UIN SYARIF HIDAYATULLAH...

128
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 90% DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam.) TERHADAP KONSENTRASI SPERMATOZOA, DIAMETER TUBULUS SEMINIFERUS, INTROMISSION LATENCY DAN INTROMISSION FREQUENCY TIKUS SPRAGUE-DAWLEY JANTAN SECARA IN VIVO SKRIPSI RATIH DARA SYADILLAH 1113102000003 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AGUSTUS 2017

Transcript of UIN SYARIF HIDAYATULLAH...

Page 1: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 90%

DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam.) TERHADAP

KONSENTRASI SPERMATOZOA, DIAMETER

TUBULUS SEMINIFERUS, INTROMISSION LATENCY

DAN INTROMISSION FREQUENCY TIKUS

SPRAGUE-DAWLEY JANTAN SECARA IN VIVO

SKRIPSI

RATIH DARA SYADILLAH

1113102000003

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

AGUSTUS 2017

Page 2: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

ii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 90%

DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam.) TERHADAP

KONSENTRASI SPERMATOZOA, DIAMETER

TUBULUS SEMINIFERUS, INTROMISSION LATENCY

DAN INTROMISSION FREQUENCY TIKUS

SPRAGUE-DAWLEY JANTAN SECARA IN VIVO

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

RATIH DARA SYADILLAH

1113102000003

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

AGUSTUS 2017

Page 3: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

iii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Ratih Dara Syadillah

NIM : 1113102000003

Tanda Tangan

Tanggal : 09 Agustus 2017

Page 4: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

iv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Page 5: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

v UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PENGESAHAN

Page 6: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Nama : Ratih Dara Syadillah

Program Studi : Farmasi

Judul : Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 90% Daun Kelor (Moringa

oleifera Lam.) Terhadap Konsentrasi Spermatozoa,

Diameter Tubulus Seminiferus, Intromission Latency dan

Intromission Frequency Tikus Sprague-Dawley Jantan

secara In Vivo

Moringa oleifera Lam. (kelor) merupakan tanaman bernilai tinggi yang banyak

tumbuh di negara tropis dan subtropis. Daunnya sangat bernutrisi, hampir seluruh

bagian dari tanaman ini berpotensi dalam pengobatan. Salah satu yang menarik

untuk digali ialah kemampuan daun kelor dalam mempengaruhi sistem reproduksi

tikus jantan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol

90% daun kelor terhadap konsentrasi spermatozoa, diameter tubulus seminiferus,

intromission latency dan intromission frequency. Tikus jantan Sprague-Dawley,

bobot 250-350 gram, sebanyak 20 ekor dibagi menjadi empat kelompok yaitu,

kelompok kontrol yang menerima Na CMC 0,25%, kelompok uji I (50 mg/kgBB),

II (200 mg/kgBB) dan III (800 mg/kgBB). Ekstrak etanol 90% daun kelor

(Moringa oleifera Lam.) diberikan selama 15 hari secara oral. Data dianalisis

menggunakan uji statistik one way ANOVA, LSD dan Kruskal Wallis. Hasil uji

menunjukkan bahwa konsentrasi spermatozoa dosis 800 mg/kgBB meningkat

secara bermakna (p≤0,05) dibanding kontrol. Diameter tubulus seminiferus semua

kelompok uji tidak berbeda bermakna terhadap kelompok kontrol (p≥0,05). Hasil

uji Kruskal Wallis menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna terhadap

intromission latency dan intromission frequency semua kelompok uji dibanding

kontrol (p≥0,05). Berdasarkan hasil tersebut, ekstrak etanol 90% daun kelor

(Moringa oleifera Lam.) dapat mempengaruhi konsentrasi spermatozoa, namun

tidak mempengaruhi diameter tubulus seminiferus, intromission latency dan

intromission frequency tikus jantan.

Kata Kunci : Moringa oleifera Lam, ekstrak etanol 90%, reproduksi tikus jantan,

konsentrasi spermatozoa, diameter tubulus seminiferus, intromission

latency, intromission frequency, tikus Sprague-Dawley jantan.

Page 7: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

Name : Ratih Dara Syadillah

Study Program : Pharmacy

Title : Study of 90% Ethanolic Extract of Kelor Leaves (Moringa

oleifera Lam.) Activity Against Sperm Concentration,

Seminiferous Tubular Diameter, Intromission Latency and

Intromission Frequency in Male Sprague-Dawley Rats In

Vivo

Moringa oleifera Lam. (kelor) is a highly valued plant which is mostly cultivated

in tropical and subtropical countries. The leaves are highly nutritious, almost all

the parts of these plants have been used for various medicine. One of interested

thing to explore is the ability of Kelor Leaves for affecting reproductive systems

of male rats. This study was conducted to find out the activity of 90% ethanolic

extract of Moringa oleifera Lam. leaves againts sperm concentration,

seminiferous tubular diameter, intromission latency and intromission frequency.

Male Sprague-Dawley rats, weighing 250-350 gram, a total 20 male rats were

divided into four groups, control group was received Na CMC 0,25% solution,

treatment group I (50 mg/kgBW), II (200 mg/kgBW) and III (800 mg/kgBW).

The 90% ethanolic extract of Moringa oleifera Lam. leaves were administered for

15 days orally. Data was analyzed statistically by using one way ANOVA, LSD

and Kruskal Wallis. The results showed that sperm concentration at dose 800

mg/kgBW was enhanced significantly (p≤0,05) compared to control group.

Seminiferous tubular diameter at all test group has no significant different againts

control group (p≥0,05). The Kruskal Wallis test showed that no significant

different of intromission latency and intromission frequency in all treatments

group compared to control (p≥0,05). Based on the result, the 90% ethanolic

extract of Moringa oleifera Lam. leaves can affect sperm concentration, but does

not affect seminiferous tubular diameter, intromission latency and intromission

frequency of male rats.

Keywords : Moringa oleifera Lam, 90% ethanolic extract, reproductive system of

male rats, sperm concentration, seminiferous tubular diameter,

intromission latency, intromission frequency, male Sprague-Dawley

Rats.

Page 8: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur kepada Allah SWT,

pemilik semesta alam dan ilmu pengetahuan yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun

skripsi berjudul “Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 90% Daun Kelor (Moringa

oleifera Lam.) Terhadap Konsentrasi Spermatozoa, Diameter Tubulus

Seminiferus, Intromission Latency dan Intromission Frequency Tikus

Sprague-Dawley Jantan secara In Vivo” dengan baik dan tepat pada waktunya.

Shalawat beriring salam senantiasa penulis curahkan kepada Baginda Rasul

Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Selama penelitian dan penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari telah

banyak pihak yang membantu dan senantiasa meluangkan waktu dalam

memberikan bimbingan, motivasi, petunjuk, saran serta dorongan hingga

penyusunan skripsi ini selesai. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis

menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang tulus dan sebesar-

besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M. Kes selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Azrifitria, M.Si., Apt dan Ibu Lani Hashina Mailawani, M.Si., Apt

selaku pembimbing yang dengan sabar telah memberikan bimbingan,

ilmu, masukan dan motivasi kepada penulis. Semoga ibu senantiasa sehat

serta dalam lindungan Allah SWT.

4. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Mahendra Lazuardi, S.E dan ibunda

Suryani yang dengan tulus dan ikhlas memberikan cinta dan kasih sayang,

dukungan baik moril maupun materil, serta doa tiada henti yang menyertai

setiap langkah penulis. Terimakasih atas segala pengorbanan yang telah

ayah dan ibu lakukan, semoga Allah membalas dengan syurgaNya yang

tertinggi.

Page 9: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Adikku tersayang, Bima Arasy yang selalu mendukung dan mendoakan

setiap usaha penulis, penyemangat dan sahabat terbaik yang pernah ada.

6. Keluarga besar tercinta yang tiada pernah lupa mendoakan dan memberi

semangat kepada penulis agar terwujud segala cita-cita dan menjadi

pribadi yang berguna bagi keluarga dan masyarakat.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, semoga

senantiasa menjadi amal jariyah dari Allah SWT.

8. Sahabat sekaligus partner terbaik, Vishilpy Dimalia. Terimakasih atas

kerjasamanya melewati suka duka penelitian ini, sudah mengerti dan

memahami kelebihan dan kekurangan penulis. Semoga kebahagiaan dan

kesuksesan menyerta bersama kita.

9. Sahabat-sahabat terbaik dan terkasih, Fitrahtunnisah, Yuni Rahmi, Nur

Rizqiatul Aulia, dan Lisa Ibrahim yang telah menemani penulis sejak awal

memulai perjuangan di Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak

Calon Apoteker Hebat menjadi Apoteker yang sukses dan diridhoi Allah

SWT.

10. Sahabat-sahabat tersayang, Fairuza Ajeng P., Isra Maulida A., Dini

Fitriyani, Ummum Nada dan Najmah Mumtazah yang selalu ceria, berbagi

suka serta semangat kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

Semoga Allah senantiasa mempermudah urusan kalian semua.

11. Teman-teman Al-Muslimah, Anggi Indah H., Lulu Annisa yang sudah

menjadi teman baik yang selalu ada, memberikan dukungan dan motivasi

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Teman-teman satu Lab penelitian (PDR), Hanum, Nurul, Akbar, Muzi,

Tika, Silvi, Citra, Mba Bed, Faris, Aisyah, Hasan, terimakasih atas

kerjasamanya selama melewati masa indah penelitian.

13. Kakak kelas terbaik, Kak Denny dan Kak Afin yang telah bersedia

meluangkan waktu dan membagi ilmunya, memberikan saran dan

dukungan kepada penulis selama proses penelitian, semoga kakak semakin

sukses dan ilmunya bermanfaat.

Page 10: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

14. Laboran Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Kak Eris, Kak Lisna,

Kak Yaenab, Kak Walid, Mbak Lilis, Kak Tiwi, Kak Rahmadi dan Mbak

Rani, yang sudah membantu penulis mempersiapkan alat dan bahan

selama penelitian.

15. Teman Farmasi Angkatan 2013 atas rasa kekekeluargaan, kekompakan,

kebersamaan, dan persaudaraan selama masa-masa perkuliahan yang akan

selalu terkenang dalam ingatan penulis.

16. Semua pihak yang telah membantu selama penelitian dan penyelesaian

naskah skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung yang namanya

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih belum sempurna

dan banyak kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat

diharapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan

bagi pembaca pada umumnya. Amin Ya Robbal’alamin.

Ciputat, Agustus 2017

Penulis

Page 11: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai civitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta, Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ratih Dara Syadillah

NIM : 1113102000003

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya

ilmiah saya dengan judul :

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 90% Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) Terhadap

Konsentrasi Spermatozoa, Diameter Tubulus Seminiferus, Intromission Latency

dan Intromission Frequency Tikus Sprague-Dawley Jantan secara In Vivo.

Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu

Digital Library Perpusatakan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak

Cipta. Demikian persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan

sebenarnya.

Dibuat di : Ciputat

Pada Tanggal :

Yang menyatakan,

(Ratih Dara Syadillah)

Page 12: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

Halaman

SKRIPSI ................................................................................................................. ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iv

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

ABSTRACT ......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR ........................ xi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4

1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................. 4

1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................. 4

1.4 Hipotesis Penelitian .................................................................................. 4

1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4

1.5.1 Secara Teoritis ................................................................................. 4

1.5.2 Secara Metodologi ........................................................................... 4

1.5.3 Secara Aplikatif ............................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6

2.1 Tanaman Kelor (Moringa oleifera Lam.) .................................................. 6

2.1.1 Klasifikasi Ilmiah ............................................................................. 6

2.1.2 Sinonim ............................................................................................ 6

2.1.3 Deskripsi Tanaman .......................................................................... 7

2.1.4 Kandungan Kimia ............................................................................ 8

v

Page 13: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.5 Kegunaan ...................................................................................... 11

2.1.6 Penelitian mengenai Tanaman Kelor ............................................ 12

2.2 Simplisia dan Ekstrak ............................................................................. 13

2.2.1 Simplisia ........................................................................................ 13

2.2.2 Ekstrak ........................................................................................... 14

2.3 Ekstraksi ................................................................................................... 14

2.3.1 Definisi ........................................................................................... 14

2.3.2 Tujuan ekstraksi ............................................................................. 14

2.3.3 Jenis-Jenis Ekstraksi ...................................................................... 15

2.3.4 Metode Ekstraksi ........................................................................... 15

2.4 Tinjauan Hewan Percobaan ..................................................................... 18

2.4.1 Klasifikasi Tikus Putih ................................................................... 18

2.4.2 Biologi dan Fisiologi Tikus Putih secara Umum ........................... 19

2.4.3 Karakteristik Tikus Sprague-Dawley ............................................. 20

2.4.4 Sistem Reproduksi Tikus Jantan .................................................... 20

2.4.4.1 Organ Reproduksi Tikus Jantan ......................................... 21

2.4.4.2 Spermatozoa ....................................................................... 24

2.4.4.3 Spermatogenesis ................................................................. 26

2.4.4.4 Pengendalian Hormon Terhadap Spermatogenesis ............ 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 31

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................. 31

3.1.1 Waktu Penelitian ............................................................................ 31

3.1.2 Tempat Penelitian .......................................................................... 31

3.2 Alat dan Bahan ......................................................................................... 31

3.2.1 Alat ................................................................................................. 31

3.2.2 Bahan ............................................................................................. 32

3.2.3 Hewan Uji ...................................................................................... 32

3.3 Rancangan Penelitian ............................................................................... 32

3.3.1 Besar Sampel ................................................................................. 32

3.3.2 Dosis Perlakuan ............................................................................. 33

3.4 Prosedur Penelitian .................................................................................. 35

3.4.1 Pemeriksaan Simplisia (Determinasi) ............................................ 35

Page 14: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4.2 Penyiapan Simplisia dan Pembuatan Ekstrak ................................ 35

3.4.3 Penapisan Fitokimia ....................................................................... 36

3.4.4 Uji Parameter Spesifik dan Non Spesifik Ekstrak ......................... 38

3.4.5 Penyiapan Hewan Uji .................................................................... 39

3.4.6 Pemberian Perlakuan ..................................................................... 39

3.4.7 Pengujian Parameter Aktivitas ....................................................... 40

3.4.8 Uji Intromission latency dan Intromission Frequency................... 42

3.4.9 Analisis Data .................................................................................. 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 43

4.1 Hasil Penelitian ........................................................................................ 43

4.1.1 Determinasi Tanaman .................................................................... 43

4.1.2 Ekstraksi ......................................................................................... 43

4.1.3 Penapisan Fitokimia ....................................................................... 43

4.1.4 Parameter Standar .......................................................................... 44

4.1.5 Pengukuran Bobot Badan Tikus .................................................... 45

4.1.6 Perhitungan Konsentrasi Spermatozoa .......................................... 45

4.1.7 Pengukuran Diameter Tubulus Seminiferus .................................. 47

4.1.8 Pengamatan Intromission Latency dan Intromission Frequency ... 48

4.2 Pembahasan ............................................................................................. 49

a) Konsentrasi Spermatozoa ................................................................ 55

b) Diameter Tubulus Seminiferus ....................................................... 58

c) Pengamatan Intromission Latency dan Intromission Frequency .... 61

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 67

5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 67

5.2 Saran ........................................................................................................ 67

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 68

Lampiran ............................................................................................................. 79

Page 15: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kandungan Fitokimia Tanaman Kelor ............................................... 9

Tabel 2.2 Kandungan Mineral Daun Kelor ....................................................... 11

Tabel 2.3 Data Biologis dan Reproduksi Tikus ................................................ 20

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ........................................................................ 34

Tabel 3.2 Pengenceran yang Dilakukan dan Jumlah Kotak yang Dihitung ...... 40

Tabel 3.3 Cara Pengenceran Spermatozoa ........................................................ 40

Tabel 3.4 Rumus Konsentrasi Spermatozoa ..................................................... 41

Tabel 4.1 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 90% Daun Kelor ............ 44

Tabel 4.2 Parameter Standar Ekstrak Etanol 90% Daun Kelor ........................ 44

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Konsentrasi Spermatozoa Hewan Uji ................. 45

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Diameter Tubulus Seminiferus Hewan Uji ......... 47

Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Intromission ........................................................ 48

Page 16: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Daun Kelor ..................................................................................... 6

Gambar 2.2 Distribusi, Pohon, Bunga dan Buah Tanaman Kelor ..................... 7

Gambar 2.3 Kandungan Asam Amino Moringa oleifera Lam .......................... 8

Gambar 2.4 Struktur Fitokimia Moringa oleifera Lam .................................... 10

Gambar 2.5 Anatomi Sistem Reproduksi Tikus Jantan .................................... 22

Gambar 2.6 Anatomi Spermatozoa Manusia .................................................... 25

Gambar 2.7 Morfologi Spermatozoa Tikus (perbesaran 1000 x) ..................... 25

Gambar 2.8 Siklus Spermatogenesis Tikus ....................................................... 27

Gambar 2.9 Kontrol Fungsi Testis .................................................................... 29

Gambar 4.1 Grafik Bobot Badan Hewan Uji .................................................... 45

Gambar 4.2 Grafik Hasil Rata-rata Konsentrasi Spermatozoa Hewan Uji ....... 46

Gambar 4.3 Grafik Hasil Pengukuran Diameter Tubulus Seminiferus............. 47

Gambar 5.1 Daun Kelor Segar (Moringa oleifera Lam.).................................. 89

Gambar 5.2 Pengeringan Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) ....................... 89

Gambar 5.3 Penghalusan Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) ...................... 89

Gambar 5.4 Penimbangan Serbuk Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) ......... 89

Gambar 5.5 Proses Maserasi Serbuk Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) .... 89

Gambar 5.6 Penyaringan Maserat Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) ......... 89

Gambar 5.7 Pemekatan Filtrat Dengan Vacuum Rotary Evaporator ................ 89

Gambar 5.8 Pengeringan Ekstrak Dengan Freeze Dry ..................................... 89

Gambar 5.9 Ekstrak Kental Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) ................... 89

Gambar 5.10 Proses Aklimatisasi Hewan Uji ................................................... 90

Gambar 5.11 Penimbangan Hewan Uji ............................................................. 90

Gambar 5.12 Penyondean Ekstrak Etanol 90% Daun Kelor............................. 90

Gambar 5.13 Pemeriksaan Fase Estrus Tikus Betina........................................ 90

Gambar 5.14 Pengamatan Intromission ............................................................ 90

Gambar 5.15 Terminasi Hewan Uji dengan Eter .............................................. 91

Gambar 5.16 Pembedahan Hewan Uji .............................................................. 91

Gambar 5.17 Pengambilan Kauda Epididimis .................................................. 91

Page 17: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

xvii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 5.18 Penyiapan Larutan NaCL Fisiologis ........................................... 91

Gambar 5.19 Kauda Epididimis ........................................................................ 91

Gambar 5.20 Pengeluaran Spermatozoa dari Kauda Epididimis ...................... 92

Gambar 5.21 Penetesan Suspensi Sperma pada Hemasitometer Neubareur..... 92

Gambar 5.22 Spermatozoa sebelum Pengenceran ........................................... 92

Gambar 5.23 Pengenceran Suspensi Spermatozoa dengan Larutan George..... 92

Gambar 5.24 Penetesan Suspensi Sperma pada Bilik Neubareur ..................... 92

Gambar 5.25 Pengamatan Suspensi Sperma pada Bilik Neubareur ................. 92

Gambar 5.26 Spermatozoa Dihitung dalam 1 Kotak setelah Pengenceran ....... 92

Gambar 5.27 Pengambilan Organ Testis .......................................................... 93

Gambar 5.28 Pengawetan Organ Testis dengan Larutan Formalin .................. 93

Gambar 5.29 Preparat Histologi Testis Hewan Uji ........................................... 93

Gambar 5.30 Pengamatan Tubulus Seminiferus Mikroskop perbesaran 100x . 93

Gambar 5.31 Pengukuran Diameter Tubulus Seminiferus Hewan Uji ............. 93

Page 18: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

xviii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Hasil Determinasi Tanaman .......................................................... 79

Lampiran 2 Surat Keterangan Sehat Hewan Uji ............................................... 80

Lampiran 3 Surat Hasil Kaji Etik Hewan Uji ................................................... 81

Lampiran 4 Alur Penelitian ............................................................................... 82

Lampiran 5 Perhitungan Dosis Ekstrak Etanol 90 % Daun Kelor .................... 84

Lampiran 6 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 90% Daun Kelor ........ 86

Lampiran 7 Kegiatan Penelitian ........................................................................ 89

Lampiran 8 Hasil Perhitungan Rendemen, Kadar Air dan Kadar Abu ............. 94

Lampiran 9 Hasil Pengukuran Bobot Badan Tikus .......................................... 96

Lampiran 10 Hasil Pengamatan Intromission ................................................... 99

Lampiran 11 Hasil Perhitungan Konsentrasi Spermatozoa Hewan Uji ........... 100

Lampiran 12 Hasil Pengukuran Diameter Tubulus Seminiferus Hewan Uji ... 101

Lampiran 13 Analisis Data Konsentrasi Spermatozoa Hewan Uji .................. 102

Lampiran 14 Analisis Data Diameter Tubulus Seminiferus Hewan Uji .......... 105

Lampiran 15 Analisis Data Intromission Latency ............................................ 107

Lampiran 16 Analisis Data Intromission Frequency ....................................... 109

Page 19: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki hutan

tropika terbesar kedua di dunia dengan keanekaragaman hayati dan dikenal

sebagai salah satu negara “megabiodiversity” kedua setelah Brazilia.

Diperkirakan hutan Indonesia menyimpan tumbuhan potensi obat

sebanyak 30.000 jenis, diantaranya 940 jenis telah dinyatakan berkhasiat

obat, 78% masih diperoleh melalui pengambilan langsung dari hutan

(Dianto et al., 2015). Masyarakat menggunakan bahan alam sebagai obat

secara turun temurun untuk mengurangi rasa sakit, menyembuhkan dan

mencegah penyakit serta menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat.

Tumbuhan yang digunakan tersebut dikenal sebagai obat herbal (Hakim et

al., 2017).

Salah satu tumbuhan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai

bahan baku obat adalah kelor (Moringa oleifera Lam.). Kelor termasuk ke

dalam familia Moringaceae dan mudah tumbuh di daerah tropis seperti

Indonesia (Putra et al., 2017). Sejarah mengungkapkan bahwa raja dan

ratu kuno menggunakan daun dan buah tanaman kelor dalam diet harian

mereka untuk menjaga mental, kewaspadaan, kesehatan kulit dan tenaga.

Oleh karena itu, kelor disebut juga sebagai Miracle Tree dan Mother’s

Best Friend (Bhargave et al., 2015). Kelor memiliki manfaat dan khasiat

yang tersebar pada semua bagiannya baik daun, batang, akar maupun biji.

Nutrisi yang terkandung dalam kelor cukup tinggi sehingga membuat

tanaman ini bersifat fungsional bagi kesehatan (Aminah et al., 2015).

Daun dari tanaman kelor merupakan bagian yang telah banyak

diteliti kandungan gizi dan kegunaanya. Daun kelor berukuran kecil, bulat

telur dan dapat dibuat sebagai sayur. Daun kelor terbukti mengandung 7

kali vitamin C pada jeruk, 10 kali vitamin A pada wortel, 17 kali kalsium

pada susu, 9 kali protein pada yoghurt, 15 kali kalium pada pisang dan 25

kali besi yang terdapat pada bayam (Gopalakrishnan et al., 2016).

Page 20: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Potensi yang dimiliki daun kelor telah digunakan dalam mengobati

berbagai penyakit diantaranya sebagai antihipertensi, diuretik, penurun

kolestrol, antiasma, analgetik, antipiretik, antidiabetes, antioksidan,

hepatoprotektif, mengurangi fibrosis hati, aktivitas antikanker, antitumor,

antispasmodik, antiulkus, gangguan pencernaan, gangguan penglihatan,

infeksi telinga, bronkitis, antimikroba, antibakteri dan antifungi (Bhargave

et al., 2015).

Daun kelor diketahui memiliki kandungan senyawa fitokimia

berupa tannin, sterol, saponin, terpenoid, fenolik, alkaloid, dan flavonoid

seperti quarcetin, isoquercitin, kaemfericitin, isotiosianat dan glikosida

(Gopalakrishnan et al., 2016). Dari berbagai kandungan dan manfaat

terapeutik yang dimiliki daun kelor (Moringa oleifera Lam.), potensinya

terhadap sistem reproduksi belum banyak diketahui, khususnya pada pria.

Beberapa penelitian yang sudah dilakukan mengenai pemberian

ekstrak daun kelor terhadap sistem reproduksi hewan jantan memberikan

hasil yang bertolak belakang. Dafaalla et al (2015) dalam penelitiannya,

melaporkan bahwa ekstrak etanol daun kelor yang diberikan kepada tikus

jantan selama 30 hari pada dosis 100, 200 dan 400 mg/kgBB mampu

meningkatkan bobot testis, bobot epididimis, kadar hormon testosteron,

FSH, LH, motilitas dan jumlah spermatozoa secara signifikan serta

menurunkan abnormalitas spermatozoa. Penelitian yang dilakukan

Priyadarshani & Varma (2014) terhadap serbuk daun kelor yang diberikan

kepada mencit jantan hiperglikemi selama 21 hari dengan dosis 200

mg/kgBB menunjukkan adanya peningkatan pada bobot testis, bobot

epididimis, mobilitas dan jumlah spermatozoa.

Pada tahun 2013, Afolabi et al melaporkan adanya peningkatan

jumlah sperma dan jumlah sel germinal testis secara signifikan pada tikus

jantan yang mengalami cryptorchidism setelah pemberian ekstrak metanol

daun kelor selama 2 minggu pada dosis 200 mg/kgBB. Cajuday dan

Poscidio (2010) juga melakukan pengujian ekstrak heksan daun kelor

kepada mencit jantan selama 21 hari yang menunjukkan peningkatan

bobot testis dan diameter tubulus seminiferus secara signifikan, namun

Page 21: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ekstrak tidak memberi pengaruh pada kadar hormon LH (Luteinizing

hormone) dan FSH (Follicle Stimulating Hormone).

