UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu...

48
i UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BST) TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M 3508065 DIPLOMA 3 FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

Transcript of UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu...

Page 1: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

i

UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT

DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) DENGAN

METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BST)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi

Oleh :

Ria Bekti Puspitarani

NIM. M 3508065

DIPLOMA 3 FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 2: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

ii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ini adalah hasil penelitian saya

sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar

apapun di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar

yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/atau dicabut.

Surakarta, Desember 2011

Ria Bekti Puspitarani NIM. M 3508065

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

iv

UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT

DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) DENGAN

METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BST)

INTISARI Daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dikenal dan digunakan oleh

masyarakat Indonesia sebagai obat tradisional. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa senyawa yang terkandung pada ekstrak eter dan air ekstrak metanolik daun belimbing wuluh mempunyai aktivitas antioksidan terhadap radikal DPPH. Antioksidan mampu meredam radikal bebas reaktif yang menjadi salah satu pencetus penyakit degeneratif seperti kanker, penyebab kematian tertinggi di beberapa negara berkembang.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya efek toksisitas akut dari fraksi etil asetat daun belimbing wuluh dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BST) sebagai skrining awal pencarian senyawa antikanker.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental metode Post Test Only Control Group Design. Pada penelitian ini digunakan hewan uji larva udang Artemia salina Leach sebanyak 900 ekor yang terbagi dalam 6 kelompok yaitu 5 kelompok konsentrasi (

-masing kelompok terdiri dari 10 ekor dengan 3 replikasi. Nilai LC50 diperoleh dengan menghitung jumlah larva yang mati 50 % selama 24 jam setelah perlakuan melalui analisis probit dengan membuat persamaan regresi linear menggunakan SPSS 16.0 for windows.

Hasil uji toksisitas menunjukkan bahwa fraksi etil asetat mempunyai potensi toksisitas akut terhadap Artemia salina L. dengan nilai LC50 diperoleh berturut-turut pada replikasi I, II, dan III yaitu 69,963 61,098 71,302

Rata-rata dari ketiga replikasi diperoleh nilai LC50 adalah sebesar 67,454 Hasil menunjukkan bahwa fraksi etil asetat daun belimbing wuluh bersifat

toksik terhadap Artemia salina L. Kata Kunci : Averrhoa bilimbi L., toksisitas akut, fraksi etil asetat, larva udang, Brine Shrimp Lethality Test

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

v

ACUTE TOXICITY TEST OF ETYL ACETATE FRACTION OF

SOUR CARAMBOLA (Averrhoa bilimbi L.) LEAF

USING BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BST)

ABSTRACT

The sour carambola (Averrhoa bilimbi L.) leaf was known and used by Indonesian people as traditional medicine. The previous studies indicated that the compound contained in ether extract and methanol extract water of sour carambola leaf has antioxidant activity against DPPH radical. Antioxidant can muffle the reactive free radical that is one cause of generative diseases such as cancer, and the highest mortality cause in some developing countries.

This research was conducted to find out the presence of acute toxicity effect of the ethyl acetate fraction of carambola leaf using Brine Shrimp Lethality Test (BST) as initial screening to look for anticancer compound.

This study belongs to an experimental research with Post Test Only Control Group Design. In this research, 900 shrimp larva of Artemia salina Leach were used as the tested animals divided into 6 groups: 5 concentration groups (1000 µg/ml, 500 µg/ml, 250 µg/ml, 125 µg/ml, 62,5 µg/ml) and 1 concentration group (0 µg/ml) as the negative control. Each group consisted of 10 shrimps with 3 replications. The LC50 value was obtained by calculating the number of 50% dead lava for 24 hours after the treatment using probit analysis by developing a linear regression equation using SPSS 16.0 for windows software.

The result of toxicity test showed that the ethyl acetate fraction had potential acute toxicity to Artemia salina L, with the LC50 values obtained respectively in replications I, II, and III of 69,963 µg/ml, 61,098 µg/ml, and 71,302 µg/ml. The mean LC50 value of those three replications was 67.454 µg/ml. Thus, the result showed that the ethyl acetate fraction of carambola leaf is toxic to Artemia salina L. Keywords: Averrhoa bilimbi L., acute toxicity, ethyl acetate fraction, shrimp larva, Brine Shrimp Lethality Test.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

vi

MOTTO

Kegigihan belajar dan bekerja untuk mempertahankan hidup supaya selalu bisa beribadah kepada Allah SWT.

Setiap orang pasti memiliki kesempatan kedua dan memiliki kekuatan untuk menyembuhkan dirinya sendiri

Allah S.W.T. selalu mendampingi langkah kaki yang selalu ingin berusaha

Di dunia kita semua sama

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 7: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

vii

PERSEMBAHAN

Tugas Akhir ini saya persembahkan untuk

Allah SWT atas segala nikmat yang tak terhingga

Keluarga besar saya yang selalu memberikan dukungan dan doa terbaiknya

Rekan Farmasi 2008 yang selalu memberikan doa terbaik, dukungan, semangat,

dan kebersamaan yang indah selama ini

Semua pihak yang telah membantu penyusunan Tugas Akhir ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 8: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan

hidayah-Nya sehingga dengan kerja keras penulis dapat menyelesaikan penelitian

dan penyusunan Tugas Akhir yang berjudul Uji Toksisitas Akut Fraksi etil asetat

Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) dengan Metode Brine Shrimp

Lethality Test (BST . Penyusunan Tugas Akhir ini merupakan suatu syarat untuk

memperoleh gelar Ahli Madya pada Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam pelaksanaan penelitian maupun penyusunan Tugas Akhir ini

penulis mendapatkan banyak masukan, bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak yang sangat bermanfaat. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc.,(Hons)., Ph.D selaku Dekan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt. selaku Ketua Program D3 Farmasi

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Anif Nur Artanti, S.Farm., Apt selaku pembimbing tugas akhir.

4. Ibu Nestri Handayani M.Si., Apt. selaku Penguji I sidang tugas akhir.

5. Ibu Estu Retnaningtyas, STP., M.Si selaku Penguji II sidang tugas akhir

sekaligus pembimbing akademik.

6. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan dan semangat.

7. Staf Sub Laboratorium Biologi Laboratorium Pusat FMIPA UNS.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 9: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

ix

8. Mas Ied yang selalu menemani, membantu dan mendukung selama tugas akhir

dimulai hingga terselesaikan.

9. Antika, Mbak Yanti, Atin, Mega, Hayu, Via, Nuroh, Ruth, Muti, Riski, Ayu

Okta serta semua teman-teman angkatan 2008.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis berharap tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca,

bagi penulis sendiri serta bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di

bidang ekonomi untuk masa sekarang maupun untuk masa yang akan datang.

Namun demikian, penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini

masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis berharap kritik dan saran yang

mengarah ketingkat yang lebih baik.

