UJI APLIKASI Trichoderma viride DAN EKSTRAK KENCUR ...digilib.unila.ac.id/54656/3/SKRIPSI TANPA BAB...

49
UJI APLIKASI Trichoderma viride DAN EKSTRAK KENCUR (Kaempferia galanga L. ) PADA TANAMAN PISANG UNTUK MENEKAN PERKEMBANGAN PENYAKIT LAYU FUSARIUM (Fusarium oxysporum f.sp. cubense) (SKRIPSI) Oleh WAHYU WIJAYANTO FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Transcript of UJI APLIKASI Trichoderma viride DAN EKSTRAK KENCUR ...digilib.unila.ac.id/54656/3/SKRIPSI TANPA BAB...

UJI APLIKASI Trichoderma viride DAN EKSTRAK KENCUR

(Kaempferia galanga L. ) PADA TANAMAN PISANG UNTUK MENEKAN

PERKEMBANGAN PENYAKIT LAYU FUSARIUM

(Fusarium oxysporum f.sp. cubense)

(SKRIPSI)

Oleh

WAHYU WIJAYANTO

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

ABSTRAK

UJI APLIKASI Trichoderma viride DAN EKSTRAK KENCUR

(Kaempferia galanga L. ) PADA TANAMAN PISANG UNTUK MENEKAN

PERKEMBANGAN PENYAKIT LAYU FUSARIUM

(Fusarium oxysporum f.sp. cubense)

Oleh

WAHYU WIJAYANTO

Permasalahan yang sering dihadapi oleh para petani pisang adalah masalah hama

dan penyakit. Salah satu penyakit tanaman pisang yang cukup berbahaya adalah

layu fusarium. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui uji aplikasi

Trichoderma viride dan ektrak kencur (Kaempferia galanga L.) dalam menekan

perkembangan penyakit layu fusariun (Fusarium oxysforum f.sp. cubense) pada

tanaman pisang. Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2016 hingga

Januari 2017 di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan Jurusan

Agroteknologi Fakultas Pertaniam Universitas Lampung. Petak percobaan

disusun dengan Rancangan Acak Kelompok dengan 15 perlakuan (genotipe

sorgum) dan 3 ulangan (petak tanaman sebagai blok). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa aplikasi Trichoderma viride dan ekstrak kencur mampu

mengendalikan penyakit layu fusarium. Aplikasi Trichoderma viride dengan

penambahan ekstrak kencur lebih baik dalam menekan perkembangan (intensitas)

penyakit layu fusarium jika dibandingkan hanya diberikan Trichoderma viride

atau ekstrak kencur secara tunggal. Aplikasi Trichoderma viride dengan

Wahyu Wijayanto

penambahan ekstrak kencur lebih baik dalam meningkatkan pertumbuhan (tinggi)

tanaman pisang.

Kata Kunci : Kencur, Pisang (Musa paradisiaca), Trichoderma viride

UJI APLIKASI Trichoderma viride DAN EKSTRAK KENCUR

(Kaempferia galanga L. ) PADA TANAMAN PISANG UNTUK MENEKAN

PERKEMBANGAN PENYAKIT LAYU FUSARIUM

(Fusarium oxysporum f.sp. cubense)

Oleh

WAHYU WIJAYANTO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Judul Skripsi

Nama Mahasiswa :

Nomor Pokok Mahasiswa :

Jurusan

Fakultas

: UJI APLIKASI TRICCHODERMA VIRIDEDANEKSTRAK KENCUR (Kaempferia galangal L)PADA TANAMAN PISANG UNTUK MENEKANPERKEMBANGANPENYAKIT LAYU FUSARIUM(Fusarium oxysparum f .sp. cubense)

Wahyu Wijayanto

1214121224

:Agroteknologi

: Pertanian

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Ivayani, S.4, M.Si.}\tIP. 19881 229 2A1504 2 001

2. Ketua Jurusan Agroteknologi

,4Prof. Dr.Ir. Sri Yusnaini, M.Si.NIP. 19630508 198811 2 001

Ir. Joko Praselyo, il[.P.}.IIP. 195902141989021

MENGESAHKAN

L Tim Penguji

Ketua : Ir. Joko Prasetyo, M.P.

Sekretaris

PengujiBukan Pembimbing

2. Dekan Fakultas Pertanian

-l[r. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.11020 198603 1 002

Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 05 November 2018

6:rttl"';l'-"-"F:g:t

f"ffi

*:

SURAT PERI\IYATAAN

saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi saya yang

be{udul "uJr APLTKASI rrichoderma viride r}AN EKSTRAK KENCUR

(Kaempferia galanga L.) PArIA TANAMAN prsANG UNTUK MENEKAN

PERKEMBANGAN PENYAKTT LAYU FUSARTUM (Fusarium oryspolum

f.sp. cuhense\" merupakan hasil karya saya dan bukan hasil karya orang lain.

Akan tetapi, beberapa bagian tertentu yang mendukung penulisan skripsi ini, saya

kutip dari hasil karya orang lain, dan telah saya tuliskan dengan sebenamya secara

jelas dengan kaidah, nonna, dan etika penulisan karya ilmiah unversitas

Lampung. Jika kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan hasil salinan

atau dibuat oleh orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan

ketentuan akademik yang berlaku

Bandar Lampung,05 November 2018

Wahyu WijayantoI\IPM. t214121224

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Suprapto

dan Ibu Parjilah. Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 22 Juni 1994.

Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Tunas Harapan Labuhan Ratu pada

tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama di SMP Muhammadiyah 3 Bandar

Lampung pada tahun 2009, dan Sekolah Menengah Atas di SMAN 16 Bandar

Lampung pada tahun 2012. Penulis Terdaftar sebagai mahasiswa di Jurusan

Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2012 jalur

Seleksi Mandiri Universitas Lampung (SMANILA).

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan akademik dan organisasi.

Penulis pernah menjabat sebagai anggota bidang Hubungan Masyarakat di Unit

Kegiatan Mahasiswa Lembaga Study Mahasiswa Pertanian (UKMF LS-MATA)

2013/2014.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) sebagai mata kuliah wajib dan

pengabdian kepada masyarakat di Desa Suka Makmur Kecamatan Penawar Aji

Kabupaten Tulang Bawang pada bulan Januari – Maret 2016. Penulis

melaksanakan Praktik Umum (PU) sebagai mata kuliah wajib di BALAI

KARANTINA TUMBUHAN KELAS I Bandar Lampung dengan judul

“Inventarisasi Serangga Pada Komoditas Ekspor Di Balai Karantina Tumbuhan

Kelas I Bandar Lampung” pada bulan juli – Agustus 2016. Penulis melaksanakan

penelitian pada bulan September 2016 – Januari 2017 di Laboratorium Hama dan

Penyakit Tumbuhan Universitas Lampung.

Dengan penuh rasa syukur ke Allah SWT, ku persembahkan karya ini untuk

kedua orang tua tercinta, Ayahanda Suprapto dan Ibunda Parjilah yang

telah mengorbankan segalanya untuku, selalu memberikan semangat dan

selalu menjadi inspirasi terbaikku.

Dosen pembimbing dan penguji, Keluarga Agroteknologi 2012

serta untuk almamater tercinta, Universitas Lampung

“Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran

dari rabbmu (Al-qur’an), penyembuh bagi

penyakit – penyakit dalam dada (hati manusia), &

petunjuk serta rahmat bagi orang – orang yang

beriman”

(QS. Yunus: 57)

“Yes I’m seeking for someone, to help me. So that

some day I will be the someone to help some other

one.”

(Vignesh Karthi)

“Dimanapun kalian berada selalu bawalah

kebaikkan bersamamu”

(Wahyu Wijayanto)

SANWACANA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

penulisan skripsi. Selama melaksanakan penelitian sampai tersusunnya skripsi

ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, arahan, petunjuk dan saran serta

bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak baik secara langsung maupun

tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis banyak

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si, selaku Dekan Fakutas Pertanian

Universitas Lampung.

2. Ir. Joko Prasetyo, M.P., selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan

kesempatan dan dengan sabarnya memeberikan pengarahan dan bimbingan

selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini.

3. Ivayani, S.P., M.Si., selaku Pembimbing Kedua yang telah memberikan

arahan, bimbingan dan saran serta kesabaran selama proses penelitan hingga

menyelesaikan skripsi ini.

