Tugas Ujian Iin

18
OBESITAS SENTRAL Pendahuluan Obesitas merupakan kondisi ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi lemak pada jaringan adiposa. Obesitas tidak hanya berupa kondisi dengan jumlah simpanan kelebihan lemak, namun juga distribusi lemak di seluruh tubuh. Distribusi lemak dapat meningkatkan risiko yang berhubungan dengan berbagai macam penyakit degeneratif. 1,2 Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan indeks pengukuran sederhana untuk kekurangan berat (underweight), kelebihan berat (overweight), dan kegemukan/obesitas dengan membandingkan berat badan dengan tinggi badan kuadrat. 3 Berdasarkan IMT, obesitas dibagi menjadi tiga kategori, yakni: obesitas tingkat I dengan IMT 30.00-34.99; obesitas tingkat II dengan IMT 35.00-39.99; dan obesitas tingkat III dengan IMT 40.00. Di Asia Pasifik memiliki kriteria lebih rendah daripada kriteria WHO pada umumnya obesitas pada penduduk Asia Pasifik adalah IMT 25.00. Berdasarkan obesitas pada penduduk Asia Pasifik, obesitas dibagi menjadi dua kategori,yaitu: obesitas tingkat I dengan IMT 25.00-29.99 dan obesitas tingkat II dengan IMT 30.00. Berdasarkan distribusi lemak, obesitas 1

Transcript of Tugas Ujian Iin

Page 1: Tugas Ujian Iin

OBESITAS SENTRAL

Pendahuluan

Obesitas merupakan kondisi ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi

lemak pada jaringan adiposa. Obesitas tidak hanya berupa kondisi dengan

jumlah simpanan kelebihan lemak, namun juga distribusi lemak di seluruh tubuh.

Distribusi lemak dapat meningkatkan risiko yang berhubungan dengan berbagai

macam penyakit degeneratif.1,2

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan indeks pengukuran sederhana

untuk kekurangan berat (underweight), kelebihan berat (overweight), dan

kegemukan/obesitas dengan membandingkan berat badan dengan tinggi badan

kuadrat.3

Berdasarkan IMT, obesitas dibagi menjadi tiga kategori, yakni: obesitas

tingkat I dengan IMT 30.00-34.99; obesitas tingkat II dengan IMT 35.00-

39.99; dan obesitas tingkat III dengan IMT 40.00. Di Asia Pasifik memiliki

kriteria lebih rendah daripada kriteria WHO pada umumnya obesitas pada

penduduk Asia Pasifik adalah IMT 25.00. Berdasarkan obesitas pada penduduk

Asia Pasifik, obesitas dibagi menjadi dua kategori,yaitu: obesitas tingkat I dengan

IMT 25.00-29.99 dan obesitas tingkat II dengan IMT 30.00. Berdasarkan

distribusi lemak, obesitas dibedakan menjadi dua jenis, yakni obesitas sentral

dan obesitas umum.4

DEFENISI

1

Page 2: Tugas Ujian Iin

Kelebihan berat badan adalah suatu kondisi dimana perbandingan berat

badan dan tinggi badan melebihi standar yang ditentukan. Sedangkan obesitas

adalah kondisi kelebihan lemak, baik di seluruh tubuh atau terlokalisasi pada

bagian bagian tertentu. Obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh, yaitu

apabila ditemukan kelebihan berat badan >20% pada pria dan >25% pada wanita

karena lemak.2,3

Faktor-faktor penyebab obesitas masih terus diteliti. Baik faktor

lingkungan maupun genetik berperan dalam terjadinya obesitas. Faktor

lingkungan antara lain pengaruh psikologi dan budaya. Dahulu status sosial dan

ekonomi juga dikaitkan dengan obesitas. Individu yang berasal dari keluarga

sosial ekonomi rendah biasanya mengalami malnutrisi. Sebaliknya, individu dari

keluarga dengan status sosial ekonomi lebih tinggi biasanya menderita obesitas.

