pada tabel di bawah

Tabel 3.7 Perhitungan Luas Lantai Sirkulasi Pada Gedung Rektorat UI

Ruang Luas perlantai Luas Total

Lift 3 x ( 2.5 x 2.5)= 18.75 m2 187.5 m

2

Tangga darurat (2.7 x 4.8) + 1.44 = 14.4 m2 14.4 m

2

Tangga mulia (12.25 x 2) + (1.35 x 2) =

25.1 + 2.7 = 27.8 m2

55.6 m2

Sirkulasi

horizontal

155.52 m2 1555.2 m

2

TOTAL 2087 m2

Sumber : Data Pribadi

Jika dibandingkan dengan luas lantai total bangunan, sirkulasi

memakai 15 % dari total area. Berdasarkan literatur, luas sirkulasi yang

ekonomis tidak melebihi 25 % dari total area bangunan (Juwana, 2005),

oleh sebab itu, dari segi sirkulasi bangunan ini dapat dikatakan ekonomis.

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

68

Universitas Indonesia

3.2.8.3. Luas Lantai Produktif

Berdasarkan pengertiannya. Luas lantai produktif sebuah gedung

perkantoran adalah luas area yang digunakan untuk kegatan bekerja, sesuai

dengan fungsi utama bangunan. Luas lantai produktif adalaha area total

bangunan yang sudah direduksi oleh luas lantai non produktif. Maka luas

lantai produktif dari gedung Rektorat UI ini adalah :

14475 – (818 + 77.4 + 2087) = 14475 - 2983 = 11492 m2

Dan rasionya terhadap luas lantai total bangunan adalah :

11492 / 14475 = 0.79 atau 79 %

Persentasenya sudah jauh melebihi persentase minimal kriteria luas

produktif yang efektif. Oleh sebab itu, dari segi luas lantai produktif,

Rektorat UI dapat dikateorikan efisien.

3.2.9. Transportasi Vertikal

Gambar 3. 37. Area Service Rektorat UI

Sumber : Olah Data Arsip Rektorat UI

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

69

Universitas Indonesia

3.2.9.1. Tangga

Pada bangunan ini terdapat dua buah tangga darurat yang terletak pada

dua sisi bangunan. Sehubungan bangunan ini memiliki tinggi di atas 8

lantai, maka sudah menjadi keharusan untuk menyediakan tangga darurat

sesuai standar keamanan dengan radius pelayanan 45 meter (dengan

sprinkler). Radius pelayanan tangga darurat pada gedung Rektorat UI dapat

dilihat di bawah

Gambar 3. 38. Area Pelayanan Tangga Darurat Pada Rektorat UI

Sumber : Olah Data Arsip Rektorat UI

Terlihat dari gambar bahwa menurut jarak pelayanan hanya

dibutuhkan satu tangga darurat. Akan tetapi sehubungan dengan

persyaratan keamanan maka diadakan dua tangga darurat. Seluruh area

bangunan sudah dapat terlayani dengan baik oleh kedua tangga ini. Oleh

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

70

Universitas Indonesia

sebab itu, adanya tangga mulia dari lantai 1 ke lantai 2 tidaklah ekonomis,

sebab jika komponen ini dihilangkan, kebutuhan keamanan bangunan tetap

dapat terlayani dengan baik oleh kedua tangga darurat.

Kedua tangga darurat terletak di kanan dan kiri bangunaan dan

keduanya terletak dengan arah pintu yang sama. Hal ini membuat adanya

rute pendek dan rute panjang untuk mencapai pintu darurat. Rute pendek

antar pintu darurat ditunjukkan pada gambar dengan garis merah,

sedangkan rute yang panjang dengan garis hijau.

Gambar 3. 39. Jalur Pendek dan Panjang Pencapaian Tangga Darurat

Sumber : Olah Data Arsip Rektorat UI

Rute pendek mencapai jarak 21.6 meter, sedangkan rute panjang

mencapai jarak 32.4 meter. Hal ini dapat menyebabkan ketidakrataan

kepadatan jalur evakuasi pada saat bencana terjadi. Akan lebih baik apabila

pintu – pintu darurat pada kedua tangga diletakkan di sisi yang berbeda

sehingga area pelayanannya lebih luas dan jarak tempuhnya sama

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

71

Universitas Indonesia

Gambar 3. 40. Alternatif Peletakan Pintu Tangga Darurat Pada Sisi Yang Berbeda

Sumber : Sistem Panduan Bangunan Tinggi, Jimmy S. Juwana 2005

3.2.9.2. Ramp

Bangunan ini tidak memiliki ramp yang menghubungkan antar

lantai, namun pada bagian luar bangunan terdapat ramp.

3.2.9.3. Lift

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa transportasi vertikal

sehari – hari penghuni gedung Rektorat ini menggunakan lift, maka lift

berperan sangat penting dan kapasitasnya perlu untuk diamati lagi.

Pada gambar 3.37 dapat dilihat bahwa bangunan ini memiliki lift

sebanyak 3 buah. Apabila ditelaah dari luas lantai total bangunan, jumlah

lift yang dibutuhkan bangunan ini, yaitu satu lift orang untuk setiap luas

lantai 5000m2

(Juwana, 2005), maka ketiga lift sudah memenuhi standar

dan jumlah lift sudah ekonomis.

