UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official...

103
PENGANGKATAN ANAK BAGI WARGA MUSLIM DI PENGADILAN NEGERI PASCA UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2006 (Analisis Penetapan Nomor: 151 /Pdt.P/2013/PN.Wnsb.) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh Eka Dita Martiana NIM: 1110044100032 K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1435 H / 2014 M

Transcript of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official...

Page 1: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

PENGANGKATAN ANAK BAGI WARGA MUSLIM

DI PENGADILAN NEGERI PASCA UNDANG-UNDANG NOMOR

3 TAHUN 2006

(Analisis Penetapan Nomor: 151 /Pdt.P/2013/PN.Wnsb.)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh

Eka Dita Martiana

NIM: 1110044100032

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1435 H / 2014 M

Page 2: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak
Page 3: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak
Page 4: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

ABSTRAK

Eka Dita Martiana,1110044100032, Fakultas Syariah dan Hukum, Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaturan pengangkatan anak, pelaksanaan

pengangkatan anak di Pengadilan Negeri khususnya pengangkatan anak bagi warga

muslim pasca Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang perubahan atas Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, karena pada saat ini,

masyarakat kurang mengetahui dan memahami tentang kewenangan peradilan dalam

pengangkatan

Penelietian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif analisis dan

apabila jenisnya termasuk dengan penelitian hukum normatif. Jenis data yang

dipergunakan adalah data sekunder, primer dan tersier. Teknik pengumpulan data

yang digunakan yaitu melalui studi kepustakaan, studi dokumen, wawancara. Analisis

data menggunakan analisis data kualitatif dengan model secara non statistik.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pengangkatan anak yang memutuskan

hubungan darah(nasab) diharamkan dalam hukum Islam, maka yang diperbolehkan

adalah pengangkatan anak dalam pengertian, pemeliharaan, pengasuh anak, yang

diperbolehkan tanpa memutuskan hubungan darah antara anak dan orang tua

kandung. Sedangkan pengangkatan anak dalam Undang-Undang Republik Indonesia

No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, bahwa pengangkatan anak

merupakan pengalihan hak dari orang tua kandungnya kepada orang tua angkat

dengan prinsip demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan

terakhir. Proses pengangkatan anak bagi warga muslim berdasarkan hukum Islam

dilakukan di Pengadilan Agama, sedangkan pengangkatan anak di Pengadilan Negeri

dengan dasar SEMA Nomor 6 Tahun 1983 tentang penyempurnaan SEMA Nomor 2

Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak di Indonesia dan

atas dasar Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak.

Implikasi teoritis penelitian ini adalah adanya pembaharuan hukum di bidang

pengangkatan anak di Indonesia, sedangkan implikasi praktiknya yaitu memberi

informasi kepada berbagai pihak yang terkait dengan pengangkatan anak serta

masyarakat pada umumnya.

Kata Kunci : Pengangkatan Anak , Kewenangan Peradilan Agama.

Pembimbing : Drs. H. A. Basiq Djalil, S.H.,M.A.

Daftar Pustaka : 1981-2012

Page 5: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

i

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini, Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Besar

Muhammad SAW, pembawa Syariahnya yang universal bagi semua umat manusia

dalam setiap waktu dan tempat hingga akhir zaman.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada Ibunda Hj. Nur Halimah dan

Ayahanda H. Agus Cahyono, Eko Wiyono yang selalu memberikan dorongan,

bimbingan, kasih sayang, dan doa tanpa kenal lelah dan bosan. Semoga Allah

senantiasa melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada mereka.

Dalam penulisan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis

temukan, namun syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan inayah-Nya, kesungguhan,

serta dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak

langsung segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya sehingga pada akhir

skripsi ini dapat terselesaikan.Oleh karena itu, sudah sepantasnya pada kesempatan

kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. Phil JM. Muslimin, MA., selaku Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 6: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

ii

2. Bapak Drs. H. A. Basiq Djalil, S.H., M.A., dan Ibu Hj. Rosdiana, M.A.,

selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Hukum Keluarga Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. H. A. Basiq Djalil, S.H., M.A., selaku dosen pembimbing yang

telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran selama membimbing penulis.

4. Bapak Nur Rohim Yunus, L.LM yang telah membantu membimbing dalam

mengoreksi penulisan skripsi ini.

5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen serta staf pengajar pada lingkungan Program

Studi Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan

ilmu pengetahuannya kepada penulis selama duduk di bangku perkuliahan.

6. Segenap jajaran staf dan karyawan akademik Perpustakaan Fakultas Syariah

dan Hukum dan Perpustakaan Utama yang telah membantu penulis dalam

pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi.

7. Bapak Sarwono, S.H., M.Hum., selaku Ketua Pengadilan Negeri Wonosobo

dan seluruh jajarannya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

dalam mencari data-data sebagai bahan rujukan skripsi.

8. Ibu Femina Mustikawati, S.H., MH., selaku Hakim yang memutus perkara

yang telah penulis teliti dan telah senatiasa memberikan wejangan dan

bimbingan pada penulis selama penulis melakukan wawancara.

9. Bapak Bawon, S.H., selaku Wakil Panitera di Pengadilan Negeri Wonosobo

yang senantiasa membantu penulis selama mencari data dan membimbing

penulis.

Page 7: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

iii

10. Doa dan harapan penulis panjatkan kepada adinda Balya Malkan, Reza Tri,

Dela Sahera dan Disa Elthufa yang senantiasa memberikan support sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi.

11. Sahabat sahabat seperjuangan penulis Defi Uswatun Hasanah, Arini Zidna,

dan Eka Kurnia Maulida

12. Semua teman-teman Peradilan Agama Angkatan 2010 yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu yang telah mensupport penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

13. Serta terima kasih kepada calon imamku Muhammad Dail Makky yang telah

memberikan support dan selalu membantu agar tidak mudah menyerah dalam

menyelesaikan studi ini.

Semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang

berlipat ganda. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis

khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

membangun senantiasa penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.

Ciputat, 28 April 2014

Penulis

Page 8: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak
Page 9: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...........................................................................................................

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... iv

DAFTAR ISI ........................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 6

D. Metode Penelitian........................................................................ 8

E. Review Studi ............................................................................... 12

F. Sistematika Penulisan ................................................................. 15

BAB II PENGANGKATAN ANAK

A. Pengertian Pengangkatan Anak .................................................. 16

B. Sejarah Singkat............................................................................ 20

C. Dasar Hukum Pengangkatan Anak ............................................. 22

D. Tujuan Pengangkatan Anak ........................................................ 27

E. Tata Cara Pengangkatan Anak .................................................... 29

F. Lembaga Pengangkatan Anak ..................................................... 32

G. Kewenangan Absolut dan Relatif Pengadilan ............................ 36

Page 10: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

BAB III PROFIL PENGADILAN NEGERI WONOSOBO

A. Kedudukan Peradilan Negeri di Indonesia .................................. 38

B. Ruang Lingkup Kewenangan Peradilan Negeri di Indonesia ..... 40

C. Sejarah Singkat Pengadilan Negeri ............................................ 42

D. Profil Pengadilan Negeri ............................................................ 44

BAB IV PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN

A. Duduk perkara ............................................................................. 46

B. Bentuk Kewenangan Peradilan Pasca Undang-Undang No.3

Tahun 2006 ................................................................................. 49

C. Dasar Pertimbangan Hakim dalam menetapkan Perkara

No.151/Pdt.P/2013/PN. Wnsb..................................................... 53

D. Dampak Hukum Pengangkatan Anak Bagi Warga Muslim di

Pengadilan Negeri Wonosobo ..................................................... 59

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 66

B. Saran ............................................................................................ 68

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 69

LAMPIRAN

1. Surat Permohonan Dosen Pembimbing

2. Surat Permohonan Data/ Wawancara Hakim Pengadilan Negeri Wonosobo

3. Surat Keterangan Pengadilan Negeri Wonosobo dan HasilWawancara

4. Lembar Penetapan Nomor: 151 /Pdt.P/2013/PN.Wnsb

Page 11: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pernikahan merupakan salah satu cara yang telah ditetapkan oleh Allah SWT

untuk memperoleh anak dan memperbanyak keturunan, serta melangsungkan

kehidupan manusia.1 Dalam suatu hadist diterangkan salah satu tujuan pernikahan

yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Habban, yang menganjurkan kaum laki-laki untuk

menikahi perempuan-perempuan yang dicintai dan yang subur, karena perempuan

yang subur akan menghasilkan keturunan.2

Anak merupakan amanah sekaligus karunia Allah SWT, bahkan anak dianggap

sebagai harta kekayaan yang paling berharga dibandingkan kekayaan harta benda

lainnya. Dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah masa depan masa,

sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang,

berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi

serta hak sipil dan kebebasan.3

Agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab, perlu mendapat

kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik

fisik, mental maupun sosial, dan berakhlak mulia, perlu pula dilakukan upaya

1 Abdul Qadir Djaelani, Keluarga Sakinah, (Surabaya: PT. Bina Ilmu Offset, 1995, Cet.

Pertama), h.42.

2 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antar Fiqih Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan , (Jakarta: Kencana, 2007, Cet.2), h. 44.

3 Lihat ketentuan umum mengenai penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23

Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

Page 12: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

2

perlindungan serta untuk mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan

jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi.4

Melihat tingginya frekuensi perceraian, poligami, dan pengangkatan anak yang

dilakukan dalam masyarakat merupakan akibat dari perkawinan yang tidak

menghasilkan keturunan, jadi seolah-olah apabila suatu perkawinan tidak

memperoleh keturunan, maka tujuan perkawinan tidak tercapai. 5

Memang semula yang mempunyai kewenangan absolut dalam memberikan

penetapan pengangkatan anak adalah Pengadilan Negeri hal ini didasari oleh SEMA

Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Penyempurnaan Surat Edaran Nomor 2 Tahun 1979,

pengangkatan anak yang dilakukan oleh golongan tionghoa melalui notaris tidak

dibenarkan tetapi harus melalui pengadilan.6

Umat Islam melakukan hubungan-hubungan baik yang bersifat vertikal maupun

horizontal. Fitrahnya ketika umat Islam melakukan hubungan tersebut tidak akan

terlepas atau keluar dari keluarga hukum Islam, oleh karena itu bagi orang yang

beragama Islam yang ingin melakukan hubungan-hubungan horizontal dalam hal ini

ialah melakukan pengangkatan anak yang sesuai dengan pandangan dan kesadaran

hukumnya yaitu berdasarkan hukum Islam. Sesuai dengan penafsiran Prof. Hazairin

terhadap Pasal 29 ayat 1 UUD 1945 bahwa negara republik Indonesia wajib

4 Soefyanto, Perlindungan Anak dalam Pengadilan Anak, (Jakarta: Universitas Islam Negeri,

2007), h.1.

5 Soerjono Soekanto dan Soleman B. Taneko, Hukum Adat Indonesia, (Jakarta: CV.

Rajawali, 1986, Cet. III), h. 275.

6 Musthofa, Pengangkatan Anak Kewenangan Pengadilan Agama, (Jakarta: kencana, 2008),

h. 56.

Page 13: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

3

menjalankan dalam makna menyediakan fasilitas hukum agama yang dipeluk bangsa

Indonesia sepanjang pelaksanaannya memerlukan bantuan penyelenggaraan negara.7

Dalam penafsiran tersebut demi mendapatkan kepastian hukum mengharuskan orang

yang beragama Islam dengan memulai mengajukan permohonan pengangkatan anak

tersebut kepada peradilan agama. Peradilan Agama hanya berwenang di bidang

perdata tertentu, tidak termasuk bidang pidana dan hanya untuk orang-orang Islam di

Indonesia, serta dalam perkara-perkara perdata Islam tertentu dan tidak mencakup

seluruh perdata Islam.8

Dalam Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang perubahan atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, menyatakan:

“Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus,

dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang

yang beragama Islam di bidang a. Perkawinan..............”.9

Penjelasan huruf a Pasal 49 ini, antara lain, menyatakan:

“Yang dimaksud dengan perkawinan adalah hal-hal yang diatur dalam

atau berdasarkan Undnag-Undang mengenai perkawinan yang berlaku

yang dilakukan menurut Syari’ah antara lain.......penetapan asal-usul

anak dan penetapan pengangkatan anak berdasarkan hukum

Islam;........”

Dalam Peraturan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan

Agama dalam pasal 49 bahwa yang dimaksud dengan pengangkatan anak

7 Abdul Jamil, Print Out Mata Kuliah Peradilan Agama Fakultas Hukum UII, (Yogyakarta:

2012) 8 Basiq Djalil, Peradilan Islam, (Jakarta:Amzah, 2012), h.7.

9 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2006, Mahkamah Agung RI direktorat

Jenderal Badan Peradilan Agama Tahun 2006, h. 20.

Page 14: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

4

berdasarkan hukum Islam disini adalah bahwa tata cara pengangkatan yang ada di

Peradilan Agama berdasarkan hukum Islam yang akibat hukumnya tidak

menasabkan atau tidak memberi status anak tersebut menjadi anak kandung dan

merupakan ketentuan yang sesuai dengan hukum Islam.

Pasal 171 huruf (h) Kompilasi Hukum Islam mengatur mengenai pengangkatan

anak menurut hukum Islam. Memberikan pengertian bahwa” anak angkat adalah anak

yang dalam hal pemeliharaan untuk hidupnya sehari-hari, biaya pendidikan dan

sebagainya beralih tanggung jawabnya dari orang tua asal kepada orang tua

angkatnya berdasarkan putusan pengadilan”.10

Sejak lahirnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 yang telah diperbarui

dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama ruang

lingkup kewenangan absolute Peradilan Agama untuk memeriksa, memutuskan, dan

menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama

Islam dan dalam hal ini pun termasuk masalah pengangkatan anak. Akan tetapi sejak

lahirnya Undang-Undang tersebut masih ada masyarakat atau pegawai pengadilan

negeri yang masih menerima bahkan telah memberikan putusan/penetapan kepada

orang yang beragama Islam termasuk hal permohonan pengangkatan anak, padahal

itu sudah tidak berlaku lagi untuk Pengadilan Negeri.

Oleh karena itu, berawal dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk

menganalisa lebih jauh dengan melakukan penelitian dengan mengangkat judul

10

Republik Indonesia, Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991, tentang Kompilasi Hukum

Islam, Pasal 171 huruf h.

Page 15: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

5

Pengangkatan Anak Bagi Warga Muslim di Pengadilan Negeri Pasca Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 2006 (Analisis Penetapan Nomor: 151

/Pdt.P/2013/PN.Wnsb.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Studi ini difokuskan pada kajian peran Peradilan Umum terhadap

pengangkatan anak, serta di mana letak persinggungan wewenang Peradilan

Umum dengan Peradilan Agama terhadap pengangkatan anak. Khususnya pasca

lahirnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.

Studi ini difokuskan untuk mencoba menjelaskan tentang kewenangan

Peradilan Agama setelah lahirnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama,

dalam hal ini lebih khusus mengenai kewenangan menangani perkara

pengangkatan anak. Yang dimaksud kewenangan disini adalah kewenangan

mengenai memeriksa, mengadili serta menyelesaikan perkara antar orang-orang

yang beragama Islam atau orang dan badan hukum yang dengan sukarela

menundukkan diri kepada hukum Islam mengenai hal-hal yang menjadi

kompetensi absolut peradilan agama sesuai dengan penjelasan Pasal 49 Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.

Page 16: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

6

2. Rumusan Masalah

Menurut Peraturan bahwa pengangkatan anak merupakan kewenangan

absolut Peradilan Agama, akan tetapi kenyataan di lapangan, masih ada Peradilan

Negeri mengambil hak absolut Peradilan Agama tentang Pengangkatan Anak.

Berdasarkan rumusan tersebut penulis merinci dalam bentuk pertanyaan

sebagai berikut:

a. Bagaimana bentuk kewenangan Peradilan Negeri dalam perkara pengangkatan

anak pasca lahirnya Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan

Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama ?

b. Apa landasan hukum yang dijadikan sebagai pertimbangan hukum oleh hakim

Pengadilan Negeri Wonosobo dalam memutus perkara pengangkatan anak bagi

pemohon yang beragama islam ?

c. Bagaimana dampak hukum pengangkatan anak bagi warga muslim di

Pengadilan Negeri khususnya Pengadilan Negeri Wonosobo?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bentuk kewenangan Peradilan Negeri dalam pengangkatan

anak, pasca lahirnya Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan

Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.

Page 17: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

7

b. Untuk mengetahui landasan hukum sebagai pertimbangan hukum yang

digunakan hakim Pengadilan Negeri Wonosobo dalam memutus perkara

pengangkatan anak bagi pemohon yang beragama Islam.

c. Untuk mengetahui dampak hukum pengangkatan anak bagi warga muslim di

Pengadilan Negeri khususnya Pengadilan Negeri Wonosobo.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini di kualifikasi menjadi dua manfaat yakni manfaat

teoritis dan manfaat praktis. Kedua manfaat tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a Menambah wawasan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya

pada bidang hukum keluarga mengenai konsep pengangkatan anak di dalam

Islam.

b. Memiliki gambaran yang jelas mengenai pelaksanaan dari pengangkatan

anak dan akibat hukumnya melalui Pengadilan.

c. Memberikan konsepsi teoritis mengenai hal ihwal yang berkaitan dengan

hukum permasalahan pengangkatan anak.

d. Menjadikan konstruksi pengangkatan anak dan varianya sebagai dialog

intelektual akademis.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai wujud kontribusi positif penulis terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan, khususnya pada bidang hukum dan ilmu perundang-undangan

di Indonesia.

Page 18: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

8

b. Memberikan satu karya ilmiah yang bermanfaat bagi civitas akademika

Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

c. Sebagai bahan acuan bagi masyarakat umum untuk mewujudkan kepastian

hukum dalam pengangkatan anak di Pengadilan Agama.

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif yakni proses penelitian yang difokuskan untuk menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang dijadikan

sumber informasi dan perilaku yang dapat diamati11

, untuk penganalisaan data

secara non- statistik.

2. Metode Pendekatan

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan yuridis

normatif yakni dengan kajian perundang-undangan (statute approach). Dengan

pendekatan ini dilakukan pengkajian peraturan perundang-undangan yang

berhubungan dengan tema sentral penelitian ini.12

3. Sumber data

11

Nurul Zuhriah, Metedologi penelitian Sosial dan Pendidikan :Teori- Aplikasi, (Jakarta: PT.

Bumi Aksara, 2007), Hal. 92.

12

Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif (Jakarta: Bayumedia,

2008), h. 295 dan 302.

Page 19: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

9

Data yang digunakan terdiri dari data primer, sekunder, dan tersier.13

Data

primer terdiri dari beberapa peraturan perundang-undangan sebagai berikut:

a. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

b. Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang- Undang

No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama

c. Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan

Anak

d. Undang-Undang Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004 Tentang Perubahan

Atas Undang-Undang No. 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum

e. Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 1 Tahun 1991 Kompilasi Hukum

Islam

f. Surat Edaran Mahkamah Agung No. 6 Tahun 1983 tentang penyempurnaan

Surat Edaran No. 2 tahun 1979 mengenai pengangkatan anak.

g. Penetapan Pengadilan Negeri Wonosobo (Nomor 151 /Pdt.P/2013/PN.Wnsb.)

Data sekunder14

bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum

primer. Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini yaitu hasil karya dari para

13

Johnmy Ibrahim membagi sumber data pada penelitian yuridis normative menjadi 3 (tiga)

macam, yakni sumber primer, sekunder, dan tersier. Di mana sumber primer merupakan bahan hukum

yang diurut berdasar hierarki perundang-undangan, sumber sekunder adalah bahan dan data yang

didapatkan dari buku-buku, jurnal-jurnal, pendapat para sarjana, kasus-kasus hukum, yurisprudensi,

dan hasil symposium mmutakhir yang berkaitan dengna topic penelitian. Adapun sumber tersier

merupakan bahan hukum yang member petunjuk atau penjelasan terhadap ban\han hukum primer dan

juga sekunder. Lihat Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta:

Bayumedia, 2008), h. 295-296, lihat juga Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta:

Kencana, 2007), h. 144-146.

14

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 52.

Page 20: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

10

akademisi hukum, makalah, seminar, majalah, kamus, ensiklopedia, artikel hukum

serta hasil penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya.

