Ulumu-l-Qur'an Nasikh wa Mansukh

17
ULUMUL QURAN ILMU NASIKH DAN MANSUKH Pembimbing : Ust. Supriyadi S Ag MA Oleh : Achmad Boys Awaluddin Rifai Program Studi Muamalah Sekolah Tinggi Agama Islam Asy-syukriyah Kota Tangerang 1

description

Nasikh menurut bahasa ialah hukum syara’ yang menghapuskan, menghilangkan, atau memindahkan atau juga yang mengutip serta mengubah dan mengganti.

Transcript of Ulumu-l-Qur'an Nasikh wa Mansukh

Page 1: Ulumu-l-Qur'an Nasikh wa Mansukh

ULUMUL QURAN

ILMU NASIKH DAN MANSUKH

Pembimbing : Ust. Supriyadi S Ag MA

Oleh :

Achmad Boys Awaluddin Rifai

Program Studi Muamalah

Sekolah Tinggi Agama Islam

Asy-syukriyah

Kota Tangerang

1

Page 2: Ulumu-l-Qur'an Nasikh wa Mansukh

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas berkat dan

limpahan rahmatnyalah maka saya boleh menyelesaikan sebuah karya tulis dengan tepat waktu.

Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "Ilmu Nasikh dan

Mansukh, salah satu Ulumul Qur’an", yang menurut saya dapat memberikan manfaat yang besar

bagi kita untuk mempelajari bagaimana memahami Al-Qur’an.

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila

mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau

menyinggu perasaan pembaca.

Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga

Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.

Tangerang, 07 Januari 2014

Achmad Boys Awaluddin Rifa’i

2

Page 3: Ulumu-l-Qur'an Nasikh wa Mansukh

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

BAB II RUMUSAN MASALAH . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

BAB III PEMBAHASAN

1. Pengertian Nasikh dan Mansukh . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

2. Dasar-dasar Penetapan Nasikh dan Mansukh . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6

3. Rukun dan Syarat Naskh . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7

4. Bentuk-bentuk dan Macam-macam Naskh dalam Al-Qur’an . . . . . . . . . . . . 7

BAB IV KESIMPULAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11

BAB V PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11

DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12

3

Page 4: Ulumu-l-Qur'an Nasikh wa Mansukh

I. PENDAHULUAN

Salah satu tema Ulumul Qur’an yang mengundang pendapat para Ulama mengenai

nasikh wal mansukh. Perbedaan pendapat Ulama’ dalam menetapkan ada atau

tidaknya ayat-ayat mansukh (dihapus) dalam Al-Qur’an, antara lain disebabkan

adanya ayat-ayat yang tampak kontra diksi bila dililhat dari lahirnya. Sebagian

Ulama’ berpendapat bahwa ayat-ayat tersebut, ada yang tidak bisa dikompromikan,

dan ada juga yang keseluruhan ayatnya bisa dikompromikan.Oleh karena itu, para

Ulama’ menerima teori nasikh (penghapusan) dalam Al-Qur’an.

Ulama-ulama klasik yang menerima penghapusan dalam Al-Qur’an ternyata tidak

sepakat dalam menentukan mana ayat yang menghapus (nasikh) dan mana yang ayat

yang dihapus (mansukh). Dikalangan Ulama’ klasik terdapat kecenderungan bahwa

untuk menekan jumlah ayat yang dihapus hingga mencapai bilangan yang fantastis.

II. RUMUSAN MASALAH

A. Apakah pengertian Nasikh wal Mansukh ?

B. Bagaimana Dasar-dasar penetapan Nasikh wal Mansukh ?

C. Apa saja Rukun dan Syarat Nasikh?

D. Bentuk-bentuk dan Macam-macam Naskh dalam Al-Qur’an

4

Page 5: Ulumu-l-Qur'an Nasikh wa Mansukh

III. PEMBAHASAN

A. Pengertian Nasikh dan Mansukh

Nasikh menurut bahasa ialah hukum syara’ yang menghapuskan, menghilangkan,

atau memindahkan atau juga yang mengutip serta mengubah dan mengganti.