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

72

Universitas Indonesia

Gambar 3. 41. Ketiga lift Pad Rektoorat UI

Sumber : Data Pribadi

Adapun area pelayanan ketiga lift ini sama yaitu dari lantai basement

sampai ruang sidang. Berhubung bangunan perkantoran ini hanya 10 lantai,

maka masih efektif untuk menggunakan sistem tersebut, sebab untuk

gedung perkantoran, waktu tunggu lift yang disarankan mengharuskan satu

lift hanya melayani 12 -1 5 lantai. Apabila lebih dari 15 lantai maka

disarankan menggunakan sky lobby. Pada bangunan ini juga tidak ada lift

barang, dan masih efektif sebab lift barang dibutuhkan bila jumlah total lift

orang mencapai 5 atau 6 lift.

3.2.10. Struktur bangunan

Gambar 3. 42. Potongan melintang Bangunan

Sumber : Arsip Rektorat UI

3.2.10.1. Struktur bawah bangunan

Pondasi setempat dipilih menjadi struktur bawah dari bangunan ini.

Pondasi telapak adalah pondasi yang paling ekonomis sebagai struktur

bawah bangunan sebab teknik konstruksinya familiar, serta tidak ada biaya

penggalian terlalu besar seperti jika basement diadakan. Adapun menurut

besarnya telapak pondasi yang digunakan juga tidak mencapai 50 % dari

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

73

Universitas Indonesia

luas area bangunan. Oleh sebab itu, pondasi setempat ini sudah ekonomis

digunakan, selagi mampu memikul beban seluruh bangunan.

3.2.10.2. Struktur atas bangunan

Bangunan ini menggunakan sistem portal dengan konstruksi slab dan

balok beton dua arah. Sistem ini berupa plat dengan balok beton bertulang

yang dicor ditempat secara monolit, dengan elemen pemikul vertikal berupa

kolom. (Schodeck, 1998) Struktur ini secara otomatis akan membentuk

rangka.

Gambar 3. 43. Struktur Atas Bangunan Rektorat UI

Sumber : Data Pribadi

Bangunan ini menggunakan kolom dengan modul 90 x 90 cm yang

tersusun dalam grid 7.2 meter. Jenis kolom yang dipakai terdiri dari dua,

yaitu kolom dengan penampang persegi, dan kolom dengan penampang

lingkaran. Penampang dari kedua jenis kolom tersebut adalah :

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

74

Universitas Indonesia

Gambar 3. 44 Penampang Dua Jenis Kolom Pada Strukktur Rektorat UI

Sumber : Arsip Rektirat UI

Penampang kolom akan mengecil seiring dengan makin meningginya

bangunan. Pada lantai basement sampai dengan lantai 3, penampang

bangunan masih berukuran 90 x 90 cm dan akan mengecil bertahap dari

lantai 4 sampai dengan lantai atap dimana penampang bangunan berukuran

60 x 60 cm. Adapun peranan dari kedua jenis kolom juga berbeda,

Gambar 3. 45. Pengurangan Ukuran Kolom

Sumber : Arsip Rektirat UI

Kolom dengan penampang kotak berfungsi untuk menahan berat lantai

pada setiap lantai. Sedangkan kolom dengan penampang lingkaran

berfungsi untuk menahan berat atap.

Sedangkan untuk balok, terdapat dua macam balok, yaitu balok yang

bersinggungan langsung dengan kolom besar dan balok kecil yang

bertumpu pada balok besar. Balok yang merupakan portal utama dengan

kolom ini berukuran 35 cm x 65 cm sedangkan balok yang kecil berukuran

30 x 55 cm dan tidak bertumpu pada kolom manapun

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

75

Universitas Indonesia

Gambar 3. 46. Balok Struktur Rektorat UI

Sumber : Arsip Rektirat UI

Penggunaan struktur portal pada bangunan di bawah 20 lantai masih

ekonomis sebab beban mati bangunan belum terlalu besar, sehingga ukuran

kolom penyangga pun belum terlalu besar.

3.2.10.3. Material Struktur

Struktur pada bangunan ini menggunakan material beton bertulang.

Bangunan ini berbentuk kubus dan tidak memerlukan bentang yang

panjang, lebih dibutuhkan material mempunyai kuat tekan tinggi. Maka

pemilihan beton bertulang sudah ekonomis, sebab harga material baja jauh

lebih mahal, dan juga tidak terlalu dibutuhkan. Selain itu beton bertulang

sangat tepat digunakan untuk struktur kaku (rigid) seperti sistem struktur

yang digunakan oleh Rektorat.

3.2.10.4. Grid kolom

Bangunan ini mempunyai bentuk kubus berukuran 36 x 36 meter

dengan pembagian grid kolom 7.2 meter. Apabila dilihat dari penyusunan

ruang, pemilihan grid kolom ini akan berdampak pada munculnya

beberapa modul penyusunan ruang, diantaranya :

Modul 7.2 meter. Modul ruangan ini digunakan pada ruang – ruang

kantor besar yang berada di sudut – sudut bangunan.