4. Radix Suharjo, S.P., M.agr., Ph.D., selaku Penguji atas saran, nasihat,

bimbingan dan kritik yang membangun dalam penulisan skripsi ini.

5. Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si, selaku Ketua Jurusan Agroteknologi.

6. Prof. Dr. Ir. Purnomo, M.S, selaku Ketua Program Studi Proteksi Tanaman.

7. Ir. Eko Pramono, M.Si, selaku Pembimbing Akademik (PA) atas saran

bimbingannya selama perkuliahnya.

8. Kedua orang tua Ibunda Parjilah, Ayahanda Suprapto, Adik – adikku

Muhammad Iqbal, dan Abdullah Azzam atas doa, pengorbanan, dukungan,

motivasi, nasihat, semangat, perhatian, segala bentuk bantuan serta cinta dan

kasih sayang kepada penulis.

9. Sahabat – sahabat tercinta Umi Sholikhatin, Penyok, semangat, pengalaman,

keceriaan, dan kerjasama yang baik yang telah di berikan dari awal

perkulihan hingga saat ini.

10. Keluarga besar Agroteknologi 2012, atas kebersamaannya selama ini.

Semoga skripsi ini dapat bermaanfat untuk pembaca. Penulis selalu menantikan

kritik dan saran yang membangun.

Bandar Lampung, 05 November 2018

Penulis,

Wahyu Wijayanto

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................ iii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................... viii

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah .................................................... 1

1.2 Tujuan Penelitian ..................................................................... 4

1.3 Kerangka Pemikiran ................................................................. 4

1.4 Hipotesis ................................................................................... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 9

2.1 Tanaman Pisang (Musa paradisiaca L.) .................................. 8

2.1.1 Pengolahan Tanah……………………………………… 8

2.1.2 Pemilihan Bibit dan Penyedian Bibit…………………... 9

2.1.3 Pembuatan Lubang Tanam dan Penanaman……………. 9

2.1.4 Pemeliharaan Tanaman…………………………………. 10

2.2 Penyakit Layu Fusarium Pada Tanaman Pisang ...................... . 11

2.2.1 Penyebab Penyakit Layu Fusarium……………………... 11

2.2.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penyakit…………. 12

2.2.3 Persebaran Penyakit Fusarium oxysporum f.sp. cubense.. 13

2.2.4 Gejala Penyakit…………………………………………. 13

2.3 Trichoderma viride.. ................................................................. . 14

2.3.1 Agen Hayati Trichoderma viride………………………... 15

2.4 Potensi Ekstrak Kencur Sebagai Biopestisida........... ............... .. 16

III. BAHAN DAN METODE............................................................... 16

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 17

3.2 Alat dan Bahan ......................................................................... 17

3.3 Metode Penelitian..................................................................... 18

3.4 Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 19

3.4.1 Persiapan Pindah Tanam Tanaman Pisang ................... 19

3.4.2 Pembuatan Media Potato Sukrose Agar (PSA) ............ 19

3.4.3 Isolasi Fusarium oxysporum f.sp cubense .................... 20

3.4.4 Inokulasi Fusarium oxysporum f.sp cubense (Foc)…... 20

ii

3.4.5 Pembuatan Formulasi Trichoderma viride ................... 20

3.4.6 Pembuatan Ekstrak Kencur........................................ .. 21

3.4.7 Aplikasi Perlakuan ...................................................... 21

3.5 Variabel Pengamatan..... .......................................................... 21

3.5.1 Keterjadian Penyakit Layu Fusarium Pada Bibit

Tanaman Pisang............................................................ 22

3.5.2 Keparahan Penyakit Layu Fusarium Pada Bibit

Tanaman Pisang............................................................ . 22

3.5.3 Tinggi Tanaman Pisang……………………………….. 23

3.6 Analisis Data…………………………………………………. 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 27

4.1 Hasil ......................................................................................... 24

4.1.1 Keterjadian Penyakit Layu Fusarium ........................... 24

4.1.2 Keparahan Penyakit Pada Daun .................................. 25

4.1.3 Keparahan Penyakit Pada Akar .................................... 26

4.1.4 Tinggi Tanaman Pisang………………………………. 27

4.2 Pembahasan .............................................................................. 28

V. SIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 43

5.1 Simpulan .................................................................................. 32

5.2 Saran ......................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 45\

LAMPIRAN ........................................................................................ 49

Tabel 7-52 ............................................................................................ 38

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Skor penyakit pada daun tanaman pisang ……………………… 22

2. Skor penyakit pada daun tanaman pisang .................................... 23

3. Pengaruh pemberian Trichoderma viride dan ekstrak kencur

terhadap Keterjadian penyakit layu fusarium pada daun tanaman

pisang ............................................................................................. 25

4. Pengaruh pemberian Trichoderma viride dan ekstrak kencur

terhadap Keparahan penyakit layu fusarium pada daun tanaman

pisang ............................................................................................ 26

5. Pengaruh pemberian Trichoderma viride dan ekstrak kencur

terhadap Keparahan penyakit layu fusarium pada akar tanaman

pisang …………………………………………………………... 27

6. Pengaruh pemberian Trichoderma viride dan ekstrak kencur

terhadap Tinggi tanaman pisang ................................................. 28

7. Pengamatan keterjadian penyakit layu fusarium (%) pada daun tanaman

pisang minggu ke - 1 setelah aplikasi Trichoderma viride dan

ekstrak kencur .......................... ........................................................ 38

8. Pengamatan keterjadian penyakit layu fusarium (%) pada daun tanaman

pisang minggu ke - 2 setelah aplikasi Trichoderma viride dan

ekstrak kencur ……………………………………………………. 38

9. Pengamatan keterjadian penyakit layu fusarium (%) pada daun tanaman

pisang minggu ke - 3 setelah aplikasi Trichoderma viride dan

ekstrak kencur .................................................................................... 38

