tugas23

10
1 KASUS TUBERKULOSIS PARU Anamnesis: batuk produktif>2minggu disertai gejala respirasi (sesak, nyeri dada, hemoptisis) atau non respirasi (demam,tidak nafsu makan, penurunan BB, keringat malam, mudah lelah, benjolan leher), faktor usia, imunitas, status HIV, prevalensi HIV dalam populasi. PF: suara nafas bronkial, amforik, melemah, ronki basah, tanda2 penarikan paru, diafragma dan mediastinum. Pada perkusiredup atau pekak. Auskultas melemah. Pembesaran KGB di leher atau ketiak Penunjang:pemeriksaan bakteriologi dari dahak, cairan pleura, LCS, bilasan bronkus, bilasan lambung, BAL, urin, feses, biopsi Pengambilan dahak 2x, minimal 1x pagi hari-->Ziehl-Nielsen, auramin-rhodamin Pemeriksaan biakan kuman:lowenstein jensen, ogawa, kudoh, PCR Pemeriksaan radiologi: PA. Curiga TB aktif : infiltrat apek, posterior lobus atas, superior lobus bawah, javitas, milier, efusi pleura bilateral Curiga TB inaktif: fibrotik, kalsifikasi, penebalan pleura, destroyed lung Penunjang lain:analisis cairan pleura, histopatologi jaringan, darah Regimen OAT yang digunakan di Indonesia A. Pasien baru 2RHZE/ 4H 3 R 3 (4HR) Pasien baru TB paru BTA positif Pasien TB paru BTA negatif dengan foto toraks positif Pasien TB paru berat dengan TB ekstra paru B. Riwayat pengobatan TB lini pertama 2RHZES/ RHZE/ 5RHE Pasien yang kambuh setelah sebelumnya sudah dinyatakan sembuh dari tuberkulosis Pasien gagal, yaitu pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau akhir pengobatan Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default), yaitu pasien yang telah menjalani pengobatan ≥1 bulan dan tidak meminum obat selama 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai. C. MDR

description

asdas

Transcript of tugas23

  • 1

    KASUS TUBERKULOSIS PARU

    Anamnesis: batuk produktif>2minggu disertai gejala respirasi (sesak, nyeri dada, hemoptisis)

    atau non respirasi (demam,tidak nafsu makan, penurunan BB, keringat malam, mudah lelah,

    benjolan leher), faktor usia, imunitas, status HIV, prevalensi HIV dalam populasi.

    PF: suara nafas bronkial, amforik, melemah, ronki basah, tanda2 penarikan paru, diafragma

    dan mediastinum. Pada perkusiredup atau pekak. Auskultas melemah. Pembesaran KGB di

    leher atau ketiak

    Penunjang:pemeriksaan bakteriologi dari dahak, cairan pleura, LCS, bilasan bronkus, bilasan

    lambung, BAL, urin, feses, biopsi

    Pengambilan dahak 2x, minimal 1x pagi hari-->Ziehl-Nielsen, auramin-rhodamin

    Pemeriksaan biakan kuman:lowenstein jensen, ogawa, kudoh, PCR

    Pemeriksaan radiologi: PA. Curiga TB aktif : infiltrat apek, posterior lobus atas, superior

    lobus bawah, javitas, milier, efusi pleura bilateral

    Curiga TB inaktif: fibrotik, kalsifikasi, penebalan pleura, destroyed lung

    Penunjang lain:analisis cairan pleura, histopatologi jaringan, darah

    Regimen OAT yang digunakan di Indonesia

    A. Pasien baru

    2RHZE/ 4H3R3 (4HR)

    Pasien baru TB paru BTA positif

    Pasien TB paru BTA negatif dengan foto toraks positif

    Pasien TB paru berat dengan TB ekstra paru

    B. Riwayat pengobatan TB lini pertama

    2RHZES/ RHZE/ 5RHE

    Pasien yang kambuh setelah sebelumnya sudah dinyatakan sembuh dari tuberkulosis

    Pasien gagal, yaitu pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif

    pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau akhir pengobatan

    Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default), yaitu pasien yang telah menjalani

    pengobatan 1 bulan dan tidak meminum obat selama 2 bulan berturut-turut atau lebih

    sebelum masa pengobatannya selesai.