Hasil yang bertolak belakang ditemukan dalam penelitian Owolabi

& Ogunnaike (2014) yang menunjukkan potensi lain dari ekstrak etanol

daun kelor (Moringa oleifera Lam.). Pengujian yang dilakukan terhadap

12 tikus wistar selama 28 hari pada dosis 200 mg/kgBB menimbulkan

kerusakan pada histologi testis dan epididimis tikus jantan, namun tidak

terlihat kerusakan pada organ vital lain seperti otak, ginjal dan hati.

Bachtiar dan Ghasani (2016) dalam penelitiannya terhadap pemberian

ekstrak etanol 90% daun kelor kepada tikus jantan Sprague-Dawley

selama 15 hari dengan dosis 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB dan 600

mg/kgBB menunjukkan bahwa ekstrak etanol 90% daun kelor dapat

menurunkan konsentrasi sperma, diameter tubulus seminiferus, motilitas

spermatozoa, jumlah spermatosit pakiten dan meningkatkan abnormalitas

morfologi spermatozoa. Selain itu, ekstrak tidak mempengaruhi kadar

hormon testosteron dan bobot testis tikus jantan.

Adanya perbedaan hasil yang ditunjukkan oleh beberapa penelitian

diatas menarik peneliti untuk mendalami kembali berbagai parameter yang

dapat dijadikan acuan untuk mengetahui aktivitas ekstrak daun kelor

terhadap reproduksi hewan jantan. Melatarbelakangi hal tersebut, maka

dilakukan uji aktivitas ekstrak etanol 90% daun kelor (Moringa oleifera

Lam.) pada tikus jantan galur Sprague-Dawley secara oral dengan dosis 50

mg/kgBB, 200 mg/kgBB dan 800 mg/kgBB selama 15 hari terhadap

konsentrasi spermatozoa, diameter tubulus seminiferus, intromission

latency dan intromission frequency secara in vivo.

1.2 Rumusan Masalah

Kelor (Moringa oleifera Lam.) merupakan salah satu tanaman yang

kaya akan nutrisi dan memiliki beragam manfaat dalam kesehatan.

Penelitian ilmiah terkait aktivitas daun kelor (Moringa oleifera Lam.)

yang mempengaruhi sistem reproduksi hewan jantan sudah banyak

dilakukan, namun beberapa diantaranya menunjukkan hasil yang

bertolak belakang.

Page 22: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti ingin

mendalami kembali berbagai paramater yang dapat dijadikan acuan

untuk melihat aktivitas daun kelor (Moringa oleifera Lam.) terhadap

sistem reproduksi tikus jantan.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol 90% daun kelor

(Moringa oleifera Lam.) pada tikus Sprague-Dawley jantan secara in vivo.

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui aktivitas pemberian ekstrak etanol 90% daun

kelor (Moringa oleifera Lam.) terhadap konsentrasi spermatozoa, diameter

tubulus seminiferus, intromission latency dan intromission frequency pada

tikus Sprague-Dawley jantan secara in vivo.

1.4 Hipotesis Penelitian

Ekstrak etanol 90% daun kelor (Moringa oleifera Lam.)

mempunyai aktivitas terhadap konsentrasi spermatozoa, diameter tubulus

seminiferus dan intromission latency serta intromission frequency pada

tikus Sprague-Dawley jantan.

1.5 Manfaat penelitian

1.5.1 Secara Teoritis

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan khazanah keilmuan,

pengetahuan serta wawasan mengenai aktivitas ekstrak etanol 90% daun

kelor (Moringa oleifera Lam.) terhadap sistem reproduksi pria.

1.5.2 Secara Metodologi

Penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan yang bermanfaat

dalam mempelajari aktivitas ekstrak etanol 90% daun kelor (Moringa

oleifera Lam.) bagi peneliti lain dan juga akademisi.

Page 23: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.5.3 Secara Aplikatif

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi ilmu dan informasi bagi

masyarakat luas dalam pengembangan ilmu reproduksi yang kemudian

dapat dijadikan obat alami.

Page 24: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kelor (Moringa oleifera Lam.)

2.1.1 Klasifikasi Ilmiah

Adapun sistematika tanaman kelor menurut Integrated Taxonomic

Information System (2010) adalah :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Viridaeplantae

Divisi : Tracheophyta

Subdivisi : Spermatophytina

Kelas : Magnoliopsida

Superordo : Rosanae

Ordo : Brassicales

Famili : Moringaceae

Genus : Moringa

Spesies : Moringa oleifera Lam.

2.1.2 Sinonim

Sinonim dari tanaman kelor diantaranya; Moringa oleifera Lam.

(latin), Subhanjana (Sanskrit), Saguna, Sainjna (Hindi), Suragavo

(Gujarati), Morigkai (Tamil), Mulaga, Munaga (Telugu), Murinna, Sigru

(Malayalam), Sainjna, Soanjna (Punjabi), Sahajan (Unani), Akshiva,

Gambar 2.1 Daun Kelor (Bhargave et al., 2015)

Page 25: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Haritashaaka (Ayurvedic), Rawag (Arab), Moringe à graine ailée,

Morungue (Perancis), Ángela, Ben, Moringa (Spanyol), Moringa,

Moringueiro (Portugis), La ken (China), Drumstick tree, Horseradishtree,

Ben tree (Inggris) (Jamal et al., 2016).

2.1.3 Deskripsi Tanaman

Moringa oleifera Lam. adalah tanaman perdu yang tumbuh dengan

cepat atau pohon yang berganti daun, biasanya tumbuh mencapai

ketinggian hingga 10 atau 12 m, berbatang lunak dan rapuh dengan daun

sebesar ujung jari berbentuk bulat telur dan tersusun majemuk. Daun

tripinnate, panjangnya mencapai 45 cm, tersusun rangkap dan bergantian

pada ranting. Buah kelor bersisi segitiga dengan panjang sekitar 30 cm,

tumbuh subur mulai dari dataran rendah ketinggian 700 m diatas

permukaan laut. Kulit batangnya mengeluarkan getah berwarna putih dan

berubah menjadi coklat kemerahan atau hitam kecoklatan saat terpapar

cahaya (Wahyuni et al., 2013; Chukwuebuka, 2015).

Gambar 2.2 a) Distribusi Moringa oleifera di dunia (www.outline-world-

map.com), b) Perbedaan bagian vegatatif dan reproduktif pohon Moringa

oleifera, i) ladang pohon tumbuh, ii) seikat daun kelor, iii) bunga dan iv)

buah (Saini et al., 2016)

Page 26: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bunga kelor ada yang berwarna putih, putih kekuning-kuningan

(krem) atau merah, tergantung jenis atau spesiesnya. Umumnya di

Indonesia bunga kelor berwarna putih kekuning-kuningan. Tudung

pelepah bunganya berwarna hijau dan mengeluarkan aroma bau semerbak.

Buah kelor berwarna hijau ketika masih muda dan berubah menjadi coklat

ketika tua, sementara bijinya berbentuk bulat, berwarna hijau terang ketika

muda dan berubah menjadi cokelat kehitaman ketika polong matang dan

kering dengan rata-rata berat biji berkisar 18-36 gram/100 biji (Aminah et

al., 2015). Dari segi anatomi kelor mempunyai sifat yang khas yaitu

terdapat sel-sel mirosin dan buluh-buluh gom dalam kulit batang dan

cabangnya. Dalam musim-musim tertentu dapat menggugurkan daunnya

(meranggas) (Roloff et al., 2009).

2.1.4 Kandungan Kimia

Kelor kaya akan senyawa yang mengandung gula sederhana,

rhamnosa dan suatu grup senyawa yang unik disebut glukosinolat dan

isotiosianat (Toma & Deyno, 2014). Daun kelor mengandung polifenol,

gula sederhana, tannin, vitamin, rhamnose, karotenoid, phytates, asam

fenolik, flavonoid, alkaloid, saponin, oksalat dan triterpenoid (Konmy et

al., 2016). Asam amino seperti Arg, His, Lys, Trp, Phe, Thr, Leu, Met, Ile,

Val juga ditemukan pada daun kelor (Gopalakrishnan et al., 2016).

Kandungan fitokimia seperti vanilin, karoten, askorbat, tokoferol, beta-

sitosterol, moringin, kaemferol dan quarcetin dilaporkan terdapat dalam

daun, akar, bunga, buah dan biji kelor (Dafaala et al., 2015).

Gambar 2.3 Kandungan asam amino Moringa oleifera (Aliyu et al., 2016)

Page 27: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bagian tumbuhan Kandungan Fitokimia

Akar 4-(α-L-rhamnopiranoksiloksi)-

benzilglukosinolat dan

benzilglukosinolat

Batang 4-hidroksimellein, vanillin, β-sitosteron,

asam oktacosanik dan β-sitosterol

Kulit kayu 4-(α-L-rhamnopiranoksiloksi)

benzilglukosinolat

Eksudat gum L-arbinosa, D-galaktosa, asam D-

glukuronat, L-rhamnosa, D-mannosa, D-

xylosa dan leukantosianin

Daun Glikosida niazirin, niazirinin dan 3

minyak mustarglikosida, 4-[4’-O-asetil- α

-L-Rhamnosiloksi) benzil] isotiosianat,

niaziminin A dan B.

Bunga yang matang D-mannosa, D-glukosa, protein, asam

askorbat, polisakarida

Keseluruhan biji Nitril, isotianat, tiokarbanat, o-[2-

hidroksi-3’-(2”- hepteniloksi)]

propilundekanoat, o-etil-4-{ α -1-

ramnosiloksi)-benzil] karbamat, metil-

p-hidroksibenzoat dan β-sitosterol

Biji yang tua Protein mentah, lemak mentah,

karbohidrat, metionin, sistein, 4-(α -

ramnopiranosiloksi)-

benzilglukosinolat,

benzilglukosinolat, moringin, mono-

palmitat dan trigliserida dioleat

Minyak biji Vitamin A, beta karoten, prekursor

vitamin A

Sumber : Shah et al (2016)

Tabel 2.1 Kandungan Fitokimia Tanaman Kelor (Moringa oleifera Lam.)

Page 28: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.4 Struktur fitokimia dari Moringa oleifera : niazinin A [1], 4-

(4’-O-asetil-α- L-rhamnopiranosiloksi) benzil isotiosianat [2], 4-( L-

rhamnopiranosiloksi) benzil isotiosianat [3], Niazimicin [4], 4-(α-L-

rhamnopiranoksiloksi) benzil glukosinolat [5], benzil isotiosianat [6],

aglikon dari deoksi-niazimicin (N-benzil, S-etiltioformat) [7],

pterygospermin [8], niaziminin [9 +10], O-etil-4-( α- L-rhamnosiloksi)

benzil karbamat [11], niazirin [12], gliserol-1-(9-oktadekanoat)[13], β-

sitosterol [14], 3-O-(6’-oleoil-β-D-glukopiranosil)-β-sitosterol [15], β-

sitosterol-3-O-β-D-glucopiranosida [16] (Toma & Deyno, 2014).

Page 29: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.5 Kegunaan

Daun kelor memiliki kualitas gizi yang sangat baik. Kandungan

beta-karoten, asam amino dan asam askorbat yang tinggi dalam kelor

digunakan untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu menyusui dan

mengobati penyakit kudis, penyakit pernapasan dan emesis. Jus daun kelor

dapat mengurangi kadar glukosa, sebagai pencahar, anti-inflamasi dan

bersifat antimalaria yang kuat. Fungsi lainnya sebagai penangkal demam,

sakit tenggorokan, bronkitis, radang selaput lendir hidung, mata dan

infeksi telinga, penyembuhan luka dan meringankan sakit kepala (Aliyu et

al., 2016). Di antara segudang tanaman alami, Moringa oleifera disebut

sebagai “miracle vegetable” karena berguna dalam pengobatan sekaligus

sebagai makanan. Daunnya digunakan dalam salad, kari sayuran, acar dan

untuk seasoning. Nilai terapeutik dan farmakologis yang dimiliki Moringa

oleifera Lam. sangat tinggi, sehingga konsumsi dalam makanan sehari-hari

dapat mengurangi risiko berbagai penyakit degeneratif (Tejas et al., 2012).

Tabel 2.2 Kandungan Mineral Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.)

Ca P Mg Na K Fe Mn Zn Cu

26.4 1.36 0.11 2.73 21.7 175 51.8 13.7 7.1

Sumber : Tejas et al., 2012

Manfaat dan khasiat yang tersebar pada seluruh bagian tanaman

kelor berguna dalam mengobati berbagai penyakit, diantaranya daun kelor

dapat mengobati asma, hiperglikemia, dislipidemia, flu, heart burn, sifilis,

malaria, pneumonia, diare, sakit kepala, penyakit kudis, penyakit kulit,

bronkitis, infeksi mata dan telinga, mengurangi tekanan darah dan

kolestrol, antikanker, antimikroba, antioksidan, antidiabetes dan agen anti

aterosklerotik serta neuroprotektif. Mineral yang terkandung pada daun

kelor seperti Ca, Mg, P, K, Cu, Fe dan S. Biji kelor membantu dalam

pengobatan hipertiroidisme, Chrohn’s disease, antiherpes-simplex virus,

artritis, rematik, gout, kram, epilepsi, gangguan transmisi seksual, juga

agen anti-inflamasi dan antimikroba. Pada bijinya terdapat pterygospermin

Page 30: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang merupakan senyawa aktif dalam tanaman ini dan bertindak sebagai

antibakteri dan antijamur. Bagian bunganya dapat beraktivitas sebagai

hipokolesterolemik, sedangkan buah dari tanaman kelor dapat mengobati

diare, penyakit hati, limpa, dan gangguan sendi (Gopalakrishnan et al.,

2016).

Potensi lain yang dimiliki daun kelor yaitu dapat meningkatkan

jumlah sperma dan mobilitasnya serta kesempatan bagi sperma untuk

membuahi sel telur. Senyawa fitokimia yang terdapat dalam ekstrak kelor,

seperti flavonoid memiliki peran dalam merubah kadar androgen,

keberadaan saponin pada biji kelor mampu meningkatkan kadar hormon

pria, terutama testosteron (Nithya & Elango, 2016). Berdasarkan laporan

penggunaan tradisional agen fertilitas di India, tanaman kelor memiliki

efek dalam meningkatkan kesuburan pria (Deka et al., 2011).

2.1.6 Penelitian mengenai Tanaman Kelor

Dalam penelitiannya, Khalifa et al (2016) memberikan ekstrak air

daun kelor kepada kelinci selama 21 hari dengan dosis 200 dan 400

(mg/kg/hari). Sildenafil sitrat 5mg/kg digunakan sebagai pembanding.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ekstrak air daun Moringa

oleifera tidak menyebabkan efek toksik. Selain itu, hasil menggambarkan

peningkatan fertilitas pria yang jelas dimanifestasikan dengan peningkatan

kadar hormon testosteron, aktivitas tiroid, kualitas sperma (motilitas,

viabilitas, integritas membran) hingga regulasi ekspresi gen reproduksi.

Pada tahun 2013, Bassey et al menemukan adanya peningkatan

yang signifikan terhadap bobot testis tikus jantan pra pubertal yang

diinduksi oleh alkohol setelah diberikan ekstrak etanol daun Moringa

oleifera Lam. dengan dosis 400 mg/kg selama 2 minggu. Penelitian ini

melaporkan bahwa kemampuan antioksidan ekstrak etanol daun kelor

sebanding dengan vitamin C yang memperlihatkan perbaikan pada

kerusakan testis akibat induksi alkohol.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Zade et al (2013), dimana

ekstrak air biji kelor diberikan kepada tikus albino jantan selama 21 hari

Page 31: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dengan dosis 100, 200 dan 500 mg/kg. Hasil didapatkan bahwa terjadi

peningkatan secara signifikan pada bobot testis, konsentrasi spermatozoa,

kaput segment epididimis, ventral prostat, penis, vesikula seminalis, dan

vas deferens. Peningkatan juga ditemukan pada pengamatan aktivitas

seksual tikus jantan yang dilihat dari paramater mounting frequency,

intromission frequency dan ejaculation latency serta libido secara

signifikan. Ekstrak air biji kelor berpotensi meningkatkan kesuburan pada

sistem reproduksi tikus jantan dan mengatasi gangguan fungsi seksual.

Prabsattroo (2015) mengamati aktivitas afrodisiak pada tikus

jantan yang diinduksi stress selama 7 hari. Ekstrak hidroetanolik 50%

daun kelor diberikan pada dosis yang bervariasi 10, 50 dan 250 mg/kgBB

secara oral. Didapatkan hasil bahwa ekstrak menunjukkan aktivitas

antioksidan dan penekanan terhadap monoamin oksidase tipe B (MAO-B).

Peningkatan kadar serum testosteron dan aktivitas seksual terjadi pada

tikus jantan yang diberikan sildenafil sitrat dan tikus dengan ekstrak

hidroetanol 50% daun kelor dosis 10 dan 250 mg/kg yang mengalami

stress. Ekstrak hidroetanol 50% daun kelor berpotensi sebagai afrodisiak,

terutama untuk orang yang mengalami stress akibat gaya hidup.

2.2 Simplisia dan Ekstrak

2.2.1 Simplisia

Dalam buku "Materia Medika Indonesia" ditetapkan bahwa definisi

dari simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang

belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain,

berupa bahan yang telah dikeringkan. Golongan simplisia ada tiga,

meliputi simplisia hewani, simplisia nabati dan simplisia pelikan (mineral)

(Depkes RI, 2000). Simplisia nabati menurut Depkes RI (2000) adalah

simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat

tanaman atau gabungan antara ketiganya.

Page 32: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.2.2 Ekstrak

Dalam buku FI IV, disebutkan bahwa ekstrak adalah sediaan kental

yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati

atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua

atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa

diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan

(Depkes RI, 2000). Ekstrak cair adalah sediaan dari simplisia nabati yang

mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet. Jika tidak

dinyatakan lain pada masing-masing monografi tiap ml ekstrak

mengandung senyawa aktif dari 1 g simplisia yang memenuhi syarat.

2.3 Ekstraksi

2.3.1 Definisi

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya

dengan menggunakan pelarut yang sesuai (Mukhriani, 2014). Menurut

Harbone (1987) ekstraksi merupakan proses penyarian zat-zat berkhasiat

atau zat-zat aktif dari bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan

termasuk biota laut. Ekstraksi (dalam hal yang digunakan dalam bidang

farmasi) merupakan suatu metode pemisahan bahan aktif sebagai obat dari

jaringan tumbuhan ataupun hewan menggunakan pelarut yang sesuai

melalui prosedur standar yang telah ditetapkan (Tiwari et al., 2011).

Simplisia seperti rimpang dan daun yang bersifat lunak akan

mudah diserap oleh pelarut, karena itu saat proses ekstraksi tidak

memerlukan serbuk yang halus. Simplisia yang keras seperti biji, kulit

kayu dan kulit akar susah diserap oleh pelarut, oleh sebab itu perlu

diserbuk hingga halus (Departemen Kesehatan RI, 2000).

2.3.2 Tujuan ekstraksi

Ekstraksi bahan alam bertujuan untuk menarik komponen kimia

yang terdapat pada bahan alam yang didasarkan pada prinsip perpindahan

massa komponen zat ke dalam pelarut. Proses perpindahan yang terjadi

Page 33: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

bermula pada lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam

pelarut (Harbone, 1987; Dirjen POM, 1986).

2.3.3 Jenis-Jenis Ekstraksi

Menurut Dirjen POM (1986), jenis ekstraksi bahan alam yang

sering dilakukan adalah ekstraksi secara panas dengan metoda refluks dan

penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin dengan metoda maserasi,

perkolasi dan sokhletasi.

2.3.4 Metode Ekstraksi

1. Ekstraksi Cara Dingin

a. Maserasi

Maserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak

digunakan. Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala

industri. Kelemahan dari metode maserasi ini adalah memakan banyak

waktu, pelarut yang digunakan cukup banyak dan besar kemungkinan

beberapa senyawa dapat hilang. Selain itu, beberapa senyawa sulit

diekstraksi pada suhu kamar. Namun disisi lain, metode maserasi dapat

menghindari rusaknya senyawa-senyawa yang bersifat termolabil

(Mukhriani, 2014).

Cara melakukan maserasi yaitu dengan memasukkan 10 bagian

simplisia dengan derajat yang cocok ke dalam bejana gelap, kemudian

dituangi dengan penyari 75 bagian, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari

sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari. Pengulangan penambahan

pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya

disebut dengan remaserasi. Penyarian dapat diakhiri jika pelarut tidak

berwarna lagi, kemudian dipindahkan ke dalam bejana tertutup,

dibiarkan pada tempat yang tidak bercahaya (Harbone, 1987; Dirjen

POM, 1986).

Page 34: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Perkolasi

Perkolasi merupakan metoda ekstraksi dengan pelarut yang selalu

baru hingga penyarian sempurna (exhaustive extraction). Pada

umumnya, perkolasi dilakukan pada suhu kamar. Proses terdiri dari

beberapa tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap

perkolasi sebenarnya (penampungan/penetesan ekstrak), terus hingga

diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali dari bahan

(Depkes RI, 2000).

Keuntungan dari metode ini adalah sampel senantiasa dialiri oleh

pelarut baru. Sedangkan kerugiannya adalah jika sampel dalam

perkolator tidak homogen maka pelarut akan sulit menjangkau seluruh

area. Selain itu, metode ini juga membutuhkan banyak pelarut dan

memakan banyak waktu (Mukhriani, 2014).

2. Ekstraksi Cara Panas

a. Sokletasi

Pada dasarnya, ekstraksi dengan cara ini dilakukan dengan pelarut

yang selalu baru menggunakan alat soklet secara kontinu. Cairan

penyari dipanaskan hingga mendidih. Uap penyari akan naik melalui

pipa samping, lalu diembunkan lagi oleh pendingin tegak. Cairan

penyari yang turun akan menyari zat aktif dalam simplisia. Selanjutnya

bila cairan penyari mencapai sifon, maka seluruh cairan akan turun ke

labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi. Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon (Harbone,

1987; Dirjen POM, 1986).

Kelebihan dari metode ini adalah proses ekstraksi yang kontinu,

sampel terekstraksi oleh pelarut murni hasil kondensasi sehingga tidak

membutuhkan banyak pelarut dan tidak memakan banyak waktu.

Adapun kelemahannya adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat

terdegradasi karena ekstrak yang diperoleh terus-menerus berada pada

titik didih (Mukhriani, 2014).

Page 35: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Refluks

Ekstraksi dengan metode refluks dilakukan dengan menggunakan

pelarut pada temperatur titik didih pelarut, selama waktu tertentu dan

jumlah pelarut yang terbatas dengan adanya pendingin balik dan relatif

konstan. Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan penyari

dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak,

lalu dipanaskan sampai mendidih. Cairan penyari akan menguap, uap

tersebut akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali

menyari zat aktif dalam simplisia tersebut, demikian seterusnya.

Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama 3-5 kali

sampai diperoleh ekstraksi yang sempurna (Depkes RI, 2000).

c. Infusa

Menurut Departemen Kesehatan RI (2000), infusa adalah ekstraksi

dengan pelarut air pada temperatur 90oC selama 15 menit. Infusa

adalah ekstraksi menggunakan pelarut air pada temperatur penangas

air dimana bejana infus tercelup dalam penangas air yang mendidih,

temperatur yang digunakan (96-980C) selama waktu tertentu (15-20

menit).

d. Dekokta

Dekokta adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30 menit) dan

temperatur sampai titik didih air (Depkes RI, 2000).

e. Digesti

Digesti merupakan maserasi kinetik (dengan pengadukan terus-

menerus) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar,

yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-500C (Depkes RI,

2000).

3. Destilasi Uap

Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan yang mudah

menguap (volatil) seperti minyak atsiri dari bahan (segar atau simplisia)

dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan

menguap dengan fase uap air dari ketel secara kontinu hingga sempurna

Page 36: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran (senyawa kandungan

menguap ikut terdestilasi) menjadi destilat air bersama senyawa

kandungan yang memisah sempurna atau memisah sebagian (Depkes RI,

2000).

2.4 Tinjauan Hewan Percobaan

2.4.1 Klasifikasi Tikus Putih

Klasifikasi tikus putih menurut Grzimek (1968), Musser dan

Carlton (1993) dalam Suckow (2006) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Class : Mammalia

Subclass : Theria

Infraclass : Eutheria

Ordo : Rodentia

Subordo : Myomorpha

Family : Muridae

Superfamily : Muroidea

Subfamily : Murinae

Genus : Rattus

Spesies : Rattus norvegicus (tikus cokelat atau tikus

norwegia), Rattus rattus (tikus hitam atau

tikus rumah), Rattus exulans (tikus

polinesian).

Subsepesies : R. rattus rattus (Tikus Hitam),R. rattus

alexandrinus [Tikus Hitam Alexandria ),R.

rattus brevicaudatus (Tikus Sawah), R. rattus

diardii (Tikus Hitam Malaya),R. rattus

frugivorous.

Page 37: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.4.2 Biologi dan Fisiologi Tikus Putih secara Umum

Hewan percobaan atau hewan laboratorium adalah hewan yang

sengaja dipelihara dan diternakkan untuk dipakai sebagai hewan model

guna mempelajari dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu

dalam skala penelitian atau pengamatan laboratorik (Smith dan

Mangkoewidjojo, 1988). Tikus merupakan hewan laboratorium yang

banyak digunakan dalam penelitian dan percobaan antara lain untuk

mempelajari pengaruh obat-obatan, toksisitas, metabolisme, embriologi

maupun dalam mempelajari tingkah laku (Malole dan Pramono, 1989).

