UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

165
UJI COBA MODEL PEMBERDAYAAN SOSIAL KELUARGA PASCA BENCANA Gunawan. Dkk

Transcript of UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

Page 1: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

UJI COBAMODEL PEMBERDAYAANSOSIAL KELUARGAPASCA BENCANA

Gunawan. Dkk

Page 2: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

i

UJI COBAMODEL PEMBERDAYAAN SOSIAL KELUARGA

PASCA BENCANA ALAM

EditorDrs. Abu Hanifah

BADAN PENDIDIKAN DAN PENELITIAN KESEJAHTERAAN SOSIALPUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEJAHTERAAN SOSIALDEPARTEMEN SOSIAL RI

GUNAWAN DKK

Page 3: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

ii

Perpustakaan Nasional : katalog dalam terbitan (KDT)Gunawan dkk,Uji Coba Model Pemberdayaan Sosial Keluarga Paska Bencana Alam,cetakan pertama, Gunawan dkk.-- Jakarta:2008.viii + 155 hlm, 14.5 x 21 cm.ISBN : 978-602-8427-06-7Editor : Drs. Abu HanifahPeneliti : 1. Gunawan2. Haryati Roebyantho3. Sugiyanto4. Ruaida MurniTata Letak : Choirul UmamDisain Sampul : GunawanCetakan Pertama : Tahun 2008Penerbit : Ciputat Press (Anggota IKAPI)Jl. Kertamukti Gang Haji Nipan RT. 001/08No. 133 B Pisangan, CiputatWebsite: www.ciputatpress.comE-mail: [email protected]

Sanksi Pelanggaran Pasal 44 :Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 Perubahan atas Undang-Undang Nomor6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta.1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan ataumemperbanyak suatu atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan penjarapaling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 100.000.000(seratus juta rupiah).2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan ataumenjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Ciptasebagimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara palinglama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 50.000.000 (lima puluhjuta rupiah).

Page 4: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

iii

Kata PengantarDampak dari gerak alam yang begitu cepat bagi umat manusia(bencana alam) merupakan fenomena sosial yang telah menjadikepedulian global yang bersifat kemanusiaan (humanity). Kondisiini tercermin dari Deklarasi Hyogo dan Kerangka Aksi Hyogo(KAH) serta Aksi Beijing yang dijadikan tekad masyarakat seduniauntuk Mengurangi Resiko Bencana. Kesepakatan tentang KAHtersebut dilaksanakan selama satu dekade (2005 sampai dengan2015). Tujuan yang hendak dicapai dari kesepakatan global tersebutadalah untuk merubah penanggulangan bencana dari reponsif kepenanggulangan bencana yang bersifat menyeluruh yang dapatmemprevensi atau mitigasi dari bencana dan mengurangi ataumenghilangkan resiko bencana, baik kehidupan, asset-asset sosial,ekonomi maupun lingkungan.Tercapainya tujuan tersebut di atas, pada dasarnya merupakantanggung jawab pemerintah bersama masyarakat. Artinya setiapunsur yang ada dalam satu wilayah mempunyai peran. Unsurpelaksana dalam penanggulangan bencana alam dapatdikelompokkan dalam 3 besaran yakni pemerintah (privat sector),keluarga dan atau masyarakat (colective action sector) dan lembagausaha (privat sector). Tugas ketiga unsur tersebut secaraterintegrasi dalam tiga tahapan yang meliputi: (a) prabencana; (b)saat tanggap darurat; dan (c) pasca bencana.Ketiga tahapan dalam penanggulangan bencana alam padadasarnya mempunyai bobot yang sama, dan program untuk ketigatahapan tersebut harus memperoleh perhatian yang proporsional.Namun, jika dicermati dari berbagai kejadian bencana di beberapadaerah, pelayanan yang diberikan ketiga unsur tersebut masih lebihterkonsentrasi pelayanan pada tanggap darurat (emergensi respon).Setiap ada kejadian bencana alam, unsur yang paling rentandan paling besar menanggung resiko adalah masyarakat khususnyakeluarga. Padahal dalam penanggulangan bencana masyarakatunsur penting yang seharusnya mempunyai peran besar dalam

i

Page 5: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

iv

penanggulangannya. Sementara ini, pemerintah selalu menjaditumpuan harapan masyarakat baik dalam kondisi darurat maupunrecaveri. Bahkan ada kecenderungan masyarakat bersifatmenunggu untuk memperoleh bantuan.Salah satu alternatif untuk pengurangan resiko bencanatersebut adalah peningkatan kesiapsiagaan masyarakat padaumumnya dan keluarga secara khusus. Asumsinya, semakin siapsuatu masyarakat dalam penanggulangan bencana alam maka akansemakin kecil resiko yang diterima. Dalam kerangka pencapaiankondisi kesiapsiagaan dimaksud diperlukan model untukpeningkatan kondisi kesiapsiagaan masyarakat baik dalam kondisipra bencana, darurat, maupun pasca bencana alam.Sebagai langkah antisipasi terhadap besarnya tuntutanpeningkatan kualitas penanganan bencana alam, Pusat Penelitiandan Pengembangan Kesejahteraan Sosial pada tahun anggaran 2007telah melakukan Penggalian data dan informasi di tujuh propinsiuntuk penyusunan sebuah model pemberdayaan sosial keluargapasca bencana alam. substansi model terdiri dari 5 aspek, yaknimembangun persamaan persepsi, (2) penyadaran untuk pedulilingkungan, (3) Peningkatan kemampuan dalam penanggulanganbencana alam (4) Pengorganisasian masyarakat (5) kemitraan.Model yang dilakukan dengan pendekatan partisipasi ini padadasarnya untuk peningkatan keberdayaan masyarakat (khususnyakeluarga) dalam bidang: (1) penguasaan aset dan akses informasidalam penanggulangan bencana alam; (2) Peningkatan produktivitasdalam penanggulangan bencana alam; dan (3) peningkatan posisitawar menawar dalam penanggulangan bencana alam. Hasil daripeningkatan keberdayaan tersebut dapat dilihat juga tercermin darikemampuan keluarga untuk bersama-sama menganalisis masalah,merumuskan perencanaan program, serta evaluasi hasil kegiatanyang dilaksanakan.

ii

Page 6: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

v

Konsep “Model Pemberdayaan Sosial Keluarga Pasca BencanaAlam” yang telah tersusun pada tahun 2007 diujicobakan di dualokasi penelitian yakni Belu – Nusa Tenggara Timur dan Bondowoso– Jawa Timur. Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa kelimamuatan dalam konsep dapat dijadikan salah satu alternatif tentangpenanggulangan bencana alam. Namun untuk optimalisasi hasil darimodel peningkatan kesiapsiagaan masyarakat dalam penangananBencana alam perlu di ujicobakan di daerah lain sebagai ujipematapan model.Semoga hasil penelitian ini bermanfaat sebagai masukandalam penentuan kebijakan dan pengembangan program dari UnitTeknis Direktorat Penanganan Bencana Alam, dan Unit lain yangmempumnyai komitmen dalam pengembangan masyarakat(khususnya keluarga) di lingkungan Departemen Sosial Jakarta, Desember 2008 Kepala Puslitbang Kesos, Drs. Hadi Carito, M.Si NIP. 170014632

iii

Page 7: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

vi

AbstrakBerbagai daerah di Indonesia adalah daerah yang dikategorikanrawan bencana alam. Fenomena alam berupa gempa, gunung meletus,angin topan, gelombang pasang dan kerusakan lingkungan tersebutbaik secara parsial maupun gabungan yang beresiko besar padamanusia (bencana). Penelitian ujicoba model Pemberdayaan SosialKeluarga Pasca Bencana Alam merupakan penelitian kasus di dualokasi penelitian yakni Belu NTT dan Bondowoso Jatim yangbertujuan untuk mengetahui efektifitas model dan faktor yangberpengaruh dalam pengimplementasiannya. Penelitian inimenggunakan pola kelompok tunggal (one group pretest – postest).Informasi yang terhimpun diukur dengan teknik skoring skala Likert.Hasil dianalisis deskriptif dari penelitian ini dapat dikemukakanbahwa substansi perlakuan memberikan kontribusi terhadapperubahan perilaku kelompok eksperimen yang diukur daripeningkatan kemampuan dalam penguasaan aset dan aksesinformasi, produktifitas dalam penanggulangan bencana alam, danpeningkatan posisi tawar menawar dalam penanggulangan bencanaalam. Secara numerik, hasil skoring dari peningkatan perubahanperilaku masih relatif kecil. Faktor yang berpengaruh terhadapperubahan: komitmen pemerintah daerah cukup baik, eksistensipendamping lapangan, stimulan untuk kelompok kerja, keterbatasanwaktu penelitian, tokoh masyarakat turut memotivasi kelompokeksperimen. Model yang diujicobakan memperoleh respon yangpositif dari masyarakat, tokoh masyarakat, dan instansi sektor. Modelyang di ujicobakan masih berskala kecil yaitu di dua wilayah.Optimalisasi hasil dari model peningkatan kesiapsiagaan masyarakatdalam penanganan Bencana alam perlu di ujicobakan di daerah lainsebagai uji pemantapan model. Dalam kerangka perluasan cakupanpelayanan akan mempunyai makna yang besar jika uji pemantapanmodel ini didukungan dengan program dari Unit Teknis DirektoratPenanganan Bencana Ala m, dan Unit la i n yang mempunyaikomitmen dalam pengembangan masyarakat (khususnya keluarga)di lingkungan Departemen Sosial RI.iv

Page 8: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

vii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... iABSTRAK...................................................................................................... ivDAFTAR ISI.................................................................................................. vBAB I: PENDAHULUAN ...................................................................... 1A. Latar Belakang Masalah..................................................... 1B. Permasalahan ....................................................................... 6C. Tujuan...................................................................................... 8D. Konsep..................................................................................... 9E. Metode..................................................................................... 26F. Langka-Langkah Penelitian............................................. 34G. Organisasi Penelitian......................................................... 36BAB II: KONSEP MODEL PEMBERDAYAAN SOSIAL

KELUARGA PASCA BENCANA ALAM ............................. 37A. Dasar Pemikiran.................................................................. 37B. Maksud.................................................................................... 41C. Tujuan ..................................................................................... 41D. Pengertian ............................................................................ 41E. Pelaksanaan .......................................................................... 42BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN................. 51A. Provinsi Nusa Tenggara Timur....................................... 51B. Provinsi Jawa Timur........................................................... 62BAB IV:PENERAPAN MODEL PEMBERDAYAAN SOSIAL

KELUARGA PASCA BENCANA ALAM............................. 71A. Membangun Persamaan Persepsi............................... 71B. Penyadaran Untuk Peduli Lingkungan....................... 76v

Page 9: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

viii

C. Peningkatan Kemampuan Keluarga DalamPenanggulangan Bencana............................................... 76D. Pengorganisasian Masyarakat ..................................... 78E. Kemitraan.............................................................................. 94BAB V : PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN ....................... 95A. Perubahan Perilaku dari KelompokEksperimen ......................................................................... 96B. Faktor yang Berpengaruh .............................................. 112BAB VI: PENUTUP ................................................................................. 117A. Kesimpulan ......................................................................... 117B. Rekomendasi ...................................................................... 119Daftar Pustaka .......................................................................................... 123Lampiran ................................................................................................... 127Daftar Istilah ............................................................................................. 138Biodata Penulis ........................................................................................ 139Index ............................................................................................................ 152

vi

Page 10: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

1

BAB I

P E N D A H U L U A N

A. LATAR BELAKANG MASALAHBerbagai daerah di Indonesia berada pada titik yangdikategorikan sebagai daerah rawan bencana alam. Beberapafaktor yang mengindikasikan sebagai daerah rawan bencanatersebut adalah:1. Hasil pemetaan dari Direktorat Vulkanologi dan MitigasiBencana Geologi (DVMBG) Departemen Energi dan SumberDaya Mineral menyebutkan, bahwa Indonesia memilikigunung berapi dengan jumlah kurang lebih 240 buah, dimana hampir 70 di antaranya masih aktif. Zone kegempaandan gunung api aktif Circum Pasifik amat terkenal, karenasetiap gempa hebat atau Tsunami dahsyat di kawasan itu,dipastikan menelan korban jiwa manusia amat banyak. Dinegara ini terdapat 28 wilayah yang dinyatakan rawangempa dan tsunami. Di antaranya NAD, Sumatra Utara,Sumatra Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jateng dan DIYbagian Selatan, Jatim bagian Selatan, Bali, NTB dan NTT.Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, MalukuUtara, Maluku Selatan, Biak, Yapen dan Fak-Fak di Papuaserta Balikpapan Kaltim. Menurut data Laporan MenteriSosial Republik Indonesia yang disampaikan pada SidangKabinet Paripurna tanggal 5 Januari 2007, bahwa 440kabupaten/kota di Indonesia yang tergolong rawan bencanaalam sebanyak 383 kab/kota.2. Sebagai daerah tropis yang terletak di garis katulistiwamempunyai curah hujan tinggi pada bulan-bulan tertentu,pusaran angin (Puting Beliung).3. Kondisi di atas telah diperparah dengan aktivitas manusiadalam pengelolaan alam berakibat pada kerusakan

Page 11: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

2

lingkungan. Dalam pengertian ini kerusakan lingkunganakibat eksploitasi (penambangan, penebangan/penggundulanhutan, perkebunan, perumahan), pembakaran hutan danperlakuan manusia dalam mengelola sampah.Fenomena alam berupa gempa, gunung meletus, angintopan, gelombang pasang dan kerusakan lingkungan tersebutbaik secara parsial maupun gabungan telah berdampak padakerugian manusia (bencana). Menurut catatan MPBI(Masyarakat Pananggulangan Bencana Indonesia) yangdisiarkan pada tanggal 26 Juli menyebutkan, bahwa dalamkurun waktu 7 bulan (1 Januari sampai dengan 26 Juli 2006)tercatat sedikitnya 172 kali peristiwa alam. Peristiwa tersebuttelah merenggut 7,028 nyawa, kerugian sebesar Rp.29,83triliun, merusak ribuan rumah dan fasilitas umum,menghancurkan sumber kehidupan jutaan orang, danmenimbulkan trauma kepada masyarakat. Kerugian kolateraldari kejadian-kejadian bencana ini antara lain adalah hilangnyasumberdaya, kerusakan infrastruktur, terhenti danterganggunya kegiatan ekonomi serta perikehidupan lainnyatermasuk dampak stress dan krisis sosial-psikologis. Dariperspektif makro, dampak bencana dengan cepatmenghancurkan hasil dan menganggu proses pembangunan(Lya Anggraini, Communication Officer MPBI: 021-3147321/[email protected])Berbagai bencana di atas mengisyaratkan perlunyakesiapsiagaan pemerintah dan masyarakat dalam menghadapibencana selama dalam kondisi normal; ketika terjadi bencana;dan masa pemulihannya. Namun dalam pelaksanaanpenanggulangan dari beberapa kali kejadian bencana masihterkonsentrasi pada masa tanggap darurat dan pemulihannya,baik untuk penanganan korban yang meninggal, pelayananpengungsi di penampungan maupun pembenahan fasilitasyang rusak. Pemerintah, aparat keamanan, dan dukunganpartisipasi dari berbagai segmen masyarakat di berbagai

Page 12: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

3

belahan bumi dalam berbagai bentuk telah diberikan. Danayang besar, tenaga yang cukup banyak, dan berbagai peralatanyang ada masih belum mampu mengatasi masalah besar dankompleks secara menyeluruh. Dalam penanganan daruratmasih mengalami banyak kendala, baik karena sistem datadan informasi yang kurang memadai, koordinasi pelayananyang kurang terpadu maupun alasan kurangnya akses untukpemberian bantuan darurat. Pengalaman ini mengindikasikanbahwa kekurangsiapan pemerintah dan masyarakat dalammenghadapi bencana.Kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana terutama didaerah rawan bencana telah menjadi tuntutan global. Kondisiini tercermin dari Dokumen Deklarasi Hyogo dan KerangkaAksi Hyogo (KAH) serta Aksi Beijing yang menjadi tekadmasyarakat sedunia untuk Mengurangi Resiko Bencana.Kesepakatan tersebut dilaksanakan selama satu dekade (2005sampai dengan 2015). Tujuan yang hendak dicapai darikesepakatan global tersebut adalah untuk merubahpenanggulangan bencana dari reponsif ke penanggulanganbencana yang bersifat menyeluruh yang dapat memprevensiatau mitigasi dari bencana dan mengurangi ataumenghilangkan resiko bencana, baik kehidupan, asset-assetsosial, ekonomi maupun lingkungan. Substansi yang menjadikesepakatan masyarakat internasional tersebut antara laintentang:1. Memadukan pengurangan risiko bencana dalam kebijakandan perencanaan pembangunan;2. Mengembangkan dan menguatkan mekanisme dankapasitas kelembagaan untuk membina ketahananterhadap bahaya bencana; dan3. Memadukan secara sistematik pendekatan-pendekatanpengurangan risiko bencana kedalam penerapan program-program kesiapan, tanggap darurat, pemulihan danrekonstruksi

Page 13: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

4

Di Indonesia, KAH ini telah diadopsi sejak bulan Januari2005. Secara moral kerangka aksi tersebut telah mengikatIndonesia dan berkewajiban untuk turut serta membangunkesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana. Dalammerespon kesepakatan tersebut, pada tanggal 26 April 2007telah diundangkan Undang-Undang Tentang PenanggulanganBencana. Dalam Undang-Undang No 24 tahun 2007 tentangPenanggulangan Bencana Alam.Dalam kerangka penanggulangan bencana alam, setiapunsur yang ada dalam satu wilayah mempunyai peran. Unsurpelaksana dalam penanggulangan bencana alam dapatdikelompokkan dalam 3 besaran yakni pemerintah, masyarakatdan lembaga usaha. Pada pasal 16 disebutkan, bahwa unsurpelaksana penanggulangan bencana mempunyai tugas secaraterintegrasi dalam tiga tahapam yang meliputi: (a) prabencana;(b) saat tanggap darurat; dan (c) pasca bencana.Secara implisit Undang-Undang nomor 24 tahun 2007mengisyaratkan, bahwa upaya penanggulangan bencana tidakhanya menjadi beban pemerintah semata, tetapi menjadibeban seluruh unsur masyarakat yang ada. Unsur-unsurdimaksud adalah, pemerintah, masyarakat, dan lembaga usaha.Sebagai ilustrasi klausul dalam Pasal 26 ay 1.e. disebutkanbahwa setiap orang berhak berpartisipasi dalam pengambilankeputusan terhadap kegiatan penanggulangan bencana,khususnya yang berkaitan dengan diri dan komunitasnya;pasal 27 memuat ketentuan tentang kewajiban masyarakat,dan pasal 28 tentang peran lembaga usaha dan lembagainternsional.Uraian di atas menunjukkan bahwa peran/partisipasimasyarakat merupakan dalam penanggulangan bencana alamfaktor yang sangat penting. Dalam rangka optimalisasipartisipasi masyarakat tersebut, persoalan yang perlu dijawabadalah bagaimana menjamin efektifitas partisipasi itu sendiri.Kondisi ini mengisyaratkan, bahwa upaya peningkatan

Page 14: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

5

kapasitas kesiapsiagaan masyarakat (yang secara lebih khususadalah keberdayaan keluarga) menjadi semakin diperlukan.Dalam kerangka membangun kesiapsiagaan masyarakatuntuk menghadapi bencana alam, salah satu langkah yang telahdilaksanakan Departemen Sosial (Direktorat Jendral Bantuandan Jaminan Sosial) adalah mempersiapkan beberapa tenagaseperti: Taruna Siaga Bencana (TAGANA); Petugas POSKO,Satgas Logistik dan Tim Reaksi Cepat (TRC). Hingga medioApril 2008, telah terbentuk sejumlah 19.180 orang yangtersebar di 32 provinsi di Indonesia. Dan hanya satu provinsiyang belum mempunyai TAGANA yaitu Provinsi SulawesiBarat. Berkaitan dengan upaya dimaksud, tahun 2007 PusatPenelitian dan Pengembangan Usaha Kesejahteraan Sosialtelah melaksanakan penelitian tentang pemberdayaan sosialkeluarga pasca bencana alam di 7 lokasi bencana (SumateraUtara, Sumatera Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, NusaTenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Papua). Beberapahal penting yang berhasil dihimpun untuk pertimbangandalam penanggulangan bencana alam adalah:1. Keberdayaan masyarakat dalam menghadapi bencana(capacity) masih relatif kurang karena keterbatasan asetdan akses informasi yang berkaitan dengan bencana.2. Keterlibatan masyarakat pada masa penyelamatan(tanggap darurat) secara spontanitas relatif besar danmerupakan potensi yang perlu dikembangkan.3. Kesiapan masyarakat menghadapi bencana ternyataberbeda dari satu wilayah dengan wilayah lainnya.4. Pada masyarakat yang relatif lebih siap, penangananmasa tanggap darurat akan lebih terorganisasi dan masapemulihan (recovery) akan lebih cepat dari masyarakatyang tidak siap.5. Respon Pemerintah Daerah dan aparatnya dari instansi sektordalam membangun kesiapsiagaan masyarakat cukup tinggi

Page 15: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

6

6. Di Tingkat Provinsi sampai dengan Kabupaten telahmempunyai acuan (PROTAB) penanggulangan Bencananamun implementasinya belum sampai pada tingkat lokal(desa/kelurahan)7. Dalam penanggulangan bencana, masyarakat menghendakitenaga lokal (Desa/Kelurahan) yang terlatih, terorganisasidan terkoordinasi dalam penanggulangan bencana.Dari hasil analisis penelitian ini juga telah tersusun sebuahKonsep Model Pemberdayaan Sosial Keluarga PascaBencana Alam. Adapun substansi yang diajukan dalam modeladalah:1. Persamaan persepsi tentang bencana alam danpenanggulangannya2. Penyadaran untuk peduli lingkungan3. Peningkatan kemampuan dalam penanggulangan bencana(penguasaan aset dan akses informasi, produktifitas sosial,dan posisi tawar menawar)4. Pengorganisasian masyarakat (kelompok tagana lokal)5. Kemitraan kelompok tagana lokal dengan lembaga yangmempunyai komitmen dalam penanggulangan bencana alam.Dalam kerangka mendapatkan model yang aplikatif (dapatmenjawab permasalahan tuntutan kebutuhan masyarakat),maka Konsep Model yang telah berhasil disusun tersebutperlu diujicobakan. Oleh karena itu yang menjadi persoalandalam penelitian ini adalah bagaimana efektifitas model dalammembangun kesiapan masyarakat dalam menghadapibencana.

B. PERMASALAHANBencana alam dan berbagai dampak yang ditimbulkantelah dijadikan sebagai issue di berbagai even mulailingkungan masyarakat lapis bawah, perguruan tinggi, pakar,

Page 16: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

7

sampai dengan tingkat DPR dan Kepresidenan. Dana dantenaga yang telah dialokasikan untuk penanganan terhadapkorban bencana sangat basar. Namun, resiko bencana masihtergolong besar. Kondisi ini tercermin dari jumlah korban dankerugian harta benda sangat besar. Korban yang masih beradadi pengungsian masih relatif banyak jumlahnya denganpermasalahan yang sangat kompleks. Dampak yangditimbulkan tidak hanya permasalahan sosial ekonomimasyarakat dan lingkungan. Permasalahan menjadi lebihkompleks manakala kelembagaan baik instansi pemerintahmaupun swasta di daerah tersebut belum dapat berjalandengan baik. Besarnya resiko bencana ini terkait berbagaibesarnya bencana alam yang terjadi di beberapa wilayah sejakTsunami 24 Desember 2004 dengan kapasitas lembaga yangmempunyai komitmen dalam penanggulangan bencana alam(baik pemerintah maupun swasta) dan anggota masyarakatyang terlatih (baik secara individu maupun kelompok) yangmasih relatif terbatas. Sehingga pelayanan yang diberikankepada masyarakat korban lebih terkonsentrasi padapelayanan yang beresifat darurat (emergency responce). Padahal dalam proses penanggulangan bencana alam ada satutahapan yang sangat penting untuk dilakukan, yakni mengurangiresiko bencana dengan membangun kesiapsiagaan masyarakatdalam menghadapi bencana alam.Secara kuantitas, banyaknya jumlah penduduk (usiaproduktif) yang berada di daerah rawan bencana merupakanmasalah dan potensi yang sangat besar untuk mengurangiresiko jika terjadi bencana alam. Dipandang sebagai masalah,karena untuk penyelamatan dan pemenuhan kebutuhannyadi lokasi pengungsian membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya,sarana dan prasarana yang besar. Jumlah penduduk sebagaipotensi, artinya mereka dapat berperan sebagai pelaksanapenanggulangan bencana alam selama proses penyelamatansampai dengan pemulihannya.

Page 17: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

8

Dalam upaya peningkatan pelayanan korban bencana alamdan penanggulangannya, persoalannya adalah bagaimanamemberdayakan potensi tersebut secara optimal. Pertanyaanini didasari pemikiran bahwa penanggulangan bencana alammerupakan tangung jawab bersama antara pemerintah danmasyarakat. Sementara itu belum ditunjang kesiapsiagaanmasyarakat untuk berpartisipasi dalam penanggulanganbencana alam.Dalam kerangka mengurangi resiko bencana, PusatPenelitian dan Pengambangan Kesejahteraan Sosial telahmenyusun sebuah konsep model Pemberdayaan Sosial KeluargaDi Daerah Rawan Bencana di tingkat lokal. Konsep model inidisusun berdasar hasil penelitian yang dilaksanakan pada tahunanggaran 2007 di 7 lokasi penelitian. Persoalannya adalahmodel yang telah tersusun tersebut belum pernah diujicobakandi lokasi yang dalam kategori rawan bencana. Sehingga yangmenjadi persoalan adalah apakah model tersebut mampumengatasi permasalahan dalam penanggulangan bencana alam.Berdasar uraian tersebut di atas, maka rumusanpermasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah:1. Bagaimana efektifitas model dalam peningkatankeberdayaan sosial keluarga di daerah bencana2. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi (pendukung danpenghambat) dalam implementasi model yangdujicoabakan.C. TUJUAN1. Teridentifikasinya efektifitas model dalam peningkatankeberdayaan sosial keluarga di daerah bencana2. Teridentifikasinya faktor pendukung dan faktorpenghambat dalam implementasi model.

Page 18: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

9

D. KONSEP1. Bencana AlamSecara harfiah, bencana dapat dipahami sebagaifenomena/gejala dalam suatu proses peristiwa yangberdampak buruk pada manusia. Dalam kamus besarbahasa Indonesia, bencana diterjemahkan sebagai suatuyang menyebabkan (menimbulkan) kesusahan, kerugian,atau penderitaan, kecelakaan, bahaya. Dari pengertianini, Bencana dapat terjadi baik karena kesalahan manusiamaupun oleh gerak alam yang terkadang tidak dapatdikendalikan dan bersifat merusak kehidupan manusia.Menurut Departemen Sosial (Dit BSKBA, 2003), BencanaAlam sebagai peristiwa atau ragkaian peristiwa yangdisebabkan oleh alam, manusia, dan atau oleh keduanyayang mengakibatkan korban manusia, penderitaan,kerugian, kerusakan sarana dan prasarana lingkungandan ekosistemnya serta menimbulkan gangguan terhadaptata kehidupan dan penghidupan masyarakat. Sementaramenurut UU No 24 tahun 2007 tentang PenanggulanganBencana, yang dimaksud dengan bencana:a. Bencana adalan peristiwa atau rangkaian peristiwayang mengancam dan mengganggu kehidupan danpenghidupan masyarakat yang disebabkan baik olehfaktor alam maupun non alam maupun faktor manusiasehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwamanusia, kerusakan lingkungan dan kerugian hartabenda dan dampak psikologis.b. Bencana Alam adalah bencana yang diakibatkan olehperistiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkanoleh alam antara lain berupa gempa bumi, Tsunami,gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dantanah longsor.c. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan

Page 19: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

10

suatu peristiwa atau serangkaian peristiwa non alamyang antara lain berupa gagal teknologi, gagalmodernisasi, epidemi dan wabah penyakit.d. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkanperistiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkanoleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antar komunitas dan teror.Bencana yang disebabkan oleh gerak alam dapatdatang dari gerak bumi yang menimbulkan gempa,gerak angin yang menimbulkan badai siklon raksasa,gerak magma yang menimbulkan letusan gunungberapi, gerak air laut yang menimbulkan gelombangpasang (Tsunami), gerak air sungai dan hujan yangmenimbulkan banjir, gerak tanah yang menimbulkankelongsoran, gerak cuaca yang menimbulkan panasdan kemarau panjang, serta gabungan dari beberapakomponen alam yang mampu membinasakan manusiadalam lingkup luas. Bencana juga dapat terjadi karenakerusakan lingkungan. Dalam pengertian ini kerusakanlingkungan akibat eksploitasi (penambangan,penebangan/penggundulan hutan, perkebunan,perumahan), dan perlakuan manusia dalam mengelolasampah.Berkaitan dengan uraian di atas ini, issue yang dijadikanbahasan dalam penelitian memfokuskan pada bencana alam.Menurut Wahyudin Munawir (2006) Bencana alam geologis,khususnya gempa bumi, adalah salah satu fenomena alam yang sulituntuk diprediksi kedatangannya sampai sekarang. Fenomena iniseakan-akan muncul secara mendadak dan tidak teraturkedatangannya. Teknologi modern dalam ilmu geologi dan geofisika(terutama yang terkait dengan kegempaan) memang telahmengalami kemajuan sehingga para pakar ilmu kegempaan mampumemprediksi secara statistik kapan gempa bumi akan muncul.Namun, lagi-lagi, prediksi tersebut sayangnya sering tidak tepat.

Page 20: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

11

Seandainya tepat pun, masih tetap ada range time dan range spaceyang terkadang cukup panjang. Ketika usaha-usaha untukmemprediksi kedatangan gempa bumi masih belum menampakkanhasil yang akurat, maka usaha yang paling baik dalammengantisipasi bencana alam (terutama gempa bumi) adalahdengan mitigasi, yaitu mengurangi kerugian yang akan ditimbulkanoleh bencana alam itu sendiri.Upaya mitigasi perlu dilakukan untuk meningkatkanketahanan dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapibencana alam sehingga risiko bencana alam dapat dikurangi. Untukmenuju ke arah itu, pengenalan karakteristik setiap jenis bencanaalam geologis dan mengantisipasi dampaknya menjadi suatukeharusan. Berangkat dari pengetahuan ini, mitigasi baik secarafisik (tata ruang dan kode bangunan) maupun non-fisik (pendidikanbencana alam) serta manajemen dan koordinasi bencana alam,perlu dilakukan secara baik dan terarah.Dalam kerangka mengantisipasi dampak (resiko) bencanaUN/ISDR Geneva (2004) memberikan rumusan:Vulnerability X Hazard = RiskCapacity• Vulnerability is defined as “The conditions determined by physicall,

social, ekonomi, en environmental factors or proceses, whichincrease the susceptibility of community to the impact of hazard”UN/ISDR Geneva 2004

• Hazard is defined as “A potentially damaging physical event,phenomenon or human activity that may cause the loss of life orinjury, property damage, socialand economic disruption orenvironmental degradation. Haazard can include latent conditionthat may represent future threats and can have different origins:natural (geological, hydrometeorological and biological hazard)or inducated by human processes (environmental degradation andtectological hazard)” UN/ISDR Geneva 2004

Page 21: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

12

2. KeluargaKeluarga merupakan lembaga, unit sosial terkecilyang menjadi basic pertama dalam perkembangan anak.Menurut Undang-Undang Nomor: 10 Tahun 1992dinyatakan, keluarga adalah unit terkecil dalammasyarakat yang terdiri dari suami isteri, atau suamiisteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dananaknya. Menurut Gerungan (1988) keluarga merupakankelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia,tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusiasosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya.Dalam pengertian ini, unsur yang harus ada dalamkeluarga adalah minimal dua orang dan ada satu ikatanhukum dan atau biologis.Dalam konteks pekerjaan sosial, keluarga adalahsebagai sebuah jaringan sosial alamiah yang fungsionaldan sebagai sistem interaksional berdimensi resiprokalitas.Sebagai sebuah jaringan sosial alamiah yang fungsional,mengasumsikan bahwa keluarga merupakan pusatjejaring yang di dalamnya mengandung potensi,kemampuan, dan kekuatan yang dapat digunakan sebagaisumber pemecahan masalah yang dihadapi. Pandanganini juga menganggap, keluarga sebagai sumberketidakberdayaan dan sumber kekuatan bagi anggotanya.Sedangkan sebagai sistem interaksional berdimensi

• Capacity refer to the capacity to deal with the hazard: e.g. level ofeducation , skills to build earthquake-proof houses, knoledge on howto survive if a flood occurs, ability of diversify income, conflictresolution skills, etc.

• Risk combines jointly, the expected impact caused by a particularphenomenon (a disaster) and the expected impact cause by socialcultural, economic and pholitical context.

