ujian.Tanatologi

13
Tanatologi Definisi Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos (ilmu). Tanatologi adalah bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan kematian yaitu definisi atau batasan mati, perubahan yang terjadi pada tubuh setelah terjadi kematian dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut (Idries, 1997). Mati menurut ilmu kedokteran didefinisikan sebagai berhentinya fungsi sirkulasi dan respirasi secara permanen (mati klinis). Dengan adanya perkembangan teknologi ada alat yang bisa menggantikan fungsi sirkulasi dan respirasi secara buatan. Oleh karena itu definisi kematian berkembang menjadi kematian batang otak. Brain death is death. Mati adalah kematian batang otak (Idries, 1997 Manfaat Ada tiga manfaat tanatologi ini, antara lain untuk dapat menetapkan hidup atau matinya korban, memperkirakan lama kematian korban, dan menentukan wajar atau tidak wajarnya kematian korban. Menetapkan apakah korban masih hidup atau telah mati dapat kita ketahui dari masih adanya tanda kehidupan dan tanda-

description

asdsdasd

Transcript of ujian.Tanatologi

Page 1: ujian.Tanatologi

Tanatologi

Definisi

Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan

logos (ilmu). Tanatologi adalah bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik yang

mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan kematian yaitu definisi atau batasan

mati, perubahan yang terjadi pada tubuh setelah terjadi kematian dan faktor-faktor

yang mempengaruhi perubahan tersebut (Idries, 1997).

Mati menurut ilmu kedokteran didefinisikan sebagai berhentinya fungsi sirkulasi

dan respirasi secara permanen (mati klinis). Dengan adanya perkembangan

teknologi ada alat yang bisa menggantikan fungsi sirkulasi dan respirasi secara

buatan. Oleh karena itu definisi kematian berkembang menjadi kematian batang

otak. Brain death is death. Mati adalah kematian batang otak (Idries, 1997

Manfaat

Ada tiga manfaat tanatologi ini, antara lain untuk dapat menetapkan hidup atau

matinya korban, memperkirakan lama kematian korban, dan menentukan wajar

atau tidak wajarnya kematian korban. Menetapkan apakah korban masih hidup

atau telah mati dapat kita ketahui dari masih adanya tanda kehidupan dan tanda-

tanda kematian. Tanda kehidupan dapat kita nilai dari masih aktifnya siklus

oksigen yang berlangsung dalam tubuh korban. Sebaliknya, tidak aktifnya siklus

oksigen menjadi tanda kematian (AlFatih II, 2007)

Jenis Kematian

Agar suatu kehidupan seseorang dapat berlangsung, terdapat tiga sistem yang

mempengaruhinya. Ketiga sistem utama tersebut antara lain sistem persarafan,

sistem kardiovaskuler dan sistem pernapasan. Ketiga sistem itu sangat Universitas

Sumatera Utara mempengaruhi satu sama lainnya, ketika terjadi gangguan pada

satu sistem, maka sistem-sistem yang lainnya juga akan ikut berpengaruh (Idries,

1997). Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu mati somatis

Page 2: ujian.Tanatologi

(mati klinis), mati suri, mati seluler, mati serebral dan mati otak (mati batang

otak).

Mati somatis (mati klinis) ialah suatu keadaan dimana oleh karena sesuatu sebab

terjadi gangguan pada ketiga sistem utama tersebut yang bersifat menetap (Idries,

1997). Pada kejadian mati somatis ini secara klinis tidak ditemukan adanya

refleks, elektro ensefalografi (EEG) mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung

tidak terdengar, tidak ada gerak pernapasan dan suara napas tidak terdengar saat

auskultasi. Mati suri (apparent death) ialah suatu keadaan yang mirip dengan

kematian somatis, akan tetapi gangguan yang terdapat pada ketiga sistem bersifat

sementara. Kasus seperti ini sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur,

tersengat aliran listrik dan tenggelam (Idries, 1997). Mati seluler (mati molekuler)

ialah suatu kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah

kematian somatis. Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan berbeda-

beda, sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap organ tidak bersamaan

