Unika SOEGIJAPRANATA lima sembilannews.unika.ac.id/wp-content/uploads/Edisi-59.pdfuniversitas,...

16
edisi lima sembilan th. XII /26 APRIL 2014 Unika SOEGIJAPRANATA Unika Soegijapranata Semarang, melalui International Office (IO) memfasilitasinya dengan menyediakan informasi universitas penyelenggara ataupun beasiswa yang tersedia. IO membantu mahasiswa dalam seluruh proses aplikasi dan juga korespondensi dengan pihak universitas luar negeri. Unika Soegijapranata yang berada dibawah keanggotaan The Association of Christian Universities and Colleges in Asia (ACUCA) menawarkan program Student Mobility Scheme (SMS) dengan keuntungan pembebasan biaya kuliah selama 1 (satu) semester di universitas di luar negeri. Ada lebih dari 40 universitas dari 8 negara di Asia yang berada dibawah naungan ACUCA. Negara-negara tersebut antaralain Hongkong, India, Indonesia, Jepang, Korea, Filipina, Taiwan dan Thailand. Melalui program ini, mahasiswa akan mendapat banyak pengalaman internasional; bertemu dan berinteraksi secara langsung dengan teman baru dari belahan bumi lain, dan juga terbukanya pemikiran mahasiswa terhadap kehidupan global akan menjadi salah satu bekal mahasiswa di masa depan. Selain itu juga untuk mempersiapkan mahasiswa yang siap dan mampu bersaing di era globalisasi setelah lulus dari Unika Soegijapranata Semarang. (Yuli/IO) Dalam rangka menuju universitas yang berkelas internasional (World Class University-WCU), Unika Soegijapranata sebagai salah satu universitas yang berkomitmen untuk menuju kepada internasionalisasi universitas, mewujudkannya melalui kegiatan pertukaran mahasiswa atau yang biasa disebut dengan student exchange ke luar negeri. Melirik Dunia melalui Program Pertukaran Pelajar 01 26 April 2014 KRONIK EDISI 59/TH.XII

Transcript of Unika SOEGIJAPRANATA lima sembilannews.unika.ac.id/wp-content/uploads/Edisi-59.pdfuniversitas,...

Page 1: Unika SOEGIJAPRANATA lima sembilannews.unika.ac.id/wp-content/uploads/Edisi-59.pdfuniversitas, mewujudkannya melalui kegiatan pertukaran mahasiswa atau yang biasa disebut dengan student

e d i s i

limasembilan

th.XII/26APRIL2014

Unika SOEGIJAPRANATA

Unika Soegijapranata Semarang,

melalui International Office (IO)

m e m f a s i l i t a s i n y a d e n g a n

menyediakan informasi universitas

penyelenggara ataupun beasiswa yang

tersedia. IO membantu mahasiswa

dalam seluruh proses aplikasi dan juga

ko re s p o n d e n s i d e n ga n p i h a k

universitas luar negeri.

Unika Soegijapranata yang berada

dibawah keanggotaan The Association

of Christian Universities and Colleges

in Asia (ACUCA) menawarkan program

Student Mobility Scheme (SMS)

dengan keuntungan pembebasan

biaya kuliah selama 1 (satu) semester

di universitas di luar negeri. Ada lebih

dari 40 universitas dari 8 negara di Asia

yang berada dibawah naungan ACUCA.

Negara-negara tersebut antaralain

Hongkong, India, Indonesia, Jepang,

Korea, Filipina, Taiwan dan Thailand.

Melalui program ini, mahasiswa akan

mendapat banyak pengalaman

i n t e r n a s i o n a l ; b e r t e m u d a n

berinteraksi secara langsung dengan

teman baru dari belahan bumi lain,

dan juga terbukanya pemikiran

mahasiswa terhadap kehidupan global

akan menjadi salah satu bekal

mahasiswa di masa depan. Selain itu

j u g a u n t u k m e m p e r s i a p k a n

mahasiswa yang siap dan mampu

bersaing di era globalisasi setelah lulus

dari Unika Soegijapranata Semarang.

(Yuli/IO)

Dalam rangka menuju universitas yang berkelas internasional (World Class University-WCU), Unika Soegijapranata sebagai salah satu universitas yang berkomitmen untuk menuju kepada internasionalisasi

universitas, mewujudkannya melalui kegiatan pertukaran mahasiswa atau yang biasa disebut dengan student exchange ke luar negeri.

Melirik Dunia melalui Program Pertukaran Pelajar

0126 April 2014KRONIK EDISI 59/TH.XII

Page 2: Unika SOEGIJAPRANATA lima sembilannews.unika.ac.id/wp-content/uploads/Edisi-59.pdfuniversitas, mewujudkannya melalui kegiatan pertukaran mahasiswa atau yang biasa disebut dengan student

Saat Aku belajar di Negara Orang

EVERYTHING YOU CAN IMAGINE IS REAL

Seeing and learning something new is my

hobby since I was kid. That's why I can't

decline when there is an offer from my

lecture about a chance to joined Student

Mobility Schemes program. Student

Mobility Schemes is an exchange student

program provided by ACUCA (The

Association of Christian Universities and

Colleges in Asia), which means every

student can study in other university

(under ACUCA) with a free tuition fee. Our

university is one of member there. I am so

happy because I haven't heard this

information before. I imagine I can get new

knowledge, new culture, and new friends.

Everything is running well.

It was changing when I get an acceptance

letter from Handong Global University

(HGU). There was little falter feeling in my

heart when I read the acceptance letter.

Like Adam prophet after he ate forbidden

fruit, my mind is open. I was realized

whether it is real or not, because if I go

there, this is my first experience to live

abroad. At the first, I was confused about

many issues like the culture, language, and

the public transportation. First issue was I

did not know anything about the Korean

culture, so that I was worried about my life

there. Second issue was, there is

information that Korean people cannot

speak English properly. Third issue is the

transportation. My university location

located far away from the airport, so I need

change the public transportation in several

times, which means I must try to

communicate in Korean language if I can't

find the location or if I have lost. Those

problems caused fear inside of my heart.

Sometimes I think, how can I live there?

Many assumptions in my mind always

haunted me until I flight into South Korea.

Anything is changing when I was arrived in

Incheon International Airport. All of my

fears were vanished. Korea is not too scary

as I imagined. Many road signs already

using English, and many young people are

familiar to communicate with English.

Otherwise, my adventure's desire seemed

boiled. My feeling like I was stayed in a

Albert Budi Christian, S.KomFaculty of Computer Science

2013 Spring SemesterACUCA-SMS' Scholar

At Handong Global University, Korea

02 KRONIK EDISI 59/TH.XII26 April 2014

SELAYANG

Adakah tempat lain, dimana kita dapat belajar tentang kehidupan dan ilmu pengetahuan? Ataukah kita cukup dengan kenyamanan kita, disaat orang lain beramai-ramai berbicara tentang keragaman dunia yang penuh warna?

Menjadi sebuah tantangan bagi kita, disaat kita masih memiliki waktu, jangkauan, keinginan dan harapan yang mesti kita jalani dan lampaui. kalo menurut bahasa sekarang, ngga gaul kalo kita sekarang hanya berbicara tentang sekitar rumah kita saja.

Kita butuh yang namanya kepo - istilah mahasiswa sekarang sebagai sebuah cara untuk menampung banyak informasi tenang banyak hal.

Mencapai sebuah keinginan berada di luar area kita beraktifitas sekarang mutlak di butuhkan, era globalisasi membutuhkan energi kita untuk bersiap diri mengerti tenang dunia orang lain, sehingga kita mampu menjadi bagian dari dunia ini.

Dalam program pengembangan menuju internas ional isas i kampus, Unika Soegijapranata saat ini sudah bermitra lebih dari 20 Universitas di Asia dan Eropa, banyak program mulai dari international camp, program exchange, program penelitian dan pengabdian bersama, program studi lanjut bahkan sampai dengan program beasiswa telah di buka dalam lingkar jaringan kerjasama.

Beberapa mahas iswa yang te lah mengalami program pertukaran dan berkuliah di universitas di Asia dan Eropa mencoba menuliskan artikel tentang

pengalaman mereka menjadi bagian “dunia lain”. Mereka hal-hal yang dapat membukakan mata bahwa kita perlu berinteraksi secara global guna masa depan kita.

Ulasan khusus tentang aktifitas beberapa mahasiswa yang ditampilkan di halaman selanjutnya telah di pilih melalui Kantor Internasional (International Office) yang selama ini menjadi jembatan mereka para mahasiswa melakukan program ini.

harapannya kupasan ini dapat menggugah mahasiswa-mahasiswa lain menjadi tertantang untuk mengikuti kesempatan pada sesi-sesi program selanjutnya.

Page 3: Unika SOEGIJAPRANATA lima sembilannews.unika.ac.id/wp-content/uploads/Edisi-59.pdfuniversitas, mewujudkannya melalui kegiatan pertukaran mahasiswa atau yang biasa disebut dengan student

03

different world even we are in the same

continent, new people, new language, and

new culture. At the moment I am trying to

understand their language because they

also in the country that does not use

English as their mother tongue. With the

assistance of HGU International Office, I

can arrive there. In this case, I can say that

HGU was ready to be host for international

student. Displayed from the buddies who

were waiting for me, even I arrived there in

the evening. The next challenge is when I

was arrived in dormitory, there are many

things that make me feel (culture) shock.

