UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA -...

72
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT LUMUT HATI Mastigophora diclados (Bird. Ex Web.) Nees TERHADAP KUALITAS SPERMA DAN DENSITAS SEL SPERMATOGENIK PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR SPRAGUE DAWLEY SECARA IN VIVO SKRIPSI MAYTA RAVIKA NIM : 1110102000059 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA JULI 2014

Transcript of UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA -...

Page 1: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT LUMUT

HATI Mastigophora diclados (Bird. Ex Web.) Nees

TERHADAP KUALITAS SPERMA DAN DENSITAS

SEL SPERMATOGENIK PADA TIKUS PUTIH

(Rattus norvegicus) JANTAN GALUR SPRAGUE

DAWLEY SECARA IN VIVO

SKRIPSI

MAYTA RAVIKA

NIM : 1110102000059

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

JULI 2014

Page 2: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT LUMUT

HATI Mastigophora diclados (Bird. Ex Web.) Nees

TERHADAP KUALITAS SPERMA DAN DENSITAS

SEL SPERMATOGENIK PADA TIKUS PUTIH

(Rattus norvegicus) JANTAN GALUR SPRAGUE

DAWLEY SECARA IN VIVO

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

MAYTA RAVIKA

NIM : 1110102000059

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

JULI 2014

Page 3: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis
Page 4: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis
Page 5: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis
Page 6: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Nama : Mayta Ravika

Program Studi : Farmasi

Judul : Uji Aktivitas Ekstrak Etil Asetat Lumut Hati

Mastigophora diclados (Bird. Ex Web.) Nees Terhadap

Kualitas Sperma dan Densitas Sel Spermatogenik pada

Tikus (Rattus norvegicus) Jantan Galur Sprague Dawley

Secara in Vivo

Di Indonesia sebanyak 30% dari kasus fertilitas disebabkan oleh pria.

Beberapa antioksidan terbukti efektif dalam pengobatan infertilitas pada pria.

Lumut hati Mastigophora diclados (Bird. Ex Web.) Nees dilaporkan

memiliki aktivitas antioksidan. Dilakukan sebuah penelitian untuk

mengetahui pengaruh ekstrak etil asetat lumut hati Mastigophora diclados

(Bird. Ex Web.) Nees yang memiliki aktivitas antioksidan terhadap kualitas

sperma dan densitas sel spermatogenik. Hewan uji yang digunakan 20 ekor

tikus jantan galur sprague dawley berumur 7-8 minggu yang dibagi menjadi

empat kelompok yaitu kolompok kontrol, kelompok dosis 1 mg/kgBB, 10

mg/kgBB, 100 mg/kgBB. Perlakuan diberikan selama 48 hari. Kualitas

sperma dinilai dari konsentrasi dan morfologi spermatozoa, sedangkan

densitas sel spermatogenik dinilai dari diameter tubulus seminiferus serta

tebal sel germinal. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis one

way ANOVA dan Kruskal Wallis yang dilanjutkan dengan uji Multiple

Comparisons. Ada peningkatan konsentrasi spermatozoa secara bermakna

(p < 0,05) pada kelompok dosis 10 mg/kgBB dan 100 mg/kgBB. Hasil

pengamatan morfologi sperma didapat ada penurunan persentase sperma

yang abnormal secara bermakna pada dosis 1 mg/kgBB, 10 mg/kgBB, dan

100 mg/kgBB. Tidak ada parameter densitas sel spermatogenik yang

menunjukkan peningkatan yang signifikan pada semua kelompok bila

dibandingkan dengan kontrol (P ≥ 0,05).

Kata kunci: Lumut hati Mastigophora diclados, antioksidan, kualitas sperma,

konsentrasi spermatozoa, morfologi sperma, densitas sel spermatogenik,

diameter tubulus seminiferus, tebal sel germinal

Page 7: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

Name : Mayta Ravika

Program Study : 1110102000059

Tittle : In Vivo Study of the Effect of Ethyl Acetate Extract of

Liverworts Mastigophora diclados (Bird. Ex Web.)Nees

on Sperm Quality and Spermatogenic Cell Density in

Male Rat (Rattus Norvegicus) Strain Sprague Dawley

In indonesia, 30% of infertility cases caused by men. Some antioxidant known as

the effective reatments for man infertility. From the previous study, Mastigophora

diclados (Bird. Web Ex.) Nees had antioxidant activity. This study was aimed to

analyze antioxidant effect of ethyl acetate extract liverworts Mastigophora

diclados on sperm quality and spermatogenic cell density of male rat. Twenty

adult male rats strain Sprague Dawley aged 7-8 weeks were divided into four

groups: control group, and three treatment group, the first group received 1

mg/kgBB, the second group received 10 mg/kgBB and the third group received

100 mg/kgBB of Mastigophora diclados ethyl acetate extracts orally for 48 days.

Treatment was given for 48 days. Sperm quality was assessed by sperm

concentration and morphology of spermatozoa, while spermatogenic cell density

was assessed from the diameter of seminiferous tubules and germinal cell layer

thickness. Data were analyzed using one-way ANOVA and Kruskal-Wallis test

followed by multiple Comparisons. A significant increase of spermatozoa

concentration was observed in the treatment group that received 10 mg/kg and

100 mg/kg compared with control (p ˂ 0,05). Results showed the percentage of

abnormal sperm morphology decrease significantly (p ˂ 0,05 all of treatment

group ( dose 1mg/kgBB, 10 mg/kgBB, and 100 mg/kgBB) compered with control.

While the density of sperm cells neither the seminiferous tubules diameter nor

germinal cell thickness showed significant increase in all groups compared with

controls (P ≥ 0,05).

Keyword: Liverworts Mastigophora diclados, antioxidant, sperm quality,

spermatozoa concentration, sperm morphology, spermatogenic cell density,

diameter of seminiferous tubules, germinal cell layer thickness

Page 8: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa

mencurahkansegala rahmat-Nya kepada kita semua, khususnya penulis dalam

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Aktivitas Ekstrak Etil Asetat Lumut

Hati Mastigophora diclados (Bird. Ex Web.) Nees Terhadap Kualitas Sperma dan

Densitas Sel Spermatogenik pada Tikus (Rattus Norvegicus) Jantan Galur

Sprague Dawley Secara In Vivo”. Shalawat dan salam senantiasa terlimpah

kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, teladan bagi umat manusia dalam

menjalani kehidupan.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian

akhir guna mendapatkan gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Selesainya penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak lepas

dari bantuan berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis

menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus dan sebesar-besarnya, khususnya

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. (hc). Dr. MK.Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Azrifitria, M.Si, Apt sebagai Pembimbing I dan Ibu Ismiarni

Komala, M.Sc., Ph.D., Apt. sebagai Pembimbing II yang telah

memberikan ilmu, nasehat, waktu, tenaga, dan pikiran selama penelitian

dan penulisan skripsi.

3. Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt selaku Ketua Program Studi

Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Lina Elfita, M.Si., Apt. selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan arahan selama masa perkuliahan.

5. Kedua orang tua tercinta, Hasanuddin dan Tuti Ma’arif yang selalu ikhlas

memberikan dukungan moral, nasehat-nasehat, serta doanya

6. Bapak dan Ibu staf pengajar, serta karyawan yang telah memberikan

bimbingan dan bantuan selama menempuh pendidikan di Program Studi

Page 9: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Bang Valzon dan Unang yang selalu memberikan arahan, material dan

semangat.

8. Kak Eris, Mba Rani, Kak lisna, Kak Tiwi, Kak Rahmadi, dan Kak Liken

yang sangat banyak membantu penulis melakukan penelitian di

laboratorium.

9. Teman-teman tim farmakologi: Indah, Julia, Dita, Auva, Maya, dan

Chaya. Terimakasih atas segala bantuannya

10. Teman-teman yang selalu memberikan masukan dan semangat: Ipho,

Vina,Yeyet, Nissa, Bila, Myra, dan Metha

11. Teman-teman Andalusia yang memberikan semangat dan masukan untuk

kelancaran penyusunan skripsi

12. Dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama ini yang

tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari

Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun akan

penulis nantikan. Dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pengembangan

ilmu pengetahuan.

Jakarta, 30 Juni 2014

Penulis

Page 10: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis
Page 11: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... v

ABSTRAK ................................................................................................... vi

ABSTACT ..................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................. viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR ............... x

DAFTAR ISI ................................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv

BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................. . 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 3

1.4 Hipotesis ........................................................................................ 3

1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................... 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 5 2.1 Mastigophora diclados .................................................................. 5

2.1.1 Klasifikasi Tanaman ............................................................. 5

2.1.2 Kandungan Kimia ................................................................. 6

2.1.3 Aktivitas Biologi ................................................................... 6

2.2 Ekstrak ........................................................................................... 6

2.3 Tinjauan Hewan Coba .................................................................... 7

2.4 Sistem Reproduksi Tikus Jantan .................................................... 7

2.5 Spermatozoa ................................................................................... 9

2.6 Spermatogenesis Pada Tikus .......................................................... 10

2.7 Antioksidan ................................................................................... 11

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 13 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 13

3.2 Bahan ............................................................................................. 13

3.2.1 Hewan Uji ............................................................................. 13

3.2.2 Bahan Uji .............................................................................. 13

3.2.3 Bahan Kimia ......................................................................... 13

3.3 Alat ................................................................................................. 13

3.4 Rancangan Penelitian ..................................................................... 14

3.5 Kegiatan Penelitian ........................................................................ 14

3.5.1 Persiapan Hewan Uji ............................................................. 14

3.5.2 Pemberian Perlakuan ............................................................ 15

3.5.3 Pengukuran Parameter Uji .................................................... 15

3.5.3.1 Pengukuran Bobot Testis .......................................... 15

3.5.3.2 Pengukuran Konsentrasi Spermatozoa ..................... 15

3.5.3.3 Pengamatan Morfologi .............................................. 16

3.5.3.4 Pengukuran Densitas Spermatogenik........................ 17

3.5.4 Analisa Data ........................................................................ 17

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………… 18

4.1 Hasil Penelitian .............................................................................. 18

4.1.1 Pengukuran Bobot Testis ........................................................ 18

Page 12: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.1.2 Perhitungan Konsentrasi Spermatozoa ................................... 18

4.1.3 Pengamatan Morfologi Spermatozoa ..................................... 19

4.1.4 Pengukuran Diameter Tubulus Seminiferus ........................... 20

4.1.5 Pengukuran Tebal Sel Germinal ............................................. 21

4.2 Pembahasan .................................................................................... 22

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 26

5.1 Kesimpulan .................................................................................... 26

5.2 Saran .............................................................................................. 26

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 27

LAMPIRAN ................................................................................................. 31

Page 13: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Lumut hati Mastigophora diclados ........................................... 5

Gambar 2.2 Anatomi sistem reproduksi tikus jantan .................................... 7

Gambar 2.3 Spermatozoa .............................................................................. 9

Gambar 4.1 Grafik rerata konsentrasi spermatozoa tikus setelah

diberi perlakuan selama 48 hari ............................................... 19

Gambar 4.2 Grafik rerata persentase sperma yang abnormal tikus

setelah diberi perlakuan selama 48 hari ................................... 20

Gambar 4.3 Grafik rerata diameter tubulus seminiferus tikus setelah

diberi perlakuan selama 48 hari ............................................... 21

Gambar 4.4 Grafik rerata tebal sel germinal tikus setelah diberi

perlakuan selama 48 hari.......................................................... 22

Page 14: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Pembagian kelompok hewan uji berdasarkan perlakuannya ........ 14

Tabel 3.2 Pengenceran yang dilakukan dan kotak yang dihitung ................. 15

Tabel 3.3 Cara pengenceran spermatozoa..................................................... 16

Tabel 3.4 Rumus menghitung konsentrasi spermatozoa .............................. 16

Tabel 4.1 Rerata bobot testis tikus ................................................................ 18

Tabel 4.2 Rerata konsentrasi spermatozoa tikus ........................................... 19

Tabel 4.3 Rerata persentase morfologi sperma yang abnormal .................... 20

Tabel 4.4 Rerata diameter tubulus seminiferus ............................................. 21

Tabel 4.5 Rerata tebal sel germinal ............................................................... 22

Page 15: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Keterangan Kesehatan Hewan ...................................... 31

Lampiran 2. Alur Penelitian ........................................................................ 32

Lampiran 3. Perhitungan Dosis Pada Uji Ekstrak Etil Asetat Lumut

Hati Mastigophora diclados ................................................... 33

Lampiran 4. Gambar Bahan Dan Alat Penelitian ....................................... 35

Lampiran 5. Kegiatan Penelitian ................................................................. 37

Lampiran 6. Pengamatan Perhitungan Konsentrasi Dan Morfologi

Spermatozoa ........................................................................... 38

Lampiran 7. Hasil Pengukuran Berat Badan ............................................... 39

Lampiran 8. Hasil Pengukuran Bobot Testis .............................................. 41

Lampiran 9. Hasil Perhitungan Konsentrasi Spermatozoa ......................... 42

Lampiran 10. Hasil Morfologi Spermatozoa ............................................... 43

Lampiran 11. Hasil Pengukuran Diameter Tubulus Seminiferus ................ 44

Lampiran 12. Hasil Pengukuran Tebal Sel Germinal ................................... 45

Lampiran 13. Hasil Analisa Data Bobot Testis............................................. 46

Lampiran 14. Hasil Analisa Data Konsentrasi Spermatozoa ........................ 48

Lampiran 15. Hasil Analisa Data Morfologi Spermatozoa........................... 51

Lampiran 16. Hasil Analisa Data Diameter Tubulus Semineferus ............... 54

Lampiran 17. Hasil Analisa Data Tebal Sel Germinal.................................. 56

Page 16: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penurunan kualitas sperma pada pria dapat menyebabkan berkurangnya

kemampuan spermatozoa untuk membuahi sel telur sehingga dapat

mengakibatkan terjadinya infertilitas. Infertilitas didefinisikan sebagai tidak

terjadinya kehamilan pada pasangan setelah melakukan hubungan seks secara

teratur selama 12 bulan tanpa menggunakan alat kontrasepsi (WHO, 2012).

