udang-vaname.pdf
-
Upload
izal-rikers -
Category
Documents
-
view
228 -
download
0
description
Transcript of udang-vaname.pdf
-
December 24, 2012
UDANG VANAME
http://blog.ub.ac.id/aisyaquaculture/ | Dewi Susylowati, A.Md
1
Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As
Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah,
ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang
berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). (TQS Al Baqarah: 269).
Banyak pelajaran yang dapat diambil dalam kehidupan sehari-hari misalnya saat
berjalan, saat melihat sesuatu, atau pada saat makan. Berbicara masalah makan hal yang
paling diutamakan adalah kandungan gizinya. Dan kini tren atau pola makan telah berubah
dari read meat (daging sapi, kambing, dan sebagainya) menjadi white meat (ikan, rajungan,
udang, dan sebagainya) sehingga diperlukan revolusi biru yaitu dengan meningkatkan
industri budidaya perikanan.
Salah satu komoditas yang menjadi tren di industri budidaya perikanan adalah udang
Vaname. Menurut Kilawati (2012), perkembangan usaha perikanan khususnya komoditi
udang yang terus meningkat dengan pesat, berpotensi besar untuk menghasilkan devisa
negara. Untuk mengantisipasi permintaan yang terus meningkat tersebut, maka
dicanangkan gema Program Peningkatan Ekspor Hasil Perikanan (PROTEKAN) 2003,
dengan target pendapatan US$ 10,19 milyar dari perikanan, dan dari budidaya udang
diharapkan mampu menyumbang devisa sebesar US$ 6,79 milyar.
1. Morfologi dan Klasifikasi
Penggolongan udang vaname menurut Anonim (2011) adalah sebagai berikut :
Phylum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Sub-kelas : Malacostraca
Series : Eumalacostraca
Super order : Eucarida
Order : Decapoda
Sub order : Dendrobranchiata
Infra order : Penaeidea
Famili : Penaeidae
Genus : Penaeus
Sub genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
Menurut Haliman dan Adijaya (2006) dalam Yuniasari (2009), bagian tubuh udang
vaname terdiri dari kepala (thorax) dan perut (abdomen). Kepala udang vaname terdiri dari
antenula, antena, mandibula, dan sepasang maxillae. Kepala udang vaname juga dilengkapi
-
December 24, 2012
UDANG VANAME
http://blog.ub.ac.id/aisyaquaculture/ | Dewi Susylowati, A.Md
2
dengan 5 pasang kaki jalan (periopod), dimana kaki jalan ini terdiri dari 2 pasang maxillae
dan 3 pasang maxilliped. Perut udang vaname terdiri dari 6 ruas dan juga terdapat 5 pasang
kaki renang (pleopod) serta sepasang uropods yang membentuk kipas bersama-sama
telson. Sifat udang vaname aktif pada kondisi gelap (nokturnal), dapat hidup pada kisaran
salinitas lebar (euryhaline), suka memangsa sesama jenis (kanibal), tipe pemakan lambat
tapi terus-menerus (continuous feeder), serta mencari makan lewat organ sensor
(chemoreceptor).
Gambar 01. Udang Vaname (Anonim, 2011)
Tanda-tanda anatomi L.vannamei yang penting menurut Anonim (2011), antara lain. :
1. Pada rostrum ada 2 gigi disisi ventral, dan 9 gigi disisi atas (dorsal).
2. Pada badan tidak ada rambut-rambut halus (setae)
3. Pada jantan Petasma tumbuh dari ruas coxae kaki renang yaitu protopodit yang
menjulur kearah depan. Panjang petasma kira-kira 12 mm. Lubang pengeluaran
sperma ada dua kiri dan kanan terletak pada dasar coxae dari pereopoda (kaki jalan).
4. Pada betina thelycum terbuka berupa cekungan yang ditepinya banyak ditumbuhi oleh
bulu-bulu halus, terletak dibagian ventral dada/thorax, antara ruas coxae kaki jalan
yang juga disebut Fertilization chamber. Lubang pengeluaran telur terletak pada
coxae kaki jalan Coxae ialah ruas dari kaki jalan dan kaki renang.
