UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

51

Transcript of UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

Page 1: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN
Page 2: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHANUU NO.12 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM

BUDIDAYA TANAMAN

Oleh:Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, M.S.

Disampaikan Dalam Seminar Sehari Penyempurnaan Draft Rancangan UU TentangPerubahan UU No.12 Th. 2012. Diselenggarakan oleh DPD RI Kemite II dan

Distanpangan Prov. Bali pada Senin, 12 Oktober 2015,di Inna Sindhu Beach Hotel, Sanur, Denpasar-Bali

Page 3: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

PERMASALAHAN UU 12 TAHUN 2012

1. UU Nomor 12/1992 tentang Sistem BudidayaTanaman (SBT) mempersempit danmenghalangi kesempatan petani berperanserta dalam pengembangan budidaya tanaman.

Penerapan UU SBT menghalangi akses petaniuntuk memenuhi hak atas pangan.

Petani didiskriminasi tak boleh menjual bibithasilnya sendiri penerapan aturan sama antarapetani dengan perusahaan

Kriminalisasi petani oleh perusahaan-perusahaan besar dengan dalih melanggar UU.

1. UU Nomor 12/1992 tentang Sistem BudidayaTanaman (SBT) mempersempit danmenghalangi kesempatan petani berperanserta dalam pengembangan budidaya tanaman.

Penerapan UU SBT menghalangi akses petaniuntuk memenuhi hak atas pangan.

Petani didiskriminasi tak boleh menjual bibithasilnya sendiri penerapan aturan sama antarapetani dengan perusahaan

Kriminalisasi petani oleh perusahaan-perusahaan besar dengan dalih melanggar UU.

Page 4: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

2. Konsideran kebijakan bagus, tetapipelaksanaanya tidak memihak petani petanikecil harus memenuhi persyaratan yang sangat berat.

Pasal 6: dinyatakan petani memiliki hakmenanam apa yang diinginkan, tetapi diayatberikutnya hak bisa hilang akibat petani wajibmengikuti rencana yang ditentukan pemerintah.

Pasal 9, petani yang dari awal melakukankonservasi plasma nutfah kemudian harusmemakai ijin, kalau tidak maka menjadi terlarang.

Pasal 12, hasil karya petani melakukanpemuliaan tanaman apabila diedarkan olehkelompok/komunal dilarang, serta dituduhmelakukan sertifikasi liar.

2. Konsideran kebijakan bagus, tetapipelaksanaanya tidak memihak petani petanikecil harus memenuhi persyaratan yang sangat berat.

Pasal 6: dinyatakan petani memiliki hakmenanam apa yang diinginkan, tetapi diayatberikutnya hak bisa hilang akibat petani wajibmengikuti rencana yang ditentukan pemerintah.

Pasal 9, petani yang dari awal melakukankonservasi plasma nutfah kemudian harusmemakai ijin, kalau tidak maka menjadi terlarang.

Pasal 12, hasil karya petani melakukanpemuliaan tanaman apabila diedarkan olehkelompok/komunal dilarang, serta dituduhmelakukan sertifikasi liar.

Page 5: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

3. Tidak adanya pelibatan masyarakat dalam perencanaan SistemBudidaya Tanaman: Petani tidak diberikan akses dan ruang partisipasi secara

terbuka kebijakan/program yang dibuat tidak mampu memenuhikebutuhan dan kepentingan petani yang sebenarnya. Tidak ada manajemen partisipatif dalam pembuatan kebijakan

petani hanya sebagai obyek yang harus melaksanakan kebijakanyang telah dibuat oleh pemerintah. Petani tidak dilibatkan dalam proses perencanaan,

pengembangan dan pengaturan produksi serta penetapanwilayah hanya ada forum sosialisasi mengenai imbauanpemerintahyang tidak menjalankan imbauan pemerintah dapatdikrimminalisasi, diskriminasi dan diintimidasi. Pemerintah hanya mengejar kepentingan angka produksi yang

tinggi, mengabaikan tujuan-tujuan lain dibidang kelestarianlingkungan, ketangguhan ekosistem, kesejahteraan petanidanrendahnya etika lingkungan

3. Tidak adanya pelibatan masyarakat dalam perencanaan SistemBudidaya Tanaman: Petani tidak diberikan akses dan ruang partisipasi secara

terbuka kebijakan/program yang dibuat tidak mampu memenuhikebutuhan dan kepentingan petani yang sebenarnya. Tidak ada manajemen partisipatif dalam pembuatan kebijakan

petani hanya sebagai obyek yang harus melaksanakan kebijakanyang telah dibuat oleh pemerintah. Petani tidak dilibatkan dalam proses perencanaan,

pengembangan dan pengaturan produksi serta penetapanwilayah hanya ada forum sosialisasi mengenai imbauanpemerintahyang tidak menjalankan imbauan pemerintah dapatdikrimminalisasi, diskriminasi dan diintimidasi. Pemerintah hanya mengejar kepentingan angka produksi yang

tinggi, mengabaikan tujuan-tujuan lain dibidang kelestarianlingkungan, ketangguhan ekosistem, kesejahteraan petanidanrendahnya etika lingkungan

Page 6: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

4. LIBERALISASI PRODUKSI & PERDAGANGAN BENIH(Wulandari, 2013)

Sekitar 90% pasar benih dan input pertaniandikuasai perusahaan benih raksasa (Monsanto,Syngenta, Bayer, Dow Agro Science, BASF dan Dupon):

UU 12 : mengontrol benih ketergantungan benih padaperusahaan benih dan mahalnya benih bagi petani.

UU 12: mengontrol semua proses budidaya tanaman(mulai dari cara bertanam, perbenihan, tanaman yang harusditanam, sampai pengedaran benih) petani tidak secarabebas memilih memuliakan benih secara mandiri.

Aturan UU menegasikan peran petani pemulia,dengan secara langsung/tidak langsung menganggap yangbisa melakukan pemuliaan benih adalah perusahaan/laboratorium dan peneliti

UU 12: menegasikan adanya benih yang dikembangkanoleh petani secara turun tumurun.

4. LIBERALISASI PRODUKSI & PERDAGANGAN BENIH(Wulandari, 2013)

Sekitar 90% pasar benih dan input pertaniandikuasai perusahaan benih raksasa (Monsanto,Syngenta, Bayer, Dow Agro Science, BASF dan Dupon):

UU 12 : mengontrol benih ketergantungan benih padaperusahaan benih dan mahalnya benih bagi petani.

UU 12: mengontrol semua proses budidaya tanaman(mulai dari cara bertanam, perbenihan, tanaman yang harusditanam, sampai pengedaran benih) petani tidak secarabebas memilih memuliakan benih secara mandiri.

Aturan UU menegasikan peran petani pemulia,dengan secara langsung/tidak langsung menganggap yangbisa melakukan pemuliaan benih adalah perusahaan/laboratorium dan peneliti

UU 12: menegasikan adanya benih yang dikembangkanoleh petani secara turun tumurun.

Page 7: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

UU 12: meletakkan peran petani hanya sebagaipengguna benih benih hanya dimonopoli olehperusahaan dan benih menjadi mahal, akibatnya produktifitaspetani menurun.

UU 12: menutup kemungkinan petani berbagi benih,bertukar benih dan menjual kepada teman sesamapetani, karena harus memenuhi persyaratan yang sangatsusah dipenuhi oleh petani.

UU 12: meletakkan kontrol sumber daya pertanian,termasuk benih, pengetahuan, pada beberapaperusahaan pertanian dan perbenihan;

UU 12: hanya memberi perlindungan kepada peneliti,industri swasta yang bergerak dibidang pertaniandan atau perbenihan, bukan petani.

UU12 : kuat mendukung pertanian monokultur, yangjustru rawan serangan hama dan dan tidak berkelanjutan.

UU 12: meletakkan peran petani hanya sebagaipengguna benih benih hanya dimonopoli olehperusahaan dan benih menjadi mahal, akibatnya produktifitaspetani menurun.

UU 12: menutup kemungkinan petani berbagi benih,bertukar benih dan menjual kepada teman sesamapetani, karena harus memenuhi persyaratan yang sangatsusah dipenuhi oleh petani.

UU 12: meletakkan kontrol sumber daya pertanian,termasuk benih, pengetahuan, pada beberapaperusahaan pertanian dan perbenihan;

UU 12: hanya memberi perlindungan kepada peneliti,industri swasta yang bergerak dibidang pertaniandan atau perbenihan, bukan petani.

UU12 : kuat mendukung pertanian monokultur, yangjustru rawan serangan hama dan dan tidak berkelanjutan.

Page 8: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

PERUBAHAN YANG DITUJU

1. PERUBAHAN KOMPREHENSIF UU NO. 12 TAHUN 1992 MENJADI:UU SBT BARU yang responsif pada kebutuhan dan kepentingan

petani yang sebelumnya tidak melibatkan partisipasi masyarakatdan hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu.UU SBT BARU sebagai reformulasi kebijakan terintegrasi dengan

Good Governance sehingga UU SBT Baru mengandung: Sistem pertanian yang berwawasan lingkungan

dan memperhatikan etika lingkungan Sistem pertanian yang berkelanjutan (Suistainable Agriculture)

Mengembangkan potensi sosial dan ekonomi masyarakat petani(Community Based Development)

Menjamin hak-hak petani

1. PERUBAHAN KOMPREHENSIF UU NO. 12 TAHUN 1992 MENJADI:UU SBT BARU yang responsif pada kebutuhan dan kepentingan

petani yang sebelumnya tidak melibatkan partisipasi masyarakatdan hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu.UU SBT BARU sebagai reformulasi kebijakan terintegrasi dengan

Good Governance sehingga UU SBT Baru mengandung: Sistem pertanian yang berwawasan lingkungan

dan memperhatikan etika lingkungan Sistem pertanian yang berkelanjutan (Suistainable Agriculture)

Mengembangkan potensi sosial dan ekonomi masyarakat petani(Community Based Development)

Menjamin hak-hak petani

Page 9: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

2. PEMBUATAN PERDA MENGENAI PERLINDUNGAN BIBITLOKAL DAN PERTANIAN ORGANIK

Perda yang memperhatikan lokalitas masing-masing daerah menjamin kesejahteraan petani dansistem pertanian yang berbeda disetiap daerah.

