Ulasan pdrb 2011
-
Upload
septia-riani -
Category
Documents
-
view
167 -
download
3
Transcript of Ulasan pdrb 2011
ULASAN SINGKAT PERKEMBANGAN PDRB KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011
PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2011
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu
wilayah secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode
tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan
kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan
pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi
keberhasilan pembangunan ekonomi (Wikipedia Indonesia). Adam Smith
beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi sebenarnya bertumpu pada adanya
pertambahan jumlah penduduk. Dengan adanya pertambahan penduduk maka akan
terdapat pertambahan output atau hasil. Sedangkan Robert Solow berpendapat
bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan rangkaian kegiatan yang bersumber pada
manusia, akumulasi modal, pemakaian teknologi modern dan hasil atau output.
Adapun pertumbuhan penduduk dapat berdampak positif dan dapat berdampak
negatif. Oleh karenanya, menurut Robert Solow pertambahan penduduk harus
dimanfaatkan sebagai sumber daya yang positif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi antara lain
(Wikipedia Indonesia):
a. Faktor Sumber Daya Manusia
Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga
dipengaruhi oleh sumber daya manusia (SDM). Sumber daya manusia
merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat lambatnya
proses pembangunan tergantung kepada sejauh mana sumber daya manusianya
selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk
melaksanakan proses pembangunan.
b. Faktor Sumber Daya Alam
Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam
melaksanakan proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya alam
saja tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak
didukung oleh kemampaun sumber daya manusianya terutama dalam mengelola
sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya
1
kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan
kekayaan laut.
c. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong
adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula
menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak
kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas
pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada
percepatan laju pertumbuhan perekonomian.
d. Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi
yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong
proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan.
Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan
kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat
proses pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan
sebagainya.
e. Sumber Daya Modal
Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan
meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal
sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi
karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.
Salah satu tolok ukur perbaikan ekonomi suatu wilayah adalah pertumbuhan
PDRB atau yang lebih familiar dikatakan sebagai pertumbuhan ekonomi wilayah
tersebut. Pertumbuhan PDRB terbagi dua, yang pertama yaitu pertumbuhan PDRB
atas dasar harga (adh) berlaku, yakni pertumbuhan yang dihitung dengan harga
berlaku/ harga pasar, dan sering dikatakan sebagai pertumbuhan semu karena
didalamnya masih mengandung besaran inflasi. Yang kedua adalah pertumbuhan
PDRB atas dasar harga (adh) konstan, yang merupakan pertumbuhan riil atau
pertumbuhan sesungguhnya, karena mengabaikan kenaikan harga barang dan jasa.
Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sragen selama beberapa kurun waktu
terakhir dapat dipertahankan pada angka positif. Laju pertumbuhan perekonomian
yang positif ini merupakan hasil dari kerja keras seluruh perangkat perekonomian
1
baik dunia usaha maupun pemerintah daerah yang dapat memanfaatkan peluang
serta menentukan kebijakan dengan tepat. Tetapi ada beberapa aspek yang perlu
digarisbawahi terkait dengan pertumbuhan ekonomi terlepas dari berapa besar nilai
pertumbuhannya, yaitu ada pertumbuhan ekonomi yang baik, yaitu pertumbuhan
ekonomi pada sektor-sektor atau kegiatan ekonomi yang banyak menyerap tenaga
kerja, seperti sektor pertanian, sektor industri ataupun sektor ekonomi lainnya,
sehingga akan memiliki pengaruh ganda terutama didalam penyerapan tenaga kerja.
Dan pertumbuhan ekonomi yang kurang baik, ketika pertumbuhan ekonomi terjadi
pada sektor-sektor kurang bisa menyerap tenaga kerja.
Meskipun diwarnai ketidakpastian ekonomi global, ternyata PDB kita masih
bisa tumbuh sebesar 6,46% (angka sementara), sedangkan PDRB Jawa Tengah bisa
tumbuh sebesar 6,01%. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional maupun
regional Jawa Tengah, PDRB Kabupaten Sragen bisa tumbuh sebesar 6,53%.
Menurut harga konstan secara agregat terjadi pertumbuhan, dari Rp. 3.069.751,14
juta pada tahun 2010 naik menjadi Rp. 3.270.052,52 juta di tahun 2011 sehingga
mengalami laju pertumbuhan sebesar 6,53 % (tabel : 4.1 dan grafik 4.1 – 4.2), laju
pertumbuhan tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan tahun
2010 yang tercatat sebesar 6,09% dan juga lebih tinggi apabila dibandingkan
dengan pertumbuhan Provinsi Jawa Tengah maupun Nasional.
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
yang tumbuh sebesar 8,36 % disusul sektor Industri Pengolahan yang tumbuh
sebesar 8,05 %, dan sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang tumbuh sebesar
7,59 %. Sedangkan kenaikan terkecil dialami oleh sektor Pertanian yang tumbuh
hanya sebesar 4,00 %. Sektor Pertanian ini terus mngalami penurunan selama 3
tahun terakhir. Tetapi walaupun sektor Pertanian memiliki pertumbuhan terkecil di
tahun 2011 ini, tetapi peran sektor Pertanian masih cukup besar dalam mendorong
pergerakan ekonomi di Kabupaten Sragen. Komoditi-komoditi di sektor Pertanian
sebagian besar merupakan penggerak di sektor lainnya. Sebagai contoh, industri
penggilingan padi yang masuk di sektor Industri Pengolahan sangat mengandalkan
bahan baku berupa gabah.
Sedangkan laju pertumbuhan perekonomian atau besaran PDRB menurut
harga berlaku di Kabupaten Sragen pada tahun 2011 secara agregat mencapai
1
Rp 7.579.678.26 juta yang memperlihatkan adanya peningkatan apabila
dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar Rp. 6.695.256,97 juta, sehingga terjadi
kenaikan sebesar 13,21 % atau secara agregat naik sebesar Rp. 884.421,29 juta.
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pertumbuhan PDRB menurut harga
berlaku tahun 2011 lebih rendah jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan PDRB
menurut harga berlaku tahun 2010 yang tercatat sebesar 14,04 %. Pertumbuhan
PDRB adh berlaku tahun 2011, disamping disebabkan oleh tumbuhnya
produktifitas sektor-sektor ekonomi, juga didorong oleh kenaikan harga barang dan
jasa, hal ini bisa terlihat dari besaran inflasi PDRB yang tercatat sebesar 6,28 %
(tabel 5.12).
Pertumbuhan tertinggi menurut harga berlaku terjadi pada sektor Industri
Pengolahan yang tumbuh sebesar 14,72 %, diikuti sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran yang tumbuh sebesar 14,52 % dan sektor Jasa-Jasa yang tumbuh sebesar
13,94 %, sedangkan pertumbuhan terkecil terjadi pada sektor Bangunan yang
tumbuh sebesar 9,71 %. (tabel 5.9).
Tabel : 4.1. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATENSRAGEN TAHUN 2000 – 2011
Tahun
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku PDRB Atas Dasar Harga konstan
Nilai (juta Rp)% Pertum-
BuhanNilai (juta)
% Pertum-
buhan
(1) (2) (3) (4) (5)
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
1.907.231,61
2.140.956,11
2.396.061,90
2.699.973,28
3.059.653,15
3.497.324,94
4.042.561,37
4.512.415,74
5.170.914,12
5.871.144,81
6.695.257,97
7.579.678,26
-
12,25
11,92
12,68
13,32
14,30
15,59
11,62
14,59
13,54
14,04
13,21
1.907.231,61
1.963.635,72
2.030.754,79
2.104.533,13
2.208.294,40
2.322.239,43
2.442.570,43
2.582.492,48
2.729.450,33
2.893.427,21
3.069.751,14
3.270.052,52
-
2,96
3,42
3,63
4,93
5,16
5,18
5,73
5,69
6,01
6,09
6,53
1
Grafik : 4.1. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATENSRAGEN TAHUN 2000 – 2011
Grafik : 4.2. PERTUMBUHAN PDRB KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2000 – 2011
DISTRIBUSI PDRB
Distribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan gambaran
struktur ekonomi yang ada di suatu wilayah. Semakin besar nilainya memiliki arti
bahwa sektor tersebut semakin berperan didalam pembentukan perekonomian di
wilayah tersebut dan sebaliknya. Dari perjalanan waktu karena perubahan dan
perkembangan ekonomi, distribusi / penyebaran PDRB ke dalam berbagai sektor
akan selalu mengalami pergesaran.
1
Sebagai daerah agraris, perekonomian di Kabupaten Sragen masih sangat
didominasi oleh sektor pertanian, terutama pertanian tanaman pangan. Semoga ini
menjadi salah satu hal yang positif, dimana Rostow (1960) mengatakan bahwa
pembangunan ekonomi akan sustainable bila kemajuan industri dan jasa didukung
pertanian maju, karena sektor pertanian merupakan sektor penyerap terbesar
lapangan kerja.
Tabel 4.2. DISTRIBUSI PDRB KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011
S E K T O RDISTRIBUSI PDRB (%)
Harga Berlaku Harga Konstan
(1) (2) (3)
1. Pertanian2. Pertambangan dan Penggalian3. Industri Pengolahan4. Listrik, Gas dan Air Bersih5. Bangunan/Konstruksi6. Perdagangan, Hotel dan Restoran7. Pengangkutan dan Komunikasi8. Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan9. Jasa-Jasa
35,20 0,27 18,02 1,73 4,55 17,83 3,95 3,97
14,47
32,45 0,29 22,58 1,21 4,42 19,11 3,36 4,11
12,47
Sektor Pertanian, Industri Pengolahan dan sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran masih memberikan kontribusi yang dominan terhadap pembentukan
PDRB Kabupaten Sragen dalam beberapa tahun terakhir, hal ini terlihat dari indeks
distribusi PDRB. Pada tahun 2011, dari tabel 4.2 dan 5.3 serta grafik 4.3 – 4.4,
diperoleh gambaran sumbangan masing-masing sektor terhadap struktur ekonomi
di Kabupaten Sragen. Untuk PDRB menurut harga berlaku, sumbangan terbesar
masih di sektor Pertanian, yang tercatat sebesar 35,20 %, disusul sektor Industri
18,02 %, dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran memberikan andil sebesar
17,83 % serta sektor Jasa-Jasa memberikan sumbangan sebesar 14,47%. Sedangkan
sumbangan terkecil tercatat dari sektor Pertambangan dan Penggalian yakni
sebesar 0,27 %.
1
Grafik 4.3. DISTRIBUSI PDRB KABUPATEN SRAGEN ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2011
Sedangkan distribusi PDRB atas dasar harga konstan (tabel 4.2 dan 5.4),
sektor Pertanian masih memberikan sumbangan terbesar, yaitu sebesar 32,45 %
dari total PDRB, disusul sektor Industri Pengolahan dengan andil 22,58 % dan
sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang memberikan andil sebesar 19,11 %
serta sektor Jasa-Jasa memberi sumbangan sebesar 12,47 %. Sumbangan terkecil
masih dari sektor Pertambangan dan Penggalian yakni sebesar 0,29 %.
Grafik 4.4. DISTRIBUSI PDRB KABUPATEN SRAGENATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2011
Tidak ada yang mencolok pada perubahan distribusi PDRB pada beberapa
tahun terakhir. Kondisi ini menggambarkan bahwa fundamental perekonomian di
Kabupaten Sragen tidak banyak mengalami perubahan. Sektor Pertanian, Industri
serta sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dan Jasa-Jasa masih memberikan
1
kontribusi terbesar pada PDRB Kabupaten Sragen, pada distribusi PDRB atas dasar
harga berlaku keempat sektor tersebut menyumbang 85,52% dari total PDRB, dan
86,61% pada harga konstannya. Hal ini menunjukkan sektor tersebut masih
merupakan sektor unggulan yang memegang peranan penting di dalam
perekonomian Kabupaten Sragen .
Apabila kita bandingkan distribusi PDRB atas dasar harga berlaku beberapa
sektor di tahun 2011 dengan tahun sebelumnya (tabel 4.3), sektor Pertanian
mengalami penurunan, dari 35,36% di tahun 2010 menjadi 35,20% di tahun 2011
atau turun sebesar 0,16%. Sektor Industri Pengolahan juga mengalami peningkatan,
dari 17,79% di tahun 2010 menjadi 18,02% di tahun 2011 atau naik sebesar 0,23%.
Sedang sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mengalami peningkatan, dari
17,63% di tahun 2010 menjadi 17,83% di tahun 2011 atau naik sebesar 0,20%.
Disamping itu sektor Jasa-Jasa juga mengalami peningkatan, dari 14,38% di tahun
2010 menjadi 14,47% di tahun 2011 atau naik sebesar 0,09%.
Sedangkan perubahan distribusi PDRB atas dasar harga konstan tahun 2011
dengan tahun sebelumnya (tabel 4.3). Sektor Pertanian mengalami penurunan
kontribusi dari 33,24% di tahun 2010 menjadi 32,45% di tahun 2011 atau turun
sebesar 0,79%. Sektor Industri Pengolahan mengalami peningkatan, dari 22,26% di
tahun 2010 menjadi 22,58% di tahun 2011 atau naik sebesar 0,32%. Sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran juga mengalami peningkatan, dari 18,79% di
tahun 2010 menjadi 19,11% di tahun 2011 atau naik sebesar 0,32%. Sedangkan
sektor Jasa-Jasa juga mengalami peningkatan dari 12,37% di tahun 2010 menjadi
12,47% di tahun 2011, atau naik 0,10%.
