UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Website...
Transcript of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Website...
PENGARUH PENYALURAN DANA ZIS, BELANJA BANTUAN
SOSIAL, DAN BELANJA SUBSIDI TERHADAP KEMISKINAN DI
INDONESIA PERIODE 2013-2017
Oleh:
Nurul Mudhiatil Mufliha
NIM: 11140860000077
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
i
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Nurul Mudhiatil Mufliha
2. Nama Panggilan : Nurul
3. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 19 Juni 1996
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Alamat : Jl. Rorotan 3, Rt 01/010 no.7
Cilincing Jakarta Utara
6. Status : Belum Menikah
7. Kewarganegaraan : Indonesia
8. No.Hp : 087839048706
9. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. TK : R.A Jauharatul Huda
2. SD : MI Al-Wathoniyah 43
3. SMP : MTS Al-Awwabin Depok
4. SMA : MA Al-Awwabin Depok
5. SI :Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Aripin bin H.Gozali
Tempat & Tanggal Lahir : Bekasi, 07 Juli 1962
Pekerjaan : Karyawan Swasta
2. Ibu : Siti Umayah
Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 07 Juli 1969
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
IV. ORGANISASI
1. Forum Komukasi Mahasiswa Betawi (FKMB) 2014-2016
2. Ikatan Alumni Al-Awwabin Depok (IKAAD) 2014-2018
3. Himpunan Qori dan Qoriah Mahasiswa (HIQMA) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2014-2016
vi
ABSTRACT
This study aims to analyze the effect of ZIS fund distribution, Social
Assistance Expenditures and Subsidy Expenditures on poverty in Indonesia for the
2013-2017 period. The sample of this study consisted of 4 ZIS data obtained from the
National Zakat Agency (BAZNAS), then social assistance spending, subsidy
expenditure and the last poverty data obtained at the Central Statistics Agency (BPS).
The method used is a method of multiple linear regression analysis by testing
classical assumptions.
According to the results of the F test that the three independent variables (ZIS,
Bansos, and Subsidies), the results of this study are simultaneously affect the
dependent variable (poverty) by having a significance value of 0,000 which means
less than 0.05. Furthermore, it is supported by the results of the T test that the three
independent variables partially have a significant effect on the dependent variable,
with a significance value on the ZIS variable of 0,000 then Bansos of 0.016, and the
last subsidy of 0.000, which means smaller than 0.05.
Keywords : ZIS, Bansos, Subsidi, Poverty
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penyaluran dana ZIS,
Belanja Bantuan Sosial dan Belanja Subsidi terhadap kemiskinan di indonesia
periode 2013-2017. Sampel dari penelitian ini terdiri dari 4 yaitu ZIS data yang
diperoleh pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), kemudian belanja bantuan
sosial, belanja subsidi dan yang terkahir kemiskinan data yang diperoleh pada Badan
Pusat Statistik (BPS) . Metode yang digunakan adalah metode analisis regresi linear
berganda dengan menguji asumsi klasik.
Hasil penelitian ini adalah menurut hasil uji F bahwa ketiga variabel
independent (ZIS, Bansos, dan Subsidi) berpengaruh secara simultan terhadap
variabel dependent (kemiskinan) dengan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000
yang berarti lebih kecil dari 0,05. Selanjutnya didukung dengan hasil uji T bahwa
ketiga variabel independent secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependent, dengan nilai signifikansi pada variabel ZIS sebesar 0,000 kemudian
Bansos sebesar 0,016, dan terakhir Subsidi sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari
0,05.
Kata Kunci : ZIS, Bansos, Subsidi, Kemiskinan
viii
KATA PENGANTAR
Bismillhirahmanirrahim
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, penulis panjatkan rasa syukur kehadirat Allah
SWT, yang selalu memberikan rahmat serta kasih sayangnya kepada hambanya.
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad
SAW. Sehingga penulis ini dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Skripsi ini memiliki judul “ Pengaruh Penyaluran dana ZIS, Belanja Bantuan
Sosial, dan Belanja Subsidi Terhadap Kemiskinan di Indonesia Periode 2013-2017”
yang disusun dengan tujuan untuk memenuhi syarat mencapai gelar sarjana Ekonomi
pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Terselesainya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari do‟a ,bimbingan,
dukungan, motivasi, serta bantuan dari orang-orang yang terbaik disekeliling penulis.
Karena itu dikesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepda:
1. Terima kasih kepada Allah SWT yang selalu mencurahkan karunia, rahmat
dan rizki-Nya serta selalu memberikan kemudahan sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini dan meraih gelar Ekonomi di Universitas ini.
2. Kedua orang tuaku, Umi dan Abeh yang dengan ikhlas selalu memberikan
dukungan baik moril maupun materil, selalu memberikan kasih sayang dan
cintanya yang tiada terhingga dan tidak pernah berhenti memanjatkan doa
untuk kesuksesan anaknya. Terima kasih untuk semua kasih sayang dan
pengorbanan yang selalu diberikan. Kalian adalah motivasi utama bagi
penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
3. Kakaku tercinta, Ahmad Sya‟roni dan Husnul Chotimah yang menjadi
semangat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
ix
4. Bapak Nurul Ichsan M.A selaku dosen pembimbing I yang selalu meluangkan
waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dengan penuh
kesabaran dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis yang telah memberikan ilmunya selama perkuliahan.
6. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si selaku Kepala Jurusan Ekonomi Syariah
dan Ibu RR. Tini Anggraeni, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Syariah
yang telah memberikan jalan dan kemudahan bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Ibu Elvira Sitna Hajar selaku dosen pembimbing akademik yang selalu
memberikan semangat dan doa bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah mencurahkan
ilmunya kepada kami.
9. Seluruh Jajaran Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis atas kerja kerasnya
memberikan pelayanan yang terbaik untuk menunjang kegiatan pembelajaran
bagi kami. Khususnya Bapak Ajib yang selalu bersedia untuk direpotkan
kami.
10. Saudaraku Cing Imel Terima kasih untuk selalu menjadi tempat berkeluh
kesah bagi penulis selama menyelesaikan skripsi ini dan sudah banyak
direpotkan.
11. Teman-teman terbaik, Diah Larasati, Siti Jamila, Hujjatul Maryam, Firsty
Izzata Bella, Siti Maesaroh Andini, Zaria Azzahra, Irna Atriani, Nur
Rohmaniah. Terima kasih untuk kebersamaannya selama 8 semester ini.
12. Teman-teman “Gibah Squade” Terimakasih atas doa kalian dan selalu
memberikan semangat.
13. Teman-teman Ekonomi Syariah khususnya angkatan 2014. Terima kasih atas
dukungannya dan rasa kekeluargaannya. Semoga tetap terjalin silaturahim
diantara kita.
x
14. Sahabat tersayang Rani Widiaastuti, Terimaksih sudah banyak direpotkan,
dan selalu memberikan semangat serta doa.
15. Kepada teman-teman KKN, Terimakasih atas doa kalian dan selalu
memberikan semangat.
16. Teman-teman “FAALIHAH” Terimakasih atas motivasi serta doa dan
dukungan kalian.
17. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
18. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih ada
kekurangan, karena keterbatasan yang ada dalam diri penulis. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun masih sangat diperlukan penulis. Semoga
skripsi ini dapat emberikan manfaat bagi semua pihak.
Jakarta, 08 Agustus 2018
Penulis
(Nurul Mudhiatil Mufliha)
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI............................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF...............................................ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI.............................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN.........................................................................................iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP......................................................................................v
ABSTRACT...................................................................................................................vi
ABSTRAK..................................................................................................................vii
KATA PENGANTAR................................................................................................viii
DAFTAR ISI................................................................................................................xi
DAFTAR TABEL......................................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................xv
DAFTAR GRAFIK....................................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang Penelitian................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................8
C. Tujuan dan Manfaat........................................................................................9
xii
BAB II LANDASAN TEORI......................................................................................11
A. Kemiskinan......................................................................................................11
1. Definisi Kemiskinan..................................................................................11
2. Macam-macam Kemiskinan Dalam Pandangan Islam..............................11
3. Kategori Miskin.........................................................................................12
4. Program Penanggulangan Kemiskinan Pemerintah...................................13
5. Program Penanggulangan Kemiskinan BAZNAS.................................... 18
B. Zakat, Infak dan sedekah.................................................................................29
1. Definisi Zakat............................................................................................29
2. Dasar Hukum Zakat...................................................................................30
3. Rukun Zakat, Syarat Wajib Zakat dan Hikmah Zakat...............................32
4. Golongan Yang Berhak Menerima Zakat..................................................34
5. Definisi Infak.............................................................................................36
6. Definisi Sedekah........................................................................................38
7. Kewajiban Zakat dalam Maqashid Syari‟ah..............................................39
C. Belanja Bantuan Sosial....................................................................................41
D. Belanja Subsidi................................................................................................44
E. Hubungan Antar Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen............45
1. Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS)................................................................45
2. Belanja Bantuan Sosial..............................................................................46
3. Belanja Subsidi..........................................................................................47
F. Penelitian Terdahulu........................................................................................47
G. Kerangka Berfikir............................................................................................54
H. Hipotesis Penelitian.........................................................................................55
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................57
A. Objek Penelitian...............................................................................................57
B. Ruang Lingkup Penelitian...............................................................................57
xiii
C. Metode Penentuan Sampel.............................................................................58
D. Metode Pengumpulan Data..............................................................................59
E. Metode Analisis Data......................................................................................59
1. Uji Asumsi Klasik.....................................................................................60
2. Regresi Linier Berganda............................................................................63
F. Operasional Variabel Penelitian......................................................................66
1. Variabel Independen..................................................................................66
2. Variabel Dependen....................................................................................68
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN........................................................69
A. Gambaran Umum Objek Penelitian................................................................69
1. Sejarah Singkat BAZNAS.........................................................................69
2. Perkembangan BAZNAS...........................................................................70
3. Visi dan Misi BAZNAS.............................................................................72
B. Deskripsi Hasil Penelitian................................................................................73
1. Kemiskinan................................................................................................73
2. Deskripsi Penyaluran dana ZIS.................................................................74
3. Belanja Bantuan Sosial..............................................................................75
4. Belanja Subsidi..........................................................................................76
C. Analisa dan Pembahasan.................................................................................78
1. Uji Asumsi Klasik.....................................................................................78
2. Uji Regresi Linier Berganda.....................................................................85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................94
A. Kesimpulan......................................................................................................94
B. Saran................................................................................................................95
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................96
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Realisasi Pengeluaran Belanja Bantuan Sosial Periode 2010-2015…...3
Tabel 1.2 Realisasi Pengeluaran Belanja Subsidi Periode 2010-2015……............4
Tabel 1.3 Penyaluran Dana ZIS Periode 2007-2016...............................................6
Tabel 1.4 Presentase Penduduk Miskin Periode 2007-2016...................................7
Tabel 2.1 Instrumen Utama Penanggulangan Kemiskinan.............................…...13
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia periode 2013-2017..................73
Tabel 4.2 Penyaluran ZIS di indonesia periode 2013-2017..................................74
Tabel 4.3 Realisasi Pengeluaran Belanja Bantuan Sosial Periode 2013-2017......76
Tabel 4.4 Realisasi Pengeluaran Belanja Subsidi periode 2013-2017……..........77
Tabel 4.5 Uji Multikolinieritas……………………………..................................79
Tabel 4.6 Uji Autokorelasi……………………………........................................80
Tabel 4.7 Hasil Analisis Regresi……………………….......................................85
Tabel 4.8 Koefisien Determinasi (Adjusted R2) …………………......................87
Tabel 4.9 Uji Statistik F (uji Simultan) …………………………………............88
Tabel 4.10 Uji Statistik t (Uji Parsial) ……………………………......................90
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1Caturdaya Masyarakat Sejahtera dan Mandiri……………...............19
Gambar 2.2 Prinsip Program Zakat Community Development……………….....20
Gambar 2.3 Latar Belakang Rumah Sehat………………………………………22
Gambar 2.4 Program Rumah Cerdas Anak Bangsa……………………………...24
Gambar 2.5 Program pelayanan rumah pintar…………………………………...26
Gambar 2.6 Program mobil atau motor pintar…………………………………...27
Gamabar 2.7Program tanggap bencana…………………………….....................28
Gambar 2.8 Kerangka Berfikir…………………………………………..............54
xvi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Uji Heteroskedastisitas Scatterplot……………………………….81
Grafik 4.2 Uji Normalitas Histogram………………………………………..83
Grafik 4.3 Uji Normalitas P-Plot…………………………………………….84
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data ZIS, Bansos, Subsidi, dan Kemiskinan…………………………..100
Lampiran 2 Data Kemiskinan Pertahun…………………………………………….102
Lampiran 3 Data Bansos Pertahun………………………………………………....103
Lampiran 4 Data Subsidi Pertahun…………………………………………………104
Lampiran 5 Uji Multikolinieritas…………………………………………………...105
Lampiran 6 Uji Autokorelasi……………………………………………………….106
Lampiran 7 Hasil Analisis Regresi………………………………………………....107
Lampiran 8 Koefisien Determinasi (R2) …………………………………………..108
Lampiran 9 Uji F (Uji Simultan) …………………………………………………..109
Lampiran 10 Uji T (Uji Parsial) …………………………………………………....110
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Indonesia merupakan Negara Berkembang. Indonesia masih memiliki banyak
daerah miskin yang perlu perhatian lebih oleh pemerintah. Kemiskinan pula bukan
hanya masalah di Indonesia, tetapi merupakan masalah dunia . (Tulus.T.H.Tambunan,
2014).
Menurut Ritonga (2003:1) memberikan definisi bahwa kemiskinan adalah
kondisi kehidupan yang serba kekurangan yang dialami seorang atau rumah tangga
sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal atau yang layak bagi
kehidupannya. Kebutuhan dasar minimal yang dimaksud adalah yang berkaitan
dengan kebutuhan pangan, sandang, perumahan dan kebutuhan sosial yang
diperlukan oleh penduduk atau rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
secara layak.
Faktor yang dapat berpengaruh terhadap kemiskinan adalah belanja bantuan
sosial, belanja subsidi, dan penyaluran dana ZIS oleh Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS). Menurut kajian tata kelola Bansos, Belanja bantuan sosial merupakan
pengeluaran berupa transfer uang, barang, atau jasa yang diberikan oleh pemerintah
pusat/daerah kepada masyarakat guna melindungi masyarakat dari kemungkinan
terjadinya risiko sosial, meningkatkan kemampuan ekonomi, dan kesejahteraan
masyarakat. Risiko sosial yang dimaksud di sini adalah kejadian atau peristiwa yang
2
dapat menimbulkan potensi terjadinya kerentanan sosial baik itu yang ditanggung
oleh individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat sebagai dampak dari krisis sosial,
krisis ekonomi, krisis politik, fenomena alam dan bencana alam yang jika tidak
diberikan bantuan sosial akan semakin terpuruk dan tidak dapat hidup dalam kondisi
yang wajar.
Menurut Sri Mulyani, ada sejumlah hal yang saat ini tengah menjadi fokus
dari pemerintah, salah satunya mendorong penuh pengadaan belanja sosial.
Pemerintah tentu akan terus mengupayakan agar setiap kebijakannya mampu
berperan mengurangi kemiskinan dan kesenjangan. Menurut ketua BPS Suhariyanto
Persentase penduduk miskin pada Maret 2017 adalah 10,64 persen. Turunnya tipis
daripada September 2016, yakni 0,06 persen dari 10,70 persen. Kondisi ini relatif
lebih lambat dibandingkan periode-periode sebelumnya. Sementara itu, untuk angka
ketimpangan pada Maret 2017 adalah sebesar 0,393 atau turun 0,001 poin
dibandingkan September 2016 lalu yang sebesar 0,394. Kemudian Sri Mulyani
menilai statistik yang muncul masih menggambarkan hasil yang masih berimbang.
Jika dilihat dari kementerian lembaga yang melakukan belanja-belanja untuk sosial,
dia bisa makin efektif, maka kita bisa mengimbangi belanja modal yang besar ini
dengan perbaikan di bidang penurunan kemiskinan dan kesenjangan. Ini ada sebuah
gambaran dalam realisasi pengeluaran pemerintah menurut belanja bantuan sosial.
3
Tabel 1.1
Realisasi pengeluaran pemerintah menurut belanja bantuan sosial periode
2010-2015 (Ribuan Rupiah)
Periode Realisasi
2010 3.627.404.487.000
2011 4.007.604.216.000
2012 1.402.416.897.000
2013 2.267.140.617.000
2014 1.640.604.334.000
2015 3.029.787.495.000
sumber: Badan Pusat Statistik
Jika dilihat dari tabel 1.1 di atas laporan realisasi untuk belanja bantuan sosial
dari periode 2010 yaitu 3.627.404.487.000 Triliyun hingga periode 2011 yaitu
4.007.604.216.000 Triliyun telah mengalami peningkatan, kemudian di periode 2012
hingga 2015 terjadi fluktuatif data mengalami turun naik.
Maka yang diharapkan agar pemerintah lebih menekankan dalam belanja
bantuan sosial tersebut karena jika kita melihat pada laporan reaslisasi pengeluaran
pemerintah diatas dengan jumlah milyar dapat membantu masyarakat yang
membutuhkan kehidupan yang layak serta yang diharapkan pula dana tersebut dapat
dialokasikan dengan tepat sasaran agar dapat megentaskan masyarakat dari jurang
kemiskinan.
Kemudian dengan belanja subsidi presiden Joko Widodo menekankan agar
pemerintah memastikan alokasi belanja subsidi dan belanja bantuan sosial dalam
4
APBN terfokus dan efektif dalam mengurangi masalah kemiskinan. Pada Tahun
2016, alokasi subsidi bunga kredit program mengalami peningkatan dari 1,9 Triliun
rupiah pada 2015 menjadi 15,8 Triliun rupiah di Tahun 2016. Subsidi ini berupa
subsidi bunga KUR (Kredit Usaha Rakyat) dan bunga kredit perumahan untuk MBR
(masyarakat berpenghasilan rendah). Oleh karena itu peran pemerintah dalam belanja
subsidi ini juga sangat diperlukan dengan memberikan subsidi kepada produsen-
produsen swasta untuk mendorong agar memperbesar produksi, maka sekolah-
sekolah swasta dapat diberi subsidi untuk menyediakan pendidikan dengan harga
yang lebih murah (Due, 1985). Ada sebuah gambaran mengenai laporan realisasi
pengeluaran pemerintah pada belanja subsidi.
