Tujuh Syarat Melaksanakan YADNYA Agar BERKUALITAS
-
Upload
wayanarjana -
Category
Documents
-
view
532 -
download
4
description
Transcript of Tujuh Syarat Melaksanakan YADNYA Agar BERKUALITAS
![Page 1: Tujuh Syarat Melaksanakan YADNYA Agar BERKUALITAS](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022082200/55cf9397550346f57b9de098/html5/thumbnails/1.jpg)
Tujuh Syarat melaksanakan YADNYA agar BERKUALITAS
1. Sradha pelaksanaan yajna hendaknya dengan keyakinan penuh, diyakini kebenarannya yang bersifat
mutlak. Yajna tidak akan membawa dampak spiritual kalau tidak dilatarbelakangi oleh suatu
keyakinan yang mantap. Tanpa keyakinan yang mantap, lambang atau symbol yang terdapat
dalam upakara hanya akan berarti sebagai pajangan keindahan belaka tanpa arti. Bhima
memandang perintah guru Drona untuk mencari Tirtha Kamandhalu sebagai suatu yajna.
Dijalaninya dengan keyakinan yang mantap, tanda keraguan, tidak memikirkan segala akibatnya,
dengan keyakinannya itu akhirnya Bhima berhasil mendapatkan Tirtha kamandhalu.
2. Lascarya
suatu pengorbanan / persembahan besar atau kecil, sedikit atau pun banyak dari ukuran materi
hendaknya dengan penuh keiklasan. Orang yang pikirannya masih diselimuti keragu-raguan
melaksanakan yajna tidak akan mendapatkan anugerah dari Hyang Widhi. Dewi Kunti Ibu dari
Panca Pandawa atas permintaan Dewi Durga untuk mempersembahkan salah satu putranya.
Dengan diselimuti keragua-raguan Dewi Kunti menghaturkan Sahadewa putra tirinya kepada
Dewi Durga. Saat keragu-raguan dalam beryajna inilah maka Kalika Raksasi (Bhuta kala)
menyusup ke dalam diri Kunti. Kunti menjadi emosi menyeret Sahadawa. Sahadewa dengan
tulus iklas menyerahkan diri. Karena keiklasannya Dewa Siwa masuk ke dalam tubuh Sahadewa,
Sahadewa menjadi sakti dan tidak bisa disantap oleh Dewi Durga. Bahkan Dewi Durga yang
berujud mengerikan berubah menjadi cantik kembali sebagai Dewi Uma.
3. Sastra
beryajna haruslah dilaksanakan berdasarkan petunjuk sastra. Kata sastra dalam hal ini adalah
peraturan atau ketentuan hukum yang bersumber dari kitab suci.
4. Daksina
![Page 2: Tujuh Syarat Melaksanakan YADNYA Agar BERKUALITAS](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022082200/55cf9397550346f57b9de098/html5/thumbnails/2.jpg)
suatu penghormatan dan penghargaan dalam bentuk harta benda atau uang yang dihaturkan
secara tulus iklas kepada pemimpin upacara (Pandita, Pinandita/Pemangku), yang telah berjasa
sehingga upacara berjalan aman, lancar dan sukses.
5. Mantra
setiap pelaksanaan upacara keagamaan yang berkualitas unsur mantra atau Gita nyanyian ke-
Tuhan-an adalah sangat penting. Lagu-lagu suci untuk pemujaan diucapkan umat, Pinandita dan
Pandita sesuai dengan ketentuan dan aturannya.
6. Annasewa
jamuan makan atau minum kepada tamu upacara (atithi yajna) sesuai dengan kemampuan
masing-masing juga sebagai salah satu syarat yajna yang baik. Namun demikian jamuan ini tidak
boleh dipaksakan. Kalau dipaksakan bukanlah disebut yajna yang satwika.
7. Nasmita
suatu upacara agama hendaknya tidak dilangsungkan dengan tujuan pamer kemewahan atau
pamer kekayaan dengan maksud tamu dan tetangga berdecak kagum. Tetapi bukan berarti yang
mampu tidak boleh menampilkan kemewahan dan keindahan dalam upacara yajna, asalkan
kemewahan dan keindahan yang dihadirkan itu hanya pantas dilangsungkan dengan tujuan
menganggungkan nama Tuhan. Atau dengan kata lain tidak menekankan semata-mata aspek
ritual dan seremonial belaka.
3 kualitas yadya
1. Satwika yajna
yaitu yajna yang dilakukan sesuai dengan kitab-kitab suci, dilakukan tanpa mengharaf
pahala, dan percaya sepenuhnya bahwa upacara ini sebagai tugas dan kewajiban.
2. Tamasika yajna
![Page 3: Tujuh Syarat Melaksanakan YADNYA Agar BERKUALITAS](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022082200/55cf9397550346f57b9de098/html5/thumbnails/3.jpg)
yaitu yajna yang dilakukan dengan mengharapkan ganjaran / hasil dan semata-mata untuk
kemegahan atau prestise.
3. Rajasika yajna
yaitu yajna yang dilakukan tanpa aturan (bertentangan), makanan tidak dihidangkan, tanpa
mantra, sedekah dan keyakinan.
Pelaksanaan upacara agama akan lebih mantap dan lengkap apabila diikuti dengan
Panca Gita, yaitu:
1. Kentongan: sebagai petanda masyarakat Hindu mulai berkumpul di tempat
upacara.
2. Gong: musik tradisional untuk mengiringi upacara.
3. Kidung: Dharmagita yang dikumandangkan.
4. Doa atau puja mantra dari sulinggih
5. Genta: suara genta/bajra yang dibunyikan sulinggih untuk mengiringi doa
pujaan. Gita dan tarian merupakan penjabaran perilaku Sulinggih/Sang
Sadaka saat memimpin upacara keagamaan. Puja Sulinggih berkembang
menjadi gita, suara bajra berkembang menjadi gamelan, dan tangan atau
sikap Mudra menjadi tari-tarian.
Sarasamuscaya 18.
Mwang kottaman ikang dharma, prasiddha sangkaning hitawasana, irikan mulahaken ya, mwang
pinakasraya sang pandita,sangksepanya, dharma mantasakenikang triloka.
![Page 4: Tujuh Syarat Melaksanakan YADNYA Agar BERKUALITAS](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022082200/55cf9397550346f57b9de098/html5/thumbnails/4.jpg)
Artinya : Dan keutamaan dharma itu sesungguhnya merupakan sumbernya darang kebahagiaan
bagi yang melaksanakannya, lagipula dharma itu merupakan perlindungan orang yang berilmu,
tegasnya hanya dharma yg dapat melebur dosa triloka atau jagat tiga ini.
Jadi dengan mengurangi keberpikiran, keterikatan, serta keternikmatan atas karma yang lalu, kita
akhrinya hidup dalam masa kini dan melebut “itu” sendiri, walaupun masih akan terasa di
hidupan. Dengan memberi start atau memulai melaksanakan dharma, maka lambat laun karma
buruk akan lenyap walaupun kita merasakan masih itu, tapi keterlupaan karena menyibukkan diri
pada dharma akan membuat ujian melaksanakan dharma adalah sebagai pembelajaran tersendiri.