Tabel : 4.3. DISTRIBUSI PROSENTASE SEKTOR DOMINAN PDRB KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2010 - 2011
SEKTOR USAHAHARGA BERLAKU PERUBAH
AN (%)HARGA KONSTAN PERUBAH
AN (%)2010 2011 2010 2011(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1.PERTANIAN2.INDUSTRI3.PERDAGANGAN4.JASA-JASA
35,3617,7917,6314,38
35,2018,0217,8314,47
-0,16 0,23
0,20 0,09
33,2422,2618,7912,37
32,4522,5819,1112,47
-0,790,320,320,10
JUMLAH 85,16 85,52 0,36 86,66 86,61 -0,05
1
Disamping terbagi ke dalam 9 sektor, PDRB juga bisa dikelompokan
berdasarkan atas output maupun input terjadinya proses produksi untuk masing-
masing sektor ekonomi. Pengelompokan tersebut adalah sektor primer apabila
output masih merupakan proses tingkat dasar, sektor sekunder yakni jika input
berasal langsung dari sektor primer dan output sudah melalui proses lebih dari
proses tingkat dasar, sedangkan sektor tersier apabila output lebih dominan pada
pelayanan/jasa.
1. Kelompok primer : Sektor pertanian dan pertambangan/penggalian2. Kelompok sekunder : Sektor industri, listrik / gas dan air bersih,
bangunan / kontruksi.3. Kelompok tersier : Sektor perdagangan, pengangkutan/komunikasi,
bank dan lembaga keuangan lainnya, pemerintahan umum/hankam dan jasa-jasa.
Tabel 4.4. DISTRIBUSI PROSENTASE KELOMPOK SEKTOR PDRB KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2010 - 2011
SEKTOR/LAPANGANUSAHA
HARGA BERLAKU PERUBAHAN
(%)
HARGA KONSTAN PERUBAHAN
(%)2010 2011 2010 2011
(1) (3) (3) (4) (6) (6) (70
1. KELOMPOK PRIMER2. KELOMPOK SEKUNDER3. KELOMPOK TERSIER
35,6424,2640,10
35,4724,3140,22
-0,170,05
0,12
33,5227,9038,57
32,7328,2139,05
-0,79 0,31 0,48
J U M L A H 100.00 100.00 xxxx 100.00 100.00 xxxx
Dari ketiga kelompok sektor pada tabel 4.4, pada tahun 2010 dan 2011,
baik harga berlaku maupun harga konstan terjadi penurunan andil di kelompok
primer dan peningkatan andil di kelompok sekunder maupun tersier, meskipun
relatif kecil.
PDRB PERKAPITA
Meskipun belum dapat mencerminkan tingkat pemerataan, PDRB perkapita
dapat dijadikan salah satu tolok ukur guna melihat keberhasilan pembangunan
perekonomian khususnya tingkat kemakmuran penduduk pada suatu wilayah secara
makro, sehingga tidak hanya keberhasilan pembangunan dari sisi aspek
pertumbuhan perekonomian suatu wilayah saja akan tetapi lebih jauh dapat dilihat
1
juga tingkat besarnya PDRB / pendapatan perkapita khususnya PDRB perkapita
menurut harga berlaku.
Tabel : 4.5. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PERKAPITA KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2000 – 2011
Tahun
PDRB Perkapita Menurut Harga Berlaku
PDRB Perkapita Menurut Harga Konstan
R u p i a h % Pertumbuhan
R u p i a h % Pertumbuhan
(1) (2) (3) (4) (5)
200020012002200320042005200620072008200920102011
2.257.364,67 2.524.155,77 2.817.553,87 3.134.761,57 3.580.727,82 4.082.059,56 4.694.702,49 5.212.188,54 5.945.205,846.709.327,707.604.504,798.558.907,10
-11,8211,6211,2613,0814,0015,0111,0214.0612,8513,3412,55
2.257.364,67 2.315.097,64 2.387.985,48 2.443.435,14 2.584.378,29 2.710.505,84 2.836.602,94 2.982.978,18 3.138.157,72 3.306.501,87 3.486.637,983.692.515,01
- 2,56 3,15 2,32 4,71 4,88 4,65 5,16 5,20 5,36 5,45 5,90
Kenaikan harga barang dan jasa serta naiknya output berupa barang dan jasa
dari beberapa sektor ekonomi telah meningkatkan pendapatan perkapita. PDRB
perkapita atas dasar harga berlaku selama ini selalu tumbuh dengan angka diatas
10%. Seperti terlihat pada tabel 4.5 dan grafik 4.5. Tahun 2011 PDRB perkapita
Kabupaten Sragen mencapai angka Rp. 8.558.907,10 relatif lebih besar jika
dibandingkan dengan tahun 2010 yang mencapai angka Rp. 7.604.504,79 atau naik
sebesar 12,55 %. Dan selama lima tahun terakhir kenaikan PDRB perkapita
tertinggi tercatat pada tahun 2006 yang mencapai kenaikan sebesar 15,01 %.
Sedangkan PDRB perkapita jika dilihat berdasarkan harga konstan maka
untuk tahun 2011 telah mencapai angka Rp. 3.692.515,01, lebih besar jika
dibandingkan dengan tahun 2010 yang mencapai sebesar Rp. 3.486.637,98 atau ada
kenaikan sebesar 5,90 %. Pertumbuhan PDRB perkapita pada tahun 2011 tersebut
merupakan kenaikan tertinggi selama lima tahun terakhir.
1
Grafik : 4.5. PERTUMBUHAN PDRB PERKAPITAKABUPATEN SRAGEN TAHUN 2000 – 2011
Seperti sudah diketahui bersama bahwa PDRB merupakan jumlah
keseluruhan produk yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi pada satu wilayah tanpa
memperhatikan status kepemilikan faktor produksi apakah dimiliki oleh warga
setempat atau warga daerah lain. Dengan demikian kita harus cermat jika
memperhatikan khususnya PDRB perkapita.
Jika memperhatikan tabel dan gambar perkembangan PDRB perkapita
tersebut di atas dapat diketahui bahwa keadaannya selalu naik namun demikian
data tersebut belum dapat menggambarkan keadaan yang senyatanya, karena
produk barang dan jasa yang dihasilkan di Kabupaten Sragen tidak hanya dimiliki
oleh warga Sragen akan tetapi sebagian dimiliki oleh penduduk luar Kabupaten
Sragen, sehingga PDRB perkapita belum sepenuhnya dinikmati oleh warga
masyarakat Sragen, untuk itu perlu kajian khusus oleh pemerintah Kabupaten
Sragen untuk meneliti sejauh mana tingkat kemakmuran masyarakat Sragen
sesungguhnya.
Demikian pula, tujuan pembangunan ekonomi salah satu diantaranya adalah
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran warganya. Namun
demikian, pada kenyataannya jarang dapat berjalan bersama. Banyak faktor yang
mempengaruhinya misalnya kepemilikan modal yang terpusat pada
perseorangan/kelompok/wilayah tertentu, sehingga pertumbuhan ekonomi yang
tinggi dengan nilai tambah bruto yang besar itu semuanya belum tentu dinikmati
oleh penduduk region atau wilayah setempat.
1
Hal ini dikarenakan secara konseptual bahwa Nilai Tambah Bruto yang
terjadi pada suatu wilayah tanpa memperhatikan apakah faktor produksinya
berasal dari atau dimiliki oleh penduduk region tersebut. Sedangkan komponen
NTB (Nilai Tambah Bruto) adalah :
1. Pendapatan faktor yaitu :
Upah dan gaji sebagai balas jasa pegawai/karyawan.
Sewa tanah sebagai balas jasa tanah.
Bunga sebagai balas jasa modal.
Keuntungan sebagai balas jasa modal.
2. Penyusutan barang modal tetap.
3. Pajak tak langsung netto.
Dari ketiga komponen tersebut, tidak semua diterima oleh penduduk
region/wilayah ini. Jadi bisa terjadi pertumbuhan PDRB tinggi, tetapi tidak semua
perkapitanya diterima oleh penduduk setempat. Jika menghendaki pendapatan
murni dari penduduk Kabupaten Sragen, maka perlu ditindaklanjuti sebagai berikut:
1. PDRB ditambah pendapatan yang diterima dari luar daerah/luar negeri.
2. PDRB dikurangi dengan pendapatan yang dibawa/dibayarkan keluar daerah/luar
negeri
Dari kedua hal tersebut di atas jika kita gabungkan dihasilkan Produk
Regional Netto yaitu pendapatan murni penduduk Kabupaten Sragen. Untuk
memperoleh Produk Regional Netto tersebut, tim penyusun masih memerlukan
pengkajian yang mendalam dan pendataan yang lebih tajam lagi.
Grafik : 4.6. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PERKAPITA KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2000 – 2010
INDEKS PERKEMBANGAN
1
Indeks perkembangan bermanfaat untuk mengetahui laju perkembangan
PDRB secara riil baik menurut agregat maupun sektoral. Pada tabel 4.6
menjelaskan bahwa PDRB Kabupaten Sragen secara agregat pada tahun 2011 atas
dasar harga berlaku telah mencapai Rp. 7.579.678,26 juta dan atas dasar harga
konstan sebesar Rp. 3.270.052,52 juta, jika diperbandingkan dengan tahun dasar
yaitu tahun 2000, maka besaran perkembangan PDRB Kabupaten Sragen pada
tahun 2011 atas dasar harga berlaku nilainya sudah menjadi 3,97 kali dan atas
dasar harga konstan menjadi 1,71 kali dari nilai di tahun 2000.
Dari tabel 5.5. secara sektoral laju perkembangan tertinggi terjadi pada
sektor listrik, gas dan air bersih 697,64 % adh berlaku, yang berarti menunjukan
dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2011 sektor tersebut telah berkembang
menjadi 6,98 kali. Terkecil laju perkembangan adh berlaku adalah dari sektor
pertanian yakni 351,75 %, yang berarti dari tahun 2000 sampai tahun 2011 sektor
pertanian hanya tumbuh sebesar 3,52 kali. Sedangkan adh konstan (tabel 5.6),
perkembangan tertinggi masih di sektor Listrik, Gas dan Air Bersih yakni
mencapai 210,56 % atau 2,11 kali dari tahun 2000. Sedangkan terendah dicapai
oleh sektor Pertanian yang mencapai 139,91 %, atau tumbuh 1,40 kali
dibandingkan tahun 2000.
Tabel : 4.6. INDEKS PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2000 – 2011
TahunPDRB Atas Dasar Harga Berlaku PDRB Atas Dasar Harga konstan
Nilai (juta Rp)Indeks
PerkembanganNilai (juta)
Indeks Perkembangan
(1) (2) (3) (4) (5)
200020012002200320042005200620072008200920102011
1.907.231,612.140.956,112.396.061,902.699.973,283.059.653,153.497.324,944.042.561,374.512.415,745.170.914,125.871.144,816.695.257,977.579.678,26
-112,25125,95141,92160,42183,37211,96236,60271,12307,84351,05397,42
1.907.231,611.963.635,722.030.754,792.104.533,132.208.294,402.322.239,432.442.570,432.582.492,482.729.450,332.893.427,213.069.751,143.270.052,52
-102,96106,48110,34115,79121,76128,07135,41143,11151,71160,95171,46
INDEKS BERANTAI
1
Angka-angka PDRB juga dapat menunjukkan perkembangan secara
agregat/per sektor per tahun yaitu dengan membuat tabel turunannya yang berupa
tabel indeks berantai baik menurut harga berlaku maupun menurut harga konstan.
Indeks Berantai adh berlaku diperoleh dengan cara membagi NTB adh berlaku
tahun (t) dengan NTB adh belaku tahun (t-1), sedangkan untuk harga konstannya
yakni dengan cara membagi NTB adh konstan tahun (t) dengan NTB adh konstan
tahun (t-1). Pergerakan indeks ini mencerminkan perkembangan secara riil masing-
masing sektor setiap tahun yang diakibatkan oleh perubahan produksi maupun
harga. Dengan demikian indeks berantai juga merupakan laju pertumbuhan
PDRB apabila indeks tersebut dikurangi 100.
Sesuai dengan angka-angka yang tercermin pada PDRB tahun 2011 (tabel
5.7 dan 5.8), indeks berantai yang terjadi di Kabupaten Sragen adalah sebesar
113,21 % adh berlaku dan 106,53 % adh konstan. Atas dasar harga berlaku
menurut sektoral, indeks berantai tertinggi dicapai oleh sektor Industri
Pengolahan yakni sebesar 114,72 % dan terkecil adalah sektor Bangunan yang
tercatat sebesar 109,71 %. Sedangkan adh konstan, laju indeks berantai tertinggi
adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yakni sebesar 108,36 % dan
terkecil adalah sektor Pertanian yang tercatat sebesar 104,00 %.
I N F L A S I
Kondisi perekonomian makro suatu daerah dapat bergerak secara dinamis
atau statis. Kondisi tersebut dapat terlihat secara umum dari besaran angka inflasi
ataupun deflasi. Angka Inflasi/Deflasi sangat berpengaruh terhadap perekonomian
makro. Jika terjadi inflasi tinggi, maka akan berpengaruh terhadap daya beli
konsumen, biasanya tingkat daya beli masyarakat akan turun disebabkan nilai uang
yang dibelanjakan turun. Sebaliknya jika tidak ada inflasi atau terjadi deflasi, hal ini
juga tidak menguntungkan bagi perkembangan ekonomi dan apabila terjadi deflasi
terus menerus akan menyebabkan terjadinya stagnasi ekonomi.
Inflasi selain dihitung dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang
menggunakan sampel lebih kurang 322 komoditi, yang dihitung setiap bulan
maupun setiap tahun, juga bisa dihitung dengan memakai indek implisit PDRB.
Dari kedua metode tersebut hasilnya tidak akan sama, sebab komoditi yang
diamati jumlahnya berbeda serta metodologinyapun berlainan. Untuk penghitungan
inflasi dengan metode implisit dari PDRB adalah sebagai berikut :
1
Membagi indek implisit tahun t dengan indek implisit tahun
t - 1 dikurangi satu dikalikan seratus persen.
Dari hasil pengolahan PDRB didapatkan pada tahun 2011 terjadi inflasi
PDRB sebesar 6,28 % yang berarti lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun
2010 yang tercatat sebesar 7,49 %.