Tabel 1.2
Realisasi pengeluaran pemerintah menurut belanja subsidi
Periode 2010-2015 (Ribuan Rupiah)
Periode Realisasi
2010 64.605.959.000
2011 39.552.236.000
2012 26.641.086.000
2013 25.717.306.000
2014 31.757.432.000
2015 694.262.769.000
Sumber: Badan Pusat Statistik
Dari tabel 1.2 di atas dapat diketahui bahwasanya laporana realisasi untuk
belanja subsidi mengalami fluktuatif dengan terjadi turun naik, tetapi jika kita lihat di
5
tahun 2015 realisasi pengeluarannya mencapai 64.262.769.000 Milyaran rupiah
termasuk pengeluaran yang cukup besar. Maka dari itu karena masyarakat yang
memiliki pendapatan yang rendah masih cukup banyak, oleh karena itu perlu adanya
tekanan dalam belanja subsidi ini, sehingga dengan belanja subsidi tersebut dapat
membantu dalam mengentaskan kemiskinan.
Di negara Indonesia ini mayoritas beragama islam, dengan mengenal nama
zakat itu bukan lagi nama yang asing, karena zakat termasuk dalam rukun islam yang
ketiga. Setiap muslim wajib membayar zakat dan dianjurkan pula untuk bersedekah
maupun berinfak. Dalam penyaluran dana Zakat, Infak dan Sedekah sudah ada sejak
zaman islam tetapi tidak melalui lembaga amil zakat melainkan memberikan
langsung kepada mustahik, dan atau juga memberikan kepada orang yang dipercaya
untuk disalurkan kepada mustahik, tetapi hal tersebut kurang maksimal karena dana
yang disalurkan tersebut bisa jadi diberikan kepada orang yang sama, padahal masih
banyak mustahik-mustahik yang lain, sehingga pendistribusiannya menjadi tidak
merata. Oleh karena itu, dengan adanya lembaga amil zakat ini bisa terbantu dalam
penyaluran dana ZIS. Penyaluran dana Zakat ini juga diberikan kepada 8 asnaf salah
satunya adalah fakir miskin. Kemudian lembaga amil zakat ini juga bukan hanya
berwenang dalam penyaluran, tetapi juga dalam pengelolaan, Pengumpulan maupun
penghimpunan.
6
Tabel 1.3
Penyaluran dana ZIS periode 2007-2016 (Dalam Rupiah)
Periode Penyaluran
2007 14.900.657.271
2008 9.422.137.014
2009 17.467.332.246
2010 30.010.628.410
2011 43.417.936.160
2012 45.465.384.247
2013 50.615.218.917
2014 69.649.837.874
2015 74.587.383.638
2016 80.252.586.455
Sumber: Laporan Keuangan BAZNAS
Apabila dilihat dari tabel 1.3 di atas penyaluran dana Zakat, infak, dan
sedekah di BAZNAS mengalami kenaikan dari tahun ke tahun hanya saja di tahun
2008 mengalami penurunan menjadi 9.422.137.014. Kemudian ketika penyaluran
dana Zakat, infak, dan sedekah meningkat diharapkan penghasilan pada mustahik
juga meningkat agar yang awalnya menjadi mustahik akan menjadi muzakki sehingga
mustahik pun akan berkurang. Penyebab meningkatnya kemiskinan di Indonesia ini
salah satunya adalah tidak adanya penghasilan maupun pendapatan dari tenaga kerja,
karena orang tersebut menganggur ataupun setengah menganggur. Oleh karena itu
pemerintah harus lebih memerhatikan masyarakatnya. Inilah presentase dari tingkat
kemiskinan di Indonesia
7
Tabel 1.4
Presentase penduduk miskin periode 2007-2016
Periode
Presentase Penduduk Miskin
Kota + Desa
2007 16,58
2008 15,42
2009 14,15
2010 13,33
2011 12,36
2012 11,66
2013 11,47
2014 10,96
2015 11,13
2016 10,70
sumber: Badan Pusat Statistik
Berdasarkan dari tabel 1.4 di atas presentase penduduk miskin di Indonesia
mengalami turun naik dari periode 2007 yakni 16,58 persen hingga periode 2014
yakni 10,96 persen mengalami penurunan dan kemudian di periode 2015 itu
mengalami peningkatan yaitu 11,13 persen . akan tetapi di periode 2016 presentase
pun menurun kembali menjadi 10,70 persen.
Dari data ini kita mengetahui bahwasanya indonesia ini masih memiliki
penduduk miskin 10 persen, oleh karena itu bagaimana untuk membebaskan dari
jurang kemiskinan teresebut, maka diperlukan instrumen-instrumen yang telah dibuat,
seperti penyaluran dana ZIS oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), kemudian
8
belanja bantuan sosial oleh pemerintah pusat, dan belanja subsidi oleh pemerintah
pusat. Kemudian dengan problematika kemiskinan ini maka pentingnya penekanan
penyaluran dana ZIS di Indonesia , belanja bantuan sosial, serta belanja subsidi.
Jika kita lihat dari presentase kemiskinan pada tahun 2016 mengalami
penurunan menjadi 10%. Maka dari itu si peneliti ini ingin mengetahui apakah
variabel-variabel tersebut dapat mempengaruhi kemiskinan, serta apakah terdapat
pengaruh yang signifikan atau tidak.
Oleh karena itu si peneliti ini mengangkat judul mengenai “ PENGARUH
PENYALURAN DANA ZIS, BELANJA BANTUAN SOSIAL, DAN BELANJA
SUBSIDI TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA PERIODE 2013-2017 “
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Penyaluran dana ZIS berpengaruh signifikan terhadap Kemiskinan
di Indonesia ?
2. Apakah Belanja Bantuan Sosial berpengaruh signifikan terhadap
Kemiskinan di Indonesia?
3. Apakah Belanja Subsidi berpengaruh signifikan terhadap Kemiskinan di
Indonesia?
4. Apakah Penyaluran dana ZIS, Belanja Bantuan Sosial, Belanja Subsidi
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan di Indonesia?
9
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan Penelitian:
1. Untuk mengetahui apakah Penyaluran dana ZIS berpengaruh signifikan
terhadap Kemiskinan di Indonesia.
2. Untuk mengetahui apakah Belanja Bantuan Sosial berpengaruh signifikan
terhadap Kemiskinan di Indonesia.
3. Untuk mengetahui apakah Belanja Subsidi berpengaruh signifikan terhadap
kemiskinan di Indonesia.
4. Untuk mengetahui apakah Penyaluran dana ZIS, Belanja Bantuan Sosial,
Belanja Subsidi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
Kemiskinan di Indonesia.
Manfaat Penelitian:
Penelitian yang dilakukan oleh penulis, diharapakan dapat memberikan
manfaat kepada berbagai pihak, khususnya Pembaca. yakni:
1. Agar pemerintah lebih memperhatikan rakyatnya dan juga dapat
menekankan dalam belanja bantuan sosial serta subsidi dengan
mengalokasikan dana tersebut secara merata agar tidak timpang tindih.
2. Agar masyarakat menyadari bahwa dengan membayar zakat, infak, maupun
sedekah dapat memanbantu pemerintah dalam penurunan kemiskinan di
Indonesia.
10
3. Dapat memperkaya referensi ilmiah, serta tidak hanya mencari informasi
mengenai zakat, infak, dan sedekah. Maka tambahkan lah dalam belanja
APBN agar lebih optimal.
4. Menjadi Referensi bagi peneliti selanjutnya agar mempertimbangkan dalam
bahan penulisan ini mengenai penyaluran dana zis dan pengeluaran
pemerintah terhadap kemiskinan di indonesia.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kemiskinan
a. Definisi Kemiskinan
Menurut (basri, 2002) Kemiskinan diartikan sebagai akibat ketiadaan
demokrasi yang mencerminkan hubungan kekuasaan yang menghilangkan
kemampuan warga suatu negara untuk memutuskan masalah yang menjadi perhatian
mereka sendiri., sehingga mayoritas penduduk kurang memperoleh alat-alat produksi
(lahan dan tekhnologi) dan sumber daya ( pendidikan, kredit, dan akses pasar).
Kemudian BAPPENAS (1993) mendefisnisikan keimiskinan sebagai situasi
serba kekurangan yang terjadi bukan karena kehendak oleh si miskin, melainkan
karena keadaan yang tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada padanya. Ada
pula yang yang berpendapat kemiskinan itu bersifat kompleks, karena dapat diartikan
sebagai kemiskinan ekonomis, budaya sosial, psikologis, religi, bahkan sampai
politik, jadi kemiskinan adalah keadaan dimana seseorang tidak memperoleh
kesempatan untuk memiliki aset dan hak. (seminar sehari pengentasan kemiskinan
dan kesenjangan pemerataan hasil pembangunan, 1993) .
b. Macam-macam Kemiskinan Dalam Pandangan Islam
Menurut (Arif, 2010) Dalam sudut pandang Islam, kemiskinan terbagi
menjadi 3 tingkatan, yaitu:
12
Miskin iman, miskin Iman adalah orang yang jiwanya tidak ada kontak atau
hubungan dengan Allah, atau jika ada hubungan pun terlalu tipis, yaitu hanya
ingat pada Allah saat susah saja.
Miskin ilmu, miskin ilmu ini menjadi penyebab yang kedua mengapa manusia
miskin dan tidak tahu cara menyelesaikan masalah hidup. Saat ini etos kerja
umat muslim sangat rendah, mereka enggan untuk mengkaji ilmu-ilmu Allah.
Miskin harta, para ulama mazhab seperti Malikiyah, Syafi‟iyah, dan
Hanabilah, miskin adalah sebagai seseorang yang masih memiliki
kemampuan untuk bekerja berusaha dalam rangka memperoleh harta dan
menghidupi keluarganya secara halal tetapi hasil yang didapat masih belum
mencukupi bagi pemenuhan kebutuhan dirinya dan keluarganya.
c. Kategori Miskin
Badan Pusat Statistik (BPS) mengeluarkan garis kemiskinan Rp 401.220 per
kapita per bulan pada Maret 2018. Angka ini naik 3,63 % dibanding September 2017
sebesar Rp 387.160 per kapita per bulan. Jika ditarik lebih jauh, garis kemiskinan
pada Maret 2016 ialah Rp 354.386 per kapita per bulan. Memang, angka itu relatif
kecil. Namun, Bambang menerangkan itu untuk per orang. Jika dalam satu keluarga
rata-rata terdapat 4 orang maka garis kemiskinan sekitar Rp 1,6 juta. Maka rumah
tangga yang memiliki pengeluaran dibawah Rp 1,6 juta termasuk kategori miskin.
Kemudian Bank Dunia mendefinisikan, Kemiskinan absolut sebagai hidup
dengan pendapatan dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk
pendapatan dibawah $2 per hari.
13
d. Program Penanggulangan kemiskinan Pemerintah
Menurut kominfo mengenai program penanggulangan kemiskinan kabinet
indonesia. Salah satunya adalah TNP2K ( Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan) adalah lembaga yang dibentuk untuk menangani dan berkoordinasi
dalam hal-hal yang berkaitan dengan penanggulangan dan pengentasan kemiskinan di
republik Indonesia
Tabel 2.1
Instrumen utama penanggulangan kemiskinan terbagi 3 klaster:
Klaster I
Klaster II Klaster III
Program Bantuan Sosial
Terpadu Berbasis Keluarga
Program Penanggulangan
Kemiskinan Berbasis
Pemberdayaan Masyarakat
Program Penanggulangan
Kemiskinan Berbasis
Pemberdayaan Usaha Mikro
dan Kecil
Tujuan:
Mengurangi beban rumah
tangga miskin melalui
peningkatan akses terhadap
pelayanan kesehatan,
pendidikan, air bersih, dan
sanitasi
Tujuan:
Mengembangkan potensi dan
memperkuat kapasitas
kelompok masyarakat miskin
untuk terlibat dalam
pembangunan yang didasarkan
pada prinsip-prinsip
Tujuan:
Memberikan akses dan
penguatan ekonomi bagi
pelaku usaha berskala mikro
dan kecil
sumber: TNP2K (Tim NasionalPercepatan Penanggulangan Kemiskinan)
1.) Program-program Penanggulangan Kemiskinan Klaster I:
Program Keluarga Harapan (PKH)
14
PKH adalah program perlindungan sosial yang memberikan bantuan tunai
kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dan bagi anggota RTSM wajib
mengikuti persyaratannya. Kemudian program ini, memiliki waktu jangka pendek
yang bertujuan untuk mengurangi beban RTSM dan dalam jangka panjang
diharapkan dapat memutus mata rantai kemiskinan antar generasi, sehingga generasi
berikutnya dapat keluar dari perangkap kemiskinan.
Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
BOS adalah program pemerintah untuk penyediaan pendanaan biaya
nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar dan menengah pertama sebagai wujud
pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun. Tujuan umum program BOS untuk
meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib
belajar sembilan tahun yang bermutu.
Program Bantuan Siswa Miskin (BSM)
Meski dana BOS diharapkan dapat meningkatkan jumlah keikutsertaan
peserta didik, tapi faktanya, masih tetap saja ada siswa yang putus sekolah dan tidak
melanjutkan. Penyebabnya, para orangtua kesulitan memenuhi kebutuhan pendidikan
seperti baju, seragam, buku tulis dan buku cetak, sepatu, biaya transportasi, dan biaya
lain-lain yang tidak ditanggung oleh dana BOS (Bantuan Operasional
Sekolah).Kebijakan Bantuan Siswa Miskin (BSM) bertujuan agar siswa dari kalangan
tidak mampu dapat terus melanjutkan pendidikan di sekolah.
15
Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)
Jamkesmas adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi
masyarakat miskin dan hampir miskin. Tujuan Jamkesmas adalah meningkatkan
akses terhadap masyarakat miskin dan hampir miskin agar dapat memperoleh
pelayanan.
Program Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN)
Raskin merupakan subsidi pangan yang diperuntukkan bagi keluarga miskin
sebagai upaya dari pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan dan
memberikan perlindungan pada keluarga miskin. Pendistribusian beras ini diharapkan
mampu menjangkau keluarga miskin dimana masing-masing keluarga akan menerima
beras minimal 10 Kg/KK tiap bulan dan maksimal 20 Kg/KK tiap bulan dengan
harga bersih Rp 1.000/kg di titik-titik distribusi.
2.) Program-program Penanggulangan Kemiskinan Klaster II:
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
PNPM adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai
dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis
pemberdayaan masyarakat. PNPM dilaksanakan melalui harmonisasi dan
pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan
pendampingan, dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi
masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan. Program
penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat dapat
dikategorikan menjadi dua yakni:
16
PNPM Inti, terdiri dari program/proyek pemberdayaan masyarakat berbasis
kewilayahan, yang mencakup PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri
Perkotaan, Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah
(PISEW), dan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus
(P2DTK).
PNPM Penguatan, terdiri dari program-program pemberdayaan masyarakat
berbasis sektor untuk mendukung penanggulangan kemiskinan yang
pelaksanaannya terkait pencapaian target sektor tertentu. Pelaksanaan
program-program ini di tingkat komunitas mengacu pada kerangka kebijakan
PNPM Mandiri.
Program Perluasan Dan Pengembangan Kesempatan Kerja/Padat Karya
Produktif
Padat Karya adalah suatu kegiatan produktif yang memperkerjakan atau
menyerap tenaga kerja penganggur dan setengah penganggur yang relatif banyak.
Secara teknis konsep program ini adalah untuk membangun ekonomi masyarakat
melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat usaha-usaha produktif dengan memanfaatkan
potensi SDA, SDM dan Teknologi sederhana yang ada serta peluang pasar. Kegiatan
Padat Karya Produktif dilakukan untuk memberdayakan masyarakat dalam rangka
membangun ekonomi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat usaha
produktif dengan memanfaatkan potensi Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya
Manusia (SDM) dan Teknologi sederhana yang tersedia yang bertujuan untuk
17
meningkatkan pendapatan masyarakat perdesaan dan memperluasan kesempatan
kerja.
3.) Program-program Penanggulangan Kemiskinan Klaster III
Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah dana pinjaman dalam bentuk Kredit
Modal Kerja (KMK) dan atau Kredit Investasi (KI) dengan plafon kredit dari Rp. 5
Juta sampai dengan Rp. 500 juta. Agunan pokok KUR adalah proyek/usaha yang
dibiayai, namun Pemerintah membantu menanggung melalui program penjaminan
hingga maksimal 70% dari plafon kredit. Bantuan berupa fasilitas pinjaman modal
ini adalah untuk meningkatkan akses pembiayaan perbankan yang sebelumnya hanya
terbatas pada usaha berskala besar dan kurang menjangkau pelaku usaha mikro kecil
dan menengah seperti usaha rumah tangga dan jenis usaha mikro lain yang bersifat
informal, mempercepat pengembangan sektor riil dan pemberdayaan UMKM
Kredit Usaha Bersama (KUBE)
KUBE adalah program yang bertujuan meningkatkan kemampuan anggota
KUBE di dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup sehari-hari, ditandai dengan
meningkatnya pendapatan keluarga, meningkatnya kualitas pangan, sandang, papan,
kesehatan, tingkat pendidikan. Meningkatnya kemampuan anggota KUBE dalam
mengatasi masalah-masalah yang mungkin terjadi dalam keluarganya maupun dengan
lingkungan sosialnya, Meningkatnya kemampuan anggota KUBE dalam
menampilkan peranan-peranan sosialnya, baik dalam keluarga maupun lingkungan
sosialnya.