10. Analisis ragam keterjadian penyakit layu fusarium pada daun tanaman

pisang minggu k – 3 setelah aplikasin Trichoderma viride dan

ekstrak kencur …………………………………………………….. 39

iv

Halaman

11. Pengamatan keterjadian penyakit layu fusarium (%) pada daun tanaman

Pisang minggu ke – 4 setelah aplikasi Trichoderma viride dan

Ekstrak kenccur ………………………………………………… 39

12. Analisis ragam keterjadian penyakit layu fusarium pada daun tanaman

pisang minggu k –4 setelah aplikasin Trichoderma viride dan

ekstrak kencur …………………………………………………….. 39

13. Pengamatan keterjadian penyakit layu fusarium (%) pada daun tanaman

pisang minggu ke – 5 setelah aplikasi Trichoderma viride dan

ekstrak kencur ……………………………………………………. 40

14. Analisis ragam keterjadian penyakit layu fusarium pada daun tanaman

pisang minggu ke – 5 setelah aplikasin Trichoderma viride dan

ekstrak kencur …………………………………………………….. 40

15. Pengamatan keterjadian penyakit layu fusarium (%) pada daun tanaman

pisang minggu ke – 6 setelah aplikasi Trichoderma viride dan

ekstrak kencur …………………………………………………….. 40

16. Analisis ragam keterjadian penyakit layu fusarium pada daun tanaman

Pisang minggu ke – 6 setelah aplikasi Trichoderma viride dan

Ekstrak kencur ……………………………………………………. 41

17. Pengamatan keterjadian penyakit layu fusarium (%) pada daun tanaman

Pisang minggu ke – 7 setelah aplikasi Trichoderma viride dan

Ekstrak kencur …………………………………………………….. 41

18. Analisis ragam keterjadian penyakit layu fusarium pada daun tanaman

Pisang minggu ke – 7 setelah aplikasi Trichoderma viride dan

Ekstrak kencur …………………………………………………….. 41

19. Pengamatan keterjadian penyakit layu fusarium (%) pada daun tanaman

Pisang minggu ke – 8 setelah aplikasi Trichcoderma viride dan

Ekstrak kencur …………………………………………………….. 42

20. Analisis ragam keterjadian penyakit layu fusarium pada daun tanaman

Pisang minggu ke – 8 setelah aplikasi Trichoderma viride dan

ekstrak kencur ….…………………………………………………. 42

21. pengamatan keparahan penyakit layu fusarium (%) pada daun tanaman

Pisang minggu ke – 1 setelah aplikasi Trichcoderma viride dan

Ekstrak kencur …………………………………………………….. 42

v

Halaman

22. Pengamatan keparahan penyakit layu fusarium (%) pada daun tanaman

Pisang minggu ke – 2 setelah aplikasi Trichoderma viride dan

Ekstrak kencur ……………………………………………………... 43

23. pengamatan keparahan penyakit layu fusarium (%) pada daun tanaman

Pisang minggu ke – 3 setelah aplikasi Trichoderma viride dan

Ekstrak kencur …………………………………………………….. 43

24. Analisis ragam keparahan penyakit layu fusarium (%) pada daun tanaman

Pisang minggu ke – 3 setelah aplikasi Trihcoderma viride dan

Ekstrak kencur …………………………………………………….. 43

25. Pengamatan keparahan penyakit layu fusarium (%) pada daun tanaman

Pisang minggu ke – 4 setelah aplikasi Trichoderma viride dan

Ekstrak kencur …………………………………………………….. 44

26. Analisis ragam keparahan penyakit layu fusarium (%) pada daun tanaman

Pisang minggu ke – 4 setelah aplikasi Trichoderma viride dan

ekstrak kencur …………………………………………………… 44

27. Pengamatan keparahan penyakit layu fusarium (%) pada daun tanaman

Pisang minggu ke – 5 setelah aplikasi Trichoderma viride dan

Ekstrak kencur …………………………………………………… 44

28. Analisis ragam keparahan penyakit layu fusarium (%) pada daun tanaman

Pisang minggu ke – 5 setelah aplikasi Trichoderma viride dan

ekstrak kencur ……………………….…………………………... 45

29. Pengamatan keparahan penyakit layu fusarium (%) pada daun tanaman

Pisang minggu ke – 6 setelah aplikasi Trichoderma viride dan

ekstrak kencur ……………………………………………………. 45

30. Analisis ragam keparahan penyakit layu fusarium (%) pada daun tanaman

Pisang minggu ke – 6 setelah aplikasi Trichoderma viride dan

ekstrak kencur …………………………………………………….. 45

31. Pengamatan keparahan penyakit layu fusarium (%) pada daun tanaman

Pisang minggu ke – 7 setelah aplikasi Trichoderma viride dan

ekstrak kencur …………………………………………………….. 46

32. Analisis ragam keparahan penyakit layu fusarium (%) pada daun tanaman

Pisang minggu ke – 7 setelah aplikasi Trichoderma viride dan

ekstrak kencur ……………………………………………………… 46

vi

Halaman

33. Pengamatan keparahan penyakit layu fusarium (%) pada daun

tanaman Pisang minggu ke – 8 setelah aplikasi Trichoderma viride

dan ekstrak kencur ………………………………………………….. 46

34. Analisis ragam keparahan penyakit layu fusarium (%) pada daun

tanaman Pisang minggu ke – 8 setelah aplikasi Trichoderma viride

dan ekstrak kencur …………………………………………………. 47

35. Pengamatan keparahan penyakit layu fusarium (%) pada akar

tanaman Pisang minggu ke – 8 setelah aplikasi Trichoderma viride

dan ekstrak kencur ………………………………………………… 47

36. Analisis ragam keparahan penyakit layu fusarium (%) pada akar

tanaman Pisang minggu ke – 8 setelah aplikasi Trichoderma viride

dan ekstrak kencur ………………………………………………… 47

37. Tinggi tanaman pisang minggu ke – 1 setelah aplikasi Trichoderma viride

dan ekstrak kencur ......................................................... …………. 48

38. Analisis ragam tinggi tanaman pisang minggu ke – 1 setelah aplikasi

Trichoderma viride dan ekstrak kencur …………………………… 48

39. Tinggi tanaman pisang minggu ke – 2 setelah aplikasi Trichoderma viride

Dan ekstrak kencur ………………………………………………. 48

40. Analisis ragam tinggi tanaman pisang minggu ke - 2 setelah aplikasi

Trichoderma viride dan ekstrak kencur ……………………………. 49

41. Tinggi tanaman pisang minggu ke - 3 setelah aplikasi Trichoderma viride

dan ekstrak kencur …………………………………………………. 49

42. Analisis ragam tinggi tanaman pisang minggu ke – 3 setelah aplikasi

Trichoderma viride dan ekstrak kencur ……………………………. 49

43. Tinggi tanaman pisang minggu ke – 4 setelah aplikasi Trichoderma viride

dan ekstrak kencur ………………………………………………… 50

44. Analisis ragam tinggi tanaman pisang minggu ke – 4 setelah aplikasi

Trichoderma viride dan ekstrak kencur ……………………………. 50

45. Tinggi tanaman pisang minggu ke – 5 setelah aplikasi Trichoderma viride

dan ekstrak kencur ………………………………………………….. ` 50

46. Analisis ragam tinggi tanaman pisang minggu ke – 5 setelah aplikasi

Trichoderma viride dan ekstrak kencur ……………………………. 51

vii

Halaman

47. Tinggi tanaman pisang minggu ke – 6 setelah aplikasi Trichoderma viride

dan ekstrak kencur …………………………………………………….. 51

48. Analisis ragam tinggi tanaman pisang minggu ke – 6 setelah aplikasi

Trichoderma viride dan ekstrak kencur …………………………………. 51

49. Tinggi tanaman pisang minggu ke – 7 setelah aplikasi Trichoderma viride

dan ekstrak kencur ……………………………………………………….. 52

50. Analisis ragam tinggi tanaman pisang minggu ke – 7 setelah aplikasi

Trichoderma viride dan ekstrak kencur …………………………………… 52

51. Tinggi tanaman pisang minggu ke – 8 setelah aplikasi Trichoderma viride

dan ekstrak kencur …………………………………………………………. 52

52. Analisis ragam tinggi tanaman pisang minggu ke – 7 setelah aplikasi

Trichoderma viride dan ekstrak kencur ……………………………………. 53

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Teks Halaman

1. Tata letak perobaan..............…….......................................

18

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Pisang (Musa paradisiaca L.) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang

mempunyai potensi produksi (buah pisang) cukup besar karena produksi

pisang berlangsung tanpa mengenal musim. Buah pisang sangat disukai

berbagai kalangan masyarakat karena banyaknya kandungan gizi dan diperlukan

oleh tubuh. Gizi yang terdapat di dalamnya antara lain vitamin B, B1, B2, B6,

B12, C, karbohidrat, protein, lemak, provitamin A (Satuhu & Supriyadi, 2007).

Menurut Rukmana (2008), mengkonsumsi buah pisang berkhasiat bagi penderita

campak, hepatitis, tuberkulosis, sembelit dan wasir dengan pendarahan.

Banyaknya manfaat dari buah pisang menyebabkan tingginya permintaan pisang

untuk kebutuhan sehari – hari. Hasil produksi pisang di Lampung tahun 2015

mencapai 1.937.348 ton, sedangkan di produksi nasional mencapai 7.299.266 ton

(BPS, 2016).

Permasalahan yang sering dihadapi oleh para petani pisang adalah masalah yang

ditimbulkan oleh hama dan penyakit. Salah satu penyakit tanaman pisang yang

cukup berbahaya adalah layu fusarium. Penyakit layu fusarium disebabkan oleh

jamur Fusarium oxysporum f.sp cubense (Foc) (Semangun, 2007). Penyakit ini

2

dapat membentuk klamidiospora yang merupakan spora berbentuk bulat yang

terbentuk di dalam hifa atau ujung hifa. Klamidiospora merupakan struktur Foc

yang mampu bertahan selama 30 tahun didalam tanah meskipun tidak ada

tanaman inangnya (Ploetz, 1990). Di Indonesia penyakit layu fusarium telah

menyebar hampir di seluruh daerah pertanaman pisang. Serangan berat

dilaporkan terjadi di beberapa daerah sentra produksi yaitu sekitar 1.300 ha pisang

milik petani rusak berat akibat serangan Foc (Jumjunidang et al., 2005). Oleh

sebab itu, perlu adanya suatu cara atau teknologi yang mampu menekan atau

mampu mengendalikan penyakit layu fusarium pada tanaman pisang.