Adapun data tersier yang digunakan pada penelitian ini yaitu bahan yang

memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

sekunder, seperti kamus hukum dan ensiklopedia.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pengadilan Negeri Wonosobo. Adapun yang

menjadi objek dalam penelitian ini adalah penetapan Pengadilan Negeri

Wonosobo Nomor 151 /Pdt.P/2013/PN.Wnsb terkait dengan pengangkatan anak

dan putusan tersebut telah berkekuatan hukum tetap. Sehubungan dengan itu maka

respondennya adalah hakim Pengadilan Negeri Wonosobo.

5. Alat Pengumpul Data

Untuk memperoleh semua data yang dibutuhkan, digunakan alat pengumpul

data sebagai berikut;

a. Studi dokumen, baik bahan primer berupa peraturan perundang-undangan

terkait dan bahan-bahan yang mengikat. Dalam hal ini berupa putusan

Pengangkatan Anak dengan nomor perkara 151 /Pdt.P/2013/PN.Wnsb , maupun

bahan skunder berupa buku, literatur, jurnal, dan tulisan lainnya yang mengkaji

seputar peraturan perundang-undangan tersebut, serta bahan tersier berupa

kamus hukum.

Page 21: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

11

b. Wawancara, berupa indeept interview (wawancara yang mendalam) terhadap

beberapa orang informan yang hal ini dilakukan pada hakim yang menangani

langsung perkara Nomor 151 /Pdt.P/2013/PN.Wnsb.

6. Metode Analisis Data

Data yang telah terkumpul dianalisis secara deskriptif-kualitatif. Deskriptif

yaitu metode analisa dengan memilih data yang menggambarkan keadaan sebenarnya

di lapangan. Selanjutnya semua bahan dan data dianalisa secara deduktif, yakni suatu

bentuk penalaran yang berpangkal dari suatu proposisi umum yang kebenarannya

telah diketahui atau diyakini (self-evident) dan berakhir suatu pengetahuan baru yang

bersifat khusus.15

Dalam penelitian ini proposisi umum tersebut berupa kaedah-

kaedah hukum. Sedangkan metode kualitatif adalah metode analisa data yang

mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh dari penelitian menurut

kualitas dan keberadaannya, yang terdiri dari dua variable. Pertama mengenai

Pengangkatan Anak Bagi Warga Muslim di Pengadilan Negeri Pasca Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 2006 . Kedua, landasan hukum dalam pertimbangan hukum

yang diambil oleh hakim Pengadilan Negeri Wonosobo kemudian dihubungkan

dengan teori-teori yang diperoleh dari studi kepustakaan sehingga diperoleh jawaban

atas permasalahan yang diajukan.

E. Review Studi Terdahulu

15

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo, 2003), h. 4

Page 22: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

12

NO IDENTITAS SUBSTANSI PERBEDAAN

1.

Usman

(108044100044)

Konsentrasi Peradilan

Agama Program Studi

Hukum Keluarga UIN

Syarif Hidayatullah

Jakarta Tahun 2012

Judul Skripsi:

“Problem Sengketa

Kewenangan

Penetapan

Pengangkatan Anak

(Analisa Kasus Kajian

Putusan Pengadilan

Agama Jakarta Pusat

dan Pengadilan

Negeri Kediri) ”.

Menganalisa

mengenai penetapan

pengangkatan anak

berdasarkan hukum

Islam oleh peradilan

agama

Menganalisa

mengenai akibat

hukum penetapan

anak dalam lingkup

Pengadilan Agama

dan Pengadilan

Negeri

Penulis menganalisa

mengenai

pengangkatan anak

bagi warga muslim

di Pengadilan Negeri

pasca Undang-

undang Nomor 3

Tahun 2006

Menganalisa tentang

penetapan

Pengadilan Negeri

Wonosobo Nomor

Nomor 151

/Pdt.P/2013/PN.

2. M. Haris Barkah

(105044101372)

Konsentrasi Ahwal

Mengenai batasan atas

kewenangan

Pengadilan Agama

Mengenai batasan

atas kewenangan

Pengadilan Negeri

Page 23: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

13

Al-Syakhshiyyah

Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Tahun 2010 dengan

judul “ Kewenangan

Peradilan Agama

dalam Penetapan

Pengangkatan Anak

(Studi Krisis

Terhadap Undang-

Undang Nomor 3

Tahun 2006 Tentang

Perubahan Atas

Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1989

Tentang Peradilan

Agama dan Undang-

Undang Nomor 12

Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan

dalam bidang

penetapan

pengangkatan anak

yang bukan hanya

berada dalam lingkup

kesamaan agama

Islam

Mengenai

pengangkatan anak

yang melibatkan

anatar negara maka

perkara tersebut tidak

lagi menjadi

kewenangan

Pengadilan Agama

melainkan Pengadilan

Negeri, walaupun

yang menjadi anak

angkat ataupun orang

tua angkat sama-sama

beragama Islam.

dalam pengangkatan

anak bagi warna

muslim pasca

Undang-Undang

Nomor 3 Tahun

2006

Mengenai

pengangkatan anak

yang melibatkan

antar warga muslim

maka perkara

tersebut tidak lagi

menjadi kewenangan

Pengadilan Negeri

Melainkan

kewenangan

Pengadilan Negeri,

walaupun yang

menjadi anak angkat

atau orang tua

angkat sama-sama

Page 24: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

14

Republik Indonesia)”. beragama Islam.

3. Reyza Amalia

(103044228122)

Konsentrasi Ahwal

Al-Syakhshiyyah

Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Tahun 2007 dengan

judul “ Pengangkatan

Anak dalam UU No. 3

Tahun 2006 dan

Akibat Hukumnya.

Menganalisa

mengenai prosedur

pengangkatan anak

yang berlaku di

Pengadilan Negeri

dengan melihat

sebelum dan sesudah

adanya Undang-

Undang No.3 Tahun

2006, dimana

pengadilan agama

memiliki kewenangan

absolut untuk

menerima,

memeriksa, dan

mengadili perkara

permohonan anak

berdasarkan hukum

Islam

Menganalisa

mengenai prosedur

pengangkatan anak

yang berlaku di

Pengadilan Negeri

Wonosobo sesudah

adanya Undang-

Undang Nomor 3

Tahun 2006, dimana

pengadilan agama

memiliki

kewenangan absolut

untuk menerima,

memeriksa, dan

mengadili

permohonan anak

berdasarkan hukum

Islam pengangkatan

anak berdasarkan

hukum Islam

Page 25: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

15

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima (5) bab, di mana masing-masing bab berisikan

pembahasan yang berkesinambungan sebagai berikut;

Bab pertama berisikan pendahuluan menguraikan latar belakang masalah,

batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian,

tinjauan (review) kajian terdahulu, teori konseptual dan sistematika penulisan.

Bab kedua menjelaskan tinjauan umum tentang pengangkatan anak yang

meliputi pengertian, sejarah singkat, tujuan pengangkatan anak, dasar hukum

pengangkatan anak, tata cara pengangkatan anak dan pengangkatan anak menurut

lembaga yang berwenang dalam permohonan pengangkatan anak.

Bab ketiga menguraikan tentang profil terhadap peradilan negeri Wonosobo.

Bab keempat didalam bab ini akan menjelaskan tentang hasil penelitian dan

pembahasan pengangkatan anak di Pengadilan Negeri, yang berisikan analisis

Penetapan Pengadilan Negeri Wonosobo dengan nomor perkara 151

/Pdt.P/2013/PN.Wnsb, dan analisis akibat hukum penetapan pengangkatan anak serta

analisis penulis.

Bab kelima adalah bagian akhir dari penulisan skripsi ini, yang di dalamnya

akan berisikan kesimpulan dari penelitian dan saran yang bersifat kontribusi

membangun bagi dunia akademis sebagai bab penutup.

Page 26: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

16

BAB II

PENGANGKATAN ANAK

A. Pengertian Pengangkatan Anak

1. Secara Etimologis

Istilah “Pengangkatan Anak” bukan hanya berkembang di Indonesia, namun

dalam masyarakat Arab, kini pengangkatan anak sudah menjadi tradisi, yang dikenal

dengan istilah “اَلتَبَنِّى “yang berarti mengambil anak.1

Dalam kamus al-Munawir, istilah tabani diambil dari kata al-Tabanni yang

berasal dari bahasa arab تَبَنَّي –يَتَبَنِّي -تَبَيِنًّا , mempunyai arti mengambil,mengangkat

anak atau mengadopsi. Sedangkan dalam Ensiklopedia Hukum Islam, tabanni disebut

dengan “adopsi” yang berarti “pengangkatan anak orang lain sebagai anak orang

lain”.2

Pengangkatan anak sering diistilahkan dengan adopsi. Adopsi berasal dari kata

Adoptie dalam bahasa Belanda atau adoption dalam bahasa Inggris. Adoption artinya

pengangkatan, pemungutan, adopsi, dan untuk sebutan pengangkatan anak disebut

adoption of a child.3

1Ahmad Kamil dan Fauzan, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia,

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 95.

2Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam, Jilid 1 (Jakarta : Ichtiar baru Van Hoeve,

1996), h. 28.

3Jhon M. Echols dan Hasan Sadly, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama, 1981), h. 13.

Page 27: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

17

Tabanni diartikan mengambil anak. Sedangkan di dalam kamus bahasa

Indonesia istilah pengangkatan anak disebut juga dengan adopsi yang berarti

pengambilan (pengangkatan) anak orang lain secara sah menjadi anak

sendiri.4Maksud dari pengangkatan anak disini adalah mengangkat anak untuk

dijadikan anak kandung sendiri secara hukum di hadapan masyarakat.

2. Secara Terminologis.

Beberapa ahli telah memberikan rumusan tentang pengertian pengangkatan

anak sebagai mana berikut:

a. Menurut Wahbah al-Zuhaili, Secara terminologis tabanni menurut

Wahbah al-Zuhaili adalah pengangkatan anak (tabanni) “Pengambilan anak

yang dilakukan oleh seorang terhadap anak yang jelas nasab-nya, kemudian

anak itu dinasab-kan kepada dirinya.”5

b. Mahmud Syaltut, Ia mengemukakan setidaknya ada dua pengertian

“pengangkatan anak.” Pertama, mengambil anak orang lain untuk diasuh

dan dididik dengan penuh perhatian dan kasih sayang, tanpa diberikan status

“anak kandung” kepadanya; hanya diperlakukan oleh orang tua angkatnya

sebagai anak sendiri. Kedua, mengambil anak orang lain sebagai anak

sendiri dan ia diberi status sebagai “anak kandung”, sehingga ia berhak

memakai nama keturunan (nasab) orang tua angkatnya dan saling mewarisi

4Depdikbud, “Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat, (Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 11.

5Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqhal-Islami wa al-Adilatuhu, (Beirut: Dar al-Fikr al-Ma‟ashir,

1997, Cet. IV), Juz 9 h. 271.

Page 28: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

18

harta peninggalan, serta hak-hak lain sebagai akibat hukum antara anak

angkat dan orang tua angkatnya.6

c. Surojo Wignjodipuro, Konsepsi pengangkatan anak menurutnya

didasarkan kepada hukum adat.7

d. Muderis Zaeni, yang mengatakan bahwaAdopsi adalah cara untuk

mengadakan hubungan antara orang tua dan anak yang diatur dalam

pengaturan perundang-undangan dan untuk mendapat pewaris atau untuk

mendapatkan anak bagi orang tua yang tidak mempunyai keturunan atau

anak.8

Berdasarkan pengertian tersebut, adopsi lebih cenderung kepada pengertian

anak asuh dalam rangka membantu orang tua kandung si anak. Boleh juga

karenaorang tua angkatnya dengan alasan tidak mempunyai keturunan dan belas

kasihan kepada anak karena orang tua tidak mampu membiayai anaknya.9 Tujuan

6Andi Syamsu dan Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana,

2008), h. 21.

7Surojo Wignjodipuro, Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, (Jakarta: Gunung Agung,

1982), h.118.

8Muderis Zaeni, Adopsi Suatu Tinjauan Dari tiga Sistem Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika,

2002), h .4. Lihat juga Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak , (Jakarta: Akademika Pressindo CV,

1984), h. 44.

9Irma Setyowati Soemitro, Aspek Hukum Perlindungan Anak, (Jakarta: Bumi Aksara, 1990,

Ed.1. Cet. 1), h. 36.

Page 29: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

19

mengangkat disini adalah untuk mendidik agar menjadi anak berguna di masa

depan.10

3. Menurut Perundang-undangan Republik Indonesia

Pengertian anak angkat dalam perundang-undangan Republik Indonesia dapat

ditemukan dalam Pasal 1 angka 9 Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak dan dalam Pasal 47 ayat (1) Nomor 23 Tahun 2006 Tentang

Administrasi Kependudukan.11

Bahwa yang dimaksud dengan anak angkat adalah

anak yang haknya dialihkan dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang

sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan, dan

membesarkan anak tersebut, ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkatnya

berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan.12

4. Pengertian Menurut Hukum Islam

Menurut hukum Islam Pengangkatan Anak adalah mengambil anak orang lain

untuk diasuh dan dididik dengan penuh perhatian dan kasih sayang, dan diperlukan

oleh orang tua angkatnya seperti anaknya sendiri, tanpa memberi status anak kandung

10

Yaswirman, Hukum Keluarga Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat Dalam

Masyarakat Matrilineal Minangkabau, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), h. 251-252.

11

Pengertian atau Batasan Pengangkatan Anak tersebut sama dengan pengertian atau batasan

anak angkat yang diatur dalam Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan anak, bahwa Anak Angkat ialah anak yang haknya dialihkan dari lingkungan kekuasaan

keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan,

dan membesarkan anak tersebut, ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan

keptusan atau penetapan pengadilan.

12

Musthofa, Pengangkatan Anak kewenangan Peradilan Agama, )Jakarta: Kencana, 2008), h.

17.

Page 30: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

20

kepadanya dan tidak menimbulkan akibat hukum diantara keduanya seperti hak

pewarisan dan perwalian. Pengangkatan anak berdasarkan hukum Islam itu sendiri

yang bersumber pada Al-Qur‟an dan Sunnah serta hasil Ijtihad yang berlaku di

Indonesia yang diformulasikan dalam berbagai produk pemikiran hukum Islam, baik

dalam bentuk fikih, fatwa, putusan pengadilan, maupun peraturan perundang-

undangan, termasuk di dalamnya Kompilasi Hukum Islam tercantum dalam pasal 209

ayat (1) dan ayat (2) Kompilasi Hukum Islam.13

. B.Sejarah Singkat

Tradisi pengangkatan anak sebenarnya dipraktikan oleh masyarakat dan

bangsa-bangsa lain sebelum kedatangan Islam, seperti yang dipraktikan bangsa

Yunani, Romawi, India, dan beberapa bangsa pada zaman kuno.14

Di kalangan bangsa

Arab sebelum Islam (masa jahiliyah) istilah pengangkatan anak dikenal dengan at-

tabanni, dan sudah ditradisikan secara turun temurun.15

Nabi Muhammad SAW. pernah melakukan pengangkatan anak sebelum masa

kenabiannya. Anak angkatnya bernama Zaid bin Harisah, tetapi kemudian tidak lagi

dipanggil Zaid berdasar nama ayahnya (Harisah) melainkan diganti dengan panggilan

Zaid bin Muhammad. Nabi Muhammad SAW. Mengumumkan di hadapan kaum

Quraisy dan berkata: “Saksikanlah bahwa Zaid, aku jadikan anak angkatku, ia

13

Direktorat Pembinaan Peradilan Agama Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

dan Penyelenggaraan Haji.Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: 2003), h.94.

14

Andi Syamsu dan Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam, h. 22.

15

Muderis Zaeni, Adopsi Suatu Tinjauan Dari tiga Sistem Hukum , h. 53.

Page 31: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

21

mewarisiku, dan aku pun mewarisinya”. Sikap Nabi Muhammad SAW tersebut

merupakan cerminan tradisi yang ada pada waktu itu. Oleh karena Nabi menganggap

sebagai anaknya, maka para sahabat pun memanggilnya dengan Zaid bin

Muhammad.16

Setelah Nabi Muhammad SAW. menjadi Rasul, turun surat al-Ahzab ayat 4,

ayat 5, dan ayat 40 yang pada intinya melarang pengangkatan anak dengan akibat

hukum memanggilnya sebagai anak kandung dan saling mewarisi seperti yang telah

dilakukan Nabi Muhammad SAW. Ulama sepakat bahwa ayat itu turun berkenaan

dengan peristiwa Zaid bin Harisah. Melalui peristiwa asbab an-nuzul ayat al-Qur‟an

tersebut dapat dipahami bahwa pengangkatan anak itu boleh dilakukan, karena nabi

Muhammad SAW.telah mempraktikannya, tetapi pengangkatan anak itu tidak

mengubah status nasab seseorang, karena Allah SWT. Telah menyatakannya dalam

Al-Qur‟an bahwa status nasab Zaid tidak boleh dinisbahkan kepada Nabi Muhammad

SAW.dalam peristiwa selanjutnya, ternyata bahwa Nabi Muhammad SAW pernah

melakukan pernikahan dengan bekas istri anak angkatnya menegaskan bahwa adanya

hubungan pengangkatan anak tidak serta merta menciptakan hubungan nasab yang

mengakibatkan statusnya sama dengan anak kandungnya, karena menikahi bekas istri

anak angkat itu dibolehkan, sedangkan menikahi bekas istri anak kandung

diharamkan untuk selama-lamanya.17

16

Nasroen Haron, Ensiklopedia Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), h. 29-

30. 17

M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al-Haditsah pada Masalah-masalah Kontemporer,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), h. 108.

Page 32: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

22

Adopsi yang telah dikenal jauh pada masa Nabi Seperti Nabi Ilyas as, Nabi

Musa as. serta masa pra Islam. Pada masa Pra Islam Masyarakat jahiliyah sudah lebih

dahulu mengenal adopsi daripada masyarakat Islam setelahnya.18

Tradisi Arab jahiliyah juga memiliki kebiasaan, yaitu jika seorang ibu tidak

mampu menyusui anaknya sendiri, maka dicarikan pengganti (inang penyusu), Nabi

Muhammad saw pun diserahkan kepada seorang inang penyusu, yaitu sayyidah

Halimah setalah ibunya (aminah) tidak mampu menyusui anaknya. Hal itu dalam

masyarakat arab sering disebut dengan pengangkatan anak.19

C. Dasar Hukum Pengangkatan Anak

1. Peraturan Perundang-undangan

a. Pasal 2 Ayat 3 dan 4.20

Pasal 12 Ayat 1 dan 3 Undang-Undang RI Nomor 4

Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak. 21

b. Pasal 55 dan 57 Undang–Undang RI Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak

Asasi Manusia.

c. Pasal 2, 9, dan 49 Undang–Undang RI Nomor 3 Tahun 2006 Tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan

Agama.

18

Munawar Ahmad Annes, Islam dan Masa Depan Biologis Umat Manusia, (Bandung:

Mizan, 1991, cet. Ke-1), h. 132.

19

Munawar Ahmad Annes, Islam dan Masa Depan Biologis Umat Manusia, h. 54.

20

Republik Indonesia, Undang-Undang Kesejahteraan Anak Nomor 4 Tahun 1999 tentang

Kesejahteraan Anak, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009, cet-IV), h. 98.

21

Republik Indonesia, Undang-Undang Kesejahteraan Anak Nomor 4 Tahun 1999 tentang

Kesejahteraan Anak, h. 101.

Page 33: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

23

d. Pasal 5 Ayat 2 dan Pasal 21 ayat 2 Undang–Undang RI Nomor 12 Tahun 2006

Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.22

e. Pasal 1 angka 9, 6, dan Pasal 39 ayat 1,2,3,4,dan 5, Pasal 40,41, dan 42

Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.23

f. Pasal 47,48, dan 90 Undang–Undang RI Nomor 23 Tahun 2006 Tentang

Admnistrasi Kependudukan.24

g. Surat Edaran Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia (SEMA) Nomor 3

Tahun 2005 Tentang Pengangkatan Anak, berlaku mulai 8 Februari 2005,

setelah terjadinya bencana alam gempa bumi dan gelombang Tsunami Aceh

dan Nias.25

h. Surat Edaran Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2 Tahun

1979 Tentang Pengangkatan Anak.

i. Surat Edaran Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 6 Tahun

1983 Tentang Penyempurnaan Surat Edaran Nomor 2 Tahun 1979.26

22

Republik Indonesia, Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2009, cet-III), h. 4.

23

Kumpulan Perundangan Perlindungan Hak Asasi Anak, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia,

2006), h. 113.

