Tujuh Syarat Melaksanakan YADNYA Agar BERKUALITAS

5
Tujuh Syarat melaksanakan YADNYA agar BERKUALITAS 1. Sradha pelaksanaan yajna hendaknya dengan keyakinan penuh, diyakini kebenarannya yang bersifat mutlak. Yajna tidak akan membawa dampak spiritual kalau tidak dilatarbelakangi oleh suatu keyakinan yang mantap. Tanpa keyakinan yang mantap, lambang atau symbol yang terdapat dalam upakara hanya akan berarti sebagai pajangan keindahan belaka tanpa arti. Bhima memandang perintah guru Drona untuk mencari Tirtha Kamandhalu sebagai suatu yajna. Dijalaninya dengan keyakinan yang mantap, tanda keraguan, tidak memikirkan segala akibatnya, dengan keyakinannya itu akhirnya Bhima berhasil mendapatkan Tirtha kamandhalu. 2. Lascarya suatu pengorbanan / persembahan besar atau kecil, sedikit atau pun banyak dari ukuran materi hendaknya dengan penuh keiklasan. Orang yang pikirannya masih diselimuti keragu-raguan melaksanakan yajna tidak akan mendapatkan anugerah dari Hyang Widhi. Dewi Kunti Ibu dari Panca Pandawa atas permintaan Dewi Durga untuk mempersembahkan salah satu putranya. Dengan diselimuti keragua- raguan Dewi Kunti menghaturkan Sahadewa putra tirinya kepada Dewi Durga. Saat keragu-raguan dalam beryajna inilah maka Kalika Raksasi (Bhuta kala) menyusup ke dalam diri Kunti. Kunti menjadi

description

syarat syarat dalam beyadya agama hindu

Transcript of Tujuh Syarat Melaksanakan YADNYA Agar BERKUALITAS

Page 1: Tujuh Syarat Melaksanakan YADNYA Agar BERKUALITAS

Tujuh Syarat melaksanakan YADNYA agar BERKUALITAS

1. Sradha pelaksanaan yajna hendaknya dengan keyakinan penuh, diyakini kebenarannya yang bersifat

mutlak. Yajna tidak akan membawa dampak spiritual kalau tidak dilatarbelakangi oleh suatu

keyakinan yang mantap. Tanpa keyakinan yang mantap, lambang atau symbol yang terdapat

dalam upakara hanya akan berarti sebagai pajangan keindahan belaka tanpa arti. Bhima

memandang perintah guru Drona untuk mencari Tirtha Kamandhalu sebagai suatu yajna.

Dijalaninya dengan keyakinan yang mantap, tanda keraguan, tidak memikirkan segala akibatnya,

dengan keyakinannya itu akhirnya Bhima berhasil mendapatkan Tirtha kamandhalu.

2. Lascarya

suatu pengorbanan / persembahan besar atau kecil, sedikit atau pun banyak dari ukuran materi

hendaknya dengan penuh keiklasan. Orang yang pikirannya masih diselimuti keragu-raguan

melaksanakan yajna tidak akan mendapatkan anugerah dari Hyang Widhi. Dewi Kunti Ibu dari

Panca Pandawa atas permintaan Dewi Durga untuk mempersembahkan salah satu putranya.

Dengan diselimuti keragua-raguan Dewi Kunti menghaturkan Sahadewa putra tirinya kepada

Dewi Durga. Saat keragu-raguan dalam beryajna inilah maka Kalika Raksasi (Bhuta kala)

menyusup ke dalam diri Kunti. Kunti menjadi emosi menyeret Sahadawa. Sahadewa dengan

tulus iklas menyerahkan diri. Karena keiklasannya Dewa Siwa masuk ke dalam tubuh Sahadewa,

Sahadewa menjadi sakti dan tidak bisa disantap oleh Dewi Durga. Bahkan Dewi Durga yang

berujud mengerikan berubah menjadi cantik kembali sebagai Dewi Uma.

3. Sastra

beryajna haruslah dilaksanakan berdasarkan petunjuk sastra. Kata sastra dalam hal ini adalah

peraturan atau ketentuan hukum yang bersumber dari kitab suci.

