Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

130
BAB I KETENTUAN UMUM 1.1. Istilah dan Definisi 1. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. 2. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan utilitas. 3. Perumahan swadaya adalah rumah dan atau perumahan yang dibangun atas prakarsa dan upaya masyarakat baik perorangan atau berkelompok. 4. Kawasan perumahan adalah bagian dari kawasan per-mukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan yang terdiri atas kelompok rumah dalam provinsi dan/atau kabupaten/kota yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana dasar lingkungan. 5. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal/lingkungan hunian (kawasan yang didominasi oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal) 1

Transcript of Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Page 1: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

BAB I

KETENTUAN UMUM

1.1. Istilah dan Definisi

1. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.

2. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan utilitas.

3. Perumahan swadaya adalah rumah dan atau perumahan yang dibangun atas prakarsa dan upaya masyarakat baik perorangan atau berkelompok.

4. Kawasan perumahan adalah bagian dari kawasan per-mukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan yang terdiri atas kelompok rumah dalam provinsi dan/atau kabupaten/kota yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana dasar lingkungan.

5. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal/lingkungan hunian (kawasan yang didominasi oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal) dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

6. Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber-daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerin-

7. Rencana tata bangunan dan lingkungan (RTBL) adalah rencana teknik ruang kawasan yang digunakan untuk pengendalian pemanfaatan ruang suatu lingkungan/ kawasan, menindaklanjuti rencana detail tata ruang dan sebagai panduan dalam rangka perwujudan kualitas bangunan dan lingkungan yang berkelanjutan dari aspek

1

Page 2: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

fungsional, sosial, ekonomi dan lingkungan bangunan termasuk ekologi dan kualitas visual.

8. Konsolidasi tanah perumahan dan permukiman adalah upaya penataan kembali penguasaan, penggunaan dan pemilihan tanah oleh masyarakat pemilik melalui usaha bersama untuk membangun perumahan kawasan khusus dan penyediaan kaveling tanah matang yang ditetapkan Kepala Daerah sesuai dengan rencana tata ruang rinci.

9. Kawasan siap bangun (Kasiba) adalah sebidang tanah yang fisiknya telah dipersiapkan untuk pembangunan perumahan dan permukiman skala besar yang terbagi dalam satu lingkungan siap bangun atau lebih yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dengan lebih dahulu dilengkapi dengan jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungan sesuai dengan rencana tata ruang lingkungan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan memenuhi persyaratan pembakuan pelayanan prasarana dan sarana lingkungan.

10. Lingkungan siap bangun (Lisiba) adalah sebidang tanah yang merupakan bagian dari Kasiba yang telah dipersiapkan dan dilengkapi dengan prasarana lingkungan dan selain itu juga sesuai dengan prasyarat pembakuan tata lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan pelayanan lingkungan untuk membangun kaveling tanah matang.

11. Lisiba yang berdiri sendiri (Lisiba BS) adalah Lisiba yang bukan merupakan bagian dari Kasiba, yang dikelilingi oleh lingkungan perumahan yang sudah terbangun atau dikelilingi oleh kawasan dengan fungsi-fungsi lain.

12. Kaveling tanah matang (KTM) adalah sebidang tanah yang telah dipersiapkan sesuai dengan persyaratan pembakuan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan tanah dan rencana tata bangunan dari lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian untuk membangun bangunan.

13. Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan

2

Page 3: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

14. Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang, yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.

15. Jaringan primer prasarana kawasan adalah jaringan utama yang menghubungkan antar satuan perumahan dalam kawasan perumahan atau antara kawasan perumahan dengan kawasan lain dan digunakan untuk kepentingan umum, baik berupa prasarana jalan darat maupun jalan air.

16. Jaringan sekunder prasarana kawasan adalah jaringan cabang dari jaringan primer prasarana kawasan perumahan yang melayani kebutuhan didalam satu satuan perumahan yang digunakan untuk kepentingan umum.

17. Jaringan tersier prasarana kawasan adalah jaringan cabang dari jaringan sekunder prasarana kawasan perumahan yang melayani kebutuhan ke masing-masing rumah yang digunakan untuk kepentingan umum.

18. Utilitas adalah sarana penunjang untuk pelayanan perumahan yang meliputi sarana air bersih, listrik, telepon, dan gas.

19. Rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman di daerah (RP4D) adalah rencana pembangunan dan pengembangan bidang perumahan dan permukiman yang disusun dan ditetapkan berdasarkan peraturan daerah dan dilaksanakan oleh daerah.

20. Konsolidasi tanah perumahan dan permukiman adalah upaya penataan kembali penguasaan, penggunaan dan pemilihan tanah oleh masyarakat pemilik melalui usaha bersama untuk membangun perumahan kawasan khusus dan penyediaan kaveling tanah matang yang ditetapkan Kepala Daerah sesuai dengan rencana tata ruang rinci.

21. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah izin yang

3

Page 4: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

diberikan oleh pemerintah daerah untuk mendirikan fisik bangunan rumah secara fisik diatas tanah/KTM.

22. Stimulan untuk perumahan swadaya adalah sejumlah bantuan dari pemerintah (pusat dan daerah) yang diberikan kepada masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dalam bentuk stimulan dana dan atau fisik prasarana sarana utilitas, dan atau dalam bentuk lainnya.

23. Dana tanggungjawab sosial perusahaan (corporate social responsibility / CSR) adalah dana yang bersumber dari badan usaha swasta untuk pembangunan lingkungan disekitar-nya sebagai bagian tanggungjawab sosial perusahaan.

24. APBN adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

25. APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota).

26. Kredit pembangunan rumah sederhana sehat milik (KPRS) adalah pembiayaan pembangunan rumah secara swadaya dengan fasilitas kredit yang disediakan bank pelaksana atau lembaga keuangan lainnya yang beroperasi dengan prinsip konvensional dan atau syariah.

27. Masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) adalah keluarga adalah rumah tangga yang berpenghasilan sampai dengan Rp 2.500.000,- per bulan.

28. Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) adalah organisasi masyarakat yang dibentuk, dimiliki, dan dikelola oleh masyarakat yang berfungsi sebagai wadah masyarakat dalam mencapai tujuannya.

29. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang perorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

30. Lembaga Keuangan Mikro/Lembaga Keuangan Non Bank (LKM/LKNB) adalah lembaga keuangan yang berstatus badan hukum sebagai penanggung jawab

4

Page 5: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

pemberian stimulan untuk perumahan swadaya kepada MBR, antara lain koperasi, baitul mal wattamwil (BMT), pegadaian.

31. Rumah Inti Tumbuh (RIT) adalah rumah yang hanya memenuhi standar kebutuhan minimal rumah.

32. Pembangunan rumah baru adalah kegiatan pembuatan bangunan rumah yang dimulai dari penyediaan lahan kosong, bangunan rumah layak untuk dihuni, dan penghuniannya

33. Perumahan Swadaya adalah Rumah dan atau perumahan yang dibangun atas upaya dan prakarsa masyarakat, baik sendiri maupun secara kerkelompok.

34. Pembangunan Baru Perumahan Swadaya adalah Rumah atau perumahan yang dibangun atas prakrasa dan upaya masyarakat baik secara berkelompok maupun secara sendiri-sendiri yang penanganannya diarahkan terutama pada kawasan-kawasan pengembangan baru perumahan.

35. Pembangunan baru perumahan swadaya di daerah perdesaan adalah pembangunan baru perumahan swadaya yang dilaksanakan di lokasi yang memiliki ciri dan tipologi perdesaan guna mendukung kawasan terpilih pusat pengembangan desa.

36. Badan Permusawaratan Desa (BPD) adalah suatu lembaga yang dibentuk berdasarkan hasil musyawarah desa.

1.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran :

Maksud dari disusunnya petunjuk teknis (Juknis) pelaksanaan pembangunan baru perumahan swadaya di daerah perdesaan adalah menyediakan petunjuk teknis mengenai tata-cara pembangunan baru perumahan swadaya serta langkah-langkah kegiatan dalam pembangunan baru secara swadaya oleh masyarakat di daerah perdesaan. Juknis beserta instrumen sejenis Juklak (Petunjuk

5

Page 6: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Tujuan dari petunjuk teknis pembangunan baru perumahan swadaya di daerah perdesaan adalah terselenggaranya tata cara teknis pembangunan baru rumah secara swadaya sehingga memenuhi kebutuhan perumahan bagi masyarakat, terutama MBR, untuk dimiliki atau untuk disewa dapat terpenuhi, baik melalui perorangan dan atau kelompok di daerah perdesaan.

Sedangkan sasaran dari Petunjuk teknis ini memiliki 2 jenis :

Sasaran struktural ;

Menjadikan program pembangunan baru perumahan swadaya sebagai instrumen kebijakan yang dapat digunakan instansi terkait di pusat dan kota/kabupaten untuk mendukung upaya pemenuhan kebutuhan perumahan masyarakat terutama MBR secara swadaya.

Sasaran fungsional :

Tercapainya sinergi, integrasi, dan koordinasi yang mendukung penyelenggaraan pembangunan baru perumahan swadaya yang melibatkan para pelaku di tingkat Pusat, Kabupaten, Kecamatan dan Desa dalam memenuhi kebutuhan perumahan terutama bagi MBR.

1.3. Ruang Lingkup

1. Pembangunan baru perumahan swadaya di kawasan perdesaan adalah pembangunan baru perumahan swadaya yang dilaksanakan di lokasi yang memiliki ciri dan tipologi perdesaan guna mendukung kawasan terpilih pusat pengembangan desa.

2. Mengacu pada kriteria ekonomi dalam merumuskan tipologi desa yaitu desa pertanian, desa perkebunan, desa perikanan, desa peternakan, desa pertambangan, desa pariwisata, desa industri, dan lain-lainnya.

3. Diarahkan mendukung pengembangan potensi unggulan perdesaan yaitu, misalnya : Desa Agribisnis, Desa

6

Page 7: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Agroindustri, dan Desa Agrowisata.

4. Pembangunan baru perumahan swadaya di daerah perdesaan dilaksanakan di lokasi yang sudah memiliki perencanaan peruntukannya atas dasar pertimbangan terhadap kearifan lokalnya maupun atas dasar ksesuaian dengan rencana tata ruang kawasan perdesaan yang terintegrasi dengan tata ruang pada kawasan disekitarnya.

5. Pembangunan baru perumahan swadaya di daerah perdesaan dilandasi oleh fungsi rumah sebagai tempat hunian, pendidikan maupun sebagai tempat persemaian budaya yang terkait erat dengan karakteristik kawasan perdesaan.

6. Pembangunan baru perumahan swadaya di daerah perdesaan selain mengacu secara generik pada Pola Pembangunan Perumahan Perdesaan juga diarahkan dapat memanfaatkan standar bangunan Rumah Inti Tumbuh (RIT) sebagai bentuk alternative yang menunjukkkan proses pembangunan yang terkait dengan kemampuan keuangan yang tersedia.

1.4. Kelompok Sasaran

1. Pembangunan Baru Perumahan Swadaya dapat dilakukan oleh masyarakat umum yang membutuhkan rumah.

2. Masyarakat yang memperoleh bantuan/stimulan dari pemerintah dan pihak lainnya dengan ketentuan :

Bekerja di sektor informal dan berpotensi tidak layak memperoleh kredit/pinjaman dari bank (unbankable).

Memiliki penghasilan harian atau mingguan atau bulanan dengan rata-rata penghasilan sesuai dengan ketentuan besaran penghasilan dari kelompok MBR.

Kemampuan pengembalian bantuan/stimulan mengacu pada ketentuan yang berlaku.

7

Page 8: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

1.5. Acuan Normatif :

A. Arah Kebijakan

1. Undang-undang Dasar NKRI -1945, pasal 28 H Amandemen UUD 1945;

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria;

3. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman;

4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup;

5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

6. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;

7. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

8. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

B. Landasan Operasional

1. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Daerah Otonom;

8

Page 9: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

5. Keputusan Menteri Perumahan dan Permukiman selaku Ketua BKP4N Nomor 09/KPTS/M/1999 tentang RP4D;

6. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 02/PERMEN/M/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Perumahan Rakyat;

7. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 01/PERMEN/M/2006 tentang Pengadaan Perumahan dan Permukiman dengan Dukungan Fasilitasi Subsidi Perumahan melalui KPR/KPRS Syariah Bersubsidi;

8. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 08/Permen/M/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberian Stimulan untuk Perumahan Swadaya Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Melalui Lembaga Keuangan Mikro/Lembaga Keuangan Non Bank;

9. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 12/PERMEN/M/2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 05/PERMEN/M/2005 Pengadaan Perumahan dan Permukiman dengan Dukungan Fasilitasi Subsidi Perumahan melalui KPR/KPRS Bersubsidi;

10. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 05/PERMEN/M/2007 tentang Pengadaan Perumahan dan Permukiman dengan Dukungan Fasilitas Subsidi Perumahan melalui KPRS/KPRS Mikro Bersubsidi;

11. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 06/PERMEN/M/2007 tentang Pengadaan Perumahan dan Permukiman dengan Dukungan Fasilitas Subsidi Perumahan melalui KPRS/KPRS Mikro Syariah Bersubsidi;

12. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 06/PERMEN/M/2007 tentang Pedoman Pembangunan Perumahan Swadaya;

13. Keputusan Menteri Koperasi dan Pengusaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 351/Kep/M/XII/ 1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi;

9

Page 10: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

14. Keputusan Menteri Koperasi dan Pengusaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/M.KUKM/ IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keungan Syariah;

15. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 403/KPTS/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat;

C. Acuan Teknis :

a. PUBI-1982, Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia;

b. SNI 03-2835-1992, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Persiapan dan Pekerjaan Tanah untuk Bangunan Sederhana;

c. SNI 03-2836-1992, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Pondasi Batu Belah untuk Bangunan Sederhana;

d. SNI 03-2837-1992, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Tembok dan Plesteran untuk Bangunan Sederhana;

e. SNI 03-2840-1992, Tata Cara Pengerjaan Lembaran Asbes Semen untuk Penutup Atap pada Bangunan Rumah dan Gedung;

f. SNI 03-2435-1994, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Penutup Langit-langit untuk Bangunan dan Gedung;

g. SNI 03-3242-1994, Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman;

h. SNI 03-3434-1994, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Kayu untuk Bangunan dan Gedung;

i. SNI 03-3436-1994, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Atap Untuk Bangunan dan Gedung;

j. SNI 05-1994, Tata Cara Perancangan Penerangan

10

Page 11: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Alami Siang Hari untuk Rumah dan Gedung;

11

Page 12: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

BAB II

PERSAYARATAN PEMBANGUNAN RUMAH

2.1. Persyaratan Administrasi :

Sesuai dengan Pasal 4 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman dikatakan bahwa penataan perumahan dan permukiman bertujuan untuk :

1. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.

2. Mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak huni dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur.

Untuk itu, untuk menunjang kepentingan publik dan sekaligus memperkuat kewenangan pemerintah daerah termasuk pemerintahan desa beserta perangkatnya, diperlukan persyaratan administrasi supaya penyelenggaraan pembangunan baru perumahan swadaya di perdesaan oleh masyarakat dapat akomodatif terhadap peraturan perundangan dan ketentuan yang berlaku,

Penyelenggaraan pembangunan baru ini akan menyangkut persyaratan administrasi dari aspek makro, yaitu berupa persyaratan lokasi dan dari aspek mikro akan menyangkut persyaratan bangunan rumah itu sendiri.

Ketentuan normatif dari persyaratan dimaksud diatas, adalah sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang dikembangkan oleh pemerintah daerah dimana lokasi dan bangunan berada.

Kandungan materi persyaratan administrasi akan dikanalisasi melalui format perijinan sebagaimana tersebut dibawah ini

Perijinan lokasi

Perijinan mendirikan bangunan (IMB)

Adapun materi beserta mekanisme pengaturannya adalah sebagaimana tersebut pada lampiran.

12

Page 13: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Dalam pelaksanaannya, selama proses perijinan masih berjalan dapat diterbitkan ijin prinsip yang sifatnya berupa kegiatan persiapan pembangunan seperti membuat tanda, melokalisisasi lokasi, melakukan pemasangan rencana dilapangan, membuat rencana kerja, koordinasi dan lain sebagainya,

Disisi lain, untuk mengoptimalkan potensi dari berbagai pelaku maupun sumberdaya yang ada, pemilihan lokasi terkait pada mekanisme pokja (Kelompok Kerja) yang dibentuk secara berjenjang disetiap tingkatan kepemerintahan (provinsi, kabupaten, kecamatan dan desa). Optimasi pokja ini perlu didukung oleh kelompok kader maupun kelompok penggerak lainnya seperti LSM, Perguruan Tinggi, Tokoh Masyarakat dan lain-lainnya.

