UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN...

103

Click here to load reader

Transcript of UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN...

Page 1: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FORMULASI SABUN CUCI PIRING DENGAN

VARIASI KONSENTRASI KAOLIN-BENTONIT

SEBAGAI PENYUCI NAJIS MUGHALLADZAH

SKRIPSI

AZUMARI KHAIRIADY

1113102000055

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

SEPTEMBER 2017

Page 2: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FORMULASI SABUN CUCI PIRING DENGAN

VARIASI KONSENTRASI KAOLIN-BENTONIT

SEBAGAI PENYUCI NAJIS MUGHALLADZAH

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

AZUMARI KHAIRIADY

1113102000055

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

SEPTEMBER 2017

Page 3: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip

maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Azumari Khairiady

NIM : 1113102000055

Tanda Tangan :

Tanggal : 22 September 2017

Page 4: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

iv

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Azumari Khairiady

NIM : 1113102000055

Program Studi : Farmasi

Judul : Formulasi Sabun Cuci Piring Dengan Variasi Konsentrasi

Kaolin-Bentonit Sebagai Penyuci Najis Mughalladzah

Disetujui oleh:

Page 5: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

v

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh:

Nama : Azumari Khairiady

NIM : 1113102000055

Program Studi : Farmasi

Judul : Formulasi Sabun Cuci Piring Dengan Variasi Konsentrasi

Kaolin-Bentonit Sebagai Penyuci Najis Mughalladzah

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 6: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

vi

ABSTRAK

Nama : Azumari Khairiady

NIM : 1113102000055

Program Studi : Farmasi

Judul : Formulasi Sabun Cuci Piring Dengan Variasi Konsentrasi

Kaolin-Bentonit Sebagai Penyuci Najis Mughalladzah

Salah satu tanah yang dapat diformulasikan menjadi sabun penyuci najis

mughalladzah adalah bentonit dan kaolin. Bentonit yaitu sejenis tanah lempung

yang biasanya dijadikan sebagai adsorben (Susilawati, 2014) dan kaolin

merupakan clay dengan ukuran partikel paling baik sehingga dalam

penggunaanya akan meningkatkan kemampuan untuk teradsorbsi kedalam serat

pakaian (Puziah, dkk., 2014). Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan

sabun cuci piring sebagai penyuci najis mughalladzah dengan variasi konsentrasi

kaolin-bentonit yang stabil secara fisik dan untuk mengetahui aktivitas

antimikroba dari cairan sabun cuci piring beberapa jenis bakteri M. luteus dan E.

coli yang biasa terdapat dalam air liur anjing. Tahap pertama dibuat tiga formula

dengan variasi konsentrasi kaolin-bentonit, yaitu F1 Kaolin 10%; F2 kaolin-

bentonit 5%-5%; F3 bentonit10%. Sabun cuci piring dievaluasi sifat fisiknya yaitu

organoleptik, pH, viskositas, bobot jenis, stabilitas busa dan uji aktivitas

antibakteri dan evaluasi menurut SNI. Hasil evaluasi fisik menunjukkan formula 2

paling optimal dari segi organoleptik, homogenitas, pH berada pada kisaran

4,250–9,367, viskositas pada kisaran 10920-13040 cPs dan telah diujikan statistik

menggunakan ANOVA menghasilkan pH dan viskositas yang tidak berbeda

bermakna, bobot jenis pada kisaran 1,014-1,059 g/ml, presentase stabilitas busa

pada kisaran 60-100%. Sedangkan formula 1 dan 3, pH tidak memenuhi syarat.

Hasil uji aktivitas antibakteri dengan metode teknik difusi kertas cakram

menunjukkan formula 2 sabun cuci piring kaolin-bentonit dapat menghilangkan

bakteri dari air liur anjing. Hasil uji mutu sabun menurut SNI menunjukkan

formula 2 memenuhi persyaratan mutu sabun cuci piring menurut SNI.

Kata Kunci: Najis mughalladzah, sabun cuci piring, kaolin, bentonit, M. luteus

dan E. coli

Page 7: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

vii

ABSTRACT

Name : Azumari Khairiady

Student ID : 1113102000055

Department : Farmasi

Title : Formulation Dish Washing Soap With Variation of Kaolin-

Bentonit Concentration as a Cleansing Najis Mughalladzah

One of clay that can be formulated into odious mughalladzah washing soap is

bentonite and kaolin. Bentonite is a type of clay that is usually used as an

adsorbent (Susilawati, 2014) and kaolin is clay with the best particle size so that

in its use will increase the ability to be adsorbed into clothing fiber (Puziah, dkk.,

2014). This study aims to formulate dish soap as an odious mughalladzah washing

wastewater with a physically stable concentration of kaolin-bentonite

concentration and to determine the antimicrobial activity of dishwashing liquid of

some types of M. luteus and E. coli bacteria commonly present in dog saliva. The

first stage was made three formulas with variation of kaolin-bentonite

concentration, F1 of Kaolin 10%; F2 of kaolin-bentonite 5% -5%; F3 of bentonite

10%. Dish soap is evaluated its physical properties are organoleptic, pH,

viscosity, relative density, foam stability and antibacterial activity test and

evaluation according to SNI. The result of physical evaluation shows the most

optimal formula 2 in terms of organoleptic, homogeneity, pH is in the range of

4,250-9,367, viscosity in the range of 10920-13040 cPs and have been tested

statistically using ANOVA results pH and viscosity which is not significantly

different, the relative density in the range 1,014- 1,059 g / ml, the percentage of

foam stability in the range of 60-100%. While formula 1 and 3, pH is not eligible.

The results of antibacterial activity test by disc diffusion method showed formula

2 kaolin-bentonite dishwashing can remove bacteria from dog saliva. Result of

soap quality test according to SNI shows formula 2 qualify defined quality of dish

washing soap according to SNI.

Kata Kunci: Najis mughalladzah, dish soap, kaolin, bentonite, M. luteus dan E.

coli

Page 8: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Formulasi Sabun Cuci Piring Dengan Variasi

Konsentrasi Kaolin-Bentonit Sebagai Penyuci Najis Mughalladzah”. Shalawat

serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Rasulullah

SAW. Skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam

penelitian sampai penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya

bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam

kesempatan ini penulis secara khusus mengucapkan terima kasih banyak kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Masri Mansoer, Ibunda Zukhda

Matondang yang senantiasa mencurahkan cinta, kasih sayang, do’a, nasihat,

serta dukungan baik moral maupun materil.

2. Kakak saya Asrariandy Masda, Ita Puspitasari dan adik saya Muhamad Arif

Rahman yang telah memberikan doa serta dukungan baik moral maupun

materil yang diberikan.

3. Bapak Dr. M. Yanis Musdja, M.Sc. Apt., dan Ibu Nelly Suryani, Ph.D. Apt.,

selaku pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan, ilmu,

masukan, dukungan, dan semangat kepada penulis.

4. Dr. Arif Sumantri, M.KM selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Ibu Nelly Suryani, Ph.D. Apt selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

membimbing dan menerima keluh kesah selama perkuliahan.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan yang telah bersedia memberikan ilmunya kepada penulis selama

masa perkuliahan.

Page 9: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

ix

8. Teman-teman seperjuangan di laboratorium Luthfia Wikhdatul Akhsani, Fandi

Akhmad, Ervina Octaviani, Elok Faikoh, Fifi Nur Hidayah yang telah

memberikan motivasi dan bantuan selama penelitian.

9. Anak-anak TKF 2013 Wildan, Gusti, Dika, Rizal, Rifki, Rizki, Diffa, Dimas,

Mulya, Abi, Emir, Hafidz, Fauzan, Yoga, Bagas, Farhan, Abib, Herry yang

telah memberikan motivasi dalam selesainya penelitian ini.

10. Teman-teman program studi Farmasi UIN Jakarta angkatan 2013 atas

kebersamaan yang telah terjalin dan memotivasi penulis baik selama

pengerjaan skripsi ini maupun selama di bangku perkuliahan.

11. Seluruh laboran Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Jakarta atas kerjasamanya selama melakukan penelitian di

laboratorium.

12. Semua pihak yang telah membantu selama penelitian dan penyelesaian naskah

skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung yang namanya tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas semua

bantuan dan dukungan yang diberikan. Penulis menyadari bahwa penyusunan

skripsi ini masih belum sempurna dan banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran

serta kritik yang membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat

bagi penulis dan pembaca. Aamiin Ya Rabbal’alamiin.

Ciputat, 22 September 2017

Penulis

Page 10: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

x

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Azumari Khairiady

NIM : 1113102000055

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Jenis Karya : Skripsi

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya

ilmiah saya, dengan judul :

Formulasi Sabun Cuci Piring Dengan Variasi Konsentrasi Kaolin-Bentonit

Sebagai Penyuci Najis Mughalladzah

Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital

Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk kepentingan akademik sebatas sesuai Undang-Undang Hak Cipta.

Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat

dengan sebenarnya.

Dibuat di : Ciputat

Pada Tanggal : 22 September 2017

Yang menyatakan

(Azumari Khairiady)

Page 11: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. v

ABTRAK .................................................................................................................. vi

ABSTRACT ............................................................................................................. vii

KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................ x

DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................. 3

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 3

1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 4

1.5. Batasan Penelitian .............................................................................................. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 6

2.1. Najis dan Cara Bersuci (Thaharah) ................................................................... 6

2.1.1. Pengertian Najis dan Klasifikasinya ................................................... 6

2.2. Standar Bersuci (Thaharah) ............................................................................... 8

2.3. Surfaktan ............................................................................................................ 10

2.3.1. Definisi Surfaktan ............................................................................... 10

2.3.2. Klasifikasi Surfaktan ........................................................................... 11

2.4. Sabun .................................................................................................................. 11

2.4.1. Pengertian Sabun ................................................................................. 11

2.4.2. Prinsip Kerja Sabun............................................................................. 13

2.4.3. Klasifikasi Sabun ................................................................................ 13

2.4.4. Syarat Mutu Sabun .............................................................................. 14

Halaman

Page 12: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

xii

2.4.5. Sabun Cuci Pirinng Cair ..................................................................... 15

2.5. Clay .................................................................................................................... 16

2.5.1. Bentonit ............................................................................................... 17

2.5.2. Kaolin .................................................................................................. 18

2.6. Natrium Lauril Eter Sulfat ................................................................................. 19

2.7. Natrium Sulfat .................................................................................................... 21

2.8. Kokamid DEA .................................................................................................... 22

2.9. Kokamidopropil betain....................................................................................... 23

2.10. Dinatrium EDTA .............................................................................................. 24

2.11. Natrium Klorida ............................................................................................... 25

2.12. BHT .................................................................................................................. 26

2.13. Parfum (Fragrance) ......................................................................................... 26

2.14. Etanol ............................................................................................................... 27

2.15. Air Liur Anjing ................................................................................................. 27

2.16. Pengujian Aktivitas Antibakteri ....................................................................... 28

2.16.1. E. coli ................................................................................................ 29

2.16.2. Micrococcusluteus ............................................................................. 30

BAB 3 METODE PENELITIAN ........................................................................... 31

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................ 31

3.2. Alat dan Bahan ................................................................................................... 31

3.2.1. Alat ..................................................................................................... 31

3.2.2. Bahan .................................................................................................. 31

3.3. Prosedur Kerja ................................................................................................... 31

3.3.1. Pembuatan Sabun Cuci Piring ............................................................. 31

3.3.2. Formulasi Sabun Cuci Piring .............................................................. 32

3.3.3. Evaluasi Sifat Fisik dan Kimia Sabun Cuci Piring ............................. 33

3.3.3.1. Pemeriksaan Organoleptik ....................................................... 33

3.3.3.2. Pengujian Viskositas .............................................................. 33

3.3.3.3. Pemeriksaan pH ..................................................................... 33

3.3.3.4. Pemeriksaan Bobot Jenis ....................................................... 33

3.3.3.5. Pemeriksaan Stabilitas Busa .................................................. 34

3.3.3.6. Pemeriksaan Volume Sedimentasi ......................................... 34

Page 13: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

xiii

3.3.4. Evaluasi Syarat Mutu Deterjen Berdasarkan SNI ............................... 35

3.3.5. Pengujian Aktivitas Antibakteri Sabun Cuci Piring ........................... 35

3.3.5.1. Uji Aktivitas Antibakteri ........................................................ 35

3.3.5.2. Pengamatan dengan Mikroskop Elektron (SEM) .................. 35

3.3.5. Teknik Analisis Data ........................................................................... 36

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 37

4.1. Formulasi Sabun Cuci Piring ............................................................................. 37

4.2. Evaluasi Sifat Fisik dan Kimia Sabun Cuci Piring ............................................ 39

4.2.1. Pemeriksaan Organoleptik .................................................................. 39

4.2.2. Pengujian Viskositas ........................................................................... 39

4.2.3. Pemeriksaan pH .................................................................................. 42

4.2.4. Pemeriksaan Bobot Jenis Menggunakan Piknometer ......................... 43

4.2.5. Pemeriksaan Stabilitas Busa ............................................................... 45

4.2.6. Pemeriksaan Volume Sedimentasi ...................................................... 47

4.2.7. Evaluasi Syarat Mutu Deterjen Cuci Cair Berdasarkan SNI .............. 49

4.2.7.1. Bahan Aktif ............................................................................. 49

4.2.7.2. Alkali Bebas ............................................................................ 50

4.2.7.3. Angka Lempeng Total............................................................. 51

4.3. Pengujian Aktivitas Antibakteri Sabun Cuci Piring ......................................... 51

BAB 5 PENUTUP .................................................................................................... 57

5.1. Kesimpulan ........................................................................................................ 57

5.2. Saran ................................................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 58

Page 14: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Syarat Mutu Sabun ......................................................................... 15

Tabel 2.2 Syarat Mutu Sabun Cuci Piring ..................................................... 16

Tabel 2.3 Komposisi Kimia Tanah Liat

dengan Scanning Electron Microscopy (SEM) .............................. 17

Tabel 2.4 Komposisi Kimia Tanah Liat Kaoilin

dengan menggunakan alat SEM-EDX ........................................... 19

Tabel 3.1 Formula Sabun Cuci Piring

(Variasi Konsentrasi Bentonit-Kaolin) .......................................... 32

Tabel 4.1 Komposisi Formula Sabun Cuci Piring.......................................... 37

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Organoleptik .................................................... 39

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Viskositas ........................................................ 40

Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan pH .................................................................... 42

Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Bobot Jenis ...................................................... 43

Tabel 4.6 Hasil Pemeriksaan Stabilitas Busa ................................................. 45

Tabel 4.7 Hasil Pemeriksaan Uji Volume Sedimentasi ................................. 47

Tabel 4.8 Hasil Evalusai Syarat Mutu Deterjen Cuci Cair Berdasarkan

SNI…. ........................................................................................... .49

Tabel 4.9 Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri Sabun Cuci Piring ............. 52

Tabel 4.10 Hasil Pengamatan dengan Menggunakan Mikroskop Elektron ..... 55

Page 15: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Struktur sederhana surfaktan .......................................................... 11

Gambar 2.2 Reaksi saponifikasi......................................................................... 12

Gambar 2.3 Reaksi netralisasi ............................................................................ 12

Gambar 2.4 Cara Kerja Sabun Sebagai Pembersih ............................................ 13

Gambar 2.5 Struktur Natrium Lauril Eter Sulfat .............................................. 19

Gambar 2.6 Struktur Natrium Sulfat ................................................................. 21

Gambar 2.7 Struktur Kokamid DEA ................................................................. 22

Gambar 2.8 Struktur kokamidopropil betain .................................................... 23

Gambar 2.9 Struktur Dinatrium EDTA............................................................. 24

Gambar 2.10 Struktur BHT ................................................................................. 26

Gambar 4.1 Grafik Viskositas ............................................................................ 40

Gambar 4.2 Grafik Nilai pH Rata-rata ............................................................... 42

Gambar 4.3 Grafik Hasil Bobot Jenis ................................................................ 44

Gambar 4.4 Grafik Hasil Stabilitas Busa ........................................................... 45

Gambar 4.5 Grafik Uji Volume Sedimentasi F1 .............................................. 47

Gambar 4.6 Grafik Uji Volume Sedimentasi F2 ............................................... 48

Gambar 4.7 Grafik Uji Volume Sedimentasi F3 ............................................... 48

Gambar 4.8 Gambar Pengujian Aktivitas Antibakteri F2 dan Basis Sabun Cuci

Piring .............................................................................................. 52

Page 16: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Alur Penelitian .............................................................................. 65

Lampiran 2. Gambar Sabun Cuci Piring Formula 1, 2 dan 3 ............................. 66

Lampiran 3. Sertifikat Analisa Natrium Lauryl Eter Sulfat ............................... 67

Lampiran 4. Sertifikat Analisa Bentonit ............................................................. 68

Lampiran 5. Sertifikat Analisa Kaolin ................................................................ 69

Lampiran 6. Sertifikat Analisa Kokamidopropil betain ..................................... 70

Lampiran 7. Hasil Statistik Viskositas Formula 1, 2 dan 3 ................................ 71

Lampiran 8. Hasil Statistik pH Formula 1,2 dan 3 ............................................ 73

Lampiran 9. Hasil Statistik Bobot Jenis Formula 1,2 dan 3 ............................... 75

Lampiran 10. Hasil Statistik Stabilitas Busa ...................................................... 77

Lampiran 11. Perhitungan Bobot Jenis ................................................................. 79

Lampiran 12. Perhitungan Stabilitas Busa............................................................ 80

Lampiran 13. Perhitungan Volume Sedimentasi .................................................. 81

Lampiran 14. Hasil Pengujian Mutu Sabun Cuci Piring Menurut SNI ................ 82

Lampiran 15. Syarat Mutu Sabun Cuci Piring Berdasarkan SNI ......................... 84

Lampiran 16. Pengamatan Uji Stabilitas Busa ..................................................... 85

Lampiran 17. Pengamatan Uji Volume Sedimentasi ........................................... 88

Page 17: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2012) penduduk Indonesia pada tahun

2012 memiliki penduduk dengan mayoritas beragama Islam terbesar di dunia

yaitu, sebanyak 87,18 % dari 237.641.326 penduduk Indonesia. Oleh karena itu,

agama Islam merupakan agama yang sangat berpengaruh terhadap sosial dan

budaya yang berkembang di Indonesia. Masalah halal dan haramnya suatu produk

merupakan masalah yang serius bagi masyarakat mayoritas yang beragama Islam

di Indonesia, sebab hal itu berkaitan dengan persoalan iman dan kepercayaan

masyarakat. Meningkatnya kesadaran konsumen akan pentingnya mengkonsumsi

dan menggunakan produk halal mengakibatkan masyarakat semakin selektif

dalam memilih produk yang akan dikonsumsi dan mencari cara untuk

menghindari hal-hal non-halal (Apriyani, 2014).

