BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP PENYAKIT TUMOR OTAK
1. Definisi
Sebuah tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakarnial yang menempati ruang
didalam tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagai sebuah massa yang berbentuk bola
tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk kedalam jaringan. Neoplasma terjadi akibat dari
kompresi dan infiltrasi jaringan. Akibat perubahan fisik bervariasi, yang menyebabkan beberapa
atau semua kejadian patofisiologis sebagai berikut:
Peningkatan tekanan intrakranial dan edema cerebral
Aktivitas kejang dan tanda-tanda neurologis fokal
Hidrosefalus
Gangguan fungsi hipofisis
Tumor otak primer menunjukkan kira-kira 20% dari semua penyebab kematian karena kanker,
dimana sekitar 20% sampai 40% dari semua kanker pasien mengalami metastase ke otak dari
tempat-tempat lain. Tumor-tumor otak jarang bermetastase keluar sistem saraf pusat tetapi jejas
metastase ke otak biasanya dari paru-paru, payudara, saluran gastrointestinal bagian bawah,
pankreas, ginjal dan kulit (melanoma).
Insiden tertinggi pada tumor otak dewasa terjadi pada dekade kelima, keenam dan ketujuh,
dengan tingginya insiden pada pria. Pada usia dewasa, tumor otak banyak dimulai dari sel glia
(sel glia membuat struktur dan mendukung sistem otak dan medula spinalis) dan merupakan
supratentorial (terletak diatas penutup cerebellum). Jejas neoplastik di dalam otak akhirnya
menyebabkan kematian yang mengganggu fungsi vital, seperti pernafasan dan adanya
peningkatan tekanan intrakranial.
2. Etiologi
Tumor disebabkan oleh mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi dari mutasi-mutasi tersebut
menyebabkan munculnya tumor. Sebenarnya sel manusia memiliki mekanisme perbaikan DNA
(DNA repair) dan mekanisme lainnya yang menyebabkan sel merusak dirinya dengan apoptosis
jika kerusakan DNA sudah terlalu berat. Apoptosis adalah proses aktif kematian sel yang
ditandai dengan pembelahan DNA kromosom, kondensasi kromatin, serta fragmentasi nukleus
dan sel itu sendiri. Mutasi yang menekan gen untuk mekanisme tersebut biasanya dapat memicu
terjadinya kanker.
Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :
• Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada meningioma,
astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis
tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan
baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada
bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada
neoplasma.
• Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai
morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan
embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya.
Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan
kordoma.
• Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan
degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Pernah
dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
• Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan dengan
maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga
saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada
sistem saraf pusat.
• Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui
bahwa ada substansi yang karsinogenik sepertimethylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini
berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
3. Jenis – jenis Tumor
Tumor yang jinak atau yang tidak ganas (non malignant) lambat tumbuhnya, tidak menyebar,
dan biasanya dikelilingi oleh penutup atau kapsul. Pertumbuhan yang seperti itu bisa disebut
sebagai enkapsuleted tumor atau tumor terbungkus. Tumor yang tidak ganas bisa dicabut dengan
cara pembedahan, terutama bila tumor itu menyebabkan organ – organ tubuh yang vital terdesak
atau tertekan. Jika tumor yang tidak ganas dicabut, tidak ada kemungkinan baginya tubuh untuk
tumbuh lagi.
Tumor ganas disebut sebagai kanker atau malignancy (cepat menjalar ke bagian tubuh yang
lain). Tumbuhnya cepat, tidak dikelillingi oleh penutup, dan menyebar ke bagian – bagian tubuh
yang lain. Sel – sel yang abnormal ini menyerang jaringan – jaringan yang berdekatan. Kanker
ganas itu dibawa pula ke bagian – bagian tubuh yang lain oleh getah bening dan darah.
Pemindahan sel – sel ganas ke bagian – bagian tubuh yang lain ini disebut metastasis. Tumbuhan
baru yang dimulai dari sel – sel bawaan ini disebut sebagai pertumbuhan metastasis atau
tumbuhan kedua (tumor kedua anak tumor). Pertumbuhan sel – sel tubuh yang cepat dan tak
terkendali ini pada akhirnya mengancam keselamatan jiwa orang itu sendiri.
(dr. H. Mohamad Isa. Perawatan Penyakit Dalam & Bedah. Pusat Pendidikan Pegawai
Departemen Kesehatan R.I. : Jakarta. Hal. 41)
a. Tumor benigna
Tumor ini dapat timbul dari sebagian besar jaringan tubuh.