18
Sasaran program KUBE adalah keluarga miskin produktif (orang yang sama
sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak mempunyai kemampuan
memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan atau orang yang
mempunyai sumber mata pencaharian, tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok
yang layak bagi kemanusiaan. Keluarga Miskin yang mengalami penurunan
pendapatan dan kesejahteraannya atau mengalami penghentian penghasilan.
e. Program Penanggulangan Kemiskinan BAZNAS
Selanjutnya kita akan membahas program pengentasan kemiskinan di
BAZNAS yang mana data ini didapatkan langsung oleh Pusat Baznas itu sendiri. Jadi
tidak hanya pemerintah saja yang mempunyai program pengentasan kemiskinan. Hal
ini menjadikan bahwasanya pemerintah itu dapat terbantu oleh BAZNAS dalam
penanggulangan kemiskinan. Maka yang diharapkan pula dengan adanya program
pengentasan kemiskinan ini masyarakat dapat menikamati hidup yang layak. Inilah
program-program pengentasan kemiskinan BAZNAS:
1.) Program Zakat Community Development (ZCD)
Program Zakat Community Development (ZCD) adalah program
pengembangan komunitas dengan mengintegrasikan aspek sosial (pendidikan,
kesehatan, agama, lingkungan, dan aspek sosial lainnya) dan aspek ekonomi secara
komprehensif yang pendanaan utamanya bersumber dari zakat, infak, dan sedekah
sehingga terwujud masyarakat sejahtera dan mandiri. Program ZCD meliputi kegiatan
pembangunan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga terwujud
masyarakat yang memiliki keberdayaan dalam pendidikan, kesehatan, ekonomi dan
19
kehidupan beragama yang disebut dengan “Caturdaya Masyarakat”. Caturdaya
Masyarakat dalam program ZCD merupakan unsur utama dan saling terkait satu
dengan yang lain. Dengan demikian masyarakat dapat dikategorikan sebagai
masyarakat yang sejahtera dan mandiri apabila telah memenuhi empat daya tersebut.
Gambar 2. 1
Caturdaya Masyarakat Sejahtera dan Mandiri
Prinsip Program
Program ZCD memiliki enam prinsip yang harus ada dalam konsep dan
tahapan pelaksanaan program serta tertanam dalam diri pengelola dan peserta
program. Enam prinsip ZCD meliputi Berbasis Komunitas, Syari‟ah Islam,
Partisipasi, Kemanfaatan, Kesinambungan, dan Sinergi.
20
Gambar 2.2
Prinsip Program Zakat Community Development
Makna dari masing-masing prinsip adalah sebagai berikut:
Berbasis Komunitas: Program ZCD dilaksanakan dengan sasaran
mustahik/penerima manfaat yang terkumpul dalam suatu wilayah geografis atau
suatu tempat karena kondisi-kondisi khusus dan dalam berbagai bentuk kegiatan
yang disepakati bersama.
Syari‟ah Islam: Program ZCD dilaksanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan
hukum Islam dalam penyaluran (tasharruf) zakat.
Partisipasi: Pelaksanaan Program ZCD melibatkan secara langsung
mustahik/penerima manfaat mulai dari tahapan perencanaan sampai dengan
21
pelaksanaan. Mustahik/penerima merupakan pelaku (subyek) dan bukan sebagai
obyek program.
Kemanfaatan: Memberikan nilai tambah material dan non material yang sebesar-
besarnya kepada mustahik/penerima manfaat.
Kesinambungan: Program ZCD dilaksanakan secara bertahap dalam jangka
waktu tertentu dan dengan kegiatan-kegiatan yang saling terkait menuju
tercapainya tujuan program.
Sinergi: Program ZCD merupakan program terbuka untuk berbagai pihak terlibat
baik dalam pendanaan maupun pengelolaannya sebagai wujud kerjasama dalam
kebajikan dan ketakwaan (ta‟awun „alal birri wa taqwa).
Tujuan Program
Tujuan utama Program ZCD adalah “Terwujudnya Masyarakat Sejahtera dan
Mandiri“. Adapun tujuan khusus Program ZCD adalah:
Menumbuhkan kesadaran dan kepedulian mustahik/penerima manfaat tentang
kehidupan yang berkualitas.
Menumbuhkan partisipasi menuju kemandirian masyarakat.
Menumbuhkan jaringan sosial ekonomi kemasyarakatan.
Menciptakan program pemberdayaan yang berkelanjutan dalam mewujudkan
kesejahteraan dan kemandirian masyarakat.
23
Konsep dan Jenis Program
Rumah Sehat BAZNAS hanya untuk masyarakat miskin secara GRATIS
dengan sistem membership (1 membership untuk semua anggota Keluarga).
Model pelayanan Rumah Sehat diberikan dalam bentuk
Pelayanan Dalam Ruang
Pelayanan Luar Ruang ( Unit Kesehatan Keliling)
2.) Rumah Cerdas Anak Bangsa (RCAB)
Rumah Cerdas Anak Bangsa (RCAB) adalah program pendanaan dan
bimbingan bagi siswa dan mahasiswa dalam bidang pendidikan dan pelatihan
sehingga menjadi individu yang mandiri.
Latar Belakang
Indonesia berada dalam peringkat ke-108 diantara bangsa-bangsa lain di dunia
(Human index 2010) .
Mahalnya biaya pendidikan di Indonesia menyebabkan berbagai
permasalahan, salah satunya angka pengangguran terbuka 10,45 % dan angka
setengah pengangguran 28,16 % (BPS 2007). Melihat kondisi ini, BAZNAS
bermaksud membuka jalan bagi masyarakat kurang mampu dan mengajak mereka
menatap tegap masa depan melalui program pengembangan pendidikan.
Tujuan
Mewujudkan tujuan nasional dibidang pendidikan dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa.
25
3.) Program Satu Keluarga Satu Sarjana (SKSS)
Program Satu Keluarga Satu Sarjana (SKSS) adalah Bea studi Mahasiswa
berprestasi di kampus negeri di seluruh Indonesia. Sesuai namanya program ini
mengutamakan mahasiswa yang berasal dari keluarga tidak mampu tanpa sarjana.
Beastudi SKSS membiayai mahasiswa semester pertama sampai lulus sarjana. SKSS
adalah program beasiswa ikatan dinas kepada setiap penerima untuk menjadi sarjana
pelopor pemberdayaan masyarakat di desanya
Target Program
Lulusan SMA/MU/SMK/Ponpes yang lulus USMPTN dan terdaftar di PTN
regional SKSS .
Memiliki kepedulian sosial
Memiliki keinginan untuk pemberdayaan potensi lokal daerah
Siswa dengan nilai tambah non-akademis yang dilengkapi dengan surat
keterangan atau sertifikat
4.) Rumah Pintar
Rumah Pintar yaitu rumah pusat pembelajaran masyarakat yang di dalamnya
terdapat perpustakaan dengan 5.000 unit buku, sarana bermain edukatif, peralatan
ketrampilan bagi anak, remaja, ibu dan masyarakat sekitarnya.Rumah Pintar di Bantul
Yogyakarta ini juga menjadi posyandu untuk memantau gizi anak, tempat berlatih
menjahit ibu-ibu, tempat belajar komputer bagi anak dan remaja serta tempat para
29
2. Zakat, Infak dan Sedekah
a. Definisi Zakat
Menurut (Qardawi, 1996) Ditinjau dari segi bahasa, zakat adalah kata Masdar
dari zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih, dan baik. Menurut Lisan Al-arab , Arti
kata zakat adalah suci, tumbuh, berkah dan terpuji. Kemudian menurut Wahidi kata
zaka berarti bertambah dan tumbuh. Zakat dari segi istilah fikih berarti sejumlah harta
tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak. Ibnu
Taimiah berkata, “Jiwa orang yang berzakat itu menjadi bersih dan kekayaannya akan
bersih pula.
Zakat menurut Syari‟at ialah kewajiban yang harus ditunaikan dalam harta
khusus, yaitu hewan ternak, tetanaman, barang tambang, dan perdagangan, diberikan
untuk golongan tertentu atau lebih tepatnya delapan golongan yang disebutkan dalam
surat At-Taubah dalam waktu khusus, yaitu jika telah tiba masa haul, selain buah-
buahan, yang jika berbuah, saat itulah waktu kewajiban menunaikan zakat (utsaimin,
2011).
Menurut (Rozalinda, 2016) Zakat dalam pengertian suci, adalah
membersihkan dari jiwa dan harta. Seseorang yang mengeluarkan zakat berarti dia
telah membersihkan diri dan jiwanya dari penyakit kikir, membersihkan hartanya dari
hak orang lain. kemudian zakat dalam pengertian berkah adalah harta yang sudah
dikeluarkan zakatnya secara kualitatif akan mendapat berkah dan akan berkembang,
walaupun secara kuantitatif jumlahnya berkurang.
Menurut (Zuhayly, 2005) Definisi Zakat menurut empat madzhab:
30
Madzhab Maliki : Mengeluarkan sebagian yang khusus dari harta yang khusus
pula yang telah mencapai nishab (batas kuantitas yang mewajibkan zakat) kepada
orang-orang yang berhak menerimanya (Mustahiknya). Dengan catatan
kepemilikan itu penuh dan mencapai haul (Setahun) bukan barang tambang dan
bukan pertanian.
Madzhab Hanafi : Menjadikan harta yang khusus dari harta yang khusus sebagai
milik orang yang khusus, yang ditentukan oleh syari‟at karena Allah SWT.
Madzhab Syafi‟i : Sebuah ungkapan untuk keluarnya harta atau tubuh sesuai
dengan cara khusus.
Madzhab Hanbali : Hak yang wajib dikeluarkan dari harta yang khusus untuk
kelompok yang khusus pula, yang dimaksud kelompok yang khusus adalah
delapan kelompok yang diisyaratkan oleh Allah SWT.
b. Dasar Hukum Zakat
Ayat Al-Qur’an:
"Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang
ruku' " (Q.S Al-Baqarah : 43)
31
"[yaitu] orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi,
niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang
ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali
segala urusan" (Q.S Al-Hajj : 41)
Artinya: "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya
doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Alloh maha mendengar
lagi maha mengetahui". (Q.S At-Taubah ayat 103)
Artinya:”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah
agama yang lurus”. (QS Al-Bayyinah ayat 5 )
Hadist-Hadist:
Sabda Nabi SAW dalam sebuah hadist shahih yang diriwayatkan Syaikhani,
Bukhari Muslim, dalam Ash-Shahihin, juga diriwayatkan oleh keduanya dari hadits
Abdullah bin Umar bin Khattab dari Nabi SAW beliau bersabda: “Islam dibangun
32
diatas lima pilar, Syahadat bahwasanya tidak ada sesembahan yang hak selain
Allah, dan Muhammad utusan Allah, Mendirikan Sholat, Membayar Zakat, Puasa
Ramadhan, dan Haji ke Baitullah. (HR.Bukhari,Muslim dan Tirmidzi) (utsaimin,
2011).
Dari Ibnu Abbas r. bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengutus
Mu'adz ke negeri Yaman ia meneruskan hadits itu dan didalamnya (beliau bersabda):
"Sesungguhnya Allah telah mewajibkan mereka zakat dari harta mereka yang
diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan dibagikan kepada orang-orang
fakir di antara mereka." (Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Bukhari)
c. Rukun Zakat, Syarat Wajib Zakat, dan Hikmah Zakat
Rukun Zakat
Menurut (Zuhayly, 2005) Rukun Zakat ialah mengeluarkan sebagian dari
nishab (harta), dengan melepaskan kepemilikan terhadapnya, menjadikannya sebagai
milik orang fakir dan menyerahkannya kepadanya atau harta tersebut diserahkan
kepada wakilnya yakni imam atau orang yang bertugas untuk memungut zakat.
Syarat Wajib Zakat:
Merdeka
Menurut kesepakatan ulama, zakat tidak wajib atas hamba sahaya karena
hamba sahaya tidak mempunyai hak milik.
Islam
Menurut ijma‟ zakat tidak wajib atas orang kafir karena zakat merupakan
ibadah mahdah yang suci sedangkan orang kafir bukan orang yang suci.
33
Baligh dan Berakal
Keduanya dipandang sebagai syarat oleh madzhab Hanafi. dengan demikian
zakat tidak wajib diambil dari harta anak kecil dan orang gila sebab keduanya tidak
termasuk dalam ketentuan orang yang wajib mengerjakan ibadah.
Harta yang dikeluarkan adalah harta yang wajib dizakati
Harta yang mempunyai kriteria ini ada lima jenis, yakni:
Uang, Emas, perak, baik berbentuk uang logam maupun uang kertas
barang tambang dan barang temuan
barang dagangan
hasil tanaman dan buah-buahan
menurut jumhur, binatang ternak yang merumput sendiri atau menurut
madzhab maliki, biantang yang diberi makan oleh pemiliknya.
Harta yang dizakati telah mencapai nishab atau senilai dengannya.
Maksudnya ialah nisab yang ditentukan oleh syara‟ sebagai tanda kaya nya
seseorang dan kadar-kadar berikut yang mewajibkannya zakat.
Harta yang dizakati adalah milik penuh
Madzhab hanafi berpendapat tentang apa yg dimaksdud dengan harta yang
dimiliki secara utuh dan berada ditangan sendiri yang benar-benar dimiliki.
Kepemilikan harta telah mencapai setahun.
Menurut hitungan qomariyah berdasarkan ijma‟ para tabi‟in dan fuqaha tahun
yang dihitung adalah tahun qamariyah bukan tahun syamsiah, pendapat ini disepakati.
34
Hikmah Zakat
Pertama, Zakat menjaga dan memelihara harta dn incaran mata dan tangan para
pendosa dan pencuri
Kedua, Zakat merupakan pertolongan bagi orang-orang fakir dan orang-orang
yang sangat memerlukan bantuan.
Ketiga, Zakat menyucikan jiwa dari penyakit kikir dan bakhil
Keempat, Zakat diwajibkan sebagai ungkapan syukur atas nikmat harta yang
telah dititipkan kepada seseorang.
d. Golongan yang berhak menerima zakat
Q.S. At-Taubah: 60
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang
miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Menurut (Zuhayly, 2005) golongan yang berhak menerima zakat yaitu:
Orang Fakir (al-fuqara‟)
35
Al-fuqara‟ adalah kelompok pertama yang menerima bagian zakat. Al-
fuqara‟ kata jamak dari al-faqir. menurut madzhab Syafi‟i dan Hanbali adalah
orang yang tidak memiliki harta benda dan pekerjaan yang mampu mencukupi
kebutuhannya sehari-hari.
Orang Miskin (al-masakin)
Al-Masakin adalah bentuk jamak dari kata al-miskin. kelompok ini
adalah kelompok kedua yang menerima bagian zakat. orang miskin ialah
orang yang memiliki pekerjaan, tetapi penghasilannya tidak dapat dipakai
untuk memenuhi hajat hidupnya. kemudian menurut madzhab syafi‟i dan
hanbali orang fakir itu lebih sengsara dibandingkan orang miskin.
Panitia zakat (al-amil)
Panitia zakat adalah orang-orang yang memungut zakat. panitia ini
disyaratkan harus memiliki sifat kejujuran dan menguasai hukum zakat.
Muallaf yang perlu ditundukan hatinya
Termasuk dalam kelompok ini antara lain orang-orang yang lemah
niatnya untuk memasukin islam. mereka diberi bagian dari zakat agar niat
mereka memasuki islam menjadi kuat.
Para budak
Para budak yang dimaksudkan disini menurut jumhur ulama , ialah
para budak muslim yang telah membuat perjanjian dengan tuannya untuk
memerdekakan dan tidak memiliki uang untuk membayar tebusan atas diri
36
mereka, meskipun mereka telah bekerja keras dan membanting tulang mati-
matian.
Orang yang memiliki utang
Mereka adalah orang-orang yang memiliki utang, baik utang itu untuk
dirinya sendiri maupun bukan, baik utang itu dipergunakan untuk hal-hal yang
baik maupun untuk melakukan kemaksiatan.
Orang yang berjuang di jalan Allah (Fi sabilillah)
Termasuk dalam kelompok ini adalah para pejuang yang berperang di
jalan Allah yang tidak digaji oleh markas komando mereka karena yang
mereka lakukan hanyalah berperang.
Orang yang sedang dalam perjalanan (Musafir)
Orang yang sedang melakukan perjalanan adalah orang-orang yang
bepergian (Musafir) untuk melaksanakan suatu hal yang baik, tidak termasuk
maksiat.
e. Definisi Infak
Menurut (rahmawati, 2013) Infak ialah derma tambahan yang dikeluarkan
oleh seorang muslim mampu dari sebagian hartatanya, semata-mata hanya untuk
mencari keridhaan Allah SWT. infaq juga berarti shadaqah, nafkah, pemberian harta
(selain zakat) untuk kebaikan, seperti untuk infak fakir miskin sesama muslim, infak
bencana alam, infak kemanusiaan dan lain-lain. kata-kata infak bukan sekedar
digunakan dalam konotasi, anjuran untuk mengalokasikan sebagin dari perolehan di
37
jalan Allah juga menggunakan kata infak, sebagaimana terlihat pada firman Allah
dalam surat Al-Baqarah ayat 195 yang berbunyi:
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”
Menurut Badan amil zakat kata infak dalam ayat diatas tidak bermakna
belanja untuk kepentingan keluarga,anak, dan istri, tapi alokasi sebagian perolehan di
jalan Allah. Dilihat dari segi posisi hukumnya infak ada dua macam, yaitu infaq
wajib yang berupa zakat, dan infak sunah yaitu menyampaikan sebagian dari
perolehan seseorang dijalan Allah selain zakat.
Menurut (subianto, 2014) Infak hukumnya adalah Fardhu kifayah atau wajib
bagi suatu masyarakat muslim. jika tidak ada satu kelompok dari masyarakat yang
mengerjakan, maka seluruh individu masyarakat itu akan berdosa besar, sedangkan
jika telah ada yang mengerjakan , maka gugurlah dosa dari kelompok kelompok lain
dari komunitas itu. Namun bagi anggota masyarakat yang tidak menunaikannya,
maka dirinya menjadi manusia yang sangat merugi dan menjadi manusia yang
terbodoh karena tidak ikut menanam saham atau pahala wajib secara berjamaah
tersebut yang sangat luar biasa besar pahalanya.
38
f. Definisi Sedekah
Menurut (arif, 2004) Kata sedekah berasal dari bahasa arab yaitu “Shadaqah”
yang secara bahasa berarti “benar atau jujur”. Sedangkan menurut istilah , sedekah
berarti sebuah pemberian secara suka rela, baik berupa uang, barang, jasa, kebaikan,
dan lainnya, kepada orang yang berhak menerimanya dengan jumalah yang tidak
ditentukan atau sekehendak dirinya dan diberikan kapan saja dan dimana saja demi
mengaharap ridha dan pahala dari Allah SWT. Pengertian tentang sedekah ini
didasarkan pada hadis nabi yang diriwayatkan oleh imam bukhari dan muslim.
keduanya meriwayatkan bahwa nabi SAW bersabda bahwa tiap-tiap orang muslim
wajib bersedekah.
