UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENGARUH...
-
Upload
hoangthuan -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
Transcript of UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENGARUH...
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PENGARUH PEMBERIAN KURMA TAHNIK
TERHADAP JUMLAH TOTAL LEUKOSIT,
PERSENTASE JUMLAH MONOSIT DAN LIMFOSIT
DARAH SERTA TITER ANTIBODI MENCIT
SKRIPSI
ASHARI DZIKRO
NIM : 108102000076
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
OKTOBER 2012
i
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PENGARUH PEMBERIAN KURMA TAHNIK
TERHADAP JUMLAH TOTAL LEUKOSIT,
PERSENTASE JUMLAH MONOSIT DAN LIMFOSIT
DARAH SERTA TITER ANTIBODI MENCIT
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
ASHARI DZIKRO
NIM : 108102000076
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
OKTOBER 2012
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Ashari Dzikro
NIM : 108102000076
Tanda Tangan :
Tanggal : 25 Oktober 2012
iii
PENGARUH PEMBERIAN KURMA TAHNIK
TERHADAP JUMLAH TOTAL LEUKOSIT,
PERSENTASE JUMLAH MONOSIT DAN LIMFOSIT
DARAH SERTA TITER ANTIBODI MENCIT
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nama : Ashari Dzikro
NIM : 108102000076
Program Studi : Farmasi
Judul Penelitian :
Menyetujui,
Pembimbing pertama, Pembimbing kedua,
Farida Sulistiawati, M.Si., Apt Drh. Rr. Bhintarti S. Hastari, M. Biomed NIP. 19670105 200604 2 001 NIDN. 0313087204
Mengetahui,
Ketua Program Studi Farmasi
Drs. Umar Mansur, M.Sc
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Ashari Dzikro
NIM : 108102000076
Program Studi : Farmasi
Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Jumlah
Total Leukosit, Persentase Jumlah Monosit dan Limfosit Darah Serta Titer
Antibodi Mencit
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : Farida Sulistiawati, M.Si., Apt
Pembimbing II : Drh. Rr. Bhintarti S. Hastari, M. Biomed
Ketua Penguji : Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt .......................
Anggota Penguji I : Prof. Atiek Soemiati, M.Sc., Apt
Anggota Penguji II : Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt
Anggota Penguji III : Sabrina, M.Farm., Apt
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 25 Oktober 2012
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
v
ABSTRAK
Nama : Ashari Dzikro
Program Studi : Farmasi
Judul : Pengaruh Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Jumlah Total
Leukosit, Persentase Jumlah Monosit dan Limfosit Darah Serta Titer Antibodi Mencit
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberian
kurma tahnik terhadap jumlah total leukosit, persentase jumlah monosit dan
limfosit darah serta titer antibodi mencit. Mencit galur DDY jenis kelamin jantan
dengan berat rata – rata 20 – 25 gr berjumlah 18 ekor dibagi menjadi tiga
kelompok, masing – masing kelompok terdiri dari enam mencit. Kelompok I
adalah kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum biasa), kelompok II adalah
kontrol positif (diberi vaksin thypoid), dan kelompok III adalah kelompok
perlakuan (diberi kurma tahnik). Periode perlakuan berlangsung selama dua
minggu. Pengambilan darah mencit melalui ekor dilakukan pada hari ke-0
(sebelum perlakuan), hari ke-2, hari ke-8, dan hari ke-15. Perhitungan jumlah total
leukosit, persentase monosit, dan persentase limfosit dilakukan pada masing –
masing waktu pengambilan darah. Mencit diinduksi dengan sel darah merah
domba (SDMD) pada hari ke-15, kemudian pada hari ke-22 dilakukan
pengukuran titer antibodi dengan metode hemaglutinasi. Pada hari ke-23, semua
mencit dari ketiga kelompok diinfeksi bakteri Salmonella tyhpi secara
intraperitoneal dengan dosis 105 CFU/mL, kemudian dilakukan pengamatan
persentase survival rate pada masing – masing kelompok selama satu minggu
setelah infeksi diberikan. Semua data dianalisis secara statistik menggunakan
perangkat lunak SPSS 20.0 for Windows. Data jumlah total leukosit, persentase
jumlah monosit, dan persentase limfosit darah mencit dianalisis dengan metode
uji two-way repeated measure ANOVA dilanjutkan dengan metode One – Way
ANOVA (diteruskan dengan uji BNT), data titer hemaglutinasi antibodi mencit
dianalisis dengan metode uji one – way ANOVA dilanjutkan dengan Post Hoc
Test (Tukey test dan Bonferroni test), dan data hasil pengamatan persentase
survival rate dianalisis dengan metode Kaplan – Meier.
Hasil analisa data menunjukkan bahwa pemberian kurma tahnik selama
dua minggu meningkatkan jumlah total leukosit mencit. Pemberian kurma tahnik
selama satu hari, satu minggu, dan dua minggu meningkatkan persentase limfosit
mencit, namun menurunkan persentase monosit mencit. Titer antibodi mencit
kelompok pemberian kurma tahnik selama dua minggu tidak berbeda signifikan
dengan titer antibodi mencit kelompok kontrol negatif dan mencit kelompok
kontrol positif. Persentase survival rate mencit kelompok kontrol negatif,
kelompok kontrol positif, dan kelompok pemberian kurma tahnik tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan selama 7 hari periode infeksi bakteri
Salmonella thypi.
Kata kunci : Kurma (Phoenix dactylifera), tahnik, mencit (Mus musculus) sistem
imun, leukosit, monosit, limfosit, titer antibodi, survival rate
vi
ABSTRACT
Name : Ashari Dzikro
Program Study : Pharmacy
Title : The Effect of Tahnik With Dates on The Total Number of
Leukocytes, The Percentage of Blood Monocytes and Lymphocytes As Well As
Antibody Titer In Mice
This study was conducted to determine the effect of tahnik with dates on
the total number of leukocytes, the percentage of blood monocytes and
lymphocytes as well as antibody titers in mice. A total 18 of DDY strain mice
with 20-25 grams weight were divided into three groups, each group consisted of
six mice. Group I is a negative control (just plain fed and watered), group II is the
positive control (given typhoid vaccine), and the third group was the treatment
group (tahnik with dates). The period of treatment lasted for two weeks. Blood
collection was performed from the mice’s tail on day 0 (before treatment), day 2,
day 8, and day 15. Calculation of the total number of leukocytes, the percentage
of monocytes, and the percentage of lymphocytes performed each time blood was
taken. Mice was induced by sheep red blood cells (SRBC) on day 15, and then on
day 22 antibody titer was measured by the haemagglutination assay method. On
day 23, all three groups of mice were infected with Salmonella tyhpi
intraperitoneally at a dose of 105 CFU/mL, then the percentage of survival rate
was observed on each group for one week. All data were statistically analyzed
using SPSS 20.0 software for Windows. The number of total leukocytes, the
percentage of monocytes, and the percentage of blood lymphocytes of mice were
analyzed using two-way repeated measure ANOVA followed by one-way
ANOVA (followed by LSD test), the data of antibody titer by hemagglutination
assay method was analyzed using one - way ANOVA followed by Post Hoc Test
(Tukey test and Bonferroni test), and the data of survival rate percentage was
analyzed using Kaplan – Meier method.
The results showed that the administration of tahnik with dates during two
weeks increasing the total number of leukocytes in mice. Giving tahnik with dates
for one day, one week, and two weeks increasing the percentage of lymphocytes,
but reducing the percentage of monocytes in mice. The antibody titer of mice that
tahnik with dates was given for two weeks didn’t differ significantly with
antibody titer of mice negative control group and positive control group. The
survival rate percentage of mice negative control group, positive control group,
and the group that tahnik with dates was given showed no significant difference
during the seven days period of Salmonella typhi bacterial infection.
Key words : Dates (Phoenix dactylifera), tahnik, mice (Mus musculus), immune
system, leukocyte, monocyte, lymphocyte, antibody titer, survival rate
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan
nikmat, rahmat, dan karunia yang telah diberikan kepada saya, beserta petunjuk
dariNya yang selalu hadir mulai dari setiap bangun dari tidur sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Pemberian Kurma Tahnik
Terhadap Jumlah Total Leukosit, Persentase Jumlah Monosit dan Limfosit Darah
Serta Titer Antibodi Mencit. Shalawat serta salam semoga tersampaikan kepada
junjungan seluruh umat Islam, Uswatun Hasanah hingga akhir zaman, Nabi
Muhammad Shallallahu 'alaihi Wa salam, beserta keluarganya, para sahabat, dan
pengikutnya yang senantiasa menjalankan amalan – amalan Rasulullah SAW.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Farmasi (S.Far) pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Keberhasilan dalam penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan
bantuan serta dukungan orang – orang yang telah banyak berjasa. Pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
pernghargaan yang sebesar – besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. (hc) dr. M.K Tadjudin Sp.And, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt, selaku Ketua Program studi Farmasi
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Farida Sulistiawati M.Si, Apt, selaku pembimbing I yang telah
memberikan banyak waktu, semangat, ilmu, dan bimbingan selama penulisan
skripsi ini.
4. Ibu Drh. Rr. Bhintarti S. Hastari, M. Biomed, selaku pembimbing II yang
telah banyak memberikan saran, ide, dan masukan yang berharga.
5. Kedua orang tua, mamah Tati Susilawati dan bapak Sukardi tercinta yang
telah memberikan doa, semangat, dan dukungan material sehingga penelitian
ini dapat berjalan lancar, serta abang Choirul Artadi sebagai satu – satunya
saudara kandung yang telah banyak memberikan bantuan material.
viii
6. Para dosen yang telah membantu penulis selama mengikuti perkuliahan di
prodi Farmasi FKIK UIN Syahid Jakarta.
7. Kakak eris, selaku laboran laboratorium PBB Farmasi FKIK yang telah sabar
karena sering direpotkan dan telah banyak membantu selama penelitian.
8. Kakak Lisna, kakak Niken, kakak Tiwi, mba Rani, kakak Yopi, dan om
Rahmadi yang telah membantu selama penelitian.
9. Kakak Pia yang telah membantu penulis dalam hal surat menyurat dan urusan
akademik.
10. Putri Rahmawati yang telah banyak membantu dan memberi dukungan
sebelum sidang skripsi.
11. Ikhsan Budiarto yang telah membantu mengurus mencit pada awal penelitian
di laboratorium.
12. Intan Fauziah yang telah banyak memberi informasi tempat membeli bahan –
bahan keperluan penelitian.
13. Teman – teman farmasi angkatan 2008 baik kelas A maupun kelas B yang
sama – sama berjuang menyelesaikan penelitian.
14. Pihak – pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu – persatu yang telah
membantu dan mendukung penulis selama penelitian.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, namun penulis
berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat yang sebesar –
besarnya bagi masyarakat luas khususnya umat Islam.
Jakarta, 17 Oktober 2012
Penulis
ix
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ashari Dzikro
NIM : 108102000076
Program Studi : Farmasi
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Jenis Karya : Skripsi
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah
saya, dengan judul :
PENGARUH PEMBERIAN KURMA TAHNIK TERHADAP JUMLAH
TOTAL LEUKOSIT, PERSENTASE JUMLAH MONOSIT DAN
LIMFOSIT DARAH SERTA TITER ANTIBODI MENCIT
Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang – Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada Tanggal : 10 Desember 2012
Yang menyatakan,
(Ashari Dzikro)
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ..................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ................................................................................ vii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........... ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................... 4
1.3 Hipotesis ......................................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................ 4
1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 6
2.1 Kurma ............................................................................................. 6
2.1.1 Taksonomi Kurma ................................................................ 6
2.1.2 Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Buah Kurma ......... 8
2.1.3 Kandungan dan Manfaat Kurma ........................................... 9
2.2 Mencit ............................................................................................. 12
2.3 Sistem Imun .................................................................................... 13
2.3.1 Imunitas ................................................................................. 13
2.3.2 Antigen dan Antibodi ............................................................ 14
2.3.3 Leukosit ................................................................................. 16
2.3.4 Monosit .................................................................................. 18
2.3.5 Limfosit ................................................................................. 18
2.3.6 Imunisasi ............................................................................... 19
2.3.7 Metode Hemaglutinasi Untuk Deteksi Antibodi pada Serum ...... 20
BAB III KERANGKA KONSEP .............................................................. 22
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 23
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 23
4.2 Subjek Penelitian ............................................................................ 23
4.2.1 Populasi ................................................................................. 23
4.2.2 Sampel .................................................................................. 23
Halaman
xi
4.3 Alat dan Bahan ............................................................................... 24
4.3.1 Alat ....................................................................................... 24
4.3.2 Bahan .................................................................................... 25
4.4 Alur Penelitian ............................................................................... 25
4.5 Prosedur Kerja ................................................................................ 26
4.5.1 Persiapan Hewan Coba ......................................................... 26
4.5.2 Dosis dan Perlakukan Uji Respon Imun Mencit ................... 26
4.5.3 Perhitungan Dosis ................................................................. 27
4.5.4 Pembuatan dan Pemberian Sampel Kurma Tahnik .............. 31
4.5.5 Pengambilan Darah Mencit .................................................. 31
4.5.6 Perhitungan Jumlah Total Leukosit ...................................... 31
4.5.7 Perhitungan Persentase Monosit dan Limfosit Darah .......... 32
4.5.8 Pengukuran Titer Antibodi ................................................... 33
4.5.9 Uji Tantang ........................................................................... 35
4.6 Analisa Data ................................................................................... 36
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 38
5.1 Hasil ............................................................................................... 38
5.1.1 Hasil dan Analisa Data Jumlah Total Leukosit Mencit ........ 38
5.1.2 Hasil dan Analisa Data Persentase Monosit Mencit ............ 42
5.1.3 Hasil dan Analisa Data Persentase Limfosit Mencit ............ 46
5.1.4 Hasil dan Analisa Data Titer Antibodi Mencit ..................... 51
5.1.5 Hasil dan Analisa Data Persentase Survival Rate Mencit .... 52
5.2 Pembahasan .................................................................................... 56
5.2.1 Pembuatan dan Pemberian Kurma Tahnik ........................... 56
5.2.2 Efektivitas Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Jumlah Total
Leukosit Mencit .................................................................... 58
5.2.3 Efektivitas Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Persentase
Monosit Mencit ..................................................................... 61
5.2.4 Efektivitas Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Persentase
Limfosit Mencit .................................................................... 63
5.2.5 Efektivitas Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Titer Antibodi
Mencit ................................................................................... 65
5.2.6 Efektivitas Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Persentase
Survival Rate Mencit yang Diinfeksi Bakteri Salmonella
thypi ...................................................................................... 66
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 68
6.1 Kesimpulan ........................................................................... 68
6.2 Saran ..................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 71
xii
DAFTAR GAMBAR
2.1 Buah Kurma .................................................................................... 6
2.2 Beberapa jenis buah kurma yang terkenal ...................................... 7
4.1 Kurma Ajwa yang digunakan dalam penelitian ............................. 24
4.2 Alur Penelitian ................................................................................ 25
5.1 Grafik rata- rata jumlah total leukosit selama periode perlakuan .. 39
5.2 Grafik rata- rata persentase monosit selama periode perlakuan ..... 43
5.3 Grafik rata- rata persentase limfosit selama periode perlakuan ...... 47
5.4 Grafik rata – rata titer antibodi mencit setelah dua minggu periode
perlakuan ........................................................................................ 51
5.5 Grafik % Survival Rate Mencit Selama Periode Infeksi Salmonella typhi
......................................................................................................... 53
5.6 Kurva Kaplan – Meier persentase survival rate mencit selama periode
infeksi Salmonella typhi ................................................................. 54
7.2 Grafik perubahan jumlah total leukosit pada periode perlakuan selama
satu hari .......................................................................................... 80
7.3 Grafik perubahan jumlah total leukosit pada periode perlakuan selama
satu minggu .................................................................................... 81
7.4 Grafik perubahan jumlah total leukosit pada periode perlakuan selama
dua minggu ..................................................................................... 82
7.6 Grafik perubahan persentase monosit pada periode perlakuan selama satu
hari .................................................................................................. 87
7.7 Grafik perubahan persentase monosit pada periode perlakuan selama satu
hari ................................................................................................. 88
7.8 Grafik perubahan persentase monosit pada periode perlakuan selama satu
hari ................................................................................................. 90
7.10 Grafik perubahan persentase limfosit pada periode perlakuan selama satu
hari ................................................................................................. 95
7.11 Grafik perubahan persentase limfosit pada periode perlakuan selama satu
minggu ........................................................................................... 97
7.12 Grafik perubahan persentase limfosit pada periode perlakuan selama dua
minggu ........................................................................................... 98
7.13 Grafik Rata – Rata Titer Antibodi Mencit Setelah Dua Minggu Periode
Perlakuan ....................................................................................... 100
7.14 Kurva Kaplan – Meier Persentase Survival Rate Mencit Selama Periode
Infeksi Salmonella typhi ................................................................ 103
7.15 Haemaglutination Antibody (HA) Kelompok I ............................. 104
7.16 Haemaglutination Antibody (HA) Kelompok II ............................ 104
7.17 Haemaglutination Antibody (HA) Kelompok III ........................... 105
Gambar Halaman
xiii
DAFTAR TABEL
2.1 Kandungan senyawa (gr /100 gr dry flesh) dari 11 jenis buah
kurma yang berbeda ....................................................................... 9
2.2 Kandungan vitamin buah kurma .................................................... 9
2.3 Kandungan mineral kurma ............................................................. 10
2.4 Kandungan asam amino (mg/100 gr dry) kurma ........................... 10
2.5 Perbedaan secara umum sistem imun non-spesifik & sistem imun
spesifik ........................................................................................... 14
2.6 Kelas dan sifat imunoglobulin ....................................................... 16
4.1 Dosis dan perlakukan uji respon imun mencit ............................ 26
4.2 Indeks rata – rata berat badan & tinggi badan balita sesuai dengan
usianya ........................................................................................... 28
5.1 Hasil hitung total leukosit mencit (sel/µL) .................................... 38
5.2 Rata - rata jumlah total leukosit mencit (sel/µl) selama periode
perlakuan ........................................................................................ 38
5.3 Hasil analisa data jumlah total leukosit mencit dengan metode
uji two-way repeated measure ANOVA ........................................ 39
5.4 Hasil analisa data jumlah total leukosit mencit dengan metode uji one –
way ANOVA yang dilanjutkan uji BNT pada masing – masing periode
perlakuan ........................................................................................ 40
5.5 Hasil hitung persentase monosit mencit (%) .................................. 42
5.6 Rata - rata persentase monosit mencit selama periode perlakuan .. 42
5.7 Hasil analisa data persentase monosit mencit dengan metode uji two-way
repeated measure ANOVA ........................................................... 43
5.8 Hasil analisa data persentase monosit mencit dengan metode uji one –
way ANOVA yang dilanjutkan uji BNT pada masing – masing periode
perlakuan ........................................................................................ 44
5.9 Hasil hitung persentase limfosit mencit (%) .................................. 46
5.10 Rata - rata persentase limfosit mencit selama periode perlakuan .. 47
5.11 Hasil analisa data persentase limfosit mencit dengan metode uji two-way
repeated measure ANOVA ........................................................... 47
5.12 Hasil analisa data persentase limfosit mencit dengan metode uji one –
way ANOVA yang dilanjutkan uji BNT pada masing – masing periode
perlakuan ........................................................................................ 48
5.13 Titer antibodi mencit setelah dua minggu periode perlakuan ........ 51
5.14 Persentase survival rate mencit selama satu minggu periode infeksi
bakteri Salmonella typhi ................................................................. 52
5.15 Nilai rata – rata (mean) dan nilai tengah (median) survival time
mencit ............................................................................................. 53
5.16 Level signifikansi persentase survival rate mencit antar kelompok
perlakuan ........................................................................................ 54
Tabel Halaman
xiv
LAMPIRAN
1. Hasil analisa data jumlah total leukosit mencit dengan metode uji two-
way repeated measure ANOVA .................................................... 76
2. Hasil analisa data jumlah total leukosit mencit dengan metode uji one –
way ANOVA yang dilanjutkan uji BNT pada masing – masing periode
perlakuan ........................................................................................ 78
3. Hasil analisa data persentase monosit mencit dengan metode uji two-way
repeated measure ANOVA ........................................................... 83
4. Hasil analisa data persentase monosit mencit dengan metode uji one –
way ANOVA yang dilanjutkan uji BNT pada masing – masing periode
perlakuan ........................................................................................ 85
5. Hasil analisa data persentase limfosit mencit dengan metode uji two-way
repeated measure ANOVA ........................................................... 91
6. Hasil analisa data persentase limfosit mencit dengan metode uji one –
way ANOVA yang dilanjutkan uji BNT pada masing – masing periode
perlakuan ........................................................................................ 93
7. Hasil analisis titer antibodi mencit dengan metode one – way ANOVA,
dilanjutkan dengan post hoc test (tukey test dan bonferroni test) .. 99
8. Hasil analisis persentase survival rate dengan metode kaplan –
meier ............................................................................................... 101
9. Hasil pengukuran titer antibodi dengan metode haemaglutination
antibody (HA) setelah dua minggu periode perlakuan ................... 104
Lampiran Halaman
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsep kesehatan Thibun Nabawi telah dikenal dalam Islam
sebagai metode pengobatan Rasulullah SAW yang senantiasa berjalan atas
dasar wahyu. Rasulullah SAW telah mengajarkan kepada umat Islam
sebuah tata cara pemeliharaan kesehatan sejak dari lahir yang bersumber
dari Allah SWT, Dzat Yang Maha Memberi Kesehatan. Salah satu cara
yang diajarkan Rasulullah adalah Tahnik. Tahnik merupakan suatu cara
pemeliharaan kesehatan secara fisik yang diperkenalkan Rasulullah SAW
dengan memberikan kurma yang telah dikunyah atau dihaluskan pada
langit – langit mulut bayi sambil mendoakannya. Beberapa hadits yang
berkaitan dengan tahnik :
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Burdah dari
Abu Musa, dia berkata :
ل - ص هللا ل لم ع س - م
“Pernah dikaruniakan kepadaku seorang anak laki-laki, lalu aku
membawanya ke hadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka
beliau memberinya nama Ibrahim dan mentahniknya dengan sebuah
kurma.” (HR. Bukhari Muslim)
Imam Bukhari dalam Shahih-nya men-takhrij hadits dari Asma’ binti
Abi Bakr :
2
Dari Asma binti Abi Bakar Ash-Shiddiq ketika ia sedang mengandung
Abdullah bin Az-Zubair di Makkah, ia berkata, “Aku keluar dalam
keadaan hamil menuju kota Madinah. Dalam perjalanan aku singggah
di Quba dan di sana aku melahirkan. Kemudian aku mendatangi
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meletakkan anakku di
pangkuan beliau. Beliau meminta kurma lalu mengunyahnya dan
meludahkannya ke mulut bayi itu, maka itulah makanan yang pertama
kali masuk ke kerongkongannya (si bayi) melalui Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Setelah itu beliau mentahniknya dan
mendo’akan barakah baginya. Lalu Allah memberikan barakah
kepadanya (bayi tersebut).” (HR. Bukhari Muslim)
Sesungguhnya perbuatan Rasulullah SAW mentahnik bayi yang
baru lahir memiliki hikmah yang agung. Enzim pencernaan yang terdapat
pada kurma tahnik akan membantu pengubahan kandungan senyawa –
senyawa dalam kurma sehingga dapat lebih mudah dicerna dan diabsorbsi
oleh tubuh bayi yang sistem pencernaannya belum terbentuk dengan
sempurna (Mustofa dan Prabandari, 2010).
