tugas UAS.docx
-
Upload
muhammad-khusnaini-asy-syadzili -
Category
Documents
-
view
75 -
download
5
Transcript of tugas UAS.docx
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Jumlah produksi logam non-ferrous tidak sebanyak logam ferrous (besi
tuang/baja), seringkali biayanya juga relatif lebih mahal tetapi loqam non-ferrous
memberikan sifat fisis-mekanis atau kombinasi dari sifat-sifat bahan logam yang
tidak dimiliki oleh logam ferro. Sifat- sifat tersebut antara lain : tahan korosi,
penghantar listrik dan panas yang tinggi ( electrical conductivity and heat
transfer). berwarna dan ringan (light metal).
Baja untuk menjadi tahan korosi dilakukan proses paduan dengan elemen
lain (missal : chrom) sehingqa harga baja tahan korosi menjadi mahal, namun
keunggulan baja tahan korosi mempunyai sifat mekanis yang lebih baik karena
modulus elastisitas lebih rendah tetapi angka Kekerasan dan kekuatan
tarik(tensile stregth) lebih besar. Untuk itu diusahakan logam non-ferrous dapat
mengimbangi faktor kekuatan (mekanis) dengan teknologi pembuatannya
(dipadukan dengan elemen-elemen non-ferrous lainnya). Bila dari strength to
weight ratio (sifat kekuatan ratio bobot/berat logam), maka beberapa logam non-
ferrous lebih unggul., ini berarti untuk memperoleh konstruksi yang sama
kekuatannya maka beberapa logam non-ferrous itu akan menghasilkan konstruksi
yang lebih ringan dibandingkan dengan logam ferro (baja). Sebagai contoh
konstruksi untuk alat transportasi (truk, pesawat terbang, dan lain-lain)
merupakan faktor yang menguntungkan untuk diperhitungkan.
Pada umumnya logam non-ferrous mudah dikerjakan pada proses tuang
( foundr-y) , pekerjaan permesinan (machining) dan diolah bentuknya
Logam Non Ferro 1 | P a g e
( shapinglforming) . Dibandingkan dengan baja yang sangat mudah dikerjakan
las, logam non-ferrous: relatif lebih sulit dilas, untuk itu diperlukan teknologi
las khusus logam non-ferrous.
1.2 Rumusan Masalah
Apa pengertian Logam Non Ferro?
Apa saja macam-macam Logam Non Ferro?
Bagaimanakah klasifikasi Logam Non Ferro?
Diskripsi Logam Berat dan Ringan?
Bagaimana Fabrikasi Logam Berat Non Ferro (Tembaga)?
Bagaimana fabrikasi Logam Ringan Non Ferro ( Aluminium)?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui pengertian Logam Non Ferro?
Untuk mengetahui macam-macam logam Non ferro?
Untuk mengetahui bagaimanakah klasifikasi Logam Non Ferro?
Untuk mengetahui diskripsi Logam Berat dan Ringan?
Untuk mengetahui bagaimana fabrikasi Logam Berat Non Ferro
(Tembaga)?
Untuk mengetahui bagaimana fabrikasi Logam Ringan Non Ferro
( Aluminium)?
Logam Non Ferro 2 | P a g e
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Logam Non ferro
Logam Non-Ferro (Non-Ferrous Metal) ialah jenis logam yang secara
kimiawi tidak memiliki unsur besi atau Ferro (Fe), oleh karena itu logam jenis ini
disebut sebagai logam bukan Besi (non Ferro). Beberapa dari jenis logam ini
telah disebutkan dimana termasuk logam yang banyak dan umum digunakan baik
secara murni maupun sebagai unsur paduan.
Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
terutama dalam pengolahan bahan logam, menjadikan semua jenis logam
digunakan secara luas dengan berbagai alasan, mutu produk yang semakin
ditingkatkan, kebutuhan berbagai peralatan pendukung teknologi serta
keterbatasan dari ketersediaan bahan-bahan yang secara umum digunakan dan
lain-lain.Logam non Ferro ini terdapat dalam berbagai jenis dan masing-masing
memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda secara spesifik antara logam yang
satu dengan logam yang lainnya.
Keberagaman sifat dan karakteristik dari logam Non Ferro ini
memungkinkan pemakaian secara luas baik digunakan secara murni atau pun
dipadukan antara logam non ferro bahkan dengan logam Ferro untuk
mendapatkan suatu sifat yang baru yang berbeda dari sifat asalnya.
2.2 Macam-macam logam Non ferro
Logam Non Ferro 3 | P a g e
Untuk mengetahui macam-macam logam non ferro ini dapat disebutkan
sebagai berikut :
Lead, Timbal, Timah hitam, Plumbum (Pb)
Gambar 2.2a: Lead, Timbal, Timah hitam, Plumbum (Pb)
Timah hitam sangat sangat lunak, lembek tetapi ulet, memiliki
warna putih terang yang sangat jelas terlihat pada patahan atau
pecahannya. Timah Hitam memiliki berat jenis (ρ) yang sangat tinggi
yaitu =11,3 kg/dm³ dengan titik cair 327ºC, digunakan sebagai isolator
anti radiasi Nuclear. Timah hitam diperoleh dari senyawa Plumbum-
Sulphur (PbS) yang disebut “Gelena” dengan kadar yang sangat kecil.
Proses pemurniannya dilakukan dengan memanaskannya didalam
dapur tinggi, proses pencairan untuk menghilangkan oxides serta unsur
lainnya. Selain untuk pemakaian sebagai isolator radiasi, Timah hitam
digunakan juga sebagai bahan pelapis pada bantalan luncur, bahan timah
pateri serta sebagai unsur paduan dengan baja atau logam Non Ferro
lainnya yang menghasilkan logam dengan sifat Free Cutting atau yang
disebut sebagai baja Otomat.
Titanium (Ti)
Logam Non Ferro 4 | P a g e
Gambar 2.2b: Titanium (Ti)
Titanium (Ti) memiliki warna putih kelabu, sifatnya yang kuat
seperti baja dan stabil hingga temperature 400ºC, tahan korosi dan
memiliki berat jenis (ρ) = 4,5 kg/dm³. Titanium (Ti) digunakan sebagai
unsur pemurni pada baja serta sebagai bahan paduan dengan Aluminium
dan logam lainnya. Titanium (Ti) memiliki titik cair 1660ºC dan kekuatan
tarik 470 N/mm2 serta densitas 56 %.
