Implementasi Pendidikan Berbasis Unesco

14
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BERBASIS UNESCO DALAM PENINGKATAN MUTU PROSES PEMBELAJARAN MAKALAH Disusun untuk memenuhi salah satu syarat UAS mata kuliah Pengantar Pendidikan” Disusun oleh: RANDI RAMLAN NIM. 41032151131015 PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG 2014

Transcript of Implementasi Pendidikan Berbasis Unesco

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BERBASIS UNESCO

DALAM PENINGKATAN MUTU PROSES PEMBELAJARAN

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat UAS mata kuliah

“Pengantar Pendidikan”

Disusun oleh:

RANDI RAMLAN

NIM. 41032151131015

PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA

BANDUNG

2014

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat dan

rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “implementasi

pendidikan berbasis unesco dalam peningkatkan mutu proses pembelajaran”.

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan.

Penulis menyadari bahwasanya dalam pembuatan makalah ini mendapat

bantuan atau masukan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Husen Ali Akbar, Drs. MM.

2. Keluarga yang telah memberikan dukungan

3. Rekan-rekan yang telah bekerja sama

Makalah ini bukanlah makalah yang sempurna dan masih banyak

kekurangan, baik dalam isi maupun sistematikanya dan teknik penulisa. Oleh

sebab itu penulis mengharapkan saran atau kritik yang membangun demi

kesempurnaanya makalah ini, dan semoga bisa bermanfaat dan menjadi bahan

belajar bagi pembaca. Amin

Bandung, 20 Desember 2013

Penulis

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1. Definisi Pendidikan ............................................................. 1

1.1.1. Menurut Para Ahli ....................................................... 1

1.1.2. Menurut UUSPN No 20 Tahun 2003 .......................... 2

1.1.3. Menurut Ki Hajar Dewantara ...................................... 3

1.2. Tujuan Pendidikan Nasional ............................................... 3

1.3. Jenis-Jenis Pendidikan dan Penyelenggarannya ................. 4

BAB II PENDIDIKAN BERBASIS UNESCO ...................................... 5

2.1. Latar Belakang Berdirinya UNESCO ................................. 5

2.2. Apa itu UNESCO ................................................................ 5

2.3. Tujuan UNESCO ................................................................. 6

2.4. Peran UNESCO.................................................................... 6

BAB III IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BERBASIS UNESCO ..... 7

3.1. Melaksanakan 4 Pilar .......................................................... 7

3.2. Pengaruh Pendidikan UNESCO terhadap Mutu Pendidikan 8

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 9

4.1 Kesimpulan ........................................................................... 9

4.2 Saran ..................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Definisi Pendidikan

Pendidikan adalah upaya dan usaha yang dilakukan orang dewasa untuk

mendidik nalar peserta didik dan mengatur moral mereka , atau juga

bisa dikatakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya

dan masyarakat.

Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung

seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang

dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada

bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum

kelahiran. Bagi sebagian orang, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti

daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah

membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya.

Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam, sering

kali lebih mendalam dari yang disadari mereka, walaupun pengajaran anggota

keluarga berjalan secara tidak resmi.

1.1.1 Definisi Pendidikan Menurut Para Ahli

a. Darmaningtyas

Pendidikan adalah usaha dasar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup

dan kemajuan yang lebih baik.

b. Paulo Freire

Pendidikan merupakan jalan menuju pembesan yang permanen dan terdiri

dari dua tahap, tahap pertama adalah masa dimana manusia menjadi sadar

akan pembebasan mereka yang melalui praktis mengubah keadaan itu.

2

Tahap kedua dibangun atas tahap yang pertama, dan merupakan sebuah

proses tindakan kultural yang membebaskan.

c. John Dewey

Pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini

mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang

dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan

dilembagakan untuk menghasilkan kesinambungan sosial. Proses ini

melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang belun dewasa

dan kelompok dimana dia hidup.

d. H. Horne

Pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian

yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara

fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada tuhan, seperti termanifestasi

dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusioaan dari manusia.

e. Frederick J. Mc Donald

Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk

merubah tabiat.

f. Ahmad D. Marimba

Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik

terhadap perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju terbentuknya

kepribadian yang utama.

g. Sir Godfrey Thomson

Pendidikan adalah pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan

perubahan-perubahan yang permanent di dalam kebiasaan-kebiasaan

tingkah laku, fikiran dan sifatnya.