Perda yang menjamin perlindungan terhadapbibit lokal dan sistem pertanian organik:

membentuk sistem pertanian yang suistainableagriculture

berpijak pada kesuburan tanah sebagai kuncikeberhasilan produksi

pertanian yang menghasilkan pangan yang sehat(bebas dari obat-obatan dan zat kimia yangmematikan).

2. PEMBUATAN PERDA MENGENAI PERLINDUNGAN BIBITLOKAL DAN PERTANIAN ORGANIK

Perda yang memperhatikan lokalitas masing-masing daerah menjamin kesejahteraan petani dansistem pertanian yang berbeda disetiap daerah.

Perda yang menjamin perlindungan terhadapbibit lokal dan sistem pertanian organik:

membentuk sistem pertanian yang suistainableagriculture

berpijak pada kesuburan tanah sebagai kuncikeberhasilan produksi

pertanian yang menghasilkan pangan yang sehat(bebas dari obat-obatan dan zat kimia yangmematikan).

Page 10: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

3. PENGUATAN KELEMBAGAAN DAN KOMUNITASPETANI (SOCIAL CAPITAL)

Terciptanya kekuatan bargaining position petani sebagai modal sosial dalam memperkuat organisasi tani

Terjaminnya akses dalam perencanaan kebijakanpertanian

Memperkuat jaringan (lingking) antara petanidan dengan pihak diluar, agar kebutuhan dankeingian petani dapat didengar dan diakomodasi untukmewujudkan Community Based Development

Dilakukan dengan mengumpulkan seluruhkomunitas tani dan penyatuan visi atau tujuanmeningkatkan motivasi petani untuk terus menerapkanpertanian yang berkesinambungan dan berwawasanlingkungan serta menjadi kontrol atas hak-hak petani

3. PENGUATAN KELEMBAGAAN DAN KOMUNITASPETANI (SOCIAL CAPITAL)

Terciptanya kekuatan bargaining position petani sebagai modal sosial dalam memperkuat organisasi tani

Terjaminnya akses dalam perencanaan kebijakanpertanian

Memperkuat jaringan (lingking) antara petanidan dengan pihak diluar, agar kebutuhan dankeingian petani dapat didengar dan diakomodasi untukmewujudkan Community Based Development

Dilakukan dengan mengumpulkan seluruhkomunitas tani dan penyatuan visi atau tujuanmeningkatkan motivasi petani untuk terus menerapkanpertanian yang berkesinambungan dan berwawasanlingkungan serta menjadi kontrol atas hak-hak petani

Page 11: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

4. KHUSUS DI BIDANG PERBENIHAN UU NO 12PERUBAHAN HARUS:

1. Mampu menjamin pertanian berkelanjutan dankemandirian pangan dengan membuka akses dankontrol seluas-luasnya dalam proses pemuliaandan budi daya tanaman oleh petani

2. Melindungi petani dari upaya monopoli benihyang berkualitas oleh perusahaan benih.

3. Memperhatikan dan melindungi petani-petanipemulia benih di dalam negeri

4. Membantu petani dalam proses penelitian danpengembangan benih berkualitas secara mandiri.

4. KHUSUS DI BIDANG PERBENIHAN UU NO 12PERUBAHAN HARUS:

1. Mampu menjamin pertanian berkelanjutan dankemandirian pangan dengan membuka akses dankontrol seluas-luasnya dalam proses pemuliaandan budi daya tanaman oleh petani

2. Melindungi petani dari upaya monopoli benihyang berkualitas oleh perusahaan benih.

3. Memperhatikan dan melindungi petani-petanipemulia benih di dalam negeri

4. Membantu petani dalam proses penelitian danpengembangan benih berkualitas secara mandiri.

Page 12: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

4. KHUSUS DI BIDANG PERBENIHAN UU NO 12PERUBAHAN HARUS:

5. Mempertimbangkan kenyataan bahwapetani selain membudidayakan tanamanjuga melakukan pemulian benih dilahannya sediri secara turun menurun.

6. Memperhatikan aspek lingkungan dankesejahteraan rumah tangga petani.

7. Tidak membelenggu atau merugikan hak-hak petani serta menjamin dan melindungikreatifitas petani.

4. KHUSUS DI BIDANG PERBENIHAN UU NO 12PERUBAHAN HARUS:

5. Mempertimbangkan kenyataan bahwapetani selain membudidayakan tanamanjuga melakukan pemulian benih dilahannya sediri secara turun menurun.

6. Memperhatikan aspek lingkungan dankesejahteraan rumah tangga petani.

7. Tidak membelenggu atau merugikan hak-hak petani serta menjamin dan melindungikreatifitas petani.

Page 13: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

5. HAL YANG HARUS DILAKUKAN PEMERINTAHDALAM UU NO. 12 PERUBAHAN/SBT BARU:1. Pemerintah harus memfasilitasi ketersediaan

benih induk yang berkualitas, sehingga bisadikembangkan oleh para petani secara mandiri.

2. Mempermudah persyaratan bagi petani yangingin mengembangkan benih secara mandiriatau swadaya.

3. Pemerintah harus mengawasi dan megontrolharga benih di pasaran untuk meningkatkanproduktifitas dan kesejahteraan petani.

4. Penyediaan/perbaikan sarana irigasi, jalan usahatani, jaminan hak atas air dan pengendalian alihfungsi lahan.

5. Pengembangan sistem insentif baru berbasis inovasidan teknologi

5. HAL YANG HARUS DILAKUKAN PEMERINTAHDALAM UU NO. 12 PERUBAHAN/SBT BARU:1. Pemerintah harus memfasilitasi ketersediaan

benih induk yang berkualitas, sehingga bisadikembangkan oleh para petani secara mandiri.

2. Mempermudah persyaratan bagi petani yangingin mengembangkan benih secara mandiriatau swadaya.

3. Pemerintah harus mengawasi dan megontrolharga benih di pasaran untuk meningkatkanproduktifitas dan kesejahteraan petani.

4. Penyediaan/perbaikan sarana irigasi, jalan usahatani, jaminan hak atas air dan pengendalian alihfungsi lahan.

5. Pengembangan sistem insentif baru berbasis inovasidan teknologi

Page 14: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

ANALISIS DRAFT UU SBT BARU

BELUM DIMASUKKAN DALAM DRAFT MENGENAI:

1. Pengawasan dan kontrol harga benih di pasaran

2. Fasilitasi pemerintah dalam memasarkan hasilpemuliaan oleh petani.

3. Jaminan harga pasar hasil budidaya tanaman danpengembangan sistem insentif ...............???

4. Asuransi kegagalan kegiatan budidaya tanaman olehpetani skala kecil.

5. Kelembagaan petani: rigid sebagai kelompok tani.

6. Belum masuk: isue social capital linking petanidengan pihak luar.

BELUM DIMASUKKAN DALAM DRAFT MENGENAI:

1. Pengawasan dan kontrol harga benih di pasaran

2. Fasilitasi pemerintah dalam memasarkan hasilpemuliaan oleh petani.

3. Jaminan harga pasar hasil budidaya tanaman danpengembangan sistem insentif ...............???

4. Asuransi kegagalan kegiatan budidaya tanaman olehpetani skala kecil.

5. Kelembagaan petani: rigid sebagai kelompok tani.

6. Belum masuk: isue social capital linking petanidengan pihak luar.

Page 15: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

ANALISIS DRAFT UU SBT BARU

LANGSUNG DICERMATI PASAL-PER PASAL

PADA DRAFT

LANGSUNG DICERMATI PASAL-PER PASAL

PADA DRAFT

Page 16: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN
Page 17: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR ..... TAHUN ............

TENTANG

SISTEM BUDIDAYA TANAMAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandungdi dalam wilayah negara Republik Indonesia adalahanugerah Tuhan Yang Maha Kuasa untukdimanfaatkan dan dipergunakan bagi sebesar-besarkemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesiasebagaimana diamanatkan dalam Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. bahwa upaya pemanfaatan dan penggunaan bumi, air,dan kekayaan alam yang terkandung di dalam wilayahnegara Republik Indonesia yang salah satunyadiselenggarakan melalui Budidaya Tanaman dengandukungan sumber daya manusia dan sumber dayabuatan dalam rangka meningkatkan kualitas hidupmasyarakat;

c. bahwa penyelenggaraan Budidaya Tanaman perludiarahkan kepada Sistem Budidaya Tanaman yangoptimal, bertanggung jawab, dan lestari untukpenyediaan pangan, sandang, papan, kesehatan,estetika, industri dan energi dalam negeri;

d. bahwa dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992tentang Sistem Budidaya Tanaman sudah tidak sesuaidengan perkembangan kebutuhan masyarakat dalambidang penyelenggaraan Budidaya Tanaman yangefisien, berkeadilan dan berkelanjutan;

Telaah dan masukan Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, M.S.

Page 18: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan hurufd perlu membentuk Undang-Undang tentang SistemBudidaya Tanaman;

Mengingat : Pasal 20, Pasal 20A ayat (1), Pasal 21, Pasal 22D danPasal 33 Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945;

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG SISTEM BUDIDAYATANAMAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

1. Budidaya Tanaman adalah usaha terstuktur dan terencana dalampengembangan dan pemeliharaan tanaman agar memberikan hasil danmanfaat secara ekonomi.

2. Sistem Budidaya Tanaman adalah sistem pengembangan danpemanfaatan sumber daya alam, sumber daya manusia, permodalan,sarana dan prasarana untuk menghasilkan tanaman untuk memenuhikebutuhan pangan, sandang, papan, pakan, kesehatan, industri danenergi dalam negeri dan memperbesar ekspor secara optimal,bertanggung jawab, dan lestari.

3. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalahPresiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahanNegara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.

4. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati/Walikota, dan perangkatdaerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

5. Menteri adalah Menteri yang tugas dan tanggungjawabnya terkaitdengan sistem Budidaya Tanaman.

Page 19: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

6. Sumber Daya Genetik adalah bahan dari tanaman yang mengandungunit-unit fungsional pewarisan sifat yang mempunyai nilai nyataataupun potensial.

7. Prasarana adalah segala sesuatu yang menjadi penunjang utamapenyelenggaraan Budidaya Tanaman.

8. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alatdan/atau bahan yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan BudidayaTanaman.

9. Benih adalah tanaman atau bagian dari tanaman yang digunakanuntuk memperbanyak dan/atau mengembangbiakkan tanaman.

10. Organisme Pengganggu Tanaman, selanjutnya disebut OPT, adalahsemua organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, ataumenyebabkan kematian tanaman.

11. Bahan Perlindungan Tanaman adalah bahan kimia sintetis, bahanalami atau bukan sintetis, jasad hidup, dan bahan lainnya yangdigunakan untuk melindungi tanaman budidaya.

12. Pemuliaan Tanaman yang selanjutnya disebut Pemuliaan adalahrangkaian kegiatan penelitian dan pengujian atau kegiatan penemuandan pengembangan suatu varietas, sesuai dengan metode baku untukdengan memafaatkan ilmu, teknologi, dan seni untuk menghasilkanvarietas baru yang lebih baik.

13. Varietas Tanaman yang selanjutnya disebut Varietas adalahsekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai olehbentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, danekspresi karakteristik genotipe atau kombinasi genotipe yang dapatmembedakan dari jenis atau spesies yang sama.

14. Sumber Daya Genetik adalah bahan tanaman yang mempunyaikemampuan untuk menurunkan sifat dari satu generasi ke generasiberikutnya dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pemuliaanserta pengembangan varietas baru tanaman.

15. Standar adalah persyaratan teknis atau sesuatu yang dibakukan,termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensussemua pihak/Pemerintah/ keputusan internasional yang terkaitdengan memperhatikan syarat keselamatan, keamanan, kesehatan,lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,pengalaman, serta perkembangan masa kini dan masa depan untukmemperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.

16. Standarisasi adalah proses merencanakan, merumuskan, menetapkan,menerapkan, memberlakukan, memelihara, dan mengawasi Standaryang dilaksanakan secara tertib dan bekerja sama dengan semuaPemangku Kepentingan.

17. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat kepada penyelengaraBudidaya Tanaman, produk, dan proses.

Dobel dgayat 6

Page 20: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

18. Pembudidaya Tanaman selanjutnya disebut Pembudidaya, adalahpetani dan kelompok petani, atau badan usaha yangmenyelenggarakan Budidaya Tanaman, baik berbentuk badan hukumatau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan diwilayah hukum Republik Indonesia.

19. Petani adalah perseorangan yang membudidayakan tanaman untukmemperoleh hasil dari tanaman tersebut yang digunakan untukkehidupan sehari-hari.

20. Kelompok tani adalah kumpulan petani yang dibentuk atas dasarkesamaan kepentingan, kesamaan kondisi, lingkungan sosial,ekonomi, sumber daya dan keakraban untuk meningkatkan danmengembangkan usaha Budidaya Tanaman.

21. Gabungan Kelompok Tani adalah kumpulan beberapa kelompok taniyang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomidan efisiensi usaha.

22. Badan Usaha Budidaya Tanaman adalah badan usaha baik berbentukbadan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan danberkedudukan di wilayah hukum Republik Indonesia yangmenyelenggarakan Budidaya Tanaman sebagai kegiatan usahanya.

23. Irigasi adalah semua atau segala kegiatan yang mempunyai hubungandengan usaha untuk mendapatkan air guna keperluan BudidayaTanaman.

24. Introduksi Sumber Daya Genetik yang selanjutnya disebut Introduksiadalah memperkenalkan sumber daya genetik unggul ke dalamwilayah hukum Republik Indonesia untuk kepentingan pemuliaantanaman dan Budidaya Tanaman.

25. Rencana Induk Budidaya Tanaman adalah perencanaan secaramenyeluruh penyelenggaraan Budidaya Tanaman yang terintegrasidengan perencanaan pembangunan nasional, pembangunan daerah,dan pembangunan sektoral.

26. Pupuk adalah bahan kimia atau organisme yang berperan dalampeningkatan kesuburan tanah dan menyediakan unsur hara bagikeperluan tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pasal 2

Sistem Budidaya Tanaman dilaksanakan berasaskan:

a. Kedaulatan;b. Kemandirian;c. Kebermanfaatan;d. Keterpaduan dan kebersamaan;e. Dayasaing;f. Keberlanjutan;g. Efisiensi berkeadilan;h. Kelestarian fungsi lingkungan dan kearifan lokal

Page 21: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

Pasal 3

Sistem Budidaya Tanaman dilaksanakan dengan tujuan untuk:

a. Mengelola dan mengembangkan sumber daya budidaya pertanian secaraoptimal, bertanggung jawab, dan lestari;

b. Meningkatkan dan memperluas penyediaan hasil tanaman untukmemenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan, industri danenergi dalam negeri dan memperbesar ekspor

c. Meningkatkan daya saing bangsa (terkait kedaulatan, kemandirian danketahanan pangan)

d. Mendorong perluasan dan pemerataan berusaha dan kesempatan kerja

e. Memberikan perlindungan kepada pelaku budidaya dan konsumen hasilBudidaya Tanaman;

f. Meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani dan pelaku budidaya.

g. Meningkatkan kesehatan, kesejahteraan, dankemakmuran rakyat.

Pasal 4

Ruang lingkup pengaturan dalam Undang-Undang ini meliputi:

a. penyelenggaraan urusan pemerintahan;b. perencanaan;c. sumber daya;d. penyelenggaraan Budidaya Tanaman;e. pembangunan prasarana;f. pembinaan;dang. peran serta masyarakat.

BAB II

PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN

Pasal 5

(1) Presiden berwenang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang Pembudidayaan tanaman.

(2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan olehMenteri.

(3) Dalam rangka pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud padaayat (2) Menteri melakukan pengaturan, pembinaan, danpengembangan Pembudidayaan tanaman.

Pasal 6

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah secara bersama-sama atau sesuaidengan kewenangan masing-masing menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang Pembudidayaan tanaman sebagaimana diaturdalam Undang-Undang ini.

Jangatdicoret

Page 22: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

(2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang Budidaya Tanamanyang ruang lingkupnya lintas provinsi menjadi urusan Pemerintah.

(3) Penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang Budidaya Tanamanyang ruang lingkupnya lintas kabupaten/kota menjadi urusanpemerintah provinsi.

(4) Penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang Budidaya Tanamanyang ruang lingkupnya berada dalam satu kabupaten/kota menjadiurusan pemerintah kabupaten/kota.

(5) Dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidangBudidaya Tanaman, Pemerintah dapat menyelenggarakan sendiri,melimpahkan kepada gubernur selaku wakil Pemerintah, ataumenugasi pemerintah kabupaten/kota.

(6) Ketentuan mengenai kewenangan penyelenggaraan urusanpemerintahan di bidang Pembudidayaan tanaman sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Perundang-undangan.

BAB III

RENCANA INDUK BUDIDAYA TANAMAN

Pasal 7

(1) Rencana Induk Budidaya Tanaman Nasional disusun sesuai denganRencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional dan RencanaPembangunan Jangka Menengah Nasional

(2) Rencana Induk Budidaya Tanaman Nasional disusun denganmemperhatikan:a. daya dukung lingkungan;b. rencana tata ruang wilayah;c. kondisi sosial ekonomi kewilayahan; dand. kecenderungan perubahan lingkungan global.e. Usulan provinsi

(3) Rencana Induk Budidaya Tanaman Nasional memuat:a. visi, misi, dan strategi;b. sasaran dan pentahapan;c. pembangunan sumber daya; dand. pembangunan sarana dan prasarana.

(4) Rencana Induk Budidaya Tanaman Nasional disusun untuk jangkawaktu 25 (dua puluh lima) tahun.

Pasal 8

(1) Menteri menyusun Rencana Induk Budidaya Tanaman Nasional.

Diganti dengan katapengembangan

Page 23: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

(2) Penyusunan Rencana Induk Budidaya Tanaman Nasional sebagaimanadimaksud pada ayat (1) berkoordinasi dengan kementerian dan/ataulembaga terkait.

(3) Rencana Induk Budidaya Tanaman Nasional ditetapkan denganPeraturan Pemerintah.

Pasal 9

(1) Kepala Daerah menyusun Rencana Induk Budidaya Tanaman Daerah.

(2) Rencana Induk Budidaya Tanaman Daerah sebagaimana dimaksudpada ayat (1) sesuai dengan Rencana Induk Budidaya TanamanNasional.

(3) Rencana Induk Budidaya Tanaman Daerah disusun denganmemperhatikan:a. daya dukung lingkungan daerah;b. rencana tata ruang wilayah daerah;c. kondisi sosial ekonomi kewilayahan;d. kecenderungan perubahan lingkungan global; dane. keserasian kebijakan antar daerah.

(4) Rencana Induk Budidaya Tanaman Daerah ditetapkan denganPeraturan Daerah.

Pasal 10

Rencana Induk Budidaya Tanaman Nasional dan Rencana Induk BudidayaTanaman Daerah diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau PemerintahDaerah dengan melibatkan masyarakat.

BAB IV

PEMBANGUNAN SUMBER DAYA

Bagian Kesatu

Sumber Daya Alam

Paragraf 1

Sumber Daya Genetik

Pasal 11

(1) Pemerintah melakukan pengelolaan Sumber Daya Genetik bagipenyelenggaraan Budidaya Tanaman.

(2) Pengelolaan Sumber Daya Genetik dilakukan melalui kegiataneksplorasi, konservasi, karakterisasi dan evaluasi.

