tutorial trauma sken 3.docx

18
2.1.1 Definisi Trauma Abdomen Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001). Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk. 2.1.2 Etiologi Trauma Abdomen 1. Penyebab trauma penetrasi (Trauma tajam) 1) Biasanya berkaitan dengan tikaman atau luka tembak 2) Mungkin berhubungan dengan luka pada dada, diafragma atau retroperitonial 3) Hati dan usus kecil biasanya organ yang paling sering rusak 4) Luka tikaman bisa tidak menembus peritoneum dan sering ditangani dengan konservatif (Caterino,2003;251) Mekanisme : Luka tusuk ataupun luka tembak (kecepatan rendah) akan mengakibatkan kerusakan jaringan karena laserasi ataupun terpotong. Luka tembak dengan kecepatan tinggi akan menyebabkan transfer energi kinetik yang lebih besar terhadap organ viscera, dengan adanya efek tambahan berupa temporary cavitation, dan bisa pecah menjadi fragmen yang mengakibatkan kerusakan lainnya. Luka tusuk tersering mengenai hepar (40%), usus halus (30%), diafragma (20%), dan colon (15%). Luka tembak mengakibatkan kerusakan yang lebih besar, yang ditentukan oleh jauhnya perjalanan peluru, dan seberapa besar energi kinetiknya maupun kemungkinan pantulan peluru oleh organ tulang, maupun efek pecahan tulangnya. Luka tembak paling sering mengenai usus halus (50%), colon (40%), hepar (30%) dan pembuluh darah abdominal (25%) (American College of Surgeon Committe on Trauma,2004). 2. Penyebab trauma non-peneterasi (Trauma Tumpul) 1) Biasanya dikarenakan karena kecelakaan lalulintas

description

trauma

Transcript of tutorial trauma sken 3.docx

2.1.1 Definisi Trauma AbdomenTrauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomiTrauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk.2.1.2 Etiologi Trauma Abdomen1. Penyebab trauma penetrasi (Trauma tajam)1) Biasanya berkaitan dengan tikaman atau luka tembak2) Mungkin berhubungan dengan luka pada dada, diafragma atau retroperitonial3) Hati dan usus kecil biasanya organ yang paling sering rusak4) Luka tikaman bisa tidak menembus peritoneum dan sering ditangani dengan konservatif (Caterino,2003;251)Mekanisme : Luka tusuk ataupun luka tembak (kecepatan rendah) akan mengakibatkan kerusakan jaringan karena laserasi ataupun terpotong. Luka tembak dengan kecepatan tinggi akan menyebabkan transfer energi kinetik yang lebih besar terhadap organ viscera, dengan adanya efek tambahan berupatemporary cavitation, dan bisa pecah menjadi fragmen yang mengakibatkan kerusakan lainnya. Luka tusuk tersering mengenai hepar (40%), usus halus (30%), diafragma (20%), dan colon (15%). Luka tembak mengakibatkan kerusakan yang lebih besar, yang ditentukan oleh jauhnya perjalanan peluru, dan seberapa besar energi kinetiknya maupun kemungkinan pantulan peluru oleh organ tulang, maupun efek pecahan tulangnya. Luka tembak paling sering mengenai usus halus (50%), colon (40%), hepar (30%) dan pembuluh darah abdominal (25%) (American College of Surgeon Committe on Trauma,2004).2. Penyebab trauma non-peneterasi (Trauma Tumpul)1) Biasanya dikarenakan karena kecelakaan lalulintas2) Kasus lain disebabkan karena terjatuh (Caterino,2003;251Mekanisme : Suatu pukulan langsung, misalnya terbentur pinggiran stir ataupun bagian pintu mobil karena tabrakan, bisa menyebabkan trauma kompresi ataupuncrush injuryterhadap organ viscera. Kekuatan seperti ini dapat merusak organ padat maupun organ berongga, dan bisa mengakibatkan ruptur, terutama organ-organ yang distensi (misalnya uterus ibu yang hamil), dan mengakibatkan perdarahan maupun peritonitis. Trauma tarikan(shearing injury)terhadap organ viscera sebenarnya adalahcrush injuryyang terjadi bila suatu alat pengaman (misalnya seat belt jenis lapbelt ataupun komponen pengaman bahu) tidak digunakan dengan benar. Pasien yang cedera pada saat suatu tabrakan motor bisa mengalami trauma deselerasi dimana terjadi pergerakan yang tidak sama antar suatu bagian yag terfiksir dan bagian yang bergerak, seperti