UMKM & Koperasi
Embed Size (px)
description
Transcript of UMKM & Koperasi

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan Koperasi mempunyai peran yang
cukup besar dalam pembangunan perekonomian nasional, oleh karena selain berperan dalam
pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian
hasil-hasil pembangunan. Sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan
hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern. Peranan usaha
kecil dan koperasi tersebut menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan
tahapan pembangunan yang dikelola oleh dua departemen yaitu Departemen Perindustrian
dan Perdagangan, serta Departemen Koperasi dan UMKM. Namun, usaha pengembangan
yang telah dilaksanakan masih belum memuaskan hasilnya karena pada kenyataannya
kemajuan UMKM sangat kecil dibandingkan dengan kemajuan yang sudah dicapai usaha
besar. Pelaksanaan kebijaksanaan UMKM oleh pemerintah selama Orde Baru, sedikit saja
yang dilaksanakan, lebih banyak hanya merupakan semboyan saja sehingga hasilnya sangat
tidak memuaskan. Pemerintah lebih berpihak pada pengusaha besar hampir di semua sektor,
antara lain perdagangan, perbankan, kehutanan, pertanian dan industri.
Dengan adanya kebijakan dan dukungan yang lebih besar seperti perijinan, teknologi,
struktur, manajemen, pelatihan dan pembiayaan, UMKM dan begitu halnya dengan Koperasi,
diharapkan dapat berkembang pesat. Perkembangan UMKM diharapkan dapat bersaing sehat
dengan pasar besar di tengah bebasnya pasar yang terjadi saat ini. Selain itu, UMKM dan
Koperasi diharapkan untuk dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, membuka
kesempatan kerja, dan memakmurkan masyarakat secara keseluruhan sehingga terciptanya
kekompetitifan dan stabilitas perekonomian Indonesia yang baik.
Pengembangan UMKM perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari pemerintah
maupun masyarakat agar dapat berkembang luas dan lebih kompetitif bersama pelaku
ekonomi lainnya. Kebijakan pemerintah ke depan perlu diupayakan lebih kondusif bagi
tumbuh dan berkembangnya UMKM. Pemerintah perlu meningkatkan perannya dalam
memberdayakan UMKM disamping mengembangkan kemitraan usaha yang saling
menguntungkan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil, dan membantu
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusianya.
Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

2
Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dan berat, karena semakin
terbukanya pasar di dalam negeri, maupun ancaman bagi UMKM dengan semakin banyaknya
barang dan jasa yang masuk dari luar akibat dampak dari globalisasi. Oleh karena itu
perlunya pembinaan dan pengembangan UMKM saat ini dirasakan semakin mendesak dan
sangat tepat untuk mengangkat perekonomian rakyat, maka kemandirian UMKM diharapkan
dapat tercapai di masa yang akan datang. Dengan berkembangnya perekonomian rakyat
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakatnya, membuka peluang kesempatan
kerja bagi masyarakat yang menganggur dan memakmurkan masyarakat secara keseluruhan.
1.2 . Perumusan Masalah
Adapun pokok permasalahan dalam penulisan makalah ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Bagaimana peranan sektor UMKM dan Koperasi terhadap perekonomian Nasional ?
2. Apa yang menjadi sasaran dan arah kebijakan dari pemberdayaan sektor UMKM dan
Koperasi Indonesia ?
3. Hal-hal apa saja yang dapat dilakukan dalam memberdayakan UMKM dan Koperasi
untuk kelangsungan dimasa depan?
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui sasaran dan arah kebijakan
sektor UMKM dan Koperasi, seberapa besar peranan sektor tersebut terhadap perekonomian
nasional serta hal-hal yang dapat dilakukan dalam memberdayakan sektor tersebut.
1.4 Sistematika Penulisan
Bab I merupakan Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Perumusan
Masalah, Tujuan Penulisan, dan Sistematika Penulisan
Bab II merupakan Tinjauan Pustaka
Bab III merupakan Metode Penulisan
Bab IV merupakan Hasil dan Pembahasan
Bab V merupakan Penutup, terdiri dari Kesimpulan dan Saran
Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM) :
a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini.
b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdirisendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi
kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini.
d. Kriteria UMKM berdasarkan jumlah asset dan omzet
Jenis usaha Asset omzet
Usaha mikro
Usaha kecil
Usaha menengah
Max 50jt
Besar dari 50jt-500jt
Besar dari 500jt-10M
Maks 300juta
Besar dari 300juta-3M
Besar dari 2,5M-50M
Berdasarkan uu.no 20 tahun 2008 di atas jelas menunjukan perbedaan yang cukup
besar baik dari segi asset ataupun omzet antara usaha mikro dengan kecil dan usaha kecil
dengan menengah. Namun yang jelas secara keseluruhan UMKM berperan dalam
pembangunan perekonomian nasional, Hal ini sesuai juga dengan uu.no 20 tahun 2008 bab II
pasal yang berbunyi :
Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

4
“ usaha mikro kecil dan menengah bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan
usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi
ekonomi yang berkeadilan “1
Kriteria jumlah karyawan berdasarkan jumlah tenaga kerja yang menjadi tolak ukur
yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) untuk menilai usaha kecil atau besar
sebagai berikut :
2.2 Koperasi
Sesuai Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, disebutkan
bahwa Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Koperasi bertujuan untuk
mensejahterakan anggotanya. Adapun prinsip-prinsip koperasi adalah sebagai berikut :
1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;
2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis;
3. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa
usaha masing-masing anggota;
4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal;
5. Kemandirian.
Yang dapat menjadi anggota koperasi yaitu :
1. Perorangan ,yaitu orang yang secara sukarela menjadi anggota koperasi
2. Badan Hukum Koperasi ,yaitu suatu koperasi yang menjadi anggota koperasi yang
memiliki lingkup lebih luas
Umumnya koperasi dikendalikan secara bersama oleh seluruh anggotanya, dimana
setiap anggota memiliki hak suara yang sama dalam setiap keputusan yang di ambil koperasi.
Pembagian keuntungan koperasi (biasa disebut Sisa Hasil Usaha atau SHU)biasanya di
hitung berdasarkan andil anggota tersebut dalam koperasi, misalanya dengan melakukan
pembagian deviden berdasarkan besar pembelian atau penjualan yang di lakukan oleh
anggotanya.
1 Uu.RI 20 th2008
Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

5
Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 Pasal 4 dijelaskan bahwa fungsi dan peran
koperasi sebagai berikut:
1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan
ekonomi dan sosialnya;
2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia
dan masyarakat.
3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko-gurunyaBerusaha untuk
mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional, yang merupakan usaha
bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi
4. Mengembangkan kreativitas dan membangun jiwa berorganisasi bagi para pelajar .
BAB III
METODE PENULISAN
Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

