UNESCO Pada Tahun 2012 Melaporkan Bahwa Indonesia Berada Di Peringkat Ke

6
UNESCO pada tahun 2012 melaporkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 120 berdasarkan penilaian Education Development Index (EDI) atau Indeks Pembangunan Pendidikan. Total nilai EDI itu diperoleh dari rangkuman perolehan empat kategori penilaian, yaitu angka partisipasi pendidikan dasar, angka melek huruf pada usia 15 tahun ke atas, angka partisipasi menurut kesetaraan gender, angka bertahan siswa hingga kelas V Sekolah Dasar. (UNESCO : 2012). Sementara itu The United Nations Development Programme ( UNDP ) tahun 2011 juga telah melaporkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM ) atau Human Development Index (HDI) Indonesia mengalami penurunan dari peringkat 108 pada 2010 menjadi peringkat 124 pada tahun 2012 dari 180 negara. Dan pada 14 Maret 2013 dilaporkan naik tiga peringkat menjadi urutan ke-121 dari 185 negara. Data ini meliputi aspek tenaga kerja, kesehatan, dan pendidikan. Dilihat dari kasaran peringkatnya, memang menunjukkan kenaikan, tetapi jika dilihat dari jumlah negara partisipan, hasilnya tetap saja Indonesia tidak naik peringkat. Artikel pada website BBC 2012, Sistem Pendidikan Indonesia Menempati Peringkat Terendah di Dunia, diberitakan bahwa menurut tabel Liga Global yang diterbitkan oleh Firma Pendidikan Pearson. Ranking ini memadukan hasil tes internasional dan data seperti tingkat kelulusan antara 2006 dan 2010. Indonesia berada di posisi terbawah bersama Meksiko dan Brasil. Dua kekuatan utama pendidikan, yaitu Finlandia dan Korea Selatan, diikuti kemudian oleh tiga negara di Asia, yaitu Hong Kong, Jepang dan Singapura. (http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2012/11/121127_education_ranks .shtml ). Dibandingkan dengan negara Asia lainnya, menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara, berada di bawah Vietnam. Akibat rendahnya kualitas pendidikan, maka Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei (The World Economic Forum Swedia Report, 2000). Indonesia pun hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai leader teknologi dari 53 negara di dunia.

description

Pendidikan

Transcript of UNESCO Pada Tahun 2012 Melaporkan Bahwa Indonesia Berada Di Peringkat Ke

Page 1: UNESCO Pada Tahun 2012 Melaporkan Bahwa Indonesia Berada Di Peringkat Ke

UNESCO pada tahun 2012 melaporkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 120 berdasarkan penilaian Education Development Index (EDI) atau Indeks Pembangunan Pendidikan. Total nilai EDI itu diperoleh dari rangkuman perolehan empat kategori penilaian, yaitu angka partisipasi pendidikan dasar, angka melek huruf pada usia 15 tahun ke atas, angka partisipasi menurut kesetaraan gender, angka bertahan siswa hingga kelas V Sekolah Dasar. (UNESCO : 2012). Sementara itu The United Nations Development Programme ( UNDP ) tahun 2011 juga telah melaporkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM ) atau Human Development Index (HDI) Indonesia mengalami penurunan dari peringkat 108 pada 2010 menjadi peringkat 124 pada tahun 2012 dari 180 negara. Dan pada 14 Maret 2013 dilaporkan naik tiga peringkat menjadi urutan ke-121 dari 185 negara. Data ini meliputi aspek tenaga kerja, kesehatan, dan pendidikan. Dilihat dari kasaran peringkatnya, memang menunjukkan kenaikan, tetapi jika dilihat dari jumlah negara partisipan, hasilnya tetap saja Indonesia tidak naik peringkat.