Infertilitas masih menjadi permasalahan bagi 15% dari pasangan suami istri

(Agarwal dan Said, 2005). Jumlah pria yang mengalami infertil semakin

meningkat hampir disetiap belahan dunia (Mathur, 2012). Terdapat 12% atau

sekitar 3 juta pasangan infertil di Indonesia. Sebanyak 30% dari semua kasus

pasangan infertil disebabkan oleh pria. Belakangan ini persentase pria sebagai

penyebab pasangan infertil cenderung meningkat menjadi 40% (Sutyarso dan

Hendri, 2003).

Ditemukan 57 penelitian yang berkaitan dengan antioksidan dan fertilitas,

dimana 41 penelitian menggunakan satu macam antioksidan dan 11 penelitian

lainnya menggunakan kombinasi pemberian beberapa antioksidan (Agarwal et al.,

2004). Penggunaan antioksidan seperti vitamin C, vitamin E, dan karnitin telah

terbukti efektif dalam pengobatan infertilitas pada pria (Agarwal dan Lucky,

2010). Antioksidan adalah senyawa yang dapat menekan pembentukan reactive

oxygen species (ROS) dan peroksidasi lipid. Produksi ROS di berbagai organ

termasuk testis adalah peristiwa fisiologis normal, namun perubahan dalam

sintesisnya merangsang terjadinya oksidasi dan kerusakan DNA sel (Sikka, 1996).

Membran plasma sperma mengandung asam lemak tak jenuh dalam jumlah tinggi

sehingga sangat rentan terhadap kerusakan peroksidatif. Peroksidasi lipid dapat

menghancurkan struktur matriks lipid dalam membran spermatozoa, hal ini

berkaitan dengan hilangnya motilitas dari sperma. Oleh karena itu, dengan

memberikan senyawa yang dapat menekan ROS dapat meningkatkan kualitas dari

sperma sehingga meningkatkan fertilitas pada pria (Turk et al., 2008; Khaki et al.,

2009).

Banyak tumbuhan di dunia yang digunakan secara tradisional sebagai

peningkat fertilitas antara lain adalah buah delima (Punica granatum), semangka

Page 17: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Citrullus vulgaris), biji koro bengu (M. pnirien), minyak jinten hitam

(Nigella sativa L.) (Khaki et al., 2009; Turk et al., 2008; Winarni et al., 2011;

Musfiroh et al., 2012). Proporsi tumbuhan yang digunakan secara tradisional

sebagai peningkat fertilitas masih didominasi oleh tumbuhan dikotil yaitu

sebanyak 79%, diikuti oleh tumbuhan monokotil sebanyak 18%, serta 1% masing-

masing untuk jamur dan pteridophytes (Mathur dan Sundaramoorthy, 2009).

Masih sedikitnya penggunaan tumbuhan tingkat rendah sebagai peningkat

fertilitas, hal ini terlihat hanya 1% penggunaan jamur dan pteridophytes.

Tumbuhan tingkat rendah lain yang juga belum banyak dieksplorasi

adalah lumut. Lumut merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang belum

banyak mendapat perhatian (Windadri, 2007). Salah satu jenis lumut yang

berpotensi dijadikan obat adalah lumut hati. Dalam penelitian sebelumnya,

Komala et al. (2010) telah melaporkan bahwa tumbuhan lumut hati Mastigophora

diclados yang tumbuh di Tahiti mengandung senyawa-senyawa fenolik

seskuiterpenoid herbertan. Senyawa-senyawa golongan fenolik seskuiterpenoid

herbertan dilaporkan memiliki aktivitas sitotoksik, antimikroba, dan antioksidan.

Herbertenediol dan (-)-mastigophorene D merupakan kandungan Mastigophora

diclados yang memiliki aktivitas antioksidan lebih tinggi dari vitamin C (Komala

et al., 2010). Namun aktivitas antioksidan yang dimiliki Mastigophora diclados

ini belum diteliti lebih lanjut sebagai peningkat fertilitas pada pria.

Berdasarkan uraian diatas dapat diasumsikan bahwa Mastigophora

diclados yang ada di Indonesia memiliki kandungan yang hampir sama dengan

yang berasal dari Tahiti dan kemungkinan dapat meningkatkan kualitas sperma

sehingga dapat meningkatkan fertilitas pria. Oleh karena itu, perlu dilakukan

penelitian mengenai pengaruh ekstrak Mastigophora diclados terhadap kualitas

sperma dan densitas sel spermatogenik pada tikus. Kualitas sperma dinilai dari

bobot testis, morfologi sperma, dan konsentrasi spermatozoa sedangkan densitas

sel spermatogenik dinilai dari diameter tubulus seminiferus dan ketebalan lapisan

sel germinal.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang, maka rumusan masalahnya adalah

sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh pemberian ekstrak etil asetat lumut hati

Mastigophora diclados (Brid. ex Web.) Nees terhadap kualitas sperma

Page 18: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang dinilai dari konsentrasi dan morfologi spermatozoa pada tikus putih

(Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley secara in vivo?

2. Apakah ada pengaruh pemberian ekstrak etil asetat lumut hati

Mastigophora diclados (Brid. ex Web.) Nees terhadap densitas sel

spermatogenik yang dinilai dari diameter tubulus seminiferus dan

ketebalan lapisan sel germinal pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan

galur Sprague Dawley secara in vivo?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian uji aktivitas ekstrak etil asetat lumut hati

Mastigophora diclados (Brid. ex Web.) Nees terhadap kualitas sperma dan

densitas sel spermatogenik pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur

Sprague Dawley secara in vivo adalah:

1. Untuk menguji pemberian ekstrak etil asetat lumut hati

Mastigophora diclados (Brid. ex Web.) Nees terhadap kualitas

spermatozoa yang dinilai dari konsentrasi dan morfologi spermatozoa pada

tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley secara in

vivo.

2. Untuk menguji pemberian ekstrak etil asetat lumut hati

Mastigophora diclados (Brid. ex Web.) Nees terhadap densitas sel

spermatogenik yang dinilai dari diameter tubulus seminiferus dan

ketebalan lapisan sel germinal pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan

galur Sprague Dawley secara in vivo.

1.4 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian uji aktivitas ekstrak etil asetat lumut hati

Mastigophora diclados (Brid. ex Web.) Nees terhadap kualitas sperma dan

densitas sel spermatogenik pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur

Sprague Dawley secara in vivo adalah:

1. Pemberian ekstrak etil asetat lumut hati Mastigophora diclados

(Brid. ex Web.) Nees berpengaruh terhadap kualitas sperma yang dinilai

dari konsentrasi dan morfologi spermatozoa pada tikus putih (Rattus

norvegicus) jantan galur Sprague Dawley secara in vivo.

Page 19: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Pemberian ekstrak etil asetat lumut hati Mastigophora diclados

(Brid. ex Web.) Nees berpengaruh terhadap densitas sel spermatogenik

yang dinilai dari diameter tubulus seminiferus dan tebal lapisan germinal

pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley secara

in vivo.

1.5 Manfaat Penelitian

Memberikan manfaat kepada masyarakat luas mengenai khasiat ekstrak

etil asetat lumut hati Mastigophora diclados (Brid. ex Web.) Nees yang berasal

dari gunung Slamet Purwokerto sebagai peningkat kualitas sperma dan dapat

memberikan informasi dalam pengembangan ilmu reproduksi yang kemudian

dapat digunakan dalam pengobatan infertilitas.

Page 20: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

5 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mastigophora diclados

Lumut hati Mastigophora diclados tersebar di Indonesia, Malaysia,

Jepang, Malagasi, Taiwan (Agnieszka dan Asakawa, 2010). Di Indonesia

Mastigophora diclados banyak ditemukan di dataran tinggi yang sejuk dan

lembab seperti di hutan Gunung Slamet Purwokerto, hutan pegunungan Taman

Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah, dan Gunung Patuha Bandung (Gradstein

dan Culmsee, 2010; Ida dan Gradstein, 2011; Gradstein et al., 2011).

Mastigophora diclados dikenal dengan berbagai nama diantaranya Jungermannia

diclados β calcarata (Reinw., Blume et Nees) Nees nom. Illeg, Jungermannia

scorpioides Reinw., Blume et Nees, Lepicolea fissa (Nees) Steph, Mastigophora

diclados f. conferta (Nees) Schiffn dan sebagainya (Söderström et al., 2010).

Gambar 2.1 Lumut hati Mastigophora diclados (Brid. ex Web.) Nees (Sumber: Purnamasari, 2012).

2.1.1 Klasifikasi tanaman (Crandall-Stotler et al., 2008)

Dalam taksonomi, kedudukan Mastigophora diclados dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Phylum : Marchantiophyta

Class : Jungermanniopsida

Orde : Jungermanniales

Suborde : Lophocoleineae

Family : Mastigophoraceae

Page 21: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

6

Genus : Mastigophora Nees.

Species : Mastigophora diclados (Brid.) Nees

2.1.2 Kandungan Kimia

Ekstrak etil asetat Mastigophora diclados (Brid. ex Web.) Nees positif

mengandung terpenoid (Walidah, 2014). Ekstrak eter Mastigophora diclados

yang berasal dari Tahiti mengandung herbertene, -herbertenol, -herbertenol

dan herbertenediol kemudian ekstrak dietil eter dan metanol mengandung (+)-

drimenol, (-)- -herbertenol, (-)-herbertenediol, mastigophorene A,

(-)-mastigophorene C, (-)-mastigophorene D, (-)-ent-pimara-8, 15-dien-19-oic

acid, (-)-diplophyllolide A dan (-)-diplophyllin (Komala et al., 2010).

2.1.3 Aktivitas Biologi

Mastigophora diclados memiliki aktivitas sitotoksik terhadap HL-60 dan

sel KB, sebagai antimikrobial terhadap Bacillus subtilis dan Staphylococcus

aureus, sebagai antifungi untuk Botrytis cinerea dan Rhizoctonia solani serta

memiliki aktivitas antioksidan (Komala et al., 2010).

2.2 Ekstrak (Depkes RI, 2000)

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

ditetapkan. Faktor yang berpengaruh pada mutu ekstrak adalah:

1. Faktor biologi, mutu ekstrak dipengaruhi dari bahan asal (tumbuhan obat),

dipandang secara khusus dari segi biologi yaitu identitas jenis, lokasi

tumbuhan asal, periode pemanenan, penyimpanan bahan, umur tumbuhan dan

bagian yang digunakan.

2. Faktor kimia, mutu ekstrak dipengaruhi dari bahan asal (tumbuhan obat),

dipandang secara khusus dari kandungan kimia, yaitu :

a. Faktor internal, seperti jenis senyawa aktif dalam bahan, komposisi

kualitatif senyawa aktif, kadar total rata-rata senyawa aktif.

Page 22: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Faktor eksternal, seperti metode ekstraksi perbandingan ukuran alat

ekstraksi, pelarut yang digunakan dalam ekstraksi, kandungan logam

berat, ukuran kekerasan, dan kekeringan bahan.

2.3 Tinjauan Hewan Coba

Menurut Krinke (2000), klasifikasi tikus putih (Rattus norvegicus) adalah

sebagai berikut :

Regnum : Animalia

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Kelas : Mamalia

Orde : Rodenta

Family : Murinae

Genus : Ratus

Spesies : Rattus norvegicus

2.4 Sistem Reproduksi Tikus Jantan

Sistem reproduksi hewan jantan terdiri atas testis, epididimis, duktus

deferens, kelenjar aksesori (kelenjar vesikulosa, prostat dan bulbouretralis), uretra

dan penis (William, 2005).

Gambar 2.2. Anatomi sistem reproduksi tikus jantan

(Sumber: Suckow, 2006)

Page 23: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Testis merupakan sepasang struktur berbentuk oval dan sedikit gepeng.