    C. MDR

  • 2

    Efek samping berbagai obat TBC, dan apa yang harus dilakukan jika efek samping tersebut

    timbul.

    Klinik Sumber Waras

    Jl. PB Sudirman No.35-36

    Telp. (021) 553-4500 Fax. (021) 552-7500

    PO BOX 635 TNG 15111

    Tangerang

    Dokter. Tangerang,..........................

    R/ Rifampisin 450 mg tab No. XIV

    1 dd tab I

    R/ Isoniazid 300 mg tab No. XIV

  • 3

    1 dd tab I a.c.

    R/ Etambutol 500 mg tab No.XXVIII

    1 dd tab 2

    R/ Pirazinamid 450 mg tab No. XXVIII

    1 dd tab 2

    Pro :Ny. Mira

    Umur/BB :23 Tahun/50 kg

    Alamat : Jl. Otista III/64 Jaktim

    7. Jika sediaan fixed dose combination (FDC) tersedia, tentukan dosisnya dan buat juga

    resepnnya

    Klinik Sumber Waras

    Jl. PB Sudirman No.35-36

    Telp. (021) 553-4500 Fax. (021) 552-7500

    PO BOX 635 TNG 15111

    Tangerang

    Dokter. Tangerang,..........................

    R/ RHZE 150/75/400/275 FDC No. XLII

    1 dd 3 tab ac

  • 4

    Pro : Ny. Mira

    Umur/BB : 23 tahun/50 kg

    Alamat : Jalan Otista III/64 Jaktim

    8. Kapan pasien tersebut harus datang kontrol? Apa yang harus anda monitoring?Pasien

    dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama pengobatan, selanjutnya setiap 1 bulan

    menilai kerusakan hati dan bilirubin:

    Bila klinis (+) (ikterik +, mual dan muntah +), maka OAT dihentikan

    Bila gejala (+) dan SGOT, SGPT 3, maka OAT dihentikan

    Bila gejala klinis (-), dengan hasil laboratorium:

    - Bilirubin >2, maka OAT dihentikan

    - SGOT, SGPT 5 kali, maka OAT dihentikan

    - SGOT, SGPT 3 kali, maka pengobatan diteruskan

    Bila drug induced hepatitis telah diatasi, OAT dapat mulai diberikan . Dimulai dari obat

    rifampisin, 3-7 hari berikutnya diberikan isoniazid. Pasien dengan riwayat kuning sebaiknya

    tidak lagi diberikan pirazinamid.

    ASMA

    Riwayat penyakit/ gejala:

    Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa pengobatan

    Gejala berupa batuk, sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak

    Gejala terutama timbul/ memburuk di malam/ dini hari

    Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu

    Respons terhadap pemberian bronkodilator

    Riwayat keluarga (atopi)

    Riwayat alergi/ atopi

    Faktor pencetus dapat berupa:influenza, pajanan terhadap alergen tungau, debu rumah,

    bulu binatang, rokok, minyak wangi,lari, takut, marah, frustasi, tertawa berlebihan, Obat

    obatan aspirin, penyekat beta, AINS, lingkungan kerja: uap zat kimia, haid, kehamilan,

    sinusitis

    Pemeriksaan fisik:Pada serangan ringan, mengi hanya terdengar saat ekspirasi paksa. Mengi

    tidak dapat terdengat pada serangan yang sangat berat tetapi biasanya disertai gejala lain

    seperti sianosis, gelisah, takikardi, dan penggunaan otot bantu pernapasan.

    Pemeriksaan penunjang:Faal paru, Spirometri,Arus puncak ekspirasi

    Pemeriksaan lain:Uji provokasi bronkus.

