UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA -...

122
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK IMUNOMODULATOR CAMPURAN KOMPONEN MENYIRIH [Uncaria gambir Roxb., Piper betle L., dan Ca(OH) 2 ] DENGAN PELARUT AIR TERHADAP KADAR CD19 DALAM DARAH SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi RATNIKA SARI 1112102000089 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN JAKARTA JANUARI 2017

Transcript of UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA -...

Page 1: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI EFEK IMUNOMODULATOR CAMPURAN KOMPONEN

MENYIRIH [Uncaria gambir Roxb., Piper betle L., dan Ca(OH)2]

DENGAN PELARUT AIR TERHADAP KADAR CD19

DALAM DARAH

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

RATNIKA SARI

1112102000089

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

JAKARTA

JANUARI 2017

Page 2: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI EFEK IMUNOMODULATOR CAMPURAN KOMPONEN

MENYIRIH [Uncaria gambir Roxb., Piper betle L., dan Ca(OH)2]

DENGAN PELARUT AIR TERHADAP KADAR CD19

DALAM DARAH

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

RATNIKA SARI

1112102000089

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

JAKARTA

JANUARI 2017

Page 3: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

TIALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi adalah benar hasil karya saya sendirio

dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama

NIM

Tanda tangan

Tanggal

Ratnika Sari

1112102000089

11 Januari 2017

til

Page 4: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

EALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Ratnika Sari

MM :1112102000089

Program Studi : Farmasi

Judul : Uji Efek Imunomodulator Campuran Komponen Menyirih

lUncaria gambir Roxb., Piper betle L. dan Ca(OH)21 dengan

Pelarut Air terhadap Kadar CD19 dalam Darah

Disetujui oleh:

Pembimbing II

Dr. M. Yanis Musdja, M.Sc.. Apt.NrP. 19560106 198510 1001

Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie. Sp.KFRNrP. 19620720 199043 1 402

Mengetahui,Ketua Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanIIIN Syarif Hidayatullah lakarta

/uf,Dr. Nurmeilis- M.Si.. Apt.

NIP. 19740730 200501 2 003

tv

Page 5: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

Telah berhasil rlipertahankan dihadapan Dewan penguji dan diterima

sebagai hagian persyaratan yang diperlukan unfuk memperoleh gelar

Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Skripsi

Nama

NIM

Program Studi

Judul Skripsi

Pembimbing 1

Pembimbing I

Penguji I

Penguji 2

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal : 1l Januari 2017

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

Ratnika Sari

1 I 12102000089

Farmasi

Uji Efek Imuromodulator Campuran Komponen MenyirihlUncaria gambir Roxb., Piper betle L. dan Ca(OH)21 denganPelarut Air terhadap Kadar CD19 dalam Darah

DEWAN PENGUJI

: Dr. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt

: Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR

: Yardi, Ph.D., Apt

: dr. Alyya Siddiqa, Sp. FK

,u^"N-

,dt\&y&

Page 6: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

vi

ABSTRAK

Nama : Ratnika Sari

Program Studi : Farmasi

Judul : Uji Efek Imunomodulator Campuran Komponen Menyirih

[Uncaria gambir Roxb., Piper betle L. dan Ca(OH)2] dengan

Pelarut Air terhadap Kadar CD19 dalam Darah

Menyirih merupakan kombinasi tanaman obat yang dipercaya nenek moyang

dapat menjaga pertahanan tubuh. Kombinasi campuran menyirih yang paling

sederhana terdiri dari gambir, daun sirih, dan kapur sirih. Ketiga bahan dibuat

menjadi sediaan kapsul yang berfungsi sebagai imunomodulator dengan metode

pencampuran kemudian di freeze dry. Pada penelitian ini dilakukan dilakukan

pengembangan sediaan berupa kapsul. Dilakukan evaluasi terhadap sediaan

kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman bobot, uji waktu hancur, dan

uji higroskopisitas. Kapsul komponen menyirih diberikan kepada responden sehat

dengan dosis 972 mg dengan frekuensi pemberian 3 kali sehari. Digunakan

Imboost® Force sebagai kontrol positif dan tidak ada perlakuan untuk kontrol

negatif. Percobaan dilakukan selama 14 hari dengan parameter pengukuran kadar

CD19 dalam darah. Pengujian CD19 dilakukan sebelum dan sesudah dilakukan

perlakuan terhadap responden. Hasil dari evaluasi sediaan untuk uji keseragaman

bobot dan uji waktu hancur memenuhi syarat, namun hasil uji higroskopisitas

menunjukkan bahwa sediaan bersifat higroskopis. Berdasarkan analisa statistik,

hasil pemeriksaan CD19 dalam darah didapatkan nilai ρ > 0,05. Hasil ini

menunjukkan bahwa kapsul komponen menyirih tidak memiliki perbedaan secara

signifikan terhadap peningkatan kadar CD19 dalam darah.

Kata kunci : Gambir (Uncaria gambir Roxb.), Daun Sirih (Piper betle L.), Kapur

Sirih [Ca(OH)2], Imunomodulator, CD19.

Page 7: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

vii

ABSTRACT

Name : Ratnika Sari

Study Program : Pharmacy

Title : Immunomodulatory Effect trial of Mixture Component

Chewing [Uncaria gambir Roxb., Piper betle L. and

Ca(OH)2] with water solvent to the levels of CD19 in the

blood.

Chewing is a combination of medicinal plants that is believed ancestors to

maintain the body's defenses. The combination of chewing simplest mixture

consisting of gambir, betel leaf, and slake lime. Three materials are made into a

capsule that serves as an immunomodulator with the mixing method then freeze

dry. In this research, the development of a capsule dosage form. Capsule

evaluation of chewing components include weight uniformity test, disintegration

time test, and hygrocopicity test. Capsule chewing components given to healthy

respondents with immunomodulatory then tested to healthy respondents with a

dose of 972 mg three times a day. Used Imboost® Force as positive control and

no treatment for negative control. Experiments were carried out for 14 days with a

measurement parameter CD19 levels in the blood. CD19 Tests performed before

and after treatment of the respondents. The result of evaluation for weight

uniformity test and disintegration time test qualified, but hygroscopicity test

showed that preparation is hygroscopic. Based on statistical analysis, the result of

CD19 in the blood obtained the value of p > 0,05. These results showed that the

capsule chewing components have no significant difference to increased levels of

CD19 in the blood.

Keywords : Gambier (Uncaria gambir Roxb.), Betel Leaf (Piper betle L.),

Slake Lime [Ca (OH)2], Immunomodulatory, CD19

Page 8: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

viii

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi

dengan judul “Uji Efek Imunomodulator Campuran Komponen Menyirih

[Uncaria gambir Roxb., Piper betle L. dan Ca(OH)2] dengan Pelarut Air terhadap

Kadar CD19 dalam Darah”. Skripsi ini telah diajukan sebagai salah satu

persyaratan untuk menyelesaikan program pendidikan tingkat Strata 1 (S1) pada

Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini perkenankanlah saya menyampaikan ucapan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt. dan Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie,

Sp.KFR selaku pembimbing yang telah memberikan waktu, tenaga, pikiran,

bimbingan serta motivasi kepada penulis selama penelitian

2. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Ibu Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt. selaku ketua Program Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

4. Bapak Yardi, Ph.D., Apt. dan dr. Alyya siddiqa, Sp.FK selaku penguji yang

telah memberikan waktu, tenaga, pikiran, bimbingan serta motivasi kepada

penulis selama penelitian

5. Ibunda Mawarni dan ayahanda Syamsul Hamid selaku orangtua, saudara-

saudara terkasih Edwin Sumarhadi Wijaya, Achmad Mulyadi dan

Muhammad Hidayat, serta keluarga besar yang senantiasa memberi dukungan

dan tak lupa doa yang senantiasa dipanjatkan dalam setiap langkah penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini

Page 9: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

6. Dosen-dosen, staf, karyawan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

Universitas Islam Negeri (uIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

7. Para laboran yang telah memberi bantuan kepada penulis selama penelitian

8. Sahabat-sahabat tercinta Siti Nurbaiti, V/eny Zulatha Nasution, Novitasari

dan Ulfa Kurniasih. Terima kasih atas doa dan dukungan selama ini

9. Sahabat-sahabat tersayang Resha Adriana Putri, Lilis Hermawati, Elsa

Rahmi, Chalila Deli Gayo, Safizah Ummu Harisah, Apriliana Nur, Ayu

Nopita, Vesty Anis Triana dan Dwi Putri Rahmawati. Terima kasih untuk

bantuan, dukungan, doa", dan motivasi selarna ini

10. J'eman-teman seperjuangan skripsi Amelia Agustin, Mita Saputri Lestari,

Nur;afniah serta teman-teman Fannasi 2012 tenttairtta kelas BD. Terima kasih

atas kebersamaan, ilmu, motivasi, semangat, canda dan tawa yang telah kita

lewati. Semoga silaturahim senantiasa terjaga

I 1. Keluarga besar Santri Ja.di Dokter Sumatera Selatan. Terima kasih atas

motivasi, doa dan kebersamaan selama ini

12. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut

membantu menyelesaikan skripsi ini

Penulis menyadari penelitian dan penulisan skripsi ini terdapat kekurangan

dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati

menerima kritik dan saran dari pernbaca.

Semoga kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dicatat sebagai amal

ibadah dan dibalas oleh Allah SWT dan penulis berharap semoga penelitian ini

dapat bermanfaat bagi masyarakat dan dalain pengembangan ilmu pengetahuan.

Jaka.rta, Jafl:anlQ17

e*Penulis

tx

Page 10: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN SKRIPSI

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Ratnika Sari

NIM :1112102000089

Program Studi : F'armasi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Jenis Karya : Skripsi

demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetq'ui skripsilkarya ilmiah saya,

denganjudul :

Uji Efek Imunomodulator Campuran Komponen Menyirih fUncuriu garubir

Roxb., Piper betleL. dan Ca(OH)21 dengan Pelarut Air terhadap Kadar

CD19 dalam Darah

untuk dipublikasi atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital

Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri Of$ Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.

Demikian pemyataan persetujuan publikasi karya ihniah ini saya buat dengan

sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta

PadaTanggal : 11 Januari}}lT

Yang menyatakan,

( Ratnika Sari )

Page 11: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii

HALAMAN PENYATAAN ORISINALITAS .............................................. iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ iv

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... v

ABSTRAK ........................................................................................................ vi

ABSTRACT ..................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...................... x

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 4

1.3 Hipotesis ............................................................................................ 4

1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................... 4

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 5

2.1 Deskripsi Tanaman Gambir............................................................... 5

2.1.1 Klasifikasi ...................................................................................... 5

2.1.2 Nama Daerah ........................................................................... 5

2.1.3 Uraian Tanaman ...................................................................... 6

2.1.4 Morfologi ................................................................................ 6

2.1.5 Kandungan Kimia ................................................................... 7

2.2 Deskripsi Tanaman Sirih ................................................................... 8

2.2.1 Klasifikasi................................................................................ 8

2.2.2 Nama Daerah ........................................................................... 8

2.2.3 Uraian Tanaman ...................................................................... 9

Page 12: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

xii

2.2.4 Morfologi ................................................................................ 9

2.2.5 Ekologi dan Penyebaran ........................................................ 10

2.2.6 Kandungan Kimia ................................................................. 10

2.2.7 Khasiat Tanaman ................................................................... 11

2.3 Kapur Sirih ..................................................................................... 11

2.4 Simplisia .......................................................................................... 12

2.4.1 Pengolahan Simplisia ............................................................ 13

2.4.2 Pemeriksaan Mutu Simplisia ................................................. 15

2.5 Ekstrak dan Ekstraksi ...................................................................... 15

2.5.1 Definisi .................................................................................. 15

2.5.2 Metode Ekstraksi dengan Menggunakan Pelarut .................. 16

2.5.2.1 Cara Dingin ............................................................... 16

2.5.2.2 Cara Panas ................................................................ 16

2.5.3 Pengeringan Ekstrak dengan Metode Freeze Drying ............ 17

2.6 Kapsul .............................................................................................. 18

2.6.1 Definisi Kapsul ...................................................................... 18

2.6.2 Keuntungan dan Kerugian Kapsul ........................................ 18

2.6.3 Klasifikasi Kapsul ................................................................. 18

2.6.3.1 Kapsul Keras ............................................................. 18

2.6.3.2 Kapsul Lunak ............................................................ 19

2.6.4 Cara Penyimpanan................................................................. 20

2.6.5 Evaluasi Sediaan Kapsul ....................................................... 20

2.7 Sistem Imun ..................................................................................... 22

2.7.1 Respon Imun Non spesifik .................................................... 24

2.7.2 Respon Imun Spesifik ........................................................... 25

2.7.2.1 Respon Imun Selular ................................................. 26

2.7.2.2 Respon Imun Humoral .............................................. 27

2.7.3 Limfosit T .............................................................................. 27

2.7.4 Limfosit B ............................................................................. 28

2.8 Imunomodulator ............................................................................... 29

2.8.1 Definisi .................................................................................. 29

2.8.2 Mekanisme Kerja .................................................................. 30

Page 13: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

xiii

2.8.3 Uji Pemeriksaan Sistem Imun ............................................... 32

2.9 CD19 (Cluster of Differentiation 19) .............................................. 33

2.10 Flowsitometri .................................................................................. 34

2.11 Kontrol Pembanding ....................................................................... 35

2.12 Literatur Review ............................................................................. 36

2.13 Kerangka Teori Penelitian .............................................................. 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 38

3.1 Desain Penelitian .............................................................................. 38

3.2 Varibel Penelitian ............................................................................. 38

3.2.1 Variabel Independen ................................................................ 38

3.2.2 Variabel Dependen .................................................................. 38

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 38

3.4 Alat dan Bahan Penelitian ................................................................ 39

3.4.1 Alat Penelitian ......................................................................... 39

3.4.2 Bahan Penelitian ...................................................................... 39

3.5 Alur Penelitian ................................................................................. 39

3.5.1 Determinasi Gambir dan Daun Sirih ....................................... 39

3.5.2 Penyiapan Simplisia yang digunakan ...................................... 40

3.5.3 Karakteristik Ekstrak ............................................................... 40

3.5.4 Identifikasi Gambir .................................................................. 41

3.5.5 Identifikasi Cemaran Urea ....................................................... 41

3.5.6 Penapisan Fitokimia ................................................................ 41

3.5.7 Pembuatan Campuran Komponen Menyirih ........................... 44

3.5.8 Penentuan Dosis ...................................................................... 44

3.5.9 Evaluasi Sediaan Kapsul ......................................................... 45

3.5.10 Pemeriksaan CD19 ................................................................ 45

3.5.11 Analisa Data .......................................................................... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 48

4.1 Hasil ................................................................................................... 48

4.1.1 Hasil Determinasi Gambir dan Daun Sirih .............................. 48

4.1.2 Hasil Karakterisasi Gambir dan Daun Sirih ............................ 48

4.1.3 Hasil Identifikasi Gambir dan Cemaran Urea ......................... 49

Page 14: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

xiv

4.1.4 Hasil Penapisan Fitokimia ....................................................... 49

4.1.5 Hasil Pembuatan Campuran Komponen Menyirih .................. 50

4.1.6 Hasil Penentuan Dosis ............................................................. 50

4.1.7 Hasil Evaluasi Sediaan Kapsul ................................................ 50

4.1.8 Hasil Pemeriksaan CD19 ......................................................... 53

4.2 Pembahasan ....................................................................................... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 65

5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 65

5.2 Saran .................................................................................................. 65

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 66

LAMPIRAN ..................................................................................................... 70

Page 15: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Volume dan Kapasitas Cangkang Kapsul ........................................ 19

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Parameter Spesifik Gambir .................................... 48

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Parameter Spesifik Daun Sirih ............................... 48

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Parameter Non Spesifik Gambir ............................ 49

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Parameter Non Spesifik Daun Sirih ....................... 49

Tabel 4.5 Hasil Identifikasi Gambir dan Cemaran Urea .................................. 49

Tabel 4.6 Hasil Penapisan Fitokimia ............................................................... 50

Tabel 4.7 Hasil Uji Keseragaman Bobot .......................................................... 51

Tabel 4.8 Hasil Uji Waktu Hancur ................................................................... 51

Tabel 4.9 Hasil Uji Higroskopisitas ................................................................. 52

Tabel 4.10 Hasil Evaluasi Sediaan Kapsul ....................................................... 52

Tabel 4.11 Karakteristik Responden ................................................................ 53

Tabel 4.12 Persentase CD19 dalam darah ........................................................ 53

Tabel 5.1 Konversi Dosis Hewan ke Dosis Manusia (HED)

berdasarkan Luas Permukaan ........................................................... 82

Page 16: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tanaman Gambir ........................................................................... 6

Gambar 2.2 Bongkahan Gambir ........................................................................ 7

Gambar 2.3 Daun Sirih ...................................................................................... 9

Gambar 2.4 Kapur Sirih .................................................................................. 12

Gambar 2.5 Diagram Sistem Imun .................................................................. 24

Gambar 2.6 Diagram Asal Sel B dan Sel T ..................................................... 26

Gambar 4.1 Grafik Persentase CD19 dalam Darah ......................................... 54

Gambar 5.1 Hasil Uji Higroskopisitas ............................................................. 85

Page 17: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Alur Penelitian ............................................................................ 70

Lampiran 2. Hasil Determinasi Gambir dan Daun Sirih ................................. 71

Lampiran 3. Sertifikat Analisis (COA) Kapur Sirih ....................................... 72

Lampiran 4. Alat dan bahan yang digunakan .................................................. 73

Lampiran 5. Penyiapan Campuran Komponen Menyirih ............................... 75

Lampiran 6. Hasil Pengujian Parameter Non Spesifik .................................... 76

Lampiran 7. Hasil Penapisan Fitokimia .......................................................... 77

Lampiran 8. Perhitungan Pengujian Parameter Non Spesifik ......................... 78

Lampiran 9. Proses Pembuatan Campuran Komponen Menyirih ................... 80

Lampiran 10. Perhitungan Hasil Freeze Drying ............................................. 81

Lampiran 11. Perhitungan Dosis ..................................................................... 82

Lampiran 12. Perhitungan Pengambilan Sampel ............................................ 84

Lampiran 13. Perhitungan Hasil Evaluasi Kapsul........................................... 85

Lampiran 14. Surat Persetujuan (Inform Concern) ......................................... 86

Lampiran 15. Surat Pengajuan Izin Etik (Ethical Clearance) ........................ 87

Lampiran 16. Hasil Pemeriksaan CD19 .......................................................... 88

Lampiran 17. Hasil Uji Statistik .................................................................... 104

Page 18: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menyirih merupakan kombinasi tanaman obat yang banyak digunakan

nenek moyang sejak jaman dahulu (Musdja et al., 2011). Menyirih

merupakan proses meramu campuran dari bahan-bahan seperti sirih, pinang,

kapur, gambir, kemudian dikunyah. (Gandhi et al., 2005). Kebiasaan

menyirih dipercaya nenek moyang kita dapat menjaga pertahanan tubuh.

Kebiasaan menyirih secara tradisional oleh masyarakat terutama untuk

preventif dan terapi penyakit infeksi tetapi sebagian masyarakat meyakini

juga menyirih dapat bersifat promotif terhadap sistem pertahanan tubuh.

Komposisi menyirih sangat bervariasi dari satu wilayah dengan wilayah

lainnya. Pada umumnya menyirih yang paling sederhana adalah terdiri atas 3

bahan, yakni daun sirih, gambir dan kapur sirih (Kumar et al., 2010).

Gambir memiliki khasiat sebagai campuran obat untuk mengobati luka

bakar, sakit kepala, diare, disentri, obat kumur, sariawan, serta dapat

mengobati sakit kulit (Hariana, 2006). Kandungan utama dari gambir adalah

senyawa katekin, yaitu 40-80% (Amos, 2010). Katekin memiliki khasiat

sebagai antioksidan (Anggraeni et al., 2011) dan dapat meningkatkan sistem

imun (Dewi, 2012). Selain katekin, terdapat senyawa lain yaitu eugenol.

Senyawa eugenol dapat digunakan sebagai antioksidan, antifungi, aromatik,

dan stimulant (Juminar, 2012).