1
PDRB KECAMATAN
a. Pendahuluan
Guna menyikapi kebutuhan data yang semakin beragam dalam unit
yang lebih kecil, berbagai upaya dilakukan agar dapat memenuhi permintaan
dari berbagai pihak konsumen data. Salah satu bentuknya adalah angka PDRB
sampai pada tingkat Kecamatan, yang tentu saja akan bermanfaat bagi para
pengambil keputusan sehingga penyusunan perencanaan program maupun
evaluasi pembangunan ekonomi akan lebih terarah dan tepat sasaran, terlebih
pada era otonomi daerah saat ini.
Tersedianya data PDRB sampai pada tingkat Kecamatan dapat
dipergunakan untuk memperoleh informasi yang dapat memberikan gambaran
tentang peranan atau posisi masing-masing wilayah dalam perekonomian di
Kabupaten Sragen secara keseluruhan. Manfaat PDRB Kecamatan diantaranya
dapat diketahui kemajuan/pertumbuhan ekonomi masing-masing Kecamatan,
potensi Kecamatan, tingkat kemakmuran Kecamatan, tingkat kesenjangan
ekonomi antar Kecamatan / antar sektoral.
Tujuan penyajian PDRB sampai pada tingkat Kecamatan, yaitu :
Untuk mengetahui peranan ekonomi masing-masing tingkat Kecamatan
terhadap perekonomian Kabupaten Sragen.
Untuk melihat peranan masing-masing sektor ekonomi disetiap
Kecamatan baik menurut harga berlaku maupun konstan terhadap
perekonomian Kabupaten Sragen.
Untuk mengetahui perbandingan PDRB perkapita antar Kecamatan.
Metode yang digunakan untuk menghitung PDRB Kecamatan adalah
menggunakan metode tidak langsung yaitu metode penghitungan dengan
menggunakan data yang bersumber masing-masing Kecamatan namun hanya
digunakan sebagai alokator untuk mengalokasikan PDRB Kabupaten.
Secara umum metode penghitungan Produk Domestik Regional
Kecamatan dengan cara alokasi dapat dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
1
NTBi = Nilai Tambah Bruto Kecamatan ke – iNTBk = Nilai Tambah Bruto KabupatenQi = Indikator (alokator) ke – iNTBi = Nilai Tambah Bruto Kecamatan ke - i
= Jumlah Indikator (total alokator Kabupaten)
n = Banyaknya Kecamatan
b. Ulasan Singkat
Secara umum kondisi perekonomian di Kabupaten Sragen sejak tahun
2000 menunjukkan adanya perkembangan yang relatif baik. Begitu juga di
kecamatan-kecamatan secara berangsur-angsur perekonomian meningkat,
namun demikian karena kondisi SDA maupun SDM yang tidak berimbang
masih didapatkan kesenjangan antar Kecamatan yang harus menjadi perhatian
bersama.
Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan baik menurut harga
berlaku maupun menurut harga konstan di Kabupaten Sragen pada tahun 2011
memperlihatkan nilai agregat yang bervariasi. PDRB Kecamatan atas dasar
harga berlaku, tertinggi dicapai oleh Kecamatan Sragen sebesar Rp.
1.118.001,35 juta dan terendah adalah Kecamatan Tangen yang tercatat
sebesar Rp. 139.601,76 juta. Sedangkan andil PDRB Kecamatan terhadap
total PDRB Kabupaten Sragen didominasi oleh Kecamatan-Kecamatan di
Selatan aliran Bengawan Solo, yang tertinggi adalah Kecamatan Sragen
sebesar 14,75 %, kemudian Kecamatan Sidoharjo sebesar 11,53 % disusul
Kecamatan Masaran sebesar sebesar 10,98 % sedangkan Kecamatan lainnya
memberikan andil berkisar antara 1,84 % hingga 5,87 % (tabel : 5.56).
Sedangkan untuk harga konstan, besarnya PDRB Kecamatan tertinggi
masih di Kecamatan Sragen yaitu sebesar Rp. 473.711,91 juta dan terendah
masih Kecamatan Tangen yang tercatat sebesar Rp. 57.123,64 juta. Andil
pembentukan PDRB Kecamatan atas dasar harga konstan terhadap total PDRB
Kabupaten urutan tertinggi adalah PDRB Kecamatan Sragen sebesar 14,49%,
Kecamatan Sidoharjo sebesar 12,72 % dan Kecamatan Masaran sebesar
11,67% sedangkan terendah adalah Kecamatan Tangen 1,75 % (tabel : 5.57).
Besarnya PDRB perkapita atas dasar harga berlaku, Kecamatan
Sidoharjo mencatat nilai tertinggi yakni sebesar Rp. 16.921,50 ribu, disusul
1
Kecamatan Sragen yaitu sebesar Rp. 16.795,37 ribu dan terendah adalah
Kecamatan Tangen yakni sebesar Rp. 5.118,49 ribu. Besarnya PDRB perkapita
perlu dicermati dengan hati-hati karena belum tentu angka yang besar
merupakan pendapatan yang benar-benar diterima oleh masyarakat di wilayah
tersebut. Ketika di kecamatan yang bersangkutan terdapat kegiatan-kegiatan
ekonomi berskala besar berdampak pada besarnya angka PDRB yang belum
tentu berdampak pada besarnya pendapatan masyarakat di wilayah tersebut,
disisi lain angka PDRB perkapita tersebut masih termasuk output yang dimiliki
oleh penduduk dari luar wilayah (bukan warga Sragen).
Secara sekilas perkembangan PDRB per Kecamatan adalah sebagai
berikut :
1. Kecamatan Kalijambe
Pertumbuhan ekonomi di Kecamatan Kalijambe pada tahun 2011
menurut harga berlaku mencatat angka sebesar 13,44 % lebih rendah jika
dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar 15,48 %, atau dari Rp. 332.851,19
juta di tahun 2010 menjadi Rp. 377.684,07 juta di tahun 2011 dan memberikan
kontribusi terhadap total PDRB Kabupaten sebesar 4,98 %. Pertumbuhan
sektoral tertinggi PDRB atas dasar harga berlaku terjadi pada sektor Industri
Pengolahan yang mencapai angka sebesar 15,37 %, dan terendah dari sektor
Pertambangan dan Penggalian yakni sebesar 9,00%. Sumbangan terbesar
terhadap total PDRB Kecamatan, pertama adalah sektor Pertanian sebesar
33,61 %, kemudian sektor Industri Pengolahan sebesar 32,23 % disusul sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 12,96 %, sedangkan penyumbang
terkecil adalah dari sektor Pertambangan-Penggalian yang hanya memberikan
andil sebesar 0,02 %.
Menurut harga konstan, pada tahun 2010 PDRB Kecamatan Kalijambe
adalah sebesar Rp. 157.770,66 juta menjadi sebesar Rp. 167.803,90 juta di
tahun 2011, sehingga pada tahun 2011 terjadi peningkatan atau tumbuh sebesar
6,36 %. Dengan demikian PDRB Kecamatan Kalijambe atas dasar harga
konstan bisa memberikan kontribusi terhadap total PDRB Kabupaten sebesar
5,13 %. Pertumbuhan sektoral tertinggi atas dasar harga konstan adalah sektor
Industri Pengolahan yang tumbuh sebesar 8,10 % dan terendah adalah sektor
Pertanian yang tumbuh sebesar 3,34%. Struktur PDRB atas dasar harga
konstan Kalijambe memperlihatkan adanya tiga sektor utama yang dominan
1
yaitu, sektor Industri Pengolahan memberikan sumbangan terhadap total PDRB
Kecamatan sebesar 38,21 % kemudian sektor Pertanian sebesar 29,70 % dan
sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dengan andil sebesar 13,62 %. Jika
dibandingkan dengan tahun 2010 maka ada beberapa sektor yang mengalami
penurunan kontribusi terhadap PDRB Kecamatan atas dasar harga konstan,
yakni sektor Pertaian dari 30,57 di tahun 2010 menjadi 29,70 % di tahun 2011,
dan sektor Listrik, Gas dan Air Bersih dari 1,48 % di tahun 2010 menjadi 1,47
% di tahun 2011, sedangkan sektor lainnya mengalami kenaikan andil atau
tetap terhadap total PDRB.
Sedangkan besaran pendapatan PDRB perkapita di Kecamatan
Kalijambe tahun 2011 atas dasar harga berlaku adalah sebesar Rp. 7.974,41
ribu atau terjadi kenaikan sebesar 12,48% jika dibandingkan dengan tahun
2010 yang tercatat sebesar Rp. 7.089,42 ribu.
2. Kecamatan Plupuh
Sumbangan PDRB Kecamatan Plupuh terhadap PDRB Kabupaten
Sragen atas dasar harga berlaku di tahun 2011 mencapai sebesar 5,87 %.
Secara agregat pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku adalah sebesar
13,76 % atau meningkat dari Rp. 391.111,60 juta di tahun 2010 menjadi Rp.
444.910,42 juta di tahun 2011. Dengan pertumbuhan sektoral tertinggi adalah
sektor Industri Pengolahan yang mencapai angka sebesar 15,97%. Sektor yang
memberikan sumbangan terbesar terhadap total PDRB Kecamatan pada tahun
2011 adalah sektor Pertanian sebesar 36,38 %, sektor Industri Pengolahan
sebesar 26,94% dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 18,10 %,
sedangkan terkecil adalah sumbangan dari sektor Pertambangan-Penggalian
yang mencapai sebesar 0,34 %.
Untuk PDRB atas dasar harga konstan, di tahun 2010 PDRB
Kecamatan Plupuh tercatat sebesar Rp. Rp. 184.985,99 juta, mengalami
pertumbuhan di tahun 2011 menjadi Rp. 197.070,13 juta sehingga mengalami
pertumbuhan sebesar 6,53 % dan memberikan kontribusi terhadap total PDRB
Kabupaten sebesar 6,03 %. Untuk harga konstan, pertumbuhan sektoral
tertinggi adalah sektor Industri Pengolahan, yang tumbuh sebesar 8,50 % dan
terendah adalah sektor Pertanian yang menunjukkan kenaikan sebesar 4,05 %.
Struktur PDRB Kecamatan Plupuh atas dasar harga konstan tahun 2011
1
memperlihatkan adanya tiga sektor utama yang dominan yaitu sektor Pertanian
memberikan sumbangan sebesar 31,87 %, sektor Industri Pengolahan sebesar
32,55 % dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 19,32 %.
Untuk besaran PDRB perkapita, dari hasil pengolahan diperoleh PDRB
perkapita Kecamatan Plupuh atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 9.541,19
ribu, sedangkan atas dasar harga konstan tercatat sebesar Rp. 4.226,21 ribu.
3. Kecamatan Masaran
Kecamatan Masaran memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan
dengan kecamatan-kecamatan lain di Kabupaten Sragen, terutama akses yang
mudah kewilayah Kota Surakarta dan luas lahan pertanian yang sebagian besar
berpengairan teknis, dengan keunggulan tersebut sudah barang tentu
Kecamatan Masaran memberikan kontribusi yang tidak kecil terhadap
perkembangan perekonomian di Kabupaten Sragen. Kemudahan akses ke Kota
Surakarta tentu saja mudah menarik investor untuk menanamkan modalnya,
begitu juga luas lahan pertanian yang berpengairan teknis memberikan
keunggulan produktivitas di sektor pertanian. Ketika dua sektor tersebut
berkembang akan mendorong sektor lainnya ikut berkembang terutama sektor
Perdagangan, dan Keuangan.
PDRB Kecamatan Masaran atas dasar harga berlaku di tahun 2011
adalah sebesar Rp. 832.336,61 juta memperlihatkan adanya kenaikan sebesar
13,40 % apabila dibandingkan dengan tahun 2010 yang mencapai angka
sebesar Rp. 733.960,25 juta, dan memberikan share terhadap PDRB Kabupaten
Sragen sebesar 10,98 %. Untuk pertumbuhan sektoral atas dasar harga berlaku,
pertumbuhan tertinggi ada di sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang
tercatat sebesar 14,90%, disusul sektor Jasa-Jasa sebesar 14,63%. Sumbangan
sektoral terbesar terhadap total PDRB nya adalah sektor Industri Pengolahan
yang tercatat sebesar 40,79 %, sektor Pertanian sebesar 24,28 % dan sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 20,79 %, sedangkan terkecil adalah
sumbangan dari sektor Pertambangan-Penggalian yang hanya sebesar 0,03 %.
Untuk harga konstan, tahun 2011 PDRB Kecamatan Masaran tercatat
sebesar Rp. 381.597,81 juta, sementara itu pada tahun 2010 tercatat sebesar
Rp. 356.367,65 juta sehingga terjadi kenaikan sebesar 7,08 % dan
memberikan kontribusi terhadap total PDRB Kabupaten sebesar 11,68 %.
1
Pertumbuhan sektoral tertinggi adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
yang tumbuh sebesar 8,72 % dan terendah adalah sektor Pertanian yang
menunjukkan adanya kenaikan sebesar 4,37 %. Struktur PDRB Masaran atas
dasar harga konstan memperlihatkan adanya tiga sektor utama yang dominan
yaitu sektor Industri Pengolahan sebesar 40,99%, sektor Pertanian sebesar
23,67 % dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 21,11 %.
Untuk mengetahui tingkat kemakmuran masyarakat secara umum
dapat diketahui lewat besaran PDRB perkapita, PDRB perkapita Kecamatan
Masaran atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 12.564,42 ribu, sedangkan atas
dasar harga konstan tercatat Rp. 5.760,37 ribu. PDRB Perkapita tersebut lebih
tinggi jika dibandingkan dengan PDRB perkapita Kabupaten Sragen, baik
menurut harga berlaku maupun menurut harga konstan.