Modul 7.2 meter dibagi 2 bagian, yaitu modul 3.6 meter. Modul ini

digunakan untuk ruang – ruang yang lebih kecil

Modul 7.2 meter dibagi 3 bagian, 1.2 meter dan 2 modul 3 meter.

Modul ini dipakai di grid yang mengelilingi void. Ada perluasan void

selebar 1.2 meter, kemudian sisa 6 meter digunakan untuk sirkulasi 3

meter dan ruang servis 3 meter.

Aplikasi dari modul – modul tersebut dapat dilihat pada gambar di

bawah :

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

76

Universitas Indonesia

Gambar 3. 47. Modul Ruangan Pada Rektorat UI

Sumber : Olah Data Arsip Rektorat UI

Seperti yang telah dibahas pada bagian inti bangunan, pemilihan grid

dan sistem void ini sebenarnya kurang ekonomis. Akan lebih ekonomis bila

menggunakan grid kolom 6 x 6 meter dengan inti bangunan berukuran 12 x

12 meter. Di sekeliling inti tersebut dapat diletakkan sirkulasi memusat

selebar 2 atau 3 meter, dan ruang yang tersisa dari grid masih selebar 3 atau

4 meter. Penyusunan ruang dengan grid 6 x 6 meter akan lebih mudah,

sebab modul ruangan standar yang biasa digunakan berukuran 3 x 3 meter.

Gambar 3. 48. Bangunan Dengan Grid Kolom 7.2m dan Grid Kolom 6m

Sumber : Olah Data Arsip Rektorat UI dan Data Pribadi

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

77

Universitas Indonesia

3.2.11. Eksterior Bangunan

Bangunan ini memakai dua jenis eksterior, yaitu eksterior jendela kaca

dengan bingkai alumunium, dan tipe dinding tirai kaca. Jenis dari kedua eksterior

tersebut dapat dilihat di samping.

Gambar 3. 49. Eksterior Bangunan

Sumber : Olah Data Arsip Rektorat UI dan Data Pribadi

Penggunaan material kaca hitam pada bangunan ini diambil mungkin untuk

tetap mengambil manfaat cahaya alami dan pemandangan namun tidak

memasukkan panas terlalu banyak. Pemilihan kaca hitam cukup ekonomis,

ditambah fakta bahwa kaca adalah material yang mudah perawatannya.

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

78

Universitas Indonesia

3.3. Kesimpulan Studi Kasus

Di bawah adalah tabel yang merangkum analisis bangunan studi kasus terhadap Ekonomi Bangunan

Tabel 3. 8 Hasil Analisis Ekonomi Bangunan Pada Bangunan Studi Kasus

No Analisis Studi Kasus

Dasar Teori Engineering Centre Rektorat UI

1 Bentuk bangunan Rasio keliling dan luas cukup

besar. Bentuk bangunan tidak

simple dan mengedepankan

unsur estetis namun menjadi

tidak ekonomis.

Rasio keliling dan luas lantai

kecil. Bentuk bangunan

persegi, merupakan bentuk

yang sangat ekonomis.

Semakin kecil rasio keliling / luas lantai

bangunan semakin ekonomis bentuknya.

2 Oriientasi bangunan Menghadap utara - selatan

sehingga tidak mendapat panas

matahari langsung.

Menghadap utara selatan

namun memiliki perlakuan

sama di keempat sisi

bangunan.

Lebih ekonomis untuk merancang bukaan

menghadap ke utara dan selatan sehingga tidak

terkena sinar matahari langsung dan dapat

mendinginkan suhu dalam bangunan.

3 Inti bangunan Bentuk bangunan

menyebabkan ada lebih dari

satu inti. Secara ekonomi

bangunan hal ini kurang baik

karena menyebabkan

banyaknya biaya yang keluar

untuk mekanikal dan elektrikal

Area servis menyebar di

sekeliling void sehingga

terlihat seperti tidak ada inti

bangunan. Area sirkulasi

menjadi lebih besar dan

tidak ekonomis.

Pemusatan area – area servis ke satu area lebih

ekonomis sebab dapat menghemat jalur

utilitas. Selain itu semakin tinggi bangunan

semakin besar gaya lateral yang diterima,

sehingga pengadaan inti bangunan sangat

diperlukan.

4 Jarak antar lantai Ada bagian bangunan yang

mempunyai jarak perlantai

sampai dengan 4.6 meter, ada

juga bagian bangunan dengan

jarak perlantai hanya 2.8

meter. Massa bangunan

Jarak antar lantai bangunan

ini sekitar 3.9 meter, yang

menurut standar floor – to

floor gedung perkantoran

masih kurang optimal.

Semakin kecil jarak antar lantai, semakin

ekonomis nilai suatu bangunan. Untuk gedung

perkantoran, jarak perlantai optimum sekitar

3.6 meter,sedangkan untuk flat sekitar 3 meter.

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

79

Universitas Indonesia

dengan jarak antar lantai yang

tinggi membuat bangunan

kurang ekonomis.

5 Sirkulasi Sirkulasi berada di pinggir

bangunan sehingga dibutuhkan

dua jalur . Tidak ekonomis

apabila dibandingkan dengan

peletakan sirkulasi di tengah

massa

Sirkulasi memusat di

sekeliling void. Bentuk

persegi dengan sirkulasi

memusat sangat ekoonomis.