Thaharah adalah kegiatan menyucikan diri dari kotoran dan najis. Dalam

ajaran Islam, thaharah sangat diperhatikan sebab merupakan salah satu syarat

sahnya ibadah (Mughniyah, 2002). Ketika bersuci biasanya dilakukan dengan

menggunakan air, adapun menurut Abatasa (2012) yaitu bahan tersendiri dan

tidak bisa tergantikan atau harus sesuai syariat Islam dengan menggunakan

tanah/debu yang suci. Namun, dengan perkembangan jaman dan teknologi cara

menyucikan diri dengan tanah/debu memberikan manfaat yang kurang praktis

terhadap kehidupan masyrakat saat ini. Berdasarkan metode yang digunakan

bahwa ulama mazhab Maliki menetapkan hukum jilatan cukup dengan membasuh

bejana yang terkena jilatan anjing hingga tujuh kali basuhan adalah sebagai

taabbudi (bentuk ibadah) sebagaimana seorang muslim dianjurkan untuk berwudu

ketika akan shalat bukan berarti karena dia najis. Sedangkan hukum jilatan anjing

menurut ulama mazhab Syafii adalah najis secara mutlak, dengan alasan adanya

perintah Rasulullah SAW. untuk membasuh bekas jilatan anjing dan tidaklah

pembasuhan itu dilakukan kecuali sebab najis atau adanya hadas. Dan mengingat

lidah dan mulut adalah anggota utama hewan dan ia dikategorikan sebagai najis

(Karbi, 2011). Oleh karena itu, untuk membuat masyarakat khususnya umat Islam

Page 18: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

2

di Indonesia yang lebih banyak mengacu kepada mazhab Syafii untuk

mempermudah dan praktis dalam menyucikan diri sebelumnya telah dilakukan

inovasi tanah untuk bersuci oleh Anggraeni (2014), kemudian penelitian lain oleh

Mauliana (2015).

Berdasarkan Bujard (1992) tanah, mengandung dua materi yang dapat

membunuh kuman-kuman, yaitu tetracycline dan tetarolite. Kedua komponenn ini

berfungsi untuk proses pembasmian (sterilisasi) beberapa kuman. Dengan

menambahkan tanah dalam sabun maka unsur tetracycline dan tetarolite akan

membersihkan kuman dari najis saat digunakan. Selain itu, kedua komponen ini

merupakan antibiotik yang dapat membunuh mikroorganisme yang merugikan

seperti E. coli dan M. luteus yang terdapat dalam liur anjing.

Salah satu tanah yang dapat diformulasikan adalah bentonit dan kaolin.

Menurut Susilawati (2104) bentonit yaitu sejenis tanah lempung yang biasanya

dijadikan sebagai adsorben dan mempunyai komposisi utama mineral lempung,

sekitar 80% terdiri atas monmorilonit (Günister., dkk. 2004). Sedangkan kaolin

menurut Puziah.,dkk (2014) merupakan jenis tanah liat (clay) dengan ukuran

partikel paling baik yang mengakibatkan dalam penggunaanya akan mempunyai

luas permukaan aktif yang besar dan akan meningkatkan kemampuan untuk

teradsorbsi kedalam serat pakaian.

Sabun merupakan suatu produk yang sangat akrab dalam kehidupan

sehari-hari karena kebanyakan masyarakat menggunakan sabun, terutama sabun

batang untuk membersihkan badan (Qisti, 2009). Sementara itu, berdasarkan

Günister., dkk (2004) tidak semua jenis tanah dapat diformulasikan sebagai

sabun. Hanya tanah yang sesuai dengan pharmaceutical grade yang dapat

digunakan untuk menghasilkan formulasi sabun yang optimal. Konsentrasi tanah

yang digunakan dalam formulasi sabun juga berpengaruh terhadap keoptimalan

sediaan, konsentrasi tanah yang digunakan dalam sabun tersebut berada pada

rentang konsentrasi 0,05-95% dan telah mendapat persetujuan dari Komite Islam

Bangkok untuk digunakan sebagai penyuci najis sesuai dengan peraturan Islam

(Dahlan, 2010).

Pada penelitian ini, akan dibuat formulasi sabun cuci piring dengan variasi

konsentrasi penggunaan kaolin dan bentonit untuk mempermudah pemilik anjing

Page 19: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

3

dalam membersihkan alat dapur dari najis air liur anjing yang mengacu pada

mazhab Syafii dan untuk mengetahui pengaruh terhadap bakteri-bakteri yang

terkandung didalamnya. Formulasi yang tepat dalam pembuatan sabun cuci piring

ini sangat penting untuk menciptakan produk sabun cuci piring yang berkualitas

sangat baik.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh variasi konsentrasi kaolin dan bentonit

terhadap stabilitas fisik sabun sabun cuci piring?

2. Apakah formula variasi kaolin dan bentonit dapat menghasilkan

sediaan sabun cuci piring yang memenuhi syarat mutu sabun

menurut SNI?

3. Apakah cairan sabun cuci piring dengan variasi konsentrasi kaolin

dan bentonit memiliki aktivitas antimikroba terhadap beberapa jenis

bakteri M. luteus dan E. coli yang biasa terdapat dalam air liur

anjing?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk; memformulasi sediaan sabun

cuci piring yang dapat menyucikan najis mugholladzah yang stabil secara

fisik dengan variasi konsentrasi kaolin dan bentonit, mengetahui pengaruh

variasi konsentrasi kaolin dan bentonit terhadap stabilitas fisik sediaan sabun

cuci piring serta formula terbaik yang dapat dihasilkan, mengetahui formula

sabun cuci piring variasi konsentrasi tanah terbaik memenuhi syarat sabun

cuci piring menurut SNI, mengetahui aktivitas antimikroba dari cairan sabun

cuci piring dengan variasi konsentrasi kaolin dan bentonit terhadap beberapa

jenis bakteri M. luteus dan E. coli yang biasa terdapat dalam air liur anjing.

Page 20: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

4

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu :

1. Memberikan informasi mengenai formula dengan variasi kaolin dan

bentonit untuk memformulasikan menjadi sediaan sabun cair yang

dapay menyucikan najis mugholladzah.

2. Memberikan informasi mengenai pengaruh variasi konsentrasi kaolin

dan bentonit terhadap stabilitas fisik sediaan sabun cuci piring.

3. Mengetahui variasi konsentrasi tanah terbaik dalam sediaan sabun cuci

piring.

4. Dapat memberikan solusi mudah dan kepada masyarakat dalam

membersihkan peralatan dapur dari najis mughalladzah.

5. Memberikan informasi mengenai aktivitas antimikroba dari cairan

sabun cuci piring dengan variasi konsentrasi kaolin dan bentonit

terhadap beberapa jenis bakteri M. luteus dan E. coli yang biasa

terdapat dalam air liur anjing.

1.5. Batasan Masalah

Penulis menetapkan batasan-batasan dari kajian ini agar tidak melebar ke

pembahasan yang lebih luas, dengan batasan sebagai berikut:

1. Penelitian ini ditujukan untuk pada air liur anjing, adapun jenis bakteri

yang dikhususkan pada air liur anjing tersebut adalah M. luteus dan E.

coli.

2. Tidak semua jenis najis mughalladzah diujikan pada penelitian ini.

Page 21: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

6

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Najis dan Cara Bersuci (Thaharah)

2.1.1. Pengertian Najis dan Klasifikasinya

Najis atau an-najasah secara bahasa berarti kotoran (Sarwat, 2010).

Berdasarkan Zurinal dan Aminudin (2008) najis merupakan kotoran yang

bagi semua umat Islam wajib untuk menyucikannya dan menyucikan apa

yang dikenainya. Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-Baqarah ayat 222:

إن هللا يحب التوابين و يحب المتطهرين

Yang artinya: “sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat

dan orang-orang yang mensucikan diri “.

Perbedaan pandangan antara Imam Malik dan Imam Syafi’i

melakukan ijtihad mengenai hukum jilatan anjing dapat terjadi akibat

perbedaan ikhtilaf (pendapat) tersebut disebabkan perbedaan memahami

dan menafsirkan nas. Mazhab imam Malik merujuk kepada hadits Nabi

Muhammad SAW. “Jika ada anjing yang menjilati wadah kalian maka

buanglah isinya dan kemudian basuhlah wadah tadi tujuh kali” (HR.

Muslim). Sementara mazhab Syafi’i menetapkan najis air liur anjing yang

cara menyucikannya harus dengan menggunakan air, sebanyak tujuh kali

dan salah satu darinya dicampur dengan debu atau tanah yang suci, seperti

yang disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah r.a berkata, bahwa

Rasulullah SAW telah bersabda “Sucikanlah bejana salah seorang dari

kalian bila terjilat anjing dengan supaknya dicuci tujuh kali, awalnya

dengan debu” (HR. Muslim dan Ahmad). Umat Islam yang mengikuti

mazhab imam Syafi’i tentunya akan mengikuti pendapat beliau terkait

dengan penggunaan tanah untuk keperluan mensucikan diri dan lainnya

dari air liur anjing.

Page 22: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

7

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Terdapat berbagai jenis najis oleh mazhab Asy-syafi’i dibedakan

berdasarkan tingkat kesulitan dalam mensucikan atau menghilangkannya,

diantaranya yaitu (Sarwat, 2010):

1. Najis Ringan

Najis ringan disebut juga dengan mukhaffafah, dalam hal ini

disebut najis ringan disebabkan cara mensucikannya sangat ringan,

tidak perlu najis tersebut sampai hilang dan cukup dengan

memercikkannya menggunakan air, kemudian benda najis itu berubah

menjadi suci.

Contoh dari najis ini satu-satunya yaitu air kencing bayi laki-laki

yang belum makan apa pun kecuali air susu ibu. Jika bayi tersebut

perempuan, maka air kencingnya tidak termasuk ke dalam najis ringan,

namun tetap dianggap najis yaitu najis pertengahan. Demikian juga

jika bayi laki-laki tersebut sudah pernah mengkonsumsi makanan

selain air susu ibu, seperti susu kaleng buatan pabrik, maka air

kencingnya sudah tidak termasuk ke dalam najis ringan.

2. Najis Pertengahan

Najis pertengahan disebut juga dengan mutawassithah, dalam hal

ini disebut najis pertengahan disebabkan karena posisinya yang

ditengah-tengah antara najis ringan dan najis berat. Cara menyucikan

najis mutawassithah cukup dihilangkan secara fisik 'ain najisnya,

hingga 3 indikatornya sudah tidak ada lagi. Ketiga indikator tersebut

yaitu: warna, rasa dan aroma.

Semua najis yang tidak termasuk ke dalam najis yang berat atau

ringan, berarti termasuk ke dalam najis pertengahan. Najis

mutawassithah, berdasarkan Rifa’i (2006) dibagi menjadi dua bagian,

yaitu:

a. Najis ‘ainiyyah, yang berarti najis yang bendanya berwujud, seperti

darah, nanah, dan air kencing. Cara menyucikannya yaitu dengan

cara menghilangkan zatnya terlebih dahulu hingga hilang wujud,

bau dan warnanya. Selanjutnya menyiram menggunakan air hingga

Page 23: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

8

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

bersih dan dikeringkan. Bau dan warna yang sulit hilang dapat

dimaafkan.

b. Najis hukmiyyah, yang berarti najis yang bendanya tidak berwujud,

seperti bekas kencing dan arak yang sudah kering. Cara

menyucikannya cukup dengan cara mengalirkan air pada bekas

najis tersebut.

3. Najis Berat

Najis berat disebut juga dengan mughalladzhah, dalam hal ini

disebut najis berat disebabkan najis yang termasuk ke dalam golongan

ini tidak dapat suci begitu saja dengan cara mencuci atau

menghilangkannya secara fisik, namun harus dilakukan praktik ritual

tertentu. Ritualnya dengan cara mencuci menggunakan air sebanyak

tujuh kali dan salah satunya dengan tanah. Hal ini berdasarkan hadist

Rasulullah SAW:

ات اوالهن طهرور إناء أحدكم إذا ولغ فيه الكلب أن يغسله سبع مر

بالتراب

Yang artinya :” sucinya wadah air kalian yang diminum anjing adalah

dengan mencucinya tujuh kali, salah satunya dengan air ” (HR.

Muslim).

Dalam mazhab Asy-Syafi'i, najis berat hanya dua saja, yaitu anjing dan

babi.

2.2. Standar Bersuci (Thaharah)

Berdasarkan Sarwat (2010) thaharah dalam bahasa Arab berarti An-

Nadhzafah, yaitu kebersihan. Sedangkan thaharah dalam istilah para ahli fiqih

adalah :

1. Mencuci anggota tubuh tertentu dengan cara tertentu.

2. Mengangkat hadats dan menghilangkan najis.

Sedangkan kata standar berdasarkan Maulana (2004) didalam kamus

ilmiah bermakna alat penopang atau yang dipakai untuk menjadi patokan.

Jadi, standar bersuci (thaharah) artinya yaitu ukuran atau patokan atau sesuatu

Page 24: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

9

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

dikatakan suci atau bersih. Namun didalam kajian-kajian fiqh thaharah tidak

menjelaskan konkrit mengenai apa yang disebut standar bersuci (thaharah).

Terdapat parameter atau tolak ukur yang dapat digunakan sebagai standar

sesuatu tersebut dapat dikatakan suci/bersih harus terhindar dari tiga sifat

yaitu:

1. Warna, jika wujud najis tersebut sudah tidak terlihat lagi oleh

pancaindera

2. Bau, jika aroma atau bau yang terdapat di dalam najis sudah tidak

tercium

3. Bentuk atau wujudnya.

Alat yang dapat digunakan untuk menyucikan hadast menurut Hasan

(2001) dapat berupa benda padat atau cair, misalnya batu atau pasir dan air.

Tidak semua air dapat digunakan untuk bersuci, oleh karenanya air dibedakan

menjadi empat macam:

a. Air mutlak, yaitu air suci yang menyucikan atau air yang jatuh dari

langit atau keluar dari bumi masih tetap keadaanya. Contohnya, air

hujan, air laut, air sumur, salju es dan air yang keluar dari air mata

(Ridhwi, 2002). Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al-anfal: 11:

يكم إذ ل منه أمنة النعاس يغش ماء من عليكم وينز به ليطهركم ماء الس

القدام به ويثبت قلوبكم على وليربط الشيطان رجز عنكم ويذهب

Yang artinya :” (Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk

sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan

kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu

dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk

menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki(mu).”

Q.S. Al-anfal (8): 11.

b. Air musta’mal, yaitu air suci namun tidak dapat menyucikan. Dalam

hal ini, zatnya suci namun tidak sah untuk dibuat menyucikan sesuatu

(Hasan, 2001). Terdapat tiga macam air yang termasuk dalam

golongan ini, diantaranya:

Page 25: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

10

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1. Air yang salah satu sifatnya telah berubah sebab bercampur dengan

sesuatu benda yang suci selain dari perubahan diatas. Contohnya,

air kopi dan teh.

2. Air yang telah terpakai untuk menghilangkan hukum najis, sedang

air tersebut tidak berubah sifatnya dan tidaj bertambah

timbangannya.

3. Air nira atau tekukan pohon kayu, air kelapa dan sebagainya

(Rasjid, 2002).

c. Air najis, yaitu air yang tidak suci ataupun tidak menyucikan. Air najis

terbagi dalam dua keadaan. Diantaranya:

1. Apabila suatu najis tersebut mengubah salah satu diantara rasa,

warna atau baunya. Dalam hal ini para ulama sepakat air tersebut

tidak dapat dipakai untuk bersuci.

2.3 Surfaktan

2.3.1 Definisi Surfaktan

Berdasarkan Waren S. Perkins (1998) Surfaktan berasal

dari kata surface active agent atau permukaan agen aktif. Surfaktan

mempunyai kemampuan dalam mempengaruhi sifat permukaan

(surface) dan antarmuka (interface), oleh karena itu surfaktan

banyak dimanfaatkan (Perkins, 1998).

Surfaktan menurut Paye dkk., (2006) dapat dimanfaatkan

untuk kosmetik dan dikelompokkan ke dalam enam kategori yaitu

agen pembersih, agen pengemulsi, agen pembusa, hidrotropic,

agen solubilisasi dan agen pensuspensi. Surfaktan adalah molekul

yang mempunyai gugus lipofilik (solvent-loving) dan dan gugus

liofob (solvent-fearing). Masing-masing istilah tersebut digunakan

apabila pelarut yang digunakan yaitu air atau aqueous solutions.

Berdasarkan Farn (2006), dalam istilah sederhana surfaktan

mengandung setidaknya satu kelompok non-polar dan satu

kelompok polar (atau ion), seperti gambar berikut ini:

Page 26: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

11

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Gambar 2.1 Struktur sederhana surfaktan

[Sumber: Chemistry and Technology of Surfactants, 2006]

2.3.2 Klasifikasi Surfaktan

Klasifikasi surfaktan didasarkan dari sifat hidrofiliknya

menurut Myers (1987) terbagi atas empat kelas, yaitu:

1. Anionik, gugus hidrofiliknya adalah grup senyawa bermuatan

negative, seperti karboksil (RCOO-M

+), sulfonat (RSO3

-M

+),

sulfat (ROSO3-M

+) dan fosfat (ROPO3

-M

+).

2. Kationik, gugus hidrofiliknya adalah grup senyawa bermuatan

positif, seperti kuarter ammonium halide (R4N+X

-) dan empat

grup R tersebut bias sama atau berbeda namun masih dalam

satu famili.

3. Nonionik, gugus hidrofiliknya tidak mempunyai muatan,

namun berasal dari turunan grup air yang sangat polar, seperti

polioksetilena (POE atau R-OCH2CH2O-) atau grup R-polyol

termasuk garam.

