UMKM
-
Upload
adtyadjavanet -
Category
Documents
-
view
6.781 -
download
5
description
Transcript of UMKM
Abstrak
Dalam tulisan ini akan membahas Pengertian UMKM (Usaha Mikro. Kecil dan Menengah) dan Batasan Omset UMKM berdasarkan peraturan yang berlaku di Indonesia yaitu mengacu pada UU No. 9 tahun 1995 dan UU No. 20 Tahun 2008. Dasar ini dipakai oleh Kementrian Koperasi dan UKM, Departemen Perindustrian dan Perdagangan serta Bank Indonesia dalam menetapkan batasan omset untuk kategori Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Jika diperhatikan lebih jauh, batasan omset tidak jauh berbeda untuk masing-masing kategori dari ketiga lembaga pemerintah tersebut
Badan Usaha di Indonesia berbentuk Perusahaan Perorangan, Perusahaan Persekutuan (CV, Firma dan Partnership) merupakan badan usaha yang tidak berbadan hukum; Perseroan Terbatas, Yayasan dan Koperasi merupakan Badan Usaha yang berbadan hukum. Dalam Undang-Undang Perpajakan hanya mengenal Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan dimana Perusahaan Perorangan termasuk Wajib Pajak Orang Pribadi sedangkan CV, Firma, Partnership. Yayasan dan Koperasi termasuk Wajib Pajak Badan.
Jenis-jenis usaha UMKM ada di bidang perdagangan seperti penjualan makanan. handphone, computer, camera, furniture; industri kecil seperti industri makanan ringan, kerajinan tangan; dan di bidang jasa seperti jasa catering dan jasa travel.
UMKM yang dimiliki perseorangan, maka Wajib Pajak Orang Pribadi ini dikenai Pajak Penghasilan dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Netto untuk peredaran usaha dibawah 600 juta rupiah - 4,8 miliar rupiah. UMKM yang berbentuk CV, Firma dan Perseroan Terbatas , maka Wajib Pajak ini merupakan Wajib Pajak Badan yang akan dikenai tarif pajak untuk peredaran usaha bruto sampai dengan lima puluh milyar rupiah.
Dengan penjelasan di atas kita dapat memahami UMKM sebenarnya sudah dikenai pajak. Apabila Direktorat Jenderal Pajak akan mengenakan tarif pajak final 0,5 % untuk usaha mikro dan 1% untuk usaha kecil, diharapkan peraturan tersebut tidak tumpang tindih dengan aturan pajak yang sudah berlaku untuk mereka. Artinya dengan pengenaan pajak final 0,5%-1% untuk UMKM, mereka tidak lagi dikenakan tarif pajak sesuai Pasal 17 Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 tahun 2008.
A. Pendahuluan
Pengertian UMKM dan Batasan UMKM
UMKM singkatan dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Berikut ini
pengertian dan batasan usaha yang tergolong UMKM :
1. Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2008
a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atas
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha mikro memiliki
kriteria asset maksimal Rp. 50.000.000 dan omset sebesar Rp.
300.000.000.
b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan/ bukan cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai atau menjadi bagian baik langsung/ tidak langsung dari usaha
menengah/besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang ini. Usaha Kecil memiliki kriteria
asset Rp. 50.000.000 - Rp. 500.000.000 dan omset sebesar Rp.
300.000.000 - Rp. 2.500.000.000.
c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri
yang dilakukan oleh orang perseorangan/ badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan/ cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai atau menjadi bagian baik langsung/tidak langsung dengan
usaha kecil/usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih/hasil penjualan
tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha
Menengah memiliki kriteria asset Rp. 500.000.000 - Rp.
10.000.000.000 dan omset sebesar Rp. 2.500.000.000 - Rp.
50.000.000.000.
2. Kementrian Koperasi dan UKM
Kementrian Koperasi dan UKM menetapkan batasan Usaha Kecil dan
Usaha Menengah, yaitu :
a. Usaha Kecil memiliki omset kurang dari Rp. 1.000.000.0007 tahun
b. Usaha Menengah memiliki omset Rp. 1.000.000.000 - Rp.