Semakin rendah jarak pelayanan sirkulasi

semakin baik, sehingga semakin memusat

sirkulasi akan semakin ekonomis. Oleh sebab

itu bentuk persegi atau lingkaran (yang sangat

sesuai dengan sirkulasi memusat) lebih

ekonomis dibanding bentuk lainnya.

6 Toilet Pengadaan sarana sanitasi pada

bangunan ini masih kurang

dari standar namun dalam

kesehariannya tidak terlihat

penumpukan pengguna, yang

berarti jumlah sarana sanitasi

sudah ekonomis.

Walaupun dibutuhkan dua

pasang toilet pada bangunan,

namun peletakan toilet pria

dan wanita yang berdampingan

dan menggunakan hanya satu

shaft air sudah ekonomis.

Kloset juga menggunakan

sistem dual flush dalam usaha

menghemat penggunaan ar.

Pengadaan sarana sanitasi

pada bangunan ini masih

kurang dari standar namun

dalam kesehariannya tidak

terlihat penumpukan

pengguna, yang berarti

jumlah sarana sanitasi sudah

ekonomis.

Terdapat satu pasang toilet

wanita dan pria pada

bangunan, namun terletak

berjauhan, sehingga

membuthkan dua shaft air,

dan hal ini tidak ekonomis.

Kloset sudah menggunakan

dual flush.

Pengadaan sarana sanitasi pada bangunan

sebaiknya tidak kurang dan tidak berlebih.

Untuk menghemat ruang, sebaiknya toilet

wanita dan pria diletakkan bersebelahan

sehingga shaft air dapat diletakkan ditengah

dan dapat melayani kedua toilet. Untuk

menghemat penggunaan air dapat pula

dilakukan sistem seperti dual flush dan sensor

air pada kran.

7 Luas lantai efektif Luas lantai efektif bangunan

ini adalah 56%. Bangunan

perkantoran yang ekonomis

mempunyai area efektif lebih

dari 80%, sehingga bangunan

ini tidak termasuk bangunan

Luas lantai efektif Rektorat

adalah 79 %. Walaupun

masih belum memenuhi

standar efeisiensi lantai

bangunan perkantoran,

namun bangunan ini masih

Bangunan mempunyai fungsi utama. Semakin

banyak luas bangunan yang digunakan

sebagai fungsi utama maka semakin baik nilai

ekonomis bangunan. Normalnya area efektif

gedung perkantoran hanya dikurangi area tidak

produktif yang berada di inti bangunan dengan

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

80

Universitas Indonesia

ekonomis lebih ekonomis dibanding

bangunan pertama

persentase tidak lebih dari 20% sehingga area

produktif gedung perkantoran ekonomis jika

melebihi 80%.

8 Mekanikal dan elektrikal Sistem tata udara

Sistem tata udara pada

bangunan ini adalah

gabungan dari sistem ac

langsung dan tidak langsung

dan digunakan pada area

yang berbeda. Pemakaian

kedua sistem ini sesuai

dengan kebutuhan ruang

sudah ekonomis.

Jaringan air bersih

Gabungan sistem up feed dan

down feed pada bangunan ini

sudah ekonomis dengan

memanfaatkan gaya gravitasi

namun membagi beban air di

atas dan di bawah

Sistem listrik

Peletakan ruang trafo dan

panel anak berada dalam

jarak dekat yang merupakan

rancangan ruang yang

ekonomis sebab

membutuhkan sedikit jalur

utilitas

Sistem tata udara

Gabungan sistem langsung

dan tidak langsung yang

diterapkan bangunan ini

sudah sesuai dengan

kebutuhan ruang dan sudah

ekonomis penggunaannya.

Jaringan Air Bersih

Gabungan sistem up feed

dan down feed pada

bangunan ini sudah

ekonomis dengan

memnfaatkan gaya

gravitasi namun membagi

beban air di atas dan di

bawah.

Sistem listrik

Shaft listrik dan panel anak

diletakkan dalam bagian

bangunan yang berdekatan

dengan ruang trafo,

sehingga sudah ekonomis

sebab membutuhkan sedikit

jalur utilitas

Penentuan sistem mekanikal dan elektrikal

yang ekonomis harus mempertimbangkan jenis

bangunan, jenis denah serta ketinggian

bangunan. Selanjutnya peletakan peralatan

mekanikal dan elektrikal harus berada sedekat

mungkin dengan shaft vertikal sehingga

mengurangi jalur utilitas. Akan lebih efisien

juga untuk meminimalisir jumlah shaft karena

shaft merupakan area non produktif.

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

81

Universitas Indonesia

9 Transportasi vertikal Lift

Pengadaan lift pada

bangunan ini sudah cukup

ekonomis sebab tidak

melebihi kebutuhan

sebanyak 2 lift

Ramp

Bentuk bangunan yang

mempunyai dua massa

dengan perbedaan floor to

floor menyebabkan adanya

dibutuhkannya area

penghubung berupa ramp.

Hal ini tidak ekonomis.