suatu ruptur lien ataupun ruptur hepar (organ yang bergerak) dibagian ligamentnya (organ yang terfiksir). Pemakaianair-bagtidak mencegah orang mengalami trauma abdomen. Pada pasien pasien yang mengalami laparotomi karena trauma tumpul, organ yang paling sering mengalami trauma adalah lien (40-55%), hepar (35-45%) dan usus halus (5-10%). Sebagai tambahan, 15% nya mengalami hemetoma retroperitoneal. (American College of Surgeon Committe on Trauma,2004)2.1.3 Klasifikasi Trauma AbdomenTrauma pada abdomen dapat di bagi menjadi dua jenis, yaitu :1. Trauma penetrasi (Trauma tajam) : luka tusuk dan luka tembak menyebabkan kerusakan jaringan karena laserasi atau terpotong. Luka tembak kecepatan tinggi mengalihkan lebih banyak energy pada organ-organ abdomen mengingat peluru mungkin berguling atau pecah sehingga menambah efek cedera yang lebih berat (Modul Pelatihan Penanggulangan Gawat Darurat, 2008)2. Trauma non-penetrasi (Trauma tumpul) : akibat trauma benda tumpul dapat mengakibatkan rusaknya organ padat atau berongga yang menyebabkan rupture, dengan perdarahan sekunder dan peritonitis. Pada penderita yang dilakukan lapaorotomi oleh karena trauma tumpul organ yang paling sering terkena adalah limpa (40-55%), hati dan hematoma retroperitoneum (Modul Pelatihan Penanggulangan Gawat Darurat, 2008)Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :1. Kontusio dinding abdomen disebabkan trauma non-penetrasiKontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor.1. Laserasi, Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ.Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth & Brunner (2002) terdiri dari:1. Perforasi organ viseral intraperitoneumCedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada dinding abdomen.1. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomenLuka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah.1. Cedera thorak abdomenSetiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasiBerdasarkan organ yang mengalami cedera :1. Liver injuriesCedera organ hati biasanya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas dan trauma tumpul atau trauma tajam dan harus dicurigai jika terjadi fraktur costa bagian kanan bawah. Angka kematiannya berkisar antara 10-20%. Ini dikarenankan 1/5 curah jantung menuju hati, kemungkinan besar untuk terjadi kehilangan darah oleh cedera organ hati. Cedera pada hati mempengaruhi fungsinya termasuk cadangan darah dan filtrasi : sekresi empedu, pemecahan gula menjadi glikogen, sintesis dan pemecahan lemak dan tempat penyimpanan sementara asam lemak dan sintesis protein serum (globulin dan albumin) yng membantu meregulasi volume darah dan faktor-faktor penting dalam pembekuan darah (fibrinogen dan protrombin).1. Splenic injuriesLimpa adalah organ abdomen yang sering terkena luka akibat trauma tumpul. Cedera limpa harus dicurigai apabila terjadi fraktur pada costa kiri atau terjadi pneumothorax kiri. Cedera limpa dapat menghambat fungsinya yaitu sebagai tempat berkumpulnya sel-sel retikuloendotelial, mempertahankan cadangan darah yang mengandung eritrosit, membantu darah tetap bebas dari limbah yang tidak diinginkan dan infeksi organisme dan penyimpanan sementara hemoglobin. Perhatian khusus adalah potensi kehilangan darah ke abdomen setelah trauma limpa. Kehilangan tersebut mungkin tak terdeteksi sampai mengancam kehidupan1. Stomach injuriesCedera perut biasanya terkait dengan luka tembus, seperti luka tembak, namun dapat berhubungan dengan trauma tumpul karena kecelakaan kendaraan bermotor (sebuah gaya geser oleh kemudi untuk perut). Sebagian trauma perut adalah luka tembus dengan jumlah sekitar 19% dari semua cedera intra-abdomen. Cedera pada perut mengganggu gerak peristaltik dan pencernaan. Jika perut tertembus, korosif asam klorida, enzim, dan dan mucin dapat bocor ke dalam rongga perut dan menyebabkan peritonitis. Cedera pada perut dapat mengganggu kerja enzim yang membantu memecah molekul