1. Sel-sel epitel atau endotel
Papiloma timbul dari sel-sel ini, misalnya kulit, kandung kemih, kolon. Tumor ini bisa menjadi
ganas.
2. Sel-sel pigmen kulit naevus (tahi lalat)
3. Kelenjar adenoma : payudara, parotis, tiroid.
4. Pembuluh darah-hemamioma : dua tipe.
a. Kapiler : tanda lahir ; “portwine stain”
b. Kavernosus : nodulus berwarna ungu yang memucat bila ditekan
5. Jaringan fibrosis – fibroma : terlihat sebagai nodulus. Pada sebagian besar keadaan dapat
timbul.
6. Lemak – glikoma : benjolan lunak, paling sering subkutan.
7. Osteoma tumor pada tulang rawan dan tulang biasa
8. Chondroma
9. Myoma : tumor otot biasa, tempat yang paling sering terkena adalah uterus
b. Tumor maligna
1. Sel sel epitel atau endotel.
a. Karsinoma : karsinoma diberi nama menurut jaringan asalnya, misalnya karsinoma
skuamosa kulit. Transitional sel karsinoma pada kandung kemih.
b. Melanoma : tumor maligna sel – sel pigmen kulit
2. Jaringan kelenjar : adenokarsinoma, misalnya payudara atau lambung.
3. Jaringan ikat : sarkoma – keadaan ini lebih jarang ditemukan. Fibrosarkoma dari jaringan
fibrosus, sarkoma osteogenik dari tulang, myosarkoma dari otot.
4. Kelenjar limfe. Ragam penyakit keganasan (maligna) ditemukan pada jaringan limfoit
(jaringan retikulo endotelial) dengan berbagai derajat keganasan, misalnya limfoma, retikulo
sarkoma, penyakit Hodgkin.
5. Leukimia. Penyakit maligna pada sel – sel induk yang menghasilkan sel – sel darah putih.
4. Patofisiologi
Tumor intrakranial menyebabkan gangguan neurologis progresif. Gangguan neurologis pada
tumor intrakranial biasanya dianggap disebabkan karena 2 faktor, yaitu gangguan vokal olah
tumor dan peningkatan intrakranial.
Gangguan vokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau invasi
langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja dispensi yang paling
besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat (misalnya, gliobastoma multiform).
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh menyebabkan
nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai
kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler
primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompresi,
invasi dan perubahan suplai darah kejaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga
menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis vokal.
Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor:
1. Bertambahnya massa dalam tengkorak.
2. Terbentuknya edema sekitar tumor.
3. Perubahan sirkulasi cairan cerebrospinal.
Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan mengmbil tempat
dalam ruang yang relatif tetap dan ruangan kranial yang kaku.
Tumor ganas menimbulkan edema dalam jaringan otak di sekitrnya. Mekanisnya belum
sepenuhnya dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang menyebabkan
penyerapan cairan tumor. Beberapa tumor menyebabkan pendarahan. Obstruksi vena dan edema
yang disebabkan oleh sawar darah otak, semuanya menimbulkan peningkatan volume
intrakranial dan menyebabkan tekanan intrakranial. Obstruksi sirkulasi cairan cerebrospinal dari
ventrikel lateral ke ruangan subarakhnoid menimbulkan hidrosefalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah satu
penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu
berhari-hari atau berbulan-bulan unutk menjadi effektif oleh karen aitu tidak berguna apabila
tekanan itrakranial timbul dengan cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja
menurunkan volume darah intrakranial, volume cairan cerebrospinal, kandungan cairan intra sel,
dan mengurangi sel-sel parenkim.
Peningkatan tekanan yang tidak di obati mengakibatkan herniasi unkus atau cerebelum. Herniasi
unkus timbul bila girus medialis lobus temporalis tergeser ke inferior melalui insisura tentorial
oleh masa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesen sefalon, menyebabkan hilangnya
kesadaran dan menekan saraf kranial ketiga. Pada herniasi cerebelum, tonsil cerebelum bergeser
kebawah melalui foramen magnum oleh suatu masa posterior. Kompresi medula oblongata dan
henti pernafasan terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan
intrakranial yang cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebran tekanan nadi),
dan gangguan pernafasan.
