Laporan Tetap 2 Uji Protein

37
LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA UJI PROTEIN NAMA : SUCI FERALIA RATIKASESHA NIM : 06101010021 PRODI : PENDIDIKAN KIMIA DOSEN PENGASUH : Drs. Made Sukaryawan & Desi, S.Pd., M.T LABORATORIUM PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Transcript of Laporan Tetap 2 Uji Protein

Page 1: Laporan Tetap 2 Uji Protein

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA

UJI PROTEIN

NAMA : SUCI FERALIA RATIKASESHA

NIM : 06101010021

PRODI : PENDIDIKAN KIMIA

DOSEN PENGASUH : Drs. Made Sukaryawan & Desi, S.Pd., M.T

LABORATORIUM PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNVERSITAS SRIWIJAYA

2013

I. Nomor Percobaan : II

II. Judul Perobaan : Reaksi Uji Potein

III. Tujuan Percobaan : Untuk menguji kandungan yang terdapat di dalam

protein

IV. Dasar Teori :

Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien. Tidak seperti bahan

makronutrien lainnya (karbohidrat, lemak), protein ini berperan lebih penting dalam

Page 2: Laporan Tetap 2 Uji Protein

pembentukan biomolekul daripada sumber energi. Namun demikian apabila organisme

sedang kekurangan energi, maka protein ini dapat juga di pakai sebagai sumber energi.

Keistimewaan lain dari protein adalah strukturnya yang selain mengandung N, C, H, O,

kadang mengandung S, P, dan Fe (Sudarmadji, 1989). Protein merupakan suatu zat

makanan yang sangat penting bagi tubuh, karena zat ini disamping berfungsi sebagai zat

pembangun dan pengatur, Protein adalah sumber asam- asam amino yang mengandung

unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein

mengandung pula posfor, belerang dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam

seperti besi dan tembaga (Budianto, A.K, 2009).

Protein adalah molekul makro yang mempunyai berat molekul antara lima ribu

hingga beberapa juta. Protein terdiri atas rantai-rantai asam amino, yang terikat satu sama

lain dalam ikatan peptida. Asam amino yang terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen,

oksigen dan nitrogen ; beberapa asam amino disamping itu mengandung unsur-unsur

fosfor, besi, iodium, dan cobalt. Unsur nitrogen adalah unsur utama lambang satu huruf

yang digunakan secara ringkas untuk menunjukkan komposisi dan urutan asam amino di

dalam rantai polipeptida. protein, karena terdapat di dalam semua protein akan tetapi tidak

terdapat di dalam karbohidrat dan lemak. Unsur nitrogen merupakan 16% dari berat

protein. Molekul protein lebih kompleks daripada karbohidrat dan lemak dalam hal berat

molekul dan keanekaragaman unit-unit asam amino yang membentuknya (Almatsier. S,

1989).

Struktur Protein

Molekul protein merupakan rantai panjang yang tersusun oleh mata rantai asam-

asam amino. Dalam molekul protein, asam-asam amino saling dirangkaikan melalui reaksi

gugusan karboksil asam amino yang satu dengan gugusan amino dari asam amino yang

lain, sehingga terjadi ikatan yang disebut ikatan peptida. Ikatan pepetida ini merupakan

ikatan tingkat primer. Dua molekul asam amino yang saling diikatkan dengan cara

demikian disebut ikatan dipeptida. Bila tiga molekul asam amino, disebut tripeptida dan

bila lebih banyak lagi disebut polypeptida. Polypeptida yang hanya terdiri dari sejumlah

beberapa molekul asam amino disebut oligopeptida. Molekul protein adalah suatu

polypeptida, dimana sejumlah besar asam-asam aminonya saling dipertautkan dengan

ikatan peptida tersebut (Gaman, P.M, 1992)

Page 3: Laporan Tetap 2 Uji Protein

Asam-asam amino

Asam amino ialah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam amino

yang terdapat sebagai komponen, protein mempunyai gugus −NH2 pada atom karbon α

dari posisi gugus −COOH. Rumus umum untuk asam amino ialah R−CH−COOH NH2

Pada umumnya asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organik non polar

seperti eter, aseton, dan kloroform. Sifat asam amino ini berbeda dengan asam karboksilat

maupun dengan sifat amina. Asam karboksilat alifatik maupun aromatik yang terdiri atas

beberapa atom karbon umumnya kurang larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik.

Demikian amina pula umumnya tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik

(Poejiadi. A, 1994). Asam amino adalah senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus

karboksil (−COOH) dan satu atau lebih gugus amino (−NH2) yang salah satunya terletak

pada atom C tepat disebelah gugus karboksil (atom C alfa). Asam-asam amino bergabung

melalui ikatan peptida yaitu ikatan antara gugus karboksil dari asam amino dengan gugus

amino dari asam amino yang disampingnya (Sudarmadji. S, 1989).

Sifat Protein

Protein merupakan molekul yang sangat besar, sehingga mudah sekali mengalami

perubahan bentuk fisik maupun aktivitas biologis. Banyak faktor yang menyebabkan

perubahan sifat alamiah protein misalnya : panas, asam, basa, pelarut organik, pH, garam,

logam berat, maupun sinar radiasi radioaktif. Perubahan sifat fisik yang mudahdiamati

adalah terjadinya penjendalan (menjadi tidak larut) atau pemadatan (Sudarmadji. S, 1989).

Ada protein yang larut dalam air, ada pula yang tidak larut dalam air, tetapi semua protein

tidak larut dalam pelarut lemak seperti misalnya etil eter. Daya larut protein akan

berkurang jika ditambahkan garam, akibatnya protein akan terpisah sebagai endapan.

Apabila protein dipanaskan atau ditambahkan alkohol, maka protein akan menggumpal.