For example, drinking by using paper and

public bath. Yes, public bath. Korean

people have unique culture in taking a

shower. It really makes me shock. I am

unfamiliar with this at the beginning, so I

have a strategy to take a shower at night,

which means another people were already

slept. Lucky me, it only occurs for in one

week (orientation), and the international

students move into international

dormitory which use private bathroom.

The culture shock, like I told above, is not

only happened for one time, it did several

times for me in the first month I am in

South Korea. For example study group

until morning, garbage can is used for

toilet papers, and speeding bus driver who

make me dizzy. But, the differential culture

is not a barrier for me to survive. I always

believe where there rests the earth there

sky be upheld, which means if I was in a

place I have to adjust the local customs.

Besides many things who make me shock,

there are many things which make me

impressed with South Korea. One of things

that I impressed with South Korea is its

discipline. They have a slogan in daily

activities 바 리 (bali) that means quick.

They really appreciate time. In their

perspectives, there is no word “sorry I'm

late”. On time is something valuable for

them. In addition, I also respect with

queuing culture at bus terminal. I didn't

see pilfer, bus fight, and if the bus was

departed they will wait for the next bus.

As student in HGU, I had 2 life sides as

student. Those are academic and non-

academic life. My academic life went as a

common student. However, there were

some stuffs that I had to adapt, such as:

teaching method which was quite

different with my university. The toughest

challenge of a country which not use

English as the mother tongue, lecturers

often speak Korean even in 100% English

class. It is like troublesome for me. So, I

asked to the professor to re-teach me after

the class was finished in his room. Also, I

have good friends who helped me

translate the Korean language which

spoken at college. Besides academic life, I

had various non-academic lives. In HGU, I

joined some clubs and events. My non-

academic life gave me much experience in

understanding culture (not only Korean

culture, but also international culture) and

getting many good friends. Firstly, I joined

Handong Today English Newspaper, a

journalism club which publishes English

newspaper every month. I joined this club

because I like writing. Secondly, I joined IBS

(International Buddy System), an

international group to make a mutual

relationship between Koreans and

Foreigners. For Foreigners, they can learn

Korean culture, and for Koreans, they can

improve their English skill. There were a lot

of activities that I participated. I joined

Love Feast, an event for foreigners to cure

home sick. Then, I joined Korean

Traditional Art class to learn how to make

traditional pattern in South Korea. Also, I

tried Darye (Korean Tea Ceremony) class to

practice traditional form of tea ceremony,

and many things.

Another experience that I got besides my

life as student, I got another experience in

South Korea, such as: learned the history

of South Korea, history of Hangeul and

Korean culture. Besides that, I joined

Perpika (Indonesian Student Community

in South Korea). There, I can cure my

problems about food (I miss Indonesian

food) because my friends gave me

Indonesian seasoning. It really helped me

because I can cook Indonesian food by

myself. I learned Chinese language too

there. In addition, there are many friends

from China who offered me to teach their

language. It was very interesting to learn

new language.

Last but not least, I have messages for my

junior in Soegijapranata Catholic

University. Always do what you are afraid

to do because the biggest adventure you

can ever take is to live the life of your

dreams. Do not ever be afraid to dream

and just take every chance which came to

you. Because of this experience, my

knowledge is significantly developed. I

can see new things, I got a lot of friends, I

can see the beauty of the world, and the

main point is that it will help you to open

the next step better. Finally, everything

you can imagine is real.

Being a part of the world student in South Korea.

26 April 2014KRONIK EDISI 59/TH.XII

Page 4: Unika SOEGIJAPRANATA lima sembilannews.unika.ac.id/wp-content/uploads/Edisi-59.pdfuniversitas, mewujudkannya melalui kegiatan pertukaran mahasiswa atau yang biasa disebut dengan student

Meeting New Friend, Making New Family

04

I can say that my student exchange experience was

amazing. I got a chance to be an exchange student on the Spring

Semester, February – June 2013, at Providence University - Taichung,

Taiwan. Since it has been being my dream to taste abroad education, I

was thrilled and exited to accept my first opportunity to live and

study abroad.The Providence University

treated me very well since the first day I arrived Taiwan. They provided a “pick up” service from the Airport to the University. They had a “Buddy system” which

providing a local students who will always help to solve all of the problems inside or outside the school. They set all off the international student inside small groups which they call it Family. So, from the beginning of the semester all of the international students already had a friends (international - local) to enjoy Taiwan for the whole semester.

As an international student, I could take any courses offered in the university. I decided to take two master international business classes, two undergraduate classes and Mandarin learning class in the total of 20 credits. They start and end every class on time, and the length of every class depends on how many credit on every course. The international business class is a class specialized for international student, so at that time I had international friends who come from various countries such as Mexico, South Africa, Ghana, Peru, China, S. Korea, US, Germany, Mongolia, Thailand, Check Republic, and India. The international is fully taught in English. In Mandarin class I had classmates from

Alan Darmasaputra, S.Psi

currently taking Master Degree at Chang Gung University – Taiwan

[email protected]

(Alumnae) Faculty of Psychology2013 Spring Semester ACUCA-SMS'

ScholarAt Providence University, Taiwan

Thailand, Japan, Canada, S. Korea, Colombia and US. The mandarin class is a beginner class which teach student from zero. If you already accepted by the university, it means that you are already passed the minimum requirement to enroll in every classes, so there is no reason to be felt inferior to compete with other foreigners.

I really enjoyed living in Taiwan. I never had any problem with the food since the Taiwanese food is cleaner than Indonesian food. In Taiwan I enjoyed enormous different street foods which I can found it near the university. Taiwan also a very save country that you can walk on the street at midnight without any worry, and you can leave your luggage and not be stolen. Taiwanese are very open to the foreigner and they are very kind to each other, but sometimes I have to ask for help I want to be helped.

Meeting and living with people from another world with different value and culture enriched and opened my knowledge. Being able to compete and support each other in the international class improved my confidence to face the world.

If you have a chance to study abroad, I think you should take it. Hope you will get a wonderful, unforgettable, life changing experience in every path you choose in your life. Wish the best for you.

First impression of Taiwan was this will be an adventure, a new lesson, and new experience. Being in foreign country with foreign language and people, I have to learn how to live with people. The university, Providence University, is a big and crowded one. People in Taiwan are nice even to stranger, so I feel safe and

comfortable in my study. Regarding the local culture, I follow the classic sayings; “When in Rome, do as the Romans do.” I prefer to observe and ask a lot before doing something, so I would not make an act that is considered offensive or impropriate here. I am also lucky to have local Taiwanese friends who give information and advice about living in Taiwan. As time goes on, I know what to do and what not to do. In professional matters Taiwanese are discipline and rule-conscious, so the work outcome is efficient and effective. However in social and personal sett ings Taiwanese can sometimes be too relaxed.As for the topic in new friends and different cultures, I would like to say that it

No Limit in Growing and Learning

Ferdinand RasaliFaculty of Psychology2014 Spring Semester Exchange StudentAt Providence University, Taiwan

KRONIK EDISI 59/TH.XII26 April 2014

Page 5: Unika SOEGIJAPRANATA lima sembilannews.unika.ac.id/wp-content/uploads/Edisi-59.pdfuniversitas, mewujudkannya melalui kegiatan pertukaran mahasiswa atau yang biasa disebut dengan student

I'm Lestari, 21 years old. I was an exchange student at Handong Global University, South Korea. I spent my 4 months there. I took Global Leadership School, everyone whose exchange took that major. My major was Computer Science, and I took mobile programming subject there. Besides mobile programming, I also took English Communication, Marriage and Enrichment, English Chapel, and Korean 1. I just took 13 credits. I felt the different between Korea and

Indonesia, not just in culture but in how they teach us in class. Korea was very theoretic; I never had practicum class there in my mobile programming class. I mean, I never practiced in lab with the teacher. In the class, the teacher just explained the theory then he gave us homework about programming. After that, we had midterm, final term and also team project. In team project we should made one mobile apps. It is different with the method applied in Indonesia. In Indonesia, I had practiced in lab with teacher and also teacher's assistant. Then after lab, we went to class to clarify what we did in the lab, as well as the theory

explanation given by the teacher. I think, when we learned theory and after that we had the practice, it is more easily to understand. I was not reaching a good score in mobile programming class, because I felt like it is really hard to understand. Even I didn't reach a good score; I really had a new journey there, a new experience that I never got before. Academics in Korea were so hard, the highest GPA is 4.5 and in Indonesia just 4.0 that's the reason why Korean people love to study. They like spent their time only for studying. I have 3 roommates, and 2 of them are Korean. They always spent their time much more at library, even sometimes they wasted their time for watching Korean drama. Korea had a high religious thought. Everyone there is really blessed; they like to pray for one another and gave strength to one another. Every Wednesday, I had English Chapel class; We worship and pray together. Such an amazing class that I never had before. This is just a little story about my exchange experience, and I hope you can have another experience like I had.

Practical vs Theory Academic Life

05

is very exciting! As an exchange student, my friends are local Taiwanese and other exchange students from many different countries, so the culture is very diverse. We learned, compared, and amazed by the differences and similarities of our cultures. In the end, the most important character we need is respect. We need to appreciate and tolerate other's behavior that may seem strange to us.The class system in Providence University

is similar to SCU. However there are no formal rules for clothing and attendance. It is surprising for me though, even without such rule the students and teachers are able to present themselves very well and behave appropriately. I think it is because people here are very respectful about one's freedom and maturity to make decisions. The challenge in studying that I met here is communication. My lack of Chinese language ability often becomes a

hindrance for looking further information or using the provided facilities.Last words from me; be brave, be prepared, and take every chance because I bel ieve that luck happens when preparation meets opportunity. The miracle of being human is that we have no limit in growing and learning. Be a better you!

