PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL...

66
PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL 96% RIMPANG JAHE MERAH (Zingiber officinale var. Rubrum) KARYA TULIS ILMIAH Disusun oleh: Gemi Khofi Nastiti P17335115040 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JURUSAN FARMASI BANDUNG 2018

Transcript of PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL...

Page 1: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK

ETANOL 96% RIMPANG JAHE MERAH (Zingiber officinale

var. Rubrum)

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun oleh:

Gemi Khofi Nastiti

P17335115040

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

JURUSAN FARMASI

BANDUNG

2018

Page 2: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

i

PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK

ETANOL 96% RIMPANG JAHE MERAH (Zingiber officinale

var. Rubrum)

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Diploma III

Jurusan Farmasi

Disusun oleh:

Gemi Khofi Nastiti

P17335115040

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

JURUSAN FARMASI

BANDUNG

2018

Page 3: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri,

Dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

Telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Gemi Khofi Nastiti

NIM : P17335115040

Tanda Tangan :

Tanggal : 17 Juli 2018

Page 4: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

iii

Page 5: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

iv

Page 6: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KTI UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Poltekkes Kemenkes Bandung, saya yang bertanda tangan

di bawah ini:

Nama : Gemi Khofi Nastiti

NIM : P17335115040

Jurusan : Farmasi

Jenis karya : Karya Tulis Ilmiah

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Poltekkes Kemenkes Bandung Jurusan Farmasi Hak Bebas Royalti Noneksklusif

(Non-exclusive Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL

96% RIMPANG JAHE MERAH (Zingiber officinale var. Rubrum)

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Noneksklusif ini Poltekkes Kemenkes Bandung Jurusan Farmasi berhak menyimpan,

mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama

saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Bandung

Pada tanggal : 17 Juli 2018

Yang menyatakan

(GEMI KHOFI NASTITI)

Page 7: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

vi

This little present i dedicate to my parents, my two older brother, my

grandmother and my big family who endlessly provide motivate. Big

thanks for always supporting me.

My best friend from junior and vocational school that I can not mention

one by one that always support and motivate. Thanks for always be my

besties ever and thanks for always supporting me.

Page 8: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT., atas segala rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul

“Penetapan Parameter Spesifik Ekstrak Etanol 96% Rimpang Jahe Merah

(Zingiber officinale var. Rubrum). Tujuan dibuatnya karya tulis ini untuk

memenuhi salah satu syarat untuk melakukan penelitian tepat pada waktunya.

Meskipun telah berusaha menyelesaikan karya tulis ini sebaik mungkin,

penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna

menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan karya tulis ini. Akhir kata

penulis berharap, semoga penelitian ini dapat bermanfaat.

Penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.

Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. Kedua orangtua beserta kedua kakak, serta keluarga besar yang tak henti-

hentinya selalu memberikan dorongan moril, materil, spiritual hingga karya

tulis ini dapat terselesaikan dengan baik, serta menjadi sumber motivasi

penulis untuk selalu mengejar cita-cita dan selalu memberikan yang terbaik;

2. Dra. Mimin Kusmiati, M.Si.,Apt., selaku Ketua jurusan Farmasi Politeknik

Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung;

3. Lully Hanni Endarini, M.Farm., Apt selaku Dosen pembimbing akademik dan

pembimbing KTI yang telah membimbing selama penulis menjadi mahasiswa

serta membimbing, mengarahkan, memberi ilmu, memberi masukkan dan

saran sehingga karya tulis ilmiah ini sampai pada penyusunan KTI;

4. Nany Djuhriah, S.Pd.,M.T., dan Dra.Elvi Trinovani, M.Si., selaku penguji

yang telah memberikan kritik, saran dan arahan dalam proses penyempurnaan

karya tulis ini;

5. Seluruh staf dosen Farmasi Poltekkes Kemenkes Bandung yang telah

membekali penulis dengan ilmu dan pengetahuan selama proses perkuliahan;

6. Sahabat yang selalu memberi nasihat, motivasi, dan semangat dalam

menggapai cita-cita;

Page 9: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

viii

7. Teman-teman Pharmafive 2015 yang selalu memberi semangat, motivasi, dan

perhatian selama penulis menempuh perkuliahan dan penelitian;

8. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas segala

bantuan dan kerjasamanya

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas

segala kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga Karya Tulis

Ilmiah ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Bandung, Juli 2018

Penulis

Page 10: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

ix

ABSTRAK

PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL

96% RIMPANG JAHE MERAH (Zingiber officinale var. Rubrum)

GEMI KHOFI NASTITI

Jahe merah merupakan salah satu sumber daya alam Indonesia yang memiliki

banyak manfaat bagi kesehatan. Salah satu kandungan senyawa yang terdapat

pada jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum) yaitu minyak atsiri yang

menghasilkan bau khas aromatik. Penelitian ini bertujuan untuk melihat parameter

standar spesifik dan kadar minyak atsiri yang terkandung dalam jahe merah

(Zingiber officinale var. Rubrum). Metode penelitian ini merupakan deskriptif

yang meliputi makroskopik, mikroskopik, kadar sari larut air, kadar sari larut

etanol, dan minyak atsiri yang diambil dengan menggunakan alat destilasi uap

sederhana. Data analisa yang didapat berupa tabel dengan rata-rata dan standar

deviasi. Hasil penelitian yang didapat merupakan organoleptis rimpang jahe

merah (Zingiber officinale var. Rubrum) secara makroskopik dan mikroskopik,

kadar sari larut air sebesar 19,1026 ± 3,1788%, kadar sari larut etanol sebesar

19,9105 ± 0,9654 %, dan rendemen minyak atsiri sebesar 0,4 ± 0,2 sehingga hasil

penelitian dapat memenuhi syarat.

Kata Kunci : Jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum), kadar minyak atsiri.

Page 11: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

x

ABSTRACT

DETERMINATION OF SPECIFIC STANDARD ETHANOL 96% EXTRACT

OF RED GINGER (Zingiber officinale var Rubrum)

GEMI KHOFI NASTITI

Red Ginger is one of Indonesia's natural resources that has many health benefits.

One of the compounds contained in red ginger (Zingiber officinale var Rubrum) is

an essential oil that produces a distinctive aromatic odor. This study aims to see

the specific standard parameters and the essential oil content contained in red

ginger (Zingiber officinale var Rubrum). This research method is descriptive

which include macroscopic, microscopic, water soluble extract, ethanol soluble

extract, and essential oil extracted by using simple steam distillation apparatus.

Data analysis obtained in the form of tables with average and standard deviation.

The result of the research is organoleptis of red ginger rhizome (Zingiber

officinale var Rubrum) macroscopically and microscopically, water soluble juice

level 19,1026 ± 3,1788%, ethanol soluble extract 19,9105 ± 0,9654%, and the

essential oil content of 0.4 ± 0.2 so that the results of the study can be eligible.

Keywords: Red ginger (Zingiber officinale var Rubrum), essential oil content.

Page 12: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………...i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………..…..iv

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................................................... ….v

HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………….....vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

ABSTRAK ............................................................................................................. ix

ABSTRACT ............................................................................................................ x

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG………………………..…………xvii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3

1.3.1 Tujuan umum .......................................................................................... 3

1.3.2 Tujuan khusus ......................................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5

2.1 Tinjauan Botani ............................................................................................. 5

Page 13: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

xii

2.1.1 Klasifikasi Tanaman ............................................................................... 5

2.1.2 Nama Lain............................................................................................... 6

2.1.3 Morfologi Tanaman ................................................................................ 6

2.1.4 Jenis Jahe ................................................................................................ 7

2.1.5 Kegunaan .............................................................................................. 11

2.2 Kandungan Kimia ........................................................................................ 11

2.2.1 Terpenoid .............................................................................................. 12

2.2.2 Minyak Atsiri ........................................................................................ 13

2.3 Tinjauan Parameter Standar ........................................................................ 14

2.4 Tinjauan Simplisia ...................................................................................... 16

2.5 Ekstrak ....................................................................................................... 18

2.6 Kromatografi ............................................................................................... 20

2.6.1 Kromatografi Lapis Tipis...................................................................... 20

2.7 Kerangka Pemikiran .................................................................................... 21

2.8 Definisi Operasional .................................................................................... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 23

3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................ 23

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 23

3.2.1 Tempat Penelitian ................................................................................. 23

3.2.2 Waktu Penelitian ................................................................................... 23

3.3 Populasi dan sampel .................................................................................... 23

3.4 Bahan Penelitian .......................................................................................... 24

3.4.1 Bahan Tanaman .................................................................................... 24

3.4.2 Bahan Kimia ......................................................................................... 24

3.5 Alat Penelitian ............................................................................................. 24

Page 14: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

xiii

3.6 Metode Penelitian ....................................................................................... 24

3.6.1 Penyiapan Simplisia .............................................................................. 24

3.6.2 Pengamatan Serbuk Simplisia rimpang jahe merah (Zingiber officinale

Var. Rubrum) Makroskopik dan Mikroskopik .............................................. 24

