Tugas TA

5
Jawaban tugas Fotokopi Cemerlang Mengapa jenis, isi, dan bentuk statemen keuangan seperti di atas? Laporan keuangan seperti itu karena laporan keuangan berartikulasi, maksudnya adalah saling keterkaitan antar elemen statemen keuangan. Artikulasi merupakan turunan dari konsep kesatuan usaha. Dengan artikulasi, laba dalam statemen laba rugi akan sama dengan laba dalam laba perubahan ekuitas dan jumlah rupiah ekuitas akhir dalam statemen perubahan ekuitas akan sama dengan jumlah rupiah ekuitas dalam neraca. Hanya mengandalkan pada ingatan, gambarkan posisi keuangan FK Cemerlang? Laporan Posisi Keuangan FK Cemerlang Kas 3.800.000 Perlengkapan kios 500.000 4.300.000 Utang bank 800.000 Modal 3.500.000 4.300.000

description

Teori Akuntansi

Transcript of Tugas TA

Jawaban tugas Fotokopi Cemerlang Mengapa jenis, isi, dan bentuk statemen keuangan seperti di atas?Laporan keuangan seperti itu karena laporan keuangan berartikulasi, maksudnya adalah saling keterkaitan antar elemen statemen keuangan. Artikulasi merupakan turunan dari konsep kesatuan usaha. Dengan artikulasi, laba dalam statemen laba rugi akan sama dengan laba dalam laba perubahan ekuitas dan jumlah rupiah ekuitas akhir dalam statemen perubahan ekuitas akan sama dengan jumlah rupiah ekuitas dalam neraca. Hanya mengandalkan pada ingatan, gambarkan posisi keuangan FK Cemerlang?Laporan Posisi KeuanganFK Cemerlang

Kas 3.800.000Perlengkapan kios 500.000 4.300.000Utang bank 800.000Modal 3.500.000 4.300.000