(3) Pengelolaan Sumber Daya Genetik sebagaimana dimaksud pada ayat(1) bertujuan untuk melindungi, melestarikan, memperkaya,

Digantimengacu dan mempertimbangkan kearifan lokal

DigantiPengambangan

Page 24: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

memanfaatkan, dan mengembangkan Sumber Daya Genetik secaralestari dan berkelanjutan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

Pasal 12

(1) Kegiatan eksplorasi Sumber Daya Genetik dilakukan untuk mencari,mengumpulkan, serta meneliti jenis varietas lokal tertentu.

(2) Kegiatan eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuanuntuk mengamankan dan menyelamatkan varietas-varietas lokal darikepunahan akibat penggunaan varietas-varietas unggul baru secaraintensif.

(3) Kegiatan eksplorasi dilakukan pada :a. daerah sentra produksi;b. daerah produksi tradisional;c. daerah terisolir;d. daerah lereng-lereng gunung;e. daerah pulau terpencil;f. daerah suku asli;g. derah yang menggunakan komoditas Budidaya Tanaman sebagai

makanan pokok;h. daerah epidemik organisme pengganggu tanaman; dani. daerah transmigrasi lama dan baru.

Pasal 13

(1) Kegiatan konservasi Sumber Daya Genetik dilakukan dengan cara insitu dan ex situ.

(2) Kegiatan konservasi Sumber Daya Genetik in situ sebagaimanadimaksud pada ayat (1) bersifat pasif dan dilaksanakan hanya denganmengamankan tempat tumbuh alamiah sumber daya genetik.

(3) Pemerintah menetapkan kawasan konservasi Sumber Daya Genetik insitu sebagai suaka alam dan kawasan pelestarian alam.

(4) Suaka alam sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diwujudkan dalambentuk cagar alam dan suaka margasatwa.

(5) Kawasan pelestarian alam sebagaimana dimaksud pada ayat (3)diwujudkan dalam bentuk taman nasional, taman hutan raya dantaman wisata alam.

(6) Kegiatan konservasi Sumber Daya Genetik ex situ sebagaimanadimaksud pada ayat (1) bersifat aktif dan dilaksanakan dengan caramemindahkan suatu varietas ke tempat pemeliharaan baru di luarhabitat alamiahnya.

(7) Tempat pemeliharaan baru sebagaimana dimaksud pada ayat (6)berupa :

Page 25: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

a. kebun koleksi;b. tempat penyimpanan benih;c. tempat penyimpanan kultur jaringan;d. tempat penyimpanan kultur serbuk sari; dane. tempat penyimpanan kultur bagian tanaman yang lainnya.

(8) Dalam rangka konservasi Sumber Daya Genetik ex situ, Pemerintahmembangun bank gen koleksi benih.

(9) Pembangunan bank gen koleksi benih dapat dilakukan bekerjasamadengan lembaga penelitian pada perguruan tinggi.

(10) Bank gen koleksi benih berfungsi memberikan layanan permintaanbenih kepada pengguna dalam jumlah tertentu untuk tujuan penelitianguna pemuliaan tanaman atau pengembangan varietas baru.

Pasal 14

(1) Karakterisasi Sumber Daya Genetik bertujuan untuk :a. mengidentifikasi sifat-sifat penting yang bernilai ekonomis; danb. mengidentifikasi ciri khas dari suatu varietas tanaman.

(2) Karakterisasi Sumber Daya Genetik sebagaimana dimaksud pada ayat(1) meliputi karakter morfologis , karakter agronomis, karakterfisiologis, penanda biokimia, dan penanda molekular.

(3) Evaluasi Sumber Daya Genetik bertujuan untuk :a. mengidentifikasi kandungan senyawa gizi; danb. mengetahui reaksi varietas tanaman terhadap cekaman faktor biotik

dan faktor abiotik.

(4) Kegiatan karakterisasi dan evaluasi Sumber Daya Genetik dilakukansecara bertahap dan sistematis dalam rangka mempermudah upayapemanfaatan plasma nutfah.

(5) Kegiatan karakterisasi dan evaluasi Sumber Daya Genetik dilakukanuntuk menghasilkan sumber daya genetik yang berasal dari sifat-sifatpotensial yang siap digunakan dalam program pemuliaan tanaman.

Pasal 15

Sumber daya genetik bagi penyelenggaraan Budidaya Tanaman wajibdilindungi, dilestarikan, diperkaya, dimanfaatkan, dan dikembangkansesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(1) Pemerintah melakukan inventarisasi, pendaftaran, pendokumentasian,dan pemeliharaan terhadap Sumber Daya Genetik bagipenyelenggaraan Budidaya Tanaman.

Page 26: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

(2) Inventarisasi, pendaftaran, pendokumentasian, dan pemeliharaanSumber Daya Genetik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dapatdilakukan bekerja sama dengan masyarakat.

(3) Dalam rangka inventarisasi, pendaftaran, pendokumentasian, danpemeliharaan Sumber Daya Genetik, Pemerintah membangun sisteminformasi sumber daya genetik.

(4) Data pada sistem informasi Sumber Daya Genetik sebagaimanadimaksud pada ayat (3) dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian,pengembangan dan penentuan kebijakan.

(5) Pemanfaatan sumber daya genetik sebagaimana dimaksud di atasdilakukan secara lestari dan berkelanjutan.

Pasal 16

(1) Pemerintah mendorong pengayaan sumber daya genetik bagipenyelenggaraan Budidaya Tanaman melalui berbagai metode danintroduksi Sumber Daya Genetik.

(2) Introduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan denganmemasukkan, mendatangkan atau memindahkan Sumber DayaGenetik baik yang berasal dari dalam maupun dari luar wilayah NegaraKesatuan Republik Indonesia.

(3) Tanaman introduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapatdijadikan sebagai tanaman komersial atau sebagai bahan persilangandalam rangka memperbaiki varietas lokal.

Pasal 17

(1) Pemerintah, perorangan dan/atau badan hukum dapat melakukanIntroduksi Sumber Daya Genetik.

(2) Introduksi Sumber Daya Genetik yang berasal dari luar wilayah NegaraKesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15ayat (2) harus dilakukan dalam bentuk benih atau materi induk.

(3) Ketentuan tentang introduksi Sumber Daya Genetik, diatur lebih lanjutdengan Peraturan Menteri.

Pasal 18

(1) Pemerintah memberikan kemudahan perizinan dan penggunaanfasilitas penelitian milik pemerintah untuk pengayaan sumber dayagenetik nasional.

(2) Pemasukan dan pengeluaran sumber daya genetik ke dan dari dalamnegara Republik Indonesia dilaksanakan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

(3) Sumber daya genetik yang menghasilkan produk yang memiliki cirikhas terkait wilayah geografis tertentu dilindungi kelestarian danpemanfaatannya dengan hak indikasi geografis.

Tidak bisa

Page 27: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

Paragraf 2

Lahan dan Tata Ruang

Pasal 19

(1) Lahan Budidaya Tanaman terdiri atas lahan terbuka dan lahantertutup.

(2) Lahan Budidaya Tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)berupa tanah dan/atau media tanam lainnya.

(3) Lahan terbuka meliputi sawah, ladang dan kebun.

(4) Lahan tertutup meliputi rumah kaca, ..............

Pasal 20

(1) Pembukaan dan/atau pengolahan lahan Budidaya Tanaman dilakukandengan menggunakan teknik penyiapan lahan yang ramah lingkungan.

(2) Teknik penyiapan lahan yang ramah lingkungan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk :a. Mempertahankan kesuburan tanah;b. Menjamin pengembalian unsur hara;c. Mencegah erosi permukaan tanah; dand. Membantu pelestarian lingkungan.

Pasal 21

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menetapkan lahan BudidayaTanaman sesuai dengan agroekosistem tanaman.

(2) Agroekosistem sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputikesesuaian lahan, iklim, sosial ekonomi, dan lingkungan.

Pasal 22

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah membina, memfasilitasi danmengawasi perlindungan, pemeliharaan, pemulihan dan peningkatanfungsi lahan Budidaya Tanaman.

(2) Pemerintah dan pemerintah daerah membina, memfasilitasi danmengawasi pemanfaatan lahan untuk keperluan Budidaya Tanamandengan memperhatikan kesesuaian dan kemampuan lahan maupunpelestarian lingkungan hidup.

(3) Pemanfaatan lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkansebagai kawasan budidaya dalam rencana tata ruang berdasarkanperaturan perundang-undangan yang mengatur tentang tata ruang.

(4) Pemerintah dan pemerintah daerah membina, memfasilitasi danmengawasi perlindungan, pemeliharaan, pemulihan dan peningkatanfungsi lahan Budidaya Tanaman.

dan dalam struktur bangunan

Page 28: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

(5) Pemerintah dan pemerintah daerah membina, memfasilitasi danmengawasi pemanfaatan lahan untuk keperluan Budidaya Tanamandengan memperhatikan kesesuaian dan kemampuan lahan maupunpelestarian lingkungan hidup, dan disesuaikan dengan ketentuan tataruang dan tata guna tanah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(6) Perubahan rencana tata ruang yang mengakibatkan perubahanperuntukan Budidaya Tanaman guna keperluan lain dilakukan denganmemperhatikan rencana produksi Budidaya Tanaman secara nasional.

Pasal 23

(1) Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya berkewajiban melindungikawasan budidaya yang ditetapkan dalam rencana tata ruangsebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (3) untuk pengembanganBudidaya Tanaman secara berkelanjutan.

(2) Perubahan rencana tata ruang yang mengakibatkan perubahankawasan budidaya untuk keperluan lain dilakukan denganmemperhatikan rencana produksi Budidaya Tanaman secara nasional.

Paragraf 3

Iklim dan Perubahan Iklim

Pasal 24

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab memantau,mengevaluasi, memprakirakan, mendokumentasikan, dan memetakanpola iklim untuk penyelenggaraan Budidaya Tanaman.

(2) Pemantauan, evaluasi, prakiraan, dokumentasi, dan pemetaan polaiklim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara rutinsetiap bulan.