50.000.000.000/ tahun
3. Departemen Perindustrian dan Perdagangan
Departemen Perindustrian dan Perdagangan menetapkan batasan Usaha
Kecfl dan Menengah sesuai Undang-Undang No. 9 Tahun 1995, yaitu :
Usaha kecil di bidang Perdagangan dan Industri memiliki asset tetap
kurang dari Rp. 200.000.000 dan omset per tahun kurang dari Rp.
1.000.000.000.
Industri kecil dan menengah memiliki nilai investasi sampai dengan
jamlah Rp. 5.000.000.000.
4. Bank Indonesia.
Bank Indonesia juga merujuk pada Undang-Undang No. 9 Tahun 1995
untuk kategori Usaha Kecil; tetapi untuk Usaha Menengah, Bank
hidonesia menentukan sendiri kriteria asset tetapnya, dimana Bank
Indonesia membagi Usaha Menengah dalam 2 kategori :
a. Usaha menengah untuk industri manufaktur : memiliki asset tetap
sejumlah Rp. 200.000.000- Rp. 5.000.000.000;
b. Usaha menengah untuk industri non manufaktur: memiliki asset tetap
sejumlah Rp. 60.000.000- Rp.200.000.000.
B. Tinjauan Pustaka
Setelah kita memahami pengertian dan batasan UMKM berdasaran
Undang-Undang yang berlaku di Indonesia dan batasan-batasan yang
ditetapkan oleh lembaga-lembaga pemerintah, kita perlu memahami jenis-jenis
badan usaha yang ada di Indonesia, pengertian Wajib Pajak menurut peraturan
perpajakan di Indonesia dan bagaimana penetapan tarif pajak untuk wajib
pajak tersebut
1. Jenis-jenis Badan Usaha
Dalam mata kuliah Pengantar Bisnis kita mempelajari bentuk-bentuk
badan usaha dan pengertiannya:
a. Perusahaan Perorangan
Perusahaan Perorangan adalah perusahaan yang dimiliki oleh individu,
yang dalam praktiknya merupakan perusahaan keluarga.
b. Perusahaan Perkongsian (CV, Firma, Partnership)
Perusahaan yang tidak berbadan hukum, menggabungkan sumber daya
yang dimiliki masing-masing pendiri untuk melakukan usaha yang
diminati bersama.
c. Perusahaan Perseroan Terbatas
Intitusi berbadan hukum yang pendiriannya melalui akta notaris,
dimana mencantumkan tujuan pendirian, saham yang dikeluarkan dan
nama pimpinan yang menjalankan usaha. Batasan Modal untuk
pendirian Perseroan Terbatas (PT) menurut UU No. 40 tahun 2007
minimal sebesar Rp. 50.000.000.
d. Yayasan
Badan usaha yang berbadan hukum yang bukan mencari keuntungan.
Contoh : usaha di bidang pendidikan dan rumah sakiL
e. Koperasi
Badan usaha yang berbadan hukum bertujuan bukan sekadar mencari
laba tetapi juga untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya.
Dilihat dari jenis-jenis badan usaha di atas dan batasan mengenai UMKM,
kita dapat mengerti bahwa Usaha Kecil merupakan jenis badan usaha
perorangan, sedangkan Usaha Kecil dan Usaha Menengah dapat berbentuk
Usaha Perorangan, Perkongsian dan Perseroan Terbatas.
2. Pengertian Wajib Pajak meimnit Undang Undang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007
Wajib Pajak menurut Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 butir 2 dan 3
mengelompokkan 2 kategori : wajib pajak orang pribadi (WP OP) dan
wajib pajak badan (WP Badan) Pasal 1 butir 2, "Wajib Pajak adalah orang
pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan
pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan." Pasal 1
butir 3, "Badan adalah sekumpulan orang dan/ atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha
yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya.
badan usaha milik Negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan
dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pension, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organsasi sosial politik, atau
organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak
investasi dan bentuk usaha tetap."