Pengendalian yang sering dilakukan saat ini adalah dengan menggunakan

fungisida sintetis yang berbahan aktif mancozeb. Penggunaan fungisida sintetik

secara masiv memiliki dampak negatif, diantaranya mencemari lingkungan,

mematikan organisme non target serta meninggalkan residu yang dapat meracuni

tanah dan menurunkan kesuburan tanah. Oleh karena itu, alternatif pengendalian

yang dapat dilakukan tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan

dan sekitarnya adalah dengan menggunakan agensia hayati. Salah satu agensia

hayati yang saat ini sedang banyak dikembangkan untuk mengatasi permasalahan

tersebut yaitu Trichoderma viride

Trichoderma viride telah lama dikenal sebagai agensia hayati untuk

mengendalikan penyakit tanaman, meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan

tanaman. Mekanisme pengendalian penyakit yang paling banyak dipelajari adalah

antagonisme termasuk antibiosis,mikoparasitisme, dan kompetisi (Cook &Baker,

1983). Selain itu, Trichoderma sp. dapat meningkatkan pertumbuhan dan

3

perkembangan akar, produktivitas tanaman, resistensi terhadap stres abiotik serta

penyerapan dan pemanfaatan nutrisi (Harman, 2000). Beberapa penelitian

melaporkan bahwa Trichoderma sp. dapat menekan pertumbuhan pada tanaman

diantaranya Rhizoctonia oryzae penyebab rebah kecambah pada tanaman padi

(Semangun, 2007), Selain itu, penggunaan Trichoderma sp. juga dapat menekan

pertumbuhan Fusarium oxyporum penyabab layu fusarium pada tomat (Taufik,

2008).

Selain penggunakan agensia hayati, alternatif lain yang perlu dikaji yaitu dengan

penggunaan pestisida nabati dari bahan tanaman contohnya ekstrak kencur.

Alasan menggunakan pestisida nabati dengan bahan tanaman untuk

mengendalikan penyakit yaitu ramah lingkungan tidak menimbulkan resistensi

dan tidak berbahaya untuk kesehatan (Rostiana et al., 2003). Berdasarkan hasil

penelitian Darmawan & Anggraeni (2012), senyawa aktif ekstrak kencur dengan

konsentrasi lebih dari 10% menunjukkan respon terhadap penekanan pertumbuhan

jamur Pythium sp. penyebab penyakit lodoh pada tanaman hutan. Berdasarkan

penjelasan – penjelasan yang telah dipaparkan, maka perlu dilakukan penelitian

untuk mengetahui pengaruh dari aplikasi Trichoderma sp. dan ekstrak kencur

terhadap penyakit layu fusarium.

4

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Mengetahui pengaruh aplikasi Trichoderma viride dan ektrak kencur

(Kaempferia galanga L.) dalam menekan perkembangan penyakit layu

fusariun (Fusarium oxysforum f.sp. cubense) pada tanaman pisang.

2. Mengetahui pengaruh aplikasi Trichoderma viride dan ektrak kencur

(Kaempferia galanga L.) dalam meningkatkan pertumbuhan (tinggi) tanaman

pisang.

1.3 Kerangka Pemikiran

Beberapa spesies Trichoderma viride dapat mengeluarkan enzim kitinase yang

dapat menyebabkan eksolisis pada hifa patogen. Selain itu, proses yang

terpenting adalah kemampuan mikroparasit dan kompetisi yang kuat dengan

patogen (Nurbalis et al., 2005). Mekanisme pengendalian oleh Trichoderma

viride. secara langsung adalah dengan melakukan kompetisi, mikoparasit, anti-

biosis dan lisis (Howell, 2003). Mekanisme pengendaliannya secara tidak

langsung terhadap patogen adalah dengan memperkuat sistem perakaran,

meningkatkan pertumbuhan tanaman, meningkatkan ketersediaan hara,

menonaktifkan enzim patogen dan merangsang perkecambahan benih (Harman,

2000).

Beberapa penelitian tentang T. viride telah menunjukkan dapat menekan

perkembangan dari jamur Foc Nurbailis & Martinus (2008) melaporkan bahwa

isolat Trichoderma yaitu isolat T1, S6 dan S10 merupakan isolat yang efektif

5

dalam menekan perkembangan penyakit oleh jamur (Foc) Selain itu, beberapa

jamur antagonis seperti Aspergillus niger, Penicillium citrinun, Penicillium sp.

dan Trichoderma harzianum dapat menghambat pertumbuhan F. oxysporum f. sp.

lycopersici penyebab penyakit layu pada tanaman tomat (Alwanthani & Perveen

2012). Sudantha et al.,(2011) melaporkan bahwa jamur antagonis Trichoderma

spp. efektif menghambat pertumbuhan jamur patogen Foc secara in vitro dengan

mekanisme kompetisi, mikoparasit dan antibiosis. Nurbailis et al., (2005) juga

menunjukkan bahwa isolat-isolat Trichoderma yang diisolasi dari beberapa sentra

produksi pisang di Sumatera Barat memperlihatkan kemampuan yang berbeda

dalam menekan per-tumbuhan Foc secara in vitro dan in planta.

Selain penggunaan T.viride sebagai agen hayati, ekstrak kencur juga mampu

untuk dijadikan alternatif pengendalian jamur Foc. Kencur (K. galanga)

merupakan salah satu tanaman yang memiliki potensi untuk dikembangkan

sebagai biopestisida. Gholib (2009) melaporkan bahwa ekstrak tanaman kencur

(K. galanga) mengandung komponen zat aktif yaitu minyak atsiri, flavonoid,

saponin, methyl-p-methoxycinnamate, methylcinnamate, carvone, eucalyptol, dan

pentadecane yang berperan sebagai biofungisidial.

Kandungan minyak atsiri pada kencur dapat dijadikan sebagai pestisida nabati

yang untuk pengendalian penyakit layu fusarium. Bowers & Locke (2000)

menyatakan bahwa kandungan minyak atsiri mampu untuk menekan

perkembangan dan menurunkan populasi Fusarium oxysporom f. sp.

chrysanthemi sampai 98%. Wasilah, et al., (2004) mengemukakan bahwa

senyawa antifungi yang terkandung dalam minyak atsiri termasuk dalam golongan

6

seskuiterpenoid yang mempunyai efek yang dapat bekerja sebagai fungisida

Monika (2014) melaporkan bahwa aplikasi ektrak kencur dengan konsentrasi

0,5% yang dilakukan secara in-vitro mampu mengambat perkembangan Fusarium

oxysporum hingga 83,9% didalam cawan petri. Hal ini disebabkan rimpang

kencur mangandung minyak atsiri antara 2,4-3,9% (Rukmana, 2009). Selain itu,

Darmawan & Anggraeni (2012) melaporkan bahwa ekstrak kencur memberikan

pengaruh yang nyata dalam menekan pertumbuhan dan perkembangan Pythium

sp. secara in vitro. Wiyatiningsih & Wuryandari (1998) melaporkan bahwa

Ekstrak rimpang kencur mampu menghambat pertumbuhan jamur Colletotrichum

capsid penyebab penyakit antraknose pada buah cabai.

Penggunaan agen hayati Trichoderma memliki banyak manfaat dalam

pengendalian layu fusarium. Selain itu, pemberian ektrak kencur juga mampu

untuk menekan pertumbuhan patogen karena mengandung minyak atsiri.

Penggunaan Trichoderma dan penambahan ektrak kencur diharapkan mampu

untuk menekan pertumbuhan dan perkembangan penyaki layu fusarium pada

tanaman pisang.

7

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah

1. Aplikasi Trichoderma viride dan ekstrak kencur (Kaempferia galanga L.)

dapat menekan perkembangan penyakit layu fusariun (Fusarium oxyforum f.sp.

cubense) pada tanaman pisang.

2. Aplikasi Trichoderma viride dan ekstrak kencur (Kaempferia galanga L.) dapat

meningkatkan pertumbuhan (tinggi) tanaman pisang.

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Pisang

Pisang merupakan tumbuhan tropis yang banyak ditemukan di Indonesia. Berikut

ini adalah klasifikasi tanaman pisang menururt USDA (2016a).

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Subkelas : Zingiberidae

Ordo : Zingiberales

Famili : Musaceae

Genus : Musa L.

Spesies : Musa paradisiaca L.

2.1.1 Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah adalah salah satu kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan

suatu budidaya tanaman. Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan cara

pembajakan, pencangkulan dan penggaruan. Tujuan dari pengolahan tanah

9

tersebut adalah untuk menggemburkan tanah, memperbaiki aerasi tanah, dan

untuk menghilangkan Organisme Penganggu Tanaman (OPT) yang bersembunyi

di dalam tanah (Satuhu & Supriyadi, 2007).

