Ujian manajemen pr (riki rikardo) (11143100242)

16
Ujian tengah semester Dosen Pengampu Manajemen PR Atjih Sukaesih, M.Si Studi Kasus Gas LPG DI SUSUN OLEH: RIKI RIKARDO JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM PEKANBARU RIAU 2013

description

Study Kasus Elpiji

Transcript of Ujian manajemen pr (riki rikardo) (11143100242)

Page 1: Ujian manajemen pr (riki rikardo) (11143100242)

Ujian tengah semester Dosen Pengampu

Manajemen PR Atjih Sukaesih, M.Si

Studi Kasus Gas LPG

DI SUSUN OLEH:

RIKI RIKARDO

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM

PEKANBARU – RIAU

2013

Page 2: Ujian manajemen pr (riki rikardo) (11143100242)

KATA PENGANTAR

Puji Sukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan

tugas dengan tepat waktu. Ucapan terima kasih kami kepada Ibu Atjih Sukaesih

selaku dosen Manajemen PR, dan semua pihak yang telah berperan serta

membantu dari awal sampai akhir.

Dalam makalah ini kami jabarkan tentang peran humas dalam

mengembalikan kepercayaan masyarakat/publik oleh PT.Pertamina.

Dan apasaja langkah yang dilakukan oleh seorang humas untuk

menyakinkan masyarakat/publik untuk mendapatkan kembali citra yang positif.

Dan peran humas dari PT.Pertamina, dan solusi dalam memecahkan

masalah yang terjadi didalam permasalahan PT.Pertamina.

Dalam makalah ini kami juga menjelaskan bagaimana bentuk pendekatan

manajerial.

Tentu dalam pengulasan makalah ini belum sepurna jika tidak ada

masukkan dari berbagai pihak untuk memantapkan materi untuk kedepannya

menjadi lebih baik tentunya. Maka daripada itu kami berharap saran, masukan dan

kritik dari pembaca.

Pekanbaru, 28 November 2013

Penulis

Page 3: Ujian manajemen pr (riki rikardo) (11143100242)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................

DAFTAR ISI ..............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................

A. Latar Belakang ...............................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................

A. Mengembalikan Citra Positif PT. PERTAMINA

B. Solusi dari permasalahan yang ada di PT. PERTAMINA

BAB III PENUTUP ..................................................................................

A. Kesimpulan .....................................................................................

B. Saran ...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Ujian manajemen pr (riki rikardo) (11143100242)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebijakan pemerintah dalam melakukan konversi penggunaan energi dari

minyak tanah ke gas LPG (Liquefied Petroleum Gas) telah banyak mendorong

orang untuk memakai kompor gas LPG sebagai bahan bakar kompor yang

digunakan. Seiring kebijakan pemerintah tersebut ternyata banyak menimbulkan

masalah. Meskipun kompor gas LPG memiliki kelebihan lebih praktis

penggunaannya dari kompor minyak tanah, tetapi masih memiliki kekurangan

yaitu bahaya yang ditimbulkannya jika terjadi kebocoran gas yang berakibat pada

ledakan dan menimbulkan kebakaran bahkan korban jiwa.

Dalam permasalahan ini timbul berbagai macam spekulasi dari masyarakat.

Apakah kompor gas LPG benar-benar bisa menggantikan kompor minyak tanah,

atau hanya untuk membunuh mereka. Dengan berbagai macam kasus ledakan

yang ditimbulkan dan begitu banyak kerugian yang mereka dapatkan, membuat

mereka mulai enggan untuk menggunakan kompor gas LPG tersebut.

Permasalahan ledakan biasanya ditimbulkan akibat kelalaian dari pengguna

dan tabung yang mengalami kerusakan atau sudah tidak layak pakai.

proses perawatan dan kebocoran tabung gas yang diakibatkan oleh beberapa

agen. Pemerintah mulai cekatan dalam mengembalikan kepercayaan masyarakat

dengan bekerjasama dengan pihak perusahaan swasta. Dalam makalah ini akan

menjelaskan proses pengembalian citra positif dari masyarakat, dan peran humas

yang berkontribusi besar dalam prosesnya.

Page 5: Ujian manajemen pr (riki rikardo) (11143100242)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Mengembalikan Citra Positif PT. Pertamina

Konversi minyak tanah ke gas dimulai sejak tahun 2007 hingga sekarang.

