UIN SYARIF HIDAYATULLAH...

112
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK IMUNOMODULATOR CAMPURAN KOMPONEN MENYIRIH (Piper betle L., Uncaria gambir Roxb., dan Ca(OH) 2 ) DENGAN PELARUT AIR TERHADAP KADAR CD4 DALAM DARAH SKRIPSI MITA SAPUTRI LESTARI 1112102000067 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

Transcript of UIN SYARIF HIDAYATULLAH...

Page 1: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI EFEK IMUNOMODULATOR CAMPURAN

KOMPONEN MENYIRIH (Piper betle L., Uncaria

gambir Roxb., dan Ca(OH)2) DENGAN PELARUT AIR

TERHADAP KADAR CD4 DALAM DARAH

SKRIPSI

MITA SAPUTRI LESTARI

1112102000067

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

Page 2: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI EFEK IMUNOMODULATOR CAMPURAN

KOMPONEN MENYIRIH (Piper betle L., Uncaria

gambir Roxb., dan Ca(OH)2) DENGAN PELARUT AIR

TERHADAP KADAR CD4 DALAM DARAH

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

MITA SAPUTRI LESTARI

1112102000067

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

Page 3: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Mita Saputri Lestari

NIM : 1112102000067

Tanda Tangan :

Tanggal : 11 Januari 2017

Page 4: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

iv

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Mita Saputri Lestari

NIM : 1112102000067

Judul : Uji Efek Imunomodulator Campuran Komponen Menyirih (Piper

betle L., Uncaria gambir Roxb., dan Ca(OH)2) dengan Pelarut

Air Terhadap Kadar CD4 dalam Darah

Disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. M.Yanis Musdja. M.Sc., Apt Dr. dr. H. Syarief Hasan Lutfie, Sp. KFR

NIP. 1956010619851010001 NIP. 196207201990031002

Mengetahui

Kepala Program Studi Farmasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dr. Nurmeilis, M.Si, Apt

NIP. 197404302005012003

Page 5: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

v

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh:

Nama : Mita Saputri Lestari

NIM : 1112102000067

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Uji Efek Imunomodulator Campuran Komponen Menyirih

(Piper betle L., Uncaria gambir Roxb., dan Ca(OH)2)

dengan Pelarut Air Terhadap Kadar CD4 dalam Darah

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Dr. M. Yanis Musdja, M. Sc., Apt. ( )

Pembimbing II : Dr. dr. H. Syarief Hasan Lutfie, Sp. KFR ( )

Penguji I : Yardi, Ph.D., Apt. ( )

Penguji II : Ismiarni Komala, Ph.D., Apt. ( )

Ditetapkan di : Ciputat

Tanggal : 11 Januari 2017

Page 6: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

vi

ABSTRAK

JUDUL : Uji Efek Imunomodulator Campuran Komponen Menyirih

(Piper betle L., Uncaria gambir Roxb., dan Ca(OH)2) dengan

Pelarut Air Terhadap Kadar CD4 dalam Darah

Menyirih merupakan salah satu pengobatan tradisional di Indonesia.

Komponen menyirih secara sederhana terdiri dari campuran daun sirih (Piper

betle L.), gambir (Uncaria gambir Roxb.) dan kapur sirih (Ca(OH)2) yang

digunakan oleh sebagian masyarakat sebagai agen kekebalan tubuh. Penelitian ini

bertujuan untuk mengamati efek imunomodulator komponen menyirih (Piper

betle L., Uncaria gambir Roxb., dan Ca(OH)2) menggunakan pelarut air.

Campuran menyirih dilakukan terhadap 421,051 gram daun sirih, 70,2 gram

gambir dan 9,07 gram kapur sirih dalam 1 L air. Pada penelitian ini campuran

komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

uji CD4 dalam darah sebagai parameter imunomodulator dalam tubuh. Hasil

evaluasi menunjukkan bahwa kapsul komponen memenuhi syarat dalam uji

keseragaman bobot dengan bobot rata-rata 317,9 mg dan uji waktu hancur rata-

rata 4 menit 32 detik tetapi dalam uji higroskopisitas menunjukkan bahwa sediaan

kapsul komponen menyirih bersifat higroskopis pada minggu ke-4. Uji statistik

menggunakan metode Paired Sample T Test terhadap kadar CD4 responden yang

mengkonsumsi kapsul komponen menyirih selama 14 hari berturut-turut

menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil sebelum dan

sesudah diberikan campuran komponen menyirih (p ≥0,05).

Kata kunci : Daun sirih (Piper betle L.), gambir (Uncaria gambir Roxb.), dan

kapur sirih (Ca(OH)2), CD4

Page 7: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

vii

ABSTRACT

TITLE : Immunomodulator Effect of Mixture Component Chewing

(Piper betle L., Uncaria gambir Roxb., and Ca(OH)2) With

Aqueous Solvent To CD4 Levels In The Blood

Chewing is one of the traditional medicine in Indonesia. Components chewing

consisted of a mixture of betel leaf (Piper betle L.), gambir (Uncaria gambir

Roxb.) and slaked lime (Ca(OH)2) which is used by some people as an immune

agent. This study for examine the effects of immunomodulatory components of

mixture chewing (Piper betle L., Uncaria gambir Roxb., And Ca(OH)2) using

solvent water. The mixture was made to 421.051 grams betel leaf, gambir 70.2

grams and 9.07 grams of slaked lime in 1 L of water. A mixture of components

chewing made into a capsule dosage form and continued with CD4 blood test as

an immunomodulator parameter in the body. The results showed that the capsule

chewing components are qualified in uniformity of weight test with an average

weight 317.9 mg and disintegration test with average time is 4 minutes 32 seconds

but in hygroscopicity test showed that the capsule chewing components are

hygroscopic at week 4. Statistical test using Paired Sample T Test on levels of

CD4 respondents who consume capsules chewing components for 14 consecutive

days showed no significant difference between the results before and after

treatment (p ≥0,05).

Keywords : Betel leaf (Piper betle L.), gambir (Uncaria gambir Roxb.), and

slaked lime (Ca(OH)2), CD4

Page 8: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta shalawat dan salam selalu tercurah

kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW karena dengan segala rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini.

Skripsi dengan judul “Uji Efek Imunomodulator Campuran Komponen

Menyirih (Piper betle L., Uncaria gambir Roxb., dan Ca(OH)2) dengan

Pelarut Air Terhadap Kadar CD4 dalam Darah"disusun untuk memenuhi

tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Farmasi UIN Syarif

Hidayatullah, Jakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis dibantu oleh berbagai pihak. Oleh

karena itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih bayak yang

sedalam-dalamnya kepada :

1. Dr. M. Yanis Musdja. M.Sc., Apt dan Dr. dr. H. Syarief Hasan Lutfie, Sp.

KFR selaku dosen pembimbing I dan II yang telah memberikan

pengarahan, nasehat, serta dukungan, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

2. Prof. Dr. H. Arief Sumantri, M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Nurmeilis, M.Si, Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Yardi, Ph.D., Apt dan Ismiarni Komala, Ph.D., Apt selaku dosen penguji

yang telah memberikan saran dan masukan, membimbing dan membantu

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bu Neneng selaku kepala bagian Laboratorium Terpadu UI yang telah

membantu, membimbing dan memberikan saran dan masukan untuk

penulis.

Page 9: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

ix

6. Dosen-dosem Program Studi Farmasi yang telah banyak memberikan ilmu

yang sangat berharga kepada penulis.

7. Untuk para staf administrasi, laboran dan karyawan Farmasi yang telah

banyak membantu dalam kelancaran studi kuliah.

8. Kedua Orangtuaku yang selalu mendo’akan dan mendukung penulis baik

secara moril maupun materil.

9. Untuk teman seperjuanganku, Amelia Gustin, Nur’Afniah dan Ratnika

Sari yang telah melewati semua perjuangan ini bersama-sama dari awal

langkah kita dengan berbagi tangis dan tawa, serta semua kisah selama

penelitian dan penulisan skripsi ini.

10. Untuk para sahabatku dan teman-teman seperjuangan Farmasi angkatan

2012 khususnya Yunnica Sri Hapsari S.Farm, Dian Mutia S.Farm, Hasna

Romadhoni dan Dwi Haryati yang telah memberikan semangat dan

motivasi untuk menyelesaikan studi ini dan sama-sama berjuang bersama

selama 4 tahun ini untuk menyelesaikan pendidikan ini.

11. Serta semua pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung

yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih belum sempurna.

Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan guna tercapainya kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga hasil

penelitian ini dapat bermanfaat baik bagi kalangan akademis, khususnya bagi

mahasiswa farmasi, masyarakat pada umumnya dan bagi dunia ilmu pengetahuan.

Jakarta, Januari 2017

Penulis

Page 10: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ iv

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... v

ABSTRAK .................................................................................................... vi

ABSTRACT .................................................................................................. vii

KATA PENGANTAR .................................................................................. viii

DAFTAR ISI ................................................................................................. x

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah .............................................................. 3

1.3. Hipotesis ............................................................................... 3

1.4. Tujuan Penelitian .................................................................. 3

1.5. Manfaat Penelitian ................................................................ 3

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Sirih ....................................................................... 4

2.1.1 Klasifikasi .............................................................. 4

2.1.2 Nama Daerah ......................................................... 5

2.1.3 Deskripsi Tanaman ................................................ 5

2.1.4 Ekologi Dan Penyebaran ........................................ 6

2.1.5 Kandungan Kimia .................................................. 6

2.1.6 Khasiat Tumbuhan ................................................. 6

2.2. Tanaman Gambir .................................................................. 7

2.2.1 Klasifikasi .............................................................. 7

2.2.2 Nama Daerah ......................................................... 7

2.2.3 Deskripsi Tanaman ................................................ 8

2.2.4 Ekologi Dan Penyebaran ....................................... 8

2.2.5 Kandungan Kimia .................................................. 8

2.2.6 Khasiat Tumbuhan ................................................. 8

2.3. Kapur Sirih ............................................................................ 9

2.4. Simplisia ............................................................................... 10

2.4.1 Tahap Pembuatan Simplisia ................................... 11

2.5. Pengeringan Dengan Metode Freeze Drying ........................ 13

2.6. Kapsul ................................................................................... 14

2.6.1 Definisi Kapsul ...................................................... 14

2.6.2 Macam-Macam Kapsul .......................................... 14

2.6.3 Cara Penyimpanan Kapsul ..................................... 15

2.6.4 Keuntungan Dan Kerugian Bentuk Sediaan

Kapsul .................................................................... 16

Page 11: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

xi

2.7. Sistem Imun .......................................................................... 17

2.7.1 CD4 (Cluster of Differentiation 4) ......................... 20

2.7.2 Imunomodulator ..................................................... 22

2.7.3 Kontrol Pembanding .............................................. 23

2.8. Potensi Penelitian ................................................................. 24

KERANGKA TEORI PENELITIAN ............................................. 27

III METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 28

3.2. Alat dan Bahan ...................................................................... 28

3.2.1 Alat ......................................................................... 28

3.2.2 Bahan ..................................................................... 28

3.3. Prosedur Penelitian ............................................................... 29

3.3.1 Determinasi Tumbuhan Daun Sirih dan Gambir ... 29

3.3.2 Pemeriksaan Organoleptis Daun Sirih

dan Gambir ............................................................. 29

3.3.3 Identifikasi Gambir ................................................ 29

3.3.4 Identifikasi Urea ..................................................... 30

3.3.5 Penapisan Fitokimia Daun Sirih dan Gambir ........ 30

3.3.6 Penyiapan Bahan dan Pembuatan Campuran

Komponen Menyirih .............................................. 33

3.3.7 Pemeriksaan Non Spesifik Simplisia Daun Sirih

dan Gambir ............................................................. 33

3.3.8 Evaluasi Sediaan Kapsul ........................................ 34

3.3.9 Uji CD4 .................................................................. 35

3.3.10 Analisis Data .......................................................... 38

3.4. Kerangka Alur Penelitian ...................................................... 39

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian ..................................................................... 40

4.1.1 Hasil Determinasi Tumbuhan dan Pemeriksaan

Organoleptis Daun Sirih dan Gambir .................... 40

4.1.2 Hasil Identifikasi Gambir dan Uji Cemaran Urea .. 41

4.1.3 Penapisan Fitokimia Daun Sirih dan Gambir ........ 42

4.1.4 Hasil Campuran Komponen Menyirih yang

Digunakan dalam Penelitian .................................. 42

4.1.5 Hasil Pemeriksaan Non Spesifik Simplisia Daun

Sirih dan Gambir .................................................... 43

4.1.6 Evaluasi Sediaan Kapsul ........................................ 43

4.1.7 Hasil Uji CD4 ........................................................ 45

4.2. Pembahasan .......................................................................... 45

V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan .......................................................................... 55

5.2. Saran ..................................................................................... 55

Page 12: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

xii

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 56

LAMPIRAN ...................................................................................... 61

Page 13: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Persyaratan Keseragaman Bobot Kapsul ......................................... 35

Tabel 2. Perlakuan Pada Penelitian ................................................................ 36

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Daun Sirih Dibandingkan dengan

Persyaratan dalam Buku Vademikum Bahan Obat Alam ................ 40

Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Gambir Dibandingkan dengan

Persyaratan dalam Buku Vademikum Bahan Obat Alam ................ 41

Tabel 5. Hasil Identifikasi Gambir dan Uji Cemaran Urea ............................ 41

Tabel 6. Hasil Penapisan Serbuk Daun Sirih dan Gambir ............................. 42

Tabel 7. Hasil Pemeriksaan Parameter Non Spesifik Simplisia Daun Sirih

serta Persyaratan dalam Buku Standar Acuan Simplisia Bahan Obat

Alam ................................................................................................. 43

Tabel 8. Hasil Pemeriksaan Parameter Non Spesifik Simplisia gambir

serta Persyaratan dalam Buku Standar Acuan Simplisia Bahan Obat

Alam ................................................................................................. 43

Tabel 9. Hasil Evaluasi Kapsul ...................................................................... 43

Tabel 10. Hasil Uji Waktu Hancur Kapsul Komponen Menyirih .................. 44

Tabel 11. Hasil Uji Higroskopisitas Kapsul Komponen Menyirih ................ 44

Tabel 12. Persentase CD4 dalam Limfosit ..................................................... 45

Tabel 13. Hasil Uji Keragaman Bobot ........................................................... 73

Page 14: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Daun Sirih .................................................................................... 4

Gambar 2. Gambir .......................................................................................... 7

Gambar 3. Kapur Sirih ................................................................................... 9

Gambar 4. Persentase CD4 dalam Limfosit ................................................... 45

Gambar 5. Warna Serbuk Sediaan Kapsul ..................................................... 51

Gambar 6. Ekstrak Air Komponen Menyirih ................................................. 62

Gambar 7. Freeze Dryer ................................................................................. 62

Gambar 8. Oven ............................................................................................. 62

Gambar 9. Tanur ............................................................................................ 62

Gambar 10. Uji Kadar Abu Gambir ............................................................... 62

Gambar 11. Uji Kadar Abu Daun Sirih .......................................................... 62

Gambar 12. Uji Kadar Air Gambir ................................................................ 63

Gambar 13. Uji Kadar Air Daun Sirih ........................................................... 63

Gambar 14. Uji Susut Pengeringan Gambir ................................................... 63

Gambar 15. Uji Susut Pengeringan Daun Sirih ............................................. 63

Gambar 16. Kapsul Ekstrak Komponen Menyirih ......................................... 63

Gambar 17. Uji Saponin Gambir ................................................................... 63

Gambar 18. Uji Alkaloid Gambir................................................................... 64

Gambar 19. Uji Flavonoid Gambir ................................................................ 64

Gambar 20. Uji Tanin Gambir ....................................................................... 64

Gambar 21. Uji kuinon Gambir ..................................................................... 64

Gambar 22. Uji Steroid dan Triterpenoid Gambir ......................................... 64

Gambar 23. Uji Kumarin Gambir .................................................................. 64

Gambar 24. Uji Alkaloid Daun Sirih ............................................................. 65

Gambar 25. Uji Flavonoid Daun Sirih ........................................................... 65

Gambar 26. Uji Saponin Daun Sirih .............................................................. 65

Gambar 27. Uji Tanin Daun Sirih .................................................................. 65

Gambar 28. Uji Kuinon Daun Sirih ............................................................... 65

