Tumor Otak

27
BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP PENYAKIT TUMOR OTAK 1. Definisi Sebuah tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakarnial yang menempati ruang didalam tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagai sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk kedalam jaringan. Neoplasma terjadi akibat dari kompresi dan infiltrasi jaringan. Akibat perubahan fisik bervariasi, yang menyebabkan beberapa atau semua kejadian patofisiologis sebagai berikut: Peningkatan tekanan intrakranial dan edema cerebral Aktivitas kejang dan tanda-tanda neurologis fokal Hidrosefalus Gangguan fungsi hipofisis Tumor otak primer menunjukkan kira-kira 20% dari semua penyebab kematian karena kanker, dimana sekitar 20% sampai 40% dari semua kanker pasien mengalami metastase ke otak dari tempat-tempat lain. Tumor-tumor otak jarang bermetastase keluar sistem saraf pusat tetapi jejas metastase ke otak biasanya dari paru-paru, payudara, saluran gastrointestinal bagian bawah, pankreas, ginjal dan kulit (melanoma). Insiden tertinggi pada tumor otak dewasa terjadi pada dekade kelima, keenam dan ketujuh, dengan tingginya insiden pada pria.

description

tumor otak

Transcript of Tumor Otak

Page 1: Tumor Otak

BAB II

TINJAUAN TEORI

A.    KONSEP PENYAKIT TUMOR OTAK

1.    Definisi

Sebuah tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakarnial yang menempati ruang

didalam tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagai sebuah massa yang berbentuk bola

tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk kedalam jaringan. Neoplasma terjadi akibat dari

kompresi dan infiltrasi jaringan. Akibat perubahan fisik bervariasi, yang menyebabkan beberapa

atau semua kejadian patofisiologis sebagai berikut:

    Peningkatan tekanan intrakranial dan edema cerebral

    Aktivitas kejang dan tanda-tanda neurologis fokal

    Hidrosefalus

    Gangguan fungsi hipofisis

Tumor otak primer menunjukkan kira-kira 20% dari semua penyebab kematian karena kanker,

dimana sekitar 20% sampai 40% dari semua kanker pasien mengalami metastase ke otak dari

tempat-tempat lain. Tumor-tumor otak jarang bermetastase keluar sistem saraf pusat tetapi jejas

metastase ke otak biasanya dari paru-paru, payudara, saluran gastrointestinal bagian bawah,

pankreas, ginjal dan kulit (melanoma).

Insiden tertinggi pada tumor otak dewasa terjadi pada dekade kelima, keenam dan ketujuh,

dengan tingginya insiden pada pria. Pada usia dewasa, tumor otak banyak dimulai dari sel glia

(sel glia membuat struktur dan mendukung sistem otak dan medula spinalis) dan merupakan

supratentorial (terletak diatas penutup cerebellum). Jejas neoplastik di dalam otak akhirnya

menyebabkan kematian yang mengganggu fungsi vital, seperti pernafasan dan adanya

peningkatan tekanan intrakranial.

2.    Etiologi

Tumor disebabkan oleh mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi dari mutasi-mutasi tersebut

menyebabkan munculnya tumor. Sebenarnya sel manusia memiliki mekanisme perbaikan DNA

(DNA repair) dan mekanisme lainnya yang menyebabkan sel merusak dirinya dengan apoptosis

Page 2: Tumor Otak

jika kerusakan DNA sudah terlalu berat. Apoptosis adalah proses aktif kematian sel yang

ditandai dengan pembelahan DNA kromosom, kondensasi kromatin, serta fragmentasi nukleus

dan sel itu sendiri. Mutasi yang menekan gen untuk mekanisme tersebut biasanya dapat memicu

terjadinya kanker.

Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :

•    Herediter

Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada meningioma,

astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis

tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan

baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada

bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada

neoplasma.

•    Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)

Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai

morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan

embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya.

Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan

kordoma.

•    Radiasi

Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan

degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Pernah

dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.

•    Virus

Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan dengan

maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga

saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada

sistem saraf pusat.

•    Substansi-substansi Karsinogenik

Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui

bahwa ada substansi yang karsinogenik sepertimethylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini

berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.

Page 3: Tumor Otak

3.    Jenis – jenis Tumor

Tumor yang jinak atau yang tidak ganas (non malignant) lambat tumbuhnya, tidak menyebar,

dan biasanya dikelilingi oleh penutup atau kapsul. Pertumbuhan yang seperti itu bisa disebut

sebagai enkapsuleted tumor atau tumor terbungkus. Tumor yang tidak ganas bisa dicabut dengan

cara pembedahan, terutama bila tumor itu menyebabkan organ – organ tubuh yang vital terdesak

atau tertekan. Jika tumor yang tidak ganas dicabut, tidak ada kemungkinan baginya tubuh untuk

tumbuh lagi. 