Penulis

Ria Bekti Puspitarani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 10: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN .............................................................. iii

INTISARI ............................................................................................. iv

ABSTRACT ............................................................................................ v

HALAMAN MOTTO ........................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................... viii

DAFTAR ISI ......................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xv

DAFTAR SINGKATAN ...................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................. 2

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian ................................................................... 3

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................... 4

A. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 4

1. Belimbing Wuluh ................................................................. 4

a. Klasifikasi ......................................................................... 4

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 11: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

xi

b. Morfologi .......................................................................... 4

c. Kegunaan dan Kandungan Kimia ..................................... 5

d. Penelitian Terdahulu ......................................................... 5

2. Toksikologi ........................................................................... 6

3. Toksisitas ............................................................................... 7

4. Uji Toksisitas Akut ................................................................ 7

5. Ekstrak ................................................................................... 8

6. Metode Penyarian dengan Maserasi ...................................... 8

7. Flavonoid ............................................................................... 9

8. Metode Brine Shrimp Lethality Test (BST)........................... 10

9. Artemia salina Leach ............................................................ 11

a. Klasifikasi ......................................................................... 11

b. Lingkungan Hidup ............................................................ 11

c. Perkembangan dan Siklus Hidup ...................................... 11

10. Kromatografi Lapis Tipis .................................................... 13

B. Kerangka Pemikiran .................................................................. 14

C. Hipotesis .................................................................................... 15

BAB III RENCANA PENELITIAN ................................................... 16

A. Definisi Operasional Variabel .................................................. 16

B. Rancangan Penelitian ................................................................ 16

C. Variabel Penelitian .................................................................... 17

D. Spesifikasi Alat dan Bahan ....................................................... 17

E. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 18

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 12: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

xii

F. Tahap Penelitian ........................................................................ 18

G. Pengumpulan dan Analisis Statistik Data ................................. 21

H. Diagram Alir ............................................................................. 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................. 23

A. Preparasi Sampel ...................................................................... 23

B. Kontrol Kualitas Ekstrak .......................................................... 24

1. Perhitungan Rendemen ...................................................... 24

2. Uji Daya Lekat ................................................................... 24

3. Uji Bobot Susut Pengeringan ............................................. 25

4. Uji Fitokimia secara Kualitatif (Metode KLT) .................. 25

C. Uji Toksisitas Metode BST ...................................................... 28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 32

A. Kesimpulan .............................................................................. 32

B. Saran ........................................................................................ 32

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 33

LAMPIRAN ........................................................................................... 36

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 13: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Hasil Replikasi Uji daya lekat ................................................. 25

Tabel II. Hasil uji fitokimia metode KLT .............................................. 26

Tabel III. Persentase kematian larva A. salina L. dengan 3 kali replikasi 29

Tabel IV. Persamaan regresi linier dan perhitungan nilai LC50 fraksi

dengan 3 replikasi .................................................................. 30

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 14: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) ............................... 5

Gambar 2. Struktur flavonoid C6-C3-C6 .................................................. 9

Gambar 3. Flavonoida atau 1,3-diarilpropana ........................................ 9

Gambar 4. Isoflavonoida atau 1,2-diarilpropana .................................... 9

Gambar 5. Neoflavonoida atau 1,1-diarilpropana ................................... 9

Gambar 6. Artemia salina Leach ............................................................ 11

Gambar 7. Siklus Artemia salina L. ........................................................ 12

Gambar 8. Skema tahap penelitian secara keseluruhan .......................... 22

Gambar 9. Kromatogram hasil KLT ....................................................... 26

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 15: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Determinasi daun belimbing wuluh .................................. 37

Lampiran 2. Perhitungan rendemen ....................................................... 38

Lampiran 3. Perhitungan bobot susut pengeringan ................................ 38

Lampiran 4. Perhitungan konsentrasi larutan uji ................................... 39

Lampiran 5. Analisis probit replikasi I .................................................. 40

Lampiran 6. Analisis probit replikasi II ................................................. 42

Lampiran 7. Analisis probit replikasi III ................................................ 44

Lampiran 8. Grafik Linier Hubungan log konsentrasi vs persentase

kematian ............................................................................ 46

Lampiran 9. Diagram alir Metodologi Penelitian .................................. 47

Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian .................................................... 50

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 16: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

xvi

DAFTAR SINGKATAN

BST = Brine Shrimp Lethality Test

DPPH = 1,1 Diphenyl-2-picrylhidrazyl

GF254 = Gel Fluoresence 254

IC50 = Inhibition Concentration 50%

KLT = Kromatografi Lapis Tipis

LC50 = Lethal Concentration 50%

LD50 = Lethal Dose 50%

ppm = part per million

Rf = Retardation factor

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 17: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Melonjaknya harga obat sintetis dan efek sampingnya bagi kesehatan

meningkatkan kembali penggunaaan obat tradisional oleh masyarakat dengan

memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitar. Penggunaan obat

tradisional di Indonesia telah dilakukan oleh nenek moyang sejak berabad-

abad yang lalu secara turun temurun. (Sukandar, 2006).

Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) merupakan tanaman asli Indonesia

yang banyak digunakan oleh masyarakat untuk pengobatan tradisional alami

baik pada buah, bunga maupun daunnya. Kandungan kimianya meliputi :

kalium oksalat, flavonoid, pektin, tanin, asam galat, sulfur, saponin,

triterpenoid, asam format, dan kalium sitrat (Anonim, 2001).

Penelitian terdahulu melaporkan bahwa ekstrak eter dan air ekstrak

metanolik daun belimbing wuluh mempunyai aktivitas antioksidan terhadap

radikal DPPH (Kuncahyo dkk, 2007). Aktivitas antioksidan mampu

menghilangkan, membersihkan, menahan pembentukan efek spesies oksigen

reaktif atau radikal bebas (Lautan,1997). Antioksidan bekerja sebagai inhibitor

reaksi oksidasi oleh radikal bebas reaktif yang menjadi salah satu pencetus

penyakit degeneratif seperti kanker yang saat ini menempati peringkat

tertinggi sebagai penyebab kematian di beberapa negara (Tahir dkk, 2003).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 18: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

2

Penggunaan daun belimbing sebagai antikanker perlu dibuktikan secara

ilmiah mengenai toksisitas akutnya sebagai skrining awal pendahuluan

pengujian sitotoksik antikanker. Salah satu metode yang digunakan untuk

menentukan ketoksikan senyawa adalah Brine Shrimp Lethality Test (BST)

dengan parameter LC50 dengan menggunakan larva udang Artemia salina

Leach sebagai hewan uji. Artemia merupakan organisme sederhana, mudah

berkembang biak dan menetas dalam kondisi normal laboratorium (Kanwar,

2007).

