UKM Kripik Tempe Sanan yang Memberdayakan Masyarakat Kelurahan Purwantoro (Andistya oktaning listra)

12
Judul : UKM Kripik Tempe Sanan yang Memberdayakan Masyarakat Kelurahan Purwantoro Nama : Andistya Oktaning Listra NIM/Absen : 0910210022/06 I. PENDAHULUAN Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM merupakan sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan merupakan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI No. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.” Ditilik dari segi pemberdayaan masyarakat peran Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tidak perlu diragukan lagi. Sejarah telah menunjukkan bahwa UKM di Indonesia menjadi katup penyelamat krisis ekonomi tahun 1997 karena kemampuannya memberikan sumbangan yang besar dalam membasmi hantaman PHK dan sempitnya lapangan pekerjaan. Eksistensi UKM kala itu telah berubah menjadi solusi “dunia kerja baru” yang fleksibel bagi semua lapisan masyarakat, secara tidak langsung disinilah terjadi

description

menjelaskan pemberdayaan masyarakat di kelurahan purwantoro yaitu pada sentra keripik tempe sanan

Transcript of UKM Kripik Tempe Sanan yang Memberdayakan Masyarakat Kelurahan Purwantoro (Andistya oktaning listra)

Page 1: UKM Kripik Tempe Sanan yang Memberdayakan Masyarakat Kelurahan Purwantoro (Andistya oktaning listra)

Judul : UKM Kripik Tempe Sanan yang Memberdayakan Masyarakat

Kelurahan Purwantoro

Nama : Andistya Oktaning Listra

NIM/Absen : 0910210022/06

I. PENDAHULUAN

Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM merupakan sebuah istilah yang

mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp

200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan merupakan usaha

yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI No. 99 tahun 1998 pengertian

Usaha Kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang

usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi

untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.”

Ditilik dari segi pemberdayaan masyarakat peran Usaha Kecil dan Menengah

(UKM) tidak perlu diragukan lagi. Sejarah telah menunjukkan bahwa UKM di

Indonesia menjadi katup penyelamat krisis ekonomi tahun 1997 karena

kemampuannya memberikan sumbangan yang besar dalam membasmi hantaman

PHK dan sempitnya lapangan pekerjaan. Eksistensi UKM kala itu telah berubah

menjadi solusi “dunia kerja baru” yang fleksibel bagi semua lapisan masyarakat,

secara tidak langsung disinilah terjadi proses pemberdayaan masyarakat hal ini

dikarenakan UKM berorientasi ke masyarakat dimana membantu dalam

mengembangkan diri atas dasar inovasi-inovasi yang ada, menetapkannya secara

partisipatoris, dan pendekatannya lebih terspesialisasi pada kebutuhan masyarakat,

baik dalam bentuk layanan individu maupun kelompok (Sikhondze : 1999).

Adapun bentuk pemberdayaan masyarakat melalui UKM keripik tempe yang

sudah tak terhitung jumlahnya di negeri ini. Salah satu contoh konkretnya adalah

UKM Keripik Tempe Sanan yang sebagian besar warganya sebagai pengusaha

kripik tempe. Masuk melalui gapura tersebut, kita akan mendapati kios-kios lain

yang berjajar di sepanjang jalan. Kios-kios dengan berbagai nama ini khusus

Page 2: UKM Kripik Tempe Sanan yang Memberdayakan Masyarakat Kelurahan Purwantoro (Andistya oktaning listra)

menjual keripik tempe. Masuk ke beberapa gang kecil di kanan atau kiri jalan,

hamparan kios keripik tempe memang tak lagi menghadang. Pemandangan akan

berubah menjadi hamparan rumah-rumah biasa yang sekaligus menjadi tempat

produksi keripik tempe maupun produksi tempe.

Tempe sebenarnya merupakan produk andalan Kampung Sanan. Sebelum

dikenal sebagai sentra keripik tempe, Sanan telah lama dikenal sebagai sentra tempe.