2.2. Persyaratan Teknis :

Persyaratan teknis yang dikembangkan sejalan dengan persyaratan administrasi yang melandasinya secara prosedural.

A. Persyaratan Teknis Lokasi :

a. Pola pembangunan :

Pola pembangunan ini mensyaratkan secara teknis berupa pembangunan secara sendiri-sendiri atau berkelompok (cluster) yaitu berupa rumah tunggal atau sekelompok perumahan bersama dengan PSU-nya.

Pola dimaksud, memerlukan persyaratan teknis yang berlainan :

Bangunan rumah tunggal memerlukan perijinan lokasi (advice planning) sesuai perencanaan tapak (site) yang ada.

Perumahan beserta PSU-nya akan mengacu pada pendekatan perumahan skala besar sehingga memerlukan perijinan lokasi (advice planning) yang lebih kompleks dan memerlukan

13

Page 14: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

perencanaan masterplan atau site planning dalam rangka mewadahi pembangunan cluster beserta PSU-nya, Bilamana diperlukan terutama untuk perumahan skala besar memerlukan perijinan Amdal.

b. Instrumen :

Persyaratan teknis lokasi terutama untuk pembangunan mengelompok (cluster) maupun bersifat tunggal diarahkan dapat dilengkapi dengan instrumen sebagaimana tersebut dibawah ini :

Pembangunan baru perumahan swadaya di kawasan perdesaan perlu dilandasi oleh ketentuan normatif yang berlaku seperti tata ruang, RP4D, dan ketentuan lainnya yang lebih rinci sepanjang kondusif dan tidak kontra-produktif.

Selama instrumen dimaksud belum ada, persyaratan teknis akan mengacu pada pada persyaratan kandungan yang terdapat pada kearifan lokal daerahnya antara lain : pola tata letak bangunan dan lingkungannya, langgam arsitektur, nilai atau norma dan kebiasaan dimasyarakat dan lain sebagainya seperti proses gotong royong

Kandungan lokal dan persyaratan normatif diarahkan menjadi satu kesatuan paket untuk mengatur secara optimal dalam pemilihan lokasi.

Advice planning untuk lokasi sebagaimana ketentuan diatas adalah mengacu pada hal-hal tersebut dibawah ini, yaitu berupa rencana siteplan. Rencana Tapak Bangunan; dalam merencanakan tapak bangunan harus diperhatikan peraturan daerah setempat yang menyangkut beberapa hal sebagai berikut:

Luas kaveling minimum;

Lebar muka kaveling minimum;

Panjang deret kaveling;

14

Page 15: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Koefisien dasar bangunan (KDB);

Koefisien lantai bangunan (KLB);

Ketinggian bangunan maksimum;

Ketentuan dalam peraturan daerah setempat diarahkan mengacu pada ketentuan umum untuk rumah sederhana sebagai berikut:

Luas lahan efektif minimal antara 72 m2 sampai dengan 90m2 khususnya dipersyaratkan di kawasan yang mencirikan kegiatan perkotaan namun bukan pusat kota;

Lebar muka kaveling minimal 6m atau 7.5m;

Untuk mengantisipasi kebakaran, panjang deretan kaveling maksimal 75m, kurang lebih 10 kaveling dengan ukuran lebar kaveling 7,5m atau 12 kaveling untuk lebar muka kaveling 6m;

Bagian kaveling yang tertutup bangunan rumah maksimum 60% dari luas kaveling atau sesuai dengan Peraturan Daerah setempat;

Koefisien lantai bangunan 1,2.

B. Persyaratan Teknis Bangunan

a. Rancangan Bangunan; untuk bangunan rumah sebaiknya dirancang untuk memenuhi kebutuhan ruang bagi penghuninya terlebih dahulu dengan mempertimbangkan segala persyaratan kesehatan dan memenuhi kebutuhan dasar minimal suatu rumah. Sedangkan kebutuhan dari sisi sosial, budaya maupun ekonomi menjadi pertimbangan berikutnya. Selain itu pertimbangan akan ketercukupan biaya juga menjadi bahan pertimbangan khusus yang akan menentukan kualitas rumah yang terbangun.

b. Pelaksanaan pembangunan bangunan rumah mengikuti ketentuan tentang bangunan Rumah Sederhana Sehat (RsH) dan bangunan Rumah Inti

15

Page 16: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Tumbuh (RIT). Secara konsep rumah yang layak huni harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

Atap yang rapat dan tidak bocor

Lantai yang kering dan mudah dibersihkan

Penyediaan air bersih yang cukup (100 liter/orang/hari)

Pencahayaan alami yang cukup (penerangan alami dikamar minimal 50 lux)

Udara bersih yang cukup melalui pengaturan sirkulasi udara sesuai untuk kebutuhan (sekitar 0.80 m3/menit/orang)

Pembuangan air kotor yang baik dan memenuhi persyaratan kesehatan

Tersedianya Fasos dan Fasum

c. Pelaksanaan pembangunan rumah dilakukan sesuai proses dan optimasi pembentukan pokja yang meliputi prinsip aspirasi, kebutuhan, kemampuan, upaya masyarakat dan menunjang kekayaan kandungan kearifan lokalnya sepanjang tidak mengurangi terpenuhinya syarat administrasi, teknis, humaniora, higienis, dan ekologis.

2.3. Persyaratan Lingkungan :

A. Persyaratan Ketahanan Daya Dukung

Lokasi pembangunan baru perumahan swadaya merupakan lokasi yang layak huni dan konstruksi.. Artinya, bearing capacity menjadi faktor utama supaya beban aktivitas tidak melebihi kemampuan tanah atau lingkungan yang menyangganya. Termasuk disini adalah faktor keamanan terhadap ancaman lingkungan seperti banjir, dan gempa.

B. Persyaratan Lingkungan Permukiman

16

Page 17: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Pembangunan baru perumahan swadaya dalam skala besar yang sifatnya mengelompok, diperlukan persyaratan lingkungan permukiman sebagai berikut :

Tabel -1 : Kriteria Komponen Akses Lingkungan

NO INDIKATOR PARAMETER KRITERIA

Perencanaan kawasan perumahan dan lingkungan

Aksesibilitas penduduk terlayani

Jarak rumah ke fasilitas umum lebih dari 4 km perlu dilayani oleh kendaraan umumJarak terdekat ke berbagai fasilitas umum, makin dekat makin nyaman ( < 1 km )

Rumah dipinggir jalan dengan kondisi nyaman untuk pergerakan kendaraan

Prosentase Jarak rumah ke fasilitas kendaraan umum lebih dari 3 km

Prosentase jarak rumah ke puskesmas kurang dari 1 km

Prosentase jarak rumah ke pasar tradisionil kurang dari 1 km

Prosentase jarak rumah ke kantor polisi kurang dari 1 km

Prosentase jarak rumah ke SLTP / sederajat kurang dari 1 km

Prosentase jenis permu-kaan jalan aspal-beton yang dipinggir rumah

Sumber : Analisis dari data BPS Khusus Perumahan dan Permukiman

Demikian juga dengan kriteria lain berupa komponen kesehatan lingkungan sebagaimana dimaksud pada tabel dibawah ini :

Tabel -2 : Kriteria Komponen Kesehatan Lingkungan

17

Page 18: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

NO INDIKATOR PARAMETER KRITERIA Perencanaan

perumahan Kondisi

perumahan yang sehat

Setiap RT (Rumah Tangga) memiliki fasilitas 1 km mandi sendiri

Setiap RT memilik fasilitas 1 tempat untuk buang air besar sendiri

Setiap RT memiliki fasilitas 1 tempat pembuangan tinja dilingkungan rrumah

Setiap RT menggunakan bahan bakar untuk masak yang minimal dampak polusinya

RT yang memiliki 1 Kamar Mandi sendiri

RT yang memiliki 1 tempat buang air besar sendiri

RT yang memiliki tangki septik sendiri

RT yang menggunakan bahan bakar gas/LPG untuk memasak

Sumber : Analisis dari data BPS Khusus Perumahan dan Permukiman

Tabel -3 : Kriteria Komponen Pelayanan Lingkungan

NO INDIKATOR PARAMETER KRITERIA Perencanaan

perumahan dan lingkungan

Akses RT terhadap kebutuhan prasarana lingkungan

Setiap RT ( Rumah Tangga ) memiliki akses ke kebutuhan air minum

Setiap RT memilik akses ke kebutuhan listrik

Setiap RT memiliki cara pembuangan sampah

Setiap RT memilik tempat penampungan air

RT yang menggunakan leideng sebagai sumber air minum

RT yang menggunakan PLN sebagai sumber listrik

RT yang memiliki cara pembuangan sampah dg diangkut petugas

RT yang memiliki saluran

18

Page 19: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

limbah pembuangan air mandi, dapur, dan cuci

Sumber : Analisis dari Data BPS Khusus Perumahan dan PermukimanRT : Rumah Tangga

Demikian juga dengan kriteria lain yang secara materi terkait langsung dengan pengembangan lingkungan perumahan swadaya, yaitu :

Tabel -4 : Kriteria Komponen Kesejahteraan Penghuni

NO INDIKATOR PARAMETER KRITERIA

Perencanaan perumahan dan lingkungan

Jumlah, jenis dan luas

Kualitas bahan bangunan

Setiap RT memiliki lebih dari 1 ruangan dalam rumahnya

Setiap RT memilik akses ke kebutuhan listrik

Setiap RT memiliki cara pembuangan sampah

Setiap RT memilik tempat penampungan air limbah

RT yang memiliki rumah dengan ruang lebih dari 1 buah

RT yang memiliki rumah dengan luas lantai < 49 m2

RT yang memiliki rumah dengan luas lantai per orang < 10 m2

RT yang memiliki rumah dengan dinding bukan dari tembok

RT yang memiliki rumah dengan lantai dari tanah dan lainnya

RT yang memiliki rumah dengan atap dari ijuk/daun-daunan/lainnya

Sumber : Analisis dari data BPS Khusus Perumahan dan Permukiman

RT : Rumah Tangga

19

Page 20: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Persyaratan lingkungan perumahan sebagaaimana tersebut diatas, akan dilengkapi beberapa contoh aplikasi persyaratan fisik komponen pembentuk lingkungan perumahan seperti jaringan jalan maupun komposisi rumah dalam satuan cluster bila dibangun di pusat desa unggulan dimaksud.

20

Page 21: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

BAB III

PENTAHAPAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN

Pentahapan pelaksanaan pembangunan perumahan akan terkanalisasi dalam perumusan RKS teknis pembangunan perumahan perdesaan mengacu pada Permenpera No. 08/PERMEN/M/2007 tentang Pedoman Pembangunan Perumahan Swadaya).

Optimasi penerapan RKS khusus bagi pembangunan baru perumahan swadaya di perdesaan ini perlu mempertimbangkan ciri dan tipologi perdesaan guna mendukung kawasan terpilih pusat pengembangan desa. Artinya, RKS yang terkait dengan berbagai persyaratan teknis ini diarahkan mampu mendukung pengembangan potensi unggulan perdesaan.

Disisi lain, untuk mengoptimalkan potensi dari berbagai pelaku maupun sumberdaya yang ada, RKS ini diarahkan dapat memanfaatkan contoh perkembangan RIT (Rumah Inti Tumbuh) sebagai bentuk operasionalisasi rumah sederhana sehat (RsH). Sebagai bentuk alternatif pembangunan perumahan sederhana sehat, RIT akan mengkanalisasi minimum dana dan keinginan penghuni yang sesuai dengan prioritas pembangunannya disertai dengan pola pentahapan pembangunan secara jelas.

3.1 Tahap Konstruksi dan Spesifikasi

Tahap Konstruksi dan Spesifikasi akan mencakup RKS (Rencana Kerja dan Syarat—syarat) Teknis Pembangunan Rumah dan sekaligus merupakan spesifikasi teknis dari komponen pembentiknya. Tahap ini akan mencakup :

3.1.1 Tahap I (Pekerjaan Tanah)

a Lapisan tanah ”humus” yang terdapat pada permukaan tanah bangunan harus disingkirkan, agar tanah menjadi stabil;

b Galian lobang pondasi harus sampai pada lapisan tanah yang cukup keras;

21

Page 22: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

c Bila tanah bangunan buruk sekali, maka harus dilakukan perbaikan tanah seperlunya;

d Tanah bekas galian harus diatur dengan baik dan ketinggiannya disesuaikan dengan keperluan.

e Tanah didalam bangunan harus dipadatkan dengan alat penumbuk dan sedikit air, kemudian diratakan.

f Titik duga (acu) nol ditetapkan sekurang-kurangnya 25 cm di atas permukaan tanah bangunan yang tertinggi;

g Gunakan alat bantu yang sederhana untuk memastikan bouplank saling menyiku.

3.1.2 Tahap II (Pekerjaan Pondasi, Tiang, dan Atap)

a. Pondasi :

Pondasi yang digunakan adalah pondasi setempat dari umpak bata atau batu kali dengan campuran adukan 1 PC : 5 Pasir. Ukuran dimensi penampang bawah pondasi 60cm x 60cm dan ukuran penampang atas 30cm x 30cm dengan tinggi pondasi 60cm.

Pada dasar pondasi harus diberi pasir urug padat tebal 10cm;

Sloof berupa rolag pasangan bata dengan ukuran penampang 10 cm x 20 cm, dengan adukan 1 PC : 5 PS, atau beton bertulang dengan campuran adukan 1 PC : 3 PS;

Bagian-bagian luar pondasi yang tampak diratakan dengan adukan 1 PC : 3 PS setebal minimum 5 mm dan di atasnya diberi acian semen sebagai penghalus;

b. Tiang :

Untuk rumah yang berdinding papan, kayu lapis dan bilik bambu kerangka (kolom) bangunan dibuat dari kayu kelas II berukuran 8cm x 12cm, dan 6 cm x 12cm, untuk ring-balk. Untuk rumah yang berdinding batu bata atau batako, kerangka bangunannya dibuat dari

22

Page 23: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

beton bertulang dengan adukan 1 PC : 3 PS : 5 KR;

Pembuatan kerangka ini dilakukan bersamaan dengan pemasangan dinding dari bahan lokal seperti papan, kayu lapis, atau anyaman bambu (bilik);

c. Atap :

Kuda-kuda harus diletakkan tepat di atas kolom kerangka bangunan.

Kuda-kuda menggunakan konstruksi balok kayu kelas II yang tua dan kering berukuran 5 cm x 10 cm dan dipasang setiap jarak 3 m;

Semua kayu kuda-kuda dilabur dengan bahan pengawet;

Panjang paku sedikitnya 2,5 x tebal kayu pada sambungan rangkap 2 dan 3,3 x tebal kayu pada sambungan rangkap 3;

Sambungan pada balok tarik dari kuda-kuda dibuat di tengah-tengah bentang dengan menggunakan tipe sambungan gigi dan diikat dengan plat geser, panjang tindihan (overlap) dari sambungan tersebut lebih kurang 60 cm;

Klam yang digunakan untuk sambungan batang rangka kuda-kuda adalah papan kayu kelas II berukuran 10 cm x 25 cm dengan tebal 2 cm, dengan jumlah paku pada masing-masing sisi sambungan sebanyak 20 buah yang panjangnya 7 cm, sehingga jumlah paku 7 cm seluruhnya pada satu unit kuda-kuda adalah 220 buah;

Untuk pertemuan permukaan ujung setiap batang dari rangka kuda-kuda dipasang 2 buah paku yang berukuran 10 cm, sehingga untuk satu unit kuda-kuda diperlukan 22 buah paku 10 cm.