Kurma sendiri diketahui memiliki aktivitas imunostimulan, dalam
sebuah hasil penelitian, Karasawa et al. (2011) menyatakan bahwa ekstrak
air buah kurma yang diberikan selama 30 hari kepada mencit dapat
menstimulasi sistem imun seluler mencit tersebut melalui peningkatan
kadar IFN-γ+
CD4+, IFN-γ
+ CD49b
+, dan IL-12
+ CD11b
+ dalam limpa
mencit serta berkesimpulan bahwa polifenol dan polisakarida yang
terdapat pada kurma mampu menstimulasi sistem imun seluler. Ekstrak
3
etanol buah kurma yang diberikan selama 7 hari kepada mencit juga dapat
menstimulasi sistem imun humoral mencit tersebut secara signifikan
dilihat dari hasil perhitungan titer Haemagglutinating Antibody (HA) dan
plaque-forming cell (PFC) yang digunakan sebagai parameter (Puri et al.,
2000).
Kurma juga diketahui memiliki berbagai khasiat lain diantaranya
adalah dapat menurunkan kadar gula pada penderita hiperglikemia karena
memiliki kandungan flavonoid yang poten (Abo-El-Soaud et al., 2004),
efek antimikroba terhadap gram positif maupun gram negatif (Perveen et
al., 2012), aktivitas anti-inflamasi & anti-proliferatif (Elberry et al.,
2011), aktivitas antioksidan (Khanavi et al., 2009), aktivitas
hepatoprotektor (Abdu, 2011), dan memiliki efek antifungi terhadap jamur
patogen (Bokhari dan Kahkashan, 2012).
Tinjauan ilmiah terhadap manfaat kurma sudah cukup banyak
dilakukan, namun penelitian praklinis maupun klinis mengenai manfaat
kurma tahnik terhadap peningkatan sistem imun belum pernah dilakukan.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian kurma tahnik
terhadap peningkatan titer antibodi, jumlah total leukosit, persentase
jumlah monosit dan limfosit darah serta melihat pengaruh dari lamanya
pemberian kurma tahnik terhadap peningkatan respon imun mencit
terhadap parameter – parameter tersebut sehingga dapat menambah
keyakinan umat Islam dalam meneladani cara pemeliharaan kesehatan
yang telah dicontohkan Rasulullah SAW.
4
1.2 Perumusan Masalah
1) Apakah pemberian kurma tahnik mampu meningkatkan jumlah total
leukosit, persentase jumlah monosit dan limfosit darah serta titer
antibodi mencit.
2) Waktu pemberian kurma tahnik yang dapat memberikan peningkatan
respon imun terbaik berdasarkan parameter - parameter tersebut pada
mencit.
1.3 Hipotesis
Pemberian kurma tahnik mampu meningkatkan jumlah total
leukosit, persentase jumlah monosit dan limfosit darah serta titer antibodi
mencit.
1.4 Tujuan Penelitian
Mengetahui aktivitas imunostimulan kurma tahnik terhadap
peningkatan titer antibodi, jumlah total leukosit, persentase jumlah
monosit dan limfosit darah mencit serta mengetahui efektifitas waktu
pemberian kurma tahnik yang dapat memberikan peningkatan respon imun
terbaik berdasarkan parameter - parameter tersebut pada mencit.
1.5 Manfaat Penelitian
Memberikan informasi ilmiah tentang manfaat tahnik dengan
kurma dalam hal peningkatan jumlah total leukosit, persentase jumlah
monosit dan limfosit darah serta titer antibodi sehingga diharapkan dapat
5
menambah keyakinan umat Islam dalam meneladani cara pemeliharaan
kesehatan yang telah dicontohkan Rasulullah SAW.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kurma
2.1.1 Taksonomi Kurma
Kurma (Phoenix dactylifera) atau dalam bahasa Arab biasa disebut
tamar adalah buah manis dengan kandungan gula lebih dari 50% yang
merupakan kebutuhan utama dan menjadi salah satu sektor ekonomi
penting di Timur Tengah (Franz Augstburger et al., 2002). Kurma
merupakan salah satu makanan tertua di dunia selama lebih dari 6000
tahun dan semua bagian dari kurma diketahui bermanfaat tidak hanya
secara ekonomi, tetapi juga untuk kesehatan (mengatasi berbagai penyakit)
dan mengatasi kelaparan karena kurma memiliki kandungan karbohidrat,
mineral, serat, vitamin, asam lemak, asam amino, dan protein yang tinggi
(Al – Shahib dan Marshall, 2003). Berikut ini adalah klasifikasi dari kurma
(Alebidi, 2008) :
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Order : Arecales
Family : Arecaceae
Genus : Phoenix
Species : P. dactylifera
Binomial Name :
Phoenix dactylifera L.
Gambar 2.1 Buah Kurma (Alebidi, 2008)
7
Pohon kurma dapat mencapai tinggi 15 – 25 meter, batang
pohonnya terbuat dari serat selulosa yang kuat dan dapat dimanfaatkan
untuk membuat kayu lapis (Al – Shahib dan Marshall, 2003). Saat ini,
kurma dibudidayakan di banyak negara di dunia seperti Amerika Serikat
(California, Arizona, Texas), Meksiko, Brazil, Argentina, Afrika Selatan,
Australia, Namibia, namun untuk produksi terbesar tetap berada di daerah
Arab dan timur tengah (Franz Augstburger et al., 2002). Ada lebih dari
2000 varietas kurma segar di dunia dengan masa panen setiap 8 bulan (Al
– Shahib dan Marshall, 2003).
Gambar 2.2 Beberapa jenis buah kurma yang terkenal (Elshibli, 2009)
8
2.1.2 Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Buah Kurma
Perkembangan buah kurma terdiri dari 4 tahap (Al – Shahib dan
Marshall, 2003). Sebelum tahap pertama dimulai, pada 4 – 5 minggu
pertama buah kurma disebut “altalaa” dimana buah kurma berwarna hijau.
Tahap pertama : stadium Kimri
Ditandai dengan terjadinya 2 fase. Fase pertama, buah kurma
mengalami peningkatan ukuran dan berat secara bersamaan, serta
meningkatnya kandungan gula, asam, dan kelembaban. Fase kedua,
ditandai dengan mulai berkurangnya peningkatan ukuran dan berat
buah, berkurangnya tingkat akumulasi kadar gula, sedikit berkurangnya
keasaman, dan kadar kelembaban yang lebih tinggi dibandingkan fase
pertama. Pada tahap Kimri, rata – rata panjang buah adalah 27,5 mm,
diameter 17,8 mm, berat 5,8 gr, serta mengandung 5,6% protein, 0,5%
lemak, dan 3,7% abu (Al – Shahib dan Marshall, 2003).
Tahap kedua : stadium Khalal
Ditandai dengan berubahnya warna dari hijau menjadi antara kuning
atau merah tergantung jenis kurma. Rata – rata panjang buah bertambah
menjadi 32,5 mm dengan diameter juga bertambah menjadi 21 mm.
Persentase protein, lemak, dan abu berkurang menjadi 2,7%, 0,3%, dan
2,8%, sementara berat rata – rata bertambah menjadi 8,7% (Al – Shahib
dan Marshall, 2003).
Tahap ketiga : stadium Rutab
Buah kurma mulai menjadi lembut dan kehilangan air. Rata – rata
kandungan protein, lemak, dan abu pada tahap ini berkurang menjadi
2,6%, 0,3%, dan 2,6% (Al – Shahib dan Marshall, 2003).
9
Tahap keempat : stadium Tamr
Pada stadium ini buah kurma mulai mengering dengan konsisten dan
warnanya menjadi gelap, namun ada juga beberapa jenis buah kurma
yang tidak mengalami tahapan ini. Rata – rata persentase protein,
lemak, dan abu pada stadium ini adalah 2,3%, 0,2%, dan 1,7% (Al –
Shahib dan Marshall, 2003).
2.1.3 Kandungan dan Manfaat Kurma
Buah kurma memiliki kadar yang tinggi dari karbohidrat (total 44 –
88%), lemak (0,2 – 0,5%), 15 jenis garam & mineral, vitamin, protein (2,3
– 5,6%), serat (6,4 – 11,5%) (Al – Shahib dan Marshall, 2003).
Tabel 2.1 Kandungan Senyawa (gr /100 gr Kurma Kering) dari 11 Jenis
Buah Kurma yang Berbeda (Borchani et al., 2010)
Varietas
Kurma Berat Kering Protein Lemak Total Gula Abu Total Serat
Alligh 82,94 ± 0,7 1,22 ± 0,03 0,56 ± 0,19 84,59 ± 0,18 2,18 ± 0,22 11,45 ± 0,62 Deglet Nour 86,42 ± 0,75 1,71 ± 0,08 0,4 ± 0,11 88,02 ± 0,6 1,78 ± 0,1 8,09 ± 0,89 Bajo 86,88 ± 0,59 1,28 ± 0,08 0,11 ± 0,04 79,93 ± 0,31 1,73 ± 0,04 16,95 ± 0,47 Boufeggous 88,7 ± 0,68 1,51 ± 0,16 0,14 ± 0 86,72 ± 0,95 1,58 ± 0,05 10,05 ± 1,16 Goundi 90,57 ± 0,37 2,85 ± 0,2 0,35 ± 0,21 84,79 ± 0,91 1,85 ± 0,03 10,16 ± 1,35 Ikhouat 87,97 ± 0,4 0,66 ± 0,03 0,07 ± 0 78,86 ± 0,33 2,59 ± 0,52 17,82 ± 0,88 Kenta 88,22 ± 0,79 0,9 ± 0,02 0,06 ± 0,01 85,11 ± 0,46 1,75 ± 0,02 12,18 ± 0,51 Kentichi 87,29 ± 0,18 0,46 ± 0,01 0,11 ± 0,04 77,44 ± 0,26 1,74 ± 0,05 20,25 ± 0,36 Lagou 73,1 ± 0,6 1,83 ± 0,05 0,25 ± 0 77,31 ± 0,15 2,08 ± 0,02 18,53 ± 0,22 Touzerzailet 70,66 ± 0,38 1,49 ± 0,05 0,57 ± 0,04 78,58 ± 0,77 2,11 ± 0,19 17,25 ± 1,05 Tranja 87,85 ± 0,55 2,42 ±0,85 0,14 ± 0,07 83,95 ± 0,35 2,23 ± 0,09 11,26 ± 1,36
Tabel 2.2 Kandungan Vitamin Kurma (Al – Shahib dan Marshall, 2003)
Vitamin Kandungan (mg/100 gr kurma kering)
Vitamin C 2,4 – 17,5
Asam Folat 0,004 – 0,007
Asam Nikotinat 0,002
Niasin 0,0004 – 0,0007
Vitamin B2 0,13 – 0,17
Vitamin B1 0,08 – 0,13
Vitamin A 0,001
10
Tabel 2.3 Kandungan Mineral Kurma (Al – Shahib dan Marshall, 2003)
Mineral Kandungan (mg/100 gr kurma kering)
Boron 3,3 – 5,6
Kalsium 9,5 – 20,7
Kobalt 0,8 – 1
Tembaga 0,1 – 2,9
Florin 0,1 – 0,2
Besi 0,3 – 10,4 Magnesium 47 – 82
Mangan 0,3 – 5,9
Potasium 107,4 – 916
Fosfor 13 – 63
Selenium 0,1 – 0,3
Sodium 1 – 287
Seng 0,1 – 1,8
Tabel 2.4 Kandungan Asam Amino Kurma (Al – Shahib dan Marshall,
2003)
Asam Amino Kandungan (mg/100 gr kurma kering)
Alanin 8 – 342
Arginin 2 – 261 Aspartam 230 – 450
Asam Aspartat 2 – 467
α-amino asam butirat 266 – 337
Sistein 11 – 114
Sitin 0,73 – 122
Glutamin 65 – 87
Asam Glutamat 40 – 631
Glisin 4 – 349
Histidin 0,1 – 76
Isoleusin 0,2 – 465
Leusin 0,5 – 264
Leusin dan Isoleusin 254 Lisin 3 – 282
Metionin 0,2 – 219
Fenilalanin 0,8 – 173
Prolin 12 – 369
Serin 6 – 238
Treonin 1 – 264
Triptofan 100
Tirosin 1 – 181
Valin 0,5 – 271
Kurma merupakan salah satu tanaman yang disebutkan dalam kitab
suci Al Qur’an dengan total penyebutan sebanyak 15 kali, diantaranya
pada surat Al An’am ayat 99 & 141, Kahf ayat 32, Ta – Ha ayat 71,
11
Shuaraa ayat 148, Ar Rahman ayat 11 & 68. Sementara itu, terdapat 4
buah hadist Rasullullah SAW yang menyebutkan kurma memiliki manfaat
dalam bidang kesehatan.
Kurma merupakan sumber energi yang sangat baik karena
memiliki kandungan gula yang tinggi, maka tidak heran jika di daerah
Arab dan Timur Tengah kurma menjadi kebutuhan konsumsi sehari – hari
yang tidak pernah dilewatkan. Kandungan gula yang tinggi pada kurma
mungkin menjadi pantangan bagi para penderita hiperglikemia, tetapi
ternyata, dari hasil sebuah penelitian, kurma memilki khasiat untuk
menurunkan kadar gula pada penderita hiperglikemia karena memiliki
kandungan flavonoid yang poten (Abo-El-Soaud et al., 2004). Dalam
penelitian yang lain, kurma juga diketahui memiliki efek antimikroba
terhadap gram positif maupun gram negatif (Perveen et al., 2012),
aktivitas anti-inflamasi & anti-proliferatif (Elberry et al., 2011), aktivitas
antioksidan (Khanavi et al., 2009), aktivitas hepatoprotektor (Abdu, 2011),
dan memiliki efek antifungi terhadap jamur patogen (Bokhari dan
Kahkashan, 2012).
Kurma juga diketahui memiliki aktivitas imunostimulan, dalam
sebuah hasil penelitian, Karasawa et al. (2011) menyatakan bahwa ekstrak
air buah kurma yang diberikan selama 30 hari kepada mencit dapat
menstimulasi sistem imun seluler mencit tersebut melalui peningkatan
kadar IFN-γ+
CD4+, IFN-γ
+ CD49b
+, dan IL-12
+ CD11b
+ dalam limpa
mencit serta berkesimpulan bahwa polifenol dan polisakarida yang
terdapat pada kurma mampu menstimulasi sistem imun seluler tersebut.
12
Ekstrak etanol buah kurma yang diberikan selama 7 hari kepada mencit
juga dapat menstimulasi sistem imun humoral mencit tersebut secara
signifikan dilihat dari hasil perhitungan titer Haemagglutinating Antibody
(HA) dan plaque-forming cell (PFC) yang digunakan sebagai parameter
(Puri et al., 2000).
2.2 Mencit (Mus musculus)
Mencit (Mus musculus) adalah termasuk hewan pengerat (rodensia)
yang memiliki karakteristik cepat berkembang biak dan mudah dipelihara
dalam jumlah banyak. Selain itu, pemeliharaannya ekonomis dan efisien
dalam hal tempat dan biaya. Variasi genetiknya cukup besar serta sifat
anatomis terkarakteristik dengan baik. Hewan ini paling kecil diantara
jenisnya dan memiliki galur mencit yang berwarna putih. Mencit hidup
dalam daerah yang cukup luas penyebarannya mulai dari daerah beriklim
dingin, sedang, maupun panas dan dapat terus-menerus di dalam kandang
atau secara bebas sebagai hewan liar. Malole dan Pramono (1989)
menjelaskan bahwa mencit dapat dijadikan sebagai salah satu hewan
laboratorium atau hewan percobaan. Mencit laboratorium mempunyai
berat badan kira-kira sama dengan mencit liar yang banyak ditemukan di
dalam gedung dan rumah yang dihuni oleh manusia, dengan berat badan
bervariasi 18-20 gram pada umur empat minggu (Smith dan
Mangkoewidjojo, 1988).
13
2.3 Sistem Imun
2.3.1 Imunitas
Secara historis, kata immunity berasal dari kata latin immunitas
yang artinya perlindungan dari tuntutan hukum yang diberikan kepada
senator romawi selama masa jabatan mereka. Immunity / kekebalan berarti
perlindungan dari penyakit, khususnya penyakit menular. Sel – sel dan
molekul – molekul yang bertanggung jawab terhadap imunitas ini disebut
dengan sistem imun, sementara bagaimana sel dan molekul tersebut
bekerja sama secara kolektif dalam merespon masuknya zat – zat asing
disebut dengan respon imun. Imunologi adalah ilmu yang mempelajari
respon imun dalam arti luas serta peristiwa seluler dan molekuler yang
terjadi setelah masuknya mikroba dan zat asing lainnya yang menimbulkan
respon imun tersebut.