24

Republik Indonesia, Undang-Undang Administrasi Kependudukan, ( Jakarta: Sinar Grafika,

2007), h. 22.

25

Direktorat Hukum dan Peradilan Mahkamah Agung RI, Informasi Peraturan Perundang-

undangan (JDI-HUKUM), Edisi 2005 No 32, h.363.

26

Direktorat Hukum dan Peradilan Mahkamah Agung RI, Informasi Peraturan Perundang-

undangan (JDI-HUKUM), Edisi 2005 No 32, h.365.

Page 34: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

24

j. Staatsblad 1917 Nomor 129, Pasal 5 sampai Pasal 15 mengatur masalah

adopsi yang merupakan kelengkapan dari KUHPerdata/BW, dan khusus

berlaku untuk golongan masyarakat keturunan Tionghoa.27

2. Hukum Islam

Dalam Islam Istilah Tabbani memang sudah ada hal ini berdasarkan pada

kejadian pada masa Nabi Muhammad SAW tanpa menasabkan kepada orang tua

angkatnya, akan tetapi implikasi terhadap peraturan perundangan yang ada di

Indonesia atau hukum positif bahwa pengangkatan anak bertujuan untuk

perlindungan anak di mata hukum.

a. Al- Quran Adapun landasan hukum yang berasal dari al-Qur‟an dan Sunnah

adalah sebagai berikut:

Allah SWT telah mencantumkan dalam surat al-Ahzab ayat 4-5 :

Artinya :

“Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam

rongganya; dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar28

itu

sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak

kandungmu (sendiri).yang demikian itu hanyalah perkataanmu dimulutmu

saja.dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang

benar)

27

Musthofa ,Pengangkatan Anak Kewenangan Pengadilan Agama, h. 10.

28

Zhihar ialah Perkataan seorang suami kepada istrinya: punggungmu Haram bagiku seperti

punggung ibuku atau Perkataan lain yang sama maksudnya. adalah menjadi adat kebiasaan bagi

orang Arab Jahiliyah bahwa bila Dia berkata demikian kepada Istrinya Maka Istrinya itu haramnya

baginya untuk selama-lamanya. tetapi setelah Islam datang, Maka yang Haram untuk selama-lamanya

itu dihapuskan dan istri-istri itu kembali halal baginya dengan membayar kaffarat (denda).

Page 35: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

25

Artinya :

“Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama

bapak-bapak mereka; Itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak

mengetahui bapak-bapak mereka, Maka (panggilah mereka sebagai) saudara-

saudaramu seagama dan maula-maulamu.29

Dan tidak ada dosa atasmu terhadap

apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja

oleh hatimu. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

b. Petunjuk Rasulullah SAW yaang tertuang dalam Al Sunnah adalah sebagai

berikut:30

Hadis Muslim dan Bukhari

- Sesungguhnya Zaid bin Harisah adalah maula Rasullulah SAW.dan kami

memanggilnya dengan Zaid bin Muhammad, sehingga turun ayat :

Panggillah mereka dengan nama ayah (kandungnya ), maka itulah yang lebih

adil di sisi Allah, lalu Nabi bersabda ; “ engkau adalah Zaid bin Harisah”.31

29

Maula-maula ialah seorang hamba sahaya yang sudah dimerdekakan atau seorang yang

telah dijadikan anak angkat, seperti Salim anak angkat Huzaifah, dipanggil maula Huzaifah.

30

Hadits-hadits tersebut penulis kutip dari Buku Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia

halaman 333.Oleh MUI Hadits tersebut dijadikan dasar hukum fatwanya mengenai Hukum

Pengangkatan Anak Menurut Islam.

31

Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Sahih al Bukhari, (Ttp : Dar Thauqatunnajah, 1422 H),

Nomor. 5088, Juz.7, h.7.

Page 36: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

26

- Dari Abu Dzar r.a. bahwa ia mendengar Rasullulah SAW.Bersabda “ tidak

seorangpun yang mengakui ( membangsakan diri ) kepada orang yang bukan

bapak yang sebenarnya, sedangkan ia mengetahui benar bahwa orang itu

bukan ayahnya, melainkan ia telah kufur. Dan barang siapa yang telah

melakukan hal itu, maka bukan dari golongan kami (kalangan kaum

muslimin ) dan hendaklah dia menyiapkan sendiri tempatnya dalam api

neraka.32

- Muhammad Ali As-Shabuni mengatakan: “Sebagaimana Islam telah

membatalkan zihar, demikian pula halnya dengan “Tabanni” . Syariat Islam

telah mengharamkan tabanni yang menisbatkan seorang anak angkat kepada

yang bukan bapaknya, hal itu termasuk dosa besar yang mewajibkan

pelakunya mendapatkan murka dan kutukan Allah SWT.”33

c. Kompilasi Hukum Islam Pasal 98,99, 100, 101, 106, 107 huruf h dan 20934

3. Fatwa MUI

Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang pengangkatan anak pada Maret 1984

atau Jumadil Akhir 1405 Hijriah mengemukakan sebagai berikut:

1. Islam mengakui keturunan (nasab) yang sah ialah anak yang lahir dari

perkawinan (pernikahan).

32 Muslim bin Hajjaj, Sahih al Muslim, (Beirut: Dâr Ihyâ al-Turâts al-„Arabî, tt), Nomor

Hadist.2425, h.1884.

33

Muhammad Ali As-Shabuni, Terjemahan Tafsir Ayat Ahkam Ash- Shabuni 2 ( Surabaya:

PT. Bina Ilmu Offset,t.tp), h. 363.

34

Direktorat Pembinaan Peradilan Agama Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

dan Penyelenggaraan Haji.Kompilasi Hukum Islam.

Page 37: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

27

2. Mengangkat anak dengan pengertian anak tersebut putus hubungan

keturunan (nasab) dengan ayah dan ibu kandungnya adalah bertentangan

dengan syariat Islam.

3. Adapun pengangkatan anak dengan tidak mengubah status nasab dan

agamanya, dilakukan atas rasa tanggung jawab sosial untuk memelihara,

mengasuh, dan mendidik mereka dengan penuh kasih sayang seperti anak

sendiri adalah perbuatan yang terpuji dan termasuk amal salih yang

dianjurkan oleh agama Islam.

4. Pengangkatan anak Indonesia oleh warga Negara asing selain

bertentangan dengan UUD 1945 juga merendahkan martabat bangsa.35

D. Tujuan Pengangkatan Anak

Pengangkatan anak dikalangan masyarakat Indonesia mempunyai beberapa

tujuan dan motivasi diantaranya:

1. Untuk meneruskan keturunan, bilamana di dalam suatu perkawinan tidak

memperoleh keturunan.

2. Sebagai pancingan (di jawa) yakni dengan mengangkat anak, keluarga yang

mengadopsi akan dikarunia anak kandung sendiri.36

Atau dengan

mengangkat anak akan mungkin ketularan mendapat anak kandung.37

35

Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Sejak 1975, (Jakarta:

Erlangga, 2011), h. 333.

36

Sudharyo Soimin, Hukum Orang dan Keluarga: Perspektif Hukum Perdata Barat (BW),

Hukum Islam, dan Hukum Adat, (Jakarta: Sinar Grafika,2004). H. 172.

Page 38: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

28

3. Menambah jumlah keluarga, dengan maksud agar si anak angkat mendapat

pendidikan yang baik, sebagai misi kemanusiaan dan pengalaman ajaran

agama.38

4. Pengangkatan anak ini dilakukan guna memenuhi instingtif manusia yang

berkehendak menyalurkan kasih sayangnya kepada anak yang dirasakan

akan merupakan kelanjutan hidupnya.39

5. Untuk mensejahterakan anak dan melindunginya dari kekerasan dan

diskriminasi serta memberikan kehidupan yang layak bagi seorang anak

dengan memberikan perhatian dan kasih sayang, tanpa menjadikannya

sebagai anak kandung sendiri diperbolehkan dalam Islam. Alasan–alasan

orang melakukan pengangkatan pengangkatan anak adalah bermacam-

macam, tetapi terutama yang terpenting adalah :Rasa belas kasihan terhadap

anak terlantar atau anak yang orang tuanya tidak mampu memeliharanya.

Tidak mempunyai anak dan ingin mempunyai anak untuk menjaga dan

memeliharanya di hari tua. Untuk mempertahankan ikatan perkawinan /

kebahagiaan keluarga.40

37

B. Sebastian Tafal, Pengangkatan Anak menurut Hukum Adat serta akibat-akibat hukumnya

di kemudian hari, (Jakarta : Rajawali, 1989, Cet. 2), h. 71. 38

Chuzaimah T. Yanggo dan Hafiz Anshary, Problematika Hukum Islam Kontemporer Buku

Pertama, h. 147.

39

Ahmad Azhar Basyir, Kawin Campur, Adopsi, Wasiat Menurut Islam, (Bandung: PT. Al-

Ma‟rif, 1972). H. 19.

40

Djaja. S. Meliala, Pengangkatan Anak (adopsi) di Indonesia, (Bandung : Tarsito, 1982), h.3.

Page 39: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

29

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pengangkatan anak

dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu:

1. Untuk mendapatkan atau melanjutkan keturunan keluarga orang tua

angkat.

2. Untuk kesejahteraan atau kepentingan bagi anak.

3. Begitu pula dalam pengangkatan anak juga harus dilihat dari orang tua

kandung anak yang akan diangkat .41

E. Tata Cara Pengangkatan Anak di Pengadilan

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2007

Tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak disebutkan mengenai prosedur

pengangkatan anak antar WNI yang dalam Pasal 19 menyebutkan bahwa:

“Pengangkatan anak secara adat kebiasaan dilakukan sesuai dengan tata cara yang

berlaku di dalam masyarakat yang bersangkutan”.42

Dalam SEMA No.6 Tahun 1983 tentang penyempurnaan SEMA No. 2 Tahun

1979 tentang Pengangkatan Anak, ada beberapa tahap dan persyaratan pengangkatan

anak antar warga Negara Indonesia, ataupun antar warga-negara asing, namun yang

41

Soedaryo Soimin, Himpunan Dasar Hukum Pengangkatan Anak , (Jakarta: Sinar Grafika,

2000), h. 28.

42

Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departeman Hukum dan HAM RI,

Peraturan Pemerintah RI Nomor 54 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak, h. 8

Page 40: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

30

akan diuraikan oleh penulis adalah prosedur pengangkatan anak antar-warga Negara

Indonesia, yang tahap dan persyaratannya sebagai berikut :43

i. Syarat dan Bentuk Surat Permohonan

1. Sifat surat permohonan bersifat voluntair.

2. Permohonan pengangkatan anak hanya dapat diterima apabila ternyata

telah ada urgensi yang memadai, misalnya ada ketentuan undang-

undangnya.

3. Permohonan pengangkatan anak dapat dilakukan secara lisan atau tertulis

berdasarkan ketentuan hukum acara yang berlaku.

4. Surat permohonan pengangkatan anak dapat ditandatangani oleh

pemohon sendiri, atau oleh kuasa hukumnya.

5. Surat permohonan pengangkatan anak ditujukan kepada ketua Pengadilan

Negeri atau Ketua Pengadilan Agama. Pemohon yang beragama Islam

yang bermaksud mengajukan permohonan pengangkatan anak

berdasarkan Hukum Islam, maka pemohonnya diajukan kepada

Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat tinggal pemohon.

ii. Isi Surat Permohonan Pengangkatan Anak

1. Bagian dasar hukum permohonan pengangkatan anak, harus secara jelas

diuraikan motivasi yang mendorong niat untuk mengajukan permohonan

pengangkatan anak.

2. Harus diuraikan secara jelas bahwa permohonan pengangkatan anak,

terutama didorong oleh motivasi untuk kebaikan dan/atau kepentingan

calon anak angkat, didukung dengan uraian yang memberikan kesan

bahwa calon orang tua angkat benar-benar memiliki kemampuan dari

berbagai aspek bagi masa depan anak angkat menjadi lebih baik.

43

Andi Syamsu dan Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam, h. 210, SEMA

No.6 Tahun 1983 tentang penyempurnaan SEMA No. 2 Tahun 1979 tentang Pengangkatan

Anak

Page 41: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

31

3. Isi petitium permohonan pengangkatan anak bersifat tunggal, yaitu hanya

memohon “agar bernama A ditetapkan sebagai anak angkat dari B”, tanpa

ditambahkan permintaan lain, seperti: “agar anak bernama A ditetapkan

sebagai ahli waris dari si B”.

iii. Syarat-syarat Permohonan Pengangkatan Anak antar WNI44

1. Syarat bagi calon orang tua angkat/pemohon, berlaku ketentuan sebagai

berikut:

a. Pengangkatan anak yang langsung dilakukan antar orang tua kandung

dengan orang tua angkat (private adoption) diperbolehkan.

b. Pengangkatan anak yang dilakukan oleh orang yang tidak terkait

dalam perkawinan sah/belum menikah diperbolehkan.45

c. Calon orang tua angkat harus seagama dengan agama yang dianut oleh

calon anak angkat.46

2. Syarat bagi calon anak angkat47

a. Belum berusia 18 (delapan belas) tahun.

b. Merupakan anak terlantar atau ditelantarkan.48

c. Berada dalam asuhan keluarga atau dalam lembaga pengasuhan anak.49

d. Memerlukan perlindungan khusus.50

44

Andi Syamsu dan Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam, h.211.

45

Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 6 Tahun 1983, dan Lihat Musthofa Sy,

Pengangkatan Anak Kewenangan Peradilan Agama, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 86.

46

Kumpulan Perundangan perlindungan Hak Asasi Anak,(Yoyakarta: Pustaka Yustisia, 2006),

h. 89. 47

Rusli Pandika, Hukum Pengangkatan Anak, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), h. 113.

48

Anak terlantar atau ditelantarkan adalah anak yang tidak dipenuhi kebutuhannya secara

wajar, baik fisik, mental, spiritual maupun sosial.(UU Perlindungan Anak; Pasal 1 Butir 6; Permen

Sosial Pengangkatan Anak; Pasal 1 Butir 13).

49

Lembaga pengasuhan anak adalah lembaga atau organisasi sosial atau yayasan yang

berbadan hukum yang menyelenggarakan pengasuhan anak terlantar dan telah mendapat izin dari

menteri untuk melaksanakan proses pengangkatan anak (PP Pengangkatan Anak; Pasal 1 Butir 5).

Page 42: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

32

e. Dalam hal calon anak angkat berada dalam asuhan suatu yayasan

sosial harus dilampirkan surat izin tertulis Menteri Sosial bahwa

yayasan yang bersangkutan telah diizinkan bergerak di bidang kegiatan

anak.

f. Calon anak angkat yang berada dalam asuhan yayasan sosial, maka

harus punya izin tertulis dari Menteri Sosial atau pejabat yang ditunjuk

bahwa anak tersebut diizinkan untuk diserahkan sebagai anak angkat.

Dengan demikian menurut ulama fiqih, tata cara pengangkatan anak adalah

dasar ingin mendidik dan membantu orang tua kandungnya agar anak tersebut bisa

mandiri di masa mendatang, dan tidak dikenal yang namanya perpindahan nasab dari

ayah kandung ke ayah angkatnya. Ia tetap bukan mahram dari orang tua angkatnya,

sehingga tidak ada larangan kawin tetapi tidak saling mewarisi. Apabila

pengangkatan anak diiringi dengan perpindahan nasab anak dari ayah kandung ke

ayah angkatnya, maka konsekuensinya, antara dirinya dengan ayah angkatnya ada

larangan kawin, sehingga apabila anak tersebut ingin menikah maka yang menjadi

wali nikahnya adalah orang tua angkatnya.51

F. Lembaga yang Berwenang dalam Pengangkatan Anak

Anak angkat sebagaimana yang telah yang dikemukakan, adalah seseorang

yang bukan keturunan dua orang suami istri yang dipelihara dan diperlakukan sebagai

50

Anak yang memerlukan perlindungan khusus adalah perlindungan yang diberikan kepada

anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan hukum, anak dari minoritas, dan terisolasi, anak

yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi

korban dari penyalahgunaan narkoba, alcohol, psikotropika, dan zat adiktif(napza), anak korban

penculikan, penjualan, perdagangan, anak korban kekerasan, baik fisik dan/ atau mental, anak yang

menyandang cacat dan anak korban perlakuan salah dan penelantaran. (Permen sosial pengangkatan

anak;Pasal 1 Butir 14). 51

Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam, h. 29.

Page 43: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

33

anak angkat keturunannya sendiri. Akibat hukum terhadap pengangkatan anak ini

ialah bahwa anak itu mempunyai kedudukan hukum terhadap yang mengangkatnya,

yang bagi beberapa daerah di Indonesia mempunyai kedudukan hukum yang sama

dengan anak keturunannya sendiri, juga termasuk hak untuk mewarisi kekayaan yang

ditinggalkan orang tua angkatnya pada waktu meninggal dunia. Oleh karena itu

adanya akibat hukum yang terlalu jauh dan luas ini, di samping faktor-faktor lain dari

pengangkatan anak itu sendiri, seperti faktor sosial, faktor psikologis dan lain-lain,

maka tidak jarang akibat pengangkatan anak menimbulkan berbagai problema dalam

masyarakat.52

Hukum perkawinan di Indonesia di atur dalam Undang-Undang RI Nomor 1

tahun 1974 tentang Perkawinan yang telah menentukan pengadilan agama sebagai

pengadilan yang berwenang mengadili perkara-perkara bidang perkawinan bagi

mereka yang beragama Islam dan pengadilan umum bagi lainnya. Lembaga

pengangkatan anak merupakan bagian dari hukum perkawinan, sehingga sepanjang

pengangkatan anak itu dilakukan oleh mereka yang beragama Islam atau memenuhi

asas personalitas keislaman, maka pengangkatan anak itu menjadi kewenangan

pengadilan agama.

Lembaga pengangkatan anak tidak diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan. Tidak diaturnya lembaga pengangkatan anak

tersebut dalam sejarah proses pembuatan hukum (law making process) Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan karena alasan sosial dan politik

52

Muderis Zaini, Adopsi suatu Tinjauan dari Tiga sistem Hukum, h. 22.

Page 44: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

34

pada saat itu. Namun demikian, pengangkatan anak merupakan bagian dari bidang

perkawinan dan sesuai ketentuan Pasal 63 Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan yang menegaskan bahwa pengadilan agama sebagai pengadilan

yang berwenang mengadili perkara bidang perkawinan bagi mereka yang beragama

Islam dan pengadilan umum bagi lainnya, maka kewenangan yang berkaitan dengan

pengangkatan anak dilakukan oleh orang-orang yang beragama Islam seharusnya

menjadi kewenangan pengadilan agama.53

Kesadaran dan kepedulian semangat masyarakat muslim yang makin meningkat

telah mendorong semangat untuk melakukan koreksi terhadap hal-hal yang

bertentangan dengan syariat Islam antara lain masalah pengangkatan anak. Kemudian

aturan pengangkatan anak masuk dalam Kompilasi Hukum Islam yang menjadi

pedoman hukum materiil peradilan agama. Kendati pengaturan tersebut sebatas

pengertian, namun telah memberikan perubahan yang signifikan bagi masyarakat

muslim Indonesia dalam memandang lembaga pengangkatan anak.54

Kebutuhan hukum orang-orang beragama Islam untuk melakukan perbuatan

hukum pengangkatan anak sesuai dengan pandangan hidup dan kesadaran hukumnya,

yaitu berdasarkan hukum Islam yang seharusnya menjadi kewenangan pengadilan

agama itu, akhirnya ditegaskan dalam Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2006

bahwa pengangkatan anak antara orang-orang yang beragama Islam menjadi

53

Undang-Undang Pokok Perkawinan Beserta Peraturan Perkawinan Khusus Untuk Anggota

ABRI.POLRI.PEGAWAI KEJAKSANAAN, PNS, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2007,Cet-VII), h.