Artikel pada website BBC 2012, Sistem Pendidikan Indonesia Menempati Peringkat Terendah di Dunia, diberitakan bahwa menurut tabel Liga Global yang diterbitkan oleh Firma Pendidikan Pearson. Ranking ini memadukan hasil tes internasional dan data seperti tingkat kelulusan antara 2006 dan 2010. Indonesia berada di posisi terbawah bersama Meksiko dan Brasil. Dua kekuatan utama pendidikan, yaitu Finlandia dan Korea Selatan, diikuti kemudian oleh tiga negara di Asia, yaitu Hong Kong, Jepang dan Singapura. (http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2012/11/121127_education_ranks.shtml).

Dibandingkan dengan negara Asia lainnya, menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara, berada di bawah Vietnam. Akibat rendahnya kualitas pendidikan, maka Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei (The World Economic Forum Swedia Report, 2000). Indonesia pun hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai leader teknologi dari 53 negara di dunia.

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat rendah. Menurut saya, ada beberapa penyebab yaitu :

a. Aturan-aturan dan kebijakan pendidikan dan yang tidak tepat. Ini dapat kita lihat pada UU PT No 12 Tahun 2012 pasal 76, dikatakan bahwa jika mahasiswa tidak mampu membiayai pendidikannya, maka biaya akan ditanggung oleh pemerintah dalam beberapa bentuk, salah satunya adalah dengan membebaskan mahasiswa dari pungutan biaya selama kuliah. Namun implementasi dari UU tersebut berbanding terbalik dengan realitas yang ada. Biaya pendidikan yang makin tinggi, fasilitas pendidikan yang belum memadai hingga kualitas pengajar yang tidak representatif. Pada Januari 2013 lalu, pemerintah memutuskan untuk menghapus RSBI karena dianggap melebarkan kesenjangan antara si murid miskin dan kaya. Namun, menurut saya itu tidaklah signifikan karena jika standar mutu pendidikan kita bagus, tidak akan muncul kesenjangan-kesenjangan, termasuk sekolah khusus. Biaya pendidikan merupakan kendala utama untuk mngenyam pendidikan saat ini. Walaupun beberapa institusi pendidikan sudah mendapat subsidi dari pemerintah untuk meringankan beban peserta didik, namun tetap saja hal itu masih belum karena distribusinya pun tidak

Page 2: UNESCO Pada Tahun 2012 Melaporkan Bahwa Indonesia Berada Di Peringkat Ke

sesuai dengan kebutuhan masing-masing institusi pendidikan. Jika dalam konstitusi negara kita saja menjamin hak setiap warga negaranya untuk memeproleh pendidikan, namun mengapa sampai hari ini kita belum menikmati pendidikan gratis atau setidak-tidaknya terjangkau oleh masyarakat miskin sekalipun.

b. Kurikulum yang disusun oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan terlalu menekankan aspek kognitif, sehingga peserta didik terpenjara hanya pada ruang belajarnyakemampuan sosialisasi pendidikan sangat kurang. Ukuran yang dipakai dalam penentuan kelulusan juga menurut saya tidak mampu menunjukkan kualitas pendidikan di Indonesia. Ujian Nasional misalnya, hanya didasarkan pada penilaian standard setting (batas angka penilaian kelulusan) dan kompetensi minimum sehingga peringkat kelulusan tidak seimbang. UN pun menjadi momok yang menakutkan bagi para peserta didik. mereka dipaksakan untuk memenuhi nilai standar tersebut. Padahal, kemampuan setiap orang tidaklah sama. Hasil studi PISA (Program for International Student Assessment), yaitu studi yang memfokuskan pada literasi bacaan, matematika, dan IPA, menunjukkan peringkat Indonesia baru bisa menduduki 10 besar terbawah dari 65 negara. Hasil studi TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) menunjukkan siswa Indonesia berada pada ranking amat rendah dalam beberapa hal seperti memahami informasi yang kompleks, memahami teori, analisis dan pemecahan masalah, serta dalam hal investigasi ilmu.