Testis terletak dalam skrotum dan dikelilingi oleh simpai tebal jaringan ikat

kolagen, yaitu tunika albuginea. Tunika albuginea menebal pada permukaan

posterior testis dan membentuk mediastinum testis, yaitu tempat penjuluran yang

membagi kelenjar menjadi sekitar 250 kompartemen piramid yang disebut lobulus

testis. Setiap lobulus dihuni oleh 1-4 tubulus seminiferus (Manika et al., 1991).

Testis berfungsi untuk menghasilkan spermatozoa dan menghasilkan hormon

(testosteron). Sekitar 80%, testis terdiri dari tubulus seminiferus yang berkelak-

kelok, yang didalamnya berlangsung spermatogenesis (Heffner dan Danny, 2008).

Vesikula seminalis terdiri atas tabung berkelok, fungsinya menyekresi

mukus yang banyak mengandung fruktosa, selain itu juga menyekresi asam sitrat,

prostaglandin dan fibrinogen yang berperan dalam memberikan nutrisi dan

melindungi spermatozoa (Guyton, 1997; Sloalen, 2003).

Prostat merupakan kelenjar aksesoria pria yang menyelubungi uretra saat

keluar dari kandung kemih. Sekresinya merupakan cairan encer bersifat basa yang

mengandung ion sitrat, kalsium, ion fosfat, enzim pembeku, dan profibrinolisin

(Guyton, 1997). Cairan ini berfungsi untuk menetralisir asiditas vagina selama

senggama dan meningkatkan motilitas spermatozoa yang akan optimum pada pH

6,0 – 6,5. Sepasang kelenjar bulboureteral merupakan kelenjar kecil yang ukuran

dan bentuknya menyerupai kacang polong. Kelenjar ini menyekresi cairan basa

yang mengandung mukus ke dalam uretra penis untuk memulasi dan melindungai

uretra (Sloalen, 2003).

Tubulus seminiferus merupakan tempat terjadinya spermatogenesis.

Tubulus seminiferus dikelilingi oleh membran basal. Di dekat membran basal ini

terdapat sel progenitor untuk produksi spermatozoa. Epitel yang mengandung

spermatozoa yang sedang berkembang disepanjang tubulus disebut epitel

seminiferus atau epitel germinal. Pada potongan melintang testis, spermatosit

dalam tubulus berada dalam berbagai tahap pematangan. Di antara spermatosit

terdapat sel sertoli. Sel ini berperan secara metabolik dan struktural untuk

menjaga spermatozoa yang sedang berkembang. Sel sertoli memfagosit

sitoplasma spermatid yang telah dikeluarkan. Sel ini juga berfungsi pada proses

aromatisasi prekursor androgen menjadi estrogen, suatu produk yang

menghasilkan pengaturan umpan balik lokal pada sel leydig yang memproduksi

androgen. Selain itu sel sertoli juga menghasilkan protein pengikat androgen.

Produksi androgen sendiri terjadi di dalam kantong dari sel khusus (sel leydig)

Page 24: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang terdapat di daerah interstitial antara tubulus-tubulus seminiferus (Heffner,

2008).

Tubulus seminiferus tikus lebih tebal dari manusia yakni pada tikus 347±5

μm dan pada manusia 262±9 μm, tetapi pembatas tubulus pada tikus jauh lebih

tipis dibanding manusia yakni 1,4±1 μm pada tikus dan 15,9±3,4 μm pada tikus.

Epitel seminiferus tikus mengandung 40% lebih sel spermatogenik dari

volumenya, dua kali lebih banyak dari epitel seminiferus manusia (Ilyas, 2007).

Epididimis merupakan daerah penumpukan dan penyimpanan

spermatozoa setelah meninggalkan testis. Secara umum epididimis memiliki

fungsi utama, yaitu transportasi, pemekatan (konsentrasi), pematangan dan

penyimpanan spermatozoa (Sherwood, 2001).

Struktur epididimis yaitu berbentuk koma dapat menahan batas

posterolateral testis. Epididimis dibentuk oleh saluran berkelok-kelok secara tidak

teratur yang disebut duktus epididimis. Duktus epididimis diperkirakan

mempunyai tiga regio: kaput (kepala), korpus (badan), dan kauda (ekor). Duktus-

duktus epididimis dari setiap testis menyatu untuk membentuk sebuah saluran

berdinding tebal dan berotot yang disebut duktus (vas) deferens (Fawcett, 2002).

Duktus (vas) deferens berfungsi sebagai tempat penyimpanan spermatozoa

yang penting. Hal ini disebabkan karena spermatozoa yang terkemas rapat relatif

inaktif dan kebutuhan metabolit mereka juga rendah. Spermatozoa dapat disimpan

dalam duktus deferens selama beberapa hari walaupun tidak mendapat pasokan

nutrisi dari darah dan hanya mendapat makanan dari gula-gula sederhana yang

terdapat disekresi tubulus (Sherwood, 2001).

2.5 Spermatozoa

Spermatozoa merupakan hasil akhir dari proses spermatogenesis.

Spermatozoa terdiri atas kepala (berisi inti) dan ekor. Panjangnya sekitar 60 μm

dan merupakan sel yang bergerak aktif (motil). Panjangnya sekitar 5 μm dan

lebarnya sekitar 3 μm. Kepala terutama terdiri atas inti dengan kromatin yang

menggumpal yang dua pertiga anteriornya dibungkus erat oleh akrosom (Finn,

1994).

Gambar 2.3 Spermatozoa tikus (Sumber: Inveresk Research et al., 2000)

Page 25: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ekor spermatozoa memiliki penjang sekitar 55 μm dan ketebalannya

menurun dari sekitar 1 μm dekat kepala menjadi 0,1 μm dekat ujungnya. Dengan

menggunakan mikroskop yang baik maka ekor akan tampak terdiri atas leher,

bagian tengah (middle piece), bagian utama (principal piece) dan bagian ujung

(end piece) (Finn, 1994).

Spermatozoa merupakan hal yang penting dalam pemeriksaan infertilitas

pada pria. Untuk mengetahui kualitas dan kuantitas spermatozoa beserta cairan

semen di sekitarnya dilakukan dengan suatu analisis semen. Dalam suatu

penelitian dikatakan bahwa untuk mendiagnosis suatu infertilitas pada pria dapat

ditentukan melalui pengukuran konsentrasi, motilitas, dan morfologi dari

spematozoa. Batasan untuk subfertil adalah bila konsentrasi spermatozoa kecil

dari 13,5x106/mL, sperma yang motil kecil dari 32%, dan kecil dari dari 9%

morfologi spermatozoa yang normal. Sedangkan untuk batasan fertil adalah bila

konsentrasi spermatozoa lebih dari 48,0x106/mL, sperma yang motil lebih besar

63%, dan lebih dari dari 12% morfologi spermatozoa normal (Guzick et al.,

2001).

2.6 Spermatogenesis Pada Tikus

Spermatogenesis adalah proses berkelanjutan dari pembelahan sel

germinal untuk menghasilkan spermatozoa yang dimulai dari masa pubertas

(Patricia, 2007). Spermatogenesis terjadi di dalam semua tubulus seminiferus

selama kehidupan seksual aktif sebagai akibat dari rangsangan hormon

gonadotropin hipofisis anterior (Guyton, 1996; Junquueira et al., 1997).

Proses spermatogenesis dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu proliferasi

mitotik, meiosis, dan spermiogenesis (Sherwood, 2001). Pada tahap awal

spermatogenesis, spermatogonia primitif berkumpul di tepi membran basal epitel

germinativum yang disebut sebagai spermatogonia tipe A (Guyton, 1996).

Spermatogonia tersebut membelah menjadi sel yang sedikit lebih berdiferensiasi,

yaitu spermatogonia tipe B. Pada tahap ini spermatogonia bermigrasi ke arah

sentral di antara sel-sel sertoli. Dalam waktu kira-kira 24 hari setiap

spermatogonium yang melewati lapisan pertahanan masuk ke dalam lapisan sel

sertoli dimodifikasi secara berangsur-angsur dan membesar untuk membentuk

spermatozit primer yang besar dengan 46 kromosom. Pada akhir hari ke-24, setiap

spermatosit primer terbagi dua menjadi spermatosit sekunder, proses ini disebut

sebagai meiosis pertama .

Page 26: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dua sampai tiga hari meiosis kedua terjadi menghasilkan spermatid yang

memiliki 23 kromosom tunggal (Sherwood, 2001; Guyton, 1996). Setelah fase

meiosis selesai, tidak lagi terjadi pembelahan sel. Setiap spermatid mengalami

modifikasi menjadi sebuah spermatozoa yang disebut sebagai fase

spermiogenesis. Selama beberapa minggu berikutnya setelah meiosis, setiap

spermatid secara perlahan-lahan berubah menjadi spermatozoa dengan (1)

menghilangkan beberapa sitoplasmanya, (2) mengatur kembali bahan kromatin

dari inti spermatid untuk membentuk satu kepala yang padat, dan (3)

mengumpulkan sisa sitoplasma dan membran sel pada salah satu ujung dari sel

untuk membentuk ekor.

Pada tikus ada 14 tahap siklus spermatogenik yang terjadi pada tubulus

seminiferus yang membutuhkan 12 hari untuk menyelesaikan satu siklus yang

terdiri dari 14 tahap. Sebuah spermatogonium tikus membutuhkan empat siklus

untuk pada akhirnya membetuk spermatozoa, sehingga dibutuhkan waktu 48 hari

untuk menyelesaikan langkah spermatogenik secara keseluruhan (Krinke, 2000).

2.7 Antioksidan

Antioksidan adalah zat yang dapat melawan pengaruh bahaya dari radikal

bebas atau reactive oxygen species (ROS) yang terbentuk sebagai hasil dari

metabolisme oksidatif yaitu hasil dari reaksi-reaksi kimia dan proses metabolik

yang terjadi dalam tubuh (Goldberg, 2003). Senyawa antioksidan dapat berfungsi

sebagai penangkap radikal bebas, pembentuk kompleks dengan logam-logam

peroksida dan berfungsi sebagai senyawa pereduksi (Rajeshwar et al., 2005).

Menurut Miller et al. (2000) antioksidan dapat menangkap radikal bebas sehingga

menghambat mekanisme oksidatif yang merupakan penyebab penyakit-penyakit

degeneratif seperti penyakit jantung, kanker, katarak, disfungsi otak dan artritis.

Gordon (1990) menjelaskan sesuai mekanisme kerjanya, antioksidan

memiliki dua fungsi. Fungsi pertama merupakan fungsi utama dari antioksidan

yaitu sebagai pemberi atom hidrogen. Antioksidan yang mempunyai fungsi utama

tersebut sering disebut sebagai antioksiden primer. Senyawa ini dapat

memberikan atom hidrogen secara cepat ke radikal lipida atau mengubahnya ke

bentuk yang lebih stabil, sementara turunan radikal antioksidan tersebut memiliki

keadaan lebih stabil dibanding radikal lipida. Fungsi kedua merupakan fungsi

sekunder antioksidan, yaitu memperlambat laju autooksidasi dengan berbagai

Page 27: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

mekanisme diluar mekanisme pemutusan rantai autooksidasi dengan pengubahan

radikal lipida ke bentuk yang lebih stabil.

Senyawa yang termasuk dalam kelompok antioksidan primer adalah

vitamin E (tokoferol), vitamin C (asam askorbat), β-karoten, glutation dan sistein

(Taher, 2003). Sedangkan kelompok antioksidan sekunder adalah etilendiamin

tetraasetat (EDTA), asam sitrat dan asam tartrat (Winarno, 1992).

Page 28: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

13 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian 1 dan 2, Laboratorium

Farmakologi serta Animal House Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian berlangsung dari bulan Maret hingga bulan

Juni 2014.

3.2 Bahan

3.2.1 Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih

(Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley berumur 7-8 minggu dengan

berat badan 250-350 gram yang diperoleh dari Laboratorium Penelitian dan

Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada.

3.2.2 Bahan Uji

Bahan uji yang digunakan adalah ekstrak etil asetat lumut hati

Mastigophora diclados (Brid. ex Web.) Nees yang telah diteliti oleh Walidah

(2014). Mastigophora diclados (Brid. ex Web.) Nees diperoleh dari dari Gunung

Slamet Purwokerto dan dideterminasi di Herbarium Bogoriense Bidang Botani

Pusat Penelitian Biologi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bogor.

3.2.3 Bahan Kimia

Bahan-bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pakan tikus

berupa pellet, aquadest, natrium karboksi metil selulosa (BLANOSE® 7M1F),

eter, natrium klorida (NaCl) fisiologis, larutan eosin Y 1%, larutan George, dan

formalin buffer 10%.

3.3 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: pot, gelas ukur, kaca

arloji, timbangan analitik (AND GH-202), kandang hewan, tempat makan dan

minum tikus, timbangan hewan (ohauss), sonde, wadah pembiusan, beaker glass,

lumpang dan alu, cawan penguap, spatula, kaca objek, kaca penutup, seperangkat

Page 29: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

alat bedah, Hemositometer improved neubeur (NESCO), mikro pipet (Eppendorf

research plus), miskroskop motic B1 series dan miskroskop optik (motic

BA310).