Sistem imun dapat dibagi menjadi sistem imun
innate/natural/nonspesifik dan sistem imun adaptive/dapatan/spesifik yang
keduanya masing – masing memiliki respon imun yang khas (Abbas et al.,
2012). Berikut ini adalah perbedaan dari sistem imun nonspesifik dan
sistem imun spesifik serta gambarannya secara umum :
14
Tabel 2.5 Perbedaan secara umum sistem imun non-spesifik & sistem
imun spesifik (Abbas et al., 2012)
Innate (non-spesifik) Adaptive (spesifik)
Spesifitas
Molekul yang terkait dengan
mikroba tertentu dan molekul yang
dihasilkan dari sel inang yang rusak
Mikrobial dan non-
mikrobial antigen
Diversitas
(keragaman) Jumlah reseptor terbatas
Reseptor sangat bervariasi
& jumlahnya banyak,
terbentuk dari rekombinasi
genetik dari gen reseptor
Memori Tidak ada
Ada, respon lebih cepat /
lebih besar pada infeksi
serupa berikutnya
sehingga perlindungan
lebih baik pada infeksi
berulang
Nonreaktif
terhadap self Ya Ya
Barrier seluler
dan kimia
- Kulit, epitel mukosa
- Molekul antimikrobial
- Limfosit pada epitel
- Antibodi yang
disekresikan pada
permukaan epitel
Protein darah Komplemen dan yang lainnya Antibodi
Sel Fagosit (makrofag, neutrofil), sel
NK Limfosit
2.3.2 Antigen dan Antibodi
Antigen adalah zat apapun yang secara spesifik berikatan dengan
molekul antibodi atau reseptor sel T. Walaupun semua antigen dapat
dikenali oleh limfosit yang spesifik atau antibodi, tetapi hanya beberapa
antigen saja yang mampu mengaktifasi limfosit. Molekul antigen yang
15
mampu menstimulasi respon imun ini disebut dengan immunogen (Abbas
et al., 2012).
Antibodi adalah protein tersirkulasi yang diproduksi oleh sel B di
sumsum tulang belakang sebagai respon terhadap rangsangan imunogen
(Abbas et al., 2012 ; Baratawidjaja dan Iris Renggaris, 2009). Antibodi
mampu mengenali antigen yang berasal hampir dari setiap molekul
biologis, termasuk metabolit sekunder sederhana, gula, lipid, autacoid, dan
hormon, serta makromolekul seperti karbohidrat, fosfolipid, asam nukleat,
dan protein. Hal ini berbanding terbalik dengan sel T yang lebih utama
mengenali peptida (Abbas et al., 2012).
Baratawidjaja dan Iris Renggaris (2009) menjelaskan bahwa ketika
darah dibiarkan membeku maka akan meninggalkan serum yang
mengandung berbagai bahan larut tanpa sel. Bahan tersebut mengandung
molekul antibodi yang disebut globulin yang sekarang dikenal sebagai
immunoglobulin. Dua ciri yang penting dari imunoglobulin (Ig) adalah
spesifitas dan aktivitas biologiknya, sedangkan fungsi utamanya adalah
untuk mengikat antigen dan menghantarkannya ke sistem efektor
pemusnahan. Ig dibentuk oleh sel plasma yang berasal dari proliferasi sel
B yang terjadi setelah kontak dengan antigen. Antibodi yang terbentuk
secara spesifik akan mengikat antigen baru lainnya yang sejenis. Ada 5
jenis imunoglobulin, yaitu IgM, IgG, IgE, IgA, dan IgD. Berikut ini adalah
kelas dan sifat dari kelima jenis imunoglobulin tersebut :
16
Tabel 2.6 Kelas dan sifat imunoglobulin (Abbas et al., 2012 ; Baratawidjaja
dan Iris Renggaris, 2009)
Sifat utama Fungsi Ikatan sel
IgG
Paling banyak ditemukan
dalam cairan tubuh
terutama ekstravaskular
untuk memerangi
mikroorganisme dan
toksinnya
Opsonisasi
antibody-dependent
cell-mediated
cytotoxicity
(ADCC)
Aktivasi
komplemen
Imunitas neonatal
Mononuklear,
Limfosit,
Neutrofil,
Trombosit
IgA
Ig utama dalam sekresi
serumukosa untuk menjaga
permukaan luar tubuh
Imunitas mukosal Limfosit,
Neutrofil
IgM
Merupakan aglutinator
yang sangat efektif,
diproduksi dini pada
respon imun, menjadi
pertahanan terdepan
terhadap bakterimia
Aktivasi komplemen
Naive B cell antigen
receptor
Limfosit,
Reseptor sel B
IgD Umumnya ditemukan pada
permukaan limfosit - Reseptor sel B
IgE
Pengerahan agen anti
mikrobial, meningkat pada
infeksi parasit, berperan
pada gejala alergi
Menimbulkan alergi,
syok anafilaksis
Pertahanan terhadap
parasit
Sel mast,
Basofil,
Limfosit
2.3.3 Leukosit
Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti dan disebut juga
sel darah putih. Didalam darah manusia normal didapati jumlah leukosit
17
rata-rata 4.500 – 11.000 setiap mikroliter darah. Dilihat dengan mikroskop
cahaya, sel darah putih mempunyai granula spesifik (granulosit) yang
dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, mempunyai bentuk inti
yang bervariasi, dan sitoplasmanya homogen (Abbas et al., 2012 ; Effendi,
2003).
Leukosit terbagi atas dua kelompok, yaitu leukosit granulosit
polimorfonukleus (sel yang mengandung granula dan mempunyai banyak
bentuk nukleus) dan agranulosit mononukleus (sel tanpa granula dan satu
nukleus). Jenis leukosit granulosit yaitu neutrofil, basofil dan eosinofil,
sedangkan jenis leukosit agranulosit yaitu limfosit dan monosit
(Sherwood, 2001). Masing – masing jenis leukosit tersebut memiliki
fungsi yang beragam terkait dengan imunitas non-spesifik maupun
imunitas spesifik sehingga membuat leukosit memiliki peranan yang
sangat penting bagi pertahanan tubuh terhadap antigen dan infeksi.
Jumlah leukosit yang terlalu tinggi dalam darah disebut dengan
leukocytosis, sedangkan jika jumlahnya terlalu rendah disebut dengan
leukopenia. Leukositosis selain dapat disebabkan karena terjadinya infeksi
oleh bakteri atau virus dalam tubuh, tetapi juga dapat terjadi karena reaksi
peradangan atau inflamasi seperti pada rheumatoid arthritis. Dalam suatu
kasus, peningkatan leukosit yang ekstrim dapat menjadi indikasi penyakit
leukemia. Leukopenia dapat terjadi karena beberapa hal seperti defisiensi
imun, kerusakan hati, atau kerusakan limpa (Vieira, 2011).
18
2.3.4 Monosit
Monosit secara klasik didefinisikan sebagai sel sirkulasi darah yang
membentuk sekitar 10% dari leukosit perifer pada manusia dan sekitar 4%
dari leukosit pada tikus. Monosit darah mulai berkembang di sumsum
tulang, kemudian dilepaskan ke sirkulasi perifer sebagai sel utuh. Waktu
paruh monosit di sirkulasi perifer diperkirakan sekitar tiga hari pada
manusia dan satu hari pada tikus (Yona dan Jung, 2009). Abbas et al.
(2012) menyatakan bahwa jumlah monosit dalam darah orang dewasa
adalah 0 – 800 per µL darah, dan monosit yang berada dalam sirkulasi
merupakan sel yang belum lengkap berdiferensiasi, monosit ini akan
masuk ke dalam jaringan (biasanya karena terjadi pajanan antigen),
kemudian akan mengalami pematangan dan menjadi makrofag sehingga
monosit sering disebut sebagai prekursor makrofag.
Jumlah monosit yang lebih tinggi dari normal disebut dengan
monocytosis. Monositosis dapat terjadi karena berbagai kondisi seperti
inflamasi, stres, atau penyakit autoimun. Jumlah monosit yang rendah
disebut monocytopenia. Monositopenia merupakan suatu bentuk dari
leukopenia (Vieira, 2011).
2.3.5 Limfosit
Sebanyak 20% dari total leukosit dalam sirkulasi darah orang
dewasa adalah limfosit yang terdiri atas sel T dan sel B yang mampu
mengenal antigen serta membedakannya dari sel jaringan sendiri sehingga
limfosit menjadi kunci pengontrol sistem imun (Baratawidjaja dan Iris
19
Renggaris, 2009). Abbas et al. (2012) menyatakan bahwa jumlah total
limfosit pada orang dewasa yang sehat adalah sekitar 5 × 1011
(2% ada
dalam darah, 10% di sumsum tulang, 15% dalam jaringan limfoid mukosa
saluran pencernaan dan pernafasan, dan 65% di organ limfoid terutama
kelenjar getah bening dan limpa). Sel limfosit merupakan sel yang
berperan utama dalam sistem imun spesifik, sel T pada imunitas seluler,
dan sel B pada imunitas humoral.
Tingginya jumlah limfosit dari nilai normal biasanya dapat menjadi
indikasi seseorang terkena infeksi antigen yang patogen, sedangkan jumlah
limfosit yang lebih rendah dari nilai normal (lymphocytopenia) dapat
disebabkan karena beberapa hal seperti stres, malnutrisi, atau invasi virus
seperti HIV, lymphocytopenia dapat menyebabkan kemampuan tubuh
untuk mengenali dan menyerang antigen patogen menjadi menurun
(Vieira, 2011).
2.3.6 lmunisasi
Imunisasi adalah prosedur untuk meningkatkan derajat imunitas,
memberikan imunitas protektif dengan menginduksi respon memori
terhadap patogen/toksin tertentu dengan menggunakan preparat antigen
nonvirulen/nontoksik. Terdapat dua jenis imunisasi, yaitu imunisasi
alamiah dan imunisasi buatan. Imunisasi alamiah merupakan imunisasi
yang diperoleh manusia sejak lahir berupa antibodi yang didapatkan dari
plasenta dan kolostrum ibu, disebut dengan imunisasi alamiah pasif,
sedangkan imunisasi alamiah aktif berasal dari luar tubuh yang berupa
20
infeksi kuman yang dapat merangsang respon imun dan sel memori.
Imuniasi buatan terdiri dari imunisasi buatan aktif dan imunisasi buatan
pasif. Imunisasi buatan aktif berarti mendapatkan kekebalan dengan cara
diberikan vaksin hidup / dilemahkan / dimatikan, sedangkan imunisasi
buatan pasif terjadi bila seseorang menerima antibodi / produk sel dari
orang lain yang telah mendapatkan imunisasi aktif (Baratawidjaja dan Iris
Renggaris, 2009).
Imunisasi bertujuan untuk memberikan imunitas yang efektif
dengan menciptakan ambang mekanisme efektor imun yang sesuai dan
adekuat, beserta populasi sel memori yang dapat berkembang cepat pada
kontak baru dengan antigen dan memberikan proteksi terhadap infeksi
(Baratawidjaja dan Iris Renggaris, 2009).
2.3.7 Metode Hemaglutinasi Untuk Deteksi Antibodi pada Serum
Haemagglutination Antibody (HA) merupakan suatu metode yang
digunakan untuk menemukan antibodi atas dasar aglutinasi sel darah
merah (Baratawidjaja dan Iris Renggaris, 2009). Sebagai antigen dalam
metode HA pada mencit dapat digunakan sel darah merah domba (SDMD)
karena mudah diperoleh dan dapat diukur, bersifat cukup stabil, lisis dari
SDMD dapat dilihat, dan dapat dibuat dengan mudah (Achyat et al.,
2007).
Achyat et al. (2007) menjelaskan bahwa reaksi aglutinasi
dikatakan positif bila endapan sel darah merah tersebar merata menutupi
seluruh atau sebagian besar dinding dasar tabung. Aglutinasi terjadi karena
21
adanya suatu reaksi antibodi dalam serum dengan sel darah merah yang
dijadikan sebagai antigen. Reaksi antigen – antibodi ini terjadi dengan
permukaan yang luas hingga dalam uji hemaglutinasi terlihat hingga
menutupi seluruh atau sebagian dasar tabung. Reaksi aglutinasi negatif
dapat diketahui dengan terlihatnya sel darah merah yang berkumpul di
dasar tabung dan berbentuk seperti kancing. Hal ini dapat terjadi karena
tidak adanya antibodi dalam serum sehingga tidak terjadi ikatan antara
antibodi dan antigen yang membuat sel darah merah hanya mengendap
(karena pengaruh gaya berat) dan berkumpul di tengah – tengah dasar
tabung.
22
BAB III
KERANGKA KONSEP
Sistem Imun
Non-spesifik
↑ (monosit →
makrofag)
Spesifik
↑ Antibodi ↑ Limfosit
Kurma
Tahnik
↑ Efektivitas opsonisasi,
aktivasi komplemen,
mekanisme Antibody-
Dependent Cell-mediated
Cytotoxicity (ADCC)
↑ Efektifitas
pengenalan dan
penyerangan antigen
Membunuh antigen berupa
virus / bakteri yang terdapat
dalam cairan tubuh
Antigen berupa virus /
bakteri dapat dikenali,
pembentukan memori
Antigen (virus
/ bakteri)
Antigen berupa virus / bakteri
dieliminasi dari dalam tubuh,
sel memori terbentuk
Tidak terjadi infeksi berlanjut
↑ Derajat imunitas
23
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Animal House FKIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, laboratorium Bioavaibility &
Bioequivalency (PBB) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, laboratorium
Drug Research & Development (PDR) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
dan laboratorium Microbiology & Medicinal Chemistry (MBC) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Juli sampai September 2012.
4.2 Subjek Penelitian
4.2.1 Populasi
Hewan uji dalam penelitian ini adalah mencit (Mus musculus) galur
DDY jenis kelamin jantan dengan berat rata – rata antara 20 – 25 gram
yang terbagi dalam 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif, kelompok
kontrol positif, dan kelompok perlakuan. Masing – masing kelompok
terdiri dari 6 mencit.
4.2.2 Sampel
Kurma yang digunakan adalah kurma ajwa yang diperoleh dari
Thamra PT Duta Karimah yang telah bekerja sama dengan Thamra Al
Tumur Trading Est, Riyadh – Saudi Arabia sebagai distributor produk
kurma internasional. Kurma ajwa dipilih karena merupakan jenis kurma
24
dengan kualitas terbaik yang hanya dapat tumbuh di kota madinah, dan
merupakan kurma kesukaan Rasulullah SAW.
Gambar 4.1 Kurma Ajwa yang digunakan dalam penelitian (Dokumentasi Pribadi, 26-06-
2012)
4.3 Alat dan Bahan
4.3.1 Alat
Kandang & tempat pakan mencit, timbangan digital (gram dan
miligram), dispenser & spuit, beaker glass, gelas ukur, ose, cotton bud
modifikasi, gunting bedah, pipet leukosit, microplate 96 wells, eppendorf
tube, eppendorf tube 13 mL, vacutainer tube EDTA, Incubator Bath,
centrifuge, Laminar Air Flow, mikropipet 0,5 – 20 µL, mikropipet 20 –
200 µL, mikropipet 1000 µL, white tip, yellow tip, blue tip, kaca objek,
mikroskop (Olympus), pipet tetes, cawan petri, hemasitometer (Improved
Naubauer).
25
Hari Ke-2
Hari Ke-8
Hari Ke-15
Hari Ke-22
Hari Ke-23
Hari Ke-27
Hari Ke-30
4.3.2 Bahan
Mencit galur DDY jenis kelamin jantan dengan berat rata – rata 20
– 25 gr berjumlah 18 ekor (Institut Pertanian Bogor), pakan mencit,
akuades, kurma ajwa (Thamra), vaksin typhoid (GlaxoSmithKline), bakteri
Salmonella typhi (Mikrobiologi UI), K2HPO4, KH2PO4, NaCl, darah
domba (Mikrobiologi UI), asam asetat glasial, larutan gentian violet,
pewarna giemza, buffer fosfat pH 6,8 – 7,2.
4.4 Alur Penelitian
Gambar 4.2 Alur Penelitian
Periode
Perlakuan
Periode Infeksi
Salmonella
typhi (Uji
Tantang)
Pemberian
i.p. SDMD
20% 0,1 mL
Jumlah total
leukosit
Persentase
monosit
Persentase
limfosit
Titer antibodi Diinfeksi dengan
Salmonella typhi
% Survival rate
Hari Ke-0
26
4.5 Prosedur Kerja
4.5.1 Persiapan Hewan Coba
Mencit – mencit diaklimasi di dalam laboratorium Animal House
FKIK UIN Syarif Hidayatullah selama satu minggu pada suhu kamar
antara 25 – 270C dengan ventilasi udara dan cahaya yang cukup. Mencit
dipelihara di dalam kandang plastik bertutup dan dialas dengan sekam.
Masing – masing kandang berisi 6 mencit dan diberi label kelompok 1, 2,
dan 3 pada masing – masing kandang. Di dalam kandang, mencit diberi
makan berupa pellet secara terkontrol dan minum aquadest yang diberikan
secara ad libitum. Setiap hari mencit ditimbang untuk mengontrol berat
badan mencit tetap pada range 20 – 25 gr. Kandang serta tempat makan
dan minum dibersihkan, dan alas sekam diganti sedikitnya dua kali
seminggu (Smith, 1988).
4.5.2 Dosis dan Perlakukan Uji Respon Imun Mencit
Tabel 4.1 Dosis dan Perlakukan Uji Respon Imun Mencit
Kelompok Perlakuan Dosis Rute
Pemberian
Waktu
Pengambilan
Darah
Kelompok I
(Kontrol
negatif)
Hanya
diberi
makan dan
minum.
- - Hari ke-0, 2, 8,
15, dan 22
Kelompok II
(Kontrol
positif)
Diberi
vaksin
Typhoid.
2,19 µL 1 kali pada hari ke-1
i.m. Hari ke-0, 2, 8, 15, dan 22
Kelompok III
Diberi
kurma tahnik.
225 mg 1x
sehari selama 14 hari
oral Hari ke-0, 2, 8,
15, dan 22
27
4.5.3 Perhitungan Dosis
a) Dosis kurma tahnik
Jumlah sampel kurma tahnik yang diberikan kepada kelompok
perlakuan didasarkan kepada hadits Rasulullah SAW. Berdasarkan hadits
tersebut, dosis kurma untuk tahnik seorang anak yang baru lahir / bayi
adalah sebanyak 1 butir kurma (berat rata – rata untuk 1 butir kurma ajwa
tanpa biji adalah 7 gr). Dosis tahnik untuk bayi berdasarkan hadits
Rasulullah SAW tersebut akan dikonversikan ke dalam dosis mencit
menggunakan rumus Crawford – Terry Rourke (perbandingan luas
permukaan tubuh) sebagai berikut :
Db =
x Dm
Keterangan :
Db = dosis bayi (gr)
Dm = dosis mencit (gr)
LPTb = luas permukaan tubuh bayi (m2)
LPTm = luas permukaan tubuh mencit 20 gr (m2)
Untuk mendapatkan luas permukaan tubuh rata – rata bayi baru
lahir terlebih dahulu harus mendapatkan data berat badan (W) dan tinggi
badan bayi (H), selanjutnya nilai W dan H tersebut akan dirubah menjadi
nilai luas permukaan tubuh bayi (LPTb) menggunakan Moesteller
Formula (Furqan dan Haque, 2009).
28
Tabel 4.2 Indeks rata – rata berat badan & tinggi badan balita sesuai
dengan usianya (Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia)
Umur Berat (kg) Tinggi (cm)
Standar 80% Standar Standar 80% Standar
Lahir 3,4 2,7 50,5 40,5
0 – 1 Bulan 4,3 3,4 55 43,5
2 Bulan 5 4 58 46
3 Bulan 5,7 4,5 60 48
4 Bulan 6,3 5 62,5 49,5
5 Bulan 6,9 5,5 64,5 51
6 Bulan 7,4 5,9 66 52,5
7 Bulan 8 6 67,5 54
8 Bulan 8,4 6,3 69 55,5
9 Bulan 8,9 7,1 70,5 56,5
10 Bulan 9,3 7,4 72 57,5
11 Bulan 9,6 7,7 73,5 58,5
12 Bulan 9,9 7,9 74,5 60
15 Bulan 10,6 8,5 78 62,5
18 Bulan 11,3 9 81,5 65
21 Bulan 11,9 9,6 84,5 67,5
24 Bulan 12,4 9,9 87 69,5
27 Bulan 12,9 10,5 89,5 71,5
30 Bulan 13,5 10,8 92 73,5
33 Bulan 14 11,2 94 75
36 Bulan 14,5 11,6 96 77
39 Bulan 15 12 98 78,5
42 Bulan 15,5 12,4 99,5 79,5
45 Bulan 16 12,9 101,5 81,5
48 Bulan 16,5 13,2 103,5 82,5
51 Bulan 17 13,6 105 84
54 Bulan 17,4 14 107 85,5
57 Bulan 17,9 14,4 108 86,5
60 Bulan 18,4 14,7 109 87
Dari tabel indeks rata – rata berat badan & tinggi badan balita
sesuai dengan usia diatas didapatkan nilai berat badan bayi (W) = 3,4 kg
dan tinggi badan bayi (H) = 50,5 cm. Nilai W dan H selanjutnya diproses
29
dengan Moesteller Formula untuk mendapatkan nilai luas permukaan
tubuh bayi (LPTb) sebagai berikut :
LPTb = √
= √
= 0,218 m2
Luas permukaan tubuh bayi baru lahir (LPTb) yang didapatkan adalah
0,218 m2. Luas permukaan tubuh mencit yang memiliki berat 20 gr
(LPTm) adalah 0,007 m2 (Reagan-Shaw et al., 2007).
