Tumbang 3-6 Bulan 5-7 Tahun
-
Upload
agnes-adiguna-wijaya -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
description
Transcript of Tumbang 3-6 Bulan 5-7 Tahun
MAKALAH
KEPERAWATAN ANAK I
TUMBUH KEMBANG ANAK
USIA 3-6 BULAN DAN 5-7 TAHUN
DISUSUN OLEH
1. AGNES ADIGUNA WIJAYA
2. ALBERTIN REZTY YUNITA
3. ARIF RAHMAN HAKIM
4. DESI SIAGIAN
5. NOVI WANDARI
6. RATIH ARI YULIANA
TINGKAT 1I NON REGULER 2
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya
makalah ini dapat terlesaikan tepat pada waktunya.
Makalah yang berjudul “TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 3-6 BULAN
DAN 5-7 TAHUN” ini disusun untuk memenuhi tugas mahasiswa dari mata kuliah
Keperawatan Anak I di jurusan keperawatan Tanjung Karang.
Pada kesempatan ini, penyusun menyampaikan terima kasih kepada :
1 Ibu Nurhayati, S.Pd , M.Pd selaku koordinator mata kuliah Keperawatan
Anak I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan demi
terselesaikannya makalah ini.
2 Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi
kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa pada khususnya
dan masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai
bahan untuk menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat serta pembaca.
Bandar Lampung, Maret 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ......................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Perawatan pada Pasien Pre Operasi Katarak.............................................................. 3
2.2. Operasi katarak .......................................................................................................... 4
2.3. Perawatan Pada Pasien Post Operasi Katarak
....................................................................................................................................
….. .6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................9
3.2 Saran ...........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tetralogi Fallot adalah penyakit jantung bawaan tipe sianotik. Kelainan yang
terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana terjadi defek atau lubang dari bagian
infundibulum septum intraventrikular (sekat antara rongga ventrikel) dengan syarat
defek tersebut paling sedikit sama besar dengan lubang aorta. Sebagai
konsekuensinya, didapatkan adanya empat kelainan anatomi sebagai berikut :
• Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua rongga
ventrikel
• Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang keluar
dari bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan
menimbulkan penyempitan
• Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel kiri
mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari bilik kanan
• Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena
peningkatan tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal
Tetralogi Fallot adalah kelainan jantung sianotik paling banyak yang tejadi pada 5
dari 10.000 kelahiran hidup. TF umumnya berkaitan dengan kelainan jantung lainnya
seperti defek septum atrial.
Tetralogy of Fallot timbul pada +/- 3-6 per 10.000 kelahiran dan menempati
angka 5-7% dari kelainan jantung akibat congenital. Sampai saat ini para dokter tidak
dapat memastikan sebab terjadinya, akan tetapi ,penyebabnya dapat berkaitan dengan
faktor lingkungan dan juga factor genetic atau keduanya. Dapat juga berhubungan
dengan kromosom 22 deletions dan juga diGeorge syndrome. Ia lebih sering muncul
pada laki-laki daripada wanita. Pengertian akan embryology dari penyakit ini adalah
sebagai hasil kegagalan dalam conal septum bagian anterior, menghasilkan kombinasi
klinik berupa VSD, pulmonary stenosis, and overriding aorta. Perkembangan dari
hipertropi ventricle kanan adalah oleh karena kerja yang makin meningkat akibat
defek dari katup pulmonal. Hal ini dapat diminimalkan bahkan dapat dipulihkan
dengan operasi yang dini.
Oleh sebab itulah deteksi dini penyakit ini pada anak-anak sangat penting
sebelum komplikasi yang lebih parah terjadi. Dalam bab berikutnya akan dibahas
secara lengkap mengenai tetralogi fallot, pemeriksaan serta asuhan keperawatan yang
tepat untuk mengatasi masalah ini.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mempelajari keperawatan anak 1 pada sistem kardiovaskuler meliputi
Tetralogi Fallot.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui konsep dasar pada anak menderita tetralogi fallot.
2. Untuk menganalisa dan melakukan pengkajian pada anak menderita tetralogi
fallot.
3. Untuk menganalisa dan merumuskan dignosa keperawatan pada anak
menderita tetralogi fallot.
4. Untuk menentukan intervensi pada anak menderita tetralogi fallot.
5. Untuk melakukan tindakan keperawatan sesuai intervensi pada anak
menderita tetralogi fallot.