Menurut (Abdul Rahman Ghazaly, 2010) Pada awal pertumbuhan islam ,
sedekah diartikan sebagai pemberian yang disunahkan, tetapi setelah kewajiban zakat
disyariatkan dalam Al-Qur‟an sering disebutkan kata Shadaqah maka Shadaqah
mempunyai dua arti, yang pertama shadaqah sunah, dan kedua shadaqah wajib
(Zakat). Menurut Syara‟, Sedekah diartikan sebagai sebuah pemberian seseorang
secara ikhlas kepada orang yang berhak menerima yang diiringi juga oleh pahala dari
Allah SWT.
Di dalam Al-Qur‟an banyak ayat yang menganjurkan agar kita bersedekah
diantaranya terdapat dalam firman Allah SWT.
Q.S. Al-Baqarah ayat 280
39
”Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh
sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu,
lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui “
Kemudian dalam hadis yang menyatakan untuk bersedekah.
"Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang
hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah
seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah diri) karena Allah melainkan Allah akan
meninggikannya." (HR. Muslim dari hadits Abu Hurairah).
g. Kewajiban Zakat dalam Maqashid Syariah
Menurut pandangan (asy-syatibi, 1997) Maqashid Syariah adalah
kemaslahatan manusia baik di dunia maupun diakhirat. Kemudian dalam
ungkapannya Asy-Syatibi menegaskan bahwa disyariatkannya hukum-hukum adalah
untuk kemaslahatan hambanya.
Setiap taklif syar‟i pasti mempunyai rujukan sebuah maqashid syariah, dan maqashid
syariah itu digolongkan kedalam tiga tingkatan:
Dhoruriyyat (Keharusan)
Dhoruriyyat adalah maqashid yang haruslah ada untuk menegakkan
mashalih kebaikan-kebaikan dalam masalah agama dan dunia, dan apabila
40
maqashid itu tidak ada maka tidak akan berjalan kebaikan-kebaikan masalah
dunia, dengan pengertian bahwa apabila mashlahah ini dirusak maka stabilitas
kehidupan dunia menjadi rusak.
Dhoruriyyat dalam skala prioritas disebut dengan kepentingan primer
yang merupakan dasar dan landasan dari kepentingan yang lain. contoh shalat,
zakat, puasa, haji. Adapun Pokok ibadah yang merujuk pada hifdz al-din
diantaranya: iman, dua syahadat, shalat, zakat, puasa, haji, dan sebagainya.
Dhoruriyyat terbagi menjadi 5:
Hifdz al-din (Menjaga Agama)
Hifdz al-nafs (Menjaga Jiwa)
Hifdz nasal (Menjaga Keturunan)
Hifdz maal (Menjaga Kekayaan)
Hifdz aql (Menjaga Intelektual)
Hajiyyat (Kebutuhan)
Hajiyyat adalah maqashid yang disandarkan sebagai sebuah
keleluasaan dan yang menghilangkan kesempitan yang ada dalam kebiasaan.
contoh ruhshah shalat, qiradh (menghutangkan uang).
Dalam skala prioritas hajiyyat debut sebagai kepentingan skunder
yang menjadi penyangga dan penyempurna kepentingan primer.
Tahsiniyyat (Penghiasan)
41
Tahsiniyyat adalah maqashid yang diambil dan disandarkan kepada
hal yang dianggap baik menurut adat dan menjauhkan hal hal yang dianggap
tercela menurut akal sehat. Contoh adab dalam makan dan minum,
menghindari berlebihan dalam makan. Jika dalam bidang muammalah
contohnya larangan menjual barang-barang yang najis.
Dalam skala prioritas Tahsiniyyat disebut sebagai kepentingan tersier
yang merupakan pelengkap sebagai unsur penopang bagi kepentingan
sekunder.
Dalam ketiga maqashid syariah ini yang diharuskan atau diwajibkan
yaitu kebutuhan Dhoruriyyat ialah tingkat kebutuhan yang harus ada, karena
maqashid ini tidak bisa dihindarkan dalam menopang masalih al-din
(agama&akhirat) dan dunia. Jika maslahah ini dirusak maka kehidupan dunia
pun akan rusak, dan kerusakan maslahah inilah mengakibatkan berakhirnya
kehidupan di dunia dan akhirat, dan ia juga mengakbitkan hilangannya
keselamatan dan rahmat. Contoh Dhoruriyyat ini salah satunya dalam hifdz
al-din yaitu Zakat.
3. Belanja Bantuan Sosial
Menurut JDIH (Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum) Kementrian
Keuangan, Belanja Bantuan Sosial adalah pengeluaran berupa transfer uang, barang
atau jasa yang diberikan oleh Pemerintah Pusat/Daerah kepada masyarakat guna
melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial, meningkatkan
42
kemampuan ekonomi dan/atau kesejahteraan masyarakat. Risiko Sosial adalah
kejadian atau peristiwa yang dapat menimbulkan potensi terjadinya kerentanan sosial
yang ditanggung oleh individu, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat sebagai
dampak krisis sosial, krisis ekonomi, krisis politik, fenomena alam, dan bencana alam
yang jika tidak diberikan Belanja Bantuan Sosial akan semakin terpuruk dan tidak
dapat hidup dalam kondisi wajar.
Belanja bantuan sosial diberikan dalam bentuk uang, barang, dan jasa. Belanja
bantuan sosial bersifat sementara atau berkelanjutan guna memberikan rehabilitasi
sosial, perlindungan sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan penanggulangan
kemiskinan agar dapat meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas kelangsungan
hidup, dan memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian. Belanja
bantuan sosial diberikan dalam bentuk :
bantuan langsung
penyediaan aksessibilitas
penguatan kelembagaan.
Di Indonesia Bantuan sosial diatur pada:
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah;
43
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman dan Pengelolaan
Keuangan Daerah yang telah dirubah terakhir dengan Permendagri Nomor 21
Tahun 2011.
Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan
Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 39 Tahun 2012.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81/PMK/05/2012 tentang Belanja Bantuan
Sosial pada Kementerian Negara/Lembaga.
(mahameru rosy rochmatullah, 2014) Peraturan Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia nomor 32 tahun 2011, pasal 1 ayat 15. Klasifikasi bantuan sosial
yang dialokasikn ke dalam APBD/APBN yang telah diatur dalam peraturan
pemerintah No. 45 tahun 2013, yaitu antara lain:
Belanja Bantuan Sosial yang bersifat konsumtif, bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan hidup masyarakat sebagai jaring pengaman sosial. maka bantuan
tersebut berupa uang/barang langsung diberikan kepada masyarakat miskin
untuk membeli/mencukupi kebutuhan hidupnya.
Belanja Bantuan Sosial yang bersifat produktif, bertujuan untuk memberikan
modal usaha kepada masyarakat ekonomi lemah. Bantuan tersebut berupa uang
yang diserahkan langsung kepada masyarakat miskin sebagai modal usaha agar
44
mendapatkan penghasilan dan juga meningkatkan pendapatan mereka dalam
status sosial .
Belanja Bantuan Sosial yang diberikan kepada lembaga pendidikan, kesehatan
dan lembaga tertentu. Bantuan ini berupa uang, barang ataupun jasa yang
disalurkan kepada lembaga pendidikan, lembaga kesehatan dan lembag tertentu,
guna disalurkan kembali ke masyarakat agar mengurangi beban masyarakat.
4. Belanja Subsidi
Menurut KSAP (Komite Standar Akuntansi Pemerintah), Belanja subsidi
merupakan anggaran pemerintah yang dialokasikan kepada pabrikan dengan maksud
membantu biaya produksi supaya harga jual terjangkau oleh masyarakat. Anggaran
ini terutama untuk “Public Service Obligation” yang harga jualnya diintervensi oleh
pemerintah.
Menurut JDIH (Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum) kementerian
keuangan, Belanja subsidi adalah Alokasi anggaran yang diberikan kepada
perusahaan/lembaga untuk memproduksi, menjual, mengekspor, atau mengimpor
barang dan jasa, yang memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian rupa sehingga
harga jualnya dapat dijangkau oleh masyarakat. Belanja subsidi diberikan oleh
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara. Belanja subsidi terdiri dari:
Energi
Alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan atau lembaga yang
menyediakan dan mendistribusikan bahan bakar minyak (BBM) jenis tertentu,
45
liquefied petroleum gas (LPG) konsumsi rumah tangga dan usaha mikro serta
tenaga listrik sehingga harga jualnya terjangkau oleh masyarakat yang
membutuhkan.
Non Energi
Alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan atau lembaga yang
menyediakan dan mendistribusikan barang publik yang bersifat non energi
sehingga harga jualnya terjangkau oleh masyarakat yang membutuhkan.
Menurut BPS, dalam subsidi termasuk semua bantuan dalam bentuk uang atau
barang yang diberikan pemerintah pada perusahaan swasta maupun perusahaan
pemerintah. Yang dimaksud dengan subsidi dalam bentuk barang adalah subsidi
untuk barang-barang yang habis dipakai dalam satu kali proses produksi, sehingga
bantuan berupa barang modal dan dalam bentuk uang untuk pembentukan modal
tidak termasuk. Tujuan pemberian subsidi, antara lain, adalah menjaga kestabilan
harga, menutupi kerugian yang diderita perusahaan dan lain-lain. Data yang tercakup
dalam perincian subsidi ini adalah subsidi bahan bakar dan subsidi pupuk.
B. Hubungan Antar Variabel
1. Hubungan Zakat, Infaq, dan Sedekah Terhadap Kemiskinan
Mengatakan bahwa tujuan mendasar ibadah zakat itu adalah untuk
menyelesaikan berbagai macam persoalan sosial seperti pengangguran,
kemiskinan,dan lain-lain. Sistem distribusi zakat merupakan solusi terhadap
persoalan-persoalan tersebut dengan memberikan bantuan kepada orang miskin tanpa
46
memandang ras, warna kulit, etnis, dan atribut-atribut keduniawian lainnya.
(Qardawi, 1996)
Zakat merupakan salah satu instrument fiskal dalam perekonomian yang telah
dipergunakan oleh pemerintahan Islam semenjak Rasulullah saw, dan berdasarkan
perjalanan sejarah zakat telah memainkan peran cukup penting dalam mekanisme
distribusi pendapatan dalam perekonomian. Pengelolaan zakat yang tepat,
professional dan akuntabel akan memberikan pengaruh cukup signifikan dalam
perekonomian. Zakat yang dikelola dengan baik akan mampu memberikan efek
pengganda dalam perekonomian, sehingga dapat berpengaruh dalam program
pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan oleh pemerintah. (arif M. n., 2010)
Zakat ditinjau dari pendekatan etnis dan pemikiran rasional ekonomis adalah
sebagai kebijaksanaan ekonomi yang dapat mengangkat derajat orang-orang miskin,
sehingga dampak sosial yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal. Hal ini
dapat terwujud apabila dilakukan pendistribusian kekayaan yang adil. Zakat mungkin
didistribusikan secara langsung kepada orang-orang yang berhak, baik kepada satu
atau lebih penerima zakat maupun kepada organisasi sosial yang mengurusi fakir
miskin. Namun hendaknya kita mencari orang-orang yang benar membutuhkan.
Untuk menghindari pemberian zakat kepada orang yang salah, maka pembayar zakat
hendaknya memastikan dulu. (Mahalli, 2012)
2. Hubungan Belanja Bantuan Sosial Terhadap Kemiskinan
Pembelanjaan yang dilakukan pemerintah daerah sudah seharusnya mampu
mengurangi masalah kesejahteraan yang masih membelit sebagian masyarakat yakni
47
kemiskinan. Pos-pos belanja yang langsung bersentuhan dengan kesejahteraan rakyat
harus mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah.Sesuai dengan aturan
otonomi daerah dan pengelolaan keuangan daerah maka pos-pos yang paling vital
menyentuh langsung kesejahteraan rakyat adalah Belanja Bantuan Sosial. Belanja
bantuan sosial memang dikhususkan untuk meningkatkan kesejahateraan masyarakat
baik dalam bentuk barang maupun uang. (Agustien, 2017)
3. Hubungan Belanja Subsidi Terhadap Kemiskinan
Terdapat beberapa aspek yang penting untuk diperhatikan dalam pengentasan
kemiskinan di indonesia, salah satunya adalah pengeluaran subsidi, dari aspek
pengeluaran adalah aspek yang krusial bagi pemerintah, sebab besaran dari
pengeluaran ditetapkan secara langsung oleh pemerintah dan pada akhirnya dapat
mempengaruhi angka kemiskinan. tujuan dari subsidi adalah untuk meringankan
beban masyarakat miskin seperti subsidi BBM dan Listrik. (misdawati, 2013).
Menurut Purwoko (2003) yang dikutip oleh Sri Djoko Pararto (2012),
kebijakan pemberian subsidi listrik yang dilakukan pemerintah bertujuan selain untuk
membantu pelanggan yang kurang mampu dan masyarakat yang belum terjangkau
pelayanan PLN dapat ikut menikmati energi listrik, juga untuk menjaga ketersediaan
tenaga listrik, serta menjamin kelangsungan hidup perusahaan penyediaan tenaga
listrik .
C. Penelitian Terdahulu
1. Habib Ahmed (2008) jurnal Thoughts economics vol 18.No.3 dengan Judul
“Zakah,Macroeconomic Policies and poverty Alleviation: Leassons frome
48
simulations on Bangladesh” Kebijakan yang selama ini dibuat untuk
mengurangi kemiskinan salah satunya kebijakan yang dibuat oleh IMF dan
Bank Dunia yaitu Strategi Pengentasan Kemiskinan pada tahun 1999 hingga
program MDG (Millenium Development Goals) yang dibuat oleh PBB pada
tahun 2015. Meskipun sudah banyak program pengentasan kemiskinan,
namun hasilnya tidak begitu signifikan. Hal ini ini menyebabkan kalangan
ekonom mencari cara lain untuk mengentaskan kemiskinan agar lebih efektif,
yaitu menggunakan instrument Islam, yaitu zakat. Efektivitas zakat telah
terbukti signifikan pada masa pemerintahan Umar Bin Khattab dan Umar bin
Abdul Aziz. Pada jurnal ini, Negara yang dijadikan objek penelitian adalah
Bangladesh. Hasil dari penelitian ini adalah, kebijakan ekonomi yang tidak
disertai dengan zakat tidak dapat mengurangi kemiskinan secara signifikan.
Terdapat dua syarat utama yang harus dipenuhi agar zakat dapat mengurangi
kemiskinan. yang pertama adalah, zakat harus diikutsertakan dalam kebijakan
makroekonomi. Yang kedua adalah, lebih banyak penyaluran zakat produktif
dibandingkan zakat konsumtif.
2. M. Kabir Hasan (2010) dalam jurnal Proceedings of seventh International
conference the tawwadi epistemology : Zakat and waqf economy dengan judul
“An integreted proverty alleviation model combinig zakat, awqaf, and micro
finance”. Dalam model yang dipaparkan dalam karya ilmiah ini, para peneliti
menggabungkan keuangan mikro Islam dengan dua alat Islam tradisional
pengentasan kemiskinan seperti Zakat dan Wakaf dalam pengaturan
49
kelembagaan. Sifat bawaan dari model yang diusulkan dapat memastikan
distribusi dan kesejahteraan yang merata di antara orang miskin. Jika
diimplementasikan, model ini akan berkontribusi pada pengentasan
kemiskinan dengan menggabungkan ketiga pendekatan: tindakan positif
(seperti peningkatan pertumbuhan pendapatan melalui pengembangan usaha
mikro untuk orang miskin), langkah-langkah pencegahan (melalui
memastikan distribusi ulang fungsional di antara faktor-faktor produksi) dan
koreksi langkah-langkah (melibatkan Zakat dan Wakaf).
3. Irfan Syauqi Beik (2008) judul Analisis peran zakat dalam mengurangi
kemiskinan di indonesia dengan mengambil studi kasus lembaga amil zakat
(LAZNAS) dompet dhuafa republika. Kemudian penelitian ini menggunakan
data melalui metode survei, wawancara langsung, dan survei literatur (Jurnal,
buku, laporan tahunan dompet dhuafa dsb), dan metode analisa yang
digunakan yaitu hedcon ratio ( mengukur tingkat kemiskinan), proverty gap
(Rasio kesenjangan kemiskinan), income gap ( Rasio pendapatan), indexsen,
dan terakhir indexfoster. Kemudian dari hasil penelitian diatas bahwa zakat
mampu mengurangi jumlah keluarga miskin di indonesia dari 84% sampai
dengan 74%.
4. Mansyur Efendi (2016) judul pengelolaan zakat produktif berwawasan
kewirausahaan sosial dalam pengentasan kemiskinan di indonesia. Kemudian
penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu dengan konsep
kewirausahaan sosial, bentuk kewirausahaan sosial, zakat produktif dan sosial
50
entrepeneurship, dan arah pengelolaan zakat produktif. Dari hasil penelitian
diatas zakat produktif memiliki peran yang strategis dalam upaya kemiskinan
di indonesia, hal ini ditunjukan dengan besarnya potensi zakat di indonesia
serta mekanisme pengeloaan zakat yang memungkinkan untuk digunakan
sebagi program pengentasan kemiskinan.
5. Yogi Citra Pratama (2015) judul penelitiannya yaitu peran zakat dalam
penanggulangan kemiskinan. Kemudian penelitian ini menggunakan metode
Deskriptif kualitatif, dan hasil dari penelitian ini adalah bahwa meskipun
dana zakat yang terkumpul masih sangat kecil, tetapi memiliki dampak nyata
dalam upaya pengentasan kemisikinan melalui program zakat produktif. Dan
zakat menjadi instrument keuangan yang efektif dalam permasalahan modal
kaum miskin.