Hal ini disebabkan alkohol menarik mantel air yang melingkupi molekul-molekul protein.

Adanya gugus amino dan karboksil bebas pada ujung-ujung rantai molekul protein,

menyebabkan protein mempunyai banyak muatan dan bersifat amfoter (dapat bereaksi

dengan asam maupun basa). Dalam larutan asam (pH rendah), gugus amino bereaksi

dengan H+, sehingga protein bermuatan positif. Bila pada kondisi ini dilakukan

elektrolisis, molekul protein akan bergerak kearah katoda. Dan sebaliknya, dalam larutan

basa (pH tinggi) molekul protein akan bereaksi sebagai asam atau bermuatan negatif,

sehingga molekul protein akan bergerak menuju anoda (Winarno. F.G, 1992).

Page 4: Laporan Tetap 2 Uji Protein

Fungsi Protein

Berdasarkan fungsi biologinya, protein dapat diklasifikasikan sebagai enzim

(dehidrogenase, kinase), protein penyimpanan (feritin, mioglobin), protein pengatur

(protein pengikat DNA, hormon peptida), protein struktural (kolagen, proteoglikan),

protein pelindung (faktor pembekuan darah, imunoglobulin), protein

pengangkut(hemoglobin, lipoprotein plasma) dan protein kontraktil/ motil (aktin, tubulin)

(Robert K. Murray, 2003). Protein yang mempunyai fungsi sebagai media perambatan

impuls saraf ini biasanya berbentuk reseptor; misalnya rodopsin, suatu protein yang

bertinak sebagai reseptor penerima warna atau cahaya pada sel – sel mata (Winarno, 1997).

Analisa Protein Secara Kualitatif

1. Reaksi Xantoprotein

Reaksi untuk melihat adanya gugus fenil pada molekul protein, gugus fenil dengan

asam nitrat membentuk senyawa nitro yang berwarna kuning setelah dipanaskan.

2. Reaksii Sakaguchi

Reaksi ini berdasarkan adanya gugus guanidin dengan reagensia Sakaguchi,

memberikan warna merah.

3. Reaksi Millon

Reaksi ini berdasarkan inti fenol bereaksi dengan reagensia Millon, memberikan warna

merah.

4. Metode Biuret

Reaksi ini berdasarkan adanya dua atau lebih ikatan peptida dengan reagensia Biuret

memberikan warna lembayung (Pantjita H, 1993).

5. Reaksi Natriumnitroprusida

Natriumnitroprusida dalam larutan amoniak akan menghasilkan warna merah dengan

protein yang mempunyai gugus –SH bebas. Jadi protein yang mengandung sistein dapat

memberikan hasil positif.

6. Reaksi Hopkins – Cole

Triptofan dapat berkondensasi dengan beberapa aldehida dengan bantuan asam kuat

dan membentuk senyawa yang berwarna. Larutan protein yang mengandung triptofan

dapat direaksikan dengan pereaksi Hopkins – Cole hingga membentuk lapisan di

Page 5: Laporan Tetap 2 Uji Protein

bawah larutan protein. Beberapa saat kemudian akan terjadi cincin ungu pada batas

antara kedua lapisan tersebut (Anna Poedjiadi, 1994).

Analisa Protein Secara Kuantitatif

1. Metode Biuret.

Larutan protein dibuat alkalis dengan NaOH kemudian ditambahkan larutan CuSO4

encer. Uji ini untuk menunjukkan adanya senyawa – senyawa yang mengandung gugus

amida asam.

2. Metode Lowry

Protein dengan asam fosfotungstat-fosfomolibdat pada suasana alkalis akan

memberikan warna biru yang intensitasnya bergantung pada konsentrasi yang ditera.

Kosentrasi protein diukur berdasarkan optik density pada panjang gelombang 600 nm.

3. Metode Spektrofotometer UV

Kebanyakan protein mengabsorpsi sinar ultraviolet maximum pada 280 nm. Hal ini

terutama oleh adanya asam amino tirosin triptofan dan fenilalanin yang ada pada protein

tersebut.

4. Metode Turbidimeter

Kekeruhan akan terbentuk dalam larutan yang mengandung protein apabila

ditambahkan bahan pengendap protein misalnya TCA, K4Fe(CN)6 atau asam

sulfosalisilat. Tingkat kekeruhan diukur dengan alat turbidimeter.

5. Penentuan Protein dengan Titrasi Formol

Larutan protein dinetralkan dengan basa NaOH, kemudian ditambahkan formalin akan

membentuk dimethilol. Indikator yang digunakan adalah PP, akhir titrasi bila tepat

terjadi perrubahan warna menjadi merah muda yang tidak hilang dalam 30 detik.

6. Metode Kjeldahl

Prinsip metode Kjeldahl adalah mula – mula bahan didekstruksi dengan asam sulfat

pekat menggunakan katalis selenium oksiklorida atau butiran Zn. Ammonia yang terjadi

ditampung dan dititrasi dengan bantuan indikator. Metode Kjeldahl pada umumnya

dapat dibedakan atas dua cara, yaitu cara makro dan semimikro. Cara makro – Kjeldahl

digunakan untuk sampel yang sukar dihomogenisasi dan besarnya 1– 3 gram,

sedangkan semimikro – Kjeldahl dirancang untuk sampel yang berukuran kecil, yaitu

kurang dari 300 mg dari bahan yang homogen (Maria Bintang, 2010).