Jenis badan usaha perorangan termasuk dalam WP OP, sedangkan
perusahaan perkongsian (CV, Firma, Partnership), perusahaan perseroan
terbatas, yayasan, koperasi termasuk dalam WP Badan.
3. Jenis-jenis usaha yang tergolong UMKM
UMKM dengan batasan kriteria asset Rp. 50.000.000 - Rp.
10.000.000.000 dan batasan omset Rp. 300.000.000 - Rp, 50.000.000.000;
dari segi jenis badan usaha dapat kita pahami bahwa Usaha Mikro
merupakan badan usaha perorangan dan termasuk dalam Wajib Pajak
Orang Pribadi (WP OP) dalam perlakuan pajaknya; sedangkan Usaha
Kecil dan Menengah merupakan badan usaha perorangan, perkongsian
(CV, Firma, Partnership)., perusahaan perseroan terbatas. yayasan,
koperasi dan dalam perlakuan pajaknya dapat berbentuk Wajib Pajak
Orang Pribadi (WP OP) dan Wajib Pajak Badan (WP Badan). Apakah
jenis usaha yang tergolong UMKM?
Di sektor perdagangan, UMKM dapat berupa penjualan makanan,
obat, handphone, computer, camera,furniture, dan masih banyak lagi
contoh lain.
Gambar 1.1 Perdagangan Handphone
Di sektor industri biasanya tergolong industri kecil dapat berupa
industri makanan ringan seperti industry rumah tangga pembuatan
pempek. kerupuk, industry pembuatan tabu, tempe, industri pembuatan
roti.Contoh lain yaitu industri kerajinan tangan seperti industri pembuatan
furniture dan kayu jati, rotan, pembuatan souvenir dan lampu bias.Di
sektor jasa, UMKM dapat bempa seperti jasa catering, jasa travel.
Gambar 12. Jasa travel
4. Penetapan Tarif Pajak untuk Wajib Pajak Oraag Pribadi dengan
peredaran usaha bruto dibawah Rp. 600.000.000 - Rp. 4.800.000.000
Wajib Pajak Orang Pribadi dengan peredaran usaha bruto dibawah Rp.
600.000.000 tidak wajib menyelenggarakan pembukuan. Keputusan
Direktur
Jenderal Pajak Kep-5367PJ./2000 Pasal 1 ayat 3 menjelaskan bahwa Wajib
Pajak Orang Pribadi dengan penghasilan usaha dibawah Rp.600.000.000
yang tidak menyelenggarakan pembukuan menggunakan Norma
Penghltungan Penghasilan Netto dalam menghitung penghasilan netto
usahanya. Untuk melihat tarif persentase besarnya Norma Penghltungan
Penghasilan Netto dapat dilihat di Lampiran Peraturan Direktur Jendral
Pajak ini. Berikut cuplikan dari sebagian table Lampiran
PER-536/PJ./2000:
62000
106
107
108
109
PERDAGANGAN ECERAN62200
62310
62320
62410
Perdagangan eceran barang-barang kelontong, supermarket dan wanmg langsam.- Yaitu perdagangan eceran macam-
macam basil industri untuk keperluan rumah tangga. kantor, sekolah, maupun keperiuan perorangan seperti toko kdontong, toko serba ada, supermarket dan warung langsam
Perdagangan eceran hasil-hasil pertanian. petemakan, perikanan, kebutanan dan perburuan.- Meliputi usaha perdagangan, eceran
basil pertanian, petemakan, perilcanan, kebulanan dan perburuan.
Perdagangan eceran basil industri (bahan) Makanan, minuman dan hasil pengolahan tembakau.- Seperti daging segar ataupun yang
diawetkatu susu, buah-buahan, sayur-sayuran dan basil perikanan yang diawetkan, macam-macam minyak makan basil penggilingan biji-bjian keras (beras, kopi, jagung dan sejenisnya). macam-macam tepung gula, dan basil pengolahan gula, teh, es batu, makanan dari kedelai, kerupuk, bumbu masak, macam-macam minuman (keras dan ringan) dan basil pengolahan tembakau (rokok, tembakau shag dan bumbu rokok).
