UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS KARAKTERISTIK TERMAL...
Transcript of UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS KARAKTERISTIK TERMAL...
i
Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS KARAKTERISTIK TERMAL PADA KABEL
BERISOLASI DAN BERSELUBUNG PVC TEGANGAN
PENGENAL 300/500 VOLT
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
ARIFIANTO
04040301Y
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN ELEKTRO
DEPOK
DESEMBER 2008
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
ii
ii
Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
Nama : Arifianto
NPM : 040403701Y
Tanda Tangan :
Tanggal : 24 Desember 2008
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
iii
iii
Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Arifianto
NPM : 040403701Y
Program Studi : Teknik Elektro
Judul Skripsi : Analisis Karakteristik Termal Kabel Berisolasi
..................................................Berselubung PVC Tegangan Pengenal
..................................................300/500V
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada
Program Studi Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Rudy Setiabudy ( )
Penguji : Dr. Ir. Iwa Garniwa MK, MT ( )
Penguji : Budi Sudiarto S.T, M.T ( )
Ditetapkan di : Kampus UI Depok
Tanggal : 31 Desember 2008
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
iv
iv
Universitas Indonesia
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-
Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik
Program Studi Elektro pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Saya
menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
kepada:
(1) Prof. Dr. Ir. Rudy Setiabudy, selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan skripsi ini;
(2) Asisten Lap TTPL yang telah menyediakan peralatan yang digunakan dalam
skripsi ini;
(3) Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan dukungan moral dan
material; dan
(4) Teman-teman saya di Teknik Elektro angkatan 2004 khususnya Fael dan
Aris, atas ide-ide serta saran dan juga bantuan diberikan dalam penyusunan
skripsi ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.
Depok, Desember 2008
Penulis
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
v
v
Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Arifianto
NPM : 040403701Y
Program Studi : Elektro
Departemen : Elektro
Fakultas : Teknik
Jenis karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
ANALISIS KARAKTERISTIK TERMAL PADA KABEL
BERISOLASI DAN BERSELUBUNG PVC TEGANGAN
PENGENAL 300/500 VOLT
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 31 Desember 2008
Yang menyatakan
( )
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
vi
vi
Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Arifianto
Program Studi : Teknik Elektro
Judul : Analisis Karakteristik Termal Pada Kabel Berisolasi.Berselubung
.......................... PVC Tegangan Pengenal 300/500V
.
Isolator PVC memiliki karakteristik yang sesuai dengan kebutuhan dan
memenuhi syarat standar serta beberapa kelebihan dari material lain diantaranya
bebannya yang lebih ringan, sifat mekanik yang lebih baik, dan resistivitas yang
lebih tinggi. Namun Isolator jenis ini memiliki beberapa kelemahan, salah
satunya adalah ketahanan panas yang rendah sehingga mudah meleleh jika
bekerja pada arus yang tinggi. Skripsi ini membahas pengujian yang dilakukan
di laboratorium dengan mengalirkan arus kepada kabel hingga melewati
kemampuan hantar Arus maksimumnya. Dengan demikian bisa dilihat perubahan
fisik yang terjadi pada isolasi kabel ketika bekerja pada arus yang tinggi. Data
yang didapat kemudian akan dianalisa.
Kata Kunci: Isolasi, Kemampuan Hantar Arus, Temperatur
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
vii
vii
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Arifianto
Study Program : Electrical Engineering
Title : Analysis of Thermal Characteristic on PVC insulated Cable
…………………with Rating Voltage 300/500V
PVC insulator is one kind of insulator that satisfy some of standard and has
better quality than another material: it is light, has good mechanical character
and has high resistivity. However, it has few problem. One of them is low
endurance on very high temperature. Then it will melt on very high current. This
final project will discuss an experiment done in laboratory, by applying current
on conductor below it‟s maximum current conducting ability. And than, physical
change that happen when the insulator work on very high temperature can be
examined. Moreover, data that has been retrieved will be analyzed.
Keywords: Insulator, current conducting ability, temperature
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
viii
viii
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
JUDUL.....................................................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS...................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii
UCAPANTERIMAKASIH....................................................................................iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.....................v
ABSTRAK.............................................................................................................iv
DAFTAR ISI.........................................................................................................vii
DAFTARGAMBAR............................................................................................viii
DAFTAR TABEL...................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................ix
1. PENDAHULUAN..............................................................................................1
...1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
. 1.2.Tujuan............................................................................................................2
1.3 Pembatasan Masalah......................................................................................2
...1.4 Metodologi Penulisan.....................................................................................2
1.5 Sistematika Penulisan....................................................................................2
2.DASAR TEORI..................................................................................................3
...2.1 Karakteristik Bahan Polimer........................................................................4
..........2.1.1 Massa Jenis Bahan Polimer..................................................................5
..........2.1.2 Karakteristik Mekanik Polimer............................................................6
..........2.1.3 Karakteristik Listrik Polimer...............................................................8
...................2.1.3.1 Kekuatan hancur dielektrik/bahan isolasi................................8
...................2.1.3.2 Tahanan Isolasi........................................................................9
...................2.1.3.3.Konstanta.Dielektrik.( ).dan.faktor.kerugian
...............................dielektrik ( tan )...................................................................9
2.1.4 Sifat-sifat termal polimer..................................................................10
.......2.1.4.1 Koefisien Pemuaian Termal...................................................10
.......2.1.4.2 Panas jenis.............................................................................11
.........2.1.4.3 Koefisien hantaran termal....................................................12
.........2.1.4.4 Titik Tahan Panas ................................................................13
2.2 Kabel dan Penghantar...............................................................................14
..........2.2.1 Jenis Kabel dan Penghantar...............................................................14
..........2.2.2 Kabel NYM .......................................................................................15
...2.3 Karakteristik Medan Magnet dan Temperatur pada Penghantar yang
....... Ditekuk.......................................................................................................17
2.3.1.Distribusi gaya magnetik pada konduktor yang ditekuk....................17
2.3.2 Karakteristik Temperatur dari konduktor yang ditekuk.....................19
2.3.2.1.Pengaruh sudut penekukan dan Radius Penekukan .....
..............................Terhadap Temperatur Konduktor............................................19
2.3.2.2.Pengaruh.Rasio.ArusdterhadapdTemperaturdPenghantar......20
2.4 Karakteristik panas dari kabel......................................................................22
......... 2.4.1 Konstruksi kabel ...............................................................................22
2.4.2 Sumber Pemanasan pada Kabel.........................................................23
..................2.4.2.1 Rugi-Rugi Konduktor..............................................................23
..................2.4.2.2.Rugi-Rugi Dielektrik (Dielectric losses)................................24
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
ix
ix
Universitas Indonesia
…….2.4.3 Temperatur dan Aliran Panas Pada Kabel.......................................26.
3. METODE PENGUJIAN................................................................................28
....3.1 Peralatan dan Rangkaian Pengujian ...........................................................28
..........3.1.1 Sampel Pengujian ……….................................................................28
..........3.1.2 Peralatan Pengujian............................................................................29
..........3.1.3 Rangkaian Pengujian …….................................................................29
....3.2 Pengujian ketahanan termal isolasi kabel NYM 2 x 1.5 mm2.....................30
..........3.2.1 Persiapan awal pengujian …….........…….........................……….31
..........3.2.2 Prosedur Pengujian ..........................................................................31
..................3.2.2.1 Pengujian terhadap kabel yang sesuai standar........................31
..................3.2.2.2 Pengujian terhadap kabel yang tidak sesuai standar .............32
4. HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS........................................................34
....4.1 Data Pengujian temperatur Kabel yang Sesuai Standar..............................34
...........4.1.1 Data Pengujian Kabel yang lurus.....................................................34
...........4.1.2 Data Pengujian Kabel yang ditekuk.................................................40
.....4.2 Data Pengujian temperatur Kabel yang tidak Sesuai Standar....................46
5 . KESIMPULAN...............................................................................................51
DAFTAR ACUAN...............................................................................................52
LAMPIRAN.........................................................................................................53
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
x
x
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.Rumus kimiawi bahan PVC................................................................4
Gambar 2.2.Kabel Instalasi Tetap.........................................................................16
Gambar.2.3.Kabel Fleksibel.................................................................................17
Gambar.2.4.Penghantar yang ditekuk................................................................. 18
Gambar.2.5.Model yang digunakan untuk perhitungan................................19
Gambar.2.6.Pengaruh nilai Ro terhadap temperatur maksimum..........................20
Gambar 2.7 Pengaruh sudut penekukan terhadap Temperatur maksimum...........21
Gambar.2.8.Pengaruh rasio arus terhadap temperatur maksimum.....................21
Gambar.2.9 Pengaruh arus pengujian terhadap temperatur maksimum........... 22
Gambar.2.10 Konstruksi kabel tegangan menengah............................................23
Gambar.2.11 Diagram arus pada kapasitor..........................................................26
Gambar 2.12 Rangkaian termal untuk kabel dengan satu sumber kalor...............27
Gambar 2.13 Rangkaian termal untuk kabel dengan dua sumber kalor..............28
Gambar 3.1 Konstruksi kabel NYM....................................................................29
Gambar 3.2 Rangkaian Pengujian Kenaikan Temperatur................................... 31
Gambar 3.3 Penampang Current Injector dan bagian – bagiannya.....................31
Gambar 4.1 Grafik arus vs temperatur pada kabel yang lurus ...........................35
Gambar 4.2 Kondisi kabel ketika dialiri arus sebesar 48 A................................ 37
Gambar 4.3 reaksi pembakaran PVC....................................................................38
Gambar 4.4 Kondisi kabel ketika dialiri arus sebesar 56 A..................................39
Gambar 4.5 Kondisi kabel ketika isolasinya meleleh...........................................39
Gambar 4.6 Grafik arus vs temperatur pada kabel yang ditekuk....................... 41
Gambar 4.7 Kondisi kabel yang ditekuk ketika berasap.......................................42
Gambar 4.8 Kondisi kabel ketika dialiri arus sebesar 56 A.................................43
Gambar 4.9 Bagian dari kabel yang mudah terbakar ...........................................43
Gambar 4.10 Grafik perbandingan kabel yang ditekuk dengan kabel lurus .......44
Gambar 4.11 Grafik arus vs temperatur pada kabel yang tidak sesuai standar...46
Gambar 4.12.Perbandingan temperatur konduktor kabel standar dengan kabel
.......................kabel non standar ...........................................................................48
Gambar 4.13 Perbandingan kabel standar dengan kabel non standar .................49
Gambar 4.14 Pengaruh lelehan isolasi kabel terhadap lingkungan sekitar ..........50
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
xi
xi
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pembagian material polimer secara umum.............................................4
Tabel 2.2 Perbandingan massa jenis bahan industri ..............................................6
Tabel 2.3 Koefisien pemuaian panjang bahan polimer .......................................11
Tabel 2.4.Panas Jenis bahan Polimer ...................................................................12
Tabel 2.5.Tabel ketahanan Panas Polimer ...........................................................14
Tabel 4.1 Tabel pengukuran temperatur kabel lurus ..........................................34
Tabel 4.2 Waktu yang diperlukan kabel yang lurus untuk
mengeluarkan asap................................................................................39
Tabel 4.3 Data Pengujian Kabel yang ditekuk ....................................................40
Tabel 4.4 Waktu yang diperlukan kabel yang ditekuk untuk mengeluarkan
asap ...................................................................................................... 45
Tabel 4.5 Perbandingan kondisi kabel lurus dengan kabel yang ditekuk.............45
Tabel 4.6 Data Pengujian Kabel yang tidak memenuhi standar..........................46
Tabel 4.7 Perbandingan kondisi kabel standar dengan kabel non standar............48
Tabel 4.8 Waktu yang diperlukan kabel non standar untuk
mengeluarkan asap ..............................................................................49
...............
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
xii
xii
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
1.Data pengujian terhadap kabel yang lurus ........................................................52
2.Data pengujian terhadap kabel yang ditekuk.....................................................53
3.Data pengujian terhadap kabel yang tidak sesuai standar..................................54
4.Pengaruh arus terhadap waktu yang dibutuhkan kabel mengeluarkan .asap....54
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
1
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Persoalan Isolasi dalam Sistem penyaluran tenaga Listrik adalah salah
satu dari beberapa persoalan yang terpenting, mengingat fungsi elektris dan
mekanisnya. Apabila Insulator gagal dalam menjalankan fungsi elektrisnya maka
penyaluran tenaga listrik akan berhenti. Oleh karena itu Insulator yang baik dari
segi kualitas dan handal amat diperlukan pada suatu Sistem Tenaga Listrik untuk
mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh disfungsi insulator.
Insulator polimer memiliki karakteristik yang sesuai dengan kebutuhan
dan memenuhi syarat standar serta beberapa kelebihan dari material lain
diantaranya bebannya yang lebih ringan, sifat mekanik yang lebih baik, sifat rugi
dielektrik yang lebih kecil, faktor disipasi yang lebih kecil serta resistivitas
volume yang lebih tinggi. Kelebihan lain yang juga penting adalah proses
produksinya yang relatif lebih cepat dan biaya produksinya yang lebih murah.
