Tugas Sosiologi 3

download Tugas Sosiologi 3

of 17

description

Tugas Sosiologi, SMA

Transcript of Tugas Sosiologi 3

BAB 5

TUGAS SOSIOLOGI

PERILAKU MENYIMPANG DAN SIKAP ANTISOSIAL

Disusun Oleh:

Nanang Eko Nugroho(16)X.8

SMA NEGERI 1 WERU

Tahun Pelajaran 2014/2015

BAB I

PENDAHULUAN

Proses Sosialisasi yang dibangun melalui interaksi sosial tidak selamanya menghasilkan pola-pola prilaku yang sesuai dengan yang dikehendaki masyarakat . Apabila terjadi perilaku yang tidak sesuai dengan tuntunan masyarakat maka akan terjadi suatu penyimpangan.

Tidak semua prilaku yang menyimpang merupakan perbuatan negative ada juga prilaku menyimpang , menghasilkan nilai-nilai dan norma yang baru yang berguna bagi masyarakat dalam upaya memenuhi tuntunan perubahan. Oleh karena itu , diperlukan adanya pengendalian sosial untuk mengarahkan masyarakat kearah keteraturan dan ketertiban , sedangkan prilaku yang menyimpang yang bisa menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat dapat dicegah dan diluruskan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Perilaku Menyimpang

Dalam rangka menciptakan kehidupan yang selaras , setiap masyarakat selalu menerapkan berbagai hal untuk mengatur anggota-anggotanya. Aturan ini banyak berupa nilai dan norma yang disosialisasikan dari generasi ke generasi demi keberlangsungan masyarakat itu sendiri , Namun ada saja . Anggota-anggota masyarakat yang bertingkah berlainan dengan apa yang diharapkan .

Perlu diketahui pula bahwa penyimpangan dari suatu masyarakat , Tidak berarti merupakan penyimpangan dalam masyarakat lain karena , adanya perbedaan norma dan nilai-nilai .1. Pengertian Prilaku MenyimpangAda Beberapa Definisi Penyimpangan Sosial yang diajukan para Sosiolog

James Vander Zander

Perilaku meyimpang merupakan perilaku yang dianggap sebagai hal yang tercela dan diluar batas-batas toleransi oleh sejumlah orang besar

Robert M.Z . Lawang

Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku tersebut

Bruce J. Cohen

Perilaku menyimpang merupakan setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.

Paul B. Horton

Penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma norma kelompok atau masyarakat .

Dari-Dari definisi diatas , pengertian perilaku penyimpangan dapat disederhanakan menjadi setiap perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat . Perilaku ini terjadi karena orang mengabaikan norma atau tidak mematuhi patokan baku dalam masyarakat sehingga sering dikaitkan dengan istilah negatif .2. CIRI-CIRI PERILAKU PENYIMPANGAN

Menurut Paul B. Horton , penyimpangan sosial memiliki 6 ciri sebagai berikut :

a. Penyimpangan harus dapat didefinisikan

Tidak ada satu pun perbuatan yang begitu saja dinilai menyimpang. Suatu perbuatan yang dikatakan menyimpang jika memang didefinisikan sebagai menyimpang. Perilaku menyimpang bukanlah semata-mata ciri-ciri tindakan yang dilakukan orang melainkan akibat dari adanya peraturan dan penerapan saksi yang dilakukan oleh orang lain terhadap perilaku tersebut , singkatnya , penilaian menyimpang tidaknya suatu perilaku harus berdasarkan kriteria tertentu dan diketahui penyebabnya.

b. Penyimpangan bisa diterima atau bisa juga ditolak

Perilaku menyimpang tidak selalu merupakan hal yang negatif . Ada beberapa penyimpangan yang diterima bahkan dipuji dan dihormati , seperti orang jenius yang mengemukakan pendapat baru yang kadang-kadang bertentangan dengan pendapat umum atau pahlawan yang gagah berani dan sering terlibat peperangan . Sedangkan perampokkan , pembunuhan terhadap etnis tertentu termasuk penyimpangan yang ditolak oleh masyarakat.c. Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak

Pada kebanyakkan masyarakat modern , tidak ada seorangpun yang masuk kategori sepenuhnya penurut ( konformois ) ataupun sepenuhnya menyimpang . Alasannya , orang yang termasuk kedua kategori ini justru akan mengalami kesulitan dalam kehdiupannya . Oleh sebab itu , pada dasarnya semua orang normal pun sesekali mengalami penyimpangan , tetapi pada batas-batas tertentu yang bersifat relatif untuk semua orang. Perbedaannya hanya pada frekuensi dan kadar penyimpangannya saja. Orang yang tadinya penyimpangan mutlak lambat laun juga harus berkompromi dengan lingkungannya.

d. Penyimpangan terhadap budaya nyata atau budaya ideal

Budaya ideal disini adalah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat . Tetapi dalam kenyataannya tidak ada seorang pun yang patuh terhadap segenap peraturan resmi tersebut. Antara budaya nyata dengan budaya ideal selalu terjadi kesenjangan. Artinya , peraturan yang telah menjadi pengetahuan umum dalam kenyataan kehidupan sehari-hari cenderung banyak dilanggar.

e. Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan

Apabila pada suatu masyarakat terdapat nilai atau norma yang melarang suatu perbuatan yang ingin sekali diperbuat oleh banyak orang , maka akan muncul norma-norma penghindaran . Norma penghindaran adalah pola perbuatan yang dilakukan oleh orang untuk memenuhi keinginan mereka tanpa harus menentang nilai-nilai tata kelakuan secara terbuka. Jadi , merupakan penyimpangan perilaku yang bersifat setengah ( semi institutionalized ).

3. Sebab terjadinya Perilaku Menyimpanga. Sudut Pandang sosiologi

Proses interaksi sosial , internalisasi nilai dan kontrol sosial , tidak selalu sempurna. Selalu ada hal-hal yang bisa mengakibatkan perilaku sosial seseorang tidak sesuai dengan tuntutan masyarakat . Akibatnya , terjadilah perilaku menyimpang

1. Perilaku menyimpang karena sosialisasi

Dalam sosialisasi , individu menyerap normadan nilai . Perilaku menyimpang disebabkan oleh adanya gangguan pada proses penyerapan dan pengalaman nilai-nilai tersebut

Contoh : Jika seorang remaja bergaul dengan teman-temannya yang berpakaian kurang sopan dimata masyarakat , lambat laun ia akan terpengaruh melakukan hal serupa.

2. ) Perilaku menyimpang karena anomie

Secara sederhana , anomie diartikan sebagai suatu keadaan dimasyarakat tanpa norma . Menurut Emile Durkheim , anomie adalah suatu situasi tanpa norma dan arah , sehingga tidak tercipta keselarasan antara kenyataan yang diharapkan dengan kenyataan sosial yang ada. Robert K. Merton menganggap anomie disebabkan adanya ketidak harmonisan antara tujuan budaya dengan cara-cara legal yang disepakati masyarakat untuk mencapai tujuan budaya tersebut. Menurut Merton terdapat 5 cara untuk mencapai tujuan budaya yaitu :

a.) Konformitas yaitu sikap menerima tujuan budaya yang telah disepakati masyarakat dan berusaha mencapai tujuan tersebut secara legal dan disepakati masyarakat.

Contoh : Seseorang yang ingin kaya berusaha untuk mewujudkannya dengan cara meraih pendidikan tinggi serta bekerja secara keras dan halal.

b.) Inovasi , yaitu sikap menerima tujuan budaya yang telah disepakati namun menolak untuk memakai cara legal dan telah disepakati guna mencapainya. Biasanya cara ini dipakai oleh mereka yang memiliki keterbatasan untuk mencapai tujuan budaya secara legal.

Contoh : Seseorang ingin menjadi kaya namun posisinya dikantor tidak memungkinkan untuk mendapat gaji besar . Akibatnya , dia mencari jalan dengan korupsi.

c.) Ritualisme , yaitu sikap menolak tujuan budaya namun tetap mempegunakan cara-cara legal dan telah disepakati untuk mecapai tujuan.