Titanium (Ti) tidak termasuk logam baru walaupun
pengembangannya baru dilakukan pada tahun 1949, karena sebenarnya
Titanium (Ti) telah terdeteksi sejak tahun 1789 dalam bentuk Oxide
Silicon, karena pengaruh oxygen maka pada saat itu tidak memungkinkan
untuk dilakukan extraction, dimana Titanium (Ti) merupakan bagian
penting dari Oxygen, namun pada akhirnya ditemukan metoda pemurnian
Titanium (Ti) ini melalui pemanasan dengan Carbon dan Clorine,
kemudian dengan Magnesium dan denganSodium pada suhu pemanasan
antara 800ºC hingga 900ºC yang menghasilkan Titanium Tetraclorite
sebagai produk awal dari Titanium (Ti) yang selanjutnya menggunakan
Magnesiumcloride atau Sodiumcloride.
Nickel, Nickolium (Ni)
Logam Non Ferro 5 | P a g e
Gambar 2.2c: Nickel, Nickolium (Ni)
Nickel, Nickolium merupakan unsur penting yang terdapat pada
endapan terak bumi yang biasanya tercampur dengan bijih tembaga.
Oleh karena itu diperlukan proses pemisahan dan pemurnian dari berbagai
unsur yang akan merugikan sifat Nickel tersebut.
Bijih Nickel mengandung 2,5 % Nickel yang bercampur bersama-
sama unsur lain yang sebagian besar terdiri atas besi dan silica serta
hampir 4 % Tembaga dan sedikit Cobalt, Selenium, Tellurium, Silver,
Platinum dan Aurum. Sedangkan Tembaga, besi dan Nicel berada pada
bijih itu sebagai Sulfida.
Setelah proses penambangan bijih itu dipecah dan dilakukan
pemisahan dari berbagai unsur yang mengandung batuan yang
mengapung. Kemudian sulfide Nickel dan Sulfide Tembaga dipisahkan
melalui proses pengapungan. Proses berikutnya ialah pemanggangan
Sulfide Nicel untuk menggerakan Sulphur, selanjutnya dituangkan
kedalam bejana, untuk selnjutnya dilakukan pemurnian melalui proses
oxidasi sebagaimana dalam proses Bessemer dalam pemurnian baja.
Logam Non Ferro 6 | P a g e
Dari proses ini akan diperoleh 48 % Nickel dan 27 % Tembaga.
Selanjutnya dipanaskan bersama Sodium Sulfat dengan pemanasan kokas
untuk memperoleh larutan Tembaga Nickel dan Sulfide Besi, kemudian
dituangkan kedalam ladle untuk dilakukan pemadatan, Selama
pendinginan Tembaga dan Sodium mengapung keatas dan ketika terjadi
pemadatan Nickel dan Tembaga akan terpisah oleh tiupan atau
pemukulan.
Proses pemurnian lanjut dilakukan dengan electrolisa dengan
terlebih dahulu disinter sehingga berbentuk Briket, atau dapat juga dengan
proses ‘carbonil’ jika tresedia cukup daya listrik dimana serbuk Nickel
dipanggang untuk menhilangkan sisa-sisa Sulphur dan Besi kemudian
direduksi oleh Hydrogen. Dengan demikian maka oxide logam akan
keluar dan membentuk uap, akan terbang dan membentuk gas Nickel
carbonil yang kemudian mencair karena pengaruk Carbonmonoxide serta
akan mengalir melalui kulit endapan Nickel.
Pemakaian Nickel
Secara komersial Nickel banyak digunakan secara murni terutama untuk
peralatan-peralatan yang menuntut ketahanan korosi yang tinggi, seperti
peralatan dalam industri makanan , industri kimia, obat-obatan serta
peralatan kesehatan, industri petroleum dan lain-lain.
Nickel dapat dibentuk melalui proses panas maupun dingin, memiliki sifat
mampu tempa, mampu mesin dengan pemotong HSS. Dapat dikerjakan
Logam Non Ferro 7 | P a g e
dengan Cupping, Drawing, Spining, Swaging, Bending, dan Forming.
Penyambungan dapat dilakukan dengan pengelasan, penyolderan, Brazing
dan Welding.
Timah putih, Tin, Stannum (Sn)
Gambar 2.2d: Timah putih, Tin, Stannum (Sn)
Timah putih, Tin, Stannum (Sn) ialah logam yang berwarna putih
mengkilap, sangat lembek dengan titik cair yang rendah yakni 232ºC.
Logam ini memiliki sifat ketahanan korosi yang tinggi sehingga banyak
digunakan sebagai bahan pelapis pada plat baja, digunakan sebagai
kemasan pada berbagai produk makanan karena Timah putih ini sangat
tahan terhadap asam buah dan Juice.
Fungsi kegunaan yang lain ialah sebagai bahan pelapis pada
bantalan luncur serta sebagai unsur paduan pada bahan-bahan yang
memiliki titik cair rendah. Timah putih, Tin, Stannum (Sn) paling banyak
digunakan sebagai timah pateri serta paduan pada logam-logam bantalan
seperti Bronzes dan gunmetal atau ditambahkan sedikit pada paduan
Tembaga Seng (Kuningan, Brasses) untuk memperoleh ketahanan korosi.
Timah putih, Tin, Stannum (Sn) diproses dari bijih timah (Tinstone),
Logam Non Ferro 8 | P a g e
extracsinya dilakukan melalui pencairan dengan temperature tinggi
sehingga timah dapat mengalir keluar dari berbagai unsur pengikatnya.
Seng, Zincum (Zn)
Gambar 2.2e: Seng, Zincum (Zn)
Seng, Zincum (Zn) ialah logam yang berwarna putih
kebiruan memiliki titik cair 419ºC, sangat lunak dan lembek tetapi akan
menjadi rapuh ketika dilakukan pembentukan dengan temperature
pengerjaan antara 100ºC sampai 150ºC tetapi sampai temperature ini
masih baik dan mudah untuk dikerjakan.
Seng memiliki sifat tahan terhadap korosi sehingga banyak
digunakan dalam pelapisan plat baja sebagai pelindung baja tersebut dari
pengaruh gangguan korosi, selain itu Seng juga digunakan sebagai unsur
paduan dan sebagai bahan dasar paduan logam yang dibentuk melalui
pengecoran. Sekalipun Seng merupakan bahan yang lembek akan tetapi
peranannya sangat penting sekali sebagai salah satu bahan Teknik yang
memilki berbagai keunggulan, baik digunakan sebagai bahan pelapis pada
baja yang tahan terhadap korosi, misalnya untuk atap bangunan, dinding
serta container yang juga harus tahan terhadap pengaruh air dan udara
serta serangga dan binatang.
Logam Non Ferro 9 | P a g e
Seng juga merupakan unsur paduan untuk bahan pengecoran.
Bahan baku Seng adalah Sulfida Carbonate, biasanya berada berdekatan
dengan Lead atau Timah Hitam atau kadang-kadang juga dengan Silver.
Konsentrat biasanya dilakukan dengan Grafitasi atau pengapungan.
Proses produksi awal dilakukan dengan mengurangi kadar Asam sulfat
yang terkandung pada Oxide Seng melalui penggarangan.