Sehingga proses kearah pabrikasi akan lebih mudah jika dibandingkan insulator
yang telah ada
Dibalik kelebihan yang dimiliki oleh Insulator jenis ini, terdapat beberapa
kekurangan. Salah satunya adalah ketahanan panas yang rendah sehingga mudah
meleleh jika bekerja pada arus yang tinggi Pada kondisi tertentu lelehan kabel
akan terbakar dan tidak segera padam, tetapi tetap menyala dalam waktu yang
cukup untuk membakar. Ditambah lagi dengan adanya udara yang mengandung
oksigen serta adanya benda kering yang mudah terbakar sehingga mudah
menimbulkan api. Inilah salah satu kemungkinan penyebab kebakaran.
Untuk itu pada skripsi ini dilakukan pengujian terhadap insulator PVC
dengan mengalirkan arus diatas KHA kabel untuk mengetahui penurunan dari
kinerja.isolasi.
1
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
2
Universitas Indonesia
1.2.Tujuan Penulisan
Penulisan Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik termal
dari isolasi kabel NYM ketika di aliri arus diatas nilai KHA maksimumnya.
Karakteristik ini dapat dilihat dalam bentuk kenaikan temperatur jika dialiri arus
serta perubahan fisik dari isolasi.
1.3.Batasan Masalah
Pada skripsi ini, pengujian isolasi kabel dibatasi oleh beberapa kondisi
yakni kabel yang diuji adalah kabel 2 core berinti tunggal dengan panjang 1
meter luas penampang konduktor 1.5 mm2
jenis NYM 300/500 volt SPLN 42
merk Eterna. Pengujian dilakukan dengan tegangan bolak-balik(AC) 220 V
dengan frekuensi 50 Hz
1.4.Metodologi Penulisan
Skripsi ini ini dibuat berdasarkan hasil studi literatur dari karya-karya dan
tulisan-tulisan ilmiah disamping hasil pengujian yang dilakukan di Laboratorium
Tegangan Tinggi Fakultas Teknik Elektro Universitas Indonesia sebagai
pembanding atau penguat dari hasil studi literatur.
1.5. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari 5 bab yang diawali dangan bab 1 yang menjelaskan
mengenai latar belakang penulisan skripsi, tujuan penulisan, batasan masalah
yang diambil, metodologi pengujian yang dilakukan, dan sistematika penulisan
skripsi ini.
Selanjutnya pada bab 2 akan dijelaskan mengenai Polimer, karakteristik
mekanik, karakteristik termal, karakteristik listrik, karakteristik dari konduktor
yang ditekuk dan karakteristik termal dari kabel.
Bab 3 menjelaskan tentang metode-metode yang dilakukan dalam
pengujian. Pada bab tersebut dijelaskan tentang peralatan-peralatan dan bahan-
bahan yang digunakan dalam pengujian, rangkaian pengujian serta langkah-
langkah yang dilakukan selama pengujian.
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
3
Universitas Indonesia
Berikutnya pada bab 4 dibahas tentang hasil pengujian dan analisis
terhadap hasil pengujian tersebut. Bagian yang dianalisis adalah kenaikan
temperatur pada konduktor, bahan isolasi dan permukaan luar kabel sampai
keadaan setimbang, grafik kenaikan temperatur konduktor, bahan isolasi dan
permukaan luar kabel.. Dibahas juga hubungan antara arus listrik yang diberikan
dengan kenaikan temperatur, serta keadaan fisik dari kabel ketika bahan
isolasinya meleleh.
Dan terakhir adalah bab kelima yang merupakan kesimpulan dari semua
pembahasan bab-bab sebelumnya.
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
4
Universitas Indonesia
BAB 2
DASAR TEORI
Polimer merupakan nama teknik untuk plastik, yaitu molekul yang besar
atau makro molekul terdiri satuan yang berulang-ulang atau mer[1]. Polimer ini
telah mengambil peran teknologi yang penting. Hal ini disebabkan karena sifat
ringan, mudah dibentuk (walaupun rencana desain sangat rumit) serta memiliki
sifat-sifat yang diinginkan dengan energi dan kerja minimum. Bahan plastik
mengalami pengembangan dan penggunaan yang luas. Karena plastik mudah
dalam proses pengerjaan, seringkali bahan tersebut digunakan oleh ahli desain
tanpa mengindahkan karakteristrik dan batasan yang mendalam. Bahan polimer
secara garis besar dapat digolongkan ke dalam 2 bagian yaitu :
1. Polimer termoplastik / Resin termoplastik
Berstruktur molekuler linier dan dapat diinjeksikan ke dalam cetakan
selagi panas karena polimer termoplastik menjadi lunak pada suhu yang
tinggi. Pada proses pembentukan tidak terjadi polimerisasi lagi. PVC
termasuk dalam polimer jenis ini yang mempunyai rumus kimiawi sebagai
berikut.
Gambar 2.1. Rumus kimiawi bahan PVC
2. Polimer termoset / Resin termoset
Polimer ini tidak menjadi lunak bila dipanaskan dan tetap kaku. Agar
dapat mencetak polimer termoset ini, perlu mulai dengan campuran yang
terpolimerisasi sebagian dan pengubahan bentuk dibawah pengaruh tekanan.
Bila didiamkan pada suhu disekitar 200 0 C – 300
0 C, polimerisasi sempurna
dan terbentuklah struktur tiga dimensi yang lebih kaku. Hal ini disebut
4 Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
5
Universitas Indonesia
endapan setting thermal. Sekali terbentuk, produk dapat dikeluarkan dari
cetakan tanpa menunggu pendingin lebih lanjut.
Tabel 2.1 Pembagian material polimer secara umum
Resin termoplastik Resin termoset
- Resin PVC - Resin Fenol
- Resin Vinil Asetat - Resin Urea
- Polivinil Format - Resin Melamin
- Polivinilidewn klorid - Resin Poliester
- Polietilen - Resin Epoksi
- Polipropilen - Resin silikon
- Polistiren
- Kopolimer stiren
- Resin Metakrilat
- Poliamid
- Polikarbonat
- Resin Asetal
- Fluorplastik
2.1. Karakteristik Bahan Polimer
Karakteristik khas bahan polimer pada umumnya adalah sebagai berikut :
1. Pencetakan yang mudah. Pada temperatur relatif rendah bahan dapat dicetak
dengan penyuntikan, penekanan, ekstrusi, dan seterusnya, yang menyebabkan
ongkos pembuatan lebih rendah daripada untuk logam dan keramik.
2. Sifat produk yang ringan dan kuat. Berat jenis polimer rendah dibandingkan
dengan logam dan keramik, yaitu berkisar antara 1.0 – 1.7 ; yang
memungkinkan membuat produk yang ringan dan kuat.
3. Kurang tahan terhadap panas. Hal ini sangat berbeda dengan logam dan
keramik. Karena ketahanan panas bahan polimer tidak sekuat logam dan
keramik, pada penggunaannya harus cukup diperhatikan.
4. Produk-produk dengan sifat yang cukup berbeda dapat dibuat tergantung pada
cara pembuatannya. Dengan mencampur zat pemplastis, pengisi dan
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
6
Universitas Indonesia
sebagainya sifat-sifat dapat berubah dalam daerah yang luas. Misalnya plastik
diperkuat serat gelas (FRP = Fiberglass Reinforced Plastics).
5. Baik sekali dalam ketahanan air dan ketahanan zat kimia. Pemilihan bahan
yang baik akan menghasilkan produk yang mempunyai sifat-sifat baik sekali.
6. Banyak diantara polimer bersifat isolasi listrik yang baik. Polimer mungkin
juga dibuat konduktor dengan cara mencampurnya dengan serbuk logam,
butiran karbon dan lainnya.
7. Umumnya bahan polimer lebih murah
8. Kekerasan permukaan yang sangat kurang. Bahan polimer yang keras ada,
tetapi masih jauh dibawah kekerasan logam dan keramik
9. Kurang tahan terhadap pelarut. Umumnya larut dalam zat pelarut tertentu
kecuali beberapa bahan khusus. Kalau tidak dapat larut, mudah retak karena
kontak yang terus-menerus dengan pelarut dan disertai adanya tegangan.
10. Mudah termuati listrik secara elektrostatik. Kecuali bahan yang khusus dibuat
agar menjadi hantaran listrik.
11. Beberapa bahan tahan terhadap abrasi, atau mempunyai koefesien gesek yang
kecil.
Dengan melihat beberapa sifat yang disebutkan diatas, maka sangat penting untuk
dapat memilih bahan yang paling cocok.
2.1.1 Massa Jenis Bahan Polimer
Dilihat dari segi biaya, massa jenis merupakan faktor yang sangat penting.
Bagi bahan bermassa jenis rendah maka dengan volume yang sama diperoleh
bahan dengan massa yang ringan dan lebih kuat. Massa jenis polimer jauh lebih
rendah daripada logam ataupun keramik. Sifat ringan tersebut adalah salah satu
sifat khas dari bahan polimer. Untuk lebih jelasnya diterangkan oleh tabel berikut
ini :
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
7
Universitas Indonesia
Tabel 2.2 Perbandingan massa jenis bahan industri
Baja
Kuningan
Aluminium
Titanium
Termoset
Plastic Termoplastik
Busa
Karet
Kayu
Keramik
Gelas
2.1.2 Karakteristik Mekanik Polimer
Yang termasuk ke dalam karakteristik mekanik suatu bahan antara lain :
- Kekuatan tarik
- Kekuatan tekan
- Kekuatan lentur
- Modulus elastisitas
- Modulus geser
- Kekerasan bahan
Besaran – besaran di atas diketahui dengan tujuan agar sifat material dapat
diperkirakan secara akurat dan cermat. Karakteristik mekanik yang penting untuk
diketahui dari bahan polimer ini adalah :
1. Banyak bahan biasa mengalami pemelaran atau relaksasi tegangan, terutama
bagi bahan polimer yang memiliki gaya antar molekulnya lemah dan
dikonfigurasikan hanya oleh ikatan van der waals. Namun bagi bahan polimer
Metal
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Massa Jenis (g/cm3)
Bahan
Material
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
8
Universitas Indonesia
yang mempunyai ikatan hidrogen dengan gaya antar molekul yang kuat dan
demikian juga bagi resin termoset yang terbentuk dengan ikatan kovalen tiga
dimensi, pengaruh pemelaran dan relaksasi tegangan agak kurang.
2. Regangan sisa dari pencetakan terjadi waktu pemanasan, mudah
menyebabkan retakan karena tegangan.
3. Terdapat beberapa bahan yang dapat mengatasi tegangan tarik sederhana dan
pemelaran, tetapi tidak tahan terhadap kelelahan(fatique) karena terjadi
kombinasi beban antara penekanan dan penarikan.
4. Beberapa bahan polimer cenderung tahan dalam waktu singkat apabila
dicelupkan ke dalam minyak, pelarut, dan sebagainya, namun apabila disertai
tegangan dapat terjadi retak dan akhirnya putus.
5. Beberapa bahan polimer memiliki ketahanan impak relatif kecil. Akan tetapi,
dewasa ini telah dikembangkan plastik yang mempunyai kekuatan impak
tinggi seperti polikarbonat, poliasetal, dan sebagainya.
2.1.3 Karakteristik Listrik Polimer
Bahan polimer banyak yang bersifat isolator dan tahan terhadap medan
listrik. Oleh karena itu, sering digunakan sebagai isolator listrik.
Karakteristik listrik suatu material dapat ditentukan dengan
memperhatikan beberapa besaran listrik yang patut diketahui, seperti :
2.1.3.1 Kekuatan hancur dielektrik/bahan isolasi
Sejauh mana isolator bisa bertahan terhadap tegangan listrik
bergantung pada kekuatan hancur dielektrik Tegangan listrik maksimum
yang dapat ditahan suatu isolator tanpa merusak sifat isolasinya ini
dinyatakan dengan rumus :
E = Vbd / h …………………………………… (2.1)
E = kekuatan hancur dielektrik (KV/mm)
Vbd = tegangan tembus dielektrik/material isolasi (KV)
h = ketebalan dielektrik (mm)
h = dn untuk material polimer
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
9
Universitas Indonesia
d = ketebalan (mm)
n = konstanta dari keadaan yang diuji, tergantung dari macam benda uji. n = 0
untuk tegangan arus searah dan n berkisar 0.3 sampai 0.5 untuk tegangan
bolak-balik.
Kekuatan hancur dielektrik polimer ini kebanyakan merupakan kekuatan
hancur termal bahan tersebut.
Kekuatan hancur dielektrik berubah banyak dipengaruhi lingkungannya.
Kalau tegangan hancur dielektrik suatu media sekeliling isolator besar maka
kekuatan hancur dielektriknya menjadi besar. Hal ini terjadi terutama pada
arus bolak-balik. Kekutan hancur dielektrik dari bahan polimer pada
umumnya berkurang kalau temperatur dinaikkan, demikian halnya terhadap
kadar air. Oleh karena itu, tanpa perlakuan yang cukup untuk menghilangkan
bahan higroskopik dari berbagai bahan yang dipakai untuk polimer seperti
perekat, kekuatan tersebut sangat berkurang karena absorbsi air. Selanjutnya
pada tegangan AC untuk waktu yang lama, bahan rusak walaupun tegangan
rendah.
2.1.3.2 Tahanan Isolasi
Kalau tegangan DC diberikan pada isolator yang terbuat dari bahan
polimer, arus listrik melalui bagian dalam dan permukannya. Perbandingan
tegangan DC yang diberikan dan arus listrik total disebut tahanan isolasi,
antara tegangan dengan arus listrik (dalam volume) disebut tahanan volume,
dan antara tegangan dengan arus permukaan disebut tahanan permukaan.
