Uji Biokompatibilitas Bahan Kedokteran Gigi

3
UJI BIOKOMPATIBILITAS BAHAN KEDOKTERAN GIGI Tujuan uji biokompatibilitas adalah untuk menghilangkan produk atau komponen produk potensial yang dapat merugikan atau merusak jaringan mulut atau maksilofasial. Uji biokompatibilitas dikelompokkan menjadi 3 tingkatan (baris) (Anusavice, 2003). 1. Kelompok I (Uji Primer) Uji primer terdiri atas evaluasi toksik dimana bahan kedokteran gigi dalam keadaan segar atau tanpa diproses ditempatkan langsung pada biakan sel jaringan atau membran (penghalang seperti lempeng dentin) yang menutupi sel jaringan biakan yang bereaksi terhadap efek dari produk atau komponen yang merembes melalui penghalang (Anusavice, 2003). Uji Genotoksik Sel mamalia atau nonmamalia, bakteri, ragi atau jamur digunakan untuk menentukan apakah mutasi gen, perubahan dalam struktur kromosom atau perubahan asam deoksiribonukleat lain, atau perubahan genetik disebabkan oleh bahan, alat dan ekstrak dari bahan yang diujikan (Anusavice, 2003). 2. Kelompok II (Uji Sekunder) Pada tingkat ini, produk dievaluasi terhadap potensinya untuk menciptakan toksisitas sistemik, toksisitas inhalasi, iritasi kulit dan sensitivitas serta respons implantasi. Dalam uji toksisitas sitemik seperti uji dosis letal rata-rata untuk rongga mulut (LD 50 ),

description

hghjh

Transcript of Uji Biokompatibilitas Bahan Kedokteran Gigi

UJI BIOKOMPATIBILITAS BAHAN KEDOKTERAN GIGITujuan uji biokompatibilitas adalah untuk menghilangkan produk atau komponen produk potensial yang dapat merugikan atau merusak jaringan mulut atau maksilofasial. Uji biokompatibilitas dikelompokkan menjadi 3 tingkatan (baris) (Anusavice, 2003).

1. Kelompok I (Uji Primer)

Uji primer terdiri atas evaluasi toksik dimana bahan kedokteran gigi dalam keadaan segar atau tanpa diproses ditempatkan langsung pada biakan sel jaringan atau membran (penghalang seperti lempeng dentin) yang menutupi sel jaringan biakan yang bereaksi terhadap efek dari produk atau komponen yang merembes melalui penghalang (Anusavice, 2003).Uji Genotoksik

Sel mamalia atau nonmamalia, bakteri, ragi atau jamur digunakan untuk menentukan apakah mutasi gen, perubahan dalam struktur kromosom atau perubahan asam deoksiribonukleat lain, atau perubahan genetik disebabkan oleh bahan, alat dan ekstrak dari bahan yang diujikan (Anusavice, 2003).

2. Kelompok II (Uji Sekunder)

Pada tingkat ini, produk dievaluasi terhadap potensinya untuk menciptakan toksisitas sistemik, toksisitas inhalasi, iritasi kulit dan sensitivitas serta respons implantasi. Dalam uji toksisitas sitemik seperti uji dosis letal rata-rata untuk rongga mulut (LD50), sampel bahan yang diujikan diberikan setiap hari pada tikus selama 14 hari baik secara oral maupun dimasukkan dalam makanannya. Bila 50% tikus-tikus tersebut tetap hidup, produk tersebut lolos uji (Anusavice, 2003).Uji toksisitas kulit adalah penting karena banyaknya jumlah substansi kimia, tidak hanya produk kedokteran gigi, yang berkontak dengan kita setiap hari. Sekali bahan, produk atau komponen toksik teridentifikasi, bisa diganti, diencerkan, dinetralkan dan dikelasi untuk mengurangi resiko keracunan (Anusavice, 2003).

Uji toksisitas inhalasi dilakukan pada tikus, kelinci atau marmot dalam kamar pemajanan dengan preparat aerosol melalui cara menyemprotkan bahan disekitar kepala dan saluran pernapasan atas dari binatang tersebut. Binatang-binatang tersebut dipajankan selama 30 detik terhadap penyemprotan terus menerus yang diulangi lagi setelah istirahat 30 menit. Setelah 10 kali pemajanan terus menerus, binatang-binatang tersebut diamati selama 4 hari. Bila ada binatang yang mati dalam 2-3 menit, bahan tersebut dianggap amat toksik. Bila tidak ada binatang yang mati, bahan tersebut cenderung tidak berbahaya bagi manusia (Anusavice, 2003).Uji Implantasi

Penggunaan teknik implan secara in vivo, juga mempertimbangkan sifat fisik produk, seperti bentuk, kepadatan, kekerasan, dan kehalusan permukaan yang dapat mempengaruhi karakter respons jaringan. Untuk implantasi subkutan dan otot, bahan uji implan dikemas dalam berbagai tube plastik (variasi polietilen, atau teflon). Untuk implantasi tulang, korteks lateral dari tulang femur atau tibia atau keduanya dibuka, dan dibuat lubang dengan menggunakan bur putaran rendah, intermiten, dibawah irigasi larutan salin fisiologis untuk mencegah panas berlebihan pada tulang (Anusavice, 2003).3. Kelompok III (Uji Penguunaan Pra-klinis)