Uji kualitatif protein

8
I. Tujuan - Untuk menentukan adanya protien melalui uji kualitatif - Untuk menentukan jenis protein suatu bahan II. Dasar Teori Protein merupakan kumpulan dari ribuan asam amino yang berikatan kovalen maupun hidrogen. Monomer dari protein adalah asam amino. Urutan / sequens dari asam amino pada suatu protein sangatlah penting untuk penentuan fungsi dari protein, maka dari itu penting untuk kita mengetahui asam amino apa yang menyusun suatu protein. Penentuan suatu asam amino dalam suatu protein dapat dilakukan dengan cara mereaksian residu asam amino dengan reagen yang dapat menimbulkan reaksi spesifik pada suatu asam amino tertentu. Beberapa cara untuk mengetahui asam amino penyusun protein adalah dengan melakukan beberapa uji kualitatif yaitu: 1. Uji Ninhidrin Ninhidrin merupakan reagen yang digunakan untuk mendeteksi amonia atau amina primer dan sekunder. Reagen ini merupakan reagen yang sangat umum digunakan untuk mendeteksi jumlah asam amino pada uji kuantitatif, namun pada uji kualitatif penambahan reagen ninhidrin ini berfungsi untuk menunjukkan adanya asam amino.Ninhidrin akan menghasilkan warna biru atau ungu gelap atau yang sering disebut ungu Ruhemman (Ruheumman’s purple) ketika bereaksi dengan asam amino. 2. Uji Xantoprotein Uji Xantoprotein merupakan reagen yang menunjukkan keberadaan gugus benzena. Uji xantoprotein ini dilakukan dengan melakukan penambahan asam nitrat pekat pada larutan protein yang kemudian akan menghasilkan warna kuning apabila larutan protein tersebut mengandung asam amino aromatik seperti triptofan,

description

Uji kualitatif protein dengan menggunakan reaksi spesifik dari asam amino.

Transcript of Uji kualitatif protein

Page 1: Uji kualitatif protein

I. Tujuan- Untuk menentukan adanya protien melalui uji kualitatif- Untuk menentukan jenis protein suatu bahan

II. Dasar Teori

Protein merupakan kumpulan dari ribuan asam amino yang berikatan kovalen maupun hidrogen. Monomer dari protein adalah asam amino. Urutan / sequens dari asam amino pada suatu protein sangatlah penting untuk penentuan fungsi dari protein, maka dari itu penting untuk kita mengetahui asam amino apa yang menyusun suatu protein. Penentuan suatu asam amino dalam suatu protein dapat dilakukan dengan cara mereaksian residu asam amino dengan reagen yang dapat menimbulkan reaksi spesifik pada suatu asam amino tertentu. Beberapa cara untuk mengetahui asam amino penyusun protein adalah dengan melakukan beberapa uji kualitatif yaitu:

1. Uji NinhidrinNinhidrin merupakan reagen yang digunakan untuk mendeteksi amonia atau amina primer dan sekunder. Reagen ini merupakan reagen yang sangat umum digunakan untuk mendeteksi jumlah asam amino pada uji kuantitatif, namun pada uji kualitatif penambahan reagen ninhidrin ini berfungsi untuk menunjukkan adanya asam amino.Ninhidrin akan menghasilkan warna biru atau ungu gelap atau yang sering disebut ungu Ruhemman (Ruheumman’s purple) ketika bereaksi dengan asam amino.

2. Uji XantoproteinUji Xantoprotein merupakan reagen yang menunjukkan keberadaan gugus benzena. Uji xantoprotein ini dilakukan dengan melakukan penambahan asam nitrat pekat pada larutan protein yang kemudian akan menghasilkan warna kuning apabila larutan protein tersebut mengandung asam amino aromatik seperti triptofan, tirosin, dan fenilalanin, jika kemudian diberi basa maka warna akan berubah menjadi oranye.

