UJI EFEK EKSTRAK DAUN KERSEN (MUNTINGIA …eprints.ums.ac.id/22744/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · uji...

14
UJI EFEK EKSTRAK DAUN KERSEN (MUNTINGIA CALABURA L) TERHADAP KADAR ALANINE AMINOTRANSFERASE (ALT) PADA TIKUS YANG DIINDUKSI ASETAMINOFEN NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana Kedokteran Diajukan Oleh : Wahhab Rofiq Hakim J500090018 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

Transcript of UJI EFEK EKSTRAK DAUN KERSEN (MUNTINGIA …eprints.ums.ac.id/22744/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · uji...

Page 1: UJI EFEK EKSTRAK DAUN KERSEN (MUNTINGIA …eprints.ums.ac.id/22744/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · uji efek ekstrak daun kersen (muntingia calabura l) terhadap kadar alanine aminotransferase

UJI EFEK EKSTRAK DAUN KERSEN (MUNTINGIA CALABURA L)

TERHADAP KADAR ALANINE AMINOTRANSFERASE (ALT) PADA

TIKUS YANG DIINDUKSI ASETAMINOFEN

NASKAH PUBLIKASI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Mencapai derajat Sarjana Kedokteran

Diajukan Oleh :

Wahhab Rofiq Hakim

J500090018

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2012

Page 2: UJI EFEK EKSTRAK DAUN KERSEN (MUNTINGIA …eprints.ums.ac.id/22744/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · uji efek ekstrak daun kersen (muntingia calabura l) terhadap kadar alanine aminotransferase
Page 3: UJI EFEK EKSTRAK DAUN KERSEN (MUNTINGIA …eprints.ums.ac.id/22744/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · uji efek ekstrak daun kersen (muntingia calabura l) terhadap kadar alanine aminotransferase

ABSTRAK

Wahhab Rofiq Hakim, J500090018, 2012. Uji Efek Ekstrak Daun Kersen

(Muntingia Calabura L) Terhadap Kadar Alanine Aminotransferase (ALT)

pada Tikus yang diinduksi Asetaminofen.

Latar Belakang : Daun Kersen (Muntingia Calabura L) merupakan tanaman

yang banyak dijumpai di masyarakat diketahui berkhasiat sebagai hepatoprotektor

dan mengandung antioksidan (flavonoid) yang berfungsi untuk melindungi sel-sel

dan organ hati dari radikal bebas.

Tujuan Penelitian : Mengetahui efek ekstrak daun kersen terhadap kadar ALT

pada tikus yang diinduksi asetaminofen.

Metode Penelitian : Eksperimental laboratorik, rancangan penelitian pretest -

posttest with control group design. Sampel 24 tikus putih jantan dibagi secara

random menjadi 4 kelompok masing-masing 6 ekor. Kelompok kontrol

(asetaminofen 1440 mg/200 g), kelompok perlakuan 1 (Ekstrak daun kersen 42

mg/200 g + Asetaminofen 1440 mg/200 g), kelompok perlakuan 2 (Ekstrak daun

kersen 84 mg/200 g + Asetaminofen 1440 mg/200 g), dan kelompok perlakuan 3

(Ekstrak daun kersen 168 mg/200 g + Asetaminofen 1440 mg/200 g). Hasil setiap

kelompok dihitung dengan uji Oneway ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Post

Hoc.

Hasil Penelitian : Berdasarkan hasil uji ANOVA kelompok postest diperoleh

nilai probabilitas signifikan p = 0,004 dengan demikian p < 0,05 maka pada 4

kelompok tersebut terdapat perbedaan kadar ALT secara bermakna. Kemudian

dilanjutkan dengan uji LSD untuk mengetahui perbandingan tiap kelompok dan

diperoleh hasil kelompok K - P1, K - P2, dan P2 - P3 terdapat perbedaan yang

bermakna (p < 0,05). Sedangkan perbedaan yang tidak bermakna terdapat pada

kelompok K - P3, P1 - P2, dan P1 - P3 (p > 0,05).

Kesimpulan : Pemberian ekstrak daun kersen dosis 42 mg/200 gram BB dan 84

mg/200 gram BB dapat menghambat kenaikan kadar enzim ALT pada tikus yang

diinduksi asetaminofen

Kata Kunci : Ekstrak daun kersen, kadar ALT, asetaminofen

Page 4: UJI EFEK EKSTRAK DAUN KERSEN (MUNTINGIA …eprints.ums.ac.id/22744/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · uji efek ekstrak daun kersen (muntingia calabura l) terhadap kadar alanine aminotransferase

ABSTRACT

Wahhab Rofiq Hakim, J500090018, 2012. Effects Test Cherry Leaf Extract

(Muntingia Calabura L) Against Levels Of Alanine Aminotransferase (ALT)

On Acetaminophen-Induced Rats.

Background : Cherry leaves (Muntingia Calabura L) was known in the

community as hepatoprotektor nutritious and contains antioksidan (flavonoids)

that can protect the cells and liver from free radicals.

Objective : To know the effect of cherry leaf extract on the ALT levels in

acetaminophen-induced rats.