Hampir seluruh penduduk kampung tersebut sejak puluhan tahun lalu bergiat sebagai

produsen tempe, namun hanya menjual tempe yang rasa dan bentuknya masih

orisinil. Hingga pada suatu saat munculah ide pengembangan kripik tempe sebagai

solusi jika tempe-tempe yang dijual di pasar tidak laku, tempe tersebut akan

dijadikan keripik tempe. Ternyata solusi ini berjalan efektif dan sangat bermanfaat

bagi masyarakat di Kampung Sanan, selain kualitas produk tempe mereka

meningkat, kerugian akibat kadaluwarsa dapat diatasi, bahkan laba yang diperoleh

pun jauh lebih banyak sehingga kesejahteraan masyarakat Sanan meningkat.

II. TEORI

Dusun Sanan terdiri atas tiga rukun warga (RW), yakni RW 14, 15 dan 16.

Sedikitnya terdapat 413 perajin. Berdasarkan kelompok usaha, tercatat 336 produsen

tempe, lima perajin tahu, 71 perajin keripik tempe, dan satu perajin susu kedelai.

Darisini dapat terlihat bahwa prospek kripik tempe sebagai industri makanan ringan

telah diterima oleh semua segmen, dan hampir di semua pasar, swalayan maupun toko

dapat dijumpai kripik tempe produksi Sanan. Namun sayangnya, UKM Kripik Tempe

Sanan sempat terpuruk dihantam melonjaknya harga kedelai impor sejumlah daerah di

Tanah Air. Kenaikan mencolok, misalnya, terjadi pada komoditas kedelai yang naik

sejak bulan Desember 2010, yakni dari Rp 5.800 per kilogram menjadi Rp 6.200 per

kilogram. Naiknya harga kedelai disikapi beragam oleh sejumlah perajin berbahan baku

kedelai di Malang, Jawa Timur. Produsen tempe mengurangi ukuran, sementara perajin

keripik tempe rela mengurangi margin keuntungan karena tidak bisa menaikkan harga.

Di Malang harga kedelai Rp 6.200 per kg. Sebelumnya, harga kedelai rata-rata di bawah

Rp 6.000 per kg. Kenaikan harga terjadi sejak akhir Desember.

Page 3: UKM Kripik Tempe Sanan yang Memberdayakan Masyarakat Kelurahan Purwantoro (Andistya oktaning listra)

Secara tidak langsung dampak kenaikan harga kedelai mengakibatkan banyak

perajin terpaksa beralih profesi. Darisinilah terasa dampak penurunan produksi keripik

tempe di Kampung Sanan yang akhirnya menimbulkan simpati pemerintah untuk segera

memberdayakan masyarakat ke usaha mereka semula melalui Primkopti Bangkit Usaha

yang memiliki unit usaha unggulan kedelai, simpan pinjam, warung serba ada

(Waserda), penyertaan modal, dan jasa. Dalam hal ini, Primkopti telah berhasil

memberdayakam Masyarakat Sanan hingga mencapai sisa hasil usaha (SHU) sebesar

Rp205,375 juta kepada anggota dengan total aset mencapai Rp6,389 miliar. Secara tidak

langsung, ini semua tidak terlepas dari keberhasilan Waserda dalam menyediakan

kebutuhan alat - alat atau sarana pengolah tempe dan bahan baku pengolah keripik

tempe, serta kebutuhan sehari-hari anggota. Omzet Primkopti Bangkit Usaha Kota

Malang mencapai Rp36 miliar per tahun. Omzet sebesar itu terutama disumbang dari

penjualan kedelai yang mencapai 13 ton per hari sehingga produktifitas produsen

pengolah Kripik Tempe Sanan semakin membaik bahkan dapat menembus pasar

Surabaya, Bali, Jakarta, Bandung dan Yogyakarta.