(Budiyanto, 1997). Mati serebral ialah suatu kematian akibat kerusakan kedua

hemisfer otak yang irreversible kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan

kedua sistem lainnya yaitu sistem pernapasan dan kardiovaskuler masih berfungsi

dengan bantuan alat (Budiyanto, 1997). Mati otak (mati batang otak) ialah

kematian dimana bila telah terjadi kerusakan seluruh isi neuronal intrakranial

yang irreversible, termasuk batang otak dan serebelum. Dengan diketahuinya mati

otak (mati batang otak) maka dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak

dapat dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan (Budiyanto,

1997)

Cara Mendeteksi Kematian Melalui fungsi sistem saraf, kardiovaskuler, dan

pernapasan, kita bisa mendeteksi hidup matinya seseorang. Untuk mendeteksi

tidak berfungsinya sistem saraf, ada lima hal yang harus kita perhatikan yaitu

tanda areflex, relaksasi, tidak ada pegerakan, tidak ada tonus, dan elektro

ensefalografi (EEG) mendatar/ flat. Untuk mendeteksi tidak berfungsinya sistem

kardiovaskuler ada enam hal yang harus kita perhatikan yaitu denyut nadi berhenti

pada palpasi, denyut jantung berhenti selama 5-10 menit pada auskultasi, elektro

Page 3: ujian.Tanatologi

kardiografi (EKG) mendatar/ flat, tidak ada tanda sianotik pada ujung jari tangan

setelah jari tangan korban kita ikat (tes magnus), daerah sekitar tempat

penyuntikan icard subkutan tidak berwarna kuning kehijauan (tes icard), dan tidak

keluarnya darah dengan pulsasi pada insisi arteri radialis. Untuk mendeteksi tidak

berfungsinya sisteim pernapasan juga ada beberapa hal yang harus kita perhatikan,

antara lain tidak ada gerak napas pada inspeksi dan palpasi, tidak ada bising napas

pada auskultasi, tidak ada gerakan permukaan air dalam gelas yang kita taruh

diatas perut korban pada tes, tidak ada uap air pada cermin yang kita letakkan

didepan lubang hidung atau mulut korban, serta tidak ada gerakan bulu ayam yang

kita letakkan didepan lubang hidung atau mulut korban (Modi, 1988)

Tanda Kematian

Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang

berupa tanda kematian yang perubahannya biasa timbul dini pada saat meninggal

atau beberapa menit kemudian. Perubahan tersebut dikenal sebagai tanda

kematian yang nantinya akan dibagi lagi menjadi tanda kematian pasti dan tanda

kematian tidak pasti.

A. Tanda kematian tidak pasti

1. Pernapasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit. 2. Terhentinya sirkulasi

yang dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba. Universitas Sumatera

Utara 3. Kulit pucat. 4. Tonus otot menghilang dan relaksasi. 5. Pembuluh darah

retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian. 6. Pengeringan

kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang masih dapat

dihilangkan dengan meneteskan air mata (Budiyanto, 1997).

B. Tanda kematian pasti

1.Livor mortis

Page 4: ujian.Tanatologi

Nama lain livor mortis ini antara lain lebam mayat, post mortem lividity, post

mortem hypostatic, post mortem sugillation, dan vibices. Livor mortis adalah

suatu bercak atau noda besar merah kebiruan atau merah ungu (livide) pada lokasi

terendah tubuh mayat akibat penumpukan eritrosit atau stagnasi darah karena

terhentinya kerja pembuluh darah dan gaya gravitasi bumi, bukan bagian tubuh

mayat yang tertekan oleh alas keras. Bercak tersebut mulai tampak oleh kita kira-

kira 20-30 menit pasca kematian klinis. Makin lama bercak tersebut makin luas

dan lengkap, akhirnya menetap kira-kira 8-12 jam pasca kematian klinis (Idries,

1997). Sebelum lebam mayat menetap, masih dapat hilang bila kita menekannya.