20. 54

Musthofa , Pengangkatan Anak Kewenangan Pengadilan Agama, h. 58

Page 45: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

35

kewenangan pengadilan agama dan pengadilan agama memberikan penetapan

pengangkatan anak berdasarkan hukum Islam.55

Kewenangan absolut Peradilan Agama telah dirumuskan dalam Pasal 49

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 7 tahun 1989 Tentang Peradilan Agama Sebagai berikut: Pengadilan Agama

bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara di

tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam salah satunya di bidang

perkawinan, bahwa yang dimaksud dengan bidang perkawinan adalah hal-hal yang

diatur dalam atau berdasarkan undang-undang mengenai perkawinan yang berlaku

menurut syariat Islam adalah salah satunya pada point 20 tentang penetapan

pengesahan anak berdasarkan hukum Islam.56

Pada Pasal 49 ayat (1) tersebut, telah secara jelas menyatakan bahwa akidah

Islam yang melekat pada jiwanya, maka menjadi patokan untuk menyelesaikan

persoalan sengketa hukum perdata kekeluargaannya dengan hukum Islam sebagai

hukum yang hidup (positif) bagi keluarga muslim itu. Kehadiran anak angkat di

dalam keluarga tidak dapat dipisahkan dari sebuah cita-cita keluarga ideal.57

55

Musthofa , Pengangkatan Anak Kewenangan Pengadilan Agama, h. 60 56

Chatib Rasyid dan Syaifuddin, Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan Praktik Pada

Peradilan Agama,(Yogyakarta: UII Press 2009), h. 15-16.

57

Ahmad Kamil dan Fauzan, Kaidah-Kaidah Hukum Yurisprudensi, (Jakarta : Kencana,

2008), H. 144.

Page 46: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

36

G. Kewenangan Absolut dan Relatif Pengadilan

Dalam Pasal 50 UU No.8 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-Undang

No.2 Tahun 1986 tentang peradilan umum yang bahwasanya menyatakan

“Pengadilan Negeri bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan

menyelesaikan perkara pidana dan perdata di tingkat pertama.”58

Jadi dapat diberikan

sebuah kesimpulan dasar dan mempunyai maksud bahwa Peradilan Negeri menerima

semua perkara pidana maupun perdata menjadi kewenangan peradilan umum(asas lex

generalis).59

Akan tetapi ada ketentuan lain dalam undang-undang yang menentukan

bahwa terhadap perkara-perkara tertentu menjadi kewenangan peradilan dalam

lingkungan peradilan khusus yang dinamakan dengan asas lex specialis. Apabila

kedua asas tersebut berhadapan maka lex specialis (asas ketentuan khusus)

tersebutlah yang lebih diutamakan.60

Pengadilan Negeri adalah pengadilan yang bertugas dan berwenang memeriksa,

memutus, dan menyelesaikan perkara pidana dan perdata di tingkat pertama.61

Kewenangan terhadap pengangkatan anak belum ada pelimpahan kepada pengadilan

58

Republik Indonesia, Undang-Undang Peradilan Umum dan PTUN Tahun 2004, (Jakarta:

CV. Tamita Utama, 2004), h. 48. 59

Ahmad kamil dan M fauzan “ Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2008), h.1 liat juga Yahya Harahap, “ Hukum Perdata tentang

Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan”, (Jakarta: Sinar Grafika,

2010) , h. 189.

60

Ahmad kamil dan Fauzan, “ hukum perlindungan dan pengangkatan anak di Indonesia h.1

liat juga yahya harahap, “ hukum perdata tentang gugatan, persidangan, penyitaan, pembuktian, dan

putusan pengadilan”, h. 1.

61

Pasal 50 Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 2 tahun 1986 Tentang Peradilan Umum, Lihat Undang-Undang Peradilan Umum dan PTUN

Tahun 2004, h. 48.

Page 47: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

37

lain pada saat itu. Oleh karenanya semua perkara yang berkaitan dengan

pengangkatan anak menjadi kewenangan Pengadilan Negeri.

Ruang lingkup kewenangan absolut peradilan agama untuk memeriksa,

memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang

yang beragamaa Islam di bidang: Perkawinan, Waris, Wasiat, Hibah, Wakaf, Zakat,

Infaq, Shadaqah danEkonomi syariah.62

Yang dimaksud dengan perkawinan adalah hal-hal yang diatur dalam

berdasarkan undang-undang mengenai perkawinan yang berlaku dan dilakukan

menurut syariat Islam. Salah satu diantaranya adalah dalam Pasal 49 Point 20 tentang

Penetapan asal usul anak dan penetapan pengangkatan anak berdasarkan hukum

Islam.63

Sehingga dalam perkara-perkara tersebut dilakukan oleh orang yang selain

beragam Islam dan tidak dengan hukum Islam atau tidak berlandaskan dengan hukum

Islam maka perkara tersebut secara absolut bukan kewenangan peradilan agama

melainkan kewenanangan peradilan negeri/umum.64

62

Pasal 49 UU Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.

63

Direktorat Hukum dan Peradilan Mahkamah Agung RI, Informasi Peraturan Perundang-

undangan (JDI-HUKUM),Edisi 2006 No 34, h.323.

64

Ahmad Mujahidin, Pembaharuan Hukum Acara Peradilan Agama dan Mahkamah Syari’ah

di Indonesia (Jakarta: IKAHI 2008, Cet.1), h. 118.

Page 48: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

38

BAB III

PROFIL PENGADILAN NEGERI WONOSOBO

A. Kedudukan Peradilan Negeri di Indonesia

Keberadaan peradilan umum telah ditegaskan secara rinci di dalam UU No. 2

Tahun 1982 dalam penjelasan umum bahwa di Negara Republik Indonesia sebagai

Negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

keadilan, kebenaran, kepastian hukum, dan ketertiban penyelenggaraan sistem

hukum merupakan hal-hal pokok untuk menjamin kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.1

Pengaturan-pegaturan baru tentang pengadilan dan peradilan diakui memang

harus diadakan terutama sebagai akibat dari tuntutan reformasi yang tercemin dalam

perubahan UUD 1945 dan juga UU No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan

Kehakiman.2

Adapun penyelenggara atau pelaksana dari kekuasaan kehakiman tersebut

sebagaimana ditegaskan dalam ketentuan yang dikutip di atas adalah Mahkamah

agung dan badan-badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan

Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, Peradilan Tata Usaha Negara,

dan Mahkamah Konstitusi. Hal ini juga ditegaskan kembali dalam pasal 10 ayat (1)

1Sudarsono, Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, Mahkamah Agung dan Peradilan Tata

Usaha Negara, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1994), h. 517.

2Jaenal Arifin, Peradilan Agama dalam Bingkai Reformasi Hukum di Indonesia, (Jakarta:

Kencana, 2008), h. 227.

Page 49: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

39

dan (2) UU. No. 4 Tahun 2004 yang telah dirubah dengan Undang-Undang no. 48

tahun 2009 Tentang kekuasaan Kehakiman:3

Peradilan umum diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang

Peradilan Umum, sebagaimana telah diubah dengan undang-undang Nomor 8 Tahun

2004 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986. Pasal 2 Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 2004 tersebut menentukan: “ Peradilan Umum adalah salah

satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya.”4

Pengadilan Negeri berkedudukan di ibu kota kabupaten/kota, dan daerah

hukumnya meliputi wilayah kabupaten/kota. Pembinaan teknis peradilan, organisasi,

administrasi dan financial pengadilan dilakukan oleh Mahkamah Agung.Pembinaan

tersebut tidak boleh mengurangi kekuasaan hakim dalam memeriksa dan memutus

perkara.5

Menurut Pasal 14 ayat (2) UU No. 8 Tahun 2004 Tentang Peradilan Umum

tersebut, untuk dapat diangkat menjadi hakim, seseorang harus lebih dahulu menjadi

pegawai negeri yang terdaftar sebagai calon hakim. Namun dalam pasal 12 ayat (1),

3Bagir Manan, Suatu Tinjauan Terhadap Kekuasaan Kehakiman Indonesia dalam Undang-

Undang Nomor 4 Tahun 2004, (Jakarta: Mahkamah Agung RI, 2005), h. 88.

4Dalam penjelasan pasal ini dinyatakan disamping Pengadilan Umum yang berlaku bagi

rakyat pencari keadilan pada umumnya mengenai perkara perdata dan pidana, pelaku kekuasaan

kehakiman lain yang merupakan peradilan khusus bagi golongan rakyat tertentu, yaitu Pengadilan

Agama, Pengadilan Militer, Pengadilan Tata Usaha Negara. Yang dimaksud dengan rakyat mencari

keadilan adalah setiap orang baik warga Negara Indonesia maupun orang asing yang mencari keadilan

pada pengadilan di Indonesia.

5Undang-Undang Nomor 2 tahun 2004 Pasal 4 ayat (1), Pasal 5 ayat (1) dan (2), pasal 13

aayat (1) dan (2).

Page 50: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

40

dinyatakan bahwa hakim pengadilan adalah pejabat yang melakukan tugas kekuasaan

kehakiman.6

Hakim diangkat dan diberhentikan oleh Presiden selaku Kepala Negara atas

usul Menteri Kehakiman berdasarkan persetujuan Ketua Mahkamah Agung.Ketua

dan Wakil pengadilan diangkat oleh Ketua Mahkamah Agung.Tentang

pemberhentian dengan hormat diatur dalam pasal tersendiri.

B. Ruang Lingkup Kewenangan Peradilan Negeri

Berbicara tentang kekuasaan Peradilan dalam kaitannya dengan Hukum Acara

Perdata, biasanya menyangkut dua hal, yaitu tentang “Kekuasaan Relatif” dan

“Kekuasaan Absolut”, sekaligus dibicarakan pula didalamnya tentang tempat

mengajukan gugatan/permohonan serta jenis perkara yang menjadi kekuasaan

Pengadilan.7 Kompetensi absolut adalah kewenangan pengadilan untuk mengadili

berdasarkan materi hukum(hukum materi).8 Sedangkan Kompetensi relatif adalah

kekuasaan mengadili berdasarkan wilayah atau daerah. Kewenangan Pengadilan

Agama sesuai tempat dan kedudukannya.

Di dalam Pasal 50 UU No.8 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-

Undang No.2 Tahun 1986 tentang peradilan umum yang bahwasanya menyatakan“

Pengadilan Negeri bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan

6Jaenal Arifin, Peradilan Agama dalam Bingkai Reformasi Hukum di Indonesia, h. 228.

7Erfaniah Zuhriah, Peradilan Agama di Indonesia dalam Rentang Sejarah dan Pasang Surut,

(Malang: UIN- Malang Press, 2008), h.193.

8Musthofa, Kepaniteraan Pengadilan Agama, (Jakarta: Kencana, 2005), h. 9.

Page 51: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

41

perkara pidana dan perdata di tingkat pertama.”9Jadi dapat diberikan sebuah

kesimpulan dasar dan mempunyai maksud bahwa Peradilan negeri bahwa semua

perkara pidana maupun perdata menjadi kewenangan peradilan umum(asas lex

generalis).10

Akan tetapi ada ketentuan lain dalam undang-undang yang menentukan

bahwa terhadap perkara-perkara tertentu menjadi kewenangan peradilan dalam

lingkungan peradilan khusus yang dinamakan dengan asas lex specialis. Maka apabila

kedua asas tersebut berhadapan maka secara lex specialis asas ketentuan khusus

tersebutlah yang lebih diutamakan.11

Arti penting suatu daerah hukum bagi Pengadilan Negeri adalah hubungan

dengan kewenangan nisbi (kompetensi relatif ) dalam mengadili suatu perkara. Yang

berwenang mengadili suatu perkara pidana adalah Pengadilan Negeri yang daerah

hukumnya meliputi tempat terjadinya suatu tindak pidana (locus delicti).Dalam

perkara perdata, daerah hukum Pengadilan Negeri berat hubunganyya dengan tempat

tinggal penggugat dan tergugat dalam hal pengajuan gugatan.12

9Republik Indonesia, Undang-Undang Peradilan Umum dan PTUN Tahun 2004, (Jakarta:

CV. Tamita Utama, 2004), h. 48.

10

Ahmad kamil dan M fauzan “ Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2008), h.1 liat juga Yahya Harahap, “ Hukum Perdata tentang

Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan”, (Jakarta: Sinar Grafika,

2010) h. 189.

11

Ahmad kamil dan Fauzan, “ hukum perlindungan dan pengangkatan anak di Indonesia h.1

liat juga yahya harahap, “ hukum perdata tentang gugatan, persidangan, penyitaan, pembuktian, dan

putusan pengadilan”, h. 1.

12

Wantjik Saleh, Mahkamah Agung, Pengadilan Tinggi, dan Pengadilan Negeri, (Jakarta:

Bina Aksara, 1981), h. 207.

Page 52: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

42

C. Sejarah Singkat Pengadilan Negeri

Pengadilan Negeri Wonosobo sejak zaman Belanda sudah ada dengan nama

Landraad, akan tetapi nama ini mengalami perubahan sesuai dengan situasi pada

waktu itu, perubahan tersebut dapat dilihat pada zaman Belanda bernama

LANDRAAD WONOSOBO atau sebagai Judex Factio, pada masa kemerdekaan ada

perubahan nama menjadi PENGADILAN EKONOMI dan menempati gedung di

JalanPemuda No.6 Wonosobo, bangunan gedung didirikan pada tahun 1918,

kemudian pada tanggal 7 Juni 1983 gedung Pengadilan Negeri Wonosobo berpindah

ke gedung yang baru terletak di Jalan Tumenggung Jogonegoro No.38 Wonosobo,

Kel.Jaraksari, Kec. / Kab. Wonosobo dengan nama PENGADILAN NEGERI

WONOSOBO dengan luas tanah dan bangunan secara keseluruhan kurang lebih

4.000 m2 hingga saatini.13

Gedung Pengadilan Negeri Wonosobo yang baru diresmikan pada tahun 1983

oleh Bapak H.OESMAN SAHIDI, SH jabatan Kepala Kantor Wilayah Departemen

Kehakiman R.I Propinsi Jawa Tengah.Pada tahun 1985 terjadi REUISLAGH yaitu

tanah dan bangunan gedung Kantor Pengadilan Negeri Wonosobo yang terletak di

Jalan Pemuda No.6 Wonosobo menjadi milik Pemerintah Daerah Kabupaten

Wonosobo yang kemudian dijadikan kantor BAPPEDA Kabupaten Wonosobo dan

Pengadilan Negeri Wonosobo mendapatkan ganti rugi berupa tanah dan bangunan

perumahan yang terdiri dari :

13

“SejarahPengadilanNegeriWonosobo” artikel diakses pada 10 Maret 2014 dari http://pn-

wonosobo.go.id/profil/tentang-kami/sejarah.

Page 53: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

43

- Rumah Dinas Ketua Pengadilan Negeri Wonosobo yang terletak di Jalan

Tata Bumi No.1 Wonosobo.

- Rumah Dinas Panitera/SekretarisPengadilanNegeriWonosobo yang terletak

di Jalan Tata Bumi No.2 Wonosobo.

- Rumah Dinas Pejabat Struktural Pengadilan Negeri Wonosobo No.3 s/d

No.8 yang terletak di Jalan Tata Bumi No.3 s/d No.8 Wonosobo.

- Bangunan RuangSidang II.

- Bangunan RuangArsip.

- Bangunan No.4 dan No.5 terletak di kantor Pengadilan Negeri Wonosobo

Jalan Tumenggung Jogonegoro no.38 Wonosobo.14

Adapun wilyah hukum Pengadilan Negeri Wonosobo terdiri dari 15 Kecamatan

yang meliputi :

1. Kecamatan Wadastilang

2. Kecamatan Kalibawang

3. Kecamatan Kepil

4. Kecamatan Sapuran

5. Kecamatan Kaliwiro

6. Kecamatan Leksono

7. Kecamatan Watumalang

8. Kecamatan Mojotengah

14“SejarahPengadilanNegeriWonosobo” artikel diakses pada 10 Maret 2014 dari http://pn-

wonosobo.go.id/profil/tentang-kami/sejarah.

Page 54: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

44

9. Kecamatan Sukohardjo

10. Kecamatan Garung

11. Kecamatan Selomerto

12. Kecamatan Kalikajar

13. Kecamatan Kejajar

14. Kecamatan Kertek

15. Kecamatan Wonosobo.15

D. Profil Pengadilan Negeri Wonosobo

STRUKTUR ORGANISASI

PENGADILAN NEGERI WONOSOBO.16

15“SejarahPengadilanNegeriWonosobo” artikel diakses pada 10 Maret 2014 dari http://pn-

wonosobo.go.id/profil/tentang-kami/sejarah. 16

“Pimpinan” artikel diakses pada 10 Maret 2014 dari http://pn-wonosobo go.id /

kesekretariatan/kepegawaian/struktur-organisai.

KETUA

SARWONO, SH., MHum.

WAKIL KETUA

FEMINA M., SH., MH.

HAKIM - HAKIM

1. ASNI MERIYENTI, SH.

2.MULYADI ARIBOWO.,SH.

3. ANNISA NOVIYATI, SH.

4. DEDI ADI SAPUTRO, SH.,

M.HUM.

5. WAHYU BINTORO, SH.

6. YUNITA, SH.

7. LENNY KUSUMA M., SH.,

M.HUM.

PANITERA / SEKRETARIS

NGADENAN, SH., MH

Page 55: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

45

PANMUD PERDATA

PRAYOGO., SH

PANMUD HUKUM

HADIYANTO.,SH

WAKIL SEKRETARIS

SARWADI, SH

KAUR KEPEGAWAIAN

ISMU

KAUR UMUM

SIGIT K. A., SH

PANITERA PENGGANTI

1. BAWON, SH. 7. HERMIARSI K.

2. WAHYUNI SRI REJEKI, SH. 8. BARKAH

3. PRAYOGO, SH. 9. SUYONO A.

4. HADIYANTO, SH. 10. TIYASMIYARTI

5. MACHMUD FAUZI 11. SRI WALUYO

6. HERY SUGIANTO 12. SUMARLI T. R.

JURUSITA / JURUSITA PENGGANTI

1. M. ZAENAL WARNO 4. AGUS SUTOPO

2. SUKO WIDODO 5. MURSIDJO

3. KUSNO SUGIHARJO 6. SUGIYO

WAKIL PANITERA

BAWON, SH

PANMUD PIDANA

WAHYUNI S., SH

KAUR KEUANGAN

AGUSTIN., SH

Page 56: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

46

BAB IV

PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN

A. Duduk Perkara

Dalam penetapan ini yang dianalisis adalah perkara pengangkatan anak yang

dimohonkan oleh Subari, adalah seorang yang berjenis kelamin laki-laki yang berusia

49 tahun, dan beragama Islam yang bekerja sebagai karyawan swasta, yang beralamat

di Dusun larangan RT.004 RW. 003, kelurahan Bomerto, kecamatan Wonosobo,

kabupaten Wonosobo,dan yang disebut sebagai pemohon I.1

Sugiyah, adalah seorang yang berjenis kelamin perempuan yang berusia 37

tahun, dan beragama Islam yang bekerja sebagai ibu rumah tangga, yang beralamat di

Dusun larangan RT.004 RW. 003, kelurahan Bomerto, kecamatan Wonosobo,

kabupaten Wonosobo, dan yang disebut sebagai pemohon II.2

Yang tentang duduk perkara, sebagai berikut:3

1. Bahwa, pemohon I telah melangsungkan pernikahan yang sah dengan

pemohon II dihadapan pegawai pencatat nikah KUA di kecamatan

Wonosobo, terbukti dari kutikan akta nikah tanggal 17 November 2004,

Nomor: 622/12/XI/2004;

1Hasil Permohonan Data Pengadilan Negeri Wonosobo, Penetapan

No.151/Pdt.P/2013/PN.Wnsb, Tanggal 27 Februari 2014.