LestariFaculty of Computer Science2013 Fall Semester ACUCA-SMS' Scholar At Handong Global University, Korea

Become a Better Person

Personally, I really like to watch Taiwanese drama series. The dramas have an interesting plot that can be easily followed by the viewers though the viewers are from other countries. That is why I was so excited when I know that I have an opportunity to study in Taiwan. I was extremely nervous because it was my first

time going study abroad and I can't even speak Chinese well. But, after I arrived in Taiwan, all of my nervousness was gone. I got a lot of new friends from other countries and they are all so fun. I was also happy and amazed when I arrived in Providence University for the first time. The campus was really big and has a lot of facilities that support students' learning. There are a sport hall with badminton hall, gymnasium, table tennis room, basketball hall, volleyball hall, and running court. We can also found three minimarkets, three canteens, one bookstore, one music room, one auditorium, two big dormitories,

Chitra Maharani Tanjaya, S.TPFaculty of Agricultural Technology2013 Spring Semester ACUCA-SMS ScholarAt Providence University, Taiwan

26 April 2014KRONIK EDISI 59/TH.XII

Page 6: Unika SOEGIJAPRANATA lima sembilannews.unika.ac.id/wp-content/uploads/Edisi-59.pdfuniversitas, mewujudkannya melalui kegiatan pertukaran mahasiswa atau yang biasa disebut dengan student

06

swimming pool, a lot of parks, one church, and one library with eight floors. Every department also has their own buildings. I feel like living in a small city. Actually I faced two big problems when I arrived in Taiwan. The first one is the language. It was difficult for the first time I had to order the food in Chinese with the fact that I can not speak and read Chinese words well. Luckily, my friend helped me at that time. The second one is the weather. I had livedin tropical country for more than 21 years, and then I came to Taiwan in winter. I got a culture and weather shock at the same time. I also had a cold, but I could suffer from that. I could adapt fast in Taiwan because I met a lot of helpful friends and the university had one organization which ready to help all new international students. We were divided into groups (each group has two learning partners who would help us if we faced some problems in Taiwan). We had some activities which is held by the International Office from Providence university such as “BBQ One Day Trip”, “ Trip to Sun Moon Lake”, and “411 Study Abroad Festival”. These events made us getting closer and closer like family.Same with Indonesia, in general, teacher's teaching style in Taiwan was serious and the students were not so active. I found

some different disciplines, for example, we were allowed to drink and eat while studying in the class also got a lot of assignment. We did a lot of presentation and a real work for our assignments. One thing that I didn't imagine before is we could be so close with the teacher. We werelike friends there. My teachers and I hanged out together, had lunch, joking around each other, and sharing about our experiences. We didn't feel awkward with the teacher like in Indonesia. What a great things!!I made a lot of friends there, it always nice and interesting to know a lot of people from many different countries. I ever stayed in my friend's house and I learned a lot about Taiwanese family. They were so kind and very nice! Even though we came from many different countries with d i fferent culture, we st i l l could communicate well. I just took a course which is taught in English. I took the courses which were not related with my major because all of the courses in my major are taught in Chinese. Mostly, I took courses from English department. I took one class named “Multicultural Class” and it was a really great class because we came from different country and we can share each other about our culture. We was not just

sharing with our friends but also sharing with the children from the Elementary School. The challenge of study in Taiwan is when I had to speak Chinese to all of the children in multicultural class. I really want to communicate with them but I just know a little bit Chinese. Sometimes they talked to me and I just could answer a little. There was a translator when we presented about our country, but we can not always stick with the translator. When we had to play outside, we were being charged to communicate with the children directly.

From this exchange experience, I think I become a better person now. I am more independent, more act ive, more confidence, and my English and Chinese also better. I have some messages for my juniors in Soegijapranta Chatolic University : “Do not be afraid of study abroad.” It will give you a lot of experiences and unforgettable moments. “Try every chance that you face.” Sometimes, chance doesn't come twice and don't forget to join activities as many as you can when studying abroad!! The last, don't hesitate to study abroad and I hope there will be more students can join this program.

The atmosphere is greatly different Became an exchange student is a wonderful and unforgettable moment in my life!. So many benefit I got from this program although I have to postponed my graduation ceremony, but it's truly worthed!. I arrived at Taiwan in the middle of February, it is still in the winter season there. The temperature on that day is around 7-8 celcius, compare to our country (Indonesia) which almost 30 celcius or more all the whole year, Taiwan is so cold for me. I was very excited when my plane landed at Taoyuan International Airport of Taiwan. The atmosphere is greatly d i f f e r e n t f r o m S o e k a r n o H a t t a International Airport in Jakarta. My campus in Taiwan has an organization named IFB (International Friendship Buddy), who will guide exchange student to adapt with Taiwan culture, buy things such as food and other necessary, help me with the class, and also can accompany me to travel around Taiwan, because they aren't come from the same county in Taiwan, like Tainan, Taipei, Kaohsiung, Hualien, Taoyuan, Nantou, and many other

places. Providence's International Office do really care about exchange students, so it is very convenient for me and another students.Exchange students in Providence University also divided into many family members, and my family member come from mainland China, Taiwan, and Indonesia. But, in other family, there are also come from Vietnam, Thailand, Cambodia, Korea, Japan, Europe (Germany, France, England, etc), and also Africa and America (Paraguay, New York, Nebraska), and so many another countries.The IFB really help me to understand many things in Taiwan, and it was a very pleasant to have a chance to meet many people from many countries, make many new friends. I learnt another country culture like Japan, who always greets before doing something (so polite), Korea, Germany, England (and other western country) and especially Taiwan it self. I learnt that Taiwanese people don't really like child, because they think child will bother their

Aaron Hani KartadiFaculty of Economy and Business2014 Spring Semester Exchange StudentProvidence University, Taiwan

KRONIK EDISI 59/TH.XII26 April 2014

Page 7: Unika SOEGIJAPRANATA lima sembilannews.unika.ac.id/wp-content/uploads/Edisi-59.pdfuniversitas, mewujudkannya melalui kegiatan pertukaran mahasiswa atau yang biasa disebut dengan student

07

activity, so they prefer to have dog than child, and many Taiwan culture related to the ancestors and their beliefs.Providence University and some of Taiwan universities do not have a strict rule about the students, like we can use slippers, short, and t-shirt to go to the class, so it is really convenient for students, who aren't used to use trousers and shoes to go to campus. As an exchange student, I can

choose any course I want, even master program courses, and I took International M a r k e t i n g M a n a g e m e n t f r o m International Business Program. The professor of this course taught me many lessons that I never had in Accounting program; and I think it is really useful as my additional capabilities in the future. Because of this class and my classmates there, my mind was opened, and make me

want to take master degree in another country, and I considering Taiwan!. Thus, became an exchange student was a turning point in my life. It is unforgettable and wonderful moments because of the fr iendly people, the comfortable environment, meeting new friends, and learning another country's culture. I really suggest to the junior to join this program!, or you will regret it!.

Journey to the New World!

The first time when I arrived in Seoul, South Korea, I was so grateful and unbelievable that I would start new journey as exchange student here. Followed the delighted expression at the same time when I exactly stood in front of Ewha Womans University. It seemed like a day dreaming but it was reality!. After I entered in the dormitory, I could forget for a while the obstacles and sacrifies whereupon had difficult time for through it before. Anyway, the journey to the new world has already begun!.This journey insists me to be a good learner and true adventurer. If we stay abroad indeed we have to adapt their habit such as language, art and culture, lifestyle, food, etc. We also should have open minded in adjusting to their circumstance so that we could survive wherever we are, for instance Korean people have their language (Hangeul language) which distinct with Indonesian language. Sometimes it sounds like so strange for foreigners but Korean people would have liked it if we could speak Korean well. Since I have accustomed to watch Korean drama, variety show and Korean songs, that's why learning Korean language makes me easier moreover I can quickly improve my skill by practicing in daily life. Other case, I often notice a unique their habit as for they regularly brush their teeth 3 to 4 times for

Stefanie KarsodihardjoFaculty of Agricultural Technology

2014 Spring Semester Exchange Student

At Ewha Womans University, Korea

one day. Because of that, I have new habit to do the same thing and bring my toothbrush everywhere. Furthermore Korean people are very disciplined and strict towards the time even I always see them running and walking so fast. If they skip for one second then would miss the opportunity. Eventually, I could discover the profound social changes here.There are parts that will complement our life is making friends from other countries. I learned new things by sharing our experiences, also got new knowledge about their culture by means of playing and joining the activities and competition together. Unconsciously, those part would evolve our creativity and novelty ideas as well. Through them will unify us and become closed friends. On other side, the course of lectures are approximately similar with Soegijapranata Catholic University. However they have challenges as if doing the group discussions. We had to make interview using Korean language then combined our opinions into one project. The biggest challenge that I am still

Korean level one, hence I frequently open Korean dictionary. The incident made me keep trying to improve my Korean skill. Therefore, experience can be a good teacher if we have courage to pass it.I really suggest for everyone to go abroad as exchange student once. I think it will very useful in the future and expand the networking because experience can't be repeated twice, so take your chance and never give up to reach your dreams come true!