Tangga Darurat

Area pelayanan tangga

darurat dan sirkulasi

bangunan juga kurang

dimanfaatkan secara optimal

sehingga jumlah tangga yang

ada melebihi jumlah yang

dibutuhkan,

Lift

Pengadaan lift sudah

ekonomis karena sesuai

dengan kebutuhan.

Tangga Darurat

Jumlah tangga darurat juga

sudah sesuai standar

keamanan bangunan tinggi.

Namun pengadaan tangga

mulia yang berdimensi

besar pada lantai 1 sangat

tidak ekonomis sebab tidak

dibutuhkan tangga

tambahan dan besarnya

ukuran tangga pasti

membutuhkan biaya

pembangunan yang sangat

besar.

Transportasi vertikal yang ekonomis adalah

yang sesuai dengan kapasitas bangunan, baik

dari segi penghuni bangunan ataupun dari

besarnya area yang dilayani. Tangga darurat

mempunyai radius pelayanan. 30 meter tanpa

sprinkler dan 45 meter dengan sprinkler. Untuk

lift, penghitungan jumlah lift yang efektif

berdasarkan beberapa elemen seperti waktu

tunggu, kapasitas bangunan, beban puncak dan

waktu bolak balik. Namun efektifnya terdapat

satu lift untuk setiap luas lantai 5000m2

10 Struktur bangunan Sistem struktur yang

digunakan sudah sesuai

dengan ketinggian bangunan,

namun bangunan ini kurang

efisien dari segi dimensi

struktur. Besarnya kolom yang

mencapai panjang 2.5 meter

Sistem struktur yang

digunakan telah sesuai

dengan ketinggian bangunan.

Dimensi struktur juga telah

efektif, serta pengurangan

besar kolom pada bagian atas

bangunan merupakan

Struktur bangunan yang baik adalah struktur

yang dapat meneruskan beban yang diterima

bangunan. Secara umum akan lebih ekonomis

apabila dimensi struktur yang dipakai semakin

kecil, dan proses konstruksinya mudah.

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

82

Universitas Indonesia

pada lantai dasar lebih

dikarenakan alasan estetis,

sedangkan kolom itu sendiri

ternyata tidak padat melainkan

berongga. Selain

memboroskan ruang, dari segi

pengadaan kolom juga pasti

memakan biaya yang besar.

Material beton yang digunakan

juga sudah ekonomis

mengingat bangunan ini belum

memerlukan struktur baja.

langkah penghematan yang

menambah nilai ekonomis

bangunan.

Tidak adanya dilatasi

struktur yang dibutuhkan

mengindikasikan bentuk

bangunan adalah bentuk

yang mempunyai nilai

ekonomis tinggi

Penggunaan grid kolom pada

bangunan kurang ekonomis

sebab modul ruang yang

terbentuk menjadi tidak

standar dan juga tidak

mendukung adanya inti di

bagian tengah bangunan.

11 Material eksterior Penggunaan kaca sebagai kulit

bangunan sebenarnya

merupakan langkah ekonomis

untuk memaksimalkan

pencahayaan alami pada

bangunan. Akan tetapi

penanggulangan panas

matahari-- yang dilewatkan

kaca-- dengan menggunakan

shading beton sangatlah tidak

ekonomis sebab material

tersebut mempunyai beban

mati yang besar.

Material eksterior pada

bangunan ini menggunakan

kaca di sela – sela beton

struktur. Penggunaan

material kaca hitam pada

bangunan ini diambil

mungkin untuk tetap

mengambil manfaat cahaya

alami dan pemandangan

namun tidak memasukkan

panas terlalu banyak.

Pemilihan kaca hitam cukup

ekonomis, ditambah fakta

bahwa kaca adalah material

yang mudah perawatannya.

Material eksterior yang ekonomis adalah

material yang lebih murah dari segi harga,

karakteristik, biaya perawatan dan proses

konstruksi.

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

83

Universitas Indonesia

Berdasarkan pembahasan di atas, nilai ekonomis tiap aspek pada kedua

bangunan studi kasus adalah :

Terlihat dari tabel bahwa secara ekonomi bangunan, Engineering Centre

mempunyai nilai ekonomis yang lebih rendah daripada gedung Rektorat UI.

Kedua bangunan studi kasus ini sangat berbeda dari segi fisik. Engineering Centre

merupakan bangunan dengan jenis slab yang meluas, sedangkan Rektorat UI

berbentuk tower yang memusat. Karakteristik bangunan dengan area meluas dan

ketinggian rendah adalah akan diperlukan banyak lahan yang terpakai untuk area

servis dan sirkulasi, sedangkan pada bangunan tower lahan yang terpakai hanya

sedikit, namun berulang keatas. Sehingga dari segi efisiensi lahan, bangunan

dengan format tower lebih ekonomis.

Namun untuk struktur bangunan, bangunan meluas dan rendah membutuhkan

dimensi struktur yang lebih sedikit dari bangunan tower, sebab beban mati

bangunan yang ditanggung yang ditanggung tidak terlalu besar. Begitu pula untuk

transportasi vertikal, bangunan meluas dan rendah akan lebih ekonomis sebab

seringkali tidak membutuhkan transportasi vertikal berupa lift dan tidak perlu

mengalokasikan ruangan untuk lubang lift.

