Tugas UAS Geolistrik

17
1 APLIKASI INVERSI VERTICAL ELECTRICAL LOGGING (IVEL) GUNA DETEKSI LAPISAN BAWAH PERMUKAAN PADA LAPANGAN X, FORMASI LEDOK, CEPU Oleh: Sefi Novendra Patrialova (1109 100 021) Wahyu Sutrisno (1109 100 043) Dosen Pengampu: Dr. A. Syaeful Bahri, S.Si, M.T Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institit Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2012

Transcript of Tugas UAS Geolistrik

Page 1: Tugas UAS Geolistrik

1

APLIKASI INVERSI VERTICAL ELECTRICAL LOGGING (IVEL)

GUNA DETEKSI LAPISAN BAWAH PERMUKAAN PADA LAPANGAN

X, FORMASI LEDOK, CEPU

Oleh:

Sefi Novendra Patrialova (1109 100 021)

Wahyu Sutrisno (1109 100 043)

Dosen Pengampu:

Dr. A. Syaeful Bahri, S.Si, M.T

Jurusan Fisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institit Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2012

Page 2: Tugas UAS Geolistrik

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Informasi bawah permukaan merupakan hal yang harus diketahui degnan detil

sebelum melakukan tindakan selanjutnya. Dalam usaha untuk pencitraan bawah permukaan,

seiring berjalannya waktu saat ini banyak teknologi serta metode baru yang bermunculan,

salah satunya ialah Inversi Vertical Electrical Logging (IVEL). IVEL merupakan sebuah

metode untuk deteksi bawha permukaan menggunakan prinsip kelistrikan yang didekati

dengan tambahan paramater anisotropi. Hal ini dilakukan mengingat dalam penelitan –

penelelitan sebelumnya didapatkan bukti bahwa respon lisitrik bawah permukaan, tidak serba

sama (isotropis), akan tetapi anisotropi.

1.2 Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian adalah :

1. Bagaiamana penggunaan IVEL ?

2. Bagaiaman hasil IVEL untuk deteksi bawah permukaan?

3. Berapakah nilai error yang bisa didapatkan?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk membuktikan aplikais IVEL

2. Mendeteksi lapisan bawah permukaan dengan IVEL

3. Mendapatkan nilai eror yang diinginkan.

Page 3: Tugas UAS Geolistrik

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metode Vertical Electrical Sounding (VES) Schlumberger

Lapisan bawah permukaan tanah suatu daerah memiliki struktur penyusun yang berbeda

karena faktor struktur geologinya. Untuk menganalisis karakteristik lapisan di bawah

permukaan tanah, terdapat beberapa teknik pengukuran geolistrik yang dapat

digunakan. Teknik pengukuran geolistrik ada tiga macam yaitu mapping, sounding dan

imaging. Masing-masing teknik pengukuran geolistrik dapat dilakukan untuk tujuan yang

berbeda. Untuk tujuan penentuan airtanah, struktur gelologi, litologi dan penyelidikan

mineral-mineral logam, maupun untuk keperluan geoteknik, teknik pengukuran geolistrik

yang digunakan adalah teknik sounding. Istilah sounding diambil dari Vertical Electrical

Sounding (VES), yaitu teknik pengukuran geofisika yang bertujuan untuk memperkirakan

variasi resistivitas sebagai fungsi dari kedalaman pada suatu titik pengukuran. Konfigurasi

elektoda yang sering digunakan dalam teknik sounding yaitu konfigurasi Schlumberger.

Konfigurasi Schlumberger memiliki jangkauan yang paling dalam dibandingkan konfigurasi

yang lain.

Konfigurasi Schlumberger menggunakan dua elektroda arus yang sering dinamakan A,

B dan dua elektroda potensial yang dinamakan M, N. Pada konfigurasi Schlumberger, dua

elektroda potensial (MN) diletakkan di antara dua elektroda arus (AB).

Gambar 2.1. Konfigurasi Schlumberger

Pada konfigurasi Schlumberger idealnya jarak MN dibuat sekecil-kecilnya, sehingga

jarak MN secara teoritis tidak berubah. Tetapi karena keterbatasan kepekaan alat ukur, maka

ketika jarak AB sudah relatif besar maka jarak MN hendaknya dirubah. Perubahan jarak MN

hendaknya tidak lebih besar dari 1/5 jarak AB. Kelebihan dari konfigurasi Schlumberger ini

Page 4: Tugas UAS Geolistrik

4

adalah kemampuan untuk mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan pada

permukaan, yaitu dengan membandingkan nilai resistivitas semu ketika terjadi perubahan

jarak elektroda MN/2. Agar pembacaan tegangan pada elektroda MN bisa dipercaya, maka

ketika jarak AB relatif besar hendaknya jarak elektroda MN juga diperbesar.