Tikus termasuk hewan mamalia, oleh sebab itu dampaknya

terhadap suatu perlakuan mungkin tidak jauh berbeda dibandingkan

dengan mamalia lainnya. Kelompok tikus pertama-tama dikembangkan di

Amerika Serikat antara tahun 1877 dan 1893. Keunggulan tikus putih

dibandingkan tikus liar antara lain lebih cepat berkembang biak. Kelebihan

lainnya sebagai hewan laboratorium adalah sangat mudah ditangani, dapat

ditinggal sendirian dalam kandang asal dapat mendengar suara tikus lain

dan berukuran cukup besar sehingga memudahkan pengamatan (Smith dan

Mangkoewidjojo, 1988).

Penggunaan tikus sebagai hewan percobaan didasarkan atas

pertimbangan ekonomis dan kemampuan hidup tikus yang hanya 2-3

tahun dengan lama reproduksi 1 tahun (Smith dan Mangkoewidjojo,

1988). Secara umum, berat badan tikus laboratorium lebih ringan

dibandingkan berat badan tikus liar. Biasanya pada umur empat minggu

beratnya 35-40 gram dan berat dewasa rata-rata 200-250 gram, tetapi

bervariasi tergantung pada galur. Kecepatan tumbuh seekor tikus sebesar 5

gram per hari. Galur Sprague Dawley merupakan galur yang paling besar

diantara galur yang lain. Galur tikus lain yang sering digunakan dalam

penelitian diantaranya : Wistar, Long Evans, dan Holdzman (Smith dan

Mangkoewidjojo, 1988).

Tikus memasuki masa pubertas pada 50-60 hari setelah kelahiran.

Pada tikus putih jantan ditandai dengan adanya penurunan testis dari

abdominal ke skrotum (Smith & Mangkoewidjojo, 1988). Tikus dipilih

Page 38: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menjadi objek penelitian karena memiliki homogenitas metabolik yang

mirip manusia. Tikus putih memiliki organ dan fisiologi sistemik yang

sama, serta memiliki gen yang mirip dengan manusia. Tikus putih juga

memiliki kemiripan yang baik bagi patogenitas suatu penyakit. Kemiripan

inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa tikus putih digunakan

dalam meneliti patogenitas penyakit maupun proses penuaan pada manusia

(Olayaki et al., 2008).

2.4.3 Karakteristik Tikus Sprague-Dawley

Berat badan dewasa : Jantan 450 - 520 g

Berat badan dewasa : Betina 250 – 300 g

Masa hidup 2.5 – 3.5 tahun

Temperatur tubuh

Denyut jantung

Laju pernapasan

35.9o – 37.5

oC (96.6

o– 99.5

oF)

250 – 450/menit

70 - 115/menit

Konsumsi pakan 5-6 g/100 g/hari

Konsumsi air 10-12 ml/100 g/hari

Onset masa kawin : Jantan 65 – 110 hari

Onset masa kawin : Betina 65 – 110 hari

Panjang siklus estrus 4 – 5 hari

Lama Kebuntingan 21 – 23 hari

Estrus postpartum Fertil

Jumlah anak 6 – 12 ekor

Umur sapih

Durasi kawin

21 hari

350 - 440 hari

Jumlah kromosom (diploid) 42

Sumber : Hrapkiewick et al., 2014

2.4.4 Sistem Reproduksi Tikus Jantan

Biologi reproduksi merupakan topik penting dalam penelitian

biomedis. Gangguan fungsi reproduksi menjadi salah satu permasalahan

mendasar baik pada manusia maupun hewan. Keberadaan hewan model

Tabel 2.3 Data Biologis dan Reproduksi Tikus

Page 39: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(hewan coba) sangat dibutuhkan untuk menjawab permasalahan-

permasalahan tersebut melalui penelitian in vivo. Tikus (Rattus

norvegicus) albino atau yang dikenal sebagai “tikus putih” adalah hewan

yang paling sering digunakan sebagai model dalam penelitian biomedis

(Fitria et al., 2015).

Sistem reproduksi pada jantan terdiri atas sepasang testis yang

terdapat dalam skrotum, sepasang kelenjar asesori dan organ kopulasi

(Akbar, 2010). Fungsi reproduksi pada jantan dapat dibagi menjadi tiga

subdivisi utama. Meliputi (1) spermatogenesis, yang berarti pembentukan

sperma; (2) kinerja seks laki-laki; dan (3) pengaturan fungsi reproduksi

laki-laki oleh berbagai hormonal (Guyton & Hall, 2014).

Pada hewan yang melakukan fertilisasi secara interna organ

reproduksinya dilengkapi dengan adanya organ kopulatori, yaitu suatu

organ yang berfungsi menyalurkan spermatozoa dari organisme jantan ke

betina. Hewan jantan berperan dalam memproduksi spermatozoa dan

sejumlah kecil cairan untuk memungkinkan sel spermatozoa masuk

menuju rahim (William, 2005). Pada tikus jantan, jarak antara uretra dan

anus lebih jauh dari pada tikus betina (Koolhas, 2010).

2.4.4.1 Organ Reproduksi Tikus Jantan

A. Testis

Testis tikus jantan terdapat pada dua kantung skrotum yang

dipisahkan oleh membran tipis yang terletak antara anus dan preputium.

Testis tersebut kemudian turun dari hari ke 30-40 masa hidupnya dari

rongga perut ke kantung skrotum melalui kanalis inguinal terbuka

(Suckow, 2006). Proses ini dikenal sebagai descensus testiculorum yang

dikendalikan oleh androgen. Dengan posisi ini temperatur testis menjadi

lebih rendah daripada temperatur tubuh (sekitar 2-4 oC) yang diperlukan

untuk spermatogenesis (Fitria et al., 2015).

Testis terdiri dari tubulus seminiferus yang panjang dan berkelok

kelok, yang pada epitelnya merupakan tempat berlangsungnya

spermatogenesis. Ujung dari tubulus seminiferus ini kemudian bermuara

Page 40: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menuju epididimis (Barrett et al., 2010). Testis merupakan sepasang

struktur berbentuk oval, agak gepeng, dengan panjang sekitar 4 cm dan

diameter sekitar 2,5 cm, bersama epididimis, testis berada di dalam

skrotum yang merupakan sebuah kantung ekstra abdomen tepat di bawah

penis (Sheerwood, 2009).

Testis adalah organ kelamin jantan yang berfungsi sebagai tempat

sintesis hormon androgen (terutama testosteron) dan tempat

berlangsungnya proses spermatogenesis. Kedua fungsi testis ini

menempati lokasi terpisah di dalam testis. Biosintesis androgen

berlangsung dalam sel Leydig di dalam jaringan interlobular, sedangkan

proses spermatogenesis berlangsung dalam epitel tubulus seminiferus

(Junqueira, 2007).

Gambar 2.5 Anatomi Sistem Reproduksi Tikus Jantan (Suckow, 2006)

Coagulating gland

Ampullary gland

Urinary bladder

Vas deferens

Urethra

Corpus

Epididymis

Testis

Penis Cauda

Epididymis

Caput

Epididymis

Preputial gland

Cowpers gland

Prostate

gland

Vesicular

gland

Ureter

Kidney

Page 41: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

B. Kelenjar Asesori

Kelenjar asesoris berperan penting pada proses reproduksi. Kelenjar

ini menghasilkan sekreta yang merupakan bagian dari plasma semen,

berfungsi sebagai nutrisi dan media transpor bagi spermatozoa,

perlindungan terhadap berbagai kuman infeksi, pembilas saluran uretra

terhadap sisa-sisa urin, dan berperan dalam proses netralisasi pH saluran

reproduksi jantan dan betina sebelum dilewati spermatozoa. Pada beberapa

hewan laboratorium, seperti tikus dan mencit, sekreta kelenjar aksesoris

ini membentuk sumbat vagina serta mempengaruhi motilitas spermatozoa

dan fertilitas setelah kopulasi (Mohamad dkk, 2001).

Kelenjar asesoris rodentia dan mamalia pada umumnya terdiri atas

epididimis, vas deferens, sepasang vesikula seminalis, prostat dan

sepasang glandula Cowper (bulbourethralis). Epididimis adalah suatu

struktur memanjang yang bertaut rapat dari bagian bawah testis sampai

bagian atas testis dan di dalamnya terdapat duktus epididimis yang

berliku-liku. Epididimis dapat dibagi atas tiga bagian kepala, badan, dan

ekor (Akbar, 2010).

Saluran epididimis menghubungkan kelenjar testis dan vas deferens.

Epididimis berfungsi untuk pematangan spermatozoa dan sekaligus tempat

penyimpanan spermatozoa yang sudah matang (dewasa). Saluran

epididimis ini kemudian berhubungan langsung dengan saluran deferens

(vas deferens). Vas deferens atau duktus deferens mengangkut sperma dari

ekor epididimis ke uretra. Dindingnya mengandung otot-otot licin yang

penting dalam mekanisasi pengangkutan semen waktu ejakulasi. Pada

bagian ujung vas deferens ini dikelilingi oleh suatu pembesaran kelenjar-

kelenjar yang disebut ampula.

Sebelum masuk uretra vas deferens bergabung terlebih dahulu

dengan saluran pengeluaran vesikula seminalis dan membentuk duktus

ejakulatorius. Dari duktus ejakulatoris kemudian berlanjut ke uretra yang

merupakan saluran pengangkut sperma dari vas deferens ke penis.

Kelenjar-kelenjar lainnya selain epididimis adalah kelenjar bulbourethra

(kelenjar Cowper), kelenjar prostat dan vesika seminalis (Akbar, 2010).

Page 42: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bentuk, ukuran, dan keberadaan kelenjar-kelenjar ini bervariasi

bergantung pada jenis hewan. Pada tikus, selain kelenjar utama tersebut,

terdapat kelenjar koagulasi yang melekat pada kelenjar vesikularis. Selain

itu, kelenjar prostat tikus memiliki lobus dorsal, lateral dan ventral (Jesik

et al.,1982).

C. Alat Kelamin Luar atau Organ Kopulatoris (Akbar, 2010)

Organ kopulatoris tikus jantan adalah penis yang mempunyai tugas

ganda yaitu sebagai alat pengeluaran urin dan penyaluran semen ke dalam

saluran reproduksi tikus betina. Penis terdiri dari akar, badan dan ujung

bebas yang berakhir pada glans penis. Penis ditunjang oleh fascia dan

kulit. Badan penis terdiri dari korpus kavernosum penis yang relatif besar

dan diselimuti oleh suatu selubung fibrosa tebal bewarna putih, yaitu

tunika albugenia.

Di bagian ventral terdapat korpus kavernosum uretra, suatu struktur

yang relatif lebih kecil yang mengelilingi uretra. Di bagian dorsal terdapat

sporangium kavernosa yang bersifat seperti spons dan terdiri atas rongga-

rongga yang dapat dianggap sebagai kapiler-kapiler yang sangat membesar

dan bersambung dengan vena penis. Ereksi penis pada umumnya

disebabkan oleh pembesaran rongga-rongga ini oleh darah yang

berkumpul.

2.4.4.2 Spermatozoa

Menurut Rugh (1967) spermatozoa tikus putih jantan terdiri dari

bagian kepala, bagian tengah dan ekor. Kepala mempunyai kait dengan

panjang kira-kira 0,008 mm, bagian tengah pendek dan ekor sangat

panjang (rata-rata 0,1226 mm). Pada kepala terdapat akrosom yang

mengandung enzim hyluronidase yang berfungsi pada saat fertilisasi.

Didalam kepala terdapat inti. Ekor menyerupai bentukan flagellum dan

digunakan untuk pergerakan terutama pada saat ada didalam alat kelamin

betina.

Page 43: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.6 Anatomi spermatozoa manusia (Barret et al., 2010)

Proses pembentukan dan produksi spermatozoa di dalam testis

disebut spermatogenesis. Spermatozoa pada hewan pengerat lebih panjang

dari spesies mamalia lain termasuk manusia dan hewan domestik pada

umumnya (Krinke, 2000). Produksi sperma setiap hari pada tikus adalah

35,4 x 106/mL, tidak berbeda signifikan dengan manusia yakni 45,5 x

106/mL (Ilyas, 2007).

Menurut Nalbandov (1990), spermatozoa yang abnormal akan

menurunkan fertilisasi tikus putih jantan. Beberapa sperma yang abnormal

diketahui ada yang bersifat genetik. Semua bagian spermatozoa (kepala,

leher dan ekor) dapat mengalami abnormalitas. Toelihere (1985)

mengklasifikasikan abnormalitas pada spermatozoa menjadi dua, yaitu

abnormalitas primer dan sekunder. Abnormalitas spermatozoa primer

terjadi karena gangguan spermatogenesis di dalam tubulus seminiferus

(Kesuma, 2013), sedangkan abnormalitas sekunder disebabkan karena

Gambar 2.7 Morfologi Spermatozoa Tikus (perbesaran 1000x)

(Halvaei et al., 2012)

Page 44: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

adanya gangguan proses pematangan spermatozoa dalam epididimis,

dimana spermatozoa mengalami serangkaian perubahan morfologi dan

fungsional seperti ukuran, bentuk, ultrastrutktur bagian tengah, DNA, pola

metabolisme, dan sifat membran plasma (Harlis, 2011).

Yatim (1982) mengungkapkan bahwa abnormalitas spermatozoa

dapat disebabkan oleh faktor hormonal, nutrisi, obat, akibat radiasi atau

penyakit. Rendahnya kadar hormon testosteron yang diproduksi oleh sel

Leydig dapat menghambat spermatogenesis dan dapat mengganggu

maturasi spermatozoa di dalam epididimis (Kesuma, 2013).

2.4.4.3 Spermatogenesis

Spermatogenesis adalah suatu proses kompleks dimana sel

germinativum primordial yang relatif belum berdiferensiasi,

spermatogonia (masing-masing mengandung komplemen diploid 46

kromosom), berproliferasi dan diubah menjadi spermatozoa (sperma) yang

sangat khusus dan dapat bergerak, masing-masing mengandung set

haploid 23 kromosom yang terdistribusi secara acak (Sheerwood, 2009).

Proses spermatogenesis ini terjadi di dalam tubulus seminiferus.

Tubulus seminiferus adalah suatu organ berbentuk saluran panjang

dan berkelok-kelok yang terdapat dalam lobulus testis. Di dalam tubulus

seminiferus inilah terdapat proses perkembangan sel-sel spermatogenik

yang membelah beberapa kali dan akhirnya berdiferensiasi untuk

menghasilkan spermatozoa (Ermayanti, 2016). Spermatogenesis terdiri

atas 3 fase yaitu mitosis, meiosis dan spermiogenesis (Junqueira,1995).

Perkembangan spermatogenium, spermatosit atau spermatid pada

tikus saling terintegrasi dan terorganisasi dengan baik pada daerah yang

sama dalam tubulus. Siklus epitel seminiferus dengan asosiasi sel yang

jelas disebut “stage of the cycle” yang dilambangkan dengan huruf romawi

I-XIV dan spermiogenesis dibagi atas 1-19 tahap (Krinke, 2000).

Page 45: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.8 Siklus Spermatogenesis Tikus. Tahapan siklus sel dalam

spermatogenesis tikus dimulai searah jarum jam dari kiri bawah A,

spermatogenium tipe A; In, spermatogenium tipe intermediate, B,

spermatogenium tipe B; R, resting spermatosit primer, L, Leptotene

spermatosit; Z, Zygotene spermatosit; P (I), P (VII), P (XII), awal

pertengahan dan akhir spermatosit pakiten. Angka romawi menunjukkan

tahap siklus dimana mereka ditemukan, DI, diplotene; II, spermatosit

sekunder; 1-19, langkah-langkah spermatogenesis. Diadaptasi dari

Clermount dengan sedikit modifikasi (1962) (Krinke, 2000).

Secara garis besar spermatogenium diklasifikasikan ke dalam tiga

jenis : tipe A, tipe intermediet dan tipe B. Spermatogonia tipe A ini dibagi

menjadi tipe AO (disebut juga sel induk) dan tipe A1-A4. Tipe

spermatogonium AO tetap pada membran basal di tubulus seminiferus dan

memiliki kemampuan untuk membelah menjadi dua sel anak, salah

Page 46: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

satunya menjadi spermatogonium A1, yang seterusnya lebih lanjut dalam

proses spermatogenesis, sedangkan yang lainnya sebagai sel induk.

Pada tikus, spermatogenium A1 kemudian memiliki enam

pembelahan mitosis, dan kemudian menjadi spermatosit prelepton.

Spermatosit dalam fase meiosis, dimana berkembang menjadi leptotene,

zygoten dan pakiten untuk menjadi spermatosit sekunder di komponen

adluminal dari sel Sertoli dalam tubulus seminiferus. Selama fase meiosis,

masing-masing spermatosit membelah menjadi satu dari empat spermatid

haploid, yang kemudian memasuki fase akrosom. Kondensasi inti dan

perpanjangan terjadi berikutnya, diikuti oleh fase eliminasi dan pelepasan

sitoplasma. Terdapat 14 tahapan siklus spermatogenesis yang terjadi di

dalam tubulus seminiferus tikus. Tubulus memiliki susunan ruas, dan

setiap potongan melintang tubula menunjukkan tahapan yang seragam

yang melibatkan empat atau lima generasi di sel germinal dengan sesuai.

Tubulus seminiferus tikus dikarakterisasai oleh struktur ruas,

sedangkan pada manusia dan hewan domestik lainnya biasanya

menunjukkan pola mosaik dibeberapa tahap. Pada tikus, dibutuhkan 12

hari untuk menyelesaikan satu siklus yang terdiri dari 14 tahap.

Spermatogenium tikus membutuhkan empat siklus sampai akhirnya

membentuk spermatozoa, sehingga diperlukan 48 hari untuk

menyelesaikan tahap spermatogenesis (Krinke, 2000).

2.4.4.4 Pengendalian Hormon Terhadap Spermatogenesis

Proses spermatogenesis dipengaruhi oleh hormon-hormon yang

dihasilkan oleh hipotalamus, hipofisis dan testis sendiri. Hormon yang

terlibat adalah testosteron, hormon lutein (LH), hormon perangsang folikel

(FSH : Follicle Stimulating Hormone), estrogen, dan hormon pertumbuhan

lainnya. Selain sebagai organ penghasil sperma, testis juga menghasilkan

hormon-hormon seperti testosteron, dihidrotestosteron, estradiol,

progesteron dan lain-lain (Speroff, Glaas RH, Kase NG, 1999).

Page 47: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

GnRH (gonadotropin-releasing hormone) merupakan suatu

peptida dengan 10 asam amino yang disekresi oleh neuron yang badan

selnya terletak di nukleus arkuata hipotalamus. GnRH kemudian diangkut

ke kelenjar hipofisis anterior dalam darah portal hipofisis dan merangsang

pelepasan dua jenis gonadotropin, LH dan FSH. Testosteron disekresi oleh

sel-sel interstisial Leydig di testis, namun hanya terjadi bila sel Leydig

dirangsang oleh LH dari kelenjar hipofisis anterior. Jumlah testosteron

yang disekresi meningkat kira-kira sebanding dengan jumlah LH yang ada.

FSH berikatan dengan reseptor-reseptor FSH spesifik yang melekat pada

sel Sertoli di dalam tubulus seminiferus.

Salah satu komponen penting sekresi sel Sertoli adalah Androgen

Binding Protein (ABP). Protein ini mengikat androgen (yaitu, testosteron)

sehingga kadar hormon ini di dalam lumen tubulus seminiferus tetap

tinggi. Konsentrasi testosteron di dalam cairan tubulus seminiferus adalah

100 kali dibandingkan konsentrasinya di darah. Konsentrasi testosteron

yang tinggi ini esensial untuk mempertahankan produksi sperma. Sel

sertoli adalah tempat untuk mengontrol spermatogenesis oleh testosteron

Gambar 2.9 Kontrol Fungsi Testis (Sherwood, 2010)

200

Page 48: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dan FSH. Selain itu, sel sertoli juga mengeluarkan inhibin yang bekerja

sebagai umpan balik negatif untuk mengatur sekresi FSH (Sherwood

2014; Guyton 2014).

Faktor-faktor hormonal yang merangsang spermatogenesis

diantaranya (Guyton & Hall, 2014) :

1. Testosteron, disekresi oleh sel-sel Leydig yang terletak di interstisium

testis. Hormon ini penting bagi pertumbuhan dan pembelahan sel-sel

germinal testis, yang merupakan tahap pertama dalam pembentukan

sperma.

2. Hormon luteinisasi (Luteinizing Hormone), LH disekresi oleh kelenjar

hipofisis anterior, merangsang sel-sel Leydig untuk sekresi testosteron.

3. Hormon perangsang folikel (Follicle Stimulating Hormone), FSH juga

disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior, merangsang sel-sel

Sertoli; tanpa stimulasi ini, perubahan spermatid menjadi sperma

(proses spermatogenesis) tidak akan terjadi.

4. Estrogen, dibentuk dari testosteron oleh sel-sel Sertoli ketika sel

Sertoli dirangsang oleh FSH, juga penting untuk spermatogenesis.

5. Hormon pertumbuhan (dan sebagian besar hormon tubuh lainnya)

diperlukan untuk mengatur fungsi metabolisme testis. Growth

Hormone (GH) secara spesifik meningkatkan pembelahan awal

spermatogonia; bila tidak terdapat hormon pertumbuhan, seperti pada

hipofisis dwarfisme, proses spermatogenesis menjadi berkurang atau

tidak terjadi sama sekali sehingga menyebabkan infertilitas.

Page 49: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

31 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

3.1.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Juli

2017.

3.1.2 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium yang berbeda, antara lain

pembuatan ekstrak dan penapisan fitokimia di Laboratorium Penelitian I,

pengujian parameter ekstrak di Laboratorium Kimia Obat dan

Laboratorium Penelitian II, pemeliharaan dan perlakuan hewan uji di

Laboratorium Animal House (AH) Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Pemakaian freeze dryer di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Pusat Penelitian Biologi dan pembuatan preparat histologi testis di

Laboratorium Patologi Klinik Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain blender

(Philips), timbangan analitik, alkohol meter, botol maserasi, vacuum

rotary evaporator (EYELA), labu ukur, gelas ukur, corong gelas, pipet

tetes, erlenmeyer, beaker glass, batang pengaduk, spatula, kapas, kertas

saring, aluminium foil, tabung reaksi, freeze dryer, botol timbang, kurs

silikat, oven (Memmert), tanur (Thermo Scientific), timbangan hewan,

kandang hewan, tempat makan dan minum hewan, sonde oral, alat bedah

minor, syringe, mortar, alu, wadah pembiusan, kaca objek dan cover glass,

mikropipet, Hemositometer Improved Neubauer (NESCO), mikroskop

cahaya (Motic dan Epson), water bath, desikator.

Page 50: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.2.2 Bahan

Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bagian daun

dari tanaman kelor (Moringa oleifera Lam.) yang dibuat dalam bentuk

ekstrak dengan pelarut etanol 90%. Daun kelor yang digunakan berupa

campuran dari daun kelor muda dan tua yang diperoleh dari daerah Tegal

Waru, Kelurahan Cinangneng, Kecamatan Ciampea, Bogor. Pengambilan

daun dilakukan pada 30 November 2016 pukul 03.45 WIB dengan

ketinggian tempat tumbuh tanaman 800 meter diatas permukaan laut.

Sebelum pelaksanaan penelitian, terlebih dahulu dilakukan determinasi

daun kelor di Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI) Cibinong. Tujuan dari determinasi ini untuk mengetahui

kebenaran bahan uji yang digunakan.

Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini antara lain

aquadest, etanol 90%, pereaksi untuk penapisan fitokimia (etanol 70%,

HCl 2N, reagen dragendorf, pereaksi Meyer, serbuk Mg, asam asetat

anhidrat; asam sulfat pekat, FeCl3 0,1%, reagen Libermen-Burchard,

Kloroform), natrium karboksil metil selulosa untuk suspensi zat aktif

(ekstrak etanol 90% daun kelor), bahan untuk preparasi analisis sperma

(Normal Saline Water, larutan George, formalin).

3.2.3 Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

Animal Facility and Modeling Provider Institut Pertanian Bogor (IPB)

yaitu tikus putih jantan strain Sprague-Dawley yang subur dan sehat

berumur 2-3 bulan dengan berat badan 250-350 gram.

3.3 Rancangan Penelitian

3.3.1 Besar Sampel

Penelitian yang akan dilakukan bersifat eksperimental rancang

acak lengkap (Experimental Completely Randomized Design) dengan 4

kelompok perlakuan berbeda, dimana masing-masing kelompok terdiri

dari 5 ekor tikus putih jantan Sprague-Dawley merujuk pada General

Page 51: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Guidelines for Methodologies on Research and Evaluation of Traditional

Medicine (WHO, 2000). Jumlah hewan yang digunakan pada tiap

kelompok uji sekurang-kurangnya terdiri dari lima ekor. Dalam penelitian

ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus. Untuk mengatasi terjadinya drop

out, maka hewan uji dilebihkan 20% atau dilebihkan 1 ekor tiap kelompok

(WHO, 2000).

3.3.2 Dosis Perlakuan

Hewan uji terbagi menjadi 4 kelompok, dimana satu kelompok

sebagai kontrol dan 3 kelompok dengan dosis perlakuan yang berbeda.

Penggunaan dosis merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Bachtiar

& Ghasani (2016) terhadap ekstrak etanol 90% daun kelor dengan dosis

200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB dan 600 mg/kgBB. Dosis 200 mg/kgBB

ditetapkan sebagai dosis acuan untuk melihat pengaruh ekstrak etanol 90%

daun kelor terhadap sistem reproduksi tikus jantan dengan penurunan dan

peningkatan dosis menjadi empat kalinya. Sehingga, dosis yang digunakan

dalam penelitian ini adalah 50 mg/kgBB, 200 mg/kgBB dan 800

mg/kgBB. Perlakuan yang diberikan terdiri dari :

1. Kelompok I : Kelompok kontrol (tanpa perlakuan), sebanyak 5 ekor

tikus diberi pembawa natrium karboksi metil selulosa (Na CMC

0,25%), juga makan dan minum.