Daun sirih memiliki khasiat sebagai anti sariawan, anti batuk,

adstringen, antiseptik (Depkes RI, 1980) dan imunomodulator (Dalimartha,

2006). Daun sirih juga memperlihatkan efek antioksidan (Jaiswal et al., 2014)

Daun sirih memiliki kandungan kimia diantaranya hidroksi kavikol,

kavibetol, estragol, eugenol, metil eugenol, karvakrol, terpinen, seskuiterpen,

fenilpropan dan tannin (Depkes RI,1980).

Kapur sirih atau Ca(OH)2 merupakan senyawa atau bahan oksida,

hidroksida, dan karbonat dari kalsium (Ca). Secara umum, kalsium

merupakan mineral yang amat penting bagi manusia terutama sebagai

Page 19: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pembentuk massa tulang. Ca2+

pada kapur sirih telah terbukti merupakan

agen pembangkit imun dan pembentukan antibodi (Musdja et al., 2011).

Kapur sirih bisa digunakan sebagai obat bersamaan dengan bahan lain, seperti

untuk mengatasi gusi bengkak, bisul, masalah haid, digigit serangga serta

penyakit kulit misalnya panu, kurap, dan kutil (Perpustakaan Negeri

Malaysia, 2001). Kapur sirih atau kalsium hidroksida ini juga telah diuji

dalam pengobatan radang pada pulpa anjing (Hendry et al., 2005), serta kapur

sirih memiliki sifat sebagai imunomodulator (Putrisa, 2010).

Ekstrak gambir dapat berkhasiat sebagai imunomodulator secara in-vivo

diketahui ekstrak etanol gambir efektif pada dosis 400mg/kgBB untuk hewan

(Amalia, 2009), sedangkan untuk ekstrak daun sirih memiliki efek

imunomodulator secara in-vivo dari ekstrak etanol 70% daun sirih pada dosis

125, 250, 500 mg/kgBB yang dapat dilihat dari peningkatan terhadap

aktivitas fagositosis (Dian, 2009). Komponen campuran menyirih dengan

bahan gambir, daun sirih dan kapur sirih terbukti memiliki efek

imunomodulator pada mencit. Masing-masing bahan terdiri dari daun sirih,

gambir, kapur sirih sebanyak 421 : 70 : 9 gram. Ekstrak air dari campuran

daun sirih, gambir dan kapur sirih berkhasiat sebagai imunomodulator pada

dosis 200 mg/kgBB menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dosis

100 atau 400 mg/kgBB (Musdja et al., 2011). Efek yang paling baik diberikan

oleh campuran bahan menyirih dosis sedang (200 mg/kg BB) (Musdja et al.,

2011). Telah dilakukan juga penelitian mengenai nilai LD50 (letal dose)

gambir dan daun sirih. Batas maksimum penggunaan gambir dan daun sirih

sebesar 13,99 g/kgBB (Sari, 2006) dan termasuk ke dalam kategori praktis

tidak toksik.

Tanaman yang memiliki efek imunomodulator pada umumnya memiliki

aktivitas merangsang imunitas spesifik dan non spesifik (Wagner and Proksh,

1985). Beberapa diantara tanaman tersebut merangsang imunitas humoral

maupun selular, sedang yang lainnya hanya mengaktifkan komponen seluler

dari sistem imun, misalnya seperti fungsi fagositosis tanpa berpengaruh pada

imunitas humoral maupun selular (Bafna dan Missha, 2004). Imunomodulator

adalah obat atau substansi yang dapat mengembalikan dan memperbaiki

Page 20: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sistem imun yang fungsinya terganggu atau untuk menekan yang fungsinya

berlebihan (Baratawidjaja, 2002). Sistem imun merupakan sebuah mekanisme

dalam tubuh untuk mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan

terhadap bahaya benda asing atau antigen (Baratawidjaja, 2009). Mekanisme

pertahanan kekebalan tubuh melibatkan aksi sel darah putih atau leukosit.

Sistem pertahanan tubuh ada yang alamiah dan juga sistem pertahanan tubuh

yang didapat. Sistem pertahanan tubuh yang didapat dalam hal ini berupa

antibodi, memegang peranan utama (Raven et al., 2001) dalam mengambil

alih kerja imunomodulator sebagai imunostimulasi. Dalam mengenal

molekul asing yang masuk ke dalam tubuh reseptor dibentuk dengan cara

menyatukan beberapa segmen dari gen sehingga terbentuk suatu reseptor

yang spesifik untuk molekul tertentu (Handojo, 2003). Molekul yang

bertanggungjawab dalam proses pembentukan antibodi adalah limfosit B

dengan molekul penanda berupa CD19. Berdasarkan inilah CD19 dipilih

sebagai salah satu parameter pengukuran kerja imunomodulator sebagai

imunostimulan.

Masyarakat umumnya masih menyirih dengan cara yang tergolong

kurang praktis. Cara tersebut kurang diminati hampir semua kalangan usia

produktif sehingga perlu dilakukan inovasi baru untuk memudahkan saat

penggunaan dan menarik minat kalangan usia produktif yang selama ini

beranggapan menyirih itu hanya untuk kalangan lansia (lanjut usia).

Penelitian ini dilakukan dengan mencampurkan ketiga komponen

tersebut dengan air sebagai pelarut. Pelarut air dipilih karena mengacu pada

penggunaan masyarakat, terdapat kandungan air dalam daun sirih dan kapur

sirih. Komponen menyirih diekstraksi dengan metode freeze drying kemudian

dikemas dalam sediaan kapsul. Pemilihan sediaan kapsul bertujuan untuk

menutupi rasa (Hadisoewignyo, 2013) dari ketiga bahan komponen menyirih

yang cenderung kurang nyaman saat dikonsumsi.

Berdasarkan uraian inilah dilakukan penelitian untuk mengetahui

manfaat campuran komponen menyirih, yaitu daun sirih (Piper betle L.),

gambir (Uncaria gambir Roxb.), dan kapur sirih [Ca(OH)2] yang diharapkan

memberi efek sinergis sebagai imunomodulator terhadap manusia.

Page 21: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah campuran

komponen menyirih [Uncaria gambir Roxb., Piper betle L., dan Ca(OH)2]

dengan pelarut air dapat meningkatkan kadar CD19 dalam darah?

1.3 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah campuran komponen menyirih

[Uncaria gambir Roxb., Piper betle L., dan Ca(OH)2] dengan pelarut air

dapat meningkatkan kadar CD19 dalam darah.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah komponen

menyirih [Uncaria gambir Roxb., Piper betle L., dan Ca(OH)2] dengan

pelarut air dapat meningkatkan kadar CD19 dalam darah.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

pengaruh campuran komponen menyirih sebagai imunomodulator dalam

sediaan kapsul sehingga nantinya dapat bermanfaat bagi pengembangan

penelitian dan dunia kesehatan.

Page 22: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Tanaman Gambir

2.1.1 Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Sub Kingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae

Genus : Uncaria

Spesies : Uncaria gambir Roxb

Sinonim : Ourouparia gambir Roxb. Nauclea gambir (Hariana, 2004).

2.1.2 Nama Daerah

Sumatera : Gambe, gani (Aceh), kacu (Gayo), sontang (Batak),

gambe (Nias), gambie (Minangkabau), pengilom, sepelet

(Lampung).

Jawa : Santun, Gambir (Jawa), ghambhir (Madura).

Kalimantan : Kelare (Dayak), abi (Kayan).

Sulawesi : Gambere (Sangir), gambele (Gorontalo), gambere

(Makassar), gaber (Majene).

Nusa Tenggara : Tagambe (Bima), gamur (Sumba), gabi (Sawu), gambe

(Flores), nggame (Roti) (Depkes RI, 1989).

Maluku : Kampir, kambir, ngamir, gaamer, tagabere, gambe.

Halmahera : Gabi, gagabere (Hariana, 2004).

Page 23: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.3 Uraian Tanaman

Gambir merupakan ekstrak yang dihasilkan dari daun dan ranting

tanaman gambir yang dipanen atau dipangkas setelah tanaman berumur 1,5

tahun dan dilakukan 2-3 kali setahun dengan selang waktu 4-6 bulan.

Pangkasan daun dan ranting harus segera diolah karena jika pengolahan ini

ditunda lebih dari 24 jam, volume getahnya akan berkurang (Hayani, 2003).

Gambir berasal dari tumbuhan perdu yang membelit dan memiliki

batang keras. Tinggi 1-3 cm. Batang tegak, bulat, percabangan simpodial

warna cokelat pucat. Daun tunggal, berhadapan, bentuk elips, tepi bergerigi,

pangkal bulat, ujung meruncing, panjang 8-13 cm, lebar 4-7 cm, warna

hijau. Bunga majemuk, bentuk lonceng, di ketiak daun, panjang lebih

kurang 5 cm, mahkota 5 helai berbentuk lonceng, tongkol-bulat, terdiri dari

bunga kecil-kecil yang berwarna putih. Buah berbentuk bulat telur, panjang

lebih kurang 1,5 cm berwarna hitam (Haryanto, 2009).

2.1.4 Morfologi

Gambir (Uncaria gambir Roxb.) merupakan salah satu tanaman yang

telah lama ada di Indonesia. Tanaman ini termasuk salah satu tanaman atau

obat tradisional yang sering digunakan oleh orang jaman dahulu. Tetapi

masih banyak yang belum mengetahui apa itu gambir.

Gambir adalah sari getah yang diekstraksi dari daun tanamannya

dengan cara pengepresan. Tanaman ini banyak tumbuh di Indonesia

terutama Sumatera Barat yang merupakan penghasil gambir terbesar di

dunia (Amos, 2004).

Gambar 2.1 Tanaman Gambir

(Sumber : Rindit Pambayun, 2013)

Page 24: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.2 Bongkahan gambir

(Sumber : dokumentasi pribadi)

Salah satu tumbuhan asal Indonesia yang telah digunakan sebagai obat

tradisional yaitu Gambir (Uncaria gambir Roxb.). Manfaat gambir adalah

sebagai campuran obat, seperti luka bakar, sakit kepala, diare, disentri, obat

sariawan, serta obat sakit kulit. Selain itu juga gambir digunakan sebagai

pelengkap untuk mengkonsumsi sirih. Saat ini penggunaan gambir

berkembang menjadi bahan kebutuhan berbagai jenis industri, seperti

industri farmasi, kosmetik, batik, cat, penyamak kulit, biopestisida, hormon

pertumbuhan, pigmen dan sebagai bahan campuran pelengkap makanan

(Ermiati, 2004).

2.1.5 Kandungan Kimia

Menurut Thorpe dan Whiteley, senyawa utama yang terkandung

dalam gambir adalah pseudotanin katekin dan phlobatanin asam katekutanat

dengan persentase masing masing yaitu 7-30% dan 22-55%. Adanya

perbedaan kadar katekin pada gambir dipengaruhi oleh kondisi daun yang

diekstrak. Daun gambir muda memiliki rendemen ekstrak lebih tinggi

daripada daun tua. Komponen yang terdapat dalam gambir yaitu katekin 7-

33%, asam katekutanat 20-55%, pyrocathecol 20-30%, gambir fluoresensi

1-3%, red catechu 3-5%, quersetin 2-4%, fixed oil 1-2%, lilin 1-2% dan

sedikit alkaloid (Amos, 2010).

Page 25: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.2 Deskripsi Daun Sirih

2.2.1 Klasifikasi

Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari daun sirih adalah sebagai berikut.

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Piperales

Divisi : Magnoliophyta

Suku : Piperaceae

Marga : Piper

Jenis : Piper betle L.

Sinonim : Chavica auriculata Miq. Artanthe hixagona

(Haryanto, 2009).

2.2.2 Nama Daerah

Sumatera : furu kuwe (enggano); ranub (Aceh); blo, sereh (Gayo);

belo (Batak Karo); demban (Batak Toba); burangir

(Angkola Mandailing); tawuo (Nias); cabai (Mentawai);

sirieh, sirih, suruh (Palembang, Minangkabau); canbai

(Lampung).

Jawa : seureuh (Sunda); sedah, suruh (Jawa); sere (Madura).

Bali : base, sedah

Nusa Tenggara : nahi (Bima); kuta (Sumba); mota (Flores); oreangi

(Ende); taa (Sikka); malu (Solor); mokeh (Alor).

Kalimantan : uwit (Dayak); buyu (Bulungan); uduh sifat (Kenya); sirih

(Sampit); uruesipa (Seputan).

Sulawesi : ganjang, gapura (Bugis); baulu (Bare); buya, dondili

(Buol); bolu (Parigi); komba (Selayar); lalama, sangi

(Talaud).

Maluku : ani-ani (Hok); papek, raunge, rambika (Alfuru); nein

(Bonfia); kakina (Waru); amu (Rumakai, Elpaputi,Ambon,

Ulias); garmo (Buru); bido (Bacan).

Irian : reman (Wendebi); Manaw (Makimi); namuera (Saberi);

eouwon (Armahi); nai wadok (Saarmi); mera (Sewan);

Page 26: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

mirtan (Berik); afo (Sentani); wangi (Sawe); freedor

(Awija); dedami (Marind) (Depkes RI, 1980).

2.2.3 Uraian Tanaman

Saat ini telah banyak dilakukan penelitian mengenai bahan alam yang

dimanfaatkan dalam mencegah dan mengatasi penyakit. Tanaman sirih

merupakan salah satu tanaman herbal yang berhubungan erat dengan

pengendalian karies, penyakit periodontal dan mengontrol halitosis. Daun

sirih juga menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap bakteri Streptococcus

mutans dan Staphylococcus aurens (Nalina 2007, Moeljanto 2003).

2.2.4 Morfologi

Daun sirih (Piper betle L.) merupakan tanaman merambat yang bisa

mencapai tinggi 5-15 m. Batang sirih berwarna coklat kehijauan, berbentuk

bulat, beruas, dan merupakan tempat keluarnya akar. Daunnya berseling

atau tersebar,helaian daun bulat telur sampai memanjang, dengan pangkal

daun berbentuk jantung atau pangkal miring dan ujung meruncing. Panjang

daunnya sekitar 5-8 cm dan lebar 2-5 cm. Bunga berkelamin 1, bulir berdiri

sendiri, di ujung dan berhadapan dengan daun, daun pelindung ± 1 mm

berbentuk bulat telur terbalik atau bulat memanjang. Pada bulir jantan

panjangnya sekitar 1,5-3 cm dan terdapat dua benang sari yang pendek

sedang pada bulir betina panjangnya sekitar 2,5-6 cm dan terdapat kepala

putik 3 -5. Buah buni dengan ujung bebas dan berbentuk bulat, berwarna

hijau kebau-abuan dan tebalnya 1-1,5 cm. Akarnya tunggang, bulat dan

berwarna coklat kekuningan, biji berbentuk lingkaran (Van Steenis, 2008).

Daun sirih memiliki warna yang bervariasi yaitu kuning, hijau sampai hijau

tua dan berbau aromatis (Moeljanto, 2003).

Gambar 2.3 Daun Sirih

(Sumber : Musdja et al., 2011)

Page 27: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.2.5 Ekologi dan Penyebaran

Sirih ditemukan dibagian timur pantai Afrika, di sekitar Pulau

Zanzibar, daerah sekitar sungai Indus ke Timur menelusuri sungai Yang Tse

Kiang, Kepulauan Bonin, Kepulauan Fijji, dan Kepulauan Indonesia. Sirih

tersebar di Nusantara dalam skala yang tidak terlalu luas. Di Jawa tumbuh

liar di hutan jati atau hutan hujan sampai ketinggian 300 m diatas

permukaan laut (Depkes RI, 1980).

2.2.6 Kandungan Kimia

Daun sirih mempunyai aroma yang khas karena mengandung minyak

atsiri 1-4,2%, air, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, vitamin A, B,

C, yodium, gula dan pati. Dari berbagai kandungan tersebut, dalam minyak

atsiri terdapat fenol alam yang mempunyai daya antiseptik 5 kali lebih kuat

dibandingkan fenol biasa (Bakterisid dan Fungisid) tetapi tidak sporasid.

Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap dan mengandung

aroma atau wangi yang khas. Minyak atsiri dari daun sirih mengandung

30% fenol dan beberapa derivatnya. Minyak atsiri terdiri dari hidroksi

kavikol, kavibetol, estragol, eugenol, metileugenol, karbakrol, terpen,

seskuiterpen, fenilpropan, dan tannin. Kavikol merupakan komponen paling

banyak dalam minyak atsiri yang memberi bau khas pada sirih. Kavikol

bersifat mudah teroksidasi dan dapat menyebabkan perubahan warna

(Moeljanto, 2003).

Mekanisme fenol sebagai agen anti bakteri berperan sebagai toksin

dalam protoplasma, merusak dan menembus dinding serta mengendapkan

protein sel bakteri. Senyawa fenolik bermolekul besar mampu

menginaktifkan enzim essensial di dalam sel bakteri meskipun dalam

konsentrasi yang sangat rendah. Fenol dapat menyebabkan kerusakan

padasel bakteri, denaturasi protein, menginaktifkan enzim dan menyebabkan

kebocoran sel (Heyne, 1987).

Daun sirih juga mengandung karvakrol, diastase, tiamin, riboflavin,

vitamin C, gula pati, dan asam amino (Dalimartha, 2006).

Page 28: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.2.7 Khasiat Tumbuhan

Daun sirih berkhasiat sebagai antiradang, antiseptik, antibakteri,

penghenti perdarahan (hemostatis), pereda batuk, mencegah infeksi cacing,

menghilangkan gatal dan penenang (Dalimartha, 2006). Juga memiliki

khasiat sebagai antisariawan, anti batuk dan adstringen (Depkes RI, 1980).

Ekstraknya dapat digunakan, baik secara internal maupun eksternal untuk

varises serta mencegah radang gusi dan radang tenggorokan (Moeljanto,

2003).

2.3 Kapur Sirih

Kapur dalam arti luas adalah senyawa atau bahan oksida, hidroksida,

dan karbonat dari kalsium (Ca). Kapur atau cunam (kapur mati) berwarna

putih likat seperti krim yang dihasilkan dari cangkang siput laut yang telah

dibakar. Hasil dari debu cangkang tersebut perlu dicampurkan dengan air

untuk mempermudah pengolesan ke atas daun sirih. Selain dari cangkang

siput, kapur dapat diperoleh dengan membakar batu kapur (kalsium

karbonat/CaCO₃). Apabila dibakar dengan suhu tertentu CaCO₃ dapat

mengeluarkan gas yang disebut dengan karbondioksida (CO₂) dan menjadi

kalsium oksida (CaO). Kalsium oksida kemudian dicampur dengan sedikit

air yang menyebabkan CaO mengembang dan menghasilkan panas serta

menjadi serbuk kapur yang dikenal sebagai kalsium hidroksida [Ca(OH)₂].

Proses tersebut disebut dengan slaking dan serbuk kapur adalah kapur

terhidrat. Serbuk kapur akan menjadi cair jika campuran airnya berlebihan.

Serbuk kapur jika didiamkan terlalu lama, kandungan airnya akan hilang

dan mengikat karbondioksida di udara sehingga kembali menjadi kalsium

karbonat seperti semula (Perpustakaan Negeri Malaysia, 2001).

Kapur sirih mempunyai rumus kimia Ca (OH)₂ sehingga kandungan

utama dari kapur sirih adalah kalsium. Secara umum, kalsium merupakan

mineral yang amat penting bagi manusia terutama sebagai pembentuk massa

tulang. Kapur sirih bisa digunakan sebagai obat bersamaan dengan bahan

lain, seperti untuk mengatasi gusi bengkak, bisul, masalah haid, digigit

serangga serta penyakit kulit misalnya panu, kurap, dan kutil (Perpustakaan

Page 29: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Negeri Malaysia, 2001). Kapur sirih atau kalsium hidroksida ini juga telah

diuji dalam pengobatan radang pada pulpa anjing (Hendry et al., 2005).

Gambar 2.4 Kapur sirih

(Sumber : dokumentasi pribadi)

2.4 Simplisia

Keberadaan simplisia atau sumber bahan baku obat tradisional di

Indonesia cukup melimpah di setiap daerah tumbuh tanaman obat.

