Tugas Ujian Iin
-
Upload
saridewi-iin -
Category
Documents
-
view
87 -
download
1
Transcript of Tugas Ujian Iin
OBESITAS SENTRAL
Pendahuluan
Obesitas merupakan kondisi ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi
lemak pada jaringan adiposa. Obesitas tidak hanya berupa kondisi dengan
jumlah simpanan kelebihan lemak, namun juga distribusi lemak di seluruh tubuh.
Distribusi lemak dapat meningkatkan risiko yang berhubungan dengan berbagai
macam penyakit degeneratif.1,2
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan indeks pengukuran sederhana
untuk kekurangan berat (underweight), kelebihan berat (overweight), dan
kegemukan/obesitas dengan membandingkan berat badan dengan tinggi badan
kuadrat.3
Berdasarkan IMT, obesitas dibagi menjadi tiga kategori, yakni: obesitas
tingkat I dengan IMT 30.00-34.99; obesitas tingkat II dengan IMT 35.00-
39.99; dan obesitas tingkat III dengan IMT 40.00. Di Asia Pasifik memiliki
kriteria lebih rendah daripada kriteria WHO pada umumnya obesitas pada
penduduk Asia Pasifik adalah IMT 25.00. Berdasarkan obesitas pada penduduk
Asia Pasifik, obesitas dibagi menjadi dua kategori,yaitu: obesitas tingkat I dengan
IMT 25.00-29.99 dan obesitas tingkat II dengan IMT 30.00. Berdasarkan
distribusi lemak, obesitas dibedakan menjadi dua jenis, yakni obesitas sentral
dan obesitas umum.4
DEFENISI
1
Kelebihan berat badan adalah suatu kondisi dimana perbandingan berat
badan dan tinggi badan melebihi standar yang ditentukan. Sedangkan obesitas
adalah kondisi kelebihan lemak, baik di seluruh tubuh atau terlokalisasi pada
bagian bagian tertentu. Obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh, yaitu
apabila ditemukan kelebihan berat badan >20% pada pria dan >25% pada wanita
karena lemak.2,3
Faktor-faktor penyebab obesitas masih terus diteliti. Baik faktor
lingkungan maupun genetik berperan dalam terjadinya obesitas. Faktor
lingkungan antara lain pengaruh psikologi dan budaya. Dahulu status sosial dan
ekonomi juga dikaitkan dengan obesitas. Individu yang berasal dari keluarga
sosial ekonomi rendah biasanya mengalami malnutrisi. Sebaliknya, individu dari
keluarga dengan status sosial ekonomi lebih tinggi biasanya menderita obesitas.
Kini diketahui bahwa sejak tiga dekade terakhir, hubungan antara status sosial
ekonomi dengan obesitas melemah karena prevalensi obesitas meningkat secara
dramatis pada setiap kelompok status sosial ekonomi. Meningkatnya obesitas tak
lepas dari berubahnya gaya hidup, seperti menurunnya aktivitas fisik, dan
kebiasaan menonton televisi berjam-jam. Faktor genetik menentukan mekanisme
pengaturan berat badan normal melalui pengaruh hormon dan neural. Selain itu,
faktor genetik juga menentukan banyak dan ukuran sel adiposa serta distribusi
regional lemak tubuh.5
Obesitas berhubungan erat dengan distribusi lemak tubuh. Tipe obesitas
menurut pola distribusi lemak tubuh dapat dibedakan menjadi obesitas tubuh
bagian atas (upper body obesity) dan obesitas tubuh bagian bawah (lower body
obesity). Obesitas tubuh bagian atas merupakan dominansi penimbunan lemak
tubuh di trunkal . Terdapat beberapa kompartemen jaringan lemak pada trunkal,
yaitu trunkal subkutaneus yang merupakan kompartemen paling umum,
intraperitoneal (abdominal), dan retroperitoneal. Obesitas tubuh bagian atas lebih
banyak didapatkan pada pria, oleh karena itu tipe obesitas ini lebih dikenal
sebagai “android obesity”. Tipe obesitas ini berhubungan lebih kuat dengan
diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler daripada obesitas tubuh bagian
bawah. Obesitas tubuh bagian bawah merupakan suatu keadaan tingginya
akumulasi lemak tubuh pada regio gluteofemoral. Tipe obesitas ini lebih banyak
2
terjadi pada wanita sehingga sering disebut “gynoid obesity”. Tipe obesitas ini
berhubungan erat dengan gangguan menstruasi pada wanita.4,5
Epidemiologi.