Sehubungan efisiensi bangunan tower yang membutuhkan banyak kesamaan

denah lantai, maka fungsi yang diakomodasi oleh bangunan ini sebaiknya juga

fungsi bangunan yang mempunyai tingkat rutinitas tinggi, seperti perkantoran,

Aspek Engineering Centre Rektorat

Bentuk bangunan Kurang ekonomis Ekonomis

Orientasi bangunan Ekonomis Ekonomis

Inti bangunan Kurang ekonomis Kurang ekonomis

Jarak antar lantai Kurang ekonomis Kurang ekonomis

Sirkulasi Kurang ekonomis Ekonomis

Luas lantai efektif Kurang ekonomis Kurang ekonomis

Toilet Ekonomis Kurang ekonomis

Mekanikal elektrikal Ekonomis Ekonomis

Transportasi vertical Kurang ekonomis Ekonomis

Struktur bangunan Kurang ekonomis Ekonomis

Material eksterior Kurang Ekonomis Ekonomis

TABEL 3.9 Evaluasi Aspek Ekonomi Bangunan Pada Studi Kasus

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

84

Universitas Indonesia

perkuliahan, dan perumahan. Adapun fungsi – fungsi bangunan yang memerlukan

lebih banyak lahan mendatar untuk digunakan dan tingkat fleksibilitas yang tinggi

sebaiknya mengambil format bangunan rendah dan meluas, misalnya pabrik, pusat

perbelanjaan, gelanggang olahraga, bandara, galeri dll.

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

85

BAB 4

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang telah disebutkan, terlihat bahwa ekonomi bangunan

sangat penting untuk diterapkan dalam perancangan bangunan. ekonomi bangunan

merupakan ilmu yang memandang bangunan dari segi ekonomis dan menitikberatkan

pada efisiensi. Dengan memperhatikan ekonomi bangunan dalam perancangan

bangunan, diharapkan seorang perancang lebih peka terhadap komponen perancangan

yang besar pengaruhnya pada biaya.

Adapun unsur – unsur yang yang berada dalam ekonomi bangunan diantaranya

adalah bentuk bangunan, orientasi bangunan, inti bangunan, jarak antar lantai,

sirkulasi, toilet, luas lantai efektif, mekanikal elektrikal,transportasi vertikal, sruktur

bangunan, material eksterior. Semua unsur tersebut harus diperhatikan agar optimal,

baik di pengadaan maupun di operasional. Optimalisasi dapat dilakukan diantaranya

dengan cukup memenuhi standar minimum requirement yang ada. Unsur – unsur

ekonomi bangunan yang dibahas mempunyai pengaruh yang besar terhadap efisiensi

ruang, energi dan fasilitas.

Tabel 4.1 Pengaruh Aspek Ekonomi Bangunan

Aspek Ruang Energi Fasilitas

Bentuk bangunan

Orientasi bangunan

Inti bangunan

Jarak antar lantai

Sirkulasi

Luas lantai efektif

Toilet

Mekanikal elektrikal

Transportasi vertical

Struktur bangunan

Material eksterior

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

Universitas Indonesia

Berdasarkan kajian yang telah dilakukan juga didapat bahwa bentuk bangunan

mempengaruhi banyak unsur ekonomi bangunan lainnya, seperti Inti bangunan,

sirkulasi, luas produktif, transportasi vertikal, toilet, mekanikal elektrikal dan juga

struktur.

Studi kasus yang dilakukan untuk mempelajari aspek ekonomi bangunan tersebut

melibatkan dua bangunan yaitu Engineering Center FTUI dan Rektorat UI. Kedua

bangunan ini mempunyai karakter fisik yang sangat berbeda, Engineering Centre

mempunyai bentuk yang lebih rumit dan tidak efisien, dan hal tersebut menyebabkan

bangunan ini bernilai sangat tidak ekonomis, sebab ketidakekonomisan bentuk

bangunan mempengaruhi unsur lainnya. Sedangkan bangunan Rektorat UI

mempunyai nilai ekonomis yang lebih besar dibanding Engineering Centre.

Bangunan ini menggunakan bentuk bangunan persegi yang sangat efisien karena

tidak banyak menghasilkan dinding luar, serta sifat bentuk ini yang memungkinkan

pemusatan area servis di tengah untuk melayani daerah di sekelilingnya. Hal ini

menjadikan area yang terpakai untuk servis lebih sedikit serta mempunyai area

pelayanan yang optimal. Namun Rektorat UI juga mempunyai aspek – aspek yang

mengurangi nilai ekonomis bangunan, diantaranya adalah dialokasikannya bagian

tengah bangunan sebagai void menerus dan bukannya inti bangunan. Hal ini

menyebabkan lebih banyak penggunaan ruang untuk area servis yang terletak

menyebar di sekeliling void.

Walaupun berbeda secara fisik, namun kedua bangunan mempunyai fungsi yang

hampir sama; perkantoran dan perkuliahan, keduanya mempunyai rutinitas yang

tinggi. Untuk gedung – gedung dengan fungsi seperti ini akan lebih ekonomis untuk

menggunakan bentuk geometris sederhana yang mendekati persegi, sebab bentuk

persegi lebih memungkinkan pemusatan dan efisiensi ruang, serta tetap dapat

memberikan image elegan pada bangunan.