(3) Pola iklim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi curah hujan,suhu, sinar matahari, kelembaban udara dan angin.

Pasal 25

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab terhadapsosialisasi atas mempublikasikan informasi hasil pemantauan,evaluasi, prakiraan, dokumentasi, dan pemetaan pola iklimdisosialisasikan secara terbuka kepada masyarakat agar menjadisebagai acuan perencanaan Budidaya Tanaman.

(2) Publikasi informasi pola iklim sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan melalui sistem informasi berbasis website.

(3) Pemerintah dan pemerintah daerah melaksanakan pembinaan,fasilitasi dan mengawasi langkah mitigasi dan adaptasi terhadapperubahan iklim.

Page 29: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

(4) Pemerintah dan pemerintah daerah menyediakan dukunganinfrastruktur dan prasarana bagi penyelenggara Budidaya Tanamanperorangan skala kecil untuk mengurangi dampak perubahan iklim.

Pasal 26

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah melaksanakan pembinaan,fasilitasi dan pengawasan langkah mitigasi dan adaptasi terhadapperubahan iklim.

(2) Mitigasi terhadap perubahan iklim dilakukan dengan mengidentifikasidampak negatif perubahan iklim terhadap :a. terjadinya degradasi sumberdaya lahan dan air;b. terjadinya kerusakan pada infrastruktur pertanian;c. timbulnya bencana banjir dan kekeringan; dand. meningkatnya serangan organisme pengganggu tanaman.

(3) Adaptasi terhadap perubahan iklim dilakukan dengan :a. pengembangan teknik Budidaya Tanaman yang sesuai dengan

kondisi banjir dan kekeringan;b. implementasi dan pengembangan kalender tanam sebagai pedoman

bagi petani dalam memutuskan pola dan waktu tanam yang sesuaidengan kondisi iklim dan spesifikasi lokasi;

c. perbaikan dan penyesuaian jaringan irigasi;d. implementasi gerakan hemat air;e. penggunaan dan pengembangan varietas-varietas tanaman lokal

yang tahan kering, banjir dan salinitas;f. mendorong Budidaya Tanaman yang ramah lingkungan; dang. optimalisasi pemanfaatan rawa lebak.

Pasal 27

Pemerintah dan pemerintah daerah menyediakan dukungan infrastrukturdan prasarana bagi penyelenggara Budidaya Tanaman perorangan √ skalakecil untuk mengurangi dampak perubahan iklim.

Paragraf 4

Sumber Daya Air dan Tata Guna Air

Pasal 28

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah membina dan mengaturpemanfaatan air untuk Budidaya Tanaman sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

(2) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab:

a. memberikan jaminan akan ketersediaan air untuk penyelenggaraanBudidaya Tanaman.

dan kelompok

Page 30: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

b. menetapkan rencana alokasi dan memberikan hak guna pakai airuntuk penyelenggaraan Budidaya Tanaman secara efisien danberkeadilan.

Pasal 29

(1) Pengaturan pemanfaatan sumber daya air untuk Budidaya Tanamansebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) diselenggarakanmelalui pengembangan dan pengelolaan jaringan Irigasi.

(2) Pengembangan jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi pembangunan jaringan irigasi baru dan/atau peningkatanjaringan irigasi yang sudah ada.

(3) Pengelolaan jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi jaringan irigasi didaerah irigasi.

Pasal 30

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pengembangan danpengelolaan jaringan Irigasi sesuai dengan tanggung jawab danwewenang masing-masing.

(2) Pengembangan dan pengelolaan jaringan Irigasi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) melibatkan petani dan kelompok tani.

(3) Guna mengakomodasi keterlibatan petani dan kelompok tanisebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemerintah Daerahmemfasilitasi pembentukan perkumpulan petani pemakai air.

(4) Perkumpulan petani pemakai air sebagaimana dimaksud pada ayat (3)beranggotakan semua petani yang mendapat manfaat baik langsungmaupun tidak langsung dari dari pengelolaan air dan jaringan irigasiyang meliputi pemilik sawah, penggarap sawah, pemilik kolam ikanyang mendapat air dari jaringan irigasi dan pemakai air irigasi lainnya.

Pasal 31

(1) Tata guna air dilaksanakan untuk meningkatkan efisiensi danproduktivitas pemanfaatan air serta meningkatkan penyediaan airuntuk penyelenggaraan Budidaya Tanaman.

(2) Penyelenggaraan tata guna air dilakukan dengan memperhitungkankebutuhan air irigasi, ketersediaan air irigasi dan optimalisasipengelolaan sumber daya air.

Bagian Kedua

Sumber Daya Manusia

Paragraf 1

Petani dan Kelembagaan Tani

Page 31: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

Pasal 32

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab melakukanpembinaan dan pemberdayaan petani dalam melaksanakan BudidayaTanaman.

(2) Pembinaan dan pemberdayaan petani sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilakukan melalui :a. pendidikan dan pelatihan;b. penyuluhan dan pendampingan;c. pengembangan sistem dan sarana pemasaran hasil Budidaya

Tanaman;d. penyediaan fasilitas pembiayaan dan permodalan; dane. kemudahan akses ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi.

Pasal 33

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab untukmendorong dan memfasilitasi pembentukan kelembagaan usahaBudidaya Tanaman bagi petani yang memiliki niat dan tujuan yangsama bagi peningkatan skala usaha agar mampu memenuhi skalaekonomi.

(2) Kelembagaan usaha Budidaya Tanaman bagi petani sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dibentuk berdasarkan kesamaan niat dantujuan untuk meningkatkan skala usaha agar mampu memenuhiskala ekonomi.

(3) Kelembagaan usaha Budidaya Tanaman bagi petani sebagaimanadimaksud pada ayat (1) berbentuk Kelompok Tani.

(4) Beberapa Kelompok Tani yang berkembang dapat membentukGabungan Kelompok Tani.

Pasal 34

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab untukmembina, memfasilitasi dan mengawasi melakukan pembinaan,fasilitasi dan pengawasan Kelompok Tani. petani penyelenggaraBudidaya Tanaman agar memberikan manfaat bagi kesejahteraananggota, serta mendukung pencapaian kebutuhan hasil budidayapertanian tanaman secara nasional dan berkelanjutan.

(2) Pembinaan, fasilitasi dan pengawasan Kelompok Tani bertujuan agardapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan anggota.

Pasal 35

(1) Pemerintah menetapkan kebijakan pengembangan Kelompok Tani danGabungan Kelompok Tani.

dengan memperhatikankearifan lokal

Page 32: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

(2) Kebijakan pengembangan Kelompok Tani dan Gabungan KelompokTani diarahkan pada :a. peningkatan kemampuan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok

Tani dalam melaksanakan fungsinya;b. peningkatan kemampuan para anggota dalam mengembangkan

budidaya tanaman; danc. penguatan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani menjadi

organisasi petani yang kuat dan mandiri.

Paragraf 2

Tenaga Kerja Pertanian

Pasal 36

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab meningkatkankeahlian dan keterampilan sumber daya bagi Budidaya Tanamantenaga kerja pertanian untuk memenuhi standar kompetensi kerjanasional indonesia.

(2) Peningkatan keahlian dan keterampilan tenaga kerja pertaniandilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan secara berjenjang.

(3) Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud padaayat (2) dilaksanakan oleh lembaga sertifikasi kompetensi yangterakreditasi.

(4) Pemerintah dan Pemerintah Daerah bersama lembaga sertifikasikompetensi yang terakreditasi dapat melaksanakan pendidikan danpelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

Pasal 37

(1) Pemerintah menetapkan standar kompetensi kerja nasional indonesiapada bidang Budidaya Tanaman.

Peningkatan keahlian dan keterampilan sumber daya manusiaBudidaya Tanaman dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihansecara berjenjang.

Pemerintah dan Pemerintah Daerah bersama badan usaha lembagasertifikasi kompetensi yang terakreditasi dapat melaksanakanpendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud diatas.

(2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah membina dan mengawasi badanusaha yang terakreditasi yang menyelenggarakan pendidikan danpelatihan tenaga kerja pertanian.

(3) Kepada sumberdaya manusia bagi Budidaya Tanaman tenaga kerjapertanian yang sudah telah memenuhi standar kompetensi kerjanasional indonesia diberikan sertifikat sesuai dengan peraturan danperundang-undangan yang terkait mengatur tentang standarisasi danpenilaian kesesuaian.

Bagaimana dengan petaniyang tidak tersertifikasi

Page 33: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

Pasal 38

(1) Penyelenggara Budidaya Tanaman wajib mengutamakan pemanfaatansumber daya manusia tenaga kerja pertanian dalam negeri.

(2) Pemanfaatan sumber daya manusia dari tenaga kerja pertanian luarnegeri dapat dimanfaatkan dilakukan dalam hal terbatasnya sumberdaya manusia dalam negeri yang mempunyai keahlian dankemampuan tertentu di bidang Budidaya Tanaman.

(3) Pemanfaaran sumber daya manusia tenaga kerja pertanian dari luarnegeri harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undanganterkait yang mengatur tentang ketenagakerjaan.

Paragraf 3

Penyuluh Pertanian

Pasal 39

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawabmenyelenggarakan penyuluhan bagi penyelenggara Budidaya Tanaman

(2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah membentuk kelembagaanpenyuluhan sebagai wadah para penyuluh dalan menjalankan tugasdan fungsinya.

(3) Masyarakat dan pelaku usaha dapat berperan serta dalammenyelenggarakan penyuluhan dengan membentuk kelembagaanpenyuluhan swadaya dan kelembagaan penyuluhan swasta.

(4) Penyelenggaraan penyuluhan Budidaya Tanaman dilaksanakan sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 4

Permodalan

Pasal 40

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah memfasilitasi ketersediaanpembiayaan dengan tingkat bunga yang sesuai untuk PelakuBudidaya.

(2) Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalambentuk:

a. pemberian pinjaman;

b. penyertaan modal; dan/atau

c. hibah.

