UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN...

144
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN UNTUK PENANAMAN MODAL DI BIDANG-BIDANG USAHA TERTENTU DAN ATAU DI DAERAH-DAERAH TERTENTU (Catatan Kritis atas Peraturan Pemerintah No.62 Tahun 2008) SKRIPSI Harry Wirahman 0904110191 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI FISKAL DEPOK DESEMBER 2008 Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Transcript of UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN...

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN FASILITAS PAJAK

PENGHASILAN UNTUK PENANAMAN MODAL DI

BIDANG-BIDANG USAHA TERTENTU DAN ATAU

DI DAERAH-DAERAH TERTENTU (Catatan Kritis atas Peraturan Pemerintah No.62 Tahun 2008)

SKRIPSI

Harry Wirahman

0904110191

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI FISKAL

DEPOK DESEMBER 2008

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN FASILITAS PAJAK

PENGHASILAN UNTUK PENANAMAN MODAL DI

BIDANG-BIDANG USAHA TERTENTU DAN ATAU

DI DAERAH-DAERAH TERTENTU (Catatan Kritis atas Peraturan Pemerintah No.62 Tahun 2008)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial dalam bidang Ilmu Administrasi

Harry Wirahman

0904110191

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI FISKAL

DEPOK DESEMBER 2008

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia vii

ABSTRAK

Nama : Harry Wirahman

Program Studi : Ilmu Administrasi Fiskal

Judul : Analisis Rumusan Kebijakan Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk

Penanaman Modal Di Bidang-Bidang Usaha Tertentu Dan Atau

Di Daerah-Daerah Tertentu, Catatan Kritis Atas Peraturan

Pemerintah No.62 Tahun 2008

Skripsi ini membahas rumusan kebijakan fasilitas pajak penghasilan untuk

penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan atau di daerah-daerah

tertentu dengan studi pada Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2008. Tujuan

dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam

perumusan kebijakan fasilitas pajak penghasilan dan melihat kesesuaian faktor-

faktor tersebut dengan kebijakan yang dihasilkan. Penelitian ini adalah penelitian

kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat

kesesuaian antara faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam perumusan

kebijakan dengan kebijakan yang dihasilkan. Faktor-faktor yang menjadi

pertimbangan tersebut yaitu pengembangan struktur industri, pengalihan

teknologi, penciptaan lapangan pekerjaan, bidang usaha pionir, akses ke pasar

internasional, pengembangan daerah tertentu, dan mendukung kebijakan

pemerintah. Sedangkan faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam perumusan

kebijakan ini adalah fenomena race to the bottom, pembebasan pajak, sinkronisasi

peraturan, dan peranan pemerintah daerah dalam menarik investasi.

Kata kunci:

Fasilitas pajak penghasilan, fasilitas investasi, faktor-faktor pertimbangan fasilitas

pajak

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia viii

ABSTRACT

Name : Harry Wirahman

Study Program : Fiscal Administration

Title : Policy Formula Analysis of Income Tax Incentives for

Investment in Spesific Industries and or Spesific Region, A

Critical Notes of “Peraturan Pemerintah No.62 Tahun 2008”.

This study focus in policy formula analysis of income tax incentives for

investment in spesific industries and or spesific region, a study in “Peraturan

Pemerintah Nomor 62 Tahun 2008”. The purpose of this study is to study factors

which needs to be considerated in income tax policy formulation and consistency

between input factors with the policy itself. This research is a qualitative research

with descriptive interpretive. This study conclude there is consistency between

input factors with the policy itself. Input factors stated before consist of

development in industrial structure, technology transfer, employment creation,

pioneer industries, access to overseas market, development in spesific region, and

support in government policies. Furthermore, other factors which need to be

considered are a race to the bottom phenomena, tax exemption, law consistency,

and the role of local government to attract investment.

Keywords:

Income tax incentives, investment incentives, factors affecting tax incentives

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia ix

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........................... vi

ABSTRAK ....................................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Permasalahan ................................................................................ 9

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 9

1.4 Signifikansi Penelitian ................................................................... 10

1.5 Sistematika Penelitian .................................................................... 10

BAB 2 KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODE PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka .......................................................................... 12

2.2 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 14

2.2.1 Investasi ................................................................................ 14

2.2.2 Pajak Penghasilan ................................................................. 16

2.2.3 Sistem Perpajakan ................................................................. 17

2.2.4 Analisis Kebijakan ................................................................ 19

2.2.5 Insentif Pajak ........................................................................ 24

2.3 Metode Penelitian .......................................................................... 34

2.3.1 Pendekatan Penelitian ........................................................... 34

2.3.2 Jenis/Tipe Penelitian ............................................................. 35

2.3.3 Metode dan Strategi Penelitian .............................................. 37

2.3.4 Hipotesis Kerja ..................................................................... 38

2.3.5 Narasumber/Informan ........................................................... 38

2.3.6 Proses Penelitian ................................................................... 39

2.3.7 Site Penelitian ....................................................................... 40

2.3.8 Batasan Penelitian ................................................................. 41

2.3.9 Keterbatasan Penelitian ......................................................... 42

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62

TAHUN 2008 3.1 Jenis-Jenis Fasilitas Penanaman Modal .......................................... 43

3.2 Latar Belakang Peraturan Pemerintah No.62/2008 ......................... 45

3.3 Subjek Fasilitas Pajak Peraturan Pemerintah No.62/2008 ............... 46

3.4 Jenis Fasilitas Pajak Peraturan Pemerintah No.62/2008 .................. 48

3.5 Prosedur Pengajuan Fasilitas Pajak Berdasarkan Peraturan

Pemerintah No.62/2008 ................................................................. 53

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia x

BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN

PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan Dalam Rumusan Peraturan

Pemerintah Nomor 62 Tahun 2008 ................................................ 60

4.1.1 Analisis Rumusan Jenis Fasilitas Pajak Pada Peraturan

Pemerintah Nomor 62 Tahun 2008. ............................................... 60

4.1.1.1 Analisis Jenis-Jenis Fasilitas Pajak Berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 62 Tahun 2008 ........................................ 64

4.1.1.1.1 Pengurangan Penghasilan Neto ....................................... 64

4.1.1.1.2 Penyusutan dan Amortisasi yang Dipercepat ................... 66

4.1.1.1.3 Pengurangan Tarif Pajak Atas Dividen Yang Dibayarkan

Ke Luar Negeri .................................................................. 69

4.1.1.1.4 Kompensasi Kerugian Yang Lebih Lama Dari 5 Tahun

Tetapi Tidak Lebih Dari 10 Tahun ..................................... 72

4.1.1.2 Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal Di

Bidang-Bidang Usaha Tertentu Dan Atau Di Daerah-Daerah

Tertentu Dewasa Ini .............................................................. 74

4.1.1.2.1 Tax Saving atau Cash Flow Saving .................................. 75

4.1.1.2.2 Fenomena Race to The Bottom ........................................ 78

4.1.1.2.3 Urgensi Pembebasan Pajak .............................................. 81

4.1.1.2.4 Peraturan Pelaksanaan Terkait Peraturan Pemerintah

Nomor 62 Tahun 2008 ...................................................... 83

4.1.1.2.5 Peranan Daerah Dalam Menarik Investasi......... ............... 86

4.1.2 Analisis Rumusan Bidang Usaha Tertentu Dan Atau Daerah

Tertentu Pada Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2008 .......... 87

4.1.2.1 Departemen Pertanian ........................................................ 89

4.1.2.2 Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral ................... 91

4.1.2.3 Departemen Kehutanan ...................................................... 94

4.1.2.4 Departemen Perindustrian .................................................. 95

4.1.2.5 Departemen Kelautan dan Perikanan .................................. 98

4.1.2.6 Badan Koordinasi Penanaman Modal ................................. 99

4.1.2.7 Otorita Batam ................................................................... 101

4.2 Analisis Input - Output Kebijakan Fasilitas Pajak Penghasilan Pada

Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2008 .............................. 104

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ..................................................................................... 113

5.2 Saran ........................................................................................... 114

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 115

LAMPIRAN .................................................................................................... 120

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... 131

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia xi

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 2.1 Perbedaan Penelitian Dengan Penelitian Sebelumnya (1) ............. 13

Tabel 2.2 Perbedaan Penelitian Dengan Penelitian Sebelumnya (2) ............. 14

Tabel 2.3 Perbedaan Analysis of Policy dan Analysis for Policy .................. 20

Tabel 3.1 Peraturan-Peraturan Terkait Fasilitas Penanaman Modal .............. 44

Tabel 3.2 Rate penyusutan dipercepat ......................................................... 49

Tabel 4.1 Rate penyusutan dipercepat ......................................................... 61

Tabel 4.2 Perbandingan Jenis Fasilitas Pajak antara PP. No.148/2000 dengan

PP. No.62/2008............................................................................ 63

Tabel 4.3 Ilustrasi Investment Allowances pertahun ..................................... 65

Tabel 4.4 Ilustrasi Perbandingan Penyusutan Dipercepat Dengan Penyusutan

Normal ........................................................................................ 68

Tabel 4.5 Tax Saving Pertahun Dengan Penyusutan Dipercepat ................... 69

Tabel 4.6 Daftar Tarif Pajak Atas Dividen Berdasarkan Tax Treaty Antara

Indonesia Dengan Negara Lainnya .............................................. 71

Tabel 4.7 Ilustrasi Kompensasi Kerugian .................................................... 73

Tabel 4.8 Perbandingan Pasal 4 dan Pasal 4A Pada PP. No.1/2007 dengan

PP. No.62/2008............................................................................ 84

Tabel 4.9 Masukan Jenis Bidang Usaha Pada Rumusan Peraturan Pemerintah

Nomor 62 Tahun 2008 ................................................................. 105

Tabel 4.10 Penambahan Bidang Usaha Tertentu Pada Lampiran I PP.

No.62/2008 .................................................................................. 106

Tabel 4.11 Penambahan Bidang Usaha Tertentu dan Daerah Tertentu Pada

Lampiran II PP. No.62/2008 ........................................................ 107

Tabel 4.12 Dasar Pertimbangan Lampiran Peraturan Pemerintah

No.62/2008 ................................................................................. 109

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia xii

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 1.1 Model Analisis Kebijakan Sebagai Praktik................................ 6

Gambar 2.1 Model Perumusan Kebijakan Rasional Komprehensif (Rational

Comprehensive Model) ............................................................. 23

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................. 33

Gambar 3.1 Alur Permohonan Pengajuan Fasilitas Pajak PP. No.62/2008 .... 54

Gambar 4.1 Pembebasan Pajak Atas Pembayaran Dividen Tanpa Tax Sparring

Partner ..................................................................................... 77

Gambar 4.2 Pembebasan Pajak Atas Pembayaran Dividen dengan Tax Sparring

Partner ..................................................................................... 77

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Harry Wirahman

NPM : 0904110191

Tanda Tangan :

Tanggal : 2 Desember 2008

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh

Nama : Harry Wirahman

NPM : 0904110191

Program Studi : Ilmu Administrasi Fiskal

Judul Skripsi : Analisis Rumusan Kebijakan Fasilitas Pajak

Penghasilan Untuk Penanaman Modal Di Bidang-

Bidang Usaha Tertentu Dan Atau Di Daerah-Daerah

Tertentu, Catatan Kritis atas Peraturan Pemerintah

No.62 Tahun 2008.

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Fiskal,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang : Drs. Achmad Lutfi, M.Si ( )

Pembimbing : Drs. Iman Santoso, M.Si ( )

Penguji Ahli : Dr. Ning Rahayu, M.Si ( )

Sekretaris Sidang : Dra. Inayati, M.Si ( )

Ditetapkan di : Depok

Tanggal : 3 Desember 2008

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena hanya berkat rahmat-

Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang mengangkat judul “Analisis

Rumusan Kebijakan Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal

Di Bidang-Bidang Usaha Tertentu Dan Atau Di Daerah-Daerah Tertentu,

Catatan Kritis atas Peraturan Pemerintah No.62 Tahun 2008”. Penulis sangat

menyadari hanya karena Dialah penulis mampu menyusun dan menyelesaikan

skripsi ini dengan baik.

Adapun tujuan dari pembuatan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat

dalam memperoleh gelar Sarjana Sosial dalam bidang Ilmu Administrasi Fiskal

serta menambah pengetahuan penulis dalam bidang perpajakan, khususnya dalam

bidang fasilitas pajak penghasilan

Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan,

bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin

menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus kepada:

1. Prof. Dr. Bambang Shergi Laksmono selaku Dekan FISIP UI.

2. Prof. Dr. Eko Prasojo, Mag. Rer. Publ. selaku Ketua Departemen Ilmu

Administrasi FISIP UI.

3. Dr. Roy V. Salomo, M.Soc.Sc, selaku Ketua Program Sarjana Reguler

Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI

4. Drs. Achmad Lutfi, M.Si selaku Sekretaris Program Sarjana Reguler

Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI dan juga ketua sidang skripsi yang

telah memberikan masukan bagi penulis.

5. Dr. Ning Rahayu, M.Si, selaku pembimbing akademik dan juga penguji ahli

yang telah memberikan bimbingan dan masukan baik dalam tahap pembuatan

dan juga dalam pengujian skripsi.

6. Drs. Iman Santoso, M.Si, selaku Pembimbing skripsi penulis yang telah

memberikan bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

7. Dra. Inayati, M.Si, selaku sekretaris sidang skripsi yang telah memberikan

masukan kepada penulis.

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

v

8. Sartono, SE, M.Com (EC), selaku Asisten Deputi Menko Perekonomian

Urusan Fiskal yang telah memberikan izin penelitian, data, dan segala

informasi yang dibutuhkan oleh penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

9. Prof. Dr. John Hutagaol selaku Kepala Subdirektorat Dampak Kebijakan

Direktorat Jenderal Pajak yang telah meluangkan waktu untuk memberikan

masukan bagi penulis sehingga wawasan penulis dapat menjadi lebih luas.

10. Ir. Tamba P. Hutapea, MCP selaku Direktur Deregulasi Penanaman Modal

dan Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal BKPM atas

segala masukan dan arahan yang diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Bapak Tommy selaku Staf Biro Humas BKPM dan juga Bapak Dedi

Mardianto selaku Staf Biro Hukum BKPM yang telah memberikan masukan

bagi penulis dalam hal penanaman modal.

12. Ibu Handayani selaku Staf Subdirektorat Peraturan Perpajakan II Direktorat

Jenderal Pajak atas informasi yang diberikan.

13. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan dukungan moril maupun

materiil dan juga adik penulis yang telah memberikan doa dan dukungannya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

14. Rekan-rekan penulis di Jurusan Ilmu Administrasi angkatan 2004, terima

kasih atas bantuannya dalam meyelesaikan skripsi ini dan selama penulis

menjalankan studi di Jurusan Ilmu Administrasi..

15. Rekan-rekan penulis di bidang Pengembangan Masyarakat BEM UI 2005-

2006 dan juga di bidang Dana Usaha BEM UI 2006-2007, terima kasih

semuanya atas pertemanan, bimbingan, kerja keras, pengalaman, dan lain-

lainnya selama penulis menjalani 2 tahun kehidupan di Pusgiwa

16. Dan juga pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis yakin skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu

penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun guna

memberi masukan bagi penulis. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini

dapat berguna di kemudian hari.

Jakarta, 2 Desember 2008

Harry Wirahman

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama : Harry Wirahman

NPM : 0904110191

Program Studi : Ilmu Administrasi Fiskal

Departemen : Ilmu Administrasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jenis Karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty

Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

“Analisis Rumusan Kebijakan Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman

Modal Di Bidang-Bidang Usaha Tertentu Dan Atau Di Daerah-Daerah Tertentu,

Catatan Kritis atas Peraturan Pemerintah No.62 Tahun 2008”

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,

mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama

saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok

Pada Tanggal : 2 Desember 2008

Yang menyatakan

(Harry Wirahman)

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara-negara seperti halnya Indonesia, Malaysia, Singapura, dan negara-

negara yang berada di kawasan Asia Tenggara lainnya merupakan negara-negara

yang berada dalam tahap perkembangan atau yang pada umumnya disebut dengan

negara berkembang. Salah satu hal yang sering menjadi pembahasan dalam

negara-negara tersebut adalah perkembangan dalam bidang perekonomian. Dalam

hal pengembangan sektor ekonominya negara-negara ini dapat mengandalkan

pada berbagai macam cara baik pengembangan ekonomi yang berpusat pada

pemerintah maupun pengembangan ekonomi yang berpusat pada sektor swasta.

Salah satu cara yang dapat ditempuh dalam rangka pengembangan ekonomi

melalui sektor swasta adalah melalui penanaman modal atau yang lebih dikenal

dengan Investasi. Pemerintah Indonesia melalui Badan Koordinasi Penanaman

Modal dalam pernyataannya seperti yang tercantum dalam Investment Policies

Statement menyatakan bahwa:

THE GOVERNMENT OF INDONESIA

Recognizing, that the importance of private sector investment to

achieve sustainable economic growth, employment creation,

development of strategic national resources, transfer and

implementation of competitive technology and technical skills,

export growth and improved balance of payments.

Appreciating, that an appropriate legal framework is prerequisite

to promoting a stable, predictable and attractive business

environment that will encourage and support private economic

activity by Indonesian and foreign investors.

Acknowledging, that an appropriate legal framework for

investment must provide certain key principles, among which are:

equal treatment of investors in similar circumstances irrespective

of nationality; protection against expropriation, confiscation or

requisition of investments and unilateral alteration or termination

of contracts; freedom to repatriate foreign investment capital and

net proceeds there on; and access to impartial, quick and effective

mechanisms for the resolution of commercial and other investment

disputes.1

1 “Investment Policies Statement”, www.bkpm.go.id diunduh 22 februari 2008

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

2

Kutipan tersebut berisi pernyataan yang dibuat oleh pemerintah Republik

Indonesia mengenai pentingnya peranan sektor swasta dalam rangka menunjang

pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan, penciptaan lapangan pekerjaan,

peningkatan kualitas sumber daya strategis, pengalihan dan penerapan teknologi

yang bersaing, pertumbuhan ekspor, dan meningkatkan neraca pembayaran. Oleh

karena itu pemerintah menciptakan kerangka hukum yang tepat sebagai

persyaratan untuk mempromosikan lingkungan bisnis yang stabil, dapat

diprediksi, dan menarik sehingga dapat menunjang sektor swasta. Kerangka

hukum sebagaimana telah disebutkan sebelumnya mencakup perlakuan yang adil

terhadap tiap investor baik domestik maupun asing, perlindungan hukum bagi

usaha, kebebasan untuk merepatriasi modal, dan juga penyelesaian sengketa yang

cepat dan efektif.

Dalam kutipan tersebut disebutkan pentingnya peranan sektor swasta dalam

rangka menunjang pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dalam rangka

pembangunan. Oleh karena itu pemerintah beserta aparaturnya akan membuat

kerangka hukum dan kebijakan yang jelas guna mendukung pertumbuhan sektor

swasta baik dari investor dalam negeri maupun dari investor luar negeri. Investor

sebagai pihak yang melakukan investasi dalam rangka menanamkan modalnya

pada suatu negara pada umumnya mempertimbangkan beberapa macam hal yang

berkaitan dengan negara tersebut. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh

Bank Indonesia, faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut dapat dibagi menjadi

dua macam yaitu faktor ekonomi dan faktor non-ekonomi. Faktor-faktor tersebut

yaitu

Faktor Ekonomi:

• Tingkat suku bunga,

• Kebijakan perpajakan,

• Regulasi perbankan, dan

• Infrastruktur dasar.

Faktor Non-ekonomi:

• Kestabilan politik,

• Penegakan hukum,

• Masalah pertanahan untuk usaha,

• Tingkat kriminalitas dalam masyarakat,

• Demonstrasi perburuhan dan mahasiswa,

• Komitmen pemerintah,

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

3

• Komitmen perbankan, dan

• Infrastruktur dan layanan birokrasi pemerintah daerah khususnya

perizinan usaha.2

Menurut Investor Daily, faktor-faktor yang mempengaruhi investor untuk

berinvestasi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor penentu utama dan

faktor penentu tambahan. Faktor-faktor tersebut adalah:

Faktor-faktor yang menjadi penentu utama:

• Kestabilan Sistem Ekonomi

• Kestabilan Sistem Politik

• Ketersediaan Infrastruktur

• Ketersediaan Sumber Daya yang Memadai (SDA&SDM)

Faktor-faktor penentu tambahan seperti halnya:

• Insentif Usaha (termasuk insentif dalam hal perpajakan)

• Kemudahan dalam hal perizinan usaha.3

Faktor-faktor penentu tambahan ini adalah faktor yang menentukan

berikutnya setelah investor memutuskan untuk menanamkan modalnya

berdasarkan faktor-faktor penentu utama pada suatu negara. Dalam suatu tulisan

yang dikeluarkan oleh Foreign Investment Advisory Service disebutkan bahwa

“Tax Exemption is like a desert; it is good to have, but it does not help very much

if the meal is not there.4” hal ini dapat diartikan bahwa insentif usaha dalam hal

perpajakan memang bukanlah faktor penentu utama yang dipertimbangkan oleh

investor dalam rangka menanamkan modalnya disuatu negara, akan tetapi hal ini

dapat dijadikan pertimbangan yang cukup menjanjikan dalam melakukan

penanaman modal. Oleh karena itulah maka tidak mengherankan apabila beberapa

negara menawarkan paket-paket insentif usaha yang cukup menjanjikan dalam

rangka mendorong pertumbuhan investasi di negaranya. Pemberian paket-paket

insentif usaha ini salah satu di dalamnya adalah berupa paket insentif usaha

didalam bidang perpajakan yang pada umumnya disebut dengan insentif pajak.

Pemberian insentif pajak yang dilakukan oleh negara-negara terutama di

kawasan asia tenggara pada beberapa saat belakangan ini sudah semakin

2 “Survei Faktor-Faktor Non Ekonomi yang Mempengaruhi Iklim Investasi”, www.bi.go.id

diunduh 5 maret 2008. 3 Redaksi, “Insentif pajak Bukan Penentu Daya Saing “, Investor Daily, 18 November 2005 4 Louis T Wells, et. al., Using Tax Incentives to Compete for Foreign Investment,

(Washington D.C.: The International Finance Corporation and the World Bank), 2001, hlm 76

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

4

“memanas”. Seperti yang diberitakan oleh harian ekonomi neraca dalam

wawancaranya dengan Lutfi berikut:

Ia mengungkapkan, beberapa negara tetangga telah menggunakan tax

holiday untuk menari investor. Bahkan sejumlah investor di Indonesia

telah diimingi dengan insentif tersebut untuk mengalihkan

investasinya. Misalnya saja Wilmar, perusahaan dengan produksi

sekitar 1 juta metrik ton biodiesel di Dumai telah ditawari oleh

Singapura pembebasan pajak selama 10 sampai 15 tahun.5

Salah satu titik awal yang menyebabkan terjadinya “perang” insentif ini

diawali pada saat timbulnya krisis ekonomi pada tahun 1997 yang mempengaruhi

kawasan asia tenggara. Pada saat itu jumlah angka investasi menurun drastis

daripada sebelum terjadinya krisis.6 negara-negara di kawasan asia tenggara

tersebut kemudian mulai merasa ketakutan akan ditinggalkan oleh para

investornya. Oleh karena perasaan takut itulah maka negara-negara tersebut mulai

memberikan insentif-insentif dalam rangka menarik minat investor agar mau

berinvestasi pada negara-negara tersebut.

“Perlombaan” insentif ini dapat dilihat pada beberapa contoh berikut:

� Pada bulan oktober 2002, Indonesia melalui Badan Koordinasi

Penanaman Modal memberikan insentif pajak yang lebih banyak

terutama pada perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan

� Pada bulan september 2002, lembaga hasil Malaysia memperkenalkan

jenis-jenis insentif usaha baru khususnya kepada perusahaan yang

menempatkan pusat operasional dan pusat distribusi regionalnya di

Malaysia.

� Pada bulan juli 2002, Departemen Keuangan Filipina mengumumkan

bahwa Filipina akan tetap menggunakan tax breaks untuk menarik

investor padahal pada saat itu anggaran negara sedang defisit.

� Pada bulan mei 2002, Indonesia memperkenalkan insentif pajak baru

untuk mendukung investasi tertentu dalam sektor-sektor yang

diprioritaskan.

5 “Indonesia ‘Terpaksa’ Harus Beri Tax Holiday”, www.ortax.org, diunduh 12 Desember

2007 6Alex Easson, Tax Incentives for Foreign Direct Investment, (The Hague: Kluwer Law

International), 2004, hlm 90

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

5

� Pada bulan mei 2002, Singapura memotong tarif pajak korporasi

menjadi 22% dan tetap memberikan insentif untuk pengembangan

wilayah-wilayah yang memiliki nilai tambah yang tinggi

� Pada bulan januari 2002, Thailand memberikan insentif pajak baru bagi

perusahaan yang mau memindahkan kantor pusat regionalnya ke

Bangkok

� Pada bulan oktober 2001, Malaysia memberikan insentif baru kepada

perusahaan manufaktur dan eksportir

� Pada bulan juni 2000, Singapura memberikan insentif pajak baru bagi

kantor pusat regional (regional headquarters) dan bisnis elektronik

� Pada bulan januari 2000, Filipina memberikan insentif pajak pada

perusahaan yang kantor pusat regionalnya berada di Filipina

� Pada bulan november 1999, Thailand memperkenalkan paket investasi

baru kepada para investor yang memberikan akses lebih mudah untuk

mendapatkan insentif usaha bagi investasi asing

� Pada bulan september 1999, Filipina memberikan tax holidays selama

12 tahun untuk sektor elektronik. 7

Permasalahan yang muncul, apakah dalam rangka pemberian insentif berupa

fasilitas pajak kepada para investor tersebut sudah memperhitungkan dengan

matang mengenai cost and benefit yang akan didapatkan oleh negara. Karena

tanpa perhitungan yang matang maka pemberian fasilitas pajak yang berlebihan

hanya akan mengurangi sektor penerimaan negara saja yang kemudian akan

menjadi cost yang tinggi buat pemerintah sedangkan benefit yang didapatkan

tidak ada. Oleh karena itulah maka dalam melakukan pemberian fasilitas pajak,

pemerintah perlu mempertimbangkan berbagai hal yang dianggap perlu sebagai

bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusannya. Beberapa faktor yang

menjadi pertimbangan pemerintah dalam rangka membuat kebijakan dalam hal

fasilitas pajak untuk bidang usaha tertentu dan atau daerah tertentu ini antara lain

dalam hal jenis industri yang bersangkutan. Dalam hal jenis industri, pemerintah

mengkategorikan terlebih dahulu industri-industri mana saja yang layak untuk

7 Ibid, hlm 91

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

6

diberikan fasilitas dan mana yang kurang layak untuk diberikan fasilitas setelah

itu maka pemerintah akan membandingkan kalayakan masing-masing industri

untuk diberikan fasilitas.

Pembahasan mengenai cost and benefit seperti di atas merupakan suatu

bagian dari proses pembuatan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah.

Menurut Dwidjowijoto, model analisis kebijakan dapat digambarkan sebagai

berikut:

Sumber: Riant Nugroho D., 2006, Kebijakan Publik untuk Negara-Negara

Berkembang8

Gambar 1.1

Model Analisis Kebijakan Sebagai Praktik

Berdasarkan alur di atas, tahapan pertama yang harus dilakukan sebelum

membuat suatu kebijakan adalah dengan mencari dan menemukan input-input

yang ada guna merumuskan suatu kebijakan yaitu berupa isu-isu mengenai

kebijakan yang bersangkutan. Dalam hal perumusan kebijakan dalam hal fasilitas

pajak pemerintah harus terlebih dahulu menentukan apakah kondisi ekonomi yang

ada pada saat ini memerlukan adanya suatu fasilitas dalam hal perpajakan. Dalam

hal ini pemerintah dapat melihat antara lain dari kondisi perekonomian yang

terjadi, iklim usaha yang ada, tingkah laku investor, maupun dari kondisi

perbandingan di negara tetangga. Sedangkan dalam tahap proses pembuatan

8 Riant Nugroho D., Kebijakan Publik untuk Negara-Negara Berkembang, (Jakarta: PT.

Elex Media Komputindo), 2006, hlm 54

Output Input

Outcome

Isu Keijakan:

Problem -

Goal

Kebijakan Publik Hasil Kebijakan

Proses

Analisis Kebijakan

Evaluasi Kebijakan

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

7

kebijakan pemerintah melakukan berbagai pertimbangan dan menganalisis

kebijakan apakah yang sebaiknya diambil, salah satu dari bagian proses ini adalah

analisis kebijakan mengenai cost and benefit seperti yang dijelaskan sebelumnya.

Setelah melalui tahap pemrosesan maka dihasilkanlah output berupa

kebijakan publik, dalam penelitian ini kebijakan yang dimaksud adalah kebijakan

pemerintah dalam hal fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman modal di

bidang usaha tertentu dan atau daerah tertentu. Kemudian output berupa kebijakan

tersebut diberlakukan di masyarakat dan kemudian dilihat bagaimana hasil yang

didapat dari kebijakan tersebut. Hasil dari kebijakan inilah yang kemudian disebut

sebagai outcome dan pada tahapan selanjutnya dilakukanlah evaluasi kebijakan

berkaitan dengan kebijakan yang terkait.

Menurut Theodoulou dalam bukunya “the art of the game understanding

american public policy making” paling tidak terdapat empat macam tipe evaluasi

kebijakan, yaitu:

- Process Evaluation

- Outcome Evaluation

- Impact Evaluation

- Cost-benefit Analysis.9

Pada umumnya tujuan dari evaluasi kebijakan yang dimaksud diatas adalah

untuk mengetahui dan menilai bagaimana kebijakan yang telah dibuat. Hasil dari

evaluasi ini kemudian akan menjadi masukan kembali bagi pembuat kebijakan

untuk merevisi maupun membuat kebijakan lainnya. Dalam hal fasilitas pajak

penghasilan untuk penanaman modal di bidang usaha tertentu dan atau daerah

tertentu, perihal mengenai evaluasi ini tercantum dalam pasal 5 peraturan

pemerintah yang terevisi (PP No.1 Tahun 2007), disana disebutkan bahwa,

1) Pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini akan dievaluasi dalam jangka

waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak Peraturan Pemerintah ini

ditetapkan.

2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Tim

monitoring dan evaluasi yang dibentuk dengan Keputusan Menteri

Koordinator Bidang Perekonomian.10

9Stella Z Theodoulou, The Art of The Game Understanding American Public Policy

Making, (Canada: Nelson), 2004, hlm 193

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

8

Oleh karena itu sesuai dengan yang diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah

ini maka proses evaluasi memang diperlukan. Selain itu, amanat untuk merevisi

PP. No.1/2007 juga berasal dari Instruksi Presiden No.5 Tahun 2008 tentang

fokus program ekonomi tahun 2008-2009, dalam lampiran Inpres tersebut terdapat

amanat untuk merevisi PP. No.1/2007, hal ini merupakan bagian dari kebijakan

dalam rangka pemberian fasilitas fiskal bagi penanaman modal. Akan tetapi selain

dari amanat-amanat peraturan diatas, pertimbangan mengapa PP. No.1/2007 ini

direvisi oleh karena industri dan daerah tertentu yang terdapat dalam PP.

No.1/2007 perlu diperluas. Salah satu hal yang dapat dijadikan pembahasan dalam

evaluasi kebijakan tersebut adalah analisis mengenai isi dari kebijakan tersebut.

Akan tetapi, meskipun PP. Nomor 1 Tahun 2007 ini telah direvisi yang kemudian

menghasilkan PP. Nomor 62 Tahun 2008, masih saja terdapat pihak investor yang

merasa kurang puas terhadap revisi peraturan pemerintah tersebut. Hal ini seperti

dikatakan oleh Prijohandoyo yang dikutip oleh Bisnis Indonesia, “Saya ngobrol

dengan beberapa pengusaha, mereka bilang juga nggak nunggu-nunggu revisi PP

No. 1/2007 cepat diselesaikan karena menurut mereka insentif yang diberikan

pemerintah dalam PP itu nanggung.”11 Rasa kurang puas ini juga diungkapkan

oleh Wanandi, menurutnya pemerintah tidak sepenuh hati dalam memberikan

insentif itu mengingat persyaratan untuk mendapatkan fasilitas tersebut pengusaha

mengalami kesulitan.12

Hal ini bertolak belakang dengan pernyataan yang dikeluarkan oleh Sri

Mulyani, menurutnya instrumen kebijakan yang dikeluarkan dinilai masih cukup

efektif untuk untuk menjadi landasan bagi pemerintah memberikan insentif

kepada dunia usaha.13 Kedua macam pernyataan yang dikeluarkan oleh pihak-

pihak tersebut merupakan pernyataan yang didasarkan atas pandangan yang

berbeda terhadap rumusan dari PP. Nomor 62 Tahun 2008.

Maka dari itu penelitian ini ingin mencoba untuk menganalisis rumusan dari

kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah tersebut dilihat dari faktor-faktor

10 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak

Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-

Daerah Tertentu, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 1), Pasal 5 11 “Insentif PPh tak efektif rangsang investasi”, www.ortax.org, diunduh 8 oktober 2008. 12 “Insentif PPh tak efektif rangsang investasi”, www.ortax.org, diunduh 8 oktober 2008.