makanan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil : mucin, yang bekerja pada gula dan melindungi lapisan perut : dan asam hidroklorik, yang membantu melarutkan enzim makanan sebelum mulai bekerja.1. Pancreatic injuriesCedera pankreas sering dikaitkan dengan cedera otot perut lainnya. Seperti cedera karena kecelakaan kendaraan bermotor. Tingkat kematian dilaporkan sebesar 50% untuk cedera tumpul, 25% untuk luka tembak, dan 8% untuk luka tusukan. Satu-satunya faktor paling penting yang mempengaruhi morbiditas dan kematian adalah keterlambatan dalam diagnosis, itulah sebabnya mengapa angka kesakitan begitu tinggi untuk trauma tumpul. Cedera pankreas mengubah sekresi pankreas mengandung enzim-enzim yang jus pemecahan protein, lemak dan karbohidrat. ion bikarbonat dalam jus pankreas membantu menetralisir chyme yang lulus dari lambung ke duodenum. mengubah sekresi glukagon dan insulin sebagai akibat dari cedera pankreas adalah salah satu masalah terbesar dan kekhawatiran.1. Mesentric/bowel/colon injuriesCedera ini sering dikaitkan dengan cedera otot perut lainnya. Trauma tumpul biasanya disebabkan oleh perlambatan atau kendaraan bermotor jatuh mengakibatkan kekuatan geser kontak tubuh dengan kemudi. Luka tembus paling sering disebabkan oleh luka tembakan. Cedera pada mesenterium dan usus menghambat gerak peristaltik, pemecahan dan penyerapan nutrisi, penyerapan dan limbah cairan ekskresi.2.1.4 Patofisiologi Trauma AbdomenEtiologi trauma abdomen dapat dibagi menjadi dua, yaitu trauma tumpul dan trauma tajam. Trauma tumpul (pukulan atau benturan benda tumpul) akan menyebabkan kompresi terhadap abdomen yang dapat merusak jaringan, sistem saraf dan pecahnya pembuluh darah. Sedangkan trauma tajam secara langsung dapat menyebabkan inkontinuitas jaringan, saraf dan vaskular. Pecahnya dan robeknya pembuluh darah akan menyebabkan bocornya pembuluh darah yang membutuhkan penanganan segera untuk menghentikan pendarahan. Bocornya pembuluh darah secara langsung mengakibatkan penurunan volume darah sirkulaslasi efektif (syok hipovelemi dan kekurangan volume cairan). Kerusakan jaringan dan sel saraf menyebabkan pelepasan mediator nyeri seperti histamin, bradikinin, dan kalium yang bergabung dengan lokasi reseptor di nosiseptor (reseptor yang berespon terhadap stimulus yang berbahaya) untuk memulai transmisi neural. Impuls saraf yang dihasilkan menyebar di sepanjang serabut perifer (serabut C dan A) dan ditransmisikan ke kornus dorsalis medula spinalis dan selanjutnya ke korteks serebri untuk selanjutnya di interpretasikan sebagai sensasi nyeri.2.1.5 Manifestasi Klinis Trauma AbdomenTanda dan gejala trauma abdomen, yaitu :1. NyeriNyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas.1. Darah dan cairanAdanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang disebabkan oleh iritasi.1. Cairan atau udara dibawah diafragmaTanda Kehrs : Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada saat pasien dalam posisi rekumben.1. Perdarahan2. Sesak3. Mual dan muntah4. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah) : Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragi5. Tekanan darah menurun / hipotensi6. Adanya tanda Bruit (bunyi abnormal pd auskultasi pembuluh darah, biasanya pd arteri karotis),7. Nadi cepat8. Diaforesis9. Spasme otot abdomen10. Tanda dullness pada perkusi, terutama saat pasien mengubah posisi11. Laserasi, memar12. Tanda Cullen adalah ekimosis periumbulikal pada perdarahan peritoneal13. Tanda Grey-Turner adalah ekimosis pada sisi tubuh ( pinggang ) pada perdarahan retroperitoneal .14. Tanda coopernail adalah ekimosis pada perineum,skrotum atau labia pada fraktur pelvis15. Tanda balance adalah daerah suara tumpul yang menetap pada kuadran kiri atas ketika dilakukan perkusi pada hematoma limfe16. Hematemesis17. Bising usus (-)18. HematuriaMenurut Bambang Suryono (2008), gejala dan tanda Trauma abdomen yang ditimbulkan disebabkan karena dua hal