Tumor ganas disebut sebagai kanker atau malignancy (cepat menjalar ke bagian tubuh yang

lain). Tumbuhnya cepat, tidak dikelillingi oleh penutup, dan menyebar ke bagian – bagian tubuh

yang lain. Sel – sel yang abnormal ini menyerang jaringan – jaringan yang berdekatan. Kanker

ganas itu dibawa pula ke bagian – bagian tubuh yang lain oleh getah bening dan darah.

Pemindahan sel – sel ganas ke bagian – bagian tubuh yang lain ini disebut metastasis. Tumbuhan

baru yang dimulai dari sel – sel bawaan ini disebut sebagai pertumbuhan metastasis atau

tumbuhan kedua (tumor kedua anak tumor). Pertumbuhan sel – sel tubuh yang cepat dan tak

terkendali ini pada akhirnya mengancam keselamatan jiwa orang itu sendiri.

(dr. H. Mohamad Isa. Perawatan Penyakit Dalam & Bedah. Pusat Pendidikan Pegawai

Departemen Kesehatan R.I. : Jakarta. Hal. 41)

a.    Tumor benigna 

Tumor ini dapat timbul dari sebagian besar jaringan tubuh.

1.    Sel-sel epitel atau endotel

Papiloma timbul dari sel-sel ini, misalnya kulit, kandung kemih, kolon. Tumor ini bisa menjadi

ganas.

2.    Sel-sel pigmen kulit naevus (tahi lalat)

3.    Kelenjar adenoma : payudara, parotis, tiroid.

4.    Pembuluh darah-hemamioma : dua tipe.

a.    Kapiler : tanda lahir ; “portwine stain”

b.    Kavernosus : nodulus berwarna ungu yang memucat bila ditekan

5.    Jaringan fibrosis – fibroma : terlihat sebagai nodulus. Pada sebagian besar keadaan dapat

timbul.

6.    Lemak – glikoma : benjolan lunak, paling sering subkutan.

7.    Osteoma tumor pada tulang rawan dan tulang biasa

Page 4: Tumor Otak

8.    Chondroma

9.    Myoma : tumor otot biasa, tempat yang paling sering terkena adalah uterus

b.    Tumor maligna

1.    Sel sel epitel atau endotel.

a.    Karsinoma : karsinoma diberi nama menurut jaringan asalnya, misalnya karsinoma

skuamosa kulit. Transitional sel karsinoma pada kandung kemih.

b.    Melanoma : tumor maligna sel – sel pigmen kulit

2.    Jaringan kelenjar : adenokarsinoma, misalnya payudara atau lambung.

3.    Jaringan ikat : sarkoma – keadaan ini lebih jarang ditemukan. Fibrosarkoma dari jaringan

fibrosus, sarkoma osteogenik dari tulang, myosarkoma dari otot.

4.    Kelenjar limfe. Ragam penyakit keganasan (maligna) ditemukan pada jaringan limfoit

(jaringan retikulo endotelial) dengan berbagai derajat keganasan, misalnya limfoma, retikulo

sarkoma, penyakit Hodgkin.

5.    Leukimia. Penyakit maligna pada sel – sel induk yang menghasilkan sel – sel darah putih. 

4.    Patofisiologi

Tumor intrakranial menyebabkan gangguan neurologis progresif. Gangguan neurologis pada

tumor intrakranial biasanya dianggap disebabkan karena 2 faktor, yaitu gangguan vokal olah

tumor dan peningkatan intrakranial.

Gangguan vokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau invasi

langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja dispensi yang paling

besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat (misalnya, gliobastoma multiform).

Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh menyebabkan

nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai

kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler

primer.

Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompresi,

invasi dan perubahan suplai darah kejaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga

menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis vokal.

Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor:

1.    Bertambahnya massa dalam tengkorak.

2.    Terbentuknya edema sekitar tumor.

Page 5: Tumor Otak

3.    Perubahan sirkulasi cairan cerebrospinal.

Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan mengmbil tempat

dalam ruang yang relatif tetap dan ruangan kranial yang kaku.

Tumor ganas menimbulkan edema dalam jaringan otak di sekitrnya. Mekanisnya belum

sepenuhnya dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang menyebabkan

penyerapan cairan tumor. Beberapa tumor menyebabkan pendarahan. Obstruksi vena dan edema

yang disebabkan oleh sawar darah otak, semuanya menimbulkan peningkatan volume

intrakranial dan menyebabkan tekanan intrakranial. Obstruksi sirkulasi cairan cerebrospinal dari

ventrikel lateral ke ruangan subarakhnoid menimbulkan hidrosefalus.

Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah satu

penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu

berhari-hari atau berbulan-bulan unutk menjadi effektif oleh karen aitu tidak berguna apabila

tekanan itrakranial timbul dengan cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja

menurunkan volume darah intrakranial, volume cairan cerebrospinal, kandungan cairan intra sel,

dan mengurangi sel-sel parenkim.