Gambar 29. Uji Steroid dan Triterpenoid Daun Sirih .................................... 65

Gambar 30. Uji Kumarin Daun Sirih ............................................................. 66

Gambar 31. Uji Urea Gambir ......................................................................... 66

Gambar 32. Identifikasi Gambir .................................................................... 66

Gambar 33. Sysmex Poch 100i ...................................................................... 66

Gambar 34. FACSCalibur .............................................................................. 66

Gambar 35. Alat Uji Waktu Hancur .............................................................. 66

Gambar 36. Timbangan Analitik ................................................................... 67

Gambar 37. Desikator .................................................................................... 67

Gambar 38. Uji Higroskopisitas ..................................................................... 67

Gambar 39. Kurva Perubahan Bobot Uji Higroskopis................................... 74

Page 15: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar Bahan dan Alat Penelitian ........................................... 62

Lampiran 2. Preparasi Simplisia Daun Sirih .................................................. 68

Lampiran 3. Perhitungan Konversi Dosis Ekstrak Mencit ke Manusia ......... 69

Lampiran 4. Perhitungan Dosis Campuran Komponen Menyirih ................. 70

Lampiran 5. Perhitungan Karakterisasi Daun Sirih ....................................... 70

Lampiran 6. Perhitungan Karakterisasi Gambir............................................. 71

Lampiran 7. Evaluasi Kapsul ......................................................................... 73

Lampiran 8. Kriteria Responeden dalam Penelitian ...................................... 74

Lampiran 9. Hasil Uji Statistik Persentase CD4 dalam Limfosit................... 75

Lampiran 10. Sertifikat Determinasi Tanaman .............................................. 78

Lampiran 11. Sertifikat Bahan Baku Ca(OH)2 .................................................................... 80

Lampiran 12. Hasil Uji Lab Darah ................................................................. 81

Lampiran 13. Permohonan Ethical Clearence ................................................ 97

Page 16: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara iklim tropis yang cocok untuk

pertumbuhan bakteri atau agen pembawa penyakit. Dengan adanya agen

pembawa penyakit ini dapat menyebabkan sistem imun melemah sehingga

dapat menimbulkan berbagai penyakit (Zakariah, 2014). Ekstrak air

campuran daun sirih, gambir dan kapur sirih berkhasiat sebagai

imunomodulator (Musdja et al, 2011). Di wilayah Asia Selatan dan Asia

Tenggara menyirih sudah menjadi kebiasaan. Menyirih merupakan proses

meramu campuran dari bahan-bahan seperti sirih, pinang, kapur, gambir,

kemudian dikunyah (Gandhi et al,2005).

Khasiat daun sirih adalah sebagai anti sariawan, anti batuk,

adstringen, antiseptik (Departemen Kesehatan RI,1980) dan antibakteri

(Hermawan dkk, 2007) serta imunomodulator (Dalimartha,2006). Daun

sirih juga dapat digunakan sebagai obat bisul, anti bau badan. Sedangkan

getahnya dapat menghentikan gusi berdarah, sakit gigi, obat kumur,

mengurangi produksi air susu (Departemen Kesehatan RI,1989). Daun

sirih memiliki kandungan kimia diantaranya hidroksi kavikol, kavibetol,

estragol, eugenol, metil eugenol, karvakrol, terpinen, seskuiterpen,

fenilpropan dan tannin (Departemen Kesehatan RI,1980).

Gambir memiliki khasiat sebagai campuran obat untuk mengobati

luka bakar, sakit kepala, diare, disentri, obat kumur, sariawan, serta dapat

mengobati sakit kulit (Hariana, 2006). Menurut Thrope dan Whitley,

gambir mengandung senyawa katekin, asam kateku tanat, kuersetin,

kateku merah, lendir, lemak, malam, gambir fluoresin, dan alkaloid.

Kandungan terbanyak katekin pada gambir yaitu 40-80% (Amos,2010).

Katekin memiliki khasiat sebagai antioksidan (Anggraeni et al., 2011),

antivirus, antimikroba, antiproliperatif, dan antitumor. Selain katekin,

Page 17: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terdapat senyawa lain yaitu eugenol. Senyawa eugenol dapat digunakan

sebagai antioksidan, antifungi, aromatik, dan stimulant (Juminar, 2012).

Komponen menyirih lainnya adalah kapur sirih yang digunakan

bersama-sama pinang dan kapur sirih juga memiliki kandungan kalsium

yang sangat tinggi, yang mampu mencegah proses demineralisasi gigi dan

juga bersifat alkalis yang berperan untuk menjaga keseimbangan pH mulut

(Sudirman, 2010) serta kapur sirih memiliki sifat sebagai imunomodulator

(Putrisa, 2010). Pada pinang terdapat arecoline yang bersifat karsinogenik

dan tembakau mengandung banyak bahan karsinogen (Cawson et al.,

2000). Sehingga pada penelitian ini tidak menggunakan pinang dan

tembakau.

Ekstrak air dari campuran daun sirih, gambir dan kapur sirih

berkhasiat sebagai imunomodulator secara in-vivo pada dosis 200

mg/kgBB menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dosis 100 atau

400 mg/kgBB (Musdja et al, 2011). Imunomodulator adalah obat yang

dapat mengembalikan dan memperbaiki sistem imun yang fungsinya

terganggu atau untuk menekan sistem imun yang fungsinya berlebihan

(Baratawidjaja, 2009). Sistem imun sendiri merupakan gabungan sel,

molekul, dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap berbagai

penyakit terutama infeksi. CD4 akan mengenalkan molekul-molekul asing

atau antigen asing kepada protein-protein host dan membantu sel B

melalui pengeluaran sitokin-sitokin dalam proses pembentukan antibodi

(Runggu, 2010).

Umumnya di Indonesia, menyirih dengan cara yang sederhana dan

dirasa kurang praktis. Oleh karena itu, perlu dilakukan formulasi yang

dapat meningkatkan kenyamanan konsumen ketika digunakan, salah satu

sediaan yang praktis digunakan adalah sediaan kapsul. Kelebihan sediaan

kapsul diantaranya dapat menutupi obat yang memiliki rasa atau bau yang

tidak enak, mudah ditelan dan cepat hancur atau larut dalam lambung

sehingga obat cepat diabsorpsi, dan kapsul tidak memerlukan bahan zat

Page 18: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tambahan atau penolong seperti pada pembuatan bentuk sediaan lainnya

(Syamsuni, 2006).

Berdasarkan uraian diatas tujuan dari penelitian ini untuk

mengetahui efektivitas campuran komponen menyirih yaitu Piper betle L.,

Uncaria gambir, Roxb. dan Ca(OH)2 dalam bentuk sediaan kapsul yang

diharapkan dapat meningkatkan kadar CD4 dalam tubuh. Penelitian ini

merupakan penelitian trial, sehingga ethical clearence akan diajukan pada

penelitian selanjutnya.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah campuran komponen menyirih yaitu Piper betle, L.,

Uncaria gambir, Roxb., dan Ca(OH)2 dengan pelarut air dapat

mempengaruhi kadar CD4 dalam tubuh?

1.3 Hipotesis

Campuran komponen menyirih yaitu Piper betle, L., Uncaria

gambir, Roxb., dan Ca(OH)2 dengan pelarut air dapat mempengaruhi

kadar CD4 dalam tubuh.

1.4 Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh campuran komponen menyirih dengan

pelarut air terhadap kadar CD4 dalam tubuh manusia.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

pengaruh campuran komponen menyirih yang terdiri dari Piper betle, L.,

Uncaria gambir, Roxb., dan Ca(OH)2 dengan pelarut air yang dikonsumsi

dalam bentuk sediaan kapsul terhadap kadar CD4 dalam tubuh manusia.

Page 19: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Sirih (Piper betle L.)

Gambar 1. Daun sirih

(Sumber : Koleksi Pribadi) (Sumber : Koleksi Pribadi)

2.1.1 Klasifikasi

Tanaman sirih diklasifikasikan sebagai berikut :

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Piperales

Divisi : Magnoliophyta

Suku : Piperaceae

Marga : Piper

Jenis : Piper betle L. (Hutapea, 1991)

Sinonim : Chavica auriculata Miq. Artanthe hixagona

(Haryanto, 2009)

Page 20: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.2 Nama Daerah

Sumatera : furu kuwe (enggano); ranub (Aceh); blo, sereh (Gayo); belo

(Batak Karo); demban (Batak Toba); burangir (Angkola Mandailing);

tawuo (Nias); cabai (Mentawai); sirieh, sirih, suruh

(Palembang,Minangkabau); canbai (Lampung).

Jawa : seureuh (Sunda); sedah, suruh (Jawa); sere (Madura).

Bali : base, sedah

Nusa Tenggara : nahi (Bima); kuta (Sumba); mota (Flores); oreangi

(Ende); taa (Sikka); malu (Solor); mokeh (Alor).

Kalimantan : uwit (Dayak); buyu (Bulungan); uduh sifat (Kenya); sirih

(Sampit);uruesipa(Seputan).

Sulawesi : ganjang, gapura (Bugis); baulu (Bare); buya, dondili (Buol);

bolu (Parigi); komba (Selayar); lalama, sangi (Talaud).

Maluku : ani-ani (Hok); papek, raunge, rambika (Alfuru); nein (Bonfia);

kakina (Waru); amu (Rumakai, Elpaputi, Ambon, Ulias); garmo (Buru);

bido(Bacan).

Irian : reman (Wendebi); Manaw (Makimi); namuera (Saberi); eouwon

(Armahi); nai wadok (Saarmi); mera (Sewan); mirtan (Berik); afo

(Sentani); wangi (Sawe); freedor (Awija); dedami (Marind) (Depkes RI,

1980).

2.1.3 Deskripsi Tanaman

Sirih (Piper betle L.) merupakan tanaman merambat mencapai

ketinggian hingga 15 m dan mempunyai batang berwarna coklat kehijauan

yang beruas-ruas sebagai tempat keluarnya akar. Helaian daun berbentuk

jantung, tumbuh berselang-seling, bertangkai, dan dilengkapi dengan daun

pelindung. Bila daun diremas memberikan aroma sedap. Bunga berupa

bulir terdapat di ujung batang dan berhadapan dengan daun. Buah buni,

berbentuk bulat dan berbulu. (Mursito, 2004).

Page 21: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.4 Ekologi dan Penyebaran

Sirih ditemukan dibagian timur pantai Afrika, di sekitar Pulau

Zanzibar, daerah sekitar sungai Indus ke Timur menelusuri Sungai Yang

Tse Kiang, Kepulauan Bonin, Kepulauan Fiji, dan Kepulauan Indonesia.

Sirih tersebar di Nusantara dalam skala yang tidak terlalu luas. Di Jawa

tumbuh liar di hutan jati atau hutan hujan sampai ketinggian 300 m diatas

permukaan laut (Depkes RI, 1980).

2.1.5 Kandungan Kimia

Kandungan lengkap daun sirih terdiri atas: Air 85 - 90%, Protein 3

- 3,5%, Lemak 0,4 - 1,0%, Mineral 2,3 - 3,3%, Serat 2,3%, Klorofil 0,01 -

0,25%, Karbohidrat 0,5 - 6,10%, Asam nikotinat 0,63 - 0,89 mg/100g,

Vitamin C 0,005 -0,01%, Vitamin A 1,9 - 2,9 mg/100g, Tiamin 10 - 70

μg/100g, Riboflavin 1,9 - 30 μg/100g, Tannin 0,1 - 1,3%, Nitrogen 2,0 -

7,0%, Fosfor 0,05 - 0,6%, Kalium 1,1 - 4,6%, Kalsium 0,2 - 0,5%, Besi

0,005 - 0,007%, Yodium 3,4 μg/100g, Minyak Atsiri 0,08 - 0,4%, Energi

44 kkal/100 g (Guha 2006; Tyler et al 1998). Kandungan bahan aktif daun

sirih terdiri atas golongan Monoterpen, Monoterpen alkohol, Seskuiterpen,

Seskuiterpen alkohol dan Fenil propanoid. Eugenol (golongan Fenil

propanoid) adalah kandungan utama dari minyak atsiri daun sirih dengan

kadar antara 13,9% - 64% (Tyler et al, 1998; Guha, 2006).

2.1.6 Khasiat Tumbuhan

Daun sirih berkhasiat sebagai antiradang, antiseptic, antibakteri,

penghenti perdarahan (hemostatis), pereda batuk, mencegah infeksi

cacing, menghilangkan gatal dan penenang (Dalimartha, 2006).

Ekstraknya dapat digunakan, baik secara internal maupun eksternal untuk

varises serta mencegah radang gusi dan radang tenggorokan (Moeljanto,

2003). Memiliki kandungan kimia polyphenol dan anthocyanin sebagai

antioksidan. Antioksidan ini sebagai penangkal radikal bebas yang baik

untuk meningkatkan daya tahan tubuh. (Majumdar et al., 2013)

Page 22: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.2 Tanaman Gambir (Uncaria gambir Roxb.)

Gambar 2. Gambir

(Sumber : Musdja, 2011) (Sumber : Koleksi Pribadi)

2.2.1 Klasifikasi

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae

Genus : Uncaria

Spesies : Uncaria gambir Hunter R

Sinonim : Ourouparia gambir Roxb. Nauclea gambir Hunt (BPOM,

2006)

2.2.2 Nama Daerah

Sumatera : Gambe, gani, kacu (Aceh); sontang (Batak); gambe (Nias);

gambie (Minangkabau); pengilom, sepelet (Lampung).

Jawa : Santun (Jawa); gambir (Madura).

Kalimantan : Kelare (Dayak); abi (Kayan).

Page 23: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sulawesi : Gambere (Sangir); gambele (Gorontalo); gambere (Makassar);

gaber (Majene).

Nusatenggara : Tagambe (Bima); gamur (Sumba)

Maluku : Gabi, gagabere (BPOM, 2006).

2.2.3 Deskripsi Tanaman

Bongkahan gambir adalah sari air kering yang berasal dari ekstrak

remasan daun dan ranting tumbuhan bernama sama Uncaria gambir

Roxb., suku Rubiaceae (Depkes RI, 1989). Gambir termasuk

tumbuhanperdu setengah merambat dengan percabangan memanjang.

Daunnya oval, memanjang, ujung meruncing, permukaan tidak berbulu

(licin), dan tangkai daunnya pendek. Bunganya tersusun majemuk dengan

mahkota berwarna merah muda atau hijau, kelopak bunga pendek,

mahkota bunga berbentuk corong, benang sari berjumlah lima, dan buah

menyerupai kapsul dengan dua ruang (Agoes, 2010).

2.2.4 Ekologi dan Penyebaran

Tanaman gambir dapat tumbuh liar di hutan dengan baik pada

daerah dengan ketinggian 200 - 900 m diatas permukaan laut, tanahnya

agak miring dan cukup mendapat sinar matahari (Mardisiswojo, 1968).

2.2.5 Kandungan Kimia

Kandungan utama yang terdapat dalam family Uncaria adalah

flavonoid (terutama gambiriin), katekin (sampai 51%), zat penyamak (22-

50%), serta sejumlah alkaloid (seperti gambir tannin dan turunan dihidro

serta okso-nya) (Agoes, 2010).

2.2.6 Khasiat Tumbuhan

Manfaat gambir adalah sebagai penstimulus keluarnya getah

empedu, obat sakit kepala, obat diare, obat disentri, obat kumur-kumur,

obat sariawan, serta obat sakit kulit. (Agoes, 2010). Memiliki kandungan

Page 24: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kimia polifenol seperti katekin dan epikatekin sebagai antioksidan.

(Kassim et al., 2011)

2.3 Kapur Sirih

Gambar 3. Kapur sirih

(Sumber : Koleksi Pribadi)

Kapur dalam arti luas adalah senyawa atau bahan oksida,

hidroksida, dan karbonat dari kalsium (Ca). Kapur atau cunam (kapur

mati) berwarna putih likat seperti krim yang dihasilkan dari cangkang

siput laut yang telah dibakar. Hasil dari debu cangkang tersebut perlu

dicampurkan dengan air untuk mempermudah pengolesan ke atas daun

sirih.