26 April 2014KRONIK EDISI 59/TH.XII

Page 8: Unika SOEGIJAPRANATA lima sembilannews.unika.ac.id/wp-content/uploads/Edisi-59.pdfuniversitas, mewujudkannya melalui kegiatan pertukaran mahasiswa atau yang biasa disebut dengan student

Experiencing new world through student exchange

08

Tizza Dewna WaasiFaculty of Economic dan Business

2013 Fall Semester ACUCA-SMS' Scholar

At Handong Global University, Korea

In my 20 years of my life I never live separated with my mom. Also, I want to try school abroad and have friends from another country. That's my reason for being exchange student. Then I choose Handong Global University because my friend who has been there before recommend me to go HGU. So its just like a

dream when Handong sent me reply that I accepted in HGU. I was really happy when I first time arrived in Korea. The first time I came to HGU, there is orientation for new international student and I have to registered for orientation, but when I came the committee for orientation already welcomed us with a smile brightly. But, I have culture shock when I know that the bathroom is for 6 people to share. But I used that bathroom just for a while (only during the orientation). I have been I HGU for 4 months. In HGU , I took 4

majors. My major is accounting, but I already done all of my subjects in my university in Indonesia. Then, I took International Business class, because I like business and I want to open my own business in the future so I take that course. In International Business class, the professor was really nice people and also nice teaching. The way when he is teaching us is really different like in my university. He knows how to teach student and make the class is really fun. The other hand, I took English and Korea to improve my language ability. I also joined multicultural exchange program called 'Togaether'. So one Korean student will accompanied with one international student, that's how the international student can learn Korea language and culture better. This program was really nice, we went to Gyeongju for trip together and there are missions for each group, so we have fun together.If you want to be an exchange student just take it the oppotunity. You will have a good experience during your study, and also you will have so many international friends.

When I arrived at South Korea, I saw huge differences between Indonesia and South Korea, it was not about the language even it is, but it is about the huge gap between their facilities and technology with Indonesia; even for something simple about their gesture when greeting each other. It made me thought a lot of things. Will I survive in this developed country? Will I be able to follow lecturing system in my soon to be university? Will I get used with their culture? And another “will” keep came on my mind.As time goes by, it feels like I was overreacted. Because in reality, I have a good time here and my Korean Professor also friends help me a lot to adapt with Korean culture and customs. They teach me how to speak in the polite way and of course helping me to improve my Hangeul (Korean Language). On the other words, I

could say that the Korean help me much to adapt faster with their own culture and customs, since they knew better about it.My relations with the Korean community getting easier time by time, since I can make a simple conversation with them in Hangeul, I also found out that they are more discipline than Indonesian. It's proven in my college daily life, in my home university I usually came late to the class because I st i l l have 15 minutes dispensation, but here, I attend the class 15 - 20 minutes earlier. I have to attend the class earlier because even the Professor will come to the class 30 minutes before the class started, and if you late, you can not join the class because there is no dispensation. My college daily life here a little bit different with my home university, not only about my attendance in class, but also

Adapting The New Culture

about the lecturing system. Here I learnt how to lead not only my classmate and Professor from my major, like I did in Indonesia, to understand my presentation, but also other students and Professor from different major. I have to lead a presentation not only from my major (Global Law) point of view but combine it with economic, technology, engineering and other point of view in one course. In the beginning, it feels really hard for me, since I've never studied some of them, but I have to study all of them now. My purposes are not only to accomplish the class project and get good grade but also to enrich my knowledge about international development.Being an exchange student doesn't mean that all I have to do is study, right? I also made friends with other exchange

Meilinda Florensiana BoongFaculty of Law and Communication

2014 Spring Semester Global Korean Scholarship's ScholarAt Soongsil University, Korea

KRONIK EDISI 59/TH.XII26 April 2014

Page 9: Unika SOEGIJAPRANATA lima sembilannews.unika.ac.id/wp-content/uploads/Edisi-59.pdfuniversitas, mewujudkannya melalui kegiatan pertukaran mahasiswa atau yang biasa disebut dengan student

Berawal dari sebuah harapan yang diingini dari target awal masuk perkuliahan untuk bidang yang digelutinya, berhasil dibuktikan kepada ke dua orang tuanya oleh Hanna Fransiska. Perasaan bangga yang diterima ketika mendapat kabar menjadi seorang wisudawan terbaik. Gadis in i merupakan sa lah satu wisudawati terbaik dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis periode I April. Hanna, yang sering disapa tidak hanya aktif dalam perkuliahan namun juga turut aktif dalam kegiatan organisasi dengan menjadi

anggota HMPSM dan beberapa panitia acara fakultas.

Judul skripsi yang berhasil diangkat oleh putri pasangan Daniel Subandi dan Myke Setyowati dengan judul “ANALISIS PERSEPSI PENGUNJUNG TERHADAP ATTRACTIONS, ACCESSIILITIES, AMENITIES DAN ANCILLARY SERVICE PADA OBYEK WISATA BAHARI LAMONGAN, JAWA TIMUR“ . Penelitiannya berkaitan dengan pariwisata karena dari Konsentrasi Marketing Sub konsentrasi Tourism. Penelitian ini mengkaji 4A Kepariwisataan dari WBL (Wisata Bahari Lamongan) dilihat dari persepsi pengunjung yang datang. Sehingga dari situ dapat dinilai persepsi pengunjung terkait atraksi, aksesibilitas, amenitas maupun layanan tambahan yang ada pada obyek Wisata Bahari Lamongan, Jawa Timur.

Pengalaman dalam pengerjaan skripsi Bab 1 – Bab 3 tidak begitu mengalami kendala yang berarti. Namun, memasuki bab 4 mulai merasa berat dan sedikit frustasi. Beruntung memiliki Dosen Pembimbing yang sangat luar biasa ( Bpk Antonius Haryo Perwito, SE,. MA-TRM) yang selalu memberikan semangat dan membimbing

dengan sabar sehingga skripsi tersebut dapat terselesaikan dengan baik. Berkat dukungan teman-teman seperjuangan, dosen pembimbing dan juga keluarga, saya bisa menyelesaikan skripsi dengan tepat waktu, tutur mahasiswi yang berhasil lulus dengan indeks prestasi kumulatif ( IPK ) 3,86.

Menurutnya, pengalaman selama kuliah adalah masa yg menyenangkan, belajar juga merupakan kegiatan menyenangkan. Namun pengalaman yang pa l ing mendalam dan berkesan saat kuliah di semester 6 dimana semester tersebut adalah semester konsentrasi. Saya dari konsentrasi Marketing-Tourism yang pada angkatan itu hanya ada 5 orang termasuk saya. Namun saya, teman-teman beserta Bp. Haryo sudah seperti keluarga baru. Enjoy setiap kelas Tourism berlangsung, dan KKL yang tak terlupakan.

Sepintas harapan dari alumnus SMAK Ign Slamet Riyadi Bojonegoro, “dengan diadakan studi banding dengan universitas di luar negeri atau KKL diijinkan ke destinasi selain dalam negeri saja”. (anggun)

KETIKA TARGET TELAH MENJADI SUATU KENYATAAN

09

students. We are from different country, background, and of course different culture, but it doesn't stop us to be friends. We found out our different background made our friendship more interesting. We respect each other, study together, and even spent our weekend together to enjoy our time here. One thing I learnt from my interactions with other exchange students here is never make boundaries between you and other exchange students, once you do, you will never see the goodness they offers for you.So, became an exchange students will give you a lot of benefits such as another international experience, foreigner friends, cultural experiences, and enrich your knowledge about another major and yours.

26 April 2014KRONIK EDISI 59/TH.XII

wisudawan TERBAIK

wisuda DIPLOMA/SARJANA/PASCA SARJANA - Periode April 2014

Hanna Fransiska Purnomo10.30.0152

Page 10: Unika SOEGIJAPRANATA lima sembilannews.unika.ac.id/wp-content/uploads/Edisi-59.pdfuniversitas, mewujudkannya melalui kegiatan pertukaran mahasiswa atau yang biasa disebut dengan student

Usaha dan kerja keras seseorang akan membuahkan hasil yang terbaik apabila dilakukan dengan maksimal. Yah, hal inilah yang dialami oleh dr. Deborah Johana Rattu, meraih menjadi wisudawan terbaik di masa kuliah S2. Lulusan Pascasarjana Magister Hukum Kesehatan meraih IPK tertinggi 3,79.Thesisnya yang berjudul “ Perlindungan Hukum Berdasarkan Asas Kepastian Hukum bagi Konsumen Pengguna Kosmetika Ditinjau dari Peraturan Menteri K e s e h a t a n N o m o r 1176/Menkes/Per/VIII/2010 Tahun 2010 tentang Notifikasi Kosmetika dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 ”. Fokus studi dalam thesis ini adalah t ingginya penggunaan kosmetika di kalangan masyarakat saat ini menyebabkan maraknya pemalsuan kosmetika. Selain itu juga dengan adanya ASEAN Harmonized Cosmetic Regulatory Scheme, maka sejak 1 Januari 2011 menetapkan setiap kosmetika yang beredar di Indonesia harus melakukan notifikasi kosmetika. Notifikasi kosmetika merupakan salah satu bentuk dari tanggung jawab pemerintah terhadap konsumen pengguna kosmetik, karena masyarakat harus terlindungi dari peredaran dan penggunaan kosmetika yang tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatannya. Dengan adanya harmonisasi di bidang kosmetika maka mulai 1 Januari 2011