4. Kecamatan Kedawung
Kontribusi PDRB Kecamatan Kedawung atas dasar harga berlaku
terhadap total PDRB Kabupaten Sragen tahun 2011 adalah sebesar 4,62 %.
Struktur perekonomian di Kecamatan Kedawung sangat tergantung pada sektor
Pertanian, kondisi tersebut ditunjukkan dengan sumbangan atas dasar harga
berlaku yang mencapai sebesar 49,74 %. Secara agregat pertumbuhan PDRB
atas dasar harga berlaku tahun 2011 adalah sebesar 12,51%, dari Rp.
311.069,74 juta di tahun 2010 menjadi sebesar Rp. 349.994,89 juta di tahun
2011. Untuk pertumbuhan sektoral, pertumbuhan tertinggi adalah sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran yang tercatat sebesar 14,72 % dan terendah
adalah sektor Pertambangan dan Penggalian yang tercatat sebesar 9,14%.
Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, sumbangan terbesar terhadap
total PDRB Kecamatan atas dasar harga berlaku adalah sektor Pertanian
dengan andil sebesar 50,89 % diikuti sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
sebesar 16,78 % dan sektor Jasa-Jasa sebesar 13,89 %.
Menurut harga konstan, PDRB Kecamatan Kedawung tahun 2011
mencapai angka Rp. 144.541,06 juta, dimana pada tahun sebelumnya adalah
sebesar Rp. 137.186,95 juta sehingga ada peningkatan atau tumbuh sebesar
5,36 %. Sedangkan kontribusi terhadap total PDRB Kabupaten adalah sebesar
4,42 %. Untuk pertumbuhan sektoral, pertumbuhan tertinggi adalah sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran yang tumbuh sebesar 8,55 % dan terendah
1
adalah sektor Pertanian yang tumbuh sebesar 3,14%. Struktur PDRB
Kedawung atas dasar harga konstan memperlihatkan adanya tiga sektor utama
yang dominan yaitu sektor Pertanian sebesar 49,74 %, sektor Perdagangan,
Hotel dan Restoran sebesar 18,58 % dan sektor Jasa-Jasa sebesar 12,47 %.
Untuk PDRB perkapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2011
mencapai Rp. 5.807,12 ribu yang relatif lebih baik jika dibandingkan dengan
tahun 2010 yang mencapai Rp. 5.186,22 ribu atau tumbuh sebesar 11,97 %.
Sedangkan PDRB perkapita atas dasar harga konstan pada tahun 2011
mencapai Rp. 2.398,23 ribu yang relatif lebih baik jika dibandingkan dengan
tahun 2010 yang mencapai Rp. 2.287,20 ribu atau tumbuh sebesar 4,85 %.
5. Kecamatan Sambirejo
Kecamatan Sambirejo meskipun merupakan wilayah yang terletak
diselatan bengawan namun memiliki sumber daya alam terbatas hal ini
dikarenakan wilayah Kecamatan Sambirejo relatif lebih mendekat kearah
lereng gunung Lawu yang memiliki kontur tanah lebih banyak bergelombang
dan berbukit, jika dibandingkan dengan Kecamatan yang berdekatan, sehingga
dalam hal kemampuan menyumbang PDRB Kabupaten juga relatif kecil. Pada
tahun 2011 sumbangan PDRB Kecamatan Sambirejo atas dasar harga berlaku
terhadap PDRB Kabupaten sebesar 3,14 % dengan nilai sebesar Rp.
237.897,37 juta dengan pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku
mencapai 14,42 %. Untuk struktur perekonomian masih didominasi oleh
sektor Pertanian yang tercatat sebesar 51,06 %, disusul sektor Perdagangan,
Hotel dan Restoran 16,58 % dan sektor Jasa-Jasa 12,99 %.
Berdasarkan harga konstan, sumbangan PDRB Kecamatan Sambirejo
terhadap total Kabupaten Sragen pada tahun 2011 adalah sebesar 2,97 %,
dengan nilai sebesar Rp. 97.005,22 juta, sehingga secara total mengalami
pertumbuhan sebesar 5,45 %, dengan pertumbuhan sektoral tertinggi adalah
sektor Listrik, Gas dan Air yang tercatat sebesar 9,25 %. Untuk sumbangan
PDRB Kecamatan Sambirejo atas dasar harga konstan, tertinggi adalah sektor
pertanian sebesar 49,79 %, disusul sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
18,48 % dan sektor Jasa-Jasa 11,31%.
PDRB perkapita atas dasar harga berlaku untuk tahun 2011
mencapai Rp. 6.342,24 ribu, lebih tinggi apabila dibandingkan dengan tahun
1
2010 yaitu sebesar Rp. 5.579,38 ribu, sehingga ada peningkatan pertumbuhan
sebesar 13,67 %. Sedangkan untuk PDRB perkapita atas dasar harga
konstannya pada tahun 2011 tercatat sebesar Rp. 2.586,12 ribu lebih besar
apabila dibandingkan dengan tahun 2010 yang mencapai angka Rp. 2.468,52
ribu sehingga ada kenaikan sebesar 4,77 %.
6. Kecamatan Gondang
Sebagai wilayah Kecamatan yang cukup potensial disektor Pertanian
didukung dengan tersedianya infrastruktur yang memadai, maka Kecamatan
Gondang secara agregat mampu memberikan kontribusi terhadap PDRB
Kabupaten Sragen atas dasar harga berlaku pada tahun 2011 sebesar
Rp. 310.265,75 juta atau 4,09 %. Dan tumbuh sebesar 12,84% jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai sebesar
Rp. 274.457,80 juta. Sedangkan nilai PDRB perkapita atas dasar harga
berlaku yang dicapai pada tahun 2011 adalah sebesar Rp. 7.061,20 ribu atau
tumbuh sebesar 12,42% jika dibandingkan dengan PDRB perkapita tahun
sebelumnya yaitu sebesar Rp. 6.281,09 ribu. Struktur perekonomian di
Kecamatan Gondang lebih banyak tergantung pada sektor Pertanian yang
memberikan share sebesar 46,93% atas dasar harga berlaku, sehingga kondisi
kemajuan perekonomian secara umum sangat dipengaruhi oleh produksi dari
komoditas pertanian, urutan sektor lainnya yang memberikan sumbangan
terhadap total PDRB Kecamatan Gondang adalah sektor Perdagangan, Hotel
dan Restoran sebesar 17,54 % dan sektor Jasa-Jasa sebesar 15,48 %.
Jika menurut harga konstan, maka besarnya PDRB di tahun 2011
adalah sebesar Rp. 128.449,75 juta dengan laju pertumbuhan mencapai
6,00%. Secara sektoral pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor Industri
Pengolahan yakni mencapai 8,71%, kemudian sektor Perdagangan, Hotel
dan Restoran yang tercatat sebesar 8,53%. Untuk distribusi PDRB, tertinggi
adalah sektor Pertanian yang tercatat sebesar 45,20%, diikuti sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran 19,51 % dan sektor Jasa-Jasa sebesar
13,99%, sedangkan distribusi terendah adalah sektor pertambangan-
penggalian 0,57%. Untuk PDRB perkapita atas dasar harga berlaku
Kecamatan Gondang pada tahun 2011 adalah sebesar Rp. 2.923,33 ribu lebih
1
besar apabila dibandingkan dengan tahun 2010 yang mencapai angka Rp.
2.768,29 ribu atau ada kenaikan sebesar 10,81 %.
7. Kecamatan Sambungmacan
Salah satu wilayah Kecamatan di Kabupaten Sragen yang berbatasan
dengan wilayah Kabupaten lain adalah Kecamatan Sambungmacan. Sebagai
wilayah perbatasan tentu saja cukup strategis untuk pengembangan
khususnya perekonomian sehingga dapat meningkatkan nilai tambah bagi
kecamatan tersebut.
Pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2011
menunjukkan angka 12,19 % dan PDRB perkapitanya tumbuh sebesar
11,620 %, dengan total PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011 sebesar
Rp. 435.168,30 juta. Sehingga secara agregat kontribusi Kecamatan
Sambungmacan atas dasar harga berlaku terhadap total PDRB Kabupaten
Sragen adalah 4,55%. Seperti pada beberapa kecamatan lainnya, struktur
perekonomian Kecamatan Sambungmacan masih tergantung pada sektor
Pertanian yang menyumbang sebesar 41,44 % diikuti sektor Perdagangan,
Hotel dan Restoran sebesar 17,45 %, dan sektor Jasa-Jasa yang tercatat
sebesar 12,32%. Produktivitas di sektor Pertanian akan berperanan terhadap
pertumbuhan perekonomian di Kecamatan Sambungmacan. Sedangkan
indeks distribusi terendah adalah dari sektor Pertambangan-Penggalian yang
mencapai sebesar 0,50 %.
PDRB atas dasar harga konstan atau PDRB secara riil di Kecamatan
Sambungmacan tahun 2011 besarnya adalah Rp. 146.629,39 juta, naik 5,76%
apabila dibandingkan dengan tahun 2010 yang mencapai Rp. 138.640,44
juta. Pertumbuhan tertinggi adalah dari sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran yang mencapai 8,05%. Untuk indeks distribusi, tertinggi adalah
sektor Pertanian sebesar 39,13 % diikuti sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran sebesar 18,73 % dan terendah sektor pertambangan-penggalian
sebesar 0,54 %. Kontribusi PDRB atas dasar harga konstan terhadap PDRB
Kabupaten di tahun 2011 adalah sebesar 4,48 %.
Untuk PDRB perkapita tahun 2011 masih relatif lebih tinggi jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pada tahun 2011 PDRB perkapita
1
kecamatan Sambungmacan atas dasar harga berlaku adalah sebesar Rp.
7.760,95 ribu sedangkan di tahun 2010 sebesar Rp. 6.953,11ribu.
8. Kecamatan Ngrampal
Kecamatan Ngrampal merupakan wilayah penyangga yang diharapkan
dapat mendukung pengembangan kota Sragen sebagai kota yang
berkembang, sudah sewajarnya apabila pembangunan infrastruktur dan
peningkatan SDM agar dapat mendorong pertumbuhan perekonomian Sragen.
Namun demikian seperti wilayah lainnya Kecamatan Ngrampal masih
mengandalkan sektor pertanian dalam menopang kegiatan perekonomiannya.
Suatu wilayah yang dominan dengan sektor pertanian akan maju dan
berkembang apabila sektor pertanian tumbuh semakin kuat ditunjang dengan
pengembangan sektor industri dan sektor jasa-jasa yang kian dinamis.
Dengan demikan diharapkan Kecamatan Ngrampal mampu mengembangkan
sektor industri dan jasa-jasa semakin maju dan sektor pertanian dapat tumbuh
semakin kuat.
PDRB atas dasar harga berlaku Kecamatan Ngrampal tahun 2011
mencapai Rp. 287.767,34 juta naik sebesar 12,94 % jika dibandingkan
dengan tahun 2010 yang mencapai Rp. 254.793,72 juta. Untuk
pertumbuhan sektoral PDRB atas dasar harga berlaku tetinggi di sektor
Industri Pengolahan yaitu sebesar 16,47% diikuti sektor Perdagangan, Hotel
Restoran yang tercatat sebesar 14,80% serta sektor Jasa-Jasa sebesar 14,11% .
Sedangkan besarnya prosentase PDRB Kecamatan terhadap total PDRB
Kabupaten atas dasar harga berlaku adalah sebesar 3,80 %. Sebagai wilayah
pertanian maka indeks distribusi tertinggi disumbangkan dari sektor
Pertanian yang mencapai 52,16%, disusul sektor jasa-jasa 13,98 % dan
sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang menyumbang sebesar 12,72%.
PDRB atas dasar harga konstan, pertumbuhan perekonomian di
Kecamatan Ngrampal memperlihatkan adanya kenaikan sebesar 6,10 %,
dari tahun 2010 senilai Rp. 109.377,80 juta menjadi Rp. 116.054,40 juta di
tahun 2011, dengan pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor Perdagangan,
Hotel dan Restoran yaitu sebesar 8,62%. Dari indeks distribusi
memperlihatkan sektor pertanian masih menempati urutan tertinggi yaitu
50,05 % disusul sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yakni sebesar
1
14,69 %, sedangkan yang terkecil adalah sektor pertambangan-penggalian
yang mencapai angka sebesar 0,19 %.
PDRB perkapita Kecamatan Ngrampal atas dasar harga berlaku pada
tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 12,16% , dimana pada tahun 2010
sebesar Rp. 6.979,31ribu menjadi Rp. 3.033,76 ribu di tahun 2011.
9. Kecamatan Karangmalang
Seperti sebagian besar kecamatan lainnya, sektor pertanian masih
merupakan sektor yang dominan di Kecamatan Karangmalang. Andil sektor
Pertanian terhadap PDRB Kecamatan Karangmalang atas dasar harga
berlaku pada tahun 2011 mencapai 42,78 %, disusul sektor Perdagangan,
Hotel dan Restoran sebesar 17,66 % dan sektor Jasa-Jasa yang mencapai
angka 12,42 %. Sedangkan laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku
di wilayah ini adalah sebesar 13,29 %, dari angka Rp. 290.525,73 juta di
tahun 2010 menjadi Rp. 329.133,62 juta di tahun 2011. Dengan pertumbuhan
sektoral tertinggi atas dasar harga berlaku adalah sektor Perdagangan, Hotel
dan Restoran dan sektor Jasa-Jasa yang masing-masing tumbuh sebesar
15,45% dan 14,64%. Untuk PDRB perkapita atas dasar harga berlaku,
tumbuh sebesar 13,29 %, dari Rp. 4.952,16 ribu di tahun 2010 menjadi Rp.
5.544,98 ribu di tahun 2010.
Berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan, pertumbuhan ekonomi
di Kecamatan Karangmalang pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,54 %,
dengan pertumbuhan sektoral tertinggi adalah sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran yang tumbuh sebesar 9,24% sehingga PDRB Kecamatan
Karangmalang atas dasar harga konstan mampu memberikan andil terhadap
total PDRB Kabupaten adalah sebesar 4,21 %. Struktur perekonomian
memperlihatkan sektor pertanian memiliki indeks distribusinya terbesar
yakni sebesar 40,81 %, kemudian sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
sebesar 19,43 %, dan terkecil adalah sumbangan dari sektor Pertambangan-
Penggalian yaitu sebesar 0,34 %.
10. Kecamatan Sragen
Didukung dengan tersedianya sarana dan prasarana yang memadai dan
kualitas SDM yang potensial, Kecamatan Sragen sebagai pusat pemerintahan
1
Kabupaten Sragen sudah barang tentu menjadi kecamatan yang paling maju
dan dinamis dalam pengembangan dan pertumbuhan ekonomi sehingga
diharapkan dapat menjadi lokomotif yang menarik kemajuan perekonomian
Kabupaten Sragen secara umum. PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011
memberikan andil terhadap total PDRB Kabupaten sebesar 14,74 % atau
senilai Rp. 1.117.547,35 juta, meningkat sebesar 13,52% jika dibandingkan
tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp. 984.411,98 juta. Pertumbuhan
sektoral tertinggi adalah sektor Industri Pengolahan yang tercatat sebesar
15,67%. Indeks distribusi tertinggi adalah sektor Jasa-Jasa yakni sebesar
34,00 %, disusul sektor Industri Pengolahan sebesar 17,70 % dan sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran yang mencapai angka sebesar 16,56 %.
Sedangkan PDRB perkapitanya mencapai Rp. 16.795,37 ribu atau tumbuh
sebesar 10,76 % jika dibandingkan dengan keadaan tahun 2010.
Atas dasar harga konstan, PDRB Kecamatan Sragen pada tahun 2011
mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 7,77%, dengan sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran merupakan sektor dengan pertumbuhan
tertinggi, yang tercatat sebesar 9,09%. PDRB Kecamatan-nya memberikan
kontribusi terhadap PDRB Kabupaten sebesar 14,49% atau senilai
Rp. 473.711,90 juta. Indeks distribusi atas dasar harga konstan, tertinggi
adalah sektor Jasa-Jasa mencapai 30,16 %, disusul sektor Industri Pengolahan
yakni sebesar 22,45 % dan sektor Perdagangan, Hotal dan Restoran yang
mencapai sebesar 17,47 %, sedangkan sektor Pertanian yang merupakan
sektor yang cukup dominan di hampir seluruh wilayah Kabupaten Sragen
hanya memberikan andil terhadap total PDRB Kecamatan Sragen sebesar
8,09 %. Dari distribusi tersebut, terlihat bahwa Kecamatan Sragen merupakan
wilayah perkotaan, dimana biasanya sektor andalan bukan lagi dari sektor
pertanian akan tetapi bergeser ke sektor Jasa-Jasa, Perdagangan dan sektor
Industri.
11. Kecamatan Sidoharjo
PDRB atas dasar harga berlaku Kecamatan Sidoharjo pada tahun
2011 memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap total PDRB
Kabupaten yakni sebesar 11,53 % atau senilai Rp. 874.147,84 juta atau naik
sebesar 14,12 % jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai
1
Rp. 766.005,84 juta. Kondisi ini didukung oleh pertumbuhan sektoralnya,
dengan sektor Pertanian mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 15,28 %,
dan diikuti sektor Industri Pengolahan yang tercatat sebesar 14,20%. Struktur
perekonomiannya didominasi dari sektor Industri Pengolahan, dengan indeks
distribusi yang mencapai 43,46 %, disusul sektor Pertanian sebesar 22,96 %
dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 22,55%. Sedangkan
yang terendah adalah sektor pertambangan-penggalian yakni sebesar 0,07 %.
Untuk PDRB perkapita Kecamatan Sidoharjo pada tahun 2011 menunjukkan
adanya kenaikan sebesar 13,41 % dibandingkan dengan tahun 2010 yang
tercatat sebesar Rp. 14.920,25 ribu menjadi Rp. 16.921,50 ribu di tahun 2011.
Untuk PDRB atas dasar harga konstan, pertumbuhan ekonomi di
Kecamatan Sidoharjo pada tahun 2011 menunjukkan adanya kenaikan
sebesar 7,23%, dimana pada tahun 2010 senilai Rp. 387.889,79 juta
menjadi Rp. 415.951,36 juta di tahun 2011, dengan pertumbuhan tertinggi
dicapai oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang tumbuh sebesar
8,01%. Dari indeks distribusi memperlihatkan sektor Industri Pengolahan
menempati urutan tertinggi yaitu 49,73 % disusul sektor Perdagangan, Hotel
dan Restoran sebesar 22,37 %, sedangkan yang terkecil adalah sektor
Pertambangan-Penggalian tercatat sebesar 0,07 %.
12. Kecamatan Tanon
Kecamatan Tanon adalah Kecamatan yang terletak disebelah utara
Bengawan Solo, pada umumnya tanah persawahan di wilayah-wilayah
tersebut adalah non irigasi sehingga untuk pemanfaatan lahan sangat
tergantung pada musim yaitu musim hujan. Dengan areal luas lahan
sawah/ladang yang cukup luas mendorong hampir 50 % kegiatan usaha di
Kecamatan Tanon bergerak di bidang pertanian khususnya tanaman bahan
makanan.
Atas dasar harga berlaku pada tahun 2011, PDRB Kecamatan Tanon
memberikan andil terhadap PDRB Kabupaten sebesar 4,61% atau senilai
Rp. 349.344,45 juta dan mengalami pertumbuhan pada tahun 2011 sebesar
12,48%. Dengan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mengalami
pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 14,84%. Sebagai sektor dominan,
sektor Pertanian memiliki indeks distribusi tertinggi yakni sebesar 49,75%
1
disusul kemudian oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar
16,13% dan sektor Jasa-Jasa yang memberikan andil terhadap PDRB sebesar
15,19 %. Selain agregat PDRB menunjukkan kenaikan, PDRB perkapita juga
mengalami pertumbuhan sebesar 12,12%, dari Rp. 5.651,10 ribu pada tahun
2010 menjadi Rp. 6.336,11 ribu pada tahun 2011.
PDRB atas dasar harga konstan, andil PDRB Kecamatan Tanon
terhadap total PDRB Kabupaten pada tahun 2011 adalah sebesar 4,46 %
atau senilai Rp. 145.851,17 juta dengan pertumbuhan sebesar 6,49%, dengan
sektor Perdaganagan, Hotel dan Restoran mengalami kenaikan tertinggi,
yakni sebesar 8,67% diikuti sektor Industri Pengolahan yang tercatat sebesar
8,05%. Sedangkan PDRB perkapita memperlihatkan pertumbuhan sebesar
6,14 %, yaitu dari Rp. 2.492,20 ribu di tahun 2010 menjadi Rp. 2.645,32
ribu di tahun 2011.
13. Kecamatan Gemolong
Kecamatan Gemolong merupakan wilayah yang strategis yakni di
persimpangan antara Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Grobogan,
menjadikan kota Kecamatan Gemolong sebagai pusat pengembangan
ekonomi khususnya wilayah Sragen barat. Kecamatan Gemolong merupakan
wilayah yang terletak di utara Bengawan Solo dengan areal persawahan dan
ladang yang mengandalkan turunnya hujan untuk bercocok tanam,
dampaknya adalah produksi pertanian sangat fluktuatif dan produktivitas juga
rendah.
Pada tahun 2011 Kecamatan Gemolong mengalami pertumbuhan
PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 13,04% dengan nilai agregat
Rp. 350.912,24 juta sehingga memberikan kontribusi terhadap PDRB
Kabupaten adalah sebesar 4,63 %. Pertumbuhan PDRB sektoral atas dasar
harga berlaku, tertinggi ada pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran,
yakni sebesar 14,72%, diikuti sektor Jasa-Jasa 14,68%, sektor dengan
sumbangan dominan terhadap PDRB kecamatan adalah sektor Pertanian,
yaitu sebesar 30,56%, disusul sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
sebesar 20,57 % dan sektor Jasa-Jasa sebesar 17,76 %. Untuk PDRB
perkapita, pada tahun 2011 mencapai Rp. 7.216,56 ribu yang berarti terjadi
1
kenaikan sebesar 11,26% apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya
yang tercatat sebesar Rp. 6.486,41 ribu.
Atas dasar harga konstan, PDRB Kecamatan Gemolong tahun 2011
mengalami pertumbuhan sebesar 6,64% dengan nilai agregat sebesar
Rp.149.639,78 juta atau memberikan sumbangan terhadap total PDRB
Kabupaten sebesar 4,58%. Pertumbuhan tertinggi pada sektor Perdagangan,
Hotel dan Restoran yang tercatat sebesar 8,55 % disusul sektor Industri
Pengolahan yang tumbuh sebesar 8,55%. Sesuai dengan sebaran indeks
distribusi, kontribusi sektor pertanian masih menempati urutan pertama dalam
pembentukan PDRB di Kecamatan Gemolong yakni mencapai 27,77%
disusul sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 22,30% dan Industri
Pengolahan sebesar 19,55%.
14. Kecamatan Miri
Dengan keterbatasan yang ada, PDRB Kecamatan Miri atas dasar
harga berlaku pada tahun 2011 memberikan sumbangan terhadap PDRB
Kabupaten Sragen sebesar 2,46% atau senilai Rp. 186.414,24 juta lebih tinggi
dari tahun 2010 sebesar Rp. 166.797,06 juta, atau mengalami pertumbuhan
sebesar 11,76 %. Sektor Industri Pengolahan merupakan sektor dengan
pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 13,82 %. Seperti pada kecamatan lain
yang ada di Sragen, indeks distribusi tertinggi masih dari sektor Pertanian
yang mencapai angka 51,42 % disusul kemudian dari sektor Jasa-Jasa sebesar
17,03% dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang tercatat sebesar
13,42%. Untuk PDRB perkapita atas dasar harga berlaku, pada tahun 2011
mencapai Rp. 6.631,77 ribu atau naik sebesar 10,95 %.
Apabila menurut harga konstan, pada tahun 2011 PDRB Kecamatan
Miri memberikan sumbangan terhadap total PDRB Kabupaten sebesar 2,36%
atau senilai Rp. 77.182,40 juta. Dan dapat tumbuh sebesar 4,84 %, dengan
sektor Industri Pengolahan merupakan sektor dengan pertumbuhan tertinggi
yang tercatat sebesar 7,80%. Sektor Pertanian masih merupakan sektor
penyumbang tertinggi dengan angka 50,38% disusul sektor Jasa-Jasa dan
Perdagangan, Hotel dan Restoran yang masing-masing memberikan
kontribusi sebesar 15,05 % dan 15,15 %. Sedangkan PDRB perkapita-nya
1
mengalami pertumbuhan sebesar 4,08% dengan nilai sebesar Rp. 2.331,76
ribu.
Memperhatikan tingginya indeks distribusi sektor pertanian maka
pengelolaan SDA dan SDM yang mengarah pada peningkatan produktivitas
sektor pertanian mutlak diperlukan karena apabila salah pengelolaan maka
akan semakin menambah beban kehidupan bagi warganya.
15. Kecamatan Sumberlawang
Jika memperhatikan wilayah Kecamatan Sumberlawang maka
tidaklah jauh berbeda dengan wilayah Kecamatan lainnya yang terletak
disebelah utara bengawan Solo, yaitu tanah yang tandus, kering dan sawah
tadah hujan. Tapi dengan adanya Waduk Kedung Ombo meskipun tidak
menjadikan sawah beririgasi akan tetapi sedikit banyak dapat menaikkan nilai
tambah pendapatan masyarakat khususnya dari sub sektor perikanan. Hal ini
terbukti dari hampir 50 % produksi ikan tawar berasal dari kawasan Waduk
Kedungombo.
PDRB Kecamatan Sumberlawang atas dasar harga berlaku pada tahun
2011 ini memberikan andil terhadap PDRB Kabupaten Sragen sebesar
4,40 %, atau sebesar Rp. 333.717,77 juta, lebih tinggi dari tahun 2010 yang
tercatat sebesar Rp. 294.547,37 juta. Dari angka tersebut sebesar 58,84 %
merupakan sumbangan dari sektor pertanian dan dari sektor Perdagangan,
Hotel dan Restoral sebesar 16,06 %. Secara agregat, pertumbuhan PDRB
Kecamatan Sumberlawang atas dasar harga berlaku mencapai 13,30 %
dengan dengan pertumbuhan sektoral tertinggi dari sektor Industri
Pengolahan yang tumbuh sebesar 14,47%.
Menurut harga konstan, pertumbuhan PDRB di Kecamatan
Sumberlawang mencapai 5,92 %, dari Rp. 128.564,83 juta di tahun 2010
menjadi Rp.136.175,51 juta di tahun 2011, dengan pertumbuhan sektoral
terbesar dari sektor Industri Pengolahan yang mencapai angka sebesar 8,50%.
Untuk struktur ekonomi atas dasar harga konstan, indeks distribusi tertinggi
adalah sektor Pertanian yakni sebesar 57,03 %, disusul sektor Perdagangan
17,98 %.
1
Untuk PDRB perkapita tahun 2011, atas dasar harga berlaku tumbuh
sebesar 12,86% dengan nilai Rp. 7.271,41 ribu dan atas dasar harga konstan
tumbuh 5,51% dengan nilai sebesar Rp. 2.967,14 ribu.
16. Kecamatan Mondokan
Kecamatan Mondokan tidaklah jauh berbeda dengan kondisi wilayah
kecamatan lain yang terletak disebelah utara Bengawan Solo. Sektor
pertanian masih merupakan sektor andalan, sehingga pertumbuhan
perekonomian sangat dipengaruhi oleh produktivitas pada sektor pertanian.