5. Tanda dan Gejala
Gejala umum yang terjadi disebabkan karena gangguan fungsi serebral akibat edema otak dan
tekanan intrakranial yang meningkat. Gejala spesifik terjadi akibat destruksi dan kompresi
jaringan saraf, bisa berupa nyeri kepala, muntah, kejang, penurunan kesadaran, gangguan mental,
gangguan visual dan sebagainya. Edema papil dan defisit neurologis lain biasanya ditemukan
pada stadium yang lebih lanjut. Gejala-gejala tumor otak dapat meliputi, antara lain:
• Nyeri Kepala (Headache)
Nyeri kepala biasanya terlokalisir, tapi bisa juga menyeluruh. Biasanya muncul pada pagi hari
setelah bangun tidur dan berlangsung beberapa waktu, datang pergi (rekuren) dengan interval tak
teratur beberapa menit sampai beberapa jam. Serangan semakin lama semakin sering dengan
interval semakin pendek. Nyeri kepala ini bertambah hebat pada waktu penderita batuk, bersin
atau mengejan (misalnya waktu buang air besar atau koitus). Nyeri kepaia juga bertambah berat
waktu posisi berbaring, dan berkurang bila duduk. Penyebab nyeri kepala ini diduga akibat
tarikan (traksi) pada pain sensitive structure seperti dura, pembuluh darah atau serabut saraf.
Nyeri kepala merupakan gejala permulaan dari tumor otak yang berlokasi di daerah lobus
oksipitalis.
• Muntah
Lebih jarang dibanding dengan nyeri kepala. Muntah biasanya proyektil (menyemprot) tanpa
didahului rasa mual, dan jarang terjadi tanpa disertai nyeri kepala.
• Edema Papil
Keadaan ini bisa terlihat dengan pemeriksaan funduskopi menggunakan oftalmoskop.
Gambarannya berupa kaburnya batas papil, warna papil berubah menjadi lebih kemerahan dan
pucat, pembuluh darah melebar atau kadang-kadang tampak terputus-putus. Untuk mengetahui
gambaran edema papil seharusnya kita sudah mengetahui gambaran papil normal terlcbih
dahulu. Penyebab edema papil ini masih diperdebatkan, tapi diduga akibat penekanan terhadap
vena sentralis retinae. Biasanya terjadi bila tumor yang lokasi atau pembesarannya menckan
jalan aliran likuor sehingga mengakibatkan bendungan dan terjadi hidrocepallus.
• Kejang
Ini terjadi bila tumor berada di hemisfer serebri serta merangsang korteks motorik. Kejang yang
sifatnya lokal sukar dibedakan dengan kejang akibat lesi otak lainnya, sedang kejang yang
sifatnya umum atau general sukar dibedakan dengan kejang karena epilepsi. Tapi bila kejang
terjadi pertama kali pada usia dekade III dari kehidupan harus diwaspadai kemungkinan adanya
tumor otak.
6. Komplikasi
a. Ganguan Fungsi Luhur
• Komplikasi tumor otak yang paling ditakuti selain kematian adalah gangguan fungsi luhur.
Gangguan ini sering diistilahkan dengan gangguan kognitif dan neurobehavior sehubungan
dengan kerusakan fungsi pada area otak yang ditumbuhi tumor atau terkena pembedahan
maupun radioterapi.
• Neurobehavior adalah keterkaitan perilaku dengan fungsi kognitif dan lokasi / lesi tertentu di
otak. Pengaruh negatif tumor otak adalah gangguan fisik neurologist, gangguan kognitif,
gangguan tidur dan mood, disfungsi seksual serta fatique.
• Gangguan kognitif yang dialami pasien tumor otak bisa dievaluasi dengan berbagai tes. Di
antaranya adalah Sickness Impact Profile, Minesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI),
dan Mini mental State Examination (MMSE). Komponen kognitif yang dievaluasi adalah
kesadaran, orientasi lingkungan, level aktivitas, kemampuan bicara dan bahasa, memori dan
kemampuan berpikir, emosional afeksi serta persepsi.
b. Ganguan Wicara
• Gangguan wicara sering menjadi komplikasi pasien tumor otak. Dalam hal ini kita mengenal
istilah disartria dan aphasia.
• Disartria adalah gangguan wicara karena kerusakan di otak atau neuromuscular perifer yang
bertanggung jawab dalam proses bicara. Tiga langkah yang menjadi prinsip dalam terapi
disartria adalah meningkatkan kemampuan verbal, mengoptimalkan fonasi, serta memperbaiki
suara normal.