3.6.3 Penetapan Kadar Sari Larut Air ............................................................ 25

3.6.4 Penetapan Kadar Sari Larut Etanol ....................................................... 25

3.6.5 Penetapan Kadar Minyak Atsiri ............................................................ 25

3.7 Rencana Pengolahan dan Analisis Data ..................................................... 26

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 27

4.1 Hasil Pengamatan ........................................................................................ 27

4.1.1 Makroskopik dan Mikroskopik ............................................................. 27

4.1.2 Penetapan Kadar Sari Larut air ............................................................. 31

4.1.3 Penetapan Kadar Sari Larut Etanol ....................................................... 31

4.1.4 Penetapan Kadar Minyak Atsiri ............................................................ 32

BAB V Kesimpulan dan Saran .......................................................................... 35

5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 35

5.2 Saran ............................................................................................................ 35

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 36

LAMPIRAN ......................................................................................................... 39

Page 15: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 a Rimpang jahe merah………………………………………….5

Gambar 2.1 b Rimpang jahe merah irisan melintang……………………….6

Gambar 2.2 a Rimpang jahe gajah…………………………………………...7

Gambar 2.2 b Rimpang jahe gajahirisan melintang………………………….8

Gambar 2.3 a Rimpang jahe emprit………………………………………….8

Gambar 2.3 b Rimpang jahe emprit irisan melintang………..………………9

Gambar 2.4 Kerangka pemikiran…………………………………………22

Gambar 4.1 Simplisia rimpang jahe merah (Zingiber officinale

var.Rubrum)………………………………………………….28

Gambar 4.2 Serbuk rimpang jahe merah (Zingiber officinale var.

Rubrum)………...……………………………………………29

Gambar 4.3 Butir pati pada rimpang jahe merah dengan pelarut air

perbesaran 40x........…………………………………………30

Gambar 4.4 Parenkim dengan sel sekresi dengan pelarut kloralhidrat pada

perbesaran 40x………………………………………….......31

Gambar 4.5 Serabut dengan pelarut kloralhidrat pada perbesaran

40x…………………………………………………………..31

Page 16: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Karakteristik tiga jenis utama jahe……………………………….9

Tabel 2.2 Karakteristik mikroskopik rimpang jahe dan rimpang jahe

merah………………………………………………………….…..10

Tabel 2.3 Definisi Operasional……………………………………………...22

Tabel 4.1 Hasil Penetapan Kadar Sari Larut Air…………………………….32

Tabel 4.2 Hasil Penetapan Kadar Sari Larut Etanol………………………...32

Tabel 4.3 Rendemen Minyak Atsiri………………………………………....34

Page 17: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penyiapan simplisia dan serbuk simplisia rimpang jahe

merah…………………………………………………………39

Lampiran 2 Proses Pembuatan Ekstrak………………………………….40

Lampiran 3 Uji mikroskopik serbuk rimpang jahe merah……………….41

Lampiran 4 Kadar sari larut etanol……………………………………….42

Lampiran 5 Kadar sari larut air………………………………………...…42

Lampiran 6 Minyak atsiri…………………………………………………43

Lampiran 7 Perhitungan Kadar Sari Larut Air…………………………..44

Lampiran 8 Perhitungan Kadar Sari Larut Etanol………………………..45

Lampiran 9 Perhitungan Rendemen Minyak Atsiri………………………46

Lampiran 10 Perhitungan Bobot Jenis Minyak Atsiri……………………..47

Page 18: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

xvii

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

Singkatan Nama Pemakaian pertama pada

halaman

COX Siklooxigenase 1

ha Hektar 2

Ton/ha Ton per hektar 2

RI Republik Indonesia 2

dpl Diatas permukaan laut 6

m Meter 6

mm Milimeter 6

cm Centimeter 6

kg Kilogram 9

C Carbon 11

IPP Isopentenil pirofosfat 12

DMAPP Dimetilalil pirofosfat 12

PAM Perusahaan air minum 16

ALT Angka Lempeng Total 17

g gram 17

AKK Angka Kapang Khamir 17

Koloni/g Koloni per gram 17

KLT Kromatografi lapis tipis 19

Rf Retention factor 21

ml mililiter 25

l liter 25

LP Larutan pereaksi 25

v/b Volume per bobot 26

KG-SM Kromatografi Gas –

Spektroskopi Massa

35

LAMBANG

% Persen 2 oC Derajat celsius 11

Page 19: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang sangat kaya sumber daya alam. Potensi

kekayaan alam yang dimiliki sangat melimpah. Garis khatulistiwa yang

membentang di negara Indonesia mengakibatkan matahari setiap saat dapat

dijumpai, sehingga tumbuh-tumbuhan dapat tumbuh sepanjang tahun. Berbagai

macam jenis tumbuhan tropis mendominasi negara ini (Tustiyani, 2013). Sejak

dahulu manusia berusaha mengatasi berbagai penyakit dengan berbagai macam

obat, terutama dari tumbuhan. Upaya pencarian tumbuhan berkhasiat obat telah

lama dilakukan, baik untuk mencari senyawa baru ataupun menambah

keanekaragaman senyawa yang telah ada. Hasil pencarian dan penelitian

tersebut kemudian dilanjutkan dengan upaya pengisolasian senyawa murni dan

turunannya sebagai bahan dasar obat modern atau pembuatan ekstrak untuk obat

fitofarmaka (Lestari 2010).

Jahe merah adalah salah satu tanaman yang berasal dari family Zingiberaceae

yang memiliki khasiat sebagai obat. Pada pengobatan tradisional di China, jahe

digunakan secara luas untuk mengobati sakit kepala, mual dan pilek. Pada praktik

pengobatan herbal di Ayurvedic dan Barat untuk pengobatan radang sendi,

gangguan rematik dan ketidaknyamanan otot (Dedov dkk., 2002). Jahe merah ini

pula digunakan sebagai agen antiinflamasi. Menurut Grzanna dkk (2005)

menyatakan bahwa jahe merah dapat menekan sintetis prostaglandin dengan

menghambat siklooksigenase (COX) dan menekan biosintesis leukotriene dengan

menghambat 5-lipooksigenase. Menurut Bremeen dkk (2011), senyawa gingerol

dan shogaol pada jahe bertanggung jawab pada aktivitas antiinflamasi melalui

penghambatan spesifik pada COX-2. Komponen senyawa kimia yang terkandung

pada jahe terdiri dari minyak menguap, minyak tidak menguap dan pati. Minyak

atsiri termasuk minyak menguap dan merupakan komponen yang memberi bau

Page 20: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

2

khas, sedangkan oleoresin, yang terdiri dari gingerol, zingiberen, shogaol

termasuk minyak tidak menguap yang memberi rasa pahit dan pedas (Ravindran

dan Babu, 2005).

Jahe dibudidayakan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Pada tahun 2011

luas panen mencapai 5.491 ha, dengan produksi 94.133 ton dan produktivitas

13,11 ton/ha (BPS,2011). Selain untuk konsumsi di dalam negeri jahe juga di

ekspor. Sebelum tahun 1999 Indonesia merupakan eksportir utama jahe ke pasar

dunia. Pada tahun 1999 volume pasokan jahe Indonesia ke pasar dunia mencapai

21,17%, turun menjadi 0,94% pada tahun 2007 (FAO,2010).

Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 102 tahun 2000 tentang

Standardisasi Nasional, standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang

dibakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus

semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan,

keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang

untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya. Sedangkan, standarisasi dalam

kefarmasian tidak lain adalah serangkaian parameter, prosedur dan cara

pengukuran yang hasilnya merupakan unsur-unsur terkait paradigma mutu

kefarmasian, mutu dalam artian memenuhi persyaratan standar (kimia, biologi dan

farmasi), termasuk jaminan (batas-batas) stabilitas sebagai produk kefarmasian

umumnya. Dengan kata lain, standarisasi juga berarti proses menjamin bahwa

produk akhir obat (obat, ekstrak atau produk ekstrak) mempunyai nilai keamanan,

kualitas dan khasiat. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi mutu ekstrak yaitu

faktor biologi dari bahan asal tumbuhan obat dan faktor kandungan kimia dari

bahan obat tersebut. Standarisasi ekstrak terdiri dari parameter standar spesifik

dan parameter standar non spesifik (Departemen Kesehatan RI,2000). Maka dari

itu, pada penelitian ini dilakukan penetapan parameter spesifik ekstrak etanol

96% rimpang jahe merah (Zingiber officinale Var. Rubrum) ini dapat dijadikan

parameter acuan sebagai standar mutu pada rimpang jahe merah (Zingiber

officinale Var. Rubrum).

Page 21: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

3

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana hasil penetapan parameter standar spesifik ekstrak etanol 96%

dan rendemen minyak atsiri rimpang jahe merah (Zingiber officinale Var.

Rubrum)?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui data penetapan parameter spesifik ekstrak etanol 96% dan

rendemen minyak atsiri rimpang jahe merah (Zingiber officinale Var. Rubrum).

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui makroskopik simplisia rimpang jahe merah (Zingiber

officinale Var. Rubrum).

2. Mengetahui mikroskopik simplisia rimpang jahe merah (Zingiber

officinale Var. Rubrum).

3. Mengetahui kadar senyawa larut dalam air dari ekstrak etanol 96%

rimpang jahe merah (Zingiber officinale Var. Rubrum).