Page 22: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

13

resiprokalitas memandang, bahwa keluarga terdiri dariberbagai subsistem berupa anggota keluarga, dan masing-masing anggota keluarga secara alamiah dan kultural telahdiberikan fungsi dan peran masing-masing. Untukmenjalankan fungsi dan peran tersebut, setiap anggotakeluarga harus saling berhubugan secara dinamis sertamenata hubungan sosial dengan lingkungan eksternal.Masalah akan muncul, jika dalam anggota terjadipenyumbatan untuk menjalankan peran sebagai akibatkurang kuatnya hubungan resiprokalitas. Oleh karena itu,guna mencegah dan mengantisipasi munculnya masalahkeluarga, diperlukan penguatan hubungan antarakeluarga-lingkungan sosial, dan situasi yang dihadapi,yang disebutnya sebagai interaksi antara orang-masalah,dan situasi (Dit. PPK, 2002).Sebagai sebuah lembaga, keluarga mempunyai fungsiyang cukup luas terutama sebagai fungsi pelayanan padasetiap anggota. Secara instrumental, fungsi keluarga dapatdikaji dari beberapa ungkapan sebagai berikut:a. Horton dan Hunt (1987) keluarga mempunyai fungsi:(1) pengaturan seksual; (2) fungsi reproduksi; (3)sosialisasi; (4) afeksi; (5) penentuan status; (6)perlindungan; dan (7) fungsi ekonomi.b. Soekamto (1990) juga menyatakan, keluarga adalah(a) pelindung bagi pribadi-pribadi anggotanya,dimana ketenteraman dan ketertiban di peroleh dalamkeluarga tersebut; (b) unit sosial ekonomi yang secaramaterial memenuhi kebutuhan anggota-anggotanya;(c) menumbuhkan dasar-dasar bagi kaidah pergaulanhidup; dan (d) merupakan wadah terjadinya prosessosialisasi awal bagi manusia mempelajari danmematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlakudalam masyarakat.c. Dit. Keluarga, Ditjen Pemberdayaan Sosial, (2002)

Page 23: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

14

disebutkan, keluarga mempunyai fungsi: (a)reproduksi untuk melanjutkan keturunan, (b) afeksi(menumbuhkan hubungan sosial, kasih sayang, danketenteraman), (c) perlindungan dari situasi yangdapat membahayakan, menghambat kelangsunganhidup, (d) pendidikan (meningkatkan kemampuan,sikap dan prilaku anggotanya), (e) keagamaan(hubungan dengan Tuhan Y.M.E.) (f) sosial budaya(melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai sosialbudaya), (g) sosialisasi (menanamkan danmengembangkan nilai-nilai sosial/kebersamaan bagianggotanya), (h) pengembangan lingkungan(pemberdayaan dan peningkatan daya dukunglingkungan fisik, sosial), (i) ekonomi, yaitu mencarinafkah, (j) rekreatif (mengisi waktu senggang secarapositif, dan kontrol sosial (menghindarkan anggotakeluarga dari prilaku menyimpang). 3. Tinjauan tentang konsep-konsep PemberdayaanPemberdayaan (empowerment) merupakan salahsatu wawasan pembangunan alternative yang telahberkembang seperti eco-development, people centered

development, sustainable development yang menunjukpada sebuah proses dari kondisi tertentu ke kondisi yangdiharapkan. Secara harfiah, pemberdayaan diartikansebagai penguatan daya (empowering), dari kondisi tidakberdaya (powerless) menjadi berdaya (powerfull). Konseppemberdayaan ini lebih banyak diinisiasi atau diprakarsaioleh para ekonom terutama untuk mengatasipermasalahan kemiskinan. Untuk memahami dapatdilihat dari beberapa pandangan sebagai berikut:a. Chambers, 1995 menyebutkan bahwa pemberdayaanmasyarakat adalah sebuah konsep pembangunanekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep inimencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni

Page 24: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

15

bersifat “People-Centered, Participatory, Empoweringand Sustainable”. b. Pemberdayaan masyarakat pada hakekatnyamengandung makna peningkatan potensi, pemberiankepercayaan dan peluang, mendorong meningkatkankemampuan memecahkan masalah sosial agar dapatmenikmati hidup secara layak dan berperan dalampembangunan sosial (Depsos, 1997).c. Gunawan Sumodiningrat (1997) memberdayakanmasyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkatdan martabat lapisan masyarakat kita yang dalamkondisi sekarang ini tidak mampu melepaskan diridari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.d. Pranarka (1998) yang menyebutkan bahwapemberdayaan adalah upaya merangsang, mendorongatau memotivasi individu agar memiliki kemampuanatau keberdayaan untuk menentukan pilihan hidup.e. Mujiyadi B dan Gunawan (2000) pemberdayaanmerupakan suatu proses peningkatan kondisikehidupan dan penghidupan yang ditujukan kepadamasyarakat miskin. Dalam konteks ini masyarakatmiskin dipandang sebagai sumber daya manusia yangberpotensi untuk berpikir dan bertindak yang padasaat ini memerlukan “penguatan” agar mampumemanfaatkan daya (power) yang dimiliki. Penyandangkemiskinan dalam hal ini termasuk masyarakatkorban bencana.Berdasar dari uraian di atas dapat dikemukakan,bahwa pemberdayaan dapat dipandang dari 3(tiga) sudutpandang yakni sebagai suatu (1) Kondisi, (2) Proses, dan(3) Gerakan. Pemberdayaan sebagai suatu Kondisi adalahsuatu keadaan yang hendak dicapai dan dapat diukur.Pemberdayaan sebagai Proses artinya upaya yang

Page 25: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

16

terencana untuk merubah atau melakukan pembaharuanpada suatu komunitas atau masyarakat dari kondisitertentu menjadi kondisi yang lebih baik (tidakberdayamenjadi berdaya). Pemberdayaan sebagai Gerakanberarti bentuk kegiatannya bersifat penyadaran (campyn)yang menitikberatkan pada partisipasi dan kemandirian.Dengan demikian mereka diharapkan mempunyaikesadaran dan kekuasaan penuh dalam menentukan masadepannya. Menyimak uraian di atas, konsep pemberdayaandapat diimplementasikan untuk mengatasi permasalahanlain, misalnya pemberdayaan masyarakat untukmenghadapi ancaman dari luar (asing), pemberdayaanmasyarakat dalam menghadapi bencana alam. Dalamkonteks penanggulangan, ketiga sudut pandang tersebutdapat dipahami: (1) Kondisi artinya keberdayaanmasyarakat dalam menghadapi bencana; (2) Proses yakniupaya yang terencana untuk peningkatan keberdayaandalam menghadapi bencana; dan (3) Gerakan yangditujukan untuk membangun kesadaran dan tanggungjawab (partisipasi) masyarakat dalam penanggulanganbencana.4. Tolok Ukur Keberdayaan keluarga.Pemberdayaan sebagai sebuah konseppengembangan masyarakat, pada awalnya pendekatan inidilakukan untuk mengungkap dan mengatasipermasalahan kemiskinan. Dalam rangka analisisdimaksud Chambers (1983) mengemukakan konsepperangkap deprivasi (concept of deprivation trap), yangmenganalisis tentang penyebab kemiskinan sebagaihubungan sebab akibat yang saling berkaitan dari

powerlessness (ketidakberdayaan), vulnerebality(kerentanan), phyisical weakness (kelemahan fisik),poverty (kemiskinan), dan isolation (keterisolasian).

Page 26: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

17

Ketidakberdayaan membatasi akses terhadap sumberdaya negara, memperumit keadilan hukum terhadappenyelewengan, hilangnya kekuatan tawar menawar,membuat rakyat semakin tidak mempunyai kemampuanterhadap permintaan mendadak untuk pembayaranpinjaman atau terhadap permintaan uang suap dalamsuatu sengketa.Dalam proses pemberdayaan, salah satu ukuran yangrelatif mudah dan seringkali digunakan untuk melihatkeberdayaan keluarga adalah ekonomi. Cara berpikirnyasederhana yakni, keluarga yang telah mampu secaraekonomi mempunyai peluang lebih besar untukmengakses beberapa kebutuhan keluarga. Sehinggabeberapa aspek yang perlu mendapat perhatian termasukpengukurannya seringkali terabaikan. Untuk memahamiaspek-aspek yang perlu mendapat perhatian dalam prosespemberdayaan diungkapkan beberapa pandangansebagai berikut:a. Menurut Melly G.Tan (1997), pemberdayaan bisadiberikan batasan luas sebagai penguasaan assetmaterial, sumber-sumber intelektual, dan ideologi.Secara instrumental, indikasi dari ketiga aspekdimaksud adalah sebagai berikut:1) Aset material mencakup asset fisik, manusiawiatau financial, seperti tanah, air, hutan, tuhuhmanusia dan pekerjaan, uang dan akses kepadauang .2) Sumber intelektual mencakup pengetahuan,informasi dan gagasan.3) Penguasaan ideologi berarti kemampuan untukmengembangkan, menyebarkan, mempertahankan,dan mempranatakan perangkat tertentu darikepercayaan, nilai, sikap dan perilaku sehingga dapat

Page 27: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

18

menentukan bagaimana persepsi manusia danberfungsinya manusia dalam lingkungan sosial,ekonomi dan politik tertentu.b. Friedmann dalam Pranarka & Moeljarto (1996),menempatkan rumah tangga sebagai basis utamapemberdayaan, yaitu sebagai kekuatan sosial, politik,dan psikologis.1) Kekuatan sosial menyangkut kemampuan rumahtangga dalam mengakses dasar-dasar produksi,meliputi: informasi, pengetahuan, keterampilan,dan partisipasi dalam organisasi sosial dansumber keuangan.2) Kekuatan politik meliputi akses setiap anggotakeluarga terhadap proses pembuatan keputusanyang mempengaruhi masa depannya.3) Kekuatan psikologis berupa potensi individu(individual sense of potency) yang menunjukkanprilaku percaya diri. Rasa potensi pribadi yangsemakin tinggi akan memberikan pengaruhpositif terhadap perjuangan rumah tangga yangsecara terus menerus berusaha untukmeningkatkan kekuatan sosial politiknya.c. Ife (1995), dalam kondisi ketidakberdayaan terdapatempat bentuk ketidakberuntungan (disadvantages), yaitudari sisi individual, institusional, structural, dan post

structural. Individual perspective memandang,permasalahan ketidakberdayaan sebagai permasalahanindividu yang bersumber dari kelemahan individu sendiri,yang meliputi masalah patologis, depresi, dan kecacatan.Selanjutnya, institutional perspective melihat, kondisiketidakberdayaan sebagai masalah yang terkait denganstruktur kelembagaan dalam masyarakat. Misalnya tidakmemadainya sistem hukum yang ada (pengadilan, polisi,

Page 28: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

19

dan lainnya) dilihat sebagai faktor utama yang memberikontribusi terhadap masalah kriminalitas, sedangkanmasalah kemiskinan disebabkan oleh sistem jaminansosial yang tidak memadai. Adapun structural perspectivememandang permasalahan ketidakberdayaan sebagaiakibat tekanan dan ketidakadilan dalam sistem danstruktur sosial yang ada. Perspektif ini memfokuskan padaisu-isu patriarki, kapitalisme, rasisme yang berujung padaketimpangan distribusi pendapatan. Dan post structuralperspective lebih memberikan perhatian pada wacana danpemahaman baru yang secara akumulatif dapatmenyebabkan timbulnya permasalahan yang mengarahpada ketidakberdayaan sekelompok orang ataumasyarakat tetentu. Dalam keberdayaan termuat unsurkekuasaan. Kekuasaan tidak hanya terkait denganmasalah-masalah politik, tetapi lebih dari itu, yaitukekuasaan komunitas sasaran atas:1) pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup, kemampuan dalam membuatkeputusan-keputusan tentang gaya hidup, tempattinggal, dan pekerjaan;2) pendefinisian kebutuhan, kemampuan menentukankebutuhan sesuai aspirasi dan keinginannya;3) gagasan, kemampuan mengekspresikan danmenyumbangkan gagasan dalam suatu forum ataudiskusi secara bebas tanpa tekanan;4) Kelembagaan; kemampuan menjangkau,menggunakan dan mempengaruhi pranata-pranatamasyarakat (lembaga kesejahteraan, kesehatan,dan pendidikan);5) sumber-sumber, kemampuan memobilisasisumber-sumber formal, informal, dankemasyarakatan;

Page 29: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

20

6) aktivitas ekonomi, kemampuan memanfaatkandan mengelola mekanisme produksi, distribusi,pertukaran barang-barang, dan jasa; serta 7) reproduksi, kemampuan dalam kaitan denganproses kelahiran, perawatan anak, pendidikan,dan sosialisasi.Berdasar dari beberapa pandangan tentang tolokukur keberdayaan di atas, secara implisit substansikeberdayaan keluarga dapat dikelompokkan ke dalam3(tiga) aspek yakni (1) penguasaan aset dan aksesinformasi, (2) Kemampuan keluarga dalamberproduksi, dan (3) kemampuan keluarga dalammenempatkan posisi tawar menawar (bargainingposition). Ketiga aspek tersebut saling berkaitan satusama lain. Secara eksplisit ketiga aspek tersebut dapatdilihat dari pelaksanaan fungsi keluarga: (a) reproduksiuntuk melanjutkan keturunan, (b) afeksi (menumbuhkanhubungan sosial, kasih sayang, dan ketenteraman), (c)perlindungan dari situasi yang dapat membahayakan,menghambat kelangsungan hidup, (d) pendidikan(meningkatkan kemampuan, sikap dan prilakuanggotanya), (e) keagamaan (hubungan dengan TuhanY.M.E.) (f ) sosial budaya (melestarikan danmengembangkan nilai-nilai sosial budaya), (g) sosialisasi(menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai sosial/kebersamaan bagi anggotanya), (h) pengembanganlingkungan (pemberdayaan dan peningkatan daya dukunglingkungan fisik, sosial), (i) ekonomi, yaitu mencarinafkah, (j) rekreatif (mengisi waktu senggang secarapositif, dan kontrol sosial (menghindarkan anggotakeluarga dari prilaku menyimpang).

5. Pijakan PerlakuanDalam kerangka memahami penerapanpemberdayaan berikut ini akan dikemukakan beberapa

Page 30: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

21

pandangan sebagai berikut:a. Ife (1995) memberikan batasan pemberdayaan sebagaiupaya penyediaan kepada orang-orang atas sumber,kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan untukmeningkatkan kemampuan mereka menentukan masadepannya dan untuk berpartisipasi di dalam danmempengaruhi kehidupan komunitas mereka.b. Dalam perspektif pemberdayaan, masyarakat diberiwewenang untuk mengelola sendiri dana pembangunanbaik yang berasal dari pemerintah maupun dari pihaklain, di samping mereka harus aktif berpartisipasidalam proses pemilihan, perencanaan, dan pelaksanaanpembangunan. (Sutrisno, 2000).c. Dubois dan Miley (1992) memberikan pedoman, yaitu(a) membangun relasi pertolongan yang merefleksikanrespon empati, menghargai pilihan dan hak klien dalammenentukan nasibnya sendiri, menghargasi perbedaandan keunikan individu, dan menekankan kerjasamaklien; (b) membangun komunikasi yang menghormatimartabat dan harga diri klien, mempertimbangkankeragaman individu, berfokus pada klien, dan menjagakerahasiaan klien; (c) terlibat dalam pemecahanmasalah yang memperkuat partisipasi klien dalamsemua aspek proses pemecahan masalah, menghargaihak-hak klien, merangkai tantangan-tantangan sebagaikesempatan belajar, dan melibatkan klien dalampembuatan keputusan dan evaluasi; (d) merefleksikansikap dan nilai profesi pekerjaan sosial melalui ketaatanterhadap kode etik profesi, keterlibatan dalampengembangan profesional, riset, dan perumusankebijakan, penerjemahan kesulitan-kesulitan pribadike dalam isu-isu publik, dan penghapusan segala bentukdiskriminiasi dan ketidaksetaraan kesempatan.

Page 31: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

22

d. Mujiyadi dan Gunawan (2000), dalam prosespemberdayaan pada hakekatnya terdapat dua halmendasar yang dipertemukan, yaitu kebutuhan(needs) dan potensi dengan peluang yang diberikanoleh instansi maupun institusi. Berkaitan dengan haltersebut, Sunyoto Usman (1998) mengemukakan,bahwa setidaknya ada dua macam perspektif yangrelevan untuk mendekati pemberdayaan masyarakat,yaitu perspektif yang memfokuskan perhatiannyakepada alokasi sumber daya (resources alokation) danperspektif yang memfokuskan perhatiannya kepadapenampilan kelembagaan (institution performance)e. Oakley & Marsden (1984) dalam Pranarka & Moeljarto(1996), proses pemberdayaan mengandung duakecenderungan, yaitu (a) proses yang menekankanpada pengalihan sebagian kekuasaan, kekuatan, ataukemampuan kepada masyarakat agar individumenjadi lebih berdaya. Dalam proses ini dapatdilengkapi dengan upaya membangun aset materialguna mendukung pembangunan kemandirian merekamelalui organisasi. Proses tersebut dapat disebutsebagai kecenderungan primer dari maknapemberdayaan; (b) proses sekunder, dimanapemberdayaan menekankan pada proses menstimulasi,mendorong atau memotivasi kepada masyarakat agarmempunyai kemampuan atau keberdayaan untukmenentukan apa yang menjadi pilihan hidupnyamelalui proses dialog. Lebih lanjut Pranarka &Moeljartro menambahkan, bahwa pengklasifikasianmakna pemberdayaan kedalam kecenderunganprimer dan sekunder bukan merupakan klasifikasikaku, di antara kedua proses tersebut saling terkait.Agar kecenderungan primer dapat terwujud,seringkali harus melalui kecenderungan sekunderterlebih dahulu.

Page 32: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

23

f. David C Korten, 1986 dan Robert Chombers, 1996, dalamstrategi pemberdayaan terdapat beberapa prinsippemberdayaan yang meliputi : 1) Pembangunan dilaksanakandari, oleh dan untuk masyarakat, 2) Peranan orang luar(peneliti, pendamping) hanya sebagai fasilitator, 3) masyarakatsebagai pelaku utama (subyek), 4) Adanya prinsip belajar sosial,5) Keterlibatan seluruh kelompok masyarakat, 6) santai dantidak formal, orientasi praktis dan berkelanjutan. Melaluistrategi pemberdayaan ini, masyarakat akan memperluaspartisipasinya dalam pembangunan secara menyeluruh dansecara bertahap akan membangun. Jadi pemberdayaan disinibukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakattapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nila-nilai budayamodern, seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, bertanggungjawab adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan.Demikian pula pembaharuan lembaga-lembaga sosial danpengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembanguan sertaperanan masyarakat di dalamnya.Apabila dicermati secara seksama beberapa konseppemberdayaan di atas, maka apa yang terungkap didalamnya mencerminkan bahwa terjadi pergeseran peranpemerintah yang selama ini dipandang sebagai pelaksanapelayanan sosial (Sosial Services Provider) menjadifasilitator, mediator, pemungkin (enabler), coordinator,pendidik, mobilisator, sistem pendukung dan peran-peranlain yang lebih mengarah kepada pelayanan tidak langsung(Indirect Services). Sementara peran organisasi lokal danLSM merupakan pelaksana pelayanan sosial bagikelompok rentan, termarginalkan ataupun masyarakatpada umumnya. Dengan demikian maka permasalahansosial ditangani oleh masyarakat dengan fasilitaspemerintah sebagaimana dilakukan dalam penelitian inidimana fasilitas pemberdayaan dibiayai oleh pemerintahsementara pelaksanaan di lapangan dipercayakan kepadamasyarakat di tingkat lokal.

Page 33: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

24

Prinsip dasar dalam pemberdayaan adalah partisipatifartinya berhasil atau tidaknya suatu kegiatan sangatditentukan oleh efektifitas partisipasi sosial masyarakat.Prinsip dasar ini telah menjadi salah satu misi DepartemenSosial dalam penanggulangan bencana alam pemberdayaanyang bertujuan untuk memperkuat tingkat partisipasimasyarakat. Menurut Komisi Brundland dalam Clark(1996) dikemukakan, bahwa salah satu prasyarat utamaterjadinya pembangunan berkelanjutan adalah menjaminefektifitas partisipasi dalam pengambilan keputusan. Halini menunjukkan, bahwa partisipasi yang dilakukan olehmasyarakat tidak hanya sekedar mengikuti kegiatan yangtelah diprogramkan, tetapi lebih bersifat menyeluruh mulaidari penentuan/perencanaan, pelaksanaan, sampai denganpemanfaatan hasil suatu kegiatan.Pentingnya partisipasi dimaksud juga menjadi salahsatu dalam strategi pemberdayaan yang dikemukakan olehDavid C Korten, 1986 dan Robert Chombers, 1996,sebagai berikut: 1) Pembangunan dilaksanakan dari, olehdan untuk masyarakat, 2) Peranan orang luar (peneliti,pendamping) hanya sebagai fasilitator, 3) masyarakatsebagai pelaku utama (subyek), 4) Adanya prinsip belajarsosial, 5) Keterlibatan seluruh kelompok masyarakat, 6)santai dan tidak formal, orientasi praktis danberkelanjutan. Melalui strategi pemberdayaan ini,masyarakat akan memperluas partisipasinya dalampembangunan secara menyeluruh dan secara bertahapakan membangun. Jadi pemberdayaan disini bukan hanyameliputi penguatan individu anggota masyarakat tapi jugapranata-pranatanya. Menanamkan nila-nilai budayamodern, seperti kerja keras, hemat, keterbukaan,bertanggung jawab adalah bagian pokok dari upayapemberdayaan. Demikian pula pembaharuan lembaga-lembaga sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatanpembanguan serta peranan masyarakat di dalamnya.

Page 34: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

25

Pengertian partisipasi dalam Davis Keith (1967)dikemukakan: participation is defined as mental andemotional involvement of a person in a group situationwhich encourages him to contribute to group goals andshare responcibility in them. Dalam pengertian ini terdapattiga unsur yang dapat dijadikan untuk melihat partisipasiyakni:• Keterlibatan mental dan emosi seseorang yang lebihdari pada sekedar keterlibatan fisik• Memotivasi orang-orang untuk mendukung situasikelompoknya, dalam arti mereka menyumbangkaninisiatifnya untuk mencapai sasaran kelompok• Mendorong orang untuk merasa ikut sertabertanggung jawab atas aktivitas kelompok.Berkaitan dengan pandangan di atas, Holil Soelaimandalam Jusman Iskandar (1993 :74) mengemukakan, secarakonseptual partispasi sosial merupakan alat dan tujuanpembangunan masyarakat. Sebagai alat dan saranapembangunan, partisipasi berfungsi sebagai penggerakdan pengarah proses perubahan sosial; demokratisasikehidupan sosial ekonomi dan politik yang berazaskanpemerataan keadilan sosial; pemerataan pelaksanaan sertahasil pembangunan; pemupukan harga diri dankepercayaan kepada kemampuan masyarakat itu sendiriserta pemupukan rasa kesadaran dan solidaritas sosial.Sebagai tujuan, partisipasi sosial merupakan perwujudankehidupan masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan.Secara instrumental Talizidu Ndraha (1990)mengemukakan bahwa bentuk-bentuk partisipasi dapatdikelompokkan dalam 5 bentuk dukungan, yakni: 1)partisipasi buah pikiran, 2) partisipasi keterampilan. 3)partisipasi tenaga, 4) partisipasi harta benda, 5) partisipasiuang. Berkaitan dengan hal ini, Slamet (1992)mengemukakan, bahwa tujuan akhir dari partisipasi yang

Page 35: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

26

fundamental adalah berwatak non material dan kualitatifyang tercermin dalam struktur sosial, ekonomi yang tidakdiskriminatif.Berdasar uraian di atas secara implisit dapat dikemukakanbahwa, keberhasilan pemberdayaan pada penelitian inidapat dilihat dari terjadinya perubahan sikap partisipatifkeluarga dalam penanggulangan bencana alam. Sikap atauattitude pada dasarnya merupakan suatu respon(tanggapan) baik secara individual maupun kolektif (sosial)atas suatu objek, situasi dan kondisi tertentu disekitarnya.Menurut Isbandi (1994) sikap individual adalah sikapyang diyakini oleh individu tertentu, sedangkan sikap sosial(kolektif ) adalah sikap yang diyakini (dianut) olehsekelompok orang terhadap suatu objek. Adapunmanifestasi dari sikap (baik individual maupun kolektif)terdapat dua bentuk yakni berupa dukungan ataupenolakan. Hal ini tercermin dari pengertian yangdikemukakan oleh Abu Ahmadi (1991) sikap adalahkesiapan merespon yang sifatnya positif atau negatifterhadap objek atau situasi tertentu. Sedangkan menurutMar’at (1981) sikap didasarkan pada konsep evaluasiberkenaan dengan objek tertentu, menggugah motif untukbertingkah laku. Ini berarti bahwa sikap mengandungunsur penilaian dan reaksi afektif yang tidak sama denganmotif. Dalam pengertian ini sikap negatif memunculkankecenderungan untuk menjauhi, membenci, menghindariataupun tidak menyukai keberadaan suatu objek.Sedangkan sikap positif memunculkan kecenderunganuntuk menyenangi, mendekati, menerima, atau bahkanmengharapkan kehadiran objek tertentu.E. METODE

Pemberdayaan Sosial Keluarga Pasca Bencana Alammerupakan penelitian kasus. Penelitian ini termasuk

Page 36: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

27

penelitian kuasi eksperimental, untuk menguji efektifitas“Model Pemberdayaan Sosial Keluarga Pasca Bencana Alam”.Pada dasarnya penelitian kuasi eksperimental untukmengetahui efek, pengaruh atau akibat dari suatu perlakuan(treatment) atau intervensi sosial, dengan memanipulasivariabel bebas (independent variable) yang biasa juga disebutdengan variabel stimulus, variabel prediktor, variabelantecedent atau variabel yang berpengaruh terhadapdependent variable sebagai variabel output,variabel kriteria,variabel konsekuen, variabel terikat atau ubahan tak bebas(Usman,2006:9).1. Pokok BahasanAspek-aspek yang dijadikan sebagai pokok bahasandalam penelitian ini adalah:a. Perubahan perilakuPerubahan perilaku akan dilihat dari perkembangankelompok eksperimen selama ujicoba modelberlangsung. Tolok ukur dari perkembangan perilakudimaksud adalah:a. Penguasaan aset dan akses informasi;b. Kemampuan keluarga dalam berproduksi, danc. Kemampuan menempatkan posisi tawar menawar(bargaining position).b. Penerapan dari peningkatan potensi (daya) dari kelompokeksperimenPenelitian ini menggunakan metode pendekatanpartisipatif. Menurut Effendi (1996) pendekatan partisipatifadalah metode pendekatan yang memungkinkan masyarakatuntuk bersama-sama menganalisis masalah yang ada dalamkehidupan dalam rangka merumuskan perencanaan kebijakansecara nyata. Dalam konteks ini kelompok observasi (KO)dipandang sebagai subjek dan objek penelitian. Artinya KO

Page 37: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

28

sebagai pelaku perubahan adalah kelompok yang terlibatsecara langsung dalam proses pelaksanaan kegiatan (mulaidari penyusunan program, pelaksana kegiatan, danpemanfaatan hasil kegiatan). sedangkan peran peneliti lebihbersifat sebagai fasilitator. Di sisi lain sasaran respondendipandang sebagai objek penelitian, artinya keterlibatanmereka selama proses ujicoba secara keseluruhanmerupakan suatu fenomena yang diamati oleh peneliti.2. Lokasi dan sampel PenelitianPenentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposivedi Nusa Tenggara Timur dan Jawa Timur. Penunjukkan lokasiini didasari atas pertimbangan, bahwa kedua lokasi inimempunyai karakteristik yang berbeda, baik dari segipotensi alam, maupun potensi sosialnya. Penerapan uji cobamodel di lokasi dengan perbedaan karakteristik tersebutdiharapkan dapat memperoleh muatan model yang bersifatuniversal. Hal ini merupakan suatu tahap yang harusdilalui sebagai tindak antisipasi untuk tahap selanjutnya,yaitu penerapan model di daerah lain dalam skala yanglebih besar. Sehingga dalam proses adaptasi di lapanganlebih fleksibel dan aplikatif. Sedangkan penentuansasaran lokasi ujicoba didelegasikan kepada Instansisosial setempat. Hal ini didasari atas pertimbangan:a. Dalam rangka otonomisasi daerah, instansi sosialsetempat diberi kewenangan untuk berpartisipasidalam penelitian. Hal ini dimaksudkan agar instansisetempat mempunyai sense of belonging yang tinggi.b. Instansi sosial daerah setempat dipandang lebihmemahami kondisi di wilayahnya.Dari pertimbangan peneliti dan Pemerintah daerahyang dijadikan sasaran penelitian ini maka lokasi yangditunjuk adalah Kabupaten Belu–Nusa Tenggara Timurdan Bondowoso – Jawa Timur.

Page 38: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

29

Dalam kerangka ujicoba model, Penelitian inimenggunakan kelompok eksperimen yang beranggotakan30 orang. Menurut Gay (1981) dalam Muhamat Idrus(Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Pendekatan Kualitatif& Kuantitatif ) memberi ancer-ancer sebagai berikut;bahwa ukuran sampel yang harus diambil tergantung padajenis penelitian; jika deskriptif besar sampel 10% daripopulasi; penelitian korelasi besar sampel minimum 30subjek; kausal komparatif sebesar 30 subjek per kelompokdan penelitian eksperimental sebesar 15 subjek perkelompok. Meski begitu, Gay menyarankan sampel sedapatmungkin berjumlah besar. Sampel yang besar menurutnyalebih representatif, dan hasilnya lebih mendekatigeneralisasi populasi. Mengambil 20 orang untuk jumlahpopulasi sebesar 1.000 orang jelas tidak representatif(mewakili). Namun, mengambil segelas air dari sebuahdanau dapat dinyatakan representatif. Berdasar pandanganini, maka sampel yang diambil adalah sebanyak 30 orangsebagai sampel dalam penelitian ini. Pengambilan sampeldilakukan secara non systematic random sampling, yaitu satuteknik pengambilan sampel dengan jumlah terbatas tanpamemperhatikan ratio antara sampel dengan populasi.3. Sumber data dan InformasiData yang dikumpulkan dan dianalisis dalampenelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder yangdigali melalui sumber data sebagai berikut :a. Data PrimerData primer dalam penelitian ini di gali dari respondenyang menjadi subjek maupun objek penelitian daridua kelompok eksperimen yang berada di ProvinsiNusa Tenggara Timur dan Jawa Timur.b. Data SekunderData sekunder bersumber dari pejabat pemerintah

Page 39: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

30

(kabupaten,kecamatan dan desa) aparat sosial setempat,legislatif, tokoh masyarakat setempat, tagana setempat,dan pendamping lapangan. Disamping itu monografi dandukumen-dokumen yang relevan dengan penelitianujicoba ini dikumpulkan sebagai bahan untukmelengkapi data sekunder.4. Teknik Pengumpulan dataPengumpulan data dilakukan dengan wawancara,observasi, studi dokumentasi berupa pencatatan datasekunder yang relevan dengan permasalahanpenelitian.a. Wawancara dengan menggunakan pedomanwawancara untuk menggali data dan informasi yangberkaitan dengan :1) Sikap partisipasi masyarakat, yakni : pandangandan pemahaman masyarakat tentang BencanaAlam dan penanggulangannya.2) Motivasi subjek ataupun objek penelitian dalamrangka pengembangan kesiapsiagaan terhadapbencana melalui pengumpulan data awal (pre-test)dan data akhir (post-test). Data yang dihimpunmeliputi pengetahuan tentang upaya kesiapsiagaan,pengetahuan tentang tanda-tanda bencana alam,kemampuan dalam penerimaan informasi yangdiberikan pada pelaksanaan perlakuan.3) Permasalahan, potensi dan hambatan terhadappelaksanaan tanggap darurat, pemulihan danrekonstruksi yang telah dilakukan oleh lembagadan atau instansi yang berkompeten dalampenanggulangan bencana alam.4) Observasi.Observasi dilakukan untuk mengamati perubahan

Page 40: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

31

sikap, perilaku, pengetahuan, pemahaman,kemampuan dan keberdayaan subjek penelitian.Teknik yang digunakan dalam observasi iniberupa check list (daftar pemeriksaan).b. Studi dokumentasi.Data dan informasi yang bersumber dari dokumen-dokumen dikutip dengan menggunakan kartu ikhtisaruntuk mencatat intisari dokumen yang sesuai denganpermasalahan penelitian.Mengingat lokasi penelitian relatif jauh dan penelititidak dapat memantau secara terus menerus selamaproses ujicoba, maka untuk pencatatan perkembangankelompok eksperimen ini peneliti dibantu olehpendamping lapang di masing-masing lokasipenelitian. Pendamping lapang tersebut adalah orangyang ditunjuk oleh pemerintah daerah dan atau orangyang dipandang mampu untuk melakukan tugaspenelitian. Syarat untuk jadi pendamping lapangadalah mempunyai pengalaman dalam bidangpemberdayaan masyarakat, kebencanaan, dan mampuberadaptasi dengan lingkungan.5. Pola PenelitianDalam kerangka penggalian data dan informasi untukkebutuhan analisis, penelitian ini di lakukan di dua lokasidengan menggunakan dua model berbeda.Di Belu – NTT, yaitu pola kelompok tunggal atau hanyakelompok eksperimen (one group pretest – postest).Menurut Kartono (1996) pada tipe kelompok tunggal ini,peneliti memasukkan atau meniadakan variabel-variabeleksperimental pada satu kelompok eksperimen; lalumengukur akibat dari pemasukan atau peniadaanvariabel-variabel tersebut. Pretest dilakukan untukmemperoleh data dan informasi kondisi awal masyarakat

Page 41: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

32

desa/kelurahan dalam kaitan dengan Managemen bencanaalam. sebelum diberi perlakuan. Sedangkan data daninformasi yang diperoleh melalui post test dimaksudkanuntuk mendiskripsikan kondisi masyarakat setelah diberiperlakuan.Di Bondowoso – Jawa Timur, digunakan polakelompok eksperimen (KE) dan kelompok kontrol (KK).Penelitian terhadap kelompok eksperimen diadakanpengukuran sebelum dan sesudah perlakuan (X)dilaksanakan, sedangkan terhadap kelompok kontrolhanya dilakukan pengukuran pretest – Posttest tanpadiberi perlakuan, maka desainnya dapat dikemukakansebagai berikut (Agung,1992:92-94).

Berdasar desain di atas, maka pola penelitian yangdilaksanakan di Kabupaten Belu dan KabupatenBondowoso dapat disederhanakan sebagai berikut:

Kelompokobservasi

O1• Penguasaanaset dan aksesinformasi• Produktivitas• Tawarmenawar

Membangun PersamaanPersepsi tentang bencanaalam dan penanggulangan-nya.• Penyadaran untuk pedulilingkungan• Peningkatan kemampuandalam penanggulanganBencana• PengorganisasianMasyarakat• Kemitraan

Kelompokobservasi

O2• Penguasaanaset dan aksesinformasi• Produktivitas• Tawarmenawar

PERT PERLAKU POST

Page 42: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

33

6. Analisis Data

Data dan informasi yang terhimpun dianalisis secarakualitatif dan kuantitatif, ditampilkan dalam bentuk narasidan perhitungan statistik. Perhitungan statistik dilakukanterhadap berbagai indikator yang mencerminkanperubahan kondisi variable tertentu sebelum (pretest) dansesudah diberi perlakuan (posttest).Pengukuran terhadap tinggi rendahnya sikap subjekataupun objek penelitian dalam kaitannya denganPemberdayaan Sosial Keluarga Pasca Bencana Alam,dipergunakan teknik scoring (penilaian) dengan skalaLikert. Skor jawaban diberi nilai 1 (terendah) sampaidengan nilai 5 (iertinggi). Sedangkan hasil skor kumulatifdari jawaban responden/subjek penelitian akandimasukkan dalam tabel penggolongan hasil skor. Intervalpenggolongan rata-rata skor kumulatif digunakanketentuan : “selisih skor tertinggi dengan skor terendahdibagi banyaknya bilangan”, konkritnya adalah (5-1):5 =0,80. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka jawabanyamg diperoleh dari responden dapat dimasukkan dalamkategori pada tabel berikut.