4. Amfoterik, Biasanya molekul mempunyai muatan positif dan

muatan negatif, seperti sulfobetain RN+ (CH3)2CH2CH2SO3-).

2.4 Sabun

2.4.1 Pengertian Sabun

Sabun berdasarkan Zulkifli dan Estiasih (2014) merupakan

bahan yang digunakan untuk mencuci dan mengemulsi, terdiri dari

dari dua komponen utama yaitu asam lemak rantai karbon C16 dan

sodium atau potasium. Sementara itu, sabun menurut Sari, dkk.

(2010) merupakan satu macam surface active agent (surfaktan)

atau senyawa yang menurunkan tegangan permukaan air. Hal ini

Page 27: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

12

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

menyebabkan larutan sabun dapat memasuki serat dan

menghilangkan kotoran serta minyak.

Proses pembuatan sabun terdiri dari dua cara yaitu proses

saponifikasi dan proses netralisasi minyak. Proses saponifikasi

terjadi akibat reaksi antara trigliserida dengan alkali dan akan

menghasilkan produk sampingan yaitu gliserol dan proses

netralisasi minyak terjadi akibat reaksi asam lemak bebas dengan

alkali dan tidak akan menghasilkan gliserol. Sabun asam lemak

sangat baik menghilangkan kotoran (tanah) dan sangat baik

mensuspensi minyak pada proses pencucian (Zulkifli dan Estiasih,

2014).

Gambar 2.2 Reaksi saponifikasi

[Sumber: Mitsui , 1997]

Gambar 2.3 Reaksi netralisasi

[Sumber: Mitsui , 1997]

Page 28: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

13

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2.4.2. Prinsip Kerja Sabun

Sabun dapat mencuci kotoran dan minyak dari permukaan

serat karena struktur kimianya, yaitu bagian dari rantai (ionnya)

yang bersifat hidrofil dan rantai karbonnya bersifat hidrofobik.

Mekanismenya yaitu, rantai hidrokarbon larut dalam partikel

minyak yang tidak larut dalam air. Kemudian ionnya akan

terdispersi atau teremulsi dalam air sehingga dapat dicuci. Muatan

Negatif dan ion sabun juga menyebabkan tetes minyak sabun untuk

menolak satu sama lain sehingga minyak yang teremulsi tidak

dapat mengendap (Sari dkk., 2010).

Keterangan:

A= hidrofilik (polar)

B = hidrofobik (nonpolar)

C = kotoran (lemak)

D = molekul air

Gambar 2.4 Cara Kerja Sabun Sebagai Pembersih

[Sumber: Barlianty, 2009; Wilson, 2008]

2.4.3. Klasifikasi Sabun

Sabun dibuat dengan reaksi kimia antara kalium atau

natrium dengan asam lemak yang berasal dari minyak nabati atau

lemak hewani. Sabun keras adalah sabun yang dibuat dengan

NaOH, sedangkan sabun lunak adalah sabun yang dibuat dengan

KOH (Zulkifli dan Estiasih, 2014).

Page 29: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

14

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Sabun secara fisik berdasarkan Ophardt (2003) diklasifikasikan

menjadi tiga, yaitu:

1. Sabun padat (hard soap)

Sabun padat merupakan sabun yang dibuat dari NaOH dan

asam lemak rantai pendek yang mempunyai ikatan jenuh.

Berdasarkan tingkat transparansinya, sabun padat dibagi

menjadi tiga jenis, yaitu:

a) Sabun opaque, mempunyai tampilan tidak transparan.

b) Sabun translucent, mempunyai tampilan agak

transparan.

c) Sabun transparan, mempunyai tampilan sangat

transparan.

2. Sabun cair (soft soap)

Sabun cair merupakan sabun yang dibuat dari KOH dan

asam lemak rantai pendek ikatan tak jenuh.

2.4.4. Syarat Mutu Sabun

Alkali bebas menurut Zulkifli dan Estiasih (2014) adalah

alkali dalam sabun yang tidak terikat sebagai senyawa sabun.

Kadar alkali dalam sabun mandi tidak boleh melebihi 0.10 % untuk

sabun natrium dan 0.14% untuk KOH. Hal tersebut dikarenakan

alkali bersifat keras dan dapat menyebabkan iritasi pada kulit.

kelebihan alkali bebas pada sabun dapat disebabkan karena

konsentrasi alkali yang pekat atau berlebih pada proses

penyabunan. Biasanya, sabun dengan kadar alkali yang lebih besar

digolongkan ke dalam sabun cuci.

Asam lemak bebas adalah asam lemak dalam keadaan

bebas dan tidak berikatan lagi dengan gliserol, terbentuk akibat

terjadinya reaksi hidrolisis terhadap minyak yang mengalami

ketengikan. Asam lemak bebas dalam minyak tidak dikehendaki

akibat degradasi asam lemak bebas dapat menghasilkan rasa dan

bau yang tidak disukai.

Page 30: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

15

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Oleh karena itu, dalam pengolahan minyak diupayakan

kandungan asam lemak bebas serendah mungkin. Berikut

merupakan syarat mutu sabun berdasarkan SNI (1996):

Tabel 2.1 Syarat Mutu Sabun SNI 1996

No Jenis Uji Satuan Standar

1. Jumlah asam lemak, (b/b) % Min 70,00

2. Kadar tak tersabunkan,

(b/b)

% Maks 2,50

3. Kadar alkali bebas

dihitung sebagai NaOH

% Maks 0,10

4. Kadar air dan zat

menguap (b/b)

% Maks 15,00

5. Minyak mineral % Negatif

6. Bahan tak larut dalam

alkohol, (b/b)

% Maks 2,50

2.4.5. Sabun Cuci Piring Cair

Sabun menurut Parasuram (1995) memiliki gugus hidrofil

dan hidrofob (RCOOK+). Bagian dari sabun yang berperan dalam

sifat deterjennya (busa) yaitu gugus RCOO-.

Sabun yang dilarutkan dalam air akan terurai dan

menyebabkan tegangan permukaan air akan menurun. Permukaan

yang akan dibersihkan dapat dibasahi dengan air terlebih dahulu.

Buih air sabun akan membantu mengapungkan kotoran dalam air,

selain itu struktur sabun terdiri dari bagian hidrokarbon yang hanya

larut dalam minyak akan mengepung kotoran berminyak dan ion

yang hanya larut dalam air di mana kotoran berminyak yang

dikepung oleh ion sabun itu akan terlepas dari permukaan yang

dibersihkan dan tersebar di dalam air (Djatmiko dan Widjaja,

1984). Berikut merupakan syarat mutu sabun cuci piring

berdasarkan SNI, 1994:

Page 31: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

16

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Tabel 2.2 Syarat Mutu Sabun Cuci Piring SNI 1994

No Jenis Uji Satuan Standar

1. Jumlah asam lemak % 64-70

2. Kadar air % Maks 15

3. Alkali bebas

- dihitung dalam

NaOH

- dihitung dalam

KOH

%

Maks 0,1

Maks 0,14

4. Asam lemak bebas atau

lemak netral

% <2,5

5. Bilangan penyabunan % 196-206

2.5 Clay

Clay atau tanah liat merupakan suatu silika hidraaluminium yang

kompleks dengan rumus kimia Al2O3.nSiO2.kH2O dimana n dan k

merupakan nilai numerik molekul yang terikat dan bervariasi untuk

masa yang sama (Terzaghi, 1987). Sementara itu, menurut Aphin

(2012), lempung atau tanah liat adalah partikel mineral yang

mengandung unsur silika yang memiliki diameter kurang dari 4

mikrometer.

Sifat-sifat yang dimiliki tanah liat berdasarkan Hardiyatmo (1999)

diantaranya sebagai berikut:

1. Ukuran butir halus kurang dari 0,002 mm

2. Permeabilitas rendah

3. Bersifat sangat kohesif

4. Kadar kembang susut yang tinggi

5. Proses konsolidasi lambat

Tanah liat terbentuk dari proses pelapukan batuan silika

oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari aktivitas panas

bumi. Tanah liat dapat dibedakan dengan tanah yang lainnya

berdasarkan ukuran dan kandungan mineraloginya Aphin (2012).

Berikut merupakan komposisi kimia tanah liat yang di analisa

Page 32: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

17

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

dengan menggunakan alat Scanning Electron Microscopy (SEM)

(Prameswari, 2008):

Tabel 2.3 Komposisi Kimia Tanah Liat dengan Scanning Electron

Microscopy (SEM)

No Elemen Unsusr Konsentrasi (%)

1. C Karbon 0,33

2. O Oksigen 46,91

3. Al Aluminium 22,05

4. Si Silika 13,42

5. S Sulfur 0,23

6. Ca Kalium 0,21

7. Fe Besi 14,78

2.5.1 Bentonit

Tanah yang digunakan dalam formulasi dan pembuatan

sabun untuk menyucikan najis mughalladzah berdasarkan

Anggraeni (2014) adalah bentonit yang mempunyai komposisi

utama mineral lempung (tanah liat).

Tanah berdasarkan Husnain (2010) berarti sebagai material

yang terdiri dari butiran mineral-mineral padat dan dari bahan-

bahan organik yang telah melapuk. Komponen terbesar dari tanah

adalah silika. Butir tanah diklasifikasikan kedalam tiga jenis, yaitu:

1. Pasir (sand), merupakan butir tanah yang berukuran antara

0,050 - 2 mm.

2. Debu (silt), merupakan butir tanah yang berukuran antara 0,002

- 0,050 mm.

3. Liat/lempung (clay), merupakan butir tanah berukuran kurang

dari 0,002 mm.

Bentonit menurut Günister dkk. (2004) merupakan tanah

liat (clay) alami golongan smektit dioktahedral yang mengandung

sekitar 80% monmorilonit (Mg2Al10Si24O60(OH)12) dan sisanya

Page 33: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

18

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

antara lain kaolit, illit, feldspar, gypsum, abu vulkanik, kalsium

karbonat, pasir kuarsa, dan mineral lainnya.

Bentonit mempunyai pemerian berupa kristal, mineral

seperti tanah liat, dan dapat diperoleh dalam bentuk serbuk tak

berbau, kuning pucat, atau krem hingga abu-abu, yang bebas dari

pasir. Bentonit sedikit berasa seperti tanah. Bentonit dalam bidang

farmasi biasanya digunakan untuk memformulasi suspensi, gel dan

juga digunakan untuk mensuspensikan serbuk dalam sediaan cair

serta mempersiapkan basis krim yang mengandung agen

pengemulsi minyak dalam air (Rowe dkk., 2009).

2.5.2 Kaolin

Kaolin berdasarkan Departemen Kesehatan RI (1979)

merupakan aluminium silikat hidrat alam yang telah dimurnikan

dengan pencucian dan dikeringkan, kaolin mengandung bahan

pendispersi.

Selain itu, Rowe dkk. (2009) menerangkan bahwa kaolin

mengandung mineral yang digunakan dalam formulasi sediaan oral

dan topikal dibidang farmasi. Kaolin digunakan sebagai pembawa

suspensi dan sebagai diluen dalam formulasi tablet dan kapsul.

Kaolin adalah bahan yang stabil dan tidak beracun, praktis tidak

larut dalam dietil eter, etanol (95%), air, asam encer dingin, larutan

alkali hidroksida dan pelarut organik lainnya. Berikut merupakan

komposisi kimia tanah liat kaolin berdasarkan Hamzah (2005)

yang di analisa dengan menggunakan alat SEM-EDX (Scanning

Electron Microscopy-Energy Dispersive X-ray) :

Page 34: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

19

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Tabel 2.4 Komposisi Kimia Tanah Liat Kaoilin dengan

menggunakan alat SEM-EDX

No Elemen Nama Elemen Konsentrasi (%)

1. Mg Magnesium 37,98

2. O Oksigen 37,98

3. Al Aluminium 14,50

4. Si Silika 38,51

5. K Kalium 1,69

6. Ti Titan 0,69

7. Fe Besi 5,41

2.6 SLES

Gambar 2.5 Struktur SLES

[Sumber: www.chemicaloftheday.squarespace.com]

SLES (SLES) menurut Spiess (1996) adalah surfaktan

anionik yang paling banyak digunakan dalam kosmetika atau

produk-produk perawatan diri. SLES memiliki pH antara 7-9,

senyawa yang mudah mengental dengan garam dan memiliki

kelarutan dalam air yang baik. Kesesuaian SLES terhadap kulit dan

mata dapat diterima pada kebanyakan aplikasi juga dapat

ditingkatkan melalui kombinasi dengan surfaktan sekunder yang

tidak terlalu kuat. SLES memiliki bentuk pasta kental berwarna

putih atau kuning cerah, tidak berbau, hampir tidak larut dalam air,

praktis larut dalam aseton, praktis larut dalam etanol, rumus

formula C12H26Na2O5S dengan berat molekul 328,38 g/mol, berat

jenis 1,03 gr/cm3 (20

oC), PH 7,5 – 8,5 pada 10% dalam air, titik

Page 35: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

20

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

didih 100oC. Dengan nama lain Fattyalkohol (C12-C14) eter sulfat;

Lauril eter sulfat, Garam natrium; Naxolat ES-360; Naxolat ES-

330; Naxolat ES-230; Naxolat ES-130. Biasanya digunakan dalam

deterjen cair seperti cairan pencuci piring, sampo, sabun mandi

cair, cairan pencuci piring. Pada industri tekstil, percetakan,

pewarnaan, minyak bumi dan industri kulit dapat digunakan

sebagai pelumas, zat pewarna, zat pembersih dan zat pembuat busa

(foaming agent).

SLES umumnya bentuknya adalah R-

(OCH2CH2)nOSO3‾Na+ dimana R adalah rantai alkil dengan

berbagai panjang utamanya adalah C12 (lauril) dan rata-rata derajat

etoksilat n yang sama dengan 2 atau 3. Lauril sulfat dan lauril eter

sulfat terdapat dalam larutan pada konsentrasi berkisar antara 25-

30% atau disebut sebagai konsentrasi ―high-active, biasanya

dalam rentang 6-70% bahan aktif. Surfaktan ini berbentuk gel

sehingga konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkannya sulitnya

surfaktan ini larut dalam air. Sodium lauril sulfat (SLS) lebih

mudah menyebabkan iritasi dari pada SLES (SLES). SLS lebih

baik sifat deterjensinya daripada SLES sedangkan untuk kelarutan

dan pembentukan busa, SLES lebih baik daripada SLS.

Pencampuran surfaktan ini dengan surfaktan lain dapat

mengoptimalkan sifatnya dan unsur lain dapat digunakan untuk

memodifikasi sifatnya. Contohnya adalah pengunaan coconut fatty

acid diethnolamide untuk menstabilkan busa dan meningkatkan

tekstur kasar dari busa yang dihasilkan dengan Eter Sulfat (Shipp,

1996).

Page 36: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

21

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2.7 Natrium Sulfat

Gambar 2.6 Struktur Natrium Sulfat

[Sumber: www.interchim.org ]

Natrium sulfat di alam sebagai garam rangkap atau berupa

hidratnya. Untuk garam tunggalnya, yaitu Na2SO4 anhidrat dikenal

sebagai thenardite. Garam rangkap dan bentuk hidratnya adalah

glauberite merupakan garam sulfat rangkap, gabungan antara

natrium sulfat dengan kalsium sulfat (Na2SO4.CaSO4) dan bentuk

hidratnya adalah natrium sulfat dekahidrat, mirabilite

(Na2SO4.10H2O).

Natrium sulfat memiliki bentuk kristal putih atau bubuk,

tidak berbau dan memiliki rasa garam pahit yang larut dalam air

dan gliserol. Natrium sulfat tidak beracun dan tidak mudah

terbakar, biasanya digunakan sebagai bahan pengental pada

pembuatan sabun cair. Pada pembuatan sabun cuci piring, garam

yang dibutuhkan adalah natrium sulfat (Na2SO4). Dalam hal ini,

natrium sulfat berfungsi sebagai pembentuk inti pada proses

pemadatan yang dapat mempengaruhi viskositas dengan

mengontrol viskositas sediaan larutan sehingga terjadi perubahan

jenis koloid, dan dengan penambahan garam ini akan menjadikan

sabun cuci piring mudah dalam penggunaannya.

Page 37: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

22

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2.8 Kokoamid Dietanol Amin

Gambar 2.7 Struktur Kokoamid Dietanol Amin

[Sumber: www.sinergiarecursoglobal.com ]

Kokoamid Dietanol Amin (Kokamid DEA) merupakan

dietanolamid yang dibuat dengan mereaksikan campuran asam

lemak dari minyak kelapa dengan diethanolamin yang berfungsi

sebagai pengemulsi. Kokamid DEA memiliki rumus kimia

CH3(CH2)nC(=O)N(CH2CH2OH)2, dimana n dapat berbeda-deda

tergantung dari bahan dasar asam lemak. Kokamid DEA tergolong

senyawa hidrokarbon nitrogen dengan rantai panjang dang

golongan senyawa alkoksilat amin.

Kokamid DEA berbentuk cairan padat berwarna bening dan

berbau khas dengan pH antara 9,0-10,5. Bahan ini menyebabkan

peningkatan viskositas, digunakan sebagai pengental dalam

sediaan surfaktan. Kokamid DEA menurut Liebert (1986), adalah

zat yang dapat menurunkan tegangan permukaan atau disebut

surfaktan, digunakan sebagai peningkat kualitas foaming, serta

menstabilkan busa.

Page 38: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

23

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2.9 Kokamidopropil betain

Gambar 2.8 Struktur kokamidopropil betain

[Sumber: www.chemspider.com ]

Alkil betain menurut Paye dkk. (2006) merupakan turunan

N-trialkil asam amino ([R1R2R3]N+CH2COOH), diklasifikasikan

sebagai kationik karena menunjukkan muatan positif permanen.

Karena betain juga mempunyai kelompok fungsional bermuatan

negatif dalam kondisi pH netral dan basa, maka disebut sebagai

surfaktan amfoterik. Muatan positif betain berasal dari nitrogen

kuartener sedangkan situs anioniknya berasal dari karboksilat

(betaine), sulfat (sulfobetaine atau sultaine), atau fosfat (phospho

betaine atau phostaine).