• Afasia merupakan gangguan bahasa, bisa berbentuk afasia motorik atau sensorik tergantung
dari area pusat bahasa di otak yang mengalami kerusakan. Fungsi bahasa yang terlibat adalah
kelancaran (fluency), keterpaduan (komprehensi) dan pengulangan (repetitif). Pendekatan terapi
untuk afasia meliputi perbaikan fungsi dalam berkomunikasi, mengurangi ketergantungan pada
lingkungan dan memastikan sinyal-sinyal komunikasi serta menyediakan peralatan yang
mendukung terapi dan metode alternatif. Terapi wicara terdiri atas dua komponen yaitu bicara
prefocal dan latihan menelan.
c. Ganguan Pola Makan
• Disfagi merupakan komplikasi lain dari penderita ini yaitu ketidakmampuan menelan
makanan karena hilangnya refleks menelan. Gangguan bisa terjadi di fase oral, pharingeal atau
oesophageal. Komplikasi ini akan menyebabkan terhambatnya asupan nutrisi bagi penderita serta
berisiko aspirasi pula karena muntahnya makanan ke paru. Etiologi yang mungkin adalah parese
nervus glossopharynx dan nervus vagus. Bisa juga karena komplikasi radioterapi.
• Diagnosis ditegakkan dengan videofluoroscopy. Gejala ini sering bersamaan dengan
dispepsia karena space occupying process dan kemoterapi yang menyebabkan hilangnya selera
makan serta iritasi lambung. Terapi untuk gejala ini adalah dengan sonde lambung untuk
pemberian nutrisi enteral, stimulasi, dan modifikasi kepadatan makanan (makanan yang dipilih
lebih cair/lunak).
d. Kelemahan Otot
• Kelemahan otot pada pasien tumor otak umumnya dan yang mengenai saraf khususnya
ditandai dengan hemiparesis, paraparesis dan tetraparesis. Pendekatan terapi yang dilakukan
menggunakan prinsip stimulasi neuromusculer dan inhibisi spastisitas. Cara lain adalah dengan
EMG biofeedback, latihan kekuatan otot, koordinasi endurasi dan pergerakan sendi.
e. Ganguan Penglihatan Dan Pendengaran
• Tumor otak yang merusak saraf yang terhubung ke mata atau bagian dari otak yang
memproses informasi visual (visual korteks) dapat menyebabkan masalah penglihatan, seperti
penglihatan ganda atau penurunan lapang pandang.
• Tumor otak yang mempengaruhi saraf pendengaran - terutama neuromas akustik - dapat
menyebabkan gangguan pendengaran di telinga pada sisi yang terlibat otak.
f. Stroke
• Seseorang dengan stroke memiliki gangguan dalam suplai darah ke area otak, yang
menyebabkan otak tidak berfungsi. Otak sangat sensitif terhadap setiap gangguan dalam aliran
darah. Sel-sel otak mulai mati dalam beberapa menit kehilangan pasokan oksigen dan glukosa.
• Para gangguan aliran darah dapat terjadi oleh salah satu dari dua mekanisme, yaitu
hemorrhagic stroke disebabkan oleh perdarahan dari pembuluh darah kecil yang memasok darah
ke otak dan Stroke iskemik disebabkan oleh bekuan darah yang menghalangi aliran darah
melalui arteri yang memasok darah ke otak. Ada dua jenis stroke iskemik: Stroke trombotik
stroke dan emboli. stroke trombotik disebabkan oleh gumpalan darah yang terbentuk di dalam
arteri otak. stroke emboli disebabkan oleh gumpalan darah yang terbentuk di luar pembuluh
darah otak, kemudian gumpalan darah itu berjalan melaui aliran darah dan sampai pada
pembuluh darah otak, gumpalan darah ini selanjutnya menyumbat suplay darah ke otak.
• Pada tumor otak, komplikasi stroke yang timbul dapat berupa Hemorrhagic stroke yang
terjadi akibat pecahnya pembuluh darah otak yang tertekan akibat pembesaran tumor.
g. Epilepsi
• Kejadian sekitar 30% dari tumor otak. Alasannya sebagian besar disebabkan karena
rangsangan langsung atau represi dari tumor yang menyebabkan ganguan listrik pada otak dan
juga tumor otak dapat menyebabkan iritasi pada otak yang dapat menyebabkan kejang
h. Depresi
• Depresi dapat disebabkan karena tumor pada pusat emosi (system limbic) atau karena
keadaan klinis yang disebabkan oleh tumor tersebut, Gejala yang timbul dapat berupa menangis
terus-menerus, kesedihan yang mendalam, social withdrawal, Mudah marah, kecemasan,
penurunan libido, gangguan tidur, tingkah laku yang tidak wajar. Dapat juga karena efek steroid :
mood and sleep changes, ganguan bipolar (manicdepression).
i. Hidrosephalus
• Hidrosephalus terjadi apabila tumor yang terbentuk menghalangi aliran LCS, akibatnya aliran
LCS akan terhambat dan mengakibatkan terbentuknya hidrosephalus. Selain itu peningkatan
tekanan intrakranial juga dapat menghambat aliran LCS.
j. Cerebral Hernia
• Cerebral hernia adalah kondisi, progresif fatal di mana otak terpaksa melalui pembukaan
dalam tengkorak.