Bahan penutup atap dapat menggunakan asbes gelombang berukuran 80 cm x 240 cm, atau seng gelombang BJLS 25, atau genting (bermacam jenis genting).;

23

Page 24: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Rangka atap dibuat dari kayu kelas II yang tua dan kering. Untuk atap asbes gelombang dan seng gelombang cukup gording berukuran 5cm x 10 cm yang dipasang dengan jarak sekitar 1 m. Sedangkan untuk atap genting diperlukan adanya kayu usuk (4cm x 6 cm) dan kayu reng (2cm x 3 cm atau 3cm x 4 cm, sesuai dengan jenis gentingnya). Sisi gording yang berukuran 5 cm menempel pada kuda-kuda dan perlu dipasang klos kayu dengan ukuran yang sesuai agar gording dapat berdiri saling tegak lurus dengan kaki kuda-kuda;

Sambungan pada gording diatur sedemikian rupa, sehingga sambungan tersebut berada tepat di atas kaki kuda-kuda dan jarak gorden disesuaikan dengan ukuran penutup atapnya panjang overlap atap asbes gelombang atau seng gelombang maksimum 40 cm;

Balok pengikat antar kuda-kuda dibuat dengan cara bersilangan;

Tipe sambungan yang digunakan adalah tipe sambungan gigi dengan panjang sambungan total sekitar 60 cm;

Untuk atap genting, jarak antar usuk/kaso sekitar 50 cm sedangkan jarak antar reng sekitar 25 cm, persisnya disesuaikan dengan jenis genting yang dipakai.

Apabila menggunakan lisplank pada ujung atap maka digunakan papan kayu kelas II berukuran penampang 3cm X 20cm, yang tua dan kering serta dicat dasar (meni) dan dicat fininshing cat kayu;

Bubungan atap pemasangannya disesuaikan dengan kebutuhan jenis penutup atap yang dipakai.

3.1.3 Tahap III (Pekerjaan Dinding dan Kusen).

a. Dinding

Anyaman bambu maka cukup dicat kayu atau

24

Page 25: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

dimelamik atau di cat tembok ataupun dikapur (bagian luar). Dinding yang terbuat dari batu merah atau batako dapat dibiarkan terexpose (namun pekerjaannya harus rapih) atau diplester dan diaci serta dikapur atau cat tembok.

Dinding kamar mandi menggunakan dinding setengah tembok dengan papan Dinding bangunan rumah dapat terbuat dari batako, bata merah, papan, kayu lapis atau annyaman bambu;

Permukaan luar/dalam dinding yang berupa papan harus diserut halus serta difinishing dengan cat dasar dan cat kayu ataupun melamik, namun bisa juga dikapur atau cat tembok (untuk bagian luar). Sedangkan jika dinding berupa, kayu lapis atau annyaman bambu yang dihaluskan pada bagian luarnya / bilik;

Semua bagian kayu yang menempel pada pasangan tembok harus diperkuat dengan angkur ukuran Ø 3/8”;

Semua pekerjaan kayu harus rata dan siku, bahannya dari kayu kelas II yang tua dan kering;

Semua pekerjaan kayu bila memungkinkan diawetkan terlebih dahulu dengan bahan pengawet secara pelaburan atau pencelupan.

Untuk kayu atau anyaman bambu yang terekspos dapat difinishing dengan cat kayu ataupun dengan melamik/plitur ataupun dengan cat tembok atau kapur (sesuaikan dengan dana dan keinginan);

Untuk dinding sebelah luar apabila dicat sebaiknya menggunakan cat tembok atupun kayu untuk eksterior yang tahan cuaca (panas, basah, jamur dan debu);

Untuk dinding ruangan dalam apabila dicat sebaiknya menggunakan cat khusus dinding kayu/tembok interior dan dipilih yang berwarna terang agar menghemat penerangan lampu;

Selain cat, permukaan dinding dapat juga ditutup

25

Page 26: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

dengan berbagai material sesuai dengan selera, kebutuhan dan dana yang tersedia (banyak pilihan terdapat di pasaran).

Dinding dalam dan luar kamar mandi harus diplester dengan adukan campuran 1 PC : 2 PS, setinggi 1,5 m dari muka lantai agar kedap rembesan air.

b. Kusen :

Kayu untuk kusen pintu dan jendela dipakai kayu kelas II yang tua dan kering;

Antara kusen dan dinding pasangan dipasang angkur dari besi beton berdiameter 8 mm, angkur ini dipasang pada setiap jarak 60 cm dengan kedalaman 20 cm ke dalam dinding;

Semua kusen pintu dan jendela harus dilabur dengan cat dasar kayu (meni) dan cacat kayu ditutup dengan dempul dan dihaluskan;

Antara lantai dengan kusen diberi sepatu dari pasangan beton tanpa tulangan setinggi minimal 10 cm.

Kayu untuk bingkai dan panil pintu dan jendela dipakai kayu kelas II yang tua dan kering;

Daun-daun pintu panil dibuat dengan bingkai 3cm X 7,5cm hingga 3cm X 10cm, sedangkan panilnya dibuat dari triplek 3mm luar dan dalam;

Daun-daun jendela kaca dibuat dengan bingkai 3cm X 7,5cm, pengisinya dengan kaca bening tebal 2mm atau 3 mm;

Tiap daun pintu dilengkapi dengan 2 buah engsel dan 1 kunci tanam;

Tiap daun jendela dilengkapi dengan 2 buah engsel dan 1 gerendel;

Untuk pintu kamar mandi sebelah dalam sebaiknya dilapis dengan bahan yang tahan basah atau lembab seperti misalnya alumunium plat atau plat seng atau lembaran plastik khusus yang tersedia di pasaran.

26

Page 27: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

3.1.4 Tahap IV (Pekerjaan Lantai dan Finishing);

a Lantai :

Lantai dicor campuran 1 PC : 3 PS, dan permukaannya dihaluskan (diaci).

Tebal minimum lantai 5 cm, dengan didahului oleh lapisan urugan tanah padat dan urugan pasir padat dengan tebal 5 cm;

b. Finishing :

a Plafond.

- Kayu untuk penggantung langit-langit (plafond) dipakai kayu kelas II yang tua dan kering, berukuran 1cm x 10cm dan 5 cm x 7 cm dengan permukaan bawah yang diratakan;

- Kayu 5/10 digunakan untuk balok utama dan kayu 5/7 digunakan untuk balok antara;

- Jarak antara balok utama harus dibuat sedemikian rupa sehingga membentuk segi empat berukuran sesuai dengan ukuran bahan penutup langit-langit yang hendak digunakan, dengan pertimbangan sesedikit mungkin timbul sisa dari bahan penutup langit-langit tersebut. Makin kecil ukuran segi empat makin banyak paku yang harus dipakai;

- Bahan penutup langit-langit dapat menggunakan asbes plat (100cm X 100cm), kayu lapis (triplek) ukuran (120cm X 240cm) atapun anyaman bambu (sesuai ukuran yang tersedia di pasaran);

- Jika pemasangan penutup langit-langit menimbulkan celah, dapat ditutup dengan dempul ataupun lis kayu/triplek.

Secara ilustratif dapat disimak pada gambar-gambar dibawah ini yang akan terbagi atas berbagai pentahapan, yaitu :

27

Page 28: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Gambar-1 : TAHAP I : Pekerjaan Pondasi, Tiang, dan Atap

Gambar- 2 : TAHAP II : Pekerjaan Dinding dan Kusen

28

Page 29: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Gambar- 3 : TAHAP III : Pekerjaan Lantai dan Finishing

29

Page 30: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

3.2. Tahap Pembangunan Ruangan

3.2.1. Tahap I (RIT-1)

Membangun rumah tumbuh yang dimulai dengan pembangunan sebuah kamar tidur secara lengkap dengan sebuah calon kamar yang hanya dibangun atapnya saja, ditambah KM/WC.

Pada tahapan ini yang dibangun adalah :

a. Pondasi untuk dua kamar ditambah pondasi KM/WC;

b. Kolom/tiang untuk dua kamar dan tiang untuk KM/WC;

c. Dinding untuk satu kamar tidur dan dinding KM/WC (kedap air 1 PC: 2 PS);

d. Atap untuk dua kamar dan atap KM/WC;

e. Dua buah kusen pintu dan daun pintunya untuk kamar tidur dan KM/WC;

f. Satu buah kusen jendeladan daun jendelanya untuk kamar tidur;

g. Lantai beton tumbuk (dihaluskan permukaannya 1PC : 3 PS) untuk kamar tidur dan KM/WC;

h. Satu buah bak air fiberglass;

i. Satu buah kloset jongkok terasso.

3.2.2. Tahap II (RIT-2)

Hanya menambah satu ruang tidur (dindingnya saja). Pada tahapan ini yang dibangun adalah :

a. Dinding untuk satu kamar tidur yang telah beratap;

b. Satu buah kusen pintu dan daun pintunya;

30

Page 31: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

c. Satu buah kusen jendela dan daun jendelanya;

d. Lantai beton tumbuk (dihaluskan permukaannya 1 PC: 3 PS).

3.2.3. Tahap III (RIT-3)

Menambah satu kamar tamu/keluarga dan teras. Pada tahapan ini yang dibangun adalah :

a. Pondasi untuk satu kamar tamu/keluarga;

b. Dinding untuk satu kamar tamu/keluarga;

c. Atap satu kamar tamu/keluarga

d. Satu buah kusen besar yang terdiri satu daun pintu dan dua dun jendela;

e. Lantai beton tumbuk (dihaluskan permukaannya 1 PC: 3 PS);

f. Teras depan terbuat dari beton tumbuk (dihaluskan permukaannya dengan 1 PC: 3 PS).

3.2.4. Tahap IV (RIT)

Membangun satu kamar keluarga. Pada tahapan ini yang dibangun adalah :

a. Diding untuk satu kamar keluarga;

b. Satu buah kusen besar yang terdiri satu daun pintu dan dua dun jendela;

c. Lantai beton tumbuk (dihaluskan permukaannya 1 PC: 3 PS);

d. Teras kecil di belakang terbuat dari beton tumbuk (dihaluskan permukaannya 1 PC: 3 PS).

Dibawah ini akan diperlihatkan Contoh Pentahapan Pembangunan dan Rencana Anggaran Biaya (Dengan Pentahapan Pembangunan Ruangan). Nilai nominal yang dicantumkan hanya merupakan besaran contoh yang sewaktu-waktu dapat berubah.

31

Page 32: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Gambar-4 : Rumah Inti Tumbuh (RIT-1) :

32

Page 33: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Gambar- 5 : Rumah Inti Tumbuh (RIT-2)

33

Page 34: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Gambar- 6 : Rumah Inti Tumbuh (RIT-3)

34

Page 35: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Tabel 5 : Contoh Perkiraan Kebutuhan Bahan Bangunan

35

Page 36: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

NO J ENIS BAHAN NO J ENIS BAHAN

1 SEMENT (PC) 22 Sak 19 ENGSEL PINTU 6,00 Bh

2 PASIR 4,47 m3 20 ENGSEL J ENDELA 8,00 Bh

3 BATU KARANG 5,73 m3 21 GRENDEL 4,00 Bh

4 SIRTU 3,31 m3 22 HAK ANGIN 4,00 Bh

5 KAYU Ukuran 6/12 0,41 m3 23 TARIKAN J ENDELA 4,00 Bh

6 KAYU Ukuran 5/10 0,49 m3 24 PLAMUR TEMBOK 1,00 Galon

7 KAYU Ukuran 5/7 0,31 m3 25 PLAMUR KAYU 2,00 KG

8 PAPAN Ukuran 3/20 0,23 m3 26 KUNCI PINTU 3,00 Bh

9 PAPAN Ukuran 2/20 0,10 m3 27 MENI KAYU 2,00 Lt

10 MULTIPLEKS 6mm Ukuran 122 x 242 17,33 Lb 28 CAT TEMBOK 3,50 Galon

11 MULTIPLEKS 6mm Ukuran 92 x 210 2,00 Lb 29 RESIDU 3,50 Lt

12 SENG GELOMBANG BJ LS 20 (90x210) 54,13 m2 30 CAT KAYU 3,00 Lt

13 SENG PLAT Ukuran 55 Cm 8,67 m 31 MENI KAYU 2,00 Lt

14 PAKU Ukuran 10 Cm 5,40 KG 32 MINYAK CAT 2,00 Lt

15 PAKU Ukuran 7 Cm 5,40 KG 33 KUAS 3 inc dan 2 inc 3,00 Bh

16 PAKU SENG 2,73 KG 34 ROL CAT 2,00 Bh

17 PAKU TRIPLEK 0,89 KG 35 BAK CAT 2,00 Bh

18 ANGKUR BESI 10 mm' 7,33 Bh

BANYAKNYA BANYAKNYA

untuk Rumah Inti Tumbuh (RIT-2)

3.3. Bahan Bangunan

Setiap pembangunan rumah baru akan memerlukan tambahan bahan bangunan (material),

3.3.1. Jenis bahan bangunan

a.Kebutuhan jenis bahan bangunan sesuai kebutuhan minimal bahan bangunan untuk lantai, diding, atap, plafont, pintu jendela dan mungkin untuk tangga naik .

b.Sebaiknya mempertimbangkan kualitas, harga, kemudahan mendapatkan bahan bangunan dan penggunaan bahan bangunan lama yang layak untuk digunakan.

3.3.2. Bentuk / ukuran

Bentuk/ukuran bahan bangunan, sebaiknya mempertimbangkan bentuk & ukuran bangunan lama yang ada.

36

Page 37: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

3.3.3. Jumlah bahan bangunan

Jumlah bahan bangunan diperhitungkan dengan luas ruang yang akan dibangun ;

a. 1 m3 pasangan batu kali perlu :

b. 1,2 m3 batu kali, 0,4 m3 plesteran (1:4)

c. 1 m3 pasangan bata perlu :

d. 70 bh bata, 0,4 m3 plesteran (1:4 / 1:5)

e. 1 m3 pasangan beton bertulang perlu :

f. 2,4 zak semen (PC), 0,4 m3 pasir dan 0,6 m3 kerikil

g. 1 lembar papan kelas 2 berukuran : 0,02 x 20 x 300 cm, 0,02 x 30 x 300 cm, 0,02 x 20 x 400 cm, 0,02 x 30 x 400 cm, 0,03 x 20 x 300 cm, 0,03 x 30 x 400 cm.

h. 1 lembar papan berukuran kelas 3 : 0,01 x 20 x 200 cm

o 1 lembar multiplex berukuran : (0,03/0,04/0,05/0,09/1,2/1,8 ) x 122 x 2,44 cm

i. 1 batang kayu kelas 2 berukuran ;

o Kaso : 0,4 x 0, 6 x (300/400)cm, 5 x 7 x (300/400) cm

o Balok :0,6 x 10 x (300/400/500) cm, 0,6 x 12 x (300/400/500) cm, 0,8 x 12 x (300/400/500) cm, 10 x 14 x ( 300/400/500 ) cm, khusus ; 12 x 12 x (300/400/500) cm, 14 x 14 x (300/400/500) cm.

o Besi beton diameter (6/8/10/12/16/18/20/22/26)mm panjang 12 m

37

Page 38: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

BAB IVPRASARANA SARANA DAN UTILITAS LINGKUNGAN

PERUMAHAN DI KAWASAN PERDESAAN

Penatapan PSU (Prasarana, Sarana dan Utilitas) khusus untuk pembangunan baru perumahan swadaya di perdesaan ini diarahkan dapat diperkaya dengan berlandaskan pada kandungan kearifan lokalnya termasuk pada pola tata letak bangunan dan lingkungannya, langgam arsitektur, nilai atau norma dan kebiasaan dimasyarakat dan lain sebagainya seperti proses gotong royong.

Penetapan PSU ini selain mengacu pada ketentuan teknis dalam tatat cara dan proses pembangunannya juga akan berlandaskan pada ketentuan-ketentuan teknis dan berorientasi pada penggunaan secara komunal guna menunjang keselarasan dan harmoni pada kawasan perdesaan.

Pola komunal ini diarahkan mampu didukung oleh perencanaan, pengelolaan maupun perawatan yang melembaga sebagaimana mekanisme pada pokja-pokja sebagai wahana dalam rembug warga ditingkat kabupaten, kecamatan hingga perdesaan.

4.1 Utilitas Lingkungan Perumahan4.1.1. Pengadaan Air Bersih (Air Minum)

Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi sistem perpipaan dan sistem non perpipaan.

a Sistem penyediaan air minum perpipaan adalah suatu penyediaan air minum dimana cara pendistribusian air minum kepada pemakai air mempergunakan sarana perpipaan, dan di dalam penggunaannya sehari-hari secara komunal (Kran Umum)

b Sistem penyediaan air minum non perpipaan adalah suatu penyediaan air minum dimana cara pendistribusian air minum kepada pemakai air tanpa mempergunakan sarana perpipaan, dan di dalam penggunaannya sehari-hari dapat bersifat individu

38

Page 39: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Gambar 1 ADiagram Pemilihan Sumber Air Baku Sistem Penyediaan Air Bersih Perdesaan

Sistem Perpipaan

Kebutuhan Air Bersih

Apakah Penduduknya

>3000

Apakah ada Mata Air Gravitasi pada jarak 5 km dengan kualitas & kuantitas

Baik ?