Kegiatan konversi ini telah mampu diterima oleh sebagian besar masyarakat

Indonesia. Namun, dalam perkembangannya beberapa kasus telah terjadi akibat

tabung gas elpiji. Beberapa Tabung gas elpiji mengakibatkan kecelakaan dan ledakan

yang menimbulkan beberapa korban. Baik korban yang mengalami luka ringan

hingga luka berat sampai mengalami kerugian yang berjumlah puluhan hingga

ratusan juta rupiah. Kecelakaan yang terjadi di sebabkan oleh beberapa faktor antara

lain, akibat kelalaian dari pengguna dan tabung yang mengalami kerusakan atau

sudah tidak layak pakai.

Berdasarkan data BPKN (Badan Perlindungan Konsumen Nasional) hingga

bulan Juni 2010, kasus kecelakaan gas LPG terlihat melonjak dari tahun 2007 hingga

tahun 2010 seperti yang terlihat pada gambar

Grafik Data Kasus Ledakan Tabung Gas LPG Menurut BPKN Juni 2010

Page 6: Ujian manajemen pr (riki rikardo) (11143100242)

Beberapa kecelakaan yang terjadi adalah dikarenakan kelalaian pemakaian,

proses perawatan dan kebocoran tabung gas yang diakibatkan oleh beberapa agen

yang melakukan kecurangan-kecurangan seperti yang telah banyak diberitakan di

media.

Humas mempunyai keterlibatan penuh untuk memperkuat komunikasi dengan

kalangan eksternal dan internal suatu instansi baik pemerintahan maupun swasta.

Begitu pula dengan Humas PT. Pertamina, beliau harus selalu dilibatkan dalam

segala hal yang berhubungan dengan menjaga reputasi perusahaan dimata khalayak

internal pada umumnya, dan eksternal pada khususnya, disesuaikan dengan ruang

lingkup pekerjaan dan tanggung jawab beliau sebagai praktisi humas.

Peranan humas PT. Pertamina (Persero) adalah :

1. Sebagai Penasehat Ahli (Expert Prescriber)

Humas PT.Pertamina membantu mencarikan solusi dalam penyelesaian

masalah yang berhubungan dengan public. Misalnya dalam kasus ledakan elpiji,

Humas PT.Pertamina (Persero) BBM bekerja sama dengan divisi Gas Domestik

untuk menyelesaikan kasus ledakan gas elpiji yang terjadi.

2. Fasilitator Komunikasi (Communication Fasilitator)

Humas bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu

medengar apa yang menjadi keinginan dan harapan publik. Biasanya dilakukan

melalui contact pertamina maupun surat dari publik.

3. Fasilitator Pemecah Masalah (Problem Solving Process Fasilitator)

Humas bertindak sebagai membantu proses pemecahan masalah. Mulai dari

ide sampai pada proses pelaksanaan penyelesaian kasus.

Langkah – langkah tersebut sebagai kontribusi PT. Pertamina (Persero) dalam

memberikan manfaat terhadap perusahaan dan publik, sesuai dengan visi perusahaan,

Page 7: Ujian manajemen pr (riki rikardo) (11143100242)

yaitu menjadi unit usaha terbaik, tanggung jawab, dan terpercaya. Visi ini erat

kaitannya dengan menjalin hubungan yang harmonis dengan publik sekitar karena

publik adalah bagian yang penting untuk menunjang kelangsungan suatu perusahaan.

Terutama adalah saat perusahaan mengalami suatu krisis dalam mempertahankan

citranya dimata masyarakat karena suatu kasus yang berkaitan dengan produk dan

hubungan perusahaan dengan publik secara langsung.

Dalam hal inilah seorang Humas harus memberikan perannya secara

maksimal dalam menyelesaikan kasus tersebut agar citra perusahaan tetap terjaga.

B. Solusi dari permasalahan yang ada di PT. PERTAMINA

1. Program PR (publiEc relation)

a. komunikasi krisis

Parahnya masalah yang melanda PT.Pertamina ini terkait masalah citra

lembaga yang sedang hancur terkait beberapa masalah yang terjadi maka hal yang

perlu dilakukan seorang PR adalah Komunikasi dengan publik yang dikenal dengan

komunikasi krisis.

Komunikasi krisis adalah komunikasi antara organisasi dengan public

sebelumnya, selama, dan setelah kejadian krisis. Komunikasi ini dirancang melalui

program-program untuk meminimalisir kerusakan terhadap citra organisasi (Frearn

Banks, dalam Prayudi 1998: 38).