Di tahun 2011, dari indeks distribusi atas dasar harga berlaku, sektor
Pertanian memberikan sumbangan sebesar 50,60%, disusul sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 20,72%, sehingga PDRB
Kecamatan Mondokan mampu memberikan andil terhadap total PDRB
Kabupaten Sragen sebesar 2,84% atau senilai Rp. 214.999,82 juta. Pada
tahun 2011, pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku tercatat sebesar
13,60%, dengan sektor Pertanian merupakan sektor dengan pertumbuhan
tertinggi yaitu sebesar 14,50%. Untuk PDRB perkapita atas dasar harga
berlaku, tahun 2011 mengalami pertumbuhan sebesar 13,20 % dengan nilai
sebesar Rp. 6.219,71 ribu.
PDRB Kecamatan Mondokan apabila dinilai berdasarkan atas dasar
harga konstan, maka di tahun 2011 besarnya PDRB adalah sebesar
Rp. 89.610,66 juta atau naik sebesar 6,01% dibandingkan tahun 2010 yang
tercatat sebesar Rp. 84.533,76 juta, dengan pertumbuhan sektoral tertinggi
ada pada sektor Industri Pengolahan dengan nilai sebesar 8,20%, sehingga
PDRB Kecamatan Mondokan atas dasar harga konstan memberikan andil
terhadap PDRB Kabupaten sebesar 2,74%. Untuk PDRB perkapita tercatat
sebesar Rp. 2.592,34 ribu atau tumbuh sebesar 5,63% dari tahun sebelumnya.
17. Kecamatan Sukodono
PDRB Kecamatan Sukodono atas dasar harga berlaku di tahun 2011
memberikan andil terhadap PDRB Kabupaten sebesar 2,77 % dengan nilai
Rp. 209.794,45 juta dan mengalami pertumbuhan sebesar 13,27 % apabila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dengan pertumbuhan sektoral
tertinggi sebesar 14,85 % dari sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran.
1
Indeks distribusi tertinggi adalah sektor Pertanian mencapai sebesar 49,58 %
disusul kemudian sektor Perdagangan, Hotel dan Restoral sebesar 17,76%
dan sektor Jasa-Jasa 13,48%. PDRB perkapita-nya menunjukkan adanya
pertumbuhan sebesar 11,93% atau meningkat dari tahun 2010 sebesar
Rp.5.828,46 ribu menjadi Rp. 6.523,66 ribu pada tahun 2011.
Menurut harga konstan pertumbuhan PDRB Kecamatan Sukodono
tahun 2011 tumbuh sebesar 6,03% dengan nilai sebesar Rp. 86.998,51 juta
dan memberikan andil terhadap total PDRB Kabupaten Sragen sebesar
2,66%. Indeks distribusi tertinggi adalah sektor pertanian yang mencapai
sebesar 47,66 % kemudian sektor perdagangan 19,91% dan sektor Jasa-Jasa
sebesar 12,24 %. Untuk besaran PDRB perkapita mengalami pertumbuhan
sebesar 4,77 % dengan nilai sebesar Rp. 2.705,26 ribu.
18. Kecamatan Gesi
Besaran PDRB Kecamatan Gesi atas dasar harga berlaku pada tahun
2011 memberikan kontribusi terhadap total PDRB Kabupaten Sragen sebesar
1,88% dengan nilai sebesar Rp. 142.187,09 juta. Secara agregat pertumbuhan
PDRB atas dasar harga berlaku adalah sebesar 12,42% meningkat dari tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar Rp. 126.482,08 juta. Sektor pertanian
masih memberikan sumbangan terbesar terhadap total PDRB Kecamatan
Gesi, yakni sebesar 35,27 %, disusul sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
sebesar 22,19 % dan sektor Jasa-Jasa sebesar 15,16 %, sedangkan terkecil
adalah sumbangan dari sektor Pertambangan–Penggalian yang tercatat
sebesar 0,98%. Sedangkan pendapatan perkapita atas dasar harga berlaku
adalah sebesar Rp. 6.496,12 ribu atau naik 12,32% dibandingkan dengan
tahun sebelunya.
Menurut harga konstan, pada tahun 2011 PDRB Kecamatan Gesi
mencapai Rp. 60.895,30 juta dimana pada tahun sebelumnya adalah
Rp. 57.426,83 juta sehingga terjadi kenaikan sebesar 6,04% dan
memberikan kontribusi terhadap total PDRB sebesar 1,86%. Pertumbuhan
sektoral tertinggi adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar
8,54%. Struktur PDRB atas dasar harga konstan Kecamatan Gesi
memperlihatkan adanya tiga sektor dominan yaitu sektor Pertanian sebesar
1
33,39 %, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 24,24 % dan sektor
Industri Pengolahan sebesar 13,67 %.
19. Kecamatan Tangen
Kondisi wilayah Kecamatan Tangen tidak jauh berbeda apabila
dibandingkan dengan kecamatan tetangga (Kecamatan Gesi dan Kecamatan
Jenar), terlihat pada sumbangan PDRB atas dasar harga berlaku Kecamatan
Tangen terhadap PDRB Kabupaten Sragen di tahun 2011 yang hanya
mencapai angka 1,87%, dengan nilai sebesar Rp. 139.601,76 juta. Secara
agregat pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011 adalah
sebesar 11,38% dibandingkan dengan tahun 2010 dengan nominal Rp.
125.341,99 juta. Pertumbuhan sektoral tertinggi adalah sektor Perdagangan,
Hotel dan Restoran yang mencapai angka 14,07%. Sumbangan terbesar
terhadap total PDRB Kecamatan atas dasar harga berlaku adalah sektor
Pertanian sebesar 46,24 %, sektor Jasa-Jasa sebesar 14,15 % dan sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 13,75%. PDRB Perkapita
Kecamatan Tangen atas dasar harga berlaku mencapai Rp.5.118,49 ribu atau
tumbuh sebesar 11,04 % di bandingkan dengan tahun sebelumnya.
Dinilai dengan harga konstan, tahun 2011 PDRB Kecamatan Tangen
mencapai Rp. 57.114,62 juta dimana tahun sebelumnya tercatat sebesar Rp.
54.649,92 juta atau mengalami pertumbuhan sebesar 4,51% dan memberikan
kontribusi terhadap total PDRB sebesar 1,75%. Pertumbuhan sektoral
tertinggi adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 7,93% dan
terendah adalah sektor Pertanian yang menunjukkan kenaikan sebesar
1,88%. Struktur PDRB Kecamatan Tangen atas dasar harga konstan, ada tiga
sektor dominan yaitu sektor Pertanian sebesar 44,83%, sektor Perdagangan,
Hotel dan Restoran sebesar 15,51 % dan sektor Jasa-Jasa sebesar 12,34%.
20. Kecamatan Jenar
Kondisi wilayah Kecamatan Jenar yang memiliki lahan kurang subur
tercemin dari besaran PDRB nya. PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun
2011 secara agregat adalah sebesar Rp. 146.397,81 juta, mengalami kenaikan
terhadap tahun sebelumnya sebesar 11,56 %, dan memberikan share terhadap
PDRB Kabupaten Sragen sebesar 1,93 %. Pertumbuhan sektoral tertinggi
1
adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang mencapai angka
14,95%. Dari indeks ditribusi, sumbangan terbesar terhadap total PDRB
Kecamatan atas dasar harga berlaku adalah sektor Pertanian sebesar 51,04 %,
sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 14,01 % dan sektor jasa-jasa
sebesar 13,65 %, sedangkan terkecil adalah sumbangan dari sektor
Pertambangan-Penggalian yang mencapai angka 1,14 %. Untuk PDRB
perkapita Kecamatan Jenar atas dasar harga berlaku diperoleh angka sebesar
Rp. 5.391,59 ribu atau tumbuh sebesar 10,76 %.
Apabila PDRB dinilai dengan harga konstan, maka tahun 2011 PDRB
Kecamatan Jenar mencapai Rp. 60.200,43 juta, bila dibandingkan dengan
tahun 2010 sebesar Rp. 57.539,43 juta, maka terjadi pertumbuhan sebesar
4,62% dan memberikan kontribusi terhadap total PDRB sebesar 1,84%.
Struktur PDRB Kecamatan Jenar atas dasar harga konstan memperlihatkan
adanya tiga sektor utama yang dominan yaitu sektor Pertanian sebesar
51,04%, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 15,70 % dan sektor
Jasa-Jasa sebesar 12,51 %.
PERKEMBANGAN PDRB SEKTORAL
Perkembangan PDRB persektor dapat dilihat dari Indeks Perkembangan
PDRB, dimana pada tahun 2011 atas dasar harga berlaku sudah menunjukkan
angka 397,42%, atau angka PDRB di tahun 2011 sudah 3,97 kali dari tahun
dasarnya. Sedangkan untuk harga konstan tercatat sebesar 171,46% atau sudah
1,71 kali dari tahun dasarnya. Kondisi ini memperlihatkan adanya pertumbuhan
yang relatif baik, baik menurut harga berlaku maupun menurut harga konstan.
Perkembangan tersebut dipengaruhi banyak faktor, seperti peningkatan
produksi barang dan jasa dan kenaikan harga barang dan jasa.
Perkembangan PDRB 2011 menurut sektor di Kabupaten Sragen adalah
sebagai berikut :
4.1.1. SEKTOR PERTANIAN
Sragen sebagai salah satu daerah lumbung padi nasional, andil sektor
pertanian terhadap total PDRB masih dominan sehingga cukup berpengaruh
pada tingkat pertumbuhan maupun struktur perekonomian di Kabupaten
Sragen, hal ini terlihat dari cerminan indeks distribusi. Sektor pertanian
1
terdiri dari beberapa sub sektor, yakni sub sektor tanaman bahan makanan,
perkebunan, peternakan, kehutanan dan sub sektor perikanan.
Pada tahun 2011, sektor Pertanian masih memberikan sumbangan
terbesar terhadap PDRB Kabupaten Sragen. Besarnya kontribusi atau
sumbangan dalam pembentukan total PDRB Kabupaten adalah sebesar 35,20
% dengan nilai Rp. 2.667.670,41 juta atas dasar harga berlaku dan 32,45 %
senilai Rp. 1.061.077,60 juta atas dasar harga konstan. Sebagai sektor yang
memberikan andil terbesar, terlihat bahwa sumbangan terhadap pembentukan
PDRB semakin menurun dalam 5 (lima) tahun terakhirkhususnya pada PDRB
atas dasar harga konstan. Penurunan kontribusi sektor Pertanian ini akan
berdampak pada perubahan struktur sektor lainnya, walaupun pergeseran
tersebut relatif kecil. Sedangkan distribusi PDRB atas dasar harga berlaku
cukup fluktuatif dalam beberapa tahun terakhir, kondisi tersebut terjadi akibat
perubahan produktivitas maupun harga di sektor Pertanian.
Sektor pertanian merupakan sektor yang sedikit banyak sangat
dipengaruhi oleh kondisi alam, seperti musim, curah hujan, hama/penyakit
dan lain sebagainya, tetapi berkat beberapa upaya baik yang dilakukan oleh
Pemerintah maupun oleh masyarakat secara mandiri, sektor Pertanian ini
masih bisa tumbuh, kalaupun produktifitasnya turun, turunnya tidak terlalu
drastis.
Pertumbuhan di sektor Pertanian untuk tahun 2011 adalah sebesar
12,69% atas dasar harga berlaku dan 4,00 % atas dasar harga konstan, lebih
rendah dari tahun sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 14,12%
atas dasar harga berlaku dan 4,43% atas dasar harga konstan. Menurunnya
pertumbuhan sektor pertanian pada tahun ini lebih disebabkan oleh faktor
alam seperti cuaca ekstrim atau perilaku cuaca yang menyebabkan munculnya
serangan hama/penyakit terhadap tanaman yang diusahakan oleh petani.
1
Tabel : 4.7. Prosentase Sub Sektor Terhadap Sektor PDRB Kabupaten Sragen Tahun 2009-2011.
JENIS KOMODITI
TH.2009 TH.2010 TH.2011Harga
BerlakuHarga
KonstanHarga
BerlakuHarga
KonstanHarga
BerlakuHarga
Konstan(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Tan Bhn Mk
2. Tan Perkeb
3. Peternakan
4. kehutanan
5. Perikanan
81,89
6,33
8,01
1,01
2,76
81,87
6,70
7,80
0,99
2,65
82,13
6,34
8,01
0,96
2,56
81,87
6,84
7,86
0,92
2,51
82,43
6,06
7,94
0,99
2,58
81,93
6,48
8,06
0,94
2.59
.
8.1.1. Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan
Berdasarkan tabel : 4.7. Sub sektor tanaman bahan makanan
(Tabama) atas dasar harga berlaku memberikan andil terbesar
terhadap sektor Pertanian, yakni sebesar 82,43% dan menghasilkan
PDRB senilai RP. 2.199.024,08 juta dengan laju pertumbuhan
sebesar 13,11%, sedangkan berdasarkan harga konstan andil
subsektor tanaman bahan makanan adalah sebesar 81,93% dengan laju
pertumbuhan 4,07% atau senilai Rp. 869.302,17 juta, sehingga dapat
dikatakan bahwa dominasi sub sektor tanaman bahan makanan
terhadap sektor Pertanian sangat besar, untuk itu perlu ditingkatkan
produktivitas selain sub sektor tanaman bahan makanan untuk dapat
memberikan andil yang lebih besar dalam pembentukan angka PDRB
Kabupaten.
Faktor pendukung besarnya andil sektor pertanian sesuai
dengan RTRW tahun 2011-2031 antara lain :
1. Lahan sawah : 40.339,00 Ha.2. Lahan tegal/kebun : 24.795,00 Ha.3. Hutan negara : 5.205,20 Ha.
J U M L A H : 70.339,20 Ha.
Selain luas lahan juga didukung pula oleh luas panen maupun produksi untuk padi dan palawija, bisa dilihat pada tabel berikut :
1
Tabel : 4.8. Luas panen (HA), produksi (TON) padi dan palawija Kabupaten Sragen tahun 2008-2010.