Perdagangan eceran tekstil, pakaian jadi hasil pemintalan, pertenunan, perajutan, hasil pengolahan kulit, termasuk barang keperluan kaki.- Seperti tekstil, pakain jadi, kain
batik, macam-macam benang, tali-temali, karpet/ permadani dari
30
20
25
30
25
15
20
25
20
15
20
20
110 62420
bahan tekstil macam-macam hasil perajutan, kulit/ kulit imitasi, barang-barang dari kulit dan barang-barang keperluan kaki.
Perdagangan eceran perabotan rumah tangga dandapur.- Seperti furniture (baik dari kayu,
rotan. plastik dan logam), alat-alat perlengkapan dapur. barang-barang pecah belah dan lain sejenisnya.
30 25 20
Untuk memahami cara menghitung tarif pajak bagi Wajib Orang
Pribadi yang menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Netto dapat
memperhatikan contoh berikut ini:
Seorang Wajib Pajak bam memiliki usaha sebagai pedagang eceran
bahan makanan di Palembang. Penjualan dalam satu bulan diperkirakan
sebesar Rp. 40.000.000,00 la kawin dan mempunyai 2 (dua) orang anak.
Besamya Pajak Penghasilan Pasal 25 yang hams dibayar sebagai angsuran
dalam tahun berjalan dihitung sebagai berikut:
Pedagang eceran bahan makanan. la kawin dan mempunyai 2 (dua)
orang anak (Status=K/2).
Jumlah peredaran usaha setahun = 12 X Rp. 40.000.000,00 = Rp. 480.000.000
Persentase penghasilan menurut norma Kode 62320= 25%
Penghasilan neto setahun = Rp. 480.000.000,00 x 25% = Rp. 120.000.000
Penghasilan Kena Pajak= penghasilan neto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak
= Rp. 120.000.000,00 - Rp. 30375.000,00 = Rp. 89.625.000
Pajak Penghasilan yang terutang
= 5% X Rp. 50.000.000,00 Rp. 2.500.000
=15% XRp. 39.625.000,00 Rp 5.943.750 = Rp. 8.443.750
Pajak Penghasilan Pasal 25 yang harus dibayar per bulan = Rp. 703.646
Aturan batasan peredaran usaha ini ditingkatkan lagi menjadi sampai
Rp.4.800.000.000. ArtinyaWajib Pajak Orang Pribadi dengan batasan
peredaran usaha sampai dengan Rp. 4.800.000.000 diperbolehkan untuk
tidak menyelenggarakan pembukuan dan hanya menyelenggarakan
pencatatan, sehingga dapat menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Netto untuk menghitung penghasilan neto usahanya, hanya
saja Wajib Pajak tersebut harus memberitahukan kepada Direktur Jendral
Pajak dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan pertama dari tahun pajak yang
bersangkutan (Pasal 14 Undang Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun
2008).
5. PenetapanTarif Pajak nntak Wajib Pajak Badaa dengan peredaran
usaha bruto sampai dengan Rp, 50.000.000.000
UMKM dapat berbentuk perusahaan perkonssian, Perseroan Terbatas
dan dikelompokkan sebagai Wajib Pajak Badan dalam memenuhi hak
kewajiban perpajakannya.
Pasal31E UU PPh No.36 tahun 2008 -Wajib Pajak badan dalam
negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp. 50.000.000.000 (lima
puluh milyar rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar
50% (lima puluh persen) dan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat (1) huruf b dan ayat (2a) vans dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak
dari baaian peredaran bruto sampai dengan Rp. 4.800.000.000 (empat
milyar delapan ratus jura rupiah).
Untuk memahami lebih jelas baaaimana menghitung PPh Pasal 25
untuk Wajib Pajak Badan dapat memperhatikan contoh berikut ini:
Peredaran usaha bruto PT. Karunia Abadi dalam tahun pajak 2012
sebesar Rp.30.000.000.000 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp.