Methodology : Experimental laboratory, research design was pretest - posttest

design with control group. Twenty four of male white rats was divided randomly

into four groups, each group consist of six rats. Those groups were group control

(Acetaminophen 1440 mg/200 g), the treatment group 1 (Cherry leaf extract 42

mg/200 g + Acetaminophen 1440 mg/200 g), the treatment groups 2 (Cherry leaf

extract 84 mg/200 g + Acetaminophen 1440 mg/200 g), and the treatment groups

3 (Cherry leaf extract 168 mg/200 g + Acetaminophen 1440 mg/200 g). The

results of each group was calculated by Oneway ANOVA test, followed by Post

Hoc test.

Results : ANOVA test results was obtained by the group posttest probability

value p = 0,004 (p <0.05) then in 4 groups are significant differences in the levels

of ALT. Then proceed with the LSD test to compare each group and the results

obtained K - P1, K - P2, and P2 - P3 there was a significant difference (p <0.05).

While no significant differences found in the K - P3, P1 - P2, and P1 - P3 (p>

0.05).

Conclusions : Cherry leaf extract dose of 42 mg/200 g and 84 mg/200 g can

prevent increased levels of the enzyme ALT in acetaminophen-induced rats

Keywords : Cherry leaf extract, ALT levels, acetaminophen

Page 5: UJI EFEK EKSTRAK DAUN KERSEN (MUNTINGIA …eprints.ums.ac.id/22744/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · uji efek ekstrak daun kersen (muntingia calabura l) terhadap kadar alanine aminotransferase

PENDAHULUAN

Sejak lama manusia menggunakan tanaman untuk mencegah, mengurangi

dan menyembuhkan dari penyakit tertentu (Sari, 2006). WHO merekomendasikan

penggunaan tanaman obat dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan

dan pengobatan penyakit (WHO, 2003). Salah satu tanaman yang dapat

dimanfaatkan sebagai tanaman obat adalah kersen (Muntingia calabura L.). Daun

kersen berkhasiat sebagai obat batuk dan peluruh dahak, buah yang telah masak

dapat digunakan untuk sakit kuning. Cheng et al (2006) dan Zakaria et al (2007)

melaporkan bahwa kersen yang mengandung flavonoid mempunyai khasiat

hipotensi, antinosiseptik, antioksidan, antiproliferatif dan antimikroba melalui

isolasi staphylococcus. Manusia mempunyai sistem perlindungan

antioksidan yang sangat canggih dan komplek yang melibatkan berbagai

komponen, baik endogen dan eksogen yang berfungsi secara interaktif dan sinergi

untuk menetralisir radikal bebas (Pervical M. 1998).

Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh dan mempunyai tingkat

regenerasi yang tinggi (Guyton, 2007). Gangguan hepar dapat menaikan kadar

ALT hingga lima kali lipat dari normal (Bayupurnama, 2009). Pemeriksaan kimia

darah digunakan untuk mendeteksi kelainan hati antara lain : 1). Peningkatan

enzim aminotransferase, AST dan ALT; 2). Peningkatan fosfatase alkali dan γ GT

(γ glutamil transpeptidase); 3). Produksi urea, albumin dan faktor pembekuan.

Kadar ALT dalam serum menjadi petunjuk yang lebih sensitif ke arah kerusakan

hati (Amirudin, 2009).

Salah satu agen hepatotoksik yaitu asetaminofen. Penelitian dari Larson et

al. (2005) menyebutkan bahwa dari tahun 1998 hingga 2003, asetaminofen adalah

penyebab utama kegagalan hati akut di Amerika Serikat, dengan etiologi 48% dari

overdosis asetaminofen (131 dari 275 kasus). Asetaminofen merupakan obat

bebas, akibatnya obat tersebut sering dikonsumsi dalam dosis berlebihan sampai

mencapai dosis toksik yang ditandai dengan kenaikan kadar ALT dan AST, laktat

dehidrogenase, kadar bilirubin serum serta pemanjangan masa protrombin

(Hartono et al., 2005).

Sebuah penelitian dari Haki (2009) dengan memberi ekstrak daun kersen

pada mencit yang telah diinduksi carbon tetrachloride (CCL4) menyebutkan

bahwa ekstrak daun kersen dapat menurunkan enzim ALT mencit meskipun

belum mencapai nilai normal. Penelitian tentang kersen di Indonesia masih sangat

sedikit terutama sebagai antioksidan berupa flavonoid di dalam daun kersen dalam

mekanisme hepatooprotektor maka penulis ingin mengetahui apakah ada

pengaruh ekstrak daun kersen terhadap aktivitas kadar ALT pada tikus putih

akibat pemberian asetaminofen.

Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui efek hepatoprotektor ekstrak

daun kersen terhadap kadar ALT pada tikus yang diinduksi asetaminofen. Manfaat

Penelitian yaitu Memberikan tambahan pengetahuan dan menjelaskan bukti

empiris pengaruh pemberian ekstrak daun kersen terhadap kadar ALT pada tikus

yang diinduksi asetaminofen

Page 6: UJI EFEK EKSTRAK DAUN KERSEN (MUNTINGIA …eprints.ums.ac.id/22744/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · uji efek ekstrak daun kersen (muntingia calabura l) terhadap kadar alanine aminotransferase

LANDASAN TEORI

1. Kersen

Kersen atau talok (kerukup siam di negara Malaysia) adalah nama

sejenis pohon dan buahnya yang kecil dan manis, batang tegak dan bulat, daun

tunggal (Warintek, 2011). Nutrisi tanaman kersen per 100 g adalah ai, protein,

lemak, serat, kalsium, fosfor, karoten, vitamin B1, B2, B3 dan C. Kandungan

senyawa aktif tanaman kersen adalah ester, alcohol, flavonoid, sesquiterpenoid

dan derifat furan. Manfaat tanaman kersen adalah sebagai obat batuk, obat

sakit kepala, antiinflamasi, antioksidan, antikanker, antinosiseptik, antibakteri

dan kardioprotektif (Lim, 2012). Secara kualitatif diketahui bahwa senyawa

yang dominan dalam daun kersen adalah flavonoid yang menunjukkan

aktivitas antioksidan (Zakaria et al, 2007).

Senyawa flavonoid diduga sangat bermanfaat dalam makanan karena

berupa senyawa fenolik, senyawa ini yang bersifat antioksidan kuat. Flavonoid

memiliki kemampuan untuk menghilangkan dan secara efektif ‘menyapu’

spesies pengoksida yang merusak (Heinrich M, 2009). Aktivitas antioksidatif

daun kersen (Muntingia calabura L.) yang mengandung flavonoid melalui

mekanisme sebagai berikut:

a. Menangkap langsung radikal bebas (direct radical scavenging)

b. Mengikat nitrit oksida

c. Menghambat xanthin oksidase

d. Imobilisasi leukosit

e. Interaksi dengan sistem enzim lainnya (Middleton et al, 2000, Nijveldt et

al, 2001).

2. Hati

Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh, menyumbang sekitar 2 %

berat tubuh total, atau sekitar 1,5 kg pada rata-rata manusia dewasa. Fungsi

hati dibagi menjadi 3 macam yaitu : fungsi pembentukan dan ekskresi

empedu, fungsi metabolic dan fungsi imunologi (Amirudin, 2009).

Sedangkan tes fungsi hati digunakan untuk mendeteksi kelainan hati,

menentukan diagnosis, mengetahui berat ringan penyakit, mengikuti

perjalanan penyakit dan menilai hasil pengobatan. Tes – tes untuk menentukan

kelainan hati ada 3, antara lain : ALT dan AST, Fosfatase alkali dan GGT, dan

Lain-lain (Amirudin, 2009).

3. Asetaminofen

Asetaminofen mempunyai nama kimia N-asetil-paminofenol atau

dengan rumus kimia C8H9NO2.Asetaminofen mempunyai derivat yang sama

dengan fenasetin yaitu derivat para amino (Wilmana and Gan, 2011).

Asetaminofen diabsorpsi dalam saluran cerna dan mencapai puncak dalam

konsentrasi darah dalam 30 sampai 60 menit. Waktu paruh asetaminofen

adalah 2-3 jam (Katzung, 2004).

Dosis lazim oral asetaminofen adalah sebesar 325-1000 mg. Dosis

total harian tidak boleh melebihi 4000 mg. Pada orang dewasa,

hepatotoksisitas terjadi setelah penggunaan asetaminofen dosis tunggal 10-15

g (150-250 mg/kg BB), dosis 20-25 g atau lebih kemungkinan dapat

menyebabkan kematian (Goodman and Gilman, 2004).

Page 7: UJI EFEK EKSTRAK DAUN KERSEN (MUNTINGIA …eprints.ums.ac.id/22744/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · uji efek ekstrak daun kersen (muntingia calabura l) terhadap kadar alanine aminotransferase

Pada dosis terapi, 90% asetaminofen akan terkonjugasi dengan

glukoronat membentuk suatu metabolit yang tidak beracun dan sekitar 5%

akan dimetabolisme oleh sitokrom P450 membentuk suatu metabolit beracun,

N-acetyl-p-benzoquinoneimine (NAPQ1) sehingga terjadi terbentuknya

radikal bebas superoksida (O2-) dan peningkatan penggunaan glutation untuk

mendetoksifikasi NAPQ1 diakhiri dengan menipisnya cadangan glutation

dalam hati mengakibatkan kerentanan sel-sel hati terhadap cedera oleh

oksidan dan terjadinya stres oksidatif (Rowden et al, 2005, Maser et al, 2002.

Ojo et al., 2006). Peroksidasi lipid merupakan suatu proses autokatalisis yang

mengakibatkan kematian sel. Produk akhir peroksidasi lipid di dalam tubuh

adalah malondialdehid (MDA) yang dapat menyebabkan kematian sel akibat

proses oksidasi berlebihan dalam membran sel (Mayes, 2008; Winarsi,

2007). Gambaran klinik kelainan hati akibat dosis asetaminofen yang

berlebihan : nyeri pada ulu hati, mual, perut panas, kadang muntah-muntah,

ikterus dan teraba hati yang kenyal kadang transaminase biasanya sangat

tinggi (Hadi, 2002).