2.1.2 Pemilihan Bibit dan Penyedian Bibit

Tanaman pisang selalu diperbanyak secara vegetatif dengan memakai anakan

yang tumbuh dari bonggolnya. Anakan tersebut kemudian disebut dengan bibit.

Bonggol yang akan dipilih sebagai bibit tidak boleh ada bercak cokelat atau

hitam, serta tidak boleh terdapt lubang bekas serangan hama. Bibit yang terdapt

bercak cokelat menunjukkan tanda bahwa bonggol tersebut telah serang penyakit.

Oleh karena itu, bibit pisang yang dipilih untuk ditanam adalah bibit yang berasal

dari rumpun yang baik dan sehat (Satuhu & Supriyadi, 2007).

2.1.3 Pembuatan Lubang Tanam dan Penanaman

Pembuatan lubang tanam dilakukan pada 1-3 bulan sebelum penanaman. Ukuran

lubang tanam yang ideal adalah 60 x 60 x 50 cm3 bagi tanah yang subur,

sedangkan untuk tanah yang kurang subur berukuran 80 x 80 x 50 cm3. Jarak

tanam pisang ada bermacam-macam tergantung dari kriteria tajuk. Tanaman

pisang dengan tajuk lebar, jarak tanam yang digunakan adalah 6 x 6 m2, untuk

tanaman pisang dengan tajuk sedang, jarak tanam yang digunakan adalah 5 x 5

m2, dan untuk tanaman pisang dengan tajuk sempit, jarak tanam yang digunkan

adalah 4 x 4 m2

(Satuhu & Supriyadi, 2007).

10

Sebelum penanaman, terlebih dahulu dilakukan pemupukan sebelum penanaman.

Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang, dengan dosis 8 sampai 10 Kg

perlubang tanam. Pupuk tersebut dicampurkan denga tanah yang berada dilubang

galian. Setelah satu bulan kemudian lubang tanam dapat ditanam tanaman pisang.

2.1.4 Pemeliharan Tanaman

Pemeliharan tanaman meliputi penyiangan dan penggeburan tanah, pembumbunan

dan pemupukan, pengairan, dan pengendalian hama dan penyakit tanaman.

Penyiangan gulma dilakukan dengan menggunakan cangkul, tujuannya sekaligus

dapat menggemburkan tanah. Setelah melakukan penyiangan, kemudian

dilakukan pembumbunan. Kegiatan ini perlu dilakukan apabila umbi pisang

muncuk ke permukaan tanah (Satuhu & Supriyadi, 2007).

Setelah dilakukan pembumbunan, selanjutnya dilakukan pemupukan. Pemupukan

bertujuan agar tanaman tumbuh subur. Pupuk yang digunakan antara lain

Nitrogen, Fosfor, dan Kalium. Pupuk nitrogen berfungsi untuk membuat daun

menjadi hijau segar sehingga mempercepat pertumbuhan vegetatif juga

menambah kandungan protein ada buah. Pupuk fospor diperlukan untuk

merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar, sehingga dapat banyak

mengambil unsur hara dari dalam tanah. Selain itu, pemberian pupuk fospor

dapat mempercepat pertumbuhan bunga, membuat tanaman tidak mudah robah,

merangsang pertumbuhan, dan menambah ketahanan tanaman terhadap serangan

hama dan penyakit (Satuhu & Supriyadi, 2007).

11

2.2 Penyakit Layu Fusarium Pada Tanaman Pisang

2.2.1 Penyebab Penyakit Layu Fusarium

Penyakit layu fusarium disebabkan oleh Fusarium oxysporum f.sp.cubense (Foc)

yang merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman pisang.

Kalsifikasi jamur (Foc) menurut GBIF(2016) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Fungi

Filum : Ascomycota

Kelas : Sordariomycetes

Ordo : Hypocreales

Famili : Nectriaceae

Genus : Fusarium

Spesies : Fusarium oxysporum f.sp. cubense

Secara mikroskopis konodiofor bercabang-cabang dengan panjang rata-rata 70

µm. Cabang-cabang samping biasanya bersel 1, panjangnya sampai 14 µm.

Konidium terbentuk pada ujung cabang utama atau cabang samping.

Mikrokonidium bersel 1 atau bersel 2, hialin, jorong atau memanjang, berukuran

5-7 x 2,5-3 µm. Makrokonodium berbentuk sabit, bertangkai kecil, umumnya

bersel 4, hialin, berukuran 22-36 x 4-5 µm. Klamidiospora bersel 1, jorong atau

bulat, berukuran 7-13 x 7-8 µm, terbentuk di tengah hifa atau pada

makrokonidium, sering kali berpasangan. Miselium jamur terutama terdapat di

dalam sel, khususnya di dalam pembuluh kayu. Di samping itu jamur membentuk

17 miselium yang terdapat di antara sel-sel, yaitu dalam kulit dan di jaringan

parenkim di dekat tempat terjadinya infeksi (Semangun, 2007).

12

2.2.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Penyakit

Layu fusarium disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum f.sp.cubunse

merupakan salah satu tanaman penting pada tanaman pisang. Jamur Foc

merupakan jamur tular tanah (soil borne).Penyakit ini dapat membentuk

klamidiospora. Klamidiospora yang membentuk struktur akan bertahan selama 30

tahun didalam tanah meskipun tidak ada tanaman inangnya (Ploetz, 1990).

Penykit layu fusarium menular melalui tanah, menyerang akar dan masuk bonggol

tanaman. Pada bonggol yang terinfeksi jika dibelah tampak garis-garis cokelat

kehitam dan jamur ini tumbuh dan akan merusak system pembuluh yang

menyebabkan tanaman layu dan mati (Semangun, 2007).

Fusarium oxyporum f.sp.cubense menghasilkan enzim yang dapat mendegradasi

dinding sel, diantaranya endo-polygalacturonase (pg1), exo-polygalacturonase

(pgx4), pectate lyase (pl1), dan xylanase (Sutherland et al., 2012).

Setelah masuk ke dalam akar jamur berkembang sepanjang akar menuju ke batang

dan disini jamur berkembang secara meluas dalam jaringan pembuluh sebelum

masuk ke dalam batang semu. Pada tingkat infeksi lanjut miselium dapat meluas

dari jaringan pembuluh ke parenkim.Jamur 19 membentuk banyak spora dalam

jaringan tanaman, dan mikrokonidium dapat terangkut dalam arus transpirasi

(Semangun, 2007).

13

2.2.3 Persebaran Penyakit Fusarium oxysporum f.sp. cubense

Penyakit layu fusarium yang dikenal juga dengan sebutan penyakit Panama,

pertama kali ditemukan di daerah Panama pada tahun 1890. Penyakit ini

menghancurkan pertanaman pisang Ambon “Gros Michel” (AAA) di Amerika

Tengah dan Caribbean pada tahun1910-an, saat ini penyakit layu fusarium sudah

banyak ditemukan di daerah tropis maupun subtropis. Fusarium oxysporum f.sp.

cubense mempunyai 4 ras yaitu ras 1 menyerang kultivar pisang ambon “Gros

Michel”(AAA), Maqueno (AAB), Silk (AAB), Pome (AAB ), Pisang Awak

(ABB), dan hasil hibrida “I.C.2” (AAAA). Ras 2 menyerang kultivar pisang batu

“Bluggoe” (ABB), dan keturunan tetraploid. Ras 3 menyerang Heliconia spp.

Ras 4 merupakan ras yang paling virulen, selain dapat menyerang tanaman inang

dari ras 1 dan 2, ras 4 juga dapat menyerang pisang jenis Cavendish (Stover,

1990).

2.2.4 Gejala Penyakit

Gejala penyakit layu fusarium yaiut pada bagian tepi daun - daun berwarna

kuning tua kemudian menjadi coklat dan mengering. Tangkai daun patah

disekeliling batang floem. Rata-rata lapisan luar batang palsu terbelah dari

permukaan tanah. Berkas pembuluh akar tidak berubah warnanya, namun sering

akar tanaman sakit berwama hitam dan membusuk (akan tampak pada tanaman

yang berumur 5 - 10 bulan) (Semangun,2007).