Pemilihan simplisia yang mutunya baik merupakan langkah awal yang harus

diperhatikan untuk menjamin mutu suatu obat tradisional. Masing-masing

industri obat tradisional hendaknya mempunyai standar minimal untuk

simplisia yang digunakan untuk memberi keyakinan akan kebenaran dan

kualitas simplisia yang diperoleh (Depkes RI, 1999).

Simplisia ada yang lunak seperti rimpang, daun, dan akar kelembak.

Ada yang keras seperti biji, kulit kayu, kulit akar. Simplisia yang lunak

mudah ditembus oleh cairan penyari, oleh karena itu pada penyarian tidak

perlu diserbuk sampai halus. Sebaliknya pada simplisia yang keras perlu

dihaluskan terlebih dahulu sebelum dilakukan penyarian. Faktor yang

mempengaruhi kecepatan penyarian adalah kecepatan difusi zat yang larut

melalui lapisan-lapisan batas antara cairan penyari dengan bahan yang

mengandung zat tersebut. Zat aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia

dapat digolongkan ke dalam alkaloid, glikosida, flavonoid dan lain-lain.

Struktur kimia yang berbeda-beda akan mempengaruhi kelarutan serta

stabilitas senyawa terhadap pemanasan, logam berat, udara, cahaya dan

derajat keasaman. Dengan diketahuinya zat aktif yang dikandung simplisia

Page 30: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

akan mempermudah pemilihan cairan penyari dan cara penyarian yang tepat

(Depkes RI, 1999).

2.4.1 Pengelolaan Simplisia

a. Pengumpulan Bahan Baku

Tahapan pengumpulan bahan baku sangat menentukan kualitas bahan

baku. Faktor yang paling berperan dalam tahapan ini adalah masa panen.

Berdasarkan garis besar pedoman panen, pengambilan bahan baku tanaman

dilakukan sebagai berikut (Gunawan, 2004) :

Daun dan Ranting

Panen daun atau herba dilakukan pada saat proses fotosintesis

berlangsung maksimal, yaitu ditandai dengan saat-saat tanaman mulai

berbunga atau buah mulai masak. Untuk pengambilan pucuk daun,

dianjurkan dipungut pada saat warna pucuk daun berubah menjadi daun

tua.

b. Sortasi Basah

Sortasi basah adalah proses pemilahan hasil panen ketika tanaman

masih segar yang dilakukan terhadap tanah, kerikil, rumput-rumputan,

bahan tanaman lain atau bagian lain dari tanaman yang tidak digunakan, dan

bagian tanaman yang rusak yang terdapat dalam simplisia. Sortasi basah

dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing

lainnya dari bahan simplisia.

c. Pencucian

Pencucian simplisia dilakukan untuk membersihkan kotoran yang

melekat, terutama bahan-bahan yang berasal dari dalam tanah dan juga

bahan-bahan yang tercemar pestisida. Pencucian bisa dilakukan dengan

menggunakan air yang berasal dari mata air, sumur dan PAM. Pencucian

yang dilakukan dengan mata air harus memperhatikan kemungkinan

pencemaran yang diakibatkan oleh adanya mikroba dan pestisida. Pencucian

yang dilakukan dengan air sumur perlu memperhatikan pencemaran yang

mungkin timbul akibat mikroba dan air limbah buangan rumah tangga.

Pencucian yang dilakukan dengan air PAM (ledeng) sering tercemar oleh

Page 31: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kapur klor (Cl). Sebelum pencucian terkadang diperlukan proses

pengupasan kulit luar, terutama untuk simplisia yang berasal dari kulit

batang, kayu, buah, biji, rimpang dan bulbus.

d. Pengubahan bentuk

Tujuan pengubahan bentuk simplisia adalah untuk memperluas

permukaan bahan baku. Semakin luas permukaan bahan baku, maka akan

semakin cepat kering. Proses pengubahan bentuk meliputi perajangan untuk

rimpang, daun dan herba; pengupasan untuk buah, kayu, kulit kayu, dan

biji-bijian ukuran besar; pemiprilan untuk biji-bijian; pemotongan untuk

akar, batang, kayu, kulit kayu dan ranting; dan penyerutan untuk kayu.

e. Pengeringan

Tujuan proses pengeringan simplisia, yaitu untuk menurunkan kadar

air agar simplisia tidak mudah ditumbuhi kapang dan bakteri, untuk

menghilangkan aktivitas enzim yang dapat mengurai lebih lanjut kandungan

zat aktif, dan memudahkan pengelolaan proses selanjutnya dalam hal mudah

disimpan dan lebih tahan lama. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama

proses pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembapan udara, aliran

udara, waktu pengeringan, dan luas permukaan bahan.

f. Sortasi kering

Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah mengalami proses

pengeringan. Pemilihan dilakukan untuk memisahkan benda-benda asing

seperti bahan-bahan yang rusak, benda-benda asing yang tertinggal atau dari

kotoran-kotoran.

g. Penyimpanan

Setelah mengalami proses pengeringan dan sortasi kering, maka

simplisia perlu ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar tidak saling

bercampur antara simplisia satu dengan yang lainnya. Faktor-faktor yang

harus diperhatikan dalam proses penyimpanan simplisia, yaitu cahaya,

oksigen atau sirkulasi udara, reaksi kimia yang mungkin terjadi antara

kandungan zat aktif tanaman dengan wadah, kemungkinan terjadinya

dehidrasi, dan pengotoran atau pencemaran baik yang disebabkan oleh

serangga, kapang atau hewan lain.

Page 32: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Untuk persyaratan wadah yang akan digunakan sebagai pembungkus

simplisia adalah harus inert, artinya tidak mudah bereaksi dengan bahan

lain, tidak beracun, mampu melindungi bahan simplisia dari cemaran

mikroba, kotoran, serangga, penguapan kandungan aktif serta dari pengaruh

cahaya, oksigen dan uap air.

2.4.2 Pemeriksaan Mutu Simplisia

Dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan organoleptik

(makroskopik), pemeriksaan mikroskopik (anatomi histologi simplisia),

memisahkan bahan organik lain, pemeriksaan cemaran mikroba, cemaran

jamur dan cemaran pestisida. Faktor-faktor yang harus diperhatikan

sehubungan dengan pemeriksaan mutu simplisia, yaitu simplisia harus

memenuhi persyaratan umum dari pustaka resmi, tersedia contoh sebagai

simplisia pembanding dalam jangka waktu tertentu, harus dilakukan

pemeriksaan mutu lengkap dan fisik simplisia. Untuk memperoleh prosedur

baku ketersediaan dan pengerjaan bahan yang memenuhi persyaratan umum

maka harus didapat dari sumber-sumber resmi yang dikeluarkan oleh

Departemen Kesehatan RI (Gunawan, 2004).

2.5 Ekstrak dan Ekstraksi

2.5.1 Definisi

Ekstrak adalah sediaan cair yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa

atau serbuk yang tersisa diperlakukakn sedemikian sehingga memenuhi

baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 1995).

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.

Simplisia yang akan diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut

dan senyawa yang tidak dapat larut dan mempunyai struktur kimia yang

berbeda-beda yang dapat mempengaruhi kelarutan dan stabilitas senyawa-

Page 33: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

senyawa tersebut terhadap suhu, udara, cahaya, dan logam berat (Depkes RI,

2000).

2.5.2 Metode Ekstraksi dengan Menggunakan Pelarut (Depkes RI, 2000)

2.5.2.1 Cara dingin

a) Maserasi

Suatu metode ekstrak menggunakan pelarut dengan beberapa kali

pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Secara

teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian

konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan

pengadukan yang kontinyu (terus menerus). Remaserasi berarti dilakukan

pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat

pertama dan seterusnya.

b) Perkolasi

Proses ekstraksi dengan pelarut yang baru sampai sempurna

(exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur

ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap

maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan

ekstrak), terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang

jumlahnya 1-5 kali bertahan.

2.5.2.2 Cara panas

a) Refluks

Proses ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan

dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan

proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk

proses ekstraksi sempurna.

b) Soxhlet

Proses ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi

kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin

balik.

Page 34: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c) Digesti

Proses maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada

temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu

secara umum dilakukan pada temperatur 40–50°C.

d) Infus

Proses ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air

(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur

96-98°C selama waktu tertentu (15-20 menit).

e) Dekok

Proses infus pada waktu yang lebih lama ≥30 menit dan temperatur

sampai titik didih air.

2.5.3 Ekstrak dengan Metode Freeze Drying

Pengeringan secara umum bermaksud untuk menghilangkan pelarut

dari material yang akan dikeringkan. Salah satu tipe pengeringan yaitu

freeze drying. Pengeringan-beku atau lyophilization adalah proses

pengeringan di mana pelarut dan atau media suspensi yang mengkristal pada

temperatur rendah dan sesudahnya mensublimasi dari padat langsung ke

fase uap. Pengeringan-beku lebih banyak dilakukan dengan air sebagai

pelarut. Pengeringan mengubah es atau air dalam fase amorf menjadi uap.

Karena tekanan uap es rendah, volume uap menjadi besar. Tujuan

pengeringan-beku adalah untuk memproduksi suatu substansi dengan

stabilitas yang baik dan tidak berubah setelah rekonstitusi dengan air.

Meskipun hal ini sangat tergantung juga pada langkah terakhir proses

pengemasan dan kondisi penyimpanan. Keuntungan proses pengeringan-

beku adalah sebagai berikut :

1. Pengeringan pada suhu rendah dapat mengurangi penurunan produk

sensitif – panas

2. Produk cair dapat secara akurat terdosiskan

3. Kandungan air dari produk akhir dapat dikontrol selama proses

4. Produk obat dapat memiliki bentuk fisik yang menarik

Page 35: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Produk obat dengan luas permukaan spesifik yang tinggi dengan

cepat kembali (Oetjen & Haseley, 2004).

2.6 Kapsul (Hadisoewignyo, 2013)

2.6.1 Definisi Kapsul

Sediaan kapsul, menurut Farmakope Indonesia IV, 1995 adalah

sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang

dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, bisa juga dari pati atau

bahan lain yang sesuai.

2.6.2 Keuntungan dan Kerugian Kapsul

Ada beberapa keuntungan dari sediaan kapsul, antara lain dapat

meningkatkan stabilitas dan menutup rasa dan bau yang tidak enak, efek

cepat (dibanding dengan tablet), mudah penggunaannya (dibandingkan

dengan serbuk), dapat mengubah obat bentuk cair menjadi bentuk padat,

dapat dilakukan pengaturan pelepasan obat, dan cocok untuk peracikan

extemporaneous, dosis dan komposis obat mudah dikombinasi sesuai

keperluan pasien. Sedangkan keterbatasan bentuk kapsul adalah kesukaran

untuk menelan pada beberapa pasien, tidak dapat digunakan untuk bahan-

bahan yang bersifat effervescent (kapsul akan menjadi lunak) dan

deliquescent (kapsul akan rapuh dan mudah pecah).

2.6.3 Klasifikasi Kapsul

Klasifikasi kapsul berdasarkan pada konsistensi, dibedakan menjadi

hard capsule (kapsul keras) dan soft capsule (kapsul lunak), sedangkan

berdasarkan cara pemakaian, dibedakan menjadi kapsul yang dilakukan per-

oral, per-rektal, per-vaginal, dan topikal.

2.6.3.1 Kapsul Keras (hard capsule)

Kapsul keras adalah kapsul yang terbuat dari cangkang keras yang

umumnya dibuat dari gelatin, dengan bahan obat dan bahan tambahan di

dalamnya.

Kapsul keras memeiliki keuntungan, antara lain memiliki

bioavailabilitas yang lebih baik dibandingkan dengan tablet, memungkinkan

Page 36: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk pelepasan yang cepat, mudah diformulasi, multiple filling sehingga

memungkinkan untuk mencegah terjadinya inkompatibilitas dan

memudahkan untuk kontrol pelepasan, dan cangkang kapsul keras

merupakan barrier yang baik terhadap oksigen di atmosfer.

Keterbatasan kapsul keras, adalah harga relatif mahal, serbuk yang

terlalu banyak (very bulky material) dapat menimbulkan masalah, perlu

perhatian terhadap kelembapan dari cangkang (kelembapan yang baik untuk

cangkang : 13-15%), jika terlalu kering cangkang akan rapuh, dan jika

terlalu basah maka cangkang akan melunak dan lengket satu sama lain,

menyebabkan kesukaran pada waktu menelan, pada beberapa pasien.

Cangkang kapsul keras terdapat dalam berbagai ukuran. Ada 8 macam

ukuran cangkang seperti yang terlihat pada tabel berikut.

Tabel 2.1 Volume (ml) dan kapasitas (mg) cangkang kapsul

Ukuran 000 00 0 1 2 3 4 5

Vol. (ml) 1,37 0,95 0,68 0,50 0,37 0,30 0,21 0,13

Kapasitas

(mg),

p = 0,8 g/ml

1096 728 544 400 296 240 168 104

2.6.3.2 Kapsul Lunak (soft capsule)

Keuntungan kapsul lunak adalah sesuai untuk obat bentuk cair, obat

mudah menguap. obat dalam bentuk larutan atau suspensi; dengan

pelepasan yang cepat dapat memperbaiki bioavailabilitasnya, dapat ditutup

kedap udara sehingga sesuai untuk obat yang yang mudah teroksidasi,

mengurangi debu dalam pembuatannya, memungkinkan untuk mengurangi

iritasi lambung (dibandingkan dengan tablet dan kapsul keras), tersedia

dalam banyak bentuk dan ukuran (tube form dan bead form), penampilan

lebih elegan, dan mudah untuk ditelan.

Kerugian kapsul lunak, adalah lebih mahal dibandingkan tablet dan

kapsul keras, karena memerlukan mesin pengisian khusus dan keahlian

khusus dan meningkatkan kemungkinan interaksi antara isi dan cangkang.

Page 37: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.6.4 Cara Penyimpanan Kapsul

Gelatin bersifat stabil di udara bila dalam keadaan kering akan tetapi

mudah mengalami peruraian oleh mikroba bila menjadi lembab atau bila

disimpan dalam larutan berair. Oleh karena itu, kapsul gelatin yang lunak

pada pembuatannya ditambahkan bahan pengawet untuk mencegah

timbulnya jamur dalam cangkang kapsul. Bila mana di simpan dalam

lingkungan dengan kelembaban yang tinggi, penambahan uap air akan di

absorpsi (diserap) oleh cangkang kapsul dan kapsul tersebut akan

mengalami kerusakan dari bentuk dan kekerasannya (Ansel, 1989).

Cangkang kapsul kelihatannya keras, tetapi sebenarnya masih

mengandung air dengan kadar 10-15% menurut Farmakope Indonesia edisi

IV dan 12-16% menurut literatur dari Syamsuni 2006. Jika disimpan di

tempat yang lembab, kapsul akan menjadi lunak dan melengket satu sama

lain serta sukar dibuka karena kapsul itu dapat menyerap air dari udara yang

lembab. Sebaliknya, jika disimpan di tempat yang terlalu kering, kapsul itu

akan kehilangan airnya sehingga menjadi rapuh dan mudah pecah.

(Syamsuni, 2006).

Oleh karena itu, menurut Syamsuni (2006), penyimpanan kapsul

sebaiknya dalam tempat atau ruangan yang :

1. tidak terlalu lembab atau dingin dan kering

2. terbuat dari botol-gelas, tertutup rapat, dan diberi bahan pengering

(silika gel)

3. terbuat dari aluminium-foil dalam blister atau strip.

2.6.5 Evaluasi Sediaan Kapsul

a. Uji Keseragaman Bobot

Uji ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian keseragaman

bobot sediaan kapsul yang dihasilkan dengan persyaratan keseragaman

bobot dari Farmakope Indonesia edisi III (Depkes, 1979). Perbedaan

dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata isi kapsul

tidak boleh lebih dari yang ditetapkan kolom A dan untuk setiap 2

kapsul tidak lebih dari yang ditetapkan kolom B.

Page 38: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bobot rata-rata

isi kapsul

Perbedaan bobot isi kapsul dalam %

A B

120 mg atau lebih ± 10% ± 20%

Lebih dari 120 mg ± 7,5% ± 15%

b. Uji Waktu Hancur

Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu

hancur yang tertera dalam masing-masing monografi, kecuali pada

etiket dinyatakan bahwa tablet atau kapsul digunakan sebagai tablet

isap atau dikunyah atau dirancang untuk pelepasan kandungan obat

secara bertahap dalam jangka waktu tertentu atau melepaskan obat

dalam dua periode berbeda atau lebih dengan jarak waktu yang jelas di

antara periode pelepasan tersebut.

Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan

aktifnya terlarut sempurna. Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila

sisa sediaan, yang tertinggal pada kasa alat uji merupakan masa lunak

yang tidak mempunyai inti yang jelas, kecuali bagian dari penyalut atau

cangkang kapsul yang tidak larut (Roselyndiar, 2012).

Persyaratan uji waktu hancur untuk kapsul adalah kecuali

dinyatakan lain tidak lebih dari 15 menit (Depkes, 1979).

c. Uji Higroskopisitas

Suatu sediaan dikatakan stabil secara fisik apabila tidak

menunjukkan perubahan-perubahan sifat fisik selama masa

penyimpanan. Salah satu sifat fisik yang perlu diamati adalah sifat

higroskopisitas sediaan.

Uji higroskopisitas merupakan cara menguji kemampuan bahan

obat untuk menyerap uap dari udara setelah dibiarkan dalam suatu

kondisi dan satuan waktu yang diamati.

Sejumlah kapsul ditempatkan perlakuan pengaturan kelembaban

tertentu dan pada temperatur kamar. Masing-masing perlakuan diamati

setiap hari dalam seminggu dan tiap minggu selama satu bulan.

Page 39: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengamatan dilakukan terhadap perubahan bobot kasul, betuk kapsul,

dan isi kapsul (Roselyndiar, 2012).

2.7 Sistem Imun

Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh, baik manusia maupun

hewan, yang mempunyai kemampuan mengenal suatu benda asing terhadap

tubuh dan selanjutnya tubuh akan memberikan respon dalam bentuk

netralisasi, melenyapkan atau memasukkan dalam proses metabolisme

dengan akibat dapat menguntungkan dirinya atau menimbulkan kerusakan

bagi jaringan tubuhnya (Subowo, 1993).

Semua makhluk hidup vertebrata mampu memberikan tanggapan dan

menolak benda-benda atau konfigurasi yang dianggap asing oleh tubuhnya.

Kemampuan ini disebabkan oleh sel-sel khusus yang mampu mengenali dan

membedakan konfigurasi asing (non-self) dari konfigurasi yang berasal dari

tubuhnya sendiri (self). Sel khusus tersebut adalah limfosit yang merupakan

sel imunokompeten dalam sistem imun. Konfigurasi asing tersebut

dinamakan antigen atau imunogen, sedangkan proses serta fenomena yang

menyertainya dinamakan respon imun (Subowo, 1993).

Mekanisme pertahanan tubuh dibagi atas 3 fase, yaitu :

1. Immediate phase, ditandai oleh terdapatnya komponen sistim imun

kongenital (makrofag dan neutrofil), yang beraksi langsung terhadap

patogen tanpa diinduksi. Jika mikroorganisme memiliki molekul

permukaan yang dikenali oleh fagosit (makrofag dan neutrofil) sebagai

benda asing, akan diserang atau dihancurkan secara langsung. Bila m.o

dikenali sebagai antibodi, maka protein komplemen yang sesuai yang

berada diplasma akan berikatan dengan mikroorganisme, kompleks ini

kemudian dikenal sebagai benda asing oleh fagosit dan kemudian

diserang atau dihancurkan.

2. Acute-phase proteins atau early phase, muncul beberapa jam kemudian,

diinduksi, tetapi masih bersifat nonspesifik, timbul bila fagosit gagal

mengenal mikroorganisme melalui jalur diatas. Mikroorganisme akan

terpapar terhadap acute-phase proteins (APPs) yang diproduksi oleh

Page 40: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

hepatosit dan kemudian dikenali oleh protein komplemen. Kompleks

mikroorganisme, APPs, dan protein komplemen kemudian dikenali oleh

fagosit dan diserang serta dihancurkan.

3. Late phase, merupakan respon imun didapat timbul 4 hari setelah

infeksi pertama, ditandai oleh clonal selection limfosit spesifik. Pada

fase ini dibentuk molekul dan sel efektor pertama (Flachsmann, 2001).