c. Distribusi material pendidikan juga masih tidak merata. Kesenjangan antara kota dan desa masih lebar. Di kota, siswa-siswa sudah akrab dengan teknologi pendukung pendidikan seperti internet dan perpustakaan yang lengkap, di desa jangankan perpustakaan, gedung sekolah saja masih sangat memprihatinkan. . Lantas bagaimana dengan anggaran pendidikan dalam APBN? Apakah telah terdistribusikan dengan merata sesuai dengan kebutuhan di tiap daerah? Berbagai kasus yang berkaitan dengan penyalahgunaan wewenang, manipulasi, indikasi korupsi anggaran termasuk masih adanya kecurangan di dalam Ujian Nasional/UN juga menunjukkan kinerja pemerintah yang masih sangat minim, hal yang patut kita pertanyakan kepada pemerintah kita saat ini.

d. Kualitas dan kuantitas tenaga pendidik di Indonesia masih sangat rendah. Survei dari World Bank yang melibatkan sedikitnya 12 negara di Asia menunjukkan, kualitas pendidikan Indonesia berada pada posisi terendah se-Asia. Walaupun secara kuantitas jumlah tenaga pendidik di Indonesia cukup memadai, namun sayangnya tidak diimbangi dengan distribusi yang sesuai dengan kebutuhan dan mutu tenaga pendidik yang tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang belum sarjana, namun mengajar di SMU/SMK, serta banyaknya guru yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka miliki. Belum lagi rekruitmen guru yang sejauh ini masih terindikasi adanya kecurangan sehingga kelayakannya patut dipertanyakan. Dari data Kemendiknas 2010 akses pendidikan di Indonesia masih perlu mendapat perhatian. Terdapat lebih dari 54% guru memiliki standar kualifikasi yang perlu ditingkatkan. Sertifikasi pun sepertinya hanya menjadi ajang menaikkan jumlah pendapatan saja tanpa memperhatikan mutu dari sertifikasi itu sendiri. Selama ini memang gaji tenaga pendidik di Indonesia masih terhitung rendah dan fasilitas yang sangat minim

Efektivitas berbagi pengetahuan merupakan perkara fundamental dalam organisasi. Berbagi pengetahuan tidak hanya dosen kepada mahasiswa tetapi juga kepada sesama kolega. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi dosen dalam berbagi pengetahuan. Dosen sebagai salah satu sumber daya internal Perguruan Tinggi, selain memiliki pengetahuan yang bersifat objektif, rasional, dan teknis berupa data ataupun dokumen (explicit knowledge), juga memiliki pengetahuan yang bersifat subjektif,

Page 3: UNESCO Pada Tahun 2012 Melaporkan Bahwa Indonesia Berada Di Peringkat Ke

kognitif berbasis pengalaman (tacit knowledge). Dua ranah pengetahuan ini merupakan aset penting dalam organisasi yang harus dikomunikasikan antar individu/organisasi. Hal ini dimaksud agar proses berbagi pengetahuan (knowledge sharing) berjalan baik untuk mendukung berbagai keputusan. Penelitian ini menggunakan kuesioner online untuk mendapatkan data. Ada tujuh indikator untuk mengetahui persepsi dosen tentang berbagi pengetahuan, dan selanjutnya diekplorasi ke dalam 20 pernyataan. Skala likert digunakan untuk mengukur pernyataan terse but. Hasil penelitian Ini adalah dosen memiliki persepsi postif tehadap proses berbagi pengetahuan. Namun demikian dosen menjadi enggan berbagi pengetahuan ketika pengetahuan itu disalahgunakan dan dikomersialisasikan. Selain itu, model penyimpanan pengetahuan yang mudah dan terstruktur dipandang sebagai perkara penting dalam proses berbagi pengetahuan. Hal ini harus didukung dengan medialsarana yang memadai.

IPS BERBICARA DENGAN DOSEN

            Anda punya ide dan kemauan besar untuk menyelesaikan paper/skripsi anda ? Intip tips yang dibawah ini :

1.      Buat janji untuk bertemu jauh hari (ingatkan janji tersebut bila perlu) Hal ini akan menunjukkan kepada dosen anda bahwa anda memang serius dan anda pengertian akan padatnya jadwal beliau. Jelaskan pada beliau berapa lama yang anda butuhkan untuk berdiskusi, bersikaplah luwes..! dan! Jangan terlambat!