14

2.3 Trichoderma viride

Trichoderma viride adalah jamur saprofit tanah yang secara alami merupakan

parasit yang menyerang banyak jenis jamur penyebab penyakit tanaman

(spektrum pengendalian luas). Jamur T. viride. dapat menjadi hiper-parasit pada

beberapa jenis jamur penyebab penyakit tanaman, pertumbuhannya sangat cepat

dan tidak menjadi penyakit untuk tanaman tingkat tinggi. Mekanisme antagonis

yang dilakukan adalah berupa persaingan hidup, parasitisme, antibiosis dan lisis

(Harman et al., 2004).

Trichoderma viride. diklasifikasikan dalam :

Kingdom : Fungi

Filum : Deutromycota

Klas : Deutromycetes (imperfek fungi)

Subklas : Deuteromycetidae

Ordo : Moniliales

Famili : Moniliaceae

Genus : Trichoderma

Spesies : Trichoderma viride

T. viride. menghasilkan antibiotik seperti alametichin, paracelsin, trichotoxin yang

dapat menghancurkan sel jamur melalui pengrusakan terhadap permeabilitas

membran sel, dan enzim chitinase, laminarinase yang dapat menyebabkan lisis

15

dinding sel. Mempunyai kemampuan berkompetisi memperebutkan tempat hidup

dan sumber makanan. Mempunyai kemampuan melakukan interfensi hifa. Hifa

T. viride. akan mengakibatkan perubahan permeabilitas dinding sel. T. viride.

adalah jenis jamur yang tersebar luas di tanah, dan mempunyai sifat mikoparasitik

(Gultom, 2008). Susunan sel Trichoderma bersel banyak berderet membentuk

benang halus yang disebut dengan hifa. Hifa pada jamur Trichoderma spp.

berbentuk pipih, bersekat, dan bercabang-cabang membentuk anyaman yang

disebut miselium. Miselium dapat tumbuh dengan cepat dan dapat memproduksi

jutaan spora.

Mikoparasitik adalah kemampuan untuk menjadi parasit jamur lain. Sifat inilah

yang dimanfaatkan sebagai biokontrol terhadap jenis-jenis jamur fitopatogen.

Beberapa jamur fitopatogen penting yang dapat dikendalikan oleh Trichoderma

sp.antara lain: Rhizoctonia solani, Fusarium spp, Lentinus lepidus, Phytium spp,

Botrytiscinerea, Gloeosporium gloeosporoides, Rigidoporus lignosus dan

Sclerotiumroflsii. Fitopatogen tersebut biasa menyerang tanaman jagung, kedelai,

kentang, tomat, dan kacang buncis, kubis, cucumber, kapas, kacang tanah, pohon

buah- buahan, semak dan tanaman hias (Tandion, 2008).

2.3.1 Agen Hayati Trichoderma viride

Organisme yang dapat berkembang biak sendiri seperti parasitoid, predator,

parasit, arthropoda pemakan tumbuhan, dan patogen. Agens hayati yang

digunakan untuk mengendalikan penyakit disebut agens antagonis, pemanfaatan

agens hayati dalam menekan perkembangan penyakit terus dikembangkan dan

dimasyaratkan ke petani (Lilik et al., 2010).

16

2.4. Potensi Ekstrak Kencur sebagai Biopestisida

Kencur (K. galnga) merupakan salah satu tanaman yang memiliki potensi untuk

dikembangkan sebagai biopestisida. Gholib (2009) melaporkan bahwa ekstrak

tanaman kencur (K. galanga) mengandung komponen zat

aktif yaitu minyak atsiri, flavonoid, saponin, methyl-p-methoxycinnamate,

methylcinnamate,carvone, eucalyptol, dan pentadecane yang berperan sebagai

biofungisidial. Tanaman kencur memiliki kandungan minyak atsiri yang

dianggap sebagai senyawa antifungi.

Berdasarkan penelitian Wasilah et al., (2004) mengemukakan bahwa senyawa

antifungi yang terkandung dalam minyak atsiri mengandung senyawa metabolit

sekunder yang termasuk kedalam golongan seskuiterpenoid. Seskuiterpenoid

terdapat sebagai komponen minyak atsiri yang berperan penting dalam memberi

aroma pada buah dan bunga. Jenis seskuiterpenoid yang diketahui, mempunyai

efek fisiologi yang nyata terhadap pertumbuhan dan hewan, seperti bekerja

sebagai penolak serangga dan insektisida, merangsang pertumbuhan tumbuhan,

dan bekerja sebagai fungisida (Robinson, 1995). Beberapan penelitian

melaporkan bahwa penggunaan ekstrak kencur dapat menghambat pertumbuhan

jamur Colletotrichum capcisi (Wiyatiningsih & Wuryandari, 1998) dan Fusarium

oxysporum (Monika, 2014).

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Hama Dan Penyakit Tumbuhan,

Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

September 2016 hingga Januari 2017.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan – bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah bibit tanaman pisang

kepok Manurun hasil kultur jaringan, isolat Fusarium oxysporum f.sp. cubense

(Foc) asal PT. GGF, isolat Trichoderma viride (koleksi Klinik Tanaman), ekstrak

kencur, menir beras, pupuk kandang, tanah, alkohol 70% dan 90%, media potato

sucrose agar (PSA). Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain laminar

air flow,autoclaf, cawan petri, tabung reaksi, labu erlenmeyer, mikroskop, gelas

ukur, bor gabus, jarum ose, bunsen, korek api, pipet tetes, nampan plastik,

alumunium foil, plastik penutup, plastik tahan panas, cutter, gelas preparat, gelas

penutup, spidol permanen, polybag dan lain-lain.

18

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menguji T. viride dan ekstrak kencur terhadap

penekanan perkembangan penyakit layu fusarium pada bibit tanaman pisang

secara in-planta. Perlakuan disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL)

yang terdiri atas 5 perlakuan, masing – masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali

dan setiap ulangan terdiri dari 2 bibit tanaman pisang. Perlakuan terdiri atas

Kontrol Negative tanpa perlakuan Foc (P1), Kontrol positif dengan perlakuan Foc

(P2), Inokulasi Foc dan ekstrak kencur (P3), Inokulasi Foc dan aplikasi T. viride

(P4), serta Inokulasi Foc, aplikasi T. viride dan ekstrak kencur (P5) (Gambar 1).

P5 U2

I

P5 U2

II

P2 U2

I

P2 U2

II

P1 U2

I

P1 U2

II

P2 U1

I

P2 U1

II

P5 U4

I

P5 U4

II

P2 U4

I

P2 U4

II

P4 U4

I

P4 U4

II

P4 U2

I

P4 U2

II

P4 U1

I

P4 U1

II

P5 U3

I

P5 U3

II

Gambar 1. Tata letak perlakuan

P4 U3

I

P4 U3

II

P3 U3

I

P3 U3

II

P1 U1

I

P1 U1

II

P3 U2

I

P3 U2

II

P3 U4

I

P3 U4

II

P1 U4

I

P1 U4

II

P2 U3

I

P2 U3

II

P1 U3

I

P1 U3

II

P4 U4

I

P4 U4

II

P3 U1

I

P3 U1

II

19

3.4 PelaksanaanPenelitian

3.4.1 Persiapan Pindah Tanam Tanaman Pisang

Persiapan diawali dengan mensterilkan tanah dan pupuk kandang dengan

menggunakan drum yang dipanaskan. Tanah dan pupuk kandang digunakan

sebagai media tanam dengan perbandingan 2 : 1. Tanah dan pupuk kandang

tersebut dimasukkan ke dalam polybag 10 kg, kemudian tanaman pisang ditanam

tanpa membawa tanah dari media tanam awal.

3.4.2 Pembuatan Media Potato Sukrose Agar (PSA)

Untuk satu liter akuades diperlukan 200 g kentang, 20 g agar, 20 g gula pasir dan

1,4 ml asam laktat. Pembuatan PSA dilakukan dengan mengupas dan

membersihkan kentang, lalu dipotong dadu kecil dan ditimbang sebanyak 200 g.

Potongan kentang dimasukkan ke dalam panci yang berisi air akuades 1000 ml

dan dimasak sampai kentang matang dan lunak kurang lebih 10 – 15 menit.

Setelah itu, sari kentang tersebut dimasukan ke dalam erlenmeyer lalu

ditambahkan akuades hingga mencapai volume 1000 ml. Gula pasir dan agar

ditimbang masing-masing 20 g, lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang telah

berisi sari kentang. Larutan tersebut diaduk hingga homogen, kemudian mulut

tabung erlenmeyer dibungkus menggunakan kertas alumunium foil sebelum

dimasukkan ke dalam autoklaf, diikat dengan karet dan dibungkus dengan plastik

tahan panas. Media disterilkan dengan autoklaf selama 20 menit pada suhu 121ºC

dan 1 atm. Setelah itu ditunggu sampai hangat kuku (40 _

500 C) lalu

ditambahkan asam laktat 1,4 ml ke dalam media tersebut.