Db =
x Dm
7 =
x Dm
7 = 31,14 x Dm
Dm = 0,225 gr
Keterangan :
Db = dosis bayi (gr)
Dm = dosis mencit (gr)
LPTb = luas permukaan tubuh bayi (m2)
LPTm = luas permukaan tubuh mencit 20 gr (m2)
Jadi, banyaknya kurma yang digunakan dalam perlakuan kepada hewan
coba (mencit) adalah sebesar 225 mg /hari.
30
b) Dosis Vaksin Typhoid
Dosis vaksin typhoid adalah 0,5 mL bagi anak umur dua tahun ke
atas dan dewasa. Konversi dosis vaksin dari orang dewasa ke mencit
dilakukan dengan menggunakan rumus Crawford – Terry Rourke
(perbandingan luas permukaan tubuh) dengan terlebih dahulu mengetahui
luas permukaan tubuh orang dewasa (LPTd) dan luas permukaan tubuh
mencit (LPTm).
Luas permukaan tubuh orang dewasa (LPTd) dengan berat rata –
rata 60 kg adalah 1,6 m2 dan luas permukaan tubuh mencit yang memiliki
berat 20 gr (LPTm) adalah 0,007 m2 (Reagan-Shaw et al., 2007). Konversi
dosis adalah sebagai berikut :
Dd =
x Dm
0,5 =
x Dm
0,5 = 228,57 x Dm
Dm = 0,00219 mL
Keterangan :
Dd = dosis orang dewasa (mL)
Dm = dosis mencit (mL)
LPTd = luas permukaan tubuh orang dewasa (m2)
LPTm = luas permukaan tubuh mencit 20 gr (m2)
Jadi, dosis vaksin typhoid yang diberikan kepada mencit adalah 2,19 µL.
31
4.5.4 Pembuatan dan Pemberian Sampel Kurma Tahnik
Pembuatan sampel kurma tahnik didasarkan pada hadits Rasulullah
SAW. Pertama – tama sebutir kurma tanpa biji dikunyah dalam mulut
sampai halus, kemudian hasil kunyahan dimuntahkan ke dalam beaker
glass dan ditimbang sesuai dosis. Kurma tahnik dioleskan perlahan – lahan
ke langit – langit mulut mencit menggunakan cotton bud hasil modifikasi
yang ujungnya dilapisi plastik tipis yang tidak menyerap cairan.
4.5.5 Pengambilan Darah Mencit
Pengambilan darah mencit dilakukan melalui ekor dengan cara
memotong ujung ekor mencit sepanjang 1 cm. Darah yang keluar segera
dihisap menggunakan mikropipet dan ditampung dalam vacutainer tube
yang telah mengandung EDTA hingga terkumpul sebanyak minimal 0,1
mL. Pengambilan darah selanjutnya dilakukan dengan cara memotong
bekas ekor yang telah terpotong sebelumnya sepanjang 2 – 3 mm untuk
mencegah trauma pada mencit (Hoff, 2000). Darah dalam vacutainer tube
digunakan untuk perhitungan jumlah total leukosit serta persentase
monosit dan limfosit darah.
4.5.6 Perhitungan Jumlah Total Leukosit
Leukosit dihitung menggunakan alat hemositometer dengan
pengenceran 1:20. Larutan pengencer berupa larutan Turk (1 mL asam
asetat glasial, 1 mL larutan gentian violet, add 100 mL akuades) yang
berfungsi sebagai pelisis sel darah merah dan pewarna leukosit. Untuk
32
memperoleh pengenceran 1:20, darah dihisap ke dalam pipet leukosit
sampai batas 0,5 lalu diisi dengan larutan pengencer sampai tanda 11. Dua
sampai tiga tetes pertama larutan dibuang, kemudian satu tetes diteteskan
pada kamar hitung dan dibiarkan menetap selama 3 menit. Sediaan
kemudian diperiksa dengan mikroskop perbesaran 40x. Penghitungan
dilakukan terhadap leukosit yang terdapat dalam persegi 1,2,3,4 atau
kamar hitung hemocytometer. Sel yang menempel di garis pemisah
sebelah kiri dan di garis atas kotak persegi ikut dihitung, sel yang
menempel di kedua sisi kotak lain tidak ikut dihitung (Anandika, 2011 ;
Triana dan Nurhidayat, 2006 ; Kulisic et al., 2006). Jumlah leukosit
dihitung per mm3 dengan rumus sebagai berikut :
Jumlah total leukosit per mm3 =
=
= 50 N
Keterangan :
N = Jumlah total leukosit dari 4 kamar hitung
4.5.7 Perhitungan Persentase Monosit dan Limfosit Darah
Sampel darah segar diteteskan pada gelas objek dan dibuat preparat
apus. Setelah dibiarkan mengering di udara, preparat apus kemudian
difiksasi dengan metanol selama 5 menit. Preparat kemudian diwarnai
dengan pewarna giemza dengan pengenceran 1:9 selama 30 menit (buffer
33
fosfat pH 6,8 – 7,2). Selanjutnya preparat dicuci dengan aquades dan
dibiarkan mengering. Setelah kering preparat diperiksa dibawah
mikroskop dengan perbesaran 100x dengan dibubuhi minyak emersi pada
permukaan sediaan apus tersebut. Pertama – tama dihitung sampai 100 sel
leukosit, kemudian dari 100 sel leukosit tadi dihitung jumlah monosit dan
limfosit, lalu ditentukan persentase monosit dan limfosit dari total 100
leukosit tersebut dengan rumus sebagai berikut (Handajani dan Ruben,
2009) :
4.5.8 Pengukuran Titer Antibodi
a) Pembuatan Larutan PBS pH 7,2
K2HPO4 ditimbang sebanyak 9,35 gr, KH2PO4 sebanyak 3,45 gr,
dan NaCl sebanyak 4,5 gr. Semua bahan dilarutkan dalam 1000 mL
akuades, kemudian diukur pH larutan hingga mencapai 7,2 (Achyat et al.,
2008).
b) Pembuatan Suspensi Sel Darah Merah Domba (SDMD)
Darah domba disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 10
menit. Supernatan yang berupa plasma dibuang dengan pipet, kemudian
ditambahkan larutan PBS pH 7,2 sebanyak tiga kali volume SDMD yang
tersisa. Tabung dibolak – balik agar tersuspensi rata, kemudian
34
disentrifugasi kembali dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit, lalu
supernatan dibuang. Pencucian dilakukan sebanyak 3 – 4 kali hingga
diperoleh larutan yang benar – benar jernih pada supernatannya. Pada
pencucian terakhir semua supernatan dibuang. SDMD yang terdapat dalam
tabung merupakan suspensi SDMD 100% (Achyat et al., 2008).
c) Pengumpulan Serum dari Darah Mencit
Darah mencit diambil melalui ekor dengan cara memotong ujung
ekor mencit. Darah yang keluar segera dihisap menggunakan mikropipet
dan ditampung dalam tabung eppendorf kosong hingga terkumpul
sebanyak minimal 0,1 mL. Darah yang terdapat dalam tabung eppendorf
didiamkan pada suhu kamar selama 1 – 2 jam, kemudian disentrifugasi
dengan kecepatan 5000 rpm selama 10 menit, supernatan (serum) lalu
diisolasi menggunakan alat suntik steril (Sasmito et al., 2006). Serum
disimpan pada suhu -200C sampai saat digunakan untuk perhitungan titer
antibodi dengan metode hemaglutinasi.
d) Pengukuran Titer Antibodi dengan Metode Hemaglutinasi
(Achyat et al., 2007 ; Vaghasiya et al., 2010)
1) Melakukan dekomplementasi / inaktivasi serum pada suhu 560
C
selama 30 menit untuk mencegah lisis sel darah merah domba
(SDMD) yang dapat mengaburkan reaksi hemaglutinasi.
2) Mikroplate diberi label pada sumur – sumurnya dengan nomor 1
– 12.
35
3) 50 µL PBS ditambahkan ke dalam sumur nomor 2 – 12,
sedangkan sumur nomor satu dibiarkan kosong.
4) 100 µL serum yang telah diinaktivasi ditambahkan ke dalam
sumur nomor satu.
5) 50 µL serum dari sumur nomor satu diambil, lalu ditambahkan ke
dalam sumur nomor dua, kemudian dihomogenkan.
6) 50 µL serum dari sumur nomor dua diambil, lalu ditambahkan ke
ke dalam sumur nomor tiga, kemudian dihomogenkan. Begitu
seterusnya sampai sumur nomor 12 sehingga didapatkan 12 seri
pengenceran dengan kelipatan dua, yaitu 1:1, 1:2, 1:4, 1:8, 1:16,
1:32, 1:64, 1:128, 1: 256, 1:512, 1:1024, dan 1:2048.
7) 1% SDMD sebanyak 50 µL ditambahkan ke dalam semua sumur
nomor 1 – 12, kemudian dihomogenkan, lalu disimpan pada suhu
kamar selama dua jam.
8) Nilai titer antibodi ditentukan dari pengenceran tertinggi yang
masih memperlihatkan terjadinya hemaglutinasi. Angka hasil
pembacaan titer yang berupa deret ukur dikonversikan ke dalam
deret hitung dengan rumus sebagai berikut :
4.5.9 Uji Tantang
Pada hari ke-23 penelitian, semua mencit pada masing – masing
kelompok diinfeksi dengan bakteri Salmonella typhi secara intraperitoneal
dengan dosis 105 CFU/mL (Besung, 2011), kemudian dilakukan
2 log (titer) + 1
36
pengamatan persentase survival rate pada masing – masing kelompok
selama satu minggu setelah infeksi diberikan.
Pembuatan dan pemberian bakteri Salmonella typhi dengan dosis
105 CFU/mL adalah sebagai berikut : stok kultur bakteri Salmonella typhi
yang telah diremajakan sebelumnya diambil dengan menggunakan ose
steril, kemudian disuspensikan ke dalam tabung yang berisi 10 mL larutan
NaCl 0,9% sampai diperoleh suspensi dengan konsentrasi bakteri 109
CFU/mL yang memiliki nilai absorban 0,164. Pengukuran nilai absorban
menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 600 nm, nilai
absorban 0,164 mempunyai kerapatan sel bakteri sekitar 109
CFU/mL
(Harni et al., 2007). Dari suspensi tersebut dipipet sebanyak 1 mL dan
dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL, kemudian ditambah NaCl 0,9%
sampai garis tanda, konsentrasi suspensi bakteri menjadi 108
CFU/mL.
Sebanyak 1 mL dari suspensi bakteri 108
CFU/mL diambil dengan spuit,
kemudian ditambah NaCl 0,9% sampai garis tanda, konsentrasi suspensi
bakteri menjadi 107
CFU/mL. Begitu seterusnya hingga didapatkan
konsentrasi suspensi bakteri 105 CFU/mL.
Persentase survival rate mencit dinilai berdasarkan lamanya mencit
bertahan hidup dalam masing – masing kelompok (Sawitri, 2008) selama 7
hari.
4.6 Analisa Data
Data jumlah total leukosit, persentase jumlah monosit, dan
persentase limfosit darah mencit dianalisis secara statistik menggunakan
37
perangkat lunak SPSS 20 for Windows dengan metode uji two-way
repeated measure ANOVA untuk mengetahui apakah terdapat kelompok
yang mengalami perubahan rata – rata hasil hitung jumlah total leukosit,
persentase jumlah monosit dan limfosit darah secara signifikan
dibandingkan kelompok lain selama periode perlakuan, kemudian
dilanjutkan dengan metode One – Way ANOVA (diteruskan dengan uji
BNT) terhadap data perubahan rata – rata hasil hitung tersebut pada
periode perlakuan selama satu hari, satu minggu, dan dua minggu untuk
mengetahui kelompok mana yang mengalami perubahan jumlah total
leukosit pada masing – masing periode perlakuan.
Data titer hemaglutinasi antibodi mencit dianalisis dengan metode
uji one – way ANOVA menggunakan perangkat lunak SPSS 20 for
Windows untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan /
jelas antara rata – rata titer semua kelompok data, kemudian dilanjutkan
dengan Post Hoc Test (Tukey test dan Bonferroni test) untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan yang nyata / signifikan antara masing – masing
kelompok data tersebut.
Data hasil pengamatan persentase survival rate dianalisis dengan
metode Kaplan – Meier menggunakan perangkat lunak SPSS 20 for
Windows untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan
antara persentase survival rate dari ketiga kelompok perlakuan.
38
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
5.1.1 Hasil dan Analisa Data Jumlah Total Leukosit Mencit
Tabel 5.1 Hasil Hitung Total Leukosit Mencit (sel/µL)
Kelompok Ulangan Hari Ke-0 Hari Ke-2 Hari Ke-8 Hari Ke-15
I
1 27100 24675 22275 24550
2 18775 20900 18450 19525
3 16875 15750 14875 14025
4 11375 11250 13975 12675
5 9175 10350 12325 10300
6 8800 8100 10475 9800
II
1 11700 13550 12500 11900
2 6300 10000 9900 7975
3 9400 11100 11675 9950
4 11400 12650 11750 10375
5 17375 22150 14825 17025
6 14500 13800 14175 13400
III
1 12350 10900 8700 12450
2 12750 12100 9200 14350
3 12850 12600 9200 14800
4 16500 15900 14450 19000
5 13350 14300 9700 14900
6 17350 19200 18300 22050
Keterangan :
Kelompok I : kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum)
Kelompok II : kontrol positif (pemberian vaksin typhoid)
Kelompok III : pemberian kurma tahnik
Tabel 5.2 Rata - Rata Jumlah Total Leukosit Mencit (sel/µL) Selama
Periode Perlakuan (Mean ± SD)
Kelompok Hari Ke-0 Hari Ke-2 Hari Ke-8 Hari Ke-15
I 15350 ±
7056,24
15171 ±
6513,03
15396 ±
4303,15
15146 ±
5779,91
II 11779 ±
3861,3
13875 ±
4308,22
12471 ±
1800,52
11771 ±
3160,67
III 14192 ±
2157,87
14166 ±
3025,01
11592 ±
3912,85
16258 ±
3554,63
39
Keterangan :
Kelompok I : kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum)
Kelompok II : kontrol positif (pemberian vaksin typhoid)
Kelompok III : pemberian kurma tahnik
Gambar 5.1 Grafik Rata- Rata Jumlah Total Leukosit Selama Periode Perlakuan
Tabel 5.3 Hasil Analisa Data Jumlah Total Leukosit Mencit dengan
Metode Uji Two-Way Repeated Measure ANOVA
Metode Uji Sum of Square
Tipe III df Mean Square f Signifikansi
Asumsi Bulat 64450538,19 6 10741756,37 6,472 0
Greenhouse-
Geisser 64450538,19 3,717 17340704,84 6,472 0,001
Huynh-Feldt 64450538,19 4,786 13465388,62 6,472 0
Lower-bound 64450538,19 2 32225269,1 6,472 0,009
* Hasil Analisa Dapat Dilihat Selengkapnya Pada Lampiran 1
Hasil analisa data jumlah total leukosit mencit dengan two – way
repeated measure ANOVA menunjukkan hasil yang signifikan pada
semua metode tafsirannya (p < 0,05) yang berarti bahwa ada pengaruh
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
Hari Ke-0 Hari Ke-2 Hari Ke-8 Hari Ke-15
Kelompok I (kontrolnegatif)
Kelompok II (kontrolpositif)
Kelompok III (pemberiankurma tahnik)
40
yang signifikan antara perlakuan (kelompok) dengan perubahan jumlah
total leukosit yang terjadi selama periode perlakuan, atau secara sederhana
dapat diartikan bahwa terdapat kelompok yang mengalami perubahan
jumlah total leukosit secara signifikan selama periode perlakuan.
Hasil analisa dengan two – way repeated measure ANOVA hanya
menunjukkan secara umum bahwa terdapat kelompok yang mengalami
perubahan jumlah total leukosit secara signifikan dibandingkan kelompok
lain selama periode perlakuan, namun tidak dapat menunjukkan kelompok
mana yang mengalami perubahan tersebut. Analisa dilanjutkan dengan
metode One – Way ANOVA (diteruskan dengan uji BNT) terhadap data
perubahan jumlah total leukosit pada periode perlakuan selama satu hari,
satu minggu, dan dua minggu untuk mengetahui kelompok mana yang
mengalami perubahan jumlah total leukosit pada masing – masing periode
perlakuan tersebut.
Tabel 5.4 Hasil Analisa Data Jumlah Total Leukosit Mencit dengan
Metode Uji One – Way ANOVA yang Dilanjutkan Uji BNT pada Masing
– Masing Periode Perlakuan
Periode
Perlakuan
Signifikansi
ANOVA
Notasi BNT
Kelompok I
(Kontrol
Negatif)
Kelompok II
(Kontrol
Positif)
Kelompok III
(Pemberian
Kurma Tahnik)
Satu Hari 0,049 a b a
Satu Minggu 0,072 - - -
Dua Minggu 0,041 a a b
Keterangan :
Notasi BNT yang Sama Dalam Satu Baris Periode Perlakuan (Contoh : a,a atau b,b
atau c,c) Menunjukkan Tidak Ada Perbedaan Nyata / Signifikan (p > 0,05)
41
Notasi BNT yang Berbeda Dalam Satu Baris Periode Perlakuan (Contoh : a,b atau
a,c atau b,c) Menunjukkan Perbedaan Nyata / Signifikan (p < 0,05)
Kelompok I Dijadikan Sebagai Pembanding Karena Tidak Mengalami Perubahan
(Mean Relatif Konstan Selama Periode Perlakuan)
Hasil Analisa Dapat Dilihat Selengkapnya Pada Lampiran 2
Hasil analisa data pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa pada periode
perlakuan selama satu hari dan dua minggu terdapat kelompok yang
mengalami perubahan jumlah total leukosit secara signifikan dibandingkan
kelompok lain pada periode yang sama (signifikansi ANOVA < 0,05).
Tidak terdapat kelompok yang mengalami perubahan jumlah total leukosit
secara signifikan pada periode perlakuan selama satu minggu (p > 0,05)
sehingga uji BNT tidak dilanjutkan pada periode ini. Pada periode
perlakuan selama satu hari, perubahan jumlah total leukosit kelompok II
(kontrol positif) berbeda signifikan dengan perubahan jumlah total leukosit
kelompok I (kontrol negatif) dan kelompok III (pemberian kurma tahnik)
(p < 0,05). Perubahan jumlah total leukosit pada kelompok II ini adalah
berupa peningkatan jumlah total leukosit dengan mean difference sebesar
2275 dan 2121 masing - masing terhadap kelompok I dan kelompok III.
Jumlah total leukosit kelompok III mengalami perubahan yang
berbeda signifikan dengan perubahan jumlah total leukosit kelompok I dan
kelompok II setelah dua minggu periode perlakuan (p < 0,05). Perubahan
jumlah total leukosit yang terjadi pada kelompok III ini adalah berupa
peningkatan jumlah total leukosit dengan mean difference sebesar 2271
dan 2075 masing - masing terhadap kelompok I dan kelompok II.
Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa kelompok II (kontrol
positif) mengalami peningkatan jumlah total leukosit yang berbeda
42
signifikan dibandingkan kelompok I dan kelompok III setelah satu hari
perlakuan, sedangkan kelompok III (pemberian kurma tahnik) mengalami
peningkatan jumlah total leukosit yang berbeda signifikan dibandingkan
kelompok I dan kelompok II setelah dua minggu perlakuan.