Page 6: Laporan Tetap 2 Uji Protein

V. ALAT DAN BAHAN

ALAT : Beker gelas

Gelas ukur

Pipet tetes

Corong

Kertas saring

Erlenmeyer

Tabung reaksi

Batang pengaduk

BAHAN :

NaOH 2,5 N

Larutan protein (susu bubuk, susu cair, putih telur, kuning telur)

CuSO4 0,01 N

HgCl 0,2M

Timbal Asetat 0,2 M

(NH4)2SO4

Reagen Millon

Reagen Uji biuret

H20

Asam Asetat 1M

HCl 0,1 M

NaOH 0,1 M

Buffer Asetat pH 4,7

Etil Alkohol 95%

VI. PROSEDUR PERCOBAAN

Uji Biuret

Tambahkan 1 ml NaOH 2,5 N ke dalam 3 ml larutan protein dan aduk. Tambahkan setetes

CuSO4 0,01 M. Aduk, jika tidak timbul warna, tambahkan lagi setetes atau 2 tetes CuSO4.

Page 7: Laporan Tetap 2 Uji Protein

Pengendapan dengan Logam

Ke dalam 3 ml larutan protein tambahkan 5 tetes HgCl2 0,2 M. Ulangi percobaan dengan

menggunakan Pb asetat 0,2 M.

Pengendapan dengan Garam

Jenuhkan 10 ml larutan protein dengan ammonium sulfat. Untuk pekerjaan ini dilakukan :

Pertama tambahkan jumlah sedikit dari garam tersebut aduk hingga melarut. Tambahkan

lagi sedikit ammonium sulfat dan aduk lagi, kontinu sehingga sedikit garam tertinggal

tidak terlarut. Apabila larutan jenuh, kemudian disaring . Uji kelarutan dari endapan di

dalam air. Uji endapan dengan reagen Millon dan filtrat dengan uji Biuret.

Uji Koagulasi

Tanbahkan 2 tetes HOAc 1 M ke dalam 5 ml larutan protein. Letakkan tabung dalam air

mendidih selama 5 menit. Ambil endapan dengan batang pengaduk. Uji kelarutan endapan

di dalam air. Uji endapan dengan reagen Millon.

Pengendapan dengan Alkohol

Tabung 1 2 3

Larutan Albumin 5 ml 5 ml 5 ml

HCl 0,1 M 1 ml - -

NaOH 0,1 M - 1 ml -

Buffer asetat pH 4,7 - - 1 ml

Etil Alkohol 95 % 6 ml 6 ml 6 ml

Tabung – tabung mana yang menunjukkan protein yang tidak larut.

Denaturasi Protein

Tabung 1 2 3

Larutan Albumin 9 ml 9 ml 9 ml

Buffer asetat pH 4,7 - - 1 ml

HCl 0,1 M 1 ml - -

NaOH 0,1 M - 1 ml -

Tempatkan ketiga tabung dalam air mendidih selama 15 menit dan dinginkan pada

temperature kamar. Dalam tabung mana yang kelihatan mengendap. Untuk tabung –

tabung (1) dan (2) tambahkan 10 ml buffer asetat pH 4.7. tulis hasilnya.

Page 8: Laporan Tetap 2 Uji Protein

Uji Sulfur dalam Protein

Campur 0,5 gram serbuk albumin dengan dua kali berat dari fusion mixture (3 bagian

Na2CO3 anhidris dengan 2 bagian KNO3). Panaskan dalam cawan porselin sampai tak

berwarna. Dinginkan dan dilarutkan dalam air panas. Saring jika perlu. Asamkan filtrat

dengan HCl. Panaskan hingga mendidih dan tambahkan beberapa tetes larutan BaCl2.

VII. Hasil Pengamatan

No Uji Perlakuan Hasil Pengamatan Kesimpulan1. Uji Biuret

a. Putih telur1 ml NaOH 2,5 N + 3 ml protein dan aduk. Tambahkan CuSO4 0,01 M hingga timbul warna

Putih telur 1% (tidak berwarna) + NaOH (tak berwarna) larutan tak berwarna + CuSO4 (kebiruan) lautan keunguan.

Putih telur 2% (tidak berwarna) + NaOH (tak berwarna) larutan tak berwarna + CuSO4 (kebiruan) lautan keunguan.

Putih telur 3% (tidak berwarna) + NaOH (tak berwarna) larutan tak berwarna + CuSO4 (kebiruan) lautan keunguan.

Putih telur 4% (tidak berwarna) + NaOH (tak berwarna) larutan tak berwarna + CuSO4 (kebiruan) lautan keunguan.

Putih Telur bereaksi positif dengan ion Cu2+ menghasilkan endapan ungu

Page 9: Laporan Tetap 2 Uji Protein

Putih telur 5% (tidak berwarna) + NaOH (tak berwarna) larutan tak berwarna + CuSO4 (kebiruan) lautan keunguan.

b. Kuning telur 1 ml NaOH 2,5 N + 3 ml protein dan aduk. Tambahkan CuSO4 0,01 M hingga timbul warna

Kuning telur 1% (tidak berwarna) + NaOH (tak berwarna) larutan berwarna putih + CuSO4 (kebiruan) lautan keunguan.

Kuning telur 2% (tidak berwarna) + NaOH (tak berwarna) larutan berwarna putih + CuSO4 (kebiruan) lautan keunguan.

Kuning telur 3% (tidak berwarna) + NaOH (tak berwarna) larutan berwarna putih + CuSO4 (kebiruan) lautan keunguan.

Kuning telur 4% (tidak berwarna) + NaOH (tak berwarna) larutan berwarna putih + CuSO4 (kebiruan) lautan keunguan.