Mekanisme pertahanan kekebalan tubuh melibatkan aksi sel darah

putih atau leukosit. Leukosit ini mencakup neutrofil, eosinofil, basofil, dan

monosit, yang semuanya fagositik dan terlibat dalam garis pertahanan

kedua, serta dua jenis limfosit (sel T dan sel B), yang tidak fagositik tetapi

sangat penting untuk respon imun spesifik (Raven et al., 2001).

Sistem imun dibagi atas dua jenis, yaitu sistem imun kongenital atau

non spesifik dan sistem imun didapat atau adaptive atau spesifik.

Mekanisme pertahanan tubuh oleh sistem imun kongenital bersifat spontan,

tidak spesifik, dan tidak berubah baik secara kualitas maupun kuantitas

bahkan setelah paparan berulang dengan patogen yang sama. Sedangkan

sistem imun didapat muncul setelah proses mengenal oleh limfosit (clonal

selection), yang tergantung pada paparan terhadap patogen sebelumnya.

Adanya sistem imun kongenital memungkinkan respon imun dini untuk

melindungi tubuh selama 4-5 hari, yang merupakan waktu yang diperlukan

untuk mengaktivasi limfosit (imunitas didapat).

Tahap awal mekanisme tubuh dalam mengenal molekul asing adalah

tahap pengenalan. Ada dua sistem pertahanan tubuh yang berperan dalam

hal ini, yaitu:

1. Sistem pertahanan tubuh alamiah (innate immune system), yang

dibawa sejak lahir. Komplemen memegang peranan penting dalam

mengenal jasad mikroorganisme tertentu dan segera

menghancurkannya.

2. Sistem pertahanan tubuh yang didapat (adaptive immune system),

dalam hal ini antibodi memegang peranan utama. Dalam mengenal

molekul asing yang masuk ke dalam tubuh reseptor dibentuk dengan

Page 41: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

cara menyatukan beberapa segmen dari gen sehingga terbentuk suatu

reseptor yang spesifik untuk molekul tertentu (Handojo, 2003).

Bila sistem imun bekerja pada zat yang diangap asing, maka ada dua

jenis respon imun yang mungkin terjadi, yaitu respon imun nonspesifik dan

respon imun spesifik (Kresno, 2001).

Gambar 2.5 Diagram Sistem Imun (Baratawidjaja, 2001)

2.7.1 Respon Imun Non spesifik

Respon imun nonspesifik pada umumnya merupakan imunitas bawaan

(innate immunity), artinya bahwa respon terhadap zat asing yang masuk ke

dalam tubuh dapat terjadi walaupun tubuh belum pernah terpapar pada zat

tersebut (Kresno, 2001). Respon imun nonspesifik dapat mendeteksi adanya

zat asing dan melindungi tubuh dari kerusakan yang diakibatkannya, tetapi

tidak mampu mengenali dan mengingat zat asing tersebut.

Selular Humoral Fisis/

mekanis

Larut Selular

Sel T Sel B

Fagosit

Mononuklear

(monosit dan makrofag)

Polimorfonuklear (eusinofil dan

Neutrofil)

Sel Nol

Natural Killer Cells (NK cells)

Interferon

C Reactive Protein

(CPR)

Sel Mediator

Basofil dan Matosit

Trombosit

Biokimia

Asam

lambung

Lisosixim

Laktoferin

Asam

neurominik

Humoral

Komplemen

Interferon

C Reactive

protein (CPR)

- Kulit

- Selaput

lendir - Silia

- Batuk

- Bersin

- Sel Th (Th1

dan Th2) - Sel Ts

- Sel Tc

Sel Plasma

Antibodi

Nonspesifik Spesifik

Sistem Imun

Page 42: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Komponen-komponen utama respon imun nonspesifik adalah

pertahanan fisik dan kimiawi. Pertahanan ini meliputi epitel dan zat-zat

antimikroba yang dihasilkan dipermukaannya, berbagai jenis protein dalam

darah termasuk komplemen-komplemen sistem komplemen, mediator

inflamasi lainnya dan berbagai sitokin, sel-sel fagosit yaitu sel-sel

polimorfonuklear, makrofag dan sel natural killer (NK) (Kresno, 2001).

2.7.2 Respon Imun Spesifik

Respon imun spesifik merupakan imunitas yang didapat (adaptive

immunity) dimulai dari pengenalan zat asing hingga penghancuran zat asing

tersebut dengan berbagai mekanisme (Subowo, 1993). Dalam respon imun

spesifik, limfosit merupakan sel yang memainkan peranan penting karena

sel ini mampu mengenali setiap antigen yang masuk ke dalam tubuh, baik

yang terdapat intraseluler maupun ekstraseluler. Secara umum, limfosit

dibedakan menjadi dua jenis yaitu limfosit T dan limfosit B. Respon imun

spesifik dapat dibagi dalam 3 golongan, yaitu respon imun seluler, respon

imun humoral dan interaksi antara respon imun selular dengan respon imun

humoral (Kresno, 2001).

Limfosit T dan B (sel T dan B) berasal dari sel induk yang sama yaitu

di sumsum tulang belakang. Pada masa janin dan anak-anak, limfosit imatur

bermigrasi ke timus dan mengalami pengolahan lebih lanjut menjadi

limfosit T. Limfosit yang matang di tempat lain selain timus akan menjadi

limfosit B.

Sel darah merah

Trombosit

Monosit

Granulosit

Sumsum tulang

Sel prekursor Limfosit

Hemopoetik sumsum

Sel B Sel T

Timus

s

Jaringan Limfoid Perifer

Page 43: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.6 Diagram Asal Sel B dan Sel T (Sherwood, 2001)

Sel B berasal dari limfosit yang matang dan berdiferensiasi di sumsum

tulang, sedangkan sel T berasal dari limfosit yang berasal dari sumsum

tulang tetapi matang di timus. Sel T dan B yang matang mengalir melalui

darah dan berdiam di jaringan limfoid perifer dan membentuk koloni. Kedua

sel ini akan berproliferasi setelah mendapat stimulasi dengan adanya invasi

asing (Sherwood, 2001).

2.7.2.1 Respon Imun Selular

Respon imun selular merupakan fungsi dari limfosit T. Imunitas

selular berfungsi untuk mengorganisasi respons inflamasi non spesifik

dengan mengaktivasi fungsi makrofag sebagai fagosit dan bakterisid, serta

sel fagosit lainnya; selain itu juga mengadakan proses sitolitik atau

sitotoksik spesifik terhadap sasaran yang mengandung antigen. Imunitas

selular berfungsi pula untuk meningkatkan fungsi sel B untuk memproduksi

antibodi, juga meningkatkan fungsi subpopulasi limfosit T baik sel

Th/penginduksi maupun sel Tc/sel supresor. Fungsi lainnya adalah untuk

meregulasi respons imun dengan mengadakan regulasi negatif dan regulasi

positif terhadap respons imun (Abbas et al., 1991).

Adanya antigen akan menyebabkan proliferasi dan diferensiasi sel T

menjadi beberapa subpopulasi. Subpopulasi sel T yang disebut sel T-helper

(Th) akan mengenali antigen pada permukaan sel makrofag atau sel yang

terinfeksi melalui T-cell receptors (TCR) dan molekul major

histocompatibility complex (MHC) kelas-II. Sinyal yang diberikan oleh sel

terinfeksi akan menginduksi limfosit untuk memproduksi berbagai jenis

limfokin yang dapat membantu menghancurkan antigen tersebut.

Sel B Sel T

Invasi

asing

Respon Imun Humoral Respon Imun Selular

Page 44: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Subpopulasi sel T lain yang disebut sel T-cytotoxic (Tc) akan

menghancurkan antigen melalui MHC kelas-I dengan cara kontak langsung

dengan sel (cell to cell contact). Selain itu, sel Tc memproduksi γ-interferon

yang mencegah penyebaran antigen lebih jauh (Kresno, 2001).

2.7.2.2 Respon Imun Humoral

Limfosit B adalah satu-satunya sel yang mampu memproduksi

antibodi, mengenali antigen ekstraseluler dan berdiferensiasi menjadi sel

plasma yang mensekresi antibodi, berfungsi sebagai perantara imunitas

humoral. Fungsi terpenting antibodi adalah mencegah mikroba yang ada di

permukaan mukosal dan dalam darah, agar tidak masuk dan berkolonisasi

dalam sel inang dan jaringan-jaringannya sehingga antibodi ini mencegah

terjadinya infeksi tetap (Abbas et al., Abbas Lichtman, 2011).

Respon imun humoral dilakukan oleh sel B dan produknya, yaitu

antibodi. Respon ini diawali dengan diferensiasi limfosit B menjadi suatu

populasi sel plasma yang memproduksi dan melepaskan antibodi spesifik ke

dalam darah. Diferensiasi sel B dibantu oleh sel Th2. Adanya sinyal yang

diberikan oleh makrofag, sel Th2 akan merangsang sel B untuk

memproduksi antibodi. Sel T-supresor juga ikut berperan dalam pengaturan

produksi antibodi agar seimbang dan sesuai dengan kebutuhan. Antibodi

yang terbentuk akan berikatan dengan antigen membentuk kompleks

antigen-antibodi yang akan mengaktivasi komplemen dan mengakibatkan

hancurnya antigen tersebut. Pada respon imun humoral juga terjadi respon

primer yang membentuk populasi sel B memory (Kresno, 2001).

2.7.3 Limfosit T

Limfosit T atau sel T adalah sel yang bertanggung jawab dalam

respon imun selular. Sel T dapat dibedakan sebagai berikut :

a. Sel Thelper (Sel Th)

Sel Th adalah sel yang membantu meningkatkan perkembangan sel

B aktif menjadi sel plasma, memperkuat aktivitas sel T sitotoksik dan sel

T supresor yang sesuai, dan mengaktifkan makrofag. Sel Th dapat

dibedakan menjadi sel Th1 dan Th2. Sel Th1 berperan sebagai limfosit

Page 45: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang akan melepaskan sitokin yang bersifat proinflamasi, sedangkan sel

Th2 berperan dalam memproduksi antibodi dengan menstimulasi sel B

menjadi sel plasma.

b. Sel Tsuppresor (Sel Ts)

Sel Ts adalah sel yang berperan dalam membatasi reaksi imun

melalui mekanisme “check and balance” dengan limfosit yang lain. Sel

Ts menekan akitivitas sel T lainnya dan sel B. Sel Th dan sel Ts akan

berinteraksi dengan adanya metode umpan balik. Sel Th membantu sel

Ts beraksi dan sel Ts akan menekan sel T lainnya. Dengan demikian sel

Ts dapat menghambat respon imun yang berlebihan dan bersifat

antiinflamasi.

c. Sel Tcytotoxic (Sel Tc)

Sel Tc adalah sel yang mampu menghancurkan sel cangkokan dan

sel yang terinfeksi virus (Sherwood, 2001).

2.7.4 Limfosit B

Limfosit B atau sel B tidak melakukan perjalanan ke timus; sel ini

menyelesaikan pematangan di sumsum tulang. Dari sumsum tulang, sel B

dilepaskan bersirkulasi dalam darah dan getah bening. Sel B individual,

seperti sel-sel T, yang khusus untuk mengenali antigen asing tertentu.

Ketika sel B bertemu dengan antigen yang ditargetkan, sel B mulai

membelah dengan cepat, dan berdiferensiasi menjadi sel plasma dan sel

memori. Setiap sel plasma adalah pabrik yang memproduksi antibodi yang

menempel seperti bendera untuk antigen, menandai setiap sel membawa

antigen untuk dihancurkan. Sel B merupakan prekursor sel plasma; khusus

untuk mengenali antigen asing tertentu.

Sel B juga merespons helper sel T diaktifkan oleh interleukin-1.

Seperti sel T sitotoksik, sel B memiliki protein reseptor pada permukaannya,

satu jenis reseptor untuk setiap jenis sel B. Sel B mengenali mikroba

sebanyak sel T sitotoksik mengenali sel yang terinfeksi, tetapi tidak seperti

sel T sitotoksik, sel B tidak meyerang diri sendiri. Sebaliknya, mereka

menandai patogen untuk dihancurkan oleh mekanisme yang tidak memiliki

Page 46: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

"ID cek" sistem sel B sendiri. Di awal respon imun, marker ditempatkan

oleh B sel protein komplemen peringatan untuk menyerang sel-sel yang

membawa mereka.

Cara sel-sel B melakukan penandaan sederhana dan sangat mudah.

Berbeda dengan reseptor pada sel T, yang mengikat hanya untuk antigen-

MHC kompleks protein pada sel antigen-presenting (APC), reseptor sel B

dapat mengikat bebas sehingga antigen belum diproses. Ketika sel B

bertemu antigen, partikel antigen akan masuk ke dalam sel B oleh

endositosis dan diproses. Sel Thelper yang mampu mengenali antigen

spesifik akan mengikat kompleks protein antigen-MHC pada sel B dan

melepaskan interleukin-2, yang merangsang sel B membelah. Di samping

bersifat bebas, antigen yang belum diproses menempel antibodi pada

permukaan sel B. Paparan antigen ini memicu lebih banyak lagi B

proliferasi sel. Sel B membelah untuk menghasilkan sel-sel memori B

berumur panjang dan sel plasma yang berfungsi pabrik antibodi sebagai

berumur pendek. Antibodi yang dilepaskan ke dalam plasma darah, getah

bening, dan cairan ekstraselular lainnya (Raven et al., 2001).

Limfosit B menanggapi antigen dengan memproduksi protein yang

disebut antibodi. Antibodi protein yang dihasilkan disekresikan ke dalam

darah dan tubuh lainnya cairan dan dengan demikian memberikan kekebalan

humoral. (Humor istilah di sini digunakan dalam arti kuno, mengacu pada

cairan tubuh). Limfosit lainnya yang disebut sel T tidak mengeluarkan

antibodi melainkan langsung menyerang sel-sel yang membawa antigen

spesifik. Sel-sel ini sehingga digambarkan sebagai menghasilkan imunitas

seluler. (Raven et al., 2001).

2.8 Imunomodulator

2.8.1 Definisi

Imunomodulator adalah obat yang dapat mengembalikan dan

memperbaiki sistem imun yang fungsinya terganggu atau untuk menekan

yang fungsinya berlebihan (Baratawidjaja, 2002).

Page 47: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.8.2 Mekanisme Kerja (Baratawidjaja, 2002).

Obat golongan imunomodulator bekerja menurut 3 cara, yaitu melalui :

a. Imunorestorasi

b. Imunostimulasi

c. Imunosupresi

Imunorestorasi dan imunostimulasi disebut imunopotensiasi atau up

regulation, sedangkan imunosupresi disebut down regulation.

a. Imunorestorasi

Imunorestorasi ialah suatu cara untuk mengembalikan fungsi sistem

imun yang terganggu dengan memberikan berbagai komponen sistem imun,

sepertI immunoglobulin dalam bentuk Immune Serum Globulin (ISG),

Hyperimmune Serum Globulin (HSG), plasma, plasmapheresis,

leukopheresis, transplantasi sumsum tulang, hati dan timus.

1. ISG dan HSG

Diberikan untuk memperbaiki fungsi sistem imun pada penderita dengan

defisiensi imun humoral, baik primer maupun sekunder. ISG dapat

diberikan secara intravena dengan aman. Defisiensi imunoglobulin

sekunder dapat terjadi bila tubuh kehilangan Ig dalam jumlah besar,

misalnya pada sindrom nefrotik, limfangiektasi intestinal, dermatitis

eksfoliatif dan luka bakar.

2. Plasma

Infus plasma segar telah diberikan sejak tahun 1960 dalam usaha

memperbaiki sistem imun. Keuntungan pemberian plasma adalah semua

jenis imunoglobulin dapat diberikan dalam jumlah besar tanpa

menimbulkan rasa sakit.

3. Plasmapheresis

Plasmapheresis (pemisahan sel darah dari plasma) digunakan untuk

memisahkan plasma yang mengandung banyak antibodi yang merusak

jaringan atau sel, seperti pada penyakit miastenia gravis, sindroma

goodpasture dan anemia hemolitik autoimun.

Page 48: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Leukopheresis

Pemisahan leukosit secara selektif dari penderita telah dilakukan dalam

usaha terapi artritis

b. Imunostimulasi

Imunostimulasi yang disebut juga imunopotensiasi adalah cara

memperbaiki fungsi sistem imun dengan menggunakan bahan yang

merangsang sistem tersebut. Biological Response Modifier (BRM) adalah

bahan-bahan yang dapat merubah respons imun, biasanya meningkatkan.

BRM ada yang berupa biologik, yakni :

Hormon timus

Sel epitel timus memproduksi beberapa jenis homon yang berfungsi

dalam pematangan sel T dan modulasi fungsi sel T yang sudah matang.

Ada 4 jenis hormon timus, yaitu timosin alfa, timolin, timopoietin dan

faktor humoral timus. Semuanya berfungsi untuk memperbaiki

gangguan fungsi imun (imunostimulasi non-spesifik) pada usia lanjut,

kanker, autoimunitas dan pada defek sistem imun (imunosupresi) akibat

pengobatan. Pemberian bahan-bahan tersebut jelas menunjukkan

peningkatan jumlah, fungsi dan reseptor sel T dan beberapa aspek

imunitas seluler. Efek sampingnya berupa reaksi alergi lokal atau

sistemik.

Limfokin

Disebut juga interleukin atau sitokin yang diproduksi oleh limfosit yang

diaktifkan. Contohnya ialah Macrophage Activating Factor (MAF),

Macrophage Growth Factor (MGF), T-cell Growth Factor atau

Interleukin-2 (IL-2), Colony Stimulating Factor (CSF) dan interferon

gama (IFN-γ). Gangguan sintetis IL-2 ditemukan pada kanker,

penderita AIDS, usia lanjut dan autoimunitas.

Interferon

Ada tiga jenis interferon yaitu alfa, beta dan gama. INF-α dibentuk oleh

leukosit, INF-β dibentuk oleh sel fibroblas yang bukan limfosit dan

IFN-γ dibentuk oleh sel T yang diaktifkan. Semua interferon dapat

Page 49: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menghambat replikasi virus DNA dan RNA, sel normal dan sel ganas

serta memodulasi sistem imun.

Antibodi monoklonal

Diperoleh dari fusi dua sel yaitu sel yang dapat membentuk antibodi

dan sel yang dapat hidup terus menerus dalam biakan sehingga antibodi

tersebut dapat dihasilkan dalam jumlah yang besar. Antibodi tersebut

dapat mengikat komplemen, membunuh sel tumor manusia dan tikus in

vivo.

c. Imunosupresi

Merupakan suatu tindakan untuk menekan respons imun.

Kegunaannya di klinik terutama pada transplantasi untuk mencegah reaksi

penolakan dan pada berbagai penyakit inflamasi yang menimbulkan

kerusakan atau gejala sistemik, seperti autoimun atau auto-inflamasi.

2.8.3 Uji Pemeriksaan Sistem Imun (Rahma, 2011)

Terdapat beberapa uji untuk menilai sistem imun, antara lain :

a. Titer Antibodi

Uji titer antibodi ini berdasarkan uji hemaglutinasi. Hemaglutinasi

merupakan cara untuk menemukan antibodi atas dasar aglutinasi sel

darah merah. Sebagai antigen dapat di gunakan sel darah merah sendiri

atau antigen yang mensensitisasi sel darah merah. Antibodi adalah

imunoglobulin yang merupakan golongan protein yang dibentuk oleh

sel plasma dan berasal dari proliferasi sel B akibat adanya kontak

dengan antigen. Titer antibodi yang tinggi menunjukkan bahwa sediaan

uji dapat meningkatkan sistem imun (Hargono, Winarno, dan Werawati,

2000).

b. Uji Proliferasi Limfosit

Uji proliferasi limfosit dilakukan untuk mengetahui apakah sel T dapat

memberikan respon terhadap antigen. Sel yang berproliferasi akan

memberikan peningkatakan jumlah limfosit setalah beberapa jam

disuntikkan antigen berulang (Wagner and Jurcic, 1991).