4. Mengetahui kadar senyawa larut dalam etanol ekstrak etanol 96%

rimpang jahe merah (Zingiber officinale Var. Rubrum).

5. Mengetahui rendemen minyak atsiri dalam simplisia rimpang jahe merah

(Zingiber officinale Var. Rubrum).

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi masyarakat memberikan data autentik mengenai karakteristik

makroskopik dan mikroskopik pada jahe merah (Zingiber officinale Var.

Rubrum).

2. Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan keterampilan dalam

merangkai dan menggunakan mikroskopik dan alat destilasi uap untuk

menguji kadar minyak atsiri yang terkandung dalam simplisia rimpang

jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum).

Page 22: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

4

3. Bagi instansi, dapat menambah informasi dan pengetahuan sehingga bisa

dijadikan dasar bagi penelitian selanjutnya.

4. Bagi masyarakat, dapat memberikan informasi mengenai kadar minyak

atsiri yang terkandung dalam simplisia dari jahe merah (Zingiber officinale

Var. Rubrum).

Page 23: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Botani

2.1.1 Klasifikasi Tanaman

Berdasarkan Integrated Taxonomic Informaton System (ITIS) (2015), jahe

merah diklasifikasikan sebagai berikut:

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Zingiberales

Family : Zingiberaceae

Genus : Zingiber

Spesies : Zingiber officinale var. Rubrum

Gambar 2.1 a Rimpang jahe merah

Page 24: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

6

Gambar 2.1 b Rimpang jahe merah irisan melintang

2.1.2 Nama Lain

Tanaman jahe memiliki beberapa sebutan, antara lain gember (Aceh), halia

(Gayo), goraka (Manado), halia, sipadas (Minangkabau), lai (Sunda), jahe (Jawa),

jae (Madura), lia tana’, lia (Gorontalo), gihoro, gisoro (Ternate) (Heyne,1987).

Di luar negeri dikenal dengan nama ginger, red ginger (Inggris), sunthi (Kanada),

adrak, sunthi (Hindi), djahe (Belanda) (Khare,2007;Ross,1999).

2.1.3 Morfologi Tanaman

Jahe hanya bisa bertahan hidup didaerah tropis, penanamannya hanya

didaerah katulistiwa seperti Asia Tenggara, Brasil, dan Afrika. Saat ini Ekuador

dan Brasil menjadi pemasok jahe terbesar di dunia (Agoes, 2010).

Jahe tumbuh subur di ketinggian 0-1.500 dpl, kecuali jenis jahe gajah di

ketinggian 500-950 m. Untuk bisa berproduksi optimal, dibutuhkan curah hujan

2.500-3.000 mm per tahun, kelembapan 80% dan tanah lembap dengan pH 5,5-

7,0 dan unsur hara tinggi. Tanah yang digunakan untuk penanaman jahe tidak

boleh tergenang. Mempunyai batang semu dengan tinggi 30-100 cm. Akarnya

berbentuk rimpang dengan daging akar berwarna kuning hingga kemerahan

dengan bau menyengat. Daun menyirip dengan panjang 15-23 mm dan panjang 8-

15 mm. Tangkai daunnya berbulu halus. Bunga jahe tumbuh dari dalam tanah

berbentuk bulat telur dengan panjang 3,5-5 cm dan lebar 1,5-1,75 cm. Gagang

Page 25: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

7

bunga bersisik sebanyak 5 hingga 7 buah. Bunga berwarna hijau kekuningan.

Bibir bunga dan kepala putik ungu. Tangkai putik berjumlah dua (Agoes,2010).

2.1.4 Jenis Jahe

Jahe (Zingiber officinale) merupakan salah satu rempah-rempah dalam suku

temu-temuan (Zingiberaceae), se-famili dengan temu-temuan lainnya seperti

temulawak (Curcuma xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit

(Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), lengkuas (Languas

galanga), dan lain-lain yang telah digunakan secara luas di dunia baik sebagai

bumbu dapur maupun sebagai obat medis terhadap penyakit-penyakit ringan. Jahe

berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Bagian utama yang

dimanfaatkan pada tanaman jahe adalah rimpang jahe. Berdasarkan morfologinya

(ukuran, bentuk, dan warna rimpang), di Indonesia dikenal tiga jenis jahe, yaitu

jahe gajah, jahe emprit, dan jahe merah atau dikenal jahe sunti (Paimin dan

Murhananto, 1991).

Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak

rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung dari

kedua varietas lainnya. Jahe ini biasa dikonsumsi baik saat berumur muda maupun

berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan. Jahe ini cocok untuk

ramuan obat-obatan, atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya

(Koswara, 1995). Ciri jahe gajah ini dapat terlihat pada gambar 2.2 a dan gambar

2.2 b.

Gambar 2.2 a Rimpang jahe gajah

Page 26: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

8

Gambar 2.2 b Rimpang jahe gajah irisan melintang

Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga jahe emprit memiliki struktur

rimpang kecil, agak rata sampai agak sedikit menggembung, dan berlapis. Daging

rimpang berwarna putih kekuningan. Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua.

Kandungan minyak atsirinya lebih besar daripada jahe gajah sehingga rasanya

lebih pedas, disamping seratnya tinggi. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan,

atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya (Syukur, 2002; Hamiudin,

2007). Ciri dari jahe emprit dapat terlihat pada gambar 2.3 a dan gambar 2.3 b.

Gambar 2.3 a Rimpang jahe emprit

Page 27: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

9

Gambar 2.3 b Rimpang jahe emprit irisan melintang

Jahe merah rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil daripada jahe putih

kecil. Sama seperti jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah tua, dan juga

memiliki kandungan minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil, sehingga cocok

untuk ramuan obat-obatan. Diantara ketiga jenis jahe tersebut, jahe merah

mempunyai kandungan minyak atsiri yang tinggi (Yuliani et al., 1991 diacu

dalam Rosita et al., 1997). Berdasarkan hasil karakteristik ketiga jahe tersebut

berdasarkan morfologi dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Karakteristik tiga jenis utama jahe

Bagian tanaman Jahe gajah Jahe emprit Jahe merah

Struktur rimpang Besar berbulu Kecil berlapis Kecil berlapis

Warna irisan Putih

kekuningan

Putih

kekuningan

Jingga muda

sampe merah

Berat per rimpang

(Kg)

0,18-2,08 0,10-1,58 0,20-1,40

Diameter per

rimpang (cm)

8,47-8,50 3,27-4,05 4,20-4,26

Kadar minyak atsiri

(%)

0,82-1,66 1,50-3,50 2,58-3,90

Kadar pati (%) 55,10 54,70 44,99

Kadar serat (%) 6,89 6,59 -

Kadar abu (%) 6,60-7,75 7,39-8,90 7,46

Sumber: Dimodifikasi dari Rostiana dkk. (1991); Sri Yuliani dan Risfaheri (1990) diacu

dalam Bermawie, dkk (1997)

Page 28: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

10

Adapun perbedaan jenis jahe secara mikroskopik dari rimpang jahe

(Zingiber officinale) dengan rimpang jahe merah (Zingiber officinale

var.Rubrum), sebagai berikut:

Tabel 2.2 Karakteristik mikroskopik rimpang jahe dan rimpang jahe merah

Bagian mikroskopik Rimpang jahe Rimpang jahe merah

Serabut

Butir pati

Berkas pengangkut

Parenkim dengan sel

sekresi

-

Pembuluh kayu

-

Page 29: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

11

Periderm

-

Jaringan gabus

tangensial

-

Sumber: Kemenkes RI (2008)

2.1.5 Kegunaan

Jahe merah memiliki banyak kegunaan dalam dunia kesehatan. Penelitian

untuk menguji aktivitas farmakologi maupun untuk mengisolasi komponen aktif

sudah banyak dilakukan dan semakin berkembang. Pada pengobatan tradisional

China dan India, jahe merah digunakan untuk mengatasi penyakit batuk, diare,

mual, asma, gangguan pernapasan, sakit gigi, dan artritis rheumatoid, dyspepsia,

dan morning sickness. Beberapa efek farmakologi yang sudah diuji baik pada

hewan coba maupun secara in vitro adalah antioksidan, antiemetik, antikanker,

antiinflamasi akut maupun kronis, antipiretik, dan analgesik (Joanne, Anderson,

Phillipson,2007 ; Ross,1999).

2.2 Kandungan Kimia

Jahe mengandung banyak senyawa aktif yang berbeda secara signifikan

antara varietas tanaman dan daerah tumbuhnya. Hidrokarbon yang kebanyakan

terdiri dari hidrokarbon monoterpenoid dan sesquiterpen mencakup komponen

volatil jahe dan memberikan aroma dan rasa yang berbeda untuk jahe. Senyawa

non volatil termasuk gingerol, shogaol, paradol, dan zingeron. Zingeron

diproduksi selama pengeringan jahe secara langsung dan juga degradasi termal

oleh dari gingerol atau shogaol (Ahmad dkk,2015). Komponen utama dari jahe

Page 30: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

12

segar adalah senyawa homolog fenolik keton yang dikenal sebagai gingerol.

Gingerol sangat tidak stabil dengan adanya panas dan pada suhu tinggi akan

berubah menjadi shogaol. Shogaol merupakan komponen utama jahe kering yang

lebih pedas dibandingkan gingerol (Mishra,2009).