Kini diketahui bahwa sejak tiga dekade terakhir, hubungan antara status sosial

ekonomi dengan obesitas melemah karena prevalensi obesitas meningkat secara

dramatis pada setiap kelompok status sosial ekonomi. Meningkatnya obesitas tak

lepas dari berubahnya gaya hidup, seperti menurunnya aktivitas fisik, dan

kebiasaan menonton televisi berjam-jam. Faktor genetik menentukan mekanisme

pengaturan berat badan normal melalui pengaruh hormon dan neural. Selain itu,

faktor genetik juga menentukan banyak dan ukuran sel adiposa serta distribusi

regional lemak tubuh.5

Obesitas berhubungan erat dengan distribusi lemak tubuh. Tipe obesitas

menurut pola distribusi lemak tubuh dapat dibedakan menjadi obesitas tubuh

bagian atas (upper body obesity) dan obesitas tubuh bagian bawah (lower body

obesity). Obesitas tubuh bagian atas merupakan dominansi penimbunan lemak

tubuh di trunkal . Terdapat beberapa kompartemen jaringan lemak pada trunkal,

yaitu trunkal subkutaneus yang merupakan kompartemen paling umum,

intraperitoneal (abdominal), dan retroperitoneal. Obesitas tubuh bagian atas lebih

banyak didapatkan pada pria, oleh karena itu tipe obesitas ini lebih dikenal

sebagai “android obesity”. Tipe obesitas ini berhubungan lebih kuat dengan

diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler daripada obesitas tubuh bagian

bawah. Obesitas tubuh bagian bawah merupakan suatu keadaan tingginya

akumulasi lemak tubuh pada regio gluteofemoral. Tipe obesitas ini lebih banyak

2

Page 3: Tugas Ujian Iin

terjadi pada wanita sehingga sering disebut “gynoid obesity”. Tipe obesitas ini

berhubungan erat dengan gangguan menstruasi pada wanita.4,5

Epidemiologi.

Obesitas adalah suatu masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius di

seluruh dunia karena berperan dalam meningkatnya morbiditas dan mortalitas.

Prevalensi obesitas berbeda-beda di setiap negara, mulai dari 7% di Perancis

sampai 32,8% di Brazil.. Prevalensi obesitas meningkat di setiap negara. Sebagai

contoh, di Amerika Serikat prevalensi meningkat dari 12% pada tahun 1991

menjadi 17,8% pada tahun 1998. Penelitian Himpunan Studi Obesitas Indonesia.2

Patofisiologi Obesitas

Obesitas merupakan proses penimbunan trigliserida berlebih pada jaringan

adipose karena imbalance ( ketidakseimbangan antara asupan energy dengan

penggunaannya). Obesitas merupakan keadaan patalogis sebagai akubat dari

komsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhan, sehingga terdapat penimbunan

lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk funsi tubuh.4

Obesitas terjadi bila asupan energi melebihi penggunaannya sebagai akibat

perubahan genetik maupun lingkungan. Proses biokimiawi dalam tubuh

menetukan rasa kenyang dan lapar, termasuk pemilihan macam makanan, selera

dan frekuensi makan seseorang. Kondisi dan aktivitas menyimpan kelebihan

energi dijaringan adipose dikomunikasikan ke system saraf sentral melalui

mediator leptin dan sinyal-sinyal lain.4

3

Page 4: Tugas Ujian Iin

Obesitas Sentral

Obesitas sentral merupakan kondisi kelebihan lemak yang terpusat pada

daerah perut (intra-abdominal fat). Beberapa penelitian sebelumnya menemukan

bahwa peningkatan risiko kesehatan lebih berhubungan dengan obesitas sentral ,

laki-dibandingkan dengan obesitas umum. Wildman et al. (2004) menemukan laki

dan perempuan yang mengalami obesitas sentral mempunyai tekanan darah sistol

dan diastol, kolesterol total, kolesterol LDL, dan triasilgliserol rata-rata

tinggi, serta kolesterol HDL rendah.1,2

Jaringan lemak intra-abdominal berhubungan linier dengan enam faktor

risiko metabolik, seperti tekanan darah sistol, tekanan darah diastol, glukosa

darah, kolesterol HDL, trigliserida serum, dan plasminogen activator inhibitor 1

(PAI-1) plasma. Jaringan adiposa disadari sebagai organ endokrin penting

yang menghasilkan beberapa hormon protein. Namun, tingginya akumulasi

lemak, terutama pada daerah perut (intra-abdominal fat) memicu jaringan

adiposa menghasilkan hormon dalam jumlah yang tidak normal, seperti tingginya

sekresi insulin, tingginya level testoteron dan androstenedion bebas, rendahnya

level progesteron pada perempuan dan testoteron pada laki-laki, tingginya

produksi kortisol, dan rendahnya level hormon pertumbuhan. Ketidaknormalan

produksi hormon ini diduga meningkatkan risiko kesehatan.1,2,3

Dampak Obesitas Sentral

4

Page 5: Tugas Ujian Iin

Dampak obesitas sentral lebih tinggi risikonya terhadap kesehatan

dibandingkan dengan obesitas umum). Beberapa penelitian sebelumnya

menemukan tingginya dampak obesitas sentral terhadap risiko kesehatan.