yaitu :1. Pecahnya organ solidHepar atau lien yang pecah akan menyebabkan perdarahan yang dapat bervariasi dari ringan sampai berat dan bahkan kematian.Gejala dan tandanya adalah :1. Gejala perdarahan secara umum dimana penderita tampak anemis (pucat) dan bila perdarahan berat akan menimbulkan gejala dan tanda dari syok perdarahan2. Gejala adanya darah intra peritoneal, penderita akan merasa nyeri abdomen, yang dapat bervariasi dari ringan sampai nyeri hebat. Pada auskultasi biasanya bising usus menurun. Tanda ini bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya karena bising usus akan menurun pada banyak kejadian lain. Pada pemeriksaan akan teraba bahwa abdomen nyeri tekan, kadang-kadang ada nyeri lepas dan defance muscular (kekakuan otot) seperti pada peritonitis.3. Pecahnya organ berlumenPecahnya gaster, usus halus atau colon akan menimbulkan peritonitis yang dapat timbul cepat sekali (gaster) atau lambat. Pada pemeriksaan penderita akan mengeluh nyeri seluruh abdomen. Pada auskultasi bising akan menurun. Pada palpasi akan ditemukan defance muscular, nyeri tekan, nyeri tekan lepas. Pada perkusi akan ditemukan nyeri pula (nyeri ketok). Biasanya peritonitis bukan merupakan keadaan yang memerlukan penanganan sangat segera (berbeda dengan perdarahan intra peritoneal) sehingga jarang menjadi masalah pada fase pra hospitalApabila trauma tajam, maka kadang-kadang akan ditemukan bahwa ada organ intra abdomen yang menonjol keluar (paling sering omentum, bisa juga usus halus atau colon), keadaan ini dikenal sebagai eviserasi.Trauma ginjal akan menyebabkan perdarahan yang tidak masuk rongga peritoneum (organ ekstra peritoneal). Jarang perdarahan dari ginjal akan menyebabkan shock walaupun bisa. Gejala lain pada trauma ginjal adalah bahwa kebanyakab penderita ini akan buang air kecil kemerahan atau berdarah (hematuria)2.1.6 Komplikasi Trauma Abdomen1. Trombosis Vena2. Emboli Pulmonar3. Stress Ulserasi dan perdarahan4. Pneumonia5. Tekanan ulserasi6. Atelektasis7. Sepsis8. Pankreas: Pankreatitis, Pseudocyta formasi, fistula pancreas-duodenal, dan perdarahan.9. Limfa: perubahan status mental, takikardia, hipotensi, akral dingin, diaphoresis, dan syok.10. Usus: obstruksi usus, peritonitis, sepsis, nekrotik usus, dan syok.11. Ginjal: Gagal ginjal akut (GGA) (Catherino, 2003)2.1.7 Penatalaksanaan kegawatdaruratan Trauma AbdomenMenurut Catherino (2003), Penatalaksanaan kegawatdaruratan Trauma Abdomen ialah : Pasien yang tidak stabil atau pasien dengan tanda-tanda jelas yang menunjukkan trauma intra-abdominal (pemeriksaan peritoneal, injuri diafragma,abdominal free air,evisceration) harus segera dilakukan pembedahan Trauma tumpul harus diobservasi dan dimanajemen secara non-operative berdasarkan status klinik dan derajat luka yang terlihat di CT Pemberian obat analgetik sesuai indikasi Pemberian O2 sesuai indikasi Lakukan intubasi untuk pemasangan ETT jika diperlukan Trauma penetrasi : Dilakukan tindakan pembedahan di bawah indikasi tersebut di atas Kebanyakan GSW membutuhkan pembedahan tergantung kedalaman penetrasi dan keterlibatan intraperitoneal Luka tikaman dapat dieksplorasi secara lokal di ED (di bawah kondisi steril) untuk menunjukkan gangguan peritoneal ; jika peritoneum utuh, pasien dapat dijahit dan dikeluarkan Luka tikaman dengan injuri intraperitoneal membutuhkan pembedahan Bagian luar tubuh penopang harus dibersihkan atau dihilangkan dengan pembedahanSedangkan menurut ENA (2000) penatalaksanaan kegawatdaruratan trauma abdomen yaitu : Monitor TTV Monitor CVP Monitor AGD Berikan terapi oksigen sesuai indikasi Berikan resusitasi cairan IV dengan cairan kristaloid, darah atau komponen darah Pasang kateter urine Monitor pemasukan dan haluaran Pasang NGT sesuai indikasi Berikan analgesik jika diijinkan Minimalkan rangsangan dari luar Siapkan intervensi bedah sesuai indikasi Monitor GCS Monitor perfusi jaringan perifer Antiembolic stoking untuk mencegah pembentukan