Ketika organisasi mengalami krisis maka kebutuhan akan informasi seputar

krisis terus meningkat. Hal ini karena berkaitan dengan berbagai kepentingan publik

organisasi tersebut. Publik organisasi yang memiliki kepentingan akan merasa

khawatir ketika organisasi mengalami krisis. Kekhawatiran ini dapat mengarah pada

tindakan-tindakan yang mungkin merugikan organisasi, Menurut Coombs (1994)

(dalam Prayudi, 1998: 39) ada lima strategi yang biasanya digunakan dalam

komunikasi krisis, yaitu:

Page 8: Ujian manajemen pr (riki rikardo) (11143100242)

1. Non – existence strategies. Strategi ini diterapkan oleh organisasi yang

kenyataanya tidak mengalami krisis, namun ada rumor bahwa organisasi sedang

menghadapi krisis. Bentuk pesan bisa berupa penyangkalan (denial), penjelasan

disertai alasan (clarification),menyerang pihak penyebar rumor (attack), dan

mengancamberdasarkan hukum (intimidation).

2.Distance strategies. Digunakan organisasi yang mengakui adanya krisis dan

berusaha untuk memperlemah hubungan antara organisasi dengan krisis yang terjadi.

Bentuk pesan bisa berupa penolakan bahwa organisasi tidak bermaksud melakukan

hal-hal negatif dan penyangkalan kemauan (excuse) dan melakukan klaim bahwa

kerusakan yang terjadi tidak serius (justification).

3.Ingratiation strategies. Strategi ini digunakan organisasi dalam upaya mencari

dukungan publik. Bentuk pesan bisa berupa pengingatan kepada publik akan hal-hal

positif yang dilakukan organisasi, menempatkan krisis dalam konteks yang lebih

besar, dan mengatakan hal-hal baik yang dilakukan publik (praising others).

4.Mortification strategies. Organisasi berusaha meminta maaf dan menerima

kenyataan bahwa memang benar terjadi krisis. Bentuknya bisa berupa kompensasi

kepada kepada korban, meminta maaf kepada publik, dan mengambil tindakan untuk

mengurangi krisis.

5.Surffering strategies. Organisasi menunjukkan bahwa ia jugamenderita

sebagaimana korban dan berusaha memperoleh dukungan dan simpati publik.

Sebuah rencana komunikasi krisis yang baik paling tidak mempertimbangkan

publik organisasi, model komunikasi yang mencakup tujuan untuk masing-masing

publik, pesan yang harus disampaikan, juru bicara, dan upaya mendapatkan dukungan

pihak ketiga. Dalam upaya komunikasi krisis,bentuk modis yang biasa digunakan

oleh public relations akan banyak membantu seperti:

a)Press release, merupakan pernyataan tertulis yang menjelaskan bagaimana

organisasi menangani krisis dan pimpinan yang berwenang.

Page 9: Ujian manajemen pr (riki rikardo) (11143100242)

b) Press kits, merupakan map yang berisi beberapa press release yang memiliki nilai

berita bagi media massa. Biasanya perusahaan juga melampirkan profil organisasi,

atau daftar telepon juru bicara perusahaan.

c) Konferensi pers, merupakan upaya agar media massa menerima informasi yang

tepat dari juru bicara organisasi dan menghindari mis-informasi seandainya

wawancara dilakukan secara terpisah.

d) Newsletter, merupakan publikasi perusahaan yang berisi berita dan perkembangan

terbaru perusahaan (Prayudi, 1998: 39-40)

Walaupun ada media lain seperti aktivitas sosial yang dijalankan organisasi,

keempat media diatas termasuk yang sering dilakukan. Pendekatan dengan

komunikasi interpersonal dan dua arah biasanya akan mendapatkan dukungan dari

publik. Komunikasi krisis perlu disusun dengan mempertimbangkan model

komunikasi, strategi pesan, publik organisasi dan tujuan perusahaan secara

luas.Upaya membina hubungan dengan publik sejak dini merupakan faktor

pendukungkrusial ketika perusahaan mengalami krisis.

Organisasi harus menyadari bahwa kerusakan yang mungkin ditimbulkan

oleh krisis adakalanya tidak terduga, karena dapat mengakibatkan kebangkrutan,

pengambilalihan kendali dan usaha jatuhnya nama baik (good image), menurunnya

permintaan atas produk dan jasa, dan rusaknya kinerja organisasi.

b. Tindakan PR di masa krisis

Public Relations memiliki peran penting dalam merencanakan program

persiapan krisis, manajemen krisis itu sendiri pada waktu terjadi krisis dan strategi

setelah krisis selesai ditanggulangi. Hal itu hanya dimungkinkan bila praktisi public

relations mengenal gejala-gejala krisis dari awal dan melakukan tindakan yang

terintegrasi dengan aktor-aktor penting lainnya dalam perusahaan. Ada beberapa

tahapan yang perlu dilakukan public relations dalam krisis antara lain:

Page 10: Ujian manajemen pr (riki rikardo) (11143100242)

1) Pendalaman data dan fakta

Melakukan riset mendalam mengenai isu yang berkembang. Riset yang

dikembangkan secara kualitatif.

