tugas ujian

download tugas ujian

of 6

description

kkakakak

Transcript of tugas ujian

Nama : Muhammad Habibul IhsanNIM: 2010730143

Tugas: Ujian

IMUNISASI DASAR

Hepatitis B

Jadwal Pemberian :

Secara umum, vaksin diberikan 3 kali pemberian, disuntikan secara Intra Muscular. Sebelum umur 12 jam didahului pemberian injeksi vitamin K1 Umur 1-2 bulan

Umur 6 bulan

Apabila sampai dengan usia 5 tahun anak belum pernah meperoleh imunisasi hepatitis B, maka secepatnya diberikan. Untuk ibu dengan HbsAg positif, selain vaksin hepatitis B diberikan juga hepatitis B immunoglobulin (HBIg) 0,5 ml disisi tubuh yang berbeda dalam 12 jam setelah lahir. Sebab, Hepatitis B imunoglobulin (HBIg) dalam waktu singkat segera memberikan proteksi meskipun hanya jangka pendek (3-6 bulan). Apabila HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan HbsAg ibu positif, tambahkan HBIg 0,5 ml sebelum berumur 7 hari.Vaksin Hep B sensititf pada pembekuan, sehingga penyimpanan pada suhu +2 s/d +8 C. Sisa dari vaksin dapat digunakan hingga 4 minggu.

Kejadian ikutan pascai munisasi pada hepatitis B jarang terjadi . Segera setelah imunisasi dapat timbul demam yang tidak tinggi, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan, pembengkakan, nyeri, rasa mual dan nyeri sendi . Orangtua/pengasuh dianjurkan untuk memeberikan minum lebih banyak (ASI atau air buah). Jika demam pakailah pakaian yang tipis. Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin. Jika demam diberikan parasetamol 15 mg/kgBB setiap 3-4 jam bila diperlukan, maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh mandi atau cukup di seka dengan air hangat.

Polio

Pada saat bayi dipulangkan harus diberikan vaksin polio oral (OPV-0). Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2, polio-3 dan polioboosterdapat diberikan vaksin OPV atau IPV, namun sebaiknya paling sedikit mendapat satu dosis vaksin IPV.Jadwal Imunisasi:

Vaksin Polio Oral 0 (OPV-0) ( saat bayi lahir

Polio-1 ( usia 2 bulan

Polio-2 ( usia 4 bulan

Polio-3 ( usia 6 bulan

Booster ( usia 18-24 bulan, 5 tahunPada saat ini ada dua jenis vaksin polio yaitu OPV (oral polio vaccine) dan IPV (inactivated polio vaccine). OPV diberikan 2 tetes melalui mulut IPV diberikan melalui suntikan dengan dosis 0,5 ml dengan suntikan subkutan. Pada PIN (pekan imunisasi nasional) semua balita harus mendapat imunisasi tanpa memandang status imunisasi kecuali pada penyakit dengan daya tahan tubuh menurun (imunokompromais). Bila pemberiannya terlambat, jangan mengulang pemberiannya dari awal tetapi lanjutkan dan lengkapi imunisasi sesuai dengan jadwal. Bagi ibu yang anaknya diberikan OPV, diberikan 2 tetes dengan jadwal seperti imunisasi dasar. Pemberian air susu ibu tidak berpengaruh terhadap respons pembentukan daya tahan tubuh terhadap polio, jadi saat pemberian vaksin, anak tetap bisa minum ASI.

Imunisasi polio ulangan diberikan saat masuk sekolah (5-6 tahun) dan dosis berikutnya diberikan pada usia 15-19 tahun. Sejak tahun 2007, semua calon jemaah haji dan umroh dibawah usia 15 tahun harus mendapat 2 tetes OPV.Pernah dilaporkan bahwa penyakit poliomielitis terjadi setelah pemberian vaksin polio. Vaksin polio pada sebagian kecil orang dapat menimbulkan gejala pusing, diare ringan, dan nyeri otot. Vaksinasi polio tidak dianjurkan diberikan ketika seseoarang sedang demam, muntah, diare, sedang dalam pengobatan radioterapi atau obat penurun daya tahan tubuh, kanker, penderita HIV, dan alergi pada vaksin polio.