Jika tegangan DC diberikan pada bahan polimer, arus volume berkurang
dengan berjalannya waktu sampai harga tertentu setelah waktu yang lama.
Oleh karena itu biasanya dalam standar pengujian bahan dipakai waktu satu
menit setelah dimulai. Selama Tegangannya rendah, hukum ohm berlaku
untuk arus tersebut, tetapi untuk tegangan yang lebih besar, arus listrik
bertambah dan dipercepat, maka hukum tersebut tidak berlaku
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
10
Universitas Indonesia
2.1.3.3 Konstanta Dielektrik ( ) dan faktor kerugian dielektrik (tan )
Kalau kedua dielektrik ditempatkan dalam satu elektroda dan diberi
tegangan DC, maka muatan listrik disimpan diantara kutub, hal ini lebih besar
terjadi dalam hampa udara. Perbandingan energi tersimpan dalam hampa
udara per satuan volume dielektrik per satuan tegangan disebut konstanta
dielektrik dalam bahan polimer. Yaitu kalau tegangan arus bolak balik V
diberikan pada kondensor hampa udara, arus yang mengalir adalah:
0
0I j C V …….….....………………(2.2)
Dimana j addalah suatu kompleks,ω frekuensi sudut arus bolak-balik, C0
kapasitas elektrostatik dalam kondensor hampa udara, dan
00
AC
d…………………………….(2.3)
Dimana 0 adalah suatu konstanta dielektrik dalam hampa udara, A adalah
suatu luas dari elektroda dan d adalah jarak kutub.
Kalau hampa udara digantikan oleh dielektrik,umpamanya oleh bahan
polimer, terjadi arus rugi sefasa dengan tegangan, maka arus total menjadi
I-(j c + G)V
Dimana c adalah kapasitas statik dari kondensor dielektrik, GV komponen
arus rugi, dan G hantaran.
Arus total yang mengalir melalui melalui kondensor dielektrik
mempunyai sudut fasa (90-δ)º, dimana δ° lebih kecil dari pada dalam hampa
udara. Dengan arus rugi kecil, mendekati δ=0, yang dinyatakan dengan:
komponen arus rugi
tankomponen arus pengisi
G
c………………………(2.4)
Dimana tan δ disebut tangent rugi dielektrik.
Konstanta dielektrik AC adalah ε‟=0
c
C
Kerugian daya listrik (W) oleh kerugian dielektrik adalah:
2 20 ' tan ' tanW GV C V ………………..(2.5)
di mana B adalah volume dielektrik, E kuat medan listrik AC ' tan =ε”
adalah medan listrik AC dari satuan kekuatan, yaitu kerugian daya yang di
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
11
Universitas Indonesia
pakai untuk volume satuan dielektrik dalam satu siklus. Ini dinamakan
kerugian dielektrik.
έ=ε’- jε”................................................ (2.6)
έ disebut konstanta dielektrik kompleks.
Dari Persamaan diatas kerugian dielektrik berbanding lurus dengan
pangkat dua dari frekuensi dan tegangan, oleh karena itu untuk mengisolasi
frekuensi dan tegangan yang tinggi lebih cocok memakai bahan yang
mempunyai konstanta dielektrik kecil.
2.1.4 Sifat-sifat termal polimer
Sifat khas bahan polimer sangat berubah oleh perubahan temperatur. Hal
ini disebabkan apabila temperatur berubah, pergerakan molekul karena termal
akan mengubah struktur(terutama struktur yang berdimensi besar). Selanjutnya,
karena panas, oksigen dan air bersama-sama memancing reaksi kimia pada
molekul, terjadilah depolimerisasi, oksidasi, hidrolisa dan seterusnya, yang lebih
hebat terjadi pada temperatur tinggi. Keadaan tersebut jelas akan mempengaruhi
sifat-sifat:mekanik, listrik, dan kimia..Pada bagian ini, dalam daerah terbatas dari
sifat-sifat termalnya akan dibahas mengenai:hantaran termal, kapasitas termal dan
panas jenis, koefisien pemuaian sebagai akibat dari pergerakan molekul oleh
panas dan temperature transisi gelas (Tg) yang berupa indeks penting bahan, Titik
cair (Tm),titik lunak dan ketahanan panas.
2.1.4.1 Koefisien Pemuaian Termal
Koefisien Pemuaian Panjang karena panas adalah sederhana apabila
bahan bersifat isotropi, tapi apabila struktur bahan berbeda di setiap arah maka
diperlukan suatu pertimbangan khusus. Jadi pada setiap pembahasan koefisien
panjang perlu diingat bahwa pada film dan serat sering terjadi penyusutan karena
panas, karena apabila temperatur naik, cara pengumpulan molekul berubah oleh
pergerakan termal dari molekul.
Tabel 2.3. menunjukkan koefisien pemuaian panjang bahan polimer yang
berubah karena berbagai keadaan. Polietilen bercabang dengan kristalitas rendah
mempunyai koefisien lebih besar. Pada kopolimer harga terebut berubah
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
12
Universitas Indonesia
tergantung pada perbandingan kopolimerisasi dan banyaknya zat pemlastis yang
dibubuhkan. Kalau pengisi dengan harga koefisien resin menjadi lebih kecil.
Pada nilon berkristal, kalau kristalinitasnya besar, harga koefisien muainya kira-
kira 6 x 101-5
/°C kalau kristalinitasnya kecil menjadi kira-kira 10 x 101-5
/°C
yang lebih besar daripada harga koefisien muai untuk logam dan keramik
Tabel 2.3. Koefisien pemuaian panjang bahan polimer
Polimer Koefisien pemuaian panjang/°C x 101-5
Polietilen(masa jenis rendah)
Polietilen(masa jenis medium)
Polietilen(masa jenis tinggi)
Polipropilen
Polistirene
ABS(tahan impak)
ABS(tahan panas)
Polivinil klorida
Polivinil klorid(dengan Pemlastis)
Polikarbonat
Poliamid
Poliasetal
16-18
14-16
11-13
6-10
6-8
9-10
6-8
5-18
7-25
7
8
8
2.1.4.2 Panas jenis
Panas jenis bahan polimer kira-kira 0,25-0,55 cal/g/°C yang lebih besar
dibandingkan dengan bahan logam, juga lebih besar dibandingkan dengan
keramik. Hal ini disebabkan karena panas jenis adalah panas yang diperlukan
untuk pergerakan termal dari molekul-molekul dalam strukturnya, sedangkan
energi kinetik termal molekul lebih besar dari energi relaksasinya kisi kristal.
Tabel 2.4 menunjukkan panas jenis beberapa bahan polimer. Perbedaan pada
harga panas jenis tergantung pada perbedaan komposisi.
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
13
Universitas Indonesia
Tabel 2.4.Panas Jenis bahan Polimer
Polimer Panas jenis(cal/°C)
Polietilen
Polipropilen
Polistiren
ABS
Polivinil klorida
Polikarbonat
Poliamid
Polimetil metakrilat
Politetrafluoroetilen
Poliasetal
0,55
0,46
0,32
0,3-0,4
0,2-0,3
0,3
0,4
0,35
0,25
0,35
2.1.4.3.Koefisien hantaran termal
Koefisien hantaran termal adalah harga yang penting bagi bahan polimer
sehubungan dengan panas pencetakan dan penggunaan produknya. Mekanisme
penghantar panas pada bahan polimer juga merupakan akibat propagasi panas
dari pergerakan molekul.
Cara terjadinya formasi kristal dengan adanya daerah amorf dan
seterusnya.Pada dasarnya berbeda dengan bahan logam dan keramik. Kira-kira
10-3
– 10-5
(cal/detik/cm2/°C/cm).
Data mengenai koefisien hantaran termal bagi bahan polimer lebih sedikit
karena pengukurannya yang agak sukar dilakukan. Bahan Polimer sering diproses
untuk menghasilkan bahan isolasi panas. Koefisien hantaran termal berubah
karena gelembung-gelembung di dalam busa berhubungan atau bebas satu sama
lain, macam gas dalam gelembung, ukuran gelembung, fraksi volume, dan
seterusnya. Kalau masa jenisnya kecil, yaitu kalau volume gas busa besar,
koefisien hantaran termal kecil maka akan memberikan pengaruh isolasi termal
lebih besar
2.1.4.4 Titik Tahan Panas
Kalau temperatur bahan polimer naik, pergerakan molekul menjadi aktif
ke titik transisi, yang menyebabkan modulus elastik dan kekerasannya rendah,
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
14
Universitas Indonesia
sedangkan tegangan patahnya lebih kecil dan perpanjangannya lebih
besar. Bersamaan dengan itu, sifat listrik, ketahanan volume dan tegangan putus
dielektrik menjadi lebih kecil dan pada umumnya konsatanta dielektrik menjadi
besar. Kalau Temperatur melewati titik transisi, bahan termoplastik seperti karet
menjadi lunak, dan selain perubahan pada sifat-sifat diatas modulus elastiknya
juga tiba-tiba berubah. Selanjutnya, pada temperatur tinggi bahan kristal,
kristalnya meleleh dan dapat mengalir. Tg adalah temperatur yang terutama
menyangkut daerah amorf, perubahan sifat-sifat fisik pada Tg besar kalau volume
daerah amorf tersebut lebih besar. Di bawah Tg bahan menunjukkan keadaan
seperti gelas, yang berubah ke keadaan seperti karet atau kulit diatas temperatur
Tg. Panas jenis, koefisien muai, sifat mekanis dan seterusnya biasanya berubah,
oleh karena itu perlu mengetahui Tg Terlebih dahulu sebelum pemakaian bahan
tersebut.Tg berubah disebabkan perubahan struktur molekul didalam bahan,
macam.kadar air, bahan pemlastis
Titik cair(Tm) merupakan faktor penting bagi polimer termoplastik
berkristal, yang ada hubungannya dengan ukuran kristal, kesempurnaan, struktur
molekul, gaya antar molekul dan seterusnya. Secara termodinamika dapat
dinyatakan:
m
HT
S………………………………….(2.7)
dimana ΔS dan ΔH masing-masing entropi dan entalpi pada pencairan. Karena itu
bahan polimer yang terdiri dari molekul rantai dengan ΔH besar (gaya antar
molekul kuat) dan ΔS kecil(molekul tidak fleksibel), mempunyai titik cair tinggi.
Sangat sukar untuk mengukur ketahanan panas bahan polimer pada
temperatur tinggi, sebab banyak sekali faktor yang akan memberikan pengaruh
tertentu seperti keadaan lingkungan, bentuk bahan, macam dan jumlah pengisi,
adanya bahan penstabil dan seterusnya. Lamanya waktu berada pada pada
temperatur tinggi juga merupakan persoalan. Dalam waktu yang singkat pada
temperatur tinggi tidak memberikan perubahan banyak, tetapi dalam temperatur
rendah dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan kerusakan. Jadi persyaratan
tertentu perlu dipertimbangkan untuk bahan tertentu, misalnya sampai sejauh
mana degradasi termal dapat merusak fungsi tertentu suatu bahan. Untuk
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
15
Universitas Indonesia
mudahnya, temperatur ketahanan panas yang dipakai untuk waktu lama
dinyatakan dalam table 2.5
Tabel 2.5.Tabel ketahanan Panas Polimer
Polimer Ketahanan panas(°C)
Polietilen(masa jenis rendah)
Polietilen(masa jenis medium)
Polistiren
Polivinil klorida
Resin fenol
Resin melamin
Resin Urea
Polietilen(masa jenis tinggi)
Polipropilen
Polikarbonat
Poliamid
Polisulfon
80-100
105-120
65-75
65-75
150
160
90
120
120
120
80
100
2.2 Kabel dan Penghantar[2]
2.2.1 Jenis Kabel dan Penghantar
Bahan penghantar untuk kabel listrik digunakan tembaga atau aluminium.
Tembaga yang digunakan untuk penghantar kabel umumnya adalah tembaga
elektrolisis dengan kemurnian minimum 99.9 % dan tahanan jenis tidak melebihi
1/58 = 0,017241 ohm mm2/m pada 20
oC. Daya hantar tembaga sangat
dipengaruhi ketidakmurnian. Campuran besi 0,02 % akan meningkatkan
tahanan jenis tembaga kurang lebih 10 %. Tembaga lunak memiliki kekuatan
tarik 195-245 N/mm2 dengan daya hantar 100 %. Sedangkan tembaga keras
390-440 N/mm2 jadi daya hantarnya 3 %, dibawah tembaga 1unak.
Aluminium yang dibakukan sekurang-kurangnya mempunyai kemurnian 99,5 %
dengan tahanan jenis 0,028264 ohm mm2/m pada suhu 20 derajat ( sama dengan
daya hantarnya yaitu 61 % ). Adapun kekuatan tarik pada daya hantar tersebut
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
16
Universitas Indonesia
untuk aluminium lunak 60-70 N/mm2 sedangkan untuk aluminium keras 150-
195 N/mm2.
Penggolongan kabel sebagai sarana untuk menyalurkan energi listrik
dalam instalasi digolongkan sebagai berikut :
1. Kabel instalasi tetap.
Kabel ini adalah kabel yang lazim digunakan untuk instalasi perumahan
atau perkantoran. Kabel ini mempunyai 2 jenis konstruksi penghantar
yaitu inti tunggal dan inti serabut. Stop kontak yang terpasang pada kabel
jenis ini tidak bisa dipindahkan apabila diperlukan. Kabel ini mempunyai
kode NYM.