4. Tikus Putih (Rattus Norvegicus)

Hewan percobaan yang umum digunakan dalam penelitian ilmiah

adalah tikus. Tikus (Rattus norvegicus) telah diketahui sifat-sifatnya secara

sempurna, mudah dipelihara, dan merupakan hewan yang relatif sehat dan

cocok untuk berbagai penelitian. Ciri-ciri morfologi Rattus norvegicus antara

lain memiliki berat 150-600 gram, hidung tumpul dan badan besar dengan

panjang 18-25 cm, kepala dan badan lebih pendek dari ekornya, serta telinga

relatif kecil dan tidak lebih dari 20-23 mm (Malole dan Pramono, 1989).

Hipotesis

H0 : Pemberian ekstrak daun kersen tidak dapat menghambat peningkatan

kadar enzim ALT pada tikus yang diinduksi asetaminofen.

H1 : Pemberian ekstrak daun kersen dapat menghambat peningkatan kadar

enzim ALT pada tikus yang diinduksi asetaminofen.

METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorik dengan

rancangan penelitian pretest - posttest with control group design. Penelitian ini

dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Surakarta. Subyek penelitian berupa daun kersen (Muntingia

calabura L.). Daun diperoleh dari daerah Kasreman, Geneng, Ngawi, Jawa Timur.

Obyek penelitian berupa tikus (Rattus norvegicus) putih jantan, strain Wistar,

berat badan 150-200 gram, dan berumur 2-3 bulan. Pengambilan sampel

dilakukan secara purposive sampling Penentuan besar sampel tiap kelompok

dihitung berdasarkan rumus Federer yang didapatkan hasil yaitu 6 ekor tikus

perkelompok. Teknik pengelompokan dilakukan secara random. Hewan uji coba

dibagi menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 1 kelompok kontrol dan 3 kelompok

perlakuan dan masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor tikus.

Kriteria restriksi terdiri dari kriteria inklusi (tikus putih jantan galur wistar,

sehat dan mempunyai aktifitas normal, umur kurang lebih 2-3 bulan, berat badan

antara 150-200 gram) dan kriteria eksklusi (tikus mati saat penelitian berlangsung,

Page 8: UJI EFEK EKSTRAK DAUN KERSEN (MUNTINGIA …eprints.ums.ac.id/22744/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · uji efek ekstrak daun kersen (muntingia calabura l) terhadap kadar alanine aminotransferase

tikus menderita sakit saat penelitian berlangsung). Identifikasi variabel terdiri dari

variabel bebas : ekstrak daun kersen (skala rasio),variabel terikat : enzim alt tikus

(skala rasio), variabel luar : dapat dikendalikan (jenis makanan dan minuman,

jenis kelamin, suhu udara, berat badan, dan umur) dan tidak dapat dikendalikan

(kondisi awal hati tikus dan kondisi psikologis tikus, dan variasi genetic). Alat

yang digunakan di penelitian ini : kandang tikus 4 buah, tabung reaksi dan rak

kecil, timbangan, tabung mikrokapiler, canula dan spuit injeksi, gelas ukur dan

pengaduk, alat sentrifugasi, sonde lambung. Bahan yang digunakan : larutan

asetaminofen, ekstrak daun kersen, makanan hewan percobaan berupa pellet dan

aquadest.

Cara Kerja

Langkah I : Tikus percobaan diadaptasikan dulu selama 3 hari. Langkah II : Tikus

diambil darahnya sebanyak 1 ml melalui ekor selanjutnya dilakukan pengukuran

kadar enzim ALT. Langkah III : Daun kersen diambil kemudian dicuci dan

dibilas selanjutnya dikeringkan selama 3 hari dengan suhu rata-rata 40oC

selanjutnya diserbukkan lalu direndam dengan pelarut etanol 70 % kemudian

diuapkan sehingga didapatkan ekstrak daun kersen. Langkah IV : Dosis

hepatotoksik asetaminofen pada manusia adalah 10-15 g. pada penelitian ini

menggunakan 10 gram dan dikonversi ke dalam dosis tikus. Hasilnya 180 mg/200

g dengan volume pemberian yaitu 2,5 ml. Langkah V : dalam penelitian ini

peneliti menggunakan tiga variasi dosis bertingkat yaitu 28 mg/200 g, 56 mg/200

g, dan 84 mg/200 g. Langkah VI : pemberian ekstrak daun kersen (hari 1-12).

Kelompok kontrol diberikan diet standar dan aquadest, kelompok perlakuan 1

diberikan diet standar dan ekstrak daun kersen sebesar 28 mg/200 g per oral.