2 Salinan Penetapan No. 151/Pdt.P/ 2013/PN. Wnsb.

3 Salinan Penetapan No. 151/Pdt.P/ 2013/PN. Wnsb.

Page 57: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

47

2. Bahwa, dari perkawinan tersebut para pemohon (suami isteri) belum

dikarunia anak pun hingga sekarang, maka para pemohon bermaksud

mengangkat dan menerima penyerahan terhadap anak seorang anak laki-laki

yang bernama: AKHMAT RASYIT MUBAROK, yang lahir pada tanggal 07

Juli 2012 dari ibu kandungnya bernama: SALIMAH, yang bertempat tinggal

di Kalierang RT.002 RW.004, Desa Kalierang, Kecamatan Selomerto,

Kabupaten Wonosobo, sebagaimana dalam surat penyerahan Anak

NURAINI ARISWARI, Amd, Ketua Opipa GOW Wonosobo (bukti

terlampir);4

3. Bahwa, anak tersebut telah diserahkan kepada para pemohon sejak tanggal 9

Oktober 2012 tanpa ada paksaan dari pihak manapun yang dituangkan

didalam surat pernyataan penyerahan anak yang bermaterai cukup dan

disaksikan oleh tiga orang saksi (bukti terlampir);

4. Bahwa, pengangkatan anak tersebut diatas dilakukan oleh para pemohon dari

NURAINI ARISWARI, Amd Ketua Upipa GOW Wonosobo tersebut sejak

tanggal 9 Oktober 2012 dan anak tersebut telah dipelihara serta dirawat,

diasuh oleh para pemohon tersebut diatas seperti layaknya anak kandung

sendiri hingga sampai sekarang;5

5. Bahwa, maksud dari penyerahan anak tersebut diatas dilakukan oleh Para

Pemohon adalah demi masa depan dan juga demi kepentingan bagi anak

4 Salinan Penetapan No. 151/Pdt.P/ 2013/PN. Wnsb.

5 Salinan Penetapan No. 151/Pdt.P/ 2013/PN. Wnsb.

Page 58: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

48

tersebut yang diharapkan nantinya dapat mengasuh dan merawat para

pemohon dihari tuannya nanti, yang juga diharapkan pula dapat meneruskan

kehidupan keluarga Para Pemohon tersebut;

6. Bahwa, untuk itu para pemohon memerlukan adanya penetapan pengesahan

anak angkat tersebut diatas yang diperoleh dari Pengadilan Negeri

Wonosobo.6

Pada permohonan anak di Pengadilan Negeri Wonosobo ini bahwa Majelis

Hakim Pengadilan Negeri Wonosobo memberikan/penetapan yang berstatus “

Mengabulkan Permohonan” yang berlandaskan: Pasal 1 angka 1 UU Nomor 23

Tahun 2002; Pasal 12 dan 13 PP Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan

Pengangkatan Anak.7

Berkaitan dengan pengajuan permohonan perkara, sesuai dengan undang-

undang kekuasaan kehakiman, Pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa,

mengadili, dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum

tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya.8

Pengadilan tidak boleh menolak permohonan tersebut meskipun bukan termasuk

wilayah kompetensinya, melainkah harus menggali hukum dari aturan yang berlaku

dan yang sesuai dengan kebutuhan kehidupan masyarakat.

6Hasil Permohonan Data Pengadilan Negeri Wonosobo, Penetapan

No.151/Pdt.P/2013/PN.Wnsb, Tanggal 27 Februari 2014.

7Hasil Permohonan Data Pengadilan Negeri Wonosobo, Penetapan

No.151/Pdt.P/2013/PN.Wnsb, Tanggal 27 Februari 2014.

8 Lihat Pasal 10 (1) undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman.

Page 59: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

49

B. Analisis bentuk kewenangan Peradilan pasca lahirnya Undang-Undang No. 3

Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1989

Tentang Peradilan Agama

Pengadilan negeri adalah pengadilan yang bertugas dan berwenang memeriksa,

memutus, dan menyelesaiakn perkara pidana dan perdata di tingkat pertama, kecuali

perundang-undangan memberikan kewenangan secara khusus kepada pengadilan lain.

Pengadilan dimaksud untuk pengangkatan anak pada saat itu adalah pengadilan

negeri sebagai pengadilan tingkat pertama di lingkungan peradilan umum.

Kewenangan terhadap perkara pengangkatan anak belum ada pelimpahan

kepada pengadilan lain pada saat itu, oleh karenanya semua perkara yang berkaitan

dengan pengangkatan anak menjadi kewenangan pengadilan negeri. 9

Sejauh ini meskipun para pihak beragama Islam, mereka memiliki kebebasan

untuk memilih hukum, dan sejauh ini perkara permohonan pengangkatan anak sudah

menjadi wewenang pengadilan negeri untuk memberikan dalam hal penetapan

pengangkatan anak dan ibu hakim sejauh ini tidak mengetahui wewenang baru yang

dimiliki oleh pengadilan agama, yaitu pengangkatan anak berdasarkan hukum Islam

dan sejauh ini belum ada complain atau teguran dari pihak pengadilan agama dan

surat edaran mahkamah agung yang menyatakan bahwa pengadilan negeri sudah

tidak berwenang untuk menerima dan memeriksa perkara pengangkatan anak.10

9 Musthofa, Pengangkatan Anak kewengan Pengadilan Agama, h.57.

10

Wawancara pribadi dengan Femina Mustikawati, Wakil Ketua Pengadilan Negeri

Wonosobo, sebagai Hakim yang memutus perkara tersebut, Wonosobo, 27 Februari 2014.

Page 60: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

50

Menurut teori umum hukum acara perdata Peradilan umum (tentang tempat

pengajuan gugatan), apabila penggugat mengajukan gugatannya ke pengadilan negeri

mana saja, diperbolehkan dan pengadilan negeri tersebut masih boleh memeriksa dan

mengadili perkaranya sepanjang tidak ada eksepsi (keberatan) dari pihak lawannya.

Juga boleh saja orang (penggugat dan tergugat) memilih untuk berperkara di muka

pengadilan negeri mana saja yang mereka sepakati. (Lihat HIR pasal 118 ayat 4). Hal

ini berlaku sepanjang tidak tegas-tegas dinyatakan lain. Pengadilan negeri dalam hal

ini, boleh menerima pendaftaran perkara tersebut disamping boleh pula menolaknya.

Namun, dalam praktek, pengadilan negeri sejak dari semula sudah tidak berkenaan

menerima gugatan/permohonan semacam itu, sekaligus memberikan saran ke

pengadilan negeri mana seharusnya gugatan/permohonan itu diajukan. Ketentuan

umum peradilan umum tersebut berlaku juga untuk peradilan agama sebagaimana

ditunjuk oleh UU Nomor 7 Tahun 1989.11

Bahwa terkait perbedaan kewenangan antara pengadilan negeri dan pengadilan

agama harus jelas, akan tetapi selama ini pengadilan negeri wonosobo masih

menerima perkara permohonan pengangkatan anak dan untuk selanjutnya di

kemudian hari perlu diadakan wacana untuk mendiskusikan tentang kewenangan

antara pengadilan negeri dan pengadilan agama, apakah oleh undang-undang

memang benanr-benar menyatakan bahwa pengadilan negeri tidak berwenang untuk

menerima dan memeriksa perkara permohonan penetapan pengangkatan anak. Perlu

11

Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama Edisi Baru, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2003), h. 26-27

Page 61: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

51

diketahui bahwa terjadinya penggolongan kewenangan antara pengadilan negeri dan

pengadilan agama, pengadilan negeri menerima dan memeriksa perkara umum seperti

pidana dan perdata, akan tetapi pengadilan agama menerima dan memeriksa perkara

yang berdasarkan syariat Islam seperti perceraian yang dilakukan oleh orang yang

beragama Islam. Dalam hal permohonan pengangkatan anak, hakim mengatakan”

kalau pengadilan agama memandang syariat Islam itu berdasarkan subjek yang

berdasarkan agama Islam mengapa tidak dari dulu undang-undang peradilan agama

mengatur bahwa permohonan pengangkatan anak kewenangannya dimiliki oleh

pengadilan agama.12

Pasal 63 Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan telah

menegaskan dengan membagi kewenangan pengadilan agama dan pengadilan umum.

Pengadilan agama berwenang mengadili perkara bagi mereka yang beragama Islam,

sedangkan pengadilan umum bagi perkara lainnya.13

Oleh karena pengangkatan anak

tidak diatur dalam Undang-Undang tersebut, maka kewenangan mengenai

pengangkatan anak meskipun dilakukan oleh mereka yang beragama Islam tetap

menjadi kewengan pengadilan negeri.

Mengenai perkara pengangkatan anak belum lama menjadi kewenangan absolut

Peradilan agama sejak diundangkannya UU No. 3 Tahun 2006 tentang perubahan atas

12

Wawancara pribadi dengan Femina Mustikawati, Wakil Ketua Pengadilan Negeri

Wonosobo, sebagai Hakim yang memutus perkara tersebut, Wonosobo, 27 Februari 2014.

13

Undang-Undang Pokok Perkawinan Beserta Peraturan Perkawinan Khusus Untuk Anggota

ABRI.POLRI.PEGAWAI KEJAKSANAAN, PNS, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2007, Cet-VII), h.

20.

Page 62: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

52

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang diumumkan

pada tanggal 20 maret 2006. Pengadilan Agama secara yuridis format telah memiliki

kewenangan untuk memeriksa dan mengadili permohonan pengangkatan anak sesuai

dengan hukum Islam.14

Sebelum adanya Undang-Undang No.3 Tahun 2006, perkara

pengangkatan anak hanya menjadi kewenangan absolut Pengadilan Negeri.

Penetapan pengangkatan anak tidak bersifat sengketa, sehingga kata“antara”

dalam kewenangan penetapan pengangkatan anak ini tidak dapat dimaknai demikian.

Permohonan pengangkatan anak hanya ada satu pihak yaitu pihak pemohon. Asas

personalitas keislaman diukur dari pihak pemohon. Apabila orang yang beragama

Islam akan melakukan pengangkatan anak, maka menjadi kewenangan pengadilan

agama.

Analisis penulis, setelah diundangkannya Undang-Undang Nomor 3 Tahun

2006 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan

Agama yang diumumkan pada tanggal 20 maret 2006, ada satu penambahan

kewenangan sub bidang perkawinan, yaitu pengangakatan anak berdasarkan hukum

Islam sebagaiman disebutkan dalam Penjelasan Pasal 49 Huruf (a) angka (20), dan

kewenangan ini tidak disebutkan dalam Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 1989.

Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 merupakan kewenangan Absolut dari

Pengadilan Agama yang masih berlaku sampai sekarang, dan dalam Undang-Undang

nomor 50 Tahun 2009 amandemen ketiga tentang Peradilan Agama bahwa

14

Basiq Djalil, Peradilan Agama di Indonesia :Gemuruhnya Politik Hukum(hk. Islam, Hk.

Barat,dan Hk, Adat) dalam Rentang Sejarah Bersama PasangSsurut Lembaga Peradilan Agama

hingga lahirnya Peradilan Syariat Islam, (Jakarta: Kencana, 2006, Cet-2), h. 263.

Page 63: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

53

kewenangan pengadilan agama dalam pengangkatan anak berdasarkan hukum Islam

tidak dirubah. Dengan adanya UU No, 3 Tahun 2006 maka kewenangan Pengadilan

Negeri dalam menerima dan memeriksa dalam pengangakatan anak bagi warga yang

beragama Islam sudah tidak menjadi kewenangannya Pengadilan Negeri, akan tetapi

ada beberapa hakim Pengadilan Negeri yang belum mengetahui adanya Undang-

Undang tersebut, dan sebagai solusinya oleh karenanya perlu adanya sosialisasi

mengenai Undang-Undang tersebut ke berbagai Pengadilan Negeri yang dilakukan

oleh Mahkamah Agung sebagai Peradilan tertinggi dari peradilan negeri dan

Peradilan Agama, dan supaya ada ketegasan mengenai pembagian kewenangan antara

Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama dalam pengangkatan anak.

C. Analisis Dasar Pertimbangan hakim dalam menetapkan Perkara

No.151/Pdt.P/2013/PN. Wnsb.

Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan

terjadi secara terhormat sesuai dengan kedudukan manusia sebagai makhluk yang

berkehormatan. Pergaulan hidup rumah tangga dibina dalam suasana damai, tentram,

dan rasa kasih sayang antara suami dan istri. Anak keturunan dari hasil perkawinan

yang sah menghiasi kehidupan keluarga sekaligus merupakan kelangsungan hidup

manusia secara bersih dan berkehormatan.15

Keluarga mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia sebagai

makhluk sosial dan merupakan kelompok masyarakat kecil yang terdiri dari seorang

15

Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, (Yogyakarta: UII Press,1999), h. 1.

Page 64: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

54

ayah, ibu, dan anak akan tapi tidak selalu ketiga unsur ini terpenuhi, karena ada

keluarga yang tidak mempunyai atau belum mempunyai anak. Sebab seorang anak

merupakan generasi muda penerus bangsa yang memiliki peran penting dan vital

serta untuk menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan Negara di masa depan.

Oleh karena itu, apabila ada keluarga, suku atau kerabat yang khawatir

menghadapi kenyataan tidak mempunyai anak, maka berbagai usaha akan dilakukan.

Untuk menghindari hal tersebut, salah satu usaha yang mereka lakukan adalah

mengangkat anak.

Dalam perkara pengangkatan anak Nomor 151/Pdt.P/2013/PN.Wnsb yang

ditangani oleh Pengadilan Negeri Wonosobo, hal ini telah sesuai dengan pasal 39 UU

No. 23 tahun 2002 .16

Maka dalam mempertimbangkan permohonan yang diajukan oleh para

pemohon, maka dasar hukum dalam menetapkan perkara seorang hakim merujuk

pada Pasal 39 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang

perlindungan anak menyebutkan bahwa pengangkatan anak hanya dapat dilakukan

untuk kepentingan yang terbaik bagi anak dan dilakukan berdasarkan hukum adat

kebiasaan setempat dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.17

Adapun pengertian anak sebagaimana dimaksudkan dalam undang-undang

Nomor 23 Tahun 2002 tersebut, Pasal 1 angka 1 disebutkan, anak adalah seorang

yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak dalam kandungan.

16

Lihat Pasal 39 undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

17

Lihat Pasal 39 undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

Page 65: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

55

Bahwa disamping diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002,

mengenai pengangkatan anak Hakim Pengadilan Negeri Wonosobo juga merujuk

pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 54 Tahun 2007 tentang

pelaksanaan pengangkatan anak, dimana diatur dalam pasal 12 dan 13 dari peraturan

pemerintah tentang syarat anak angkat dan orang tua angkat.18

Berdasarkan pada proses pembuktian dalam persidangan, majelis hakim juga

sudah mengacu pada SEMA Nomor 6 Tahun 1983 Jo. Surat Edaran MA RI Nomor 2

Tahun 1979 Tentang pengangkatan anak .19

Dengan mengacu pada peraturan tentang persyaratan bagi calon orang tua

angkat diatas, perkara pengangkatan anak tersebut telah sesuai dengan Pasal 13 point

a sampai PP No.54 Tahun 2007 tentang pelaksanaan pengangkatn anak. Akan tetapi

dalam Pasal 6 ayat 10 dan 2 PP No.54 Tahun 2007 tentang pelaksanaan pengangkatan

anak juga menyatakan bahwa ”orang tua angkat wajib memberitahukan kepada anak

angkatnya mengenai asal-usulnya dan orang tua kandungnya dengan memperhatikan

kesiapan anak yang bersangkutan”.

Hakim pengadilan negeri wonosobo yang memeriksa perkara permohonan

pengangkatan anak tersebut dalam menetapkan perkara tersebut, sebelumnya

menimbang berdasarkan keterangan saksi yang dihubungkan dengan surat-surat bukti

dan melihat aturan-aturan yang mengatur tentang pengangkatan anak, pertimbangan

18

Lihat PP No.54 Tahun 2007 Tentang Pengangkatan Anak dan Syarat bagi Orang Tua

Angkat. 19

Lihat SEMA Nomor 6 Tahun 1983 Jo.Surat Edaran MA RI Nomor 2 Tahun 1979 Tentang

Pengangkatan Anak.

Page 66: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

56

hakim pemeriksa bahwa landasan hukum yang dipakai adalah aturan mengenai aturan

perlindungan anak yaitu dalam pasal 39 uu nomor 23 tahun 2002 tentang

perlindungan anak. Mengenai pengangkatan anak telah pula diatur dalam peraturan

pemerintah PP No. 54 tahun 2007 tentang pelaksanaan pengangkatan anak dimana

diatur dalam pasal 12 dari pp tersebut, dan mengingat surat edaran mahkamah agung

nomor 6 tahun 1983 tentang pengangkatan anak. Bahwa pengangkatan anak hanya

dapat dilakukan untuk kepentingan yang terbaik bagi anak, bahwa calon anak angkat

harus seagama dengan agam yang dianut oleh calon anak angkat, dan apabila asal

usul anak tidak diketahui maka agama anak disesuaikan dengan agama mayoritas

penduduk setempat, bahwa pengangkatan anak oleh Warga Negara Asing hanya

dapat dilakukan sebagai upaya terakhir (ultitum remedium).20

Dalam surat permohonan pada kasus ini tidak terdapat dalil bahwa pemohon

wajib memberitahukan status anak yang akan diangkat. Bahkan dalam pasal 13 huruf

k, j dan m menyatakan perlunya laporan sosial bahwa calon orang tua angkat itu telah

mengasuh anak angkat tersebut sejak izin pengasuhan diberikan dan memperoleh izin

menteri dan/atau kepala instansi sosial.21

Ketentuan diatas, tidak terlaksana dalam

kasus ini. Hal ini dikarenakan pengangkatan anak dilakukan oleh pemohon secara

langsung. Hakim seharusnya memerintahkan dinas sosial setempat untuk melakukan

pengecekan. Tetapi, dalam kasus ini hakim mengeluarkan penetapan tanpa

20

Wawancara pribadi dengan Femina Mustikawati, Wakil Ketua Pengadilan Negeri

Wonosobo, sebagai Hakim yang memutus perkara tersebut, Wonosobo, 27 Februari 2014.

21

Lihat Pasal 13 PP. No.54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak Jo. Pasal 7

PERMENSOS RI No. 110/HUK/2009 tentang Persyaratan Pengangkatan Anak.

Page 67: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

57

memeriksa ulang berbagai ketentuan yang seharusnya dipenuhi olehh orang tua

angkat.

Bila dilihat dari pemohon I dan pemohon II keduanya adalah orang yang

beragama Islam dan wajib bahkan ada ketentuan harus mengajukan permohonan

tersebut ke pengadilan agama dan pengadilan negeri telah mengambil kewenangan

peradilan agama mengenai kewenangan absolut peradilan agama sesuai dengan

Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006 yang telah diamandemen ke Undang-Undang

Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan agama yang telah jelas disebutkan dalam

Pasal 2 yang berbunyi:

“peradilan agama adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat

pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara tertentu sebagaimana

dimaksud dalam undnag-undang ini”.22

Menurut analisis penulis bahwa, pertimbangan hukum dalam menetapkan

perkara permohonan pengangkatan anak yang dilakukan oleh hakim yang

menyidangkan perkara permohonan pengangkatan anak ini, sebagian sudah mengacu

pada peraturan yang ada seperti, Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak, Pasal 12 dan 13 Peraturan Pemeritah Nomor 54 Tahun 2007

tentang Pelaksanaan Pengangkatan anak, dan mengingat SEMA Nomor 6 Tahun 1983

Jo. Surat Edaran MA RI Nomor 2 Tahun 1979 Tentang Pengangkatan Anak. Akan

tetapi belum sepenuhnya mengacu pada peraturan yang ada, khususnya Undang-

22

Basiq Djalil, Peradilan Agama di Indonesia :Gemuruhnya Politik Hukum(hk. Islam, Hk.

Barat,dan Hk, Adat) dalam Rentang Sejarah Bersama PasangSsurut Lembaga Peradilan Agama

hingga lahirnya Peradilan Syariat Islam, h. 237.

Page 68: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

58

Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama dan peraturan pemerintah

nomor 54 Tahun 2007 Pasal 6 ayat 10 dan 2 tentang pelaksanaan pengangkatan anak.

Sehingga, berdasarkan tinjauan yuridis diatas, apabila dikaji lebih jauh, hakim

sebaiknya tidak mengabulkan permohonan penetapan pengangkatan anak ini. Sesuai

dengan asas hirarki peraturan perundang-undangan, asas yang menyatakan bahwa

Peraturan yang lebih baru mengesampingkan peraturan yang sebelumnya (lex

posterior derogat legi apriori) dan Peraturan yang lebih khusus mengesampingkan

peraturan yang bersifat lebih umum (lex specialis derogate legi generali). Hal ini

berkaitan dengan hukum mana yang harus dipakai untuk dijadikan sebagai

pertimbangan hukum yang berlaku dan dipakai oleh hakim yang digunakan untuk

menetapkan penetapan tersebut. Hakim Pengadilan Negeri Wonosobo yang memutus

perkara tersebut tanpa melihat aturan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang

Peradilan Agama karena menurut hakim tersebut bahwa tujuan penetapan

pengangkatan yang dilakukan oleh pemohon hanya untuk perlindungan anak dimata

hukum.

Selain berkenaan dengan asas, dikarenakan ada beberapa hal yang mendasar

yang tidak dipenuhi oleh pemohon, diantaranya bahwa pemohon dan majelis hakim

telah mengambil kewenangan Absolut Pengadilan Agama, sebagiamana diketahui

bahwa para permohon beragama Islam, maka apabila orang yang beragama Islam

akan melakukan pengangkatan anak, maka itu menjadi kewenangan dari Pengadilan

Agama Pasca Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-

Page 69: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

59

undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang peradilan Agama maka Peradilan Umum sudah

tidak berwenang lagi.