-
December 24, 2012
UDANG VANAME
http://blog.ub.ac.id/aisyaquaculture/ | Dewi Susylowati, A.Md
3
Gambar 02. Morfologi Litopenaeus vannamei (Wyban & Sweeney, 1991 dalam Manoppo, 2011)
Menurut Manoppo (2011), tubuh berwarna putih transparan sehingga lebih umum
dikenal sebagai white shrimp. Tubuh sering berwarna kebiruan karena lebih dominannya
kromatofor biru. Panjang tubuh dapat mencapai 23 cm. Udang vaname dapat dibedakan
dengan spesies lainnya berdasarkan pada eksternal genitalnya.
2. Habitat
Menurut Anonim (2011), daerah penyebaran alami L.vaname ialah pantai Lautan Pasifik
sebelah barat Mexiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan dimana suhu air laut sekitar
20oC sepanjang tahun. Sekarang L.vaname telah menyebar, karena diperkenalkan
diberbagai belahan dunia arena sifatnya yang relatif mudah dibudidayakan, termasuk di
Indonesia.
Di alam udang ini menyukai dasar berlumpur pada kedalaman dari garis pantai sampai
sekitar 72 m. Hewan ini juga telah ditemukan menempati daerah mangrove yang masih
belum terganggu. Udang ini nampaknya dapat beradaptasi dengan perubahan temperatur
dan tekanan di alam. Udang vaname dapat beradaptasi dengan baik pada level salinitas
yang sangat rendah (Manoppo, 2011).
3. Tingkah laku dan Fisiologi
Litopeneaus vannamei bersifat nocturnal. Sering ditemukan L.vannamei memendamkan
diri dalam lumpur/pasir dasar kolam bila siang hari, dan tidak mencari makanan. Akan tetapi
-
December 24, 2012
UDANG VANAME
http://blog.ub.ac.id/aisyaquaculture/ | Dewi Susylowati, A.Md
4
pada kolam budidaya jika siang hari diberi pakan maka udang vaname akan bergerak untuk
mencarinya, ini berarti sifat nocturnal tidak mutlak (Anonim, 2011).
Produk udang vanamei di wilayah tropis yang diproduksi secara massal dengan
penerapan skala teknologi sederhana hingga super intensif menunjukkan beberapa karakter
yang spesifik jika dibandingkan dengan jenis udang lainnya. Karakter dan spesifik
ditunjukkan dengan kemampuannya adaptasi yang relatif tinggi terhadap perubahan
lingkungan dan pertumbuhan serta kelangsungan hidup yaitu: (1) suhu rendah dan
perubahan salinitas (khususnya pada salinitas tinggi), (2) lingkungan (mikro maupun makro-
klimat), dan (3) laju pertumbuhan yang relatif cepat pada bulan ke I dan II (Adiwidjaya,
2004).
Menurut Manoppo (2011), pertumbuhan udang vaname, seperti halnya arthropoda
lainnya, tergantung pada dua faktor yaitu frekuensi molting (waktu antara molting) dan
pertumbuhan yaitu berapa besar pertumbuhan pada setiap molting baru. Karena tubuh
udang ditutupi oleh karapaks yang keras, maka untuk tumbuh, karapaks yang lama harus
dilepas dan diganti dengan yang baru dan lebih besar. Saat molting, terjadi pemisahan kulit
antara karapaks dan intercalary sclerite, dimana sepalotoraks dan appendic anterior
dikeluarkan. Karapaks baru pada awalnya lunak, tetapi akan mengeras kembali pada laju
yang proporsional terhadap ukuran udang.
Menurut Haliman dan Adijaya (2004) dalam Kusuma (2009), molting pada udang ditandai
dengan seringnya udang muncul ke permukaan air sambil meloncat-loncat. Gerakan ini
bertujuan untuk membantu melonggarkan kulit luar udang dari tubuhnya. Gerakan tersebut
merupakan salah satu cara mempertahankan diri karena cairan molting yang dihasilkan
dapat merangsang udang lain untuk mendekat dan memangsa (kanibalisme). Pada saat
molting berlangsung, otot perut melentur, kepala membengkak, dan kulit luar bagian perut
melunak. Dengan sekali hentakan, kulit luar udang dapat terlepas.