trombus sekunder untuk meningkatkan trombosit Monitor tingkat kesadaran Monitor CRT Jelaskan prosedur dengan sederhana Jawab pertanyaan pasien Monitor serum amilase dan lipase Monitor serum dan kadar gula dalam urine Monitor suhu tubuh Monitor serum amilase dan lipase Monitor serum dan kadar gula dalam urine Monitor tanda-tanda peritonitis : spasme otot/kekakuan abdomen, penurunan sampai tidak ada bising usus.Menurut Bambang Suryono (2008),pengelolaan trauma abdomen ialah :Perawatan pasien dengan perdarahan abdomen difokuskan seputar pencegahan dan penanganan syok. Pengobatan definitif untuk perdarahan internal hanya dapat dilakukan di ruang operasi rumah sakit. Tanda-tanda syok harus dinilai sejak dini, periksa periksa dengan cermat nadi penderita, kesadaran dan warna kulit. Penurunan tekanan darah merupakan tanda yang terlambat. Tanda-tanda itu akan muncul setelah perdarahan internal menyebabkan kehilangan darah yang signifikan. Pasien yang diduga mengalami perdarahan internal harus dianggap serius dan harus dirujuk ke rumah sakit secepatnya.Seperti semua pasien, prioritas pertama adalah ABC. Pastikan pembukaan jalan nafas, pernafasan yang adekuat dan sirkulasi.Pasien dengan perdarahan internal kemungkinan akan memburuk dengan cepat. ABC dan tanda vital harus sering dimonitor. Persiapkan untuk mempertahankan jalan nafas pasien, untuk memberikan ventilasi atau melakukan RJP jika diperlukan.

Trauma dadaadalah trauma tajam atau tumpul thorax yang dapat menyebabkan tamponade jantung, pneumothorax, hematothorax, dan sebagainya (FKUI, 1995).Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. (Hudak, 1999).Trauma dadaadalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan (Suzanne & Smetzler, 2001).Dari ketiga pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ;Trauma Dada/ Thorax adalah suatu kondisi dimana terjadinya benturan baik tumpul maupun tajam pada dada atau dinding thorax, yang menyebabkan abnormalitas (bentuk) pada rangka thorax. Perubahan bentuk pada thorax akibat trauma dapat menyebabkan gangguan fungsi atau cedera pada organ bagian dalam rongga thorax seperti jantung dan paru-paru, sehingga dapat terjadi beberapa kondisi patologis traumatik seperti ;Haematothorax, Pneumothorax, TamponadeJantung, dan sebagainya.C.Etiologi1. Tension pneumothorak-trauma dadapada selang dada2. Penggunaan therapy ventilasi mekanik yang berlebihan3. Penggunaan balutan tekan pada luka dada tanpa pelonggaran balutan.4. Pneumothorak tertutup-tusukan pada paru oleh patahan tulang iga, ruptur oleh vesikel flaksid yang seterjadi sebagai sequele dari PPOM.5. Tusukan paru dengan prosedur invasif.6. Kontusio paru-cedera tumpul dada akibat kecelakaan kendaraan atau tertimpa benda berat.7. Pneumothorak terbuka akibat kekerasan (tikaman atau luka tembak)8. Pukulan daerah thorax dan Fraktur tulang iga9. Tindakan medis (operasi)D.KlasifikasiTrauma dadadiklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu :1. Trauma Tajam1. Pneumothoraks terbuka2. Hemothoraks3. Trauma tracheobronkial4. Contusio Paru5. Ruptur diafragma6. Trauma Mediastinal7. Trauma Tumpul1. Tension pneumothoraks2. Trauma tracheobronkhial3. Flail Chest4. Ruptur diafragma5. Trauma mediastinal6. Fraktur kostaE.PatofisiologiTrauma benda tumpul pada bagian dada / thorax baik dalam bentuk kompresi maupun ruda-paksa (deselerasi / akselerasi), biasanya menyebabkan memar / jejas trauma pada bagian yang terkena. Jika mengenai sternum, trauma tumpul dapat menyebabkan kontusio miocard jantung atau kontusio paru. Keadaan ini biasanya ditandai dengan perubahan tamponade pada jantung, atau tampak kesukaran bernapas jika kontusio terjadi pada paru-paru.Trauma benda tumpul yang mengenai bagian dada atau dinding thorax juga seringkali menyebabkan fraktur baik yang berbentuk tertutup maupun terbuka. Kondisi fraktur tulang iga juga dapat menyebabkanFlail Chest, yaitu suatu kondisi dimana segmen dada tidak lagi mempunyai kontinuitas