3. Uji biuretUji biuret digunakan untuk mengetahui adanya ikatan peptida pada larutan protein. Warna dasar dari larutan biuret adalah biru, adanya kompleks Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptida. Warna ungu yang dihasilkan akan semakin pekat apabila rantai peptida yang terkandung dalam larutan protein panjang.

4. Uji Hopkin’s-coleUji Hopkin’s-cole menggunakan asam glioksilat dan asam sulfat pekat untuk mendeteksi adanya triptofan pada suatu larutan protein. Uji positif apabila dihasilkan warna violet pada batas antara bahan dan asam glioksilat.

Page 2: Uji kualitatif protein

III. Alat & bahan

Alat :- Pipet tetes- Tabung reaksi +rak- Penangas air- Tabung falcon- Beaker glass

50,100,250,500 ml- Waterbath- Corong buchner- Pipet ukur 1 ml, 5m- Bola hisap- Batang pengaduk - Gelas ukur 10, 100

ml- Setrifuge- pH meter

Bahan :- Tirosin,Glisin, Urea, Gelatin- Putih telur, susu cair- Ninhidrin- Asam nitrat pekat- NaOH- Asam asetat glasial- H2SO4 pekat- CuSO4

- Etanol 96%- Etil eter- Lar. Buffer asetat pH= 4,8

IV. Sifat-sifat bahan

- Tirosin Bentuk fisik : Padat Aroma : tidak beraromaWarna : PutihBerat molekul : 181,19 g/molTitik leleh : 344oCIdentifikasi bahaya:

o Sangat berbahaya ketika ditelan dan dihirup. Sedikit berbahaya jika

terkena kulit dan mata- Glisin

Bentuk fisik : Padat Aroma : tidak beraromaWarna : PutihBerat molekul : 75,07 g/molTitik leleh : 233oCIdentifikasi bahaya:

o Sedikit berbahaya jika terkena kulit,mata, tertelan dan terhirup.

- UreaBentuk fisik : Padat (padatan kristal)Aroma : Hampir tidak beraromaWarna : PutihBerat molekul : 60 g/molTitik leleh : 132,7oC

Page 3: Uji kualitatif protein

Identifikasi bahaya:o Menyebabkan iritasi apabila terkena kulit, mata, tertelan, terhirup.

o Mutagenik pada sel somatik mamalia,senyawa bisa menjadi racun

terhadap peredaran darah. Jika terkena paparan terus menerus maka akan menyebabkan kerusakan organ.

- GelatinBentuk fisik : Padat (bubuk)Aroma : tidak beraromaWarna : PutihBerat molekul : -Titik didih : >100oCIdentifikasi bahaya:

o Sedikit berbahaya jika terkena kulit,mata, tertelan dan terhirup.

- NinhidrinBentuk fisik : Padat (kristal)Aroma : khasWarna : PutihBerat molekul : 178.14g/molTitik leleh : 241.11oCIdentifikasi bahaya:

o Berbahaya jika terkena kulit,mata, tertelan dan terhirup.

- Asam nitratBentuk fisik : CairAroma : tidak beraromaWarna : -Berat molekul : -g/molTitik leleh : -41oCIdentifikasi bahaya:

o Akut : lukah bakar pada kulit, mata, saluran pernafasan, salurran

pencernaan, kebutaano Kronis : dermatitis, kerusakan mata atau kebutaan.

- NaOHBentuk fisik : Padat Aroma : Tidak beraromaWarna : PutihBerat molekul : 40g/molTitik leleh : 323oCIdentifikasi bahaya:

o Akut : Sangat berbahaya ketika kontak dengan kulit (korosif), kontak

mata (iritan,korosif), tertelan, dan inhalasi. Kontak mata dapat mengakibatkan kerusakan kornea atau kebutaan. Kontak kulit dapat menghasilkan peradangan.