Betain menurut Barel dkk. (2009) merupakan surfaktan

dengan sifat pembusa, pembasah dan pengemulsi yang baik,

khususnya dengan keberadaan surfaktan anionik. Betain memiliki

efek iritasi yang rendah pada mata dan kulit, dengan adanya betain

ini dapat menurunkan efek iritasi surfaktan anionik. Hal ini terbukti

dari penelitian Teglia dan Secchi (1994), cocamidopropyl betaine

dapat menurunkan iritasi dengan efek yang mirip dengan wheat

protein ketika ditambahkan ke dalam larutan sodium lauryl sulfate.

Baik wheat protein maupun cocamidopropyl betaine dapat

melindungi kulit dari iritasi.

Page 39: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

24

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2.10 Dinatrium EDTA

Gambar 2.9 Struktur Dinatrium EDTA

[Sumber: Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009]

Dinatrium EDTA berbentuk bubuk kristal putih, tidak

berbau dengan rasa sedikit asam. Disebut juga Dinatrii edetat;

dinatrium EDTA; dinatrium etilen diamin tetraasetat; dinatrium

edatamil; dinatrium edetat; garam dinatrium. Dinatrium EDTA

mempunyai rumus molekul C10H14N2Na2O8 untuk anhidrat dengan

berat molekul 336,2 g/mol, sedangkan dihidrat mempunyai rumus

molekul C10H18N2Na2O10 dengan berat molekul 372,2 g/mol.

Garam EDTA ini lebih stabil dari pada asam etilen diamin

tetraasetat. Namun, dinatrium EDTA dihidrat akan kehilangan air

dari kristalisasi jika dipanaskan pada suhu 120°C. larutan air dari

dinatrium EDTA dapat disterilkan dengan autoklaf, dan harus

disimpan dalam wadah bebas alkali.

Dinatrium EDTA digunakan sebagai agen pengkhelat

dalam berbagai sediaan farmasi, termasuk obat kumur, tetes mata,

dan sediaan topikal, biasanya digunakan pada konsentrasi antara

0,005 sampai 0,1% b/v. bentuk dinatrium EDTA stabil pada

kompleks yang larut dalam air (khelat) dengan alkali tanah dan

logam berat ion. Bentuk khelat ini memiliki beberapa sifat-sifat ion

bebas, dan untuk beberapa alasan agen pengkhelat sering

Page 40: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

25

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

digambarkan sebagai penghapus ion pada larutan, proses ini

dikenal sebagai sequestrasi. Stabilitas kompleks logam-EDTA ini

tergantung pada ion logam yang terlibat dan pH.

2.11 Natrium Klorida

Natrium klorida, juga dikenal sebagai garam dan garam

dapur, merupakan senyawa ionik dengan rumus natrium klorida

dengan berat molekul 58,45 g/mol. Natrium klorida pada umumnya

merupakan padatan bening dan tak berbau, berbentuk kristal kubik

padat putih, serta dapat larut dalam gliserol, etilen glikol, dan asam

formiat, namun tidak larut dalam HCl. Natrium klorida secara luas

digunakan dalam berbagai formulasi farmasi parenteral dan

nonparenteral, di mana penggunaan utamanya adalah untuk

menghasilkan larutan isotonis. Natrium klorida telah digunakan

sebagai lubrikan dan pengencer pada kapsul dan formulasi tablet

kempa langsung di masa lalu, meskipun praktik ini tidak lagi

umum. Natrium klorida juga telah digunakan sebagai agen

penyaluran dan sebagai agen osmotik dalam inti tablet lepas

terkendali. Juga digunakan sebagai pengubah porositas dalam

pelapis tablet, dan untuk mengontrol pelepasan obat dari kapsul

mikro.

Penambahan natrium klorida untuk larutan semprot dimana

lapisan air yang mengandung hidroksipropil selulosa atau

hipromelosa akan menekan aglomerasi partikel kristal selulosa.

Sodium klorida juga dapat digunakan untuk memodifikasi

pelepasan obat dari gel dan dari emulsi. Hal ini dapat digunakan

untuk mengontrol ukuran misel, dan untuk menyesuaikan

viskositas dispersi polimer dengan mengubah karakter ionik

formulasi.

Page 41: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

26

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2.12 Butil Hidroksitoluen

Gambar 2.10 Struktur Butil Hidroksitoluen

[Sumber: Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009]

Butil hidroksitoluen (BHT) mempunyai berat molekul

220,35 dengan rumus molekul C15H24O. BHT mengandung tidak

kurang dari 99,0% C15H24O. Dengan pemerian hablur padat, putih,

bau khas, lemah. Kelarutannya tidak larut dalam air dan propilen

glikol, mudah larut dalam etanol, kloroform dan eter. Penyimpanan

dalam wadah tertutup baik (Ditjen POM, 1995).

BHT digunakan sebagai antioksidan dalam kosmetik,

makanan, dan sediaan lainnya, terutama digunakan untuk menunda

atau mencegah oksidasi lemak dan minyak. Dan untuk mencegah

hilangnya aktivitas vitamin yang larut dalam minyak.

2.13 Parfum (fragrance)

Parfum atau fragrance merupakan bahan aditif yang

penting pada produk cleansing yang dapat memengaruhi

penerimaan konsumen. Penggunaan parfum umumnya untuk

menutupi karakteristik bau dari asam lemak atau fase minyak.

Parfum yang digunakan tidak boleh menyebabkan perubahan

stabilitas atau perubahan produk akhir. Jumlah parfum yang

digunakan pada sabun cuci piring biasanya berkisar dari 0,3%

(kulit sensitif) sampai 1,7% (untuk sabun deodorant) (Barel dkk.,

2009).

Page 42: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

27

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2.14 Etanol

Gambar 2.11 Struktur Kimia Etanol

[Sumber: Rowe, R.C., Sheskey, P.J., Quinn, M.E., 2009]

Etanol memiliki sinonim alkohol, etil alkohol, etil hydroxide, grain

alkohol, methyl carbinol. Etanol jernih, tidak berwarna, sedikit mudah

menguap, memiliki bau yang khas dan rasa terbakar. Etanol memiliki

rumus molekul C2H6O dan bobot molekul 46,07 g/mol. Penggunaanya

sebagai pelarut dalam sediaan topikal sebanyak 60 – 90% sedangkan

sebagai pengawet penggunaanya ≥ 10%. Pada kondisi asam, larutan etanol

dapat bereaksi keras dengan bahan pengoksidasi. Campuran dengan alkali

dapat menggelapkan warna karena reaksi dengan sejumlah sisa aldehida.

Larutan etanol tidak sesuai dengan wadah alumunium dan dapat

berinteraksi dengan beberapa obat (Rowe dkk., 2009). Penggunaan etanol

sebagai hidrotope dalam formulasi detergen adalah 3% (John dkk., 2004).

2.15 Air Liur Anjing

Air liur anjing dari jenis apapun berpotensi membahayakan bagi

manusia terutama yang memiliki kondisi fisik yang lemah,

hipersensitivitas terhadap protein liur anjing dan dari anjing tersebut yang

mempunyai penyakit. Persatuan Dokter Kesehatan Anak di Munich-

Jerman, mengungkapkan bahwa air liur anjing mengandung berbagai

kuman penyebab penyakit. Air liur banyak mengandung virus terutama

bila gejala klinis sudah terlihat, tetapi kadang-kadang dalam beberapa hari

virus sudah ada dalam air liur sebelum nampak gejala klinis (Charles dkk.,

2001). Virus Rabies dapat ditemukan di dalam kelenjar air liur setelah

anjing terinfeksi virus Rabies selama 3 - 8 minggu. Pada air liur anjing

mengandung hyaluronidase, suatu enzim yang dapat meningkatkan

Page 43: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

28

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

permeabilitas jaringan dan virulensi virus, memiliki lima jenis partikel

protein yang berbeda, yakni dua protein berada pada amplop (G dan M)

dan tiga protein pada nukleokapsid (L, N, dan P).

Selain virus, dalam air liur anjing memiliki bakteri pathogen yang

berbahaya pada manusia, bakteri tersebut dapat masuk dan menyerang

organ dalam manusia melalui sistem terbuka. Air liur anjing adalah tempat

keluarnya keringat sehingga semua bakteri mengumpul di lidahnya.

Beberapa jenis bakteri yang ada di mulut anjing memiliki sifat zoonosis,

bisa menular pada manusia dan menyebabkan penyakit.

Dalam sebuah penelitian menunjukkan bakteri aerob umum yang

diisolasi dari 50 luka dari gigitan anjing yang terinfeksi. Dalam studi

tersebut, spesies bakteri aerob yang paling umum diisolasi di laboratorium

penelitian adalah Pasteurella sp (50%), Streptococcus sp (46%),

Staphylococcus sp (46%), Neisseria sp (32%) dan Corynebacterium sp

(12%). Spesies bakteri aerob lainnya, termasuk spesies Moraxella sp

(10%), spesies Enterococcus sp (10%), Bacillus sp (8%), Pseudomonas sp

(6%), Actinomyces sp (6%), Brevibacterium sp (6%), Gemella

morbillorum (6%), E. coli (6%), Weeksella zoohelcum (4%), Klebsiella sp

(4%), Lactobacillus sp (4%), Citrobacter sp (4%), Flavobacterium sp

(4%), Micrococcus sp (4%), Proteus mirabilis (4%), Stenotrophomonas

maltophilia (4%), Capnocytophaga ochracea (2%), Eikenella corrodens

(2%), Flavimonas oryzihabitans (2%), Dermabacter hominis (2%),

Oerskovia sp (2%), Pediococcus damnosus (2%) dan Stomatococcus

mucilaginosus (2%) (Frederick, dkk., 2011).

2.16 Pengujian Aktivitas Antibakteri

Senyawa antibakteri Madigan dkk., (2009) dalam Juariah, (2014),

adalah senyawa alami maupun kimia sintetik yang dapat membunuh atau

menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Senyawa yang dapat

membunuh bakteri disebut bakterisidal. Bahan kimia yang tidak

Page 44: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

29

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

membunuh namun dapat menghambat pertumbuhan bakteri disebut

bakteriostatik.

Suatu zat aktif dikatakan memiliki potensi yang tinggi sebagai

antibakteri jika pada konsentrasi rendah mempunyai daya hambat yang

besar. Kriteri kekuatan antibakteri menurut Nazri dkk., (2011) adalah

sebagai berikut:

1. Diameter zona hambat 15-20 mm : Daya hambat kuat

2. Diameter zona hambat 10-14 mm : Daya hambat sedang

3. Diameter zona hambat 0-9 mm : Daya hambat lemah

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Handi

(2008) didapatkan hasil diameter daya hambat sabun cair tanah steril

dengan konsentrasi 10% terhadap bakteri Micrococcus sp yaitu sebesar

17,73±0,32 mm.

Uji aktivitas antibakteri menurut Hermawan dkk., (2007) dapat

dilakukan dengan metode difusi dan metode pengenceran. Disc diffusion

test atau uji difusi disk dilakukan dengan mengukur diemeter zona bening

yang merupakan petunjuk adanya respon penghambatan pertumbuhan

bakteri oleh suatu senyawa antibakteri. Syarat jumlah bakteri untuk uji

kepekaan/sensitivitas yaitu 105-10

8 CFU/mL.

2.16.1 Escherichia coli

Klasifikasi bakteri Escherichia coli sebagai berikut:

Divisi : Proteobacteria

Kelas : Gamma Proteobacteria

Ordo : Enterobacteriales

Famili : Enterobacteriaceae

Genus : Escherichia

Spesies : Escherichia. coli

Bakteri E. coli merupakan banteri Gram negative, bentuk batang,

memiliki ukuran 2,4 mikro 0,4 hingga 0,7 mikro, bergerak, tidak berspora,

positif pada tes indol, glukosa, sukrosa (Greenwood dkk., 2007).

Page 45: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

30

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Dinding sel bakteri Gram negative tersusun atas membrane luar,

peptidoglikan dan membrane dalam. Peptidoglikan yang terkandung dalam

bakteri gram negative memiliki struktur yang lebih kompleks

dibandingkan gram positif. Membran luarnya terdiri dari lipid,

liposakarida dan protein. Peptidoglikan berfungsi memecah sel lisis,

menyebabkan sel kaku dan memberi bentuk kepada sel (Purwoko, 2007).

2.16.2 Micrococcus luteus

Klasifikasi bakteri Micrococcus luteus sebagai berikut:

Divisi : Bacteria

Kelas : Actinobacteria

Subclass : Actinobacteridae

Ordo : Actinomycetes

Familia : Micrococeaceae

Genus : Micrococcus

Spesies : Micrococcus luteus

M. luteus termasuk kedalam keluarga Micrococcus, bakteri yang

berbentuk kokus atau bola ukurannya berkisar antara 0,5 sampai 3

mikrometer. Bakteri Micrococcus dapat ditemukan di lingkungan akuatik,

tanah, produk susu, dan kulit manusia. Bakteri M. luteus adalah bakteri

gram positif, berpasangan, tetrad atau kelompok kecil, aerob dan tidak

berspora, bisa tumbuh baik pada medium nutrien agar pada suhu 30oC

dibawah kondisi aerob (Schlegel, 1994).

Penyakit yang disebabkan oleh bakteri gram positif berbentuk bulat

ini biasa disebut micrococcosis. Ciri yang paling umum dari infeksi

bakteri ini adalah timbulnya luka pada kulit dan organ internal seperti otot,

liver dan limpa dengan diikuti penurunan nafsu makan (Aydin dkk., 2005).

Berdasarkan kriteria koloni bakteri menurut Bergey dkk. (1984)

dalam acuan Bergeys Manual of Determinative Bacteriology didapatkan

genus bakteri pada air liur anjing koloni 1, 2, 3 dan 4 adalah micrococcus

sp.

Page 46: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

31

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

BAB 3

METODOLOGI

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan bertempat di Laboratorium Penelitian II dan

Laboratorium Kimia Obat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada Februari 2017 sampai dengan

selesai.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat

Timbangan analitik, batang pengaduk, spatula, pipet tetes, cawan, kaca arloji,

homogenizer, pH meter, sudip, viscometer, vortex, kertas berlabel, object glass,

piknometer, termometer, buret, hot plate, alat-alat gelas kimia lainnya seperti

gelas ukur, gelas kimia, erlenmeyer.

3.2.2. Bahan

Bentonit, Kaolin, Natrium Lauril Eter Sulfat, Na Sulfat, Kokamid DEA,

Kokamidopropil betain, Dinatrium EDTA, Natrium Klorida, BHT, parfum (aqua

fresh), aquadest, alkohol 96%, phenolptalein, HCl.

3.3. Prosedur Kerja

3.3.1. Pembuatan Sabun Cuci Piring

Ditimbang masing-masing komponen formula sambil dipanaskan

aquadest pada suhu kisaran 60-90°C. Natrium Lauril Eter Sulfat, Na Sulfat

dan aquadest (50% basis produksi) diaduk dengan homogenizer hingga

homogen (M1). Dilarutkan BHT kedalam Etanol 96% (M2). Dilarutkan

bentonite-kaolin kedalam aquadest (40% basis produksi) hingga homogen

(M3). Ditambahkan Natrium Klorida, Kokamidopropil betain, Cocoamide

Dietanol Amine dan Dinatrium EDTA, secara berturut-turut dan diaduk

hingga terbentuk massa yang homogen kedalam M1. Ditambahkan M2 dan

M3 kedalam M1, aduk dengan homogenizer hingga sediaan menjadi

Page 47: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

32

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

homogen. Ditambahakan parfum, dan sisa aqudest sedikit demi sedikit

sambil tetap diaduk. Dituangkan kedalam kemasan dan dilakukan evaluasi.

3.3.2. Formulasi Sabun Cuci Piring

Tabel 3.1 Formula Sabun Cuci Piring ( Variasi konsentrasi Kaolin-

Bentonit)

Nama Bahan F1 F2 F3 Fungsi

Kaolin* 10 % 5 % - Zat aktif, sebagai anti

najis

Bentonit* - 5 % 10 % Zat aktif, sebagai anti

najis

Natrium Lauril

Eter Sulfat

13 % 13 % 13 % Surfaktan

Na Sulfat 3 % 3 % 3 % Thickening Agent

Cocoamide

Dietanol Amine

3,2 % 3,2 % 3,2 % Co-Surfaktan

Kokamidopropil

betain

1 % 1 % 1 % Foam Booster

Dinatrium

EDTA

0,11 % 0,11 % 0,11 % Pengawet

Natrium Clorida 1,2 % 1,2 % 1,2 % Viscosity Modifier

BHT 0,05 % 0,05% 0,02% Antioksidan

Etanol 96% 5 % 5 % 5 % Co-solvent

Parfum 0,06 % 0,06 % 0,06 % Pewangi

Aquades a.d 100

%

a.d 100

%

a.d 100

%

Pelarut

[Sumber: Renhard, 2016 dengan modifikasi]

Page 48: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

33

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

3.3.3. Evaluai Sifat Fisika dan Kimia Sabun Cuci Piring

Sediaan diamati secara organoleptic terhadap perubahan-perubahan

bentuk, konsistensi, warna, bau, homogenitas, viskositas, pH, bobot jenis,

stabilitas busa selama waktu penyimpanan dengan suhu 25°C.

3.3.3.1. Organoleptik (Septiani, 2011)

Pemeriksaan organoleptis dilakukan dengan melihat secara visual

dang mengamati perubahan-perubahan yang terjadi pada sediaan, yakni

meliputi penampilan, warna dan bau.

3.3.3.2. Pengujian Viskositas (Depkes RI, 1995)

Sampel sebanyak 150 gram disiapkan dalam gelas beaker 250 mL,

kemudian spindle dengan nomor tertentu dan kecepatan tertentu (rpm)

disetel, lalu dicelupkan kedalam sediaan sampai alat menunjukkan nilai

viskositas sediaan. Nilai viskositas (cPs) yang ditunjukkan pada alat

viskometer Haake merupakan nilai viskositas sediaan. (Suyudi, 2014).

3.3.3.3. pH (SNI 06-4075-1996)

Sebelum dilakukan pengukuran, pH meter dikalibrasi dengan

menggunakan buffer pH. Setelah itu, elektroda dibersihkan dengan air

suling dan dikeringkan. Kemudian elektroda dimasukkan ke dalam

sampel sabun cair yang akan diperiksa, pada suhu 25°C. Selanjutnya pH

meter dibiarkan selama beberapa menit sampai nilai pada monitor pH

meter stabil. Setelah stabil, nilai yang ditunjukkan dicatat sebagai pH

sampel.