Sub SektorTH.2009 TH.2010 TH.2011
LUAS PANEN
PRODUKSI (ton)
LUAS PANEN
PRODUKSI (ton)
LUAS PANEN
PRODUKSI (ton)
(1) (4) (6) (6) (5) (6) (7)
1. PADI
2. JAGUNG
3. UBI KAYU
4. KC. HIJAU
5. KC. TANAH
6. KEDELAI
89.518
13.441
3.717
814
8.866
4.046
518.260
86.855
59.922
856
13.179
9.155
95.876
13.763
3.135
596
7.547
3.091
542.299
74.190
50.273
680
11.683
4.933
94.127
14.094
3.376
1.069
7.091
3.140
542.400
97.763
54.424
1.239
14.011
4.372
Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sragen.
8.1.2. Sub Sektor Tanaman Perkebunan
Sub sektor tanaman perkebunan di Kabupaten Sragen tahun
2011 memberikan andil cukup kecil terhadap sektor Pertanian, yakni
6,06 % atas dasar harga berlaku dan 6,48 % atas dasar harga konstan.
Dengan pertumbuhan 7,65 % atas dasar harga berlaku dan -1,42 %
atas dasar harga konstan. Sub sektor perkebunan baru mengandalkan
tanaman kelapa, tanaman tebu dan karet. Kelapa yang tumbuh hampir
merata di wilayah Kabupaten Sragen kecuali Kecamatan Plupuh dan
Sragen yang populasinya relatif kecil. Sedangkan untuk tanaman tebu,
baru lima kecamatan yang memanfaatkan sebagian besar lahannya
untuk tanaman tebu dengan luas (>450 Ha), yaitu Jenar, Tangen,
Sukodono, Gondang dan Gesi, sedangkan Kecamatan lainnya relatif
masih kecil (< 200 Ha). Total luas areal tebu di Sragen tahun 2011
sekitar adalah 9.019, 26 Ha dengan produksi sekitar 480.358,40 ton.
Untuk kelapa, di tahun 2011 luas arealnya sekitar 6.086 Ha dengan
produksi sekitar 22.367 butir. Sedangkan karet, luas arealnya sekitar
921,907 Ha (milik PTPN) dan dapat menghasilkan 792.029 kg latek
dan 56.953 kg Lump.
Jenis tanaman perkebunan lainnya di Kabupaten Sragen belum
diusahakan secara optimal, mengingat masih luasnya lahan
perkebunan yang masih dapat ditanami jenis komoditas lainnya
misalnya jenis tanaman garut, kencur, empon-empon.
1
8.1.3. Sub Sektor Peternakan dan Hasil-Hasilnya
Jika memperhatikan potensi sumber daya alam di Kabupaten
Sragen, sebenarnya peluang untuk pengembangan berbagai macam
usaha ternak besar maupun ternak kecil sangat terbuka luas, tetapi
sampai saat ini potensi peternakan belum seperti yang kita harapkan.
Andil sub sektor peternakan terhadap sektor pertanian masih terbilang
kecil, yaitu sebesar 8,01 % atas dasar harga berlaku dan 7,86 % atas
dasar harga konstan, dengan laju pertumbuhan sebesar 14,36 % atas
dasar harga berlaku dan 5,34 % atas dasar harga konstan.
Tabel : 4.9. POPULASI TERNAK KABUPATEN SRAGEN 2009-2011.
JENIS KOMODITI
2009 2010 2011
JML DI PTG JML DI PTG JML DI PTG
(1)
1. Sapi Potong2. Kambing3. Domba4. Ayam Buras5. Ayam Ras6. I t i k7. Puyuh
78.37171.45271.708
730.8173.310.985
35.14546.273
3.56823.84230.352
692.1132.901.203
85.062-
78.50471.65671.912
732.1183.561.981
35.44246.103
3.93826.09733.900
564.5113.075.250
25.413-
113.56671.82572.003
733.4423.602.288
40.11346.348
3.76126.31633.638
592.9403.110.049
25.413-
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sragen
8.1.4. Sub Sektor Kehutanan
Selain hutan negara yang ada di beberapa Kecamatan antara lain
Jenar, Tangen, Sumberlawang, Gesi, Sukodono, Sambirejo dan Miri
sebenarnya wilayah Kabupaten Sragen juga cocok dan cukup
potensial untuk pengembangan hutan rakyat dikarenakan hutan negara
tidak/kurang produktif lagi sehingga kurang mampu meningkatkan
output di sub sektor kehutanan.
Dari sektor pertanian, sub sektor kehutanan memberikan andil
terkecil berdasarkan potensi ekonomi hutan komersial yaitu
memberikan kontribusi terhadap sektor Pertanian pada tahun 2011
sebesar 0,99 % atas dasar harga berlaku dan 0,94 % atas dasar harga
konstan dengan pertumbuhan sebesar 16,46 % atas dasar harga
1
berlaku dan 7,26 % atas dasar harga konstan. Potensi kehutanan di
Kabupaten Sragen antara lain adalah kayu jati, dimana pada tahun
2011 tercatat sebesar 15.636 m3 dan kayu rimba yang tercatat sebesar
730.350 m3. Memperhatikan andil yang terasa kecil tersebut usaha
pengembangan hutan rakyat masih dapat dilakukan sehingga
masyarakat yang tinggal dipinggiran kawasan hutan negara khususnya
dan masyarakat secara umum dapat meningkatkan pendapatannya.
8.1.5. Sub Sektor Perikanan
Selama ini sub sektor perikanan di Kabupaten Sragen hampir
50% disumbang dari Kecamatan Sumberlawang karena berdekatan
dengan genangan Waduk Kedungombo, terutama jenis ikan nila
merah dan ikan mas, namun demikian Kecamatan lainnya berpotensi
pula terutama jenis perikanan darat misalnya ikan lele, gurameh atau
mujaher.
Pada tahun 2011 nilai tambah yang diperoleh dari sub sektor
perikanan adalah sebesar Rp. 68.845,14 juta atas dasar harga berlaku
dan Rp. 27.440,38 juta atas dasar harga konstan dengan andil terhadap
sektor Pertanian sebesar 2,58 % atas dasar harga berlaku dan 2,59 %
atas dasar harga konstan, dengan laju pertumbuhan sebesar 13,57 %
atas dasar harga berlaku dan 7,22 % atas dasar harga konstan.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa potensi
perikanan utama di Kabupaten Sragen adalah Kecamatan
Sumberlawang, sebagaimana tabel di bawah ini:
Tabel : 4.10. PRODUKSI PERIKANAN KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011
TAHUNPRODUKSI IKAN (Kg)
GABUS LELE MUJAHERIKAN MAS
TAWES GURAMEH
(1)
1. Sumberlwg2. Kec. lain
22.66789.159
34.485414.542
154.136134.185
858.692171.127
159.418129.415
35.63075.331
Jumlah 111.826 449.027 288.321 1.029.819 288.833 110.961
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sragen
1
4.1.2. SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
Sumbangan sektor Pertambangan dan Penggalian terhadap total
PDRB tahun 2011 masih relatif kecil, yaitu 0,27 % atas dasar harga berlaku
dan 0,29 % atas dasar harga konstan, dengan pertumbuhan sebesar 9,92% atas
dasar harga berlaku dan sebesar 5,46% atas dasar harga konstan.
Sumbangan/share yang kecil ini karena yang di eksploitasi saat ini baru galian
golongan C (pasir/batu/koral/tanah urug), padahal galian ini SDA nya sudah
mulai menipis, bahkan sudah sangat susah didapat jika pada musim kemarau
khususnya pasir kali, karena cadangan yang terkandung di aliran-aliran
sungai sudah menipis adanya, selain itu sumber utama yakni sungai
Bengawan Solo kondisinya sudah tercemar sehingga penggalian tidak dapat
optimal lagi.
Jenis bahan tambang dan galian yang terkandung di wilayah
Kabupaten Sragen belum banyak dieksploitasi secara optimal, menurut buku
Sumber Daya Alam (SDA) Kabupaten Sragen yang diterbitkan oleh Bappeda,
diperkirakan mempunyai cadangan cukup besar khususnya batu gamping dan
andesit mempunyai potensi yang cukup tinggi. Sedangkan jenis galian lain
yang cukup potensial dalam kondisi terukur, terindikasi dan cadangan
tersebar di daerah sesuai dengan potensinya antara lain :
Tanah Urug : Kecamatan Miri, Gesi, Tangen, Jenar, Sambungmacan.
Batu gamping : Kecamatan Jenar, Tangen, Sukodono
Andesit : Kecamatan Plupuh, Masaran, Kedawung, Sambirejo
Diatome : Kecamatan Gemolong.
Bentonite : Kecamatan Gemolong, Sumberlawang, Tanon , Tangen
Trass : Kecamatan Gesi
Pasir/Batu : Kecamatan Ngrampal, Sambungmacan, Kedawung.
Pasir : Kecamatan Plupuh, Masaran, Sidoharjo, Ngrampal,
Sambungmacan, Sukodono.
Sebagai salah satu sumber PAD (Pendapatan Asli Daerah), bahan
galian golongan C memberikan sumbangan yang relatif masih kecil. Pada
tahun 2011 tercatat PAD yang diperoleh dari Pajak Pengambilan Bahan
Galian Golongan C, dari target Rp. 35.999,00 ribu , hanya terealisasi sebesar
Rp. 16.843,69 ribu. Kendala dilapangan adalah pemanfaatan dan
1
pengelolaannya galian golongan C belum sesuai apa yang diharapkan, karena
banyaknya penambang-penambang liar yang tidak mempunyai SIPD,
sehingga pemasukan untuk PAD relatif kurang bisa diharapkan disamping itu
didalam eksploitasinya mereka kurang memperhatikan kelestarian
lingkungan.
4.1.3. SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN
Konsep atau definisi industri pengolahan yang digunakan dalam
penghitungan PDRB mengacu pada konsep dan definisi yang telah
dibakukan. Industri adalah suatu unit produksi yang melakukan kegiatan
mengubah barang dasar (bahan baku/bahan mentah) menjadi barang setengah
jadi atau barang jadi dan atau dari barang yang kurang nilainya menjadi
barang yang lebih tinggi nilainya. Menurut Kementrian Perindustrian (tahun
2011) industri di kelompokkan atau di golongkan menjadi tiga, yaitu:
1. Industri Besar
2. Industri Menengah
3. Dan Industri Kecil dan atau Mikro.
Sedangkan menurut jumlah tenaga kerjanya industri dapat
digolongkan menjadi empat, yaitu :
1. Industri besar : Adalah perusahaan industri yang mempunyai jumlah tenaga kerja paling sedikit 100 orang.
2. Industri sedang : Adalah perusahaan industri yang mempunyai jumlah tenaga kerja antara 20 - 99 orang.
3. Industri kecil : Adalah perusahaan industri yang mempunyai jumlah tenaga kerja antara 5 - 19 orang.
4. Industri rumah tangga
: Adalah perusahaan industri yang mempunyai jumlah tenaga kerja antara 1 - 4 orang.
Nilai Tambah Bruto (NTB) sektor Industri Pengolahan pada tahun
2011 adalah sebesar Rp. 1.366.220,67 juta atas dasar harga berlaku dan Rp.
738.328,22 juta atas dasar harga konstan dan memberikan sumbangan/
konstribusi terhadap PDRB cukup besar yaitu 18,02% atas dasar harga
berlaku dan 22,58% atas dasar harga konstan. Keberadaan Industri di
Kabupaten Sragen selama ini tidak merata. Industri besar/sedang khususnya
1
tekstil berada di Kecamatan Sidoharjo, Masaran, Sambungmacan dan
Gondang. Di Kecamatan Sragen terdapat pabrik gula dan pabrik rokok.
Sedangkan untuk industri kecil/rumah tangga lebih banyak terdapat di
Kecamatan Kalijambe, Plupuh, Masaran, Karangmalang, Tanon, Gemolong,
Sukodono dan Gesi.
Pertumbuhan sektor Industri Pengolahan di tahun 2011 mencapai
14,72 % atas dasar harga berlaku dan 8,05 % atas dasar harga konstan. Andil
terbesar terhadap sektor Industri Pengolahan diberikan oleh sub sektor
industri tekstil sebesar 9,36% atas dasar harga berlaku dan 13,45 % atas dasar
harga konstan, kemudian sub sektor industri makanan sebesar 6,71% atas
dasar harga berlaku dan 6,88% atas dasar harga konstan disusul sub sektor
industri kayu sebesar 1,39 % atas dasar harga berlaku dan 1,59 % atas dasar
harga konstan.
4.1.4. SEKTOR LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH.
Nilai Tambah Bruto sektor Listrik, Gas dan Air Bersih tahun 2011
tercatat sebesar Rp. 131.338,06 juta atas dasar harga berlaku dan Rp.
39.640,94 juta atas dasar harga konstan, mengalami laju pertumbuhan
sebesar 10,22 % atas dasar harga berlaku dan 7,07% atas dasar harga
konstan. Untuk pertumbuhan sub sektornya, sub sektor listrik tercatat sebesar
10,32 % atas dasar harga berlaku dan 7,40 % atas dasar harga konstan dan
sub sektor air bersih tumbuh sebesar 7,66 % atas dasar harga berlaku dan
1,78% atas dasar harga konstan.
Sumbangan sektor tersebut terhadap PDRB masih kecil yaitu sebesar
1,73% atas dasar harga berlaku dan 1,21 % atas dasar harga konstan. Dengan
sumbangan sub sektornya, sub sektor listrik sebesar 1,67 % atas dasar harga
berlaku dan 1,14 % atas dasar harga konstan. Sedangkan untuk sub sektor air
bersih memberikan andil lebih kecil yaitu 0,06 % atas dasar harga berlaku dan
0,07 % atas dasar harga konstan.