6. Untuk melakukan evaluasi pada anak menderita tetralogi fallot.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP PENYAKIT
1. DEFINISI
Adalah suatu penyakit jantung congenital dengan sianosis yang merupakan
kombinasi dari 4 gejala utama yaitu: (1) obstruksi aliran ke luar dari bilik kanan
(stenosis pulmonalis), (2) cacat septum ventrikel, (3) posisi sebelah kanan dari aorta
dan (4) hipertrofi ventrikel kanan bersama – sama membentuk tetralogi fallot.
Pada penyakit ini yang memegang peranan penting adalah defek septum ventrikel dan
stenosis pulmonalis, dengan syarat defek pada ventrikel paling sedikit sama besar
dengan lubang aorta.
Tetralogi fallot adalah kelainan anatomi yang disebabkan oleh kesalahan
dari perkembangan infundibulum ventrikel kanan. Pertama sekali dideskripsikan
oleh Niels Stensen pada tahun 1672. Tetapi pada tahun 1888 seorang dokter dari
Prancis Etienne Fallot menerangkan secara mendetail akan ke 4 kelainan anatomi
yang timbul pada tetralogy of fallot (Fallot:1888).Tetralogi fallot (TF) merupakan
penyakit jantung sianotik yang paling banyak ditemukan dimana tetralogi fallot
menempati urutan keempat penyakit jantung bawaan pada anak setelah defek septum
ventrikel, defek septum atrium danduktus arteriosus persisten atau lebih kurang 10 %
dari seluruh penyakit jantung bawaan, dan merupakan penyebab utama diantara
penyakit jantung bawaan sianotik.
Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung bawaan yang paling sering
ditemukanyang ditandai dengan sianosis akibat adanya pirau kanan ke kiri (Waskitho,
2011). Tetralogi Fallot (TOF) adalah penyakit jantung bawaan tipe sianotik. Kelainan
yang terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana terjadi defek atau lubang
dari bagian infundibulum septum intraventrikular (sekat antara rongga ventrikel)
dengansyarat defek tersebut paling sedikit sama besar dengan lubang aorta (FK
UNRI,2010).Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis
yangditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi defek septum
ventrikel,stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan.
Empat kelainan anatomi sebagai berikut :
1. Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua
ronggaventrikel
2. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah
yangkeluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga
menebaldan menimbulkan penyempitan.
3. Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel
kirimengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar
dari bilik kanan.
4. Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan
karena peningkatan tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis
pulmonal.Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat
beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat.
Stenosis pulmonal bersifat progresif , makin lama makin berat.
2. PATOFISIOLOGI
Pengembalian vena sistemis
Atrium kanan Ventrikel kanan
Menguncup stenosis pulmonalis
Cacat septum ventikel aorta
Ketidakjenuhan darah arteri
Sianosis menetap
Menurut (FK UNRI : 2010) pada tetralogi fallot terdapat empat macam
kelainan jantung yang bersamaan, maka:
1. Darah dari aorta berasal dari ventrikel kanan bukan dari kiri, atau dari
sebuahlubang pada septum, seperti terlihat dalam gambar, sehingga menerima
darah darikedua ventrikel.
2. Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir dari
ventrikelkanan ke paru-paru jauh lebih sedikit dari normal, malah darah
masuk ke aorta.
3. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang
septumventrikel dan kemudian ke aorta atau langsung ke aorta, mengaabaikan
lubangini.
4. Karena jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar darah ke
dalamaorta yang bertekanan tinggi, otot-ototnya akan sangat berkembang,
sehinggaterjadi pembesaran ventrikel kanan.
Kesulitan fisiologis utama akibat Tetralogi Fallot adalah karena darah
tidak melewati paru sehingga tidak mengalami oksigenasi. Sebanyak 75% darah vena
yang kembali ke jantung dapat melintas langsung dari ventrikel kanan ke aorta
tanpamengalami oksigenasi.
TOF dibagi dalam 4 derajat :
1. Derajat I : tak sianosis, kemampuan kerja normal
2. Derajat II : sianosis waktu kerja, kemampuan kerja kurang
3. Derajat III : sianosis waktu istirahat, kuku gelas arloji, waktu kerja
sianosis bertambah, ada dispneu.