Contoh : Seseorang yang bekerja bukan untuk memperoleh kekayaan , melainkan hanya memperoleh rasa aman semata.

d.) Retratisme , yaitu sikap menolak tujuan budaya dan cara legal yang telah disepakati masyarakat untuk mencapainya . Sebagai solusi , pelakunya memilih untuk berhenti maju dan mencoba.

Contoh : Para peminum alcohol dan pemakai narkoba seolah-olah berupaya untuk melarikan diri dari masyarakat dan lingkungannya.

e.) Pemberontakkan , yaitu sikap menolak tujuan budaya dan cara legal untuk mencapainya , lalu mencoba untuk menciptakan tujuan dan budaya yang baru.Contoh : Kaum pemberontak yang mencoba gigih untuk memperjuangkan suatu ideologi melaui perlawanan bersenjata.

3. ) Perilaku menyimpang karena diffrential association

Menurut Edwin H. Sutherland , penyimpangan terjadi akibat adanya differential association atau asosiasi yang berbeda terhadap kejahatan . Semakin tinggi derajat interaksi dengan orang yang berprilaku menyimpang , semakin tinggi pula kemungkinan sesorang bertingkah laku menyimpang.

Contoh : Seorang anak yang tinggal di lingkungan pencopet akan memiliki kecenderungan tertinggi untuk mempelajari cara-cara melakukan pencopetan.

4.) Perilaku menyimpang karena pemberian julukan ( labelling )

Teori ini menyebutkan bahwa perilaku menyimpang lahir karena adanya batasan , cap , julukan , sebutan atas suatu perbuatan yang disebut menyimpang . Bila kita memberikan cap terhadap seseorang sebagai orang yang menyimpang , maka cap tersebut akan mendorong orang itu berprilaku yang menyimpang . Pendapat ini dikemukakan oleh Edwin H. Lemert.

Contoh : Seseorang remaja tertangkap basah saat mencoba menghisap ganja. Ia mendapat label pemakai narkoba . Walau masih mencoba-coba , ia tertangkap basah lagi . Maka , masyarakat akan memeberinya label sebagai pecandu narkoba. Akibatnya ia mengindentifikasi diri dan terlibat dalam kehidupan pecandu narkoba

b. Sudut Pandang Biologi

Sebagian besar ilmuwan abad ke 19 berpandangan bahwa kebanyakkan perilaku menyimpang disebabkan oleh faktor biologis , seperti tipe sel-sel tubuh . Sejumlah ilmuwan seperti Lombroso , Kretchschmer Hooton , Vaoon Hetig dan Sehledon. Melakukan berbagai studi yang menyatakan bahwa orang yang mempunyai tipe tubuh tertentu lebih cenderung melakukan penyimpangan. Shelodn menidentifikasi tipe tubuh , endo morph ( bundar , halus , gemuk ) , mesomorph ( berotot , atletis ) dan ectomorphs ( tipis , kurus ) yang kecenderungan sifat dan kepribadian masing-masing , misalnya : para pecandu alkohol dan penjahat umumnya mempunyai tipe tubuh mesomorphs .c. Sudut Pandang Psikologi

Teori psikologi berpandangan bahwa penyakit mental dan gangguan kepribadian berkaitan erat dengan beberapa bentuk perilaku menyimpang . Perilaku menyimpang sering kali dianggap sebagi gejala penyakit mental . Ilmuwan yang terkenal di bidang in adalah Sigmund Freud . Dia membagi diri manusia menjadi 3 bagian penting sebagai berikut .

Id , bagian diri yang tidak sadar , naluriah , dan implusif .

Ego adalah bagian diri yang bersifat sadar dan rasional ( penjaga pintu kepribadian )

Superego adalah bagian diri yang telah menyerap nilai-nilai kultural dan berfungsi sebagai suara hati.

d. Sudut pandang Kronologi

1. ) Teori Konflik

Dalam teori ini terdapat dua macam konflik , yaitu :

a.) Konflik budaya

Terjadi apabila dalam suatu masyarakat terdapat sejumlah kebudayaan khusus , masing-masing cenderung tertutup sehingga mengurangi kemingkinan timbulnya kesepakatan nilai.

b.) Konflik kelas sosial

Terjadi akibat suatu kelompok menciptakan peraturan sendiri untuk melindungi kepentingannya. Pada kondisi ini , terjadinya eksploitasi kelas atas terhadap kelas bawah . Mereka yang menentang hak istimewa kelas atas dianggap mempunyai perilaku menyimpang sehingga dicap sebagai penjahat.