3.000.000.000.
JumlahPenghasilanKena PajakYang = (Rp.4.800.000.000 : Rp. 30.000.000.000) X Rp.3.000.000.000 Rp. 480.000.000memperolehfasilitas
JumlahPenghasilan
yang = Rp. 3.000.000.000 - Rp.480.000.000 Rp. 2.520.000.000memperoleh fasilitasPPh yangTerutang = (50% X 25% X Rp. 480.000.000) Rp. Rp. 60.000.000
= (25% X Rp. 2.520.000.000) Rp. 630.000.000 Jumlah Pajak Penghasilan yang terutang Rp. 690.000.000
Dari perbitungan diatas maka PTJCarunia Abadi mempunyai kewajiban
pajak untuk tahun pajak 2012 sebesar Rp. 690.000.000 dan untuk tahun pajak
2013, besaran angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPhBadan) sebesar
Rp.690.000.000/12 = Rp.57.500.000.
C. Permasalahan
1. UMKM akan dikenai Pajak sebesar 0,5 % dari omset dan bersifat
final Pemerintah Tetapkan Paiak Fmal Usaha Mikro (K5% Dari
Omzet.
Harian Kontan, 6 Februari 2013
JAKARTA. Usaha kecil boleh beriega nari. Mereka akan mendapatkan
pengecualian. Pemerintah menetapkan pajak usaha kecil dengan omzet
kurang dari Rp 300 juta Cuma 0,5%. Besaran tarif ini lebih rendah
ketimbang pajak final usaha kecil dengan omzet di atas Rp. 300 juta
hingga Rp 4.8 miliar yakni 1% dari omzet.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Syariefuddin Hasan
mengungkapkan hal ini seusai rapat koordinasi di Kantor Menko
Perekonomian Selasa (5/2) Lapangan Banteng, Jakarta. Penetapan tarif
0.5% ini cukup adil, karena sebelumnya
Kementerian Koperasi dan UKM memmta agar mereka dibebaskan dari
pungutan pajak sama sekali atau tarimya 0%.
Tapi pengenaan tarif nol persen tidak memenuhi rasa keadilan di
masyarakaL Sebab. selama ini pegawai dengan gaji sesuai upah minimum
pun sudah memenuhi aturan untuk membayar pajak dengan tarif normal.
"Menkeu sudah memutuskan tarif pajak untuk usaha mikro jadinya 0.5%
tidak 1% lagi." kata Syariefuddin, Selasa (5/2).
Walaupun sudah dikenakan tarif pajak lebih rendah. Syariefuddin
menyatakan tetap tidak puas. Menurutnya, pengusaha mikro tidak layak
dikenakan pajak UKM tersebut. Terlebih jika memiliki anak buah, maka
usaha mi bisa disebut sektor padat karya.
Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat ini menganggap, selama ini
pemerintah sudah memberikan banyak subsidi ke sektor mikro seperti
penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR), pelatihan, dan pendampingan
dalam menjalankan usaha.
Syarifuddin berpandangan, jika sektor ini tetap dikenakan pajak. hal itu
malah akan berbanding terbalik dengan apa yang selama ini telah
dilakukan pemerintah. "Apalagi jika dibandingkan dengan investor asing
yang masuk dan malah diberi tax holiday. Seharusnya pengusaha mikro
juga diberi insentif pajak," ujamya.
Namun, hal berbeda justru diungkapkan Direktur Penyuluhan, Pelayanan
dan Hubungan Masyarakat Ditjen Pajak, Kismantoro Petrus, yang
mengaku belum tahu perbedaan persentase tarif pajak UKM ini. "Saya
tidak punya info untuk itu," jelasnya. Sedangkan Pelaksana Tugas Kepala
Badan Kebijakan Fiskal Bambang Brodjonegoro menyebut tarif pajak
sebesar 0,5% sudah mempertimbangkan Penghasilan Tidak KenaPajak,
sehingga cukup adil.