  • 5

    Klasifikasi Asma

    Tabel 1. Klasifikasi derajat asma berdasarkan gambaran klinis (sebelum pengobatan)

    Derajat Asma Gejala Gejala Malam Faal Paru

    Intermiten Bulanan APE 80%

    1x/minggu,

    tetapi 2 kali sebulan VEP1 80% nilai prediksi

    APE 80% nilai terbaik

    Variabiliti APE 20-

    30%

    Persisten Sedang Harian APE 60-80%

    Gejala setiap hari

    Serangan mengganggu

    aktiviti dan tidur

    Membutuhkan

    bronkodilator setiap

    hari

    > 1x/minggu VEP1 60-80% nilai

    prediksi

    APE 60-80% nilai

    terbaik

    Variabiliti APE

    >30%

    Persisten Berat Kontinyu APE 60%

    Gejala terus menerus

    Sering kambuh

    Aktiviti fisik terbatas

    Sering VEP1 60% nilai prediksi

    APE 60% nilai terbaik

    Variabiliti APE

    >30%

    Tabel 2. Klasifikasi asma menurut beratnya serangan

    Source: The Global Initiative for Asthma (GINA) 2006

  • 6

  • 7

    2.6 Diagnosis Banding

    2.7 Pengobatan

    VERTIGO

    Jenis-Jenis Vertigo

    Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral (batang otak, serebelum, atau otak) atau di

    perifer (telinga dalam atau saraf vestibular). Kedua jenis vertigo ini perlu dibedakan karena

    terapi dan prognosisnya dapat berbeda.

    Vertigo Sentral

    Gangguan di batang otak atau di serebelum biasanya merupakan penyebab vertigo

    jenis sentral. Untuk menentukan apakah gangguan berada di batang otak, kita selidiki

    apakah terdapat gejala lain yang khas bagi gangguan di batang otak, misalnya diplopia,

    parestesia, perubahan sensibilitas dan fungsi motorik.

    Gangguan atau disfungsi serebelum kadang-kadang sulit ditentukan karena gejalanya

    dapat menyerupai gangguan vestibuler perifer. Perlu dicari gejala gangguan serebelar

  • 8

    lainnya, seperti gangguan koordinasi. Penderita gangguan serebelar mungkin mempunyai

    kesulitan melaksanakan gerak supinasi dan pronasi tangannya secara berturut-turut

    (dysdiadochokinesia)

    Percobaan tunjuk hidung dilakukan dengan buruk dan terlihat adanya ataksia.

    Gangguan berjalan dapat dijumpai pada kelainan sentrl dan juga pada gangguan vestibuler

    jenis perifer. Dengan demikian gangguan berjalan tidak dapat digunakan sebagai pembeda

    antara vertigo sentral dan vertigo perifer.

    Vertigo Perifer

    Lamanya vertigo berlangsung:

    1. Episode (serangan) vertigo yang berlangsung beberapa detik

    Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional benigna. Serangan vertigo

    dapat dicetuskan oleh perubahan posisi kepala. Prognosis umumnya baik, gejala akan

    menghilang secara spontan.

    2. Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam

    Vertigo ini dapat dijumpai pada Penyakit Meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit

    Meniere mempunyai trias gejala, yaitu: ketajaman pendengaran menurun (tuli), vertigo, dan

    tinnitus. Biasanya penyakitMeniere dapat didiagnosis berdasarkan anamnesis. Pemeriksaan

    fisik mungkin menunjukkan adanya penurunan pendengaran dan kesulitan dalam berjalan

    tandem dengan mata tertutup. Pemeriksaan elekrtronistagmografi sering memberikan bukti

    bahwa terdapat penurunan fungsi vestibuler perifer. Perjalanan yang khas daripada penyakit

    Meniere ialah terdapat kelompok serangan-serangan vertigo yang diselingi oleh masa

    remisi.

    3. Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu

    Neuritis vestibular merupakan kelainan yang sering dating ke unit darurat. Pada penyakit ini,

    mulainya vertigo dan nausea serta muntah yang menyertainya ialah mendadak, dan gejala

    dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Fungsi pendengaran tidak

    terganggu pada neuritis vestibular. Pada pemeriksaan fisik mungkin dijumpai nistagmus,

    yang menjauhi telinga yang terjkena. Pemeriksaan ENG menunjukkan penyembuhan total

    pada beberapa penderita.