Obesitas adalah suatu masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius di
seluruh dunia karena berperan dalam meningkatnya morbiditas dan mortalitas.
Prevalensi obesitas berbeda-beda di setiap negara, mulai dari 7% di Perancis
sampai 32,8% di Brazil.. Prevalensi obesitas meningkat di setiap negara. Sebagai
contoh, di Amerika Serikat prevalensi meningkat dari 12% pada tahun 1991
menjadi 17,8% pada tahun 1998. Penelitian Himpunan Studi Obesitas Indonesia.2
Patofisiologi Obesitas
Obesitas merupakan proses penimbunan trigliserida berlebih pada jaringan
adipose karena imbalance ( ketidakseimbangan antara asupan energy dengan
penggunaannya). Obesitas merupakan keadaan patalogis sebagai akubat dari
komsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhan, sehingga terdapat penimbunan
lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk funsi tubuh.4
Obesitas terjadi bila asupan energi melebihi penggunaannya sebagai akibat
perubahan genetik maupun lingkungan. Proses biokimiawi dalam tubuh
menetukan rasa kenyang dan lapar, termasuk pemilihan macam makanan, selera
dan frekuensi makan seseorang. Kondisi dan aktivitas menyimpan kelebihan
energi dijaringan adipose dikomunikasikan ke system saraf sentral melalui
mediator leptin dan sinyal-sinyal lain.4
3
Obesitas Sentral
Obesitas sentral merupakan kondisi kelebihan lemak yang terpusat pada
daerah perut (intra-abdominal fat). Beberapa penelitian sebelumnya menemukan
bahwa peningkatan risiko kesehatan lebih berhubungan dengan obesitas sentral ,
laki-dibandingkan dengan obesitas umum. Wildman et al. (2004) menemukan laki
dan perempuan yang mengalami obesitas sentral mempunyai tekanan darah sistol
dan diastol, kolesterol total, kolesterol LDL, dan triasilgliserol rata-rata
tinggi, serta kolesterol HDL rendah.1,2
Jaringan lemak intra-abdominal berhubungan linier dengan enam faktor
risiko metabolik, seperti tekanan darah sistol, tekanan darah diastol, glukosa
darah, kolesterol HDL, trigliserida serum, dan plasminogen activator inhibitor 1
(PAI-1) plasma. Jaringan adiposa disadari sebagai organ endokrin penting
yang menghasilkan beberapa hormon protein. Namun, tingginya akumulasi
lemak, terutama pada daerah perut (intra-abdominal fat) memicu jaringan
adiposa menghasilkan hormon dalam jumlah yang tidak normal, seperti tingginya
sekresi insulin, tingginya level testoteron dan androstenedion bebas, rendahnya
level progesteron pada perempuan dan testoteron pada laki-laki, tingginya
produksi kortisol, dan rendahnya level hormon pertumbuhan. Ketidaknormalan
produksi hormon ini diduga meningkatkan risiko kesehatan.1,2,3
Dampak Obesitas Sentral
4
Dampak obesitas sentral lebih tinggi risikonya terhadap kesehatan
dibandingkan dengan obesitas umum). Beberapa penelitian sebelumnya
menemukan tingginya dampak obesitas sentral terhadap risiko kesehatan.