Kuning telur 5% (tidak berwarna) + NaOH (tak berwarna) larutan berwarna putih + CuSO4 (kebiruan) lautan keunguan.

c. Susu Bubuk 1ml NaOH 2,5 N + 3 ml protein dan aduk. Tambahkan CuSO4 0,01 M hingga timbul warna

Susu bubuk 1% (putih) + NaOH (tak berwarna) larutan berwarna putih + CuSO4 (kebiruan) lautan berwarna unguSusu bubuk 2% (putih) + NaOH (tak berwarna) larutan berwarna putih + CuSO4 (kebiruan) lautan berwarna ungu

Susu bubuk 3% (putih) + NaOH (tak berwarna) larutan berwarna putih + CuSO4 (kebiruan) lautan berwarna ungu

Susu bubuk 4% (putih) + NaOH (tak berwarna) larutan berwarna putih + CuSO4 (kebiruan) lautan berwarna ungu

Susu bubuk 5% (putih) + NaOH (tak berwarna) larutan berwarna putih + CuSO4 (kebiruan) lautan berwarna ungu

d. Susu Cair ml NaOH 2,5 N + 3 ml protein dan aduk. Tambahkan CuSO4 0,01 M hingga timbul warna

Susu cair 1% (putih) + NaOH (tak berwarna) larutan berwarna putih + CuSO4 (kebiruan) lautan berwarna ungu

Susu cair 2% (putih) + NaOH (tak berwarna) larutan berwarna putih + CuSO4 (kebiruan) lautan berwarna ungu

Susu cair 3% (putih) + NaOH (tak berwarna) larutan berwarna putih + CuSO4 (kebiruan) lautan berwarna ungu

Susu cair 4% (putih) + NaOH (tak berwarna) larutan berwarna putih + CuSO4 (kebiruan) lautan berwarna ungu

Susu cair 5% (putih) + NaOH (tak berwarna) larutan berwarna putih + CuSO4 (kebiruan)

Page 10: Laporan Tetap 2 Uji Protein

lautan berwarna ungu2. Pengendapan

dengan logama. Susu bubuk

Susu bubuk 3ml + 5 tetes HgCl2 0,2 M

Susu bubuk 3ml + 5 tetes Pb asetat 0,2 M

susu bubuk 1% (putih) + HgCl2 larutan tak berwarna terdapat endapan

susu bubuk 2% (putih) + HgCl2 larutan tak berwarna terdapat endapan

susu bubuk 3% (putih) + HgCl2 larutan tak berwarna terdapat endapan

susu bubuk 4% (putih) + HgCl2 larutan tak berwarna terdapat endapan

susu bubuk 5% (putih) + HgCl2 larutan tak berwarna terdapat endapan

susu bubuk 1% (putih) + Pb asetat larutan berwarna putih

susu bubuk 2% (putih) + Pb asetat larutan berwarna keruh

susu bubuk 3% (putih) + Pb asetat larutan berwarna keruh

susu bubuk 4% (putih) + Pb asetat larutan berwarna keruh

susu bubuk 5% (putih) + Pb asetat larutan berwarna keruh

3. Pengendapan dengan Garam

Susu Bubuk 10 ml susu bubuk 5% + (NH4)2SO4

Endapan + Air

Endapan + Millon

Endapan + NaOH + CuSO4

susu bubuk 5% (putih) + (NH4)2SO4 (tak berwarna) → larutan tak berwarna + ↓ putih.

Endapan (putih) + Air (tak berwarna) → Larutan Putih + sedikit endapan putih

Millon (tak berwarna) + endapan (putih) larutan tak berwarna + kemerahan

Endapan (putih) + NaOH (tak berwarna) → Larutan tak berwarna + CuSO4 (kebiruan) → Larutan kebiruan

4 Uji Koagulasia. Susu bubuk

5 ml susu bubuk 5% + 2 tetes CH3COOH panaskan 5 menit, saring koagulan lalu :

1. Reaksikan endapan kedalam millon 1 ml

2. Reaksikan endapan kedalam air 1 ml

Susu bubuk 5%(putih) + CH3COOH (tak berwarna) larutan putih larutan putih terdapat koagulan

Millon (tak berwarna) + koagulan (putih) larutan tak berwarna + coklat

Air (tak berwarna) + koagulan(putih) lautan keruh + putih

b. Susu cair 5 ml susu cair 5% + 2 tetes CH3COOH panaskan 5 menit,

Susu cair 5%(putih) + CH3COOH (tak berwarna) larutan putih larutan putih terdapat koagulan

Page 11: Laporan Tetap 2 Uji Protein

saring koagulan lalu :1. Reaksikan endapan

kedalam millon 1 ml

2. Reaksikan endapan kedalam air 1 ml

Millon (tak berwarna) + koagulan (putih) larutan tak berwarna + merah

Air (tak berwarna) + koagulan(putih) lautan tdk berwarna

c. Putih telur 5 ml putih telur 5% + 2 tetes CH3COOH panaskan 5 menit, saring koagulan lalu :1. Reaksikan endapan

kedalam millon 1 ml

2. Reaksikan endapan kedalam air 1 ml

Putih telur 2%(keruh) + CH3COOH (tak berwarna) larutan putih larutan putih terdapat koagulan

Millon (tak berwarna) + koagulan (putih) larutan tak berwarna + coklat

Air (tak berwarna) + koagulan(putih) lautan keruh + putih

5 Pengendapan dengan alcohola. Susu cair

5ml putih telur 2% + 1 ml HCl 0,1 M + 6ml etil alcohol 95%

5ml putih telur 2% + 1 ml NaOH 0,1 M + 6ml etil alcohol 95%

5ml putih telur 2% + 1 ml buffer asetat, pH 4,7 + 6ml etil alcohol 95%

Susu cair 4%(putih) + HCl (tak berwarna) larutan keruh + etil alcohol 95% (tak berwarna) larutan keruh

Susu cair 4%(putih) + NaOH(tak berwarna) larutan keruh + etil alcohol 95% (tak berwarna) larutan keruh