6
3.1 Lokasi Penelitian
Adapun lokasi yang dijadikan objek penulisan dalam pembahasan makalah ini adalah
Indonesia secara Nasional.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder yang diperoleh
melalui studi kepustakaan dan mencatat teori-teori dari buku-buku literature dan bacaan-
bacaan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. Adapun dokumentasi data yang
digunakan adalah data yang diambil dan diolah dari situs Badan Pusat Statistik (BPS)
(www.bps.go.id) dan Kementrrian Koperasi dan UMKM (www.depkop.go.id).
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

7
Perekonomian nasional, jika diukur dengan PDB, telah pulih dari krisis ekonomi pada
tahun 2003. Secara umum peran usaha mikro dan kecil dalam PDB mengalami kenaikan
dibanding sebelum krisis, bersamaan dengan merosotnya usaha menengah dan besar,
terutama pada puncak krisis ekonomi tahun 1998 dan 1999, namun kemudian tergeser
kembali oleh usaha besar. Usaha kecil telah pulih dari krisis pada tahun 2001, dan usaha
besar baru pulih dari krisis pada tahun 2003, sedang untuk usaha menengah diperkirakan
pulih pada tahun 2004. Krisis ekonomi mengakibatkan Indonesia tertinggal tujuh tahun
dibandingkan negara lain dalam membangun daya saing perekonomian nasionalnya.
Ada beberapa alasan mengapa UMKM dapat bertahan ditengah krisis moneter tahun
1997 dan tahun 2003, yaitu :
1. Sebagian besar UMKM memproduksi barang konsumsi dan jasa-jasa dengan
elastisitas permintaan terhadap pendapatan yang rendah, maka tingkat pendapatan
rata-rata masyarakat tidak banyak berpengaruh terhadap permintaan barang yang
dihasilkan.
2. Sebagian besar UMKM tidak mendapat modal dari bank. Di Indonesia, UMKM
mempergunakan modal sendiri dari tabungan dan aksesnya terhadap perbankan sangat
rendah.
4.1 Peranan UMKM Terhadap Perekonomian Nasional
Peran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam perekonomian Indonesia
paling tidak dapat dilihat dari : (1) kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan
ekonomi di berbagai sektor, (2) penyedia lapangan kerja yang terbesar, (3) pemain penting
dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat, (4) pencipta
pasar baru dan sumber inovasi, serta (5) sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran
melalui kegiatan ekspor. Posisi penting ini sejak dilanda krisis belum semuanya berhasil
dipertahankan, sehingga pemulihan ekonomi belum optimal.
Perekonomian nasional, jika diukur dengan PDB, telah pulih dari krisis ekonomi pada
tahun 2003. Secara umum peran usaha mikro dan kecil dalam PDB mengalami kenaikan
dibanding sebelum krisis, bersamaan dengan merosotnya usaha menengah dan besar,
terutama pada puncak krisis ekonomi tahun 1998 dan 1999, namun kemudian tergeser
kembali oleh usaha besar. Dan setelah tahun 2006, baik usaha mikro, kecil, dan menengah
mulai dapat berjalan dengan pulih sebagimana biasanya dan menyumbangkan kenaikan dari
Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

8
tahun ke tahunnya. Berikut ini disajikan beberapa tolok ukur peran UMKM dalam
perekonomian nasional.
Tabel 4.1Perbandingan Komposisi PDB Menurut Skala Usaha Pada Tahun 2006 dan 2010
Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Milyar Rupiah)
No Skala Usaha 2006 2010Pertumbuh
an
1 Usaha Mikro 588.505,9 (33,24)
719.070,2 (32,42 )
21,68%
2 Usaha Kecil 189.666,7 (10,71 )
239.111,4 (10,78)
26,07%
3 Usaha Menengah 257.442,6 (14,54 )
324.390,2 (14,63 )
26,00%
Jumlah PDB 1.035.615,3 (58,49 )
1.282.571,8 (57,83 )
23,85%
Sumber : Kementerian Koperasi dan UMKM (data diolah)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, pergerakan unit usaha mikro dari tahun 2006-
2010 menyumbangkan keadaan positif dari perekonomian nasional yang dilihat dari PDB nya
mengalami pertumbuhan sebesar 21,68 %. Hal berikutnya juga untuk unit usaha kecil pada
tahun penelitian 2006-2010, menyumbangkan keadaan positif dari perekonomian nasional
yang dilihat dari PDB yang mengalami pertumbuhan sebesar 21,68 %. Serta halnya pada
usaha menengah, pada skala usaha ini perekonomian nasional dapat menyumbang
pertumbuhan PDB sebesar 26,00 %. Sehingga pada tahun 2006-2010, yang menjadi
penyumbang PDB terbesar berada pada skala menengah dari total keseluruhan pertumbahan
PDB dari ketiga skala usaha tersebut (Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)) sebesar
23,85 %.
Tabel 4.2
Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

9
Perkembangan Jumlah Unit Usaha Tahun 2006 – 2010
NoUnit Usaha
Tahun Perkembangan
2006 2007 2008 2009 2010 Jumlah %
1 Mikro 48.512.438 49.608.953 50.847.771 52.176.795 53.207.500 4.695.062 9,68
2 Kecil 472.602 498.565 522.124 546.675 573.601 100.999 21,37
3 Menengah 36.763 38.282 39.717 41.133 42.631 5.868 15,96
Jumlah Unit Usaha 49.021.803 50.145.800 51.409.612 52.764.603 53.823.732 4.801.929 9,80
Sumber : Kementerian Koperasi dan UMKM
Melihat tabel di atas, bahwa perkembangan jumlah unit usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM) sebesar 9,80 %. Dengan jumlah penyumbang yang lebih banyak, berada
pada unit usaha skala kecil dengan persentase 21, 37 %. Ini menandakan bahwa pada tahun
penelitian dari 2006-2010 skala jenis usaha yang memberikan kontribusi terbesar datang dari
unit usaha kecil, walaupun unit usaha lainnya juga masih memberikan kontribusi yang baik.
Tabel 4.3Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Skala Usaha
Pada Tahun 2006-2010 (Orang)
NoUnit Usaha
Tahun Perkembangan
2006 2007 2008 2009 2010 Jumlah %
1 Mikro 82.071.144 84.452.002 87.810.366 90.012.694 93.014.759 10.943.616 13,33
2 Kecil 3.139.711 3.278.793 3.519.843 3.521.073 3.627.164 487.453 15,53
3 Menengah 2.698.743 2.761.135 2.694.069 2.677.565 2.759.852 61.109 2,26
Jumlah Tenaga Kerja 87.909.598 90.491.930 94.024.278 96.211.332 99.401.775 11.492.178 13,07
Sumber : Kementerian Koperasi dan UMKM
Usaha mikro, kecil, dan menengah memberikan lapangan kerja bagi 97,30 % tenaga
kerja di Indonesia, dan masih akan menjadi tumpuan utama penyerapan tenaga kerja pada
masa mendatang. Selama periode 2006-2010, usaha mikro telah mampu memberikan
lapangan kerja baru bagi 10.943.615 orang dan usaha kecil mampu memberikan lapangan
kerja baru sebanyak 487.453 orang. Serta usaha menengah mampu memberikan lapangan
kerja baru sebanyak 61.109 orang.
Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

