UMKM

22
Abstrak Dalam tulisan ini akan membahas Pengertian UMKM (Usaha Mikro. Kecil dan Menengah) dan Batasan Omset UMKM berdasarkan peraturan yang berlaku di Indonesia yaitu mengacu pada UU No. 9 tahun 1995 dan UU No. 20 Tahun 2008. Dasar ini dipakai oleh Kementrian Koperasi dan UKM, Departemen Perindustrian dan Perdagangan serta Bank Indonesia dalam menetapkan batasan omset untuk kategori Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Jika diperhatikan lebih jauh, batasan omset tidak jauh berbeda untuk masing-masing kategori dari ketiga lembaga pemerintah tersebut Badan Usaha di Indonesia berbentuk Perusahaan Perorangan, Perusahaan Persekutuan (CV, Firma dan Partnership) merupakan badan usaha yang tidak berbadan hukum; Perseroan Terbatas, Yayasan dan Koperasi merupakan Badan Usaha yang berbadan hukum. Dalam Undang-Undang Perpajakan hanya mengenal Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan dimana Perusahaan Perorangan termasuk Wajib Pajak Orang Pribadi sedangkan CV, Firma, Partnership. Yayasan dan Koperasi termasuk Wajib Pajak Badan. Jenis-jenis usaha UMKM ada di bidang perdagangan seperti penjualan makanan. handphone, computer, camera, furniture; industri kecil seperti industri makanan ringan, kerajinan tangan; dan di bidang jasa seperti jasa catering dan jasa travel. UMKM yang dimiliki perseorangan, maka Wajib Pajak Orang Pribadi ini dikenai Pajak Penghasilan dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Netto untuk peredaran usaha dibawah 600 juta rupiah - 4,8 miliar rupiah. UMKM yang berbentuk CV, Firma dan Perseroan Terbatas , maka Wajib Pajak ini merupakan Wajib Pajak

description

pengertian dan fungsi UMKM

Transcript of UMKM

Page 1: UMKM

Abstrak

Dalam tulisan ini akan membahas Pengertian UMKM (Usaha Mikro. Kecil dan Menengah) dan Batasan Omset UMKM berdasarkan peraturan yang berlaku di Indonesia yaitu mengacu pada UU No. 9 tahun 1995 dan UU No. 20 Tahun 2008. Dasar ini dipakai oleh Kementrian Koperasi dan UKM, Departemen Perindustrian dan Perdagangan serta Bank Indonesia dalam menetapkan batasan omset untuk kategori Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Jika diperhatikan lebih jauh, batasan omset tidak jauh berbeda untuk masing-masing kategori dari ketiga lembaga pemerintah tersebut

Badan Usaha di Indonesia berbentuk Perusahaan Perorangan, Perusahaan Persekutuan (CV, Firma dan Partnership) merupakan badan usaha yang tidak berbadan hukum; Perseroan Terbatas, Yayasan dan Koperasi merupakan Badan Usaha yang berbadan hukum. Dalam Undang-Undang Perpajakan hanya mengenal Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan dimana Perusahaan Perorangan termasuk Wajib Pajak Orang Pribadi sedangkan CV, Firma, Partnership. Yayasan dan Koperasi termasuk Wajib Pajak Badan.

Jenis-jenis usaha UMKM ada di bidang perdagangan seperti penjualan makanan. handphone, computer, camera, furniture; industri kecil seperti industri makanan ringan, kerajinan tangan; dan di bidang jasa seperti jasa catering dan jasa travel.

UMKM yang dimiliki perseorangan, maka Wajib Pajak Orang Pribadi ini dikenai Pajak Penghasilan dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Netto untuk peredaran usaha dibawah 600 juta rupiah - 4,8 miliar rupiah. UMKM yang berbentuk CV, Firma dan Perseroan Terbatas , maka Wajib Pajak ini merupakan Wajib Pajak Badan yang akan dikenai tarif pajak untuk peredaran usaha bruto sampai dengan lima puluh milyar rupiah.

Dengan penjelasan di atas kita dapat memahami UMKM sebenarnya sudah dikenai pajak. Apabila Direktorat Jenderal Pajak akan mengenakan tarif pajak final 0,5 % untuk usaha mikro dan 1% untuk usaha kecil, diharapkan peraturan tersebut tidak tumpang tindih dengan aturan pajak yang sudah berlaku untuk mereka. Artinya dengan pengenaan pajak final 0,5%-1% untuk UMKM, mereka tidak lagi dikenakan tarif pajak sesuai Pasal 17 Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 tahun 2008.