    Diagnosis Vertigo

    Pada umumnya diagnosis klinis vertigo tidak sulit, lebih sulit menentukan diagnosis

    lokalisasi dan etiologi, sehingga diperlukan pemeriksaan yang sistematik dan sistemik, yaitu

    sebagai berikut:

    Anamnesa

  • 9

    a. Keluhan utama, apakah benar keluhan tersebut termasuk vertigo, minta penderita untuk

    melukiskan keluhannya dengan kata-kata sendiri.

    b. Ciri khusus vertigo

    Intensitas dan interval serangan

    Vertigo sistematis/ non sistematis

    Vertigo paroksismal/kronis/akut

    c. Pengaruh lingkungan/situasi

    Posisi kepala dan/atau tubuh

    Lingkungan psikis, misalnya tempat yang ramai, berkendaraan, stres psikik, tempat

    ketinggian, dll

    Adanya infeksi

    d. Keluhan telinga

    Rasa tertutupnya telinga, penekanan pada telinga

    Tinitus, subjektif atau objektif, sebelah kanan/kiri/di tengah-tengah

    Tuli, terutama yang progresif dalam beberapa bulan. Tidak adanya keluhan tuli tidak

    menyingkrkan adanya tuli karena saat serangan penderita tidak merasakannya dan tuli

    terkadang selektif hanya pada nada tinggi

    Diplakusis (distorsion in pitch), fenomena pengarahan (recruitment phenomenon) yang

    dikeluhkan penderita timbulnya rasa nyeri saat mendengar suara keras

    e. Keluhan lainnya

    Keluhan yang bersifat umum, misalnya bentuk kepribadian (introvert lebih cenderung

    mengalami vertigo), penurunan kesadaran, kelumpuhan, disfagia, disfonia, drop attack,

    kejang, osilopsia.

    f. Anamnesa intoksikasi

    Makanan/minuman dan obat yangs sering digunakan, misalnya rokok, alkohol,

    anticonvulsan, streptomisin, gentamisin, antihipertensi, kanamisin, penenang.

    Pemeriksaan fisik:

    1. Pemeriksaan rutin neurologi, mencakup pemeriksaan fungsi nervus kranialis, kekuatan otot,

    sensibilitas, dan lain-lain

    2. Pemeriksaan Keseimbangan Tubuh: Disdiadokinesis,Tes tunjuk hidung dan jari, Tes

    modifikasi Romberg

    3. Pemeriksaan Mata :nistagmus dan strabismus. Nistagmus dapat muncul secara spontan

    (pada posisi mata netral, di tengah), saat mata melirik (gaze), saat rangsangan dengan

    irigasi telinga (caloric test).

    III. Pemeriksaan khusus: Elektronistagmografi (ENG)

  • 10

    I.2.4 Terapi Vertigo

    Terapi vertigo terdiri atas:

    1. Terapi Kausal

    2. Terapi Simptomatik

    Terapi simtomatik ditujukan pada vertigo (berputar, melayang) dan gejala otonom (mual,

    muntah).

    3. Terapi Rehabilitatif

    Interpretasi Foto Thorax

    1. Identitas

    2. Cek apakah sentrasi foto sudah benar yaitu dibuat pada waktu inspirasi penuh. Cek

    apakah exposure sudah benar (densitas sudah benar)

    3. Cek apakah tulang-tulang (iga, clavicula, scapula, dll) normal

    4. Posisi diafragma : kanan biasanya 2,5 cm lebih tinggi dari kiri

    5. Cek mediastinum superior melebar, adakah massa abnormal, cari trakhea

    6. Jantung dan pembuluh darah besar

    7. Paru:

    Semua corakan paru yang normal adalah vaskular. Cek apakah ukuran dan

    polanya normal

    Bayangan pada daerah hilus harus memperlihatkan masing-masing pembuluh

    darah yang menggambarkan arteria pulmonalis dan vena-vena besar. Hilus kiri

    normal daripada hilus kanan