Ular Berbisa

13
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan keracunan. Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan. Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang sering terjadi di daerah tropis dan subtropis. Mengingat masih sering terjadi keracunan akibat gigitan ular maka untuk dapat menambah pengetahuan masyarakat kami menyampaikan informasi mengenai bahaya dan pertolongan terhadap gigitan ular berbisa. 1,2,3 Ular merupakan jenis hewan melata yang banyak terdapat di Indonesia. Spesies ular dapat dibedakan atas ular berbisa dan ular tidak berbisa. Ular berbisa memiliki sepasang taring pada bagian rahang atas. Pada taring tersebut terdapat saluran bisa untuk menginjeksikan bisa ke dalam tubuh mangsanya secara subkutan atau intramuskular. 1,2,3

description

Ular Berbisa snake bite

Transcript of Ular Berbisa

8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan keracunan. Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan. Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang sering terjadi di daerah tropis dan subtropis. Mengingat masih sering terjadi keracunan akibat gigitan ular maka untuk dapat menambah pengetahuan masyarakat kami menyampaikan informasi mengenai bahaya dan pertolongan terhadap gigitan ular berbisa. 1,2,3Ular merupakan jenis hewan melata yang banyak terdapat di Indonesia. Spesies ular dapat dibedakan atas ular berbisa dan ular tidak berbisa. Ular berbisa memiliki sepasang taring pada bagian rahang atas. Pada taring tersebut terdapat saluran bisa untuk menginjeksikan bisa ke dalam tubuh mangsanya secara subkutan atau intramuskular. 1,2,3Bisa adalah suatu zat atau substansi yang berfungsi untuk melumpuhkan mangsa dan sekaligus juga berperan pada sistem pertahanan diri. Bisa tersebut merupakan ludah yang termodifikasi, yang dihasilkan oleh kelenjar khusus. Kelenjar yang mengeluarkan bisa merupakan suatu modifikasi kelenjar ludah parotid yang terletak di setiap bagian bawah sisi kepala di belakang mata. Bisa ular tidak hanya terdiri atas satu substansi tunggal, tetapi merupakan campuran kompleks, terutama protein, yang memiliki aktivitas enzimatik. 1,2,3Efek toksik bisa ular pada saat menggigit mangsanya tergantung pada spesies, ukuran ular, jenis kelamin, usia, dan efisiensi mekanik gigitan (apakah hanya satu atau kedua taring menusuk kulit), serta banyaknya serangan yang terjadi. 1,2,31.2Rumusan Masalah1. Apa definisi dari gigitan ular (snake bite)?

2. Apa etiologi dan faktor resiko dari gigitan ular (snake bite)?

3. Apa saja klasifikasi dari gigitan ular (snake bite)?

4. Bagaimana gejala klinis dari gigitan ular (snake bite)?

5. Bagaimana penegakan diagnosis dari gigitan ular (snake bite)?

6. Bagaimana patofisiologi dari gigitan ular (snake bite)?

7. Bagaimana penatalaksanaan dari gigitan ular (snake bite)?

8. Bagaimana komplikasi dari gigitan ular (snake bite)?

9. Bagaimana prognosis dari gigitan ular (snake bite)?

1.3Tujuan1. Mengetahui definisi dari gigitan ular (snake bite).

2. Mengetahui etiologi dan faktor resiko dari gigitan ular (snake bite).

3. Mengetahui saja klasifikasi dari gigitan ular (snake bite).

4. Mengetahui gejala klinis dari gigitan ular (snake bite).

5. Mengetahui penegakan diagnosis dari gigitan ular (snake bite).

6. Mengetahui patofisiologi dari gigitan ular (snake bite).

7. Mengetahui penatalaksanaan dari gigitan ular (snake bite).

8. Mengetahui komplikasi dari gigitan ular (snake bite).

9. Mengetahui prognosis dari gigitan ular (snake bite).

1.4Manfaat Menambah wawasan mengenai penyakit bedah khususnya snake bite. Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit bedah. BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1DefinisiGigitan ular (snake bite) merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh gigitan ular baik ular berbisa maupun tidak. Secara garis besar ular berbisa dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok: Colubridae (Mangroce cat snake, Boiga dendrophilia, dan lain-lain), Elapidae (King cobra, Blue coral snake, Sumatran spitting cobra, dan lain-lain), dan Viperidae (Borneo green pit viper, Sumatran pit viper, dan lain-lain).12.2Etiologi dan Faktor Resiko

Ular adalah binatang yang tidak menyerang tanpa provokasi. Dia lebih memilih untuk menghindari manusiajika hal itu memungkinkan, bahkan kobra sekalipun. Ular menyerang manusia karena mereka terpojok dan merasa terancam. Tindakan gigitan ular adalah salah satu bentuk pertahanan mereka dari ancaman manusia. Kebanyakan gigitan ular pada manusia, karena faktor ketidaksengajaan atau kebetulan.Sebagian besar korban adalah orang-orang yang bekerja di lapangan,seperti petani sawah,atau di perkebunan teh, kopi, atau buah-buahan. Biasanya mereka tidak menyadari akan keberadaan ular,sehingga pada saat sedang melakukan aktivitas tanpa sadar tangan/kaki mereka berada dijarakjangkau gigitan ular. Begitu juga dengan karyawan-karyawan yang bekerja di pertambangan, serta di hutan.