Kelompok perlakuan 2 diberikan diet standar dan ekstrak daun kersen sebesar 56

mg/200 g per oral, kelompok perlakuan 3 diberikan diet standar dan ekstrak daun

kersen sebesar 84 mg/200 g per oral. Langkah VII : Pemberian asetaminofen dosis

toksik (hari 11-12). Kelompok kontrol diberikan diet standar dan asetaminofen

dosis toksik 180 mg/200 g per oral, kelompok perlakuan 1 diberikan diet standar

dan asetaminofen dosis toksik 180 mg/200 g per oral, kelompok perlakuan 2

diberikan diet standar dan asetaminofen dosis toksik 180 mg/200 g per oral,

kelompok perlakuan 3 diberikan diet standar dan asetaminofen dosis toksik 180

mg/200 g per oral. Langkah VIII : Tikus diambil darahnya sebanyak 1 ml melalui

ekor selanjutnya dilakukan pengukuran kadar enzim ALT. Langkah IX :

Membandingkan kadar ALT antar kelompok.

HASIL PENELITIAN

1. Determinasi

Determinasi tanaman dilakukan untuk menghindari kesalahan dalam

pengambilan tanaman. Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium

Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan (FKIP) Universitas

Muhammadiyah Surakarta (Steenis, 2005; Tjitrosoepomo, 1988).

2. Randemen

Rendemen ekstrak dihitung dengan cara membandingkan jumlah

ekstrak yang diperoleh dengan simplisia awal yang digunakan. Didapatkan

dengan hasil 1 gram daun kersen kering = 0,06 gram ekstrak kental.

Page 9: UJI EFEK EKSTRAK DAUN KERSEN (MUNTINGIA …eprints.ums.ac.id/22744/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · uji efek ekstrak daun kersen (muntingia calabura l) terhadap kadar alanine aminotransferase

3. Hasil uji orientasi efek hepatoprotektor

Tabel 3 Hasil Uji Orientasi Dosis Efek Hepatoprotektor

Hewan uji kadar ALT

Pretest Posttest

Kontrol positif (asetaminofen 1440 mg/200 g BB) 45 82

Ekstrak Daun Kersen dosis 56 mg/200 g BB +

asetaminofen 1440 mg/200 g BB 5 15

Ekstrak Daun Kersen dosis 84 mg/200 g BB +

asetaminofen 1440 mg/200 g BB 5 10

Dari uji orientasi didapatkan dosis ekstrak yang paling berefek adalah

dosis 82 mg/200 g BB dan selanjutnya untuk penelitian digunakanlah variasi

dosis 42 mg/200 g BB, 84 mg/200 g BB, dan 168 mg/200 g BB.

4. Hasil uji efek hepatoprotektor

Tabel 4 Hasil uji efek hepatoprotektor

Kelompok Kadar ALT

Pretest Posttest

Kontrol (asetaminofen 1440 mg/200 g BB)

40 54

34 57

39 54

33 59

37 56

Perlakuan 1 (Ekstrak daun kersen 42 mg/200 g BB +

Asetaminofen 1440 mg/200 g BB)

26 36

40 44

28 34

37 46

24 37

44 37

Perlakuan 2 (Ekstrak daun kersen 84 mg/200 g BB +

Asetaminofen 1440 mg/200 g BB)

21 32

42 42

33 37

34 34

37 17

35 16

Perlakuan 3 (Ekstrak daun kersen 168 mg/200 g BB +

Asetaminofen 1440 mg/200 g BB)

32 48

59 44

37 50

28 30

22 43

29 54

Page 10: UJI EFEK EKSTRAK DAUN KERSEN (MUNTINGIA …eprints.ums.ac.id/22744/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · uji efek ekstrak daun kersen (muntingia calabura l) terhadap kadar alanine aminotransferase

5. Analisis data

Uji statistik yang digunakan yaitu : uji statistik shapiro-wilk, uji statistic

test of homogenecity of variance, uji statistik one-way anova, uji statistic lsd

(least significant difference).

6. Hasil analisis statistik

Hasil analisis Saphiro-Wilk didapatkan p = 0,344. Nilai p tersebut > 0,05

maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data yang ada normal. Hasil uji Test

of Homogenecity of Variance pada keempat kelompok menunjukkan p =

0,388 dapat disimpulkan bahwa varian data yang ada homogen.

Tabel 5 Hasil uji ANOVA Kelompok Pretest

Kelompok N Mean sig

Kontrol 5 36.6 ± 3.05

0.923 Perlakuan 1 6 33.16 ± 8.25

Perlakuan 2 6 33.66 ± 6.97

Perlakuan 3 6 34.5 ± 12.97

Hasil uji ANOVA didapatkan kadar pretest ALT tidak berbeda secara

bermakna dengan p = 0,923 (>0,05).

Tabel 6 Hasil uji ANOVA Kelompok Posttest

Kelompok N Mean sig

Kontrol 5 51.4 ± 10.5

0.004 Perlakuan 1 6 39 ± 4.81

Perlakuan 2 6 29.66 ± 10.74

Perlakuan 3 6 44.83 ± 8.30

Hasil uji ANOVA didapatkan kadar pretest ALT berbeda secara

bermakna dengan p = 0, 004 (< 0,05).