dengan keseluruhan dinding dada. Keadaan tersebut terjadi karena fraktur iga multipel pada dua atau lebih tulang iga dengan dua atau lebih garis fraktur. Adanya semen fail chest (segmen mengambang) menyebabkan gangguan pada pergerakan dinding dada. Jika kerusakan parenkim paru di bawahnya terjadi sesuai dengan kerusakan pada tulang maka akan menyebabakan hipoksia yang serius.Sedangkantrauma dada/ thorax dengan benda tajam seringkali berdampak lenih buruk daripada yang diakibatkan oleh trauma benda tumpul. Benda tajam dapat langsung menusuk dan menembus dinding dada dengan merobek pembuluh darah intercosta, dan menembus organ yang berada pada posisi tusukannya. Kondisi ini menyebabkan perdaharan pada rongga dada (Hemothorax), dan jika berlangsung lama akan menyebabkan peningkatan tekanan didalam rongga baik rongga thorax maupun rongga pleura jika tertembus. Kemudian dampak negatif akan terus meningkat secara progresif dalam waktu yang relatif singkat sepertiPneumothorax,penurunan ekspansi paru, gangguan difusi, kolaps alveoli, hingga gagal nafas dan jantung. Adapun gambaran proses perjalanan patofisiologi lebih lanjut dapat dilihat pada skema 2.1.F.Manifestasi Klinis1. Nyeri pada tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi.2. Pembengkakan lokal dan krepitasi yang sangat palpasi.3. Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek.4. Dyspnea, takipnea5. Takikardi6. Tekanan darah menurun.7. Gelisah dan agitasi8. Kemungkinan cyanosis.9. Batuk mengeluarkan sputum bercak darah.10. Hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit.11. Ada jejas pada thorak12. Peningkatan tekanan vena sentral yang ditunjukkan oleh distensi vena leher13. Bunyi muffle pada jantung14. Perfusi jaringan tidak adekuat15. Pulsus paradoksus ( tekanan darah sistolik turun dan berfluktuasi dengan pernapasan ) dapat terjadi dini pada tamponade jantung.G.Pemeriksaan Diagnostik1. Anamnesa dan Pemeriksaan FisikAnamnesa yang terpenting adalah mengetahui mekanisme dan pola dari trauma, seperti jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, kerusakan dari kendaraan yang ditumpangi, kerusakan stir mobil /air bag dan lain lain.1. Radiologi : Foto Thorax (AP)Pemeriksaan ini masih tetap mempunyai nilai diagnostik pada pasien dengan trauma toraks. Pemeriksaan klinis harus selalu dihubungkan dengan hasil pemeriksaan foto toraks. Lebih dari 90% kelainan serius trauma toraks dapat terdeteksi hanya dari pemeriksaan foto toraks.1. Gas Darah Arteri (GDA) dan pHPemeriksaan gas darah dan pH digunakan sebagai pegangan dalam penanganan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah dipakai untuk menilaikeseimbangan asam basa dalam tubuh, kadar oksigen dalam darah, serta kadar karbondioksida dalam darah.Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga dengan nama pemeriksaanASTRUP, yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan melalui darah arteri. Lokasi pengambilan darah yaitu: Arteri radialis, A. brachialis, A. Femoralis.1. CT-ScanSangat membantu dalam membuat diagnose pada trauma tumpul toraks, seperti fraktur kosta, sternum dan sterno clavikular dislokasi. Adanya retro sternal hematoma serta cedera pada vertebra torakalis dapat diketahui dari pemeriksaan ini. Adanya pelebaran mediastinum pada pemeriksaan toraks foto dapat dipertegas dengan pemeriksaan ini sebelum dilakukan Aortografi.1. EkhokardiografiTranstorasik dan transesofagus sangat membantu dalam menegakkan diagnose adanya kelainan pada jantung dan esophagus. Hemoperikardium, cedera pada esophagus dan aspirasi, adanya cedera pada dinding jantung ataupun sekat serta katub jantung dapat diketahui segera. Pemeriksaan ini bila dilakukan oleh seseorang yang ahli, kepekaannya meliputi 90% dan spesifitasnya hampir 96%.1. EKG (Elektrokardiografi)Sangat membantu dalam menentukan adanya komplikasi yang terjadi akibat trauma tumpul toraks, seperti kontusio jantung pada trauma. Adanya abnormalitas gelombang EKG yang persisten, gangguan konduksi, tachiaritmia semuanya dapat menunjukkan kemungkinan adanya kontusi jantung. Hati hati, keadaan tertentu seperti hipoksia, gangguan elektrolit, hipotensi gangguan EKG menyerupai keadaan seperti kontusi jantung.1. AngiografiGold Standard untuk pemeriksaan aorta torakalis dengan dugaan adanya cedera aorta pada trauma tumpul toraks.1. Torasentesis: menyatakan darah/cairan serosanguinosa.2. Hb (Hemoglobin) : Mengukur status dan resiko pemenuhan kebutuhan oksigen jaringan tubuh.H.Penatalaksanaan