OPV tidak diberikan pada bayi yang masih dirumah sakit karena OPV berisi virus polio yang dilemahkan dan vaksin jenis ini bisa diekskresikan melalui tinja selama 6 minggu, sehingga bisa membahayakan bayi lain. Untuk bayi yang dirawat dirumah sakit, disarankan pemberian IPV.IPV dapat diberikan pada anak sehat maupun menderita immunokompromais & dapat diberikan sebagai imunisasi dasar.

Penyimpanan OPV pada suhu -20C dengan masa kadaluarsa 2 tahun. Kontraindikasi dari polio yaitu diare berat, sakit parah dan gangguan kekebalan.

BCGPemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum 3 bulan, optimal umur 2 bulan. Apabila diberikan sesudah umur 3 bulan, perlu dilakukan uji tuberkulin. Vaksin BCG merupakan vaksin hidup yang memberi perlindungan terhadap penyakit TB. Vaksin TB tidak mencegah infeksi TB, tetapi mencegah infeksi TB berat (meningitis TB dan TB milier). Vaksin BCG membutuhkan waktu 6-12 minggu untuk menghasilkan efek (perlindungan) kekebalannya. Vaksinasi BCG memberikan proteksi yang bervariasi antara 50-80% terhadap tuberkulosis. Pemberian vaksinasi BCG sangat bermanfaat bagi anak.

Di Indonesia, vaksin BCG merupakan vaksin yang diwajibkan pemerintah. Vaksin ini diberikan pada bayi yang baru lahir dan sebaiknya diberikan pada umur sebelum 2 bulan. Vaksin BCG juga diberikan pada anak usia 1-15 tahun yang belum divaksinasi (tidak ada catatan atau tidak ada scar).

Dosis untuk bayi kurang dari 1 tahun adalah untuk 0,05 ml dan untuk anak 0,10 ml, diberikan secara intrakutan di daerah insersio M. deltoideus kanan. WHO tetap menganjurkan pemberian vaksin BCG di insersio M. deltoid kanan dan tidak di tempat lain (bokong, paha), penyuntikan secara intradermal di daerah deltoid lebih mudah dilakukan (tidak terdapat lemak subkutis yang tebal), ulkus yang terbentuk tidak mengganggu struktur otot setempat (dibandingkan pemberian di daerah gluteal lateral atau paha anterior) dan sebagai tanda baku untuk keperluan diagnosis apabila diperlukan.

Vaksin BCG merupakan vaksin hidup, maka tidak diberikan pada pasien imunokompromais (leukemia, dalam pengobatan steroid jangka panjang atau pada infeksi HIV). Penyimpanan pada suhu 2-8C. kadaluarsa 1 tahun setelah tanggal pengeluaran.KIPI yang didapat setelah vaksinasi adalah 2-6 minggu setelah imunisasi BCG dapat timbul bisul kecil (papula) yang semakin membesar dan dapat terjadi ulserasi dalam waktu 2-4 bulan, kemudian menyembuh perlahan dengan menimbulkan jaringan parut tanpa pengobatan khusus. Bila ulkus mengluarkan cairan orangtua dapat mengkompres dengan cairan antiseptic. Bila cairan bertambah banyak atau koreng semakin membesar orangtua harus membawanya ke dokter