Selain dari cangkang siput, kapur dapat diperoleh dengan

membakar batu kapur (kalsium karbonat / CaCO3). Apabila dibakar

dengan suhu tertentu CaCO3 dapat mengeluarkan gas yang disebut dengan

karbondioksida (CO2) dan menjadi kalsium oksida (CaO). Kalsium oksida

kemudian dicampur dengan sedikit air yang menyebabkan CaO

mengembang dan menghasilkan panas serta menjadi serbuk kapur yang

dikenal sebagai kalsium hidroksida (Ca(OH)2). Proses tersebut disebut

dengan tindakan air (slaking) dan serbuk kapur adalah kapur terhidrat.

Serbuk kapur akan menjadi cair jika campuran airnya berlebihan. Serbuk

kapur jika didiamkan terlalu lama, kandungan airnya akan hilang dan

Page 25: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

mengikat karbondioksida di udara sehingga kembali menjadi kalsium

karbonat seperti semula (Perpustakaan Negeri Malaysia, 2001).

Kapur sirih mempunyai rumus kimia Ca(OH)2, sehingga

kandungan utama dari kapur sirih adalah kalsium. Secara umum, kalsium

merupakan mineral yang amat penting bagi manusia terutama sebagai

pembentuk massa tulang. Kapur sirih bisa digunakan sebagai obat

bersamaan dengan bahan lain, seperti untuk mengatasi gusi bengkak, bisul,

masalah haid, digigit serangga serta penyakit kulit misalnya panu, kurap,

dan kutil (Perpustakaan Negeri Malaysia, 2001). Kapur sirih atau kalsium

hidroksida ini juga telah diuji dalam pengobatan radang pada pulpa anjing

(Hendry et al, 2005). Kandungan Ca2+

dapat memodulasi respon imun

(Karnad, 2005).

2.4 Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat

yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan

lain simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa

simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelican atau mineral.

Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh,

bagian tanaman atau eksudat tanaman. Yang dimaksud dengan eksudat

tanaman ialah isi del yang secara spontan keluar dari tanaman atau yang

dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya

yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya.

Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun

kegunaannya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal. Dan

untuk dapat memenuhi persyaratan minimal tersebut, ada beberapa factor

yang berpengaruh, antara lain bahan baku simplisia, proses pembuatan

simplisia (termasuk cara penyimpanan simplisia), dan cara pengepakan

dan penyimpanan simplisia (Depkes RI, 1985).

Page 26: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.4.1 Tahap Pembuatan Simplisia

Agar simplisia memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan,

maka dilakukan tahapan kegiatan berikut ini.

1. Sortasi basah

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau

bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya simplisia yang

dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah,

kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran

lainnya harus dibuang. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba

dalam jumlah yang tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari

tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal (Depkes, 1985).

2. Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran

lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan

air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan

simplisia yang mengandung zat yang mudah larut di dalam air yang

mengalir, pencucian hendaknya dilakukan dalam waktu yang sesingkat

mungkin (Depkes RI, 1985).

3. Perajangan

Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan.

Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses

pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Semakin tipis bahan yang

akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga mempercepat

waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat

menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah

menguap, sehingga mempengaruhi komposisi, bau dan rasa yang

diinginkan (Depkes RI,1985).

Page 27: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Pengeringan

Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak

mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.

Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan

dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia.

Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat

merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya. Proses

pengeringan sudah dapat menghentikan proses enzimatik dalam sel bila

kadar airnya dapat mencapai kurang dari 10 %. Hal-hal yang perlu

diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan,

kelembapan udara, aliran udara, waktu pengeringan, dan luas permukaan

bahan. Suhu yang terbaik dalam pengeringan adalah tidak melebihi 60˚,

tetapi bahan aktif yang tidak tahan panas atau mudah menguap harus

dikeringkan pada suhu serendah mungkin, misalnya 30˚ sampai 45˚.

Terdapat dua cara pengeringan yaitu pengeringan alamiah (dengan

panas sinar matahari langsung atau dengan diangin-anginkan) dan

pengeringan buatan (menggunakan instrument). Dengan menggunakan

pengeringan buatan dapat diperoleh simplisia dengan mutu yang lebih baik

karena pengeringan akan lebih cepat dan merata, tanpa dipengaruhi cuaca

(Depkes RI, 1985).

5. Sortasi kering

Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir

pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing

seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-

pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering.

Proses ini dilakukan sebelum simplisia dibungkus untuk kemudian

disimpan. Pada simplisia bentuk rimpang, sering jumlah akar yang melekat

pada rimpang terlampau besar dan harus dibuang. Demikian pula adanya

partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda tanah lain yang tertinggal

harus dibuang sebelum simplisia dibungkus (Depkes RI, 1985).

Page 28: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Penyimpanan

Selama penyimpanan ada kemungkinan terjadi kerusakan pada

simplisia. Kerusakan tersebut dapat mengakibatkan kemunduran mutu,

sehingga simplisia bersangkutan tidak lagi memenuhi syarat yang

diperlukan atau yang ditentukan.

Oleh karena itu pada penyimpanan simplisia perlu diperhatikan

beberapa hal yang dapat mengakibatkan kerusakan simplisia, yaitu cara

pengepakan, pembungkusan, dan pewadahan, persyaratan gudang

simplisia, cara sortasi dan pemeriksaan mutu, serta cara pengawetannya.

Penyebab kerusakan pada simplisia yang utama adalah air dan

kelembapan.

Cara menyimpan simplisia yang kurang tepat akan menyebabkan

rusaknya simplisia akibat hewan pengerat. Cara pengemasan simplisia

tergantung pada jenis simplisia dan tujuan penggunaan pengemasan.

Bahan dan bentuk pengemasan harus sesuai. Wadah harus bersifat tidak

beracun dan tidak bereaksi (inert) dengan isinya sehingga tidak

menyebabkan terjadinya reaksi serta penyimpanan warna, rasa, bau, dan

sebagainya pada simplisia (Depkes RI, 1985).

2.5 Pengeringan Dengan Metode Freeze Drying

Pengeringan secara umum bermaksud untuk menghilangkan

pelarut dari material yang akan dikeringkan. Salah satu tipe pengeringan

yaitu freeze-drying. Pengeringan-beku atau lyophilization adalah proses

pengeringan di mana pelarut dan atau media suspensi yang mengkristal

pada temperatur rendah dan sesudahnya mensublimasi dari padat langsung

ke fase uap. Pengeringan-beku lebih banyak dilakukan dengan air sebagai

pelarut. Pengeringan mengubah es atau air dalam fase amorf menjadi uap.

Karena tekanan uap es rendah, volume uap menjadi besar. Tujuan

pengeringan-beku adalah untuk memproduksi suatu substansi dengan

stabilitas yang baik dan tidak berubah setelah rekonstitusi dengan air,

Page 29: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

meskipun hal ini sangat tergantung juga pada langkah terakhir proses:

pengemasan dan kondisi penyimpanan.

Keuntungan proses pengeringan-beku adalah sebagai berikut:

1. Pengeringan pada suhu rendah dapat mengurangi penurunan produk

sensitif – panas.

2. Produk cair dapat secara akurat terdosiskan.

3. Kandungan air dari produk akhir dapat dikontrol selama proses.

4. Produk obat dapat memiliki bentuk fisik yang menarik.

5. Produk obat dengan luas permukaan spesifik yang tinggi dengan cepat

kembali (Oetjen & Haseley, 2004).

2.6 Kapsul

2.6.1 Definisi Kapsul

Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang

keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin,

tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai (Ditjen

POM, 1995).

2.6.2 Macam-macam Kapsul

Menurut Anief (1986), ada dua macam kapsul, yaitu:

1. Kapsul gelatin keras (Capsulae gelatinosae operculatae)

Kapsul yang mengandung gelatin, gula, dan air. Kapsul dengan

tutup diberi warna-warna. Diberi tambahan warna adalah untuk dapat

menarik dan dibedakan warnanya. Menurut besarnya, kapsul diberi nomor

urut dari besar ke kecil sebagai berikut: No. 000; 00; 0; 1; 2; 3. Kapsul

harus disimpan dalam wadah gelas yang tertutup kedap, terlindung dari

debu, kelembaban dan temperatur yang ekstrim (panas). Kapsul cangkang

keras biasanya diisi dengan serbuk, butiran, atau granul. Bahan semi padat

Page 30: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

atau cairan dapat juga diisikan ke dalam kapsul cangkang keras, tetapi jika

cairan dimasukkan dalam kapsul, salah satu teknik penutupan harus

digunakan untuk mencegah terjadinya kebocoran. Kapsul cangkang keras

dapat diisi dengan tangan. Cara ini memberikan kebebasan bagi penulis

resep untuk memilih obat tunggal atau campuran dengan dosis tepat yang

paling baik bagi pasien. Fleksibelitas ini merupakan kelebihan kapsul

cangkang keras dibandingkan bentuk sediaan tablet atau kapsul cangkang

lunak (Ditjen POM, 1995).

2. Kapsul lunak (Soft capsules)

Kapsul lunak yang tertutup dan diberi warna macam-macam.

Perbedaan komposisi kapsul gelatin lunak dengan kapsul gelatin keras

yaitu gula diganti dengan plasticizer yang membuat lunak, 5% gula dapat

ditambahkan agar kapsul dapat dikunyah. Sebagai plasticizer digunakan

gliserin dan sorbitol atau campuran kedua tersebut, atau polihidris alkohol

lain.

2.6.3 Cara Penyimpanan Kapsul

Gelatin bersifat stabil di udara bila dalam keadaan kering, akan

tetapi mudah mengalami peruraian oleh mikroba bila menjadi lembab atau

bila disimpan dalam larutan berair. Oleh karena itu kapsul gelatin yang

lunak pada pembuatannya ditambahkan bahan pengawet untuk mencegah

timbulnya jamur dalam cangkang kapsul. Bila mana di simpan dalam

lingkungan dengan kelembaban yang tinggi, penambahan uap air akan di

absorpsi (diserap) oleh cangkang kapsul dan kapsul tersebut akan

mengalami kerusakan dari bentuk dan kekerasannya (Ansel, 1989).

Cangkang kapsul kelihatannya keras, tetapi sebenarnya masih

mengandung air dengan kadar 10-15% menurut Farmakope Indonesia

edisi IV dan 12-16% menurut literatur dari Syamsuni 2006. Jika disimpan

di tempat yang lembab, kapsul akan menjadi lunak dan melengket satu

sama lain serta sukar dibuka karena kapsul itu dapat menyerap air dari

Page 31: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

udara yang lembab. Sebaliknya, jika disimpan di tempat yang terlalu

kering, kapsul itu akan kehilangan airnya sehingga menjadi rapuh dan

mudah pecah. (Syamsuni, 2006).

Oleh karena itu, menurut Syamsuni (2006), penyimpanan kapsul

sebaiknya dalam tempat atau ruangan yang :

1. Tidak terlalu lembab atau dingin dan kering.

2. Terbuat dari botol-gelas, tertutup rapat, dan diberi bahan pengering

(silika gel).

3. Terbuat dari aluminium-foil dalam blister atau strip.

2.6.4 Keuntungan dan Kerugian Bentuk Sediaan Kapsul

Menurut Syamsuni (2006), kapsul mempunyai keuntungan dan

kerugian sebagai berikut:

a. Keuntungan pemberian bentuk sediaan kapsul:

1. Bentuknya menarik dan praktis.

2. Cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi obat yang

berasa dan berbau tidak enak.

3. Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut dalam lambung sehingga

obat cepat diabsorpsi.

4. Dokter dapat mengkombinasikan beberapa macam obat dan dosis

yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan pasien.

5. Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan zat

tambahan atau penolong seperti pada pembuatan pil maupun tablet.

b. Kerugian pemberian bentuk sediaan kapsul:

1. Tidak dapat untuk zat-zat yang mudah menguap karena pori-pori

kapsul tidak dapat menahan penguapan.

Page 32: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Tidak dapat untuk zat-zat yang higroskopis (menyerap lembab).

3. Tidak dapat untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang

kapsul.

4. Tidak dapat diberikan untuk balita.

5. Tidak dapat dibagi-bagi.

2.7 Sistem Imun

Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama penyakit

infeksi. Gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam

resistensi terhadap infeksi disebut sistem imun dan reaksi yang

dikoordinasi sel-sel dan molekul-molekul terhadap mikroba dan bahan

lainnya disebut respon imun (Baratawidjaja et al., 2009). Sistem imun

terdiri atas sistem imun alamiah atau non spesifik (natural/innate/native)

dan didapat atau spesifik (adaptive/acquired). Baik sistem imun non

spesifik maupun spesifik memiliki peran masing-masing, keduanya

memiliki kelebihan dan kekurangan namun sebenarnya ke dua sistem

tersebut memiliki kerja sama yang erat (Bratawidjaya, 2006).

a. Sistem imun non spesifik

Dalam mekanisme imunitas non spesifik memiliki sifat selalu siap

dan memiliki respon langsung serta cepat terhadap adanya patogen pada

individu yang sehat. Sistem imun ini bertindak sebagai lini pertama dalam

menghadapi infeksi dan tidak perlu menerima pajanan sebelumnya,

bersifat tidak spesifik karena tidak ditunjukkan terhadap patogen atau

mikroba tertentu, telah ada dan berfungsi sejak lahir. Mekanismenya tidak

menunjukkan spesifitas dan mampu melindungi tubuh terhadap patogen

yang potensial. Manifestasi respon imun alamiah dapat berupa kulit, epitel

mukosa, selaput lendir, gerakan silia saluran nafas, batuk dan bersin,

lisozim, IgA, pH asam lambung (Bratawidjaya, 2006).

Page 33: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pertahanan humoral non spesifik berupa komplemen, interferon,

protein fase akut dan kolektin. Komplemen terdiri atas sejumlah besar

protein yang bila diaktifkan akan memberikan proteksi terhadap infeksi

dan berperan dalam respon inflamasi. Komplemen juga berperan sebagai

opsonin yang meningkatkan fagositosis yang dapat menimbulkan lisis

bakteri dan parasit. Tidak hanya komplemen, kolektin merupakan protein

yang berfungsi sebagai opsonin yang dapat mengikat hidrat arang pada

permukaan kuman (Bratawidjaya, 2006).

Interferon adalah sitokin berupa glikoprotein yang diproduksi oleh

makrofag yang diaktifkan, sel NK dan berbagai sel tubuh yang

mengandung nukleus dan dilepas sebagai respons terhadap infeksi virus.

Peningkatan kadar C-reactive protein dalam darah dan Mannan Binding

Lectin yang berperan untuk mengaktifkan komplemen terjadi saat

mengalami infeksi akut. Sel fagosit mononuklear dan polimorfonuklear

serta sel Natural Killer dan sel mast berperan dalam sistem imun non

spesifik selular. Neutrofil, salah satu fagosit polimorfonuklear dengan

granula azurophilic yang mengandung enzyme hidrolitik serta substansi

bakterisidal seperti defensins dan katelicidin (Bratawidjaya, 2006).

Mononuklear fagosit yang berasal dari sel primordial dan beredar

di sel darah tepi disebut sebagai monosit. Makrofag di sistem saraf pusat

disebut sebagai sel mikroglia, saat berada di sinusoid hepar disebut sel

Kupffer, di saluran pernafasan disebut makrofag alveolar dan di tulang

disebut sebagai osteoklas (Abbas et al., 2007).

Sel Natural Killer merupakan sel limfosit yang berfungsi dalam

imunitas nonspesifik terhadap virus dan sel tumor. Sel mast berperan

dalam reaksi alergi dan imunitas terhadap parasit dalam usus serta invasi

bakteri (Bratawidjaya, 2006).

Page 34: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Sistem imun spesifik

Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenali

benda yang dianggap asing. Benda asing yang pertama kali muncul akan

segera dikenali dan terjadi sensitisasi sel-sel sistem imun tersebut. Benda

asing yang sama, bila terpajan ulang akan dikenal lebih cepat dan

kemudian dihancurkan. Respon sistem imun spesifik lebih lambat karena

dibutuhkan sensitisasi oleh antigen namun memiliki perlindungan lebih

baik terhadap antigen yang sama. Sistem imun ini diperankan oleh

Limfosit B dan Limfosit T yang berasal dari sel progenitor limfoid

(Bratawidjaya, 2006).