1.1.2. Pendidikan Menurut UUSPN No 20 Tahun 2003

Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi

dirinya melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan diakui

oleh masyarakat. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat

3

pendidikan, dan ayat (3) menegaskan bahwa Pemerintah mengusahakan dan

menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan

dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa

yang diatur dengan undang-undang. Untuk itu, seluruh komponen bangsa wajib

mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara

Indonesia.

1.1.3. Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara

Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia)

menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu, pendidikan yaitu tuntutan di

dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapaun maksudnya, pendidikan yaitu

menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka

sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan

dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Pendidikan adalah usaha sadar untuk

menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau

latihan bagi perananya dimasa yang akan datang.

1.2. Tujuan Pendidikan Nasional

Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan masyarakat Indonesia

untuk berakhlak mulia, beradab dan berketuhanan yang Maha Esa. Tujuan

Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan masyarakat Indonesia di segi Nasional

atau pun Daerah, Selain itu Pendidikan Nasional ini diadakan guna memberikan

kesamaan antar daerah supaya tidak terjadi kecemburuan karena daerah ini lebih

dianggap lebih daripada daerah itu. Dengan adannya pendidikan Nasional ini

selain membuat persamaan tiap daerah juga akan terjadi saling kejar mengejar

dalam hal prestasi. Saling berlomba-lomba guna mencapai nilai yang terbaik.

Guna mencapai tujuan pendidikan nasional maka diadakanlah yang nama

ujian nasional atau kita sering mendengarnya dengan istilah UN. ujian nasional

biasanya dilakukan di akhir masa sekolah mereka. Seperti misalnya Sekolah

SMA, maka UN dilakukan pada Kelas 3 Menjelang kelulusan. Untuk saat ini

ujian nasional tidak menentukan 100% kelulusan bagi siswanya, melainkan

penggabungan dengan nilai ujian sekolah pula. Hal ini dilakukan mungkin dengan

4

maksud karena yang mengetahui layak atau tidak layaknya lulus sekolah tidak

hanya berdasarkan ujian nasional saja, melainkan sekolah lebih mengetahui

apakah muridnya itu layak lulus atau tidak. Maka dilakukan perubahan sistem

penentuan lulus.

1.3. Jenis-Jenis Pendidikan dan Penyelenggarannya

Jenis Pendidikan adalah kelompok yang di dasarkan pada kekhususan

pendidikan suatu satuan pendidikan.

a. Pendidikan Formal

Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di

sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang

pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah,

sampai pendidikan tinggi.

b. Pendidikan Informal

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan

berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan

bertanggung jawab.

5

BAB II

PENDIDIKAN BERBASIS UNESCO

2.1. Latar Belakang Berdirinya UNESCO

Pada awal 1942, dalam masa perang, pemerintah negara-negara Eropa,

yang menghadapi Nazi Jerman dan sekutunya, bertemu di Inggris untuk

Konferensi Menteri Sekutu Pendidikan (DATANG). Perang Dunia II masih jauh

dari selesai, namun negara-negara sedang mencari cara dan sarana untuk

merekonstruksi sistem pendidikan mereka sekali perdamaian dipulihkan. Sangat

cepat, proyek ini mendapatkan momentum dan segera mengambil catatan

universal. Pemerintah baru, termasuk dari Amerika Serikat, memutuskan untuk

bergabung masuk

Atas usul CAME, sebuah Konferensi PBB untuk pembentukan sebuah

organisasi pendidikan dan kebudayaan (ECO / CONF) diselenggarakan di London

dari 01-16 November 1945. Sangat ketakutan perang berakhir ketika konferensi

dibuka. Ini berkumpul bersama wakil dari empat puluh empat negara yang

memutuskan untuk membuat sebuah organisasi yang akan mewujudkan suatu

budaya dari perdamaian. Di mata mereka, organisasi baru harus menetapkan

"solidaritas intelektual dan moral umat manusia" dan, dengan demikian,

mencegah pecahnya perang dunia lain yang disebut UNESCO.