Gambar 2.2 Kabel Instalasi Tetap
2. Kabel fleksibel.
Kabel ini merupakan kabel jenis baru. Stop kontak yang terpasang pada
kabel ini bisa dipindahkan sepanjang kabel tersebut apabila diperlukan.
Jadi pengertian fleksibel disini bukan hanya mudah dibengkokkan.
Gambar 2.3 Kabel Fleksibel
2.2.2 Kabel NYM
Kabel NYM merupakan kabel yang paling banyak digunakan untuk
instalasi rumah tinggal. Penggunaan kabel jenis ini dipasang langsung menempel
pada dinding, kayu, atau ditanam langsung dalam dinding. Juga diruangan
lembab atau basah, ruang kerja atau gudang dengan bahaya kebakaran atau
ledakan. Bisa juga dipasang langsung pada bagian-bagian lain bangunan
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
17
Universitas Indonesia
konstruksi, rangka asalkan cara pemasangannya tidak merusak selubung luar
kabelnya tetapi tidak boleh dipasang didalam tanah.
Untuk pemasangannya digunakan klem dengan jarak antara yang cukup
sehingga terpasang rapi dan lurus. Jika dipasang diruang lembab harus
digunakan kotak sambung yang kedap air dan kedap lembab.
Luas penampang hantaran yang harus digunakan ditentukan kemampuan
hantaran arus yang diperlukan dan suhu keliling yang harus diperhitungkan.
Selain itu rugi tegangannya harus diperhatikan. Rugi tegangan antara
perlengkapan hubung bagi utama dan setiap titik beban pada keadaan stasioner
dengan beban penuh tidak boleh melebihi 5% dari tegangan di perlengkapan
hubung bagi utama. Untuk instalasi rumah tinggal sekurang-kurangnya harus
memiliki luas penampang 1.5 mm2. Untuk saluran 2 kawat, kawat netral harus
memiliki luas penampang sama dengan luas penampang kawat fasanya. Untuk
saluran 3 fasa dengan hantaran netral, kemampuan hantaran arusnya harus sesuai
dengan arus maksimum yang mungkin timbul dalam keadaan beban tak seimbang
yang normal. Luas penampang sekurang-kurangnya harus sama dengan luas
penampang kawat fasa. Dalam saluran 3 fasa semua hantaran fasanya harus
mempunyai penampang yang sama.
2.3 Karakteristik Medan Magnet dan Temperatur pada Penghantar yang
Ditekuk[3][4]
Hasil percobaan dan hasil perhitungan menunjukkan bahwa temperatur di
sepanjang penghantar yang ditekuk tidaklah merata. Hal ini disebabkan karena
kepadatan arus yang tidak sama di sepanjang penghantar. Pada nilai arus yang
sama, temperatur permukaan dari sebuah penghantar yang ditekuk lebih tinggi
daripada penghantar yang direntang lurus. Perubahan temperatur berbanding
lurus dengan nilai rasio arus I/Icr, sudut tekukan, dan radius penekukan dimana I
adalah besar arus yang dialirkan, dan Icr adalah arus maksimal yang bisa
diberikan kepada penghantar
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
18
Universitas Indonesia
Gambar 2.4.Penghantar yang ditekuk
Pada gambar 2.4, Ro adalah radius penekukan, α adalah sudut penekukan
dan D adalah diameter penghantar. Adapun hal yang menyebabkan kenaikan
suhu pada penghantar yang ditekuk adalah medan magnet yang dihasilkan oleh
arus, hambatan termal yang disebabkan penekukan, efek kulit, serta kepadatan
arus yang tidak merata di sepanjang penghantar. Temperatur maksimum dan
medan magnet maksimum terjadi pada bagian konduktor yang ditekuk.
Sedangkan nilai maksimum dari gaya magnetik pada bagian yang ditekuk bisa
sepuluh kali lebih besar dari pada nilai yang terukur pada bagian yang lain.
2.3.1.Distribusi gaya magnetik pada konduktor yang ditekuk[3]
Kepadatan flux magnet yang dihasilkan pada titik P(x,y), dimana x,y(m)
adalah koordinat Cartesian dari titik P, digambarkan pada persamaan berikut:
1 2 3B B B B (T)……………………………………(2.8)
1,2 1,2
1,2 1,2
1. 1 cos
4 sin
lB
r(T)…………………..(2.9)
1
0
sin.olR
B d (t)………………….……………(2.10)
( . )mF I s B
(N/m)………………….....................(2.11)
dimana B1, B2, dan B3 adalah kepadatan medan magnet pada titik 1 ,2 dan 3.
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
19
Universitas Indonesia
Gambar 2.5 Model yang digunakan untuk perhitungan[3]
Pada persamaan 2.9, B1,2(T), r1,2(m) dan θ1,2(radian) adalah parameter
yang diukur pada titik 1 dan 2. Ro(m) adalah radius penekukan, I adalah nilai dari
arus, α(radian) adalah sudut yang dibentuk oleh garis yang ditarik dari titik yang
diukur menuju titik (0,0) dan θ(radian) adalah sudut antara garis yang ditarik dari
titik 3 menuju titik P.
Medan magnet per satuan panjang dapat diekspresikan pada persamaan
2.9. Perhatikan gambar 2.5, untuk bagian 1, nilai B pada persamaan 2.11 adalah
B2 + B3, pada bagian 2 adalah B1 + B3 dan B1 + B2 + B3 untuk bagian 2, dimana
B3 adalah kepadatan flux magnetik yang di hasilkan bagian 3.
2.3.2 Karakteristik Temperatur dari konduktor yang ditekuk[4]
2.3.2.1 Pengaruh sudut penekukan dan Radius Penekukan Terhadap
temperatur Konduktor
Gambar 2.6 menunjukkan pengaruh radius tekukan Ro terhadap
temperatur maksimum konduktor. Konduktor yang digunakan adalah konduktor
dengan diameter 1 mm. Arus kritis dari konduktor yang lurus adalah Icr=69 A.
Temperatur maksimum adalah temperatur yang tercapai ketika konduktor dialiri
arus dalam waktu yang cukup lama. Ketika penghantar dialiri arus I=50 A, sudut
penekukan α=90o
dan radius penekukan Ro=2 mm, Tmax yang diperoleh lebih
tinggi jika dibandingkan dengan konduktor yang lurus. Bertambahnya nilai
radius penekukan akan menyebabkan temperatur maksimum Tmax berkurang.
Tmax dari konduktor yang ditekuk 90o
dapat dapat diturunkan dalam bentuk
persamaan:
max,90( ) 20.56ln 283oT C Ro ……………………((2.12)
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
20
Universitas Indonesia
Persamaan 2.12 jika digambarkan dalam bentuk grafik adalah seperti pada
gambar 2.6:
Gambar 2.6.Pengaruh nilai Ro terhadap temperatur maksimum[4]
Sedangkan grafik pengaruh sudut penekukan terhadap temperatur
maksimum kabel adalah seperti pada gambar 2.7. Kabel yang digunakan disini
adalah kabel dengan diameter 1 mm. Gambar 2.7 menunjukkan semakin besar
nilai sudut penekukan, semakin besar nilai temperatur maksimum yang dicapai.
Gambar 2.7.Pengaruh sudut penekukan terhadap Temperatur maksimum[4]
2.3.2.2.Pengaruh Rasio Arus I/Icr terhadap Temperatur Penghantar
Kenaikan temperatur pada penghantar yang lurus dapat digambarkan
pada persamaan 2.16 dimana Icr adalah Arus kritis dari penghantar.
3 2
max,180 0.00170 0.0382. 0.441 17.0o
cr cr cr
I I IT C
I I I………(2.13)
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
21
Universitas Indonesia
dimana 0 (%) 55,5cr
I
I. Jika digambarkan dalam bentuk grafik, maka
persamaan 2.16 dapat digambarkan seperti pada gambar 2.8.
Gambar 2.8.Pengaruh rasio arus terhadap temperatur maksimum[4]
Sedangkan Pengaruh arus pengujian terhadap temperatur dapat dilihat
pada gambar 2.9.
Gambar 2.9.Pengaruh suhu pengujian terhadap temperatur maksimum[4]
Terlihat bahwa untuk arus yang sama, nilai temperatur maksimum yang
dicapai penghantar yang ditekuk lebih besar bila dibandingkan dengan
penghantar lurus.
2.4 Karakteristik Panas Dari Kabel
Menurut [5] Kabel dirancang dengan berbagai macam konstruksi sesuai
dengan kebutuhannya. Pada bagian ini akan dibahas konstruksi kabel khusus
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
22
Universitas Indonesia
untuk tegangan pengenal 300 /500V berisolasi PVC. Konstruksi dari kabel jenis
ini dapat dibagi menjadi 4 bagian:
4 3 2 1
selubung lapisan pembungkus bahan konduktor
inti isolasi
Gambar 2.10 Konstruksi kabel tegangan menengah
1. Konduktor.
Merupakan bagian dari kabel yang bertegangan dan berfungsi untuk
menyalurkan energi listrik Umumnya tidak berupa satu hantaran pejal, tetapi
kumpulan kawat yang dipilin agar lebih fleksibel. Bahan yang digunakan adalah
tembaga atau aluminium. Bentuk penampangnya bisa bulat tanpa rongga, bulat
berongga, maupun bentuk sektoral.
2.Bahan isolasi.
Isolasi suatu kabel merupakan bahan yang berfungsi untuk menahan
tekanan listrik sehingga energi listrik tidak bocor kemana-mana. Terdapat
berbagai jenis bahan isolasi yang umumnya dikelompokkan menjadi bahan
isolasi cair, isolasi gas dan isolasi padat.
3. Lapisan pembungkus inti
Untuk tegangan kerja yang tinggi, setiap inti kabel dilengkapi dengan
suatu lapisan yang disebut lapisan pembungkus inti, yang terbuat dari bahan semi
konduktif. Lapisan tersebut berfungsi untuk:
Meratakan distribusi medan listrik sehingga tidak terjadi penimbunan
tegangan.
Untuk mengamankan manusia dari bahaya listrik.
Untuk menahan radiasi medan elektromagnetik.
4. Selubung
Lapisan ini berfungsi sebagai pelindung inti kabel dari pengaruh luar,
pelindung terhadap korosi, pelindung terhadap gaya mekanis dan gaya listrik,
maupun sebagai pelindung terhadap masuknya air atau uap air. Bahan yang
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
23
Universitas Indonesia
digunakan adalah logam, seperti timbal atau aluminium, maupun bahan sintetis
seperti karet silikon dan PVC.
2.4.1 Sumber Pemanasan pada Kabel [6]
Pemanasan yang terjadi pada kabel berasal dari arus litrik yang
mnyebabkan losses atau rugi-rugi yang terjadi di dalam kabel. Sumber-sumber
pemanasan tersebut adalah sebagai berikut:
2.4.1.1 Rugi-Rugi Konduktor
Sumber panas utama yang terjadi pada suatu kabel tenaga adalah rugi-rugi
yang terjadi pada konduktor karena adanya resistansi.
2 c acP I R W (2.14)
dengan I adalah arus yang mengalir dan Rac adalah resistansi AC.
Nilai resistansi AC berbeda dengan nilai resistansi DC. Nilai resistansi
DC dipengaruhi oleh temperatur kerja dan dapat dinyatakan dengan persamaan
sebagai berikut:
20 201 20TR R T (2.15)
dengan :
20R : resistansi arus searah pada suhu 20oC [Ohm]
20 : koefisien temperatur dari resistansi pada 20 oC [Ohm/
oC]
T : temperatur kerja [oC]
Resistansi AC lebih besar daripada resistansi DC karena dipengaruhi oleh
efek kulit (skin effect) dan efek kedekatan (proximity effect). Efek kulit (skin
effect) adalah gejala ketidakseragaman distribusi kerapatan arus listrik pada suatu
penampang penghantar. Pada penghantar berbentuk silinder kerapatan arus
semakin meningkat dari sumbu penghantar ke permukaan. Ketidakseragaman
tersebut meningkat bila frekuensi arus bolak-baliknya semakin besar. Sedangkan
efek kedekatan (proximity effect) adalah gejala ketidakseragaman distribusi
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
24
Universitas Indonesia
kerapatan arus pada penampang suatu penghantar akibat adanya pengaruh dari
penghantar lain yang berdekatan.
Akibat kedua efek tersebut, resistansi AC lebih besar daripada resistansi
DC, dan hubungannya dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
1ac dc s pR R Y Y (2.16)
dengan :
acR : resistansi AC [Ohm]
dcR : resistansi DC [Ohm]
sY : faktor koreksi akibat skin effect
pY : faktor koreksi akibat proximity effect
2.4.1.2 Rugi-Rugi Dielektrik (Dielectric losses)
Rugi-rugi dielektrik adalah rugi-rugi yang terjadi pada bahan isolasi
akibat ketidakidealan bahan isolasi.