Pada jahe kering teridentifikasi sebanyak 115 senyawa, di antaranya 88

senyawa pernah dilaporkan (Jolad dkk.,2005). Senyawa [6]-,[8],-[10]-,[12]-

gingerdion juga teridentifikasi. Gingerol sebagai komponen utama jahe dapat

terkonversi menjadi shogaol atau zingeron. Senyawa paradol sangat serupa

dengan gingerol yang merupakan hasil hidrogenasi dari shogaol. Shogaol

terbentuk dari gingerol selama proses pemanasan. Kecepatan degradasi dari [6]-

gingerol menjadi [6]-shogaol tergantung pada pH, stabilitas terbaik pada pH 4,

sedangkan pada suhu 100oC dan pH 1, degradasi perubahan relatif cukup cepat.

2.2.1 Terpenoid

Terpenoid merupakan komponen yang biasa ditemukan dalam minyak atsiri.

Sebagian besar terpenoid mengandung atom karbon yang jumlahnya merupakan

kelipatan lima. Terpenoid mempunyai kerangka karbon yang terdiri dari dua atau

lebih unit C5 yang disebut unit isopren (Achmad, 1986). Berdasarkan jumlah

atom C yang terdapat pada kerangkanya, terpenoid dapat dibagi menjadi

hemiterpen dengan 5 atom C, monoterpen dengan 10 atom C, seskuiterpen dengan

15 atom C, diterpen dengan 20 atom C, triterpen dengan 30 atom C, dan

seterusnya sampai dengan politerpen dengan atom C lebih dari 40 (Nagegowda,

2010; Dewick, 2009).

Berdasarkan proses biosintesisnya atau pembentukan komponen minyak

atsiri di dalam tumbuhan, minyak atsiri dapat dibedakan menjadi dua golongan.

Golongan pertama adalah turunan terpena yang terbentuk dari asam asetat melalui

jalur biosintesis asam mevalonat. Golongan kedua adalah senyawa aromatik yang

terbentuk dari biosintesis asam sikimat melalui jalur fenil propanoid (Agusta,

2000). Pada tahun 1959, J.W Cornforth menemukan dua bentuk isopren yang aktif

yaitu isopentenil pirofosfat (IPP) dan dimetilalil pirofosfat (DMAPP). Kedua

isopren ini harus ada untuk keperluan sintesa terpenoid oleh organisme.

Page 31: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

13

Penyelidikan selanjutnya menunjukan bahwa IPP dan DMAPP berasal dari asam

mevalonat. Kemudian diketahui pula bahwa satu-satunya sumber karbon bagi

asam mevalonat, IPP dan DMAPP adalah asam asetat (Achmad, 1986).

2.2.2 Minyak Atsiri

Minyak atsiri merupakan salah satu jenis minyak nabati yang memiliki

banyak manfaat. Karakteristik fisiknya berupa cairan kental yang dapat disimpan

pada suhu ruang. Bahan baku minyak ini diperoleh dari berbagai bagian tanaman

seperti daun, bunga, buah, biji, kulit biji, batang, akar, dan atau rimpang. Salah

satu ciri utama minyak atsiri itu mudah menguap dan beraroma khas. Karena itu,

minyak ini banyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan wewangian dan

kosmetika (Rusli, 2010).

Sebagian besar minyak atsiri merupakan fraksi menguap pada destilasi,

senyawa yang bertanggung jawab terhadap rasa dan bau atau aroma berbagai

tumbuhan. Pemanfaatannya secara komersial sebagai basis parfum alami, remph-

rempah dan flavor dalam industri makanan (Sirait, 2007). Adapun cara mengolah

minyak atsiri yaitu:

1. Penyulingan (Destilasi)

Penyulingan adalah suatu proses pemisahan secara fisik suatu campuran dua

atau lebih produk yang mempunyai titik didih yang berbeda dengan cara

memdidihkan terlebih dahulu komponen yang mempunyai titik didih rendah

terpisah dari campuran.penyulingan merupakan metode ekstrasi yang tertua dalam

pengolahan minyak atsiri. Metode ini cocok untuk minyak atsiri yang tidak mudah

rusak oleh panas, misalnya minyak cengkeh, nilam, sereh wangi, pala, akar wangi,

dan jahe (Widiastuti, 2012). Penyulingan adalah suatu proses pemisahan secara

fisik suatu campuran dua atau lebih produk yang mempunyai titik didih yang

berbeda dengan cara memdidihkan terlebih dahulu komponen yang mempunyai

titik didih rendah terpisah dari campuran.penyulingan merupakan metode ekstrasi

yang tertua dalam pengolahan minyak atsiri. Metode ini cocok untuk minyak atsiri

yang tidak mudah rusak oleh panas, misalnya minyak cengkeh, nilam, sereh

wangi, pala, akar wangi, dan jahe (Widiastuti, 2012).

Page 32: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

14

2. Pressing (expression)

Pengepresan dilakukan dengan memberikan tekanan pada bahan menggunakan

suatu alat yang disebut hydraulic atau expeller pressing. Beberapa jenis minyak

yang dapat dipisahkan dengan pengepresan adlah minyal almond, lemon, kulit

jeruk, dan jenis minyak atsiri lainnya.

3. Ekstraksi menggunakan pelarut (solvent extraction)

Ekstraksi minyak atsiri menggunakan pelarut, cocok untuk mengambil minyak

bunga yang kurang stabil dan dapat rusak oleh panas. Pelarut yang dapat

digunakan untuk mengekstrasi minyak atsiri antara lain kloroform, alkohol,

aseton, eter, serta lemak.

4. Adsorbs dengan lemak padat (enfluerensi)

Sedangkan enfluerasi digunakan khusus untuk memisahkan minyak bunga-

bungaan, untuk mendapatkan mutu dan rendaman minyak yang tinggi (Widiastuti,

2012).

2.3 Tinjauan Parameter Standar

Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 102 tahun 2000 tentang

Standardisasi Nasional, Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang

dibakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus

semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan,

keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang

untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.

Obat herbal dan berbagai tanaman memiliki peran penting dalam bidang

kesehatan bahkan bisa menjadi produk andalan Indonesia maka perlu dilakukan

upaya penetapan standar mutu dan keamanan ekstrak tanaman obat. Rangkaian

proses melibatkan berbagai metode analisis kimiawi berdasarkan data

farmakologis, melibatkan analisis fisik, dan mikrobiologi berdasarkan kriteria

umum keamanan (toksikologi) terhadap suatu ekstrak alam (tumbuhan obat)

disebut standarisasi bahan obat alam atau standarisasi obat herbal. Standarisasi

Page 33: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

15

secara normatif ditujukan untuk memberikan efikasi yang terukur secara

farmakologis dan menjamin keamanan konsumen (Saifudin dkk,2011). Sehingga

standarisasi obat herbal dapat mencakup dua aspek, yakni:

1. Aspek parameter spesifik: yakni berfokus pada senyawa atau golongan

senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas farmakologis. Analisis

kimia yang dilibatkan ditujukkan untuk analisa kuantitatf dan kualitatif

terhadap senyawa aktif.

2. Aspek parameter non spesifik: yakni berfokus pada aspek kimia,

mikrobiologi dan fisis yang akan mempengaruhi keamanan konsumen dan

stabilitas missal kadar logam berat, aflatoksin, kadar air, dan lain-lain.

Penentuan parameter spesifik adalah aspek kandungan kimia kualitatif dan

aspek kuantitatif kadar senyawa kimia yang bertanggung jawab langsung terhadap

aktivitas farmakologis tertentu. Penentuan kadar senyawa yang bertanggung

jawab terhadap aktivitas farmakologi tanaman obat sebenarnya adalah inti utama

tujuan standarisasi ekstrak. Idealnya senyawa marker adalah senyawa yang

bertanggung jawab terhadap aktivitas farmakologi. Hingga saat ini tidak semua

tanaman yang digunakan sebagai obat herbal, jamu, dan suplemen makanan sehat

diketahui senyawa aktifnya (Syaifudin dkk,2010)

Menurut Syaifudin dkk (2010) untuk menentukan kandungan kimiawi ini

melibatkan metode analisis kuantitatif yang didahului uji kualitatif. Untuk

menentukan kandungan kimiawi diperlukan senyawa marker. Senyawa marker

memiliki salah satu kriteria, berikut:

1. Senyawa aktif merupakan senyawa yang langsung bertanggung jawab

terhadap aktivitas.

2. Senyawa utama disebut juga major compound yakni senyawa yang secara

kuantitatif dominan di dalam suatu tanaman obat.

3. Senyawa identitas merupakan senyawa yang khas, unik, eksklusif, hanya

terdapat pada suatu tanaman obat.

4. Senyawa aktual merupakan senyawa apapun yang terdapat di dalam

tanaman yang dianalisis.

Page 34: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

16

2.4 Tinjauan Simplisia

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat belum mengalami

pengolahan apapun, umumnya dalam keadaan kering, langsung digunakan sebagai

obat dalam atau banyak digunakan sebagai obat dalam sediaan galenik tertentu

atau digunakan sebagai bahan dasar untuk memperoleh bahan baku obat.

