tugas sulfas atropin

3
SULFAS ATROPIN ANTIKOLINERGIK. Antikolinergik secara luas digunakan saat anestesi inhalasi; diproduksi secret yang berlebihan oleh saluran nafas dan pada bahaya bradikardi intraoperatif. Indikasi khusus antikolinergik sebelum operasi adalah sebagai (1) antisialogogue dan (2) sedasi dan amnesia. Walaupun juga memiliki efek sebagai vagolitik dan mengurangi sekresi cairan lambung, namun tidak disetujui penggunaannya pada preoeratif. Antisialogogue. Antikolinergik telah digunakan secara selektif mengeringkan saluran nafas atas bila diinginkan. Sebagai contoh, saat intubasi endotrakeal. Antisialogogue sangan penting pada operasi intraoral dan pada pemeriksaan jalan nafas seperti bronkoskopi. Perbandingan Beberapa Obat Antikolinergik Atropin Glycopirol ate Scopolamine Increased heart rate Antisialogog ue Sedation +++ + + ++ ++ 0 + +++ +++

Transcript of tugas sulfas atropin

Page 1: tugas sulfas atropin

SULFAS ATROPIN

ANTIKOLINERGIK.

Antikolinergik secara luas digunakan saat anestesi inhalasi; diproduksi secret yang

berlebihan oleh saluran nafas dan pada bahaya bradikardi intraoperatif. Indikasi khusus

antikolinergik sebelum operasi adalah sebagai (1) antisialogogue dan (2) sedasi dan amnesia.

Walaupun juga memiliki efek sebagai vagolitik dan mengurangi sekresi cairan lambung,

namun tidak disetujui penggunaannya pada preoeratif.

Antisialogogue. Antikolinergik telah digunakan secara selektif mengeringkan saluran nafas

atas bila diinginkan. Sebagai contoh, saat intubasi endotrakeal. Antisialogogue sangan

penting pada operasi intraoral dan pada pemeriksaan jalan nafas seperti bronkoskopi.

Perbandingan Beberapa Obat Antikolinergik

Atropin Glycopirolate Scopolamine

Increased heart

rate

Antisialogogue

Sedation

+++

+

+

++

++

0

+

+++

+++

0=no effect; + = small effect; ++ = moderate effect; +++ = large effect.

Karena glykopirolate tidak mudah menembus sawar darah otak, maka tidak dapat bekerja

sebagai sedasi.

Page 2: tugas sulfas atropin

Sedatif dan amnesia. Kedua scopolamine dan atropine dapat menembuas sawar darah otak

namun scopolamine adalah yang selalu dipakai sebagai sedatif terutama bila dikombinasi

dengan morfin. Tidak seperti lorazepam atau diazepam, tidak semua pasien dapat berefek

amnesia oleh pemberian scopolamine.

Aksi vagolitik. Aksi vagolitik dari antikolinergik diperoleh melalui blokade efek asetylkolin

pada SA node. Atropin lebih potensial dibanding glykopirolat dan scopolamine. Aksi

vagolitik ini berguna mencegah refleks bradikardi selama operasi. Bradikardi bisa terjadi

akibat traksi otot ekstraorbital, otot abdomen, stimulasi sinus carotis, atau setelah pemberian

berulang suksinylkolin. Atropine dan glykopirolat diberikan intravena.

Elevasi kadar pH cairan gaster. Dosis tinggi antikolinergik sering diperlukan untuk

mengubah kadar pH. Namun demikian, saat preoperative antikolinergik tidak dibenarkan

untuk menurunkan sekresi H+ lambung.

Baik atropine ataupun glycopyrrolate menunjukkan keefektifan yang tinggi dalam

meningkatkan pH isi cairan gaster atau mengurangi volume gaster. Sebuah studi oleh

Stoelting menunjukkan bahwa ketika pemberian dengan intramuscular 1-1,5 jam sebelum

operasi, baik atropin (0,4 mg) ataupun glycopyrrolate (0,2 mg) dapat merubah pH atu volume

isi gaster. Sudi lain yang serupa menyebutkan bahwa glyccopyrolate (4-5 μg/kgBB) yang

diberikan sebelum operasi tidak mengurangi persentase pasien dengan resiko terhadap

aspirasi pneumonitis yaitu sejumlah besar pasien dengan pH cairan gaster dibawah 2,5 dan

volume isi gaster > 0,4 ml/kgBB. Pemberian glycopyrrolate dosis tinggi (0,3 mg) tidak lagi

efektif. Lebih jauh lagi, dosis intravena antikolinergic dapat menyebabkan relaksasi

gastroesophageal junction. Secara teori, hal ini juga dapat terjadi pada pemberian

intramuskuler. Oleh karena itu, resiko terhadap aspirasi pneumonal dapat meningkat , tapi

efek spesifik dari pemberian IM dari antikolinergik untuk preoperative belum dapat

dibuktikan.