1. Sistem imun spesifik humoral

Limfosit B atau sel B berperan dalam sistem imun spesifik humoral

yang akan menghasilkan antibodi. Antibodi dapat ditemukan di serum

darah, berasal dari sel B yang mengalami proliferasi dan berdiferensiasi

menjadi sel plasma. Fungsi utama antibodi sebagai pertahanan terhadap

infeksi ekstraselular, virus dan bakteri serta menetralisasi toksinnya

(Bratawidjaya, 2006). Sel B memiliki reseptor yang spesifik untuk tiap-

tiap molekul antigen dan dapat dideteksi melalui metode tertentu melalui

marker seperti CD19, CD21 dan MHC II (Abbas et al., 2007).

2. Sistem imun spesifik selular

Limfosit T berperan pada sistem imun spesifik selular. Pada orang

dewasa, sel T dibentuk di sumsung tulang tetapi proliferasi dan

diferensiasinya terjadi di kelenjar timus. Persentase sel T yang matang dan

meninggalkan timus untuk ke sirkulasi hanya 5-10%. Fungsi utama sistem

imun spesifik selular adalah pertahanan terhadap bakteri intraselular, virus,

jamur, parasit dan keganasan (Bratawidjaya, 2006).

Sel T terdiri atas beberapa subset dengan fungsi yang berbeda-beda

yaitu sel Th1, Th2, Tdth, CTL atau Tc, Th3 atau Ts atau sel Tr, sel T

sitotoksik (sel T CD8+), sel T pembantu (sel T CD4

+), sel T regulatory (sel

Page 35: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

T penekan), sel T natural killer, sel T memori . CD4+ merupakan penanda

bagi sel T helper dan CD8 merupakan penanda dari CTL yang terdapat

pada membran protein sel (Abbas et al., 2007).

2.7.1 CD4 (Cluster of Differentiation 4)

Cluster of Differentiation (CD) adalah istilah untuk molekul

permukaan leukosit yang merupakan epitop dan dapat diidentifikasikan

dengan antibody monoclonal. Sel limfosit yang ada dalam berbagai fase

pematangan dapat dibedakan dari ekspresi molekul membran yang dapat

ditentukan dengan menggunakan antibody monoclonal yang spesifik untuk

epitop tunggal antigen. Kelas limfosit dengan fungsi tertentu

mengekspresikan protein permukaan tertentu pula. Molekul permukaan

inilah yang disebut dengan Cluster of Differentiation (CD). Ekspresi

molekul membran sel T seperti CD4, CD8, CD28 dan CD45R berperan

sebagai molekul aksesori dalam fungsi sel T atau dalam transduksi sinyal

(Bratawidjaja et al., 2009).

CD4 adalah bagian dari populasi limfosit T yang disebut sebagai

sel T helper. Cara kerja sel ini adalah sebagai penolong, misalnya

melepaskan suatu senyawa yang mengaktifkan sel-sel lain untuk

mematikan atau mengeliminasi antigen (benda asing). Fungsi utama CD4

dalam imun adalah meregulasi sistem imun agar bekerja dengan baik,

dengan merangsang sistem imun nonspesifik berupa fagosit untuk

kemotaksis dan proses fagositosis benda asing. Peran CD4 dalam sistem

imun spesifik humoral adalah merangsang sel B (Limfosit B) untuk

menghasilkan antibodi dan mengatur produksi antibodi, sedangkan dalam

sistem imun seluler berfungsi dalam mengatur CD8 dan NK untuk

membunuh sel sasaran yang terkena infeksi virus (Runggu, 2010).

CD4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di

permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit. Sel CD4

diproduksi oleh limpa, limfonodi, dan kelenjar timus. Sel CD4 beredar ke

seluruh tubuh dan berfungsi untuk mengidentifikasi, serta menghancurkan

Page 36: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kuman seperti bakteri dan virus. CD4 pada orang dengan sistem kekebalan

yang menurun menjadi sangat penting, karena berkurangnya nilai CD4

dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau

limfosit yang seharusnya berperan dalam memerangi infeksi yang masuk

ke tubuh manusia (Runggu, 2010).

Analisa CD4 dipengaruhi oleh tiga parameter, yaitu % limfosit, %

CD4, dan jumlah mutlak CD4. Jumlah CD4 absolut adalah jumlah sel CD4

yang ada dalam sistem kekebalan tubuh. Pada orang dengan sistem

kekebalan yang baik nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Ukuran CD4

persentase memberi sedikit informasi tambahan pada jumlah CD4 mutlak

dalam peramalan risiko jangka pendek pengembangan penyakit, karenanya

jumlah CD4 mutlak merupakan ukuran status kekebalan yang lebih

penting dan pilihan terbaik dibandingkan dengan CD4 persentase,

misalnya untuk mengambil keputusan pengobatan dalam orang dewasa

terinfeksi HIV (Runggu, 2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah CD4 antara lain meliputi

perbedaan analisis, perbedaan musim, beberapa penyakit bersamaan, dan

penggunaan kortikosteroid. Di samping itu, terdapat pula beberapa faktor

yang dilaporkan memberikan sedikit pengaruh terhadap jumlah nilai CD4,

yaitu gender, usia (pada orang dewasa), faktor risiko, stres psikologis, stres

fisik, dan kehamilan (Runggu, 2010).

Di lingkungan sekitar sangat banyak infeksi yang beredar, baik

berada dalam udara, makanan ataupun minuman. Namun manusia tidak

setiap saat menjadi sakit, karena CD4 masih bisa berfungsi dengan baik

untuk melawan infeksi ini. Jika CD4 berkurang, mikroorganisme yang

patogen akan dengan mudah masuk ke tubuh dan menimbulkan penyakit

pada tubuh manusia (Runggu, 2010).

Page 37: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.7.2 Imunomodulator

Imunomodulator adalah obat yang dapat mengembalikan dan

memperbaiki sistem imun yang fungsinya terganggu atau untuk menekan

yang fungsinya berlebihan. Obat golongan imunomodulator bekerja

menurut 3 cara, yaitu melalui:

a. Imunorestorasi

Imunorestorasi ialah suatu cara untuk mengembalikan fungsi

sistem imun yang terganggu dengan memberikan berbagai komponen

sistem imun, seperti: immunoglobulin dalam bentuk Immune Serum

Globulin (ISG), Hyperimmune Serum Globulin (HSG), plasma,

plasmapheresis, leukopheresis, transplantasi sumsum tulang, hati dan

timus (Bratawidjaja et al., 2009).

b. Imunostimulasi

Imunostimulasi yang disebut juga imunopotensiasi adalah cara

memperbaiki fungsi sistem imun dengan menggunakan bahan yang

merangsang sistem tersebut. Biological Response Modifier (BRM) adalah

bahan-bahan yang dapat merubah respon imun, biasanya meningkatkan

respon imun (Bratawidjaja et al., 2009).

c. Imunosupresi

Imunosupresi merupakan suatu tindakan untuk menekan respon

imun. Kegunaannya terutama pada transplantasi untuk mencegah reaksi

penolakan dan pada berbagai penyakit inflamasi yang menimbulkan

kerusakan atau gejala sistemik, seperti autoimun atau autoinflamasi

(Bratawidjaja et al., 2009).

Imunorestorasi dan imunostimulasi disebut imunopotensi atau up

regulation, sedangkan imunosupresi disebut down regulation.

Page 38: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Untuk mencapai hasil yang diinginkan, suatu imunomodulator

harus memenuhi beberapa syarat. Pertama, zat tersebut harus dapat

memodifikasi respon imun pejamu bukan hanya berefek pada

mikroorganisme saja. Kedua, zat tersebut harus mempunyai efek samping

minimal dan bebas dari efek berbahaya. Imunomodulator yang baik juga

harus bebas dari efek sensitisasi bila zat yang digunakan bersifat alergenik

dan bebas dari efek inhibisi sistem imun pada pemberian jangka panjang

atau berulang (Kresno, 2001).

2.7.3 Kontrol Pembanding

IM® mengandung Echinacea purpurea 250 mg, ekstrak Black

eldelberry 400 mg, dan Zinc picolinate 5 mg, dikemas dalam sediaan

kaplet. IM®

membantu memperbaiki daya tahan tubuh atau respon imun

tubuh, juga digunakan sebagai terapi pendamping untuk infeksi yang akut

dan kronis, terutama untuk infeksi saluran pernafasan dan genitalia seperti

kandidadiasis dan vaginitis. Echinacea adalah tumbuhan pertama yang

dibuktikan secara ilmiah khasiat stimulasinya terhadap sistem imun. (Tjay

et al., 2002).

Mekanisme Echinacea yang bekerja dengan cara menginduksi

sitokin, sedangkan Zn picolinate mengaktivasi membran sel imun pada

saat proses transkripsi, sehingga kombinasi Echinacea dan Zn picolinate

merupakan kombinasi yang ideal untuk meningkatkan respon imun

terutama pada keadaan infeksi (Anonim, 2006).

Telah terbukti bahwa Echinacea merupakan imunostimulan non

spesifik, dengan kata lain Echinacea tidak mempunyai hubungan antigenik

dengan patogen-patogen spesifik. Hal ini merupakan hasil dari stimulasi

respon imun seluler seperti fagositosis dan pelepasan sitokin serta faktor-

faktor serum lainnya. Fagositosis (proses ingesti atau menghancurkan

mikroorganisme, sel dan partikel) oleh sel-sel pada sistem

retikuloendotelial, telah digunakan sebagai indikator aktifitas

imunostimulan dari Echinacea (Bradley, 2006).

Page 39: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.8 Potensi Penelitian

Telah dilakukan penelitian oleh Musdja (2011) tentang uji efek

imunomodulator ekstrak air campuran bahan menyirih, ekstrak air daun

sirih dan ekstrak air gambir secara in vivo. Formula untuk membuat

ekstrak campuran bahan menyirih sebanyak 500 g diambil 421 g daun

sirih, 70 g gambir dan 9 g kapur sirih ditambah akuades hingga 1000 ml,

dibelender pada temperatur kamar sampai halus, lalu diperas dengan

menggunakan kain flanel, kemudian disaring dengan kertas Whatman.

Filtrat yang diperoleh, dikeringkan dengan freeze drier hingga didapatkan

ekstrak kering. Ekstrak air daun sirih dan gambir dibuat dengan 100 gram

serbuk diekstraksi dengan pelarut air pada temperatur mendidih 900C

selama 15-20 menit sambil diaduk. Kemudian infusa disaring dalam

keadaan panas dengan menggunakan corong yang dilapisi kertas saring.

Filtrat diuapkan dengan freeze drier sehingga didapatkan ekstrak kering.

Masing-masing ekstrak dilakukan uji efek imunomodulator secara in vivo

dengan dosis 100, 200 dan 400 mg/kg berat badan mencit. Hewan

percobaan diberi sediaan uji selama 14 hari, kemudian 1 jam sebelum

dieuthansia, diinjeksikan 0,5 ml suspensi bakteri Staphylococcus

epidermidis kedalam peritonial mencit (IP), lalu hewan dibedah dan

diambil cairan peritoniumnya, kemudian dilakukan pemeriksaan aktivitas

fagositosis dan kapasitas fagositosis untuk masing-masing kelompok

hewan percobaan. Hasil uji efek imunomodulator campuran bahan

menyirih mempunyai efek imunomodulator paling baik karena

diperkirakan ada kerja sinergi dari masing-masing bahan menyirih dalam

meningkatkan aktivitas dan kapasitas fagositosis dengan dosis sedang 200

mg/kgBB terbukti memberikan efek imunomodulator.

Penelitian Fatimah dkk, (2010) pada uji pendahuluan tablet hisap

campuran daun sirih dan gambir dengan perbandingan 0,636 : 0,333 gr

yang diberikan kepada 6 orang relawan selama 7 hari. Hasil pengukuran

CD4 relawan sebelum pemberian dan sesudah pemberian 7 hari tablet

hisap, diperoleh hasil uji T berbeda secara bermakna dibandingkan dengan

Page 40: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kontrol normal. Penelitian ini menunjukkan bahwa tablet hisap daun sirih

dan gambir juga memiliki potensi untuk melawan virus, yaitu dengan

meningkatkan kadar CD4 pada relawan.

Penelitian Nurnabila dkk, (2011) pada uji pendahuluan tablet hisap

campuran daun sirih dan kapur sirih (CaCO3) terhadap kadar CD4 dalam

darah dengan mengambil darah 8 orang panelis masing-masing sebanyak 3

ml, dengan 6 orang diberikan tablet hisap ekstrak sirih dan kapur sirih, 1

orang kontrol positif yang diberikan Imboost Force, dan 1 orang kontrol

negatif yang tidak berikan perlakuan selama 5 hari berturut-turut

menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna antara data sebelum dan

sesudah perlakuan terhadap kontorl positif dan terdapat perbedaan

bermakna terhadap control negative.

Pada penelitian Chikara (2005) membandingkan efek

imunomodulator antara minyak cengkeh dan eugenol pada tikus. Dosis

yang digunakan 50 mg, 250 mg dan 500 mg. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa minyak cengkeh dan eugenol mempunyai efek

imunomodulator yang siginifikan dibandingkan dengan kontrol normal (P

≤ 0,05) pada dosis 500 mg/kb BB tikus. Efek imunomodulator yang

dihasilkan oleh eugenol lebih baik dibandingkan dengan minyak cengkeh

dengan hasil yang berbeda secara bermakna.

Penelitian Almahdi (2010) untuk mengetahui efek antioksidan dari

gambir. Penelitian dilakukan dengan menginduksi induk mencit yang

sedang hamil dengan alcohol 0,25 ml/20 g BB. Pengamatan efek teratogen

dilakukan melalui laparotami yang dilakukan pada hari ke-18 setelah

kehamilan mencit dibunuh dengan cara dislokasi leher. Fetus dikeluarkan

dan diamati kelainan. Fetus yang cacat diamati tingkat kerusakannya.

Hasil penelitian yang diperoleh bahwa mencit yang diberi ekstrak gambir

dengan konsentrasi 30, 60 dan 120 mg/20 g BB semakin tinggi dosis

gambir, semakin kecil kerusakan yang ditimbulkan pada organ-organ

mencit dibandingkan dengan organ mencit yang di induksi dengan

Page 41: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

alkohol. Hal ini menunjukkan bahwa gambir dapat berfungsi sebagai

antioksidan secara in vivo.

Hasil penelitian Diamantstein et al., (1974) menyebutkan bahwa

Ca2+

merupakan agen pembangkit respon imun dan membentuk antibodi

dengan aksi antagonis pada sel proliferasi dan sel diferensiasi, dimana ion

Ca2+

memiliki efek untuk memodulasi respon imun.

Page 42: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Piper betle L.

Eugenol Katekin Ca2+

Meningkatkan

aktivitas fagositosis

dan meningkatkan

kapasitas fagositosis

(Chikara, 2005)

Menetralisir

radikal bebas di

dalam tubuh (Pin

et al., 2010)

Menetralisir

radikal bebas di

dalam tubuh

(Yeni et al., 2014

dan Almahdi,

2010)

Membentuk

antibodi dengan

aksi antagonis

pada sel

proliferasi dan

sel diferensiasi

(Diamantstein et

al., 1974)

KERANGKA TEORI PENELITIAN

Uncaria gambir Roxb. Ca(OH)2

Antioksidan dan

Immunomodulator

Antioksidan

immunomodulator

Meningkatkan Daya Tahan Tubuh

(Musdja dkk, 2011)

Imunomodulator

Page 43: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta dan Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2016

sampai dengan Oktober 2016.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas :

timbangan analitik (Wiggwn Hauser), blender, erlenmeyer, gelas becker,

gelas ukur, tabung reaksi, batang pengaduk, spatula, kaca arloji, kertas

saring, pipet tetes, freeze drier, label, kapas, alumunium foil, corong, botol

timbang, kain flannel, pisau, gunting, portable UV, oven, tanur, desikator,

Sysmex Pouch 100i, FACSCalibur, disintegration tester, botol cokelat.

3.2.2 Bahan

Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun sirih

(Piper betle Linn.) yang diperoleh dari Balitro Bogor dan bongkahan

gambir (Uncaria gambir Roxb.) yang diperoleh dari Payakumbuh-Padang,

Sumatra Barat. Serta kapur sirih (Ca(OH)2), dan obat IMBOOST Force

Kaplet Salut Selaput (Kontrol +), cangkang kapsul ukuran 00.