(Bisri. 1991)

2.2 Inversion Vertical Electrical Logging

IVEL (Inversion Vertical Electrical Logging) adalah suatu metoda resistivity yang

dikembangkan untuk mengetahui keberadaan, kedalaman dan ketebalan hidrokarbon pada

lapisan batuan di bawah permukaan. Untuk mendapatkan data-data sebaran tahanan jenis tiap

kedalaman tertentu (umumnya selang 5-10 meter), dilakukan pengukuran di atas permukaan.

Log tahanan jenis di suatu titik didapatkan dengan menggambarkan harga tahanan jenis pada

tiap kedalaman setelah diinversikan dari pengukuran di permukaan, menjadi informasi bawah

permukaan yang dilakukan menggunakan Konsep Anisotropi. Anisotropi diartikan bahwa

media tersebut isotrohi dan homogen untuk masing unit lapisan lain, akan tetapi sifat

kelistrikan berubah untuk unit lapisan lain misalnya ρ, ρ1, ρ2, ρ3 dimana tebal tiap lapisan

adalah h1, h2, h3, h dan total h meter. Dengan cara tersebut dapat diinversikan pada tiap

kedalaman yang diinginkan.

Metoda IVEL dilakukan dengan melakukan VED (Vertical Electrical Drilling),

susunan VED di dalam suatu lintasan dapat dibuat pencitraannya maupun korelasi

log yang akan dapat berguna bagi pemetaan Contour Structure tiap top zona maupun untuk

menghitung Saturasi Hidrokarbon (Shc). Pendugaan geolistrik di Lapangan Jirak sebanyak

140 VED (Vertical Electrical Drilling) yang tersebar pada lokasi sumur dan di antara sumur,

dimana jarak antar titik VED satu dengan lainnya bervariasi yaitu antara 50 m sampai dengan

200 m. Konfigurasi pendugaan geolistrik yang dipakai yaitu menggunakan konfigurasi

susunan elektroda Wenner. Target kedalaman pengukuran alatnya sendiri bisa mencapai

sekitar 1000 m, kedepan mungkin bisa lebih dalam lagi, tapi di Lapangan Jirak difokuskan

hanya sampai kedalaman 500 m.

(Ferry Syafrian. 2006)

2.3 Prinsip Anisotropy Resistivity

Anisotrpy sejatinya adalah properti yang tergantung pada rarah, sebagai lawan dari

isotropi (keadaan serba sama), yang berarti sifat identik di semua arah. Hal ini dapat

didefinisikan sebagai perbedaan, jika diukur di sepanjang sumbu yang berbeda, dalam sifat

Page 5: Tugas UAS Geolistrik

5

material fisik atau mekanis (absorbansi, indeks bias, konduktivitas dll). Dalam penerapannya

pada prinsip Electrical Conduction, Mengingat bukti empiris yang mengenai terjadinya

konduktivitas anisotropik di alam yang sangat besatr maka penggunaan distribusi

konduktivitas anisotropik dalam pencitraan listrik sangat penting (Christopher C Pain, et al.

2003)

Selain itu, Hervanger dkk (2001) menjelaskan bahwa inversi isotropik dalam media

anisotropik dapat menghasilkan bukti yang jelas dan yang memetakan sisa (residual plot yaitu

data sebagai fungsi dari sumber dan lokasi penerima) untuk ini isotropik Citra tomografi

menunjukkan karakteristik berkorelasi pola yang merupakan indikator (diagnostik) dari

anisotropi. Hasil ini juga menunjukkan bahwa tidak semua informasi tentang anisotropi dalam

ruang nol-dari pemetaan invers. Oleh karena itu kami sangat percaya bahwa di masa depan

akan inversi anisotropik akan sangat banyak digunakan.