Page 2: UMKM

A. Pendahuluan

Pengertian UMKM dan Batasan UMKM

UMKM singkatan dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Berikut ini

pengertian dan batasan usaha yang tergolong UMKM :

1. Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2008

a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atas

badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha mikro memiliki

kriteria asset maksimal Rp. 50.000.000 dan omset sebesar Rp.

300.000.000.

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan/ bukan cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai atau menjadi bagian baik langsung/ tidak langsung dari usaha

menengah/besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang ini. Usaha Kecil memiliki kriteria

asset Rp. 50.000.000 - Rp. 500.000.000 dan omset sebesar Rp.

300.000.000 - Rp. 2.500.000.000.

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri

yang dilakukan oleh orang perseorangan/ badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan/ cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai atau menjadi bagian baik langsung/tidak langsung dengan

usaha kecil/usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih/hasil penjualan

tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha

Menengah memiliki kriteria asset Rp. 500.000.000 - Rp.

10.000.000.000 dan omset sebesar Rp. 2.500.000.000 - Rp.

50.000.000.000.

2. Kementrian Koperasi dan UKM

Kementrian Koperasi dan UKM menetapkan batasan Usaha Kecil dan

Usaha Menengah, yaitu :

a. Usaha Kecil memiliki omset kurang dari Rp. 1.000.000.0007 tahun

b. Usaha Menengah memiliki omset Rp. 1.000.000.000 - Rp.

50.000.000.000/ tahun

Page 3: UMKM

3. Departemen Perindustrian dan Perdagangan

Departemen Perindustrian dan Perdagangan menetapkan batasan Usaha

Kecfl dan Menengah sesuai Undang-Undang No. 9 Tahun 1995, yaitu :

Usaha kecil di bidang Perdagangan dan Industri memiliki asset tetap

kurang dari Rp. 200.000.000 dan omset per tahun kurang dari Rp.

1.000.000.000.

Industri kecil dan menengah memiliki nilai investasi sampai dengan

jamlah Rp. 5.000.000.000.

4. Bank Indonesia.

Bank Indonesia juga merujuk pada Undang-Undang No. 9 Tahun 1995

untuk kategori Usaha Kecil; tetapi untuk Usaha Menengah, Bank

hidonesia menentukan sendiri kriteria asset tetapnya, dimana Bank

Indonesia membagi Usaha Menengah dalam 2 kategori :

a. Usaha menengah untuk industri manufaktur : memiliki asset tetap

sejumlah Rp. 200.000.000- Rp. 5.000.000.000;

b. Usaha menengah untuk industri non manufaktur: memiliki asset tetap

sejumlah Rp. 60.000.000- Rp.200.000.000.

B. Tinjauan Pustaka

Setelah kita memahami pengertian dan batasan UMKM berdasaran

Undang-Undang yang berlaku di Indonesia dan batasan-batasan yang

ditetapkan oleh lembaga-lembaga pemerintah, kita perlu memahami jenis-jenis

badan usaha yang ada di Indonesia, pengertian Wajib Pajak menurut peraturan

perpajakan di Indonesia dan bagaimana penetapan tarif pajak untuk wajib

pajak tersebut

1. Jenis-jenis Badan Usaha

Dalam mata kuliah Pengantar Bisnis kita mempelajari bentuk-bentuk

badan usaha dan pengertiannya:

a. Perusahaan Perorangan

Perusahaan Perorangan adalah perusahaan yang dimiliki oleh individu,

yang dalam praktiknya merupakan perusahaan keluarga.

Page 4: UMKM

b. Perusahaan Perkongsian (CV, Firma, Partnership)

Perusahaan yang tidak berbadan hukum, menggabungkan sumber daya

yang dimiliki masing-masing pendiri untuk melakukan usaha yang

diminati bersama.

c. Perusahaan Perseroan Terbatas

Intitusi berbadan hukum yang pendiriannya melalui akta notaris,

dimana mencantumkan tujuan pendirian, saham yang dikeluarkan dan

nama pimpinan yang menjalankan usaha. Batasan Modal untuk

pendirian Perseroan Terbatas (PT) menurut UU No. 40 tahun 2007

minimal sebesar Rp. 50.000.000.

d. Yayasan

Badan usaha yang berbadan hukum yang bukan mencari keuntungan.