Pada penelitian ini digunakan fraksi etil asetat daun belimbing wuluh

karena diharapkan memperoleh kandungan senyawa flavonoid dengan

rendemen yang tinggi. Flavonoid telah dilaporkan mempunyai aktivitas

antioksidan (Kahkonen et. al., 1999; Duthie et. al., 2010) dan antitumor

(Washim, 2010). Berdasarkan penelitian tersebut diharapkan senyawa yang

diduga berpotensi antikanker pada penelitian ini adalah senyawa flavonoid.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat

mengenai kandungan senyawa aktif yang terkandung dan potensi ketoksikan

akut terhadap A. salina dengan metode BST yang ditimbulkan akibat

penggunaan fraksi etil asetat daun belimbing wuluh.

B. Perumusan Masalah

1. Apakah fraksi etil asetat daun belimbing wuluh mengandung senyawa

flavonoid?

2. Berapakah nilai LC50 setelah pemberian fraksi etil asetat daun belimbing

wuluh terhadap Artemia salina L. selama 24 jam?

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 19: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

3

3. Apakah fraksi etil asetat daun belimbing wuluh mempunyai potensi

toksisitas akut terhadap Artemia salina L.?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui adakah kandungan senyawa flavonoid yang terdapat dalam

fraksi etil asetat daun belimbing wuluh.

2. Mengetahui nilai LC50 setelah pemberian fraksi etil asetat daun belimbing

wuluh terhadap Artemia salina L. selama 24 jam.

3. Mengetahui potensi toksisitas akut pada Artemia salina L. setelah

pemberian fraksi etil asetat daun belimbing wuluh.

D. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi mengenai potensi ketoksikan akut dari fraksi etil

asetat daun belimbing wuluh yang dapat dijadikan dasar untuk langkah

pengujian lanjutan sebagai pengembangan fitofarmaka.

2. Diharapkan dapat digunakan sebagai acuan pengembangan fraksi etil

asetat daun belimbing wuluh sebagai agen kemopreventif pada penyakit

kanker dengan melihat efek sitotoksiknya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 20: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

4

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L)

a. Klasifikasi

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Classis : Dicotyledonae

Bangsa : Geraniales

Suku : Oxalidaceae

Marga : Averrhoa

Spesies : Averrhoa bilimbi Linn. (Van Steenis, 1975)

b. Morfologi

Habitus : Tinggi 5-10 meter. Tanda bekas daun bentuk ginjal atau

jantung. Anak daun bulat telur atau memanjang, meruncing, 2-10 kali 1-3

cm, kearah ujung poros lebih besar, bawah hijau muda. Malai bunga

menggantung, panjang 5-20 cm. Bunga semuanya dengan panjang tangkai

putik yang sama. Kelopak panjang 6 mm. Daun mahkota tidak atau hampir

bergandengan, bentuk spatel atau lanset, dengan pangkal yang pucat. 5

benang sari di depan daun mahkota mereduksi menjadi staminodia. Buah

buni persegi membulat tumpul, kuning hijau, panjang 4-6,5 cm. Tanah asal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 21: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

5

tidak dikenal. Ditanam sebagai pohon buah, kadang-kadang liar (Van

Steenis, 1975)

Gambar 1. Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) (Arland, 2006).

c. Kegunaan dan Kandungan Kimia

Belimbing wuluh merupakan salah satu jenis tanaman asli Indonesia

yang dapat digunakan masyarakat sebagai obat. Daun belimbing wuluh

berkhasiat untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri dan pembunuh kuman,

bunganya juga dapat digunakan sebagai obat batuk. Buahnya sangat baik

untuk asupan vitamin C (Arland, 2006). Daun belimbing wuluh yang

sering dimanfaatkan oleh masyarakat adalah sebagai analgetik misalnya

rematik, pegal linu dan sakit gigi (Hariana, 2004).

Daun belimbing wuluh mengandung tanin, sulfur, flavonoid, saponin,

triterpenoid, asam format, dan kalium sitrat (Anonim, 2001).

d. Penelitian Terdahulu

Hasil uji farmakologi mengenai daun belimbing wuluh menunjukkan

bahwa ekstrak eter dan air ekstrak metanolik daun belimbing wuluh

memiliki aktivitas antioksidan terhadap radikal DPPH dengan nilai IC50

50,36 ppm dan 44,01 ppm (Kuncahyo dkk, 1997)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 22: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

6

2. Toksikologi

Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari aksi berbahaya zat kimia

atas sistem biologi tertentu (Loomis, 1978). Sebagian besar manusia

membutuhkan zat-zat yang berasal dari luar tubuh. Banyaknya paparan zat

kimia dalam pencapaian kebutuhan tidak dapat terhindarkan. Dengan

demikian manusia harus mempelajari sifat-sifat toksik serta bagaimana

mekanisme timbulnya efek toksik (Priyanto, 2009).

a. Kondisi efek toksik

Kondisi efek toksik didefinisikan sebagai berbagai keadaan atau faktor

yang mempengaruhi efektivitas absorpsi dan distribusi suatu zat dalam

tubuh.

b. Mekanisme efek toksik

Keberadaan zat kimia dalam tubuh dapat menimbulkan efek toksik melalui

2 cara, yaitu berinteraksi secara langsung (toksik intrasel) dan secara tidak

langsung (toksik ekstrasel). Toksik intrasel adalah toksisitas yang diawali

dengan interaksi langsung antara zat kimia atau metabolitnya dengan

reseptornya. Sedangkan toksik ekstrasel terjadi secara tidak langsung

dengan mempengaruhi lingkungan sel sasaran tetapi dapat berpengaruh

pada sel sasaran (Priyanto, 2009).

c. Wujud efek toksik

Wujud efek toksik berupa perubahan atau gangguan biokimiawi,

fungsional atau struktural suatu sel. Seringkali kerusakan sel merupakan

gabungan dua atau ketiga hal di atas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 23: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

7

d. Sifat efek toksik

Sifat efek toksik meliputi 2 jenis, yaitu reversible (terbalikan) dan

irreversible (tak terbalikan) yang masing-masing mempunyai ciri khas

tersendiri (Priyanto, 2009).

3. Toksisitas

Pengetahuan farmakologi diperlukan untuk menilai batas aman zat kimia,

terutama bila zat itu akan digunakan untuk keperluan terapi terhadap diri

hewan atau manusia. Berdasarkan hal tersebut, toksisitas diartikan kapasitas

suatu zat kimia/beracun yang berbahaya atas sistem biologi tertentu (Loomis,

1978).

Uji toksisitas merupakan parameter uji keamanan praklinis. Obat yang

diberikan berdasarkan aturan (dosis) tertentu menurut penelitian umumnya

tidak menimbulkan efek toksik atau manfaatnya jauh lebih besar daripada efek

yang merugikan (Priyanto, 2009).