Langkah selanjutnya ialah menggunakan satu Thermal untuk
menghasilkan penguapan serta kondensat, dari proses ini akan diperolah 1
hingga 2 % Lead yang diketahui sebagai Spelter atau Seng kasar dengan
99,99 % yang akan diproses lanjut dengan cara elektrolisa serta proses
penggarangan, dan melalui proses ini bijih Seng akan melarut didalam
Asam Sulphuric sesuai dengan kebutuhannya. Proses berikutnya ialah
penggarangan agar unsur Carbon bercampur didalam Briket sebelum
pemanasan melalui pengolperasian didalam retor Vertical secara
Continyu.
Manganese (Mn)
Gambar 2.2f: Manganese (Mn)
Logam Non Ferro 10 | P a g e
Manganese (Mn) logam yang memiliki titik cair 1260ºC Unsur
Manganese (Mn) ini diperoleh melalui proses reduksi pada bijih
Manganese sebagaimana proses yang dilakukan dalam pembuatan baja.
Manganese digunakan pada hampir semua jenis baja dan besi
tuang sebagai unsur paduan kendati tidak menghasilkan pengaruh yang
signifikan dalam memperbaiki sifat baja tetapi tidak berpengaruh buruk
karena didalam baja memiliki kandungan unsur Sulphur.
Disamping itu Manganese (Mn) merupakan unsur paduan pada
Aluminium, Magnesium, Titanium dan Kuningan.
Chromium (Cr)
Gambar 2.2g: Chromium (Cr)
Chromium ialah logam berwarna kelabu, sangat keras dengan titik cair
yang tinggi yakni 1890ºC , Chromium diperoleh dari unsur Chromite,
yaitu senyawa FeO.Cr2. Unsur Chromite (Fe2 Cr2 06 ) serta Crocoisite
(PbCrO4).
Chromium memiliki sifat yang keras serta tahan terhadap korosi jika
digunakan sebagai unsur paduan pada baja dan besi tuang dan dengan
penambahan unsur Nickel maka akan diperoleh sifat baja yang keras dan
tahan panas (Heat resistance- Alloy).
Logam Non Ferro 11 | P a g e
Aluminium (Al)
Gambar 2.2h: Aluminium (Al)
Aluminium ialah logam yang berwarna putih terang dan sangat mengkilap
dengan titik cair 660ºC sangat tahan terhadap pengaruh Atmosphere juga
bersifat electrical dan Thermal Conductor dengan koefisien yang sangat
tinggi.
Secara komersial Aluminium memiliki tingkat kemurnian hingga 99,9 % ,
dan Aluminium non paduan kekuatan tariknya ialah 60 N/mm2 dan
dikembangkan melalui proses pengerjaan dingin dapat ditingkatkan sesuai
dengan kebutuhannya hingga 140 N/mm2.
Tembaga, Copper, Cuprum (Cu)
Logam Non Ferro 12 | P a g e
Gambar 2.2i: Tembaga, Copper, Cuprum (Cu)
Tembaga memilki kekuatan Tarik 150 N/mm2 sebagai Tembaga
Cor dan dengan proses pengerjaan dingin kekuatan tarik Tembaga dapat
ditingkatkan hingga 390 N/mm2 demikian pula dengan angka
kekerasannya dimana Tembaga Cor memiliki angka kekerasan 45 HB dan
meningkat hingga 90 HB melalui proses pengerjaan dingin, dengan
demikian juga akan diperoleh sifat Tembaga yang ulet serta dapat
dipertahankan walaupun dilakukan proses perlakuan panas misalnya
dengan Tempering.
Sifat listrik dan sebagai penghantar panas yang baik dari Tembaga
(Electrical and Thermal Conductor) Tembaga dan menduduki urutan
kedua setelah Silver namun untuk ini Tembaga dipersyaratkan memiliki
kemurnian hingga 99,9 %. Salah satu sifat yang baik dari tembaga ini juga
adalah ketahanannya terhadap korosi atmospheric bahkan jenis korosi
yang lainnya.
Magnesium (Mg)
Gambar 2.2j: Magnesium (Mg)
Logam Non Ferro 13 | P a g e
Magnesium ialah logam yang berwarna putih perak dan sangat
mengkilap dengan titik cair 651ºC yang dapat digunakan sebagai bahan
paduan ringan, sifat dan karakteristiknya sama dengan Aluminium.
Oxid film yang melapisi permukaan Magnesium hanya cukup
melindunginya dari pengaruh udara kering, sedangkan udara lembab
dengan Magnesium memiliki kekuatan tarik hingga 110 N/mm2 dan dapat
ditingkatkan melalui proses pembentukan hingga 200 N/mm2.
Magnesium memilki sifat yang lembut walaupun dengan elastisitas yang
rendah.
Antimony, Stibium (Sb)
Gambar 2.2k: Antimony, Stibium (Sb)
Antimony, Stibium (Sb) ialah logam yang berwarna putih kelabu
terang, Antimony, Stibium memiliki titik cair 630ºC. Logam ini diperoleh
dari mineral Stibnite (Sb2S3), Tetrahednite (Cu3SbS3) dan Famantinite
(Cu3SbS4) dan dari kedua bahan mineral inilah Antimony, Stibium (Sb)
dibuat melalui penguapan, akan tetapi karena tidak mencukupi maka
terpaksa dilakukan extracsi pada Stibinite.
Logam Non Ferro 14 | P a g e
Antimony, Stibium (Sb) digunakan dalam pemenuhan kebutuhan
bahan yang digunakan pada temperature rendah, sebagai logam-logam
bantalan yang dipadu dengan lead (timah hitam) dan akan mempengaruhi
kekerasan dari Timah hitam itu sendiri.
Bismuth (Bi)
Gambar 2.2l: Bismuth (Bi)
Bismuth ialah logam berwarna putih kelabu kemilau, sifat Bismuth
sangat keras dan rapuh dan tidak dapat ditempa. Titik Cairnya 271ºC dan
keadaannya relative murni. Bismuth diperoleh dari campuran berbagai
unsur dalam kondisi alami. Proses Pemisahannya dilakukan dengan
pembersihan terlebih dahulu dimana Bismuth ini terdapat dalam keadaan
kurang bersih, sehingga diperlukan berbagai perlakuan. Bismuth
digunakan sebagai unsur paduan dengan logam lain yang memiliki titik
cair rendah.