DPT

Jadwal pemberian : DPT-1 ( usia 2 bulan

DPT-2 ( usia 4 bulan

DPT-3 ( usia 6 bulan

Booster ( 18-24 bulan

DPT-5 ( usiat 5 tahunVaksin DTP pertamad iberikan paling cepat pada umur 6 minggu. Dapat diberikan vaksin DTwP atau DTaP atau kombinasi dengan vaksin lain. Untuk anak umur lebih dari 7 tahun DTP yang diberikan harus vaksin Td, di-boostersetiap 10 tahun. Di Indonesia ada 3 jenis kemasan : kemasan tunggal khusus tetanus, kombinasi DT (diphteri tetanus) dan kombinasi DPT. Vaksin diphteri terbuat dari toksin kuman diphteri yang telah dilemahkan (toksoid), biasanya diolah dan dikemas bersama-sama dengan vaksin tetanus dalam bentuk vaksin DT, atau dengan vaksin tetanus dan pertusis dalam bentuk vaksin DPT. Vaksin tetanus yang digunakan untuk imunisasi aktif ialah toksoid tetanus, yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan. Ada tiga kemasan vaksin tetanus yaitu tunggal, kombinasi dengan diphteri dan kombinasi dengan diphteri dan pertusis. Vaksin pertusis terbuat dari kuman Bordetella pertusis yang telah dimatikan.KIPI dari DPT anatara lain demam tinggi, rewel, ditempat suntikan timbul kemerahan, nyeri dan pembengkakan yang akan hilang dalam dua hari. Sedangkan pada DT antara lain kemerahan, pembengkakan dan nyeri pada bekas suntikan.

Program BIAS:

Pada booster 5 tahun harus tetap diberikan vaksin dengan komponen pertusis mengingat kejadian pertusis pada dewasa muda meningkat akibat ambang proteksi telah sangat rendah sehingga dapat menjadi sumber penularan pada bayi dan anak

DT-5 diberikan pada kegiatan imunisa disekolah dasar. Ulangan DT-6 diberikan pada 12 tahun, mengingat masih dijumpai kasus difteria pada umur lebih dari 10 tahun

Ulangan DT-6 pada umur 12 tahun direncanakan oleh depkes untuk diubah ke vaksin dTSediaan: DTaP ( DT dengan komponen acelluler pertusis

DTwP ( DT dengan komponen whole cell pertusi

Penyimpanan : lemari es, suhu 2-8 C

Dosis : 0.5 ml, intramuskularKemasan : Vial 5 ml

Masa kadaluarsa : Dua tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada

label)Kombinasi: DTwP/Hep B, DTaP/HiB, DTwP/HiB, DTaP/IPV, DTaP/HiB/IPVReaksi imunisasi: Demam ringan, pembengkakan dan nyeri di tempat suntikan

selama 1-2 hari

Indikasi kontra : Anak yang sakit parah, anak yang menderita penyakit kejang demam kompleks, anak yangCampakCampak diberikan pada umur 9 bulan, 2 tahun dan pada SD kelas 1 (program BIAS). Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak jerman (vaksin MMR). Jika hanya mengandung campak vaksin diberikan pada usia 9 bulan dalam 1 dosis 0,5 ml subkutan dalam. Terdapat 2 jenis vaksin campak, yaitu vaksin yang berasal dari virus campak hidup dan dilemahkan (tipe Edmonston-B) dan vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus campak yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam aluminium).Imunisasi ulangan juga dianjurkan dalam situasi tertentu :1a. Mereka yang memperoleh imunisasi sebelum umur 1 tahun dan terbukti bahwa potensi vaksin yang digunakan kurang baik (tampak peningkatan insidens kegagalan vaksinasi). Pada anak-anak yang memperoleh imunisasi ketika berumur 12-14 bulan tidak disarankan mengulangi imunisasinya tetapi hal ini bukan kontra indikasi

b. Apabila terdapat kejadian luar biasa peningkatan kasus campak, maka anak SD, SLTP dan SLTA dapat diberikan imunisasi ulang

c. Setiap orang yang pernah memperoleh imunoglobulin

d. Seseorang yang tidak dapat menunjukkan catatan imunisasinya Kontraindikasi :

Bagi mereka yang sedang menderita demam tinggi, sedang memperoleh pengobatan imunosupresif, hamil, memiliki riwayat alergi, sedang memperoleh pengobatan imunoglobulin atau bahan-bahan berasal dari darah, alergi terhadap protein telur.KIPI antaralain berupa rasa tidak nyaman di bekas suntikan. Selain itu dapat terjadi gejala-gejala lain yang timbul 5-12 hari setelah penyuntikan selama kurang dari 48 jam yaitu demam tidak tinggi, erupsi kulit kemerahan halus/tipis yang tidak menlar, pilek. Pembengkakan kelenjar getah bening kepala dapat terjadi sekitar 3 minggu pasca imunisasi MMR.