2. Kelompok II : Kelompok perlakuan dengan dosis rendah 50

mg/kgBB, sebanyak 5 ekor tikus diberi suspensi ekstrak etanol 90%

daun kelor (Moringa oleifera Lam.), serta makan dan minum.

3. Kelompok III : Kelompok perlakuan dengan dosis sedang 200

mg/kgBB, sebanyak 5 ekor tikus diberi suspensi ekstrak etanol 90%

daun kelor (Moringa oleifera Lam.), serta makan dan minum.

4. Kelompok IV : Kelompok perlakuan dengan dosis tinggi 800

mg/kgBB, sebanyak 5 ekor tikus diberi suspensi ekstrak etanol 90%

daun kelor (Moringa oleifera Lam.), serta makan dan minum.

Page 52: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel. 3.1 Rancangan Penelitian

Kelompok Lama

Perlakuan Perlakuan

Bagian yang

Digunakan Pengukuran

I

Kontrol

15 hari Diberi

pembawa

Natrium

karboksil metil

selulosa (Na

CMC 0,25 %)

Diambil testis dan

epididimis tikus

jantan lalu

dikeluarkan

sperma dari

kauda epididimis

Konsentrasi

Spermatozoa,

Diameter

Tubulus

Seminiferus

II

50mg/kgBB

15 hari Diberi suspensi

ekstrak etanol

90% daun kelor

(Moringa

oleifera

Lam.) dengan

dosis 50 mg/kg

BB.

Diambil testis dan

epididimis tikus

jantan lalu

dikeluarkan

sperma dari

kauda epididimis

Konsentrasi

Spermatozoa,

Diameter

Tubulus

Seminiferus

III

200mg/kgBB

15 hari Diberi suspensi

ekstrak etanol

90% daun kelor

(Moringa

oleifera

Lam.) dengan

dosis 200

mg/kgBB.

Diambil testis dan

epididimis tikus

jantan lalu

dikeluarkan

sperma dari

kauda epididimis

Konsentrasi

Spermatozoa,

Diameter

Tubulus

Seminiferus

IV

800mg/kgBB

15 hari Diberi suspensi

ekstrak etanol

90% daun kelor

(Moringa

oleifera

Lam.) dengan

dosis 800

mg/kgBB.

Diambil testis dan

epididimis tikus

jantan lalu

dikeluarkan

sperma dari

kauda epididimis

Konsentrasi

Spermatozoa,

Diameter

Tubulus

Seminiferus

Page 53: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Pemeriksaan Simplisia (Determinasi)

Sebelum penelitian dilaksanakan, dilakukan determinasi daun kelor

(Moringa oleifera Lam.) di Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong untuk memastikan kebenaran

simplisia.

3.4.2 Penyiapan Simplisia dan Pembuatan Ekstrak

Daun kelor segar sebanyak 18 kg dikumpulkan, kemudian dicuci

dengan air mengalir hingga bersih. Setelah dilakukan pencucian, daun

dikeringkan dengan cara kering angin. Daun kelor yang telah kering

dihaluskan menggunakan blender sampai tingkat kehalusan tertentu.

Sebanyak 2,4 kg serbuk halus daun kelor diperoleh. Metode ekstraksi

serbuk daun kelor dilakukan dengan cara dingin, yaitu maserasi. Pelarut

yang digunakan adalah etanol 90%.

Serbuk daun kelor dimasukkan dalam botol maserat gelap

kemudian direndam dengan pelarut etanol 90% hingga melewati batas

permukaan serbuk, sekitar tiga jari. Perendaman dilakukan selama tiga hari

dan sesekali dilakukan pengadukan pada suhu ruang. Maserat dipisahkan

dengan bantuan corong dan kertas saring, kemudian dikumpulkan dalam

botol yang ditutupi aluminium foil. Maserat kemudian diuapkan dengan

Vacuum Rotary Evaporator untuk mendapatkan ekstrak kental daun kelor.

Proses maserasi ini diulang sampai maserat yang dihasilkan

berwarna pucat (mendekati tidak berwarna). Jika ekstrak kental belum

didapatkan, maka proses pemekatan dapat dilanjutkan dengan freeze dryer.

Ekstrak hasil freeze drying selanjutnya ditimbang dan dicatat beratnya.

Ekstrak kental daun kelor yang diperoleh dihitung rendemennya (%)

dengan membandingkan bobot ekstrak dengan bobot serbuk simplisia yang

digunakan.

Page 54: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4.3 Penapisan Fitokimia

Dalam penelitian ini, dilakukan identifikasi kandungan senyawa

kimia ekstrak etanol 90% daun kelor (Moringa oleifera Lam.) seperti

alkaloid, flavonoid, terpenoida/steroida, tannin dan saponin.

1. Golongan Alkaloid (Depkes RI, 1995)

Sebanyak 100 mg ekstrak dimasukkan dalam tabung reaksi,

kemudian ditambahkan 1 mL etanol 70%, lalu 1 mL asam klorida 2 N

dan 9 mL aquadest. Selanjutnya dipanaskan di atas penangas air

selama 2 menit, dan didinginkan. Filtrat yang diperoleh, disaring dan

ditampung. Filtrat digunakan sebagai larutan percobaan selanjutnya :

a. 2 tetes Dregendorf LP ditambahkan ke dalam larutan

percobaan, terbentuk endapan jingga coklat menandakan

adanya alkaloid (+)

b. 2 tetes Meyer LP ditambahkan kedalam larutan percobaan, jika

terbentuk endapan putih menggumpal atau kuning yang larut

dalam metanol menandakan adanya alkaloid (+) (Depkes RI,

1996; Farnsworth 1966).

2. Golongan Flavonoid

Sebanyak 100 mg ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi,

kemudian ditambahkan 1 mL etanol 70%. Ekstrak kemudian

ditambahkan serbuk Mg dan asam klorida pekat. Apabila terbentuk

warna oranye, merah, atau kuning menunjukkan bahwa ekstrak positif

mengandung flavonoid (Arifin Helmi, 2006).

3. Golongan Terpenoid

Uji Salkowski :Sebanyak 100 mg ekstrak secara terpisah

dikocok dengan kloroform (20 mL) dilanjutkan dengan

penambahan asam sulfat pekat (2 mL) sepanjang pinggiran

tabung reaksi, warna coklat kemerah-merahan yang muncul

pada permukaan menandakan adanya terpenoid (Iqbal et al.,

2015).

Beberapa mg ekstrak yang ditambahkan 1 ml etanol 70%

dilarutkan dalam 5 mL eter ke dalam cawan penguap.

Page 55: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kemudian diuapkan hingga kering. Larutan pereaksi yang

terdiri dari campuran 10 tetes asam asetat anhidrat, dan 5 tetes

asam sulfat pekat disiapkan, lalu ditambahkan ke dalam residu.

Ekstrak yang mengandung terpen akan membentuk warna

merah-hijau-violet-biru (Farnsworth, 1966, Ramya, B. Shiney

dan P. Ganesh, 2012).

4. Golongan Tannin

Sebanyak 0.5 g ekstrak dicampurkan ke dalam air destilasi (10

mL) dan kemudian disaring. Beberapa tetes FeCl3 5% ditambahkan.

Apabila terbentuk warna hitam atau biru kehijauan atau ada endapan

maka ekstrak positif menghasilkan tannin (Iqbal et al, 2015).

5. Golongan Saponin

Sebanyak 100 mg ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi

kemudian ditambahkan 1 mL etanol 70 %. Ekstrak lalu ditambahkan

10 mL air panas dan didinginkan. Kemudian ekstrak dikocok secara

vertikal selama 10 detik dan didiamkan selama 10 menit. Apabila

terbentuk buih setinggi 1 cm dan buih tidak hilang setelah

penambahan 1 tetes asam klorida 2 N, hal ini menunjukkan adanya

saponin (Depkes RI, 1995).

6. Golongan Steroid dan Triterpen

Sebanyak 100 mg ekstrak dalam tabung reaksi ditambahkan 1

mL etanol 70%. Kemudian ke dalam ekstrak ditambahkan pereaksi

Lieberman-Buchard. Apabila terdapat warna biru kehijauan

menunjukkan adanya steroid, sedangkan adanya triterpenoid ditandai

dengan terbentuknya warna merah, merah muda, atau ungu

(Farnsworth, 1966).

Page 56: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4.4 Uji Parameter Spesifik dan Non Spesifik Ekstrak

1. Parameter Spesifik

Menurut Departemen Kesehatan RI (2000), pengujian parameter

spesifik meliputi :

a. Identitas Ekstrak

Identitas ekstrak bertujuan untuk memberikan identitas dari nama

dan senyawa secara objektif. Deskripsi tata nama diantaranya nama

ekstrak, nama latin tumbuhan (sistematika botani), bagian

tumbuhan yang digunakan, nama Indonesia tumbuhan.

b. Organoleptis

Secara organoleptis, pengujian dilakukan menggunakan panca

indera untuk mendeskripsikan bentuk, warna, bau, rasa sebagai

berikut :

Bentuk : padat, serbuk-kering, kental, cair

Warna : kuning, coklat, dll.

Bau : aromatik, tidak berbau, dll.

Rasa : pahit, manis, kelat, dll.

2. Parameter Non Spesifik

a. Penetapan Kadar Air

Lebih kurang 1 gram sampai 2 gram ekstrak ditimbang secara

seksama dan dimasukkan ke dalam botol timbang yang dangkal

bertutup yang telah ditara dan dipanaskan pada suhu 1050C selama 30

menit sebelumnya. Sebelum ditimbang, ekstrak diratakan dalam botol

timbang. Apabila ekstrak yang diuji berupa ekstrak kental, dapat

diratakan dengan pengaduk. Selanjutnya dimasukkan ke dalam ruang

pengering, tutupnya dibuka, keringkan hingga bobotnya tetap pada

suhu 1050C selama 5 jam. Lanjutkan pengeringan dan ditimbang pada

jarak 1 jam sampai perbedaan antara 2 penimbangan berturut-turut

tidak lebih dari 0,25% (Departemen Kesehatan RI, 2000).

Page 57: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Kadar Abu (Departemen Kesehatan RI, 2000)

Ekstrak ditimbang seksama sebanyak 2 gram, kemudian

dimasukkan ke dalam krus silikat yang telah ditara, dipijarkan di

dalam tanur dan suhu dinaikkan secara bertahap hingga 600o±25

oC

sampai bebas karbon. Selanjutnya, didinginkan dalam desikator, serta

ditimbang. Kadar abu total dihitung terhadap berat bahan uji dan ini

dinyatakan dalam % b/b (Guntarti, dkk 2015).

3.4.5 Penyiapan Hewan Uji

Dalam penelitian ini, hewan uji yang digunakan adalah tikus jantan

yang fertil dan sehat strain Sprague-Dawley. Sebelum dilakukan

percobaan, disiapkan tempat pemeliharaan hewan uji diantaranya

kandang, sekam, tempat makan dan minum tikus. Tikus jantan

diaklimatisasi di Laboratorium Animal House Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta selama lebih kurang 2

minggu agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang baru.

Makan dan minum diberikan ad libitum. Pengamatan kondisi secara

umum hewan uji dilakukan dan berat badannya ditimbang selama proses

aklimatisasi.

3.4.6 Pemberian Perlakuan

Pada penelitian ini, sebanyak 20 ekor tikus jantan dibagi dalam 4

kelompok pengujian dengan perlakuan yang berbeda. Pemberian dosis

sesuai dengan jenis perlakuan yang tertera pada tabel rancangan

perlakuan. Ekstrak etanol 90% daun kelor (Moringa oleifera Lam.)

diberikan secara oral satu kali sehari setiap pagi hari menggunakan

sonde selama 15 hari yang mengacu pada WHO dalam Dehghan et al

(2005) dengan rincian sebagai berikut :

1. Kelompok I diberikan suspensi Natrium CMC 0,25%.

2. Kelompok II dosis rendah ekstrak daun kelor, yaitu 50 mg/kgBB

yang disuspensikan ke dalam larutan Natrium CMC 0,25%.

3. Kelompok III dosis sedang ekstrak daun kelor, yaitu 200 mg/kgBB

yang disuspensikan ke dalam larutan Natrium CMC 0,25%.

Page 58: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Kelompok IV dosis tinggi ekstrak daun kelor, yaitu 800 mg/kgBB

yang disuspensikan ke dalam larutan Natrium CMC 0,25%.

3.4.7 Pengujian Parameter Aktivitas

1. Konsentrasi Spermatozoa

Perhitungan konsentrasi spermatozoa dilakukan dengan cara

mengambil spermatozoa pada kauda epididimis. Spermatozoa yang

didapat diletakkan dalam cawan penguap yang berisi cairan NaCl

sebanyak 500 µL. Spermatozoa dimasukkan kedalam kamar

(Hemasitometer) Neubauer hingga kamar Neubauer terisi rata. Kemudian

dihitung jumlah spermatozoa pada salah satu kamar hitung Neubaeur dan

selanjutnya ditentukan pengenceran yang akan dilakukan dan jumlah kotak

yang akan dihitung, sesuai dengan jumlah spermatozoa yang telah

diketahui (Tabel 3.2) (Ilyas, 2007).

Tabel 3.2 Pengenceran yang dilakukan dan Jumlah Kotak yang Dihitung

No Jumlah Spermatozoa dalam 1

kotak

Faktor

Pengenceran

Kotak kecil

yang dihitung

1 >40 50 kali 5

2 15-40 20 kali 10

3 ≤15 10 kali 25

Dari sejumlah spermatozoa yang diketahui, maka dilakukan

pengenceran spermatozoa berdasarkan jumlah yang terhitung. Adapun

caranya sperti yang tertera pada tabel 3.3 (Ilyas, 2007).

Tabel 3.3 Cara Pengenceran Spermatozoa

No Pengenceran Pembuatan Pengenceran

1 50 kali a. 980 µL larutan George + 20 µL

Spermatozoa

b. 2.450 µL larutan George + 50 µL

Spermatozoa

2 20 kali 950 µL larutan George + 50 µL Spermatozoa

3 10 kali a. 900 µL larutan George + 100 µL

Spermatozoa

b. 450 µL larutan George + 50 µL

Spermatozoa

Page 59: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Setelah dilakukan pengenceran, spermatozoa kembali dihitung

sesuai dengan jumlah kotak yang dihitung. Kemudian dilakukan

perhitungan konsentrasi spermatozoa sesuai rumus berikut (Ilyas, 2007).

Kosentrasi spermatozoa

Keterangan : n merupakan jumlah spermatozoa yang dihitung.

Angka 10.000 merupakan volume kamar hitung Neubauer. Fp

menunjukkan faktor pengenceran. Angka 25 adalah total kotak kecil yang

terdapat dalam kamar hitung Neubauer. K adalah kotak kecil yang

dihitung pada saat pengenceran. vNaCl merupakan volume NaCl fisiologis

(ml) yang digunakan untuk membantu mengeluarkan spermatozoa

(juta/ml) dari kauda epididimis yang dapat dilihat dari tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4 Rumus Konsentrasi Spermatozoa

No Jumlah Kotak yang

Dihitung Rumus Konsentrasi Spermatozoa

1 5 n x 10.000 x 50 x 5 x 0,5

2 10 n x 10.000 x 20 x 2,5 x 0,5

3 25 n x 10.000 x 10 x 0,5 x 0,5

2. Diameter Tubulus Seminiferus

Pengukuran diameter tubulus seminiferus dilakukan dengan terlebih

dahulu membuat preparat histologi testis tikus. Preparat dilihat dibawah

mikroskop perbesaran 100x. Pengukuran dilakukan dengan mengukur

jarak antara dua titik yang berseberangan pada garis tengahnya yang

terpendek, dan mengukur jarak terjauh antara titik yang bersebrangan,

kemudian dibagi dua. Titik tersebut berada pada membran basalis tubulus

seminiferus. Tubulus yang dipilih adalah tubulus yang memiliki

penampang bulat dengan ukuran yang kurang lebih sama. Tiap masing-

masing preparat diukur minimal 10 tubulus. Hasil pengukuran dinyatakan

dalam satuan mikrometer (μm) (Turk, 2007; Wahyuni, 2012; Cholifah et

al., 2014).

Page 60: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4.8 Uji Intromission latency dan Intromission Frequency

Tikus jantan dimasukkan ke dalam kandang khusus dengan

pencahayaan yang rendah (redup). Kemudian tikus betina perlahan-lahan

dimasukkan ke dalam kandang yang sama. Penelitian dilakukan pada hari ke

15 pengamatan pukul 20.00 WIB selama 30 menit, seekor tikus jantan dan

seekor tikus betina dari tiap kelompok dimasukkan ke dalam kandang.

Parameter yang diamati adalah Intromission Latency (IL) yaitu interval

waktu dari perkenalan pada hewan betina sampai intromisi pertama oleh

hewan jantan dan Intromission Frequency (IF) yaitu jumlah intromisi dari

waktu perkenalan pada hewan betina sampai ejakulasi (Deshmukh & Bhagat,

2016).

3.4.9 Analisis Data

Data hasil percobaan dianalisis untuk melihat konsentrasi

spermatozoa, diameter tubulus seminiferus dan aktivitas seksual

(intromission latency dan intromission frequency). Analisis data secara

statistik dilakukan untuk mengantisipasi perbedaan hasil diantara

perlakuan masing-masing kelompok uji (WHO, 1993). Data yang

diperoleh diolah dengan menggunakan program pengolahan data statistik

SPSS 22 yang meliputi uji normalitas, uji homogenitas, uji parametrik

(one-way ANOVA atau uji nonparametrik (Kruskal Wallis). Jika hasil

analisis data menunjukkan perbedaan yang signifikan (p≤0,05) maka dapat

dilanjutkan dengan uji multiple comparison tipe LSD (Least Significant

Different).

Page 61: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

43 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman dilakukan di Herbarium Bogoriense Bidang

Botani Pusat Penelitian Biologi LIPI, Bogor, Jawa Barat. Hasil

determinasi menunjukkan bahwa tanaman ini adalah benar tanaman kelor

(Moringa oleifera Lam.) famili Moringaceae. Surat pernyataan

determinasi dapat dilihat pada Lampiran 1.

4.1.2 Ekstraksi

Sebanyak 18 kg daun kelor segar yang diperoleh dari daerah

Tegalwaru, Kelurahan Cinangneng, Kecamatan Ciampea, Bogor, dicuci

terlebih dahulu dan dikeringanginkan. Setelah dilakukan pengeringan,

daun dihaluskan dengan blender hingga diperoleh serbuk daun kelor

(Moringa oleifera Lam.) sebanyak 2,4 kg. Serbuk yang diperoleh

dimaserasi dengan pelarut etanol 90% sebanyak 20,5 L secara berulang.

Proses maserasi dihentikan sampai maserat berwarna pucat atau lebih

bening dari hasil pertama kali maserasi. Maserat kemudian dipekatkan

dengan vacuum rotary evaporator. Ekstrak kental yang dihasilkan belum

memenuhi persyaratan kadar air, sehingga dilanjutkan proses kering beku

(freeze dry) di Laboratorium Fitokimia Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI), Cibinong. Rendemen yang diperoleh adalah sebesar

21,97%. Perhitungan rendemen dapat dilihat pada Lampiran 8.

4.1.3 Penapisan Fitokimia

Penapisan fitokimia ekstrak etanol 90% daun kelor (Moringa

oleifera Lam.) dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder

yang terdapat dalam daun kelor. Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol

90% daun kelor (Moringa oleifera Lam.) menunjukkan bahwa ekstrak

mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, steroid dan

terpenoid. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Page 62: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.1 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 90% Daun Kelor

Golongan Senyawa Hasil Keterangan

Alkaloid Pereaksi Dragendorf

endapan merah

Pereaksi Meyer keruh

+

Flavonoid Terbentuk warna oranye +

Saponin Terbentuk busa dan tidak

menghilang setelah

penambahan HCl pekat

+

Tannin Terbentuk warna hijau

kecoklatan

+

Terpenoid Terbentuk warna hijau +

Steroid Terbentuk warna biru

kehijauan

+

4.1.4 Parameter Standar

Pengujian parameter standar ekstrak etanol 90% daun kelor

(Moringa oleifera Lam.) meliputi parameter spesifik dan non spesifik.

Parameter spesifik berupa identitas ekstrak dan organoleptik. Parameter

non spesifik meliputi kadar air dan kadar abu. Hasil pengujian kadar air

melebihi yang dipersyaratkan yaitu sebesar 12,02%. Hasil dapat dilihat

pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Parameter Standar Ekstrak Etanol 90% Daun Kelor

Parameter Hasil

Spesifik

Identitas ekstrak

Nama latin tumbuhan

Bagian yang digunakan

Nama Indonesia tumbuhan

Moringa oleifera Lam

Daun

Tanaman Kelor

Organoleptik

Bentuk

Bau

Warna

Rasa

Kental

Khas

Hijau kecoklatan

Pahit

Non

Spesifik

Kadar air 12,04 %

Kadar abu 8,3 %

Page 63: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

0

50

100

150

200

250

300

350

400

Kontrol 50 mg/kg/BB 200 mg/kg/BB 800 mg/kg/BB

Bobot Badan Hewan Uji

4.1.5 Pengukuran Bobot Badan Tikus

Hasil pengukuran bobot badan tikus semua kelompok uji dibuat

dalam bentuk grafik. Berdasarkan grafik, terlihat bahwa bobot badan tikus

kelompok kontrol, dosis rendah (50 mg/kgBB), dosis sedang (200

mg/kgBB) dan dosis tinggi (800 mg/kgBB) cenderung stabil selama 15

hari. Hasil bobot badan dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Grafik Bobot Badan Hewan Uji

4.1.6 Perhitungan Konsentrasi Spermatozoa

Hasil perhitungan konsentrasi spermatozoa tikus jantan setelah 15

hari pemberian ekstrak etanol 90% daun kelor (Moringa oleifera Lam.)

dapat dilihat pada Tabel 4.3.

No. Kelompok perlakuan Rerata Konsentrasi Spermatozoa

(juta/mL)±SD

1. Kontrol 13,87 ± 2,55

2. 50 mg/kgBB 17,12 ± 5,12

3. 200 mg/kgBB 20,37 ± 5,78

4. 800 mg/kgBB 28,00 ± 10,21*

Keterangan : Angka yang diikuti tanda* menunjukkan perbedaan

bermakna terhadap kelompok kontrol (p≤0,05) pada taraf kepercayaan

95%

Hari

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Konsentrasi Spermatozoa Hewan Uji

Bo

bo

t (g

ram

)

Page 64: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

13.88

17.13

20.38

28

0

5

10

15

20

25

30

kontrol 50 mg/kgBB 200 mg/kgBB 800 mg/kgBB

Ko

nse

ntr

asi S

per

mat

ozo

a (1

06/m

l)

Kelompok Perlakuan

Konsentrasi Spermatozoa

Dari grafik berikut, dapat dilihat bahwa pemberian ekstrak etanol

90% daun kelor (Moringa oleifera Lam.) selama 15 hari menunjukkan

adanya peningkatan konsentrasi spermatozoa hewan uji seiring dengan

peningkatan dosis.

Data konsentrasi spermatozoa yang diperoleh dilakukan uji

normalitas (Shapiro-Wilk) dan homogenitas (Levene). Hasil uji

menunjukkan bahwa data konsentrasi spermatozoa hewan uji terdistribusi

normal (p≥0,05) dan homogen (p≥0,05). Data selanjutnya diuji dengan

menggunakan one-way ANOVA.

Hasil varian yang dilakukan terhadap data rerata konsentrasi

spermatozoa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan secara bermakna

(p≤0,05) konsentrasi spermatozoa antara semua kelompok perlakuan

dengan nilai signifikansi sebesar 0,021 (p≤0,05). Oleh karena itu, uji

dilanjutkan dengan LSD/BNT. Hasil uji LSD menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan bermakna antara konsentrasi spermatozoa kelompok

kontrol dengan kelompok uji dosis tinggi 800 mg/kgBB (p≤0,05).

Gambar 4.2 Grafik hasil rata-rata konsentrasi spermatozoa Hewan Uji

Page 65: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

203.164 206.159 193.138 198.811

0

50

100

150

200

250

kontrol 50 mg/kgBB 200 mg/kgBB 800 mg/kgBB

Re

arat

a D

iam

ete

r Tu

bu

lus

Kelompok Perlakuan

Diameter Tubulus Seminiferus

4.1.7 Pengukuran Diameter Tubulus Seminiferus

Hasil pengukuran diameter tubulus seminiferus pada kelompok

yang mendapat perlakuan dan yang tidak mendapat perlakuan ekstrak

etanol 90% daun kelor (Moringa oleifera Lam.) selama 15 hari dapat

dilihat pada tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Diameter Tubulus Seminiferus Hewan Uji

No. Kelompok perlakuan Rata-rata Diameter Tubulus

Seminiferus (µm) ± SD

1. Kontrol 203,16±9,90

2. 50 mg/kgBB 206,159±12,70

3. 200 mg/kgBB 193,138±15,35

4. 800 mg/kgBB 198,811±9,80

Data rerata diameter tubulus seminiferus hewan uji diperoleh

dengan cara mengukur minimal sepuluh tubulus seminiferus pada preparat

histologi testis menggunakan mikroskop perbesaran 100x. Jarak yang

diukur adalah jarak antara dua titik yang berseberangan pada garis

tengahnya yang terpendek, dan mengukur jarak terjauh antara titik yang

bersebrangan, kemudian dibagi dua. Hasil pengukuran dinyatakan dalam

mikrometer (µm).

Gambar 4.3 Grafik Hasil Pengukuran Diameter Tubulus Seminiferus

Page 66: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Data pengukuran diameter tubulus seminiferus testis diuji

normalitas dan homogenitasnya dengan Shapiro-Wilk dan Levene. Hasil

uji menunjukkan bahwa data terdistribusi normal dan homogen sesuai nilai

yang dipersyaratkan (p≥0,05). Data diameter tubulus seminiferus

selanjutnya diuji dengan statistika parametrik one way ANOVA. Hasil

varian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna

(p≥0,05) antara kelompok dosis 50 mg/kgBB, 200 mg/kgBB dan 800

mg/kgBB terhadap kontrol dengan nilai signifikansi sebesar 0,385

(p≥0,05).