Boron (B)
Logam Non Ferro 15 | P a g e
Gambar 2.2m: Boron (B)
Boron (B) memiliki titik cair 2300ºC dan Boron-Carbide sangat
keras dan tahan terhadap pengaruh kimia. Proses pemurnian Boron
termasuk sangat sulit akan tetapi kerap kali Boron ditemukan dalam
keadaan murni sehingga disebut sebagai logam Murni atau logam langka
(rare-metal). Boron tidak digunakan sebagai element akan tetapi Boron
digunakan sebagai bahan pembuatan Dies, Nozle untuk Injection
moulding, pivot serta permukaan bearing. Boron dibuat dalam bentuk
bubukan sehingga pembentukannya dilakukan dengan proses Sintering.
Cadmium (Cd)
Gambar 2.2n: Cadmium (Cd)
Cadmium (Cd) ialah logam yang berwarna putih kebiruan sifatnya
sangat lunak dan lembek dengan titik cair hanya 321ºC. sebagai bahan
dasar dari Cadmium ini ialah endapan Seng. Endapan pekat dari Cadmium
terdapat dibagian tertentu dari instalasi pengolahan Seng (Zn), Cadmium
Logam Non Ferro 16 | P a g e
digunakan dalam paduan yang memiliki titik cair rendah serta bahan
tambah pada Tembaga. Yang penting dalam pemakaian Cadmium ini
ialah sebagai lapisan pelindung pada Baja atau Kuningan (Brasses).
Cerium (Ce)
Gambar 2.2o: Cerium (Ce)
Cerium (Ce) disebut sebagai logam langka (rare earth-
metal), memiliki titik cair 640ºC dapat ditambahkan kedalam besi tuang
untuk pembuatan electrode, pembuatan busur listrik atau sebagai bahan
batu pemantik (lighter flints).
Cobalt (Co)
Gambar 2.2p: Cobalt (Co)
Cobalt (Co) ialah LOgam yang brwarna putih silver ini memilki
titik cair 1490ºC dan bersifat magnetic tinggi. Cobalt diperoleh bersama
unsur Nickel serta element-element mineral tertentu dan dipisahkan
selama proses pemurnian pada unsur Nickel. Cobalt digunakan sebagai
Logam Non Ferro 17 | P a g e
unsur paduan pada baja paduan sebagai alat potong (Tool Steel) dan
sebagai unsur paduan dengan unsur Nickel sebagai baja paduan yang
tahan terhadap temperature tinggi.
Iridium (Ir)
Gambar 2.2q: Iridium (Ir)
Iridium (Ir) ini disebut sebagai baja putih ini adalah logam dari
kelompok Platinum yang memiliki titik cair 2454ºC. Penggunaannya
sebagai bahan paduan dengan unsur Platinum-Alloy yang kuat dan keras
serta meningkatkan titik cairnya.
Germanium (Ge)
Gambar 2.2r: Germanium (Ge)
Logam Non Ferro 18 | P a g e
Germanium (Ge) merupakan logam dengan sifat kelistrikan yang
spesifik sehingga digunakan sebagai komponen dalam Teknik Kelistrikan.
Mercury, Hydragirum (Hg)
Gambar 2.2s: Mercury, Hydragirum (Hg)
Mercury, Hydragirum (Hg) ialah salah satu jenis logam murni
yang diperoleh dalam skala kecil dengan logam murni lainnya serta
Sulphide (HgS) yang dapat dilakukan extraksi melalui pemanasan
sederhana yang kemudian diproses secara destilasi, jika perlu dilakukan
penegrjaan lanjut untuk menghilangkan kadar Seng dan Cadmium.
Mercury digunakan dalam Thermometer dan Barrometer serta saklar atau
electrical Switches.
Molybdenum (Mo)
Gambar 2.2t: Molybdenum (Mo)
Logam Non Ferro 19 | P a g e
Molybdenum (Mo) ialah Logam yang berwarna putih Silver
dengan titik Cair 2620ºC. Terdapat dalam bentuk Sulphide serta berbagai
Oxid pada berbagai jenis Logam. Molybdenum (Mo) digunakan sebagai
unsur paduan pada baja dan Besi Tuang (Cast Iron).
Platinum (Pt)
Gambar 2.2u: Platinum (Pt)
Platinum (Pt) adalah salah satu jenis logam berat yang berwarna
putih kelabu dan sangat mengkilap dengan titik cair 1773ºC
dan memiliki sifat yang mudah dibentuk, ulet dan tidak mengandung
Oxide atau tar dalam udara bebas. Platinum (Pt) sangat cocok digunakan
dalam paduan dengan Iridium yang dapat meningkatkan kekerasannya.
Platinum (Pt) terdapat dalam paduan logam mulia serta endapan
Tembaga-Nickel.
Platinum (Pt) dapat pula diperoleh melalui proses extraksi pada
mas (gold) dan Nickel.Platinum (Pt) digunakan sebgai bahan pembuatan
Contact point pada system kelistrikan motor bakar, kabel tahanan
polymeter serta kawat Thermocouple.
Dlln
Logam Non Ferro 20 | P a g e
2.3 Klasifikasi Logam Non-Ferro
Logam non ferro dapat digolongkan ke dalam logam non ferro
berat dan logam non ferro ringan. Sifat mekanik logam non ferro pada
umumnya kurang baik, akan tetapi dapat diperbaiki dengan
memadukannya. Kebanyakan dari logam non ferro adalah tahan korosi
karena adanya lapisan oksida yang kuat. Sedangkan beberapa logam non
ferro mempunyai daya penghantar listrik dan daya penghantar panas yang
baik. Klasifikasi logam non ferro, sebagai berikut:
(a). Logam berat dan logam ringan
Logam dapat diklasifikasikan sebagai logam berat dan logam
ringan. Logam berat dengan berat jenis lebih dari 5 kg/dm3. Sedangkan
logam ringan dengan berat jenis kurang dari 5 kg/dm3. Logam berat dan
logam ringan menurut keberadaannya terdapat dalam dua bentuk
yaitu logam murni dan logam paduan.
1. Logam murni yaitu logam dengan sifat-sifat :
Kadar kemurnian 99,9 %.
Kekuatan tarik rendah
Titik lebur tinggi
Daya hantar listrik baik
Daya tahan terhadap karat baik.
2. Logam paduan yaitu logam campuran dari dua macam logam atau
lebih yang dicampur satu sama lain dalam keadaan cair, sehingga
mempunyai sifat-sifat :
Logam Non Ferro 21 | P a g e
Kekerasan dapat ditingkatkan dari kekerasan logam asalnya.
Kekuatan tarik dapat diperbesar
Daya pemuaian dapat dikurangkan
Titik lebur dapat diturunkan atau dinaikkan dibanding logam-
logam asalnya.
Macam-macam logam paduan yaitu;
1). Paduan tuang
2). Paduan tempa Dalam logam paduan dikenal perbedaan antara
paduan logam berat dan paduan logam ringan.