Hal ini berlangsung kira-kira kurang dari 6-10 jam pasca kematian klinis. Juga

lebam masih bisa berpindah sesuai perubahan posisi mayat yang terakhir. Lebam

tidak bisa lagi kita hilangkan dengan penekanan jika lama kematian klinis sudah

terjadi kira-kira lebih dari 6-10 jam. Ada 4 penyebab bercak makin lama semakin

meluas dan menetap, yaitu : 1. Ekstravasasi dan hemolisis sehingga hemoglobin

keluar. 2. Kapiler sebagai bejana berhubungan. 3. Lemak tubuh mengental saat

suhu tubuh menurun. 4. Pembuluh darah oleh otot saat rigor mortis. Livor mortis

dapat kita lihat pada kulit mayat. Juga dapat kita temukan pada organ dalam tubuh

mayat. Masing-masing sesuai dengan posisi mayat. Lebam pada kulit mayat

dengan posisi mayat terlentang, dapat kita lihat pada belakang kepala, daun

telinga, ekstensor lengan, fleksor tungkai, ujung jari dibawah kuku, dan kadang-

kadang di samping leher. Tidak ada lebam yang dapat kita lihat pada daerah

skapula, gluteus dan bekas tempat dasi. Lebam pada kulit mayat dengan posisi

mayat tengkurap, dapat kita lihat pada dahi, pipi, dagu, bagian ventral tubuh, dan

ekstensor tungkai. Lebam pada kulit mayat dengan posisi tergantung, dapat kita

lihat pada ujung ekstremitas dan genitalia eksterna. Lebam pada organ dalam

mayat dengan posisi terlentang dapat kita temukan pada posterior otak besar,

posterior otak kecil, dorsal paru-paru, dorsal hepar, dorsal ginjal, posterior dinding

lambung, dan usus yang dibawah (dalam rongga panggul). Ada tiga faktor yang

mempengaruhi livor mortis yaitu volume darah yang beredar, lamanya darah

dalam keadaan cepat cair dan warna lebam. Volume darah yang beredar banyak

menyebabkan lebam mayat lebih cepat dan lebih luas terjadi. Sebaliknya lebih

Page 5: ujian.Tanatologi

lambat dan lebih terbatas penyebarannya pada volume darah yang sedikit,

misalnya pada anemia. Ada lima warna lebam mayat yang dapat kita gunakan

untuk memperkirakan penyebab kematian yaitu (1) warna merah kebiruan

merupakan warna normal lebam, (2) warna merah terang menandakan keracunan

CO, keracunan CN, atau suhu dingin, (3) warna merah gelap menunjukkan

asfiksia, (4) warna biru menunjukkan keracunan nitrit dan (5) warna coklat

menandakan keracunan aniline (Spitz, 1997). Interpretasi livor mortis dapat

diartikan sebagai tanda pasti kematian, tanda memperkirakan saat dan lama

kematian, tanda memperkirakan penyebab kematian dan posisi mayat setelah

terjadi lebam bukan pada saat mati. Livor mortis harus dapat kita bedakan dengan

resapan darah akibat trauma (ekstravasasi darah). Warna merah darah akibat

trauma akan menempati ruang tertentu dalam jaringan. Warna tersebut akan

hilang jika irisan jaringan kita siram dengan air (Mason, 1983).

2. Kaku mayat (rigor mortis)

Kaku mayat atau rigor mortis adalah kekakuan yang terjadi pada otot yang

kadang-kadang disertai dengan sedikit pemendekan serabut otot, yang terjadi

setelah periode pelemasan/ relaksasi primer; hal mana disebabkan oleh karena

terjadinya perubahan kimiawi pada protein yang terdapat dalam serabut-serabut

otot (Gonzales, 1954). a. Cadaveric spasme Cadaveric spasme atau instantaneous

rigor adalah suatu keadaan dimana terjadi kekakuan pada sekelompok otot dan

kadang-kadang pada seluruh otot, segera setelah terjadi kematian somatis dan

tanpa melalui relaksasi primer (Idries, 1997). b. Heat Stiffening Heat Stiffening

adalah suatu kekakuan yang terjadi akibat suhu tinggi, misalnya pada kasus

kebakaran (Idries, 1997). c. Cold Stiffening Cold Stiffening adalah suatu

kekakuan yang terjadi akibat suhu rendah, dapat terjadi bila tubuh korban

diletakkan dalam freezer, atau bila suhu keliling sedemikian rendahnya, sehingga

cairan tubuh terutama yang terdapat sendi-sendi akan membeku (Idries, 1997)