Bahan kimia yang digunakan untuk identifikasi gambir dan

penapisan fitokimia adalah asam sulfat p, asam sulfat 10N, natrium

hisroksida 5% dalam ethanol, amonia 25%, FeCl3 5%, aquades, asam nitrat

p, etil asetat, HCl, dragendorf, mayer, serbuk Mg, HCl p, butanol, HCl 1%,

FeCl3 1%, Pereaksi Stiasny [formaldehid 30% : HCl p (2:1)], serbuk

Page 44: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

natrium asetat, NaOH 1N, ether, pereaksi Libermann Buchard [asam asetat

anhidrat : asam sulfat p (2:1)], etanol 96%, amonia 10%. Untuk uji CD4

menggunakan reagen BD Tritest CD4 dan lysing solution.

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Determinasi Tumbuhan Daun Sirih dan Gambir

Simplisia yang digunakan dalam penelitian adalah daun sirih (Piper

betle L.) diperoleh dari Balitro Bogor yang diambil pada tanggal 29

Januari 2016, gambir (Uncaria gambir Roxb.) bagian yang digunakan

adalah daun dan ranting gambir yang telah di buat menjadi bongkahan

diperoleh dari Payakumbuh-Padang pada tanggal 18 Januari 2016.

Determinasi Sirih dan gambir dilakukan di Pusat Konservasi Tumbuhan

Kebun Raya, Bogor. Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman yang

digunakan dalam penelitian ini adalah daun sirih (Piper betle L.) dan

Gambir (Uncaria gambir Roxb.).

3.3.2 Pemeriksaan Organoleptis Daun Sirih dan Gambir

Pada tahap awal penelitian dilakukan pemeriksaan organoleptis

dari daun sirih dan gambir yang menyangkut pemeriksaan warna, bau dan

rasa.

3.3.3 Identifikasi Gambir

1. Pada 2 mg serbuk gambir ditambahkan 5 tetes asam sulfat P (+)

warna coklat merah

2. Pada 2 mg serbuk gambir ditambahkan asam sulfat 10 N (+) warna

coklat muda

3. Pada 2 mg serbuk gambir ditambahkan 5 tetes Na hidroksida 5% dalam

etanol (+) warna coklat merah

4. Pada 2 mg serbuk gambir ditambahkan 5 tetes ammonia 25%

(+) warna coklat merah

Page 45: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Pada 2 mg serbuk gambir ditambahkan 5 tetes larutan FeCl3 5% (+)

coklat kehitaman (Depkes RI, 1989).

3.3.4 Identifikasi Urea

Sebanyak 100 mg serbuk gambir dilarutkan dalam 1 ml air,

ditambahkan 1 ml asam nitrat P; terbentuk endapan hablur putih. (Depkes,

1979).

3.3.5 Penapisan Fitokimia Daun Sirih dan Gambir

1. Identifikasi golongan alkaloid

Sebanyak 2 gram ekstrak ditambahkan dengan 5 ml amonia 25%,

digerus dalam mortir, kemudian ditambahkan 20 ml etil asetat dan digerus

kembali dengan kuat. Campuran tersebut disaring dengan kertas saring.

Filtrat berupa larutan organik diambil (sebagai larutan A). Sebagian dari

larutan A (10 ml) diekstraksi dengan 10 ml larutan HCl 1:10 dengan

pengocokan dalam tabung reaksi, diambil larutan bagian atas (larutan B).

Larutan A diteteskan beberapa tetes pada kertas saring dan ditetesi dengan

pereaksi Dragendorff. Jika terbentuk warna merah atau jingga pada kertas

saring maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan alkaloid

dalam ekstrak.

Larutan B dibagi dalam dua tabung reaksi, ditambahkan masing-

masing pereaksi Dragendorff dan Mayer. Jika terbentuk endapan merah

bata dengan pereaksi Dragendorff dan endapan putih dengan pereaksi

Mayer, menunjukkan adanya senyawa golongan alkaloid (Depkes RI,

2000).

2. Identifikasi golongan flavonoid

Satu gram ekstrak ditambahkan 50 ml air panas, dididihkan selama

5 menit, disaring dengan kertas saring, diperoleh filtrat yang akan

digunakan sebagai larutan percobaan. Ke dalam 5 ml larutan percobaan

(dalam tabung reaksi) ditambahkan serbuk atau lempeng magnesium

Page 46: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

secukupnya dan 1 ml HCl pekat, serta 5 ml butanol, dikocok dengan kuat

lalu dibiarkan hingga memisah. Jika terbentuk warna pada lapisan butanol

(lapisan atas) menunjukkan adanya senyawa golongan flavonoid (Depkes

RI, 2000).

3. Identifikasi golongan saponin

Sebanyak 10 ml larutan percobaan yang diperoleh dari percobaan 2

(identifikasi golongan flavonoid), dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan

dikocok secara vertikal selama 10 detik, kemudian dibiarkan selama 10

menit, bila busa yang terbentuk stabil dalam tabung, reaksi menunjukkan

ada saponin, bila ditambahkan 1 tetes HCl 1% (encer) busa tetap stabil

(Depkes RI, 2000).

4. Identifikasi golongan tanin

Dua gram sampel ditambahkan 100 ml air, dididihkan selama 15

menit lalu didinginkan dan disaring dengan kertas saring, filtrat yang

diperoleh dibagi menjadi dua bagian. Ke dalam filtrat pertama

ditambahkan 10 ml larutan FeCl3 1%, jika terbentuk warna biru tua atau

hijau kehitaman, berarti ada senyawa golongan tanin.

Ke dalam filtrat yang kedua ditambahkan 15 ml pereaksi Stiasny

(formaldehid 30% : HCl pekat = 2 : 1), lalu dipanaskan di atas penangas

air sambil digoyang-goyangkan. Jika terbentuk endapan warna merah

muda menunjukkan adanya tanin katekuat. Selanjutnya endapan disaring,

filtrat dijenuhkan dengan serbuk natrium asetat, ditambahkan beberapa

tetes larutan FeCl3 1%. Jika terbentuk warna biru tinta, menunjukkan ada

tanin galat (Depkes RI, 2000).

5. Identifikasi golongan kuinon

Diambil 5 ml larutan percobaan identifikasi golongan flavonoid,

dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditambahkan beberapa tetes larutan

NaOH 1 N. Bila terbentuk warna merah menunjukkan ada senyawa

golongan kuinon (Depkes RI, 2000).

Page 47: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Identifikasi golongan steroid dan triterpenoid

Satu gram serbuk simplisia dimaserasi dalam 20 ml eter selama 2

jam (dalam wadah dengan penutup rapat), disaring dan diambil filtratnya,

5 ml dari filtrat tersebut diuapkan dalam cawan penguap hingga diperoleh

residu/sisa dan, kedalam residu ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat

dan 1 tetes asam sulfat pekat (Pereaksi Liberman-Burchad). Bila terbentuk

warna hijau atau merah menunjukkan ada senyawa golongan steroid atau

triterpenoid (Depkes RI, 2000).

7. Identifikasi golongan minyak atsiri

Sejumlah 2 gram serbuk simplisia dalam tabung reaksi (volume 20

ml), ditambahkan 10 ml pelarut etil asetat dan pasang corong (yang diberi

lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air), dipanaskan selama 10 menit

di atas penangas air dan didinginkan, disaring dengan kertas saring. Filtrat

diuapkan pada cawan penguap, residu dilarutkan dengan pelarut etanol

96% sebanyak 5 ml lalu saring dengan kertas saring. Filtratnya diuapkan

pada cawan penguap. Residu berbau aromatik/ menyenangkan,

menunjukkan ada senyawa golongan minyak atsiri (Depkes RI, 2000).

8. Identifikasi golongan kumarin

Dua gram simplisia dimasukkan dalam tabung reaksi (volume 20

ml) ditambahkan 10 ml pelarut etil asetat dan pasang corong (yang diberi

lapisan kapas yang telah dibasahi dengan dengan air) pada mulut tabung,

dipanaskan selama 20 menit di atas penangas air dan didinginkan.

Kemudian disaring dengan kertas saring, filtrat diuapkan pada cawan

penguap sampai kering, sisa ditambahkan air panas sebanyak 10 ml,

didinginkan, larutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 0,5

ml larutan amonia (NH4OH) 10%, amati di bawah sinar lampu ultraviolet

pada panjang gelombang 365 nm. Bila terjadi fluoresensi warna biru atau

hijau, menunjukkan ada golongan kumarin (Depkes RI, 2000).

Page 48: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.6 Penyiapan Bahan dan Pembuatan Campuran Komponen Menyirih

Daun sirih dipisahkan dari cabang dan rantingnya dan dibersihkan

dengan air mengalir sesuai dengan parameter yang telah ditetapkan,

seperti; sortasi basah (pencucian dengan air mengalir) lalu dirajang kecil-

kecil untuk diblender bersama gambir dan kapur sirih.

Sedangkan untuk penyiapan gambir yaitu dengan cara

membersihkannya dari pengotor, gambir yang digunakan yaitu berupa

bongkahan yang diperoleh dari Payakumbuh - Padang, Sumatera Barat.

Bongkahan gambir kemudian dihaluskan sampai menjadi serbuk.

Ditimbang masing-masing sampel daun sirih 421 gram, gambir 70

gram dan kapur sirih 9 gram berdasarkan perbandingan 48 : 8 : 1 (Daun

sirih : gambir : kapur sirih) yang telah digunakan dalam uji efek

imunomodulator secara in vivo (Musdja, 2011). Setelah itu pembuatan

campuran komponen menyirih dengan penambahan pelarut aquades

hingga 1000ml dengan cara di blender. Hasilnya dikeringkan dengan

freezedryer selama 1-2 hari untuk menarik sisa kandungan air yang masih

terdapat didalam campuran tersebut. (Musdja, 2011).

3.3.7 Pemeriksaan Non Spesifik Simplisia Daun Sirih dan Gambir

a. Susut pengeringan

Ekstrak ditimbang dengan seksama sebanyak 1 gram sampai 2

gram dan dimasukkan ke dalam botol timbang dangkal bertutup yang

sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105oC selama 30 menit dan telah

ditara. Sebelum ditimbang, ekstrak diratakan dalam botol timbang dengan

menggoyang-goyangkan botol, hingga merupakan lapisan setebal lebih

kurang 5 mm sampai 10 mm, kemudian dimasukan ke dalam oven, dibuka

tutupnya. Pengeringan dilakukan pada suhu 105oC hingga diperoleh bobot

tetap lalu ditimbang. Sebelum setiap pengeringan, botol dibiarkan dalam

keadaan tertutup mendingin dalam eksikator hingga mencapai suhu kamar.

Page 49: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kekurangan bobot dari sebelum pengeringan dengan sesudah pengeringan

dihitung sebagai susut pengeringan (Depkes RI, 2000).

b. Kadar air

Masukkan lebih kurang 10 gram simplisia/ekstrak dan timbang

seksama dalam wadah yang telah ditara. Keringkan pada suhu 105 oC

selama 5 jam, dan ditimbang. Pengeringan dilanjutkan dan ditimbang pada

jarak 1 jam sampai perbedaan antara dua penimbangan berturut-turut tidak

lebih dari 0,25% (FI IV, 1995).

% Kadar Air =

c. Kadar abu

Sebanyak 2 gram ekstrak yang telah digerus dan ditimbang

seksama, dimasukan kedalam krus platina atau krus silikat yang telah

dipijarkan dan ditara, lalu ekstrak diratakan. Dipijarkan perlahan-lahan

hingga arang habis, didinginkan, ditimbang. Kadar abu dihitung terhadap

berat ekstrak dan dinyatakan dalam % b/b (Depkes RI, 2000).

% Kadar Abu =

3.3.8 Evaluasi Sediaan Kapsul

a. Uji keseragaman bobot

Timbang 20 kapsul. Timbang lagi kapsul satu persatu. Keluarkan

isi semua kapsul, timbang seluruh bagian cangkang kapsul. Hitung bobot

isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul. perbedaan dalam persen bobot

isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul tidak boleh lebih dari

yang ditetapkan kolom A dan untuk setiap 2 kampsul tidak lebih dari yang

ditetapkan kolom B (FI III, 1979).

Page 50: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 1. Persyaratan Keseragaman Bobot Kapsul

Bobot rata-rata isi

kapsul

Perbedaan bobot isi kapsul dalam %

A B

120 mg atau lebih ± 10% ± 20%

Lebih dari 120 mg ± 7,5% ± 15%

b. Uji waktu hancur

Sejumlah 6 kapsul, dimasukkan pada masing-masing tabung pada

keranjang, yang dibawahnya terdapat kasa baja berukuran 10 mesh.

Digunakan media air bersuhu 37 ± 2oC. Dilakukan pengamatan terhadap

kapsul, semua kapsul harus hancur, kecuali bagian dari cangkang kapsul.

Bila 1 atau 2 kapsul tidak hancur sempurna, pengujian diulangi dengan 12

kapsul lainnya, tidak kurang dari 16 dari 18 kapsul yang diuji hancur

sempurna. Dicatat waktu yang diperlukan kapsul untuk hancur sempurna

(Depkes RI, 1995).

c. Uji higroskopisitas

Merupakan cara menguji kemampuan bahan obat untuk menyerap

uap dari udara setelah dibiarkan dalam kondisi tertentu selama beberapa

waktu yang diamati. Sejumlah 3 kapsul ditempatkan pada botol coklat

disimpan dalam desikator. Masing-masing perlakuan diamati setiap hari

selama tujuh hari dan setiap minggu selama sebulan. Pengamatan

dilakukan terhadap perubahan bobot kapsul, bentuk kapsul dan isi kapsul

(Augsburger, 2000).

3.3.9 Uji CD4

a. Perencanaan dosis campuran komponen menyirih dan perlakuan

responden

Pada penelitian sebelumnya mengenai uji efek imunomodulator

ekstrak air komponen menyirih (Piper betle L., Uncaria gambir Roxb.,

dan Ca(OH)2) secara in vivo menggunakan mencit, efek imunomodulator

Page 51: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

meningkat pada dosis 200mg/kgBB (Musdja et al., 2011) yang

dikonversikan ke dosis manusia menjadi 972 mg dengan LD50 13,99

g/kgBB (Sari, 2010) yang dikonversikan ke dosis manusia adalah 68,06

gram (Praktis tidak toksik). Untuk pembuatan kapsul komponen menyirih,

metode pengisian kapsul dilakukan dengan cara menggunakan tangan

berdasarkan yang dikerjakan di apotik untuk melayani resep dokter

(Effendy dkk, 2015). Campuran komponen menyirih yang dimasukkan ke

dalam cangkang kapsul sebanyak ± 324 mg. Bobot maksimal campuran

komponen menyirih didalam cangkang kapsul adalah ± 324 mg sehingga

aturan pakai yang diberikan sesuai dengan dosis efektif pada penelitian

Musdja, dkk (2011) untuk sekali minum adalah 3 kapsul.

Tabel 2. Perlakuan Pada Penelitian

Perlakuan Jenis

Perlakuan

Aturan Pakai Dosis Lama

Perlakuan

Kontrol (+) IMBOOST

FORCE

Kaplet Salut

Selaput

3 x 1 kaplet perhari

sesudah makan

1 kaplet 3

kali sehari

(MIMS)

14 hari

Uji Kapsul

Komponen

Menyirih

3 x 3 kapsul perhari

sesudah makan

(972 mg untuk sekali

minum)

Dosis

efektif 972

mg

(Musdja et

al., 2011)

Kontrol (-) - - -

Keterangan : Tanda (-) = Tidak diberikan perlakuan

b. Kriteria responden dan pengambilan sampel darah

Kriteria responden yang digunakan dalam penelitian ini sebagai

persyaratan agar dapat berfungsi sebagai instrumen, terdiri dari:

1. Kriteria inklusi :

Umur 20-45 tahun.

Page 52: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Indeks Masa Tubuh (IMT) Normal (18,5-24,9 kg/m2) (WHO,

2000).

Dalam keadaan sehat dan tidak mengkonsumsi obat apapun

Bersedia ikut dalam penelitian dan mengikuti prosedur yang

ditetapkan (Inform Concern).

2. Kriteria eksklusi :

Adanya efek samping terhadap obat yang diberikan pada masing-

masing kelompok perlakuan, menyebabkan kondisi subjek

memburuk, sehingga pengobatan harus dihentikan sebelum

waktunya.

Tidak kontrol dengan teratur sesuai jadwal penelitian.