4.1.8 Pengamatan Intromission Latency dan Intromission Frequency

Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Intromission

Kelompok

Perlakuan

n

(jumlah tikus)

Parameter

Intromission Latency

(menit)

Intromission

Frequency

Kontrol 1 24.00 1

50 mg/kgBB 1 05.52 14

200 mg/kgBB - - -

800 mg/kgBB - - -

Data intromission latency dan intromission frequency tikus yang

diperoleh dilakukan analisis uji normalitas (Kolmogorov-Smirnov) dan

homogenitas (Levene). Hasil analisis uji menunjukkan bahwa data tidak

terdistribusi normal dan tidak homogen (p≤0,05). Hal ini disebabkan

karena data yang dihasilkan kurang memenuhi persyaratan statistik

sehingga tidak dapat dianalisa. Oleh karena itu, dilanjutkan dengan uji

Kruskal Wallis. Hasil analisa menunjukkan bahwa nilai signifikansi yang

diperoleh sebesar 0,317 (p≥0,05). Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan

secara bermakna antara semua kelompok perlakuan terhadap intromission

latency dan intromission frequency.

Page 67: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.2 Pembahasan

Pada penelitian ini, aktivitas ekstrak etanol 90% daun kelor

(Moringa oleifera Lam.) dievaluasi terhadap konsentrasi spermatozoa,

diameter tubulus seminiferus, intromission latency dan intromission

frequency yang diberikan pada tikus Sprague Dawley jantan secara in vivo

selama 15 hari.

Tanaman kelor (Moringa oleifera Lam.) telah digunakan secara

luas untuk mengobati berbagai macam penyakit. Tanaman yang disebut

sebagai super nutrisi ini diketahui memiliki efek farmakologis sebagai

peningkat fertilitas (Khalifa et al., 2016) dan juga efek antifertilitas

(Owolabi dan Ogunnaike, 2014). Bagian dari tanaman uji yang digunakan

adalah daun kelor (Moringa oleifera Lam). Tanaman kelor sebelum

dikumpulkan terlebih dahulu dideterminasi di Herbarium Bogoriense,

Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor. Adapun tujuan

determinasi tanaman ini adalah untuk mengetahui kebenaran tanaman uji

yang digunakan. Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman yang

digunakan adalah benar daun kelor (Moringa oleifera Lam.) yang

merupakan famili Moringaceae. Daun kelor diambil pada tanggal 30

November 2016, pukul 03.45 WIB yang diperoleh dari daerah Tegalwaru,

Kelurahan Cinangneng, Kecamatan Ciampea, Bogor dengan ketinggian

800 meter diatas permukaan laut. Daun yang diambil merupakan

campuran dari daun kelor muda maupun tua.

Penelitian ini menggunakan 2,4 kg serbuk daun kelor (Moringa

oleifera Lam.) yang diperoleh dari proses pengeringan dan penghalusan 18

kg daun kelor segar. Metode ekstraksi yang dipilih adalah maserasi.

Kelebihan dari metode ini yaitu efektif untuk senyawa yang tidak tahan

panas, teknik dan peralatan relatif sederhana, murah dan mudah didapat

(Sarker et al., 2006). Serbuk daun kelor (Moringa oleifera Lam.)

dimaserasi menggunakan pelarut etanol. Penggunaan etanol sebagai

pelarut karena dinilai aman untuk dikonsumsi manusia, memiliki titik

didih yang rendah, tidak beracun dan tidak berbahaya, ekonomis serta

kemampuannya melarutkan hampir semua zat, baik yang bersifat polar,

Page 68: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

semi polar dan non polar (Do et al., 2014). Konsentrasi etanol yang

digunakan adalah sebesar 90%. Pemilihan konsentrasi tersebut merujuk

pada hasil penapisan fitokimia yang dilakukan oleh Patel et al (2014),

dimana diketahui adanya golongan senyawa yang dapat mempengaruhi

fertilitas yaitu alkaloid, flavonoid, steroid, saponin dan tannin. Hal ini juga

didukung oleh penelitian Bachtiar dan Ghasani (2016) yang menggunakan

etanol 90% untuk maserasi serbuk daun kelor (Moringa oleifera Lam).

Serbuk daun kelor direndam dalam botol maserasi gelap dan pada

tempat yang terlindung cahaya. Pengadukan dilakukan secara berulang

pada temperatur ruang (suhu kamar) dan cairan penyari diganti setiap tiga

hari sekali. Hasil maserasi dipisahkan dengan filtrat menggunakan kapas

dan kertas saring. Filtrat selanjutnya dipekatkan untuk mendapatkan

ekstrak kental daun kelor. Pemekatan filtrat daun kelor menggunakan alat

vacuum rotary evaporator dengan suhu penangas air 51oC dan kecepatan

rotor 7. Ekstrak yang diperoleh ditimbang dan disimpan dalam lemari

pendingin, kemudian dilakukan proses kering beku (freeze dry) di Pusat

Penelitian Biologi-LIPI, Bogor untuk mengurangi kadar air ekstrak.

Hasil akumulasi ekstrak kental daun kelor (Moringa oleifera Lam.)

yang didapatkan sebesar 527,433 gram, kemudian dihitung rendemennya

dengan cara membandingkan bobot ekstrak yang didapat terhadap bobot

serbuk simplisisa awal. Nilai rendemen yang diperoleh sebesar 21,79%,

sedikit lebih besar jika dibandingkan dengan rendemen yang didapatkan

oleh Bachtiar dan Ghasani (2016) dengan tanaman uji yang sama, yakni

sebesar 20,0%.

Pemeriksaan parameter spesifik dan non spesifik dilakukan pada

ekstrak etanol 90% daun kelor (Moringa oleifera Lam.). Parameter

spesifik meliputi identitas ekstrak dan organoleptis. Identitas ekstrak yang

diperoleh menyatakan bahwa ekstrak bernama Moringa oleifera folium

yang didapat dari tanaman Moringa oleifera Lam. atau di Indonesia

dikenal dengan tanaman kelor. Pengujian organoleptis dilakukan dengan

bantuan pancaindera tujuannya untuk pengenalan awal esktrak yang

dihasilkan secara sederhana dan seobyektif mungkin (Ratnani, 2015),

Page 69: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

diperoleh hasil bahwa ekstrak etanol 90% daun kelor (Moringa oleifera

Lam.) memiliki tekstur kental, berwarna hijau kecoklatan, berasa pahit dan

berbau ekstrak yang khas. Parameter non spesifik ekstrak yang dilakukan

adalah kadar air dan kadar abu.

Uji kadar air ekstrak bertujuan untuk memberikan batasan minimal

atau rentang besarnya kandungan air di dalam bahan uji (Depkes RI,

2000). Hasil kadar air ekstrak etanol 90% daun kelor (Moringa oleifera

Lam.) setelah dilakukan proses kering beku (freeze dry) adalah 12,04%,

lebih kecil jika dibandingkan dengan kadar air yang didapatkan oleh

Bachtiar dan Ghasani (2016) terhadap ekstrak dan konsentrasi yang sama,

yaitu sebesar 15,17%. Menurut BPOM RI tahun 2014, syarat kadar air

suatu ekstrak adalah ≤10%. Alegantina et al (2013) dalam penelitiannya

terhadap ekstrak etanol 70% daun kelor juga memperoleh kadar yang

melebihi persyaratan, yaitu 15,68%. Hingga saat ini, belum dilakukan

standarisasi terhadap ekstrak etanol daun kelor terkait karakteristik kadar

air yang dimilikinya. Meskipun kadar air ekstrak etanol daun kelor

melebihi batas kadar air yang ditetapkan ≤10%, tidak ditemukan adanya

pertumbuhan jamur selama penyimpanan ekstrak. Ekstrak etanol 90%

daun kelor disimpan di lemari pendingin pada suhu 4oC selama 4 bulan.

Uji kadar abu bertujuan untuk memberikan gambaran kandungan

mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai

terbentuknya ekstrak (Depkes RI, 2000). Bachtiar dan Ghasani (2016)

mendapatkan kadar abu ekstrak etanol 90% daun kelor sebesar 3,26%,

sementara pada penelitian ini diperoleh kadar abu sebesar 8,39%. Nilai ini

memenuhi persyaratan batas kadar abu ekstrak secara umum ≤10%.

Pada ekstrak dilakukan penapisan fitokimia terhadap golongan

alkaloid, flavonoid, tannin, saponin, steroid dan terpenoid. Penapisan

fitokimia bertujuan untuk menguji keberadaan golongan senyawa tertentu

yang mungkin bertanggungjawab terhadap aktivitas ekstrak ini. Hasil yang

diperoleh adalah ekstrak etanol 90% daun kelor (Moringa oleifera Lam.)

positif mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, steroid, saponin, tannin

dan terpenoid. Keberadaan senyawa-senyawa tersebut juga dikemukakan

Page 70: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

oleh Patel et al (2014) dalam penelitiannya terhadap ekstrak etanol 90%

daun kelor.

Beberapa komponen spesifik yang ditemukan dalam Moringa

oleifera Lam. telah dilaporkan memiliki aktivitas sebagai antikanker,

hipotensif dan antibakteri, yang meliputi 4-(4’-O-asetil-α-L-rhamno-

piranosiloksi) benzil isotiosianat, 4-(α-L-rhamnopiranosiloksi) benzil

isotiosianat, niazimicin, pterygospermin, benzil isotiosianat, 4-(α-L-

rhamnopiranoksiloksi) dan benzil glukosinolat (Fahey et al., 2005).

Namun khasiatnya terhadap sistem reproduksi jantan hingga kini belum

diketahui.

Desain penelitian ini adalah eksperimental rancang acak lengkap

(Experimental Completely Randomized Design). Pengkajian etik terlebih

dahulu dilakukan sebelum hewan uji diberi perlakuan tujuannya untuk

memastikan bahwa prosedur dan metode penelitian telah sesuai dengan

etika hewan yang berlaku. Pengkajian etik hewan uji dilakukan oleh

Komisi Kaji Etik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Salemba.

Hasil menunjukkan bahwa metode dan prosedur penelitian telah lulus kaji

dan sesuai dengan etika hewan uji, hasil dapat dilihat pada Lampiran 3.

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih

jantan galur Sprague Dawley yang berusia 3,5-4 bulan. Jumlah hewan uji

sebanyak 20 ekor dengan bobot badan 250-350 gram. Pemilihan galur

Sprague Dawley didasarkan pada sifat hewan yang tenang dan mudah

dikendalikan. Galur ini juga memiliki tingkat kesuburan yang tinggi

ditandai dengan jumlah sperma dalam epididimis lebih banyak

dibandingkan galur lain (Wilkinson et al., 2000). Hewan uji dibagi

menjadi 4 kelompok yaitu kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan

dengan dosis masing-masing 50 mg/kgBB, 200 mg/kgBB dan 800

mg/kgBB dengan jumlah tikus 5 ekor tiap kelompok. Pengelompokkan

hewan uji didasarkan pada pedoman WHO (2000) dalam Research

Guidelines for Evaluation The Safety and Efficacy of Herbal Medicine,

dimana setiap kelompok terdiri dari sekurang-kurangnya 5 ekor hewan

untuk penelitian yang menggunakan hewan pengerat. Penggunaan dosis

Page 71: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

merujuk pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Bachtiar &

Ghasani (2016) terhadap ekstrak etanol 90% daun kelor dengan dosis 200

mg/kgBB, 400 mg/kgBB dan 600 mg/kgBB. Dosis 200 mg/kgBB

ditetapkan sebagai dosis acuan untuk melihat pengaruh ekstrak etanol 90%

daun kelor terhadap reproduksi tikus jantan dengan penurunan dan

peningkatan dosis menjadi empat kalinya. Osman et al., (2015)

melaporkan bahwa uji toksisitas akut ekstrak etanol daun kelor yang

dilakukan pada hewan tikus sebesar 6616,67 mg/kgBB. Oleh karena itu,

dosis yang diberikan pada penelitian ini dinilai aman dan tidak

menyebabkan toksisitas.

Aklimatisasi hewan uji dilakukan selama 2 minggu sebelum

diberikan perlakuan yang bertujuan untuk proses seleksi hewan uji mana

yang memenuhi persyaratan dan sebagai adaptasi terhadap kondisi

lingkungannya yang baru. Setiap kelompok ditempatkan pada kandang

yang berbeda-beda. Pengamatan kondisi fisik hewan secara umum dan

penimbangan bobot badan dilakukan setiap hari selama aklimatisasi.

Ekstrak etanol 90% daun kelor (Moringa oleifera Lam.) diberikan

kepada hewan uji selama 15 hari, merujuk pada protokol WHO-MB-50

tahun 1983 yang diacu dalam Dehghan et al (2005). Pemberian ekstrak

melalui rute oral dengan bantuan sonde (alat pencekok oral). Adapun

volume pemberian ekstrak yang diberikan menyesuaikan bobot badan

tikus yang ditimbang setiap hari sebelum perlakuan. Sediaan bahan uji

dibuat dalam bentuk suspensi ekstrak etanol 90% daun kelor (Moringa

oleifera Lam.) dengan bahan pembawa Na CMC. Pemilihan Na CMC

sebagai pembawa didasarkan pada sifatnya yang tidak toksik dan tidak

mempengaruhi sistem reproduksi tikus (Ghasani, 2016). Berdasarkan uji

toksisitas akut yang dilakukan FDA (1973), pemberian Na CMC kepada

tikus, hamster dan kelinci sebanyak 3g/kg secara oral tidak memberikan

efek toksik. Pada uji reproduksi tikus jangka panjang, Na CMC dapat

menjadi pembawa yang sesuai sebagai suspending agent secara oral (Fritz

dan Becker, 1981). Menurut Handbook of Pharmaceutical Excipient

(2009), pada rentang konsentrasi 0,1-1% Na CMC dapat digunakan

Page 72: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sebagai oral solution. Hasil optimasi menunjukkan bahwa ekstrak etanol

90% daun kelor (Moringa oleifera Lam.) terdispersi dengan baik pada

konsentrasi 0,25% Na CMC sebagai pembawa ekstrak.

Bobot badan tikus semua kelompok uji menunjukkan peningkatan

yang cenderung stabil selama 15 hari. Hal ini berarti bahwa dosis yang

digunakan tidak memiliki efek pada proses metabolik yang selanjutnya

mungkin dapat berpengaruh pada hormon dan bobot badan (Cajuday dan

Poscidio, 2010). Awodele et al pada tahun 2011 juga melaporkan bahwa

pemberian ekstrak daun kelor dosis 250 sampai 1500 mg/kg secara oral

tidak menunjukkan perbedaan bobot badan tikus yang bermakna antara

kelompok uji dan kelompok kontrol.

Pada hari ke-16, dilakukan pembedahan hewan uji. Tikus

dikorbankan dengan cara dibius menggunakan eter. Kemudian dilakukan

pembedahan dan diambil organ testis serta kauda epididimisnya. Kauda

epididimis berperan penting untuk penyimpanan sperma yang matang dan

diperkirakan jumlah spermatozoa yang telah matang paling banyak berada

di bagian ini (Suckow, 2006). Sementara organ testis digunakan untuk

pengukuran diameter tubulus seminiferus. Organ testis dibuat dalam

bentuk preparat histologi, dimana sebelumnya telah direndam dalam

larutan formalin 10% dengan tujuan untuk mengawetkan jaringan. Testis

tersusun atas lobus-lobus seminiferus, yaitu tempat spermatogenesis

berlangsung sehingga pengukuran diameter tubulus seminiferus dapat

dilakukan dengan pembuatan preparat histologi testis (Ghasani, 2016).

Kauda epididimis digunakan untuk pengamatan kualitas sperma,

yaitu konsentrasi spermatozoa. Kauda epididimis yang telah diambil dari

hewan uji terlebih dahulu dipisahkan dari organ testis, kemudian

dibersihkan dari lemak dan diletakkan dalam cawan uap yang telah berisi

larutan NaCl fisiologis. NaCl fisiologis sering digunakan sebagai bahan

pengencer semen karena fungsinya yang dapat mempertahankan pH semen

dalam suhu kamar, memberikan sifat buffer, bersifat isotonis dengan

cairan sel, dan melindungi spermatozoa terhadap coldshock (Rahardhianto

et al., 2012). Larutan NaCl yang bercampur dengan plasma semen serta

Page 73: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

spermatozoa secara seimbang mampu menciptakan suasana yang isotonis

dan dapat mempertahankan daya hidup spermatozoa (Wijayanti et al.,

2013).

Spermatozoa dikeluarkan dari kauda epididimis dengan cara

menusuk kauda menggunakan spuit dan pinset. Spermatozoa kemudian

dibuat menjadi suspensi dengan larutan NaCl fisiologis. Suspensi

spermatozoa ini digunakan untuk menghitung konsentrasi spermatozoa.

Aktivitas ekstrak etanol 90% daun kelor juga dievaluasi melalui

pengukuran diameter tubulus seminiferus dan pengamatan perilaku

seksual tikus jantan, yaitu intromission latency dan intromission

frequency.

a) Konsentrasi Spermatozoa

Dari beberapa pengujian penting terkait analisis kualitas semen,

konsentrasi spermatozoa merupakan salah satu indikator dalam menilai

potensi kesuburan pria (Anandakumar et al., 2013). Konsentrasi

spermatozoa sering digunakan untuk mengukur produksi sperma,

fungsi testis dan fertilitas pada pria (Dorostghoal et al., 2013). Pada

umumnya, hemasitometer digunakan dalam menentukan jumlah

sperma epididimial (Stader et al., 1996). Penentuan konsentrasi sperma

dengan hemasitometer adalah dasar utama untuk menentukan apakah

suatu sampel normal dan memprediksi apakah suatu individu subur.

Perhitungan dengan hemasitometer sudah menjadi metode standar

untuk mengukur konsentrasi spermatozoa (Freud & Carol, 1964 dalam

Luthfi 2013).

Hasil perhitungan konsentrasi spermatozoa menggunakan

kamar hitung Neubauer menunjukkan adanya peningkatan konsentrasi

spermatozoa tikus jantan yang diberikan ekstrak etanol 90% daun

kelor (Moringa oleifera Lam.) selama 15 hari. Peningkatan konsentrasi

spermatozoa terjadi pada semua kelompok uji, baik pada dosis rendah

(50 mg/kgBB), dosis sedang (200 mg/kgBB) maupun dosis tinggi (800

mg/kgBB). Hasil analisis LSD menunjukan bahwa konsentrasi

spermatozoa dosis tinggi (800 mg/kgBB) memberikan perbedaan yang

Page 74: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

bermakna (p≤0,05) bila dibandingkan dengan kontrol. Konsentrasi

spermatozoa pada kelompok kontrol yaitu 13,87 x 106/ml dimana nilai

ini termasuk ke dalam kategori fertil >13,5 x 106/ml (Guzick, 2001).

Hasil yang sama dilaporkan oleh Dafaalla et al (2015) dimana

pemberian ekstrak etanol 85% daun kelor (Moringa oleifera Lam.)

dosis 200 mg/kgBB selama 30 hari dapat meningkatkan konsentrasi

spermatozoa tikus jantan. Priyadarshani dan Varma pada tahun 2014

juga melaporkan adanya peningkatan konsentrasi spermatozoa secara

bermakna pada kelompok mencit yang mengalami hiperglikemi dan

diberikan serbuk daun kelor dosis 200 mg/kgBB selama 21 hari.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Akunna et al (2012) menunjukkan

bahwa tikus jantan yang diinduksi kromium dan secara bersama-sama

diberikan ekstrak daun kelor dosis 50 mg/kg selama 100 hari dapat

meningkatkan konsentrasi spermatozoa. Peningkatan konsentrasi

spermatozoa secara bermakna juga ditunjukkan pada tikus cryptorchid

yang diberikan ekstrak metanol daun kelor dosis 200 mg/kgBB selama

15 hari (Afolabi et al., 2013). Telah diteliti juga bahwa bagian lain dari

tanaman ini dapat mempengaruhi konsentrasi spermatozoa pada tikus

jantan. Obembe et al (2015) melaporkan bahwa ekstrak biji kelor yang

diberikan pada tikus albino jantan pada dosis 600 mg/kgBB dapat

meningkatkan konsentrasi spermatozoa secara bermakna.

Hasil yang sejalan juga dilaporkan oleh Dafaalla et al (2017)

dimana pemberian ekstrak etanol biji kelor dosis 400 mg/kgBB

menunjukkan adanya peningkatan konsentrasi spermatozoa pada tikus

jantan. Penelitian daun kelor terhadap hewan uji lain juga

menunjukkan hasil yang sama. Substitusi pakan komersial dengan

tepung daun kelor (Moringa oleifera Lam.) dapat meningkatkan

konsentrasi spermatozoa kelinci jantan (Suarni, 2016). El-Desoky et al

(2017) dalam penelitiannya juga melaporkan bahwa pemberian ekstrak

etanol daun kelor pada dosis 50, 100 dan 150 mg/kgBB dapat

meningkatkan konsentrasi spermatozoa kelinci jantan secara

bermakna.

Page 75: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Peningkatan konsentrasi spermatozoa ini diduga karena ekstrak

etanol daun kelor dapat meningkatkan sintesis testosteron (hormon

yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses spermatogenesis) atau

disebabkan oleh aktivitas antioksidan yang dapat melindungi berbagai

tahapan spermatosit dari apoptosis, sehingga meningkatkan produksi

spermatozoa (El-Desoky et al., 2017). Priyadarshani dan Varma

(2014) juga melaporkan bahwa adanya kandungan antioksidan kuat

yang terdapat pada daun kelor seperti kaempferol, quercetin dan rutin

diduga dapat meningkatkan konsentrasi spermatozoa. Menurut Leone

et al (2015) ketiga senyawa bioaktif tersebut merupakan senyawa

flavonoid utama yang ditemukan pada sampel daun kelor kering yang

didapatkan dari India.

Flavonoid diketahui sebagai antioksidan kuat yang dapat

memperbaiki kerusakan testis akibat stress oksidatif pada jaringan

hewan, selain itu flavonoid juga mampu merangsang androgenesis

testis dan berperan penting untuk diferensiasi, integritas dan fungsi

steroidogenik (Dafaala et al., 2016). Stress oksidatif dihasilkan dari

produksi radikal oksigen yang melebihi kapasitas antioksidan pada

jaringan yang tertekan, enzim antioksidan utama yang terdapat pada

mamalia adalah superoksida dimutase (SOD), katalase dan glutation

peroksida, semua merupakan antioksidan endogen. Flavonoid, vitamin

A, vitamin C dan karotenoid merupakan contoh antioksidan eksogen

yang ditemukan dalam daun kelor (Afolabi et al., 2013). Antioksidan

yang terdapat pada daun kelor (Moringa oleifera Lam.) dan organ

epididimis bersama-sama berperan memelihara dan meningkatkan

proses spermatogenesis (Khalifa et a., 2016).

Konsentrasi spermatozoa merupakan parameter penting dalam

menilai efek kimiawi pada proses spermatogenesis. Jumlah sel

spermatogenik yang terletak pada tubulus seminiferus menandakan

adanya proses spermatogenesis yang terjadi didalam testis. Konsentrasi

spermatozoa yang meningkat dapat berkaitan dengan meningkatnya

kadar testosteron dalam plasma karena hormon testosteron memiliki

Page 76: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

peran besar dalam menginisiasi dan memelihara spermatogenesis

(Peiris et al., 2015). Peningkatan kadar testosteron dalam darah

mengindikasikan adanya peningkatan kadar androgen. Diketahui

bahwa androgen berperan penting dalam pematangan,

spermatogenesis, dan pemeliharaan aksesoris organ seks. Oleh karena

itu, peningkatan kadar androgen berhubungan dengan pematangan sel

sperma pada epididimis. Belum diketahui mekanisme pasti yang

memodulasi pelepasan testosteron ini, namun beberapa peneliti

melaporkan bahwa saponin dan flavonoid dapat mempengaruhi

bioavaibilitas androgen. Berdasarkan penelitian Lembe et al (2014),

dilaporkan bahwa flavonoid merupakan antioksidan yang poten dan

mampu menstimulasi aktivitas sel Sertoli dan sel Leydig pada tubulus

seminiferus tikus jantan.

b) Diameter Tubulus Seminiferus

Parameter uji yang dievaluasi selanjutnya yaitu diameter

tubulus seminiferus. Organ testis dibuat dalam bentuk preparat

histologi untuk mendapatkan lobus-lobus seminiferus. Pengukuran

diameter tubulus seminiferus dapat digunakan untuk memprediksi

produksi spermatozoa (Munson et al., 1996). Produksi spermatozoa

tidak akan terjadi jika alat kelamin jantan tidak mengalami

pertumbuhan dan perkembangan (Partodihardjo, 1980). Testis yang

berukuran normal memiliki korelasi positif dengan potensi substansi

fungsional (tubulus seminiferus) yang terkandung di dalam testis

(Fitriyani, 2015). Ukuran tubulus seminiferus normal berkisar antara

150-300 µm (Shokri, 2012).

Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa pemberian ekstrak

etanol 90% daun kelor (Moringa oleifera Lam.) pada ketiga kelompok

perlakuan secara oral selama 15 hari tidak menunjukkan adanya

perbedaan rerata diameter tubulus seminiferus yang bermakna jika

dibandingkan dengan kelompok kontrol (p≥0,05). Hal ini berarti

ekstrak etanol daun kelor tidak mempengaruhi ukuran diameter tubulus

seminiferus tikus. Grafik memperlihatkan peningkatan dan penurunan

Page 77: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

rerata diameter tubulus seminiferus semua kelompok uji terhadap

kontrol. Akan tetapi, peningkatan dan penurunan rerata diameter

tersebut masih dalam rentang normal (150-300 µm).