Indonesia menerapkan sistem notifikasi online sesuai dengan berlakunya. Peraturan Menteri Kesehatan Republik I n d o n e s i a N o m o r 1176/Menkes/Per/VIII/2010. Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa ketentuan notifikasi kosmetika belum membuktikan dapat melindungi konsumen pengguna kosmetika. Peran pemerintah untuk melindungi konsumen sudah ada meskipun tidak memadai. Ketentuan perundang-undangan mengenai notifikasi kosmetika masih perlu ditambahkan. Adanya pengawasan dan pembinaan serta sanksi tegas terhadap peredaran kometika yang tidak ternotifikasi sangat diperlukan untuk melindungi konsumen pengguna kosmetika dan pelaku usaha kosmetika. Proses penyelesaian thesis ini sangat memerlukan konsistensi dan perjuangan keras, baik dari segi motivasi, pendalaman ilmu pengetahuan maupun waktu atau kesempatan. Kendala utama yang dihadapi beliau pada waktu pengerjaannya adalah kesulitan dalam merangkai kalimat sehingga satu alinea terkadang pembuatannya harus berulang-ulang. Waktu dalam pembuatan tesis juga dirasakan sangat terbatas karena harus membagi waktu antara keluarga, perkerjaan, organisasi, dan tesis. Banyak organisasi yang telah dijalani beliau semasa perkuliahan S1 baik didalam kampus maupun diluar kampus bahkan banyaknya piagam perhargaan yang diraih

beliau semasa S2. Selain itu, pengalaman bekerja sebagai sekretaris Umum IDI Cabang Kota Bandung, Wakil Ketua BIdang P e n y u l u h a n Ya y a s a n K e s e h a t a n Payudayara Jawa Barat, Anggota Bidang Pendidikan dan Diklat Perhimpunan Dokter Umum Indonesia. Menurut putri pasangan DR. Jacob Marthen Rattu,Ph.D dan Marjani Tinawati persepsi mengenai Unika Sogijapranata bangga bisa menimba ilmu di Unika karena banyak hal yang didapatkan. Dosen-dosennya juga sangat terbuka dalam berdiskusi, komunikasi dalam perkuliahan dua arah, dan sistim metode perkuliahan yang aktif bagi mahasiswa. Meningkatkan sistim pendidikan yang sudah ada dan sering membuat seminar khususnya hukum kesehatan untuk umum sehingga masyarakat semakin sadar hukum, saran dari gadis yang memiliki hobby membaca buku dan travelling. ( anggun)

HARUS BISA BAGI WAKTU KULIAH DAN PEKERJAAN

10 KRONIK EDISI 59/TH.XII26 April 2014

Deborah Johana Rattu11.93.0088

SEMUA USAHA YANG BAIK PASTI DAPAT HASIL YANG BAIK PULA

Alexander Gunawan10.02.0002

Alexander Gunawan adalah sal ah satu

wisudawan terbaik pada periode April ini

dari Program studi Ilmu Komputer. Dengan

memperoleh IPK 3,92 adalah hasil dari

perjuangannya selama kuliah di Unika

Seogijapranata. Bukan hanya kuliah saja

yang dilakukannya selama di Unika,

ternyata ia juga aktif dalam BEM Fakultas

IKOM dan beberapa kali menjadi panitia

juga seperti Game Tech, Ikomers semacam

penjualan lewat internet dan beberapa

kepanitiaan lainya.

Pria kelahiran Semarang 3 mei 1992

dengan mengambil judul skrpsi “ Detection

similarity of snaned text using chebysev

and damerau levehnstein destance”

membahas mengenai sebuah alat

pendeteksi plat nomor kendaraan. Alat ini

bertujuan agar dapat memudahkan

peker jaan po l i s i da lam proses

penyelidikan mengenai plat nomor

kedaraan. Meski alat ini sesudah dapat

digunakan, tapi masih ada beberapa

ke l e m a h a n nya j u ga d i ka re n a ka n

kurangnya daya tangkap alat ini sehingga

mas ih be lum sepenuhnya dapat

digunakan. Sehingga ia berharap jika

nantinya ada orang yang hendak

Page 11: Unika SOEGIJAPRANATA lima sembilannews.unika.ac.id/wp-content/uploads/Edisi-59.pdfuniversitas, mewujudkannya melalui kegiatan pertukaran mahasiswa atau yang biasa disebut dengan student

Dapat menamatkan diri dari salah satu tingkat pendidikan merupakan impian dari setiap orang yang sedang menempuh pendidikan. Terkadang butuh perjuangan ekstra keras agar impian itu terwujud dengan sempurna. Unika, Kampus yang terletak di jalan pariwiyatan luhur ini, sekali lagi melahirkan para generasi muda yang bertalenta bagi masyarakat. Namanya adalah Njoo, Steffen Yoseph Pascario. Beliau lahir di Semarang, 17 April 1992. Setelah menempuh pendidikan

menengah atas di Kebon Dalem, Semarang, beliau melanjutkan pendidikan di Unika Soegijapranata Semarang fakultas Psikologi. Selama berada di bangku perkuliahan, beliau yang akrab disapa dengan Steffen ini tergabung dalam berbagai organisasi di Unika yaitu mulai dari tingkat fakultas hingga ke tingkat universitas. Mulai dari IMA ( Indonesian Marketing Association), Gembel, PICASSO, Hypnomorphosis hingga tingkat UKM di kampus ungu ini telah digeluti pria kelahiran '92 ini, maka tak ayal jika dikatakan bahwa pengalamannya untuk berorganisasi telah cukup untuk menjadi bekal masa depannya. Selain tergabung di beragam organisasi di kampus, beliau juga tergabung dalam kegiatan organisasi di lingkungan luar kampus yaitu di gereja sebagai OMK (Orang Muda Khatolik). Analisis Dinamika kepribadian Gay menggunakan Teknik Warteg, itulah judul skripsinya. Menurut pria yang juga hobi

menyanyi ini, Wartegg yang dimaksudkan disini bukanlah warung makan melainkan sebuah tes untuk menilai karakter s e s e o r a n g . L a n j u t n y a , d a l a m menyelesaikan skripsinya ini, banyak menemui kesulitan seperti subyeknya harus memenuhi kriteria tertentu. namun, semuanya itu dapat ia lewati dengan baik. “Perkuliahan sangat menyenangkan karena Psikologi merupakan minat dan bakat saya dari dulu” tutur pria yang menyelesaikan studi S1nya tersebut selama 3 tahun 3 bulan. Ia menuturkan juga, selama menjalani masa perkuliahan di Unika Soegijapranata, banyak yang memberinya motivasi. Mulai dari orang tua hingga teman-teman. Itu yang membuat pria yang meraih IPK 3.86 tersebut menjadi bersemangat untuk menyelesaikan studinya. “Unika luar biasa. Dengan kekhatolikannya dan pendidikannya yang komplit semakin membuat saya sebagai lulusan Unika menjadi semakin bangga”, tutur pria kelahiran semarang ini. Ia menilai Unika semakin baik tiap tahunnya dan berharap unika semakin baik agar lulusannya pun semakin memenuhi kriteria dalam masyarakat (Wisnu).

Unika Luarr Biasa !!

1126 April 2014KRONIK EDISI 59/TH.XII

melanjutkan alatnya ini orang tersebut

dapat menggunakan sensorik yang lebih

bagus daripada yang dia gunakan pada

alatnya tersebut.

Alex begitu sapaan pria yang juga memiliki

hobby olah raga bulutangis, basket, tennis

dan juga internet. Ia juga mengungkapkan

bahwa dalam pembuatan skripsinya ini

memiliki beberapa kendala yang harus

dilaluinya seperti dosennya yang susah

untuk ditemui dan bahan yang dibutuhkan

untuk alat tersebuh yang sulit didapatkan

karena jarang sekali dipasaran.

Selain kendala ia juga memiliki suka dan

duka tersendiri selama kuliah di Unika.

Suka yang dirasakannya adalah ia dapat

memiliki banyak teman selama kuliah,

mendapat infomasi yang penting dan yang

terpenting pengalaman yang organisasi

yang ada di Unika membantu ia lebih

memiliki wawasan yang luas tentunya.

Selama menunggu wisudanya ini ia sudah

b e ke r j a d i s a l a h s at u to ko ya n g

menawarkan jasa servis komputer.