Contoh : usaha di bidang pendidikan dan rumah sakiL

e. Koperasi

Badan usaha yang berbadan hukum bertujuan bukan sekadar mencari

laba tetapi juga untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya.

Dilihat dari jenis-jenis badan usaha di atas dan batasan mengenai UMKM,

kita dapat mengerti bahwa Usaha Kecil merupakan jenis badan usaha

perorangan, sedangkan Usaha Kecil dan Usaha Menengah dapat berbentuk

Usaha Perorangan, Perkongsian dan Perseroan Terbatas.

2. Pengertian Wajib Pajak meimnit Undang Undang Ketentuan Umum

dan Tata Cara Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007

Wajib Pajak menurut Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 butir 2 dan 3

mengelompokkan 2 kategori : wajib pajak orang pribadi (WP OP) dan

wajib pajak badan (WP Badan) Pasal 1 butir 2, "Wajib Pajak adalah orang

pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan

pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan." Pasal 1

butir 3, "Badan adalah sekumpulan orang dan/ atau modal yang merupakan

kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha

yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya.

Page 5: UMKM

badan usaha milik Negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan

dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pension, persekutuan,

perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organsasi sosial politik, atau

organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak

investasi dan bentuk usaha tetap."

Jenis badan usaha perorangan termasuk dalam WP OP, sedangkan

perusahaan perkongsian (CV, Firma, Partnership), perusahaan perseroan

terbatas, yayasan, koperasi termasuk dalam WP Badan.

3. Jenis-jenis usaha yang tergolong UMKM

UMKM dengan batasan kriteria asset Rp. 50.000.000 - Rp.

10.000.000.000 dan batasan omset Rp. 300.000.000 - Rp, 50.000.000.000;

dari segi jenis badan usaha dapat kita pahami bahwa Usaha Mikro

merupakan badan usaha perorangan dan termasuk dalam Wajib Pajak

Orang Pribadi (WP OP) dalam perlakuan pajaknya; sedangkan Usaha

Kecil dan Menengah merupakan badan usaha perorangan, perkongsian

(CV, Firma, Partnership)., perusahaan perseroan terbatas. yayasan,

koperasi dan dalam perlakuan pajaknya dapat berbentuk Wajib Pajak

Orang Pribadi (WP OP) dan Wajib Pajak Badan (WP Badan). Apakah

jenis usaha yang tergolong UMKM?

Di sektor perdagangan, UMKM dapat berupa penjualan makanan,

obat, handphone, computer, camera,furniture, dan masih banyak lagi

contoh lain.

Gambar 1.1 Perdagangan Handphone

Di sektor industri biasanya tergolong industri kecil dapat berupa

Page 6: UMKM

industri makanan ringan seperti industry rumah tangga pembuatan

pempek. kerupuk, industry pembuatan tabu, tempe, industri pembuatan

roti.Contoh lain yaitu industri kerajinan tangan seperti industri pembuatan

furniture dan kayu jati, rotan, pembuatan souvenir dan lampu bias.Di

sektor jasa, UMKM dapat bempa seperti jasa catering, jasa travel.

Gambar 12. Jasa travel

4. Penetapan Tarif Pajak untuk Wajib Pajak Oraag Pribadi dengan

peredaran usaha bruto dibawah Rp. 600.000.000 - Rp. 4.800.000.000

Wajib Pajak Orang Pribadi dengan peredaran usaha bruto dibawah Rp.

600.000.000 tidak wajib menyelenggarakan pembukuan. Keputusan

Direktur

Jenderal Pajak Kep-5367PJ./2000 Pasal 1 ayat 3 menjelaskan bahwa Wajib

Pajak Orang Pribadi dengan penghasilan usaha dibawah Rp.600.000.000

yang tidak menyelenggarakan pembukuan menggunakan Norma

Penghltungan Penghasilan Netto dalam menghitung penghasilan netto

usahanya. Untuk melihat tarif persentase besarnya Norma Penghltungan

Penghasilan Netto dapat dilihat di Lampiran Peraturan Direktur Jendral

Pajak ini. Berikut cuplikan dari sebagian table Lampiran

PER-536/PJ./2000:

Page 7: UMKM

62000

106

107

108

109

PERDAGANGAN ECERAN62200

62310

62320

62410

Perdagangan eceran barang-barang kelontong, supermarket dan wanmg langsam.- Yaitu perdagangan eceran macam-

macam basil industri untuk keperluan rumah tangga. kantor, sekolah, maupun keperiuan perorangan seperti toko kdontong, toko serba ada, supermarket dan warung langsam

Perdagangan eceran hasil-hasil pertanian. petemakan, perikanan, kebutanan dan perburuan.- Meliputi usaha perdagangan, eceran

basil pertanian, petemakan, perilcanan, kebulanan dan perburuan.