3. Penurunan suhu tubuh (algor mortis)

Page 6: ujian.Tanatologi

Algor mortis adalah penurunan suhu tubuh mayat akibat terhentinya produksi

panas dan terjadinya pengeluaran panas secara terusmenerus. Pengeluaran panas

tersebut disebabkan perbedaan suhu antara Utara mayat dengan lingkungannya.

Algor mortis merupakan salah satu perubahan yang dapat kita temukan pada

mayat yang sudah berada pada fase lanjut post mortem. Pada beberapa jam

pertama, penurunan suhu terjadi sangat lambat dengan bentuk sigmoid. Hal ini

disebabkan ada dua faktor, yaitu masih adanya sisa metabolisme dalam tubuh

mayat dan perbedaan koefisien hantar sehingga butuh waktu mencapai tangga

suhu. Ada sembilan faktor yang mempengaruhi cepat atau lamanya penurunan

suhu tubuh mayat, yaitu : 1. Besarnya perbedaan suhu tubuh mayat dengan

lingkungannya. 2. Suhu tubuh mayat saat mati. Makin tinggi suhu tubuhnya,

makin lama penurunan suhu tubuhnya. 3. Aliran udara makin mempercepat

penurunan suhu tubuh mayat. 4. Kelembaban udara makin mempercepat

penurunan suhu tubuh mayat. 5. Konstitusi tubuh pada anak dan orang tua makin

mempercepat penurunan suhu tubuh mayat. 6. Aktivitas sebelum meninggal. 7.

Sebab kematian, misalnya asfiksia dan septikemia, mati dengan suhu tubuh tinggi.

8. Pakaian tipis makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat. 9. Posisi tubuh

dihubungkan dengan luas permukaan tubuh yang terpapar. Penilaian algor mortis

dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut, antara lain : 1. Lingkungan sangat

mempengaruhi ketidakteraturan penurunan suhu tubuh mayat. 2. Tempat

pengukuran suhu memegang peranan penting. 3. Dahi dingin setelah 4 jam post

mortem. 4. Badan dingin setelah 12 jam post mortem. 5. Suhu organ dalam mulai

berubah setelah 5 jam post mortem. 6. Bila korban mati dalam air, penurunan

suhu tubuhnya tergantung dari suhu, aliran, dan keadaan airnya. Universitas

Sumatera Utara 7. Rumus untuk memperkirakan berapa jam sejak mati yaitu

(98,40 F - suhu rectal 0 F) : 1,50 F (Gonzales, 1954)

4. Pembusukan

Pembusukan mayat nama lainnya dekomposisi dan putrefection. Pembusukan

mayat adalah proses degradasi jaringan terutama protein akibat autolisis dan kerja

bakteri pembusuk terutama Klostridium welchii. Bakteri ini menghasilkan asam

Page 7: ujian.Tanatologi

lemak dan gas pembusukan berupa H2S, HCN, dan AA. H2S akan bereaksi

dengan hemoglobin (Hb) menghasilkan HbS yang berwarna hijau kehitaman.