Adapun makna Nasikh menurut para Ulama’ secara bahasa ada empat (4) yaitu :

1. Izalah (menghilangkan), seperti dalam ayat berikut :

امنيته في الشيطن القى اذاتمنى ال ا نبي وال رسول من قبلك من سلنا ار وما

الحج ( : ) حكيم عليم والله ايته الله يحكم ثم الشيطن يلقي ما الله فينسخ

Artinya :“Dan kami tidak mengutus sebelum kamu seorang Rasul pun,

melainkan apabila ia mempunyai suatu keinginan, setan pun memasukkan

godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang

dimasukkan oleh setan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah

Maha Mengetahui Lagi Maha Bijaksna.”(Qs.Al-hajj : 52)

2. Tabdil (penggantian), seperti dalam ayat berikut :

اكثرهم بل مفةر انت انما قالوا ينزل بما اعلم والله اية مكان اية لنا بد واذا

. اليعلمون

Artinya :“Dan Apabila kami letakkan suatu ayat ditempat ayat lain sebagai

penggantinya padahal Allah lebih mengetahui apa yang diturunkan-Nya,

mereka berkata, ‘Sesungguhnya kamu adalah orang yang mengada-adakan

saja’. Bahkan, kebanyakan mereka tiada mengetahui.”(QS. An-Nahl: 101).

3. Tahwil (memalingkan), seperti tanasukh Al-mawarist, artinya memalingkan

pusaka dari seseorang kepada orang lain.

4. Naql (memindahkan dari satu tempat ketempat yang lain), seperti nasakhtu

Al-Kitaaba, yakni mengutip atau memindahkan isi kitab tersebut berikut

lafazh dan tulisannya. Sebagian ulama’ menolak makna keempat ini, dengan

alasan bahwa sinasikh tidak dapat mendatangkan lafazh yang di-mansukh itu,

tetapi hanya mendatangkan lafazh lain.

5

Page 6: Ulumu-l-Qur'an Nasikh wa Mansukh

Adapun dari segi terminologi, para ulama’ mendefinisikan naskh dengan, para

ulama’ mendefinisikan naskh dengan “raf’u Al-hukm Al-syar’I “(menghapuskan

hukum syara’ dengan dalil syara’ yang lain). Terminologi menghapuskan dalam

definisi tersebut adalah terputusnya hubungan hukum yang dihapus dari seorang

mukalaf, dan bukan terhapusnya substansi hukum itu sendiri.

Sedangkan, Mansuhk menurut bahasa ialah sesuatu yang di hapus atau

dihilangkan atau dipindah atau disalin atau dinukil. Sedangkan menurut istilah

para ulama’ ialah hukum syara’ yang diambil dari dalil syara’ yang sama, yang

belum diubah dengan di batalkan dan diganti dengan hukum syara’ yang baru

yang datang kemudian.

Tegasnya, dalam mansuhk itu adalah berupa ketentuan hukum syara’ pertama

yang telah diubah dan diganti dengan yang baru, karena adanya perubahan situasi

dan kondisi yang menghendaki perubahan dan penggantian hukum tadi.

B. Dasar- Dasar Penetapan Nasikh dan Mansukh

Manna’ Al-Qaththan menetapkan tiga dasar untuk menegaskan bahwa suatu ayat

dikatakan nasikh (menghapus) ayat lain mansukh (dihapus). Ketiga dasar adalah:

1. Melalui pentransmisian yang jelas (An-naql Al-sharih ) dari Nabi

atau para sahabatnya, seperti hadits : Artinya : Aku dulu melarang

kalian berziarah kubur, sekarang berziarahlah.

2. Melalui kesepakatan umat bahwa ayat ini nasikh dan ayat itu

mansukh

3. Melalui studi sejarah, mana ayat yang lebih belakang turun,

sehingga disebut nasikh, dan mana yang duluan turun, sehingga

disebut mansukh Al-Qaththan menambahkan bahwa nasikh tidak

bisa ditetapkan melalui prosedur ijtihad, pendapat ahli tafsir,

karena adanya kontradiksi antara beberapa dalil bila dilihat dari

lahirnya, atau belakangnya keislaman salah seorang dari pembawa

riwayat.

6

Page 7: Ulumu-l-Qur'an Nasikh wa Mansukh

C. Rukun dan Syarat Nasikh

Rukun Nasikh sebagai berikut:

1. Adat nasikh adalah pernyataan yang menunjukkan adanya pembatalan hukum

yang telah ada.

2. Nasikh, yaitu dalil kemudian yang menghapus hukum yang telah ada. Pada

hakikatnya, nasikh itu berasal dari Allah, karena Dialah yang membuat hukum

dan Diapulalah yang menghapusnya.

3. Mansukh, yaitu hukum yang dibatalkan, dihapuskan, atau dipindahkan.

4. Mansukh’anhu, yaitu orang yang dibebani hukum.

Adapun syarat-syarat nasikh adalah:

Yang dibatalkan adalah hukum syara’

Pembatalan itu datangnya dari tuntutan syara’

Pembatalan hukum tidak disebabkan oleh berakahirnya waktu

pemberlakuan hukum, seperti perintah Allah tentang kewajiban berpuasa

tidak berarti di nasikh setelah selesai melaksanakan puasa tersebut.

Tuntutan yang mengandung nasikh harus datang kemudian.