3.4 Rancangan penelitian

Penelitian ini merupakan eksperimen murni dengan rancangan acak

lengkap (RAL) dengan beberapa kondisi perlakuan. Perlakuan dikelompokkan

menjadi 4 bagian dengan masing-masing 5 ekor tikus putih jantan galur Sprague

Dawley (WHO, 2000). Empat kelompok tersebut terdiri kelompok kontrol dan

kelompok yang diberikan ekstrak etil asetat lumut hati Mastigophora diclados

dengan 3 dosis yang berbeda.

Tabel 3.1. Pembagian kelompok hewan uji berdasarkan perlakuannya

Kelompok Jumlah

Tikus Perlakuan

Lama

Perlakuan

Bagian

yang

Digunakan

I

(Kontrol) 5 Kelompok I, diberi air suling 48 Hari

Kauda

epididimis

dan testis

II

(Dosis

Rendah)

5

Kelompok II, diberi ekstrak

suspensi ekstrak etil asetat lumut

hati Mastigophora diclados dengan

dosis 1 mg/kgBB

48 Hari

Kauda

epididimis

dan testis

III

(Dosis

Sedang)

5

Kelompok III, diberi ekstrak

suspensi ekstrak etil asetat lumut

hati Mastigophora diclados dengan

dosis 10 mg/kgBB

48 Hari

Kauda

epididimis

dan testis

IV

(Dosis

Tinggi)

5

Kelompok IV, diberi ekstrak

suspensi ekstrak etil asetat lumut

hati Mastigophora diclados dengan

dosis 100 mg/kgBB

48 Hari

Kauda

epididimis

dan testis

3.5 Kegiatan penelitian

3.5.1 Persiapan hewan uji

Hewan coba yang di gunakan adalah tikus putih jantan galur Sprague

Dawley berumur 7-8 minggu dengan berat badan 200-350 gram diaklimatisasi

selama tiga minggu agar dapat menyesuaikan dengan lingkungannya. Selama

proses adaptasi, dilakukan pengamatan kondisi umum dan penimbangan berat

badan.

Page 30: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.5.2 Pemberian perlakuan

Penelitian ini menggunakan 20 ekor tikus putih jantan galur Sprague

Dawley yang diberikan 4 perlakuan yang berbeda. Masing-masing perlakuan

terdiri atas 5 ekor tikus putih jantan. Ekstrak etil asetat lumut hati Mastigophora

diclados disuspensikan dalam pembawa natrium karboksi metil selulosa

(NaCMC) 0,5% dengan dosis yang telah ditentukan, diberikan secara oral dengan

menggunakan sonde. Pemberian ekstrak diberikan peroral satu hari sekali setiap

pagi hari dan dilakukan selama 48 hari sesuai dengan siklus spermatogenesis

(Krinke, 2000).

3.5.3 Pengukuran parameter uji

Tikus jantan putih galur Sprague Dawley yang digunakan pada hari ke-49

dibius dengan eter, kemudian dibedah diambil testis dan kauda epididimis.

3.5.3.1 Pengukuran Bobot Testis (Arini, 2012)

Pengukuran ini dilakukan dengan cara menimbang testis menggunakan

timbangan analitik. Hasil bobot testis tikus yang diberi perlakuan dibandingkan

dengan bobot testis tikus kontrol.

3.5.3.2 Pengukuran Konsentrasi Spermatozoa (Ilyas, 2007)

Pengukuran konsentrasi spermatozoa dilakukan dengan cara mengambil

spermatozoa pada kauda epididimis. Spermatozoa yang didapat diletakkan pada

kaca arloji yang berisi cairan NaCl fisiologis 0,9% sebanyak 500 μL.

Spermatozoa dimasukkan kedalam bilik hitung Neubauer (Hemasitometer)

sampai bilik hitung Neubauer terisi rata. Kemudian dihitung jumlah spermatozoa

pada salah satu bilik hitung Neubauer dan selanjutnya ditentukan pengenceran

yang akan dilakukan dan jumlah kotak yang akan dihitung (Tabel 3.2)

Tabel 3.2. Pengenceran yang dilakukan dan kotak yang dihitung

No. Jumlah spermatozoa dalam

satu kotak Pengenceran

Kotak yang

dihitung

1. ˃40 50 kali 5

2. 15-40 20 kali 10

3. ˂15 10 kali 25

Dilakukan pengenceran spermatozoa berdasarkan jumlah spermatozoa

yang terhitung.

Page 31: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 3.3. Cara pengenceran spermatozoa (Poin a dan b menunjukan opsi

perlakuan hanya salah satu yang dipilih)

No. Pengenceran Pembuatan pengenceran

1. 50 kali

a. 980 μL larutan George + 20 μL spermatozoa

b. 2.450 μL larutan George + 50 μL

spermatozoa

2. 20 kali Larutan George + 50 μL spermatozoa

3. 10 Kali

a. 900 μL larutan George + 100 μL

spermatozoa

b. 450 μL larutan George + 50 μL spermatozoa

Perhitungan spermatozoa dengan jumlah kotak yang dihitung sesuai

dengan jumlah spermatozoa dan cara pengenceran pada tabel diatas. Pengukuran

spermatozoa sesuai rumus di bawah ini:

Keterangan: n adalah jumlah spermatozoa yang terhitung. Angka 10.000

merupakan volume bilik hitung Neubauer. Fp merupakan faktor pengenceran

yang dilakukan sedangkan k merupakan jumlah kotak kecil yang dihitung pada

saat pengamatan. Angka 25 menunjukkan total kotak kecil yang terdapat dalam

bilik hitung Neubauer. vNaCl merupakan banyaknya volume NaCl (mL)

fisiologis yang digunakan untuk membantu mengeluarkan spermatozoa dari kauda

epididimis. Perhitungan konsentrasi spermatozoa (Juta/mL) dapat terlihat dari

tabel 3.4 berikut :

Tabel 3.4. Rumus konsentrasi spermatozoa

No. Jumlah kotak yang dihitung Rumus konsentrasi spermatozoa

1. 5 n x 10.000 x 50 x 5 x0,5

2. 10 n x 10.000 x 20 x 5 x0,5

3. 25 n x 10.000 x 10 x 5 x0,5

3.5.3.3 Pengamatan Morfologi (Inveresk Research et al., 2000)

Morfologi sperma dapat diamati pada sediaan apus dengan pewarnaan

eosin Y 1%. Suspensi sperma sebanyak 50 μL dimasukkan ke dalam tabung

reaksi, kemudian ditambahkan 300 μL eosin Y 1% kemudian dikocok perlahan.

Sperma diinkubasi pada suhu kamar selama sekitar 45-60 menit kemudian

diresuspensikan dengan pipet tetes.

Page 32: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pemeriksaan morfologi sperma dilakukan dengan membedakan bentuk

sperma normal dan abnormal dari 200 sperma yang diamati. Pengamatan

dilakukan dibawah miskroskop dengan pembesaran 400-1000 kali.

3.5.3.4 Pengukuran Densitas Spermatogenik (Arini, 2012; Turk et al., 2008)

Pembuatan preparat histologi testis tikus dilakukan di Laboratorium

Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Untuk menentukan

perubahan densitas sel spermatogenik, preparat histologi testis diamati di bawah

miskroskop dengan perbesaran 100 kali (10x10). Dua puluh tubulus seminiferus

diperiksa secara acak per bagian diameter dan ketebalan lapisan sel germinal (dari

membran basal menuju lumen tubulus) diukur menggunakan mikrometer okuler

pada mikroskop dan dihitung ukuran rata-rata tubulus seminiferus dan ketebalan

lapisan germinal.

3.5.4 Analisa Data (Arini, 2012)

Hasil penelitian yang diperoleh diolah dengan menggunakan program

pengolahan data statistik SPPS 20 yang meliputi uji normalitas, uji homogenitas,

uji parametrik (one way ANOVA), atau uji non parametrik (Kruskal Wallis). Jika

hasil dari uji ANOVA maupun Kruskal Wallis menunjukkan perbedaan yang

signifikan (p ˂ 0,05) maka analisis data dilanjutkan dengan menggunakan uji

Multiple Comparisons tipe LSD (Least Significant Difference).

Page 33: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

18 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Pengukuran Bobot Testis

Hasil pengukuran bobot testis tikus setelah pemberian ekstrak etil asetat

Mastigophora diclados selama 48 hari dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1. Rerata bobot testis tikus

No Kelompok Rerata Bobot Testis Tiap Kelompok

(gram) ±SD

1. Kontrol 1,65±0,09

2. Dosis Rendah (1 mg/kgBB) 1,60±0,18

3. Dosis Sedang (10 mg/kgBB) 1,62±0,08

4. Dosis Tinggi (100 mg/kgBB) 1,62±0,20

Data bobot testis yang diperoleh dilakukan uji persyaratan yaitu uji

homogenitas dan uji normalitas. Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk dan uji

homogenitas Levene menunjukkan bahwa data bobot testis terdistribusi normal (p

≥ 0,05) dan homogen (p ≥ 0,05). Kemudian dilakukan analisis dengan uji one way

ANOVA, hasilnya menunjukkan nilai signifikan 0,937 (p ≥ 0,05) artinya

perbedaan bobot testis tidak berbeda secara bermakna. Hasil analisis statistik

dapat dilihat pada Lampiran 13.

4.1.2 Perhitungan Konsentrasi Spermatozoa

Data konsentrasi spermatozoa yang diperoleh dilakukan uji persyaratan yaitu uji

homogenitas dan uji normalitas. Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk dan uji

homogenitas Levene menunjukkan bahwa data konsentrasi spermatozoa

terdistribusi normal (p ≥ 0,05) dan homogen (p ≥ 0,05). Kemudian dilakukan

analisis dengan uji one way ANOVA, hasilnya menunjukkan bahwa nilai

signifikan 0,000 (p ˂ 0,05). Selanjutnya dilakukan uji LSD dengan Post Hoc test

yang hasilnya terdapat

perbedaan bermakna (p ˂ 0,05) antara kelompok kontrol dengan kelompok dosis

sedang dan dosis tinggi serta juga terdapat perbedaan bermakna antara kelompok

dosis rendah terhadap kelompok dosis sedang dan dosis tinggi. Analisis statistik

dapat dilihat pada Lampiran 14.

Page 34: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hasil perhitungan konsentrasi spermatozoa tikus setelah pemberian

ekstrak etil asetat Mastigophora diclados selama 48 hari dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.2. Rerata konsentrasi spermatozoa tikus

No Kelompok Rerata Konsentrasi Spermatozoa Tiap

Kelompok (Juta/mL) ± SD

1. Kontrol 50,00±2,46

2. Dosis Rendah (1 mg/kgBB) 50,50±2,84

3. Dosis Sedang (10 mg/kgBB) 61,50±2,82

4. Dosis Tinggi (100 mg/kgBB) 90,75±3,40

Gambar 4.1. Grafik rerata konsentrasi spermatozoa tikus setelah diberi

perlakuan selama 48 hari

4.1.3 Pengamatan Morfologi Spermatozoa

Persentase morfologi tikus yang abnormal yang diperoleh dilakukan uji

persyaratan yaitu uji homogenitas dan uji normalitas. Hasil uji normalitas

Shapiro-Wilk dan uji homogenitas Levene menunjukkan bahwa data persentase

sperma yang abnormal terdistribusi normal (p ≥ 0,05) dan homogen (p ≥ 0,05).