Konsentrasikan pada Program Sistem Perpipaan

MA Gravitasi

Masyarakat mampu & mau membiayai konstruksi

operasi & pemeliharaan sistem perpipaan?

Penelitian untuk Sistem Perpipaan

Apakah ada mata air dg debit 5 l/s

dan berjarak < 10 km?

Apakah30 m lebih tinggi dari

desa?

Apakah potensi sumur dalam di desa ini <5 l/s

?

Apakah Tersedia air permukaan sepanjang

tahun?

Buat Studi Khusus

Konsentrasikan pada sistem MA

Gravitasi

Pilih yang paling ekonomis antara

sistem Mata Air danSumur Bor

Pilih yang paling ekonomis antara Saringan Pasir cepatdan saringan pasir lambat

Catatan :Kotak No. 5 Debit Mata Air Kualitas Baik setelah dikurangi pemakaian (Lokal) dan

tersedia sepanjang tahun

1

2Tidak

Ya

3

4

Ya

Tidak

Tidak

Ya

5

6 7 8

Ya

Tidak Tidak

Tidak

Ya Ya Ya

Tidak

Penelitian untuk Sistem Non perpipaan

atau komunal

Diagram pemilihan sistem perpipaan dan non perpipaan dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar- 7 : Diagram Sistem Pemilihan Air Baku SPAM Sistem Perpipaan

39

Page 40: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Gambar 1B Diagram Pemilihan Sumber Air Baku Sistem Penyediaan Air Bersih Perdesaan

Sistem Non Perpipaan

Apakah Masyarakat cukup mampu & mau untuk membantu kons

operasi & pemeliharaan sistem

perpipaan?

Kebutuhan Air Bersih

Penduduknya >3000

Penelitian untuk Sistem perpipaan

Penelitian untukSistem Non perpipaan

Adakah air tanah dalam kualitas &

kuantitas baik?

Ya

2

4

3

Ya

Ya

6

Ya

Ya Ya

Tidak

TidakMasyarakat cukup mampu & mau

membiayai konstruksi operasi &

pemeliharaan sistem perpipaan?

Konsentrasi pada program sistem

perpipaan MA Gravitasi

TidakMasyarakat cukup

mampu & mau membiayai konstruksi

operasi & pemeliharaan sistem

perpipaan?

Adakah Air Tanah dangkal dengan kualitas Baik ?

Konsentrasikan pada program pembuatan &

perbaikan sumur gali/pantek

Adakah MA sekitar1 km?

Konsentrasikan pada program sistem MA

Gravitasi

Konsentrasikan padasumur dalam

Apakah Air Hujan dengan debit cukup

mudah didapat

Apakah Air Permukaan mudah

diperoleh?

Tidak

5

Ya

Tidak

Ya

Tidak

7

Tidak

Tidak

8

Tidak

4

Ya

Konsentrasikan pada PAH

Konsentrasikan pada Saringan Rumah

TanggaYa

1

Catatan :(1) Kotak No 4, 5, 6 : Kualitas Baik &

Kuantitas tersedia sepanjang tahun(2) Kotak 3, bila dlm pemakaian yg layak

Konsentrasikan pada Pelayanan Terminal

(Hidran Umum)

Gambar- 8 : Diagram Sistem Pemilihan Air Baku SPAM

Sistem Non Perpipaan

40

Page 41: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

41

Page 42: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

I. Sistem Penyediaan Air Minum Perpipaan:

a. PMA

Bangunan PMA (Penangkap Mata Air Bangunan PMA (Penangkap Mata Air) adalah bangunan untuk menangkap dan melindungi mata air terhadap pencemaran dan dapat juga

dilengkapi dengan bak penampung

PMA berdasarkan sistem pelayanan terdiri dari sistem mata air pemompaan (MAP) dan mata air grafitasi (MAG)

42

Page 43: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

UkuranUkuran bak penampung mata air ditentukan berdasarkan :1) Debit minimum mata air2) Besarnya pemakaian dan waktu3) Asumsi kebutuhan 30 sampai dengan 60 liter per orang

per hari4) Waktu pengambilan adalah 8 sampai 12 jam sehari

sesuai tabel berikut

Tabel 6Ukuran Bak Penampung Mata Air

PelayananOrang

Debit< 0,5lt/dt

Debit0,5 - 0,8

lt/dt

Debit0.7 - 0,8

It/dt

Debit> 0,8It/dt

200 - 300 5 m3 2 m3 2 m3 2 m3

300 - 500 10 m3 10 m3 5 m3 2 m3

BahanBahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan perlindungan mata air harus memenuhi syarat sebagai berikut :1) Semen portlan, harus mempunyai kehalusan dan sifat ikat

yang baik yang sesuai dengan SNI IS-2049-1990 tentang Mutu dan cara Uji Semen Portland

2) Pasir beton, harus bersih, berbutir tajam dan keras3) Kerikil, harus bersih dan keras4) Besi beton, harus bersih dan tidak berkarat5) Air, harus bersih dan bebas dari minyak6) Batu bata7) Pipa dan perlengkapannya8) Bahan elemen konstruksi dan pelengkap yang digunakan

untuk pembuatan bangunan perlindungan mata air dapat dilihat pada tabel berikut:

43

Page 44: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Tabel 7Kebutuhan Bahan Bangunan Penampung Air

No Jenis Bahan SatuanVolume

Tipe II A Tipe II B Tipe II C1 Semen Zak 15 30 402 Pasir Urug M3 0,64 1,17 1,423 Pasir Pasang M3 2,85 3,6 4,204 Pasir beton M3 1,5 3 45 Kerikil M3 0.5 0,8 1,26 Batu Kali M3 2,2 3,00 3,407 Batu Bata Buah 600 900 10508 Besi Beton dia.

8 mmBatang 15 25 35

9 Besi Beton 6 mm

Batang 11 16 22

10 Paku Kg 5 7 1011 Kawat Beton Kg 10 15 2012 Kayu Bekisting M3 0,3 0,6 0,813 Pipa GIP dia. 3” Batang 2 2 214 Pipa GIP ¾” Batang 1 1 115 Bend 90 GIP

dia. 3”Buah 4 4 4

16 Tee GIP 3” Buah - - -17 Kran dia. ¾” Buah 3 4 518 Dop GIP dim. 3

”Buah 1 1 1

19 Socket GIP dia. ¾”

Buah 3 4 5

9) Kebutuhan bahan untuk pembangunan bak penampung sesuai tipenya dapat dilihat pada tabel berikut:

44

Page 45: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Tabel 8Kebutuhan Bahan Bangunan Hidran Umum

No Jenis Bahan Satuan Volume

1 Semen Zak 102 Pasir Urug M3 0,83 Batu Kali M3 2,54 Pipa GIP dia. 3” Batang Tergantung jarak5 Pipa GIP ¾” Batang 16 Bend 90 GIP dia. 3” Buah 27 Tee GIP 3” Buah -8 Kran dia. ¾” Buah 39 Socket GIP dia. ¾” Buah 310 Tangki Fiber Kapasitas 4 m3 Buah 2

Sal. pembuang

Pas. batu kaliLempung

Lempung

Tanah keras

200 1400200

Variabel 400 1000200

500200

100300 100

200

1800

200

Lempung

Pas. batu kali

Lapisan aspal pasir t = 3 mm

Pas. batu lingkar

Batu kosong 150-200 mmPas. batu kali

Tanah urug

Lempung

Vent

Manhole 500 x 500 mm

POTONGAN D-D

1000

Gambar 10Potongan Bangunan Penangkap Mata Air

45

Page 46: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Gambar 11

Hidran/

Kran Umu

m

Manhole

Ventilasi

Hidran umum dari fiber glas

Boll valve

60

Pipa GIP Ø 1" dari distribusi

Beton bertulang T=10 cm

Ø 5-20

Pondasi batu kali

Tanah urug dipadatkan

Pondasi batu polos20 50 20 20 50

60

Bend 90 Ø 3/4"pipa GIP

Pipa GIP Ø 3/4"

Double napple GIP 3/4"

Boll valve

Pipa GIP Ø 3/4"

Bend 90 Ø 3/4"Pipa GIP

Bola pelampung

Fiber glas

Kap. 4 m3

POTONGAN A

POTONGAN B

DETAIL A (FLOATING VALVE)

TAMPAK ATAS

B

A

HIDRAN UMUM

Lubang kontrol

Ventilasi

Dop Ø 1"

20

30

40

220

220

20 50 20 20 50 20

A

A

B

Saluran pembuang

20150

46

Page 47: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Tahapan Pembangunan PMA1) Pekerjaan Konstruksi Bangunan Penangkap Air

a) Penggalian Tanah Pasang patok (dari bambu atau kayu) sesuai

ukuran bangunan PMA

Gali tanah untuk meratakan dasar lokasi bangunan PMA pondasi,

b) Pemasangan Pondasi Buat patok dari bambu atau kayu sesuai ukuran

badan pondasi dan dipasang pada jarak 30 cm ujung,

Hubungkan patok yang satu dengan yang lain dengan benang/tali hingga mempunyai ketinggian yang sama,

Gali tanah untuk pondasi hingga kedalaman 60 cm pada lereng tebing dan 30 cm pada sisi lain dari bak PMA

Pasang lantai pasir padat setebal 10 cm.

Pasang pondasi pasangan batu kali yang terbuat dari bahan batu kali dengan campuran 1 semen : 4 pasir hingga ketinggian yang telah ditetapkan

Isi lubang bekas galian pondasi dengan tanah urug,

c) Pemasangan Dinding Lakukan pemasangan batu kali dengan adukan 1

semen : 4 pasir,

Pasang pipa peluap sekitar 20- 30 cm dari permukaan dinding atas dan pipa keluar yang menembus dinding pada bagian dasar lantai setinggi 20 -30 cm,

d) Pemasangan Tutup dan Lubang Pemeriksa Pasang bekisting untuk pembuatan tutup

bangunan PMA

Pasang cetakan (terbuat dari bahan triplek) di atas

47

Page 48: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

bekisting,

Susun pembesian ukuran 8 mm - 15 mm yang telah dirakit, sesuai ukuran tutup bangunan PMA yang akan dicor di atas cetakan

Pasang pipa udara pada bagian yang telah ditentukan sebelum dicor,

Ganjal batu setebal 2 - 3 cm diseluruh bidang di bawah pembesian

Buat sekat ukuran 60 cm X 60 cm dari kayu tipis pada bagian tutup bak kontrol,

Lakukan pengecoran dengan memasukkan adukan dengan perbandingan 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil sambil dirojok agar seluruh bidang terisi dan pembesian tertutup rata,

Buat cetakan untuk tutup lubang pemeriksa (man hole)

Pasang pembesian untuk tutup lubang pemeriksa dan lengkapi dengan pegangan yang terbuat dari besi ¾ inchi,

Cor tutup beton dengan ketebalan kurang lebih 10 cm, biarkan hasil pengecoran 3 sampai 4 hari (sampai kering),

Plester tutup bak dengan adukan perbandingan 1 pasir : 2 semen,

e) Pemasangan Turap Buat turap dari batu kali dibagian dinding

sepanjang bangunan PMA dengan perbandingan adukan 1 cemen : 2 pasir,

Buat badan saluran yang terbuat dari batu kali dengan perbandingan adukan 1 semen : 4 pasir,

Plester badan saluran dengan perbandingan adukan 1 semen : 2 pasir,

f) Penyambungan Pipa

48

Page 49: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Sambungkan pipa peluap dengan pipa keluar

Sambungkan pipa keluar sampai ke bak penampung,

2) Hidran Umum (HU)a) Pekerjaan Pondasi dan Tangki Air

Buat lingkaran pada tanah di lokasi Hidran Umum dengan diameter (lingkaran) luar 2,20 meter ,

Gali tanah untuk pondasi berbentuk lingkaran dengan lebar diameter luar 2,2 m dan diameter dalam 0,6 m dengan kedalaman 60 cm,

Lapisi dengan pasir padat setebal 5 cm, Pasang batu kosong sepanjang lingkaran pondasi, Pasang pondasi dari batu kali dengan adukan 1

semen : 4 pasir di atas pasangan batu kosong. Urug pinggir pondasi dengan tanah urug dan padatakan,

Lanjutkan pemasangan pondasi hingga mencapai ketinggian 50 cm dari muka tanah,

Urug celah antar pondasi dengan tanah urug dan padatkan hingga ketinggian 50 cm dari muka tanah sejajar dengan tinggi pondasi yang mengelilinginya

Buat campuran beton tumbuk dengan perbandingan 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil

Buat lantai kerja dengan cara menuangkan campuran beton tumbuk setebal 5 cm di atas pondasi dan lahan yang dibatasi oleh pondasi. Ratakan lantai kerja dengan roskam (Alat perata dari Kayu),

Biarkan lantai beton sampai kering Pasang tangki fiber di atas pondasi tersebut dan

pasang pipa masuk (besi/GI) dengan diameter 1 inchi dan pipa keluar untuk kran diameter ¾ inci sebanyak 4 unit,

b) Pekerjaan Lantai dan Saluran Pembuangan Air Kupas (gali) tanah dasar 1/3 lingkaran sepanjang

1,20 m dari sisi (pinggir) pondasi dengan kedalaman 20 cm,

49

Page 50: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Lapisi dengan pasir padat setebal 5 cm,

Pasang batu kali atau batu bata dengan adukan 1 semen : 4 pasir

Tuangkan campuran beton setebal 3 cm dan ratakan dengan roskam (Alat perata dari Kayu),

Biarkan beton sampai kering

Pasang saluran pembuangan dengan konstruksi pasangan batu,

II. Sistem Penyediaan Air Minum Non Perpipaan

a. Sumur Gali (SGL)

Sumur Gali (SGL) adalah sarana untuk menyadap dan menampung air tanah guna air minum dengan cara menggali tanah berbentuk sumuran agar mendapatkan air yang sehat dan murah serta dapat dimanfaatkan oleh perorangan (rumah tangga) maupun kelompok.

Konstruksi sumur gali dapat dibuat dari buis beton ataupun pasangan batu bata dengan bentuk bulat

maupun segi empat.

50

Page 51: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Gambar- 12 : Gambar Sumur Gali

Bagian Dari Sumur Gali :

Bangunan Bawah disebut sumur pengumpul, menggunakan dinding dari cincin beton atau pasangan batu bata sebagai pengaman dinding sumur dan berfungsi sebagai penyaring.

Bangunan Atas terdiri dari :

1) Bibir sumur untuk menjaga keamanan pemakai; mencegah air kotor masuk kedalam sumur; tiang penyangga untuk menyangga katrol.

2) Lantai sumur tempat untuk mandi, cuci, menimba air, dan lain lain.

Tahapan Pembuatan Sumur Gali :

1) Tentukan patok galian sumur, sedapat mungkin jauh dari pencemaran air tanah, misalnya septik tank, air limbah, dan lain lain.

2) Gali tanah dengan bentuk bulat atau segi empat dengan ukuran yang cukup (agar mudah dalam pengerjaan atau pemeliharaan nantinya) sampai dengan kedalaman yang dapat menghasilkan air bersih.

3) Pasang konstruksi dinding penahan tanah berupa buis beton, atau pasangan bata merah yang kemudian diplester dan diaci.

51

Page 52: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

b. Sumur Pompa Tangan (SPT)

Sumur Pompa Tangan (SPT) adalah salah satu sarana pengambilan air tanah untuk air minum melalui sumur bor dangkal dengan menggunakan pompa tangan.

Gambar- 13 : Sumur Pompa Tangan

Bagian - bagian Sumur Pompa Tangan :

1) Bangunan Bawah adalah sumur bor dangkal dengan kedalaman maksimal 15 meter.

2) Bangunan atas terdiri dari :

a) Pompa tangan yang berfungsi sebagai alat bantu mengambil air tanah dengan menggunakan tenaga manusia melalui alat pengungkit.

b) Lantai sumur tempat untuk kegiatan cuci dan mengambil air.

c) Saluran untuk membuang air bekas cuci dan mandi.