Page 4: Uji kualitatif protein

o Kronis : senyawa adalah racun bagi paru-paru. Paparan yang berulang

ke mata dapat menghasilkan iritasi mata.- H2SO4

Bentuk fisik : CairanAroma : Tidak beraroma, menyengat ketika panasWarna : -Berat molekul : 98g/molTitik leleh : -35oCIdentifikasi bahaya:

o Akut : Sangat berbahaya dalam kasus kontak kulit (korosif,

mengiritasi, permeator), kontak mata (iritan, korosif), menelan,inhalasi.. Kontak kulit dapat menghasilkan luka bakar. Menghirup semprotan dapat menghasilkan iritasi parah pernapasansaluran, ditandai dengan batuk, tersedak, atau sesak napas. Parah over-exposure dapat mengakibatkan kematian. peradanganmata ditandai dengan kemerahan, berair, dan gatal-gatal. Peradangan kulit yang ditandai dengan gatal, scaling, memerah,atau, kadang-kadang, terik

o Kronis : beracun untuk ginjal, paru-paru, jantung, sistem

kardiovaskular, saluran pernapasan bagian atas,mata, gigi. Berulang atau berkepanjangan paparan substansi dapat menghasilkan kerusakan organ sasaran. Berulang atau berkepanjangan kontak dengan semprotan kabut dapat menghasilkan iritasi mata kronis dan iritasi kulit yang parah. Berulang atau berkepanjangan semprotkabut dapat menghasilkan iritasi saluran pernapasan menyebabkan serangan sering infeksi bronkial. Paparan berulang ke sangatBahan beracun dapat menghasilkan kerusakan umum kesehatan oleh akumulasi dalam satu atau banyak organ tubuh manusia.

- CuSO4

Bentuk fisik : Padat (bubuk)Aroma : MenyenangkanWarna : Putih keabu-abuan hingga putih kehijau-hijauanBerat molekul : 159,6g/molTitik leleh : 590oCIdentifikasi bahaya:

o Akut : Berbahaya dalam kasus kontak kulit (iritan), kontak mata

(iritan), menelan, inhalasio Kronis : Senyawa beracun terhadap

ginjal, hati. Berulang atau berkepanjangan paparan substansi dapat menghasilkan kerusakan organ sasaran.

- Ethanol Bentuk fisik : CairanAroma : Seperti alkohol

Page 5: Uji kualitatif protein

Warna : Tidak berwarnaBerat molekul : -/molTitik leleh : -88,5oCIdentifikasi bahaya:

o Akut : Berbahaya dalam kasus kontak kulit (iritan), kontak mata

(iritan), menelan, inhalasi. Sedikit berbahaya dalam kasuskontak dengan kulit (permeator).

V. Cara kerja a. Isolasi kasein dari susu

Pemanasan susu cair (100 ml)

Pemanasan Buffer asetat (100 ml)

Pencampuran

(pH= 4,8)

40oC 40oC

Pendinginan

Dalam sentrifuge 10 menit, kemudian diletakkan ke kertas saring

Pencucian

Penyaringan

+etanol 30 ml

+ air

Page 6: Uji kualitatif protein

b. Analisa kualitatif

VI. Daftar pustakaBintang, Maria. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Bogor: Erlangga.

Poedjiadi, Anna dan Supriyanti, Titin. 2006. Dasar – Dasar Biokimia. Bandung: UI – PRESS.

Santoso, A. H. 2001. Ekstraksi Crude Albumin Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus) : Pengaruh Suhu dan Lama Pemanasan Serta Fraksinasi Albumin Menggunakan Asam. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang

Wirahadikusumah, Muhamad. 1997. Biokimia: Protein,Enzim, dan Asam. Bandung: ITB.

Kasein

Pembuatan Sampel

Pembuatan Reagen

Pengujian Sampel

Uji Ninhidrin

Uji Xantoprotein

Uji Biuret

Uji Hopkin’s-cole