D. Analisis dampak hukum pengangkatan anak bagi warga muslim di

Pengadilan Negeri Wonosobo Pasca UU No.3 Tahun 2006.

Pengaturan kewenangan pengadilan agama terhadap pengangkatan anak dalam

UU No.3 Tahun 2006 merupakan peraturan yang merubah peraturan kewenangan

mengadili yang telah ada. Dengan adanya UU tersebut, maka kewenangan untuk

mengadili permohonan pengangkatan anak bagi pemohon yang beragama Islam

berubah menjadi kewenangan Pengadilan agama.

Dengan demikian penempatan kewenangan pengadilan agama terhadap

pengangkatan anak dalam penjelasan pasal 49 UU No.3 Tahun 2006, (dalam pasal ini

tidak dirubah pada UU No 50 tahun 2009 tentang peradilan agama),23

Sudah tepat

apabila kewenangan mengadili permohonan pengangkatan bagi pemohon yang

beragama Islam diberikan kepada Pengadilan Agama, karena pengangkatan anak

melalui pengadilan negeri menimbulkan akibat hukum yang bertentangan dengan

ketentuan hukum agama Islam yang dianut oleh sebagaian besar rakyat Indonesia.

Namun demikian pemberian wewenang itu harus mempunyai dasar hukum yang kuat

dan jelas, sehingga tidak menimbulkan kekaburan hukum.

Sehubungan dengan hal ini menurut hakim pengadilan negeri Wonosobo

pendapat terhadap permohonan pengangkatan anak: hakim berpendapat bahwa

23

Lihat Undang-Undang No 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

Page 70: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

60

pengadilan negeri berwenang memeriksa, dan memutus permohonan pengangkatan

anak yang diajukan oleh pemohon yang beragam Islam ke pengadilan negeri

wonosobo dengan tujuan untuk menjadikan anak angkat sah di mata hukum. Hal ini

jelas dapat menimbulkan tidak adanya kepastian hukum bagi masyarakat, karena

ketika seorang anak angkat diangkat oleh orang tua angkat melalui Pengadilan Negeri

maka akibat hukumnya akan berdampak kepada anak angkat tersebut salah satunya

adalah mengenai nasab anak, yang menjadikan anak angkat tersebut bersatus anak

kandung tanpa melihat aturan yang sesuai dengan Islam atau berdasarkan Hukum

Islam. Padahal sesuai dengan teori tujuan hukum, tujuan dikeluarkannya hukum salah

satunya adalah untuk meberikan kepastian hukum bagi masyarakat.24

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman di beberapa Pengadilan Negeri dan

khususnya Pengadilan Negeri Wonosobo ternyata sebagian hakim Pengadilan Negeri

Wonosobo, khususnya hakim yang memutuskan perkara ini, berpendapat bahwa

walaupun UU no. 3 Tahun 2006 telah memberikan kewenangan kepada pengadilan

agama untuk mengadili permohonan penetapan anak berdasarkan hukum Islam,

pengadilan negeri masih mempunyai kewenangan untuk mengadili permohonan

pengangkatan anak bagi pemohon yang beragama Islam. Hanya sebagian kecil hakim

yang secara tegas menyatakan bahwa pengadilan negeri sudah tidak mempunyai

kewenangan untuk mengadili permohonan pengangkatan anak. Dapat disimpulkan

ternyata kebanyakan hakim pengadilan negeri lebih tunduk pada pedoman

24

Wawancara pribadi dengan Femina Mustikawati, Wakil Ketua Pengadilan Negeri

Wonosobo, sebagai Hakim yang memutus perkara tersebut, Wonosobo, 27 Februari 2014.

Page 71: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

61

pelaksanaan tugas dan administrasi peradilan yang dikeluarkan oleh Mahkamah

Agung dari ketentuan Undang-Undang.

Perlu diketahui bahwa terjadinya penggolongan kewenangan antara pengadilan

negeri dan pengadilan agama, pengadilan negeri menerima dan memeriksa perkara

umum seperti pidana dan perdata, akan tetapi pengadilan agama menerima dan

memeriksa perkara yang berdasarkan syariat Islam seperti perceraian yang dilakukan

oleh orang yang beragama Islam. Dalam hal permohonan pengangkatan anak, hakim

mengatakan “kalau pengadilan agama memandang syariat islam itu berdasarkan

subjek yang berdasarkana agam Islam mengapa tidak dari dulu undang-undang

peradilan agama mengatur bahwa permohonan pengangkatan anak kewenangannya

dimiliki oleh pengadilan agama, dan menurut hakim tersebut,bahwa akibat hukum

dengan adanya penetapan tersebut secara formil sah, karena itu merupakan produk

dari Peradilan yang melalui proses beracara yang ada di pengadilan negeri walaupun

dalam Undang-Undang ada penggolongan antara Pengadilan Negeri dan Pengadilan

Agama”.25

Putusan-putusan pengadilan telah mengisi kekosongan hokum (rechvacuum)

dalam perkembangan lembaga pengangkatan anak. Pengangkatan anak melalui

pengadilan akan memberikan perlindungan kepentingan anak dan kepastian hukum.

Di samping itu, meskipun peraturan perundang-undangan yang mengatur

tentang pengangkatan anak belum mencukupi, telah ada garis hukum bahwa

25

Wawancara pribadi dengan Femina Mustikawati, Wakil Ketua Pengadilan Negeri

Wonosobo, sebagai Hakim yang memutus perkara tersebut, Wonosobo, 27 Februari 2014.

Page 72: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

62

“Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu

perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas,

melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya”26

bahkan Pasal 22AB

(Algemence Bepalingen van wetgeving vor Indonesia) secara tegas menentukan

bahwa hakim yang menolak untuk menyelesaikan suatu perkara dengan alasan bahwa

peraturan perundang-undangan yang bersangkutan tidak menyebutkan, tidak jelas

atau tidak lengkap, maka ia dapat dituntut untuk dihukum karena menolak

mengadili.27

Hakim pemeriksa menyatakan bahwa dikabulkannya permohonan tersebut

karena tidak bertentangan undang-undang, dan perkara pengangkatan anak ini sesuai

dengan aturan yang berlaku berdasarkan pertimbangan-pertimbangan hakim yang

dicantumkan dalam penetapan yang dimohonkan oleh Subari dan Sugiyah yaitu

undang-undang tentang perlindungan anak dan peraturan lain yang masih berlaku.

Tapi hakim pemeriksa menyatakan “kenapa terjadi benturan kewenangan antara

Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama setelah diundangkannya undang-undang

nomor 3 tahun 2006 dan peraturan-peraturan yang lain seperti SEMA hanya mengatur

terkait pelaksanaan tata cara pengangkatan anak di pengadilan tanpa menyebutkan

26

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004, tentang Kekuasaan

Kehakiman, Pasal 16 ayat (1)

27

Ahmad Kamil, Kaidah-Kaidah Yurisprudensi, (Jakarta: Prenada Media, 2005), h. 9.

Page 73: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

63

pengadilan mana yang berwenang untuk memeriksa perkara pengangkatan anak bagi

warga muslim atau non muslim”.28

Maka sejak adanya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tersebut hukum

pengangkatan anak yang dianut oleh pengadilan negeri tidak lagi mengacu pada

hukum perdata barat, dan walaupun undang-undnag pengangkatan anak tidak

dibentuk secara khusus, tetapi peraturan perundang-undangan yang didalamnya

mengatur tentang pengangkatan anak, kiranya sudah mencukupi sebagai dasar hukum

hakim dalam menetapkan pengangkatan anak.

Dalam menjatuhkan penetapan pengangkatan anak seorang hakim harus

memperhatikan arahan yang diberikan oleh mahkamah agung yang tercantum dalam

undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak. Yang perlu

diperhatikan yaitu bahwa pengangkatan anak hanya dapat dilakukan untuk

kepentingan terbaik anak, dan tidak diperbolehkan pengangkatan anak yang bertujuan

komersial.

Setelah terjadinya pengangkatan anak maka timbulah hukum baru yang melekat

pada anak angkat dan orang tua angkat yaitu mengenai perwalian dan pewarisan.

Mengenai perwalian, sejak dikeluarkannya penetapan pengangkatan anak oleh

majelis hakim, orang tua angkat secara sah telah ditetapkan sebagai wali dari anak

angkat. Hak dan kewajiban orang tua kandung telah berpindah alih kepada orang tua

angkat dalam hal nafkah, pembiayaan sekolah, serta pendidikan agama. Berbeda

28

Wawancara pribadi dengan Femina Mustikawati, Wakil Ketua Pengadilan Negeri

Wonosobo, sebagai Hakim yang memutus perkara tersebut, Wonosobo, 27 Februari 2014

Page 74: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

64

dengan perwalian yang dilakukan dalam hal perkawinan, apabila si anak adalah anak

perempuan maka yang menjadi wali dalam pernikahannya yaitu orang tua

kandungnya. Hal ini sesuai dengan pasal 8 huruf f undang-undang nomor 1 tahun

1974 tentang perkawinan yang tertera yang berbunyi” yang mempunyai hubungan

yang oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku dilarang kawin”.

Sesuai dengan sifat perkara yang diajukan adalah bentuknya permohonan

penetapan, yahya harahap menjelaskan bahwa sifat gugat permohonan ada volunter

dengan ciri dan berbagai asas yang melekat pada diri sipemohon. Tujuanya hanya

menetapkan suatu keadaan atau status tertentu bagi diri pemohon. Mengenai asas

yang melekat pada putusan penetapan, yaitu asa kebenaran yang melekat pada

putusan hanya “kebenaran sepihak”. Kebenaran yang terkandung di dalam penetapan

hanya kebenaran yang bernilai untuk diri pemohon, kebenaranya tidak menjangkau

orang lain dan kekuatan mengikat penetapan hanya berlaku pada diri pemohon saja.29

Mengenai bentuk pertimbangan hukum oleh hakim yang tidak tepat secara formil

akan berakibat tidak tercapainya kepastian hukum yang tepat, akan tetapi secara

dalam pelaksanaan pengangkatan anak menurut hukum Islam sudah tercapai, karena

baik para pemohon maupun anak yang akan diangkat adalah sama-sama beragama

Islam.

Menurut Penulis, agar terciptanya kepastian hukum solusinya komisi yudisial

lebih jeli dalam melihat kasus ini karena akan berdampak fatal dan adanya kepastian

29

Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2001), h .306.

Page 75: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

65

hukum dan memberikan saksi terhadap hakim ataupun pegawai yang telah menerima

perkara tersebut dikarenakan sudah tidak berwenang lagi pengadilan negeri

memutuskan perkara tersebut dan merubah pikiran hakim yang punya pendapat

seperti itu, dikarenakan sudah tidak berwenang lagi pengadilan negeri dalam

menerima, memeriksa serta memutuskan perkara tersebut bagi orang Islam yang

ingin mengajukan perkara tersebut.

Selanjutnya Mahkamah Agung sebagai kekuasaan kehakiman tertinggi di

Indonesia seharusnya mengeluarkan peraturan berbentuk sema atau perma tentang

batasan kewenangan antara pengadilan agama dan pengadilan negeri agar tidak

adanya benturan kewenangan di antara kedua pengadilan tersebut yang mengakibatan

adanya kekaburan hukum dan tidak adanya kepastian hukum kepada masyarakat.

Page 76: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

66

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan kajian yuridis terhadap pasal 49 Undang-Undang Nomor 3

Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang

Peradilan Agama dengan pendekatan perundang-undangan (statute approach), maka

dapat disimpulkan beberapa point sebagai berikut:

1. Pasca lahirnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, eksistensi kewenangan

absolut Peradilan negeri terhadap permohonan pengangkatan anak bagi warga

muslim di Pengadilan Negeri tidak mutlak dan utuh lagi menjadi kewenangan

Peradilan Negeri dalam perkara ini. Melainkan wewenang tersebut menjadi mutlak

Peradilan Agama, artinya yang dulu sebelum adanya UU No. 3 tahun 2006

tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan

Agama, muncul dualisme kewenangan antara dua lembaga litigasi ini. Peradilan

Negeri tetap memiliki kewenangan tentang pengangkatan anak berdasarkan

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 12 dan

13 Peraturan Pemeritah Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan

anak, dan mengingat SEMA Nomor 6 Tahun 1983 Jo. Surat Edaran MA RI Nomor

2 Tahun 1979 Tentang Pengangkatan Anak. Sementara Peradilan Agama

berwenang melaksanakan putusan tentang permohonan pengangkatan anak bagi

warga muslim berdasarkan hukum Islam berlandaskan pada Pasal 49 Huruf (a)

angka (20), Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 merupakan kewenangan

Page 77: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

67

Absolut dari Pengadilan Agama yang masih berlaku sampai sekarang, dan dalam

Undang-Undang nomor 50 Tahun 2009 amandemen ketiga tentang Peradilan

Agama bahwa kewenangan pengadilan agama dalam pengangkatan anak

berdasarkan hukum Islam tidak dirubah.

2. Sengketa kewenangan antara dua lembaga peradilan ini menimbulkan beberapa

implikasi sebagai berikut:

a. Mengarah kepada ketidakpastian hukum (legal uncertainty), karena satu

wewenang kompetensi absolut yang sama dipegang oleh dua lembaga

peradilan.

b. Menimbulkan kerancuan pada lembaga Peradilan sebagai badan

Kekuasaan Kehakiman ketika akan mendaftarkan gugatan/permohonan ke

pengadilan, karena terkadang kedua belah pihak yang bersengketa tidak

sepakat dalam menentukan lembaga peradilan yang akan digunakan.

c. Membingungkan para akademisi dalam memahami tata peraturan

Indonesia, karena peraturan yang saling tumpang tindih.

3. Upaya penyelesaian perkara kewenangan yang muncul dari perundang-undangan

tersebut dapat terjawab dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006

secara tidak langsung menyatakan bahwa dengan lahirnya pasal 49 huruf a angka

(20) undang-undang hasil amandemen ke-dua tentang peradilan agama yang

menyatakan bahwa mengenai permohonan pengangkatan anak bagi warga muslim

merupakan kewenangan absulut Peradilan Agama.

Page 78: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

68

B. Saran

Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang ingin

direkomendasikan:

1. Kepada komisi non yudisial Mahkamah Agung, mengingat Undang-Undang No. 3

Tahun 2006 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1989,

Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 merupakan kewenangan Absolut dari

Pengadilan Agama yang masih berlaku smapai sekarang, telah memberikan

kekuasaan mutlak kepada Peradilan Agama untuk menyelesaikan perkara

permohonan pengangkatan anak bagi warga muslim di Pengadilan Agama, maka

semestinya wewenang absolut pengangkatan anak bagi warga muslim kompetensi

mutlak Peradilan Agama saja.

2. Bagi personil aparat Peradilan Agama dan juga insan akademis Fakultas Syariah

dan Hukum, serta semua pihak yang mendukung keberadaan permohonan

pengangkatan anak pada umumnya, dan permohonan pengangkatan anak bagi

warga muslim berdasarkan hukum Islam khususnya sebagai bagian dari

kompetensi absolut Peradilan Agama, sudah seharusnya untuk lebih tanggap dan

fokus mempersiapkan diri menerima amanat Undang-Undang ini. Karena disadari

atau tidak, sekali lagi Peradilan Agama sudah kecolongan wewenang terhadap

permohonan pengangkatan anak bagi warga muslim yang dilakukan di pengadilan

negeri.

3. Kepada insan akademis khususnya spesialis politik hukum, sangat diharapkan

untuk mengkaji hal ini dari sisi politiknya, karena keterbatasan penelitian ini

belum mengcover hal tersebut.

Page 79: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

69

DAFTAR PUSTAKA

Djaelani, Abdul Qadir. Keluarga Sakinah. Jakarta: PT. Bina Ilmu Offset,1995.

Cet. 1

Syarifuddin, Amir.Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antar Fiqih Munakahat

dan Undang-Undang Perkawinan. Jakarta: Kencana,2007. Cet. 2

Soefyanto. Perlindungan Anak dalam Pengadilan Anak.Jakarta: Universitas Islam

Negeri, 2007.

Soekanto, dan Taneko B.Soleman dan Soekanto. Hukum Adat Indonesia. Jakarta:

CV. Rajawali,1986.

Syamsu, Andi dan Fauzan. Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam. Jakarta:

Kencana,2008.

Budiarto. Pengangkatan Anak ditinjau dari Segi Hukum. Jakarta: CV. Akademika

Pressindo,1985.

Musthofa. Pengangkatan Anak Kewenangan Pengadilan Agama. Jakarta:

Kencana,2008.

Djalil, Basiq.Peradilan Agama di Indonesia :Gemuruhnya Politik Hukum (hk.

Islam, Hk. Barat,dan Hk, Adat) dalam Rentang Sejarah Bersama Pasang

Surut Lembaga Peradilan Agama hingga lahirnya Peradilan Syariat Islam,

Jakarta: Kencana, 2006.

--- Peradilan Islam.Jakarta:Amzah, 2012.

Zuhriah, Nurul. Metedologi Penelitian Sosial dan Pendidikan:Teori-Aplikasi.

Jakarta: PT. Bumi Aksara,2007.

Ibrahim,Jhonny. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif.Jakarta:

Bayumedia Publishing, 2007

Marzuki, Peter Muhammad. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana,2007.

Waluyo, Bambang. Penelitian Hukum dalam Praktek. Jakarta: Sinar

Grafika,2008.

Asikin, Zainal dan Amiruddin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT.

Raja Grafindo,2003.

Echols, Jhon M. Dan Hasan Sadly. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama,1981.

Page 80: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

70

Depdikbud.KamusBesarBahasa Indonesia PusatBahasa.Jakarta: PT.

GramediaPusaka Utama,2008.

Yanggo, T. Chuzaimah dan Hafiz Anshary. Problematika Hukum Islam

Kontemporer Buku pertama. Jakarta: Penerbit Pusaka,2008. Cet. 5

Wignjodipuro, Surojo. Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat. Jakarta: Gunung

Agung,1982.

Zaini, Muderis. Adopsi Suatu Tinjauan dari tiga Sistem Hukum. Jakarta: Sinar

Grafika,2002.

Gosita, Arif. Masalah Perlindungan Anak, Jakarta: CV.Akademika

Pressindo,1984.

Yaswirman. Hukum Keluarga Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat

dalam Masyarakat Matrilineal Minangkabau. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada,2011.

Soemitro, Irma Setyowati. Aspek Hukum Perlindungan Anak. Jakarta: Bumi

Aksara,1990

Kamil, Ahmad dan fauzan. Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di

Indonesia, Jakarta: PT.Raja Grafindo,2008.

Dahlan, Abdul Aziz. Ensiklopedia Hukum Islam Jilid 1. Jakarta: Ichtiar baru Van

Hoeve,1996.

Al-Zuhaili, Wahbah. Al-fiqhah-Islami wa al-adilatuhu,juz 9. Beirut: Dar al-Fikr

al-Ma’ashir,1997. Cet.4

Haron, Nasroen. Ensiklopedia Hukum Islam. Jakarta: Ichtiar baru Van

Hoeve,1996.

Hasan, M.Ali. Masail Fiqhiyah Al-Haditsah pada Masalah-masalah

Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada,1997.

Annes, Ahmad Munawar. Islam dan Masa Depan Biologis Umat Manusia.

Bandung: mizan,1991. Cet.1

Soimin, Sudharyo. Hukum Orang dan Keluarga: Perspektif Hukum Perdata

Barat(BW) Hukum Islam dan Hukum Barat. Jakarta: Sinar Grafika,2004.

Basyir, Ahmad Azhar. Kawin campur, Adopsi, Wasiat Menurut Islam. Bandung:

PT. Al-Ma’rif,1972.

--- Hukum Perkawinan Islam. Yogyakarta: UII Press,1999.

Page 81: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

71

Tafal, B. Sebastian. Pengangkatan Anak menurut Hukum Adat serta akibat-akibat

Hukumnya di kemudian hari. Jakarta: Rajawali,1989.

Meliala,S. Djaja. Pengangkatan Anak (adopsi) di Indonesia. Bandung:

Tarsito,1982.

Soimin, Soedaryo. Himpunan Dasar Hukum Pengangkatan Anak. Jakarta: Sinar

Grafika,2000.