NJOO STEFFEN YOSEPH PASCARIO10.40.0109

I'M PROUD TO BE UNIKA

Lusia haryanto Dirgoluwarso10.70.0028

Unika Soegijapranata, begitulah namanya. Terlahir sebagai suatu universitas, Unika Soegijapranata telah menghasilkan sarjana yang berkualitas bagi Nusa dan Bangsa. Dan hari ini team redaksi kronik diberi kesempatan untuk mewawancarai salah satu lulusan terbaik dari Kampus yang terletak di Jl. Pariwiyatan luhur ini.Namanya adalah Lucia Haryanto Dirgoluwarso. Beliau lahir di Semarang, 31 Oktober 1992. Beliau menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD), SMP dan SMA nya di kebon Dalem, Semarang. Setelah menyelsesaikan bangku SMA nya, beliau melanjutkan pendidikan di Fakultas Teknologi Pertanian Unika Soegijapranata, Semarang. Yang memiliki inisiatif untuk m e n e m p u h p e n d i d i k a n t i n g k a t

perkuliahan di Unika adalah dari diri sendiri. “Aku memilih Unika sendiri karena itu merupakan pilihan yang tepat bagi aku buat masa depan aku” tutur cewek yang akrab disapa lusi ini. Awal perkuliahan memang terasa berat karena harus kembali bergaul dengan yang namanya laporan, praktikum dan tentunya perkuliahan, sesuatu yang semestinya tidak terulang kembali ketika memasuki bangku perkuliahan. Tapi menurut dara cantik kelahiran 1992 ini, semua itu dijalani saja karena itu merupakan pilihan yang ia ambil buat masa depannya. Dalam pembuatan skripsi , bel iau

Page 12: Unika SOEGIJAPRANATA lima sembilannews.unika.ac.id/wp-content/uploads/Edisi-59.pdfuniversitas, mewujudkannya melalui kegiatan pertukaran mahasiswa atau yang biasa disebut dengan student

membuat skripsi tentang Bakteri Asam laktat dan Aktivitas Antimikroba dari Asinan Rebung kuning Bambu Betung. Dalam skripsi itu, menurut beliau, ia menjelaskan tentang Asinan Rebung kuning Bambu Betung. Ia menganalisis bakteri yang ada di dalam asinan tersebut serta aktivitas antimikroba yang terjadi di dalamnya.“Unika Luar Biasa !, terutama Fakultas teknologi Pertaniannya', tutur cewek yang

memiliki sifat mudah tersenyum ini. Dari Unika secara umum, banyak hal yang dipelajari. “saya belajar banyak tentang Unika yaitu tentang kesatuan dan sepenuh hati walaupun berbeda tetapi tetap satu”. Unika memiliki semuanya. Bangga pernah menjadi bagian dari Unika Soegijapranata Semarang. Ketika ditanyakan tentang perasaannya ketika dinyatakan sebagai wisudawati terbaik, beliau hanya tersenyum dan bersyukur serta bangga

karena dapat membuat orang tua bangga. Tidak terpikir olehnya bahwa ia dinyatakan sebagi wisudawati terbaik. Dukungan yang paling terasa adalah dari orang tua serta dari Dosen pembimbing. “Orang tua memberikan support ke aku agar tidak putus asa”, tutur Lusi ini. (wisnu)

Belajar itu hal yang menyenangkan

Indra Dwi Purnomo11.92.0013

Indra Dwi Purnomo dengan menyandang gelar sebagai Magister Ps ikologi m e n u n j u k a k a n b a h w a i a t e l a h menyelesaikan studinya di Unika Soegipranarata. Pria yang memiliki hobby berenang dan juga jalan – jalan ini memiliki b e b e r a p a k e s i b u k a n s e l a m a menyelasaikan studinya. Mulai menjadi seoarang asisten dosen, pengajar sebagai dosen mitra ia juga tergabung dalan psikologi usia lanjut di beberapa panti

lansia, perkumpulan panti lansia katolik dan juga narkoba.Dengan judul tesis “ Terapi dengan pendekatan konsep kognitif perilaku untuk mencegah Relaps (kambuh) kepada pengguna narkoba. Bertujuan untuk membantu seseorang yang baru saja keluar dari panti Rehabilitasi Narkoba agar oarang tersebut tidak relaps lagi ungkap pria kelahiran surakarta 14 juli 1989 ini.IPK yang terbilang sangat menakjubkan yaitu 3,73 juga berharap agar apa yang ditelitinya ini dapat digunakan untuk beberapa panti rehabilitasi narkoba untuk bagaimana para residen dapat bertahan. Karena, kehidupan sesungguhnya mereka a d a l a h s e s u d a h m e re ka s e l e s a i direhabalitasi sebab ketika mereka berada dalam panti rehabilitasi masih memiliki pandamping, konselor dan juga psikolog itu sendiri. Ketika mereka sudah berada diluar mereka harus dapat bertahan sendiri agat tidak relaps. Menggunakan Cognitive-Behavioral Therapy (CBT) ini menyiapkan mereka untuk siap serangan – serangan berikutnya, mereka diberikan

pelatihan keterampilan bagaimana menghadapai situasi – situasi tegangnya, ketika mereka suges, ketika mereka bertemu dengan teman – temannya, mengeloha pikrannya dan disorsi pikiran negatinya.Pengumpulan subyek adalah kedala terbesar yang dialami oleh Indra, dikarena semua para mantan pengguna narkoba tersebut sangat susah dikumpulkan dalam satu kali pertemuan. Hal ini terjadi karena ru ma h mereka ters eb a r d ib a ga i Yogyakarta, sehingga membutuh sampai 4 kali membuat sebuah pertemuan hingga akhirnya semua terkumpul. Kuliah di Unika terlebih di fakultas psikologi membuatnya merasa bersyukur, hal ini dikarena banyak sekali yang dapat diperolehnya. Ia juga berharap khususnya p r o g r a m s t u d i P s i ko l o g i u n t u k matakuliahnya lebih dibanyakin pada prakteknya dan dapat memfasilitasi proses belajar khususnya dalam hal terapi. (Molly)

TANGGUNG JAWAB ATAS PILIHAN

Predikat wisudawan terbaik periode ini dari Fakultas Arsitektur dan Desain d i p e g a n g o l e h M a r i a R o s a l i n a Kusumaningrum. Perempuan yang akrab disapa Lina ini tampak kaget ketika d i w a w a n c a r a i ' K R O N I K ' p e r i h a l pencapaiannya ini. “Lha wong IPK saya itu cuma 3,28 lho. Kelihatannya masih banyak mahasiswa-mahasiswa lain yang IPK-nya lebih bagus,” tuturnya.Namun sebenarnya prestasi yang dicapai ini tidak mengherankan. Ia menyukai hal-hal yang berhubungan dengan gambar-

menggambar sejak SMA. “Waktu di SMA memang ada mata pelajaran gambar teknik. Nilai paling bagus aku dapatkan ya di mata pelajaran itu. Makanya aku memilih jurusan arsitektur,” jelas perempuan kelahiran 5 Januari ini.Kecintaanya pada dunia gambar-menggambar ternyata membuat ia merasa enjoy kuliah di jurusan ini. Meskipun sering kurang tidur dan mata bengkak gara-gara lembur menger jakan tugas , L ina menikmati itu semua. “Selain itu, aku menikmati itu semua karena merasakan

Maria Rosalina Kusumaningrum09.11.0066

12 KRONIK EDISI 59/TH.XII26 April 2014

Page 13: Unika SOEGIJAPRANATA lima sembilannews.unika.ac.id/wp-content/uploads/Edisi-59.pdfuniversitas, mewujudkannya melalui kegiatan pertukaran mahasiswa atau yang biasa disebut dengan student

kebersamaan dengan teman-teman. Kebersamaan itu terasa 'dapet' ketika harus lembur mengerjakan tugas kelompok,” imbuhnya.Karena memang passion-nya dalam bidang gambar-menggambar, perempuan yang lahir 23 tahun silam ini mengaku kesulitan ketika mengerjakan tugas dalam bentuk paper. Tetapi kenyataannya ia tetap dapat mengerjakan semua bentuk tugas dengan baik. Nampaknya hal ini dipengaruhi oleh motto hidup selalu menjadi semangat ketika mengalami situasi sulit. Lakukan tanggung jawab yang sudah menjadi konsekuensi atas pilihanmu. Begitu bunyi moto hidupnya.

“Karena aku sudah memilih untuk mengambil jurusan arsitektur, ya aku harus b e r t a n g g u n g j a w a b u n t u k menyelesaikannya sebaik mungkin. Entah apapun yang harus dihadapi,” ungkapnya.“Setiap orang akan selalu dihadapkan pada pilihan. Ibarat jalan yang bercabang, kalau kamu tidak memilih kanan atau kiri, kamu akan menabrak. Lain jika kamu memilih salah satu. Kalau kamu benar-benar mau sampai ke tujuan, sambil cari-cari, pasti sampai deh,” begitu cara ia menjelaskan motto hidupnya. Mahasiswa yang mempunyai saudara kembar yang juga kuliah di Unika ini juga m e n c e r i ta ka n b a h wa i a s e m p a t

mengalami penyesalan. “Saya sempat menyesal karena mengambil mata kuliah Kerja Praktek di semester-semester akhir. Padahal kalau saya mengambilnya di semester awal, aku bakal dapat banyak hal lho. Ya dapat ilmunya, ya dapat koneksi atau kenalan yang lebih luas lagi,” begitu ia berkisah sambil disisipi senyum tawa.Untuk itu, bagi adik-adik kelasnya di jurusan Arsitektur, ia menyarankan agar memanfaatkan mata kuliah Kerja Praktek tersebut. Sebab, jika di bangku kuliah sudah mendapat teori, di mata kuliah tersebut mahasiswa bisa belajar bagaimana aplikasinya di lapangan. (theo)