Syarat terjadinya degradasi jaringan yaitu adanya mikroorganisme dan enzim

proteolitik. Proses pembusukan telah terjadi setelah kematian seluler dan baru

tampak oleh kita setelah kira-kira 24 jam kematian. Kita akan melihatnya pertama

kali berupa warna kehijauan (HbS) di daerah perut kanan bagian bawah yaitu dari

sekum (caecum). Lalu menyebar ke seluruh perut dan dada dengan disertai bau

busuk. Ada 17 tanda pembusukan, yaitu wajah dan bibir membengkak, mata

menonjol, lidah terjulur, lubang hidung dan mulut mengeluarkan darah, lubang

lainnya keluar isinya seperti feses (usus), isi lambung, dan partus (gravid), badan

gembung, bulla atau kulit ari terkelupas, aborescent pattern/ marbling yaitu vena

superfisialis kulit berwarna kehijauan, pembuluh darah bawah kulit melebar,

dinding perut pecah, skrotum atau vulva membengkak, kuku terlepas, rambut

terlepas, organ dalam membusuk, dan ditemukannya larva lalat. Organ dalam

yang cepat membusuk antara lain otak, lien, lambung, usus, uterus gravid, uterus

post partum, dan darah. Organ yang lambat membusuk antara lain paru-paru,

jantung, ginjal dan diafragma. Organ yang paling lambat membusuk antara lain

kelenjar prostat dan uterus non gravid. Larva lalat dapat kita temukan pada mayat

kira-kira 36-48 jam pasca kematian. Berguna untuk memperkirakan saat kematian

dan Universitas Sumatera Utara penyebab kematian karena keracunan. Saat

kematian dapat kita perkirakan dengan cara mengukur panjang larva lalat.

Penyebab kematian karena racun dapat kita ketahui dengan cara mengidentifikasi

racun dalam larva lalat. Ada sembilan faktor yang mempengaruhi cepat-

lambatnya pembusukan mayat, yaitu : 1. Mikroorganisme. Bakteri pembusuk

mempercepat pembusukan. 2. Suhu optimal yaitu 21-370 C mempercepat

pembusukan. 3. Kelembaban udara yang tinggi mempercepat pembusukan. 4.

Umur. Bayi, anak-anak dan orang tua lebih lambat terjadi pembusukan. 5.

Konstitusi tubuh. Tubuh gemuk lebih cepat membusuk daripada tubuh kurus. 6.

Sifat medium. Udara : air : tanah (1:2:8). 7. Keadaan saat mati. Oedem

mempercepat pembusukan. Dehidrasi memperlambat pembusukan. 8. Penyebab

kematian. Radang, infeksi, dan sepsis mempercepat pembusukan. Arsen, stibium

Page 8: ujian.Tanatologi

dan asam karbonat memperlambat pembusukan. 9. Seks. Wanita baru melahirkan

(uterus post partum) lebih cepat mengalami pembusukan. Pada pembusukan

mayat kita juga dapat menginterpretasikan suatu kematian sebagai tanda pasti

kematian, untuk menaksir saat kematian, untuk menaksir lama kematian, serta

dapat membedakannya dengan bulla intravital (Al-Fatih II, 2007).

5. Adipocere (lilin mayat)

Adipocere adalah suatu keadaan dimana tubuh mayat mengalami hidrolisis dan

hidrogenisasi pada jaringan lemaknya, dan hidrolisis ini dimungkinkan oleh

karena terbentuknya lesitinase, suatu enzim yang dihasilkan oleh Klostridium

welchii, yang berpengaruh terhadap jaringan lemak. Untuk dapat terjadi adipocere

dibutuhkan waktu yang lama, sedikitnya beberapa minggu sampai beberapa bulan

dan keuntungan adanya adipocere ini, tubuh korban akan mudah dikenali dan

tetap bertahan untuk waktu yang sangat lama sekali, sampai ratusan tahun (Idries,

1997).

6. Mummifikasi

Mummifikasi dapat terjadi bila keadaan lingkungan menyebabkan pengeringan

dengan cepat sehingga dapat menghentikan proses pembusukan. Jaringan akan

menjadi gelap, keras dan kering. Pengeringan akan mengakibatkan menyusutnya

alat-alat dalam tubuh, sehingga tubuh akan menjadi lebih kecil dan ringan. Untuk

dapat terjadi mummifikasi dibutuhkan waktu yang cukup lama, beberapa minggu

sampai beberapa bulan; yang dipengaruhi oleh keadaan suhu lingkungan dan sifat

aliran udara (Idries, 1997)