Susu cair 4%(putih)) + buffer asetat (tak berwarna) larutan keruh + etil alcohol 95% (tak berwarna) larutan keruh terdapat endapan

b. Susu bubuk 5ml putih telur 2% + 1 ml HCl 0,1 M + 6ml etil alcohol 95%

5ml putih telur 2% + 1 ml NaOH 0,1 M + 6ml etil alcohol 95%

5ml putih telur 2% + 1 ml buffer asetat, pH 4,7 + 6ml etil alcohol 95%

Susu bubuk 4%(putih) + HCl (tak berwarna) larutan keruh + etil alcohol 95% (tak berwarna) larutan keruh

Susu bubuk 4%(putih) + NaOH(tak berwarna) larutan keruh + etil alcohol 95% (tak berwarna) larutan keruh

Susu bubuk 4%(putih)) + buffer asetat (tak berwarna) larutan keruh + etil alcohol 95% (tak berwarna) larutan keruh terdapat endapan

c. Putih telur 5ml putih telur 2% + 1 ml HCl 0,1 M + 6ml etil alcohol 95%

5ml putih telur 2% + 1 ml NaOH 0,1 M + 6ml etil alcohol 95%

5ml putih telur 2% + 1 ml buffer asetat, pH 4,7 + 6ml etil alcohol 95%

Putih telur 2%(lautan keruh) + HCl (tak berwarna) larutan keruh + etil alcohol 95% (tak berwarna) larutan keruh

Putih telur 2%(lautan keruh) + NaOH(tak berwarna) larutan keruh + etil alcohol 95% (tak berwarna) larutan keruh

Putih telur 2%(lautan keruh) + buffer asetat (tak berwarna) larutan keruh + etil alcohol 95% (tak berwarna) larutan keruh terdapat endapan

d. Kuning telur Kuning telur tabung 15ml Kuning telur 3% + 1 ml HCl 0,1 M + 6ml etil alcohol 95%

Kuning telur tabung 25ml Kuning telur 3% + 1 ml NaOH 0,1 M +

Kuning telur 3%(lautan keruh) + HCl (tak berwarna) larutan tidak berwarna + etil alcohol 95% (tak berwarna) larutan keruh

Kuning telur 3%(lautan keruh) + NaOH(tak berwarna) larutan tak berwarna + etil alcohol 95% (tak berwarna) larutan keruh

Page 12: Laporan Tetap 2 Uji Protein

6ml etil alcohol 95%

Kuning telur tabung 35ml Kuning telur 3% + 1 ml buffer asetat, pH 4,7 + 6ml etil alcohol 95%

Kuning telur 3%(lautan keruh) + buffer asetat (tak berwarna) larutan tak berwarna+ etil alcohol 95% (tak berwarna) larutan keruh

6 Denaturasi Proteina. Susu cair

Susu cair 4% (putih) + HCl dipanaskan selama 15 menit ditambahkan larutan buffer

Susu cair 4% (putih) + NaOH dipanaskan selama 15 menit ditambahkan larutan buffer

Susu cair 4% (putih) + buffer asetat dipanaskan selama 15 menit

Susu cair 4% (putih) + HCl Larutan keruh menghasilkan endapan putih + larutan buffer asetat sedikit endapan

Susu cair 4% (putih) + NaOH larutan berwarna kuning + larutan buffer asetat tidak menghasilkan endapan

Susu cair 4% (putih) + buffer asetat Endapan putih

b. Susu bubuk 3ml susu bubuk 4% + 4 ml HCl panaskan ± 15 menit + 10 ml Buffer assetat

3ml susu bubuk 4% + 4 ml HCl panaskan ± 15 menit + 10 ml Buffer assetat

3ml susu bubuk 5% + 4 ml HCl panaskan ± 15 menit + 10 ml Buffer assetat

3ml susu bubuk 5% + 4 ml HCl panaskan ± 15 menit + 10 ml Buffer assetat

susu bubuk 4% (putih) + HCl (tidak berwarna) larutan keruh larutan keruh + Buffer asetat (tak berrwarna) → larutan keruh

susu bubuk 4% (putih) + HCl (tidak berwarna) larutan keruh larutan keruh + Buffer asetat (tak berrwarna) → larutan keruh, ada endapan

susu bubuk 5% (putih) + HCl (tidak berwarna) larutan keruh larutan keruh + Buffer asetat (tak berrwarna) → larutan keruh, ada endapan

susu bubuk 5% (putih) + HCl (tidak berwarna) larutan keruh larutan keruh + Buffer asetat (tak berrwarna) → larutan keruh, ada endapan

VIII. Reaksi Kimia

Tes Biuret

Albumin

O O

ll ll

2 H2N - CH-C - NH-CH - C - OH + 2 NaOH + CuSO4

R R n

Page 13: Laporan Tetap 2 Uji Protein

CH - C NH - CH

O

Cu2+

O

CH - NH C - CH

Pengendapan dengan LogamHgCl2

O O O

2H2N-CH-C - NH-CH-C - NH-CH- C -OH + HgCl2

R R n R

O O O

2H2N-CH-C - NH-CH-C - NH-CH- C- O

R R n R

Hg2+ + 2 HCl

O O O

2H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C - O

R R n R

(CH3COO)2 Pb

O O ll ll

2 H2N - CH-C - NH-CH - C - OH + (CH3COO)2 Pb

R R n

O O ll ll

H2N - CH-C – NH–CH - C - O

R n

Page 14: Laporan Tetap 2 Uji Protein

Pb6+ + H+ + CH3COO -

O O ll ll

H2N - CH-C – N – CH - C - O

R R n

Pengendapan dengan Alkohol

NaOH

O O O

H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –OH + OH-

R R n R

O O O

H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –O- + C2H5OH

R R n R

O O O

H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –OC2H5 + OH- + H2O

R R n R

HCl

O O O

H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –OH + H+

R R n R

O O O

H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –+OH2 + C2H5OH

R R n R

O O O

Page 15: Laporan Tetap 2 Uji Protein

H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –OC2H5 + H+ + H2O

R R n R

Buffer pH 4,7

O O O

H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –OH + C2H5 OH

R R n R

O O O

H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –OC2H5 + H2O

R R n R

IX. Pembahasan

Percobaan uji protein ini dilakukan beberapa macam, yaitu uji buret, pengendapan

dengan logam, pengendapan dengan garam, denaturasi protein, uji koagulasi dan

pengendapan dengan alkohol. Dengan sampel berupa susu bubuk, susu cair, kuning telur

dan putih telur.