Obesitas sentral berdampak terhadap peningkatan risiko kematian. Obesitas

sentral meningkatkan risiko hipertensi, dislipidemia, diabetes, dan sindrom

metabolik pada laki-laki dan perempuan.2

Obesitas sentral lebih berhubungan dengan sindrom metabolik). Obesitas

sentral dapat digunakan sebagai prediktor risiko diabetes tipe dua. Obesitas

meningkatkan risiko terjadinya penyakit degeneratif seperti penyakit

kardiovaskuler, sindrommetabolik, gangguan toleransi glukosa, diabetes tipe 2,

hipertensi, batu empedu, dislipidemia, susah napas, sleep apnoea, hyperuricaemia,

gout, ketidaknormalan produksi hormon, polysistic ovary syndrome,

ketidaksuburan, masalah psikososial, dan beberapa tipe kanker.2

Pengukuran Obesitas Sentral

Obesitas dapat dinilai dengan berbagai cara, metode yang lazim digunakan

saat ini antara lain pengukuran IMT (Index Massa Tubuh), lingkar pinggang, serta

perbandingan lingkar pinggang dan panggul. Sebuah studi menyatakan bahwa

pengukuran lingkar leher juga dapat digunakan sebagai screening obesitas.

Berikut ini penjelasan masing-masing metode pengukuran antropometri tubuh:2

a. IMT

Metode yang sering digunakan adalah dengan cara menghitung IMT,

yaitu BB/TB2 dimana BB adalah berat badan dalam kilogram dan TB adalah

tinggi badan dalam meter (Caballero B., 2005). Klasifikasi IMT dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.

Penetapan indeksnya menggunakan rumus :

Indeks Masa Tubuh : Berat badan (kg)

Tinggi badan (m2)

5

Page 6: Tugas Ujian Iin

Tabel1.1.Klasifikasi IMT (International Diabetes Federation, 2005).

b. Lingkar Pinggang

IMT memiliki korelasi positif dengan total lemak tubuh, tetapi IMT

bukan merupakan indikator terbaik untuk obesitas Selain IMT, metode lain untuk

pengukuran antropometri tubuh adalah dengan cara mengukur lingkar pinggang.

Parameter penentuan obesitas merupakan hal yang paling sulit dilakukan karena

perbedaan cutt of point setiap etnis terhadap IMT maupun lingkar pinggang.

Sehinggga IDF (Internasional Diabetes Federation) mengeluarkan kriteria ukuran

lingkar pinggang berdasarkan etnis.

6

Page 7: Tugas Ujian Iin

C. Rasio Lingkar Perut – Pinggul

Pengukuran lingkar perut merupakan suatu parameter yang menyediakan

perkiraan ukuran lemak tubuh yang mengumpul di perut. Pengukuran lingkar

perut menyediakan pengukuran distribusi lemak yang tidak dapat menggunakan

pengukuran IMT. IMT tidak dapat membedakan antara berat yang berhubungan

dengan otot dan lemak. Lingkar perut lebih akurat untuk mencerminkan obesitas

sentral.

Lingkar perut dapat digunakan sebagai indikator pelengkap untuk

mendeteksi risiko kesehatan pada berat normal dan kelebihan berat.

Diagnosis menggunakan IMT lebih lemah jika dibandingkan dengan lingkar

perut dan WHtR. Lingkar perut merupakan pengukuran yang lebih mudah

daripada WHtR. Wang et al. (2005) menemukan bahwa lingkar perut lebih baik

dalam mengukur obesitas sentral daripada WHtR sebagai prediksi risiko

diabetes tipe 2. Pengukuran menggunakan lingkar perut lebih cocok sebagai

prediktor kematian pada usia lebih dari 65 tahun dibandingkan dengan IMT (Baik

et al. 2000). Visscher et al. (2001) menemukan bahwa pengukuran lingkar perut

pada laki-laki yang tidak pernah merokok dapat mendeteksi lebih akurat

individu yang berisiko tinggi terhadap kematian daripada pengukuran IMT.