20

3.4.3 Isolasi dari Tanaman Pisang Bergejala Layu Fusarium

Isolasi dilakukan dengan cara memotong jaringan tanaman di antara yang sakit

dan sehat dengan ukuran ± 0,5 x 0,5 cm atau lebih kecil, potongan dicelupkan

dalam larutan NaOCL 0,5% selama 1-2 menit dan dibilas dengan aquades steril.

Dengan menggunakan pinset yang sudah disterilkan, potongan jaringan tanaman

diletakkan ke dalam cawan petri yang berisi media PSA. Pengamatan dilakukan

3-5 hari setelah Inkubasi. Isolat Foc yang sudah tumbuh di dalam media yang

sebelumnya direisolasi ke media PSA yang baru sehingga didapatkan biakan

murni.

3.4.4 Inokulasi Fusarium oxysporum f.sp cubense (Foc)

Inokulasi Foc dilakukan dengan menyiramkan suspense Foc di sekitar perakaran

tanaman pisang pada saat tanaman berumur 5 minggu setelah pindah tanam.

Biakan Foc dalam media PSA disuspensikan menggunakan akuades menjadi 108

spora/ml.

3.4.5 Pembuatan Formulasi T. viride

Isolat T. viride diremajakan pada media PSA dalam cawan petri. Pembuatan

formulasi T. viride dilakukan dengan cara membiakkannya pada media menir

beras. Menir beras dimasak setengah matang lalu dimasukkan ke dalam plastik

tahan panas lalu disterilkan dalam autoclaf selama 20 menit pada tekanan 1,5 atm

dengan suhu 121ºC. Miselium T. viride yang berumur 4 hari dimasukkan ke

dalam masing – masing media tersebut dengan menggunakan bor gabus sebanyak

21

lima lubang bor. Kemudian seluruh media diinkubasi selama 14 hari disertai

penghomogenan setelah tampak pertumbuhan jamur.

3.4.6 Pembuatan Ekstrak Kencur

Rimpang kencur dicuci bersih dan dipotong-potong tipis lalu dikeringkan di

bawah sinar matahari kemudian dimasukan ke dalam oven selama 36 jam pada

suhu 50ºC. Setelah itu dihaluskan dengan menggunakan blender, kemudian

dilarutkan menggunakan akuades dengan perbandingan 10 g/100 ml didiamkan

selama 24 jam sebelum ekstrak siap digunakan.

3.4.7 Aplikasi Perlakuan

Sebanyak 10 g formulasi T. viride diaplikasikan pada perakaran tanaman pisang.

Tanaman dengan perlakuan ekstrak kencur diaplikasikan sebanyak 10 ml ekstrak

kencur ditambah air sebanyak 90 ml ke perakaran tanaman.

3.5 Variabel Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap intensitas penyakit tanaman. Pengamatan fisik

tanaman yang diamati adalah keterjadian penyakit layu fusarium, keparahan

penyakit yang berdasarkan gejala pada daun dan akar yang menguning / bergejala

layu fusarium dan tinggi tanaman pisang.

22

3.5.1 Keterjadian Penyakit Layu Fusarium pada Bibit Tanaman Pisang

Pengamatan keterjadian penyakit dilakukan berdasarkan munculnya gejala

pertama setelah inokulasi Foc sampai tanaman berumur 8 minggu. Keterjadian

penyakit (Disease incidence) pada daun dan akar dihitung menggunakan

TP = n

X 100% N

Keterangan :

TP = Keterjadian penyakit

n

= Jumlah tanaman bergejala sakit

N = Jumalah tanaman yang diaamati

(Ginting, 2013)

3.5.2 Keparahan Penyakit Layu Fusarium Pada Bibit Tanaman Pisang

Pengamatan berdasarkan gejala pada daun dan akar pada akhir pengamatan

dengan menggunakan skor penyakit. Kategori skor kerusakan pada daun dan akar

berdasarkan skor kerusakan (Tabel 1 dan Tabel 2). Pengamatan dilakukan satu

minggu sekali selama 8 minggu setelah aplikasi untuk skoring kerusakan daun,

sedangkan untuk akar dilakukan pada akhir pengamatan (Mak et al.2008 dalam

Ivayani, 2013).

Tabel 1. Skor penyakit pada daun tanaman pisang

Skor Keterangan (gejala)

1 Tidak ada infeksi (Tanaman sehat)

2 daun memiliki bercak / bintik kuning ( > 0 – 5 % daun menguning)

3 Daun sedikit menuning ( >5 – 20% jumlah daun)

4 Sebagian besar daun menguning (21 - 60% jumlah daun)

5 Seluruh Daun menguning (> 60% jumlah daun)

6 Tanaman mati

23

Tabel 2. Skor penyakit pada akar tanaman pisang

Skor Keterangan (gejala)

1 Tidak ada bintik hitam pada jaringan akar

2 Ada beberapa bintik hitam pada akar (> 0 – 5% dari jaringan akar)

3 Ada bintik hitam menutupi >5 – 20% dari jaringan akar

4 Ada bintik hitam menutupi 21 – 50% dari jaringan akar

5 Ada bintik hitam menutupi 51 – 80% dari jaringan akar

6 Terdapat bintik hitam pada seluruh jaringan akar (>80%)

Pengamatan pada akar dilakukan dengan menghitung presentase akar yang

bergejala penyakit layu fusarium dengan cara tanaman pisang dibongkar dari

media tanam lalu dicuci bersih dan diamati persentase serangannya.

Keparahan penyakit (Disease severity) pada daun dan akar menggunakanrumus:

3.5.3 Tinggi Tanaman Pisang

Dalam penelitian ini untuk mengetahui aspek agronomis variabel yang diamati

atara lain tinggi tanaman selama 8 minggu setelah aplikasi. Pengukuran tinggi

tanaman dilakukan dengan cara mengukur mulai dari pangkal batang sampai

percabangan daun tertinggi.

3.6 Analisis Data

Data yang diperoleh di analisis dengan sidik ragam kemudian dilanjutkan dengan

pemisahan nilai tengah menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf

5%.

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa :

1. Aplikasi Trichoderma viride dengan penambahan ekstrak kencur lebih baik

dalam menekan perkembangan (intensitas) penyakit layu Fusarium

dibandingkan hanya dengan Trichoderma viride atau ektrak kencur secara

tunggal.

2. Aplikasi Trichoderma viride dengan penambahan ekstrak kencur lebih baik

dalam meningkatkan pertumbuhan (tinggi) tanaman pisang.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan adalah penggunaan dosis atau konsentrasi

tertentu dengan beberapa taraf untuk melihat efektivitas dari penggunaan

Trichoderma viride dan ekstrak kencur.

33

DAFTAR PUSTAKA

Akhtar M.S., Siddiqui Z.A. 2008. Biocontrol of a root – rot disease complex of

chickpea by Glomus intraradices, Rhizobium sp., and Pseudomonas straita.

Crop Prot. 27 (3-5) : 410-417.

Alwanthani, H.A., dan Perveen, K. 2012. Biological control of fusarium wilt of

tomato by antagonistic fungi and cyanobacteria. Journal of Biotechnology

11(5):1100–1105.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2016. Produksi Tanaman Buah-buahan Pisang

(Ton).https://www.bps.go.id. Diakses pada tanggal 25 September 2016.

Benitez T., A.M Ricon, M.C Limon, A. Codon. 2004. Biocontrol mechanisms of

Trichoderma strains. 7 (4): 249-260.

Bowers, J. H. and Locke, J. C. 2000. Effect of botanical extracts on population

density of Fusarium oxysporum in soil and control of fusarium wilt in the

greenhouse. Plant Dis. 84:300-305.

Cook, R.J. dan Baker, K.F. 1983. The Nature and Practice of Biological Control

of Plant Pathogens. The American Phytopathological Society. St. Paul.

Minnesota. 539 hlm.

Darmawan, U.W. dan Anggraeni, I. 2012. Pengaruh ekstrak rimpang kunyit

(Curcuma domestica Vol.), lengkuas (Languas galanga L.) Stunz, dan

kencur (Kaempferia galanga L.) terhadap Phytium sp. Secara in-vitro.