6. M. Nur Rianto Al Arif (2010) judul penelitiannya yaitu Efek pengganda zakat
serta implikasinya terhadap program pengentasan kemiskinan, kemudian
penelitian ini menggunakan metode Deskriptif kualitatif, dan hasil dari
penelitian ini adalah bahwa Apabila zakat dikelola dengan baik, maka akan
mampu menghasilkan efek ganda pada perekonomian, dan Zakat baik dalam
bentuk bantuan konsumtif maupun bantuan produktif berdasarkan mekanisme
yang ada telah mampu memberikan pengaruh cukup signifikan dalam
perekonomian melalui mekanisme efek penggandanya.
7. Jumadin lapopo (2012) dengan judul penelitian yaitu Pengaruh ZIS (Zakat,
infak, dan sedekah) dan Zakat fitrah terhadap penurunan kemiskinan di
51
indonesia periode 1998-2010. Kemudian penelitian ini menggunakan metode
Regresi Linear Berganda. Dengan metode ordinary least square (OLS ). dan
hasil dari penelitian ini adalah Pada Variabel penerimaan ZIS
(Zakat,Infak,Sedekah) dalam Penelitian ini mempunyai pengaruh yang
negatif dan signifikan terhadap penurunan proporsi
penduduk miskin di Indonesia periode 1998 – 2010.
8. Asta Lugra Pramita, I Gusti Wayan Murjana Yasa, A.A.I.N Marhaeni (2015)
dengan judul penelitian yaitu Peranan dana sosial terhadap kualitas rumah
masyarakat miskin melalui program bedah rumah di kabupaten bulelang,
kemudian penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Selanjutnya
Dilakukan uji beda rata-rata berpasangan dengan uji Wilcoxon sig 2 < 0,05.
dan hasil dari penelitian ini adalah Dana bantuan sosial melalui program
bedah rumah berperan signifikan terhadap peningkatan kualitas rumah
masyarakat miskin ini tidak mempunyai pengaruh yang negatif dan
tidak signifikan terhadap proporsi penduduk miskin periode 1998-2010.
9. Hikma Wati (2016) dengan judul penelitian yaitu Peran dinas sosial dalam
penyaluran bantuan sosial sebagai upaya penanggulangan kemiskinan
perkotaan di provinsi lampung, kemudian penelitian ini menggunakan metode
analisis Deskriptif Kualitatif, dan hasil dari penelitian ini adalah Adanya
penghambat dalam pelaksanaan penyaluran bantuan sosial sebagai upaya
penanggulangan kemiskinanan, ada 3:
52
Minimnya pengetahuan kelompok KUBE dalam pembuat rekening untuk
kepentingan bersama dan mengahabiskan waktu yang cukup lama.
Bahasa, Terkadang saat sosialisasi dan evaluasi seksi pemberdayaan
fakir miskin oleh dinas sosial kesulitan interaksi dengan anggota KUBE,
karena masyarakat tersebut masih menggunakan bahasa suku atau
menggunakan bahasa daerah masing-masing.
Dana yang dialokasikan kepada KUBE untuk tujuan kesejahteraan hidup
mereka sering disalah gunakan.
10. Agustien Sendouw, Vekie A.Rumate, dan Debby Ch.Rotinsulu (2017) dengan
judul penelitian yaitu Pengaruh belanja modal, belanja sosial, dan
pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di kota manado,
kemudian dalam penelitian ini menggunakan Metode Regresi linear berganda
dengan uji asumsi klasik, dan hasil dari penelitian ini adalah Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi untuk variabel belanja sosial dan
pertumbuhan ekonomi adalah positif.
Hasil penelitian mengenai uji t (parsial) untuk variabel belanja sosial dan
pertumbuhan ekonomi secara parsial tidak berpengaruh terhadap tingkat
kemiskinan di Kota Manado.
Uji F (Simultaan) juga menunjukkan secara bersama-sama ketiga variabel
bebas tidak berpengaruh terhadap tingkat kemskinan di Kota Manado.
11. Misdawita, dan A.Arini Putri Sari (2013) dengan judul penelitian yaitu
Analisis dampak pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan, kesehatan,
53
dan pengeluran subsidi terhadap kemiskinan di indonesia, kemudian
penelitian ini menggunakan metode Metode estimasi Error Corection Model
(ECM) dan Ordinary Least Square (OLS). dan hasil dari penelitian ini adalah
bahwa:
variabel pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan memiliki dampak
yang negatif dan signifikan terhadap angka kemiskinan. Hasil ini
menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan sudah
tepat sasaran untuk membantu masyarakat miskin.
variabel pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan memiliki dampak
yang positif dan signifikan terhadap angka kemiskinan yang berarti
bahwa setiap penambahan pengeluaran pemerintah pada bidang
kesehatan akan menambah jumlah orang miskin di Indonesia.
variabel pengeluaran pemerintah untuk subsidi memiliki dampak yang
negatif namun tidak signifikan yang berarti bahwa pengeluaran subsidi
tidak memiliki dampak yang berarti bagi penurunan angka kemiskinan di
Indonesia. Pengeluaran subsidi pemerintah yang tidak berdampak
signifikan terhadap pengurangan angka kemiskinan yang terjadi akibat
tidak tepat sasarannya pemberian subsidi di lapangan.
D. Kerangka Berfikir
Kerangka Pemikiran (kerangka berfikir) adalah Suatu diagram yang
menjelaskan secara garis besar alur logika berjalannya sebuah penelitian, kerangka
pemikiran ini dalam sebuah penelitian kuantitatif, sangat menentukan kejelasan dan
54
PENYALURAN ZAKAT, INFAK, dan
SEDEKAH (X1)
BELANJA BANTUAN SOSIAL (X2)
BELANJA SUBSIDI (X3)
KEMISKINAN (Y)
validitas proses penelitian secara keseluruhan dan sebagai konsep pemecahan
masalah yang telah diidentifikasi atau dirumuskan.
Gambar 2.8
Kerangka Berfikir
Deskripsi Desain Penelitian:
Seperti yang kita ketahui bahwa kemiskinan merupakan salah satu masalah dunia. Di
indonesia termasuk salah satu negara berkembang, akan tetapi masyarakat miskin
masih tergolong cukup banyak, oleh karenanya masih perlu perhatian khusus oleh
pemerintah. Kemudian jika kita melihat dari penelitian sebelumnya bahwa pengaruh
zakat terhadap kemiskinan sangat signifikan, artinya bahwa zakat memberikan
dampak positif terhadap kemiskinan.Dengan adanya lembaga Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) zakat tersebut dapat disalurkan secara merata dan tepat sasaran dan
55
BAZNAS ini pun masih aktif dengan program-program dalam pemberdayaan
masyarakat miskin, salah satunya RCAB (rumah cerdas anak bangsa), Rumah
layanan zakat, Baznas tanggap bencana ,dan lainya. Kemudian bantuan sosial yang
diberikan oleh pemerintah berupa uang/jasa memang mencangkup kesejahteraan
masyarakat artinya bahwa bantuan sosial itu dikhususkan untuk membantu
masyarakat dari terjadinya resiko sosial. tidak hanya itu subsidi pun pemerintah
membantu untuk meringankan beban masyarakat miskin untuk membeli bahan bakar
dan sebagainya. Penelitian ini ditunjukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh
signifikan mengenai zakat, dan pengeluaran pemerintah terhadap kemiskinan di
indonesia. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu terdiri dari 4 variabel,
variabel dependent yaitu kemiskinan dan variabel independent yaitu Penyaluran dana
ZIS, Belanja bantuan sosial dan Belanja Subsidi. Maka dari itu untuk mengetahui
pengaruh antar variabel dependent dan independent dapat dilakukan dengan
menggunakan metode analisis data yaitu uji asumsi klasik yang meliputi (uji
normalitas, uji heterskodastisitas, uji autokorelasi, dan uji multikolinieritas).
Kemudian apabila dalam uji asumsi klasik ini tidak terjadi masalah maka dapat
dilanjut dengan uji regresi linier berganda dan uji statistik yang meliputi (Koefisien
determinan, uji F, dan uji T). Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data
sekunder yang didapatkan dari instansi yang berkaitan, dan didapatkan pula dari
website perusahaan, BPS, dan jurnal-jurnal.
E. Hipotesis Penelitian
1. Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS)
56
H0 : Penyaluran ZIS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
Kemiskinan di Indonesia Periode 2013-2017
H1 : Penyaluran ZIS berpengaruh secara signifikan terhadap Kemiskinan
di Indonesia Periode 2013-2017
2. Belanja Bantuan Sosial
H0 : Belanja Bantuan Sosial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
Kemiskinan di Indonesia Periode 2013-2017
H1 : Belanja Bantuan Sosial berpengaruh secara signifikan terhadap
Kemiskinan di Indonesia Periode 2013-2017
3. Belanja Subsidi
H0 : Belanja Subsidi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
Kemiskinan di Indonesia Periode 2013-2017
H1 : Belanja Subsidi berpengaruh secara signifikan terhadap Kemiskinan
di Indonesia Periode 2013-2017
4. Penyaluran ZIS, Belanja Bantuan Sosial, dan Belanja Subsidi
H0 : Penyaluran ZIS, Belanja Bantuan Sosial, dan Belanja Subsidi tidak
berpengaruh secara simultan terhadap Kemiskinan di Indonesia Periode
2013-2017
H1 : Penyaluran ZIS, Belanja Bantuan Sosial, dan Belanja Subsidi
berpengaruh secara simultan terhadap Kemiskinan di Indonesia Periode
2013-2017
57
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Objek Penelitian
Badan Amil Zakat Nasional ( BAZNAS) di Indonesia merupakan lokasi
dalam penelitian ini. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2011 Tentang pengelolaan zakat, yang dimaksud dengan pengelolaan zakat
yaitu kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian, pendistribusian dan
pendayagunaan zakat.
Fungsi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yaitu untuk melaksanakan
fungsi pengelolaan zakat, infaq, dan sedekah sesuai dengan syariat islam, dan
perundang-undangan.
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) memiliki data yang cukup lengkap,
sehingaa si peneliti ini mudah mendapatkan data-data yang ia inginkan, kemudian
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) juga memiliki laporan keuangan dana zakat
yang transparan baik itu penyaluran maupun penerimaan. BAZNAS juga memiliki
program-program yang dapat membantu pemberdayaan masyarakat.
B. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu
penelitian yang menitik beratkan pada pengujian hipotesis, mengukur variabel yang
sedang diteliti dan akan menghasilkan kesimpulan, serta menggunakan alat bantu
58
statistik. Untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis, maka terdapat
beberapa variabel-variabel yang digunakan terdiri dari tiga variabel. Tingkat
kemiskinan merupakan dependent variabel atau variabel terikat. Sedangkan untuk
independent variabel atau variabel bebas adalah Penyaluran ZIS pada BAZNAS,
belanja bantuan sosial dan belanja subsidi pada realisasi pengeluaran pemerintah.
C. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi
Populasi menurut KBBI mempunyai beberapa arti diantaranya yaitu:
seluruh jumlah orang atau penduduk di suatu daerah
jumlah orang atau pribadi yang mempunyai ciri-ciri yang sama
jumlah penghuni, baik manusia maupun makhluk hidup lainnya pada suatu
satuan ruang tertentu
sekelompok orang, benda, atau hal yang menjadi sumber pengambilan sampel
suatu kumpulan yang memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah
penelitian.
Populasi adalah Wilayah generalisasi berupa subjek atau objek yang diteliti
untuk dipelajari dan diambil kesimpulan (supriyadi, 2014).
2. Sampel
Sampel (bahasa inggris: sample) merupakan bagian dari populasi yang ingin
diteliti; dipandang sebagai suatu pendugaan terhadap populasi, namun bukan populasi
itu sendiri. Sampel dianggap sebagai perwakilan dari populasi yang hasilnya
mewakili keseluruhan gejala yang diamati.
59
Sampel menurut KBBI adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan
sifat suatu kelompok yang lebih besar atau bagian kecil yang mewakili kelompok
atau keseluruhan yang lebih besar
Sampel merupakan sebagian atau bertindak sebagai perwakilan dari populasi
sehingga hasil penelitian yang berhasil diperoleh dari sampel dapat digeneralisasikan
pada populasi (supriyadi, 2014).
D. Metode Pengumpulan Data
Data yang dihimpun dan yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian
harus data yang valid. oleh karena itu prosedur dalam dalam pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah :
1. Penelitian Terdahulu, yaitu dengan meninjau dan memahami permasalahan apa
saja yang dihadapi peneliti terdahulu terkait dengan penelitian ini.
2. Data Sekunder, yaitu sumber data yang yang sudah dikumpulkan oleh lembaga
pengumpul data, sehingga data tersebut dapat dicari dengan menggunakan buku
referensi, jurnal-jurnal, serta dari browsing website internet.
E. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, langkah-langkah yang harus dilakukan terlebih dahulu
yaitu dengan menggunakan Uji Asumsi Klasik, Kemudian barulah mennggunakan
statistik model untuk menguji Regresi Linier Berganda. Dalam penelitian ini
menggunakan data Time Series dan menggunakan aplikasi SPSS.
60
Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif merupakan metode yang berkaitan dengan pengumpulan
dan penyajian suatu hasil pengamatan (data) sehingga memberikan informasi yang
berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap data dan informasi. Statistik
deskriptif juga menyajikan dan memberikan informasi dari data yang dimiliki (data
dari sampel) dan bukan memberikan kesimpulan apapun tentang data populasi,
penyampaian informasi yang dimaksud adalah berupa diagram, grafik, gambar dan
tabel. Statistik deskriptif juga digunakan untuk gambaran umum sampel penelitian
yang meliputi nilai rata-rata (mean), nilai tengah(median), nilai maksimum, varian
dan standar deviasi dari setiap variabel dalam model.
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penganggu
atau residual memiliki ditribusi normal. Analisis data mensyaratkan data berdistribusi
normal untuk menghindari bias dalam analisis data. Menurut (suliyanto, 2011) Hal ini
dapat dideteksi dengan analisis grafik histogram dengan menggambarkan variabel
dependent sebagai sumbu vertikal sedangkan nilai residual terstandarisasi
digambarkan sebagai sumbu horizontal. Jika Histogram Standardized Regression
Residual membentuk kurva seperti lonceng maka nilai residual tersebut dinaytakan
normal.
61
Kemudian cara lain untuk menguji normalitas dengan melihat hasil grafik
Normal P-Plot :
Jika titik-titiknya mendekati garis diagonal berarti memenuhi asumsi
normalitasnya
jika titik-titiknya mnejauhi garis diagonal berarti todak memenuhi asumsi
normalitasnya
b. Uji Multikoliniearitas (kolinieritas ganda)
Pertama kali ditemukan oleh ragnar frisch, yang berarti adanya hubungan
linier yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel penjelas
(bebas) dari model regresi ganda. Istilah multikolinieritas digunakan dalam arti yang
lebih luas, yaitu untuk terjadinya korelasi linear yang tinggi diantara variabel-variabel
penjelas (x1,x2,....). (setiawan, 2010) kemudian uji multikolinieritas ini juga untuk
melihat ada tidaknya hubungan linear antar variabel independen. Menurut (suliyanto,
2011) Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
yang terbentuk terdapat korelasi yang tinggi atau sempurna diantara variabel bebas
maka model regresi tersebut dinyatakan mengandung gejala multikolinier. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas dalam suatau model regresi dapat
dilihat dari beberapa hal diantaranya :
Jika nilai Tolerance (tol) < 0,1 maka model regresi mengalami multikolinieritas
Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) > 10 maka model regresi mengalami
multikolinieritas
62
c. Uji Autokorelasi
Dalam konsep linear berarti komponen error berkorelasi berdasarkan urutan
waktu (pada data berskala) atau urutan ruang (pada data tampang lintang), atau
korelasi pada dirinya sendiri (setiawan, 2010) . Kemudian tujuan dari autokorelasi
yaitu untuk melihat apakah terdapat masalah autokorelasi atau korelasi antara
variabel pengamatan. Menurut (suliyanto, 2011) Uji Autokorelasi bertujuan untuk
mengetahui apakah ada korelasi anatar anggota serangkaian data observasi yang
diuraikan menurut waktu (time series). Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada dan
tidaknya masalah autokorelasi yaitu dengan menggunakan metode analisis grafik,
Durbin Watson, metode Lagrange Multiplier (LM Test), metode Breusch-Godfrey
(B-Gtest) dan metode Run Test.
Dalam penelitian ini menggunakan metode Durbin Watson, Menurut Santoso
(2012:242) dalam skripsi Haryoseto mengatakan bahwa terdapat kriteria dalam
pengambilan kesimpulan ada tidaknya autokorelasi sebagai berikut:
Jika nilai DW terletak dibawah -2 berarti terjadi autokorelasi positif
Jika nilai DW diantara -2 hingga + 2 berarti tidak terjadi autokorelasi
Jika nilai DW terletak diatas +2 berarti terjadi autokorelasi negatif
d. Uji Heteroskedastisitas
Untuk melihat apakah dalam model regresi tersebut terdapat ketidaksamaan
varian dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Dalam kasus uji
heteroskedastisitas ini yaitu, jika kondisi variansi errornya (Y) tidak identik
(setiawan, 2010). Menurut (suliyanto, 2011) UJI Heteroskedastisitas bertujuan untuk
63
menguji apakah dalam model regresi terajdi ketidaksamaan variance dari residu satu
pengamatan yang lain. jika terjadi perbedaan residual dan variance, maka model
regresi mengalami heteroskedastisitas, model regresi yang baik adalah yang
homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada
tidaknya heteroskedastisitas maka dapat dilakukan dengan analisis grafik dengan
mengamati scatterplot dimana sumbu horizontal menggambarkan Predicted
Standardized sedangkan sumbu vertikal menggambarkan nilai Residual Studentized.
Dasar Analisis Heteroskedastisitas:
Jika Scatterplot membentuk pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk
pola teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), ini menandakan
telah terjadi heteroskedastisitas
Jika Scatterplot menyebar secara acak , serta titik-titik menyebar diatas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas
2. Regresi Linier Berganda
Regresi atau peramalan adalah suatu proses memperkirakan secara sistematis
tentang apa yang paling mungkin terjadi dimasa yang akan datang berdasarkan
informasi masa lalu dan sekarang yang dimiliki agar kesalahannya dpat diperkecil.
Kegunaan regresi dalam penelitian adalah untuk meramalkan atau memprediksi
variabel terikat (Y) apabila variabel bebas (X) diketahui.