Sedangkan sediaan galenik berupa ekstrak total mengandung dua atau lebih

senyawa kimia yang mempunyai aktivitas farmakologi dan diperoleh sebagai

produk ekstraksi bahan alam serta langsung digunakan sebagai obat atau

digunakan setelah dibuat bentuk formulasi sediaan obat tertentu yang sesuai

(Departemen Kesehatan RI,1979).

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan bahan obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan

yang telah dikeringkan. Simplisia dibagi menjadi 3 macam, yakni simplisia

nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan (mineral) (Dirjen POM Direktorat

Pengawasan Obat Tradisional,2000).

a. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian

tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Yang dimaksud eksudat tumbuhan adalah

isi sel yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang dengan cara

tertentu dikeluarkan dari selnya, atau senyawa nabati nilainya yang dengan

cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya dan belum berupa seyawa kimia

murni (Dirjen POM Direktorat Pengawasan Obat Tradisional,2000).

b. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan

atau zat-zat yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat

kimia murni (Departemen Kesehatan RI,1979).

c. Simplisia pelikan (mineral) adalah simplisia yang berupa bahan pelikan atau

pelikan yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum

berupa zat kimia murni (Departemen Kesehatan RI,1979).

Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun

kegunaannya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal dan untuk

dapat memenuhi persyaratan minimal tersebut. Ada beberapa faktor yang

berpengaruh, antara lain adalah:

Page 35: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

17

1. Bahan baku simplisia.

2. Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku

simplisia.

3. Cara pengepakan dan penyimpanan simplisia.

Agar simplisia memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan, maka ketiga

faktor tersebut harus memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan (Dirjen

POM Direktorat Pengawasan Obat Tradisional,2000).

Pembuatan simplisia :

Tahapan penanganan simplisia pascapanen, yaitu sebagai berikut:

1) Sortasi Basah

Sortasi basah perlu dilakukan karena bahan baku simplisia harus benar dan

murni, artinya berasal dari tanaman yang merupakan bahan baku simplisia yang

dimaksud, bukan dari tanaman lain. Perlu dilakukan pemisahan dan pembuangan

bahan organik asing atau tumbuhan atau bagian tumbuhanlain yag terikat. Bahan

baku simplisia juga harus bersih, artinya tidak boleh tercampur dengan tanah,

kerikil, atau pengotor lainnya, misalnya serangga atau bagiannya.

2) Pencucian

Pencucian bahan baku simplisia tidak menggunakan air sungai karena

cemarannya tinggi. Pencucian sebaiknya menggunakan air dari mata air, sumur

atau air ledeng (PAM). Setelah bahan baku simplisia dicuci ditiriskan agar

kelebihan air cucian keluar. Pada air untuk mencuci bahan baku simplisia dapat

dilarutkan kalium permanganat dengan kadar 0,125-0,25 promil untuk menekan

angka lempeng total (ALT) pada pencucian rimpang, setelah rimpang dicuci

menggunakan kalium permanganat, dilakukan pembilasan dengan air mengalir.

ALT diperbolehkan lebih dari 107 koloni/g; angka kapang khamir (AKK) tidak

boleh lebih dari 104koloni/g.

3) Perajangan

Banyak simplisia yang memerlukan perajangan agar pengeringan berlangsung

lebih cepat. Perajangan dapat dilakukan “manual” atau dengan mesin perajang

singkong dengan ketebalan yang sesuai. Jika perajangan terlalu tebal, pengeringan

akan terlalu lama dan mungkin dapat membusuk atau berjamur. Perajangan yang

Page 36: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

18

terlalu tipis akan berakibat rusaknya kandungan kimia karena oksidasi atau

reduksi. Alat perajang atau pisau yang digunakan sebaiknya bukan dari besi,

misalnya dari “stainless steel” atau baja nirkarat.

4) Pengeringan

Pengeringan merupakan cara mengawetkan simplisia agar simplisia tahan

lama dan tidak terurai kandungan kimianya karena pengaruh enzim. Selain itu,

pengeringan yang cukup akan mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan

kapang (jamur). Misalnya, jamur Aspergillus flavus akan menghasilkan aflatoksin

yang sangat beracun dan dapat menyebabkan kanker hati.

2.5 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang diperoleh dengan

mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati ataupun hewani menggunakan

pelarut yang sesuai, kemudian pelarut diuapkan dan massa yang yang tersisa

diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes

RI, 2000).

Ekstraksi suatu tanaman obat adalah pemisahan secara kimia atau fisika

suatu bahan padat atau bahan cair dari suatu padatan, yaitu tanaman obat.

Pembuatan ekstrak memiliki beberapa tahapan (Depkes RI, 2000).

a. Pembuatan serbuk simplisia

Simplisia dibentuk menjadi serbuk agar proses pembasahan dapat merata

dan difusi zat aktif meningkat.

b. Cairan pelarut

Pelarut digunakan untuk memisahkan zat aktif. Farmakope menyatakan

etanol merupakan pelarut yang baik digunakan secara universal. Pelarut dipilih

secara selektif tergantung pada zat aktif yang diharapkan. Ethanol dapat

melarutkan zat dari tanaman tanpa merusak bagian dari tanaman tersebut.

c. Pemisahan dan pemurnian

Tahapan memisahkan zat aktif yang diharapkan sehingga mendapatkan

ekstrak murni.

Page 37: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

19

d. Pengeringan ekstrak

Pengeringan ekstrak bertujuan untuk menghilangkan pelarut dari bahan

sehingga menghasilkan massa kering rapuh.

e. Rendemen

Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dengan

simplisia awal.

Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dibedakan menjadi dua cara

yaitu; cara dingin dan cara panas. Cara dingin terbagi menjadi dua yaitu; maserasi

dan perkolasi, sedangkan cara panas terbagi menjadi lima jenis yaitu; refluks,

soxhlet, digesti, infus, dan dekok (Departemen Kesehatan RI,2000).

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

ruangan (kamar) (Departemen Kesehatan RI,2000). Maserasi merupakan cara

ekstraksi yang paling sederhana. Dasar dari maserasi adalah melarutnya bahan

kandungan simplisia dari sel yang rusak, yang terbentuk pada saat penghalusan,

ekstraksi (difusi) bahan kandungan dari sel yang masih utuh. Setelah selesai

waktu maserasi, artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian

dalam sel dengan yang masuk kedalam cairan, telah tercapai maka proses difusi

segera berakhir (Voigt,1994).

Secara teknologi maserasi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode

pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetic berarti dilakukan

pengadukan yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan

pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama,

dan seterusnya (Departemen Kesehatan RI,2000).

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut sampai sempurna (exhaustive

extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari

tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya

(penetesan/penampungan ekstrak) (Departemen Kesehatan RI, 2000).

Page 38: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

20

2.6 Kromatografi

Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan yang mana analit-analit

dalam sampel terdistribusi antara 2 fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam

dapat berupa bahan padat atau porus dalam bentuk molekul kecil, atau dalam

bentuk cairan yang dilapiskan pada pendukung padat atau dilapiskan pada dinding

kolom. Fase gerak dapat berupa gas atau cairan. Jika gas digunakan sebagai fase

gerak, maka prosesnya dikenal sebagai kromatografi gas. Dalam kromatografi cair

dan juga kromatografi lapis tipis, fase gerak yang digunakan selalu cair (Rohman

dan Gandjar,2007).

Kromatografi dapat dibedakan atas berbagai macam tergantung pada

pengelompokannya. Menurut Rohman (2007), berdasarkan pada mekanisme

pemisahannya, kromatografi dibedakan menjadi :

a) Kromatografi adsorbsi

b) Kromatografi partisi

c) Kromatografi pasangan ion

d) Kromatografi penukar ion

e) Kromatografi eksklusi ukuran, dan

f) Kromatografi afinitas

Berdasarkan pada alat yang digunakan, kromatografi dapat dibagi atas :

a) Kromatografi kertas

b) Kromatografi lapis tipis

c) Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT), dan

d) Kromatografi gas (Rohman dan Gandjar, 2007).

2.6.1 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi lapis tipis ialah metode pemisahan fisikokimia yang terdiri

atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa pelat

Page 39: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

21

gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah, berupa

larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita. Setelah pelat atau lapisan diletakkan

di dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase

gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan).

Selanjutnya, senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan (dideteksi) (Stahl,

1985).

Kromatogarafi lapis tipis merupakan cara analisis cepat yang memerlukan

bahan yang sedikit. Untuk peneliti pendahuluan kandungan flavonoid suatu

ekstrak, sudah menjadi kebiasaan umum untuk menggunakan pengembang

beralkohol pada pengembangan pertama dengan kromatografi lapis tipis, misalnya

butanol - asam asetat-air (Markham, 1988).

Kromatografi lapis tipis digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa

yang sifatnya hidrofob seperti lipida-lipida dan hidrokarbon. Sebagai fase diam

digunakan senyawa yang tak bereaksi seperti silika gel atau alumina. Silika gel

biasa diberi pengikat yang dimaksudkan untuk memberikan kekuatan pada lapisan

dan menambah adesi pada gelas penyokong. Pengikat yang biasa digunakan

adalah kalsium sulfat (Sastrohamidjojo, 2002).