(3) Pemerintah mendorong penanaman modal dengan mengutamakanpenanaman modal dalam negeri di bidang usaha Budidaya Tanaman.

BAB V

Page 34: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

PEMBANGUNAN PRASARANA

Bagian Kesatu

Standardisasi dan Sertifikasi

Paragraf 1

Standardisasi

Pasal 41

(1) Menteri melakukan perencanaan, pembinaan, pengawasanstandarisasi dan sertifikasi di bidang Budidaya Tanaman.

(2) Standarisasi dan sertifikasi diselenggarakan dalam wujud SNI,spesifikasi teknis, sertifikasi proses, pedoman tata cara.

Pasal 42

(1) Menteri dapat menetapkan pemberlakuan SNI, spesifikasi teknis, danatau pedoman tata cara.

(2) Pemberlakuan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dilakukanuntuk:

a. Keamanan, kesehatan, dan keselamatan manusia, hewan, dantumbuhan.

b. Pelestarian fungsi lingkungan hidup.

c. Peningkatan efisiensi dan kinerja

d. Peningkatan daya saing

Pasal 43

(1) Menteri mengawasi seluruh pemberlakuan SNI, spesifikasi teknis, danatau pedoman tata cara.

(2) Menteri berkoordinasi dengan menteri terkait setiap sarana BudidayaTanaman yang beredar yang tidak memenuhi SNI, spesifikasi teknis,dan atau pedoman tata cara yang diberlakukan secara wajib.

Paragraf 2

Sertifikasi

Pasal 44

(1) Sertifikasi meliputi sertifikasi sarana produksi, proses penyelenggaraanbudidaya, dan sertifikasi hasil Budidaya Tanaman.

(2) Sertifikasi yang dimaksud memenuhi persyaratan standar nasional,regional, dan internasional.

Page 35: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

(3) Pemerintah menerapkan standar nasional Indonesia terhadap hasilBudidaya Tanaman impor.

Pasal 45

(1) Pemeritah dan pemerintah daerah bertanggung jawab untukmelaksanakan pembinaan dan fasilitasi terhadap penyelenggarabudidaya perseorangan untuk dapat memenuhi persyaratan sertifikasisebagaimana yang dimaksud di atas

(2) Lembaga sertifikasi yang dapat melakukan sertifikasi harus terdaftar diKomite Akreditasi Nasional (KAN)

(3) Pemerintah dan pemerintah daerah melaksankan pengawasan prosessertifikasi di wilayah Republik Indonesia

Bagian Kedua

Infrastruktur

Pasal 46

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin tersedianyainfrastruktur bagi penyelenggaraan Budidaya Tanaman

(2) Infrastruktur sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) paling sedikitmeliputi:a. Fasilitas jaringan sumber daya air;b. Fasilitas jaringan transportasi;c. Fasilitas jaringan energi dan kelistrikan;d. Fasilitas jaringan komunikasi; dane. Fasilitas pasar.

(3) Penyediaan Infrastuktur sebagaimana dimaksud pada ayat (2)dilakukan melalui:a. Pengadaan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang

pembiayaannya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanjanegara atau anggaran pendapatan dan belanja daerah.

b. Pola kerjasama antara Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerahdengan perseorangan, Badan Usaha Milik Negara, Badan UsahaMilik Daerah, dan Badan Usaha Swasta.

c. Pengadaan yang dibiayai sepenuhnya oleh perseorangan atau badanusaha.

Bagian Ketiga

Pengembangan Teknologi

Pasal 47

Page 36: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

(1) Dalam rangka mengembangkan inovasi dan teknologi BudidayaTanaman, Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawabmelakukan penelitian dan pengembangan secara berkesinambungan.

(2) Pelaksanaan penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksudpada ayat (1), dilarang membahayakan kesehatan manusia, merusakkeanekaragaman hayati, dan mengancam kelestarian fungsilingkungan hidup.

(3) Penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dapat dilakukan dengan cara bekerjasama dengan lembaga penelitian,lembaga pendidikan, pelaku budidaya, dan/atau masyarakat.

(4) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat berupa bantuanpendanaan dan fasilitasi bagi lembaga penelitian, lembaga pendidikan,pelaku budidaya, dan/atau masyarakat.

Bagian Keempat

Informasi

Pasal 48

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah membangun Sistem InformasiBudidaya Tanaman untuk mendukung penyelenggaraan BudidayaTanaman.

(2) Sistem Informasi Budidaya Tanaman sebagaimana dimaksud padaayat (1) berbasis teknologi informasi yang dapat diakses secaraterbuka.

(3) Sistem Informasi Budidaya Tanaman sebagaimana dimaksud padaayat (1) paling sedikit memuat :

a. sarana produksi;

b. prasarana produksi;

c. kesesuaian agroklimat;

d. pedoman budidaya;

e. pola iklim dan pola tanam;

f. luas tanam dan luas panen; dan

g. perkembangan harga.

Pasal 49

(1) Kelompok Tani dan Badan Usaha Budidaya Tanaman wajib harusmenyampaikan informasi mengenai kegiatan Budidaya Tanaman.

(2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah mengelola informasi mengenaikegiatan Budidaya Tanaman tersebut menjadi data yang digunakansebagai acuan dalam penyusunan Sistem Informasi.

Page 37: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyampaian informasisebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan pengelolaan informasi padaayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB VI

PENYEDIAAN SARANA PRODUKSI

Bagian Kesatu

Benih

Pasal 50

(1) Benih yang digunakan untuk penyelenggaraan Budidaya Tanamanberasal dari varietas unggul dan bermutu.

(2) Pengembangan varietas unggul dilakukan melalui kegiatan pemuliaantanaman.

Pasal 51

(1) Pemerintah mendorong perseorang dan badan hukum untukmelaksanakan kegiatan pemuliaan tanaman.

(2) Pemerintah menyediakan dan melindungi sumber daya genetik yangdibutuhkan untuk pengembangan varietas.

(3) Pemerintah meningkatkan kapasitas orang perorangan dan badanusaha untuk melakukan pengembangan varietas.

(4) Pemerintah memberikan fasilitas perlindungan terhadap varietas yangdikembangkan oleh petani perorangan.

(5) Fasilitas perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berupapembebasan biaya perlindungan varietas tanaman.

Pasal 52

Dalam hal hasil pemuliaan dan varietas baru yang diintroduksikanmenggunakan teknologi rekayasa genetik, pendaftaran peredarannya harusmemenuhi persyaratan keamanan hayati.

Pasal 53

(1) Varietas hasil pemulian dalam negeri dan introduksi yang akandiperjualbelikan harus dilakukan pendaftaran kepada pemerintah.

(2) Dalam proses pendaftaran dilakukan pengujian sesuai dengan kaidahpemuliaan.

(3) Dalam hal varietas yang dihasilkan oleh petani perseorangan makaPemerintah dan Pemerintah Daerah secara aktif melakukanpendaftaran atas varietas yang akan diperjualbelikan.

Page 38: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

(4) Tata cara pendaftaran varietas diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 54

(1) Benih yang diperjualbelikan adalah benih dari varietas unggul yangmemenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh pemerintah melaluiproses sertifikasi.

(2) Pemerintah bertanggung jawab membina produsen/penangkar benihagar mampu menghasilkan benih yang bermutu sesuai dengan standaryang ditetapkan

(3) Dalam hal benih yang dihasilkan petani perseorangan, makaPemerintah dan Pemerintah Daerah secara aktif memfasilitasi prosessertifikasi.

Pasal 55

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pengawasan terhadappengadaan, peredaran dan penggunaan benih.

(2) Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan oleh Fungsional Pengawas Benih Tanaman.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 56

(1) Setiap orang yang memasukkan benih ke dalam dan/ataumengeluarkan benih keluar wilayah negara Republik Indonesia harusmendapatkan izin.

(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan denganmempertimbangkan ketersediaan dan kebutuhan benih dalam negeri.

(3) Ketentuan mengenai tata cara pemberian izin pemasukan benih kedalam dan/atau pengeluaran benih ke luar wilayah negara RepublikIndonesia diatur dengan Peraturan Menteri.

(4) Pemerintah, perorangan dan/atau badan hukum dapat melakukanIntroduksi Sumber Daya Genetik baik yang berasal dari dalammaupun luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(5) Introduksi Sumber Daya Genetik yang berasal dari luar wilayah NegaraKesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1)harus dilakukan dalam bentuk benih atau materi induk.

(6) Introduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan olehPemerintah, perorangan dan/atau badan hukum.

(7) Ketentuan tentang introduksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)dan ayat (2), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.

Page 39: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

Bagian Kedua

Pupuk

Pasal 57

(1) Setiap orang wajib memproduksi dan/atau mengedarkan Pupuk yangmemenuhi jenis dan standar mutu.

(2) Jenis dan standar mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditetapkan oleh Pemerintah dan dilaksanakan melalui sertifikasiproduk.

(3) Penetapan jenis dan standar mutu sebagaimana dimaksud pada ayat(1) paling sedikit memperhatikan kesesuaian dengan kondisi iklim,kondisi lahan, keamanan bagi Pembudidaya Tanaman, ramahlingkungan, dan tidak mengganggu kepentingan umum.

Pasal 58

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin ketersediaan pupuksebagaimana yang dimaksud dalam pasal 38 ayat (1) sesuai dengankebutuhan dan harga keekonomian.

(2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pengawasan terhadappengadaan dan peredaran pupuk.

Pasal 59

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah melaksanakan pembinaan danfasilitasi produksi pupuk organik berbasis bahan baku setempat.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikitmeliputi pendidikan, pelatihan, dan/atau penyuluhan bagi petani dankelompok tani serta produsen pupuk organik.

(3) Fasilitasi produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikitmeliputi pemberian pinjaman, bantuan dan hibah teknologi dansarana produksi.

Pasal 60

(1) Pemerintah mendorong penggunaan pupuk produksi dalam negeri olehPembudidaya Tanaman.