2) Menyiapkan paket informasi

Menyiapkan information sheets standar yang berisi berbagai informasi yang

diberikan oleh Public Relations kepada semua stakeholders.

3) Membuat batasan isu dan dampaknya

Menganalisis dan membuat batasan setiap isu tentang dampak yang mungkin

ditimbulkan bagi masyarakat atau konsumen pengguna produk.

4) Posisikan citra perusahaan

Pastikan bagaimana citra perusahaan akan diposisikan dihadapan public berkaitan

dengan isu yang sedang berkembang.

5) Siapkan Tim Crisis Centre

Siapkan tim yang siap dipakai ketika krisis benar-benar terjadi, serta buat simulasi

untuk melihat kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.

6) Menunjuk Unofficial Spoke Persons

Crisis Center sebaiknya tidak hanya melibatkan internal perusahaan (official

person) tapi juga pihak lain atau pihak ketiga yang direkrut untuk membantu

menyelesaikan krisis (Agung 2005: 38)

Peranan Humas PT.Pertamina dalam menangani kasus ledakan gas elpiji 3 kg.

Sebagai seorang Humas dalam menghadapi kasus ini melakukan beberapa

tindakan. Tindakan yang di lakukan telah sesuai dengan teori yang ada yaitu teori dari

Page 11: Ujian manajemen pr (riki rikardo) (11143100242)

(Cutlip dan Center, Iriantara,2007:14) mengenai pendekatan manajerial. Pendekatan

itu dengan cara:

1. Mencari penyebab kejadian

Humas biasanya mengetahui berita kecelakaan gas elpiji 3 kg dari pengaduan

warga, media dan juga dari pemberitahuan karyawan PT.Pertamina sendiri. Setelah

mendengar berita tersebut, Humas bekerjasama dengan pihak Gas Domestik yang

merupakan penanggung jawab kegiatan konversi gas elpiji 3 kg turun kelapangan

langsung untuk mengetahui fakta yang ada. Kegiatan pencarian fakta untuk

menanyakan tentang seluk beluk kejadian di lakukan dengan turun langsung ke

lapangan dan dengan melakukan pendekatan persuasive melalui wawancara kepada

korban langung maupun dengan tetangga-tetangga korban. Kegiatan tersebut

biasanya dilakukan langung ke rumah korban dan apabila ada korban jiwa dalam

kecelakaan ini, maka kegiatan

wawancara dilakukan di rumah sakit tempat korban dilarikan untuk mendapatkan

pertolongan.

2. Memberikan bantuan kepada korban

Mencari penelusuran fakta yang ada, harus dapat diketahui jumlah korban dan

kerugian material yang harus ditanggung baik itu fisik rumah maupun perawatan

kesembuhan korban. Dari hasil penilaian itulah, maka Pertamina harus merencanakan

untuk memberikan suatu asuransi yang mana semua orang yang mendapatkan

kompor dan tabung gas elpiji telah mendapatkan asuransi jiwa dari

PT.Pertamina.Sedangkan jumlah dan saratnya telah ditentukan dan proses pemberian

asuransinya harus sesuai dengan prosedur. Bantuan yang disebut dengan tali asih ini

merupakan program dari PT.Pertamina sebagai rencana yang telah diperhitungkan

apabila suatu saat akan terjadi kecelakaan akibat pemakaian gas elpiji.

Page 12: Ujian manajemen pr (riki rikardo) (11143100242)

Perencanaan yang telah ditetapkan dan di ukur sesuai dengan jumlah kerugian

segera diberikan langsung kepada korban agar mereka bisa langsung mendapatkan

perawatan dan tidak merasa dirugikan atau merasa tidak mendapatkan perhatian dari

pihak Pertamina. Tindakan berikutnya setelah perencanaan tentang jumlah bantuan

dana tali asih ditentukan, maka pihak Pertamina dengan segera memberikannya

kepada korban. Selain itu, tidak lupa diberikan pengetahuan tambahan cara

penggunaan elpiji yang aman agar tidak terjadi lagi hal yang serupa. Serta, korban

diberikan surat pernyataan yang isinya tidak melakukan penuntutan terhadap

PT.Pertamina setelah proses tali asih dari PT.Pertamina telah berakhir.