Metode dalam KLT dapat dihitung nilai Retention factor (Rf) dengan

persamaan :

Tetapi pada gugus-gugus yang besar dari senyawa-senyawa yang

susunannya mirip, sering kali harga Rf berdekatan satu sama lainnya

(Sastrohamidjojo, 2002).

2.7 Kerangka Pemikiran

Dalam rangka pemenuhan aspek keamanan dari rimpang jahe merah

(Zingiber officinale var. Rubrum), khasiat dan kualitas sebagai tanaman obat

maka perlu dilakukan penetapan parameter standar spesifik dan non spesifik

Page 40: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

22

rimpang jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum) meliputi identifikasi

makroskopik dan mikroskopik serbuk, kadar air, kadar abu total, kadar abu larut

asam, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar minyak atsiri, dan susut

pengeringan.

Variabel bebas Variabel terikat

Gambar 2.4

Kerangka Pemikiran

2.8 Definisi Operasional

Tabel 2.3 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara

ukur

Alat

ukur

Hasil

ukur

Skala

ukur

Kadar

sari larut

air

Banyaknya

senyawa yang

dapat tersari

dengan pelarut

air.

Gravimetri Timba-

ngan

analitik

% Skala

rasio

Kadar

sari larut

etanol

Banyaknya

senyawa yang

dapat tersari

dengan pelarut

etanol.

Gravimetri Timba-

ngan

analitik

% Skala

rasio

Kadar

minyak

atsiri

Banyaknya

campuran

kompleks yang

merupakan

senyawa menguap

bersama uap air.

Ekstraksi

cair-cair

Corong

pisah

% Skala

rasio

Rimpang Jahe Merah

(Zingiber officinale var.

Rubrum)

PENETAPAN PARAMETER

STANDAR SPESIFIK EKTRAK

ETANOL 96% RIMPANG JAHE

MERAH (Zingiber officinale var.

Rubrum)

Page 41: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif. Data

berupa pengamatan dari ciri makroskopik dan mikroskopik, penetapan kadar sari

larut air, penetapan kadar sari larut etanol 96%, dan penetapan kadar minyak

atsiri dari rimpang jahe merah (Zingiber officinale Var. Rubrum).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fitokimia jurusan Farmasi dan

Laboratorium Terpadu Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada pertengahan bulan April -

Mei 2018.

3.3 Populasi dan sampel

Populasi adalah suatu kesatuan subjek pada wilayah dan waktu tertentu.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah rimpang jahe merah

(Zingiber officinale Var. Rubrum) yang berasal dari kebun percobaan Manoko

Lembang. Sampel penelitian yang akan diambil adalah rimpang dari tanaman jahe

merah (Zingiber officinale Var. Rubrum).

Page 42: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

24

3.4 Bahan Penelitian

3.4.1 Bahan Tanaman

Bahan tanaman atau bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah

rimpang jahe merah (Zingiber officinale Var. Rubrum).

3.4.2 Bahan Kimia

Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian antara lain : kloralhidrat,

etanol 96%, aqua destilata, kloroform, n-heksan.

3.5 Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat mikroskop

cahaya (Digital Leica®), object glass, cover glass, seperangkat alat destilasi uap,

labu alas bulat, hot plate, pipet tetes, gelas kimia (Pyrex), erlenmeyer (Pyrex),

oven (Memmert®), batang pengaduk, gelas ukur (Pyrex), cawan uap, corong,

kertas saring, timbangan analitik, blender, rotary epavorator, pipet volume.

3.6 Metode Penelitian

3.6.1 Penyiapan Simplisia

Simplisia yang didapatkan dari Kebun Percobaan Manoko Lembang, Jawa

Barat. Simplisia dibuat menjadi serbuk halus dengan cara memasukkan simplisia

rimpang jahe merah (Zingiber officinale Var. Rubrum) kedalam blender.

Disimpan di wadah kering tertutup rapat dan terlindung dari cahaya.

3.6.2 Pengamatan Serbuk Simplisia rimpang jahe merah (Zingiber officinale

Var. Rubrum) Makroskopik dan Mikroskopik

Identifikasi serbuk secara makroskopik dilakukan dengan mengamati warna,

bau dan rasa serbuk. Sedangkan identifikasi secara mikroskopik dilakukan dengan

pengamatan fragmen pengenal dengan menggunakan mikroskop. Fragmen

pengenal yang diamati adalah butir amilum yang banyak, pembuluh kayu, berkas

Page 43: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

25

pengangkut, periderm, serabut dan jaringan gabus tangensial (Departemen

Kesehatan RI,2008)

3.6.3 Penetapan Kadar Sari Larut Air

Dimaserasi sejumlah 5,0 g ekstrak selama 24 jam dengan 100 mL kloroform

LP menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam

pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Disaring, diuapkan 20 mL filtrat

hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara. Residu

dipanaskan pada suhu 105°C hingga bobot tetap. Kadar dihitung dalam persen

senyawa yang larut dalam air, dihitung terhadap ekstrak awal (Departemen

Kesehatan RI, 1989).

Kadar sari larut air = ) )

)

3.6.4 Penetapan Kadar Sari Larut Etanol

Dimaserasi sejumlah 5,0 g ekstrak selama 24 jam dengan 100 mL etanol

(96%), menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam

pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Disaring cepat untuk

menghindarkan penguapan etanol, kemudian diuapkan 20 mL filtrat hingga kering

dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara. Residu dipanaskan pada

suhu 105°C hingga bobot tetap. Kadar dihitung dalam persen senyawa yang larut

dalam etanol (96%). Dihitung terhadap ekstrak awal (Departemen Kesehatan RI,

1989).

Kadar sari larut etanol = ) )

)

3.6.5 Penetapan Rendemen Minyak Atsiri

Penetapan rendemen minyak atsiri dilakukan dengan metode destilasi uap

air.Timbang seksama sejumlah bahan yang diperkirakan mengandung minyak

atsiri, masukkan ke dalam labu yang bersaring. Masukkan 600 sampai 800 mL

akuades, hubungkan labu dengan labu berisi simplisia, kemudian dipasang

pendingin dan buret penampung minyak. Tambahkan 3 sampai 4 mL n-heksan

Page 44: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

26

ke dalam buret. Panaskan dengan tangas udara, sehingga penyulingan berlangsung

dengan lambat tetapi teratur. Setelah penyulingan selesai, biarkan selama tidak

kurang dari 15 menit, catat volume minyak atsiri pada buret. Rendemen minyak

atsiri dihitung dalam % v/b.

3.7 Rencana Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan masing-masing parameter standar

dapat dilampirkan dalam bentuk tabel dan hasil pemeriksaan makroskopik

berdasarkan organoleptik dan mikroskopik dilihat pada tabel gambar.

Page 45: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

27

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Rimpang jahe merah (Zingiber officinale var.Rubrum) yang diperoleh dari

Kebun Percobaan Manoko, Lembang, Jawa Barat. Penentuan parameter spesifik

yang dilakukan pada simplisia rimpang jahe merah (Zingiber officinale var.

Rubrum) ini meliputi pengujian makroskopik, mikroskopik, kadar sari larut air,

kadar sari larut etanol dan kadar minyak atsiri. Pengujian ini bertujuan untuk

mengetahui kadar minyak atsiri dari rimpang jahe merah (Zingiber officinale

var.Rubrum) yang digunakan dalam menentukan mutu simplisia. Selain itu,

menjadi pendukung untuk mencapai simplisia atau ekstrak yang aman, berkhasiat,

dan berkualitas. Hasil dari pengujian parameter spesifik dan kadar minyak atsiri

adalah sebagai berikut.

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Makroskopik dan Mikroskopik

Pemeriksaan makroskopik simplisia rimpang jahe merah (Zingiber

officinale var.Rubrum) dilakukan dengan mengamati bentuk fisik dari simplisia

yang bertujuan pengenalan awal yang sederhana seobjektif mungkin serta dapat

menentukan ciri khas dari simplisia rimpang jahe merah (Zingiber oficinale var.

Rubrum).

Berdasarkan hasil pengamatan makroskopik simplisia yang terdapat dalam

gambar 4.1 yaitu rimpang agak pipih, pada bagian ujung bercabang, bentuk bulat

telur atau oval memanjang, memiliki permukaan yang kasar dan memiliki bau

aromatik yang khas. Dalam bentuk potongan memanjang, panjang 2-3 cm,

tebalnya 0,5-1 cm. Pada bagian sisi berwarna coklat kemerahan, sedangkan pada

bagian tengah berwarna putih kekuningan.

Page 46: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

28

Gambar 4.1 Simplisia Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale

var.Rubrum)

Sedangkan serbuk rimpang jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum),

memiliki ciri yaitu, serbuk berwarna coklat kekuningan, bau khas jahe dan

terdapat serabut halus, rasa pedas. Seperti yang tertera pada gambar 4.2. Serbuk

simplisia ini kemudian digunakan untuk diamati secara mikroskopik. Pengamatan

secara mikroskopik ini bertujuan untuk melihat fragmen pengenal rimpang jahe

merah (Zingiber officinale var. Rubrum).