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

DAFTAR PUSTAKA DAN SUMBER REFERENSI

As Built Drawing Rektorat UI. Arsip Data Rektorat. Diakses 2012, Mei 08

Allison, Timothy. (2012). Up Feed or Down? 2012. Juni 04.

http://www.plumbingengineer.com/nov_07/designers.php

Barliana, Mokh. Syaom. (2008). Bahan Ajar Studio Perancangan Arsitektur III. 2012,

Juni 11.

http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ARSITEKTUR/1963020

41988031-

MOKHAMAD_SYAOM_BARLIANA/Bahan_Ajar/Studio_Peranc_Ars_III/Bab_1-

2.pdf

Drawing Engineering Centre. Arsip Data Centre Engineering Centre. Diakses 2012,

Mei 15

Febriyanto, V. (2010). Desain Ulang Struktur Gedung Rusunami Kalibata Residences

dengan Penerapan Dilatasi. 2021, Mei 08.

http://eprints.undip.ac.id/34296/5/2101_chapter_II.pdf

“Gedung Pusat Informasi Agribisnis Pertanian diResmikan” (2009)

http://duniaveteriner.com/2009/10/gedung-pusat-informasi-agribisnis-pertanian-

diresmikan/print

Indonesia, Gopan. (2009) “Jejak Anton di Ulang Tahun Emasnya”.

http://gopanindonesia.com/index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=2

3&Itemid=54

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

Universitas Indonesia

Neufert, Ernst. Architects’ Data (terjemahan). (1970). London : Crosby Lockwood

Staples

Juwana, Jimmy S. (2005). Panduan Sistem Bangunan Tinggi. Jakarta : Erlangga

Seely, I. H. (1972). Building Economics. London, New York, Toronto, Melbourne :

The Mac Millan Press Ltd.

Purbo, Hartono. (1989). Tekno Ekonomi Bangunan Bertingkat Banyak. Jakarta :

Penerbit Djambatan

Priatman, Jimmy (2004). Tradisi dan Inovasi Material Fasade bangunan Tinggi.

Universitas Kristen Petra. 2012, Mei 14.

http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/

Schodeck, Daniel L. Struktur (terjemahan). (1998). Jakarta : PT.Refika Adhitama

n. d. Lecture 10 Mat Foundation

http://www.scribd.com/doc/29908691/Lecture10-Mat-Foundations.

n. d. Penjelasan Peraturan Pemerintah No. 36 Th 2005 Tentang Pelaksanaan

Undang – Undang No. 28 Th. 2012 Tentang Bangunan Gedung

http://www.presidenri.go.id/DokumenUU.php/119.pdf

(n. d.) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 468 / KPTS/ 1998 Tanggal 1

Desember 1998.

http://ciptakarya.pu.go.id/pbl/pustaka/BG/KPTS/KEPMEN%20PU%20468%2019

98%20AKSESIBILITAS%20BANGUNAN%20GEDUNG.PDF

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

Universitas Indonesia

(n. d.) KEPMEN PU No. 10/KPTS/2000 diunduh tanggal 4 Juli 20

http://www.pu.go.id

(n.d.) Manajemen Konstruksi.

http://ilustri.org/index.php?option=com_content&view=article&id=62:manajemen-

konstruksi&catid=63:manajemen&Itemid=2

(n. d) Neary, et al. ,SUSTAINABILITY & ENERGY REDUCTION MANUAL.2012,

Juni 10. http://www.wbdg.org/ccb/VA/VADEMAN/dmsustain.pdf

Yuuwono, AB. (2007).

http://eprints.undip.ac.id/16018/1/A.BAMBAN_YUUWONO.pdf.

www.struktur-rumah.com. Diakses pada 2012, Juni 04.

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

LAMPIRAN

Luas Lantai Total Engineering Centre

Bagian bangunan yang berwarna merah

terdiri dari 3 lantai, sedangkan bagian

yang berwarna merah terdiri dari 6 lantai

(lantai dasar, lantai 1, lantai mezanin,

lantai 2, lantai 3 dan lantai 4)

Sedangkan bagian bangunan yang

berwarna biru terdiri dari 3 lantai yaitu

lantai dasar, lantai 1 dan lantai 2. Akan

tetapi jarak floor to floor dari kedua

massa bangunan ini berbeda

(Penghitungan luas dan keliling bangunan dengan menggunakan software

AutoCad)

Bangunan berwarna merah mepunyai luas 715 m2 dan keliling 186 m

Massa berwarna biru mempunyai luas 1423 m2 dan keliling 330 m

Bagian toilet dan shaft penghubung mempunyai luas 100 m2 dan keliling 45

Bagian connector mempunyai luas 51 m2 dan keliling 39 m

Luas kedua massa bangunan

Luas lantai total massa bangunan merah adalah luas 6 lantai – luas void tangga

= 6 x (715) – (44+30+30) = 4290 – 104 = 4096 m2

Luas lantai total massa bangunan biru adalag luas 3 lantai – luas void

= 3 x ( 1432) – (90) = 4296 – 90 = 4206 m2

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

Luas bagian connector

Luas toilet dan shaft = 6 x (100) = 600 m2

Luas ramp = 3 lantai x (51) = 153 m2

Maka luas lantai total adalah Luas kedua massa bangunan + Luas bagian

connector = (4096 m2 + 4206 m2 ) + (600m2 + 153 m2) = 9055 m2

( Penghitungan dilakukan dengan menggunakan software AutoCad )