Untuk membantu mengkomunikasikan kepada publik luar, Humas PT.Pertamina

juga bekerjasama dengan pihak media untuk melakukan pemberitaan kepada publik

mengenai kasus ledakan gas elpiji dan tindakan penyelesaian kasus kecelakaan

3. Melakukan tindakan evaluasi

Tahap terakhir adalah evaluating. Setelah selesai pemberian bantuan kepada

korban, pihak Pertamina mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan, apakah sudah

bisa diterima baik oleh korban dan tindakan tersebut apakah telah mampu

mengembalikan lagi citra perusahaan di mata korban.

4. Melakukan upaya pencegahan kasus agar tidak terjadi lagi.

Dengan beberapa jumlah kasus kecelakaan akibat gas elpiji yang terjadi maka

PT.Pertamina harus melakukan upaya guna mencegah kasus kecelakaan gas elpiji

terjadi kembali. Upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan resosialisasi. Proses

resosialisasi ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang lebih kepada pihak-

pihak konsumen agar lebih mengerti bagaimana cara pemakaian dan perawatan yang

benar sesuai prosedur yang ada.

Selain itu dilakukan pula Quality Control setiap harinya dengan melakukan

pengecekan terhadap tabung elpiji, mulai dari proses kelayakan pakai tabung gas,

Page 13: Ujian manajemen pr (riki rikardo) (11143100242)

perlengkapan dan aksesoris tabung hingga proses pendistribusian ke agen-agen.

Proses ini dilakukan untuk mengurangi kelalaian agar tidak mendistribusikan tabung

yang tidak layak pakai dan dapat mengakibatkan kecelakaan terjadi lagi.

Page 14: Ujian manajemen pr (riki rikardo) (11143100242)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebijakan pemerintah dalam melakukan konversi penggunaan energi dari

minyak tanah ke gas LPG (Liquefied Petroleum Gas) telah banyak mendorong

orang untuk memakai kompor gas LPG sebagai bahan bakar kompor yang

digunakan. Seiring kebijakan pemerintah tersebut ternyata banyak menimbulkan

masalah. Meskipun kompor gas LPG memiliki kelebihan lebih praktis

penggunaannya dari kompor minyak tanah, tetapi masih memiliki kekurangan

yaitu bahaya yang ditimbulkannya jika terjadi kebocoran gas yang berakibat pada

ledakan dan menimbulkan kebakaran bahkan korban jiwa.

Dibalik permasalahan yang muncul dalam hal ini pihak Humas sudah

melakukan berbagai macam tindakan untuk memulihkan citra positif dimata

masyarakat dengan penjelasan sebagaimana dipaparkan diatas diantaranya:

Melakukan pendekatan manajerial, dengan cara,

1. Mencari penyebab kejadian

2. Memberikan bantuan kepada korban

3. Melakukan tindakan evaluasi

4. Melakukan upaya pencegahan kasus agar tidak terjadi lagi.

B. Saran

Dengan adanya langkah dalam memperbaiki citra positif dari

masyarakat/publik, maka akan dapat berproduksi kembali dari PT. Pertamina.

Dan akan terealisasi kembali wacana pemerintah dalam hal menggalakan

masyarakat dalam peralihan dari penggunaan kompor minyak tanah ke kompor

gas elpiji.

Page 15: Ujian manajemen pr (riki rikardo) (11143100242)

Dengan demikian masyarakat/publik tidak ada yang perlu dikuatirkan, jika

dalam pemasangan ada sifat kehati-hatian dan dalam menggunakannya harus

selalu waspada.

Dengan adanya bentuk dari sikap pemerintah yang mau untuk peduli terhadap

masyarakatnya, maka dengan demikian masyarakat hendaknya juga dapat

membantu pemerintah, dan mau menggunakan kembali dari kompor gas elpiji

tersebut.

Page 16: Ujian manajemen pr (riki rikardo) (11143100242)

DAFTAR PUSTAKA

Nur fitriani, arimbi. 2013. Analisa tentang mengembalikan citra. (online),

(http://arimbinurfitriani.blogspot.com/2013/02/analisa-tentang-mengembalikan-

citra_6364.html, diakses tanggal 27 november 2013)

Fahmi. 2013. Grafik Data Kasus Ledakan Tabung Gas. (online),

(http://fahmizaleeits.wordpress.com/tag/grafik-data-kasus-ledakan-tabung-gas-

lpg/, diakses tanggal 27 november 2013)