Page 47: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

29

Gambar 4.2 Serbuk Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale var. Rubrum)

Hasil dari mikroskopik rimpang jahe merah terdapat butir pati seperti yang

tertera pada gambar 4.3, butir pati dapat terlihat dengan menggunakan pelarut air

dan juga kloralhidrat pada perbesaran 40x. Butir pati yang terdapat pada rimpang

jahe merah setelah dilakukan pengulangan pati tersebut mirip dengan pati

gandum. Yakni berbentuk butir tunggal besar, dilindung oleh butiran kecil.

Bentuk serupa lensa bundar atau jorong, kadang berbentuk ginjal. Hillus terletak

ditengah tidak jelas bertupa titik atau celah, lamella tidak jelas.

Gambar 4.3 butir pati pada rimpang jahe merah dengan pelarut air perbesaran

40x

Page 48: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

30

Gambar 4.4 Parenkim dengan sel sekresi dengan pelarut kloralhidrat pada

perbesaran 40x

Rimpang jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum) mengandung minyak

atsiri. Minyak atsiri merupakan kandungan senyawa yang terdapat pada rimpang

jahe merah. Pada umumnya mikroskopik rimpang jahe terdapat parenkim dengan

sel sekresi. Sel sekresi yang dikeluarkan oleh rimpang jahe merah (Zingiber

officinale var. Rubrum) merupakan minyak atsiri yang terkandung dalam rimpang

jahe merah seperti yang tertera pada gambar 4.4 diatas. Pada rimpang jahe pula

terdapat serabut khas seperti yang tertera pada gambar 4.5.

Gambar 4.5 Serabut dengan pelarut kloralhidrat pada perbesaran 40x

Pada pengujian mikroskopik terdapat perbedaan berdasarkan sumber dari

rimpang jahe (Zingiberis officinale). Hal ini disebabkan oleh perbedaan alat

mikroskopik cahaya yang digunakan juga keahlian tangan dalam menggunakan

mikroskopik.

Page 49: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

31

4.1.2 Penetapan Kadar Sari Larut air

Penetapan kadar sari larut air merupakan aspek pengujian pada parameter

spesifik yang dilakukan untuk menguji sari dari ekstrak etanol 96% rimpang jahe

merah (Zingiber officinale var. Rubrum) yang dilakukan untuk membandingkan

jumlah senyawa pada ekstrak yang tersari dengan pelarut air. Rendemen yang

didapat dalam tiga kali percobaan dapat memenuhi persyaratan pada rimpang jahe

pada umumnya, yaitu:

Tabel 4.1 Hasil Penetapan Kadar Sari Larut Air

Parameter Hasil (%) Rata-rata ± SD

Kadar Sari Larut air

18,2971 %

19,1026 ± 3,1788% 16,4040%

22,6067%

Pada umumnya, senyawa dalam rimpang jahe yang dapat terlarut dalam air

lebih besar dari kadar etanol. Namun, dari hasil pengujian menunjukkan bahwa

kadar sari larut air sebesar 19,1026 ± 3,1788%. Hal ini menunjukkan bahwa

senyawa polar yang dapat terlarut dalam air lebih kecil daripada jumlah senyawa

kurang polar (semi polar maupun non polar) yang terlarut dalam etanol. Pada

proses penguapan pula waktu yang dibutuhkan lebih kurang 30 sampai 45 menit.

Dari ketiga percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil yang signifikan hal

ini disebabkan karena waktu penguapan yang tidak sempurna, sehingga ekstrak

yang masih berada dalam cawan menyisakan air.

4.1.3 Penetapan Kadar Sari Larut Etanol

Penetapan kadar sari larut etanol merupakan aspek pengujian pada

parameter spesifik yang dilakukan untuk menguji sari dari ekstrak etanol 96%

rimpang jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum) yang dilakukan untuk

membandingkan jumlah senyawa pada ekstrak yang tersari dalam etanol 96% .

Page 50: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

32

Rendemen yang telah didapat dalam tiga kali percobaan dapat memenuhi

persyaratan rimpang jahe pada umumnya, yaitu:

Tabel 4.2 Hasil Penetapan Kadar Sari Larut Etanol

Parameter Hasil (%) Rata-rata ± SD

Kadar Sari Larut

Etanol

18,8607%

19,9105 ± 0,9654 % 20,1108%

20,7601%

Pada umumnya, senyawa dalam rimpang jahe yang dapat terlarut dalam

etanol 96% lebih kecil yaitu tidak kurang dari 4,3% (Depkes RI,1989). Dari hasil

pengujian menunjukkan bahwa kadar sari larut etanol sebesar 19,9105 ± 0,9654%.

Hal ini menunjukkan bahwa jumlah seyawa polar yang dapat larut dalam air lebih

kecil daripada jumlah senyawa yang kurang polar (semi polar maupun non polar)

yang dapat terlarut dalam etanol. Pada proses penguapan pula waktu yang

dibutuhkan lebih kurang 30 sampai 45 menit. Dari ketiga percobaan yang telah

dilakukan, didapatkan hasil yang signifikan hal ini disebabkan karena waktu

penguapan yang tidak sempurna, sehingga ekstrak yang masih berada dalam

cawan menyisakan etanol dan disebabkan pula oleh bentuk sediaan yang mana

pada pengujian rimpang jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum) dibuat

ekstrak kental dengam menggunakan etanol 96%, sehingga dapat terjadi tarik-

menarik antara pelarut dengan ekstrak etanol 96% rimpang jahe merah (Zingiber

officinale var. Rubrum).

4.1.4 Penetapan Rendemen Minyak Atsiri

Minyak atsiri adalah minyak yang mudah menguap yang terdiri atas

campuran zat yang mudah menguap dengan komposisi dan titik didih yang

berbeda. Sebagian besar minyak atsiri diperoleh dengan cara penyulingan.

Menurut Public Ledger, 2006 minyak jahe diketahui memiliki berbagai fungsi,

Page 51: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

33

diantaranya digunakan dalam industri kosmetik, makanan, aromaterapi dan

farmasi.

Menurut Guenther (1952), minyak jahe mengandung banyak senyawa

kimia, diantaranya zingiberin, kamfen, curcumin, felandren, sitral, sineol dan

zingiberol. Minyak atsiri jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum) yang

didapat dari hasil penyulingan berwana bening hingga kuning pucat.

Destilasi atau penyulingan merupakan suatu metode pemisahan bahan kimia

berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan.

Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini

kemudian didinginkan kembali kedalam bentuk cairan. Zat yang memliki titik

didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu.

Tabel 4.3 Nilai rendemen Minyak Atsiri jahe merah (Zingiber officinale

var. Rubrum)

Parameter Hasil (%) Rata-rata ± SD

Nilai rendemen

minyak atsiri

0,6%

0,4 ± 0,2 % 0,4%

0,2%

Pengujian minyak atsiri dengan metode destilasi uap ini membutuhkan

waktu yang cukup panjang yakni 4-5 jam. Salah satu cara untuk destilasi yang

sempurna juga dengan cara mengurangi tekanan pada temperatur tetap. Tetapi

yang lebih umum mendestilasi pada tekanan tetap dengan menaikkan temperatur.

Sedangkan, berdasarkan titik didih dari air dan n-heksan memiliki titik didih yang

tinggi. Titik didih n-heksan adalah 69oC dan bersifat non polar, sedangkan titik

didih air adalah 100oC dan bersifat polar. Pada saat praktikum, didapat nilai bobot

jenis dari minyak atsiri yaitu 0,783 g/ml. Sehingga, minyak atsiri yang terkandung

dalam rimpang jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum) terikat pada n-

heksan. Untuk menghilangkan n-heksan ataupun air yang terkandung dalam hasil

minyak atsiri diuapkan dengan alat penguap sederhana.

Page 52: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

34

Nilai rendemen minyak atsiri yang dihasilkan dari 500 g rimpang jahe

merah (Zingiber officinale var. Rubrum) dengan pengulangan sebanyak 3 kali

cukup besar seperti yang tertera pada tabel 4.3 diatas. Pada percobaan ini, peneliti

belum dapat menentukan kadar minyak atsiri dikarenakan keterbatasan waktu.

Sehingga, data yang didapat berupa nilai rendemen minyak atsiri dari 500 g

rimpang jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum) dengan nilai rendemennya

sebesar 0,4 ± 0,2 %. Hal tersebut disebabkan oleh tekanan udara dari luar alat

destilasi sehingga menyebabkan minyak atsiri yang dikeluarkan tidak begitu

besar.

Page 53: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

35

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan:

1. Makroskopik rimpang jahe merah memiliki bentuk bulat telur atau

potongan memanjang, memiliki permukaan yang kasar, berwarna coklat

kemerahan dan bau aromatik yang khas.

2. Mikroskopik serbuk rimpang jahe merah dengan mengamati fragmen

pengenal diantaranya berupa butir pati, serabut, parenkim dengan sel

sekresi.