KE O1 X O2KE O1 X O2KE O1 -- O2

Kabupaten BeluKabupaten Bondowoso

Page 43: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

34

Tabel 1: Penggolongan Hasil Skor

Dari ketiga variabel yang digunakan dalam penelitian,yakni: (1) Penguasaan aset dan akses informasi; (2)Kemampuan keluarga dalam berproduksi, dan (3)Kemampuan menempatkan posisi tawar menawar(bargaining position), masing-masing akan dihitung reratanya.Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perlakuan padakelompok eksperimen dihitung dengan cara: jumlah rerata(mean) dari masing-masing variabel pada posttest dikurangidengan jumlah rerata masing-masing variabel pada pretest.Hasil dari pengurangan tersebut menunjukkan adanyapengaruh perlakuan terhadap kelompok eksperimen. Untukmembandingkan dengan kelompok kontrol, hasil uji “beda”kelompok eksperimen dibandingkan dengan hasil uji “beda”kelompok kontrol. Apabila hasil uji “beda” kelompokeksperimen lebih besar dari hasil uji “beda” kelompok kontrol,berarti model atau pola Pemberdayaan Sosial Keluarga PascaBencana Alam yang diujicobakan dapat dikatakan efektif.F. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN1. Persiapana. Studi literaturb. Penyusunan rancangan penelitianc. Penyusunan instrument penelitian Pretest dan posttest

No Kategori Rata-rata kumulatif Interpretasi 1. Sangat rendah 1.00 – 1,80 Tidak mendukung 2. Rendah 1,81 – 2,60 Kurang mendukung 3. Sedang 2,61 – 3,40 Cukup mendukung 4. Tinggi 3,41 – 4,20 Relatif mendukung 5. Tinggi sekali 4,21 – 5,00 Sangat mendukung

Page 44: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

35

d. Penyusunan modul dan pedoman operasionale. Seminar pembahasan rancangan dan instrumentpenelitianf. Penyempurnaan rancangan dan instrumentg. Penyiapan lokasi Uji Coba dan perijinan.2. Pengumpulan Dataa. Observasi Awal (Pengumpulan data awal)1) Koordinasi dengan Pemerintah Daerah (instansiterkait)2) Seleksi Pendamping, instruktur, dan calonkelompok ujicoba3) Sosialisasi materi pada pendamping (pelaksanaanujicoba) instruktur4) Pembentukan kelompok ujicoba5) Pretest kelompok ujicoba6) Diseminasi dan bantuan stimulan (koordinasidengan instansi terkait).b. Observasi pertengahanObservasi yang dilakukan pada pertengahanperjalahan suatu kegiatan seringkali disebut denganmonitoring.1) Diskusi perkembangan kegiatan dengan kelompokujicoba2) Diskusi perkembangan kegiatan kelompok denganpendamping dan tokoh masyarakat.c. Obervasi AkhirObservasi atau pengumpulan data yang dilakukanpada akhir dari suatu kegiatan yang sering disebutdengan evaluasi

Page 45: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

36

1) Postest kelompok ujicoba2) Diskusi hasil kegiatan dengan kelompok (evaluasi)3) Diskusi hasil kegiatan kelompok denganpendamping dan tokoh masyarakat.3. Pelaporan Hasil Penelitiana. Pengolahan datab. Analisis datac. Penyusunan laporan4. Penyebarluasan Hasil Penelitiana. Diseminasi hasil penelitianb. Penggandaan hasil penelitianG. Organisasi PenelitianKonsultan : Drs Purnomo Sidik M.Si Dra. Latifah NasseriKetua : Drs. GunawanPeneliti : 1. Drs Abu Hanifah 2. Dra Haryati Roebyantho 3. Sugiyanto S.Pd, M.Si 4. Ir. Hendriati M.Si 5. Ir. Ruaida Murni 6. Adi Karyono S.sos 7. Rusmiati. SESekretariat : Maria Yoshepa, S.Sos Albert Silalahi

Page 46: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

37

BAB IIKONSEP MODEL

PEMBERDAYAAN SOSIAL KELUARGAPASCA BENCANA ALAM

A. Dasar PemikiranBerbagai daerah di Indonesia merupakan titik rawanbencana, terutama bencana gempa bumi, tsunami, banjir danletusan gunung berapi. Zone kegempaan dan gunung api aktifcircum pasifik amat terkenal, karena setiap gempa hebat atautsunami dahsyat di kawasan itu, dipastikan menelan korbanjiwa manusia amat banyak. Di Negara ini terdapat 28 wilayahyang dinyatakan rawan gempa dan tsunami. Diantaranya NAD,Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Banten,Jawa Tengah, DIY bagian selatan, Jawa Timur bagian selatan,Bali, NTB, NTT, Sualawesi Utara, Sulawesi Tengah, SulawesiSelatan, Maluku Utara, Maluku Selatan, Biak, Yapen dan Pak-Pak di Papua serta Balik Papan Kalimantan Timur.Dari kondisi tersebut, berbagai bencana alam pernahterjadi di Indonesia, bahkan di wilayah ini sebetulnya dapatdijadikan Laboratorium Bencana karena Indonesiamempunyai jenis bencana dan paling lengkap di dunia.Berbagai jenis bencana yang pernah terjadi antara lain:• Slow onset flood: Jambi, north coastal Java, west andsouth Kalimantan, DKI Jakarta; Nusa Tangara, Centra Java,Kalimantan Selatan.• Forest / peat fire: Kalimantan, Sumatra; Sumatra Selatan.• Landslide: mountainous areas of Java; Central Java, WestJava, North Sulawesi.• Drought: Nusa Tenggara Barat (Lampung), Java(Pantura); Maluku, Madura,

Page 47: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

38

• Flash flood: West Timor;• Earthquake: Papua; Central Sulawesi, Aceh, SumatraBarat, C. Java;• Volcano: North Maluku, West Sumatra, Central Java, NusaTenggara• Tsunami: Sulawesi - West coast of Sumatra - Irian Jaya• Urban Fires: Jakarta, East Sumatra-Jambi, (all cities)Fenomena alam yang menimbulkan korban cukup besartahun 2004-2007antara lain, (1) Banjir Bandang di Jember(Jawa Timur), 5 wilayah DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat,7 kabupaten/kota Propinsi NAD, Riau, Kab Madina danLangkat di Sumatera Utara; (2) Tanah Longsor di Kab. BanjarNegara (Jawa Tengah), (3) Banjir dan Tanah Longsor diSulawesi (Sulawesi Utasa dan Sulawesi selatan), Kab SangiheSulawesi Utara, Kab Belu dan Manggarai NTT. (4) Gempa bumidi DI. Yogyakarta dan Jawa Tengah, Gempa bumi di SumateraBarat, (5) Gempa bumi dan Tsunami di NAD, SUMUT, JawaTengah dan Jawa Barat. (5) Banjir dan gempa bumi di Maluku,Bencana alam yang terjadi selalu menyisakanpermasalahan sosial sementara itu permasalahan sosial yangada masih sangat besar. Jumlah masyarakat (keluarga) yangmengalami kesulitan untuk kembali hidup normal cukupbanyak. Selama tinggal di pengungsian mereka datang denganpakaian, harta, dan makanan seadanya untukmempertahankan hidup, status sosial ekonomi menjadi tidakberlaku lagi, mata pencaharian terhenti dan sangat sulitmemenuhi kebutuhan. Sementara itu sumber, fasilitas danpelayanan setempat yang tidak dirancang untuk diberi bebantambahan mengalami overload, akses juga terbatasi olehperbedaan bahasa dan adat serta stigma yang melekat padastatus pengungsi.Penanganan korban bencana yang bersifat daruratsudah banyak dilakukan, baik untuk penanganan korban yang

Page 48: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

39

meninggal, pelayanan pengungsi dan penampungan maupunpembenahan fasilitas yang rusak. Pemerintah, aparatkeamanan, dan dukungan partisipasi dari berbagai segmenmasyarakat dari berbagai belahan bumi dalam berbagaibentuk telah diberikan. Namun dana yang besar, tenaga yangcukup banyak dan berbagai peralatan yang ada masih belummampu mengatasi masalah besar dan komplek secaramenyeluruh. Dalam penanganan darurat masih mengalamibanyak kendala, baik karena system data dan informasi yangkurang memadai, koordinasi pelayanan yang kurang terpadumaupun alasan kurangnya akses untuk pemberian bantuandarurat. Pengalaman ini mengindikasikan, bahwa kekurangsiapan pemerintah dan masyarakat dalam menghadapibencana.Berbagai bencana yang terjadi mengisyaratkan perlunyakesiapsiagaan pemerintah dan masyarakat dalam menghadapibencana selama dalam kondisi normal; ketika terjadi bencana;dan selama masa pemulihan. Kesiapsiagaan dalammenghadapi bencana terutama di daerah rawan bencana telahmenjadi tuntutan global. Kondisi ini tercermin dari KerangkaAksi Hyogo (KAH) Untuk Mengurangi Resiko Bencana baikkehidupan, asset-asset sosial, ekonomi maupun lingkungandisepakati oleh masyarakat internasional untuk dipakai dariJanuari 2005 – 2015 dan berisi tentang :1. Memadukan pengurangan resiko bencana dalamkebijakan dan perencanaan pembangunan.2. Mengembangkan dan menguatkan mekanisme dankapasitas kelembagaan untuk membina ketahananterhadap bahaya bencana.3. Memadukan secara sistematik pendekatan-pendekatanpengurangan resiko bencana kedalam penerapanprogram-program kesiapan, tanggap darurat, pemulihandan rekonstruksi.

Page 49: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

40

Di Indonesia, KAH ini telah diadopsi sejak bulan Januari2005. Secara moral kerangka aksi tersebut telah mengikatIndonesia dan berkewajiban untuk turut serta membangunkesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana. Dalammerespon kesepakatan dunia ini, pada tanggal 26 April 2007telah diundangkan Undang-Undang Tentang PenanggulanganBencana. Dalam pasal 16 disebutkan, bahwa unsur pelaksanapenanggulangan bencana mempunyai tugas secaraterintegrasi dalam tiga tahapam yang meliputi: (a)prabencana; (b) saat tanggap darurat; dan (c) pasca bencana.Pasal 26 ay 1.e. disebutkan bahwa setiap orang berhakberpartisipasi dalam pengambilan keputusan terhadapkegiatan penanggulangan bencana, khususnya yang berkaitandengan diri dan komunitasnya.Beberapa temuan yang menarik dari hasil penelitian di 7propinsi (Sumut, Sumbar, DI Yogyakarta, Jatim, NTB, NTT, danPapua) untuk dijadikan sebagai bahan masukan dalampenanggulangan bencana alam:1. masyarakat telah mengetahui beberapa titik lokasi rawanbencana dan titik lokasi yang aman dari bencana alam2. setiap masyarakat telah mempelajari beberapa tanda-tanda akan terjadinya bencana alam khususnya banjir dantelah mempunyai strategi dalam penanggulangan bencanaalam3. partisipasi masyarakat yang cukup besar dapat dijadikansebagai modal dalam penanggulangan bencana alamBeberapa aspek pelayanan dalam penanggulanganbencana merupakan satu kesatuan yang utuh. Setiap aspekpelayanan (penyiapan masyarakat, penyelamatan danpemulihan) memerlukan sebuah model yang dapatditerapkan (implementatif). Mengingat besarnya cakupandari ketiga aspek tersebut, maka harus lebih menekankanpada aspek pemulihan dan penguatan/pemberdayaankeluarga supaya mereka lebih siap dalam menghadapi

Page 50: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

41

bencana, khususnya pemberdayaan sosial keluarga. Model iniuntuk menjawab permasalahan-permasalahan yang munculketika terjadi bencana alam.B. Maksud.Mengurangi resiko akibat terjadinya bencana alam.1. Terciptanya persamaan persepsi masyarakat tentangkeberadaan Keluarga2. Tumbuhnya tanggung jawab sosial masyarakat dalampembinaan dan pengembangan Keluarga3. Terbinanya dukungan masyarakat dalam kegiatan yangdilaksanakan oleh masyarakat.4. Terbinanya interaksi sosial antara warga dan penguruswarga.5. Terbinanya kemampuan keluarga dalam membangunkesiapsiagaan menghadapi bencana alam.

C. TujuanMembangun Kesiapsiagaan Masyarakat DalamMenghadapi Bencana Alam.1. Terbinanya kualitas sumber daya manusia (keluarga)sehingga dapat berfungsi efektif dalam mempersiapkandiri menghadapi bencana alam.2. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia (keluarga)sebagai warga masyarakat yang sering terkena bencanaalam.3. Terbinanya keberlanjutan kesiapsiagaan masyarakatdalam menghadapi bencana alam.D. Pengertian1. Bencana AlamBencana alam sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwayang disebabkan oleh alam, manusia, dan atau oleh

Page 51: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

42

keduanya yang menyebabkan korban manusia,penderitaan, kerugian, kerusakan sarana dan prasaranalingkungan dan ekosistemnya serta menimbulkangangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupanmasyarakat.2. Pemberdayaan SosialPeningkatan potensi, pemberian kepercayaan danpeluang, mendorong meningkatkan kemampuanmemecahkan masalah sosial agar dapat menikmati hidupsecara layak dan berperan dalam pembangunan sosial.3. KeluargaKeluarga; keluarga merupakan lembaga, unit sosial terkecldalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suamiistri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dananaknya.E. Pelaksanaan1. Membangun Perasamaan Persepsi.Membangun persamaan persepsi merupakan langkahawal untuk mengantisipasi timbulnya kekaburan peranan dankonflik kepentingan dikalangan masyarakat, keluarga, tokohmasyarakat dan pemerintah desa. Persamaan persepsi inimerupakan langkah awal untuk membangun kesepahamandan kesepakatan (Consensus Building).Penyampaian materi informasi yang dipandang relatifbaik adalah melalui dialog (diskusi terfokus), yakni dialogantara keluarga/masyarakat, tokoh masyarakat dan aparatdesa dan , aparat terkait. Dalam proses dialog, setiap pesertamempunyai posisi dan peluang yang sama untukmengemukakan, pertanyaan, pendapat, dan saran.Membangun persamaan persepsi atau proses consensus

building mengacu:a. Fokus untuk kepentingan bersama.

Page 52: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

43

b. Mendefinisikan masalah dan potensic. Mengidentifikasi masalah dan potensi yang ada dilingkungan masyarakatd. Mengidentifikasi beberapa alternatif pemecahanmasalah dan menentukan skala prioritasnya.e. Penentuan prinsip atau criteria untuk menentukanalternative.f. Penentuan prinsip atau criteria untuk mengevaluasialternatif.g. Penciptaan komitmen untuk diimplementasikan olehpara partisan yang ikut dalam pengambilankeputusan.Persepsi yang diharapkan dapat terbangun adalahtentang:a. Tanggung JawabPenanggulangan bencana alam merupakan tanggungjawab pemerintah bersama masyarakatb. Lokasi Rawan Bencana, merupakan wilayah-wlayahyang sering terkena bencana alam, baik bencana yangdisebakan oleh ulah manusia maupun bencana yangdisebabkan oleh perubahan alam itu sendiri.c. Daerah aman, merupakan wilayah-wilayah yangdianggap aman untuk tempat berlindung sementaraketika terjadi bencana alam yang dapat dijadikansebagai acuan untuk bertemunya pengungsi (korban)dengan petugas pelayanan korban bencana alam.d. Kebutuhan pelayananKebutuhan pelayanan bagi masyarakat korbanbencana alam, kebutuhan penangulangan bencana:1) Kebutuhan jangka pendek mencakup makanan,obat-obatan, sandang, dan tempat berteduhsementara.

Page 53: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

44

2) Kebutuhan jangka panjang mencakup tempattinggal yang lebih aman dari bencana danpekerjaan tetap, menambahkan perlunyamengembalikan rasa aman korban dari ancamanbencana, disamping pemenuhan keutuhan fisikdan sarana penopang kehidupan korban dikemudian hari.2. Penyadaran untuk peduli lingkunganTerciptanya kesamaan persepsi tentang sikap pedulilingkungan bertujuan untuk meningkatkan:a. Kesadaran dan kepedulian sosial masyarakat danlingkunganb. Komitmen dan kesediaan masyarakat untukmengatasi permasalahan lingkungan.c. Komitmen terhadap penguatan potensi masyarakat(keluarga).d. Komitmen dan kesediaan masyarakat dalammenunjang kontinuitas pemeliharaan lingkungan.3. Peningkatan kemampuan dalam penanggulangan Bencana/Peningkatan Pengetahuan dan MotivasiDalam pendekatan partisipasi, faktor yang paling dominandalam pelaksanaan kegiatan adalah masyarakat. Di satu sisi,mereka adalah subjek yang paling mengetahui dan memahamikondisi Keluarga di lingkungannya. Disisi lain, frekuensiinteraksi diantara mereka lebih intensif. Uraian inimengisyaratkan, bahwa terselenggaranya kegiatanpemahaman dan motivasi keluarga berkaitan erat dengankeberhasilan model dalam membangun sikap partisipasimasyarakat.Materi informasi yang perlu disampaikan kepada keluargadan pengurus masyarakat adalah:a. Pengertian tentang keberdayaan keluarga (kesiapsiagaan

Page 54: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

45

masyarakat dalam menghadapi bencana), meliputi: (1)apa yang dimaksud dengan keberdayaan keluarga (2)tujuan ditingkatkannya keberdayaan keluarga (3) jeniskegiatan yang diselenggarakan, (4) tujuanpenyelenggaraan kegiatan.b. Keberlangsungan keberdayaan keluarga, meliputi: (1)tanggung jawab sosial keluarga sebagai warga yangbertanggung jawab terhadap anggota keluarganya. dan (2)dukungan yang akan diberikan oleh masyarakat dalampemberdayaan keluarga (peningkatan kesiapsiagaanmasyarakat dalam menghadapi bencana alam.)c. Pengelolaan organisasi, meliputi: (1) pengetahuantentang manajemen, (2) permasalahan sosial dilingkungan masyarakat (3) potensi dan sumber yangdapat dimanfaatkan, (3) manfaat keberdayaankeluarga (kesiapsiagaan masyarakat dalammenghadapi bencana alam) bagi masyarakat itusendiri dan pihak pengelola bencana alam., (4) siapayang berperan penting dalam peningkatankesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapibencana alam dan yang bertanggung jawab dalamkeberlangsungannya.d. Penyadaran masyarakat untuk peduli lingkungan,meliputi: pentingnya melestarikan lingkungan bagikehidupan masyarakat, kerugian dan keuntungannyabagi masyarakatPenyampaian materi informasi yang dipandang relatifefektif adalah melalui dialog (diskusi terfokus), yakni dialogantara keluarga/masyarakat, tokoh masyarakat dan aparatterkait. Dalam proses dialog, setiap peserta mempunyai posisidan peluang yang sama untuk mengemukakan, pertanyaan,pendapat, saran. Pada proses ini, setiap anggota akanmemperoleh informasi yang berkaitan dengan pengembanganKeluarga yang seluas-luasnya. Dalam psikologi sosial,

Page 55: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

46

seseorang akan bersedia melakukan sesuatu tindakan(dukungan) manakala tindakan tersebut menyangkutkepentingan dan keuntungan bagi dirinya. Dalam kerangkaini, dukungan masyarakat sangat dipengaruhi oleh prospekorganisasi bagi masyarakat.Dialog secara informal dapat juga dilakukan dengan salingberkunjung (silaturahmi), pembicaraan disela-selaberlangsungnya kegiatan kemasyarakatan, dan ataudijadikan sebagai salah satu bahasan pada waktu kumpul-kumpul. Dalam dialog tersebut terbuka peluang dankesempatan untuk tukar pendapat, sehingga informasiyang diperoleh lebih banyak dan lebih lengkap.4. Pengorganisasian MasyarakatPengorganisasian masyarakat merupakan salah satubentuk penguatan potensi/kemampuan. Pengorganisasianmerupakan upaya untuk membentuk kelompok kerjamasyarakat dalam rangka memotori dan memfasilitasirencana dan pelaksanaan kegiatan. Organisasi ini bertanggungjawab terhadap segala kegiatan yang dilaksanakan. Anggotaorganisasi dipilih dari keluarga korban bencana alam yanghadir dalam pertemuan dan unsur pengurus masyarakat, danpemilihan sesuai dengan kesepakatan bersama dandisesuaikan dengan susunan organisasi yang berlaku dan jugadisepakati bersama.Organisasi atau kelompok kerja ini terdiri dari unsurkeluarga dan unsur pengurus masyarakat. Susunan anggotakelompok seperti ini diharapkan akan bermakna dalampemberdayaan keluarga dalam rangka meningkatkankesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapai bencana alam.Tugas kelompok kerja adalah memanage informasi (yangdiperoleh dari peningkatan pemahaman dan motivasi)kedalam pelaksanaan kegiatan Keluarga. Mereka dipercayapenuh untuk menyusun rencana kegiatan (planing),

Page 56: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

47

memberikan penilaian kegiatan yang sedang dijalankan(monitoring), dan penilaian akhir terhadap hasil yang telahdicapai (evaluating).Dalam rangka memanage informasi langkah-langkah yangdilakukan adalah:a. Perencanaan programKegiatan yang akan dilaksanakan meliputi:1) Identivikasi permasalahan dan potensi,2) Penentuan jenis kegiatan3) Penentuan Target4) Penentuan Penanggung jawabb. MonitoringKegiatan yang akan dilaksanakan meliputi:1) Identifikasi kegiatan yang telah dilaksanakan(persentase capaian target)2) Penentuan tindakan lanjut untuk optimalisasihasilc. EvaluatingKegiatan yang akan dilaksanakan meliputi:1) Identifikasi capaian hasil kegiatan2) Identifikasi faktor yang berpengaruhSetiap tahapan dalam pelakasanaan kegiatan diagendakansebagai tanggung jawab kelompok kerja kepada masyarakat,lembaga (Keluarga), Pembina (Kepala Desa/Lurah), daninstansi sektor. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat secaraluas dapat (1) memberikan penilaian tentang manfaat darikegiatan yang telah dilaksanakan oleh Keluarga (2) penentuansikap partisipasi dalam pembinaan Keluarga.Dalam rangka membangun kemampuan masyarakat danpengurus dapat dilakukan dengan pelatihan dan workshopsehingga hasil yang dicapai pada saat pelatihan tersebut

Page 57: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

48

secara langsung mempunyai nilai riil dalam pelaksanaankegiatan.5. KemitraanKemitraan merupakan salah satu alternatif jawaban untukmengatasi keterbatasan Keluarga dalam rangka pelaksanaanperan dan fungsi organisasi. Dalam istilah ekonomi, kemitraandidefinisikan sebagai kerjasama usaha saling menguntungkanantara pengusaha besar dengan pengusaha kecil dan masing-masing pihak yang bermitra berada pada posisi tawar menawaryang seimbang (Kompas, 11 Maret 1997). Uraian inimengisyaratkan, bahwa prinsip dasar yang perlu ditekankandalam membangun kemitraan adalah masing-masing pihakyang bermitra berada dalam proses take and give yang sepadan,dan menutup kesempatan berkembangnya pola patron-klien.Mengacu uraian di atas, maka kemitraan yang dimaksuddalam model lebih menekankan pada perluasan jaringan kerjaKeluarga dengan pihak lain (baik secara individual maupunlembaga). Oleh karena itu, langkah awal yang dibutuhkandalam kerangka membangun kemitraan adalah organisasiyang telah dibentuk perlu untuk secara tepat menentukan polakemitraan sesuai dengan kebutuhan masing-masing yangbermitra. Penentuan pola ini dibuat dengan tetapmempertimbangkan kemampuan yang dapat ditawarkan olehKeluarga dan peluang yang diberikan oleh mitra kerja dan/atau sebaliknya.Keseimbangan semacam ini dapat berfungsi sebagai alatuntuk menepis anggapan, bahwa kegiatan Keluarga identikdengan kegiatan yang bersifat insidental dan monoton(misalnya: arisan), sehingga kurang mempunyai prospekuntuk investasi mitra kerja. Untuk mencapai keseimbangantersebut, perlu ditentukan adanya perencanaan kegiatan yangjelas, teratur, terukur dan dapat dimonitor perkembangannya.Kejelasan semacam ini dibutuhkan, karena dalam proseskemitraan menuntut adanya target hasil yang akan dicapai.

Page 58: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

49

Keterangan:

1. Persamaan persepsi: Public sector, Privat sector dan Collectifsector merupakan tiga serangkai (threepartide) dalammenghadapi berbagai permasalahan. Ketiga unsur tersebut harusmempunyai (1) kesamaan persepsi tentang kebencanaan danpenanggulangannya, (2) kesadaran dan kepeduliann terhadaplingkungannya.

2. Penguatan Potensi kepada masyarakat (keluarga) agar lebihmampu dalam menghadapi bencana alam. Tujuannya adalahmemperkuat tingkat partisipasi masyarakat.

3. Pengorganisasian masyarakat dalam menghadapi bencana alam.

4. Kemitraan dari ketiga unsur akan menjadi suatu kekuatan besardalam penanggulangan bencana alam

ALUR MODELPubic SectorPEMERINTAH

KELUARGA

Privat SectorDunia Usaha,Orsos/LSM

BENCANAALAM

4

42

2

31 4

Page 59: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …
Page 60: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

51

BAB IIIGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIANDua daerah yang dijadikan lokasi penelitian pada dasarnyamempunyai karakteristik yang berbeda, baik ditinjau dari segipermasalahan sosial maupun potensi sosial yang dapatdikembangkan untuk kesejahteraan sosial masyarakatnya.Perbedaan karakteristik tersebut sangat berpengaruh padapenghidupan dan kehidupan masyarakat terutama dalam kaitannyadengan program pemberdayaan keluarga. Klarifikasi dari kondisigeografis lokasi penelitian dimaksud adalah sebagai berikut:

A. PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

1. Diskripsi WilayahSecara administrasi kabupaten Belu merupakan salahsatu wilayah yang berada di Nusa Tenggara Timur yangberbatasan langsung dengan kabupaten Timor Tengah Utara(TTU) dan berbatasan langsung dengan District CovalinaNegara Timor Leste.Belu mempunyai wilayah luas 2.445,57 km2 yang terbagiatas 17 (tujuh belas) kecamatan. Secara geografis terletak padakoordinat 1240 35’-1260 12’ Bujur Timur dan 80 57’ LintangSelatan. Kabupaten Belu termasuk wilayah yang sangat rawanterhadap bencana alam seperti banjir, tanah longsor, anginputing beliung maupun gelombang pasang. Untuk bencanatanah longsor dan banjir hampir rutin tiap tahun terjadi,terutama dialami masyarakat di selatan Belu.Di Kabupaten Belu dilalui sungai besar yakni sungaiBenanain yang panjangnya mencapai 128 km. Benanainmerupakan sungai terbesar dan terpanjang di Provinsi NTT.Sumber mata air Benanain berada di Kabupaten TTUmelewati Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Benanainbermuara di Laut bagian Selatan Timor Kabupaten Belu.Sebagian dari panjang sungai Benanain merupakan pembatas

Page 61: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

52

dari Negara RI dan Negara TimorLeste. Secara umum bentuk aliransungai Benanain berupa aliranbercabang sering berpindah-pindahdan tebingnya mudah mengalamierosi karena alur sungainya belumdikelola secara baik. Tata guna lahanDAS Benanain, hampir 80% berupagabungan antara hutan danrerumputan dan sebagian kecil 20%berupa tegalan, tanah sawah, rawa,hutan mangrove dan daerah pemukiman.2. Karakteristik bencana di Lokasi PenelitianKarakteristik Benanain yang dipahami oleh masyarakatadalah kering di musim kemarau dan banjir di musim hujan.Pada musim kemarau aliran sungai Benanain sangat kecil dandebit airnya dan yang terlihat adalah hamparan pasir dan batu.Pada musim hujan, luapan air sungai mencapai ratusan meter

dari DAS. Kondisi perbedaan Benanain ketika musim kemaraudengan musim hujan dapat dilihat pada gambar berikut.Bencana yang terjadi dan frekuensinya cukup besaradalah bencana akibat banjir (luapan sungai Benanain). Setiap

Page 62: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

53

kali terjadi hujan, arus sungai Benanain diperbesar olehbeberapa anak sungai yang berada di wilayah Belu, TTS danTTU. Anak-anak sungai yang relatif besar mengalir ke sungaiBenanain yaitu; sungai Noni, dan sungai Besi. Tipikal sungaiBenanain mempunyai kesamaan dengan tipikal sungai yangada di Propinsi Nusa Tenggara Timur termasuk jenis sungaimusiman. Sungai akan mengering di musim kemarau danmeluap di musim hujan.Benanain mempunyai karakteristik puncak banjirdengan waktu genangan air yang relatif pendek. Arus sungairelatif cepat. Kapasitas alur sungai Benanain (bank full)sebesar 500 m3/detik. Banjir kiriman dari hulu sungaiBenanain dimulai pada tanggal 16 Maret 2007 melebihi debitdengan kala ulang 2 tahun (Q2 = 890 m3/detik). Selanjutnyaselama 3 hari (16 s/d 18 Maret 2007) debit yang terjadiselama banjir lebih besar dari kapasitas alur sungainyasehingga aliran sungai Benanain meluap. Air kembali surutpada tanggal 19 dan 20 Maret 2007, tetapi meningkat lagi padatanggal 21 Maret 2007 sehingga mengakibatkan genanganpada 15 desa, dengan ketinggian berkisar 0,7 - 1 m.Berdasarkan data Posko Banjir Kimpraswil, intensitashujan yang terjadi selama kejadian banjir (tanggal 16 s/d 21Maret 2007) di daerah Besikama tidak terlalu besar, tetapidebet sungai Benanain mengalami peningkatan. Naiknya debitsungai di Benanain yang merupakan bagian hilir sungaiBenanain menunjukkan bahwa terjadi hujan di bagian hulu,sehingga di hilir aliran sungai mengalami kenaikan.Wilayah yang ditunjuk sebagai lokasi penelitian kasus iniadalah Desa Lasaen, Umatoos, dam Fafoe Kec Malaka Barat.Penunjukan Lokasi tersebut sebagai lokasi penelitian didasaripemikiran ketiga desa ini merupakan desa yang paling parahterkena banjir. Wilayahnya berada di pingiran muara sungaiBenanain, dan berbatasan dengan laut. Ketiga wilayah desatersebut merupakan daerah delta. Derasnya air yang mengalir

Page 63: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

54

setiap kali terjadi banjir tidak hanya membawa lumpur danpasir, tetapi termasuk kayu dan batu-batu besar yang berasaldari lereng gunung. Oleh karena itu setiap kali setelah banjirketinggian tanah dataran dari permukaan air laut selalumeningkat antara 15cm sampai dengan 50cm.Berdasarkan informasi Dinas Kehutanan KabupatenBelu, dampak banjir juga melanda lokasi kegiatan RehabilitasiHutan dan Lahan (RHL). Lokasi RHL dengan tingkatkerusakan sangat parah adalah Motaulun, Desa Fafoe danDesa Besikama (Kecamatan Malaka Barat). Lokasi RHL dengantingkat kerusakan menengah di Desa Naimana (KecamatanMalaka Tengah). Lokasi RHL dengan kondisi kerusakan ringandi Desa Rabasahain dan Desa Sikun.Daerah lokasi penelitian ini selalu terjadi banjir tahunan.Dalam kurun waktu 70 tahun, minimal telah terjadi tigakejadian bencana banjir berskala besar (1939, 1968 dan 2000).Disamping itu, banjir skala sedang terjadi pada tahun 1974,1980, 1985, 1990 dan 1995. Selain frekuensi kejadian, skaladampak kerusakan akibat banjir di tiga kecamatan di Belu(Malaka Barat, Malaka Tengah dan Weliman) sangat tinggi.Banjir pada tahun 2000 misalnya mengakibatkan rusaknyaareal pertanian di wilayah kecamatan Malaka Barat, MalakaTengah dan Weliman seluas 3459,08 ha, korban meninggal 128jiwa, merusak rumah penduduk (lebih dari 2000 unit).Banjir kembali melanda Kabupaten Belu pada tanggal 17Maret 2007. Banjir kedua ini merupakan akibat meluapnyasungai Benanain yang terjadi sekitar pukul 03.00 WITAdengan ketinggian air sekitar 1 m yang menggenangipemukiman seluas 4.502 Ha (Dinas PU, 2007). Kondisi inidisebabkan oleh hujan yang mengguyur wilayah selatanKabupaten Belu dan banjir kiriman di bagian hulu SungaiBenanain di wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU)dan Timor Tengah Selatan (TTS). Walaupun kejadian banjirtersebut masih dalam batas normal, tetapi kondisi ini hampir

Page 64: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

55

melanda seluruh wilayah Kecamatan Malaka Barat (meliputi13 desa yang tergenang dari 16 desa yang ada).Akibat curah hujan yang terus menerus sejak 18 Januari2006 sampai dengan 8 Mei 2006, terjadi bencana banjir diKabupaten Belu Provinsi NTT. Dalam rentang waktu tersebutsudah terjadi 18 kali banjir yang mengakibatkan sebagianpenduduk di kecamatan Malaka Barat mengungsi ke wilayahKecamatan Malaka Tengah karena air lumpur menggenangirumah dan sekitarnya setinggi 40 senti meter. Daripengalaman masyarakat menghadapi beberapa kali banjir,kejadian banjir tidak berakibat pada korban meninggal danluka – luka, hanya terjadi pengungsian warga desa Lasaendusun Kakeularan dan Umamota sebanyak 499 jiwa (115 KK)penduduk mengungsi ke Aula Susteran SSPS Betun.Upaya yang dilakukan oleh masyarakat untukmengurangi resiko banjir tersebut adalah dengan membangunrumah panggung dan mengikuti program pemerintahkabupaten untuk penanaman pohon di pinggir sungai.Namun, besarnya air dan endapan lumpur cukup tebal setiapkali terjadi banjir, ketinggian rumah panggung perlahan-lahansemakin berkurang. Sedangkan upaya yang telah ditempuholeh Pemerintah Kabupaten Belu untuk penanggulanganbanjir adalah dengan membangun tanggul di sepanjang sungaibenanain. Tanggul yang dibangun setinggi kurang lebih 3mdan lebar 5 meter dan penanaman pohon di sepanjang DASBenanain yang mengalir di Kabupaten Belu.Untuk sementara upaya pemerintah membangun tanggultersebut dapat mengatasi masalah luapan air sungai. Namunsampai kapan upaya ini mampu mengatasi masalah jikafrekuensi banjir yang selalu membawa endapan lumpur tetapberjalan terus? Seolah upaya tersebut terkesan kurangberhasil dikarenakan Pengelolaan DAS Benanain, sebagai DASyang melawati tiga kabupaten masih ditangani secaraterpisah-pisah masing-masing kabupaten, dan belum ada

