Uji Parameter Spesifik Dari Ekstrak

7
Standardisasi Ekstrak Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang diperoleh diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Standardisasi ekstrak tidak lain adalah serangkaian parameter yang dibutuhkan sehingga ekstrak persyaratan produk kefarmasian sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Ekstrak terstandar berarti konsistensi kandungan senyawa aktif dari setiap batch yang diproduksi dapat dipertahankan, dan juga dapat mempertahankan pemekatan kandungan senyawa aktif pada ekstrak sehingga dapat mengurangi secara signifikan volume permakaian per dosis, sementara dosis yang diinginkan terpenuhi, serta ekstrak yang diketahui kadar senyawa aktifnya ini dapat dipergunakan sebagai bahan pembuatan formula lain secara mudah seperti sediaan cair , kapsul, tablet, dan lain- lain. 1. Parameter Non Spesifik a) Susut Pengeringan Susut pengeringan merupakan pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur 105 o C selama 30 menit atau sampai konstan, yang dinyatakan dalam porsen. Dalam hal khusus (jika bahan tidak mengandung minyak menguap/atsiri dan sisa pelarut organik) identik dengan kadar air, yaitu kandungan air karena berada di atmosfer/lingkungan udara terbuka (Depkes RI, 2000). b) Bobot Jenis

description

gnhm,

Transcript of Uji Parameter Spesifik Dari Ekstrak

Standardisasi EkstrakEkstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang diperoleh diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Standardisasi ekstrak tidak lain adalah serangkaian parameter yang dibutuhkan sehingga ekstrak persyaratan produk kefarmasian sesuai dengan persyaratan yang berlaku.Ekstrak terstandar berarti konsistensi kandungan senyawa aktif dari setiapbatchyang diproduksi dapat dipertahankan, dan juga dapat mempertahankan pemekatan kandungan senyawa aktif pada ekstrak sehingga dapat mengurangi secara signifikan volume permakaian per dosis, sementara dosis yang diinginkan terpenuhi, serta ekstrak yang diketahui kadar senyawa aktifnya ini dapat dipergunakan sebagai bahan pembuatan formula lain secara mudah seperti sediaan cair , kapsul, tablet, dan lain-lain.1. Parameter Non Spesifika)Susut PengeringanSusut pengeringan merupakan pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur 105oC selama 30 menit atau sampai konstan, yang dinyatakan dalam porsen. Dalam hal khusus (jika bahan tidak mengandung minyak menguap/atsiri dan sisa pelarut organik) identik dengan kadar air, yaitu kandungan air karena berada di atmosfer/lingkungan udara terbuka (Depkes RI, 2000).b)Bobot JenisParameter bobot jenis ekstrak merupakan parameter yang mengindikasikan spesifikasi ekstrak uji. Parameter ini penting, karena bobot jenis ekstrak tergantung pada jumlah serta jenis komponen atau zat yang larut didalamnya (Depkes RI, 2000).c)Kadar airKadar air adalah banyaknya hidrat yang terkandung zat atau banyaknya air yang diserap dengan tujuan untuk memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan (Depkes RI, 2000).d)Kadar abuParameter kadar abu merupakan pernyataan dari jumlah abu fisiologik bila simplisia dipijar hingga seluruh unsur organik hilang. Abu fisiologik adalah abu yang diperoleh dari sisa pemijaran (Depkes RI, 2000).2. Parameter Spesifika)IdentitasIdentitas ekstrak dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:Deskripsi tata nama:1. Nama Ekstrak (generik, dagang, paten)2. Nama latin tumbuhan (sistematika botani)3. Bagian tumbuhan yang digunakan (rimpang, daun, buah,)4. Nama Indonesia tumbuhanEkstrak dapat mempunyai senyawa identitas artinya senyawa tertentu yang menjadi petunjuk spesifik dengan metode tertentu. Parameter identitas ekstrak mempunyai tujuan tertentu untuk memberikan identitas obyektif dari nama dan spesifik dari senyawa identitas (Depkes RI, 2000).b)OrganoleptikParameter oranoleptik digunakan untuk mendeskripsikan bentuk, warna, bau, rasa menggunakan panca indera dengan tujuan pengenalan awal yang sederhana dan seobyektif mungkin (Depkes RI, 2000).c)Kadar sariParameter kadar sari digunakan untuk mengetahui jumlah kandungan senyawa kimia dalam sari simplisia. Parameter kadar sari ditetapkan sebagai parameter uji bahan baku obat tradisional karena jumlah kandungan senyawa kimia dalam sari simplisia akan berkaitan erat dengan reproduksibilitasnya dalam aktivitas farmakodinamik simplisia tersebut (Depkes RI,1995).d) Pola kromatogramPola kromatogram mempunyai tujuan untuk memberikan gambaran awal komponen kandungan kimia berdasarkan pola kromatogram kemudian dibandingkan dengan data baku yang ditetapkan terlebih dahulu (Depkes RI, 2000).