13 “Bidang Berfasilitas PPh Bertambah”, www.cetak.kompas.com, diunduh 8 oktober 2008

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

9

yang dijadikan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan fasilitas pajak

penghasilan untuk penanaman modal di bidang usaha tertentu dan atau daerah

tertentu dan kemudian menganalisis apakah kebijakan yang dibuat oleh

pemerintah sudah sesuai dengan faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam

pembuatan kebijakan tersebut.

1.2 Permasalahan

Dalam penelitian ini permasalahan yang diangkat adalah permasalahan

yang berkaitan dengan fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman modal di

bidang usaha tertentu dan atau daerah tertentu sebagaimana diatur dalam

Peraturan Pemerintah. Nomor 1 tahun 2007 dan diubah terakhir dengan Peraturan

Pemerintah. Nomor 62 tahun 2008, yaitu mengenai:

1. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pertimbangan pemerintah dalam

merumuskan kebijakan fasilitas pajak penghasilan sebagaimana diatur dalam

Peraturan Pemerintah No.62 Tahun 2008?

2. Apakah kebijakan fasilitas pajak penghasilan yang terdapat dalam Peraturan

Pemerintah No.62 Tahun 2008 telah sesuai dengan input yang menjadi

pertimbangan dalam pembuatan kebijakan tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebijakan pemerintah yaitu

kebijakan dalam bentuk fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman modal di

bidang-bidang usaha tertentu dan atau daerah-daerah tertentu sebagaimana diatur

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 2007 dan diubah terakhir dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2008 terutama dalam hal:

1. Menggambarkan faktor-faktor yang menjadi pertimbangan pemerintah dalam

merumuskan kebijakan fasilitas pajak penghasilan sebagaimana diatur dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2008.

2. Analisis terhadap kesesuaian kebijakan fasilitas pajak penghasilan menurut

Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2008 dengan input-input yang

menjadi pertimbangan dalam proses perumusan kebijakannya.

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

10

1.4 Signifikansi Penelitian

Signifikansi dari penelitian ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

� Signifikansi Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya

dalam hal analisis kebijakan khususnya dalam bidang kebijakan mengenai

fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman modal di bidang usaha tertentu

dan atau daerah tertentu dan kebijakan fasilitas pajak penghasilan secara

umum.

� Signifikansi Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah dalam

merumuskan kebijakan fasilitas pajak penghasilan secara umum dan fasilitas

pajak penghasilan untuk penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu

dan/atau daerah-daerah tertentu secara khusus.

1.5 Sistematika Penelitian

Sistematika yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang pengambilan judul yang

digunakan, pokok permasalahan yang akan dibahas, tujuan dan

signifikansi penulisan serta sistematika penulisan skripsi.

BAB II: KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODE PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai konsep-konsep yang digunakan sebagai

landasan pemikiran terkait dengan permasalahan yang akan dibahas

dalam penelitian ini. Selain itu bab ini juga membahas mengenai

metode penelitian yang digunakan meliputi pendekatan penelitian, tipe

penelitian, hipotesis kerja, proses penelitian, penentuan site penelitian,

batasan penelitian dan keterbatasan penelitian.

BAB III: GAMBARAN UMUM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62

TAHUN 2008

Bab ini membahas mengenai gambaran umum tentang kebijakan

fasilitas pajak penghasilan yang dikeluarkan oleh pemerintah

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

11

berdasarkan PP No.62 Tahun 2008 dan juga penjelasan dari peraturan

pelaksanaannya.

BAB IV: ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN

PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008

Bab ini membahas tentang faktor-faktor yang menjadi pertimbangan

dalam perumusan kebijakan peraturan pemerintah nomor 62 tahun

2008 dan analisis mengenai faktor-faktor yang menjadi pertimbangan

tersebut, kemudian bab ini akan membahas keterkaitan antara faktor-

faktor yang menjadi pertimbangan tersebut dengan output kebijakan

yang dihasilkan.

BAB V: SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan simpulan yang dapat diambil dan juga saran yang

dapat diberikan dalam penelitian ini.

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

12

BAB 2

KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODE PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Sebelum dilakukan penelitian dalam hal kebijakan fasilitas pajak

penghasilan untuk penanaman modal di bidang usaha tertentu dan atau daerah

tertentu ini maka diperlukan adanya acuan-acuan yang dapat dijadikan sebagai

pembanding dalam penulisan skripsi ini. Acuan-acuan tersebut diambil dari

penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh berbagai pihak mengenai

tema dari permasalahan yang diangkat yaitu dalam hal fasilitas pajak penghasilan.

Penelitian ini akan memberikan dua hasil penelitian terdahulu mengenai

permasalahan terkait sebagai berikut:

• Penelitan pertama adalah penelitian dengan judul “Business Tax Incentives

and Investment”14

, penelitian ini memeliki hipotesis awal bahwa fasilitas

pajak berupa tax credit15

yang diberikan oleh pemerintah (AS) tidak

memberikan dampak yang cukup signifikan dalam pertumbuhan investasi

yang ada16

. Kemudian dilakukan penelitian lebih lanjut guna meneliti

bagaimanakah seharusnya tax credit diberlakukan.

Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa tax credit yang diberikan oleh

pemerintah tidak memberikan dampak yang berarti dalam pertumbuhan

investasi. Meskipun terdapat pertumbuhan investasi akan tetapi nilainya

sangat kecil. Dari penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa hanya 12 sen

dari tiap-tiap dollar setelah pajak yang di investasikan kembali oleh

perusahaan. Sedangkan sisanya digunakan untuk membayar dividen yang

tinggi, membeli saham atau obligasi.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa pemberian

insentif pajak hanya akan menjadi sia-sia apabila diberikan kepada seluruh

bidang usaha tanpa mempertimbangkan beberapa faktor yang diperlukan.

14

Thomas Karier, “Business Tax Incentives and Investment”, Working Paper, The Jerome

Levy Economics Institute and Eastern Washington University, 1994. 15

Perhitungan tax credit didasarkan atas persentase dari jumlah investasi yang ditanamkan

dalam bentuk aset. 16

Investasi yang dimaksud oleh peneliti tersebut adalah investasi dalam hal perluasan

modal atau ekspansi usaha.

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

13

Saran dari penelitian tersebut adalah sebaiknya dalam pemberian insentif

pajak seharusnya pemerintah mempertimbangkan terlebih dahulu bidang

usahanya. Sehingga maksud dari pemerintah untuk meningkatkan

pertumbuhan investasi dapat tercapai. Hal yang menjadi pembeda antara

penelitian yang dibuat oleh peneliti dengan penelitian sebelumnya dapat

dilihar pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1

Perbedaan Penelitian Dengan Penelitian Sebelumnya (1)

Thomas Karier Peneliti

• Evaluasi kebijakan

• Insentif berupa tax credit

• Analisis rumusan kebijakan

• Insentif berupa investment

allowances, reduce tax rate,

accelerated depreciation, dan

loss carry forward

Sumber: data diolah oleh peneliti.

• Penelitian kedua adalah penelitian dengan judul “The Economics of Foreign

Direct Investment Incentives”.17

Penelitian tersebut ingin mencari informasi

mengenai suatu desain insentif perpajakan yang baik. Menurut penelitian

tersebut untuk ‘mengundang’ investasi ke suatu negara pada umumnya

negara-negara tersebut memberikan berbagai macam insentif usaha. Akan

tetapi menemukan desain program insentif tersebut bukanlah hal yang mudah.

Selain itu kompetisi untuk memperebutkan investasi dalam suatu kawasan

regional oleh negara-negara yang berkompetisi memperebutkan investasi akan

semakin mempersulit keadaan. Sehingga menurut penelitian tersebut

sebaiknya dibuat suatu aturan umum dalam kawasan regional tersebut

mengenai macam-macam insentif yang akan diberikan sehingga terjalin

koordinasi yang baik antara negara yang satu dengan negara lainnya. Salah

satu contoh penerapan harmonisasi ini menurut penelitian tersebut adalah di

negara-negara uni eropa. Dalam kawasan regional tersebut negara-negaranya

telah menerapkan harmonisasi insentif usaha.

17

Magnus Blomström dan Ari Kokko, “The Economics of Foreign Direct Investment

Incentives”, Working Paper, National Bureau of Economic Research, 2003

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

14

Hal lain yang terdapat dalam penelitian tersebut adalah pengaruh dari adanya

foreign direct investment (FDI), menurut penelitian tersebut banyak negara-

negara yang menempatkan kebijakan dalam pemberian insentif usaha kepada

FDI pada urutan teratas. Bukan hanya dikarenakan negara-negara tersebut

mengharapkan mendapat manfaat berupa tingkat pertumbuhan ekonomi yang

tinggi, melainkan juga peningkatan teknologi dalam industri dan juga dalam

hal meningkatkan skill pekerja di negaranya. Akan tetapi sebenarnya hal ini

bukanlah merupakan dampak yang dapat langsung dirasakan oleh negara

tersebut. Tanpa adanya kemauan untuk menyerap teknologi oleh industri

lokal, menurut penelitian tersebut, dampak positif itu tidak akan dapat

tercapai. Oleh karena itu maka menurut penelitian tersebut seharusnya

pemerintah memberikan insentif usaha kepada sektor usaha tertentu yang

dapat memberikan pengaruh besar terhadap kemajuan pendidikan, training,

dan juga pengembangan sumber daya manusia. Perbedaan antara penelitian

tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat dilihat pada

tabel berikut,

Tabel 2.2

Perbedaan Penelitian Dengan Penelitian Sebelumnya (2)

Magnus Blomström dan Ari Kokko Peneliti

• Negara yang memberikan

insentif berada dalam kawasan

regional yang terharmonisasi

(uni eropa)

• Negara yang memberikan

insentif berada dalam kawasan

regional yang berdiri sendiri.

Sumber: data diolah oleh peneliti.

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Investasi

Investasi adalah kegiatan penanaman modal yang dilakukan oleh pihak

investor baik yang berupa penanaman modal tidak langsung (portofolio) atau

berupa penanaman modal langsung. Perbedaan antara penanaman modal tidak

langsung dengan penanaman modal langsung menurut Easson adalah,

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

15

“ ... Portfolio (indirect) investment generally takes the form of the

acquisition of securities such as shares or bonds, and is essentially

“passive” in the sense that it normally does not involve any element of

control or participation in the management of the assets that form the

subject of the investment. Direct investment, by contrast, is essentially

active and related to the carrying on business.”18

Menurut Easson, penanaman modal tidak langsung adalah penanaman

modal yang berbentuk kepemilikan sekuritas seperti saham atau obligasi, dan

bersifat pasif. Sedangkan investasi langsung menurut Easson memiliki ciri yang

bertolak belakang, yaitu merupakan investasi yang bersifat aktif dan ikut serta

secara langsung dalam kegiatan bisnis yang dijalankan. Dalam penelitian ini, yang

menjadi fokus adalah penanaman modal langsung, karena yang berhak untuk

mendapatkan fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman modal di bidang-

bidang usaha tertentu dan atau di daerah-daerah tertentu adalah kegiatan

penanaman modal yang bersifat aktif, oleh wajib pajak badan dalam negeri

berbentuk perseroan terbatas atau koperasi, yang dilakukan di bidang usaha dan

atau daerah tertentu yang telah di tentukan oleh peraturan pemerintah.

Secara umum penanaman modal langsung adalah investasi secara nyata

dalam bentuk aset riil. Investasi tersebut dapat dilakukan dalam bentuk pendirian

perusahaan, pembangunan pabrik, pembelian barang modal, pembelian lahan,

bahan baku serta persediaan dimana investor terlibat langsung dalam manajemen

perusahaan dan mengontrol aktivitas penanaman modal tersebut.19

Dengan

demikian maka dapat dilihat perbedaan antara penanaman modal langsung dan

penanaman modal tidak langsung.

Berdasarkan sumber modalnya, penanaman modal dapat dibagi menjadi dua

tipe, yaitu penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing. Definisi

dari kedua macam tipe investasi tersebut yaitu:

� Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk

melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan

18 Alex Easson. Op. Cit. hlm 4 19

Wirastuti Astari, “Pengaruh Kebijakan Pajak Terhadap FDI (Suatu Studi Tahun 1999-

2004), Skripsi FE UI, 2005, bahan tidak diterbitkan.

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

16

oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam

negeri

� Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk

melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan

dilakukan oleh penanam modal asing, baik menggunakan modal asing

sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam

negeri. 20

Kedua jenis penanaman modal tersebut pada dasarnya sama yang

membedakannya hanyalah sumber permodalannya saja. Sedangkan untuk

perlakuan dan kedudukannya adalah sama kecuali diatur lain dalam peraturan

lainnya.

2.2.2 Pajak Penghasilan

Dalam penelitian ini pembahasan mengenai pajak akan lebih dikhususkan

kepada pajak penghasilan sesuai dengan tema yang diangkat yaitu, fasilitas pajak

penghasilan. Pengertian dari pajak penghasilan itu sendiri yaitu pajak yang

dipungut atas penghasilan atau penerimaan yang diperoleh oleh subjek pajak.

Sedangkan pengertian dari penghasilan itu sendiri antara lain,

� Menurut Schanz sebagaimana dikutip Rosdiana melalui teorinya berupa The

Accretion Theory of Income yang menyatakan bahwa pengertian penghasilan

untuk keperluan perpajakan seharusnya tidak membedakan sumbernya dan

tidak menghiraukan pemakaiannya, melainkan lebih menekankan kepada

kemampuan ekonomis yang dapat dipakai untuk menguasai barang dan jasa.

21

� Menurut Haig sebagaimana dikutip Rosdiana, penghasilan merupakan the

money value of the net accretion to one’s economic power between two points

of time atau the increase or accretion in one’s power to satisfy his wants in a

given period in so far as that power consists.22

Menurut pendapat Haig,

penghasilan adalah nilai uang berupa penambahan kemampuan ekonomis

20

http://www.bkpm.go.id diunduh tanggal 2 maret 2008 21 Haula Rosdiana dan Rasin Tarigan, Perpajakan Teori dan Aplikasi, (Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada), 2005, hlm 144 22

Ibid, hlm 144

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

17

pada suatu waktu atau peningkatan kemampuan seseorang untuk memenuhi

kebutuhannya dalam suatu waktu

� Menurut Simon sebagaimana dikutip Rosdiana, “Personal income may be

defined as the algebraic sum of (1) the market value of rights exercised in

consumption and (2) the change in the value of the store of property rights

between the beginning and the end of the period in question. In other words, it

is merely the result obtained by adding consumption during the period to

‘wealth’ at the end of the period and then substracting ‘wealth’ at the

beginning.”23

Menurut pendapat Simon, penghasilan adalah penjumlahan dari

nilai yang dikonsumsi dengan penambahan nilai harta pada periode awal

dengan periode akhir.

Ketiga konsep tersebut menekankan kepada adanya tambahan kemampuan

ekonomis seseorang yang diperolehnya dari sumber manapun juga baik digunakan

untuk konsumsi maupun untuk hal lainnya. Hal ini sesuai dengan definisi

penghasilan yang dianut oleh sistem perpajakan di Indonesia. Dalam hal

pengklasifikasiannya pajak penghasilan termasuk dalam pajak subjektif, yaitu

pajak yang memperhatikan keadaan wajib pajak oleh karena itu dalam

menetapkan pajaknya harus ditemukan alasan-alasan objektif yang berhubungan

erat dengan keadaan materialnya atau yang disebut gaya pikulnya. Besarnya gaya

pikul sesorang tidak hanya berdasarkan faktor pendapatan atau kekayaan, tetapi

masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.24

Dalam hal kaitannya

dengan penelitian ini salah satu faktor yang mempengaruhi pajak penghasilan

sebagai pajak subjektif adalah status dari wajib pajak itu sendiri, yaitu apakah

wajib pajak tersebut mendapatkan fasilitas pajak penghasilan atau tidak.

2.2.3 Sistem Perpajakan

Sistem perpajakan yang berlaku di Indonesia dan pada beberapa negara pada

umumnya terdiri dari tiga macam pilar utama. Pilar itu terdiri dari Kebijakan

pajak (Tax Policies), Undang-Undang Pajak (Tax Laws), dan juga Administrasi

23

Ibid, hlm 145 24

Ibid, hlm 70

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

18

Pajak (Tax Administration). Dalam menunjang sebuah sistem perpajakan yang

baik maka koordinasi antara ketiga pilar tersebut tidak dapat dikesampingkan.

� Kebijakan Pajak (Tax Policies)

Kebijakan pajak merupakan pengertian sempit dari kebijakan fiskal.

Kebijakan fiskal dalam arti luas adalah kebijakan untuk mempengaruhi produksi

masyarakat, kesempatan kerja dan inflasi dengan mempergunakan instrumen

pemungutan pajak dan pengeluaran belanja negara.25

Sedangkan pengertian dari

kebijakan fiskal dalam arti sempit adalah kebijakan yang berhubungan dengan

penentuan siapa-siapa yang akan dikenakan pajak, apa yang akan dijadikan dasar

pengenaan pajak, bagaimana menghitung besarnya pajak yang harus dibayar dan

bagaimana tatacara pembayaran pajak yang terhutang.26

Dalam pembuatan kebijakan dalam hal perpajakan, pemerintah harus

memperhatikan terlebih dahulu mengenai dua fungsi utama dari perpajakan. dua

fungsi tersebut adalah fungsi budgeter dan fungsi regulerend. Fungsi budgeter

yaitu fungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat bagi kas negara untuk

pembiayaan kegiatan pemerintah, baik pembiayaan rutin maupun pembiayaan

pembangunan.27

Sedangkan fungsi regulerend yaitu fungsi pajak yang

memberikan wewenang kepada pemerintah untuk mengatur, bila perlu mengubah

susunan pendapatan dan kekayaan swasta.28

Salah satu bentuk dari fungsi regulerend sebagaimana telah disebutkan

sebelumnya dipergunakan untuk mengatur kondisi perkonomian yang ada, salah

satunya mengatur mengenai investasi atau penanaman modal. Dalam hal ini

apabila pemerintah ingin meningkatkan pertumbuhan investasi baik asing maupun

dalam negeri maka pemerintah dapat memberikan rangsangan-rangsangan

investasi kepada pihak investor. Rangsangan tersebut dapat berupa pemberian

insentif usaha. Salah satu jenis insentif usaha yang dapat diberikan oleh

pemerintah adalah melalui pemberian fasilitas pajak.

� Undang-Undang Pajak (Tax Laws)

25

R. Mansury, Kebijakan Fiskal, (Jakarta: Yayasan Pengembangan dan Penyebaran

Pengetahuan Perpajakan), 1999, hlm 1 26 Ibid, hlm 1 27

Ibid, hlm 2 28

Ibid, hlm 3

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

19

Seperti yang terdapat dalam definisi mengenai pajak itu sendiri, yaitu salah

satu elemennya adalah adanya peraturan perundang-undangan yang mengatur.

Oleh karena itulah maka diperlukan suatu sistem perundang-undangan yang

mengatur mengenai masalah perpajakan ini. Peraturan yang mengatur mengenai

Undang-Undang pajak ini pada umumnya dikategorikan sebagai hukum pajak.

Pengertian dari hukum pajak sendiri merupakan bagian dari hukum publik, yang

mengatur hubungan-hubungan hukum antara negara dan orang-orang atau badan-

badan (hukum) yang berkewajiban membayar pajak.29

Sedangkan menurut

Mansury definisi dari hukum pajak adalah keseluruhan peraturan yang meliputi

kewenangan pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan

menyerahkannya kembali kepada masyarakat dengan melalui kas negara.30

� Administrasi Pajak (Tax Administration)

Administrasi perpajakan merupakan elemen yang tidak kalah penting dari

kedua elemen sebelumnya dalam suatu sistem perpajakan. Menurut Rosdiana,

administrasi perpajakan memegang peranan yang sangat penting karena

seharusnya bukan saja sebagai perangkat laws enforcement, tetapi lebih penting

dari itu, sebagai service point yang memberikan pelayanan prima kepada

masyarakat sekaligus pusat informasi perpajakan.31

Sebagai sarana yang ‘menjembatani’ antara pihak pemerintah dengan para

wajib pajak maka sudah sewajarnya sistem administrasi perpajakan menjadi salah

satu faktor penting penting dalam sistem perpajakan. meskipun terdapat kebijakan

perpajakan yang baik dan juga telah dituangkan dalam peraturan perpajakan yang

baik tanpa adanya administrasi perpajakan yang baik maka fungsi utama dari

pajak baik dalam hal budgeter maupun regulerend akan sulit tercapai.

2.2.4 Analisis Kebijakan

Dalam rangka peningkatan kualitas dari berbagai macam kebijakan yang

dikeluarkan oleh pemerintah maka sudah seharusnya kebijakan yang dikeluarkan

oleh pemerintah harus dilakukan analisis terlebih dahulu sebelum akhirnya dapat

diberlakukan dimasyarakat. Pengertian dari analisis kebijakan itu sendiri menurut

29 Haula Rosdiana, op. cit, hlm 94 30

Ibid, hlm 94 31

Ibid, hlm 98

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

20

William N. Dunn sebagaimana dikutip oleh Dwidjowijoto adalah aktivitas

intelektual dan praktis yang ditujukan untuk menciptakan, secara kritis menilai,

dan mengkomunikasikan pengetahuan tentang dan dalam proses kebijakan.32

Sedangkan pengertian analisis kebijakan menurut Weimar dan Vining

sebagaimana dikutip oleh Dwidjowijoto adalah advis berorientasi pada klien yang

berkenaan dengan keputusan publik dan memuat nilai-nilai sosial.33

Sedangkan

menurut Dwidjowijoto analisis kebijakan adalah pemahaman mendalam akan

suatu kebijakan atau pola pengkajian untuk merumuskan suatu kebijakan.34

Dari ketiga definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud

dengan analisis kebijakan adalah suatu pengkajian dari kebijakan yang

dikeluarkan oleh pemerintah. Berkaitan dengan penelitian ini, pengkajian

kebijakan akan dilakukan dalam tahap perumusan kebijakan yaitu pada rumusan

kebijakan yang dibuat oleh pemerintah berkaitan dengan pemberian fasilitas pajak

penghasilan untuk penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan atau

daerah-daerah tertentu.

Menurut Dwidjowijoto analisis kebijakan dapat dipilah menjadi bagan

berikut:

Tabel 2.3

Perbedaan Analysis of Policy dan Analysis for Policy

Analysis of policy Analysis for policy

Penelitian tentang isi kebijakan Analisis untuk merumuskan kebijakan

Penelitian tentang implementasi

kebijakan

Analisis untuk memprediksi impak

kebijakan

Penelitian tentang kinerja kebijakan Analisis untuk memperbaiki isi

kebijakan

Penelitian tentang lingkungan kebijakan Analisis untuk memperbaiki

implementasi kebijakan

Penelitian tentang proses kebijakan Analisis untuk memperbaiki proses

kebijakan

Sumber: Riant Nugroho D., 2007, Analisis Kebijakan.35

Penelitian tentang isi kebijakan adalah penilaian untuk menilai kebijakan

dari muatan atau isinya. Metode yang digunakan adalah analisis isi, baik yang

32

Riant Nugroho D (2)., Analisis Kebijakan, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo), 2007,

hlm 7 33 Ibid, hlm 197 34

Riant Nugroho (1), loc. cit, hlm 50 35

Riant Nugroho (2), loc. cit. hlm 205

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

21

bersifat kuantitatif, kualitatif, maupun komparatif. Penelitian tentang

implementasi kebijakan adalah penelitian tentang bagaimana suatu kebijakan

diterapkan. Salah satu pendekatan yang disarankan untuk meneliti implementasi

kebijakan adalah dengan menggunakan matriks Matland

Penelitian tentang kinerja kebijakan berkenaan dengan pencapaian suatu

kebijakan dibandingkan dengan target atau rencana pencapaian yang diharapkan.

Metode yang digunakan adalah metode gap analysis atau analisis kesenjangan.

Penelitian tentang lingkungan kebijakan berkenaan dengan pengaruh lingkungan

kebijakan terhadap perumusan suatu kebijakan, implementasi kebijakan, dan

kinerja kebijakan.

Penelitian tentang proses kebijakan berkaitan dengan bagaimana suatu

kebijakan berproses secara kelembagaan. Penelitian tentang proses kebijakan pada

dasarnya terkait dengan proses perumusan, rumusannya, implementasi, kinerja

yang dicapai dan lingkungan tempat kebijakan tersebut berada. Sebuah kebijakan

yang dikeluarkan oleh pemerintah membutuhkan waktu yang tidak sebentar dalam

proses pembuatannya. Menurut Dunn proses perumusan kebijakan terdiri dari

beberapa tahap, yaitu36

• Fase penyusunan agenda

Dalam tahapan ini pemerintah dituntut untuk memutuskan isu apa yang

dipilih dan permasalahan apa yang hendak dikemukakan dalam agenda

publik.

• Fase formulasi kebijakan

Dalam tahap ini pemerintah merumuskan alternatif kebijakan untuk

mengatasi permasalahan yang telah diangkat dalam agenda publik.

• Adopsi kebijakan

Dalam tahap ini alternatif kebijakan dipilih dan diadopsi dengan dukungan

dari mayoritas dan/atau konsensus kelembagaan.

• Implementasi kebijakan

Dalam tahap ini kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit

administrasi dengan memobilisir sumber daya yang dimilikinya, terutama

finansial dan manusia

36

Ibid, hlm 10

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

22

• Penilaian kebijakan

Dalam tahap ini unit-unit pemeriksaan dan akuntansi menilai apakah

lembaga pembuat kebijakan dan pelaksana kebijakan telah memenuhi

persyaratan pembuatan kebijakan dan pelaksanaan kebijakan yang

ditentukan.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan

judul yang diangkat, yaitu “Analisis Rumusan Kebijakan Fasilitas Pajak

Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau

Daerah-Daerah Tertentu”, maka dalam penelitian ini hal yang akan dibahas adalah

mengenai rumusan dari kebijakan fasilitas pajak penghasilan dan bukanlah proses

perumusan dari kebijakan tersebut. Untuk membantu menganalisis rumusan

kebijakan tersebut maka penelitian ini akan menggunakan model rasional

komprehensif seperti yang ada pada gambar berikut,

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

23

Sumber: James P. Lester dan Joseph Stewart Jr., 2000, Public Policy an Evolutionary

Approach37

Gambar 2.1

Model Perumusan Kebijakan Rasional Komprehensif (Rational

Comprehensive Model)

Pada model perumusan kebijakan rasional komprehensif ini proses

perumusan kebijakan didasarkan atas input-input yang menjadi masukan bagi

perumusan kebijakan tersebut. Input ini kemudian diolah menjadi seperangkat

tujuan yang ingin dicapai, nilai-nilai yang menjadi bahan pertimbangan, dan juga

beberapa macam alternatif kebijakan. Atas tujuan, nilai, dan alternatif kebijakan

37

James P. Lester dan Joseph Stewart Jr., Public Policy an Evolutionary Approach, (USA:

Thomson Learning), 2000, hlm 91

INPUT

All data needed for pure

rationality process

All resources needed for

pure rationality process

Establishment of complete

inventory of other values and

of resources with weight

Establishment of complete

set of operational goals with

weight Preparations of

complete set of

alternatives policies

Preparations of complete set of

predictions of benefit and cost for

each alternatives

Calculations of net

expectations for each

alternatives

Comparison of net expectations and

identifications of alternatives with

highest net expectations.

OUTPUT

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

24

tersebut maka selanjutnya akan dilakukan analisis cost and benefit yang bertujuan

untuk mengperhitungkan benefit yang akan didapat dengan cost yang dikeluarkan

oleh pemerintah.

Setelah perumus kebijakan dapat memperhitungkan cost dan benefit yang

akan diperoleh maka langkah selanjutnya adalah memperhitungkan net

expectations dari masing-masing alternatif kebijakan dan kemudian

memperbandingkan tiap-tiap alternatif kebijakan tersebut sehingga dapat

diketahui alternatif kebijakan mana yang memberikan net expectation tertinggi.

Tujuan dari diketahuinya alternatif kebijakan yang memiliki net expectations

tertinggi adalah untuk melihat alternatif kebijakan mana yang dapat memberikan

benefit tertinggi dalam suatu tingkatan cost tertentu.

Setelah diketahui alternatif kebijakan yang memiliki net expectations

tertinggi maka perumus kebijakan dapat memutuskan untuk mengambil satu atau

beberapa alternatif kebijakan yang kemudian dirumuskan menjadi output berupa

sebuah kebijakan. Dengan menggunakan model rasional komprehensif,

diharapkan sebuah kebijakan yang diambil oleh perumus kebijakan dapat menjadi

sebuah kebijakan yang baik sehingga dapat memberikan hasil yang maksimal

guna mencapai tujuan dari dibuatnya kebijakan tersebut.

2.2.5 Insentif Pajak

Insentif pajak atau yang dalam peraturan perpajakan Indonesia disebut

dengan fasilitas pajak secara umum dapat diartikan sebagai kemudahan yang

diberikan oleh pemerintah dalam hal perpajakan. Dalam bukunya, Tax Incentives

in Developing Countries and International Taxation, Viherkenttä mengatakan

“There is no universally accepted definition of a ‘tax incentives’. In

this study, the concept denotes a tax reduction intended to encourage

business operations including inward foreign investmet.” 38

Sedangkan menurut Aaron sebagaimana dikutip oleh Viherkenttä:

“Tax incentives are often understood to be spesific provisions

intended by the lawgiver to encourage certain kinds of behaviour in

response to tax benefits granted in the provision.”39

38

Timo Viherkenttä, Tax Incentives in Developing Countries and International Taxation,

(The Hague: Kluwer Law International), 1991, hlm 6

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

25

Menurut United Nations Conference on Trade and Development

(UNCTAD):

“FDI incentives may be defined as any measurable advantages

accorded to specific enterprises or categories of enterprises by (or at

the direction of) a Government, in order to encourage them to behave

in a certain manner. They include measures specifically designed

either to increase the rate of return of a particular FDI undertaking,

or to reduce (or redistribute) its costs or risks.”40

Dari ketiga teori tersebut dapat ditemukan kesamaan yaitu insentif pajak

merupakan sebuah fasilitas yang diberikan kepada investor agar tertarik untuk

menanamkan modalnya disuatu negara. Dari definisi tersebut juga dapat

disimpulkan bahwa insentif pajak merupakan alat yang dapat digunakan oleh

pemerintah untuk mempengaruhi perilaku investor dalam menentukan kegiatan

bisnisnya.

Beberapa alasan rasional pemberian insentif usaha dalam bentuk insentif

pajak menurut tulisan yang dikeluarkan oleh International Monetary Fund (IMF)

adalah:

• Industrial policy

• The transfer of proprietary knowledge or technology

• Employment objectives

• Training and human capital development

• Economic diversification

• Access to overseas market

• Regional or locational objectives.41

Alasan dalam pemberian insentif usaha tersebut digunakan dengan

pertimbangan yang akan dijelaskan berikut, pertama dalam hal industrial policy,

Alasan dari diberikannya insentif usaha adalah guna mendorong majunya industri

yang ada dalam suatu negara, karena diharapkan dengan adanya insentif usaha

maka para pelaku industri besar berminat untuk menanamkan modalnya di negara

39

Ibid, hlm 17 40

UNCTAD, “Tax Incentives and Foreign Direct Investment: A Global Survey”, United

Nations Publication, 2000 41

Nigel A. Chalk, “Tax incentives in The Philippines: A Regional Perspective”, IMF

Working Paper, 2001

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

26

yang bersangkutan dan selanjutnya dapat menjadi katalis guna memajukan

industri dalam negeri.

Kedua yaitu the transfer of proprietary knowledge or technology, dengan

adanya pemberian insentif usaha yang nantinya akan menghadirkan para investor

yang memiliki skala industri besar maka diharapkan pengetahuan dan teknologi

yang digunakan oleh para investor tersebut dapat dimanfaatkan oleh para investor

lokal, pemerintah, dan juga masyarakat melalui proses alih teknologi sehingga

ilmu pengetahuan dan teknologi akan menjadi semakin maju.

Ketiga yaitu employment objectives, diharapkan dengan adanya insentif

usaha yang dapat mengajak para investor untuk menanamkan modalnya di suatu

negara maka dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat

terutama apabila investasi tersebut merupaka investasi yang menyerap banyak

tenaga kerja.

Keempat yaitu training and human capital development, berkaitan dengan

alasan sebelumnya yaitu adanya transfer pengetahuan dan tekhnologi maka

selanjutnya dengan adanya proses transfer tersebut maka diharapkan kualitas

Sumber Daya Manusia yang terdapat dalam negara tersebut akan semakin

meningkat.

Kelima yaitu economic diversification, dengan masuknya para investor baru

maka diharapkan dapat menimbulkan diversikasi ekonomi bagi negara tersebut

sehingga kemungkinan adanya penambahan sektor-sektor industri baru dapat

tumbuh lebih banyak.