Perdagangan eceran basil industri (bahan) Makanan, minuman dan hasil pengolahan tembakau.- Seperti daging segar ataupun yang

diawetkatu susu, buah-buahan, sayur-sayuran dan basil perikanan yang diawetkan, macam-macam minyak makan basil penggilingan biji-bjian keras (beras, kopi, jagung dan sejenisnya). macam-macam tepung gula, dan basil pengolahan gula, teh, es batu, makanan dari kedelai, kerupuk, bumbu masak, macam-macam minuman (keras dan ringan) dan basil pengolahan tembakau (rokok, tembakau shag dan bumbu rokok).

Perdagangan eceran tekstil, pakaian jadi hasil pemintalan, pertenunan, perajutan, hasil pengolahan kulit, termasuk barang keperluan kaki.- Seperti tekstil, pakain jadi, kain

batik, macam-macam benang, tali-temali, karpet/ permadani dari

30

20

25

30

25

15

20

25

20

15

20

20

Page 8: UMKM

110 62420

bahan tekstil macam-macam hasil perajutan, kulit/ kulit imitasi, barang-barang dari kulit dan barang-barang keperluan kaki.

Perdagangan eceran perabotan rumah tangga dandapur.- Seperti furniture (baik dari kayu,

rotan. plastik dan logam), alat-alat perlengkapan dapur. barang-barang pecah belah dan lain sejenisnya.

30 25 20

Untuk memahami cara menghitung tarif pajak bagi Wajib Orang

Pribadi yang menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Netto dapat

memperhatikan contoh berikut ini:

Seorang Wajib Pajak bam memiliki usaha sebagai pedagang eceran

bahan makanan di Palembang. Penjualan dalam satu bulan diperkirakan

sebesar Rp. 40.000.000,00 la kawin dan mempunyai 2 (dua) orang anak.

Besamya Pajak Penghasilan Pasal 25 yang hams dibayar sebagai angsuran

dalam tahun berjalan dihitung sebagai berikut:

Pedagang eceran bahan makanan. la kawin dan mempunyai 2 (dua)

orang anak (Status=K/2).

Jumlah peredaran usaha setahun = 12 X Rp. 40.000.000,00 = Rp. 480.000.000

Persentase penghasilan menurut norma Kode 62320= 25%

Penghasilan neto setahun = Rp. 480.000.000,00 x 25% = Rp. 120.000.000

Penghasilan Kena Pajak= penghasilan neto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak

= Rp. 120.000.000,00 - Rp. 30375.000,00 = Rp. 89.625.000

Pajak Penghasilan yang terutang

= 5% X Rp. 50.000.000,00 Rp. 2.500.000

=15% XRp. 39.625.000,00 Rp 5.943.750 = Rp. 8.443.750

Pajak Penghasilan Pasal 25 yang harus dibayar per bulan = Rp. 703.646

Aturan batasan peredaran usaha ini ditingkatkan lagi menjadi sampai

Rp.4.800.000.000. ArtinyaWajib Pajak Orang Pribadi dengan batasan

peredaran usaha sampai dengan Rp. 4.800.000.000 diperbolehkan untuk

tidak menyelenggarakan pembukuan dan hanya menyelenggarakan

Page 9: UMKM

pencatatan, sehingga dapat menggunakan Norma Penghitungan

Penghasilan Netto untuk menghitung penghasilan neto usahanya, hanya

saja Wajib Pajak tersebut harus memberitahukan kepada Direktur Jendral

Pajak dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan pertama dari tahun pajak yang

bersangkutan (Pasal 14 Undang Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun

2008).

5. PenetapanTarif Pajak nntak Wajib Pajak Badaa dengan peredaran

usaha bruto sampai dengan Rp, 50.000.000.000

UMKM dapat berbentuk perusahaan perkonssian, Perseroan Terbatas

dan dikelompokkan sebagai Wajib Pajak Badan dalam memenuhi hak

kewajiban perpajakannya.