3. Kadar sari larut air yaitu sebesar 19,1026 ± 3,1788%.

4. Kadar sari larut etanol yaitu sebesar 19,9105 ± 0,9654 %

5. Kadar minyak atsiri dalam 500 gram simplisia rimpang jahe merah yaitu

sebesar 0,4 ± 0,2%

5.2 Saran

Untuk melengkapi kekurangan dari penelitian ini, dapat dilakukan dengan

membandingkan kadar minyak atsiri yang diperoleh dengan cara pengambilan

minyak atsiri dengan metode lain. Analisis minyak atsiri jahe merah meliputi

analisis kualitatif dan kuantitatifnya dapat dilakukan dengan menggunakan KG-

SM.

Page 54: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

36

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Sjamsul Arifin. 1986. Buku Materi Pokok Kimia Organik Bahan Alam.

Universitas Terbuka : Jakarta.

Agoes, A. 2010. Tanaman Obat Indonesia. Salemba Medica. Palembang

Agusta, A.2000.Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung: Penerbit

ITB Press. Hal 25.

Ahmad, Rasool, Bilal, Rehman, Bhat, Amin, Arif, Afzal, Hussain, Bilal, dan

Mir.2015.A Review on Pharmcological Properties of Zingerone (4-(4-

Hydroxy-3-methoxphenyl)-2-butanone).The Scientific World Journal.

Vol.2015: 1-6

Bermawie N, Hadad EA, Martono B, Ajijah N, dan Taryono. 1997. Plasma

Nutfah dan Pemuliaan. Di dalam Jahe Monograf Nomor 3. Balai

Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor.

BPS.2011.Statistik Tanaman Biofarmaka.BPS.Jakarta, hlm.76

Bremeen,R.B., Tao, Y., dan Li, W.2011. Cyclooxygenase-2 Inhibitors in Ginger

(Zingiber officinale) Fitoterapia.Vol. 82 (1): 38-43.

Departemen Kesehatan RI.1979. Materia Medika Indonesia. Jilid III. Jakarta:

Departemen Kesehatan RI,Hal. 155-161.

Departemen Kesehatan RI.1989. Materia Medika Indonesia. Jilid V. Jakarta:

Departemen Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan RI.2000.Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan

Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

FAO.2010.[http://faostat.fao.org/site/535/desktop/default.aspx?Page

ID=535#ancor]

Guenther, E.1952. The essential Oils Volume 5. D. Van Nostrand Com pany Inc.

New York. 420 pp.

Grzanna,R., Lindmark, L., dan Frondoza, C.G.2005.Ginger an Herbal Medicinal

Product with Broad Anti-Inflammatory Action.International. Journal of

Pharmaceutical Sciences Review and Research. Vol. 35:209-216

Hamiudin. 2007. Budidaya Jahe (Zingiber officinale).

www.skma.org/...budidaya.../204-budidaya-jahe-zingiber-officinale.pdf

[13 Februari 2010].

Page 55: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

37

Heyne,K.1987.Tumbuhan Berguna Indonesia III. Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Kehutanan

IT IS (Integrated Taxonomic Information System).2015. Taxonomic Hierarchy.

[Tersedia online pada]:

http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt.html [3 Oktober 2015]

Joanne, B.,Linda,A. Anderson., Phillipson, J. David.2007. Herbal Medicines third

edition [computer software]. German: Pharmaceutical Press

Jolad, Lantz, Chen, Bates, dan Timmermann. 2005. Commercially Processed Dry

Ginger (Zingiber officinale): Composition and Effect on LPS-stimulated

PGE2 Production. Phytochemistry. Vol. 66 (13): 1614-1635.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.2008.Farmakope Herbal Indonesia.

Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Khare, C.P.2007.Indian Medicinal Plants.India: Springer Science+Bussiness

Media, LCC.

Koswara S. 1995. Jahe dan Hasil Olahannya. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Lestari P. 2010. Karakteristik simplisiadan isolasi senyawa triterpenoida/steroida

dari herba suruhan [skripsi]. Medan. Fakultas Farmasi, Universitas

Sumatera Utara.

Markham, K.R. 1988. Cara mengidentifikasi flavonoid. Diterjemahkan oleh

Kosasih Padmawinata. Bandung: ITB

Mishra, P. 2009. Insalation, spectroscopic characterization and molecular

modeling studies of mixture of curcuma longa, ginger and seeds

offenugrek.International Jurnal Of Pharmtech Research. 1:79-95.

Paimin FB dan Murhananto. 1991. Budidaya, Pengolahan, dan Perdagangan

Jahe. Jakarta: Penebar Swadaya.

Rohman, A. dan Gandjar, I.G.2007.Kimia Farmasi Analisis.Cetakan pertama.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Publick,Ledger.2006.Daily Market Price. Agra Informa Ltd. Kent,UK

Rosita SMD, Moko H, dan Sudiarto. 1997. Sejarah dan Penyebaran. Di dalam:

Jahe Monograf Nomor 3. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.

Bogor.

Page 56: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

38

Ross, Ivan. 1999. Medical Plants of the World Chemical Constituent,Traditional

and Modern Medicinal Uses. New Jersey: Humana Press

Rusli, M.S.2010. Sukses Memproduksi Minyak Atsiri. Jakarta: PT. Agromedia

Pustaka

Sastrohamidjojo, H. 2002. Kromatografi. Yogyakarta: Penerbit Liberty

Sirait, M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi.Bogor: Departemen

Pendidikan dan Budaya Dirjen Pendidikan Tinggi PAU Ilmu Hayati IPB.

Stahl, E.1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi.Diterjemahkan

oleh: Kosasih Padwinata dan Iwang Soediro. Bandung: ITB

Syukur, C. 2002. Agar Jahe Berproduksi Tinggi, Cegah Layu Bakteri dan

Pelihara Secara Intensif. Jakarta: Penebar Swadaya

Tustiyani, Isna., Sugiyanta, Melati, M. 2014. Karakter Morfologi dan Fisikokimia

Beras dengan Berbagai Dosis Pemupukan Organik dan Hayati pada

Budidaya Padi Organik. J. Agron. Indonesia 42(3):187-194.

Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Terjemahan : S. Noerono.

Gadjah Mada University Press. Indonesia

Widiastuti, Ira. 2012. Sukses Agribisnis Minyak Atsiri. Yogyakarta: Pustaka Baru

Press.

Yuliani, Sri dan Risfaheri. 1990. Identifikasi berbagai klon minyak jahe. Buletin

Littro V(2): 65-72

Page 57: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

39

LAMPIRAN

Lampiran 1 Penyiapan simplisia dan serbuk simplisia rimpang jahe merah

Page 58: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

40

Lampiran 2 Proses Pembuatan Ekstrak

Page 59: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

41

Lampiran 3 Uji mikroskopik serbuk rimpang jahe merah

Page 60: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

42

Lampiran 4 Kadar sari larut etanol

Lampiran 5 Kadar sari larut air

Page 61: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

43

Lampiran 6 Minyak atsiri

Page 62: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

44

Lampiran 7 Perhitungan Kadar Sari Larut Air

Diketahui:

No Bobot cawan kosong

(W0) Bobot simplisia (W1)

Bobot cawan +

ekstrak (W2)

1 22,7001 gram 5,0057 gram 23,6160 gram

2 22,6997 gram 5,0000 gram 23,5199 gram

3 25,9786 gram 5,0078 gram 26,7896 gram

Perhitungan:

% Kadar Sari Larut Air =

1 %K.S.L.Air =

= 18,2971%

2 %K.S.L.Air =

= 16,4040%

3 %K.S.L.Air =

= 22,6067%

Rata-rata 19,1026 ± 3,1788%

Page 63: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

45

Lampiran 8 Perhitungan Kadar Sari Larut Etanol

Diketahui:

No Bobot cawan

kosong (W0)

Bobot simplisia

(W1)

Bobot cawan +

ekstrak (W2)

1 26,2359 gram 5,0014 gram 27,1792 gram

2 25,3767 gram 5,0018 gram 26,3826 gram

3 25,9779 gram 5,0072 gram 27,0174 gram

Perhitungan:

% Kadar Sari Larut Etanol =

1 %K.S.L.Etanol =

= 18,8607%

2 %K.S.L.Etanol =

= 20,1108%

3 %K.S.L.Etanol =

= 20,7601%

Rata-rata 19,9105 ± 0,9654 %

Page 64: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

46

Lampiran 9 Rendemen Minyak Atsiri

Diketahui :

No Bobot Simplisia Volume minyak

1 500 gram 3 ml

2 500 gram 2 ml

3 500 gram 1 ml

Perhitungan :

% Rendemen Minyak atsiri =

1 % Rendemen minyak atsiri =

= 0,6%

2 % Rendemen minyak atsiri =

= 0,4%

3 % Rendemen minyak atsiri =

= 0,2%

Rata-rata 0,4 ± 0,2

Page 65: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per

47

Lampiran 10 Perhitungan Bobot Jenis Minyak Atsiri

Diketahui:

Bobot botol kosong Bobot botol isi Bobot botol isi – bobot

botol kosong

26,07 gram 30,7680 gram 4,6980 gram

Volume minyak atsiri: 6 ml

Perhitungan :

= 4,6980 g

6ml

= 0,783 g/ml

Page 66: PENETAPAN PARAMETER STANDAR SPESIFIK EKTRAK ETANOL …repository.poltekkesbdg.info/files/original/8871e8f73f8d... · 2019. 2. 28. · AKK Angka Kapang Khamir 17 Koloni/g Koloni per