Diantara paduan logam berat yang kita kenal antara lain sebagai
berikut.
a). Kuningan atau loyang yaitu paduan antara tembaga dengan seng
dan sedikit tambahan timbal.
b). Perunggu yaitu campuran antara tembaga, timah, sedikit seng dan
timbal.
c). Paduan nikel untuk logam-logam tahan karat, misalnya monel,
metal dan sebagainya.
d). Paduan seng untuk alat-alat ukur dan bagian-bagian mesin.
Logam-logam untuk paduan berat lainnya dan kegunaan dapat dilihat
dalam tabel berikut.
Tabel 1. Macam-macam Paduan dan kegunaannya.
Logam Non Ferro 22 | P a g e
NN Nama
paduanKegunaan
1.1
Wolfram/
tungste
n (W)
Untuk paduan baja, kawat pijar,
dan bahan campuran elektoda
las TIG/WIG.
2.2Molibdenu
m (Mo)
Paduan baja, pipa-pipa, dan alat
rontgen.
33.Tantalum
(Ta)
Untuk alat-alat kedokteran dan
paduan lainnya.
44.Kromium
(Cr)
Paduan baja tahan karat, pelapis
logam dan pelindung tahan
karat.
55.Mangan
(Mn)Paduan baja.
66.Vanadium
(V)paduan baja tahan karat.
77.Kobalt
(Co)Paduan baja perkakas potong.
88.Kadmium
(Cd)
Paduan logam-logam bantalan,
pelapis baja tahan karat, tahan
uap racun dan sebagainya.
99.Bismut
(Bi)
Paduan bahan yang digunakan
dalam sekering- Sekering.
Logam Non Ferro 23 | P a g e
Sedangkan untuk paduan logam ringan kita kenal antara lain sebagai
berikut.
1).Aluminium dan paduannya yang banyak digunakan untuk paduan
logam ringan, misalnya duralumin yang biasa digunakan untuk
badan pesawat terbang, kendaraan bermotor, kapal pesiar, alat-alat
rumah tangga dan sebagainya.
2).Paduan magnesium digunakan hanya bila dalam konstruksi mesin
yang factor berat menjadi pertimbangan utama. Sebab magnesium
mempunyai daya gabung yang tinggi terhadap oksigen dan mudah
terbakar.
3).Paduan titanium banyak digunakan untuk paduan aluminium
sebagai logam ringan yang banyak dipakai pada konstruksi
pesawat terbang.
(b). Logam mulia
Logam mulia adalah logam yang dalam keadaan tunggal sudah
dapat dipakai sebagai bahan teknik, artinya dalam keadaan murni tanpa
dicampur dengan bahan logam lain sudah dapat diproses menjadi barang
jadi atau setengah jadi, dengan sifat-sifat yang baik sesuai dengan yang
diinginkan. Pada umumnya bahan logam belum memiliki sifat-sifat yang
baik apabila tidak dicampur dengan bahan lain nya dan tidak memenuhi
syarat sebagai bahan teknik, kecuali logam mulia tersebut. Diantara logam
mulia yang kita kenal adalah emas, perak dan platina.
(c). Logam radioaktif
Logam Non Ferro 24 | P a g e
Logam radioaktif adalah bahan yang menunjukkan gejala
radioaktif karena radionuklida.Radioaktif adalah radiasi elektromagnetik
dan penyebaran partikel pada saat terjadi perubahan spontan suatu inti
atom atau disebabkan pembelahan inti secara spontan. Diantara logam
radioaktif yang kita kenal adalah uranium, radium dan plutonium.
2.4 Deskripsi logam berat dan logam ringan beserta karakteristiknya
2.4.1 Logam berat.
Logam berat ialah jenis logam non ferro dengan berat jenis lebih
dari 5 kg/dm3
Karateristik logam berat
Sedangkan (Palar, 2008 dalam Ernawati 2010) memberi
karakteristik logam berat sebagai berikut: 1. Memiliki spesifikasi
gravitasi yang sangat besar(>4) 2. Mempunyai nomor atom 22-34
dan 40-50 serta unsur lantanida dan aktanida 3. Mempunyai respon
biokimia yang spesifik pada organisme hidup. Berbeda dengan
logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek khusus pada
makhluk hidup. Dapat dikatakan bahwa semua logam berat dapat
menjadi racun bagi tubuh makhluk hidup apabila melampaui
ambang batas yang diizinkan. Namun sebagian dari logam berat
tersebut memang dibutuhkan oleh tubuh makhluk hidup dalam
jumlah tertentu (sedikit), yang juga apabila tidak terpenuhi akan
berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup dari makhluk hidup
tersebut. Salah satu polutan yang sangat berbahaya bagi kesehatan
manusia adalah logam berat.WHO (World Health Organisation)
Logam Non Ferro 25 | P a g e
dan FAO (Food Agriculture Organisation) merekomendasikan
untuk tidak mengkonsumsi makanan laut (seafood) yang tercemar
logam berat
2.4.2 Logam ringan.
Logam Ringan yaitu logam yang mempunyai massa jenis kurang
dari 5 g/cm³, berikut contoh contohnya yang saya rangkum dari
Wikipedia : Natrium, Litium, Skandium, Kalsium, Boron, Barium,
Selenium, Kalium, Fransium, Rubidium aluminium, magnesium, natrium,
titanium, dan lain-lain.
Karateristik logam ringan
1. Memiliki spesifikasi gravitasi yang kecil 2. Mempunyai nomor
atom 22-34 dan 40-50 serta unsur lantanida dan aktanida 4. Lunak.
2.5 Fabrikasi Logam Berat Non Ferro (Tembaga)
Sifat umum tembaga
- Warna merah muda mengkilap
- Penghantar listrik
- Bahan alat pemanas
- Pipa-pipa ketel
- Dapat ditempa pada keadaan dingin
- Tahan korosi
- Bila kena asam menjadi beracun
- Tidak baik untuk alat-alat masak
Logam Non Ferro 26 | P a g e
a. Proses Pengolahan Tembaga
“Chalcopirit” adalah bijih tembaga, merupakan campuran antara
SCu dan CuFeS yang di peroleh dari hasil tambang di bawah permukaan
tanah. Gambar berikut adalah proses pengolahannya:
Gambar 2.5a: Alur Proses pembuatan Tembaga.
Alur proses yang ditunjukkan pada gambar diatas adalah dimulai
dari bijih chalcopirit, digiling dan dicampur dengan batu kapur serta bahan
fluks silika. Setelah tepung bijih dipekatkan, lalu SiO dan CuS , campuran
inilah yang di sebut: “ Kalsin”. Kalsin kemudian di lebur dengan batu
kapur sebagai fluks nya di dalam dipanggang, sehingga terbentuk
campuran ,FeS FeO.