Page 50: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Reaksi Hipersensitivitas Tipe Lambat

Reaksi tipe IV disebut juga reaksi hipersensitivitas tipe lambat, Cell

Mediated Immunity (CMI), Delayed Type Hypersensitivity (DTH) atau

reaksi tuberkulin yang timbul lebih dari 24 jam setelah tersensitisasi

dengan

2.9 CD19 (Cluster of Differentiation 19)

Respon imun spesifik meliputi aktivasi dan maturasi sel T, sel mediator

dan sel B untuk memproduksi antibodi yang cukup untuk melawan antigen

(Kresno, 1996). Pada hakikatnya respon imun spesifik merupakan interaksi

antara berbagai komponen dalam sistem imun secara bersama-sama. Respon

imun spesifik terdiri dari respon imun seluler (cell-mediated immunity) dan

respon imun humoral. Perbedaan kedua respon imun tersebut terletak pada

molekul yang berperan dalam melawan agen infektif, namun tujuan utamanya

sama yaitu untuk menghilangkan antigen (Benjamini et al., 2000).

Respon imun selular merupakan fungsi dari limfosit T. Antigen akan

menyebabkan proliferasi dan diferensiasi sel T menjadi beberapa subpopulasi.

Subpopulasi sel T yang disebut sel T-helper (Th) akan mengenali antigen

pada permukaan sel makrofag atau sel yang terinfeksi melalui T-cell

receptors (TCR) dan molekul major histocompatibility complex (MHC)

kelas-II (Kresno, 2001).

Limfosit B atau sel B berperan dalam sistem imun spesifik humoral

yang akan menghasilkan antibodi. Antibodi dapat ditemukan di serum darah,

berasal dari sel B yang mengalami proliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel

plasma. Fungsi utama antibodi sebagai pertahanan terhadap infeksi

ekstraselular, virus dan bakteri serta menetralisasi toksinnya (Baratawidjaya,

2006). Sel B memiliki reseptor yang spesifik untuk tiap-tiap molekul antigen

dan dapat dideteksi melalui metode tertentu melalui marker seperti CD19,

CD21 dan MHC II (Abbas et.al., 2007).

CD19 merupakan molekul penanda dari sel B atau limfosit B. CD19

memiliki nama lain, yaitu B4. CD19 bekerja dengan cara berinteraksi dengan

reseptor antigen dan membentuk kompleks pada limfosit B yang

Page 51: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menghasilkan antibodi. Antigen dapat berupa molekul yang berada di

permukaan unsur patogen maupun toksin yang diproduksi oleh antigen yang

bersangkutan (http://bdbiosciensces.com).

Cluster of Diferentiation (kluster diferensiasi) adalah protokol yang

digunakan untuk identifikasi dan investigasi molekul yang terdapat pada

permukaan sel, khususnya sel darah putih. Molekul CD mempunyai beberapa

fungsi, misalnya sebagai reseptor atau ligan, atau pada adhesi sel. Manusia

dilengkapi sedikitnya 350 buah molekul CD (Zola et.al., 2005)

Nomenklatur CD dikembangkan HLDA (Human Leukocyte Antigen

Diferensiasi). Tujuannya adalah untuk memberikan standarisasi antibodi

monoklonal terhadap antigen manusia di laboratorium. Nomenklatur CD

tergantung pada selnya. Untuk sel T, molekul penanda pada manusia berupa

CD3, CD4,CD8; sel NK berupa CD56; dan sel B berupa CD19; dan lain-lain

(http://bdbiosciensces.com).

2.10 Flowsitometri

Flow cytometry adalah teknik untuk menganalisis dan menghitung

partikel secara mikroskopis yang tersuspensi dalam aliran fluida (Ningrum,

2010). Alat yang digunakan untuk metode ini dinamakan flow cytometer.

Flow cytometer adalah instrumen untuk menghitung jumlah sel dalam sekali

analisis, instrumen ini dilakukan secara otomatis, waktunya relatif singkat

yaitu kurang dari satu menit. Instrumen ini mampu mengukur ukuran sel,

jumlah komponen seperti jumlah total DNA, DNA yang baru disintesis,

ekspresi gen pada jumlah mRNA (messenger Ribonucleic acid), jumlah

reseptor spesifik, dan jumlah protein intraseluler (Martz, 2003). Menurut

Rowley (2013), flow cytometer digunakan untuk aplikasi dalam analisis

ekspresi green fluorescent protein (GFP), analisis DNA, diagnosis kanker,

penemuan obat, dan mikrobiologi.

Secara umum, flow cytometer adalah mikroskop fluoresensi yang

digunakan untuk analisis perpindahan partikel dalam suspensi, dilihat dengan

sinar UV atau laser dan pada saatnya akan memancarkan epi-fluoresensi

melalui cermin dichroic. Epi-fluoresensi terhadap jumlah sel yang

Page 52: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dipancarkan akan dikonversikan menjadi sebuah grafik dengan suatu program

yang ada pada flow cytometer. Flow cytometer terdiri dari fluidik, optik dan

elektronik (Robinson, 2006). Flow cytometry bersifat preparatif, yaitu sel-sel

yang hidup diurutkan ke dalam tempat yang terpisah berdasarkan sifat dari

masing-masing sel (Martz, 2003).

Keuntungan dari metode flow cytometry yaitu waktu yang dibutuhkan

untuk analisis sangat singkat, hasil yang didapat juga cepat, dapat memroses

hingga 100.000 partikel per detik, dapat memisahkan partikel tunggal dari

campuran populasi, dan adanya komputer yang modern dapat melakukan

analisis multiparameter. Sedangkan kekurangan dari metode ini lebih mahal

daripada radioimunoassay, lebih lambat dibandingkan dengan sistem

otomatis imageprocessing (Robinson, 2004).

2.11 Kontrol Pembanding

IM® mengandung Echinacea purpurea 250 mg, ekstrak Black

eldelberry 400 mg, dan Zinc picolinate 5 mg, dikemas dalam sediaan kaplet.

IM®membantu memperbaiki daya tahan tubuh atau respon imun tubuh, juga

digunakan sebagai terapi pendamping untuk infeksi yang akut dan kronis,

terutama untuk infeksi saluran pernafasan dan genitalia seperti kandidadiasis

dan vaginitis. Echinacea adalah tumbuhan pertama yang dibuktikan secara

ilmiah khasiat stimulasinya terhadap sistem imun (Tjay et al., 2002).

Mekanisme Echinacea yang bekerja dengan cara menginduksi sitokin,

sedangkan Zn picolinate mengaktivasi membran sel imun pada saat proses

transkripsi, sehingga kombinasi Echinaceadan Zn picolinate merupakan

kombinasi yang ideal untuk meningkatkan respon imun terutama pada

keadaan infeksi (Anonim, 2006).

Telah terbukti bahwa Echinacea merupakan imunostimulan non

spesifik, dengan kata lain Echinacea tidak mempunyai hubungan antigenik

dengan patogen-patogen spesifik. Hal ini merupakan hasil dari stimulasi

respon imun seluler seperti fagositosis dan pelepasan sitokin serta faktor-

faktor serum lainnya. Fagositosis (proses ingesti atau menghancurkan

mikroorganisme, sel dan partikel) oleh sel-sel pada sistem

Page 53: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

retikuloendotelial, telah digunakan sebagai indikator aktifitas

imunostimulan dari Echinacea (Bradley, 2006).

2.12 Literatur Review

Telah dilakukan penelitian oleh Musdja (2011) tentang uji efek

imunomodulator ekstrak air campuran daun sirih (Piper betle Linn.),

gambir (Uncaria gambir Roxb.), dan kapur sirih pada sel fagositosis

mencit, pada dosis sedang 200 mg/kgBB terbukti memberikan efek

imunomodulator.

Penelitian Fatimah (2010) pada uji pendahuluan tablet hisap campuran

daun sirih dan gambir dengan perbandingan 0,636 : 0,333 gr yang

diberikan kepada 6 orang relawan selama 7 hari. Hasil pengukuran CD4

relawan sebelum pemberian dan sesudah pemberian 7 hari tablet hisap,

diperoleh hasil uji T berbeda secara bermakna dibandingkan dengan

control normal. Penelitian ini menunjukkan bahwa tablet hisap daun sirih

dan gambir juga memiliki potensi untuk melawan virus, yaitu dengan

meningkatkan kadar CD4 pada relawan.

Penelitian Nurnabila (2011) pada uji pendahuluan tablet hisap campuran

daun sirih dan kapur sirih (CaCO3) dengan mengambil darah 8 orang

panelis masing-masing sebanyak 3 ml, dengan 6 orang diberikan tablet

hisap ekstrak sirih dan kapur sirih, 1 orang kontrol positif yang diberikan

Imboost Force, dan 1 orang kontrol negatif yang tidak berikan perlakuan

selama 5 hari berturut-turut menunjukkan tidak adanya perbedaan

bermakna antara data sebelum dan sesudah perlakuan terhadap kontrol

positif dan terdapat perbedaan bermakna terhadap kontrol negatif

Page 54: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Piper betle L.

Eugenol Katekin Ca2+

2.13 Kerangka Teori Penelitian

Uncaria gambir Roxb. Ca(OH)2

Antioksidan dan

Immunomodulator

Antioksidan

Imunomodulator

Campuran Komponen Menyirih

Meningkatkan aktifitas

fagositosit &

Meningkatkan kapasitas

fagositosit serta

menetralisir radikal bebas

di dalam tubuh

Menetralisir

radikal bebas di

dalam tubuh

Membentuk antibodi dan

aksi antagonis pada sel

poliferasi & sel diferensiasi

Imunomodulator

Page 55: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

38 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi

experimental research dengan non randomized control group pretest postest

design. Desain penelitian ini menggunakan kelompok pembanding

(kontrol), tetapi tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-

vaeriabel luar yang mempengaruhi penelitian. Penelitian ini menggunakan

kelompok uji dan kelompok kontrol yang tidak dipilih secara random.

Penelitian ini dilakukan dengan melihat perbedaan pretest (sebelum)

dan postest (sesudah) diberi perlakuan. Kelompok uji dan kelompok kontrol

yang tidak dipilih secara random. Untuk kelompok kontrol terbagi menjadi

kontrol positif dan kontrol negatif. Kelompok kontrol positif diberikan

Imboost® Force Kaplet Salut Selaput, sedangkan kelompok kontrol negatif

tidak diberikan perlakuan.

3.2 Variabel Penelitian

3.2.1 Variabel Independen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kapsul ekstrak air

komponen menyirih. Dosis yang digunakan adalah 972 mg sekali pakai.

Intervensi dilakukan selama 14 hari.

3.2.2 Variabel Dependen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah jumlah kadar CD19

pada responden sehat sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan atau

intervensi.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fitokimia dan

Farmakognosi (PNA), Laboratorium Penelitian 1 (PDR), Laboratorium

Kimia Obat (PMC), dan Laboratorium Penelitian 2 (PBB) Program Studi

Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Page 56: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Syarif Hidayatullah Jakarta dan Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Penelitian ini berlangsung mulai dari bulan Mei-

Oktober 2016.

3.4 Alat dan Bahan Penelitian

3.4.1 Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan terdiri dari alu,timbangan analitik, kertas

saring, kertas perkamen, gelas beker, batang pengaduk, gelas ukur, kain

flannel, tabung reaksi, pipet tetes, spatula, kaca arloji, kapas, cawan

penguap, aluminium foil, corong, lemari asam, blender, freeze drier,

disintegration tester, sysmex pouch 100i dan FACSCalibur.

3.4.2 Bahan Penelitian

a. Bahan Tanaman

Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak air

kering gambir (Uncaria gambir Roxb.) yang diperoleh dari Payakumbuh-

Sumatra Barat, daun sirih (Piper betle L.) dari Balai Penelitian Tanaman

Rempah dan Obat (BALITRO) dan kapur sirih [Ca(OH)2] diperoleh dari

CV. Total Equipment Pharmacy Semarang.

b. Bahan Pereaksi

Bahan-bahan yang digunakan yaitu : aquadest, etanol 96%, asam

sulfat pekat, asam sulfat 10 N, natrium hidroksi 5%, ammonia 10%, amonia

25%, FeCl₃ 5%, asam nitrat pekat, HCl, lempeng Mg, HCl pekat, eter, asam

asetat anhidrat, serbuk natrium asetat, NaOH 1 N, kloroform; pereaksi

Stiasny, Dragendorf, Meyer, Buchard dan Liebermann-Buchard, reagen BD

Tritest CD19 dan BD DACS lysing solution.

c. Bahan lain

Imboost® Force Kaplet Salut Selaput dan cangkang kapsul ukuran 00.

3.5 Alur Penelitian

3.5.1 Determinasi Gambir dan Daun Sirih

Sebelum dilakukan penelitian terhadap tumbuhan, terlebih dahulu

dideterminasi masing-masing gambir dan daun sirih untuk mengidentifikasi

Page 57: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

jenis simplisia. Determinasi dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI) Bogor, Jawa Barat.

3.5.2 Penyiapan Simplisia yang Digunakan

Penyiapan gambir yaitu dengan cara membersihkannya dari pengotor,

gambir yang digunakan yaitu berupa bongkahan gambir yang diperoleh dari

Payakumbuh-Sumatera Barat. Bongkahan gambir kemudian dihaluskan

sampai menjadi serbuk. Serbuk gambir tersebut diidentifikasi dan skrining

fitokimia, sedangkan daun sirih sudah diperoleh dalam bentuk serbuk

kering, kemudian diidentifikasi dan dilakukan juga skrining fitokimia.

3.5.3 Karakterisasi Ekstrak

a. Parameter Spesifik

Parameter yang diamati berupa organoleptis, yaitu meliputi bentuk,

warna, bau, dan rasa ekstrak yang dibuat (Anonim, 2000).

b. Parameter Non spesifik

1. Susut Pengeringan

Ekstrak ditimbang dengan seksama sebanyak 1 gram sampai 2 gram

dan dimasukkan ke dalam botol timbang dangkal bertutup yang

sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105oC selama 30 menit dan

telah ditara. Sebelum ditimbang, ekstrak diratakan dalam botol

timbang dengan menggoyang-goyangkan botol, hingga merupakan

lapisan setebal lebih kurang 5 mm sampai 10 mm, kemudian

dimasukan ke dalam oven, dibuka tutupnya. Pengeringan dilakukan

pada suhu 105oC hingga diperoleh bobot tetap lalu ditimbang.

Sebelum setiap pengeringan, botol dibiarkan dalam keadaan tertutup

mendingin dalam eksikator hingga mencapai suhu kamar. Kekurangan

bobot dari sebelum pengeringan dengan sesudah pengeringan dihitung

sebagai susut pengeringan (Depkes RI, 2000).

% 𝑆𝑢𝑠𝑢𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑤𝑎𝑙 −𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑤𝑎𝑙 𝑥 100%

2. Kadar Air

Masukkan lebih kurang 10 gram simplisia/ekstrak dan timbang

seksama dalam wadah yang telah ditara. Keringkan pada suhu 105 oC

selama 5 jam, dan ditimbang. Pengeringan dilanjutkan dan ditimbang

Page 58: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pada jarak 1 jam sampai perbedaan antara dua penimbangan berturut-

turut tidak lebih dari 0,25% (FI IV, 1995).

3. Kadar Abu

Sebanyak 2 gram ekstrak yang telah digerus dan ditimbang

seksama, dimasukan kedalam krus platina atau krus silikat yang telah

dipijarkan dan ditara, lalu ekstrak diratakan. Dipijarkan perlahan-lahan

hingga arang habis, didinginkan, ditimbang. Kadar abu dihitung

terhadap berat ekstrak dan dinyatakan dalam % b/b (Depkes RI,

2000).

% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑏𝑢 =𝑐−𝑎

𝑏−𝑎 𝑥 100%

Dimana :

a = berat ekstrak + wadah awal (gram)

b = berat ekstrak + wadah akhir (gram)

c = berat ekstrak (gram)

3.5.4 Identifikasi Gambir

a. Sebanyak 2 mg serbuk gambir ditambahkan 5 tetes asam sulfat P akan

menghasilkan warna coklat merah

b. Sebanyak 2 mg serbuk gambir ditambahkan asam sulfat 10 N akan

menghasilkan warna coklat muda

c. Sebanyak 2 mg serbuk gambir ditambahkan 5 tetes Na hidroksida 5%

dalam etanol menghasilkan warna coklat merah

d. Sebanyak 2 mg serbuk gambir ditambahkan 5 tetes ammonia 25% akan

menghasilkan warna coklat merah

e. Sebanyak 2 mg serbuk gambir ditambahkan 5 tetes larutan FeCl3 5%

akan menghasilkan coklat kehitaman (Depkes RI, 1989).

3.5.5 Identifikasi Cemaran Urea

Melarutkan 100 mg dalam 1 ml air, tambahkan 1 ml asam nitrat P;

terbentuk endapan hablur putih (Depkes, 1979).

3.5.6 Penapisan Fitokimia (Fransworth, 1969)

a. Identifikasi golongan Alkaloid

Sebanyak 2 gram sampel ditambahkan 5 ml ammonia 25%, digerus

dalam mortir, kemudian ditambahkan 20 ml etil asetat dan digerus

Page 59: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kembali dengan kuat, kemudian disaring. Filtrat berupa larutan organik

diambil (sebagai larutan A), sebagian dari larutan A (10 ml) diekstraksi

dengan 10ml larutan HCl 1:10 dengan pengocokan dalam tabung reaksi,

diambil larutan bagian atasnya (larutan B). Larutan A diteteskan

beberapa tetes pada kertas saring dan ditetesi dengan pereaksi

Dragendorf. Jika terbentuk warna merah atau jingga pada kertas saring

maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan alkaloid dalam

sampel.

Larutan B dibagi dalam dua tabung reaksi, masing-masing

ditambahkan pereaksi Dragendorf dan Mayer. Jika terbentuk endapan

merah bata dengan pereaksi Dragendorf dan endapan putih dengan

pereaksi Mayer maka menunjukkan adanya senyawa golongan alkaloid.

b. Identifikasi golongan Flavonoid

Sebanyak 1 gram sampel ditambahkan 50 ml air panas, dididihkan

5 menit dan disaring, filtrat yang akan digunakan sebagai larutan

percobaan. Ke dalam 5 ml larutan percobaan (dalam tabung reaksi)

ditambahkan serbuk atau lempeng magnesium secukupnya dan 1 ml HCl

pekat, serta 5 ml butanol, dikocok dengan kuat lalu dibiarkan hingga

memisah. Jika terbentuk warna pada lapisan butanol (lapisan atas) maka

hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan flavonoid.

c. Identifikasi golongan Saponin

Sebanyak 10 ml larutan percobaan yang diperoleh dari percobaan b

(identifikasi golongan flavonoid), dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dan dikocok secara vertikal selama 10 detik, kemudian dibiarkan selama

10 menit. Jika dalam tabung reaksi terbentuk busa yang stabil dan jika

ditambahkan 1 tetes HCl 1% busa tetap stabil maka hal itu menunjukkan

adanya senyawa golongan saponin.

d. Identifikasi golongan Steroid dan Triterpenoid

Sebanyak 1 gram sampel ditambahkan dengan 20 ml eter, dibiarkan

selama 2 jam dalam wadah dengan penutup rapat lalu disaring dan

diambil filtratnya. 5 ml dari filtrat tersebut diuapkan dalam cawan

penguap hingga diperoleh residu. Ke dalam residu ditambahkan 2 tetes

Page 60: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat (pereaksi Libermann-

Burchard). Jika terbentuk warna hijau atau merah maka hal itu

menunjukkan adanya senyawa golongan steroid dan triterpenoid dalam

simplisia tersebut.

e. Identifikasi golongan Tannin

Sebanyak 2 gram sampel ditambahkan 100 ml air, dididihkan

selama 15 menit lalu didinginkan dan disaring dengan kertas saring,

filtrat yang diperoleh dibagi menjadi dua bagian. Ke dalam filtrat

pertama ditambahkan 10 ml larutan FeCl3 1%, jika terbentuk warna biru

tua atau hijau kehitaman maka hal itu menunjukkan adanya senyawa

golongan tanin. Ke dalam filtrat yang kedua ditambahkan 15 ml pereaksi

Stiasny (formaldehid 30% : HCl pekat = 2:1), lalu dipanaskan di atas

penangas air sambil digoyang-goyangkan. Jika terbentuk endapan warna

merah muda menunjukkan adanya tanin katekuat. Selanjutnya endapan

disaring, filtrat dijenuhkan dengan serbuk natrium asetat, ditambahkan

beberapa tetes larutan FeCl3 1%, jika terbentuk warna biru tinta maka

menunjukkan adanya tanin galat.

f. Identifikasi golongan Kuinon

Sebanyak 5 ml larutan percobaan dari percobaan b (identifikasi

golongan flavonoid), lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi,

ditambahkan beberapa tetes larutan NaOH 1 N. Jika terbentuk warna

merah maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan kuinon.

g. Identifikasi golongan Minyak Atsiri

Sejumlah 2 gram sampel dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 ml

pelarut petroleum eter dan dipasang corong (yang diberi lapisan kapas

yang telah dibasahi dengan air) pada mulut tabung, dipanaskan selama 10

menit di atas penangas air dan didinginkan lalu disaring dengan kertas

saring. Filtrat yang diperoleh diuapkan dalam cawan penguap hingga

diperoleh residu. Residu dilarutkan dengan pelarut alkohol sebanyak 5 ml

lalu disaring dengan kertas saring. Filtratnya diuapkan dalam cawan

penguap, jika residu berbau aromatik/menyenangkan maka hal itu

menunjukkan adanya senyawa golongan minyak atsiri.