Tabel 7 Hasil Uji LSD Kelompok Posttest

Kelompok P Keterangan

K - P1 0.032 Perbedaan bermakna

K - P2 0.001 Perbedaan bermakna

K - P3 0.234 Perbedaan tidak bermakna

P1 - P2 0.083 Perbedaan tidak bermakna

P1 - P3 0.266 Perbedaan tidak bermakna

P2 - P3 0.008 Perbedaan bermakna

Dari data dapat dilihat bahwa perbandingan antara kelompok K - P1, K -

P2, dan P2 - P3 terdapat perbedaan yang signifikan. Sedangkan perbedaan

yang tidak signifikan terdapat pada kelompok K - P3, P1 - P2, dan P1 - P3.

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini menggunakan empat kelompok yaitu kelompok

kontrol, kelompok perlakuan 1, 2, dan 3. Ketiga dosis ekstrak tersebut didapatkan

dari uji orientasi, dimana didapatkan dosis 1 = 42 mg/200g BB, dosis 2 = 84

mg/200g BB, dan dosis 3 = 168 mg/200g BB. Pengukuran kadar ALT pada darah

tikus dilakukan pada hari pertama. Hal dijadikan sebagai kadar ALT tanpa

Page 11: UJI EFEK EKSTRAK DAUN KERSEN (MUNTINGIA …eprints.ums.ac.id/22744/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · uji efek ekstrak daun kersen (muntingia calabura l) terhadap kadar alanine aminotransferase

perlakuan. Hasil uji ANOVA terhadap kadar ALT tikus putih sebelum perlakuan

(pretest) menunjukan tidak adanya perbedaan yang bermakna pada semua

kelompok (p = 0,923) sehingga dapat diketahui bahwa terdapat keseragaman

kadar ALT darah tikus putih keempat kelompok.

Dengan analisis varian satu arah (one way ANOVA) menggunakan α =

95% didapatkan p < 0,05 yang menunjukkan bahwa rata-rata perubahan kadar

enzim ALT keempat kelompok berbeda nyata. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

pemberian perlakuan dengan ekstrak daun kersen dapat mempengaruhi kadar

enzim ALT, serta pada peningkatan pemberian konsentrasi ekstrak daun kersen

memberikan hambatan kadar enzim ALT yang fluktuatif. Pengaruh kadar enzim

ALT terbesar dicapai oleh kelompok tikus yang mendapat perlakuan ekstrak daun

kersen perlakuan 2 yaitu 29.66 ± 10.74.

Pada kelompok kontrol bertujuan untuk melihat efek kenaikan kadar ALT

setelah pemberian asetaminofen untuk dibandingkan dengan kelompok lainnya.

Pada kelompok perlakuan 1 didapatkan kadar rata-rata enzim ALT Perlakuan 1

adalah 39 ± 4.81 lebih rendah dari pada kelompok kontrol dengan kadar rata-rata

enzim ALT adalah 51.4 ± 10.5. Berdasarkan data statistik menunjukkan ada

perbedaan yang bermakna antara kelompok K dengan P1 (p = 0,032). Dengan

demikian ekstrak daun kersen dosis 42 mg/200 gram BB dapat menghambat

kenaikan kadar enzim ALT.

Pada kelompok perlakuan 2 didapatkan kadar rata-rata enzim ALT

Perlakuan 2 adalah 29.66 ± 10.74 lebih rendah dari pada kelompok kontrol

dengan kadar rata-rata enzim ALT adalah 51.4 ± 10.5. Hasil ini jauh lebih rendah

dibandingkan pada kelompok perlakuan 1 (39 ± 4.81). Hasil uji statistik antara K

dengan P2 (p = 0.001) dan P2 dengan P3 (p = 0.008) menunjukkan perbedaan

yang bermakna, tetapi jika dibandingkan antara kelompok P1 dengan P2 (p =

0.083) menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Dengan demikian ekstrak

daun kersen dosis 84 mg/200 gram BB dapat menghambat kenaikan kadar enzim

ALT.

Pada kelompok perlakuan 3 didapatkan hasil uji statistik antara kelompok

K dengan P3 (p = 0.234) dan P1 dengan P3 (p = 0.266) menunjukkan perbedaan

yang tidak bermakna, tetapi jika dibandingkan antara kelompok P2 dengan P3 (p

= 0,008) menunjukkan perbedaan yang bermakna. Dengan demikian ekstrak daun

kersen dosis 168 mg/200 gram BB dapat menghambat kenaikan kadar enzim

ALT, tetapi tidak signifikan.

Hasil uji statistik antara kelompok K dengan P3 menunjukkan adanya

hambatan kenaikan kadar enzim ALT tetapi tidak bermakna, tetapi antara

kelompok kelompok K dengan P1 dan K dengan P2 menunjukkan hambatan yang

bermakna terhadap kenaikan kadar ALT. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian

ekstrak daun kersen memperlihatkan efek sebagai hepatoprotektor yaitu dapat

melindungi terhadap kerusakan jaringan hati yang diinduksi dengan asetaminofen,

namun efek hepatoprotektor bersifat fluktuatif sesuai dosis. Kehadiran ALT dalam

plasma pada kadar tinggi memberi dugaan pada perlukaan hepatoseluler atau

inflamasi yang diakibatkan pemberian asetaminofen dosis toksik. Daun kersen

mengandung flavonoid sebagai antioksidan yang mampu mencegah dan

Page 12: UJI EFEK EKSTRAK DAUN KERSEN (MUNTINGIA …eprints.ums.ac.id/22744/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · uji efek ekstrak daun kersen (muntingia calabura l) terhadap kadar alanine aminotransferase

menghambat efek toksik asetaminofen melalui pengikatan radikal bebas dan

dekomposisi peroksida lipid. (Zakaria et al, 2007)