4. Uji Tokisitas Akut

Uji toksisitas akut dirancang untuk menentukan efek toksik suatu senyawa

yang akan terjadi dalam masa pemejanan dengan waktu yang singkat atau

pemberiannya dengan takaran tertentu. Dengan demikian dapat mentukan

suatu gejala sebagai akibat pemberian suatu senyawa dan menentukan

peringkat letalitas senyawa itu. Prosedur awalnya ialah untuk mendapatkan

satu seri kisaran dosis dari suatu senyawa pada suatu spesies hewan tunggal.

Untuk keperluan ini dituntut adanya pemilihan jalur pemberian, penyiapan

senyawa dalam bentuk sediaan yang sesuai untuk diberikan melalui jalur yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 24: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

8

telah dipilih, dan pemilihan spesies hewan uji yang cocok. Biasanya

pengamatan dilakukan selama 24 jam, kecuali pada kasus tertentu selama 7-14

hari (Loomis, 1968).

5. Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan sisa endapan

atau serbuk diatur untuk ditetapkan standarnya (Ansel 1981).

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair

dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak

substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. (Anonim, 1995).

Tujuan ekstraksi untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam

simplisia. Proses ekstraksi ini didasarkan atas perpindahan massa komponen

zat padat yang ada dalam simplisia ke dalam pelarut organik. Setelah pelarut

menembus lapisan permukaan, dinding sel zat padat yang terlarut, berdifusi

karena faktor perbedaan konsentrasi dalam sel dan pelarut organik di luar sel,

proses ini berselang terus-menerus sampai terjadi keseimbangan antara

konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel (Anief, 1995).

6. Metode Penyarian dengan Maserasi

Proses maserasi merupakan cara penyari yang dilakukan dengan cara

merendam serbuk simplisia. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air,

etanol, air-etanol atau pelarut lain. Mekanisme yang terjadi yaitu cairan

penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 25: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

9

mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan

konsentrasi antara larutan zat aktif dalam sel dengan di luar sel, maka larutan

yang terpekat akan terdesak keluar. Peristiwa tersebut akan berulang sehingga

terjadi keseimbangan konsentrasi di luar dan di dalam sel (Hargono, 1986).

Lama waktu maserasi berbeda-beda tergantung pada sifat campuran

serbuk dan pelarut. Maserasi biasanya dilakukan pada 150-200°C dalam

waktu selama 3 hari sampai bahan-bahan yang larut, melarut (Ansel, 1989).

7. Flavonoid

Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar

ditemukan di alam. Senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, dan biru

dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam sayur dan buah.

Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom

karbon, dimana dua cincin benzen (C6) terikat pada suatu rantai propana (C3)

sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6 (Markham (1988).

Gambar 2. Struktur flavonoid C6-C3-C6 (Markham, 1988)

Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur senyawa flavonoid yaitu:

Gambar 3. Flavonoida atau

1,3-diarilpropana

Gambar 4. Isoflavonoida atau

1,2-diarilpropana

Gambar 5. Neoflavonoida

atau 1,1-diarilpropana

( Lenny, 2006)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 26: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

10

Flavonoid merupakan senyawa yang larut dalam air sehingga dapat

diekstraksi dengan etanol 70% dan berbeda dalam lapisan air setelah ekstrak

ini dikocok dengan eter atau minyak. Flavonoid mengandung sistem

10pectrum yang terkonjugasi sehingga dapat menunjukkan pita serapan pada

daerah 10pectrum ultraviolet dan didaerah sinar tampak (Harbone, 1987).

8. Metode Brine Shrimp Letality Test (BST)

Uji toksisitas dengan metode BST dilakukan sebagai uji pendahuluan

untuk mengetahui bioaktivitas senyawa secara in vivo. Dasar pengujian

dengan metode BST didasarkan pada kemampuan senyawa untuk mematikan

larva udang. (Mc Laughlin, 1991).

Uji BST ini merupakan salah satu metode uji yang sederhana dan cepat

pada pengujian biological dan toxicological untuk semua penelitian, dalam

usaha mengisolasi senyawa toksik dari ekstrak (Kanwar, 2007). Parameter

yang digunakan untuk menunjukkan adanya aktivitas biologi suatu senyawa

terhadap Artemia salina adalah kematian (Meyer dkk., 1982).

Metode pengujian BST dengan menggunakan Artemia salina dianggap

memiliki korelasi dengan daya sitotoksik senyawa-senyawa antikanker,

sehingga sering dilakukan untuk skrining awal pencarian senyawa antikanker.

Suatu ekstrak dikatakan toksik jika memiliki nilai LC50 (konsentrasi yang

mampu membunuh 50% larva udang) kurang dari 1000 µg/ml setelah waktu

kontak 24 jam (Meyer, dkk., 1982).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 27: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

11

9. Artemia salina Leach

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Crustacea

Subclass : Branchipoda

Order : Anostraca

Family : Atemiidae

Genus : Artemia

Species : Artemia salina (L.) Leach

(Mudjiman, 1995).

b. Lingkungan Hidup

Artemia merupakan kelompok udang-udangan dari phylum Arthopoda.

Mereka berkerabat dekat dengan zooplankton lain seperti copepode dan

daphnia (kutu air). Artemia hidup di danau-danau garam (berair asin) yang

ada di seluruh dunia. Artemia hidup planktonik di perairan yang berkadar

garam tinggi (antara 15- 300 per mil). Suhu yang dikehendaki berkisar

antara 25-300° C, oksigen terlarut sekitar 3 mg/L, dan pH antara 7,3 8,4.

Apabila kadar garam lebih dari 25% telur akan tetap berada dalam kondisi

tersuspensi, sehingga dapat menetas dengan normal (Mudjiman, 1995).

c. Perkembangan dan Siklus Hidup

Artemia diperjualbelikan dalam bentuk telur istirahat yang disebut

kista. Kista ini berbentuk bulatan-bulatan kecil berwarna kecoklatan

A. B.

Gambar 6. Artemia salina Leach Keterangan : A. Jantan B. Betina

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 28: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

12

dengan diameter berkisar 200-300 mikron. Kista yang berkualitas baik

akan menetas sekitar 18-24 jam apabila diinkubasi air yang bersalinitas 5-

70 permil. Ada beberapa tahapan pada proses penetasan Artemia ini yaitu

tahap hidrasi, tahap pecah cangkang dan tahap payung atau tahap

pengeluaran. Tahap hidrasi terjadi penyerapan air sehingga kista yang

diawetkan dalam bentuk kering tersebut akan menjadi bulat dan aktif

bermetabolisme. Tahap selanjutnya adalah tahap pecah cangkang dan

disusul tahap payung yang terjadi beberapa saat sebelum nauplii keluar

dari cangkang (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Siklus hidup A. salina

dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Siklus Artemia salina L. (Tamaru dkk., 2004 )

I.