2.) Teori pengendalian .

Kebanyakkan orang meneysuaikan diri dengan nilai dominan karena adanya pengendalian dari dalam maupun luar. Pengendalian diri dalam berupa norma yang dihayati dan nilai yang dipelajari seseorang . Pengendalian dari luar berupa imbalan sosial terhadap konformitas dan sanksi hukuman terhadap tindakan penyimpangan . Dalam masyarakat konvensional , terdapat 4 hal yaitu :

a.) kepercayaan mengacu pada norma yang dihayati .

b.) ketanggapan , yakni sikap tanggap seseorang , terhadap pendapat orang lain , berupa sejauh mana kepekaan seseorang terhadap kadar penerimaan orang konformis.c.) Keterikatan ( komitmen ) , berhubungan dengan berupa banyak imbalan yang diterima seseorang atas perilakunya yang konformis .

d.) Keterlibatan , mengacu pada kegiatan seseorang dalam berbagai lembaga masyarakat , seperti majelis ta`lim , sekolah dan organisasi setempat.

4. Jenis-Jenis perilaku menyimpang

a. Berdasarkan kekerapannya

Sebagai makhluk social dan makhluk yang berpikir manusia mempunyai pola-pola perilaku yang tidak tetap . Ada kalanya manusia berprilaku sesuai kehendak umum , tetapi di lain kesempatan ia bertindak menentangnya . Oleh karena itu , dikenal dua penyimpangan yaitu :

1.) Penyimpangan social primer

Penyimpangan social primer adalah penyimpangan yang bersifat sementara ( temporer ) . Orang yang melakukannya masih tetap dapat diterima oleh kelompok socialnya karena tidak terus-menerus melanggar peraturan . Misalnya beberapa kali melanggar rambu lalu lintas.

2.) Penyimpangan social sekunder

Penyimpangan social sekunder adalah penyimpangan sosial yang dialkukan oleh pelakunya secara terus-menerus meskipun telah diberikan sanksi-sanksi . oleh karen situ , pelakunya secara umum dikenal sebagai orang yang berprilaku penuyimpangan . Misalnya , seseorang yang tiap hari meminum minuman keras dimanapun ia berada atau seorang siswa SMA yang terus-menerus mencotek pekerjaan teman sekelasnya.

b. Berdasarkan Jumlah orang yang terlibat 1. ) Penyimpangan individu

Penyimpangan dilakukan sendiri tanpa orang lain. Hanya satu individu yang melakukan sesuatu hal yang bertentangan dengan norma-norma umum yang berlaku .2.) Penyimpangan Kelompok

Penyimpangan kelompok terjadi apabila perilaku menyimpang tersebut dilakukan bersama-sama dalam suatu kelompok tertentu . individu yang termasuk dalam situasi ini bertidak sesuai dalam situasi seperti ini bertindak sesuai dengan norma sub kebudayaannya yaitu kebudayaan kelompok yang jelas jelas bertentangan atau bahkan tidak mau menerima norma-norma umum yang berlaku dalam masyarakat sekitanya.

Terjadi di kota Mardid Spanyol , menyebabkan teror yang merupakan perbuatan menyimpang.