Obesitas sentral berdampak terhadap peningkatan risiko kematian. Obesitas
sentral meningkatkan risiko hipertensi, dislipidemia, diabetes, dan sindrom
metabolik pada laki-laki dan perempuan.2
Obesitas sentral lebih berhubungan dengan sindrom metabolik). Obesitas
sentral dapat digunakan sebagai prediktor risiko diabetes tipe dua. Obesitas
meningkatkan risiko terjadinya penyakit degeneratif seperti penyakit
kardiovaskuler, sindrommetabolik, gangguan toleransi glukosa, diabetes tipe 2,
hipertensi, batu empedu, dislipidemia, susah napas, sleep apnoea, hyperuricaemia,
gout, ketidaknormalan produksi hormon, polysistic ovary syndrome,
ketidaksuburan, masalah psikososial, dan beberapa tipe kanker.2
Pengukuran Obesitas Sentral
Obesitas dapat dinilai dengan berbagai cara, metode yang lazim digunakan
saat ini antara lain pengukuran IMT (Index Massa Tubuh), lingkar pinggang, serta
perbandingan lingkar pinggang dan panggul. Sebuah studi menyatakan bahwa
pengukuran lingkar leher juga dapat digunakan sebagai screening obesitas.
Berikut ini penjelasan masing-masing metode pengukuran antropometri tubuh:2
a. IMT
Metode yang sering digunakan adalah dengan cara menghitung IMT,
yaitu BB/TB2 dimana BB adalah berat badan dalam kilogram dan TB adalah
tinggi badan dalam meter (Caballero B., 2005). Klasifikasi IMT dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Penetapan indeksnya menggunakan rumus :
Indeks Masa Tubuh : Berat badan (kg)
Tinggi badan (m2)
5
Tabel1.1.Klasifikasi IMT (International Diabetes Federation, 2005).
b. Lingkar Pinggang
IMT memiliki korelasi positif dengan total lemak tubuh, tetapi IMT
bukan merupakan indikator terbaik untuk obesitas Selain IMT, metode lain untuk
pengukuran antropometri tubuh adalah dengan cara mengukur lingkar pinggang.
Parameter penentuan obesitas merupakan hal yang paling sulit dilakukan karena
perbedaan cutt of point setiap etnis terhadap IMT maupun lingkar pinggang.
Sehinggga IDF (Internasional Diabetes Federation) mengeluarkan kriteria ukuran
lingkar pinggang berdasarkan etnis.
6
C. Rasio Lingkar Perut – Pinggul
Pengukuran lingkar perut merupakan suatu parameter yang menyediakan
perkiraan ukuran lemak tubuh yang mengumpul di perut. Pengukuran lingkar
perut menyediakan pengukuran distribusi lemak yang tidak dapat menggunakan
pengukuran IMT. IMT tidak dapat membedakan antara berat yang berhubungan
dengan otot dan lemak. Lingkar perut lebih akurat untuk mencerminkan obesitas
sentral.
Lingkar perut dapat digunakan sebagai indikator pelengkap untuk
mendeteksi risiko kesehatan pada berat normal dan kelebihan berat.
Diagnosis menggunakan IMT lebih lemah jika dibandingkan dengan lingkar
perut dan WHtR. Lingkar perut merupakan pengukuran yang lebih mudah
daripada WHtR. Wang et al. (2005) menemukan bahwa lingkar perut lebih baik
dalam mengukur obesitas sentral daripada WHtR sebagai prediksi risiko
diabetes tipe 2. Pengukuran menggunakan lingkar perut lebih cocok sebagai
prediktor kematian pada usia lebih dari 65 tahun dibandingkan dengan IMT (Baik
et al. 2000). Visscher et al. (2001) menemukan bahwa pengukuran lingkar perut
pada laki-laki yang tidak pernah merokok dapat mendeteksi lebih akurat
individu yang berisiko tinggi terhadap kematian daripada pengukuran IMT.