Kemudian dilakukan analisis dengan uji one way ANOVA, hasilnya menunjukkan

menunjukkan nilai signifikan 0,001 (p ˂ 0,05). Selanjutnya dilakukan uji LSD

dengan Post Hoc test yang hasilnya terdapat perbedaan bermakna (p ˂ 0,05)

antara kelompok kontrol dengan kelompok yang diberikan ekstrak, namun tidak

terdapat perbedaan bermakna antar kelompok yang diberikan ektrak

Mastigophora diclados dengan berbagai dosis (p ≥ 0,05). Analisis statistik dapat

dilihat pada Lampiran 15.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0 mg/kgBB 1 mg/kgBB 10 mg/kgBB 100 mg/kgBB

Ko

nse

ntr

asi

Sp

erm

ato

zoa

(mL

/ju

ta)

Dosis Mastigophora diclados

Page 35: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hasil pengamatan morfologi spermatozoa tikus setelah pemberian ekstrak

etil asetat Mastigophora diclados selama 48 hari dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3. Rerata persentase morfologi sperma yang abnormal

No Kelompok Rerata sperma abnormal tiap

kelompok (%) ±SD

1. Kontrol 9,08±1,02

2. Dosis Rendah (1 mg/kgBB) 6,66±1.00

3. Dosis Sedang (10 mg/kgBB) 6,58±0,80

4. Dosis Tinggi (100 mg/kgBB) 5,48±1,22

Gambar 4.2. Grafik rerata persentase sperma yang abnormal tikus setelah

diberi perlakuan selama 48 hari

4.1.4 Pengukuran Diameter Tubulus Seminiferus

Hasil pengukuran diameter tubulus seminiferus tikus setelah pemberian

ekstrak etil asetat Mastigophora diclados selama 48 hari dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.4. Rerata diameter tubulus seminiferus

No Kelompok Rerata Diameter Tubulus

Seminiferus (μm) ±SD

1. Kontrol 178,33±8,83

2. Dosis Rendah (1 mg/kgBB) 165,74±34,71

3. Dosis Sedang (10 mg/kgBB) 180,08±20.22

4. Dosis Tinggi (100 mg/kgBB) 188,32±17,59

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

0 mg/kgBB 1 mg/kgBB 10 mg/kgBB 100 mg/kgBB

Per

sen

tase

mo

rfo

log

i sp

erm

a y

an

g

ab

no

rma

l

Dosis ekstrak Mastigophora diclados

Page 36: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.5. Grafik rerata diameter tubulus seminiferus tikus setelah diberi

perlakuan selama 48 hari

Data diameter tubulus seminiferus yang diperoleh dilakukan uji

persyaratan yaitu uji homogenitas dan uji normalitas. Hasil uji normalitas

Shapiro-Wilk dan uji homogenitas Levene menunjukkan bahwa data diameter

tubulus seminiferus tidak terdistribusi normal (p ˂ 0,05) dan tidak homogen (p ˂

0,05) sehingga data diuji lebih lanjut dengan uji Kruskal Wallis. Hasilnya

menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna (p ≥ 0,05) karena nilai

signifikansi 0,574. Hasil analisis statistik dapat dilihat pada Lampiran 16.

4.1.5 Pengukuran Tebal Sel Germinal

Hasil pengukuran tebal sel germinal tikus setelah pemberian ekstrak etil

asetat Mastigophora diclados selama 48 hari dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5. Rerata tebal sel germinal

No Kelompok Rerata Tebal Sel Germinal

(μm) ±SD

1. Kontrol 84,55±3,65

2. Dosis Rendah (1 mg/kgBB) 90,30±7,07

3. Dosis Sedang (10 mg/kgBB) 87,99±10,07

4. Dosis Tinggi (100 mg/kgBB) 92,69±7,99

150

155

160

165

170

175

180

185

190

195

0 mg/kgBB 1 mg/kgBB 10 mg/kgBB 100 mg/kgBB

Dia

met

er t

ub

ulu

s se

min

ifer

us

(μm

)

Dosis ekstrak Mastigophora diclados

Page 37: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.5. Grafik rerata tebal sel germinal tikus setelah diberi perlakuan

selama 48 hari

Data tebal sel germinal yang diperoleh dilakukan uji persyaratan yaitu uji

homogenitas dan uji normalitas. Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk dan uji

homogenitas Levene menunjukkan bahwa data tebal sel germinal terdistribusi

normal (p ˂ 0,05) dan homogen (p ˂ 0,05). Kemudian dilakukan analisis dengan

uji one way ANOVA, hasilnya menunjukkan bahwa nilai signifikan 0,396. Hasil

menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna (p ≥ 0,05). Hasil analisis

statistik dapat dilihat pada Lampiran 17.

4.2 Pembahasan

Penelitian ini menggunakan ekstrak etil asetat lumut hati Mastigophora

diclados. Ekstrak ini digunakan karena Mastigophora diclados memiliki

kandungan sesquiterpenoid yaitu herbertenediol dan (-)-mastigophorene D. yang

mempunyai aktivitas antioksidan lebih tinggi dibandingkan dengan vitamin C

(Komala et al., 2010). Pemberian vitamin C sebagai antioksidan pada mencit

setelah pemberian tembakau dapat memperbaiki spermatogenesis dan

meningkatkan kualitas sperma (Nugraheni et al., 2003).

Sperma merupakan hasil perkembangan spermatogonia. Proses ini disebut

spermatogenesis. Jika proses spermatogenesis terganggu, maka hasil dari

spermatogenesis juga akan terganggu. Salah satu penyebab terganggunya proses

ini adalah adanya radikal bebas.

Banyak senyawa, ketika dimetabolisme oleh sel-sel dapat menyebabkan

meningkatnya radikal bebas, yang akan bereaksi dengan oksigen sehingga

80

82

84

86

88

90

92

94

0 mg/kgBB 1 mg/kgBB 10 mg/kgBB 100 mg/kgBB

Teb

al

sel

ger

min

al

(μm

)

Dosis Mastigophora dicladosis

Page 38: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menimbulkan reactive oxygen spesies (ROS). ROS biasanya disintesis dalam

beberapa proses metabolisme penting untuk sel termasuk spermatozoa. Namun,

ketika ROS diproduksi berlebihan dapat menginduksi pembentukan peroksida

lipid (Turk et al., 2007).

ROS dapat bereaksi dengan banyak molekul intraseluler, terutama asam

lemak tak jenuh (fosfolipid, glikolipid, gliserida, dan sterol) dan protein

transmembran yang mempunyai asam amino yang mudah teroksidasi. Oksidasi

molekul-molekul ini menyebabkan peningkatan permeabilitas membran sel. ROS

dapat menyerang ikatan tak jenuh membran lipid. Dengan demikian, kenaikan

radikal bebas dalam sel dapat menginduksi peroksidasi lipid oleh kerusakan

oksidatif asam lemak tak jenuh dalam membran sel (Turk et al., 2007).

Hal ini yang menyebabkan spermatozoa sangat rentan terhadap kerusakan

peroksidatif karena mengandung asam lemak tak jenuh. Peroksidasi lipid sperma

akan menghancurkan struktur matriks lipid dalam membran spermatozoa, yang

berhubungan dengan cepat hilangnya ATP intraseluler yang menyebabkan

peningkatan morfologi sperma yang abnormal, serta dapat menghambat

spermatogenesis pada kasus yang ekstrem (Turk et al., 2007).

Pembentukan ROS dapat ditekan dengan antioksidan. Oleh karena itu,

dengan memberikan senyawa yang dapat menekan ROS dapat meningkatkan

kualitas dari sperma sehingga meningkatkan fertilitas pada pria (Turk et al., 2008;

Khaki et al., 2009).

Untuk melihat hubungan antara pengaruh aktivitas antioksidan yang

terkandung dalam ekstrak dengan kemampuan meningkatkan kualitas sperma dan

densitas sel spermatogenik, maka dilakukan penelitian dengan menggunakan 20

ekor tikus putih jantan galur Sprague Dawley yang berusia 7-8 minggu dengan

bobot 200-350 gram. Galur ini dipilih karena pada penelitian Wilkison et al.

(2000) menyatakan bahwa Sprague Dawley memiliki konsentrasi spermatozoa

pada epididimis lebih tinggi dibandingkan tikus lain.

Hewan uji dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok kontrol dan

kelompok yang diberikan ekstrak Mastigophora diclados dengan dosis 1

mg/kgBB, 10 mg/kgBB, serta 100 mg/kgBB. Kelompok kontrol diberikan

suspensi NaCMC 0,05% dan kelompok yang diberikan ekstrak, diberikan ekstrak

yang telah tersuspensi dalam NaCMC 0,5%. Setiap kelompok terdiri dari 5 ekor.

Penentuan jumlah tikus yang digunakan dalam satu kelompok berdasarkan

Research Guidelines For Evaluating The Safety And Efficacy Of Herbal

Page 39: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Medicines (WHO, 2000) yang menyatakan bahwa untuk hewan pengerat masing-

masing kelompok perlakuan setidaknya terdiri dari 5 ekor. Hewan uji kemudian

diaklimatisasi selama 3 minggu agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan

baru.

Pemberian ekstrak dilakukan secara peroral dengan menggunakan sonde

kepada hewan uji setiap hari selama 48 hari, sesuai dengan tahapan

spermatogenesis. Sebelum pemberian suspensi, dilakukan penimbangan tikus, hal

ini dilakukan untuk mengetahui berapa banyak suspensi yang akan diberikan.

Parameter diamati pada penelitian ini adalah kualitas sperma dan densitas

sel spermatogenik. Kedua faktor tersebut merupakan indikator untuk mengontrol

fertilitas dari suatu individu (Solihati et al., 2013). Kualitas spermatozoa

ditentukan berdasarkan pada konsentrasi, motilitas, dan morfologi spermatozoa

(Akmal et al., 2008). Pada penelitian ini parameter kualitas sperma yang diukur

adalah konsentrasi dan morfologi spermatozoa. Densitas sel spermatogenik dinilai

dari diameter tubulus seminiferus dan tebal sel germinal. Pada penelitian ini

indikator lain yang diukur adalah bobot testis dengan tujuan untuk melihat adanya

aktivitas pertumbuhan sel dan aktivitas sekresi endokrin.

Pada hari ke 49 hewan uji dikorbankan dengan cara membiusnya

menggunakan eter. Kemudian dilakukan pembedahan dan diambil testis serta

kauda epididimisnya sehingga pada akhirnya didapatkan data konsentrasi

spermatozoa, morfologi sperma yang abnormal, diameter tubulus seminiferus,

tebal sel germinal, dan bobot testis. Data yang diperoleh kemudian diolah

menggunakan SPSS 20, dimana dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.

dilanjutkan dengan uji one way ANOVA dan Kruskal Wallis yang selanjutnya

dilakukan uji LSD.

Kualitas sperma dilihat melalui parameter konsentrasi dan morfologi.

Hasil analisis data konsentrasi spermatozoa menunjukkan ada perbedaan

bermakna (p ˂0,05) antara kelompok kontrol dengan kelompok dosis sedang dan

dosis tinggi serta juga terdapat perbedaan bermakna antara dosis rendah terhadap

dosis sedang dan dosis tinggi. Artinya dengan pemeberian ekstrak Mastigophora

diclados dapat meningkatkan konsentrasi spermatozoa pada dosis sedang dan

tinggi.

Analisis data morfologi sperma yang abnormal menunjukkan adanya

perbedaan yang bermakna (p ˂ 0,05) antara kelompok kontrol dan kelompok yang

diberikan ekstrak Mastigophora diclados baik dosis rendah, dosis sedang maupun

Page 40: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dosis tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pemberian ekstrak

Mastigophora dapat menurunkan persentase sperma yang abnormal. Sejalan

dengan bertambahnya dosis ekstrak yang diberikan semakin kecil persentase

sperma yang abnormal. Persentase morfologi sperma yang abnormal pada

kelompok kontrol sebesar 9,08%. Batasan fertil adalah bila lebih dari 12%

morfologi spermatozoa yang normal (Guzick et al., 2001). Jadi, kelompok kontrol

masih termasuk kedalam kategori fertil sehingga dapat dijadikan acuan, yang

mana lebih dari 12% morfologi spermatozoa yang normal.

Pada penilaian densitas sel spermatogenik, parameter yang dinilai adalah

diameter tubulus seminiferus dan tebal sel germinal. Hasilnya menunjukkan

adanya peningkatan diameter tubulus seminiferus dari kelompok kontrol ke

kelompok dosis tinggi dan sedang tetapi tidak ada perbedaan yang bermakna (p ≥

0,05). Pada tebal sel germinal terdapat peningkatan antar setiap kelompok.

Peningkatannya berbanding lurus dengan dosis yang diberikan namun

peningkatan ini tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p ≥ 0,05). Pada hasil

analisis diameter dan tebal sel germinal ada peningkatan tetapi tidak bermakna,

hal ini mungkin dikarenakan belum tercapainya dosis ekstrak Mastigophora

diclados yang paling optimal untuk meningkatkan parameter ini secara bermakna.

Selanjutnya, hasil analisis dari data bobot testis menunjukkan tidak ada perbedaan

bermakna (p ≥ 0,5) antara bobot testis kelompok kontrol dibandingkan dengan

kelompok yang diberikan ekstrak.

Jadi, dengan pemberian ekstrak Mastigophora diclados selama 48 hari

terdapat perbaikan dalam konsentrasi dan morfologi sperma, diameter tubulus

seminiferus, serta tebal sel germinal hal ini diduga disebabkan adanya pencegahan

produksi radikal bebas oleh antioksidan yang dimiliki oleh lumut hati

Mastigophora diclados. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Turk

et al. (2007) bahwa dengan pemberian jus delima yang memiliki aktivitas

antioksidan, dapat meningkatkan kualitas sperma dan densitas sel spermatogenik.

Sedangkan pada bobot testis tidak ada perbedaan bermakna antara setiap

kelompok, hal ini didukung oleh penelitian Wu et al. (1873) yang mengatakan

bahwa senyawa antioksidan kemungkinan kurang berpengaruh terhadap bobot

testis, tetapi lebih berpengaruh pada struktur spermatozoa.

Page 41: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa

kesimpulan, diantaranya:

1. Pemberian ekstrak etil asetat lumut hati Mastigophora diclados

berpengaruh terhadap konsentrasi spermatozoa yang dibuktikan dengan

meningkatnya konsentrasi spermatozoa secara bermakna (p ˂ 0,5) pada

dosis 10mg/kgBB dan 100 mg/kgBB dibandingkan kelompok kontrol.