(2) Dalam rangka mendorong penggunaan pupuk produksi dalam negerisebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah memberikan fasilitasberupa subsidi harga, potongan harga, dan kredit pembelian.

Pasal 61

(1) Penggunaan pupuk harus disesuaikan dengan karakteristik tanah,kebutuhan tanaman, keberlanjutan penyelenggaraan Budidaya

Page 40: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

Tanaman, tidak merusak lingkungan, dan mengganggu kepentinganumum.

(2) Pemerintah melaksanakan pembinaan, pengaturan, dan pengawasanterhadap tata cara penggunaan dan penyimpanan pupuk.

(3) Ketentuan lebih lanjut terhadap pembinaan, pengaturan, danpengawasan terhadap tata cara penggunaan dan penyimpanan pupukdiatur dalam Peraturan Pemerintah.

Bagian Ketiga

Bahan Perlindungan Tanaman

Pasal 62

(1) Bahan perlindungan tanaman yang beredar di wilayah RepublikIndonesia wajib memenuhi standar mutu, terdaftar, terjaminefektifitasnya, aman terhadap manusia dan lingkungan hidup, sertadiberi label

(2) Bahan perlindungan tanaman dapat berupa pestisida nabati, agensiahayati, dan pestisida berbasis bahan kimia anorganik

(3) Bahan perlindungan tanaman yang digunakan disesuaikan denganjenis organisme pengganggu, tingkat serangan, hasil pertumbuhantanaman, kondisi lingkungan, dengan menjaga keberlanjutanpenyelenggaraan Budidaya Tanaman, kelestarian lingkungan, dantidak mengganggu kepentingan umum

(4) Penyelenggaraan Budidaya Tanaman dilaksanakan denganmengutamakan penggunaan bahan perlindungan tanaman yangdiproduksi dalam negeri.

Pasal 63

(1) Pemerintah menetapkan standar mutu bahan perlindungan tanamanyang diedarkan.

(2) Pemerintah menjamin ketersediaan bahan perlindungan tanamansesuai dengan kebutuhan, standar mutu, dan standar harga.

(3) Pemerintah melakukan pengawasan terhadap pengadaan danperedaran bahan perlindungan tanaman.

(4) Pemerintah dan Pemerintah Daerah melaksanakan pembinaan danfasilitasi produksi bahan perlindungan tanaman untuk penyelenggaraBudidaya Tanaman dalam kelompok berbasis pada bahan bakusetempat.

Pasal 64

(1) Pemerintah melarang produksi dan peredaran bahan perlindungantanaman yang dianggap berbahaya bagi penyelenggaraan Budidaya

Page 41: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

Tanaman, merusak lingkungan, mengganggu kesehatan manusia danmengganggu kepentingan umum.

(2) Pemerintah melaksanakan pembinaan, pengaturan, dan pengawasanterhadap tata cara penggunaan dan penyimpanan bahan perlindungantanaman.

(3) Setiap orang dilarang menawarkan dan mempromosikan pestisidakimia anorganik secara langsung kepada petani dengan memberiinformasi dan/atau pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan.

Bagian Keempat

Alat dan Mesin Pertanian

Pasal 65

(1) Alat dan mesin untuk penyelenggaraan Budidaya Tanaman yangberedar di wilayah Republik Indonesia wajib memenuhi standar mutusesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengaturmengenai standar mutu

(2) Alat dan mesin pertanian dapat berupa peralatan yang dioperasikandengan motor penggerak atau tanpa motor penggerak untukpenyelenggaraan Budidaya Tanaman seperti traktor, pompa air, robot,alat kontrol, alat aplikasi bahan perlindungan tanaman (sprayer danfumigator), alat aplikasi pupuk (fertigasi), alat panen dan pasca panen,serta alat irigasi

(3) Alat dan mesin yang digunakan untuk penyelenggaraan BudidayaTanaman mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri

(4) Pemerintah dan Pemerintah Daerah melaksanakan pembinaan danfasilitasi pengadaan dan penggunaan alat dan mesin untukpenyelenggaraan Budidaya Tanaman

BAB VII

PENYELENGGARAAN BUDIDAYA TANAMAN

Bagian Kesatu

Paragraf 1

Pembudidaya Tanaman

Pasal 66

(1) Penyelenggaraan Budidaya Tanaman dilakukan oleh Perseoranganatau Badan Usaha yang berbentuk badan hukum maupun bukanbadan hukum yang didirikan menurut hukum di Indonesia danberkedudukan hukum di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Page 42: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

(2) Perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harusberkewarganegaraan Indonesia.

(3) Badan Usaha sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:

a. Koperasi;

b. Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah; dan

c. Perusahaan Swasta.

(4) Badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapatmenyelenggarakan Budidaya Tanaman pada skala usaha menengahdan besar.

(5) Ketentuan tentang kategori skala usaha ekonomi diatur berdasarkanPeraturan Perundang-Undangan.

(6) Pemerintah dapat menugaskan Badan Usaha sebagaimana yangdimaksud pada ayat (4) huruf b untuk melakukan kerjasama denganpelaku budidaya Budidaya Tanaman perseorangan dan koperasi.

Paragraf 2

Badan Usaha Pertanian Budidaya Tanaman

Pasal 67

(1) Pemerintah mendorong penanaman modal dengan mengutamakanpenanaman modal dalam negeri di bidang usaha Budidaya Tanaman.

(2) Penanaman modal dalam negeri di bidang usaha Budidaya Tanamansebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk BadanUsaha Budidaya Tanaman.

(3) Badan Usaha Budidaya Tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (2)meliputi:

a. Badan usaha milik negara;

b. Badan usaha milik daerah;

c. Badan usaha swasta; atau

d. Koperasi.

Pasal 68

(1) Jenis usaha Budidaya Tanaman meliputi :

a. usaha dalam proses produksi;

b. usaha dalam penanganan pasca panen; dan

c. usaha terpadu dalam proses produksi dan penanganan pascapanen.

(2) Usaha dalam proses produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf a wajib mendapat izin apabila :

Page 43: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

a. menggunakan lahan dengan luas 25 (dua puluh lima) hektar ataulebih.

b. menggunakan tenaga kerja dengan jumlah 10 (sepuluh) orang ataulebih.

Pasal 69

(1) Luas maksimum lahan untuk usaha dalam proses produksi adalah10.000 (sepuluh ribu) hektar.

(2) Penetapan luas maksimum lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)didasarkan pada :

a. ketersediaan, kesesuaian dan kemampuan lahan.

b. pelestarian fungsi lingkungan hidup khususnya konservasi tanah.

(3) Penguasaan lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkansesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Ketentuan luas maksimum lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)tidak berlaku untuk badan usaha milik negara dan badan usaha milikdaerah.

Pasal 70

(1) Penanaman modal asing hanya dilakukan pada badan usaha besardengan kepemilikan paling banyak 30 % (tiga puluh persen).

(2) Untuk Budidaya Tanaman pangan pokok tertutup bagi penanamanmodal asing.

Bagian Kedua

Tahapan Penyelenggaraan Budidaya

Paragraf I

Pembukaan dan Pengolahan Lahan Serta Penggunaan Media Tanam

Pasal 71

(1) Pembukaan dan pengolahan lahan wajib memperhatikan kelestarianlingkungan hidup, kepentingan umum, dan keberlanjutan usahaBudidaya Tanaman.

(2) Setiap orang dilarang melakukan pembukaan lahan untukpenyelenggaraan Budidaya Tanaman dengan cara membakar lahan,tumbuhan dan/atau benda lain yang ada di atasnya atau melakukantindakan yang dapat menimbulkan kebakaran lahan yangmengakibatkan kerusakan dan pencemaran lingkungan.

Pasal 72

Pembudidaya dilarang membuka dan/atau mengolah lahan dengan carapembakaran dan/atau melakukan tindakan yang dapat menimbulkan

Page 44: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

kebakaran lahan yang berakibat terjadinya pencemaran dan kerusakanfungsi lingkungan hidup.

Pasal 73

(1) Penyiapan media tanaman wajib menggunakan bahan yang mempumenghasilkan produk yang aman, ramah lingkungan, memperhatikankeselamatan dan kesehatan Pembudidaya Tanaman, kepentinganumum dan keberlanjutan Sistem Budidaya Tanaman.

(2) Setiap orang dilarang menggunakan media tanaman dan bahan yangmenyebabkan pencemaran lingkungan, menganggu keselamatan danPembudidaya, kepentingan umum, dan keberlanjutan Sistem BudidayaTanaman.

Paragraf 2

Penanaman dan pola tanam

Pasal 74

Pemerintah menyediakan informasi mengenai kesesuaian agroklimat /karakater-karakter agronomi dan iklim yang sesuai bagi pertumbuhan danperkembangan varietas.

Pasal 75

(1) Pemerintah menyediakan pedoman mengenai pelaksanaan pola tanamdan teknik penanaman yang menjaga keberlanjutan penyelenggaranBudidaya Tanaman, meningkatkan pendapatan pelaku BudidayaTanaman, serta tidak merusak lingkungan, dan merugikankepentingan umum.

(2) Pedoman mengenai pelaksanaan pola tanam dan teknik penanamansebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Paragraf 3

Pemanfaatan Air

Pasal 76

(1) Pemerintah melakukan pembinaan, pengaturan, dan pengawasanpenggunaan air untuk Budidaya Tanaman sesuai denganperundangan-undangan yang berlaku.

(2) Pemerintah menyediakan pembinaan dan fasilitasi jaringan irigasidalam areal Budidaya Tanaman bagi petani perorangan skala kecil.

(3) Pemerintah mendorong dan membina terbentuknya kelembagaanpengguna air dalam satu jaringan irigasi secara berjenjang.

Paragraf 4

Pemeliharaan Tanaman

Page 45: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

Pasal 77

(1) Pemeliharaan tanaman yang dilaksanakan harus menjaminkeberlangsungan Budidaya Tanaman, menjaga kelestarian lingkungan,dan tidak mengganggu kepentingan umum.