Page 65: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

56

upaya maksimal untuk mengintegrasikan pengelolaan denganpelibatan dan koordinasi antar Pemerintah Daerah.Bagi masyarakat yang berada di daerah tersebut(khususnya masyarakat yanmg bertempat yinggal di Lasaen,Fafoe, dan Umatoos), banjir dipandang sebagai bencanatetapi sekaligus sebagai berkah. Walaupun banjir seringkalimerusak dan menghanyutkan harta benda yang dimiliki,namun sekecil apapun pasti ada nilai manfaatnya.Derasnya air yang mengalir, setiap kali terjadi banjir selalumembawa lumpur dan pasir dari pegunungan yang diyakinioleh masyarakat akan memberikan kontribusi besar terhadapkesuburan tanah. Menurut pandangan masyarakat yangdilegitimasi oleh tiga kepala desa, bahwa banjir selalu membawalumpur dan menyuburkan tanah, sehingga penanaman jagungsebagai komoditas masyarakat di daerah ini tidak perludidahului dengan pengolahan tanah. Masyarakat yang tinggaldi daerah ini mempunyai kebanggaan bahwa di daerah bisapanen jagung tiga kali dalam setahun. Menurut Bernadus Nahak:”hanya di daerah ini kita bisa panen tiga kali”.3. Karakteristik masyarakatPenduduk yang tinggal di desa Lasaen, Umatoos, danFafoe DI Kecamatan Malaka Barat merupakan masyarakatyang masih relatif homogen. Sebagian besar berasal dari sukuTimor yang berbahasa Tetun.Pada kondisi normal (tidak bencana) umumnya matapencaharian masyarakat Malaka Barat adalah di bidangpertanian dan perternakan. Produk pertanian meliputitanaman berusia pendek sampai usia jangka panjang. Dari segilahan pertanian yang di kelola masyarakat, ada dua sistempenanaman tanaman baik yang menjadi tanaman komoditasmaupun untuk kebutuhan rumah tangga, yakni penanamantanaman di tanah milik sendiri dan Mamar. Mamar adalahhutan yang ditanami tanaman komoditas untuk memenuhi

Page 66: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

57

kebutuhan warga masyarakat. Untuk kepemilikannya mamardibedakan menjadi dua milik adat dan milik pribadi warga.Tanaman komoditas dalam mamar antara lain: pisang, nangka,alpukat dan jeruk, mangga, durian dan kemiri. Tanamankomoditas menjadi andalan untuk mendapatkan uang tunaiadalah kemiri.Masyarakat mengkhawatirkan hasil kemiri tahun iniakan menurun, karena pengaruh angin kencang. Hal initerjadi karena lokasi Malaka Barat di pesisir selatan PulauTimor. Masalah lain yang dari tahun ke tahun makinmemprihatinkan untuk masyarakat di ketiga desa (Umatoos,Lasaen dan Fafoe) tersebut adalah rendahnya harga jualkomoditi tersebut. Walaupun demikian, masyarakat masihberharap dapat mengandalkan hasil penjualan tanamankomoditas untuk mengatasi kekurangan pangan dipertengahan tahun.Hasil mamar lainnya yang berupa buah-buahan sepertipisang, nangka, alpukat dan jeruk kurang bisa diandalkan.Harga buah-buahan ini sangat murah, karena tidak ada carapengawetan hasil yang mampu dilakukan oleh masyarakat.Karena itu ketika panen, masyarakat harus secepatnyamenjual hasil (yang kebanyakan ke papalele yang masuk kedesa), dengan harga yang sangat rendah.Selain tanaman komoditas, dalam kebun mereka jugamenanam berbagai tanaman umur pendek lainnya, yangsebagian besar lebih digunakan untuk konsumsi sendiri,untuk melengkapi hasil jagung. Ada terjadi penurunanproduksi tanaman umur pendek seperti kacang, singkong danubi jalar karena keterlambatan musim hujan.Kepemilikan ternak, khususnya ternak besar seperti sapijuga menjadi ‘simpanan’ masyarakat, yang selain digunakanuntuk kebutuhan sosial (pesta adat atau nikah), juga untukmengantisipasi masa krisis pangan. Tetapi populasi ternak

Page 67: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

58

besar akhir-akhir ini menurun. Kepemilikan ternak besar jugatidak merata, kebanyakan dimiliki oleh kelompok masyarakatdari kelas sosial-ekonomi ‘atas’ yang justru tidak terlaluterancam kekurangan pangan. Ternak sedang dan kecilseperti babi dan ayam sampai saat ini kepemilikannya masihcukup merata. Ternak kecil ini dijual bila ada kebutuhan uangcepat, yang tidak selalu berhubungan dengan pemenuhanpangan keluarga.Biasanya pada bulan Januari – Februari, bila menghadapikrisis pangan, masyarakat mulai masuk hutan untukmengambil tanaman-tanaman hutan yang bisa dikonsumsiseperti ubi hutan. Fenomena ini sampai sekarang belumnampak di dua wilayah zona mamar ini. Persediaan makananhasil panen tanaman pangan utama serta tambahan dari matapencaharian lainnya masih mencukupi.4. Karakteristik kelompok eksperimenTerkait langsung dalam uji coba model ini adalah: anggotakelompok eksperimen dan pendamping lapangan. Berdasarkandata yang terhimpun melalui penelitian ini dapat dikemukakankarakteristik anggota kelompok eksperimen dan pendamping,sebagai berikut :a. Karakteristik Anggota Kelompok eksperimenJumlah anggota kelompok eksperimen dalampenelitian uji coba model ini ada 30 orang, yang terbagidalam 3 kelompok kerja. Adapun aspek yang akan dilihatdalam kaitan ini adalah tentang : agama, usia, pendidikandan pekerjaan. Berdasarkan data dan informasi yangterhimpun melalui penelitian ini dapat dikemukakan,sebagai berikut .Dalam aspek agama, seluruh anggota kelompokeksperimen (100%) beragama Katolik. Hal ini sangatterkait dengan kondisi masyarakat di lokasi ujicoba model

Page 68: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

59

ini adalah beragama Katolik.Ditinjau dari aspek usia, anggota paling muda berusia24 tahun sedang yang paling tua 57 tahun. Namun apabilasecara rata-rata hampir sebagian besar berusia antara 20–40 tahun. Usia-usia tersebut masih dalam kategori usiaproduktif, yang memungkinkan dapat diberdayakan.Rincian data tentang usia anggota kelompok eksperimenyang dapat dihimpun melalui penelitian ini dapat dilihatdalam tabel 2 berikut:

Dari aspek pendidikan, tingkat pendidikan anggotakelompok eksperimen adalah menengah kebawah (yangtertinggi adalah tamat SLTA), bahkan ada seorang anggotayang tidak tamat belajar di tingkat Sekolah Dasar. Rinciandistribusi tentang tingkat pendidikan anggota kelompokeksperimen yang dapat dihimpun dari penelitian ini dapatdilihat pada tabel 3, sebagai berikut.

No. Usia Jumlah % 1. 20 – 24 1 3,33 2. 25 – 29 8 26,67 3. 30 – 34 11 36,67 4. 35 – 39 5 16,67 5. 40 – 44 3 10,00 6. 45 – 49 - - 7. >50 2 6,66 Jumlah 30 100,00

Sumber : Data Primer 2008

Tabel 2: Distribusi Kelompok EksperimenMenurut Usia

Page 69: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

60

Dilihat dari aspek pekerjaan, anggota kelompokeksperimen sebagian besar adalah ibu rumah tangga.Menurut kepala desa, dasar dari penentuan anggotakelompok adalah pertimbangan gender dan kesempatanuntuk melakukan aktivitas dalam pengembanganmasyarakat. Walaupun semua anggota masyarakatmempunyai kesempatan untuk menjadi anggota kelompokeksperimen namun waktu luang yang lebih banyak adalahibu rumah tangga. Adapun rincian data tentang pekerjaananggota kelompok eksperimen yang dapat dihimpun melaluipenelitian ini dapat dilihat pada tabel 4, sebagai berikut.

Tabel 3: Jumlah Anggota Kelompok eksperimenMenurut Pendidikan

Sumber : Data Primer 2008

No. Tingkat Pendidikan Jumlah % 1. Tidak Tamat SD 1 3,33 2. SD 6 20,00 3. SLTP 12 40,00 4. SMU 11 36,67 Jumlah 30 100,00

Tabel 4: Distribusi Anggota KelompokEksperimen Menurut Jenis Pekerjaan

Sumber : Data Primer 2008

No. Jenis Pekerjaan Jumlah % 1. Sopir 1 3,33 2. Membuka Kios 1 3,33 3. Wiraswasta 1 3,33 4. Tambal Ban 1 3,33 5. Menjahit 1 3,33 6. Petani 9 30,00 7. Ibu Rumah tangga 16 53,35 Jumlah 30 100,00

Page 70: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

61

Sadar ataupun tidak, dalam pelaksanaan kegiatan olehkelompok kerja yang mempunyai komposisi anggotabervariasi (baik dari aspek usia, pendidikan, maupunpekerjaan) akan terjadi proses pengkayaan informasi.Dalam kerangka ini adalah pemberdayaan kepadakelompok usia produktif, pendidikan rendah dan mungkinpekerjaannya hanya sebagai ibu rumah tangga atau petani.b. Pendamping LapanganPendamping adalah orang yang mempunyaikomitmen terhadap pemberdayaan sosial keluargamaupun masyarakat. Pendamping dapat berasal dariinstansi sektor (Dinas Sosial Provinsi atau Dinas SosialKabupaten), dan atau anggota masyarakat/Orsos/LSM.Dalam uji coba model ini pendamping yang ditunjuk ada2 (dua) orang, yaitu; Emanuel Fahih, S.Sos staf UrusanKorban Bencana dari Dinas Sosial, Tenaga Kerja danTransmigrasi serta Hirinimus R.Y. Seran, SE berasal dariPerkumpulan Masyarakat Penanganan Bencana (PMPB)menjabat sebagai koordinator wilayah Betun.Penunjukan pendamping tersebut tentunya sudahmelalui berbagai pertimbangan, bahwa orang tersebutkarakteristiknya sesuai dengan kriteria yang diharapkansebagai pendamping. Tentunya juga harus memenuhipersyaratan yang telah disepakati, antara lain : memilikipengetahuan; dipercaya oleh anggota masyarakat; dia harusmemiliki hasrat dan waktu untuk melayani masyarakatsecara sukarela; mampu untuk berkomunikasi secara lancardengan penduduk setempat; menunjukkan kemapuankepemimpinan serta mampu memotivasi dan membangunkepercayaan dan keterbukaan serta keakraban; danmempunyai keterampilan dalam penanganan bencana.Ditinjau dari pendidikan, pengalaman kerja, danpengalaman pendidikan dan pelatihan, mereka adalah

Page 71: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

62

orang yang diharapkan mampu memberikan pendampingandalam uji coba model pemberdayaan sosial keluarga pascabencana alam ini.B. PROVINSI JAWA TIMUR1. Kondisi geografisBondowoso merupakan salah satu kabupaten diProvinsi Jawa Timur, berbatasan dengan KabupatenSitubondo di sebelah utara, Kabupaten Banyuwangi disebelah timur, Kabupaten Jember di sebelah Selatan danKabupaten Probolinggo di sebelah barat. Bondowoso beradadi persimpangan jalur dari kabupaten Besuki dan Situbondomenuju Jember. Terletak di Lintang Selatan : 70 50’10” s/d 7056’41” dengan ketinggian sekitar 253 meter dari permukaanlaut, tertinggi 475 meter, terendah sekitar 73 meter.

Kabupaten Bondowoso memiliki luas wilayah sekitar1.560.10 km2 atau 44,4% dari total luas Provinsi JawaTimur. Terbagi menjadi 20 kecamatan, 199 desa dan 10kelurahan. Wilayah Bondowoso terbagi menjadi 3 yakni :Wilayah barat merupakan pegunungan ( kaki pegununganArgopuro), bagian tengah berupa dataran tinggi danbergelombang, sedang bagian timur berupa pegunungan(bagian dari dataran tinggi Dieng). Bondowoso merupakansatu-satunya kabupaten di daerah Tapal Kuda yang tidak

Page 72: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

63

memiliki garis pantai. Terdapat beberapa sungai yangmengaliri kabupaten Bondowoso yaitu : Sungai Deluang(30 km), Sampeyan (61 Km), Mayang (56 Km), Bedadung(70 km) dan Merawan (32 Km).Lokasi Kabupaten Bondowoso, terletak di wilayahtimur provinsi Jawa Timur berada di sekitar gariskhatulistiwa, sehingga wilayah ini memiliki 2 iklim setiaptahunnya yaitu musim kemarau (Juni s/d Oktober) danmusim penghujan (November s/d Mei). Angin Tenggarabertiup dalam bulan April s/d Juni dan Juni s/d Agustusdan angin Barat Laut bertiup di bulan Oktober s/dNovember dan Januari s/d Februari. Kondisi ini secarageografis dan geologis merupakan wilayah sangat rawanbencana alam banjir, tanah longsor dan angin putingbeliung. Secara demografis mayoritas pendudukKabupaten Bondowoso adalah Suku Madura dan lainnyaadalah Suku Jawa.Menurut Badan Pertanahan Nasional KabupatenBondowoso, Kecamatan Kota seluas 17.18 Km memilikikemiringan tanah 0-20 ; dan wilayah sekitar 4.24 Km2memiliki kemiringan 20 – 15 0 ; di ketinggian 0 s/d 25 mdan jenis tanah regolsol. Kabupaten Bondowoso memilikistasiun penakar hujan di 35 lokasi, Stasiun penakar hujanotomatis ada di 3 lokasi dan stasiun pencatat duga mukaair otomatis (AWLR) ada di tiga lokasi. Keadaan cuacamenurut catatan Balai Pengelolaan Sumber Daya AirSungai Sampean Baru curah hujan tinggi di bulan Januari,November dan Desember dan curah hujan rendah dibulan Februari sampai September. ( Badan PertanahanNasional Kabupaten Bondowoso, 2005).Secara geografis Kecamatan Kota Bondowosoberbatasan dengan Kecamatan Tegal Ampel di sebelahutara, sebelah selatan kecamatan Grujugan, sebelah Baratkecamatan Curah Dami dan sebelah timur Kecamatan

Page 73: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

64

Tenggarang dan Grujugan. Secara geografis memiliki 7kelurahan, 4 desa, 17 dusun terdiri dari 72 RW dan 296RT. ( Kabupaten Bondowoso dalam Angka, 2006).Hasil regristrasi penduduk akhir 2005 jumlahpenduduk Bondowoso mencapai 705.659 jiwa terdiri dari342.711 jiwa laki-laki dan 362.984 jiwa perempuan.Kepadatan penduduk dikabupaten Bondowosodibandingkan tahun sebelumnya meningkat 0,89% , yaitu452 jiwa/km2 . Diantara 20 Kecamatan di KabupatenBondowoso, Kecamatan Kota Bondowoso mempunyaijumlah penduduk paling banyak yakni sebesar 68.132 Jiwadengan kepadatan penduduk 3,181 jiwa/km2(Bondowoso dalam gambar, 2006).Berdasarkan informasi dari Dinas KeluargaBerencana dan Kesejahteraan Sosial KabupatenBondowoso, penduduk Kecamatan Kota Bondowosodiklasifikasikan dalam 5 kelompok yakni termasukkelompok Pra Sejahtera sebesar 5.399 jiwa, Keluargasejahtera sebesar 13.689 jiwa. Rincian data kondisikesejahteraan keluarga dari penduduk KabupatenBondowoso yang dijadikan lokasi uji coba digambarkandalam tabel 5 berikut:

Sumber : Bondowoso dalam angka 2006

Tabel 5: Jumlah Penduduk BerdasarkanTingkat KesejahteraanNo Lokasi Pra

Sejahtera KS I KS II KS III KS III +

F % F % F % F % F % 1 Kab. Bondowoso 107028 44.5 55946 23.3 33360 13.8 33490 13.9 10920 4.5

2 Kec. Kota Bondowoso 5399 28.3 2540 13.3 2011 10.5 5185 27.2 3953 20.7

3 Kec. Prajekan 4431 36.8 1825 15.2 2022 16.9 2838 23.7 875 7.4

Page 74: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

65

Komunitas masyarakat Kecamatan Kota Bondowosodan Kecamatan Prajekan yang dikategorikan miskinsebesar 28,1% dari keseluruhan jumlah pendudukKecamatan kota Bondowoso (68.132 jiwa) dan 2,1% darikeseluruhan penduduk Kabupaten Bondowoso (705.659jiwa). (sumber: Bondowoso dalam angka tahun 2006).Selain kondisi penduduk, hasil penelitian dari TimGabungan antara Fakultas Teknik Sipil, Institut TeknologiSepuluh Nopember (ITS) Surabaya dan Tim StasiunMeteorologi dan Geofisika Tk I Surabaya pasca bencana akhirFebruari tahun 2001", menjelaskan bahwa ada empatkriteria daerah yang terancam musibah jika curah hujanmeninggi, yaitu daerah sangat rawan, rawan, cukup rawandan aman dari ancaman longsor dan banjir bandang. Olehkarena itu beberapa daerah rawan banjir khususnya disekitar Daerah Aliran Sungai dari Gunung Ijen, Raung dansekitarnya harus tetap waspada dan siap-siap mengungsi,bila sewaktu-waktu bencana datang. Salah satu masyarakatyang harus tetap waspada terhadap tanah longsor adalahwarga Kelurahan Blindungan, Kecamatan Kota dan DesaCangkring, Kecamatan Prajekan yang berada di pinggiransungai Sampean Baru dan diperkotaan. Pada tahun 2006 dikelurahan Blindungan terkena bencana angin puting Beliungdan tanah longsor karena banjir bandang. Sedang di DesaCangkring hampir setiap tahun mengalami banjir akibatmeluapnya sungai Sampean Baru.Kelurahan Blindungan dan Desa Cangkring merupakandaerah langganan Banjir. Hampir setiap tahun mengalamibencana banjir. Menurut catatan dalam kurun waktu limatahun (2002 – 2008), banjir yang terjadi volumenya lebih besardari tahun-tahun terdahulu. Banjir ini terjadi karena hujanderas yang terus menerus, hingga sungai Sampean Baru yangdiharapkan dapat menampung air hujan, tidak mampu lagimembendung derasnya hujan. Akibatnya air meluap dan

Page 75: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

66

menyapu perkampungan warga kelurahan Blindunganterutama yang berada disekitar bantaran sungai. Demikianpula luapan air yang mencapai ketinggian 1-2 m membuatrumah warga di sekitar bantaran sungai di desa Cangkringmengalami kerusakan parah.Sungai Sampean Baru merupakan muara dari tigasungai, yaitu sungai Beloncon, sungai Blimbing dan sungaiPancor dari Desa Leprak. Sungai Pancor merupakansungai yang lebih besar dari dua sungai terdahulu. Banjirkemudian diperparah ketika tahun 1990 di wilayah hulusungai tersebut dibangun sebuah waduk/bendunganuntuk keperluan irigasi di wilayah Kabupaten Bondowosodan Kabupaten Situbondo (di Bondowoso terjadi duamusim yaitu musim kemarau dan musim peghujan,sehingga waduk ini dimanfaatkan untuk mengairipertanian ketika musim kemarau tiba).Ketika beberapa hari turun hujan, maka waduk iniikut berperan menambah deras dan besarnya banjir yangmelanda kedua wilayah tersebut. Banjir terakhir terjadipada bulan pebruari 2008, ikut membawa korbanterutama korban harta benda, sedangkan korban jiwahanya 1 orang. Korban harta benda yang terbanyak adalahkerusakan bangunan rumah maupun sarana umum, baikrusak berat maupun rusak ringan, serta pertanian danternak (sapi, kuda dan kambing). Sampai saat penelitianini dilakukan masih terlihat adanya pelaksanaanperbaikan bangunan dan jalan.2. Karakteristik Anggota Kelompok eksperimen danPendamping LapanganPada pelaksanaan ujicoba model di KabupatenBondowoso dibagi menjadi dua kelompok eksperimen,pertama Kelurahan Blindungan Kecamatan KotaBondowoso kelompok yang diberi perlakuan, kedua di Desa

Page 76: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

67

Cangkring Kecamatan Prajekan sebagai kelompok controlatau kelompok yang tidak diberi perlakuan. Masing-masingkelompok eksperimen beranggotakan 30 orang.Hasil kesepakatan anggota kelompok eksperimen,kelompok Blindungan diberi nama kelompok kerja “SuryaMegah Bumi Lestari” dan Cangkring diberi namakelompok kerja “Mandiri”. Dilihat dari sisi usia, baikkelompok kerja Surya Megah Bumi Lestari maupunkelompok Mandiri, sangat bervariasi, mulai dari usia 19tahun sampai 70 tahun, seperti terlihat pada tabel 6,sebagai berikut:

Pada tabel 6 tersebut dapat dilihat bahwa padaumumnya usia anggota kelompok kerja tersebut, baikkelompok kerja Mandiri maupun Surya Megah BumiLestari, masih dalam usia produktif. Pada usia inidiharapkan kelompok kerja ini memiliki potensi untukmelakukan perubahan, apalagi ketika mereka diberikanperlakuan yang disesuaikan dengan kemampuan merekadalam melakukan perubahan tersebut. Disamping itu

Tabel 6: Responden Menurut Usia

Sumber: hasil penelitian 2008

Surya Megah Bumi Lestari Mandiri No Usia Jumlah % Jumlah % 1 19 - 24 1 3,33 3 10 2 25 - 29 3 10.00 2 6,67 3 30 – 34 1 3,33 5 16,67 4 35 – 39 5 16,67 2 6,67 5 40 – 44 4 13,33 5 16,67 6 45 – 49 5 16,67 2 6,67 7 50 – 54 1 3,33 4 13,33 8 55 – 59 3 10,00 3 10,00 9 ≥ 60 7 23,33 - - Jumlah 30 100 30 100

Page 77: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

68

dengan bervariasinya usia mereka diharapkan juga dapatsaling mengisi kekurangan yang dimiliki, yang lebih tuayang sudah berpengalaman dalam melaksanakan kegiatandapat memberikan atau menularkan pengalamannyakepada yang lebih muda yang belum berpengalaman.Demikian halnya dengan yang lebih muda yang diharapkanmemiliki banyak ilmu pengetahuan yang didapat dari hasilmembaca maupun dari media dan pergaulan dapatmemberikan ilmunya kepada yang belum memilikinya.Kemudian dilihat dari tingkat pendidikan formal,pada kelompok Surya Megah Bumi Lestari lebih banyakpada tingkat SLTP dan SLTA masing-masing 26,67 %,walaupun ada yang tidak tamat SD dan hanya tamat SD,hal ini dapat diimbangi dengan anggota yang tingkatpendidikannya sudah cukup tinggi yaitu akademi/PT(10%). Sedangkan pada kelompok Mandiri tidak terdapatanggota kelompok yang berpendidikan Akademi/PT,sebagian besar ada pada tingkat pendidikan tamat SD,kemudian SLTP, SMU dan tidak tamat SD, seperti terlihatpada tabel 7, sebagai berikut:

Melihat tingkat pendidikan anggota kelompok kerjatersebut, cukup mampu untuk melaksanakan perubahanmenuju kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam,

Surya Megah Bumi Lestari Mandiri No Tingkat Pendidikan Jumlah % Jumlah % 1 TT SD 5 16,67 1 3,33 2 Tamat SD 6 20 14 46,67 3 SLTP 8 26,67 11 36,67 4 SMU 8 26,67 4 13,33 5 Akademi/PT 3 10 0 0 Jumlah 30 100 30 100

Tabel 7: Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Sumber: hasil penelitian 2008

Page 78: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

69

namun demikian setiap pelaksanaan kegiatan tidakterlepas dari faktor penghambat maupun pendukung,sehingga tingkat pendidikan hanya merupakan salah satudari faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan.Memperhatikan pekerjaan utama yang ditekuni olehkelompok kerja, sesuai dengan tingkat pendidikan yangdiperoleh, pekerjaan yang bervariasi merupakan dampakdari tingkat pendidikan yang juga bervariasi. Rincianpekerjaan anggota kelompok dapat dilihat pada tabel 8,sebagai berikut:

Dari tabel 8 jelas terlihat bahwa pada kelompokSurya Megah Bumi Lestari terdapat anggota yang bekerjasebagai pegawai negeri sipil, ini adalah dari anggota yangberpendidikan akademi/PT, dan tersebar merata padajenis pekejaan yang beragam (seperti pada table).Sedangkan pada kelompok Mandiri lebih banyak bekerjapada sector pertanian, kondisi ini seolah-olahmenyesuaikan dengan tingkat pendidikannya.

Tabel 8: Responden Menurut Pekerjaan

Sumber: hasil penelitian 2008

No Jenis pekerjaan Surya Megah Bumi Lestari Mandiri Jumlah % Jumlah % 1 Petani 2 6,67 16 53,33 2 Wiraswasta 5 16,67 6 20 3 Pedagang 2 6,67 - - 4 Tukang Becak 7 23,33 - - 5 Aparat Desa - - 3 10 6 Buruh Tani 2 6,67 1 3,33 7 Tukang Kayu 3 10 - - 8 Guru Ngaji 1 3,33 - - 9 P N S 3 10 - - 10 Ibu Rumah Tangga - - 4 13,33 Jumlah 30 100 30 100

Page 79: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

70

c. Pendamping LapanganPendamping adalah orang yang mempunyai komitmendalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat dengankriteria memiliki hasrat dan waktu untuk melayanimasyarakat secara sukarela; mampu untuk berkomunikasisecara lancar dengan penduduk setempat; menunjukkankemampuan kepemimpinan serta mampu memotivasimasyarakat dan mereka memiliki pengetahuan danketerampilan dalam penanganan bencana alam. Dalampelaksanaan ujicoba “MODEL PEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA PASCA BENCANA ALAM”.Sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan Ujicoba Modelmaka pendamping terdiri dari staf Kantor Dinas Sosial danKesejahteraan Kabupaten Bondowoso. Mereka terdiri darikasi Bantuan ( Tjagar Lama. S.Sos.) dan Kasie penyaluranbantuan (Drs. Yudi. H). Adapun pendamping pelaksanaanModel dipilih untuk Kelurahan Blindungan adalah Pekerjasosial Kabupaten Bondowoso ( Ida. Y S.Sos) danpendamping Desa Cangkring dipilih PSM Desa Cangkring(Endang.) Pemilihan pendamping merupakan hasil diskusiantara peneliti, Pejabat Kantor Dinas Sosial danKesejahteraan Kabupaten Bondowoso dan kepala desa/Lurah lokasi terpilih.

Page 80: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

71

BAB IVPENERAPAN MODEL PEMBERDAYAAN SOSIAL

KELUARGA PASCA BENCANA ALAM

Pada bab terdahulu telah diuraikan bahwa proses dari suatumodel yang diujicobakan pada dasarnya terdiri dari 5 substansi,yakni: (1) membangun persaman persepsi; (2) Penyadaran untukpeduli lingkungan; (3) Peningkatan kemampuan keluarga dalampenanggulangan Bencana; (4) Pengorganisasian Masyarakat; dan(5) Kemitraan. Berdasar dari substansi ini maka rincian kegiatannyadikemukakan seagai berikut.A. MEMBANGUN PERSAMAAN PERSEPSIDalam kerangka mengurangi resiko bencana merupakantanggung jawab seluruh unsur yang ada dalam satu wilayah.Unsur dimaksud dalam konteks ini dapat dikelompokkandalam tiga besaran (tiga serangkai) yakni Public sector, Private

sector, dan colective action sektor . Dalam kerangkapenanggulangan bencana yang bersifat menyeluruh yangdapat memprevensi atau mitigasi dari bencana danmengurangi atau menghilangkan resiko bencana, ketiga unsurtersebut harus mempunyai persamaan persepsi.Masyarakat pada umumnya dan keluarga khususnyamerupakan salah satu unsur yang paling riskan dan palingberesiko tinggi setiap kali terjadi bencana alam. Oleh karenaitu Model Pemberdayaan Sosial Keluarga Pasca Bencana Alam,pada dasarnya merupakan salah satu alternatif dalam rangkapengurangan resiko bencana alam yang lebih terfokus padapeningkatan kapasitas keluarga dalam penanggulanganbencana alam. Dalam rumusan UN/ISDR diungkapkanCapacity refer to the capacity to deal with the hazard: e.g. levelof education , skills to build earthquake-proof houses, knowledgeon how to survive if a flood occurs, ability of diversify income,conflict resolution skills, etc.

Page 81: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

72

Dalam proses penerapan model, “keluarga” (sebagaisasaran penelitian) dipandang sebagai subjek dan objekpenelitian. Sebagai subjek, mereka adalah pelaksana dariserangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan,sampai dengan pemanfaatan hasil kegiatan dan sekaligusberperan sebagai evaluator, baik sebagai evaluator selamaproses kegiatan berjalan (monitoring) maupun capaian hasilyang diperoleh pada akhir kegiatan.Ungkapan di atas mengisyaratkan, bahwa pendekatanyang dipandang mempunyai relevansi dalam penerapan modeldimaksud adalah pendekatan partisipatif. Artinyaketerlibatan/peranserta keluarga dalam berbagai aspekkegiatan yang dilakukan atas dasar kesadaran tanpa adanyapaksaan dan atau tekanan dari luar. Penerapan pendekatandidasari pemikiran bahwa mereka adalah pelaksana yangpaling mengetahui kondisi lingkungan tempat tinggalnya(khususnya berkaitan dengan permasalahan, potensi kekuatandan peluang), dan mereka adalah calon pemanfaat dari hasilkegiatan yang akan dilaksanakan. Penerapan pendekatansemacam ini diharapkan akan mempunyai nilai praktis, hasilriilnya mempunyai manfaat yang dapat diaplikasikan secaraberkesinambungan.Dalam kerangka penerapan model, prosesnya dimulai darisosialisasi di Tingkat Pusat, yang dilaksanakan oleh PusatPenelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial sampaidi lokasi penelitian. Sosialisasi model di tingkat pusatdilaksanakan dalam bentuk seminar maupun diskusi(pertemuan secara informal). Tujuannya adalah untukmemperoleh kesamaan persepsi tentang model yang diujicobakan. Pelaksanaan sosialisasi ini dimaksudkan untukmembangun koordinasi (Puslitbang Kesos dengan UnitTeknis) dalam penentuan kebijakan alternatif yakni: (a)Kebijakan yang akan ditempuh dalam pemberdayaan keluarga;(b) Kebijakan yang akan ditempuh dalam pemberdayaanmasyarakat.

Page 82: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

73

Sosialisasi model di lokasi penelitian lebih menekankanpada pengenalan model kepada instansi yang mempunyaikompetensi terhadap aktualisasi terhadap keluarga khususnyadalam penanggulangan bencana alam. Kegiatan dimaksuduntuk membangun kesamaan persepsi dan koordinasi antarapeneliti dengan instansi sosial setempat (Dinas Sosial Propinsidan Kabupaten/Kota), aparat kecamatan dan desa, sertaorganisasi sosial/LSM. Informasi yang disosialisasikan adalah:1. Model yang akan diuji cobakanSubstansi materi informasi tentang Model yang akandiuji cobakan meliputi:a. Tujuan Pelaksanaan Uji Coba Model.b. Metode yang digunakan yakni Participatory ActionResearch (PAR).c. Substansi yang berkaitan dengan model,d. Kelompok/kekluarga yang dijadikan sasaraneksperimen.e. Lokasi yang dijadikan sasaran eksperimen.2. Penentuan lokasi uji coba.a. Menurut kaidah dalam metode peneltian, lokasi yangdijadikan sebagai sasaran ujicoba pada dasarnyaadalah di tingkat desa (satu desa) dengan jumlahanggota kelompok eksperimen sebayak 30 orang.b. Secara administratif desa yang dijadikan sebagai lokasipenelitian adalah desa/kelurahan yang dikategorikanrawan bencana, dalam pengertian sering terjadibencana alam.3. Penentuan petugas pendamping lapangan.Mengingat alokasi waktu penelitian di lapangan relatifpendek dan peneliti tidak dapat melakukan pengamatan(observasi) terhadap perkembangan perilaku kelompok

Page 83: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

74

eksperimen secara terus menerus, maka pelaksanaanobservasi harus didukung oleh orang (petugaspendamping lapangan) yang mampu berperan sebagaipengganti peneliti. Petugas pendamping lapangan yangditunjuk dapat berasal dari instansi sosial, instansi sektoraldan maupun LSM/Orsos. Dalam kerangka penggalian danakurasi dari data yang dibutuhkan untuk anailis penelitianini, maka ada beberapa kriteria/syarat yang dijadikanpertimbangan pendamping lapang. Kriteria dimaksudadalah Orang yang:a. Mempunyai komitmen dan kompetensi dalampenanggulangan bencana alamb. Memiliki pengetahuan dan keterampilan dalampenanggulangan Bencana alam.c. Memiliki kemampuan dan kemauan untuk melayanimasyarakat secara sukarelad. Mampu berkomunikasi secara lancar denganpenduduke. Menunjukkan kemampuan kepemimpinan, memilikikemampuan memotivasi orang lain, serta mampumembangun kepercayaan, keterbukaan dankeakraban dengan masyarakat.f. Berpengalaman dalam pengembangan masyarakatterutama dalam bidang kebencanaanPetugas Pendamping penelitian yang ditunjuk di Beluberasal dari instansi sosial Belu dan Petugas dariPerkumpulan Masyarakat Peduli Bencana di wilayah.Bondowoso menunjuk pendamping yang berasal dariinstansi sosial.4. Penentuan jadual pertemuan dengan aparat desa/kelurahan, tokoh masyarakat dan Ormas/LSM selamaproses uji coba berlangsung

Page 84: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

75

5. Penentuan kelompok observasi/eksperimenPenentuan anggota kelompok diserahkan sepenuhnyakepada pihak Pemeritah Desa dan Pemerintah Kelurahan.Pendelegasian wewenang ini didasari pemikiran bahwamereka lebih mengetahui kondisi masyarakat setempat.Pemilihan kelompok eksperimen (30 orang anggotakelompok eksperimen) dilakukan dengan cara diskusi,yakni diskusi antara pemerintah lokal (Kepala desa danLurah) dengan sekretaris dan tokoh masyarakat setempat.Dasar pemilihan anggota kelomopok eksperimen adalah:a. Warga masyarakat yang tinggal di daerah rawanbencana.b. Usia produktifc. Mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi dalampenanganan bencana di daerahnyad. Bersedia berpartisipasi dalam pelaksanaan penerapanmodele. Bersedia bekerjasama dengan kelompokf. Memiliki ide dan kreatifitas dalam penanggulanganbencana alam6. Konsultasi dengan Dinas Sosial untuk penentuanpemberian materi penyuluhan.:a. Peningkatan pengetahuan tentang Kebencanaan.b. Aspek sosial dalam penanggulangan becana alamc. Aspek Kesehatand. Pengetahuan tentang lingkungan hidup.e. Kewiraswastaan7. Pertemuan dengan Kelompok EksperimenLangkah awal yang perlu dilakukan dalam setiap kegiatanpemberdayaan masyarakat adalah membangunkepercayaan (trust) masyarakat khususnya kelompok