Selesaikan kertas kerja yang telah disediakan

Tanggapan Topik 3, 4, 5, dan 15

Dalam topik 3, penulis melakukan pembahasan mengenai pertanyaan Haruskah biaya dan pendapatan merupakan bagian dari ekuitas? Berdasarkan definisi ekuitas dari beberapa standar akuntansi, penulis menyatakan bahwa ekuitas adalah elemen yang dimaksudkan agar keseimbangan sisi kiri dan kanan persamaan akuntnsi selalu terjaga. Secara lebih jelas, menurut penulis ekuitas merupakan nilai residual atau aset bersih Menurut saya, makna ekuitas lebih dari sekadar penyeimbang sisi kiri dan kanan dan nilai residu, dengan konsep kesatuan usaha, ekuitas merupakan utang atau kewajiban perusahaan kepada pemilik. Penulis juga menyatakan bahwa penyusunan standar akuntnasi mengunakan rasionalitas matematika. Hal itu menurut saya adalah pendapat yang keliru, sebab dengan konsep kesatuan usaha, persamaan akuntansi merupakan persamaan spesifik dan tidak bisa dibolak bali secara sembarang. Dalam buku teks sering dijumpai penggunaan istilah owners equity atau stockholders equity yang berisiko mengaburkan makna ekuitas yang sebenarnya. Untuk menjawab pertayaan yang diajukan penulis, ada beberapa argumentasi yang dapat diajukan. Jika kita menggunakan persamaan dasar akuntansi yang banyak disebutkan dalam buku teks, yaitu A= U+E, maka persamaan tersebut tidak dapat mengakomodasi keberadaan pendapatan dan biaya dalam siklus akuntansi, karena mau tidak mau P dan B harus dipaksakan untuk dikelompokkan kedalam ekuitas sebab tidak dapat dikategorikan kedalam A ataupun U. Menurut saya persamaan A=U+E hanya mencerminkan bagian unsur dari Laporan Posisi Keuangan saja, sementara elemen dari Laporan Laba Rugi berupa pendapatan dan biaya diabaikan. Menurut saya ada alternatif lain untuk melengkapi persamaan tersebut, yaitu dengan menambahkan P dan B sebagai bagian yang terpisah dari ekuitas sehingga pengelompokannya menjadi lebih jelas, dengan begitu persamaannya menjadi A=U+E+P-B. Persamaan itu sama dengan persamaan akuntansi perspektif IFRS. Berdasarkan sumber dari internet, saya mendapati bahwa Persamaan akuntansi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu persamaan akuntansi dasar dan persamaan akuntansi ekstensi. Persamaan akuntansi dasar sangat sederhana, yaitu Aset = Utang + Ekuitas. Sementara itu, persamaan akuntansi ekstensi ada 2, yaitu persamaan akuntansi perspektif sejarah dan perspektif IFRS. Persamaan akuntansi ekstensi perspektif sejarah adalah Aset + Biaya = Utang + Ekuitas + Pendapatan. Persamaan akuntansi ekstensi perspektif IFRS adalah Aset = Utang + Ekuitas + (Pendapatan - Biaya).Selanjutnya, dalam topik 4 penulis mengajukan sebuah pernyataan, yaitu karena biaya mengurangi ekuitas, maka penambahan biaya dicatat sebagai pengurangan biaya. Dalam bahasan ini, penulis menyatakan bahwa persamaan A=U+E kurang tepat karena dapat memunculkan kebingungan dalam memelajari akuntansi, sebab argumen yang menempatkan elemen biaya dan pendapatan sebagai bagian elemen ekuitas tidak didukung oleh rasionalitas yang robust. Penulis juga menyatakan bahwa penggunaan persamaan konvensional (A=U+E+P-B) lebih rumit dibandingkan dengan persamaan matematika (A+B=U+E+P) melalui beberapa ilustrasi yang disajikan dalam artikel. Saya sependapat dengan hal tersebut, sebab dalam beberapa transaksi, penggunaan persamaan konvensional berpotensi untuk menimbulkan kerancuan dalam mencatat transaksi yang bisa jadi akan menimbulkan kekeliruan apabila orang yang mencatat transaksi tersebut kurang memiliki pemahaman yang baik mengenai penjurnalan. Bagi mahasiswa, proses konvensi dari penembahan biaya menjadi pengurangan biaya berpotensi untuk salah dipahami.Dalam topik 5, dibahas mengenai pernyataan Pada awal pembentukan, entitas harus memiliki aset yang dananya diperoleh dari utang dan/atau ekuitas. Untuk menguji pernyataan tersebut, penulis membandingkan antara persamaan akuntansi sederhana (A=U+E) dan persamaan akuntansi matematika dalam mencerminkan realitas. Dari ilustrasi yang diasjikan oleh penulis dalam artikel, saya merasa bahwa persamaan akuntansi sederhana tidak mampu menceriminkan secara lengkap realitas transaksi ekonomi yang terjadi di suatu entitas, sebab pendapatan dan biaya harus berdiri sendiri dan tidak tepat jika dekelompokkan sebagai ekuitas. Persamaan akuntansi sederhana hanya mencerminkan unsur dari Laporan possisi keunagan saja, yaitu aset, utang, dan ekuitas, sementara pendapatan dan biaya yang merupakan unsur dari laporan laba rugi dianggap menyatu dengan ekuitas. Sebaiknya pendapatan dan biaya dikelompokan secara sendiri-sendiri dan terpisah dari ekuitas.Selanjutnya, dalam topik 15 mengenai konsep kesatuan usaha, penulis mengutip QS. Al-Baqarah:282 dan QS. Al-Anbiyaa:62-63. Point yang ingin penulis ambil dari dua kutipan terbebut adalah bahwa yang diseru oleh ALLAH SWT untuk melakukan muamalah adalah manusia, bukan yang lain, yang dimaksud oleh penulis dengan yang lain adalah perusahaan. Penulis merasa bahwa dengan mendirikan sebuah perusahaan, dimana perusahaan melakukan tindakan ekonomi sendiri seperti manusia kita seolah-olah menghidup-hidupkan sesuatu. Menanggapi hal tersebut, saya merasa bahwa membentuk perusahaan tidaklah tindakan menghidup-hidupkan sesuatu, sebab sejatinya yang menjalankan atau menggerakan perusahaan adalah sekelompok manusia yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan mereka dengan membentuk perusahaan, jadi perusahaan hanyalah sebuah naungan bagi sekelompok manusia tersebut untuk mencapai tujuan mereka dengan membentuk perusahaan. Segala aktivitas baik dan buruk yang dilakukan oleh perusahaan, berupa keuntungan kerugian, gagal membayar utang, CSR, dll. merupakan tanggung jawab dari pendiri atau pemilik perusahaan yang merupakan orang yang bertanggung jawab dan memiliki kendali atas aktivitas perusahaan.