Secara matematis, Leon Thompson (2002) menggambarkan anisotropy sebagia matrik

6x6. Namun, yang menjadi permasalahan dalam dunia geofiska diperlukan sebuah

transformasi yang mengubah dari anisotrpi menjadi isotrpis. Salah satu yang paling terkenal

ialahg menggunakan Dar-Zarouk parameter. Namun, dalam laporan ini singkatnya parameter

anisotropi dapat didapatkan melalui persamaan berikut

Gambar 2. 2 Sketsa Penggunan Prinsip Anisotropi dalam Operasi

Resistivitas

Page 6: Tugas UAS Geolistrik

6

Gambar 2. 3 Problem Inversi 2D dari bentuk Prisma Tunggal

... 1

Ini ukuran anisotropi sangat mirip dengan integran dalam definisi hukuman

anisotropik (persamaan 2) kecuali bahwa telah dinormalisasi dengan konduktivitas rata

kuadrat untuk mengubahnya menjadi kuantitas non-dimensi (Christopher C Pain, et al. 2003).

... 2

2.4 Problem yang ditemui dalam masalah Anisotropi

Pada bagian ini dijelaskan hasil dari masalah dua dan tiga dimensi inversi sintetis yang

dihasilkan. Tujuannya adalah untuk menunjukkan kemampuan dan menunjukkan keterbatasan

kualitas inversi yang disajikan. Menggunakan anomali prisma tunggal sebagai model uji,

diselidiki pengaruh parameter penalti struktural dan anisotropi pada model inversi dan

mendiskusikan pemilihan parameter ini. Menggunakan model yang sedikit lebih kompleks

yang mengandung dua prisma berbentuk anomali dalam latar belakang homogen, kami

menawarkan wawasan ke dalam sifat non-linear dari proses inversi. Akhirnya, kami

menyajikan tes inversi menggunakan contoh tiga-dimensi yang mengandung dua zona fraktur

berpotongan dengan sumbu utama dari tensor anisotropi selaras dengan pesawat patah. Pada

contoh ini jelas menunjukkan kelayakan pencitraan listrik anisotropik dalam tiga dimensi

untuk masalah dunia nyata berukuran (Christopher C Pain, et al. 2003).

Contohnya adalah berikut

2.5 Geologi Regional Ledok, Cepu

Secara selaras di atas Formasi Wonocolo terdapat Formasi Ledok. Trooster (1937)

menganggap satuan ini sebagai anggota dari Formasi Globigerina, namun para peneliti

sesudahnya menganggap berstatus formasi (Marks, 1957; Harsono, 1983). Formasi Ledok

Page 7: Tugas UAS Geolistrik

7

secara umum tersusun oleh batupasir glaukonitan dengan sisipan kalkarenit yang berlapis

bagus serta batulempung yang berumur Miosen Akhir (N 16–N 17).

Ketebalan dari Formasi Ledok ini sangat bervariasi. Pada lokasi tipenya, yaitu daerah

antiklin Ledok, ketebalannya mencapai 230 m. Di daerah sungai Panowan mencapai 160 m,

sedangkan di sungai Cegrok tinggal 50 m. Batupasirnya kaya akan kandungan glaukonit

dengan kenampakan struktur silang siur. Di beberapa tempat batupasir tersebut terutama

tersusun oleh hanya oleh test foraminifera plangtonik dengan sedikit mineral kuarsa. Secara

keseluruhan bagian bawah dari formasi ini cenderung tersusun oleh batuan yang berbutir lebih

halus dari bagian atas, menunjukkan kecendrungan kondisi pengendapan laut yang semakin

mendangkal (shallowing-upward sequence). Ke arah utara, seperti halnya Formasi Wonocolo,

Formasi Ledok ini juga mengalami perubahan fasies menjadi batugamping dari formasi

Paciran. Formasi Ledok mempunyai stratotype di antiklin Ledok Cepu tersusun oleh

perselingan antara-batupasir glaukonitik dengan sisipan napal umur Akhir Miosen (Saultan

Panjaitan, 2010).

Peter, 1991 membagi formasi yang ada di selatan jawa seperti pada gambar 2.4 berikut

Terlihat bahwa formasi Ledok tepat berada di atas Ngarayong yang dimana Formasi

Ngrayong mempunyai kedudukan selaras di atas Formasi Tawun. Formasi Ngrayong disusun

oleh batupasir kwarsa dengan perselingan batulempung, lanau, lignit, dan batugamping

Gambar 2. 4 Stratigraphic map

Page 8: Tugas UAS Geolistrik

8

bioklastik. Pada batupasir kwarsanya kadang-kadang mengandung cangkang moluska laut.