Logam Non Ferro 27 | P a g e
Dapur Reverberatory, tujuan nya untuk melarutkan besi (Fe) di
dalam terak, sisanya adalah Tembaga-Besi yang disebut “matte” di
tuangkan kedalam konverter. Dengan menghembuskan udara kedalam
konverter untuk selama 4 s/d 5 jam, maka kotoran-kotoran teroksida dan
besi akan membetuk terak yang pada saat-saat tertentu, dikeluarkan dari
konverter. Karena panas oksidasi cukup tinggi, maka muatan akan tetap
cair yang akhir nya dapat merubah sulfida-tembaga menjadi oksida-
tembaga atau yang dikenal dengan nama: sulfat. Bila kemudian aliran
udara dihentikan, maka oksida kupro akan bereaksi dengan sulfida kupro
yang akan membentuk tembaga blister dan dioksida belerang. Tembaga
blister dengan tingkat kemurnian antara 98 % s/d 99 % ini kemudian
dicor menjadi slab untuk kemudian di olah secara elektolitik menjadi
tembaga murni.
b. Konstruksi mesin pengolah dan cara kerjanya.
Converter ialah sebuah tabung baja dengan dinding berlapis dan
tahan terhadap temperatur tinggi serta ditempatkan pada sebuah dudukan
yang dibentuk sedemikian rupa agar posisinya dapat diubah secara
vertikal mapun secara horizontal dengan posisi mulut berada disamping
atau diatas bahkan dibawah. Posisi-posisi ini diperlukan untuk pengisian,
penghembusan karbon dioksida dan penuangan hasil pemurnian.
Logam Non Ferro 28 | P a g e
Gambar2.5b: Konstruksi conventer pengolahan tembaga.
Proses pemurnian ini dilakukan dengan terlebih dahulu mencairkan
besi mentah ke dalam converter yang berada pada posisi horizontal
kemudian converter diubah posisinya pada posisi vertikal dan pada posisi
ini udara bertekanan dihembuskan melalui dasar converter kedalam besi
mentah cair, dengan demikian maka unsur karbon akan bersenyawa
dengan oksigen menjadi karbon dioxida (CO2) dan mengikat unsur-unsur
lainnya.
Dengan tekanan udara sedemikian itu unsur-unsur tersebut akan
terbawa keluar dari converter, proses ini dilakukan dalam waktu 20 menit.
Konventer untuk proses “oksidasi berkapasitas antara 50-400 ton”.
Besi kasar dari tanur yang dituangkan ke dalam konventer disemburkan
oksigen dari atas melalui pipa sembur yang bertekanan kira-kira 12 atm.
Penyemburan Oksigen berlangsung antara 10-20 menit. Penambahan
waktu penyemburan akan mengakibatkan terbakarnya C, P, Mn dan Si.
Logam Non Ferro 29 | P a g e
Konvertor dibuat dari plat baja dengan sambungan las atau paku keling.
Bagian dalamnya dibuat dari batu tahan api. Konvertor disangga dengan
alat penyangga yang dilengkapi dengan trunnion untuk mengatur posisi
horizontal atau vertikal Konvertor.
Pada bagian bawah konvertor terdapat lubang-lubang angin
(tuyer)sebagai saluran udara penghembus (air blast). Batu tahan api yang
digunakan untuk lapisan bagian dalam Konvertor dapat bersifat asam atau
basa tergantung dari sifat baja yang diinginkan
Secara umum proses kerja konverter adalah:
a. Dipanaskan dengan kokas sampai suhu 15000C.
b. Dimiringkan untuk memasukkan bahan baku baja (+1/8 dari volume
konverter).
c. Konverter ditegakkan kembali.
d. Dihembuskan udara dengan tekanan 1,5 – 2 atm dengan kompresor.
e. Setelah 20 – 25 menit konverter dijungkirkan untuk mengeluarkan
hasilnya.
c. Hasil produk dan manfaatnya (TEKNIK).
Logam Non Ferro 30 | P a g e
Gambar 2.5c1: Produk Tembaga (pipa, mur dan baut)
Manfaatnya:
Produk tembaga ini berupa mur, pipa dan kran. Produk seperti kran
pipa ini berfungsi sebagai pemutus penghubung instalasi pada saluran air.
Dengan bahan yang terbuat dari sangatlah efektif untuk meningkatkan
umur dari pipa agar tidak cepat korosi.
Gambar 2.5c2: Produk Tembaga (pipa kondensor)
Manfaat:
Tembaga sangatlah baik untuk menghantarkan panas, sehingga
pipa kondensor yang terbuat dari tembaga akan lebih efektif untuk
Logam Non Ferro 31 | P a g e
menghantarkan panas dari kompresor AC ke kondensator untuk di
kondensasi. Serta hal ini juga sangat menguntungkan dengan berat
tembaga yang ringan serta tahan korosi.
Gambar 2.5c2: Produk tembaga (inti kabel)
Manfaat:
Kabel berfungsi untuk menghantarkan tegangan listrik ke
komponen pad istalasi listrik. Inti kabel uang terbuat dari tembaga akan
sangant efektif karena tembaga adalah penghantar listrik yang baik.
Sehingga fungsi kabel akan lebih maksimal.
2.6 Fabrikasi Logam Ringan Non Ferro (Aluminium)
Dalam tiga dasawarsa terakhir ini aluminium telah menjadi salah
satu logam industri yang paling luas penggunaannya di dunia. Aluminium
banyak digunakan didalam semua sektor utama industri seperti angkutan,
konstruksi, listrik, peti kemas dan kemasan, alat rumah tangga serta
peralatan mekanis.
Penggunaan aluminium yang luas disebabkan aluminium memiliki
sifat-sifat yang lebih baik dari logam lainnya seperti :
Logam Non Ferro 32 | P a g e
- Ringan : memiliki bobot sekitar 1/3 dari bobot besi dan baja, atau tembaga
dan karenanya banyak digunakan dalam industri transportasi seperti
angkutan udara.
- Kuat : terutama bila dipadu dengan logam lain. Digunakan untuk
pembuatan produk yang memerlukan kekuatan tinggi seperti : pesawat
terbang, kapal laut, bejana tekan, kendaraan dan lain-lain.
- Mudah dibentuk dengan semua proses pengerjaan logam. Mudah dirakit
karena dapat disambung dengan logam/material lainnya melalui
pengelasan, brazing, solder, adhesive bonding, sambungan mekanis, atau
dengan teknik penyambungan lainnya.
- Tahan korosi : sifatnya durabel sehingga baik dipakai untuk lingkungan
yang dipengaruhi oleh unsur-unsur seperti air, udara, suhu dan unsur-
unsur kimia lainnya, baik di ruang angkasa atau bahkan sampai ke dasar
laut.
- Konduktor listrik : setiap satu kilogram aluminium dapat menghantarkan
arus listrik dua kali lebih besar jika dibandingkan dengan tembaga.