5.1.2 Hasil dan Analisa Data Persentase Monosit Mencit
Tabel 5.5 Hasil Hitung Persentase Monosit Mencit (%)
Kelompok Ulangan Hari Ke-0 Hari Ke-2 Hari Ke-8 Hari Ke-15
I
1 2 2 2 3
2 0,5 0,5 0,5 0
3 1,5 1,5 1,5 1
4 1,5 1,5 1 1
5 1,5 1,5 1 1
6 1,5 1 1 1
II
1 7 2,5 3 2
2 7 2 2 1,5
3 4 1 1 0,5
4 10 4 4 2
5 4 1 0,5 0,5
6 5 1,5 2 0,5
III
1 12 3,5 5 3
2 5 2 3 2
3 3 2 2 1
4 5 2 3 1,5
5 4 3 3 2,5
6 6 2 2 1,5
Keterangan :
Kelompok I : kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum)
Kelompok II : kontrol positif (pemberian vaksin typhoid)
Kelompok III : pemberian kurma tahnik
Tabel 5.6 Rata - Rata Persentase Monosit Mencit Selama Periode
Perlakuan (Mean ± SD)
Kelompok Hari Ke-0 Hari Ke-2 Hari Ke-8 Hari Ke-15
I 1,42 ± 0,492 1,33 ± 0,516 1,17 ± 0,516 1,17 ± 0,983
II 6,17 ± 2,317 2 ± 1,14 2,08 ± 1,281 1,17 ± 0,753
III 5,17 ± 3,545 2,42 ± 0,665 3 ± 1,095 1,92 ± 0,736
43
Keterangan :
Kelompok I : kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum)
Kelompok II : kontrol positif (pemberian vaksin typhoid)
Kelompok III : pemberian kurma tahnik
Gambar 5.2 Grafik Rata- Rata Persentase Monosit Selama Periode Perlakuan
Tabel 5.7 Hasil Analisa Data Persentase Monosit Mencit dengan Metode
Uji Two-Way Repeated Measure ANOVA
Metode Uji Sum of Square
Tipe III df Mean Square f Signifikansi
Asumsi Bulat 43,021 6 7,17 7,709 0
Greenhouse-Geisser
43,021 2,316 18,576 7,709 0,003
Huynh-Feldt 43,021 2,723 15,801 7,709 0,002
Lower-bound 43,021 2 21,51 7,709 0,005
* Hasil Analisa Dapat Dilihat Selengkapnya Pada Lampiran 3
Hasil analisa data persentase monosit mencit dengan two – way
repeated measure ANOVA menunjukkan hasil yang signifikan pada
semua metode tafsirannya (p < 0,05) yang berarti bahwa ada pengaruh
yang signifikan antara perlakuan (kelompok) dengan perubahan persentase
0
1
2
3
4
5
6
7
Hari Ke-0 Hari Ke-2 Hari Ke-8 Hari Ke-15
Kelompok I (kontrolnegatif)
Kelompok II (kontrolpositif)
Kelompok III(pemberian kurmatahnik)
44
monosit yang terjadi selama periode perlakuan, atau dapat ditafsirkan
bahwa terdapat kelompok yang mengalami perubahan persentase monosit
secara signifikan selama periode perlakuan.
Analisa dilanjutkan dengan metode One – Way ANOVA
(diteruskan dengan uji BNT) terhadap data perubahan persentase monosit
pada periode perlakuan selama satu hari, satu minggu, dan dua minggu
untuk mengetahui kelompok mana yang mengalami perubahan persentase
monosit pada masing – masing periode perlakuan tersebut.
Tabel 5.8 Hasil Analisa Data Persentase Monosit Mencit dengan Metode
Uji One – Way ANOVA yang Dilanjutkan Uji BNT pada Masing –
Masing Periode Perlakuan
Periode
Perlakuan
Signifikansi
ANOVA
Notasi BNT
Kelompok I
(Kontrol
Negatif)
Kelompok II
(Kontrol
Positif)
Kelompok III
(Pemberian
Kurma Tahnik)
Satu Hari 0 a b b
Satu Minggu 0,003 a b ab
Dua Minggu 0,003 a b b
Keterangan :
Notasi BNT yang Sama Dalam Satu Baris Periode Perlakuan (Contoh : a,a atau b,b
atau c,c) Menunjukkan Tidak Ada Perbedaan Nyata / Signifikan (p > 0,05)
Notasi BNT yang Berbeda Dalam Satu Baris Periode Perlakuan (Contoh : a,b atau
a,c atau b,c) Menunjukkan Perbedaan Nyata / Signifikan (p < 0,05)
Kelompok I Dijadikan Sebagai Pembanding Karena Tidak Mengalami Perubahan
(Mean Relatif Konstan Selama Periode Perlakuan)
Hasil Analisa Dapat Dilihat Selengkapnya Pada Lampiran 4
Hasil analisa data pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa pada semua
periode perlakuan (satu hari, satu minggu, dan dua minggu) terdapat
45
kelompok yang mengalami perubahan persentase monosit secara
signifikan dibandingkan kelompok lain pada periode yang sama
(ANOVA’S p value < 0,05).
Pada periode perlakuan selama satu hari, perubahan persentase
monosit kelompok II (kontrol positif) dan kelompok III (pemberian kurma
tahnik) masing – masing berbeda signifikan dibandingkan dengan
perubahan persentase monosit kelompok I (kontrol negatif). Perubahan
persentase monosit yang terjadi pada kelompok II dan kelompok III ini
adalah berupa penurunan persentase monosit dengan masing – masing
mean difference sebesar 4,08 dan -2,67 terhadap kelompok I.
Pada periode perlakuan selama satu minggu, kelompok II
mengalami perubahan persentase monosit yang berbeda signifikan
dibandingkan dengan perubahan persentase monosit kelompok I (p <
0,05). Perubahan persentase monosit pada kelompok II ini adalah berupa
penurunan persentase monosit dengan mean difference sebesar -3,83
terhadap kelompok I. Kelompok III tidak mengalami perubahan persentase
monosit yang berbeda signifikan dibandingkan dengan perubahan
persentase monosit kelompok I dan kelompok II pada periode perlakuan
selama satu minggu (p > 0,05).
Perubahan persentase monosit kelompok II dan kelompok III
masing – masing berbeda signifikan dibandingkan dengan perubahan
persentase monosit kelompok I pada periode perlakuan selama dua
minggu. Perubahan persentase monosit yang terjadi pada kelompok II dan
kelompok III ini adalah berupa penurunan persentase monosit dengan
46
masing – masing mean difference sebesar 4,75 dan -3,00 terhadap
kelompok I.
Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa kelompok II (kontrol
positif) mengalami penurunan persentase monosit yang berbeda signifikan
dibandingkan kelompok I setelah satu hari perlakuan, satu minggu
perlakuan, dan dua minggu perlakuan, sedangkan kelompok III
(pemberian kurma tahnik) mengalami penurunan persentase monosit yang
berbeda signifikan dibandingkan kelompok I setelah satu hari dan dua
minggu perlakuan. Kelompok III tidak mengalami perubahan persentase
monosit yang berbeda signifikan dibandingkan kelompok I dan kelompok
II pada periode perlakuan selama satu minggu.
5.1.3 Hasil dan Analisa Data Persentase Limfosit Mencit
Tabel 5.9 Hasil Hitung Persentase Limfosit Mencit (%)
Kelompok Ulangan Hari Ke-0 Hari Ke-2 Hari Ke-8 Hari Ke-15
I
1 85 86 90 88
2 81,5 82 80 80
3 88 90 91 89
4 83 83 81,5 83
5 85 83,5 84 86
6 86 86,5 90 88
II
1 66,5 81,5 81 86,5
2 81 87,5 88 88,5
3 73,5 87 87 88,5
4 72,5 87 86,5 88
5 85,5 88 88,5 89
6 69,5 84,5 83 88
III
1 57,5 78,5 84 86,5
2 53,5 74 80 81,5
3 62,5 80,5 85 87,5
4 76 91,5 88,5 92
5 65,5 87 87 90,5
6 65,5 82 85,5 90,5
Keterangan :
Kelompok I : kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum)
47
Kelompok II : kontrol positif (pemberian vaksin typhoid)
Kelompok III : pemberian kurma tahnik
Tabel 5.10 Rata - Rata Persentase Limfosit Mencit Selama Periode
Perlakuan (Mean ± SD)
Kelompok Hari Ke-0 Hari Ke-2 Hari Ke-8 Hari Ke-15
I 84,8 ± 2,275 85,2 ± 2,944 86,1 ± 4,842 85,7 ± 3,502
II 74,8 ± 7,168 85,9 ± 2,478 85,7 ± 2,994 88,1 ± 0,861
III 63,4 ± 7,762 82,3 ± 6,219 85 ± 2,916 88,1 ± 3,826
Keterangan :
Kelompok I : kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum)
Kelompok II : kontrol positif (pemberian vaksin typhoid)
Kelompok III : pemberian kurma tahnik
Gambar 5.3 Grafik Rata- Rata Persentase Limfosit Selama Periode Perlakuan
Tabel 5.11 Hasil Analisa Data Persentase Limfosit Mencit dengan Metode
Uji Two-Way Repeated Measure ANOVA
Metode Uji Sum of Square
Tipe III df
Mean
Square f Signifikansi
Asumsi Bulat 1027,493 6 171,249 30,022 0
Greenhouse-Geisser
1027,493 3,183 322,801 30,022 0
Huynh-Feldt 1027,493 3,975 258,507 30,022 0
Lower-bound 1027,493 2 513,747 30,022 0
* Hasil Analisa Dapat Dilihat Selengkapnya Pada Lampiran 5
0
20
40
60
80
100
Hari Ke-0 Hari Ke-2 Hari Ke-8 Hari Ke-15
Kelompok I (kontrolnegatif)
Kelompok II (kontrolpositif)
Kelompok III (pemberiankurma tahnik)
48
Hasil analisa data persentase limfosit mencit dengan two – way
repeated measure ANOVA menunjukkan hasil yang signifikan pada
semua metode tafsirannya (p < 0,05) yang berarti bahwa ada pengaruh
yang signifikan antara perlakuan (kelompok) dengan perubahan persentase
limfosit yang terjadi selama periode perlakuan, atau dapat ditafsirkan
bahwa terdapat kelompok yang mengalami perubahan persentase limfosit
secara signifikan selama periode perlakuan.
Analisa dilanjutkan dengan metode One – Way ANOVA
(diteruskan dengan uji BNT) terhadap data perubahan persentase limfosit
pada periode perlakuan selama satu hari, satu minggu, dan dua minggu
untuk mengetahui kelompok mana yang mengalami perubahan persentase
limfosit pada masing – masing periode perlakuan tersebut.
Tabel 5.12 Hasil Analisa Data Persentase Limfosit Mencit dengan Metode
Uji One – Way ANOVA yang Dilanjutkan Uji BNT pada Masing –
Masing Periode Perlakuan
Periode
Perlakuan
Signifikansi
ANOVA
Notasi BNT
Kelompok I
(Kontrol
Negatif)
Kelompok II
(Kontrol
Positif)
Kelompok III
(Pemberian
Kurma Tahnik)
Satu Hari 0 a b c
Satu Minggu 0 a b c
Dua Minggu 0 a b c
Keterangan :
Notasi BNT yang Sama Dalam Satu Baris Periode Perlakuan (Contoh : a,a atau b,b
atau c,c) Menunjukkan Tidak Ada Perbedaan Nyata / Signifikan (p > 0,05)
Notasi BNT yang Berbeda Dalam Satu Baris Periode Perlakuan (Contoh : a,b atau
a,c atau b,c) Menunjukkan Perbedaan Nyata / Signifikan (p < 0,05)
Kelompok I Dijadikan Sebagai Pembanding Karena Tidak Mengalami Perubahan
(Mean Relatif Konstan Selama Periode Perlakuan)
49
Hasil Analisa Dapat Dilihat Selengkapnya Pada Lampiran 6
Hasil analisa data pada tabel 5.12 menunjukkan bahwa pada semua
periode perlakuan (satu hari, satu minggu, dan dua minggu) terdapat
kelompok yang mengalami perubahan persentase limfosit secara signifikan
dibandingkan kelompok lain pada periode yang sama (ANOVA’S p value <
0,05).
Pada periode perlakuan selama satu hari, perubahan persentase
limfosit kelompok II (kontrol positif) berbeda signifikan dibandingkan
dengan perubahan persentase monosit kelompok I (kontrol negatif).
Perubahan persentase monosit yang terjadi pada kelompok II ini adalah
berupa peningkatan persentase limfosit dengan mean difference sebesar
10,75 terhadap kelompok I. Perubahan persentase limfosit kelompok III
(pemberian kurma tahnik) berbeda signifikan dibandingkan dengan
perubahan persentase monosit kelompok I dan kelompok II. Perubahan
persentase monosit yang terjadi pada kelompok III ini adalah berupa
peningkatan persentase limfosit dengan mean difference masing – masing
sebesar 18,42 dan 7,67 terhadap kelompok I dan kelompok II.
Pada periode perlakuan selama satu minggu, perubahan persentase
limfosit kelompok II berbeda signifikan dibandingkan dengan perubahan
persentase monosit kelompok I. Perubahan persentase monosit yang terjadi
pada kelompok II ini adalah berupa peningkatan persentase limfosit
dengan mean difference sebesar 9,58 terhadap kelompok I. Perubahan
persentase limfosit kelompok III berbeda signifikan dibandingkan dengan
50
perubahan persentase monosit kelompok I dan kelompok II. Perubahan
persentase monosit yang terjadi pada kelompok III ini adalah berupa
peningkatan persentase limfosit dengan mean difference masing – masing
sebesar 20,25 dan 10,67 terhadap kelompok I dan kelompok II.
Setelah dua minggu periode perlakuan, persentase limfosit
kelompok II mengalami perubahan yang berbeda signifikan dibandingkan
dengan perubahan persentase monosit kelompok I. Perubahan persentase
monosit yang terjadi pada kelompok II ini adalah berupa peningkatan
persentase limfosit dengan mean difference sebesar 12,42 terhadap
kelompok I. Perubahan persentase limfosit kelompok III berbeda
signifikan dibandingkan dengan perubahan persentase monosit kelompok I
dan kelompok II. Perubahan persentase monosit yang terjadi pada
kelompok III ini adalah berupa peningkatan persentase limfosit dengan
mean difference masing – masing sebesar 23,75 dan 11,33 terhadap
kelompok I dan kelompok II.
Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa kelompok II (kontrol
positif) mengalami peningkatan persentase limfosit yang berbeda
signifikan dibandingkan kelompok I setelah satu hari perlakuan, satu
minggu perlakuan, dan dua minggu perlakuan, sedangkan kelompok III
(pemberian kurma tahnik) mengalami peningkatan persentase limfosit
yang berbeda signifikan dibandingkan kelompok I dan kelompok II setelah
satu hari perlakuan, satu minggu perlakuan, dan dua minggu perlakuan.
Peningkatan persentase limfosit yang paling besar pada kelompok III
terjadi setelah dua minggu periode perlakuan.
51
5.1.4 Hasil dan Analisa Data Titer Antibodi Mencit
Tabel 5.13 Titer Antibodi Mencit Setelah Dua Minggu Periode Perlakuan
Ulangan Kelompok
I II III
1 5 6 9
2 8 6 6 3 5 10 8
4 8 6 6
5 8 7 6
6 7 8 7
(Mean ± SD) 6,83 ± 1,472 7,17 ± 1,602 7 ± 1,265
Keterangan :
Kelompok I : kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum)
Kelompok II : kontrol positif (pemberian vaksin typhoid)
Kelompok III : pemberian kurma tahnik
Gambar 5.4 Grafik Rata – Rata Titer Antibodi Mencit Setelah Dua Minggu Periode
Perlakuan
Metode analisis yang digunakan adalah one – way ANOVA untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan / jelas antara rata –
rata titer semua kelompok data, kemudian dilanjutkan dengan uji Post Hoc
6,83
7,17
7
6
6,2
6,4
6,6
6,8
7
7,2
Kelompok I (kontrolnegatif)
Kelompok II (kontrolpositif)
Kelompok III (pemberiankurma tahnik)
52
(uji Tukey dan uji Bonferroni) untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan yang nyata / signifikan antara masing – masing kelompok data
tersebut. Hasil analisis titer antibodi mencit dengan metode one – way
ANOVA dapat dilihat selengkapnya pada lampiran 7.
Analisis test of homonegeity of variance menghasilkan p value
sebesar 0,828 (p > 0,05), yang berarti bahwa varian data dari ketiga
kelompok adalah sama sehingga data valid untuk dianalisis dengan uji
ANOVA. Analisis one – way ANOVA data titer antibodi mencit
menghasilkan p value sebesar 0,924 (p > 0,05). Hasil ini menunjukkan
bahwa rata – rata titer antibodi mencit tidak berbeda nyata / signifikan satu
sama lain. Post Hoc Test (Tukey test dan Bonferroni test) tidak dilanjutkan
karena hasil analisis data rata – rata titer antibodi mencit dengan metode
uji one – way ANOVA tidak menunjukkan perbedaan yang nyata /
signifikan.
5.1.5 Hasil dan Analisa Data Persentase Survival Rate Mencit
Tabel 5.14 Persentase Survival Rate Mencit Selama Satu Minggu Periode
Infeksi Bakteri Salmonella typhi
Kelompok Jumlah Mencit
yang Hidup
Jumlah Mencit
yang Mati
Waktu
Kematian
% Survival
Rate
I 4 2 Hari ke-1 dan
hari ke-2 66,7%
II 5 1 Hari ke-5 83%
III 5 1 Hari ke-2 83%
Keterangan :
Kelompok I : kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum)
Kelompok II : kontrol positif (pemberian vaksin typhoid)
Kelompok III : pemberian kurma tahnik
53
Gambar 5.5 Grafik % Survival Rate Mencit Selama Periode Infeksi Salmonella typhi
Data hasil pengamatan persentase survival rate dianalisis dengan
metode Kaplan – Meier menggunakan perangkat lunak SPSS 20.0 for
Windows untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan
antara persentase survival rate dari ketiga kelompok perlakuan. Hasil
analisis persentase survival rate dengan metode Kaplan – Meier dapat
dilihat selengkapnya pada lampiran 8.
Tabel 5.15 Nilai Rata – Rata (Mean) dan Nilai Tengah (Median) Survival
Time Mencit
Kelompok
Rata - rata Nilai Tengah
Estimasi Standar
Error
Tingkat
Kepercayaan 95% Estimasi Standar
Error
Tingkat
Kepercayaan
95% Lower
Bound
Upper
Bound
Lower
Bound
Upper
Bound
I 5,167 1,065 3,079 7,254 - - - -
II 6,667 0,304 6,07 7,263 - - - -
III 6,167 0,761 4,676 7,658 - - - -
66,7 %
83 % 83 %
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Kelompok I (kontrolnegatif)
Kelompok II (kontrolpositif)
Kelompok III (pemberiankurma tahnik)
54
Keterangan :
Kelompok I : kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum)
Kelompok II : kontrol positif (pemberian vaksin typhoid)
Kelompok III : pemberian kurma tahnik
Tabel 5.16 Level Signifikansi Persentase Survival Rate Mencit Antar
Kelompok Perlakuan
Metode Uji Chi-Square df Signifikansi
Log Rank (Mantel-Cox) 0,817 2 0,665
Breslow (Generalized Wilcoxon) 0,995 2 0,608
Tarone-Ware 0,905 2 0,636
Gambar 5.6 Kurva Kaplan – Meier Persentase Survival Rate Mencit Selama Periode
Infeksi Salmonella typhi
Tabel means and medians for survival time (tabel 5.15)
menunjukkan kemampuan waktu bertahan hidup dari masing – masing
55
kelompok. Dari tabel ini dapat dilihat bahwa kelompok II memiliki nilai
rata – rata survival time yang paling besar, sedangkan nilai rata – rata
survival time yang paling kecil dimiliki oleh kelompok I, sehingga dapat
disimpulkan bahwa kelompok II memiliki kemampuan waktu bertahan
hidup yang lebih lama melawan infeksi salmonella typhi dibandingkan
kelompok I dan kelompok III. Tabel 5.15 tidak dapat menunjukkan nilai
tengah (median) karena tidak ada kelompok yang memiliki persentase
survival rate lebih kecil dari 50%.
Hasil analisa data pada tabel 5.16 menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan dari persentase survival rate mencit antar
kelompok perlakuan (p > 0.05). Kurva Kaplan – Meier pada gambar 5.6
menggambarkan persentase survival rate dan juga nilai survival time
masing – masing kelompok perlakuan. Dari kurva ini dapat dilihat bahwa
kelompok I memiliki persentase survival rate yang paling kecil, sedangkan
kelompok II dan kelompok III memiliki persentase survival rate yang
sama hingga akhir pengamatan periode infeksi. Dari kurva ini juga dapat
dilihat perbedaan antara kelompok II dan kelompok III terletak pada nilai
survival time. Kelompok II memiliki nilai survival time yang lebih baik
dibandingkan kelompok III.
Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa kelompok II (kontrol
positif) memiliki kemampuan hidup yang lebih lama dibandingkan
kelompok I ( kontrol negatif) dan kelompok III (pemberian kurma tahnik),
namun persentase survival rate masing – masing kelompok tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan.
56
5.2 Pembahasan
5.2.1 Pembuatan dan Pemberian Kurma Tahnik
Pada penelitian ini, pembuatan dan pemberian kurma tahnik
didasarkan pada hadits Rasulullah SAW dengan tanpa menambah maupun
mengurangi sedikitpun metode yang telah dilakukan Rasulullah SAW
dalam hadits tersebut. Namun, terdapat beberapa hal yang menjadi
perhatian saat metode dalam hadist tersebut dijadikan metode dalam
penelitian ini, yaitu :
1) Tidak dilakukan karakterisasi pada pembuatan kurma tahnik.
Karakterisasi yang dimaksud mencakup tentang alasan pemilihan jenis
kurma yang digunakan, cara mengunyah kurma, lama waktu
pengunyahan kurma, waktu pengunyahan kurma, dan saliva yang
digunakan. Saliva yang digunakan dalam pembuatan kurma tahnik
tidak diukur secara kuantitatif baik jumlah maupun kandungannya
(contoh : kadar enzim yang dominan & jumlah mikroflora).
2) Pembuatan kurma tahnik tidak dilakukan secara aseptis.
3) Hewan yang digunakan sebagai subjek penelitian bukan merupakan
hewan yang baru lahir (bayi hewan).
Berdasarkan studi literatur, fungsi saliva dalam kunyahan kurma
(kurma tahnik) adalah sebagai pembawa. Kandungan gula pada kurma
terdiri atas fruktosa, glukosa, sukrosa, dan sedikit polisakarida (selulosa
dan pati) (Borchani, et al., 2010). De Almeida et al. (2008) menjelaskan
bahwa pada proses pengunyahan dalam mulut, kandungan polisakarida
(selulosa dan pati) pada kurma akan dipecah oleh enzim amilase (ptialin)
57
yang terdapat dalam saliva menjadi maltosa. Maltosa yang merupakan
gula sederhana (disakarida) akan lebih mudah dicerna dan diabsorbsi oleh
tubuh bayi yang sistem pencernaannya belum terbentuk dengan sempurna
(Mustofa dan Prabandari, 2010).
Di dalam mulut terdapat lebih dari 600 jenis spesies bakteri yang
280 jenis spesies bakteri diantaranya telah berhasil diidentifikasi dan diberi
nama (Dewhirst et al., 2010). Berbagai jenis bakteri ini dikenal sebagai
mikroflora oral. Proses pengunyahan kurma yang dilakukan dalam mulut
dapat secara tidak langsung membawa bakteri mikroflora oral untuk
masuk ke dalam hasil kunyahan kurma. Pemberian kunyahan kurma yang
mengandung bakteri mikroflora oral akan dapat merangsang respon imun
target karena sistem imun merespon bakteri mikroflora oral yang terdapat
dalam kunyahan kurma sebagai antigen, proses pengenalan antigen ini
dapat terus berlanjut hingga pembentukkan sel memori oleh sistem imun
(Abbas et al., 2012).
Kandungan gizi yang tinggi dalam kurma dapat menjadi medium
pertumbuhan yang baik bagi mikroorganisme. Balia et al. (2011)
menyatakan bahwa penambahan sari kurma pada produk fermentasi susu
kambing dapat meningkatkan kualitas produk karena bernilai gizi tinggi.
Kunyahan kurma pada tahnik dapat menjadi medium pertumbuhan yang
baik bagi mikroflora oral yang ikut bercampur dalam kunyahan kurma
sehingga kurma tahnik dapat menjadi sarana pengenalan antigen bagi
sistem imun target.
58
5.2.2 Efektivitas Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Jumlah Total
Leukosit Mencit
Leukosit atau sel darah putih merupakan komponen penting dari
sistem imun. Sel ini berperan pada imunitas non-spesifik dan imunitas
spesifik (Abbas et al., 2012). Nussler et al. (1999) menyatakan bahwa
leukosit dapat dikategorikan menjadi tiga grup utama, yaitu granulosit,
limfosit, dan monosit. Total Leukocyte Count (TLC) atau penghitungan
jumlah total leukosit merupakan salah satu cara untuk membantu diagnosa
berbagai penyakit infeksi, kerusakan jaringan, dan penyakit defisiensi
imun (Kamran et al., 2008 ; Vieira, 2011).
Peningkatan secara signifikan jumlah total leukosit kelompok
kontrol positif dibandingkan kelompok kontrol negatif dan kelompok
pemberian kurma tahnik sehari setelah pemberian vaksin merupakan
bagian dari respon imunitas. Vaksin yang diberikan melalui intramuskular
akan masuk ke dalam aliran sistemik dengan cepat (Workman, 1999). Di
dalam tubuh, zat ini akan dianggap sebagai antigen yang bersifat patogen
walaupun merupakan vaksin inaktif. Vaksin telah dibuat sedemikian rupa
hingga tidak dapat lagi menimbulkan penyakit, namun tetap
mempertahankan imunogenisitas dari mikroba yang dijadikan vaksin
tersebut (Abbas et al., 2012). Sistem imun kemudian akan memproduksi
sel darah putih lebih banyak dari biasanya sebagai respon dari masuknya
zat asing yang patogen. Hal ini sesuai dengan pernyataan Vieira (2011)
yang menyatakan bahwa jumlah total leukosit / sel darah putih akan
meningkat saat terjadi infeksi. Abbas et al. (2012) menyatakan bahwa
59
vaksin mikroba yang telah dilemahkan / diinaktivasi memiliki kemampuan
untuk merangsang respon imun non-spesifik dan spesifik baik humoral
maupun seluler sama seperti mikroba itu sendiri. Peningkatan jumlah total
leukosit sehari setelah vaksin diberikan merupakan suatu respon imunitas
yang berfungsi untuk mengeliminasi zat asing patogen dalam vaksin
tersebut yang dilanjutkan dengan pembentukkan memori oleh antibodi
(Abbas et al., 2012).
Pemberian kurma tahnik selama satu hari tidak mempengaruhi
jumlah total leukosit, sedangkan pemberian selama satu minggu
menurunkan jumlah total leukosit mencit. Robison dan Morgan (2001)
menyatakan bahwa penurunan jumlah leukosit dapat disebabkan oleh
serangan / invasi bakteri secara masif dan tiba – tiba pada jaringan yang
rusak / mengalami trauma sehingga membuat sistem imun bekerja dengan
mengerahkan mediator inflamasi dan sitokin pada jaringan yang rusak
tersebut, akibatnya jumlah leukosit jenis tertentu seperti neutrofil
berkurang dari sirkulasi darah. Trauma pada mencit dapat terjadi dalam
penelitian ini karena pengambilan darah yang dilakukan melalui ekor
dengan cara memotong sedikit ekor tersebut, namun infeksi yang terjadi
telah berusaha dicegah dengan cara membalut ekor mencit yang telah
dipotong dengan kasa yang telah diteteskan cairan antiseptik. Infeksi
masih mungkin dapat terjadi karena selama minggu pertama periode
perlakuan mencit selalu berusaha untuk menggerogoti balutan pada
ekornya sehingga balutan menjadi rusak dan menyebabkan luka menjadi
terbuka.
60
Pemberian kurma tahnik selama dua minggu meningkatkan jumlah
total leukosit dibandingkan dengan kontrol negatif dan kontrol positif
dengan perbedaan yang signifikan (p < 0,05). Peningkatan jumlah total
leukosit mencit mencapai batas maksimal (high end) normal value pada
mencit jantan. Normal value untuk jumlah total leukosit mencit jantan
adalah 8,4x103 – 16,1x10
3 sel/µL (The Jackson Laboratory, 2012). Vieira
(2011) menyatakan bahwa jumlah sel dari sistem imun yang berada pada
batas maksimal (high end) dari jumlah normal merupakan penanda sistem
imun memproduksi sel imun dalam jumlah yang cukup untuk siap
menghadapi infeksi. Hasil ini dapat dihubungkan dengan penelitian
Karasawa et al. (2011) yang menyatakan bahwa pemberian ekstrak air
kurma selama 30 hari kepada mencit mampu meningkatkan CD11, CD49,
dan CD4 mencit. CD11 merupakan antigen permukaan sel makrofag, dan
CD49 adalah antigen permukaan sel NK (Karasawa et al., 2011). CD4
adalah antigen permukaan dari sel limfosit T (Abbas et al., 2012). Sel
limfosit T merupakan bagian dari sel limfosit, dan sel limfosit merupakan
komponen dari leukosit, sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah CD4
berbanding lurus dengan jumlah limfosit, dan jumlah limfosit berbanding
lurus dengan jumlah leukosit.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian kurma tahnik
selama dua minggu mampu meningkatkan jumlah total leukosit
dibandingkan dengan pemberian kurma tahnik selama satu hari maupun
satu minggu, serta peningkatan yang terjadi berbeda signifikan
dibandingkan dengan kontrol negatif dan kontrol positif.
61
5.2.3 Efektivitas Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Persentase
Monosit Mencit
Monosit berperan penting dalam imunitas non-spesifik, sel ini akan
bergerak menuju jaringan yang mengalami trauma atau infeksi, kemudian
akan berdiferensiasi menjadi makrofag yang berperan sebagai fagosit
(Abbas et al., 2012).
Penurunan persentase monosit terjadi pada kelompok kontrol
positif setelah satu hari, satu minggu, dan dua minggu pemberian vaksin.
Siegrist (2008) menjelaskan bahwa terdapat tiga mekanisme efektor yang
dipicu oleh vaksin, yaitu antibodi, sel T CD4+, dan sel T CD8
+. Salah satu
dari mekanisme efektor ini, yaitu antibodi memiliki fungsi opsonisasi pada
bakteri (Abbas et al., 2012). Opsonisasi yang dilakukan oleh antibodi
melibatkan makrofag yang berfungsi untuk mengeliminasi bakteri
(antibodi meningkatkan clearance bakteri oleh makrofag). Makrofag
merupakan hasil diferensiasi monosit pada jaringan dan dapat menjalankan
fungsinya pada jaringan tersebut sampai berminggu – minggu,
meningkatnya jumlah makrofag dalam jaringan dapat menyebabkan
berkurangnya jumlah monosit dalam sirkulasi darah (Abbas et al., 2012).
Penurunan persentase monosit pada kelompok kontrol positif dapat terjadi
karena respon imunitas yang melibatkan antibodi dan sel makrofag akibat
pemberian vaksin.
Penurunan persentase monosit juga terjadi pada kelompok
pemberian kurma tahnik. Penurunan ini masih berada dalam range normal
persentase monosit untuk mencit jantan, yaitu 0,639% - 5,93% (The
62
Jackson Laboratory, 2012). Fraser dan Tilyard (2008) menyatakan bahwa
invasi masif dari infeksi bakteri dapat menurunkan jumlah monosit, namun
hal ini jarang terjadi, penurunan jumlah monosit tidak berpengaruh
signifikan secara klinis jika hasil hitung diferensial leukosit yang lain
berjumlah normal. Menurut Abbas et al. (2012), inflamasi akut yang
disebabkan oleh infeksi dan kerusakan jaringan dapat memancing monosit
dalam sirkulasi darah bergerak dalam jumlah besar untuk datang ke
jaringan yang rusak tersebut, kejadian ini juga dapat membuat jumlah
monosit dalam sirkulasi menjadi berkurang.
Selama periode perlakuan, resiko terjadinya infeksi pada mencit
telah diusahakan seminimal mungkin dengan cara membalut luka bekas
pengambilan darah pada ekor, menjaga kebersihan kandang, dan memberi
makan serta minum yang teratur. Mekanisme penurunan persentase
monosit selama periode perlakuan pemberian kurma tahnik masih belum
jelas karena belum dapat ditemukan literatur yang tepat. Penurunan
persentase monosit mungkin terjadi karena efek pemberian kurma tahnik
atau terjadi karena penyebab yang lain.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian kurma tahnik
dan pemberian vaksin menurunkan persentase monosit dalam sirkulasi
darah.
5.2.4 Efektivitas Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Persentase
Limfosit Mencit
Limfosit merupakan komponen penting dalam imunitas spesifik.
Sel ini terdiri dari limfosit B dan limfosit T yang masing – masing
63
berperan dalam imunitas humoral dan seluler. Limfosit akan bekerja
sebagai efektor yang berfungsi untuk mengeliminasi antigen, dan dapat
berdiferensiasi menjadi sel memori untuk mencegah infeksi berulang dari
antigen yang sama (Abbas et al., 2012).
Persentase limfosit kelompok kontrol positif mulai meningkat
signifikan sehari setelah pemberian vaksin, kemudian berada dalam jumlah
yang relatif sama selama satu minggu, dan kembali mengalami
peningkatan yang signifikan setelah dua minggu dibandingkan kontrol
negatif. Peningkatan persentase limfosit ini sesuai dengan penyataan
Siegrist (2008) yang menjelaskan bahwa terdapat tiga mekanisme efektor
yang dipicu oleh vaksin, yaitu antibodi, sel T CD4+, dan sel T CD8
+.
Antibodi merupakan produk dari sel limfosit B, sedangkan sel T CD4+ dan
sel T CD8+ adalah penanda antigen permukaan dari sel limfosit T (Abbas
et al., 2012). Sel limfosit B dan limfosit T merupakan bagian dari sel
limfosit. Pemberian vaksin telah memicu mekanisme efektor dari sel
limfosit sehingga persentase limfosit dalam sirkulasi menjadi meningkat
(Siegrist, 2008 ; Abbas et al., 2012).
Hasil analisa data kelompok pemberian kurma tahnik menunjukkan
peningkatan persentase limfosit yang berbeda signifikan dibandingkan
dengan kelompok kontrol negatif maupun kontrol positif selama periode
perlakuan satu hari, satu minggu, dan dua minggu. Peningkatan persentase
limfosit selama periode perlakuan pemberian kurma tahnik ini dapat
dihubungkan dan sejalan dengan pernyataan Karasawa et al. (2011) yang
menyatakan bahwa pemberian ekstrak air kurma mampu meningkatkan sel
64
T CD4 pada mencit. CD4 merupakan penanda antigen permukaan dari sel
limfosit T (Abbas et al., 2012) sehingga peningkatan sel T CD4 sama
dengan peningkatan sel limfosit. Peningkatan yang terjadi bukan
merupakan indikasi dari lymphocytosis karena jumlah limfosit tidak berada
diatas ambang batas persentase limfosit normal (Vieira, 2011). Normal
value untuk persentase limfosit mencit jantan adalah 48,4% - 91,6% (The
Jackson Laboratory, 2012). Peningkatan persentase limfosit selama
pemberian kurma tahnik dapat terjadi karena kurma memiliki kandungan
dua polifenol, yaitu chlorogenic acid dan caffeic acid yang telah terbukti
mampu meningkatkan jumlah sel T CD4 pada limpa mencit (Karasawa et
al., 2011).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian kurma tahnik
selama dua minggu mampu meningkatkan persentase limfosit paling tinggi
dibandingkan dengan pemberian kurma tahnik selama sehari maupun satu
minggu. Persentase limfosit setelah pemberian kurma tahnik selama dua
minggu berada pada batas maksimal (high end) normal value persentase
limfosit pada mencit jantan.
5.2.5 Efektivitas Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Titer
Antibodi Mencit
Imunitas humoral dimediasi oleh antibodi. Antibodi berfungsi
sebagai efektor dari respon humoral dengan cara mengikat dan
menetralisasi antigen, atau dengan cara memfasilitasi eliminasi antigen
tersebut agar dapat dihancurkan oleh sel fagosit (Dashputre dan Naikwade,
2010). Puri et al. (2000) menyatakan bahwa ekstrak etanol buah kurma
65
yang diberikan selama 7 hari kepada mencit dapat menstimulasi sistem
imun humoral mencit secara signifikan dilihat dari hasil perhitungan titer
Haemagglutinating Antibody (HA) dan plaque-forming cell (PFC) yang
digunakan sebagai parameter. Kurma tahnik adalah kurma yang dikunyah
dalam mulut sehingga mengandung saliva. Salah satu komponen dari
saliva adalah antibodi, yaitu imunoglubolin A (komponen antibodi
terbanyak) serta imunoglubolin G dan imunoglubolin M dalam jumlah
yang sedikit (De Almeida et al., 2008). Pemberian kurma tahnik
diharapkan dapat menstimulasi imunitas humoral pada mencit.
Uji hemaglutinasi antibodi (HA) dilakukan untuk mengetahui
efektivitas pemberian kurma tahnik terhadap respon imunitas humoral.
Analisa data titer antibodi kelompok yang mendapat perlakuan pemberian
kurma tahnik selama dua minggu tidak menunjukkan perbedaan yang
nyata / signifikan dibandingkan kontrol negatif maupun kontrol positif.
Titer antibodi kelompok perlakuan pemberian kurma tahnik yang
tidak meningkat berbeda dengan hasil penelitian Puri et al. (2000).
Perbedaan hasil ini dapat disebabkan karena penggunaan kurma tahnik
yang merupakan kurma utuh berbeda dengan ekstrak etanol kurma yang
digunakan oleh Puri et al. (2000). Imunoglubolin A, imunoglubolin G, dan
imunoglubolin M yang terdapat dalam saliva pada kurma tahnik
merupakan suatu bentuk imunisasi pasif, namun imunisasi pasif tidak
bertahan lama, dan hanya mampu melindungi tubuh selama antibodi yang
diberikan masih ada karena imunisasi ini tidak mampu menstimulasi sel
memori dari sistem imun (Abbas et al., 2012). Hasil ini menunjukkan
66
bahwa pemberian kurma tahnik selama dua minggu masih belum dapat
meningkatkan respon imun humoral pada mencit.
5.2.6 Efektivitas Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Persentase
Survival Rate Mencit yang Diinfeksi Bakteri Salmonella thypi
Salmonella tyhpi adalah bakteri gram negatif keluarga
Enterobacteriaceae yang permukaannya dilapisi oleh lapisan polisakarida.
Demam tifus yang disebabkan oleh bakteri ini masih menjadi masalah
kesehatan yang penting di berbagai belahan dunia dengan kejadian setiap
tahunnya diperkirakan mencapai 16 juta kasus dan menyebabkan 600.000
kematian (Park et al., 2002).
Pemberian kurma tahnik selama dua minggu dan pemberian vaksin
typhoid memiliki persentase survival rate yang sama terhadap infeksi
Salmonella tyhpi, serta persentase survival rate keduanya lebih besar
dibandingkan kontrol negatif. Namun, hasil analisa data menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan signifikan dari persentase survival rate antara
kelompok pemberian kurma tahnik, kelompok kontrol negatif, dan
kelompok kontrol positif.
Pemberian vaksin memicu sistem imun untuk membentuk sel
memori terhadap antigen yang terdapat dalam vaksin tersebut sehingga
dapat mencegah infeksi berulang. Pembentukkan sel memori dipicu oleh
mekanisme efektor dari antibodi (Abbas et al., 2012). Pada penelitian ini,
pemberian vaksin masih belum dapat melindungi kelompok mencit secara
100%.
67
Pemberian kurma tahnik tidak mampu membentuk sel memori
pada sistem imun seperti pemberian vaksin, namun dalam penelitian ini,
pemberian kurma tahnik selama dua minggu mampu meningkatkan jumlah
total leukosit dan persentase limfosit pada mencit. Leukosit terdiri atas
granulosit (neutrofil, basofil, dan eosinofil) dan agranulosit (limfosit dan
monosit) (Sherwood, 2001). Masing – masing jenis leukosit tersebut
memiliki fungsi yang beragam terkait dengan imunitas non-spesifik
maupun imunitas spesifik sehingga membuat leukosit memiliki peranan
yang sangat penting bagi pertahanan tubuh terhadap antigen dan infeksi.
Peningkatan leukosit dan limfosit yang signifikan pada kelompok
pemberian kurma tahnik dapat melindungi kelompok tersebut dari infeksi
Salmonella thypi dengan dosis LD50 (Besung, 2011).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian kurma tahnik
selama dua minggu mampu menghasilkan persentase survival rate yang
sama dengan pemberian vaksin thypoid terhadap infeksi Salmonella thypi.