Apabila arus bolak-balik melalui suatu kapasitor sempurna, maka arus
mendahului tegangan sebesar 90o, seperti terlihat pada Gambar 2.5a, dan arusnya
adalah Ic=ωCV. Sedangkan pada kapasitor yang tidak ideal, maka I mendahului
V dengan sudut kurang dari 90o karena terjadi kehilangan daya dielektrik. Sudut φ
adalah sudut fasa kapasitor, dan δ = 90o-φ, adalah sudut kehilangan (loss-angle).
Ic=ωCV
V
Ic=ωCV
VIR=V/R
δ
φ
I
(a)Kapasitor sempurna (b) Kapasitor yang tidak sempurna
Gambar 2.11 Diagram arus pada kapasitor
Pada kapasitor sempurna kehilangan daya dielektriknya adalah nol,
sedangkan pada bahan dielektrik yang tidak ideal, kehilangan daya dielektriknya
adalah sebagai berikut:
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
25
Universitas Indonesia
2 tan DP CV W (2.17)
dengan:
2 f , f adalah frekuensi [Hz]
C : kapasitansi [F]
V : tegangan [V]
tan : faktor kehilangan (loss factor)
Kapasitansi pada kabel, menurut [7], untuk kabel berinti tunggal atau tiga
inti berpelindung dengan konduktor silindris dapat dinyatakan dengan:
0,024 / /
log in
c
C F phase kmd
d
(2.18)
dengan:
ind : diameter bahan isolasi kabel
cd : diameter konduktor
: permitivitas bahan dielektrik kabel
2.4.2 Temperatur dan Aliran Panas Pada Kabel
Pada kabel panas yang timbul dari dalam kabel akan dialirkan ke luar
kabel melalui proses konduksi panas. Pada proses konduksi, aliran panas rata-
rata, q[W], melalui suatu resistansi termal, Rt [ /C W ], dan perbedaan
temperatur, T [ C ], pada daerah yang dilewatinya dapat dinyatakan sebagai
berikut:
.tT R q (2.19)
Resistansi termal dapat dianalogikan dengan resistansi listrik, dan
satuannya mengikuti hukum Ohm yaitu „termal ohm‟. Oleh karena itu resistansi
termal dapat dinyatakan dengan:
t
lR r
A (2.20)
dengan :
r : resistivitas termal [ /C m W ]
l : panjang [m]
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
26
Universitas Indonesia
A : luas permukaan yang benda padat yang dilewati [m2]
Kebalikan dari resistivitas termal dan resistansi termal adalah
konduktivitas termal dan konduktansi termal. Konduktivitas termal dinyatakan
dengan:
qk
TAm
[ / /W m C ] (2.21)
yang menyatakan kemampuan suatu material untuk menyalurkan panas, dan
konduktansi panas dinyatakan dengan:
1 t
qK
R T[ /W C ] (2.22)
Konduktivitas termal merupakan besaran yang bersifat temperature
dependent, artinya nilainya berubah-ubah sesuai dengan perubahan temperatur.
Semakin bertambah temperatur, nilai konduktivitas termal dapat bertambah atau
berkurang sesuai dengan jenis bahannya.
Aliran panas pada penghantar dapat digambarkan dalam bentuk rangkaian
termal, semakin banyak komponen yang ada pada kabel, maka rangkaian
termalnya akan semakin kompleks. Simbol yang digunakan pada rangkaian
termal adalah:
R = resistansi termal
Q =Sumber energi panas
C =Kapasitansi Termal
Untuk kabel dengan satu lapis bahan isolasi rangkaian termalnya adalah
seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.3 a. Sumber panas yang ada pada
konduktor mengalirkan panas hanya kepada satu resistansi termal. Resistansi ini
bisa dalam wujud isolasi dan selubung .Sedangkan gambar 3.3.b merupakan
gambar rangkaian terrmal dari kabel dengan dua bahan isolasi yang berbeda
a .kabel dengan satu bahan isolasi b.kabel dengan dua bahan isolasi
Gambar 2.12 .rangkaian termal untuk kabel dengan satu sumber kalor
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
27
Universitas Indonesia
Kedua rangkaian termal diatas adalah rangkain termal untuk kabel dengan
satu sumber panas. Untuk kabel dengan lebih dari satu sumber panas, maka
gambar rangkaiannya adalah sperti pada gambar dibawah adalah, dimana Qc
adalah sumber kalor dari konduktor, dan Qi adalah sumber kalor dari Isolasi.
Gambar 2.13 rangkaian termal untuk kabel dengan dua sumber kalor
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
28
Universitas Indonesia
BAB 3
METODE PENGUJIAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode yang dilakukan dalam
pengujian, peralatan dan rangkaian yang digunakan dalam pengujian, serta
jalannya pengujian.
3.1 Peralatan dan Rangkaian Pengujian
Pengujian dilakukan di Laboratorium Tegangan Tinggi dan Pengukuran
Listrik (LTTPL), Lantai 2, Departemen Teknik Elektro FTUI.
3.1.1.Sampel Pengujian
Sampel yang digunakan untuk pengujian adalah kabel NYM 2x 1.5 mm2
dengan standar SPLN-42. Dibawah ini adalah gambar konstruksi dari kabel
NYM.
Gambar 3.1.Konstruksi kabel NYM
Adapun parameter teknis dari kabel yang menggunakan stndar SPLN-42
adalah sebagai berikut[7]:
Jumlah inti dan luas penampang =2 x 1.5 mm2
Jumlah kawat dalam satu inti =1 buah
Diameter kawat =1.38 mm
Isolasi nominal S1 =0,7 mm
28
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
29
Universitas Indonesia
Lapisan Pembungkus inti S2 =0.4 mm
Selubung Nominal S3 =1,2 mm
Diameter luar = 10 mm
Kuat Hantar Arus pada 30o C =19 A
Kuat Hantar Arus Pada 40o C =16 A
Untuk kabel yang digunakan adalah kabel yang beredar dipasaran dengan
label standar SNI/SPLN-42. Sedangkan untuk kabel yang tidak memenuhi
standar digunakan kabel yang juga banyak dipasaran dengan harga yang lebih
murah. Sebagai perbandingan, pada selubung luar kedua kabel diatas tertera
tulisan SPLN-42 namun sebenarnya terdapat beberapa perbedaan :
1. Kabel dengan label SPLN-42/SNI yang sesuai standar dijual dengan harga
yang lebih mahal.
2. Material isolasi kabel yang sesuai standar jauh lebih kaku dibanding
kabel non standar.
3. Konduktor kabel yang sesuai standar punya ukuran yang lebih besar jika
dibandingkan kabel non standar.
3.1.2 Peralatan Pengujian
Peralatan yang digunakan untuk pengujian kabel NYM 2 x 1.5 mm2
adalah sebagai berikut
1. High Current Injector Test Set
2. Sumber tegangan AC 220 V
3. Amperemeter
4. Thermocouple
5. Stopwatch
6. Kabel – kabel penghubung dengan kapasitas 500 Amp
3.1.3 Rangkaian Pengujian
Pada Pengujian terdapat tiga buah kabel yang akan diuji, yaitu kabel yang
lurus, kabel yang ditekuk dan kabel yang tidak sesuai standar.
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
30
Universitas Indonesia
Pengujian ini dilakukan untuk mengukur kenaikan temperatur kabel apabila
dialiri arus diatas kemampuan hantar arus hingga pada akhirnya isolasi kabel
meleleh. Pengukuran temperatur dilakukan dengan menggunakan thermocouple.
Temperatur kabel di catat ketika sudah mencapai kondisi stabil
A T
High Current Injector
C
Gambar 3.2 Rangkaian Pengujian Kenaikan Temperatur
Gambar 3.3 Penampang Current Injector dan bagian - bagiannya
3.2 Pengujian ketahanan termal isolasi kabel NYM 2 x 1.5 mm2
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai proses pengujian karakteristik
termal kabel yang dibagi menjadi dua tahap, yaitu:
1. Persiapan awal pengujian
2. Proses pengujian
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
31
Universitas Indonesia
3.2.1.Persiapan awal pengujian
Pengujian ini dilakukan dalam 2 bagian yaitu pengujian temperatur untuk
kabel yang sesuai standar dan pengujian untuk kabel yang tidak sesuai standar.
Sebelum melakukan pengujian, maka ada beberapa hal yang harus dikerjakan,
antara lain :
1. Mencatat temperatur ruangan .
2. Mengukur temperatur semua bagian dari kabel, baik itu konduktor
maupun isolasi.
3. Mencatat Kelembaban
4. Menyiapkan form untuk mencatat data pengujian.
3.2.2 Prosedur Pengujian
Apabila setiap langkah pada persiapan telah selesai dilaksanakan, maka
kabel telah siap untuk diuji temperaturnya.
3.2.2.1.Pengujian terhadap kabel yang sesuai standar
Apabila setiap langkah pada persiapan telah selesai dilaksanakan, maka
kabel telah siap untuk diuji kenaikan temperaturnya. Kabel yang diuji ada dua
jenis yaitu kabel yang lurus dan kabel yang ditekuk. Pengujian dilakukan dengan
mengalirkan arus kepada kabel hingga pada akhirnya isolasi kabel meleleh
Langkah- langkah yang dilakukan pada pengujian adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan semua peralatan.
2. Menyiapkan kabel yang akan diuji baik itu kabel yang lurus,maupun
kabel yang ditekuk.
3. Merangkai rangkaian percobaan seperti pada gambar 3.2.
4. Menyalakan sumber tegangan AC 220 V.
5. Menyalakan Current Injector (tombol main power diposisikan on)
dan tunggu beberapa detik agar current meter menunjukkan angka
nol Ampere.
6. Atur skala arus yang akan digunakan, jika akan menggunakan arus
pada range 0 sampai dengan 2 Ampere maka skala arus diatur pada
posisi 2 Ampere, begitu seterusnya sesuai dengan kebutuhan.
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
32
Universitas Indonesia
7. Tekan tombol JOG dan naikkan arus (raise current) perlahan – lahan
sampai yang diinginkan (variasi arus adalah 1 A, 3 A, dan 4 A).
8. Setelah itu, tekan tombol on pada daerah high current .
9. Jika berhasil maka timer akan menyala dan jika tidak berhasil tombol
trip akan menyala.
10. Jika trip maka turunkan arus melalui tombol raise current dan tekan
tombol reset, setelah itu, ulangi langkah nomer 7 sampai 9.
11. Setelah kabel dialiri arus selama 5 menit, pengujian dilanjutkan
dengan mengukur temperatur kabel, baik itu bagian konduktor
maupun bagian isolasi. Untuk tahapan ini besar arus yang diberikan
adalah 1, 2, 3, 4, 5, 10, 15 dan 19 A.
12. Pada pengujian selanjutnya, kenaikan arus yang diberikan adalah
sebesar 5 Ampere. Pengujian dimulai dari Arus 25 Ampere.
Temperatur kabel diukur pada saat t=30s,t=150s,dant=300 s. Untuk
tiap nilai arus yang diberikan, kabel didinginkan terlebih dahulu
hingga kembali ke keadaan sebelum dialiri arus. Hal ini dilakukan
guna melihat laju kenaikan temperatur dari kabel.
13. Jika arus yang diberikan mencapai 45 A, pengujian dilanjutkan
dengan memberikan kenaikan arus sebesar 1 A. Temperatur dari
semua bagian kabel diukur, lalu dicatat pada arus berapa kabel mulai
mengeluarkan asap serta selang waktu yang dibutuhkan hingga
kabel mulai mengeluarkan asap
14. Naikkkan kembali arus, lalu dicatat pada arus berapa kabel mulai
meleleh. temperatur dari setiap bagian kabel tetap diukur.
15. Apabila percobaan sudah selesai, matikan current injector dan sumber
tegangan AC 220 V
3.2.2.2.Pengujian terhadap kabel yang tidak sesuai standar
Pada dasarnya pengujian untuk kabel yang tidak sesuai tidak jauh
berbeda dengan pengujian kabel yang sesuai standar. letak perbedaannya terletak
pada penentuan nilai arus dimana isolasi kabel mulai meleleh. Nilai arus awal
yng diberikan masih sebesar 1, 2, 3, 4, 5 ,10, 15 A, dan 19 A dilanjutkan dengan
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
33
Universitas Indonesia
kenaikan arus sebesar 5 Ampere. Seperti halnya pengujian untuk kabel yang
sesuai standar, untuk arus diatas 19 A, kabel terlebih dahulu harus didinginkan.
Namun untuk pengujian ini, kenaikan arus sebesar 1 A diberikan ketika
pengukuran sudah mencapai 22 A. Lalu dicatat pada Arus berapa isolasi kabel
mulai mengeluarkan asap dan meleleh. Keadaan konduktor juga dilihat apakah
masih utuh atau terputus.
Pada pengujian selanjutnya dilihat pengaruh lelehan dari isolasi kabel
yang terbakar terhadap lingkungan tempat kabel dipasang. Hal ini dilakukan
dengan cara menambahkan bahan yang mudah terbakar seperti kertas.
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
34
Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS
4.1 Data Pengujian temperatur Kabel yang Sesuai Standar
Pengujian dibagi menjadi tiga tahap.pada tahap pertama setelah dilakukan
pengukuran, nilai arus langsung diubah tanpa didinginkan terlebih dahulu.Pada
tahap kedua pengukuran temperatur dilakukan pada t=30 detik, t =150 detik,
hingga temperatur stabil. Setelah dilakukan pengukuran, kabel langsung
didinginkan. Pada tahap ke tiga sama seperti tahap kedua, namun kenaikan arus
yang diberikan lebih kecil, berkisar 1 hingga 2 Ampere.