1
Tabel : 4.11. JUMLAH PELANGGAN PDAM DAN LISTRIK DI KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2000 – 2011
T A H U N
JUMLAH PELANGGAN
P D A M LISTRIK PLN
200020012002200320042005200620072008200920102011
26.42127.48128.27028.24628.75529.72130.43231.79233.393
35.578 36.428
38.813
151.686155.208159.198166.760173.207175.971180.022208.209212.331217.195222.094231.266
Sumber : PLN Cabang Surakarta dan PDAM Kab. Sragen
4.1.5. SEKTOR BANGUNAN / KONSTRUKSI
Sektor Bangunan yang tercakup dalam kegiatan ini antara lain,
kegiatan pembangunan fisik berupa gedung, jembatan, jalan, terminal,
instalasi, irigasi dan sebagainya dengan catatan kegiatan tersebut dilakukan di
wilayah Kabupaten Sragen tanpa melihat asal kontraktor baik dikerjakan
oleh perorangan maupun perusahanan.
Tahun 2011 sektor Bangunan mengalami pertumbuhan untuk harga
berlaku sebesar 9,71% dan 6,18% atas dasar harga konstan, dengan Nilai
Tambah Bruto sebesar Rp. 344.738,71 juta atas dasar harga berlaku dan Rp.
144.562,85 juta atas dasar harga konstan. Kontribusi / sumbangan sektor ini
terhadap total PDRB jika menurut harga berlaku adalah sebesar 4,55 % atas
dasar harga berlaku dan 4,42 % atas dasar harga konstan.
4.1.6. SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran merupakan sektor yang
cukup dominan karena andil yang diberikan sektor ini menduduki peringkat
ketiga setelah sektor Pertanian dan sektor Industri Pengolahan, dengan andil
dalam PDRB sebesar 17,83 % atas dasar harga berlaku dan 19,11 % atas
dasar harga konstan, dengan Nilai Tambah Bruto sebesar Rp. 1.351.820,30
juta atas dasar harga berlaku dan Rp. 624.966,87 juta atas dasar harga
1
konstan. Dengan pertumbuhan sebesar 14,52 % atas dasar harga berlaku dan
8,36% atas dasar harga konstan.
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran terdiri dari tiga sub sektor,
yaitu sub sektor perdagangan berat/eceran, sub sektor hotel/losmen dan sub
sektor restoran/rumah makan. Andil terbesar untuk sektor Perdagangan Hotel
dan Restoran atas dasar harga berlaku, diberikan oleh sub sektor
perdagangan besar/eceran yang tercatat sebesar 81,86 %, kemudian sub
sektor restoran/rumah makan 18,07 % dan sub sektor perhotelan sebesar
0,07%. Sedangkan untuk harga konstannya, sub sektor perdagangan
besar/eceran tercatat sebesar 84,60 %, kemudian sub sektor restoran/rumah
makan 15,33 % dan sub sektor perhotelan sebesar 0,06%. Sedangkan untuk
pertumbuhan, sub sektor perdagangan besar/eceran tumbuh sebesar 14,47 %
atas dasar harga berlaku dan 8,65 % atas dasar harga konstan. Sub sektor
hotel/losmen tumbuh sebesar 14,41 % atas dasar harga berlaku dan 6,69 %
atas dasar harga konstan dan sub sektor restoran/rumah makan tumbuh
sebesar 14,74 % atas dasar harga berlaku dan 6,83 % atas dasar harga
konstan.
4.1.7. SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
Nilai Tambah Bruto (NTB) untuk sektor Pengangkutan dan
Komunikasi terdiri dari sub sektor pengangkutan, yang terdiri atas angkutan
kereta api dan angkutan jalan raya. Sedangkan sub sektor komunikasi terdiri
dari pos dan giro dan telekomunikasi (telephon seluler/kabel).
Nilai Tambah Bruto sektor Pengangkutan dan Komunikasi tercatat
sebesar Rp. 299.218,38 juta atas dasar harga berlaku dan Rp.110.010,66 juta
atas dasar harga konstan, yang terdiri dari sub sektor pengangkutan sebesar
Rp. 252.532,24 juta atas dasar harga berlaku dan Rp. 95.383,53 juta atas
dasar harga konstan. Dan sub sektor komunikasi sebesar Rp. 46.686,14 juta
atas dasar harga berlaku dan Rp. 14.627,13 juta atas dasar harga konstan.
Sub sektor pengangkutan pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan
yang cukup baik yaitu masing-masing sebesar 10,26 % atas dasar harga
berlaku dan 7,70% atas dasar harga konstan, dengan share/sumbangan
terhadap PDRB sebesar 3,33 % atas dasar harga berlaku dan 2,92 % atas
dasar harga konstan. Sedangkan sub sektor komunikasi mengalami
1
pertumbuhan sebesar 11,82 % atas dasar harga berlaku dan 6,86 % atas dasar
harga konstan dan memberikan andil terhadap PDRB dibawah satu persen.
Meskipun sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan
kontribusi relatif kecil terhadap total PDRB namun berperan cukup penting
terhadap kelancaran kegiatan perekonomian Kabupaten Sragen khususnya
dalam kelancaran distribusi barang dan jasa dari produsen ke konsumen.
Tabel : 4.12. BANYAKNYA KENDARAAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2000 – 2011
No Jenis 2009 2010 20111 2 3 4 5
1 Bus 669 675 7102 Pick Up 2.714 3.218 3.7373 Truck 2.766 3.525 3.951
4 Terminal 3 3 35 Sub Terminal 3 9 96 Agen/biro Perjln 9 42 427 Ekspedisi 5 5 58 Perusahaan Angkt
a. Angkt Barang 7 21 44b. Angkt Penumpang 88 90 91
9 Jumlah Armadaa. Angkt Barang 25 118 119b. Angkt Penumpang 699 565 562
Sumber : Dinas Perhubungan dan Komunikasi Kab. Sragen
4.1.8. SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN
Sektor ini terdiri dari beberapa sub sektor yakni, sub sektor
Perbankan, Lembaga Keuangan bukan Bank yang terdiri atas koperasi,
pegadaian dan asuransi. Jasa Penunjang Keuangan, Sewa bangunan dan
Jasa Perusahaan. Nilai Tambah Bruto sektor Keuangan pada tahun 2011
tercatat sebesar Rp. 301.036,09 juta atas dasar harga berlaku dan Rp.
134.366,55 juta atas dasar harga konstan. Sektor ini tumbuh sebesar 11,08%
atas dasar harga berlaku dan 7,04 % atas dasar harga konstan. Sektor ini
dapat memberikan sumbangan terhadap PDRB Kabupaten sebesar 3,97 %
atas dasar harga berlaku dan 4,11 % atas dasar harga konstan.
1
- Sub sektor Perbankan. Nilai Tambah Bruto sub sektor ini pada tahun 2011
sebesar Rp. 163.503,46 juta atas dasar harga berlaku dan Rp. 63.018,27
juta dan tumbuh sebesar 10,63 % atas dasar harga berlaku dan 7,55 % atas
dasar harga konstan. Pertumbuhan sub sektor perbankan yang positif ini
sebagai pertanda bahwa roda perekonomian di Kabupaten Sragen masih
berjalan dengan baik yang terlihat dari besaran kredit yang dikeluarkan
oleh perbankan selalu meningkat. Walaupun kontribusi sektor Bank pada
tahun 2011 masih kecil, tetapi peran sub sektor sangat vital didalam
mendorong pertumbuhan sektor-sektor ekonomi lainnya. Sumbangan sub
sektor ini terhadap PDRB adalah sebesar 2,16 % atas dasar harga berlaku
dan 1,93 % atas dasar harga konstan.
- Sub sektor Lembaga Keuangan Bukan Bank pada tahun 2010 memiliki
Nilai Tambah Bruto sebesar Rp. 21.675,49 juta atas dasar harga berlaku
dan Rp. 8.354,27 juta. Tumbuh masing-masing sebesar 11,72 % atas dasar
harga berlaku dan 6,45 % atas dasar harga konstan, adanya pertumbuhan
yang positif ini menunjukkan bahwa lembaga koperasi, pegadaian dan
asuransi masih diminati oleh masyarakat, namun demikian kontribusi
terhadap total PDRB juga masih relatif kecil (dibawah 1 %)
- Sub sektor : Sewa Bangunan. Nilai Tambah Bruto sektor ini pada tahun
2011 sebesar Rp. 75.624,15 juta atas dasar harga berlaku dan Rp.
47.685,16 juta dan tumbuh sebesar 11,76 % atas dasar harga berlaku dan
6,86 % atas dasar harga konstan. Sumbangan sub sektor ini terhadap
PDRB hanya sebesar 1,00 % atas dasar harga berlaku dan 1,46 % atas
dasar harga konstan.
- Sub sektor : Jasa Perusahaan Nilai Tambah Bruto sektor ini pada tahun
2011 sebesar Rp. 40.232,99 juta atas dasar harga berlaku dan Rp.
15.308,85 juta atau tumbuh sebesar 11,34 % atas dasar harga berlaku dan
5,81 % atas dasar harga konstan. Sumbangan sub sektor ini terhadap
PDRB adalah sebesar 0,53 % atas dasar harga berlaku dan 0,47 % atas
dasar harga konstan.
1
4.1.9. SEKTOR JASA – JASA
Sektor ini terdiri dari 2 (dua) sub sektor yaitu sub sektor
Pemerintahan Umum & Hankam, yang terdiri atas Jasa Administrasi
Pemerintahan dan Pertahanan serta Jasa Pemerintah lainnya. Sub sektor
kedua adalah Jasa-Jasa Swasta yang terdiri atas Jasa Sosial Kemasyarakatan,
Jasa Hiburan dan Rekreasi dan Jasa Perorangan dan Rumah Tangga. Pada
tahun 2011 sektor Jasa-Jasa memberikan andil terhadap total PDRB adalah
sebesar 14,47 % atas dasar harga berlaku atau senilai Rp. 1.096.836,14 juta,
sedangkan atas dasar harga konstan sebesar 12,47 % atau Rp. 407.732,68
juta. Dari besarnya andil terhadap total PDRB, terlihat bahwa sektor Jasa-
Jasa cukup berperan dalam pergerakan ekonomi di Kabupaten Sragen, dengan
masing-masing sub sektor adalah sebagai berikut:
- Sub sektor Pemerintahan Umum & Hankam. NTB (Nilai Tambah Bruto)
sub sektor ini diperoleh dari upah dan gaji semua Pegawai Negeri Sipil,
TNI dan Polri serta Belanja Pegawai dari alokasi APBD termasuk
APPKD. Pada tahun 2011 Nilai Tambah Bruto sub sektor ini menurut
harga berlaku tercatat sebesar Rp. 870.869,73 juta atau mengalami
kenaikan sebesar 14,08 %. Kemudian untuk harga konstan, tercatat sebesar
Rp. 326.139,34 juta atau mengalami pertumbuhan sebesar 7,76%.
Sedangkan andil yang diberikan terhadap total PDRB Kabupaten adalah
sebesar 11,49 % atas dasar harga berlaku dan 9,97 % atas dasar harga
konstan. Dari angka tersebut terlihat bahwa sub sektor Pemerintahan
Umum dan Hankam merupakan sub sektor yang paling berperan dalam
pembentukan NTB sektor Jasa-Jasa.
- Sub sektor Sosial & Kemasyarakatan, kegiatan ini utamanya adalah jasa
pendidikan dan kesehatan yang diselenggarakan oleh swasta dan jasa
kemasyarakatan lainnya seperti PMI. Andil dan pertumbuhan pada sub
sektor ini dalam beberapa tahun selalu menunjukkan angka yang positif,
hal tersebut tidak lepas karena faktor penduduk yang terus tumbuh, yang
notabene akan menggunakan jasa-jasa tersebut. Pada tahun 2011 NTB atas
dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp. 225.966,41 juta dengan
pertumbuhan mencapai angka sebesar 13,02 % dan untuk harga konstan
NTB sub sektor ini tercatat Rp. 52.688,45 juta dan mengalami
pertumbuhan 5,92 %, sedangkan andil terhadap total PDRB adalah
1
sebesar 1,91 % menurut harga berlaku dan 1,61 % menurut harga
konstan.
- Sub sektor hiburan dan rekreasi, andalan yang dapat diunggulkan pada
sub sektor ini bagi pemerintah Kabupaten Sragen masih relatif kecil,
karena masih terbatasnya kawasan wisata dan tempat hiburan, sehingga
andil sub sektor ini bagi PDRB Kabupaten Sragen masih relatif kecil pula.
Pada tahun 2011 pertumbuhan atas dasar harga berlaku tercatat sebesar
15,78 % atau senilai Rp. 1.267,17 juta, dan sebesar 7,42 % atas dasar
harga konstan atau senilai Rp. 475,58 juta, dengan andil taerhadap PDRB
sebesar 0,02 % atas dasar harga berlaku dan 0.01 % atas dasar harga
konstan.
- Jasa Perorangan dan Rumah Tangga, kegiatan yang tercakup pada sub
sektor ini adalah kegiatan yang ditujukan untuk melayani perorangan dan
rumah tangga serta dilakukan oleh perorangan, misalnya tukang semir,
salon, bengkel dan lain-lain. Pada tahun 2011, NTB sub sektor ini tercatat
sebesar Rp. 79.694,51 juta dan mencapai pertumbuhan sebesar 14,14 %
atas dasar harga berlaku dan NTB atas dasar harga konstan tercatat
sebesar Rp28.429,31 juta dengan pertumbuhan sebesar 6,14 %. Andil sub
sektor ini terhadap total PDRB adalah sebesar 1,05 % atas dasar harga
berlaku dan 0,87 % atas dasar harga konstan. Jasa perorangan dan rumah
tangga pertumbuhannya cukup fluktuatif karena kegiatan ini mudah sekali
berubah dan menyesuaikan permintaan pasar.
1