Contoh : Kelompok ( gang ) kejahatan terorganisir yang melakukan penyelundupan dan perampokkan Kelompok pengacau keamanan dengan tujuan tujuan tertentu ( teroris )5. Bentuk Bentuk Perilaku penyimpangan a. Penyalahgunaan Narkoba

Pada awalnya , sebagian narkotika dan obat-obatan terlarang dipergunakan oleh kalangan dokter sebagai usaha usaha untuk mengurangi rasa sakit berlebihan yang dialami oleh pasien-pasiennya . Akan tetapi , obat tersebut akhirnya mrnjadi obat terlarang karena digunakan oleh orang-orang yang sehat secara jasmani untuk mengurangi tingkat kesadaran dan memperoleh perasaan nikmat meskipun sesaat. Obat terlarang seperti extasy pada mulanya dimaksudkan untuk merangsang gerak-gerak orang penyakit lumpuh , tetapi kemudian dipakai untuk merangsang daya tahan tubuh .

b. Perkelahian terpelajar

Perkelahian antar pelajar , seiring disebut pula tawuran antar pelajar , pada mulanya hanya menjadi fenomena yang terdapat pada pelajar dikawasan perkotaan . Sekarang ini gejala tawuran ini telah pula menjadi mode bagi pelajar-pelajar yang jauh dari perkotaan . Perkelahian , baik antara dua pelajar maupun antara kelompok-kelompok pelajar , merupakan salah satu bentuk prilaku menyimpang.

c. Perilaku Seksual di luar Nikah

Naluri seksual yang dimiliki oleh manusia merupakan anugrah Tuhan . Keberadaaan manusia dibumi ini beralngsung-langsung dan terus menerus karena dilanjutkan oleh keturunan-keturunan baru. Akan tetapi , naluri seksual yang tidak terkendali atau dilakukan tanpa aturan akan mendatangkan kekacauan didalam masyarakat , antara lain adalah berjangkitnya penyakit kelamin, perkelahian , gangguan jiwa , dan emosional pada anak hasil hubungan itu , serta menurunkan kualitas manusia karena ketidakmampuan memberikan pendidikan yang layak akibat kehamilan tak terencana. Selain itupula , terjadi nya ancaman serius terhadap bayi-bayi yang dilahirkan sehingga berdampak pada pelanggaran hak asasi Manusia , seperti aborsi dan pembunuhan bayi-bayi yang lahir dari hubungan yang bebas tersebut.

B. Sikap AntiSosial

1.Definisi prilaku menyimpang

Anti-sosial adalah sikap yang sama sekali tidak fleksibel, dan setiap sikap anti-sosial menunjukkan ketidakmampuan untuk beradaptasi. Banyak contoh sikap yang mirip anti-sosial berkembang dengan maraknya. Di jalan raya, kemacetan terjadi di mana-mana. Penyebabnya tidak secara keseluruhan diakibatkan oleh jumlah kendaraan yang tak seimbang dengan panjang jalan, namun kemacetan yang terjadi lebih dikarenakan motivasi agresi manusianya yang tidak dapat dikendalikan.

2. KEPRIBADIAN ANTI SOSIALPada awalnya para ahli tidak menggolongkan perilaku antisosial sebagai bentuk dari gangguan mental, hal ini karena mereka tidak melihat adanya simptom-simtom yang mengarah ke hal tersebut. Satu hal yang bersifat paradoksal dalam psikopatologi adalah bahwa beberapa orang yang mengalami ini secara intelektual adalah normal namun disegi lain memiliki kepribadian yang abnormal. Lama, kondisi paradoks ini sulit dijelaskan. Hal tersebut diterima tanpa adanya pertanyaan selain cukup dipahami bahwa adanya disintegrasi dari penyebab dan intelektual yang menghasilkan gangguan mental.

Banyak mereka yang antisosial tidak menunjukan simtom umum gangguan mental seperti disorientasi, gangguan berpikir, gangguan persepsi dan bentuk lain dari perilaku patologis. Philippe Pinel pada akhir abad-18 menggambarkan bahwa orang-orang yang destruktif dan agresif tidak memiliki simptom umum seperti orang yang terganggu mentalnya. Pada awal abad-19, orang-orang antisosial digambarkan sebagai orang yang tidak bermoral. Mereka disebut moral imbesil. Secara bertahap kondisi ini digambarkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Pada akhir abad-19, istilah psikopat mulai digunakan untuk mereka yang berperilaku antisosial. Pada saat panduan diagnostok dari American Psychiatric Association dipublikasikan pada awal tahun 1950-an psikopat dan sosiopat diperkenalkan sebagai komponen stress dan sosiokultural dari perilaku dan mengurangi peran teori konstitusional yang pada awalnya mendominasi penelahaan tentang masalah ini. Saat edisi kedua dari panduan ini diterbitkan tahun 1968 istilah mulai ditinggalkan dan munculah istilah antisosial personality.