4. Derjat IV : sianosis dan dispneu istirahat, ada jari tabuh.
3. ETIOLOGI
Kebanyakan penyebab dari kelainan jantung bawaan tidak diketahui. Biasanya
melibatkan berbagai faktor. Faktor prenatal yang berhubungan dengan resiko
terjadinya tetralogi Fallot adalah:
1. Selama hamil, ibu menderita rubella (campak Jerman) atau infeksi virus lainnya
2. Gizi yang buruk selama hamil
3. Ibu yang alkoholik
4. Usia ibu diatas 40 tahun
5. Ibu menderita diabetes.
Tetralogi Fallot lebih sering ditemukan pada anak-anak yang menderita
sindroma Down. Tetralogi Fallot dimasukkan ke dalam kelainan jantung sianotik
karena terjadi pemompaan darah yang sedikit mengandung oksigen ke seluruh tubuh,
sehingga terjadi sianosis (kulit berwarna ungu kebiruan) dan sesak nafas.
Mungkin gejala sianotik baru timbul di kemudian hari, dimana bayi mengalami
serangan sianotik karena menyusu atau menangis. Tetralogi Fallot terjadi pada sekitar
50 dari 100.000 bayi dan merupakan kelainan jantung bawaan nomor 2 yang paling
sering terjadi.
A. Faktor endogen.
1. Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom (sindrom down)
2. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
3. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus,
hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
B. Faktor eksogen
1. Riwayat kehamilan ibu sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum
obat-obatan tanpa resepdokter seperti thalidmide, dextroamphetamine.
aminopterin, amethopterin, jamu)
2. Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
3. Pajanan terhadap sinar ±X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang
terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90%
kasus penyebab adaah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor
penyebabharus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan , oleh karena pada minggu
kedelapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai. Tetralogi
Fallotdimasukkan ke dalam kelainan jantung sianotik karena terjadi pemompaan
darahyang sedikit mengandung oksigen ke seluruh tubuh, sehingga terjadi sianosis
(kulit berwarna ungu kebiruan) dan sesak nafas. Mungkin gejala sianotik baru timbul
dikemudian hari, dimana bayi mengalami serangan sianotik karena menyusu atau
menangis.
4. MANIFESTASI KLINIS
a. Sianosis
Obstruksi aliran darah keluar ventrikel kanan hipertropi infundibulum
meningkat obstruksi meningkat disertai pertumbuhan yang semakin
meningkat sianosis.
b. Dispnea
Terjadi bila penderita melakukan aktifitas fisik.
c. Serangan-serangan dispnea paroksimal (serangan-serangan anoksia biru)
Semakin bertambah usia, sianosis bertambah berat umum pada pagi
hari.
d. Keterlambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan
Gangguan pada pertambahan tinggi badan terutama pada anak, keadaan
gizi kurang dari kebutuhan normal, pertumbuhan otot-otot dari jaringan
subkutan terlihat kendur dan lunak, masa pubertas terlambat.
e. Denyut pembuluh darah normal
Jantung baisanya dalam ukuran normal, apeks jantung jela sterlihat, suatu
getaran sistolis dapat dirasakan di sepanjang tepi kiri tulang dada, pada
celah parasternal 3 dan 4.
f. Bising sistolik
Terdengar keras dan kasar, dapat menyebar luas, tetai intensita sterbesar
pada tepi kiri tulang dada.
5. KOMPLIKASI
A. Trombosis otak
Biasanya terjadi pada vena cerebralis atau sinus dura dan kadang-kadang pada
arteri cerebralis, lebih sering bila ada polisitemia berat. Dapat juga dipercepat dengan
dehidrasi. Trombosis paling sering terjadi pada penderita di bawah usia 2tahun.
Penderita ini dapat menderita anemia defisiensi besi, sering kali dengan kadar
hemoglobin dan hematokrit dalam batas-batas normal.
B. Endokarditis bakterialis
Terjadi pasca bedah rongga mulut dan tenggorokan seperti manipulasi gigi,
tonsilektomi. Infeksi lokal di kulit juga merupakan sumber infeksi. Pada penderita
yang ingin melakukan pembedahan harus melakukan profilaksis antibiotik.
C. Abses otak
Penderita sering di atas 2 tahun. Gejala berupa demam ringan, atau
perubahan perilaku sedikit demi sedikit. Pada beberapa penderita ada gejala yang
mulainyaakut, yang dapat berkembang sesudah riwayat nyeri kepala, nasea dan
muntah Serangan epileptiform dapat terjadi, terdapatnya tanda-tanda neurologis
localtergantung tempat dan ukuran abses dan adanya kenaikan tekanan intracranial.
Laju endap darah dan hitung sel darah putih biasanya meningkat.