• Tumor otak akan menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial, yang kemudian
menyebabkan penggeseran parenkim otak ke foramen Magnum atau transtentorial
k. Ganguan Seksualitas
• Tumor otak sendiri dapat mempengaruhi seksualitas, terutama jika tumor melibatkan daerah
otak yang mengontrol pelepasan hormon yang mempengaruhi libido, termasuk estrogen,
progesteron testosteron, dan. Daerah-daerah yang sama dari otak dapat rusak oleh terapi radiasi,
yang yang dapat juga mengurangi kesuburan dan libido selain itu dapat pula menyababkan
menopouse dini.
l. Terbentuknya Gumpalan Darah
• Adanya Tumor otak mempunyai resiko tinggi terjadinya pembekuan darah. Pembekuan ini
disebut "trombosis vena dalam" (DVT) dan terjadi di pembuluh darah kaki. Gejala yang DVT
meliputi nyeri betis, bengkak, dan perubahan warna kaki, meskipun itu DVT juga bisa terjadi
tanpa gejala. Bahaya itu DVT adalah bahwa mereka dapat pecah dan dibawa oleh aliran darah ke
paru-paru, di mana mereka menyebabkan "thromboemboli paru" (PTE) pembekuan darah di
arteri paru.
7. Pemeriksaan Penunjang
Adapun beberapa pemeriksaan penunjang untuk penyakit tumor otak antara lain :
• Computer Tomografik Scaning (CT SCAN) : CT SCAN digunakan lebih baik dari pada X-
Ray, CT SCAN dapat memberikan informasi tentang jumlah, ukuran, dan densitas (warna
gelap/terang) tumor, dapat memberikan informasi sistem ventrikuler.
• Magnetic Resonance Imaging (MRI) : MRI sangat penting untuk mendiagnosa tumor sampai
lesi terkecil dan tumor pada batang otak dan pituitary.
• Elektroensefalogram (EEG) : dapat mendeteksi gelombang abnormal pada otak yang
disebabkan tumor hal ini dapat mengevaluasi kajang yang ditimbulkan karena gangguan pada
lobus temporal.
• Stereotatic Radiosurgery : meliputi penggunaan kerangka tiga dimensi yang meliputi lokasi
tumor yang sangat tepat, kerangka Stereotatic dan dan study pencitraan multipel (sinar – x) cara
yang digunakan untuk menemukam tumor dan lokasinya.
• Pemeriksaan cytologi : dapat mendeteksi keganasan pada sel yang disebabkan tumor sistem
saraf pusat.
• Foto polos dada
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang akan
memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.
• Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi pemeriksaan ini
tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak yang besar. Umumnya
diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara yang tepat
untuk membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).
• Biopsi stereotaktik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberikan
dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
• Angiografi Serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.
8. Penatalaksanaan Medis
Orang dengan tumor otak memiliki beberapa pilihan pengobatan. Tergantung pada jenis dan
stadium tumor, pasien dapat diobati dengan operasi pembedahan, radioterapi, atau kemoterapi.
Beberapa pasien menerima kombinasi dari perawatan diatas.
Selain itu, pada setiap tahapan penyakit, pasien mungkin menjalani pengobatan untuk
mengendalikan rasa nyeri dari kanker, untuk meringankan efek samping dari terapi, dan untuk
meringankan masalah emosional. Jenis pengobatan ini disebut perawatan paliatif.
a. Pembedahan
Pembedahan adalah pengobatan yang paling umum untuk tumor otak. Tujuannya adalah untuk
mengangkat sebanyak tumor dan meminimalisir sebisa mungkin peluang kehilangan fungsi otak.
Operasi untuk membuka tulang tengkorak disebut kraniotomi. Hal ini dilakukan dengan anestesi
umum. Sebelum operasi dimulai, rambut kepala dicukur. Ahli bedah kemudian membuat sayatan
di kulit kepala menggunakan sejenis gergaji khusus untuk mengangkat sepotong tulang dari
tengkorak. Setelah menghapus sebagian atau seluruh tumor, ahli bedah menutup kembali bukaan
tersebut dengan potongan tulang tadi, sepotong metal atau bahan. Ahli bedah kemudian menutup
sayatan di kulit kepala. Beberapa ahli bedah dapat menggunakan saluran yang ditempatkan di
bawah kulit kepala selama satu atau dua hari setelah operasi untuk meminimalkan akumulasi
darah atau cairan.