Peningkatan tekanan yang tidak di obati mengakibatkan herniasi unkus atau cerebelum. Herniasi

unkus timbul bila girus medialis lobus temporalis tergeser ke inferior melalui insisura tentorial

oleh masa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesen sefalon, menyebabkan hilangnya

kesadaran dan menekan saraf kranial ketiga. Pada herniasi cerebelum, tonsil cerebelum bergeser

kebawah melalui foramen magnum oleh suatu masa posterior. Kompresi medula oblongata dan

henti pernafasan terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan

intrakranial yang cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebran tekanan nadi),

dan gangguan pernafasan.

5.    Tanda dan Gejala

Gejala umum yang terjadi disebabkan karena gangguan fungsi serebral akibat edema otak dan

tekanan intrakranial yang meningkat. Gejala spesifik terjadi akibat destruksi dan kompresi

jaringan saraf, bisa berupa nyeri kepala, muntah, kejang, penurunan kesadaran, gangguan mental,

gangguan visual dan sebagainya. Edema papil dan defisit neurologis lain biasanya ditemukan

pada stadium yang lebih lanjut. Gejala-gejala tumor otak dapat meliputi, antara lain:

•    Nyeri Kepala (Headache)

Page 6: Tumor Otak

Nyeri kepala biasanya terlokalisir, tapi bisa juga menyeluruh. Biasanya muncul pada pagi hari

setelah bangun tidur dan berlangsung beberapa waktu, datang pergi (rekuren) dengan interval tak

teratur beberapa menit sampai beberapa jam. Serangan semakin lama semakin sering dengan

interval semakin pendek. Nyeri kepala ini bertambah hebat pada waktu penderita batuk, bersin

atau mengejan (misalnya waktu buang air besar atau koitus). Nyeri kepaia juga bertambah berat

waktu posisi berbaring, dan berkurang bila duduk. Penyebab nyeri kepala ini diduga akibat

tarikan (traksi) pada pain sensitive structure seperti dura, pembuluh darah atau serabut saraf.

Nyeri kepala merupakan gejala permulaan dari tumor otak yang berlokasi di daerah lobus

oksipitalis. 

•    Muntah

Lebih jarang dibanding dengan nyeri kepala. Muntah biasanya proyektil (menyemprot) tanpa

didahului rasa mual, dan jarang terjadi tanpa disertai nyeri kepala. 

•    Edema Papil

Keadaan ini bisa terlihat dengan pemeriksaan funduskopi menggunakan oftalmoskop.

Gambarannya berupa kaburnya batas papil, warna papil berubah menjadi lebih kemerahan dan

pucat, pembuluh darah melebar atau kadang-kadang tampak terputus-putus. Untuk mengetahui

gambaran edema papil seharusnya kita sudah mengetahui gambaran papil normal terlcbih

dahulu. Penyebab edema papil ini masih diperdebatkan, tapi diduga akibat penekanan terhadap

vena sentralis retinae. Biasanya terjadi bila tumor yang lokasi atau pembesarannya menckan

jalan aliran likuor sehingga mengakibatkan bendungan dan terjadi hidrocepallus. 

•    Kejang

Ini terjadi bila tumor berada di hemisfer serebri serta merangsang korteks motorik. Kejang yang

sifatnya lokal sukar dibedakan dengan kejang akibat lesi otak lainnya, sedang kejang yang

sifatnya umum atau general sukar dibedakan dengan kejang karena epilepsi. Tapi bila kejang

terjadi pertama kali pada usia dekade III dari kehidupan harus diwaspadai kemungkinan adanya

tumor otak.

6.    Komplikasi

a.    Ganguan Fungsi Luhur

•    Komplikasi tumor otak yang paling ditakuti selain kematian adalah gangguan fungsi luhur.

Gangguan ini sering diistilahkan dengan gangguan kognitif dan neurobehavior sehubungan

dengan kerusakan fungsi pada area otak yang ditumbuhi tumor atau terkena pembedahan

Page 7: Tumor Otak

maupun radioterapi. 

•    Neurobehavior adalah keterkaitan perilaku dengan fungsi kognitif dan lokasi / lesi tertentu di

otak. Pengaruh negatif tumor otak adalah gangguan fisik neurologist, gangguan kognitif,

gangguan tidur dan mood, disfungsi seksual serta fatique.

•    Gangguan kognitif yang dialami pasien tumor otak bisa dievaluasi dengan berbagai tes. Di

antaranya adalah Sickness Impact Profile, Minesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI),

dan Mini mental State Examination (MMSE). Komponen kognitif yang dievaluasi adalah

kesadaran, orientasi lingkungan, level aktivitas, kemampuan bicara dan bahasa, memori dan

kemampuan berpikir, emosional afeksi serta persepsi.

b.    Ganguan Wicara

•    Gangguan wicara sering menjadi komplikasi pasien tumor otak. Dalam hal ini kita mengenal

istilah disartria dan aphasia. 