Keenam yaitu access to overseas market, dengan adanya insentif usaha

maka para investor baik dari pihak asing maupun dari pihak domestik akan

tertarik untuk menanamkan modalnya di negara yang bersangkutan, apabila

investor asing ini mulai memasuki industri dalam negeri maka kemungkinan besar

investor asing tersebut akan melakukan perdagangan internasional, sehingga

diharapkan dapat membuka akses pasar internasional terhadap negara yang

bersangkutan. Dengan adanya akses ke pasar internasional ini maka diharapkan

dapat mendorong kegiatan ekspor negara yang bersangkutan.

Ketujuh yaitu regional or locational objectives, dengan penentuan lokasi-

lokasi tertentu untuk penanaman modal yang telah ditentukan oleh pemerintah

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

27

maka diharapkan pertumbuhan dari lokasi-lokasi tersebut dapat lebih maju tingkat

pertumbuhannya.

Alasan-alasan pemberian fasilitas pajak seperti yang telah diuraikan diatas

merupakan suatu penilaian untuk menetapkan layak atau tidaknya suatu industri

atau daerah tertentu untuk diberikan fasilitas pajak penghasilan. Perumusan

mengenai bidang usaha dan daerah tertentu yang dapat diberikan fasilitas pajak

penghasilan tersebut dilakukan mengingat tujuan yang ingin dicapai oleh

pemerintah dalam rangka pemberian fasilitas pajak penghasilan. Menurut Easson,

fungsi dari perumusan kebijakan tersebut yaitu,

• to identifies the types of investment that the host government

particulary seeks to attract

• to reduces the cost of incentives, by restricting the number of

investors that benefit.42

Menurut Easson, fungsi dari perumusan kebijakan fasilitas pajak

penghasilan adalah untuk mengidentifikasi tipe-tipe penanaman modal yang ingin

ditarik oleh pemerintah untuk melakukan penanaman modal dan juga untuk

mengurangi biaya yang ditimbulkan akibat pemberian fasilitas pajak dengan cara

membatasi investor yang dapat menikmati fasilitas pajak tersebut. Hal ini

dilakukan agar pemberian fasilitas pajak penghasilan dapat memberikan

keuntungan yang sebanding atau bahkan lebih dibandingkan dengan biaya yang

ditanggung oleh pemerintah.

Jenis-jenis insentif pajak yang diberikan oleh pemerintah pada umumnya

terdapat suatu pola yang sama. Hanya dalam penerapannya terdapat berbagai

macam variasi yang disesuaikan dengan kondisi negara masing-masing. Menurut

Holland dan Vann dalam Tax Law Design and Drafting secara umum insentif

pajak dapat dibagi lima macam, yaitu:

� Tax Holidays

� Investment Allowances and Tax Credits

� Timing Differences

� Tax Rate Reductions

42

Ales Easson, Op. Cit. hlm 105

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

28

� Administrative Discretion.43

Insentif pajak dalam bentuk tax holidays pada umumnya digunakan oleh

negara-negara berkembang untuk menarik minat investor agar mau berinvestasi

dinegaranya. Insentif ini menurut Holland dan Vann “ ... new firms are allowed a

period of time when they are exempt from the burden of income taxation.”44

Maka dengan tax holidays ini maka wajib pajak memperoleh hak berupa

pembebasan dari pengenaan pajak dalam suatu periode waktu tertentu.

Jenis insentif yang kedua adalah investment allowances and tax credits, jenis

insentif ini menurut Holland dan Vann “Investment allowances and tax credit are

forms of tax relief that are based on the value of expenditures on qualifying

investments.”45

Menurut Holland dan Vann jenis insentif merupakan insentif yang

berdasarkan jumlah investasi yang bersangkutan. Pada umumnya jenis insentif ini

menggunakan suatu persentase tertentu yang ditentukan oleh pemerintah dan

kemudian diperhitungkan dalam penghitungan pajak yang harus dibayarkan oleh

wajib pajak.

Jenis insentif yang ketiga adalah timing differences, jenis insentif ini pada

intinya ialah terdapat adanya perbedaan antara laporan keuangan komersial

dengan laporan keuangan pajak dalam pengakuan biaya dan juga dalam hal

pengakuan penghasilan. Seperti yang ditulis oleh Holland dan Vann “Timing

differences can arise through either the acceleration of deductions or the defferal

of the recognition of income.”46

Jenis insentif yang keempat adalah tax rate reductions, jenis insentif ini

sesuai dengan namanya yaitu pengurangan tarif pajak merupakan jenis insentif

yang mengurangi tarif pajak yang dikenakan kepada wajib pajak dari suatu

persentase atau tingkatan tarif tertentu ke tingkatan tarif yang berada dibawahnya.

Jenis insentif selanjutnya adalah administrative discretion, administrative

discretion merupakan salah satu isu yang pada umumnya beredar dalam

perumusan kebijakan fasilitas pajak. Pengertian dari administrative discretion ini

43

David Holland dan Richard J. Vann, “Income Tax Incentives for Investment” dalam

Victor Thuronyi (Editor), Tax Laws Design and Drafting, (Washington D.C.: International

Monetary Fund), 1998, hlm 990 44 Ibid, hlm 990 45

Ibid, hlm 992 46

Ibid, hlm 993

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

29

adalah apakah fasilitas pajak dapat dinikmati secara otomatis oleh setiap wajib

pajak yang memenuhi ketentuan atau harus mengajukan permohonan penggunaan

fasilitas pajak terlebih dahulu. Discretion dapat diartikan sebagai selektif,

sehingga administrative discretion dapat diartikan sebagai proses administrasi

yang selektif dalam rangka pemberian fasilitas pajak.

Sedangkan menurut Spitz sebagaimana dikutip Suandy umumnya terdapat

empat macam bentuk insentif pajak, yaitu:

� Pengecualian dari pengenaan pajak

� Pengurangan dasar pengenaan pajak

� Pengurangan tarif pajak

� Penangguhan pajak. 47

Insentif pajak dalam bentuk pengecualian dari pengenaan pajak merupakan

bentuk insentif yang paling banyak digunakan. Jenis insentif ini memberikan hak

kepada wajib pajak agar tidak dikenakan pajak dalam jangka waktu tertentu yang

ditentukan oleh pemerintah. Namun diperlukan kehati-hatian dalam

mempertimbangkan pemberian insentif ini. Hal yang perlu diperhatikan adalah

sampai berapa lama pembebasan pajak ini diberikan dan sampai berapa lama

investasi dapat memberikan hasil. Contoh dari jenis insentif ini adalah tax holiday

atau tax exemption.

Jenis insentif yang kedua berupa pengurangan dasar pengenaan pajak. Jenis

insentif ini biasanya diberikan dalam bentuk berbagai macam biaya yang dapat

dikurangkan dari pendapatan kena pajak. Pada umumnya biaya yang dapat

menjadi pengurang boleh dikurangkan lebih dari nilai yang seharusnya. Jenis

insentif ini misalnya dapat ditemui dalam bentuk double deduction, investment

allowances, dan loss carry forwards.

Jenis insentif yang ketiga adalah pengurangan tarif pajak. Insentif ini yaitu

berupa pengurangan tarif pajak dari tarif yang berlaku umum ke tarif khusus yang

diatur oleh pemerintah. Insentif ini paling sering ditemui dalam pajak penghasilan.

Misalnya pengurangan tarif corporate income tax atau tarif witholding tax.

47

Erly Suandy, Perencanaan Pajak, (Jakarta: Penerbit Salemba Empat), 2006, hlm 18

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

30

Jenis insentif yang terakhir menurut Spitz adalah penangguhan pajak. Jenis

insentif ini pada umumnya diberikan kepada wajib pajak sehingga pembayar

pajak dapat menunda pembayaran pajak hingga suatu waktu tertentu.

Kemudian menurut UNCTAD dalam bukunya Tax Incentives and Foreign

Direct Investment, a Global Survey mengklasifikasikan jenis insentif pajak antara

lain sebagai berikut,

• Reduced corporate income tax rate

• Loss carry forwards

• Tax holidays

• Investment allowances

• Investment tax credits

• Reduced taxes on dividends and interest paid abroad

• Deductions for qualifying expenses

• Zero or reduced tariffs

• Employment-based deductions.48

Jenis insentif pajak yang pertama adalah reduced corporate income tax

rates, insentif pajak ini berupa pengurangan tarif pajak penghasilan untuk wajib

pajak badan. Pemerintah dapat menetapkan tarif pajak penghasilan yang lebih

rendah kepada wajib pajak badan dengan kriteria persyaratan tertentu untuk

menarik investor agar menanamkan modalnya di dalam negeri. Jenis insentif yang

kedua yaitu loss carry forwards adalah jenis insentif yang memperbolehkan

investor untuk mengkompensasikan kerugian yang dialami pada suatu tahun pada

tahun-tahun berikutnya. Jenis insentif ini berguna bagi investor yang kegiatan

bisnisnya relatif mengalami kerugian pada awal-awal tahun berdirinya ketika

investor sedang meningkatkan kapasitas produksi atau memasuki pasar.

Jenis insentif yang ketiga yaitu tax holidays adalah jenis insentif berupa

pembebasan pajak penghasilan badan dengan sejumlah tahun tertentu. Insentif ini

merupakan insentif yang umum digunakan oleh negara berkembang untuk

meningkatkan pertumbuhan penanaman modal di negaranya. Tax holidays dapat

dikategorikan sebagai insentif yang mudah penerapannya dan juga memiliki

48

UNCTAD, Tax Incentives and Foreign Direct Investment: A Global Survey, (New York:

United Nations Publication), 2000, hlm 19

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

31

compliance cost yang relatif tidak tinggi. Akan tetapi meskipun di satu sisi tax

holidays memiliki compliance cost yang tidak tinggi, insentif ini merupakan jenis

insentif yang memiliki potential tax loss yang lebih besar apabila dibandingkan

dengan jenis insentif lainnya.

Jenis insentif yang keempat yaitu investment allowances, insentif ini berupa

pengurangan penghasilan kena pajak berdasarkan persentase tertentu dari jumlah

investasi awal. Besarnya persentase ini tergantung dari kebijakan negara yang

menerapkan insentif ini, semakin besar persentase yang diperbolehkan untuk

menjadi pengurang penghasilan kena pajak, maka semakin besar pula manfaat

yang diterima oleh penerima fasilitas. Negara yang menerapkan jenis insentif ini

pada umumnya juga menerapkan jenis insentif kompensasi kerugian, karena pada

beberapa negara investment allowances yang dapat dikurangkan setiap tahunnya

dapat dikompensasikan pada tahun berikutnya apabila investment allowances

tersebut tidak habis dikurangkan pada tahun berjalan.

Jenis insentif yang kelima adalah investment tax credits, jenis insentif ini

yaitu berupa pengurangan pajak penghasilan badan yang harus dibayar oleh wajib

pajak pada tahun tertentu, hal ini yang membedakan dengan investment

allowances yang mengurangi pajak melalui penambahan biaya fiskal pada tahun

tertentu. Besarnya tax credits pada umumnya berupa persentase dari nilai investasi

yang dilakukan oleh wajib pajak. Pada beberapa negara, tax credits yang tidak

habis dipakai pada suatu tahun dapat dikompensasikan pada tahun berikutnya,

atau tax credits yang tidak terpakai tersebut dapat diuangkan seperti halnya

kelebihan pembayaran pajak.

Jenis insentif yang keenam adalah reduced taxes on dividends and interest

paid abroad, jenis insentif ini memberikan pengurangan tarif pajak penghasilan

atas dividen dan bunga yang dibayarkan ke luar negeri sebesar persentase tertentu.

Dengan pengurangan tarif pada dividen yang dibayarkan ke luar negeri maka

beban pajak yang ditanggung akan menjadi lebih kecil. Akan tetapi yang harus

diperhatikan, semakin kecil persentase pajak atas pembayaran dividen maka

semakin besar kemungkinan pembayaran dividen dan berdampak semakin

sedikitnya jumlah dana yang di investasikan kembali.

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

32

Jenis insentif yang ketujuh adalah deductions for qualifying expenses, jenis

insentif ini memberikan kesempatan kepada wajib pajak untuk membebankan

biaya-biaya tertentu dalam jumlah lebih besar daripada jumlah yang seharusnya

dibebankan. Misalkan berupa pembebanan sebesar dua kali lipat dari pembebanan

yang seharusnya untuk biaya riset dan pengembangan atau biaya pemasaran ke

luar negeri dengan tujuan ekspor. Insentif ini pada umumnya digunakan untuk

mendorong investor agar melakukan kegiatan yang diberikan insentif ini (dalam

contoh sebelumnya, investor dihimbau untuk melakukan riset dan pengembangan

atau melakukan pemasaran ke luar negeri dengan tujuan ekspor).

Jenis insentif yang kedelapan yaitu zero or reduced tariffs, jenis insentif ini

yaitu berupa pengurangan atau penghapusan tarif atas suatu pajak tertentu,

misalkan pengurangan atau penghapusan pajak atas impor barang modal atau

peralatan lainnya pada proyek investasi yang mendapatkan fasilitas pajak. Jenis

insentif yang kesembilan adalah employment based deductions, jenis insentif ini

yaitu jenis insentif yang berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan terkait dengan

mempekerjakan karyawan dengan kondisi tertentu. Misalkan pada investasi yang

dilakukan di daerah terpencil, pemerintah memberikan insentif yaitu

membolehkan pembiayaan atas pemberian berbentuk natura kepada karyawan.

Berdasarkan uraian permasalahan dan kerangka teori diatas, maka dapat

dibuat kerangka pemikiran penelitian sebagai berikut:

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

33

Sumber: data diolah oleh peneliti.

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran Penelitian

Dalam penelitian ini pembahasan mengenai kebijakan fasilitas pajak

penghasilan untuk penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan atau

daerah-daerah tertentu diawali dengan tahapan perumusan kebijakan. Dalam

perumusan kebijakannya hal pertama yang akan dibahas dalam penelitian ini

adalah hal-hal apa saja yang menjadi input dalam perumusan kebijakan fasilitas

Kebijakan Insentif Pajak Penghasilan

Perumusan kebijakan

Input

rumusan

kebijakan

Analisis

rumusan

kebijakan

Dirjen Pajak

Departemen

industri terkait

Badan Koordinasi

Penanaman Modal

Swasta

(Investor)

Asosiasi

Pengusaha

Usulan

insentif

ditolak

Usulan

insentif

diterima

Kebijakan Insentif

Pajak Penghasilan

Tim Menko Perekonomian =

Peraturan yang

berkaitan dengan

penanaman modal &

insentif pajak

Kondisi

perekonomian

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

34

pajak tersebut. Pada tahapan pengumpulan input, input yang didapatkan berasal

dari Direktorat Jenderal Pajak, departemen-departemen dari industri yang terkait,

Badan Koordinasi Penanaman Modal, pihak investor, dan juga dari perkumpulan

atau asosiasi pengusaha.

Proses perumusan kebijakan fasilitas pajak penghasilan itu sendiri dilakukan

oleh sebuah tim yang dibentuk oleh menteri koordinator perekonomian. Dalam

tim inilah input yang menjadi masukan dikumpulkan dan kemudian dilakukan

analisis secara mendalam atas justifikasi yang melatarbelakangi pengajuan input-

input tersebut. Hasil dari analisis yang dilakukan dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam rumusan kebijakan fasilitas pajak penghasilan.

Setelah dilakukan analisis maka tahapan selanjutnya adalah penentuan apakah

input-input yang ada dapat dijadikan rumusan dari kebijakan fasilitas pajak

penghasilan yang akan dibuat atau tidak. Penentuan input yang diterima maupun

ditolak didasarkan atas analisis dari justifikasi yang telah dilakukan sebelumnya.

Selanjutnya, rumusan kebijakan fasilitas pajak yang terdiri atas input-input yang

telah diterima, diajukan kepada pemerintah untuk disahkan menjadi kebijakan

fasilitas pajak penghasilan.

Fokus dalam penelitian ini adalah pada tahap perumusan kebijakan, fokus

yang pertama yaitu pada faktor-faktor apa saja yang menjadi pertimbangan dalam

pengajuan input-input rumusan kebijakan tersebut. Baik faktor yang bersifat

internal yaitu faktor yang bersumber dari hasil wawancara dengan tim perumus

kebijakan PP. Nomor 62 Tahun 2008 dan juga faktor eksternal yang diolah oleh

peneliti dari berbagai sumber dan memiliki keterkaitan dengan kebijakan fasilitas

pajak penghasilan untuk penanaman modal di bidang usaha tertentu dan atau

daerah tertentu. Fokus yang kedua adalah analisis atas output kebijakan, yaitu

analisis apakah output kebijakan yang dihasilkan telah sesuai dengan input yang

menjadi pertimbangan dalam perumusan kebijakannya.

2.3 Metode Penelitian

2.3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif, menurut Creswell pendekatan kualitatif yaitu,

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

35

“qualitative approach is one in which the inquirer often make

knowledge claims based primarily on constructivist perspectives (i.e.,

the multiple meanings of individual experiences, meanings socially

and historically constructed, with an intent of developing a theory or

pattern) or advocacy/participatory perspectives (i.e., political, issue

oriented, collaborative, or change oriented) or both. It also uses

strategies of inquiry such as narratives, phenomenologies,

ethnographies, grounded theory studies, or case studies. The

researcher collects open-ended, emerging data with the primary intent

of developing themes from the data”.49

Berdasarkan definisi tersebut yang dimaksud dengan penelitian kualitatif

adalah penelitian dimana peneliti melakukan peneltian berdasarkan sudut pandang

konstruktivis yang bertujuan untuk mengembangkan suatu teori atau menemukan

suatu pola. Dalam penelitian ini, pembahasan yang dilakukan atas permasalahan

yang diajukan menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian ini bertujuan

untuk melihat faktor-faktor apa saja yang dapat menjadi pertimbangan dalam

perumusan kebijakan fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman modal di

bidang-bidang usaha tertentu dan atau daerah-daerah tertentu. Penelitian ini ingin

mengkaji lebih dalam mengenai faktor-faktor tersebut dan menemukan pola dalam

perumusan kebijakan tersebut.

2.3.2 Jenis / Tipe Penelitian

a. Berdasarkan Tujuan Penelitian

Jenis penelitian berdasarkan tujuan penelitian adalah penelitian deskripsi.

Penelitian ini memaparkan faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam

perumusan kebijakan fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman modal di

bidang-bidang usaha tertentu dan atau daerah-daerah tertentu serta keterkaitan

antara faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dengan kebijakan yang

dihasilkan.

b. Berdasarkan Manfaat Penelitian

49

John W. Creswell, Research Design: Qualitative and Quantitative Approach, (California:

Sage Publication), 1994, hlm 18

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

36

Jenis penelitian berdasarkan manfaat penelitian dalam skripsi ini adalah

penelitian murni. Penelitian murni lebih banyak digunakan di lingkungan

akademik dan biasanya dilakukan dalam kerangka pengembangan ilmu

pengetahuan.50

Penelitian ini dilakukan dalam kerangka akademis dan

memiliki tujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan baik bagi peneliti

maupun pihak lainnya.

c. Berdasarkan Dimensi Waktu

Penelitian ini bersifat cross-sectional. Penelitian cross-sectional menurut

Neuman sebagai berikut “in cross-sectional research, researcher observe at

one time”.51

Dalam penelitian yang bersifat cross-sectional peneliti melakukan

wawancara dengan informan yang berkaitan dengan analisis kebijakan fasilitas

pajak penghasilan untuk penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu

dan atau daerah-daerah tertentu dalam suatu waktu tertentu.

d. Berdasarkan Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa

studi kepustakaan dan studi lapangan. Kedua teknik pengumpulan data ini

digunakan dalam rangka mendapatkan jawaban yang lebih komprehensif atas

permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan atas kedua teknik

pengumpulan data tersebut yaitu sebagai berikut,

a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi

pengumpulan literatur berupa buku, artikel, jurnal, maupun

peraturan terkait, baik yang berbentuk media cetak dan juga

elektronik.

b. Studi Lapangan

Studi lapangan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi

wawancara mendalam dengan narasumber dan juga studi atas

dokumen-dokumen yang ditemukan di lapangan.

e. Berdasarkan Teknik Analisis Data

50

Bambang Prasetyo & Lina M. Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif:Teori dan Aplikasi,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), 2005, hlm. 38. 51

William Lawrence Neuman, Social Research Methods, Qualitative and Quantitative

Approaches, 4th edition, (USA: Allyn & Bacon), 2000, hlm 31

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

37

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data kualitatif. Menurut Bogdan dan Biklen seperti dikutip oleh Moleong

berikut,

“Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya

menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan

menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang

dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang

lain.”52

Dalam penelitian ini peneliti melakukan analisis data sesuai dengan teknik

analisis data yang diuraikan diatas, dalam tahapan awal analisis data peneliti

memulai dengan mengorganisasikan data dan kemudian memilah-milahnya

menjadi satuan data yang dapat dikelola. Kemudian peneliti melakukan analisis

atas data yang telah dimiliki dan mempelajarinya untuk menjawab permasalahan

yang diangkat. Dalam analisis data, tidak semua data yang didapat oleh peneliti

dituangkan kedalam pembahasan, peneliti harus mengambil keputusan mengenai

data yang ditampilkan dalam pembahasan dan data yang tidak ditampilkan dalam

pembahasan terkait dengan pembatasan penelitian.

2.3.3 Metode dan Strategi Penelitian

Penelitian ini menggunakan studi lapangan dan studi kepustakaan untuk

memperoleh data yang diperlukan. Studi lapangan menurut Neuman adalah

sebagai berikut: “a researcher is directly involved in part of the social work

studied, so his or her personal characteristic are relevant in research”53

dimana

peneliti terlibat langsung di lapangan dalam melakukan penelitiannya. Sedangkan

studi kepustakaan dilakukan dengan meninjau berbagai macam bahan bacaan

yang relevan guna menunjang penelitian.

Kedua metode ini digunakan mengingat pendekatan yang dipilih dalam

penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang lebih memerlukan data-data

berupa penjelasan baik dari informan, studi dokumen, maupun dari studi

52 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya),

2005, hlm 248 53

William Lawrence Neuman, op. cit., hlm 31

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

38

kepustakaan untuk menjawab permasalahan yang diangkat. Sedangkan

pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif dipilih karena dalam

menjawab permasalahan yang diangkat penelitian ini lebih menggunakan data-

data berupa penjelasan, informasi dalam bentuk verbal, dan juga pendapat dari

informan.

Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan maka dapat dibagi menjadi dua

jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang

diperoleh langsung melalui studi lapangan yaitu berupa wawancara dengan

informan dan juga studi atas dokumen yang ditemukan di lapangan. Sedangkan

data sekunder yang diperoleh dari studi kepustakaan yang bersumber dari buku,

jurnal, peraturan, dan kepustakaan lainnnya.

2.3.4 Hipotesis Kerja

Dalam penelitian ini hipotesis awal yang digunakan adalah dalam hal faktor-

faktor yang menjadi pertimbangan pemerintah dalam pembuatan kebijakan

fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman modal di bidang usaha tertentu dan

atau daerah tertentu adalah keinginan pemerintah untuk mengembangkan daerah-

daerah yang tingkat pertumbuhan ekonominya masih dibawah rata-rata dan juga

untuk mengembangkan industri-industri tertentu yang masih belum diberdayakan

secara maksimal. Sedangkan hipotesis awal mengenai keterkaitan antara

kebijakan yang dikeluarkan dengan faktor-faktor yang menjadi pertimbangan

adalah saling memiliki keterkaitan.

2.3.5 Narasumber / Informan

Dalam penelitian ini proses wawancara dilakukan dengan pihak-pihak yang

terkait dalam menjawab permasalahan yang diteliti. Pihak-pihak terkait yang

diwawancarai antara lain adalah:

1. Bapak Sartono, SE, MCom (EC)

Asisten Deputi Menko Perekonomian urusan Fiskal

2. Bapak Prof. Dr. John Hutagaol

Kepala Subdirektorat Dampak Kebijakan Direktorat Jenderal Pajak

3. Ir. Tamba P. Hutapea, MCP

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

39

Direktur Deregulasi Penanaman Modal, Deputi Bidang Pengembangan

Iklim Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal

4. Ibu Handayani

Staff Subdirektorat Peraturan Perpajakan II Direktorat Jenderal Pajak

5. Bapak Dedi Mardianto

Staf Biro Hukum Badan Koordinasi Penanaman Modal

2.3.6 Proses Penelitian

Proses penelitian dalam penelitian kualitatif terdiri atas lima tahapan, yaitu

penentuan fokus masalah, pengembangan kerangka teori, penentuan metodologi,

analisis temuan, dan pengambilan kesimpulan.54

Penentuan fokus masalah dalam

penelitian ini dimulai dari rasa ingin tahu peneliti mengenai kebijakan pemerintah

dalam hal pemberian fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman modal di

bidang usaha tertentu dan atau daerah tertentu. Hal yang pertama kali diamati

adalah ketika terdapat tuntutan dari pihak investor untuk memberikan fasilitas

investasi dalam hal perpajakan. Pihak investor meminta agar pemerintah

memperluas bidang usaha dan daerah tertentu yang diberikan fasilitas pajak

penghasilan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007.

Sebenarnya pihak pemerintah sendiri pada tahun 2000 telah mengeluarkan

aturan mengenai pemberian fasilitas pajak. Akan tetapi dikarenakan aturannya

bersifat kurang aplikatif maka pemberian fasilitas tersebut tidak dapat berjalan.

Kemudian pada awal tahun 2007 pemerintah mengeluarkan PP No.1 Tahun 2007

yang mengatur pemberian fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman modal di

bidang-bidang usaha tertentu dan atau daerah tertentu dengan jenis-jenis industri

yang lebih teratur dan juga peraturan pelaksanaannya yang jelas. Kemudian sesuai

dengan amanat peraturan yang berkaitan maka peraturan tersebut dievaluasi satu

tahun setelah diberlakukan dan kemudian menghasilkan PP. No.62 Tahun 2008.

Berdasarkan kondisi yang ada tersebut maka peneliti mengambil fokus

penelitiannya pada kebijakan fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman modal

di bidang-bidang usaha tertentu dan atau daerah-daerah tertentu. Lebih tepatnya

memfokuskan kepada analisis rumusan kebijakan fasilitas pajak penghasilan

54

Prasetya Irawan, Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu–Ilmu Sosial, (Depok:

Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI), 2006, hlm. 20.

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

40

tersebut. Sedangkan yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini peneliti

mengambil fokus pada faktor-faktor apa saja yang menjadi pertimbangan oleh

pemerintah dalam rangka perumusan kebijakan fasilitas pajak penghasilan untuk

penanaman modal di bidang usaha tertentu dan atau di daerah tertentu dan juga

faktor-faktor lain yang dipertimbangkan terkait dengan kebijakan fasilitas pajak

penghasilan tersebut. Setelah mengetahui faktor-faktor yang dijadikan

pertimbangan maka selanjutnya penelitian ini ingin mengetahui apakah kebijakan

yang dihasilkan dapat mengakomodiir faktor-faktor yang menjadi latar belakang

dibuatnya kebijakan tersebut.

Tahapan selanjutnya adalah pengembangan kerangka teori (dalam penelitian

ini menggunakan istilah kerangka pemikiran), dalam tahapan ini peneliti

melakukan studi kepustakaan terkait dengan permasalahan yang dibahas dalam

penelitian ini. Studi kepustakaan yang dilakukan oleh peneliti bersumber dari

buku-buku, jurnal, peraturan terkait baik yang berupa media cetak maupun media

elektronik. Tahapan selanjutnya adalah penentuan metodologi penelitian, dalam

tahapan ini peneliti melakukan penjabaran mengenai pendekatan penelitian yang

digunakan, menentukan jenis penelitian yang dilakukan, menentukan hipotesis

kerja, menentukan narasumber yang akan ditemui, menjelaskan tahapan proses

penelitian, menentukan site penelitian, menentukan batasan penelitian, dan

menjelaskan keterbatasan penelitian yang dihadapi.

Tahapan selanjutnya adalah analisis temuan, dalam tahapan ini peneliti

melakukan analisis atas temuan yang didapat dalam proses penelitian baik berupa

hasil wawancara dengan narasumber dan juga temuan-temuan di lapangan.

Selanjutnya peneliti menganalisis temuan tersebut dengan bantuan kerangka

pemikiran yang telah disusun sebelumnya. Sedangkan tahapan terakhir yaitu

tahapan pengambilan kesimpulan, peneliti menyimpulkan hasil analisis yang telah

dilakukan dan juga memberikan saran terkait dengan fokus masalah yang

diangkat.

2.3.7 Site Penelitian

Dalam penelitian ini dipilih site penelitian yang dapat mendukung penelitian

dan juga memiliki keterkaitan dengan permasalahan yang diangkat, yaitu

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

41

Kementerian Koordinator Perekonomian, Direktorat Jenderal pajak, dan juga

Badan Koordinasi Penanaman Modal. Peneliti memilih tiga lembaga tersebut

karena ketiga lembaga tersebut mempunyai keterkaitan dengan proses perumusan

kebijakan fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman modal di bidang usaha

tertentu dan atau daerah tertentu. Hal-hal ini dipertimbangkan dalam menentukan

site penelitian agar dapat membantu dalam pengumpulan data dan memperoleh

informasi yang lengkap dan akurat dalam menunjang penelitian yang dilakukan.

2.3.8 Batasan Penelitian

Pembahasan dalam penelitian ini diberikan pembatasan sebagai berikut:

• Objek dari penelitian yaitu berupa analisis mengenai faktor-faktor yang

menjadi pertimbangan dalam hal perumusan kebijakan fasilitas pajak

penghasilan untuk penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu

dan atau di daerah-daerah tertentu. Lalu penelitian ini melihat keterkaitan

antara faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dengan output berupa

kebijakan yang terkait, apakah kebijakan yang bersangkutan sudah

mengakomodiir faktor-faktor yang menjadi pertimbangan

pembuatannnya

• Fokus dari penelitian ini adalah analisis dari rumusan kebijakan fasilitas

pajak penghasilan untuk penanaman modal di bidang-bidang usaha

tertentu dan/atau di daerah-daerah tertentu berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 62 Tahun 2008.

• Dalam ilustrasi kasus pada subbab 4.1.1.1 Analisis Jenis-Jenis Fasilitas

Pajak Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.62/2008, peneliti

menggunakan tarif pajak penghasilan badan berdasarkan UU.No.36

Tahun 2008. Hal ini dilakukan mengingat PP. No.62/2008 baru

diumumkan kepada publik pada tanggal 6 Oktober 2008 dan

mempertimbangkan waktu yang diperlukan untuk mendapatkan fasilitas

ini maka kemungkinan besar fasilitas ini baru akan digunakan oleh wajib

pajak mulai tahun pajak 2009 ketika UU.No.36 Tahun 2008 mulai

dilaksanakan.

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

42

2.3.9 Keterbatasan Penelitian

Dalam tahap penulisan rancangan skripsi ini ditemukan beberapa

keterbatasan penelitian, antara lain sebagai berikut:

• Keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga sehingga penelitian ini belum

dapat menggali lebih dalam usulan rumusan dari departemen yang terkait

secara langsung akan tetapi hanya berdasarkan usulan yang diterima oleh

Menko Perekonomian dalam rapat koordinasi yang melibatkan

departemen terkait.

• Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini pada tahap awal dilakukan

berdasarkan draft kebijakan per tanggal 7 April 2008, hal ini terkait

dengan keterbatasan akses yang dimiliki oleh peneliti karena peraturan

yang dibahas belum berupa peraturan final sehingga masih menjadi

rahasia negara. Baru kemudian pada tanggal 6 oktober 2008 Menko

Perekonomian melakukan siaran pers terkait dengan pengesahan PP.

Nomor 62 Tahun 2008 dan peneliti mulai dapat mengakses peraturan

hasil revisi tersebut dengan mudah.

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

43

BAB 3

GAMBARAN UMUM PP NOMOR 62 TAHUN 2008

Bab 3 penelitian ini membahas gambaran umum dari Peraturan Pemerintah

No.62 Tahun 2008 yang berisikan perubahan atas Peraturan Pemerintah No.1

Tahun 2007 tentang fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman modal di

bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di daerah-daerah tertentu yang selanjutnya

disebut PP. No.62 Tahun 2008. Seperti yang telah dituliskan sebelumnya, PP.

No.62 Tahun 2008 merupakan perubahan dari PP. No.1 Tahun 2007, sehingga isi

dari PP. No.62 Tahun 2008 sebagian besar sama dengan isi dari peraturan yang

diubahnya. Dalam pembahasannya bab ini dibagi menjadi beberapa sub bab

sebagai berikut:

3.1 Jenis-Jenis Fasilitas Penanaman Modal

Dalam rangka merangsang pertumbuhan penanaman modal di Indonesia,

pemerintah melalui departemen terkait memberikan fasilitas penanaman modal.

Fasilitas penanaman modal ini antara lain disebutkan dalam peraturan perundang-

undangan mengenai penanaman modal, fasilitas tersebut yaitu,

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

44

Tabel 3.1

Peraturan-Peraturan Terkait Fasilitas Penanaman Modal

No. Jenis Fasilitas Dasar Hukum

1 Fasilitas Pajak Penghasilan untuk penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan atau di daerah-daerah tertentu.

Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2008

2 Fasilitas Pajak Penghasilan untuk penanaman modal di kawasan pengembangan ekonomi terpadu.

Peraturan Pemerintah Nomor 147 Tahun 2000

3 Keringanan Bea Masuk atas impor mesin, barang, dan bahan

dalam rangka pembangunan/pengembangan industri/industri

jasa.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 47 Tahun 2005

4 Pembebasan Bea Masuk atas impor bahan baku untuk

pembuatan komponen kendaraan bermotor.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34 Tahun 2007

5 Pembebasan Bea Masuk atas impor bahan baku dan bagian

tertentu untuk pembuatan bagian alat-alat besar serta bagian

tertentu untuk perakitan alat-alat besar oleh industri alat-alat

besar.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41 Tahun 2007

6 Pembebasan Bea Masuk dan/atau cukai atas impor kembali

barang yang telah diekspor.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 106 Tahun 2007.

7 Pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai atas impor barang modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri selama jangka waktu tertentu.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000

8 Keringanan Pajak Bumi dan Bangunan khususnya untuk bidang usaha tertentu pada wilayah atau daerah atau kawasan tertentu.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

9 Keringanan atau pembebasan Bea Masuk bagi penanam modal yang melakukan penggantian mesin atau barang modal

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

10 Kemudahan dalam memperoleh hak atas tanah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

11 Kemudahan dalam pelayanan keimigrasian Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

12 Pemberian fasilitas perizinan impor Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006

13 Kemudahan dalam hal kepabeanan (custom clearance) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006

Sumber: Data diolah oleh peneliti.

Jenis-jenis fasilitas sebagaimana disebutkan dalam tabel diatas dapat

diberikan kepada setiap penanam modal dengan memperhatikan persyaratan yang

berlaku sesuai dengan aturan yang ada. Salah satu jenis fasilitas tersebut adalah

fasilitas Pajak Penghasilan untuk penanaman modal di bidang-bidang usaha

tertentu dan/atau di daerah-daerah tertentu yang akan dibahas lebih lanjut dalam

penelitian ini.

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

45

3.2 Latar Belakang Peraturan Pemerintah No.62/2008

Dalam penelitian mengenai rumusan kebijakan fasilitas pajak penghasilan

untuk bidang-bidang usaha tertentu dan/atau daerah tertentu ini merupakan

rumusan dari PP. No.62/2008 yang merupakan perubahan dari PP. No.1 Tahun

2007 yang sebelumnya menggantikan Peraturan Pemerintah No.148 Tahun 2000

tentang fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman modal di bidang-bidang

usaha tertentu dan/atau daerah-daerah tertentu (PP. No.148/2000).

PP. No.148/2000 beserta perubahannya merupakan amanat dari aturan

perundang-undangan yang dibuat oleh pemerintah. Antara lain merupakan amanat

dari pasal 31A Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 mengenai pajak

penghasilan. Pasal 31A tersebut berbunyi sebagai berikut:

Pasal 31A

(1) Kepada Wajib Pajak yang melakukan penanaman modal di

bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di daerah-daerah tertentu

dapat diberikan fasilitas perpajakan dalam bentuk:

a. pengurangan penghasilan neto paling tinggi 30% (tiga puluh

persen) dari jumlah penanaman yang dilakukan;

b. penyusutan dan amortisasi yang dipercepat;

c. kompensasi kerugian yang lebih lama, tetapi tidak lebih dari 10

(sepuluh) tahun; dan

d. pengenaan Pajak Penghasilan atas dividen sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 26 sebesar 10% (sepuluh persen),

kecuali apabila tarif menurut perjanjian perpajakan yang

berlaku menetapkan lebih rendah.

(2) Fasilitas perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah..54

Dengan amanat dari pasal 31A Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000

dikeluarkanlah PP. No.148/2000 mengenai fasilitas yang terkait. Kemudian pada

tahun 2006 dimulai proses revisi dari PP. No.148/2000 yang kemudian pada tahun

2007 menghasilkan PP. No.1/2007. Alasan dari dilakukannya revisi ini karena

54 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan,

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127), Pasal 31A

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

46

kurang efektifnya PP. No.148/2000 dalam proses pelaksanaannya. Kemudian

setelah dikeluarkannya PP. No.1/2007 selama kurang lebih satu tahun maka sesuai

dengan amanat yang terdapat dalam pasal 5 PP. No.1/2007 dibentuklah tim

monitoring dan evaluasi oleh Menteri Koordinator Perekonomian untuk

melakukan evaluasi PP No.1/2007. Pada bulan september 2008 disahkan PP.

No.62 Tahun 2008 yang merupakan hasil dari revisi PP. No.1/2007.

3.3 Subjek Fasilitas Pajak Peraturan Pemerintah No.62/2008

Pada PP. No.62/2008 yang menjadi subjek fasilitas pajak sama dengan

subjek fasilitas pajak pada PP. No.1/2007, yaitu para wajib pajak yang berhak

menerima fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman modal di bidang-bidang

usaha tertentu dan/atau daerah tertentu sesuai dengan pasal 2 ayat 1 PP.

No.62/2008, yang disebutkan sebagai berikut:

Pasal 2

(1) Kepada Wajib Pajak badan dalam negeri berbentuk perseroan

terbatas dan koperasi yang melakukan penanaman modal pada:

a. bidang-bidang usaha tertentu sebagaimana ditetapkan

dalam Lampiran I Peraturan Pemerintah ini; atau

b. bidang-bidang usaha tertentu dan daerah-daerah

tertentu sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II

Peraturan Pemerintah ini.55

Berdasarkan pasal tersebut maka wajib pajak yang dapat menikmati fasilitas

pajak ini hanya wajib pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbatas

dan koperasi saja. Sehingga untuk saat ini bagi para wajib pajak selain diatas

belum dapat menikmati fasilitas pajak berdasarkan PP. No.62/2008. Selain bentuk

dari badan hukumnya juga terdapat kriteria penanaman modal yang harus

dipenuhi, yaitu bidang-bidang usaha tertentu sesuai dengan lampiran I PP.

No.62/2008 dan juga bidang-bidang usaha tertentu dan daerah-daerah tertentu

55 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2008 tentang Fasilitas Pajak

Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-

Daerah Tertentu, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 132), Pasal 2.

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

47

sesuai dengan lampiran II dari PP. No.62/2008. Sehingga usaha dan daerah selain

yang terdapat dalam lampiran PP. No.62/2008 tidak dapat menikmati fasilitas

pajak yang terkait.

Hal lain yang harus diperhatikan adalah definisi mengenai penanaman

modal itu sendiri menurut PP. No.62/2008. Dalam PP. No.62/2008 yang

dimaksud dengan penanaman modal adalah “investasi berupa aktiva tetap

berwujud termasuk tanah yang digunakan untuk kegiatan utama usaha, baik untuk

penanaman modal baru maupun perluasan dari usaha yang telah ada.”56

Berdasarkan definisi tersebut maka yang mendapatkan fasilitas berdasarkan aturan

ini adalah penanaman modal yang bersifat penanaman modal langsung (direct

investment), baik dalam bentuk penanaman modal baru maupun dalam bentuk

perluasan usaha.

Selain itu harus diperhatikan juga bidang usaha yang akan dipilih maupun

daerah tempat penanaman modal yang akan dipilih karena tidak semua bidang

usaha dan lokasi usaha dapat diberikan fasilitas ini. Berdasarkan PP. No.62/2008

pengertian dari bidang-bidang usaha tertentu yaitu, “Bidang-bidang usaha tertentu

adalah bidang usaha di sektor kegiatan ekonomi yang mendapat prioritas tinggi

dalam skala nasional.”57 Adapun rincian dari bidang-bidang usaha tertentu ini

dapat dilihat pada lampiran I dari PP. No.62/2008 ini. Sedangkan yang dimaksud

dengan daerah-daerah tertentu yaitu, “Daerah-daerah tertentu adalah daerah yang

secara ekonomis mempunyai potensi yang layak dikembangkan.”58 Seperti halnya

bidang-bidang usaha tertentu, rincian dari daerah-daerah tertentu yang

mendapatkan fasilitas pajak ini tercantum dalam lampiran II dari PP. No.62/2008.

Selain wajib pajak yang disebutkan diatas, dalam PP. No.62/2008 terdapat

tambahan subjek fasilitas pajak, seperti yang tercantum dalam pasal 4A berikut:

56 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2008 tentang Fasilitas Pajak

Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-

Daerah Tertentu, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 132), Pasal 1 57 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2008 tentang Fasilitas Pajak

Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-

Daerah Tertentu, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 132), Pasal 1 58 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2008 tentang Fasilitas Pajak

Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-

Daerah Tertentu, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 132), Pasal 1

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

48

Pasal 4A

Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha di bidang industri semen

sebagaimana dimaksud dalam lampiran II Peraturan Pemerintah ini,

yang melakukan rekonstruksi akibat bencana tsunami di Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera

Utara, dapat memperoleh fasilitas berdasarkan Peraturan Pemerintah

ini terhitung sejak tanggal 1 Januari 2005.59

Berdasarkan pasal tersebut maka wajib pajak yang melakukan

kegiatan berupa industri semen dan melakukan kegiatan rekonstruksi di

Nanggroe Aceh Darusssalam maka dapat memperoleh fasilitas pajak

berdasarkan PP. No.62/2008 terhitung sejak tanggal 1 Januari 2005.

3.4 Jenis Fasilitas Pajak Peraturan Pemerintah No.62/2008

Berdasarkan PP. No.62/2008 jenis fasilitas pajak yang ditawarkan dapat

dibagi menjadi empat macam, yaitu

� “Pengurangan penghasilan neto sebesar 30 (tiga puluh persen) dari

jumlah penanaman modal, dibebankan selama 6 (enam) tahun masing-

masing sebesar 5 (lima persen) per tahun.” 60

Jenis fasilitas ini merupakan fasilitas yang tergolong sebagai

investment allowances dimana perusahaan diperbolehkan mengurangi

jumlah penghasilan kena pajaknya dengan jumlah tertentu sesuai

dengan persentase yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai allowances

atas investasi yang telah ditanamkan, pengurangan ini dilakukan dalam

jangka waktu tertentu.

Contoh: suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri

pengalengan ikan laut di daerah nusa tenggara barat melakukan

penanaman modal sejumlah Rp.10.000.000.000

59 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2008 tentang Fasilitas Pajak

Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-

Daerah Tertentu, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 132), Pasal 4A 60 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2008 tentang Fasilitas Pajak

Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-

Daerah Tertentu, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 132), Pasal 2

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

49

Maka dengan demikian, perusahaan tersebut berhak untuk mengurangi

penghasilan kena pajaknya sebesar Rp.500.000.000 pertahun (5% x

Rp.10.000.000.000) sebagai investment allowances

� “Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat, sebagai berikut :

Tabel 3.2

Rate Penyusutan Dipercepat

Kelompok Aktiva Tetap

Berwujud

Masa

Manfaat

Menjadi

Tarif Penyusutan dan

Amortisasi

Berdasarkan Metode

Garis

Lurus

Saldo

Menurun

I. Bukan Bangunan :

Kelompok I

Kelompok II

Kelompok III

Kelompok IV

II. Bangunan :

Permanen

Tidak Permanen

2 tahun

4 tahun

8 tahun

10 tahun

10 tahun

5 tahun

50%

25%

12,5%

10%

10%

20%

100%

(dibebankan

sekaligus)

50%

25%

20%

-

-

Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2008 pasal 2

Jenis fasilitas Pajak seperti ini dikenal juga dengan fasilitas

menggunakan metode accelerated depreciation atau menurut Holland

dan Vann diklasifikasikan sebagai timing differences. Jenis fasilitas ini

diberikan agar investor dapat membebankan aktiva tetapnya dengan

lebih cepat sehingga dapat mengurangi laba dan kemudian

memperkecil pajak yang ditanggungnya. Pengertian dari aktiva tetap

itu sendiri menurut PP. No.62/2008 ini yaitu, “Aktiva tetap berwujud

adalah aktiva berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1

(satu) tahun yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun

lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak

dimaksudkan untuk diperjualbelikan atau dipindahtangankan.”61

61 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2008 tentang Fasilitas Pajak

Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-

Daerah Tertentu, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 132), Pasal 1

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

50

Jenis fasilitas ini diatur lebih lanjut persyaratannya dalam pasal

berikutnya yaitu pada pasal 3 dan pasal 4 yang berbunyi,

Pasal 3

“Wajib Pajak yang mendapat fasilitas sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 ayat (2), sebelum lewat jangka waktu 6 (enam)

tahun sejak tanggal pemberian fasilitas tidak boleh :

a. menggunakan aktiva tetap yang mendapatkan fasilitas untuk

tujuan selain yang diberikan fasilitas; atau

b. mengalihkan sebagian atau seluruh aktiva tetap yang

mendapatkan fasilitas kecuali aktiva tetap yang dialihkan

tersebut diganti dengan aktiva tetap baru”62

Pasal 4

Apabila Wajib Pajak yang telah mendapatkan fasilitas tidak lagi

memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat

(1) dan/atau tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3, maka :

a. fasilitas yang telah diberikan berdasarkan Peraturan

Pemerintah ini dicabut;

b. dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang perpajakan;

c. tidak dapat lagi diberikan fasilitas berdasarkan Peraturan

Pemerintah ini.63

Dengan demikian sesuai dengan pasal 3 dan pasal 4 tersebut maka

terdapat pengaturan mengenai penggunaan dari aktiva tetap yang akan

diberikan fasilitas pajak penyusutan dan amortisasi dipercepat ini. Hal

62 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2008 tentang Fasilitas Pajak

Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-

Daerah Tertentu, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 132), Pasal 3 63 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2008 tentang Fasilitas Pajak

Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-

Daerah Tertentu, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 132), Pasal 4

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

51

ini dilakukan agar tidak terjadi penyalahgunaan dari fasilitas ini oleh

wajib pajak.

Contoh: suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri

pengalengan ikan laut di daerah nusa tenggara barat memiliki

bangunan permanen yang digunakan untuk tempat pengolahan ikan.

Nilai bangunan tersebut adalah Rp.2.000.000.000

Dalam kondisi normal perusahaan tersebut dalam satu tahun hanya

dapat membiayakan biaya penyusutan atas gedung tersebut sebesar

Rp.100.000.000 (5% x Rp.2.000.000.000) sedangkan dengan

menggunakan penyusutan dipercepat perusahaan dapat membebankan

gedung tersebut sebesar Rp.200.000.000 (10% x Rp.2.000.000.000)

� “Pengenaan pajak Penghasilan atas dividen yang dibayarkan kepada

Subjek Pajak Luar Negeri sebesar 10 (sepuluh persen), atau tarif yang

lebih rendah menurut Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda yang

berlaku.”64

Fasilitas pajak jenis ini dapat dikategorikan sebagai reduced rates,

karena dalam pemberian fasilitas ini tarif pajak yang seharusnya

dikenakan kepada wajib pajak, dikurangi dari tarif yang seharusnya.

Dalam kasus ini dapat terlihat jelas bahwa dividen yang dibayarkan

kepada wajib Pajak luar negeri dikenakan tarif PPh pasal 26 sebesar

20% sedangkan dengan adanya fasilitas ini tarif pajak atas dividen yang

dibayarkan kepada wajib pajak luar negeri adalah sebesar 10%. Lain

halnya apabila penerima dividen tersebut merupakan residen dari

negara yang memiliki tax treaty dengan Indonesia, dalam kasus ini

dipergunakan tarif yang lebih rendah antara treaty dengan tarif 10%

berdasarkan PP. No.62/2008 ini.

Contoh: suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri

pengalengan ikan laut di daerah nusa tenggara barat membayarkan

dividennya kepada perusahaan induk di Hongkong sebesar

Rp.500.000.000. Seharusnya atas pembayaran dividen tersebut

64 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2008 tentang Fasilitas Pajak

Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-

Daerah Tertentu, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 132), Pasal 2

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

52

dikenakan tarif sebesar 20% sehingga jumlah Pajak yang dipotong

adalah sebesar Rp.100.000.000 akan tetapi dengan menggunakan

fasilitas ini maka jumlah Pajak yang dipotong hanya 10% yaitu sebesar

Rp.50.000.000

� “Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 (lima) tahun tetapi tidak

lebih dari 10 (sepuluh) tahun dengan ketentuan sebagai berikut:

1) tambahan 1

tahun

: apabila penanaman modal baru pada bidang usaha yang

diatur dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a dilakukan di

kawasan industri dan kawasan berikat;

2) tambahan 1

tahun

: apabila mempekerjakan sekurang-kurangnya 500 (lima

ratus) orang tenaga kerja Indonesia selama 5 (lima)

tahun berturut-turut;

3) tambahan 1

tahun

: apabila penanaman modal baru memerlukan

investasi/pengeluaran untuk infrastruktur ekonomi dan

sosial di lokasi usaha paling sedikit sebesar Rp

10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah);

4) tambahan 1

tahun

: apabila mengeluarkan biaya penelitian dan

pengembangan di dalam negeri dalam rangka

pengembangan produk atau efisiensi produksi paling

sedikit 5 (lima persen) dari investasi dalam jangka

waktu 5 (lima) tahun; dan/atau

5) tambahan 1

tahun

: apabila menggunakan bahan baku dan atau komponen

hasil produksi dalam negeri paling sedikit 70 (tujuh

puluh persen) sejak tahun ke 4 (empat).65

Fasilitas Pajak ini disebut juga loss carry forwards. Dalam fasilitas ini

wajib Pajak dapat melakukan kompensasi kerugian dengan jangka

waktu lebih dalam dari 5 tahun akan tetapi tidak melebihi 10 tahun

dengan ketentuan sebagaimana diatur diatas.

65 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2008 tentang Fasilitas Pajak

Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-

Daerah Tertentu, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 132), Pasal 2

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

53

Dengan adanya jangka waktu pengkompensasian kerugian yang lebih

lama maka wajib Pajak dapat melakukan kompensasi atas rugi yang

dialaminya lebih lama sehingga rugi yang dialami itu diharapkan dapat

dikompensasikan secara penuh dengan laba yang diperoleh perusahaan

pada masa mendatang. Disamping itu, dengan adanya kompensasi

kerugian maka jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan

pada saat awal usaha menjadi lebih kecil.

3.5 Prosedur Pengajuan Fasilitas Pajak Berdasarkan Peraturan Pemerintah

No.62/2008

Dalam pengajuan fasilitas pajak berdasarkan PP. No.62/2008, proses

pengajuannya sampai dengan penelitian ini dibuat66 masih sama dengan proses

pengajuan fasilitas pajak berdasarkan PP. No.1/2007. Hal ini dikarenakan belum

terdapatnya aturan yang baru mengenai peraturan pelaksanaan dari PP.

No.62/2008. Aturan pelaksanaan dari peraturan pemerintah ini melibatkan Dirjen

Pajak, Menteri Keuangan dan juga Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal

(BKPM). Peraturan tersebut tertuang dalam Peraturan Dirjen Pajak Nomor Per –

67/PJ./2007 tentang Tata Cara Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan untuk

Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah

Tertentu yang selanjutnya disebut Per. DJP No. 67 Tahun 2007, Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 16/PMK.03/2007 tentang Pemberian Fasilitas Pajak

Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau

di Daerah-Daerah Tertentu yang selanjutnya disebut PMK No.16 tahun 2007, dan

juga peraturan kepala BKPM Nomor 89/SK/2007 tentang Pedoman dan Tata Cara

Permohonan Fasilitas Pajak Penghasilan bagi Perusahaan Penanam Modal di

Bidang-Bidang Usaha tertentu dan/atau di Daerah-Daerah tertentu yang

selanjutnya disebut Per. BKPM No.89 Tahun 2007.

Berdasarkan peraturan-peraturan perlaksanaan tersebut prosedur pengajuan

fasilitas pajak sebagaimana dimaksud dalam PP. No.62/2008 dapat digambarkan

sebagai berikut:

66 Konfirmasi terakhir ke pihak Menko Perekonomian pada tanggal 21 Oktober 2008,

menurut informan dalam pelaksanaannya PP. No.62/2008 masih menggunakan peraturan

pelaksanaan yang digunakan pada PP. No.1/2007.

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

54

Sumber: data diolah oleh peneliti dari peraturan pelaksanaan terkait.

Gambar 3.1

Alur Permohonan Pengajuan Fasilitas Pajak PP. No.62/2008

Sesuai dengan gambar diatas, tahapan pertama yang harus dilakukan oleh

wajib pajak dalam rangka permohonan pengajuan fasilitas pajak berdasarkan PP.

Wajib Pajak

BKPM

Evaluasi oleh BKPM

Ditolak Diterima

Dirjen Pajak

Evaluasi oleh Dirjen

Pajak

Ditolak Diterima

5 hari

kerja

10 hari

kerja

Wajib Pajak

Wajib Pajak

Surat permohonan fasiltas

pajak dari wajib pajak

Surat penolakan

permohonan fasilitas

pajak

Surat rekomendasi untuk

mendapatkan fasilitas

pajak

Keputusan Menteri Keuangan

tentang persetujuan pemberian

fasilitas pajak

Keputusan Menteri Keuangan

tentang penolakan pemberian

fasilitas pajak

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

55

No.62/2008 adalah mengajukan permohonan kepada menteri keuangan melalui

BKPM sesuai dengan pasal 1 Per. BKPM No. 89 Tahun 2007 yaitu

Pasal 1

Permohonan fasilitas pajak penghasilan diajukan kepada menteri

keuangan melalui kepala BKPM oleh wajib pajak badan dalam negeri

yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau koperasi, baik yang baru

berdiri maupun yang telah ada, yang melakukan penanaman modal

baik untuk penanaman modal baru maupun perluasan yang telah ada

pada bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di daerah-daerah tertentu

sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun

2007.67

Dalam pengajuan permohonan tersebut wajib pajak menggunakan formulir

yang telah disediakan dan juga harus melampirkan:

a. Fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

b. Fotokopi Surat Persetujuan atau Izin Prinsip tentang kegiatan usaha atau bentuk

perizinan sejenis lainnya dari instansi yang berwenang berdasarkan peraturan

perundang-undangan; dan

c. Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM)

Kemudian setelah seluruh berkas permohonan diterima oleh BKPM maka

selanjutnya BKPM melakukan evaluasi atas kelengkapan berkas permohonan dan

kesesuaian bidang usaha, lokasi persyaratan sebagaimana yang tercantum dalam

lampiran PP. No.62/2008 serta tingkat realisasi penanaman modal yang

bersangkutan. Tingkat realisasi penanaman modal yang dimaksud harus mencapai

minimal 75% dari pembangunan fisik yang direncanakan termasuk pemasangan

mesin dan peralatan yang tercantum dalam LKPM.

Kemudian dalam jangka waktu paling lama lima hari kerja setelah berkas

permohonan diterima maka BKPM sudah harus mengeluarkan keputusan,

keputusan tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

67 Badan Koordinasi Penanaman Modal, Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman

Modal Nomor 89 Tahun 2007 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Fasilitas Pajak

Penghasilan Bagi Perusahaan Penanam Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di

Daerah-Daerah Tertentu, Pasal 1

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

56

� Apabila semua persyaratan yang diajukan telah terpenuhi maka kepala

BKPM mengusulkan pemberian fasilitas pajak penghasilan kepada Menteri

Keuangan melalui Direktur Jenderal Pajak.

atau

� Apabila persyaratan yang diajukan tidak terpenuhi maka BKPM akan

mengembalikan permohonan kepada wajib pajak yang bersangkutan.

Tahapan selanjutnya setelah disetujui oleh BKPM maka permohonan dari

wajib pajak tersebut disampaikan kepada Menteri Keuangan melalui Direktur

Jenderal Pajak. Permohonan pengajuan fasilitas Pajak Penghasilan yang diterima

oleh Direktur Jenderal Pajak dari Kepala BKPM akan diteliti dan dievaluasi oleh

Direktur Peraturan Perpajakan II apakah sudah memenuhi persyaratan yang harus

dipenuhi dengan lengkap dan benar. Hal yang akan diteliti oleh Direktur Peraturan

Perpajakan II yaitu meliputi:

� Pengecekan badan hukum dari wajib pajak apakah berbentuk Perseroan

Terbatas (PT) atau koperasi

� Pengecekan terhadap jenis bidang usaha dan lokasi usaha apakah sesuai

dengan lampiran PP. No.62/2008.

� Pengecekan terhadap fotokopi kartu NPWP

� Pengecekan terhadap surat persetujuan untuk penanaman modal baru atau

surat persetujuan perluasan penanaman modal yang diterbitkan oleh Kepala

BKPM atau instansi lain yang berwenang berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku dan juga rinciannya.

Setelah melakukan penelitian dan evaluasi maka Direktur Jenderal Pajak

atas nama Menteri Keuangan mengeluarkan Keputusan Menteri Keuangan tentang

persetujuan atau penolakan pemberian fasilitas pajak penghasilan berdasarkan PP.

No.62/2008. Keputusan tentang persetujuan atau penolakan pemberian fasilitas

pajak penghasilan diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 10 hari kerja

terhitung sejak diterimanya permohonan pengajuan fasilitas pajak dengan lengkap

dan benar. Apabila keputusan mengenai persetujuan atau penolakan pemberian

fasilitas pajak penghasilan belum diterbitkan setelah lewat jangka waktu, maka

permohonan pemberian fasilitas pajak penghasilan sesuai dengan usulan Kepala

BKPM dianggap disetujui. Kemudian keputusan persetujuan atau penolakan yang

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

57

dikeluarkan oleh Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Pajak disampaikan

kepada wajib pajak.

Apabila wajib pajak telah memperoleh Keputusan Menteri Keuangan yang

berisikan tentang pemberian fasilitas sebagaimana dimaksud dalam PP.

No.62/2008 maka wajib pajak berhak untuk memanfaatkan fasilitas pajak

tersebut. Untuk jenis fasilitas penyusutan dan amortisasi yang dipercepat serta

pengurangan tarif dividen yang dibayarkan ke luar negeri maka wajib pajak secara

otomatis dapat memanfaatkannya secara langsung. Sedangkan untuk jenis fasilitas

pengurangan penghasilan netto dan kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5

tahun tetapi tidak lebih dari 10 tahun wajib pajak perlu melakukan permohonan

secara tertulis terlebih dahulu ke Direktur Jenderal Pajak.

Untuk jenis fasilitas pengurangan penghasilan netto sebesar 30% dari jumlah

penanaman modal yang dibebankan selama 6 tahun maka wajib pajak perlu

mengajukan permohonan penetapan saat dimulainya produksi komersial terlebih

dahulu kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Direktur Pemeriksaan dan

Penagihan. Keputusan mengenai penetapan dimulainya masa produksi komersial

oleh Direktur Jenderal Pajak diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 30 hari

kerja terhitung sejak permohonan tersebut diterima. Apabila keputusan tersebut

belum diterbitkan setelah melewati jangka waktu yang telah ditentukan maka saat

dimulainya produksi komersial adalah sebagaimana tercantum dalam surat

permohonan wajib pajak.

Dalam pengajuan penetapan masa produksi komersial maka wajib pajak

sebagai pertimbangan dapat melampirkan:

� Fotokopi akte pendirian

� Fotokopi surat keputusan persetujuan pemberian fasilitas pajak

penghasilan

� Laporan keuangan selama 3 (tiga) tahun terakhir

� Surat kuasa khusus dalam hal permohonan disampikan oleh kuasa wajib

pajak.

Sedangkan untuk jenis fasilitas kompensasi kerugian maka wajib pajak yang

telah mendapatkan keputusan persetujuan pemberian fasilitas pajak dari Direktur

Jenderal Pajak mengajukan permohonan penambahan jangka waktu kompensasi

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

58

kerugian terlebih dahulu kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Direktur

Pemeriksaan dan Penagihan. Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang

penetapan penambahan jangka waktu kompensasi kerugian ditetapkan dalam

jangka waktu paling lama 30 hari kerja terhitung sejak permohonan diterima.

Apabila keputusan Direktur Jenderal Pajak tersebut belum diterbitkan setelah

lewat jangka waktu yang telah ditentukan maka penambahan jangka waktu

kompensasi kerugian sebagaimana tercantum dalam permohonan wajib pajak

dianggap disetujui.

Dalam pengajuan maka wajib pajak sebagai pertimbangan dapat

melampirkan:

� Laporan keuangan tahun pajak yang ingin diberikan penambahan

kompensasi kerugian.

� Fotokopi persetujuan penanaman modal baru dikawasan industri atau

kawasan berikat dari instansi yang berwenang.

� Pernyataan bahwa wajib pajak telah memperkerjakan sekurang-

kurangnya 500 (lima ratus) orang tenaga kerja Indonesia selama lima

tahun berturut-turut.

� Pernyataan investasi/pengeluaran untuk infrastruktur ekonomi dan sosial

dilokasi usaha paling sedikit sebesar Rp.10.000.000.000 (sepuluh milyar

rupiah) untuk penanaman modal baru disertai dengan dokumen-dokumen

pendukungnya.

� Pernyataan biaya penelitian dan pengembangan di dalam negeri dalam

rangka pengembangan produk atau efisiensi produksi paling sedikit 5

persen dari investasi dalam jangka waktu 5 tahun dilengkapi dengan

dokumen-dokumen pendukungnya.

� Pernyataan penggunaan bahan baku dan atau komponen hasil produksi

dalam negeri paling sedikit 70% sejak tahun ke-4 dilampiri dengan

dokumen-dokumen pendukungnya.

Lampiran tersebut merupakan data pendukung yang dipergunakan oleh oleh

Direktur Jenderal Pajak untuk menghitung berapa lama waktu penambahan

kompensasi kerugian yang dapat diberikan kepada wajib pajak. Sehingga waktu

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

59

penambahan kompensasi kerugian akan menjadi berbeda antara wajib pajak yang

satu dengan lainnya tergantung kondisi wajib pajak yang bersangkutan.

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

60

BAB 4

ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH

NOMOR 62 TAHUN 2008

4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan Dalam Rumusan Peraturan

Pemerintah Nomor 62 Tahun 2008.

Dalam pembahasannya subbab ini akan dibagi menjadi dua bagian yaitu

pertama faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dilihat dari sisi jenis fasilitas

pajak yang diberikan dan kedua faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dilihat

dari sisi rumusan bidang-bidang usaha tertentu dan daerah daerah-daerah tertentu.

Pembagian dalam subbab ini dilakukan untuk memudahkan dalam melakukan

analisis mengenai faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam rumusan

kebijakan fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman modal di bidang-bidang

usaha tertentu dan/atau di daerah-daerah tertentu.

4.1.1 Analisis Rumusan Jenis Fasilitas Pajak Pada Peraturan Pemerintah

Nomor 62 Tahun 2008

Pada PP. No.62/2008 jenis fasilitas pajak yang diberikan tidak mengalami

perubahan dari PP. No.1/2007 yaitu berupa:

a. pengurangan penghasilan neto sebesar 30 (tiga puluh persen) dari jumlah

Penanaman Modal, dibebankan selama 6 (enam) tahun masing-masing

sebesar 5 (lima persen) per tahun;

b. penyusutan dan amortisasi yang dipercepat, sebagai berikut :

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

61

Tabel 4.1

Rate Penyusutan Dipercepat

Kelompok Aktiva Tetap

Berwujud

Masa

Manfaat

Menjadi

Tarif Penyusutan dan

Amortisasi

Berdasarkan Metode

Garis

Lurus

Saldo

Menurun

I. Bukan Bangunan :

Kelompok I

Kelompok II

Kelompok III

Kelompok IV

II. Bangunan :

Permanen

Tidak Permanen

2 tahun

4 tahun

8 tahun

10 tahun

10 tahun

5 tahun

50%

25%

12,5%

10%

10%

20%

100%

(dibebankan

sekaligus)

50%

25%

20%

-

-

Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2008 pasal 2

c. pengenaan Pajak Penghasilan atas dividen yang dibayarkan kepada Subjek

Pajak Luar Negeri sebesar 10 (sepuluh persen), atau tarif yang lebih

rendah menurut Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku;

dan

d. kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 (lima) tahun tetapi tidak lebih

dari 10 (sepuluh) tahun dengan ketentuan sebagai berikut:

1) tambahan 1

tahun

: apabila penanaman modal baru pada bidang usaha yang

diatur dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a dilakukan di

kawasan industri dan kawasan berikat;

2) tambahan 1

tahun

: apabila mempekerjakan sekurang-kurangnya 500 (lima

ratus) orang tenaga kerja Indonesia selama 5 (lima)

tahun berturut-turut;

3) tambahan 1

tahun

: apabila penanaman modal baru memerlukan

investasi/pengeluaran untuk infrastruktur ekonomi dan

sosial di lokasi usaha paling sedikit sebesar Rp

10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah);

4) tambahan 1 : apabila mengeluarkan biaya penelitian dan

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

62

tahun pengembangan di dalam negeri dalam rangka

pengembangan produk atau efisiensi produksi paling

sedikit 5 (lima persen) dari investasi dalam jangka

waktu 5 (lima) tahun; dan/atau

5) tambahan 1

tahun

: apabila menggunakan bahan baku dan atau komponen

hasil produksi dalam negeri paling sedikit 70 (tujuh

puluh persen) sejak tahun ke 4 (empat).