Adapun pemberdayaan pemerintah dalam menunjang harga Kripik Tempe

Sanan, terutama mengenai pengemasannya. Rata – rata kemasan Kripik Tempe Sanan

kurang menarik hanya beberapa UKM yang memiliki modal yang lebih besar yang

menggunakan kemasan yang lebih baik tetepi selebihnya masih menggunakan plastik

SP ukuran 0,06 – 0,08 mm, bentuk empat persegi panjang, desain sangat sederhana

bahkan ada yang memperkenal merknya hanya dengan kertas kecil yang dimasukkan

kedalam kemasan plastik. Kondisi ini tentu sangat mengurangi income produsen, karena

dengan kemasan yang menarik dan memberi nilai tambah dapat menaikkan harga jual.

Kurangnya pengetahuan dari produsen tentang pentingnya arti kemasan yang baik

menjadikan kondisi diatas berlangsung terus hingga saat ini. Kerangka pemecahan

masalah tentang kemasan bagi produsen kripik tempe yaitu :

a) Pemberdayaan produsen :

Memberdayakan produsen untuk proaktif dalam usaha memperbaiki kemasan

yang digunakan, yaitu pengusaha diminta untuk menjelaskan tentang kriteria

Page 4: UKM Kripik Tempe Sanan yang Memberdayakan Masyarakat Kelurahan Purwantoro (Andistya oktaning listra)

desain kemasan yang diinginkan meliputi bahan kemasan, desain, warna,

segmen pasar dll.

b) Pendampingan

Dilakukan pendampingan pada pengusaha untuk memperbaiki kemasan.

Selain itu realisasi untuk kegiatan pendampingan ini dilakukan secara bertahap

dengan tujuan agar didapatkan hasil yang memuaskan. Beberapa tahap atau langkah

yang dilakukan yaitu :

1. Melakukan penyuluhan tentang pentingnya arti kemasan bagi produksi

kripik tempe yang dihasilkan

2. Melakukan pendampingan dalam pemilihan kemasan yang diinginkan oleh

pengusaha kripik tempe

3. Melakukan pendampingan dalam mendesain kemasan

Kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam usaha memperbaiki kemasan kripik

tempe di daerah Sanan bertujuan :

1. Membantu para pengusaha untuk memperbaiki kemasan terutama mengenai

desain kemasan.

2. Meningkatkan nilai tambah dari kemasan sehingga kripik tempe yang

diusahakan mempunyai nilai jual lebih tinggi dan diharapkan pendapatan para

pengusaha kripik tempe akan meningkat.

Selain kedua hal diatas, pemberdayaan masyarakat dari segi inovasi rasa juga bisa

menjadi alternative dalam mendiferensiasikan produk keripik tempe yang biasanya

hanya dijual dengan rasa original. Kini produsen Keripik Tempe Sanan telah

memproduksi dengan berbagai varian rasa. Ada keripik tempe rasa ayam bakar, ayam

kecap, ayam bawang, bumbu rujak, jagung manis, pedas manis, dan sambal udang. Ada

juga inovasi rasa keripik tempe yang mencoba meniru rasa masakan luar negeri.

Contohnya, keripik tempe rasa beef barbeque, jagung amerika, pepperoni, lada hitam,

dan rasa pizza. Begitu pula dengan bentuknya, ada yang persegi, persegi panjang, dan

bulat.

Page 5: UKM Kripik Tempe Sanan yang Memberdayakan Masyarakat Kelurahan Purwantoro (Andistya oktaning listra)

I. EMPIRIS

Sentra keripik tempe Sanan, Malang, dalam beberapa tahun telah berkembang

dengan pesat. Jika di awal tahun 2000 hanya ada beberapa perajin keripik tempe,

sekarang jumlah perajin bertambah berlipat-lipat. Bahkan jumlah produsen keripik

tempe saat ini telah mencapai sekitar 40% dari jumlah penduduk kampung Sanan.