As-Shabuni, Muhammad Ali. Terjemahan Tafsir Ayat Ahkam Ash-Shabuni 2.

Surabaya: PT. Bina Ilmu Offset.

Ismail al-Bukhari bin, Muhammad . al al-Jâmi’ al-Musnad al-Shohîh al-Mukhtashar min

Umûr Rasulullah saw wa Sunanihi Wa Ayyamihi No. Hadist 5088. Dar

Thauqatunnajah: 1422 H Juz.7.

Hajjaj bin, Muslim. al-Musnad al-Shahîh al-Mukhtashar bi Naql al-‘Adl ‘an Adl Ila

Rasulillah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Beirut: Dâr Ihyâ al-Turâts al-‘Arabî, tt,

Nomor Hadis 2425.

Pandika, Rusli. Hukum Pengangkatan Anak. Jakarta: Sinar Grafika,2012.

Rasyid, Chatib dan Syaifuddin. Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktik

pada Peradilan Agama. Jakarta: UII Press, 2009

Sudarsono. Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, Mahkamah Agung dan

Peradilan Tata Usaha Negara. Jakarta: PT. Rineka Cipta,1994.

Aripin, Jaenal. Peradilan Agama Dalam Bingkai Reformasi Hukum di Indonesia.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008

Manan, Bagir. Suatu Tinjauan Terhadap Kekuasaan Kehakiman Indonesia dalam

Undang-Undang Nomor 4 tahun 2004.Jakarta: Mahkamah Agung RI, 2005.

Zuhriah, Erfaniah. Peradilan Agama di Indonesia dalam Rentang Sejarah dan

Pasang Surut. Malang: UIN-Malang Press,2008.

Musthofa. Kepaniteraan Pengadilan Agama. Jakarta: Kencana,2005.

Harahap, M. Yahya. Hukum Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan,

Pembuktian, dan Putusan Pengadilan. Jakarta: Sinar Grafika, 2010.

--- Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama. Jakarta: Sinar

Grafika,2001.

Saleh, Wantjik. Mahkaah Agung, Pengadilan Tinggi, dan Pengadilan Negeri.

Jakarta: Bina Aksara,1981.

Page 82: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

72

Rasyid, Roihan A. Hukum Acara Peradilan Agama Edisi baru. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada,2003.

Kamil, Ahmad. Kaidah-Kaidah Yurisprudensi. Jakarta: Prenada Media,2005.

SumberdariPerundang-undangan:

Undang- Undang Pokok Perkawinan Beserta Peraturan Perkawinan Khusus Untuk

Anggota ABRI.POLRI.PEGAWAI KEJAKSANAAN, PNS, Jakarta: Sinar

Grafika Offset, 2007 Cet-VII.

Majelis Ulama Indonesia. Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Sejak

1975,2011

Undang-Undang No. 4 Tahun 1999 Tentang Kesejahteraan Anak

Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 Tentang kewarganegaraan Republik

Indonesia

Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 Tentang Admnistrasi Kependudukan

Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 tentangPerubahanUndang-Undang No. 7

Tahun 1989 tentangPeradilan Agama

Undang-Undang No. 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan Negeri.

Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 tentang Perubahan Kedua atas Undang-

Undang No. 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Negeri

Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman

Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentangKekuasaanKehakiman

Direktorat Hukum dan Peradilan Mahkamah Agung RI. Informasi Peraturan

Perundang-undangan (JDI-HUKUM) edisi 2005 No. 32

----- Edisi 2006 N0. 34

Kompilasi Hukum Islam Inpress No.1 tahun 1991

Kumpulan PerundanganperlindunganHakAsasiAnak

Peraturan Pemerintah RI No. 54 Tahun 2007 Tentang pelaksanaan Pengangkatan

Anak.

Page 83: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

73

Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 6 Tahun 1983 Jo. Surat Edaran

Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 2 Tahun 1979 Tentang

Pengangkatan Anak

Undang-Undang No. 50 Tahun 2009 tentangPerubahanKeduaAtasUndang-

Undang No. 7 Tahun 1989 tentangPeradilan Agama

Sumberdari Internet:

http://pn-wonosobo.go.id/profil/tentang-kami/sejarah

http://pn-wonosobo go.id / kesekretariatan/kepegawaian/struktur-organisai.

Page 84: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

PEDOMAN WAWANCARA

Nama : Eka Dita Martiana

Tanggal Wawancara :27-28 Februari 2014

Responden : Hakim Pengadilan Negeri Wonosobo, Femina Mustikawati SH.,MH

Tempat : Ruangan Wakil Ketua Pengadilan Negeri Wonosobo

1. Bagaimana proses beracara dalam perkara permohonan pengangkatan anak di Pengadilan

Negeri Wonosobo?

Jawaban : Permohonan pengangkatan anak di pengadilan negeri sama saja dengan yang lain

dan tidak ada perbedaan dengan perkara yang lain, baik mulai dari pendaftaran yang

dilakukan oleh orang yang berperkara, dengan melakukan biaya perkaya, kemudian berkas itu

diberikan kepada ketua pengadilan untuk ditentukan hari siding, dan pada wkatu sidang

proses pemeriksaanya sama dengan proses sidang pemeriksaan pada perkara lain yang mana

terdapat acara pembuktian, berpa pembuktian surat dan saksi-saksi kemudian dibahas dan

ditetapkan jadi intinya dalam hal berperkara pada sidang permohonan penganangkatan anak

tidak ada perbedaanya pada sidang acara lainnya.

2. Bagaimana pendapat ibu hakim terkait permohonan penetapan pengangkatan anak bagi warga

muslim yang diajukan ke Pengadilan Negeri Wonosobo?

Jawaban : Sejauh ini meskipun para pihak beragama Islam, mereka memiliki kebebasan untuk

memilih hukum, dan sejauh ini perkara permohonan pengangkatan anak sudah menjadi

wewenang pengadilan negeri untuk memberikan dalam hal penetapan pengangkatan anak dan

ibu hakim sejauh ini tidak mengetahui wewenang baru yang dimiliki oleh pengadilan agama,

yaitu pengangkatan anak berdasarkan hukum islam dan sejauh ini belum ada complain atau

Page 85: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

teguran dari pihak pengadilan agama dan surat edaran mahkamah agung yang menyatakan

bahwa pengadilan negeri sudah tidak berwenang untuk menerima dan memeriksa perkara

pengangkatan anak.

3. Mengapa Pengadilan Negeri Wonosobo menerima permohonan pengangkatan anak bagi

warga muslim tersebut?

Jawaban : Bahwa selama ini hakim pemeriksa perkara belum memperdalami masalah

kewenangan antara pengadilan negeri dan pengadilan agama dalam hal pengangkatan anak,

akan tetapi dalam kebiasannya permohonan pengangkatan anak itu diajukan dan diperiksa di

pengadilan negeri.

4. Bagaimana ibu hakim menanggapi adanya pembagian kewenangan yang dimiliki oleh

Peradilan Negeri dan Peradilan Agama, khususnya terkait dalam hal permohonan

pengangkatan anak bagi warga muslim?

Jawaban : Bahwa terkait perbedaan kewenangan antara pengadilan negeri dan pengadilan

agama harus jelas, akan tetapi selama ini pengadilan negeri wonosobo masih menerima

perkara permohonan pengangkatan anak dan untuk selanjutnya di kemudian hari perlu

diadakan wacana untuk mendiskusikan tentang kewenangan antara pengadilan negeri dan

pengadilan agama, apakah oleh undang-undang memang benanr-benar menyatakan bahwa

pengadilan negeri tidak berwenang untuk menerima dan memeriksa perkara permohonan

penetapan pengangkatan anak.

5. Bagaimana dampak atau akibat hukum dengan adanya penetapan tersebut? (secara formil)

Jawaban : Perlu diketahui bahwa terjadinya penggolongan kewenangan antara pengadilan

negeri dan pengadilan agama, pengadilan negeri menerima dan memeriksa perkara umum

Page 86: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

seperti pidana dan perdata, akan tetapi pengadilan agama menerima dan memeriksa perkara

yang berdasarkan syariat Islam seperti perceraian yang dilakukan oleh orang yang beragama

islam. Dalam hal permohonan pengangkatan anak, hakim mengatakan” kalau pengadilan

agama memandang syariat islam itu berdasarkan subjek yang berdasarkana agam islam

mengapa tidak dari dulu undang-undang peradilan agama mengatur bahwa permohonan

pengangkatan anak kewenangannya dimiliki oleh pengadilan agama, dan menurut hakim

tersebut,bahwa akibat hukum dengan adanya penetapan tersebut secara formil sah, karena itu

merupakan produk dari Peradilan yang melalui proses beracara yang ada di pengadilan negeri

walaupun dalam Undang-Undang ada penggolongan antara Pengadilan Negeri dan Pengadilan

Agama.

6. Apa pertimbangan hukum yang digunakan ibu hakim dalam menetapkan permohonan

pengangkatan anak tersebut?

Jawaban : Hakim pengadilan negeri wonosobo yang memeriksa perkara permohonan

pengangkatan anak tersebut dalam menetapkan perkara persebut, sebelumnya menimbang

berdasarkan keterangan saksi yang dihubungkan dengan surat-surat bukti dan melihat aturan-

aturan yang mengatur tentang pengangkatan anak, pertimbangan hakim pemeriksa bahwa

landasan hukum yang dipakai adalah aturan mengenai aturan perlindungan anak yaitu dalam

pasal 39 uu nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak. Mengenai pengangkatan anak

telah pula diatur dalam peraturan pemerintag PP No. 54 tahun 2007 tentang pelaksanaan

pengangkatan anak dimana diatur dalam pasal 12 dari pp tersebut, dan mengingat surat edaran

mahkamah agung nomor 6 tahun 1983 tentang pengangkatan anak.

Page 87: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

7. Mengapa hakim mengabulkan permohonan tersebut?

Jawaban : Hakim pemeriksa menyatakan bahwa dikabulkannya permohonan tersebut karena

tidak bertentangan undang-undang, dan perkara pengangkatan anak ini sesuai dengan aturan

yang berlaku berdasarkan pertimbangan-pertimbangan hakim yang dicantumkan dalam

penetapan yang dimohonkan oleh subari dan sugiyah yaitu undang-undang tentang

perlindungan anak dan peraturan lain yang masih berlaku. Tapi hakim pemeriksa

menyatakan” kenapa terjadi benturan kewenangan antara pengadilana negeri dan pengadilan

agama setelah diundangkannya undang-undang nomor 3 tahun 2006 dan peraturan-peraturan

yang lain sperti sema hanya mengatur terkait pelaksanaan tata cara pengangkatan anak di

pengadilan tanpa menyebutkan pengadilan mana yang berwenang untuk memeriksa perkara

pengangkatan anak bagi wrga muslim atau non muslim.

Page 88: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

P E N E T A P A N

Nomor : 151 /Pdt.P/2013/PN.Wnsb.

“DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

Pengadilan Negeri Wonosobo yang mengadili perkara perdata dalam

tingkat pertama , telah menetapkan seperti tersebut dibawah ini dalam

Perkara Permohonan, yang diajukan oleh :

1. S U B A R I,Umur 49 tahun,Pekerjaan Karyawan Swasta ;

2. S U G I Y A H, umur 37 tahun, pekerjaan Mengurus Rumah Tangga ;

Mereka berdua bertempat tinggal di Dusun Larangan RT.004

RW.003 Kelurahan Bomerto, Kecamatan Wonosobo, Kabupaten

Wonosobo, yang selanjutnya disebut sebagai : PARA

PEMOHON ;

PENGADILAN NEGERI tersebut;

Telah membaca Surat Permohonan Para Pemohon;

Telah membaca surat-surat bukti yang diajukan oleh Para Pemohon;

Telah mendengar keterangan Saksi-saksi di muka persidangan;

Menimbang, bahwa Para Pemohon dengan Surat Permohonannya

tertanggal 31 Januari 2013 yang terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Negeri

Wonosobo pada tanggal 11 Pebruari 2013 dengan Register Perkara Nomor :

151 /Pdt.P/2013/PN.Wnsb. telah mengajukan permohonan sebagai berikut :

Bahwa Para pemohon dalam perkawinannya yang berlangsung di

Wonosobo sebagaimana dalam kutipan Akta Nikah tertanggal 17

Nopember 2004,Nomor : 622/12/XI/2004 belum dikaruniai seorang

anakpun hingga sekarang (bukti terlampir) ;

Bahwa karena Para Pemohon dalam perkawinannya tersebut belum

dikaruniai seorang anakpun hingga sekarang, maka Para Pemohon

bermaksud mengangkat dan menerima penyerahan terhadap seorang

anak laki-laki yang bernama : AKHMAT RASYIT MUBAROK yang lahir

Page 89: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

2

pada tanggal 07 Juli 2012 dari ibu kandungnya bernama : SALIMAH,

bertempat tinggal di Kalierang Rt 002 Rw.004,Desa

Kalierang,Kecamatan Selomerto,Kabupaten Wonosobo, sebagaimana

dalam surat Penyerahan Anak NURAINI ARISWARI, Amd, Ketua

Opipa GOW Wonosobo (bukti terlampir) ;

Bahwa anak tersebut telah diserahkan kepada Para Pemohon sejak

tanggal 9 Oktober 2012 tanpa ada paksaan dari pihak manapun yang

dituangkan didalam Surat Pernyataan Penyerahan anak yang

bermeterai cukup dan disaksikan oleh tiga orang saksi (bukti

terlampir);

Bahwa pengangkatan anak tersebut diatas dilakukan oleh para

Pemohon dari NURAINI ARISWARI,Amd Ketua Upipa GOW

Wonosobo tersebut sejak tanggal 9 Oktober 2012 dan anak tersebut

telah dipelihara serta dirawat, diasuh oleh Para Pemohon tersebut

diatas seperti layaknya anak kandung sendiri hingga sampai sekarang

Bahwa maksud dari penyerahan anak tersebut diatas dilakukan oleh

Para Pemohon adalah demi masa depan dan juga demi kepentingan

bagi anak tersebut yang diharapkan nantinya dapat mengasuh dan

merawat Para pemohon dihari tuanya nanti, yang juga diharapkan pula

dapat meneruskan kehidupan keluarga Para pemohon tersebut ;

Bahwa untuk itu Para Pemohon memerlukan adanya penetapan

pengesahan anak angkat tersebut diatas yang diperoleh dari

Pengadilan Negeri Wonosobo ;

Bahwa selain itu pula segala biaya yang timbul dalam permohonan ini

dibebankan kepada Para Pemohon ;

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas dengan ini Para pemohon mohon

kepada Bapak Ketua Pengadilan Negeri Wonosobo untuk berkenan

memeriksa dan memanggil Para Pemohon tersebut yang selanjutnya

memberikan penetapan sebagai berikut :

Page 90: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

3

1. Mengabulkan permohonan Para Pemohon ;

2. Menyatakan sah demi hukum pengangkatan anak yang

dilakukan oleh Para Pemohon ( SUBARI dan SUGIYAH )

terhadap seorang anak laki-laki bernama AKHMAT RASYIT

MUBAROK pada tanggal 07 Juli 2012 di Wonosobo anak

dari seorang ibu bernama SALIMAH bertempat tinggal di Desa

Kalierang Rt 002 Rw.004,Kecamatan Selomerto,Kabupaten

Wonosobo tersebut diatas ;

3. Menghukum biaya permohonan ini kepada Para Pemohon ;

Menimbang, bahwa pada hari sidang yang telah ditetapkan, Para

Pemohon datang sendiri dipersidangan yang telah ditetapkan tersebut dan

setelah dibacakan Surat Permohonannya, maka Para Pemohon menyatakan

tetap pada permohonannya;

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dan menguatkan

permohonannya, Para Pemohon telah mengajukan bukti-bukti surat yang

telah dicocokkan dengan aslinya dan telah bermaterai cukup yang berupa :

1. Foto copy Kartu tanda Penduduk (KTP) atas nama SUBARI, surat bukti

diberi tanda : P.1

2. Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) atas nama SUGIYAH, surat bukti

diberi tanda : P.2 ;

3. Foto copy Kutipan Akta Nikah No.622/12/XI/2004 tanggal 22 Nopember

2004 yang dibuat dan dikeluarkan oleh KUA Kecamatan Wonosobo yang

menerangkan bahwa pada tanggal 17 Nopember 2004 telah berlangsung

akad nikah antara SUBARI dengan SUGIYAH, surat bukti diberi tanda :

P.3 ;

4. Foto copy Surat Penyerahan Anak tertanggal 09 Oktober 2012 dari

NURAINI ARISWARI,Amd Ketua Upipa GOW Wonosobo kepada SUBARI

dan SUGIYAH, surat bukti diberi tanda : P.4 ;

Page 91: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

4

5. Foto copy Kartu Keluarga Nomor : 3307091601080356,tertanggal 05

September 1012 atas nama Kepala Keluarga WARSITO, Alamat

Larangan Rt 004 Rw.003 Desa Bomerto,Kecamatan

Wonosobo,Kabupaten Wonosobo, surat bukti diberi tanda : P.5 ;

6. Foto copy Kutipan Akta Kelahiran atas nama AKHMAT RASYIT

MUBAROK, surat bukti diberi tanda : P.6 ;

7. Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) atas nama SALIMAH,surat bukti

diberi tanda:P.7

8. Foto copy Surat Keterangan Kepala Desa Kalierang Nomor :

470/046/I/2013 tertanggal 23 Januari 2013,yang menerangkan bahwa

SALIMAH warga Desa kalierang dan belum pernah menikah, surat bukti

diberi tanda : P.8 ;

9. Foto copy Surat Keterangan Kepala Desa Kalierang Nomor :

450/047/I/2013 tertanggal 23 januari 2013,yang menerangkan bahwa

SALIMAH telah melahirkan seorang anak pada tanggal 7 Juli 2012 diluar

nikah, surat bukti diberi tanda : P.9 ;

10. Foto copy Kartu Keluarga Nomor : 3307061711072446 tertanggal 06-09-

2012 atas nama Kepala Keluarga ROHMADI,Alamat Kalierang Rt.002

Rw.004 Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo surat bukti diberi

tanda : P.10 ;

11. Foto copy Surat keterangan Kepala Desa Bomerto No.460/391/X/2012

tanggal 25 September 2012,yang menerangkan bahwa Subari penduduk

Desa Bomerto dan menurut norma sosial dan hukum adat berkelakuan

baik, surat bukti diberi tanda : P.11 ;

12. Foto copy Surat keterangan Kepala Desa Bomerto No.460/389/X/2012

tanggal 25 September 2012, yang menerangkan bahwa Subari penduduk

Desa Bomerto dan mampu secara ekonomi untuk mengadopsi anak, surat

bukti diberi tanda : P.12 ;

Page 92: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

5

13. Foto copy Rekomendasi Nomor : 474.1/897/2012 tanggal 11 Oktober

2012 tentang Recomendasi kepada Subari terhadap pengangkatan anak

atas nama AKHMAT RASYIT MUBAROK, surat bukti diberi tanda P.13 ;

14. Foto copy Surat Recomendasi dari Kepala Dinas Sosial Kabupaten

Wonosobo Nomor : 463/075/2013, surat bukti diberi tanda dengan : P.14;

15. Foto Surat Pernyataan Penyerahan Anak yang bernama AKHMAT

RASYIT MUBAROK dari ibu kandung anak bernama SALIMAH kepada

NUR AINI ARISWARI,Amd Ketua Upipa GOW Wonosobo disaksikan

saksi-saksi pada tanggal sembilan2012 Selanjutnya , surat bukti diberi

tanda : P.15;

Menimbang, bahwa foto copy surat-surat bukti tersebut setelah diperiksa,

diteliti dan dicocokkan dengan surat aslinya ternyata cocok dan sesuai

serta telah dibubuhi bea meterai cukup dan telah dilegalisasi oleh yang

berwenang sehingga sehingga surat-surat bukti tersebut dapat

dipergunakan sebagai alat bukti yang sah dan selanjutnya diberi tanda P.1

sampai P.15 ;

Menimbang, bahwa selain surat-surat bukti tersebut diatas, Para

Pemohon di muka persidangan juga telah mengajukan 3 (tiga) orang Saksi

yaitu 1. SALIMAH (Ibu Kandung Anak), 2. NURAINI ARISWARI, 3.