II.

III.

IV.

V.

VI.

VII

VIII.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 29: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

13

Keterangan : No. Umur I. - II. 24 36 jam III. 36 48 jam IV. 48 jam V. 1 minggu VI. 1 3 minggu VII. 3 minggu VIII. 5 hari

10. Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi lapis tipis merupakan metode pemisahan fisika kimia.

Lapisan yang memisahkan terdiri atas butir-butir (fase diam), yang

ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam atau lapisan lain yang

cocok. Campuran yang akan dipisahkan berupa larutan, ditotolkan berupa

bercak. Lempeng KLT yang ditotoli bercak atau lapisan diletakkan dalam

bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang sesuai (fase gerak)

selama perambatan. Selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus

ditampakkan (Stahl, 1985).

Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan

dengan harga Rf. Nilai Rf berjarak antara 0,00 dan 1,00 dan hanya dapat

ditentukan dua decimal. hRf adalah nilai Rf dikalikan faktor 100 (h),

menghasilkan nilai berjarak 0 sampai 100 (Stahl, 1985). Nilai Rf untuk

senyawa-senyawa murni dapat dibandingkan dengan harga-harga standard

dari suatu senyawa yang telah diketahui (Sastrohamidjoyo, 2001)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 30: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

14

B. Kerangka Pemikiran

Pemanfaatan fraksi etil asetat daun belimbing wuluh (Averrhoa blimbi L.)

diduga dapat digunakan menjadi salah satu potensi obat tradisional. Seperti pada

penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa senyawa yang terkandung pada

ekstrak eter dan air ekstrak metanolik daun belimbing wuluh mempunyai aktivitas

antioksidan terhadap radikal DPPH.

Antioksidan berfungsi dalam menghambat reaksi oksidasi oleh radikal bebas

reaktif yang menjadi salah satu pencetus penyakit degeneratif seperti kanker yang

saat ini menempati peringkat tertinggi sebagai penyebab kematian di beberapa

negara berkembang.

Penggunaan daun belimbing wuluh sebagai antikanker perlu dibuktikan secara

ilmiah mengenai toksisitas akutnya sebagai skrining awal pendahuluan pengujian

sitotoksik antikanker. Oleh karena itu untuk mengetahui efek toksisitas akutnya

dilakukan uji toksisitas akut melalui metode BST dengan parameter LC50 yang

menggunakan larva udang Artemia salina Leach sebagai hewan uji.

Nilai toksisitas senyawa potensial dapat mencapai batas konsentrasi tertentu

sehingga dapat menyebabkan kematian pada Artemia Salina L. setelah perlakuan

24 jam yang dinyatakan dengan nilai LC50 kurang dari 1000 µg/ml.

Penyarian fraksi etil asetat daun belimbing wuluh diharapkan memperoleh

kandungan senyawa flavonoid sebagaimana flavonoid telah dilaporkan

mempunyai aktivitas antioksidan dan antitumor. Berdasarkan penelitian tersebut

diharapkan senyawa yang diduga berpotensi antikanker pada penelitian ini adalah

senyawa flavonoid.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 31: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

15

C. Hipotesis

1. Fraksi etil asetat daun belimbing wuluh mengandung senyawa flavonoid

2. Nilai LC50 larva Artemia salina L. setelah pemberian fraksi etil asetat daun

belimbing wuluh

3. Fraksi etil asetat daun belimbing wuluh mempunyai potensi toksisitas akut

setelah pengujian selama 24 jam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 32: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

16

BAB III

RENCANA PENELITIAN

A. Definisi Operasional Variabel

1. Uji Toksisitas Akut : Pengujian untuk menentukan efek toksik suatu

senyawa yang akan terjadi dalam masa pemejanan 24 jam dengan waktu

yang singkat atau pemberiannya dengan takaran tertentu.

2. Metode Brine Shrimp Lethality Test (BST) : Metode pengujian

menggunakan Artemia salina Leach yang ditunjukkan dengan parameter

kematian

3. Artemia salina L. : larva udang yang berusia sekitar 18-24 jam apabila

diinkubasi air yang bersalinitas 5-70 per mil.

4. Ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa blimbi L) : ekstrak kental daun

belimbing wuluh yang diduga diantaranya mengandung senyawa

flavonoid

5. LC50 : Konsentrasi yang mampu membunuh 50% larva udang (Artemia

salina L.)

B. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk eksperimental dengan rancangan/desain

penelitian berupa Post Test Only Control Group Design. Teknik sampling

dilakukan secara Simple Random Sampling dimana anggota populasi homogen

dipilih secara random, sehingga memberi kesempatan yang sama untuk

diambil sebagai sampel.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 33: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

17

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas : Fraksi etil asetat daun belimbing wuluh (Averrhoa

bilimbi L.)

2. Variabel Tergantung : Efek toksisitas akut terhadap larva Artemia salina

Leach, angka kematian, LC50

3. Variabel Kendali : Teknik maserasi, umur larva Artemia salina Leach.,

Metode BST

D. Spesifikasi Alat dan Bahan

1. Alat

Oven, neraca analit (Denver TL603D), blender, toples kaca, rotary

evaporator (Bibby RE 200B), waterbath, mikropipet, flakon, aerator,

vortex, wadah bening untuk penetasan, lampu, bejana pengembang,

kompor listrik, gelas beker (pyrex), gelas ukur (pyrex), kaca pengaduk,

corong kaca, dan botol kaca sprayer.

2. Bahan

Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) segar, etanol 70%

(Bratachem), etil asetat (Bratachem), kertas saring, air laut dengan kadar

garam 20%, telur A. Salina Leach, suspensi ragi (3 mg/10ml air laut)

(Fermipan), aquadest, silica gel 60 GF254 (E.Merck), metanol (pro-

Analisis), asam format (pro-Analisis), asam asetat (pro-Analisis),

ammonia (pro-Analisis), pereaksi semprot serium (IV) sulfat (E.Merck),

dan FeCl3 (E.Merck).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 34: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

18

E. Waktu dan Tempat Penelitian

Pengumpulan sampel daun belimbing wuluh dari Karanganyar

Karangpandan pada bulan Maret 2011 kemudian dilanjutkan penelitian

dilakukan hingga bulan Mei 2011 di Laboratorium Morfologi Sistematik

Tumbuhan Universitas Setia Budi, Laboratorium Farmasetika FMIPA UNS

dan Laboratorium Biologi Pusat UNS.

F. Tahap Penelitian

1. Preparasi sampel

Daun belimbing wuluh segar didapatkan dari Karanganyar. Setelah

disortir, dicuci bersih, dikeringkan dibawah sinar matahari dengan

ditutup kain hitam. Selanjutnya dikeringkan menggunakan oven suhu

sekitar 40-50o C selama 2-3 jam. Sampel kering diserbuk halus

menggunakan blender hingga didapatkan serbuk halus daun belimbing

wuluh.