Page 85: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

76

eksperimen, bahwa kegiatan yang dilaksanakan (terutamadalam kaitannya dengan penelitian ujicoba model) ini akanbermanfaat terutama dalam pengurangan resiko jikasewaktu-waktu terjadi bencana).8. Penentuan jadual pertemuan dengan kelompok kerja untukpelaksanaan pretest, perlakuan, dan posttest sertamengatur jadual untuk penyusunan rencana program,monitoring dan evaluasi kegiatan kelompok kerja.9. Dalam kerangka pemantauan terhadap perkembangan danatau perubahan perilaku kelompok eksperimen, dilakukanpengukuran awal sebelum diberi perlakuan yang disebutdengan Pretest. Tolok ukur yang dipergunakan untuk melihatperkembangan perilaku masyarakat terdiri dari 3 aspek yakni(1) pengasaan aset dan akses informasi; (2) Produktivitasdalam penanggulangan bencana alam (3) Posisi Tawarmenawar dalam penanggulangan bencana alam.B. PENYADARAN UNTUK PEDULI LINGKUNGANPeyadaran untuk peduli lingkungan merupakan salah satumatarantai dalam penanggulangan bencana alam. Tujuan akhiryang hendak dicapai adalah terciptanya Komitmen dan kesediaanmasyarakat dalam menunjang kontinuitas pemeliharaanlingkungan. Dalam kerangka pelaksanaan kegiatan untukPenyadaran untuk peduli lingkungan, Peneliti bekerjasamadengan Dinas Sosial dan Masyarakat Peduli Bencana Alam (MPBI).C. PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA DALAM

PENANGGULANGAN BENCANADalam pendekatan partisipasi, faktor yang paling dominandalam pelaksanaan kegiatan adalah masyarakat. Di satu sisi,mereka adalah subjek yang paling mengetahui dan memahamikondisi Keluarga di lingkungannya. Disisi lain, frekuensiinteraksi diantara mereka lebih intensif. Uraian inimengisyaratkan, bahwa terselenggaranya kegiatanpemahaman dan motivasi keluarga berkaitan erat dengan

Page 86: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

77

keberhasilan model dalam membangun sikap partisipasimasyarakat. Materi informasi yang disampaikan kepadakeklompok eksperimen adalah:1. Pengertian tentang keberdayaan keluarga (kesiapsiagaanmasyarakat dalam menghadapi bencana), meliputi: (1) apayang dimaksud dengan keberdayaan keluarga (2) tujuanditingkatkannya keberdayaan keluarga (3) jenis kegiatanyang diselenggarakan, (4) tujuan penyelenggaraankegiatan. Penyampaian informasi ini digunakan teknikpenyuluhan dan dialog yang ditunjang dengan buku sakuistilah penting dalam kaitannya dengan kebencanaan.2. Keberlangsungan keberdayaan keluarga, meliputi: (1)tanggung jawab sosial keluarga sebagai warga yangbertanggung jawab terhadap anggota keluarganya. dan (2)dukungan yang akan diberikan oleh masyarakat dalampemberdayaan keluarga (peningkatan kesiapsiagaanmasyarakat dalam menghadapi bencana alam).3. Penyadaran terhadap pentingnya kesehatan masyarakat:berbagai kemungkinan terjadinya penyakit yang selalumewabah pada setiap kejadian bencana alam4. Penyadaran masyarakat untuk peduli lingkungan, meliputi:pentingnya melestarikan lingkungan bagi kehidupanmasyarakat, kerugian dan keuntungannya bagi masyarakat5. Simulasi tentang proses penyelamatan sampai di tempatpenampungan korban bencana alam.Penyampaian informasi dilakukan dengan metode dialogis.Dalam proses dialog, setiap peserta mempunyai posisi danpeluang yang sama untuk mengemukakan, pertanyaan,pendapat, saran. Pada proses ini, setiap anggota akanmemperoleh informasi yang berkaitan dengan pengembanganKeluarga yang seluas-luasnya. Dalam psikologi sosial, seseorangakan bersedia melakukan sesuatu tindakan (dukungan)manakala tindakan tersebut menyangkut kepentingan dan

Page 87: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

78

keuntungan bagi dirinya. Dialog secara informal dapat jugadilakukan dengan saling berkunjung (silaturahmi), pembicaraandisela-sela berlangsungnya kegiatan kemasyarakatan, dan ataudijadikan sebagai salah satu bahasan pada waktu kumpul-kumpul. Dalam dialog tersebut terbuka peluang dan kesempatanuntuk tukar pendapat, sehingga informasi yang diperoleh lebihbanyak dan lebih lengkap.Penyampaian materi dan simulasi tersebut disampaikanoleh Peneliti bekerja sama dengan beberapa lembaga yengmempunyai komitmen dalam penanggulangan bencana alam.Di Belu, peneliti bekerja sama denngan Dinas SosialKabupaten, Mantri Kesehatan Puskesmas Kecamatan MalakaBarat, MPBI, Pemerhati Bencana Alam. Di Bondowoso Penelitibekerja sama dengan Tagana Provinsi Jawa Timur, DinasLingkungan Hidup Kab. Bondowoso, Kodim Bondowoso.D. PENGORGANISASIAN MASYARAKATKelompok eksperiman dalam penelitian ini terdiri dari30 orang yang secara organisasi tidak mempunyai ikatan. Olehkarena itu untuk menunjang keberlangsungan kegiatan darikelompok eksperimen dalam penanggulangan bencana alam

anggota tersebut perlu diorganisasi. Pengorganisasian yangdimaksud dalam konteks ini adalah upaya untuk membentukkelompok kerja masyarakat dalam rangka memotori danmemfasilitasi rencana dan pelaksanaan kegiatan. Kelompokeksperimen dibagi menjadi 3 kelompok kerja yang terdiri dari10 orang anggota.Dalam kerangka peningkatan pengelolaan organisasi,peneliti, petugas pendamping dan kelompok eksperimenmendiskusikan materi informasi tentang manajemen dalampengelolaan suatu kegiatan meliputi: (1) permasalahan sosialdi lingkungan masyarakat; (2) potensi dan sumber yang dapatdimanfaatkan, (3) manfaat keberdayaan keluarga (kesiapsiagaanmasyarakat dalam menghadapi bencana alam) bagimasyarakat itu sendiri dan pihak pengelola bencana alam, (4)

Page 88: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

79

siapa yang berperan penting dalam peningkatan kesiapsiagaanmasyarakat dalam menghadapi bencana alam dan yangbertanggung jawab dalam keberlangsungannya.Organisasi atau kelompok kerja ini terdiri dari unsurkeluarga. Susunan anggota kelompok seperti ini diharapkanakan bermakna dalam pemberdayaan keluarga dalam rangkameningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapaibencana alam. Kelompok (organisasi) ini bertanggung jawabterhadap segala kegiatan yang dilaksanakan. Anggota dipilihdari keluarga korban bencana alam yang hadir dalampertemuan, dan pemilihan sesuai dengan kesepakatanbersama dan disesuaikan dengan susunan organisasi yangberlaku dan juga disepakati bersama.Tugas kelompok kerja adalah memanage informasi (yangdiperoleh dari peningkatan pemahaman dan motivasi)kedalam pelaksanaan kegiatan Keluarga. Mereka dipercayapenuh untuk menyusun rencana kegiatan (planing),memberikan penilaian kegiatan yang sedang dijalankan(monitoring), dan penilaian akhir terhadap hasil yang telahdicapai (evaluating). Dalam rangka memanage informasilangkah-langkah yang dilakukan adalah:1. Perencanaan programPerencanaan merupakan salah satu fungsi managemenyang paling awal dalam suatu kegiatan yang akandiselenggarakan oleh kelompok observasi. Adapun pokokbahasan diskusi dalam tahapan pereencanaan program terdiribeberapa aspek meliputi : (1) Identifikasi permasalahan danpotensi, (2) Penentuan jenis kegiatan, (3) Penentuan Target, dan(4) Penentuan Penanggung jawab. Dalam tahapan inimenggunakan pendekatan Partisipatory Action Risert (PAR),peneliti mengajak kelompok observasi untuk mengidentifikasipermasalahan yang terjadi di daerah atau lingkungannya, danpotensi yang dapat dikembangkan untuk mengatasi masalahtersebut. Hasil identifikasi dari kedua aspek tersebut

Page 89: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

80

dimaksudkan sebagai upaya untuk memperoleh acuan dalampenentuan alternative kegiatan (penyusunan program) untukmengatasi salah satu atau beberapa dari permasalahandimaksud, serta target yang akan dicapai dari kegiatan tersebut.Perencanaan Kegiatan kelompok kerja di Belu – NusaTenggara Timur

a. Identivikasi permasalahanSecara umum permasalahan yang diinventarisasi olehketiga kelompok kerja (Putra Bahari, Tafatik dan KaryaMandiri), relatif sama yaitu: kemiskinan dan kerusakanlingkungan.Bencana banjir yang berkepanjangan seringkaliberdampak pada gagal panen, dan menurunnya aktivitasperekonomian masyarakat. Cara paling cepat yang dilakukanmasyarakat (korban banjir) untuk mengatasi kesulitanekonomi adalah pijam (hutang) kepada masyarakat mampu.Kondisi kesulitan masyarakat tersebut seringkali dijadikanlahan eksploitasi oleh sebagian kelompok masyarakat yangmampu secara ekonomi dengan praktek ijon (rentenir). Sadarataupun tidak, pola hubungan antara masyarakat denganrentenir ini menjadi jeratan ekonomi dan memperpanjangpenderitaan masyarakat, ibarat “sudah jatuh ketimpa tangga”.Adat dan berbagai kegiatannya (misalnya pesta adat,pembangunan rumah adat, pesta perkawinan, acara kematiandan lain-lain) masih dijunjung tinggi oleh masyarakat Belu.Konsekuensi logis dari pelaksanaan adat tersebut adalahpenyediaan persyaratan untuk ritual (misalnya: pada setiapritual harus sembelih babi). Ketika masyarakat kesulitankeuangan, harga ternak babi sangat mahal terutama pascabanjir. Sementara itu, peternakan babi yang dilaksanakan olehmasyarakat Belu tidak dengan sistem kandang. Babi diliarkandan hidup di sekitar rumah dan pekarangannya. Ketika banjirbanyak babi yang mati dan hanyut.

Page 90: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

81

Tipe DAS Benenain (type braided) yang mampu membawamaterial dalam frekuensi dan volume tinggi. Selain itu lokasi desa(lahan pertanian dan pemukiman) dengan topografis rata/datarsehingga mudah digenangi aiar/banjir. Banjir juga berdampakpada kerusakan lingkungan pesisir DAS Benenain. Banyaktanaman (baik tanaman usia pendek, misalnya jagung, maupuntanaman berusia panjang untuk penahan banjir) yang tumbangdan mati. Endapan lumpur setiap kali banjir telah berakibatpada pendangkalan sungai Benenain dan meningkatnyaketinggian tanah di permukiman penduduk.b. Identivikasi potensiMasyarakat umumnya berpenghidupan di sektorpertanian dan hasil produksi untuk dikonsumsi sendiri.Masyarakat memandang bahwa banjir sebagai bencanasekaligus berkah. Sebagai berkah, karena banjir telahmemberikan kontribusi untuk kesuburan tanah pertanianterutama lokasi pertaniaan yang terletak di sepanjang DASBenenain. Di daerah ini masyarakat dapat panen jagung 3(tiga) kali dalam setahun.Proposi tenaga kerja produktif cukup tinggi, karenamemiliki jumlah penduduk berusia produktif yang cukupseknifikan dibandingkan jumlah Kepala Keluarga (KK).Memiliki lahan subur dengan 3 (tiga) kali musim tanam setiaptahun (musim tanam pertama bulan Desember s/d Maret,musim tanam kedua bulan April s/d Juli dan musim tanamketiga bulan Agustus s/d Oktober).Masih memiliki hubungan kekerabatan, memilikikesamaan budaya/adat sehingga relasi sosial (salingmembantu) masih merupakan kekuatan sosial utama bagimasyarakat setempat dalam menghadapi masa-masa sulit.Selain itu masyarakat masih memiliki strategi atau carapenyesuaian hidup bila menghadapi kondisi sulit pada berbagaitingkat masyarakat (keluarga, desa, komunitas), diantaranya

Page 91: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

82

strategi penyesuaian ketika masyarakat menghadapi kondisikurang pangan (sebagai akibat dari kerusakan/gagal panenakibat banjir), yakni: (1) masyarakat mengenal pangan yangterbuat dari sejenis pohon corypha utan Lamk atau dalambahasa setempat disebut gawang sebagai bahan makananpengganti jagung/beras ketika terjadi penurunan jumlahketersediaan pangan keluaraga; (2) masyarakat biasanyamengubah pola makan dari 3 (tiga) kali sehari menjadi 2 (dua)kali atau 1 (satu) kali sehari untuk menyesuaikan pada saat-saat paceklik; dan (3) dalam kondisi “luar biasa”, masyarakatbiasanya menjadikan bibit sebagai pangan.c. Penentuan jenis kegiatan,Berdasarkan hasil identifikasi permasalahan dan potensidari kelompok kerja, secara umum dapat dikemukakan bahwakegiatan yang akan diselenggarakan dapat dibagi menjadiempat jenis kegiatan, yakni : kegiatan ekonomi produktif,kegiatan sosial dan kegiatan kesehatan serta kegiatanpelestarian lingkungan.Secara rinci jenis kegiatan yang akan diselenggarakan olehke 3 (tiga) kelompok kerja, dapat dilihat pada matrik berikut:

Kelompok Kerja kerja “Putra Bahari”

Kelompok Kerja “Tafatik”

Kelompok Kerja “Karya Mandiri”

1. Usaha Ekonomi Produktif

1. Usaha Ekonomi Produktif

1. Usaha Ekonomi Produktif

- Simpan Pinjam - Ternak babi - Ternak babi - Simpan Pinjam - Simpan Pinjam 2. Kegiatan Sosial 2. Kegiatan Sosial 2. Kegiatan Sosial - Jumat Bersih - Jumat Bersih - Jumat Bersih 3. Kegiatan Kesehatan 3. Kegiatan Kesehatan 3. Kegiatan Kesehatan - P3K - P3K - P3K - MCK - MCK - MCK 4. Kegiatan Pelestarian

Lingkungan 4. Kegiatan Pelestarian

Lingkungan 4. Kegiatan Pelestarian

Lingkungan Penanaman pohon di sepanjang pesisi DAS Benenaim

Penanaman pohon di sepanjang pesisi DAS Benenaim

Penanaman pohon di sepanjang pesisi DAS Benenaim

Page 92: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

83

d. Penentuan TargetPenentuan target ini pada dasarnya akan dipergunakansebagai alat Bantu dalam penilaian kegiatan yang dicapai padasaat monitoring maupun penilaian hasil akhir (evaluasi).Target kegiatan yang ditentukan oleh kelompok kerja jangkawaktunya pendek (selama proses lapangan uji cobaberlangsung), artinya target yang hendak dicapai daripelaksanaan kegiatan hanya 4 (empat) bulan. Secara rincitarget kegiatan masing-masing kelompok kerja dapat dilihatpada matrik berikut :

BONDOWOSO-JAWA TIMUR Pemilihan lokasi sesuai dengan permintaan PemerintahDaerah berdasar keterwakilan wilayah kota dan desa.penerapan “ Model Pemberdayaan Sosial Keluarga PascaBencana” di 2 lokasi yakni Kelurahan Blindungan dan DesaCangkring. Kelompok Blindungan yang beronggotakan 30orang merupakan kelompok ekperimen, dan kelompokCangkring beranggotakan 30 orang merupakan kelompokkontrol. Adapun program kegiatan dua kelompok kerjatersebut tersusun sebagai berikut:

Kelompok Kerja kerja “Putra Bahari”

Kelompok Kerja “Tafatik”

Kelompok Kerja “Karya Mandiri”

1. Usaha Ekonomi Produktif

1. Usaha Ekonomi Produktif

1. Usaha Ekonomi Produktif

Simpan Pinjam 1-6 bulan. setiap anggota kelompok dapat meminjam Rp.1.000.000, bunga

10%/bulan

Ternak babi (20 ekor untuk 10 orang @ 2 kor . Harga @Rp.300.000,-

Ternak babi (40 ekor babi, setiap anggota mengelola 4 ekor babi dan wajib bangun kandang

Simpan Pinjam Meminjamkan ke semua @Rp.100.000,- Bunga

2%/bulan.

Simpan Pinjam 1-4 bulan tidak terbatas pada anggota anggota

Page 93: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

84

a. Kelompok Kerja Blindungan (Kelompok Kerja Surya MegahBumi Lestari): (a) Program Pemetaan keluarga di daerahrawan bencana menurut Kepala keluarga, tingkat umur,jenis kelamin, mata pencaharian dan tingkat pendidikan;(b) Sosialisasi tentang Penghijauan; (c) Analisa DampakLingkungan; (d) Penciptaan Lapangan Kerja; (e)Keamanan dan Ketertiban.b. Kelompok Kerja Cangkring (Kelompok Kerja Mandiri) : (a)Melengkapi sarana sekretariat kelompok kerja; (b)Pembuatan papan nama; (c) Pengadaan sarana penanggulangan korban bencana alam; (d) Pelestarian lingkunganhidup.2. MonitoringKegiatan monitoring pada dasarnya merupakan aplikasimanajemen. Kegiatan tersebut merupakan salah satu sistempengawasan, kegiatan yang dilakukan oleh kelompok kerja.Monitoring dapat didefinisikan sebagai sistem pengawasanyang dilaksanakan oleh penanggung jawab suatu kegiatan(program/proyek) untuk mengetahui atau memastikan apakahvariasi kegiatan yang telah dan sedang dilaksanakan tersebutsesuai dengan rencana (tujuan program) dan sumber daya yangada telah dapat dimanfaatkan sebaik mungkin. Pelaksanaanmonitoring kegiatan lebih bersifat partisipatif. Artinyakelompok kerja mempunyai kewenangan penuh untukmemanage pengumpulan informasi, penyampaian informasiserta pengukurannya (setiap anggota berperan sebagai subjek).Teknik yang dipandang cukup akurat untuk menggalidata/informasi yang berkenaan dengan pelaksanaan kegiatandimaksud adalah Diskusi Kelompok Terfokus (Focus GroupDiscussion) atau yang lebih dikenal dengan FGD. Untukmengagendakan hasil FGD difasilitasi dengan formulir yangdapat berfungsi sebagai salah satu sarana pertanggungjawaban kegiatan kepada masyarakat.

Page 94: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

85

Dalam rangka membangun kemampuan masyarakat danpengurus, dapat dilakukan dengan pelatihan dan workshop,sehingga hasil dapat dicapai secara langsung pada saatpelatihan, sehingga mempunyai nilai riil dalam pelaksanaankegiatan. Rincian hasil monitoring dari masing-masingkelompok kerja dapat dikemukakan sebagai berikut:Monitoring Kegiatan kelompok kerja di Belu – NusaTenggara Timura. Kelompok Kerja “Putra Bahari”Hasil monitoring yang dilaksanakan pada kelompok kerja“Putra Bahari” ini menunjukkan bahwa pada umumnyakegiatan-kegiatan yang di rencanakan dapat dilaksanakandengan baik. Hal ini terlihat dari realisasi kegiatan padaumumnya mencapai 80%, kecuali kegiatan kesehatan danpelestarian lingkungan, belum dilakukan karenamemprioritaskan kegiatan yang terkait dengan kebutuhananggota kelompok kerja khususnya umumnya masyarakatsekitarnya, yaitu mengenai koperasi simpan pinjam. Agaranggota bisa pinjam dengan bunga yang rendah sehinggaterhindar dari praktek renternir. Pada umumnya anggotakelompok kerja meminjam untuk modal atau menambahmodal usaha. Jenis usaha yang ditekuni anggota kelompokini adalah : bakul ikan (jualan ikan laut), membuka kios,membuat kopra, kerajinan tenun dan tambal ban.Sebetulnya mengenai kegiatan bidang kesehatan danpelestarian lingkungan sudah dikerjakan oleh PMBPbekerja sama dengan OXFAM pada tahun 2006, yangterealisasi 6 buah sumur tahan banjir yang tersebar 6dusun. Dengan terealisasi 6 buah sumur tahan banjirtersebut memungkinkan 710 jiwa perempuan usiaproduktif bisa lebih ringan beban kerjanya saat banjir.Selain itu menanam tanaman bakau yang dapat berpotensiuntuk meredam banjir atau abrasi air laut.

Page 95: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

86

b. Kelompok Kerja “Tafatik”Seperti kelompok kerja “Putra Bahari”, hasil monitoringyang di laksanakan pada kelompok kerja “Tafatik” inimenunjukkan bahwa pada umumnya kegiatan-kegiatanyang di rencanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Halini terlihat dari realisasi kegiatan pada umumnyamencapai 80%.Sedangkan kegiatan kesehatan terutama kegiatan tentangPos Yandu kelompok ini membuka jejaring kerja denganPOSKESDES. Sedangkan pelestarian lingkungan, kelompokkerja ini bersama-sama Desa akan menanam 1000 pohondi sepanjang pesisir DAS Benanain.Mengenai kegiatan bidang kesehatan sudah dikerjakanoleh PMPB berkerja sama dengan OXFAM pada tahun 2006,terutama mengenai air bersih yang terealisasi 4 buahsumur tahan banjir yang tersebar 4 dusun. Denganrealisasi 4 buah sumur tahan banjir tersebutmemungkinkan 634 jiwa perempuan usia produktif bisalebih ringan beban kerjanya saat banjir.c. Kelompok Kerja “Karya Mandiri”Seperti kelompok kerja lainnya, dari hasil monitoring yangdilaksanakan pada kelompok kerja “Karya Mandiri” inimenunjukkan bahwa pada umumnya kegiatan-kegiatanyang di rencanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Halini terlihat dari realisasi kegiatan pada umumnyamencapai 80%, kecuali kegiatan kesehatan dan pelestarianlingkungan.Juga mengenai kegiatan bidang kesehatan khususnyamengenai kebutuhan akan air bersih sudah dikerjakan olehPMBP bekerja sama dengan OXFAM GB pada tahun 2006,yang terealisasi 8 buah sumur tahan banjir yang tersebar8 dusun. Dengan terealisasi 8 buah sumur tahan banjir

Page 96: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

87

tersebut memungkinkan 626 jiwa perempuan usiaproduktif bisa lebih ringan beban kerjanya saat banjir.Setiap tahapan dalam pelakasanaan kegiatan diagendakansebagai tanggung jawab kelompok kerja kepadamasyarakat, lembaga (Keluarga), Pembina (Kepala Desa/Lurah), dan instansi sektor. Hal ini dimaksudkan agarmasyarakat secara luas dapat (1) memberikan penilaiantentang manfaat dari kegiatan yang telah dilaksanakan olehKeluarga (2) penentuan sikap partisipasi dalampembinaan Keluarga.Monitoring Kegiatan kelompok kerja di Bondowoso – JawaTimura. Kelompok Kerja Surya Megah Bumi LestariPenghijauan dilakukan di sepanjang sungai di 7 Rt ( Rt 9,20, 14, 15, 28, 29 dan 30) yang rawan terhadap longsor. Jenisbibit pohon yang ditanam sejumlah 1500 pohon tersebutterdiri dari jati, sengon dan pete. Pelaksanaan penghijauandilakukan oleh seluruh anggota dan beberapa orangmasyarakat yang ikut berpartisipasi. Karena bertepatandengan musim kemarau maka setiap hari harus diadakanpenyiraman, yang dilakukan oleh anggota dan warga yangtinggal disepanjang bantaran sungai secara bergantian.Untuk mengembangkan modal usaha, kelompok ini mencobamelakukan kegiatan Budi Daya Tanaman Jagung. Budi dayatanaman jagung jenis Pioneer dilakukan pada area seluas 0,75ha di daerah Sekarputih yang disewa dari masyarakat.Pembuatan Pupuk Bokasih. Dalam pelaksanaanpembuatan pupuk bokasih ini, kelompok masih merasakanada kesulitan dalam hal tempat, karena di khawatirkanakan mengganggu masyarakat bila lokasi pembuatannyadilingkungan masyarakat, karena baunya yang menyengat,karena bahan dasar pupuk ini adalah urin dan kotoran sapi.

Page 97: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

88

Rencananya hasil dari pupuk ini selain dimanfaatkan olehkelompok ini untuk budidaya tanaman jagung, tetapi jugadapat dipasarkan untuk masyarakat umum.b. Kelompok Kerja MandiriPembuatan kentongan sebanyak 153 buah, pembuatankentongan dilakukan secara swadaya oleh anggota kelompokkerja dan masyarakat. Pembuatan kentongan dimanfaatkanuntuk peringatan dini secara berantai ketika terjadi bencanaalam. Kentongan ini telah dibagikan kepada seluruh anggotakelompok dan sebagian masyarakat.Pengadaan tenda/terpal sebanyak 4 buah, dipersiapkanuntuk pengungsian sementara pada korban banjir, sehinggatidak harus menunggu bantuan tenda dari instansi.Pengadaan perlengkapan dapur umum (kompor, panci)akan dimanfaatkan untuk penyediaan konsumsi bagipengungsi bila terjadi bencana.Pengadaan lampu petromak 2 buah, akan dimanfaatkansebagai penerangan di tempat pengungsian bila lampulistrik mati pada saat bencana.Pelestarian lingkungan hidup, kegiatan yang dilaksanakanuntuk pelestarian lingkungan hidup sebagai berikut: (1)Kegiatan gotong royong, kegiatan ini dilaksanakanbersama oleh seluruh anggota kelompok, masyarakatbelum terlibat dalam kegiatan gotong royong, ketuakelompok terlebih dahulu mengaktifkan anggotanya untukmenarik perhatian masyarakat, sehingga pada kegiatanberikutnya diharapkan masyarakat dengan sukarela dapatikut berpartisipasi dalam kegiatan gotong royong ini; (2)Penanaman pohon/penghijauan, sementara ini penghijauanyang direncanakan akan menanam pohon Gamelina/jatiputih sebanyak 1000 pohon, belum dapat dilakukankarena terhambat dengan musim kemarau yang tidak

Page 98: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

89

mendukung. Sementara ini pengghijauan dilakukan denganmenanam tanaman pagar, dengan tujuan untukmemperkecil arus banjir menerpa rumah mereka, sehinggadapat mengurangi kerusakan rumah. Penghijauan denganmenanam pohon gamelina akan dilaksanakan ketika musimhujan tiba.3. EvaluasiEvaluasi pada dasarnya merupakan aplikasi manajemen.Dalam kerangka ini program sebagai penentu arahkegiatan, sedangkan evaluasi merupakan penilaian yangdilakukan untuk mengetahui capaian kegiatan yang telah,sedang dan hasil yang diperoleh. Evaluasi hasil kegiatanlebih bersifat partisipatif. Artinya kelompok kerjamempunyai kewenangan penuh untuk memanagepengumpulan informasi, penyampaian informasi sertapengukurannya (setiap anggota berperan sebagai subjek).Untuk itu evaluasi merupakan penilaian pada akhirkegiatan, bertujuan untuk memperoleh jawabanbagaimana realisasi kegiatan yang telah dicapai dan faktor-faktor apa yang turut mempengaruhi dalam prosespencapaian hasil tersebut.Berdasarkan uraian di atas, maka unsur dasar yangdijadikan patokan (arah) untuk melihat capaian hasilkegiatan adalah target yang hendak dicapai oleh kelompokkerja ujicoba dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.Rincian dari hasil evaluasi terhadap masing-masing kegiatankelompok kerja dapat dikemukakan sebagai berikut:Evaluasi Kegiatan kelompok kerja di Belu – Nusa TenggaraTimura. Kelompok Kerja “Putra Bahari”Hasil evaluasi yang dilaksanakan pada kelompok kerja“Putra Bahari” ini menunjukkan bahwa padaumumnya kegiatan-kegiatan yang di rencanakan dapat

Page 99: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

90

dilaksanakan dengan baik. Hal ini terlihat dari realisasikegiatan pada umumnya mencapai 100%.Karena kelompok kerja ini lebih mengutamakan *kegiatanbidang Usaha Ekonomi Produktif (UEP). Dengan jenis usahaKoperasi Simpan Pinjam. Dengan target sampai akhir kegiatanadalah dapat meminjami modal usaha kepada setiap anggotakelompok kerja. Setiap anggota kelompok kerja dapatpinjaman Rp.1.500.000,- dengan bunga sangat ringan.Pinjaman tersebut sebagai modal usaha, dengan jenisusaha seperti: buka kios, tambal ban, jualan ikan laut, membuatkopra dan membuat kain tenun. Sampai akhir kegiatan iniusaha tersebut sudah menunjukkan adanya perkembangan.Seperti pembuatan kain tenun khas NTT, setiap bulan berhasilmenghasilkan uang Rp.600.000,- dengan menjual 4 lembarkain tenun. Karena kegiatan ini didukung adanya tenaga kerjayang cukup, namun kendalanya hanya dibidang pemasaran.Sedangkan kegiatan kebersihan lingkungan juga berjalandengan baik. Kegiatan tersebut disesuikan dengan kegiatanyang telah berlangsung yaitu jum’at bersih. Setiap hari Jum’atanggota kelompok kerja membaur bersama-sama masyarakatuntuk bahu-membahu atau gotongroyong membersihkankampungnya.b. Kelompok Kerja “Tafatik”Seperti kelompok kerja “Putra Bahari”, hasil evaluasi yangdi laksanakan pada kelompok kerja “Tafatik” inimenunjukkan bahwa pada umumnya kegiatan-kegiatanyang di rencanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Halini terlihat dari realisasi kegiatan pada umumnyamencapai 100%.Seperti kegiatan penggemukan atau ternak babi(paronisasi ternak babi) cukup mengembirakan, sudahada babi yang siap dijual dan ada yang sudah berkembangbiak. Namun kendalanya adalah masalah penyakit dan

Page 100: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

91

makanannya. Untuk kegiatan sosial setiap minggu sekalidiadakan kerja bakti pembersihan lingkungan denganmendapat dukungan dari pemerintah desa bersama LPM,BPD dan Linmas. Namun hambatannya adalah kehadiranmasyarakat masih kurang dalam setiap kegiatan.Sedangkan kegiatan kesehatan sudah dibentuk jejaring disetiap dusun. Hal tersebut juga mendapat dukungan daripemerintah desa, ormas, PKK, bidan desa, Puskesmas danpara kader kesehatan. Sedangkan dalam pelestarianlingkungan, kelompok kerja ini bersama-sama masyarakatdan pemerintah Desa sudah menanam 1000 pohon disepanjang pesisir DAS Benanain yang berdekatan dengandesa Lasaen.c. Kelompok Kerja “Karya Mandiri”Dari hasil evaluasi yang dilaksanakan pada kelompok kerja“Karya Mandiri” ini menunjukkan bahwa pada umumnyakegiatan-kegiatan yang di rencanakan dapat dilaksanakandengan baik. Hal ini terlihat dari realisasi kegiatan padaumumnya mencapai 100%.Seperti kegiatan paronisasi ternak babi cukup bagus,sudah ada babi yang siap dijual dan ada yang sudahberkembang biak. Kendalanya adalah setiap anggotakelompok kerja mempunyai kandang terlalu kecil sehinggatidak bisa menampung ternak babinya yang sudahberkembang, karena setiap induk bisa beranak 4 sampai6 ekor. Sehingga ada kejadian ternaknya lepas dan tidakdiketemukan lagi.Sedangkan kegiatan simpan pinjam sampai saat ini belumberjalan sebagaimana mestinya, karena belum ada anggotakelompok kerja yang meminjam, dengan alasan belum adakeperluan.

Page 101: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

92

Monitoring Kegiatan kelompok kerja di Bondowoso –Jawa Timura. Kelompok Kerja Surya Megah Bumi LestariSemua kegiatan dapat dilakukan sesuai denganperencanakan, walaupun belum mencapai target seperti yangdiharapkan. Beberapa hambatan yang dirasakan olehkelompok ini dalam melaksanakan kegiatannya adalah kegiatananggota kelompok dalam mencari nafkah, tidak hanya padasiang hari tetapi juga pada malam hari sehingga ada kesulitanuntuk bertemu membicarakan kegiatan kelompok, hal inimembuat ketua dan pengurus kelompok harus berkunjungdari rumah ke rumah anggota kelompok untuk memberiinformasi berkaitan dengan kegiatan kelompok, danmendengarkan secara langsung aspirasi anggota kelompoknya,saran maupun keluhannya, dan menyesuaikan waktu luangmereka untuk dapat berkumppul bersama. Hal ini jugaberkaitan dengan kesulitan untuk membagi jadwal kerja setiapanggota kelompok, akibatnya beberapa anggota kelompoktidak aktif dan digantikan dengan anggota yang lain yang dapatmelaksanakan kegiatan melebihi tugasnya.Kemudian dalam melaksanakan budi daya tanaman,sedikit terlambat karena kesulitan dalam mencari lahan sewayang sesuai dengan kemampuan kelompok, dan tidak jauh darilokasi tempat tinggal kelompok. Selain itu dalam pembuatanpupuk bogasih, kelompok kesulitan dalam menentukan lokasipembuatan karena dikhawatirkan mengganggu masyarakatsekitar, karena baunya yang menyengat. Sementara inipembuatan pupuk dilakukan di salah satu rumah penguruskelompok, rencana yang akan datang akan mencari lokasi yangsesuai untuk pembuatan pupuk ini. Satu kemudahan bagi kelompok ini karena keterampilanmembuat pupuk bogasih ini didapat dari salah satu anggotakelompok, sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya untukmencari instruktur keterampilan dari luar.

Page 102: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

93

b. Kelompok Kerja MandiriHasil evaluasi kegiatan kelompok kerja Mandiri, padadasarnya semua kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompokkerja ini berjalan dengan lancar. Kecuali penghijauan, semuakegiatan telah dilaksanakan dan mencapai target (100 %).Penghijauan yang dilaksanakan baru sebatas penanamantanaman pagar, karena untuk menanam pohon yangdirencanakan adalah pohon Gamelina/jati putih sebanyak1000 pohon, belum dapat dilaksanakan karena belum musimhujan. Namun demikian bibit gamelina siap tanam sudahdipersiapkan dalam polibag, sehingga ketika musim hujandatang pohon gamelina sudah siap untuk ditanam.Kemudian ada beberapa jenis pengadaan barang tidaksesuai dengan harga perencanaan, sehingga harus mengambilpersiapan dana untuk pembelian bibit pohon gamelina danjumlah pohon gamelina dikurangi dari jumlah semula yangdirencanakan. Dinas Sosial dan Kesejahteraan menanggapi positifkegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok ini, hal inidituangkan dalam bentuk perhatiannya kepada kelompok kerjadengan akan memberi tambahan jumlah tenda yang telahdimiliki sesuai dengan perkiraan jumlah korban bencana.Demikian halnya dengan peralatan dapur juga akan dilengkapioleh Dinas Sosial dan Kesejahteran Kabupaten Bondowoso.Keberadaan tokoh masyarakat dan tokoh agama di DesaCangkring ini merupakan satu faktor yang dominan dalammemperlancar pelaksanaan kegiatannya. Ungkapan ataunasehat tokoh tersebut masih sangat didengar olehmasyarakat termasuk kelompok kerja ini. Dan kebersamaananggota sangat terlihat, setiap pertemuan selalu dihadiri olehanggota, sehingga semua permasalahan dan rencana kegiatanbisa dibicarakan dengan tuntas.