52

Page 53: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Tahapan Pembangunan SPT :

1) Hal-Hal Yang harus diperhatikan dalam pembangunan SPT

a) Dibangun sesuai dengan rencana dan dengan kualitas yang baik.

b) Tidak berubah fungsi dan manfaat.c) Sumur tidak pernah kering dan kualitas air baik.d) Jarak SPT dengan sumber pencemaran air

(resapan tangki septik, cubluk, tempat sampah) minimal berjarak 10 meter.

e) Selalu digunakan dan dipelihara agar tidak berkarat.

f) Kebersihan lingkungan terjamin.2) Pembangunan SPT

a) Masukkan Pipa kedalam tanah.

b) Sewaktu dipantek pipa ini sudah dilengkapi dengan saringan sumur yang bagian bawahnya dilindungi dengan logam keras berbentuk kerucut supaya tidak rusak terbentur batu.

c) Setelah pipa pertama masuk kedalam tanah, maka diikuti dengan pipa berikutnya (pipa galvanis) yang disambung dengan sambungan ulir/ drat (socked), begitu seterusnya sampai mencapai kedalaman yang dikehendaki.

d) Sewaktu memancang pipa hisap beserta saringannya, jagalah agar posisinya tetap vertikal/ tegak, agar tidak ada beban “eksentris” sebagai akibat dari tumbukan terhadap bandul pemancang, yang dapat menimbulkan pipa menjadi bengkok atau bahkan menjadi patah sewaktu dipancang.

c. Sumur Pompa Listrik

53

Page 54: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Gambar- 14 : Sumur Pompa Listrik

d. Sumur Bor Dangkal

Yang dimaksud dengan sumur bor dangkal ialah dibawah <15 m dari permukaan tanah, atau biasa disebut sumur pantek, dengan pompa listrik yang dipasang dipermukaan tanah.

Kapasitas maksimum pada umumnya dibatasi oleh “draw-down”. Bilamana besarnya “draw-down” ini lebih besar dari 8 meter dibawah muka tanah, maka pompa tidak mampu lagi menyedot air sumur. Oleh karena itu “draw-down” sebesar 8 m ini disebut kapasitas maksimum untuk sumur ini. Tapi sekarang sudah ada pompa sumur “draw-down” sebesar 11 meter. Pompa yang terbatas kapasitas maksimum “draw-down” di antaranya ialah :

a) Daya isap : 8-11 meter

Pipa isap : Ø1” (Ø2,5 cm)

Pipa distribusi : ؽ - ؾ (Ø1,25 cm - Ø1,8 cm)

b) Voltase : 220 V

c) Watt : 100 - 150 Watt

d) Slot Saringan : 2-4 mm

54

Page 55: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Mengingat kemungkinan terjadi penurunan muka air tanah pada musim kemarau atau bertambahnya “head loss”, maka dirasa perlu untuk mengurangi tinggi hisap dengan berbagai cara, misalnya :

a) Menurunkan pompa kedalam “sump-pump” (bor) berupa bangunan bawah tanah dengan kedalaman 1-2 m.

b) Mengurangi “head-loss” pada saringan dengan menambah panjang saringan sampai maksimum 3 m.

Cara membuat Sumur Bor Dangkal :

a) Masukkan Pipa kedalam tanah

Sewaktu dipantek pipa ini sudah dilengkapi dengan saringan sumur yang bagian bawahnya dilindungi dengan :

Logam keras berbentuk kerucut supaya tidak rusak terbentur batu.

Setelah pipa pertama masuk kedalam tanah, maka diikuti dengan pipa berikutnya (pipa galvanis) yang disambung dengan sambungan ulir/ drat (socked), begitu seterusnya sampai mencapai kedalaman yang dikehendaki.

Sewaktu memancang pipa hisap beserta saringannya, jagalah agar posisinya tetap vertikal/ tegak, agar tidak ada beban “eksentris” sebagai akibat dari tumbukan terhadap bandul pemancang, yang dapat menimbulkan pipa menjadi bengkok atau bahkan menjadi patah sewaktu dipancang.

Setelah pengeboran mencapai kedalaman yang dikehendaki, pasanglah pipa casing dari PVC Dia. 4” yang berfungsi sebagai dinding sumur bor, selanjutnya pasang pipa galvanis Dia. 1 1/2 “ untuk pipa hisap air bersih sampai diatas permukaan tanah (± 90 cm) dan diberi pondasi yang sekaligus sebagai dudukan pompa tangan.

55

Page 56: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Pasang pompa tangan dengan benar, sehingga dapat menghasilkan air bersih.

e. Sumur Bor Dalam

Sumur bor dalam adalah lubang didalam tanah yang kedalamannya mencapai puluhan atau bahkan ratusan meter.

Dibawah ini akan diuraikan mengenai sumur bor untuk rumah tangga atau untuk komplek perumahan yang di masyarakat dikenal dengan “jet pump”, dimana jet pump mempunyai daya isap sampai dengan 30-40 m dari permukaan tanah.

Jet pump memiliki kemampuan untuk mengatasi kedalaman air tanah, pompa ini mempunyai sistim mengaktifkan kembali sebagian dari airnya ke dasar pipa isap, sehingga dikarenakan kecepatan alirannya jet pump dapat mengisap air.

Data teknis dari jet pump :

a) Daya isap : 30-40 m

Pipa isap : Ø1¼ (Ø3,2 cm)

Pipa tekan : Ø1” (Ø2,5 cm)

b) Voltase : 220 V

c) Watt : 250 - 370 Watt

d) Slot saringan : 2-4 mm

e) Casing pipa : Ø4” (Ø10 cm)

Cara Membuat Sumur Bor Dalam :

a) Masukkan pahat bor (mata bor) yang terbuat dari baja berat dengan panjang 1-2 m kedalam tanah dan diputar oleh 2 orang atau dengan alat mekanik.

b) Pahat bor disambung dengan pipa sampai ditemukan kedalaman yang diinginkan.

c) Diameter pengeboran disesuaikan dengan casing yang akan dipasang, yaitu Ø4” - Ø6” (Ø10 cm - 15 cm).

56

Page 57: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

d) Setelah pipa bor masuk kedalam tanah, maka diikuti oleh pipa berikutnya (pipa steel), pipa besi yang disambung dengan sambungan ulir/ drat (socked), begitu seterusnya sampai mencapai kedalaman yang diinginkan.

e) Sewaktu memancang pipa bor, jagalah agar posisinya tetap vetikal/ tegak.

f) Agar tanah yang dibor lunak, pada lubang bor diberi tekanan air, sekaligus mendinginkan mata bor.

g) Mata bor naik-turun supaya ada gaya tekan pada tanah yang dibor.

h) Setelah pengeboran sesuai dengan kedalaman yang diinginkan dan yang keluar cukup, pengeboran dihentikan.

i) Pasang casing dari pipa PVC/besi dengan Ø4”-6” (10-5 cm)

j) sepanjang kedalaman pengeboran sudah termasuk saringan sepanjang 3-5 m.

k) Dikuras dulu air yang ada pada pipa casing sampai air tersebut jernih.

l) Masukkan pipa PVC Ø1 ¼ (Ø3,2 cm) sebagai pipa isap dan pipa PVC Ø1” (Ø2,5 cm) sebagai pipa tekan dan jangan lupa pada ujung kedua pipa dipasang saring, “foot klep” dan alat pipa jet sebagai pendorong pipa isap.

m) Pada permukaan tanah dipasang jet pump.

f. PAH (Penampung Air Hujan )

a) PAH harus kedap air

b) Penempatan PAH harus dapat menampung air hujan dan air bersih dari PDAM yang didistribusikan melalui mobil-mobil tangki

c) Ada partisipasi masyarakat setempat dalam pelaksanaan pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan PAH

57

Page 58: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

d) Lokasi tempat PAH dipilih pada derah-daerah kritis dengan curah hujan yang cukup

e) Dilaksanakan oleh tenaga kerja yang terampil sebagai tukang

Bahan

Bahan yang digunakan untuk pembuatan PAH harus memenuhi ketentuan seperti pada Tabe berikut :

Tabel 9 ahan yang Dipergunakan

No Jenis Bahan Volume Keterangan1 Semen 25 zak2 Pasir 7 m3

3 Kerikil 3 m3

4 Besi Beton 16 btg Diameter 6 mm5 Besi Beton 8 btg Diameter 8 mm5 Kawat Beton 2 kg -6 Batu Bata 1800 bh7 Seng 3 lb Untuk bahan talang8 Keran Air 4 bh Diameter 13 mm9 Pipa GI 2 btg Dia 25 mm panjang 3 m

Cara Pengerjaan

a) Pekerjaan Persiapan

Tentukan lokasi PAH pada tanah yang relatip datar dan dekat dengan bangunan penangkap air hujan (Atap Rumah)

Bersihkan lahan dari kotoran dan akar pohon

58

Page 59: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Tandai dengan patok sesuai ukuran pada gambar (Panjang = 2 m, Lebar = 2 dan tinggi = 1.3) meter, seperti paga gambar 1

Hubungkan patok yang satu dengan yang lain dengan benang/tali hingga mempunyai ketinggian yang sama

Tempatkan bahan-bahan di dekat lokasi bangunan PAH

b) Pembuatan Pondasi PAH

Gali tanah untuk pondasi hingga kedalaman 60 cm pada lereng tebing dan 30 cm pada sisi lain dari bak PMA,

Pasang lantai pasir padat setebal 10 cm

Pasang batu kosong

Pasang pondasi pasangan batu kali yang terbuat dari bahan batu kali dengan campuran 1semen : 3 pasir hingga ketinggian yang telah ditetapkan

Isi lubang bekas galian pondasi dengan tanah urug, seperti pada

Rakit pembesian untuk slop beton sepanjang pondasi dengan ukuran 15 cm x 15 cm seperti pada

Rakit pembesian (ukuran tulangan 15 cm x 15 cm) untuk tiang disetiap sudut pondasi hingga mencapai ketinggian bak (1.3 meter) seperti pada

Buat cetakan dari papan untuk mencetak adukan pada slop beton dan tiang beton, seperti pada Gambar 9 dan 10

Tuangkan campuran beton dengan campuran beton 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil pada cetakan tersebut

Biarkan beton sampai kering untuk memudahkan pekerjaan selanjutnya

c) Pembuatan Lantai Dasar PAH

59

Page 60: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Buat campuran beton dengan perbandingan 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil sebanyak 0,40 m3 campuran harus rata dan tidak encer.

Tuangkan campuran beton untuk lantai dasar PAH setebal 10 cm, ratakan adukan dengan menggunakan roskan, seperti dalam gambar 11

Biarkan beton sampai kering dan mengeras sebelum melanjutkan ke pembuatan dinding PAH

d) Pembuatan Dinding PAH

Buka cetakan kayu pada slop beton dan tiang beton bila betonan sudah kering ( + 2 hari)

Pasang dinding bak dengan kontruksi batu bata hingga mencapai ketinggian bak, seperti pada Gambar 12 dan 13

Buat lubang-lubang pada dinding PAH untuk memasang pipa outlet, penguras, peluap dan kran diameter ½ inchi sebanyak 4 buah

Tutup celah-celah bekas pemasangan pipa-pipa pada butir 10 dengan mortar semen, campuran 1 semen : 2 pasir

Plester dinding bak dengan adukan campuran 1 semen : 2 pasir,

e) Pembuatan Tutup Pah Dan Lubang Pemeriksa

Pasang bekisting untuk pembuatan tutup bangunan PAH, seperti pada gambar15

Pasang cetakan (terbuat dari bahan triplek) di atas bekisting, seperti pada, seperti pada gambar gambar 16

Susun pembesian ukuran 8 mm - 15 mm yang telah dirakit, sesuai ukuran tutup bangunan PMA yang akan dicor di atas cetakan, seperti gambar 17

Pasang pipa udara pada bagian yang telah ditentukan sebelum dicor, seperti pada

Ganjal batu setebal 2 - 3 cm diseluruh bidang di bawah pembesian

60

Page 61: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Buat sekat ukuran 60 cm X 60 cm dari kayu tipis pada bagian tutup bak kontrol, seperti pada gambar 18

Lakukan pengecoran dengan memasukkan adukan dengan perbandingan 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil sambil dirojok agar seluruh bidang terisi dan pembesian tertutup rata, seperti pada gambar19

Buat cetakan untuk tutup lubang pemeriksa (man hole), seperti pada gambar gambar 18

Pasang pembesian untuk tutup lubang pemeriksa dan lengkapi dengan pegangan yang terbuat dari besi ¾ inchi, seperti pada gambar 18

Cor tutup beton dengan ketebalan kurang lebih 10 cm, biarkan hasil pengecoran 3 sampai 4 hari (sampai kering), seperti pada gambar 20

Plester tutup bak dengan adukan perbandingan 1 pasir : 2 semen, seperti pada gambar 21

f) Pekerjaan Lantai Dan Saluran Pembuangan Air

Kupas (gali) tanah dasar 1/3 lingkaran sepanjang 1,20 m dari sisi (pinggir) pondasi dengan kedalaman 20 cm, seperti pada gambar22

Lapisi dengan pasir padat setebal 5 cm, seperti pada gambar23

Pasang batu kali atau batu bata dengan adukan 1 semen : 4 pasir, seperti pada gambar 24

Tuangkan campuran beton setebal 3 cm dan ratakan dengan roskam (Alat perata dari Kayu), seperti pada gambar 25

Biarkan beton sampai kering

Pasang saluran pembuangan dengan konstruksi pasangan batu, seperti pada gambar 26

g. IPAS (Instalasi Pengolahan Air Sederhana)

61

Page 62: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

a) Dapat mengolah air baku dengan kekeruhan 50 - 150 NTU (Air baku yang pada kedalaman kurang dari 50 centimeter dicelupkan lempengan berwarna putih ukuran 10 centimeter kali 10 centimeter masih dapat terlihat) dengan kapasitas pengolahan 0.25 l/dt

b) Unit-unit pengolahan terdiri dari: saluran penyadap, sumur pengumpul, pompa, tangki penampung, SKNT, SPL

c) Sistim pengaliran:

Intake sampai sumur pengumpul menggunakan sistim grafitasi

Dari sumur pengumpul ke tangki pengumpul sistem pemompaan dan aerasi sistim spray

Tangki pengumpul ke SPL dengan sistim grafitasi, dari SPL terdapat aerasi sistim spray

d) Bahan, Kebutuhan bahan bangunan untuk IPAS tipe ini dapat dilihat pada tabel berikut:

No Komponen BahanSatuan

Volume

123

4

5

6

7

IntakeSumur pengumpulPompa

Tangki penampung

Dudukan dari kayu

Tangki SKNT (Saringan Kasar Naik Turun)

SPL

Batu kali (Batu Kosong)Cincin betonPompa (Kap. 0,25 l/dt)Pipa PVC Dia. ¾”

Serat kaca/plastik (Kap. 4 m3)kawat kasaKayu Balok 8/15Kayu Balok 5/12Kayu Balok 5/7

Papan 3/20

- Serat kaca/plastik (Kap. 3 m3)

- Kerikil (Dia. 2-4 cm)- Pipa PVC dia. 2 inchi (Batu bata/ serat kaca/buis beton/Batu Kali)- Batu Bata

M3BuahUnit

Batang

Buah

M2M3M3M3M3

UnitM3

Batang

Buah

1,75522

1

31,52

1,52,5

5102

1750

62

Page 63: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

- Batu Kali untuk pondasi- Pasir- Semen- Besi Dia. 8 mm- Besi Dia. 6 mm- Plat Besi Berlubang (2 x 3) 3 mm- Media Pasir - Tutup (papan dilapisi seng)

M3M3Zak

BatangBatangBuah

M3buah

1,86

301051

3,61

Cara Pengerjaan

a) Persiapan: Siapkan peralatan yang dibutuhkan Siapkan bahan yang diperlukan Siapkan lokasi IPAS Siapkan tenaga kerja Tentukan kualitas air baku (kekeruhan) untuk

menentukan type IPAS yang akan dipakai

b) Bangunan Penyadap Gali tanah sampai minimal 20 cm dari dasar

sungai dengan lebar atas 70 cm, lebar bawah 40 cm,

Pasang batu kali peresapan setinggi 1 meter atau untuk sungai yang dangkal setinggi 40 cm dari permukaan tanah, seperti pada gambar 2

Tutup dengan terpal plastik , Urug dengan tanah dan padatkan,

c) Sumur Pengumpul Gali tanah dengan diameter lebih besar dari buis

beton dengan kedalaman minimal 1 meter dari dasar kolam penampung

Lubangi sisi-sisi buis yang menghadap ke saluran penyadap,

Buatlah adukan dengan ukuran 1 Pc : 3 ps untuk memperbaiki buis beton.