Efek samping yang mungkin timbul pasca operasi pembedahan tumor otak adalah sakit kepala
atau rasa tidak nyaman selama beberapa hari pertama setelah operasi. Dalam hal ini dapat
diberikan obat sakit kepala. Masalah lain yang kurang umum yang dapat terjadi adalah
menumpuknya cairan cerebrospinal di otak yang mengakibatkan pembengkakan otak (edema).
Biasanya pasien diberikan steroid untuk meringankan pembengkakan. Sebuah operasi kedua
mungkin diperlukan untuk mengalirkan cairan. Dokter bedah dapat menempatkan sebuah tabung,
panjang dan tipis (shunt) dalam ventrikel otak. Tabung ini diletakkan di bawah kulit ke bagian
lain dari tubuh, biasanya perut. Kelebihan cairan dari otak dialirkan ke perut. Kadang-kadang
cairan dialirkan ke jantung sebagai gantinya.
Infeksi adalah masalah lain yang dapat berkembang setelah operasi (diobati dengan antibiotic).
Operasi otak dapat merusak jaringan normal. kerusakan otak bisa menjadi masalah serius. Pasien
mungkin memiliki masalah berpikir, melihat, atau berbicara. Pasien juga mungkin mengalami
perubahan kepribadian atau kejang. Sebagian besar masalah ini berkurang dengan berlalunya
waktu. Tetapi kadang-kadang kerusakan otak bisa permanen. Pasien mungkin memerlukan terapi
fisik, terapi bicara, atau terapi kerja.
b. Radiosurgery stereotactic
Radiosurgery stereotactic adalah tehnik "knifeless" yang lebih baru untuk menghancurkan tumor
otak tanpa membuka tengkorak. CT scan atau MRI digunakan untuk menentukan lokasi yang
tepat dari tumor di otak. Energi radiasi tingkat tinggi diarahkan ke tumornya dari berbagai sudut
untuk menghancurkan tumornya. Alatnya bervariasi, mulai dari penggunaan pisau gamma, atau
akselerator linier dengan foton, ataupun sinar proton.
Kelebihan dari prosedur knifeless ini adalah memperkecil kemungkinan komplikasi pada pasien
dan memperpendek waktu pemulihan. Kekurangannya adalah tidak adanya sample jaringan
tumor yang dapat diteliti lebih lanjut oleh ahli patologi, serta pembengkakan otak yang dapat
terjadi setelah radioterapi.
Kadang-kadang operasi tidak dimungkinkan. Jika tumor terjadi di batang otak (brainstem) atau
daerah-daerah tertentu lainnya, ahli bedah tidak mungkin dapat mengangkat tumor tanpa
merusak jaringan otak normal. Dalam hal ini pasien dapat menerima radioterapi atau perawatan
lainnya.
c. Radioterapi
Radioterapi menggunakan X-ray untuk membunuh sel-sel tumor. Sebuah mesin besar diarahkan
pada tumor dan jaringan di dekatnya. Mungkin kadang radiasi diarahkan ke seluruh otak atau ke
syaraf tulang belakang.
Radioterapi biasanya dilakukan sesudah operasi. Radiasi membunuh sel-sel tumor (sisa) yang
mungkin tidak dapat diangkat melalui operasi. Radiasi juga dapat dilakukan sebagai terapi
pengganti operasi. Jadwal pengobatan tergantung pada jenis dan ukuran tumor serta usia pasien.
Setiap sesi radioterapi biasanya hanya berlangsung beberapa menit.
d. Kemoterapi
Kemoterapi yaitu penggunaan satu atau lebih obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker.
Kemoterapi diberikan secara oral atau dengan infus intravena ke seluruh tubuh. Obat-obatan
biasanya diberikan dalam 2-4 siklus yang meliputi periode pengobatan dan periode pemulihan.
Dua jenis obat kemoterapi, yaitu: temozolomide (Temodar) dan bevacizumab (Avastin), baru-
baru ini telah mendapat persetujuan untuk pengobatan glioma ganas. Mereka lebih efektif, dan
memiliki efek samping lebih sedikit jika dibandingkan dengan obat-obatan kemo versi lama.
Temozolomide memiliki keunggulan lain, yaitu bisa secara oral.
Untuk beberapa pasien dengan kasus kanker otak kambuhan, ahli bedah biasanya melakukan
operasi pengangkatan tumor dan kemudian melakukan implantasi wafer yang mengandung obat
kemoterapi. Selama beberapa minggu, wafer larut, melepaskan obat ke otak. Obat tersebut
kemudian membunuh sel kankernya.