Kriteria obesitas sentral adalah lingkar perut 102 cm pada laki-laki dan 88
cm pada perempuan. Adapun kriteria obesitas sentral di wilayah Asia Pasifik
adalah lingkar perut 90 cm pada laki-laki dan 80 cm pada perempuan. Ko dan
Tang (2007) menemukan cut off point pre-obesitas sentral untuk penduduk China
adalah lingkar perut 84-90 cm pada laki-laki dan 74-80 cm pada perempuan. Cut
off point pre-obesitas sentral setara dengan IMT (23-25) dan berdampak pada
peningkatan risiko kesakitan. Penelitian sebelumnya di China, menemukan
bahwa cut off point lingkar perut dan IMT yang rendah dapat digunakan
7
untuk mengidentifikasi tingginya risiko CVD di China, yakni dengan lingkar
perut 80 cm dan IMT 24 . Cut off point lingkar perut untuk mendiagnosis
sindrom metabolik populasi perkotaan di Irak adalah 99 cm pada laki-laki dan 97
cm pada perempuan.
Faktor Risiko Obesitas sentral
Penyebab utama masalah obesitas adalah lingkungan dan perubahan
perilaku. Peningkatan proporsi lemak dan peningkatan densitas energi dalam diet,
penurunan level aktivitas fisik dan peningkatan perilaku sedentary,
merupakan faktor utama yang dapat meningkatkan berat badan pada populasi.
Genetik, faktor biologi dan faktor individu lain seperti penghentian merokok, jenis
kelamin, dan umur saling berinteraksi memengaruhi peningkatan berat badan.
Faktor resiko obesitas sentral terbagi atas:2
- Karakteristik Demografi dan Sosial-Ekonomi
1. Umur
Umur merupakan faktor risiko obesitas sentral yang tidak dapat
diubah.
Seiring dengan bertambahnya umur, prevalensi obesitas sentral
mengalami peningkatan. Peningkatan umur akan meningkatkan
kandungan lemak tubuh total, terutama distribusi lemak pusat.
2. Faktor grnrtik
Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab
genetic. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagai gen, tetapi juga
makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya
obesitas.
Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor
genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rat-rata faktor genetik
memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.
3. Jenis Kelamin
Prevalensi obesitas umum dan obesitas sentral lebih tinggi pada
perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Obesitas sentral lebih
umum dijumpai pada perempuan.
4. Status Kawin
8
Prevalensi obesitas tertinggi pada orang yang memiliki status cerai dan
terendah pada orang yang belum menikah
5. Pendidikan
prevalensi obesitas sentral meningkat pada laki-laki berpendidikan
tengah (10-12 tahun) dan atas (>12 tahun) serta sedikit berubah pada
pendidikan rendah (≤9 tahun) , sedangkan pada perempuan, prevalensi
obesitas sentral meningkat pada semua tingkatan pendidikan,
khususnya pada pendidikan rendah.
6. Pekerjaan
Hubungan ini terletak pada peningkatan proporsi populasi pekerjaan
dalam bidang pelayanan, perkantoran, dan profesi lain yang kurang
aktivitas fisik jika dibandingkan dengan pekerjaan manual yang
membutuhkan banyak aktivitas fisik pada masyarakat tradisional.
- Gaya Hidup
1. Kebiasaan Merokok
merokok dapat meningkatkan resisten insulin dan berhubungan
dengan akumulasi lemak pusat. Mantan perokok berpeluang
mengalami obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan perokok dan
bukan perokok. Hal ini disebabkan oleh efek ganda merokok
yaitu merokok meningkatkan pengeluaran energi dan menurunkan
nafsu makan, dan kedua efek akan hilang pada mantan perokok.
2. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik merupakan upaya pencegahan peningkatan berat badan
dan secara signifikan berkontribusi untuk menurunkan berat badan
dalam jangka panjang dan mengurangi risiko kesehatan yang
berhubungan dengan penyakit kronis.
3. Perilaku Konsumsi Makanan/minuman
Perilaku konsumsi makanan/minuman adalah kebiasaan seseorang
dalam mengonsumsi makanan/minuman. Dalam penelitian ini
perilaku konsumsi meliputi konsumsi minuman beralkohol, konsumsi
sayuran dan buah, konsumsi makanan/minuman manis, dan konsumsi
makanan berlemak.
9
4. Stres
reaktivitas stres mengawali penyakit kardiovaskuler sebelum remaja
oleh peningkatan total dan obesitas sentral pada anak.