Page 61: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

h. Identifikasi golongan Kumarin

Sebanyak 2 gram sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi,

ditambahkan 10 ml pelarut kloroform dan dipasang corong (yang diberi

lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air) pada mulut tabung,

dipanaskan selama 10 menit di atas penangas air dan didinginkan lalu

disaring dengan kertas saring. Filtrat yang diperoleh diuapkan dalam

cawan penguap hingga diperoleh residu. Residu ditambahkan air panas

sebanyak 10 ml lalu didinginkan. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam

tabung reaksi, ditambahkan 0,5 ml larutan ammonia (NH4OH) 10 %.

Lalu diamati di bawah sinar lampu ultraviolet pada panjang gelombang

365 nm. Jika terjadi fluoresensi warna biru atau hijau maka hal itu

menunjukkan adanya senyawa golongan kumarin,

3.5.7 Pembuatan Campuran Komponen Menyirih

Pembuatan ekstrak dilakukan dengan mencampurkan semua bahan

komponen menyirih. Sebanyak 421 gram daun sirih, 70 gram serbuk

ekstrak gambir dan 9 gram kapur sirih dicampurkan dengan penambahan

dengan pelarut air (aquades) hingga 1000 ml dengan cara diblender.

Hasilnya dikeringkan dengan freeze drier untuk menarik sisa kandungan air

yang masih terdapat di dalam ekstrak (Musdja et al., 2011). Selanjutnya

didapatkan hasil freeze drying berupa ekstrak kering dari campuran ketiga

bahan.

Kemudian dihitung persen hasil yang didapat dengan rumus sebagai

berikut :

% =Bobot ekstrak yang didapat

Bobot serbuk simplisia yang diekstraksi x 100%

3.5.8 Penentuan Dosis

Dosis bahan uji yang digunakan yaitu berdasarkan pada jurnal

penelitian sebelumnya sebagai imunomodulator pada mencit sebesar 200

mg/kg BB, kemudian dikonversikan menjadi dosis untuk manusia.

Page 62: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.5.9 Evaluasi Sediaan Kapsul

a. Uji Keseragaman Bobot

Timbang 20 kapsul. Timbang lagi kapsul satu per satu. Keluarkan

isi semua kapsul, timbang seluruh bagian cangkang kapsul. Hitung

bobot isi kapsul dan bobot rata-rata isi kapsul (Depkes RI, 1979).

b. Uji Waktu Hancur

Uji dilakukan dengan 6 kapsul, masukkan ke dalam alat

disintegrator yang berisi media air dengan suhu 37º C. Amati waktu

hancurnya sampai tidak didapatkan kapsul yang tertinggal pada

keranjang alat disintegrator (Depkes RI, 1995).

c. Uji Higroskopisitas

Sejumlah 3 kapsul ditempatkan pada botol coklat disimpan dalam

desikator. Masing-masing perlakuan diamati setiap hari selama tujuh

hari dan setiap minggu selama sebulan. Pengamatan dilakukan terhadap

perubahan bobot kapsul, bentuk kapsul dan isi kapsul (Augsburger,

2000).

3.5.10 Pemeriksaan CD19

a. Perlakuan terhadap Responden

Untuk pengujian kadar CD19, tiap responden masing-masing

diambil darahnya sebanyak 3 ml, dengan jumlah responden sebanyak 8

orang. Dengan 6 orang sebagai kelompok uji yang diberikan kapsul

komponen menyirih, 1 orang kontrol positif yang diberikan Imboost®

Force, dan 1 orang kontrol negatif yang tidak diberikan perlakuan. Pada

penelitian ini menggunakan non randomized control group pretest

postest design sehingga pengambilan darah dilakukan sebanyak 2 kali

yaitu sebelum diberikan perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan.

Perlakuan Jumlah Sampel Jenis Perlakuan Aturan Pakai

Kontrol (+) 1 orang

Imboost Force

Kaplet Salut

Selaput

3 x 1 kaplet

per hari sesudah

makan (MIMS)

Uji 6 orang Kapsul Komponen

Menyirih

3 x 3 kapsul

per hari sesudah

makan

Page 63: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kontrol (-) 1 orang - -

Keterangan : tanda (-) = tidak diberikan perlakuan

b. Kriteria Responden

Pada penelitian ini, besar sampel yang digunakan ditentukan

menggunakan rumus Federer untuk uji eksperimental (Federer, 1967)

yaitu :

T (n-1) ≥ 15

Keterangan :

T = jumlah perlakuan

n = jumlah pengulangan

Responden harus memenuhi beberapa persyaratan sesuai kriteria

yang telah ditentukan oleh peneliti.

Kriteria Inklusi :

Responden memiliki rentang usia produktif

Responden memiliki Indeks Massa Tubuh normal (18,5-22,9

kg/m2)

Responden dalam kondisi sehat dan tidak mengkonsumsi obat

apapun selama penelitian berlangsung

Bersedia ikut dalam penelitian dan mengikuti prosedur yang

ditetapkan (inform concern).

Kriteria Eklusi :

Adanya efek samping terhadap obat yang diberikan pada masing-

masing kelompok perlakuan, menyebabkan kondisi subjek

memburuk, sehingga pengobatan harus dihentikan sebelum

waktunya

Adanya gangguan fungsi hati, ginjal dan jantung berat yang

diketahui dengan pemeriksaan fisik diagnostik dan laboratorium

Mengundurkan diri dari penelitian.

c. Prosedur Pengambilan darah

Alat dan bahan yang dibutuhkan dipersiapkan kemudian lengan

pasien dalam posisi lurus dan mengepalkan tangannya, tourniquet

dipasang dan dicari vena mediana kubiti atau sefalika, kemudian kulit

Page 64: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pada bagian yang akan diambil darahnya dibersihkan dengan alkohol

70%, setelah itu bagian vena ditusuk dengan lubang jarum menghadap

ke atas, dengan sudut kemiringan 15-30 derajat, setelah volume darah

dianggap cukup, tourniquet dilepaskan dan pasien diminta membuka

kepalan tangan, kemudian jarum dilepaskan dan segera diberi kapas

alkohol 70% untuk menekan bagian tusukan tersbut selama 2 menit,

setelah darah berhenti plaster pada bagian bekas penusukan.

d. Pengujian CD19

Sampel darah yang telah diambil dari responden segera diukur

kadar limfosit CD19 dengan alat Sysmex Pouch 100i. Sebanyak 25-30

µl sampel darah dimasukkan ke dalam tabung reaksi bertutup dan

ditambahkan reagen BD Tritest™ sebanyak 10 µl sambil tabung

digoyangkan secara perlahan. Tabung reaksi tersebut kemudian

diinkubasi di ruang gelap selama 20 menit pada suhu ruangan, dan

ditambahkan 450 µl lsying solution ke dalamnya lalu dihomogenkan.

Tabung reaksi berisi sampel tersebut kemudian diinkubasi kembali di

lemari pendingin pada suhu 4,8° selama 30 menit, selanjutnya

dimasukkan ke dalam alat flowsitometri BD FACSCalibur dan

diperoleh nilai CD19 dalam darah.

3.5.11 Analisa Data

Data hasil uji efek imunomodulator yang diperoleh, dianalisa dengan

menggunakan program pengolahan data statistik SPSS 16 dengan metode

Paired Sample T-test. Uji ini dilakukan terhadap dua sampel yang

berpasangan (paired), sampel yang berpasangan diartikan sebagai sebuah

sampel dengan subyek yang sama, namun mengalami dua perlakuan atau

pengukuran yang berbeda, subyek A akan mendapat perlakuan I kemudian

perlakuan II.

Pengambilan Keputusan :

Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima

Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak

Page 65: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

48 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil Determinasi Gambir dan Daun Sirih

Determinasi gambir telah dilakukan di laboratorium Herbarium

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor, Jawa Barat. Hasil

determinasi menunjukan bahwa gambir yang digunakan adalah Uncaria

gambir Roxb. dari famili Rubiaceae dan daun sirih yang digunakan adalah

Piper betle L. dari famili Piperaceae (lampiran 2).

4.1.2 Hasil Karakterisasi Gambir dan Daun Sirih

Hasil karakterisasi ekstrak berupa pengujian parameter spesifik dan

non spesifik terhadap gambir dan daun sirih dapat dilihat pada tabel berikut.

Hasil pengujian parameter spesifik berupa pemeriksaan organoleptis

dibandingkan dengan persyaratan pada Vademikum Bahan Obat Alam.

Untuk hasil pengujian parameter non spesifik dibandingkan dengan

pesyaratan pada Buku Standar Acuan Simplisia Bahan Obat Alam.

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Organoleptis Gambir (Depkes, 1989).

Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Tertera dalam VBOA

Bentuk

Silinder/kubus tidak

beraturan

Silinder/kubus tidak

beraturan

Warna Kuning kecolatan Kuning kecoklatan

Bau Khas Khas

Rasa Sepat Sepat

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Parameter Spesifik Daun Sirih (Depkes, 1989).

Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Tertera dalam VBOA

Bentuk

Pipih menyerupai

jantung

Pipih menyerupai

jantung

Warna Hijau cerah Hijau cerah

Bau Khas Pedas

Rasa Pedas Pedas

Page 66: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Parameter Non spesifik Gambir (lampiran 8)

Pengujian Hasil Persyaratan

Susut

Pengeringan

7% < 10% (SNI 01-3391-1994)

Kadar Air 4,24% < 14,5% (BPOM RI, 2006)

Kadar Abu 3,62% < 4% (SNI 01-3391-1994)

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Parameter Non spesifik Daun Sirih (lampiran 8)

Pengujian Hasil Persyaratan

Susut

Pengeringan

4,77% < 10% (Depkes, 2000)

Kadar Air 2,92% <8% (Standart Herbal Medicine,

1993)

Kadar Abu 11,4% <14% (Standart Herbal

Medicine, 1993)

4.1.3 Hasil Identifikasi Gambir dan Cemaran Urea

Bongkahan gambir yang telah diperoleh dilakukan identifikasi dengan

menggunakan H2SO4 P, H2SO410 N, NaOH 5 %, ammonia 25 %, dan FeCl3

5 % (Depkes, 1989) dan untuk uji cemaran urea dilarutkan dengan air dan

ditambahkan asam nitrat P (Depkes, 1979). Hasil dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 4.5 Identifikasi Gambir dan Cemaran Urea

Pengujian Syarat Hasil

Serbuk + H₂SO₄ P Coklat merah +

Serbuk + H₂SO₄ 10 N Coklat muda +

Serbuk + NaOH 5% Coklat merah +

Serbuk + Ammonia 25% Coklat merah +

Serbuk + FeCl₃ Coklat kehitaman +

Cemaran Urea Negatif -

Keterangan :

(+) = ada, (-) = tidak ada

4.1.4 Hasil Penapisan Fitokimia

Berdasarkan hasil penapisan fitokimia yang telah dilakukan pada

gambir (Uncaria gambir Roxb.) dan daun sirih (Piper betle L.), diperoleh

Page 67: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

beberapa golongan senyawa kimia yang hasilnya dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

Tabel 4.6 Hasil Penapisan Fitokimia

No. Golongan Senyawa Gambir Daun Sirih

1 Alkaloid + +

2 Flavonoid + +

3 Saponin + -

4 Steroid - +

5 Triterpenoid - +

6 Tanin + +

7 Kuinon + -

8 Kumarin - +

9 Minyak Atsiri - +

Keterangan :

(+) = ada, (-) = tidak ada

4.1.5 Hasil Pembuatan Campuran Komponen Menyirih

Pembuatan campuran komponen menyirih dilakukan dengan

menggunakan metode freeze dry (kering beku). Proses ini dilakukan di

laboratorium bidang Mikrobiologi Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia

(LIPI) Cibinong, Jawa Barat.

Dari 500 gr kombinasi gambir (70,2 gr), daun sirih (421,051 gr), dan

kapur sirih (9,07 gr) yang dicampurkan diperoleh ekstrak kering sebesar

73,21 % yaitu 366,05 gr (lampiran 10).

4.1.6 Penentuan Dosis

Dosis yang digunakan berdasarkan penelitian sebelumnya, yaitu 200

mg/kgBB pada mencit. Dosis ini kemudian dikonversi ke dosis manusia.

Dosis yang digunakan adalah 972 mg untuk sekali pakai pada manusia

(lampiran 11).

4.1.7 Hasil Evaluasi Sediaan Kapsul

Evaluasi sediaan kapsul yang dilakukan meliputi uji keseragaman

bobot, waktu hancur dan higroskopisitas. Hasil yang diperoleh adalah

sebagai berikut.

Page 68: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.7 Hasil Uji Keseragaman Bobot

Dari hasil tabel di atas, dihitung persentase penyimpangan dari tiap

kapsul dan didapatkan dua kapsul menyimpang dari persyaratan kolom A (±

7,5%) dan untuk setiap 2 kapsul memenuhi persyaratan kolom B (± 15%)

(lampiran 13).

Tabel 4.8 Hasil Uji Waktu Hancur

No. Hasil Waktu Hancur

1 4 menit 28 detik

2 4 menit 10 detik

3 4 menit 43 detik

4 4 menit 9 detik

5 4 menit

6 4 menit 20 detik

Kapsul Netto(mg) % Penyimpangan

1 291,5 7,81

2 329,8 4,30

3 312,8 1,07

4 320,4 1,32

5 302,1 4,45

6 298,5 5,59

7 315,5 0,22

8 324,6 2,65

9 316,3 0,03

10 331,0 4,68

11 331,9 4,95

12 318,2 0,63

13 330,6 4,55

14 283,9 10,2

15 313,0 1,01

16 316,0 0,06

17 321,6 1,71

18 318,4 0,69

19 324,2 2,53

20 324,4 2,59

Rata-rata 316,2

Page 69: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dari tabel di atas, didapatkan rata-rata hasil waktu hancur sediaan

kapsul, yaitu 4 menit 18 detik.

Tabel 4.9 Hasil Uji Higroskopisitas

No. Bobot Minggu ke- (gr)

1 2 3 4

1. 0,4519±0,0094 0,4519±0,0094 0,4521±0,0096 0,4528±0,0092

2. 0,4674±0,0094 0,4674±0,0094 0,4675±0,0096 0,4679±0,0092

3. 0,4494±0,0094 0,4494±0,0094 0,4496±0,0096 0,451±0,0092

Hasil uji higroskopisitas menunjukkan kestabilan secara fisik pada

minggu ke-1 hingga minggu ke-3, sedangkan pada minggu ke-4 terlihat

perubahan secara fisik (lampiran 13).

Tabel 4.10 Hasil Evaluasi Sediaan Kapsul

Jenis Evaluasi Hasil Nilai berdasarkan

Literatur

Keseragaman Bobot 2 kapsul melebihi

persyaratan pada

kolom A dan tidak ada

satupun kapsul yang

melibihi persyaratan

kolom B

Kapsul dengan bobot rata-

rata lebih dari 120 mg tidak

boleh memiliki perbedaan

dalam persen bobot isi tiap

kapsul terhadap bobot rata-

rata isi kapsul pada kolom

A (± 7,5%) dan untuk setiap

2 kapsul tidak lebih dari

persyaratan pada kolom B

(± 15%) (Depkes RI, 1979).

Waktu Hancur 4 menit 18 detik Dibawah 15 menit (Depkes

RI, 1995)

Higroskopisitas Minggu ke-4 terjadi

perubahan

Page 70: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.1.8 Hasil Pemeriksaan CD19

Tabel 4.11 Karakteristik Responden

Responden IMT Umur Jenis Kelamin

1 22,22 23 tahun PR

2 22,89 22 tahun PR

3 22,65 38 tahun PR

4 22,89 22 tahun PR

5 21,09 22 tahun PR

6 21,71 25 tahun LK

Kontrol positif 20,7 22 tahun PR

Kontrol negatif 22,43 22 tahun PR

Keterangan :

PR = Perempuan, LK = Laki-laki

Tabel 4.12 Persentase CD19 dalam darah

Responden % CD19 dalam darah

Rentang Persentase

CD19 Normal

Sebelum Sesudah

6-25%

1 15 13

2 13 13

3 19 19

4 14 13

5 14 15

6 13 12

Kontrol (+) 18 20

Kontrol (-) 17 18

Page 71: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.1 Grafik Persentase CD19 dalam Darah

4.2 Pembahasan

Pada penelitian uji efek imunomodulator ini digunakan ekstrak air

campuran serbuk daun sirih kering, bongkahan gambir, dan kapur sirih yang

merupakan komponen menyirih dengan perbandingan 421 : 70 : 9 (daun sirih

: gambir : kapur sirih) yang telah digunakan dalam penelitian sebelumnya.

Daun Sirih (Piper betle L.) yang digunakan diperoleh dari Balai

Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro) Bogor. Hal ini bertujuan

untuk meminimalkan variasi kandungan kimia karena variabel tempat tumbuh

dan iklim (Depkes, 2000). Kemudian dilakukan determinasi simplisia untuk

memastikan kebenaran simplisia. Hasil determinasi menunjukkan bahwa

simplisia yang digunakan adalah sirih (Piper betle L.) dari famili Piperaceae

(lampiran 2).

Bongkahan gambir (ekstrak air gambir) diperoleh dari kabupaten

Payakumbuh, Sumatera Barat yang dikenal sebagai daerah penghasil gambir.

Bongkahan gambir juga dilakukan determinasi dan hasilnya menunjukkan

gambir yang digunakan merupakan gambir (Uncaria gambir Roxb.) dengan

famili Rubiaceae (lampiran 2).

0

5

10

15

20

25

% C

D1

9

Responden

Persentase Kadar CD19

% CD19 dalam darah Sebelum

% CD19 dalam darah Sesudah

Page 72: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kapur sirih yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ca(OH)2 yang

merupakan kapur sirih dalam bentuk basah atau tidak kering. Kapur sirih ini

diperoleh dari CV. Total Equipment Pharmacy Semarang. Kapur sirih yang

diperoleh memiliki Certificate of Analysis (COA) untuk memastikan bahwa

kapur sirih tersebut aman digunakan atau dengan kata lain tidak mengandung

cemaran logam berbahaya (lampiran 3).

Gambir dan daun sirih distandarisasi dengan karakterisasi ekstrak

dengan pengujian parameter spesifik dan non spesifik. Parameter spesifik

yang dilakukan adalah pemeriksaan organoleptik. Berdasarkan hasil

karakterisasi yang telah dilakukan diperoleh bahwa gambir dan daun sirih

yang digunakan pada penelitian ini memenuhi syarat yang tertera pada

literatur.

Selain pengujian parameter spesifik, dilakukan juga parameter non

spesifik terhadap gambir dan daun sirih. Parameter non spesifik dilakukan

dengan mengukur susut pengeringan, kadar air dan kadar abu. Penetapan

susut pengeringan bertujuan untuk memberikan batasan maksimal besarnya

senyawa yang hilang pada proses pengeringan. Syarat untuk susut

pengeringan jika tidak dinyatakan lain adalah tidak lebih dari 10% untuk

gambir maupun daun sirih (Depkes RI, 2000 dan SNI 01-3391-1994). Hasil

pengukuran susut pengeringan pada gambir adalah 7% dan pada daun sirih

adalah 4,77%, kedua nilai ini memenuhi syarat sehingga dapat dikatakan

bahwa tidak banyak senyawa yang hilang saat proses pengeringan.