Persamaan regresi linier berganda:
64
ket:
Y =Kemiskinan
a = Konstanta
b =Koefisien Regresi
X1 = ZIS
X2 =Bansos
X3 =Subsidi
e = Error term, diasumsikan 0
a. Koefisien determinasi (R2)
Digunakan untuk mengetahui sejauh mana ketetapan atau kecocokan garis
regresi yang terbentuk dalam mewakili kelompok data hasil observasi. koefisien
determinasi menggambarkan bagian dari variasi total yang dapat diterangkan oleh
model. semakin besar nilai R2 (mendekati 1) maka ketepatannya dikatakan semakin
baik (setiawan, 2010). Seberapa baik garis regresi sesuai dengan data, dan analisis
regresi linier berganda merupakan model analisis untuk mengetahui pengaruh
variabel independen Penyaluran ZIS, Belanja Bantuan Sosial, dan Belanja Subsidi
terhadap variabel dependen Kemiskinan.
b. Uji Statistik T (Uji Parsial)
Pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen
secara invidual dalam menerangkan variasi variabel dependen. kemudian juga
membuktikan apakah variabel independen secara individu (parsial) mempengaruhi
65
variabel dependen. Suatu Variabel akan memiliki pengaruh yang berarti apabila nilai
T hitung dari variabel tersebut lebih besar dibandingkan dengan nilai T tabel.
Asumsi yang digunakan dalam pengambilan keputusan adalah :
1.) Perbandingan T-Hitung dan T-Tabel
Apabila T-Hitung > T-Tabel maka H0 ditolak
Apabila T-Hitung < T-Tabel maka H0 diterima
2.) Probabilitas
Apabila Prob (P-value) > Significance level maka H0 diterima
Apabila Prob (P-value) < Significance level maka H0 ditolak
c. Uji Statistik F (Uji Simultan)
Pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel independen atau bebas
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependennya. dan juga untuk mengevaluasi pengaruh semua variabel
independen terhadap variabel dependen. Asumsi yang digunakan dalam pengambilan
keputusan terhadap uji F berdasarkan:
1.) Perbandingan F-Hitung dan F-Tabel
Apabila F-Hitung > F α (k, n-k-1) maka H0 ditolak
Apabila F-Hitung < F α (k, n-k-1) maka H0 diterima
2.) Probabilitas
Apabila Prob (P-value) > Significance level maka H0 diterima
Apabila Prob (P-value) < Significance level maka H0 ditolak
66
F. Operasional Variabel Penelitian
Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai variabel yang digunakan
dalam penelitian ini, maka variabel tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut:
1. Variabel Independen
a. Penyaluran ZIS (X1)
Penyaluran memiliki kata dasar salur, kemudian menurut KBBI penyaluran
adalah proses, cara, perbuatan menyalurkan.
Zakat adalah kata Masdar dari zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih, dan
baik. Menurut Lisan Al-arab , Arti kata Zakat adalah Suci, tumbuh, berkah dan
terpuji. Kemudian menurut Wahidi kata Zaka berarti bertambah dan tumbuh. Zakat
dari segi istilah fikih berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan
kepada orang-orang yang berhak. Ibnu Taimiah berkata, “Jiwa orang yang berzakat
itu menjadi bersih dan kekayaannya akan bersih pula.
Infaq ialah derma tambahan yang dikeluarkan oleh seorang muslim mampu
dari sebagian hartatanya, semata-mata hanya untuk mencari keridhaan Allah SWT.
infaq juga berarti shadaqah, nafkah, pemberian harta (selain zakat) untuk kebaikan,
seperti untuk infaq fakir miskin sesama muslim, infaq bencana alam, infaq
kemanusiaan dan lain-lain.
Kata sedekah berasal dari bahasa arab yaitu “Shadaqah” yang secara bahasa
berarti “benar atau jujur”. sedangkan menurut istilah , sedekah berarti sebuah
pemberian secara suka rela, baik berupa uang, barang, jasa, kebaikan, dan lainnya,
kepada orang yang berhak menerimanya dengan jumalah yang tidk ditentukan atau
67
sekehendak dirinya dan diberikan kapan saja dan dimana saja demi mengaharap ridha
dan pahala dari Allah SWT. Pengertian tentang sedekah ini didasarkan pada hadis
nabi yang diriwayatkan oleh imam bukhari dan muslim. keduanya meriwayatkan
bahwa nabi SAW bersabda bahwa tiap-tiap orang muslim wajib bersedekah.
b. Belanja Bantuan Sosial (X2)
Belanja Bantuan Sosial adalah pengeluaran berupa transfer uang, barang atau
jasa yang diberikan oleh Pemerintah Pusat/Daerah kepada masyarakat guna
melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial, meningkatkan
kemampuan ekonomi dan/atau kesejahteraan masyarakat. Risiko Sosial adalah
kejadian atau peristiwa yang dapat menimbulkan potensi terjadinya kerentanan sosial
yang ditanggung oleh individu, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat sebagai
dampak krisis sosial, krisis ekonomi, krisis politik, fenomena alam, dan bencana alam
yang jika tidak diberikan Belanja Bantuan Sosial akan semakin terpuruk dan tidak
dapat hidup dalam kondisi wajar.
c. Belanja Subsidi (X3)
Belanja subsidi adalah Alokasi anggaran yang diberikan kepada
perusahaan/lembaga untuk memproduksi, menjual, mengekspor, atau mengimpor
barang dan jasa, yang memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian rupa sehingga
harga jualnya dapat dijangkau oleh masyarakat. Belanja subsidi diberikan oleh
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara. Belanja subsidi terdiri dari
Energi dan Non Energi.
68
2. Variabel Dependen
Kemiskinan (Y)
Kemiskinan diartikan sebagai akibat ketiadaan demokrasi yang mencerminkan
hubungan kekuasaan yang menghilangkan kemampuan warga suatu negara untuk
memutuskan masalah yang menjadi perhatian mereka sendiri., sehingga mayoritas
penduduk kurang memperoleh alat-alat produksi (lahan dan tekhnologi) dan sumber
daya ( pendidikan, kredit, dan akses pasar).
69
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pada Bab ini mengenai hasil penelitian pengaruh penyaluran dan ZIS, Belanja
bantuan sosial, dan belanja subsidi terhadap kemiskinan di indonesia. Kemudian
objek penelitian yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS).
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono
(2014:7) dalam skripsinya Haryoseto bahwa metode kuantitatif dinamakan metode
tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah menjadi
tradisi sebagai metode dalam sebuah penelitian. Sugiyono (2014:7) juga berpendapat
bahwa metode ini juga disebut sebgai metode ilmiah karena telah menmenuhi kaidah-
kaidah ilmiah yaitu seperti empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis.
1. Sejarah Singkat Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi dan satu-
satunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8
Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat,
infak, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional.
Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
semakin mengukuhkan peran BAZNAS sebagailembaga yang berwenang melakukan
pengelolaan zakat secara nasional.
70
Dalam UU tersebut, BAZNAS dinyatakan sebagai lembaga pemerintah
nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui
Menteri Agama.
Dengan demikian, BAZNAS bersama Pemerintah bertanggung jawab untuk
mengawal pengelolaan zakat yang berasaskan: syariat Islam, amanah, kemanfaatan,
keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas.
BAZNAS menjalankan empat fungsi, yaitu:
Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat;
Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat;
Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat;
dan
Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.
Untuk terlaksananya tugas dan fungsi tersebut, maka BAZNAS memiliki
kewenangan:
Menghimpun, mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat.
Memberikan rekomendasi dalam pembentukan BAZNAS Provinsi,
BAZNAS Kabupaten/Kota, dan LAZ
Meminta laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana
sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS Provinsi dan LAZ.
2. Perkembangan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
Selama 11 tahun menjalankan amanah sebagai badan zakat nasional,
BAZNAS telah meraih pencapaian sebagai berikut:
71
BAZNAS menjadi rujukan untuk pengembangan pengelolaan zakat di
daerah terutama bagi BAZDA baik Provinsi maupun BAZDA
Kabupaten/Kota
BAZNAS menjadi mitra kerja Komisi VIII DPR-RI.
BAZNAS tercantum sebagai Badan Lainnya selain Kementerian/Lembaga
yang menggunakan dana APBN dalam jalur pertanggung-jawaban yang
terklonsolidasi dalam Laporan Kementerian/Lembaga pada kementerian
Keuangan RI.
Berbagai penghargaan bagi BAZNAS dalam empat tahun terakhir:
BAZNAS berhasil memperoleh sertifikat ISO selama empat tahun berturut-
turut, yaitu:
Tahun 2008 BAZNAS mendapatkan sertifikat ISO 9001:2000
Tahun 2009, 2010 dan 2011 BAZNAS kembali berhasil memperoleh
sertifikat ISO, kali ini untuk seri terbarunya, ISO 9001:2008. BAZNAS
adalah lembaga pertama yang memperoleh sertifikat ISO 9001:2008 untuk
kategori seluruh unit kerja pada tahun 2009.
Tahun 2009, BAZNAS juga mendapatkan penghargaan The Best Quality
Management dari Karim Business Consulting
BAZNAS berhasil memperoleh predikat Laporan Keuangan Terbaik untuk
lembaga non departemen versi Departemen Keuangan RI tahun 2008.
BAZNAS meraih “The Best Innovation Programme ” dan “The Best in
Transparency Management” pada IMZ Award 2011.
72
3. Visi dan Misi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
a. Visi :
“Menjadi pengelola zakat terbaik dan terpercaya di dunia.”
b. Misi :
Mengkoordinasikan BAZNAS provinsi, BAZNAS kabupaten/kota, dan LAZ
dalam mencapai target-target nasional.
Mengoptimalkan secara terukur pengumpulan zakat nasional.
Mengoptimalkan pendistribusian dan pendayagunaan zakat untuk
pengentasan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan
pemoderasian kesenjangan sosial.
Menerapkan sistem manajemen keuangan yang transparan dan akuntabel
berbasis teknologi informasi dan komunikasi terkini.
Menerapkan sistem pelayanan prima kepada seluruh pemangku kepentingan
zakat nasional.
Menggerakkan dakwah Islam untuk kebangkitan zakat nasional melalui
sinergi ummat.
Terlibat aktif dan memimpin gerakan zakat dunia.
Mengarusutamakan zakat sebagai instrumen pembangunan menuju
masyarakat yang adil dan makmur, baldatun thayyibatun warabbun ghafuur.
Mengembangkan kompetensi amil zakat yang unggul dan menjadi rujukan
dunia.
73
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Deskripsi Kemiskinan
Kemiskinan merupakan salah satu indikator yang menjadi permasalahan
dengan menyangkut banyak aspek, salah satunya yakni dengan kegagalan dalam
menjalankan kehidupan seseorang yang tidak memenuhi hak hak dasar dalam
kehidupannya, serta dengan ekonomi yang terbatas. Maka dari itu pemerintah sangat
berperan dengan mengatasi permasalahan kemiskinan ini. Kemudian BPS
mendefinisikan bahwa kemiskinan sebagai ketidakmampuan memenuhi standar
minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makanan maupun non makanan.
Kemiskinan ini dipilih menjadi variabel dependent (Terikat) dalam penelitian ini.
Berikut data jumlah penduduk miskin di indonesia :
Tabel 4.1
Jumlah penduduk miskin di Indonesia periode 2013-2017 (dalam juta orang)
Bulan 2013 2014 2015 2016 2017
Januari 28.59 28.48 27.80 28.45 27.66
Februari 28.58 28.41 27.86 28.39 27.56
Maret 28.58 28.35 27.93 28.32 27.47
April 28.58 28.28 27.99 28.26 27.37
Mei 28.57 28.21 28.06 28.20 27.27
Juni 28.57 28.14 28.12 28.14 27.17
Juli 28.57 28.07 28.19 28.07 27.07
Agustus 28.56 28.00 28.25 28.01 26.97
September 28.56 27.94 28.32 27.95 26.88
Oktober 28.56 27.87 28.38 27.89 26.78
74
November 28.55 27.80 28.45 27.82 26.68
Desember 28.55 27.73 28.51 27.76 26.58
Sumber: Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id)
2. Deskripsi Penyaluran dana ZIS
Zakat merupakan salah satu kewajiban yang harus dibayar oleh setiap muslim,
dan disalurkan ke 8 asnaf salah satunya termasuk fakir dan miskin. kemudian
ditambah lagi dengan infaq dan sedekah yang tidak diwajibkan bagi setiap muslim
tetapi uang tersebut tetap disalurkan kepada yang berhak. maka dari itu dengan
penyaluran dana ZIS ini sangat membantu terhadap kemiskinan dan membantu
pemerintah pula dalam menurunkan tingkat kemiskinan. Penyaluran dana ZIS ini
dipilih sebagai variabel independent (bebas) dalam penelitian .Berikut adalah data
Penyaluran ZIS pada BAZNAS:
Tabel 4.2
Penyaluran ZIS di Indonesia periode 2013-2017
Bulan 2013 2014 2015 2016 2017
Januari 2,160,455,581.00 2,398,985,854.00 2,532,024,624.00 1,873,997,088.00 11,356,938,855.96
Februari 2,525,782,447.00 2,868,043,209.00 3,433,370,055.00 4,205,047,024.00 5,611,070,609.92
Maret 2,975,714,625.00 4,131,152,374.00 3,578,007,821.00 4,016,659,130.00 3,859,186,812.00
April 2,542,594,510.00 2,302,972,890.00 5,348,468,778.00 2,696,804,229.00 3,520,191,604.00
Mei 2,560,127,944.00 2,240,544,028.00 3,392,804,366.00 1,626,807,859.00 6,186,017,807.00
Juni 2,667,951,983.00 3,681,385,479.00 3,000,975,659.00 4,066,071,146.00 6,901,830,971.00
75
Juli 7,188,801,321.00 6,481,468,673.00 6,429,714,137.00 4,294,944,081.00 8,710,933,404.00
Agustus 2,920,366,181.00 2,545,271,199.00 2,983,458,393.00 3,135,023,957.00 4,474,014,532.00
September 3,580,808,192.00 9,874,306,793.00 6,527,678,082.00 5,014,717,696.00 6,995,879,951.00
Oktober 6,071,985,328.00 6,118,327,073.00 2,915,245,687.00 3,880,544,113.00 9,152,263,831.00
November 3,941,130,665.00 2,811,557,871.00 2,193,563,241.00 4,053,315,032.00 7,091,412,355.00
Desember 5,229,350,116.00 10,947,134,080.00 3,304,102,131.00 16,354,835,880.55 11,990,921,191.00
Sumber: Laporan Keuangan BAZNAS (www.pid.baznas.go.id)
3. Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Sosial merupakan bantuan pemerintah dengan pengeluaran
uang, barang atau jasa untuk melindungi masyarakat terjadinya resiko sosial seperti
bencana alam, krisis ekonomi dan sebagainya, kemudian membantu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, serta meningkatkan ekonomi. oleh karena itu dengan
adanya belanja bantuan sosial ini pemerintah menjadi peran penting untuk
menyalurkan uang atau jasa tersebut untuk mengatasi permasalahan kemiskinan.
Belanja Bantuan sosial ini dipilih sebagai variabel independent (bebas) dalam
penelitian ini. Berikut data Realisasi pengeluaran Belanja bantuan sosial di indonesia
:
76
Tabel 4.3
Realisasi pengeluaran belanja bantuan sosial di Indonesia periode 2013-2017
(Ribuan Rupiah)
Bulan 2013 2014 2015 2016 2017
Januari
1,474,477,207,000.00 2,214,929,260,083.33 1,756,369,597,416.66 3,061,044,734,583.33 3,408,610,239,416.66
Februari
1,546,537,517,000.00 2,162,717,903,166.66 1,872,134,860,833.33 3,092,301,974,166.66 3,412,346,108,833.33
Maret
1,618,597,827,000.00 2,110,506,546,250.00 1,987,900,124,250.00 3,123,559,213,750.00 3,416,081,978,250.00
April
1,690,658,137,000.00 2,058,295,189,333.33 2,103,665,387,666.66 3,154,816,453,333.33 3,419,817,847,666.66
Mei
1,762,718,447,000.00 2,006,083,832,416.66 2,219,430,651,083.33 3,186,073,692,916.66 3,423,553,717,083.33
Juni
1,834,778,757,000.00 1,953,872,475,500.00 2,335,195,914,500.00 3,217,330,932,500.00 3,427,289,586,500.00
Juli
1,906,839,067,000.00 1,901,661,118,583.33 2,450,961,177,916.66 3,248,588,172,083.33 3,431,025,455,916.66
Agustus
1,978,899,377,000.00 1,849,449,761,666.66 2,566,726,441,333.33 3,279,845,411,666.66 3,434,761,325,333.33
September
2,050,959,687,000.00 1,797,238,404,750.00 2,682,491,704,750.00 3,311,102,651,250.00 3,438,497,194,750.00
Oktober
2,123,019,997,000.00 1,745,027,047,833.33 2,798,256,968,166.66 3,342,359,890,833.33 3,442,233,064,166.66
November
2,195,080,307,000.00 1,692,815,690,916.66 2,914,022,231,583.33 3,373,617,130,416.66 3,445,968,933,583.33
Desember
2,267,140,617,000.00 1,640,604,334,000.00 3,029,787,495,000.00 3,404,874,370,000.00 3,449,704,803,000.00
Sumber : Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id)
4. Belanja Subsidi
Belanja subsidi merupakan anggaran pemerintah yang dialokasikan ke
pabrikan, perusahaan atau lembaga lainnya guna untuk memproduksi , menjual
dengan harga jual yang terjangkau oleh masyarakat, sehingga masyarakat tidak
77
terbebankan. maka dari itu dengan belanja subsidi ini pun juga samgat membantu
untuk masyarakat yang kurang mampu dalam perekonomiannya. Belanja subsidi
dipilih sebagai variabel independent (bebas) dalam penelitian ini. Berikut data
realisasi pengeluaran belanja subsidi di indonesia :
Tabel 4.4
Realisasi pengeluaran belanja subsidi periode 2013-2017
(Ribuan Rupiah)
Bulan 2013 2014 2015 2016 2017
Januari
26,564,104,333.33 26,220,649,833.33 86,966,210,083.33 715,405,689,416.67 1,146,028,008,500.00
Februari 26,487,122,666.67 26,723,993,666.67 142,174,988,166.67 736,548,609,833.33 1,344,078,203,000.00
Maret
26,410,141,000.00 27,227,337,500.00 197,383,766,250.00 757,691,530,250.00 1,542,128,397,500.00
April 26,333,159,333.33 27,730,681,333.33 252,592,544,333.33 778,834,450,666.67 1,740,178,592,000.00
Mei 26,256,177,666.67 28,234,025,166.67 307,801,322,416.67 799,977,371,083.33 1,938,228,786,500.00
Juni 26,179,196,000.00 28,737,369,000.00 363,010,100,500.00 821,120,291,500.00 2,136,278,981,000.00
Juli 26,102,214,333.33 29,240,712,833.33 418,218,878,583.33 842,263,211,916.67 2,334,329,175,500.00
Agustus 26,025,232,666.67 29,744,056,666.67 473,427,656,666.67 863,406,132,333.33 2,532,379,370,000.00
September 25,948,251,000.00 30,247,400,500.00 528,636,434,750.00 884,549,052,750.00 2,730,429,564,500.00
Oktober 25,871,269,333.33 30,750,744,333.33 583,845,212,833.33 905,691,973,166.67 2,928,479,759,000.00
November
25,794,287,666.67 31,254,088,166.67 639,053,990,916.67 926,834,893,583.33 3,126,529,953,500.00
Desember 25,717,306,000.00 31,757,432,000.00 694,262,769,000.00 947,977,814,000.00 3,324,580,148,000.00
Sumber: Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id)
78
C. Analisa dan Pembahasan
Analisa
1. Uji Asumsi Klasik
Pengujian ini dilakukan untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolineritas,
autokorelasi, heteroskedastisitas dan normalitas. Kemudian uji asumsi klasik ini
dilakukan sebelum menganalisis model regresi linier, dan apabila terjadi
penyimpangan terhadap asumsi klasik uji F dan uji t yang dilakukan menjadi tidak
valid dan secara statistik tidak akan memperoleh kesimpulan yang baik.
a. Uji Multikolinieritas
Bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi
yang baik antar variabel bebas atau tidak. Model regresi yang baik itu tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen (suliyanto, 2011:81). Dalam penelitian ini,
menggunakan Tolerance (Tol) dan Variance Inflation Factor (VIF) Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas dalam suatu model regresi, maka
dapat dilihat:
Jika nilai Tolerance (Tol) < 0,1 , maka model regresi mengalami
multikolinieritas.
Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) >10, maka model regresi mengalami
multikolinieritas (Gujarati,1995)
79
Tabel 4.5
Uji Multikolinieritas
Variabel
Bebas
Nilai
Tolerance
Nilai
VIF
Interprestasi Hasil Keterangan
ZIS 0,891 1,122 Nilai Tolerance > 0,1
Nilai VIF < 10
Tidak terjadi
multikolinieritas
BANSOS 0,150 6,674 Nilai Tolerance > 0,1
Nilai VIF < 10
Tidak terjadi
multikolinieritas
SUBSIDI 0,149 6,731 Nilai Tolerance > 0,1
Nilai VIF < 10
Tidak terjadi
multikolinieritas
Berdasarkan dari tabel 4.5 diatas, Nilai Tolerance pada masing-masing
variabel adalah ZIS sebesar 0,891, Bansos sebesar 0,150, dan Subsidi 0,149. Dari
semua variabel bebas ini tidak terjadi multikolinieritas, karena nilai Tolerance > 0,1.
Selanjutnya dengan melihat Nilai VIF pada masing-masing variabel adalah ZIS
sebesar 1,222 , Bansos sebesar 6,674 dan Subsidi sebesar 6,731. Dari semua variabel
bebas ini terjadi multikolinieritas, karena nilai VIF < 10.
b. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik yaitu tidak
mengandung autokorelasi. Asumsi yang sangat penting untuk mendaptkan BLUE
adalah asumsi bahwa tidak ada otokorelasi antar residual. Asumsi ini penting
terutama ketika data yang digunakan untuk model berbentuk time series (runtun
waktu) (hakim, 2014).
80
Dalam penelitian ini menggunakan metode Durbin Watson, Menurut Santoso
(2012:242) dalam skripsi Haryoseto mengatakan bahwa terdapat kriteria dalam
pengambilan kesimpulan ada tidaknya autokorelasi sebagai berikut:
Jika nilai DW terletak dibawah -2 berarti terjadi autokorelasi positif
Jika nilai DW diantara -2 hingga + 2 berarti tidak terjadi autokorelasi
Jika nilai DW terletak diatas +2 berarti terjadi autokorelasi negatif
Tabel 4.6
Uji Autokorelasi
Nilai Durbin
Watson
Batas Bebas
Autokorelasi
Interprestasi
Hasil
Keterangan
0,672 -2 hingga +2 Diantara -2 dan +2 Tidak terjadi
Autokorelasi
Berdasarkan dari hasil data pada tabel 4.6 diatas, bahwa menurut Santoso
(2012:242) tidak terjadi gejala Autokorelasi karena memiliki nilai durbin watson
yaitu sebesar 0,672, karena berada di wilayah yang tidak memilki gejala autokorelasi
yakni DW diantara -2 hingga +2.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residu satu pengamatan yang lain. jika terjadi
perbedaan residual dan variance, maka model regresi mengalami heteroskedastisitas.
81
model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Menurut (suliyanto, 2011) Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas
maka dapat dilakukan dengan analisis grafik dengan mengamati scatterplot dimana
sumbu horizontal menggambarkan Predicted Standardized sedangkan sumbu
vertikal menggambarkan nilai Residual Studentized.
Dasar Analisis Heteroskedastisitas:
Jika Scatterplot membentuk pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk
pola teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), ini menandakan
telah terjadi heteroskedastisitas
Jika Scatterplot menyebar secara acak , serta titik-titik menyebar diatas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas
Grafik 4.1
Uji Heteroskedastisitas Scatterplot
82
Berdasarkan dari Grafik 4.1 Scatterplots diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar
secara acak, tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini
dapat disimpukan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi,
sehingga model regresi layak dipakai.
d. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi data
residual memiliki distribusi normal. Analisis data mensyaratkan data berdistribusi
normal untuk menghindari bias dalam analisis data.
Menurut (suliyanto, 2011) Hal ini dapat dideteksi dengan analisis grafik
histogram dengan menggambarkan variabel dependent sebagai sumbu vertikal
sedangkan nilai residual terstandarisasi digambarkan sebagai sumbu horizontal. Jika
Histogram Standardized Regression Residual membentuk kurva seperti lonceng
maka nilai residual tersebut dinaytakan normal. Kemudian cara lain untuk menguji
normalitas dengan melihat hasil grafik Normal P-Plot :
Jika titik-titiknya mendekati garis diagonal berarti memenuhi asumsi
normalitasnya
jika titik-titiknya mnejauhi garis diagonal berarti todak memenuhi asumsi
normalitasnya
83
Grafik 4.2
Uji Normalitas Histogram
Berdasarkan dari hasil uji normalitas kita dapat melihat tampilan pada grafik
4.2 histogam yang disimpulkan bahwa grafik histogram cenderung membentuk
kurva normal yang cembung dengan angka standar deviasi mendekati satu, yaitu
sebesar 0,974.
84
Grafik 4.3
Uji Normalitas P-Plot
Berdasarkan hasil dari grafik 4.3 diatas, dengan melihat tampilan grafik
normal P-Plot dapat disimpulkan bahwa didapatkan pola distribusi dengan titik-titik
menyebar berhempit disekitar diagonal dan kedua hal ini menunjukkan bahwa
residual terdistribusi secara normal.
85
2. Analisis Regresi Linier berganda
Analisis regresi yang digunakan untuk mengestimasi atau memprediksi nilai
rata-rata variabel dependent berdasarkan nilai variabel independent yang diketahui.
Adapun hasil pengelolaan data yang didapat menggunakan program SPSS.
Tabel 4.7
Hasil Analisis Regresi linier Berganda
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig
B Std.
Error
Beta
(Constant) 2.881 .380 7.591 .000
ZIS -.016 .003 -.400 -4.633 .000
Bansos .038 .015 .546 2.496 .016
Subsidi -.011 .002 -1.004 -4.573 .000
Model persamaan regresi linier berganda untuk penelitian ini adalah:
Y = 2.881+ (-0,016) X1 + 0,038 X2 + (- 0,011) X3
ket:
Y =Kemiskinan
a = Konstanta
b =Koefisien Regresi
X1 = ZIS
86
X2 =Bansos
X3 =Subsidi
e = Error term, diasumsikan 0
Persamaan regresi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Konstanta sebesar 2,881. Artinya jika ZIS (X1) Bansos (X2) dan Subsidi (X3)
nilainya 0, maka kemiskinan (Y) nilainya adalah 2,881.
Koefisien regresi variabel ZIS (X1) sebesar -0,016. Artinya jika variabel
independent nilainya tetap dan ZIS mengalami kenaikan 1% , maka kemiskinan
(Y) akan mengalami penurunan sebesar 0,016. Koefisien bernilai negatif artinya
terjadi hubungan negatif antara ZIS dengan kemiskinan, semakin meningkat ZIS,
maka semakin menurun kemiskinan.
Koefisien regresi variabel Bansos (X2) sebesar 0,038. Artinya jika variabel
independent nilainya tetap dan Bansos mengalami kenaikan 1% , maka
kemiskinan (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,038. Koefisien bernilai
positif artinya terjadi hubungan positif antara Bansos dengan kemiskinan,
semakin meningkat Bansos maka semakin meningkat kemiskinan.
Koefisien regresi variabel Subsidi (X3) sebesar -0,011. Artinya jika variabel
independent nilainya tetap dan Subsidi mengalami kenaikan 1% , maka
kemiskinan (Y) akan mengalami penurunan sebesar 0,011. Koefisien bernilai
negatif artinya terjadi hubungan negatif antara Subsidi dengan kemiskinan,
semakin meningkat Subsidi maka semakin menurun kemiskinan.
87
a. Analisis Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (Adjusted R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependennya. Nilai adjusted
R2 yang mendekati satu berarti kemampuan variabel-variabel independent
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependent.
Tabel 4.8
Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Adjusted R Square
0,577
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.8 menunjukan bahwa nilai koefisien
determinasi (Adjusted R2) diperoleh sebesar 0,577 atau 57,7 %. Hal ini berarti bahwa
57,7% kemiskinan dapat dipengaruhi dan terangkan oleh variabel independent yang
berupa ZIS, Bansos, dan Subsidi. Sedangkan sisanya sebesar 42,3 % dijelaskan oleh
variabel lain.
b. Analisis Uji Statistik F (Uji Simultan)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel independent
atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-
sama terhadap variabel dependennya. Asumsi yang digunakan dalam pengambilan
keputusan terhadap uji F berdasarkan:
1.) Perbandingan F-Hitung dan F-Tabel
88
Apabila F-Hitung > F α (k, n-k-1) maka H0 ditolak
Apabila F-Hitung < F α (k, n-k-1) maka H0 diterima
2.) Probabilitas
Apabila Prob (P-value) > Significance level maka H0 diterima
Apabila Prob (P-value) < Significance level maka H0 ditolak
Langkah-langkah Uji F diantaranya:
Merumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis (H1)
Menentukan tingkat signifikansi yaitu sebesar 10% denagn derajat kebebasan
(df) sebesar n-k-1
Melakukan keputusan menerima atau menolak H0
Uji hipotesis Statistik F (untuk menguji secara simultan) :
H0: Penyaluran dana ZIS, bansos, dan subsidi tidak berpengaruh secara simultan
terhadap kemiskinan
H1: Penyaluran dana ZIS, bansos, dan subsidi berpengaruh secara simultan terhadap
kemiskinan
Tabel 4.9
Uji Statistik F (uji Simultan)
F Sig
27.838 .000
Dari hasil pengujian signifikansi simultan diatas pada tabel 4.9 dapat terlihat
bahwa varaibel independent mempunyai signifikansi F hitung sebesar 27.838 yang
89
lebih besar dari nilai F tabel sebesar 2,790. Kemudian bisa dilihat juga pada
signifikansi sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari tingkat signifikansi yaitu
sebesar 5% atau 0,05. Berarti menerima H1, maka model regresi dapat digunakan
untuk memprediksi kemiskinan, atau dikatatan variabel independent ( ZIS, bansos,
dan subsidi) secara simultan memberikan pengaruh terhadap kemiskinan.
c. Analisis Uji Statistik T (Uji Parsial)
Uji statistik T pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independent secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependent. Suatu Variabel akan memiliki pengaruh yang berarti apabila nilai T hitung
dari variabel tersebut lebih besar dibandingkan dengan nilai T tabel. Asumsi yang
digunakan dalam pengambilan keputusan adalah :
1.) Perbandingan T-Hitung dan T-Tabel
Apabila T-Hitung > T-Tabel maka H0 ditolak
Apabila T-Hitung < T-Tabel maka H0 diterima
2.) Probabilitas
Apabila Prob (P-value) > Significance level maka H0 diterima
Apabila Prob (P-value) < Significance level maka H0 ditolak
Uji Hipotesis statistik t (untuk menguji secara parsial)
Hipotesis 1:
H0 = ZIS berpengaruh tidak signifikan terhadap kemiskinan
H1 = ZIS berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan
Hipotesis 2:
90
H0 = Bansos berpengaruh tidak signifikan terhadap kemiskinan
H2 = Bansos berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan
Hipotesis 3:
H0 = Subsidi berpengaruh tidak signifikan terhadap kemiskinan
H3 = Subsidi berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan
Tabel 4.10
Uji Statistik t (Uji Parsial)
Model T Sig
(Constant) 7.591 .000
ZIS -4.633 .000
Bansos 2.496 .016
Subsidi -4.573 .000
Berdasarkan hasil uji t pada tabel 4.10 yang dihitung menggunakan SPSS, maka
dapat diambil keputusan sebagai berikut:
Pengujian terhadap variabel ZIS
ZIS memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 < taraf signifikansi 0,05. Hal ini berarti
menerima H1 yang menyatakan bahwa variabel ZIS berpengaruh signifikan terhadap
kemiskinan.
91
Pengujian terhadap variabel Bansos
Bansos memiliki nilai signifikansi sebesar 0,016 < taraf signifikansi 0,05. Hal ini
berarti menerima H2 , yang menyatakan bahwa variabel Bansos berpengaruh
signifikan terhadap kemiskinan.
Pengujian terhadap variabel Subsidi
Subsidi memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 < taraf signifikansi 0,05. Hal ini
berarti menerima H3, yang menyatakan bahwa variabel Subsidi berpengaruh
signifikan terhadap kemiskinan.
Pembahasan
Pengaruh ZIS terhadap kemiskinan di indonesia secara parsial
Pengaruh ZIS secara parsial terhadap kemiskinan di indonesia
berdasarkan uji t menyatakan bahwa ZIS berpengaruh secara parsial terhadap
kemiskinan di indonesia pada periode januari tahun 2013 hingga desember
2017. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil uji t yaitu sebesar -4.633 dan
memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 < taraf signifikansi 0,05. maka
menyatakan bahwa variabel ZIS ini berpengaruh signifikan terhadap
kemiskinan.
Pengaruh Bansos terhadap kemiskinan di indonesia secara parsial
Pengaruh Bansos secara parsial terhadap kemiskinan di indonesia
berdasarkan uji t menyatakan bahwa bansos berpengaruh secara parsial
terhadap kemiskinan di indonesia pada periode januari tahun2013 hingga
2017. Dari penelitian ini kita dapat buktikan dari hasil uji t sebesar 2.496 dan
92
memiliki signifikansi sebesar 0,016 < taraf signifikansi sebesar 0,05. Maka
hal ini menyatakan bahwa pada bansos ini berpengaruh signifikan terhadap
kemiskinan.
Pengaruh Subsidi terhadap kemiskinan di indonesia secara parsial
Pengaruh Subsidi secara parsial terhadap kemiskinan di indonesia
berdasarkan uji t menyatakan bahwa subsidi berpengaruh secara parsial
terhadap kemiskinan di indonesia pada periode januari tahun 2013 hingga
desember 2017. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil uji t yaitu sebesar -4.573
dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 < taraf signifikansi 0,05. Maka
dapat dikatakan bahwa variabel Subsidi ini berpengaruh signifikan terhadap
kemiskinan.
Pengaruh penyaluran dana ZIS, Bansos, dan Subsidi berpengaruh secara
simultan terhadap kemiskinan di indonesia
Berdasarkan hasil penelitian dari seluruh variabel independent yakni
ZIS, Bansos, dan Subsidi memiliki pengaruh signifikan secara simultan
terhadap kemiskinan di indonesia pada periode januari 2013 hingga desember
2017. Dari hal ini kita dapat buktikan dengan hasil uji f yang mana nilai
Signifikansi sebesar 0,000. Menurut Suliyanto (2011:65) jika nilai
signifikansinya < α sebesar 0,05 , maka hasil ini dapat disimpulkan bahwa
variabel independent (Variabel bebas) secara simultan mampu menjelaskan
perubahan pada variabel dependent (varaibel terikat).
93
Dari hasil ini kita bisa mengetahui bahwa pengaruh penyaluran dana
ZIS, Bansos dan Subsidi berpengaruh secara simultan terhadap kemiskinan,
hal ini tidak lain didukung oleh uji t yang hasilnya pun secara keseluruhan
dalam variabel bebas memiliki hasil yang signifikan dan berpengaruh secara
parsial terhadap kemiskinan. kita dapat melihat dari nilai signifikansi pada
varaibel ZIS sebesar 0,000 kemudian Bansos sebesar 0,016, dan terakhir
Subsidi sebesar 0,000.
94
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian ini, dapat diambil kesimpulan pada hasil analisis dan
pembahasan pada bab-bab sebelumnya, sebagai berikut:
1. Penyaluran dana ZIS (Zakat, Infak, dan Sedekah) pada BAZNAS (Badan
Amil Zakat Nasonal) berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan di
indonesia pada periode januari 2013 hingga 2017 dengan memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,000.
2. Belanja Bansos (Bantuan Sosial) berpengaruh signifikan terhadap
kemiskinan di indonesia pada periode januari 2013 hingga 2017 dengan
memiliki nilai signifikansi sebesar 0,016.