Hasil analisa data menunjukkan bahwa persentase survival rate kelompok
kontrol negatif, kelompok kontrol positif, dan kelompok pemberian kurma
tahnik selama periode infeksi Salmonella thypi tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan.
68
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1) Pemberian kurma tahnik selama dua minggu meningkatkan jumlah
total leukosit mencit dibandingkan dengan pemberian kurma tahnik
selama satu hari maupun satu minggu.
2) Pemberian kurma tahnik selama satu hari, satu minggu, dan dua
minggu menurunkan persentase monosit mencit.
3) Pemberian kurma tahnik selama satu hari, satu minggu, dan dua
minggu meningkatkan persentase limfosit mencit, peningkatan
persentase limfosit mencit paling tinggi terjadi setelah pemberian
kurma tahnik selama dua minggu.
4) Titer antibodi mencit kelompok pemberian kurma tahnik selama
dua minggu tidak berbeda signifikan dengan titer antibodi mencit
kelompok kontrol negatif dan mencit kelompok kontrol positif,
pemberian kurma tahnik selama dua minggu tidak mempengaruhi
imunitas humoral mencit.
5) Persentase survival rate mencit kelompok kontrol negatif,
kelompok kontrol positif, dan kelompok pemberian kurma tahnik
69
tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan selama 7 hari
periode infeksi bakteri Salmonella thypi.
6.2 Saran
Penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pemberian kurma tahnik
yang telah dikarakterisasi sebelumnya terhadap sistem imun perlu
dilakukan. Karakterisasi pada pembuatan kurma tahnik perlu dilakukan
agar penelitian dapat dilanjutkan dengan karakterisasi kurma tahnik yang
sama pada setiap penelitian sehingga dapat meminimalisir variasi pada
data yang dapat membuat hasil penelitian menjadi bias. Karakterisasi pada
pembuatan kurma tahnik yang sebaiknya dilakukan yaitu menetapkan
derajat kehalusan kunyahan kurma dengan cara menetapkan kapan dan
berapa lama waktu pengunyahan kurma dilakukan, menetapkan berapa
jumlah dan kandungan (contoh : kadar enzim dominan, jumlah mikroflora)
saliva yang digunakan dalam setiap kunyahan kurma, serta melakukan
pembuatan kurma tahnik secara aseptis untuk meminimalisir kontaminasi
mikroorganisme yang tidak diinginkan. Hewan yang digunakan sebagai
subjek penelitian untuk penelitian praklinis sebaiknya adalah bayi hewan /
hewan yang baru lahir (contoh : bayi tikus, bayi kelinci). Penelitian lebih
lanjut mengenai apakah fungsi saliva yang terdapat dalam kunyahan
kurma (kurma tahnik) hanya sebagai pembawa dan tidak mempengaruhi
sistem imun target juga perlu dilakukan.
Pemilihan parameter dan penggunaan alat – alat modern penunjang
imunologi dapat dilakukan sehingga mampu menghasilkan data yang lebih
70
valid. Penelitian ini sebaiknya dapat dilanjutkan ke tingkat klinis untuk
mengetahui langsung bagaimana pengaruh pemberian kurma tahnik
terhadap sistem imun pada manusia.
71
DAFTAR PUSTAKA
Abbas A.K., A.H., Lichtman and Shiv Pillai. 2012. Cellular and Molecular
Immunology 7th Edition. USA : Elsevier.
Abdu, Suzan Bakr. 2011. The Protective Role Of Ajwa Date Against The
Hepatotoxicity Induced By Ochratoxin A. Egyptian Journal of Natural
Toxins. Vol 8(1,2). 1 – 15.
Abo-El-Soaud A.A., Assma Sabor, El-Sherbeny N.R.,El-Sayed I.B. 2004. Effect
of Date Palm (Phoenix dactylifera L.) Flavonoids on Hyperglycemia. The
Journal of The Second International Conference on Date Palm. 164 – 195.
Achyat, S.R., M. Sadikin, Sri Widia A. Jusman, Rusdi. 2008. Pengaruh
Pemberian Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.) Terhadap
Imunitas Humoral Tikus (Rattus nivergicus L.) Galur Wistar Melalui
Pengamatan Titer Antibodi Anti – SDMD. Jurnal Bahasa Alam Indonesia.
Vol 6 (4). 145 – 148.
Alebidi, Abdullah. 2008. Date Palm Basic Gallery.
[http://faculty.ksu.edu.sa/10439/Pages/dactylifera2.aspx] [26 Juni 2012].
Al-Shahib, W., Marshall, R.J. 2003. The Fruit of The Date Palm:Its Possible Use
as The Best Food for The Future?. International Journal of Food Sciences
and Nutrition. Vol 54:4. 247 – 259.
Anandika, D.W. 2011. Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) Menurunkan Jumlah
Leukosit pada Mencit Model Sepsis akibat Paparan Staphylococcus aureus.
CDK 183. Vol.38:2. 97 – 100.
Balia, R.L., Chairunnisa, H., Rachmawan, O., Wulandari, E. 2011. Derajat
Keasaman dan Karakteristik Organoleptik Produk Fermentasi Susu
Kambing dengan Penambahan Sari Kurma yang Diinokulasikan Berbagai
Kombinasi Starter Bakteri Asam Laktat. Jurnal Ilmu Ternak. Vol 11 (1). 49-
52.
Baratawidjaja, K.A., dan Iris Renggaris. 2009. Imunologi Dasar. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
Besung, I Nengah Kerta. 2011. Pengaruh Ekstrak Pegagan (Centella Asiatica)
dalam Meningkatkan Kapasitas Fagosit Makrofag Peritoneum Mencit
terhadap Salmonella typhi. Buletin Veteriner Udayana. Vol 3 (2). 71 – 78.
Bokhari, N.A., and Kahkashan Perveen. 2012. In Vitro Inhibition Potential of
Phoenix dactylifera L. Extracts on The Growth of Pathogenic Fungi.
Journal of Medicinal Plants Research. Vol 6(6). 1083-1088.
72
Borchani, C., Besbes, S., Blecker, C., Masmoudi, M., Baati, R., Attia, H. 2010.
Chemical Properties of 11 Date Cultivars and Their Corresponding Fiber
Extracts. African Journal of Biotechnology. Vol. 9 (26). 4096-4105.
Dashputre, N.L., Naikwade, N.S. 2010. Immunomodulatory Activity of Abutilon
Indicum linn on Albino Mice. International Journal of Pharma Sciences and
Research (IJPSR). Vol.1(3). 178-184.
De Almeida, P.D.V., Gregio, A.M.T., Machado, M.A.N., De Lima, A.A.S.,
Azevedo, L.R. 2008. Saliva Composition and Functions : A Comprehensive
Review. The Journal of Contemporary Dental Practice. Vol 9 (3). 1-11.
Depkes. 2012. Indeks rata – rata berat badan & tinggi badan balita berdasarkan
usia. [www.gizikia.depkes.go.id] [26 Juni 2012].
Dewhirst, F.E., Chen, T., Izard, J., Paster, B.J., Tanner, A.C.R., Yu, W.H.,
Lakshmanan, A., Wade, W.G. 2010. The Human Oral Microbiome. Journal
Of Bacteriology. Vol 192 (19). 5002–5017.
Effendi, Zukesti. 2003. Peranan Leukosit Sebagai Anti Inflamasi Alergik dalam
Tubuh. Universitas Sumatera Utara : Sumatera Utara.
Elberry A.A, Mufti, S.T., Al-Maghrabi, J.A., Abdel-Sattar, E.A., Ashour, O.M.,
S.A., Ghareib and Hisham A Mosli. 2011. Anti-inflammatory and
Antiproliferative Activities of Date Palm Pollen (Phoenix dactylifera) on
Experimentally-Induced Atypical Prostatic Hyperplasia in Rats. Journal of
Inflammation. 8:40. 1 – 13.
Elshibli, Sakina. 2009. Genetic Diversity and Adaptation of Date Palm (Phoenix
dactylifera L.). University of Helsinki. Helsinki.
Franz Augstburger et al. 2002. Organic Farming in the Tropics and Subtropics
(Date Palm). Naturland. Artikel 1.
Fraser, T., Tilyard, M. 2008. Complete Blood Count in Primary Care. Dunedin :
bpacnz
better medicine.
Furqan, M., Haque, A. 2009. Surface Area In Children: A Simple Formula.
Journal of Indian Pediatrics. Vol 46. 1085-1087.
Handajani, N.S., dan Ruben D. 2009. Pengaruh VCO terhadap Hitung Jenis
Leukosit, Kadar Glukosa dan Kreatinin Darah Mus musculus Balb/c
Hiperglikemi dan Tersensitisasi Ovalbumin. Jurnal Bioteknologi. Vol 6 (1).
1-10.
Harni, R., Munif, A., Supramana., Mustika, I. 2007. Suspensi Bakteri Endofit
Pengendali Nematoda Peluka Akar (Pratylenchus brachyurus) pada Nilam.
HAYATI Journal of Biosciences. Vol 14 (1). 7-12.
73
Hoof, Janet. 2000. Methods of Blood Collection in the Mouse. Lab Animal. Vol
29. Artikel No. 10.
Kamran, H., Naveed, D., Nazir, A., Hameed, M., Ahmed, M., Khan, U. 2008.
Role Of Total Leukocyte Count In Diagnosis Of Acute Appendicitis. Journal
of Ayub Med Coll Abbottabad. Vol 20 (3). 70-71.
Karasawa, K., Uzuhashi, Y., Hirota, M., Otani, H. 2011. A Matured Fruit Extract
of Date Palm Tree (Phoenix dactylifera L.) Stimulates the Cellular Immune
System in Mice. Journal of Agricultural Food Chemistry. Vol 59. 11287–
11293.
Khanavi M., Saghari Z., Mohammadirad A., Khademi R., Hadjiakhoondi A.,
Abdollahi M. 2009. Comparison of Antioxidant Activity and Total Phenols
of Some Date Varieties. DARU. Vol 17( 2). 104 – 108.
Kulisic, Z., Tambur, Z., Malicevic, Z., Bakrac, N.A., and Zorana Misic. 2006.
White Blood Cell Differential Count in Rabbits Artificially Infected with
Intestinal Coccidia. Journal of Protozoan Diseases. Vol 16. 42 – 50.
Malole MBM, Pramono CSU. 1989. Penggunaan Hewan-hewan Percobaan di
Laboratorium. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi dan Kebudayaan, Pusat Antar Universitas
Bioteknologi, IPB.
Montgomery, Douglas C. 1997. Design and Analysis of Experiments 4th Edition.
New York: John Wiley & Sons.
Mustofa, A., Prabandari, H. 2010. Pemberian Asi Eksklusif dan Problematika Ibu
Menyusui. Jurnal Studi Gender & Anak. Vol 5 (2). 215-226.
Nussler, A.K., Wittel, U.A., Nussler, N. C., Beger H.G. 1999. Leukocytes, The
Janus Cells in Inflammatory Disease. Langenbeck’s Arch Surgery. Vol 384.
222–232.
Park, J.H., Hong, J.J., Choi, E.S., Lee, J.W., Park, J.H. 2002. Efficacy of Purified
Vi Polysaccharide Typhoid Vaccine. Journal of Veterinary Science. Vol 3
(2). 67-70.
Perveen, K., Najat A. Bokhari and Dina A. W. Soliman. 2012. Antibacterial
Activity of Phoenix dactylifera L. Leaf and Pit Extracts Against Selected
Gram Negative and Gram Positive Pathogenic Bacteria. Journal of
Medicinal Plants Research. Vol 6(2). 296-300.
74
Puri, A., Sahai, R., Singh, K.L., Saxena, R.P., Tandon, J.S., Saxena, K.C. 2000.
Immunostimulant Activity of Dry Fruits and Plant Materials Used in Indian
Traditional Medical System for Mothers After Child Birth and Invalids.
Journal of Ethnopharmacology. Vol 71. 89–92.
Reagan-Shaw, S., Nihal, M., and Nihal Ahmad. 2007. Dose Translation from
Animal to Human Studies Revisited. The FASEB Journal. Vol 2. 659-661.
Robison, R.D., and Morgan, T. 2001. Acute Leukopenia A Case Study. Journal of
Laboratory Medicine. Vol 32 (6). 323-326.
Sasmito, Ediati, S. Mulyaningsih, E.K. Untari, dan Ratna Widyaningrum. 2006.
Aktivitas Imunostimulan Susu Kedelai terhadap Imunoglobulin (IgG, IgA)
dan Proliferasi Sel Limfosit Pada Mencit Balb/c yang Diinduksi Hepatitis
A. Majalah Farmasi Indonesia.Vol 17(3). 156 – 161.
Sawitri, Endang. 2008. Pengaruh Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum L.)
terhadap Survival Mencit Balb/c yang Menderita Listeriosis. Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan. Vol 1 (1). 7 – 13.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. EGC kedokteran :
Jakarta.
Siegrist, Claire-Anne. 2008. Vaccine Immunology. Saunders Elsevier. USA :
Elsevier.
Smith J.B., Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan, dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sumantri, Arif. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Kencana
Prenada.
The Jackson Laboratory. 2012. Mouse Phenome Database.
[www.phenome.jax.org] [1 Oktober 2012].
Triana, E., Nurhidayat, N. 2006. Pengaruh Pemberian Beras yang Difermentasi
oleh Monascus purpureus Jmba terhadap Darah Tikus Putih (Rattus Sp.)
Hiperkolesterolemia. Jurnal Biodiversitas. Vol 7 (4). 317 – 321.
Vaghasiya, J., M. Datani, K. Nandkumar, S. Malaviya, N. Jivani. 2010.
Comparative Evaluation Of Alcoholic And Aqueous Extracts of Ocimum
sanctum For Immunomodulatory Activity. International Journal on
Pharmaceutical and Biological Research. Vol. 1(1). 25-29.
Vieira, Karen. 2011. Improving Abnormal Result. Special Report.
Workman, Barbara. 1999. Safe Injection Techniques. Journal of Nursing
Standard. Vol 13 (39). 47-53.
75
Yona, S., Jung, S. 2009. Monocytes: Subsets, Origins, Fates and Functions.
Department of Immunology, The Weizmann Institute of Science, Rehovot,
Israel. Article 1.
76
Lampiran 1. Hasil Analisa Data Jumlah Total Leukosit Mencit dengan
Metode Uji Two-Way Repeated Measure ANOVA
Tujuan : Untuk mengetahui apakah terdapat kelompok yang mengalami
perubahan rata – rata hasil hitung jumlah total leukosit secara
signifikan dibandingkan kelompok lain selama periode perlakuan.
Hipotesis
Ho : perubahan rata – rata hasil hitung jumlah total leukosit antar kelompok
selama periode perlakuan tidak berbeda signifikan
Ha : perubahan rata – rata hasil hitung jumlah total leukosit antar kelompok
selama periode perlakuan ada perbedaan yang signifikan
Pengolahan data dengan α = 0,05
Pengambilan keputusan :
Jika signifikansi > α, maka Ho diterima dan Ha ditolak
Jika signifikansi < α, maka Ha diterima dan Ho ditolak
Mauchly’s Test of Sphericity
Within
Subject
Effect
Mauchly’s
W
Approx.
Chi
Square
df Signifikansi
Epsilon
Greenhouse
-Geisser
Huynh
-Feldt
Lower-
bound
Leukosit 0,26 18,506 5 0,002 0,619 0,798 0,333
77
Hasil Uji Two-Way Repeated Measure ANOVA
Metode Uji Sum of Square
Tipe III df Mean Square f Signifikansi
Asumsi Bulat 64450538,19 6 10741756,37 6,472 0
Greenhouse-Geisser
64450538,19 3,717 17340704,84 6,472 0,001
Huynh-Feldt 64450538,19 4,786 13465388,62 6,472 0
Lower-bound 64450538,19 2 32225269,1 6,472 0,009
Hasil Signifikansi < 0,05
Kesimpulan : ada perbedaan yang signifikan pada perubahan rata – rata hasil
hitung jumlah total leukosit antar kelompok selama periode perlakuan
Gambar 7.1 Grafik Rata – Rata Jumlah Total Leukosit Selama Periode Perlakuan
78
Lampiran 2. Hasil Analisa Data Jumlah Total Leukosit Mencit dengan
Metode Uji One – Way ANOVA yang Dilanjutkan Uji BNT pada Masing –
Masing Periode Perlakuan
Tujuan : Untuk mengetahui kelompok mana yang mengalami perubahan jumlah
total leukosit secara signifikan dibandingkan kelompok lain pada
periode perlakuan selama satu hari, satu minggu, dan dua minggu
Hipotesis
Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan jumlah total
leukosit antar kelompok pada masing – masing periode perlakuan selama
satu hari, satu minggu, dan dua minggu
Ha : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan jumlah total leukosit
antar kelompok pada masing – masing periode perlakuan selama satu hari,
satu minggu, dan dua minggu
Pengolahan data dengan α = 0,05
Pengambilan keputusan :
Jika signifikansi > α, maka Ho diterima dan Ha ditolak
Jika signifikansi < α, maka Ha diterima dan Ho ditolak
79
2.1 Periode Satu Hari
Uji Homogenitas Varian
Levene Statistic df1 df2 Signifikansi
0,424 2 15 0,662
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Signifikansi
Between Groups 19394652,78 2 96977326,389 3,718 0,049 Within Groups 39124791,67 15 2608319,444 Total 58519444,44 17
Hasil Signifikansi One-Way ANOVA < 0,05
Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan jumlah total
leukosit antar kelompok pada periode perlakuan selama satu hari
Uji BNT (Beda Nyata Terkecil)
Mean
Difference
Standar
Error Signifikansi
Tingkat Kepercayaan
95%
Lower
Bound
Upper
Bound
Kelompok I Kelompok II -2275* 932,43757 0,028 -4262,4436 -287,5564 Kelompok III -154,167 932,43757 0,871 -2141,6103 1833,277 Kelompok II Kelompok I 2275* 932,43757 0,028 287,5564 4262,4436 Kelompok III 2120,833* 932,43757 0,038 133,3897 4108,277 Kelompok III Kelompok I 154,167 932,43757 0,871 -1833,277 2141,6103 Kelompok II -2120,833* 932,43757 0,038 -4108,277 -133,3897
Hasil Signifikansi BNT
Kelompok I dengan kelompok II < 0,05
Kelompok I dengan kelompok III > 0,05
Kelompok II dengan kelompok III < 0,05
80
Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan jumlah total
leukosit antara kelompok I dengan kelompok II, dan antara kelompok II dengan
kelompok III pada periode perlakuan selama satu hari
Gambar 7.2 Grafik Perubahan Jumlah Total Leukosit Pada Periode Perlakuan Selama Satu Hari
2.2 Periode Satu Minggu
Uji Homogenitas Varian
Levene Statistic df1 df2 Signifikansi
1,135 2 15 0,348
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Signifikansi
Between Groups 36505208,33 2 18252604,17 3,161 0,072 Within Groups 86612604,17 15 5774173,611 Total 123117812,5 17
Hasil Signifikansi One-Way ANOVA > 0,05
Kesimpulan : Tidak ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan jumlah
total leukosit antar kelompok pada periode perlakuan selama satu minggu
81
Uji BNT tidak perlu dilanjutkan
Gambar 7.3 Grafik Perubahan Jumlah Total Leukosit Pada Periode Perlakuan Selama Satu
Minggu
2.3 Periode Dua Minggu
Uji Homogenitas Varian
Levene Statistic df1 df2 Signifikansi
1,947 2 15 0,177
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Signifikansi
Between Groups 19001319,44 2 9600569,722 3,968 0,041 Within Groups 35912187,5 15 2394145,833 Total 54913506,94 17
Hasil Signifikansi One-Way ANOVA < 0,05
Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan jumlah total
leukosit antar kelompok pada periode perlakuan selama dua minggu
82
Uji BNT (Beda Nyata Terkecil)
Mean
Difference
Standar
Error Signifikansi
Tingkat Kepercayaan
95%
Lower
Bound
Upper
Bound
Kelompok I Kelompok II -195,833 893,33567 0,829 -2099,9332 1708,2666 Kelompok III -2270,833* 893,33567 0,023 -4174,9332 -366,7334 Kelompok II Kelompok I 195,833 893,33567 0,829 -1708,2666 2099,9332 Kelompok III -2075* 893,33567 0,035 -3979,0999 -170,9001 Kelompok III Kelompok I 2270,833* 893,33567 0,023 366,7334 4174,9332 Kelompok II 2075* 893,33567 0,035 170,9001 3979,0999
Hasil Signifikansi BNT
Kelompok I dengan kelompok II > 0,05
Kelompok I dengan kelompok III < 0,05
Kelompok II dengan kelompok III < 0,05
Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan jumlah total
leukosit antara kelompok I dengan kelompok III, dan antara kelompok II dengan
kelompok III pada periode perlakuan selama dua minggu
Gambar 7.4 Grafik Perubahan Jumlah Total Leukosit Pada Periode Perlakuan Selama Dua Minggu
83
Lampiran 3. Hasil Analisa Data Persentase Monosit Mencit dengan Metode
Uji Two-Way Repeated Measure ANOVA
Tujuan : Untuk mengetahui apakah terdapat kelompok yang mengalami
perubahan rata – rata hasil hitung persentase monosit secara signifikan
dibandingkan kelompok lain selama periode perlakuan.