2.2. Apa itu UNESCO

UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural

Organization) merupakan satu badan dunia yang ditubuhkan pada 16 November

1945. Ia merupakan sebuah pertubuhan pendidikan, sains dan kebudayaan yang

ditubuhkan oleh Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu (PBB). Penubuhan UNESCO

adalah untuk mempromosi inisiatif kerja sama antarabangsa bagi hal ehwal

berkaitan pendidikan, sains dan kebudayaan. Badan ini mempunyai 191 keahlian

daripada negara-negara di seluruh dunia termasuklah Malaysia. Terdapat 5

program utama UNESCO iaitu pendidikan, sains semula jadi, sains manusia dan

sosial, kebudayaan, dan komunikasi dan maklumat. Matlamat utama UNESCO

adalah mendukung perdamaian dan keamanan dengan mempromosikan kerja

6

sama antara negara melalui pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya dalam

rangka meningkatkan rasa saling menghormati yang berlandaskan kepada

keadilan, peraturan hukum, HAM, dan kebebasan hakiki. (Artikel 1 dari konstitusi

UNESCO).

2.3. Tujuan UNESCO

Tujuan organisasi adalah mendukung perdamaian dan keamanan dengan

mempromosikan kerja sama antar negara melalui pendidikan, ilmu pengetahuan,

dan budaya dalam rangka meningkatkan rasa saling menghormati yang

berlandaskan kepada keadilan, peraturan hukum, HAM, dan kebebasan hakiki.

(Artikel 1 dari konstitusi UNESCO).

2.4. Peran UNESCO dalam Pembangunan Pendidikan Nasional

Pendidikan merupakan salah satu bidang utama UNESCO kegiatan. Sejak

pembentukannya pada tahun 1945, Organisasi telah bekerja untuk meningkatkan

pendidikan di seluruh dunia percaya itu menjadi kunci pembangunan sosial dan

ekonomi.

Organisasi ini bertujuan untuk membantu membangun dunia yang

berkelanjutan dengan masyarakat hanya bahwa pengetahuan nilai,

mempromosikan perdamaian, merayakan keragaman dan membela hak asasi

manusia, dicapai dengan menyediakan Pendidikan untuk Semua (PUS). Yang

dekat hubungan dengan departemen pendidikan dan mitra lainnya di 193 negara

tempat UNESCO dalam posisi kunci untuk tekan untuk tindakan dan perubahan.

Bidang Pendidikan terdiri dari beberapa anggota staf 400 di seluruh dunia.

Mereka berbasis di kantor pusat UNESCO di Paris, di kantor-kantor lapangan dan

Institut UNESCO dan Pusat khusus dalam pendidikan.

7

BAB III

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BERBASIS UNESCO

3.1. Melaksanakan 4 Pilar

Dalam buku Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (2001:13)

paradigma pembelajaran tersebut akan menciptakan proses belajar-mengajar yang

efektif, yakni: belajar mengetahui (learning to know), belajar bekerja (learning to

do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan belajar menjadi diri

sendiri (learning to be).

a) Konsep learning to know menyiratkan makna bahwa pendidik harus

mampu berperan sebagai informator, organisator, motivator, diretor,

inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, danevaluator bagi siswanya,

sehingga peserta didik perlu dimotivasi agar timbul kebutuhan terhadap

informasi, keterampilan hidup, dan sikap tertentu yang ingin dikuasainya.

Yusak (2003) mengatakan bahwa secara kreatif menguasai instrumen ilmu

dan pemahaman yang terus berkembang, umum atau spesifik, sebagai

sarana dan tujuan , dan memungkinkan terjadinya belajar sepanjang haya

b) Konsep learning to do menyiratkan bahwa siswa dilatih untuk sadar dan

mampu melakukan suatu perbuatan atau tindakan produktif dalam ranah

kognitif, afektif, dan psikomotor. Terkait dengan hal tersebut maka proses

belajar-mengajar perlu didesain secara aplikatif agar keterlibatan peserta

didik, baik fisik, mental dan emosionalnya dapat terakomodasi sehingga

mencapai tujuan yang diharapkan.

c) Konsep learning to live together merupakan tanggapan nyata terhadap arus

individualisme serta sektarianisme yang semakin menggejala dewasa ini.

Fenomena ini bertalian erat dengan sikap egoisme yang mengarah pada

chauvinisme pada peserta didik sehingga melunturkan rasa kebersamaan

dan harga-menghargai. Memahami, menghormati dan bekerja dengan

orang lain, mengakui ketergantungan, hak dan tanggungjawab timbal balik

yang melibatkan partisipasi aktif warga, tujuan bersama menuju kerekatan

sosial, perdamaian dan semangat kerjasama demi kebaikan bersama.