Secara virtual sulit untuk memperkirakan kasus antisosial personality di dalam masyarakat. Hanya sedikit dari mereka yang dirawat dipusat rehabilitasi mental. Dalam kenyataannya banyak rumah sakit yang secara terang-terangan menolak mereka dengan alasan bahwa institusi tersebut tidak diperuntukkan bagi mereka. Sejumlah besar pria dan wanita dengan kepribadian antisosial menemukan cara sendiri untuk mengatasi permasalahannya, namun disisi lain sangat sedikit upaya untuk menangani mereka yang berperilaku kriminal. Sejumlah orang antisosial lainnya tetap tinggal di lingkungannya sehingga dapat mempengaruhi keluarga maupun teman-temannya.

Kepribadian antisosial adalah salah satu dari sedikit kelompok diagnostik yang dapat dipahami dalam psikologi abnormal. Ada beberapa ketidaksepakatan yang terjadi diantara para ahli dalam melihat kasus antisosial. Beberapa ahli menyebutkan mereka yang tergolong kelompok ini adalah para alkoholik, pemakai narkoba, seks menyimpang, beberapa ahli lain tidak sepakat dengan hal ini. Namun, saat mereka dirawat mereka tidak dapat dibedakan dengan mereka yang antisosial, inilah letak kesulitannya. Untuk itu masih terus diupayakan untuk mencari pijakan fisiologis untuk menjelaskan masalah ini.

Kunci dari diagnosa antisosial bukan diarahkan pada kondisi perilaku tetapi lebih kearah karakteristik seseorang. Kesulitan dalam membedakan orang yang antisosial adalah saat fakta-fakta menunjukan bahwa orang-orang dengan ciri-ciri bermasalah tadi adalah mereka yang terlibat dengan kegiatan antisosial.Hal ini menjadi alasan bahwa studi tentang kepribadian antisosial harus ditinjau dari berbagai sudut pandang.Hal ini bisa dimulai dengan mengkaji mereka yang memiliki ciri perilaku antisosial dari populasi para pelaku kriminal. Hasil studi tadi boleh jadi akan membantu memahami ciri klinis dari kepribadian antisosial.

Berdasarkan telaahan yang tersebut di atas, kepribadian antisosial setidaknya menunjukan 5 ciri kepribadian, yaitu :

1. Ketidakmampuan belajar atau mengambil manfaat dari pengalaman.2. Emosi bersifat superficial, tidak alami.3. Irresponsibility/tidak bertanggungjawab.4. Tidak memiliki hati nurani, tegaan.5. Impulsiveness.

Lebih jauh kepribadian antisosial seharusnya tidak dikaitkan dengan kategori diagnostik seperti retardasi mental, gangguan otak, psikosis, neurosis atao situasi maladjustment lainnya (Ziskind, 1973). Artinya saat kepribadian antisosial dijelaskan dalam istilah psikologis seperti itu, maka diagnosa tentang antisosial hanya dapat dilakukan bila kondisi-kondisi lain yang menyertai salah satu diagnostik tadi muncul didalamnya.Pada dasarnya seorang yang memiliki kepribadian antisosial tidak mampu untuk bersikap hangat dan membina relasi interpersonal yang baik. Mereka tidak mampu membina persahabatan atas dasar rasa percaya dan afeksi. Pada saat pendapat atau sikap orang yang antisosial tidak diterima mereka dapat menjadi berbahaya dan mungkin akan melakukan kekerasan. Karena mereka tidak memiliki nurani, mereka mampu berperilaku ekstrim seperti agresif, brutal, atau tingkah laku lain yang menyakiti.