1.Gawat Darurat / Pertolongan PertamaKlien yang diberikan pertolongan pertama dilokasi kejadian maupun di unit gawat darurat (UGD) pelayanan rumah sakit dan sejenisnya harus mendapatkan tindakan yang tanggap darurat dengan memperhatikan prinsip kegawatdaruratan.Penanganan yang diberikan harus sistematis sesuai dengan keadaan masing-masing klien secara spesifik. Bantuan oksigenisasi penting dilakukan untuk mempertahankan saturasi oksigen klien. Jika ditemui dengan kondisi kesadaran yang mengalami penurunan / tidak sadar maka tindakan tanggap darurat yang dapat dilakukan yaitu dengan memperhatikan :a) Pemeriksaan dan Pembebasan Jalan Napas (Air-Way)Klien dengantrauma dadaseringkali mengalami permasalahan pada jalan napas. Jika terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu, kalau sumbatan berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari telunjuk atau jari tengah yang dilapisi dengan sepotong kain, sedangkan sumbatan oleh benda keras dapat dikorek dengan menggunakan jari telunjuk yang dibengkokkan. Mulut dapat dibuka dengan tehnikCross Finger, dimana ibu jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk Pada mulut korban.Setelah jalan napas dipastikan bebas dari sumbatan benda asing, biasa pada korban tidak sadar tonus otot-otot menghilang, maka lidah dan epiglotis akan menutup farink dan larink, inilah salah satu penyebab sumbatan jalan napas. Pembebasan jalan napas oleh lidah dapat dilakukan dengan cara Tengadah kepala topang dagu(Head tild chin lift)dan Manuver Pendorongan Mandibula (JawThrustManuver).b) Pemeriksaan dan Penanganan Masalah Usaha Napas (Breathing)Kondisi pernapasan dapat diperiksa dengan melakukan tekhnik melihat gerakan dinding dada, mendengar suara napas, dan merasakan hembusan napas klien (Look, Listen, and Feel),biasanya tekhnik ini dilakukan secara bersamaan dalam satu waktu. Bantuan napas diberikan sesuai dengan indikasi yang ditemui dari hasil pemeriksaan dan dengan menggunakan metode serta fasilitas yang sesuai dengan kondisi klien.c) Pemeriksaan dan Penanganan Masalah Siskulasi (Circulation)Pemeriksaan sirkulasi mencakup kondisi denyut nadi, bunyi jantung, tekanan darah, vaskularisasi perifer, serta kondisi perdarahan. Klien dengantrauma dadakadang mengalami kondisi perdarahan aktif, baik yang diakibatkan oleh luka tembus akibat trauma benda tajam maupun yang diakibatkan oleh kondisi fraktur tulang terbuka dan tertutup yang mengenai / melukai pembuluh darah atau organ (multiple). Tindakan menghentikan perdarahan diberikan dengan metode yang sesuai mulai dari penekanan hingga penjahitan luka, pembuluh darah, hingga prosedur operatif.Jika diperlukan pemberian RJP (Resusitasi Jantung Paru) pada penderitatrauma dada, maka tindakan harus diberikan dengan sangat hati-hati agar tidak menimbulkan atau meminimalisir kompilkasi dari RJP seperti fraktur tulang kosta dan sebagainya.d) Tindakan KolaboratifPemberian tindakan kolaboratif biasanya dilakukan dengan jenis dan waktu yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing klien yang mengalamitrauma dada. Adapun tindakan yang biasa diberikan yaitu ; pemberian terapi obat emergensi, resusitasi cairan dan elektrolit, pemeriksaan penunjang seperti laboratorium darah Vena dan AGD, hingga tindakan operatif yang bersifat darurat.2.Konservatif1. Pemberian AnalgetikPada tahap ini terapi analgetik yang diberikan merupakan kelanjutan dari pemberian sebelumnya. Rasa