1. Pemeriksaan fisik
a. BI (Breathing)
Inspeksi : pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medula oblongata
didapatkan adanya kegagalan pernapasan.
Pada klien tanpa kompresi medula oblongata pada pengkajian inspeksi pernapasan tidak ada
kelainan. Palpasi toraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak di
dapatkan bunyi napas tambahan.
b. B2 (Blood)
Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medula oblongata didapatkan
adanya kegagalan sirkulasi. Pada klien tanpa kompresi medula oblongata pada pengkajian tidak
ada kelainan. Tekanan darah biasanya normal, dan tidak ada peningkatan heart rate.
c. B3 (Brain)
Tumor intrakranial sering menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung pada gangguan
fokal dan adanya peningkatan intrakranial . pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus
dan lebih lengkap di bandingkan pengkajian pada sistem lainnya. Trias Klasik tumor otak adalan
nyeri kepala, muntah, dan papiledema. Pengkajian tingkat kesadaran. Kualitas kesadaran klien
merupakan parameter yang paling mendasar dan parameter yang paling penting yang
membutuhkan pengkajian. Tingkat keterjagaan klien dan respon terhadap lingkungan adalah
indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem persarafan. Beberapa sistem digunakan untuk
membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaan.
Pada keadaan lanjut tingkat kesadarn klien tmor intrakranial biasanya berkisar pada tingkat
letargi, stupor, dann semikomatosa. Jika klien sudah mengalami koma, penilaian GCS sangat
penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk pemantauan pemberian
asuhan.
Pengkajian fungsi serebral. Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, dan lobus
frontal.
• Status mental. Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah, dan
aktivitas motorik klien. Pada klien tumor intarkranial tahap lanjut biasanya status mental klien
menglami perubahan.
• Fungsi intelektual. Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi. Pada beberapa kasus
klien mengalami ‘brain damage’ yaitu kesulitan untuk mengenal persamaan dan perbedaan yang
tidak begitu nyata.
• Lobus Frontal. Tumor lobus frontalis memberi gejala perubahan menta, hemiparesis, ataksia,
dan gangguan bicara.
Perubahan mental bermanifestasi sebagai perubahan ringan daam kepribadian. Beberapa klien
mengalami periode depresi, bingung, atau periode ketika tingkah laku klien menjadi aneh.
Perubahan yang paling sering adalah perubahan dalam memberi argumentasi yang sulit dari
perubahan dalam memberi penilaian tentang benar dan salah. Hemiparesis disebabkan oleh
tekanan pada area dan lintasan motorik di dekat tumor.
Jika area motorik terlibat, akan terjadi epilepsi Jackson dan kelemahan motorik yang jelas.
Tumor yang menyerang ujung bawah korteks prasentalis menyebabka kelemahan pada wajah,
lidah, dan ibu jari, sedangkan tumor pada lobulus parasentralis menyebabkan kelemahan pada
kaki dan ekstermitas bawah.
Tumor pada lobus frontalis dapat mengakibatkan gaya berjalan yang tidak mantap, sering
menyerupai ataksia serebelum. Jika lobus frontalis kiri atau yang dominan terkena, akan terihat
adanya afasia dan aparaksia.
Pengkajian saraf kranial. Pengkajian ini meliputi pengkajian saraf kranial I-XII.
• Saraf I. Pada klien dengan tumor intrakranial yang tidak mengalami kompresi saraf ini tidak
memiliki kelainan pada fungsi penciuman.
• Saraf II. Gangguan lapang pandang disebabkan lesi pada bagian tertentu dari lintasan visual.
Papiledema disebabkan oleh stasis vena yang menimbulkan pembengkakan papila saraf optikus.
• Saraf III, IV, dan VI. Adanya kelumpuhan unilateral atau b V. Pada ilateral dari saraf VI
memberikan manifestasi pada suatu tanda adanya glioblastoma multiformis.
• Saraf V. Pada keadaan tumor intrakranial yang tidak menekan saraf trigeminus, tidak ada
kelainan pada fungsi saraf ini. Pada neorolema yang menekan saraf ini akan di dapatkan adanya
paralisis wajah ulilateral.
• Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan otot wajah tertarik
ke bagian sisi sehat.
• Saraf VIII. Pada neorolema di dapatkan adanya tuli persepsi. Tumor lobus temporalis
menyebabkan tinitus dan halusinasi pendengaran yang mungkiin diakibatkan iritasi korteks
pendengaran temporalis atau korteks yang berbatasan.
• Saraf XI dan X. Kemampuan menelan kurang baik, dan terdapat kesulitan membuka mulut.
• Saraf XI. Tidk ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapesiuz.
• Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada suatu sisi dan fasikulasi. Indra pengecap
normal.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi peningkatan intra kranial b.d desak ruang oleh rasa tumor intrakranial.
Tujuan
Tidak terjadi peningkatan tekanan intrakarnial pada klien dalam waktu 3x24 jam
Kriteria Hasil
Klien tidak gelisah, klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual-mual dan muntah, GCS : 4,5,6,
tidak terdapat papiledema, TTV dalam batas normal.
Intervensi :
1. Kaji faktor penyebab situasi atau keadaan individu atau penyebeb koma, atau penurunan
perkusi jaringan dan kemungkinan penyebab peningkatan tekanan intrakarnial.
2. Memonitor TTV tiap 4 jam.
3. Berikan periode istirahat antara tindakan perawatan dan batasi lamanya prosedur.
Rasional :
1. Deteksi dini untuk memprioritaskan intervensi, mengkaji status neurologi atau tanda-tanda
kegagalan untuk munentukan perawatan kegawatan atau tindakan pembedahan.
2. Suatu keadaan normal bila sirkulasi serebral terpelihara dengan baik atau fluktuasi di tandai
dengan tekanan darah sistemik penururnan dan autolegulator kebanyakan tanda penurun
difusilokal paskularisasi darah serebral.
3. Tindakan yang terus menerus dapat meningkatkan tekana intrakarnial oleh efek rangsangan
kumulatif.
b. Nyeri akut b.d traksi dan pegeseran sruktur peka nyeri dalam rongga intrakranial.
Tujuan
Nyeri berkurang atau hilang atau beradaptasi
Kriteria Hasil
Cara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat beradatasi. Dapat mengidetifikasi aktivitas
yang meningkatkan atau menurunkan nyeri. Klien tidak gelisah.
Intervensi :
1. Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan peredah nyeri non farmakologi dan non infasif.
2. Ajarkan relaksasi, teknik-teknik untuk mnurunkan ketengan untuk otot rangka, yang dapat
menurunkan intesitas nyri dan juga tingkatkan relaksasi masase.
3. Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik
Rasional :
1. Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukan
keefektifan mengurangi nyeri.
2. Akan menghasilkan peredaran darah sehingga kebutuhan oksigen oleh jaringan akan
terpenuhi sehingga akan mengurangi nyeri.
3. Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang
(Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan, Muttaqin Ariff, 2008,
Jakarta: Salemba Medika).
C. PATHWAY Tumor Intrakranial (Tumor Otak)
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Tumor otak bisa mengenai segala usia. Tapi umumnya pada usia dewasa muda atau pertengahan,
jarang di bawah usia 10 tahun atau di alas 70 tahun. Sebagian ahli menyatakan insidens pada
laki-laki lebih banyak dibanding wanita, tapi sebagian lagi menyatakan tak ada perbedaan
insidens antara pria dan wanita.
Tumor otak atau tumor intrakranial adalah neoplasma atau proses desak ruang (space occupying
lesion) yang timbul di dalam rongga tengkorak baik di dalam kompartemen supratentorial
maupun infratentorial, mencakup tumor-tumor primer pada korteks, meningen, vaskuler, kelenjar
hipofise, epifise, saraf otak, jaringan penyangga, serta tumor metastasis dari bagian tubuh
lainnya.
Tumor otak menunjukkan manifestasi klinik yang tersebar. Tumor ini dapat menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial (TIK) serta tanda dan gejala lokal sebagai akibat dari tumor
yang menggangu bagian spesifik dari otak. Gejala yang biasanya banyak terjadi akibat tekanan
ini adalah sakit kepala, muntah, papiledema (edema saraf optik), perubahan kepribadian dan
adanya variasi penurunan fokal motorik, sensori dan disfiungsi saraf kranial.
2. Saran
Diharapkan perawat dapat menerapkan pengetahuan mereka tentang penyakit tumot otak ini
untuk diterapkan di tempat mereka bekerja. Dan juga diharapkan pula perawat dapat menerapkan
konsep asuhan keperawatan pada pasien tumor otak dengan semaksimal mungkin. Dengan tujuan
agar pasien – pasien pengidap penyakit tumor otak ini dapat segera sembuh dan dapat
menjalankan aktivitasnya kembali seperti saat sebelum sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
dr. H. Mohamad Isa. Perawatan Penyakit Dalam & Bedah. Pusat Pendidikan Pegawai
Departemen Kesehatan R.I. : Jakarta.
Muttaqin Ariff. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan
Jakarta: Salemba Medika.
Oswari E. 1989. Bedah dan Perawatannya. Jakarta : Gramedia.