Mengundurkan diri dari penelitian.

Pengambilan sampel darah dilakukan di Laboratorium Terpadu

Universitas Indonesia. Tiap responden masing-masing diambil darahnya

sebanyak 3 ml, dengan jumlah responden sebanyak 8 orang dengan 1

orang kontrol positif yang mengkonsumsi tablet IM®, 1 orang kontrol

negatif yang tidak diberi perlakuan, dan 6 orang yang diberi kapsul

komponen menyirih. Pada penelitian ini menggunakan metode pre and

post sehingga pengambilan darah dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum

diberikan perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan. Penentuan jumlah

sampel ini ditentukan menurut rumus Federer (Adimunca, 2010):

(t-1) (n-1) ≥ 15

Keterangan : T = Jumlah Perlakuan

n = Jumlah Pengulangan

c. Variabel penelitian

Variabel terikat : Penggunaan kapsul komponen menyirih

Variabel bebas : Kadar CD4 dalam darah

Page 53: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d. Perlakuan terhadap sampel darah

Sampel darah yang telah diambil dari responden yang sudah

ditambahkan EDTA sebanyak 3ml. Sampel darah sebanyak 25-30

mikroliter diberi reagen BD Tritest CD4 dengan masing-masing reagen

sebanyak 10 mikroliter. Campuran darah dengan reagen diinkubasi selama

20 menit pada suhu 20-25oC. Setelah itu ditambahkan lysing solution yang

sudah diencerkan 10 kali dengan aquades sebanyak 250 - 300 ml dan

dihomogenkan. Campuran diinkubasi selama 30 menit pada suhu 4,8o

C.

Selanjutnya dibaca dengan alat flow sitometri.

3.3.10 Analisis Data

Data hasil tes CD4 yang diperoleh, dianalisa dengan menggunakan

program pengolahan data statistik SPSS 16 dengan metode Paired Sample

T Test. Uji ini dilakukan terhadap dua sampel yang berpasangan (paired),

sampel yang berpasangan diartikan sebagai sebuah sampel dengan subyek

yang sama, namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang

berbeda, subyek A akan mendapat perlakuan I kemudian perlakuan II.

Hipotesis :

Ho : Tidak ada perbedaan yang bermakna antara setiap

kelompok

Ha : Terdapat perbedaan yang bermakna antara setiap

kelompok

Pengambilan keputusan :

Jika probabilitas ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika probabilitas ≤ 0,05 maka Ho ditolak

Page 54: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4 KERANGKA ALUR PENELITIAN

Ad 1000ml aquades

Blender

Freeze drying

Daun Sirih

(Piper betle L.)

421gr

Serbuk dari bongkahan

Gambir (Uncaria

gambir R.)

70gr

Komponen

Menyirih

Kapur Sirih

(Ca(OH)2)

9gr

Determinasi

Penapisan

Fitokimia

Campuran Basah

Komponen Menyirih

Serbuk Campuran

Komponen

Menyirh

Pembuatan

sediaan kapsul

Responden

Pengambilan

Sampel Darah

Pengukuran

Kadar CD4

Kontrol +

(IMBOOST Force

Kaplet Salut Selaput)

Kontrol - (Tidak

diberikan perlakuan)

Pemeriksaan

Non Spesifik

Pemeriksaan Non Spesifik

Identifikasi Gambir

Identifikasi Urea

Evaluasi :

Keseragaman Bobot

Waktu Hancur

Uji Higroskopisitas

Page 55: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil Determinasi Tumbuhan dan Pemeriksaan Organoleptis Daun

Sirih dan Gambir

Determinasi tanaman dilakukan di Pusat Konservasi Tumbuhan

Kebun Raya, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bogor, bahwa

tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun sirih (Piper

betle L) dan Gambir (Uncaria gambir Roxb), lihat Lampiran 10.

Hasil pemeriksaan organoleptis daun sirih yang berasal dari Balai

Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITRO), Pusat Penelitian dan

Pengembangan Perkebunan, Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor menunjukkan bahwa daun sirih

yang digunakan sama dengan yang tertera dalam buku Vademikum Bahan

Obat Alam (VBOA), Depkes, (1989), lihat Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Daun Sirih Dibandingkan

dengan Persyaratan dalam Buku Vademikum Bahan Obat Alam

(VBOA), Depkes, 1989.

Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Tertera dalam VBOA

Bentuk Pipih Menyerupai

Jantung

Pipih Menyerupai

Jantung

Warna Hijau Cerah Hijau Cerah

Bau Khas Pedas

Rasa Pedas Pedas

Hasil pemeriksaan organoleptis terhadap gambir yang digunakan

untuk penelitian juga memperlihatkan ciri-ciri yang sama dengan yang

Page 56: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terulis dalam buku Vademikum Bahan Obat Alam (VBOA), Depkes,

(1989), lihat Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Gambir Dibandingkan dengan

Persyaratan dalam Buku Vademikum Bahan Obat Alam

(VBOA), Depkes, 1989.

Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Tertera dalam VBOA

Bentuk Silinder / Kubus Tidak

Beraturan

Silinder / Kubus Tidak

Beraturan

Warna Kuning Kecoklatan Kuning Kecoklatan

Bau Khas Khas

Rasa Sepat Sepat

4.1.2 Hasil Identifikasi Gambir dan Uji Cemaran Urea

Bongkahan gambir yang telah diperoleh dilakukan identifikasi

dengan menggunakan H2SO4 P, H2SO4 10 N, NaOH 5%, Ammonia 25%

dan FeCl3 5% (Depkes,1989) dan untuk uji cemaran urea dilarutkan

dengan air dan ditambahkan asam nitrat P (Depkes, 1979). Hasil dilihat

pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Identifikasi Gambir dan Uji Cemaran Urea pada

Bongkahan Gambir

Pengujian Syarat Hasil

Serbuk gambir + H2SO4 P Coklat Merah Coklat Merah

Serbuk gambir + H2SO4 10 N Coklat Muda Coklat Muda

Serbuk gambir + NaOH 5% Coklat Merah Coklat Merah

Serbuk gambir + Ammonia 25% Coklat Merah Coklat Merah

Serbuk gambir + FeCl3 5% Coklat Kehitaman Coklat Kehitaman

Cemaran Urea Negatif Negatif

Page 57: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.1.3 Penapisan Fitokimia Daun Sirih dan Gambir

Tabel 6. Hasil Penapisan Serbuk Daun Sirih dan Gambir

No. Kandungan Kimia Penapisan Serbuk

Daun Sirih

Penapisan

Serbuk Gambir

1. Alkaloid + +

2. Flavonoid + +

3. Saponin + +

4. Tanin + +

5. Kuinon - +

6. Steroid dan Triterpenoid Steroid +

Triterpenoid -

-

7. Minyak atsiri + -

8. Kumarin + -

Keterangan : (+) = Ada

(−) = Tidak ada

4.1.4 Hasil Campuran Komponen Menyirih yang Digunakan dalam

Penelitian

Dari 500 gram campuran komponen menyirih yang terdiri dari daun

sirih (421.051 gram), gambir (70,2 gram), dan kapur sirih (9,07 gram)

berdasarkan perbandingan 48 : 8 : 1 (Daun sirih : gambir : kapur sirih)

yang telah digunakan dalam uji efek imunomodulator secara in vivo

(Musdja, 2011) setelah ditambahkan pelarut air dan dilakukan freeze

drying diperoleh serbuk komponen menyirih sebanyak 366,05 gram.

Page 58: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.1.5 Hasil Pemeriksaan Non Spesifik Simplisia Daun Sirih dan Gambir

Tabel 7. Hasil Pemeriksaan Parameter Non Spesifik Simplisia Daun Sirih

serta Persyaratan dalam Buku Standar Acuan Simplisia Bahan

Obat Alam

Bahan yang

Diuji

Parameter

Non

Spesifik

Hasil (%)

Persyaratan (%)

Simplisia Daun

Sirih

Susut

Pengeringan

4,77% < 10 % (Depkes, 2000)

Kadar Air 2,92% < 8 % (Standart of Asean Herbal

Medicine, 1993)

Kadar Abu 11,4% < 14 % (Standart of Asean Herbal

Medicine, 1993)

Tabel 8. Hasil Pemeriksaan Parameter Non Spesifik Serbuk Gambir serta

Persyaratan dalam Buku Standar Acuan Simplisia Bahan Obat

Alam

Bahan yang

Diuji

Parameter

Non

Spesifik

Hasil (%)

Persyaratan (%)

Gambir Susut

Pengeringan

7,57% < 10 % (SNI 01-3391-1994)

Kadar Air 4,24% < 14,5 % (BPOM RI, 2006)

Kadar Abu 3,62% < 4 % (SNI 01-3391-1994)

4.1.6 Evaluasi Sediaan Kapsul

Tabel 9. Hasil Evaluasi Kapsul

Jenis Evaluasi Hasil Nilai Berdasarkan

Literatur

Keseragaman bobot Memenuhi syarat Bobot rata-rata isi kapsul

lebih dari 120 mg

memilik perbedaan dalam

persen bobot isi tiap isi

kapsul terhadap bobot

rata-rata tiap isi kapsul

Page 59: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tidak boleh lebih dari

yang ditetapkan kolom A

(± 7,5%) dan untuk setiap

2 kapsul tidak boleh lebih

dari yang dtitetapkan

kolom B (± 15%) (FI III,

1979)

Waktu hancur (menit) 4,32 Di bawah 15 menit

(Depkes RI, 1995).

Higroskopisitas Higroskopis -

Tabel 10. Hasil Uji Waktu Hancur Kapsul Komponen Menyirih

No. Hasil Waktu Hancur

1. 4 menit 28 detik

2. 4 menit 10 detik

3. 4 menit 43 detik

4. 4 menit 9 detik

5. 4 menit

6. 4 menit 20 detik

Tabel 11. Hasil Uji Higroskopisitas Kapsul Komponen Menyirih

No. Bobot Minggu ke- (gr)

1 2 3 4

1. 0,4519±0,0094 0,4519±0,0094 0,4521±0,0096 0,4528±0,0092

2. 0,4674±0,0094 0,4674±0,0094 0,4675±0,0096 0,4679±0,0092

3. 0,4494±0,0094 0,4494±0,0094 0,4496±0,0096 0,451±0,0092

Page 60: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.1.7 Hasil Uji CD4

Tabel 12. Persentase CD4 dalam Limfosit

Relawan % CD4 dalam Limfosit Range Normal CD4

Sebelum Sesudah

1 35 36

31% - 60%

2 34 32

3 39 40

4 25 26

5 29 27

6 28 28

Kontrol + 30 32

Kontrol - 23 24

Keterangan : Relawan 1-6 : Panelis diberikan kapsul komponen

menyirih

Kontrol positif : Panelis diberikan Imboost® Force

Kontrol negatif : Panelis tidak diberikan perlakuan

Grafik Persentase CD4 dalam Limfosit

Gambar 4. Persentase CD4 dalam limfosit

4.2 Pembahasan

Penelitian ini merupakan penelitian trial, sehingga ethical

clearence akan diajukan pada penelitian selanjutnya. Pada penelitian uji

imunomodulator ini digunakan campuran komponen menyirih dari daun

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

%C

D4

dal

am L

imfo

sit

Responden

Sebelum

Sesudah

Page 61: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sirih, bongkahan gambir dam kapur sirih dengan perbandingan 48 : 8 : 1

(Daun sirih : gambir : kapur sirih) yang telah digunakan juga dalam

penelitian sebelumnya. Kombinasi ini dilakukan untuk mendapatkan

manfaat maksimal (Manvi et al., 2011).

Daun sirih (Piper betle L.) yang digunakan dalam penelitian uji

efek imunomodulator ini diperoleh dari satu tempat pembibitan di Balai

Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITRO). Hal ini bertujuan

untuk meminimalkan kemungkinan adanya variasi kandungan kimia

tumbuhan yang terlalu besar karena kondisi iklim dan lingkungan (Depkes

RI, 2000). Untuk memastikan kebenaran tanaman maka dilakukan

determinasi tanaman dan hasilnya menunjukkan bahwa tanaman tersebut

adalah Sirih (Piper betle L.) dari familia Piperaceae (Lampiran 10).

Bongkahan gambir diperoleh dari kabupaten Payakumbuh,

Sumatera Barat yang dikenal sebagai daerah penghasil gambir dan India

mengimpor 68% gambir dari Indonesia dan menggunakannya sebagai

bahan campuran menyirih (Agoes, 2010). Untuk memastikan kebenaran

tanaman maka dilakukan determinasi tanaman dan identifikasi gambir

pada bongkahan gambir. Hasil determinasi pada gambir yang diperoleh

dari kabupaten Payakumbuh menunjukkan bahwa tanaman tersebut adalah

Gambir (Uncaria gambir Roxb.) dari familia Rubiaceae (Lampiran 10).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Husnul Warnida, dkk (2016)

tentang formulasi ekstrak etanol gambir (Uncaria gambir Roxb.) dalam

bedak anti jerawat yang juga melakukan identifikasi gambir dan urea pada

bongkahan gambir maka dalam penelitian ini perlu dilakukan identifikasi

gambir dan uji urea. Identifikasi gambir dilakukan untuk menjamin bahwa

sampel yang digunakan adalah benar gambir dan hasil pemeriksaan

menunjukkan positif tanaman gambir (Tabel 5.). Dilakukan uji cemaran

urea untuk memastikan gambir yang digunakan tidak tercemar bahan

pengawet dan hasil uji cemaran urea menunjukkan hasil yang negatif

(Tabel 5.). Kapur sirih yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

Shadhong Bio-Technologi (Lampiran 11).

Page 62: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hasil penapisan fitokimia serbuk daun sirih menurut penelitian

yang dilakukan oleh nurnabila (2011), serbuk daun sirih mengandung

alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, triterpenoid, minyak atsiri dan kumarin

sedangkan hasil dari penelitian ini serbuk daun sirih menunjukkan adanya

kandungan alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, steroid, minyak atsiri dan

kumarin. Hasil penapisan fitokimia serbuk gambir berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh Hana (2010), serbuk gambir mengandung alkaloid,

flavonoid, saponin, tanin, kumarin sedangkan hasil dari penelitian ini

serbuk gambir menunjukkan adanya kandungan alkaloid, flavonoid,

saponin, tanin dan kuinon (Tabel 6.). Penapisan ini dilakukan untuk

mengetahui berbagai macam zat kandungan yang terdapat di dalam

jaringan tanaman (Depkes RI, 1987). Penapisan fitokimia seharusnya

dalam penelitian ini dilakukan terhadap campuran komponen menyirih

untuk memastikan kandungan yang terdapat di dalam campuran komponen

menyirih setelah ditambahkan pelarut air dan dilakukan freeze drying.

Menurut penelitian Musdja (2011), senyawa utama dari ekstrak air

campuran komponen menyirih dengan software GC-MS adalah eugenol

(Cis-iso-Eugenol) dari golongan fenil propanoid dengan konsentrasi

31,66% selain itu juga terdapat senyawa I-Felandrena tipe 1 dan benzil

benzoat. Golongan senyawa kimia minyak atsiri dari campuran bahan

menyirih yang tertinggi kandungannya adalah fenil propanoid 36,68%.

Selain itu juga terdapat monoterpen 19,02%, monoterpen alkohol 3,96%,

seskuiterpen 33,39%, seskuiterpen alkohol 6,72% dan golongan lain-lain

0,23%.

Pengujian parameter non spesifik pada daun sirih dan gambir

dilakukan dengan mengukur susut pengeringan, kadar air, dan kadar abu.

Penetapan susut pengeringan bertujuan untuk memberikan batasan

maksimal besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan. Syarat

untuk susut pengeringan daun sirih jika tidak dinyatakan lain adalah tidak

lebih dari 10% (Depkes, 2000) dan pada gambir tidak lebih dari < 10 %

(SNI 01-3391-1994). Hasil pengukuran susut pengeringan daun sirih

adalah sebesar 4,77% dan hasil pengukuran susut pengeringan gambir

Page 63: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

adalah 7,57% nilai tersebut dapat dikatakan memenuhi dalam persyaratan.