PEMBAHASANSimplisia sebagai suatu bahan yang akan mengalami proses lanjutan atau langsungdikonsumsi harus memiliki standarisasi.Hal ini penting sebagai acuan mengenai segala sesuatu mengenai cara penggunaan simplisia. Karena simplisia yang berasal dari bahan alam biasanya memiliki keragaman, terutama dalam kandungan zat aktifnya. Sehingga agar didapatkan mutu dan kualitas yang sama pada semua konsumen, standar penggunaan simplisia sangat diperlukan.Standarisasi merupakan hal yang penting untuk simplisia dan ekstrak yang akan digunakan atau dikonsumsi. Parameter standarmerupakansuatu metode standarisasi untuk menjaga kualitas dari suatu simplisia maupun ekstrak. Parameter standar meliputi parameter standar spesifik dan parameter standar non spesifik, yang diujikan terhadap simplisia dan ekstrak.Salah satu parameter standar spesifik untuk pengujian standar simplisia adalah penetapan kadar sari pada pelarut tertentu.Kadar sari larut air dan etanol merupakan pengujian untuk penetapan jumlah kandungan senyawa yang dapat terlarut dalam air (kadar sari larut air) dan kandungan senyawa yang dapat terlarut dalam etanol (kadar sari larut etanol).(Ditjen POM, 2000)Metode penentuan kadar sari digunakan untuk menentukan jumlah senyawa aktif yang terekstraksi dalam pelarut dari sejumlah simplisia. Penentuan kadar sari juga dilakukan untuk melihat hasil dari ekstraksi, sehingga dapat terlihat pelarut yang cocok untuk dapat mengekstraksi senyawa tertentu. Prinsip dari ekstraksi didasarkan pada distribusi zat terarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling campur (Ibrahim,2009).Pada penentuan kadar sari larut air, simplisia terlebih dahulu dimaserasi selama 24 jam dengan air. Sedangkan pada penentuan kadar sari larut etanol, simplisia terlebih dahulu dimaserasi selama 24 jam dengan etanol (95 %). Hal ini bertujuan agar zat aktif yang ada pada simplisia dapat terekstraksi dan tertarik oleh pelarut tersebut.Ketika penentuan kadar sari larut air, simplisia ditambahkan kloroform terlebih dahulu, penambahan kloroform tersebut bertujuan sebagai zat antimikroba atau sebagai pengawet. Karena apabila pada saat masrasi hanya air saja, mungkin ekstraknya akan rusak karena air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroba atau dikhawatirkan terjadi proses hidrolisis yang akan merusak eksatrak sehingga menurunkan mutu dan kualitas dari ekstrak tersebut. Sementara pada penentuan kadar sari larut etanol tidak ditambahkan kloroform, karena etanol sudah memiliki sifat antibakteri jadi tidak perlu ditambahkan kloroform.Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil kadar sari larut air dari kulit kayu manis adalah 11,48 % dan 33,5 % untuk kadar sari larut etanol. Kadar sari larut etanol yang didapat lebih besar dibandingkan dengan kadar sari larut airnya. Hal ini karena air bersifat polar dan etanol bersifat non polar. Jadi etanol bisa menarik senyawa yang bersifat polar dan non polar dibandingkan air yang hanya bias menarik senyawa yang polar saja. Oleh karena itu etanol biasa disebut pelarut universal.Berdasarkan kelarutan darikandungansenyawayang terkandung dalam kulit kayu manis yaituminyak atsiri 1-3%, tanin, damar, lendir(mucilago/amilum), kalsium oksalat(Depkes RI, 1977) dapat diketahui sifat-sifat dari zat tersebut.Misalnya tannin. Tanin mudah larut dalam air disebabkan karena adanya gula yang terikat. Hal ini sama diungkapkan oleh Browning (1980) bahwa semua jenis tanin larut dalam air, kelarutannya akan bertambah besar apabila dilarutkan adalam air panas. Markhan (1988) mengatakan bahwa karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil pada flavanoid (bentuk tanin yang umum ditemukan) maka cenderung menyebabkan flavanoid mudah larut dalam air panas atau larutan basa encer karena cara ini adalah cara yang termurah dengan perolehan ekstraksi uang cukup besar ( Umar, 2002).Kelarutan dalam etanol 0,82gr dalam 1 ml (70oC). Kelarutan dalam air 0,656 gr dalam 1ml (70oC)(Anonim, 2011).Sifat damar antara lain rapuh dan mudah melekat pada tangan pada suhu kamar, mudah larut dalam minyak atsiri dan pelarut organic nonpolar,sedikit larut dalam pelarut organic yang polar, tidak larut dalam air, tidak tahan panas, mudah terbakar,tidak volatile apabila terdekomposisi dan mudah berubah warna bila disimpan terlalu lama dalam tempat tertutup tanpa sirkulasi udara yang baik (Mulyono, 2004). Sehingga damar tersebut akan lebih banyak terekstraksi oleh etanol.Selain tanin dan damar, terdapat pulaminyak atsiri 1-3%, tanin,lendir(mucilago/amilum), kalsium oksalat. Minyak atsiri yang bersifat non polar akan lebih mudah dan lebih banyak terekstraksi oleh etanol dibanding dengan air.Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, oleh karena itu tidak akan terekstraksi oleh air.Dilihat dari kelarutan zat-zat yang terkandung dari simplisia tersebut yang sebagian besar tidak larut dalam air jadi kadar sari larut airnya lebih sedikit dari pada kadar sari larut etanol.Kadar sari yang larut dalam etanoldari kulit kayu manis pada literature (MMI) tidak kurang dari 10%. Dari data yang didapat dari percobaan kadar sari larut dari etanol telah memenuhi persyaratan karena hasil yang didapatkan yaitu 33,5 %.Data kadar sari dalam pelarut tertentu biasanya diperlukan untuk menentukan pelarut yang akan digunakan untuk mengekstraksi senyawa tertentu agar zat-zat yang terekstraksi lebih banyak yang terekstrak dari simplisia yang akan diekstrak.