Penatalaksanaan
Tujuan intervensi obesitas:5
1. Menurunkan lemak
2. Mencapai berat badan ideal
3. Kebiasaan makan yang lebih sehat
4. Cegah kehilangan massa otak
5. Pertahankan penurunan berat badan
Tujuan awal: mengurangi 10% berat badan
Metode untuk mencapai penurunan BB
- Diet
- Olahraga
- Modifikasi perilaku
- Psikoterapi
- Obat-obatan
- Operasi
Pengobatan dasar1. Diet
Dianjurkan diet rendah kalori tetapi cukup gizi, ialah 15-20 kalori/kgbb
dengan komposisi 205 protein, 65% karbohidrat dan lemak 15% lemak.
Diet yang tak lazim misalnya diet hanya dengan protein saja.
2. Olahraga
Disamping mempercepat metabolism,juga dapat membuat kondisi tubuh
lebih segar dan menambah estetika.olah raga ini dimaksudkan agar jumlah
kalori yang dikeluarkan tubuh lebih banyak dripada jumlah kalori yang
masuk.
Obat-obatan
Ada 2 jenis obat-obatan utama yang digunakan untuk mengatasi obesitas:6
1. Obat yang mengurangi nafsu makan, contohnya fenfluramin,
deksfenfluramin, fentermin.
10
2. Obat yang menghalangi penyerapan zat gizi dari usus, contohnya
orlistat.
3. Sibutramin
Suatu re-uptake inhibitor dari neuro-transmitter, yang memiliki
kemampuan menghambat uptake serotonine sapai 53%,
norepinephrine sampai 54%, dan dopamine sampai 16%. Dengan
demikian kadar ke-tiga neuro-transmitter ini meninggkat di synaptic
cleft, yang pada gilirannya akan mempercepat rasa kenyang
Perasaan lapar dan kenyang diatur oleh zat kimia otak yang disebut
neurotransmitter, contohnya serotonin, norefinefrin dan dopamine. Obat
antiobesitas yang menekan nafsu makan bekerja dengan cara meningkatkan kadar
neurotransmitter ini pada persambungan antara ujung-ujung saraf diotak.
Fenfluramin dan deksfenfluramin menekan nafsu makan terutama dengan
meningkatkan pelepasan serotonin oleh sel-sel saraf. Fenteramin menekan nafsu
makan dengan menyebabkan pelepasan norefinefrin oleh sel-sel saraf. Fentermin
masih bisa digunakan untuk mengobati obesitas, tetapi hanya untuk jangka
pendek.6,7
Pencegahan
Langkah-langkah untuk menurunkan berat badan:6
1. Berolahraga secara teratur. Salah satu yang dapat dilakukan
untuk mencegah penambahan berat badan adalah berolahraga
secara teratur. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah berjalan
cepat dan berenang maksimal 150-250 menit.
2. Makan makanan sehat dan makanan ringan. Focus pada rendah
kalori, gizi makanan padat, seperti buah-buahan, sayuran dan
biji-bijian. Hindari lemak jenuh dan membatasi permen dan
alcohol.
3. Monitor berat badan secara teratur.
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Andi RS. Obesitas. http:reposytori.USU.ac.id [diakses 18 Juni 2012].
2. Maharani S. Obesitas Sentral. http:reposytori.IPB.ac.id [diakses 18 Juni
2012].
3. Masykura. Hubungan Obesitas Dengan Hipertensi. http://www.Scibd.com
[diakses 16 Juni 2012].
4. Nurleili E. Obesitas dan Diabetes Mellitus. lib. uin -malang.ac.id . [diakses 20
Juni 2012].
5. Sutanto. Penatalaksanaan Obesitas. http://www.Scibd.com [diakses 20 Juni
2012].
6. Anonym. Obesitas. http://medicastore.com/penyakit/42/Obesitas.html .
[diakses 20 Juni 2012].
7. Soerjodibroto W. Management Obesitas Dengan Sibutramine.
file:///E:/management-obesitas-dengan-sibutramine.html. [diakses 20 Juni
2012].
12