Pasal31E UU PPh No.36 tahun 2008 -Wajib Pajak badan dalam

negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp. 50.000.000.000 (lima

puluh milyar rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar

50% (lima puluh persen) dan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17

ayat (1) huruf b dan ayat (2a) vans dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak

dari baaian peredaran bruto sampai dengan Rp. 4.800.000.000 (empat

milyar delapan ratus jura rupiah).

Untuk memahami lebih jelas baaaimana menghitung PPh Pasal 25

untuk Wajib Pajak Badan dapat memperhatikan contoh berikut ini:

Peredaran usaha bruto PT. Karunia Abadi dalam tahun pajak 2012

sebesar Rp.30.000.000.000 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp.

3.000.000.000.

JumlahPenghasilanKena PajakYang = (Rp.4.800.000.000 : Rp. 30.000.000.000) X Rp.3.000.000.000 Rp. 480.000.000memperolehfasilitas

JumlahPenghasilan

Page 10: UMKM

yang = Rp. 3.000.000.000 - Rp.480.000.000 Rp. 2.520.000.000memperoleh fasilitasPPh yangTerutang = (50% X 25% X Rp. 480.000.000) Rp. Rp. 60.000.000

= (25% X Rp. 2.520.000.000) Rp. 630.000.000 Jumlah Pajak Penghasilan yang terutang Rp. 690.000.000

Dari perbitungan diatas maka PTJCarunia Abadi mempunyai kewajiban

pajak untuk tahun pajak 2012 sebesar Rp. 690.000.000 dan untuk tahun pajak

2013, besaran angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPhBadan) sebesar

Rp.690.000.000/12 = Rp.57.500.000.

C. Permasalahan

1. UMKM akan dikenai Pajak sebesar 0,5 % dari omset dan bersifat

final Pemerintah Tetapkan Paiak Fmal Usaha Mikro (K5% Dari

Omzet.

Harian Kontan, 6 Februari 2013

JAKARTA. Usaha kecil boleh beriega nari. Mereka akan mendapatkan

pengecualian. Pemerintah menetapkan pajak usaha kecil dengan omzet

kurang dari Rp 300 juta Cuma 0,5%. Besaran tarif ini lebih rendah

ketimbang pajak final usaha kecil dengan omzet di atas Rp. 300 juta

hingga Rp 4.8 miliar yakni 1% dari omzet.

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Syariefuddin Hasan

mengungkapkan hal ini seusai rapat koordinasi di Kantor Menko

Perekonomian Selasa (5/2) Lapangan Banteng, Jakarta. Penetapan tarif

0.5% ini cukup adil, karena sebelumnya

Kementerian Koperasi dan UKM memmta agar mereka dibebaskan dari

pungutan pajak sama sekali atau tarimya 0%.

Tapi pengenaan tarif nol persen tidak memenuhi rasa keadilan di

masyarakaL Sebab. selama ini pegawai dengan gaji sesuai upah minimum

pun sudah memenuhi aturan untuk membayar pajak dengan tarif normal.

"Menkeu sudah memutuskan tarif pajak untuk usaha mikro jadinya 0.5%

tidak 1% lagi." kata Syariefuddin, Selasa (5/2).

Page 11: UMKM

Walaupun sudah dikenakan tarif pajak lebih rendah. Syariefuddin

menyatakan tetap tidak puas. Menurutnya, pengusaha mikro tidak layak

dikenakan pajak UKM tersebut. Terlebih jika memiliki anak buah, maka

usaha mi bisa disebut sektor padat karya.

Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat ini menganggap, selama ini

pemerintah sudah memberikan banyak subsidi ke sektor mikro seperti

penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR), pelatihan, dan pendampingan

dalam menjalankan usaha.

Syarifuddin berpandangan, jika sektor ini tetap dikenakan pajak. hal itu

malah akan berbanding terbalik dengan apa yang selama ini telah

dilakukan pemerintah. "Apalagi jika dibandingkan dengan investor asing

yang masuk dan malah diberi tax holiday. Seharusnya pengusaha mikro

juga diberi insentif pajak," ujamya.