•    Disartria adalah gangguan wicara karena kerusakan di otak atau neuromuscular perifer yang

bertanggung jawab dalam proses bicara. Tiga langkah yang menjadi prinsip dalam terapi

disartria adalah meningkatkan kemampuan verbal, mengoptimalkan fonasi, serta memperbaiki

suara normal. 

•    Afasia merupakan gangguan bahasa, bisa berbentuk afasia motorik atau sensorik tergantung

dari area pusat bahasa di otak yang mengalami kerusakan. Fungsi bahasa yang terlibat adalah

kelancaran (fluency), keterpaduan (komprehensi) dan pengulangan (repetitif). Pendekatan terapi

untuk afasia meliputi perbaikan fungsi dalam berkomunikasi, mengurangi ketergantungan pada

lingkungan dan memastikan sinyal-sinyal komunikasi serta menyediakan peralatan yang

mendukung terapi dan metode alternatif. Terapi wicara terdiri atas dua komponen yaitu bicara

prefocal dan latihan menelan.

c.    Ganguan Pola Makan

•    Disfagi merupakan komplikasi lain dari penderita ini yaitu ketidakmampuan menelan

makanan karena hilangnya refleks menelan. Gangguan bisa terjadi di fase oral, pharingeal atau

oesophageal. Komplikasi ini akan menyebabkan terhambatnya asupan nutrisi bagi penderita serta

berisiko aspirasi pula karena muntahnya makanan ke paru. Etiologi yang mungkin adalah parese

nervus glossopharynx dan nervus vagus. Bisa juga karena komplikasi radioterapi. 

•    Diagnosis ditegakkan dengan videofluoroscopy. Gejala ini sering bersamaan dengan

dispepsia karena space occupying process dan kemoterapi yang menyebabkan hilangnya selera

Page 8: Tumor Otak

makan serta iritasi lambung. Terapi untuk gejala ini adalah dengan sonde lambung untuk

pemberian nutrisi enteral, stimulasi, dan modifikasi kepadatan makanan (makanan yang dipilih

lebih cair/lunak).

d.    Kelemahan Otot

•    Kelemahan otot pada pasien tumor otak umumnya dan yang mengenai saraf khususnya

ditandai dengan hemiparesis, paraparesis dan tetraparesis. Pendekatan terapi yang dilakukan

menggunakan prinsip stimulasi neuromusculer dan inhibisi spastisitas. Cara lain adalah dengan

EMG biofeedback, latihan kekuatan otot, koordinasi endurasi dan pergerakan sendi.

e.    Ganguan Penglihatan Dan Pendengaran

•    Tumor otak yang merusak saraf yang terhubung ke mata atau bagian dari otak yang

memproses informasi visual (visual korteks) dapat menyebabkan masalah penglihatan, seperti

penglihatan ganda atau penurunan lapang pandang.

•    Tumor otak yang mempengaruhi saraf pendengaran - terutama neuromas akustik - dapat

menyebabkan gangguan pendengaran di telinga pada sisi yang terlibat otak.

f.    Stroke

•    Seseorang dengan stroke memiliki gangguan dalam suplai darah ke area otak, yang

menyebabkan otak tidak berfungsi. Otak sangat sensitif terhadap setiap gangguan dalam aliran

darah. Sel-sel otak mulai mati dalam beberapa menit kehilangan pasokan oksigen dan glukosa. 

•    Para gangguan aliran darah dapat terjadi oleh salah satu dari dua mekanisme, yaitu

hemorrhagic stroke disebabkan oleh perdarahan dari pembuluh darah kecil yang memasok darah

ke otak dan Stroke iskemik disebabkan oleh bekuan darah yang menghalangi aliran darah

melalui arteri yang memasok darah ke otak. Ada dua jenis stroke iskemik: Stroke trombotik

stroke dan emboli. stroke trombotik disebabkan oleh gumpalan darah yang terbentuk di dalam

arteri otak.  stroke emboli disebabkan oleh gumpalan darah yang terbentuk di luar pembuluh

darah otak, kemudian gumpalan darah itu berjalan melaui aliran darah dan sampai pada

pembuluh darah otak, gumpalan darah ini selanjutnya menyumbat suplay darah ke otak.

•    Pada tumor otak, komplikasi stroke yang timbul dapat berupa Hemorrhagic stroke yang

terjadi akibat pecahnya pembuluh darah otak yang tertekan akibat pembesaran tumor.

g.    Epilepsi

•    Kejadian sekitar 30% dari tumor otak. Alasannya sebagian besar disebabkan karena

rangsangan langsung atau represi dari tumor yang menyebabkan ganguan listrik pada otak dan

Page 9: Tumor Otak

juga  tumor otak dapat menyebabkan iritasi pada otak yang dapat menyebabkan kejang

h.    Depresi

•    Depresi dapat disebabkan karena tumor pada pusat emosi (system limbic) atau karena

keadaan klinis yang disebabkan oleh tumor tersebut, Gejala yang timbul dapat berupa menangis

terus-menerus, kesedihan yang mendalam, social withdrawal, Mudah marah, kecemasan,

penurunan libido, gangguan tidur, tingkah laku yang tidak wajar. Dapat juga karena efek steroid :

mood and sleep changes, ganguan bipolar (manicdepression).