Page 103: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

94

E. KEMITRAAN.Kemitraan merupakan salah satu alternatif jawaban untukmengatasi keterbatasan Keluarga dalam rangka pelaksanaanperan dan fungsi organisasi. Dalam istilah ekonomi, kemitraandidefinisikan sebagai kerjasama usaha saling menguntungkanantara pengusaha besar dengan pengusaha kecil dan masing-masing pihak yang bermitra berada pada posisi tawar menawaryang seimbang (Kompas, 11 Maret 1997). Uraian inimengisyaratkan, bahwa prinsip dasar yang perlu ditekankandalam membangun kemitraan adalah masing-masing pihak yangbermitra berada dalam proses take and give yang sepadan, danmenutup kesempatan berkembangnya pola patron-klien.Mengacu uraian tersebut, maka kemitraan yang dimaksud dalammodel lebih menekankan pada perluasan jaringan kerjaKeluarga dengan pihak lain (baik secara individual maupunlembaga) terutama berkaitan dengan pengembangankesiapsiagaan keluarga dalam menghadapi bencana.Hal tersebut sudah terwujut pada kegiatan yang dilakukansalah satu kelompok kerja di Belu dalam kegiatan kesehatan.Dalam kegiatan kesehatan tersebut sudah dibentuk jejaringdi setiap dusun. Hal tersebut juga mendapat dukungan daripemerintah desa, Ormas, PKK, bidan desa, Puskesmas dan parakader kesehatan.Langkah yang ditempuh adalah sosialisasi informasi baikkepada kelompok eksperimen maupun masyarakat luas. (1)Informasi yang diberikan kepada kelompok eksperimenantara lain tentang beberapa lembaga yang bisa diakses untukpenguatan dan pengembangan kegiatan penanggulanganbencana alam yang dijadikan program kelompok eksperimen.(2) informasi yang disampaikan kepada masyarakat luas,adalah informasi tentang eksistensi kelompok eksperimen,tujuannya adalah untuk menumbuhkan respon masyarakatluas terhadap pengembangan kesiapsiagaan keluarga dalampenanggulangan bencana alam.

Page 104: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

95

BAB VPEYAJIAN DATA DAN PEMBAHASANKonsep model yang diujicobakan bertujuan untukmeningkatkan keberdayaan sosial keluarga dalam menghadapibencana alam. Dalam konteks ini, data dan informasi yang dianalisismenekankan pada efektivitas model dalam peningkatankeberdayaan sosial keluarga di daerah bencana, dan faktor yangberpengaruh dalam ujicoba model. Asumsinya, jika model dimaksudmampu meningkatkan keberdayaan sosial keluarga dalampenanggulangan bencana alam, maka model tersebut dipandangefektif. Peningkatan keberdayaan sosial keluarga diamaksud akandilihat dari data dan informasi tentang perubahan perilakukelompok eksperimen yang terhimpun dari dua lokasi penelitian.Pokok bahasan tentang perubahan perilaku kelompokeksperimen pada dasarnya untuk mengetahui apakah informasiyang disampaikan mampu memberikan kontribusi untukmeningkatkan keberdayaan keluarga. Jika dalam keberdayaankeluarga terdapat tiga aspek keberdayaan (penguasaan aset danakses informasi, produktivitas, dan posisi tawar menawar), makaketiga aspek dimaksud yang akan dijadikan pokok bahasan aspekperubahan perilaku.a. Penguasaan Aset dan Akses Informasi dalamPenanggulangan Bencana Alam.Penguasaan aset dan akses informasi merupakanmerupakan landasan yang sangat mendasar untuk berrtindakdan berperilaku bagi setiap orang. Dalam istilah psikologi yangmendasari terbentuknya sikap. Mengacu pengertian tentangsikap yang dikemukakan Gordon W. Allport (1935), dan definisidari David Krech beserta Richard S. Crutchfiled (1948) yangdikutip oleh Isbandi Rukminto Adi (1994), menunjukkanadanya dua acuan terbentuknya suatu sikap. Dalam kaitan iniAllport lebih menekankan pada pentingnya pengalaman masalalu, yakni sikap didefinisikan sebagai ”a mental and neural

Page 105: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

96

state of readiness, organized through experience, exerting adirective or dynamic influence upon the individual’s responseto all objects and situations with shich it it related”. SedangkanKrech dan Crutchfield lebih menekankan pengalaman subjektifpada masa sekarang tanpa mengabaikan pengalaman masalalu. Sikap dipandang sebagai “an enduring organization ofmotivational, emotional, perceptual and coqnitive processeswith respect to some aspects of individual’s world”.Berpijak dari uraian di atas, maka sikap kelompokeksperimen (baik berupa dukungan atau penolakan) daalmpengembangan kesiapsiagaan masyarakat dalampenanggulangan bencana alam sangat tergantung(dipengaruhi) oleh informasi yang dimiliki (baik yang didapatpada masa lalu maupun masa sekarang). Berkaitan dengan haltersebut, Newcomb (1985) mengemukakan suatu prinsipumum, bahwa sikap terhadap suatu objek akan lebih mudahdirubah bersamaan dengan masuknya informasi yangberlawanan dengan sikap itu, apabila jumlah informasi yangdisimpan mengenai objek tersebut lebih sedikit dari padainformasi yang baru masuk. Dari pandangan ini,pertanyaannya adalah apakah informasi yang disampaikan inimemberikan kontribusi untuk peningkatan ketiga substansiyang dipergunakan sebagai tolok ukur keberdayaan padakelompok eksperimen. Perkembangan keberdayaan ini dapatdilihat dari perbandingan data hasil pretest (sebelum diberiperlakuan) dengan data posttest (setelah diberi perlakuan) padakelompok eksperimen di dua lokasi sebagai berikut.

A. Perubahan perilaku dari kelompok eksperimen

1. Kelompok Eksperimen Belua. Penguasaan Aset dan Akses InformasiDalam kerangka memahami kondisi penguasaan aset danakses informasi kelompok eksperimen dalam penanggulanganbencana alam, ada 9 instrumen (pernyataan) yang diajukandalam penelitian ini. Secara umum rerata skor yang diperoleh

Page 106: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

97

(baik pada saat pretest maupun posttest berada dalam kategoritinggi. Dari perbandingan hasil skoring terhadap tenggapanyang diberikan kelompok eksperimen dapat dikemukakanbahwa selama proses penelitian telah terjadi perubahan (adaperbendaan) skor rerata yang dicapai. Rerata skor yangdicapai dapat dilihat pada tabel 10 sebagai berikut.

Secara numerik, pada tabel 10 menunjukkan perubahan(peningkatan rerata skor) tentang penguasaan aset dan aksesinformasi tentang kebencanaan, yakni sebesar 0,41. selisihangka tersebut tersebut mencapai separuh lebih dari intervaldalam ksetiap kategori yakni 0,80. Perbedaan rerata skor padasetiap indikstor paling rendah sebesar 0,00 (tidak ada

No Indikator Pretest Posttest 1 Pengertian Bencana alam 3,57 4,23 2 Pandangan tentang penyebab terjadinya Bencana Alam 2,90 3,97 3 Pandangan tentang Bencana Alam dengan Supranatural 3,63 3,53 4 Optimalisasi Penggunan alat komunikasi untuk penanggulangan Bencana Alam 4,13 4,27 5 Pandangan tentang Lokasi Pengungsian 2,60 3,73 6 Pandangan tentang perlunya merencanakan kegiatan untuk menghadapi bencana alam jika sewaktu-waktu terjadi. 3,10 3,10 7 Pandangan tentang perlunya informasi (penyuluhan) tentang Bencana Alam 4,10 4,77 8 Pandangan tentang peran masyarakat dalam distribusi bantuan 2,37 3,03 9 Pandangan tentang perlunya program penanggulangan bencana alam 4,40 4,40 Rerata Skor 3,42 3,83 Selisih rerata skor (posttest – pretest) 0,41

Tabel 10:Rerata Skor Penguasaan Aset dan Akses Informasi

Sumber: Data primer tahun 2008

Page 107: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

98

perbedaan) sampai dengan 0,67. Angka ini mengindikasikanbahwa informasi yang disampaikan mempunyai arti ataumemberikan kontribusi kepada kelompok eksperimen. Secaraprinsip, informasi yang disampaikan kepada masyarakat(kelompok eksperimen) lebih banyak bersifat menunjang danatau melengkapi informasi yang dimiliki kelompok eksperimen.Berbeda halnya, jika perbedaan rerata skor yang didapatpada saat pretest dan posttest menunjukkan perbedaan yangsangat tajam (ekstrim) yang dapat dipahami, bahwa padaawalnya lebih bersifat pada penolakan (pretest) sampai saatposttest terjadi penerimaan. Seperti pandangan Newcomb(1985), tentang prinsip umum, bahwa sikap terhadap suatuobjek akan lebih mudah dirubah bersamaan dengan masuknyainformasi yang berlawanan dengan sikap itu, apabila jumlahinformasi yang disimpan mengenai objek tersebut lebihsedikit dari pada informasi yang baru masuk. Jika dicermati dari masing-masing rerata skor indikatorpada tabel 10 terdapat enam indikator yang mengalamipeningkatan, dan tiga indikator yang tidak mengalamiperubahan. Selisih rerata skor tentang penguasaan aset danakses iformasi kelompok eksperimen tentang kebencanaan(posttest-pretest) tidak mengalami perubahan yang ekstrim,artinya perubahan (peningkatan) tersebut tidak sampai padaperubahan kategori. Penguasaan aset dan akses informasi inimasih dalam kategori tinggi ke tinggi sekali atau berada padaskor 3,41–4,20. Ada kemungkinan bahwa kondisi inidipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut:• Pemahaman atau pengetahuan kelompok eksperimententang ke bencana alam cukup baik. Hal tersebutdimungkinkan karena didapat dari pengalaman, atau daripembinaan yang dilakukan sebelum uji coba ini dilaksakan.• Pertanyaan dalam instrumen penelitian yang diberikanpada saat pretest (pada bulan pertama proses lapang

Page 108: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

99

ujicoba) masih dalam ingatan kelompok eksperimensehingga jawaban yang diberikan pada saat postest (bulanke empat) relatif sama. Informasi ini mengindikasikanintelektual kelompok eksperimen relatif baik.Pada indikator pengetahuan tentang bencana alam terjadipeningkatan hasil skoring yang relatif tinggi (angka pretest 3,57dan dengan postets 4,27). Hasil skoring tersebut dapatdiinterpretasikan bahwa kelompok eksperimen mempunyaipersepsi tentang bencana alam yang relatif baik. Sebagai ilustrasiakan dikemukakan data dan informasi pada saat pretest dari30 orang yang tergabung dalam kelompok eksperimen. Padaumumnya (90,0%), kelompok eksperimen telah memahamitentang bencana alam. Pemahaman kelompok eksperimententang bencana alam didapat dari pengalaman, atau daripembinaan yang dilakukan sebelum uji coba ini dilaksakan.Pengetahuan kelompok eksperimen tentang Pandangantentang penyebab terjadinya bencana alam menunjukanpeningkatan (2,90 - 3,97), namun apabila dikaitkan dengansupranatural cenderung mengalami penurunan walaupunrelatif kecil (3,63 – 3,53). Hal tersebut menunjukkan bahwakelompok eksperimen lebih cenderung mempercayai hal-halyang bersifat nyata atau berdasarkan fakta. Nilai rerata yangdiperoleh dari hasil skoring terhadap indikator tersebutmenunjukkan bahwa pengetahuan kelompok eksperimententang hal tersebut relatif baik. Angka pada saat pretestmaupun posttest berada pada kategori tinggi (3,41 sampaidengan 4,20).Pemahaman tentang optimalisasi penggunan alatkomunikasi untuk penanggulangan bencana alam yang relatifbaik. Pada indikator ini telah terjadi peningkatan hasil skoringpada level Tinggi menuju Tinggi Sekali. Perubahan angkatersebut dapat diinterpretasikan bahwa kelompok eksperimensudah memahami benar-benar manfaat alat komunikasi dalampenagulangan bencana, karena alat tersebut dapat digunakansebagai peringatan dini dalam menghadapi bencana.

Page 109: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

100

Peningkatan pemahaman kelompok eksperimen yangmengalami peningkatan adalah pemahaman tentang peranmasyarakat dalam distribusi bantuan (relatif tinggi yakniantara 2,37-3,03). Namun yang relatif tinggi sekalipeningkatannya adalah pemahaman kelompok eksperimententang perlunya informasi (penyuluhan) tentang bencanaalam. Hal ini mengidentifikasikan bahwa kelompokeksperimen sudah menyadari akan pentingnya informasi(penyuluhan) untuk menambah wawasan dan pengetahuan,atau selama proses lapang uji coba telah terjadi peningkatanwawasan pada kelompok eksperimen.Satu hal perlu dicermati adalah skor pada indikator yangtidak mengalami perubahan adalah pemahaman kelompokeksperimen tentang (1) perlunya merencanakan kegiatanuntuk menghadapi bencana alam jika sewaktu-waktu terjadidan (2) pandangan tentang perlunya program penanggulanganbencana alam. Walaupun kedua indikator ini tidak berubahnamun skor dari kedua indikator ini menunjukkan kategoricukup tinggi dan tinggi sekali. Kedua skor ini dapatdiinterpretasikan, bahwa kegiatan dan program untukpenanggulangan bencana alam sangat diperlukan. Kondisi initercermin dari beberapa kegiatan yang dijadikan program darikelompok kerja baik untuk mengurangi resiko terjadinyabencana alam (pencegahan) dan resiko pada pasca bencanaalam. Secara umum, kegiatan yang dijadikan programkelompok kerja dapat dibagi menjadi empat jenis kegiatan,yakni: kegiatan ekonomi produktif, kegiatan sosial dankegiatan kesehatan serta kegiatan pelestarian lingkungan.Kegiatan yang disusun dalam program kelompok kerjayang ditujukan untuk pencegahan terhadap terjadinyabencana alam adalah program Kebersihan Lingkungan danPelestarian Lingkungan. Kegiatan untuk kebersihanlingkungan diberi nama Jumat Bersih yang dilaksanakansetiap bulan satu kali pada hari Jumat pertama. Sedangkankegiatan yang dilaksanakan untuk pelestarian lingkungan

Page 110: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

101

adalah penanaman pohon di sepanjang daerah aliran sungai(DAS) Benanain yang berada diwilayahnya.Adapun untuk mengurangi resiko pada masa pascabencana alam, ketiga kelompok kerja menyusun programSimpan-Pinjam. Program ini ditujukan untuk menanggulangijeratan rentenir atau sistem Ijon (sistem pinjaman dibayardengan hasil panen di kemudian hari) kepada masyarakatsetiap kali terjadi banjir. Jeratan tersebut terjadi karena adakebutuhan yang mendesak untuk dipenuhi namun masyarakattidak mempunyai uang/biaya karena selama beberapa harimasyarakat tidak bekerja.Berdasarkan data dan informasi di atas dapat dikemukakanbahwa kelompok eksperimen mempunyai kemampuan tentangpenguasaan aset dan akses dalam kategori tinggi. Asumsinya,penguasaan aset dan akses tentang kebencanaan yang relatiftinggi ada keterkaitannya dengan tingginya tingkat produktifitasdalam penanggulangan bencana alam.b. Produktivitas dalam Penanggulangan Bencana AlamProduktivitas dalam penanggulangan bencana alamdimaksud adalah kemampuan kelompok kerja dalampelaksanakan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan upayapenanggulangan bencana alam. Dalam konteks ini tidak hanyaterbatas pada saat terjadi bencana dan pasca bencana(recovery). Produktivitas ini terutama berkaitan denganbagaimana keluarga (kelompok eksperimen tersebut dalammembangun kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam).Produktivitas kelompok eksperimen ini akan dilihat daripandangan kelompok eksperimen tentang tindakan yangharus dilakukan dalam kaitannya dengan pengurangan resikobencana alam, yakni sumbang pikiran, tenaga, dana danketerampilan, aktivitas sosial dalam penanggulangan bencanaalam. Kondisi peningkatan produktivitas kelompokeksperimen dalam penanggulangan bencana alam dimaksud

Page 111: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

102

dapat dilihat dari tabel 11 berikut:

Pada tabel 11 tersebut terlihat seluruh indikator untukmengetahui tingkat produktivitas dalam penanggulanganbencana alam terjadi perubahan (peningkatan). Secaranumerik, walaupun peningkatannya tidak terlalu besar, namunangka pada tabel tersebut mengindikasikan tingginya tingkat

Tabel 11: Rerata Skor Produktivitas kelompok eksperimendalam Penanggulangan Bencana Alam

Sumber: Data primer tahun 2008

No Indikator Pretest Posttest 1 Sosialiasi daerah rawan bencana di lingkungan keluarga 3,93 4,40 2 Sosialiasi tentang tindakan dan perilaku ketika terjadi bencana 4,03 4,33 3 Sosialiasi tentang tempat yang aman untuk pengungsian 4,30 4,37 4 Sosialiasi tentang tindakan dan perilaku di lokasi pengungsian 3,97 4,37 5 Mempersiapkan diri jika terjadi bencana. 4,07 4,13 6 Keterlibatan untuk membiayai penanggulangan bencana alam 3,77 4,17 7 Partisipasi dalam penyelamatan (evakuasi) 4,07 4,37 8 Gotong royong membersihkan dan memperbaiki lingkungan untuk pencegahan BA 3,93 4,07 9 Partisipasi dalam kegiatan penghijauan 4,40 4,67 10 Menginformasikan kepada tetanga untuk menjaga lingkungan 4,23 4,47 11 Lingkungan yang rusak harus dilakukan secara gotong royong 4,37 4,70 12 Tindakan untuk menenangkan orang yang ada didekatnya ketika terjadi bencana 4,10 4,23

Rerata Skor 4,09 4,36 Selisih rerata skor (posttest – pretest) 0,27

Page 112: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

103

produktivitas kelompok eksperimen. Jika dibandingkan rerataskor pretest dengan posttest dari seluruh indikator produktifitasdalam penangulangan bencana alam terlihat ada peningkatanyakni 4,09 pada saat pretest menjadi skor rerata 4,36 pada saatposttest atau ada peningkatan sebesar 0,27. Perbedaan rerataSkor tersebut bergerak dari kategori tinggi (3,41-4,20) kekategori tinggi sekali (berada pada skor 4,21-5,00).Manifestasi dari peningkatan produktivitas kelompokeksperimen dalam penanggulangan bencana alam initercermin dari aktiavitas sosial (Jumat - Bersih) danpenanaman pohon di DAS Benananin. Kondisi peningkatanproduktivitas tersebut juga tercermin dari hasil kegiatan usahaekonomi baik simpan pinjam maupun perkembangan usahapeternakan (babi) yang dikelola oleh kelompok kerja.Terutama usaha peternakan babi hingga saat evaluasi(kegiatan selama 4 bulan berjalan) telah diperoleh keuntungan(babi berkembang/beranak), bahkan salah satu anggotakelompok sudah ada yang berusaha mengembangkan ternakbabi tersebut dengan beternak sapi.c. Posisi Tawar Menawar dalam Penanggulangan BencanaAlamSetiap masyarakat pada dasarnya mempunyai suatu pranatasosial (yaitu sekumpulan nilai dan norma yang menjadipedoman berperilaku bagi setiap masyarakatnya dalampenghidupan masyarakat dan kehidupan bermasyarakat). Padakondisi tertentu (ketika terjadi bencana), Seperangkat nilai dannorma yang ada di dalam masyarakat tersebut seringkalimenjadi berantakan dan masyarakat yang terkena bencanaberada dalam posisi yang lemah (tidak berdaya) menghadapiberbagai tuntutan dari luar.

Page 113: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

104

Secara numerik, angka pada tabel 12 menunjukkan posisitawar menawar kelompok kerja yang relatif tinggi. Jika rerataskor yang didapat pada saat dilakukan pretest dibandingkandengan rerata skor posttest menunjukkan peningkatan posisitawar menawar, yakni sebesar 0,24. Perubahan angka yangterjadi tidak terlalu besar dan melampaui range perubahankategori yakni 0,80. Namun, jika rerata skor yang didapat inidimasukkan dalam kategori untuk menentukan tinggirendahnya hasil skoring, maka terlihat adanya peningkatankategori rerata skor posisi tawar menawar kelompokeksperimen dalam penanggulangan bencana alam, yakni rerataskor pretest sebesar 4,07 (termasuk kategori tinggi atauberada pada range 3,41–4,20) meningkat menjadi 4,31

Tabel 12: Rerata Skor Posisi Tawar Menawar dalamPenanggulangan Bencana Alam

Sumber: Data Primer 2008

No Indikator Pretest Posttest 1 Setiap media cetak dan elektronik harus memberikan informasi tentang kebencanaan 3,90 4,40 2 Masyarakat harus mengikuti penyuluhan tentang kebencanaan yang dilakukan pemerintah maupun swasta (Orsos/LSM) 4,30 4,53 3 Penanggulangan Bencana alam merupakan tanggungjawab pemerintah, masyarakat dan dunia usaha 4,40 4,63 4 Di desa/kelurahan perlu dibentuk tim penanggulangan bencana alam 4,27 4,50 5 Tim bertanggung jawab untuk pendataan, koordinator dalam penanggulangan bencana alam 4,07 4,50 6 Kesediaann untuk dipilih menjadi penanggungjawab (anggota tim) 4,13 4,37 7 Kerjasama dalam perbaikan lingkungan akibat bencana 4,27 4,60 8 Setiap masyarakat harus mengikuti kegiatan untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam 4,27 4,47 9 Penolakan Orsos/LSM nasional dan internasional yang seringkali mempunyai muatan politis 2,57 2,97 10 Kesediaan untuk membantu masyarakat yang terkena bencana di daerah lain yang masih terjangkau 4,17 4,53 Rerata Skor 4,07 4,31 Selisih rerata skor (posttest – pretest) 0,24

Page 114: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

105

(termasuk kategori tinggi sekali atau berada pada range 4,21– 5,00) pada saat posttest. Jika dicermati pada setiap indikator,dalam tabel 12 terlihat ada beberapa indikator yangmengalami kenaikan rerata skor tetapi masih dalam satukategori, kenaikan rerata skor dan meningkat kategorinya.Tingginya posisi tawar menawar ini tercermin dari sikapkelompok eksperimen untuk menempatkan diri dalampenanggulangan bencana alam. Dalam konteks ini ditunjukkandari pandangan masyarakat tentang (1) pentingnya peranmasyarakat, pembentukan tim dalam PenanggulanganBencana alam, dan Kesediaann untuk menjadi penanggungjawab(anggota tim) (2) adaptif terhadap masuknya informasi yangmempunyai nilai manfaat dalam penanggukangan bencanaalam dan (3) menurunnya sikap ekompok eksperimenterhadap Orsos/LSM nasional dan internasional yangseringkali mempunyai muatan politis.1. Kelompok Eksperimen di BondowosoDalam penerapan ujicoba model ini, ada dua kelompokyang dijadikan sebagai sasaran observasi. Kelompok pertama(Blindungan) merupakan kelompok yang diberi perlakuan,sedangkan kelompok kedua (Cangkring) adalah kelompok yangtidak diberi perlakuan. dalam penelitian ini, Kelompok keduadimanipulasi sebagai kelompok kontrol. Untuk mengetahuiperkembangan keberdayaan, masing-masing kelompok diberipertanyaan yang sama (baik pada saat pretest maupunposttest). Perbedaannya, setelah dilakukan pretest kelompokyang pertama diberi perlakuan sedangkan kelompok keduatidak diberi perlakuan.a. Penguasaan Aset dan Akses Informasi dalamPenanggulangan Bencana alamData dan informasi tentang penguasaan aset dan aksesinformasi yang dimiliki masyarakat merupakan pemahaman,pengetahuan dan atau upaya yang dilakukan oleh masyarakatuntuk mendapatkan informasi tentang kebencanaan yangberkaitan dengan penyebab, akibat, wilayah pengungsian dan

Page 115: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

106

yang berkaitan dengan bantuan. Pada substansi ini, ada 9pertanyaan yang diajukan kepada kelompok yang dijadikansasaran observasi.Hasil skoring terhadap 9 jawaban kelompok eksperimenmenunjukkan, bahwa penguasaan aset dan akses informasidari kedua kelompok yang diobservasi relatif baik. Secaranumerik, rerata skor kedua kelompok observasi berada dalamkategori tinggi (3,41 – 4,20). Walaupun rerata skor dari keduakelompok tersebut ada perbedaan, namun selisih rerata skorkelompok Blindungan dengan kelompok Cangkring relatif kecil,yakni sebesar 0,13. Rerata skor yang dicapai dari masing-masing jawaban kelompok eksperimen dapat dilihat padatabel 14 sebagai berikut.

Keterangan:KBL : kelompok kerja Kel. Blindungan,KC : kelompok kerja Desa cangkring

Tabel 14: Rerata Skor Penguasaan Aset dan Akses Informasi

Sumber : Data Primer 2008

Rerata Skor Pretest Posttest No Indikator KBL KC KBL KC 1 Pengertian Bencana alam 3,63 4,13 4,43 4,37 2 Pandangan tentang penyebab terjadinya Bencana Alam 3,97 4,23 3,90 3,83 3 Pandangan tentang Bencana Alam dengan Supranatural 4,13 4,20 4,23 4,23 4 Optimalisasi Penggunan alat komunikasi untuk penanggulangan Bencana Alam 4,17 4,77 4,40 4,40 5 Pandangan tentang Lokasi Pengungsian 3,17 3,17 2,70 2,70 6 Pandangan tentang perlunya merencanakan kegiatan untuk menghadapi bencana alam jika sewaktu-waktu terjadi. 3,20 2,67 3,47 3,47 7 Pandangan tentang perlunya informasi (penyuluhan) tentang Bencana Alam 4,07 4,67 4,10 4,10 8 Pandangan tentang peran masyarakat dalam distribusi bantuan 3,77 3,33 3,90 3,90 9 Pandangan tentang perlunya program 4,37 4,33 4,40 4,40 Rerata Skor 3,83 3,94 3,95 3,93 Selisih rerata skor (posttest - pretest) 0,11 -0,02

Page 116: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

107

Dari tabel diatas dapat dilihat pada kelompok kerjaBlindungan, bahwa secara umum skor rerata dari setiap itemdalam indikator terjadi peningkatan, walaupun ada beberapaitem yang mengalami penurunan, namun penurunan tersebuttidak membawa dampak perubahan yang sangat berarti padapenilaian kategori. Penurunan rerata skor terjadi pada duaitem dari indikator tersebut, penurunan yang dimaksudterdapat pada item ”Pandangan tentang perlunyamerencanakan kegiatan untuk menghadapi bencana alam jikasewaktu-waktu terjadi”, dari rerata skor 3,20 menjadi 2,67 atauberkurang sebesar 0,53. Penurunan rerata skor juga terjadipada ”Pandangan tentang peran masyarakat dalam distribusibantuan ”, dari rerata skor 3,77 menjadi 3,33 atau berkurangsebesar 0,44. Serta pada item ”Pandangan tentang perlunyaprogram” atau berkurang 0,04. Namun demikian secarakeseluruhan rerata skor mengalami kenaikan dari 3,83menjadi 3,94. Perubahan tersebut tidak merubah kategori dariitem indikator tersebut. Penurunan nilai skor pada itemtertentu ini bukan merupakan kegagalan dari perlakuan yangdiberikan kepada kelompok kerja, tetapi justru merupakankeberhasilan dari perlakukan yang diberikan, perlakuan yangdiberikan mampu memberi perubahan perilaku respondenterhadap item-item tertentuDemikian halnya pada kelompok kerja Desa Cangkring,terjadi penurunan skor pada dua item pada indikator tersebut.Perubahan yang terjadi pada item ”pengertian Bencanaalam”dari skor rerata 4,43 menjadi 4,37 ata berukurang 0,06,dan pada item ”Pandangan tentang penyebab terjadinyaBencana Alam”dari rerata skor 3,90 menjadi 3,83 atauberkurang 0,07. Lebih banyak dari item tersebut tidakmengalami perubahan rerata skor, yang berarti bahwa perilakumasyarakat atau kelompok kerja tidak mengalami perubahan.Namun terlihat bahwa baik pada kelompok kerja KelurahanBlindungan maupun Desa Cangkring pengetahuan kelompokkerja terhadap aset dan akses informasi cukup tinggi, hal ini

Page 117: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

108

karena pengalaman mereka terkena bencana alam sudahsangat sering, dari pengalaman tersebutlah mereka belajar danmengetahui tentang kebencanaan, selain itu juga informasi-informasi yang mereka peroleh dari media.b. Produktivitas Dalam Penanggulangan Bencana AlamProduktivitas dalam penanggulangan bencana alamdimaksud adalah bagaimana kemampuan orang tua ikut terlibatdan atau berpartisipasi dalam mempersiapkan keluarganya danmasyarakat sekitar dalam menghadapai bencana alam.Produktivitas masyarakat dalam penanggulangan bencana alamakan dilihat dari pandangan kelompok eksperimen tentangtindakan yang harus dilakukan dalam kaitannya denganpengurangan resiko bencana alam, yakni sumbang pikiran,tenaga, dana dan keterampilan, aktivitas sosial dalampenanggulangan bencana alam.Dari hasil skoring tanggapan kelompok eksperimenterhadap 12 pernyataan yang diajukan menunjukkan bahwaproduktivitas kelompok eksperimen sangat baik. Rerata skoryang di dapat beraada pada kategori tinggi sekali (berkisarantara 4,20 – 5,00).Rerata skor produktivitas yang tinggi ini mengindikasikanbahwa tingginya partisipasi masyarakat dalam penanggulanganbencana alam. Namun jika kelompok Blindungan (yang diberiperlakuan) dibandingkan dengan kelompok Cangkring adaperbedaan. Rerata skor (baik pretest maupun posttest) yangdidapat kelompok Blindungan sedikit lebih tinggi dari kelompokCangkring. Kelompok Blindungan mengalami peningkatansebesar 0,28 sedangkan kelompok Cangkring sebagai kelompokkontrol tidak terjadi perubahan (konstan).Hasil rerata skor dari kedua kelompok tersebutmenunjukkan, bahwa perlakuan yang diberikan mempunyaiarti dalam peningkatan produktifitas kelompok. Kondisipeningkatan produktivitas kelompok eksperimen dalam

Page 118: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

109

penanggulangan bencana alam dimaksud dapat dilihat daritabel 15 berikut:

Secara numerik, tangapan masyarakat terhadappernyataan yang diberikan umumnya berada dalam kategoritinggi.dan Tinggi Sekali. Walaupun kategori tinggi sekali initidak bermakna perubahan yang sangat tinggi, karenapeningkatan yang terjadi tidak pada keseluruhan item, hanya

Keterangan:KBL : kelompok kerja Kel. Blindungan,KC : kelompok kerja Desa cangkring

Tabel 15:Produktivitas Dalam Penanggulangan Bencana Alam

Sumber : Data Primer 2008

Rerata Skor Blindungan Cangkring No Indikator Pre Post KBL KC 1 Sosialiasi daerah rawan bencana di lingkungan keluarga 4,47 4,33 4,23 4,23 2 Sosialiasi tentang tindakan dan perilaku ketika terjadi bencana 4,47 4,50 4,40 4,40 3 Sosialiasi tentang tempat yang aman untuk pengungsian 4,43 4,57 4,40 4,40 4 Sosialiasi tentang tindakan dan perilaku di lokasi pengungsian 4,40 4,43 4,37 4,37 5 Mempersiapkan diri jika terjadi bencana. 4,53 4,40 4,40 4,40 6 Keterlibatan untuk membiayai penanggulangan bencana alam 4,50 4,50 4,07 4,07 7 Partisipasi dalam penyelamatan (evakuasi) 4,53 4,63 4,10 4,10 8 Gotong royong kebersihan dan perbaikan lingkungan untuk pencegahan BA 4,57 4,33 4,23 4,23 9 Partisipasi dalam kegiatan penghijauan 4,53 4,67 4,43 4,43 10 Menginformasikan kepada tetanga untuk menjaga lingkungan 4,43 4,57 4,17 4,17 11 Lingkungan yang rusak harus dilakukan secara gotong royong 4,40 4,67 4,30 4,30 12 Tindakan untuk menenangkan orang yang ada didekatnya ketika terjadi bencana 4,37 4,47 4,10 4,10 Rerata skor 4,33 4,51 4,27 4,27 Rerata selish skor (posttest – pretest) 0,18 0

Page 119: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

110

ada lima item ada peningkatan rerata skor dan tiga item tetapdan empat item terjadi penurunan rerata skor. Penurunan skorterjadi pada item ” Perlunya sosialiasi daerah rawan bencanadi lingkungan keluarga”, ”Setiap anggota masyarakat harusmempersiapkan diri jika terjadi bencana” dan pada item”Gotong royong untuk membersihkan dan memperbaikilingkungan merupakan tindakan”. Adanya perubahan yangterjadi pada rerata skor tersebut mengindikasikan bahwaadanya perubahan perilaku atau pengetahuan masyarakatterhadap produktivitas dalam penanganan bencana alamsetelah adanya perlakuan yang diberikan oleh peneliti.Kemudian pada kelompok kerja Mandiri Desa Cangkring,tidak terlihat adanya perubahan pada rerata skor yangdiperoleh. Hal ini berarti tidak ada perubahan perilakumasyarakat terhadap produktivitas dalam penanggulanganbencana alam.c. Tawar Menawar Dalam Penanggulangan Bencana AlamPosisi tawar menawar dimaksud adalah kemampuanmasyarakat memposisikan dirinya maupun orang lain untukikut terlibat dalam penanggulangan bencana alam. Setiapmasyarakat pada dasarnya mempunyai suatu pranata sosial(yaitu sekumpulan nilai dan norma yang menjadi pedomanberperilaku bagi setiap masyarakatnya dalam penghidupanmasyarakat dan kehidupan bermasyarakat). Pada kondisitertentu (ketika terjadi bencana), Seperangkat nilai dan normayang ada di dalam masyarakat tersebut seringkali menjadiberantakan dan masyarakat yang terkena bencana beradadalam posisi yang lemah (tidak berdaya) menghadapi berbagaituntutan dari luar.Secara umum, hasil rerata skor yang didapatmenunjukkan posisi tawar menawar kelompok (baikBlindungan maupun Cangkring relatif tinggi). KelompokBlindungan mengalami peningkatan sedangkan kelompok

Page 120: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

111

Cangkring tidak. Kondisi ini dapat dilihat dari tabel 16 berikut:

Dari tabel diatas terlihat bahwa, pada kelompok kerjaKelurahan Blindungan (kelompok perlakuan) rerata skor padaindikator Tawar Menawar Dalam Penanggulangan BencanaAlam, sama halnya seperti terdahulu bahwa terjadi perubahan

Tabel 16:Rerata Skor Tawar Menawar dalam PenanggulanganBencana Alam Rerata Skor Blindungan Cangkring No Indikator Pre Post KBL KC 1 Setiap media cetak dan elektronik harus memberikan informasi tentang kebencanaan 4,4 4,67 4,13 4,13 2 Masyarakat harus mengikuti penyuluhan tentang kebencanaan yang dilakukan pemerintah maupun swasta (Orsos/LSM) 4,47 4,67 4,30 4,30 3 Penanggulangan Bencana alam merupakan tanggungjawab pemerintah, masyarakat dan dunia usaha 4,67 4,53 4,40 4,40 4 Di desa/kelurahan perlu dibentuk tim penanggulangan bencana alam 4,43 4,80 4,37 4,40 5 Tim bertanggung jawab untuk pendataan, koordinator dalam penanggulangan bencana alam 4,50 4,50 4,20 4,17 6 Kesediaann untuk dipilih menjadi penanggungjawab (anggota tim) 3,90 4,17 4,10 4,10 7 Kerjasama dalam perbaikan lingkungan akibat bencana 4,37 4,53 4,23 4,23 8 Setiap masyarakat harus mengikuti kegiatan untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam 4,23 4,50 4,27 4,27 9 Penolakan Orsos/LSM nasional dan internasional yanbg seringkali mempunyai muatan politis 3,53 3,43 3,77 3,77 10 Kesediaan untuk membantu masyarakat yang terkena bencana di daerah lain yang masih terjangkau 4,23 4,53 4,17 4,17 Rerata skor 4,27 4,43 4,19 4,19 Selisih rerata skor 0,16 0

Sumber : Data Primer 2008Keterangan:KBL : kelompok kerja Kel. Blindungan,KC : kelompok kerja Desa cangkring

Page 121: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

112

rerata skor pada semua item pada indikator tersebut(menurun ataupun meningkat), ini berarti bahwa perlakuanyang diberikan kepada kelompok kerja membawa dampakperubahan perilaku masyarakat khususnya kelompok kerjaterhadap posisi tawar menawar dalam penanggulanganbencana alam. Beberapa item yang terlihat rerata skornyamenurun adalah pada item ”Penanggulangan Bencana alammerupakan tanggungjawab pemerintah, masyarakat dan duniausaha” dan pada item ” Penerimaan Orsos/LSM nasional daninternasional yanbg seringkali mempunyai muatan politis”.Walaupun perubahan rerata skor tersebut tidak merubahkategori penilaian terhadap item dalam indikator tersebut,namun secara numerik terlihat ada perubahan yang nyataterhadap perilaku masyarakat setelah diberi perlakuan.Sedangkan pada kelompok kerja Desa Cangkring, tidakterlihat ada perubahan rerata skor pada setiap item padaindikator tawar menawar dalam penanggulangan bencanaalam. Hal ini dapat dipahami bahwa kelompok kerja DesaCangkring ini tidak diberi perlakuan, sehingga pemahamantentang kebencanaan apa adanya yang dia ketahui dan dialamiselama terkena bencana alam, dan pelaksanaan kegiatan yangdilakukan sesuai dengan apa yang ada pada dalam perencanaanmereka sendiri tanpa ada bimbingan atau interpensi daripeneliti maupun pendamping lapangan, sehingga tidak terjadiperubahan perilaku. Hal Pengetahuan mereka yang padaumumnya termasuk kategori tinggi sekali, bersumber daripengalaman mereka yang sering mengalami bencana alam,sehingga pengalaman tersebut dapat menjadi pelajaran yangbermanfaat bagi mereka untuk mengetahui tentangkebencanaan.