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 9(3) : 135-140.

Gholib, D. 2009. Daya hambat ekstrak kencur (kaempferiagalangal.) terhadap

trichophyton mentagrophytes dan cryptococcus neoformans jamur

penyebab penyakit kurap pada kulit dan penyakit paru. Balai Besar

Penelitian Veteriner. Bullittro 20 (1) : 59-67.

Ginting, C. 2013. Ilmu Penyakit Tumbuhan Konsep dan Aplikasi. Lembaga

Penelitian Unversitas Lampung. Lampung. 203 Hlm.

34

Global Biodiversity Information Facility (GBIF). 2016. Taxonomy level

forspecies. http://www.gbif.org/species. Diakses pada tanggal 29 September

2016.

Gowdar S.B. 2006. Compatibility of fungicides with Trichoderma harzianum.

Agric.Sci. digest, 26 (4) : 279 – 281.

Gultom, J.M., 2008. Pengaruh Pemberian Beberapa Jamur Antagonis dengan

Berbagai Tingkat Konsentrasi untuk Menekan Perkembangan Jamur

Phytium sp Penyebab Rebah Kecambah pada Tanaman Tembakau

(Nicotianatabaccum L.) http://repository.usu.ac.id.pdf. Akses 25 September

2016.

Hajieghvari, B., Torabi-Giglou, M., Mohamadi, M.R., dan Davari, M. 2008.

biological potential of some Iranian Trichoderma isolates in the control of

soil borne plant pathogenic Fungi. African Jurnal of Biotehnology 7 (8) :

967-972.

Harman, G.E. 2000. Changes in Perceptions derived from research on

Trichoderma harzianum T-22. Plant Disease 84: 377-392.

Harman, G.E., Howell, C.R., Chet, I. and Lorito, M. 2004. Trichoderma spesies

opportunistic, avirulent plant symbionts. Microbiology 2 : 43-56.

Harsanti. 2001. Pengujian Kemampuan Aspergilusm spp., Trichoderma spp.,

Pinicillium spp. dalam meningkatkan ketahanan tanaman tomat terhadap

penyakit bercak coklat (Alternaria solania Sor). Jurnal Bionatura. 4(3):131-

136.

Howell C. R. 2003. Mechanism Employed By Trichoderma Spesies In The

Biological Control Of Plant Disease. The history and evolution of current

concepts. USDA/ARS Southern Plains Agricultural Research Center.

Ivayani. 2013. Aplikasi Trichoderma viride dan Bahan Organik Untuk

Pengendalian Hayati Penyakit Layu Fusarium (Fusarium oxysporum F.Sp.

Cubense) pada Tanaman Pisang. Tesis. Universitas Lampung. Bandar

lampung.

Jumjunidang., Narsis, N., Riska., dan Handayani, H. 2005. Teknik pengujian in

vitro ketahanan pisang terhadap layu fusarium menggunakan filtrat toksin

dari kultur Fusarium oxsyporum F.sp. Cubense. Journal Hortikultura 15 :

135-139.

Lilik, R., Wibowo, B.S., Irwan, C. 2010. Pemanfaatan Agens Antagonis dalam

Pengendalian Penyakit Tanaman Pangan dan Hortikultura.

http://www.bbopt.litbang.deptan.go.id. Diakses 25 september 2016

35

Monika, I. 2014. Uji Aktivitas Ekstrak Kencur Terhadap Pengendalian

Pertumbuhan Fusarium oxysporum dan Implementasinya dalam Pembuatan

Flipbook. Artikel Penelitian. Universitas Tanjungpura. Pontianak.

Nurbailis, M., Nasril, N., dan Dharma, A. 2005. Penapisan isolat trichoderma

yang berasal dari rizosfir tanaman pisang di Sumatera Barat untuk

Pengendalian Layu Fusarium. Journal Akta Agrosia 9 (1): 1410 – 3354.

Nurbailis dan Martinius. 2008. Karakterisasi genetik Trichoderma spp. indigenus

rizosfir pisang yang berpotensi pengendalian Fusarium oxysporum f.sp.

cubense penyebab penyakit layu Fusarium pada pisang. Jurnal Sains dan

Teknologi 11 (1): 59-63.

Nurbailis dan Martinus. 2011. Pengaruh kolonisasi Trichoderma spp. Pada akar

bibit pisang terhadap perkembangan penyakit layu fusarium (Fusarium

oxysporum f. sp. cubense). Jurnal Natur Indonesia 13(3) : 220-225.

Ploetz, R. C. 1990. Vascular wilt disease: Panama disease of bananas. in

Fusarium Wilt of Banana. APS Press. St. Paul.

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Institut Teknologi

Bandung. Bandung.

Rostiana, O., Rosita, S. M., Wawan, H., Supriadi., dan Siti, A. 2003, Status

pemuliaan tanaman kencur. Perkembangan teknologi TRO 15 2 : 25-38.

Rukmana, R. 2008. Apotik Hidup di Pekarangan. Kanisius.Yogyakarta. 154 hlm.

Salisbury, F.B., dan Ross, C.W. 1995. Fisologi Tumbuhan Jilid II. Biokimia

Tumbuhan. Diterjemahkan oleh DR Lukman dan Sumaryono. Bandung.

Penerbit ITB.

Satuhu, S. dan Supriyadi, A. 2007. Pisang Budidaya, Pengolahan, dan Prospek

Pasar. Penebar Swadaya. Jakarta.

Semangun. H. 2007. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Edisi

Kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Strakowska J., Blaszczyk L., Chelkowksi J. 2014. The significane of cellulolytic

enzymemes produces by Trichoderma in opportunistic lifestyle of this

fungus. J. Basic Microb. 54(suppl.1): S2 – 13.

Sudantha IM, Kusnarta IGM, Sudana IN. 2011. Uji Antagonisme beberapa jenis

cendawan Fusarium oxsyporum f.sp. cubense penyebab penyakit layu pada

tanaman pisang serta potensinya sebagai agens pengurai serasah. Agronomi

Teknologi dan Sosial Ekonom. 21(2-3):106-109.

Stover, R. H. 1990. Fusarium Wilt Of Banana: Some History And Current Status

Of The Dieses. APS Pers. St. Paul. USA.

36

Sudirman, A., C. Sumardiyono., dan S.M. Widyastuti. 2011. Pengendalian hayati

penyakit layu fusarium pisang (Fusarium oxysporum f.sp. cubense) dengan

Trichoderma sp. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia. 17 (1) : 31– 35.

Sutherland, R., Viljoen, A., Myburg, A. A. & Berg, N. V. D. 2012. Patogenecity

associated genes in Fusarium oxysporum f. sp. Cubense rac 4. South African

Jounal of Science 109 : 1-10.

Tandion, H. 2008. Pengaruh Jamur Antagonis Trichoderma harzianum dan

Pupuk Organik untuk Mengendalikan Patogen Tular Tanah Sclerotium

roflsii Sacc. Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L.) di Rumah Kasa.

http://repository.usu.ac.id.pdf. Diakses 25 september 2016.

Taufik, M. 2008. Efektivitas Agens Antagonis Trichoderma sp. pada berbagai

media tumbuh terhadap penyaki tlayu tanaman tomat. Prosiding Seminar

Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI PFI XIX Komisariat Sulawesi Selatan.

Makassar.

United States Department of Agriculture (USDA). 2016a. Plants Profile for Musa

paradisiaca L. http://plants.usda.gov/core/profile?symbol=MUPA3. Diakses

pada tanggal 29 September 2016.

Vinale F., Sivasisthamparam K., Ghisalberti E.L, Marra R., Woo S.L., Lorito M.

2008. Trichoderma – plant – phatogen interaction. Soil Biol. Biochem. 40

(1): 1 – 10.

Wasilah, F., Ammi, S., dan Yanti, H. 2004. Pengaruh ekstrak rimpang kunyit

(Curcuma domestica val) terhadap pertumbuhan jamur fusarium oxysporum

Schlect Secara In-vitro. Skripsi. Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA.

Universitas Pendidikan Indonesia.

Wiyatiningsih, S dan Wuryandari, Y. 1998. Pengaruh Ekstrak Kencur

(Kaempferia galangal L.) terhadap jamur Colletotrichum capcisi penyebab penyakit antraknose pada buah cabai. MIP UPN Veteran jawa timur 7 (17) :67-71.