63

Page 64: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Susunlah buis beton satu persatu, Pasanglah pompa beserta perpipaannya. seperti

pada gambar 7.

d) Tangki Penampung Rakitlah kayu sesuai dengan gambar untuk

tempat dudukan tangki dengan ketinggian lebih tinggi dari saringan kasar,

Pasang kawat kasa pada tangki penampung sesuai dengan gambar.

Letakkan tangki pada dudukan, Rakitlah perpipaan untuk aerasi. Pasanglah pompa beserta perpipaannya.

e) Saringan Kasar Naik Turun Rakit kayu sesuai dengan gambar, untuk tempat

dudukan tangki, Ietakkan tangki diatas rakit kayu (Penopang) Rakit perpipaan untuk pipa masuk, keluar dan

penguras. Susunlah tangki dalam dudukan dan masukan

pecahan batu dalam tangki 1 sampai dengan tangki 5.

f) Saringan Pasir Lambat (SPL)

Untuk membuat saringan pasir lambat sesuai dengan urutan sebagai berikut : Gali tanah sesuai dengan ukuran seperti dalam

gambar, seperti pada gambar 11 dan 12. Buat adukan dengan perbandingan 1 pc : 4 ps. Pasang lantai pasir padat setebal 10 cm. Pasang batu kosong Pasang pondasi pasangan batu kali yang terbuat

dari bahan batu kali dengan campuran 1 semen : 3 pasir hingga ketinggian yang telah ditetapkan,

Isi lubang bekas galian pondasi dengan tanah urug,

Rakit pembesian untuk slop beton sepanjang pondasi dengan ukuran 15 cm x 15 cm

64

Page 65: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Rakit pembesian (ukuran tulangan 15 cm x 15 cm) untuk tiang disetiap sudut pondasi hingga mencapai ketinggian bak (1.3 meter)

Buat cetakan dari papan untuk mencetak adukan pada slop beton dan tiang beton,

Tuangkan campuran beton dengan campuran beton 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil pada cetakan tersebut

Biarkan beton sampai kering untuk memudahkan pekerjaan selanjutnya,

Buka cetakan kayu pada slop beton dan tiang beton bila betonan sudah kering (± 2 hari)

Pasang dinding bak dengan kontruksi batu bata hingga mencapai ketinggian bak, seperti pada Gambar 21

Buat lubang-lubang pada dinding bak penampung untuk memasang pipa outlet, penguras, peluap dan kran diameter ½ inchi sebanyak 4 buah

Tutup celah-celah bekas pemasangan pipa-pipa pada butir 10 dengan mortar semen, campuran 1 semen : 2 pasir

Plester dinding bak dengan adukan campuran 1 semen : 2 pasir, seperti pada gambar 22

Biarkan kering selama satu hari dan lakukan pemlesteran.

Pasangan Plat besi berlubang sebagai dasar media Penyaring.

Masukkan media pasir sedalam 60 cm, seperti pada gambar 23.

Rakit perpipaan aerasi. Tutup SPL dengan menggunakan papan dan

atau dengan sejenisnya,.

g) Hidran Umum (HU) Pekerjaan Pondasi dan Tangki Air

- Buat lingkaran pada tanah di lokasi Hidran Umum dengan diameter (lingkaran) luar 2,20 meter ,

65

Page 66: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

- Gali tanah untuk pondasi berbentuk lingkaran dengan lebar diameter luar 2,2 m dan diameter dalam 0,6 m dengan kedalaman 60 cm,

- Lapisi dengan pasir padat setebal 5 cm, - Pasang batu kosong sepanjang lingkaran

pondasi, - Pasang pondasi dari batu kali dengan adukan

1 semen : 4 pasir di atas pasangan batu kosong. Urug pinggir pondasi dengan tanah urug dan padatakan,

- Lanjutkan pemasangan pondasi hingga mencapai ketinggian 50 cm dari muka tanah,

- Urug celah antar pondasi dengan tanah urug dan padatkan hingga ketinggian 50 cm dari muka tanah sejajar dengan tinggi pondasi yang mengelilinginya

- Buat campuran beton tumbuk dengan perbandingan 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil

- Buat lantai kerja dengan cara menuangkan campuran beton tumbuk setebal 5 cm di atas pondasi dan lahan yang dibatasi oleh pondasi. Ratakan lantai kerja dengan roskam (Alat perata dari Kayu),

- Biarkan lantai beton sampai kering- Pasang tangki fiber di atas pondasi tersebut

dan pasang pipa masuk (besi/GI) dengan diameter 1 inchi dan pipa keluar untuk kran diameter ¾ inci sebanyak 4 unit,

Pekerjaan Lantai dan Saluran Pembuangan Air- Kupas (gali) tanah dasar 1/3 lingkaran

sepanjang 1,20 m dari sisi (pinggir) pondasi dengan kedalaman 20 cm,

- Lapisi dengan pasir padat setebal 5 cm, - Pasang batu kali atau batu bata dengan

adukan 1 semen : 4 pasir- Tuangkan campuran beton setebal 3 cm dan

ratakan dengan roskam (Alat perata dari Kayu),

- Biarkan beton sampai kering

66

Page 67: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

- Pasang saluran pembuangan dengan konstruksi pasangan batu,

h. Saringan Air Rumah Tangga (Sarut))

Saringan rumah tangga yang selanjutnya disebut SARUT adalah sarana pengolahan air baku menjadi air bersih dengan menggunakan teknologi sederhana

Peralatan:

1) Kunci pipa sebanyak 1 buah digunakan untuk memasang socket draft dan kran

2) Gergaji kayu untuk memotong kayu (pembuatan penyangga)

3) Alat ukur digunakan untuk mengukur benda-benda atau bahan

4) Gergaji besi digunakan untuk memotong pipa-pipa

5) Palu digunakan untuk memangku (pembuatan penyangga)

6) Peralatan pembersih untuk membersihkan tempat sekitar SARUT.

67

Page 68: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Tipe SARUT:

1) Tipe I digunakan bila air baku yang dipilih berasal dari air permukaan dengan tingkat kekeruhan ren-dah, faktor kecepatan filtrasi berkisar 0,03 sampai 0,11 milimeter per detik atau 30,5 sampai dengan 120 liter per jam sesuai gambar pada lampiran;

2) Tipe II digunakan bila air baku yang dipilih berasal dari air permukaan dengan tingkat kekeruhan sedang, sesuai gambar pada lampiran;

3) Tipe III dibunakan bila air baku yang dipilih berasal dari air permukaan dengan tingkat kekeruhan tinggi, sesuai gambar pada lampiran;

4) Tipe IV digunakan bila air baku yang dipilih berasal dari air tanah yang mengandung zat besi atau Fe dan Mn atau mangan, sesuai gambar pada lampiran;

No. Jenis PekerjaanVolume dan jumlah bahan

Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV

1Tabung/drum diameter

60 cm 200 liter 2 buah 2 buah 2 buah 2 buah

2 Pasir halus t : 30 cm t : 25 cm t : 30 cm t : 30

      v : 84 liter v : 70 liter v : 84 liter v : 84 liter

3 Kerikil halus tebal 5 cm v = 14 liter v = 14 liter v = 14 liter v = 14 liter

4 Kerikil kasar tebal 10 cm 28 liter 28 liter 28 liter 28 liter5 Arang batok kelapa tebal 5

cm dibungkus kasa nyamuk plastik

- 14 liter - -

6 Pipa PVC diameter 3/4" 2 meter 2 meter 2 meter 2 meter

 7 Pipa PVC diameter 1" 2 meter 2 meter 2 meter 2 meter

8Perlengkapan Pipa

(accessories)        

  Ball Valve diameter 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah

68

Page 69: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

3/4" dan 1"

 Ball Valve Kran diameter 1/2" 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah

 Socket draft luar PVC diamater 3/4" 4 buah 4 buah 4 buah 4 buah

 Socket draft luar PVC diameter 1" 3 buah 3 buah 3 buah 3 buah

 Socket draft dalam PVC diameter 1/2" 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah

 Socket draft dalam PVC diameter 3/4" 2 buah 2 buah 2 buah 2 buah

 Socket draft dalam PVC diameter 1" 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah

 Knee/Bend PVC diameter 3/4" 2 buah 2 buah 2 buah 2 buah

 Knee/Bend PVC diameter 1" 3 buah 3 buah 3 buah 3 buah

 Reducer PVC diameter 3/4" x 1/2" 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah

 Tee PVC diameter 3/4" 5 buah 5 buah 5 buah 5 buah

 Dop PVC diameter 3/4" 7 buah 7 buah 7 buah 7 buah

 Ring Karet PVC diameter 3/4" 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah

 Ring Karet PVC diameter 1" 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah

9 Penyangga        

  Tinggi penyangga atas 120 cm 120 cm 120 cm 120 cm

 Tinggi penyangga bawah 20 cm 20 cm 20 cm 20 cm

  Lantai atas 60 x 120 cm60 x 120 cm60 x 120 cm 60 x 120 cm

  Lantai bawah 60 x 120 cm60 x 120 cm60 x 120 cm 60 x 120 cm

  Balok kayu 8/12 cm 20 m 20 m 20 m 20 m

  Balok kayu 5/7 cm 15 m 15 m 15 m 15 m

  Paku 70 buah 70 buah 70 buah 70 buah

Cara Pengerjaan

a) Bak Penampung

69

Page 70: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Siapkan drum atau tabung berdiameter 60 centimeter berkapasitas 200 liter dan tidak bocor,

Buat dua buah lubang di sisi drum yang mempunyai diameter ¾ " atau 20 mm. Lubang pertama terletak pada dasar drum akan berfungsi sebagai pipa pembuang dan lubang kedua terletak sekitar 20 cm dari dasar drum digunakan sebagai pipa keluar air baku ke bak penyaring,

Rakit socket dan pipa sesuai dengan spesifikasi SARUT kapasitas 200 ltr, kemudian pasang pada bak penampung,

Tempatkan drum bak penampung di atas panggung (dari kayu) dengan ketinggian sekitar 100 cm dari atas tanah,

b) Pembuatan Bak Penyaring Siapkan drum atau tabung berdiameter 60

centimeter berkapasitas 200 liter dan tidak bocor Buat tiga buah lubang di sisi drum yang terletak

segaris dengan diameter ¾ " atau 20 mm. Lubang pertama terletak pada dasar drum akan digunakan untuk pipa keluar air bersih dan penguras bak, lubang kedua terletak sekitar 40 cm dari dasar drum digunakan sebagai pipa pembuang, dan lubang ketiga terletak sekitar 80 cm dari dasar drum berfungsi sebagai pipa peluap

Rakit pipa penangkap air bersih yang akan diletakkan di dasar bak penyaring yang akan dihubungkan dengan pipa keluar air bersih pada bagian dasar bak penyaring. Rakit pipa pembuang dan pipa peluap beserta kelengkapan pipa (belokan dan valve) sesuai dengan spesifikasi SARUT kapasitas 200 liter, kemudian pasang pada bak penyaring

Tempatkan drum bak penyaring di atas wadah yang terletak di atas tanah di sebelah bak penampung. Perbedaan tinggi antara bak penampung dengan bak penyaring sekitar 1 m,

70

Page 71: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Gambar 9 Karbon Aktif

Masukkan media penyaring ke dalam bak penyaring sesuai dengan ketentuan. Petama kerikil kasar (tebal 5 cm), kerikil halus (tebal 10 cm), dan pasir (tebal 40 cm),

Air baku siap dimasukkan kedalam bak penampung yang akan dialirkan ke bak penyaring untuk disaring,

Cara Pembuatan Karbon Aktip Tempurung Kelapa

Bersihkan tempurung kelapa dari kotoran yang masih melekat pada sisi permukaan tempurung

Cuci dengan air bersih, kemudian hancurkan menjadi ukuran sesuai yang diperlukan

Rendam dalam air bersih selama 11 sampai 24 jam, angkat dan keringkan,

Buat lubung pembakaran dengan kedalam 30 mm,

Bakar tempurung kelapa dalam lubang pembakaran sampai tidak terdapat asap lagi,

Tutup dengan karung goni basah tempurung kelapa hasil pembakaran,

Biarkan sampai dingin kembali untuk menjadi karbon aktip

karbon aktip siap untuk digunakan

4.1.2. Air Limbah (Sanitasi):

a. MCK (Mandi, Cuci, Kakus)

MCK adalah suatu bangunan untuk sarana mandi, cuci dan kakus yang digunakan secara bersama-sama (Komunal).

Kebutuhan Bahan/Material:

No Komponen Satuan Volume

12345

papan blowplankpasir urug pasir beton atau pasir pasang semen @ 40 kgbesi beton diameter 8 mm

lembarM3M3Zak

batang

51,53

2012

71

Page 72: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

6789

10

111213141516

17

balok kayu 5/10, Balok Kayu 3/4batu-bataBatu belahkusen pintu dan lubang anginpipa PVC 3/4" dan perlengkapannya kerikil atau batu pecah 2-3 cmklosetengsel pintukunci pintuAtap:- genting - seng atau asbessarana listrik

batangbatangBuahM3unitM

M3Buahunitunit

buahLembar

Unit

410

30002,24

18

0,5284

3006-

72

Page 73: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Tata Cara Pembangunan:

a) Pekerjaan

bowplank

sebagai

berikut : pasang

patok pada sekeliling calon lahan yang akan dibangun dan buat papan bowplank

pada bowplank tentukan ukuran-ukuran peruntukkan ruangan dengan cara menandai di papan, dan dipaku pada papan tersebut

tarik benang yang menghubungkan batas ruang rencana MCK

b) Pekerjaan pondasi sebagai berikut Kerjakan galian pondasi berukuran lebar 50 cm,

dalam 50-60 cm, panjang disesuaikan Urug dengan pasir urug setebal 5 cm dan

padatkan Pasang batu kali dengan adukan 1 semen : 3

pasir sesuai dengan ukuran yang ditentukan Siapkan lubang pada pondasi untuk pemasangan

pipa dari kloset ke bangunan bawahc) Pekerjaan sloof beton sebagai berikut

potong-potong besi diameter 6 mm untuk beugel, ukuran luar 11 x 11 cm (Gambar 3.10)

potong besi beton 10 mm untuk tulang sloof sesuai ukuran panjang rencana sloof dan pasang tulangan untuk cetakan beton sloof ukuran 15 x 15 cm

buat beton 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil (batu pecah 2-3 cm)

Bila tidak menggunakan slof beton, dapat dibuat dari pasangan batu-bata rollag

73

Page 74: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Tuangkan adukan beton pada cetakan yang sudah disiapkan

d) pekerjaan dinding sebagai berikut pasang dinding batu-bata sesuai dengan ukuran

rencana dengan adukan 1 semen : 3 pasir pasang pipa PVC dia. 13 mm pada dinding bata

untuk saluran air bersih pasang kusen pintu pada bagian yang telah

ditentukan plester semua permukaan dengan adukan 1

semen : 3 pasir dinding diperkuat dengan kolom atau tiang beton pasang kuda-kuda rangka kayu, gording dan

kaso rangka genting pasang genting, atau penutup atap dari bahan

seng atau asbes e) pembuatan saluran buangan air kotor sebagai berikut

pekerjaan dilakukan sebelum pekerjaan lantai, pipa yang dipakai dapat pipa tanah atau PVC dia. 100 mm untuk disalurkan ke SPAL (Saluran Pembuangan Air Limbah) atau ke tangki Septik.

Pasang Pipa PVC dia. 100 mm untuk saluran dari kloset ke bak kontrol dan bagunan bawah

f) Pekerjaan lantai sebagai berikut Ratakan dan padatkan tanah untuk keperluan –

keperluan lantai Buat Bak mandi dan cuci sesuai kebutuhan Buat lantai tempat cuci dari pasangan batu bata

dan lakukan plesteran tebal 2 cm dengan adukan 1 semen : 2 pasir, dibuat ketinggian lantai minimum 20 cm dari tanah asal

Di sekeliling lantai tempat cuci dan bak penampung air, kerjakan lantai 25 cm dari tanah asal

Cat dinding dan kusen

74

Page 75: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

20 90 20 180 20

330

15 100 15 120 15 165 10

440

385

1060

15

100

15

100

60

15

10

BAK AIR

DRAIN

A

B

T. CUCI

POMPA

BAK KONTROL

50 1010

A PIPA Ø 3"

DENAH MCK TYPE A

200

20

20

+ 3.60

+ 2.40

+ 2.00

± 0.00

- 0.20

- 0.80

- 1.00

25

10 60 10 5

15

PASIR

PAS. BATU KOSONG

PAS. BATU KALIURUGAN TANAH

15 150 15

10 1050

10 60 10 10 60 10115 205 150

PIPA Ø 3"

CUBLUK

BAK KONTROL

PAS. BATAKEDAP AIR

RING BALK 10 X 15

KOLOM 15/15

KAYU 5/10

POTONGAN A - A

Gambar- 15 : Denah MCK

Gambar- 16 : Gambar Potongan A-A

75

Page 76: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

b. Tangki Setpik dan Sumur Resapan

Tangki septik adalah suatu ruangan kedap air atau beberapa kompartemen ruangan yang berfungsi menampung/ dengan kecepatan air yang lambat, sehingga memberi kesempatan untuk terjadi pengendapan terhadap suspensi benda-benda padat dan kesempatan untuk penguraian bahan-bahan organik oleh jasad anaerobik membentuk hambatan-hambatan larut air dan gas. Air yang keluar dari tangki septik masih mengandung jasad-jasad renik dan zat-zat organik,

maka perlu pengolahan lebih lanjut.