nyeri yang menetap akibat cedera jaringan paska trauma harus tetap diberikan penanganan manajemen nyeri dengan tujuan menghindari terjadinyaSyoksepertiSyokKardiogenik yang sangat berbahaya pada penderita dengan trauma yang mengenai bagian organ jantung.1. Pemasangan Plak / PlesterPada kondisi jaringan yang mengalami perlukaan memerlukan perawatan luka dan tindakan penutupan untuk menghindari masuknya mikroorganisme pathogen.1. Jika Perlu AntibiotikaAntibiotika yang digunakan disesuaikan dengan tes kepekaan dan kultur. Apabila belum jelas kuman penyebabnya, sedangkan keadaan penyakit gawat, maka penderita dapat diberi broad spectrum antibiotic, misalnya Ampisillin dengan dosis 250 mg 4 x sehari.1. FisiotherapyPemberian fisiotherapy sebaiknya diberikan secara kolaboratif jika penderita memiliki indikasi akan kebutuhan tindakan fisiotherapy yang sesuai dengan kebutuhan dan program pengobatan konservatif.1. 3.Invasif / Operatif1. a.WSD (Water Seal Drainage)WSD merupakan tindakan invasif yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan (darah, pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung.1) Indikasia) Pneumothoraks- Spontan > 20% oleh karena rupture bleb- Luka tusuk tembus- Klem dada yang terlalu lama- Kerusakan selang dada pada sistem drainaseb) Hemothoraks- Robekan pleura- Kelebihan antikoagulan- Pasca bedah thoraksc) Thorakotomy- Lobektomy- Pneumoktomyd)Efusi pleura- Penyakit paru serius- Kondisi inflamasie) Emfiema2) Tujuana) Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorakb) Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleurac) Mengembangkan kembali paru yang kolaps dan mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada.3) Tempat / Area Pemasangan WSDa) Bagian apex paru (apical)- Anterolateral interkosta ke 1-2- Fungsi : untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura4) Jenis-jenis WSDa) WSD dengan sistem satu botol- Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien simple pneumothoraks- Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2 lubang selang yaitu 1 untuk ventilasi dan 1 lagi masuk ke dalam botol- Air steril dimasukan ke dalam botol sampai ujung selang terendam 2cm untuk mencegah masuknya udara ke dalam tabung yang menyebabkan kolaps paru- Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk memfasilitasi udara dari rongga pleura keluar- Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi.- Undulasi pada selang cairan mengikuti irama pernafasan : Inspirasi akan meningkat Ekpirasi menurun.b) WSD dengan sistem 2 botol- Digunakan 2 botol ; 1 botol mengumpulkan cairan drainage dan botol ke-2 botol water seal- Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong dan hampa udara, selang pendek pada botol 1 dihubungkan dengan selang di botol 2 yang berisi water seal.- Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan udara dari rongga pleura masuk ke water seal botol 2.- Prinsip kerjasama dengan sistem 1 botol yaitu udara dan cairan mengalir dari rongga pleura ke botol WSD dan udara dipompakan keluar melalui selang masuk ke WSD.- Biasanya digunakan untuk mengatasi hemothoraks, hemopneumothoraks, efusi peural.c) WSD dengan sistem 3 botol- Sama dengan sistem 2 botol, ditambah 1 botol untuk mengontrol jumlah hisapan yang digunakan.- Paling aman untuk mengatur jumlah hisapan- Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol ke-3. Jumlah hisapan tergantung pada kedalaman ujung selang yang tertanam dalam air botol WSD.- Drainage tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yang ditambahkan.- Botol ke-3 mempunyai 3 selang : Tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan tube pada botol ke dua. Tube pendek lain dihubungkan dengan suction. Tube di tengah yang panjang sampai di batas permukaan air dan terbuka ke atmosfer5) Komplikasi Pemasangan WSDa) Komplikasi primer : perdarahan, edema paru, tension pneumothoraks, atrialaritmiab) Komplikasi sekunder : infeksi, emfisema