2. Pemberian ekstrak etil asetat lumut hati Mastigophora diclados

berpengaruh terhadap morfologi sperma yang dibuktikan dengan

menurunnya persentase sperma yang abnormal secara bermakna (p ˂ 0,5)

pada dosis 1 mg/kgBB, 10mg/kgBB dan 100 mg/kgBB dibandingkan

kelompok kontrol

3. Pemberian ekstrak etil asetat lumut hati Mastigophora diclados tidak

berpengaruh terhadap diameter tubulus seminiferus dan tebal sel germinal.

Hal ini terlihat tidak adanya perbedaan yang bermakna (p ≥ 0,5) antara

kelompok kontrol dan kelompok yang diberikan ekstrak.

4. Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa ekstrak etil

asetat lumut hati Mastigophora diclados berpotensi sebagai peningkat

kualitas sperma.

5.2 Saran

Adapun saran untuk penelitian yang lebih lanjut adalah sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan penelitian mengenai motilitas spermatozoa yang

merupakan parameter untuk menetukan kualitas sperma.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui senyawa yang

bertanggung jawab dalam meningkatkan kualitas sperma.

Page 42: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

27 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Agarwal A., Said, TM. (2005). Oxidative Stress, DNA Damage And Apoptosis In

Male Infertility: a clinical approach. BJUI; 95: 503-7.

Agarwal, A et al. (2004). Role Antioxidants In Treatment Of Male Infertility: an

overview of the literature. Reproductive biomedicine online; 8(6): 616-

627.

Agarwal, A., Lucky, H. Sekhon. (2010). The Role Of Antioxidant Therapy In The

Treatment Of Male Infertility. Human Fertility; 13(4): 217–225.

Agnieszka, L., Asakawa, Y. (2010). Chemosystematics of selected liverworts

collected in Borneo. Tropical Bryology; 31: 33-42.

Akmal, Muslim et al. (2008). Efek Paparan Dekok Biji Pinang (Areca Catechu)

Terhadap Motilitas Spermatozoa Tikus (Rattus Norvegicus): Upaya

Menemukan Kandidat Antifertilitas Pria. J. Ked. Hewan Vol. 2 No. 2

Arini, W. D. (2012). Uji Antifertilitas Ekstrak Etanol 70% Biji Jarak Pagar

(Jatropha curcas L.) Pada Tikus Jantan Galur Sprague Dawley Secara In

Vivo. Uin Jakarta. Skripsi.

Crandall-Stotler, B., Stotler, RE., Long, DG. (2008). Morphology and

classification of the Marchantiophyta. In Bryophyte Biology, Goffinet, B.,

Shaw AJ. (Eds). Cambridge University Press, Cambridge, 1-54.

Depkes RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat

Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta. Hal : 3-5, 10-12.

Fawcett, Don W. (2002). Buku Ajar Histologi. Jakarta: EGC 423-501

Finn, G. (1994). Textbook Histology. Diterjemahkan oleh Gunawijaya A. Buku

Teks Histologi Jilid 2. Jakarta: Binapura Akasara.

Goldberg, G. (2003). Plants: Diet and Health. I Owa State Press, Blackwell

Publishing Company, 2121 State Avenue, Ames, USA.

Gordon, M. H. (1990). The Mechanism of Antioksidants Action in Vitro. In:

Hudson, B.J.F. (ed). Food Antioksidants. Elsevier Applied Science.

London- New York.

Gradstein., Culmsee. (2010). Bryophyte diversity on tree trunks in montane

forests of Central Sulawesi, Indonesia. Tropical Bryology; 31: 95-105

Page 43: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gradstein et al. (2011). Bryophytes of Mount Patuha, West Java, Indonesia

Reinwardtia, A journal on Toxonomic Botany Plant sociology and

ecology; 13(2): 107-123

Guyton, AC, Hall JE. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. EGC.

Jakarta.

Guzick, D.S et al. (2001). Sperm morphology, motility, and concentration in

fertile and infertile men. N Engl J Med; 345(19).

Heffner, L. J., Danny, J. S. (2008). At A Glance Sistem Reproduksi Edisi Kedua.

Jakarta: Erlangga. Hal 24, 25, 26, 37.

Ida, H., Gradstein, S.R . (2011). Liverworts and hornworts of Mt. Slamet, Cebtral

Java (indonesia). Hikobia; 16: 61-66.

Ilyas, S. (2007). Azoospermia dan Pemulihannya Melalui Regulasi Apoptosis Sel

Spermatogenik Tikus (Rattus sp) Pada Penyuntikan Kombinasi TU &

MPA. Disertasi.

Inveresk Research., Huntingdon Life Sciences., Sequani., Glaxo Wellcome.

(2000). Rat Sperm Morphological Assessment Guideline Document.

Junquueira, L.C., Carneiro., J, Kelley R.O. Basic Histology. 8th ed.

Diterjemahkan oleh Dr. Jan Tambayang. Histologi dasar. Ed 8. Jakarta:

EGC, 1997.

Khaki A, et al. (2009). Effects of Danae racemosa on Spermatogenesis in Rat.

Journal of Medicinal Plants; 8(31).

Komala, I., Ito, T., Nagashima, F. (2010). Cytotoxic,Rradical Scavenging, and

Antimicrobial Activities of Sesquiterpenoids from Tahitian Liverworth

Mastigophora diclados (Brid). Nees (Mastigophoracee). J .Nat. Med;

64:417-422.

Krinke, G. J. (2000). The Laboratory Rat. San Diego, CA: Academic Press. Hal :

150-152. Program doktor Ilmu Biomedik. FKUI.

Manika W., Tomaszewska., I, Ketut Sutama., I, Gede Putu., Thamrin, D

Chaniago. (1991). Reproduksi, Tingkah Laku Dan Reproduksi Ternak Di

Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Mathur, M. (2012). Herbal Aphrodisiac their Need, Biology and Status: Global

and Regional Scenario. Journal of Natural Products; 5:131-146.

Mathur, M., Sundaramoorthy, S. (2009). plants with aphrodisiac potential-the

knowledge and the gaps. in: trivedi, P.C., (Ed), indian medicinal plants.

Aavishkar publisher, Jaipur, india.pp.1-31; sood. S. K., Rana, S.,

Page 44: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lakhnpal, T.N., (2005): ethic aphrodisiac plant scientific, Jodhpur;

pp.190.

Miller, H. E., F. Rigelholf, L. Marquart, A. Prakash, M. Kanter. (2000).

Antioxidant Content of Whole Grain Breakfast Cereals, Fruits and

Vegetabels. Journal of The American College of Nutrition;19(3): 312S-

319S.

Musfiroh, M., Rifki M., Noor W. (2012). Pengaruh Minyak Nigella sativa

terhadap Kualitas Spermatozoa Tikus Wistar yangTerpapar Asap Rokok. J

Indon Med Assoc; 62(5).

Nugraheni, Titisari et al. (2003). Pengaruh Vitamin C Terhadap Perbaikan

Spermatogenesis Dan Kualitas Spermatozoa Mencit (Mus Musculus L.)

Setelah Pemberian Ekstrak Tembakau (Nicotiana Tabacum L.).

Biofarmasi 18 1 (1): 13-19

Patricia E. Lange. (2007). Endocrine Physiology 2nd Edition. Available from: pf

MED:CINE.

Purnamasari, E. (2013). Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Lumut Hati

Mastigophora Diclados (Bird. Ex Web.) Nees Secara In Vivo. Uin Jakarta.

Skripsi.

Rajeshwar, Y., G. P. S. Kumar, M. Gupta, U. K. Mazumder. (2005). Studies on in

Vitro Antioxidant Activities of Methanol Extract of Mucuna pruriens

(Fabaceae) Seeds. European Bulletin of Drug Research; 13(1).

Sherwood, L. (2001). Fisiologis manusia ; dari sel ke sistem ed. 2. Jakarta : EGC.

Hal. 691-705.

Sikka, S.C. (1996). Oxidative stress and role of antioxidants in normal and

abnormal sperm function. Front Biosci; 1: 78-86

Sloalen, E. (2003). Anatomy and Phsyology An Easy Learner. Diterjemahkan

oleh Veldam J. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC.

Söderström, Lars., S. Robbert Gradstein & Anders Hagborg. (2010). Monograph

Checklist Of The Hornworts And Liverworts Of Java. Phytotaxa; 9: 53–

149.

Solihati et al. (2013). Perkembangan Sel-Sel Spermatogenik dan Kualitas Sperm.

Pascapemberian Ekstrak Pegagan (Centella asiatica). JITV Vol. 18 No 3

Th. 2013:192-201

Suckow, M.A., Steven H. W., Craig L. F. (2006). The Laboratory Rat Second

Edition. USA : American College of Laboratory Animal Medicine Series.

Page 45: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sutyarso., Hendri, Busman. (2003). Hubungan Keadaan Hormon Testosteron

Terikat Dengan Jumlah Dan Kualitas Spermatozoa Pria Infertil Idiopatik.

J. Sains Tek; 9(3): 29 – 34

Taher, A. (2003). Peran Fitoestrogen Kedelai Sebagai Antioksidan dalam

Penanggulangan Aterosklerosis. Tesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Turk et al. (2008). Effects of pomegranate juice consumption on sperm quality,

spermatogenic cell density, antioxidant activity and testosterone level in

male rats. Clinical Nutrition; 27: 289-296.

Walidah, ChurmatuL. (2014). Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etil Asetat Lumut

Hati Mastigophora diclados Secara In Vivo. Uin Jakarta. Skripsi.

Wilkinson, J.M., Halley, S., Towers, P.A. (2000). Comparison of male repductive

parameters in three rat strains : Dark Agouti, Sprague-Dawley and Wistar.

Australia: Laboratory Animals Ltd. Laboratory Animal 34, 70-75

William, O. R. (2005). Functional Anatomy and Physiology of Domestic Animals

Third Edition. USA : Baltimore, Maryland. Male Reproduction chapter 13

hal 379-399.

Winarni, S., Rina J., Bambang, P., Alfiah, H. (2011). Fraksi Etanol 96% Bui Koro

Benguk ( Mucuna Pruriens L. ) Sebagai Peningkat Kualitas Spermatozoa

Mencit (Mus Musculus). Jurnal Kesehatan Reproduksi; 1(2) : 60 – 66

Winarno, F.G. (1989). Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia. Jakarta.

Windadri, F. I. (2007). Lumut (Musci) di Kawasan Cagar Alam Kakenauwe dan

Suaka Margasatwa Lambusango, Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Jurnal

Biodiversitas 8(3): 197-203. Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi,

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong.

World Health Organization. (2000). General Guidelines for Methodologies on

Research and Evaluation of Traditional Medicine. Geneva: World Health

Organization.

World Health Organization. (2012).

http://www.who.int/genomics/gender/en/index6.html diakses pada tanggal

8 November jam 21.00.

Wu et al. (1973). Effect of Selenium, Vitamin E, and Antioxidants on Testicular

Function in Rats. Biology Of Reproduction 8, 625-629

Page 46: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Surat Keterangan Kesehatan Hewan

Page 47: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Alur Penelitian

Ekstrak kental etil asetat

lumut hati Mastigophora

diclados (Bird.Ex Web.)

Nees

Pemberian ekstrak pada

tikus secara peroral

selama 48 hari

Dikelompokkan secara acak

(@dosis 5 ekor)

- Dosis tinggi (100 mg/KgBB)

- Dosis sedang (10 mg/KgBB)

- Dosis rendah (1 mg/KgBB)

Pada hari ke 49 tikus dikorbankan dan

diambil organ reproduksinya

Kauda

epididimis

Testis

Ditimbang

berat testis Pengukuran

konsentrasi

spermatozoa

Pengamatan

morfologi

spermatozoa

Dibuat preparat

histologi

Pengukuran

diameter

tubulus

seminiferus

Pengukuran

tebal sel

germinal

Aklimatisasi selama 3 minggu

Hewan uji tikus janta galur

Sprague Dawley

Analisis data

Kelompok

kontrol

Page 48: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Perhitungan Dosis Pada Uji Ekstrak Etil Asetat Lumut Hati

Mastigophora diclados

(

)

Dosis rendah (1 mg/kgBB)

Konsentrasinya = 0,25 mg/mL

Akan dibuat larutan untuk 5 ekor tikus untuk dosis rendah maka sediaan

dibuat sebanyak 5 mL. sehingga ekstrak yang harus ditimbang sebanyak

1,25 mg sesuai dengan perhitungan dibawah ini.

Ekstrak = konsentrasi (mg/mL) x volume (mL)

Ekstrak = 0,25 mg/mL x 5mL

Ekstrak = 1,25 mg

Dosis sedang (10 mg/kgBB)

Konsentrasinya = 2,5 mg/mL

Akan dibuat larutan untuk 5 ekor tikus untuk dosis sedang maka sediaan

dibuat sebanyak 5 mL. sehingga ekstrak yang harus ditimbang sebanyak

12,5 mg sesuai dengan perhitungan dibawah ini.