i.    Hidrosephalus

•    Hidrosephalus terjadi apabila tumor yang terbentuk menghalangi aliran LCS, akibatnya aliran

LCS akan terhambat dan mengakibatkan terbentuknya hidrosephalus. Selain itu peningkatan

tekanan intrakranial juga dapat menghambat aliran LCS.

j.    Cerebral Hernia

•    Cerebral hernia adalah kondisi, progresif fatal di mana otak terpaksa melalui pembukaan

dalam tengkorak.

•    Tumor otak akan menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial, yang kemudian

menyebabkan penggeseran parenkim otak ke foramen Magnum atau transtentorial

k.    Ganguan Seksualitas

•    Tumor otak sendiri dapat mempengaruhi seksualitas, terutama jika tumor melibatkan daerah

otak yang mengontrol pelepasan hormon yang mempengaruhi libido, termasuk estrogen,

progesteron testosteron, dan. Daerah-daerah yang sama dari otak dapat rusak oleh terapi radiasi,

yang yang dapat juga mengurangi kesuburan dan libido selain itu dapat pula menyababkan

menopouse dini.

l.    Terbentuknya Gumpalan Darah

•    Adanya Tumor otak mempunyai resiko tinggi terjadinya pembekuan darah. Pembekuan ini

disebut "trombosis vena dalam" (DVT) dan terjadi di pembuluh darah kaki. Gejala yang DVT

meliputi nyeri betis, bengkak, dan perubahan warna kaki, meskipun itu DVT juga bisa terjadi

tanpa gejala. Bahaya itu DVT adalah bahwa mereka dapat pecah dan dibawa oleh aliran darah ke

paru-paru, di mana mereka menyebabkan "thromboemboli paru" (PTE) pembekuan darah di

arteri paru.

7.    Pemeriksaan Penunjang

Adapun beberapa pemeriksaan penunjang untuk penyakit tumor otak antara lain :

Page 10: Tumor Otak

•    Computer Tomografik Scaning (CT SCAN) : CT SCAN digunakan lebih baik dari pada X-

Ray, CT SCAN dapat memberikan informasi tentang jumlah, ukuran, dan densitas (warna

gelap/terang) tumor, dapat memberikan informasi sistem ventrikuler.

•    Magnetic Resonance Imaging (MRI) : MRI sangat penting untuk mendiagnosa tumor sampai

lesi terkecil dan tumor pada batang otak dan pituitary.

•    Elektroensefalogram (EEG) : dapat mendeteksi gelombang abnormal pada otak yang

disebabkan tumor hal ini dapat mengevaluasi kajang yang ditimbulkan karena gangguan pada

lobus temporal.

•    Stereotatic Radiosurgery : meliputi penggunaan kerangka tiga dimensi yang meliputi lokasi

tumor yang sangat tepat, kerangka Stereotatic dan dan study pencitraan multipel (sinar – x) cara

yang digunakan untuk menemukam tumor dan lokasinya.

•    Pemeriksaan cytologi : dapat mendeteksi keganasan pada sel yang disebabkan tumor sistem

saraf pusat.

•    Foto polos dada

Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang akan

memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.

•    Pemeriksaan cairan serebrospinal

Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi pemeriksaan ini

tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak yang besar. Umumnya

diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara yang tepat

untuk membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).

•    Biopsi stereotaktik

Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberikan

dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.

•    Angiografi Serebral

Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.

8.    Penatalaksanaan Medis

Orang dengan tumor otak memiliki beberapa pilihan pengobatan. Tergantung pada jenis dan

stadium tumor, pasien dapat diobati dengan operasi pembedahan, radioterapi, atau kemoterapi.

Beberapa pasien menerima kombinasi dari perawatan diatas. 

Selain itu, pada setiap tahapan penyakit, pasien mungkin menjalani pengobatan untuk

Page 11: Tumor Otak

mengendalikan rasa nyeri dari kanker, untuk meringankan efek samping dari terapi, dan untuk

meringankan masalah emosional. Jenis pengobatan ini disebut perawatan paliatif.

a.    Pembedahan

Pembedahan adalah pengobatan yang paling umum untuk tumor otak. Tujuannya adalah untuk

mengangkat sebanyak tumor dan meminimalisir sebisa mungkin peluang kehilangan fungsi otak.