Parameter non spesifik yang kedua adalah kadar air. Pengukuran kadar air

bertujuan untuk memberikan batas minimal besarnya kandungan air dan

syarat untuk daun sirih adalah tidak lebih dari 8% (Standart of Asean

Herbal Medicine, 1993) dan gambir tidak lebih dari < 14,5% (BPOM RI,

2006). Hasil dari pengukuran kadar air pada daun sirih adalah sebesar

2,92% dan pada gambir adalah 4,24%, nilai tersebut masih memenuhi

batas yang disyaratkan. Parameter non spesifik berikutnya adalah

penetapan kadar abu untuk memberikan gambaran tentang kandungan

mineral internal dan eksternal. Syarat untuk daun sirih tidak lebih dari

14% (Standart of Asean Herbal Medicine, 1993) dan pada gambir tidak

lebih dari 4% (SNI 01-3391-1994). Hasil pengukuran kadar abu daun sirih

adalah sebesar 11,4% dan gambir adalah 3,62%, nilai terebut masih

memenuhi syarat yang telah ditetapkan. Pengujian parameter non spesifik

seharusnya dalam penelitian ini dilakukan terhadap campuran komponen

menyirih yang telah ditambahkan pelarut air dan dilakukan freeze drying.

Pengujian parameter non spsesifik dilakukan sebagai salah satu tahap

standarisasi terhadap seluruh proses pembuatan Obat Tradisional (OT).

Proses pencampuran komponen menyirih dengan pelarut air yang

terdiri dari daun sirih, bongkahan gambir dan kapur sirih yang telah dibuat

pasta sebelumnya, berdasarkan dengan cara penggunaan menyirih secara

tradisional yaitu dengan cara memblender kombinasi ketiga bahan tersebut

dengan aquades kemudian dilakukan freeze drying untuk mendapatkan

serbuk komponen menyirih dan metode yang digunakan ini merupakan

metode yang sederhana, mudah dilakukan dan baik untuk senyawa-

senyawa yang tidak tahan panas. Sedangkan penambahan pelarut air untuk

menghomogenkan kapur sirih di dalam daun sirih dan gambir. Tujuan

freeze drying adalah menghilangkan pelarut air dari padatan terlarut

dengan tetap mempertahankan senyawa yang ada termasuk senyawa yang

tidak stabil. Pada penelitian ini karena merupakan penelitian klinis

seharusnya metode yang digunakan harus sesuai dengan food grade

method. Alat freeze drying yang digunakan dalam penelitian ini tidak

Page 64: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sesuai dengan food grade method karena alat freeze drying yang digunakan

dalam penelitian ini juga digunakan untuk ekstrak dengan berbagai macam

pelarut yang berbahaya jika dikonsumsi sedangkan dalam penelitian ini

merupakan penelitian klinis sehingga perlu diperhatikan keamanannya.

Maka dari itu dalam penelitian ini seharusnya menggunakan food grade

method agar bahan uji dapat terjaga keamanannya. Berat serbuk campuran

komponen menyirih yang didapat sebanyak 366,05 gram dari berat

sebelumnya yaitu 500 gram. Penurunan berat serbuk campuran komponen

menyirih dikarenakan hilangnya kandungan air dari daun sirih dan kapur

sirih.

Pembuatan campuran komponen menyirih menjadi kapsul.

Pemilihan bentuk sediaan kapsul karena praktis, dapat menutupi obat yang

memiliki rasa atau bau yang tidak enak, mudah ditelan dan cepat hancur

atau larut dalam lambung sehingga obat cepat diabsorpsi, dan kapsul tidak

memerlukan bahan zat tambahan atau penolong seperti pada pembuatan

bentuk sediaan lainnya (Syamsuni, 2006). Serbuk kering campuran

komponen menyirih yang telah didapat setelah freeze drying dimasukkan

ke dalam cangkang kapsul. Ukuran cangkang kapsul yang digunakan

dalam penelitian ini adalah ukuran 00, dimasukkan serbuk komponen

menyirih sebanyak ± 324 mg ke dalam cangkang kapsul. Metode

pengisian kapsul dilakukan dengan cara menggunakan tangan berdasarkan

yang dikerjakan di apotik untuk melayani resep dokter dan metode ini

merupakan cara yang paling sederhana tanpa menggunakan bantuan alat

lain (Effendy dkk, 2015). Kemudian, dilakukan evaluasi terhadap sediaan

kapsul campuran komponen menyirih. Evaluasi tersebut meliputi: uji

keseragaman bobot, uji waktu hancur dan uji higroskopisitas.

Uji keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui kesesuaian

keseragaman bobot sediaan kapsul yang dihasilkan dengan persyaratan

keseragaman bobot dari Farmakope Indonesia Edisi III. Tujuan

keseragaman bobot ini untuk mengetahui besarnya penyimpangan bobot

per kapsul dan penyimpangan ini berhubungan dengan penyimpangan

Page 65: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dosisi per kapsul. Dari hasil uji keseragaman bobot kapsul komponen

menyirih memiliki bobot rata-rata 317,9 mg dan persen penyimpangan

tidak melebihi persyaratan yang ditetapkan kolom A dan kolom B sesuai

FI III. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan kapsul tersebut memenuhi

kriteria untuk keseragaman bobot.

Uji waktu hancur dilakukan untuk mengetahui waktu hancur

sediaan tablet atau kapsul. Untuk memberikan efek terapi, tablet harus

hancur terlebih dahulu menjadi partikel yang lebih kecil, begitu pula untuk

kapsul agar isi kapsul dapat terabsorpsi pada saluran cerna. Uji waktu

hancur untuk sediaan kapsul campuran komponen menyirih menunjukkan

waktu hancur rata-rata ± 4 menit 32 detik. Hasil uji waktu hancur

menunjukkan bahwa sediaan kapsul komponen menyirih memenuhi syarat

berdasarkan Farmakope Indonesia edisi IV yaitu waktu hancur dibawah 15

menit.

Uji higroskopisitas bertujuan untuk menguji kemampuan bahan

obat untuk menyerap uap dari udara setelah dibiarkan dalam kondisi

tertentu selama beberapa waktu. Pengujian dilakukan dengan mengamati

perubahan bobot dan warna dari isi sediaan kapsul. Perubahan bobot

kapsul dan warna isi kapsul setiap waktunya dapat menggambarkan

perubahan kadar air yang terdapat dalam sediaan. Pengujian tersebut

diamati bobotnya setiap minggu selama 4 minggu.

Page 66: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 5. Warna serbuk sediaan kapsul (a) minggu ke-1, (b) minggu ke-2,

(c) minggu ke-3, (d) minggu ke-4

Berdasarkan hasil uji higroskopisitas, pada minggu pertama hingga

ketiga menunjukkan sediaan kapsul komponen menyirih relatif stabil

karena tidak terjadi perubahan bentuk kapsul dan warna isi serbuk. Pada

minggu ke-3 terjadi peningkatan bobot kapsul komponen menyirih.

Namun, pada minggu ke-4 terjadi perubahan bentuk dan bobot kapsul

komponen menyirih serta tidak terjadi perubahan pada warna isi kapsul

(gambar 5.). Hal ini menunjukkan bahwa sediaan kapsul komponen

menyirih bersifat higroskopis disebabkan oleh beberapa faktor seperti

tidak adanya bahan tambahan yang digunakan untuk mempertahankan

kestabilan sediaan.

CD4 (Cluster of Differentiation 4) adalah sebuah marker atau

penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama

sel-sel limfosit. CD4 pada orang dengan sistem kekebalan yang menurun

menjadi sangat penting karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh

manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang

Page 67: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

seharusnya berperan dalam mengurangi infeksi yang masuk ke tubuh

manusia. Hasil tes CD4 dapat berubah-ubah yang dipengaruhi oleh

beberapa faktor, antara lain waktu pengambilan darah, faktor fisik pasien,

maupun faktor kondisi kejiwaan pasien. Oleh karena itu, darah diambil

pada jam yang sama dan dilakukan di laboratorium yang sama untuk

meminimalkan faktor kesalahan.

Metode yang digunakan dalam pengujian efek imunomodulator

pada penelitian ini adalah dengan melihat perubahan kadar CD4 dalam

darah panelis yang mengkonsumsi kapsul komponen menyirih selama 14

hari berturut-turut. Pemilihan CD4 dalam pengujian efek imunomodulator

ini dikarenakan kadar CD4 dapat menunjukkan kekuatan sistem kekebalan

tubuh.

Pada penelitian ini dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan yaitu

kelompok uji yang diberikan kapsul komponen menyirih, kelompok

kontrol positif yang diberikan Imboost® Force yang beredar dipasaran dan

telah mengalami uji klinik serta kelompok negatif yang tidak diberikan

perlakuan. Untuk kelompok uji, diberikan kapsul campuran komponen

menyirih dengan aturan 3 kali sehari 3 kapsul sedangkan untuk kontrol

positif diberikan tablet IM® dengan aturan pakai 3 kali sehari 1 kaplet.

Jumlah responden sebanyak 8 orang dengan 1 orang kontrol positif, 1

orang kontrol negatif dan 6 orang sebagai uji. Pada penelitian ini

menggunakan metode pre and post sehingga pengambilan darah dilakukan

sebanyak 2 kali yaitu sebelum diberikan perlakuan dan sesudah diberikan

perlakuan. Kekurangan dari penelitian ini jumlah responden yang

digunakan tidak sesuai seharusnya berdasarkan rumus Federer jumlah

responden yang digunakan adalah 9 orang untuk tiap perlakuan.

Keterbatasan penelitian ini dalam penggunaan kontrol hanya satu

dikarenakan keterbatasan biaya dan waktu penelitian. Lamanya perlakuan

terhadap responden selama 14 hari mengacu pada penelitian yang

dilakukan oleh Musdja (2011) menunjukkan bahwa pemberian ekstrak air

komponen menyirih dari hari pertama sampai hari ke-14 memperkuat

Page 68: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sistem pertahanan tubuh mencit sehingga lebih baik dalam melakukan

aktivitas dan kapasitas fagositosis terhadap S. epidermis dengan pemberian

dosis 200 mg/kgBB. Dosis mencit dikonversikan ke dosis manusia

menjadi 972 mg. Dosis ini adalah hasil konversi dari kebiasaan menyirih

dengan menggunakan daun sirih untuk dosis sedang yakni, daun sirih 8

helai, gambir 800 mg dan kapur sirih 110 mg per hari. Frekuensi menyirih

yang umumnya dilakukan oleh masyarakat antara 3 kali sampai dengan 10

kali sehari (Mudja, 2011). Pada penelitian ini dosis kapsul campuran

komponen menyirih yang diberikan 972 mg untuk sekali minum dan

aturan pakai 3 kali sehari sesudah makan. Dilakukan variasi dosis menjadi

3 kali sehari dengan masing-masing dosis 1 kali minum 972 mg untuk

meningkatkan efek sediaan uji pada responden.

Dari analisa statistik yang dilakukan terhadap % CD4 dalam

limfosit, diketahui bahwa hasil uji T-Test menunjukkan bahwa data kadar

CD4 dalam limfosit tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil

sebelum dan sesudah diberikan campuran komponen menyirih (p ≥0,05).

Campuran komponen menyirih dengan pelarut air tidak memberikan efek

terhadap kadar CD4 dalam darah. Hal ini dapat disebabkan karena pada

penelitian ini dalam proses pembuatan sampel uji yang dilakukan tidak

menggunakan proses ekstraksi seperti yang dilakukan pada penelitian

sebelumnya, sehingga dosis yang diberikan juga tidak sesuai dan hasilnya

tidak memberikan efek terhadap kadar CD4 dalam darah. Pada penelitian

sebelumnya dosis untuk ekstrak air dari campuran daun sirih, gambir dan

kapur sirih berkhasiat sebagai imunomodulator secara in-vivo pada dosis

200 mg/kgBB yang dikonversikan dalam dosis manusia 972 mg (Musdja

et al, 2011) sedangkan pada penelitian ini dosis yang digunakan adalah

972 mg dengan aturan pakai 3 kali sehari. Meskipun dosis sudah

ditingkatkan tetap saja kadar senyawa kimianya berbeda karena dalam

penelitian ini tidak melakukan proses ekstraksi seperti yang dilakukan

penelitian sebelumnya. Sehingga campuran komponen menyirih dengan

pelarut air tidak memberikan efek terhadap kadar CD4 dalam darah.

Penelitian ini merupakan penelitian trial, sehingga ethical clearence akan

Page 69: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

diajukan pada penelitian selanjutnya. Penelitian ini tidak memenuhi syarat

ethical clearence, seharusnya dalam penelitian ini dicantumkan ethical

clearence karena penelitian ini merupakan penelitian klinis.

Page 70: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Campuran komponen menyirih (Piper betle L., Uncaria gambir Roxb.,

dan Ca(OH)2) dengan pelarut air dapat dibuat menjadi sediaan kapsul.

2. Kapsul komponen menyirih memenuhi syarat dari segi uji

keseragaman bobot dan uji waktu hancur namun hasil dari uji

higroskopistas sediaan kapsul komponen menyirih menunjukkan

bersifat higroskopis.

3. Campuran komponen menyirih (Piper betle L., Uncaria gambir Roxb.,

dan Ca(OH)2) dengan pelarut air tidak dapat mempengaruhi kadar

CD4 dalam darah karena dalam penelitian ini menggunakan campuran

dari simplisia dan tidak dilakukan proses ekstraksi sehingga dosis yang

diberikan tidak efektif untuk memberikan efek.

5.2.1 Saran

1. Disarankan untuk dilakukan ekstraksi pada campuran komponen

menyirih seperti infus/dekok jika tetap menggunakan pelarut air atau

dengan metode ekstraksi lainnya dengan pelarut organik.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengujian

imunomodulator dengan menggunakan jumlah pasien yang

representatif dan untuk penelitian klinis harus menggunakan ethical

clearence.

3. Pembuatan sediaan disarankan dengan standar food grade method

karena penelitian klinis dan perlu dilakukan formulasi kembali dan uji

kestabilan terhadap sediaan kapsul komponen menyirih.

Page 71: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Abbas K A, Lichtmant A H, Pillai S. Cellular and Molecular Immunology. Sixth

ed. Philadelphia : W B Saunders Company; 2007.

Adimunca, Cornelis dan Olwin Nainggolan. 2010. Pengaruh Ekstrak Daun

Singkong (Manihot uttilisima) Terhadap Fungsi Hati Dan Ginjal Tikus

Putih Yang Diinduksi Kasrsinogen Nitrosamin. Departemen Kesehatan RI,

Jakarta

Agoes, Azwar. 2010. Tanaman Obat Indonesia. Jakarta : Salemba Medika. 22

Amos. 2010. Kandungan Katekin Gambir Sentra Produksi di Indonesia. Diambil

dari: http://www.bsn.or.id diakses pada tanggal 29 Februari 2016

Anggraini, T., Tai, T., Yoshino, T and Itani, T. 2011. Antioxidative activity and

catechin content of four kinds of Uncaria gambir extracts from West

Sumatra, Indonesia. African Journal of Biochemistry Research. Vol. 5 (1):

33- 38

Anief, M. (1986). Ilmu Farmasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Anonim. 2006. Echinacea Imunoterapi Penyakit Saluran Pernapasan. Diambil

dari : http://www.tempo.co.id

Ansel,H.C., (1989). Pengatar Bentuk sediaan Farmasi. Edisi 4. UI Press. Jakarta.

Badan POM RI. 2006. Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia Volume 2.

Jakarta : BPOM RI. 55

Baratawidjaya K G. Imunologi Dasar. Edisi ke 7. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia; 2006.

Bratawidjaja, Karnen Garnan. 2009. Imunologi Dasar Edisi Ke-6. Balai Penerbit

FKUI, Jakarta : 3-17, 128-151

Page 72: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bradley. Peter. 2006. British Herbal Compendium Vol 2. British Herbal Medicine

Association (BHMA), Great Britain: 129-141

Dalimartha, Setiawan. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 4. Puspa

Swara. Hal 87

Departemen Kesehatan RI. 1980. Materia Medika Indonesia Jilid IV. Jakarta:

Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. 92-98, 137-139

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1985. Cara Pembuatan Simplisia.

Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. 1;4-22.

Departemen Kesehatan RI. 1989. Materia Medika Indonesia Jilid V. Direktorat

Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta

Departemen Kesehatan RI. 1989.Vademekum Bahan Obat Alam. Direktorat

Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta : 272-275

Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standard Umum Ekstrak Tumbuhan

Obat. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.

Ditjen POM (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI Hal. 567, 96.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Departemen Kesehatan RI.