Lingkungan pengendapan Formasi Ngrayong di daerah dangkal dekat pantai yang makin ke

atas lingkungannya menjadi littoral, lagoon, hingga sublittoral pinggir. Tebal dari Formasi

Ngrayong mencapai 90 meter. Karena terdiri dari pasir kwarsa maka Formasi Ngrayong

merupakan batuan reservoir minyak yang berpotensi pada cekungan Jawa Timur bagian

Utara. Berdasarkan kandungan fosil yang ada, Formasi Ngrayong diperkirakan berumur

Miosen Tengah.

Page 9: Tugas UAS Geolistrik

9

BAB III

METODOLOGI

Dalam penelitian ini, metodologi meliputi proses akuisisi data resistivitas menggunakan

konfigurasi Schlumberger dengan teknik VES sehingga akan diperoleh nilai resistivitas

lapisan-lapisan batuan bawah permukaan secara vertikal. Pengukuran geolistrik dimulai dari

titik tengah lintasan, yaitu dengan menyusun empat buah elektroda dengan konfigurasi

Schlumberger.

Setelah tahap pengambilan data dilakukan maka tahap selanjutnya adalah tahap

pengolahan data. Pengolahan data dimulai dari menghitung nilai faktor geometri (K) dan nilai

resistivitas semu (ρa). Kemudian untuk menentukan jumlah lapisan dan karakteristiknya,

digunakan software IP2Win. Hasil dari proses inversi diperoleh nilai resistivitas batuan dan

kedalaman dari masing-masing lapisan batuan bawah permukaan.

Beriktut adalah diagram alir proses pengerjaan penelitian ini,

Gambar 3.1 Skema Kerja

DATA Resistivitas (.xls)

Pengolahan IPI2Win

Interpretasi

Input Data

Plot Persebaran nilai rho

Matchin Curve

Page 10: Tugas UAS Geolistrik

10

BAB IV

DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Akuisisi

Berikut ini adalah data hasil akuisisi VES dengan konfigurasi Schlumberger

Tabel 1. Data hasil pengukuran VES terlampir

4.2 Pengolahan Data dan Pembahasan

Data yang didapatkan kemudian diolah dengan menggunakan software IP2Win.

IPI2win adalah program komputer yang berfungsi sama seperti kurva matching, yaitu

mencocokan data yang didapat dari lapangan dengan kurva induk dan kurva bantu sebagai

acuan untuk mencari resisitivitas dan kedalaman daerah penelitian.

Setelah dilakukan input data pada software IP2WIN maka didapatkan titik-titik

persebaran nilainya seperti pada gambar 2 berikut ini:

Gambar 2. Persebaran titik-titik nilai Rho

Data input hasil pengukuran kemudian di-plot menjadi kurva seperti pada gambar 3

dibawah ini dengan kurva hitam sebagai kurva standar dan kurva merah adalah kurva yang

harus di-maching-kan dengan kurva hitam.

Page 11: Tugas UAS Geolistrik

11

Gambar 3. Matching Curve

Sebelum dilakukan matching, terdapat dua buah kurva dengan warna hitam dan merah

yang berbeda bentuk satu sama lain. Kemudian, kurva merah diatur agar dapat berhimpit

dengan kurva hitam dengan cara menggeser kurva merah sedemikian hingga mencapai nilai

error yang paling kecil. Namun dalam pengeseran kurva merah harus diperhatikan prediksi

(hipotesa) awal dari banyaknya lapisan, hal ini dapat dilihat dari bentuk grafik kasarnya.

Error kurva awal mencapai 490%, namun setelah dilakukan matching curve seperti pada

gambar 3, nilai error menjadi jauh lebih kecil yaitu 6,59%.

Dari gambar 3 diketahui bahwa lapisan tanah yang diukur memiliki 5 lapisan saja. Hal

ini ditunjukkan oleh jumlah garis horizontal biru pada gambar. Jumlah lapisan dan kedalaman

itu diperkuat dengan gambar tabel 4 yang menunjukkan nilai Rho, kedalaman dan jumlah

lapisan tanah yang juga ditampilkan dalam IP2WIN serta gambar 5 yang memvisualisasikan

kurva dan data menjadi lapisan-lapisan warna.

Gambar 4. Tabel nilai Rho, kedalaman tanah dan jumlah lapisan

Page 12: Tugas UAS Geolistrik

12

Gambar 5. Penampang Section Nilai rho per lapisan

Untuk memperjelas dalam proses interpretasi, maka penulis melakukan anlisa

penampang yang berdasarkan pada parameter nilai rho masing masing lapisa. Secar agaris

besar, gambar 5 diatas terlihat adanya trend kenaikan nilai rho sebanding dengan kedalaman.