B. Faktor yang berpengaruh dalam ujicoba modelUntuk memahami hasil ujicoba Model Pemberdayaansosial keluarga pasca bencana alam secara obyektif, maka

Page 122: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

113

dibutuhkan pemahaman terhadap informasi tentang kondisilokasi penelitian dan kondisi masyarakat, serta aspek aspeklain sebagai berikut:1. Lokasi ujicoba adalah desa/kelurahan yang dapatdikategorikan sebagai lokasi rawan bencana alam, bahkandi Belu khususnya merupakan lokasi pelanggan banjir yangsetiap saat terjadi hujan lebat di hulu sungai (TTS danTTU). Bahkan terjadinya banjir di wilayah ini tidak hanyasekedar siklus tahunan (setiap tahun satu kali). Adakemungkinan banjir yang terjadi bisa berkali-kali dalamsatu periode musim hujan. Secara alami, masyarakat yangberada di wilayah ini telah mempunyai coping strategiuntuk penanggulangan bencana alam.2. Terjadinya banjir yang frekuensinya cukup tinggi dankorban yang cukup besar, tentunya tidak menutupkemungkinan untuk menarik perhatian pemerintah danmasyarakat luas (baik secara individu maupunkelembagaan) untuk memberikan kontribusi dalampelayanan terhadap korban bencana alam. Sehinggamasyarakat di lokasi penelitian ini lebih permisif terhadapberbagai program yang masuk di lokasi ini.3. Proses penentuan kelompok eksperimen dalam penelitianini tidak diseleksi oleh peneliti (ansih), namunpelaksanaannya diserahkan sepenuhnya kepadamasyarakat (pendelegasian). Penentuan kelompokeksperimen ini didasari dengan pendekatan partisipatif,artinya masyarakat yang mempunyai pengetahuan tentangkondisi wilayah dan person, siapa yang person yang dapatmewakili kelompoknya (warga desa/kelurahan). Personyang dipercaya masyarakat, dan dipandang dapatmenjalankan kegiatan dari awal sampai selesai.4. Komitmen Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Propinsidan Dinas Kabupaten yang memiliki pengetahuan tentangbencana alam dan pelayanan kesejahteraan social, serta

Page 123: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

114

jajaran pemerintah Kecamatan dan Kelurahan cukup baik.Komitmen tersebut tidak hanya sebatas pada memfasilitasikegiatan peneliti dalam pelaksanaan penelitian tetapibeberapa kali pejabat dimaksud juga memberikan support(turut memotivasi) dan memantau perkembangan kelompokeksperimen. Dukungan dari Dinas Sosial Kabupaten.Dukungan pemerintah daerah yang mengambil alih tanggungjawab pemberian materi dari berbagai instansi terkait ditingkat kabupaten karena tidak adanya dukungan dana untukpemberian perlakuan terhadap kelompok eksperimen.5. Eksistensi Pendamping lapang yang telah mempunyaipengalaman dalam pengembangan masyarakat di daerahnya.Dalam waktu yang relatif singkat mereka telah mampuberadaptasi dan menstimuli masyarakat (kelompokeksperimen). Di sisi lain pengalaman lapangan pendampingturut mempermudah pendamping dalam memahami konsepMODEL PEMBERDAYAAN SOSIAL KELUARGA PASCABENCANA yang diujicobakan.6. Penyusunan kegiatan kelompok eksperimen selama ujicobamodel ini berlangsung memperoleh dana operasional(stimulant) sebesar Rp.45.000.000,- untuk menunjangkegiatan yang diprogramkan.7. Model pelayanan yang diujicobakan ini sarat dengan elemenperubahan perilaku manusia dalam organisasi (kulturorganisasi). Mengingat pembentukan perilaku sangat terkaitdengan faktor sikap yang pembentukkannya memerlukanproses yang relatif lama, maka perubahan dari pelaksanaanujicoba inipun tidak mungkin langsung memberikan hasilyang sangat signifikan untuk keberlanjutan program hanyadalam waktu sekitar lima dan enam bulan.8. Kepercayan masyarakat yang dibangun pada tahap awalantara peneliti, tokoh masyarakat, pejabat Dinas sosial danPusat serta kelompok eksperimen merupakan modal besar

Page 124: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

115

dalam pencapaian suatu tujuan. Walaupun keberadaan orangluar ditengah masyarakat dalam kurun waktu yang relatifsingkat, namun sepanjang mampu membangun kepercayaan(trust) kepada masyarakat, maka keberadaan orang dari luartersebut akan memberikan pengaruh atau efek percepatankemajuan. Dalam konteks ini, kehadiran orang dari luar baikpada tahap persiapan penelitian di lapangan, tahapmonitoring maupun tahap evaluasi telah berfungsi lebih darisekedar proses kontrolling, melainkan lebih lanjut mampumenciptakan efek psikologis positif dalam memompasemangat untuk pendayagunaan seluruh potensi dan aksesdi lingkungan demi pencapaian hasil yang optimal.9. Dukungan Tokoh Masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan.khususnya charisma Tokoh masyarakat untruk turut sertadalam memotivasi kelompok eksperimen merupakanfaktor penting dalam pelaksanaan ujicoba Model.10. Alokasi waktu yang diberikan pada peneliti di lokasipenelitian sangat terbatas, sehingga data dan informasiperilaku masyarakat secara objektif di lapangan yang dapatdihimpun relatif terbatas. Sementara itu model yangdiujicobakan ini sarat dengan elemen perubahan perilakumanusia. Mengingat pembentukan perilaku sangat terkaitdengan faktor sikap yang pembentukkannya memerlukanproses relatif lama, maka perubahan perilaku selamapelaksanaan ujicoba inipun tidak akan secara langsungmemberikan hasil yang sangat signifikan, terlebih hanyadalam waktu sekitar empat bulan. Sehingga hasil hitungdari rerata (pretest dan posttest) dari perubahan perilakukelompok eksperimen masih relatif kecil.11. Dalam pelaksanaan ujicoba model ada seperangkatinformasi yang berkaitan dengan kebencanaan dan harusdisampaikan oleh orang yang mempunyai profesidibidangnya, seperti: informasi tentang kebencanaan,kesehatan, managemen, ekonomi dan lingkungan.

Page 125: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

116

Dukungan dari tenaga profesi tersebut belum dimasukkandalam budget penganggaran penelitian. Kondisi ini dapatberdampak pada pemberian informasi yang kurangproporsional dan relatif terbatas.12. Masyarakat di wilayah yang dijadikan sebagai lokasipenelitian telah mengalami beberapa kali kejadianbencana. Kondisi ini telah mengundang masyarakat luasuntuk turut serta dalam penanggulangannya. Beberapajenis program penanggulangan bencana baik yang berasaldari pemerintah maupun swasta pernah dilaksanakan didaerah tersebut kondisi ini tentunya akan turut mewarnaicoping strategis yang dimiliki masyarakat. Pengetahuanmasyarakat tentang kebencanaan dan kemampuan dalampenanggulangan tidak hanya sebatas diperoleh daripengalaman pribadi, tetapi mereka juga memperolehtambahan informasi dari masyarakat di luar wilayahnya.13. Dalam penelitian ini, ada beberapa persyaratan untukmenentukan anggota kelompok eksperimen. Sementara itupenentuannya didelegasikan kepada pemerintah lokal. Adakemungkinan, bahwa persyaratan yang diajukan penelitiberpengaruh besar dalam proses diskusi antaraPemerintah lokal dengan tokoh masyarakat, sehinggaorang yang dipilih adalah orang yang telah mempunyaipengetahuan (knolege) dan keterampilan (skill) dalambidang kebencanaan dan dapat membawa nama baikwilayahnya. Oleh karena itu, sangat dimungkinkan jikarerata skor yang deperoleh dari tanggapan kelompokeksperimen umumnya termasuk dalam kategori tinggi keatas (baik rerata skor pada saat pretest maupun posttest).

Page 126: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

117

BAB VIP E N U T U P

A. KESIMPULANFenomena gerak alam berproses sangat cepat, seakan-akan muncul secara mendadak, tidak teratur kedatangannyadi luar dugaan manusia dan beresiko besar bagi umat manusia.Kondisi ini menuntut kesiap-siagaan, keberdayaan bagi setiapmanusia untuk beradaptasi dalam proses gerak alam tersebut.Keberdayaan masyarakat dimaksud dapat dicapai melaluipengenalan karakteristik setiap jenis bencana alam geologisdan mengantisipasi dampaknya dan hal ini telah menjadi suatukeharusan. Berangkat dari pengetahuan ini, mitigasi baiksecara fisik (tata ruang dan kode bangunan) maupun non-fisik(pendidikan bencana alam) serta manajemen dan koordinasibencana alam, perlu dilakukan secara baik dan terarah.Berpijak dari konsep tentang pemberdayaan, makadipahami bahwa setiap masyarakat (keluarga) padadasarnya mempunyai kekuatan (daya). Keberdayaankeluarga dalam menghadapi bencana alam didapat daripengalaman (proses belajar dari kejadian sebelumnya).Manusia mempelajari dan memahami gejala alam melaluiberbagai konsep yang diperoleh selama berinteraksi denganlingkungannya, (baik lingkungan fisik maupun lingkungansosial). Hasil pemahaman tersebut tersosialisasi darigenerasi ke generasi melalui lembaga sosialisasi (keluarga).Namun, nilai, norma dan pemahaman masyarakat tentanggejala alam seringkali kurang sejalan dengan lembaga formalyang mempunyai komitmen terhadap bencana alam.Keluarga tidak pasif dan bukan hanya sebagai orang yangtidak dapat berbuat apa-apa. Setiap keluarga pada umumnyatelah mempunyai cara untuk penyampaian informasi jikaterjadi bencana, masyarakat juga mempunyai kekuatan (daya)untuk membangun dirinya (pemulihan). Walaupun dalam

Page 127: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

118

pemulihan tersebut tidak dapat secara serentak, kondisi initergantung dari kemampuan/kesiapan dari masing-masingkeluarga. Pada masyarakat yang relatif lebih siap, penangananmasa tanggap darurat akan lebih terorganisasi dan masapemulihan (recovery) akan lebih cepat dari masyarakat yangtidak siap. Implementasi dari pemahaman terhadap gejala alamdimaksud, setiap masyarakat telah mempelajari beberapatanda-tanda akan terjadinya bencana alam khususnya banjirdan telah mempunyai strategi dalam penanggulangan bencanaalam. Dari pengamatan selama hidup di daerah tersebut,masyarakat telah mengetahui beberapa titik lokasi rawanbencana dan titik lokasi yang aman dari bencana alam.Dalam kerangka peningkatan keberdayaan keluargadalam menghadapi bencana alam memerlukan suatu prosesyang membutuhkan waktu relatif lama. Namun tidak berartibahwa, model yang diujicobakan dengan target waktu yangrelatif pendek ini merupakan upaya yang tidak relaistis. Darihasil analisis terhadap data dan informasi yang diperoleh dariujicoba model di dua lokasi penelitian dapat dikemukakanbeberapa aspek sebagai berikut:1. Hasil skoring terhadap keberdayaan kelompok observasipada masa sebelum perlakuan (pretest) dan sesudahperlakuan (postest) menunjukkan peningkatankeberdayaan. Walaupun perbedaan dari angka yangdiperoleh tersebut tidak terlalu besar (0,34). Secaranumerik rerata skor yang diperoleh berada pada kategoriTinggi. Kondisi ini menunjukkan bahwa informasi dalammodel yang disampaikan selama perlakuan memberikankontribusi terhadap penguasaan aset dan akses informasikelompok eksperimen dalam penanggulangan bencanaalam. Uraian ini dapat diinterpretasikan bahwa model yangdiujicobakan mempunyai nilai efektifitas dalampeningkatan keberdayaan keluarga dalam penanggulanganbencana alam.

Page 128: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

119

2. Faktor yang berpengaruh terhadap perubahan perilakukelompok eksperimen adalah komitmen pemerintahdaerah cukup baik, eksistensi pendamping lapangan,stimulan untuk kelompok kerja, keterbatasan waktupenelitian, tokoh masyarakat turut memotivasi kelompokeksperimen.B. REKOMENDASIBencama alam bukan sebagai kejadian yang bersifatinsidental (langka) bahkan di beberapa daerah (khususnya)merupakan permasalahan rutin tahunan, maka dalammenanggapi kondisi ini ada beberapa aspek yang perlumedapat perhatian. Aspek-aspek dimaksud adalah:1. Penanggulangan bencana alam, pada dasarnya merupakantanggung jawab segenap bangsa dan negara. Dalam kontekini unsur-unsur dalam penanggulangan bencana alamdapat dikelompokkan dalam 3 kelompok besaran yakni:

(1) Public sector; (2) Privat sector; dan (3) Collectif sector.Menyatunya ketiga sector (threepartide) dimaksudmerupakan kekuatan besar dalam menghadapi berbagaipermasalahan termasuk dalam penanggulangan bencanaalam. Oleh karena itu ketiga unsur tersebut harusmempunyai (1) kesamaan persepsi tentang kebencanaandan penanggulangannya, (2) kesadaran dan kepeduliannterhadap lingkungannya. Membangun persamaanpersepsi merupakan langkah awal untuk mengantisipasitimbulnya kekaburan peranan dan konflik kepentingandikalangan masyarakat, keluarga, tokoh masyarakat danpemerintah desa. Persamaan persepsi ini merupakanlangkah awal untuk membangun kesepahaman dankesepakatan (Consensus Building). Hasil kesaman persepsitersebut perlu disosialisasikan ke masyarakat.2. Model yang diujicobakan ini sarat dengan elemenperubahan perilaku manusia, baik secara individual dalam

Page 129: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

120

kehidupan seharti-hari maupun secara kelompok dalamkehidupan berorganisasi. Pembentukan sikap dan perilakukeluarga yang selalu siap siaga memerlukan informasiyang disampaikan secara terus menerus (continu) danproses yang relatif lama.3. Mengingat kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapibencana alam sudah dijadikan kesepakatan dan tuntutaninternasional, maka setiap negara berkewajiban untukmenginformasikan dimaksud secara rutin baik melaluipenyuluhan dan bimbingan maupun simulasi. Sebagaiilustrasi dapat kita ambil contoh Pramugari pesawatterbang yang selalu memperkenalkan beberapa instrumenpenting untuk penyelamatan dan memperagakan simulasilangkah-langkah penyelamatan pada saat pesawat akantinggal landas. Walaupun seluruh penumpang dalampesawat tersebut sudah mengetahui, bahkan adakemungkinan sebagian besar penumpang sudah puluhankali mengikuti simulasi, tetapi penumpang tersebutberkewajiban untuk memperhatikan peragaan (simulasi)tersebut. Ilustrasi ini dapat dijadikan sebagai suatu modelpenyampaian informasi kepada masyarakat tentangkebencanaan dan penanggulangannya. Sasaran informasitentunya seluruh masyarakat mulai dari anak-anak sampaikepada orang dewasa. Khususnya kepada anak dapatdiberikan melalui sekolah (dijadikan sebagai muatankhusus). Sedangkan untuk penyuluhan dan bimbingankepada masyarakat masyarakat dapat dilakukan melaluipengajian, sarasehan, sekolah minggu, pertemuan remaja,Karang Taruna dan berbagai event dalam masyarakat.4. Kelompok observasi yang telah memperoleh informasi danpelatihan tentang kebencanaan dan penanggulangannyadapat dijadikan mitra kerja pada realisasi program-programyang digulirkan di tingkat desa dan atau memperluaslayanan dengan membentuk kelompok-kelompok baru.

Page 130: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

121

5. Untuk mengurangi resiko kesalahan dalammenginterpretasikan judul Model yang diujicobakanmaka judul Model perlu dirubah menjadi MODELPEMBERDAYAAN SOSIAL KELUARGA DI DAERAHRAWAN BENCANA ALAM6. Model pemberdayaan sosial baru diujicobakan dalam skalakecil di dua lokasi penelitian, sementara itu lokasi yangnotabene termasuk kategori rawan dan sering terjadibencana sangat luas. Oleh karena itu, untuk optimalisasimodel tersebut perlu dilakukan penelitian untukpemantapan model dalam skala yang lebih luas baik darisegi lokasi maupun sasaran kelompok eksperimen. Dalamkerangka pelaksanaan pemantapan ini Pusat Penelitiandan Pengembangan Kesejahteraan Sosial perlu menjalinkerjasama dengan unit teknis (Direktorat di tingkat Pusat)dan Instansi sektoral di tingkat Propinsi dan Kabupaten.

Page 131: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …
Page 132: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

123

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Abu. 1991. Psikologi Sosial, Rineka Cipta Jakarta.Clark, John 1995., NGO dan Pembangunan Demokrasi, (Judul asli:Democratizing Development The Role Of VoluntaryOrganization: Godril Dibyo Yuono), Tiara Wacana,Yogyakarta.Chambers, R. 2001. Participatory Rural Appraisal, Memahami DesaSecara Partisipatif, cetakan kedelapan, Kerjasama Kanisiusdengan Yayasan Mitra Tani, Yogyakarta. Terjemahan YSukoco. Judul Asli Rural Appraisal: Rilex & Participatory,Robert Chambers, Institute of Development Studies, 1992.Davis, Keith, 1967. Human Realation at Work, The Dynamics ofOrganizational Behavior. Mc. Grow Hill Book Company.Departemen Sosial RI, Ditjen. Pemberdayaan Sosial, Dit.Pemberdayaan Peran Keluarga (2002). Undang-Undang RINomor: 10 Tahun 1992 Tentang PerkembanganKependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera.Himpunan Peraturan Perundang-undangan Bidang Tugas Dit.Pemberdayaan Peran Keluarga.——————, (2003). Pedoman Umum Bantuan Sosial BencanaAlam, Jakarta : Direktorat Bantuan Sosial Korban BencanaAlam- Direktorat Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial.——————, (2004). Rekapitulasi Data Kejadian BencanaPeriode Bulan Januari Sampai Dengan Agustus 2004,Jakarta : Direktorat Bantuan Sosial Korban Bencana Alam-Direktorat Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial.DuBois Brenda & Maley, Karla Krogsrud (1992). Social Work: AnEmpowering Profession. Boston: Allyn and Basco.

Page 133: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

124

Effendy, Tajudin Noer, 1996, Pembangunan, Krisis, dan ArahReformasi, Muhammdiyah University Press Surakarta.Ife, Jim (1995). Community Development: Creating CommunityAlternatives-vision, Analysis and Practice, Australia,Longman Pty Ltd.Iskandar, Jusman, 1993. Strategi Dasar Membangun KekuatanMasyarakat. Bandung: Koperasi Mahsiswa STKSKartono, Kartini, 1996., Pengantar Metodologi Riset Sosial, MandarMaju, Bandung.Mar’at 19981. Sikap Manusia, Perubahan, Serta Pengukurannya,Ghalia Indonesia, JakartaMujiyadi dan Gunawan (2000), Pemberdayaan Masyarakat Miskin(Suatu kajian terhadap masyarakat di sekitar KawasanIndustri, Informasi Kajian Permasalahan Sosial dan UsahaKesejahteraan Sosial vol.5 No.1 Januari 2000. BadanPenelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, DepsosR.I. Jakarta.Nawawi, Hadari (2000). Metode Penelitian Bidang Sosial.Jogyakarta, Gadjah Mada University PressDraha, Talizidu (1990) Pembangunan Masyarakat, MempersiapkanMasyarakat Tinggal Landas, Rineka Cipta, Jakarta.Pranarka A.M.W dan Moeljarto Vidhyandika, 1995. Pemberdayaan(Empowerment) dalam Prijono S. Onny dan Pranarka A.M.W(penyunting), Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan danimplementasinya. Centre For Strategic And InternationalStudies, Jakarta.Rukminto, Adi, Isbandi. 1994. Psikologi Pekerjaan Sosial, dan IlmuKesejahteraan Sosial, Dasar-dasar Pemikiran. Raja GrafindoPersada, Jakarta.

Page 134: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

125

Slamet, Y. 1992, Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi,Sebelas Maret University Press, Surakarta.Soekanto, Soerjono, 1977, Sosiologi Suatu Pengantar, cetakan keenam, Yayasan Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.Sumodiningrat, Gunawan, 1997,, Pembangunan Daerah danPemberdayaan Masyarakat, Bina Rena Pariwara, Jakarta.Cet.2Soetrisno, Loekman (2000). Menuju Masyarakat Partipatif,Yogyakarta: Penerbit Kanisius.Tan, Melly G. (1997), Perempuan dan Pemberdayaan Masyarakatdalam SmitaSusanto & E. Kristi Poerwandari 1977.Perempuan dan pemberdayaan, Program Studi Kajian WanitaProgram Pasca Sarjana UI bekerjasama dengan HarianKompas dan Obor Jakarta.Usman Sunyoto, 1998, Pembangunan dan PemberdayaanMasyarakat, cet. I , Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Page 135: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …
Page 136: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

127

Lampiran

PANDUAN PENYUSUNAN PROGRAM, MONITORING DAN EVALUASI KELOMPOK KERJA

I. PENDAHULUANKegiatan penyusunan program kelompok kerja, monitoringdan evaluasi pada dasarnya merupakan aplikasi manajemen. Ketigaunsur tersebut merupakan serangkaian kegiatan yang salingberkaitan. Dalam kerangka ini program sebagai penentu arahkegiatan, sedangkan evaluasi merupakan penilaian yang dilakukanuntuk mengetahui capaian kegiatan yang telah, sedang, dan hasilakhir yang diperoleh.Perencanaan merupakan salah satu fungsi dari manajemen.Menurut Hendra Asmara (1986) perencanaan merupakan refleksidari keinginan untuk memperoleh hari depan yang jauh lebih baikdibandingkan dengan masa lampau. Hal ini menunjukkan bahwamuatan dalam perencanaan adalah informasi tentang apa yang akandikerjakan, bagaimana mengerjakannya, seberapa besar targetyang hendak dicapai.Monitoring dapat didefinisikan sebagai sistem pengawasanyang dilaksanakan oleh penanggung jawab suatu kegiatan(program/proyek) untuk mengetahui memastikan apakah variasikegiatan yang telah dan sedang dilaksanakan tersebut sesuai denganrencana (tujuan program) dan sumber daya yang ada telah dapatdimanfaatkan sebaik mungkin. Sedangkan pengertian evaluasimenurut Sutrisno (1987) didefinisikan sebagai suatu upaya yangbertujuan untuk mengetahui apakah program/proyekpembangunan telah berhasil dengan baik atau cenderungmerupakan suatu kegagalan.Uraian ini menunjukkan bahwa esensitujuan monitoring dan evaluasi menekankan pada realisasi program

Page 137: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

128

yang didasari oleh target yang hendak dicapai. Kecermatan dankejelian pelaksana kedua kegiatan tersebut mempunyai nilaistrategik dan besar pengaruhnya terhadap keberhasilan (tujuanyang hendak dicapai).Penyusunan rencana kerja (program), Pelaksanaan monitoringdan evaluasi hasil kegiatan lebih bersifat partisipatif. Artinyakelompok kerja mempunyai kewenangan penuh untuk memanagepengumpulan informasi, penyampaian informasi sertapengukurannya (setiap anggota berperan sebagai subjek).Teknik yang dipandang cukup akurat untuk menggali data/informasi yang berkenaan dengan pelaksanaan kegiatan dimaksudadalah Diskusi Kelompok Terfokus (Focus Group Discussion) atauyang lebih dikenal dengan FGD. Untuk mengagendakan hasil FGDdifasilitasi dengan formulir yang dapat berfungsi sebagai salah satusarana pertanggungjawaban kegiatan kepada masyarakat.II. KETENTUAN PELAKSANAAN DISKUSI1. Penentuan jadual kegiatan dan penyampaian undangandiskusi2. Peserta diskusi terdiri dari 3 Kelompok kerja3. Jumlah anggota dalam satu kelompok kerja terdiri dari 10orang4. Peserta mempunyai karakteristik yang relatif homogen5. Untuk menghindari terjadinya kejenuhan, waktu yangdipergunakan dalam diskusi sekitar 2(dua) jam6. Ciptakan iklim (situasi) yang kondusif agar pesertaterdorong (termotivasi) untuk berpendapat (bebas danterbuka) dan tidak ada rasa sungkan7. Intervensi fasilitator (peneliti) terbatas sebagai pengarah/pembuka selanjutnya kelompok dapat mendiskusikansecara rinci

Page 138: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

129

8. Moderator harus bertindak netral (tidak memihak) sertabukan orang yang berada dalam hubungan hierarkhisdengan peserta diskusi9. Jalannya diskusi direkam dengan tape recorder, statemen(pernyataan) yang penting dan relevan dijadikan sebagaidata kualitatif10. Hasil diskusi merupakan pemahaman dan gambaran atasprogram (rencana, pelaksanaan, dan hasil)11. Pada saat mengemukakan pendapat sebaiknya namapeserta selalu disebut agar dapat terkafer dalam taperecorder.III. MATERI DISKUSIA. Diskusi Penyusunan Program1. Identifikasi PermasalahanIdentifikasi pada dasarnya merupakan salah satubentuk kegiatan untuk mengetahui kondisi riilpermasalahan di lingkungan kelompok kerja.Informasi yang didiskusikan meliputi permasalahanyang berkaitan dengan kondisi masyarakat padaumumnya, dan tingkat kerawanan bencana secarakhusus. Hal ini didasari pemikiran bahwa kondisipermasalahan masyarakat pada umumnyamempunyai pengaruh yang relatif kuat dalampembentukan kepribadian remaja.2. Identifikasi PotensiIdentivikasi potensi merupakan salah satu langkahawal dalam pendayagunaan potensi yang berada dilingkungan Kelompok kerja. Dalam kegiatan ini akandiidentifikasi potensi yang berkaitan dengan: PotensiAlam, Potensi Sosial, dan Sumber daya manusia.

Page 139: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

130

3. Kegiatan AlternatifInformasi yang didapat dari identivikasi permasalahandan potensi digunakan sebagai acuan dalampenyusunan program. Dalam kerangka ini untukmenentukan kegiatan yang lebih berakar pada kondisiriil lingkungan Kelompok kerja.4. Penentuan TargetMateri yang dijadikan bahan diskusi adalah target yanghendak dicapai dalam kurun waktu enam bulan.Penentuan target tersebut pada dasarnya merupakanpembelajaran kepada kelompok kerja untukmemprediksikan Target yang akan dicapai dalamkegiatan ini.5. Penanggung Jawab ProgramPenanggung jawab program dimaksud adalah salahsatu anggota kelompok yang ditunjuk oleh anggotanyasebagai ketua kelompok yang bertanggung jawab padaprogram yang telah disusun. Sedangkan ketuakelompok menunjuk anggota untuk bertanggungjawab terhadap masing-masing kegiatan yang akandilaksanakan.IV. MATERI DISKUSI MONITORINGA. Materi yang akan didiskusikan pada kegiatan monitoringadalah:1. Penilaian terhadap realisasi kegiatan yang telah dansedang dilaksanakan oleh kelompok kerja.(baik secarakualitatif maupun kuantitatif).2. Kemudahan dan hambatan yang dihadapi dalampelaksanaan kegiatan.

Page 140: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

131

3. Informasi yang dihasilkan dipergunakan sebagaiacuan untuk menentukan tindakan lanjut. Bagaimanaprospek kegiatan yang telah dan sedang dilakukan,apakah kegiatan ini perlu dilanjutkan atau dihentikan.Jika dihentikan apakah ada kegiatan pengganti.A. Pelaksana penilaian terhadap capaian hasilMelihat sejauhmana capaian hasil kegiatan yangsedang dilaksanakan oleh kelompok kerja sesuaidengan perencanaan.B. Tindak lanjutDari capaian hasil kegiatan langkah-langkah apayang akan dilaksanakan setelah mengetahui darihasil yang dicapai.V. MATERI DISKUSI EVALUASIA. Penilaian terhadap capaian hasilMelihat sejauhmana capaian hasil kegiatan yang telahdilaksanakan oleh kelompok kerja sesuai denganperencanaan.B. Faktor berpengaruhMelihat faktor pendukung dan penghambat yangdirasakan oleh kelompok kerja untuk peningkatanperencanaan program selanjutnya.

Page 141: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

132

Form 1:PERENCANAAN PROGRAM KELOMPOK KERJA

No Permasalahan Potensi Kegiatan Target

Pelaksana/ Penanggung-

jawab

Ketua Kelompok Kerja Kepala Desa Ketua Kelompok

(.....................................)

(.....................................)

(..............................)

Mengetahui

Page 142: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

133

Form 2:MONITORING PROGRAM KELOMPOK KERJA

REALISASI No KEGIATAN TARGET

1 2 3 4 5∗)

TINDAK LANJUT

Keterangan*):

1. Realisasi kurang dari 20%2. Realisasi 25% sampai dengan 40%3. Realisasi 40% sampai dengan 60%4. Realisasi 60% sampai dengan 80%5. Realisasi 80% lebih.

MengetahuiKepala Desa/Lurah Ketua Kelompok (.....................................) (.....................................)

Page 143: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

134

Form 3:EVALUASI PROGRAM KELOMPOK KERJA

Keterangan ∗): 1. Realisasi kurang dari 20% 2. Realisasi 25% sampai dengan 40% 3. Realisasi 40% sampai dengan 60% 4. Realisasi 60% sampai dengan 80% 5. Realisasi 80% lebih. Mengetahui Kepala Desa/Lurah Ketua Kelompok

(.....................................) (.....................................)

REALISASI FAKTOR YANG BERPENGARUH No KEGIATAN TARGET

1 2 3 4 5∗) Penghambat Pendukung

Page 144: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

135

Form 4:PERENCANAAN PROGRAM PARTISIPASI MASYARKAT

No Permasalahan Potensi Kegiatan Target Pelaksana/

Penanggung-jawab

Kepala Desa/Lurah Ketua Kelompok (.....................................) (.....................................)

Mengetahui

Page 145: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

136

Form 5:MONITORING PROGRAM PARTISIPASI MASYARAKAT

Keterangan:1. Realisasi kurang dari 20%2. Realisasi 25% sampai dengan 40%3. Realisasi 40% sampai dengan 60%4. Realisasi 60% sampai dengan 80%5. Realisasi 80% lebih.

MengetahuiKepala Desa/Lurah Ketua Kelompok (.....................................) (.............................)

REALISASI No KEGIATAN TARGET 1 2 3 4 5 TINDAK LANJUT

Page 146: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

137

Form 6:EVALUASI PROGRAM PARTISIPASI MASYARAKAT

Keterangan:1. Realisasi kurang dari 20%2. Realisasi 25% sampai dengan 40%3. Realisasi 40% sampai dengan 60%4. Realisasi 60% sampai dengan 80%5. Realisasi 80% lebih. MengetahuiKepala Desa/Lurah Ketua Kelompok

(.....................................) (..........................)