Pada percobaan uji biuret dihasilkan larutan yang berwarna ungu dari penambahan

reagen buret pada larutan protein. Tes biuret merupakan salah satu tes uji protein, bekerja

pada suasana basa, dan akan memberikan perubahan warna pada larutan yang diuji

menjadi berwarna violet dengan CuSO4 , karena terbentuk kimpleks Cu2+ dengan gugus CO

dan gugus NH dari rantai peptida dalam suasana basa. Pada uji biuret dihasilkan warna

violet. Hal ini disebakan penambahan CuSO4 sehingga terbentuk kompleks antar

Page 16: Laporan Tetap 2 Uji Protein

Cu2+dengan gugus amino dari protein makin kuat intensitas warna ungu yang dihasilkan

ini menunjukan makin panjang ikatan peptidanya. Dengan perubahan warna ungu yang

diperoleh ini menunjukan bahwa uji ini positif terhadap biuret. Pada tes biuret ini,

penambahan NaOH 2,5 M akan mengendapkan protein pada larutan Albumin, hal ini

ditandai dengan bertambah jernihnya larutan albumin yang keruh. Pada penambahan

CuSO4 0,01 M sebanyak 1 tetes menyebabkan larutan albumin mengalami perubahan yaitu

larutan ini tidak tercampur dengan baik dan perubahan warna menjadi ungu muda atau

violet hanya pada permukaan saja. Setelah dilakukan penambahan CuSO4 0,01 M

berlebih, terjadi perubahan pada semua larutan. Dimana terbentuk larutan berwarna ungu

muda pada susu bubuk, susu cair, kuning telur dan putih telur.

            Pada uji pengendapan  logam dihasilkan endapan berwarna putih dan larutan keruh.

Endapan yang terbentuk merupakan endapan yang berasal dari protein yang diuji, endapan

ini terjadi karena adanya reaksi logam Pb dngan protein. Logam Pb ini merupakan logam

yang mengandung ion positif. Dimana salah satu sifat dari logam yang mengandung ion

positif dapan menghasilkan endapan jika direaksikan dengan protein. Sama halnya dengan

Hg yang juga merupakan logam yang mengandung ion positif yang juga dapat

menghasilkan endapan jika direaksikan dengan protrein dasar reaksi pengendapan oleh

logam berat adalah penetralan muatan. Dimana pengendapan akan terjadi bila protein

berada dalam bentuk isoelektrik yang bermuatan negatif, dengan adanya muatan positif

dari logam berat akan terjadi reaksi netralisasi dari protein dan dihasilakan garam proitein

yang mengendap. Endapan ini akan melarut kembali dengan penambahan alkali yang sifat

pengendapan ini adalah reversibel.

       Untuk percobaan pada uji pengendapan dengan garam itu hasil yang diperoleh

yaitu endapan yang bewarna merah. Endapan ini menunjukkan atau merupakan hasil dari

garam-garam organic dalam persentase tinggi yang dapat mempengaruhi sifat kelarutan

protein. Pengendapan yang dikarenakan penambahan ammonium sulfat menyebabkan

terjadi dehidrasi protein atau sering dikenal dengan kehilangan air, sehingga proses

dehidratasi ini molekul protein yang mempunyai kelarutan paling kecil akan mudah

mengendapa. Hasil pencampuran antara serbuk ammonium sulfat dengan protein

menghasilkan endapan dan filtrate, untuk endapan dilakukan uji millondan menghasilkan

larutan dengan endapan merah, hal ini dikarenakan karena pereaksi millon adalah larutan

merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrit. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada

larutan protein, akan menghasilkan endapan putih yang dapat menjadi merah pada

Page 17: Laporan Tetap 2 Uji Protein

pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol dikarenakan terbentuknya

senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang bewarna, protein yang mengandung

tirosin akan memberikan uji positif

Pada percobaan uji koagulasi ini dimana berdasarkan literatur jika protein

ditambahkan dengan larutan asam atau basa, maka akan terdenaturasi atau terjadi

penggumpalan. Penggumpalan ini dapat juga terjadi karena pemanasan yang dilakukan,

dengan proses pemanasan struktur protein akan menjadi rusak, untuk itulah pada

percobaan ini diperoleh endapan, setelah endapan diperoleh ditambahkan dengan reagen

millon dan menghasilkan larutan bening dan endapan merah. Hal ini menunjukkan bahwa

uji koagulasi menghasilkan positif terhadap uji millon. Pada pemanasan 50 derajat protein

sudah mengalami koagulasi. Koagulasi ini terjadi bila larutan protein berada pada titik

isoelektriknya. Ion-ion logam berat yang masuk ke dalam tubuh akan bereaksi dengan

sebagian protein, sehingga menyebabkan terjadinya koagulasi (penggumpalan).

Pada percobaan mengenai reaksi uji sulfur dalam protein. Yang diuji adalah serbuk

albumin. Dan dari hasil pengamatan terlihat bahwa pada akhir percobaan terbentuk padatan

kuning kecoklatan. Padatan yang berwarna kuning ini menunjukkan adanya unsur S

(sulfur atau belerang) di dalam larutan protein. Unsur S ini terdapat dalam gugus tiol asam

amino sistein yang terkandung dalam albumin. Keberadaan unsur S ini juga dapat

diidentifikasi dari baunya yang khas saat dilakukan proses pemanasan larutan protein. Oleh

karena itulah larutan protein menunjukkan positif terhadap uji sulfur.

Penambahan alkohol yang merupakan pelarut organik akan menurunkan kelarutan

protein, karena kelarutaan suatu protein tergantung dari kedudukan dan distribusi dari

gugus hidrofil polar dan hidrofob polar pada molekul. Mampu mengendapkan logam

dalam suasan asam dan pada pH 4,7 yang merupakan titik isoelektrik. Pada reaksi

pengendapan dengan alkohol, larutan albumin akan membentuk endapan yang disebabkan

karena adanya gugus hidrofobik polar (yang menarik gugus non-polar) didalam molekul

protein dan menghasilkan protein dipol. Menurut teori, albumin + HCl dan albumin +

NaOH membentuk larutan bening sedangkan albumin + buffer asetat pH 4,7 agak keruh.

Hal ini disebabkan karena pada pH 4,7 merupakan titik isoelektrik albumin. Titik

isoelektrik merupakan pH dimana kelarutn protein minimum karena jumlah ion positif dan

ion negatif sama sehingga penambahan senyawa organik seperti aseton dan alkohol yang

bersifat nonpolar (muatan = 0) cenderung menurunkan kelarutan protein. Sedangkan

Page 18: Laporan Tetap 2 Uji Protein

dengan penambahan asam atau basa menyebabkan larutan albumin kelihatan agak bening,

hal ini menandakan naiknya kelarutan albumin. Hal ini berdasarkan sifat protein yang

amfoter (protein dalam suasana pelarut yang bersifat asam akan bertindak sebagai basa dan

dalam suasana pelarut yang bersifat basa akan bertindak sebagai asam).

Denaturasi protein dapat diartikan sebagai suatu perubahan terhadap struktur

sekunder, tersier, dan kuarterner molekul protein tanpa terjadinya pemecahan ikatan-ikatan

kovalen. Denaturasi terjadi karena terpecahnya ikatan hidrogen, interaksi hidrifobik, ikatan

garam, dan terbentuknya lipatan molekul protein.  Pada pengujian denaturasi protein ini

yaitu 3 tabung rekasi yang berisi larutan albumin masing-masing pada tabung pertama

yang berisi larutan albumin ditambahkan dengan HCl 0,1 M, setelah ditambahkan HCl 0,1

M pada larutan albumin, yaitu larutan tetap berwarna putih keruh. Kemudian larutan

tersebut dipanakan, setelah dipanaskan terjadi reaksi yaitu pada larutan terdapat 2 lapisan,

lapisan atas berwarna bening dan lapisan bawah berwarna putih susu. Setelah larutan

tersebut didinginkan lalu ditambahkan dengan Buffer asetat pH 4,7 (5 M), dan reaksi yang

terjadi yaitu terdapat 2 lapisan pada larutan, lapisan atas berwarna putih keruh dan lapisan

bawah terdapat endapan putih padat. Pada hal ini terjadi proses denaturasi karena terjadi

endapan. Pada pH buffer 4,5 dan pH albumin 4,5 hal inilah yang membuat ikatan lebih

cepat, dan membentuk endapan lebih banyak.

Pada tabung yang kedua berisi larutan albumin ditambahkan dengan NaOH 0,1 M,

reaksi yang di dapat setelah penambahan NaOH pada larutan albumin yaitu warnanya tetap

putih keruh. Kemudian larutan tersebut dipanaskan selama, setelah dipanaskan terjadi

reaksi yaitu pada larutan terdapat 2 lapisan, lapisan atas berwarna bening kuning dan

lapisan bawah berwarna putih susu padat. Setelah larutan tersebut didinginkan lalu

ditambahkan dengan Buffer asetat pH 4,7 (5 M) dan reaksi yang terjadi yaitu terdapat 2

lapisan, lapisan atas berwarna bening dan lapisan bawah berwarna putih susu. Pada larutan

ini juga lebih larut saat diaduk. Dibandingkan larutan albumin pada tabung yang pertama.

Pada tabung yang ketiga berisi larutan albumin ditambahkan dengan Buffer asetat

pH 4,5 (5 M), reaksi yang didapat setelah penambahan Buffer asetat yaitu pada larutan

albumin tetap berwarna putih keruh. Kemudian pada larutan tersebut juga di panaskan

selama dan reaksi yang terjadi pada larutan terebut adalah seluruh bagian larutan berwarna

putih susu padat.

Endapan yang paling banyak dihasilkan oleh HCl, dan yang paling sedikit pada

NaOH. Buffer asetat menghasilkan endapan karena memiliki pH 4,7 yang sama dengan pH

Page 19: Laporan Tetap 2 Uji Protein

albumin yaitu 4,5-4,9. setiap protein mempunyai isolistrik yang berbeda-beda. Titik

isolistrik protein mempunyai arti penting karena pada umumnya sifat fisika dan kimia erat

hubungannya dengan pH isolistrik. Pada pH diatas titik isolistrik protein bemuatan negatif,

sedangkan dibawah titik isolistrik, protein bermuatan positif. Titik isolisrtik pada albumin

adalah pH 4,5-4,9. berdasarkan percobaan albumin berdenaturasi lebih banyak pada

penambahan HCl, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada protein albumin, asam

amino yang mendominasi adalah asam amino yang bersifat asam.

Denaturasi protein meliputi ganguan dan kerusakan yang mungkin terjadi pada

struktur sekunder dan sruktur tersier protein. Pada struktur protein tersier terdapat empat

jenis interaksi yang membentuk ikatan pada rantai samping seperti ikatan hydrogen,

jembatan garam, ikatan disulfide dan interaksi hidrofobik non polar, yang kemungkinan

mengalami gangguan. Denaturasi yang umum ditemukan adalah proses presipitasi dan

koagulasi protein seperti asam amino, protein yang larut dalam air akan membentuk ion

yang mempunyai muatan positif dan negatif. Dalam suasana asam molekul protein akan

membentuk muatan positif, sedangkan dalam suasana basa akan membentuk ion negatif .

pada titik isolistrik protein mempunyai muatan psitif dan negatif yang sama, sehingg tidak

bergerak kearah elektroda positif maupun negatif, apabila ditempatkan diantara dua

elektroda tersebut.

X. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada percobaan uji biuret dihasilkan larutan yang berwarna ungu. Larutan yang

berwarna ungu ini terbentuk karena penambahan CuSO4 sehingga menghasilkan

kompleks antar Cu2+ dengan gugus amino dari protein.

2. Penambahan ammonium sulfat dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi protein

atau sering dikenal dengan kehilangan air, sehingga proses dehidrasi ini molekul

protein yang mempunyai kelarutan paling kecil akan mudah mengendap.

3. Proses pemanasan dapat menyebabkan rusaknya struktur protein.

4. Penambahan alkohol yang merupakan pelarut organik akan menurunkan kelarutan

protein, karena kelarutaan suatu protein tergantung dari kedudukan dan distribusi

dari gugus hidrofil polar dan hidrofob polar pada molekul.

Page 20: Laporan Tetap 2 Uji Protein

5. Makin kuat intensitas warna ungu yang dihasilkan pada uji biuret ini menunjukan

makin panjang ikatran peptidanya.

6. Koagulasi dapat terjadi bila larutan protein berada pada titik isoelektriknya. Ion-ion

logam berat yang masuk ke dalam tubuh akan bereaksi dengan sebagian protein,

sehingga menyebabkan terjadinya koagulasi (penggumpalan).

7. Endapan yang bewarna merah pada uji pengendapan merupakan hasil dari garam-

garam organik dalam persentase tinggi yang dapat mempengaruhi sifat kelarutan

protein.

8. Pada uji pengendapan, endapan yang dihasilkan bewarna putih dan larutan yang

keruh, endapan yang dihasilkan tersebut berasal dari protein yang diuji, endapan ini

terjadi karena adanya reaksi logam Pb dengan protein

XI. Daftar pustaka

Ariwulan, R. D. (2011). Reaksi Uji Protein. Laporan Praktikum Biokimia .

Lehninger, A. L. (1982). Dasar - Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.

Poedjiadi, A. (1994). Dasar - Dasar Biokimia . Jakarta: Universitas Indonesia.

Page 21: Laporan Tetap 2 Uji Protein

XII. Gambar alat

Pipet tetes Beaker Gelas Tabung Reaksi

Page 22: Laporan Tetap 2 Uji Protein

Gelas Ukur Batang pengaduk Corong pemisah

Erlenmeyer

XIII. Jawaban Pertanyaan

Uji buret

a. warna apa yang terjadi ?

warna yang dihasilkan adalah ungu

b. mengapa harus dihindarkan kelebihan CuSO4 ?

karena jika CuSO4 kelebihan akan menyebabkan terbentuknya garam ammonium

c. mengapa garam ammonium mengganggu ?

karena dapat mengganggu pada saat pengamatan.

d. sebutkan dua macam zat lain selain protein yang memberikan uji biuret positif?

Histidin, serin, threonin, merupakan zat lain selain protein yang memberikan uji

biuret positif.

Page 23: Laporan Tetap 2 Uji Protein

Pengendapan dengan logam

a. apa hasilnya ?

menghasilkan endapan putih

b. terangkan mengapa putih telur digunakan sebagai antidote pada keracunan Pb dan

Hg ?

Putih telur digunakan sebagai antidote pada keracunan Pb dan Hg karena putih telur

dapat mengikat Pb dan Hg sehingga Pb dan Hg bereaksi dan mengendap

dan tidak menimbulkan keracunan.

uji koagulasi

a. mengapa ditambahkan asam ?

jawab : ditambahkan asam untuk menggumpalkan protein

b. protein apa yang mendidih pada pendidihan ?

protein yang menggumpal pada pendidihan adalah semua protein selain gelatin.

uji pengendapan dengan pada alkohol

a. apakah kelarutan albumin dalam air terjaci pada titik isoelektriknya ?

ya, kelarutan albumin dalam air terjadi pada titik isoelektriknya.

uji denaturasi

a. sifat fisik apakah dari protein yang mempengaruhi kelarutan protein dalam

percobaan ?

jawab : sifatnya sangat peka terhadap lingkungan, apabila konfirmasi molekul

protein berubah, misalnya oleh perubahan suhu, pH atau karena terjadinya suatu

reaksi dengan senyawa lain, maka keaktifan biokimianya berkurang.

b. metopde lain yang dapat digunakan pada denaturasi protein ?

jawab : yaitu metode pemanasan, metode kromatografi dan metode pemurnian

enzim.

c. perubahan apa yang berhubungan dengan denaturasi protein?

Jawab : pengendapan dengan garam

d. Terangkan hasil-hasilnya ?

pada percobaan ini hasil yang didapatkan adalah endapan dan filtrat yang dimana

endapannya diuji dengan milon dan dipanaskan menghasilkan warna merah bata

dan filtratnya diuji dengan biuret yang menghasilkan warna ungu.

uji sulfur

a. mengapa protein memberikan uji positif pada sulfur?

Page 24: Laporan Tetap 2 Uji Protein

karena protein dengan sulfur menghasilkan endapan PbS yang berasal dari Pb asetat

dan sulfur sehingga protein memberikan uji positif terhadap uji sulfur.

b. unsur-unsur apa yang bisa dalam protein tetapi tidak ada dalam lipid dan

karbohidrat?

unsur P (phosphor), nitrogen, dan sulfur.