D. Perdarahan
Pada polisitemia berat, trombosit dan fibrinogen menurun hingga dapat
terjadi ptekie, perdarahan gusi.
E. Anemia relatif
6. PENGOBATAN
i. Oksigenasi
ii. Prostaglandin E1 relaksan kuat untuk melebarkan duktus arteriosus
aliran darah pulmonal memadai.
iii. Pencegahan hipotermia, dehidrasi
iv. Pintasan Blalock-Taussig menyambung arteri subklavia ke cabang
arteri pulmonalis homolateral.
Tetralogi fallot hanya bisa disembuhkan melalui operasi. Operasi
direkomendasikan pada usia 1 tahun keatas guna mencegah komplikasi kembali saat
dewasa nantinya. TF dengan absent pulmonary valve atau tanpa adanya katup harus
segera diatasi dengan operasi. Apabila tidak dilakukan maka penekanan di jalan
napas akan menimbulkan penyempitan jalan napas yang permanen. Kebanyakan
pasien dengan operasi yang sukses tidak mengalami keluhan kembali sampai dewasa.
Namun bagaimanapun juga antibiotik profilaksis diperlukan untuk mencegah
endokarditis
Pada serangan sianosis, diberikan oksigen dan morfin. Untuk mencegah
serangan lainnya, untuk sementara waktu bisa diberikan propanolol.
Pembedahan untuk memperbaiki kelainan jantung ini biasanya dilakukan
ketika anak berumur 3-5 tahun (usia pra-sekolah). Pada kelainan yang lebih berat,
pembedahan bisa dilakukan lebih awal.
Pembedahan yang dilakukan terdiri dari 2 tahap:
1. Pembedahan sementara
Pembuatan shunt bisa terlebih dahulu dilakukan pada bayi yang kecil dan
sangat biru, agar aliran darah ke paru-paru cukup. Shunt dibuat diantara aorta dan
arteri pulmonalis. Setelah bayi tumbuh cukup besar, dilakukan pembedahan
perbaikan untuk menutup kembali shunt tersebut.
2. Pembedahan perbaikan terdiri dari:
- penutupan VSD
- pembukaan jalur aliran ventrikel kanan dengan cara membuang sebagian otot yang
berada di bawah katup pulmonalis
- perbaikan atau pengangkatan katup pulmonalis
- pelebaran arteri pulmonalis perifer yang menuju ke paru-paru kiri dan kanan.
Kadang diantara ventrikel kanan dan arteri pulmonalis dipasang sebuah selang
(perbaikan Rastelli). Jika tidak dilakukan pembedahan, penderita biasanya akan
meninggal pada usia 20 tahun.
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk
memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :
1. Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah
2. Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau Iv untuk menekan pusat
pernafasandan mengatasi takipneu.
3. Bikarbonas natrikus 1 Meq/kgBB IV untuk mengatasi asidosis
4. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat
karena permasalahan bukan karena kekuranganoksigen, tetapi karena aliran
darah ke paru menurun. Dengan usaha diatas diharapkan anak tidak lagi
takipnea, sianosis berkurang dan anak menjadi tenang. Bila hal ini tidak
terjadi dapat dilanjutkandengan pemberian.
5. Propanolo l 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan
denyut jantung sehingga seranga dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan
10 ml cairandalam spuit, dosis awal/bolus diberikan separohnya, bila serangan
belum teratasisisanya diberikan perlahan dalam 5-10 menit berikutnya.
6. Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja
meningkatkan resistensi vaskuler sistemik dan juga sedatif
7. penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif
dalam penganan serangan sianotik. Penambahan volume darah juga dapat
meningkatkan
8. curah jantung, sehingga aliran darah ke paru bertambah dan aliran darah
sistemik membawa oksigen ke seluruh tubuh juga meningkat.
Lakukan selanjutnya
1. Propanolol oral 2-4 mg/kg/hari dapat digunakan untuk serangan sianotik 2.
2. Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi3.
3. Hindari dehidrasi
PENCEGAHAN
1. Pemenuhan nutrisi yang baik pada ibu hamil.
2. usia maksimal ibu prenatal tidak lebih 40 tahun.