10
Tabel 4.4Perkembangan Nilai Ekspor Nonmigas Menurut Skala Usaha
Pada Tahun 2006 -2010 (Milyar Rupiah)
NoUnit Usaha
Tahun Perkembangan
2006 2007 2008 2009 2010 Jumlah %
1 Mikro 11.691,0 12.917,5 16.464,8 14.375,3 16.687,5 4.996,4 13,33
2 Kecil 27.636,8 31.619,5 40.062,5 36.839,7 38.001,0 10.364,2 42,74
3 Menengah 84.440,1 95.826,8 121.481,0 111.039,6 121.206,4 36.766,4 43,54
Jumlah Nilai Ekspor 123.767,9 140.363,8 178.008,28 162.254,5 175.894,9 52.127,0 42,12
Sumber : Kementerian Koperasi dan UMKM
Kontribusi UMKM pada ekspor non migas terus mengalami peningkatan secara
perlahan, dari sektor usaha mikro Rp 11. 691 milyar pada tahun 2006 menjadi Rp 16.687,5
milyar pada tahun 2010, dan sektor usaha kecil Rp. 27.636,8 milyar pada tahun 2006 menjadi
Rp 38.001,0 pada tahun 2010. Serta untuk usaha menengah Rp 84.440,1 milyar pada tahun
2006 menjadi Rp. 121.206,4 milyar pada tahu 2010.
Tabel 4.5Perkembangan Nilai Investasi Menurut Skala Usaha Pada Tahun 2006-2010
Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Milyar Rupiah)
NoUnit Usaha
Tahun Perkembangan
2006 2007 2008 2009 2010 Jumlah %
1 Mikro 30.148,8 32.486,0 36.890,8 37.144,9 42.240,1 12.091,3 40,11
2 Kecil 72.734,4 80.022,8 83.696,9 85.714,9 93.856,6
21.122,2 29,04
3 Menengah 78.816,0 86.581,1 97.533,7 101.149,0 111.042,8 32.226,8 40,89
Jumlah Nilai Investasi 181.699,3 199.090,0 218.121,4 224.008,7 247.139,5 65.440,2 36,02
Sumber : Kementerian Koperasi dan UMKM
Dari tabel di atas, nampak bahwa nilai investasi yang terbesar berada pada skala usaha
menengah sebesar 40,89 %, yang berarti pada unit usaha skala menengah ini, memberikan
nilai investasi yang lebih besar dibandingkan dengan usaha mikro dan kecil dimana
besarannya sejumlah Rp. 32.226,8 milyar.
Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

11
Tetapi, apabila diperhatikan lebih lanjut bahwa struktur perekonomian Indonesia
masih didominasi oleh Jawa, Bali, dan Sumatera, khususnya DKI Jakarta. Hal ini
diindikasikan oleh jumlah uang beredar, alokasi kredit, pajak, dan alokasi sumberdaya
produktif lainnya. Struktur perekonomian nasional masih mengandung berbagai
ketimpangan, dengan pertumbuhan yang masih berpusat di Jakarta dan sekitarnya. Untuk
itu, perlu ada komitmen bersama untuk menumbuhkan pusat-pusat aktivitas ekonomi di
daerah melalui reformasi pembangunan ekonomi yang mampu mengembangkan sumberdaya
lokal dan menggerakkan ekonomi rakyat yang lebih produktif dan berdaya saing.
Perekonomian Indonesia dalam masa pemulihan ekonomi terus tumbuh, namun
mengkhawatirkan, karena pertumbuhannya lebih ditarik oleh sektor konsumsi dan bukan
sektor produksi. Rendahnya tingkat investasi dan produktivitas, serta rendahnya pertumbuhan
usaha baru di Indonesia perlu memperoleh perhatian yang serius pada masa mendatang,
dalam rangka mengembangkan UMKM menuju usaha yang berdaya saing tinggi.
Mempertimbangkan UMKM yang umumnya berbasis pada sumberdaya ekonomi lokal
dan tidak bergantung pada impor, serta hasilnya mampu diekspor karena antara lain
keunikannya, maka pembangunan UMKM diyakini akan memperkuat perekonomian
nasional. Perekonomian Indonesia akan memiliki fondasi yang kuat, jika UMKM telah
menjadi pelaku utama yang produktif dan berdaya saing dalam perekonomian nasional.
Untuk itu, pembangunan usaha mikro, kecil, dan menengah perlu menjadi prioritas utama
pembangunan ekonomi nasional dalam jangka panjang.
Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

12
Tabel 4.6
Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

13
* Data diambil dari Kementrian Koperasi dan UMKM (www.depkop.go.id)
Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

14
Pada Tahun 2006, pangsa pasar terbesar masih ditempati oleh unit usaha mikro
dengan pangsa pasar sebesar 98,95% dengan jumlah 48.512.438 unit dan sisanya sebesar 0,96
% untuk usaha kecil; 0,07 % untuk usaha menengah; dan selebihnya untuk jenis usaha besar.
Pada tahun 2007 masih didominasi oleh unit usaha mikro dengan persentase 98,92 %
dengan jumlah 49.608.953 unit dan sisanya sebesar 0,99 % untuk usaha kecil; 0,08 % untuk
usaha menengah; dan selebihnya untuk usaha besar
Pada tahun 2008 masih juga didominasi oleh unit usaha mikro dengan persentase
98,90 persen ; usaha kecil sebesar 1,02 persen ; usaha menengah sebesar 0,08 persen dan
sisanya 0,08 untuk usaha besar.
Pada tahun 2009 unit usaha yang ada, tetap didominasi oleh unit usaha mikro dengan
persentase 98,88 % ; usaha kecil sebesar 1,04 %; usaha menegah sebesar 0,08 %, dan sisanya
0,01 ditempati oleh unit usaha besar
Pada Tahun 2010 tetap sama bahwa unit usaha mikro tetap diurutan pertama dengan
persentase 98,85 %; unit usaha kecil sebesar 1,07; dan unit usaha menengah sebesar 0,08
serta sisanya ditempati oleh usaha besar.
4.2 Peranan Koperasi Terhadap Perekonomian Nasional
Untuk sektor koperasi juga mengambil peranan terhadap perekonomian nasional dari
data yang diperoleh bahwa pada tahun 2006, jumlah koperasi sebanyak 2.243 koperasi,
sementara jumlah anggotanya sebanyak 533.678 orang.
Pada tahun 2007, jumlah koperasi di Indonesia mencapai 148.913 unit. Angka ini
meningkat 5,98 persen dibandingkan tahun 2006. Sedangkan jumlah anggota koperasi di
Indonesia pada tahun 2007 mencapai lebih kurang 29.031.802 orang. Dari segi usaha,
secara umum Koperasi di Indonesia mampu meningkatkan modal usaha sebesar 17,7
persen dari Rp 46.09 triliun. Sisa Hasil Usaha (SHU) pun mengalami peningkatan
signifikan hingga mencapai 38.46 persen, dari Rp 2,6 triliun menjadi Rp 3,6 triliun.
Pada tahun 2008 yang aktif sebanyak 108.930 unit dari total koperasi sebanyak
154.964 unit dengan volume usaha sebesar 68.446.249,39 (Rp. Juta).
Pada tahun 2009, koperasi yang aktif ada sebanyak 120.473 unit dari total koperasi
sebanyak 170.411; dengan volume usaha sebesar 82.098.587,19 (Rp. Juta). Pada Tahun
berikutnya, 2010 koperasi yang aktif ada sebanyak 124. 855 unit dari total koperasi sebanyak
177,482; dengan volume usaha sebesar 76,822,082.40 (Rp. Juta).
Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