Gambar- 17 : Tangki Setpik dan Sumur Resapan

76

Page 77: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Keterangan gambar :

Air limbah rumah tangga dimaksud adalah jenis air buangan rumah tangga yang berasal dari kakus/ WC.

Air tanah rendah adalah keadaan dimana muka air tanah pada musim hujan berada pada kedalaman 1,20 meter dari permukaan tanah.

Limpahan keluar ialah aliran air keluar dari suatu sistem pengolahan air limbah rumah tangga.

Limpahan air kedalam adalah aliran air masuk ke suatu sistem pengolahan air limbah rumah tangga.

Pipa keramik ialah pipa yang terbuat dari tanah liat dibakar pada suhu tinggi, sehingga bila direndam air tidak dapat hancur.

Pipa T ialah pipa berbentuk seperti huruf T.

Sarana pengolahan limpahan keluar adalah suatu tempat pengolahan limpahan keluar untuk meresapkan pembuangan air dari tangki septik, sehingga aman bagi kesehatan dan lingkungan.

Bahan dan Persyaratan :

1). Bahan bangunan

Pemakaian bahan bangunan untuk tangki septik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a). Bahan bangunan harus kuat terhadap gaya yang mungkin timbul dan memenuhi ketentuan SK-SNI mengenai spesifikasi bahan bangunan;

b). Bahan bangunan harus lebih tahan terhadap keasaman dan kedap air.

2). Bentuk ukuran

Bentuk dan ukuran ditentukan sebagai berikut :

a). Tangki septik empat persegi panjang dengan perbandingan panjang dan lebar 2 : 1 sampai 3 : 1. Lebar tangki sekurang-kurangnya 0,75 m dan

77

Page 78: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

panjang tangki sekurang-kurangnya 150 cm.

b) Tinggi air dalam tangki sekurang-kurangnya 1,00 m dan kedalaman maksimum 2,10 m. Tinggi tangki septik adalah tinggi air dalam tangki, ditambah dengan ruang bebas air sebesar (0,20 - 0,40) m dan ruang penyimpanan lumpur. Dasar tangki dapat dibuat horisontal atau dengan kemiringan tertentu untuk memudahkan pengurasan lumpur. Dinding tangki septik harus dibuat tegak lurus.

c) Tangki septik ukuran kecil yang hanya melayani satu keluarga dapat berbentuk bulat dengan diameter sekurang-kurangnya 1,20 m dan tinggi sekurang-kurangnya 1,00 m

d) Penutup tangki maksimum terbenam ke dalam tanah 0,40 m.

3). Pipa penyalur air limbah rumah tangga

Ketentuan pipa penyalur air limbah rumah tangga adalah sebagai berikut :

a) Pipa penyalur air limbah rumah tangga berupa pipa horizontal berada diluar bangunan, mulai dari jarak 1,50 m dari pondasi bangunan ke tangki septik;

b) Pipa penyalur air limbah dari PVC Dia. 10 cm;

c) Sambungan pipa antara tangki septik dengan bidang resapan harus kedap air;

d) Kemiringan minimum 2 per 100 m’ (2 %), tetapi sebaiknya dibuat 3 per 100 m’ (3 %).

e) Di setiap belokan melebihi 45o dan perubahan kemiringan melebihi 22,5o harus dipasang bak kontrol untuk pengontrolan/pembersihan pipa. Belokan 90o sebaiknya dihindari atau dilaksanakan dengan membuat dua kali belokan masing-masing 45o.

4). Aliran masuk dan aliran keluar

Ketentuan aliran masuk dan aliran keluar adalah sebagai

78

Page 79: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

berikut :

a) Pipa aliran masuk dan pipa aliran keluar dapat berupa pipa T.

b) Pipa aliran keluar harus diletakkan (5-10) cm lebih rendah dari pipa aliran masuk.

c) Pipa T atau sekat harus terbenam 0,20 m di bawah permukaan air dan menonjol minimal 0,15 m diatas permukaan air.

5). Pipa udara

Ketentuan pipa udara adalah sebagai berikut :

a) Tangki septik harus dilengkapi dengan pipa udara dengan diameter 50 mm. Tinggi 2,00 m dari permukaan tanah.

b) Ujung pipa udara perlu dilengkapi dengan pipa U atau pipa T sedemikian rupa, sehingga lubang pipa udara menghadap ke bawah dan ditutup dengan kawat kasa.

6). Lubang pemeriksaan

Ketentuan lubang pemeriksaan adalah sebagai berikut :

a) Tangki septik harus dilengkapi dengan lubang pemeriksaan yang berfungsi sebagai lubang untuk pengurasan lumpur dan keperluan lainnya.

b) Permukaan lubang pemeriksa harus ditempatkan 0,10 m diatas permukaan tanah.

c) Lubang pemeriksaan yang berbentuk empat persegi ukurannya = (0,40 x 0,40) m2.

7). Tangki septik dengan dua ruang atau lebih

Untuk menaikkan efisiensi pengolahan, maka tangki septik dapat dibuat menjadi 2 bagian (2 ruangan) atau lebih, dengan ukuran panjang tangki ruang pertama adalah 2/3 bagian, sedang ruang yang kedua 1/3 bagian.

79

Page 80: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

8). Jarak

Jarak dari tangki septik atau bidang resapan ke suatu unit tertentu dapat dipergunakan ketentuan-ketentuan seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel 11 : Jarak ke Tangki Septik dan Bidang Resapan

Jarak dari Tangki septik Bidang resapan

Bangunan 1,50 m 1,50 m

Sumur 10,00 m 10,00 m

Pipa air bersih 3,00 m 3,00 m

Tabel 12 : Ukuran Tanki Septik

NO.JUMLAH PEMAKAI

JIWA

KEBUTUHAN RUANG

LUMPUR (M3) KEBUTUHAN RUANG

BASAH (M3)

VOLUME TOTAL (M3)

UKURAN (M)

2 TH 3 TH 2 TH 3 TH2 TAHUN 3 TAHUN

P L T P L T

1  5 0.4  0.6 1 0.25  1.85 1.60 0.80 1.30 1.70  0.85 1.30

2.  25  2.0 3.0 5  8.25  9.25 3.25  1.70 1.60 3.40 1.70 1.60

Tahapan Pengerjaan Tangki Septic :

1) Pekerjaan Tutup Tangki

Menyiapkan tulangan beton

Bersihkan besi beton ukuran 8 s/d 10 mm dengan sikat kawat;

Rakitlah besi beton di dalam cetakan agar ukurannya sesuai dengan yang diinginkan, jarak antara tulang beton 10 x 10 cm atau 15 x 15 cm dan jarak antara susunan tulangan dengan pinggir cetakan kurang lebih 3 cm.

Ikat setiap persilangan tulangan dengan kawat pengikat tulangan.

Siapkan bagian tutup lubang kontrol (40 cm x 40 cm) dan jangan dibuat pembesian.

80

Page 81: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Menyiapkan, mengaduk dan mengecor beton Semen yang dipakai hendaknya berupa serbuk

halus. Pasir harus yang bersih. Kerikil berukuran 2-3 cm harus bersih. Air harus bersih. Takar semen, pasir, kerikil dan air yang diperlukan

dengan ember ukuran sama agar perbandingannya tepat.

Tebarkan pasir pada peralatan, lalu tebarkan semen diatasnya dengan rata.

Aduklah kedua bahan itu dengan menggunakan singkup atau cangkul sampai seluruh adukan sama warnanya.

Tebarkan campuran pasir dan semen secara merata, lalu tebarkan kerikil diatasnya dan aduk lagi dengan sempurna.

Buatlah lekukan ditengah adukan dan tuangkan air perlahan-lahan, jangan lupa mengaduk setiap air dituangkan.

Aduk terus sampai butiran kerikil terselimuti campuran semen dan pasir.

Letakkan lembaran plastik atau kertas di dalam cetakan sebagai alas. Lembaran itu harus melampaui pinggir cetakan agar cetakan mudah diangkat setelah beton mengeras.

Tuangkan adukan ke dalam cetakan dengan rata setebal 3 cm, lalu pasang rakitan tulangan beton diatasnya.

Tuangkan sisa adukan, jangan lupa pasang cincin besi untuk pegangan.

Sesudah beton agak mengeras, ratakan dengan papan.

Membuat tutup lubang kontrol

Letakkan lembaran plastik atau kertas di dalam cetakan sebagai alas. Lembaran itu harus melampaui pinggir cetakan agar cetakan mudah diangkat setelah beton mengeras.

Buat cetakan 40 cm x 40 cm.

81

Page 82: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Buat pembesian 6 mm dan masukkan adukan beton 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil (batu pecah 2-3 cm).

Buatkan pegangan untuk mengangkat tutup dari besi bulat ½ inchi selebar 15 cm.

2) Galian Tanah

Gali tanah sesuai ukuran tangki septik, untuk setiap galian dibuat lebih panjang dan lebarnya agar terdapat ruangan yang leluasa untuk bekerja.

Kedalaman galian disesuaikan dengan ketinggian tangki septik, ditambah kelebihan untuk pasir urug.

Simpan galian tanah dari pinggir lubang, disingkirkan agar tidak mengganggu pekerjaan.

3) Pasir Urug

Lapisi dasar galian pondasi dengan pasir setebal 5 cm dan padatkan hingga rata keseluruh dasar galian pondasi.

4) Pemasangan Dinding

Pasang patok kayu di setiap sudut galian dan hubungkan dengan benang.

Pastikan gali tanah tersebut lurus dan tegak lurus. Pasang batu bata dari atas ke bawah mengikuti

ukuran benang dengan adukan 1 semen : 3 pasir.5) Pemasangan Lantai

Pemasangan lantai harus dimulai dari salah satu sisi.

Buat adukan dengan campuran 1 semen : 3 pasir. Tumpahkan adukan pada dasar galian dan pasang

batu bata dengan posisi ½ bata.6) Pemasangan Pipa Masuk dan Keluar

Pipa yang digunakan harus pipa PVC dengan diameter 10 cm.

Pipa masuk dan pipa keluar dipasang bersamaan pada waktu pekerjaan dinding.

Posisi atau penempatan pipa masuk dan pipa keluar harus sesuai gambar.

Pipa masuk dan pipa keluar harus sudah dilengkapi

82

Page 83: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

dengan bentuk T (Fitting T PVC diameter 10 cm).7) Dinding Penyekat

Dinding penyekat digunakan pasangan batu bata ketebalan ½ bata dengan adukan 1 semen : 2 pasir.

8) Plesteran lantai dan dinding

Plester dinding dan lantai dengan adukan 1 semen : 5 pasir dengan ketebalan 1 - 2 cm.

9) Pekerjaan pengurugan

Isi ruang kosong bekas galian di sekeliling tangki dengan tanah bekas galian.

Lakukan pengurugan secara berlapis dan padatkan. Lakukan pengurugan tersebut hingga mencapai

permukaan tanah.10) Sumur Resapan

Siapkan pipa PVC diameter 4 inchi berlubang. Pasang patok kayu di setiap sudut galian dan

hubungkan dengan benang. Kerjakan galian tanah untuk sumur resapan dengan

ukuran panjang 2 m, lebar 0.75 m dan kedalaman 1,30 m.

Masukkan ijuk dengan ketebalan/ kedalaman 20 cm. Masukkan kerikil diameter 3-8 cm dengan

ketebalan/ kedalaman 20 cm. Masukkan sirtu dengan ketebalan 15 cm. Letakkan pipa berlubang pada kedalaman 75 cm. Masukkan pasir dengan ketebalan 25 cm. Lakukan pengurugan tanah diatas ijuk hingga

mencapai permukaan tanah.Pemeliharaan Tangki Septik

1) Setelah masa pengerasan beton dan masa persiapan selesai, tangki septik diisi penuh dengan air sumur hingga meluap masuk ke saluran.

2) Biarkan tangki septik yang penuh air selama minimum 1 x 24 jam. Apabila permukaan air turun berarti tangki bocor dan kebocoran segera diperbaiki.

83

Page 84: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

3) Apabila tidak terjadi kebocoran, tangki septik yang sudah penuh diisi dengan lumpur bibit yang mengandung bakteri pengurai tinja dari tangki septik yang lain, yaitu 20 liter setiap 1.000 liter isi tangki. Setelah itu tangki septik dapat dioperasikan.

4.1.3. Drainase

Drainase adalah sistem jaringan saluran pembuangan air hujan yang menampung dan mengalirkan air hujan yang berasal dari daerah terbuka maupun terbangun/wilayah permukiman ke badan air (waduk, danau, sungai, laut atau penampung akhir).

Kriteria Desain

1. Dasar saluran dari tanah.

2. Dasar saluran dapat juga dari pasangan batu kali yang di lining.

3. Kemiringan dasar saluran 1% atau yang dapat mengalirkan air dengan kecepatan 0,3 m/dt - 0,6 m/dt.

4. Lebar saluran 0,3 - 1 m.

5. Untuk konstruksi cor beton dapat dipergunakan pada belokan, bangunan terjun dan daerah/ tanah yang mudah erosi.

84

Page 85: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Gambar- 11 : Penampang Saluran Drainase

Tabel- 13 : Dimensi saluran drainse (batu kali/ tanah)

Type (a)

(cm)

(b)

(cm)

(c)

(cm)

(d)

(cm)

(H)

(cm)

Keterangan

S1 20 42 36 40 45 Tersier

S2 30 53 46 50 55 Sekunder

S3 40 65 57 60 65 Primer

Jenis-Jenis Drainase

a. Drainase Terbuka (untuk air hujan)

1) Konstruksi Drainase Terbuka

Konstruksi drainase terbuka disesuaikan dengan bentuk-bentuk saluran adalah sebagai berikut :

a) Segitiga

b) Trapesium

c) Setengah Lingkaran

d) Empat Persegi Panjang

2) Pembangunan Drainase Terbuka

a) Membuat sketsa saluran, dengan menentukan :

Bentuk dan ukuran dari penampang saluran.

Kemiringan dasar saluran.

Struktur lapisan dinding saluran.

b) Pasang patok-patok sepanjang kedua tepi as saluran setiap interval jarak tertentu, lalu pasang tali plastik yang menghubungkan patok-patok

85

Page 86: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

tersebut dalam arah memanjang selokan.

c) Gali saluran sesuai dengan bentuk, dimensi serta kemiringan dasar saluran. Kemiringan memanjang dasar saluran dapat dibuat bervariasi (0,5% - 5%) sesuai perbedaan ketinggian pada kedua ujung saluran.

d) Buang tanah galian saluran ketempat pembuangan yang tidak mengganggu lingkungan.

e) Apabila saluran terletak pada tanah lembek atau tanah yang mudah tererosi, maka dinding saluran perlu diberi lapisan dinding yang dapat dibuat dari bahan bambu, balok kayu, papan kayu, batu kosong, pasangan batu kali atau beton.

b. Drainase Tertutup (Untuk air kotor/limbah)

1) Konstruksi Drainase Tertutup

Ukuran drainase tergantung dari jumlah air kotor yang dibuang, sedangkan bentuk saluran ada 2 macam : bulat dan boks (kotak), berikut konstruksi drainase tertutup disesuaikan dengan bentuk :

a) Bulat

Dapat berbentuk penampung lingkaran, elips atau bulat telur, yang dicetak sebelumnya (prefabricated) dari bahan beton tumbuk atau tanah liat yang dibakar dengan panjang ± 1 meter setiap bagian. Sekarang dapat pula digunakan pipa pralon, dengan ukuran batang yang lebih panjang (> 1 meter).