Penggunaan obat tradisional yang berasal dari bahan alam telah lama dikenal dan sampai saat ini masih terus berlangsung bahkan cenderung untuk meningkat karena keampuhannya dalam mencegah, mengurangi dan mengobati berbagai macam penyakit. Sehubungan dengan hal tersebut, muncul berbagai macam upaya dalam mencari dan menemukan bahan bahan alam khususnya tanaman untuk dimanfaatkan sebagai sumber bahan obat dan usaha meminilisasi kekurangannya, ssalah satu caranya dengan melaskukan penelitian untuk memperoleh data- data tentang tanaman obat tradisional yang dijadikan sebagai salah satu syarat standar resmi yang berlaku dalam pengolahan bahan baku tanaman obat, ole\h karena itu dilakukan beberapa parameter standar mutu tanaman dan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman pepayaBerdasarkan hal tersebut, untuk pemeriksaan morfologi, organoleptik dan anatomi diambil bagian tanaman berupa akar, batang,dan daun dengan cara diambil bagian tanaman yang masih segar dan dilakukan pengamatan, sedangkan untuk pemeriksaan ekstrabilitas, dan identifikasi kandungan kimia dan kromatografi lapis tipis , bagian yang diambil adalah daun.Pengamatan morfologi dilakukan dengan mengamati batangnya yang keras dan bentuk fisik dari simplisia yakni ukuran, warna dan bentuk simplisia dan merupakan salah satu cara dalam memperkenalkan tanaman. Dari penelitian ini diperoleh tanaman Pepaya(Carica papaya)berupa pohon yang tingginya sekitar 5 20 meter , tumbuh disekitar halaman dan kebun. Daun dari tanaman pepaya termasuk daun Helaian daunnya berbentuk meyerupai telapak tangan manusia berwarna hijau, susunan tulang daun menjari (palminervis). Dengan warna hijau, permukaan atas daun berwarna hijau tua, Merupakan tumbuhan yang jelas berbatang, termasuk batang basah, bentuk batang bulat (teres) arah tumbuh batang tegak lurus (erectus). Merupakan akar tunggang yang bercabang (ramosus) yang berbentuk kerucut panjang, bercabang banyak, dan cabangnya bercabang lagi sehingga memberi kekuatan yang besar pada batang.Pengamatan anatomi papaya(Carica papaya)dilakukan untuk mengamati bentuk sel dan jaringan yang diuji berupa sayatan melintang, membujur dan serbuk dari simplisia. Dari peneltian ini diperoleh pengamatan pada permukaan daun tidak ditemukan stomata. Pada pemeriksaan irisan melintang daun terdapat epidermis, xylem dan floem. Pada pemeriksaan irisan membujur daun ditemukan epidermis dan floem pada daun. Susunan jaringan pada penampang melintang batang terdiri dari epidermis, korteks, floem, xylem dan empulur, sedangkan untuk penampang membujur batang terdiri dari epidermis, cambium, floem dan xylem. Pada pemeriksaan penampang melintang akar terdapat terdapat epidermis, korteks, floem, xylem, dan untuk penampang membujur akar terdapat epidermis, xyem, floem dan emplurPengamatan organoleptik dari hasil pengamatan yang diperoleh maka sifat organoleptis yang khas adalah daun berbentuk daun runcing dan pangkal daun meruncing, dengan warna hijau.Bentuk batangnya bulat, dan basah Untuk akarnya berwarna kecokelatan, tidak berbau dan sistem perakarannya tunggang.Berdasarkan uji identifikasi kimia tanaman papaya( Carica papaya)yang ditambahkan dengan pereaksi tertentu dan reaksi warna diperoleh hasil positif yaitu terhadap katekol, fenol alkaloid steroid dan aleuron.