3.3.3.4. Bobot Jenis (SNI 06-4075-1996)

Piknometer yang sudah bersih dan kering ditimbang. Selanjutnya

sampel dimasukkan ke dalam piknometer sampai batas tara. Piknometer

ditutup dan direndamkan ke dalam rendaman air es sampai suhunya

menjadi 25°C selama 30 menit. Kemudian piknometer didiamkan pada

Page 49: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

34

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

suhu ruang selama dan ditimbang (W). Diulangi pengerjaan tersebut

dengan menggunakan aquadest (W1).

Perhitungan: Bobot jenis sampel 25°C = W

W1

Keterangan : W = Bobot sampel

W1 = Bobot air

3.3.3.5. Stabilitas Busa (Safitri, 2009)

Sebanyak 0,3 gram sediaan dilarutkan kedalam 30 mL aquadest,

kemudian 10 mL larutan tersebut dimasukkan kedalam tabung berskala

melalui dinding. Tabung tersebut ditutup kemudian divorteks selama dua

menit. Tinggi busa yang terbentuk dicatat pada menit ke-0 dan ke-5

dengan skala pengukuran 0,1 cm. Nilai ketahanan busa didapatkan dari

selisih tinggi busa pada menit ke-0 dan ke-5 dihitung dengan rumus :

Perhitungan: Tinggi busa akhir

Tinggi busa awal x 100%

3.3.3.6. Volume Sedimentasi

Sabun cuci piring kedalam gelas ukur 10mL dan disimpan pada suhu

kamar dan dalam keadaan yang tidak terganggu. Volume sabun cuci

piring yang diisikan merupakan volume awal (Vo) . perubahan volume

diukur dan dicatat setiap hari selama 14 hari tanpa pengadukan hingga

tinggi sedimentasi konstan. Volume tersebut merupakan volume akhir

(Vu). Volume sedimentasi dapat ditentukan dengan menggunakan

persamaan berikut :

Perhitungan: Volume akhir (Vu)

Volume awal (Vo)

Page 50: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

35

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

3.3.4. Evaluasi Syarat Mutu Deterjen Cuci Cair Berdasarkan SNI

Pengujian mutu deterjen cuci cair menurut sabun SNI meliputi %

bahan aktif, kadar alkali bebas dan cemaran mikroba (Angka Lempeng

Total) dilakukan di Laboratorium Non Pangan, Balai Pengujian Mutu

Barang, Direktorat Pengembangan Mutu Barang, Ciracas, Jakarta Timur.

3.3.5. Pengujian Aktivitas Antibakteri Sabun Cuci Piring

3.3.5.1. Uji Aktivitas Antibakteri

Media uji antibakteri yang digunakan adalah Nutrient Agar (NA) dua

lapis. Lapisan atas merupakan media NA padat sebanyak 15 mL,

sedangkan lapisan bawah merupakan media NA semisolid sebanyak 4

mL. untuk membuat seed culture, masing-masing sebanyak 1 lup bakteri

target diinokulasikan pada 5 mL media Nutrient Broth (NB) dan

diinkubasi dengan suhu 37ᵒC menggunakan shaker incubator selama 21

jam. Selanjutnya masing-masing sebanyak 0,2% E. coli InaCC B5, 0,5%

M. luteus InaCC B333 seed culture ditambahkan pada media lapisan atas

sebelum dituang keatas media lapisan bawah (Miyado, 2003).

Uji antibakteri menggunakan teknik difusi kertas cakram (Sulistiyani

2006). Sebanyak 30µL sampel diteteskan pada kertas cakram steril 6mm

secara bertahap. Kertas cakram tersebut kemudian diletakkan pada media

uji. Media cawan agar tersebut selanjutnya diinkubasi pada suhu 4ᵒC

selama 2 jam dan dilanjutkan pada suhu 37ᵒC selama 2 hari. Pengujian

dilakukan sebanyak tiga ulangan. Sampel yang menghasilkan zona

hambat pada media uji dianggap positif memiliki aktivitas antibakteri.

3.3.5.2. Pengamatan dengan Mikroskop Elektron (SEM)

Scanning Electron Microscopy dilakukan untuk mempelajari

morfologi sel akibat penggunaan senyawa antibakteri (Bunduki dkk.,

1995). Sampel yang digunakan adalah bagian disekitar zona bening hasil

pengujian antibakteri. Preparasi sediaan dilakukan dalam dua tahap,

diantaranya: melakukan fiksasi untuk mematikan sel tanpa mengubah

Page 51: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

36

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

struktur sel yang akan diamati menggunakn cairan glutaraldehid, setelah

itu disentrifus lalu dibuang supernatannya dan ditambahkan glutaraldehid

setelah itu direndam beberapa jam. Cairan disentrifus kembali lalu

dibuang supernatannya dan ditambahkan larutan tannin acid setelah itu

direndam beberapa jam. Cairan disentrigus kembali lalu dibuang

supernatannya dan ditambahkan caccodylate buffer setelah itu direndam

selama 10 menit. Cairan disentrifus kembali lalu dibuang supernatannya

dan ditambahkan osmium tetra oksida setelah itu direndam 1 jam. Tahap

selanjutnya adalah pengeringan sampel dengan cara, cairan disentrifus

kembali lalu dibuang supernatannya dan ditambahkan alkohol 50%

setelah itu direndam selama 10 menit. Selanjutnya berturut-turut

ditambahkan alkohol 70%, alkohol 80%, alkohol 95% dan alkohol

absolute, setelah itu direndam selama 10 menit. Cairan disentrifus

kembali lalu dibuang supernatannya dan ditambahkan t-butanol setelah

itu direndam selama 10 menit. Cairan disentrifus kembali lalu dibuang

supernatannya dan ditambahkan butanol setelah itu dibuat suspensi dalam

butanol. Selanjutnya dibuat ulasan pada potongan cover slip.

3.3.6. Teknik Analisis Data

Data dari beberapa hasil evaluasi sabun cuci piring kaolin – bentonit

diuji secara statistik dengan analisis varian satu arah (one way ANOVA)

kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey HSD dengan taraf kepercayaan 95%

(α = 0,05) untuk mengetahui perbedaan yang bermakna antara formula dan

hasil pengujian.

Page 52: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

37

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Formulasi Sabun Cuci Piring

Pada penelitian ini dilakukan formulasi sabun cuci piring yang dapat

menyucikan najis dari paparan air liur anjing, dan mengetahui aktivitas antibakteri

dari bakteri M. luteus dan E. coli. Pada pembuatan sediaan kaolin dan bentonit

berfungsi sebagai zat aktif untuk anti najis, natrium laurel sulfat sebagai surfaktan,

natrium sulfat sebagai thickening agent, Kokamid DEA sebagai co-surfaktan,

kokamidopropil betain sebagai foam booster, dinatrium EDTA sebagai pengawet,

natrium klorida sebagai viscosity modifier, BHT sebagai antioksidan, etanol 96%

sebagai co-solvent, aquadest sebagai pelarut serta parfum untuk pewangi.

Tabel 4.1 Komposisi Formula Sabun Cuci Piring

Nama Bahan Formula (%)

F1 F2 F3

Kaolin* 10 5 -

Bentonit* - 5 10

SLES 13 13 13

Na Sulfat 3 3 3

Kokamid DEA 3,2 3,2 3,2

Kokamidopropil betain 1 1 1

Dinatrium EDTA 0,11 0,11 0,11

Natrium Clorida 1,2 1,2 1,2

BHT 0,05 0,05 0,02

Etanol 96% 5 5 5

Parfum 0,06 0,06 0,06

Aquadest a.d 100 a.d 100 a.d 100

[Sumber: Renhard, 2016 dengan modifikasi]

Page 53: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

38

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Pembuatan sediaan sabun cuci piring dilakukan dengan menggunakan

variasi konsentrasi kaolin-bentonit seperti pada tabel 4.1. Dalam hal ini, dasar

pemilihan konsentrasi berdasarkan Dahlan (2010) yang melaporkan bahwa

penggunaan tanah dalam formulasi sabun yang telah disetujui Komite Islam

Bangkok sebagai penyuci najis sesuai peraturan islam adalah 0,05-95%, sementara

itu berdasarkan hasil uji pendahuluan yang dilakukan sebelumnya dengan rentang

seri konsentrasi total 10%, didapatkan sediaan yang tidak banyak menghasilkan

endapan dan sediaan tidak terlalu kental sehingga masih dapat menetes pada

aplikator. Sebagai bahan pengental, garam yang dibutuhkan dalam pembuatan bahan

pencuci piring adalah natrium sulfat yang berfungsi sebagai pembentuk inti pada

proses pemadatan yang dapat mengontrol dan mempengaruhi viskositas larutan

sehingga terjadi perubahan jenis koloid, dalam penggunaannya selain digunakan

sebagai pembantu proses, bahan pengisi ini juga berfungsi meningkatkan kekuatan

ionik dalam sediaan sabun cuci piring.

Menurut Sari, dkk. (2010) sabun merupakan satu macam surfaktan atau

senyawa yang menurunkan tegangan permukaan air. Hal ini menyebabkan larutan

sabun dapat memasuki serat dan menghilangkan kotoran serta minyak. SLES

merupakan surfaktan anionik yang biasa digunakan dalam produk pembusa dan

pembersih tetapi memiliki tingkat iritasi yang tinggi, hal tersebut dapat diatasi

dengan penambahan surfaktan sekunder yang lebih lembut. Penggunaan kokamid

DEA sebagai surfaktan nonionik dalam sediaan sabun cuci piring diharapkan dapat

mengurangi iritasi yang ditimbulkan oleh surfaktan anionik (Noor & Nurdyastuti,

2009) dan berpengaruh pada stabilitas busa yang dihasilkan. Kokamid DEA dalam

sediaan kosmetik juga memiliki efek emmolient dan foam stabilizer, selain itu

formula produk yang mengandung kokamid DEA dapat digunakan sehari-hari dan

dapat diaplikasikan pada kulit untuk waktu yang lama (Fiume, 1996). Kokamid

DEA memiliki kompatibilitas yang baik terhadap kulit dan membran mukosa

sehingga dapat digunakan untuk kulit yang sensitif, juga memiliki kekentalan yang

baik, tidak toksik, serta memperbaiki penampilan sediaan (Noor & Nurdyastuti,

2009).

Penambahan kaolin-bentonit mempengaruhi kekentalan sediaan karena sifat

tanah yang dapat mengikat air. Dilakukan variasi konsentrasi sediaan untuk

Page 54: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

39

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

mengetahui pada formula manakah sediaan mempunyai endapan paling sedikit dan

konsistensi yang optimal sehingga dapat diteteskan dari aplikator juga sesuai dengan

kisaran viskositas sediaan sabun cuci piring, dan stabil secara fisik.

Dinatrium EDTA ditambahkan dapat berfungsi sebagai antioksidan dan

sebagai pengkhelat. Dinatrium EDTA sebagai pengkhelat dengan cara mengikat

logam logam yang mungkin terdapat dalam air atau bahan dalam formula dan dapat

mengurangi efek pembersihan pada sabun. Selain itu melindungi reaksi oksidasi

bahan tak jenuh yang ditemukan dalam parfum. Parfum ditambahkan untuk

meningkatkan kesukaan konsumen, menjaga tubuh tetap harum dan meningkatkan

kualitas produk. Tidak lengkap jika dalam formula sabun cair tidak ditambahkan

parfum sebagai pewangi.

4.2. Evaluasi Sifat Fisik dan Kimia Sabun Cuci Piring

4.2.1. Pemeriksaan Organoleptik

Tabel 4.2 Pemeriksaan Organoleptik

Formula Warna Bau Bentuk

1 Putih Aqua fresh Cairan kental

2 Putih gading Aqua fresh Cairan kental

3 Coklat-kekuningan Aqua fresh Cairan kental

Pemeriksaan organoleptik selama penyimpanan pada suhu ruang (27ᵒ-28ᵒC)

pada tabel 4.2 meliputi pengamatan bentuk, warna dan bau. Basis sabun cuci piring

tanpa penambahan kaolin-bentonit berwarna bening sedangkan pada ketiga formula

dengan penambahan zat aktif dihasilkan sediaan sabun berturut-turut berwarna

putih, putih gading, coklat-kekuningan, memiliki bau khas berupa aroma aqua fresh

dan bentuk sediaan berupa cairan dengan kekentalan yang dapat menetes dari

aplikator.

4.2.2. Pengujian Viskositas

Viskositas merupakan istilah dari resistensi cairan untuk mengalir. Semakin

tinggi viskositas yang dihasilkan akan semakin besar resistensinya (Kuncari, dkk.,

2014). Pengukuran viskositas sabun cuci piring bertujuan untuk mengetahui besar

Page 55: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

40

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

tahanan yang dihasilkan sabun. Sabun cuci piring mempunyai rentang viskositas

500-20000 cPs (SNI, 1996). Pengukuran viskositas sediaan sabun cuci piring

menggunakan viskometer Haake dengan spindel no. 5 dan kecepatan 30 rpm.

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Viskositas

Pengujian Ke- Viskositas (cPs)

F1 F2 F3

1 13030 10340 10960

2 13040 10310 10940

3 13030 10330 10920

Gambar 4.1 Grafik Viskositas Rata-rata

Pada pembuatannya pengukuran viskositas dari ketiga formula sediaan

dilakukan dengan menentukan spindel yang sesuai terlebih dahulu untuk digunakan

pada masing-masing fomula sediaan. Penggunaan konsentrasi Surfaktan dalam

formula dapat mempengaruhi viskositas, maka semakin besar konsentrasi surfaktan

yang digunakan dapat mempengaruhi pada peningkatan viskositasnya. Peningkatan

ini disebabkan pembentukan agregrat surfaktan, terbentuknya stuktur misel pada

sebagian kecil air menyebabkan surfaktan terhidrasi (Tadros, 2005). Selain itu, pada

masing-masing formula sediaan memiliki komposisi kaolin-bentonit yang berbeda.

Kaolin-bentonit memiliki sifat sebagai adsorben yang dapat mengikat air, sehingga

dalam formulasi kemungkinan dapat mempengaruhi viskositas sediaan.

Bentonit pada formula menggunakan natrium bentonit yang memiliki daya

mengembang hingga delapan kali apabila dicelupkan ke dalam air, dan tetap

terdispersi beberapa waktu di dalam air. Mineral monmorilonit dalam bentonit

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

F1 F2 F3

cPs Pengujian 1

Pengujian 2

Pengujian 3

Page 56: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

41

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

berperan sebagai adsorben, mineral dominan yang menyusun bentonit tersebut.

Mineral montmorilonit tersebut memiliki ruang pori-pori antar ikatan mineral

montmorilonit atau mineral lempungnya tersebut, serta pada struktur montmorilonit

juga terdapat ketidakseimbangan antara muatan listrik dalam ion-ionnya. Kemudian

kaolin terdiri dari unit lapisan silika dan aluminium yang diikat oleh ion hydrogen,

membentuk tanah yang stabil karena strukturnya yang terikat teguh mampu

menahan molekul-molekul air sehingga tidak masuk kedalamnya (Chen, 1975).

Memiliki sifat mengembang lebih baik disbanding bentonit, salah satu jenis silikat

yang memiliki kemampuan sebagai adsorben dan kapasitasnya mencapai 20 kali

kemampuan jenis silika lain (Crini, 2006). Beberapa pengaktifan kaolin telah

dilakukan seperti proses pertukaran ion pada air, interaksi kimia yang dapat terjadi

antara senyawa organik dan kaolin yaitu ikatan hidrogen (Paiva, dkk., 2008).

Variasi konsentrasi kaolin-bentonit pada sediaan mempengaruhi viskositas,

pada F1 yang hanya terdapat kaolin dengan konsentrasi 10% memiliki viskositas

lebih tinggi, pada F2 dengan konsentrasi kaolin-bentonit masing-masing 5%

memiliki viskositas lebih rendah disbanding F1, sementara F3 dengan konsentrasi

bentonit 10% memiliki viskositas lebih rendah disbanding F1 dan F2. Pengukuran

viskositas sediaan bertujuan untuk mengetahui berapa nilai viskositas yang sesuai

agar sediaan dapat dengan mudah dikeluarkan dari aplikator.

Berdasarkan tabel 4.3 dan Grafik 4.1 menunjukkan bahwa baik F1, F2 dan

F3 mempunyai viskositas dengan rentang 10960-13030 cPs. Hasil tersebut sesuai

dengan rentang viskositas sabun cair berdasarkan SNI (1996), yaitu 500-20000 cPs.

Data yang diperoleh tersebut kemudian di uji statistik untuk melihat normalitas

dengan metode Kolmogorov Smirnov dan Saphiro-Wilk, hasilnya menunjukkan

bahwa populasi data uji menunjukkan adanya perbedaan signifikan dengan nilai

signifikansi 0,006 (p>0,05). Untuk hasil uji Test of Homogenity of Variance Levene

didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,409 (p>0,05) dimana hasil ini menunjukkan

bahwa populasi data uji yang dimiliki telah homogen dan dapat dilanjutkan untuk uji

One-Way ANOVA. Hasil uji One-Way ANOVA menunjukkan bahwa perubahan

nilai viskositas ketiga formula berbeda bermakna (p<0,05). Terjadinya perbedaan

yang bermakna antar formula tersebut dapat terjadi dikarenakan kandungan dari

masing-masing formula yang juga berbeda. Formula 1 dengan kaolin 10%, formula

Page 57: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

42

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2 kaolin-bentonit masing-masing 5%, formula 3 bentonit 10%.

4.2.3. Pemeriksaan pH

pH atau derajat keasaman merupakan parameter kimiawi untuk mengetahui

sifat sabun yang dihasilkan asam atau basa dan juga dapat digunakan sebagai

indikator iritasi terhadap kulit yang merupakan target aplikasinya.

Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan pH

Pengujian Ke- pH

F1 F2 F3

1 4,371 6,374 9,322

2 4,282 6,455 9,352

3 4,250 6,483 9,367

Gambar 4.2 Grafik Nilai pH Rata-rata

Berdasarkan tabel 4.4 dan gambar 4.2 dapat dilihat bahwa pH sediaan yang

dihasilkan memiliki rentang pH 4,2-9,3. Sementara rentang pH untuk sabun cuci

piring berdasarkan SNI 06-4075-1996 yaitu 6-8. Formula 1dan 3 menunjukkan pH

yang lebih rendah dan lebih tinggi dari rentang yang telah ditetapkan SNI yaitu 4,2-

4,3 dan 9,3. Nilai pH tersebut kemungkinan dapat dipengaruhi oleh zat aktif, dimana

kaolin bersifat asam lemah dan bentonit yang bersifat basa lemah.

Data pH yang diperoleh kemudian di uji statistik untuk melihat normalitas

dengan metode Kolmogorov Smirnov dan Saphiro-Wilk, hasilnya menunjukkan

bahwa populasi data uji menunjukkan adanya perbedaan signifikan dengan nilai

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

Pengujian 1 Pengujian 2 Pengujian 3

F1

F2

F3

Page 58: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

43

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

signifikansi 0,042 (p>0,05). Untuk hasil uji Test of Homogenity of Variance Levene

didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,165 (p>0,05) dimana hasil ini menunjukkan

bahwa populasi data uji yang dimiliki telah homogen dan dapat dilanjutkan untuk uji

One-Way ANOVA. Hasil uji One-Way ANOVA menunjukkan bahwa perubahan

nilai pH ketiga formula berbeda bermakna (p<0,05).

pH yang sangat tinggi atau rendah dapat meningkatkan daya absorbsi kulit

sehingga kulit menjadi iritasi (Wasitaatmaja, 1997). Parameter utama penyebab

iritasi kulit pada sabun bukanlah pH, parameter tersebut adalah alkali bebas. Kadar

alkali bebas yang tinggi (di atas 0,22 %) dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan

biasanya kadar alkali bebas yang tinggi ditandai pula dengan pH sabun yang terlalu

basa (pH diatas 11) (Akmal 2004).

4.2.4. Pemeriksaan Bobot Jenis menggunakan Piknometer

Berdasarkan Depkes (1979) bobot jenis merupakan perbandingan zat

terhadap air volume sama yang ditimbang di udara pada suhu yang sama. Sediaan

sabun cair ditetapkan bobot jenisnya yaitu 1,01 – 1,10 (SNI, 1996). Pemeriksaan

bobot jenis penting untuk dilakukan karena dapat menentukan apakah suatu zat

padat dapat bercampur atau tidak dengan zat lainnya, sehingga akan mempermudah

dalam formulasi sabun (Predianto, dkk., 2017).

Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Bobot Jenis

Formula Bobot (g) Sampel/Aquadest

(g/ml) Kosong Aquadest Sampel

F1 1 11,862 21,939 22,439 1,022

2 13,402 23,437 23,926 1,020

3 13,482 23,448 23,792 1,014

F2 1 11,852 21,935 22,713 1,036

2 11,851 21,922 22,724 1,036

3 13,514 23,536 24,331 1,033

F3 1 11,861 21,932 23,244 1,059

2 13,498 23,512 24,910 1,059

3 13,483 23,451 24,849 1,059

Page 59: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

44

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Gambar 4.3 Grafik Hasil Bobot Jenis

Berdasarkan tabel 4.5, dari hasil pengujian yang telah dilakukan baik F1, F2

dan F3 memiliki bobot jenis 1,014-1,059. Hasil tersebut memenuhi syarat SNI

(1996) bobot jenis sediaan sabun cair yaitu 1,01 – 1,10 dan menunjukkan bahwa

suatu zat padat dapat bercampur dengan zat lainnya.

Bobot jenis ditentukan oleh komponen- komponen yang ada dalam sediaan

tersebut. Semakin banyak komponen yang ada dalam sediaan maka fraksi berat

semakin tinggi, sehingga bobot jenis juga semakin tinggi. Viskositas berbanding

lurus dengan bobot jenis, sehingga semakin tinggi bobot jenis maka viskositas akan

semakin meningkat (Martin dkk. 1993). Dari evaluasi yang telah dilakukan maka

data yang diperoleh sesuai dengan teori tersebut dimana viskositas sediaan sabun

cuci piring meningkat akan dapat meningkatkan bobot jenisnya.

Data bobot jenis yang diperoleh kemudian diuji statistik untuk melihat

normalitas dengan metode Kolmogorov Smirnov dan Saphiro-Wilk, hasilnya

menunjukkan bahwa populasi data uji menunjukkan adanya perbedaan yang tidak

signifikan dengan nilai signifikansi 0,125 (p>0,05). Untuk hasil uji Test of

Homogenity of Variance Levene didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,027 (p>0,05)

dimana hasil ini menunjukkan bahwa populasi data uji yang dimiliki telah homogen

dan dapat dilanjutkan untuk uji One-Way ANOVA. Hasil uji One-Way ANOVA

menunjukkan bahwa perubahan nilai pH ketiga formula bermakna (p<0,05).

0,99

1

1,01

1,02

1,03

1,04

1,05

1,06

1,07

F1 F2 F3

Bobot

Jenis

sed

iaan

(g/m

l)

Pengujian 1

Pengujian 2

Pengujian 3

Page 60: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

45

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

4.2.5. Pemeriksaan Stabilitas Busa

Tabel 4.6 Hasil Pemeriksaan Stabilitas Busa

Formula Tinggi Busa (cm) %

Menit ke-0 Menit ke-5

F1 1 0,8 0,8 100

2 0,5 0,3 60

3 1,1 1,1 100

F2 1 2,8 2,5 89,28

2 0,6 0,5 83,33

3 1,8 1,5 83,33

F3 1 2,8 2,5 89,92

2 1,5 1,4 93,33

3 1,8 1,7 94,44

Gambar 4.4 Grafik Stabilitas Busa

Pengujian kestabilan busa bertujuan untuk mengetahui persentase banyaknya

busa yang masih tersisa setelah jangka waktu tertentu. Berdasarkan data dari tabel

4.6 dapat diketahui hubungan antara penambahan konsentrasi suatu surfaktan

dengan kestabilan busanya karena salah satu fungsi surfaktan adalah membentuk

busa.

Busa adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan medium

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

F1 F2 F3

Pengujian 1

Pengujian 2

Pengujian 3

Page 61: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

46

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

pendispersi zat cair. Fase terdispersi gas biasanya berupa udara atau CO2. Kestabilan

busa diperoleh dari adanya surfaktan. Surfaktan memiliki gugus hidrofilik dan

hidrofobik. Gugus hidrofilik terikat dengan molekul air, sedangkan gugus

hidrofobiknya menuju permukaan larutan dan mengarah ke udara. Ketika larutan air

dan surfaktan tersebut diaduk atau dialiri udara maka gelembung udara yang keluar

dari badan cairan akan dilapisi oleh lapisan tipis cairan yang mengandung surfaktan

dan terbentuklah busa. Stabilitas suatu busa ditentukan oleh elastisitas lapisan

tipisnya.

SLES merupakan surfaktan anionik golongan alkil sulfat yang menghasilkan

busa yang melimpah namun tidak stabil pada air sadah (Spiess, 1996) akan tetapi

dapat dibantu dengan surfaktan sekunder yang dapat membantu menstabilkan busa

yang dihasilkan oleh SLES. Dari hasil pengujian ketiga formula tersebut tidak ada

yang memenuhi standar, karena standar sabun cair yang baik busa harus dapat

bertahan selama 5 menit dengan presentase 60-70% (Dragon, dkk., 1969). Hanya F1

pada pengujian ke-2 yang memenuhi syarat sabun cair yang baik yaitu 60%,

sedangkan pada F1 pengujian ke-1 dan ke-3 lalu pada F2 dan F3 ketahanan busa

lebih dari 80%, hal ini mungkin dikarenakan banyaknya bahan penyusun sabun yang

dapat menghasilkan busa seperti sodium laurel eter sulfat, cocoamide dietanol amine

dan kokamidopropil betain.

Dari data tersebut, presentase di atas 70% masih dikatakan baik karena

dapat mempertahankan gelembung agar tidak pecah. Penambahan kokamidopropil

betain berpengaruh terhadap stabilitas busa yang dihasilkan karena kokamidopropil

betain memiliki sifat pembusa yang baik dan dapat memperbaiki stabilitas busa yang

kurang baik dari sodium laurel eter sulfat. Semakin banyak kokamidopropil betain

maka semakin lama pula busa akan bertahan (Nurul Hidayati, 2016). Penggunaan

kokamidopropil betain juga dapat sebagai pelembut busa, pengontrol viskositas dan

sebagai anti iritasi (Hunting 1989).

Data stabilitas busa yang diperoleh kemudian di uji statistik untuk melihat

normalitas dengan metode Kolmogorov Smirnov dan Saphiro-Wilk, hasilnya

menunjukkan bahwa populasi data uji menunjukkan adanya perbedaan signifikan

dengan nilai signifikansi 0,042 (p>0,05). Untuk hasil uji Test of Homogenity of

Variance Levene didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,008 (p>0,05) dimana hasil

Page 62: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

47

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

ini menunjukkan bahwa populasi data uji yang dimiliki telah homogen dan dapat

dilanjutkan untuk uji One-Way ANOVA. Hasil uji One-Way ANOVA menunjukkan

bahwa perubahan nilai pH ketiga formula berbeda bermakna (p<0,05).

4.2.6. Pemeriksaan Volume Sedimentasi

Tabel 4.7 Hasil Pemeriksaan Uji Volume Sedimentasi

Hari Ke-

(Volume awal/volume akhir)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

F1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

F2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

F3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Gambar 4.5 Volume Sedimentasi F1

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

H-1 H-2 H-3 H-4 H-5 H-6 H-7 H-8 H-9 H-10 H-11 H-12 H-13 H-14

F1

F1

Page 63: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

48

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Gambar 4.6 Volume Sedimentasi F2

Gambar 4.7 Volume Sedimentasi F3

Hasil pengamatan dari hari ke-0 sampai hari ke-14, ketiga formula tidak

menunjukkan adanya ketidakstabilan berupa flokulasi. Hal ini diduga karena adanya

penambahan natrium sulfat dan natrium klorida yang berperan sebagai thickening

agen dan peningkat viskositas yang cukup dapat menghambat laju flokulasi. F

merupakan volume sedimentasi dengan nilai F adalah 1 menunjukkan bahwa

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

H-1 H-2 H-3 H-4 H-5 H-6 H-7 H-8 H-9 H-10 H-11 H-12 H-13 H-14

F2

F2

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

H-1 H-2 H-3 H-4 H-5 H-6 H-7 H-8 H-9 H-10 H-11 H-12 H-13 H-14

F3

F3

Page 64: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

49

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

partikel suspensi yang dihasilkan terdispersi merata dalam cairan pembawanya,

viskositas yang lebih besar dari medium dispersi akan memberikan keuntungan

sedimentasi yang lebih lambat (Agoes, 2012).

Selanjutnya uji redispersi dilakukan untuk mengetahui kemampuan suspensi

untuk dapat terdispersi kembali secara homogen dengan pengocokan ringan, pada

formula 1,2 dan 3 tidak dapat diredispersi, hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh

viskositas dari sediaan, dimana semakin tinggi viskositas maka redispersibilitas yang

dihasilkan semakin rendah (Popa & Ghica, 2011). Redispersi juga dipengaruhi oleh

partikel yang terbentuk dalam suatu sistem suspensi, apabila terjadi caking pada

suspensi, maka akan sulit terdispersi kembali. Sedangkan pada partikel yang

membentuk flok, sediaan masih dapat terdispersi secara homogen (Anief, 1994).

4.2.7 Evaluasi Syarat Mutu Sabun Cuci Piring Berdasarkan SNI

Evaluasi syarat mutu sabun cuci piring dilakukan di Laboratorium Non

Pangan, Balai Pengujian Mutu Barang, Direktorat Pengembangan Mutu Barang,

Ciracas, Jakarta Timur. Sebelum sampel diujikan dipilih terlebih dahulu sediaan

terbaik dari ketiga formula, pemilihan formula terbaik dilakukan dengan didasarkan

pada hasil evalusai fisik dan analisa statistik dengan menggunakan ANOVA. Hasil

menunjukan F2 merupakan sediaan dengan formula terbaik dibanding F1 dan F3,

sehingga dipilih F2 untuk pengujian lebih lanjut.

Karakterisitk Satuan Hasil

Pengujian

Persyaratan Metode Pengujian

Bahan Aktif % 11 Min. 10 SNI 06-4075-1996

Butir 7.3

Alkali Bebas

sebagai NaOH

% 0,0 Maks 0,1 SNI 06-2048-1990

Butir 5.2.1

Angka Lempeng

Total

Koloni/g <10 10 BAM 2001

Chapter 3

4.2.7.1 Bahan Aktif

Berdasarkan Badan Standarisasi Nasional (1996) bahan aktif yang diukur

adalah jumlah senyawa dalam sabun yang tidak tersabunkan. Pada formulasi sabun

diperlukan jumlah asam lemak bebas yang sesuai standar SNI, karena jumlah asam

Page 65: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

50

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

lemak yang tinggi dapat mengganggu emulsi sabun dan dapat menyebabkan kotoran

pada sabun. Hasil penelitian sabun cuci piring menunjukan kadar bahan aktif dalam

sabun cair sebesar 11 %, hasil tersebut menunjukan banyak senyawa dalam sabun

yang tidak tersabunkan seperti kaolin-bentonit yang terlarut dalam SLES tersebut.

4.2.7.2 Alkali Bebas

Alkali bebas adalah alkali yang tidak terikat sebagai senyawa pada proses

pembuatan sabun karena adanya penambahan alkali yang berlebihan (Karo, 2011).

Uji alkali bebas dilakukan untuk mengetahui jumlah alkali bebas yang terdapat

dalam sabun untuk menilai apakah sediaan memenuhi syarat SNI dengan batas

maksimal 0,1% (SNI, 1996). Kelebihan jumlah alkali dapat disebabkan karena

penambahan alkali berlebih pada proses pembuatan sabun dan akan menyebabkan

iritasi pada kulit (Hambali, dkk., 2004), seperti kulit luka dan mengelupas (Sari dkk.,

2010). Alkali bebas yang ada dalam sabun yang dihasilkan dalam penelitian ini

adalah natrium, karena alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun adalah

natrium hidroksida.

Hasil penelitian menunjukkan tidak terjadi perubahan warna, yang

merupakan salah satu indikator adanya alkali bebas dalam sampel, dari hasil yang

ditunjukkan pada tabel dinyatakan tidak ada atau 0,0 % sesuai dengan SNI (1994)

yaitu kadar alkali bebas maksimum 0,1%. Sementara itu menurut Respective ISI

Specification, kadar alkali bebas sabun sekitar 0,05% - 0,3% (Sari, dkk., 2010). Hal

ini berarti bahwa sabun cuci piring variasi kaolin-bentonit yang dihasilkan memiliki

kadar alkali bebas yang sangat rendah sehingga aman digunakan karena memiliki

kecenderungan tidak mengiritasi kulit.

Angka 0 pada hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa dalam sediaan sabun

cair tidak ada alkali dalam bentuk bebas karena alkali berikatan dengan Na EDTA.

Na EDTA merupakan agen penghelat, dalam hal ini Na EDTA membentuk larutan

kompleks dengan alkali tanah dan ion logam berat (Rowe dkk., 2009). Na EDTA

mempunyai donor proton lebih dari satu kelompok yang dapat berikatan dengan ion

bebas dalam larutan sehingga membentuk khelat, agen khelat kuat seperti Na-EDTA

Page 66: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

51

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

biasanya digunakan dalam industri untuk mengoptimalkan penetralan air limbah

(Fiorucci dkk., 2002).

4.2.7.3 Angka Lempeng Total

Pemeriksaan angka lempeng total pada sediaan sabun cuci piring bertujuan

untuk menghitung bakteri mesofil aerob yaitu bakteri yang tumbuh pada temperatur

minimal 15-20ᵒC dan optimal 20-45ᵒC, serta hampir semua mikroorganisme patogen

pada manusia (Pratiwi, 2008). Hal ini karena cemaran mikroba menentukan mutu

sabun cair yang berhubungan erat dengan masalah kesehatan terutama pada kulit,

oleh sebab itu cemaran mikroba juga menentukan apakah produk sabun cair dapat

diterima oleh konsumen. Pada sabun cair pertumbuhan mikroba dapat dipengaruhi

oleh faktor intrinsik seperti kandungan pH, nutrisi dan senyawa antimikroba serta

faktor ekstrinsik seperti suhu dan kelembaban relatif (Salam, 2003).

Berdasarkan hasil pemeriksaan pada tabel 4.8 menunjukkan angka lempeng

total yaitu <10 koloni/g yang menunjukkan bahwa pada sediaan memenuhi syarat

cemaran mikroba. Hasil tersebut kemungkinan dapat dipengaruhi pada proses

pembuatan sediaan dimana aquadest untuk melarutkan bahan lain dipanaskan

terlebih dahulu. Pemeriksaan angka lempeng total adalah salah satu cara untuk

menetukan jumlah mikroorganisme dalam sampel secara tidak langsung yang lebih

akurat dibandingkan dengan cara langsung melalui pengamatan di bawah mikroskop

(Fardiaz 1989).

4.3. Pengujian Aktivitas Antibakteri Sabun Cuci Piring

Pengujian aktivitas sabun cuci piring variasi kaolin-bentonit dilakukan untuk

mengetahui bahwa sabun cuci piring variasi kaolin-bentonit memiliki aktivitas

antibakteri terhadap bakteri E. coli dan M. luteus. Selanjutnya dilakukan pengujian

menggunakan metode difusi kertas cakram. Sebanyak 30 µL sampel yang telah

diencerkan 1:200 diteteskan pada kertas cakram steril, kemudian diletakkan dalam

media uji yang selanjutnya diinkubasi pada suhu 4ᵒC selama 2 jam dan 37ᵒC selama

2 hari. Hasil uji aktivitas antibakteri sabun cuci piring variasi kaolin-bentonit

Page 67: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

52

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

terhadap bakteri E. coli dan M. luteus dapat dilihat pada tabel 4.9 Serta gambar

lampiran pada gambar 4.8.