Dilihat dari sisi keberhasilan dalam memberdayakan masyarakat Sanan, khususnya dari

penyerapan ketenagakerja maka hal ini semakin terwujud terutama mengatasi angka

pengangguran di Malang. Sebagai contoh, menurut data di RW 15 terdapat 184 pembuat

tempe dengan melibatkan 193 tenaga kerja, 46 pembuat dan penjual kripik tempe

dengan melibatkan 210 tenaga kerja, dan 46 peternak sapi dengan melibatkan 79 tenaga

kerja. Sedangkan di RW 16 terdapat 98 pembuat tempe dengan melibatkan 97 tenaga

kerja, 11 pembuat dan penjual kripik tempe dengan melibatkan 51 tenaga kerja, dan 17

peternak sapi dengan melibatkan 29 tenaga kerja.

Apabila jumlah produsen keripik tempe di Sanan terus mengalami peningkatan

maka secara perlahan kemajuan negara pun bisa tercapai seperti pendapat David

McClelland yaitu jika terdapat wirausahawan sedikitnya sebanyak 2% dari jumlah

penduduk, maka negara itu akan maju. Dengan 2% penduduk yang berprofesi sebagai

wirausaha dapat menampung tenaga kerja, juga dapat menciptakan kesejahteraan

masyarakat secara luas. Bahkan sekarang ada beberapa produsen Kripik Tempe Sanan

yang sudah berhasil meraup laba bersih jutaan per hari seperti data yang tertera di

bawah ini:

Page 6: UKM Kripik Tempe Sanan yang Memberdayakan Masyarakat Kelurahan Purwantoro (Andistya oktaning listra)

Disamping melihat segi positifnya, peningkatan masyarakat Sanan yang

berprofesi sebagai produsen keripik tempe memunculkan spekulasi persaingan yang

tidak sehat. Buntutnya, perang harga pun tak terhindarkan. Dengan jumlah produsen

yang semakin banyak, tingkat produktivitas pun ikut meningkat. Namun di sisi lain,

jumlah produsen yang banyak ini pun menimbulkan masalah yakni mengenai

persaingan harga. Persaingan harga keripik tempe sesama produsen semakin tak sehat.

Banyak produsen rela membanting harga supaya omzet yang diraup lebih besar. Tak

jarang, beberapa produsen merebut pelanggan produsen kripik tempe lainnya dengan

menawarkan harga yang jauh lebih murah dimana berujung pada penurunan kualitas

keripik tempe. Hal ini terus berlanjut sehingga harga keripik tempe akan semakin

merosot akibat banyaknya produsen yang saling iri dan tidak adanya suatu paguyuban

bersama bagi para produsen kripik tempe di Sanan sehingga harga keripik tempe tak

bisa seragam.

II. KESIMPULAN

UKM di Indonesia menjadi katup penyelamat krisis ekonomi tahun 1997 karena

kemampuannya memberikan sumbangan besar dalam membasmi hantaman PHK dan

sempitnya lapangan pekerjaan. Eksistensi UKM yang tidak lepas dari pertumbuhan

pesatnya setiap tahun seakan menjelma sebagai “dunia kerja baru” bagi semua lapisan

masyarakat, dimana berkontribusi pada proses pemberdayaan masyarakat. Salah satu

contohnya adalah UKM Keripik Tempe Sanan yang sebagian besar warganya sebagai

pengusaha kripik tempe. Dalam hal ini, pengembangan kripik tempe di Kampung Sanan

adalah solusi jika tempe-tempe yang dijual di pasar tidak laku namun ternyata cukup

efektif meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sanan.

Adapun langkah – langkah yang ditempuh pemerintah untuk memberdayakan

UKM Keripik Tempe Sanan ke prospek yang lebih baik, yaitu : (1) Membuka Primkopti

Bangkit Usaha sebagai unit usaha unggulan kedelai, simpan pinjam, warung serba ada

(Waserda), penyertaan modal, dan jasa, (2) Memberdayakan dan mendamping produsen

untuk proaktif dalam usaha memperbaiki kemasan keripik tempe, (3) Memberdayakan

masyarakat dari segi inovasi rasa dan bentuk. Hal ini tentu saja diharapkan dapat

Page 7: UKM Kripik Tempe Sanan yang Memberdayakan Masyarakat Kelurahan Purwantoro (Andistya oktaning listra)

meningkatkan kualitas kripik tempe dan omset masing – masing produsen keripik tempe

di Sanan.