Pada umumnya korban gigitan ular adalah laki-laki dengan usia antara 17 sampai tahun, seringkali dalam kondisi mabuk, sedang melakukan aktifitas berkebun, atau sedang menangkap bahkan bermain dengan ular. Waktu gigitan biasanya terjadi pada malam hari dan gigitan lebih sering terjadi pada ekstremitas.pada tahun 1992 melakukan penelitian terhadap korban gigitan ular, mendapatkan tempat gigitan pada tungkai atau kaki (83,3%) dan lengan atau tangan (17,7%).2.3Klasifikasi

2.4Gejala Klinis

Secara umum, akan timbul gejala lokal dan gejala sistemik pada semua gigitan ular. 41. Gejala lokal

a. Edema

b. Nyeri tekan pada luka gigitan

c. Ekimosis (kulit kegelapan karena darah yang terperangkap di jaringan bawah kulit)2. Gejala sistemik

a. Hipotensi

b. Otot melemah

c. Berkeringat

d. Menggigil

e. Mual

f. Hipersalivasi (ludah bertambah banyak)

g. Muntah

h. Nyeri kepala

i. Pandangan kabur

Gigitan Elapidae (misal: ular kobra, ular weling, ular welang, ular sendok, ular anang, ular cabai, coral snakes, mambas, kraits) : 41. Semburan kobra pada mata dapat menimbulkan rasa sakit yang berdenyut, kaku pada kelopak mata, bengkak di sekitar mulut.

2. Gambaran sakit yang berat, melepuh, dan kulit yang rusak.

3. Setelah digigit ular.a. 15 menit, muncul gejala sistemik.

b. 10 jam, paralisis urat-urat di wajah, bibir, lidah, tenggorokan, sehingga sukar bicara, susah menelan, otot lemas, kelopak mata menurun, sakit kepala, kulit dingin, muntah, pandangan kabur, mati rasa di sekitar mulut.

Kematian dapat terjadi dalam 24 jam.

Gigitan Viperidae/Crotalidae (ular: ular tanah, ular hijau, ular bandotan puspo) : 41. Gejala lokal timbul dalam 15 menit, atau setelah beberapa jam berupa bengkak di dekat gigitan yang menyebar ke seluruh anggota badan.

2. Gejala sistemik muncul setelah 5 menit atau setelah beberapa jam.

3. Keracunan berat ditandai dengan pembengkakan di atas siku dan lutut dalam waktu 2 jam atau ditandai dengan perdarahan hebat.

Gigitan Hydropiidae (misalnya: ular laut):

1. Segera timbul sakit kepala, lidah terasa tebal, berkeringat, dan muntah.

2. Setelah 30 menit sampai beberapa jam biasanya timbul kaku dan nyeri menyeluruh, dilatasi pupil, spasme otot rahang, paralisis otot, mioglobulinuria yang ditandai dengan urin warna coklat gelap (ini penting untuk diagnosis), ginjal rusak, henti jantung.

Gigitan Rattlesnake dan Crotalidae (misalnya: ular tanah, ular hijau, ular bandotan puspo) :41. Gejala lokal: ditemukan tanda gigitan taring, pembengkakan, ekimosis, nyeri di daerah gigitan, semua ini indikasi perlunya pemberian polivalen crotalidae antivenin.

2. Anemia, hipotensi, trombositopeni.2.5Penegakan Diagnosis

Diagnosis definitif gigitan ular berbisa ditegakkan berdasarkan identifikasi ular yang menggigit dan adanya manifestasi klinis. Ular yang menggigit sebaiknya dibawa dalam keadaan hidup atau mati, baik sebagian atau seluruh tubuh ular. Perlu juga dibedakan apakah gigitan berasal dari ular yang tidak berbisa atau binatang lain, dari pemeriksaan fisik pada luka gigitan yang ditinggalkan. Bila tidak dapat mengidentifikasi ular yang menggigit, manifetasi klinis menjadi hal yang utama dalam menegakkan diagnosis.

2.6Patofisiologi

2.7Penatalaksanaan

Sebelum dibawa ke rumah sakit : 41. Diistirahatkan dalam posisi horizontal terhadap luka gigitan.2. Bila belum tersedia antibisa, ikatlah 2 ujung yang terkena gigitan. Tindakan ini kurang berguna jika dilakukan lebih dari 30 menit paskagigitan.

Setelah dibawa ke rumah sakit, beri SABU (Serum Anti Bisa Ular) polivalen 1 ml yang berisi : 41. 10-50 LD50 bisa Ankystrodon

2. 25-50 LD50 bisa Bungarus

3. 25-50 LD50 bisa Naya sputarix

4. Fenol 0,25% v/vTeknik Pemberian:

2 vial @ 5 ml intravena dalam 500 ml NaCl 0,9 % atau Dextrose 5% dengan kecepatan 40-80 tetes per menit. Maksimal 100 ml (20 vial).

2.8Komplikasi

2.9Prognosis

BAB III

PENUTUP

3.1Kesimpulan

3.2Saran

DAFTAR PUSTAKA

1. Guidelines for the Clinical Management of Snakes bites in the South-East Asia Region, World Health Organization, 2005.2. Pedoman Pertolongan Keracunan untuk Puskesmas, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2002.

3. Snake Venom: The Pain and Potential of Poison, The Cold Blooded News Vol. 28, Number 3, March, 2001.

4. Sudoyo AW, et.al. (ed.) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. 2006. FK UI. Jakarta. Hlm. 210-212.