3. Menghindari pajanan sinar x.
F. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a. PENGKAJIAN
Data yang umum ditemukan pada pasien dengan tetralogi fallot adalah:
i. Cyanosis menyeluruh atau pada membran mukosa bibir, lidah,
konjungtiva. Sianosis juga timbul pada saat menangis, makan, tegang,
berendam dalam air dapat perifer atau sentral.
ii. Dispnea biasanya menyertai aktifitas makan, menangis atau tegang/stress.
iii. Kelemahan, umum pada kaki.
iv. Pertumbuhan dan perkembangan tidak sesuai dengan usia.
v. Digital clubbing
vi. Sakit kepala
vii. Epistaksis
b. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibatsaturasi
oksigen yang rendah. Nilai AGD menunjukkan peningkatantekanan partial
karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsialoksigen (PO2) dan penurunan pH.
Pasien dengan Hb dan Ht normal ataurendah mungkin menderita defisiensi besi. Nilai
juga faktor pembekuandarah (trombosit, protombin time)
B. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal,tidak ada
pembesaran jantung . Tampak pembesaaran aorta asendens.Gambaran khas jantung
tampak apeks jantung terangkat sehingga sepertisepatu.c.
C. Elektrokardiogram
Pada neonatus EKG tidak berbeda dengan anak normal. Pada anak mungkin
gelombang T positif di V1, EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan.
Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan.Gelombang P di hantaran II tinggi (P
pulmonal).
D. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasiventrikel
kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan alirandarah ke paru-paru.
E. Kateterisasi
` Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum
ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari danmendeteksi stenosis
pulmonal perifer. Melihat ukuran a.pulmonalis.Mendeteksi adanya penurunan
saturasi oksigen, peningkatan tekananventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis
normal atau rendah.
c. DIAGNOSA KEPERAWATAN
i. Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung.
ii. Intolerans aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap
kebutuhan tubuh.
iii. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat,
kebutuhan nutrisis jaringan tubuh, isolasi social.
iv. Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat.
d. RENCANA INTERVENSI
i. Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung.
Tujuan: penurunan cardiac output tidak terjadi.
Kriteria hasil: tanda vital dalam batas yang dapat diterima, bebas gejala
gagal jantung, melaporkan penurunan episode dispnea, ikut serta dalam
aktifitas yang mengurangi beban kerja jantung, urine output adekuat: 0,5 –
2 ml/kgBB.
Rencana intervensi dan rasional:
INTERVENSI RASIONAL
Kaji frekuensi nadi,
RR, TD secara teratur
setiap 4 jam.
Catat bunyi jantung.
Kaji perubahan warna
kulit terhadap sianosis dan
pucat.
Pantau intake dan
output setiap 24 jam.
Batasi aktifitas secara
adekuat.
Berikan kondisi
psikologis lingkungan yang
Memonitor adanya perubahan
sirkulasi jantung sedini mungkin.
Mengetahui adanya perubahan
irama jantung.
Pucat menunjukkan adanya
penurunan perfusi perifer terhadap
tidak adekuatnya curah jantung.
Sianosis terjadi sebagai akibat adanya
obstruksi aliran darah pada ventrikel.
Ginjal berespon untuk
menurunkna curah jantung dengan
menahan produksi cairan dan
natrium.
Istirahat memadai diperlukan
untuk memperbaiki efisiensi
kontraksi jantung dan menurunkan
tenang. komsumsi O2 dan kerja berlebihan.
Stres emosi menghasilkan
vasokontriksi yangmeningkatkan TD
dan meningkatkan kerja jantung.
ii. Intolerans aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap
kebutuhan tubuh.
Tujuan: Pasien akan menunjukkan keseimbangan energi yang adekuat.
Kriteria hasil: Pasien dapat mengikuti aktifitas sesuai kemampuan,
istirahat tidur tercukupi.
Rencana intervensi dan rasional:
INTERVENSI RASIONAL
Ikuti pola istirahat
pasien, hindari pemberian
intervensi pada saat
istirahat.
Lakukan perawatan
dengan cepat, hindari
pengeluaran energi berlebih
dari pasien.
Bantu pasien memilih
kegiatan yang tidak
melelahkan.
Hindari perubahan
suhu lingkungan yang
mendadak.
Kurangi kecemasan
pasien dengan memberi
penjelasan yang dibutuhkan
pasien dan keluarga.
Respon perubahan
keadaan psikologis pasien
(menangis, murung dll)
dengan baik.
Menghindari gangguan pada
istirahat tidur pasien sehingga
kebutuhan energi dapat dibatasi
untuk aktifitas lain yang lebih
penting.
Meningkatkan kebutuhan
istirahat pasien dan menghemat
energi paisen.
Menghindarkan psien dari
kegiatna yang melelahkan dan
meningkatkan beban kerja jantung.