4.1.1 Data Pengujian Kabel yang lurus
Dari pengujian yang dilakukan di laboratorium, diperoleh data seperti pada tabel
4.1.Perlu diperhatikan:
Ts= temperatur selubung
Tl =Temperatur lapisan pembungkus inti,
Ti1=Temperatur isolasi kabel 1,
Ti2= Temperatur isolasi kabel 2,
Tc1= Temperatur Konduktor kabel 1 dan
Tc2 =Temperatur konduktor kabel 2
dimana kabel 1 adalah label yang dialiri arus dan kabel 2 adalah kabel yang yang
tidak dialiri arus.
Tabel 4.1 Tabel pengukuran temperatur kabel lurus
Arus Waktu Temperatur(oC)
(A) (menit) Ts Tl Ti1 Ti2 Tc1 Tc2
0 5 28.3 28.2 27.9 27.8 27.4 27.4
1 5 28.2 28.2 27.6 27.7 27.5 27.3
2 5 28.4 28.3 28.9 28.9 28.8 28.6
3 5 28.3 28.2 28.2 28.1 28.2 28.2
4 5 28.1 28.0 28.2 28 28.2 28.2
5 5 31.5 29.8 29.5 29 29.1 29.2
10 5 30.2 31.4 31.1 31.2 33.2 30.7
15 5 32.8 33.8 33.8 33 35.5 34.4
19 5 35.6 37.9 39.0 36.5 44.7 37.3
34 Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
35
Universitas Indonesia
Tabel 4.1 Tabel pengukuran temperatur kabel lurus(lanjutan)
19 5 35.6 37.9 39 36.5 44.7 37.3
20 5 37.5 40.8 42 38.6 47 39.1
25 0.2 32.2 33.1 35.7 29 39.9 31.4
0.5 35.9 44 40.6 32 44.2 36.8
5 43.6 48.2 49.7 48.1 57.3 44.1
30 0.2 33.2 35 38.7 31.1 42.7 32.1
0.5 40 44 48.4 36.3 51.3 40.2
5 51.5 50.8 60.4 51 66.2 52
35 0.2 35 36.1 39.4 31.6 48.5 32.8
0.5 43 47.9 57.3 39.9 63.9 43.4
5 58 65.7 73.2 60.2 84 68.9
40 0.2 35.9 40.4 45.1 33.2 51.7 32.7
0.5 52.2 55 64.6 44.5 73.7 47.8
5 70.8 83.9 95.5 73.5 107 76.8
45 0.2 37.8 48.3 52.2 33.1 60 35.1
0.5 55.6 63 77.7 45.1 81.3 54.4
5 84.4 97 116.2 78.5 126 87.5
46 15 90.6 100 120.6 92.2 135 96
47 15 96.4 110.1 136 95 150.8 101.1
48 15 102.6 126.4 152 99.7 162 107
50 15 109 136 167 113 180 114
52 15 129.1 144.4 184 117 192 122
54 15 140.8 159.5 199 122 204 133
55 15 157.2 165.6 meleleh 128 223 136.2
56 15 meleleh meleleh meleleh 134 262 150
Dari data kenaikan temperatur bagian-bagian kabel, diperoleh grafik
temperatur ketika kabel berada pada kondisi stabil seperti pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 Grafik arus vs temperatur pada kabel yang lurus
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
36
Universitas Indonesia
Untuk nilai arus 1 hingga 5 ampere, nilai temperatur dari setiap bagian
kabel relatif konstan, berkisar 28-29 O C. Perubahan temperatur yang terjadi lebih
disebabkan karena pengaruh temperatur luar. Sedangkan arus yang dialirkan ke
konduktor tidak memberikan banyak pengaruh.
Untuk data selanjutnya temperatur kabel diukur pada waktu 30 detik, 150
detik, hingga pada akhirnya mencapai kondisi stabil pada waktu 300 detik.
Hubungan antara temperatur dan waktu yang menggambarkan keadaan transien
sampai setimbang dapat dinyatakan sebagai berikut:
1 t
t
mT T e (4.1)
Dimana:
T : kenaikan temperatur [oC]
mT : temperatur setimbang, .m TT q R
t : waktu [s]
t : termal time-constant
Dari Persamaan diatas, kenaikan temperatur berbanding lurus dengan
temperatur stabil. Semakin tinggi nilai temperatur stabil, maka kenaikan
temperatur yang dialami juga semakin besar. Pada data pengujian terlihat bahwa
temperatur stabil dari konduktor yang dialiri arus merupakan yang paling tinggi
sehingga kenaikan temperatur pada keadaan transien juga paling besar.
Pada pengujian ini, konduktor yang dialiri arus merupakan sumber
pemanasan utama pada kabel yang terjadi akibat rugi-rugi tembaga. Panas
tersebut akan dialirkan ke bahan isolasi dan ke permukaan kabel kemudian
dilepaskan ke lingkungan, sehingga timbul selisih temperatur dari konduktor ke
permukaan kabel akibat adanya resistansi termal. Pada kondisi transien,
perubahan temperatur yang paling besar terjadi pada konduktor, sedangkan yang
paling kecil adalah pada isolasi kabel yang tidak dialiri arus Demikian halnya
dengan temperatur pada saat kondisi stabil, kenaikan temperatur paling besar
tercatat pada konduktor yang di aliri arus, sedangkan yang paling kecil terdapat
pada isolasi kabel yang tidak dialiri arus . Kenaikan temperatur dari bagian kabel
dirumuskan sebagai berikut,
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
37
Universitas Indonesia
.tT R q ............................................. (4.2)
dimana ΔT adalah kenaikan temperatur q aliran panas rata-rata dan Rt adalah
resitansi termal. Dari Persamaan diatas terlihat bahwa semakin besar resistansi
termal maka kenaikan temperatur juga akan semakin besar. Karena resistansi
termal dari bahan isolasi lebih kecil dari pada bahan konduktor, maka kenaikan
temperaturnya juga lebih kecil. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin jauh
dari konduktor kenaikan lebih kecil temperatur dari bagian kabel akan semakin
kecil karena terdapat resistansi termal antara bahan isolasi dan permukaan kabel
dengan konduktor yang merupakan sumber panas pada kabel.
Perhatikan grafik pada gambar 4.1 Terlihat bahwa pada kabel yang tidak
dialiri arus temperatur yang dicapai oleh bahan konduktor lebih tinggi dibanding
bahan isolasinya. Hal ini dikarenakan kalor jenis dari bahan konduktor lebih
rendah dari pada kalor jenis bahan polimer, sehingga temperaturnya lebih tinggi.
Pada tahap selanjutnya kenaikan arus yang diberikan sebesar 1 A, hal ini
dilakukan untuk menentukan nilai arus dimana kabel mulai mengeluarkan asap.
Setelah semua bagian kabel di ukur temperaturnya, kabel dibiarkan dialiri arus
selama 15 menit, dan dicatat waktu yang dibutuhkan hingga kabel mengeluarkan
asap. Kondisi dimana kabel mulai mengeluarkan asap di tunjukkan oleh gambar
4.2
Gambar 4.2 Kondisi kabel ketika dialiri arus sebesar 48 A
Asap yang ditimbulkan pada pengujian ini merupakan hasil pembakaran
yang tidak sempurna dari material isolasi. Reaksi pembakaran dari material PVC
dapat digambarkan pada gambar 4.3.
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
38
Universitas Indonesia
Gambar 4.3 reaksi pembakaran PVC
Dengan memperhatikan gambar 4.3, asap hasil pembakaran PVC
merupakan kombinasi dari gas CO2 dan HCl. Hal ini diindikasikan oleh
timbulnya bau disaat kabel mengeluarkan asap. Disamping itu hasil pembakaran
PVC juga menghasilkan air. Cairan yang tertinggal pada tempat pengujian
merupakan air hasil pembakaran PVC.
Dari gambar 4.2 terlihat bahwa bagian kabel yang terkelupas lebih cepat
berasap dibandingkan dengan bagian lainnya. Karena bagian yang terkelupas
terbuka terhadap lingkungan luar maka suplai oksigen yang diperoleh juga lebih
banyak dibandingkan bagian lainnya, sehingga bagian ini lebih mudah
mengalami proses pembakaran. Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa pada
suatu instalasi listrik, bagian yang cacat dan terkelupas merupakan bagian yang
rawan akan kebakaran.
Sedangkan isolasi kabel mulai berasap pada arus sebesar 48 A dalam
waktu 1057 detik(17 menit). Diatas 48 ampere kabel lebih cepat mengeluarkan
asap dan intensitas asap yang dikeluarkan juga bertambah Dari sini dapat
disimpulkan bahwa ketahanan panas bahan isolasi dipengaruhi oleh lama kabel
di aliri arus. Bahan isolasi dari kabel akan mengalami kerusakan jika dialiri arus
terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Disamping itu besar arus yang
dialirkan pada kabel juga ikut memberikan pengaruh. Semakin besar arus yang
dialirkan maka kalor yang dialirkan dari konduktor kepada isolasi kabel akan
bertambah sehingga proses pembakaran bahan isolasi menjadi semakin cepat.
Dengan demikian kabel akan lebih cepat mengeluarkan asap.
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
39
Universitas Indonesia
Tabel 4.2 Waktu yang diperlukan kabel yang lurus untuk mengeluarkan asap
Dengan menaikkan nilai arus, isolasi akan mulai meleleh pada arus 56 A.
Berikut ini adalah gambar disaat kabel mulai meleleh.
Gambar 4.4 Kondisi kabel ketika dialiri arus sebesar 56 A
Pada kondisi ini terdapat 3 bagian yang meleleh, yaitu isolasi kabel
yang dialiri arus, lapisan pembungkus inti dan selubung luar. Sedangkan isolasi
dari kabel yang tidak diliri arus tidak ikut meleleh. Hal ini terjadi karena besar
kalor yang diterima oleh bahan isolasi kabel yang tidak dialiri arus lebih rendah
jika dibandingkan dengan ketiga bagian lainnya.
Secara teoritis disebutkan bahwa distribusi temperatur sepanjang
konduktor yang lurus adalah seragam. Namun dari gambar 4.1 terlihat bahwa
proses pembakaran tidak berlangsung disepanjang kabel. Hal ini dikarenakan
resistansi konduktor yang tidak merata sepanjang kabel.
Gambar 4.5.Kondisi kabel ketika isolasinya meleleh
Resistansi konduktor dapat dirumuskan sebagai :
Arus (A) Waktu(detik)
48 1057
50 682
52 381
54 264
55 145
56 100
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
40
Universitas Indonesia
lR
A...................................................... (4.3)
Dimana R adalah resistansi konduktor, ρ adalah hambatan jenis, l adalah panjang
kabel dan A adalah luas penampang konduktor. Dari persamaan diatas, nilai
resistansi berbanding terbalik dengan luas penghantar dari konduktor.
Sedangkan panas yang dihasilkan oleh konduktor yang dialiri arus berbanding
lurus dengan resistansi konduktor. Apabila luas penampang berubah, maka
resistansi akan berubah, sehingga kalor yang dihasilkan konduktor juga ikut
berubah. Karena luas penampang dari konduktor tidak merata, maka distribusi
temperaturnya juga tidak merata, sehingga tidak semua bahan isolasi kabel
meleleh .
Perlu diperhatikan, pada arus 56 Ampere, isolasi kabel meleleh tapi tidak
sampai terbakar. Hal ini dikarenakan bahan isolasi dari kabel yang sesuai standar
merupakan bahan yang memiliki kualitas yang baik. Bahan isolasi yang
digunakan oleh kabel yang sesuai standar merupakan bahan yang mengandung
bahan penstabil didalamnya yang fungsinya adalah untuk mengurangi degradasi
termal yang timbul ketika kabel bekerja pada temperatur yang tinggi.
4 1.2.Data Pengujian Kabel yang ditekuk
Dari pengujian yang dilakukan di laboratorium, diperoleh data seperti
pada tabel 4.3
Tabel 4.3 Data pengujian kabel yang ditekuk
Arus Waktu Temperatur(oC)
(A) (menit) Ts Tl Ti1 Ti2 Tc1 Tc2
0 5 29.1 28.5 28.7 29.1 28.7 29
1 5 28.3 28.5 29.1 28.5 28.4 28.4
2 5 28.4 28.5 28.9 28.7 28.8 28.8
3 5 29.9 28.9 30.5 29 29.3 29.9
4 5 29.1 29.9 29.5 29.5 28.8 28.6
5 5 29 29.2 29.6 28.8 29.6 28.9
10 5 30.4 32.1 31.9 31.9 32.7 31.2
15 5 34.4 35.9 35.4 32.7 37.7 34
19 5 36.4 40.9 41.7 35.8 44.3 36.4
20 5 38 42.2 42.2 34.9 45.6 39.1
25 0.2 31.9 35.3 38.1 31 40.5 31.3
0.5 38 44.2 46 38.5 47.2 39.3
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
41
Universitas Indonesia
Tabel 4.3 Data pengujian kabel yang ditekuk(lanjutan)
5 41.1 49.4 56 42 60.9 45
30 0.2 33.5 58.1 41.2 32.4 43.9 33.2
0.5 42.5 46.4 52 41.7 55.2 44
5 56.1 62 63.5 50 73.9 56
35 0.2 35.1 42.6 45.5 35 49 36.1
0.5 46.4 52.2 60 49.5 65.5 51
5 62.1 75 81.4 54.2 90.5 68
40 0.2 36.3 43.8 49.6 36.6 59.2 39.3
0.5 54.1 61.9 71.2 55 83.8 59.6
5 80 97 102 79 114 79
45 0.2 40.2 47.3 52.6 40.2 58.7 43.6
0.5 62.4 70.6 83.1 63.9 91.7 66.4
5 94 111.5 122.3 93.4 148.4 96.9
46 15 101.3 122.8 133.6 100.3 156 102.1
48 15 110.6 139 170 106 186 114
50 15 131 154.6 195 122 212 126
52 15 140 161.1 211 129 230 230
53 15 162.2 168.3 meleleh 135 260 141
54 15 meleleh meleleh meleleh 167 295 170
Dari data yang ada pada tabel 4.3 peroleh grafik temperatur stabil dari
kabel yang ditekuk seperti pada gambar 4.5.