Banyak mereka yang tidak peduli dengan orang lain disebut antisosial. Mayoritas kriminal dan delikuen bertindak impulsif atau berusaha untuk mencapai keuntungan secara finansial, status personal dengan cara yang tidak wajar. Orang yang sadar dengan kesalahan yang mereka lakukan biasanya mengalami rasa cemas, atau rasa bersalah. Sedangkan orang antisosial tidak merasa bersalah dan cemas kalaupun ada hanya verbalisasi saja. Dalam banyak orang antisosial melakukan kesalahan karena ia memperoleh reward dari perbuatannya. Pengulangan dari reward dan reinforcement dalam jangka waktu panjang membentuk perliku delikuen dan kriminal.

Kepribadian antisosial juga belajar dari perilaku antisosial mereka yang diberi reward oleh lingkungan. Bagaimanapun tipe pribadi seperti ini akan menjadi malaadaptif setelah diberikan hukuman secara berulang. Hal penting adalah individu yang didiagnosa sebagai antisosial akan mengembangkan perilaku maladaptif dalam kehidupan sosialnya. Orang-orang seperti ini tidak segang-segan mencuri harta orang tuanya atau anggota keluarga yang lain, menipu orang lain agar menolong dirinya dan hal ini dilakukan tanpa ada rasa penyesalan. Tindakan seperti ini bukan merupakan karakteristik umumnya kriminal (kadang-kadang kriminal juga memiliki rasa penyesalan).

3. Pengaruh media terhadap sikap antisosial.Pada bulan September 1974, NBC menyiarkan Born Innocent yang melukiskan kehidupan seorang gadis asrama panti asuhan. Drama tersebut meliputi kisah tentang seorang gadis muda yang diperkosa oleh 4 orang wanita penghuni asrama tersebut dengan menggunakan alat penyedot saluran air. selanjutnya, beberapa hari kemudian seorang gadis berusia 9 tahun di California di serang oleh 4 anak muda dan diperkosa. Pemerkosa mengakui terangsang setelah melihat drama born innocent.Pada tahun 2005, majalah Playboy edisi Indonesia mulai terbit. Penerbitan majalah hiburan laki-laki ini mengakibatkan protes di kalangan tertentu masyarakat Indonesia. Banyak edisi majalah hiburan pria Indonesia seperti FHM, Popular, Lipstik terbit di Indonesia. Pernah marak juga di televisi (hampir semua televisi Indonesia menyiarkan program acara berbau hantu)Kasus-kasus tersebut diatas sering digunakan untuk menuduh media menggunakan kekuatanya untuk mempengaruhi tingkah laku anti-sosial para pembaca dan penonton. Hal ini dapat memicu penonton untuk mengkritik dan menimbulkan kemarahan terhadap media.4. Media dan tanggung jawab moralKarena media sangat tinggi jangkauannya dan sangat berpengaruh, untuk itu memakan waktu antara masyarakat dan posisi moral. Secara luas ada 3 kategori mengenai media dan tingkah laku anti social antara lain :1. Sikap anti sosial para praktisi yang berhubungan dalam kewajiban paraprofessional.2. Tugas media hanya sebagai pelengkap terhadap tingkah laku anti sosial3. Konflik yang terjadi antara tanggung jawab professional dan tingkah laku anti sosial dalam kehidupan pribadi para praktisi media.5. Sikap anti-sosial dan kewajiban mediaPraktisi media adalah sebagai penjaga dan jembatan antara media dan publik, untuk alasan tersebut mereka menghindari perintah untuk menyiarkan perilaku anti sosial di media. Bagaimana pun juga keadaan ini merupakan suatu kelemahan bagi para praktisi media terhadap moral dan hukum. Meskipun masih ada sedikit keraguan yang diharapkan , terkadang para audience mengirimkan pesan yang salah mengenai sikap anti sosial tersebut. Pertama-tama , kekerasan hukum menjadi bagian dalam tugas seorang reporter. Apabila seorang wartawan mencerminkan publik, seharusnya mereka lebih memperhatikan keinginan publiknya. Selain itu, apabila para pelaku kekerasan beranggapan bahwa hal itu adalah biasa, hal itu akan merusak tatanan hukum yang ada.