Perubahan suhu lingkungna
yang mendadak merangsang
kebutuhan akan oksigen yang
meningkat.
Kecemasan meningkatkan
respon psikologis yang merangsang
peningkatan kortisol dan
meningkatkan suplai O2.
Stres dan kecemasan
berpengaruh terhadap kebutuhan O2
jaringan.
iii. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat,
kebutuhan nutrisis jaringan tubuh, isolasi social.
Tujuan: Pertumbuhan dan perembangan dapat mengikuti kurca tumbuh
kembang sesuai dengan usia.
Kriteria hasil: Pasien dapat mengikuti tahap pertumbuhan dan
perkembangan yang sesuia dengan usia, pasien terbebas dari isolasi social.
Rencana intervensi dan rasional:
INTERVENSI RASIONAL
Sediakan kebutuhan
nutrisi adekuat.
Monitor BB/TB, buat
catatan khusus sebagai
monitor.
Kolaborasi intake Fe
dalam nutrisi.
Menunjang kebutuhan nutrisi
pada masa pertumbuhan dan
perkembangan serta meningkatkan
daya tahan tubuh.
Sebagai monitor terhadap
keadaan pertumbuhan dan keadaan
gizi pasien selama dirawat.
Mencegah terjadinya anemia
sedini mungkin sebagi akibat
penurunan kardiak output.
iv. Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat.
Tujuan: Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil: Bebas dari tanda – tanda infeksi.
Rencana intervensi dan rasional:
INTERVENSI RASIONAL
Kaji tanda vital dan
tanda – tanda infeksi umum
lainnya.
Hindari kontak dengan
sumber infeksi.
Sediakan waktu
istirahat yang adekuat.
Sediakan kebutuhan
nutrisi yang adekuat sesuai
kebutuhan.
Memonitor gejala dan tanda
infeksi sedini mungkin.
Menghindarkan pasien dari
kemungkinan terkena infeksi dari
sumber yang dapat dihindari.
Istirahat adekuat membantu
meningkatkan keadaan umum pasien.
Nutrisi adekuat menunjang daya
tahan tubuh pasien yang optimal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tetralogi Fallot adalah suatu penyakit jantung congenital dengan sianosis yang
merupakan kombinasi dari 4 gejala utama yaitu: (1) obstruksi aliran ke luar dari bilik
kanan (stenosis pulmonalis), (2) cacat septum ventrikel, (3) posisi sebelah kanan dari
aorta dan (4) hipertrofi ventrikel kanan bersama – sama membentuk tetralogi fallot.
Pada penyakit ini yang memegang peranan penting adalah defek septum ventrikel dan
stenosis pulmonalis, dengan syarat defek pada ventrikel paling sedikit sama besar
dengan lubang aorta.
Kebanyakan penyebab dari kelainan jantung bawaan tidak diketahui. Biasanya
melibatkan berbagai faktor.
a. Faktor endogen.
1. Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom (sindrom down)2.
2. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan3.
3. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus,
hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
b. Faktor eksogen
1. Riwayat kehamilan ibusebelumnya ikut program KB oral atau suntik,
minum obat-obatan tanpa resepdokter seperti thalidmide,
dextroamphetamine. aminopterin, amethopterin, jamu)2.
2. Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
3. Pajanan terhadap sinar ±X
Tetralogi fallot hanya bisa disembuhkan melalui operasi. Operasi
direkomendasikan pada usia 1 tahun keatas guna mencegah komplikasi kembali saat
dewasa nantinya. TF dengan absent pulmonary valve atau tanpa adanya katup harus
segera diatasi dengan operasi.
3.2 Saran
Mahasiswa harus mengerti tentang keperawatan anak I pada sistem
kardiovaskuler. Oleh karena itu, mahasiswa mampu memahami kelainan tetralogi
fallot yang ada di sistem kardiovaskuler dan dapat melakukan asuhan keperawatan
kepada klien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arthur C. Guyton and John E. Hall ( 1997), Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
2. Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse,
Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
3. Nelson (1993), Ilmu Kesehatan Anak: Textbook of
Pediatrics Edisi 12, Buku kedokteran EGC, Jakarta.
4. Sylvia A. Price (1995), Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses - Proses Penyakit Edisi 4, Buku kedokteran EGC, Jakarta.
5. Wong and Whaley’s (1996), Clinical Manual of
Pediatrics Nursing 4th Edition, Mosby-Year Book, St.Louis, Missouri.