15
Dan pada tahun terakhir, tahun 2011 dari tabel dapat dilihat bahwa data koperasi yang
aktif ada sebanyak 133,666 dari total koperasi sebanyak 188,181; dengan volume usaha
sebesar 95,062,402.21 (Rp. Juta).
Tabel 4.7Perkembangan Jumlah dan Persentase Koperasi Yang Aktif (Unit) dan
Volume Koperasi (Juta Rupiah) dari Tahun 2008 -2011
PenjelasanTahun Perkembangan
2008 2009 2010 2011 Jumlah %
Jumlah
Koperasi
Yang Aktif
108.930 120.473 124,855 133,666 24.736 22,71
Volume
Usaha68.446.249,39 82.098.587,19 76,822,082.40 95,062,402.21 26.616.152,82 38,89
Sumber : Kementerian Koperasi dan UMKM (data diolah)
Dari tabel di atas diketahui bahwa terdapat 22,71 % jumlah koperasi yang aktif yang
mendukung kegiatan perekonomian nasional dengan menyumbangkan nilai volume usaha
dari kegiatan koperasi tersebut sebesar Rp 26.616.152,82 atau dengan kata lain sebesar
38,89%.
Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

16Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

17Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

18Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

19Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

20
Tabel 4.12
Tabel 4.13
Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

21
4.3 Sasaran Kebijakan Pemberdayaan UMKM dan Koperasi
UMKM dan koperasi menempati posisi strategis untuk mempercepat perubahan
struktural dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sebagai wadah kegiatan
usaha bersama bagi produsen maupun konsumen, koperasi diharapkan berperan dalam
meningkatkan posisi tawar dan efisiensi ekonomi rakyat, sekaligus turut memperbaiki
kondisi persaingan usaha di pasar, melalui dampak eksternalitas positif yang
ditimbulkannya. Sementara itu, UMKM berperan dalam memperluas penyediaan
lapangan kerja, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi,
dan memeratakan peningkatan pendapatan. Bersamaan dengan itu adalah meningkatnya
daya saing dan daya tahan ekonomi nasional. Dengan perspektif peran seperti ltu, sasaran
umum pemberdayaan koperasi dan UMKM pada tahun 2004-2009 adaIah:
4.4 Meningkatnya produktivitas UMKM dengan laju pertumbuhan lebih tinggi dari
Iaju pertumbuhan produktivitas nasional;
4.5 Meningkatnya proporsi usaha kecil formal;
4.6 Meningkatnya nilai ekspor produk usaha kecil dan menengah dengan Iaju
pertumbuhan Iebih tinggi dari laju pertumbuhan nilai tambahnya;
4.7 Berfungsinya sistem untuk menumbuhkan wirausaha baru berbasis ilmu
pengetahuan dan teknologi; dan
4.8 Meningkatnya kualitas kelembagaan dan organisasi koperasi sesuai dengan jatidiri
koperasi.
4.4 Arah Kebijakan Pemberdayaan UMKM Dan Koperasi
Dalam rangka mewujudkan sasaran di atas, pemberdayaan koperasi dan UMKM
akan dilaksanakan dengan arah kebijakan sebagai berikut:
1. Mengembangkan usaha kecil dan menengah (UKM) untuk memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, penciptaan
lapangan kerja, dan peningkatan daya saing; sedangkan pengembangan usaha
skala mikro Iebih diarahkan untuk memberikan kontribusi dalam peningkatan
pendapatan pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah.
2. Memperkuat kelembagaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tata
kepemerintahan yang baik (good governance) dan berwawasan gender,
terutama untuk:
memperluas akses kepada sumber permodalan, khususnya perbankan;
Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

22
memperbaiki lingkungan usaha dan menyederhanakan prosedur perizinan;
memperluas dan meningkatkan kualitas institusi pendukung yang
menjalankan fungsi intermediasi sebagai penyedia jasa pengembangan
usaha, teknologi, manajemen, pemasaran, dan informasi.
3. Memperluas basis dan kesempatan berusaha serta menumbuhkan wirausaha
baru berkeunggulan untuk mendorong pertumbuhan, peningkatan ekspor, dan
penciptaan lapangan kerja, terutama dengan :
meningkatkan perpaduan antara tenaga kerja terdidik dan terampil dengan
adopsi penerapan tekonologi;
mengembangkan UMKM melalui pendekatan klaster di sektor agribisnis
dan agroindustri disertai pemberian kemudahan dalam pengelolaan usaha,
termasuk dengan cara meningkatkan kualitas kelembagaan koperasi
sebagai wadah organisasi kepentingan usaha bersama untuk memperoleh
efisiensi kolektif;
mengembangkan UMKM untuk makin berperan dalam proses
industrialisasi, perkuatan keterkaitan industri, percepatan pengalihan
teknologi, dan peningkatan kualitas SDM;
mengintegrasikan pengembangan usaha dalam konteks pengembangan
regional, sesuai dengan karakteristik pengusaha dan potensi usaha
unggulan di setiap daerah.
4. Mengembangkan UMKM untuk makin berperan sebagai penyedia barang dan
jasa pada pasar domestik yang semakin berdaya saing dengan produk impor,
khususnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat banyak.
5. Membangun koperasi yang diarahkan dan difokuskan pada upaya-upaya
untuk :
(i) membenahi dan memperkuat tatanan kelembagaan dan organisasi
koperasi di tingkat makro, meso, maupun mikro, guna menciptakan
iklim dan lingkungan usaha yang kondusif bagi kemajuan koperasi, serta
kepastian hukum yang menjamin terlindunginya koperasi dan/atau
anggotanya dari praktik-praktik persaingan usaha yang tidak sehat;
(ii) meningkatkan pemahaman, kepedulian, dan dukungan pemangku
kepentingan (stakeholders) kepada koperasi; dan
(iii) meningkatkan kemandirian gerakan koperasi.
Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