6. Media sebagai pelengkap terhadap sikap anti sosialKarena pengaruh media dapat menembus publik umum, karena itu media sering kali disalahkan sebagai kaki tangan untuk mempengaruhi public atas perilaku anti sosial. Menghadapi kritik tersebut media berusaha untuk lebih memperhatikan hal-hal yang dapat merusak perilaku seseorang yaitu dengan membuat beberapa acuan dan aturan yang membuat media menjadi lebih berkembang dan lebih baik.Issue yang layak yang tergabung dalam tugas media yang juga mempengaruhi perilaku anti sosial, termasuk dalam 3 fungsi mass media yaitu :1. berita / news2. hiburan / entertainment3. iklanSeorang wartawan dalam menuliskan berita harus berdasarkan pendapat umum, sehingga mendapatkan keseimbangan antara berita yang dibutuhkan oleh public terhadap tanggung jawab sosial. Kelayakan issue dalam jurnalistik untuk menangani tingkah laku anti sosial, terdapat dalam 3 kategories yaitu :1. masalah kecerobohan atau kelalaian berita, dahulu dalam menyiarkan berita kriminal maupun demonstrasi, media TV kurang berpotensi untuk menyiarkannya, tetapi sekarang media sudah lebih berkembang dan dapat menyiarkan berita tersebut dengan baik.2. wartawan media sering dijadikan sebagai pelengkap terhadap perilaku anti sosial untuk pekerjaan tertentu dimana pekerjaan wartawan merupakan suatu kewajiban dalam menyampaikan berita yang berkualitas kepada publik. Karena komitmen utama seorang wartawan adalah kejujuran dan objective dalam menyampaikan berita, dan terkadang wartawan percaya bahwa kebebasan dan memiliki sikap yang tidak terpengaruh merupakan tindakan yang sangat bijaksana.1.. Arti Definisi / Pengertian Pengendalian SosialPengendalian sosial adalah merupakan suatu mekanisme untuk mencegah penyimpangan sosial serta mengajak dan mengarahkan masyarakat untuk berperilaku dan bersikap sesuai norma dan nilai yang berlaku. Dengan adanya pengendalian sosial yang baik diharapkan mampu meluruskan anggota masyarakat yang berperilaku menyimpang / membangkang.2. Macam-Macam / Jenis-Jenis Cara Pengendalian SosialBerikut ini adalah cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan sosial masyarakat :1. Pengendalian Lisan (Pengendalian Sosial Persuasif)Pengendalian lisan diberikan dengan menggunakan bahasa lisan guna mengajak anggota kelompok sosial untuk mengikuti peraturan yang berlaku.2. Pengendalian Simbolik (Pengendalian Sosial Persuasif)Pengendalian simbolik merupakan pengendalian yang dilakukan dengan melalui gambar, tulisan, iklan, dan lain-lain. Contoh : Spanduk, poster, Rambu Lalu Lintas, dll.3. Pengendalian Kekerasan (Pengendalian Koersif)Pengendalian melalui cara-cara kekerasan adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk membuat si pelanggar jera dan membuatnya tidak berani melakukan kesalahan yang sama. Contoh seperti main hakim sendiri.

BAB IIIPENUTUPKesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa perilaku menyimpang adalah perilaku seseorang/sekelompok orang yang dianggap melanggar standar perilaku atau norma-norma yang berlaku dalam sebuah kelompok/masyarakat. Bisa pula dikatakan, perilaku menyimpang merupakan perilaku seseorang/kelompok yang dianggap tidak menyesuaikan diri dengan kehendak umum masyarakat/kelompok.

Anti-sosial adalah sikap yang sama sekali tidak fleksibel, dan setiap sikap anti-sosial menunjukkan ketidakmampuan untuk beradaptasi. Banyak contoh sikap yang mirip anti-sosial berkembang dengan maraknya. Di jalan raya, kemacetan terjadi di mana-mana. Penyebabnya tidak secara keseluruhan diakibatkan oleh jumlah kendaraan yang tak seimbang dengan panjang jalan, namun kemacetan yang terjadi lebih dikarenakan motivasi agresi manusianya yang tidak dapat dikendalikan.