Tabel 4.9 Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri Sabun Cuci Piring

Sampel E. coli InaCC B5 M. luteus InaCC B333

Reaksi Rata-rata

diameter zona

hambat (cm)

Reaksi Rata-rata

diameter zona

hambat (cm)

Sabun cuci

piring F2

kaolin-

bentonit

1:200

- 0 + 2,55

Basis sabun

cuci piring

tanpa Kaolin-

bentonit

1:200

- 0 - 0

Page 68: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

53

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

E. coli InaCC B5

M. luteus InaCC B333

a b

c d

e f

g h

Page 69: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

54

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Gambar 4.8 Hasil pengujian aktivitas antibakteri F2 dan basis sabun cuci piring.

Keterangan gambar: (a) dan (b) hasil pengujian F2 terhadap E. coli; (c) dan (d) hasil

pengujian basis sabun cuci piring terhadap E. coli; (e) dan (f) hasil pengujian F3

terhadap M. luteus; (g) dan (h) hasil pengujian basis sabun cuci piring terhadap M.

luteus.

Pada penelitian ini digunakan bakteri E. coli dan M. luteus karena bakteri

tersebut terdapat pada air liur anjing dan mewakili dari masing-masing gram bakteri

dimana E. coli dari gram negatif dan M. luteus dari gram positif. Berdasarkan Hasil

Pengujian Aktivitas antibakteri sabun cuci piring variasi kaolin-bentonit memiliki

aktivitas terhadap M. luteus ditunjukkan dengan adanya zona bening pada sekitar

cakram pada media uji dengan rata-rata diameter 2,55cm. Aktivitas yang dimiliki

oleh sabun cuci piring variasi kaolin-bentonit yang mengandung mineral

montmorillonit dan kaolinit dapat menempel pada permukaan sel bakteri sehingga

menurunkan permeabilitas selnya yang dapat membunuh sel bakteri tersebut

(Dastjerdi, 2010).

Sitoplasmsa semua sel hidup dibatasi oleh membrane sitoplasma yang

berperan menjadi pelindung permeabilitas selektif, membawa fungsi transport aktif

dan mengontrol komposisi internal sel. Jika fungsi integritas membrane sitoplasma

dirusak, menyebabkan makro molekul dan ion keluar dari sel sehingga sel rusak atau

terjadi kematian sel. Membrane sitoplasma bakteri memiliki struktur yang berbeda

dibandingkan sel hewan dan dengan mudah dapat dikacaukan oleh agen tertentu

(Jawetz, dkk., 2005). Sementara pada sediaan basis sabun cuci piring tanpa kaolin-

bentonit tidak memiliki aktivitas terhadap bakteri uji E. coli dan M. luteus.

Page 70: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

55

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Tabel 4.10 Hasil pengamatan dengan menggunakan Mikroskop Elektron

Gambar Keterangan gambar

Type JSM-5000

Mag x10,000

Accv 20kV

Width 13.2um

No 000001

Kontrol sel bakteri M. luteus yang

mengalami kerusakan sel setelah

diberikan perlakuan sampel F2

Type JSM-5000

Mag x10,000

Accv 20kv

Width 13.2um

No 000001

Kontrol sel bakteri E. coli yang tidak

mengalami kerusakan sel setelah

diberikan perlakuan sampel F2

Pemberian F2 terhadap bakteri M. luteus menyebabkan terjadinya perubahan

morfologi sel yang dpat diamati dengan Scanning Electron Microscope (SEM),

seperti yang dapat dilihat pada tabel 4.10, terdapat adanya kerusakan pada bakteri

ditandai dengan bentuk sel yang tidak normal, terlihat bahwa beberapa dinding sel

bakteri berlubang dikarenakan terjadi gangguan terhadap membrane sel serta

berubahnya permeabilitas sel yang menyebabkan terlepasnya material sel keluar dan

Page 71: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

56

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

sebagian dari permukaan dinding sel bakteri menjadi lebih kasar serta tidak rata.

Terbentuknya tonjolan-tonjolan kecil pada sel bakteri disebabkan ketidakmampuan

peptidoglikan sel yang rusak oleh senyawa antibakteri menahan tekanan intraseluler

yang tinggi, sehingga sitoplasma keluar dan tonjolan ini biasanya muncul pada

daerah yang dilemahkan oleh senyawa antibakteri (Aziz, 2010).

Pengujian aktivitas antibakteri dan kegunaannya sebagai penyuci najis

Mughalladzah tidak dapat dikaitkan, karena berdasarkan agama dalam mazhab

Syafii bahwa mencuci najis harus menggunakan tanah terlepas dapat membunuh

bakteri ataupun tidak, kemungkinan yang didapat jika sabun cuci piring mempunyai

aktivitas adalah fakta ilmiah dari sediaan tersebut. Penggunaan tanah tidak diniatkan

untuk membunuh bakteri, racun ataupun virus tertentu yang terkandung dalam najis

tersebut, hanya ritual dimana Allah SWT ingin disembah dengan cara tersebut.

Penggunaan tanah tersebut tidak dapat digantikan dengan sabun, deterjen, pemutih,

pewangi atau bubuk-bubuk kimiawi lainnya (Sarwat, 2010).

Page 72: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

57

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

BAB 5

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Sediaan sabun cuci piring yang dihasilkan pada formula 1, 2, dan 3

secara fisik dari segi organoleptik, homogenitas, viskositas dan bobot

jenis memenuhi syarat standar mutu sabun cuci piring. Uji stabilitas busa

baik formula 1,2 dan 3 tidak memenuhi syarat standar mutu sabun cuci

piring, sementara uji pH sediaan menunjukkan formula 2 yang memenuhi

syarat standar mutu sabun cuci piring. Formula 2 memiliki stabilitas fisik

lebih baik dari formula 1 dan 3.

2. Dari ketiga formula didapat bahwa formula 2 adalah formula yang

terbaik.

3. Uji standar nasional Indonesia (SNI) meliputi uji bahan aktif, angka

lempeng total, alkali bebas formula 2 memenuhi syarat standar mutu

sabun cuci piring.

4. Uji antibakteri formula 2 memiliki aktivitas terhadap M. luteus dengan

rata-rata diameter zona hambat sebesar 2,55 cm.

5.2. Saran

1. Perlu dilakukan optimasi formula sabun cuci piring untuk mengentahui

fungsi dari masing-masing bahan dengan rentang yang sesuai, optimasi

foaming agent dan penambahan pH modifier untuk dapat memenuhi

standar sabun cuci piring.

2. Perlu dilakukan evaluasi suspensi seperti ukuran partikel dan sifat alir

terhadap formula sabun cuci piring.

3. Perlu diadakan uji antibakteri terhadap air liur anjing guna mengetahui

aktivitas terhadap bakteri selain E. coli dan M. luteus.

4. Dilakukan uji efektivitas pengawet dalam sabun cuci piring untuk

mencegah pertumbuhan mikroba setelah jangka waktu pemakaian.

Page 73: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

58

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

DAFTAR PUSTAKA

Abatasa, 2012, Thaharah adalah Ritual,

http://m.pustaka.abatasa.co.id/pustaka /detail/fiqih/najis-dan-

tingkatannya/894/thaharah-adalah-ritual.html, 19 Maret 2017.

Abatasa, 2012, Tingkatan Najis, http://pustaka.abatasa.co.id/pustaka/

detail/fiqih/najis-dan-tingkatannya/865/tingkatan-najis.html, 26 Maret

2017.

Agoes, Goeswin. 2012. Sediaan Farmasi Padat. ITB Bandung.

Akmal YL. 2004. Alkali bebas pada berbagai produk sabun mandi [skripsi].

Padang: Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Andalas.

Anggraeni, Nustiana, E. 2014. Optimasi Formulas Sabun Bentonit Penyuci

Najis Mughalladzah Dengan Kombinasi Minyak Kelapa (Coconut

Oil) dan Minyak Kelapa Sawit (Palm Oil) Menggunakan Simplex

Lattice Design. Skripsi. Fakultas Farmasi, Yogyakarta: Universitas

Gadjah Mada.

Anief, M. 1993. Farmasetika.Yogyakarta: Penerbit Gajah Mada University

Press.

Anisah, Kurnia. 2014. Analisa Komponen Kimia Dan Uji Antibakteri Asap

Cair Tempurung Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada Bakteri

Staphylococcus aureus Dan Pseudomonas aeruginosa. Skripsi.

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Program Studi Farmasi

Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Aphin. 2012. Prakarya dari Tanah Liat. Makalah Seminar. Malang:

Universitas Bratawijaya.

Apriyani (2014) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Muslim

dalam Menggunakan Produk Berlabel Halal di Kota Bukit

Tinggi. Other thesis, andalas university.

Asad, Md. Abdullah., Shantanu Kar., Mohammad Ahmeduzzaman dan Md.

Raquibul Hassan. 2013. Suitability of Bentonite Clay: an Analytical

Approach, International Journal of Earth Science 2013. Bangladesh :

Science Publishing Group

Aydin, S., A Ciltas, H. Yetim and I. Akyurt. 2005. Cinical, Pathologi and

Haematological Effect of Micrococcus luteus in Rainbow Trout

(oncorhyncus mykiss Walbaum). Journal of Animal and Veterinary

Advances, 4 (2): 167-174.

Aziz, Syaikul, dkk. 2010. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanolik Daun dan

Umbi Crinum asiaticum L. terhadap Bakteri Penyebab Jerawat.

Jakarta. UIN Syarif Hidayatullah dan Puslit Biologi LIPI, Cibinong

(Majalah Farmasi Indonesia 21 (4), 249-254, 2010)

Badan Pusat Statistik. Statistik Indonesia: Statistical Yearbook of Indonesia

2012, (Jakarta: Badan Pusat Statistik. 2012). Versi online diakses

melalui

Page 74: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

59

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

http://www.bps.go.id/hasil_publikasi/si_2012/index3.php?pub=statist

ik%20indonesia% 02012, 25 januari 2017.

Barel, A.O., Paye, M., dan Maibach, H.I. 2009. Handbook of Cosmetic

Science and Technology, 3rd Edition. New York: Informa Healthcare

USA, Inc.

Barlianty Jannah. 2009. Sifat Fisik Sabun Transparan dengan

Penambahan Madu pada Konsentrasi yang Berbeda. Skripsi.

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas

Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Bergey, D.H, et al. 1984. Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology.

Volume. 2 Williams and Wilkins. Baltimore. London

Bujard, Herman. 1992. Tetracyline-Responsive Promotor. Heidelberg :

Herman Bujard Lab.

Charles, L., Stoltenow, K. Solemsaas, M. Niezgoda, P. Yager and CE.

Rupprecht. 2001. Rabies in an American Bison from North Dakota. J.

Wildlife Diseases. 96(1): 169-171.

Chen, F.H. 1975. Foundation on Expansive Soil. Amsterdam: Esevier

Scientific Publishing Company

Crini, Gregorio. 2006. Potensi Kaolin Sebagai Adsorben dalam Proses

Bleaching Minyak Goreng. Jurnal UGM.

Dahlan, Winai. 2010. Najis Cleansing Clay Liquid Soap. Bangkok : Patent

Cooperation Treaty (PTC).

http://www.freepatentsonline.com/WO2010101534.html,diakses pada

tanggal 2 Februari 2017 pukul 17:00 WIB.

Dastjerdi Vahid, M Tashauoei, H. R.; Movahedian Attar, H.; Amin,M. M.;

Kamali, M.; Nikaeen, M.;., (2010). Removal of cadmium and humic

acid from aqueous solutions using surface modified nanozeolite A.

Int. J. Environ. Sci. Tech., 7 (3), 497-508.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1979. Farmakope Indonesia,

Edisi III. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia

Edisi IV. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan

Desmia T.S. 2010. Aplikasi Surfaktan SLES (SLES) dan Alkil Poliglikosida

(APG) dalam Formulasi Sabun Cair. Skripsi. Fakultas Teknologi

Pertanian Institut Pertanian Bogor.

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/61932 diakses pada

tanggal 20 Januari 2017 pada pukul 10:00 WIB.

Djatmiko, B. & A.P. Widjaja. 1985. Teknologi Lemak dan Minyak I. Agro

Industri Press. Fateta-IPB

Dragon S, Patricia M. Daley B.A, Henry F, Maso, & Lester I., 1969, Studies

on Lanolin Derivatives In Shampoo Systems, J. Soc. Cosmetic

Chemis's, 20, 777 793 (Dec. 9, 1969).

Page 75: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

60

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Farn, Richard J. 2006. Chemistry and Technology of Surfactants. New Delhi:

Blackwall Publishing.

Fardiaz S. 1989. Analisis Mikrobiologi Pangan. Bogor: Pusat Antar

Universitas Pangan dan Gizi.

Fiume, M. M., 1996. Amended Final Report on the Safety Assessment of

Cocamide DEA.

Frederick, M. Abrahamian., Goldstein, Ellie J. C. 2011. Microbiology of

Animal Bite Wound Infections. Clinical Microbiology Reviews.

Günister, E. et. al Effect of sodium dodecyl sulfate on flow and electrokinetic

properties of Na-activated bentonite dispersions. Bull. Mater. Sci.

27, (3), 317-322.

Greenwood, D., Slack, R., Peutherer, J. and Barer, M. 2007. Medical

Microbiology. Elsevier, China.

Hamzah, Sadat,M. 2005. Karakterisasi Kaolin Kabupaten Barru Sebagai

Bahan Dasar Keramik. Jurnal Mekanikal Tahun VI, No 19, Jurusan

Teknik Mesin, Universitas Tadulako, Palu.

Handi, Abdullah. 2008. Tanah Steril dan Sabun Cair Tanah Steril Sebagai

Bahan Antimikroba Terhadap Air Liur Anjing. Skripsi. Fakultas

Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

Hardiyatmo, H.C., 1999, “Mekanika Tanah I”, PT.Gramedia Pustaka Umum,

Jakarta.

Hasan, Maimunah. 2001. Al-Quran dan Pengobatan Jiwa. Bintang

Cemerlang, Yogyakarta.

Hermawan, A., Hana, W dan Wiwiek T. 2007. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih

(Piper betle L) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan E.

coli dengan Metode Diffusi Disk. Surabaya: Univerisitas Airlangga

Hunting, L.L, Anthony. 1983. Encyclopedia of Shampoo Ingridients.

Cranford, New Jersey and London: Micelle Press.

Husnain, 2010, Mengenal Silika sebagai Unsur Hara, Warta Penelitian dan

Pengembangan Pertanian, 32 (3), 19-20.

Jawetz, dkk. 2005. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick, & Adelberg,

Edisi 23, Translation of Jawetz, Melnick, and Adelberg’s Medical

Microbiology, 23th Ed. Alih bahasan oleh Hartanto, H., dkk. Jakarta.

EGC Penerbit Buku Kedokteran.

Juariah, Siti. 2014. Aktivitas Senyawa Antibakteri Bintang Laut (Asteris

forbesii) Terhadap Beberapa Jenis Bakteri Patogen. Tesis. Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

John, W., dkk. 20014. Surface –active Properties of Surfactants.

Khatib Al-syarbaini. Al-Iqna filhall Alfazi Abi Syuja’i. Bandung: Al-ma’arif.

Karbi, Muhamad. 2011. Hukum Jilatan Anjing Menurut Mazhab Maliki Dan

Mazhab Syafii. Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Page 76: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

61

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Karo, Armi Yuspita. 2011. Pengaruh Penggunaan Kombinasi Jenis Minyak

Terhadap Mutu Sabun Transparan. Skripsi. Bogor: Fakultas

Teknologi Pertanian IPB.

Khoirunnisa. 2010. Perilaku Thaharah (Bersuci) Masyarakat Bukit

Kemuning Lampung Utara “Tinjauan Sosiologi Hukum”. Skripsi.

Jakarta : Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Kuncari, Emma Sri, Iskandarsyah, dan Praptiwi. 2014. Evaluasi, Uji

Stabilitas Fisik dan Sineresis Sediaan Gel yang Mengandung

Minidoksil, Apigenin, dan Perasan Herba Seledri (Apium graveolens

L.). Bul. Penelit. Kesehat,Vol. 42,No. 4, Desember 2014: 213-222.

Liebert, Mary Ann. 1986. Final Report on the Safety Assessment of

Cocamide DEA, Lauramide DEA, Linoleamide DEA, and Oleamide

DEA. Journal of The American College of Toxicology.

Martin, A., Swarbrick, J., Commarata, A. 1993. Farmasi Fisik 2, Edisi

Ketiga. Jakarta. Universitas Indonesia Press.

Maulana, Achmad. 2004. Kamus Ilmiah Populer Lengkap. Yogyakarta:

Absolut.

Mauliana. 2016. Formulasi Sabun Padat Bentonit dengan Variasi

Konsentrasi Asam Stearat dan Natrium Lauril Sulfat. Skripsi.

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Maimunah Hasan.2001. Al-qur’an dan Pengobatan Jiwa. Yogyakarta:

Bintang Cemerlang.

Michael, T. Madigan. et al. (2009). Biology of Microorganisms. 12th ed.

New York: Prentice Hall International.

Mitsui.1997. New Cosmetic Science.Amsterdam: Elsevier.

Mughniyah, Muhammad Jawad. 2002. Fiqih Lima Mazhab. Jakarta : Lentera.

Myers, Drew .1987.Surfactant Science Technology (3rd

ed). United States of

America: Wiley Interscience A JohnWiley & Sons,Inc.,Publication.

Nazri., dkk. 2011. In Vitro Antibacterial and Radical Scavenging Activities

of Malaysian Table Salad. African Journal of Biotechnology

Nidya Chitraningrum. 2008. Sifat Mekanik dan Termal pada Bahan

Nonkomposit Epoxy – Clay Tapanuli. Skripsi. Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.

Noor, S. U., dan Nurdyastuti, D. 2009. Lauret-7Sitrat sebagai Detergensia

dan Peningkat Busa pada Sabun Cair Wajah Glysine soja (Sieb).

Hidayati, N. Wulandari, A., dan Sutaryono. 2016.Pengaruh Variasi

Konsentrasi Surfaktan Cocoamydopropyl Betaine Terhadap Uji Sifat

Fisik Sabun Mandi Cair Ekstrak Buah Pepaya (Carica Papaya L.).