Karena aluminium relatif tidak mahal dan ringan, maka aluminium sangat
baik untuk kabel-kabel listrik overhead maupun bawah tanah.
- Konduktor panas : sifat ini sangat baik untuk penggunaan pada mesin-
mesin/alat-alat pemindah panas sehingga dapat memberikan penghematan
energi.
- Memantulkan sinar dan panas : Dapat dibuat sedemikian rupa sehingga
memiliki kemampuan pantul yang tinggi yaitu sekitar 95% dibandingkan
Logam Non Ferro 33 | P a g e
dengan kekuatan pantul sebuah cermin. Sifat pantul ini menjadikan
aluminium sangat baik untuk peralatan penahan radiasi panas.
- Non magnetik : dan karenanya sangat baik untuk penggunaan pada
peralatan listrik/elektronik, pemancar radio/TV. dan lain-lain, dimana
diperlukan faktor magnetisasi negatif.
- Tak beracun : dan karenanya sangat baik untuk penggunaan pada industri
makanan, minuman, dan obat-obatan, yaitu untuik peti kemas dan
pembungkus.
- Memiliki ketangguhan yang baik : dalam keadaan dingin dan tidak seperti
logam lainnya yang menjadi getas bila didinginkan. Sifat ini sangat baik
untuk penggunaan pada pemrosesan maupun transportasi LNG dimana
suhu gas cair LNG ini dapat mencapai dibawah -150 oC.
- Menarik : dan karena itu aluminium sering digunakan tanpa diberi proses
pengerjaan akhir. Tampak permukaan aluminium sangat menarik dan
karena itu cocok untuk perabot rumah (hiasan), bahan bangunan dan
mobil. Disamping itu aluminium dapat diberi surface treatment, dapat
dikilapkan, disikat atau dicat dengan berbagai warna, dan juga diberi
proses anodisasi. Proses ini menghasilkan lapisan yang juga dapat
melindungi logam dari goresan dan jenis abrasi lainnya.
- Mampu diproses ulang guna yaitu dengan mengolahnya kembali melalui
proses peleburan dan selanjutnya dibentuk menjadi produk seperti yang
diinginkan Proses ulang-guna ini dapat menghemat energi, modal dan
bahan baku yang berharga.
Logam Non Ferro 34 | P a g e
a. Proses pengolahan Aluminium.
Proses Penambangan Aluminium
Aluminium ditambang dari biji bauksit yang banyak terdapat di
permukaan bumi. Bauksit yang ditambang untuk keperluan industri
mempunyai kadar aluminium 40-60%. Setelah ditambang biji bauksit
digiling dan dihancurkan supaya halus dan merata. Kemudian dilakukan
proses pemanasan untuk mengurangi kadar air yang ada. Selanjutnya
bauksit mengalami proses pemurnian.
Proses Pemurnian Aluminium
Proses pemurnian bauksit dilakukan dengan metode Bayer dan
hasil akhir adalah alumina. Tahapan pemurnian aluminium bisa dilihat
pada gambar 10. Pertama-tama bauksit dicampur dengan larutan kimia
seperti kaustik soda. Campuran tersebut kemudian dipompa ke tabung
tekan dan kemudian dilakukan pemanasan. Proses selanjutnya dilakukan
penyaringan dan diikuti dengan proses penyemaian untuk membentuk
endapan alumina basah (hydrated alumina). Alumina basah kemudian
dicuci dan diteruskan dengan proses pengeringan dengan cara
memanaskan sampai suhu 1200 oC. Hasil akhir adalah partikel-partikel
alumina dengan rumus kimianya adalah Al2O3.
Proses Peleburan Aluminium
Alumina yang dihasilkan dari proses pemurnian masih
mengandung oksigen sehingga harus dilakukan proses selanjutnya yaitu
Logam Non Ferro 35 | P a g e
peleburan. Peleburan alumina dilakukan dengan proses reduksi
elektrolitik. Proses peleburan ini memakai metode Hall-Heroult.
Alumina dilarutkan dalam larutan kimia yang disebut kriolit pada
sebuah tungku yang disebut pot. Pot ini mempunyai dinding yang dibuat
dari karbon. Bagian luar pot terbuat dari baja. Aliran listrik diberikan
melalui anoda dan katoda. Proses reduksi memerlukan karbon yang
diambil dari anoda di dalam penangas kriolit lebur. Alumina tidak dapat
direduksi dengan karbon, karena adanya pembentukan Al4C3 (aluminium
karbida), dan reaksi balik antara uap aluminium dengan CO2 di dalam
kondensor akan menyebabkan terjadinya pembentukan aluminium oksida
sebagaimana semula. Perubahan entalpi yang terjadi dalam reaksi itu
adalah sebagai berikut:
Al2O3 + 1,5C --> 2Al + 1,5CO2
Karbon yang diperlukan untuk reduksi berasal dari anode dan untuk
itu diperlukan antara 0,5 sampai 0,6 kg karbon per kilogram logam.
Walaupun secara teoritis yang diperlukan sebetulnya hanyalah 0,33 kg,
namun karena karbon dioksida yang keluar itu mengandung 10% sampai
15% karbon monoksida (CO), maka jumlah yang diperlukan dalam praktik
tentu lebih besar. Langkah-langkah pembuatan logam aluminium adalah
sebagai berikut.
1. Pasang atau ganti pelapis sel
Logam Non Ferro 36 | P a g e
2. Buat anode karbon dan gunakan di dalam sel
3. Siapkan penangas kriolit dan kendalikan komposisinya
4. Larutkan alumina di dalam kriolit lebur
5. Larutan alumina dielektrolisis sehingga membentuk aluminium
logam yang bertindak sebagai katode.
6. Karbon elektrode teroksidasi oleh oksigen yang dibebaskan
7. Aluminium cair dialirkan keluar dari sel, dipadu (bila perlu),
dicetak menjadi logam batangan dan didinginkan.
b. Konstruksi mesin pengolah dan cara kerjanya.
Sel elektrolit berbentuk kotak baja besar. Di dalamnya terdapat
kompartemen katode yang dilapisi dengan campuran pitch dan batubara
antrasit atau dengan kokas yang dipanggang di tempat dengan bantuan arus
listrik, atau dengan blok-blok katode yang telah dipanggang dan kemudian
disemenkan satu sama lain. Lubang kompartemen katode itu mempunyai
kedalaman 30 sampai 50 cm, dengan lebar mencapai 3 m dan panjang 9 m
bergantung pada jenis sel dan beban yang direncanakan. Tebal pelapis
berkisar antara 15 sampai 25 cm pada bagian sisi dan 26 sampai 46 cm pada
bagian dasar.