2. Ekstraksi sampel

Ekstraksi dilakukan menggunakan metode maserasi dengan pelarut

etanol 70% selama 24 jam sebanyak 3 kali kemudian disaring dengan

corong kaca. Filtrat yang diperoleh diuapkan menggunakan rotary

evaporator hingga didapatkan ekstrak kental etanol.

Selanjutnya ekstrak etanol dipartisi menggunakan pelarut etil asetat

sebanyak 1 liter secara bertahap setiap 250 ml, sehingga didapat filtrat

etil asetat. Filtrat dipekatkan dengan diuapkan menggunakan rotary

evaporator hingga didapatkan fraksi etil asetat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 35: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

19

3. Kontrol Kualitas Ekstrak

a. Perhitungan rendemen

Perhitungan rendemen merupakan Persen bobot ekstrak kental

terhadap bobot simplisia. Hasil rendemen dilakukan dengan cara

membagi ekstrak kental dengan serbuk simplisia dalam persen

(Setyaningrum, 2010).

b. Uji daya lekat

Sebanyak 50 mg fraksi etil asetat diletakkan pada obyek glass dan

ditutupi dengan obyek glass. Lalu diberi beban diatasnya dengan

beban 1 kg selama 5 menit. Kedua obyek glass tersebut dipisahkan

dengan menarik sistem katrol dengan berat tertentu dengan dibantu

penjepit, dicatat waktunya hingga terlepas (Anonim, 2000).

c. Uji bobot susut pengeringan

Fraksi etil asetat 1 gram dipijarkan dalam oven pada suhu 105º

selama 30 menit. Setelah dingin, ekstrak ditimbang dengan saksama

(proses pendinginan ekstrak dimasukkan dalam eksikator). Percobaan

diulang hingga bobot konstan (Anonim, 2000).

d. Uji fitokimia secara kualitatif (metode KLT)

Fraksi etil asetat diambil secukupnya dan dilarutkan dengan

metanol. Dari campuran tersebut diambil dengan menggunakan pipa

kapiler kemudian ditotolkan pada plat KLT (silika gel 60GF254) . Plat

KLT kemudian dimasukan ke dalam chamber yang telah dijenuhi

oleh fase gerak berupa etil asetat : asam format : asam asetat : air

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 36: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

20

(100:11:11:26) dengan jarak pengembangan 7 cm. Sampel pada plat

dibiarkan terelusi kemudian dilihat profil kenampakannya pada sinar

UV254 nm dan UV366 nm. Selanjutnya disemprot dengan pereaksi

penampak bercak uap ammonia dan FeCl3 (Wagner, 1984).

4. Uji toksisitas Metode BST

Pengujian diawali dengan penetasan telur Artemia salina L. pada

wadah bening dalam air laut dan diaerasi dibawah penerangan cahaya.

Setelah menetas, ditambahkan beberapa tetes suspensi ragi (3mg/10 ml).

Larva A. Salina L. siap digunakan uji pada umur 48 jam kemudian.

Larutan uji dibuat dengan membuat larutan stok yaitu dengan cara

mengambil 100mg fraksi etil asetat dan dilarutkan dalam 10mL etil

asetat. Selanjutnya larutan uji dibagi dalam 6 kelompok konsentrasi yaitu

negatif. Perhitungan konsentrasi ekstrak tersebut dapat dilihat pada

Lampiran 4. Masing-masing larutan uji tersebut dimasukkan ke dalam

flakon dan diuapkan hingga tidak berbau pelarut. Setiap flakon diisi

dengan 1 ml air laut dan divortek hingga homogen. 10 ekor A. Salina L.

yang dipilih secara acak dimasukkan pada setiap flakon yang berisi

larutan uji berbagai konsentrasi dan kembali ditambah air laut sampai

volume 5ml. A. Salina L. serta diberi makan suspensi ragi (3mg/10ml)

sebanyak 1 tetes. Kemudian flakon-flakon diletakkan dibawah lampu

penerangan selama 24 jam dan dihitung larva yang mati setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 37: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

21

perlakuan 24 jam. Larva dikategorikan mati apabila tidak bergerak.

Setiap konsentrasi uji dilakukan 3 kali replikasi agar diperoleh data yang

valid. Suatu senyawa dikatakan toksik jika pada konsentrasi sekecil

mungkin mampu membunuh 50% larva udang dan mempunyai nilai

LC50 dibawah 1000mg/ml (Meyer et al., 1982).

G. Pengumpulan dan Analisis Statistik Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer yang didapatkan dari jumlah

larva yang mati 24 jam setelah perlakuan pada tiap konsentrasi ekstrak daun

belimbing wuluh. Sedangkan uji toksisitas akut dianalisis dengan menghitung

jumlah A. salina L. yang mati dengan rumus :

Bila ada kematian pada k

Nilai LC50 fraksi etil asetat daun belimbing wuluh ditentukan dengan analisis

probit dengan membuat persamaan regresi linear menggunakan SPSS 16.0 for

windows.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 38: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

22

H. Diagram Alir

Gambar 8. Skema tahap penelitian secara keseluruhan

Sampel Serbuk kering Daun Belimbing Wuluh

Dimaserasi dengan Etanol 70%

Dipartisi dengan Etil Asetat

Fraksi etil asetat Daun Belimbing Wuluh

Kontrol kualitas ekstrak Perhitungan rendemen

Uji daya lekat

Uji bobot susut pengeringan

Uji fitokimia (metode KLT)

Uji toksisitas metode BST

Nilai LC50

Dihitung

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 39: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

23

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Preparasi Sampel

Daun belimbing wuluh segar didapatkan dari Karangpandan, Karanganyar

pada bulan April 2011. Daun kemudian diidentifikasi berdasarkan spesimen

serta dengan panduan Flora (untuk sekolah di Indonesia) karangan Van

Steenis, C.G.G.J. (1975). Identifikasi tumbuhan dilakukan di Laboratorium

Morfologi Sistematik Tumbuhan Universitas Setia Budi. Hasil determinasi

dapat dilihat pada Lampiran 1.

Daun belimbing wuluh segar dicuci bersih, dikeringkan dibawah sinar

matahari dengan ditutup kain hitam. Hal ini bertujuan untuk mencegah

kerusakan senyawa akibat proses oksidasi atau reaksi lain yang

menyebabkan hidrolisis senyawa flavonoid seperti flavonoid glikosida

(Cannel, 1998). Selanjutnya dikeringkan menggunakan oven suhu sekitar

40-50o C selama 2 jam agar sampel benar-benar kering dan mudah diserbuk

(Hargono dkk, 1986). Daun belimbing yang telah kering diserbuk halus

dengan blender dan diayak dengan ayakan 44/80 mesh hingga didapatkan

100 gram serbuk.