Ditunjukkan dengan warna merah yang memiliki nilai rho tertinggi dan biru dengan nilai rho

terkecil.

4.3 Korelasi dengan Kondisi Geologi

Dalam stratigrafi jawa timur, formasi ledok merupakan formasi yang berada paling

atas. Dalam bibliografi J.T Van Gursel (2012) diakatkaan bahwa formasi Ledok masih

merupakan bagian dari formasi memanjang Jawa-Madura, diaman pada daerah ini terdapa

akumulasi hidokarbon, seperti halnya tuban dan WMO (West Madura Offhore). Secara

stratigrafi penampang dari lapisan diatas memperlihatkan bahwa lokasi pengambilan data ini

berada pada daerah sungai panowan Ledok yang memilki ketebalan mencapai 139 meter.

korelasi antara hasil data lapangangan kondisi geologi bawah permukaan mendapatkan nilai

kecocokan. Pada lapisan ketiga, dengan ketelabalan 104 meter, pada studi stratigrafi

sebelumnya dijelaskan bahwa lapisan ini memiliki karakteristik batupasirnya kaya akan

kandungan glaukonit dengan kenampakan struktur silang siur. Hal ini cocok dengna nilai rho

untuk batupasir, yakni pada kisaran 9 ohm. Sedangkan pada lapisan paling bawah, pad

akedalaman 1400 meter, terlihat talah menembus formasi ngrayong. Dengan nilai rho rendah,

memperlihatkan bahwa daerah tersebut terdapat pasir kwarsa. Sehingga jenis jensi lapisan

setelah dikorelasikan denga stratigraphic map didapatkan terdapan 5 lapisan, dengan lapsian

kedua ialah batu pasir, dan mulai la[pisan ke lima lapsian telah menembus formasi ngrayong

dengang tipe potensi reservoir minyak.

Page 13: Tugas UAS Geolistrik

13

BAB V

KESIMPULAN

Dari Penelitian IVEL di Ledok, Cepu ini didapatkan kesimpulan sengai berikut:

1. Inversi Vetical Electrical Logging dapat diaplikasikan dalam usaha untuk identifikasi

bawah permukaan, khususnya melalui pendekatan anisotropy

2. Dalam studi dengan kedalaman 1400 meter, terdeteksi 5 Lapisan dengna masing-

masing lapisan adalah sebagai berikut:

1. Lapisan I (11.3,11.3) Dugaan Clay

2. Lapisan II (29.4,40.8) Dugaan Mulai batuan pasir

3. Lapisan III ( 104, 145) Dugaan Batuan pasir glaukonit

4. Lapisan IV ( 946, 1041) Dugaan telah menembus formasi Ngrayong

5. Lapisan V ( 359, 1400) Dugaan Batu Pasir Kwarsa

3. Nilai error yang didapatkan adalah 6,59%

Page 14: Tugas UAS Geolistrik

14

DAFTAR PUSTAKA

[1].Anonim. Geolistrik Konfigurasi Schlumberger.

http://robophysic7.blogspot.com/2012/05/geolistrik-konfigurasi-schlumberger.html.

diakses pada 18 Desember 2012 20:57

[2].Bisri. 1991. Aliran Air Tanah. Universitas Brawijaya.

[3].Ferry Syafrian. 2006. Oil & Gas: Tentang Geolistrik.

http://tech.groups.yahoo.com/group/Migas_Indonesia/message/37409. Diakases pada

18 Desember 2012, 21:33

[4.] Gorsel JT Van. 2012. Bibliography of the GEology of Indonesia And Surroundign Areas.

vangorselslist.com

[5].Herwanger J V, Pain C C, Binley A and Worthington MH 2003 Diagnosing anisotropy in

electrical tomography Geophys. Prospect. submitted September 2001

[6]. Pain, Christoper C ,et al. 2003. ANisotropic Resistivity inversion. Interntionl aJournal .