Sambungan-sambungan pipa harus kedap air dan tidak boleh bocor, agar air kotor tidak mencemari air tanah.

b) Kotak

Bentuk ini digunakan untuk saluran pembuang tertutup dengan debit besar. Jenis boks atau kotak ini dibuat langsung di tempat pekerjaan (cast in

86

Page 87: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Lapisan tanah setebal 3 Cm

Sampah (10 Cm)

Gabar: 12Lubang sedang diisi sampah

place), biasanya dari pasangan batu dengan pelat penutup dari beton bertulang atau dari beton bertulang seluruhnya.

2) Pembangunan Drainase Tertutup

a) Bersihkan lahan dari tanaman liar, puing-puing dan kotoran lainnya.

b) Gali tanah sesuai dengan drainase saluran yang akan dipasang.

c) Pasang saluran sesuai dengan bentuk dan jenis konstruksi yang telah direncanakan.

d) Urug dan ratakan bagian atas setelah saluran drainase terpasang.

Pemeliharaan Drainase

Pemeliharaan terhadap bangunan-bangunan drainase perlu dilakukan secara rutin dan terus menerus, agar bangunan dapat berfungsi lebih lama. Umur bangunan drainase terbatas; untuk pasangan batu sekitar 30 tahun dan beton dapat bertahan sampai 50 tahun. Pemeliharaan selokan-selokan besar lebih mudah dari pada selokan-selokan kecil. Yang sudah jelas adalah, pemeliharaan drainase terbuka jauh lebih mudah daripada pemeliharaan drainase tertutup.

4.1.4. Pembuangan Sampah :

Pemukiman dengan Kepadatan Penduduk Rendah - Sedang

1) Pembuatan Lubang Sampah Individual.

87

Page 88: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Cara pengerjaannya :a) Gali tanah dengan ukuran: Panjang = 1.2 m, lebar =

1 m dan dalam = 1 m (Gbr. 3.1)b) Volume lubang tersebut dapat melayani 1 keluarga

(5 orang) dengan masa pakai 0.5 tahunc) Tumpuk tanah galian disekeliling lubang d) Buang sampah kedalam lubang tersebut dan

dipadatkan setiap hari.e) Untuk menghindari bau dan mungkin menjadi

sarang vektor penyakit (lalat), maka sebaiknya setiap ketebalan sampah 10 cm dilapisi tanah setebal 3 cm.

f) Jika lubang sudah hampir penuh ± 20 - 30 cm dari permukaan tanah asal, maka lubang ditutup dengan tanah setebal 0,3 meter dan dipadatkan.

88

Lapisan Tanah 3 cm

Sampah

Tanah Penutup Akhir 30 cm

Lapisan Tanah 3 cm

Lapisan Sampah10 cm

Page 89: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

2) Daur Ulang ( Recycle )Daur ulang adalah upaya pemanfaatan limbah melalui pengolahan fisik atau kimua, untuk menghasilkan produk yang sama atau produk yang lain.Contoh :a) Sampah organik diolah menjadi kompos:

Pembuatan kompos dapat dilakukan dengan skala kelompok dan skala rumah tangga, petunjuk praktis pembuatan kompos diuraikan pada buku terpisah. (Individual dan komunal)

b) Besi bekas diolah kembali menjadi barang-barang dari besi, dapat untuk barang sama maupun barang yang lain.

3) Pengunaan Kembali ( Reuse )Penggunaan kembali adalah pemanfaatan limbah dengan jalan menggunakannya kembali untuk keperluan yang sama atau fungsinya sama, tanpa mengalami pengolahan ataupun perubahan bentuk.Contoh :Botol sirop digunakan kembali untuk botol sirop lagi atau untuk botol kecap.

4) Perolehan kembali ( Reduce )Perolahan kembali adalah upaya pemanfaatan limbah/sampah dengan jalan memprosesnya, untuk memperoleh kembali salah satu atau lebh materi/komponen yang terkandubng didalamnya.Contoh :Sampah karton, plastik, botol minuman aqua dapat diproses kembali

89

Page 90: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

Pemukiman dengan Kepadatan Penduduk Tinggi

Sampah dari rumah tangga dikumpulkan dengan menggunakan gerobak sampah menuju TPS (Tempat Pembuangan Sementara) Sampah sebelum dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir, untuk jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut (gambar 2).Bila pengumpulan sampah dari sumbernya menuju ke TPS sampah ada 3 pola yaitu :1) Pola pengumpulan individual tidak langsung

Pengumpulan sampah dari rumah ke rumah dengan gerobak dan kemudian menuju TPS sampah. Pola pengumpulan individual tidak langsung.

2) Pola pengumpulan komunal tidak langsungPengumpulan sampah dari sumbernya ke bak sampah umum dilakukan oleh pemilik sampah. Selanjutnya pengumpulan sampah dari bak sampah umum menuju ke TPS dilaksanakan oleh petugas mempergunakan gerobak, pola ini dapat dilihat pada gambar 4.

3) Pola pengumpulan langsung ke TPSPengumpulan sampah langsung dari sumbernya ke TPS oleh pemilik sampah,

Dalam pengelolaan sampah secara komunal/kelompok diperlukan organisasi pengelola termasuk aspek pembiayaan. Anggota masyarakat yang menggunakan jasa pengelolaan sampah akan dimintai kontribusi berupa dana/iuran sampah. Dengan cara tersebut diharapkan memperoleh lingkungan permukiman yang bersih dan sehat.

4.1.5. Instalasi Listrik

1) Instalasi listrik harus memenuhi syarat yang ditetapkan dalam peraturan PLN setempat;

2) Jumlah gantungan, stop kontak, saklar sesuai dengan kebutuhan;

3) Pilih stop kontak yang aman dari jangkauan anak baik secara penempatan maupun jenis fittingnya;

90

Page 91: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

4.2 Prasarana Lingkungan Perumahan Jaringan Jalan Perumahan

4.2.1 Jaringan Jalan Perumahan

Berdasarkan fungsi jalan untuk kawasan perumahan termasuk ke dalam jalan lokal sekunder dan jalan lingkungan sekunder. Jalan lokal sekunder (pasal 19 PP No 34 Tahun 2006) didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 km/jam, dengan lebar badan jalan paling sedikit 7,5 m. Sedangkan jalan lingkungan sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 km/jam, dengan lebar badan jalan paling sedikit 6,5 m. Persyaratan teknis jalan lingkungan sekunder tersebut diperuntukan bagi kendaraan beroda 3 atau lebih, sedangkan yang tidak diperuntukan bagi kendaraan bermtor beroda 3 atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan paling sedikit 3,5 m.

Bangunan pelengkap jalan perumahan (PP No 34 Tahun 2006) meliputi; ruang manfaat jalan, ruang milik jalan dan ruang pengawasan jalan. Untuk lebih jelasnya mengenai bagian-bagian jalan dapat dilihat pada Gambar 7.

91

Page 92: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

4.2.2 Klasifikasi Jalan di Lingkungan Perumahan

Sedangkan klasifikasi Jalan lokal sekunder di kawasan perumahan tersebut dibagi kedalam tiga bagian:

a) Jalan lokal sekunder I,

Jalan lokal I merupakan jalan poros perumahan yang menghubungkan antara jalan kolektor dan atau pusat aktivitas di perumahan. Jalan ini secara fungsional dapat dikatakan seperti jalan dengan hirarki arteri di dalam kawasan perumahan, dengan kapasitas jalan yang dapat melayani jumlah kendaraan yang relatif besar, yaitu antara 800-2000 kendaraan/hari.

b) Jalan lokal sekunder II, Jalan lokal II menghubungkan akses menuju jalan lokal sekunder III dan menghubungkan aktivitas atau menuju jalan yang lebih tinggi hirarkinya. Jalan lokal II dapat berbentuk loop yang menghubungkan satu jalan kolektor atau jalan arteri pada dua titik, atau dapat juga berbentuk jalan lurus yang menghubungkan lalu-lintas antara jalan kolektor atau jalan arteri. jalan lokal II mempunyai kapasitas 200-1000 kendaraan/hari.

c) Jalan lokal sekunder III, Fungsi utama dari jalan ini adalah menghubungkan lalu-lintas dari dan menuju persil jalan lainnya dalam perumahan. Jalan lokal III tidak memberikan pelayanan sebagai jalan pintas. Kapasitas jalan ini adalah kurang dari 350 kendaraan/hari .

Untuk ilustrasi jalan lingkungan perumahan perdesaan dapat dilihat pada gambar 8.

92

Page 93: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

4.2.3 Drainasea). Drainase Jalan

Drainase adalah usaha pengeringan air dari suatu tempat atau daerah, baik berupa air permukaan atau air yang keluar dari dalam tanah ke permukaan dengan cara alam atau buatan yang biasanya akan menyangkut persoalan aliranFungsi utama drainase jalan adalah untuk mengumpulkan dan menyalurkan air permukaan maupun air bawah permukaan melalui saluran yang ditempatkan di samping jalan. Volume air yang jatuh pada daerah tangkapan tersebut merupakan faktor utama dalam penentuan dimensi dan bentuk penampang drainase.Drainase jalan juga berfungsi memutuskan dan mengalirkan air permukaan jalan (biasanya menggunakan bantuan gaya gravitasi), termasuk didalamnya saluran sisi jalan terbuka maupun tertutup, pipa, gorong-gorong serta culvert. Tipikal Drainase Terbuka Dan Tertutup Bagi Perumahan dapat dilihat gambar 9.

93

Page 94: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

b) Pemanfaatan Sumur Resapan Air Hujan dan Kolam ResapanSumur Resapan Air Hujan (SRAH) dan kolam resapan merupakan suatu metode teknis yang dapat memberikan resapan air yang membantu mengetaskan masalah banjir di suatu kawasan perumahan dan permukiman. Untuk mengetahui kebutuhan SRAH yang seharusnya, perlu diketahui debit ait larian (run off) dan daya tampung sungai. Run off tinggi pada musim hujan, dengan kondisi daya tampung yang tetap maka terjadi luapan air. Luapan air diminimalisasi oleh penerapan SRAH yang diharapkan akan membantu pelestarian kuantitas dan kualitas airtanah.

94

Page 95: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

4.2 Sarana Lingkungan Perumahan

4.2.1 Sarana PendidikanSarana pendidikan di lingkungan perumahan dikategorikan menjadi beberapa jenis yaitu meliputi; tingkat prabelajar (Taman Kanak-kanak); tingkat dasar (SD/MI); tingkat menengah (SLTP/MTs dan SMU). Kriteria kebutuhan sarana pendidikan diantaranya adalah:a) Pelayanan sarana pendidikan minimal di setiap lingkungan

perumahan adalah TK dan SD/MI dan pelayanan maksimal di suatu kawasan perumahan dan permukiman adalah SMU/ Sederajat.

b) Pelayanan sarana pendidikan minimal adalah > 251 jiwa penduduk kawasan di layani oleh TK atau SD.

c) Pelayanan memperhatikan jarak dan akses yang tidak memberatkan para pengguna sarana dalam menggunakannya.

4.2.2 Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan lingkungan perumahan dikategorikan menjadi beberapa jenis yaitu meliputi; Posyandu, Balai Pengobatan warga, BKIA/Klinik/Puskesmas, Apotik/rumah obat. Kriteria kebutuhan sarana kesehatan di lingkungan perumahan diantaranya adalah:a) Pelayanan kesehatan adalah kondisi fisik, kimia, dan

biologik di dalam rumah, di lingkungan rumah dan

95

Page 96: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

perumahan, sehingga memungkinkan penghuni mendapatkan derajat kesehatan yang optimal.

b) Sarana kesehatan bagi perumahan dan permukiman secara umum merupakan kebutuhan masyarakat yang di fasilitasi oleh pemerintah. Namun secara pengelolaan meli-batkan kemiteraan masyarakat maupun swasta.

c) Sarana kesehatan minimal di setiap lingkungan perumahan dan permukiman adalah apotek, posyandu dan praktek dokter, yaitu di kawasan dengan penduduk > 250 hingga 1250 jiwa.

4.2.3 Sarana Perniagaan dan IndustriMenurut skala pelayanannya, penggolongan jenis sarana perdagangan dan niaga seperti warung, pertokoan dan pasar lingkungan. Sarana perdagangan melayani kebutuhan masyarakat di lingkungan perumahan yang disesuaikan dengan tingkat pelayanan dan kebutuhannya.Sarana perdagangan secara umum mampu memberikan pelayanan bagi setiap kegiatan dan di setiap daerah, namun secara pengaturan dan penyediaannya terkadang memberikan dampak pada ketidakteraturan lokasi dan tempat sarana tersebut sehingga tumbuh berkembang sektor informal.a) Sarana Perdagangan menunjang kebutuhan jual-beli

kebutuhan masyarakat di sekitar perumahan dan permukiman dengan lingkup terkecil adalah Toko/warung (skala pelayanan unit RT 250 penduduk), yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari;

b) Sarana perdagangan untuk kawasan perumahan dan permukiman skala lebih besar setidaknya memiliki pasar lingkungan.

c) Sarana perdagangan untuk pertokoan dan pasar lingkungan diharuskan memiliki sarana RTH, Parkir, pos

96

Page 97: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

keamanan dan berdekatan dengan sarana pos pemadam kebakaran atau memiliki hidran.

4.2.4 Sarana Olah Raga/ Ruang Terbuka

Pada umumnya sarana olah raga di lingkungan perumahan ini bergabung dengan ruang terbuka, baik berupa suatu lansekap, hardscape, taman atau ruang rekreasi dalam lingkup perdesaan.a) Setiap unit RW kawasan berpenduduk 2.500 jiwa

diperlukan sekurang-kurangnya satu daerah terbuka berupa taman, di samping daerah-daerah terbuka yang telah ada pada tiap kelompok 250 penduduk sebaiknya, yang berfungsi sebagai taman tempat main anak-anak dan lapangan olah raga kegiatan olah raga;

b) Setiap unit Kelurahan kawasan berpenduduk 30.000 jiwa diperlukan taman dan lapangan olahraga untuk melayani kebutuhan kegiatan penduduk di area terbuka, seperti pertandingan olah raga, upacara serta kegiatan lainnya;

c) Setiap unit Kecamatan kawasan berpenduduk 120.000 jiwa, harus memiliki sekurang-kurangnya 1 (satu) lapangan hijau terbuka yang berfungsi sebagai tempat pertandingan olah raga (tenis lapangan, bola basket dan lain-lain), upacara serta kegiatan lainnya yang membutuhkan tempat yang luas dan terbuka.

4.2.5 Sarana PeribadatanKawasan perumahan perdesaan terdiri dari mushola/langgar,

Mesjid, gereja, vihara, dan pura. Sarana inji secara umum

harus mampu memberikan pelayanan bagi setiap pemeluk agama yang ada di lingkungannya. Setiap penyediaan sarana peribadatan meninjau mayoritas penduduk sekitarnya dengan strategi swadaya dan memiliki lebih dari 10% penduduk beragama yang sama dengan perizinan dan pertimbangan

97

Page 98: Juknis Ujicoba Akhir 161009 Sae

toleransi bersama masyarakat lainnya dan pemerintah setempat.

4.2.6 Sarana PemerintahanSarana pemerintahan di lingkungan perumahan biasanya terdiri dari Kantor Desa, Balai warga, Pos Keamanan, Loket pembayaran (listrik, telepon, air), kantor polisi. Sarana pemerintahan yang merupakan tanggungjawab pemerintah setempat adalah kantor polisi, balai warga kantor desa, kantor kecamatan, kantor pemadam kebakaran, pelayanan pos, pembayaran listrik, telepon, dan air.

4.2.7 KuburanBesarnya lahan kuburan/pemakaman umum tergantung dari sistem penyempurnaan yang dianut sesuai agama dan kepercayaan masing-masing. Acuan perhitungan luasan berdasarkan angka kematian setempat dan/atau sistem penyempurnaan. Setiap unit Kecamatankawasan berpenduduk 120.000 jiwa, harus memiliki sekurang-kurangnya 1 (satu) ruang terbuka yang berfungsi sebagai kuburan/ pemakaman umum; Lokasi pemakaman sebaiknya berada dekat dengan hutan dan pepohonan yang tua, berjarak ≤ 3-5 dari rumah terakhir, tanah yang mudah digali, tanah liat, pasir atau sejenisnya. Keadaan air tanah pada kedalaman ≥ 2,50-300 m, jika perlu saluran air yang deras penting untuk penyiraman.

98