Ekstraksi daun belimbing wuluh ini dilakukan dengan menggunakan

metode remaserasi. Serbuk daun belimbing wuluh dimaserasi dengan pelarut

etanol 70% sebanyak 1,5 liter selama 24 jam sebanyak 3 kali kemudian

disaring dengan corong kaca. Pemilihan pelarut etanol ini bertujuan agar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 40: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

24

diharapkan dapat menyari semua senyawa aktif yang terkandung dalam daun

belimbing wuluh. Larutan penyari etanol 70% merupakan pelarut universal

yang dapat menyari senyawa yang bersifat polar, semi polar maupun non

polar (Harborne, 1987). Filtrat yang didapat diuapkan menggunakan rotary

evaporator hingga didapatkan ekstrak kental etanol sebanyak 22 gram.

Selanjutnya ekstrak etanol dipartisi menggunakan pelarut etil asetat

sebanyak 1 liter secara bertahap setiap 250 ml, sehingga didapat filtrat etil

asetat. Kemudian filtrat etil asetat dipekatkan dengan diuapkan

menggunakan rotary evaporator hingga didapatkan fraksi etil asetat 8 gram.

Partisi ekstrak etanol dengan pelarut etil asetat diharapkan dapat menyari

senyawa flavonoid. Menurut Markham (1988), flavonoid mempunyai

kepolaran yang rendah, dalam ekstraksinya menggunakan pelarut klorofom,

dietil eter, atau etil asetat pada flavonoid glikosida.

B. Kontrol Kualitas Ekstrak

1. Perhitungan rendemen

Rendemen merupakan rentang perbandingan antara bobot ekstrak yang

diperoleh dengan simplisia awal (Anonim, 2000). Rendemen fraksi etil

asetat daun belimbing wuluh ini diharapkan mengandung flavonoid yang

tinggi. Hasil perhitungan rendemen fraksi etil asetat daun belimbing wuluh

yaitu 8%. Perhitungan rendemen dapat dilihat di Lampiran 2.

2. Uji daya lekat

Uji ini dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari ekstrak pekat

yang dihasilkan tetapi masih dapat dituang. Semakin kental atau pekat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 41: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

25

konsistensi dari ekstrak, maka waktu yang dibutuhkan untuk

memisahkan kedua obyek gelas menjadi semakin lama (Yuliana, 2011).

Untuk memperoleh data yang valid dilakukan replikasi 3 kali seperti

pada Tabel I.

Tabel I. Hasil replikasi uji daya lekat

Replikasi ke - Waktu Waktu (detik)

I 1 menit 7 detik 67 detik II 0 menit 50 detik 50 detik

III 0 menit 54 detik 54 detik

Hasil rata-rata replikasi didapatkan daya lekat selama 57 detik. Waktu

yang dihasilkan dalam pengujian daya lekat ekstrak menunjukkan nilai

kepekatan suatu ekstrak sebagaimana tercantum dalam persyaratan

parameter standarisasi ekstrak yang harus dipenuhi (Hargono dkk, 1986).

3. Uji bobot susut pengeringan

Pengujian bobot susut pengeringan merupakan pengukuran sisa zat

setelah pengeringan pada temperatur 105º C selama 30 menit atau sampai

berat konstan yang dinyatakan sebagai nilai persen (Anonim, 2000).

Berdasarkan perhitungan dapat diketahui bahwa susut pengeringan

fraksi etil asetat daun belimbing wuluh sebesar 16%. Persentase tersebut

menunjukkan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa

yang hilang pada proses pengeringan. Perhitungan dapat dilihat pada

Lampiran 3.

4. Uji fitokimia secara kualitatif (metode KLT)

Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui senyawa apakah yang

terkandung pada fraksi etil asetat daun belimbing wuluh. Profil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 42: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

26

kromatogram dapat dilihat pada Gambar 9. dan hasil uji fitokimia dapat

dilihat pada Tabel II.

Rf Rf

Dibawah Sinar UV254

Dibawah Sinar UV366

Setelah diuapi Amonia

Dibawah Sinar UV254

Dibawah Sinar UV366

Setelah disemprot FeCl3

Gambar 9. Kromatogram hasil KLT Fase diam = Silika gel 60 GF254

Fase gerak = etil asetat:asam format:asam asetat:air (100:11:11:26)(v/v) Jarak pengembangan : 7 cm

Tabel II. Hasil uji fitokimia metode KLT

Penampak

bercak

Sinar tampak Sinar UV254 Sinar UV366

Setelah diberi Penampak bercak

Rf Warna Teori +/- Warna Teori +/- Warna Teori +/- Warna Teori +/-

Uap amonia

0,86 Kuning Kuning + Coklat Coklat + Kuning hijau

Kuning hijau atau biru

+ Kuning kuat

Kuning sampai merah jingga

+

0,91 Kuning Kuning + Coklat Coklat + Kuning hijau

Kuning hijau atau biru

+ Kuning kuat

Kuning sampai merah jingga

+

Pesemprot

FeCl3

0,8 Kuning Kuning + Coklat Coklat + Biru Biru sampai hitam

+ Hijau kuat

berlatarbelkang kuning

hijau, merah,

ungu, biru, atau hitam yang kuat berlatar

belakang kuning

+

Keterangan : Rf = Retardation factor (+) = positif flavonoid

0,91

0,86

0

1

0,8

0

1

5,6 cm

7 cm

6 cm

6,4 cm

7 cm

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 43: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

27

Metode KLT dipilih karena mudah, cepat dan hanya membutuhkan

sedikit cuplikan (Stahl, 1985). Uji KLT ini menggunakan fase diam plat

silika GF254 dan fase gerak campuran etil asetat : asam format : asam

asetat : air (100:11:11:26). Pereaksi penampak bercak digunakan uap

ammonia dan FeCl3.

Uap amonia dan FeCl3 digunakan untuk mendeteksi senyawa golongan

fenolik. Senyawa fenol terutama flavonoid dapat dideteksi pada

kromatogram berdasarkan warnanya atau fluoresensinya dibawah sinar

UV, warnanya diperkuat atau berubah menjadi kuning atau merah jingga

bila diuapi ammonia (Wagner, 1984). Hasil kromatogram pada plat silika

yang dikembangkan pada fase gerak muncul 2 bercak warna kuning

kecoklatan dengan harga Rf1 = 0,86 dan Rf2 = 0,91. Setelah diuapi

ammonia, kedua bercak berwarna kuning kuat. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa fraksi etil asetat daun belimbing wuluh mengandung

senyawa flavonoid.