Hasil penelitian Nayak et al pada tahun 2015 mendapatkan hal

yang sama dengan hasil penelitian ini, dimana diameter tubulus

seminiferus tidak mengalami perubahan yang bermakna setelah

pemberian 25 mg/kg ekstrak daun kelor (Moringa oleifera Lam.)

selama 5 hari pada mencit albino jantan. Penelitian lain yang dilakukan

oleh Saalu et al (2011) terhadap tikus Sprague Dawley jantan yang

diberikan hidroxyurea 25 mg/kgBB dan ekstrak daun kelor 50

mg/kgBB secara bersama-sama juga menunjukkan penurunan diameter

tubulus seminiferus yang tidak bermakna dibandingkan kontrol.

Hidroxyurea (HDU) merupakan agen antineoplastik yang biasa

digunakan untuk pengobatan Sickle Cell Disease (SCD). Nilai

terpaeutik HDU masih terbatas karena dapat menimbulkan toksisitas

pada organ termasuk testis. Saalu et al (2011) melaporkan bahwa

pemberian bersama dengan ekstrak daun kelor dapat melindungi testis

dari perubahan morfologis, spermatogenik dan stress okstidatif yang

disebabkan oleh HDU. Hasil yang sama juga ditemukan pada ekstrak

dari tanaman lain, dimana Jaili et al (2015) melaporkan bahwa tidak

terdapat peningkatan diameter tubulus seminiferus secara bermakna

pada mencit jantan yang diberikan ekstrak hidroalkohol Petroselinum

crispum dosis 100, 150 dan 200 mg/kgBB selama 14 hari.

Menurut Jaili et al (2015), meningkatnya diameter tubulus

seminiferus setelah pemberian ekstrak P. Crispum disebabkan oleh

adanya kandungan berbagai mineral dalam ekstrak seperti zat besi,

vitamin A, vitamin B dan C yang diketahui berperan dalam proliferasi

sel epitel, sehingga sel parietal tubulus spermatozoa dapat berkembang

dengan cepat. Hal ini mendukung penelitian sekarang, dimana ekstrak

etanol 90% daun kelor (Moringa oleifera Lam.) juga memiliki

kandungan mineral dan vitamin yang tinggi sehingga pada dosis 50

Page 78: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

mg/kgBB, pemberian ekstrak dapat meningkatkan diameter tubulus

seminiferus walaupun secara tidak bermakna.

Peningkatan dan penurunan diameter tubulus seminiferus

secara tidak bermakna ini mungkin juga disebabkan oleh kurangnya

lama pemberian ekstrak. Ekstrak etanol 90% daun kelor (Moringa

oleifera Lam.) yang diberikan selama 15 hari diduga belum mampu

memicu peningkatan spermatogenesis. Cajuday dan Poscidio pada

tahun 2010, melaporkan bahwa pemberian ekstrak heksan daun kelor

selama 21 hari mampu meningkatkan diameter tubulus seminiferus

mencit jantan secara bermakna. Lama waktu perlakuan diduga dapat

mempengaruhi spermatogenesis. Walaupun lama perlakuan hewan uji

merujuk pada 1/3 siklus dari total 48 hari spermatogenesis, penelitian

ini sudah mewakili siklus spermatogenesis. Berdasarkan data yang

diperoleh, diameter tubulus seminiferus tidak menunjukkan hasil yang

bermakna, oleh sebab itu hasil ini mendukung pernyataan Turk et al

(2008) yang menyebutkan bahwa agar mendapatkan hasil maksimal

dalam penelitian menyangkut spermatogenesis, sebaiknya lama

perlakuan disesuaikan dengan siklus spermatogenensis hewan coba.

Kemungkinan lain yang dapat menyebabkan peningkatan dan

penurunan diameter tubulus seminiferus secara tidak bermakna ini

yaitu adanya kandungan senyawa aktif seperti flavonoid dan mineral

zinc yang terdapat dalam ekstrak daun kelor. Anzila et al (2017)

melaporkan bahwa flavonoid yang terdapat dalam ekstrak etanol

Ocimum canum Sins. memiliki kemampuan sebagai antioksidan yang

dapat menjaga testis dari stress oksidatif dan kerusakan DNA pada

dosis 200 mg/kgBB. Kandungan mineral zinc penting dalam proses

spermatogenesis. Mineral zinc memainkan beberapa peran dalam

sistem reproduksi pejantan, salah satunya adalah dalam aktivitas enzim

ribonuklease yang sangat aktif selama mitosis spermatogonia dan

meiosis spermatosit. Selama spermatogenesis, zinc berfungsi dan

berpartisipasi dalam maturasi spermatozoa, menjaga epitel germinal

dan tubulus seminiferus (Widhyari et al., 2015). Kekurangan zinc pada

Page 79: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tikus dapat menyebabkan kerusakan parah pada testis, seperti atropi

tubulus testis dan penghambatan diferensiasi spermatid (Abdella et al.,

2011).

Tubulus seminiferus merupakan bagian utama dari masa testis

yang merupakan tempat berlangsungnya proses spermatogenesis. Sel-

sel endokrin yang mengeluarkan hormon testosteron (sel-sel Leydig)

terletak di jaringan ikat antar tubulus-tubulus seminiferus. Sel Leydig

mengandung enzim yang dibutuhkan untuk sintesis testosteron. Setelah

disekresikan, testosteron yang disekresi diikat oleh ABP (Androgen

Binding Protein) yang disekresikan oleh sel sertoli masuk ke lumen

tubulus seminiferus untuk proses spermatogenesis (Yama et al., 2011).

Penurunan yang terjadi pada diameter tubulus seminiferus diduga

karena terhambatnya seksresi LH di hipofisis anterior yang berfungsi

untuk menstimulus pertumbuhan dan jumlah sel leydig. Akibatnya

sekresi testosteron berkurang dan menghambat sel Leydig untuk

memproduksi hormon testosteron, sehingga kadar hormon testosteron

menjadi turun. Kurangnya kadar hormon testosteron dan FSH inilah

yang diduga dapat menyebabkan atropi-atropi tubulus seminiferus

(Cholifah et al., 2014).

Hasil evaluasi antara pengukuran diameter tubulus seminiferus

dan konsentrasi spermatozoa dalam penelitian ini menunjukkan adanya

keselarasan, dimana peningkatan dan penurunan diameter tubulus

seminiferus yang tidak bermakna dapat menjadi indikasi meningkatnya

jumlah sel spermatogenik yang diproduksi pada tubulus seminiferus.

Banyaknya sel spermatogenik yang diproduksi dapat meningkatkan

konsentrasi spermatozoa pada kauda epididimis. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa ekstrak etanol 90% daun kelor (Moringa oleifera

Lam.) tidak mempengaruhi histologi testis tikus jantan.

c) Pengamatan Intromission Latency dan Intromission Frequency

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, selain perhitungan

konsentrasi spermatozoa dan pengukuran tubulus seminiferus, pada

penelitian ini juga dilakukan pengamatan aktivitas seksual tikus jantan.

Page 80: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Parameter yang dievaluasi yaitu intromission latency dan intromission

frequency. Adapun tujuan dari pengamatan kedua parameter tersebut

untuk memastikan apakah ekstrak etanol daun kelor ini mampu

mempengaruhi libido tikus jantan. Pengamatan dilakukan pada hari

terakhir pemberian ekstrak, sebelum tikus dikorbankan. Pada tikus

betina dilakukan pengamatan fase estrus dengan cara membuat apusan

vagina sebelum dipertemukan dengan tikus jantan. Setiap tikus jantan

dan tikus betina dengan rasio 1:1 dimasukkan dalam kandang yang

dindingnya terbuat dari material transparan sehingga mudah untuk

diamati. Pengamatan dilakukan pada pukul 20.00 WIB dalam kondisi

sedikit pencahayaan selama 30 menit (Deshmukh & Bhagat, 2016).

Hasil analisis uji normalitas (Kolmogorov-Smirnov) dan

homogenitas (Levene) menunjukkan bahwa data intromission latency

tikus tidak terdistribusi normal dan tidak homogen (p≤0,05). Hal ini

disebabkan karena data yang dihasilkan tidak memenuhi persyaratan

statistik sehingga tidak dapat dianalisa. Oleh karena itu, dilanjutkan ke

uji Kruskal Wallis. Hasil analisa menunjukkan bahwa nilai signifikansi

yang dihasilkan sebesar 0,317 (p≥0,05). Hal ini berarti tidak ada

perbedaan yang bermakna antara intomission latency semua kelompok

uji dengan kontrol (p≥0,05).

Data intromission frequency tikus diuji normalitas

(Kolmogorov-Smirnov) dan homogenitas (Levene). Didapatkan hasil

bahwa data intromission frequency semua kelompok tidak terdistribusi

normal dan tidak homogen (p≤0,05). Maka dari itu, dilanjutkan dengan

uji Kruskal Wallis, dimana hasil uji menunjukkan bahwa tidak terdapat

data yang berbeda bermakna diantara semua kelompok uji dengan

kontrol (p≤0,05).

Intromission latency merupakan interval waktu dari perkenalan

pada hewan betina sampai intromission pertama oleh hewan jantan

(Yasmin et al., 2013). Sementara definisi intromission frequency ialah

jumlah intromisi dari waktu perkenalan pada hewan betina sampai

ejakulasi (Adienbo et al., 2013). Pada tikus jantan, intromission

Page 81: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

latency dianggap sebagai indikator motivasi seksual, sedangkan

intromission frequency dinilai sebagai perilaku yang mengindikasikan

kinerja seksual (Zade et al., 2013). Intromission merupakan perilaku

spesifik pada jantan yang membutuhkan kadar hormonal lebih tinggi

dibandingkan dengan mounting. Mounting mudah dipengaruhi oleh

faktor lingkungan dan stimulus serta merupakan perilaku dasar hewan

jantan. Dibutuhkan ambang batas hormonal pada jumlah tertentu untuk

mempersingkat keduanya (Arletti et al., 1999).

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian

ekstrak etanol 90% daun kelor (Moringa oleifera Lam.) selama 15 hari

pada tikus jantan tidak memperlihatkan perbedaaan secara bermakna

terhadap intromission latency dan intromission frequency. Parameter

aktivitas seksual yang diamati hanya tampak pada kelompok kontrol

dan satu kelompok uji. Tikus jantan pada kelompok kontrol dan

kelompok uji dosis rendah (50 mg/kg/BB) memperlihatkan aktivitas

intromission latency dan intromission frequency terhadap tikus betina.

Tikus jantan melakukan aktivitas intromission secara terus menerus

selama fase estrus (berahi) tikus betina (Yasmin et al., 2013). Hasil

pengamatan menunjukkan bahwa intromission latency kelompok

kontrol terjadi pada menit ke-24, sementara intromission frequency

hanya terjadi 1 kali. Pada kelompok uji dosis rendah (50 mg/kgBB),

intromission latency sudah terlihat di menit ke-05.52 dan jumlah

intromission frequency yang terjadi sebanyak 14 kali. Waktu

intromission latency kelompok dosis 50 mg/kgBB lebih singkat

dibandingkan kontrol, namun tidak terdapat perbedaan yang bermakna

secara statistik.

Adanya aktivitas seksual yang teramati pada kelompok kontrol

dan dosis rendah (50 mg/kgBB) tersebut mungkin disebabkan oleh

kandungan yang terdapat dalam ekstrak, antara lain golongan saponin

dan alkaloid. Saponin bekerja secara langsung pada sistem saraf pusat

dan jaringan gonad untuk meningkatkan libido, sedangkan alkaloid

memiliki aksi perifer, yakni membantu relaksasi otot polos corpus

Page 82: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

cavernosum yang memicu terjadinya ereksi (Ahdini, 2014). Berbeda

dengan kelompok dosis sedang (200 mg/kgBB) dan dosis tinggi (800

mg/kgBB), perilaku yang ditunjukkan hanya kissing vagina dan

mounting. Rata-rata tikus jantan pada semua kelompok berperilaku

tenang dan kurang agresif saat disatukan dengan tikus betina dalam

kandang yang sama, bahkan pada beberapa tikus tidak menunjukkan

pergerakan yang mengarah ke aktivitas seksual.

Sifat tenang yang ditunjukkan pada hampir semua kelompok

uji mungkin disebabkan oleh adanya pengaruh ekstrak etanol daun

kelor terhadap sistem syaraf pusat tikus jantan. Bhattacharya et al

(2014) dalam penelitiannya melaporkan bahwa pemberian ekstrak

etanol daun kelor dosis 50, 100, 200 dan 400 mg/kgBB dapat

memberikan aktivitas depresi sistem saraf pusat dan relaksasi otot pada

tikus albino. Flavonoid yang terkandung dalam ekstrak daun kelor

dapat dengan mudah melewati sawar darah otak dan menekan berbagai

efek pada sistem syaraf pusat, seperti memori, kognitif dan

neurodegeneratif. Flavonoid memiliki aksi agonis pada reseptor

komplek GABAA dan oleh sebab itu dapat bertindak seperti molekul

benzodiazepin.

Bhat dan Joy (2017) juga melaporkan bahwa pemberian ekstrak

etanol daun kelor pada dosis 200 mg/kg dapat memberikan efek

ansiolitik (anti-kecemasan). Sifat ansiolitik ini mungkin disebabkan

oleh peran modulasi neurotransmiter atau sifat antioksidan yang

dimiliki daun kelor (Moringa oleifera Lam.). Aktivitas terhadap sistem

saraf pusat yang ditunjukkan oleh ekstrak etanol 90% daun kelor ini

kemungkinan dapat menyebabkan terganggunya libido.

Gangguan libido atau gairah seksual didefinisikan sebagai

defisiensi atau absennya fantasi seksual dan dorongan untuk

melakukan aktivitas seksual yang terjadi baik secara persisten ataupun

rekuren dan dapat disebabkan oleh faktor psikologikal seperti

kecemasan dan depresi (Kandeel et al., 2001).

Page 83: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hasil penelitian Zade et al (2013) menunjukkan bahwa

pemberian ekstrak biji Moringa oleifera Lam. selama 21 hari pada

dosis 100, 200 dan 500 mg/kgBB secara bermakna menurunkan

intromission latency dan meningkatkan intromission frequency pada

tikus albino jantan. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kinerja

seksual. Sementara Prabsattro et al (2012) melaporkan bahwa

pemberian dosis rendah (10 mg/kgBB) ekstrak daun kelor (Moringa

oleifera L.) terhadap tikus yang diinduksi stress menunjukkan

peningkatan intromission frequency yang bermakna pada hari ke 7

pengamatan. Namun tidak ditemukan adanya perbedaan aktivitas

seksual yang bermakna pada hari ke 14 pengamatan.

Dalam penelitian ini, lama pemberian ekstrak etanol 90% daun

kelor adalah 15 hari, dimana pada hari ke 15 dilakukan pengamatan

aktivitas seksual berupa intromission frequency dan intromission

latency. Hal ini sejalan dengan penelitian Prabsattro et al (2012) yang

mana pada pengamatan hari ke 14 pemberian ekstrak daun kelor dosis

10 mg/kgBB tidak menunjukkan adanya perbedaaan yang bermakna

terhadap aktivitas seksual baik kelompok kontrol maupun uji.

Berdasarkan hasil pengukuran beberapa parameter yang telah

diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak etanol 90%

daun kelor dapat mempengaruhi konsentrasi spermatozoa, tetapi tidak

mempengaruhi diameter tubulus seminiferus, intromission latency dan

intromission frequency tikus jantan. Maka dari itu, hipotesis bahwa

pemberian ekstrak etanol 90% daun kelor mempunyai aktivitas terhadap

konsentrasi spermatozoa diterima, sedangkan hipotesis bahwa pemberian

ekstrak etanol 90% daun kelor mempunyai aktivitas terhadap diamater

tubulus seminiferus, intromission latency dan intromission frequency ditolak.

Hasil menunjukkan bahwa parameter diatas normal secara farmakologis dan

spermatozoa masih memiliki fungsi dalam fertilisasi. Oleh karena itu, peneliti

dapat menarik kesimpulan bahwa pemberian ekstrak etanol 90% daun kelor

(Moringa oleifera Lam.) selama 15 hari secara oral tidak memberikan

pengaruh pada ukuran diameter tubulus seminiferus, intomission latency dan

Page 84: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

intomission frequency, namun pemberian ekstrak pada dosis 800 mg/kgBB

dapat meningkatkan konsentrasi spermatozoa tikus Sprague-Dawley jantan

secara bermakna.

Page 85: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

67 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB V

KESIMPULAN & SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat

diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

a. Pemberian ekstrak etanol 90% daun kelor (Moringa oleifera Lam.)

dosis 800 mg/kgBB dapat mempengaruhi konsentrasi spermatozoa

tikus Sprague-Dawley jantan secara bermakna (p≤0,05) terhadap

kontrol, dimana nilai normal konsentrasi spermatozoa adalah >13,5 x

106/ml.

b. Pemberian ekstrak etanol 90% daun kelor (Moringa oleifera Lam.)

tidak mempengaruhi diameter tubulus seminiferus tikus Sprague-

Dawley jantan (p≥0,05), dimana nilai rerata diameter tubulus

seminiferus semua kelompok uji masih dalam rentang normal (150-300

µm).

c. Pemberian ekstrak etanol 90% daun kelor (Moringa oleifera Lam.)

tidak mempengaruhi intromission latency dan intromission frequency

tikus Sprague-Dawley jantan (p≥0,05).

5.2 Saran

a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai isolasi senyawa aktif

dari ekstrak etanol 90% daun kelor (Moringa oleifera Lam.) terkait

aktivitasnya terhadap sistem reproduksi tikus jantan.

b. Perlu dilakukan uji lebih lanjut mengenai aktivitas ekstrak etanol 90%

daun kelor (Moringa oleifera Lam.) dengan lama perlakuan 48 hari.

Page 86: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Abdella AM, Elabed BH, Bakhiet AO, Gadir WSA, Adam SEI. 2011. In vivo

study on Lead, Cadmium and Zn supplementatitions on spermatogenesis

in albino rats. Journal of Pharmacology and Toxicology. 6(2): 141 148.

Adienbo et al. 2013. Effect of hydro-methanolic extract of xylopia aethiopica on

sexual behaviour in male wistar rats. International journal of Advanced

Biological and Biomedical Research Volume 1, Issue 9, 2013: 1078-

1085.

Adipu, Y., Sinjal, H., Watung, J. 2011. Ratio Pengenceran Sperma Terhadap

Motilitas Spermatozoa, Fertilitas dan Daya Tetas Ikan Lele (Clarias sp.).

Manado: UNSRAT, Vol. VII-1 April 2011 Hal. 48-55.

Adli, Arsyadanie Saifi. 2014. Karakterisasi Ekstrak Etanol Tanaman Rumput

Israel (Asystasia gangetica) Dari Tiga Tempat Tumbuh di Indonesia.

Jakarta: Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Afolabi et al. 2013. Effects of Methanolic Extract of Moringa Oleifera Leaves on

Semen and Biochemical Parameters in Crytorchid Rats. Nigeria: Afr J

Tradit Complement Altern Med. (2013) 10(5):230-235.

Agarwal, Ashok. 2005. Role of Oxdative Stress in Male Infertility and

Antioksidan Supplementation. Business Briefing: US Kidney and

Urological Disease 2005. pp: 122-124.

Ahdini, Diah. 2014. Potential of Katuk Leaf (Sauropus Androgynus L. Merr) as

Aphrodisiac. Review Article. Lampung : J MAJORITY. Volume 3 Nomor

7. Desember 2014. Hal 17-20.

Akbar, Budhi. 2010. Tumbuhan dengan Kandungan Senyawa Aktif yang

Berpotensi Sebagai Bahan Antifertilitas. Jakarta : Adabia Press Hal 1-50.

Akunna et al. 2012. Ameliorative Effect of Moringa oleifera (drumstick) Leaf

Extracts on Chromium-Induced Testicular Toxicity in Rat Testes.

Nigeria: World J Life Sci. and Medical Research 2012;2:20.

Alegantina, Sukmayanti et al. 2013. Kualitas ekstrak etanol 70% daun kelor

(Moringa oleifera Lamk) dalam ramuan penambah ASI. Jurnal

Kefarmasian Indonesia Vol 3.1.2013:1-8.

Aliyu, Adamu et al. 2016. Qualitative phytochemical analysis of the leaf of

Moringa oleifera Lam. from three climatic zones of Nigeria. Nigeria :

Journal of Chemical and Pharmaceutical Research, 2016, 8(8):93-101.

Page 87: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Aminah, Syarifah et al. 2015. Kandungan Nutrisi dan Sifat Fungsional Tanaman

Kelor (Moringa oleifera). Jakarta: Buletin Pertanian Perkotaan Volume 5

Nomor 2, 2015 Hal :35-44.

Anandakumar et al. 2013. Fertility enhancing effects of Hatch Up†: a herbal

formulation in male rats. India: Journal of Applied Animal Research,

2013 Vol. 41, No. 4, 455-461.

Anzila, Ivakhul dkk. 2017. Pengaruh Ekstrak Ethanol Kemangi (Ocimum canum

Sims.) terhadap Struktur Histologi Testis Mencit (Mus musculus) Jantan.

Jurnal Biotropika, Vol. 5 No. 1 Hal 22-26.

Arifin Helmi, Nelvi Anggraini, Dian Handayani, dan Roslinda Rasyid. 2006.

Standardisasi Ekstrak etanol Daun Eugenia cumini Merr. J.Saint Tek Far

11 (2) hal 1-7.

Arletti R, Benelli A, Cavazzuti E, Scarpetta G, Bertolini A 1999. Stimulating

Property of Turnera Diffusa and Pfaffia paniculata Extracts on the

Sexual-Behavior of Male Rats. Psychopharmacology (Berl). 143(1):15-

19.

Awodele et al, 2012. Toxicological evaluation of the aqueous leaf extract of

Moringa oleifera Lam. (Moringaceae). J Ethnopharmacol. 2012 Jan

31;139(2):330-6.

Bachtiar, Denny. 2016. Uji Aktivitas Antifertilitas Ekstrak Etanol 90% Daun

Kelor (Moringa oleifera Lam.) Pada Tikus Jantan Galur Sprague-Dawley

Secara In-Vivo. Jakarta: Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Barrett, K.E, dkk. 2010. Ganong’s Review of Medical Physiology 23rd ed. USA:

McGraw Hill, pp. 519-569.

Bassey et al,. 2013. The effect of ethanolic extract of Moringa oleifera on

alcohol-induced testicular histopathologies in pre-pubertal albino Wistar

rats. Nigeria : Biology and Medicine, 5: 40–45.

Bhargave, Ajay et al. 2015. Moringa oleifera Lam. – Sanjana (Horseradish Tree)

– A Miracle food plantwith multipurpose uses in Rajasthan-India-An

overview. Int. J. Pure App. Biosci. 3 (6): 237-248.

Bhat, Shankar K., Joy, A.E. 2017. Antianxiety effect of ethanolic extract of

leaves of Moringa oleifera in Swiss albino mice. Archives of Medicine

and Health Sciences, Vol 2 Issue 1 pp. 5-7.

Bhattacharya et al. 2014. CNS Depressant and Muscle Relaxant effect of

Ethanolic Leaf Extract of Moringa Oleifera on Albino Rats. International

Journal of PharmTech Research. ISSN : 0974-4304. Vol.6, No.5, pp

1441-1449.

Page 88: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Cajuday, Lilibeth A. 2010. Effect of Moringa oleifera Lam. (Moringaceae) on

The Reproduction of Male Mice (Mus musculus). Filipina: Biology

Department, ColIege of Science, Bicol University. Journal of Medicinal

Plants Research Vol. 4(12), pp. 1115-1121.

Cholifah et al. 2014. Pengaruh Pemberian Ekstrak Pare (Momordica Charantia,L)

Terhadap Struktur Histologi Testis dan Epididimis Tikus Jantan (Rattus

Norvegicus) Spraque Dawley. Palembang : MKS, Th. 46, No. 2, April

2014 Hal 149-157.

Chukwuebuka, Egbuna. 2015. Moringa oleifera “The Mother’s Best Friend”.

Nigeria: International Journal of Nutrition and Food Sciences. 2015;

4(6) pp: 624-630.

Dafaalla et al. 2015. Effect of Ethanol Extract of Moringa Oleifera Leaves on

Fertilitty Hormone and Sperm Qualityof Male Albino Rats. Sudan:

World Journal of Pharmaceutical Research Volume 5, Issue 1, 01-11.

Dehghan et al. 2005. Antifertility effect of iranian neem seed alcoholic extract on

epididymal sperm of mice. Iran : Ardabil University of Medical Sciences.

Iranian Journal of Reproductive Medicine Vol.3. No.2 pp:83-89.

Deka, Manalisha et al. 2011. Traditional use of fertility inducing plants used by

the herbal practitioners in some parts of the state Assam, N E India, a

Survey report. India : International Journal of Science and Advanced

Technology (ISSN 2221-8386) pp: 133-142.

Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan.

Jakarta: Direktorat Jendral POM-Depkes RI. Hal 1-68.

Departemen Kesehatan RI. 2008. Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Diktorat

Jendral POM-Depkes RI.

Deshmukh, C.K and Bhagat, S.K. 2016. Butea monosperma (Lam.) induces

sexual activity in male albino rat, Rattus rattus (Wistar). International

Journal in Physical & Applied Sciences (Impact Factor- 3.960). Vol.03

Issue-04, (April, 2016) ISSN: 2394-5710 pp: 1659-1663.

El-Desoky et al. 2017. Physiological Response and Semen Quality of Rabbit

Bucks Supplemented With Moringa Leaves Ethanolic Extract During

Summer Season. Animal 11 (9), 1549-1557.

Fahey, J.W. 2005. Moringa oleifera: A Review of the Medical Evidence for

ItsNutritional, Therapeutic, and Prophylactic Properties. Part 1

Dianto, I. Anam, S. Khumaidi, A. 2015. Studi Etnofarmasi Tumbuhan Berkhasiat

Obat Pada Suku Kaili Ledo Di Kabupaten Sigi, Provensi Sulawesi

Tengah. GALENIKA Journal of Pharmacy Vol.1 (2) hal: 85-91.