23
4.5 Permasalahan Yang Dihadapi Dalam Pengembangan Dan Pemberdayaan
UMKM Dan Koperasi
1. Rendahnya Produktivitas
Perkembangan kinerja UMKM yang meningkat dari segi kuantitas belum
diimbangi dengan peningkatan kualitas UMKM yang memadai, khususnya skala
usaha mikro. Masalah yang masih dihadapi adalah rendahnya produktivitas,
sehingga menimbulkan kesenjangan yang sangat lebar antara pelaku usaha kecil,
menengah, dan besar. Demikian pula dengan perkembangan produktivitas per tenaga
kerja usaha mikro dan kecil yang belum menunjukkan perkembangan yang berarti.
Kinerja seperti ini berkaitan dengan : (a) rendahnya kualitas sumberdaya manusia
UMKM, khususnya dalam bidang manajemen, organisasi, penguasaan teknologi, dan
pemasaran; dan (b) rendahnya kompetensi kewirausahaan UMKM. Peningkatan
produktivitas UMKM sangat diperlukan untuk mengatasi ketimpangan antarpelaku,
antargolongan pendapatan, dan antardaerah, termasuk penanggulangan kemiskinan,
sekaligus mendorong peningkatan daya saing nasional.
2. Terbatasnya Akses UMKM Kepada Sumberdaya Produktif
UMKM memiliki akses yang terbatas kepada sumberdaya produktif, terutama
permodalan, teknologi, informasi, dan pasar. Dalam hal pendanaan, produk jasa
lembaga keuangan sebagian besar masih berupa kredit modal kerja, sedangkan untuk
kredit investasi sangat terbatas. Bagi UMKM keadaan ini sulit untuk meningkatkan
kapasitas usaha ataupun mengembangkan produk-produk yang bersaing. Perbankan
menerapkan persyaratan pinjaman yang tidak mudah dipenuhi, seperti jumlah
jaminan meskipun usahanya layak. Di samping itu, perbankan yang merupakan
sumber pendanaan terbesar, masih memandang UMKM sebagai kegiatan yang
berisiko tinggi. Pada tahun 2003, untuk skala jumlah pinjaman dari perbankan
sampai dengan Rp 50 juta, terserap hanya sekitar 24 persen ke sektor produktif,
selebihnya terserap ke sektor konsumtif. Bersamaan dengan itu, penguasaan
teknologi, manajemen, informasi, dan pasar masih jauh dari memadai serta
memerlukan biaya yang relatif besar untuk dikelola secara mandiri oleh UMKM.
Sementara itu, ketersediaan lembaga yang menyediakan jasa di bidang tersebut juga
sangat terbatas dan tidak merata ke seluruh daerah. Peran masyarakat dan dunia
Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

24
usaha dalam pelayanan kepada UMKM juga belum berkembang, karena pelayanan
kepada UMKM masih dipandang kurang menguntungkan.
3. Masih Rendahnya Kualitas Kelembagaan Dan Organisasi Koperasi
Sampai dengan akhir tahun 2003, jumlah koperasi mencapai 123 ribu unit,
dengan jumlah anggota sebanyak 27,3 juta orang. Meskipun jumlahnya cukup besar
dan terus meningkat, kinerja koperasi masih jauh dari yang diharapkan. Sebagai
contoh, jumlah koperasi yang aktif pada tahun 2003 adalah sebanyak 93,8 ribu unit
atau hanya sekitar 76% dari koperasi yang ada. Di antara koperasi yang aktif tersebut
hanya 44,7 ribu koperasi atau kurang dari 48% yang menyelenggarakan Rapat
Anggota Tahunan (RAT), salah satu perangkat organisasi yang merupakan lembaga
(forum) pengambilan keputusan tertinggi dalam organisasi koperasi. Selain itu,
secara rata-rata baru 27% koperasi aktif yang mempunyai manajer koperasi.
4. Tertinggalnya Kinerja Koperasi Dan Kurang Baiknya Citra Koperasi
Kurang pemahaman tentang koperasi sebagai badan usaha yang memiliki
struktur kelembagaan (struktur organisasi, struktur kekuasaan, dan struktur insentif)
yang unik/khas dibandingkan badan usaha lainnya, serta kurang memasyarakatnya
informasi tentang praktik-praktik berkoperasi yang baik (best practices) telah
menimbulkan berbagai permasalahan mendasar, yang menjadi kendala bagi
kemajuan perkoperasian di Indonesia, yakni :
a. Koperasi yang didirikan tanpa didasari dengan adanya kebutuhan/ kepentingan
ekonomi bersama dan prinsip kesukarelaan dari para anggota, sehingga
kehilangan jatidirinya sebagai koperasi sejati yang otonom dan
swadaya/mandiri;
b. Koperasi yang tidak dikelola secara profesional dengan menggunakan teknologi
dan kaidah ekonomi moderen sebagaimana layaknya sebuah badan usaha;
c. Masih terdapat kebijakan regulasi yang kurang mendukung kemajuan koperasi;
d. Koperasi masih sering dijadikan oleh segelintir orang/kelompok, baik di luar
maupun di dalam gerakan koperasi itu sendiri, untuk mewujudkan kepentingan
pribadi atau golongannya, yang tidak sejalan atau bahkan bertentangan dengan
kepentingan anggota koperasi yang bersangkutan dan nilai-nilai luhur serta
prinsip-prinsip koperasi.
Sebagai akibat dari kondisi di atas, maka : (i) kinerja dan kontribusi koperasi dalam
perekonomian relatif tertinggal dibandingkan badan usaha lainnya; dan (ii) citra
Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

25
koperasi di mata masyarakat kurang baik. Lebih lanjut, kondisi tersebut
mengakibatkan terkikisnya kepercayaan, kepedulian, dan dukungan masyarakat
kepada koperasi.
5. Kurang Kondusifnya Iklim Usaha
Koperasi dan UMKM pada umumnya juga masih menghadapi berbagai
masalah yang terkait dengan iklim usaha yang kurang kondusif, di antaranya adalah:
(a) ketidakpastian dan ketidakjelasan prosedur perizinan yang mengakibatkan
besarnya biaya transaksi, panjangnya proses perizinan, dan timbulnya berbagai
pungutan tidak resmi; (b) proses bisnis dan persaingan usaha yang tidak sehat; dan
(c) lemahnya koordinasi lintas instansi dalan pemberdayaan koperasi dan UMKM.
Di samping itu, otonomi daerah yang diharapkan mampu mempercepat tumbuhnya
iklim usaha yang kondusif bagi koperasi dan UMKM, temyata belum menunjukkan
kemajuan yang merata. Sejumlah daerah telah mengidentifikasi peraturan-peraturan
yang menghambat, sekaligus berusaha mengurangi dampak negatif yang
ditimbulkan, bahkan telah meningkatkan pelayanan kepada koperasi dan UMKM
dengan mengembangkan pelayanan satu atap. Namun, masih terdapat daerah lain
yang memandang koperasi dan UMKM sebagai sumber pendapatan asli daerah
dengan mengenakan pungutan-pungutan baru yang tidak perlu, sehingga biaya usaha
koperasi dan UMKM meningkat. Di samping itu, kesadaran tentang hak atas
kekayaan intelektual (HaKI) dan pengelolaan lingkungan masih belum berkembang.
Oleh karena itu, aspek kelembagaan perlu menjadi perhatian yang sungguh-sungguh,
dalam rangka memperoleh daya jangkau hasil dan manfaat (outreach impact) yang
semaksimal mungkin, mengingat besarnya jumlah, keanekaragaman usaha, dan
tersebarnya UMKM.
4.6 Strategi Pemberdayaan UMKM Dan Koperasi
Pemberdayaan koperasi dan UMKM bersifat lintas sektoral, sehingga perspektif
pembangunan koperasi dan UMKM perlu dimiliki oleh setiap anggota Kabinet Indonesia
Bersatu dan jajaran birokrasi di bawahnya. Kesulitan pembangunan koperasi dan UMKM
di Indonesia adalah rendahnya perspektif pembangunan koperasi dan UMKM yang
dimiliki oleh jajaran birokrasi dan dunia usaha di Indonesia, serta adanya persepsi bahwa
pembangunan koperasi dan UMKM merupakan urusan Kementerian Koperasi dan UKM.
Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