8

d) Konsep learning to be, perlu dihayati oleh praktisi pendidikan untuk

melatih siswa agar mampu memiliki rasa percaya diri yang tinggi.

Kepercayaan merupakan modal utama bagi siswa untuk hidup dalam

masyarakat. Pengembangan dan pemenuhan manusia seutuhnya yang terus

“berevolusi”, mulai dengan pemahaman diri sendiri, kemudian memahami

dan berhubungan dengan orang lain. Menguak kekayaan tak ternilai dalam

diri. Untuk itu semua, pendidikan di Indonesia harus diarahkan pada

peningkatan kualitas kemampuan intelektual dan profesional serta sikap,

kepribadian dan moral. Dengan kemampuan dan sikap manusia Indonesia

yang demikian maka pada gilirannya akan menjadikan masyarakat

Indonesia masyarakat yang bermartabat di mata masyarakat dunia.

Dengan mengaplikasikan pilar-pilar tersebut, diharapkan pendidikan yang

berlangsung di seluruh dunia termasuk Indonesia dapat menjadi lebih baik, namun

yang menjadi masalah adalah dunia pendidikan di Indonesia yang saat ini masih

minim fasilitas, terlebih lagi di daerah-daerah terpencil, belum meratanya fasilitas

pendidikan, tentunya akan menjadi halangan bagi siswa untuk mengembangkan

diri mereka. Untuk itu semua, pendidikan di Indonesia harus diarahkan pada

peningkatan kualitas kemampuan intelektual dan profesional serta sikap,

kepribadian dan moral. Dengan kemampuan dan sikap manusia Indonesia yang

demikian maka pada gilirannya akan menjadikan masyarakat Indonesia

masyarakat yang bermartabat di mata masyarakat dunia.

3.2. Pengaruh Pendidikan UNESCO terhadap Mutu Pendidikan

Unesco sangat berperan penting dalam mutu pendidikan yang ada di dunia ini

khususnya di indonesia dan dalam peningkatan kualitas pendidikan, Unesco juga

menaungi permasalahan-permasalahan yang bersangkutan dengan masalah

pendidikan di indonesia.

9

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Pendidikan adalah upaya dan usaha yang dilakukan orang dewasa untuk

mendidik nalar peserta didik dan mengatur moral mereka. Adapun ada beberapa

para ahli yang berpendapat tentang pengertian pendidikan salah satunya yakni

Bapak PendidikanNasional Indonesia yaitu Ki Hajar Dewantara menyebutkan

definisi pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-

anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah

mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Untuk dapat mencapai

pendidikan tersebut pendidikan mempunyai sebuah tujuan yakni Tujuan

Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan masyarakat Indonesia untuk berakhlak

mulia, beradab dan berketuhanan yang Maha Esa, adapun jenis pendidikan ada

dua macam yaitu pendidikan formal dan pendidikan informal.

UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural

Organization) merupakan satu badan dunia yang ditubuhkan pada 16 November

1945. Adapun tujuan dari UNESCO adalah mendukung perdamaian dan

keamanan dengan mempromosikan kerja sama antar negara melalui pendidikan,

ilmu pengetahuan, dan budaya. Pendidikan merupakan salah satu bidang utama

UNESCO.

Dalam buku Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (2001:13)

paradigma pembelajaran tersebut akan menciptakan proses belajar-mengajar yang

efektif, yakni: belajar mengetahui (learning to know), belajar bekerja (learning to

do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan belajar menjadi diri

sendiri (learning to be).

10

4.2 Saran

Pendidikan di Indonesia memang sudah berkualitas, namun dalam sistem

pendidikannya masih belum mencapai titik sempurna. Adapun saran dari penulis

untuk pendidikan di indonesia adalah.

Solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang

berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan

sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan.

Solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait

langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan

masalah kualitas guru dan prestasi siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Haryanto. (2012) Pengertian pendidikan menurut para ahli. [Online]. Tersedia:

http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/ [05

Februari 2012].

Munib, Achmad. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Unnes Press

Abidin, Yunus. 2010. Kemampuan Berbahasa Indonesia di Perguruan Tinggi.

Bandung: CV. Maulana Media Grafika.