REALISASI FAKTOR YANG BERPENGARUH No KEGIATAN TARGET 1 2 3 4 5 Penghambat Pendukung

Page 147: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

138

DAFTAR ISTILAHAAAAAAncaman/BahaAncaman/BahaAncaman/BahaAncaman/BahaAncaman/Bahayyyyyaaaaa: : : : : adalah kejadian-kejadian, gejala atau kegiatanmanusia yang berpotensi untuk menimbulkan kematian, luka-luka, kerusakan harta benda, gangguan sosial ekonomi ataukerusakan lingkungan. Bahaya dapat mencakup kondisi-kondisi laten yang bisa mewakili ancaman di masa depan dandapat disebabkan oleh berbagai hal: alam atau yangdiakibatkan oleh proses-proses yang dilakukan manusia(kerusakan lingkungan dan bahaya teknologi). Bahaya dapatberbentuk tunggal, berurutan atau gabungan antara asal dandampak mereka. Setiap bahaya dicirikan oleh lokasi, frekuensidan peluang.AnalAnalAnalAnalAnalisaisaisaisaisa: : : : : adalah Menguraikan sebuah hal atau keadaan untukmenentukan penyebabnya atau mengambil kesimpulan darihal tersebut.AseAseAseAseAset (Sumber dt (Sumber dt (Sumber dt (Sumber dt (Sumber daaaaayyyyya): a): a): a): a): Segala sesuatu yang dimiliki, biasanya berupabarang; harta benda.BBBBBBBBBBAKAKAKAKAKORNORNORNORNORNAAAAAS PB adS PB adS PB adS PB adS PB adalalalalalah: ah: ah: ah: ah: Badan Koordinasi Nasional PenanggulanganBencana - tingkat NasionalBantBantBantBantBantuan duan duan duan duan daruraruraruraruraruratatatatat: : : : : merupakan upaya untuk memberikan bantuanberkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar berupapangan, sandang, tempat tinggal sementara, perlindungan,kesehatan, sanitasi dan air bersih.BencanaBencanaBencanaBencanaBencana: : : : : adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yangmengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupanmasyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/ataufaktor nonalam maupun faktor manusia sehinggamengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakanlingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.Bencana alBencana alBencana alBencana alBencana alam: am: am: am: am: adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

Page 148: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

139

serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lainberupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,kekeringan, angin topandan btanah langsor.Bencana non-alBencana non-alBencana non-alBencana non-alBencana non-alam: am: am: am: am: adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwaatau rangkaianperistiwa nonalam yang antara lain berupa gagalteknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit.Bencana sosialBencana sosialBencana sosialBencana sosialBencana sosial: : : : : adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwaatau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh manusiayang meliputi konflik sosial antar kelompok atauantarkomunitas masyarakat dan teror.BendBendBendBendBenda ya ya ya ya yang tang tang tang tang tidididididak stak stak stak stak stabilabilabilabilabil: : : : : adalah Benda-benda yang tidak tertanam,terikat, menempel pada sesuatu yang stabil yang bisa terbawaoleh angin, air, gempa dll.BerBerBerBerBerkkkkkeeeeelllllanjutanjutanjutanjutanjutan: an: an: an: an: adalah hal atau kegiatan yang bisa bertahan lama.DDDDDDaDaDaDaDayyyyya ta ta ta ta tahan/berahan/berahan/berahan/berahan/berdddddaaaaayyyyya ta ta ta ta tahan: ahan: ahan: ahan: ahan: adalah kapasitas sebuah sistem,komunitas atau masyarakat yang memiliki potensi terpaparpada bencana untuk beradaptasi, dengan cara bertahan atauberubah sedemikian rupa sehingga mencapai danmempertahankan suatu tingkat fungsi dan struktur yang dapatditerima. Hal ini ditentukan oleh tingkat kemampuan sistemsosial dalam mengorganisir diri untuk meningkatkankapasitasnya untuk belajar dari bencana di masa lalu untukperlindungan yang lebih baik di masa mendatang dan untukmeningkatkan upaya-upaya pengurangan risiko.DeDeDeDeDetttttekekekekeksisisisisi: adalah Kegiatan penelitian suatu keadaan, hal, unsur,tindakan yang tersembunyi.DeDeDeDeDetttttekekekekeksi Dini:si Dini:si Dini:si Dini:si Dini: adalah Sebuah kegiatan untuk mengetahuikemungkinan bencana.Diskriminasi Diskriminasi Diskriminasi Diskriminasi Diskriminasi adalah Anggapan mengenai perbedaan jenis kelamin,wama kulit, suku bangsa, umur, kondisi seseorang dll.DokDokDokDokDokumentumentumentumentumentasi: asi: asi: asi: asi: adalah Kegiatan mengumpulkan dan mencatat/merekam informasi tentang kejadian, kegiatan, hal, tempat atau

Page 149: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

140

obyek dalam wujud tulisan, gambar dan suara ke dalam arsip.Donor: Donor: Donor: Donor: Donor: adalah Pemberi bantuan perorangan atau instansi yangmenyumbang bantuan berupa uang, bahan-bahan, tenaga ahli,pelatihan dll.DrDrDrDrDrainase ainase ainase ainase ainase adalah prasarana yang berwujud saluran atau bangunanlainnya yang berfungsi mengatur pembuangan air dan ataukelebihan air sehingga memenuhi syarat teknis pengairan baikpertanian maupun pengendalian banjir, Drainase merupakansarat mutlak yang harus tersedia dalam sistem pengairanEEEEEEEEEEvvvvvalalalalaluasi: uasi: uasi: uasi: uasi: adalah Penilaian kembali suatu kejadian, keadaan, kegiatan.GGGGGGGGGGangguan Sangguan Sangguan Sangguan Sangguan Stttttrrrrres Pes Pes Pes Pes Pasca Tasca Tasca Tasca Tasca Trrrrrauma (GSPT): auma (GSPT): auma (GSPT): auma (GSPT): auma (GSPT): Gangguan mental seseorangakibat sualu kejadian yang merugikan.GPS GPS GPS GPS GPS (Global Positioning System): adalah sebuah sistem navigasiyang memanfaatkan satelit. GPS dapat memberikan informasiposisi dan waktu dengan ketelitian sangat tinggi. GPS banyakjuga digunakan sebagai alat navigasi.HHHHHHP (HandHP (HandHP (HandHP (HandHP (Hand-----phone): phone): phone): phone): phone): Alat hubungan jarak jauh, telepon yang bisadigenggam.HT HandHT HandHT HandHT HandHT Handy Ty Ty Ty Ty Talky (Ralky (Ralky (Ralky (Ralky (Radadadadadio Pio Pio Pio Pio Panggil): anggil): anggil): anggil): anggil): Alat hubungan jarak terbatas yangbisa digenggam.IIIIIInstInstInstInstInstalalalalalasi asi asi asi asi : Kegiatan pemasangan suatu sarana atau unsur sebuahsarana yang telah terpasang.InstInstInstInstInstansi ansi ansi ansi ansi : Sebuah lembaga atau organisasi.JJurnalJurnalJurnalJurnalJurnal: Buku rangkuman dalam pembukuan.

Page 150: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

141

KKKKKKalKalKalKalKalori: ori: ori: ori: ori: adalah satuan ukuran untuk energi yang didapatkan tubuhdari makanan seperti dari karbohidrat, protein dan lemak.KapasitKapasitKapasitKapasitKapasitas as as as as : Isi sesuatu rongga, ruang, tempat atau kemampuanseseorang.KKKKKedededededaruraruraruraruraruratatatatatan an an an an : merupakan suatu keadaan kritis yang terjadi dengancepat dimana kehidupan dan atau kesejahteraan suatumasyarakat terancam.KKKKKemampuanemampuanemampuanemampuanemampuan: : : : : adalah penguasaan sumber daya, cara dan kekuatanyang dimiliki masyarakat, sehingga memungkinkan untukmengurangi tingkat risiko bencana dengan caramempertahankan dan mempersiapkan diri, mencegah,menanggulangi, meredam, serta dengan cepat memulihkan diridari akibat bencana. Kapasitas bisa mencakup cara-cara fisik,kelembagaan, sosial atau ekonomi serta karakteristikketrampilan pribadi atau kolektif seperti misalnyakepemimpinan dan manajemen. Kapasitas juga bisadigambarkan sebagai kemampuan (capability).KKKKKemampuan penemampuan penemampuan penemampuan penemampuan penyyyyyesuaian: esuaian: esuaian: esuaian: esuaian: adalah cara orang-orang atau lembaga-lembaga menggunakan sumber daya dan kemampuan yang adauntuk menghadapi akibat-akibat merugikan yang bisamengarah kepada sualu bencana. Secara umum ini mencakuppengelolaan sumber daya baik di waktu-waktu normal, selamakrisis atau kondisi merugikan. Penguatan kapasitaspenyesuaian biasanya memperkuat ketahanan untukmenghadapi dampak-dampak bahaya alam dan bahaya yangdiakibatkan aktivitas manusia.KKKKKerererererentententententanan: anan: anan: anan: anan: adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis,hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik,ekonomi, dan teknologi di suatu wilayah untuk jangka waktutertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam,mencapai kesiapan dan berkurangnya kemampuan untukmenanggapi dampak buruk bahaya tertentu. Untuk faktor-faktor positif yang meningkatkan kemampuan orang untuk

Page 151: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

142

menghadapi bahaya, lihat definisi tentang kapasitas.KKKKKesiapsiagesiapsiagesiapsiagesiapsiagesiapsiagaan: aan: aan: aan: aan: adalah upaya untuk memperkirakan kebutuhan dalamrangka menghadapi situasi kedaruratan dan mengidentifikasikebutuhan sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut.Hal ini bertujuan agar masyarakat mempunyai persiapan yanglebih baik untuk menghadapi bencana.KKKKKeeeeettttterererererbukbukbukbukbukaanaanaanaanaan: Kejelasan sebuah kegiatan, tidak ada yangdisembunyikan.KlKlKlKlKlorin: orin: orin: orin: orin: Unsur kimia yang bisa digunakan untuk membasmi kumanKMPB: KMPB: KMPB: KMPB: KMPB: Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana.KKKKKonflonflonflonflonflik: ik: ik: ik: ik: adalah pertentangan fisik antara dua pihak atau lebih yangmenyebabkan hilangnya hak kelompok masyarakat, timbulnyarasa takut, terancamnya keamanan dan ketentraman,terganggunya keselamatan atau martabat, hilangnya aset danterganggunya keseimbangan kehidupan masyarakat.KKKKKonfronfronfronfronfrontontontontontasi: asi: asi: asi: asi: Pertikaian atau tatap muka.KKKKKorororororban bencanaban bencanaban bencanaban bencanaban bencana: : : : : adalah orang atau sekelompok orang yangmenderita atau meninggal dunia akibat bencana.LLLLLLembagLembagLembagLembagLembaga inta inta inta inta internasionalernasionalernasionalernasionalernasional: : : : : adalah organisasi yang berada dalamlingkup struktur organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa atauyang menjalankan tugas mewakili Perserikatan Bangsa-Bangsa atau organisasi internasional lainnya dan lembaga asingnonpemerintah dari negara lain di luar Perserikatan Bangsa-Bangsa.LINMALINMALINMALINMALINMAS: S: S: S: S: Perlindungan Masyarakat di tingkat Kelurahan.LLLLLSM: SM: SM: SM: SM: Lembaga Swadaya Masyarakat nirlaba yang bergerak dalamberbagai aspek untuk membantu masyarakat.MMMMMMedMedMedMedMediaiaiaiaia Massa Massa Massa Massa Massa: : : : : Fasilitas yang menyampaikan berita dari sumbernyakepada umum, seperti televisi, radio, koran, majalah dll.

Page 152: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

143

MMMMMedededededisisisisis: Fasilitas atau hal yang menyangkut kesehatan ataupengobatan.MitMitMitMitMitigigigigigasiasiasiasiasi: merupakan serangkaian upaya yang dilakukan untukmengurangi risiko bencana, baik secara struktural melaluipembuatan bangunan fisik, maupun nonstruktural melaluipendidikan, pelatihan dan lainnya.MPBI: MPBI: MPBI: MPBI: MPBI: (Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia) Badanyang menampung jaringan organisasi yang bergerak dalambidang penanggulangan bencana di Indonesia.OOOOOORARI: ORARI: ORARI: ORARI: ORARI: Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia.PPPPPPPPPPalalalalalang Merang Merang Merang Merang Merah Indah Indah Indah Indah Indonesia (PMI): onesia (PMI): onesia (PMI): onesia (PMI): onesia (PMI): organisasi independen dan netraldi Indonesia yang kegiatannya di bidang sosial kemanusiaanPPPPPaskaskaskaskaska Ka Ka Ka Ka Konflonflonflonflonflik: ik: ik: ik: ik: Sebuah tahap sesudah perselisihan ataupertentangan.PPPPPemerintemerintemerintemerintemerintah Pusat : ah Pusat : ah Pusat : ah Pusat : ah Pusat : adalah Presiden Republik Indonesia yangmemegang kekuasaan pemerintahan negara RepublikIndonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.PPPPPemerintemerintemerintemerintemerintah Daerah Daerah Daerah Daerah Daerah: ah: ah: ah: ah: adalah gubernur, bupati/walikota, atauperangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahandaerah.PPPPPemulemulemulemulemulihan: ihan: ihan: ihan: ihan: adalah serangkaian usaha untuk mengembalikankondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkenabencana dengan memfungsikan kembali sarana dan prasaranapada keadaan semula atau menjadi lebih baik denganmelakukan upaya rehabilitasi dan rekonstruksi.PPPPPenanggulenanggulenanggulenanggulenanggulangangangangangan bencanaan bencanaan bencanaan bencanaan bencana: : : : : adalah seluruh kegiatan yang meliputiaspek perencanaan dan penanggulangan bencana sebelum,saat dan sesudah terjadi bencana yang mencakup pencegahan,mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan.

Page 153: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

144

PPPPPencegencegencegencegencegahan: ahan: ahan: ahan: ahan: adalah upaya yang dilakukan untuk mencegahterjadinya bencana dan jika mungkin menghilangkan samasekali atau mengurangi ancaman bencana dan cara-cara untukmeminimalkan bencana-bencana lingkungan, tcknologi danbiologi terkait. Tergantung pada kelayakan dari segi sosial danteknis dan pertimbangan biaya/manfaat, melakukan investasitindakan-tindakan pencegahan dibenarkan di kawasan-kawasan yang sering terkena dampak bencana. Dalam kontekspeningkatan kesadaran dan pendidikan publik, merubah sikapdan perilaku yang terkait dengan pengurangan risiko bencanaberperan dalam meningkatkan suatu “budaya pencegahan”.PPPPPengungsian : engungsian : engungsian : engungsian : engungsian : Kegiatan memindahkan orang, hewan atau barangdari suatu tempat yangmengalami ancaman bahaya ke tempatyang aman.PPPPPendendendendendudududududuk tuk tuk tuk tuk terererererkkkkkena bencana/pengungsi:ena bencana/pengungsi:ena bencana/pengungsi:ena bencana/pengungsi:ena bencana/pengungsi: adalah orang atau kelompok-kelompok orang yang telah dipaksa atau terpaksa melarikandiri atau meninggalkan rumah atau tempat tinggal merekasebelumnya sebagai akibat dari atau dampak buruk bencana.PPPPPeringeringeringeringeringatatatatatan dan dan dan dan dini: ini: ini: ini: ini: adalah serangkaian upaya untuk mernberikanperingatan tentang kemungkinan akan hadirnya ancaman yangberpotensi bencana yang disampaikan secara resmi,menjangkau seluruh masyarakat dengan segera, tegas dantidak membingungkan. Sistem peringatan dini terdiri dari saturangkaian hal yaitu: memahami dan memetakan bahaya;memantau dan meramalkan peristiwa-peristiwa yang akansegera terjadi; memproses dan menyebarkan peringatankepada pihak berwenang dan kepada masyarakat; danmelakukan tindakan yang semestinya dan tepat waktuterhadap peringatan.PPPPPengengengengengkkkkkajian/analajian/analajian/analajian/analajian/analisis risikisis risikisis risikisis risikisis risikooooo: : : : : adalah suatu metodelogi untukmenentukan sifat dan cakupan risiko dengan melakukan analisisterhadap potensi bahaya dan mengevaluasi kondisi-kondisikerentanan yang ada yang dapat menimbulkan suatu potensiancaman atau kerugian bagi penduduk, harta benda,penghidupan dan lingkungan tempat mereka bergantung. Prosesuntuk melakukan suatu pengkajian risiko didasarkan pada suatu

Page 154: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

145

tinjauan tentang ciri-ciri teknis bahaya seperti lokasi, dampakkerusakan, frekuensi dan kemungkinan, serta pada analisistentang aspek fisik, sosial dan ekonomi dari kerentanan sekaligusmemberi pertimbangan khusus pada kapasitas penyesuaianyang terkait dengan berbagai bentuk risiko.PPPPPengeengeengeengeengelllllolololololaan risikaan risikaan risikaan risikaan risiko bencana o bencana o bencana o bencana o bencana (disaster risk management) : adalahproses yang sistematis dalam menggunakan keputusan-keputusan administratif, lembaga, ketrampilan operasional dankapasitas untuk menerapkan kebijakan-kebijakan, strategi-strategi dan kapasitas penyesuaian masyarakat dan komunitasuntuk mengurangi dampak bahaya alam dan bencana bencanalingkungan dan teknologi terkait. Ini terdiri dari semua bentukaktivitas, termasuk tindakan-tindakan struktural dan non-struktural untuk menghindarkan (pencegahan) ataumembatasi (mitigasi dan kesiapsiagaan) dampak merugikanyang ditimbulkan bahaya.PPPPPengurengurengurengurengurangangangangangan risikan risikan risikan risikan risiko bencanao bencanao bencanao bencanao bencana: : : : : adalah kerangka kerja konseptual yangterdiri dari elemen-elemen yang dipandang mempunyaikemungkinan untuk meminimalkan kerentanan dan risikobencana di seluruh masyarakat, untuk menghidari (pencegahan)atau membatasi (mitigasi dan kesiapsiagaan) dampakmerugikan yang ditimbulkan bahaya dalam konteks luaspembangunan berkelanjutan. Kerangka kerja penguranganrisiko bencana terdiri dan bidang aksi sebagai berikut:Kesadaran dan pengkajian risiko, termasuk analisis bahaya dananalisis kerentanan atau kapasitas pengembangan pengetahuan,termasuk pendidikan, pelatihan, penelitian dan informasikomitmen Publik dan kerangka kerja institusional, termasuk aksikelembagaan, kebijakan, perundangan dan komunitaspenerapan langkah-langkah, termasuk pengelolaan lingkungan,perencanaan penggunaan lahan dan tata kota, perlindunganfasilitas penting, penerapan sains dan teknologi, kemitraan,jejaring dan instrumen finansial. Sistem peringatan dinitermasuk peramalan, penyebaran peringatan, tindakan-tindakankesiapsiagaan dan kapasitas untuk memberikan reaksi,

Page 155: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

146

PPPPPos-os-os-os-os-pos bantpos bantpos bantpos bantpos bantuan: uan: uan: uan: uan: Beberapa pos yang bisa didirikan oleh masyarakatsendiri atau sumber bantuan untuk membantu masyarakatyang sedang dilanda bencana.PPGD: PPGD: PPGD: PPGD: PPGD: (Penanganan Penderita Gawat Darurat) cara menangani orangyang sedang menderita akibat bencana atau kecelakaan dll.PrPrPrPrPrasarasarasarasarasaranaanaanaanaana: : : : : Fasilitas penting yang dibutuhkan masyarakat sepertilistrik, telepon, gas, dll.PrioritPrioritPrioritPrioritPrioritas: as: as: as: as: Yang terpenting, hal terpenting atau apa saja yang palingpenting.RRRRRRRRRRadadadadadio Antio Antio Antio Antio Antar Par Par Par Par Pendendendendendudududududuk Induk Induk Induk Induk Indonesia (RAPT): onesia (RAPT): onesia (RAPT): onesia (RAPT): onesia (RAPT): Sebuah organisasi sosialnirlaba yang beranggotakan pengguna perangkat radio.RRRRRaaaaawwwwwan Bencanaan Bencanaan Bencanaan Bencanaan Bencana: : : : : adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis,hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik,ekonomi dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktutertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam,mencapai kesiapan dan mengurangi kemampuan untukmenanggapi dampak buruk bahaya tertentu.RRRRRehabilehabilehabilehabilehabilitititititasi: asi: asi: asi: asi: adalah serangkaian program kegiatan yang terencana,terpadu dan menyeluruh yang dilakukan setelah kejadianbencana guna membangun kembali masyarakat yang terkenabencana melalui pemulihan kesehatan, mental, spiritual,penguatan kesadaran masyarakat akan kerawanan bencana;pengurangan tingkat kerawanan bencana; pemulihanekonomi; pemulihan hak-hak masyarakat; pemulihanadministrasi pemerintahan; dan integrasi kegiatan pemulihandampak bencana.RRRRRekekekekekonstonstonstonstonstrukrukrukrukruksisisisisi: : : : : adalah serangkaian program kegiatan yang terencana,terpadu dan menyeluruh yang dilaksanakan dalam jangkamenengah dan jangka panjang untuk mencapai kondisi lebihbaik seperti sebelum terjadinya bencana yang meliputipembangunan kembali sarana dan prasarana dasar sepertipembangunan air bersih, jalan, listrik, puskesmas, pasar,

Page 156: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

147

telekomunikasi, sarana sosial masyarakat dan lingkungan hidup.RRRRResusitesusitesusitesusitesusitasi jantasi jantasi jantasi jantasi jantung-ung-ung-ung-ung-paru (Carparu (Carparu (Carparu (Carparu (Cardddddio-Pulio-Pulio-Pulio-Pulio-Pulmonary Rmonary Rmonary Rmonary Rmonary Resuscitesuscitesuscitesuscitesuscitatatatatation - CPR):ion - CPR):ion - CPR):ion - CPR):ion - CPR):merupakan cara pertolongan pertama yang dapat dilakukanpada pasien atau korban yang mengalami henti jantung-paruagar korban tetap hidup serta kerusakan otak dapat dicegah.sambil menunggu datangnya pertolongan medis.RisiRisiRisiRisiRisikkkkko bencanao bencanao bencanao bencanao bencana: : : : : adalah prakiraan/kemungkinan potensi kerugianyang ditimbulkan oleh bencana pada suatu wilayah dalamkurun waktu tertentu seperti kematian, luka, sakit, jiwaterancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan ataukehilangan harta dan gangguan kegiatan masyarakat. Secarakonvensional risiko dinyatakan dalam persamaan Risiko =Bahaya x Kerentanan. Sejumlah disiplin ilmu juga mencakupkonsep keterpaparan untuk secara khusus merujuk pada aspekkerentanan fisik. Lebih dari sekedar mengungkapkankemungkinan adanya kerugian fisik, sangat penting untukmengakui bahwa risiko-risiko dapat bersifat melekat ataudapat diciptakan atau ada dalam sistem-sistem sosial. Pentinguntuk mempertimbangkan konteks sosial dimana risiko terjadidan oleh karenanya penduduk tidak mesti mempunyai persepsiyang sama tentang risiko dan akar-akar penyebabnya.SSSSSSanitSanitSanitSanitSanitasi: asi: asi: asi: asi: Kebersihan suatu sarana umum atau kebersihan pribadi.SSSSSAR (SearAR (SearAR (SearAR (SearAR (Search and Rch and Rch and Rch and Rch and Rescue): escue): escue): escue): escue): Lembaga atau kegiatan untuk mencaridan menyelamatkan orang, hewan atau barang akibat bencana.SarSarSarSarSarana : ana : ana : ana : ana : Fasilitas atau bangunan untuk memudahkan suatu kegiatan.SSSSSAAAAATTTTTGGGGGAAAAAS PB : S PB : S PB : S PB : S PB : Satuan Tugas Penanggulangan Bencana di tingkatKecamatan.SodSodSodSodSodium Hyium Hyium Hyium Hyium Hydddddrrrrrochlochlochlochlochloritoritoritoritorite: e: e: e: e: Unsur kimia yang biasanya digunakan untukpemutih pakaian seperti Bayclin yang bisa digunakan sebagaidisinfektan air.SSSSSyyyyyok: ok: ok: ok: ok: Kondisi tubuh yang bisa menyusul cedera parah. Kondisi ini

Page 157: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

148

bisa membahayakan seseorang apabila tidak langsung dirawat.TTTTTTTTTTanggangganggangganggap dap dap dap dap darurarurarurarurarurat : at : at : at : at : adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengansegera setelah kejadian bencana untuk menangani dampakburuk yang ditimbulkan yang mencakup kegiatan penyelamatanmasyarakat terkena bencana, harta benda, evakuasi, pemenuhankebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsian,pemulihan sarana dan pelayanan kritis.TTTTTrrrrransakansakansakansakansaksi: si: si: si: si: Suatu kejadian dimana dua pihak atau lebih melakukanpersetujuan, pemberian atau penerimaan sesuatu.TTTTTrrrrraumaaumaaumaaumaauma: : : : : adalah cedera yang terjadi pada batin dan tubuh akibatsuatu peristiwa tertentu.TTTTTriage : riage : riage : riage : riage : kegiatan pemilahan korban-korban menurut kondisinyadalam kelompok untuk mengutamakan perawatan bagi yangpaling membutuhkan.VVVVVVVVVVektektektektektor : or : or : or : or : adalah agen pembawa penyakit seperti lalat, nyamuk, kutudan tikus, dimana penyebab wabah penyakit dan kematiandalam banyak situasi bencana.YYYYYYYYYYodododododium : ium : ium : ium : ium : adalah salah satu unsur gizi yang penting bagi kesehatanorang.Sumber : www.mpbi.orgwww.peduli-bencana.or.idUndang Undang Nomor 24 Tahun 2007TentangPenanggulangan Bencana

Page 158: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

149

BIODATA PENULIS

Drs. Gunawan, lahir di Yogyakarta 12 April 1956. Menamatkanprogram S1 di Fakultas Ilmu Sosial Politi Universitas GajahMada Yogyakarata pada tahun 1986. Jabatan peneliti: PenelitiMuda Bidang Kesejahteraan Sosial di Pusat Penelitian danPengembangan Kesejahteraan Sosial, Badan Pendidikan danPenelitian Kesejahteraan Sosial, Departemen Sosial RI.Penelitian yang pernah dilakukan meliputi topik-topik yangberkaitan dengan: permasalahan kemiskinan, AccesibilityProblems to Panti’s and Vocational Rehabilitation ServiceDesentralization in Indonesia, Studi Pengembangan PantiRehabilitasi Sosial Korban Napza, Studi Penataan Panti di DKIJakarta, Profesionalisasi Organisasi Sosial, Anak Jalanan, StudiTentang Kesiapan Daerah Dalam Pelaksanaan Strategi danPelayanan Sosial Bagi Anak Jalanan di Era DesentralisasiPembinaan Kesejahteraan Anak, Penanganan Anak TerlantarBerbasis Kekerabatan, Pengembangan Model PemberdayaanRemaja Melalui Karang Taruna, Dampak SosialPengembangan Kawasan Industri, Kemiskinan di KawasanIndustri, Tanggung Jawab Sosial Industri, PermasalahanKesenjangan Sosial, Penanganan Masalah Perumahan danPemukiman Kumuh, dan Pemberdayaan Sosial KeluargaPasca Bencana Alam.Haryati Roebyantho, lahir 7 April 1956 di Tondano, Sulawesi Utara.Sarjana pada Program Studi Sosiatri Fisipol UGM lulus tahun1984. Mengawali karirnya sebagai Pegawai Negeri Sipil(PNS) di Departemen Sosial sejak tahun 1986. Jabatanpeneliti: Peneliti Muda Bidang Kesejahteraan Sosial di PusatPenelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, BadanPendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial, DepartemenSosial RI. Kursus dan pendidikan yang pernah diikuti antaralain: Diklat Statistik yang diselenggarakan UNDP kerjasamadengan Departemen Sosial, Pelatian peneliti dengan LIPI,

Page 159: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

150

Pelatian Peningkatan Kemampuan Tenaga Peneliti oleh FISIPUI. Penelitian yang pernah dilakukan: Tentang PelayananKesejahteraan Anak, Kesejangan Anak, Permasalahan Anakdan Pengungsi Wanita, Management Organisasi Sosial diLima Provinsi, Efektifitas Pelaksanaan KUBE Fakir Miskin,Karang Taruna, Peranan Wanita di Beberapa Provinsi,Permasalahan Kesos Pasca Penutupan Lokalisasi WTS diBeberapa Kota Besar di Indonesia, Penyediaan AksesibilitasBagi Penyandang Cacat di Lima Provinsi, Faktor PenghambatPerkembangan Potensi Sosial Masyarakat Lokal di DaerahMiskin, Studi Implementasi Kebijakan AksesibilitasPenyandang Cacat, dan Penanganan Masalah Perumahan danPemukiman Kumuh, dan Pemberdayaan Sosial KeluargaPasca Bencana Alam.Sugiyanto, S.Pd.,M.Si., lahir di Tawangharjo 8 Januari 1961.Magister Sains Program Studi Ilmu Administrasi KonsentrasiAdministrasi dan Kebijakan Publik, KekhususanPengembangan Masyarakat (S2), diperoleh dari UniversitasMuhammadiyah Jakarta (2005) dan S1 (Sarjana PendidikanMoral Pancasila dan Kewargaan Negara) diperoleh dariSekolah Tinggi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (STPIPS)YAPSI Jayapura (1994). Jabatan peneliti: Peneliti MudaBidang Kesejahteraan Sosial di Pusat Penelitian danPengembangan Kesejahteraan Sosial, Badan Pendidikan danPenelitian Kesejahteraan Sosial, Departemen Sosial RI. Aktifmengikuti kegiatan penelitian bidang kesejahteraan sosial,dan berbagai seminar permasalahan sosial di Indonesia.Beberapa hasil penelitiannya telah diterbitkan, baik secaramandiri maupun kelompok, dan tulisanya pernah diterbitkandi JURNAL maupun INFORMASI.Ir. Ruaida Murni, menamatkan program S1 dari FakultasPeternakan Universitas Jambi, Saat ini menjabat sebagaiPeneliti Muda Pada Puslitbang Kesejahteraan Sosial.Penelitian yang pernah dilakukan antara lain meliputi:

Page 160: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

151

Peranan Pelayanan dan Bantuan Sosial Proyek Atma BrataCCF Terhadap Kesejahteraan Sosial Keluarga Miskin diKecamatan Cilincing. Pengembangan Metode dan TeknihPenyuluhan dan Bimbingan Sosial Masyarakat Perkotaan danPedesaan. Kebutuhan Pelayanan Kesejahteraan Sosial diKawasan Industri. Metode dan Teknik Pelayanan Anak PadaKelompok Bermain dan Taman Pemnitipan Anak.Permasalahan Sosial Migran Perkotaan di Propinsi Riau.Penelitian Kemandirian Penerima Pelayanan Panti SosialAsuhan Anak dan Panti Sosial Bina Netra. Model RehabilitasiSosial Penyalahguna Nafza di Beberapa Institusi Swasta.Pengembangan Uji Coba Model Pemberdayaan RemajaMelalui Karang Taruna, Akreditasi Panti, Uji Coba ModelPengentasa Anak Terlantar Melalui Kekerabatan, PenelitianPergeseran Pola Relasi Gender Ex TKW, Penanganan MasalahPerumahan dan Pemukiman Kumuh, dan PemberdayaanSosial Keluarga Pasca Bencana Alam, dll.

Page 161: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

152

IndexAAngin puting beliungAfeksiAktivitasAktivitas TektonikAktivitas vulkanikAlfred L wegenerAsetAwan CumulusnimbusAvoid and FaceAksi BeijingAlternativeAttitudeBBanjirBencanaBargaining positionBenanainBeluBibit siklonBody magnetisCCapacityCreeping disasterCircum PasiftkClothingCampynChambersCycloopContinent Drift

DDaerah rawan bencana alamDavid C KortenDebit airDemo grafiDeprivasiDevelopmentDisaster ManagementDisadvantagesDisasterDistribusiDiskriptifDrs. Achmad Zakir, AhMGDroughDuboisDASDeklarasi HyogoDegradasiDiprediksiEEarthquakeEksploitasiEmergency ResponseEmergency ShelterEmpoweringEmpatiEnablerEnergiEpisenterErosiEmpowermentEco-development

Page 162: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

153

FFacing DisasterFenomenaFenomenaFlash FloodFirman AMG,FoodForestForumFridmannFungsionalGGeologiaGerak alamGempa bumiGuideGuru KinayanGunung TalangGeofisikaGenevaGerunganHHamiltonHazardHidrologiHormin TumanggorHumanismHyogoH Eddy SyofianIIdiologiIfe

InformanInstrumentalIntelektualInteraksionalInterviewIjonIsolationIssuIndividual perspectiveinstitutional perspectiveIndirect ServicesJJalur perambatanJejaringKKarakteristikKarakleristik Bencana AlamKaroKabupaten X kotoKeberdayaan sosial keluargaKelembagaanKekeringanKerentananKerugian materialKetidakberdayaanKetidakberuntunganKisaran anginKolektifKonteksKondisi GeometrisKontribusiKulturKerangka Aksi Hyogo

Page 163: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

154

LLandslide lorongkawahMMaurice ArnoldMedicineMaterialMamarMezak A RatagMellenium Developmen Goals(MDGs)MerefleksikanMetodeMileyMengurangi Resiko BencanaMitigationNNeedsOOakleyObservasiOne group pretestPPapalelePatahanPatahan AngkolaPatahan ToruPatahan RenunPartisipatifPeat FirePeta Seismik

Pergerakan magmaPowerless, PowerfullPersepektifPergeseran lempeng bumiPerlindunganPranarka,Pre-testPreparationPovertyProses tumbukanProdiksiProtabProvesiPsychological RecoveringPoskoPoskoBanjirPost-testPost structural perspectiveRrekahan resiko bencanRecoveryRekonstruksiReconstructionRehabilitationRelief WokerRenge TimeRange SpaceRiskReproduksiResiprokalitasRekreatifRerataRepodoksiRobert J. Kodoatie

Page 164: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

155

Roestam SjariefRudolf M PardedeRumah panggungSSabuk bumiSaler PlaceSkala richterSkorSesarsesar opakSedimentasiSeismografSegmen patahanSiklonSlow onset FloodSistematikSiklusSosialisasiSupportSusteranSustainableSubyekSubduksiSungai BenanainSupermarket of HazardStructural perspectiveStimulantTTanah longsorTapal KudaTataruang pemukimanTrust

TsunamiTanggap DaruratTeknologiTerfokusTopografiTektonikTaganaTreatmentUUjicobaUrban FiresUNHCRUS Geolocigal SurveyVVegetasiVocationVulnerabilityVulkanikVolcanovulnerebilityWWilliam Nick CarterYYogyakartaZZone

Page 165: UJICOBA MODELPEMBERDAYAAN SOSIALKELUARGA …

ISBN : 978-602-8427-06-7

DEPARTEMEN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PENELITIAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

TAHUN 2OO8

Model Pemberdayaan Sosial Keluarga Pasca

Bencana Alam yang telah disusun Puslitbang

Kesejahteraan Sosial pada tahun 2007

merupakan salahsatu upaya alternatif untuk meningkatkan

kesiapsiagaan masyarakat dalam penanggulangan bencana

alam yang diujicobakan di dua lokasi (Bondowoso-Jwa

Timur dan Belu-Nusa Tenggara Timur). Model yang

diujicobakan memperoleh respon yang positif dari

masyarakat, tokoh masyarakat, dan instansi sektor, namun

ujicoba ini masih berskala kecil yaitu di dua wilayah.

Optimalisasi hasil dari model peningkatan kesiapsiagaan

masyarakat dalam penanganan bencana alam perlu di

ujicobakan di daerah lain sebagai uji pemantapan model.

Dalam kerangka perluasan cakupan pelayanan akan

mempunyai makna yang besar jika uji pemantapan model ini

dipadukan dengan program dari Unit Teknis Direktorat

Penanganan Bencana Alam, dan unit lain yang mempunyai

komitmen dalam pengembangan masyarakat (khususnya

keluarga) di lingkungan Departemen Sosial RI.