B e r n a d e te S o n i a S u r ya S a nt i ka Devinawati, atau yang akrab disapa oleh teman-temannya Sondet ini tidak menyangka bahwa dirinya menjadi salah satu wisudawan terbaik periode April 2014.Dara kelahiran Purworejo tanggal 15 Oktober 1992 ini telah berhasil menyusun skripsi yang berjudul “Implementasi Tanggung Jawab Notaris atas Perbuatan M a l p ra kt i k N o ta r i s ” ya n g te l a h menghantarkan dirinya menjadi salah satu wisudawan terbaik dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3.90Secara garis besar skripsi yang disusunnya mengimplementasikan mengenai hal-hal apa saja yang akan dikenakan bagi notaris baik secara perdata maupun etik, sebagai penerapan tanggung jawab bagi notaris yang melakukan perbuatan malpraktik. Dalam skripsinya, Sonia hendak memberi informasi kepada masyarakat salah satunya bahwa perbuatan malpraktik

tidak hanya sebatas bisa dilakukan dokter saja, tetapi semua profesional entah itu notaris, advokat, hakim, jaksa, dokter pun bisa melakukan malpraktik yang akan menimbulkan kerugian bagi klien. Mengingat saat ini kebutuhan akan jasa notaris semakin meningkat yang tentu saja hal-hal seperti malpraktik akan ikut berkembang pula. Sonia telah mendapat data dan solusi yang berdasarkan penelitian langsung dengan ahlinya, yang tentu saja pengalamannya benar-benar akurat ada dalam masyarakat. Jadi dalam skripsinya, Sonia lebih menekankan bahwa tedapat suatu informasi yang memiliki keterkaitan antara hubungan perbuatan melanggar hukum dimana notaris melakukan malpraktik sebagai akibat notaris tidak menggunakan ilmunya dengan baik sehingga menimbulkan kerugian bagi klien dan akan menimbulkan tanggung jawab bagi notaris untuk m e m p e r t a n g g u n g j a w a b k a n perbuatannya tersebut.Banyak pengalaman suka duka yang Sonia alami selama mengerjakan skripsi. Untuk sukanya, dia mengaku banyak bertemu dan berinteraksi dengan orang-orang baru yang memiliki jabatan penting di Kabupaten Semarang yang tentu saja cukup sibuk untuk ditemui. Selain itu, Sonia mengaku dapat banyak belajar mengenai bagaimana cara menyusun pola kalimat yang baik dan benar serta efektif sesuai EYD, sehingga dapat menambah pengetahuannya mengenai profesi notaris yang menjadi cita-citanya kelak. Dia mengaku merasa senang dapat masuk ke

kantor Bupati tanpa prosedur protokeler yang ketat, serta dapat dibimbing oleh salah satu dosen terhebat di Fakultas Hukum yaitu Bapak Valentinus Suroto, S.H.,M.Hum. Untuk dukanya beberapa diantaranya adalah Sonia sempat ditolak dua notaris untuk diminta menjadi narasumber penelitiannya, padahal Sonia sudah menunggu lebih dari satu jam tetapi ketika berhasil bertemu justru tidak diberi sambutan yang hangat justru ditolak, selain itu dia harus sampai melakukan penelitian ke Bandungan yang jarak dengan rumah sangatlah jauh untuk menemui narasumber yang kebetulan berkantor disana, sempat jatuh sakit tipus juga ditengah-tengah penelitian karena kelelahan, dan selalu mengejar dosen pembimbing untuk segera merevisi skripsinya mengingat tenggat waktu target untuk lulus adalah bulan April semakin dekat. Total pengerjaan, skripsi Sonia mengaku membutuhkan waktu selama 6 bulan lalu, tepatnya dimulai dari bulan September dan tentu saja dukanya adalah selalu dihadapkan kebuntuan menyusun kata-kata ketika terus menerus hasil tulisan direvisi.Dara manis yang masih aktif sebagai pengurus Mudika Gereja Katolik Kristus Raja Ungaran dan juga sebagai lektor ini mengaku memiliki segudang aktifitas semasa kuliah, diantaranya dia pernah menjadi panitia PTMB Fakultas Hukum tahun 2011 sebagai seksi dokumentasi dan tahun 2012 sebagai sekretaris. Lalu menjadi panitia LKTD Fakultas Hukum tahun 2012 sebagai bendahara dan tahun 2013 sebagai sekretaris, ada pula sebagai Panitia KKL Fakultas Hukum tahun 2013 sebagai seksi dokumentasi. Untuk organisasi, Sonia pernah bergabung menjadi bagian dari Senat Mahasiswa

Menemukan Rumah Kedua

Bernadete Sonia Surya Santika D.10.20.0014

1326 April 2014KRONIK EDISI 59/TH.XII

Page 14: Unika SOEGIJAPRANATA lima sembilannews.unika.ac.id/wp-content/uploads/Edisi-59.pdfuniversitas, mewujudkannya melalui kegiatan pertukaran mahasiswa atau yang biasa disebut dengan student

Fakultas Hukum periode 2012-2013 pada bagian evaluasi anggaran. Untuk kegiatan di luar kampus, Sonia mengaku juga bekerja magang di kantor Advokat, “Dedi Swasono, S.H dan rekan” sampai sekarang.Dara yang memiliki banyak hobby diantaranya fotografi, membaca buku, menonton film dan mendengarkan musik dari band-band dengan aliran british pop, rock, rock alternatif, metal ini mengaku juga memiliki banyak prestasi yang pernah diraih diantaranya pada tahun 2011 juara harapan 1 untuk lomba pidato Tingkat Mahasiswa se-Jawa Tengah dengan tema “ P e n t i n g n y a P a n c a s i l a d a l a m Mempertahankan NKRI”, Radio Republik Indonesia (RRI) Semarang, tahun 2012 sebagai finalis lomba debat konstitusi se-Indonesia “DR. Mochtar Riady's Cup National Legal Debate” di Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Lippo Karawaci, Tangerang, tahun 2012 dan 2013 sebagai finalis lomba debat konstitusi antar Universitas Jawa Tengah dan DIY di Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, lalu tahun 2014 sebagai pembimbing team debat Fakultas Hukum UNIKA Soegijapranata untuk lomba debat konstitusi se-Indonesia seleksi regional Tengah yang diselenggarakan Mahkamah Konstitusi di Universitas Sebelas Maret Solo. Kesemua hal di atas berstatus mewakili Fakultas Hukum.

“Pengalaman selama kuliah untuk sukanya, saya senang bertemu dosen-dosen yang hebat dan profesional, bertemu keluarga baru, belajar mengenai hukum dan pengalaman hidup juga, sedikit menyumbangkan prestasi bagi fakultas, banyak pengalaman baru yang benar-benar keluar dari zona nyaman saya, dan saya harus bisa membagi waktu a n t a r a k u l i a h d e n g a n ke g i a t a n kemahasiswaan, tetapi justru disitu seninya karena prinsip saya, saya tidak mau jadi mahasiswa yang hanya pandai secara akademik tetapi tidak kritis dan visioner, kristis dan visioner ini hanya bisa didapat dari pengalam bukan dari membaca buku saja. Dukanya sebetulnya gak ada si, tapi beberapa soal tugas-tugas yang menumpuk, dikejar deadline, sedikit konflik penambah bumbu perkuliahan.” Tambah dara yang mengaku sangat senang kuliah di Fakultas Hukum karena sesuai dengan passionnya menjadi penegak hukum.“jujur saya dulu tidak pernah terpikirkan untuk masuk ke sini, karena persepsi saya UNIKA adalah tempat kuliah yang hanya mengedepankan gengsi, biaya mahal, suasana tidak enak, tetapi setelah saya berkuliah disini, persepsi saya langsung b e r u b a h , b a h w a t e r n y a t a s a y a menemukan “rumah” kedua saya disini. Saya banyak berkembang dan merasakan perubahan hidupyang positif disini, saya bertemu keluarga-keluarga baru. Unika

Soegijapranata tidak hanya menawarkan kemampuan hardskill saja kepada mahasiswanya tetapi juga softskill yang kelak berguna di dunia kerja dan itu tidak saya temukan di universitas manapun. Kelebihan lainnya adalah walaupun berlabel sekolah Katolik, dengan semangat dan jiwa yang sangat Katolik, tetapi Unika Soegijapranata tidak mengesampingkan mahasiswa maupun karyawan yang beragama lain justru tetap dirangkul dan d i b e r i h a k y a n g s a m a . U n t u k kekurangannya terkadang perhatian untuk prestasi mahasiswa yang ikut lomba masih kurang, selama ini yang saya lihat yang diperhatikan hanya mereka yang tingkatan lombanya sudah tinggi, padahal yang tingkat fakultas pun juga pastinya tetap membawa bendera UNIKA. Saran saya berikanlah perhatian lagi bagi mahasiswa yang berprestasi yang tingkatannya mungkin masih berkisar di fakultas, karena bagaimanapun juga ketika mereka berlomba tetap ada embel-embel UNIKA disitu. Tolong tambahkan fasilitas yang memihak kaum diffable di UNIKA seperti ada jalur khusus untuk pengguna kursi roda atau lift di setiap gedung, karena UNIKA sudah terkenal sebagai kampus yang mewah, bonafide, tetapi minim fasilitas bagi kaum diffable, hal ini amat disayangkan. Tentu saja pemberian fasilitas ini juga disesuaikan dengan kontur UNIKA yang tidak landai.” Tambahnya.(Ria)

Hidup Harus Punya Target

Wisudawati terbaik asal gedung

Yust inus adalah Anggita Putr i

Sulistiadi. Perempuan yang numpang

lahir di Pekalongan tapi tinggal di Jalan

Panggung Mas Raya ini kuliah di

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

dan Bisnis. Masuk tahun 2010, ia sudah

menyelesaikan skripsi pada bulan

Februari 2014.