Kriteria obesitas sentral adalah lingkar perut 102 cm pada laki-laki dan 88

cm pada perempuan. Adapun kriteria obesitas sentral di wilayah Asia Pasifik

adalah lingkar perut 90 cm pada laki-laki dan 80 cm pada perempuan. Ko dan

Tang (2007) menemukan cut off point pre-obesitas sentral untuk penduduk China

adalah lingkar perut 84-90 cm pada laki-laki dan 74-80 cm pada perempuan. Cut

off point pre-obesitas sentral setara dengan IMT (23-25) dan berdampak pada

peningkatan risiko kesakitan. Penelitian sebelumnya di China, menemukan

bahwa cut off point lingkar perut dan IMT yang rendah dapat digunakan

7

Page 8: Tugas Ujian Iin

untuk mengidentifikasi tingginya risiko CVD di China, yakni dengan lingkar

perut 80 cm dan IMT 24 . Cut off point lingkar perut untuk mendiagnosis

sindrom metabolik populasi perkotaan di Irak adalah 99 cm pada laki-laki dan 97

cm pada perempuan.

Faktor Risiko Obesitas sentral

Penyebab utama masalah obesitas adalah lingkungan dan perubahan

perilaku. Peningkatan proporsi lemak dan peningkatan densitas energi dalam diet,

penurunan level aktivitas fisik dan peningkatan perilaku sedentary,

merupakan faktor utama yang dapat meningkatkan berat badan pada populasi.

Genetik, faktor biologi dan faktor individu lain seperti penghentian merokok, jenis

kelamin, dan umur saling berinteraksi memengaruhi peningkatan berat badan.

Faktor resiko obesitas sentral terbagi atas:2

- Karakteristik Demografi dan Sosial-Ekonomi

1. Umur

Umur merupakan faktor risiko obesitas sentral yang tidak dapat

diubah.

Seiring dengan bertambahnya umur, prevalensi obesitas sentral

mengalami peningkatan. Peningkatan umur akan meningkatkan

kandungan lemak tubuh total, terutama distribusi lemak pusat.

2. Faktor grnrtik

Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab

genetic. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagai gen, tetapi juga

makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya

obesitas.

Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor

genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rat-rata faktor genetik

memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.

3. Jenis Kelamin

Prevalensi obesitas umum dan obesitas sentral lebih tinggi pada

perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Obesitas sentral lebih

umum dijumpai pada perempuan.

4. Status Kawin

8

Page 9: Tugas Ujian Iin

Prevalensi obesitas tertinggi pada orang yang memiliki status cerai dan

terendah pada orang yang belum menikah

5. Pendidikan

prevalensi obesitas sentral meningkat pada laki-laki berpendidikan

tengah (10-12 tahun) dan atas (>12 tahun) serta sedikit berubah pada

pendidikan rendah (≤9 tahun) , sedangkan pada perempuan, prevalensi

obesitas sentral meningkat pada semua tingkatan pendidikan,

khususnya pada pendidikan rendah.

6. Pekerjaan

Hubungan ini terletak pada peningkatan proporsi populasi pekerjaan

dalam bidang pelayanan, perkantoran, dan profesi lain yang kurang

aktivitas fisik jika dibandingkan dengan pekerjaan manual yang

membutuhkan banyak aktivitas fisik pada masyarakat tradisional.

- Gaya Hidup

1. Kebiasaan Merokok

merokok dapat meningkatkan resisten insulin dan berhubungan

dengan akumulasi lemak pusat. Mantan perokok berpeluang

mengalami obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan perokok dan

bukan perokok. Hal ini disebabkan oleh efek ganda merokok

yaitu merokok meningkatkan pengeluaran energi dan menurunkan

nafsu makan, dan kedua efek akan hilang pada mantan perokok.

2. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik merupakan upaya pencegahan peningkatan berat badan

dan secara signifikan berkontribusi untuk menurunkan berat badan

dalam jangka panjang dan mengurangi risiko kesehatan yang

berhubungan dengan penyakit kronis.

3. Perilaku Konsumsi Makanan/minuman

Perilaku konsumsi makanan/minuman adalah kebiasaan seseorang

dalam mengonsumsi makanan/minuman. Dalam penelitian ini

perilaku konsumsi meliputi konsumsi minuman beralkohol, konsumsi

sayuran dan buah, konsumsi makanan/minuman manis, dan konsumsi

makanan berlemak.