Sebagian besar asetaminofen mengalami konjugasi di hepar dengan asam

glukoronat (60%) dan asam sulfat (35%) membentuk metabolit yang tidak aktif

yang diekskresikan ke dalam urin. Sementara sebagian kecil asetaminofen (5%)

dihidroksilasi oleh sitokrom P-450 membentuk N-acetyl-p-benzoquinone

(NAPQI) yang merupakan metabolit berbahaya. Pada dosis normal metabolit ini

bereaksi dengan gugus sulfohidril glutation membentuk asam merkapturik yang

non toksik. Namun pada dosis toksik, jalur sulfat dan glukoronat sudah tersaturasi,

dan banyak asetaminofen bebas yang langsung menuju jalur sitokrom P450 dan

memproduksi NAPQI sebagai hasilnya. Sementara suplai glutation dari hepatosit

sudah tidak mencukupi lagi untuk menginaktifasi NAPQI, akibatnya NAPQI

bebas berikatan dan membentuk ikatan kovalen dengan molekul membran sel

yaitu grup sulfhidril protein hepar. Metabolit toksik ini menyebabkan cedera pada

hepatosit, sehingga enzim-enzim intraseluler hepar tercurah dan meningkat

kadarnya dalam darah melebihi nilai normal (Paramita, 2007).

Menurut penelitian Zakaria et al (2007) dan Heinrich (2009), daun kersen

mengandung senyawa flavonoid yang bermanfaat dalam makanan karena berupa

senyawa fenolik, senyawa ini yang bersifat antioksidan kuat. Pada penelitian Haki

(2009), penggunaan ekstrak daun kersen dosis 4 mg / 20 gram BB dan dosis 8 mg/

20 gram BB pada mencit yang diinduksi CCL4 belum dapat menghambat kenaikan

kadar ALT secara optimal. Pada penelitian yang dilakukan oleh Paramita (2007),

pemberian asetaminofen dosis 1200 mg/200 gram BB pada tikus mampu

menaikan kadar ALT dengan nilai rata-rata 84,92±7,45.

KESIMPULAN

Pemberian ekstrak daun kersen dosis 42 mg/200 gram BB dan 84 mg/200

gram BB dapat menghambat kenaikan kadar enzim ALT pada tikus yang

diinduksi asetaminofen.

Saran

1. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan dosis yang lebih

bervariasi, sehingga dapat diketahui dosis yang lebih efektif dalam

mengurangi kerusakan sel hepar.

2. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan waktu penelitian yang lebih

lama, sehingga diketahui waktu terapi yang cukup dan diperoleh hasil

yang maksimal.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek ekstrak daun kersen

dalam mengurangi hepatotoksisitas dengan menggunakan parameter lain,

misalnya dengan memeriksa gambaran histologis sel hepar dan sebagainya.

4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai zat- zat aktif lain di dalam

daun kersen dan manfaatnya bagi tubuh.

Page 13: UJI EFEK EKSTRAK DAUN KERSEN (MUNTINGIA …eprints.ums.ac.id/22744/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · uji efek ekstrak daun kersen (muntingia calabura l) terhadap kadar alanine aminotransferase

DAFTAR PUSTAKA

Amirudin R., 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Fisiologi dan Biokimia hati.

Edisi V. Jakarta. Interna Publishing. Hal : 627

Arif T. Q. M., 2008. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu kesehatan.

Surakarta. UNS press. Hal : 63

Bayupurnama P., 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Hepatotoksisitas Imbas

Obat. Edisi V. Jakarta. Interna Publishing. Hal : 708

Bower W.A., Johns M., Margolis, H.S., Williams I.T., Bell B., 2007. Population-

based surveillance for acute liver failure. Am.J.Gastroenterol. 102:2459-63.

Cheng D. S., Chen J. J., Hsinn H. L., 2006. Activation of Nitric Oxide Signaling

Pathway Mediates Hypotensive Effect of Muntingia calabura L. Leaf

Extract. The American Journal of Chinese Medicine. 34 (5):857–72

Goodman L.S., Gilman A., 2007. Dasar Farmakologi Terapi. Edisi X. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal : 683-4

Guyton A.C., Hall J.E., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi XI. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC, Hal : 902-4

Hadi S., 2002. Gastroenterology. Edisi ketujuh. Bandung: Penerbit P.T. Alumni

Bandung. Hal : 656

Haki M., 2009. Efek Ekstrak Daun Talok (Muntingia Calabura L.) terhadap

Aktivitas Enzim SGPT pada Mencit yang diinduksi Karbon Tetraklorida.