4. Siklus Hidup
Menurut Anonim (2011), L.vaname adalah binatang catadroma , artinya ketika dewasa
ia bertelur dilaut lepas berkadar garam tinggi, sedangkan ketika stadia larva ia migrasi ke
daerah estuaria berkadar garam rendah. Pada awalnya udang vaname ditemukan setelah
matang kelamin akan melakukan perkawinan di laut dalam sekitar 70 m diwilayah Pasifik
lepas pantai (depan) Mexico dan Amerika tengah dan Selatan pada suhu air 26-28oC dan
salinitas 35 ppt. Telurnya menyebar dalam air dan menetas menjadi nauplius diperairan laut
lepas (off shore) bersifat zooplankton. Selanjutnya dalam perjalanan migrasi kearah
estuaria, larva L.vaname mengalami beberapa kali metamorfosa, seperti halnya pada udang
P.monodon. Siklus hidup udang vaname dapat dilihat pada gambar 03.
-
December 24, 2012
UDANG VANAME
http://blog.ub.ac.id/aisyaquaculture/ | Dewi Susylowati, A.Md
5
Menurut Manoppo (2011), udang betina memiliki open thelycum dan inilah yang
membedakannya dengan dengan udang penaeid lainnya. Udang jantan melekatkan
spermatophora berjeli (berisi sperma) pada open thelycum pada saat kawin. Perkawinan
terjadi pada saat udang betina berada pada fase intermolt pada saat ovari telah mencapai
kematangan. Pelepasan telur terjadi pada malam hari beberapa jam setelah perkawinan,
biasanya kurang dari tiga jam. Proses pelepasan telur berlangsung selama 1-3 menit
dimana selama proses pelepasan telur, induk betina melindungi telur yang baru dilepaskan.
Hal ini memungkinkan sperma untuk membuahi telur sebanyak mungkin. Segera setelah
semua bahan genetik dari jantan maupun betina bersatu maka pembuahanpun selesai.
Gambar 03. Siklus hidup udnag Vaname (Brakk, 2002 dalam Manoppo, 2011)
Dari gambar di atas larva udang vaname mengalami tiga tahap perkembangan, yaitu
nauplii, zoea, dan mysis kemudian bermetamorfosis menjadi post larva (PL). Saat telur
menetas menjadi nauplii, larva hanya menghabiskan sisa cadangan makanan dari telur (egg
yolk). Pada tahap zoea memakan fitoplankton yang dilanjutkan dengan zooplankton. Tahap
mysis dan selanjutnya udang memakan organisme kecil lain seperti artemia (Pagastuti,
2008). Beberapa tahapan yang dilalui larva udang putih dapat dilihat di tabel 01.
Tabel 01. Tahapan perkembangan udang putih (Treece, 1985 dalam Pangastuti, 2008).
Tahapan Waktu dalam Tahapan (280C) Ukuran di Akhir Tahapan
Telur 14 jam Diameter 220m
Nauplii I, II, III, IV, V 36-51 jam Panjang: 0,43-0,58 mm
Lebar: 0,18 0,22 mm
Zoea I 36-48 jam Panjang total: 1,0 mm
Panjang ekor: 0,3 mm
Zoea II 36-48 jam Panjang total: 1,28-2,01 mm
Panjang ekor: 0,72-0,87 mm
-
December 24, 2012
UDANG VANAME
http://blog.ub.ac.id/aisyaquaculture/ | Dewi Susylowati, A.Md
6
Zoea III 36-48 jam Panjang total: 2,4-2,59 mm
Panjang ekor: 0,93-1,40 mm
Mysis I 24 jam Panjang total: 3,5 mm
Panjang ekor: 1,2 mm
Mysis II 24 jam Panjang total: 3,3-4,2 mm
Panjang ekor: 1,2-1,4 mm
Mysis III 24 jam Panjang total: 3,9-4,7 mm
Panjang ekor: 1,3-1,5 mm
Post Larva I 24 jam Panjang total: 4,2-5,0 mm
Panjang ekor: 1,4-1,6 mm
5. Pakan dan Kebutuhan Nutrisi Udang
Menurut Anonim (2011), semula udang Penaeid dikenal sebagai hewan bersifat
omnivorous scavenger artinya ia pemakan segala bahan makanan dan sekaligus juga
pemakan bangkai. Namun penelitian selanjutnya dengan cara memeriksa isi usus,
mengindikasikan bahwa udang Penaeid bersifat karnivora yang memangsa berbagai
krustasea renik amphipoda, dan polychaeta (cacing). Di alam, udang penaeid bersifat
karnivor yang memangsa krustase kecil, ampipoda, polikaeta. Namun dalam tambak, udang
ini makan makanan tambahan atau detritus (Manoppo, 2011).