Hipotesis
Ho : perubahan rata – rata hasil hitung persentase monosit antar kelompok selama
periode perlakuan tidak berbeda signifikan
Ha : perubahan rata – rata hasil hitung persentase monosit antar kelompok selama
periode perlakuan ada perbedaan yang signifikan
Pengolahan data dengan α = 0,05
Pengambilan keputusan :
Jika signifikansi > α, maka Ho diterima dan Ha ditolak
Jika signifikansi < α, maka Ha diterima dan Ho ditolak
Mauchly’s Test of Sphericity
Within
Subject
Effect
Mauchly’s
W
Approx.
Chi
Square
df Signifikansi
Epsilon
Greenhouse
-Geisser
Huynh
-Feldt
Lower-
bound
Monosit 0,027 49,471 5 0 0,386 0,454 0,333
84
Hasil Uji Two-Way Repeated Measure ANOVA
Metode Uji Sum of Square
Tipe III df Mean Square f Signifikansi
Asumsi Bulat 43,021 6 7,17 7,709 0
Greenhouse-Geisser 43,021 2,316 18,576 7,709 0,003
Huynh-Feldt 43,021 2,723 15,801 7,709 0,002
Lower-bound 43,021 2 21,51 7,709 0,005
Hasil Signifikansi < 0,05
Kesimpulan : ada perbedaan yang signifikan pada perubahan rata – rata hasil
hitung persentase monosit antar kelompok selama periode perlakuan
Gambar 7.5 Grafik Rata – Rata Persentase Monosit Selama Periode Perlakuan
85
Lampiran 4. Hasil Analisa Data Persentase Monosit Mencit dengan Metode
Uji One – Way ANOVA yang Dilanjutkan Uji BNT pada Masing – Masing
Periode Perlakuan
Tujuan : Untuk mengetahui kelompok mana yang mengalami perubahan
persentase monosit secara signifikan dibandingkan kelompok lain
pada periode perlakuan selama satu hari, satu minggu, dan dua
minggu
Hipotesis
Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase
monosit antar kelompok pada masing – masing periode perlakuan selama
satu hari, satu minggu, dan dua minggu
Ha : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase monosit
antar kelompok pada masing – masing periode perlakuan selama satu hari,
satu minggu, dan dua minggu
Pengolahan data dengan α = 0,05
Pengambilan keputusan :
Jika signifikansi > α, maka Ho diterima dan Ha ditolak
Jika signifikansi < α, maka Ha diterima dan Ho ditolak
86
4.1 Periode Satu Hari
Uji Homogenitas Varian
Levene Statistic df1 df2 Signifikansi
3,838 2 15 0,045
Robust Test of Equality of Means
Statistik df1 df2 Signifikansi
Welch 32,128 2 6,879 0 Brown-Forsythe 7,109 2 6,577 0,023
Hasil Signifikansi < 0,05
Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase
monosit antar kelompok pada periode perlakuan selama satu hari
Uji BNT (Beda Nyata Terkecil)
Mean
Difference
Standar
Error Signifikansi
Tingkat Kepercayaan
95%
Lower
Bound
Upper
Bound
Kelompok I Kelompok II 4,0833* 1,09966 0,002 1,7395 6,4272 Kelompok III 2,6667* 1,09966 0,028 0,3228 5,0105 Kelompok II Kelompok I -4,0833* 1,09966 0,002 -6,4272 -1,7395 Kelompok III -1,4167 1,09966 0,217 -3,7605 0,9272 Kelompok III Kelompok I -2,6667* 1,09966 0,028 -5,0105 -0,3228 Kelompok II 1,4167 1,09966 0,217 -0,9272 3,7605
Hasil Signifikansi BNT
Kelompok I dengan kelompok II < 0,05
Kelompok I dengan kelompok III < 0,05
Kelompok II dengan kelompok III > 0,05
Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase
monosit antara kelompok I dengan kelompok II, dan antara kelompok I dengan
kelompok III pada periode perlakuan selama satu hari
87
Gambar 7.6 Grafik Perubahan Persentase Monosit Pada Periode Perlakuan Selama Satu Hari
4.2 Periode Satu Minggu
Uji Homogenitas Varian
Levene Statistic df1 df2 Signifikansi
2,436 2 15 0,121
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Signifikansi
Between Groups 44,083 2 22,042 8,606 0,003 Within Groups 38,417 15 5,561 Total 82,5 17
Hasil Signifikansi One-Way ANOVA < 0,05
Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase
monosit antar kelompok pada periode perlakuan selama satu minggu
88
Uji BNT (Beda Nyata Terkecil)
Mean
Difference
Standar
Error Signifikansi
Tingkat Kepercayaan
95%
Lower
Bound
Upper
Bound
Kelompok I Kelompok II 3,8333* 0,92396 0,001 1,864 5,8027 Kelompok III 1,9167 0,92396 0,056 -0,0527 3,886 Kelompok II Kelompok I -3,8333* 0,92396 0,001 -5,8027 -1,864 Kelompok III -1,9167 0,92396 0,056 -3,886 0,0527 Kelompok III Kelompok I -1,9167 0,92396 0,056 -3,886 0,0527 Kelompok II 1,9167 0,92396 0,056 -0,0527 3,886
Hasil Signifikansi BNT
Kelompok I dengan kelompok II < 0,05
Kelompok I dengan kelompok III > 0,05
Kelompok II dengan kelompok III > 0,05
Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase
monosit antara kelompok I dengan kelompok II pada periode perlakuan selama
satu minggu
Gambar 7.7 Grafik Perubahan Persentase Monosit Pada Periode Perlakuan Selama Satu Minggu
89
4.3 Periode Dua Minggu
Uji Homogenitas Varian
Levene Statistic df1 df2 Signifikansi
2,013 2 15 0,168
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Signifikansi
Between Groups 69,25 2 34,625 8,48 0,003 Within Groups 61,25 15 4,083 Total 130,5 17
Hasil Signifikansi One-Way ANOVA < 0,05
Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase
monosit antar kelompok pada periode perlakuan selama dua minggu
Uji BNT (Beda Nyata Terkecil)
Mean
Difference
Standar
Error Signifikansi
Tingkat Kepercayaan
95%
Lower
Bound
Upper
Bound
Kelompok I Kelompok II 4,75* 1,16667 0,001 2,2633 7,2367 Kelompok III 3* 1,16667 0,021 0,5133 5,4867 Kelompok II Kelompok I -4,75* 1,16667 0,001 -7,2367 -2,2633 Kelompok III -1,75 1,16667 0,154 -4,2367 0,7367 Kelompok III Kelompok I -3* 1,16667 0,021 -5,4867 -0,5133 Kelompok II 1,75 1,16667 0,154 -0,7367 4,2367
Hasil Signifikansi BNT
Kelompok I dengan kelompok II < 0,05
Kelompok I dengan kelompok III < 0,05
Kelompok II dengan kelompok III > 0,05
90
Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase
monosit antara kelompok I dengan kelompok II dan antara kelompok I dengan
kelompok III pada periode perlakuan selama dua minggu
Gambar 7.8 Grafik Perubahan Persentase Monosit Pada Periode Perlakuan Selama Dua Minggu
91
Lampiran 5. Hasil Analisa Data Persentase Limfosit Mencit dengan Metode
Uji Two-Way Repeated Measure ANOVA
Tujuan : Untuk mengetahui apakah terdapat kelompok yang mengalami
perubahan rata – rata hasil hitung persentase limfosit secara signifikan
dibandingkan kelompok lain selama periode perlakuan.
Hipotesis
Ho : perubahan rata – rata hasil hitung persentase limfosit antar kelompok selama
periode perlakuan tidak berbeda signifikan
Ha : perubahan rata – rata hasil hitung persentase limfosit antar kelompok selama
periode perlakuan ada perbedaan yang signifikan
Pengolahan data dengan α = 0,05
Pengambilan keputusan :
Jika signifikansi > α, maka Ho diterima dan Ha ditolak
Jika signifikansi < α, maka Ha diterima dan Ho ditolak
Mauchly’s Test of Sphericity
Within
Subject
Effect
Mauchly’s
W
Approx.
Chi
Square
df Signifikansi
Epsilon
Greenhouse
-Geisser
Huynh
-Feldt
Lower-
bound
Limfosit 0,237 19,744 5 0,001 0,531 0,662 0,333
Hasil Uji Two-Way Repeated Measure ANOVA
Metode Uji Sum of Square
Tipe III df
Mean
Square f Signifikansi
Asumsi Bulat 1027,493 6 171,249 30,022 0
Greenhouse-Geisser 1027,493 3,183 322,801 30,022 0
Huynh-Feldt 1027,493 3,975 258,507 30,022 0
Lower-bound 1027,493 2 513,747 30,022 0
92
Hasil Signifikansi Two-Way Repeated Measure ANOVA < 0,05
Kesimpulan : ada perbedaan yang signifikan pada perubahan rata – rata hasil
hitung persentase limfosit antar kelompok selama periode perlakuan
Gambar 7.9 Grafik Rata – Rata Persentase Limfosit Selama Periode Perlakuan
93
Lampiran 6. Hasil Analisa Data Persentase Limfosit Mencit dengan Metode
Uji One – Way ANOVA yang Dilanjutkan Uji BNT pada Masing – Masing
Periode Perlakuan
Tujuan : Untuk mengetahui kelompok mana yang mengalami perubahan
persentase limfosit secara signifikan dibandingkan kelompok lain
pada periode perlakuan selama satu hari, satu minggu, dan dua
minggu
Hipotesis
Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase
limfosit antar kelompok pada masing – masing periode perlakuan selama
satu hari, satu minggu, dan dua minggu
Ha : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase limfosit antar
kelompok pada masing – masing periode perlakuan selama satu hari, satu
minggu, dan dua minggu
Pengolahan data dengan α = 0,05
Pengambilan keputusan :
Jika signifikansi > α, maka Ho diterima dan Ha ditolak
Jika signifikansi < α, maka Ha diterima dan Ho ditolak
94
6.1 Periode Satu Hari
Uji Homogenitas Varian
Levene Statistic df1 df2 Signifikansi
9,93 2 15 0,002
Robust Test of Equality of Means
Statistik df1 df2 Signifikansi
Welch 127,19 2 8,024 0 Brown-Forsythe 42,468 2 7,665 0
Hasil Signifikansi < 0,05
Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase
limfosit antar kelompok pada periode perlakuan selama satu hari
Uji BNT (Beda Nyata Terkecil)
Mean
Difference
Standar
Error Signifikansi
Tingkat Kepercayaan
95%
Lower
Bound
Upper
Bound
Kelompok I Kelompok II -10,75* 2,00762 0 -15,0292 -6,4708 Kelompok III -18,4167* 2,00762 0 -22,6958 -14,1375 Kelompok II Kelompok I 10,75* 2,00762 0 6,4708 15,0292 Kelompok III -7,6667* 2,00762 0,002 -11,9458 -3,3875 Kelompok III Kelompok I 18,4167* 2,00762 0 14,1375 22,6958 Kelompok II 7,6667* 2,00762 0,002 3,3875 11,9458
Hasil Signifikansi BNT
Kelompok I dengan kelompok II < 0,05
Kelompok I dengan kelompok III < 0,05
Kelompok II dengan kelompok III < 0,05
Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data persentase limfosit antara
kelompok I dengan kelompok II, antara kelompok I dengan kelompok III, dan
antara kelompok II dengan kelompok III pada periode perlakuan selama satu hari
95
Gambar 7.10 Grafik Perubahan Persentase Limfosit Pada Periode Perlakuan Selama Satu Hari
6.2 Periode Satu Minggu
Uji Homogenitas Varian
Levene Statistic df1 df2 Signifikansi
0,49 2 15 0,622
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Signifikansi
Between Groups 1231,361 2 615,681 31,546 0 Within Groups 292,75 15 19,517 Total 1524,111 17
96
Hasil Signifikansi One-Way ANOVA < 0,05
Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase
limfosit antar kelompok pada periode perlakuan selama satu minggu
Uji BNT (Beda Nyata Terkecil)
Mean
Difference
Standar
Error Signifikansi
Tingkat Kepercayaan
95%
Lower
Bound
Upper
Bound
Kelompok I Kelompok II -9,5833* 2,5506 0,002 -15,0198 -4,1469 Kelompok III -20,25* 2,5506 0 -25,6865 -14,8135 Kelompok II Kelompok I 9,5833* 2,5506 0,002 4,1469 15,0198 Kelompok III -10,6667* 2,5506 0,001 -16,1031 -5,2302 Kelompok III Kelompok I 20,25* 2,5506 0 14,8135 25,6865 Kelompok II 10,6667* 2,5506 0,001 5,2302 16,1031
Hasil Signifikansi BNT
Kelompok I dengan kelompok II < 0,05
Kelompok I dengan kelompok III < 0,05
Kelompok II dengan kelompok III < 0,05
Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase
limfosit antara kelompok I dengan kelompok II, antara kelompok I dengan
kelompok III, dan antara kelompok II dengan kelompok III pada periode
perlakuan selama satu minggu
97
Gambar 7.11 Grafik Perubahan Persentase Limfosit Pada Periode Perlakuan Selama Satu Minggu
6.3 Periode Dua Minggu
Uji Homogenitas Varian
Levene Statistic df1 df2 Signifikansi
3,617 2 15 0,052
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Signifikansi
Between Groups 1693,361 2 846,681 38,853 0 Within Groups 326,875 15 21,792 Total 2020,236 17
Hasil Signifikansi One-Way ANOVA < 0,05
Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase
limfosit antar kelompok pada periode perlakuan selama dua minggu
98
Uji BNT (Beda Nyata Terkecil)
Mean
Difference
Standar
Error Signifikansi
Tingkat Kepercayaan
95%
Lower
Bound
Upper
Bound
Kelompok I Kelompok II -12,4167* 2,69516 0 -18,1613 -6,6721 Kelompok III -23,75* 2,69516 0 -29,4946 -18,0054 Kelompok II Kelompok I 12,4167* 2,69516 0 6,6721 18,1613 Kelompok III -11,3333* 2,69516 0,001 -17,0779 -5,5887 Kelompok III Kelompok I 23,75* 2,69516 0 18,0054 29,4946 Kelompok II 11,3333* 2,69516 0,001 5,5887 17,0779
Hasil Signifikansi BNT
Kelompok I dengan kelompok II < 0,05
Kelompok I dengan kelompok III < 0,05
Kelompok II dengan kelompok III < 0,05
Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan jumlah total
leukosit antara kelompok I dengan kelompok II, antara kelompok I dengan
kelompok III, dan antara kelompok II dengan kelompok III pada periode
perlakuan selama satu dua minggu
Gambar 7.12 Grafik Perubahan Persentase Limfosit Pada Periode Perlakuan Selama Dua Minggu
99
Lampiran 7. Hasil Analisis Titer Antibodi Mencit Dengan Metode One – Way
ANOVA, Dilanjutkan dengan Post Hoc Test (Tukey test dan Bonferroni test)
Tujuan : Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan / jelas
antara rata – rata titer semua kelompok data, dilanjutkan dengan Post
Hoc Test (Tukey test dan Bonferroni test) untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan yang nyata / signifikan antara masing – masing
kelompok data tersebut
Hipotesis
Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata – rata titer antibodi semua
kelompok data
Ha : Ada perbedaan yang signifikan antara rata – rata titer antibodi kelompok
data
Pengolahan data dengan α = 0,05
Pengambilan keputusan :
Jika signifikansi > α, maka Ho diterima dan Ha ditolak
Jika signifikansi < α, maka Ha diterima dan Ho ditolak
Deskriptif
Kelompok N Mean SD Standar
Error
Tingkat
Kepercayaan 95% Min Max
Lower
Bound
Upper
Bound
I 6 6,83 1,472 0,601 5,29 8,38 5 8 II 6 7,17 1,602 0,654 5,49 8,85 6 10 III 6 7 1,265 0,516 5,67 8,33 6 9
100
Uji Homogenitas Varian
Levene Statistic df1 df2 Signifikansi
0,191 2 15 0,828
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Signifikansi
Between Groups 0,333 2 0,167 0,079 0,924 Within Groups 31,667 15 2,111 Total 32 17
Hasil Signifikansi One-Way ANOVA > 0,05
Kesimpulan : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata – rata titer antibodi
semua kelompok data
Gambar 7.13 Grafik Rata – Rata Titer Antibodi Mencit Setelah Dua Minggu Periode Perlakuan
101
Lampiran 8. Hasil Analisis Persentase Survival Rate Dengan Metode Kaplan
– Meier
Tujuan : Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara
persentase survival rate dari ketiga kelompok perlakuan
Hipotesis
Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara persentase survival rate dari
ketiga kelompok perlakuan
Ha : Ada perbedaan yang signifikan antara antara persentase survival rate dari
ketiga kelompok perlakuan
Pengolahan data dengan α = 0,05
Pengambilan keputusan :
Jika signifikansi > α, maka Ho diterima dan Ha ditolak
Jika signifikansi < α, maka Ha diterima dan Ho ditolak
102
Tabel Survival
Kelompok Ulangan Waktu
(Hari
Ke)
Status
Cumulative
Proportion
Surviving at the
Time
N of
Cumulative
Event
N of
Remaining
Cases
Estimasi Standar
Error
I
1 1 0 0,833 0,152 1 5
2 2 0 0,667 0,192 2 4
3 7 1 - - 2 3
4 7 1 - - 2 2
5 7 1 - - 2 1
6 7 1 - - 2 0
II
1 5 0 0,833 0,152 1 5
2 7 1 - - 1 4
3 7 1 - - 1 3
4 7 1 - - 1 2
5 7 1 - - 1 1
6 7 1 - - 1 0
III
1 2 0 0,833 0,152 1 5
2 7 1 - - 1 4
3 7 1 - - 1 3
4 7 1 - - 1 2
5 7 1 - - 1 1
6 7 1 - - 1 0
Nilai Rata – Rata (Mean) dan Nilai Tengah (Median) Survival Time Mencit
Kelompok
Rata - rata Nilai Tengah
Estimasi Standar
Error
Tingkat
Kepercayaan 95% Estimasi Standar
Error
Tingkat
Kepercayaan
95% Lower
Bound
Upper
Bound
Lower
Bound
Upper
Bound
I 5,167 1,065 3,079 7,254 - - - -
II 6,667 0,304 6,07 7,263 - - - -
III 6,167 0,761 4,676 7,658 - - - -
Keterangan :
Kelompok I : kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum)
Kelompok II : kontrol positif (pemberian vaksin typhoid)
Kelompok III : pemberian kurma tahnik
103
Level Signifikansi Persentase Survival Rate Mencit Antar Kelompok
Perlakuan
Metode Uji Chi-Square df Signifikansi
Log Rank (Mantel-Cox) 0,817 2 0,665
Breslow (Generalized Wilcoxon) 0,995 2 0,608
Tarone-Ware 0,905 2 0,636
Hasil Signifikansi > 0,05
Kesimpulan : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara persentase survival rate
dari ketiga kelompok perlakuan
Gambar 7.14 Kurva Kaplan – Meier Persentase Survival Rate Mencit Selama Periode Infeksi
Salmonella typhi
104
Lampiran 9. Hasil Pengukuran Titer Antibodi dengan Metode
Haemaglutination Antibody (HA) Setelah Dua Minggu Periode Perlakuan
Gambar 7.15 Haemaglutination Antibody (HA) Kelompok I
Gambar 7.16 Haemaglutination Antibody (HA) Kelompok II
105
Gambar 7.17 Haemaglutination Antibody (HA) Kelompok III