Gambar 4.6 Grafik arus vs temperatur pada kabel yang ditekuk
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
42
Universitas Indonesia
Dengan memperhatikan gambar 4.6, terlihat bahwa sama halnya dengan
kabel yang lurus temperatur untuk arus dari 1 hingga 5 ampere relatif konstan
berkisar 28-29 oC. Pada kondisi ini temperatur luar masih lebih dominan
Sedangkan arus yang dialirkan ke konduktor tidak memberikan banyak
pengaruh. Perubahan temperatur yang signifikan baru terlihat pada saat nilai arus
yang diberikan sebesar 10 Ampere.
Untuk data selanjutnya pengukuran temperatur dilakukan dengan
memberikan kenaikan arus sebesar 5 ampere dengan pengukuran temperatur yang
dilakukan pada t =30 s, t =150 s, dan t=150 s. Seperti halnya pada kabel yang
lurus, temperatur pada keadaan setimbang paling besar terukur pada konduktor
yang dialiri arus. Berdasarkan persamaan 4.1, temperatur pada keadaan transien
berbanding lurus dengan temperatur pada keadaan setimbang. Karena temperatur
setimbang dari konduktor yang dialiri arus merupakan yang paling tinggi, maka
temperatur transiennya juga paling besar.
Dari grafik pada gambar 4.6, terlihat bahwa perubahan temperatur yang
paling besar terjadi pada konduktor, sedangkan yang paling kecil adalah pada
isolasi kabel yang tidak dialiri arus. Disini Konduktor yang dialiri arus
merupakan sumber pemanasan utama pada kabel yang terjadi akibat rugi-rugi
tembaga. Panas tersebut akan dialirkan ke bahan isolasi dan ke permukaan kabel
kemudian dilepaskan ke lingkungan. Adanya selisih temperatur antara konduktor
dengan bagian kabel lainnya karena adanya perbedaan resistansi termal.
Berdasarkan persamaan 4.2, kenaikan temperatur dari bagian kabel berbanding
lurus dengan resistansi termal. Karena resistansi termal dari konduktor lebih
besar dari bahan isolasi, maka kenaikan temperaturnya juga paling tinggi jika
dibandingkan dengan bagian lainnya.
Pada arus 46 A, kabel yang ditekuk mulai berasap. Asap yang
ditimbulkan pada pengujian ini merupakan hasil pembakaran yang tidak
sempurna dari material isolasi[8].
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
43
Universitas Indonesia
Gambar 4.7 Kondisi kabel yang ditekuk ketika berasap.
Pada umumnya kabel ditekuk seperti pada gambar 4.7 dengan diameter
tekukan 2 cm dan sudut tekuk 45o. Sedangkan isolasi kabel yang ditekuk mulai
meleleh pada arus 54 A. Kondisi ketika kabel mulai meleleh dapat dilihat pada
gambar 4.7. Berdasarkan pengujian terdapat 3 bagian yang paling cepat meleleh,
yaitu bagian yang ditekuk, bagian yang diikat.dan bagian yang saling berhimpit .
Dari sini sini dapat disimpulkan bahwa dalam suatu instalasi listrik, ketiga
bagian tadi merupakan bagian yang rawan mengalami kebakaran.
Bagian yang ditekuk merupakan bagian yang mudah terbakar karena
temperaturnya paling tinggi jika dibandingkan dengan bagian lainnya. Selain itu,
penekukan kabel memberikan tekanan lebih terhadap bahan isolasi dari bagian
yang ditekuk sehingga proses pembakaran juga berlangsung lebih cepat.
Gambar 4.8 Kondisi kabel ketika dialiri arus sebesar 56 A
Dari gambar 4.8 terlihat bahwa bagian yang kabel yang terkelupas lebih
mudah berasap jika dibandingkan dengan bagian lainnya. Karena bagian yang
terkelupas terbuka terhadap lingkungan luar, maka tak ada material lain yang
menyerap panas dari konduktor kecuali udara yang banyak mengandung oksigen,
sehingga bagian ini lebih mudah mengalami proses pembakaran.
Pada bagian yang diikat, proses pembakaran juga berlangsung cepat.
Bagian ini mengalami tekanan dari luar akibat adanya kawat yang mengikat
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
44
Universitas Indonesia
kabel. Karena adanya tekanan, reaksi pembakaran berlangsung lebih cepat
sehingga isolasi kabel lebih mudah meleleh. Hal ini dapat dilihat pada gambar
4.9.a. Terlihat bahwa bagian yang ditunjukkan oleh tanda panah mengalami
pembakaran sedangkan bagian yang lainnya tidak mengalami pembakaran.
Sedangkan bagian yang berhimpit dapat dilihat pada gambar 4.9 b. Pada
bagian ini jumlah kalor yang diterima oleh isolasi lebih besar karena adanya
tambahan kalor dari konduktor yang ada disebelahnya.
a.bagian yang diikat b.bagian yang berhimpit
Gambar 4.9 Bagian dari kabel yang mudah terbakar
Disamping itu tekanan yang diberikan oleh kawat yang mengikat juga ikut
mempercepat proses pembakaran.
Gambar 4.10 merupakan grafik perbandingan temperatur maksimum
antara kabel lurus dengan kabel yang ditekuk. Terlihat bahwa pada nilai arus
yang sama temperatur yang dicapai oleh kabel yang ditekuk lebih tinggi
dibandingkan dengan kabel yang lurus.
Gambar 4.10. Grafik perbandingan kabel yang ditekuk dengan kabel lurus
Meleleh 54 A
Meleleh 56 A
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
45
Universitas Indonesia
Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan temperatur maksimum dari kabel
yang ditekuk lebih tinggi jika dibandingkan dengan kabel yang lurus.
Hasil pengujian menunjukkan kabel yang ditekuk mulai berasap pada arus
46 A dengan temperatur konduktor 156 oC serta meleleh pada arus 54 A dengan
temperatur konduktor 295 oC. Berbeda dengan kabel yang lurus yang mulai
berasap pada arus 48 A dan meleleh pada arus 56 A. Jika dibuat tabelnya maka
dapat dibandingkan kondisi kabel yang ditekuk dengan kabel lurus.
Tabel 4.4 Perbandingan kondisi kabel lurus dengan kabel yang ditekuk
Arus Tc kabel lurus Kondisi
kabel
Tc kabel yang ditekuk Kondisi
kabel
46
48
50
52
54
135
162
180
192
204
-
√
√
√
√
156
186
212
230
295
√
√
√
√
×
√ = Berasap × = Meleleh
Disamping itu, dari gambar 4.8 terlihat bahwa bagian yang ditekuk
mudah meleleh, sedangkan bagian yang tidak ditekuk tidak mengalami
kerusakan. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi temperatur dari kabel yang
ditekuk tidak merata, dimana temperatur paling tinggi terukur pada bagian ujung
yang ditekuk. Karena pada nilai arus yang sama temperatur maksimum dari kabel
yang ditekuk lebih tinggi dari pada kabel yang lurus maka proses pembakarannya
juga berlangsung lebih cepat. Berikut ini adalah tabel waktu yang diperlukan
kabel yang ditekuk untuk mengeluarkan asap.
Tabel 4.5 Waktu yang diperlukan kabel yang ditekuk untuk mengeluarkan asap
Arus Waktu
46 1052
48 528
50 347
52 283
53 152
54 57
Jika dibandingkan dengan data tabel 4.2, maka pada nilai arus yang sama
kabel yang ditekuk lebih cepat mengeluarkan asap. Sebagai contoh diambil nilai
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
46
Universitas Indonesia
arus 50 A. Pada nilai arus ini kabel yang ditekuk berasap pada waktu 347 detik
(5.5 menit). Sedangkan untuk nilai arus yang sama kabel yang lurus
mengeluarkan asap pada waktu 682 detik (10.5 menit).
4.2. Data Pengujian temperatur Kabel yang tidak Sesuai Standar
Dari pengujian yang dilakukan, diperoleh data untuk kabel yang tidak
sesuai standar seperti pada tabel 4.5.
Tabel 4.6 Data pengujian kabel yang tidak memenuhi standar
Arus waktu Temperatur(oC)
(A) (menit) Ts Tl Ti1 Ti2 Tc1 Tc2
1 5 28 28.2 29.6 29.4 28.7 28.3
2 5 28 28 28.6 28.4 29 29
3 5 28.5 28.7 29.1 29.8 29.4 28.9
4 5 29.3 29.8 29.9 29.8 30.4 30.3
5 5 30.0 31.2 31.0 30.2 32.1 31.2
10 5 37.4 39.7 41.0 38.0 43.9 38.2
15 5 52.0 59.0 61.1 52.2 65.3 52.4
19 5 51.9 71.0 77.4 65.6 88.3 67
20 5 70.4 78.0 86.5 70.0 96.6 71.5
22 15 78.1 91.3 108.5 76.0 118.4 77.5
23 15 82.3 101.3 128 86.9 135 88.3
24 15 86.5 112.4 132.9 91.1 143 95.4
26 15 98.6 130.6 149.1 108.1 164 110.5
28 15 105 141 175.8 119 202 120.3
30 15 122.5 152.5 meleleh 141 240 144.5
32 15 156.7 163.8 meleleh 163 276 166
Dari data diatas dapat dibuat grafik seperti pada gambar 4.11. Untuk arus
1 hingga 5 ampere temperatur kabel relatif konstan. Pada kondisi ini, pengaruh
temperatur luar masih lebih dominan. Kenaikan arus baru terjadi ketika nilai arus
diatas 10 A.
Sama seperti pengujian sebelumnya, konduktor pada kabel yang tidak
sesuai standar merupakan sumber kalor akibat adanya rugi-rugi tembaga. Panas
tersebut akan dialirkan ke bahan isolasi dan ke permukaan kabel kemudian
dilepaskan ke lingkungan, sehingga timbul selisih temperatur dari konduktor ke
permukaan kabel akibat adanya resistansi termal dimana resistansi termal paling
tinggi dimiliki oleh konduktor yang dialiri arus sehingga kenaikan temperaturnya
paling tinggi jika dibandingkan dengan bagian lainnya.
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
47
47
Universitas Indonesia
gambar 4.11 Grafik arus vs temperatur pada kabel yang tidak sesuai standar
Jika dibandingkan dengan kabel yang sesuai standar, pada nilai arus yang
sama, kabel yang tidak sesuai standar memiliki nilai temperatur yang lebih
tinggi. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.12.
Berdasarkan Persamaan 4.3, nilai resistansi dari konduktor berbanding
terbalik dengan luas penampangnya. Semakin kecil luas penampang maka
resistansi konduktor akan semakin besar. Penurunan luas penampang akan
menaikkan hambatan dari konduktor yang selanjutnya akan ikut menaikkan
temperatur. Pengukuran terhadap diameter konduktor menunjukkan bahwa
konduktor kabel yang yang sesuai standar memiliki diameter 1.38 mm
sedangkan kabel yang tidak sesuai standar memiliki diameter 0.8 mm. Karena
diameter konduktor kabel yang tidak sesuai standar lebih kecil dari pada kabel
yang sesuai standar, maka luas penampangnya menjadi lebih kecil, sehingga
pada nilai arus yang sama temperatur yang dicapai juga lebih tinggi.
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
48
Universitas Indonesia
Gambar 4.12 Perbandingan temperatur konduktor kabel standar dengan kabel non
standar
Pengujian yang dilakukan pada kabel yang tidak sesuai standar
menunjukkan bahwa bahan isolasi mulai berasap pada arus 24 A dengan suhu
konduktor 143 o
C serta meleleh pada arus 30 A dengan temperatur konduktor
276 oC. Sedangkan pada nilai arus 24 A hingga 30 A, kabel yang sesuai standar
belum mengalami kerusakan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.6
Tabel 4.7 Perbandingan kondisi kabel standar dengan kabel non standar.
Arus Tc kabel non standar
(oC)
Kondisi
kabel
Tc kabel standar
(oC)
Kondisi
kabel
24
26
28
30
32
143
164
202
240
276
-
√
√
x
x
48,9
52,7
60,1
66,2
76,9
-
-
-
-
-
√ = Berasap × = Meleleh
Dari pengujian diperoleh data, isolasi kabel mulai berasap arus sebesar 24
A dalam selang waktu yang 776 detik Hal ini sangat berbeda dengan kabel
yang sesuai standar. Pada nilai arus 25 Ampere kabel yang sesuai standar belum
mengeluarkan asap. Diatas 24 ampere, proses pembakaran berlangsung lebih
cepat. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.7. Terlihat bahwa semakin tinggi
arus yang diberikan, makin cepat isolasi kabel terbakar.