9

Page 10: Tugas Ujian Iin

4. Stres

reaktivitas stres mengawali penyakit kardiovaskuler sebelum remaja

oleh peningkatan total dan obesitas sentral pada anak.

Penatalaksanaan

Tujuan intervensi obesitas:5

1. Menurunkan lemak

2. Mencapai berat badan ideal

3. Kebiasaan makan yang lebih sehat

4. Cegah kehilangan massa otak

5. Pertahankan penurunan berat badan

Tujuan awal: mengurangi 10% berat badan

Metode untuk mencapai penurunan BB

- Diet

- Olahraga

- Modifikasi perilaku

- Psikoterapi

- Obat-obatan

- Operasi

Pengobatan dasar1. Diet

Dianjurkan diet rendah kalori tetapi cukup gizi, ialah 15-20 kalori/kgbb

dengan komposisi 205 protein, 65% karbohidrat dan lemak 15% lemak.

Diet yang tak lazim misalnya diet hanya dengan protein saja.

2. Olahraga

Disamping mempercepat metabolism,juga dapat membuat kondisi tubuh

lebih segar dan menambah estetika.olah raga ini dimaksudkan agar jumlah

kalori yang dikeluarkan tubuh lebih banyak dripada jumlah kalori yang

masuk.

Obat-obatan

Ada 2 jenis obat-obatan utama yang digunakan untuk mengatasi obesitas:6

1. Obat yang mengurangi nafsu makan, contohnya fenfluramin,

deksfenfluramin, fentermin.

10

Page 11: Tugas Ujian Iin

2. Obat yang menghalangi penyerapan zat gizi dari usus, contohnya

orlistat.

3. Sibutramin

Suatu re-uptake inhibitor dari neuro-transmitter, yang memiliki

kemampuan menghambat uptake serotonine sapai 53%,

norepinephrine sampai 54%, dan dopamine sampai 16%. Dengan

demikian kadar ke-tiga neuro-transmitter ini meninggkat di synaptic

cleft, yang pada gilirannya akan mempercepat rasa kenyang

Perasaan lapar dan kenyang diatur oleh zat kimia otak yang disebut

neurotransmitter, contohnya serotonin, norefinefrin dan dopamine. Obat

antiobesitas yang menekan nafsu makan bekerja dengan cara meningkatkan kadar

neurotransmitter ini pada persambungan antara ujung-ujung saraf diotak.

Fenfluramin dan deksfenfluramin menekan nafsu makan terutama dengan

meningkatkan pelepasan serotonin oleh sel-sel saraf. Fenteramin menekan nafsu

makan dengan menyebabkan pelepasan norefinefrin oleh sel-sel saraf. Fentermin

masih bisa digunakan untuk mengobati obesitas, tetapi hanya untuk jangka

pendek.6,7

Pencegahan

Langkah-langkah untuk menurunkan berat badan:6

1. Berolahraga secara teratur. Salah satu yang dapat dilakukan

untuk mencegah penambahan berat badan adalah berolahraga

secara teratur. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah berjalan

cepat dan berenang maksimal 150-250 menit.

2. Makan makanan sehat dan makanan ringan. Focus pada rendah

kalori, gizi makanan padat, seperti buah-buahan, sayuran dan

biji-bijian. Hindari lemak jenuh dan membatasi permen dan

alcohol.

3. Monitor berat badan secara teratur.

11

Page 12: Tugas Ujian Iin

DAFTAR PUSTAKA

1. Andi RS. Obesitas. http:reposytori.USU.ac.id [diakses 18 Juni 2012].

2. Maharani S. Obesitas Sentral. http:reposytori.IPB.ac.id [diakses 18 Juni

2012].

3. Masykura. Hubungan Obesitas Dengan Hipertensi. http://www.Scibd.com

[diakses 16 Juni 2012].

4. Nurleili E. Obesitas dan Diabetes Mellitus. lib. uin -malang.ac.id . [diakses 20

Juni 2012].

5. Sutanto. Penatalaksanaan Obesitas. http://www.Scibd.com [diakses 20 Juni

2012].

6. Anonym. Obesitas. http://medicastore.com/penyakit/42/Obesitas.html .

[diakses 20 Juni 2012].

7. Soerjodibroto W. Management Obesitas Dengan Sibutramine.

file:///E:/management-obesitas-dengan-sibutramine.html. [diakses 20 Juni

2012].

12