D. Bentuk-Bentuk dan Macam-Macam Naskh dalam AL-Qur’an

Berdasarkan kejelasan dan cakupanya, naskh dalam Al-Qur’an dibai menjadi

empat macam yaitu:

1. Naskh Sharih, yaitu ayat yang secara jelas menghapus hukum yang terdapat

pada ayat yang terdahulu. Misal ayat tentang perng (qital) pada ayat 65 surat

Al-Anfal(8) yang mengharuskan satu orang muslim melawan sepuluh orang

kafir :

يخلبوا برون صا عشرون منكم يكن ان القتال على المؤمنين حرض النبي يها يا

. اليفقهون قوم نهم با كفروا الذين من الفا يخلبوا مائة منكم يكن وان مائتين

االنفال( : )

7

Page 8: Ulumu-l-Qur'an Nasikh wa Mansukh

Artinya :“Hai Nabi, korbankanlah semangat orang mukmin untuk berperang

jika ada dua puluh orang yang sabar diantara kamu, pasti mereka akan dapat

mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang

sabar) diantara kamu, mereka dapat mengalahkan seribu kafir, sebab oang-

orang kafir adalah kaum-kaum yang tidak mengerti. “ ( QS.Al-Anfal : 65 )

Dan menurut jumhur ulama’ ayat ini di-naskh oleh ayat yang mengharuskan

satu orang mukmin melawan dua orang kafir pada ayat 66 dalam surat yang

sama :

ما يغلبوا برة صا ئة ما منكم يكن ن فا ضعفا فيكم ان وعلم عنكم الله خفف الئن

االنفال . ( : ) الصبرين مع والله الله ن باذ يغلبواالفين الف منكم يكن وان ئتين

Artinya :“ Sekarang Allah telah meringankankamu dan mengetahui pula

bahwa kamu memiliki kelemahan. Maka jika ada diantara kamu seratus

orang yang sabar, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang kafir,

dan jika diantar kamu terdapat seribu orang (yang sabar), mereka akan

dapat mengalahkan dua ribu orang kafir.” ( QS.Al-Anfal : 66 )

2. Naskh dhimmy, yaitu jika terdapat dua naskh yang saling bertentangan dan

tidak dikompromikan, dan keduanya turun untuk sebuah masalah yang sama,

serta keduanya diketahui waktu turunya, ayat yang datang kemudian

menghapus ayat yang terdahulu. Misalnya, ketetapan Allah yang mewajibkan

berwasiat bagi orang-orang yang akan mati yang terdapat dalam surat Al-

Baqarah (2):

واالاقربين للوالدين خيراءلوصية ترك ان الموت اذاحضراحدكم عليكم كتب

البقرة . ( : ) المتقين حقاعلى بالمعروف

Artinya :“ Diwajibkan atas kamu, apabila seseorang diantara kamu

kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak,

untuk berwasiat bagi ibu bapak serta karib kerabatnya secara ma’ruf.“

Ayat ini di-naskh oleh suatu hadist yang mempunyai arti tidak ada wasiat

bagi ahli waris.

3. Naskh kully, yaitu menghapus hukum yang sebelumnya secara keseluruhan.

Contohnya, ‘iddah empat bulan sepuluh hari pada surat Al-Baqarah (2) 234

8

Page 9: Ulumu-l-Qur'an Nasikh wa Mansukh

di-naskh oleh ketentuan ‘iddah satu tahun pada ayat 240 dalam surat yang

sama.

4. Naskh juz’i, yaitu menghapus hukum umum yang berlaku pada semua

individu dengan hukum yang hanya berlaku bagi sebagian individu,atau

menghapus hukum yang bersifat muthlaq dengan ukum yang muqayyad.

Contohnya, hukum dera 80 kali bagi orang yang menuduh seorang wanita

tanpa adanya saksi pada surat An-Nur (24) ayat 4, dihapus oleh ketentuan

li’an, bersumpah empat kali dengan nama Allah, jika sipenuduh suami yang

tertuduh, pada ayat 6 dalam surat yang sama.

Dilihat dari segi bacaan dan hukumnya, mayoritas ulama membagi naskh menjadi

tiga macam yaitu:

1. Penghapusan terhadap hukum (hukm) dan bacaan (tilawah) secara bersamaan.

Ayat-ayat yang terbilang kategori ini tidak dibenarkan dibaca dan diamalkan.

Misal sebuah riwayat Al Bukhori Muslim yaitu hadis Aisyah R.A.