“Menyelesaikan skripsi itu sebenarnya

gampang-gampang susah kok. Tinggal

si mahasiswanya aja mau atau ndak,”

bocor perempuan kelahiran 22 tahun

yang lalu ini.

Perempuan yang lahir tanggal 5 Juli ini

melanjutkan,”Skripsi itu sebenarnya

sederhana. Tinggal nulis, bimbingan,

dan revisi. Kadang itu yang susah nyari

dosennya. Tapi kalau revisinya rajin kan

pengerjaanya jadi cepet. Ya kembali ke

niat si mahasiswanya sih. Jangan

mudah ngeluh!”

Lulus dengan IPK 3,97 sebenarnya juga

bukan hal yang mengejutkan. Sejak

semester 2 saja ia sudah membantu

teman-temannya memahami mata

kuliah tertentu. Akhinya ia lantas

melihat hal itu sebagai peluang untuk

ngelesi (baca:bimbingan belajar).

Ketika ditanya oleh 'KRONIK', ia

mengaku bahwa yang menjadi kunci

kesuksesannya adalah bahwa hidup

harus punya target. Minimal target

mengenai kapan dan dengan IPK

berapa akan lulus. Dengan mempunyai

target, ia merasa mempunyai arah

yang jelas dalam melangkah.

“Selain itu, aku punya moto hidup:

Anggita Putri Sulistiadi10.60.0160

14 KRONIK EDISI 59/TH.XII26 April 2014

Page 15: Unika SOEGIJAPRANATA lima sembilannews.unika.ac.id/wp-content/uploads/Edisi-59.pdfuniversitas, mewujudkannya melalui kegiatan pertukaran mahasiswa atau yang biasa disebut dengan student

'sukses dalam segala hal'. Aku punya moto itu karena aku ngrasa aku harus sukses

ya dalam hubungan dengan Tuhan, dengan teman, dengan keluarga. Termasuk

juga sukses dalam bidang karir dan finansial. Pokoknya kalau bisa sukses

semuanya deh,” tutur mahasiswi yang hobi membaca ini.

Anggota UKM Kelompok Studi Ekonomi Pasar Modal (KSEPM) ini juga

menceritakan duka selama kuliah,”Kalau buatku, KRS itu selalu jadi momok. Tiap

akan KRS, aku biasanya sudah siap jam 5 pagi agar tidak kehabisan kuota mata

kuliah yang aku pilih. (Theo)

1526 April 2014KRONIK EDISI 59/TH.XII

SELINTASDiskusi Politik Media di Tahun Politik

Politik merupakan salah satu hal yang sangat penting mengingat di tahun ini adalah tahun Pemilu. Tradisi Pemilihan Umum (Pemilu) yang sedianya dilakukan 4 tahun sekali akan diadakan serentak di seluruh Indonesia pada tahun ini mengingat tahun ini merupakan tahun ke-empat yang menandai berakhirnya masa kepemimpinan seorang pemimpin negara. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi berbagai media tentang s e p a k t e r j a n g m e d i a d a l a m pemberitaan dunia politik.Senin, 14 april 2014 bertempat di Ruang Rapat Lantai 4 Gedung Mikael Unika Soegijapranata Semarang diadakan diskusi publik dengan tema

“Evaluasi Sajian Politik Media di Tahun Politik”. Dalam diskusi publik tersebut dihadirkan sejumlah pembicara dari media yaitu, Wisnu T. Hanggoro dari Program Manager of Southeast Asian Press Alliance, Budi Setyo Purnomo selaku ketua dari Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Tengah (KPID), Girindra dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan Gunawan Permadi dari Koran Harian Suara merdeka.Dalam diskusi publik yang sebagian dihadiri oleh sejumlah mahasiswa dari Faku l tas Hukum Progd i i lmu Komunikasi ini dijelaskan tentang media sebagai elemen pendukung dalam arah politik di Indonesia. “ Yang menjadi tantangan media di Asia tenggara sekarang adalah adanya intervensi pemilik media dan adanya p e n g a b a i a n k o d e etik/professionalism.” Tutur Wisnu T. Hanggoro yang akrab disapa Pak Wisnu ini. Menurut beliau, Kasus Vivanews.com dan penggunaan acara TV untuk kampanye politik merupakan contoh dari intervensi pemilik media sedangkan keterlibatan Jurnalis dalam

tim sukses politisi merupakan contoh d a r i p e n g a b a i a n k o d e e t i k /professionalism.Dalam pembawaan materi kedua yang dibawakan oleh Bapak Budi Setyo Purnomo juga dijelaskan tentang efek dari konglomerasi media terhadap netralitas lembaga penyiaran dalam Pemilu legislatif tahun 2014. Kemudian dalam pembawaan materi dari Media Harian Suara merdeka dan dari AJI dijelaskan tentang kondisi media di Tahun pemilu ini. Berbagai kondisi yang real maupun tugas dari seorang jurnalis juga dijelaskan dalam pemaparan pada diskusi publik ini.Secara umum, media sangat menentukan sepak terjang para tokoh politik. Cara pengiklanan akan menentukan seberapa besar pamor seorang tokoh politik. Beruntung, Negara Indonesia memiliki kebebasan untuk berekspresi tetapi kebebasan itu tidak sepenuhnya diberikan kepada para pencari berita mengingat banyaknya kasus penganiayaan pada wartawan.(Wisnu-Kronik)

Lokakarya Mahasiswa Unika dan Filippina

SEMARANG - Lima rumah sederhana di Kalialang, Kecamatan Gunungpati, Semarang, dengan kondisi sangat memprihatinkan dan jauh dari layak huni, baru-baru ini dijadikan kasus studi lokakarya kolaboratif mahasiswa Fakultas Arsitektur dan Desain (FAD) Unika Soegijapranata dan College of Engineer ing Arch i tec ture and Technology De La Salle University, Dasmarinas, Filipina.Implementasi dari lokakarya berbasis ekoarsitektur selama lima hari tersebut melibatkan delapan mahasiswa College of Engineering Architecture and Technology De La Salle University Dasma r inas F i l ip ina , dan 15 mahasiswa Prodi Arsitektur dan Desain serta Prodi Desain Komunikasi

Visual Unika Soegijapranata. ‘’Kami mengusung konsep reuse and recycle building materials, sehingga perbaikan rumah itu menghemat biaya dan energi, serta menyesuaikan kemampuan ekonomi penghuninya,’’ kata Dekan Fakultas Arsitektur dan Desain Ir IM Tri Hesti Mulyani MT, Dikatakan, hasil dari lokakarya itu akan direkomendasikan kepada Pemkot Semarang untuk pengembangan konsep rumah sederhana dan ekologis dengan memanfaatkan sisa-sisa b a h a n b a n g u n a n , t e r m a s u k menggunakan material hasil daur ulang.Dalam lokakarya itu, mahasiwa Unika dan University Dasmarinas Filipina bekerja sama dalam kelompok, dan

masing-masing mengerjakan satu kasus rumah yang berbeda.Ha l i tu d imaksudkan supaya mahasiswa lebih memiliki kepekaan terhadap kelompok masyarakat miskin, seperti pemulung dan buruh yang berpendapatan sangat rendah.Lokakarya yang diadakan FAD Unika adalah salah satu contoh implementasi MoU yang dimiliki dengan perguruan tinggi luar negeri.‘’Hasil lokakarya ini diharapkan berguna bagi masyarakat miskin dan marginal di Semarang,’’ kata dia sambil m e n a m b a h k a n , k e g i a t a n i t u m e r u p a k a n k e l a n j u t a n d a r i penandatangan MoU berapa waktu lalu.

Page 16: Unika SOEGIJAPRANATA lima sembilannews.unika.ac.id/wp-content/uploads/Edisi-59.pdfuniversitas, mewujudkannya melalui kegiatan pertukaran mahasiswa atau yang biasa disebut dengan student

16 KRONIK EDISI 59/TH.XII26 April 2014

SIDANG REDAKSI wakil rektor 4 unika, humas unika REDAKTUR PELAKSANA humas unika REPORTER anggun, ria, teo, joan, moli, wisnu, ika LAYOUT teo

KANTOR REDAKSI Humas Unika Gedung Mikael Lt. 2 Telp. 024 - 8441 555 ext. 1434 email : [email protected]

infoOPEN REKRUITMENT KRONIK

Kronik Unika Soegijapranata membuka kesempatan bagi seluruh mahasiswa Unika Soegijapranata untuk tergabung dalam Kru Kronik sebagai wartawan. Syarat dan ketentuannya adalah sebagai berikut :

1. Masih tercatat sebagai mahasiswa aktif Unika Soegijapranata Semarang.

2. Terbuka bagi seluruh angkatan dan fakultas.

3. Mengirimkan CV dengan menyertakan foto berwarna terbaru 4X6 (1 lembar) dan fotocopy KTM.

4. Memahami tata bahasa Indonesia

5. Mau belajar dan dapat membagi waktu dengan baik.

CV dapat dikirimkan ke Redaksi KRONIK di Humas Unika Soegijapranata Gd. Mikael lantai 2. Bila ada pertanyaan dapat menghubungi reporter kami atau Teo (085712461183). Dapat juga melalui official twitter Kronik @kronik_unika atau

dikirimkan melalui

alamat email

dengan subjek OPREK KRONIK.

[email protected]