Page 77: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

62

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Ophardt, C. E. 2003. Soap. http://elmhurst.edu/-

chm/vchembook/554soap.html 20 April 2017.

Paiva, B.L.; Morales, R.A.; Francisco R.; Diaz, V., 2008, Organoclays:

Properties, preparation and applications. J. Appl. Clay Sci. 42 : 8–24.

Pasha, Mustafa Kamal. 2003. Fikih Sunnah. Yogyakarta: Citra Karsa

Mandiri.

Paye, Marc, Andre O. Barel dan H.I. Maibach. 2006. Handbook of Cosmetic

Science and Technology, 2nd Edition. New York: CRC Press.

Perdana, K.F, Hakim, I.2008. Pembuatan Sabun Cair Dari Minyak Jarak dan

Soda Q Sebagai Upaya Meningkatkan Pangsa Pasar Soda Q.

Perkins, Warren S. 1998. Surfactans A Primer.

Popa, L., & Ghica, M.V. (2011). Ibuprofen pediatric suspension design and

optimized by responce surface. Journal of Physical and Colloidal

Chemistry. 59 (4), 500-506.

Prameswari, Bunga. 2008. Studi Efektifitas Lapis Galvanis Terhadap

Ketahanan Korosi pipa basa ASTM A53 didalam tanah. Skripsi.

Jakarta: Universitas Indonesia, hlm 56.

Pratiwi, S. T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Predianto, H., Lydia I. Momuat dan Meiske S. Sangi. 2017. Produksi Sabun

Mandi Cair Berbahan Baku Vco Yang

Ditambahkan Dengan Ekstrak Wortel (Daucus Carrota). Program

Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Sam Ratulangi, Manado. Chem. Prog. Vol. 10. No. 1,

Mei 2017.

Purwoko, T. 2007. Fisiologi Mikroba. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Puziah Hashim, Norrahimah Kassim, Dzulkifly Mat Hashim, Hamdan Jol.

2013. Study on the Requirement of Clay for Islamic Cleansing in

Halal Food Industry, The Online Journal of Science and Technology.

Selangor, Malaysia : Faculty of Agriculture University Putra

Malaysia http://connection.ebscohost.com/c/articles/90473257/study-

requirement-clay-islamic-cleansing-halal-food-industry.

Rasjid, Sulaiman. 2002 Fikih Islam (Hukum Fikih Lengkap). Bandung: Sinar

Baru Algesindo.

Renhard, Muhamad. 2016. Sabun Pencuci Piring Cair dengan Inovasi

Penambahan Ekstrak Aloe Vera sebagai Anti Bakterial yang Bernilai

Ekonomis Tinggi. Surakarta: Fakultas Teknik Universitas Negeri

Sebelas Maret

Page 78: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

63

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Rifa’i, Mohammad. 2006. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang: PT.

Karya Toha Putra.

Rowe, Raymond C., Paul J Sheskey dan Sian C Owen. 2006. Handbook of

Pharmaceutical Excipients, Fifth Edition. London: Pharmaceutical

Press.

Safitri, Devy. 2009. Pengaruh Konsentrasi Sukrosa pada Formulasi Sabun

Padat Transparan dengan Lendir Lidah Buaya (Aloe barbadendis

Mill). Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Salam RRS. 2003. Kualitas sabun mandi cair dengan penambahan madu

ekstrak polen [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Bogor.

Saputri, Wiradika., Naniek Setiadi Radjab., dan Kori Yati. 2014.

PerbandinganOptimasiNatrium Lauril Sulfat dengan Optimasi

Natrium Lauril Eter Sulfat Sebagai Surfaktan terhadap Sifat Fisik

Sabun Mandi Cair EkstrakAir Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus

sabdariffa L.). Jakarta: Fakultas Farmasi dan Sains Universitas

Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA.

Sari, I.T, Kasih, P.J, Sari, N.J.T.2010. Pembuatan Sabun Padat dan Sabun

Cair Dari Minyak Jarak..Jurnal Teknik Kimia, No. 1, Vol. 17, Agsutus

2010.Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.

Sarwat, Ahmat, Lc. 2010. Fiqh Thaharah. Jakarta: DU Center Press. Hal. 64

Sayid Muhamad Ridhwi.2002. Meraih Kesucian Jasmani dan Rohani.

Jakarta: Lentera. Hal. 40

Schlegel Hans G,. 1994. Mikrobiologi Umum. Penterjemah Tedjo Baskoro.

Edisi keenam. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Septiani, Shanti., Wathoni, Nasrul., dan Mita, Soraya. 2011. Formulasi

Sediaan Masker Gel Antioksidan dari Ekstrak Etanol Biji Melinjo

(Gnetum gnemon Linn.) Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran.

Setyorini, Noni. 2013. Analisis Theory Of Planned Behavior Dalam

Pemilihan Produk Makanan Berlabel Halal Di Kota Semarang.

Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro

Semarang.

Shipp, J.J. 1996. Chemistry and Technology of the Cosmetics and Toiletries

Industry Second Edition. Blackie Academic and Profesional. London.

Sihombing, J. Bony Boy. 2010. Studi Efek Penambahan Natrium Sulfat

(Na2so4 25%) Terhadap Viskositas Larutan Pencuci Piring

(Dishwashing Liquid.Skripsi. Departemen Kimia Fakultas

Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Medan.

Page 79: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

64

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Standar Nasional Indonesia (SNI). 1996. Sabun Mandi Cair. Badan

Standardisasi Nasional, Jakarta. (SNI 06-4085-1996).

Sulaiman Rasjid.2002. Fiqh Islam (Hukum Fiqh Legkap). Bandung: PT.

Sinar Baru Algesindo. Hal. 15

Suryani, A.,I. Sailah, dan E. Hambali. 2000. Teknologi Emulsi. Jurusan

Teknologi Industri Pertanian Institut Pertanian Bogor

Susilawati & Nurul Alam Naqiatuddin. 2014. Chemical Activation of

Bentonite Clay and Its Adsorption Properties of Methylene Blue,

Jurnal Natural Vol. 14, No. 2, 7-12, September 2014 ISSN 1141-

8513. Banda Aceh : Fakultas MIPA Universitas Syiah Kuala.

Suwarno. 2005. Identifikasi Virus Rabies yang Diadaptasi pada Kultur Sel

Neuroblastoma dengan Indirect Sandwich-ELISA dan Direct-FAT.

Kelompok Studi Tissue Culture, Tropical Disease Center, Universitas

Airlangga, Surabaya Bagian Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran

Hewan, Universitas Airlangga, Surabaya.

Tadros TF. 2005. Applied Surfactant: Principles and Applications.

Weinheim. WILEY-VCH.

Teglia A, Secchi G. 1994. New protein ingredients for skin detergency:

native wheat protein surfactant complexes. Int J Cosmet Sci.

Terzaghi, K., Peck, R. B. 1987. Mekanika Tanah Dalam Praktek Rekayasa.

Penerbit Erlangga, Jakarta.

Wasitaatmadja, S., M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik: Jakarta: UI

Press.

Wilson, T. V. 2008. How Play-doh modeling compound works. Available at

http://entertainment.howstuffworks.com/play-doh3.htm. Diakses pada

4/4/2017 18:54

Zainal, Z dan Aminudin.2008. Fiqh Ibadah. Jakarta: Lembaga Penelitian

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal. 33

Zulkifli, Mochamad dan Estiasih.2014. Sabun dari Distilat Asam Lemak

Minyak Sawit. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No 4 p.170-

177. Malang: FTP Universitas Brawijaya.

http://tafsirq.com/8-al-anfal/ayat-11 Diakses pada 10/3/2017 16:02.

http://tafsirq.com/5-al-ma'idah/ayat-88 Diakses pada 27/1/2017 22:02.

www.chemicalbook.com Diakses pada 27/1/2017 11:22.

www.interchim.org Diakses pada 27/1/2017 11:32.

www.sinergiarecursoglobal.com Diakses pada 28/1/2017 14:13.

www.chemspider.com Diakses pada 28/1/2017 14:55.

Page 80: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

65

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

LAMPIRAN

Lampiran 1. Alur Penilitian

Pengumpulan dan pemilihan bahan

Pembuatan F1, F2 dan F3

Evaluasi pH, viskositas, stabilitas busa,

bobot jenis, sedimentasi

Analisis data dengan One Way ANOVA,

lalu dipilih formula terbaik

Pengujian Mutu menurut SNI Pengujian aktivitas Antibakteri

Uji Metode difusi

Pengamatan dengan Scanning

Electron Microscopy

Uji Alkali Bebas

Uji Lempeng

Total

Uji Persen Bahan

Aktif

Page 81: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

66

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lampiran 2. Gambar Sabun Cuci Piring Formula 1, 2 dan 3

F1, F2 dan F3

(Tampak Depan) F1, F2 dan F3

(Tampak Belakang)

Keterangan:

F1 : zat aktif Kaolin 10%; F2 : zat aktif Kaolin 5%-Bentonit 5%; F3 : zat aktif

Bentonit 10%.

Page 82: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

67

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lampiran 3. Sertifikat Analisa Natrium Lauryl Eter Sulfat

Page 83: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

68

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lampiran 4. Sertifikat Analisa Bentonit

Page 84: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

69

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lampiran 5. Sertifikat Analisa Kaolin

Page 85: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

70

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lampiran 6. Sertifikat Analisa Kokamidopropil betain

Page 86: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

71

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lampiran 7. Hasil Statistik Viskositas Formula 1, 2 dan 3

1. Uji Normalitas One-Sample Kolmogrov Smirnov Test dan Shapiro-

Wilk

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

Viskosit

as .317 9 .010 .754 9 .006

a. Lilliefors Significance Correction

2. Uji Homogenitas Levene

Tujuan : untuk melihat homogen atau tidaknya varian data viskositas

sabun cuci piring.

Test of Homogeneity of Variances

Viskositas

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

1.040 2 6 .409

3. Uji One-Way ANOVA

ANOVA

Viskositas

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between

Groups 12084266.667 2 6042133.333

27189.60

0 .000

Within

Groups 1333.333 6 222.222

Total 12085600.000 8

Page 87: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

72

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lampiran 7. Lanjutan

4. Uji Tukey

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Viskositas

Tukey HSD

(I)

Formula

(J)

Formula

Mean

Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower

Bound

Upper

Bound

1.000 2.000 2706.666667*

12.171612 .000 2669.32082 2744.01252

3.000 2093.333333*

12.171612 .000 2055.98748 2130.67918

2.000 1.000 -

2706.666667*

12.171612 .000 -2744.01252 -2669.32082

3.000 -613.333333* 12.171612 .000 -650.67918 -575.98748

3.000 1.000 -

2093.333333*

12.171612 .000 -2130.67918 -2055.98748

2.000 613.333333* 12.171612 .000 575.98748 650.67918

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

5. Uji Kruskal Wallis

Test Statisticsa,b

Viskositas

Chi-Square 7.261

Df 2

Asymp.

Sig. .027

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: F1

Page 88: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

73

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lampiran 8. Hasil Statistik pH Formula 1, 2 dan 3

1. Uji Normalitas One-Sample Kolmogrov Smirnov Test

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

pH .218 9 .200* .828 9 .042

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

2. Uji Homogenitas Levene

Test of Homogeneity of Variances

pH

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

2.470 2 6 .165

3. Uji One-Way ANOVA

ANOVA

pH

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Between

Groups 38.545 2 19.273 7767.393 .000

Within Groups .015 6 .002

Total 38.560 8

Page 89: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

74

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lampiran 8. Lanjutan

4. Uji Tukey

Multiple Comparisons

Dependent Variable: pH

Tukey HSD

(I)

Formula

(J)

Formula

Mean

Difference

(I-J)

Std.

Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower

Bound

Upper

Bound

Formula 1 2.000 -2.136333* .040671 .000 -2.26112 -2.01154

3.000 -5.049333* .040671 .000 -5.17412 -4.92454

2.000 Formula 1 2.136333* .040671 .000 2.01154 2.26112

3.000 -2.913000* .040671 .000 -3.03779 -2.78821

3.000 Formula 1 5.049333* .040671 .000 4.92454 5.17412

2.000 2.913000* .040671 .000 2.78821 3.03779

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Page 90: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

75

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lampiran 9. Hasil Statistik Bobot Jenis Formula 1, 2 dan 3

1. Uji Normalitas One-Sample Kolmogrov Smirnov Test dan Shapiro-

Wilk

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

BobotJe

nis .220 9 .200

* .871 9 .125

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

2. Uji Homogenitas Levene

Test of Homogeneity of Variances

Bobot Jenis

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

6.965 2 6 .027

3. Uji One-Way ANOVA

ANOVA

BobotJenis

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Between

Groups 2469.556 2 1234.778 182.180 .000

Within Groups 40.667 6 6.778

Total 2510.222 8

Page 91: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

76

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lampiran 9. Lanjutan

4. Uji Tukey

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Bobot Jenis

Tukey HSD

(I) F1 (J) F1

Mean

Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower

Bound

Upper

Bound

1.000 2.000 -16.333333* 2.125681 .001 -22.85551 -9.81116

3.000 -40.333333* 2.125681 .000 -46.85551 -33.81116

2.000 1.000 16.333333* 2.125681 .001 9.81116 22.85551

3.000 -24.000000* 2.125681 .000 -30.52217 -17.47783

3.000 1.000 40.333333* 2.125681 .000 33.81116 46.85551

2.000 24.000000* 2.125681 .000 17.47783 30.52217

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Page 92: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

77

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lampiran 10. Hasil Statistik Stabilitas Busa Formula 1, 2 dan 3

1. Uji Normalitas One-Sample Kolmogrov Smirnov Test

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

pH .218 9 .200* .828 9 .042

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

2. Uji Homogenitas Levene

Test of Homogeneity of Variances

StabilitasBusa

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

11.868 2 6 .008

3. Uji One-Way ANOVA

ANOVA

StabilitasBusa

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Between

Groups 89.165 2 44.582 .243 .792

Within Groups 1101.365 6 183.561

Total 1190.530 8

Page 93: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

78

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lampiran 10. Lanjutan

4. Uji Tukey

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Stabilitas Busa

Tukey HSD

(I) F1 (J) F1

Mean

Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower

Bound

Upper

Bound

1.000 2.000 1.353333 11.062274 .992 -32.58876 35.29543

3.000 -5.896667 11.062274 .858 -39.83876 28.04543

2.000 1.000 -1.353333 11.062274 .992 -35.29543 32.58876

3.000 -7.250000 11.062274 .796 -41.19210 26.69210

3.000 1.000 5.896667 11.062274 .858 -28.04543 39.83876

2.000 7.250000 11.062274 .796 -26.69210 41.19210

Page 94: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

79

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lampiran 11. Perhitungan Bobot Jenis

Perhitungan: Bobot jenis sampel 25°C = W

W1

= 22,439

21,939

Bobot jenis sampel = 1,022 g/ml

Sampel Pengujian ke- Bobot Jenis (g/ml)

F1 1 1,022

2 1,020

3 1,014

F2 1 1,036

2 1,036

3 1,033

F3 1 1,059

2 1,059

3 1,059

Page 95: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

80

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lampiran 12. Perhitungan Stabilitas Busa

Perhitungan: Tinggi busa akhir

Tinggi busa awal x 100%

= 0,8 cm

0,8 cm x 100%

Stabilitas Busa (5 menit) = 100%

Sampel Pengujian ke- Stabilitas Busa (%)

F1 1 100

2 60

3 100

F2 1 89,28

2 83,33

3 83,33

F3 1 89,92

2 93,33

3 94,44

Page 96: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

81

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lampiran 13. Perhitungan Volume Sedimentasi

Perhitungan: Volume akhir (Vu)

Volume awal (Vo)

= 10 cm

10 cm = Volume sedimentasi sediaan = 1

Hari Ke-

(Volume awal/volume akhir)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

F1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

F2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

F3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Page 97: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

82

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lampiran 14. Hasil Pengujian Mutu Sabun Cuci Piring Menurut SNI

Page 98: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

83

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lampiran 14. Lanjutan

Page 99: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

84

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lampiran 15. Syarat Mutu Sabun Cuci Piring Berdasarkan SNI

No

.

Karakterisitk Satuan Persyaratan Metode Pengujian

1. Keadaan SNI 06-4075-1996

a. Bentuk Cairan

Homogen

b. Bau Khas

c. Warna Khas

2. pH 6-8 SNI 06-4075-1996

3. Bahan Aktif % Min. 10 SNI 06-4075-1996

4. Bobot Jenis 1,1-1,3

5. Alkali Bebas sebagai NaOH % Maks 0,1 SNI 06-2048-1990

6. Angka Lempeng Total Koloni/g 10 BAM 2001 Chapter 3

Page 100: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

85

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lampiran 16. Pengamatan Uji Stabilitas Busa

F1 menit ke-0

Pengujian 1

F1 menit ke-0

Pengujian 2

F1 menit ke-0

Pengujian 3

F2 menit ke-0

Pengujian 1

F2 menit ke-0

Pengujian 2

F2 menit ke-0

Pengujian 3

Page 101: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

86

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lampiran 16. Lanjutan

F3 menit ke-0

Pengujian 1

F3 menit ke-0

Pengujian 2

F3 menit ke-0

Pengujian 3

F1 menit ke-5

Pengujian 1

F1 menit ke-5

Pengujian 2

F1 menit ke-5

Pengujian 3

Page 102: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

87

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lampiran 16. Lanjutan

F2 menit ke-5

Pengujian 1

F2 menit ke-5

Pengujian 2

F2 menit ke-5

Pengujian 3

F3 menit ke-5

Pengujian 1

F3 menit ke-5

Pengujian 2

F3 menit ke-5

Pengujian 3

Keterangan : Pengujian stabilitas busa dilakukan pada formula 1, 2 dan 3 di menit

ke-0 dan ke-5

Page 103: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37374/1/AZUMARI... · FORMULASI SABUN CUCI PIRING . DENGAN . VARIASI KONSENTRASI

88

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lampiran 17. Pengamatan Uji Volume Sedimentasi

F1 pada hari ke-0 F2 pada hari ke-0 F3 pada hari ke-0

F1 pada hari ke-14 F2 pada hari ke-14 F3 pada hari ke-14

Keterangan : Pengujian volume sedimentasi dilakukan pada formula 1, 2 dan 3 dari

hari ke-0 sampai hari ke-14