Di antara dinding baja dan pelapis dipasang isolasi termal yang
terdiri dari baja tahan panas, blok asbes, atau bahan lain. Pada pelapis
bagian dasar dipasang batangan baja besar yang berfungsi sebagai
pengumpul arus katode. Batangan ini menjulur keluar melalui lubang pada
kotak baja dan dihubungkan dengan batangan pengantar katode. Pelapis sel
Logam Non Ferro 37 | P a g e
biasanya tahan 2 sampai 4 tahun. Kerusakan biasanya terjadi karena
penyusupan logam melalui katode sehingga melarutkannya atau karena
penetrasi logam keluar dari kotak baja melalui kebocoran di sekitar kolektor
arus. Keseluruhan pelapis, isolasi dan kolektor itu kemudian diganti.
Pelapisan kembali kotak sel merupakan sebagian besar dari biaya produksi
dan di sini tercakup bukan saja tenaga kerja, kolektor, pelapis dan bahan
isolasi, tetapi juga kehilangan bahan elektrolit yang diserap oleh pelapis
yang terpakai. Gambar skematik penampang penangas reduksi aluminium
ditunjukkan seperti gambar berikut ini
Gambar: Alat elektrolisis Aluminium.
Selama beroperasinya sel, terjadi pembentukan kerak di atas
permukaan penangas lebur. Alumina ditambahkan ke atas kerak ini, dimana
alumina mengalami pemanasan dan melepaskan kandungan airnya. Kerak
ini dipecahkan secara berkala dan alumina diaduk ke dalam penangas agar
konsentrasinya tetap berada di sekitar 2% sampai 6%. Kebutuhan teoristis
alumina adalah 1,89 kg per kilogram aluminium. Tetapi dalam praktik,
angkanya kira-kira 1,91 kg. Bilamana kadar alumina di dalam penangas
berkurang, dan efek anode berlangsung, maka pada anode terbentuk suatu
Logam Non Ferro 38 | P a g e
lapisan tipis karbon tetrafluorida dan penangas tidak dapat lagi membasahi
permukaan anode. Mengenai mekanisme yang sebenarnya terjadi dari
pelarutan alumina di dalam penangas dan bagaimana mekanisme
dekomposisi elektrolitiknya masih belum jelas. Tetapi hasil akhirnya adalah
pembebasan oksigen pada anode dan pengendapan logam aluminium pada
katode. Oksigen bergabung dengan anode karbon dan menghasilkan CO
dan CO2, tetapi yang terbanyak adalah CO2.
c. Hasil produk dan manfaatnya (TEKNIK).
Gambar 2.6c1: Produk Aluminium (Radiator)
Manfaatnya:
Radiator berfungsi untuk mengalirkan panas cairan pendingin ke udara
luar. Sehingga radiator yang terbuat dari alumnium akan lebih tahan dari
korosi yang disebakan kontak langsung dengan air pendingin yang panas.
Logam Non Ferro 39 | P a g e
Gambar 2.6c2: Produk Aluminium (Evaporator)
Manfaatnya:
Aluminium memiliki sifat konduktor panas serta tahan korosi sehingga
dalam hal ini logam aluminium sangat berfungsi untuk mempercepat
evaporasi udara luar agar cepat dingin. Selain itu juga kontak langsung
dengan air menyebabkan aluminium sangat berguna untuk menjadikan
komponen ini tahan dengan korosi yang disebabkan oleh air.
Gambar 2.6c3: produk alumnium ( bagian tengah Gear)
Manfaatnya:
Dari produk gear tersebut massa gear menjadi ringan sehingga gear ini
dapat digunakan untuk memodifikasi motor-motor balap.
Logam Non Ferro 40 | P a g e
Gambar 2.6c4: Produk Aluminium (Metal Bearing)
Manfaatnya:
Digunakan sebagai bantalan antara crankshaft dan crank journal, karena
aluminium lebih aus sehingga lebih baik bearing yang terbuat dari
aluminium yang harus cepat aus dibandingkan crankshaft.
Gambar 2.6c5: Produk Aluminium (Spacer Pelek Roda)
Manfaat:
Karena logam aluminium mudah dibentuk dalam artian lunak. Dengan
demikian digunakan sebagai pengganjal antara Flens roda dengan sisi
dalam pelek roda, sehingga dapat mengatasi permukaan flens roda yang
tidak rata.
Logam Non Ferro 41 | P a g e
BAB III
PENUTUP
Logam Non-Ferro (Non-Ferrous Metal) ialah jenis logam yang secara
kimiawi tidak memiliki unsur besi atau Ferro (Fe), oleh karena itu logam jenis ini
disebut sebagai logam bukan Besi (non Ferro).
Logam non ferro dapat digolongkan ke dalam logam non ferro berat dan
logam non ferro ringan. Sifat mekanik logam non ferro pada umumnya kurang
baik, akan tetapi dapat diperbaiki dengan memadukannya. Kebanyakan dari
logam non ferro adalah tahan korosi karena adanya lapisan oksida yang kuat.
Logam dapat diklasifikasikan sebagai logam berat dan logam
ringan. Logam berat dengan berat jenis lebih dari 5 kg/dm3. Sedangkan logam
ringan dengan berat jenis kurang dari 5 kg/dm3
Logam Non Ferro 42 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Anis. 2012. Logam non ferro, (Online), (http://anistkr.blogspot.com/2012/04/logam-bukan-besi-fe-non-ferro.html), diakses 7 Desember 2012.
Asyari. 2008. Daryus Proses Produksi, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Darma Persada, Jakarta.
Bangyo Sucahyo, 1999. Ilmu Logam, PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, Surakarta.
Beumer. 1994. Ilmu Bahan Logam. Bhratara: Jakarta
Hadi. 2012, (Online), Klasifikasi Bahan Teknik, (Online), (http://hadi-creation.blogspot.com/p/klasifikasi-bahan-teknik.html), diakses 7 Desember 2012.
Junaidi. 2012. Jenis, Sifat dan Kegunaan Logam Non Ferro, (Online), (http://tenlijunaidi.blogspot.com/2012/03/jenis-sifat-dan-kegunaan-logam-non.html), diakses 7 Desember 2012.
Saito, Saito. 1995. Pengetahuan Bahan Teknik. PT. Pradnya Paramita: Bandung.
Logam Non Ferro 43 | P a g e
Samosir, Ganda. 2010. Proses Produksi. Pusat pengembangan bahan ajar-umb, Jakarta.
Sani, Rizal. 1997. Pengolahan Logam. Teknologi: Bandung
Tanpa, nama. 2011. Logam Non Ferro, (Online), (http://wong168.wordpress.com/2011/10/23/logam-non-ferro-2/), diakses 7 Desember 2012.
Tanpa, nama. 2011. Kegunaan-Logam-Non Ferro, (Online), (http://blogmechanical.blogspot.com/2011/11/kegunaan-logam-non ferro.html), diakses 7 Desember.
Logam Non Ferro 44 | P a g e