Selanjutnya penetapan kadar air. Penetapan kadar air pada ekstrak bertujuan

untuk memberikan batas maksimal besarnya kandungan air dalam ekstrak.

Pada gambir, syarat kadar air jika tidak dinyatakan dengan lain adalah tidak

lebih dari 14,5% (BPOM RI, 2006), sedangkan pada daun sirih adalah tidak

lebih dari 8% (Standart Herbal Medicine, 1993). Hasil dari pengukuran kadar

air pada gambir adalah sebesar 4,24%, sedangkan pada daun sirih diperoleh

sebesar 2,92%. Nilai ini menunjukkan bahwa kadar air yang terkandung

dalam ekstrak keduanya masih memenuhi persyaratan. Kemudian dilakukan

penetapan kadar abu. Penetapan kadar abu dilakukan untuk memberikan

gambaran mengenai kandungan mineral internal maupun eksternal yang

Page 73: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berasal dari peoses awal sampai terbentuknya ekstrak. Pada gambir, syarat

kadar abu jika tidak dinyatakan dengan lain kurang dari 4% (SNI 01-3391-

1994), sedangkan pada daun sirih adalah kurang dari 14% (Standart Herbal

Medicine, 1993). Hasil dari pengukuran kadar abu pada gambir adalah

sebesar 3,62%, sedangkan pada daun sirih adalah sebesar 11,4%. Nilai ini

menunjukkan bahwa kadar abu keduanya memenuhi persyaratan.

Kemudian dilakukan identifikasi gambir dan cemaran urea. Identifikasi

ini dilakukan untuk memastikan bahwa bahan yang identifikasi adalah

gambir. Hasil identifikasi yang dilakukan menunjukkan bahwa bahan yang

digunakan adalah gambir. Selanjutnya adalah pengujian cemaran urea

terhadap gambir. Pengujian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah

bahan yang digunakan mengandung cemaran urea yang berbahaya. Hasil

pengujian cemaran urea terhadap gambir menunjukkan bahwa gambir yang

digunakan tidak mengandung cemaran urea.

Tahap selanjutnya adalah penapisan fitokimia. Hasil penapisan

fitokimia yang dilakukan pada gambir positif mengandung senyawa alkaloid,

flavonoid, saponin, tanin, dan kuinon, sedangkan pada daun sirih positif

mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, steroid dan triterpenoid, tanin,

kumarin, dan minyak atsiri. Penapisan ini dilakukan untuk mengetahui

berbagai macam zat kandungan yang terdapat di dalam jaringan tanaman

(Depkes, 1987).

Kemudian dilakukan pembuatan campuran komponen menyirih. Proses

pembuatan campuran komponen menyirih dengan cara memblender

kombinasi ketiga bahan yaitu daun sirih, serbuk bongkahan gambir, dan

kapur sirih [Ca(OH)2]. Metode ini digunakan karena merupakan metode yang

sederhana, mudah dilakukan dan baik untuk senyawa-senyawa yang tidak

tahan panas serta disesuaikan dengan cara menyirih (Puspitasari, 2012).

Sedangkan pemilihan pelarut air karena mengacu pada penggunaan

masyarakat, terdapat kandungan air dalam daun sirih dan kapur sirih

(Puspitasari, 2012). Selanjutnya campuran ketiga bahan di freeze drying

untuk mendapatkan senyawa yang ada termasuk senyawa yang tidak stabil.

Proses freeze drying dilakukan di laboratorium bidang Mikrobiologi Lembaga

Page 74: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI) Cibinong, Jawa Barat. Proses ini

berlangsung selama 8 hari. Hasil freeze drying yang didapat berupa ekstrak

kering sebanyak 73,21 % dari 500 gr campuran komponen menyirih

(lampiran 9).

Dosis yang digunakan pada penelitian ini adalah dosis pada mencit

yang dikonversikan ke dosis manusia, yaitu 972 mg (lampiran 10). Dosis ini

adalah hasil konversi dari kebiasaan menyirih dengan menggunakan daun

sirih untuk dosis sedang yaitu daun sirih 8 helai, gambir 800 mg dan kapur

sirih 110 mg per hari. Pada penelitian ini juga dilakukan peningkatan dosis

972 mg dengan frekuensi pemberian 3 kali sehari. Peningkatan dosis ini

bertujuan untuk meningkatkan efek sediaan uji pada responden. Dosis yang

digunakan masih dalam batas aman, mengacu pada penelitian sebelumnya

mengenai batas maksimum penggunaan daun sirih dan gambir yaitu 67,9914

gr (lampiran 10). Frekuensi menyirih yang umumnya dilakukan oleh

masyarakat antara 3 kali sampai dengan 10 kali sehari (Musdja et al., 2011).

Tahapan selanjutnya adalah pengemasan hasil freeze drying dari

campuran komponen menyirih ke dalam kapsul. Sediaan kapsul dipilih

karena praktis, dapat menutupi obat yang memiliki rasa atau bau yang tidak

enak, mudah ditelan, cepat hancur atau larut dalam lambung sehingga obat

cepat diabsorpsi, kapsul tidak memerlukan bahan zat tambahan atau penolong

seperti pada pembuatan bentuk sediaan lainnya (Syamsuni, 2006) serta efek

cepat (dibanding dengan tablet), dosis dan komposis obat mudah dikombinasi

sesuai keperluan pasien (Hadisoewignyo, 2013). Ekstrak kering hasil freeze

drying dimasukkan kedalam cangkang kapsul. Ukuran cangkang kapsul yang

digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran 00 dengan kapasitas 728 mg

(massa jenis = 0,8gr/ml). Untuk dosis 972 mg digunakan 3 kapsul masing-

masing ± 324 mg ekstrak dimasukkan ke dalam cangkang kapsul. Kemudian,

dilakukan evaluasi terhadap sediaan kapsul ekstrak komponen menyirih.

Evaluasi tersebut meliputi uji keseragaman bobot, uji waktu hancur dan uji

higroskopisitas

Uji keseragaman bobot dilakukan bertujuan untuk memastikan bahwa

bobot yang terdapat di dalam kapsul pada suatu formula memiliki jumlah

Page 75: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang sama dan zat aktif yang sama dengan anggapan serbuk formula

terdistribusi homogen. Berdasarkan persyaratan Farmakope Indonesia edisi

III bahwa kapsul dengan bobot rata-rata lebih dari 120 mg tidak boleh

memiliki perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-

rata isi kapsul ± 7,5% dan untuk setiap 2 kapsul tidak lebih dari ± 15%.

Berdasarkan uji keseragaman bobot, didapatkan hasil untuk persyaratan tiap

kapsul terdapat dua kapsul yang menyimpang lebih dari persyaratan pada

kolom A (± 7,5%) dan tidak ada satupun kapsul yang menyimpang untuk

persyaratan kolom B (± 15%). Hal ini menunjukkan bahwa sediaan kapsul

tersebut memenuhi kriteria untuk keseragaman bobot.

Uji waktu hancur dilakukan bertujuan untuk mengetahui waktu hancur

sediaan tablet atau kapsul. Untuk memberikan efek terapi, tablet harus hancur

terlebih dahulu hancur menjadi partukel yang lebih kecil, begitu pula untuk

kapsul agar isi kapsul dapat terabsorpsi pada saluran cerna. Uji waktu hancur

untuk sediaan kapsul ekstrak komponen menyirih menunjukkan waktu hancur

rata-rata ± 4 menit 18 detik. Hasil uji waktu hancur menunjukkan bahwa

sediaan kapsul komponen menyirih memenuhi syarat uji waktu hancur kapsul

Farmakope Indonesia edisi IV yaitu waktu hancur dibawah 15 menit.

Uji higroskopisitas bertujuan untuk menguji kemampuan bahan obat

untuk menyerap uap dari udara setelah dibiarkan dalam kondisi tertentu

selama beberapa waktu. Pengujian dilakukan dengan mengamati perubahan

bobot dan warna dari isi sediaan kapsul. Perubahan bobot kapsul dan warna

isi kapsul setiap waktunya dapat menggambarkan perubahan kadar air yang

terdapat dalam sediaan. Pengujian tersebut diamati bobotnya setiap minggu

selama 4 minggu. Berdasarkan hasil uji higroskopisitas, pada minggu ke-1,2

dan 3 menunjukkan sediaan kapsul komponen menyirih relatif stabil karena

tidak terjadi perubahan bentuk kapsul dan warna isi serbuk. Pada minggu ke-

3 terjadi peningkatan bobot kapsul komponen menyirih. Namun, pada minggu

ke-4 terjadi perubahan bentuk dan bobot kapsul komponen menyirih serta

tidak terjadi perubahan pada warna isi kapsul (lampiran 12). Hal ini

menunjukkan bahwa sediaan kapsul komponen menyirih bersifat higroskopis

kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor seperti kurang tepatnya

Page 76: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pemilihan kapasitas cangkang kapsul yang digunakan sehingga masih

terdapat rongga udara di dalam kapsul yang mungkin bisa mempengaruhi

stabilitas senyawa maupun cangkang kapsul; dan kemungkinan karena tidak

diberi zat pengering seperti silica gel saat penyimpanan yang bisa digunakan

untuk mempertahankan kestabilan sediaan.

Pada penelitian ini dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok uji,

kelompok kontrol positif dan kelompok kontrol. Kelompok uji diberikan

kapsul komponen menyirih (campuran ekstrak gambir, daun sirih dan kapur

sirih). Kelompok uji diberikan 972 mg campuran ekstrak komponen

menyirih, yang terbagi dalam 3 kapsul. Kelompok kontrol positif diberikan

Imboost® Force yang beredar di pasaran. Pada penelitian ini digunakan 8

responden berdasarkan perhitungan rumus federer (lampiran 11). Responden

tsb terdiri dari 6 orang sebagai kelompok uji, dan masing-masing 1 orang

untuk kontrol positif maupun negatif. Kelompok kontrol positif dan

kelompok uji diberikan perlakuan dengan frekuensi sebanyak 3 kali sehari,

mengacu pada aturan pakai kontrol positif yaitu Imboost® Force, sedangkan

kontrol negatif tidak diberikan perlakuan. Sebelumnya dilakukan

pemeriksaan terhadap responden terkait kriteria inklusi yang ditetapkan oleh

peneliti. Hasil pemeriksaan kriteri inklusi dapat dilihat pada tabel 4.11. Hasil

yang didapatkan adalah semua responden memenuhi kriteria inklusi yang

ditetapkan oleh peneliti baik dari segi umur, IMT, maupun kondisi kesehatan

yang terlihat secara fisik. Sebelum dilaksanakan intervensi terhadap

responden, peneliti meminta persetujuan dari responden di awal. Persetujuan

tersebut berupa inform concern (lampiran 13). Setelah semua responden

memenuhi kriteria inklusi, peneliti menyampaikan informasi terkait alur

penelitian yang akan dilakukan mulai dari pemeriksaan laboratorium yang

dilakukan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi, lama pemberian

sediaan, jadwal mengkonsumsi sediaan, cara penyimpanan sediaan, dan hal-

hal yang harus dihindari seperti mengkonsumsi obat, vitamin, dan sejenisnya

selama penelitian berlangsung. Pemantauan terhadap responden dilakukan

setiap hari oleh penelitian yang bertujuan untuk meminimalisir kesalahan-

kesalahan yang mungkin bisa berpengaruh pada hasil akhir.

Page 77: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pada penelitian ini, dosis pada kelompok uji ditingkatkan dari 972 mg

menjadi 972 mg 3 kali sehari. Peningkatan dosis ini bertujuan untuk

meningkatkan efek sediaan uji pada responden. Dosis yang digunakan masih

dalam batas aman, mengacu pada penelitian sebelumnya mengenai batas

maksimum penggunaan daun sirih dan gambir yaitu 67,9914 gr. Hal ini

bertujuan untuk meningkatkan efek imunomodulator, tetapi tetap

mempertimbangkan keamanan dosis yakni tidak melebihi dosis maksimum.

Pengujian ini dilakukan selama 14 hari berturut-turut mengacu pada

penelitian yang dilakuan oleh Musdja (2011) menunjukkan bahwa pemberian

ekstrak komponen menyirih dari hari pertama sampai hari 14 memperkuat

sistem pertahanan tubuh mencit sehingga lebih baik dalam melakukan

aktivitas dan kapasitas fagositosis terhadap S. epidermis dengan pemberian

dosis 200mg/kg BB.

Kontrol positif yang digunakan sebagai pembanding pada penelitian ini

adalah Imboost® Force Kaplet Salut Selaput. Pemilihan Imboost Force

sebagai kontrol positif mengacu pada bahan yang digunakan terdiri dari 3

bahan, yaitu ekstrak kering Echinaceae purpurea, Black elderberry dan Zn

Picolinate. Selain itu juga, Imboost Force merupakan salah satu sediaan

fitofarmaka yang telah beredar di Indonesia. Fitofarmaka adalah sediaan obat

bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah

dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah di

standarisasi (BPOM, 2005). Fitofarmaka ini merupakan salah satu

fitofarmaka yang banyak digunakan masyarakat untuk meningkatkan sistem

imun tubuh atau sebagai imunomodulator yang telah beredar di Indonesia.

Metode yang digunakan untuk uji efek imunomodulator pada penelitian

ini adalah uji titer antibodi. Metode ini dipilih karena merupakan metode

yang mudah, cepat, dan relatif murah. Pemilihan CD19 dalam pengujian efek

imunomodulator ini karena kadar CD19 dapat dideteksi dalam sel darah

merah dan menunjukkan kadar limfosit B sebagai penghasil antibodi.

CD19 (Cluster of Differentiation 19) merupakan sebuah marker atau

penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih, terutama sel-sel

limfosit B. Limfosit B menanggapi antigen dengan memproduksi protein

Page 78: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang disebut antibodi. Antibodi protein yang disekresikan ke dalam darah dan

tubuh lainnya cairan dan dengan demikian memberikan kekebalan humoral

(istilah humor disini digunakan dalam arti kuno, mengacu pada cairan tubuh).

Limfosit lainnya yang disebut sel T tidak mengeluarkan antibodi melainkan

langsung menyerang sel-sel yang membawa antigen spesifik sehingga sel-sel

ini digambarkan sebagai menghasilkan imunitas seluler. Berbeda dengan

antibodi, mereka tidak membunuh patogen secara langsung melainkan

menyebabkan kerusakan patogen dengan mengaktifkan sistem komplemen

dan dengan menargetkan patogen serangan oleh sel fagositik (Raven et al.,

2001).

Limfosit B atau sel B tidak melakukan perjalanan ke timus; sel ini

menyelesaikan pematangan di sumsum tulang. Dari sumsum tulang, sel B

dilepaskan bersirkulasi dalam darah dan getah bening. Sel B individual,

seperti sel-sel T, yang khusus untuk mengenali antigen asing tertentu. Ketika

sel B bertemu dengan antigen yang ditargetkan, sel B mulai membelah

dengan cepat, dan berdiferensiasi menjadi sel plasma dan sel memori. Setiap

sel plasma adalah pabrik yang memproduksi antibodi yang menempel seperti

bendera untuk antigen, menandai setiap sel membawa antigen untuk

dihancurkan. Sel B merupakan prekursor sel plasma; khusus untuk

mengenali antigen asing tertentu.

Sel B juga merespons helper sel T diaktifkan oleh interleukin-1. Seperti

sel T sitotoksik, sel B memiliki protein reseptor pada permukaannya, satu

jenis reseptor untuk setiap jenis sel B. Sel B mengenali mikroba sebanyak sel

T sitotoksik mengenali sel yang terinfeksi, tetapi tidak seperti sel T sitotoksik,

sel B tidak meyerang diri sendiri. Sebaliknya, mereka menandai patogen

untuk dihancurkan oleh mekanisme yang tidak memiliki "ID cek" sistem sel

B sendiri. Di awal respon imun, marker ditempatkan oleh B sel protein

komplemen peringatan untuk menyerang sel-sel yang membawa mereka.

Cara sel-sel B melakukan penandaan sederhana dan sangat mudah.

Berbeda dengan reseptor pada sel T, yang mengikat hanya untuk antigen-

MHC kompleks protein pada sel antigen-presenting (APC), reseptor sel B

dapat mengikat bebas sehingga antigen belum diproses. Ketika sel B bertemu

Page 79: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

antigen, partikel antigen akan masuk ke dalam sel B oleh endositosis dan

diproses. Sel Thelper yang mampu mengenali antigen spesifik akan mengikat

kompleks protein antigen-MHC pada sel B dan melepaskan interleukin-2,

yang merangsang sel B membelah. Di samping bersifat bebas, antigen yang

belum diproses menempel antibodi pada permukaan sel B. Paparan antigen

ini memicu lebih banyak lagi B proliferasi sel. Sel B membelah untuk

menghasilkan sel-sel memori B berumur panjang dan sel plasma yang

berfungsi pabrik antibodi sebagai berumur pendek.

Molekul yang bertanggungjawab dalam proses pembentukan antibodi

adalah limfosit B dengan molekul penanda berupa CD19. Limfosit B berasal

dari limfosit yang matang dan berdiferensiasi di sumsum tulang. Limfosit B

yang matang mengalir melalui darah dan berdiam di jaringan limfoid perifer

dan membentuk koloni. Limfosit ini akan berproliferasi setelah mendapat

stimulasi dengan adanya invasi asing (Sherwood, 2001). Limfosit B

menanggapi antigen dengan memproduksi protein yang disebut antibodi.

Proses ini diawali dengan diferensiasi limfosit B menjadi suatu populasi sel

plasma yang memproduksi dan melepaskan antibodi spesifik ke dalam darah

(Kresno, 2001). Molekul yang disintesis oleh sel B terdapat dua molekul

dengan fungsi yang berbeda, yaitu sebagai reseptor permukaan (untuk

mengikat antigen) dan sebagai antibodi yang disekresikan ke dalam cairan

ekstraseluler. Molekul yang berperan sebagai reseptor permukaan adalah sel

B memori yang berfungsi mengingat sedangkan molekul yang disekresikan

ke dalam cairan ekstraseluler berupa sel plasma. Antibodi yang dilepaskan ke

dalam plasma darah, getah bening, dan cairan ekstraselular lainnya (Raven et

al., 2001). Oleh karena itu, pengujian CD19 bisa dideteksi melalui

pengambilan darah.

Pengujian CD19 dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sehari sebelum

responden diberi perlakuan dan setelah 14 hari pengujian yaitu pada hari ke

15. Pengujian CD19 ini dilakukan di Laboratorium Terpadu FKUI. Penelitian

ini belum memiliki ethical clearance karena penelitian ini merupakan uji

pendahuluan (trial). Penelitian ini juga menggunakan jumlah reponden yang

belum representatif jika dibandingkan dengan uji klinis fase 1 yang

Page 80: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sebenarnya, salah satunya karena keterbatasan biaya. Selama penelitian

berlangsung, tidak ditemukan adanya efek samping pada responden.

Sama seperti pengujian CD4 dan CD8, pengujian CD19 juga dapat

berubah-ubah yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain waktu

pengambilan darah, faktor fisik pasien, maupun faktor kondisi kejiwaan

pasien. Oleh karena itu, darah yang diambil pada jam yang sama dan

dilakukan di laboratorium yang sama untuk meminimalisir faktor kesalahan

(Nurnabila, 2011).

Hasil pemeriksaaan CD19 sebelum dan sesudah responden diberi

perlakuan bisa dilihat pada tabel 4.12. Persentase CD19 normal memiliki

rasio antara 5-25% atau 90-660 cells/μL (lampiran 15). Hasil ini

diinterpretasikan dalam bentuk tabel dan grafik yang bisa dilihat pada bab

hasil. Data hasil laboratorium kemudian dianalisa dengan menggunakan

program pengolahan data statistik SPSS 16 dengan metode Paired T-test.