Dengan asumsi laba bersih 15% dari omzet, penghasilan UKM beromzet
Rp 300 juta dalam setahun Rp 45 juta. Dengan tarif pajak normal, pajak
yang hams dibayar sekitar Rp 2,6 juta. Tapi, dengan tarif pajak final 0,5%,
maka UKM hanya membayar pajak Rp 1,5 juta, atau jauh lebih Fendah
ketimbang pegawai yang memiliki penghasilan sebesar Rp 3,75 juta
sebulan.
Dari berita pajak ini kfta membaca bahwa akan ada regulasi baru yang
mengatur tarif pajak bagi UKM dimana omset kurang dari Rp.
300.000.000 dikenakan pajak final sebesar 0,5% dan omset di atas Rp.
300.000.000 - Rp. 4.800.000.000 akan dikenakan pajak final sebesar 1 %.
2. Penerapan pajak berganda pada WP yang bergerak di sektor UMKM
Kalau kita melihat dari aturan pajak bagi wajib pajak orang pribadi yang
hanya menyelenggarakan pencatatan dikenakan norma penghitungan
penghasilan neto untuk menghitung penghasilan neto usahanya dan bagi
wajib pajak badan yang mempunyai batasan peredaran bruto usaha sampai
dengan Rp. 50.000.000.000.00 mendapat fasilitas
Pengurangan tarif sampai dengan 50% (Pasal 31 E UU PPh No. 36 Tahun
2008), maka sebenarnya wajib pajak yang bergerak di sektor UMKM
sudah dikenai pajak. Apabila akan dikeluarkan regulasi baru tentang
penerapan pajak final kepada sektor UMKM dimana omset kurang dari
Rp. 300.000.000,00 dikenakan pajak final sebesar 0.5% dan omset di atas
Rp. 300.000.000,00 - Rp. 4.800.000.000..00 akan dikenakan pajak final
sebesar 1 %, diharapkan adanya aturan yang jelas apakah tarif itu akan
diberlakukan sama baik bagi wajib pajak orang pribadi maupun bagi wajib
pajak badan karena masing-masing wajib pajak mempunyai periakuan tarif
pajak dan pelaporan pajak yang berbeda.
Selain itu, adanya pengenaan tarif pajak final bagi UMKM diharapkan
tidak menimbulkan penerapan pajak berganda, artinya wajib pajak sektor
UMKM yang sudah dikenai pajak final tidak lagi dikenai pajak
penghasilan per bulan yang selama ini berlaku bagi mereka (Pasal 14,
Pasal 17, Pasal 31 E UU PPh No. 36 Tahun 2008).
3. Bertambahnya beban bagi sektor UMKM deogan dikenai Pajak Final
Jika sektor UMKM akan dikenai Pajak Final dan pengenaan pajak yang
selama ini berlaku bagi mereka masih tetap dikenakan, tentunya ini
menyebabkan bertambahnya beban bagi mereka.
D. Kesimpulan
Perlu adanya regulasi yang jelas bagi UMKM mengenai tarif pajak
berdasarkan batasan omset, jenis Wajib Pajak, dan jenis usaha Wajib
Pajak sehingga tidak terjadi penerapan pajak berganda bagi pelaku
usaha UMKM. 1
1 Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai usaha/pekerjaan bebas berkewajiban
melaporkan SPT Tahunan menggunakan Fonnulir 1770 dan Wajib Pajak Badan
bericewajiban melaporkan SPT Tahunan menggunakan Fonnulir 1771.
Daftar Pustaka
Riffely Dewi Astuti, SE^ MM. (2009). Pengantar Bisnis. Jakarta :
Universitas
Terbuka.
Harian Kontan (6 Februari 2013). Pemerintah Tetapkan Pajak Final Usaha
Mikro
0,5% Dari Omzet. Jakarta.
Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Peiseroan Terbalas.
Undang Undang Ketentuan Umum dan Tala Cara Peipajakan Nomor 28
Tahun
2007.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha. KeciL Mikro dan
Menengah.