Luas Sirkulasi Engineering Centre

Luas massa bangunan panjang = 181 m2 + 116 m

2 = 297 m

2

Luas massa bangunan pendek = 174 m2 + 106 m2 = 180 m2

Luas connector & ramp = 97 m2

Luas Sirkulasi horizontal

Lantai dasar, lantai 1 dan 2 = 3 x ( Massa Bangunan Pendek + Massa

bangunan Panjang + Connector & Ramp = 297 m2 + 180 m2 + 97 m2 = 3

x 564 m2 = 1692 m2

106 m2

181 m2

m2

174 m2

116 m2

51 m2

36 m2

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

Lantai 3, 4, 5 = 3 x ( Massa Bangunan pendek + Connector) = 3 x ( 180 +

36) = 3 x 216 m2 = 648 m2

Luas sirkulasi horizontal = 1692 m2 + 648 m2 = 2340 m2

Luas Sirkulasi Vertikal

Tangga darurat : (13 + 50 + 69 + 29 + 17) = 178 m2 perlantai

Lantai dasar sampai lantai 2 = 178 x 3 = 534 m2

Lantai 3-5 = (13 + 50 + 69 ) x 3 = 396 m2

Lift = 25 m2 perlantai. 6 lantai maka 150 m2

Luas sirkulasi vertikal = 534 m2 + 396 m2 + 150 m2 = 1080 m2

\

13 m2 50 m2

17 m2 69 m2

29 m2

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

Luas Total Sirkulasi

Luas Total sirkulasi = Luas sirkulasi vertical + luas sirkulasi horizontal = 2340

+ 1080 = 3420 m2

( Penghitungan dilakukan dengan menggunakan software AutoCad )

Luas Area Tidak Produktif Engineering Centre

Luas lantai tidak efektif adalah luas yang terpakai untuk mekanikal elektrikal

dan void

Shaft AC

Shaft eksterior massa pendek perlantai = 6 x (7.6 x 2) = 6 x ( 15.2 m2) = 91.2

m2

Shaft dobel eksterior massa panjang = 3 x (2 x 7.6) = 3 x (15.2 m2) = 45.6

m2

Shaft single eksterior massa panjang = 3 x (2 x 4.6 ) = 3 x 9.2 m2 = 27.6m2

Total shaft AC = 164.4 m2

Shaft air

Massa pendek = 6 x 1.2 m2 = 7.2 m2

Massa panjang = 3 x 1.7 = 5.1 m2

Total shaft air = 7.2 + 5.1 = 12.3 m2

Shaft listrik

Massa pendek = 6 x 1.3 m2 = 7.8 m2

Massa panjang = 3 x 1.7 = 5.1 m2

Total shaft air = 7.8 + 5.1 = 12.9 m2

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

Void

Void lantai 1 massa panjang = 91 m2

Void lantai mezanin = 92 m2

Toilet

Massa panjang = 15 m2

Massa pendek = 20 m2

Luas Toilet pada tiap lantai

Lantai Luas

Lantai dasar 35 m2

Lantai mezanin 20 m2

Lantai 1 35 m2

Lantai 2 35 m2

Lantai 3 20 m2

Lantai 4 20 m2

Total 165 m2

Pantry

Lantai Luas

Lantai Dasar 13 m2

Lantai 1 2.1 m2

Lantai 2 5.2 m2

Total 20.3 m2

( Penghitungan dilakukan dengan menggunakan software AutoCad )

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN ARSITEKTUR BERBASIS …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307196-S42287-Ajeng Dwi Astuti.pdf · ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya

Luas Sirkulasi Rektorat UI

Luas Sirkulasi Horizontal

Bagian berwarna biru : 2 x 3.6 x 14.4 = 103.8 m2

Bagian berwarna merah : (2 x 3.5 x 7.2) = 51.84 m2

Luas sirkulasi horizontal perlantai : 103.68 + 51.84 = 155.52 m2

Untuk sepuluh lantai : 10 x 155.52 = 1555,2 m2

Luas Sirkulasi Vertikal

Lift : 2,5 x 2,5 = 6.25 meter2. 3 lift menjadi 18.75. untuk 10 lantai

menjadi 187.5 meter persegi

Tangga darurat = (2.7 x 4.8) + 1.44 = 14.4 pertangga. Ada 2 tangga

perlantai maka 28.8 perlantai. Ada 10 lantai maka 288 meter persegi.

Tangga mulia (12.25 x 2) + (1.35 x 2 ) = 25.1 + 2.7 = 27.8 meter2.

Tangga mulia menjamah 2 lantai, maka luas yang diperlukan = 2 x 27.8

= 55.6 meter

Luas sirkulasi vertikal 531 m2

Desain arsitektur..., Ajeng Dwi Astuti, FT UI, 2012