Dalam perumusan PP. No.62/2008 tidak terdapat pembahasan mengenai

pertimbangan yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal jenis fasilitas pajak yang

diberikan. Apabila dilihat dari peraturan sebelumnya yaitu PP. No.148/2000 juga

tidak banyak mengalami perubahan pada jenis fasilitas yang diberikan. Perubahan

yang ada dalam PP. No.62/2008 hanya berupa penjelasan yang lebih mendetail

mengenai jenis fasilitas pajak yang diberikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel berikut,

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

63

Tabel 4.2

Perbandingan Jenis Fasilitas Pajak antara PP. No.148/2000 dengan PP.

No.62/2008

PP. No.62/2008 PP. No.148/2000

pengurangan penghasilan neto sebesar

30 (tiga puluh persen) dari jumlah

Penanaman Modal, dibebankan selama

6 (enam) tahun masing-masing sebesar

5 (lima persen) per tahun

Pengurangan penghasilan neto sebesar

30 % (tiga puluh persen) dari jumlah

penanaman yang dilakukan

Penyusutan dan amortisasi yang

dipercepat.

Penyusutan dan amortisasi yang

dipercepat.

Pengenaan Pajak Penghasilan atas

dividen yang dibayarkan kepada Subjek

Pajak Luar Negeri sebesar 10 (sepuluh

persen), atau tarif yang lebih rendah

menurut Persetujuan Penghindaran

Pajak Berganda yang berlaku

Pengenaan Pajak Penghasilan atas

dividen yang dibayarkan kepada Subjek

Pajak luar negeri sebesar 10% (sepuluh

persen), atau tarif yang lebih rendah

menurut Persetujuan Penghindaran

Pajak Berganda yang berlaku

Kompensasi kerugian yang lebih lama

dari 5 (lima) tahun tetapi tidak lebih

dari 10 (sepuluh) tahun dengan

ketentuan sebagai berikut:

(tabel disertakan didalam PP)

Kompensasi kerugian yang lebih lama

tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh)

tahun

(tabel tidak disertakan didalam PP)

Sumber: data diolah oleh peneliti dari peraturan yang terkait.

Berdasarkan tabel tersebut maka tidak terdapat perbedaan yang mendasar

dalam bentuk jenis fasilitas yang diberikan. Karena PP. No.148/2000 dan

penggantinya merupakan amanat dari peraturan perundang-undangan diatasnya

yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan. Oleh

karena itu sepanjang pasal 31A yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2000 belum diganti maka jenis fasilitas yang diberikan juga tidak akan

berubah. Sehingga dalam pembahasan sub bab ini pembahasannya tidak

berdasarkan pertimbangan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

64

merumuskan PP. No.62/2008 akan tetapi akan menggunakan berbagai tulisan

yang berkaitan dengan fasilitas pajak dan juga hasil dari wawancara yang

dilakukan dalam penelitian ini. Hal pertama yang akan dibahas adalah analisis

jenis fasilitas yang diberikan oleh pemerintah lalu pembahasan mengenai

perkembangan fasilitas pajak akhir-akhir ini.

4.1.1.1 Analisis Jenis-Jenis Fasilitas Pajak Berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 62 Tahun 2008

Seperti yang telah dibahas sebelumnya jenis fasilitas pajak yang diberikan

oleh pemerintah tidak mengalami perubahan. Jenis fasilitas ini dapat dibagi

menjadi empat macam yaitu:

• Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% dari jumlah penanaman modal

(Investment Allowances)

• Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat (Accelerated Depreciations)

• Pengurangan tarif pajak atas dividen yang dibayarkan ke luar negeri (Reduced

Rates)

• Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 tahun tetapi tidak lebih dari 10

tahun (Loss Carry Forwards)

4.1.1.1.1 Pengurangan Penghasilan Neto

Pengurangan penghasilan neto atau biasa disebut investment allowances

merupakan fasilitas pajak yang diberikan sebagai kompensasi atas investasi yang

dilakukan oleh investor. Fasilitas ini bersifat sebagai pengurang dari penghasilan

kena pajak yang dimiliki oleh wajib pajak. Besarnya jumlah pengurangan ini pada

umumnya berdasarkan atas suatu persentase tertentu. Dalam fasilitas pajak yang

diberikan berdasarkan PP. No.62/2008 besarnya persentase adalah sebesar 30%

dari jumlah penanaman modal dan pembebanannya dibebankan selama 6 tahun.

Sehingga jumlah pembebanan yang dapat dilakukan oleh wajib pajak adalah

sebesar 5% pertahun dari jumlah investasi awal.

Fasilitas ini berguna untuk mengurangi beban investor dalam rangka

menanamkan modalnya terutama untuk investor yang investasinya bersifat jangka

panjang. Karena semakin besar jumlah investasi yang dilakukan oleh investor

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

65

maka semakin besar pula jumlah investment allowances yang diterima. Dengan

menggunakan fasilitas ini maka investor akan lebih cepat pengembalian

modalnya. Sehingga peluang bagi investor untuk melakukan reinvestasi menjadi

lebih cepat. Dengan kombinasi bidang usaha tertentu dan daerah tertentu maka

jenis fasilitas ini akan memberikan pertumbuhan industri dan daerah tertentu

menjadi lebih cepat. Karena investor dapat melakukan reinvestasi dengan lebih

cepat. Akan tetapi hal ini tentu saja memperhatikan kondisi lainnya yang

mendukung perkembangan usaha.

Dalam kasus Indonesia yang juga memberikan fasilitas kompensasi kerugian

antara 5 hingga 10 tahun maka jenis fasilitas ini akan semakin berguna karena

jumlah investment allowances yang tidak habis dikurangkan dapat

dikompensasikan ke tahun pajak berikutnya. Sehingga kecil kemungkinan

investment allowances tidak dimanfaatkan.

Sebagai contoh seorang investor menanamkan modalnya sebesar Rp.

1.000.000.000 pada bidang usaha tertentu yang mendapatkan fasilitas pajak

penghasilan berdasarkan PP. No.62/2008. Maka semenjak ditetapkan masa

komersial oleh Direktur Jenderal Pajak investor tersebut berhak menikmati

fasilitas investment allowances dengan perincian berikut,

Tabel 4.3

Ilustrasi Investment Allowances pertahun

Tahun Komersial Investment Allowances Tax Saving

Tahun ke-1 Rp50.000.000,00 Rp14.000.000,00

Tahun ke-2 Rp50.000.000,00 Rp14.000.000,00

Tahun ke-3 Rp50.000.000,00 Rp14.000.000,00

Tahun ke-4 Rp50.000.000,00 Rp14.000.000,00

Tahun ke-5 Rp50.000.000,00 Rp14.000.000,00

Tahun ke-6 Rp50.000.000,00 Rp14.000.000,00

Sumber: data diolah oleh peneliti.

Perhitungan tax saving menggunakan tarif pajak penghasilan berdasarkan

UU No.36 Tahun 2008 untuk wajib pajak badan sebesar 28% sehingga nilai tax

saving yang diperoleh mulai tahun komersial pertama sampai dengan tahun

komersial keenam masing-masing sebesar 28% x Rp.50.000.000 =

Rp.14.000.000. Akan tetapi hal ini akan berlaku apabila investment allowances

tiap tahunnya habis digunakan dan tidak dikompensasikan ke tahun beikutnya.

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

66

Apabila investment allowances dikompensasikan ke tahun berikutnya maka

jumlah tax saving tiap tahunnya juga akan berubah mengikuti kompensasi

kerugian yang ada.

4.1.1.1.2 Penyusutan dan Amortisasi yang Dipercepat

Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat atau accelerated depreciation

dapat dikategorikan sebagai fasilitas yang bersifat timing differences. Timing

differences dapat timbul oleh karena dua hal, yaitu pembebanan yang dipercepat

atau pengakuan pendapatan yang ditunda. accelerated depreciation termasuk

dalam kategori pembebanan yang dipercepat.

Dalam PP. No.62/2008 penyusutan dan amortisasi yang dipercepat ini

berupa percepatan pembebanan aktiva tetap sebesar 2 kali lebih cepat dari

pembebanan normalnya yang terdapat dalam pasal 11 Undang-Undang Nomor 36

Tahun 2008. Dengan pemberian fasilitas ini maka investor dapat mempercepat

pembebanan dari aktiva tetap yang dimilikinya sehingga dapat mengurangi

penghasilan kena pajak dari investor tersebut. Akan tetapi yang perlu diingat

penyusutan dan amortisasi yang dipercepat ini hanya mengalihkan beban pajak

dari saat ini ke saat yang akan datang yang disebabkan pergeseran pembebanan ke

masa yang akan datang.

Fasilitas ini memiliki kesamaan dengan fasilitas investment allowances,

yaitu sama-sama memberikan percepatan pengembalian modal sehingga

diharapkan investor dapat lebih cepat melakukan investasi kembali. Selain itu

fasilitas ini juga memberikan cash flow saving yang cukup berarti untuk tahap-

tahap awal investasi. Sama seperti investment allowances, jenis fasilitas ini juga

dapat dipergunakan bersamaan dengan kompensasi kerugian untuk memberikan

keuntungan bagi investor. Karena dengan pembebanan yang dipercepat pada masa

awal produksi besar kemungkinan investor akan mengalami kerugian dalam

laporan keuangan fiskal.

Sebagai contoh seorang investor menanamkan modalnya sebesar Rp.

1.000.000.000 pada bidang usaha tertentu yang mendapatkan fasilitas pajak

penghasilan berdasarkan revisi PP. No.62/2008. Dari total investasi sebesar

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

67

Rp.1.000.000.000 tersebut sebesar 85% diinvestasikan dalam bentuk aktiva tetap

berwujud. Dengan rincian aktiva tetap berwujud sebagai berikut:

• Bangunan permanen sebesar 35% = Rp.297.500.000

• Aktiva kelompok 1 sebesar 25% = Rp.212.500.000

• Aktiva kelompok 2 sebesar 20% = Rp.170.000.000

• Aktiva kelompok 3 sebesar 20% = Rp.170.000.000

Dengan data tersebut maka perbandingan penyusutannya selama 20 tahun

dapat dilihat pada tabel 4.4.

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

68

Tabel 4.4

Ilustrasi Perbandingan Penyusutan Dipercepat Dengan Penyusutan Normal

Total Investasi 1.000.000.000 Masa manfaat

Aktiva tetap berwujud (85%) 850.000.000 A.D Normal

Bangunan Permanen (35%) 297.500.000 10 20

Aktiva kelompok 1 (25%) 212.500.000 2 4

Aktiva kelompok 2 (20%) 170.000.000 4 8

Aktiva kelompok 3(20%) 170.000.000 8 16

Accelerated Depreciation Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10

Bangunan Permanen (35%) 297.500.000 29.750.000 29.750.000 29.750.000 29.750.000 29.750.000 29.750.000 29.750.000 29.750.000 29.750.000 29.750.000

Aktiva kelompok 1 (25%) 212.500.000 106.250.000 106.250.000 0 0 0 0 0 0 0 0

Aktiva kelompok 2 (20%) 170.000.000 42.500.000 42.500.000 42.500.000 42.500.000 0 0 0 0 0 0

Aktiva kelompok 3(20%) 170.000.000 21.250.000 21.250.000 21.250.000 21.250.000 21.250.000 21.250.000 21.250.000 21.250.000 0 0

Total penyusutan per tahun 199.750.000 199.750.000 93.500.000 93.500.000 51.000.000 51.000.000 51.000.000 51.000.000 29.750.000 29.750.000

Normal Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10

Bangunan Permanen (35%) 297.500.000 14.875.000 14.875.000 14.875.000 14.875.000 14.875.000 14.875.000 14.875.000 14.875.000 14.875.000 14.875.000

Aktiva kelompok 1 (25%) 212.500.000 53.125.000 53.125.000 53.125.000 53.125.000 0 0 0 0 0 0

Aktiva kelompok 2 (20%) 170.000.000 21.250.000 21.250.000 21.250.000 21.250.000 21.250.000 21.250.000 21.250.000 21.250.000 0 0

Aktiva kelompok 3(20%) 170.000.000 10.625.000 10.625.000 10.625.000 10.625.000 10.625.000 10.625.000 10.625.000 10.625.000 10.625.000 10.625.000

Total penyusutan per tahun 99.875.000 99.875.000 99.875.000 99.875.000 46.750.000 46.750.000 46.750.000 46.750.000 25.500.000 25.500.000

Tahun 11 Tahun 12 Tahun 13 Tahun 14 Tahun 15 Tahun 16 Tahun 17 Tahun 18 Tahun 19 Tahun 20

14.875.000 14.875.000 14.875.000 14.875.000 14.875.000 14.875.000 14.875.000 14.875.000 14.875.000 14.875.000

10.625.000 10.625.000 10.625.000 10.625.000 10.625.000 10.625.000

25.500.000 25.500.000 25.500.000 25.500.000 25.500.000 25.500.000 14.875.000 14.875.000 14.875.000 14.875.000

Sumber: data diolah oleh peneliti

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

69

Berdasarkan tabel diatas maka dapat dilakukan perhitungan tax saving yang

dapat diperoleh investor tiap tahunnya dengan cara mengalikan selisih dari total

penyusutan yang menggunakan penyusutan dipercepat dan penyusutan normal

setiap tahunnya dengan tarif Pajak Penghasilan. Dalam tabel 4.5 selisih tersebut

dikalikan dengan menggunakan tarif 28% maka besarnya tax saving tiap tahunnya

adalah sebegai berikut,

Tabel 4.5

Tax Saving Pertahun Dengan Penyusutan Dipercepat

Tax Saving

Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5

27.965.000 27.965.000 (1.785.000) (1.785.000) 1.190.000

Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10

1.190.000 1.190.000 1.190.000 1.190.000 1.190.000

Tahun 11 Tahun 12 Tahun 13 Tahun 14 Tahun 15

(7.140.000) (7.140.000) (7.140.000) (7.140.000) (7.140.000)

Tahun 16 Tahun 17 Tahun 18 Tahun 19 Tahun 20

(7.140.000) (4.165.000) (4.165.000) (4.165.000) (4.165.000)

Sumber: data diolah oleh peneliti.

Apabila dilihat maka nilai tax saving tersebut ada yang positif dan ada yang

negatif, hal ini dikarenakan sifat dari penyusutan dipercepat yang merupakan

timing differences sehingga hanya terdapat perbedaan waktu pengakuannya saja.

4.1.1.1.3 Pengurangan Tarif Pajak Atas Dividen Yang Dibayarkan Ke Luar

Negeri

Jenis fasilitas pengurangan tarif pajak atas dividen yang dibayarkan ke luar

negeri ini dapat dikategorikan sebagai reduced rates yang dapat diartikan sebagai

pengurangan tarif pajak yang dikenakan kepada wajib pajak dari tarif pajak yang

normal. Pada jenis fasilitas ini pengurangan tarif diterapkan hanya pada

pemotongan pajak atas dividen yang dibayarkan ke luar negeri.

Jenis fasilitas ini merupakan fasilitas yang dapat dinikmati oleh subjek pajak

di luar negeri yang menanamkan modalnya di Indonesia. Karena tujuan dari

pemberian jenis fasilitas ini memang untuk mengundang investor asing untuk

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

70

menanamkan modalnya di Indonesia. Sehingga dengan semakin rendahnya tarif

yang dikenakan atas pembayaran dividen ini maka akan semakin rendah pula

pajak yang harus dibayarkan oleh investor.

Penerapannya di Indonesia pengurangan tarif atas pemotongan dividen ini

adalah sebesar 10%. Dari tarif semula berdasarkan pasal 26 Undang-Undang

No.36 Tahun 2008 yaitu sebesar 20% menjadi 10% berdasarkan PP. No.62/2008.

Akan tetapi tarif pemotongan dividen ini masih dapat berkurang lagi tergantung

dengan ada atau tidaknya tax treay antara home country (pengekspor modal) dan

host country (Indonesia). Hal lain yang perlu diperhatikan adalah apabila semakin

rendah tarif pajak yang diberikan maka ini berarti semakin besar kemungkinan

investor untuk mengirimkan dananya ke negara asalnya. Sehingga kemungkinan

investor untuk menanamkan kembali modalnya di Indonesia akan semakin kecil.

Sebagai perbandingan, pada tabel berikut terdapat daftar tarif dividen yang

berlaku dalam tax treaty antara Indonesia dengan negara-negara lainnya,

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

71

Tabel 4.6

Daftar Tarif Pajak Atas Dividen Berdasarkan Tax Treaty Antara Indonesia

Dengan Negara Lainnya

No. Negara Dividen

Direct Investment68

Portofolio

1 Australia 15% 15%

2 Austria 10% 15%

3 Africa (south) 10% 15%

4 Belgia 15% 15%

5 Brunei Darussalam 10% 15%

6 Bulgaria 15% 15%

7 Canada 10% 15%

8 Ceko 10% 15%

9 China 10% 10%

10 Denmark 10% 20%

11 Egypt (mesir) 15% 15%

12 Finland 10% 15%

13 France 10% 15%

14 Germany 10% 10%

15 Hungary 15% 15%

16 India 10% 15%

17 Italy 10% 15%

18 Japan 10% 15%

19 Jordania 10% 10%

20 Korea (south) 10% 15%

21 Kuwait 10% 10%

22 Luxembourg 10% 15%

23 Malaysia 15% 15%

24 Mauritzius 5% 10%

25 Mongolia 10% 10%

26 Netherland 10% 10%

27 New Zaeland 15% 15%

28 Norway 15% 15%

29 Pakistan 10% 15%

30 Philippines 15% 20%

31 Poland 10% 15%

32 Rumania 12,5% 15%

33 Rusia 15% 15%

34 Saudi Arabia ─ ─

35 Seychelles 10% 10%

36 Singapore 10% 15%

37 Slovak 10% 10%

38 Spanyol 10% 10%

39 Sri Lanka 15% 15%

68

Pengertian dari direct investment disini adalah penanaman modal dengan kepemilikan

saham minimum 25%

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

72

40 Sudan 10% 10%

41 Sweden 10% 15%

42 Switzerland 10% 15%

43 Syria 10% 10%

44 Taiwan 10% 10%

45 Thailand 15% 15%

46 Tunisia 12% 12%

47 Turki 10% 15%

48 Ukraina 10% 15%

49 United Kingdom 10% 15%

50 Uni Emirat Arab 10% 10%

51 USA 10% 15%

52 Uzbekistan 10% 10%

53 Venezuela 10% 15%

54 Vietnam 15% 15%

Sumber: Muda Markus dan Lalu Hendry Yujana, 2004, Pajak Penghasilan.69

Sebagai contoh sebuah perusahaan yang mendapatkan fasilitas pajak

berdasarkan revisi PP. No.62/2008 membayarkan dividen ke Hongkong. Dividen

yang dibayarkan sejumlah Rp.100.000.000 maka pemotongan pajaknya sebesar

10% x Rp.100.000.000 = Rp.10.000.000 sehingga jumlah dividen yang

dikirimkan ke Hongkong setelah dipotong pajak adalah sebesar Rp.90.000.000.

Apabila perusahaan tersebut tidak mendapatkan fasilitas pajak maka tarif

pemotongan pajaknya adalah berdasarkan pasal 26 Undang-Undang No.17 Tahun

2000 yaitu sebesar 20%. Sehingga pajaknya adalah sebesar 20% x

Rp.100.000.000 = Rp.20.000.000 dan jumlah dividen yang dikirimkan ke

Hongkong setelah dipotong dividen adalah sebesar Rp.80.000.000

4.1.1.1.4 Kompensasi Kerugian Yang Lebih Lama Dari 5 Tahun Tetapi

Tidak Lebih Dari 10 Tahun.

Jenis fasilitas kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 tahun tetapi tidak

lebih dari 10 tahun atau disingkat menjadi kompensasi kerugian adalah jenis

fasilitas yang berguna untuk mengkompensasikan kerugian yang pada umumnya

diderita oleh perusahaan di tahapan awal investasi untuk dikompensasikan ke

tahun-tahun berikutnya. Dalam penggunaannya fasilitas ini dapat dikombinasikan

69

Muda Markus dan Lalu Hendry Yujana, Pajak Penghasilan, (Jakarta: PT.Gramedia

Pustaka Utama), 2004, hlm 510

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

73

dengan berbagai macam jenis fasilitas pajak lainnya antara lain investment

allowances, accelerated deduction, ataupun multiple deduction. Fasilitas ini cocok

dikombinasikan dengan jenis fasilitas yang mengurangi penghasilan kena pajak

karena dapat membawa kerugian semu yang disebabkan oleh jenis fasilitas

lainnya ke tahun-tahun berikutnya agar dapat dikompensasikan dengan

penghasilan kena pajak tahun berikutnya. Dalam penerapannya di Indonesia jenis

fasilitas ini dapat dinikmati oleh seluruh wajib pajak sesuai dengan pasal 6 ayat 2

Undang-Undang No.36 Tahun 2008. Akan tetapi untuk wajib pajak badan yang

memperoleh fasilitas pajak berdasarkan PP. No.62/2008 dapat memperoleh

tambahan waktu pengkompensasian kerugian hingga 10 tahun.

Sebagai contoh, sebuah perusahaan yang mendapatkan fasilitas fasilitas

pajak penghasilan berdasarkan PP No.62/2008 berhak atas perpanjangan waktu

kompensasi kerugian selama tiga tahun, sehingga total waktu kompensasi

kerugian yang berhak dinikmati oleh perusahaan tersebut menjadi delapan tahun.

Perusahaan tersebut mengalami kerugian selama tiga tahun pertama usahanya

yaitu sebesar 250 pada tahun 2009, 100 pada tahun 2010, dan 50 pada tahun 2011.

Ilustrasi kompensasi kerugian dari contoh tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7

Ilustrasi Kompensasi Kerugian

Tahun

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Laba / (rugi) (250) (100) (50) 10 40 60 55 70 80 85 100

kompensasi kerugian 2009 0 (250) (250) (250) (240) (200) (140) (85) (15) 0 0

kompensasi kerugian 2010 0 0 (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (35) 0

kompensasi kerugian 2011 0 0 0 (50) (50) (50) (50) (50) (50) (50) 0

penghasilan kena pajak 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Sumber: data diolah oleh peneliti.

Berdasarkan tabel tersebut maka kerugian yang dialami oleh perusahaan

dapat dikompensasikan selama lebih dari lima tahun akan tetapi tidak lebih dari

sepuluh tahun. Penambahan jangka waktu kompensasi kerugian didasarkan atas

kondisi perusahaan, atas setiap kondisi yang dipenuhi maka perusahaan berhak

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

74

atas penambahan waktu kompensasi kerugian selama satu tahun. Persyaratan dan

kondisi tersebut yaitu:

• Apabila penanaman modal baru dilakukan pada kawasan berikat;

• Apabila mempekerjakan sekurang-kurangnya lima ratus orang tenaga kerja

Indonesia selama lima tahun berturut-turut;

• Apabila penanaman modal baru memerlukan investasi / pengeluaran untuk

infrastruktur ekonomi dan dosial di lokasi usaha paling sedikit sebesar

Rp.10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah);

• Apabila mengeluarkan biaya penelitian dan pengembangan di dalam negeri

dalam rangka pengembangan produk atau efisiensi produksi paling sedikit

lima persen dari investasi dalam jangka waktu lima tahun;

• Apabila menggunakan bahan baku dan atau komponen hasil produksi dalam

negeri paling sedikit 70% sejak tahun keempat.

Dengan penambahan jangka waktu kompensasi kerugian hingga 10 tahun

yang kemudian dikombinasikan dengan investment allowances dan penyusutan

dan amortisasi dipercepat maka paket fasilitas ini untuk kondisi tertentu dapat

disetarakan dengan pembebasan pajak, karena dengan penggunaan ketiga macam

fasilitas ini secara bersamaan dapat “menghilangkan” beban pajak untuk beberapa

tahun pada masa awal investasi.

Berdasarkan macam-macam jenis fasilitas yang telah dijelaskan diatas maka

dapat dilihat bahwa jenis fasilitas berdasarkan PP. No.62/2008 merupakan jenis

fasilitas yang lebih diperuntukkan untuk jenis industri yang bersifat jangka

menengah atau jangka panjang. Selain itu dengan jenis fasilitas yang mendorong

percepatan pengembalian modal maka diharapkan investor akan melakukan

pananaman modal kembali sehingga pengembangan dari bidang usaha tertentu

dan daerah tertentu akan semakin cepat tercapai.

4.1.1.2 Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal Di Bidang-

Bidang Usaha Tertentu Dan Atau Di Daerah-Daerah Tertentu Dewasa Ini

Bagian ini akan membahas faktor-faktor eksternal yang perlu

dipertimbangkan dalam perumusan kebijakan fasilitas pajak penghasilan untuk

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

75

penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan atau di daerah-daerah

tertentu. Faktor-faktor yang dibahas dalam sub bab ini merupakan faktor yang

memiliki keterkaitan dengan perumusan kebijakan fasilitas pajak penghasilan

untuk penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan atau di daerah-

daerah tertentu selain dari faktor yang telah dijelaskan oleh tim perumus kebijakan

dari Menko Perekonomian. Dalam pembahasannya sub bab ini akan dibagi

menjadi menjadi lima bagian yaitu tax saving atau cash flow saving, fenomena

race to the bottom, urgensi pembebasan pajak, peraturan pelaksanaan terkait PP.

No.62/2008, dan peranan daerah dalam menarik investasi. Lima pembahasan

tersebut dimasukkan dalam penelitian ini karena memiliki keterkaitan dengan

fasilitas pajak penghasilan berdasarkan PP. No.62/2008.

4.1.1.2.1 Tax Saving atau Cash Flow Saving.

Dalam pembahasan mengenai jenis-jenis fasilitas pajak yang diberikan

sebelumnya terdapat istilah tax saving yang dapat diartikan sebagai sejumlah nilai

penghematan pajak yang didapatkan oleh investor dalam rangka pemberian

fasilitas pajak. Sedangkan cash flow saving dapat diartikan sebagai penghematan

pengeluaran uang untuk satu periode waktu tertentu.

Fasilitas pajak yang diberikan oleh suatu negara akan terasa manfaatnya

apabila investor yang bersangkutan dapat menikmati penghematan pajak sebesar

jumlah pengorbanan pemerintah atas tax revenue yang hilang. Karena tujuan awal

dari subsidi itu adalah pemberian subsidi bagi penanam modal, yang kemudian

dapat dibagi menjadi dua yaitu subsidi langsung antara lain dapat berbentuk

pinjaman uang ataupun bentuk subsidi langsung lainnya dan yang kedua subsidi

tidak langsung antara lain berupa fasilitas pajak.

Bagi penanam modal dalam negeri fasilitas yang diberikan oleh pemerintah

akan dapat langsung dinikmati oleh investor tersebut sehingga dapat dikategorikan

sebagai penghematan pajak. Akan tetapi bagi penanam modal asing, fasilitas yang

diberikan oleh pemerintah ini hanya akan bersifat sementara karena penghasilan

dari investor yang tidak dikenakan pajak di Indonesia sebagai host country akan

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

76

dikenakan pajak di negara pengekspor modal (home country). Hal ini seperti yang

dikatakan oleh Hutagaol berikut,

“ ... insentif pajak itu kan bentuknya macam-macam, misalkan

pembebasan, kalau dia tidak bayar pajak di Indonesia, dia bayar pajak

di negaranya. Kalau dia bayar pajak di Indonesia apa yang dia bayar

akan dikompensasi sebagai kredit pajak di negaranya. Jadi

sebenarnya, insentif pajak itu, ya, tidak terlalu berpengaruhlah bagi

investor, karena dia tetap harus bayar pajak. Dia ngak bayar pajak di

Indonesia, dia bayar pajak di tempat lain.”70

Menurut beberapa pihak sebenarnya fasilitas pajak, terutama yang berbentuk

pengurangan tarif atau pembebasan pajak tidak dinikmati oleh investor tersebut

akan tetapi akan menjadi subsidi dari negara sumber kepada negara pengekspor

modal. Sebab fasilitas pajak yang diberikan oleh negara sumber tidak dapat diakui

sebagai kredit pajak oleh negara pengekspor modal. Kredit pajak yang diakui oleh

home country hanya sebesar jumlah pajak yang sebenarnya dibayar oleh investor

dinegara sumber.

Sebagai contoh PT.Y yang mendapatkan pembebasan pajak pada suatu

tahun akan membagikan dividen sebesar 1000, tarif pajak yang berlaku atas

dividen sebesar 10%. Karena dia memperoleh pembebasan pajak maka dia tidak

dikenakan pajak di negara sumber. Akan tetapi atas dividen tersebut akan tetap

dikenakan pajak di negara asal investor tersebut. untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada gambar berikut,

70

Wawancara dengan Bapak John Hutagaol, Kepala Subdirektorat Dampak Kebijakan

Direktorat Jenderal Pajak, pada tanggal 5 Juni 2008

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

77

Sumber: data diolah oleh peneliti.

Gambar 4.1

Pembebasan Pajak Atas Pembayaran Dividen Tanpa Tax Sparring Partner

Solusi yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan metode Tax

Sparing. Dalam metode ini maka pembebasan pajak yang diberikan oleh negara

sumber diakui sebagai kredit pajak di negara asal. Sehingga negara asal

memberlakukan deemed tax credit atas penghasilan yang diterima dari negara

sumber. Berdasarkan contoh diatas, apabila negara sumber dan negara asal

memiliki perjanjian tax sparring maka perlakuan pajaknya seperti berikut,

Sumber: data diolah oleh peneliti.

Gambar 4.2

Pembebasan Pajak Atas Pembayaran Dividen dengan Tax Sparring Partner

Investor

Host Country Home Country

PT. Y Dividen = 1000

Dividen : 1000

Tax rate: 10%

Tax : 0

Dividen Income : 1000

Tax credit : 0

Investor

Host Country Home Country

PT. Y Dividen = 1000

Dividen : 1000

Tax rate: 10%

Tax : 0

Dividen Income : 1000

Tax credit : 100

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

78

Di Indonesia penerapan tax sparring ini antara lain dapat ditemukan pada

perjanjian perpajakan antara Indonesia dan Jepang. Dalam article 23 paragraph 2

pada perjanjian perpajakan itu disebutkan bahwa,

“For the purposes of sub-paragraph (a) of paragraph 1, Indonesian

tax shall always be deemed to have been paid at the rate of 10 percent

in the case of dividends to which the provisions of sub-paragraph (a)

of paragraph 2 of Article 10 apply”71

Pada artikel tersebut disebutkan bahwa atas pembayaran dividen yang

dibayarkan dari Indonesia ke Jepang maka akan selalu di asumsikan dikenakan

tarif pajak 10% yang dapat dijadikan kredit pajak di jepang. Akan tetapi peraturan

ini dikeluarkan berkaitan dengan pemberian fasilitas pembebasan pajak yang

diberikan Indonesia pada masa yang lalu.72

Tetapi pada saat pembebasan pajak

sudah tidak berlaku lagi di Indonesia maka tax credit ini hanya mengikuti aturan

treaty saja yaitu sebesar 10%.

Untuk penerapan tax sparring pada zaman ini sudah sulit dilakukan, karena

sebagian besar negara mengandalkan penerimaan negaranya dari sektor pajak.

Akan tetapi cash flow saving yang didapatkan oleh investor sebenarnya bukan

berarti tidak bermanfaat, karena untuk perusahaan terutama yang berada pada

tahap-tahap awal pendirian pada umumnya mengalami kesulitan cash flow,

sehingga fasilitas pajak ini dapat memberikan cash flow yang cukup bagi

perusahaan tersebut.

4.1.1.2.2 Fenomena Race to The Bottom73

Fenomena race to the bottom dalam hal pemberian fasilitas pajak ini dapat

diartikan sebagai suatu fenomena dimana suatu negara berlomba-lomba untuk

memberikan fasilitas pajak yang berlimpah untuk mendapatkan arus investasi baik

dari dalam negeri maupun luar negeri. Akan tetapi baik disadari maupun tidak,

71

Tax Treaty Indonesia – Jepang, article 23 paragraph 2 72 Pembebasan pajak diatur dalam UU No.1/1967 dan UU No.11/1970 73

Istilah Race to The Bottom dikemukakan oleh Alex Easson dalam bukunya Tax Incentives

for Foreign Direct Investment.

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

79

negara-negara tersebut sudah memotong sumber penerimaannya secara besar-

besaran.

Fenomena inilah yang sekarang terjadi di beberapa negara terutama negara

berkembang seperti Indonesia. Dalam fenomena ini para negara-negara tersebut

berlomba untuk memberikan fasilitas pajak yang berlimpah bagi para investor.

Apabila pemberian fasilitas ini diberikan tanpa pertimbangan yang matang maka

potensi penerimaan negara dapat banyak berkurang. Dampak dari berkurangnya

penerimaan negara ini adalah berkurangnya kemampuan pemerintah untuk

mendanai pengeluaran yang diperlukan dalam menjalankan fungsinya sebagai

negara.