BAHRODIN dan 4. SUPRAT

yang masing-masing memberikan keterangan dipersidangan dibawah

sumpah yang pada pokoknya sebagai berikut :

SAKSI 1 : SALIMAH :

Bahwa Saksi tahu jika Para Pemohon mengajukan permohonan

Pengangkatan Anak;

Bahwa yang diangkat anak oleh Para Pemohon adalah anak laki-laki

Saksi yang bernama AKHMAT RASYIT MUBAROK ;

Page 93: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

6

Bahwa alasan Para Pemohon mengangkat anak adalah karena sudah

8 (delapan) Tahun usia perkawinan Para Pemohon belum mempunyai

keturunan (anak) sampai dengan sekarang;

Bahwa AKHMAT RASYIT MUBAROK anak kandung saksi seorang

anak laki-laki lahir di Wonosobo pada tanggal 07 Juli 2012 dan

sekarang berumur ± 7 (tujuh) bulan;

Bahwa benar Saksi belum pernah menikah dan anak yang bernama

AKHMAT RASYIT MUBAROK adalah anak diluar nikah

Bahwa alasan Saksi menyerahkan anaknya yang bernama AKHMAT

RASYIT MUBAROK kepada Para Pemohon karena Saksi keadaan

ekonominya tidak mampu dan berkeinginan agar masa depannya

terjamin jika ikut, diasuh dan dirawat Para Pemohon ;

Bahwa benar selama mengandung sampai melahirkan Saksi

ditampung di Lembaga Perlindungan Ibu dan Anak (LPPIA) Upipa

GOW Kabupaten Wonosobo ;

Bahwa benar Saksi melahirkan dibantu Bidan dan segala biaya

persalinan,perawatan, dan pembuatan akta kelahiran anak ditanggung

Upipa GOW Kabupaten Wonosobo ;

Bahwa benar anak Saksi yang bernama AKHMAT RASYIT MUBAROK

diserahkan kepada Para Pemohon sejak lahir tanpa ada tekanan

ataupun paksaan dari pihak siapapun ;

Bahwa Saksi kenal dengan Para Pemohon karena Saksi dipertemukan

oleh Bu NURAINI ARISWARI Ketua Upipa GOW Kabupaten

Wonosobo dan menurut pengamatan saksi keadaan ekonomi Para

pemohon mampu ;

Bahwa Saksi telah menandatangani surat pernyataan penyerahan

anaknya yang bernama AKHMAT RASYIT MUBAROK kepada Bu

NURAINI ARISWARI dan Para pemohon ;

Page 94: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

7

Bahwa Saksi tahu dengan konsekuensi hukum atas diserahkannya

anak Saksi yang bernama AKHMAT RASYIT MUBAROK kepada

Para Pemohon;

Bahwa Saksi tahu dan mengerti dengan Surat Bukti P.6.P.7,P.8,P.9,

P.10 dan P.15

Menimbang, bahwa atas keterangan Saksi tersebut diatas Para

Pemohon menyatakan benar dan tidak keberatan;

SAKSI 2 : NURAINI ARISWARI ;

Bahwa Saksi tahu jika Para Pemohon mengajukan permohonan

Pengangkatan Anak;

Bahwa yang diangkat anak oleh Para Pemohon adalah seorang anak

laki-laki yang bernama AKHMAT RASYIT MUBAROK ;

Bahwa alasan Para Pemohon mengangkat anak karena perkawinan

mereka sudah berjalan selama kurang lebih 8 (delapan) tahun belum

dikaruniai anak ;

Bahwa AKHMAT RASYIT MUBAROK adalah anak dari Saksi

SALIMAH yang sejak kehamilannya saksi tampung di Lembaga LPPIA

milik GOW Kabupaten Wonosobo ;

Bahwa alasan Saksi mempertemukan dan mengenalkan Saksi

SALIMAH yang waktu itu dalam keadaan mengandung 7 (tujuh) bulan

kepada Para Pemohon karena Para Pemohon pernah berpesan

kepada Saksi untuk dicarikan seorang anak untuk diadopsi ;

Bahwa Saksi mengetahui jika Saksi SALIMAH sedang hamil karena

SALIMAH datang langsung ke Lembaga LPPIA dan memberitahukan

langsung kepada Saksi;

Bahwa Para Pemohon sudah mempunyai niat baik mengangkat anak

Saksi SALIMAH yang sejak dalam kandungan tujuh bulan ;

Page 95: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

8

Bahwa AKHMAT RASYIT MUBAROK diserahkan kepada Para

Pemohon sejak lahir ;

Bahwa AKHMAT RASYIT MUBAROK seorang anak laki-laki yang

lahir di Wonosobo pada tanggal 07 Juli 2012 ;

Bahwa AKHMAT RASYIT MUBAROK adalah anak diluar perkawinan

yang karena keadaan ekonomi Saksi SALIMAH tidak mampu dan

demi terjaminnya masa depan anaknya itu maka diserahkan kepada

Para Pemohon;

Bahwa Para Pemohon telah mengumumkan kepada para tetangganya

sewaktu mengadakan syukuran selamatan atas pengangkatan

AKHMAT RASYIT MUBAROK sebagai anak nya di rumah Para

Pemohon yang dihadiri pula oleh anggota keluarga Saksi SALIMAH ;

Bahwa biaya persalinan dan pengurusan akta dibiayai oleh Lembaga

LPPIA Upipa Gow Kabupaten Wonosobo dan dibantu oleh Para

Pemohon;

Bahwa Lembaga LPPIA Upipa GOW Kabupaten Wonosoobo

mendapat dana bantuan dari APBD Kabupaten Wonosobo ;

Bahwa Para Pemohon dalam merawat, mengasuh dan mendidik

AKHMAT RASYIT MUBAROK anak angkatnya itu dengan penuh kasih

sayang layaknya anak kandung sendiri terlebih lagi keadaan

ekonominya mampu, sehingga masa depan anak akan terjamin ;

Menimbang, bahwa atas keterangan Saksi tersebut diatas Para

Pemohon menyatakan benar dan tidak keberatan;

SAKSI 3 : B A H R O D I N :

Bahwa Saksi tahu jika Para Pemohon mengajukan permohonan

Pengangkatan Anak;

Bahwa yang diangkat anak oleh Para Pemohon adalah seorang anak

laki-laki yang bernama AKHMAT RASYIT MUBAROK ;

Page 96: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

9

Bahwa alasan Para Pemohon mengangkat anak karena perkawinan

mereka sudah berjalan selama kurang lebih 8 (delapan) tahun belum

dikaruniai anak ;

Bahwa AKHMAT RASYIT MUBAROK adalah anak dari Saksi

SALIMAH yang sejak kehamilannya saksi tampung di Lembaga LPPIA

milik GOW Kabupaten Wonosobo ;

Bahwa alasan Saksi mempertemukan dan mengenalkan Saksi

SALIMAH yang waktu itu dalam keadaan mengandung 7 (tujuh) bulan

kepada Para Pemohon karena Para Pemohon pernah berpesan

kepada Saksi untuk dicarikan seorang anak untuk diadopsi ;

Bahwa Saksi mengetahui jika Saksi SALIMAH sedang hamil karena

SALIMAH datang langsung ke Lembaga LPPIA dan memberitahukan

langsung kepada Saksi;

Bahwa Para Pemohon sudah mempunyai niat baik mengangkat anak

Saksi SALIMAH yang sejak dalam kandungan tujuh bulan ;

Bahwa AKHMAT RASYIT MUBAROK diserahkan kepada Para

Pemohon sejak lahir ;

Bahwa AKHMAT RASYIT MUBAROK seorang anak laki-laki yang

lahir di Wonosobo pada tanggal 07 Juli 2012 ;

Bahwa AKHMAT RASYIT MUBAROK adalah anak diluar perkawinan

yang karena keadaan ekonomi Saksi SALIMAH tidak mampu dan

demi terjaminnya masa depan anaknya itu maka diserahkan kepada

Para Pemohon;

Bahwa Para Pemohon telah mengumumkan kepada para tetangganya

sewaktu mengadakan syukuran selamatan atas pengangkatan

AKHMAT RASYIT MUBAROK sebagai anak nya di rumah Para

Pemohon yang dihadiri pula oleh anggota keluarga Saksi SALIMAH ;

Page 97: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

10

Bahwa biaya persalinan dan pengurusan akta dibiayai oleh Lembaga

LPPIA Upipa Gow Kabupaten Wonosobo dan dibantu oleh Para

Pemohon;

Bahwa Lembaga LPPIA Upipa GOW Kabupaten Wonosoobo

mendapat dana bantuan dari APBD Kabupaten Wonosobo ;

Bahwa Para Pemohon dalam merawat, mengasuh dan mendidik

AKHMAT RASYIT MUBAROK anak angkatnya itu dengan penuh kasih

sayang layaknya anak kandung sendiri terlebih lagi keadaan

ekonominya mampu, sehingga masa depan anak akan terjamin ;

Menimbang, bahwa atas keterangan Saksi tersebut diatas Para

Pemohon menyatakan benar dan tidak keberatan;

SAKSI 4 : S U P R A T :

Bahwa Saksi tahu jika Para Pemohon mengajukan permohonan

Pengangkatan Anak karena para Pemohon pernah bercerita kepada

Saksi;

Bahwa yang diangkat anak oleh Para Pemohon adalah seorang anak

laki-lakiyang bernama AKHMAT RASYIT MUBAROK dan waktu itu

masih bayi;

Bahwa alasan Para Pemohon mengangkat anak karena selama 8

(delapan) tahun usia perkawinan belum dikaruniai seorang anak;

Bahwa AKHMAT RASYIT MUBAROK adalah anak seorang ibu yang

bernama SALIMAH ;

Bahwa SALIMAH belum pernah menikah ;

Bahwa AKHMAT RASYIT MUBAROK diserahkan kepada Para

Pemohon karena keadaan ekonomi Saksi SALIMAH (ibu kandung

anak) tidak mampu dan demi terjaminnya masa depan anaknya itu ;

Bahwa Para Pemohon telah mengadakan selamatan atas

pengangkatan AKHMAT RASYIT MUBAROK di rumah Para Pemohon

Page 98: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

11

dengan mengundang tetangga sekitar serta keluarga Para Pemohon

dan keluarga SALIMAH ;

Bahwa Para Pemohon dalam merawat, mengasuh dan mendidik

AKHMAT RASYIT MUBAROK tersebut penuh dengan rasa kasih

sayang layak anak kandungnya sendiri

Bahwa Saksi tidak tahu dengan Surat-surat bukti yang diajukan oleh

Para Pemohon tetapi pernah mendengar tentang surat penyerahan

anak;

Menimbang, bahwa atas keterangan Saksi tersebut diatas Para

Pemohon menyatakan benar dan tidak keberatan;

Menimbang, bahwa selanjutnya Para Pemohon tidak mengajukan

sesuatu lagi dan mohon Penetapan;

Menimbang, bahwa untuk mempersingkat uraian Penetapan ini segala

sesuatu yang terjadi dipersidangan dianggap telah termuat didalam

Penetapan ini;

PERTIMBANGAN HUKUM

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan Para Pemohon adalah

sebagaimana tersebut diatas;

Menimbang, bahwa berdasarkan Keterangan Saksi-Saksi tersebut

diatas yang dihubungkan dengan Surat-surat bukti, maka diperoleh fakta-

fakta hukum sebagai berikut :

- Bahwa pokok dari Permohonan Para Pemohon adalah Pengangkatan

Anak;

- Bahwa anak yang dimaksudkan oleh Para Pemohon untuk diangkat

adalah bernama AKHMAT RASYIT MUBAROK, seorang anak laki-laki

yang lahir di Wonosobo, tanggal 07 Juli 2012, anak dari seorang ibu yang

bernama SALIMAH ;

Page 99: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

12

- Bahwa Para Pemohon sebagai calon orang tua angkat adalah pasangan

suami istri yang sah yaitu SUBARI, berusia 49 (empat puluh sembilan)

tahun dan SUGIYAH, berusia 37 (tiga puluh tujuh) tahun;

- Bahwa Para Pemohon menikah pada tanggal 17 Nopember 2004 di

Wonosobo sebagaimana dalam Kutipan Akta Nikah tertanggal 22

Nopember 2004 Nomor : 622/12/XI/2004 dan sampai dengan sekarang ±

8 (delapan) tahun belum dikaruniai seorang anak;

- Bahwa telah ada persetujuan dari ibu kandung dari calon anak angkat dan

kesanggupan Para Pemohon untuk merawat, mengasuh dan mendidik

serta memberikan perlindungan kepada AKHMAT RASYIT MUBAROK

sebagai Calon Anak Angkat sebagaimana layaknya anak kandung;

- Bahwa AKHMAT RASYIT MUBAROK telah diserahkan oleh ibu

kandungnya kepada Para Pemohon sejak lahir ;

- Bahwa AKHMAT RASYIT MUBAROK diserahkan kepada Para Pemohon

karena keadaan ekonomi dari Saksi SALIMAH sebagai ibu kandungnya

kurang mampu dan berkeinginan agar masa depan anaknya terjamin;

- Bahwa telah diadakan selamatan pengangkatan AKHMAT RASYIT

MUBAROK sebagai anak angkat Para Pemohon dengan mengundang

tetangga sekitar dan keluarga dari AKHMAT RASYIT MUBAROK ;

Menimbang, bahwa mengenai Perlindungan Anak yaitu dalam Pasal

39 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak menyebutkan Pengangkatan Anak hanya dapat dilakukan

untuk kepentingan yang terbaik bagi anak dan dilakukan berdasarkan adat

kebiasaan setempat dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku;

Menimbang, bahwa adapun pengertian anak sebagaimana

dimaksudkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tersebut, pada

Pasal 1 angka 1 disebutkan, Anak adalah seseorang yang belum berusia 18

(delapan belas) tahun, termasuk anak dalam kandungan;

Page 100: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

13

Menimbang, bahwa disamping diatur dalam Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2002, mengenai Pengangkatan Anak telah pula diatur dalam

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 54 Tahun 2007 tentang

Pelaksanaan Pengangkatan Anak, dimana diatur dalam Pasal 12 dari

Peraturan Pemerintah itu, bahwa syarat-syarat anak yang akan diangkat,

yaitu :

1. Belum berusia 18 (delapan) belas tahun;

2. Merupakan anak terlantar atau ditelantarkan;

3. Berada dalam asuhan keluarga atau dalam lembaga pengasuhan anak;

4. Memerlukan perlindungan khusus;

Menimbang, bahwa dalam Pasal 13 Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pengangkatan Anak bahwa Calon

Orang Tua Angkat harus memenuhi syarat-syarat antara lain :

1. Berumur paling rendah 30 (tiga puluh) tahun dan paling tinggi 55 (lima

puluh lima) tahun;

2. Berstatus menikah paling singkat 5 (lima) tahun;

3. Tidak atau belum mempunyai anak atau hanya memiliki 1 (satu) orang

anak;

4. Memperoleh persetujuan tertulis dari orang tua atau wali anak;

5. Membuat pernyataan tertulis bahwa pengangkatan anak adalah demi

kepentingan terbaik bagi anak, kesejahteraan dan perlindungan anak;

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi dan fakta

dipersidangan, anak yang dimohonkan oleh Para Pemohon untuk diangkat

adalah seorang anak laki-laki bernama AKHMAT RASYIT MUBAROK yang

lahir di Wonosobo, pada tanggal 07 Juli 2012, dan sekarang berusia kurang

lebih 7 (tujuh) bulan sebagaimana dalam Kutipan Akta Kelahiran (sesuai

dengan surat bukti P-6) yang merupakan anak dari seorang ibu yang

bernama SALIMAH ;

Page 101: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

14

Menimbang, bahwa Pemohon SUBARI, telah berusia 49 (empat

puluh sembilan) tahun lahir pada tanggal 14 Agustus 1973 dan Pemohon

SUGIYAH lahir pada tanggal 10 Juni 1975 (sesuai dengan surat bukti P-1,

P-2, P-3, P-4, P-5, P-11, P-12) dan merupakan pasangan suami istri yang

sah (sesuai dengan surat bukti P-3);

Menimbang, bahwa berdasarkan Keterangan Saksi Salimah, Saksi

Nuraini Ariswari, Saksi Bahrodin, Saksi Suprat dan Para Pemohon, AKHMAT

RASYIT MUBAROK berada dalam asuhan Para Pemohon sejak lahir hal

mana telah disepakati dalam bentuk surat pernyataan bersama (sesuai

dengan surat bukti P-4 dan P.15) ;

Menimbang, bahwa tujuan Para Pemohon mengangkat anak adalah

demi masa depan dan juga kepentingan anak tersebut yang akan diasuh oleh

Para Pemohon layaknya anak kandung sendiri dan Salimah selaku ibu

kandung AKHMAT RASYIT MUBAROK menyerahkan anaknya kepada Para

Pemohon karena keadaan ekonominya tidak mampu sedangkan Para

Pemohon dipandang dari keluarga yang keadaan ekonominya mampu dan

telah 8 (delapan) tahun belum dikaruniai anak;

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan para Saksi

dipersidangan, maka Pengadilan berpendapat bahwa kehidupan Para

Pemohon secara sosial ekonominya cukup baik sehingga dapat menjamin

masa depan AKHMAT RASYIT MUBAROK akan menjadi lebih baik atau

setidak-tidaknya kehidupannya tidak akan terlantar;

Menimbang, bahwa dengan diangkatnya AKHMAT RASYIT MUBAROK

menjadi anak angkat Para Pemohon, apakah tidak akan menimbulkan konflik

hukum dikemudian hari ?

Menimbang, bahwa pengangkatan anak yang dilakukan oleh seorang /

keluarga yang berkewarganegaraan Indonesia asli sebagaimana

pengangkatan anak yang dilakukan oleh Para Pemohon terhadap seorang

anak laki-laki yang bernama AKHMAT RASYIT MUBAROK tersebut

Page 102: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

15

menurut Pengadilan pada hakekatnya cukup sah setelah dipenuhinya

syarat-syarat dan tata cara tertentu menurut adat istiadat setempat dan

peraturan perundangan yang bersangkutan;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut

diatas, tercermin adanya kepentingan yang pantas dari Para Pemohon yang

kepentingan mana menurut hemat Pengadilan tidak bertentangan dengan

kepentingan umum;

Menimbang, bahwa oleh karenanya permohonan Para Pemohon cukup

beralasan sehingga patut untuk dikabulkan;

Menimbang, bahwa karena perkara ini bersifat permohonan maka

sudah sepantasnya Para Pemohon dibebani untuk membayar biaya dalam

perkara ini;

Mengingat, Undang-Undang dan Peraturan Perundang-undangan

lainnya yang bersangkutan dengan perkara ini;

M E N E T A P K A N

Mengabulkan Permohonan Para Pemohon tersebut;

Menyatakan sah demi hukum pengangkatan anak yang dilakukan

oleh Para pemohon terhadap seorang anak laki-laki bernama : AKHMAT

RASYIT MUBAROK yang lahir pada tanggal 07 Juli 2012 di Wonosobo,

anak dari seorang ibu yang bernama : SALIMAH, bertempat tinggal di Desa

Kalierang Rt. 002 Rw.004 Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo;

Membebankan biaya perkara yang timbul dari permohonan ini kepada

Para Pemohon sejumlah Rp. 153.000,00 (seratus lima puluh tiga ribu rupiah);

Demikianlah Penetapan ini ditetapkan pada hari : Rabu, tanggal 27

Pebruari 2013, oleh Kami : FEMINA MUSTIKAWATI, SH.MH, Hakim

Tunggal Pengadilan Negeri Wonosobo. Penetapan mana diucapkan pada

hari itu dalam sidang yang dinyatakan terbuka untuk umum oleh Hakim

Page 103: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Websiterepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24940/1/Eka Dita... · Tahun 1979 tentang pemeriksaan permohonan pengangkatan anak

16

tersebut diatas, dengan dibantu oleh HADIYANTO,SH sebagai Panitera

Pengganti pada Pengadilan Negeri Wonosobo dan dihadiri oleh Para

Pemohon;

PANITERA PENGGANTI

Ttd

HADIYANTO,SH

HAKIM

Ttd

FEMINA MUSTIKAWATI, SH.MH

Perincian Biaya Perkara:

1. Pencatatan/Pendaftaran(PNBP) :Rp 30.000,00

2. BAPP :Rp 50.000,00

3. Pemanggilan :Rp 57.500,00

4. Sumpah :Rp 4.000,00

5. Redaksi Penetapan :Rp. 5.000,00

6. Materai Penetapan :Rp 6.000,00 +

Jumlah :Rp. 152.500,00

(seratus lima puluh dua ribu lima ratus rupiah)