Operasi untuk membuka tulang tengkorak disebut kraniotomi. Hal ini dilakukan dengan anestesi

umum. Sebelum operasi dimulai, rambut kepala dicukur. Ahli bedah kemudian membuat sayatan

di kulit kepala menggunakan sejenis gergaji khusus untuk mengangkat sepotong tulang dari

tengkorak. Setelah menghapus sebagian atau seluruh tumor, ahli bedah menutup kembali bukaan

tersebut dengan potongan tulang tadi, sepotong metal atau bahan. Ahli bedah kemudian menutup

sayatan di kulit kepala. Beberapa ahli bedah dapat menggunakan saluran yang ditempatkan di

bawah kulit kepala selama satu atau dua hari setelah operasi untuk meminimalkan akumulasi

darah atau cairan.

Efek samping yang mungkin timbul pasca operasi pembedahan tumor otak adalah sakit kepala

atau rasa tidak nyaman selama beberapa hari pertama setelah operasi. Dalam hal ini dapat

diberikan obat sakit kepala. Masalah lain yang kurang umum yang dapat terjadi adalah

menumpuknya cairan cerebrospinal di otak yang mengakibatkan pembengkakan otak (edema).

Biasanya pasien diberikan steroid untuk meringankan pembengkakan. Sebuah operasi kedua

mungkin diperlukan untuk mengalirkan cairan. Dokter bedah dapat menempatkan sebuah tabung,

panjang dan tipis (shunt) dalam ventrikel otak. Tabung ini diletakkan di bawah kulit ke bagian

lain dari tubuh, biasanya perut. Kelebihan cairan dari otak dialirkan ke perut. Kadang-kadang

cairan dialirkan ke jantung sebagai gantinya. 

Infeksi adalah masalah lain yang dapat berkembang setelah operasi (diobati dengan antibiotic).

Operasi otak dapat merusak jaringan normal. kerusakan otak bisa menjadi masalah serius. Pasien

mungkin memiliki masalah berpikir, melihat, atau berbicara. Pasien juga mungkin mengalami

perubahan kepribadian atau kejang. Sebagian besar masalah ini berkurang dengan berlalunya

waktu. Tetapi kadang-kadang kerusakan otak bisa permanen. Pasien mungkin memerlukan terapi

fisik, terapi bicara, atau terapi kerja.

b.    Radiosurgery stereotactic

Radiosurgery stereotactic adalah tehnik "knifeless" yang lebih baru untuk menghancurkan tumor

otak tanpa membuka tengkorak. CT scan atau MRI digunakan untuk menentukan lokasi yang

Page 12: Tumor Otak

tepat dari tumor di otak. Energi radiasi tingkat tinggi diarahkan ke tumornya dari berbagai sudut

untuk menghancurkan tumornya. Alatnya bervariasi, mulai dari penggunaan pisau gamma, atau

akselerator linier dengan foton, ataupun sinar proton. 

Kelebihan dari prosedur knifeless ini adalah memperkecil kemungkinan komplikasi pada pasien

dan memperpendek waktu pemulihan. Kekurangannya adalah tidak adanya sample jaringan

tumor yang dapat diteliti lebih lanjut oleh ahli patologi, serta pembengkakan otak yang dapat

terjadi setelah radioterapi. 

Kadang-kadang operasi tidak dimungkinkan. Jika tumor terjadi di batang otak (brainstem) atau

daerah-daerah tertentu lainnya, ahli bedah tidak mungkin dapat mengangkat tumor tanpa

merusak jaringan otak normal. Dalam hal ini pasien dapat menerima radioterapi atau perawatan

lainnya.

c.    Radioterapi

Radioterapi menggunakan X-ray untuk membunuh sel-sel tumor. Sebuah mesin besar diarahkan

pada tumor dan jaringan di dekatnya. Mungkin kadang radiasi diarahkan ke seluruh otak atau ke

syaraf tulang belakang. 

Radioterapi biasanya dilakukan sesudah operasi. Radiasi membunuh sel-sel tumor (sisa) yang

mungkin tidak dapat diangkat melalui operasi. Radiasi juga dapat dilakukan sebagai terapi

pengganti operasi. Jadwal pengobatan tergantung pada jenis dan ukuran tumor serta usia pasien.

Setiap sesi radioterapi biasanya hanya berlangsung beberapa menit.

d.    Kemoterapi

Kemoterapi yaitu penggunaan satu atau lebih obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker.

Kemoterapi diberikan secara oral atau dengan infus intravena ke seluruh tubuh. Obat-obatan

biasanya diberikan dalam 2-4 siklus yang meliputi periode pengobatan dan periode pemulihan. 

Dua jenis obat kemoterapi, yaitu: temozolomide (Temodar) dan bevacizumab (Avastin), baru-

baru ini telah mendapat persetujuan untuk pengobatan glioma ganas. Mereka lebih efektif, dan

memiliki efek samping lebih sedikit jika dibandingkan dengan obat-obatan kemo versi lama.

Temozolomide memiliki keunggulan lain, yaitu bisa secara oral. 

Untuk beberapa pasien dengan kasus kanker otak kambuhan, ahli bedah biasanya melakukan

operasi pengangkatan tumor dan kemudian melakukan implantasi wafer yang mengandung obat

kemoterapi. Selama beberapa minggu, wafer larut, melepaskan obat ke otak. Obat tersebut

kemudian membunuh sel kankernya.