3. Belanja Subsidi berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan di indonesia
pada periode januari 2013 hingga 2017 dengan memiliki niali signifikansi
sebesar 0,000.
4. Penyaluran dana ZIS, Belanja Bantuan Sosial dan Belanja Subsidi
berpengaruh secara simultan terhadap kemiskinan di indonesia pada periode
januari 2013 hingga 2017 dengan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000.
95
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, dalam penelitian ini juga terdapat saran yang
harus disampaikan, sebagai berikut:
1. Kepada lembaga BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) sebaiknya
memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai lembaga zakat kepada
masyarakat yang masih kurang mengerti dengan adanya lembaga zakat,
karena mereka befikir dengan membayar zakat di lembaga itu terlalu sulit
dan karena jarak yang terlalu jauh juga masyarakat mengeluh.
2. Kepada pemerintah pusat maupun daerah harus lebih fokus terhadap
kemiskinan, dan tingkatkan lagi dalam penyaluran dana yang sesuai dan
tapat sasaran. Karena masih banyak masyarakat yang kaya merasakan
bantuan oleh pemerintah.
3. Kepada mahasiswa / mahasiswi dalam meneliti selanjutnya, banyaklah
membaca referensi mengenai zakat, karena jika kita ketahui masih banyak
masyarakat muslim yang tidak membayar zakat, kemudian jangan terfokus
kepada penyaluran saja, melainkan penghimpunan, dan pengumpulan dana
zakat.
96
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Ghufron, dan Sapiudin. “Fiqh Muammalat”. Prenadamedia Group. Jakarta.
2010.
Al Arif , M Nur Rianto. “Efek Pengganda Zakat Serta Implikasinya Terhadap
Program Pengentasan Kemiskinan”. Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga.
Yogyakarta Vol. 5, No. 1. 2010.
Al-Utsaimin, Muhammad bin Shalih, dan Syaikh.“Fiqih Zakat Kontemporer”. Al-
Qowam.Solo. 2011.
Al Zuhayly,Wahbah. “Zakat: kajian berbagai mazhab. Terj: Agus Effendi, Bahruddin
Fananny “. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. 2005
Agustien, Vekie, dan Debby. “Pengaruh Belanja Modal, Belanja Sosial, dan
Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Kota Manado”.
ejournal.unsrat.ac.id. manado 2017.
Badan Amil zakat dan infak/sedekah (BAZIS). “Mengenal hukum zakat dan
infak/sedekah”
Basri, Faisal.“Perekonomian indonesia:Tantangan dan harapan bagi kebangkitan
ekonomi indonesia”. Erlangga. Jakarta. 2002.
Due, John F.“keuangan negara perekonomian sektor pemerintah, Terj. Iskandarsyah.
Arif Janin”.UI-Press. Jakarta. 1985.
Hakim,Abdul.“Pengantar Ekonometrika dengan Aplikasi Eviews” Ekonisia.
Yogyakarta. 2014.
Mahalli, Kasyful dan Amalia.“Potensi dan Peranan Zakat Dalam Mengentaskan
Kemiskinan Di Kota”. Jurnal Ekonomi dan Keuangan.Medan. 2012.
Masykur, Arif.“Sedekah itu Ajib”.DIVA Press.Jogjakarta. 2004.
Misdawati, Arini putri sari. “Analisis dampak pengeluaran pemerintah di bidang
pendidikan, kesehatan, dan pengeluaran subsidi terhadap kemiskinan di
indonesia “. jurnal.dpr.go.idss. Jakarta. 2013
97
Hasan, Nurul Ichsan. “Perbankan Syariah: Sebuah Pengantar”.Gaung Persada Press.
Jakarta. 2014.
Pararto, Sri Djoko.2012. “Dampak Kebijakan Subsidi Listrik Terhadap
Perekonomian dan Kemiskinan Di Indonesia”. 2012.
Prof.DR. Moestopo .“seminar sehari pengentasan kemiskinan dan kesenjangan
pemerataan hasil pembangunan”. Jakarta. 1993.
Qardawi, Yusuf. “Hukum Zakat. Terj: Salman Harun, Didin Hafidhuddin,
Hasanuddin”. Pustaka Litera Antar Nusa. Bogor. 1996.
Rahmawati, Yuke. “Lembaga Keuangan Mikro Syariah”. UIN Jakarta Press.Banten
2013.
Rozalinda. “Teori dan aplikasinya pada aktivitas ekonomi”. Rajawali Pers.Jakarta.
2016.
Setiawan, Dwi endah kusrini.“Ekonometrika”. Andi.Yogyakarta. 2010.
Seto,Haryo. “Pengaruh Distribusi Dana ZIS di Baznas Indonesia,Pertumbuhan
Ekonomi, Tingkat Inflasi,Belanja Pendidikan, Belanja Kesehatan,dan
Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan di Indonesia Periode 2011-
2014”. Perpustakaan Universitas Airlangga. Surabaya. 2016.
Subianto, Achmad.“Shadaqah infak dan zakat sebagai instrumen untuk membangun
indonesia yang bersih sehat dan benar”. Yayasan Bermula dari kanan.
2014.
Sugiyanto, Catur.“ Ekonometrik Terapan”.BPFE. Yogyakarta. 1994.
Suliyanto. “Ekonometrika Terapan” : Teori dan Aplikasi dengan SPSS”.Andi Offset.
Yogyakarta. 2011.
Supranto, J.“Ekonometrik”.Ghalia Indonesia. Jakarta. 2004.
Supriyadi, Edy. “SPSS” .In Media. 2014.
Syatibi, Abu Ishaq Ibrahim al-Lakhmi al-Qirnati asy, “Al Muwafaqat fi ushul al-
Ahkam”. Daar al-Ma‟rifah. Bairut. 1997.
Tambunan, Tulus T.H.“Perekonomian Idonesia”. Ghalia Indonesia. Jakarta. 2014
98
Wahyu, Wing Wahyu.“Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”. Unit
Penerbit dan Percetakan. Yogyakarta. 2007.
https://Pusat Baznas.go.id diakses 8 November 2017
http://repository.unair.ac.id/55719/13/FEB.EI.%20140-16%20Set%20p-min.pdf
diakses 10 November 2017
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/55311/2012sdp.pdf?sequence
=1&isAllowed=y diakses 10 November 2017
https://web.kominfo.go.id/sites/default/files/ProgramPenanggulangan Kemiskinan
Kabinet Indonesia BersatuII.pdf diakses 5 Desember 2017
http://www.anggaran.depkeu.go.id/content/Publikasi/Kajiandan artikel/KajianTata
Kelola Bansos.pdf diakses 15 Desember 2017
https://tirto.id/menkeu-dorong-belanja-sosial-untuk-kurangi-angka-kemiskinan-csXW
diakses 8 Januari 2018
http://ksp.go.id/subsidi-dan-bantuan-sosial-dalam-apbn-harus-efektif-mengurangi-
kemiskinan/ diakses 10 Desember 2017
http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2012/81~PMK.05~2012Per.HTM diakses 9
februari 2018
http://bapsi.unri.ac.id/855/ diakses 10 Januari 2018
http://www.hukumprodeo.com/bantuan-sosial-bansos-yang-berasal-dari-anggaran-
pendapatan-dan-belanja-daerah/ diakses 7 Maret 2018
https://www.ksap.org/sap/beda-belanja-subsidi-bantuan-sosial-dan-hibah/ diakses 8
Maret 2018
http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2011/101~PMK.02~2011PerLamp%20III.h
tm diakses 12 Maret 2018
https://sirusa.bps.go.id/index.php?r=istilah/view&id=2282 diakses 23 April 2018
http://www.dpr.go.id/doksetjen/dokumen/apbn_Dimensi_Kemiskinan201301301358
44.pdf diakses 2 oktober 2018
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4119922/kenapa-patokan-
pendapatan-orang-miskin-di-ri-rp-400000bulan diakses 2 oktober 2018
99
https://www.researchgate.net/profile/Mahameru_Rochmatullah/publication/30561759
7_PRAKTIK_BELANJA_BANTUAN_SOSIAL_PEMERINTAH_DAERA
H_DI_INDONESIA/links/5795aba908ae33e89fabcc3b/PRAKTIK-
BELANJA-BANTUAN-SOSIAL-PEMERINTAH-DAERAH-DI-
INDONESIA.pdf diakses 2 oktober 2018
100
LAMPIRAN
Lampiran 1
Data ZIS, Bansos, Subsidi, dan Kemiskinan
Tahun Bansos Subsidi Kemiskinan ZIS
Jan-13 1,474,477,207,000.00 26,564,104,333.33 28.59 2,160,455,581.00
Feb-13 1,546,537,517,000.00 26,487,122,666.67 28.58 2,525,782,447.00
Mar-13 1,618,597,827,000.00 26,410,141,000.00 28.58 2,975,714,625.00
Apr-13 1,690,658,137,000.00 26,333,159,333.33 28.58 2,542,594,510.00
Mei-13 1,762,718,447,000.00 26,256,177,666.67 28.57 2,560,127,944.00
Jun-13 1,834,778,757,000.00 26,179,196,000.00 28.57 2,667,951,983.00
Jul-13 1,906,839,067,000.00 26,102,214,333.33 28.57 7,188,801,321.00
Agu-13 1,978,899,377,000.00 26,025,232,666.67 28.56 2,920,366,181.00
Sep-13 2,050,959,687,000.00 25,948,251,000.00 28.56 3,580,808,192.00
Okt-13 2,123,019,997,000.00 25,871,269,333.33 28.56 6,071,985,328.00
Nov-13 2,195,080,307,000.00 25,794,287,666.67 28.55 3,941,130,665.00
Des-13 2,267,140,617,000.00 25,717,306,000.00 28.55 5,229,350,116.00
Jan-14 2,214,929,260,083.33 26,220,649,833.33 28.48 2,398,985,854.00
Feb-14 2,162,717,903,166.66 26,723,993,666.67 28.41 2,868,043,209.00
Mar-14 2,110,506,546,250.00 27,227,337,500.00 28.35 4,131,152,374.00
Apr-14 2,058,295,189,333.33 27,730,681,333.33 28.28 2,302,972,890.00
Mei-14 2,006,083,832,416.66 28,234,025,166.67 28.21 2,240,544,028.00
Jun-14 1,953,872,475,500.00 28,737,369,000.00 28.14 3,681,385,479.00
Jul-14 1,901,661,118,583.33 29,240,712,833.33 28.07 6,481,468,673.00
Agu-14 1,849,449,761,666.66 29,744,056,666.67 28.00 2,545,271,199.00
Sep-14 1,797,238,404,750.00 30,247,400,500.00 27.94 9,874,306,793.00
Okt-14 1,745,027,047,833.33 30,750,744,333.33 27.87 6,118,327,073.00
Nov-14 1,692,815,690,916.66 31,254,088,166.67 27.80 2,811,557,871.00
Des-14 1,640,604,334,000.00 31,757,432,000.00 27.73 10,947,134,080.00
Jan-15 1,756,369,597,416.66 86,966,210,083.33 27.80 2,532,024,624.00
Feb-15 1,872,134,860,833.33 142,174,988,166.67 27.86 3,433,370,055.00
Mar-15 1,987,900,124,250.00 197,383,766,250.00 27.93 3,578,007,821.00
Apr-15 2,103,665,387,666.66 252,592,544,333.33 27.99 5,348,468,778.00
Mei-15 2,219,430,651,083.33 307,801,322,416.67 28.06 3,392,804,366.00
Jun-15 2,335,195,914,500.00 363,010,100,500.00 28.12 3,000,975,659.00
Jul-15 2,450,961,177,916.66 418,218,878,583.33 28.19 6,429,714,137.00
Agu-15 2,566,726,441,333.33 473,427,656,666.67 28.25 2,983,458,393.00
Sep-15 2,682,491,704,750.00 528,636,434,750.00 28.32 6,527,678,082.00
Okt-15 2,798,256,968,166.66 583,845,212,833.33 28.38 2,915,245,687.00
101
Nov-15 2,914,022,231,583.33 639,053,990,916.67 28.45 2,193,563,241.00
Des-15 3,029,787,495,000.00 694,262,769,000.00 28.51 3,304,102,131.00
Jan-16 3,061,044,734,583.33 715,405,689,416.67 28.45 1,873,997,088.00
Feb-16 3,092,301,974,166.66 736,548,609,833.33 28.39 4,205,047,024.00
Mar-16 3,123,559,213,750.00 757,691,530,250.00 28.32 4,016,659,130.00
Apr-16 3,154,816,453,333.33 778,834,450,666.67 28.26 2,696,804,229.00
Mei-16 3,186,073,692,916.66 799,977,371,083.33 28.20 1,626,807,859.00
Jun-16 3,217,330,932,500.00 821,120,291,500.00 28.14 4,066,071,146.00
Jul-16 3,248,588,172,083.33 842,263,211,916.67 28.07 4,294,944,081.00
Agu-16 3,279,845,411,666.66 863,406,132,333.33 28.01 3,135,023,957.00
Sep-16 3,311,102,651,250.00 884,549,052,750.00 27.95 5,014,717,696.00
Okt-16 3,342,359,890,833.33 905,691,973,166.67 27.89 3,880,544,113.00
Nov-16 3,373,617,130,416.66 926,834,893,583.33 27.82 4,053,315,032.00
Des-16 3,404,874,370,000.00 947,977,814,000.00 27.76 16,354,835,880.55
Jan-17 3,408,610,239,416.66 1,146,028,008,500.00 27.66 11,356,938,855.96
Feb-17 3,412,346,108,833.33 1,344,078,203,000.00 27.56 5,611,070,609.92
Mar-17 3,416,081,978,250.00 1,542,128,397,500.00 27.47 3,859,186,812.00
Apr-17 3,419,817,847,666.66 1,740,178,592,000.00 27.37 3,520,191,604.00
Mei-17 3,423,553,717,083.33 1,938,228,786,500.00 27.27 6,186,017,807.00
Jun-17 3,427,289,586,500.00 2,136,278,981,000.00 27.17 6,901,830,971.00
Jul-17 3,431,025,455,916.66 2,334,329,175,500.00 27.07 8,710,933,404.00
Agu-17 3,434,761,325,333.33 2,532,379,370,000.00 26.97 4,474,014,532.00
Sep-17 3,438,497,194,750.00 2,730,429,564,500.00 26.88 6,995,879,951.00
Okt-17 3,442,233,064,166.66 2,928,479,759,000.00 26.78 9,152,263,831.00
Nov-17 3,445,968,933,583.33 3,126,529,953,500.00 26.68 7,091,412,355.00
Des-17 3,449,704,803,000.00 3,324,580,148,000.00 26.58 11,990,921,191.00
102
Lampiran 2
Data Kemiskinan Pertahun
Tahun Jumlah Penduduk
2013 28,55
2014 27,73
2015 28,51
2016 27,76
2017 26,58
103
Lampiran 3
Data Bansos Pertahun
Tahun Realisasi Belanja BANSOS
2013 2,267,140,617.000.00
2014 1,640,604,334.000.00
2015 3,029,787,495.000.00
2016 3,404,874,370.000.00
2017 3,449,704,803.000.00
104
Lampiran 4
Data Subsidi Pertahun
Tahun Belanja Subsidi
2013 25,717,306.000.00
2014 31,757,432.000.00
2015 694,262,769.000.00
2016 947,977,814.000.00
2017 3,324,580,148.000.00
105
Lampiran 5
Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardize
d Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
95%
Confidence
Interval for B Correlations
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta
Lower
Bound
Upper
Bound
Zero-
order Partial Part
Toler
ance VIF
1 (Constant) 2.881 .380
7.591 .000 2.121 3.642
ZIS -.016 .003 -.415 -4.633 .000 -.022 -.009 -.572 -.526 -.392 .891 1.122
BANSOS .038 .015 .546 2.496 .016 .007 .068 -.511 .316 .211 .150 6.674
SUBSIDI -.011 .002 -1.004 -4.573 .000 -.015 -.006 -.637 -.521 -.387 .149 6.731
a. Dependent Variable:
KEMISKINAN
106
Lampiran 6
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
Durbin-
Watson
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .774a .599 .577 .01257 .599 27.838 3 56 .000 .672
a. Predictors: (Constant), SUBSIDI, ZIS,
BANSOS
b. Dependent Variable:
KEMISKINAN
107
Lampiran 7
Hasil Analisis Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardize
d Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
95%
Confidence
Interval for B Correlations
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta
Lower
Bound
Upper
Bound
Zero-
order Partial Part
Toler
ance VIF
1 (Constant) 2.881 .380
7.591 .000 2.121 3.642
ZIS -.016 .003 -.415 -4.633 .000 -.022 -.009 -.572 -.526 -.392 .891 1.122
BANSOS .038 .015 .546 2.496 .016 .007 .068 -.511 .316 .211 .150 6.674
SUBSIDI -.011 .002 -1.004 -4.573 .000 -.015 -.006 -.637 -.521 -.387 .149 6.731
a. Dependent Variable:
KEMISKINAN
108
Lampiran 8
Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
Durbin-
Watson
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .774a .599 .577 .01257 .599 27.838 3 56 .000 .672
a. Predictors: (Constant), SUBSIDI, ZIS,
BANSOS
b. Dependent Variable:
KEMISKINAN
109
Lampiran 9
Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression .013 3 .004 27.838 .000a
Residual .009 56 .000
Total .022 59
a. Predictors: (Constant), SUBSIDI, ZIS, BANSOS
b. Dependent Variable: KEMISKINAN
110
Lampiran 10
Uji T
Coefficientsa
Model
Unstandardize
d Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
95%
Confidence
Interval for B Correlations
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta
Lower
Bound
Upper
Bound
Zero-
order Partial Part
Toler
ance VIF
1 (Constant) 2.881 .380
7.591 .000 2.121 3.642
ZIS -.016 .003 -.415 -4.633 .000 -.022 -.009 -.572 -.526 -.392 .891 1.122
BANSOS .038 .015 .546 2.496 .016 .007 .068 -.511 .316 .211 .150 6.674
SUBSIDI -.011 .002 -1.004 -4.573 .000 -.015 -.006 -.637 -.521 -.387 .149 6.731
a. Dependent Variable:
KEMISKINAN