الله صلى الله فيرسول فتو معلومات رضعات عشر القران من أنزل فيما كان

القران من يقرأ فيما وهن وسلم عليه

Artinya :“ Dahulu termasuk yang diturunkan (ayat Al-qur’an) adalah sepuluh

radaha’at (isapan menyusu) yang diketahui, kemudian di naskh oleh lima

(isapan menyusu) yang diketahui. Setelah rasulullah wafat, hukum yang

terakhir tetap dibaca sebagai bagian Al-qur’an. “

2. Penghapusan terhadap hukumnya saja sedangkan bacaanya tetap ada.

Misalnya ayat tentang mendahulukan sedekah ( QS.Mujadalah : 12 )

لك ذ صدقة نجوكم يدي موابين فقد الرسول ناجيتم اذا امنوا يايهاالذين

المجادلة . ( : ) غفوررحيم الله فان تجدوا لم فان خيرلكمواطهر

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan

pembicaraan khusus dengan Rasul, hendaknya kamu mengeluarkan sedekah

(kepada orang miskin) sebelum pembicaraan itu. Yang demikian itu adalah

lebih baik bagimu dan lebih bersih, jika kamu tiada memperoleh (yang akan

disedekahkan) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun Lagi Maha

Penyayang “ ( QS.Mujadilah : 12 )

9

Page 10: Ulumu-l-Qur'an Nasikh wa Mansukh

Ayat ini di Naskh oleh surat yang sama ayat 13 :

عليكم الله فاذلمتفعلواوتاب صدقت كم نجو يدي بين تقدموا ان ءاشفقتم

. تعملون خبيربما والله ورسوله واطيعواالله واتواالزكوة فاقيمواالصلوة

المجادلة( : )

Artinya :“ Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu

memberikan sedekah sebelum pembicaraan dengan Rasul?maka jika kamu

tiada memperbuatnya dan Allah telah memberi tobat kepadamu, maka

dirikanlah salat, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya,

dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. “ ( QS.Al-Mujadilah :

13 )

3. Penghapusan terhadap bacaan saja, sedangkan hukumnya tetap berlaku.

Contoh kategori ini biasanya diambil dari yat rajam. Mula-mula ayat rajam

ini terbilang ayat Al-Qur’an. Ayat yang dinyatakan mansukh bacaanya,

sementara hukumnya tetap berlaku itu adalah :

فارجموهما والشيخة أذازناالشيخ

Artinya :“ Jika seorang pria tua dan wanita tua berzina, maka rajamlah

keduanya“

Cerita tentang ayat orang tua berzina diataas diturunkan berdsarkan riwayat

Ubay bin Ka’ab bin Abu Umamah bin Sahl menurunkan bunyi yang bernada

mengenai ayat yang dianggap bacaanya mansukh itu. Umamah mengatakan

bahwa Rasulullah telah mengajarkan kami membaca ayat rajam :

الذة من بماقضيا البتة فارجموهما والشيخة . الشيخ

Artinya :“ Seorang pria tua dan seorang wanita tua, rajamlah mereka

lantaran apa yang mereka perbuat dalam bentuk kelezatan (zina).”

10

Page 11: Ulumu-l-Qur'an Nasikh wa Mansukh

IV. KESIMPULAN

Naskh adalah menghapus atau menghilangkan suatu perkaradengan perkara lain

didalam naskh ada dua perkara yakni nasikh dan mansukh. Nasikh adalah perkara

yang menghilangkan perkara lain, sedangkan Mansukh adalah perkara yang

dihilangkan oleh perkara lain dan diperbolehkan menaskhkan ayat Al-qur’an dengan

Al-qur’an, Al-qur’an dengan hadist, hadist dengan hadist, dan hadist dengan Al-

qur’an.

V. PENUTUP

Demikian makalah yang dapat saya susun dan kami sangat menyadari makalah ini

jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan

pengembangan sangat saya harapkan, bisa dikirim ke alamat email

[email protected] . Dan semoga ini dapat menambah pengetahuan kita dan

bermanfaat. Amin.

11

Page 12: Ulumu-l-Qur'an Nasikh wa Mansukh

DAFTAR PUSTAKA

http://nactavyanawa.blogspot.com/2013/05/makalah-ulumul-quran-tentang-nasikh-wal.html

QuraishShihab, Membumikan Al-Qur’an, Mizan, Bandung, 1992, hlm 143

Jalaludin As-Suyuthi, Al-itqan fi ‘Ulum Al-Qur’an, Dar Al-Fikr, Beirut,t.t.,Jilid II,20

Muhammad ‘Abd Al-‘AzhimAz-Zarqani, Manahil Al-‘Irfan, Dar al-Fikr, Beirut,t.t.,Jilid II, hlm

71.

Ash-Suyudhi, op. Cit., jilid II, hlm. 22; Ash-Shabuni, op. Cit., hlm. 103; Al-Qhatan, op. Cit.,

hlm. 238-239.

12