Dari sisi keberhasilan dalam memberdayakan masyarakat Sanan, khususnya dari

penyerapan ketenagakerja maka hal ini semakin terwujud. Menurut data di RW 15

terdapat 184 pembuat tempe dengan melibatkan 193 tenaga kerja, 46 pembuat dan

penjual kripik tempe dengan melibatkan 210 tenaga kerja, dan 46 peternak sapi dengan

melibatkan 79 tenaga kerja. Sedangkan di RW 16 terdapat 98 pembuat tempe dengan

melibatkan 97 tenaga kerja, 11 pembuat dan penjual kripik tempe dengan melibatkan

51 tenaga kerja, dan 17 peternak sapi dengan melibatkan 29 tenaga kerja. Apabila

jumlah produsen keripik tempe di Sanan terus mengalami peningkatan maka secara

perlahan kemajuan negara pun bisa tercapai seperti pendapat David McClelland yaitu

jika terdapat wirausahawan sedikitnya sebanyak 2% dari jumlah penduduk, maka

negara itu akan maju. Namun di sisi lain, jumlah produsen yang banyak ini pun

menimbulkan masalah yakni mengenai persaingan harga yang tak sehat. Dimana

bermula pada beberapa produsen yang merebut pelanggan produsen kripik tempe

lainnya dengan menawarkan harga yang jauh lebih murah yang akhirnya berujung pada

penurunan kualitas keripik tempe. Oleh karena itu diperlukan adanya paguyuban

produsen Kripik Tempe Sanan yang kiranya dapat memusyawarahkan kesepakatan

harga secara bersama.

III. DAFTAR PUSTAKA

Karsidi, Ravik. “Pemberdayaan Masyarakat untuk Usaha Kecil dan Mikro”. 28 Maret 2011. digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/16261012200510131.pdf

Wikipedia. “Usaha Kecil dan Menengah”. 1 April 2011. id.wikipedia.org/wiki/Usaha_Kecil_dan_Menengah

Kementrian Koperasi dan UKM. “Metamorfosis Sebuah Sentra Keripik Tempe”.1 April 2011. http://www.sentrakukm.com/index.php/beranda/379-metamorfosis-sebuah-sentra-keripik-tempe

Arifah, Sri Mursiani. “Pendampingan Perbaikan Kemasan Kripik Tempe Pada Industri Kecil Menengah di Sanan Kecamatan Blimbing Kodya Malang”. 1 April 2011. http://skripsi.umm.ac.id/files/disk1/314/jiptummpp-gdl-res-2009-irsrimursi-15671-publikasi.pdf

Page 8: UKM Kripik Tempe Sanan yang Memberdayakan Masyarakat Kelurahan Purwantoro (Andistya oktaning listra)

Nurhajijah, Fajharin.“Pendidikan Entrepreneurship Pada Masyarakat Lokal Dalam Mencapai Keberhasilan Usaha (Studi Kasus Entrepreneur Sukses Produk Makanan di Desa Sanan Blimbing-Malang)”. 2 April 2011. http://lib.uin-malang.ac.id/fullchapter/06130039.pdf

Jurnal KUKM. “Penopang Industri Tempe Sanan”. 2 April 2011. http://www.mediacenterkopukm.com/media/1253067434UKM_JMEI_final.pdf

Artishanti. “Metamorfosis kripik Tempe”. 2 April 2011.

http://artishati.blogspot.com/

Zoraya, Nindy. “Kenaikan Harga Kedelai Mengancam Ketahanan Pangan Indonesia”. 2 April 2011. http://nindyzoraya.wordpress.com/2011/02/19/kenaikan-harga-kedelai-mengancam-ketahanan-pangan-indonesia/

Ridwan, Muhtadi. “Pola Pemahaman Agama dan Perilaku Ekonomi Masyarakat Perajin Tempe di Kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing Malang”. 2 April 2011. http://fe.uinmalang.ac.id/attachments/article/264/naskah %20ringkasan.pdf