Ekstrak = konsentrasi (mg/mL) x volume (mL)

Ekstrak = 2,5 mg/mL x 5mL

Ekstrak = 12,5 mg

Dosis tinggi (100 mg/kgBB)

Konsentrasinya = 25 mg/mL

Page 49: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Lanjutan)

Akan dibuat larutan untuk 5 ekor tikus untuk dosis tinggi maka sediaan

dibuat sebanyak 5 mL. sehingga ekstrak yang harus ditimbang sebanyak

125 mg sesuai dengan perhitungan dibawah ini.

Ekstrak = konsentrasi (mg/mL) x volume (mL)

Ekstrak = 25 mg/mL x 5mL

Ekstrak = 125 mg

Page 50: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Gambar Bahan dan Alat Penelitian

Gambar 1. Ektrak etil asetat

lumut hati Mastigophora

diclados

Gambar 2. Tikus putih jantan

galur Sprague Dawley

Gambar 3. NaCMC

Gambar 4. Suspensi ekstrak

lumut hati Mastigophora

diclados dalam NaCMC 0,5%

Gambar 5. Eter

Gambar 6. Larutan George

Gambar 7. Larutan eosin Y 1%

Gambar 8. Sonde

Gambar 9. Seperangkat alat

bedah

Gambar 10.

Timbangan analitik

Gambar 11.

Mikropipet

Gambar 12. Hemasitometer

Improved Neubeur

Page 51: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Lanjutan)

Gambar 13. Miskroskop optic

(motic BA310)

Gambar 14. Miskroskop

motic B1 series

Page 52: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Kegiatan Penelitian Uji Aktivitas Esktrak Etil Asetat Lumut

Hati Mastigophora diclados

Gambar 1. Pembuatan

suspensi

Gambar 2. Penimbangan

berat badan hewan uji

Gambar 3. Pemberian

suspensi secara oral

Gambar 4. Pembiusan

hewan uji

Gambar 5. Pembedahan

hewan uji

Gambar 6. Testis

Gambar 7. Cauda

epididimis

Gambar 8. Penimbangan

organ testis

Gambar 9. Spermatozoa

pada kamar hemasitometer

Gambar 10. Pengamatan

dibawah miskroskop

Gambar 11. Pewarnaan

spermatozoa menggunakan

larutan eosin y 1%

Gambar 12. Pembuatan

pereparat apus sperma

Page 53: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6. Pengamatan Perhitungan Konsentrasi dan Morfologi

Spermatozoa

Perhitungan konsentrasi spermatozoa

Sperma yang normal

Leher patah

Tanpa kepala

Ekor patah

Kepala pisang

Page 54: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Hasil Pengukuran Berat Badan

No Tanggal Hewan

Uji

Berat Badan Tikus Per Kelompok (Gram)

Kontrol Dosis

Rendah

Dosis

Sedang

Dosis

Tinggi

1 12-03-2014 Tikus 1 272 279 288 293

Tikus 2 294 295 240 250

Tikus 3 293 230 256 213

Tikus 4 252 288 275 265

Tikus 5 214 213 216 236

2 18-03-2014 Tikus 1 278 296 300 305

Tikus 2 295 309 240 272

Tikus 3 305 241 274 224

Tikus 4 265 291 270 274

Tikus 5 233 225 226 248

3 24-03-2014 Tikus 1 281 292 299 292

Tikus 2 292 302 238 256

Tikus 3 291 242 274 208

Tikus 4 259 289 273 261

Tikus 5 228 224 223 233

4 30-03-2014 Tikus 1 302 304 325 317

Tikus 2 314 307 253 285

Tikus 3 304 251 270 221

Tikus 4 264 300 283 280

Tikus 5 246 238 231 253

5 05-04-2014 Tikus 1 299 304 326 319

Tikus 2 314 310 256 286

Tikus 3 300 250 268 223

Tikus 4 273 302 287 275

Tikus 5 250 240 230 254

6 11-04-2014 Tikus 1 310 312 334 325

Tikus 2 312 318 258 286

Tikus 3 311 257 272 224

Tikus 4 275 316 288 279

Tikus 5 261 241 234 263

Page 55: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Lanjutan)

7 17-04-2014 Tikus 1 322 316 337 338

Tikus 2 332 326 263 295

Tikus 3 318 262 289 234

Tikus 4 287 322 297 291

Tikus 5 269 244 240 272

8 23-04-2014 Tikus 1 320 315 332 341

Tikus 2 327 323 263 294

Tikus 3 314 261 284 233

Tikus 4 286 320 290 280

Tikus 5 270 347 243 271

Page 56: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. Hasil Pengukuran Bobot Testis

No Kelompok Hewan

Uji

Bobot Testis Rerata

Bobot

Testis

Tiap

Tikus

Rerata Bobot

Testis Tiap

Kelompok ± SD Kanan Kiri

1 Kontrol Tikus 1 1,52 1,52 1,52 1,65±0,09

Tikus 2 1,66 1,80 1,73

Tikus 3 1,64 1,59 1,62

Tikus 4 1,63 1,72 1,67

Tikus 5 1,75 1,71 1,73

2 Dosis Rendah

(1 mg/kg BB)

Tikus 1 1,56 1,52 1,54 1,60±0,18

Tikus 2 1,88 1,87 1,88

Tikus 3 1,45 1,49 1,47

Tikus 4 1,62 1,69 1,66

Tikus 5 1,45 1,42 1,44

3 Dosis sedang

(10 mg/kg

BB)

Tikus 1 1,57 1,53 1,55 1,62±0,08

Tikus 2 1,56 1,67 1,61

Tikus 3 1,59 1,66 1,62

Tikus 4 1,75 1,74 1,75

Tikus 5 1,55 1,56 1,56

4 Dosis sedang

(100 mg/kg

BB)

Tikus 1 1,57 1,59 1,58 1,62±0,20

Tikus 2 1,90 1,98 1,94

Tikus 3 1,66 1,59 1,62

Tikus 4 1,50 1,49 1,50

Tikus 5 1,41 1,47 1,44

Page 57: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 9. Hasil Perhitungan Konsentrasi Spermatozoa

No Kelompok Hewan

Uji

Jumlah

Spermatozoa

Dalam 5

Kotak (Ekor)

Jumlah

Spermatozoa

(Juta/mL)

Rerata

Konsentra

si Tiap

Tikus

(Juta/mL)

Rerata

Konsentras

i Tiap

Kelompok

(Juta/mL)±

SD

Kanan kiri Kanan Kiri

1 Kontrol Tikus 1 41 45 51,25 56,25 53,75

50,00±2,46

Tikus 2 39 41 48,75 51,25 50,00

Tikus 3 34 41 42,50 51,25 46,87

Tikus 4 38 42 47,50 52,50 50,00

Tikus 5 38 41 47,50 51,25 49,37

2 Dosis

Rendah

(1 mg/kg

BB)

Tikus 1 42 39 52,50 48,75 50,62

50,50±2,84

Tikus 2 36 40 45,00 50,00 47,50

Tikus 3 38 43 47,50 53,75 50,75

Tikus 4 38 40 47,50 50,00 48,75

Tikus 5 42 46 52,50 57,50 55,00

3 Dosis

sedang

(10 mg/kg

BB)

Tikus 1 54 51 67,50 63,75 65,62

61,51±2,82

Tikus 2 47 49 58,75 61,25 60,00

Tikus 3 46 48 57,50 60,00 58,75

Tikus 4 48 48 60,00 60,00 60,00

Tikus 5 35 66 43,75 82,58 63,16

4 Dosis

tinggi

(100

mg/kg

BB)

Tikus 1 61 88 76,25 110,0 92,50

90,75±3,41

Tikus 2 72 75 90,00 93,75 91,87

Tikus 3 70 75 87,50 93,75 90,62

Tikus 4 67 69 83,75 86,25 85,00

Tikus 5 78 72 97,50 90,00 93,75

Page 58: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. Hasil Morfologi Spermatozoa

No Kelompok Hewan

Uji

Jumlah

Sperma

Abnormal

(Dalam 6x

Pengulangan)

% Sperma

Abnormal

(Dalam 6x

Pengulangan)

Rerata

Sperma

Abnormal

Tiap

Tikus (%)

Rerata

Sperma

Abnormal

Tiap

Kelompok

(%) ±SD Kanan kiri Kanan Kiri

1 Kontrol Tikus 1 13,30 22,80 6,65 11,40 9,03

9,08±1,01

Tikus 2 19,30 18,00 9,65 9,00 9,33

Tikus 3 20,00 22,60 10,00 11,30 10,65

Tikus 4 12,30 19,83 6,15 9,92 8,04

Tikus 5 18,00 15,50 9,00 7,75 8,38

2 Dosis

Rendah

(1 mg/kg

BB)

Tikus 1 18,16 13,66 9,80 6,83 8,32

6,67±1,00

Tikus 2 15,00 11,80 7,50 5,90 6,70

Tikus 3 12,50 10,80 6,25 5,40 5,83

Tikus 4 11,50 14,83 5,75 7,42 6,59

Tikus 5 15,00 9,60 7,50 4,30 5,90

3 Dosis

sedang

(10 mg/kg

BB)

Tikus 1 17,30 11,66 8,65 5,83 7,24

6,58±0,8

Tikus 2 11,50 15,16 5,75 7,58 6,67

Tikus 3 12,66 12,50 6,33 6,25 6,29

Tikus 4 18,16 10,16 9,80 4,90 7,35

Tikus 5 10,33 11,16 5,17 5,58 5,38

4 Dosis

tinggi

(100

mg/kg

BB)

Tikus 1 13,33 10,66 6,67 5,33 6,00

5,48±5,48

Tikus 2 8,33 12,33 4,17 6,17 5,17

Tikus 3 13,66 15,50 6,83 7,75 7,29

Tikus 4 7,50 8,83 3,75 4,42 4,09

Tikus 5 9,83 8,16 4,92 4,80 4,86

Page 59: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11. Hasil Pengukuran Diameter Tubulus Seminiferus

No Kelompok Hewan Uji Rerata diameter

tubulus seminiferus

tiap tikus (μm)

perbesaran 100x

Rerata diameter tubulus

seminiferus tiap kelompok

(μm)±SD perbesaran 100x

1 Kontrol Tikus 1 163,45

178,33±8,83

Tikus 2 180,755

Tikus 3 186,09

Tikus 4 178,13

Tikus 5 183,245

2 Dosis

Rendah

(1 mg/kg

BB)

Tikus 1 123,17

165,74±34,71

Tikus 2 179,73

Tikus 3 136,18

Tikus 4 183,64

Tikus 5 205,96

3 Dosis

sedang

(10 mg/kg

BB)

Tikus 1 189,14

180,08±20,22

Tikus 2 145,39

Tikus 3 186,56

Tikus 4 197,56

Tikus 5 181,74

4 Dosis

tinggi

(100

mg/kg

BB)

Tikus 1 202,39

188,32±17,59

Tikus 2 200,805

Tikus 3 170,555

Tikus 4 167,645

Tikus 5 200,19

Page 60: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 12. Hasil Pengukuran Tebal Sel Germinal

No Kelompok Hewan Uji Rerata Tebal Sel

Germinal Tiap Tikus (μm)

Perbesaran 100x

Rerata Tebal Sel

Germinal Tiap Kelompok

(μm)±SD Perbesaran

100x

1 Kontrol Tikus 1 78,495

84,55±3,65

Tikus 2 84,625

Tikus 3 88,33

Tikus 4 85,745

Tikus 5 85,535

2 Dosis

Rendah

(1 mg/kg

BB)

Tikus 1 82,07

90,296±7,07

Tikus 2 92,02

Tikus 3 87,41

Tikus 4 88,79

Tikus 5 101,19

3 Dosis

sedang

(10 mg/kg

BB)

Tikus 1 93,1

87,99±10,07

Tikus 2 72,76

Tikus 3 89,34

Tikus 4 99,69

Tikus 5 85,07

4 Dosis

sedang

(100

mg/kg

BB)

Tikus 1 100,445

92,69±7,99

Tikus 2 97,215

Tikus 3 84,51

Tikus 4 83,6

Tikus 5 97,69

Page 61: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 13. Hasil Analisa Data Bobot Testis

1. Uji normalitas dan homogenitas terhadap bobot testis.

a. Uji normalitas Shapiro-Wilk

Tujuan: untuk melihat distribusi data bobot testis tikus

Hipotesis:

Ho: Data bobot testis terdistribusi normal

Ha: Data bobot testis tidak terdistribusi normal

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ˂ 0,05 maka Ho ditolak

b. Uji Homogenitas Levene

Tujuan: untuk melihat data bobot testis tikus homogen atau tidak

Hipotesis:

Ho: Data bobot testis homogen

Ha: Data bobot testis tidak homogen

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ˂ 0,05 maka Ho ditolak

Keputusan: Uji homogenitas

bobot testis seluruh kelompok homogen (p ≥ 0,05) sehingga bisa dilanjutkan

dengan uji ANOVA

Tests of Normality

kelompok Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

kontrol .897 5 .392

dosis rendah .898 5 .397

dosis sedang .853 5 .205

dosis tinggi .874 5 .283

Keputusan: Uji normalitas bobot testis seluruh kelompok terdistribusi normal (p ≥ 0,05)

Test of Homogeneity of Variances

Levene

Statistic

df1 df2 Sig.