Oceanic Institute di Hawai membuktikan bahwa bacteria dan algae yang banyak tumbuh
di badan (kolom) air kolam yang agak keruh, ternyata berperan penting sebagai makanan
udang, menyebabkan udang tumbuh lebih cepat 50% dibanding dengan udang L.vannamei
yang dipelihara didalam kolam/bak yang berair sangat bersih. Catatan ini membuktikan
bahwa udang tumbuh optimum dikolam karena adanya komunitas microbial (Wyban &
Sweeney,1991dalam Anonim, 2011).
L.vannamei memerlukan pakan dengan kandungan protein 35 %. Ini lebih rendah
dibanding dengan kebutuhan untuk udang P.monodon, dan P.japonicus yang kebutuhan
protein pakannya mencapai 45 % untuk tumbuh baik (Anonim, 2011). Kandungan asam
amino yang masuk dalam kategori protein yang diberikan pada udang harus benar-benar
seimbang karena pada saat molting krustase kehilangan sekitar 50-80% protein tubuh,
sebagian dapat diganti bersamaan dengan nutrien lain. Pada udang vaname ditemukan
aktivitas enzim pencernaan untuk beradaptasi dengan komposisi pakan. Asam amino
esensial yang dibutuhkan krustase adalah arginina, histidina, isoleusina, leusina, lisina,
metionina, fenilalanina, threonina, trptofan, dan valina. Sedangkan kebutuhan fosfolipid
-
December 24, 2012
UDANG VANAME
http://blog.ub.ac.id/aisyaquaculture/ | Dewi Susylowati, A.Md
7
sebesar 2% dalam pakan terutama fosfatidikolan, kolesterol, atau fitosterol serta highly
unsaturated fatty acids (HUFA) (Nopitawati, 2010).
Sudah terpikirkan bagaimana kehidupan udang dengan segala karakteristiknya
melewati siklus demi siklus kehidupannya sehingga menjadi udang yang lezat disantap dan
bergizi tinggi? Selanjutnya adalah episode-episode kita yang akan selalu dipertanyakan?
Akankah akhir episode kita memberikan kenyamanan dan kebahagiaan?
Daftar Pustaka
Adiwidjaya, D., Ariawan I K., Sutikno, E., Sulistinarto, D., Raharjo, S.P., Triyono, dan
Herman.2004.Petunjuk Teknis Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)
Intensif Sistem Tertutup yang Ramah Lingkungan. BBAP Jepara. Tidak dipublikasikan.
Anonim.2011.Materi Penyuluhan.Jakarta: Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan. Tidak
dipublikasikan.
Kilawati, Yuni.2012.Pengaruh Serangan WSSV Terhadap Morfologi, Tingkah Laku, dan
Kelulushidupan SPF Udang Vaname Indonesia yang Dipelihara dalam Lingkungan
Terkontrol. Malang: Universitas Brawijaya.
Kusuma, R.V.S.2009.Pengaruh Tiga Cara Pengolahan Tanah Tambak Terhadap
Pertumbuhan Udang Vaname Litopenaeus vannamei. Bogor: IPB.
Manoppo, Henky.2011.Peran Nukleotida sebagai Imunostimulan terhadap Respon Imun
Nonspesifik dan Resistensi Udang Vaname (Litopenaeus vannamei). Bogor: IPB.
Tidak dipublikasikan.
Nopitawati, Tita.2010.Seleksi Bakteri Probiotik dari Saluran Pencernaan untuk Meningkatkan
Kinerja Pertumbuhan Udang Vaname Litopenaeus vannamei.Bogor:IPB. Tidak
dipublikasikan.
Pangastuti, Artini.2008.Anilisis Komunitas Bakteri Selama Tahapan Perkembangan Larva
Udang Putih (Litopenaeus vannamei). Bogor: IPB. Tidak dipublikasikan.