Dampak lanjutan dari berkurangnya kemampuan pemerintah dalam

memenuhi kewajibannya dapat berupa pembangunan yang terhambat,

berkurangnya bantuan untuk masyarakat dalam bentuk pendidikan, kesehatan,

pertahanan dan keamanan, dan lain sebagainya. Sehingga nantinya dengan adanya

dampak ini maka akan mengurangi daya saing negara dan juga menjadikan negara

tersebut tidak diminati oleh investor. Misalnya apabila pemerintah tidak dapat

membiayai pembangunan infrastruktur maka investor akan berpikir ulang untuk

menanamkan modalnya. Apabila bantuan pendidikan dan kesehatan untuk

masyarakat terhambat maka kualitas dari sumber daya manusia Indonesia juga

akan menjadi buruk dan tidak dapat bersaing dengan sumber daya manusia dari

luar negeri. Apabila pertahanan dan kemanan buruk maka investor sudah pasti

tidak akan merasa aman dan nyaman untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Dengan demikian fenomena race to the bottom ini apabila tidak dilihat

serius akan berdampak fatal bagi negara yang bersangkutan ke depannya. Dalam

kasus Indonesia, banyak pihak yang mengajukan fasilitas pajak dalam bentuk

pembebasan pajak karena dianggap mampu menarik investor. Untuk jangka

pendek memang dimungkinkan untuk menarik investor dalam jumlah banyak,

akan tetapi dampak jangka panjang dari pembebasan pajak ini juga perlu

dipikirkan.

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

80

Selain itu cara untuk menarik investor juga tidak hanya melalui fasilitas

pajak dengan instrumen pengurangan tarif tapi juga bisa melalui pelayanan pajak

yang prima. Seperti yang ditulis oleh Hutagaol berikut,

“... insentif berupa non tarif pajak misalnya pelayanan perpajakan

yang cepat, murah, aman, dan nyaman atau sering disebut pelayanan

perpajakan yang prima (excellent tax service)”74

Pelayanan pajak yang prima ini juga termasuk dalam fasilitas perpajakan

karena meng-encourage investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Bahkan di beberapa negara maju pelayanan perpajakan yang prima merupakan hal

yang lebih diperhatikan daripada pemberian fasilitas pajak dalam bentuk fasilitas

tarif. Selain fasilitas dalam bidang pajak fasilitas lain yang dapat diberikan oleh

pemerintah yaitu dalam bentuk fasilitas non pajak seperti yang dikatakan oleh

Hutagaol berikut,

“Insentif yang diinginkan oleh perusahaan itu yang berupa paket

insentif. Jadi dalam paket insentif itu ada pajak juga, ada juga yang

non tax seperti perizinan, kepastian hukum, keamanan, stabilitas

moneter, inflasi juga stabil, adanya sumber daya alam yang memadai,

pelayanan perbankan dan keuangan yang sophisticated faktor-faktor

ini sebenarnya yang lebih menjadi perangsang. Terus juga masalah

pertanahan, hak guna usaha atau hak pakai, hak usaha, keluar masuk

devisa yang tidak terlalu ketat, perizinan expatriate. Jadi justru faktor-

faktor diluar pajak itu yang perlu lebih ditekankan.”75

Faktor-faktor non pajak seperti yang disebutkan diatas merupakan jenis

fasilitas yang juga dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya. Terlebih

lagi apabila fasilitas yang diberikan yaitu berupa paket fasilitas sehingga manfaat

74

John Hutagaol, “Kebijakan Pajak di Indonesia, Perilaku Bisnis, (Volume 1 No.2, April

2007), 1 75

Wawancara dengan Bapak John Hutagaol, Kepala Subdirektorat Dampak Kebijakan

Direktorat Jenderal Pajak, pada tanggal 5 Juni 2008

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

81

yang dirasakan oleh investor akan semakin bertambah. Dilain pihak penerimaan

negara juga tidak habis untuk memberikan subsidi tidak langsung kepada para

investor.

4.1.1.2.3 Urgensi Pembebasan Pajak

Pembebasan pajak sebagai salah satu jenis fasilitas pajak yang sangat

diminati oleh para investor merupakan salah satu metode yang relatif lebih cepat

dalam menarik investor untuk menanamkan modalnya di suatu negara. Akan

tetapi seperti yang telah dijabarkan dalam pembahasan sebelumnya pada sub bab

mengenai fenomena race to the bottom, pemberian fasilitas yang berlebihan tanpa

mempertimbangkan dampak jangka panjangnya dapat mengurangi penerimaan

negara dan selanjutnya akan mengurangi kemampuan pemerintah dalam rangka

pembangunan.

Selain itu, pemberian pembebasan pajak tanpa adanya pembenahan faktor-

faktor non pajak yang dapat mempengaruhi keputusan investor (sebagai contoh:

infrastruktur, sumber energi, perizinan, dll) dalam melakukan penanaman modal,

tidak akan memberikan pengaruh yang efektif bagi pembangunan. Sebagai

perbandingan dengan Indonesia dapat dilihat negara lain misalnya Malaysia.

Malaysia yang memberikan fasilitas berupa pembebasan pajak sudah memiliki

infrastruktur yang lebih memadai, sistem perpajakan dan penanaman modal yang

lebih baik, perizinan usaha yang lebih mudah dan faktor-faktor lainnya. Dengan

demikian maka pemberian pembebasan pajak akan menjadi nilai tambah bagi

investor yang akan melakukan penanaman modal disana. Akan tetapi, apabila

dibutuhkan sebenarnya Indonesia bisa saja memberikan fasilitas pajak berupa

pembebasan pajak dengan mempertimbangkan berbagai macam faktor agar dapat

memberikan dampak positif yang lebih luas. Hal ini seperti yang terdapat dalam

kutipan wawancara dengan Hutapea berikut:

“ ... pasal 18 ayat 5 (Undang-Undang Penanaman Modal) yang

mengatur pembebasan pajak, kita kan disana memberikan pembebasan

hanya kepada industri pionir, kalau dilihat disitu industri pionir itu kan

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

82

industri yang memiliki keterkaitan luas, memberi nilai tambah dan

eksternalitas yang tinggi, memperkenalkan teknologi baru, dan juga

memiliki nilai strategis yang tinggi bagi pereknomian nasional ...” 76

Berdasarkan kutipan wawancara tersebut, pemberian pembebasan pajak

dapat dilakukan akan tetapi dengan persyaratan dan pengawasan yang ketat

terhadap wajib pajak yang mendapatkan fasilitas tersebut. Persyaratan untuk

mendapatkan pembebasan pajak ini antara lain dapat dilihat pada pasal 18 ayat 5

UU No.25 Tahun 2007 tentang penanaman modal, dalam ayat tersebut investor

yang berhak menanamkan modalnya adalah investor yang memiliki status industri

pionir. Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa yang dimaksud dengan industri

pionir adalah industri yang memiliki keterkaitan luas, memberi nilai tambah dan

eksternalitas yang tinggi, memperkenalkan teknologi baru, serta memiliki nilai

strategis bagi perekonomian nasional.

Dengan persyaratan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, maka

pemberian fasilitas pajak berupa pembebasan pajak kepada industri pionir dapat

memberikan dampak positif terhadap struktur industri maupun pembangunan

daerah atau wilayah tertentu. Akan tetapi dalam perumusan kebijakan maupun

dalam tahap pelaksanaannya kebijakan fasilitas pajak berupa pembebasan pajak

ini memerlukan pengawasan yang ketat agar tidak terdapat penyalahgunaan

fasilitas yang pada akhirnya akan membawa dampak race to the bottom seperti

yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya.

Hal lain yang perlu diperhatikan baik diberikan atau tidaknya fasilitas pajak

berupa pembebasan pajak adalah kepastian hukum atas peraturan yang mengatur

tentang pembebasan pajak. Apabila pemerintah memutuskan untuk memberikan

fasilitas pajak berupa pembebasan pajak maka pemerintah dapat mengaturnya

dalam Undang-Undang pajak penghasilan. Apabila tidak memungkinkan untuk

melakukan revisi kembali mengingat UU. No.36 Tahun 2008 baru saja disahkan,

76

Wawancara dengan Bapak Tamba P. Hutapea, Direktur Deregulasi Penanaman Modal

dan Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal pada Badan Koordinasi Penanaman

Modal, pada tanggal 12 Agustus 2008

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

83

maka pemerintah dapat memberikan pembebasan pajak ini dengan mengacu

kepada pasal 18 ayat 5 UU. No.25 Tahun 2007 tentang penanaman modal.

Alternatif lain apabila pemerintah tidak dapat memberikan pembebasan

pajak maka pemerintah dapat dengan tegas menyatakan bahwa pemerintah tidak

dapat memberikan fasilitas pajak tersebut. Hal ini sangat penting mengingat

investor memerlukan kepastian hukum yang jelas dalam melakukan investasinya.

Jika pemerintah tidak dapat memberikan kepastian hukum yang jelas antara

peraturan tertulis yang ada dengan kondisi nyata dilapangan maka akan sulit bagi

investor untuk meningkatkan kepercayaannya terhadap hukum yang berlaku dan

juga terhadap pemerintah.

4.1.1.2.4 Peraturan Pelaksanaan Terkait Peraturan Pemerintah Nomor 62

Tahun 2008

Sub bab ini membahas analisis atas peraturan pelaksanaan dari PP.

No.62/2008 yang merupakan revisi dari PP. No.1/2007. Peraturan pelaksanaan

dari PP. No.62/2008 masih menggunakan peraturan pelaksanaan dari PP.

No.1/2007 yaitu Peraturan Menteri Keuangan No.16 Tahun 2007, Peraturan

Dirjen Pajak No.67 Tahun 2007, dan Peraturan Kepala BKPM No.89 Tahun 2007.

Apabila dilihat sekilas memang tidak terdapat perbedaan dalam hal pelaksanaan

peraturan antara PP. No.1/2007 dengan PP. No.62/2008. Akan tetapi paling tidak

terdapat dua perbedaan yang signifikan dalam hal pelaksanaannya antara PP.

No.1/2007 dengan PP. No.62/2008 yaitu pada pasal 4 dan pasal 4A. Perbedaan

antara kedua pasal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut,

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

84

Tabel 4.8

Perbandingan Pasal 4 dan Pasal 4A Pada PP. No.1/2007 dengan PP.

No.62/2008 PP. No.1/2007 PP. No.62/2008

Pasal 4 Apabila wajib pajak yang telah

mendapatkan fasilitas tidak

memenuhi ketentuan pasal 3, maka: a. fasilitas yang telah diberikan

berdasarkan peraturan

pemerintah ini dicabut;

b. terhadap wajib pajak yang

bersangkutan dikenakan sanksi

sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan

perpajakan yang berlaku; dan

c. tidak lagi diberikan fasilitas berdasarkan peraturan

pemerinta ini.

Apabila wajib pajak yang telah

mendapatkan fasilitas tidak lagi

memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1)

dan/atau tidak memenuhi ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 3,

maka:

a. fasilitas yang telah diberikan

berdasarkan peraturan pemerintah

ini dicabut;

b. dikenakan sanksi sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan;

dan

c. tidak lagi diberikan fasilitas

berdasarkan peraturan pemerintah

ini.

Pasal 4A - Wajib pajak yang melakukan kegiatan

usaha di bidang industri semen

sebagaimana dimaksud dalam lampiran

II peraturan pemerintah ini, yang melakukan rekonstruksi akibat bencana

tsunami di propinsi Nanggroe Aceh

Darussalam dan kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara, dapat

memperoleh fasilitas berdasarkan

peraturan pemerintah ini terhitung sejak tanggal 1 januari 2005.

Sumber: data diolah oleh peneliti dari peraturan terkait.

Perbedaan pertama dapat dilihat pada pasal 4, dalam PP. No.1/2007

disebutkan bahwa pencabutan pemberian fasilitas pajak diberlakukan apabila

wajib pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal 3 yang

berkaitan dengan penggunaan aktiva tetap dan pengalihannya. Sedangkan dalam

pasal 4 PP. No.62/2008 disebutkan pencabutan fasilitas pajak diberlakukan

apabila wajib pajak tidak lagi memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam

pasal 2 ayat 1 yang berkaitan dengan status wajib pajak sebagai investor

berbentuk perseroan terbatas atau koperasi yang menanamkan modalnya pada

bidang usaha tertentu sebagaimana diatur dalam lampiran I, atau menanamkan

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

85

modal pada bidang usaha dan daerah tertentu sebagaimana diatur dalam lampiran

II. Berdasarkan perbedaan pada pasal 4, maka perlu dilakukan perubahan pada

peraturan pelaksanaan yang terdapat dalam pasal 6 Peraturan Menteri Keuangan

No.16 Tahun 2007 yang mengatur tentang pencabutan atas pemberian fasilitas

pajak. Perubahan ini perlu dilakukan karena dalam PMK No.16 Tahun 2007 tidak

mengatur pencabutan fasilitas pajak apabila wajib pajak tidak lagi memenuhi

ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal 2 ayat 1 PP. No.62/2008.

Perbedaan kedua terdapat pada pasal 4A yang merupakan pasal baru pada

PP. No.62/2008, pada pasal tersebut diatur tentang pemberian fasilitas pajak

kepada wajib pajak yang menjalankan industri semen di Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara. Dalam pasal ini wajib

pajak yang dimaksud berhak untuk menikmati fasilitas pajak berdasarkan PP.

No.62/2008 terhitung sejak tanggal 1 Januari 2005. Akan tetapi yang menjadi

permasalahan adalah bagaimana cara yang dapat digunakan oleh wajib pajak

tersebut untuk memanfaatkan fasilitas pajak sebagaimana diatur dalam PP.

No.62/2008.

Apabila wajib pajak yang berhak untuk mendapatkan fasilitas pajak

berdasarkan PP. No.62/2008 sudah mulai melakukan kegiatan usaha sejak tahun

2005 maka wajib pajak tersebut seharusnya tentu sudah melaporkan Surat

Pemberitahuan baik Masa maupun Tahunan secara periodik hingga saat PP.

No.62/2008 ini disahkan. Sehingga apabila wajib pajak tersebut ingin menikmati

fasilitas pajak sebagaimana diatur dalam PP. No.62/2008 sejak tahun 2005 adalah

dengan cara melakukan pembetulan SPT terhitung sejak tahun 2005 (dengan

catatan Dirjen Pajak belum melakukan pemeriksaan). Akan tetapi sebagaimana

diketahui, UU No.28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara

perpajakan baru mulai diberlakukan sejak tahun 2008. Sehingga untuk tahun

2005, 2006, dan 2007 ketentuan dan tata cara perpajakan mengacu kepada UU

No. 16 Tahun 2000.

Permasalahannya adalah dalam pasal 8 ayat 1 UU No.16 Tahun 2000

pembetulan SPT hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu 2 sesudah

berakhirnya masa pajak sehingga pembetulan SPT hanya dapat dilakukan untuk

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

86

SPT mulai tahun 2006, sedangkan SPT tahun 2005 wajib pajak tidak dapat

melakukan pembetulan sehingga fasilitas PP. No.62/2008 tidak dapat dinikmati

oleh wajib pajak yang bersangkutan. Kondisi lainnya adalah apabila Dirjen Pajak

telah menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP), apabila Dirjen Pajak telah

menerbitkan SKP maka langkah lain yang dapat diambil oleh pemerintah adalah

dengan cara pembetulan SKP sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 UU.No.16

tahun 2007 baik dengan cara permohonan wajib pajak atau Dirjen Pajak dapat

membetulkan SKP secara jabatan.

Dalam rangka menjaga hak dari wajib pajak sebagaimana dimaksud dalam

pasal 4A PP. No.62/2008 perlu dibuat peraturan pelaksanaan yang khusus

mengatur kondisi sebagaimana dimaksud dalam pasal 4A tersebut. Apabila tidak

diatur lebih lanjut dalam peraturan pelaksaannya maka fasilitas pajak yang

diberikan oleh pemerintah berdasarkan PP. No.62/2008 kepada wajib pajak

dengan kondisi dalam pasal 4A tidak dapat dinikmati oleh wajib pajak yang

bersangkutan karena terhalangi oleh syarat administratif yang tidak

memungkinkan. Oleh karena itulah dibutuhkan sebuah peraturan pelaksanaan

yang baru yang lebih sesuai dengan kondisi terkini dan juga dapat mengatur hal-

hal lainnya sesuai dengan PP. No.62/2008.

4.1.1.2.5 Peranan Daerah Dalam Menarik Investasi

Daerah sebagai tempat dilakukannya penanaman modal oleh para investor

juga memiliki peran yang dapat menjadi pertimbangan bagi investor dalam

menentukan lokasi usahanya. Salah satu aspek yang dapat diperhatikan yaitu

berupa pemberian wewenang pemungutan pajak daerah kepada tiap-tiap daerah.

Pajak dan retribusi daerah merupakan salah satu elemen yang juga memiliki

pengaruh terhadap penentuan lokasi industri bagi penanam modal yang hendak

menanamkan modalnya. Hal ini terkait dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh

pemerintah dalam Undang-Undang No.34 Tahun 2000 tentang Pajak dan

Retribusi Daerah. Dalam aturan tersebut kabupaten atau kota memiliki hak untuk

menetapkan pajak dan retribusi daerah selama tidak bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

87

Dengan adanya pemberian hak untuk menetapkan pajak dan retribusi daerah

maka pemerintah daerah memiliki kekuatan untuk membuat kebijakan daerah

yang dapat mempengaruhi keputusan investor untuk melakukan penanaman

modalnya di suatu daerah. Dengan adanya kemampuan daerah untuk menetapkan

pajak dan retribusi tersebut maka tiap-tiap daerah dapat membuat kebijakan

mengenai pajak dan retribusi daerah sesuai dengan potensi dan tujuannya masing-

masing.

Sebagai contoh suatu daerah yang ingin meningkatkan penerimaan daerah

dalam jangka pendek dapat menetapkan pemungutan pajak atau retribusi daerah

dengan lebih intensif, sedangkan daerah yang memiliki potensi sumber daya dan

ingin menarik investor untuk menanamkan modalnya di daerah tersebut dapat

memberikan fasilitas pajak dengan cara tidak membebani pajak atau memberikan

tarif pajak yang lebih rendah dibandingkan dengan daerah lainnya. Dengan

adanya kemampuan daerah seperti ini maka daerah juga memiliki pengaruh dalam

penentuan lokasi usaha bagi investor dalam menanamkan modalnya.

Fasilitas lain yang dapat diberikan oleh pemerintah daerah dalam rangka

menarik investasi ke daerahnya juga dapat melalui fasilitas selain pajak. Fasilitas

ini dapat berupa pelayanan pajak yang lebih baik, perizinan usaha yang lebih

mudah, dan juga penertiban pungutan liar yang sering terjadi di daerah. Dengan

pemberian fasilitas non pajak tersebut, maka biaya yang diperlukan bagi investor

untuk menanamkan modalnya di suatu daerah akan berkurang sehingga dapat

menarik minat investor untuk melakukan penanaman modal di daerah tersebut.

Sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan tingkat pertumbuhan daerah tersebut

dan juga mendorong pengembangan daerah-daerah tertentu.

4.1.2 Analisis Rumusan Bidang Usaha Tertentu dan/atau Daerah Tertentu

Pada Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2008

Dalam perumusan PP. No.62/2008 tentang fasilitas pajak penghasilan untuk

penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di daerah-daerah

tertentu, rumusan mengenai bidang-bidang usaha tertentu dan daerah-daerah

tertentu ini yang menjadi fokus dalam perumusannya. Karena perumusan dari PP.

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

88

No.62/2008 merupakan revisi atas lampiran peraturan dari PP. No.1/2007. Revisi

ini dilakukan selain atas amanat dari pasal 5 PP. No.1/2007 juga dikarenakan

terdapat beberapa bidang usaha dan daerah tertentu yang dianggap perlu untuk

dimasukkan dalam lampiran peraturan tersebut.

Revisi kali ini merupakan evaluasi atas bidang usaha dan daerah tertentu

yang terdapat pada peraturan sebelumnya. Usulan atas bidang usaha dan daerah

tertentu datang dari berbagai pihak. Pihak dari Menko Perekonomian sendiri

sebenarnya dapat menerima usulan dari pihak manapun yang mau memberikan

usulan mengenai penambahan bidang usaha tertentu dan daerah tertentu tersebut.

Dalam perumusan PP. No.62/2008 ini terdapat beberapa pihak yang mangajukan

usulan terkait dengan penambahan bidang-bidang usaha tertentu dan daerah-

daerah tertentu, pihak tersebut antara lain adalah:

� Departemen Pertanian

� Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral

� Departemen Kehutanan

� Departemen Perindustrian

� Departemen Kelautan dan Perikanan

� Badan Koordinasi Penanaman Modal

� Otorita Batam

Usulan yang diajukan oleh pihak-pihak tersebut harus mengacu pada

kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh tim perumus PP. No.62/2008 ini yaitu

dalam hal:

� Penyerapan tenaga kerja

� Pemantapan struktur industri

� Bidang usaha pionir

� Pengembangan wilayah/kawasan/daerah tertentu

Berdasarkan kriteria tersebut maka dari departemen-departemen sektoral dan

juga dari pihak lainnya tersebut mengajukan usulan pengajuan penambahan

bidang usaha tertentu dan daerah tertentu dalam lampiran Peraturan Pemerintah

hasil dari revisi PP. No.1/2007. Penambahan bidang usaha dan daerah tertentu ini

dapat dikategorikan menjadi dua bagian yaitu bidang usaha atau daerah yang

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

89

belum terdapat kelompok industrinya dalam lampiran PP. No.1/2007 dan bidang

usaha atau daerah yang merupakan perluasan dari kelompok industri yang sudah

terdapat dalam lampiran PP. No.1/2007. Usulan berdasarkan pihak yang

mengajukan fasilitas pajak ini akan dibahas dalam bagian selanjutnya.

Setelah proses pengajuan bidang usaha dan daerah tertentu oleh pihak-pihak

yang terkait maka selanjutnya Departemen Keuangan akan melakukan verifikasi

dan penyelidikan terhadap usulan-usulan yang diajukan tersebut. pemeriksaan ini

dilakukan untuk memastikan kebenaran justifikasi yang diberikan oleh pihak-

pihak yang mengajukan usulan pemberian fasilitas pajak. Selain itu hal ini juga

dilakukan untuk memberikan pertimbangan kepada perumus kebijakan dalam

pengambilan keputusannya.

4.1.2.1 Departemen Pertanian

Departemen Pertanian dalam usulan mengenai penambahan bidang usaha

tertentu dan daerah tertentu berkaitan dengan perumusan PP. No.62/2008 ini

mengusulkan empat macam penambahan bidang usaha secara garis besar dan

mencakupi beberapa jenis usaha. Berikut adalah usulan bidang usaha yang

diusulkan oleh Departemen Pertanian,

� Pengembangan budidaya hortikultura

Pengembangan budidaya hortikultura ini meliputi pertanian buah-buahan

sepanjang tahun, pertanian buah-buahan musiman, pertanian sayuran,

pertanian hortikultura bunga-bungaan, pertanian tanaman hias lainnya,

pembibitan dan pembenihan horikultura, dan juga sayuran dan bunga-

bungaan. Justifikasi dari usulan pengajuan bidang usaha pengembangan

budidaya hortikultura adalah untuk pengembangan ekonomi wilayah,

peningkatan efisiensi usaha tani, meningkatkan penyerapan tenaga kerja,

dan juga pengembangan pertanian yang ramah lingkungan. Kelompok

industri dari bidang usaha ini belum terdapat dalam lampiran PP.

No.1/2007 sehingga pengajuan bidang usaha ini dapat dikategorikan

sebagai pengajuan kelompok industri baru.

� Pengembangan tanaman pangan

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

90

Pengembangan tanaman pangan ini meliputi pertanian padi, palawija,

industri pupuk alam (organik), dan industri pelayanan jasa pertanian.

Justifikasi dari usulan pengajuan bidang usaha pengembangan tanaman

pangan adalah untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional,

mendukung kebijakan nasional, dan juga meningkatkan penyerapan

tenaga kerja. Kelompok industri dari bidang usaha ini belum terdapat

dalam lampiran PP. No.1/2007 sehingga dapat dikategorikan sebagai

pengajuan kelompok industri baru.

� Pengembangan perkebunan

Pengembangan perkebunan ini meliputi pengembangan tanaman

tahunan, tanaman semusim, dan pengembangan bioenergi. Justifikasi

dari usulan pengajuan bidang usaha pengembangan perkebunan adalah

untuk mendukung program swasembada gula nasional, meningkatkan

penyerapan tenaga kerja, pengembangan energi nabati, dan juga dalam

rangka mengurangi ketergantungan kepada bahan bakar fosil. Kelompok

industri dari bidang usaha ini belum terdapat dalam lampiran PP.

No.1/2007 sehingga dapat dikategorikan sebagai pengajuan kelompok

industri baru. Sedangkan untuk bidang usaha pengembangan bioenergi

sebenarnya sudah terdapat dalam lampiran PP. No.1/2007 pada

kelompok industri bahan kimia industri.

� Pengembangan usaha peternakan

Pengembangan usaha peternakan ini meliputi pengembangan usaha

peternakan besar/kecil, pengembangan usaha ternak unggas, pengolahan

susu, daging, dan telur, serta pengembangan pakan ternak. Justifikasi

dari usulan pengajuan bidang usaha pengembangan usaha peternakan

adalah untuk menunjang pemenuhan gizi masyarakat, mengurangi impor

produk, meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Kelompok industri dari

bidang usaha ini belum terdapat dalam lampiran PP. No.1/2007 sehingga

dapat dikategorikan sebagai pengajuan kelompok industri baru.

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

91

4.1.2.2 Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam perumusan

PP. No.62/2008 ini memberikan beberapa usulan bidang usaha agar diberikan

fasilitas pajak penghasilan. Usulan bidang usaha tersebut yaitu,

� Pertambangan logam dan biji timah

Justifikasi dari usulan pengajuan bidang usaha pertambangan logam dan

biji timah adalah untuk memenuhi tingginya permintaan pasar baik

dalam negeri maupun luar negeri akan produk ini, tingginya nilai

investasi, penyerapan jumlah tenaga kerja yang besar, dan juga

meningkatkan struktur industri nasional. Kelompok industri dari bidang

usaha pertambangan logam dan biji timah belum terdapat dalam

lampiran PP. No.1/2007 sehingga pengajuan bidang usaha ini dapat

dikategorikan sebagai pengajuan kelompok industri baru. Meskipun

begitu industri yang memanfaatkan industri ini sudah mendapatkan

fasilitas berdasarkan PP. No.1/2007 yaitu industri pembuatan logam

dasar bukan besi.

� Pertambangan pasir besi dan biji besi

Justifikasi dari usulan pengajuan bidang usaha pertambangan pasir besi

dan biji besi adalah tingginya nilai investasi, untuk mengurangi

ketergantungan impor bahan baku industri baja, dan juga meningkatkan

penyerapan tenaga kerja. Kelompok industri dari bidang usaha

pertambangan pasir besi dan biji besi belum terdapat dalam lampiran PP.

No.1/2007 sehingga dapat dikategorikan sebagai pengajuan kelompok

industri baru. Akan tetapi industri yang memanfaatkan industri ini sudah

mendapatkan fasilitas berdasarkan PP. No.1/2007 yaitu kelompok

industri logam dasar besi dan baja

� Peningkatan nilai tambah batubara

Justifikasi dari usulan pengajuan bidang usaha peningkatan nilai tambah

batubara adalah untuk peningkatan diversifikasi energi, mengurangi

ketergantungan dan pemanfaatan bahan bakar minyak, dan juga

meningkatkan penyerapan jumlah tenaga kerja. Kelompok industri dari

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

92

bidang usaha ini belum terdapat dalam lampiran PP. No.1/2007 sehingga

dapat dikategorikan sebagai pengajuan kelompok industri baru. Akan

tetapi industri yang memanfaatkan industri ini sudah mendapatkan

fasilitas berdasarkan PP. No.1/2007 yaitu industri kimia dasar organik

yang bersumber dari batubara.

� Gasifikasi batubara di lokasi penambangan dan di luar lokasi

penambangan

Justifikasi dari usulan pengajuan bidang usaha gasifikasi batubara di

lokasi penambangan dan di luar lokasi penambangan adalah

memanfaatkan batubara yang selama ini belum pernah ditambang,

meningkatkan penyerapan jumlah tenaga kerja, dan juga sebagai bahan

baku industri pupuk nasional. Kelompok industri dari bidang usaha ini

belum terdapat dalam lampiran PP. No.1/2007 sehingga dapat

dikategorikan sebagai pengajuan kelompok industri baru. Akan tetapi

industri yang memanfaatkan industri ini sudah mendapatkan fasilitas

yaitu industri kimia dasar organik yang bersumber dari batubara.

� Bidang usaha panas bumi

Justifikasi dari usulan pengajuan bidang usaha panas bumi adalah

industri ini merupakan industri yang bersifat strategis, diversifikasi

energi, dan juga meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Kelompok

industri dari bidang usaha panas bumi belum terdapat dalam lampiran

PP. No.1/2007 sehingga bidang usaha ini dapat dikategorikan sebagai

pengajuan kelompok industri baru.

� Pengilangan minyak bumi

Justifikasi dari usulan pengajuan bidang usaha pengilangan minyak bumi

adalah bidang usaha ini merupakan bidang usaha yang bersifat strategis

selain itu bidang usaha ini menguasai hajat hidup orang banyak untuk

pemenuhan kebutuhan listrik, dan juga untuk memenuhi kebutuhan

dalam negeri. Kelompok industri dari bidang usaha pengilangan minyak

bumi belum terdapat dalam lampiran PP. No.1/2007 sehingga dapat

dikategorikan sebagai pengajuan kelompok industri baru. Akan tetapi

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

93

industri yang memanfaatkan bidang usaha pengilangan minyak bumi ini

ada yang sudah mendapatkan fasilitas yaitu industri kimia dasar organik

yang bersumber dari minyak bumi.

� Pembangunan kilang mini gas bumi

Justifikasi dari usulan pengajuan bidang usaha pembangunan kilang mini

gas bumi adalah untuk diversifikasi energi dan konservasi bahan bakar

minyak dan meningkatkan penyerapan jumlah tenaga kerja. Kelompok

industri untuk bidang usaha pembangunan kilang mini gas bumi belum

terdapat dalam lampiran PP. No.1/2007 sehingga pengajuan bidang

usaha ini dapat dikategorikan sebagai pengajuan kelompok industri baru.

Akan tetapi industri yang memanfaatkan bidang usaha ini sudah

mendapatkan fasilitas pajak berdasarkan PP. No.1/2007 yaitu industri

kimia dasar organik yang bersumber dari gas bumi.

� Pembangunan receiving terminal LNG

Justifikasi dari usulan pengajuan usaha pembangunan receiving terminal

LNG adalah untuk memberikan nilai tambah pemasok bahan baku

industri dan juga untuk meningkatkan penyerapan jumlah tenaga kerja.

Kelompok industri untuk bidang usaha pembangunan receiving terminal

LNG belum terdapat dalam lampiran PP. No.1/2007 sehingga pengajuan

industri ini dapat dikategorikan sebagai pengajuan kelompok industri

baru.

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

94

4.1.2.3 Departemen Kehutanan

Departemen Kehutanan dalam perumusan PP. No.62/2008 ini memberikan

beberapa usulan bidang usaha agar diberikan fasilitas pajak penghasilan. Usulan

bidang usaha yang diusulkan oleh Departemen Kehutanan adalah bidang usaha

dalam kelompok usaha pemanfaatan hutan tanaman. Jenis usahanya sebagai

berikut,

� Hutan Tanaman Industri (HTI)

Justifikasi dari usulan pemberian fasilitas pajak penghasilan kepada

bidang usaha HTI yaitu,

- Mampu menstimulir tumbuh kembangnya mitra usaha antara lain

dalam bidang trasportasi, pengadaan barang/bahan makanan,

infrastruktur, penanaman, pemanenan.

- Kebutuhan tenaga kerja secara sistematis terus bertambah

Areal HTI ≥ 50.000 ha = ± 1000 orang pekerja

Areal HTI < 50.000 ha = ± 500 orang pekerja

- Penyedia bahan baku bagi industri

- Meningkatkan pemantapan kawasan hutan, peningkatan kualitas

lingkungan, pengembangan infrastruktur wilayah.

- Meningkatkan pengembangan unit usaha masyarakat dan

pengembangan sumber daya manusia.

� Hutan Tanaman Rakyat (HTR)

Justifikasi dari usulan pemberian fasilitas pajak penghasilan kepada

bidang usaha HTR yaitu,

- Memberikan akses hukum, akses ke lembaga keuangan, dan akses

pasar yang lebih luas kepada masyarakat dalam pemanfaatan hutan

produksi.

- Menunjang agenda pemerintah yang peduli terhadap penciptaan

lapangan pekerjaan (pro job), pengurangan kemiskinan (pro poor),

dan peningkatan pertumbuhan ekonomi (pro growth)

- Mendukung penyediaan bahan baku industri

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

95

- Perbaikan lingkungan hidup, serta memacu pengembangan desa

maupun lokasi pengembangan HTR berbasiskan sumber daya alam

terbaharui

- Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat serta memperluas

lapangan pekerjaan, keunggulan lokal, dan tahan terhadap perubahan

eksternal seperti krisis ekonomi.

Kedua jenis bidang usaha yang diajukan oleh Departemen Kehutanan belum

terdapat kelompok industrinya dalam lampiran PP. No.1/2007 sehingga dapat

dikategorikan sebagai pengajuan kelompok industri baru.