26
Pemberdayaan Koperasi dan UMKM pada masa mendatang diharapkan tumbuh
dari prakarsa masyarakat dan dilaksanakan oleh masyarakat secara mandiri dalam tatanan
sistem ekonomi kerakyatan. Peran pemerintah akan difokuskan pada fungsi regulasi dan
fasilitasi untuk menciptakan struktur pasar dan persaingan yang sehat sebagai lapangan
bermain bagi koperasi, pengusaha mikro, kecil, dan menengah, serta mengoreksi
ketidaksempurnaan mekanisme pasar dengan menumbuhkan iklim berusaha yang
kondusif, serta memberikan dukungan perkuatan bagi koperasi, pengusaha mikro, kecil,
dan menengah.
Dengan mengacu pada sasaran dan arah kebijakan pemberdayaan koperasi dan UMKM
sebagaimana uraian di atas, maka diperlukan strategi pada tatanan makro, meso, dan mikro
melalui implementasi program-program pemberdayaan koperasi dan UMKM berikut ini.
1. Penciptaan Iklim Usaha Bagi UMKM
Tujuan program ini adalah untuk memfasilitasi terselenggaranya lingkungan usaha
yang efisien secara ekonomi, sehat dalam persaingan, dan nondiskriminatif bagi
kelangsungan dan peningkatan kinerja usaha UMKM, sehingga dapat mengurangi
beban administratif, hambatan usaha dan biaya usaha, serta meningkatkan rata-rata
skala usaha, mutu layanan perizinan/pendirian usaha, dan partisipasi stakeholders
dalam pengembangan kebijakan UMKM.
Program ini memuat kegiatan-kegiatan pokok sebagai berikut:
a. Penyempurnaan peraturan perundangan, seperti Undang-Undang tentang
Usaha Kecil dan Menengah dan Undang-Undang tentang Wajib Daftar
Perusahaan beserta ketentuan pelaksanaannya, dalam rangka membangun
landasan legalitas usaha yang kuat dan melanjutkan penyederhanaan
birokrasi, perizinan, lokasi, serta peninjauan terhadap peraturan perundangan
lainnya yang kurang kondusif bagi UMKM, termasuk peninjauan terhadap
pemberlakuan berbagai pungutan biaya usaha, baik sektoral maupun spesifik
daerah;
b. Fasilitasi dan penyediaan kemudahan dalam formalisasi badan usaha;
c. Peningkatan kelancaran arus barang, baik bahan baku maupun produk, dan
jasa yang diperlukan seperti kemudahan perdagangan antardaerah dan
pengangkutan;
d. Peningkatan kemampuan aparat dalam melakukan perencananaan dan
penilaian regulasi kebijakan dan program;
Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

27
e. Pengembangan pelayanan perizinan usaha yang mudah, murah, dan cepat,
termasuk melalui perizinan satu atap bagi UMKM, pengembangan unit
penanganan pengaduan serta penyediaan jasa advokasi/mediasi yang
berkelanjutan bagi UMKM;
f. Penilaian dampak regulasi/kebijakan nasional dan daerah terhadap
perkembangan dan kinerja UMKM, dan pemantauan pelaksanaan kebijakan/
regulasi;
g. Peningkatan kualitas penyelenggaraan koordinasi dalam perencanaan
kebijakan dan program UMKM dengan partisipasi aktif para pelaku dan
instansi terkait; dan
h. Peningkatan penyebarluasan dan kualitas informasi UMKM, termasuk
pengembangan jaringan pelayanan informasinya.\
2. Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi UMKM
Program ini bertujuan untuk mempemudah, memperlancar, dan memperluas akses
UMKM kepada sumberdaya produktif agar mampu memanfaatkan kesempatan
yang terbuka dan potensi sumberdaya lokal serta menyesuaikan skala usahanya
sesuai dengan tuntutan efisiensi. Sistem pendukung dibangun melalui
pengembangan lembaga pendukung/penyedia jasa pengembangan usaha yang
terjangkau, semakin tersebar, dan bermutu untuk meningkatkan akses UMKM
terhadap pasar dan sumberdaya produktif, seperti sumberdaya manusia, modal,
pasar, teknologi, dan informasi, termasuk mendorong peningkatan fungsi
intermediasi lembaga-lembaga keuangan bagi UMKM.
Kegiatan-kegiatan pokok dari program ini antara lain mencakup:
a. Penyediaan fasilitasi untuk mengurangi hambatan akses UMKM terhadap
sumberdaya produktif, termasuk sumberdaya alami;
b. Peningkatan peranserta dunia usaha/masyarakat sebagai penyedia jasa
layanan teknologi, manajemen, pemasaran, informasi, dan konsultan usaha
melalui penyediaan sistem insentif, kemudahan usaha, serta peningkatan
kapasitas pelayanannya;
c. Peningkatan kapasitas kelembagaan dan kualitas layanan lembaga keuangan
mikro (LKM) dan koperasi simpan pinjam/usaha simpan pinjam (KSP/USP),
antara lain melalui pemberian kepastian status badan hukum, kemudahan
dalam perizinan, insentif untuk pembentukan sistem jaringan antar-LKM dan
Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