Sebelumnya data di uji normalitas, hasilnya menunjukkan data tidak

terdistribusi normal sehingga menggunakan uji Wilcoxon. Berdasarkan

analisa data didapatkan nilai p > 0,05, Ho berarti diterima. Data ini

menunjukkan bahwa kapsul komponen menyirih tidak memiliki perbedaan

secara bermakna, dengan kata lain kapsul campuran komponen menyirih

tidak dapat meningkatkan kadar CD19 dalam darah secara bermakna. Hal ini

bisa disebabkan karena kurang representatifnya jumlah sampel yang diuji

antara kelompok uji dengan kelompok kontrol, seharusnya jumlah sampel

yang digunakan adalah sama, baik kelompok uji maupun kelompok kontrol.

Selain itu, bisa disebabkan karena kurang tepatnya pemberian dosis dan lama

waktu frekuensi pemberian sehingga senyawa yang diharapkan dapat

memberikan efek belum bekerja secara maksimal. Kondisi responden yang

sehat kemungkinan juga menjadi salah satu penyebab tidak terlihatnya

peningkatan yang signifikan pada kadar CD19 dalam darah. Hal ini

kemungkinan disebabkan karena tidak adanya paparan antigen yang bisa

mengaktivasi kerja dari CD19 sehingga tidak terlihat jelas hasil interpretasi

dari kerja CD19 pada saat pemeriksaan laboratorium. Selain itu juga,

kemungkinan disebabkan sifat senyawa imunomodulator yang tidak akan

Page 81: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menimbulkan sistem fungsi imun yang berlebihan. Sistem imun akan berhenti

bekerja meningkatkan kekebalan tubuh jika kondisi tubuh telah kembali

normal (Djauzi, 2003 dan Heru, 2001). Untuk mengetahui kadar obat atau

senyawa dalam darah bisa dilakukan pengujian farmakokinetik untuk

mengetahui proses perjalanan obat, berupa proses absorpsi, distribusi,

metabolisme dan ekskresi. Tetapi proses tersebut tidak menjadi tahapan yang

dilakukan pada penelitian ini.

Page 82: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

65 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Dari hasil evaluasi yang dilakukan terhadap sediaan, kapsul campuran

komponen menyirih memenuhi syarat dari hasil evaluasi uji waktu

hancur, namun untuk hasil uji keseragaman bobot tidak memenuhi

sayarat serta uji higroskopisitas menunjukkan bahwa sediaan bersifat

higroskopis pada minggu ke-4.

2. Berdasarkan analisa data yang dilakukan, didapatkan nilai p > 0,05,

Ho berarti diterima. Data ini menunjukkan bahwa kapsul campuran

komponen menyirih tidak dapat meningkatkan kadar CD19 dalam

darah secara bermakna.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan variasi terkait dosis, frekuensi dan lama waktu

pemberian agar lebih terlihat jelas pengaruh campuran komponen

menyirih terhadap fungsinya sebagai imunomodulator.

2. Perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut terhadap sediaan.

3. Perlu dilakukan evaluasi terkait jumlah responden yang representatif.

Page 83: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Abbas AK, Lichtman AH, Pober JS. Cellular and Molecular Immunology.

Philadelphia: WE Saunders Company, 1991.

Abbas A, Lichtman AH, Pober JS. Cellular and Molecular Immunology. 5th

ed. Philadelphia : Elsevier-Saunders; 2005

Amos, I. Zainuddin, A. Triputranto, B.Rusmandana, dan S. Ngudiwaluyo. 2004.

Teknologi Pasca Panen Gambir. Jakarta : BPPT Press

Amos. 2010. Kandungan Katekin Gambir Sentra Produksi di Indonesia. Pusat

Pengkajian Teknologi Agroindustri Badan Pengkajian dan Penerapan

Teknologi. Jurnal Standardisasi Vol. 12, No. 3

Anggraini, T., Tai, T., Yoshino, T and Itani, T. 2011. Antioxidative activity and

catechin content of four kinds of Uncaria gambir extracts from West

Sumatra, Indonesia. African Journal of Biochemistry Research. Vol. 5 (1):

33- 38

Ansel, H. C., Allen, L. V., and Popovich, N. G,. 2005. Ansel’s Pharmaceutical

Dosage Form and Drug Delivery System, Eight Edition. Lippincott

Williams and Wilkins a wotters Kluver Company. Philadelphia.

Anonim. 2006. Echinacea Imunoterapi Penyakit Saluran Pernapasan. Diambil

dari http://www.tempo.co.id

Augsburger, L. L. 2000. Modern Pharmaceutics : Hard and Soft Gelatin Capsules

Ed 2. New York : Mercel Dekker

Baratawidjaja, G.K., dan Rengganis, I. 2010. Imunologi Dasar. Jakarta : Balai

Penerbit FKUI.

BPOM. 2005. http://sireka.pom.go.id diakses tanggal 26 Desember 2016

Bradley. Peter. 2006. British Herbal Compendium Vol 2. British Herbal Medicine

Association (BHMA), Great Britain : 129-141

Dalimartha, Setiawan. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta : Puspa

Swara.

Departemen Kesehatan RI. 1980. Materia Medika Indonesia Jilid IV. Direktorat

Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta

Page 84: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Direktorat

Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta

Departemen Kesehatan RI. 1999. Cara Pengelolaan Simplisia yang Baik.

Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta

Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standard Umum Ekstrak Tumbuhan

Obat. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta

Dewi, May malia. 2012. Formulasi Sediaan Tablet Hisap Katekin Gambir

(Uncaria gambir Roxb.) sebagai Imunomodulator dengan Metode

Granulasi Basah. FKIK UIN Jakarta

Ermiati. 2004. Budidaya, Pengolahan Hasil dan Kelayakan Usaha Tani Gambir

(Uncaria gambir Roxb.) di Kabupaten 50 Kota. Buletin TRO.

Flachsmann. Echinacea purpurea Nonclonal Immuno Strategies and its modulations.

Phyto Novum 2001. Gandhi G, Kaur R, Sharma S. 2005. Chewing pan

masala and/or betel quid-fashionable attributes and/or cancer menaces.

Journal of Human Ecology

Gunawan, Didik & Mulyani, Sri. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1.

Penebar Swadaya, Jakarta

Hadisoewignyo, Lannie. 2013. Sediaan Solida. Pustaka Pelajar

Hariana, H. Arief. 2004. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya seri 1. Penebar

Swadaya, Jakarta

Hariana, Drs. H. Arief. 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya seri 3. Penebar

Swadaya, Jakarta

Handojo, I. 2003. Pengantar Imunoasai Dasar. Surabaya : Airlangga University

Press

Haryanto, Sugeng. 2009. Ensiklopedi Tanaman Obat Indonesia. Pallmal,

Yogyakarta

Hayani, E. 2003. Analisis Kadar Catechin dari Gambir dengan Berbagai Metode.

Buletin Teknik Pertanian Vol. 8, No. 1.

Hendry, John A., Jeansonne, Billie G., Dummett, Clifton O., dan Burrell, William.

Comparison of Calcium Hydroxide and Zinc Oxide and Eugenol

Pulpectomies in Primary Teeth of Dogs. Oral Patology, Vol 54, 2005

Page 85: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. 2nd

ed. Jakarta : Departemen

Kehutanan

Juminar, St Ratna. 2012. Formulasi Granul Kombinasi Katekin Gambir (Uncaria

gambir Roxb) dan Eugenol Sebagai Imunomodulator Dengan Metode

Granulasi Basah. Jakarta : FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Kresno, B.S. (2001). Imunologi : Diagnosis dan Proses Laboratorium Edisi

Kelima. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Martz, E. 2003. What Is Flow Cytometry? dari

http://www.bio.umass.edu/micro/immunology/facs542/facswhat.html

diakses pada 21 Desember 2016

Moeljanto, Rini Damayanti. 2003. Khasiat & Manfaat Daun Sirih Obat Mujarab

dari masa ke masa. Jakarta : Agromedia Pustaka.

Musdja, Muhammad Yanis, Amir Syarif, Ernie Hernawati Poerwaningsih, Andria

Agusta. 2011. Modulation of Macrophage Immune Responses of Extract

Mixture of Betel Leaf (Piper betle, L), Gambier (Uncaria gambier, Roxb)

and Calcium Hydroxide on Phagocytic Cells of Mice. Jakarta : Islamic

State University

Nalina T, Rahim ZHA. The crude aqueous extract of piper betel L and its

antibacterial affect towards streptococcus mutans. Am J Biochem & Biotech

2007

Ningrum, I. P. 2010. Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides

Terhadap Siklus Sel Kanker HeLa. Fakultas Biologi Institut Teknologi

Sepuluh Nopember Surabaya.

Oetjen, Georg-Wilhem & Haseley, Peter. 2004. Frezz-Drying. From Germany :

WILEY-VCH Verlag Gmbh & Co.KGaA

Pambayun, Rindit. 2013. Herbal Tradisional dengan Gambir (Uncaria gambir

Roxb) dan Pengembangannya untuk Pelayanan Kesehatan. Universitas

Sriwijaya Palembang

Perpustakaan Negeri Malaysia. 2001. Sirih Pinang. From

http://www.pnm.my/sirihpinang/sp-kapur.html diakses pada tanggal 10

Maret 2016

Page 86: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Raven, Peter H. George B. Johnson. 2001. Biology sixth edition. McGraw-Hill

education.

Roselyndiar, 2012. Formulasi Kapsul Kombinasi Ekstrak Herba Seledri (Aoium

graveolens L. dan Daun Tempuyung (Sonchus arvenis L.). Universitas

Indonesia

Rowley, T. 2013 Flow Cytometry - A Survey and the Basics,

http://www.labome.com/method/Flow-Cytometry-A-Survey-and-the-

Basics.html diakses pada 21 Desember 2016

Robinson, J.P. 2006. Introduction to Flow Cytometry : Flow cytometry talks,

Purdue University Cytometry Laboratories,

http://www.cyto.purdue.edu/flowcyt/educated/pptslide.htm diakses pada

21 Desember 2016

Robinson, J.P. 2004. Flow Cytometry : Encyclopedia of Biomaterials and

Biomedical Engineering.

Sari, Retno dan Dewi Isadiartuti. 2006. Studi Efektivitas Sediaan Gel Antiseptik

Tangan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle Linn.). Majalah Farmasi Indonesia

17 (4)

Sherwood L. 2001. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Subowo. 1993. Imunobiologi. Bandung : Penerbit Angkasa

Sudirman. 2010. Pemanfaatan Kapur Sirih Sebagai Deodoran Alternatif

Pencegah Terjadinya Bau Badan (Bromhidrosis). Universitas Negeri

Malang, Malang

Syamsuni, H. A., 2006. Ilmu Resep. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat Penting Khasiat,

Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya. PT Elex Media Komputindo,

Jakarta

Van Steenis, C. G. G. J. 2008. Flora. PT Pradriya Paramita, Jakarta.

Page 87: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1. Alur Penelitian

Dideterminasi

Penapisan fitokimia Karakterisasi ekstrak

(pengujian parameter spesifik

dan non spesifik)

Ditimbang

Diblender

Freeze drying

Kapur Sirih

[Ca(OH)2]

Daun Sirih

(Piper betle L.)

Gambir

(Uncaria gambir Roxb)

Hasil determinasi

Ekstrak basah

Ekstrak kering

Uji efek

Imunomodulator

Analisa Data

Pengukuran

Kadar CD19

Komponen Menyirih

Responden

Kontrol (+) : Imboost® Force

Kontrol (-) : tidak diberikan

perlakuan

Page 88: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Hasil Determinasi Gambir dan Daun Sirih

Page 89: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Sertifikat Analisis (COA) Kapur Sirih

Page 90: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

73

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Alat dan Bahan yang digunakan

Freeze Drier

(EYELA FDU-1200)

FACS Canto II

Blender Oven Tanur

Disintegration Tester

(ERWEKA) Timbangan Analitik Sysmex Pouch 100i

Page 91: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

74

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Botol Gelap

Page 92: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

75

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Penyiapan Campuran Komponen Menyirih

Dihaluskan

Ditimbang Ditimbang Ditimbang

Dicampur

Diblender

Freeze drying

Ekstrak kering

Bongkahan Gambir Daun Sirih

kering

Kapur Sirih

Serbuk kering

70 gram 9 gram 421 gram

Page 93: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

76

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6. Hasil Pengujian Parameter Non spesifik

Hasil Susut Pengeringan

Daun Sirih

Hasil Kadar Abu

Gambir

Hasil Kadar Air

Gambir

Hasil Kadar Abu

Daun Sirih

Hasil Kadar Air

Daun Sirih

Hasil Susut Pengeringan

Gambir

Page 94: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

77

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Hasil Penapisan Fitokimia

Gambir

Daun sirih

Saponin Alkaloid Kuinon

Flavonoid

Alkaloid Flavonoid Steroid

Page 95: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

78

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. Perhitungan Pengujian Parameter Non spesifik

Gambir

1. Susut Pengeringan

W1 = berat awal = 43,545 gr

W2 = berat akhir = 43,466 gr

Berat ekstrak = 1,043

% 𝑠𝑢𝑠𝑢𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 = W1 − W2

berat ekstrak x 100%

= 43,545 − 43,466

1,043 x 100%

= 7,57%

2. Kadar Air

Berat ekstrak + wadah awal (a) = 54,2255 gr

Berat ekstrak + wadah akhir (b) = 54,182 gr

Berat simplisia (c) = 1,0255 gr

Berat wadah kosong = 53,2 gram

% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = a − b

c x 100%

= 54,2255 − 54,182

1,0255 x 100%

= 4,24%

3. Kadar Abu

Berat ekstrak + wadah awal (a) = 39,664 gr

Berat ekstrak + wadah akhir (b) = 39,6 gr

Berat simplisia (c) = 1,104 gr

Berat wadah kosong = 58,56 gram

% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = a − b

c x 100%

= 39,6 − 38,56

1,104 x 100%

= 3,62%

Page 96: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

79

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Daun Sirih

1. Susut Pengeringan

W1 = berat awal = 31,056 gr

W2 = berat akhir = 31,007 gr

Berat ekstrak = 1,026 gr

% 𝑠𝑢𝑠𝑢𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 = W1 − W2

berat ekstrak x 100%

= 31,056 − 31,007

1,026 x 100%

= 4,77%

2. Kadar Air

Berat ekstrak + wadah awal (a) = 55,725gr

Berat ekstrak + wadah akhir (b) = 55,695gr

Berat simplisia (c) = 1,025 gr

Berat wadah kosong = 54,7 gram

% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = a − b

c x 100%

= 55,725 − 55,695

1,025 x 100%

= 2,92%

3. Kadar Abu

Berat ekstrak + wadah awal = 38,767 gr

Berat ekstrak + wadah akhir (a) = 37,882 gr

Berat simplisia (c) = 1,067 gr

Berat wadah kosong (b) = 37,7 gram

% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = a − b

c x 100%

= 37,822 − 37,7

1,067 x 100%

= 11,4%

Page 97: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

80

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 9. Proses Pembuatan Campuran Komponen Menyirih

Komponen Menyirih

hasil freeze dry

Komponen Menyirih

dalam kapsul

Penimbangan Hasil freeze dry

Proses pengemasan hasil freeze dry ke

dalam Kapsul

Page 98: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

81

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. Perhitungan Hasil Freeze drying

% =Bobot ekstrak yang didapat

Bobot serbuk simplisia yang diekstraksi x 100%

Berat serbuk yang diekstraksi (a) = 500 gr

Berat ekstrak kering yang didapat (b) = 366,05 gr

% =𝑏

𝑎 x 100%

=366,05 gr

500 gr x 100%

=73,21%

Page 99: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

82

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11. Perhitungan Dosis

Dosis yang digunakan adalah dosis pada penelitian sebelumnya yaitu 200

mg/kgBB pada mencit. Kemudian dosis tersebut dikonversi ke dosis manusia.

Dosis harus dikonversi berdasarkan perhitungan menggunakan luas permukaan

tubuh yang berasal dari U.S. Departement of Health and Human Services, Food

and Drug Administration, Center for Drug Evaluation (Shaw et al., 2007).

Tabel 5.1 Konversi Dosis Hewan ke Dosis Manusia (HED) berdasarkan Luas

Permukaan (Shaw et al., 2007)

Spesies Bobot (kg) Luas Permukaan

Tubuh (m2) Faktor Km

Manusia

Dewasa

Anak-anak

60

20

1,6

0,8

37

25

Baboon 12 0,6 20

Anjing 10 0,5 20

Monyet 3 0,24 12

Kelinci 1,8 0,15 12

Guinea pig 0,4 0,05 8

Tikus 0,15 0,025 6

Hmaster 0,08 0,02 5

Mencit 0,02 0,007 3

HED = Animal dose x Animal Km

Human Km

= 200 mg/kgBB x 3

37

= 16,2 mg/kgBB x 60 kg

= 972 mg

Page 100: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

83

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Untuk letal dose atau LD50 yang digunakan, merujuk pada penelitian

sebelumnya yaitu 13,99g /kgBB pada mencit. Kemudian dikonversikan ke

LD50 pada manusia

LD50 = 13,99 g/kg/BB x 3

37

= 13,99 g/kgBB x 0,081

= 1,13319 g/kgBB x 60 kg

= 67,9914 g

= 67991,14 mg

Page 101: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

84

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 12. Perhitungan Pengambilan Sampel

Rumus Federer :

t (n-1) ≥ 15

(n-1) (3-1) ≥ 15

(n-1) (2) ≥ 15

2n - 2 ≥ 15

n ≥ 8,5 ≈ 8

Page 102: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

85

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 13. Perhitungan Hasil Evaluasi Kapsul

Perhitungan nilai persen penyimpangan pada Uji Keseragaman Bobot

% Penyimpangan = |𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑖𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑎𝑝𝑠𝑢𝑙−𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎2 𝑘𝑎𝑝𝑠𝑢𝑙

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑎𝑝𝑠𝑢𝑙| × 100%

Uji Higroskopisitas

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 5.1 . Hasil Uji Higroskopisitas, (a) minggu ke-1, (b) minggu ke-

2, (c) minggu ke-3, (d) minggu ke-4

Page 103: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

86

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 14. Surat Persetujuan (Inform Concern)

Sehubungan dengan penelitian ini, saya sebagai responden menyatakan

sebagai berikut.

Nama :

Alamat :

No.telp/HP :

Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti, saya menyatakan (bersedia /

tidak bersedia*) menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa

jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, atas nama Ratnika Sari dengan judul “Uji Efek

Imunomodulator Campuran Komponen Menyirih [Uncaria gambir Roxb., Piper

betle L., dan Ca(OH)2]” dengan Pelarut Air terhadap Kadar CD19 dalam Darah.

Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada

paksaan dan tekanan dari pihak manapun.

Jakarta, Oktober 2016

Responden

(…..…………………….)

Nama Terang

*) Coret salah satu

Page 104: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

87

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 15. Surat Pengajuan Ethical Clearance

Page 105: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

88

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 16. Hasil Pemeriksaan CD19

Page 106: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

89

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 107: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

90

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 108: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

91

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 109: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

92

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 110: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

93

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 111: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

94

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 112: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

95

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 113: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

96

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 114: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

97

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 115: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

98

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 116: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

99

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 117: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

100

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 118: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

101

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 119: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

102

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 120: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

103

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 121: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

104

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 17. Hasil Uji Statistik

Uji Normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

CD19before .283 6 .144 .771 6 .032

CD19after .342 6 .027 .780 6 .039

a. Lilliefors Significance Correction

Ket : Jika probabilitas > 0,05, data terdistribusi normal

Jika probabilitas < 0,05, data tidak terdistribusi normal

Uji Wilcoxon

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Sebelum 8 15.38 2.326 13 19

Sesudah 8 15.38 3.159 12 20

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Sesudah - Sebelum Negative Ranks 3a 3.50 10.50

Positive Ranks 3b 3.50 10.50

Ties 2c

Total 8

a. Sesudah < Sebelum

b. Sesudah > Sebelum

c. Sesudah = Sebelum

Page 122: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35724/1/RATNIKA SARI... · kapsul komponen menyirih meliputi uji keseragaman

105

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Test Statisticsb

Sesudah -

Sebelum

Z .000a

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000

a. The sum of negative ranks equals the

sum of positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test