Skripsi . Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Hartono, Nurwati I., Ikasari F., Wiryanto. 2005. Effects of turmeric extract

(Curcuma domestica Val.) on the increase of SGOT and SGPT level in the

mice (Rattusnorvegicus) due to the acetaminophen administration.

Biofarmasi. 3 (2):57 – 60

Heinrich M., Barner J., Gibbons S., Williamson E.M., 2009, Farmakognosi dan

Fitoterapi. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal : 82-3

Imaeda A. I., Watanabe A., Sohail A. S., Mahmood S., et al. 2009.

Acetaminophen-induced hepatotoxicity in mice is dependent on Tlr9 and the

Nalp3 inflammasome. The Journal of Clinical Investigation. Volume 119 (2) : 246

Katzung B.G., 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik, Diterjemahkan oleh Bagian

Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Buku III, sixth

edition. Jakarta. Penerbit Salemba Medika. Hal : 485

Larson A.M., Polson J., Fontana R.J., Davern T.J., Lalani E., Lee W.M. et al.

2005. Acute Liver Failure Study Group (ALFSG). Acetaminophen-induced

acute liver failure: results of a United States multicenter, prospective study.

Hepatology. 42(6):1364-72.

Lim T.K., 2012. Edible Medicinal and Non-Medicinal Plant. London New York.

Springer Dordrecht Heidelberg. Hal : 489-91

Malole M.B.M., Pramono C.S.U., 1989. Penggunaan Hewan-hewan Percobaan

di Laboratorium. Bogor : PAU Pangan dan Gizi, IPB

Mayes P. A. 2003. Biokimia Harper : Struktur dan Fungsi Vitamin larut-Lipid.

Edisi XXV. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal : 618-9

Ngatidjan, 1991. Petunjuk Laboratorium : Metode Laboratorium Dalam

Toksikologi. Yogyakarta: FK UGM. Hal : 94

Page 14: UJI EFEK EKSTRAK DAUN KERSEN (MUNTINGIA …eprints.ums.ac.id/22744/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · uji efek ekstrak daun kersen (muntingia calabura l) terhadap kadar alanine aminotransferase

Middleton E., Kandaswami C., Theoharides T. C., 2000. The Effects of Plant

Flavonoids on Mammalian Cells : Implications for Inflammation, Heart

Disease, and Cancer. The American Society for Pharmacology and

Experimental Therapeutics. 52:673–751

Nijveldt R. J., Nood E., Hoorn D. E. C., et al, 2001. Flavonoids: a review of

probable mechanisms of action and potential applications. Am J Clin Nutr.

74:418–25

Paramita P. P., 2007. Kadar Serum Aspartat Aminotransferase Dan Alanin

minotransferase Pada Tikus Wistar Setelah Pemberian Asetaminofen Per

Oral Berbagai Dosis. karya tulis ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas

Diponegoro. Semarang

Pervical M. 1998. Antioxidant. Clinical Nutrition Insights (NUT). 031:96 Rev.

10/98

Rosalina I., 2010. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Edisi pertama. Jakarta:

Badan Penerbit IDAI. Hal : 334

Rowden A. K., Noevell J., Eldridge D. L., Kirk M. A., 2005. Update on

Acetaminophen Toxicity. Med. Clin. N. Am. 89 : 1145-59

Sari L.O.R.K., 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan

Manfaat dan Keamanan. Majalah Ilmu Kefarmasian UI. 03:01 – 07

Tjitrosoepomo, G. 1988. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta. Yogyakarta:

UGM Press

Van Steenis, C.G.G.J. 2005. Flora. Jakarta : PT. Pradnya Paramita

Warintek, Muntingia Calabura L, http://www.warintek.ristek.go.id/

pangan_kesehatan/tanaman_obat/depkes/3-077.pdf. (Maret 2012)

WHO, 2003, Traditional medicine, http://www.who.int/mediacentre/

factsheets/fs134/en/. (Juni 2012)

Wilmana P. F., Gan S., 2011. Farmakologi dan Terapi : analgesic-antipiretik,

analgesic antiinflamasi nonsteroid, dan obat gangguan sendi lainnya.

Jakarta. Badan penerbit FKUI. Hal : 237-8

Zakaria Z. A., Mohamed A. M., Jamil N. S. M., et al, 2011. In Vitro

Antiproliferative and Antioxidant Activities of the Extracts of Muntingia

Calabura Leaves. The America Jurnal of Chinese medicine. 39 (1):183-200

Zakaria Z. A., Mohd N. A., Hazalin N., et al, 2007. Antinociceptive, anti-

inflammatory and antipyretic effects of Muntingia calabura aqueous extract

in animal models. J. Nat. Med. 61:443-8.

Zakaria Z. A, Safarul Mustapha S., Sulaiman M. R., et al, 2005. The

Antinociceptive Action of Aqueous Extract from Muntingia calabura

Leaves The Role of Opioid Receptors. Med Princ Pract. 16:130–6

Zakaria Z. A., Sufian A. S., Ramasamy K., et al, 2010. In vitro antimicrobial

activity of Muntingia calabura. African Journal of Microbiology Research. 4

(4):304-8