28
antara LKM dan bank, serta dukungan terhadap peningkatan kualitas dan
akreditasi KSP/USP/LKM sekunder;
d. Perluasan sumber pembiayaan bagi koperasi dan UMKM, khususnya skim
kredit investasi bagi koperasi dan UMKM dan peningkatan peran lembaga
keuangan bukan bank, seperti perusahaan modal ventura, serta peran
lembaga penjaminan kredit koperasi dan UMKM nasional dan daerah,
disertai dengan pengembangan jaringan informasinya;
e. Peningkatan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan dana pengembangan
UMKM yang bersumber dari berbagai instansi pemerintah pusat, daerah, dan
BUMN;
f. Dukungan terhadap upaya mengatasi masalah kesenjangan kredit
(kesenjangan skala, formalisasi, dan informasi) dalam pendanaan UMKM;
g. Pengembangan sistem insentif, akreditasi, sertifikasi, dan perkuatan
lembaga-lembaga pelatihan serta jaringan kerjasama antarlembaga pelatihan;
h. Pengembangan dan revitalisasi unit pelatihan dan penelitian dan
pengembangan (litbang) teknis dan informasi milik berbagai instansi
pemerintah pusat dan daerah untuk berperan sebagai lembaga pengembangan
usaha bagi UMKM; dan
i. Dukungan terhadap upaya penguatan jaringan pasar produk UMKM dan
anggota koperasi, termasuk pasar ekspor, melalui pengembangan lembaga
pemasaran, jaringan usaha termasuk kemitraan usaha, dan pengembangan
sistem transaksi usaha yang bersifat on-line, terutama bagi komoditas
unggulan berdaya saing tinggi.
3. Pengembangan Kewirausahaan Dan Keunggulan Kompetitif Ukm
Program ini ditujukan untuk mengembangkan jiwa dan semangat kewirausahaan
dan meningkatkan daya saing UMKM, sehingga pengetahuan serta sikap
wirausaha semakin berkembang dan produktivitas meningkat; wirausaha baru
berbasis pengetahuan dan teknologi meningkat jumlahnya, dan ragam produk-
produk unggulan UMKM semakin berkembang.
Kegiatan-kegiatan pokok dari program ini antara lain mencakup:
a. Pemasyarakatan kewirausahaan, termasuk memperluas pengenalan dan
semangat kewirausahaan dalam kurikukulum pendidikan nasional dan
pengembangan sistem insentif bagi wirausaha baru, terutama yang berkenaan
Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

29
dengan aspek pendaftaran/izin usaha, lokasi usaha, akses pendanaan,
perpajakan, dan informasi pasar;
b. Penyediaan sistem insentif dan pembinaan serta fasilitasi untuk memacu
pengembangan UKM berbasis teknologi, termasuk wirausaha baru berbasis
teknologi, terutama UKM berorientasi ekspor, subkontrak/penunjang,
agribisnis/agroindustri, dan yang memanfaatkan sumberdaya lokal;
c. Penyediaan sistem insentif dan pembinaan untuk meningkatkan kesadaran
UKM tentang HaKI dan pengelolaan lingkungan yang disertai upaya
peningkatan perlindungan HaKI milik UKM;
d. Fasilitasi dan pemberian dukungan serta kemudahan untuk pengembangan
jaringan lembaga pengembangan kewirausahaan;
e. Fasilitasi dan pemberian dukungan serta kemudahan untuk pengembangan
inkubator teknologi dan bisnis, termasuk dengan memanfaatkan fasilitas
penelitian dan pengembangan pemerintah pusat/daerah dan melalui
kemitraan publik, swasta, dan masyarakat;
f. Fasilitasi dan pemberian dukungan serta kemudahan untuk pengembangan
kemitraan investasi antar-UKM, termasuk melalui aliansi strategis atau
investasi bersama (joint investment) dengan perusahaan asing dalam rangka
mempercepat penguasaan teknologi dan pasar;
g. Fasilitasi dan pemberian dukungan serta kemudahan untuk pengembangan
jaringan produksi dan distribusi melalui pemanfaatan teknologi informasi,
pengembangan usaha kelompok dan jaringan antar-UMKM dalam wadah
koperasi serta jaringan antara UMKM dan usaha besar melalui kemitraan
usaha; dan
h. Pemberian dukungan serta kemudahan terhadap upaya peningkatan kualitas
pengusaha mikro, kecil, dan menengah, termasuk wanita pengusaha, menjadi
wirausaha tangguh yang memiliki semangat koperatif.
4. Pemberdayaan Usaha Skala Mikro
Program ini ditujukan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang bergerak
dalam kegiatan usaha ekonomi di sektor informal yang berskala usaha mikro, terutama
yang masih berstatus keluarga miskin dalam rangka memperoleh pendapatan yang tetap,
melalui upaya peningkatan kapasitas usaha, sehingga menjadi unit usaha yang lebih
Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

30
mandiri, berkelanjutan, dan siap untuk tumbuh serta bersaing. Program ini akan
memfasilitasi peningkatan kapasitas usaha mikro dan keterampilan pengelolaan usaha
serta sekaligus mendorong adanya kepastian, perlindungan, dan pembinaan usaha.
Program ini memuat kegiatan-kegiatan pokok antara lain mencakup:
a. Penyediaan kemudahan dan pembinaan dalam memulai usaha, termasuk
dalam perizinan, lokasi usaha, dan perlindungan usaha dari pungutan
informal;
b. Penyediaan skim-skim pembiayaan altematif tanpa mendistorsi pasar, seperti
sistem bagi hasil dari dana bergulir, sistem tanggung renteng, atau jaminan
tokoh masyarakat setempat sebagai pengganti agunan;
c. Penyelenggaraan dukungan teknis dan pendanaan yang bersumber dari
berbagai instansi pusat, daerah, dan BUMN yang lebih terkoordinasi,
profesional, dan institusional;
d. Penyediaan dukungan terhadap upaya peningkatan kapasitas kelembagaan
dan kualitas layanan lembaga keuangan mikro (LKM);
e. Penyelenggaraan pelatihan budaya usaha dan kewirausahaan, serta
bimbingan teknis manajemen usaha;
f. Penyediaan infrastruktur dan jaringan pendukung bagi usaha mikro serta
kemitraan usaha;
g. Fasilitasi dan pemberian dukungan untuk pembentukan wadah organisasi
bersama di antara usaha mikro, termasuk pedagang kaki lima, baik dalam
bentuk koperasi maupun asosiasi usaha lainnya, dalam rangka meningkatkan
posisi tawar dan efisiensi usaha;
h. Penyediaan dukungan pengembangan usaha mikro tradisional dan perajin
melalui pendekatan pembinaan sentra-sentra produksi/klaster disertai
dukungan penyediaan infrastruktur yang makin memadai; dan
i. Penyediaan dukungan dan kemudahan untuk pengembangan usaha ekonomi
produktif bagi usaha mikro/sektor informal dalam rangka mendukung
pengembangan ekonomi pedesaan, terutama di daerah tertinggal dan
kantong-kantong kemiskinan.
5. Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas kelembagaan dan organisasi
koperasi agar koperasi mampu tumbuh dan berkembang secara sehat, sesuai dengan
Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