4. Daksina

Page 2: Tujuh Syarat Melaksanakan YADNYA Agar BERKUALITAS

suatu penghormatan dan penghargaan dalam bentuk harta benda atau uang yang dihaturkan

secara tulus iklas kepada pemimpin upacara (Pandita, Pinandita/Pemangku), yang telah berjasa

sehingga upacara berjalan aman, lancar dan sukses.

5. Mantra

setiap pelaksanaan upacara keagamaan yang berkualitas unsur mantra atau Gita nyanyian ke-

Tuhan-an adalah sangat penting. Lagu-lagu suci untuk pemujaan diucapkan umat, Pinandita dan

Pandita sesuai dengan ketentuan dan aturannya.

6. Annasewa

jamuan makan atau minum kepada tamu upacara (atithi yajna) sesuai dengan kemampuan

masing-masing juga sebagai salah satu syarat yajna yang baik. Namun demikian jamuan ini tidak

boleh dipaksakan. Kalau dipaksakan bukanlah disebut yajna yang satwika.

7. Nasmita

suatu upacara agama hendaknya tidak dilangsungkan dengan tujuan pamer kemewahan atau

pamer kekayaan dengan maksud tamu dan tetangga berdecak kagum. Tetapi bukan berarti yang

mampu tidak boleh menampilkan kemewahan dan keindahan dalam upacara yajna, asalkan

kemewahan dan keindahan yang dihadirkan itu hanya pantas dilangsungkan dengan tujuan

menganggungkan nama Tuhan. Atau dengan kata lain tidak menekankan semata-mata aspek

ritual dan seremonial belaka.

3 kualitas yadya

1. Satwika yajna

yaitu yajna yang dilakukan sesuai dengan kitab-kitab suci, dilakukan tanpa mengharaf

pahala, dan percaya sepenuhnya bahwa upacara ini sebagai tugas dan kewajiban.

2. Tamasika yajna

Page 3: Tujuh Syarat Melaksanakan YADNYA Agar BERKUALITAS

yaitu yajna yang dilakukan dengan mengharapkan ganjaran / hasil dan semata-mata untuk

kemegahan atau prestise.

3. Rajasika yajna

yaitu yajna yang dilakukan tanpa aturan (bertentangan), makanan tidak dihidangkan, tanpa

mantra, sedekah dan keyakinan.

Pelaksanaan upacara agama akan lebih mantap dan lengkap apabila diikuti dengan

Panca Gita, yaitu:

1. Kentongan: sebagai petanda masyarakat Hindu mulai berkumpul di tempat

upacara.

2. Gong: musik tradisional untuk mengiringi upacara.

3. Kidung: Dharmagita yang dikumandangkan.

4. Doa atau puja mantra dari sulinggih

5. Genta: suara genta/bajra yang dibunyikan sulinggih untuk mengiringi doa

pujaan. Gita dan tarian merupakan penjabaran perilaku Sulinggih/Sang

Sadaka saat memimpin upacara keagamaan. Puja Sulinggih berkembang

menjadi gita, suara bajra berkembang menjadi gamelan, dan tangan atau

sikap Mudra menjadi tari-tarian.

Sarasamuscaya 18.

Mwang kottaman ikang dharma, prasiddha sangkaning hitawasana, irikan mulahaken ya, mwang

pinakasraya sang pandita,sangksepanya, dharma mantasakenikang triloka.

Page 4: Tujuh Syarat Melaksanakan YADNYA Agar BERKUALITAS

Artinya : Dan keutamaan dharma itu sesungguhnya merupakan sumbernya darang kebahagiaan

bagi yang melaksanakannya, lagipula dharma itu merupakan perlindungan orang yang berilmu,

tegasnya hanya dharma yg dapat melebur dosa triloka atau jagat tiga ini.

Jadi dengan mengurangi keberpikiran, keterikatan, serta keternikmatan atas karma yang lalu, kita

akhrinya hidup dalam masa kini dan melebut “itu” sendiri, walaupun masih akan terasa di

hidupan. Dengan memberi start atau memulai melaksanakan dharma, maka lambat laun karma

buruk akan lenyap walaupun kita merasakan masih itu, tapi keterlupaan karena menyibukkan diri

pada dharma akan membuat ujian melaksanakan dharma adalah sebagai pembelajaran tersendiri.