UK

[7]. Panjaitan, Saultan. 2010. Prospek MIGAS Pada Cekungan Jawa Timur dengan

Pengamtan Metode Gaya Berat. Buletin Sumber Daya Geologi Volume 5 No.3

[8]. id.wikipedia.com

Page 15: Tugas UAS Geolistrik

15

LAMPIRAN

Tabel 1. Data hasil pengukuran VES

AB/2 MN/2 K V I

r a

(meter) (meter) (Volt) (Ampere)

2 0,5 11,79 306,00 38 94,9060

2,5 0,5 18,86 177,00 39 85,5824

3 0,5 27,50 140,00 46 83,6957

4 0,5 49,50 52,00 29 88,7586

5 0,5 77,79 73,00 57 99,6203

6 0,5 112,36 44,00 51 96,9356

8 0,5 200,36 14,00 27 103,8889

10 0,5 313,50 23,00 76 94,8750

15 0,5 706,36 11,00 78 99,6145

15 5 62,86 119,27 108 69,4164

20 5 117,86 50,40 96 61,8750

30 5 275,00 13,35 77 47,6786

40 5 495,00 10,29 142 35,8701

50 5 777,86 6,33 167 29,4840

60 5 1123,57 2,80 141 22,3121

80 5 2003,57 2,13 225 18,9671

100 5 3135,00 0,61 147 13,0092

100 50 235,71 10,75 143 17,7198

120 50 374,00 3,55 114 11,6465

140 50 537,43 3,28 159 11,0866

160 50 726,00 2,05 153 9,7275

180 50 939,71 1,39 146 8,9466

200 50 1178,57 1,33 193 8,1218

220 50 1442,57 0,97 186 7,5231

240 50 1731,71 0,34 93 6,3310

260 50 2046,00 1,25 384 6,6602

Page 16: Tugas UAS Geolistrik

16

280 50 2385,43 1,48 542 6,5137

300 50 2750,00 0,97 466 5,7242

320 50 3139,71 0,52 316 5,1666

340 50 3554,57 0,40 288 4,9369

360 50 3994,57 0,29 245 4,7283

380 50 4459,71 0,48 458 4,6739

400 50 4950,00 0,41 644 3,1514

420 50 5465,43 0,23 402 3,1270

440 50 6006,00 0,36 565 3,8268

460 50 6571,71 0,19 387 3,2264

480 50 7162,57 0,14 272 3,6866

500 50 7778,57 0,19 482 3,0662

500 100 3771,43 0,52 491 3,9942

520 100 4092,00 0,39 368 4,3366

540 100 4425,14 0,34 378 3,9803

560 100 4770,86 0,38 454 3,9932

580 100 5129,14 0,41 566 3,7155

600 100 5500,00 0,43 634 3,7303

620 100 5883,43 0,35 551 3,7372

640 100 6279,43 0,38 691 3,4532

660 100 6688,00 0,36 725 3,3209

680 100 7109,14 0,21 435 3,4320

700 100 7542,86 0,24 514 3,5220

720 100 7989,14 0,25 594 3,3624

740 100 8448,00 0,22 576 3,2267

760 100 8919,43 0,12 395 2,7097

780 100 9403,43 0,10 413 2,2769

800 100 9900,00 0,21 648 3,2083

820 100 10409,14 0,18 638 2,9367

840 100 10930,86 0,07 593 1,2903

860 100 11465,14 0,20 733 3,1283

880 100 12012,00 0,18 515 4,1984

900 100 12571,43 0,12 536 2,8145

Page 17: Tugas UAS Geolistrik

17

920 100 13143,43 0,18 790 2,9947

940 100 13728,00 0,18 761 3,2471

960 100 14325,14 0,17 715 3,4060

980 100 14934,86 0,14 645 3,2417

1000 100 15557,14 0,10 481 3,2343

1020 100 16192,00 0,13 592 3,5557

1040 100 16839,43 0,11 566 3,2727

1060 100 17499,43 0,12 595 3,5293

1080 100 18172,00 0,13 571 4,1372

1100 100 18857,14 0,08 381 3,9595

1120 100 19554,86 0,07 430 3,1833

1140 100 20265,14 0,10 560 3,6188

1160 100 20988,00 0,10 546 3,8440

1180 100 21723,43 0,10 548 3,9641

1200 100 22471,43 0,10 637 3,5277

1220 100 23232,00 0,11 620 4,1218

1240 100 24005,14 0,11 711 3,7139

1260 100 24790,86 0,08 581 3,4135

1280 100 25589,14 0,05 355 3,6041

1300 100 26400,00 0,06 432 3,6667

1320 100 27223,43 0,08 532 4,0937

1340 100 28059,43 0,03 262 3,2129

1360 100 28908,00 0,09 661 3,9360

1380 100 29769,14 0,07 441 4,7253

1400 100 30642,86 0,03 246 3,7369