4.1.2.4 Departemen Perindustrian

Departemen Perindustrian dalam perumusan PP. No.62/2008 ini

memberikan beberapa usulan bidang usaha agar diberikan fasilitas pajak

penghasilan. Usulan bidang usaha tersebut yaitu,

� Kelompok industri pembuatan dan perbaikan kapal

Justifikasi dari usulan pengajuan bidang usaha industri pembuatan kapal

adalah untuk penyerapan tenaga kerja ± 1250 orang, mendorong

tumbuhnya industri penunjang, meningkatkan kemampuan industri dan

menggalakkan ekspor kapal ≤ 50.000 DWT. Industri pembuatan kapal

sebenarnya sudah tercantum dalam PP. No.1/2007 akan tetapi bidang

usaha yang mendapatkan fasilitas adalah industri pembuatan kapal >

50.000 DWT.

� Kelompok industri kendaraan bermotor roda dua

Justifikasi dari usulan pengajuan bidang usaha industri kendaraan

bermotor roda dua adalah untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja,

kemampuan industri, menggalakkan ekspor, dan peningkatan jumlah

produksi untuk pemenuhan kebutuhan pasar. Dalam PP. No.1/2007

indusri kendaraan bermotor roda dua sudah terdapat pada kelompok

industri alat angkut darat akan tetapi masih terbatas pada industri

komponen dan perlengkapannya saja.

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

96

� Industri tabung dan katup elektronik serta komponen elektronik lainnya

berteknologi Organics Light Emitting Diode (OLED) dan industri

televisi berteknologi OLED.

Justifikasi dari usulan pengajuan bidang usaha industri pertelevisian

berteknologi OLED adalah untuk pengembangan dan alih teknologi dari

teknologi yang sudah ada sebelumnya karena OLED ini merupakan

teknologi generasi kelima setelah penggunaan LCD. Selain itu

justifikasinya peningkatan kapasitas produksi, penyerapan tenaga kerja

sampai dengan ± 20.000 orang, pemenuhan kebutuhan pasar potensial

dalam negeri, dan juga penggalakkan ekspor. Dalam PP. No.1/2007

industri sejenisnya hanya baru terbatas pada teknologi LCD saja yaitu

dalam industri kimia elektronika dan telematika.

� Industri susu dan makanan dari susu

Justifikasi dari usulan pengajuan bidang usaha industri susu dan

makanan dari susu adalah untuk mendorong pertumbuhan industri sapi

perah, peningkatan penyerapan tenaga kerja, sejalan dengan program

peningkatan gizi masyarakat dengan meningkatkan konsumsi susu

pertahun. Pada PP. No.1/2007 kelompok industri dari bidang usaha

industri susu dan makanan dari susu belum tercantum sehingga usulan

ini dapat dikategorikan sebagai pengajuan industri baru.

� Kelompok industri kulit dan barang dari kulit.

Justifikasi dari usulan pengajuan bidang usaha industri kulit dan barang

dari kulit adalah untuk pengembangan industri yang masih terpusat di

pulau Jawa oleh karena itu pengembangan di luar Jawa diharapkan diberi

fasilitas karena potensi dari industri kulit dan barang dari kulit ini cukup

besar karena ketersediannya bahan baku. Dalam PP. No.1/2007

kelompok industri dari bidang usaha industri kulit dan barang dari kulit

belum tercantum sehingga usulan ini dapat dikategorikan sebagai

pengajuan industri baru.

� Kelompok industri barang-barang kimia lainnya (industri kosmetik)

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

97

Justifikasi dari usulan pengajuan bidang usaha industri barang-barang

kimia lannya (industri kosmetik) adalah dalam investasi awalnya industri

ini membutuhkan modal besar, mendorong tumbuhnya industri kosmetik

dengan standard internasional, industri ini memiliki keterkaitan antara

industri hulu dan industri hilirnya, peningkatan penyerapan tenaga kerja

yang > 500 orang, selain itu yang menjadi pertimbangan adalah

pemberian fasilitas pajak oleh negara tetangga seperti Vietnam dan

Thailand. Dalam PP. No.1/2007 kelompok industri dari bidang usaha

industri barang-barang kimia lainnya baru mencakup industri bahan

kimia untuk industri bahan farmasi sedangkan industri kosmetik belum

termasuk.

� Kelompok industri serat buatan

Justifikasi dari usulan pengajuan bidang usaha industri serat buatan

adalah dalam rangka mendukung industri lainnya yaitu industri

pemintalan yang sudah tercantum dalam PP. No.1/2007 selain itu

dikarenakan terus meningkatnya permintaan pasar baik dari dalam

maupun luar negeri sehingga perkiraan pertumbuhan industri ini akan

semakin baik. Dalam PP. No.1/2007 industri serat buatan belum

tercantum dalam bidang usaha tertentu akan tetapi industri yang

berkaitan dengan industri ini sudah tercantum dalam kelompok industri

tekstil dan industri pakaian jadi.

� Kelompok industri akumulator listrik dan batu baterai

Justifikasi dari usulan pengajuan bidang usaha akumulator listrik dan

batu baterai adalah industri ini merupakan industri yang baru tumbuh dan

berkembang di Indonesia dan juga untuk peningkatan penyerapan tenaga

kerja ± 600 orang. Dalam PP. No.1/2007 kelompok industri dari bidang

usaha industri akumulator listrik dan batu baterai belum tercantum

sehingga usulan ini dapat dikategorikan sebagai pengajuan industri baru.

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

98

4.1.2.5 Departemen Kelautan dan Perikanan

Departemen Kelautan dan Perikanan dalam perumusan PP. No.62/2008

mengajukan beberapa macam usulan berkaitan dengan kegiatan sektoralnya baik

yang merupakan pengajuan industri baru maupun perluasan dari jenis industri

yang telah diberikan fasilitas sebelumnya. Bidang usaha yang diajukan oleh

Departemen Kelautan dan Perikanan antara lain adalah,

� Industri mesin dan perlengkapan untuk pengolahan hasil ikan.

Justifikasi dari usulan pengajuan bidang usaha industri mesin dan

perlengkapannya adalah dalam rangka mendorong pertumbuhan industri

dan juga peningkatan kualitas dari industri di bidang kelautan dan

perikanan, meningkatkan penyerapan tenaga kerja, memberikan nilai

tambah dari produk, dan juga mengurangi impor peralatan.. Dalam PP.

No.1/2007 kelompok industri dari bidang usaha industri mesin dan

perlengkapannya sudah masuk dalam lampiran PP. No.1/2007 akan

tetapi masih belum termasuk industri mesin dan perlengkapan untuk

pengolahan hasil ikan.

� Industri pembuatan dan perbaikan kapal

Justifikasi dari usulan pengajuan bidang usaha industri pembuatan dan

perbaikan kapal adalah untuk meningkatkan pertumbuhan industri kapal,

untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja, dan juga untuk pengalihan

teknologi. Dalam PP. No.1/2007 sebenarnya sudah diatur mengenai

industri pembuatan dan perbaikan kapal akan tetapi yang terdapat dalam

PP. No.1/2007 adalah industri kapal dan perahu dengan kapasitas >

50.000 DWT.

� Industri pengolahan makanan (hasil ikan)

Justifikasi dari usulan pengajuan bidang usaha industri pengolahan

makanan (hasil ikan) adalah untuk meningkatkan nilai tambah dari

produk industri pengolahan makanan hasil ikan sehingga dapat

meningkatkan nilai ekonomisnya dan juga kualitas dari produk yang

dihasilkan, revitalisasi pengolahan ikan nasional, dan juga mendorong

kemitraan antara masyarakat dan penanam modal. Dalam PP. No.1/2007

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

99

industri pengolahan ikan sudah tercantum dalam lampiran PP tersebut

akan tetapi terbatas untuk produk tuna, cakalang, hiu/cucut, layur,

tenggiri, lumuru, bawal, dan juga kakap merah.

4.1.2.6 Badan Koordinasi Penanaman Modal

Badan Koordinasi Penanaman Modak (BKPM) dalam perumusan PP.

No.62/2008 ini memberikan beberapa usulan bidang usaha agar diberikan fasilitas

pajak penghasilan. Usulan tersebut merupakan usulan yang diajukan investor

kepada pihak BKPM. Karena selain kepada departemen sektoral yang terkait

investor juga dapat mengajukan usulan kepada BKPM sebagai badan yang

mengkoordinasi penanaman modal dan juga berhubungan langsung dengan

investor. Usulan bidang usaha yang diajukan oleh BKPM yaitu,

� Industri semen

Justifikasi dari usulan pengajuan bidang usaha industri semen adalah

untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan luar negeri,

penyerapan jumlah tenaga kerja yang besar, pemanfaatan Sumber Daya

Alam, mendukung kegiatan sektor konstruksi. Industri semen sebenarnya

sudah tercantum dalam kelompok industri semen, kapur, dan gips pada

PP. No.1/2007 untuk daerah Papua, Irian Jaya Barat, Maluku, Maluku

Utara, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Barat, akan tetapi BKPM

mengajukan perluasan daerah tertentunya untuk daerah Aceh. Ini

berkaitan dengan rencana pembangunan kembali pabrik semen yang

rusak total akibat tsunami yang menimpa aceh.

� Industri makanan berbasis agro (cocoa)

Justifikasi dari usulan pengajuan bidang usaha industri makanan berbasis

agro adalah untuk meningkatkan industri pengolahan biji coklat di dalam

negeri, meningkatkan nilai tambah atas produksi dalam negeri,

mendorong pengembangan sektor pertanian, pengembangan ekonomi

wilayah yang bersangkutan, dan juga tingginya penyerapan jumlah

tenaga kerja. Dalam PP. No.1/2007 kelompok industri dari bidang usaha

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

100

industri makanan berbasis agro belum tercantum sehingga dapat

dikategorikan sebagai pengajuan industri baru.

� Industri antara77

berbasis agro (karet)

Justifikasi dari usulan pengajuan bidang usaha industri antara berbasis

agro adalah untuk meningkatkan pengolahan industri karet di dalam

negeri, meningkatkan nilai tambah dari produksi dalam negeri,

pengembangan sektor pertanian, dan juga pengembangan ekonomi dari

wilayah yang bersangkutan. Dalam PP. No.1/2007 industri yang sejenis

dengan industri antara berbasis agro untuk cakupan usaha karet

sebenarnya sudah tercantum dalam lampiran PP tersebut yaitu industri

karet buatan. Sehingga industri karet berbasis agro bersifat memperluas

jenis industri yang ada dalam lampiran PP. No.1/2007.

� Kawasan pariwisata industri terpadu

Kawasan pariwisata industri terpadu merupakan bidang usaha yang

berbeda dengan bidang usaha lainnya yang diajukan oleh BKPM.

Industri ini tidak seperti industri lainnya yang lebih mengarah ke industri

manufaktur78

, industri ini lebih mengarah ke industri pariwisata.

Justifikasi dari usulan pengajuan bidang usaha kawasan pariwisata

industri terpadu adalah dalam rangka mendukung program peningkatan

pariwisata yang dicanangkan oleh pemerintah. Selain itu justifikasi

lainnya adalah karena industri ini memerlukan investasi dalam jumlah

besar dengan jangka waktu pengembalian yang lama, menyerap tenaga

kerja dalam jumlah besar baik pada saat pembangunan maupun pada saat

beroperasi, dan juga dapat mengembangkan perekonomian di wilayah

sekitar daerah industri pariwisata yang bersangkutan.

77

Industri antara adalah industri yang berada diantara industri hulu dan industri hilir. Pada

contoh industri antara berbasis agro (karet) adalah industri yang berada diantara perkebunan karet

dan industri selanjutnya. 78 Manufaktur atau dalam bahasa inggrisnya manufacture menurut oxford learner’s pocket

dictionary adalah make goods in large quantities using machinery dalam terjemahan bebasnya

‘membuat barang dalam jumlah besar menggunakan mesin.’

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

101

4.1.2.7 Otorita Batam

Otorita Batam sebagai salah satu pihak yang mengelola kawasan khusus

daerah pulau batam mengajukan fasilitas pajak penghasilan untuk pembangunan

pelabuhan transhipment port batu ampar di pulau batam. Latar belakang dari

pembangunan pelabuhan transhipment ini merupakan amanat dari Keppres No.41

Tahun 1973 tentang daerah industri pulau batam yang sampai saat ini belum

terwujud. Padahal potensi lalu lintas kontainer yang melintasi selat malaka ini

begitu besar yaitu sebesar 55 Juta Teus pertahun yang selama ini hanya

dimanfaatkan oleh negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.

Oleh karena itulah pembangunan dari transhipment port ini diperlukan

untuk memanfaatkan pasar potensial yang terdapat di daerah perairan tersebut.

Maka dari itu otorita batam membuka tender untuk menjaring investor yang mau

menanamkan modalnya dalam bidang usaha transhipment port ini. Otorita Batam

juga mengusahakan berbagai macam fasilitas bagi investor yang mau

menanamkan modalnya pada bidang transhipment port tersebut. Salah satu

fasilitas yang ingin diberikan adalah dalam bentuk fasilitas pajak penghasilan

untuk penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di daerah-

daerah tertentu yang diatur dalam PP. No.62/2008. Akan tetapi dalam PP.

No.1/2007 bidang usaha ini belum mendapatkan fasilitas oleh karena itu pihak

Otorita Batam mengajukan fasilitas ini pada perumusan PP. No.62/2008.

Justifikasi yang diberikan oleh Otorita Batam dengan adanya pembangunan

transhipment port ini adalah pembangunan infrastruktur yang memadai selain

untuk menunjang bisnis yang bersangkutan juga dapat memberikan dampak bagi

daerah di sekitarnya, peningkatan pendapatan bagi pemerintah berupa pajak baik

yang bersifat pajak pusat maupun pajak daerah, menciptakan nilai tambah bagi

industri-industri lainnya, dan juga peningkatan penyerapan tenaga kerja yang

diperkirakan mencapai ± 268.490 orang.

Setelah menguraikan faktor-faktor pertimbangan dalam perumusan

kebijakan fasilitas pajak penghasilan maka penelitian ini selanjutnya akan

mengklasifikasikan faktor-faktor pertimbangan tersebut menjadi beberapa macam

faktor yaitu sebagai berikut,

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

102

• Pengembangan struktur industri

Faktor pertimbangan yang termasuk dalam kategori pengembangan

struktur industri adalah faktor-faktor yang alasan pengajuannya adalah

untuk mengembangkan struktur dari industri yang bersangkutan maupun

industri lainnya yang berkaitan dengan industri tersebut (industri hulu

ataupun industri hilir). Faktor ini menjadi salah satu faktor yang

dipertimbangkan karena dengan adanya pengembangan struktur industri

kearah yang lebih baik akan semakin memperkuat struktur industri dan

kondisi perekonomian yang ada.

Faktor-faktor yang termasuk dalam kategori ini adalah:

• Penciptaan nilai tambah bagi industri yang terkait

• Peningkatan nilai tambah dari produk yang dihasilkan

• Investasi dalam jumlah besar

• Mengisi industri antara dan industri hilir

• Mengurangi ketergantungan impor bahan baku

• Penyedia bahan baku industri lainnya

• Memenuhi permintaan dalam negeri dan substitusi impor

• Termasuk ke dalam industri yang baru berkembang

• Pengalihan teknologi

Faktor pertimbangan yang termasuk ke dalam faktor pengalihan

teknologi adalah faktor-faktor pertimbangan yang alasan pengajuannya

adalah terdapatnya pengalihan teknologi atau pengembangan teknologi

dari suatu industri yang bersangkutan baik melalui kegiatan penelitian

dan pengembangan maupun pengadopsian teknologi asing. Faktor ini

menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan agar perkembangan

teknologi yang digunakan akan semakin maju.

Faktor-faktor yang termasuk dalam kategori ini adalah:

• Pengembangan teknologi

• Peningkatan efisiensi industri

• Pengembangan energi alternatif

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

103

• Penciptaan lapangan pekerjaan

Penciptaan lapangan pekerjaan termasuk ke dalam faktor yang

dipertimbangkan dalam rumusan pemberian fasilitas pajak terhadap

penanaman modal karena salah satu target utama yang ingin dicapai oleh

pemerintah dalam rangka penanaman modal adalah penciptaan lapangan

pekerjaan yang seluas-luasnya bagi masyarakat.

• Bidang usaha pionir

Bidang usaha pionir merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan

dalam rumusan pemberian fasilitas pajak terhadap penanaman modal di

bidang usaha tertentu dan atau daerah tertentu. Bidang usaha pionir

adalah bidang usaha yang memiliki keterkaitan luas dengan industri

lainnya, memberikan nilai tambah dan eksternalitas yang tinggi,

memperkenalkan teknologi baru serta memiliki nilai strategis bagi

perekonomian nasional. Penilaian yang menentukan suatu industri

termasuk ke dalam bidang usaha pionir atau tidak dilakukan oleh

perumus kebijakan.

• Akses ke pasar internasional

Hal yang menyebabkan akses ke pasar internasional termasuk ke dalam

faktor yang dipertimbangkan dalam rumusan pemberian fasilitas pajak

karena dengan adanya akses ke pasar internasional maka diharapkan

dapat meningkatkan pertumbuhan ekspor dan juga memberikan akses

kepada pasar yang sebelumnya belum dapat dimasuki.

• Pengembangan daerah tertentu

Pengembangan daerah tertentu masuk ke dalam faktor yang

dipertimbangkan dalam rumusan pemberian fasilitas pajak dikarenakan

adanya kesenjangan pembangunan antara daerah yang satu dengan daerah

lainnya. Hal ini dapat dilihat pada kesenjangan pembangunan antara

daerah di jawa dengan daerah di bagian timur Indonesia. Dengan

dipertimbangkannya faktor pengembangan daerah tertentu dalam

rumusan kebijakan fasilitas pajak diharapkan penanaman modal yang

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

104

dilakukan dapat meningkatkan tingkat pertumbuhan dari daerah-daerah

tertentu tersebut.

Faktor-faktor yang termasuk dalam kategori ini adalah:

• Pengembangan daerah tertentu (yaitu daerah terpencil, tertinggal,

dan daerah lain yang dianggap perlu)

• Mengembangkan kemitraan dengan usaha kecil

• Pengembangan infrastruktur wilayah

• Mendukung kebijakan pemerintah

Hal yang menyebabkan faktor mendukung kebijakan pemerintah

dimasukkan ke dalam faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam

rumusan kebijakan fasilitas pajak adalah agar penanaman modal yang

dilakukan dapat mendukung kebijakan yang sedang dijalankan oleh

pemerintah.

Faktor-faktor yang termasuk dalam kategori ini adalah:

• Industri yang diusulkan mendukung kebijakan pemerintah dalam

hal sumber daya alam.

• Terkait dengan kebijakan pemerintah dalam hal diversifikasi

energi.

• Terkait dengan kebijakan pemerintah dalam hal pelestarian

lingkungan hidup.

• Terkait dengan kebijakan pemerintah dalam hal ketahanan pangan.

4.2 Analisis Kesesuaian Input - Output Kebijakan Fasilitas Pajak

Penghasilan Pada Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2008

Dalam sub bab ini peneliti menganalisis keterkaitan antara input-input yang

menjadi masukan dalam rumusan kebijakan fasilitas pajak penghasilan untuk

penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan atau daerah-daerah tertentu

dengan outputnya berupa kebijakan fasilitas pajak penghasilan berupa Peraturan

Pemerintah Nomor 62 Tahun 2008. Pada tabel berikut terdapat data berupa

masukan bidang usaha dan daerah tertentu yang berfungsi sebagai input dalam

rumusan kebijakan.

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

105

Tabel 4.9

Masukan Jenis Bidang Usaha Pada Rumusan Peraturan Pemerintah Nomor

62 Tahun 2008

Pengusul Bidang Usaha

Departemen

Pertanian • Pengembangan budidaya hortikultura

• Pengembangan tanaman pangan

• Pengembangan perkebunan

• Pengembangan usaha peternakan

Departemen

Energi dan

Sumber Daya

Mineral

• Pertambangan logam dan bijih timah

• Pertambangan pasir besi dan bijih besi

• Peningkatan nilai tambah batubara

• Gasifikasi batubara di lokasi penambangan dan di luar lokasi penambangan

• Pengembangan bidang usaha panas bumi

• Pengilangan minyak bumi

• Pembangunan kilang mini gas bumi

• Pembangunan receiving terminal LNG

Departemen

Kehutanan • Hutan Tanaman Industri (HTI)

• Hutan Tanaman Rakyat (HTR)

Departemen

Perindustrian • Kelompok industri pembuatan dan perbaikan kapal

• Kelompok industri kendaraan bermotor roda dua

• Industri tabung dan katup elektronik serta komponen elektronik lainnya

berteknologi OLED.

• Industri televisi berteknologi OLED

• Industri susu dan makanan dari susu

• Kelompok industri kulit dan barang dari kulit

• Kelompok industri barang-barang kimia lainnya (industri kosmetik)

• Kelompok industri serat buatan

• Kelompok industri akumulator listrik dan batu baterai

Departemen

Kelautan dan

Perikanan

• Industri mesin dan perlengkapan untuk pengolahan hasil ikan

• Industri pembuatan dan perbaikan kapal

• Industri pengolahan makanan (hasil ikan)

Badan

Koordinasi

Penanaman

Modal

• Industri semen

• Industri makanan berbasis agro (cocoa)

• Industri antara berbasis agro (karet)

• Kawasan pariwisata industri terpadu

Otorita Batam • Transhipment Port

Sumber: Data diolah oleh peneliti dari temuan di lapangan

Sebagai perbandingan dengan data yang ada pada tabel diatas dan juga

untuk melihat perbandingan antara input kebijakan dengan output berupa

kebijakan yang dihasilkan maka pada tabel berikut disajikan tabel yang berisi

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

106

daftar penambahan bidang usaha dan daerah tertentu pada lampiran PP.

No.62/2008,

Tabel 4.10

Penambahan Bidang Usaha Tertentu Pada Lampiran I PP. No.62/2008

Bidang Usaha

1. Pengembangan Peternakan

• Pengembangan usaha peternakan besar/kecil

2. Usaha Pemanfaatan Hutan Tanaman IUPHHK-HTI (HTI)

• Pengusahaan hutan jati

• Pengusahaan hutan pinus

• Pengusahaan hutan mahoni

• Pengusahaan hutan sono Keling

• Pengusahaan hutan albasia / Jeunjing

• Pengusahaan hutan cendana

• Pengusahaan hutan akasia

• Pengusahaan hutan ekaliptus

• Pengusahaan hutan lainnya

3. Pengembangan dan Pemanfaatan Batubara Mutu Rendah (Low Rank Coal)

4. Pengusahaan Tenaga Panas Bumi

5. Kelompok Industri Susu dan Makanan dari Susu

Industri Susu

6. Kelompok Industri Bubur Kertas (Pulp), Kertas, dan Kertas Karton / Paper

Board

• Industri kertas berharga

• Industri kertas khusus

• Industri kertas tissue

7. Pengilangan Minyak Bumi (Oil Refinery)

8. Pembangunan Kilang Mini Gas Bumi (Industri Pemurnian dan Pengolahan

Gas Bumi)

9. Kelompok Industri Barang-Barang Kimia Lainnya

• Industri bahan kosmetik dan kosmetik

10. Kelompok Industri Serat Buatan

• Industri serat stapel buatan

Sumber: data diolah oleh peneliti dari PP. No.62/2008.

Sedangkan penambahan lampiran II PP. No.62/2008 untuk bidang usaha

tertentu dan daerah tertentu adalah sebagai berikut:

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 120: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

107

Tabel 4.11

Penambahan Bidang Usaha Tertentu dan Daerah Tertentu Pada Lampiran

II PP. No.62/2008

Bidang Usaha Daerah / Provinsi

1. Pengembangan Tanaman Pangan

• Pertanian padi

• Palawija

Papua, Kalimantan Selatan, Sumatera

Selatan

Jagung: Gorontalo, Lampung

Kedelai: Jawa Timur, Sumatera

Utara, Nanggroe Aceh Darussalam,

Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara

Barat, Jambi

2. Pengembangan Budidaya

Hortikultura

• Pertanian buah-buahan sepanjang

tahun

• Pertanian buah-buahan musiman

Pisang: Nanggroe Aceh Darussalam,

Kalimantan Timur, Sulawesi Utara

Nanas: Lampung

Mangga: Jawa Timur

3. Kelompok Industri Kulit, Barang

Dari Kulit, dan Alas Kaki

• Industri penyamakan kulit

Nusa Tenggara Timur, Nusa

Tenggara Barat, Sumatera Barat

4. Kelompok Industri Akumulator

Listrik dan Batu Baterai

• Industri batu baterai kering (batu

baterai primer)

Jawa Barat

5. Kelompok Industri Pembuatan dan

Perbaikan Kapal dan Perahu

• Industri kapal dan perahu

• Industri peralatan dan

perlengkapan kapal

Jawa Timur

Jawa Timur

6. Transhipment Port Pulau Batam

Sumber: data diolah oleh peneliti dari PP. No.62/2008.

Dapat dilihat pada tabel 4.9, terdapat jenis industri yang menjadi masukan

dalam perumusan kebijakan PP. No.62/2008 dan kemudian diterima dalam

kebijakan yang dihasilkan dan dapat dilihat pada lampiran PP. No.62/2008

sebagaimana disajikan pada tabel 4.10 dan tabel 4.11, proses penerimaan bidang

usaha dan daerah tertentu untuk masuk dalam lampiran PP. No.62/2008

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 121: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

108

sebagaimana disebutkan sebelumnya terlebih dahulu melalui tahap seleksi dan

analisa oleh tim perumus kebijakan PP. No.62/2008.

Dalam perumusan kebijakan tersebut, sebelum PP. No.62/2008 disahkan

terlebih dahulu disusun sebuah draft kebijakan dari PP tersebut. Draft kebijakan

ini telah melalui tahapan verifikasi oleh Departemen Keuangan, verifikasi yang

dilakukan yaitu berupa pengecekan atas justifikasi-justifikasi yang diberikan

dengan kenyataan yang ada di lapangan. Dalam melakukan pemeriksaan terhadap

justifikasi ini Departemen Keuangan melalui beberapa tahapan yaitu pertama

dilakukan pengecekan terhadap sektor-sektor industri yang masuk dalam konsep

Kebijakan Pengembangan Industri Nasional (KPIN) yang dikeluarkan oleh

Departemen Perindustrian.

Kemudian apabila usulan dari Departemen tersebut termasuk dalam prioritas

tinggi skala nasional berdasarkan KPIN maka akan dilihat relevansinya terhadap

penggalakkan ekspor. Apabila tidak memenuhi KPIN maka dilihat urgensinya

dari sudut pandang pengembangan daerah terpencil. Apabila salah satu dari

kriteria tersebut terpenuhi maka selanjutnya dilakukan pengecekan terhadap

justifikasi yang disampaikan oleh instansi pengusul dan dilihat sejauh mana

validitas dari justifikasi instansi tersebut berdasarkan dokumen pendukung.

Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut maka Departemen Keuangan

mengeluarkan rekomendasi yang kemudian menjadi draft lampiran dari PP.

No.62/2008. Penelitian ini tidak dapat membahas alasan penerimaan dan

penolakan dari tiap-tiap bidang usaha tertentu dan daerah tertentu secara

mendetail karena pihak Menko Perekonomian tidak mengizinkan hal tersebut.

Akan tetapi penelitian ini akan memberikan alasan yang menjadi dasar

pertimbangan penerimaan dan penolakan dalam pengambilan keputusan pada

perumusan PP. No.62/2008 secara umum.

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 122: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

109

Tabel 4.12

Dasar Pertimbangan Lampiran Peraturan Pemerintah No.62/2008

Dasar Pertimbangan Penerimaan Dasar Pertimbangan Penolakan

Penambahan bidang usaha tersebut

hanya merupakan perluasan dari

kelompok industri yang telah ada dalam

lampiran PP. No.1/2007.

Justifikasi hanya bersifat narasi tanpa

disertai dengan data pendukung.

Menggunakan teknologi tinggi.

sehingga dapat memberikan alih

teknologi.

Impor yang dilakukan oleh industri

tersebut lebih besar daripada ekspor

yang dihasilkan.

Termasuk dalam industri prioritas

tinggi skala nasional.

Merupakan permintaan dari Wajib

Pajak tertentu saja sehingga tidak

mencerminkan industri secara

keseluruhan.

Masuk ke dalam kebijakan energi

nasional.

Daerah pengembangan industri sangat

terbatas.

Merupakan sumber energi alternatif Tidak memenuhi satupun kriteria yang

diajukan (usaha pionir, penyerapan

tenaga kerja, pemantapan struktur

industri, pengembangan daerah

tertentu).

Untuk memenuhi kebutuhan dalam

negeri.

Bidang usaha serupa sudah terdapat

dalam lampiran PP. No.1/2007.

Penyerapan tenaga kerja. Dapat menimbulkan kerusakan alam.

Pengembangan daerah tertentu.

Penggalakan ekspor.

Proyeksi dari bidang usaha tersebut

kedepannya jelas.

Tidak adanya monopoli dalam bidang

usaha terkait.

Menggunakan Sumber Daya Alam

terbarukan.

Sumber: data diolah oleh peneliti dari temuan di lapangan.

Berdasarkan data diatas maka dapat dilihat faktor-faktor yang menyebabkan

diterima atau ditolaknya usulan dari berbagai pihak yang mengajukan pemberian

fasilitas pajak tersebut. Dasar pertimbangan dari diterimanya suatu justifikasi

yang diajukan adalah karena justifikasi yang diajukan sesuai dengan kondisi yang

sebenarnya dan terdapat kesesuaian dengan tujuan yang hendak dicapai oleh

pemerintah dan juga memenuhi value yang telah ditetapkan dalam perumusan

kebijakannya.

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 123: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

110

Sedangkan dasar pertimbangan dari ditolaknya justifikasi yang diajukan atas

suatu industri dikarenakan berbagai hal yaitu,

• Justifikasi hanya bersifat narasi tanpa disertai dengan data pendukung.

Penyebab dari ditolaknya bidang industri yang diajukan atas suatu

industri dikarenakan justifikasi yang diberikan hanya bersifat narasi

tanpa disertai dengan data pendukung. Tanpa adanya data pendukung

yang memadai dan proyeksi yang jelas atas industri tersebut maka akan

sulit bagi perumus kebijakan untuk memperhitungkan cost and benefit

yang akan diterima oleh pemerintah.

• Merupakan permintaan dari Wajib Pajak tertentu saja sehingga tidak

mencerminkan industri secara keseluruhan.

Permohonan fasilitas pajak yang diajukan ternyata merupakan

keinginan satu atau beberapa wajib pajak tertentu saja, sehingga tidak

mencerminkan kondisi dari industri tersebut secara keseluruhan. Tentu

saja pemerintah belum dapat mengabulkan permohonan fasilitas pajak

seperti ini, karena permohonan pengajuan fasilitas pajak hanya

mewakilkan kepentingan golongan tertentu saja.

• Daerah pengembangan industri sangat terbatas.

Industri yang diajukan permohonan fasilitas pajak ternyata daerah

pengembangan industrinya sangat terbatas, yakni hanya dapat

dilakukan di sebagian kecil wilayah Indonesia saja.

• Tidak memenuhi satupun kriteria yang diajukan (usaha pionir,

penyerapan tenaga kerja, pemantapan struktur industri, pengembangan

daerah tertentu).

Industri yang diajukan permohonan pemberian fasilitas pajak tidak

dapat memenuhi satupun kriteria yang ditetapkan baik itu usaha pionir,

jumlah penyerapan tenaga kerja, pemantapan struktur industri, atau

pengembangan daerah tertentu. Seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya, keempat macam kriteria ini merupakan value yang

menjadi alat ukur bagi layak atau tidaknya suatu industri diberikan

fasilitas pajak, apabila industri tersebut tidak dapat memenuhi value

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 124: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

111

yang ditetapkan maka industri tersebut tidak layak untuk mendapatkan

fasilitas pajak.

• Bidang usaha serupa sudah terdapat dalam lampiran PP. No.1/2007.

Dalam lampiran PP. No.1/2007 ternyata sudah terdapat industri yang

serupa dengan industri yang akan diajukan permohonan fasilitas pajak,

sehingga menurut perumus kebijakan tidak perlu menambah industri

tersebut lagi. Pada umumnya alasan pengajuan kembali industri yang

serupa adalah terlalu tingginya persyaratan yang diajukan dalam PP.

No.1/2007, sehingga dilakukan pengajuan permohonan fasilitas pajak

kembali dengan spesifikasi persyaratan yang lebih rendah.

• Dapat menimbulkan kerusakan alam.

Bidang usaha yang diajukan fasilitas pajak ternyata merupakan industri

yang dapat menimbulkan dampak kerusakan alam yang besar, sehingga

pengajuan pemberian fasilitas pajak tidak dapat dikabulkan karena

dampak negatif yang akan ditimbulkan oleh industri tersebut relatif

lebih besar daripada dampak positif yang akan di dapat oleh pemerintah

maupun daerah yang nantinya akan menjadi lokasi industri.

• Impor yang dilakukan oleh industri tersebut lebih besar daripada ekspor

yang dihasilkan.

