ulasan cerita film pendek.docx

2
Media Televisi dan Video Tugas ke-1 Ulasan cerita: Cerita tentang seorang gadis SMP yang kehilangan liontin peninggalan ibunya ketika tersandung di perjalanan pulang sekolah. Liontin tersebut lalu ditemukan oleh seorang kakek penjaga warung kecil dekat peristiwa itu. Sebagai ucapan terimakasih gadis itu jajan dagangan si kakek. Ketika sedang memilih jajanan si gadis melihat secarik kertas didekat etalase kue. Kertas tersebut berisi sketsa wajah seorang ibu. Karena mengingatkan akan sosok ibunya yang sudah meninggal ia mengambilnya dan menanyakan berapa harga sketsa tersebut kepada si kakek. Tiba-tiba muncul anak laki-laki seumurannya dari luar warung sambil merebut kertas yang ada di tangan gadis itu. Anak laki-laki tersebut adalah cucu si kakek sekaligus pembuat karya itu. Ia meremas kertas tersebut menjadi berbentuk bola tidak beraturan lalu membuangnya ke tong sampah. Ia tidak mau menjualnya karena baginya sebuah gambar tidak pantas dibayar dengan uang. Ia berpikiran seperti itu karena guru-gurunya selalu memarahinya ketika kedapatan sedang menggambar, bukannya belajar. Si gadis yang tidak setuju dengan hal tersebut mencoba membalikkan pemikiran yang dimiliki si anak laki-laki. Si gadis mengeluarkan secarik kertas lalu menuliskan sesuatu diatasnya kemudian menyelipkan beberapa lembar uang ribuan lalu meremasnya seperti yang dilakukan anak laki-laki tadi terhadap karyanya. Diambil lah

description

mengisahkan tentang persahabatan dua anak yang terpisahkan oleh waktu namun dipertemukan kembai di masa depan

Transcript of ulasan cerita film pendek.docx

Page 1: ulasan cerita film pendek.docx

Media Televisi dan Video

Tugas ke-1

Ulasan cerita:

Cerita tentang seorang gadis SMP yang kehilangan liontin peninggalan ibunya ketika

tersandung di perjalanan pulang sekolah. Liontin tersebut lalu ditemukan oleh seorang kakek

penjaga warung kecil dekat peristiwa itu. Sebagai ucapan terimakasih gadis itu jajan

dagangan si kakek. Ketika sedang memilih jajanan si gadis melihat secarik kertas didekat

etalase kue. Kertas tersebut berisi sketsa wajah seorang ibu. Karena mengingatkan akan sosok

ibunya yang sudah meninggal ia mengambilnya dan menanyakan berapa harga sketsa

tersebut kepada si kakek. Tiba-tiba muncul anak laki-laki seumurannya dari luar warung

sambil merebut kertas yang ada di tangan gadis itu. Anak laki-laki tersebut adalah cucu si

kakek sekaligus pembuat karya itu. Ia meremas kertas tersebut menjadi berbentuk bola tidak

beraturan lalu membuangnya ke tong sampah. Ia tidak mau menjualnya karena baginya

sebuah gambar tidak pantas dibayar dengan uang. Ia berpikiran seperti itu karena guru-

gurunya selalu memarahinya ketika kedapatan sedang menggambar, bukannya belajar. Si

gadis yang tidak setuju dengan hal tersebut mencoba membalikkan pemikiran yang dimiliki si

anak laki-laki. Si gadis mengeluarkan secarik kertas lalu menuliskan sesuatu diatasnya

kemudian menyelipkan beberapa lembar uang ribuan lalu meremasnya seperti yang dilakukan

anak laki-laki tadi terhadap karyanya. Diambil lah buntelan kertas yang dibuang tadi oleh si

gadis lalu menukarkannya dengan buntelan kertas miliknya. Si gadis lalu membeli kue yang

dijual si kakek lalu pergi meninggalkan warung kecil itu sambil tersenyum.

Senyuman optimis terukir di wajah si anak laki-laki ketika membaca tulisan yang ada

dibuntelan kertas itu. “Karyamu itu sangat bagus, loh.. mengingatkanku akan ibuku yang

telah lama hilang. Aku tidak rugi membayar ‘sampah’mu itu dengan uang tabunganku.

Teruslah menggambar untukku, oke!”

Selang beberapa minggu mereka berdua semakin akrab karena hampir setiap hari si gadis

mengunjungi warung kecil itu untuk sekedar jajan atau melihat si anak laki-laki menggambar.

Si gadis terus memesan gambar ke anak laki-laki itu dan membayarnya. Sketsa keluarga

kucing, pemandangan, sepeda, liontin dan terakhir ia memesan sketsa foto keluarganya.

Dipinjamkannya foto keluarga yang ia miliki kepada anak laki-laki sebagai contohnya.

Page 2: ulasan cerita film pendek.docx

Perilaku si gadis akhirnya ketahuan oleh ayahnya. Si ayah murka karena menganggap

anaknya menghabiskan uang untuk hal yang sia-sia dan tidak bermanfaat. Kondisi keuangan

yang serba pas-pasan membuat si ayah menjadi kalap ketika mengetahui anaknya

menghambur-hamburkan uang. Akibatnya si gadis dilarang mampir lagi ke warung kecil itu.

10 tahun berlalu, si gadis sudah tumbuh dewasa. Kini ia berjualan di pasar untuk memenuhi