Demikian juga pada hasil kromatogram plat silika yang disemprot

dengan pereaksi penampak bercak FeCl3 menunjukkan bahwa fraksi etil

asetat daun belimbing wuluh positif mengandung flavonoid. Menurut

Harborne (1987) senyawa fenol seperti flavonoid akan menimbulkan

warna hijau, merah, ungu, biru, atau hitam yang kuat berlatar belakang

kuning setelah disemprot dengan pereaksi spesifik FeCl3. Bercak yang

muncul pada plat silika berwarna hijau kuat berlatarbelakang kuning

dengan Rf = 0,8.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 44: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

28

Senyawa flavonoid merupakan golongan senyawa fenol yang biasa

ditemukan di dalam vakuola sel dengan jalur biosintesis flavonoid berasal

dari pertemuan alur asetat malonat dan alur shikimat. Sifat kimia senyawa

fenol yaitu agak asam dan dapat larut dalam basa. Fenol terdiri dari

beraneka ragam struktur dengan ciri khas berupa cincin aromatik yang

mengandung satu, dua gugus hidroksil atau lebih sering disebut

polihidroksi ( Lenny, 2006).

Gambar 2. Struktur flavonoid C6-C3-C6 (Markham 1988)

Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi sehingga

menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum sinar ultraviolet dan

spektrum sinar tampak, umumnya dalam tumbuhan terikat pada gula

sebagai sebagai glikosida dan aglikon flavonoid. (Harborne, 1987).

Menurut Robinson (1995), flavonoid dapat dikelompokkan berdasarkan

keragaman pada rantai C3 yang meliputi flavon, flavononol, isoflavon,

flavanol, flavanon, antosianin, katekin, auron dan kalkon.

C. Uji toksisitas metode BST

Uji toksisitas merupakan parameter uji keamanan praklinis. Metode BST

telah banyak dikembangkan sehingga salah satu cara penentuan bioaktivitas

ekstrak tanaman maupun senyawa murni. Penggunaan yang luas metode ini

pada mulanya adalah untuk mengetahui tingkat toksisitas suatu sediaan

(Mudjiman, 1985).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 45: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

29

Dasar pengujian dengan metode BST didasarkan pada kemampuan

senyawa untuk mematikan larva udang. Metode ini dapat digunakan sebagai

bioassay-guided fractionation dari bahan alam, karena mudah, cepat, murah

dan cukup reproducible. Penelitian Carballo dkk, menunjukkan adanya

hubungan yang konsisten antara toksisitas dan letalitas brine shrimp pada

ekstrak tanaman (Carballo, et al, 2002).

Hasil pengamatan kematian A. salina L. setelah perlakuan 24 jam pada

fraksi etil asetat daun belimbing wuluh dinyatakan dalam persen dengan

rumus berikut :

Karena tidak ada kematian pada kontrol negatif, jumlah kematian pada kontrol

dapat diabaikan. Persentase kematian larva dapat dilihat pada Tabel III.

Tabel III. Persentase kematian larva A. salina L. dengan 3 kali replikasi

Konsentrasi (µg/ml)

Rata-rata % kematian

Replikasi I Replikasi II Replikasi III

1000 96 100 100

500 76 88 88

250 70 76 72

125 60 68 60

62,5 52 54 54

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa konsentrasi 62,5 µg/ml sudah

terlihat mampu menyebabkan 50% kematian larva udang. Dengan demikian

fraksi etil asetat daun belimbing wuluh sudah dapat diduga mempunyai

potensi toksisitas akut terhadap A. salina L.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 46: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

30

Nilai rata-rata persentase kematian dari masing-masing replikasi tersebut

selanjutnya dibuat kurva hubungan antara log konsentrasi (x) dan persentase

kematian (y) sehingga diperoleh persamaan garis lurus (regresi linier).

Nilai LC50 fraksi etil asetat daun belimbing wuluh ditentukan melalui

analisis probit dengan membuat persamaan regresi linear menggunakan SPSS

16.0 for windows. Hasil analisis persamaan regresi linier dan nilai LC50 dapat

dilihat pada Tabel IV.

Tabel IV. Persamaan regresi linier dan perhitungan nilai LC50 fraksi dengan 3 replikasi.

Keterangan Rata-rata % kematian

Replikasi I Replikasi II Replikasi III

Persamaan Garis Lurus (y = bx + a)

y = 0,345x 0,119 y = 0,371x 0,119 y = 0,398x 0,207

LC50 69,963 61,098 71,302

Rata-rata LC50 67,454

Nilai LC50 menunjukkan konsentrasi yang menyebabkan kematian pada

50% hewan uji pada paparan waktu selama 24 jam. Nilai LC50 yang diperoleh

mencerminkan toksisitas bahan terhadap hewan uji. Semakin besar harga LC50

berarti toksisitasnya semakin kecil dan sebaliknya semakin kecil harga LC50

maka semakin besar toksisitasnya.

Menurut Meyer dkk. (1982), senyawa uji dikatakan toksik jika harga LC50

mL. Hasil perhitungan harga LC50 diperoleh berturut-

turut pada replikasi I, II, dan III yaitu 69,963 61,098

71,302 -rata dari ketiga replikasi adalah sebesar 67,454

. Hal ini menunjukkan bahwa fraksi etil asetat daun belimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 47: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

31

wuluh mempunyai potensi ketoksikan akut terhadap larva udang A. salina L.

dengan 50% kematian setelah pengamatan 24 jam.

Mekanisme kematian larva berhubungan dengan fungsi senyawa dalam

ekstrak tanaman yang dapat menghambat daya makan larva (antifedant). Cara

kerja senyawa tersebut dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau

racun perut. Oleh karena itu, bila senyawa tersebut masuk ke dalam tubuh

larva, alat pencernaannya akan terganggu. Selain itu dapat menghambat

reseptor perasa pada daerah mulut larva (Nguyen, 1999).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 48: UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …/Uji... · Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Ria Bekti Puspitarani NIM. M

32

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kandungan senyawa aktif yang terdapat dalam fraksi etil asetat daun

belimbing wuluh diantaranya adalah flavonoid.

2. Nilai LC50 setelah pemberian fraksi etil asetat daun belimbing wuluh

terhadap A. salina L. setelah pengamatan 24 jam diperoleh berturut-turut

pada replikasi I, II, dan III yaitu 69,963 61,098 71,302

-rata dari ketiga replikasi adalah sebesar 67,454

3. Fraksi etil asetat daun belimbing wuluh mempunyai potensi toksisitas akut

terhadap A. Salina L. karena nilai LC50 < 1000

B. Saran

1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut terhadap fraksi etil asetat daun

belimbing wuluh dengan menggunakan konsentrasi dibawah 62,5

untuk melihat potensinya sebagai senyawa sitotoksik.

2. Perlu dilakukan uji toksisitas akut dengan hewan rodent/nirrodent untuk

mengetahui nilai LD50 sebagai pengembangan fitofarmaka.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user