Page 13: Tumor Otak

1.    Pemeriksaan fisik 

a.    BI (Breathing)

Inspeksi : pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medula oblongata

didapatkan adanya kegagalan pernapasan. 

Pada klien tanpa kompresi medula oblongata pada pengkajian inspeksi pernapasan tidak ada

kelainan. Palpasi toraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak di

dapatkan bunyi napas tambahan.

b.    B2 (Blood)

Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medula oblongata didapatkan

adanya kegagalan sirkulasi. Pada klien tanpa kompresi medula oblongata pada pengkajian tidak

ada kelainan. Tekanan darah biasanya normal, dan tidak ada peningkatan heart rate.

c.    B3 (Brain)

Tumor intrakranial sering menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung pada gangguan

fokal dan adanya peningkatan intrakranial . pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus

dan lebih lengkap di bandingkan pengkajian pada sistem lainnya. Trias Klasik tumor otak adalan

nyeri kepala, muntah, dan papiledema. Pengkajian tingkat kesadaran. Kualitas kesadaran klien

merupakan parameter yang paling mendasar dan parameter yang paling penting yang

membutuhkan pengkajian. Tingkat keterjagaan klien dan respon terhadap lingkungan adalah

indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem persarafan. Beberapa sistem digunakan untuk

membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaan.

Pada keadaan lanjut tingkat kesadarn klien tmor intrakranial biasanya berkisar pada tingkat

letargi, stupor, dann semikomatosa. Jika klien sudah mengalami koma, penilaian GCS sangat

penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk pemantauan pemberian

asuhan.

Pengkajian fungsi serebral. Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, dan lobus

frontal.

•    Status mental. Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah, dan

aktivitas motorik klien. Pada klien tumor intarkranial tahap lanjut biasanya status mental klien

menglami perubahan.

•    Fungsi intelektual. Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka pendek

maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi. Pada beberapa kasus

Page 14: Tumor Otak

klien mengalami ‘brain damage’ yaitu kesulitan untuk mengenal persamaan dan perbedaan yang

tidak begitu nyata.

•    Lobus Frontal. Tumor lobus frontalis memberi gejala perubahan menta, hemiparesis, ataksia,

dan gangguan bicara.

Perubahan mental bermanifestasi sebagai perubahan ringan daam kepribadian. Beberapa klien

mengalami periode depresi, bingung, atau periode ketika tingkah laku klien menjadi aneh.

Perubahan yang paling sering  adalah perubahan dalam memberi argumentasi yang sulit  dari

perubahan dalam memberi penilaian tentang benar dan salah. Hemiparesis disebabkan oleh

tekanan pada area dan lintasan motorik di dekat tumor.

Jika area motorik terlibat, akan terjadi epilepsi Jackson dan kelemahan motorik yang jelas.

Tumor yang menyerang ujung bawah korteks prasentalis menyebabka kelemahan pada wajah,

lidah, dan ibu jari, sedangkan tumor pada lobulus parasentralis menyebabkan kelemahan pada

kaki dan ekstermitas bawah.

Tumor pada lobus frontalis dapat mengakibatkan gaya berjalan yang tidak mantap, sering

menyerupai  ataksia serebelum. Jika lobus frontalis kiri atau yang dominan terkena, akan terihat

adanya afasia dan aparaksia.

Pengkajian saraf kranial. Pengkajian ini meliputi pengkajian saraf kranial I-XII.

•    Saraf I. Pada klien dengan tumor intrakranial yang tidak mengalami kompresi saraf ini tidak

memiliki kelainan pada fungsi penciuman.

•    Saraf II. Gangguan lapang pandang disebabkan lesi pada bagian tertentu dari lintasan visual.

Papiledema disebabkan oleh stasis vena yang menimbulkan pembengkakan papila saraf optikus.

•    Saraf III, IV, dan VI. Adanya kelumpuhan unilateral atau b V. Pada ilateral  dari saraf VI

memberikan manifestasi pada suatu tanda adanya glioblastoma multiformis.

•    Saraf V. Pada keadaan tumor intrakranial yang tidak menekan saraf trigeminus, tidak ada

kelainan pada fungsi saraf ini. Pada neorolema yang menekan saraf ini akan di dapatkan adanya

paralisis wajah ulilateral.

•    Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan otot wajah tertarik

ke bagian sisi sehat.

•    Saraf VIII. Pada neorolema di dapatkan adanya tuli persepsi. Tumor lobus temporalis

menyebabkan tinitus dan halusinasi pendengaran yang mungkiin diakibatkan iritasi korteks

pendengaran temporalis atau korteks yang berbatasan.

Page 15: Tumor Otak

•    Saraf XI dan X. Kemampuan menelan kurang baik, dan terdapat kesulitan membuka mulut.

•    Saraf XI. Tidk ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapesiuz.