Namun, hal berbeda justru diungkapkan Direktur Penyuluhan, Pelayanan

dan Hubungan Masyarakat Ditjen Pajak, Kismantoro Petrus, yang

mengaku belum tahu perbedaan persentase tarif pajak UKM ini. "Saya

tidak punya info untuk itu," jelasnya. Sedangkan Pelaksana Tugas Kepala

Badan Kebijakan Fiskal Bambang Brodjonegoro menyebut tarif pajak

sebesar 0,5% sudah mempertimbangkan Penghasilan Tidak KenaPajak,

sehingga cukup adil.

Dengan asumsi laba bersih 15% dari omzet, penghasilan UKM beromzet

Rp 300 juta dalam setahun Rp 45 juta. Dengan tarif pajak normal, pajak

yang hams dibayar sekitar Rp 2,6 juta. Tapi, dengan tarif pajak final 0,5%,

maka UKM hanya membayar pajak Rp 1,5 juta, atau jauh lebih Fendah

ketimbang pegawai yang memiliki penghasilan sebesar Rp 3,75 juta

sebulan.

Dari berita pajak ini kfta membaca bahwa akan ada regulasi baru yang

mengatur tarif pajak bagi UKM dimana omset kurang dari Rp.

300.000.000 dikenakan pajak final sebesar 0,5% dan omset di atas Rp.

300.000.000 - Rp. 4.800.000.000 akan dikenakan pajak final sebesar 1 %.

2. Penerapan pajak berganda pada WP yang bergerak di sektor UMKM

Kalau kita melihat dari aturan pajak bagi wajib pajak orang pribadi yang

Page 12: UMKM

hanya menyelenggarakan pencatatan dikenakan norma penghitungan

penghasilan neto untuk menghitung penghasilan neto usahanya dan bagi

wajib pajak badan yang mempunyai batasan peredaran bruto usaha sampai

dengan Rp. 50.000.000.000.00 mendapat fasilitas

Pengurangan tarif sampai dengan 50% (Pasal 31 E UU PPh No. 36 Tahun

2008), maka sebenarnya wajib pajak yang bergerak di sektor UMKM

sudah dikenai pajak. Apabila akan dikeluarkan regulasi baru tentang

penerapan pajak final kepada sektor UMKM dimana omset kurang dari

Rp. 300.000.000,00 dikenakan pajak final sebesar 0.5% dan omset di atas

Rp. 300.000.000,00 - Rp. 4.800.000.000..00 akan dikenakan pajak final

sebesar 1 %, diharapkan adanya aturan yang jelas apakah tarif itu akan

diberlakukan sama baik bagi wajib pajak orang pribadi maupun bagi wajib

pajak badan karena masing-masing wajib pajak mempunyai periakuan tarif

pajak dan pelaporan pajak yang berbeda.

Selain itu, adanya pengenaan tarif pajak final bagi UMKM diharapkan

tidak menimbulkan penerapan pajak berganda, artinya wajib pajak sektor

UMKM yang sudah dikenai pajak final tidak lagi dikenai pajak

penghasilan per bulan yang selama ini berlaku bagi mereka (Pasal 14,

Pasal 17, Pasal 31 E UU PPh No. 36 Tahun 2008).

3. Bertambahnya beban bagi sektor UMKM deogan dikenai Pajak Final

Jika sektor UMKM akan dikenai Pajak Final dan pengenaan pajak yang

selama ini berlaku bagi mereka masih tetap dikenakan, tentunya ini

menyebabkan bertambahnya beban bagi mereka.

D. Kesimpulan

Perlu adanya regulasi yang jelas bagi UMKM mengenai tarif pajak

berdasarkan batasan omset, jenis Wajib Pajak, dan jenis usaha Wajib

Pajak sehingga tidak terjadi penerapan pajak berganda bagi pelaku

usaha UMKM. 1

1 Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai usaha/pekerjaan bebas berkewajiban

melaporkan SPT Tahunan menggunakan Fonnulir 1770 dan Wajib Pajak Badan

bericewajiban melaporkan SPT Tahunan menggunakan Fonnulir 1771.

Page 13: UMKM
Page 14: UMKM

Daftar Pustaka

Riffely Dewi Astuti, SE^ MM. (2009). Pengantar Bisnis. Jakarta :

Universitas

Terbuka.

Harian Kontan (6 Februari 2013). Pemerintah Tetapkan Pajak Final Usaha

Mikro

0,5% Dari Omzet. Jakarta.

Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Peiseroan Terbalas.

Undang Undang Ketentuan Umum dan Tala Cara Peipajakan Nomor 28

Tahun

2007.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha. KeciL Mikro dan

Menengah.