Industri yang diajukan pemberian fasilitas pajak ternyata melakukan

kegiatan impor yang lebih besar daripada kegiatan ekspor yang

dilakukannya. Hal ini mengakibatkan pemerintah berat untuk

mengabulkan permintaan industri tersebut karena salah satu faktor yang

menjadi pertimbangan dalam merumuskan kebijakan fasilitas pajak

penghasilan ini adalah faktor peningkatan ekspor dari industri yang

bersangkutan.

Faktor-faktor yang mengakibatkan penolakan atas suatu industri ini tidak

dapat dilihat secara terpisah begitu saja, akan tetapi harus dilihat secara

keseluruhan. Bisa saja suatu industri memiliki salah satu faktor penolakan yang

disebutkan di atas (misalkan daerah pengembangan industri terbatas), akan tetapi

apabila industri tersebut mampu memenuhi kriteria lain yang ditetapkan secara

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 125: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

112

lebih baik dibandingkan dengan industri lainnya maka tidak tertutup kemungkinan

industri tersebut akan dikabulkan permohonan pengajuan fasilitas pajaknya.

Setelah melihat faktor-faktor yang menjadi pertimbangan input dan faktor-

faktor yang menyebabkan diterima atau ditolaknya suatu industri, maka dapat

dilihat terdapat hubungan antara output kebijakan yang dihasilkan dengan input

yang menjadi dasar pertimbangan kebijakan tersebut. Akan tetapi tidak semua

bidang usaha dan daerah tertentu yang diajukan oleh masing-masing pihak dapat

dikabulkan permintaan fasilitas pajaknya. Hanya bidang usaha dan daerah tertentu

yang memiliki pertimbangan yang kuat dan dapat dipertanggung jawabkan saja

yang dapat diberikan fasilitas. Hal ini sesuai dengan prinsip discretion79

yang

pada umumnya digunakan oleh negara berkembang dalam memberikan fasilitas

pajak.

Pertimbangan dalam perumusan kebijakan ini sesuai dengan tujuan dan juga

kriteria yang ditetapkan oleh pemerintah. Seperti yang telah disebutkan pada awal

pembahasan, tujuan dari pemberian fasilitas pajak ini adalah mendorong kegiatan

investasi langsung di Indonesia, mengembangkan industri yang mendapat

prioritas tinggi dalam skala nasional, meningkatkan ekspor, pengembangan daerah

terpencil, dan pemerataan pembangunan. Sementara kriteria yang ditetapkan

dalam rangka pencapaian tujuan tersebut adalah penyerapan tenaga kerja,

pemantapan struktur industri, bidang usaha pionir, dan pengembangan

wilayah/kawasan/daerah tertentu.

79

Discretion menurut oxford learner’s pocket dictionary adalah good judgement atau

freedom to decide what to do yang dapat diartikan sebagai selektif. Prinsip discretion yang

dimaksud disini memiliki artian pemerintah dalam memberikan fasilitas pajak harus selektif agar

tujuan dari pemberian fasilitas pajak ini dapat tercapai.

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 126: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

113

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil

beberapa kesimpulan yang menjadi jawaban atas permasalahan yang diajukan,

yaitu:

a) Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam perumusan bidang-bidang

usaha tertentu dan atau daerah-daerah tertentu tersebut dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

• Pengembangan struktur industri

• Pengalihan teknologi

• Penciptaan lapangan pekerjaan

• Bidang usaha pionir

• Akses ke pasar internasional

• Pengembangan daerah tertentu

• Mendukung kebijakan pemerintah

b) Dilihat dari dasar pertimbangan yang digunakan oleh tim perumus kebijakan

dalam memutuskan penerimaan dan penolakan pada PP. No.62/2008, maka

dapat dilihat keterkaitan antara faktor-faktor yang menjadi input rumusan

kebijakan dengan output kebijakan berupa PP. No.62/2008. Maka dapat

disimpulkan PP. No.62/2008 yang merupakan output dari rumusan kebijakan

insentif pajak penghasilan untuk penanaman modal di bidang-bidang usaha

tertentu dan atau daerah-daerah tertentu telah sesuai dengan faktor-faktor yang

menjadi input pertimbangannya.

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 127: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

114

5.2 Saran

Saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Dalam perumusan mengenai jenis insentif pajak yang diberikan agar

memperhatikan berbagai macam aspek dan tidak hanya terfokus kepada

pengurangan atau pembebasan pajak. Akan tetapi dapat juga berupa insentif

pajak dalam bentuk pelayanan pajak yang prima ataupun berupa paket insentif

usaha.

b) Perlunya sinkronisasi dan ketegasan antara peraturan perundang-undangan

yang mengatur mengenai penanaman modal dengan peraturan perundang-

undangan yang mengatur mengenai perpajakan. Hal ini diperlukan untuk

memberikan kepastian hukum kepada investor dalam menanamkan modalnya

di Indonesia.

c) Membentuk aturan pelaksanaan yang baru terkait dengan PP. No.62/2008. Hal

ini perlu dilakukan secepatnya mengingat terdapat perbedaan dalam hal

pelaksanaan yang merupakan dampak dari adanya perubahan pasal 4 dan pasal

4A dari PP. No.1/2007 menjadi PP. No.62/2008.

d) Pemberian pembebasan pajak dapat dilakukan dengan mempertimbangkan

berbagai macam faktor seperti halnya industri pionir yang terdapat dalam

pasal 18 ayat 5 UU. No.25 Tahun 2007 tentang penanaman modal.

e) Pemerintah daerah perlu meningkatkan kompetensinya dalam rangka menarik

investor untuk menanamkan modalnya antara lain melalui pembenahan

birokrasi dan perizinan, pemberian layanan yang lebih baik, dan juga

penertiban pungutan liar.

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 128: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

115

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Creswell, John W, Research Design: Qualitative and Quantitative Approach.

California: Sage Publication. 1994

Dwidjowijoto, Riant N. Kebijakan Publik untuk Negara-Negara Berkembang.

Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. 2006

. Analisis Kebijakan. Jakarta: PT.Elex Media Komputindo.

2007

Easson, Alex. Tax Incentives for Foreign Direct Investment. The Hague: Kluwer

Law International. 2004

. Taxation of Foreign Direct Investment: An Introduction. The

Hague: Kluwer Law International. 1999

Fromm, Gary. Tax Incentives and Capital Spending. Washington D.C.: The

Brookings Institution. 1971

Gunadi. Akuntansi Pajak. Jakarta: PT. Grasindo. 2005

Heller, Jack dan Kenneth M. Kauffman. Tax Incentives for Industry in Less

Developed Countries. USA: The Law School of Harvard University. 1963

Holland, David dan Richard J. Vann. “Income Tax Incentives for Investment”

dalam Victor Thuronyi (Editor). Tax Laws Design and Drafting.

Washington D.C.: International Monetary Fund. 1998

Lang, Michael. Tax Treaty Interpretation. The Hague: Kluwer Law

International. 2001

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 129: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

116

Lester, James P. dan Joseph Stewart Jr., Public Policy an Evolutionary

Approach. USA: Thomson Learning. 2000

Lumbantoruan, Sophar. Akuntansi Pajak. Jakarta: PT. Grasindo. 2005

Mansury, R. Kebijakan Fiskal. Jakarta: Yayasan Pengembangan dan

Penyebaran Pengetahuan Perpajakan. 1999

Markus, Muda dan Lalu Hendry Yujana. Pajak Penghasilan. Jakarta:

PT.Gramedia Pustaka Utama. 2004

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja

Rosdakarya. 2005

Moosa, Imad A. Foreign Direct Investment: Theory, Evidence and Practice.

New York: Palgrave Macmillan. 2002

Neuman, William Lawrence. Social Research Methods, Qualitative and

Quantitative Approaches, 4th edition. USA: Allyn & Bacon. 2000

Nightingale, Kath. Taxation, Theory and Practice. Harlow: Pearson Education

Ltd. 2000

Nurmantu, Safri. Pengantar Perpajakan. Jakarta: Granit. 2003

Palumbo, Dennis J. Public Policy In America, Government In Action, USA:

Harcourt Brace & Company. 1994

Prasetyo, Bambang & Lina M. Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif:Teori dan

Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2005

Rimsky K, Judisseno. Pajak & Strategi Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama. 2005

Rosdiana, Haula dan Rasin Tarigan. Perpajakan Teori dan Aplikasi.

Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada. 2005

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 130: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

117

Rusjdi, Muhammad. Pajak Penghasilan. Jakarta: PT. Indeks. 2006

Shome, Parthasarathi. Tax Policy Hand Book. Washington D.C.: Tax Policy

Division Fiscal Affair IMF. 1995.

Suandy, Erly. Perencanaan Pajak. Jakarta:Penerbit Salemba Empat. 2006

Theodoulou, Stella Z. The Art of The Game Understanding American Public

Policy Making. Canada: Nelson. 2004

Viherkenttä, Timo. Tax Incentives in Developing Countries and International

Taxation. The Hague: Kluwer Law International. 1991

Waluyo. Perpajakan Indonesia, Pembahasan Sesuai Dengan Ketentuan

Perundang-undangan Perpajakan dan Pelaksanaan Perpajakan Terbaru.

Jakarta: Salemba Empat. 2006

Wells, Louis T, et. al. Using Tax Incentives to Compete for Foreign Investment.

Washington D.C.: The International Finance Corporation and the World

Bank. 2001.

Buku Elektronik:

Biggs, Philippa. Tax Incentives to Attract FDI. New York: United Nations

Publication. 2007

Nigel A. Chalk, Tax incentives in The Philippines: A Regional Perspective. IMF

Working Paper. 2001

UNCTAD. Tax Incentives and Foreign Direct Investment: A Global Survey.

New York: United Nations Publication. 2000

UNCTAD. Investment Policy Review, Mauritius. New York: United Nations

Publication. 2001

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 131: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

118

Peraturan Perundang-undangan:

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak

Penghasilan. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor

127)

. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak

Penghasilan. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor

133)

. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2000 Nomor 126)

. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 85)

. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

Nomor 67)

. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang

Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang

Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu. (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 1)

. Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2008 tentang

Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang

Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu. (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 132)

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 132: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

119

Skripsi:

Wirastuti Astari, “Pengaruh Kebijakan Pajak Terhadap FDI (Suatu Studi Tahun

1999-2004), Skripsi FE UI, 2005, bahan tidak diterbitkan.

Lainnya:

John Hutagaol, “Kebijakan Pajak di Indonesia, Perilaku Bisnis, (Volume 1

No.2, April 2007)

Redaksi, “Insentif Pajak Bukan Penentu Daya Saing “, Investor Daily, 18

November 2005.

“23 Bidang Usaha Dapat Insentif Pajak”, www.ortax.org, diunduh 8 oktober

2008.

“Hadapi Krisis Finansial, PP Fasilitas Pajak Direvisi”, www.ortax.org, diunduh

8 oktober 2008.

“Investment Policies Statement”, www.bkpm.go.id, diunduh 22 februari 2008.

“Pemerintah Keluarkan Revisi PP No.1/2007”, www.ortax.org, diunduh 8

oktober 2008.

“Pengusaha Menilai Pemerintah Tidak Rela Memberi Fasilitas PPh’,

www.ortax.org, diunduh 8 oktober 2008.

“PP 1/2007 Direvisi, Fasilitas Pajak 10 Bidang Usaha Diperluas”,

www.ortax.org, diunduh 3 maret 2008.

“Survei Faktor-Faktor Non Ekonomi yang Mempengaruhi Iklim Investasi”,

www.bi.go.id, diunduh 5 maret 2008.

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 133: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

120

Lampiran

Wawancara Mendalam

Bapak Sartono, SE, Mcom (Ec)

Asisten Deputi Menko Perekonomian Urusan Fiskal

• Apakah tujuan dari dibuatnya revisi dari PP. No.1/2007?

“ Yang mana nih mas, yang PP 1 atau yang revisi? Kalo yang revisi itu kan

sudah bersifat kelanjutan dari PP 1 tapi kalau PP 1 itu dibuat sebagai

penyempurnaan dari PP. No.148 tahun 2000 karena PP 148 itu kan tidak

aplikatif, tidak operasional dan terlalu banyak bidang usaha yang masuk disitu,

hampir seluruh sektor dimasukkan, banyak sekali bidang usaha. Sehingga yang

namanya fasilitas tuh harus selektif.”

• Apakah di PP.148 itu tidak ada lampirannya pak?

“Oo... ada itu, ada, tapi banyak, dan itu kan aturan pelaksanaannya tidak ada

disitu, blum ada. Lagian disitu ngak operasional karena kriterianya ngak jelas”

• Kriteria....??

“Kriteria dari bidang usaha itu, kenapa dia diberikan fasilitas itu ngak jelas”

• Seperti kriteria jenis bidang usaha itu ya pak?

“Iya, di PP. 148 kan kenapa dia masuk disitu ngak jelas. Sehingga hampir

semua bidang usaha pada sektor itu masuk. Jadi seolah-olah bukan merupakan

fasilitas lagi. Sama aja obral gitu, namanya fasilitas kan untuk yang tertentu,

yang namanya fasilitas harus selektif kan? Makanya PP 1 itu merevisi itu,

makanya muncul, untuk bisa masuk dalam kategori yang diberikan fasilitas dia

harus memenuhi kriteria-kriteria itu.”

• Kriteria yang ada di lampiran itu pak?

“Iya, kriteria yang ada di lampiran itu. Kan sudah saya berikan itu yang

dicentang-centang itu.”

• Ooo... yang tingkatannya tinggi rendah itu pak?

“Iya, iya, itu dari tenaga kerja, bagaimana penyerapan tenaga kerjanya,

kemudian bagaimana dia bisa memantapkan struktur industri, apakah dia

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 134: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

121

bidang usaha pionir, apakah dia mengembangkan suatu wilayah tertentu. Lah,

itukan ada empat itu.”

• Ooo.. gitu pak, kalau untuk tahapan dari perumusannya itu darimana kemana

gitu pak?

“Hmm... itu kan kalau dari PP 148 ke PP 1 itu kan tahapannya tadinya kan ngak

operasional akhirnya Menteri Perdagangan menyampaikan kepada Menko

Perekonomian bahwa perlu dilakukan revisi mengenai PP itu. Karena dari

tahun 2000 sampai tahun 2006 itu ngak jalan gitu loh, ngak jalan, ngak efektif.

Sehingga dari itu langsung dilakukan koordinasi di Menko”

• Kalo dari PP 1 ke yang sedang di revisi ini pak?

“O, kalo ini hanya bersifat evaluasi dari pelaksanaan PP 1, dan evaluasinya

hanya menyangkut evaluasi bidang usaha yang kemungkinan dapat masuk pada

PP 1”

• Departemen-departemen yang terkait dalam perumusan PP ini apa saja ya pak?

“Kalau itu tergantung sektornya, jadi kalau kemarin itu yang masuk

mengajukan itu seperti Departemen Pertanian, Departemen Kelautan dan

Perikanan, Departemen Perindustrian, Departemen ESDM, kemudian

Departemen Kehutanan, BKPM, dan Otorita Batam”

• Kalau departemen-departemen itu Menko yang mengundang, apakah sudah

ditentukan departemen mana saja yang akan diundang atau departemen apa saja

yang mau dipersilahkan untuk mengajukan usulan?

“O, itu kalau memang mereka berkeinginan untuk mengajukan itu ada, ya

memang mengajukan ke Menko. Ada biasanya yang normal, yang sering itu

melalui departemen sektoralnya. Misalkan masalah energi, dia mengajukan ke

ESDM. Industri, dia biasanya melalui Departemen Perindustrian, ada juga yang

melalui BKPM.”

• Peranan dari departemen yang terkait itu sejauh mana ya pak dalam perumusan

ini?

“Dia kan yang minta, mengajukan, lalu mereka harus memberikan argumentasi

yang kuat, kalau memang itu bisa diterima, alasannya apa, tapi dijustifikasi lagi

kan disitu, ini sesuai ngak memenuhi kriteria ini.”

• O, jadi mereka sebagai pengaju usulan ya pak?

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 135: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

122

”Iya, betul”

• Kalau dalam hal pembedanya pak, revisi PP 1 itu yang menjadi pembeda hanya

lampirannya saja ya pak? Kalau dalam hal teknisnya sendiri itu ada yang

disempurnakan juga pak?

“O, kalau dalam hal teknisnya seperti Per.Men.nya (Peraturan Menteri

Keuangan) itu sampai sekarang belum. Per.Men.nya tetap, itu kan hanya

prosedur administrasi, dan ya, prosedur teknislah.

• O, jadi masih memakai yang lama ya pak?

“Sampai sekarang ini masih.”

• Substansinya pak?

“Kalau substansi dari PP nya ngak, karena itu kan ketentuan fasilitas yang

diberikan A, B, C, D gitu.

• Kalau yang sekarang ini peraturan pelaksanaannya apa saja pak? Peraturan

Menteri Keuangan dan Peraturan Dirjen Pajak saja ya pak?

“O, selain itu ada peraturan kepala BKPM.”

• Dalam PP. No.1/2007 itu ada kendala atau permasalahan tidak pak?

“Sebetulnya ngak, karena sudah jelas. Pada awalnya sih, hmm..., ada sedikit

kendala karena proses ininya yah, jadi seperti, pendaftaran pengusaha di

BKPM, itu kan ada sedikit kendala teknis, sebenarnya itu ngak berarti juga sih.

Karena biasanya orang mau investasi itu kan perlu mendaftarkan dulu badan

usahanya, itu biasanya belum permanen dia tempatnya, lha itu, karena belum

permanen makanya penerbitan PP-nya agak terganggu, waktunya tertunda, nah

itu setelah dia permanen baru bisa. Hanya teknis kecil sebetulnya, soalnya ini

sudah jalan itu ngak begitu ada kendala. Soalnya di Dirjen Pajak itu kan juga

disaring, diliat, yang memenuhi atau tidak.”

• Dalam hal jenis insentifnya nih pak, dalam PP 1 atau hasil revisinya itu nanti

ada batas waktunya ngak pak?misalkan dalam pengurangan tarif dividen itu

pak, itu ada pembatasannya ngak pak?

“Itu dalam ketentuannya ngak ada pembatasan waktu itu, jadi saat dia

menggunakan, misalkan di invest dia, dan hasil invest nya itu kan tax nya

maksimal 10%, mungkin bisa kurang dari 10% tergantung dari tax treaty nya.”

• Jadi sifatnya tidak dibatasi oleh waktu ya pak?

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 136: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

123

“O, itu ngak”

• Terus untuk penyusutan dipercepat itu gimana pak? Misalkan saya invest nih,

misalkan 100 juta, misalkan saya usahanya pabrik, terus nanti saya beli mesin

baru lagi, apakah akan dapat fasilitas secara langsung atau harus mengajukan

fasilitas lagi?

“Kalau itu harus mengajukan lagi, karena itu kan diaudit, karena itu jatuhnya

perluasan, misalkan perluasan gitu.”

• Jadi yang dapat fasilitas itu hanya item yang misal pada awalnya saya apply

100 juta, hanya 100 juta itu saja yang dapat fasilitas?

“Iya, kalau mengajukan lagi itu namanya perluasan.”

• Jadi, kalau misalkan saya beli mesin masa manfaat 8 tahun, kan jadi 4 tahun

nih, nah kalau sudah 4 tahun kan berarti mesinnya diganti, nah yang mesin

barunya itu otomatis dapat fasilitas tidak pak?

“O, kalau itu ngak, lho itu kan berarti bidang usaha lama, bukan ekspansi kan,

bukan modal baru dan ekspansi kan, yang dapat itu baru dan ekspansi.”

• Jadi kalau saya beli mesin baru lagi tidak fasilitas lagi ya? Jadi pakai yang

normal?

“Iya, kecuali bikin perluasan baru.”

• Kalau yang masuk definisi perluasan itu seperti apa sih pak?

“Misalkan kalau dia nambah kapasitas, atau mungkin dia bikin usaha yang

berhubungan terkait dengan kegiatan dia.”

• Jadi misalkan dia sebelumnya bikin usaha pengolahan ikan di daerah natuna,

terus dia mau bikin pabrik baru lagi, itu ngak otomatis langsung dapat ya pak?

“Tidak, itu harus mengajukan perluasan usaha lagi atau pengajuan modal baru.

Bisa baru bisa perluasan, kalau memang itu terkait dengan perluasan bidang

usaha.”

“Memang itu ada perdebatan juga ya, apakah pengembangan produksi masuk

perluasan, ada dari kualitas, apakah peningkatan kualitas itu juga perluasan,

peningkatan kualitas itu kan bisa saja dengan invest lagi gitu. Ya memang

dibutuhkan suatu klarifikasi yang agak detail kalau memang ke arah sana. Tapi

kalau memang secara fisik sudah kelihatan, nah itu akan lebih mudah. Bisa

complicated memang.”

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 137: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

124

• Kalau dalam loss carry forward perlakuannya gimana pak? Apa perusahaan

induk yang melakukan perluasan usaha juga bisa menikmati fasilitas ini?

“Ngak itu, yang dapet fasilitas itu hanya perluasannya saja, kalau dia dapet

carry forward, nanti yang lain lagi ikut carry forward lagi yang lainnya.”

“Kalau masalah seperti accounting nya itu nanti Dirjen Pajak yang melakukan

itu (Pemeriksaan). Tapi kalau pakai logika aja, ngak mungkin lah kalau yang

menikmati fasilitas ini terus perusahaan induknya ikut-ikut.”

“Jadi hanya bidang usaha yang dapat fasilitas ajalah yang bisa menikmati.”

• O, iya pak, nanti dalam skripsi saya kan rencananya mau membuat ilustrasi

antara menggunakan fasilitas dan tanpa fasilitas, pengaruhnya seperti apa, nah

biar lebih realistis, bisa ngak pak saya melampirkan perhitungan yang diajukan

oleh X? karena dalam pengajuan fasilitasnya itu, saya lihat X sangat jelas

proyeksi keuangannya. Nanti semuanya akan saya samarkan pak.

“Wah, masalahnya itu kan bidang usaha spesifik itu, nanti kelihatan ciri-

cirinya. Nanti kalau saya ijinkan ngak bisa itu. Itu sangat rahasia sekali lho itu,

karena bukan hanya dari kita, itu kan hubungannya dengan negara lain.”

• Nanti semuanya akan saya samarkan pak, saya hanya ambil laba, pajak yang

dibayar dan penghematannya saja pak, biar realistis angkanya gitu pak.

“Hmm...., bisa saja, tapi nanti sebelum laporannya diserahkan dikasih ke saya

dulu saya periksa. Soalnya ini kan berhubungan dengan kompetisi antar negara,

bukan hanya nasional, sebenarnya sangat rahasia sekali itu.”

(Hasil konfirmasi terakhir mengenai perijinan penggunaan ilustrasi itu akhirnya

tidak bisa peneliti pergunakan, karena tidak mendapatkan perijinan dari pihak

yang terkait.)

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 138: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

125

Wawancara Mendalam

Bapak Prof. Dr. John Hutagaol

Kepala Subdirektorat Dampak Kebijakan Direktorat Jenderal Pajak

• Setelah saya membaca tulisan bapak di beberapa artikel nanti saya minta

izinnya untuk mengutip pernyataan bapak, karena beberapa hal yang ingin saya

tanyakan sudah bapak jawab dalam tulisan bapak tersebut.

“O, boleh..’

• Dari tulisan bapak yang saya baca, berarti untuk Foreign Direct Investment

(FDI) insentif itu sebenarnya tidak terlalu berarti ya pak? Karena tax sparring

rulenya tidak ada, sehingga nanti akan dikenakan lagi di negara investor yang

bersangkutan.

“pertama begini, insentif pajak itu kan bentuknya macam-macam, jadi gini,

misalkan pembebasan, kalau dia tidak bayar pajak di Indonesia, dia bayar pajak

di negaranya. Kalau dia bayar pajak di Indonesia apa yang dia bayar akan

dikompensasi sebagai kredit pajak di negaranya. Jadi sebenarnya, insentif pajak

itu, ya, tidak terlalu laku lah bagi investor, karena dia harus bayar pajak.”

“Dia ngak bayar pajak di Indonesia, dia bayar pajak di tempat lain.”

• Jadi kurang efektif juga ya insentif pajak pak?

“Jadi sebenarnya insentif pajak itu kurang diminati.”

• O, makanya bapak lebih menekankan kepada pelayanan pajak yang

professional itu ya pak?

“Bagi wajib pajak itu yang penting mereka mendapat kepastian hukum,

kemudahan perizinan, kestabilan moneter, keamanan, itu lebih penting daripada

insentif pajak..”

• Terus berkaitan dengan tax sparring itu sekarang sudah sulit ya pak?

“Kebanyakan negara ngak mau memberikan tax sparring, karena pajak itu

merupakan sumber penerimaan mereka.”

• Lalu apakah Malaysia sebagai negara yang sekarang ini masih memberikan

insentif pajak secara “obral” memiliki tax sparring pak?

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 139: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

126

“Ngak ada, tax sparring itu kan, sekarang ini negara tuh ngak ada yang mau

kasih tax sparring, ada di treaty kita Indonesia-jepang. Sekarang banyak negara

ngak mau lagi memberikan tax sparring, terutama negara-negara maju, negara

pengekspor modal, pajak itu merupakan sumber utama penerimaan mereka.”

• Tapi kenapa masih banyak peminat dari insentif pajak ini ya pak?kan tidak

berpengaruh, kalaupun tidak dikenakan pajak sekarang akan dikenakan pajak

nanti.

“Insentif yang diinginkan oleh perusahaan itu yang berupa paket insentif. Jadi

dalam paket insentif itu ada pajak juga, ada juga yang non tax seperti perizinan,

kepastian hukum, keamanan, stabilitas moneter, inflasi juga stabil, adanya

sumber daya alam yang memadai, pelayanan perbankan dan keuangan yang

sophisticated faktor-faktor ini sebenarnya yang lebih menjadi perangsang.

Terus juga masalah pertanahan, hak guna usaha atau hak pakai, hak usaha,

seperti konsesi kita kan 30 tahun. Terus keluar masuk devisa yang tidak terlalu

ketat, perizinan expatriate. Jadi justru faktor-faktor diluar pajak itu yang perlu

lebih ditekankan.

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 140: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

127

Wawancara Mendalam

Ibu Handayani

Staff Subdirektorat Peraturan Perpajakan II Direktorat Jenderal Pajak

• Apakah tujuan dari dibuatnya revisi dari PP. No.1/2007?

“Kalau dari kita (DJP) sih tujuannya ngak jauh dari yang ada di penjelasan

Pasal 31A, nah disinilah kita dari Pasal 31A sampai dengan penjelasannya. Nah

disini kan ada tujuannya apa aja “

• O, jadi tujuannya yang ada di Pasal 31A ya bu?

“Iya, nah tapi kan ada lampirannya, kalo itu bukan kita yang menentukan, kalau

itu kamu coba cari ke Menko. Pokoknya kalau kita sih tujuannya liat disini aja

nih (penjelasan Pasal 31A).”

“Jadi kalau kenapa daerah ini yang dikasih fasilitas kenapa usaha ini dikasih

fasilitas, itu bukan kita yang menentukan.”

• Jadi kedudukan DJP dalam perumusan kebijakan ini bagaimana bu? Maksud

saya apakah ikut mengajukan usulan atau semacamnya?

“Kalau kita sih kalau ada koordinasi dari Menko kita ikut, setiap rapat kita

selalu ikut.”

“Jadi kalau kamu mau tanya tujuannya pokoknya kita ngak jauh dari Pasal

31A”

• Jadi dalam perumusan bidang usaha tertentu dan daerah tertentu ini lebih di

Menko perumusannya ya bu?

“Iya, misalkan kenapa daerah ini diusulin, kenapa bidang investasi ini diusulin,

kenapa KLBI ini-ini, itu departemen yang terkait.”

“Pokoknya kalau kita sih cuma ngasih fasilitas ini lho, prosedurnya begini.

Tapi kalau nentuin usahanya apa, daerahnya mana itu bukan kita.”

• Kalau alasan pemberian jenis insentifnya, misalkan kenapa diberikan

investment allowances, kenapa pengurangan tarif?

“Kalau itu sih kita mengacu pada pasal 31A, karena dalam pasal 31A nya kan

jenis insentif yang dikasih itu. “

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 141: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

128

“Kalau kamu mau tau bagaimana perbandingannya kamu bikin aja simulasinya,

misalkan pakai tax holiday 5 tahun, terus investment allowances 30%, terus

kamu lihat perbandingannya, mana yang lebih menguntungkan.”

• Dalam kasus perluasan usaha, nanti yang mendapatkan fasilitas pajak ini

apakah hanya perluasan usaha barunya saja atau perusahaan induknya juga

dapat menikmati fasilitas ini bu?

“Ya cuma satu lah, perluasan usahanya saja.”

• Dalam pelaksanaan fasilitas pajak PP. No.1/2007 ini apakah ada kendala?

Misalkan ada perusahaan yang cuma manfaatin fasilitasnya aja.

“Ya ngak lah, kita kan juga teliti, kita periksa dulu semua perusahaan yang mau

dapat fasilitas, lagian kan sebelumnya ada BKPM yang menentukan perusahaan

ini masuk KLU (Klasifikasi Lapangan Usaha) ini, nah yang menentukan

administrasinya kan BKPM, nah setelah dari BKPM baru nanti DJP yang

memeriksa, apakah semua syarat sudah terpenuhi atau belum, kalau sudah

memenuhi seluruh syarat administratif nanti kita kasih fasilitasnya. Setelah itu

nanti kita pantau, kita awasi.”

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 142: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

129

Wawancara Mendalam

Bapak Dedi Mardianto

Staf Biro Hukum Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

• Bagaimanakah alur yang dijalani oleh investor dalam rangka menanamkan

modalnya dengan pengajuan fasilitas pajak PP. No.1/2007 ini pak?

“Kalau dalam prosedurnya sih bisa diliat di peraturannya (Peraturan Kepala

BKPM No.89 Tahun 2007) aja, sesuai dengan yang ada disitu.”

• Jadi alurnya dari BKPM terus ke Dirjen Pajak ya pak?

“Iya, jadi setelah investor mengajukan permohonan fasilitas lalu nanti kita

periksa dulu kelengkapan dan kebenarannya baru setelah itu kita teruskan ke

Menteri Keuangan melalui Dirjen Pajak.”

• Apa aja tuh pak yang diperiksa?

“Sama seperti yang ada di peraturan itu, fotokopi NPWP, surat perizinan, sama

LKPM (Laporan Koordinasi Penanaman Modal).”

• O, iya pak, LKPM itu sebenarnya apa ya pak?

“LKPM itu laporan realisasi sejauh mana investor telah menanamkan

modalnya, misalnya realisasi pengadaan tanah, realisasi penyerapan tenaga

kerja, realisasi produksi, realisasi pembangunan pabrik, dan lainnya nanti kamu

liat aja peraturannya (Keputusan Kepala BKPM No.61 Tahun 2004).”

• Jadi nanti realisasi dari investasinya itu dilaporkan ke BKPM gitu pak?

“Iya, nanti investor itu secara periodik lapor kita mengenai realisasi penanaman

modalnya itu, pake LKPM itu.”

• Kalau di Per. Kepala BKPM No.89 Tahun 2007 itu kan tingkat realisasi

minimal 75% dari penanaman modal, maksudnya gimana pak?

“Jadi, kalau mau mengajukan fasilitas pajak ini, minimal investor sudah

merealisasikan 75% dari perencanaan investasinya, nah kalau sudah minimal

75%, baru dia bisa ngajuin fasilitas.”

“Jadi, kalau mau mengajukan fasilitas pajak ini, minimal investor sudah

merealisasikan 75% dari perencanaan investasinya, nah kalau sudah minimal

75%, baru dia bisa ngajuin fasilitas.”

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 143: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

130

• Lho, bukannya dia musti dapat izin dulu pak baru boleh mulai investasi?

“Iya, dia harus punya izin dulu kalau mau investasi.”

• Tapi, tadi katanya minimal 75% baru boleh mengajukan izin?

“Itu kan izin pengajuan fasilitas pajak, beda lagi sama izin untuk investasi.”

• Jadi izin investasi dulu baru izin pengajuan fasilitas gitu pak?

“Iya, jadi pertama investor mengajukan izin untuk penanaman modal dulu,

nanti kalau dia mau mengajukan fasilitas pajak ini baru dia mengajukan izin

lagi buat fasilitasnya.”

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008

Page 144: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN … 011 08 Wir a... · BAB 4 ANALISIS RUMUSAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2008 4.1 Analisis Faktor-Faktor Pertimbangan

Universitas Indonesia

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Harry Wirahman

Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Mei 1986

Alamat : Jl. Pedati 1 No.19b Bidaracina Jatinegara 13330

Nomor Telepon : 021-92550521

Surat Elektronik : [email protected]

Situs Web : http://www.wirahman.tk

Nama Orang tua : Ayah : Dahyar Wijaya

Ibu : Aida Rachmani Chaeriah

Riwayat Pendidikan Formal :

SD : SD Islam As-syafiiyah 02

SLTP : SLTPN 109 Jakarta Timur

SMU : SMUN 81 Jakarta Timur

Analisis Rumusan Kebijakan..., Harry Wirahman, FISIP UI, 2008