31
jatidirinya menjadi wadah kepentingan bersama bagi anggotanya untuk memperoleh
efisiensi kolektif, sehingga citra koperasi menjadi semakin baik. Dengan demikian,
diharapkan kelembagaan dan organisasi koperasi, baik primer maupun sekunder, akan
tertata dan berfungsi dengan baik; infrastruktur pendukung pengembangan koperasi
semakin lengkap dan berkualitas; lembaga gerakan koperasi semakin berfungsi efektif dan
mandiri; serta praktik berkoperasi yang baik (best practice) semakin berkembang di
kalangan masyarakat luas.
Kegiatan-kegiatan pokok dari program ini antara lain mencakup:
a. Penyempurnaan undang-undang tentang koperasi beserta peraturan
pelaksanaannya;
b. Peninjauan dan penyempurnaan terhadap berbagai peraturan perundangan
lainnya yang kurang kondusif bagi koperasi;
c. Koordinasi dan pemberian dukungan dalam rangka penyempurnaan
kurikulum pendidikan perkoperasian di sekolah-sekolah;
d. Penyuluhan perkoperasian kepada masyarakat luas yang disertai dengan
pemasyarakatan contoh-contoh koperasi sukses yang dikelola sesuai dengan
nilai-nilai dan prinsip-prinsip koperasi;
e. Peningkatan kualitas administrasi dan pengawasan pemberian badan hukum
koperasi;
f. Pemberian dukungan untuk membantu perkuatan dan kemandirian lembaga
gerakan koperasi;
g. Pemberian dukungan dan kemudahan kepada gerakan koperasi untuk
melakukan penataan dan perkuatan organisasi serta modernisasi manajemen
koperasi primer dan sekunder untuk meningkatkan pelayanan anggota;
h. Pemberian dukungan dan kemudahan untuk pengembangan infrastruktur
pendukung pengembangan koperasi di bidang pendidikan dan pelatihan,
penyuluhan, penelitian dan pengembangan, keuangan dan pembiayaan,
teknologi, informasi, promosi, dan pemasaran;
i. Pengembangan sisten pendidikan, pelatihan dan penyuluhan perkoperasian
bagi anggota dan pengelola koperasi, calon anggota dan kader koperasi,
terutama untuk menanamkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip koperasi dalam
kehidupan koperasi, yang mengatur secara jelas adanya pembagian tugas dan
tanggung jawab antara pemerintah dan gerakan koperasi;
Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

32
j. Penyediaan insentif dan fasilitasi dalam rangka pengembangan jaringan
kerjasama usaha antarkoperasi;
k. Peningkatan kemampuan aparat di pusat dan daerah dalam melakukan
penilaian dampak regulasi, kebijakan, dan program pembangunan koperasi;
dan
l. Peningkatan kualitas penyelenggaraan koordinasi dalam perencanaan,
pengendalian, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan program
pemberdayaan koperasi dengan partisipasi aktif para pelaku dan instansi
terkait.
Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

33
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan Koperasi mempunyai peran yang
cukup besar dalam pembangunan perekonomian nasional, oleh karena selain berperan
dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam
pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Peranan usaha kecil dan koperasi tersebut
menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan pembangunan
Dengan adanya kebijakan dan dukungan yang lebih besar seperti perijinan,
teknologi, struktur, manajemen, pelatihan dan pembiayaan, UMKM dan begitu halnya
dengan Koperasi, diharapkan dapat berkembang pesat. Perkembangan UMKM diharapkan
dapat bersaing sehat dengan pasar besar di tengah bebasnya pasar yang terjadi saat ini.
Selain itu, UMKM dan Koperasi diharapkan untuk dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat, membuka kesempatan kerja, dan memakmurkan masyarakat secara
keseluruhan sehingga terciptanya kekompetitifan dan stabilitas perekonomian Indonesia
yang baik.
Peran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam perekonomian Indonesia
paling tidak dapat dilihat dari : (1) kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan
ekonomi di berbagai sektor, (2) penyedia lapangan kerja yang terbesar, (3) pemain penting
dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat, (4) pencipta
pasar baru dan sumber inovasi, serta (5) sumbangannya dalam menjaga neraca
pembayaran melalui kegiatan ekspor. Posisi penting ini sejak dilanda krisis belum
semuanya berhasil dipertahankan, sehingga pemulihan ekonomi belum optimal.
Pengembangan UMKM perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari
pemerintah maupun masyarakat agar dapat berkembang luas dan lebih kompetitif bersama
pelaku ekonomi lainnya. Kebijakan pemerintah ke depan perlu diupayakan lebih kondusif
bagi tumbuh dan berkembangnya UMKM. Pemerintah perlu meningkatkan perannya
dalam memberdayakan UMKM disamping mengembangkan kemitraan usaha yang saling
menguntungkan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil, dan membantu
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusianya.
Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

34
5.2 Saran
Sektor usaha UMKM dan Koperasi merupakan salah satu penggerak terbesar dalam
perekonomian nasional. Dimana Sebagian besar jumlah penduduk Indonesia
berpengharapan dan berkecimpung pada sektor UMKM tersebut. Hal ini didukung dengan
banyaknya fakta yang ditemukan bahwa sebagian besar jumlah penduduk Indonesia
berpendidikan rendah, tetapi masih memiliki jiwa kreatif dan mau berusaha mencari
kehidupan yang layak untuk bertahan hidup dengan terjun ke dalam kegiatan usaha kecil
baik di sektor tradisional maupun modern.
Hal ini harus menjadi perhatian serius oleh pemerintah karena mereka-mereka yang
berusaha di kegiatan mikro, kecil, dan menengah dan juga halnya dengan kegiatan
koperasi, akan memberikan multiplier effect yang besar dalam menggerakkan roda
perekonomian.
Pemerintah dalam hal ini harus mampu mengeluarkan kebijakan yang mendukung;
misalnya berupa bantuan dana investasi - berupa modal bagi pengusaha UMKM, dan
Koperasi, dan juga hal lainnya mengenai birokrasi, sehingga para pendagang, Pengrajin,
dan Pengusaha Rumah Tangga Lainnya yang bergerak pada sektor UMKM tidak terbentur
dengan peraturan yang ujung-ujungnya menyulitkan dan memberatkan mereka.
Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

35
DAFTAR PUSTAKA
http://igamuhammad.blogspot.com/2012/01/peranan-koperasi-dalam-perekonomian.html
http://delseikdepalin.blogspot.com/p/peran-koperasi-dalam-perekonomian.html
http://michaeltholense.blogspot.com/2012/11/1.html
http://anissyafitri.blogspot.com/2012/10/peran-ukm-terhadap-perekonomian-nasional.html
Anonymous. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
__________. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Kecil.
__________. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2004-2009.
Kementerian Koperasi dan UKM. Rencana Strategis Pembangunan Koperasi dan UMKM Periode Tahun 2004 – 2009. Jakarta. 2004.
Kementerian Koperasi dan UKM. Laporan Kinerja Kementerian Koperasi dan UKM Periode Tahun 2001 – 2004. Jakarta. 2004.
Kementerian Koperasi dan UKM. Rencana Program Kementerian Koperasi dan UKM Periode Tahun 2004 – 2009. Jakarta. 2004.
Kementerian Koperasi dan UKM dan BPS. Pengukuran dan Analisis Ekonomi Kinerja Penyerapan Tenaga Kerja, Nilai Tambah Usaha Kecil dan Menengah, serta Peranannya Menurut Harga Berlaku dan Harga Konstan. Jakarta. 2005.
Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional