Uji Identifikasi Lipid Leo
-
Upload
leonardazdarisha -
Category
Documents
-
view
1.374 -
download
3
Transcript of Uji Identifikasi Lipid Leo
UJI IDENTIFIKASI LIPID
I. Tujuan Percobaan
Praktikan diharapkan dapat memahami metode-metode untuk mengidentifikasi lipid.
II. Teori Dasar
Komponen utama pembangun struktur lipid adalah asam lemak, yaitu asam
organik rantai panjang yang memiliki jumlah atom karbon 4 -24; memiliki gugus
karboksil tunggal dan ekor hidrokarbon non polar panjang, yang menyebabkan
kebanyakan lipid bersifat tidak larut dalam air dan tampak berminyak atau berlemak.
Lipid terdapat dalam semua bagian tubuh manusia, terutam otak dan memiliki
peranan sangat penting dalam proses metabolisme secara umum. Sebagian besar lipid
terdapat ebagai komponen utama membran sel dan berperan mengatur jalannya
metabolisme didalam sel.
Berdasarkan komponen dasarnya, lipid dikelompokkan menjadi lipid sederhana
(simple lipid), lipid majemuk (compound lipid), dan lipid turunan (derived lipid).
Lipid sederhana mengandung asam-asam lemak yang sama sebagai penyusunnya dan
tidak dapat disabunkan, sedangkan lipid majemuk atau campuran mengandung dua
atau tiga jenis asam lemak yang berbeda dan dapat disabunkan.
Beberapa peranan biologi yang penting dari lipid adalah sbb:
komponen struktur membran
lapisan pada beberapa jasad
bentuk energi cadangan
komponen permukaan sel yang berperan dalam interaksi antar sel dengan
senyawa kimia di luar sel
komponen dalam proses pengangkutan melalui membran (transpor
membran)
1
Untuk mengekstrksi lemak dari dari suatu jaringan diperlukan kombinasi beberapa
perlakuan, hal ini disebabkan adanya beberapa kesulitan, antara lain:
1. Lemak biasanya berkaitan komplek dengan molekul protein dan polisakarida
pada jaringan. Oleh karena itu, untuk memecahkan ikatan komplek ntersebut maka
digunakan metode ekstraksi yang dapat merusak ikatan protein atau polisakarida.
Struktur yang mengandung ikatan kompleks lipid biasanya lebih stabil daripada
struktur yang berasal dari lemak sederhana yang disebabkan oleh ikatan ion dan
ikatan polarnya.
2. Dikarenakan sifat interaksi ionnya, senyawa campuran lemak memiliki
kemampuan yang sangat baik untuk membawa senyawa-senyawa nonlipid ke dalam
pelarut organik.
3. Kemampuan pelarut untuk mengekstraksi lemak dengan jenis yang berbda,
sangat bervariasi dan seringkali memerlukan sejumlah pelarut agar ekstraksi menjadi
sempurna.
Dengan adanya kesulitan-kesulitan seperti diatas, maka ekstraksi harus
dikondisikan sesuai dengan kondisi jaringan yang digunakan dan disesuaikan dengan
jumlah serta sifat jenis lemak yang dituju.
Lipid adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut
dalam air, dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut nonpolar, seperti
kloroform dan eter. Asam lemak adalah komponen unit pembangun pada hampir
semua lipid. Asam lemak adalah asam organik berantai panjang yang mempunyai
atom karbon dari 4 sampai 24. Asam lemak memiliki gugus karboksil tunggal dan
ekor hidrokarbon nonpolar yang panjang. Hal ini membuat kebanyakan lipid bersifat
tidak larut dalam air dan tampak berminyak atau berlemak. (Lehninger 1982).
Lipid secara umum dapat dibagi ke dalam dua kelas besar, yaitu lipid
sederhana dan lipid kompleks. Yang termasuk lipid sederhana antara lain adalah:
1. Trigliserida dari lemak atau minyak seperti ester asam lemak dan gliserol,
contohnya adalah lemak babi, minyak jagung, minyak biji kapas, dan butter,
2. Lilin yang merupakan ester asam lemak dari rantai panjang alkohol,
contohnya adalah beeswax, spermaceti, dan carnauba wax, dan
2
3. Sterol yang didapat dari hidrogenasi parsial atau menyeluruh fenantrena,
contohnya adalah kolesterol dan ergosterol. (Scy Tech Encyclopedia 2008).
Lipid yang paling sederhana dan paling banyak mengandung asam lemak
sebagai unit penyusunnya adalah triasilgliserol, juga sering disebut lemak, lemak
netral, atau trigliserida. Jenis lipid ini merupakan contoh lipid yang paling sering
dijumpai baik pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Triasilgliserol adalah komponen
utama dari lemak penyimpan atau depot lemak pada sel tumbuhan dan hewan, tetapi
umumnya tidak dijumpai pada membran. Triasilgliserol adalah molekul hidrofobik
nonpolar, karena molekul ini tidak mengandung muatan listrik atau gugus fungsional
dengan polaritas tinggi. (Lehninger 1982).
Triasilgliserol terakumulasi di dalam beberapa area, seperti jaringan adiposa,
dalam tubuh manusia dan biji tanaman, dan triasilgliserol ini mewakili bentuk
penyimpanan energi. Lipid yang lebih kompleks berada dekat dan berhubungan
dengan protein dalam membran sel dan partikel subselular. Jaringan yang lebih aktif
mengandung lipid kompleks yang lebih banyak, contohnya adalah dalam otak, ginjal,
paru-paru, dan darah yang mengandung konsentrasi fosfatida dalam jumlah tinggi
pada mamalia
Hidrogenasi pada lipid akan terjadi jika minyak yang mengandung asam-
asam lemak tidak jenuh dengan katalis serbuk Ni dapat mengadisi hidrogen sehingga
berubah menjadi lemak padat. Proses ini digunakan untuk membuat mentega tiruan
atau margarin. Lipid dengan bagian utama asam lemak tidak jenuh dapat diubah
secara kimia menjadi lemak padat oleh proses hidrogenasi sebagian ikatan gandanya.
Jika terkena udara bebas, lipid yang mengandung asam lemak tidak jenuh cenderung
mengalami autooksidasi. Molekul oksigen dalam udara dapat bereaksi dengan asam
lemak, sehingga memutuskan ikatan gandanya menjadi ikatan tunggal. Hal ini
menyebabkan minyak mengalami ketengikan.
3
III. Alat dan Bahan
Alat :
1) Erlenmeyer
2) Pipet ukur
3) Pipet tetes
4) Tabung reaksi
Bahan :
1) Minyak kelapa
2) Alkohol 96%
3) Kloroform
4) Eter
5) Aquadest
6) Larutan Na2HCO3 0,5%
7) Margarin
8) Lemak padat
9) NaOH
4
IV. Prosedur kerja dan Data pengamatan
No. Prosedur kerja Data pengamatan
1. Uji kelarutan
Tabung 5 buah :
1. Aquadest 1ml
2. Alkohol 96%
3. Eter 1ml
4. Kloroform 1ml
5. Larutan Na2CO3 0,5% 1ml
↓
Masukkan 2 tetes minyak kedalam tiap tabung
↓
Kocok, biarkan beberapa saat
↓
Amati sifat kelarutannya
Tidak larut
Tidak larut
Larut
Larut
Terbentuk emulsi
2. Uji penyabunan minyak (saponifikasi)
5ml minyak kelapa
↓
Erlenmeyer
↓
+ 1,5 g NaOH + 2ml alkohol 96%
↓
Panaskan sampai mendidih (±15 menit)
↓
Ambil 3tetes larutan dengan pipet
↓
Larutkan dalam air
↓
Uapkan alkohol yang tersisa sampai habis
↓
Dinginkan + 75ml aquadest
↓
Panaskan sampai sabun larut
Bening, minyak terpisah serta padatan NaOH
Larutan Menjadi Padat
Menimbulkan busa
Tidak larut
Larut, warna larutan kuning bening
5
3. Uji akrolein
3 tabung reaksi bersih dan kering
↓
10 tetes olive oil, gliserol, asam palmitat
(masing – masing)
↓
KHSO4 (masing- masing)
↓
Panaskan pelan- pelan diatas api
↓
Perhatikan bau akrolein
Olive oil+KHSO4→tidak larut (kuning bening)
Bau belerang
Gliserol+ KHSO4→larut bening
Bau menyengat
As. Palmitat+ KHSO4→tidak larut
Tidak bau
4. Uji Liebermann-Burchard
Kolesterol
↓
Larutkan dalam kloroform
↓
+10 tetes CH3COOH
↓
+2 tetes H2SO4 pekat
↓
Kocok, perhatikan warna
Larut
Bening agak larut
Berubah menjadi pink muda
Hasilnya tidak positif
6
V. Pembahasan
1. Uji kelarutan
Pada uji kelarutan lipid, minyak mampu melarut sempurna dalam kloroform dan
sama sekali tidak terlarut dalam air. Kelarutan minyak tersebut dipengaruhi oleh
perbedaan sifat kepolaran pada masing-masing senyawanya. Dalam aquadest dan
alkohol minyak tidak larut karena aquadest bersifat polar dan alkohol bersifat semi
polar. Minyak dalam larutan Na2HCO3 0,5% terbentuk emulsi.
Ada 4 tipe emulsi :
1. Creaming
2. Breaking
3. Flokulating
4. Koalesen
Natrium bikarbonat bisa jadi emulgator dalam larutan minyak dan air. Emulgator
ditambahkan untuk menurunkan tegangan permukaan. Secara umum, lipid tidak
dapat larut dalam air yang bersifat polar, melainkan dapat terdispersi membentuk
misel. Selain bergantung pada kepolaran pelarut, kelarutan lipid juga bergantung
pada panjang rantai hidrokarbon yang dikandungnya. Semakin panjang rantai,
kelarutannya akan semakin berkurang
2. Uji saponifikasi
Saponifikasi pada dasarnya adalah proses pembuatan sabun yang berlangsung
dengan mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan alkali yang
menghasilkan gliserol dan garam karboksilat (sejenis sabun). Sabun merupakan
garam (natrium) yang mempunyai rangkaian karbon yang panjang. Reaksi dibawah
ini merupakan reaksi saponifikasi tripalmitin / trigliserida.Minyak dapa larut didalam
air dengan bantuan sabun karena gaya tarik antara dua molekul polar ( gaya tarik
dipol-dipol) menyebabkan larutan polar larut dalam larutan polar. Molekul polar
mempunyai dipol yang permanen sehingga menginduksi awan elektron non polar
sehingga terbentuk dipol terinduksi, maka larutan nonpolar dapat larut dalam non
polar. Hal tersebut dapat menjelaskan proses yang terjadi saat kita mencuci tangan.
7
Saat pencucian tangan, air yang merupakan senyawa polar menginduksi awan
elektron sabun sehingga dapat membantu larutnya asam lemak yang juga merupakan
senyawa non polar. Maka dari itu, bila kita mencuci tangan dengan menggunkan
sabun, lemak yang menempel pada tangan akan melarut bersama sabun dengan
bantuan air.
3. Uji akrolein
Pengujian akrolein pada gliserol mampu menghasilkan gas berbau, sedang pada
olive oil tidak. Hal ini terjadi karena struktur gliserol tidak memiliki ekor, sehingga
ekornya yang kosong itu terisi oleh gugus SO4 dari KHSO4 dan membentuk senyawa
dalam bentuk gas. Sedang pada olive oil, strukturnya sudah memiliki gugus tertentu
di bagian ekor, sehingga ditambahkan KHSO4tidak ada ruas bagian yang terisi oleh
gugus SO4. gliserol dalam bentuk bebas atau yang terdapat dalam lemak/minyak akan
mengalami dehidrasi membentuk aldehid akrilat atau akrolein. Senyawa pendehidrasi
dalam uji ini adalah KHSO4 yang menarik molekul air dari gliserol. Hasil uji akrolein
menunjukkan bahwa semua bahan yang diuji memberikan bau yang tajam yang
diidentifikasi oleh praktikan sebagai bau akrolein. Pada teorinya, hanya gliserol
dalam bentuk bebas atau yang terikat berupa senyawa yang akan membentuk
akrolein, sedangkan asam-asam lemak tidak.
4. Uji Lieberman burchard
Kloroform pada uji lieberman burchard berfungsi untuk melarutkan sampel
kolesterol. Ketika penambahan asam sulfat pekat, terbentuk dua fasa cair yang
terpisah, pada tepi garis pemisah antara kedua fasa cair tersebut terbentuk cincin
berwarna merah kecoklatan gelap, cincin ini terbentuk akibat reaksi antasa asam
sulfat pekat dengan kolesterol yang terlarut dalam kloroform. Setelah ditambahkan
asam asetat dan dilakukan pengocokan, salah satu bagian dari fasa cair kemudian
berubah warna menjadi merah pink. Hal ini menandakan bahwa kolesterol yang
terlarut dalam kloroform sudah bereaksi dengan asam asetat dan asam sulfat pekat
yang ditambahkan. Kolesterol merupakan lipid amfipatik dan merupakan komponen
8
penting struktural yang membentuk membran sel serta lapisan eksternal lipoprotein
plasma. Kolesterol masuk ke dalam membran bilayer (membran sel) dengan gugus
hidroksilnya mengarah ke fase air dan cincin hidrofobiknya berdekatan dengan gugus
lemak dan fosfolipid. Gugus hidroksil dari kolesterol membentuk ikatan hydrogen
dengan gugus polar fosfolipid.
9
VI. Kesimpulan
1. Lipid terlarut dengan baik pada pelarut-pelarut organik seperti kloroform dan
alkohol. Kemampuan kelarutan ini didasarkan pada kesamaan sifat kepolaran antara
solute dan solvent nya.
2. Kandungan lipid pada sampel tertentu bisa diidentifikasi melalui penambahan
KHSO4 dan menghasilkan senyawa berbentuk gas, akrolein yang berbau. Seperti
gliserol yang menghasilkan gas tersebut setelah penambahan KHSO4.
3. Lipid bisa juga diidentifikasi melalui uji Lieberman-Burchard dengan pembentukan
senyawa berwarna merah/merah muda sebagai detektor terjadinya reaksi antara lipid
dengan asam pekat.
4. Kolesterol dapat diuji dengan reaksi Liebermann-Burchard karena kolesterol
mempunyai gugus kromofor yang memberikan warna dan mempunyai serapan pada
panjang gelombang tertentu.
5. Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan. Setiap sabun dibuat melalui reaksi antara lemak dengan bahan yang
disebut alkali --basa yang sangat kuat (basa adalah lawan dari asam). Karena dibuat
melalui pencampuran sebuah senyawa organik (asam lemak) dengan sebuah senyawa
anorganik (alkali), molekul sabun mempertahankan beberapa ciri keduanya. Molekul
sabun mempunyai sebuah kaki organik yang senang bergandengan dengan bahan-
bahan organik berminyak, dan sebuah kaki anorganik yang senang bergandengan
dengan air. Itulah sebabnya sabun memiliki kemampuan tiada banding dalam
menarik kotoran berminyak dari tubuh atau pakaian ke dalam air.
6. Dalam proses saponifikasi, lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol
dan sabun mentah.
7. Bahan baku pembuatan sabun dapat berupa senyawa tripalmitin, asam oksalat,
maupun asam stearat.
10
8. Hasil percobaan yang diperoleh yaitu terbentuk campuran berwarna coklat tua dan
berbusa. Hal ini berarti telah terjadi perpisahan antara garam alkali (sabun) dengan
gliserol. Pada dasarnya gliserol tetap digunakan dalam campuran sabun (tidak
dipisahkan) agar kandungan gliserol dapat membantu sabun dalam mengangkat
benda asing yang akan dibersihkan.
VII. Daftar pustaka
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, halaman 57-58.
Murray, Robert K. et al. 2003. Biokimia Harper Edisi ke-25. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, halaman 156, 277, 564
Winarno F. 1973. Teknologi Pangan. Bogor: IPB Press.
11