1.279 3 16 .315

Page 62: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Uji analisis varian (ANOVA) satu arah terhadap bobot testis kelompok hewan

uji

Tujuan: untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data bobot testis

Hipotesis:

Ho: Data bobot testis tidak berbeda secara bermakna

Ha: Data bobot testis berbeda secara bermakna

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ˂ 0,05 maka Ho ditolak

ANOVA

Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

Between

Groups .009 3 .003 .137 .937

Within Groups .335 16 .021

Total .344 19

Keputusan: bobot testis tidak berbeda secara bermakna (p ≥ 0,05)

Page 63: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 14. Hasil Analisa Data Konsentrasi Spermatozoa

1. Uji normalitas dan homogenitas terhadap konsentrasi spermatozoa.

a. Uji normalitas Shapiro-Wilk

Tujuan: untuk melihat distribusi data konsentrasi spermatozoa tikus

Hipotesis:

Ho: Data konsentrasi spermatozoa terdistribusi normal

Ha: Data konsentrasi spermatozoa tidak terdistribusi normal

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ˂ 0,05 maka Ho ditolak

b. Uji Homogenitas Levene

Tujuan: untuk melihat homogenitas data konsentrasi spermatozoa tikus

Hipotesis:

Ho: Data konsentrasi spermaozoa homogen

Ha: Data konsentrasi spermaozoa tidak homogen

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ˂ 0,05 maka Ho ditolak

Tests of Normality

kelompok Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

kontrol .920 5 .532

dosis rendah .923 5 .550

dosis sedang .893 5 .373

dosis tinggi .847 5 .186

Keputusan: Uji normalitas konsentrasi spermatozoa seluruh kelompok

terdistribusi normal (p ≥ 0,05)

Test of Homogeneity of Variances

Levene

Statistic

df1 df2 Sig.

.246 3 16 .863

Page 64: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keputusan: Uji homogenitas konsentrasi spermatozoa seluruh kelompok

homogeny (p ≥ 0,05) sehingga bisa dilankutkan dengan uji ANOVA.

2. Uji analisis varian (ANOVA) satu arah terhadap konsentrasi spermatozoa

kelompok hewan uji

Tujuan: untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data konsentrasi

spermatozoa

Hipotesis:

Ho: Data konsentrasi spermatozoa tidak berbeda secara bermakna

Ha: Data konsentrasi spermatozoa berbeda secara bermakna

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ˂ 0,05 maka Ho ditolak

ANOVA

Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

Between

Groups 5483.678 3 1827.893 216.910 .000

Within Groups 134.831 16 8.427

Total 5618.509 19

Keputusan: konsentrasi spermatozoa berbeda secara bermakna (p ˂ 0,05),

sehingga bisa dilanjutkan dengan uji LSD

3. Uji Multiple Comparisons tipe LSD (Least Significant Difference)

Tujuan: untuk menentukan data konsentrasi spermatozoa kelompok mana

yang memberikan nilai yang berbeda secara bermakna dengan kelompok

lainnya.

Hipotesis:

Ho: data konsentrasi spermatozoa tidak berbeda secara bermakna

Ha: data konsentrasi spermatozoa berbeda secara bermakna

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ˂ 0,05 maka Ho ditolak

Page 65: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Multiple Comparisons

LSD

(I) kelompok (J) kelompok Mean

Difference

(I-J)

Std. Error Sig. 95% Confidence

Interval

Lower

Bound

Upper

Bound

kontrol

dosis rendah -.52600 1.83597 .778 -4.4181 3.3661

dosis sedang -11.50800* 1.83597 .000 -15.4001 -7.6159

dosis tinggi -40.75000* 1.83597 .000 -44.6421 -36.8579

dosis rendah

kontrol .52600 1.83597 .778 -3.3661 4.4181

dosis sedang -10.98200* 1.83597 .000 -14.8741 -7.0899

dosis tinggi -40.22400* 1.83597 .000 -44.1161 -36.3319

dosis sedang

kontrol 11.50800* 1.83597 .000 7.6159 15.4001

dosis rendah 10.98200* 1.83597 .000 7.0899 14.8741

dosis tinggi -29.24200* 1.83597 .000 -33.1341 -25.3499

dosis tinggi

kontrol 40.75000* 1.83597 .000 36.8579 44.6421

dosis rendah 40.22400* 1.83597 .000 36.3319 44.1161

dosis sedang 29.24200* 1.83597 .000 25.3499 33.1341

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Keputusan: konsentrasi spermatozoa kelompok dosis sedang dan dosis tinggi

berbeda secara bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol (p ˂ 0,05).

Kelompok rendah berbeda secara bermakna dibanding kan dengan kelompok

dosis sedang dan dosis tinggi (p ˂ 0,05).

Page 66: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 15. Hasil Analisa Data Morfologi Spermatozoa

1. Uji normalitas dan homogenitas terhadap morfologi spermatozoa yang

abnormal.

a. Uji normalitas Shapiro-Wilk

Tujuan: untuk melihat distribusi data morfologi spermatozoa yang

abnormal tikus

Hipotesis:

Ho: Data morfologi spermatozoa yang abnormal terdistribusi normal

Ha: Data morfologi spermaozoa yang abnormal tidak terdistribusi normal

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ˂ 0,05 maka Ho ditolak

b. Uji Homogenitas Levene

Tujuan: untuk melihat data morfologi spermatozoa yang abnormal tikus

homogen atau tidak

Hipotesis:

Ho: Data morfologi spermatozoa yang abnormal homogen

Ha: Data morfologi spermatozoa yang abnormal tidak homogen

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ˂ 0,05 maka Ho ditolak

Tests of Normality

kelompok Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

kontrol .896 5 .390

dosis rendah .849 5 .192

dosis sedang .925 5 .564

dosis tinggi .967 5 .859

Keputusan: Uji normalitas morfologi spermatozoa yang abnormal seluruh kelompok

terdistribusi normal (p ≥ 0,05)

Page 67: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keputusan: Uji homogenitas morfologi spermatozoa yang abnormal seluruh

kelompok homogen (p ≥ 0,05) sehingga bisa dilanjutkan dengan uji ANOVA

2. Uji analisis varian (ANOVA) satu arah terhadap morfologi spermatozoa yang

abnormal kelompok hewan uji

Tujuan: untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data morfologi

spermatozoa yang abnormal

Hipotesis:

Ho: Data morfologi spermatozoa yang abnormal tidak berbeda secara

bermakna

Ha: Data morfologi spermatozoa yang abnormal berbeda secara bermakna

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ˂ 0,05 maka Ho ditolak

ANOVA

Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

Between

Groups 33.380 3 11.127 10.264 .001

Within Groups 17.345 16 1.084

Total 50.725 19

Keputusan: persentase morfologi spermatozoa yang abnormal berbeda secara

bermakna (p ˂ 0,05), sehingga bisa dilanjutkan dengan uji LSD

3. Uji Multiple Comparisons tipe LSD (Least Significant Difference)

Tujuan: untuk menentukan data morfologi spermatozoa yang abnormal

kelompok mana yang memberikan nilai yang berbeda secara bermakna

dengan kelompok lainnya.

Hipotesis:

Test of Homogeneity of Variances

Levene

Statistic

df1 df2 Sig.

.305 3 16 .821

Page 68: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ho: data morfologi spermatozoa yang abnormal tidak berbeda secara

bermakna

Ha: data morfologi spermatozoa yang abnormal berbeda secara bermakna

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ˂ 0,05 maka Ho ditolak

Multiple Comparisons

LSD

(I)

kelompok

(J)

kelompok

Mean

Difference

(I-J)

Std.

Error

Sig. 95% Confidence Interval

Lower

Bound

Upper

Bound

kontrol

dosis rendah 2.34950* .65850 .003 .9535 3.7455

dosis sedang 2.43350* .65850 .002 1.0375 3.8295

dosis tinggi 3.54700* .65850 .000 2.1510 4.9430

dosis rendah

kontrol -2.34950* .65850 .003 -3.7455 -.9535

dosis sedang .08400 .65850 .900 -1.3120 1.4800

dosis tinggi 1.19750 .65850 .088 -.1985 2.5935

dosis sedang

kontrol -2.43350* .65850 .002 -3.8295 -1.0375

dosis rendah -.08400 .65850 .900 -1.4800 1.3120

dosis tinggi 1.11350 .65850 .110 -.2825 2.5095

dosis tinggi

kontrol -3.54700* .65850 .000 -4.9430 -2.1510

dosis rendah -1.19750 .65850 .088 -2.5935 .1985

dosis sedang -1.11350 .65850 .110 -2.5095 .2825

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Keputusan: morfologi spermatozoa yang abnormal seluruh kelompok perlakuan

berbeda secara bermakna dengan kontrol (p ˂ 0,05).

Page 69: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 16. Hasil Analisa Data Diameter Tubulus Semineferus

1. Uji normalitas dan homogenitas terhadap diameter tubulus semineferus.

a. Uji normalitas Shapiro-Wilk

Tujuan: untuk melihat distribusi data diameter tubulus semineferus tikus

Hipotesis:

Ho: Data diameter tubulus semineferus terdistribusi normal

Ha: Data diameter tubulus semineferus tidak terdistribusi normal

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ˂ 0,05 maka Ho ditolak

Tests of Normality

kelompok Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

kontrol .850 5 .196

dosis rendah .917 5 .511

dosis sedang .813 5 .102

dosis tinggi .746 5 .028

Keputusan: Uji normalitas diameter tubulus seminiferus seluruh kelompok tidak

terdistribusi normal (p ≥ 0,05)

b. Uji Homogenitas Levene

Tujuan: untuk melihat data diameter tubulus seminiferus tikus homogen

atau tidak

Hipotesis:

Ho: Data diameter tubulus seminiferus homogen

Ha: Data diameter tubulus seminiferus tidak homogen

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ˂ 0,05 maka Ho ditolak

Test of Homogeneity of Variances

Levene

Statistic

df1 df2 Sig.

4.733 3 16 .015

Keputusan: Uji homogenitas diameter tubulus seminiferus seluruh kelompok tidak

homogen (p ≥ 0,05) sehingga dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis karena syarat

belum terpenuhi

Page 70: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Uji analisis Kruskal Wallis diameter tubulus seminiferus kelompok hewan uji

Tujuan: untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data diameter tubulus

seminiferus

Hipotesis:

Ho: Data diameter tubulus seminiferus tidak berbeda secara bermakna

Ha: Data diameter tubulus seminiferus berbeda secara bermakna

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ˂ 0,05 maka Ho ditolak

Test Statistics

Chi-Square 1.994

df 3

Asymp.

Sig. .574

Keputusan: Tebal sel germinal tidak berbeda secara bermakna (p ˂ 0,05).

Page 71: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 17. Hasil Analisa Data Tebal Sel Germinal

1. Uji normalitas dan homogenitas terhadap tebal sel germinal.

a. Uji normalitas Shapiro-Wilk

Tujuan: untuk melihat distribusi data tebal sel germinal tikus

Hipotesis:

Ho: Data tebal sel germinal terdistribusi normal

Ha: Data tebal sel germinal tidak terdistribusi normal

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ˂ 0,05 maka Ho ditolak

Tests of Normality

kelompok Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

kontrol .868 5 .260

dosis rendah .955 5 .776

dosis sedang .971 5 .881

dosis tinggi .810 5 .098

Keputusan: Uji normalitas tebal sel germinal seluruh kelompok terdistribusi

normal (p≤0,05)

b. Uji Homogenitas Levene

Tujuan: untuk melihat data tebal sel germinal homogen atau tidak

Hipotesis:

Ho: Data tebal sel germinal homogen

Ha: Data tebal sel germinal tidak homogen

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ˂ 0,05 maka Ho ditolak

Test of Homogeneity of Variances

Levene

Statistic

df1 df2 Sig.

1.544 3 16 .242

Keputusan: Uji homogenitas data tebal sel germinal seluruh kelompok homogen

(p ≥ 0,05) sehingga dilanjutkan dengan uji ANOVA.

Page 72: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25591/1/MAYTA RAVIKA... · Produksi ROS di berbagai organ termasuk testis

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Uji analisis varian (ANOVA) satu arah terhadap tebal sel germinal kelompok

hewan uji

Tujuan: untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data tebal sel germinal

Hipotesis:

Ho: Data tebal sel germinal tidak berbeda secara bermakna

Ha: Data tebal sel germinal berbeda secara bermakna

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ˂ 0,05 maka Ho ditolak

ANOVA

Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

Between

Groups 180.542 3 60.181 1.054 .396

Within Groups 913.731 16 57.108

Total 1094.273 19

Keputusan: Tebal sel germinal tidak berbeda secara bermakna (p ≥ 0,05).