Page 89: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Do, Quy Diem et al. 2014. Effect of extraction solvent on total phenol content,

total flavonoid content, and antioxidant activity of Limnophila

aromatica. Journal of Food and Drug Analysis Volume 22, Issue 3,

September 2014, Pages 296-302.

Dorostghoal M, Seyyednejad SM, Khajehpour L, Jabari A. Effects of Fumaria

parviflora leaves extract on reproductive parameters in adult male rats .

Iranian Journal of Reproductive Medicine. 2013;11(11) pp: 891-898.

Farnsworth, N.R. 1966. Biological and Phytochemical Screening of Plants.

Journal of Pharmaceutical Sciences, 55 (3), pp. 225-276.

Fitriyani, Nur. 2015. Uji Aktivitas Antifertilitas Ekstrak Etanol 70% biji mimba

(Azadirachta indica L.) Pada Tikus Putih Jantan (Rattus novergicus)

Galur Sprague Dawley secara In Vivo. Jakarta: Skripsi. UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Fritz H, Becker H. The suitability of carboxymethylcellulose as a vehicle in

reproductive studies. Germany: Arzneimittelforschung. 1981;31(5): 813-

5.

Ghasani, Afina A. 2016. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 90% Daun Kelor (Moringa

oleifera Lam.) Terhadap Konsentrasi Spermatozoa, Morfologi

Spermatozoa, Dan Diameter Tubulus Seminiferus Pada Tikus Jantan

Galur Sprague Dawley. Jakarta: Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Gomez E, Irvine D S, Aitken R J, “Evaluation of a spectrophotometric assay for

the measurement of malondialdehyde and 4- hydroxyalkenals in human

spermatozoa: relationships with semen quality and sperm function”, Int.

J. Androl. (1998);21,(2): pp. 81–94.

Gopalakrishnan et al. 2016. Moringa oleifera: A review on nutritive importance

and its medicinalapplication. India: Food Science and Human Wellness 5

(2016) pp: 49–56.

Guntarti, Any., Sholehah, K., Irna, N., Fistianingrum, W. 2015. Determination

Non-Specific Parameters Ethanol Extract Mangosteen (Garcinia

mangostana) Peels On the Origin of Regional Variation. Yogyakarta:

Universitas Ahmad Dahlan, FARMASAINS Vol 2 No. 5, April 2015 Hal:

202-207.

Guyton A.C, dan Hall, J.E. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.

Penterjemah: Ermita I, Ibrahim I. Singapura: Elsevier.

Guzick D.S, Overstreet J.W, Litvak P.F, Brazil C.K, Nakajima S.T, Coutifaris C,

et al. Sperm morphology, motility, and concentration in fertile and

infertile men. N Engl J Med. Vol. 345, No. 19 November 8, 2001 pp:

1388-1393.

Page 90: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hakim et al. 2017. Identifikasi Senyawa Kimia Elstrak Etanol Mentimun

(Cucumis sativus L.) dan Elstrak Etanol Nanas (Ananas comosus (L)

Merr. Jurnal Pharmascience, Vol.04, No,01 Feb 2017, hal: 34-38.

Halvaei, Iman et al. 2012. Acute Effects of Ruta graveolens L. on Sperm

Parameters and DNA Integrity in Rats. Iran : J Reprod Infertil.

2012;13(1): pp: 33-38.

Harborne, J.B., (1987), Metode Fitokimia, Edisi ke dua, ITB, Bandung.

Harlis, Wa Ode. 2011. Morfologi Spermatozoa Epididymis Tikus (Rattus

norvegicus, L) Setelah Diperlakukan Ekstrak Herba Meniran

(Phyllanthus niruri,L.). Paradigma, Vol.15 No,1 Peb 2011 hal: 29-44.

Hrapkiewicz K, Colby L, Denison P. 2014. Clinical Laboratory Animal Medicine:

An Introduction. Fourth Ed. Lowa (US): Blackwell Publishing

Professional. Http://www.sageresearchlabs.com/research-models/outbred-rats/sprague-dawley

outbred-rat diakses pada 1 Maret 2017.

Ilyas, S. 2007. Azoospermis dan pemulihannya melalui regulasi apoptosis sel

spermatogenik tikus (Rattus sp) pada penyuntikan kombinasi TU & MPA.

Disertasi. Program Doktor Ilmu Biomedik FKUI.

ITIS. Integrated Taxonomic Information System, Taxonomic Hierarchy: Moringa

oleifera Lam. [online]. pada 14 Agustus 2017 pukul 17.00 Diakses dari

https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&se

arch_value=503874#null

Iqbal, Erum et al. 2015. Phytochemical screening, total phenolics and antioxdant

activities of bark and leaf extracts of Goniothelamus velutinus (Airy

Shaw) from Brune Darussalam. Journal of King Saud University-Science

(2015) 27, pp: 224-232.

Jamal, Mohammad A.H.M et al. 2016. A Review of Phytochemical and

Pharmacological Profile of Moringa oleifera Lam. Bangladesh: Journal

of Life Science and Biotechnology pp: 75-87.

Jalili C, Salahshoor MR, Naderi T. 2015. The effect of hydroalcoholic extract of

P. crispum on sperm parameters, testis tissue and serum nitric oxide

levels in mice. Advanced Biomedical Research. 2015;4:40.

Jesik CJ. Holland JM, Lee C, 1982. An anatomic and histologic study of the rat

prostate. Prostate 3:81-97. Journal of Physiological Sciences, 23(1-2):

27-30.

Page 91: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

73

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Junqueira, L. C. & Carneiro, J. 2007. Histologi Dasar, Teks dan Atlas. Jakarta:

EGC.

Kandeel, F.R., V.K.T. Koussa, dan R.S. Swerdloff. 2001. Physiology,

Pathophysiology, Clinical Investigation, and Treatment. In: Male Sexual

Function and Its Disorders. Jun;22(3):342-88.

Kesuma, Dyah Gaby. 2013. Pengaruh Pemberian Ekstrak Lada Hitam(Piper

nigrum L) dan Seng (Zn) Terhadap Motilitas, Jumlah dan Morfologi

Spermatozoa Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Strain Wistar.

Bandar Lampung: Skripsi. Universitas Lampung.

Khalifa et al. 2016. Safety and Fertility Enhancing Role of Moringa oleifera

Leaves Aqueos Extract In New Zealand Rabbit Buck. Mesir: Int J Pharm

2016; 6(1): pp: 156-168.

Konmy et al. 2016. A review on phytochemistry and pharmacology of Moringa

oleifera leaves (Moringaceae). Benin. Journal of Pharmacognosy and

Phytochemistry 2016; 5(5): pp: 325-330.

Koolhaas, J. M. (2010). The laboratory rat. In R. Hubrecht, & J. Kirkwood (Eds.),

The UFAW Handbook on the Care and Management of Laboratory and

Other Research Animals, Eighth Edition. (pp. 311-326). s.n.

Krinke, J.G. 2000. The Laboratory Rat 1st Edition. United States : Academic

Press.

Krishnalingam V, Ladds PW, Entwistle KW, Holroyd RG. 1982. Quantitative

macroscopic and histological study of testicular hyploplasia in Bos

indicus strain bulls. Res Vet Sci. (2):131-9.

Kumar, N dan Singh, A.K. 2015. Trends of male factor infertility, an important

cause of infertility: A review of literature. J Hum Reprod Sci. 2015 Oct-

Dec; 8(4): 191-196.

Lembe et al. 2014. Fertility enhancing effects of aqueous extract of Rauvolfia

vomitoria on reproductive functions of male rats. Peru: J Exp Integr Med

2014; 4(1):43-49.

Leone, Allesandro et al. 2015. Cultivation, genetic, ethnopharmacology,

phytochemistry and pharmacology of Moringa oleifera leaves: An

overview. Italy: University of Milan. Int. J. Mol. Sci. 2015, 16, 12791-

12835.

Lohiya NK, Pathak N, Mishra PK, Manivannan B. 2000. Contraceptive evaluation

and toxicological study of aquous extract of the seed of carica papaya in

male rabbits, J Ethnopharmacol 2000; 7091: 17-27.

Page 92: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

74

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Luthfi, Muhammad Ja’far. 2013. Analisis Kualitas Sperma Hewan Uji :

MetodePerhitungan Bilangan Sperma Epididimis Tikus. Kaunia, Vol IX,

No.1, April 2013: 32-39.

Malole, Sri Utami Pramono, C. 1989. Penggunaan Hewan-hewan Percobaan di

Laboratorium. Jawa Barat: Institut Pertanian Bogor. Hal : 104 – 112.

Mohamad, Kusdiantoro ddk. 2001. Morfologi dan Kandungan Kelenjar Aksesoris

Organ Reproduksi Tikus Jantan pada Umur Sebelum dan Setelah

Pubertas. Bogor : Hayati, Desember 2001, ISSN 0854-8587 hlm. 91-97.

Mukhriani. 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, Dan Identifikasi Senaywa

Aktif. Jurnal Kesehatan, Volume VII No.2/2014 hal: 361-367.

Munson, L., Brown, J.L., Bush, M., Packer, C. 1996. Genetic Diversity Affects

Testicular Morphology in Fres Ranging Lions of The Serengeti Plains

and Ngorongoro Crater. Journal of Reproduction and Fertility 109, pp:

11-15.

Nalbandov, A.V. 1990. Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan Unggas.Edisi 3.

Jakarta. Pp 41-53.

Nayak et al. 2015. Sperm abnormalities induced by pre-pubertal exposure to

cyclophosphamide are effectively mitigated by Moringa oleifera leaf

extract. India: First International Journal of Andrologia. Andrologia

2015, xx, 1–12.

Nithya R, Elango V. 2016. Protective Role of Moringa Oleifera Seed on Lindan

Induced Reproductive Hormonal Disorders in Male Albino Rats. India :

Int J Pharm Bio Sci 2016 Jan; 7(1): (B) 474 – 479.

Olayaki, I.A., Soladoye, A.O., Salman, T.M., & Joraiah, B. 2008. Effect of

Photoperiod on Testicular Functions in Male Sprague-dawley Rats.

Nigerian phytochemistry and pharmacology of Moringa oleifera leaves:

An overview. pp: 27-30.

Owolabi J.O dan Ogunnaike P.O. 2014. Histological evaluation of the effect of

Moringa leaf extract treatment on vital organs of murine models. Nigeria:

Ben Carson Sr.School of Medicine. Merit Research Journal of Medicine

and Medical Sciences (ISSN: 2354-323X) Vol. 2(10) pp. 245-257,

October, 2014.

Patel, Pinal et al. 2014. Phytochemical analysis and antifungal activity of Moringa

oleifera. India: Pioneer Pharmacy Degree College. International Journal

of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences Vol 6, Issue 5, 2014 pp: 144-

147.

Page 93: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

75

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Peiris et al. 2015. Evaluation of Aqueous Leaf Extract of Cardiospermum

halicacabum (L.) on Fertility of Male Rats. Sri Lanka: BioMed Research

International Volume 2015 pp: 1-6.

Prabsattroo et al. 2015. Moringa oleifera extract enhances sexual performance in

stressed rats. Thailand: Journal of Zhejiang University-SCIENCE B

(Biomedicine & Biotechnology)ISSN 1673-1581 (Print) pp: 179-190.

Priyadarshani, N., dan Varma, M.C. 2014. Effect of Moringa oleifera leaf powder

on sperm count, histology of testis and epididymis of hyperglycaemic

mice Mus musculus. India: American International Journal of Research

in Formal, Applied & Natural Sciences pp: 07-13.

Purwoistri, Rita Fitria. 2010. Pengaruh Ekstrak Biji Pepaya (Carica papaya L.)

terhadap Spermatogenesis dan Tebal Epitel Tubulus Seminiferus Testis

Mencit (Mus musculus) Jantan. Skripsi. Malang: UIN Maulana Malik

Ibrahim Malang

Putra et al. 2016. Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Daun Kelor

(Moringa oleifera L) di Bali. Denpasar: Indonesia Medicus Veterinus

Oktober 2016 5(5) : 464-473

R.N. Bennett, F.A. Mellon, N.Foidl . 2003. Profiling glucosinolates and phenolics

in vegetative and reproductive tissues of the multi-purpose trees Moringa

oleifera L. (Horseradish tree) and Moringa stenopetala L. J Agric Food

Chem, 51: pp: 3546-53.

Rahardhianto, Arsetyo. 2012. Pengaruh Konsentrasi Larutan Madu dalam NaCl

Fisiologis terhadap Viabilitas dan Motilitas Permatozoa Ikan Patin

selama Masa Penyimpanan. Jurnal Sains dan Seni ITS. Vol.1 : pp 1-6

Ramya, B. Shiney dan P. Ganesh. 2012. Phytochemical Analysis and

Comparative Effect Of Cinnamomum Zeylanicum, Piper Nigrum and

Pimpinella Anisum With Selected Antibiotics and Its Antibacterial

Activity againts Enterobacteriaceae Family. India: International Journal

of Pharmaceutical & Biological Archives.

Ratnani et al. 2015. Standarisasi Spesifik dan Non Spesifik Ekstraksi Hidrotropi

Andrographolid Dari Sambiloto (Andrographis paniculata). Prosiding

Seminar Nasional Peluang Herbal Sebagai Alternatif Medicine, hal. 147-

155.

Roloff, A., H. Weisgerber., U. Lang., B. Stimm. 2009. Moringa oleifera Lam.,

1785. WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA, Weinheim pp: 1-8.

Rowe, Raymond C., Paul J. Sheskey, dan Marian E Quinn. 2009. Handbook of

Pharmaceutical Excipients 6th

Edition. Washington DC: Pharmaceutical

Press and American Pharmacist Association pp: 118-122.

Page 94: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

76

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Rugh, R. 1967. The Mouse Its Reproduction and Development. Bbgess Publishing

Company. pp: 1-23.

Saalu et al. 2011. Moringa oleifera Lamarck (drumstick) Leaf Extract Modulates

the Evidences of Hydroxyurea –Induced Testicular Derangement.

Nigeria: International Journal of Applied Research in Natural Products

Vol. 4 (2), pp. 32-45.

Saini, Ramesh Kumar et al. 2016. Phytochemicals of Moringa oleifera: a review

of their nutritional, therapeutic and industrial significance. REVIEW

ARTICLE. pp: 01-14.

Sarker, S. D., Zahid, L., dan Alexander, I. G., 2006. Natural Products Isolation,

Humana Press, New Jersey.

Schwarz, D. 2000. Water Clarification Using Moringa Oleifera.Gate Technical

Septiyani, Rice. 2012. Hubungan Antara Viabilitas, Motilitas, dan Keutuhan

Membran Plasma Spermatozoa Semen Beku Sapi Limousin. Fakultas

Kedokteran Hewan. Bogor: Skripsi. Intitut Pertanian Bogor.

Shah et al. 2016. Moringa oleifera Lam. A Study of Ethnobotany, Nutrients and

Pharmacological Profile. India: Research Journal of Pharmaceutical,

Biological and Chemical Sciences ISSN: 0975-8585 pp: 2158-2165.

Sharma, R., Said, T., & Agarwal, A. (2004). Sperm DNA Damage and Its Clinical

Relevance in Assessing Reproductive Outcome. Asian J Androl, 6, 139-

148.

Sherwood, L. 2009. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Sheerwood. 2010. Human Physiology From Cells to System. Seventh Edition. pp:

755.

Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Sheweita et al. 2005. Mechanisms of Male Infertility: Role of Antioxidants. Saudi

Arabia : Current Drug Metabolism, 2005, 6, 000-000.

Shokri, Saeed, Masoud Hemadi dan Robert John Aitken. 2012. Transmission

Electron Microscopy for The Quantitative Analysis of Testis Ultra

Structure. P. 113. Diakses pada tanggal 20 Juli 2017 melalui

www.intechopen.com/books

Singh G P Rakesh G Sudeep B, S Kumar S.2012. Anti-inflammatory Evaluation

of Leaf Extract of Moringa oleifera. Journal of Pharmaceutical

andScientific Innovation, 1(1);22-24.

Page 95: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

77

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Smith, Mangkoewijoyo. S. 1998. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan

Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Edisi 1: Jakarta: UI Press. Hal: 37-

39.

Solihati, Nurcholidah. 2013. Antifertilitas Ekstrak Pegagan (Centella asiatica)

dan Reversibilitas Fungsi Reproduksi Pada Tikus (Rattus norvegicus)

Jantan. Bogor : Tesis. Institut Pertanian Bogor.

Sonmez, M.; Turk. G. and Yuce, A. (2005). The effect of ascorbic acid

supplementation on sperm quality, lipid peroxidation and testosterone

levels of male Wistar rats. Theriogenology, 63: 2063-2072.

Speroff L, Glass RH, Kase NG. 1999. Clinical Endocrionology and Infertility .

Edition 6. Philadelphia, William and Wilkins L : 1075-1076.

Suarni, Ni Made Rai. 2016. Substitusi Pakan Komerisal Dengan Tepung Daun

Kelor (Moringa oleifera) Untuk Meningkatkan Kemampuan Reproduksi

Kelinci (Lepus sp.) Jantan. Denpasar: Disertasi. Universitas Udayana.

Suckow, M.A., Steven H. W., Craig L. F. 2006. The Laboratory Rat Second

Edition. USA: American College of Laboratory Animal Medicine Series.

Susetyarini, Eko. 2015. Beluntas leaf tannin activity against spermatozoa

concentration white male rats. Universitas Muhammadiyah Malang:

Jurusan Biologi, Fakultas Keguruan danh Ilmu Pendidikan, JURNAL

GAMMA, ISSN 2086-3071 pp: 14-20.

Tejas H, Genatra et al. 2012. A Panoramic View On Pharmacognostic,

Pharmacological, Nutritional, Therapeutic and Prophylactic Value of

Moringa oleifera Lam. India: International Research Journal of

Pharmacy Vol 3. pp: 1-6.

Tiwari, P. Kumar, B. Kaur, M. Kaur, G. Kaur, H. 2011. Phytochemical screening

and Extraction: A Review. Internationale Pharmaceutica Sciencia.

Vol.1.Issue. 1 pp: 98-106.

Toma, Alemayehu dan Deyno, Serawit. 2014. Phytochemistry and

Pharmacological Activities of Moringa oleifera. Ethiopia: International

Journal of Pharmacognosy, 2014; Vol. 1(4) pp: 222-231.

Wahyuni, Sri et al. 2013. Uji Manfaat Daun Kelor (Moringa oleifera Lamk.)

Untuk Mengobati Penyakit Hepatitis B. Jurnal KesMaDaSka

Widhyari, S.D., A. Esfandiari., A, Wijaya., R. Wulandari., S. Widodo., L.

Maylina. 2015. Tinjauan Penambahan Mineral Zn dalam Pakan Terhadap

Kualitas Spermatozoa pada Sapi Frisian holstein Jantan. Jurnal Ilmu

Pertanian Indonesia (JIPI). Vol. 20 (1): 72 77.

Page 96: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

78

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Wijayanti et al. 2013. Pengaruh Lama Simpan Semen Dalam Pengencer NaCL

Fisiologis Pada Suhu Kamar Terhadap Kualitas Spermatozoa Ayam

Kampung (Gallus domesticus). Malang: Universitas Brawijaya, Jurnal

Kedokteran Hewan Hlm. 53-55.

Wilkinson, J.M., Halley, S., Towers, P.A. 2000. Comparison of male reproductive

parameters in three rat strains: Dark Agouti, Sprague-Dawley and Wistar.

Australia: Laboratory Animals Ltd. Laboratory Animals 34, 70-75.

William, O.R. 2005. Functional Anatomy and Physiology of Domestic Animals

Third Edition. USA: Baltimore, Maryland. Male Reproduction chapter 13

hal 379-399.

Wiryawan, R. A., I’tishom, R., Purwaningsih, S. 2015. Papaya Seed Extract

Lowers Sperm Concentrations, Motility, And Viability in Male Mice.

Folia Medica Indonesiana, Vol 51 No. 4 : 252-256

World Health Organization. 2000. General Guidelines For Methodologies on

Research and Evaluation of Traditional Medicine. Geneva: WHO, 2000.

World Health Organization. 2010. WHO Laboratory Manual For The

Examination and Processing of Human Semen (5th ed.). Geneva: World

Health Organization.

Yama, O.E, et al. 2011. Sperm Qoutient in Sprague Dawley Rats Fed Graded

Doses of Seed Extract of Momordica charantia. Middle East Fertility

Society Journal 16: 154-158.

Yasmin, C., Eriani, K., Sari, W. 2013. The Effect of Anting-Anting (Acalypha

indica) Root EthanolExtract on Sexual Arousal of Mice. JURNAL

KEDOKTERAN YARSI 21 (1) : 027-032 (2013).

Yotarlai, Sudawadee et al. 2011. Effects of boesenbergia rotunda juice on sperm

qualities in male rats. Thailand: Chiang Mai University. Journal of

Medicinal Plants Research Vol. 5(16), pp. 3861-3867.

Yurnadi., Sari, P., Pujianto, D.A., Soeradi, O. 2001. Pengaruh Penyuntikan

Ekstrak Biji Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Konsentrasi

Spermatozoa dan Keadaan Sel Spermatogenik Tikus Jantan (Rattus

norvegicus L.) Strain LMR. MAKARA, KESEHATAN, VOL. 5, NO. 1 hal:

19-25.

Zade, Varsha dan Dabhadkan, Dinesh. 2013. Effect of Aqueous Extract of

Moringa oleifera Seed on Sexual Activityof Male Albino Rats. India:

Government Vidarbha Institute of Science and Humanities. Biological

Forum – An International Journal 5(1): 129-140.

Page 97: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

79

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Hasil Determinasi Tanaman

Page 98: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

80

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Surat Keterangan Sehat Hewan Uji

Page 99: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

81

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Surat Hasil Kaji Etik Hewan Uji

Page 100: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

82

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Alur Penelitian

A. Alur Pembuatan Ekstrak Etanol 90% Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.)

Maserat

Determinasi daun Kelor

(Moringa oleifera Lam.)

Sebanyak 18 kg daun kelor

segar dikumpulkan

Daun kelor dicuci

Daun kelor dikering anginkan

Daun kelor dihaluskan dengan

Blender

Diperoleh serbuk daun kelor

2,4 kg

Serbuk daun kelor dimaserasi

dengan etanol 90%

Ekstrak Kental

Pembuatan Suspensi

Penapisan

Fitokimia

Sortasi Basah

Dipekatkan dengan vacuum

rotary evaporator

Dilakukan

freeze drying

Disaring dengan

kertas saring

Page 101: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

83

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

B. Alur Kerja Uji Aktivitas

20 ekor tikus jantan Sprague Dawley

Aklimatisasi 2 minggu

Dikelompokkan secara acak (masing-

masing 5 ekor setiap perlakuan)

Kelompok dosis rendah 50 mg/kgBB

Kelompok dosis sedang 200 mg/kgBB

Kelompok dosis tinggi 800 mg/kgBB

Kelompok

Kontrol

Pemberian suspensi Na CMC

0,25% per oral selama 15 hari

Pemberian larutan ekstrak per

oral selama 15 hari

Pada hari ke-16 tikus dikorbankan dan diambil organ reproduksinya

Testis

Dibuat Preparat

Histologi

Pengukuran Diameter

Tubulus Seminiferus

Kauda Epididimis

Analisis Data

Perhitungan

Konsentrasi

Spermatozoa

Pada hari ke-15 dilakukan uji aktivitas seksual intromission frequency dan intromission latency

Page 102: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

84

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Perhitungan Dosis Ekstrak Etanol 90 % Daun Kelor

Untuk perhitungan dosis uji ekstrak daun kelor digunakan rumus sebagai

berikut :

1. Dosis rendah (50 mg/kgBB)

1 ml =

Konsentrasi = 15 mg/ml

Sediaan dibuat sebanyak 50 mL. Sehingga ditimbang ekstrak sebanyak :

Ekstrak (mg) = volume (mL) x konsentrasi (mg/mL)

Ekstrak = 50 mL x 15 mg

= 750 mg

2. Dosis sedang (200 mg/kgBB)

1 ml =

Konsentrasi = 60 mg/ml

Sediaan dibuat sebanyak 50 mL. Sehingga ditimbang ekstrak sebanyak :

Ekstrak (mg) = volume (mL) x konsentrasi (mg/mL)

Ekstrak = 50 mL x 60 mg

= 3000 mg

Page 103: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

85

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Dosis tinggi (800 mg/kgBB)

1 ml =

Konsentrasi = 240 mg/ml

Sediaan dibuat sebanyak 50 mL. Sehingga ditimbang ekstrak sebanyak :

Ekstrak (mg) = volume (mL) x konsentrasi (mg/mL)

Ekstrak = 50 mL x 240 mg

= 12000 mg

Page 104: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

86

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 90% Daun Kelor

No

Identifikasi

Golongan

Senyawa

Perlakuan Hasil Penapisan

Fitokimia Keterangan

Hasil

Uji

1 Alkaloid

100 mg ekstrak+

1 ml etanol 70%+

1 mL HCl 2N +

9 mL aquadest

dipanaskan

selama 2 menit,

dinginkan,

kemudian

disaring filtrat dan

dibagi dalam 2

tabung

ditambahkan

masing-masing

reagen Meyer dan

Dragendrof

Dragendorf :

Terbentuk

endapan

coklat setelah

penambahan

reagen.

Meyer :

Terbentuk

warna yang

keruh setelah

penambahan

reagen.

+

2 Flavonoid

100 mg ekstrak+ 1

mL etanol 70% +

serbuk Mg + HCl

pekat tetes demi

tetes

Terbentuk

warna oranye

+

Page 105: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

87

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

No

Identifikasi

Golongan

Senyawa

Perlakuan Hasil Penapisan

Fitokimia Keterangan

Hasil

Uji

3

Saponin

100 mg ekstrak + 1

mL etanol 70% +

10 mL air panas,

didinginkan, kocok

10 detik didiamkan

selama 10 menit,

terbentuk buih, + 1

HCl 2N

Terbentuk

buih setinggi

1 cm.