Meleleh 30 A Meleleh 56 A
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
49
Universitas Indonesia
Tabel 4.8 Waktu yang diperlukan kabel non standar untuk mengeluarkan asap
Arus(A) Waktu (detik)
24 776
26 343
28 122
30 117
32 95
Untuk pengujian selanjutnya, panjang kabel sengaja dijadikan setengah
meter untuk melihat kondisi ketika isolasi dari kabel meleleh secara keseluruhan.
Setelah dilakukan pengujian, isolasi kabel meleleh pada nilai arus 32 A dengan
temperatur konduktor. Dari pengujian terlihat bahwa intensitas asap yang
dikeluarkan oleh kabel yang tidak sesuai standar jauh lebih tinggi jika
dibandingkan dengan kabel yang sesuai standar. Disamping itu air yang
dihasilkan dari proses pembakaran juga jauh lebih banyak. Perbandingan
intensitas asap kabel standar dengan kabel non standar dapat dilihat pada
gambar 4.13.
Bahan isolasi yang baik adalah bahan isolasi yang menggunakan bahan
penstabil sehingga tahan terhadap temperatur tinggi. Tingginya intensitas air
dan asap hasil pembakaran menunjukkan bahwa bahan isolasi dari kabel yang
tidak sesuai standar merupakan bahan isolasi yang menggunakan bahan penstabil
dalam jumlah yang sedikit sehingga lebih cepat mengalami pembakaran. Perlu
diketahui, penambahan bahan penstabil akan membuat isolasi kabel lebih kaku.
Hal inilah yang menyebabkan bahan isolasi sesuai standar lebih kaku jika
dibandingkan dengan bahan isolasi kabel yang tidak sesuai standar.
a.kabel sesuai standar b.kabel non standar
Gambar 4.13 Perbandingan kabel standar dengan kabel non standar
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
50
Universitas Indonesia
Dari gambar 4.14, terlihat bahwa lelehan dari kabel yang tidak sesuai standar
menempel pada kertas dan juga tempat pengujian. Hal ini sangat berbeda dengan
kabel yang sesuai standar, dimana isolasi yang meleleh pada akhirnya akan
hangus namun tidak ada lelehan isolasi yang menempel pada tempat pengujian.
Disinilah kelemahan dari kabel yang tidak sesuai standar. Ketika dialiri arus yang
sangat tinggi, isolasi kabel akan meleleh. Lelehan dari isolasi kabel akan jatuh
dan mengenai lingkungan sekitarnya. Hal ini tentunya berbahaya jika isolasi
kabel yang meleleh mengeluarkan api dan terjatuh pada bahan-bahan yang
mudah terbakar seperti kertas atau kain.
a.Pada kertas b.pada tempat pengujian
Gambar 4.14 Pengaruh lelehan isolasi kabel terhadap lingkungan sekitar
Setelah 10 menit, current injector menunjukkan nilai arus sama dengan
nol yang mengindikasikan konduktor dari kabel telah putus. Dalam.proses
pengujian, kawat juga mengalami pemuaian dan penyusutan pada saat terjadi
perubahan temperatur. Semakin besar suhu pada kawat maka akan semakin besar
pemuaian yang terjadi. Pemuaian akan terus terjadi sampai pada kondisi dimana
kawat tidak mungkin lagi untuk mengalami pemuaian. Sama halnya dengan
penyusutan pada kawat. Pada saat itu kondisi kawat sudah tidak memungkinkan
lagi untuk terjadi pemuaian, sehingga timbul tegangan akibat kompresi pada
kawat, yang disebut tegangan termal. Tegangan ini dapat menjadi sangat besar
sehinggga mampu menegangkan kawat melampaui batas elastiknya dan
mencapai titik putusnya.
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
51
Universitas Indonesia
KESIMPULAN
1. Pada nilai arus yang sama, kabel yang ditekuk memiliki temperatur
maksimum yang lebih tinggi dibandingkan dengan kabel yang lurus.
Distribusi temperatur disepanjang kabel yang ditekuk tidaklah merata,
dimana temperatur yang paling tinggi terukur pada bagian yang ditekuk.
2. Semakin tinggi arus yang diberikan, maka semakin cepat isolasi kabel
mengalami kerusakan. Kondisi dimana isolasi kabel mulai meleleh
berbeda-beda untuk tiap kabel. Untuk kabel yang lurus, isolasinya mulai
meleleh pada arus 56 A. Pada kabel yang ditekuk, isolasinya mulai
meleleh pada arus 54 A. Sedangkan untuk kabel yang tidak memenuhi
standar, isolasinya mulai meleleh pada arus 30 A.
3. Kabel yang tidak sesuai standar memiliki ketahanan panas yang lebih
rendah jika dibandingkan dengan kabel yang sesuai standar. Pada nilai
arus yang sama, temperatur yang dicapai oleh kabel non standar lebih
tinggi jika dibandingkan dengan kabel yang sesuai standar sehingga
isolasinya lebih mudah mengalami kerusakan.
4. Dalam suatu instalasi listrik, terdapat 4 bagian yang rawan terhadap
kebakaran, yaitu bagian yang diikat, bagai kabel yang berhimpit, bagian
yang.cacat.atau.terkelupas.serta.bagian.yang.ditekuk.
51
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
52
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
[1].Prof.Tata Surdia,Prof Shinroku Saito,Pengetahuan Bahan Teknik(Pradya
Paramita, Cetakan kedua, 1992).
[2] Farizandi, Dananto,” Analisis Karakteristik Penghantar Kabel Fleksibel
Dengan Penghantar Kabel Inti Tunggal NYM 2,5 mm2 Dan 4mm
2”
Skripsi, S1 Departemen Teknik Elektro FTUI, Depok, Juli 2004.
[3].Yafang Liu, Kazunari Morita, Toru Iwao, Masao Endo, and Tsuginori
Inaba, The Temperature Characteristics and Current Conducting Ability
of Horizontally Curved Conductors. IEEE transanction on power
delivery,Vol. 17,no 4,Oktober 2002.
[4].Yafang Liu, Masao Endo, Tsuginori Inaba, The distributions of
temperature an magnetic force on a curved conductor,” IEEE Power Eng.
Rev., vol. 19, pp. 51 52, July 1999.
[5].Bayliss, Colin, “Transmission and Distribution Electrical Engineering”,
Oxford, Butherworth-Heinemann, 1996.
[6].Thue,.Williamm,.ElectricalvPowerccablebEngineering,.MarcelfDekkerb
Inc, NewYork, 1999 .
[7].PLN, Kabel berisolasi Berselubung PVC tegangan pengenal 300/500V,
dipublikasikan tahun 1992 .
<http://pln-km.com/e-
standard/detail_search_result_spln2.php?id=SPLN%2042-2_1992>
[8] SVP Indutries, PVC and Fire, <www.svpindustries.com/docs/pvc-and-
fire.pdf>
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
53
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
1.Data pengujian terhadap kabel yang lurus
Truang = 27,5oC
Kelembaban = 56 %
Waktu Temperatur(oC)
(A) (menit) Ts Tl Ti1 Ti2 Tc1 Tc2
0 5 28.3 28.2 27.9 27.8 27.4 27.4
1 5 28.2 28.2 27.6 27.7 27.5 27.3
2 5 28.4 28.3 28.9 28.9 28.8 28.6
3 5 28.3 28.2 28.2 28.1 28.2 28.2
4 5 28.1 28.0 28.2 28 28.2 28.2
5 5 31.5 29.8 29.5 29 29.1 29.2
10 5 30.2 31.4 31.1 31.2 33.2 30.7
15 5 32.8 33.8 33.8 33 35.5 34.4
19 5 35.6 37.9 39.0 36.5 44.7 37.3
20 5 37.5 40.8 42.0 38.6 47 39.1
25 0.2 32.2 33.1 35.7 29 39.9 31.4
0.5 35.9 44 40.6 32 44.2 36.8
5 43.6 48.2 49.7 48.1 57.3 44.1
30 0.2 33.2 35 38.7 31.1 42.7 32.1
0.5 40 44 48.4 36.3 51.3 40.2
5 51.5 50.8 60.4 51 66.2 52
35 0.2 35 36.1 39.4 31.6 48.5 32.8
0.5 43 47.9 57.3 39.9 63.9 43.4
5 58 65.7 73.2 60.2 84 68.9
40 0.2 35.9 40.4 45.1 33.2 51.7 32.7
0.5 52.2 55 64.6 44.5 73.7 47.8
5 70.8 83.9 95.5 73.5 107 76.8
45 0.2 37.8 48.3 52.2 33.1 60 35.1
0.5 55.6 63 77.7 45.1 81.3 54.4
5 84.4 97 116.2 78.5 126 87.5
46 15 90.6 100 120.6 92.2 135 96
47 15 96.4 110.1 136 95.0 150.8 101.1
48 15 102.6 126.4 152 99.7 162 107
50 15 109 136 167 113 180 114
52 15 129.1 144.4 184 117 192 122
54 15 140.8 159.5 199 122 204 133
55 15 157.2 165.6 meleleh 128 223 136.2
56 15 meleleh meleleh meleleh 134 262 150
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
54
54
Universitas Indonesia
2.Data pengujian terhadap kabel yang ditekuk
Arus Waktu Temperatur(
oC)
(A) (menit) Ts Tl Ti1 Ti2 Tc1 Tc2
0 5 29.1 28.5 28.7 29.1 28.7 29
1 5 28.3 28.5 29.1 28.5 28.4 28.4
2 5 28.4 28.5 28.9 28.7 28.8 28.8
3 5 29.9 28.9 30.5 29 29.3 29.9
4 5 29.1 29.9 29.5 29.5 28.8 28.6
5 5 29 29.2 29.6 28.8 29.6 28.9
10 5 30.4 32.1 31.9 31.9 32.7 31.2
15 5 34.4 35.9 35.4 32.7 37.7 34
20 5 38 42.2 42.2 34.9 45.6 39.1
25 0.2 31.9 35.3 38.1 31 40.5 31.3
0.5 38 44.2 46 38.5 47.2 39.3
5 41.1 49.4 56 42 60.9 45
30 0.2 33.5 58.1 41.2 32.4 43.9 33.2
0.5 42.5 46.4 52 41.7 55.2 44
5 56.1 62 63.5 50 73.9 56
35 0.2 35.1 42.6 45.5 35 49 36.1
0.5 46.4 52.2 60 49.5 65.5 51
5 62.1 75 81.4 54.2 90.5 68
40 0.2 36.3 43.8 49.6 36.6 59.2 39.3
0.5 54.1 61.9 71.2 55 83.8 59.6
5 80 97 102 79 114 79
45 0.2 40.2 47.3 52.6 40.2 58.7 43.6
0.5 62.4 70.6 83.1 63.9 91.7 66.4
5 94 111.5 122.3 93.4 148.4 96.9
46 15 101.3 122.8 133.6 100.3 156 102.1
48 15 110.6 139 170 106 186 114
50 15 131 154.6 195 122 212 126
52 15 140 161.1 211 129 135 230
53 15 162.2 168.3 meleleh 135 260 141
54 15 meleleh meleleh meleleh 167 295 170
Truang = 27,5oC
Kelembaban = 56 %
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
55
55
Universitas Indonesia
3.Data pengujian terhadap kabel yang tidak sesuai standar
Arus waktu Temperatur(
oC)
(A) (menit) Ts Tl Ti1 Ti2 Tc1 Tc2
0 27.9 28.3 28.5 28 28.3 29
1 5 28 28.2 29.6 29.4 28.7 28.3
2 5 28 28 28.6 28.4 29 29
3 5 28.5 28.7 29.1 29.8 29.4 28.9
4 5 29.3 29.8 29.9 29.8 30.4 30.3
5 5 30 31.2 31 30.2 32.1 31.2
10 5 37.4 39.7 41 38 43.9 38.2
15 5 52 59 61.1 52.2 65.3 52.4
19 5 51.9 71 77.4 65.6 88.3 67
20 5 70.4 78 86.5 70 96.6 71.5
22 5 78.1 91.3 108.5 76 118.4 77.5
23 15 82.3 101.3 128 86.9 135 88.3
24 15 86.5 112.4 132.9 91.1 143 95.4
26 15 98.6 130.6 149.1 108.1 164 110.5
28 15 105 141 175.8 119 202 120.3
30 15 122.5 152.5 meleleh 141 240 144.5
32 15 156.7 163.8 meleleh 163 276 166
Truang = 27,5oC
Kelembaban = 56 %
4.Pengaruh arus terhadap waktu yang dibutuhkan kabel mengeluarkan
...asap
a.Kabel yang sesuai standar
Kabel lurus
Arus (A) Waktu(detik)
48 1057
50 682
52 381
54 264
55 145
56 100
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008
56
56
Universitas Indonesia
Kabel yang ditekuk
Arus (A) Waktu(detik)
46 1052
48 528
50 347
52 283
53 152
54 57
b.Kabel yang tidak sesuai standar
Arus(A) Waktu(detik)
24 776
26 343
28 122
30 117
32 95
Analisis karakteristik termal..., Arifianto, FT UI, 2008