Jakarta.

Effendy, Rogayah R.A dkk. 2015. Dasar-Dasar Kefarmasian. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC

Fatimah, 2010. Formulasi Tablet Hisap Kombinasi Ekstrak Etanol 70% Daun

Sirih (Piper Betle L.) dan Gambir (Uncaria gambir Roxb.) Dengan Variasi

Konsentrasi Maltodekstrin Sebagai Pengikat Menggunakan Metode Cetak

Langsung Dan Uji Efek Imunomodulator. Jakarta: UIN Syarif

Hidayatullah

Page 73: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gandhi G, Kaur R, Sharma S. Chewing pan masala and/or betel quid-fashionable

attributes and/or cancer menaces. Journal of Human Ecology

2005;17(3):161-6

Guha, P., 2006, Betel Leaf : The Neglected Green Gold of India, J. Hum. Ecol.,

19(2):87-93.

Hariana, Drs. H. Arief. 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya seri 3. Penebar

Swadaya, Jakarta: 86-87

Haryanto, Sugeng. 2009. Ensiklopedi Tanaman Obat Indonesia. Yogyakarta.

Pallmal: 481-484

Hendry, John A., Jeansonne, Billie G., Dummett, Clifton O., dan Burrell, William.

Comparison of Calcium Hydroxide and Zinc Oxide and Eugenol

Pulpectomies in Primary Teeth of Dogs. Oral Patology, Vol 54, 2005

Hermawan, A., Hana, W., dan Wiwiek, T. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper

betle L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia

coli dengan Metode Difusi Disk. Skripsi: Universitas Erlangga. 2007

Jawetz, E., Melnick, J.L. dan Adelberg, E.A. 2001. Mikrobiologi Kedokteran

Edisi 2, Salemba Medika, Jakarta: 165-170

Juminar, St Ratna. 2012. Formulasi Granul Kombinasi Katekin Gambir (Uncari

gambir Roxb) dan Eugenol Sebagai Imunomodulator Dengan Metode

Granulasi Basah. Jakarta: FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Kaplan Medical. 2002. USMLE. Step 1 Micobiology and Immunology Notes.

Kaplan Inc., United States: 293-308

Kresno, Siti Boedina. 2001. Imunologi : Diagnosa dan Prosedur Laboratorium

Edisi IV. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

Jakarta

Page 74: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Manvi, F.V., Nanjawade, B.K., dan Singh, S. Pharmacological Sreening of

Combined Extract of Annova Squamosa and Nigella Sativa.

Pharmacology,Vol 2, 2011.

Mardisiswojo, Sudarman & Radjakmangunsudarso, Harsono. 1968. Cabe Puyang

Warisan Nenek Moyang I. Jakarta: PMI. 102

Musdja, Muhammad Yanis, Amir Syarif, Ernie Hernawati Poerwaningsih, Andria

Agusta. 2011. Modulation of Macrophage Immune Responses of Extract

Mixture of Betel Leaf (Piper betle, L), Gambier (Uncaria gambier, Roxb)

and Calcium Hydroxide on Phagocytic Cells of Mice. Jakarta: Islamic

State University

Mursito, Bambang. 2004. Tampil Percaya Diri dengan Ramuan Tradisional.

Jakarta : Penebar Swadayana. 108-109.

Nurnabila, Nida., 2011. Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Etanol Sirih (Piper betle

L.) dan Kapur Sirih (CaCO3) Dengan Mikrokristalin Selulosa (Avicel)

Sebagai Pengikat Serta Pengaruhnya Terhadap Kadar CD4 Dalam Darah.

Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Oetjen, Georg-Wilhem & Haseley, Peter. 2004. Frezz-Drying. From Germany

:WILEY-VCH Verlag Gmbh & Co.KGaA

Perpustakaan Negeri Malaysia. 2001. Sirih Pinang. From

http://www.pnm.my/sirihpinang/sp-kapur.htm., 10 April 2016

R.A. Cawson, E.W.Odell. Oral Cancer. 6th

ed. London: Churchill Livingstone,

2000: 228-238

Runggu, Caprina. 2010. Komunitas AIDS Indonesia. Diambil dari http://aids-

ina.org/modules.php?name=FAQ&myfaq=yes&id_cat=1&categories=HIV

-AIDS

Sudirman, 2010, Pemanfaatan Kapur Sirih Sebagai Deodoran Alternatif Pencegah

Terjadinya Bau Badan (Bromhidrosis), Universitas Negeri Malang,

Malang

Page 75: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Syamsuni, H. A., 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Sari, Wulan, Permata. 2010. Uji Toksisitas Akut Campuran Ekstrak Etanol Daun

Sirih (Piper betle L.) Dan Ekstrak Kering Gambir (Uncaria gambir R)

Terhadap Mencit Putih Jantan. Jakarta: Uin Syarif Hidayatullah

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat Penting Khasiat,

Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya. PT Elex Media Komputindo,

Jakarta

Tyler, V.E, et al. (1988). Pharmacognosy. Ninth Edition. Lea and Febiger.

Philadelphia. Pages. 57-59, 67, 77-78,186-187

Page 76: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

LAMPIRAN

Page 77: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Gambar Bahan dan Alat Penelitian

Gb 6. Ekstrak kering

komponen menyirih Gb 7. Freeze dryer

Gb 8. Oven Gb 9. Tanur

Gb 10. Uji kadar abu

gambir

Gb 11. Uji kadar abu

daun sirih

Page 78: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gb 12. Uji kadar air

gambir

Gb 13. Uji kadar air

daun sirih

Gb 14. Uji susut

pengeringan gambir

Gb 15. Uji susut

pengeringan daun sirih

Gb 16. Kapsul ekstrak

komponen menyirih

Gb 17. Uji saponin

gambir

Page 79: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gb 18. Uji alkaloid

gambir

Gb 19. Uji flavonoid

gambir

Gb 20. Uji tanin

gambir

Gb 21. Uji kuinon

gambir

Gb 22. Uji steroid dan

triterpenoid gambir

Gb 23. Uji kumarin

gambir

Page 80: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gb 24. Uji alkaloid

daun sirih

Gb 25. Uji flavonoid

daun sirih

Gb 26. Uji saponin

daun sirih

Gb 27. Uji tanin daun

sirih

Gb 28. Uji kuinon

daun sirih

Gb 29. Uji steroid dan

triterpenoid daun sirih

Page 81: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gb 30. Uji kumarin

daun sirih

Gb 31. Uji urea

gambir

Gb 32. Identifikasi

gambir

Gb 33. Sysmex Poch

100i

Gb 34. FACSCalibur Gb 35. Alat uji waktu

hancur

Page 82: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gb 36. Timbangan

analitik Gb 37. Desikator

Gb 38. Uji

higroskopisitas

Page 83: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Preparasi Simplisia Daun Sirih

Penyediaan Daun Sirih

Determinasi tanaman Dilakukan sortasi basah untuk menghilangkan

bagian tanaman yang tidak diperlukan

Daun Sirih dicuci dengan air mengalir

Ditiriskan agar bebas dari air bekas cucian

Dikeringkan dengan cara diangin-anginkan

Simplisia digiling

hingga menjadi serbuk

Diblender bersamaan dengan gambir dan kapur

sirih Penapisan fitokimia

Dirajang kecil-kecil

Setelah kering, simplisia disimpan

Page 84: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Perhitungan Dosis Perhitungan Konversi Dosis Ekstrak Mencit ke

Manusia

Untuk pemberian doses obat kepada hewaan percobaan, dosis manusa harus

dikonversikan berdasarkan perhitungan menggunakan luas permukaan tubuh yang

berasal dari U.S Department of Health and Human Services, food and Drug

Administration, Center for drug Evaluation Research (Shaw et al., 2007)

Perhitungannya dengan rumus sebagai berikut :

Human Equivalent Dose (HED) = Animal dose

Tabel Konversi dari Dosis Hewan ke Dosis Manusia (HED) Berdasarkan Luas

Permukaan Tubuh

Spesies Bobot (Kg)

Luas

Permukaan

Tubuh (m2)

Faktor Km

Manusia

Dewasa

Anak-anak

60

20

1,6

0,8

37

25

Baboon 12 0,6 20

Anjing 10 0,5 20

Monyet 3 0,24 12

Kelinci 1,8 0,15 12

Guinea pig 0,4 0,05 8

Tikus 0,15 0,025 6

Hamster 0,08 0,02 5

Mencit 0,02 0,007 3

Keterangan : Nilai tersebut berdasarkan data dari FDA Draft Guidelines (Shaw, et

al., 2007)

Page 85: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Perhitungan Dosis Campuran Daun Sirih ( Piper betle, Linn),

Bongkah Gambir (Uncaria gambir, R.), dan Kapur Sirih (Ca(OH)2)

Dosis hasil penelitian sebelumnya diperoleh dosis ekstrak air campuran

komponen menyirih (jus campuran Piper betle Linn., Uncaria gambir Roxb.,

Cao) yang berkhasiat sebagai imunomodulator adalah 200 mg/kgBB pada mencit .

Selanjutnya, dosis pada mencit diubah menjadi dosis pada manusia :

HED = Animal dose

= 200 mg/kgBB

= 16,2 mg/kgBB 60 kg

= 972 mg

Untuk LD50 yang digunakan sebagai batas dosis letal menggunakan dosis yang

diperoleh dari penelitian sebelumnya yaitu 13,99 g/kg BB pada mencit.

Selanjutnya LD50 pada mencit diubah menjadi LD50 pada manusia :

LD 50 = Animal dose

= 13,99 g/kgBB

= 1,134 g/kgBB 60 kg

= 68,06 gram

Dalam penelitian ini dosis yang digunakan adalah 972 mg untuk sekali minum.

Aturan pakai yang digunakan 3 kali sehari. Sehingga dosis yang digunakan dalam

sehari adalah 2,916 gram.

Rata-rata 1 helai daun sirih = 2,97302 gram

Jumlah daun sirih yang dibutuhkan = 421 gram

Banyaknya helai yang dibutuhkan =

= 141,6 14 helai

Banyaknya serbuk campuran komponen menyirih yang didapat = 366,05 gram

Lampiran 5. Perhitungan Karakterisasi Daun Sirih

1. Susut Pengeringan

W1 = 31,056 gram

Page 86: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

W2 = 31,007 gram

Berat ekstrak = 1,026 gram

Berat wadah kosong = 30,03 gram

% Susut Pengeringan =

=

= 4,77%

2. Kadar Air

Berat ekstrak + wadah awal = 55,725 gram

Berat ekstrak + wadah akhir = 55,695 gram

Berat simplisia = 1,025 gram

Berat wadah kosong = 54,7 gram

% Kadar Air =

=

= 2,92%

3. Kadar Abu

Berat ekstrak + wadah awal = 38,767 gram

Berat ekstrak + wadah akhir = 37,822 gram

Berat simplisia = 1,067 gram

Berat wadah kosong = 37,7 gram

% Kadar Abu =

=

= 11,4%

Lampiran 6. Perhitungan Karakterisasi Gambir

1. Susut Pengeringan

W1 = 43,545 gram

W2 = 43,466 gram

Page 87: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berat ekstrak = 1,043 gram

Berat wadah kosong = 42,502 gram

% Susut Pengeringan =

=

= 7,57%

2. Kadar Air

Berat ekstrak + wadah awal = 54,2255 gram

Berat ekstrak + wadah akhir = 54,182 gram

Berat simplisia = 1,0255 gram

Berat wadah kosong = 53,2 gram

% Kadar Air =

=

= 4,24%

3. Kadar Abu

Berat ekstrak + wadah awal = 39,664 gram

Berat ekstrak + wadah akhir = 38,6 gram

Berat simplisia = 1,104 gram

Berat wadah kosong = 38,56 gram

% Kadar Abu =

=

= 3,62%

Page 88: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

73

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Evaluasi Kapsul

Tabel 13. Hasil Uji Keseragaman Bobot

% Penyimpangan = |

| × 100%

No. Netto (mg) % penyimpangan

1 298,7 6,03

2 329,8 3,74

3 312,8 1,6

4 320,4 0,78

5 302,1 4,97

6 298,5 6,1

7 315,5 0,75

8 324,6 2,1

9 316,3 0,5

10 331,0 4,12

11 331,9 4,4

12 318,2 0,094

13 330,6 3,994

14 310,9 2,2

15 313,0 1,54

16 316,0 0,59

17 321,6 1,16

18 318,4 0,15

19 324,2 1,98

20 324,4 2,04

Rata-rata 317,9

Page 89: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

74

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 39. Kurva perubahan bobot uji higroskopis minggu ke-1 sampai minggu

ke-4

Lampiran 8. Kriteria Responden dalam Penelitian

Data Syarat

Umur 20-45 tahun

Indeks Masa Tubuh

(IMT)

18,5-24,9 kg/m2

Kondisi Fisik Sehat Secara Fisik

Relawan 1

Data Hasil

Umur 22 tahun

Berat Badan 56 kg

Tinggi Badan 152 cm

Indeks Masa

Tubuh (IMT)

24,9 kg/m2

Kondisi Fisik Sehat Secara

Fisik

Relawan 2

Umur 22 tahun

Berat Badan 54 kg

Tinggi Badan 162 cm

Indeks Masa

Tubuh (IMT)

20,57 kg/m2

Kondisi Fisik Sehat Secara

Fisik

Relawan 3

Umur 38 tahun

Berat Badan 58 kg

Tinggi Badan 160 cm

Indeks Masa

Tubuh (IMT)

22,65 kg/m2

Kondisi Fisik Sehat Secara

Fisik

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

1,6

1 2 3 4

Minggu Ke-

kapsul 3

Kapsul 2

Kapsul 1

Page 90: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

75

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Relawan 4

Umur 25 tahun

Berat Badan 65 kg

Tinggi Badan 173 cm

Indeks Masa

Tubuh (IMT)

21,71 kg/m2

Kondisi Fisik Sehat Secara

Fisik

Relawan 5

Umur 23 tahun

Berat Badan 50 kg

Tinggi Badan 150 cm

Indeks Masa

Tubuh (IMT)

22,22 kg/m2

Kondisi Fisik Sehat Secara

Fisik

Relawan 6

Umur 22 tahun

Berat Badan 56 kg

Tinggi Badan 155 cm

Indeks Masa

Tubuh (IMT)

23,3 kg/m2

Kondisi Fisik Sehat Secara

Fisik

Relawan 7

Umur 22 tahun

Berat Badan 53 kg

Tinggi Badan 160 cm

Indeks Masa

Tubuh (IMT)

20,7 kg/m2

Kondisi Fisik Sehat Secara

Fisik

Relawan 8

Umur 22 tahun

Berat Badan 56 kg

Tinggi Badan 158 cm

Indeks Masa

Tubuh (IMT)

22,43 kg/m2

Kondisi Fisik Sehat Secara

Fisik

Lampiran 9. Hasil Uji Statistik Persentase CD4 dalam Limfosit

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Sebelum 31.67 6 5.203 2.124

Sesudah 31.50 6 5.577 2.277

Page 91: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

76

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Sebelum & Sesudah 6 .965 .002

Perbandingan dengan kontrol positif

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Sesudah 6 31.50 5.577 2.277

One-Sample Test

Test Value = 32

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Sesudah -.220 5 .835 -.500 -6.35 5.35

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

Sebelum -

Sesudah .167 1.472 .601 -1.378 1.711 .277 5 .793

Page 92: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

77

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Perbandingan dengan kontrol negatif

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Sesudah 6 31.50 5.577 2.277

One-Sample Test

Test Value = 24

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Sesudah 3.294 5 .022 7.500 1.65 13.35

Page 93: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

78

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. Sertifikat Determinasi Tanaman

Page 94: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

79

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 95: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

80

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11. Sertifikat Bahan Baku Ca(OH)2

Page 96: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

81

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 12. Hasil Uji Lab Darah

Page 97: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

82

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 98: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

83

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 99: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

84

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 100: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

85

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 101: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

86

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 102: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

87

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 103: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

88

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 104: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

89

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 105: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

90

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 106: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

91

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 107: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

92

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 108: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

93

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 109: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

94

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 110: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

95

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 111: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

96

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 112: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35981/1/Mita... · komponen menyirih dibuat menjadi bentuk sediaan kapsul dan dilanjutkan dengan

97

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 13. Permohonan Ethical Clearence