+ HCl 2 N :

Buih tidak

hilang

+

4 Tannin

0,5 g ekstrak +

2 mL etanol 70%,

2 mL ekstrak +

0,1% FeCl3

Terbentuk

warna hijau

kecoklatan

+

Page 106: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

88

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

No

Identifikasi

Golongan

Senyawa

Perlakuan Hasil Penapisan

Fitokimia Keterangan

Hasil

Uji

5 Terpenoid

100 mg ekstrak+

1 mL etanol 70% ,

dilarutkan dalam

1 mL eter pada

plate tetes,

diuapkan

hingga kering,

diteteskan

larutan pereaksi (2

tetes asam asetat

anhidrat + 1 tetes

H2SO4)

Terbentuk

warna hijau

kebiruan

+

6 Steroid

100 mg

ekstrak+1ml

etanol 70%+

Pereaksi

Libermann-

Boucard

Terbentuk

warna biru

kehijauan

+

Page 107: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

89

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Kegiatan Penelitian

Penyiapan Simplisia Dan Pembuatan Ekstrak Etanol 90% Daun Kelor

(Moringa oleifera Lam.)

Gambar 5.1 Daun Kelor

Segar (Moringa oleifera

Lam)

Gambar 5.2 Pengeringan

daun Kelor (Moringa

oleifera Lam)

Gambar 5.3 Penghalusan daun

Kelor (Moringa oleifera

Lam) dengan blender

Gambar 5.4 Penimbangan

serbuk daun Kelor

(Moringa oleifera Lam)

Gambar 5.5 Proses

Maserasi serbuk daun

Kelor (Moringa oleifera

Lam)

Gambar 5.6 Penyaringan maserat

daun Kelor (Moringa

oleifera Lam)

Gambar 5.7 Pemekatan

filtrat dengan vacuum

rotary evaporator

Gambar 5.8 Pengeringan

ekstrak daun Kelor

(Moringa oleifera Lam)

dengan freeze dry

Gambar 5.9 Ekstrak

kental daun Kelor

(Moringa oleifera Lam)

Page 108: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

90

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengamatan Aktivitas Seksual Hewan Uji

Intromission Latency dan Intromission Frequency

Gambar 5.13 Pemeriksaan fase estrus

tikus betina sebelum dilakukan uji

aktivitas seksual

Gambar 5.14 Pengamatan aktivitas

seksual intromission latency dan

intromission frequency tikus jantan

terhadap tikus betina selama 30 menit

Perlakuan terhadap Hewan Uji (Tikus Putih Jantan Sparague Dawley)

Gambar 5.10 Proses

aklimatisasi hewan uji Gambar 5.11

Penimbangan hewan uji Gambar 5.12

Penyondean Ekstrak

Etanol 90% daun Kelor

(Moringa oleifera Lam)

Page 109: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

91

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Terminasi Hewan Uji dan Penyiapan Kauda Epididimis

Gambar 5.15 Terminasi

Hewan Uji dengan eter Gambar 5.16

Pembedahan Hewan Uji

Gambar 5.17 Pengambilan kauda

epididimis

Gambar 5.18 Penyiapan Gambar 5.19 Kauda

larutan NaCl Fisiologis Epididimis

Page 110: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

92

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Perhitungan Konsentrasi Spermatozoa

Gambar 5.20 Pengeluaran spermatozoa

dari kauda epididimis

Gambar 5.21 Penetesan

suspensi spermatozoa pada

Hemasitometer Neubareur Gambar 5.22 Spermatozoa sebelum

pengenceran yang

dihitung dalam 1 kotak

besar pada mikroskop

perbesaran 400x

Gambar 5.23 Pengenceran suspensi

spermatozoa dengan

larutan George

Gambar 5.24 Penetesan

suspensi sperma yang telah

diencerkan pada bilik

Neubareur

Gambar 5.25

Pengamatan suspensi

sperma pada bilik

Neubareur dengan

mikroskop

Gambar 5.26 Spermatozoa dihitung

dalam 1 kotak setelah

pengenceran pada

mikroskop perbesaran

400x

Page 111: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

93

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengukuran Diameter Tubulus Seminiferus

Gambar 5.27 Pengambilan Organ

Testis

Gambar 5.28 Pengawetan

organ testis dengan larutan

formalin

Gambar 5.29 Preparat

histologi testis hewan uji

Gambar 5.30 Pengamatan tubulus

seminiferus dengan

mikroskop perbesaran

100x

Gambar 5.31 Pengukuran diameter

tubulus seminiferus hewan uji

Page 112: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

94

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. Hasil Perhitungan Rendemen, Kadar Air dan Kadar Abu Ekstrak

Etanol 90% Daun Kelor

1. Perhitungan Rendemen

Berat Ekstrak = 527,433 gram

Berat Simplisia = 2400 gram

2. Perhitungan Kadar Air Ekstrak

Setelah dilakukan Freeze dry

W1= Berat Ekstrak

W2= Berat Ekstrak setelah di oven

a. Perhitungan kadar sebelum di freeze dry :

Percobaan W1 W2 % Kadar

Air

Rerata % Kadar

Air

I 1,03 gram 0,78 gram 24,22% 24,20%

II 1,04 gram 0,79 gram 24,17%

b. Perhitutangan kadar sesudah di freeze dry :

Percobaan W1 W2 % Kadar

Air

Rerata %

Kadar Air

I 1,0575 gram 0,128 gram 12,11% 12,04%

II 1,154 gram 0,1380 gram 11,97%

Page 113: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

95

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Perhitungan Kadar Abu

A = Berat cawan + ekstrak

B = Berat sampel

C = Berat cawan kosong

Percobaan I :

A = 27,6446 gr

B = 2, 0557 gr

C = 27,5307 gr

= 5,537%

:

= 8,3935%

Percobaan II :

A = 42,4801 gr

B = 2,1 gr

C = 42,2370 gr

= 11,25%

Page 114: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

96

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 9. Hasil Pengukuran Bobot Badan Tikus

Hari Tikus

Rata-rata bobot (gram)

Kontrol Dosis rendah

50 mg/kgBB

Dosis sedang

200mg/kgBB

Dosis Tinggi

800 mg/kgBB

Akllimatisasi

1 270 227 230 316

2 322 270 233 291

3 270 262 203 263

4 308 234 298 243

5 272 243 226 198

Rerata 288,4 247,2 238,0 262,2

± SD 24,80 18,29 35,56 45,32

Hari ke 1

1 325 281 304 327

2 309 309 298 345

3 354 291 265 250

4 330 283 340 290

5 365 315 268 322

Rerata 336,6 295,8 295 306,8

± SD 22,63 15,40 30,59 37,44

Hari ke 2

1 335 288 306 324

2 309 303 297 343

3 358 300 268 245

4 329 278 334 288

5 358 318 256 320

Rerata 337,8 297,4 292,2 304

± SD 20,80 15,22 31,05 38,45

Hari ke 3

1 334 290 301 319

2 314 302 295 343

3 360 291 269 246

4 328 278 335 289

5 360 313 260 315

Rerata 339,2 294,8 292 302,4

± SD 20,33 13,26 29,55 36,89

Hari ke 4

1 330 295 307 323

2 317 303 295 250

3 360 291 270 363

4 323 282 327 289

5 361 322 261 317

Rerata 338,2 298,6 292 308,4

± SD 20,87 15,11 26,94 42,00

Hari ke 5 1 333 296 299 320

2 319 306 296 344

Page 115: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

97

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 352 297 273 253

4 322 278 330 282

5 361 317 262 318

Rerata 337,4 298,8 292 303,4

± SD 18,47 14,38 26,32 35,83

Hari ke 6

1 330 297 300 320

2 319 303 297 344

3 351 297 271 255

4 326 289 330 283

5 364 324 266 318

Rerata 338 302 292,8 304

± SD 18,80 13,27 25,72 34,98

Hari ke 7

1 333 302 305 320

2 323 304 300 344

3 355 294 272 253

4 326 285 331 283

5 364 327 265 315

Rerata 340,2 302,4 294,6 303

± SD 18,27 15,66 26,69 35,40

Hari ke 8

1 331 298 304 319

2 320 309 295 344

3 353 299 271 254

4 329 287 331 282

5 358 327 266 316

Rerata 338,2 304 293,4 303

± SD 16,42 15,03 26,37 35,17

Hari ke 9

1 330 300 304 322

2 323 303 295 344

3 355 297 271 251

4 330 282 331 278

5 356 326 266 309

Rerata 338,8 301,6 293,4 300,8

± SD 15,51 15,85 26,37 36,68

Hari ke 10

1 330 303 308 327

2 323 303 296 342

3 356 295 276 256

4 322 285 340 283

5 358 331 273 317

Rerata 337,8 303,4 298,6 305

± SD 17,81 17,11 27,27 34,94

Hari ke 11 1 326 307 305 321

2 323 303 298 343

Page 116: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

98

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 355 296 278 260

4 325 284 340 285

5 355 327 271 322

Rerata 336,8 303,4 298,4 306,2

± SD 16,65 15,82 27,12 33,19

Hari ke 12

1 327 310 307 327

2 325 304 303 344

3 348 295 283 263

4 324 290 339 284

5 360 335 270 324

Rerata 336,8 306,8 300,4 308,4

± SD 16,30 17,57 26,30 33,59

Hari ke 13

1 332 307 308 325

2 328 303 304 340

3 346 296 281 265

4 327 286 338 288

5 355 327 272 322

Rerata 337,6 303,8 300,6 308

± SD 12,34 15,22 25,82 30,65

Hari ke 14

1 328 311 308 328

2 328 303 308 339

3 346 298 282 263

4 329 288 348 289

5 357 336 273 318

Rerata 337,6 307,2 303,8 307,4

± SD 13,28 18,13 29,21 31,00

Hari ke 15

1 329 313 307 330

2 330 309 300 340

3 345 296 281 263

4 327 290 350 295

5 361 337 277 318

Rerata 338,4 309 303 309,2

± SD 14,52 18,23 29,13 30,80

Page 117: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

99

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. Hasil Pengamatan Intromission

No Kelompok Hewan Uji

Parameter

Intromission

Latency(detik)

Intromission

Frequency

1

Kontrol

Tikus 1 - 0

2 Tikus 2 24.00 (1440) 1

3 Tikus 3 - 0

4 Tikus 4 - 0

5 Tikus 5 - 0

Rerata 288 1

± SD - 0

1

Dosis Rendah

50 mg/kgBB

Tikus 1 - 0

2 Tikus 2 - 0

3 Tikus 3 - 0

4 Tikus 4 - 0

5 Tikus 5 05.52 (352) 14

Rerata 70,4 14

± SD - 0

1

Dosis Sedang

200 mg/kgBB

Tikus 1 - 0

2 Tikus 2 - 0

3 Tikus 3 - 0

4 Tikus 4 - 0

5 Tikus 5 - 0

Rerata - 0

± SD - 0

1

Dosis Tinggi

800 mg/kgBB

Tikus 1 - 0

2 Tikus 2 - 0

3 Tikus 3 - 0

4 Tikus 4 - 0

5 Tikus 5 - 0

Rerata - 0

± SD - 0

Page 118: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

100

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11. Hasil Perhitungan Konsentrasi Spermatozoa Hewan Uji

No Kelompok

Uji Tikus

Pengenceran Jumlah

Sperma

Konsentrasi

Spermatozoa

(juta/mL)

Rata-rata

Konsentrasi

Spermatozoa

Tiap Tikus

(juta/mL) Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri

1

Kontrol

Tikus 1 50 x 50 x 11 15 13,75 18,75 16,25

2 Tikus 2 50 x 50 x 15 11 18,75 13,75 16,25

3 Tikus 3 50 x 50 x 14 9 17,50 11,25 14,38

4 Tikus 4 50 x 50 x 10 9 12,50 11,25 11,88

5 Tikus 5 50 x 50 x 8 9 10,00 11,25 10,63

Rata-rata Konsentrasi Spermatozoa Tiap Tikus (juta/mL) 13,88

± Standar Deviasi 2,55

1

Dosis

Rendah 50

mg/kgBB

Tikus 1 50 x 50 x 16 19 20,00 23,75 21,88

2 Tikus 2 50 x 50 x 7 12 8,75 15,00 11,88

3 Tikus 3 50 x 50 x 19 14 23,75 17,50 20,63

4 Tikus 4 50 x 50 x 18 14 22,50 17,50 20,00

5 Tikus 5 50 x 50 x 11 7 13,75 8,75 11,25

Rata-rata Konsentrasi Spermatozoa Tiap Tikus (juta/mL) 17,13

± Standar Deviasi 5,13

1

Dosis

Sedang 200

mg/kgBB

Tikus 1 50 x 50 x 12 15 15,00 18,75 16,88

2 Tikus 2 50 x 50 x 14 10 17,50 12,50 15,00

3 Tikus 3 50 x 50 x 16 16 20,00 20,00 20,00

4 Tikus 4 50 x 50 x 13 19 16,25 23,75 20,00

5 Tikus 5 50 x 50 x 22 26 27,50 32,50 30,00

Rata-rata Konsentrasi Spermatozoa Tiap Tikus (juta/mL) 20,38

± Standar Deviasi 5,79

1

Dosis

Tinggi 800

mg/kgBB

Tikus 1 50 x 50 x 22 19 27,50 23,75 25,63

2 Tikus 2 50 x 50 x 10 11 12,50 13,75 13,13

3 Tikus 3 50 x 50 x 29 28 36,25 35,00 35,63

4 Tikus 4 50 x 50 x 19 23 23,75 28,75 26,25

5 Tikus 5 50 x 50 x 30 33 37,50 41,25 39,38

Rata-rata Konsentrasi Spermatozoa Tiap Tikus (juta/mL) 28,00

± Standar Deviasi 10,22

Page 119: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

101

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 12. Hasil Pengukuran Diameter Tubulus Seminiferus Hewan Uji

No Kelompok

Uji

Nomor

Hewan

Uji

Rata-rata

Diameter Tubulus

Seminiferus Tiap

Hewan Uji (µm)

perbesaran 100x

Rata-rata Diameter

Tubulus Seminiferus

Tiap Kelompok (µm)

perbesaran 100x ±

SD

1

Kontrol

Tikus 1 217,112

203,1636

±

9,906427

2 Tikus 2 197,083

3 Tikus 3 208,863

4 Tikus 4 192,108

5 Tikus 5 200,652

1

Dosis

Rendah 50

mg/kgBB

Tikus 1 224,446

206,1594

±

12,70698

2 Tikus 2 197,862

3 Tikus 3 198,449

4 Tikus 4 195,518

5 Tikus 5 214,522

1

Dosis

Sedang 200

mg/kgBB

Tikus 1 188,526

193,1382

±

15,36012

2 Tikus 2 204,514

3 Tikus 3 174,645

4 Tikus 4 185,178

5 Tikus 5 212,828

1

Dosis

Tinggi 800

mg/kgBB

Tikus 1 204,873

198,8106

±

9,906427

2 Tikus 2 203,244

3 Tikus 3 184,554

4 Tikus 4 208,367

5 Tikus 5 193,015

Page 120: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

102

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 13. Analisis Data Konsentrasi Spermatozoa Hewan Uji

a. Uji Normalitas dan Homogenitas Terhadap Konsentrasi Spermatozoa

Uji Normalitas Shapiro Wilk

Tujuan : Untuk melihat distribusi data konsentrasi spermatozoa

Hipotesis :

a. Ho : Data konsentrasi spermatozoa terdistribusi normal

b. Ha : Data konsentrasi spermatozoa tidak terdistribusi normal

Pengambilan Keputusan :

- Jika nilai signifikansi ≥0,05 maka Ho diterima.

- Jika nilai signifikansi ≤0,05 maka Ho ditolak

Tests of Normality

Kelompok perlakuan Kolmogorov-Smirnov

a Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Konsentrasi

Spermatozoa

Kontrol ,224 5 ,200* ,881 5 ,313

50 mg/kgBB ,312 5 ,125 ,801 5 ,082

200 mg/kgBB ,326 5 ,089 ,858 5 ,221

800 mg/kgBB ,208 5 ,200* ,945 5 ,699

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Keputusan : Uji normalitas konsentrasi spermatozoa seluruh kelompok perlakuan

terdistribusi normal

Uji Homogenitas Levene

Tujuan : Untuk melihat data konsentrassi spermatozoa homogen

atau tidak

Hipotesis : Ho : Data konsentrasi spermatozoa homogen

: Ha : Data konsentrasi spermatozoa tidak homogen

Pengambilan Keputusan :

- Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima.

- Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak.

Page 121: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

103

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Test of Homogeneity of Variances

Konsentras i Spermatozoa

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2,121 3 16 ,138

Keputusan : Uji homogenitas konsentrasi spermatozoa seluruh kelompok

homogen (p≥0,05) sehingga dapat dilanjutkan dengan uji one way

ANOVA

b. Uji Analisis Varians (ANOVA) satu arah terhadap konsentrasi spermatozoa

c. Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data konsentrasi

spermatozoa

d. Hipotesis :

a. Ho : Data konsentrasi spermatozoa tidak berbeda secara bermakna

b. Ha : Data konsentrasi spermatozoa berbeda secara bermakna

Pengambilan Keputusan :

- Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima, berarti tidak terdapat

perbedaan.

- Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak, berarti terdapat perbedaan.

ANOVA

Konsentrasi Spermatozoa

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 549,192 3 183,064 4,290 ,021

Within Groups 682,778 16 42,674

Total 1231,970 19

Keputusan : Data konsentrasi spermatozoa berbeda secara bermakna, sehingga

dilanjutkan dengan uji BNT/LSD.

Uji Beda Nyata Terkecil/LSD

Tujuan : Untuk menentukan data konsentrasi spermatozoa mana

yang memberikan nilai yang berbeda secara bermakna

dengan data konsentrasi spermatozoa kelompok lainnya.

Hipotesis : Ho : Data tidak berbeda secara bermakna

: Ha : Data berbeda secara bermakna

Page 122: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

104

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengambilan Keputusan :

- Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima.

- Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak.

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Konsentrasi Spermatozoa

LSD

(I) kelompok (J) dosis

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower

Bound

Upper

Bound

kontrol 50 mg/kg/BB -3,25000 4,13152 ,443 -12,0084 5,5084

200 mg/kg/BB -6,49800 4,13152 ,135 -15,2564 2,2604

800 mg/kg/BB -14,12600* 4,13152 ,004 -22,8844 -5,3676

50 mg/kg/BB Kontrol 3,25000 4,13152 ,443 -5,5084 12,0084

200 mg/kg/BB -3,24800 4,13152 ,443 -12,0064 5,5104

800 mg/kg/BB -10,87600* 4,13152 ,018 -19,6344 -2,1176

200 mg/kg/BB Kontrol 6,49800 4,13152 ,135 -2,2604 15,2564

50 mg/kg/BB 3,24800 4,13152 ,443 -5,5104 12,0064

800 mg/kg/BB -7,62800 4,13152 ,083 -16,3864 1,1304

800 mg/kg/BB Kontrol 14,12600* 4,13152 ,004 5,3676 22,8844

50 mg/kg/BB 10,87600* 4,13152 ,018 2,1176 19,6344

200 mg/kg/BB 7,62800 4,13152 ,083 -1,1304 16,3864

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Keputusan : Konsentrasi spermatozoa kelompok dosis 800 mg/kgBB berbeda

secara bermakna terhadap kontrol.

Page 123: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

105

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 14. Analisis Data Diameter Tubulus Seminiferus Hewan Uji

a. Uji Normalitas dan Homogenitas Terhadap Diameter Tubulus Seminiferus

Uji Normalitas Shapiro Wilk

Tujuan : Untuk melihat distribusi data diameter tubulus seminiferus

Hipotesis : Ho : Data diameter tubulus seminiferus terdistribusi normal

: Ha : Data diameter tubulus seminiferus tidak terdistribusi normal

Pengambilan Keputusan :

- Jika nilai signifikansi ≥0,05 maka Ho diterima.

- Jika nilai signifikansi ≤0,05 maka Ho ditolak

Tests of Normality

Kelompok Perlakuan Kolmogorov-Smirnov

a Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Diameter

tubulus

seminiferus

Kontrol ,200 5 ,200* ,965 5 ,841

50 mg/kg/BB ,328 5 ,084 ,837 5 ,156

200 mg/kg/BB ,218 5 ,200* ,957 5 ,784

800 mg/kg/BB ,274 5 ,200* ,908 5 ,458

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Keputusan : Uji normalitas diameter tubulus seminiferus seluruh kelompok

perlakuan terdistribusi normal

Uji Homogenitas Levene

Tujuan : Untuk melihat data diameter tubulus seminiferus

homogen atau tidak

Hipotesis : Ho : Data diameter tubulus seminiferus homogen

: Ha : Data diameter tubulus seminiferus tidak homogen

Pengambilan Keputusan :

- Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima.

- Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak.

Page 124: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

106

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Test of Homogeneity of Variances

Diameter Tubulus Seminiferus

Levene Statistic df1 df2 Sig.

,979 3 16 ,427

Keputusan : Uji homogenitas diameter tubulus seminiferus seluruh kelompok

homogen (p≥0,05) sehingga dapat dilanjukan dengan uji one way

ANOVA

c. Uji Analisis Varians (ANOVA) satu arah terhadap konsentrasi spermatozoa

a. Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data konsentrasi

spermatozoa

b. Hipotesis :

c. Ho : Data konsentrasi spermatozoa tidak berbeda secara bermakna

d. Ha : Data konsentrasi spermatozoa berbeda secara bermakna

Pengambilan Keputusan :

- Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima, berarti tidak terdapat

perbedaan.

- Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak, berarti terdapat perbedaan.

ANOVA

Diameter Tubulus Seminiferus

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 480,111 3 160,037 1,082 ,385

Within Groups 2366,588 16 147,912

Total 2846,699 19

Keputusan : Data diamater tubulus seminiferus tidak berbeda secara bermakna,

sehingga pengujian BNT/LSD tidak diakukan

Page 125: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

107

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 15. Analisis Data Uji Intomission Latency

a. Uji Normalitas dan Homogenitas Terhadap Intromission Latency

Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

Tujuan : Untuk melihat distribusi data intromission latency

Hipotesis : Ho : Data intromission latency terdistribusi normal

:Ha : Data intromission latency tidak terdistribusi normal

Pengambilan Keputusan :

- Jika nilai signifikansi ≥0,05 maka Ho diterima

- Jika nilai signifikansi ≤0,05 maka Ho ditolak

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Intromission

latency

N 2

Normal Parametersa,b

Mean 900,0000

Std. Deviation 763,67532

Most Extreme Differences Absolute ,260

Positive ,260

Negative -,260

Test Statistic ,260

Asymp. Sig. (2-tailed) .c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. Significance can not be computed because sum of case

weights is less than 5.

Keputusan : Nilai signifikansi tidak dapat dihitung.

Uji Homogenitas Levene

Tujuan : Untuk melihat data intromission latency homogen atau

tidak

Hipotesis : Ho : Data diameter intromission latency homogen

: Ha : Data diameter intromission latency tidak homogen

Pengambilan Keputusan :

Page 126: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

108

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

- Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima.

- Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak.

Warnings

Test of homogeneity of variances cannot be performed for Intromission latency because

only one group has a computed variance.

Keputusan : Data tidak dapat ditampilkan. Sehingga dilakukan uji non

parametrik Kruskal Wallis.

b. Uji Kruskal-Wallis

e. Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data intromission

latency

f. Ho : Data intromission latency tidak berbeda secara bermakna

g. Ha : Data intromission latency berbeda secara bermakna

Pengambilan Keputusan :

- Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima, berarti tidak terdapat

perbedaan.

- Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak, berarti terdapat perbedaan.

Test Statisticsa,b

Intromission

latency

Chi-Square 1,000

Df 1

Asymp. Sig. ,317

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: kelompok

Keputusan : Data intromission latency tikus Sprague Dawley jantan

tidak berbeda secara bermakna.

Page 127: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

109

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 16. Analisis Data Uji Intomission Frequency

a. Uji Normalitas dan Homogenitas Terhadap Intromission Frequency

Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

Tujuan : Untuk melihat distribusi data intromission frequency

Hipotesis : Ho : Data intromission frequency terdistribusi normal

:Ha : Data intromission frequency tidak terdistribusi normal

Pengambilan Keputusan :

- Jika nilai signifikansi ≥0,05 maka Ho diterima

- Jika nilai signifikansi ≤0,05 maka Ho ditolak

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Intromission

frequency

N 2

Normal Parametersa,b

Mean 7,5000

Std. Deviation 9,19239

Most Extreme Differences Absolute ,260

Positive ,260

Negative -,260

Test Statistic ,260

Asymp. Sig. (2-tailed) .c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. Significance can not be computed because sum of case

weights is less than 5.

Keputusan : Nilai signifikansi tidak dapat dihitung.

Uji Homogenitas Levene

Tujuan : Untuk melihat data intromission frequency homogen atau

tidak

Hipotesis : Ho : Data diameter intromission frequency homogen

: Ha : Data intromission frequency tidak homogen

Pengambilan Keputusan :

Page 128: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44978...Terimakasih atas arti persahabatan yang kalian berikan, semoga kelak Calon Apoteker Hebat

110

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

- Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima.

- Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak.

Warnings

Test of homogeneity of variances cannot be performed for Intromission frequency because

only one group has a computed variance.

Keputusan : Data tidak dapat ditampilkan. Sehingga dilakukan uji non

parametrik Kruskal Wallis.

b. Uji Kruskal-Wallis

h. Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data intromission

frequency

i. Ho : Data intromission frequency tidak berbeda secara bermakna

j. Ha : Data intromission frequency berbeda secara bermakna

Pengambilan Keputusan :

- Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima, berarti tidak terdapat

perbedaan.

- Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak, berarti terdapat perbedaan.

Test Statisticsa,b

Intromission

frequency

Chi-Square 1,000

Df 1

Asymp. Sig. ,317

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: kelompok

Keputusan : Data intromission frequency tikus Sprague Dawley

jantan tidak berbeda secara bermakna.