(2) Dalam pemeliharaan tanaman, setiap orang atau badan usaha dilarangmenggunakan teknik, sarana dan prasarana yang dapat mengganggukesehatan, menimbulkan kerusakan lingkungan, dan mengganggukepentingan umum.

(3) Pemerintah memberikan pembinaan, fasilitasi, dan pengawasan agarpenyelenggaran pemeliharaan tanaman sesuai dengan tujuan.

Paragraf 5

Perlindungan Tanaman

Pasal 78

(1) Perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem pengendalianhama terpadu.

(2) Pelaksanaan perlindungan tanaman sebagaimana dimaksud dalamayat (1), menjadi tanggung jawab masyarakat dan Pemerintah.

Pasal 79

Perlindungan tanaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46,dilaksanakan melalui kegiatan berupa :

a. pencegahan masuknya organisme pengganggu tumbuhan ke dalam dantersebarnya dari suatu area ke area lain di dalam wilayah negara

b. Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yangberlaku;

c. pengendalian organisme pengganggu tumbuhan;

d. eradikasi organisme pengganggu tumbuhan.

Pasal 80

(1) Dalam pelaksanaan perlindungan tanaman sebagaimana dimaksuddalam Pasal 2178, setiap orang atau badan hukum dilarangmenggunakan sarana dan/atau cara yang dapat mengganggukesehatan dan/atau mengancam keselamatan manusia, menimbulkangangguan dan kerusakan sumberdaya alam dan/atau lingkunganhidup.

(2) Ketentuan mengenai penggunaan sarana dan/atau cara sebagaimanadimaksud dalam ayat (1), diatur lebih lanjut oleh Pemerintah.

Pasal 81

Page 46: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

Setiap media pembawa organisme pengganggu tumbuhan yang dimasukkanke dalam, dibawa atau dikirim dari suatu area ke area lain di dalam, dandikeluarkan dari wilayah Negara Republik Indonesia dikenakan tindakankarantina tumbuhan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yangberlaku.

Pasal 82

(1) Setiap orang atau badan hukum yang memiliki atau menguasaitanaman harus melaporkan adanya serangan organisme pengganggutumbuhan pada tanamannya kepada pejabat yang berwenang danyang bersangkutan harus mengendalikannya.

(2) Apabila serangan organisme pengganggu tumbuhan sebagaimanadimaksud dalam ayat (1), merupakan eksplosi, Pemerintahbertanggung jawab menanggulanginya bersama masyarakat.

Pasal 83

(1) Pemerintah dapat melakukan atau memerintahkan dilakukannyaeradikasi terhadap tanaman dan/atau benda lain yang menyebabkantersebarnya organisme pengganggu tumbuhan.

(2) Eradikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilaksanakan apabilaorganisme pengganggu tumbuhan tersebut dianggap sangat berbahayadan mengancam keselamatan tanaman secara meluas.

Pasal 84

(1) Kepada pemilik yang tanaman dan/atau benda lainnya dimusnahkandalam rangka eradikasi dapat diberikan kompensasi.

(2) Kompensasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diberikan hanyaatas tanaman dan/atau benda lainnya yang tidak terserang organismepengganggu tumbuhan tetapi harus dimusnahkan dalam rangkaeradikasi.

Pasal 85

Ketentuan mengenai pengendalian dan eradikasi organisme pengganggutumbuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 butir b dan butir c sertaketentuan mengenai kompensasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal ,diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Paragraf 6

Panen dan pasca panen

Pasal 86

(1) Panen dilaksankan agar memperoleh hasil yang optimal, menekankehilangan dan kerusakan hasil serta terjaminnya standar mutu

Page 47: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

(2) Dalam pelaksanaan panen, setiap orang atau badan usaha dilarangmenggunakan teknik, sarana dan prasarana yang dapat mengganggukesehatan, menimbulkan kerusakan lingkungan, dan mengganggukepentingan umum

(3) Pemerintah memberikan pembinaan, fasilitasi, dan pengawasan agarpenyelenggaran pemeliharaan tanaman sesuai dengan tujuan

(4) Pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah menyediakan bantuankepada penyelenggara Budidaya Tanaman skala kecil yang mengalamigagal panen yang disebabkan bencana

Pasal 87

(1) Pasca panen dilaksanakan untuk mempertahankan mutu hasil,menekan kehilangan dan kerusakan hasil, memperpanjang dayasimpan, dan meningkatkan dan menambah nilai tambah hasilBudidaya Tanaman

(2) Pasca panen meliputi kegiatan pengumpulan, pemilahan,pembersihan, pengkelasan, perlakuan untuk memperpanjang dayasimpan, standarisasi mutu, dan pengangkutan hasil BudidayaTanaman

(3) Pemerintah menentukan standar mutu dan komoditas tanaman yangharus memenuhi standar mutu tersebut serta melakukan pengawasandalam penerapannya

(4) Pemerintah memberikan pembinaan, fasilitasi, dan pengawasan agarpenyelenggaran penanganan pasca panen sesuai dengan tujuan

(5) Pemerintah menyediakan infrastruktur pasca panen agar standarmutu yang ditetapkan dapat tercapai

(6) Pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah menyediakan bantuanbahan, sarana, dan prasarana pasca panen kepada penyelenggaraBudidaya Tanaman skala kecil

BAB VIII

PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 88

(1) Pemerintah bertanggung jawab memberikan ruang kepada masyarakatuntuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan Budidaya Tanaman.

(2) Bentuk partisipasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)terdiri atas:

a. penyusunan perencanaan,

b. pengembangan kawasana

c. penelitian

d. pemberdayaan

Page 48: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

e. pengawasan

f. pengembangan sistem informasi

g. pengembangan kelembagaan

(3) Peran serta masyarakat dapat dilakukan dalam bentuk:

a. pemberian usulan

b. pemberian tanggapan

c. pengajuan keberatan

d. saran perbaikan

e. informasi dan laporan

f. bantuanBAB IX

PEMBINAAN

Pasal 89

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab melaksanakanpembinaan penyelenggaraan Budidaya Tanaman dalam bentukpengaturan, pemberian bimbingan, pengawasan, dan penyediaanfasilitas.

(2) Pembinaan penyelenggaraan Budidaya Tanaman diarahkan untukmeningkatkan produktivitas, produksi, mutu, dan nilai tambah hasilBudidaya Tanaman serta efisiensi penggunaan lahan, sarana, danprasarana produksi.

(3) Pembinaan sebagaimana dimaksud di atas didasarkan padakebutuhan dalam negeri, keunggulan komparatif, dan permintaanpasar komoditi Budidaya Tanaman yang bersangkutan.

Pasal 90

(1) Pemerintah bertanggung jawab dalam pengembangan Sumber DayaManusia Pemuliaan Tanaman guna pemanfaatan Sumber DayaGenetik dalam mendukung penyelenggaraan Budidaya Tanamanberkelanjutan.

(2) Pengembangan Sumber Daya Manusia Pemuliaan Tanamansebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui :

a. penyesuaian kurikulum dan fasilitas pendidikan sesuai dengankebutuhan pendidikan spesialis pemuliaan tanaman;

b. pemberian insentif seperti anugerah kekayaan intelektual luar biasakepada pemulia yang menunjukkan prestasi, produktif dan kinerjayang tinggi dalam bidang pemuliaan.

BAB X

Page 49: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 91

(1) Setiap badan usaha yang melanggar ketentuan dalam Pasal 10 16 ayat(12) (perlindungan sumber daya genetik), Pasal 16 38 ayat (71) (SDMdalam negeri), Pasal 39 57 ayat (1) (peredaran pupuk), Pasal 43 62 ayat(1) (label tanaman dan bahan tanaman), Pasal 46 65 ayat (1) (standarmutu alat dan mesin), Pasal 50 71 ayat (1) (pembukaan danpengolahan lahan) dan Pasal 73 (menggunakan media tanaman danbahan yang menyebabkan pencemaran lingkungan) dikenai sanksiadministratif berupa:

a. peringatan tertulis;

b. denda administratif;

c. penutupan sementara;

d. pembekuan izin usaha, dan/atau

e. pencabutan izin usaha

(2) Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif danbesaran denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB XI

KETENTUAN PIDANA

Pasal 92

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal71 ayat (2) (pembukaan lahan dengan cara pembakaran) diancamdengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan dendapaling banyak 10 (sepuluh) miliyar rupiah;

(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)mengakibatkan orang mati atau luka berat, pelaku diancam denganpidana paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak 15(lima belas) miliyar rupiah.

Pasal 93

Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 45 64ayat (3) (larangan promosi pestisida secara langsung) dipidana denganpidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun 4 (empat) bulan dan pidanadenda paling banyak Rp 145.000.000,00

Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 49ayat (2) (penggunaan, pengolahan lahan) dipidana dengan pidana kurunganpaling lama .... dan pidana denda paling banyak Rp ....,00

Page 50: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

Pasal 94

Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 50 73ayat (2) (penggunaan media dan bahan tanaman) dipidana dengan pidanakurungan paling lama .... dan pidana denda paling banyak Rp ....,00

Pasal 95

Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 54 80ayat (2) (sarana dan prasarana yang menggaggu kesehatan dan kerusakanlingkungan) dipidana dengan pidana kurungan paling lama .... dan pidanadenda paling banyak Rp ....,00

BAB XII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 96

(1) Pada saat Undang-Undang ini berlaku, Undang-Undang Nomor 12Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan LembaranNegara Nomor 3478) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

(2) Semua peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturanpelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentangSistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478)dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan ataubelum diganti dengan peraturan perundang-undangan yang baruberdasarkan Undang-Undang ini.

(3) Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini ditetapkan palinglama 2 (dua) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 97

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara RepublikIndonesia.

Disahkan di Jakartapada tanggal...................................

Page 51: UJI SAHIH PENYUSUNAN PERUBAHAN

PRESIDEN REPUBLIK

INDONESIA,

ttd

JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakartapada tanggal ...............................................

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,

ttd

YASONA H. LAOLY