•    Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada suatu sisi dan fasikulasi. Indra pengecap

normal.

2.    Diagnosa Keperawatan

a.    Resiko tinggi peningkatan intra kranial b.d desak ruang oleh rasa tumor intrakranial.

    Tujuan

Tidak terjadi peningkatan tekanan intrakarnial pada klien dalam waktu 3x24 jam 

    Kriteria Hasil

Klien tidak gelisah, klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual-mual dan muntah, GCS : 4,5,6,

tidak terdapat papiledema, TTV dalam batas normal.

    Intervensi : 

1.    Kaji faktor penyebab situasi atau keadaan individu atau penyebeb koma, atau penurunan

perkusi jaringan dan kemungkinan penyebab peningkatan tekanan intrakarnial.

2.    Memonitor TTV tiap 4 jam.

3.    Berikan periode istirahat antara tindakan perawatan dan batasi lamanya prosedur.

    Rasional :

1.    Deteksi dini untuk memprioritaskan intervensi, mengkaji status neurologi atau tanda-tanda

kegagalan untuk munentukan perawatan kegawatan atau tindakan pembedahan.

2.    Suatu keadaan normal bila sirkulasi serebral terpelihara dengan baik atau fluktuasi di tandai

dengan tekanan darah sistemik penururnan dan autolegulator kebanyakan tanda penurun

difusilokal paskularisasi darah serebral. 

3.    Tindakan yang terus menerus dapat meningkatkan tekana intrakarnial oleh efek rangsangan

kumulatif.

b.    Nyeri akut b.d traksi dan pegeseran sruktur peka nyeri dalam rongga intrakranial.

    Tujuan

Nyeri berkurang atau hilang atau beradaptasi

    Kriteria Hasil

Cara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat beradatasi. Dapat mengidetifikasi aktivitas

yang meningkatkan atau menurunkan nyeri. Klien tidak gelisah.

    Intervensi :

Page 16: Tumor Otak

1.    Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan peredah nyeri non farmakologi dan non infasif.

2.    Ajarkan relaksasi, teknik-teknik untuk mnurunkan ketengan untuk otot rangka, yang dapat

menurunkan intesitas nyri dan juga tingkatkan relaksasi masase.

3.    Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik

    Rasional :

1.    Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukan

keefektifan mengurangi nyeri.

2.    Akan menghasilkan peredaran darah sehingga kebutuhan oksigen oleh jaringan akan

terpenuhi sehingga akan mengurangi nyeri.

3.    Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang

(Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan, Muttaqin Ariff, 2008,

Jakarta: Salemba Medika).

C.    PATHWAY Tumor Intrakranial (Tumor Otak)

BAB III

PENUTUP

1.    Kesimpulan

Tumor otak bisa mengenai segala usia. Tapi umumnya pada usia dewasa muda atau pertengahan,

jarang di bawah usia 10 tahun atau di alas 70 tahun. Sebagian ahli menyatakan insidens pada

laki-laki lebih banyak dibanding wanita, tapi sebagian lagi menyatakan tak ada perbedaan

insidens antara pria dan wanita. 

Tumor otak atau tumor intrakranial adalah neoplasma atau proses desak ruang (space occupying

lesion) yang timbul di dalam rongga tengkorak baik di dalam kompartemen supratentorial

maupun infratentorial, mencakup tumor-tumor primer pada korteks, meningen, vaskuler, kelenjar

hipofise, epifise, saraf otak, jaringan penyangga, serta tumor metastasis dari bagian tubuh

lainnya.

Tumor otak menunjukkan manifestasi klinik yang tersebar. Tumor ini dapat menyebabkan

peningkatan tekanan intrakranial (TIK) serta tanda dan gejala lokal sebagai akibat dari tumor

Page 17: Tumor Otak

yang menggangu bagian spesifik dari otak. Gejala yang biasanya banyak terjadi akibat tekanan

ini adalah sakit kepala, muntah, papiledema (edema saraf optik), perubahan kepribadian dan

adanya variasi penurunan fokal motorik, sensori dan disfiungsi saraf kranial. 

2.    Saran

Diharapkan perawat dapat menerapkan pengetahuan mereka tentang penyakit tumot otak ini

untuk diterapkan di tempat mereka bekerja. Dan juga diharapkan pula perawat dapat menerapkan

konsep asuhan keperawatan pada pasien tumor otak dengan semaksimal mungkin. Dengan tujuan

agar pasien – pasien pengidap penyakit tumor otak ini dapat segera sembuh dan dapat

menjalankan aktivitasnya kembali seperti saat sebelum sakit.

DAFTAR PUSTAKA

    Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

    dr. H. Mohamad Isa. Perawatan Penyakit Dalam & Bedah. Pusat Pendidikan Pegawai

Departemen Kesehatan R.I. : Jakarta.

    Muttaqin Ariff. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan

Jakarta: Salemba Medika.

    Oswari E. 1989. Bedah dan Perawatannya. Jakarta : Gramedia.