2.      Kalau anda tahu ada teman yang memiliki ide?pertanyaan yang sama, pertimbangkan untuk mendatangi dosen anda bersama-sama. Ada kekuatan dibalik jumlah yang lebih banyak. Kalau beliau mendengarkan ide yang sama dari dua atau tiga orang, beliau kemungkinan akan sangat serius menanggapi ide/ pertanyaan anda.

3.      Pikirkan masak-masak apa yang akan anda katakan sebelum bertemu dosen Anda. Tuliskan pertanyaan dan ide anda. Buatlah daftar hal-hal yang akan anda sampaikan. Anda bahkan bisa membuat salinan dari daftar pertanyaan yang anda buat untuk beliau, jadi dosen dan anda akan

Page 4: UNESCO Pada Tahun 2012 Melaporkan Bahwa Indonesia Berada Di Peringkat Ke

sama-sama mencermati setiap hal yang sudah anda buat (ini bisa membuat waktu efesien dan tepat sasaran)

4.      Pilih kata-kata anda dengan hati-hati. Daripada anda mengatakan “Pak, saya enggak suka dengan judul anda”, “..Judul anda tidak menarik..” “..Judul dari anda susah dimengerti” ”.. Judul dari anda susah dikerjakan..”Cobalah mengatakan “Apakah saya boleh memakai judul lain untuk menyelesaikannya.?”Buang kata-kata yang mengkritik secara langsung ide dosen anda.

5.      Jangan berharap dosen anda akan mengatasi semua masalah atau mengusulkan semua pemecahan masalah. Bersiaplah untuk memberikan saran, menawarkan penyelesaian, bahkan anjurkan sumber-sumber yang akan membantu. Dosen pasti akan menghargai jerih payah anda.

6.      Bersikaplah diplomatis, cermat dan penuh hormat. Dosen anda juga punya perasaan. Kemungkinan besar mereka akan menanggapi anda dengan baik jika anda ingat bahwa maksud dari pertemuan itu adalah untuk bertukar pikiran, bukan berdebat.

7.      Berkonsentrasilah dengan apa yang anda perlukan, bukan pada kekurangan beliau. Semakin anda memiliki mindset bahwa dosen anda adalah orang moody, ferpectionis, seenaknya sendiri, sentiment, dll, semakin kecil kemungkinan beliau akan membantu anda.

8.      Jangan lupa untuk menjadi pendengar yang baik, memang aneh, tapi kenyataannya banyak sekali mahasiswa yang harus melatih keterampilan yang amat penting ini. Tidak disadari, beberapa mahasiswa lebih mendominasi daripada dosennya sendiri. Dalam bertemu dengan dosen biarkan beliau yang berbicara lebih banyak (se-perfectionis apapun, se-crewet apapun beliau)

9.      Jangan lupa dengan selera humor. Bukan berarti anda harus menceritakan lelucon, tetapi selera humor yang memungkinkan anda mentertawai diri sendiri atas kesalahan dan kesalahpahaman yang terjadi.

10.  Jika pertemuan dengan beliau belum sukses, cari bantuan pihak lain.“Kesuksesan” bukan berarti anda mendapatkan semua yang anda inginkan. Bahkan kalau dosen anda menolak usulan anda, pertemuan yang anda lakukan masih bisa dianggap sukses. Selama pertemuan tersebut anda bicara serius (jika mampu terbuka, saling mendengarkan, dan menghormati sudut pandang masing-masing pihak) jika suasana penuh dengan ketegangan, pertemuan menjadi kacau, dan Anda merasa tidak dihormati, maka waktunya anda mempersiapkan alternative lain (missal dosen pembimbing bayangan). Bisa jadi dengan mencari dosen baru yang masih baru, dan usianya tidak jauh berbeda dengan anda. Bisa dengan bertanya

Page 5: UNESCO Pada Tahun 2012 Melaporkan Bahwa Indonesia Berada Di Peringkat Ke

pada angkatan atas yang berpengalaman. Dari situ anda akan mendapatkan masukan, dan membela anda. Jika sudah, coba dekati dosen anda dan coba lagi.